pembahasan adsorpsi

3
Dari data hasil pengamatan dan perhitungan, massa NaOH dengan normalitas 0,1N yang diperlukan untuk mentitrasi asam oksalat yang telah diberi karbon aktif dan diberi perlakuan pengocokan adalah sebanyak 2 gram. Massa NaOH sebanyak 2 gram dilarutkan dalam aquadest yang distandardisasi terlebih dahulu dengan larutan baku asam oksalat. Proses standardisasi ini bertujuan untuk menjadikan sifat dan karakteristik larutan NaOH menjadi larutan baku primer yang nantinya akan digunakan sebagai pentitrasi enam labu yang telah diisi asam oksalat dan karbon aktif yang diberi perlakuan pengocokan. Pembuatan larutan asam oksalat dilakukan dalam variasi normalitas yakni : 0,3N; 0,2N; 0,1N; 0,05N; 0,01N; dan 0,005N. Semakin tinggi normalitas maka massa yang diperlukan untuk membuat larutan asam oksalat semakin besar. Proses titrasi asam oksalat dengan larutan NaOH dilakukan untuk mengetahui konsentrasi normalitas rata-rata NaOH. Didapat konsentrasi normalitas rata-rata NaOH yang terbentuk adalah 0,22 N. Tingkat normalitas larutan NaOH ini yang digunakan untuk mentitrasi keenam labu titrasi yang telah diisi asam oksalat dan karbon aktif. Perlakuan titrasi ini dilakukan dua kali (duplo) untuk mengetahui kestabilan normalitas larutan asam oksalat pada labu titrasi dan volume larutan NaOH yang diperlukan. Data hasil pengamatan menunjukkan variasi volume larutan NaOH yang diperlukan untuk mentitrasi asam oksalat. Semakin tinggi nilai normalitas asam oksalat semakin tinggi pula tingkat volume larutan NaOH yang diperlukan. Pada asam oksalat 0,3 N diperlukan 6 ml larutan NaOH untuk mencapai titik ekivalen titrasi yang menghasilkan normalitas asam oksalat 0,264 N sebagai tingkat normalitas

description

a

Transcript of pembahasan adsorpsi

Page 1: pembahasan adsorpsi

Dari data hasil pengamatan dan perhitungan, massa NaOH dengan normalitas 0,1N yang

diperlukan untuk mentitrasi asam oksalat yang telah diberi karbon aktif dan diberi perlakuan

pengocokan adalah sebanyak 2 gram. Massa NaOH sebanyak 2 gram dilarutkan dalam

aquadest yang distandardisasi terlebih dahulu dengan larutan baku asam oksalat. Proses

standardisasi ini bertujuan untuk menjadikan sifat dan karakteristik larutan NaOH menjadi

larutan baku primer yang nantinya akan digunakan sebagai pentitrasi enam labu yang telah

diisi asam oksalat dan karbon aktif yang diberi perlakuan pengocokan. Pembuatan larutan

asam oksalat dilakukan dalam variasi normalitas yakni : 0,3N; 0,2N; 0,1N; 0,05N; 0,01N; dan

0,005N. Semakin tinggi normalitas maka massa yang diperlukan untuk membuat larutan

asam oksalat semakin besar. Proses titrasi asam oksalat dengan larutan NaOH dilakukan

untuk mengetahui konsentrasi normalitas rata-rata NaOH. Didapat konsentrasi normalitas

rata-rata NaOH yang terbentuk adalah 0,22 N. Tingkat normalitas larutan NaOH ini yang

digunakan untuk mentitrasi keenam labu titrasi yang telah diisi asam oksalat dan karbon aktif.

Perlakuan titrasi ini dilakukan dua kali (duplo) untuk mengetahui kestabilan normalitas

larutan asam oksalat pada labu titrasi dan volume larutan NaOH yang diperlukan. Data hasil

pengamatan menunjukkan variasi volume larutan NaOH yang diperlukan untuk mentitrasi

asam oksalat. Semakin tinggi nilai normalitas asam oksalat semakin tinggi pula tingkat

volume larutan NaOH yang diperlukan. Pada asam oksalat 0,3 N diperlukan 6 ml larutan

NaOH untuk mencapai titik ekivalen titrasi yang menghasilkan normalitas asam oksalat 0,264

N sebagai tingkat normalitas tertinggi pada percobaan dan pada asam oksalat 0,01 N

diperlukan 0,4 ml ml larutan NaOH untuk mencapai titik ekivalen titrasi yang menghasilkan

normalitas asam oksalat 0,0176 N sebagai tingkat normalitas terendah pada percobaan. Hal

ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi asam oksalat yang ditritasi maka

menghasilkan tingkat normalitas yang tinggi pula setelah dilakukan titrasi dengan larutan

NaOH standar. Pada perhitungan jumlah mol zat teradsoprsi (x) per bobot karbon aktif (m)

yang dipakai menunjukkan nilai konsentrasi berbanding lurus dengan nilai (x/m) sehingga

menghasilkan tetapan pada persamaan Langmuir, yakni α = 0,12 dan β = 0,21 dan

menghasilkan kurva menurun pada kurva persamaannya. Hal ini tidak sesuai dengan teori

dikarenakan konsentrasi larutan yang telah diadsorpsi karbon aktif pada perlakuan

pengocokan seharusnya mengalami pengurangan dalam nilai konsentrasinya.

Ketidaksesuaian ini dapat terjadi karena proses pembakuan larutan NaOH yang kurang sesuai

prosedur, waktu kontak adsoprsi yang kurang sehingga proses adsorpsi yang terjadi kurang

efektif, dan ketidakpresisian perhitungan larutan NaOH standar untuk mentitrasi asam oksalat

yang telah ditambahkan karbon aktif. Hasil data pengamatan terhadap persamaan Freundlinch

Page 2: pembahasan adsorpsi

menunjukkan kurva naik. Hal ini sesuai dengan teori dikarenakan pada persamaan

Freundlinch menggunakan fungsi logaritma dari (x/m) sebagai fungsi y dan fungsi logaritma

c sebagai fungsi x sehingga pada persamaan ini menunjukkan bahwa semakin tinggi fungsi

logaritma dari zat teradsoprsi (x) per bobot karbon aktif (m) maka semakin tinggi pula tingkat

fungsi logaritma dari konsentrasi larutan dalam percobaan ini asam oksalat yang diadsoprsi

oleh karbon aktif.