Pemanfaatan Media Dalam Pembangunan Daerah
description
Transcript of Pemanfaatan Media Dalam Pembangunan Daerah
1
PEMANFAATAN MEDIA BARU DALAM PEMBANGUNAN DAERAH
Dr. Rulli Nasrullah, M.SiDosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, JakartaDirektur Eksekutif Lembaga Pengembangan Studi dan Informasi (LPSI) Jakarta
Email: [email protected] : 0817804088
Abstrak
Kehadiran media teknologi dan informasi yang semakin baru tentu saja merupakan keuntungan yang bisa membantu dalam pelaksanaan musrembang. Beragam perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software) bisa dimanfaatkan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Salah satu keuntungan pemanfaatan media baru itu adalah cara kerja yang lebih praktis, menghemat waktu, bahkan mengatasi persoalan tempat. Juga,
penyebaran informasi menggunakan media baru menjadi kekuatan baru, misalnya, dalam menyebarkan informasi terkait potensi daerah sehingga memberikan peluang bagi invetasi
daerah untuk lebih maju.
Kata Kunci : internet, promosi, musrembang, facebook, potensi daerah
Pendahuluan
Perkembangan teknologi dan informasi yang semakin maju belakangan ini telah
memberikan tidak hanya dapat dimanfaatkan untuk penyebaran informasi semata,
melainkan juga bisa menyediakan beragam pilihan perangkat. Hal ini menjadi semakin
penting, karena munculnya media baru telah mengubah posisi khalayak yang lebih aktif
dan interaktif dalam proses komunikasi serta memberikan kemudahan dalam komunikasi
tanpa tatap muka tanpa memperhitungkan batas-batas geografis (Nasrullah, 2012). Potensi
ini tentunya memberikan keuntungan tersendiri dalam pelaksanaan program-program
pembangunan daerah, terutama dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah
(Musrembang).
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor: 050-187/Kep/Bangda/2007 tentang Pedoman
Penilaian dan Evaluasi Pelaksanaan Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan
Pembangunan (Musrembang) dalam Bab VII tentang Peran Musrembang RPKD (Rencana
2
Kerja Pemerintah Daerah) dalam Proses Perencanaan Partisipatif dijelaskan bahwa peran
dan kedudukan Musrembang RPKD merupakan wahana publik atau public event yang
penting untuk membawa para pemangku kepentingan (stakeholders) memahami isu-isu dan
pemasalahan pembangunan daerah. Itu artinya, Musrembang RPKD tidak hanya dilakukan
guna mengidentifikasi dan membahas isu-isu dan permasalahan pembangunan semata,
tetapi juga memiliki tujuan untuk Menfasilitasi pertukaran (sharing) informasi,
pengembangan konsensus dan kesepakatan atas penanganan masalah pembangunan daerah.
Lampiran Kemendagri tersebut juga menjelaskan kesiapan dan keterlibatan pelaku dalam
memanfaatkan media informasi yang digunakan. Bahkan jelas ditegaskan bahwa salah satu
keberhasilan pelaksanaan Musrembang RPKD adalah pentingnya ketersediaaan informasi
dan “informasi ini harus disampaikan jauh sebelum waktu pelaksanaan musrembang,
sehingga memungkinkan stakeholders mempelajari dan menguasai permasalahan yang
perlu dibahas”. selanjutnya ditegaskan pula terkait kesiapan informasi dan instrumen bahwa
pelaksanaan musrembang sangat dituntut untuk mempertimbangkan tools atau instrumen
yang digunakan (lihat Tabel 1). Instrumen itu tidak hanya untuk menginformasikan tetapi
juga sebagai media dalam menyerap dan menganalisis aspirasi atau pendapat parapihak
yang terlibat.
Tabel 1
3
Salah satu kriteria syarat keberhasilan musrembangSumber: Lampiran Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor:
050-187/Kep/Bangda/2007
Ini menegaskan kembali bahwa pentingnya pemanfaatan media demi kelancaran
pelaksanaan musrembang. Namun, fakta di lapangan seringkali menunjukkan bahwa
ketersediaan perangkat atau media komunikasi tidak dipergunakan semaksimal mungkin.
Padahal selain media tersebut akan memperlancar komunikasi, pertimbangan pembiayaan
yang murah bahkan tanpa perlu alokasi anggaran yang khusus juga menjadi faktor yang
tidak bisa dikesampingkan.
Perkembangan Internet di Indonesia
Dari data yang dirilis dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet di Indonesia atau APJJI
hingga akhir 2012 menunjukkan bahwa perkembangan pemakain internet setiap tahun
semakin meningkat. Ambil contoh, bahwa hingga 2008 saja sudah tercatat sekitar 25 juta
pengguna internet di Indonesia dan pada tahun 2012 menjadi sekitar 63 juta pengguna
internet. Diperkirakan jumlah pengguna ini akan meningkat jauh menjadi 139 juta pada
tahun 2015 (lihat tabel 2). Lebih jauh, data perkembangan pengguna internet di Indonesia
yang meningkat ini juga ditampilkan oleh internetworldstats.com yang menyebut bahwa
terdapat lonjakan pengguna atau pengakses internet dari 2 juta pada tahun 2000 menjadi
39.600 juta pada tahun 2012. Sedangkan peringkat Indonesia berada di urutan ke-4 dari
pengguna terbanyak internet di Asia, urutan pertama ditempati oleh China memiliki 485
juta pengakses internet, India sebanyak 100 juta, kemudian Jepang dengan 99,182 juta.
Tabel 2Perkembangan Pemakai Internet di Indonesia menurut APJJI
4
Sumber: http://www.apjii.or.id/v2/index.php/read/page/halaman-data/9/statistik.html diakses tanggal 24 April 2013
Data-data di atas menunjukkan bahwa perkembangan teknologi dan informasi terutama
internet telah semakin akrab digunakan oleh penduduk di Indonesia. Apalagi perangkat
untuk mengakses internet juga semakin murah, perangkat seperti telepon genggam yang
bisa mengakses internet banyak dijumpai tidak hanya di kota-kota besar semata. Juga,
program pemerintah telah memfasilitasi perangkat mengakses internet hingga ke kecamatan
di seluruh Indonesia melalui Penyedia Layanan Internet Kecamatan(PLIK) yang dikelola
oleh Kemenkominfo. Meski pada peresmian program ini di Bandung pada 8 Agustus 2011
baru diluncurkan sebanyak 1.907 kendaraan mobile PLIK dan disebar di enam provinsi di
Indonesia yaitu Jawa Barat, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Maluku Utara, Sulawesi
Utara dan Jawa Timur, namun diperkirakan pada tahun 2015 nanti semua kecamatan di
semua provinsi sudah bisa menikmati fasilitas ini.
Karakteristik Internet sebagai Media Baru Komunikasi
Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa internet itu ditempatkan penulis sebagai media
komunikasi yang penting. Ini tidak terlepas dari karateristik internet itu sendiri yang
berbeda dibandingkan media komunikasi tradisional seperti surat-menyurat, surat kabar,
radio, dan televisi. Salah satu karakteristik itu adalah sifat jejaring (network). Jejaring ini
5
tidak hanya diartikan sebagai infrastruktur yang menghubungkan antarkomputer dan
perangkat keras lainnya, namun juga menghubungkan antarindividu (lihat Miller, 2005:16;
Gane dan Beer, 2008:16). Hubungan atau jejaring itu tidak hanya bertipe koneksi dengan
dua individu saja, melainkan juga bisa melibatkan jumlah individu yang bahkan tidak
dibatasi. Pada dasarnya karakteristik jejaring ini memiliki beragam tipe jaringan yang
dibuatnya, yakni local area network (LAN atau Ethernet) dan a wide area network (WAN)
(Comer, 2004:107 dan Shay, 1999:10-12 dalam Gane dan Beer, 2008:17). LAN
menandakan bahwa jaringan yang terjadi berada dalam area yang terbatas, menghubungkan
antarkomputer yang berada di satu gedung perkantoran atau satu lokasi yang memiliki
beberapa gedung perkantoran. Sementara dalam WAN menandakan bahwa jaringan yang
terjadi mengoneksikan area yang lebih luas, antartempat, antarnegara, hingga ke secara
global; untuk menandai atau mengindentifikasi perangkat yang terhubung, maka masing-
masing perangkat memiliki identitas tunggal tersendiri yang disebut dengan protocol.
Joost van Loon (2006) menyatakan bahwa kata jejaring tidak lagi mewakili terminologi
dalam teknologi informasi semata, melainkan juga telah melebar pada terminologi di
bidang antropologi, sosiologi, budaya, dan ilmu-ilmu sosial lainnya yang terkadang
terminologinya semakin berkembang karena adanya proses mobilitas dari masyarakat,
komoditas, kapital, tanda-tanda hingga informasi yang berkembang di dunia global. Oleh
karena itu, jejaring tidak hanya melibatkan perangkat seperti komputer tetapi juga
melibatkan individu atau actor networking (lihat Gane and Beer, 2008:16).
Katrakter yang kedua adalah interaksi. Interaksi atau (interactivity) merupakan konsep
yang sering digunakan untuk membedakan antara media baru yang digital dengan media
tradisional yang menggunakan analog (Graham, 2004; Lev Manovich, 2001; Spiro Kiousis,
2002). Interactivity bagi Graham merupakan salah satu cara yang berjalan di antara
pengguna dan mesin (teknologi). Kehadiran teknologi komunikasi pada dasarnya
memberikan kemudahan bagi siapapun yang menggunakan teknologi untuk saling
berinteraksi, saling terhubung dalam waktu yang bersamaan; bahkan teknologi telah
mewakili kehadiran dan atau keterlibatan fisik dalam berkomunikasi Bagi Graham,
teknologi telah memediasi—Graham menyebutnya dengan istilah ‘remediated’—segala
6
aktivitas manusia. Perbedaan wilayah, misalnya, tidak lagi menjadi kendala bagi dua orang
untuk melakukan komunikasi secara langsung; kehadiran Skypee, situs perbincangan
langsung (live chat) melalui video (video conference) memungkinkan di antara pengguna
saling berkomunikasi langsung sekaligus melihat ekspresi wajah mereka melalui webcam
atau kamera yang terhubung ke internet (lihat graham 2004:11).
Graham melihat karakter interaksi ini dalam konsep kerja teknologi media baru dalam
aktivitas manusia sehari-hari. Pendapat sama juga disampaikan oleh Manovich bahwa
konsep interactivity pada media baru sebenarnya telah membawa pengaburan
(‘transendence’) terhadap batasan-batasan fisik dan sosial. Selanjutnya Gane dan Beer
(2008:97)memberikan empat tipe untuk mendekati kata ‘interactivity’, yakni: 1) sebuah
struktur yang dibangun dari perangkat keras maupun perangkat lunak dari berbagai sistem
media, 2) human agency, melibatkan manusia, dan adanya desain maupun perangkat
sebagai variabel-variabel yang bebas digunakan, 3) konsep untuk menjelaskan tentang
komunikasi yang terjadi antara pengguna yang termediasi oleh media baru dan memberikan
kemungkinan-kemungkinan baru yang selama ini ada dalam proses komunikasi
interpersonal, dan 4) bisa diartikan sebagai konsep yang menghapuskan sekat-sekat,
sebagai contoh, antara pemerintah dan warga negara.
Karakter yang ketiga adalah perangkat (interface). Teknologi media baru, baik perangkat
keras (hardware) seperti komputer maupun perangkat lunak (software) seperti jaringan
internet, pada dasarnya beroperasi dengan saling terhubung. Sebagaimana dijelaskan dalam
karakteristik jejaring di atas. Bahwa setiap komputer, sebagai misal, merupakan satu entitas
tersendiri yang membentuk jaringan di antara komputer-komputer yang lain (Nasrullah,
2012). Namun, pada dasarnya baik komputer maupun internet merupakan media lalulintas
informasi yang mewakili manusia sebagi konsumen cum produsen. Sedangkan Steven
Johnson (1997) juga menjelaskan bahwa kata ‘interface’ merupakan perangkat lunak yang
menghubungkan interaksi antara pengguna (user) dengan komputer.
7
Dalam media baru, perangkat komputer bisa dikatakan sebagai interfaces. Perangkat seperti
tetikus (mouse), papan ketik (keyboard), layar (monitor), perangkat lunak itulah yang
menghubungkan manusia dengan jaringan. Di dalam tubuh manusia juga ada interfaces
berupa jari yang menekan papan ketik maupun memainkan tetikus atau mata yang
memerhatikan gambar di layar. Wacana tentang ‘tubuh’ atau body menurut Bell (2001)
perbincangan tentang teori tubuh dalam media baru pada kenyataannya mengulas tubuh
dalam pengertian yang bermacam-macam dan dimaknai dengan cara yang beragam pula.
Body direpresentasikan dengan atau melalui teks di komputer. Artinya, melalui interfaces
perangkat keras maupun perangkat lunak komputerlah body bertransformasi menjadi entitas
dalam sebuah jaringan. Misalnya, komunikasi melalui media komputer atau Computer
Mediated Communication (CMC) pada dasarnya mentransformasikan body kedalam bits
dan bites. Sementara body dalam pengertian tubuh yang dibalut daging dan darah (meat)
dalam perspektif cybercultures, maka Bell (2001) menyatakan bahwa term yang digunakan
dalam hal ini adalah techno-bodies.
Berbeda dengan media tradisional—seperti buku, majalah, bahkan radio—dalam media
baru keberadaan pengguna tidak hanya pasif menerima informai, melainkan juga aktif
dalam memroduksi informasi. Pengguna juga tidak hanya menerima satu informasi sesuai
dengan apa yang diproduksi oleh institusi media yang terkadang juga memuat informasi
yang tidak sesuai dengan keinginan pengguna, melainkan pengguna bisa memilah
informasi apa saja yang diinginkan dan dari sumber yang jumlahnya bisa dikatakan tak
terbatas. Juga, menurut Manovich (2001:65), sebagai sebuah interfaces, komputer tidak
hanya medium yang menghubungkan manusia maupun mesin dalam jaringan informasi di
internet semata, melainkan sudah menjadi budaya yang mengatur bagaimana manusia
melakukan koneksi dengan jaringan informasi atau berhubungan dengan beragam data di
internet.
Bentuk-bentuk Media Baru
8
Terkait dengan pemanfaatan media baru dalam melaksanakan musrembang, berikut ini
penulis akan memaparkan beragam media baru yang bisa dimanfaatkan dan menjadi
alternatif pilihan. Terdapat dua kategori dalam pembagian media, yakni kategori media
yang terkait dengan internet atau platform dan perangkat media baru itu sendiri. Dalam
konteks ini media-media tersebut hanya dideskripsikan secara fungsi perangkat semata,
sementara dalam segi konten atau isi bisa diselaraskan dengan maksud dan kepentingan
parapihak yang ada di Musrembang RPKAD itu sendiri.
1. Mail List dan Forums
Fasilitas Mail List atau disebut juga dengan istilah “milis” merupakan produk media
baru yang digunakan untuk berkomunikasi (Gillmor, 2004:26). Milis bekerja pada
komunitas atau kelompok yang memiliki kesukaan atau minat yang sama atau berasal
dari suatu tempat, misalnya Milis Mahasiswa KBM UGM. Setiap anggota dari
komunitas tersebut, yang telah memiliki akun surat elektronik atau e-mail, tergabung
dalam sebuah grup. Setiap e-mail yang dikirim oleh anggota grup akan secara
otomatis disebarkan kepada anggota grup yang lain. Dari segi keanggotaan milis bisa
dimasuki oleh siapa saja (open) dan bisa juga hanya dikhususkan bagi anggota
tertentu (closed) dimana anggota tergantung dari persetujuan (approve) dari
moderator (admin) grup tersebut. Dari segi konten atau isi milis juga bisa dilihat oleh
siapa saja atau bisa hanya dilihat oleh anggota grup.
Pada praktiknya, dalam pelaksanaan musrembang para anggota (stakeholders) jika
menggunakan media ini menjadi sarana untuk berbagi informasi. Sifatnya yang
tertutup memungkinkan informasi-informasi atau data-data yang akan dibincangkan
dalam proses perencanaan Musrembang RPKD menjadi bisa didistribusikan kepada
para anggota. Di sisi lain dengan sifatnya yang terbuka dan dengan melibatkan
anggota musrembang antardaerah, milis atau forum bisa digunakan untuk bertukar
informasi baik dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
2. Weblogs
9
Istilah blog berasal dari kata weblog, yang pertama kali diperkenalkan oleh Jorn
Berger pada tahun 1997. Pada awalnya blog merupakan suatu bentuk situs pribadi
yang berisi kumpulan tautan ke situs lain yang dianggap menarik dan diperbaharui
setiap harinya, perkembangan selanjutnya blog banyak memuat jurnal, tulisan
pribadi, si pemilik dan terdapat kolom komentar yang bisa diisi oleh pengunjung.
Defenisi yang tak jauh berbeda ditegaskan oleh Stuart Allan (2006:44) yang
menyatakan bahwa blog merupakan situs yang memuat jurnal pribadi sang
pemiliknya; “as diaries or journals written by individuals seeking to establish an
online presence”.
Weblog ini dalam praktik musrembang tidak hanya bisa dimanfaatkan untuk
kepentingan pribadi, tetapi juga bisa digunakan untuk mempublikasikan, misalnya,
langkah-langkah pelaksanaan dari evaluasi Musrembang RPKD tersebut. Dengan
demikian, informasi itu bisa dicontoh oleh anggota musrembang lain di berbagai
daerah. Pembuatan laporan kegiatan merupakan salah satu aspek evaluasi kegiatan
yang terbilang penting. Dengan adanya publikasi melalui weblog, diharapkan tidak
hanya anggota musrembang di satu daerah saja yang bisa melihatnya, melainkan
juga laporan evaluasi yang bernilai baik bisa dijadikan contoh untuk lokasi-lokasi
berbeda.
3. Wiki
Wiki merupakan situs yang mengumpulkan artikel maupun berita sesuai dengan
sebuah kata kunci. Mirip dengan kamus, Wiki menghadirkan kepada pengguna
pengertian, sejarah, hingga rujukan buku atau tautan tentang satu kata. Dalam
praktiknya penjelasan-penjelasan tersebut dikerjakan oleh para pengunjung. Situs
Wiki hanya menyediakan perangkat lunak yang bisa dimasuki oleh siapa saja untuk
mengisi, mengedit, menyunting, bahkan mengomentari tentang sebuah lema yang
dijelaskan (Gilmor, 2004:32). Setiap pengguna yang memberikan kontribusi di
10
dalam Wiki akan bisa melihat bagaimana kronologis atau historis perubahan-
perubahan yang terjadi di dalam lema tersebut. Dengan demikian, pengguna akan
mengetahui data terakhir atau terbaru apa yang telah dimasukkan oleh pengguna
yang lainnya, apakah data itu bersifat valid atau tidak, bagaimana referensi lain
berbicara tentang lema tersebut yang ada di tautan, hingga foto-foto yang ada di
sana.
Gambar 1Situs Wikipedia
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Cimahidiakses pada 26 April 2013
Fasilitas Wiki ini bisa digunakan untuk mempromosikan, misalnya, potensi-potensi
yang dimiliki oleh daerah tersebut. Misalnya, dalam Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 41 Tahun 2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Dalam Negeri khususnya di Bab VI Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah
disebutkan bahwa salah satu tugas pokok Subdirektorat Promosi dan Investasi
Daerah adalah melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan dan fasilitasi serta
monitoring dan evaluasi promosi dan investasi daerah (pasal 527-530). Bahwa
bidang atau subdirektorat ini memfasilitasi pelaksanaan promosi ekonomi dan
investasi daerah. Itu artinya, pemanfaatan Wiki sebagai media baru dalam
melakukan promosi dan kerjasama informasi yang disediakan oleh musrembang di
seluruh daerah mampu menghasilkan informasi yang akurat terkait potensi-potensi
11
ekonomi apa saja yang bisa dioleh, dikerjasamakan, dan membuka investasi dari
pihak-pihak luar.
4. Peer-to-peer
Peer-to-peer atau P2P merupakan platform komunikasi antarpengguna di internet.
Fasilitas ini tidak hanya soal percakapan atau Instant Messaging (IM) seperti Yahoo
Mesengger, Google Talk, atau AOL melainkan juga memungkinan pengguna untuk
perangkat berbagi file seperti DropBox atau Google Doc.
Gambar 2Yahoo! Messenger
Menurut Gillmor (2004:37-38) perkembangan P2P ini sangat menguntungkan
karena selain karena biaya yang murah, P2P memberikan jalan keluar dari persoalan
penyimpanan file dalam sebuah server. Jika selama ini sebuah file disimpan hanya
dalam satu tempat dan setiap pengguna dikenakan biaya untuk mengakses atau
mengunduh file tersebut, di dalam sistem P2P perangkat lunak ini akan
menghubungkan pengguna ke berbagai tempat dari penyimpanan yang bisa didapat
secara gratis. Juga, P2P bisa digunakan untuk komunikasi yang melibatkan jumlah
anggota banyak atau virtual konferensi. Melaui fasilitas virtual konferensi ini antar
12
anggota musrembang bisa saling bertukar ide, berdiskusi, dan membuat laporan atau
perencanaan secara bersama-sama dan di waktu yang sama tanpa harus hadir di
sebuah ruangan.
5. The RSS
Content-syndication format (RSS) atau sindikasi konten ini bekerja untuk
mengambil dan mengumpulkan konten berita atau informasi di internet sesuai
dengan keinginan pengguna. Artinya, sebagai contoh, apabila pengguna
menginginkan berita dari situs tertentu atau kanal dari situs tersebut, maka RSS
akan mendeteksi seluruh kata kunci yang terkait dengan konten dimaksud. Melalui
cara kerja tak jauh berbeda dengan mesin pencari (search engine), RSS akan
menampilakn satu halaman penuh tautan di halaman khusus. Perbedaan dengan
mesin pencari adalah RSS bisa bekerja sesuai dengan keinginan pengguna untuk
mengakses situs atau blog mana saja yang menjadi sumber tautan tersebut. Fasilitas
ini tentu akan sangat bermanfaat terutama untuk melakukan promosi seperti
promosi potensi daerah. Dengan demikian, siapapun pengakses internet akan
mendapatkan update atau pembaruan informasi.
6. Social Networking Sites
Kehadiran situs jejaring sosial (social networking site) seperti Facebook
memberikan ruang bagi siapapun di dunia maya. Banyak fasilitas situs jejaring
sosial yang bisa dimanfaatkan, misalnya ”wall atau dinding” di Facebok. Facebook
juga menyediakan fasilitas grup; fasilitas yang mengumpulkan pengguna Facebook
yang tertarik atau memiliki kesamaan terhadap suatu konten. Cara kerja grup di
Facebook sama seperti di dalam milis.
Kesimpulan
Selalu ada persoalan terkait media baru ini, salah satunya adalah kesiapan sumber daya
manusia dalam menggunakan perangkat-perangkat baik lunak (software) maupun keras
13
(hardware). Namun, dengan perkembangan teknologi dan informasi yang semakin hari
semakin baru tentu saja kebutuhan kemampuan untuk menggunakan perangkat ini perlu
kiranya dipertimbangkan demi kelancaran serta peningkatan kinerja.
Kehadiran media teknologi dan informasi yang semakin baru tentu saja merupakan
keuntungan yang bisa membantu dalam pelaksanaan musrembang. Keuntungan tersebut
setidaknya bisa dideskripsikan melalui beberapa jal, seperti: pertama, perangkat teknologi
yang berbiaya murah menyebabkan siapapun bisa memilikinya; kedua, fasilitas yang
disediakan di media baru seperti internet memberikan keuntungan dari segi waktu dan
lokasi sehingga kendala dua faktor ini bisa diminimalisir; ketiga, penyebaran informasi
seperti peta lokasi potensi daerah atau pencapaian dalam pembangunan daerah bisa
menjangkau ke seluruh belahan dunia. Tidak ada lagi batasan geografis dan informasi yang
ditampilkan di internet bisa diakses kapanpun; kelima, dalam praktiknya perlu
diperimbangkan pula bahwa tukar-menukar informasi dalam rangka musrembang adalah
kenyataan yang tidak bisa dihindarkan. Mengetahui pencapaian dan bagaimana cara
mencapai pembangunan di sebuah daerah adalah contoh kasus yang patut dipertimbangkan
oleh daerah lain. Media baru memberikan fasilitas secara murah bahkan beberapa
cenderung gratis untuk mendukung pertukaran informasi tersebut.
Daftar Pustaka
Allan, Stuart, 2008, News Culture, New York: Open University Press.
Bell, David, 2001, An Introduction to Cybercultures, London and New York: Routledge.
Gane, Nicholas and Beer, David, 2008, New Media: The Key Concepts, Oxford & New York: Berg.
Gillmor, Dan, 2004, We The Media, California: O’Reilly Media, Inc.
Graham, P, 2000, “Hypercapitalism: A Political Economy of Informational Idealism”, dalam New Media & Society, Vol.2, No.2, hal. 131-156.
Johnson, S, 1997, Interface Culture: How New Tecnology Transform the Way We Create and Communicate, New York: HarperCollins.
14
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Dalam Negeri
Manovich, Lev, 2001, The Language of New Media, Cambridge, Massachusetts: The MIT Press.Miller, Vincent, 2010, New Media, Networking and Phatic Culture, dalam Nayar, Pramond K (.ed), The New Media and Cybercultures Anthology, Oxford: Willey-Blackwell, hal.534-543.
Nasrullah, Rulli, 2012, Komunikasi Antar Budaya di Era Budaya Siber, Jakarta: Kencana.
“Seluruh kecamatan berjaringan internet pada 2014” dipublikasikan pada Kamis, 7 Maret 2013 pukul 23:49 WIB di http://www.antaranews.com/berita/362188/seluruh-kecamatan-berjaringan-internet-pada-2014 diakses pada Jumat, 26 April 2013.