PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan...

92
PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH K.H. ABDURRAHMAN WAHID Skripsi ini Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I) Oleh Sadiyah NIM 106011000169 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M

Transcript of PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan...

Page 1: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA

OLEH K.H. ABDURRAHMAN WAHID

Skripsi ini Diajukan

Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)

Oleh

Sa’diyah

NIM 106011000169

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H/2013 M

Page 2: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

LEMBAR PENGESAIIAN SMANG MUNAQASAII

Skripsi Berjudul Pembaharuan Pendidikan Islam di lndonesia oleh KH. Abdurrahman Wahiddiajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan

telah dinyatakan lulus dalam ujian Munaqasah pada tanggal 25 September 2013 di hadapan

dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana SI (SPd,i) dalam bidangkependidikan Agama Islam.

Jakarta, 03 Oktober 2013

Panitia Ujian Munaqasah,

Ketua Panitia (Ketua Jurusan)

Bahrissalim M.Ae

NrP. 19680307 1 99803 t 002

Sekertaris (Sekertaris Jurusan)

Drs.Sapiudin Shidik.M.Ae

NrP. l 9670328200003 l 00 I

Penguji I

Drs.Il.Achmad Gholib. MA

NIP. 1 954 1 0 | st97 902t001

Penguji II

Muhammad Zuhdi. M.Ed. Ph. D

I\rIP. 1 97201 04t997 03 1002

Tanggal

t/tot"tt

{* ^ L^'

'|)

,r1 Jdt)Ito

"/,o /zo rs

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Tanda Tangan

19520520 198 103 1001

Page 3: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

LEI\{BAR PENGESAHAN PEN{BII\,IBIN G SKRIPS I

Skripsi berjudul "Pembaharuan Pendidikan Islam Di Indoncsia Oleh K.I{. Abdurrakhman

Wahid", di susun oleh Sa'diyah, Nomor Induk Mahasisria 106011000169, Jurrrsan Pendidikan

Agama Islam. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak

untuk diujikan pada sidang munaqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas iftnu

tarbiyah dan keguruan, uin syarif hidayatullah, jakarla.

Jakarta, 23 Mei 2013

Yang Mengesahkan,

Page 4: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

LEMBAR PENGESAHAN

PEMBIMBING SKRIPSI

PEMBAI{ARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA

OLEH K]AI HAII ABDURRAKHMAN WAHID

Skripsi

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan mencaoai gelar sarjana

Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I) pada Jurusan Pendidikan Agarna Islam

Fakultas Ilrnu Tarbiyah dan Keguruan

OIeh:

Sa'divah

NIM:106011000169

JT]RUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBTYAII DAI\ KEGURUAI\

T]NIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIT' HIDAYATULLAH

JAKARTA

2012iM

NIP : I 9580918.198701.2.001

Page 5: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

KEMENTERIAN AGAMAUIN JAKARTAFITKJl. lr. H. Juada No 95 Aputat 15412 lndoresia

FoRM (FR)

FITK-FR.AKDO63Tgl. Terbit : 1 Maret 2O10

No. Revisi:

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Saya yang bertanda tangan di

Nama

NIM

Tempat, Tgl.Lahir

Judul Skripsi

Dosen Pembimbing

10601 1000169

Indramayu,2l Juli 1987

Pembaharuan Pendidikan Islam di lndonesia Oleh

K.H.Abdunahman Wahid

Dra.Hj.Dj unaedatuI Munawarah

bawah ini,

:Sa'diyah

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri

dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Pemyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqosah

Jakarta,23 Mei 2013

NIM.1060i 1000169

Page 6: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

ABSTRAK

Skripsi dengan judul “Gagasan K.H. Abdurrahman Wahid dalam

Pembaharuan Pendidikan Islam”, ditulis oleh Sa’diyah (106011000169)

dibawah bimbingan Dra. Djunaedatul Munawaroh. Skripsi ini

mendeskripsikan mengenai pembaharuan yang dilakukan Gus Dur dalam

rangka memajukan pendidikan Islam di Indonesia khususnya dipesantren.

Peranan pendidikan merupakan peranan yang sangat penting dalam

kehidupan. Namun pada perkembangannya, lembaga yang ditawarkan yaitu

lembaga modern yang tidak menggabungkan pendidikan keagamaan dengan

pendidikan formal. Seiring perjalanannya pun pendidikan Islam mulai merambah

pada pendidikan modern. Hal ini terlihat dengan banyak lembaga pendidikan

pesantren dan pendidikan umum lainnya.

Pendidikan Islam senantiasa menjadi sebuah kajian yang menarik bukan

karena memiliki kekhasan sendiri, namun juga karena kaya akan konsep yang

tidak kalah bermutu dibandingkan dengan pendidikan modern. Maka dari itu,

pada abad 20 terdapat pembaharuan pada bidang pendidikan. Hal ini terlihat dari

banyaknya lembaga pendidikan yang menyatukan antara kurikulum modern

dengan kurikulum pendidikan Islam.

Timbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi

oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan dunia Islam, seperti

Mesir dan Turki. Pemikiran-pemikiran yang ditimbulkan oleh pemimpin

modernisasi di Timur Tengah itu kemudian mempengaruhi pemimpin Islam di

Indonesia untuk melakukan perubahan, dalam bentuk kebangkitan agama,

perubahan dan pencerahan, termasuk pada bidang pendidikan.

Pemikiran ini juga dilakukan oleh Gus Dur untuk merubah pola

pendidikan yang ada di Indonesia. Pembaharuan pendidikan yang dilakukan Gus

Dur sama seperti pemikiran Muhammad Abduh, yaitu kewajiban belajar tidak

hanya mempelajari buku-buku klasik berbahasa arab yang berisikan dogma ilmu

kalam. Akan tetapi, kewajiban belajar juga terletak pada mempelajari sains

modern, serta menumbuhkan semangat intelektualisme Islam yang padam dan

diharapkan dapat dihidupkan kembali. Oleh karena itu, Gus Dur sangat

mengharapkan pesantren yang ada di Indonesia bisa memadukan antara

pendidikan umum dan pendidikan Islam.

Gus Dur juga menginginnkan, agar pesantren tidak hanya berperan sebagai

lembaga pendidikan keagamaan dalam arti yang selama ini berjalan, melainkan

juga sebagai lembaga yang mampu memberikan sumbangan yang berarti serta

membangun sistem nilai dan kerangka moral pada individu dan masyarakat, juga

sistem pesantren dapat menjawab tantangan zaman.

Kata kunci : Pendidikan Islam

Page 7: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

ABSTRACTION

Thesis with the title "idea K.H. Abdurrahman Wahid in the renewal of Islamic

education", written by Sa'diyah (106,011,000,169) under the guidance of Dra. Djunaedatul

Munawaroh. This thesis describes the updates done on Wahid in order to promote Islamic

education in Indonesia particularly dipesantren.

The role of education is a very important role in my life. However, in the process, the

Agency offered a modern institution that is not religious education combines with formal

education. Along her journey any Islamic education began venturing on a modern education. It is

seen by many institutions and other general education boarding school.

Islamic education always becomes an interesting study not because it has its own

peculiarities, but also because it is rich in concepts that are not inferior quality compared to

modern education. Thus, in the twentieth century there were updates on education. This can be

seen from the large number of institutions bringing together between the modern curriculum with

Islamic education curriculum.

The onset of the renewal of Islamic education in Indonesia with their renewing Islamic

thought arising handy of the Islamic world, such as Egypt and Turkey. Thoughts evoked by the

leader of the modernization in the Middle East was later influenced leaders of Islam in Indonesia

to make changes, in the form of a religious awakening, enlightenment and change, including in

the field of education.

This thinking is also signed by Wahid to revamp the existing pattern of education in

Indonesia. The renewal of education conducted the same as Gus Dur Muhammad Abduh's

thinking, namely the obligation of learning not only study the books containing the Arabic

classic the dogma of science of kalam. However, the obligation of learning also lies in the study

of modern science, as well as fostering the spirit of Islamic intelektualisme outages and expected

to be revived. Therefore, Wahid was keen to boarding school that existed in Indonesia could be

combining public education and Islamic education.

Wahid also menginginnkan boarding school, so that not only plays the role of religious

institutions in the sense that during this run, but also as an institution capable of providing a

meaningful contribution as well as building a system of values and moral framework on

individuals and society, as well as boarding system can respond to the challenges of the times.

Keywords : Islamic education

Page 8: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabil ’alamin, atas segala puji dan syukur penulis persembahkan kepada

Allah SWT, Karena atas rakhmat dan hidayah-Nya, serta kekuatan lahir dan batin, sehingga

dengan segala kemurahan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat

dan salam penulis panjatkan kepada Rasulullah saw.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit hambatan dan kesulitan

yang penulis hadapi, namun berkat bantuan dan motivasi yang tidak ternilai dari berbagai pihak,

maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang telah

membantu serta memberikan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua jurusan pendidikan agama islam fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Sekertaris jurusan pendidikan agama islam fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Abdul Ghofur, Dosen Penasehat Akademik.

5. Dra. Djunaedatul Munawarrah, dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu,

pikiran dan tenaganya untuk memberikan bimbingan, pengarahan dan petunjuknya

kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu dosen serta staf pendidikan agama islam fakultas ilmu tarbiyah dan

keguruan yang telah mendidik dan memberikan banyak bekal berupa ilmu kepada

penulis.

7. Bapak pimpinan perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta staf yang telah

memberikan kemudahan dalam penggunaan sarana perpustakaan.

8. Ibu Nuriyah Wahid, yang telah meluangkan waktu, tenaga dan tempat untuk

memberikan keterangan mengenai pemikiran gus dur yang bersangkutan dengan bahan

skripsi penulis, syukro kastir.

9. Ma dan bapa, terimakasih atas motivasinya baik berupa materi maupun non materi, buat

kaka qu yang cantik Nurhikmah makasih banyak atas saran dan nasihat yang kamu

berikan kepada adikmu ini, buat adik-adik qu Abdul Mukhyi Tardo dan Nurul

Kholifatussalam yang ganteng, harapan dan keinginan kalian akhirnya tercapai juga.

10. Buat keluarga besar ARKADIA dan eL-Na’ma, penulis ucapkan terimakasih banyak atas

bantuan kalian, tanpa kalian hidup penulis pasti tidak seperti ini.

11. Buat sahabat-sahabat aku, Fuzi, Ephee, Ponyam, Meyta dan Rukoyah chan, penulis

sangat berterimakasih kepada kalian yang telah memberikan sport tanpa henti-hentinya,

samapai akhirnya sidang juga, terimakasih banyak.

12. Bang Zong, penulis ucapkan terimakasih banyak, karena rela dan mau meluangkan

waktu, tenagadan pikiran untuk mencari bahan skripsi penulis, samapai penulisan skripsi

Page 9: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

ii

ini selesai. Walaupun penulis tahu ucapan terimakasih ini tidak bisa mewakili atas apa

yang bang zong berikan ke penulis, terimakasih banyak.

13. Buat bangir dan jimbet makasih ya sudah bersedia membantu penulis dalam proses

menuju siding munaqasah, syukron.

14. Kepada semua pihak yang telah membantu penulkis dalam menyelesaikan skripsi ini,

yang penulis tidak bisa sebutkan namanya satu persatu.

Hanya harapan dan do’a, semoga dan mudah-mudahan Allah SWT memberikan balasan

yang lebih baik kepada semua pihak yang telah berjasa dalam membantu penulis dalam

penulisan skripsi ini, amiin.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat terutama bagi penulis dan

umumnya bagi masyarakat.

Page 10: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i

DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah ...................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ........................................................................................... 4

C. Pembatasan Masalah ........................................................................................... 4

D. Perumusan Masalah ............................................................................................ 5

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................................... 5

F. Metodologi Penelitian ......................................................................................... 6

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengertian Gagasan dan Pembaharuan ............................................................... 10

B. Latar Belakang Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia pada

abad 20 ................................................................................................................ 12

C. Lembaga pendidikan Islam di Indonesia ............................................................ 15

1. Pendidikan Tradisional ................................................................................... 15

2. Dinamika Pesantren sebagai Lembaga Pendidikan Islam ............................. 21

D. Faktor Pendorong Pembaharuan Sistem Pendidikan Islam di Indonesia

Abad 20 ............................................................................................................... 30

E. Pembaharuan Sistem Pendidikan Islam di Indonesia ......................................... 32

BAB III BIOGRAFI K.H. ABDURRAKHMAN WAHID

A. Latar Belakang Keluarga .................................................................................. 36

B. Pendidikan K.H. Abdurrakhman Wahid .......................................................... 38

C. Aktivitas K.H. Abdurrakhman Wahid dalam .................................................. 40

Page 11: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

iv

1. Organisasi .................................................................................................... 40

2. Masyarakat .................................................................................................. 51

3. Budaya ......................................................................................................... 52

4. Politik .......................................................................................................... 54

BAB IV PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH

K.H.ABDURRAHMAN WAHID

A. Gagasan K.H. Abdurrahman Wahid tentang Pesantren .................................. 64

1. Gagasan Pembaharuan Kurikulum Pesantren…………………………… 66

2.Gagasan Pembaharuan Kepemimpinan Pesantren………………………. 72

3.Gagasan Pembaharuan Institusi Pendidikan Pesantren………………….. 76

4.Gerakan Pembaharuan di Ciganjur……………………………………… .. 80

B. Kebijakan K.H. Abdurrahman Wahid Tentang Pendidikan Islam .................... 84

1. Semasa Menjabat Sebagai Ketua PBNU (1989-1994) .................................. 84

2. Sewaktu menjabat sebagai Presiden (1999-2000)……… ............................. 87

3. Menyeimbangkan Lembaga Pendidikan Islam dan Umum…………........... 93

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................................... 95

B. Kritik dan Saran ............................................................................................... 97

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................

Page 12: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Islam senantiasa menjadi sebuah kajian yang menarik bukan hanya

karena memiliki kekhasan tersendiri, namun juga karena kaya akan konsep yang

tidak kalah bermutu dibandingkan dengan pendidikan modern.1 Pada abad 20

pembaharuan pendidikan di Indonesia, dengan ditandai munculnya lembaga

pendidikan madrasi, masuknya bidang kajian non agama dalam kurikulum

pesantren, adanya pembelajaran yang terprogram dengan mengintegrasikan ilmu

pengetahuan agama. Bahkan pada waktu itu berdiri lembaga pendidikan Islam yang

kurikulumnya lebih menyerupai sekolah.

Pada abad itu juga lahirlah tokoh pemikir dan pembaharu pendidikan Islam,

khususnya di bidang pendidikan di Jawa seperti: K.H.Hasyim Asy’ari, K.H.Ahmad

Dahlan. Di Sumatra seperti: Abdullah Ahmad, zainuddin labia, rahmah el-yunsiah

1 Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta:Logos, 1997), h.183

Page 13: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

2

Ide-idenya yang cerdas dan kreatif menjadi inspirasi dan kontribusi yang besar

bagi dinamika pendidikan Islam di Indonesia. Salah satu peran tokoh pembaharuan

tersebut sebagai kelompok terpelajar adalah membawa pencerahan kepada

masyarakat sekitarnya.

Berbagai lembaga pendidikan telah dilahirkan oleh mereka baik dalam bentuk

sekolah maupun pondok pesantren. Semua itu adalah lembaga yang ikut

mengantarkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju dan berpendidikan.

Mereka telah berperan dalam memajukan ilmu pengetahuan, khususnya Islam lewat

karya yang telah di tulis atau melalui jalur dakwah.2

Abdurrahman Wahid yang akrab dipanggil Gus Dur adalah salah seorang

pemikir pembaharuan pada generasi sekarang, dan merupakan mata rantai pada

generasi sebelumnya. Sebagai pemikir dan pembaharuan Islam. Gus Dur memiliki

banyak gagasan,tidak hanya dalam pendidikan Islam,tapi juga dalam bidang lain

seperti:budaya dan sastra, sosial dan budaya. Secara khusus di bidang pendidikan,

gagasannya antara lain mengenai pembaharuan institusi pesantren, pembaharuan

kurikulum dan kepemimpinan pesantren.

Gagasan Gus Dur memberi pengaruh besar pada masyarakat muslim Indonesia,

dan khususnya pada komunitas muslim tradisional. Melihat peranan Gus Dur yang

begitu besar dalam pembaharuan pendidikan Islam, maka pemikirannya patut untuk

dikaji. Telah banyak orang yang membahas pemikirannya, antara lain: Abdul Munir

Mulkhan, Perjalanan Politik Gus Dur, (Jakarta:pt Kompas Media Nusantara, 2010), Moh.

Mahfud MD, Setahun Bersama Gus Dur, (Jakarta:Pt Raja Grafindo Persada, 2010), H.

Syamsyul Hadi, Gus Dur Guru Bangsa Bapak Pluralisme, (Jombang:Zahra book, 2009).

Pemikiranya tentang pendidikan, terselip pada tulisan-tulisan tersebut, dan sebagian

menjadi bagian dari bunga rampai, sebagian menjadi jurnal.

Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang paling sedikit

mendapatkan perhatian di negara ini dan dengan demikian paling sedikit diselidiki

dan diteliti. Dalam sejarahnya yang panjang, pesantren baru diselidiki oleh

2 Hanun Asrohah, sejarah pendidikan Islam, (Jakarta:Logos, 1997), h.183

Page 14: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

3

beberapa tahun terakhir ini. Baru dalam lima tahun terakhir ini dilakukan penelitian

kolektif yang bersifat komperensif atas lembaga pendidikan yang mayoritasnya

berada di pedesaan.3

Gagasannya mengenai pendidikan yang menjadi perhatian utamanya adalah

institusi pesantren.

Memperhatikan pengaruh bidang pendidikan Gus Dur yang begitu besar dalam

masyarakat muslim Indonesia, maka penulis tertarik untuk mengkaji pemikiran

pendidikannya yang terselip dalam berbagai sumber yang ada dalam sebuah skripsi

yang berjudul PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA

OLEH K.H.ABDURRAHMAN WAHID.

Pemikiran Gus Dur ini, tidak terlepas dari kontek sejarah dan sosial budaya

pada masa hidupnya. Oleh karena, terdapat berbagai macam sumber yang

mendorong timbulnya gagasan pemabaharuan pendidikan sehingga mewarnai

pemikirannya.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka diidentifikasi masalah

yaitu

1. Peran serta Gus Dur sebagai tokoh pemikir besar di Indonesia pada paroh abad

kedua abad 20 dibidang pendidikan.

2. Gagasan Gus Dur dalam bidang pendidikan umat Islam.

3. Pembaharuan Gus Dur dalam institusi pesantren.

4. Kebijakan Gus Dur dalam bidang pendidikan Islam.

5. Faktor pengaruh gagasan pembaharuan Gus Dur dibidang pendidikan.

3 Abdurrahman Wahid, Menggerakan Tradisi,(Yogyakarta:LKIS Yogyakarta, 2010), h.99

Page 15: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

4

C. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi di atas maka penulis merasa perlu untuk membatasi

pembahasan pada dua permasalahan yaitu

a. Pembaharuan yang dimaksud dalam skripsi ini adalah upaya untuk melakukan

perubahan dalam pendidikan Islam kearah yang lebih berkualitas sesuai dengan

tuntunan zaman dengan tetap berpedoman pada asas-asas ke Islaman,

pembaharuan Gus Dur yang dikaji dalam skripsi ini: gagasan, gerakan, kebijakan.

Gerakan pembaharuan pendidikan disini adalah memodernisasikan sistem yang

ada di pesantren.

b.Gagasan pembaharuan pendidikan yang dimaksud adalah sistem kepemimpinan

dan kurikulum pendidikan dalam pesantren.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari pembaharuan masalah di atas, maka penulis merumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gagasan Gus Dur tentang pembaharuan di pesantren?

2. Gerakan pembaharuan seperti apa yang dilakukan Gus Dur pada institusi

pesantren?

3. Kebijakan politik seperti apa yang ditetapkan Gus Dur dalam pendidikan selama

menjabat menjadi presiden?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

a. Tujuan penulis dalam menyusun skripsi ini adalah:

Page 16: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

5

1. Memberikan wacana dalam rangka mengembangkan pembaharuan pendidikan

Islam.

2. Menyumbangkan wacana tentang pentingnya meningkatkan pendidikan Islam.

b. Manfaat dari penulisan skripsi ini adalah:

Penulis berharap skripsi ini dapat berguna untuk memberikan informasi bagi

siapa saja yang ingin mengetahui tentang gagasan Gus Dur dalam pendidikan Islam.

Sebagai sumbangsih terhadap pembaca yang ingin mengenal lebih dalam tentang

pemikiran dari sosok tokoh pembaharuan pendidikan Islam di atas.

Hasil kajian ini diharapkan dapat memberi inisiatif sebagai kajian awal yang

mendeskripsikan. Pemikiran pendidikan Gus Dur, skripsi ini diharapkan dapat

dijadikan pembukaan wacana untuk ditindak lanjuti oleh pengkaji yang lain, untuk

lebih mendalam lagi.

F. Metodologi Penelitian

1. Objek Penelitian

Dalam skripsi ini, objek penelitian difokuskan pada studi tokoh tentang

gagasan Gus Dur dalam pembaharuan pendidikan Islam.

2. Disain dan Metode

Dalam menggarap skripsi ini, jenis data yang digunakan adalah data

kualitatif dimana pengumpulan data diperoleh dari berbagai sumber tertulis. Data

tersebut terbagi kepada dua.

3. Sumber data:

a. Data primer yaitu, diperoleh dari karya Gus Dur sendiri seperti,

Abdurrahman Wahid, Islamku Islam anda Islam kita, Jakarta:The Wahid

Instute, 2006,

K.H. Abdurrakhman Wahid, Tabayun Gus Dur, Yogyakarta:LKIS

Yogyakarta, 2010

Page 17: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

6

. Abdurrahman Wahid, Menggerakan Tradisi, Yogyakarta:LKIS Yogyakarta,

2010

Abdurrahman Wahid, Islam Kosmopolitan, Jakarta:The Wahid Institute, 2007

b. Data sekunder yaitu, diperoleh dari buku-buku yang menulis tentang Gus Dur,

seperti,

H. Syamsyul Hadi, Gus Dur Guru Bangsa Bapak Pluralisme, Jombang:Zahra

book, 2009,

K.H. Zainal arifin Thoha, Jagadnya Gus Dur, Yogyakarta:Kutub, 2010

4.Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data akurat dalam penulisan ini, penulis

menggunakan teknik pengumpulan data:

Studi dokumentasi

Menginventaris hasil pemikiran K.H.Abdurrahman Wahid yang tertuang

dalam karya pemikirannya maupun dalam literatur lain yang berkaitan dengan

masalah pendidikan.

5.Prosedur Pengolahan Data

Setelah melalui tahap pengumpulan data, selanjutnya dilakukan

pengolahan data, sehingga data yang diperoleh dapat digunakan untuk

menganalisa permasalahan yang akan diteliti. Langkah-langkah pengolahan data

melalui tahap-tahap sebagai berikut:

a. Pemeriksaan Data

Data yang terkumpul diperiksa kembali apakah masih terdapat

kekurangan atau tidak cocok dengan masalah penelitian.

b. Klasifikasi Data

Page 18: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

7

Klasifikasi data dilakukan dengan cara mengelompokan data sesuai

dengan pokok bahasan agar mempermudah dalam menganalisa.

c. Penyusunan Data

Penyusunan data dilakukan dengan cara menyusun dan menempatkan

data pada setiap pokok bahasan secara sistematis sehingga memudahkan

pembahasan.

6. Prosedur Analisa Data

Teknik analisisnya menggunakan content Analisys yaitu menarik

kesimpulan dalam usaha menemukan karakteristik pesan yang dilakukan secara

objektif dan sistematis.

Seluruh data akan dibahas dan dianalisis secara analisa kualitatif dengan

melalui proses:

I. Reduksi Data

Data yang diperoleh melalui kajian pustaka ditulis dalam bentuk uraian

atau laporan terperinci. Laporan yang disusun kemudian direduksi, dirangkum,

dipilih hal-hal pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting dan dicairkan

temannya.

II. Display Data

Data yang telah di peroleh diklasifikasikan menurut pokok permasalahan

dan dibuat dalam bentuk matriks sehingga memudahkan peneliti untuk melihat

hubungan suatu data dengan data yang lainnya.

III. Mengambil Kesimpulan atau Verifikasi

Page 19: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

8

Peneliti membuat kesimpulan berdasarkan data yang telah diproses

melalui reduksi dan display data.4

4 S. Nasutioan, Metodologi Penelitian Naturalistik Kulaitatif, (Bandung:Tarsito, 1988), H.192-130

Page 20: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

9

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Gagasan dan Pembaharuan

Pengertian gagasan dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah rancangan

yang tersusun dipikiran, dan orang lain tau akan rancangan tersebut. Semua itu

artinya sama dengan cita-cita.1

Adapun pembaharuan menurut Harun Nasution adalah proses atau upaya

memaknai ajaran Islam secara benar agar sesuai dengan perkembangan masa.2

Sedangkan pengertian pembaharuan dalam perspektif Islam adalah usaha

untuk memperbaiki kembali ajaran Islam agar tetap solid dan responsive terhadap

perkembangan zaman. Pengertian pembaharuan pendidikan Islam sendiri adalah

usaha untuk memperbaiki sistem pendidikan Islam dalam segala aspek.3

Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. Al-Ra’d:11

1 Kamus Besar bahasa Indonesia, h.21 2 Harun Nasution, Islam Rasional:Gagasan dan Pemikiran, (Bandung:Mizan, 1996), h.21 3 Dr. Armai Arief. M.A, Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembanagn Lembaga Pendidikan Islam Klasik,

(Bandung:Angkasa, 2005), h. 216

Page 21: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

10

ير إن الله لا يغ له هعقبات هن بين يديه وهن خلفه يحفظىنه هن أهر الله

وها لهن وإذا أراد الله بقىم سىءا فلا هرد له يغيروا ها بأنفسهن ها بقىم حتى

﴾١١﴿هن دونه هن وال

“Sesungguhnya Allah SWT. Tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga

mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”

Dalam pengertian sejarah, pembaharuan pendidikan Islam itu berkembang

seiring dengan kemunculan Islam itu sendiri. Melihat tantangan yang demikian besar,

tampaknya sulit bagi lembaga-lembaga pendidikan Islam modern untuk mampu

menggali dan mengembangkan potensi umat dalam menghadapi permasalahan yang

sangat kompleks.4

Dari pengertian di atas, sudah sangat jelas bahwa pembaharuan adalah usaha

untuk memperbaiki sistem yang lama dan mengambil sistem baru yang baik agar

sesuai dengan perkembangan zaman, dan dapat menerima tantangan zaman dengan

cara menyiapkan para alumni pendidikan Islam khususnya pesantren sesuai dengan

kebutuhan lapangan kerja.

B. Latar Belakang Pembaharuan Pendidikan Islam pada abad 20 di Indonesia

Timbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia baik dalam bidang

agama, sosial, dan pendidikan diawali dan dilatarbelakangi oleh pembaharuan

pemikiran Islam yang timbul dibelahan dunia Islam lainnya, terutama oleh

pembaharuan pemikiran Islam yang timbul di Mesir, Turki.

Mesir yang mempunyai Kairo sebagai ibu kota dengan universitas al-Azhar

yang didirikan pada abad kesepuluh, merupakan pusat peradaban Islam pada masa

lampau. Abad 19-20 mulai bermunculan tokoh-tokoh Islam diantaranya: Jamaludin

Al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, Akhmad Khan. Pembaharuan

4 H.M. Irsyad Djuwaeli, Pembaharuan kembali Pendidikan Islam, (Jakarta:Karsa Utama Mandiri, 1998),

h.40-45

Page 22: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

11

pendidikan yang dilakukan Muhammad Abduh di Mesir yaitu kewajiban belajar itu

tidak hanya mempelajari buku-buku klasik berbahasa Arab yang berisi dogma ilmu

kalam. Akan tetapi, kewajiban belajar juga terletak pada mempelajari sains modern,

serta menumbuhkan semangat intelektualisme Islam yang padam diharapkan dapat

dihidupkan kembali.5 Pemikiran Muhammad Abduh itu sama dengan pemikiran gus

dur mengenai pendidikan, yaitu memadukan antara pendidikan agama dengan

pendidikan umum.

Turki sendiri merupakan salah satu dari tiga negara besar di dunia Islam pada

abad kedelapan belas, ketika Eropa, Inggris dan Prancis belum muncul sebagai negara

yang berpengaruh dalam politik Internasional. Pemikir dan pembaharuan di

pendidikan.

“Pemikiran-pemikiran yang ditimbulkan pemimpin modernisasi di Timur

Tengah itu kemudian mempengaruhi pemimpin Islam di Indonesia dan timbul pula di

kalangan pemimpin Islam di Indonesia untuk melakukan usaha-usaha modernisasi

yang dimulai pada permulaan abad kedua puluh.”6

Latar belakang pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia pada abad 20,

dipengaruhi oleh:

1) Pembaharuan yang bersumber dari ide-ide yang muncul dari luar yang dibawa oleh

para tokoh atau ulama yang pulang ke tanah air setelah beberapa lama bermukim

di luar Negeri seperti: Madinah, Mekkah dan Kairo. Ide-ide yang mereka peroleh

di perantauan itu menjadi wacana pembaharuan setelah mereka kembali ke tanah

air.

2) Faktor yang bersumber dari kondisi tanah air juga banyak mempengaruhi

pembaharuan pendidikan Islam. Kondisi tanah air di Indonesia pada awal abad ke-

20 adalah dikuasai oleh kaum penjajah Barat. Dalam bidang pendidikan,

pemerintah kolonial Barat melakukan kebijakan pendidikan diskriminatif,

sementara di kalangan umat Islam memiliki lembaga pendidikan pesantren dan

5 Prof.Dr. H.Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta:Prenada Media Group,2007), h.246 6 Harun Nasution, Islam Rasional :Gagasan dan Pemikiran, (Bandung:Mizan, 1996), h.151-185

Page 23: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

12

surau. Melihat kondisi yang demikian itu, maka sebagian tokoh umat Islam

berupaya untuk melaksanakan pembaharuan dalam bidang pendidikan.7

Pada permulaan abad ke-20 masyarakat Islam Indonesia telah mengalami

beberapa perubahan baik dalam bentuk kebangkitan agama, perubahan dan

pencerahan. Gerakan pembaharuan tidak akan berjalan bila tidak diikuti perubahan di

bidang pendidikan, maka perubahan dalam Islam harus berjalan seiring dengan

pembaharuan pendidikan. Eksploitasi dan intervensi Barat lama kelamaan

menggugah, menginsafkan dan menyadarkan akan terbelakangnya umat Islam.

Mereka sadar bahwa kuatnya kontrol Barat terhadap mereka adalah karena kemajuan

modern yang dimiliki oleh Barat. Keinginan untuk melawan Barat haruslah didahului

dengan mengadakan perubahan dalam diri umat Islam yaitu dengan cara melakukan

pembaharuan dalam pendidikan Islam.8

Berkenaan dengan alternatif dari lembaga pendidikan yang lebih merakyat serta

bersifat egalitarian adalah lembaga pendidikan di pesantren, surau, dayah dsb, maka

lembaga-lembaga pendidikan itu adalah merupakan pilihan yang memungkinkan bagi

masyarakat Indonesia, karena masyarakat Indonesia waktu itu banyak memasukan

anak-anak mereka ke lembaga pendidikan tersebut.9

Sebagaimana dijelaskan di atas, pada abad ke 20, masyarakat Islam di Indonesia,

telah melakukan kebangkitan yaitu dengan cara melakukan perubahan dalam

pendidikan. Perubahan ini dimaksudkan untuk melawan Barat, karena pada abad 20

bangsa Barat melakukan penjajahan kepada negara Islam itu dengan teknologi.

Sehingga mau tidak mau, negara Islam khususnya Indonesia, harus melakukan

perubahan dalam pendidikan Islam khususnya di pesantren.

C. Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia

1. Pendidikan Tradisional

7 Prof.Dr.H.Haidar Putra Daulay, MA, Sejarah Pertumbuhan dan Pemabaharuan Pendidikan Islam di

Indonesia, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2007), h.21 8 Prof.Dr. H.Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta:Prenada Media Group,2007), h.280 9 Prof.Dr.H.Haidar Putra Daulay, MA, Sejarah Pertumbuhan dan Pemabaharuan Pendidikan Islam di

Indonesia, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2007), h.30-31

Page 24: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

13

Pendidikan merupakan ranah yang strategis untuk membangun bangsa ini

menjadi bangsa yang bermartabat.10

“Sistem pendidikan tradisional adalah banyak

diberikannya pengajaran diluar kurikulum formalnya, pengajaran tambahan yang

senantiasa berubah-ubah formatnya dari tahun ke tahun. Pemberian pengajaran

dalam pendidikan tradisional lebih menekankan pada penangkapan harfiah atas

suatu kitab tertentu.”11

Pada tahap awal pendidikan Islam itu berlangsung secara informal. Ada

beberapa lembaga pendidikan Islam awal yang muncul di Indonesia, yaitu

a. Masjid dan Langgar

Masjid memiliki fungsi ganda, selain tempat shalat dan ibadah lainnya

juga tempat pengajian terutama yang masih memakai metode sorogan dan

wetonan. Posisi masjid di kalangan pesantren memiliki makna sendiri. Menurut

Gus Dur, masjid sebagai tempat mendidik dan menggembleng santri agar lepas

dari hawa nafsu, masjid berada di tengah-tengah komplek pesantren adalah

mengikuti model wayang, ditengah-tengah ada gunungan.12

Selain dari fungsi utama, masjid dan langgar difungsikan juga untuk

tempat pendidikan. Di tempat ini dilakukan pendidikan buat orang dewasa

maupun anak-anak. Pengajian yang dilakukan untuk orang dewasa adalah

penyampaian ajaran oleh mubaligh kepada para jamaah dalam bidang yang

berkenaan dengan akidah, ibadah dan akhlak.

Sedangkan pengajian yang dilaksanakan ialah anak-anak berpusat pada

pengajian al-Qur’an menitik beratkan kepada kemampuan membacanya

dengan baik sesuai dengan kaidah-kaidah bacaan. Selain dari itu, anak-anak

juga diberi pendidikan keimanan ibadah dan akhlak. Masjid merupakan modal

dasar dan utama tempat mendidik dan melatih para santri mengamalkan tata

cara ibadah, pengajaran kitab, terutama yang kental dengan aroma Islamnya

dan menjadi pusat kegiatan kemasyarakatan.13

10 Dr.Hasbi Indra, MA, Pendidikan Islam Melawan Globalisasi, (Jakarta:Ridamulia, 2005), h.187 11 Abdurrahman Wahid, Menggerakan Tradisi,…………..., h.71-75 12 Prof.Dr.Mujamil Qomar, M.Ag, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi

Institusi, (Jakarta: Erlangga, 2002), h.21 13 Amin Haedari, Transformasi Pesantren, (Jakarta:Lekdis, 2006), h.89

Page 25: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

14

Pada mulanya di masjid inilah yang banyak dijadikan sebagai tempat

belajar membeca al-Qur’an dan belajar agama, tetapi lama kelamaan masjid

tidak cukup luas untuk belajar anak, sehingga dibuatlah suatu tempat untuk

belajar agama. Belajar agama ke kyai yang tersohor telah mengundang mereka

yang tinggal letaknya jauh dari seorang kyai, maka dalam jangka waktu

tertentu. Dengan demikia tampaknya pendidikan agama mengalami dinamika

dari masjid, ke tempat khusus untuk belajar agama yang kemudian disebut

dengan pesantren.14

b. Pesantren

Apabila ditelusuri sejarah pendidikan di jawa, sebelum datangnya agama

Islam telah ada lembaga pendidikan jawa kuno yang praktik kependidikannya

sama dengan pesantren. Lembaga pendidikan jawa kuno itu bernama

pawiyatan. Di lembaga tersebut tingggal Ki Ajar dengan cantrik. Ki Ajar

orang yang mengajar dan cantrik orang yang diajar. Dengan menganalogikan

pendidikan pawiyatan ini dengan pesantren. Sebetulnya tidak terlalu sulit untuk

menetapkan bahwa pesantren itu telah tumbuh sejak awal perkembangan Islam

di Indonesia khususnya di Jawa. Dengan masuknya Islam, maka sekaligus

diperlukan sarana pendidikan, tentu saja model pawiyatan ini dijadikan acuan

dengan mengubah sistem yang ada ke sistem pendidikan, sistem nilai yang

digunakan dikalangan pesantren adalah yang berakar dalam agama Islam.

Kalangan pesantren sendiri, menamakan sistem nilai yang dipakainya dengan

ungkapan ahl-u’l-sunnah wal-Jama’ah15

. “Pesantren sendiri dikenal sebagai

basis pendidikan tradisional yang mampu bertahan lama di Nusantara.”16

Dalam perkembangan berikutnya pesantren mengalami dinamika, kemampuan

dan kesediaan pesantren untuk mengadopsi nilai-nilai baru akibat modernisasi,

menjadikan pesantren berkembang dari yang tradisional ke modern. Karena itu

hingga saat sekarang pesantren tersebut secara garis besar dibagi dua,

pesantren salafi dan pesantren khalafi.

14 Dr.Hasbi Indra, MA, Pendidikan Islam Melawan Globalisasi, (Jakarta:Ridamulia, 2005), h.191 15 Dr. Nurcholish Madjid, Bili-Bilik Pesantren, (Jakarta:Paramadina, 1997), h.31 16 Amin Haedari, Transformasi Pesantren, (Jakarta:Lekdis, 2006), h.37

Page 26: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

15

c. Meunasah

Secara etimologi meunasah berasal dari perkataan madrasah, tempat

belajar atau sekolah. Bagi masyarakat Aceh meunasah tidak hanya semata-

mata tempat belajar, bagi mereka meunasah memiliki multi fungsi. Meunasah

di samping tempat belajar, juga berfungsi sebagai tempat ibadah, tempat

pertemuan, musayawarah, pusat informasi, tempat tidur dan menginap bagi

musafir. Ditinjau dari segi pendidikan, meunasah adalah lembaga pendidikan

awal bagi anak-anak yang dapat disamakan dengan tingkat sekolah dasar.

Karena, di meunasah para murid diajari menulis, membaca huruf Arab, ilmu

agama dalam bahasa jawa (melayu), akhlak.17

d. Rangkang

Rangkang adalah tempat tinggal murid, yang dibangun disekitar masjid.

Masjid berfungsi sebagai tempat berbagai kegiatan umat, termasuk didalamnya

kegiatan pendidikan. Karena murid perlu mondok dan tinggal, maka perlu

dibangun tempat tinggal mereka disekitar masjid, tempat tinggal murid

disekitar masjid inilah yang disebut dengan rangkang. Pendidikan di rangkang

terpusat kepada pendidikan agama, disini telah diajarkan kitab-kitab yang

berbahasa Arab, tingkat pendidikan ini jika dibandingkan dengan sekolah saat

sekarang setingkat dengan sekolah lanjutan pertama.

Sistem pendidikan dirangkang ini sama dengan sistem pendidikan

dipesantren, murid-murid duduk berbentuk lingkaran dan si guru menerangkan

pelajaran, berbentuk halakah, metode yang disampaikan di dunia pesantren

disebut namanya dengan sorogan dan wetanon.

e. Dayah

Dayah berasal dari bahasa Arab zawiyah yang artinya. Dengan

demikian, kata dayah yang berasal dari kata zawiyah di samping memiliki

hubungan kebangsaan yakni berubahnya kata zawiyah menjadi dayah menurut

17 Prof.Dr. H.Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta:Prenada Media Group,2007), h.284-288

Page 27: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

16

dialek Aceh, juga memiliki hubungan fungsional, yakni sama-sama merujuk

kepada tempat pendidikan.

f. Surau

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, surau diartikan tempat umat Islam

melakukan ibadahnya. Pengertian ini apabila dirinci mempunyai arti bahwa

surau berarti suatu tempat bangunan kecil untuk tempat shalat, tempat belajar

mengaji anak-anak, tempat wirid bagi orang dewasa. Sistem pendidikan

disurau banyak kemiripannya dengan sistem pendidikan dipesantren. Murid

tidak terikat dengan sistem administrasi yang ketat, syekh atau guru mengajar

dengan metode bandongan dan sorogan, ada juga murid yang berpindah ke

surau lain apabila dia sudah merasa cukup memperoleh ilmu di surau

terdahulu. Inti dari pelajaran adalah ilmu-ilmu agama, yang pada tingkat

tertentu mendasarkannya kepada pengajian kitab klasik.18

“Pesantren telah mengalami perubahan dan pengembangan format yang

bermacam-macam mulai dari surau atau masjid hingga pesantren yang makin

lengkap. Cikal bakal pesantren berasal dari pengajian di langgar atau surau.

Peralihan dari langgar dan masjid lalu berkembang menjadi pondok pesantren

ternyata membawa perubahan materi pengajaran.”19

Sebagai budaya pendidikan sekolah nasional, pondok pesantren mempunyai

kultur yang unik. Karena keunikannya, pondok pesantren digolongkan ke dalam

subkultur tersendiri dalam masyarakat Indonesia. Gus dur berpendapat bahwa

pesantren sebagai sebuah subkultur karena memiliki keunikan dan perbedaan cara

hidup dari umumnya masyarkat Indonesia,20

sehingga menurut Gus Dur ada tiga

elemen yang mampu membentuk pondok pesantren sebagai sebuah subkultur, yaitu

pola kepemimpinan pondok pesantren yang mandiri tidak terkooptasi oleh Negara,

18Prof.Dr.H.Haidar Putra Daulay, MA, Sejarah Pertumbuhan Dan Pembaharuan Pendidikan Islam di

Indonesia, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2007), h.19-28 19 Prof.Dr.Mujamil Qomar, M.Ag, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi

Institusi, (Jakarta: Erlangga, 2002), h.86-87 20 Amin Haedari, Khazanah Intelektual Pesantren, (Jakarta:Maloho Jaya abadi, 2009), h.15

Page 28: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

17

kitab-kitab rujukan umum yang selalu digunakan dari berbagai abad, sistem nilai

yang digunakan adalah bagian dari masyarakat luas.21

Oleh karena itu, Gus Dur mengajukan gagasan tentang perlunya membangun

komitmen untuk mencari jalan tengah, yaitu mengimbangi agama dan tuntutan yang

muncul akibat terjadinya modernisasi dan kemajuan zaman.22

Yang dimaksud mengimbangi agama dan tuntutan disini yaitu memadukan

antara pelajaran agama dan umum, mendirikan madrasah dan sekolah umum di dalam

pesantren, sehingga dapat menyeimbangkan diri dengan kemajuan zaman.

2. Dinamika Pesantren sebagai Lembaga Pendidikan Islam

Lembaga pendidikan pesantren dikenal sebagai lembaga pendidikan yang

menganut sistem terbuka sehingga amat fleksibel dalam mengakomodasi harapan-

harapan masyarakat dengan cara yang khas dan unik. Dengan sistem yang terbuka

pesantren memiliki peluang besar untuk menerima dan melakukan gagasan

pembaharuan. Oleh karena itu, dalam perubahan pesantren berusaha mencapai prestasi

baru yang lebih baik, namun sama sekali tidak boleh merusak nilai inti yang dianut.

Pesantren didefinisikan sebagai suatu tempat pendidikan dan pengajaran yang

menekankan pelajaran agama Islam dan didukung asrama sebagai tempat tinggal santri

yang bersifat permanen. Dengan karakter seperti itu, profile lembaga ini sebetulnya

selalu berubah sejak dulu sampai sekarang, baik dari sudut perubahan kepemimpinan,

sistem pendidikan, kelembagaan, kurikulum maupun metode pengajarannya.

Kesaksian Azyumardi Azra, membuktikan secara fisik pesantren mengalami kemajuan

yang cukup fenomenal. Fenomena ini menunjukan bahwa dalam kalangan pesantren

sekarang ini mulai ada kepedulian terhadap kemegahan dan kualitas bangunan.

Agaknya ada pergeseran pandangan yang cukup signifikan di pesantren terhadap

kelayakan sarana dan prasarana belajar para santri.23

“Sistem pesantren sendiri merupakan sesuatu yang bersifat asli Indonesia dan

penilaian ini menempatkan dunia pesantren pada deretan daftar perbendaharaan

21Said Aqiel Siradj, Wacana Pemberdayaan dan Transformasi Pesantren, (Bandung:Pustaka Hidayah,

1999), h.13-14 22 Prof.Dr. H.Abuddin Nata, M.A, Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam, (Jakarta:Raja Grafindo

Persada, 2005), h.350 23 Prof.Dr.Mujamil Qomar, M.Ag, Pesantren dari Transformasi ………………………h.25-190

Page 29: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

18

nasional, dan menumbuhkan pengakuan akan peranannya dalam pertumbuhan dan

perkembangan pendidikan nasional.”24

“Otonomi yang tinggi dalam lembaga pesantren sebenarnya dapat dijadikan

modal utama satuan pendidikan agama tersebut dalam memasuki era kompetisi global

dalam pendidikan.”25

“Belakangan ini, seiring dengan gencarnya program

pemberdayaan pesantren, baik yang diprakarsai Pemerintah maupun LSM, lambat laun

asumsi itu semakin kabur.”26

Mempertimbangkan proses perubahan yang terjadi di pesantren, tampak bahwa

hingga dewasa ini lembaga tersebut telah memberi kontribusi penting dalam

penyelenggaraan pendidikan nasional. Keberadaan pesantren sebagai lembaga

pendidikan, baik yang masih mempertahankan sistem pendidikan tradisionalnya

maupun yang sudah mengalami perubahan, memiliki pengaruh besar dalam kehidupan

masyarakat Indonesia.

Walaupun pesantren mengalami perubahan, namun pesantren tetap memiliki

fungsi sebagai:

a. Lembaga pendidikan yang mentransfer ilmu agama dan nilai-nilai Islam.

b. Lembaga keagamaan yang melakukan kontrol sosial.

Pendidikan pesantren juga dapat dikatakan sebagai modal sosial dan bahkan soko

guru bagi perkembangan pendidikan nasional di Indonesia. Karena pendidikan

pesantren yang berkembanng sampai saat ini dengan berbagai ragam modelnya

senantiasa selaras dengan jiwa, semangat, dan kepribadian bangsa Indonesia yang

mayoritas beragama Islam.27

Sebagai lembaga pendidikan keagamaan sekaligus lembaga kemasyarakatan,

pesantren pada saat ini juga diharapkan mampu berfungsi sebagai pelopor

pembaharuan. Dalam arti, keberadaannya diharapkan mampu memberikan alternative

pemikiran dan tindakan. Sebab, didirikannya lembaga pendidikan pesantren adalah

didasarkan atas panggilan kepada manusia untuk menjadi subyek yang selalu sadar

24 Dr. Nurcholish Madjid, Bili-Bilik Pesantren, (Jakarta:Paramadina, 1997), h.103 25 Drs. H.Mundzier Suparta, MA, Manajemen Pondok Pesantren, (Jakarta:Diva Pustaka, 2005), h.26 26 Amin Haedari, Transformasi Pesantren, (Jakarta:Lekdis, 2006), h.38-39 27 Drs.H.Mundzier suparta, Manajemen Pondok Pesantren, ………….………… h.6-9

Page 30: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

19

dengan kemampuannya dan agar berpegang teguh pada nilai-nilai etika dan moralitas

universal yang bersumber dari mata air Kitabullah dan Sunnah Rasulullah.28

Sehingga dinamika pesantren tercermin secara alami, yang terjadi dalam

perubahan dimensi kurikulumnya. Pesantren menurut Prof.Dr.Mujamil Qomar, M.Ag

selalu memantau kebutuhan ril yang hidup di masyarakat, agar kurikulum yang

ditetapkannya nanti dapat merefleksikan jenis ilmu yang diperlukan dalam kehidupan

mereka. Dalam deretan ilmu agama yang diajarkan di lembaga pendidikan Islam

tradisional tersebut.

Pesantren merupakan lembaga pendidikan terpadu yang bertumpu pada pendidikan

agama, sekaligus mengembangkan fungsi sosial. Karena selain mendidik santrinya,

lembaga ini membimbing masyarakat sekitarnya. Ia hadir di tengah-tengah rakyat,

untuk mencerdaskan rakyat dan membentuk kesadaran hukum di kalangan rakyat

dengan membina nilai moral yang bersumber dari agama.29

Transformasi kelembagaan di kalangan pesantren dalam konteks ini tidak

menghapus bentuk lembaga yang lama. Jika perubahan bentuk yang baru menghapus

bentuk yang lama, orientai pesantren jelas menuju kearah pendidikan sekuler, tetapi

perubahan yang terjadi tidak demikian. Perubahan demi perubahan tidak menggusur

bentuk yang lama, bahkan bentuk yang paling awal pun masih dilestarikan sebagai

bagian dari komponen pendidikan pesantren. Meskipun suatu pesantren telah

mencapai kemajuan, tetapi masjid sebagai warisan bentuk paling awal selalu

melengkapi setiap pesantren, sebenarnya melestarikan unsur-unsur lama itu

merupakan gaya kehidupan pesantren.30

Pesantren tradisional, pendidikan dan pengajaran berpusat di masjid dan di

rumah kiai. Tetapi dewasa ini pesantren besar sudah mempunyai gedung dan lokal

sarana belajar, terutama pesantren yang sudah mulai mengembangkan pendidikan

dalam bentuk madrasah atau sekolah. Perkembangan pesantren yang mengarah kepada

pembentukan pendidikan formal dalam lingkungannya, meningkatkan kesadaran

28 Zainal Arifin Thoha, Runtuhnya Singgasana KIai, (Yogyakarta:Kutub, 2003), h.36 29 Saifullah Ma’shum, Dinamika Pesantren, (Jakarta:Yayasan Asaifuddin Zuhri, 1998), h.92, cet.1 30 Prof.Dr.Mujamil Qomar, M.Ag, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi

sInstitusi, (Jakarta: Erlangga, 2002), h.100

Page 31: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

20

mereka akan perlunya melibatkan diri dalam suatu pola pengembangan yang sesuai

dengan watak dan misi pesantren itu sendiri.31

Transformasi kelembagaan Pesantren terus berkembang sambil menghadapi

rintangan demi rintangan, sikap ini

bukan ofensif, melainkan tidak lebih dari

defensive, hanya untuk menyelamatkan kehidupannya dan kelangsungan dakwah

islamiyah. Pesantren tidak pernah memulai konfrontasi sebab orientasi utamanya

adalah melancarkan dakwah dan menanamkan pendidikan.32

Dalam perkembangan zaman pesantren banyak menyimpan persoalan yang

menjadikannya agak tertatih dalam merespon perkembangan zaman. Beberapa

pesantren yang masih mempertahankan pola salafiyah yang dianggapnya masih

sophistited dalam menghadapi persoalan eksternal. Dan seiring berkembangnya

zaman, maka persoalan yang harus dihadapi dan dijawab oleh pesantren juga semakin

kompleks, dan harus disadari mulai dari sekarang persoalan-pesolan yang dihadapi ini

tercakup juga dalam pengertian persoalan yang dibawa kehidupan modern, yang

artinya pesantren dihadapkan pada tantangan yang ditimbulkan oleh kehidupan

modern33

. “Sehingga sebagai suatu institute pendidikan keagamaan dan sosial,

pesantren dituntut untuk melakukan kontekstualitas tanpa mengorbankan watak

aslinya.”34

“yang dimaksud dengan menyesuaikan diri dengan keadaan itu adalah

keikutsertaan sepenuhnya dalam arus pengembangan ilmu pengetahuan modern,

termasuk di dalamnya bagian yang merupakan ciri utama kehidupan abad ini yaitu

teknologi.”35

Secara teknis pesantren adalah tempat para santri tinggal, fase ini merupakan

gambaran paling penting dari pesantren, yaitu sebagai suatu lingkungan pendidikan

dalam arti bahwa mereka yang berada di sana mengalami suatu kondisi totalitas.

Dibandingkan dengan lingkungan pendidikan parsial yang ditawarkan oleh sistem

pendidikan umum sekarang yang menjadi kultur pendidikan umum.

31 Saifullah Ma’shum, Dinamika Pesantren, …………………… h.97, cet.1 32 Prof.Dr.Mujamil Qomar, M.Ag, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi

Institusi, (Jakarta: Erlangga, 2002), h.11 33 Dr. Nurcholish Madjid, Bili-Bilik Pesantren, (Jakarta:Paramadina, 1997), h.88 34 A. malik fadjar, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta:Pt Temprint, 1999), h.114, cet.1 35 Dr. Nurcholish Madjid, Bili-Bilik Pesantren, …………………………….. h.105

Page 32: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

21

Tak terhitung jumlah santri unggulan lulusan pesantren yang memberi sumbangan

signifikan sepanjang perjalanan negeri ini, sejak fase konfrontasi anti kolonial, tahap

perumusan draft konstitusi pada periode genting menjelang kemerdekaan, masa

konsolidasi kesatuan Negara baru merdeka di tengah ancaman separatisme, periode

pembangunan hingga fase reformasi. Ribuan pesantren telah berjasa di nusantara telah

berjasa membuka akses jutaan anak bangsa paling marjinal, baik secara ekonomi

maupun intelektual untuk menjalani proses pembelajaran. Hanya saja, seluruh catatan

prestasi itu selama ini dicapai melalui proses sporadis, manajemen sekedarnya, lebih

sebagai hasil kerja keras orang per-orang, belum menjadi gerakan kolektif dan nyaris

tanpa uluran tangan signifikan pemerintah. Akibatnya, arus utama pesantren masih

terperangkap dalam ketertinggalan mutu, keterpurukan daya saing, bahkan ancaman

kepunahan.

Dalam istilah Menteri Agama Muhammad M.Basyuni, pemerintah selama ini

menanggung dosa sejarah bertumpuk, karena kelamaan menelantarkan pesantren, yang

berjasa besar membangun pilar negeri ini, dan terus mengawalinya dengan kesetiaan

tak perlu di sangsikan. Maka sepanjang 4 tahun terakhir, Negara lewat DEPAG

memberi perhatian tinggi pada pengembangan pesantren, sebuah kebijakan penebus

dosa.36

Dalam situasi di mana pesantren dari sisi konstitusi sudah menjadi bagian dari

sisdiknas dan pada sisi kurikulum struktur mata pelajaran di pesantren sudah

bercampur dengan kurikulum standard nasional, maka visi yang perlu dikembangkan

adalah menjadikan pesantren sebagai sebuah sistem pendidikan yang tetap mampu

melahirkan lulusan yang menguasai ilmu-ilmu keislaman secara mendalam sekaligus

siap pakai dalam dunia kerja.37

“Suatu pengamatan dari jarak dekat terhadap konteks sejarah tersebut akan

memberikan kepada kita kemungkinan-kemungkinan yang menarik dalam rangka

mengembangkan pesantren menjadi sebuah lembaga pendidikan yang lebih maju dan

diminati.”38

36 Asrori S.Karni, Etos Studi Kaum Santri, (Bandung:Mizan Pustaka, 2009), h.152, cet.1 37 Amin Haedari, Transformasi Pesantren, (Jakarta:Lekdis, 2006), h.43 38Abdurrahman Wahid, Menggerakan Tradisi………………………………... h.233-234

Page 33: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

22

Latar belakang pembaharuan dalam pesantren adalah karena pendidikan di

Indonesia sudah dibatasi oleh kebijakan pemerintah yang berupa ijazah, di mana ijazah

sendiri digunakan untuk melamar kerja di mana-mana, sehingga mau tidak mau

pesantren melakukan perubahan, agar para alumni pesantren tetap diterima di tengah

masyarakat. Kiai sebenarnya berperan aktif dalam perubahan sosial. Bukan karena

sang kiai mencoba meredam akibat perubahan-perubahan yang terjadi, melainkan

justru karena mempelopori perubahan sosial dengan caranya sendiri, kiai bukan

melakukan penyaringan informasi, melainkan menawarkan agenda perubahan yang

dianggapnya sesuai kebutuhan nyata masyarakat yang dipimpinnya. Dan kiai bukan

kurang berperan karena menunda datangnya perubahan melalui proses penyaringan

informasi, melainkan kiai berperan karena kiai mengerti bahwa perubahan sosial

adalah perkembangan yang tak terelakan lagi.39

Sebenarnya pesantren cukup tanggap terhadap perubahan zaman, namun respon

terhadap perubahan ini berhadapan dengan pedoman “memegang hal-hal lama yang

baik” yang begitu kuat mengakar dikalangan kiai, ustadz maupun santri. Maka

perubahan dan perkembangan yang terjadi lambat sekali terutama diteropong dari

perspektif usianya yang mengiringi masuknya Islam di Indonesia.40

Setelah proses

modernisasi melanda dunia pesantren, lambat laun watak kesederhanaan,

kebersahajaan, rasa kepemilikan umat, dan tingkat kemandirian dunia pesantren

semakin terkikis oleh nilai-nilai modern.41

“Menurut Gus Dur, selama pesantren dapat menjalankan fungsi pendidikan yang

relevan bagi kehidupan masyarakat, selama itu pula pesantren dapat menjaga

keberadaan dan kelangsungan hidupnya.”42

Dari pembahasan di atas, sudah sangat jelas bahwa perubahan dalam Islam harus

didahului oleh perubahan dalam pendidikannya, para tokoh pembaharu dalam Islam

seperti Gus Dur sendiri tidak hanya melakukan pembaharuan dalam politik, tapi juga

dalam pendidikan, khususnya pendidikan di pesantren.

39 Zainal Arifin Thoha, Runtuhnya Singgasana Kiai, (Yogayakarta:Kutub, 2003), h.59 40 Prof.Dr.Mujamil Qomar, M.Ag, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi

Institusi, (Jakarta: Erlangga, 2002), h.105 41 Amien Haedari, Transformasi Pesantren, (Jakarta: LEKDIS, 2006), h.51 42 Dr. Nurcholish Madjid, Bili-Bilik Pesantren, (Jakarta:Paramadina, 1997), h.122

Page 34: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

23

Gerakan pembaharuan tidak akan berjalan bila tidak diikuti perubahan di bidang

pendidikan, maka perubahan dalam Islam harus berjalan seiring dengan pembaharuan

pendidikan. Dari kalimat di atas sudah sangat jelas bahwasanya setiap perubahan pasti

dibarengi dengan pembaharuan dalam pendidikan.

Pada paruh abad ke-20 adanya dorongan arus besar dari pendidikan ala Barat yang

dikembangkan pemerintah Belanda dengan mengenalkan sistem sekolah. Di kalangan

pemimpin Islam, kenyataan ini direspon positif dengan memperkenalkan sistem

pendidikan berkelas dan berjenjang dengan nama madrasah yang beberapa hal berbeda

dengan sistem sekolah. Namun, perkembangan ini tidak banyak mempengaruhi

keberadaan pesantren, kecuali pesantren yang mencoba memasukan unsur pendidikan

umum ke dalam kurikulum pesantren.43

D. Faktor Pendorong Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia abad 20

Steenbrink, menyebutkan ada beberapa faktor pendorong bagi pembaharuan

pendidikan Islam di Indonesia pada permulaan abad ke-20, yaitu:

a) Sejak tahun 1900, telah banyak pemikiran untuk kembali ke al-Qur’an dan sunnah

yang dijadikan titik tolak untuk menilai kebiasaan agama dan kebudayaan yang ada.

Tema sentralnya adalah menolak taklid. Dengan kembali ke al-Qur’an dan sunnah

mengakibatkan perubahan dalam bermacam-macam kebiasaan agama.

b) Dorongan kedua, adalah sifat perlawanan Nasional terhadap penguasa kolonial

Belanda.

c) Dorongan ketiga, adalah adanya usaha dari umat Islam untuk memperkuat

organisasinya di bidang sosial dan ekonomi.

d) Dorongan keempat, berasal dari pembaharuan pendidikan Islam. Dalam bidang ini

cukup banyak orang dan organisasi Islam tidak puas dengan metode tradisional dalam

mempelajari al-Qur’an dan studi agama.44

Menurut Martin Van Bruinessen, pesantren telah sukses membangun tradisi dalam

pengjaran agama Islam berbasis kitab-kitab klaisk yang popular dengan kitab kuning.

Tradisi yang dikembangkan pesantren itu memuiliki keunikan dan perbedaan jika

43 Drs.H.Mundzier suparta, Manajemen Pondok Pesantren, (Jakarta:Diva Pustaka, 2005), h.3 44 Karel Steenbrink, Pesantren, Madrasah, Sekolah, (Jakarta:LP3ES), h.26-28

Page 35: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

24

dibandingkan dengan tradisi dan entitas Islam lainnya di Indonesia seperti kaum reformis

dan modernis45

.

Usaha-usaha pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia yang telah dimulai sejak

awal abad ke-20. Dimotivasi oleh kondisi intren umat Islam maupun faktor ekstren. Dari

uraian yang dikemukakan terdahulu dapat dimaklumi bahwa pembaharuan itu

terkonsentrasi kepada dua hal yaitu sistem dan materi pelajaran. Sistem yang ada sebelum

masuknya ide pembaharuan, itu terpusat kepada mata pelajaran agama saja, dengan

berpedoman kepada kitab-kitab klasik dan setelah diinspirasi oleh ide-ide pembaharuan

mata pelajarannya telah berimbang antara ilmu agama dengan ilmu umum.46

Seperti yang disebutkan oleh Steenbrink, bahwa faktor pembaharuan pendidikan Islam

adalah dengan kembali ke al-Qur’an dan sunnah untuk djadikan titik tolak menilai

kebiasaan agama dan kebudayaan. Banyak yang merasa tidak puas dengan metode

tradisional dalam mempelajari al-Qur’an dan studi agama. Rasa ketidak puasan

menimbulkan pembaharuan dalam sistem dan materi pelajaran di pesantren.

E. Pembaharuan Sistem Pendidikan Islam di Indonesia

Sistem pesantren merupakan sesuatu yang bersifat asli Indonesia, sehingga penilaian

itu menempatkan dunia pesantren pada deretan daftar perbendaharaan nasional dan

menumbuhkan pengakuan akan peranannya dalam pertumbuhan dan perkembangan

pendidikan nasional.47

Agar pendidikan Islam bermutu, maka sistem pendidikan Islam dituntut untuk

memiliki 3 kemampuan:

a. Kemampuan untuk mengetahui pola-pola perubahan dan kecendrungan yang sedang

berjalan.

b. Kemampuan untuk menyusun gambaran tentang dampak yang akan ditimbulkan oleh

kecendrungan yang sedang berjalan.

45 Martin Van Bruineesen, kitab kuning, pesantren dan tarekat:tradisi-tradisi Islam di Indonesia, (Bandung:

Mizan, 1995), 46 Haidar, Sejarah………,h.49

47 Dr. Nurcholish Madjid, Bili-Bilik Pesantren, (Jakarta:Paramadina, 1997), h.103

Page 36: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

25

c. Kemampuan untuk menyusun program penyesuaian diri yang akan ditempuhnya

dalam jangka waktu tertentu.48

“Pesantren adalah sistem pendidikan yang melakukan kegiatan sepanjang hari.

Pendidikan pesantren merupakan suatu sistem sosial yang kompleks,”49

sehingga sistem

pendidikan semacam ini membawa banyak keuntungan, yaitu:

a. Pengasuh mampu melakukan pemantauan secara leluasa hampir setiap saat terdapat

perilaku santri baik yang terkait dengan upaya pengembangan intelektualnya maupun

kepribadiannya.

b. Adanya proses pembelajaran dengan frekuensi yang tinggi dapat memperkokoh

pengetahuan yang diterimanya. Dalam teori pendidikan diakui bahwa belajar satu jam

yang dilakukan lima kali lebih baik dari pada belajar selama lima jam yang dilakukan

sekali, padahal rentang waktunya sama.50

c. Adanya proses pembiasaan akibat interaksinya setiap saat baik sesama santri, santri

dengan ustadz maupun ustadz dengan kiai.

Sistem penyelenggaraan pendidikan di pesantren pada mulanya memiliki keunikan

tersendiri dibanding sistem pendidikan lembaga pendidikan lain. Sistem pendidikan di

pesantren tersebut adalah

a. Menggunakan sistem pendidikan tradisional, dengan ciri adanya kebebasan penuh

dalam proses pembelajarannya, terjadinya hubungan interaktif antara kiai dan santri.

b. Pola kehidupan di pesantren menonjolkan semangat demokrasi dalam praktek

memecahkan masalah internal non-kulikuler.

c. Peserta didik dalam menempuh pendidikan di pesantren tidak berorientasi semata-mata

mencari ijazah dan gelar, sebagaimana sistem pendidikan di sekolah formal.

d. Kultur pendidikan diarahkan untuk membangun dan membekali para santri agar hidup

sederhana, memiliki idealisme, persaudaraan, persamaan, percaya diri, kebersamaan

dan memiliki keberanian untuk siap hidup di masa depan.

48 Prof.Dr.Armai Arief, MA,Reformaulasi Pendidikan Islam, (Jakarta:CRSD Press, 2003), h.32, cet.1 49 Drs. H.Mundzier Suparta, MA, Manajemen Pondok Pesantren, (Jakarta:diva pustaka, 2005), h.65 50 Prof.Dr.Mujamil Qomar, M.Ag, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi

Institusi, (Jakarta: Erlangga, 2002), h.64

Page 37: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

26

e. Dalam sejarahnya, alumni pesantren umumnya tidak bercita-cita untuk menjadi atau

menguasai kedudukan di pemerintahan, karena itu mereka juga sulit untuk bisa dikuasai

oleh pemerintah.

Berkaitan dengan perubahan sistem kehidupan politik nasional dan masuknya era

reformasi sekarang ini, justru pesantren terkesan ada perubahan orientasi sistem

penyelenggaraan pendidikannya. Pada awalnya sistem modernitas dunia pendidikan belum

masuk ke pesantren, tetapi sekarang ini terjadi perubahan yang cukup mendasar. Bukti

modernisasi sistem penyelenggaraan pendidikan di pesantren ini dapat dilihat dari aspek

sarana dan prasarana gedung bangunannya sudah dibentuk seperti bangunan gedung

megah, fasilitas pembelajarannya sudah banyak yang menggunakan teknologi modern,

seperti komputer, TV, internet, laboratorium bahasa asing.51

Pesantren merupakan lembaga pendidikan dan keilmuan, maka wajar jika pesantren

berusaha mengembangkan tradisi keilmuan yang khas. Wajar pula jika pesantren

mengambil posisi sebagai agen perubahan sosial, mengingat posisi pesantren yang dekat

dengan kehidupan masyarakat.52

Yang dimaksud dengan agen perubahan adalah keikutsertaan sepenuhnya dalam arus

pengembangan ilmu pengetahuan modern, termasuk didalamnya bagian yang merupakan

ciri utama kehidupan abad ini yaitu teknologi.53

Tanpa banyak pertimbangan, akhirnya

kebanyakan pesantren mengikuti sistem yang dikembangkan pemerintah secara

keseluruhan.54

Gus Dur menginginkan agar pesantren tidak hanya berperan sebagai lembaga

pendidikan keagamaan dalam arti yang selama ini berjalan, melainkan juga sebagai

lembaga yang mampu memberikan sumbangan yang berarti serta membangun sistem nilai

dan kerangka moral pada individu dan masyarakat.55

Sistem pesantren pada saat sekarang, telah banyak melakukan perubahan, dengan

ditandai sarana dan prasarana yang memadai. Sehingga sistem pesantren dapat menjawab

51 A. Fatah Yasin, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, (UIN Malang Press, 2008), h.243-245 52 Dr.Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd, Kebijakan Pembaharuan Pendidikan, (Jakarta:Rajawali Press, 2011),

h.6 53 Dr. Nurcholish Madjid, Bili-Bilik Pesantren, (Jakarta:Paramadina, 1997), h.105 54 Prof.Dr.Mujamil Qomar, M.Ag, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi

Institusi, (Jakarta: Erlangga, 2002), h.102 55Prof.Dr. H.Abuddin Nata, M.A, Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam, (Jakarta:Raja Grafindo

Persada, 2005), h.352

Page 38: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

27

tantangan zaman. Sebagaimana Gus Dur menginginkan agar pesantren tidak hanya

berperan sebagai lembaga pendidikan keagamaan, tapi juga sebagai lembaga yang mampu

memberikan sumbangan yang berarti serta membangun sistem nilai dan kerangka moral

pada individu dan masyarakat. Perubahan yang terjadi dalam sistem pesantren sangat

diharapkan oleh semua pihak, untuk menjadikan pendidikan di pesantren lebih baik.

Page 39: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

28

BAB III

BIOGRAFI K.H. ABDURRAKHMAN WAHID

A. Latar Belakang Keluarga K.H. Abdurrakhman Wahid

Abdurrakhman Wahid yang akrab dipanggil Gus Dur dan dengan nama lengkap

Abdurrakhman al-Dakhil yang berarti sang penakluk. Nama al-Dakhil diambil dari

seorang perintis Dinasti Umayah yang telah menancapkan tonggak kejayaan Islam di

Spanyol. Secara leksial, Gus Dur berarti Abdurrahman sang penakluk, beliau lahir

pada tanggal 4 Sya‟ban atau 4 Agustus 1940, di Denanyar Jombang, Jawa Timur,

dalam rumah pesantren milik kakek dari pihak ibu, sebuah lingkungan Desa

Pesantren yang cukup terkenal di daerah itu. Dan beliau meninggal pada usia 69

tahun, pada tanggal 30 Desember 2009.1 Beliau anak pertama dari 6 bersaudara, dari

garis ayahnya yang bernama KH. A. Wahid Hasyim adalah putra Hadratus Syekh

K.H. Hasyim Asy‟ari, pendiri Pondok Pesantren Tebu Ireng dan pendiri Nahdatul

Ulama organisasi terbesar di Indonesia, dan salah seorang penanda tangan piagam

Jakarta, serta pernah menjabat sebagai menteri Agama pada kabinet Hatta, Natsir dan

Sukiman. Sedang dari garis ibunya bernama Hj. Solehah Wahid Hasyim, putri K.H.

Bisri Syansuri, tokoh besar Denanyar Jombang dan Ro‟is Am Syuriah pengurus besar

1 Risalah Nahdlatul Ulama, h.55

Page 40: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

29

Nahdatul Ulama. Gus Dur menikah dengan Siti Nuriyah putri Haji Abdul Syukur

pada tahun 1968 dan dikaruniai 4 orang putri. Yang bernama Alissa Qutrannada

Munawarah (Lisa), Zannuba Arifah Chapsoh (Yenny), Annida Chyatunufus (Nita)

dan Inayah Wulandari (Ina)2.

Dari sini kita melihat bagaimana Gus Dur dalam silsilahnya atau trahnya

merupakan campuran darah biru kalangan priyayi dan darah putih kalangan kiai.

Selain itu, Gus Dur adalah trahnya para pahlawan. Melihat silsilah terebut kiranya

wajar kalau Gus Dur mewarisi bakat, mental, dan perjuangan orang-orang besar dan

memang menjadi orang besar, selain besar fisiknya, besar pemikirannya, besar

perjuangannya, juga besar hatinya. Pada masa kecilnya Gus Dur tidak seperti

kebanyakan anak-anak seusianya, Gus Dur belajar membaca al-Qur‟an dan mesantren

di pondok pesantren Tebu Ireng, Jombang. Berkat tinggal bersama kakeknya yang

merupakan tokoh yang banyak dikunjungi tokoh-tokoh politik dan orang penting

lainnya, maka dari sejak kecil Gus Dur sudah mengenal tokoh-tokoh politik dan

orang-orang penting tersebut. Dan pada usia 12 tahun, Gus Dur sudah kehilangan

ayah yang sangat dicintainya, yang meninggal pada usia 38 tahun dan Gus Dur hidup

sebagai anak yatim.3

Gus Dur sendiri tidak terlalu mempermasalahkan keturunan, karena Gus Dur

beranggapan bahwa semua orang bisa menjadi orang besar. Tidak hanya karena

keturunan kiai lalu menjadi kiai lagi. Oleh karena itu, walaupun anak beliau

perempuan semua, Gus Dur tidak ada pikiran mempunyai anak laki-laki. Karena

menurut Gus Dur anak laki-laki dan perempuan sama saja.

B. Latar Belakang Pendidikan K.H. Abdurrakhman Wahid

Mengenai riwayat pendidikan Gus Dur, memulai pendidikan SD di Jakarta pada

tahun 1953. Setelah itu Gus Dur melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah

2 K.H. Abdurrakhman Wahid, Tabayun Gus Dur, (Yogyakarta:LKIS Yogyakarta, 2010), h.147 3 Muhammad Rifai, Gus Dur Biografi (Jakarta:Ar-Ruz Medi), h.26

Page 41: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

30

Ekonomi Pertama (SMEP) di Tanah Abang pada tahun 1956.4 Selanjutnya ia pindah

ke Yogyakarta dan tinggal di rumah seorang tokoh Muhammadiyah, yang bernama

K.H. Junaid, seorang anggota Majlis Tarjih Muhammadiyah.

Gus Dur banyak menghabiskan waktunya untuk belajar diberbagai pesantren

yang berada di bawah naungan NU. Pada mulanya ia mondok di Tegal Rejo

Magelang (1957-1959). Selama di pesantren ini, Gus Dur menunjukan bakat dan

kemampuan dirinya dalam bidang ilmu agama Islam di bawah asuhan kiai Khudari.

Selain itu, dari tahun 1959-1963, Gus Dur menimba ilmu di Muallimin Bahrul

Ulum, Tambak Beras, Jombang, Jawa Timur. Setelah itu Gus Dur mondok di

pesantren Krapyak, Yogyakarta dan tinggal di rumah seorang tokoh NU terkemuka,

K.H. Ali Maksum. Dari Jombang ini Gus Dur membuka jalan melangkah ke

Universitas al-Azhar di Mesir, mengingat pesantren Tambak Beras Jombang

merupakan salah satu dari beberapa pesantren yang diakui oleh Universitas al-

Azhar.5

Selanjutnya pada tahun 1963 Gus Dur menerima beasiswa dari kementrian

Agama untuk melanjutkan pendidikannya di Universitas al-Azhar Kairo, Mesir.

Meskipun Gus Dur mahir dalam berbahasa Arab, tapi Gus Dur tetap diberitahu oleh

pihak Universitas bahwa Gus Dur harus mengambil kelas remedial sebelum belajar

Islam dan bahasa Arab. Di Universitas al-Azhar yang dinilainya sudah tertinggal

zaman, dan merasa tidak puas dengan sistem pengajaran di al-Azhar tersebut, maka

pada tahun 1966-1970 Gus Dur meninggalkan Kairo untuk melanjutkan studinya di

Fakultas seni Universitas Baghdad. Selama belajar di Universitas Baghdad inilah

Gus Dur merasa puas dan telah menemukan apa yang sesuai dengan panggilan

jiwanya yang modernis. Perkuliahan di Universitas Baghdad ini Gus Dur tempuh

dengan menyelesaikan ujian S2 pada tahun 1970. Kemudian Gus Dur pergi ke

Belanda untuk meneruskan pendidikannya, Gus Dur ingin belajar di Universitas

Leiden, tetapi Gus Dur kecewa karena pendidikannya di Universitas Baghdad

4Abdul Munir Mulkhan, Perjalanan Politik Gus Dur, (Jakarta:Buku Kompas, 2010), h..XIV 5 Abdul Munir Mulkhan, op.cit.,h..27

Page 42: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

31

kurang diakui di Belanda. Dari Belanda Gus Dur pergi ke Jerman dan Prancis

sebelum kembali ke Indonesia pada tahun 1971.6

Pengalaman yang beragam, luas pergaulannya menjadikan pemikiran Gus Dur

begitu dinamis, sehingga mempengaruhi cara berfikir Gus Dur ketika melakukan

sesuatu dalam hidupnya. Termasuk menuangkan gagasannya ke dalam tulisan.

C. Aktivitas K.H. Abdurrakhman Wahid dalam

1. Organisasi

Dalam konteks Indonesia, NU adalah organisasi Islam yang tidak sekedar

mengaku secara formal dan organisatoris sebagai penganut Ahlus-Sunnah wal-

Jama‟ah, tetapi juga mengembangkannya secara lebih komprehensif sejak semula

ketika organisasi ini di dirikan di Surabaya, Jawa Timur pada tahun1926. Dalam

mengembangkan pengertian Ahlus-Sunnah wal-Jama‟ah, ulama NU

menempatkan kalam, fikih dan tasawuf bukan sebagai disiplin yang terpisah,

melainkan sebagai tiga aspek dari kesatuan ajaran Islam. Melalui rumusan ini,

Gus Dur mengembangkan Islam tradisional di Indonesia melalui banyak

pendekatan serta melembagakannya terutama di Jawa dan Madura melalui

pesantren sebagai institusi tradisional yang sampai batas tertentu terbuka untuk

modernisasi. Kelestarian paham Aswaja dalam kehidupan muslim santri tidak

dapat dipisahkan dari peranan pesantren yang merupakan benteng NU. Secara

struktural, pesantren mewakili entitas sosial budaya keagamaan komunitas santri

tradisional di Jawa.7

Masa kepemimpinan Gus Dur di PBNU selama tiga periode:

1. Periode pertama (1984- 1989)

6 Prof. Dr.H.Abudin Nata, M.A, Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta:PT

raja Grafindo persada, 2005), h.-338-341 7 Muhammad Tholhah Hasan, Ahlusunnah Waljama’ah Dalam Persepsi dan Tradisi

NU,(Jakarta:Lantabora, 2005), h.307-309

Page 43: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

32

Muktamar NU ke-26 di Semarang merupakan pintu gerbang pertama Gus

Dur di organisasi NU, pada saat muktamar di Situbondo tahun 1984, banyak

orang yang mulai menyatakan keinginan mereka untuk menominasikan Gus Dur

sebagai ketua baru NU. Gus Dur menerima nominasi itu dengan syarat Gus Dur

mendapatkan wewenang penuh untuk memilih para pengurus yang akan bekerja

di bawahnya. Namun demikian, persyaratannya untuk dapat memilih sendiri

para pengurus dibawahnya tidak terpenuhi. Uraian ini dimulai dengan melihat

perubahan yang terjadi sejak Gus Dur menjadi ketua umum Tanfidziyah NU.

Gus Dur muncul dalam pentas seni nasional sebagai tokoh yang menonjol di

masyarakat Indonesia selama dasawarsa 1980-an. Hal itu bukan hanya karena

pemikiran Gus Dur yang menjadi polemik, tapi juga karena atmosfir politik

membutuhkan orang seperti Gus Dur. Perubahan penting dalam tubuh NU sejak

1980-an adalah perubahan sikap politik yang jauh lebih lunak terhadap

pemerintah. Lalu perubahan sikap politik, dari politik perjuangan untuk

mendapatkan jatah dalam bentuk kursi parlemen, kepada kebijakan yang lebih

eksplisit menyuarakan kebutuhan lapisan masyarakat bawah yang sebagian

besar merupakan warga NU.8

Kehadiran NU sebagai organisasi pada hakikatnya merupakan bagian dari

proses modernisasi yang dibentuk oleh para ulama untuk menjawab tantangan

sosial budaya pada zaman mereka. Untuk menjawab tantangan yang mereka

hadapi, para kiai NU telah melakukan pembaruan tanpa merusak tradisi, seperti

ditunjukan dalam pengembangan pesantren selama ini.9

Bagi kelompok NU progresif, tampilnya Gus Dur sebagai ketua

Tanfidziyah PBNU, tentu saja diharapkan memiliki keunggulan strategis, yaitu

1) Sebagai seorang “darah biru” NU, Gus Dur memiliki dukungan basis massa

yang kuat di lapisan kiai dan sekaligus massa bawah Nahdaliyin.

8 Djohan Effendi, Pembaharuan Tanpa Membongkar Tradisi, (Jakarta:Buku Kompas, 2010), h..44-109 9 Djohan Effendi, Pembaharuan Tanpa Membongkar Tradisi, (Jakarta:Buku Kompas, 2010), h..44-109

Page 44: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

33

2) Sebagai tokoh dengan pemikiran-pemikiran yang berpengaruh luas di

masyarakat, diharapkan Gus Dur juga sekaligus berpengaruh ke luar NU.

3) Gus Dur dianggap bisa membangun hubungan baik dengan pemerintah yang

dalam beberapa kasus kepemimpinan NU sebelumnya ternyata tidak bisa

mengayomi warga NU dengan segala aktivitasnya di lapangan.

Pada awal tahun 1984, Gus Dur menunjukan sikap komprominya terhadap

pemerintah, yaitu menerima pancasila sebagai asas organisasi NU, bahkan NU

merupakan organisasi yang pertama kali menerima asas tunggal sebelum

organisasi lain menerima pancasila sebagai asas organisasi.10

.

Penegasan NU untuk kembali ke khittah 1926 sebetulnya bukan hanya

bermakna melepaskan diri dari aplikasi politik dengan ketiga partai yang ada di

Indonesia. Corak politik NU adalah kebangsaan yang rahmtan lil „alamin, tidak

berambisi berkonsentrasi meraih kesuksesan, tetapi secara arif bersenyawa

dengan wong cilik dan memberi pelajaran politik moral kebangsaan. Itulah

pesan politik NU kembali ke khittah 1926, karena khittah merupakan ruh, jiwa,

semangat dan garis perjuangan yang menetapkan konsistensi dan independensi

NU sebagai sosok organisasi keagamaan dan sosial kemasyarakatan11

. Gus Dur

telah mengajukan himbauan bagi seluruh masyarakat demokratis yang

prasyaratannya mengandalkan pancasila sebagai penjamin atas terbinanya

sebuah civil society demokratis yang sifatnya non-Islam dan non-militer. Dalam

hubungan antara agama dan pancasila, keduanya dapat berjalan saling

menunjang dan saling mengokohkan. Keduanya tidak bertentangan dan tidak

boleh dipertentangkan. Juga tidak harus dipilih salah satu dengan sekaligus

membuang dan menanggalkan yang lain.12

Butir penting sebagai konsekuensi dari political equidistance ini adalah

mengajak anggota NU menegaskan jati dirinya sebagai warga Negara yang

10 Prof. Dr. Faisal Ismail, M.A, Dilema NU di Tengah Badai Pragmatisme Politik, (Jakarta:Badan Litbang

Agama Dan Diklat Keagamaan, 2004), h.54 11 Ibid, h.33 12 Khamami Zada, A. Fawaid Sjadzaili, NU Dinamika Ideologi Dan Politik Kenegaraan, (Jakarta:Pt

Kompas Media Nusantara, 2010) , h. 71-79

Page 45: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

34

merdeka dan berdaulat penuh di Republik Indonesia. Jati diri ini lalu

menempatkan warga NU untuk bergumul dengan dasar Negara. Inilah maksud

dari deklamasi hubungan Islam dan pancasila yang menyatakan bahwa NU juga

berkewajiban untuk menjaga pemahaman pancasila yang benar. Padahal pada

dasarnya pancasila juga mewakili cita-cita luhur untuk membangun bangsa,

Bagi kelompok NU kenyataan seperti itu benar-benar dipahami, strategi

perubahan yang hendak dilakukan ke dalam NU tidaklah bersifat radikal

melainkan lebih menunjukan watak kompromistisnya terhadap kondisi internal

dan eksternal. Dan mencoba memerankan para kiai di jajaran syuriah dan

mustasyar (penasehat) yang bisa akomodatif dengan gagasan perubahan.13

Gagasan Gus Dur tentang pendidikan Islam, yaitu memodernisasi pendidikan

di pesantren, untuk memodernisasikan pesantren menurut Gus Dur harus melakukan

langkah-langkah dinamis yaitu

a. Perlu adanya perbaikan keadaan pesantren yang didasarkan pada proses

regenerasi kepemimpinan yang sehat dan kuat.

b. Perlu adanya persyaratan yang melandasi terjadinya proses dinamisasi tersebut.

Persyaratan yang dimaksdu meliputi rekontruksi bahan-bahan penagjaran ilmu

agama dalam skala besar. Dalam hubungan ini gus dur mengatakan bahwa

kitabkalsik dan kitab modern yang ada selama ini sudah tidak relevan lagi untuk

dikaji. Inilah yang melandasi gagasan pemikiran gus dur tenatng perlunya

melakukan rekontrukssi dan reorientasi terhadap semua sistem pendidikan

pesantren.

2. Periode kedua (1989-1994)

Gus Dur terpilih untuk masa jabatan kedua pada tahun 1989-1994 di

Yogyakarta, sebagai ketua NU pada muktamar tahun 1989, eksistensi lembaga

13 Badrun Alaena, NU Kritisisme dan pergeseran makna aswaja,(Yogyakarta:Pt. Tiara Wacana Yogya)

h.116-118

Page 46: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

35

syuriah NU masih tetap, namun pada saat yang sama pernyataan-pernyataan

program lebih menunjukan komitmen terhadap demokratisasi dan HAM sudah

dimunculkan secara lebih terbuka. Di bidang:

1) Pendidikan dan Kebudayaan

a. Menurut Gus Dur orientasi pendidikan di kalangan NU harus ditata

kembali dengan mengembangkan cara baru yang tepat, guna mengukur

kemampuan anak didik dalam melakukan kerja nyata kemanusiaan dan

kemasyarakatan, serta diarahkan pada pengenalan hajat hidup dan sumber

pemenuhannya tanpa menggoyahkan sikap yang dilandasi aqidah Islamiyah

Ahlusunnah Waljama‟ah.

b.Keterbukaan, kemandirian dan kemampun bekerjasama dengan pihak lain

untuk menyusun masa depan yang lebih baik serta ketrampilan

mengamalkan ilmu dan teknologi yang merupakan perwujudan dan

pengabdian kepada Allah swt. menciptakan sikap yang berorientasi kepada

kehidupan dunia akhirat yang imbang dan dinamis, tercermin dalam

kurikulum pendidikan dalam lingkungan NU yang berkaitan demgan

persoalan-persoalan masa kini.

c. Pendidikan agama menurut Gus Dur merupakan bagian dari pendidikan

nasional, dan di arahkan pada pemberian porsi yang lebih besar di bidang

pendidikan non-formal, kejuruan dan ketrampilan melalui lembaga

keagamaan, pesantren, majlis ta‟lim mengembangkan pendidikan bengkel-

bengkel rintisan untuk menerapkan teknologi tepat guna serta

mengembangkan hubungan interaktif dalam proses belajar mengajar,

proses mengajar dan proses komunikasi timbal balik antara guru, murid,

para perencana pendidikan serta para pengelolanya. Meskipun demikian,

pendidikan formal sekolah akan tetap memperoleh perhatian yang

memadai, khususnya pada tingkat sekolah lanjutan atas dan perguruan

tinggi dalam rangka mencetak kaum intelektual di berbagai rasional dan

meliputi aspek bidang keilmuan. Sedangkan, program dasar di bidang

Page 47: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

36

pendidikan dilaksanakan bersamaan dengan faktor yang berupa penggalian

dana dan pengaturan sumber-sumber dana dan menetapkan strategi

pembiayaan secara tepat dan berhasil guna. Di samping itu dilakukan juga

pengalangan lebih aktif kerjasama di antara perguruan swasta lainnya, baik

di dalam negeri maupun di luar negeri.

d.Kebudayaan secara umum meliputi aspek rasional dan emosional dari

manusia, secara individu maupun masyarakat yang merupakan salah satu

sumber inspirasi ummat manusia. Karenanya, pengembangan kebudayaan

menurut Gus Dur hendaknya dipelopori untuk mengembangkan warisan

rohaniah dan jasmaniah generasi lampau, untuk generasi masa kini serta

untuk diteruskan dan diwariskan pada generasi selanjutnya dalam menuju

tercapainya peningkatan kecerdasan dan cita rasa manusia sebagai hamba

Allah swt. watak kultural khas NU sendiri dapat dikembangkan antara lain

dengan pengenalan warisan kultural dikalangan NU, baik berupa keyakinan

maupuan ritual seremonial disajikan dalam bentuk bacaan yang berisi

berupa warisan historis kaum Ahlus Sunnah Waljama‟ah antara lain dengan

menanamkan rasa cinta akan jasa-jasa para wali penyebar Islam.14

a. Agama

1. Mendorong dan menumbuhkan semangat menuntut ilmu minal mahdi ilal

lahdi bagi seluruh warga dan melengkapi diri dengan berbagai ilmu fardu

kifayah yang layak bagi kemanusiaan dan kemajuan untuk menyongsong

masa depan NU. Dan Memberikan fatwa-fatwa mengenai masalah-

masalah yang dipandang sangat penting dan dinantikan oleh masyarakat.

2. Menyadari akan hajat hidup orang banyak, dalam hal ini syuriah NU di

semua tingkatan diharapkan membina dan mendorong pemupukan

silaturahmi dan islahu dzatul bain, mengefektifkan ta’awun bairri

wattaqwa serta menggairahkan pelaksanaan furudlul kifayah dengan

14Kacung Marijan, Quo Vadis NU, (Jakarta:Erlangga, 1992) , h.261-263, cet.

Page 48: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

37

mendorong semangat umat melakukan zira’ah, ihyaulmawat,

iqtisyadiyah.

b. Dakwah

1. Bentuk dakwah secara tradisional tetap dilakukan dengan pengembangan

sesuai tradisi yang baik dan murni menurut ajaran Ahlusunnah

Waljama‟ah. Oleh karena itu, kegiatan lailatul ijtima‟ perlu dilestarikan

dan ditingkatkan pelaksanaanya, terutama ditingkat majlis wakil cabang

dan ranting. Menghadapi perubahan sosial sebagai akibat modernisasi,

pelaksanaan dakwah perlu dikelola dengan teknis penyajian secara teratur

dan sistematis melalui media cetak atau audio visual.

2. Mengingat generasi muda merupakan jumlah terbesar dari populasi

penduduk Indonesia, maka di perlukan perhatian khusus dibidang

dakwah, baik mengenai metode maupun metarinya dan memberikan

perhatian yang lebih besar dalam pembinaan lingkungan hidup,

kemandirian, kesadaran hukum, saling menghargai, memberantas

keterbelakangan, kemiskinan serta kebodohan. Oleh karena, ruang

lingkup permasalahan dakwah harus luas, dan kelembagaan yang

berkaitan dengan permasalahan dakwah harus lebih meningkatkan

perannya agar dapat turut mewarnai perkembangan masyarakat. Lebih

meningkatkan kegiatan dakwah di daerah transmigrasi dan memberikan

perhatian pada suku-suku terasing.

c. Sosial

1. Dalam hal pelayanan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, perlu

didirikan rumah sakit dan usaha-usaha lain yang berhubungan dengan itu

dan juga perlu menambah jumlah panti asuhan dan balai pendidikan

penderita cacat. Dan melakukan pembinaan kepada para mualaf dengan

jalan membantu dan membimbingnya dengan aqidah dan Syariah Islam

Ahlusunnah Waljama‟ah

Page 49: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

38

2. Membantu mereka yang terkena bencana alam, kematian, musibah dan

pemberian beasiswa bagi yang tidak mampu, perlu dibangkitkan semangat

berta‟awun (kesetiakawanan sosial) karenannya perlu penataan dan infaq,

sehingga dapat membantu pelajar dan mahasiswa. diusahakan asrama

putra-putri warga NU kususnya, ditempat-tempat yang memungkinkan

untuk itu, sekaligus dapat dimanfaatkan untuk tempat kaderisasi jam‟iyah

NU.15

"Pengembangan sumberdaya manusia, sudah mulai secara terbuka

menyatakan untuk mengembangkan program pendidikan dengan prinsip sebagai

proses pendewasaan.”16

c. Periode ketiga (1994-1999)

Menjelang muktamar 1994 di Cipasung, Gus Dur menominasikan dirinya

untuk masa jabatan ketiga (1994-1999). Mendengar hal itu, Soeharto ingin agar

Gus Dur tidak terpilih lagi. Pada minggu-minggu sebelum Muktamar,

pendukung Soeharto seperti Habibie dan Harmoko berkampanye melawan

terpilihnya kembali Gus Dur. Ketika muktamar diadakan, tempat pemilihan

dijaga ketat oleh ABRI. Terdapat juga usaha menyuap anggota NU untuk tidak

memilih Gus Dur. Namun, Gus Dur tetap terpilih sebagai ketua NU untuk masa

jabatan ketiga. Rumusan program kerjanya sudah semakin dipertajam.

Eksistensi lembaga syuriah dimasukan secara eksplisit. Yang dikedepankan

adalah program pengembangan SDM, di mana orang-orang NU baik secara

individu maupun kelompok, diharapkan sebagai kekuatan pengubah dengan

cara-cara yang damai. Ideologi yang lebih sosialistik juga tetap diekspresikan,

dengan menyatakan “menjaga keadilan dan berbagi dalam kesejahteraan”. Hal

yang sama juga muncul dalam program pendidikan latihan yang diarahkan pada

proses dan pemeranan orang-orang NU dalam perubahan sosial. Seluruh

15 Kacung Marijan, op.cit. h.264-266 16 Badrun Alaena, op.cit., h.118

Page 50: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

39

program ini memang secara umum didasarkan pada perkembangan masyarakat

di luar NU dan di dalam NU yang terus berubah, yang secara eksplisit

dicantumkan sebagai pertimbangan utama, yaitu

a. Sedang berlangsungnya gelombang perubahan kebudayaan dunia yang begitu

cepat.

b. Nilai-nilai yang terkandung dan telah lama melekat dalam tubuh NU dan

diyakini sebagai motivasi perjuangan sekaligus sebagai faktor yang

memperkuat dalam mencapai tujuan organisasi.

Selama masa ini Gus Dur, Kepada pada para pejabat, bahkan kepada

presiden sekalipun, tidak beda dengan sikap yang diberikannya kepada wong

cilik. Seperti diketahui, sekuler-kulernya Gus Dur dan seliberal-libernya putra

mantan mentri Agama (1949-1952) K.H. A.Wahid Hasyim itu Gus Dur tetap

ketua Tanfidiyah PBNU, yang artinya kiai. Seperti yang dikatakan mahasiswa al-

Azhar, Kairo bahwasanya sekuler-sekulernya dan seliberal-liberalnya pengajar di

al-Azhar, mereka masih tetap dihormati mahasiswanya, sebab selain mereka

masih tetap dihormati mahasiswanya, sebab lain adalah karena mereka orang

yang hafidz, juga menguasai secara mendalam berbagai literatur klasik Islam.17

2. Masyarakat

Bagi Gus Dur, nilai terpenting dari sebuah agama adalah pemaknaan

terhadap bagaimana manusia menempatkan dirinya di dunia untuk bisa mengelola

dan mengaturnya bagi tujuan kebaikan hidupnya. Ekspresi keagamaan yang

paling benar hanya dapat diraih ketika semangat hukum dijadikan hal yang paling

utama. Bagi Gus Dur, masyarakat seharusnya dirangsang untuk tidak terlalu

memikirkan manifestasi simbolik dari agama dalam kehidupan, tetapi lebih

17 K.H. Zainal Arifin Thoha, Jagadnya Gus Dur, (Yogyakarta:Kutub, 2010), h.. 29-30

Page 51: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

40

mementingkan esensinya. Keadilan adalah milik semua bangsa dan harus

ditegakan oleh umat beragama.18

Nama Abdurrahman Wahid mulai dikenal sejak tahun 1977, ketika Gus Dur

banyak menulis media massa di Jakarta seperti pada surat kabar Kompas,

majalah Prisma dan Tempo. Tulisan-tulisan kontroversial sudah mulai muncul. Di

majalah Tempo Gus Dur selalu menulis tentang keunikan para kiai. Gus Dur

seolah ingin memperkenalkan dunia pesantren dan para kiai kepada pembaca

yang asing. Setiap menulis Gus Dur selalu mencantumkan nama pondok

pesantren Tebu Ireng, Jombang dibawah namanya. Karena itu sejak 1978 Gus

Dur menjadi semacam konsultan untuk pengembangan pesantren, yang beberapa

tahun kemudian dibidani kelahiran P3M (Perhimpunan Pesantren untuk

Pengembangan Masyrakat).

Sekjen presidium dewan Papua Thaha M. al-Hamid mengatakan “Gus Dur

mampu menjembatani segala perbedaan yang ada dalam kelompok masyarakat

tertentu di Papua pada tahun 2000 silam melalui proses bermartabat yang jauh

dari tindakan anarki yang melibatkan pertentangan antara rakyat dengan aparat.”

Rakyat Indonesia, termasuk Papua masih membutuhkan nasihat dan ketokohan

Gus Dur dalam menyelesaikan persoalan-persoalan politk dan sosial yang muncul

baik yang bersifat vertikal maupun horizontal.”19

3. Budaya

Beberapa belas tahun lalu, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

mengadakan penelitian tentang 14 sistem budaya daerah di Indonesia, diantaranya

adalah sistem budaya daerah Aceh hingga NTT diteliti, termasuk sistem budaya

Jawa I dan Jawa II. Yang dimaksudkan dengan sistem budaya Jawa I yang ada di

18 Muhammad Rifai, op.cit.., h.98-99-102 19 H. Syamsyul Hadi, Gus Dur Guru Bangsa Bapak Pluralisme, (Jombang:Zahra book, 2009), h. 149

Page 52: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

41

daerah-daerah keraton, seperti Yogyakarta dan Solo. Sebaliknya, sistem budaya

Jawa II adalah pinggiran, terutama di Jawa Timur. Budaya pesantren dalam hal

ini, termasuk sistem budaya Jawa II. Penelitian menunjukan, terdapat kemampuan

hidup sistem daerah kita ditengah-tengah arus modernisasi yang datang tanpa

dicegah.20

Seniman dan budayawan pun merasa kehilangan dengan wafatnya K.H.

Abdurrahman Wahid yang akrab disapa Gus Dur Presiden RI ke-4 pada rabu

30/12 malam. Pasalnya ketokohan Gus Dur sebagai anak bangsa mampu

memberikan pencerahan dalam pelbagai perspektif kehidupan termasuk

kebudayaan. Realitas itulah yang membuat seniman dan budayawan amat tekesan

dan ekstensial sang guru bangsa tersebut.21

Dalam negara dan kebudayaan Gus Dur menyatakan, jarang dan hampir tidak

pernah terjadi suatu kebudayaan dikatakan sebagai kebudayaan negara. Karena

negara tidak pernah ada dan tidak seharusnya berurusan dengan kebudayaan. Oleh

karenanya, kebudayaan harus dipisahkan dari negara, karena negara terjelma oleh

hasrat menguasai, sementara kebudayaan merupakan kebebasan kultural

manusiawi. Pemahaman ini tergerak karena Gus Dur memaknai kebudayaan

sebagai human social life (kehidupan sosial manusia), kebudayaan bukan

conditioning tempat manusia beradaptasi dengan lingkungan, kebudayaan lebih

merupa arah ideasional, di mana manusia mempertaruhkan nilai kemanusiaan

dalam mengolah kehidupan. Jika mengharapkan Gus Dur untuk tidak berpolitik,

tentu saja menjauhkan Gus Dur dari kebudayaannya. Artinya, kebudayaan Gus

Dur memanglah kebudayaan politik.22

Dari penjelasan di atas sangat jelas bahwa politik yang Gus Dur lakukan

adalah politik yang berbudaya atau bisa dikatakan, bahwa Gus Dur melakukan

politik di dalam kebudayaan.

20 Abdurrahman Wahid, op.cit., h. 161-258 21 Muhammad Rifai, op.cit., h.174 22 Wawan kurniawan, Jurnal Kajian Kebudayaan Dan Demokrasi Pesantren Ciganjur, (Jakarta:Litbang

2010), h. 14-19

Page 53: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

42

4. Politik

Kemunculan K.H. Abdurrahman Wahid di kursi presidenan RI pada tanggal

20 Oktober 1999,23

bukanlah hal yang mengejutkan, walaupun sudah tentu sangat

membanggakan. Artinya dengan itu, pondok pesantren sesungguhnya memiliki

nilai lebih dalam hal kepemimpinan dibandingkan dengan lembaga-lembaga

pendidikan umum. Ini menjadi nilai plus orang pesantren dalam hal

kepemimpinan, selain berkenaan dengan apa yang tersebut di atas. Ada beberapa

kunci pokok yang memungkinkan langkah Gus Dur menuju jabatan kepresidenan,

yaitu

1) Faktor internal dalam diri Gus Dur sendiri. Selama ini Gus Dur dikenal

dengan sosok demokrat yang tidak berorientasi sempit. Visinya adalah untuk

seluruh rakyat, bukan untuk kepentingan kelompok, apalagi individu.

Karakteristik Gus Dur yang luwes dalam menjalin hubungan dengan sesama

membuat dirinya memiliki hubungan kemana-mana. Penerimaan rakyat

terhadap Gus Dur tidak diragukan lagi. Bagi masyarakat yang terdiri dari

aneka macam kelompok, Gus Dur adalah yang terbaik diantara calon-calon

presiden yang lain.

2) Restu dari PBNU dan para kiai NU, legitimasi vertikal seperti ini sangat

signifikan terhadap langkah-langkah dan manuver Gus Dur. Di sisi rasional

“isyarat langit” yang diterima Gus Dur juga sangat beralasan. Potensi

disintegrasi terbuka lebar ketika polarisasi kekutan politik kian menggumpal.

Hanya Gus Dur yang bisa mencairkan gumpalan tersebut.24

Ketika beliau menjabat sebagai presiden RI ke-4, usaha yang berhasil beliau

lakukan adalah

23 Abdul Munir Mulkhan, op.cit., h.132 24 H. Syamsyul Hadi, Gus Dur Guru Bangsa Bapak Pluralisme, (Jombang:Zahra book, 2009), h.41-42

Page 54: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

43

a. Menahan laju pemburukan krisis multidimensi, termasuk didalamnya proses

pemarahan disintegrasi bangsa.

b. Gus Dur sangat memperhatikan dan memprihatinkan nasib pegawai negeri,

TNI dan Polri yang gajinya kecil. Jangan heran jika pada masa Gus Dur gaji

pegawai negeri pernah naik sampai dua kali ditambah dengan kenaikan

tunjangan stuktural. Gus Dur sangat sedih kalau gaji pegawai negeri yang

lulusan SI ada yang dibawah gaji pembantu rumah tangga. Ketika mau

menaikkan gaji pegawai negeri dan tunjangan jabatan birokrasi, menurut

informasi, ada menteri terkait yang menolak dengan alasan masuk akal,

“keuangan negara tak cukup dan bisa timbul gejolak.” Namun, Gus Dur tetap

meminta agar gaji dinaikkan, dengan berkata “naikkan, nanti kalau ada yang

tidak terima saya yang pasang badan.”

c. Langkah selanjutnya adalah menerbitkan Kepres No.6 tahun 2000 yang

mencabut Inpres No.14 tahun 1967 tentang agama, kepercayaan dan adat

istiadat Cina. Kebijakan yang dilakukan Gus Dur ini telah meletakan fondasi

bagi kebebasan beragama yang selama ini tidak di peroleh kalangan Konghucu.

Secara umum, ada empat kecendrungan gaya komunikasi yang dilakukan

Gus Dur, yaitu

1. Kebiasaan Gus Dur memproduksi pesan politik secara equifocal, berarti pesan-

pesan dengan sengaja dibuat tidak jelas, tidak langsung dan tidak berterusa

terang. Penerima pesan harus menduga artinya dari pada menangkapnya secara

langsung. Dalam pengertian politik sebagai art of possibility, komunikasi

equifocal terkadang perlu. Hal ini memang menjadi kebisaan gus dur sehingga

langkah-langkahnya tidak mudah di prediksi oleh lawan politiknya.

2. Gus Dur sudah lama dikenal sebagai sosok yang pluralitas sehingga lebih

banyak diterima oleh berbagai kalangan yang berbeda etnis, agama maupun

ras.25

25 Prof. dr. Faisal Ismail, M.A, op.cit., h.158-159

Page 55: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

44

3. Menurut Moh.Mahfud MD rasanya Gus Dur itu cukup terbuka terhadap kritik

dan toleran terhadap perbedaan, yang penting dalam berbeda pendapat dengan

Gus Dur itu kita harus jujur dan terus terang.

4. Siapapun bisa sewaktu-waktu memberi informasi kepada Gus Dur tanpa

prosedur-protokoler yang bertele-tele. Setiap informasi yang datang diserap

oleh Gus Dur tanpa membedakan siapa yang menyampaikan, dengan hatinya

yang selau berprasangka baik dan bisa juga Gus Dur itu percaya pada

informasi yang mungkin belum lengkap, bahkan menyesatkan. 26

Secara antropologis, yang dinamakan kiai biasanya mereka yang tergolong

ahli agama, tinggal ditengah para santrinya, jauh dari kepentingan dan perdebatan

politik, menjadi teladan dalam hal kesederhanaan dan kesalehan hidup dan

menjadi tempat orang untuk berkonsultasi untuk mencari ketenangan hidup.

Gambaran kiai semacam ini tentu saja masih banyak dan mudah ditemukan.

Namun, karena dihadapkan kepada tantangan dan peluang modernisasi, banyak

pesantren dan profil kiai yang telah mengalami transformasi. Pada dasarnya

masyarakat bukannya anti partai politik, tetapi mereka tetap ingin melihat yang

namanya lembaga pendidikan pesantren dan figur kiai itu tidak terlibat perebutan

kekuasaan politik. Secara antropologis, sudah tertanam sebuah pandangan bahwa

panggung politik itu penuh intrik, kotor, saling jegal, fitnah, penuh kebohongan,

bahasa yang digunakan penuh ambisi dunia. Sementara dunia kiai dan pesantren

adalah dunia yang damai, penuh dengan sopan santun, religius, sumber ilmu, dan

batinnya dekat dengan urusan akhirat. Pendukung terbesar NU ada di pelosok-

pelosok desa, selain itu nahdliyin juga dikenal sebagai kelompok masyarakat yang

mempunyai ketergantungan amat tinggi pada kepmimpinan seorang tokoh

panutan. Mereka bergantung pada kiai, bukan saja saat hendak memilih jalan

ibadah untuk menuju tuhan-Nya, melainkan juga saat memilih jalan politik untuk

membangun dunianya, membangun masyarakat dan negaranya.27

26 Moh. Mahfud MD, Setahun Bersama Gus Dur, (Jakarta:Pt Raja Grafindo Persada, 2010), h. 216-223 27Khamami Zada, A. Fawaid Sjadzaili, NU Dinamika Ideologi Dan Politik Kenegaraan, (Jakarta:pt

Kompas Media Nusantara, 2010), h.9

Page 56: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

45

“Dengan tampilnya K.H. Abdurrahman Wahid sebagai presiden, mendadak

sontrak citra dan fenomena kiai berubah secara sangat drastis. Transformasi

pesantren dalam rangka merespons modernisasi sesungguhnya sudah berlangsung

cukup lama, yaitu ketika dr. H. A. Mukti Ali menjadi Menteri Agama pada

dekade 80-an.”28

Tidak dapat dipungkiri ketidakpuasan memang membayangi sebagian besar

masyarakat. Namun, ungkapan ketidakpuasan tersebut, bagi mereka tidak berarti

secara langsung harus diikuti pula oleh mereka terhadap kekuasaan yang dimiliki

oleh pemerintah saat ini. Mereka masih memberikan toleransi, menganggap

pemerintahan Gus Dur belum perlu untuk diganti. Penyikapan demikian oleh

sebagian responden (62 %). Berdasarkan hasil penelitian ini, mereka yang tidak

merasa perlu keberadaan pemerintahan saat ini masih dibawah sepertiga bagian

saja. Artinya, posisi presiden di mata masyarakat masih diinginkan hampir dua

pertiga responden.

Berbagai alasan di lontarkan setiap responden berkaitan dengan keberadaaan

pemerintahan Gus Dur. Mereka yang masih merasa Gus Dur masih perlu

dipertahankan, sedikitnya melontarkan tiga macam alasan:

a) Menyangkut usia pemerintahan kali ini. bagi mereka usia pemerintahan kali ini

masih relative pendek. Masa kerja satu tahun, disadari belum memadai untuk

memvonis berakhirnya sebuah pemerintahan. Oleh Karen itu, masih perlu

diberikan kesempatan kepada pemeritahan kali ini agar memperbaiki segenap

kekurangannya.

b) Presiden tetap dipertahankan dengan alasan kualitas kepemimpinan. Penilaian

mereka bagaimanapun sosok Gus Dur masih yang terbaik di antara calon

pemimpin bangsa saat ini.

c) Mereka yang berpandangan belum ditemukan kesalahan besar dalam

pemerintahan kali ini. Kalangan ini berpendapat, sepanjang sembilan bulan

pemerintahannya, apa yang dilakukan kabinet masih dalam batas-batas normal

28 Abdul Munir Mulkhan, op.cit., h.3-4

Page 57: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

46

apabila dibandingkan dengan begitu besar dan rumitnya persoalan yang ada.

Sisanya, mereka yang mengangggap perlu mempertahankan Gus Dur, dengan

mempertimbangkan dampak dari pergantian presiden sebelum masa waktunya

berakhir. Bagi kalangan ini, pergantian akan menimbulkan persolaan baru,

ketidakpuasan pendukung presiden.

Bagi pemerintah, bisa jadi sepanjang satu tahun usia pemerintahannya apa

yang dilakukan sudah merupakan langkah maksimal. Namun, dimata masyarakat,

sepanjang satu tahun pemerintahan dianggap belum banyak menyentuh segenap

kepentingan mereka. Malah, dalam kurun waktu tersebut, yang justru muncul

semakin besarnya ungkapan ketidakpuasan terhadap segenap kinerja

pemerintahan. Kenyataan demikian terungkap dalam pandangan responden jangka

pendapat di 13 kota besar di Indonesia. Mereka tidak puas lantaran apa yang

mereka harapkan belum juga terwujud. Menurut hasil penelitian ini, rasa

ketidakpuasan mereka terungkap dalam tiga macam persoalan besar:

a) Ketidakpuasan terhadap kinerja pemerintah dalam bidang perekonomian dan

kesejahteraan masyarakat.

b) Ketidakpuasan yang dilontarkan terhadap penanganan politik dan keamanan.

c) Ketidakpuasan terhadap kinerja pemerintah dalam upaya menegakkan

hukum.29

Kita semua sudah tau, Gus Dur merupakan seorang tokoh yang sudah lama

memperjuangkan tegaknya demokrasi di Indonesia dan bahkan di dunia

Internasional. Selama Orde Baru Gus Dur dengan tegar, kritis selalu membela

kepentingan bangsa secara keseluruhan di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

Hal itu terlihat dengan jelas, di antarannya melalui pembelaannya yang tidak

kenal kompromi terhadap kelompok-kelompok minoritas dan orang-orang yang

tertindas meskipun untuk itu Gus Dur harus menerima hujatan dari kelompok

mayoritas, atau bahkan dari kelompoknya sendiri. Berdasarkan kenyataan itu,

ketika Gus Dur menjabat sebagai presiden, tuduhan bahwa jati diri Gus Dur telah

29Abdul Munir Mulkhan, op.cit., h.151-164

Page 58: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

47

berubah hanya karena Gus Dur mengeluarkan dekrit sangat kecil kemungkinan

kebenarannya. Interpretasi yang lebih bijkasana dan aman dalam membaca dekrit

Gus Dur adalah melalui pembacaan menyeluruh terhadap kehidupan dan

pemikiran Gus Dur, pendekatan hermeneutik. Melalui tafsiran ini, kita akan

mengetahui bahwa keluarnya dekrit itu kemungkinan besar lebih merujuk kepada

kepolosan Gus Dur dan husnuzzan-nya kepada orang-orang yang di sekelilingnya.

Lebih dari itu, melalui tindakan tersebut Gus Dur sebenarnya tidak ingin

mendapat pujian dalam menegakan demokrasi di Tanah Air ini. Justru yang Gus

Dur inginkan adalah menjadi martir demokrasi dalam arti yang senyatanya, tanpa

seorang pun yang mengetahui dan mengenangnya, maka Gus Dur mengeluarkan

dekrit. Pada tanggal 1 Agustus 2000, MPR mengadakan Sidang Istimewa.30

Untuk kian memperkukuh hal tersebut, Gus Dur pun sesudah itu tampil

seadanya di depan publik dengan tanpa beban sedikit pun. Dengan demikian,

ketika ia meninggalkan hiruk pikuk panggung politik, Gus Dur berharap tidak

seorang pun yang mengenangnya. Bila itu telah terjadi, berarti semua yang Gus

Dur lakukan dengan tujuan semata-semata untuk dipersembahkan kepada Tuhan

dan kemanusiaan universal benar-benar telah dicapainya. Namun, Gus Dur adalah

seorang manusia seperti kita semua, bukan Nabi apalagi seperti Tuhan. Gus Dur

pasti tidak lepas dari segala kekurangan dan kelemahan. Pada sisi itu kita harus

melihat Gus Dur dalam menggapai cita-citanya mengembangkan demokrasi

secara utuh dan tuntas di negeri ini sebagai sesuatu yang lumrah. Demikian pula

kita hendaknya menerima kelemahan yang lain, semisal ketidak mampuannya

dalam merangkul elite-elite politik yang sangat beragam dalam kepentingan dan

pemikiran. Semua itu muncul dari keberadaanya sebagai manusia biasa yang tidak

akan menghilangkan sisi-sisi kekuatan yang dimilikinya.31

Kasus bulog yang membawa blunder bagi kepresidenan Gus Dur, sebenarnya

paling tidak menurut M.Mahfud MD. Dalam bukunya yang berjudul setahun

bersama Gus Dur, hanya disebabkan oleh gaya dan selera Gus Dur dalam

30 Greg Barton, Biografi Gus Dur, (Jakarta:LKIS Yogyakarta, 2003), h. 21 31 Abdul Munir Mulkhan, op.cit., h.240-242

Page 59: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

48

mengurus dan menyikapi persoalan. Ada tiga kelemahan Gus Dur yang

menyebabkan kasus itu menjadi blunder bagi dirinya:

1) Gus Dur tidak suka pada detail dan teknisnya dari persoalan. Dalam kasus

bulog, Gus Dur langsung tidak mau tahu lagi dengan kelanjutannya, tetapi

orang-orang yang tidak bertanggung jawablah yang kemudian melanjutkan

operasinya di luar pengetahuan Gus Dur.

2) Gus Dur acap kali suka menyederhanakan persoalan. Gus Dur tidak suka

dilawan dan tidak mau melakukan kompromi jika ia merasakan bahwa

kompromi itu merugikan dirinya dalam politik.32

Menurut Gus Dur, mendirikan sebuah Negara Islam tidak wajib bagi kaum

muslimin, tetapi mendirikan masyarakat yang berpegang kepada ajaran-ajaran

Islam adalah sesuatu yang wajib. Dalam pandangan Gus Dur, Pancasila sangat

penting dipakai sebagai landasan untuk memberi legitimasi bagi kegiatan politik

organisasinya, serta sebagai titik tolak untuk menyatakan keprihatinan atas

masalah-masalah dasar yang berkenaan dengan persatuan dan tujuan nasional.

Para pendukung dan pengkritiknya mengesankan betapa Gus Dur telah secara

sadar memilih strategi yang menjadikan pancasila sebagai wahana dan bahasa

politik untuk menyampaikan gagasannya.33

Sosok seorang Gus Dur tampaknya membekas begitu mendalam di benak

orang-orang yang pernah mengenalnya. Tokoh nasional Adnan Buyung Nasution

mengenang Gus Dur sebagai cendikiawan dan pejuang demokrasi yang berperan

besar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.34

Dari uairaian di atas, sudah sangat jelas bahwa Gus Dur tidak menginginkan

adanya Negara Islam, tapi yang Gus Dur inginkan adalah masyarakat yang tetap

berpegang teguh terhadap ajaran Islam, dan beliau termasuk dalam golongan

substantive – enkulisifme.

32 Moh. Mahfud MD, op.cit.., h. 100-101 33 Abdurrahman Wahid, Islamku Islam Anda Islam Kita, (Jakarta:The Wahid Instiitute, 2006), h.17-105 34 Muhammad Rifai,op.cit., h.170-171

Page 60: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

49

Kebijakan Gus Dur tentang pendidikan ketika menjabat sebagai presiden

yaitu membuat UU No.22 dan 25 tahun 1999 tentang otonomi daerah dan

desentralisasi, yang di dalam UU tersebut adanya kebijakan tentang pendidikan.

Dengan adanya UU No.22 dan 25 tahun 1999 telah membuktikan bahwa Gus Dur

sangat peduli terhadap pendidikan di Indonesia khususnya pendidikan di

pesantren.

Page 61: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

50

BAB IV

PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH

K.H.ABDURRAHMAN WAHID

A. Gagasan K.H. Abdurrahman Wahid Tentang Pesantren

Gagasan Gus Dur dalam bidang pendidikan secara signifikan berkisar pada

modernisasi pendidikan pesantren. “Menurut Gus Dur berbagai aspek pendidikan di

pesantren, mulai dari kurikulum, manajemen dan kepemimpinan yang ada di

pesantren harus diperbaiki sesuai dengan perkembangan zaman era globalisasi.”1

Dengan memperbaiki aspek-aspek yang ada di pesantren, pesantren dapat membantu

lulusannya agar dapat menjalani kehidupan sesuai dengan tuntunan zaman, sehingga

terlibat secara aktif dalam memberdayakan masyarakat dan tampil sebagai agen

pembaharu sosial.

Seiring dengan itu, kurikulum pesantren seharusnya tidak hanya berisi mata

pelajaran agama saja, melainkan juga memuat mata pelajaran umum, ilmu

pengetahuan dan teknologi serta ketrampilan yang dibutuhkan oleh lapangan kerja.

“Menurut Gus Dur pendekatan dalam pengajaran yang ada di pesantren harus

disempurnakan dengan metode pengajaran yang merangsang kemampuan berfikir

1 Prof.Dr.H.Abuddin Nata,M.A, Tokoh-Tokoh Pemabaharuan Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta:Pt

Raja Graindo Persada, 2005), h.350

Page 62: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

51

kritis dan bersikap kreatif. Sedangkan dalam segi kepemimpinan harus dilakukan

perpaduan antara yang bercorak karismatik dengan kepemimpinan yang demokratis

dan menerapkan manajemen yang modern.”2

Tidak seperti kebanyakan modernis, sekuler maupun islami, di dunia Islam yang

mencela ulama atas keterbelakangannya dan kegagalan masyarakat muslim. Gus Dur

justru menekankan pentingnya ulama dalam reformasi Islam, menurut Gus Dur dalam

reformasi Islam, kepemimpinan dinamis pesantren akan mampu mencegah krisis

yang berlarut-larut dalam pesantren, dan mengembangkan pesantren untuk menjadi

lembaga pendidikan dan sosial yang benar-benar mampu menghadapi tantangan

zaman. Gus Dur tidak menutup mata terhadap kegagalan banyak ulama tradisional

dan lembaga-lembaga mereka. Gus Dur berupaya menghidupkan kembali ulama dan

sistem pesantren, menggabungkan pemikiran dan kultural tradisional Islam yang

terbaik dengan pemikiran Barat modern yang terbaik.3

Tujuan Gus Dur adalah menghubungkan intelektual dengan reformasi sosial.

Untuk itu Gus Dur sangat menekankan revitalisasi melalui pengembangan

keberadaan dan peran kepemimpinan muda dalam pesantren yang akan mampu

merangkul kemajuan khususnya yang bersifat material dengan tradisi-tradisi yang

telah mereka warisi dari generasi terdahulu. Menurut Gus Dur, pendidikan Islam

harus sanggup meluruskan respon terhadap tantangan modernisasi, namun kesadaran

dalam hal itu, justru belum ada dalam pendidikan Islam. Hal inilah yang merisaukan

hati para pengamat seperti Gus Dur, keragaman jenis dan corak pendidikan Islam

terjadi seperti terlihat di tanah air, ketidak mampuan memahami kenyataan ini, yaitu

hanya melihat lembaga pendidikan formal, seperti sekolah atau madrasah di tanah air

sebagai sebuah institusi pendidikan Islam, hanyalah akan mempersempit pandangan

tentang pendidikan Islam itu sendiri.4

2 Ibid, h.352-360 3 Jhon L. Esposito, Tokoh Kunci Gerkaan Islam Kontemporer, (Jakarta:Pt. Raja grafindo persada, 2002),

h.260 4 Abdurrahman Wahid, Islamku Islam Anda Islam Kita, (Jakarta:the Wahid Instute, 2006), h.225-226

Page 63: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

52

Maksud dari gagasan Gus Dur, sudah sangat jelas bahwasanya pendidikan di

pesantren haruslah diubah baik dari kurikulum, menejemen dan kepemimpinannya.

Kepemimpinan di pesantren yang telah diketahui banyak orang, bersistem vertikal,

sehingga hanya keturunan dari para kiai yang akan meneruskan pesantren tersebut. Di

sini Gus Dur sebagai seorang keturunan kiai dan darah biru, ingin mengubah pola

kepemimpinan tersebut, sehingga siapapun bisa menjadi pemimpin pesantren, dengan

syarat orang tersebut mempunyai skill dan bisa membawa pesantren ke arah yang

lebih baik dan para alumninnya bisa bersaing di dunia kerja.

1. Gagasan Pembaharuan Kurikulum Pesantren

Pengembangan kurikulum di pesantren pada dasarnya tidak dapat dilepaskan

dari visi pembangunan nasional yang berupaya menyelamatkan dan memperbaiki

kehidupan nasional yang tertera dalam GBHN. Oleh karena itu, perkembangan

tersebut hendaknya mengakomodasi tuntunan sistematik dan lebih-lebih tuntutan

sosiologis masyarakat Indonesia. Secara umum sebuah pesantren telah memiliki

kegiatan pendidikan dan pembelajaran yang padat dan didukung dengan bahan

pelajaran khusus. Untuk memudahkan cara kerja pengembangan kurikulum,

pesantren sebaiknya perlu diidentifikasi semua program pesantren. Dari sini akan

diperoleh pemetaan yang jelas, mana kegiatan yang termasuk ke dalam sistem

persekolahan dan mana yang masuk ke dalam non persekolahan. Sesungguhnya

ada dua proses yang lazim ditempuh dalam perkembangan kurikulum pendidikan,

termasuk pesantren, yaitu pengembangan pedoman kurikulum dan pengembangan

intruksional.5

Gus Dur menginginkan kurikulum pesantren memiliki keterkaitan dengan

kebutuhan lapangan kerja, menurut Gus Dur sangat penting menghilangkan

dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum, dengan catatan penguasaan ilmu

agama harus diberi porsi cukup besar dalam kurikulum pesantren.

5 Drs.H.Mundzier suparta, Manajemen Pondok Pesantren, (Jakarta:Diva Pustaka, 2005), h.73-79

Page 64: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

53

“Betapapun kecilnya pengembangan isi kurikulum telah membuktikan adanya

gerak kemajuan yang mengarah pada pemenuhan keperluan santri terutama

sebagai pembentukan intelektual disamping pengembangan kepribadian. Penataan

kurikulum pesantren terkait erat dengan ciri khas keilmuan pesantren.”6 Di masa

ini menurut Gus Dur, sistem pendidikan di pesantren tidak didasarkan pada

kurikulum yang digunakan secara luas, tetapi diserahkan pada penyesuaian yang

elastis antara kehendak kiai dan santri secara individual. Kemudian kurikulum

pesantren berkembang menjadi bertambah luas lagi dengan penambahan ilmu yang

masih merupakan elemen dari materi pelajaran yang diajarkan pada masa awal

pertumbuhannya.

“Pengembangan kurikulum tersebut lebih bersifat rincian materi pelajaran yang

sudah ada daripada penambahan disiplin ilmu yang baru sama sekali.”7 Kurikulum

yang berkembang di pesantren selama ini memperlihatkan sebuah pola yang tetap.

Pola itu dapat diringkas ke dalam pokok-pokok berikut:

1) Kurikulum ditunjukan untuk mencetak ulama di kemudian hari.

2) Struktur dasar kurikulum itu adalah pengajaran pengetahuan agama dalam

segenap tingkatannya dan pemberian pendidikan dalam bentuk bimbingan

kepada santri secara pribadi oleh kiai.

3) Secara keseluruhan kurikulum yang ada berwatak lentur atau fleksibel, dalam

artian setiap santri berkesempatan menyusun kurikulumnya sendiri sepenuhnya

atau sebagian sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya, bahkan pada

pesantren yang memiliki sistem pendidikan berbentuk sekolah sekalipun.

Dalam hubungannya dengan penyediaan tenaga kerja, kurikulum dengan

karakteristik di atas telah menghasilkan alumni yang hanya memasuki lapangan

kerja tradisional, seperti menjadi guru, petani, pedagang kecil, dan pejabat

pemerintah pada jabatan yang tidak membutuhkan spesialisasi. Karena, pendidikan

6 Amin Haedari, Transformasi Pesantren, (Jakarta:Lekdis, 2006), h.43 7 Prof.Dr.Mujamil Qomar, M.Ag, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi

Institusi, (Jakarta: Erlangga, 2002), h.110-112

Page 65: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

54

yang diberikan tidak menjurus pada spesialisasi tertentu diluar penguasaan

pengetahuan agama maka tidaklah dapat diminta dari pesantren menurut pola di

atas untuk menyediakan tenaga kerja yang terdidik khusus untuk sesutau jenis

pekerjaan. Sifatnya yang ditekankan pada pembinaan pribadi dengan sikap hidup

tertentu yang utuh telah menciptakan tenaga kerja untuk lapangan kerja yang tidak

direncanakan sebelumnya.8

Menurut penulis, kurikulum seperti yang di ataslah yang ingin dirubah oleh Gus

Dur. Karena, kalau kurikulum seperti di atas tetap dipertahankan maka para

lulusan pesantren hanya akan menjadi pekerja yang tidak mempunyai spesialisasi.

Perubahan dalam kurikulum yang dimaksud Gus Dur sesuai dengan prinsip

mengambil yang baru yang lebih baik dan mempertahankan yang lama yang baik.

Dengan dipertahankannya seperti: kurikulum pengajian non sekolah dan

kurikulum sekolah tradisional.

Kurikulum telah banyak mengalami perubahan dan berkembang dalam variasi

bermacam-macam, namun kesemua perkembangan itu tetap mengambil bentuk

pelestarian watak utama pendidikannya sebagai tempat menggembleng ahli-ahli

agama yang di kemudian hari akan menunaikan tugas untuk melakukan

transformasi total atas kehidupan masyarakat di tempat masing-masing. Beberapa

jenis kurikulum utama perlu ditinjau sepintas dalam hubungan ini:

1) Kurikulum pengajian nonsekolah, santri belajar pada beberapa orang kiai dalam

sehari semalamnya. Kurikulum ini walaupun memiliki jenjangnya sendiri,

bersifat sangat fleksibel, dalam arti pembuatan kurikulum itu sendiri bersifat

individual oleh masing-masing santri. Sistem pendidikan seperti ini, yang

dinamai sistem lingkaran memberikan kebebasan sepenuhnya kepada santri

untuk membuat kurikulumnya sendiri, dengan jalan menentukan sendiri

pengajian mana yang akan dilakukannya.

2) Kurikulum sekolah tradisional, pelajaran telah diberikan di kelas dan disusun

berdasarkan kurikulum tetap yang berlaku untuk semua santri. Akan tetapi, ini

8 Abdurrahman Wahid, Menggerakan Tradisi,(Yogyakarta:LKIS Yogyakarta, 2010), h.145-146

Page 66: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

55

tidak berarti pendidikannya sendiri telah menjadi klasikal karena kurikulumnya

masih didasarkan pada penahapan dan penjenjangan berdasarkan urut-urutan

teks kuno secara berantai. Walaupun sebagian besar sekolah agama tradisional

ini telah memasukan mata pelajaran nonagama dalam kurikulumnya, belum ada

integrasi kohesif antara komponen mata pelajaran agama dan nonagama.

Akibatnya, komponen nonagama lalu kehilangan relevansinya di mata guru dan

santrinya, dipelajari tanpa diyakini kebenarannya. Paling jauh, mata pelajaran

nonagama hanya dipakai untuk menunjang penggunaan mata pelajaran agama

bagi tugas penyebaran agama nantinya.

3) Pondok modern, kurikulumnya telah bersifat klasikal dan masing-masing

kelompok mata pelajaran agama dan nonagama telah menjadi bagian integral

dari sebuah sistem yang telah bulat dan berimbang. Akan tetapi, di sini mata

pelajaran nonagama, walaupun telah diakui pentingnya, masih ditundukkan

pada kebutuhan penyebaran ilmu-ilmu agama sehingga kelompok mata

pelajaran tersebut memiliki perwatakan intelektualitas dengan tekanan pada

penumbuhan ketrampilan skolatis.9

Dari tinjauan di atas bahwa beberapa pedoman harus senantiasa diingat dalam

merencanakan sebuah kurikulum bagi pesantren, yang memenuhi tuntuan dan

kebutuhan penyediaan angkatan kerja dalam hidup modern ini. Pertama-pertama

haruslah diingat bahwa terdapat kesulitan untuk membuat pesantren menerima

kurikulum yang bertentangan dengan tujuan penyebaran agama dan fungsi

transformasi kultural yang dimiliki pesantren.

Menurut Gus Dur penyedian tenaga trampil dan terlatih untuk berbagai jenis

profesi haruslah dilakukan dalam sebuah program yang memiliki hubungan dengan

tujuan dan fungsi pesantren sebagaimana dipahami oleh warga pesantren selama ini.

Selain itu, harus pula diingat bahwa penguasaan pengetahuan agama haruslah diberi

porsi cukup besar dalam kurikulum apa pun yang diterapkan dilingkungan

pesantren. Porsi itu dapat diberikan dalam ukuran besar kualitatif, walaupun sedikit

9 Prof.Dr.H.Abuddin Nata,M.A, op.cit. , h.350

Page 67: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

56

secara kuantitatif. Di masa depan yang dekat ini masih belum mungkin dicapai

konsensus luas tentang sebuah kurikulum umum yang diterima bersama, walaupun

dalam bentuk sederhana sekalipun. Oleh karena itu, dalam hubungan dengan

kebutuhan tenaga kerja yang semakin menjurus pada spesialisasi, percobaan yang

dilakukan masih harus diteruskan dan diselesaikan dengan sempurna, guna

menemukan kerangka kurikulum umum yang nantinya disepakati bersama tetapi

memiliki relevansi dengan kebutuhan di atas. Pendidikan kejuruan melalui

ketrampilan yang telah di modifikasi, misalnya, memberikan kemungkinan seperti

itu. Menurut Gus Dur kurikulum pesantren seharusnya tidak hanya berisi mata

pelajaran agama saja, melainkan juga memuat mata pelajaran umum, ilmu

pengetahuan dan teknologi serta ketrampilan yang dibutuhkan oleh lapangan

kerja.10

Ketika ingin memasukan kurikulum harus diberikan pedoman kepada pesantren

yang akan dimasuki oleh kurikulum baru, dan pesantren mampu merencanakan

kurikulum baru dengan kurikulum lama, sehingga para lulusannya dapat memenuhi

tuntutan dan kebutuhan tenaga kerja yang spesialisasi dalam kehidupan modern ini.

2. Gagasan Pembaharuan Kepemimpinan Pesantren

Kiai adalah pemimpin non formal sekaligus pemimpin spiritual, dan posisinya

sangat dekat dengan kelompok masyarakat lapisan bawah di desa-desa. “Oleh

karena itu, segi kepemimpinan harus dilakukan perpaduan antara yang bercorak

karismatik dengan kepemimpinan yang demokratis dan menerapkan menejemen

yang modern.”11

“Sebagai pemimpin masyarakat, kiai memiliki jema’ah komunitas dan masa

yang diikat oleh hubungan keguyuban yang erat dan ikatan budaya patrenalistik.

Kiai memang memiliki posisi yang serba menentukan kebijaksanaan di tengah

11 Prof.Dr.H.Abuddin Nata,M.A, op.cit., h.351-360

Page 68: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

57

masyarakat, sehingga cenderung menumbuhkan otoritas mutlak, yang pada

akhirnya justru berakibat fatal.”12

Biasanya, pesantren didirikan oleh seseorang yang bercita-cita tinggi dan

mampu mewujudkan cita-citanya itu. Proses pendirian pesantren secara

sedemikian ini menampilkan seorang pemimpin yang tertimpa oleh pengalaman,

memiliki keunggulan kepribadian yang dapat mengalahkan pribadi-pribadi lain di

sekitar pesantren. Kekuatan pribadi seperti itu menimbulkan corak kepemimpinan

yang sangat pribadi sifatnya, yang berlandaskan penerimaan masyarakat luar dan

warga pesantrennya secara mutlak. Sifat mutlak dan pribadi dari kepemimpinan

seperti ini dinamai kharisma.13

Dalam pesantren, kepemimpinan dilaksanakan di dalam kelompok kebijakan

yang melibatkan sejumlah pihak yaitu ustadz, wali santri dan santri. Di dalam

pesantren salafiyah sendiri yang telah melaksanakan madrasah, maka

pemimpinnya boleh untuk menjalankan kewenangan dan pembuatan keputusan

secara formal sebagai kepala madrasah. Sedangkan pesantren salafiyah yang tidak

menyelenggarakan sekolah formal, tugas pemimpin mungkin cukup memberi

pengarahan dan kordinasi untuk melaksanakan program-program pesantren,

sedangkan urusan teknis diserahkan kepada staf yang telah ditunjuk. Dalam

mengemban sebagai lembaga pendidikan, menurut Gus Dur sebuah pesantren

hendaknya memfokuskan program dan kegiatannya untuk memberi layanan

pendidikan dan belajar-mengajar demi mempersiapkan lulusan santri yang

berkualitas. Di sinilah para pemimpin pendidikan pesantren diharapkan mampu

menjadi inspirator demi terciptannya komunitas belajar yang dinamis.14

Kepemimpinan di pesantren selama ini pada umumnya bercorak alami. Baik

pengembangan pesantren maupun proses pembinaan calon pimpinan yang akan

menggantikan pimpinan yang ada, belum memiliki bentuk yang teratur dan

menetap. Dalam beberapa hal, pembinaan dan pengembangan seperti itu dapat

12 Prof.Dr.Mujamil Qomar, M.Ag, op.cit., h.29-41 13 Abdurrahman Wahid, op.cit., h.179-194 14 Drs. H.Mundzier Suparta, MA, op.cit., h.24-32

Page 69: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

58

juga menghasilkan persambungan kepemimpinan yang baik, namun pada

umumnya hasil sedemikian itu tidak tercapai. Akibatnya, sering kali terjadi

penurunan kualitas kepemimpinan dengan berlangsungnya pergantian pimpinan

dari satu generasi ke generasi berikutnya. Oleh karena itu, pimpinan pesantren

yang memiliki kepemimpinan yang relevan dengan kebutuhan sekarang dan masa

depan harus pula memahami kebutuhan integrasi pesantren ke dalam pendidikan

nasional. Bagaimana pun juga harus diakui bahwa saat ini pesantren sebagai suatu

sistem pendidikan masih berada di luar lingkungan pendidikan nasional yang ada.

Ia diakui sebagai satu pendidikan yang hidup ditengah-tengah dan menjadi bagian

dari masyarakat bangsa. Secara potensial, ia merupakan salah satu dari lembaga

pendidikan ideal bagi bangsa Indonesia karena kemampuannya mengembangkan

watak mandiri dalam diri para lulusannya selama ini.

Satu hal dapat ditunjukan sebagai sebab belum menetapnya pola

kepemimpinan di pesantren selama ini, yaitu watak kharismatis yang dimilikinya.

Kenyataan bahwa pola kepemimpinan seorang kiai adalah pola kepemimpinan

karismatik sudah cukup menunjukan segi tidak demokratisnya, sebab tidak

rasional, apalagi jika disertai dengan tindakan yang secara sadar maupun tidak

bertujuan memelihara karisma itu, seperti prinsip jaga jarak dan ketinggian dari

para santri, maka pola kepemimpinan itu benar-benar akan kehilangan kualitas

demokratisnya. Karena kepemimpinan kiai adalah karismatik, maka dengan

sendirinya juga bersifat pribadi. Dengan karisma yang dimiliki kiai para santri

akan patuh pada perintah kiai.15

Kenyataan itu mengandung implikasi bahwa seorang kiai tak mungkin

digantikan oleh orang lain, serta sulit ditundukan ke bawah-nya administrasi dan

manajemen modern. Karena dasar kepemimpinan pesantren adalah seperti

diterangkan di atas, maka dengan sendirinya faktor kecakapan teknis menjadi tidak

begitu penting. Kekurangan ini menjadi salah satu sebab pokok tertinggalnya

pesantren dari perkembangan zaman.16

15 Amin Haedari, op.cit., h.87 16 Dr. Nurcholish Madjid, Bili-Bilik Pesantren, (Jakarta:Paramadina, 1997), h.95-96

Page 70: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

59

“Menurut Gus Dur, kepemimpinan di pesantren, tidak harus diatasi dengan

cara menghilangkan kepemimpinan karismatik kiai yang sudah tumbuh berabad-

abad lamanya di pesantren, melainkan dengan cara menuntut adanya perombakan

kepada pola kepemimpinan yang lebih dipersiapkan dan direncanakan

sebelumnya.”17

Seperti melakukan pengkaderan, memilih calon pemimpin

pesantren, pemilihanya tersebut tidak hanya dari kalangan keluarga kiai tapi, bisa

juga dari santri senior atau ustadz yang mempunyai jiwa kepemimpinan dan punya

skill untuk membawa perubahan pesantren kearah yang lebih baik dan sesuai

dengan tuntunan zaman.

“Oleh karena itu, pada kepemimpinan alami dalam pesantren yang berupa

pola pewarisan pesantren, termasuk estafet kepemimpinannya harus segera

dirombak supaya pesantren tidak ditinggalkan masyarakat.”18

Pemimpin yang mempunyai sifat kharismatis sangatlah diperlukan akan

tetapi, kalau tidak dibarengi dengan demokrasi, maka yang ada kepemimpinan

tersebut menjadi otoriter. Kepemimpinan yang otoriter inilah yang akan

menghambat pesantren dalam kehidupan modern seperti sekarang. Oleh karena itu,

alangkah lebih baiknya jika kepemimpinan pesantren yang kharismatis itu

dibarengi dengan demokrasi, demokrasi disini adalah mau menerima masukan dari

luar dan cara pergantian kiai yang tidak vertikal.

3. Gagasan Pembaharuan Institusi Pendidikan Pesantren

Pembaharuan institusi di pesantren sangat diperlukan dalam menghadapi

perkembangan zaman seperti sekarang, “madrasah sebagai wujud pembaharuan

pesantren, sebagai perluasan yang terbatas dari model pesantren itu sendiri, yang

dipengaruhi tradisi keilmuan Mekah. Keputusan pesantren menerima perubahan

status madrasahnya menjadi madrasah negeri itu sangat menguntungkan dari segi

17 Prof.Dr.H.Abuddin Nata,M.A, op.cit., h .356 18 Prof.Dr.Mujamil Qomar, M.Ag, op.cit., h.50

Page 71: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

60

keuangan pesantren.”19

Madrasah lahir di Indonesia pada abad ke-20, pada masa

Belanda madrasah belum terkoordinasi dalam satu kesatuan di antara seluruh

madarasah. Masing-masing madrasah muncul dengan caranya sendiri. Dengan

tampilnya para pembaharu di kalangan umat Islam tersebut, sistem pendidikan

dalam pesantren juga mengalami perubahan dengan cara memodernisasi

madrasahnya.

Eksistensi madrasah di dalam pesantren makin mempertegas keterlibatan

lembaga pendidikan Islam ini dalam memperbaiki sistem pendidikannya dan

menunjukan adanya persaingan menghadapi model pendidikan yang

dikembangkan Belanda. Kehadiran madrasah tidak dimaksudkan menggusur

pengajian tradisional, melainkan justru melengkapinya. Madrasah dan pengajian

tradisional yang menggunakan metode sorogan dan bandongan ini selalu berjalan

berdampingan. Kehadiran lembaga madrasah di pesantren seharusnya memiliki

konsekuensi yang signifikan karena sistem pendidikan yang dibawa madrasah ini

dalam bnayak hal berbeda dengan sistem pendidikan pesantren murni. Gus Dur

menyadari urgensi lembaga pendidikan madrasah di pesantren, sehingga Gus Dur

sejak dini telah menawarkan alternative dengan mendirikan sekolah umum yang

dikombinasikan dengan pengajaran agama melalui pengajian weton. Mungkin

bentuk ini akan mencapai momentum terbesar dikalangan pesantren.20

“Kehadiran

madrasah di Indonesia dilatarbelakangi oleh keinginan untuk memberlakukan

secara berimbang antara ilmu agama dengan ilmu pengetahuan umum dalam

kegiatan pendidikan dikalangan umat Islam.”21

“Model pendidikan di NU, menurut Gus Dur adalah pendidikan madrasah

yang mengutamakan kitab kuning, yaitu kitab-kitab agama yang lama.”22

Untuk dapat memahami perubahan dalam sebuah pola pendidikan di

pesantren, haruslah diketahui terlebih dahulu sebab yang mendorong terjadinya

perubahan itu sendiri, yaitu

19 Dr. Nurcholish Madjid, op.cit., h.77 20 Ibid, h.91-99 21 A. Fatah Yasin, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, (Malang:UIN Malang Press, 2008), h.259 22 Matra, Wawancara Gus Dur 1996, h.24

Page 72: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

61

1) Keinginan sangat kuat pada permulaan abad ini untuk menerapkan sistem

sekolah pada pendidikan pesantren.

2) Terjadinya pergeseran tidak terasa dalam tujuan pendidikan pesantren,

pergeseran ini mau tidak mau lalu mengubah arah yang dituju oleh sistem

pendidikan di pesantren secara keseluruhan.

Proses ini dimulai oleh tawaran pemerintah untuk menegerikan beberapa

madrasah di sementara pesantren utama, semula sebagai pilot project untuk

membuat madrasah teladan. Walaupun jauh sebelum itu telah ada juga satu dua

buah pesantren yang dengan sadar menyelenggarakan sistem pendidikan elit,

seperti pada pesantren Gontor di Ponorogo.

Selama enam tahun terakhir ini telah berlangsung perubahan-perubahan

cukup mendasar dikalangan pesantren karena penerapan beberapa pola

pengembangan di dalamnya, ada tiga pola pembangunan yang dapat dibedakan,

yaitu

a. Pola pendidikan ketrampilan yang ditawarkan dan dikelola oleh Kementrian

Agama, pola ini sekarang telah diikuti oleh lebih dari seratus pesantren. Mulai

dicetuskan oleh mantan Mentri Agama H.A. Mukti Ali pendidikan ketrampilan

telah turut mengubah arah kehidupan pesantren, lebih-lebih karena ia ditopang

oleh dukungan Kementrian Agama secara moral dan materil.

b. Pola pengembangan sporadis yang ditempuh oleh beberapa pesantren utama

secara sendiri-sendiri, tanpa tema tunggal yang memikat kesemua upaya

mereka itu, dan dilaksanakan berdasarkan persepsi dan aspirasi masing-

masing.

Perubahan itu sendiri hanya akan ada arti positifnya bagi kita semua jika ia

secara sadar diletakan pada dua jalur utama oleh semua kalangan yang

bersangkutan, yaitu

1) Jalur pertama adalah mengarahkan semua perubahan yang dilakukan pada

tujuan mengintegrasikan pesantren sebagai sistem pendidikan kedalam pola

Page 73: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

62

umum pendidikan nasional yang membangun dan kreatif. Hanya dengan tujuan

pendidikan seperti ini dapat disimpulkan relevansi yang sesungguhnya bagi

pengembangan pesantren itu sendiri.

2) Jalur kedua adalah meletakan fungsi kemasyarakatan pesantren dalam konteks

atau kerangka menumbuhkan lembaga pemerintahan yang kuat dan matang di

pedesaan sehingga mampu menjadi rekan yang sesungguhnya bagi pemerintah

dalam kerja pembangunan.23

Perubahan dalam pendidikan yang dimaksud di sini adalah perubahan

pendidikan di madrasah dan pesantren yang mana kedua tempat pendidikan ini

mulai melakukan perubahan dikarenakan oleh tawaran pemerintah untuk

menegerikan madrasah dan sekolah umum yang ada di pesantren.

4. Gerakan Pembaharuan di Ciganjur

Di masa sebelum kemerdekaan, pesantren adalah satu-satunya lembaga

pendidikan. Semua yang memiliki darah biru kebangsaan dan mereka yang karena

hubungannya dengan keraton dididik dalam lembaga pendidikan keraton,

pesantren menampung semua lapisan masyarakat yang tidak ditampung dalam

lembaga pendidikan keraton. Pesantren merupakan hasil usaha mandiri kiai yang

dibantu santri dan masyarakat, sehingga memiliki berbagai bentuk.24

Pesantren yang ada di Ciganjur, adalah bukti pergerakan yang dilakukan

Gus Dur dalam perubahan di pesantren. Pesantren Ciganjur memiliki sistem

diskusi, karena para santri yang tinggal umumnya mahasiswa dari berbagai

perguruan tinggi yang ada di Jakarta. Santri yang tinggal berjumlah 20-30 orang.

Yang mengatur sistem di pesantren tersebut adalah para santrinya sendiri. Gus

Dur mendirikan pesantren di Ciganjur bertujuan untuk merubah pola pikir dan

23 Abdurrahman Wahid, op.cit., h..105-176 24 Prof.Dr.Mujamil Qomar, M.Ag, op.cit., h.16

Page 74: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

63

cara pandang masyarakat muslim Indonesia, karena itu pesantren di Ciganjur

yang hidup dan menghidupkan pesantren adalah santrinya.

Pesantren di Indonesia menunjukan kemampuan unik untuk menanggapi

dengan cara yang lebih kompleks dari pada semata-mata menolak bentuk

pendidikan yang berupa sekolah. Pengalaman-pengalaman terpisah diberbagai

pesantren untuk mendirikan sekola-sekolah nonagama di sekitar lingkungan

mereka dengan pendidikan agama hanya diberikan sebagai kegiatan ekstra

kurikuler selama jam-jam di luar sekolah. Di sisi lain, percobaan untuk

mendorong pesantren agar menjadi basis pembangunan desa atau masyarakat, kini

telah berkembang pesat menjadi suatu usaha yang masif bagi transformasi sosial

yang diawali oleh pesantren.25

“Tidak bisa dipungkiri bahwa pesantren adalah sebuah lembaga sistem

pendidikan pengajaran asli Indonesia yang paling besar dan mengakar kuat.”26

Sehingga, kalangan pesantren lebih memberikan kesan sebagai lembaga

pendidikan keagamaan itu adalah kesan yang sulit dielakan. Akan tetapi,

pengertiannya harus dijelaskan terlebih dahulu, karena ada memang pesantren di

mana di khususkan pendidikannya untuk mencapai spesialisasi dalam bidang

keagamaan. Misalnya di Tebuireng di adakan spesialisasi tentang hadis, ilmu

tafsir, atau di Krapyak dibuat spesialisasi tentang ilmu bahasa Arab. Akan tetapi,

ada juga yang hanya memberikan pelajaran agama sebagai dasar. Tidak sampai

kepada spesialisasi, dari segi pandangan lain bisa dikatakan sebagai berikut

“pendidikan keusahawanan misalnya bukanlah suatu yang asing dalam pesantren,

terutama dalam konsekuensi dari pendidikan semacam itu, yaitu etos kerja.

Hal semacam itu selalu menjadi tekanan pokok dalam pendidikan di

pesantren. Akan tetapi pendidikan kepengusahaan itu tidak terkoordinir dan tidak

direncanakan dan untuk itu perlu dibuat kerangkannya. Sehingga tidak berakibat

lulusan usahawan yang otodidak, yang tidak mendekati masalahnya dari segi

ilmiah, tetapi berdasarkan instuisi. Yang terpenting ialah pada mereka ditanam

25 Abdurrahman Wahid, Islam Kosmopolitan, (Jakarta:The Wahid Institute, 2007), h.145-146 26 Dr. Nurcholish Madjid, op.cit., h.88

Page 75: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

64

kesadaran dan keinginan mengubah kehidupan masyarakat melalui penciptaan

etos kerja berdasarkan suatu pandangan agama. Asal saja ada kerangkanya, sebab

kalau hanya ketrampilan yang diajarkan, tanpa dibilang mengapa dan apa

gunannya, hasilnya seperti yang disaksikan sekarang. Dalam buku Abuddin Nata

yang berjudul tokoh-tokoh pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia, menurut

Gus Dur banyak pesantren yang menolak pendidikan ketrampilan dari

Kementrian Agama. Ini suatu kenyataan yang harus diakui, program ini hanya

diterima oleh pesantren yang kecil, sedangkan pesantren yang besar dan

berpengaruh menolaknya. Kalaupun menerima, hanyalah sebagai hiasan bibir

belaka. Dan tidak ada yang menerima secara terbuka dan menjadikannya suatu

program karena memang tidak ada kerangkannya.27

Di dalam buku yang berjudul menggerakan tradisi, Gus Dur berpendapat

bahwa pesantren dengan ciri-ciri dasarnya mempunyai potensi yang luas untuk

melakukan pemberdayaan masyarakat, terutama pada kaum tertindas dan

terpinggirkan. Bahkan dengan kemampuan fleksibilitasnya pesantren dapat

mengambil peran secara signifikan, bukan saja dalam wacana keagamaan, tetapi

juga dalam setting sosial dan keagamaan. Dengan pembaharuan yang Gus Dur

lakukan, dia menginginkan agar pesantren tidak hanya berperan sebagai lembaga

pendidikan keagamaan dalam arti yang selama ini berjalan, melainkan juga

sebagai lembaga yang mampu memberikan sumbangan yang berarti serta

membangun sistem nilai dan kerangka moral pada individu dan masyarakat.

Dengan cara demikian, pesantren dapat menjadi lembaga yang mendidik manusia

untuk bisa menjalani kehidupan dalam arti yang sesungguhnya.28

Tuntunan untuk mengembangkan pengetahuan nonagama adalah kebutuhan

nyata yang harus dihadapi para lulusan pesantren di masa depan. Karena

tantangan masa depan umat manusia, selain menuntut dimilikinnya landasan

berupa bekal rohani yang kuat, juga akan sangat ditentukan oleh penguasaan atas

perkembangan pengetahuan dan teknologi. Justru tantangan untuk berlomba

28 Abdurrahman Wahid, op.cit., h.105-186

Page 76: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

65

menguasai pengetahuan nonagama merupakan salah satu tugas yang harus

dilaksanakan oleh pesantren. Manusia yang sedemikian itu memiliki cakrawala

pemikiran yang luas, pandangan hidup yang matang dan pendekatan yang praktis

dan berwatak multisektoral dalam memecahkan persoalan yang dihadapi. Dengan

kata lain, manusia yang mampu memandang jauh ke muka sekaligus memiliki

ketrampilan praktis untuk menyelesaikan persoalan sendiri secara terbatas. Tujuan

pengembangan pesantren dengan demikian adalah integrasi antara pengetahuan

agama dan nonagama sehingga lulusan yang dihasilkan akan memiliki suatu

kepribadian yang utuh dan bulat, yang menggabungkan dalam dirinya unsur-unsur

keimanan yang kuat dan penguasaan atas pengetahuan secara berimbang.29

Gerakan yang Gus Dur lakukan dalam pembaharuan pesantren tidak

sebanyak gagasannya, di karenakan Gus Dur tipikal orang yang tidak bisa diam

dan dia ingin melakukan banyak hal, terutama tentang kemanusiaan. Berdasarkan

pada pendapatnya, Gus Dur menginginkan agar peserta didik yang belajar di

pesantren adalah peserta didik yang memiliki ilmu umum yang kuat secara

seimbang. Beliau juga menginginkan agar disamping mencetak ahli ilmu agama

Islam, pesantren juga mampu mencetak orang yang memiliki keahlian dalam ilmu

pengetahuan dan teknologi.

B. Kebijakan K.H. Abdurrahman Wahid di Bidang Pendidikan

Reformasi pendidikan telah dilakukan dan regulasi atas perubahan kebijakan

pembangunan pendidikan telah dimulai. Untuk itu, seluruh kebijakan yang tekait

dengan perubahan, penyempurnaan, pembaharuan dan jenis pendidikan harus

diarahkan pada upaya untuk memberikan layanan pendidikan yang bermutu, sesuai

dengan standar pendidikan yang telah ditetapkan.30

29 Abdurrahman Wahid, op.cit., h..105-186 30 Dr.yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd, Kebijakan Pembaharuan Pendidikan, (Jakarta:rajawali Press, 2011),

h.11

Page 77: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

66

1. Semasa Menjabat Sebagai Ketua PBNU dan Presiden

Ketika Gus Dur menjabat sebagai ketua PBNU periode ke dua (1989-

1994), beliau mulai menuangkan gagasannya tentang pembaharuan pendidikan

Islam.

a. Menurut Gus Dur orientasi pendidikan harus ditata kembali dengan

mengembangkan cara baru yang tepat, guna mengukur kemampuan anak didik

dalam melakukan kerja nyata kemanusiaan dan kemasyarakatan, serta

diarahkan pada pengenalan hajat hidup dan sumber pemenuhannya tanpa

menggoyahkan sikap yang dilandasi aqidah Islamiyah Ahlusunnah

Waljama’ah.

b. Keterbukaan, kemandirian dan kemampun bekerjasama dengan pihak lain

untuk menyusun masa depan yang lebih baik serta ketrampilan mengamalkan

ilmu dan teknologi yang merupakan perwujudan dan pengabdian kepada Allah

swt. Menciptakan sikap yang berorientasi kepada kehidupan dunia akhirat yang

imbang dan dinamis, tercermin dalam kurikulum pendidikan.

c. Pemahaman hukum agama yang praktis bagi kehidupan masyarakat,

meningkatkan solidaritas sosial antara anak didik dengan kaum yang tidak

punya, dengan menanamkan jiwa rifqah, ta’awun dan mawadah warahmah.

Kesadaran akan perlunya menggunakan pendekatan akal dalam kehidupan

mereka perlu memiliki antisipasi dan menatap ke depan terhadap

perkembangan ilmu dan teknologi serta dampaknya dalam kehidupan kelak.

Menumbuhkan jiwa mandiri dan kreatif melalui latihan-latihan ketrampilan.31

d. Menurut Gus Dur pendidikan yang merupakan bagian dari pendidikan nasional

di arahkan pada pemberian porsi yang lebih besar di bidang pendidikan non-

formal, kejuruan dan ketrampilan melalui lembaga keagamaan, pesantren,

majlis ta’lim mengembangkan pendidikan bengkel-bengkel rintisan untuk

menerapkan teknologi tepat guna serta mengembangkan hubungan interaktif

31 Pengurus Besar NU, Hasil Muktamar NU Ke-28, 1989, h.153-154

Page 78: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

67

dalam proses belajar mengajar, proses mengajar dan proses komunikasi timbal

balik antara guru, murid, para perencaan pendidikan serta para pengelolanya.

Meskipun demikian, pendidikan formal sekolah akan tetap memperoleh

perhatian yang memadai, khususnya pada tingkat sekolah lanjutan atas dan

perguruan tinggi dalam rangka mencetak kaum intelektual di berbagai rasional

dan meliputi aspek bidang keilmuan.

e. Program dasar di bidang pendidikan dilaksanakan bersamaan dengan faktor

yang berupa penggalian dana, pengaturan sumber-sumber dana dan

menetapkan strategi pembiayaan secara tepat dan berhasil guna. Disamping itu

dilakukan juga penggalangan lebih aktif kerjasama di antara perguruan swasta

lainnya, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

f. Mendorong dan menumbuhkan semangat menuntut ilmu minal mahdi ilal lahdi

bagi seluruh warga dan melengkapi diri dengan berbagai ilmu fardu kifayah

yang layak bagi kemanusiaan dan kemajuan untuk menyongsong masa

depan.32

g. Mengusahakan terwujudnya penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran serta

pengembangan kebudayaan yang sesuai dengan ajaran Islam, untuk membina

manusia muslim yang taqwa, berbudi luhur, berpengetahuan luas dan terampil,

serta berguna bagi agama, bangsa dan Negara.

h. Pandangan tentang ilmu pengetahuan dan teknologi, menurut Gus Dur, konsep

ilmu adalah memiliki dimensi yang berbeda daripada pengertian umum yang

berlaku, ilmu berdimensi esoteris yaitu, pengenalan hakikat melalui keluhuran

dari pihak yang berupaya melakukan pengenalan yang diperoleh tidak melalui

wawasan rasional, disamping dimensinya yang rasional.33

Lambat laun

pesantren pun memodernisasi dirinya. Pesantren tidak hanya mengajarkan ilmu

agama Islam, tetapi juga mengadopsi sistem pendidikan nasional. Gus Dur

mengingatkan, sebagai lembaga pendidikan khas Islam, pesantren tetap harus

32 Kacung Marijan, Quo Vadis NU, (Jakarta:Erlangga, 1992) h.264-266 33 Abdurrahman Wahid, op.cit., h.33-43

Page 79: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

68

memberikan dasar-dasar pengembangan karakter, kepribadian, penciptaan

sikap hidup dan penataan basis kehidupan yang tercermin dalam akhlak, cara

memimpin, cara pergaulan dan dalam pengambilan keputusan.34

Semasa menjabat ketua PBNU Gus Dur memodernisasikan pesantren dan

mengadopsi sistem pendidikan nasional, sehingga pendidikan nasional dapat

masuk ke dalam pendidikan di pesantren, seperti di pesantren Tebuireng, Cirebon.

Semasa menjabat sebagai Presiden RI ke-4

Ketika Gus Dur menjabat menjadi Presiden, walaupun dalam waktu yang

sangat singkat, tetapi Gus Dur tetap melakukan kebijakan yang sangat penting,

yaitu

a.Kesejahteraan di Bidang Pendidikan

Gus Dur sangat memperhatikan dan memprihatinkan nasib pegawai

negeri, yang gajinya kecil. Jangan heran jika pada masa Gus Dur gaji pegawai

negeri pernah naik sampai dua kali ditambah dengan kenaikan tunjangan

stuktural. Gus Dur sangat sedih kalau gaji pegawai negeri yang lulusan SI ada

yang dibawah gaji pembantu rumah tangga. Ketika mau menaikkan gaji

pegawai negeri dan tunjangan jabatan birokrasi, menurut informasi, ada menteri

terkait yang menolak dengan alasan masuk akal, “keuangan negara tak cukup

dan bisa timbul gejolak.” Namun, Gus Dur tetap meminta agar gaji dinaikkan,

dengan berkata “naikkan, nanti kalau ada yang tidak terima saya yang pasang

badan.” Tujuan Gus Dur menaikan gaji pegawai negeri adalah agar para guru,

lebih konsentrasi terhadap anak didik mereka. Sehingga pelajaran yang

disampaikan dapat diterima baik oleh anak didik, dan menjadikan mereka anak

yang berguna bagi agama, bangsa dan negara.35

34 Dr. Nurcholish Madjid, op.cit., h.130-131 35 Wawancara bu Nuriyah, 06-10-2011, di kantor bu Nuriyah.

Page 80: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

69

Dalam pendidikan, kebijakan yang Gus Dur lakukan adalah menaikan

gaji para guru dan PNS, alasanya adalah agar para guru mengabdi dan berbakti

kepada masyarakat dengan sepenuh hati.

Mencakup semua kewenangan Pemerintahan selain kewenangan

Pemerintah Pusat dan Propinsi. Secara eksplisit dinyatakan bahwa bidang

pemerintahan yang wajib dilaksanakan daerah kabupaten dan daerah kota

meliputi: pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan, pertanian, perhubungan,

perdagangan dan industri, penanaman modal, lingkungan hidup, dan

pertanahan.

Bangsa Indonesia pada era globalisasi yang menantang ini dihadapkan

pada perubahan yang menuntut adanya sistem keterbukaan politik, ekonomi,

dan budaya. Atas dasar inilah, maka memasuki era baru ini masyarakat

menghendaki adanya dekonsentrasi dan desentralisasi serta otonomi dalam

mengambil kebijkaan pembangunan. Keinginan ini telah dituangkan melalui

UU No.25 tahun 1999 tentang pemerintah Daerah.36

Ketika Gus Dur menjabat sebagai Presiden, Gus Dur membuat kebijakan yaitu

mensejahterakan kehidupan khususnya para guru dan umumnya para PNS. Karena

Gus Dur merasa sedih kalau melihat ada para pendidik yang gajinya dibawah

PRT, selain itu alasan Gus Dur menaikan gaji para guru, agar para pengajar ketika

mengajar melakukannya dengan sepenuh hati.

b.Otonomi Daerah di Bidang Pendidikan

Di dalam reformasi sekarang ini potensi daerah menjadi tumpuan dalam

pembangunan. Sehingga, pembinaan pendidikan yang dilakukan oleh

Kementrian Agama selama ini masih perlu langkah-langkah penyesuaian yang

strategis, utamanya dalam rangka mencari bentuk dan pemecahan masalah

36 Abdul Rachman Saleh, Madrasah dan Pendidikan anak Bangsa, (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2006),

h.127-128

Page 81: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

70

sehubungan dengan diberlakukannya otonomi Daerah dan desentralisasi

dibidang pendidikan secara keseluruhan. Berkenaan dengan UU No. 22 tahun

1999 dan UU No.25 tahun 1999, perlu segera ditetapkan kebijaksanaan yang

tinjauan kepentingannya diletakan keberpihakan pada masyarakat madrasah

bukan pada kesulitan yang dihadapi oleh Kementrian Agama.37

Secara eksplisit dinyatakan bahwa bidang pemerintahan yang wajib

dilaksanakan pemerintah daerah kabupaten dan daerah kota meliputi:

a) Pekerjaan umum

b) Kesehatan

c) Pendidikan

d) Pertanian

e) Perhubungan

f) Perdagangan dan Industry

g) Penanaman Modal

h) Lingkungan Hidup, dan Pertanahanan.

Selain itu, otonomi harus senafas dengan akuntabilitas mengenai

penyelenggaraan dan kinerja pengelola pendidikan. Penyelanggaraan otonomi

daerah, yaitu memberikan kewenangan lebih besar pada pemerintah daerah

kepemimpinansekolah dipilih oleh masyarakat dengan menggunakan kriteria

yang transparan, sekolah diberi kewenangan untuk mengubah kurikulum.38

Adanya otonomi daerah, membuat pemerintah daerah dapat melakukan

sesuai kebutuhannya. Khususnya mengenai pendidikan, sekolah-sekolah yang

ada di daerah bisa melakukan perubahan kurikulum sesuai kebutuhan mereka,

karena para staf mengajar di sekolah itu yang tau bagaimana kurikulum yang

tepat untuk anak didik mereka.

c.Desentralisasi Pendidikan

Istilah desentralisasi sering dibahas dalam konteks diskusi tentang

sistem penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan. Pengertian ini

37 Ibid. h.129-164 38 Amien Haedari, Transformasi Pesantren, (Jakarta: LEKDIS, 2006), h.65

Page 82: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

71

menjelaskan proses kewenangan yang diserahkan oleh pemerintah pusat kepada

pemerintah daerah. Sektor pendidikan merupakan salah satu yang termasuk

sektor pelayanan dasar yang akan mengalami perubahan secara mendasar

dengan akan dilaksanakannya otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, baik

dari segi birokrasi kewenangan penyelenggaraan pendidikan maupun dari aspek

pendanaannya. Desentralisasi pendidikan berusaha untuk mengurangi campur

tangan atau intervensi pejabat pusat terhadap persoalan pendidikan yang

sepatutnya bisa diputuskan dan dilaksanakan oleh unit tataran bawah,

pemerintah daerah dan masyarakat. Akan tetapi, walaupun begitu luasnya

otonomi dalam pendidikan diberikan kepada daerah, tetap harus konsisten

dengan sistem konstitusi. Sesuai tuntunan reformasi dalam pembangunan di

Indonesia, tampaknya pelaksanaan desentralisasi pendidikan merupakan suatu

keharusan.39

Desentralisasi pendidikan diharapkan akan mampu meningkatkan

kuantitas dan kualitas pendidikan. Secara konseptual, terdapat dua jenis

desentralisasi pendidikan, yaitu:

a. Desentralisasi kewenangan di sektor pendidikan dalam hal kebijakan

pendidikan. Kewenangan disini adalah

a) Menentukan sekolah mana yang dapat diikuti seorang murid.

b) Waktu belajar di sekolah.

c) Penentuan buku yang digunakan.

d) Kurikulum.

e) Metode pembelajaran.

f) Manajemen guru Memilih dan memberhentikan kepala sekolah.

g) Memilih dan memberhentikan guru.

h) Menentukan gaji guru.

i) Memberikan tanggung jawab pengajaran kepada guru.

j) Menentukan dan mengadakan pelatihan kepada guru.

k) Struktur dan perencanaan Membuka atau menutup suatu sekolah.

l) Menentukan program yang ditawarkan sekolah.

39 Dr.yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd, op.cit., h.66-86

Page 83: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

72

m) Definisi dari isi mata pelajaran.

n) Pengawasan atas kinerja sekolah.

o) Sumber daya Program pengembangan sekolah.

p) Alokasi anggaran untuk guru dan tenaga administratif (personnel).

q) Alokasi anggaran non-personnel.

r) Alokasi anggaran untuk pelatihan guru.

b. Aspek pendanaannya dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah.

c. Desentralisasi pendidikan dengan fokus pada pemberian kewenangan yang

lebih besar di tingkat sekolah.

Desentralisasi pendidikan merupakan upaya untuk mendelegasikan

sebagian atau seluruh wewenang di bidang pendidikan yang seharusnya

dilakukan oleh pejabat tingkat pusat kepada pejabat tingkat kabupaten.

Desentralisasi merupakan sarana untuk mengembangkan dan memenuhi

kebutuhan pembangunan daerah, dianggap pola yang paling tepat dan relevan

dengan tuntunan otonomi tersebut.40

“Desentralisasi pendidikan diharapkan akan mampu meningkatkan

kuantitas dan kualitas pendidikan Islam. Untuk mendukung terlaksananya

program pendidikan pesantren seperti yang disebutkan di atas.”41

Di zaman reformasi sperti sekarang ini, sangat diperlukan

desentralisasi. Karena dengan adanya desentralisasi, itu sama halnya dengan

menjadikan pemerintah daerah untuk mandiri. Sehingga tidak bergantung

dengan pemerintah pusat. Pendidikan di daerah, sebetulnya sudah sejak lama

ingin mandiri, dengan mandirinya sekolah yang ada di daerah para staf dan

kepala sekolah yang ada disekolah daerah tersebut dapat melakukan apa yang

sesuai dengan kebutuhan anak didik yang ada di daerah.

40 Dr.yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd, op.cit., h.81-84 41 Amien Haedari, Transformasi Pesantren, (Jakarta: LEKDIS, 2006), h.47

Page 84: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

73

C. Menyeimbangkan Lembaga Pendidikan Islam dan Umum

Gus Dur juga berupaya sekuat tenaga untuk menyeimbangkan lembaga

pendidikan, baik itu pendidikan Islam maupun umum, menurut Gus Dur dengan

menyeimbangkan lembaga pendidikan dapat menghilangkan kecemburuan sosial

antara pendidikan Islam dan umum. Gus Dur melakukan penyeimbangan sebagai

pendorong pertumbuhan pendidikan yang lebih seragam, menurut Gus Dur rakyat

Indonesia yang akan memetik hasil dari program penyeimbangan lembaga

pendidikan dalam jangka panjang, terutama dari segi hilangnya dualisme pendidikan

di Indonesia secara berangsur-angsur, dengan tidak merugikan pihak mana pun yang

bersangkut paut dengan dunia pendidikan.42

Alasan Gus Dur berpihak pada lembaga pendidikan swasta, lembaga

pendidikan swasta yang dimaksud disini yaitu madarasah yang ada di pesantren,

dikarenakan lembaga tersebut sangat kurang mendapat perhatian dari pemerintah,

apalagi pada masa Orde Baru lembaga pendidikan swasta tersebut tidak mendapat

perhatian sama sekali. Oleh karena itu, Gus Dur ingin menyeimbangkan lembaga

pendidikan swasta tersebut dengan lembaga pendidikan lainnya. Sehingga ketika

Gus Dur menjabat menjadi presiden, banyak madrasah-madrasah baik yang Aliyah

maupun Tsanawiyah yang tadinya swasta menjadi Negeri. Dengan begitu umat

Islam di Indonesia tidak merasa iri atau minder terhadap sekolah orang non muslim.

Dengan menyeimbangkan lembaga pendidikan agama dan umum dapat

menghilangkan diskriminasi antara pendidikan Islam dan pendidikan umum, tanpa

menghilangkan jati diri masing-masing. Dengan demikian diskriminasi antara

pendidikan Islam dan umum tidak terjadi lagi. Gus Dur sangat menginginkan tidak

adanya diskriminasi dalam seluruh aspek kehidupan di Indonesia, khususnya tentang

pendidikan. Oleh karena itu, dengan sekuat tenaga Gus Dur mnghilangkan

diskriminasi dalam pendidikan.

42 Abdurrahman Wahid, op.cit, h..66-70

Page 85: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

74

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penulis telah menguraikan pada bab sebelumnya mengenai pembaharuan pendidikan

Islam di Indonesia oleh KH. Abdurrahman Wahid. Maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pengembangan kurikulum dipesantren pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari visi

pembangunan nasional yang berupaya menyelamatkan dan memperbaiki kehidupan

nasional yang tertera dalam GBHN.

Menurut Gus Dur sangat penting menghilangkan dikotomi antara ilmu agama dan ilmu

umum, dengan catatan penguasaan ilmu agama harus diberi porsi lebih besar dalam

kurikulum pesantren. Menurutnya juga, kurikulum pesantren memiliki keterkaitan

dengan kebutuhan lapangan kerja.

Menurut Gus Dur, kurikulum pesantren seharusnya tidak hanya berisi mata pelajaran

agama saja, melainkan juga memuat mata pelajaran umum, ilmu pengetahuan dan

teknologi serta keterampilan yang dibutuhkan oleh lapangan kerja.

Page 86: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

75

2. Pembaharuan institusi di pesantren sangat diperlukan dalam menghadapi perkembangan

zaman sekarang, “madrasah” sebagai wujud pembaharuan pesantren, juga sebagai

perluasan yang terbatas dari model pesantren itu sendiri, yang dipengaruhi tradisi

keilmuan mekkah.

Kehadiran madrasah di Indonesia dilatarbelakangi oleh keinginan untuk memberlakukan

secara berimbang antara ilmu agama dengan ilmu pengetahuan umum dalam kegiatan

pendidikan dikalangan umat Islam.

Perubahan itu sendiri harus dapat memberikan arti positif bagi semua kalangan, dengan

tujuan mengintegritaskan pesantren sebagai sistem pendidikan kedalam pola umum

pendidikan nasional yang membangun dan kreatif, serta meletakan fungsi

kemasyarakatan pesantren dalam konteks atau kerangka menumbuhkan lembaga

pemerintahan yang kuat dan matang sehingga mampu menjadi rekan yang sesungguhnya

bagi pemerintah dalam kerja pembangunan.

3. Menurut Gus Dur, orientasi pendidikan harus ditata kembali dengan mengembangkan

cara baru yang tepat, guna mengukur kemampuan anak didik dalam melakukan kerja

nyata kemanusiaan dan kemasyarakatan, serta diarahkan pada pengenalan hajat hidup dan

sumber pemenuhannya tanpa menggoyahkan sikap yang dilandasi aqidah Islamiyah

Ahlusunnah Waljama’ah.

Gus Dur juga berupaya sekuat tenaga untuk menyeimbangkan lembaga pendidikan, baik

itu pendidikan Islam maupun umum, menurut Gus Dur dengan menyeimbangkan

lembaga pendidikan dapat menghilangkan kecemburuan sosial antara pendidikan Islam

dan umum, juga menghilangkan diskriminasi dalam pendidikan di Indonesia.

Page 87: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

76

B. Saran

Ada banyak hal yang harus diperhatikan untuk mengaplikasikan gagasan yang

dikembangkan oleh KH. Abdurrahman Wahid pada pembaharuan dibidang pendidikan.

Maka dari itu, penulis menyarankan sebagai berikut:

1. Pengembangan kurikulum yang ditawarkan dilembaga pendidikan pesantren seharusnya

tidak hanya pada kurikulum pesantren, melainkan juga memuat mata pelajaran umum,

ilmu pengetahuan dan teknologi serta keterampilan yang dibutuhkan oleh lapangan kerja.

2. Orientasi pendidikan harus ditata kembali dengan mengembangkan cara baru yang tepat,

guna mengukur kemampuan anak didik dalam melakukan kerja nyata kemanusiaan dan

kemasyarakatan, serta diarahkan pada pengenalan hajat hidup pada kehidupan nyata.

3. Harus terdapat keseimbangan antara lembaga pendidikan umum dengan pendidikann

Islam, guna dapat menghilangkan kecemburuan sosial antara pendidikan Islam dan

umum, juga menghilangkan diskriminasi dalam pendidikan di Indonesia.

Page 88: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

77

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Armai Arief. M.A, Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembanagn Lembaga Pendidikan

Islam Klasik, Bandung:Angkasa, 2005

Abdurrahman Wahid, Menggerakan Tradisi, Yogyakarta:LKIS Yogyakarta, 2010

Amin Haedari, Transformasi Pesantren, Jakarta:Lekdis, 2006

Amin Haedari, Khazanah Intelektual Pesantren, Jakarta:Maloho Jaya abadi, 2009

A. malik fadjar, Reorientasi Pendidikan Islam, Jakarta:Pt Temprint, 1999

Asrori S.Karni, Etos Studi Kaum Santri, Bandung:Mizan Pustaka, 2009

Prof.Dr.Armai Arief, MA,Reformaulasi Pendidikan Islam, Jakarta:CRSD Press, 2003

Prof.Dr. H.Abuddin Nata, M.A, Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam,

Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2005

Prof.Dr.Armai Arief, MA,Reformaulasi Pendidikan Islam, Jakarta:CRSD Press, 2003

A. Fatah Yasin, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, UIN Malang Press, 2008

K.H. Abdurrakhman Wahid, Tabayun Gus Dur, Yogyakarta:LKIS Yogyakarta, 2010

Abdul Munir Mulkhan, Perjalanan Politik Gus Dur, Jakarta:Buku Kompas, 2010

Prof. Dr.H.Abudin Nata, M.A, Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di

Indonesia, Jakarta:PT raja Grafindo persada, 2005

Abdul Munir Mulkhan, Perjalanan Politik Gus Dur, Jakarta:Buku Kompas, 2010

Abdurrahman Wahid, Islamku Islam Anda Islam Kita, Jakarta:The Wahid Instiitute, 2006

Abdurrahman Wahid, Menggerakan Tradisi, Yogyakarta:LKIS Yogyakarta, 2010

S. Nasutioan, Metodologi Penelitian Naturalistik Kulaitatif, Bandung:Tarsito, 1988

Hanun Asrohah, sejarah pendidikan Islam, Jakarta:Logos, 1997

Kamus Besar bahasa Indonesia,

Harun Nasution, Islam Rasional:Gagasan dan Pemikiran, Bandung:Mizan, 1996

H.M. Irsyad Djuwaeli, Pembaharuan kembali Pendidikan Islam, Jakarta:Karsa Utama

Mandiri, 1998

Prof.Dr. H.Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta:Prenada Media Group,2007

Page 89: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

78

Harun Nasution, Islam Rasional :Gagasan dan Pemikiran, Bandung:Mizan, 1996

Prof.Dr.H.Haidar Putra Daulay, MA, Sejarah Pertumbuhan dan Pemabaharuan

Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2007

Prof.Dr. H.Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta:Prenada Media Group,2007

Dr.Hasbi Indra, MA, Pendidikan Islam Melawan Globalisasi, Jakarta:Ridamulia, 2005

Prof.Dr.Mujamil Qomar, M.Ag, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju

Demokratisasi Institusi, Jakarta: Erlangga, 2002

Dr.Hasbi Indra, MA, Pendidikan Islam Melawan Globalisasi, Jakarta:Ridamulia, 2005

Dr. Nurcholish Madjid, Bili-Bilik Pesantren, Jakarta:Paramadina, 1997

Prof.Dr. H.Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta:Prenada Media Group,2007

Prof.Dr.H.Haidar Putra Daulay, MA, Sejarah Pertumbuhan Dan Pembaharuan

Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2007

Prof.Dr.Mujamil Qomar, M.Ag, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju

Demokratisasi Institusi, Jakarta: Erlangga, 2002

Said Aqiel Siradj, Wacana Pemberdayaan dan Transformasi Pesantren,

Bandung:Pustaka Hidayah, 1999

Dr. Nurcholish Madjid, Bili-Bilik Pesantren, Jakarta:Paramadina, 1997

Drs. H.Mundzier Suparta, MA, Manajemen Pondok Pesantren, Jakarta:Diva Pustaka,

2005

Zainal Arifin Thoha, Runtuhnya Singgasana KIai, Yogyakarta:Kutub, 2003

Saifullah Ma’shum, Dinamika Pesantren, (Jakarta:Yayasan Asaifuddin Zuhri, 1998

Prof.Dr.Mujamil Qomar, M.Ag, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju

Demokratisasi sInstitusi, Jakarta: Erlangga, 2002

Prof.Dr.Mujamil Qomar, M.Ag, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju

Demokratisasi Institusi, Jakarta: Erlangga, 2002

Dr. Nurcholish Madjid, Bili-Bilik Pesantren, Jakarta:Paramadina, 1997

Zainal Arifin Thoha, Runtuhnya Singgasana Kiai, Yogayakarta:Kutub, 2003

Prof.Dr.Mujamil Qomar, M.Ag, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju

Demokratisasi Institusi, Jakarta: Erlangga, 2002

Dr. Nurcholish Madjid, Bili-Bilik Pesantren, Jakarta:Paramadina, 1997

Page 90: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

79

Drs.H.Mundzier suparta, Manajemen Pondok Pesantren, Jakarta:Diva Pustaka, 2005

Karel Steenbrink, Pesantren, Madrasah, Sekolah, Jakarta:LP3ES

Dr. Nurcholish Madjid, Bili-Bilik Pesantren, Jakarta:Paramadina, 1997

Martin Van Bruineesen, kitab kuning, pesantren dan tarekat:tradisi-tradisi Islam di

Indonesia, Bandung: Mizan, 1995

Drs. H.Mundzier Suparta, MA, Manajemen Pondok Pesantren, Jakarta:diva pustaka,

2005

Prof.Dr.Mujamil Qomar, M.Ag, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju

Demokratisasi Institusi, Jakarta: Erlangga, 2002

Dr.Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd, Kebijakan Pembaharuan Pendidikan, Jakarta:Rajawali

Press, 2011

Dr. Nurcholish Madjid, Bili-Bilik Pesantren, Jakarta:Paramadina, 1997

Prof.Dr.Mujamil Qomar, M.Ag, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju

Demokratisasi Institusi, Jakarta: Erlangga, 2002

Prof.Dr. H.Abuddin Nata, M.A, Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam,

Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2005

Risalah Nahdlatul Ulama

Djohan Effendi, Pembaharuan Tanpa Membongkar Tradisi, Jakarta:Buku Kompas, 2010

Prof. Dr. Faisal Ismail, M.A, Dilema NU di Tengah Badai Pragmatisme Politik,

Jakarta:Badan Litbang Agama Dan Diklat Keagamaan, 2004

Khamami Zada, A. Fawaid Sjadzaili, NU Dinamika Ideologi Dan Politik Kenegaraan,

Jakarta:Pt Kompas Media Nusantara, 2010

Kacung Marijan, Quo Vadis NU, Jakarta:Erlangga, 1992

K.H. Zainal Arifin Thoha, Jagadnya Gus Dur, Yogyakarta:Kutub, 2010

H. Syamsyul Hadi, Gus Dur Guru Bangsa Bapak Pluralisme, Jombang:Zahra book, 2009

Wawan kurniawan, Jurnal Kajian Kebudayaan Dan Demokrasi Pesantren Ciganjur,

Jakarta:Litbang 2010

H. Syamsyul Hadi, Gus Dur Guru Bangsa Bapak Pluralisme, Jombang:Zahra book, 2009

Prof. dr. Faisal Ismail, M.A, Dilema NU Di Tengah Badai Pragmatisme Politik,

Jakarta:Badan Litbang Agama Dan Diklat Keagamaan, 2004

Page 91: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

80

Moh. Mahfud MD, Setahun Bersama Gus Dur, Jakarta:Pt Raja Grafindo Persada, 2010

Khamami Zada, A. Fawaid Sjadzaili, NU Dinamika Ideologi Dan Politik Kenegaraan,

Jakarta:pt Kompas Media Nusantara, 2010

Greg Barton, Biografi Gus Dur, Jakarta:LKIS Yogyakarta, 2003

Prof.Dr.H.Abuddin Nata,M.A, Tokoh-Tokoh Pemabaharuan Pendidikan Islam Di

Indonesia, Jakarta:Pt Raja Graindo Persada, 2005

Jhon L. Esposito, Tokoh Kunci Gerkaan Islam Kontemporer, Jakarta:Pt. Raja grafindo

persada, 2002

Drs.H.Mundzier suparta, Manajemen Pondok Pesantren, Jakarta:Diva Pustaka, 2005

Amin Haedari, Transformasi Pesantren, Jakarta:Lekdis, 2006

Prof.Dr.Mujamil Qomar, M.Ag, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju

Demokratisasi Institusi, Jakarta: Erlangga, 2002

Prof.Dr.H.Abuddin Nata,M.A, Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam Di

Indonesia, Jakarta:Pt Raja Graindo Persada, 2005

Prof.Dr.Mujamil Qomar, M.Ag, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju

Demokratisasi Institusi, Jakarta: Erlangga, 2002

Dr. Nurcholish Madjid, Bili-Bilik Pesantren, Jakarta:Paramadina, 1997

A. Fatah Yasin, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, Malang:UIN Malang Press, 2008

Matra, Wawancara Gus Dur 1996

Abdurrahman Wahid, Islam Kosmopolitan, Jakarta:The Wahid Institute, 2007

Dr.yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd, Kebijakan Pembaharuan Pendidikan, Jakarta:rajawali

Press, 2011

Pengurus Besar NU, Hasil Muktamar NU Ke-28, 1989

Kacung Marijan, Quo Vadis NU, Jakarta:Erlangga, 1992

Abdul Rachman Saleh, Madrasah dan Pendidikan anak Bangsa, Jakarta:Raja Grafindo

Persada, 2006

Amien Haedari, Transformasi Pesantren, Jakarta: LEKDIS, 2006

Page 92: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA OLEH …DIYAH-FITK.pdfTimbulnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan

Hasil Wawancara dengan Ibu Sita Nuriyah

1. Bagaimana kehidupan gus dur pada saat beliau masih hidup?

Jawab: kehidupan kami sama seperti keluarga yang lain.

2. Bagaimana interaksi antara gus dur dengan istri dan anak-anaknya?

Jawab: bapak itu orangnya jarang di rumah, tapi beliau selalu menyempatkan diri untuk

ngobrol dan bertukar pikiran.

3. Bagaimana sosok kepribadian gus dur di mata anak dan istri beliau?

Jawab: beliau orang yang sangat bertanggung jawab, baik sebagai seorang ayah maupun

seoranng suami.

4. Dalam hal apa saja gus dur menuangkan pemikirannya?

Jawab: agama, social, budaya, politik dan pendidikan.

5. Dalam pendidikan, gagasan apa saja yang gus dur tuangkan?

Jawab: bapak berupaya memodernisasikan pendidikan di pesantren.

6. Dalam hal pendidikan, kebijakan seperti apa yang dilakukan gus dur sebagai presiden?

Jawab: Pengembangan kebudayaan menurut bapak hendaknya dipelopori untuk

mengembangkan warisan rohaniah dan jasmaniah generasi lampau, untuk generasi masa

kini serta untuk diteruskan dan diwariskan pada generasi selanjutnya dalam menuju

tercapainya peningkatan kecerdasan dan cita rasa manusia sebagai hamba Allah swr.

7. Dalam hal budaya, kebijakan seperti apa yang dilakukan gus dur sebagai presiden?

Jawab: mensejahterakan kehidupan khususnya para guru dan umumnya para PNS,

diberlakukannya otonomi daerah dan destralisasi dibidang pendidikan secara

keseluruhan. Berkenaan dengan UU No. 22 tahun 1999 dan UU No.25 tahun 1999.