Pemantauan Kadar Logam Beat Dalam Air Laut Dan Sedimen Di Perairan Pulau Halmahera

7
Vol. 1 (2), 2006, h. 47-53 Dapat dibaca di www.kimiawan.org/journal/jki Jurnal Kimia Indonesia Pemantauan Kadar Logam Berat dalam Air Laut dan Sedimen di Perairan P. Halmahera, Maluku Utara Edward, Fasmi Ahmad dan Taufik Balai Dinamika Laut Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Jakarta14430 Abstrak. Pengukuran kadar logam dalam air laut dan sedimen di perairan Pulau Halmahera, Maluku Utara telah dilakukan pada September 2005. Logam berat yang diukur adalah Pb, Cd, Cu, Zn, dan Ni (air laut) dan Pb, Cd, Cu, Zn, dan Ni, Cr dan Mn (sedimen). Cuplikan air laut dan sedimen diambil pada 20 stasiun pengamatan secara purposif sesuai dengan tujuan penelitian. Kadar logam berat dalam kedua cuplikan ditentukan dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Hasilnya menunjukkan kadar logam berat dalam air laut relatif rendah dan masih sesuai dengan Nilai Ambang Batas (NAB) yang ditetapkan oleh KMNLH (2004) untuk kepentingan biota laut, sedangkan dalam sedimen kadar logam berat ini relatif tinggi. Berdasarkan kadar logam berat, status mutu air laut di perairan ini termasuk klas A (sangat baik) dengan skor = 0, sedangkan sedimen termasuk klas C (tercemar sedang) dengan skor = -24. Kadar logam berat dalam sedimen relatif tinggi bila dibandingkan dengan air laut. Keadaan ini menunjukkan adanya akumulasi logam berat dalam sedimen. Kata kunci: logam berat, spektrofotometer serapan atom, air laut, sedimen. Pendahuluan Maluku merupakan salah satu dari 27 Propinsi di Indonesia, terletak di wilayah Indonesia Bagian Timur. Propinsi Maluku ini terdiri dari 1.027 buah pulau besar maupun kecil, sehingga lebih dikenal dengan julukan "Propinsi Seribu Pulau", dengan Ambon sebagai ibukota Propinsi. Di antara seribu pulau tersebut terdapat pulau-pulau besar di antaranya adalah Pulau Seram (1.862.500 Ha), Pulau Halmahera (1.800.000 Ha), Pulau Buru (900.000 Ha), Pulau Yamdena (805.800 Ha), Pulau Obi (370.000 Ha), Pulau Wetar (362.400 Ha) dan Pulau Morotai (180.000 Ha). Berdasarkan struktur pemerintahan, Propinsi Dati Maluku membawahi lima daerah tingkat dua, yaitu Kotamadya Ambon, Kabupaten Maluku Utara, Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten Maluku Tenggara, Kabupaten Halmahera Tengah, dan Kota Administratif Ternate. Secara geografis, Propinsi Maluku terletak di antara 5° LU - 8°20' LS dan 124° - 135° BT. Luas wilayah kepulauan ini seluruhnya sekitar 85.100.000 Ha. Jarak dari utara - selatan sekitar 1.150 Km dan Timur - Barat sekitar 1.000 Km. Sembilan puluh persen wilayah Propinsi ini merupakan lautan, yaitu seluas 76.527.200 Ha dan sepuluh persen adalah daratan, yaitu seluas 8.572.800 Ha. Pada tanggal 4 Oktober 1999 Kabupaten Maluku Utara di mekarkan menjadi Provinsi Maluku Utara dengan dasar hukum UU No. 46/1999. Provinsi ini terletak di kepulauan Maluku sebelah utara dengan posisi 3 90' LU - 2 10' LS - 123 15' BT. Luas propinsi Maluku Utara 53.836 km 2 , jumlah penduduk 1.282.439 jiwa, dengan ibukota Sofifi. Propinsi ini memiliki perairan laut yang relatif luas dengan sumberdaya perikanan yang relatif besar. Perikanan perairan Maluku Utara cukup potensial. Standing stock diperkirakan sebanyak 268.382,5 ton per tahun. Sementara batas potensi lestari (maximum sustainable yield, MSY) sebanyak 134.191,3 ton per tahun. Data Dinas Perikanan Maluku Utara tahun 1995 menyebutkan, jumlah ikan yang berhasil diekspolitasi mencapai 41.631 ton atau baru 30,8 persen dari MSY. Jenis ikan yang masih menjadi primadona sampai sekarang adalah tuna dan cakalang. Selain itu, Provinsi Maluku Utara ini juga kaya akan deposit bahan tambang seperti pertambangan kapur (gamping) di pulau Halmahera, minyak di pulau Sula dan Halmahera, mangan di pulau Halmahera dan Gebe, nikel di pulau Gebe, Bacan, Obi, dan Halmahera, emas di pulau Bacan, Obi, Halmahera, batubara di pulau Halmahera, Bacan, Obi, galian bahan bangunan di pulau Halmahera,

description

kajian lingkungan

Transcript of Pemantauan Kadar Logam Beat Dalam Air Laut Dan Sedimen Di Perairan Pulau Halmahera

  • Vol. 1 (2), 2006, h. 47-53

    Dapat dibaca di www.kimiawan.org/journal/jki

    Jurnal Kimia Indonesia

    Pemantauan Kadar Logam Berat dalam Air Laut dan Sedimen di Perairan P. Halmahera, Maluku Utara

    Edward, Fasmi Ahmad dan TaufikBalai Dinamika Laut Pusat Penelitian Oseanografi

    LIPI Jakarta14430

    Abstrak. Pengukuran kadar logam dalam air laut dan sedimen di perairan Pulau Halmahera, Maluku Utara telah dilakukan pada September 2005. Logam berat yang diukur adalah Pb, Cd, Cu, Zn, dan Ni (air laut) dan Pb, Cd, Cu, Zn, dan Ni, Cr dan Mn (sedimen). Cuplikan air laut dan sedimen diambil pada 20 stasiun pengamatan secara purposif sesuai dengan tujuan penelitian. Kadar logam berat dalam kedua cuplikan ditentukan dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Hasilnya menunjukkan kadar logam berat dalam air laut relatif rendah dan masih sesuai dengan Nilai Ambang Batas (NAB)yang ditetapkan oleh KMNLH (2004) untuk kepentingan biota laut, sedangkan dalam sedimen kadar logam berat ini relatif tinggi. Berdasarkan kadar logam berat, status mutu air laut di perairan ini termasuk klas A (sangat baik) dengan skor = 0, sedangkan sedimen termasuk klas C (tercemar sedang) dengan skor = -24. Kadar logam berat dalam sedimen relatif tinggi bila dibandingkan dengan air laut. Keadaan ini menunjukkan adanya akumulasi logam berat dalam sedimen.

    Kata kunci: logam berat, spektrofotometer serapan atom, air laut, sedimen.

    Pendahuluan Maluku merupakan salah satu dari 27 Propinsi

    di Indonesia, terletak di wilayah Indonesia Bagian Timur. Propinsi Maluku ini terdiri dari 1.027 buah pulau besar maupun kecil, sehingga lebih dikenal dengan julukan "Propinsi Seribu Pulau", dengan Ambon sebagai ibukota Propinsi. Di antara seribu pulau tersebut terdapat pulau-pulau besar di antaranya adalah Pulau Seram (1.862.500 Ha), Pulau Halmahera (1.800.000 Ha), Pulau Buru (900.000 Ha), Pulau Yamdena (805.800 Ha), Pulau Obi (370.000 Ha), Pulau Wetar (362.400 Ha) dan Pulau Morotai (180.000 Ha). Berdasarkan struktur pemerintahan, Propinsi Dati Maluku membawahi lima daerah tingkat dua, yaitu Kotamadya Ambon, Kabupaten Maluku Utara, Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten Maluku Tenggara, Kabupaten Halmahera Tengah, dan Kota Administratif Ternate.

    Secara geografis, Propinsi Maluku terletak di antara 5 LU - 820' LS dan 124 - 135 BT. Luas wilayah kepulauan ini seluruhnya sekitar 85.100.000 Ha. Jarak dari utara - selatan sekitar 1.150 Km dan Timur - Barat sekitar 1.000 Km. Sembilan puluh persen wilayah Propinsi ini merupakan lautan, yaitu seluas 76.527.200 Ha dan sepuluh persen adalah daratan, yaitu seluas

    8.572.800 Ha. Pada tanggal 4 Oktober 1999 Kabupaten Maluku Utara di mekarkan menjadi Provinsi Maluku Utara dengan dasar hukum UU No. 46/1999. Provinsi ini terletak di kepulauan Maluku sebelah utara dengan posisi 3 90' LU - 2 10' LS - 123 15' BT. Luas propinsi Maluku Utara53.836 km2, jumlah penduduk 1.282.439 jiwa,dengan ibukota Sofifi.

    Propinsi ini memiliki perairan laut yang relatif luas dengan sumberdaya perikanan yang relatif besar. Perikanan perairan Maluku Utara cukup potensial. Standing stock diperkirakan sebanyak 268.382,5 ton per tahun. Sementara batas potensi lestari (maximum sustainable yield, MSY) sebanyak 134.191,3 ton per tahun. Data Dinas Perikanan Maluku Utara tahun 1995 menyebutkan, jumlah ikan yang berhasil diekspolitasi mencapai 41.631 ton atau baru 30,8 persen dari MSY. Jenis ikan yang masih menjadi primadona sampai sekarang adalah tuna dan cakalang.

    Selain itu, Provinsi Maluku Utara ini juga kaya akan deposit bahan tambang seperti pertambangan kapur (gamping) di pulau Halmahera, minyak di pulau Sula dan Halmahera, mangan di pulau Halmahera dan Gebe, nikel di pulau Gebe, Bacan, Obi, dan Halmahera, emas di pulau Bacan, Obi, Halmahera, batubara di pulau Halmahera, Bacan, Obi, galian bahan bangunan di pulau Halmahera,

  • Edward, Fasmi Ahmad dan Taufik

    Jurnal Kimia Indonesia Vol. 1(2), 200648

    logam dasar (tembaga, timah hitam, seng) di pulau Bacan, Halmahera dan Obi, pasir besi hitam di pulau Halmahera dan Obi, batu mulia di pulau Bacan, khromit di pulau Halmahera, Gebe dan Obi, pantai timur tenggara pulau Halmahera, pantai utara kepulauan Sula, batu apung di pulau Tidore dan Halmahera, asbes di pulau Halmahera. Di Provinsi ini terdapat pula kawasan industri, yang terdiri dari kawasan industri dan perkayuan terpadu terletak di pulau Halmahera dan pulau Mangole,Kawasan industri perikanan di pulau Bacan, Morotai, Halmahera, Ternate dan Obi, Kawasan industri maritim di pulau Bacan dan Obi. Kawasan industri perkebunan di pulau Halmahera danSulabesi. Kawasan industri kimia dasar di pulau Mangole, Sulabesi dan Ternate. Potensi lain yang dimiliki provinsi ini adalah kawasan pariwisata, yang terdiri dari Kawasan wisata bahari di pulau Ternate, Tidore, Bacan, dan sekitarnya. Kawasan wisata sejarah terletak di pulau Ternate, Halmahera,Bacan, Tidore dan sekitarnya. Kawasan wisata budaya di pulau Ternate, Halmahera dan sekitarnya. Kawasan wisata alam di pulau Ternate,Halmahera dan sekitarnya.

    Adanya deposit bahan tambang di beberapa pulau di Provinsi ini, terutama mineral yang mengandung logam serta aktivitas industri cepat atau lambat akan dapat menyumbangkan kadar logam berat ke perairan laut, baik melalui peluruhan secara alami, proses geologis maupun melalui limbah industri. Keadaan ini dapat meningkatkan kadar logam berat di perairan laut, sehingga pada kadar yang relatif tinggi akan berbahaya bagi kehidupan biota perairan.

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui status mutu air laut dan sedimen ditinjau dari kadar logam beratnya serta faktor-faktor yang diduga merupakan sumber pencemaran logam berat, sehingga dapat diantisipasi kemungkinan timbulnya dampak negatif terhadap kualitas perairan. Hasilnya diharapkan dapat dijadikan acuan baik oleh pemda setempat maupun pihak-pihak yang berkepentingan dengan penggunaan wilayah laut untuk berbagai kepentingan.

    PercobaanBahan dan peralatan. Penelitian ini dilakukan

    di perairan Maluku Utara bulan September 2005 dengan menggunakan Kapal Riset Baruna Jaya VIII. Penetapan posisi stasiun dilakukan secara purposif sesuai dengan tujuan penelitian. Cuplikan air laut diambil sebanyak 1 liter diambil pada lapisan permukaan dengan menggunakan water sampler dan cuplikan sedimen dengan

    menggunakan box score pada 20 stasiun pengamatan (Gambar 1). Selanjutnya cuplikan air laut disaring dengan kertas saring selulosa nitrat (0,45 m) yang sebelumnya dicuci dengan HNO3(1 N), dan diawetkan dengan HNO3 (pH

  • Pemantauan Logam Berat dalam Air Laut dan Sedimen di Perairan P. Halmahera, Maluku Utara

    Jurnal Kimia Indonesia Vol. 1(2), 2006 49

    Hasil dan PembahasanKadar Logam Berat dalam Air Laut. Hasil

    pengukuran kadar logam berat dalam air laut di perairan Pulau Halmahera dan sekitarnya disajikan dalam Tabel 1. Dari tabel tersebut dapat dilihat kadar logam berat Pb, Cd, Cu, Zn dan Ni dalam air laut relatif rendah dan masih sesuai dengan NAB yang ditetapkan oleh Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup (2004) untuk kepentingan biota laut.

    Data ini memberi petunjuk bahwa masukan logam berat baik yang berasal dari peluruhan mineral logam secara alami, proses geologis yang terdapat di perairan maupun yang berasal dari limbah berbagai kegiatan baik di laut maupun di darat belum berpengaruh terhadap fluktuasi kadar logam berat. Dari tabel di atas juga dapat dilihat nilai status mutu air laut adalah = 0, yang berarti bahwa kualitas air laut di perairan ini termasuk kelas A (baik sekali). Dengan demikian kadar logam berat di perairan ini belum berbahaya bagi kehidupan biota laut. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan kadar logam berat berdasarkan lokasi, maka dibuat tiga lokasi pengelompokkan stasiun yakni stasiun yang berada di bagian selatan (10 st, Bacan), tengah (6 st, Halmahera) dan utara (3 st, Tidore & Ternate ).

    Tabel 1. Kadar Logam Berat dalam Air Laut di Perairan Maluku Utara (ppm), September 2005

    No Unsur Min Max Rerata NAB3 Skor12345

    PbCdCuZnNi

  • Edward, Fasmi Ahmad dan Taufik

    Jurnal Kimia Indonesia Vol. 1(2), 200650

  • Pemantauan Logam Berat dalam Air Laut dan Sedimen di Perairan P. Halmahera, Maluku Utara

    Jurnal Kimia Indonesia Vol. 1(2), 2006 51

    Tabel 7. Perbandingan Kadar Logam Berat antara Stasiun (dekat pantai) dengan yang jauh dari pantai.

    No Pb Cd Cu Zn NiA B A B A B A B A B

    1

  • Edward, Fasmi Ahmad dan Taufik

    Jurnal Kimia Indonesia Vol. 1(2), 200652

    Tabel 9. Perbandingan Kadar Logam Berat dalam Sedimen (stasiun dekat pantai) dengan Stasiun yang jauh dari pantai.

    UnsurPb Cd CuNo

    A B A B A B123456789

    10111213

    MinMaxStd

    -X

    5.0155.3895.4816.590.706

    --------

    5.0155.481

    246,811

    5.295

    6.6140.9877.105

    27.169-

    4.173--

    6.8640.6571.4544.4552.9601.454

    27.1698.156

    7.599

    0.1030.1340.1580.0850.009

    --------

    0.0090.0850.057

    0.098

    0.0040.2190.1990.029

    -0.045

    --

    0.1040.0440.0100.0590.0090.0090.2190.078

    0.072

    26.81145.64248.7744.9

    29.044--------

    26.81148.7710.288

    33.832

    32.43615.59495.108151.74

    -31.881

    --

    59.13122.51131.19435.54628.13715.594151.7424.129

    39.060A(st jauh dari pantai:1, 3, 4, 11, 17), B (St dekat pantai: 2, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 15, 16, 19, 20)

    Tabel 10. Kadar Logam Berat dalam Air Laut di Perairan Morotai (ppm), Sept 2005

    No Unsur Min Max Rerata NAB3 Skor12345

    PbCdCuZnNi

  • Pemantauan Logam Berat dalam Air Laut dan Sedimen di Perairan P. Halmahera, Maluku Utara

    Jurnal Kimia Indonesia Vol. 1(2), 2006 53

    kepentingan biota laut (skor = 0, Klas A), sedangka kadar logam berat dalam sedimen relatif tinggi dan melebih NAB dengan skor -24 (tercemar sedang, Klas C). Kadar logam berat dalam sedimen relatif lebih tinggi dibandingkan air laut, hal ini menunjukkan adanya akumulasi logam berat dalam sedimen.

    Informasi Pendukung yang TersediaData kadar Pb, Cd, Cu, Zn, Ni, Cr dan Mn

    dalam sedimen berdasarkan pengelompokkan stasiun, dapat diakses secara gratis di http://journal.kimiawan.org

    Pustaka1. Lorring; Rantala, 19672. Westerlund, S.; Magnuson, B. Solvent extraction

    procedures combined with back titration for trace metals determinations by atomic absorption spectrometry. Anal.Chim. Acta., 1981, 131, 63-72

    3. KMNLH. 2004. Penentuan Status Mutu Air dengan Metoda Storet. Lampiran Keputusan MENLH Nomor KEP-115/MENLH/2003.

    4. Febris, G.J.; Wagner, G.F. Characterization of Toxicants in Sediments from Post Philips Bay: Metals Final Report. Department of Conservation and natural Resources Melbourne, Australia, 1994.

    5. Thayib, S.S.; H. Razak. Pengamatan Kandungan Bakteri Indikator, Logam Berat dan Pestisida di Perairan Pantai Teluk Ambon, Teluk Banten dan Teluk Jakarta. Prosiding Seminar dan Kongres Nasional Biologi VI, 196-217, Surabaya, 1981.

    6. Gray A. Leigh. Metal Contamination of Sediments Associated with Deep Water Ocean Sewage Outfalls. Sydney, Australia. Marine Bulletin Pollution, 1996, 33 Nos 7-12, 182-189

    7. Everaart, J.M. Heavy metals (Cu, Zn, Pb, Cd) in Sediment of the Java Sea. Estuarine and Coastal areas of East Java and Some deep Sea Areas. Netherland Journal of Sea Research, 1989, 23(4),403-413.