PEMAPARAN PROSES JUDICIAL REVIEW UNDANG-UNDANG … · Setelah diyakini bahwa pernikahan anak yang...

19
oleh : Zumrotin K Susilo Yayasan Kesehatan Perempuan PEMAPARAN PROSES JUDICIAL REVIEW UNDANG-UNDANG NO.1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN Nomor Perakara: 30/PUU-XII/2014

Transcript of PEMAPARAN PROSES JUDICIAL REVIEW UNDANG-UNDANG … · Setelah diyakini bahwa pernikahan anak yang...

oleh :

Zumrotin K Susilo

Yayasan Kesehatan Perempuan

PEMAPARAN PROSES JUDICIAL REVIEW

UNDANG-UNDANG NO.1 TAHUN 1974

TENTANG PERKAWINAN

Nomor Perakara: 30/PUU-XII/2014

Tren Perkawinan Anak Data Dunia: 60 persen anak perempuan menikah

pada usia kurang dari 18 tahun (sumber UNICEF 2010)

34,5 persen anak perempuan di Indonesia menikah pada usia kurang dari 19 tahun (BPS 2008)

Perkawinan anak di Indonesia nomor 2 se Asean sesudah Kamboja (UGM)

Indonesia sendiri berada pada peringkat 22 dibandingkan negara-negara Islam (Iran, Arab Saudi) yg hampir 0% perkawinan anak.

ALASAN PERNIKAHAN ANAK

Kemiskinan ( Ekonomi )

Budaya masyarakat

Interpretasi agama yang tidak tepat

Kehamilan yang tidak di inginkan

PROSES YKP MELAKUKAN JR

Pada Awalny YKP telah melakukan intervensi di 10

kabupaten dan 3 kecamatan, yang angka kematian ibu dan

angka kematian anaknya tinggi. Kabupatennya adalah:

• Bondowoso

• So’e

• Sambas

• Bogor

• Cianjur

• Tasikmalaya

• Batang

• Kampar

• Kebumen

• Timika

• Jakarta ( Gambir,

Pesanggrahan dan

Jagakarsa)

BENTUK BENTUK KEGIATAN / PROGRAM DI SETIAP KABUPATEN

Pendidikan sebaya tentang Kespro remaja

Pelatihan Kespro untuk guru dan provider

Sosialisasi Kespro pada Toga, Tomas, dan orang tua

murid

Pelatihan kampanye melalui media film, poster dan

artikel

Melakukan lomba poster, artikel dan film dengan

tema kampanye pencegahan perkawinan anak

Melakukan siaran di radio interaktif di radio lokal

kabupaten tentang Kespro dan permasalahanya

6

BENTUK –BENTUK KEGIATAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA dan KAMPANYE

PENCEGAHAN PERNIKAHAN DINII

SOSIALISASI PEMKAB Kepada TOGA,

TOMAS, ORTU MURID dan GURU

SOSIALISASI Kepada MURID

Melalui RADIO

SOSIALISASI Kepada MASYARAKAT

Salah satu hasil assessment (Kab. Bondowoso)

Pada tahun 2010 Bondowoso merupakan kabupaten dengan

peringkat ke-2 paling buruk untuk Kematian Ibu se-provinsi Jawa

Timur.

Angka kematian bayi di 2010 adalah 56.62 per 1000 kelahiran

hidup, terburuk ke-3 untuk kabupaten se-provinsi Jawa Timur.

Tingkat kemiskinan yang tinggi di kab. Bondowoso

Masih tingginya angka perkawinan anak ( dibawah 18 tahun) sebesar

49% dan dalam waktu 1 tahun 50% persen dari pernikahan

tersebut bercerai. Atas temuan inilah YKP diminta oleh Pemda

(Bupati) Bondowoso melakukan pendidikan dan penyuluhan

Pencegahan Perkawianan Anak dalam aspek Kespro.

Tahun Jml Pernikahan Dini Total

Pernikahan

2011 2759 5418

2012 2800 5597

(Asumsi capaian

2013)

2331 5363 Sumber Data : KBPP, 2013

Capaian Kab. Bondowoso

Proses menuju JR (1)

Setelah diyakini bahwa pernikahan anak yang berdampak pada

hilangnya hak anak untuk memperoleh kehidupan yang baik seperti

pendidikan, kesehatan, dan ekonomi dll. Beberapa rangkaian kegiatan

yang dilakukan

1. Workshop “Pandangan Tokoh Agama Tentang Perkawinan Anak”

(27 November 2012)dihadiri 50 tokoh agama se-Jawa.Dalam

workshop ini semua tokoh agama sepakat bahwa usia pernikahan

anak dinaikan menjadi 21 tahun.

2. Rangkaian diskusi bersama stakeholders (Pemerintah, LSM dan

Lembaga Donor) “Menggugat Batasan Usia Pernikahan Menurut

UU Perkawinan no. 1 tahun 1974 Yang Bertentangan Dengan

Konstitusi“ (April-Mei-Juni 2013)

Proses menuju JR (2)

3. Workshop surat mengetahui pandangan Pemerintah “Perlunya

Review Kembali Batasan Usia Pernikahan Menurut UU No. 1

Tahun 1974 tentang Perkawinan (19 Nov 2013). Bekerjasama

dengan BKKBN. Hadir menjadi narasumber Kepala BKKBN,

Bupati Bondowoso, Pemuka Agama Bapak KH Solahodin Wahid,

dan Pelaksana lapangan pendidikan Kespro di kab. Tasikmalaya

Bpk. Endang

4. Dari rangkaian kegiatan diatas, meyakinkan YKP untuk segera

menindaklanjuti rencana JR UU Perkawinan No 1 tahun 1974 ke

MK. Untuk itu YKP menunjuk Ibu Rita Serena Kolibonso S.H,.

LL.M. Dan Bapak Tubagus Haryo Karbyanto, S.H. Sebagai kuasa

hukum.

Proses menuju JR (3)

5. Tanggal 5 April 2014 YKP memasukan gugatan ke MK

dan mendapatkan nomer perkara 30/PUU-XII/2014.

6. Pada tanggal yang sama 5 April 2014 , YKP juga

melakukan konfrensi pers

7. Mengundang organisasi lain untuk menjadi pihak terkait .

Lima (5) organisasi yang menjadi pihak terkait, adalah:

PKBI, Kalynamitra, Rahima, WRI dan ARI.

8. Mempersiapkan saksi ahli dan korban

9. Jumlah persidangan atas gugatan yang dilakukan YKP dan

pihak terkait sebanyak 10 kali

10. Dalam melakukan kegiatan ini YKP harus memanfaatkan modal sosial untuk memperkuat dan mendapatkan dukungan dari kelompok masyarakat, LSM dan lembaga/institusi lainnya, berupa:

Amicus Currie (sahabat persidangan)dari kelompok koalisi +18

Koalisi +18 mengajukan gugatan yang sama ke MK dengan nomor perkara 74/PUU-XII/2014

Beberapa media kampanye pencegahan perkawinan anak yang dilakukan mitra, seperti:

• Film dokumenter perkawinan anak yang dikeluarkan Kalyanamitra dan WRI

• Petisi dan Videografis stop perkawinan anak oleh koalisi+18

• Ruang-ruang diskusi (cth. YKP-sentilan-sentilun Metro TV tentang Perkawinan Anak, Traveling Journal on Women Rural-Philipina-Kisah Lina dari Bondowoso, dll)

Proses menuju JR (4)

Gambaran Persidangan di MK (1)

Sebelum didaftarkan gugatan ke MK, YKP melakukan kajian tentang

pasal-pasal dalam konstitusi yang dilanggar dalam praktek

perkawinan anak. Salah satunya Pasal 28B ayat (2) UUD 1945

“setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan

berkembang dan perlindungan dari berbagai bentuk

kekerasan dan diskriminasi” Dimana pada perkawinan

anak hal ini tidak dapat dilaksanakan.

Disamping itu juga YKP mengkaji adanya kegagalan kebijakan-

kebijakan yang dikeluarkan pemerintah karena perkawinan anak,

seperti: Program wajib belajar 12 tahun, perbedaan definisi usia

anak pada UU Perlindungan anak usia 18 tahun masuk dalam

kategori anak.Kajian ini untuk memastikan bahwa perkawinan anak

melanggar UUD 1945.

Gambaran Persidangan di MK (2) Menyusun strategi menampilkan saksi ahli dan korban perkawinan

anak. Saksi ahli dibagi dalam:

- Cluster 1: kesehatan dan psikolog , Cluster 2; Pelanggaran HAM

- Cluster 3: Akademisi dan Media, Cluster 4: Agama

- Testimoni korban perkawinan anak

Setelah saksi ahli yang diajukan YKP berbicara pada persidangan,

pihak MK pun mengajukan ahli dari lembaga Agama yang ada di

Indonesia seperti: MUI, NU, Muhammadiyah, Walubi, PGI, KWI,

Hindhu Parisadha dan Matakin. YKP melakukan pendekatan

langsung kepada 7 lembaga tersebut untuk menjelaskan apa yang

menjadi gugatanYKP dan mengetahui respon awal dari masing-

masing lembaga agama tersebut.

Gambaran Persidangan di MK (3)

Setelah saksi ahli yang diajukan YKP berbicara pada

persidangan, pihak MK pun mengajukan saksi dari

perwakilan Agama yang ada di Indonesia seperti: MUI, NU,

Muhammadiyah, Walubi, PGI, KWI, Hindhu Parisadha dan

Matakin.

Pada sidang terakhir saksi ahli dari MUI juga mengajukan

ahli dari psikolog

Daftar Saksi Ahli dan korban

NO NAMA BIDANG

1 dr. Julianto Witjaksono

Sp.OG

Ahli Endocrinologi (Ahli

Hormon)

2 Maria Ulfa Anshor Ahli Hak Asasi Anak

3 Prof. Dr. M. Quraish

Shihab

Ahli Tafsir Agama Islam

4 Prof. Dr. Muhadjir

Darwin

Ahli Kependudukan dan

Peneliti

5 dr. Kartono Mohamad Ahli Kesehatan Reproduksi

6 Prof. Saparinah Sadli Ahli Psikologi

7 Ninuk Pambudi Ahli Media Analisis

8 Roichatul Aswidah

Rasyid

Ahli Hak Asasi Manusia

9 Yunianti Chuzaifah Ahli Hak Asasi Perempuan

10 Musri Munawaroh Korban

Menuju Putusan MK

Pada tanggal 27 Februari 2015, pemerintah yang diwakili oleh Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) dan Kementerian Agama (Kemenag) telah mengirimkan kesimpulan Presiden dalam perkara No. 30-74/PUU-XII/2014 perihal pengujian UU Perkawinan terhadap UUD 1945.

Dalam kesimpulannya, Pemerintah menggarisbawahi pentingnya penghentian perkawinan usia anak dan yang terpenting adalah Pemerintah secara terbuka mengapresiasi dan mendukung upaya hukum yang telah dilakukan oleh para Pemohon dalam hal pengujian di MK untuk menaikkan batas usia perkawinan bagi perempuan

Terima kasih