PEMBAGIAN AKHLAK

19
PEMBAGIAN AKHLAK A. Pendahuluan Perbuatan manusia merupakan sebuah gambaran dari dalam dirinya, karena perbuatannya itu orang tahu bagaimana sikap, watak dan perangainya. Kita sering melihat orang disekitar kita melakukan sesuatu kebaikan maka kita langsung menilai bahwa orang itu merupakan orang yang baik. Sama halnya dengan orang yang melakukan perbutan jahat kita juga menilai bahwa orang itu sangat buruk perangainya. Jiwa adalah sumber daya timbulnya suatu perbuatan. Apabila jiwanya baik, ia akan menimbulkan perbuatan yang baik. Sebaliknya, bila jiwanya buruk (rusak) akan membuahkan perbuatan yang buruk pula. 1 Akhlak merupakan cerminan dalam diri seseorang, bila ahklaknya baik maka ia akan disegani dan dihormati oleh masyarakat dan akan banyak teman sejawat disekitarnya senang bertemu dengannya. Begitu juga dengan orang yang berakhlak buruk dia akan di benci dan di jauhi oleh masyarakatnya dan orang disekitarnya. Sangat banyak contoh yang dapat kita lihat disekeliling kita, orang yang berakhlak mulia 1 Sayid Sabiq, Unsur-unsur Dinamika Dalam Islam (Jakarta: PT Intermasa, 1981), hlm. 41 1

Transcript of PEMBAGIAN AKHLAK

PEMBAGIAN AKHLAK

PEMBAGIAN AKHLAKA. Pendahuluan

Perbuatan manusia merupakan sebuah gambaran dari dalam dirinya, karena perbuatannya itu orang tahu bagaimana sikap, watak dan perangainya. Kita sering melihat orang disekitar kita melakukan sesuatu kebaikan maka kita langsung menilai bahwa orang itu merupakan orang yang baik. Sama halnya dengan orang yang melakukan perbutan jahat kita juga menilai bahwa orang itu sangat buruk perangainya.

Jiwa adalah sumber daya timbulnya suatu perbuatan. Apabila jiwanya baik, ia akan menimbulkan perbuatan yang baik. Sebaliknya, bila jiwanya buruk (rusak) akan membuahkan perbuatan yang buruk pula.

Akhlak merupakan cerminan dalam diri seseorang, bila ahklaknya baik maka ia akan disegani dan dihormati oleh masyarakat dan akan banyak teman sejawat disekitarnya senang bertemu dengannya. Begitu juga dengan orang yang berakhlak buruk dia akan di benci dan di jauhi oleh masyarakatnya dan orang disekitarnya. Sangat banyak contoh yang dapat kita lihat disekeliling kita, orang yang berakhlak mulia itu sangat harum namanya dikalangan masyarakat. Kita ambil contoh Rasulullah SAW sangat dikenal oleh ummatnya biarpun ummatnya tidak berjumpa lagi dengan dia, itu dikarenakan oleh akhlaknya yang sangat mulia. Sejarahnya sangat dikenang oleh ummatnya, dia dikenal bukan hanya dimasyarakatnya saja akan tetapi di penjuru dunia semua orang mengakui dan mencontoh akhlakul karimahnya. Karena dia diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Sebagaimana hadis Rasulullah SAW yang berbunyi:

))

Artinya : Sesungguhnya aku (muhammad) di utus (oleh Allah) untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. (HR. Ahmad dan Baihaqi).

Dalam firman Allah telah dipaparkan juga dalam al-Quran surah al-Qalam yang berbunyi:

(((((((( (((((((( (((((( ((((((( (((

Artinya : Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.

B. Pengertian Akhlak

Perkataan akhlak dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab akhlaq, bentuk jamak kata khuluq atau al-khulq, yang secara etimologis (bersangkutan dengan cabang ilmu bahasa yang menyelediki asal usul kata serta perubahan-perubahan dalam bentuk dan makna) antara lain berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Dalam kepustakaan akhlak diartikan juga sikap yang melahirkan perbuatan (perilaku, tingkah laku) mungkin baik, mungkin buruk.

Soegarda Poerbakawatja dalam buku Ensiklopedi Pendidikan, mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan akhlak adalah budi pekerti, watak, kesusilaan (kesadaran etik dan moral) yaitu kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap Kholiknya dan terhadap sesama manusia.

Asmaran dalam buku Pengantar Studi Akhlak, menjelaskan pengertian akhlak sebagai Kondisi atau sifat yag telah meresap dan terpatri dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran. Apabila dari kondisi ada timbul kelakuan baik dan terpuji menurut pandangan syariat dan akal pikiran, maka ia dinamakan budi pekerti mulia dan sebaliknya apabila yang lahir kelakuan yang buruk, maka disebutlah budi pekerti yang tercela.

Sejalan dengan pengertian yang disebutkan diatas, Abuddin Nata menjelaskan bahwa ciri-ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak adalah sebagai berikut :

1. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya.

2. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran.

3. Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.

4. Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau bersandiwara.

5. Sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan akhlak (kususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang atau karena ingin mendapatkan sesuatu pujian.

Dari kutipan diatas dapat dipahami bahwa akhlak adalah sifat, watak, etika, moral seseorang yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Akhlak yang berada dalam jiwa remaja terletak pada pembinaan orang tua dimasa kecilnya, bila orang tua bisa menanamkan akhlak yang baik kepada anaknya maka si anak akan mudah mengontrol perbuatannya, misalnya si remaja bisa menyaring perbuatan-perbuatan yang datang dari orang yang berada didalam lingkungannya baik teman kerabat atau juga orang yang sangat berpengaruh bagi kehidupannya. Menurut Ibnul Atsir akhlak adalah:

Al Khuluq berarti tabiat, dien, sifat hakekatnya adalah fotret manusia dalam bathin, yaitu jiwa dan kepribadiannya. Akhlak Islam merupakan perangkat tata nilai bersifat samawi dan azali, yang mewarnai cara berpikir, bersikap dan bertindak seorang muslim terhadap dirinya, terhadap Allah dan Rasulnya, terhadap seseorang dan lingkungannya.

Dari kutipan diatas penulis juga berpendapat bahwa akhlak adalah sesuatu yang menggambarkan tentang perilaku seseorang yang terdapat dalam jiwa yang baik, yang darinya keluar perbuatan secara mudah dan otomatis tanpa terpikir sebelumnya. Dan jika sumber perilaku itu didasari oleh perbuatan yang baik dan mulia yang dapat dibenarkan oleh akal dan syariat maka ia dinamakan akhlak yang mulia, namun jika sebaliknya maka ia dinamakan akhlak yang tercela.C. Pembagian Akhlak

1. Akhlak Terpuji (Mahmudah).

Yang dimaksud dengan akhlaqul mahmudah ialah segala tingkah laku yang terpuji (yang baik) yang biasa juga dinamakan fadilah (kelebihan). Dalam pembahasan fadilah dan qabihah dititik beratkan pada pembahasan sifat-sifat yang terpendam dalam jiwa manusia yang menularkan perbuatan-perbuatan lahiriyah.

a. Setia (al-Amanah).

Al-Amanah menurut arti bahasa ialah: kesetiaan, ketulusan hati, kepercayaan (tsiqah) atau kejujuran. Yang dimaksud amanah disini ialah suatu sifat dan sikap pribadi yang setia, tulus hati dan jujur dalam melaksanakan sesuatu yang dipercayakan kepadanya, berupa harta benda, rahasia maupun tugas kewajiban.

Kewajiban memiliki sifat dan sikap Al-amanah ini ditandaskan Allah SWT dalam Alquran Suorh An-Nisa 58:

( (((( (((( (((((((((((( ((( ((((((((( (((((((((((( (((((( ((((((((( ((((((( ((((((((( (((((( (((((((( ((( ((((((((((( (((((((((((( ( (((( (((( ((((((( ((((((((( (((((( ( (((( (((( ((((( (((((((( (((((((( ((((

58. Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.

b. Keberanian (as-Syajaah).

Syajaah bukanlah semata-mata keberanian berkelahi di medan, melainkan suatu sikap mental dimana seseorang dapat menguasai jiwanya dan berbuat menurut semestinya. Orang yang dapat menguasai jiwanya pada masa-masa kritis ketika bahaya di ambang pintu, itulah orang yang berani.

Namun, keberanian itu pula nampak pada saat melawan musuh. Hal ini dapat dilihat dalam Firman Allah Suroh al-Anfal ayat 15-16:

((((((((((( ((((((((( ((((((((((( ((((( ((((((((( ((((((((( ((((((((( ((((((( (((( ((((((((((( ((((((((((( (((( ((((( ((((((((((( (((((((((( (((((((((( (((( (((((((((((( (((((((((( (((( (((((((((((( (((((( (((((( (((((( (((((( (((((((( ((((( (((( ((((((((((( (((((((( ( (((((((( ((((((((((( ((((

15. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir yang sedang menyerangmu, Maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur).

16. Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (sisat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, Maka Sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka jahannam. dan amat buruklah tempat kembalinya.

c. Kesabaran.

Ada pribahasa menyatakan bahwa kesabaran itu pahit laksana jadam, namun akibatnya lebih manis daripada madu. Ungkapan tersebut menunjukkan hikmah kesabaran sebagai fadilah.

Dalam Suroh al-Baqarah 177 Allah berfirman:

((((((((((((((( ((( (((((((((((((( ((((((((((((( ((((((( (((((((((( ( (((((((((((( ((((((((( ((((((((( ( (((((((((((((( (((( ((((((((((((( (((((

177. ., dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.

Bahwa selain menjalankan ritual keagamaan manusia harus memiliki sifat sabar dalam hidup ini baik ketika manusia mendapatkan kesulitan dan musibah maupun kesenangan harus tetap sabar.

Faktor-faktor kesabaran:

1) Syajaah: seorang dapat bersabar terhadap sesuatu jika dalam jiwanya ada keberanian menerima musibah/keberanian dalam mengerjakan sesuatu.

2) Al-Quwwan/kekuatan: seorang dapat bersabar terhadap sesuatu jika dalam dirinya cukup tersimpan sejumlah kekuatan.

3) Kesadaran dan pengetahuan, jika seseorang tahu dan sadar akan manfaat sesuatu barulah dia dapat bersabar dalam mengerjakannya.

Adapun manfaat kesabaran itu dapat dinikmati setelah lulus dari padanya dengan memperoleh kemenangan.

1) Memperoleh rahmat dan kegembiraan.

Firman Allah Swt dalam suroh al-Baqarah ayat 155:

((((((((((((((((( (((((((( ((((( (((((((((( ((((((((((( (((((((( ((((( ((((((((((( ((((((((((( (((((((((((((( ( ((((((((( ((((((((((((( (((((

155. Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.

2) Memperoleh pertolongan dan kemenangan.

3) Memperoleh kesenangan dan kebahagiaan.

Sabar terbagi kepada tiga tingkatan:

1) Sabar orang awam yang disebut tasabbur yaitu menanggung kesusahan dan menadah kesakitan dalam menerima hukum Allah.

2) Orang yang menjalani tarikat yaitu jadi biasa ia dengan bersifat dengan sabar telah mudah atasnya segala yang susah yang datang oleh dia itu.

3) Sabar orang arif yang telah mengenal Allah yang disebut isthibar yaitu bersedap-sedap dengan kena bala dan suka ia dengan ihtiar Tuhannya.

d. Keadilan (al-Adl).

Prinsip keadilan ditegaskan dalam Alquran suroh an-Nahl ayat 90:

( (((( (((( (((((((( (((((((((((( ((((((((((((( ((((((((((( ((( (((((((((((( (((((((((( (((( (((((((((((((( ((((((((((((( (((((((((((( ( (((((((((( (((((((((( ((((((((((( ((((

90. Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.

Sifat dan sikap adil ada dua macam adil yang berhubungan dengan perseorangan dan adil yang berhubungan dengan kemasyarakatan dan pemerintah.

Adil perseorangan ialah tindakan memberi hak keapda yang mempunyai hak bila seseorang mengambil haknya berupa melewati batas atau memberikan hak orang lain tanpa menguranginya itulah yang dinamakan tindakan adil.

Adil dalam segi kemasyarakatan dan pemerintahan misalnya tindakan hakim yang menghukum orang-orang yang jahat atau orang-orang yang bersengketa sepanjang neraca keadilan. Pemerintah dipandang adil jika dia mengusahakan kemakmuran rakyat secara merata, baik di kota-kota maupun di desa-desa. Dalam Alquran suroh Al-Maidah ayat 8 diingatkan:

Untuk menegakkan neraca keadilan dalam diri pribadi dan masyarakat, maka ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan:

1) Tenang dalam mengambil keputusan, tidak berat sebelah dalam tindakan karena pengaruh hawa nafsu, angkara murka ataupun karena kecintaan kepada seseorang.

2) Memperluas pandangan dan melihat soalnya secara objektif.

2. Akhlak Tercela (Madzmumah)Akhlak Madzmumah adalah perbuatan yang tercela yang dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain, atau perangai yang tercermin dari tutur kata, tingkah laku dan sikap yang tidak baik. Akhlak yang tidak baik, itu bisa dibaca/dilihat dari gerak-gerik yang tidak baik, tidak baik dan ujung-ujungnya merugikan orang lain. Tiang dari akhlak tercela itu adalah Nafsu Jahat.

Akhlak Madzmumah terbagi dua,yaitu:

a. Akhlak Madzmumah terhadap Tuhan.

1) Takabbur (al-Kibru) Takabbur (al-Kibru); yaitu suatu sikap yang menyombongkan diri sehingga tidak mau mengakui kekuasaan Allah di alam ini, termasuk mengingkari nikmat Allah yang ada padanya.

Seperti dalam surah al-Araf ayat 146:

(((((((((( (((( (((((((((( ((((((((( ((((((((((((( ((( (((((((( (((((((( ((((((((( ((((( (((((((( (((( ((((((( ( ((((((((((( ((((( ((((( (((((((( ((((((( ((((((((( (( ((((((((((( ((((((( ((((( (((((((( ((((((( ((((((((( ((((((((((( ((((((( ( ((((((( (((((((((( ((((((((( ((((((((((((( (((((((((( ((((((( (((((((((( (((((

Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. mereka jika melihat tiap-tiap ayat(Ku), mereka tidak beriman kepadanya. dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus memenempuhnya. yang demikian itu adalah Karena mereka mendustakan ayat-ayat kami dan mereka selalu lalai dari padanya.2) Musyrik (al-Isyraak)

Yaitu suatu sikap yang mempersekutukan Allah dengan makhluk-Nya, dan dengan cara menganggapnya bahwa ada suatu makhluk yang menyamai-Nya.

3) Murtad (ar-Riddah)

Yaitu sikap yang meninggalkan atau keluar dari agama Islam untuk menjadi kafir.

4) Munafiq (an-Nisa).

Yaitu suatu sikap yang menampilkan dirinya bertentangan dengan kemampuan hatinya dalam kehidupan beragama.

5) Riya (ar-Riyaa).

6) Boros atau berfoya-foya (al-Israaf).

7) Rakus atau tamak (al-Hirshu atau ath-Thamau).

b. Akhlak Madzmumah terhadap sesama manusia

1) Mudah marah.

2) Iri hati atau dengki (al-Hasadu atau al-Higdu).

3) Mengadu-ngadu (an-Namilmah).

4) Mengumpat (al-Ghibah).

5) Bersifat congkak (al-Asharu).

6) Sifat kikir (al-Bukhru).

7) Berbuat aniaya (azh-Zhulma).

8) Ujub.

9) Bakhil dan cinta kekayaan.

10) Mencintai kemasyhuran/gramour.

11) Mengadu domba.

12) Berdusta.

13) Banyak berkata sia-sia.

14) Buruk sangka.

15) Buthon.

16) Pesimis.

17) Sombong.

18) Menggunjing.

19) Putus asa.

20) Pasif.

D. Kesimpulan

Dari pemaparan diatas, penulis dapat menyimpulkan tentang pembagian akhlak tersebut, yaitu:

1. Menurut ajaran Islam, penentuan baik dan buruk harus didasarkan pada petunjuk Alquran dan hadits. Jika kita perhatikan, Alquran maupun hadits dapat dijumpai berbagai istilah yang mengacu kepada baik, dan istilah yang mengacu kepada yang buruk.

2. Seseorang yang teruji pantang berbohong sekalipun terhadap diri sendiri dan tidak pernah menipu apalagi menyesatkan orang lain. Orang seperti ini biasanya dapat hidup dengan tenang dan damai, memiliki pergaulan luas dan banyak relasi, serta dihargai kawan dan disegani siapapun yang mengenalnya. Ketenteraman hidup orang berakhlak juga ditopang oleh perasaan optimis menghadapi kehidupan ukhrawi lantaran muaamalah maallahnya sudah sesuai dengan ketentuan Allah.

3. Ketenteraman dan kebahagiaan hidup seseorang tidak berkorelasi positif dengan kekayaan, kepandaian, atau jabatan. Jika seseorang yang mempunyai atau memiliki akhlakul karimah baik ia seorang yang kaya atau miskin, berpendidikan tinggi atau rendah, memiliki jabatan tinggi, rendah, atau tidak memiliki jabatan sama sekali, insya Allah akan dapat memperoleh kebahagiaan.

4. Ciri-ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak yaitu :

a. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yyang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang.

b. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa melakukan pemikiran.

c. Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya.

d. Bahwa perbuatan adalah perbuatan yang dilakukan yang sesungguhnya..

5. Sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena keinginan dipuji orang atau kerana ingin mendapatkan sesuatu pujian. Seseorang yang melakukan perbuatan bukan atas dasar karena allah tidak dapat dikatakan perbuatan akhlak.

DAFTAR KEPUSTAKAANAli, Mohammad Daud. Pendidikan Agama Islam Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998.

Asmaran. Pengantar Studi Akhlak Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.

Departemen Agama RI. Al-Quran dan Terjemahannya Surabaya: CV. Jaya Sakti, 1984.

Dewantoro, Muhammad. Agenda Muslimah Meniti Jejak Muslimah Salaf Solo: Hidayatul Insan, 2005.

Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.

Poerbakawatja, Soegarda. Ensiklopedi Pendidikan Jakarta: Gunung Agung, 1976.

Quzwain, M. Chatib. Mengenal Allah, Jakarta: Bulan Bintang, 1985.Sabiq, Sayid. Unsur-unsur Dinamika Dalam Islam Jakarta: PT Intermasa, 1981.

Terjemahan Hadiah Salim, Mukhtarul Ahaditsin Nabawiyah Diterjemahkan Semarang: Toha Putra, 1976.

Yaqub, Hamzah. Etika Islam, Bandung: Diponegoero, 1978.

Sayid Sabiq, Unsur-unsur Dinamika Dalam Islam (Jakarta: PT Intermasa, 1981), hlm. 41

Terjemahan Hadiah Salim, Mukhtarul Ahaditsin Nabawiyah Diterjemahkan (Semarang: Toha Putra, 1976), hlm. 69

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya (Surabaya: CV. Jaya Sakti, 1984), hlm. 960

Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), hlm. 348

Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedi Pendidikan (Jakarta: Gunung Agung, 1976), hlm. 3

Asmaran, Pengantar Studi Akhlak (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 3

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 5-7

Muhammad Dewantoro, Agenda Muslimah Meniti Jejak Muslimah Salaf (Solo: Hidayatul Insan, 2005), hlm. 74

Hamzah Yaqub, Etika Islam, (Bandung: Diponegoero, 1978), hlm. 95-99.

Ibid, hlm. 120-122.

M. Chatib Quzwain, Mengenal Allah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), hlm. 90.

PAGE 13