PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG RAJUNGAN SEBAGAI …

13
Teknik Lingkungan – Universitas Pelita Bangsa 2021 PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG RAJUNGAN SEBAGAI KOAGULAN DALAM MENURUNKAN KADAR KEKERUHAN (turbidity), pH, dan TDS (Total dissolve Solids) STUDI KASUS AIR SUNGAI KALIMALANG. Ibnu Askari Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Pelita Bangsa Jl. Inspeksi Kalimalang Tegal Danas No. 9, Cibatu, Cikarang Pusat, Bekasi, JawaBarat 17530 Email: [email protected] ABSTRAK Banyaknya aktifitas yang terjadi disepanjang daerah aliran sungai Kalimalang menjadi pemicu mengapa air sungai menjadi tercemar. Bertambahnya penduduk dan banyaknya industri rumahan yang dibangun mengakibatkan meningkatnya pembuangan limbah yang masuk ke badan sungai tanpa terkendali. Proses jartest adalah suatu proses koagulasi, flokulasi dan sedimentasi skala laboratorium untuk menghilangkan kekeruhan dalam materi substansi dan koloid. Koagulan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan limbah Cangkang rajungan, proses pembuatan kitosan memiliki 3 tahap yakni, demineralisasi, deproteinasi dan deasetilasi. Penggunaan kitosan sebagai koagulan di uji dengan menggunakan metode Jartest dan dibandingkan dengan Alum. Pengujian awal air sungai memilki tingkat kekeruhan 350 NTU, pH 8,68 dan TDS 161%. Pada pengujian ini sampel halus dengan dosis 10 ppm mendapatkan nilai kekeruhan 99 NTU, pH 7,95 dan TDS 430%. Pada sampel Kitosan kasar dengan dosis 2,5 ppm dengan nilai kekeruhan 295 NTU, pH 7,95 dan TDS 714%. Pada sampel Alum dengan dosis 7,5 ppm dengan nilai kekeruhan 12,7 NTU, pH 3,47 dan TDS 163%. Kata kunci: Air sungai, cangkang rajungan, koagulan, biokoagulan, koagulasi,flokulan. PENDAHULUAN Kawasan sungai Kalimalang merupakan area Ruang Terbuka Hijau Kota dan mempunyai luas yakni 123,938 ha. Sungai kalimalang merupakan sungai buatan sepanjang 20 kilometer dengan memiliki kedalaman 2,5 meter serta lebar 24 meter yang dibangun untuk memasok air yang dikelola Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Berbagai aktivitas penggunaan lahan di Daerah Aliran Sungai (DAS) telah

Transcript of PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG RAJUNGAN SEBAGAI …

Page 1: PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG RAJUNGAN SEBAGAI …

Teknik Lingkungan – Universitas Pelita Bangsa 2021

PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG RAJUNGAN SEBAGAI

KOAGULAN DALAM MENURUNKAN KADAR KEKERUHAN (turbidity),

pH, dan TDS (Total dissolve Solids) STUDI KASUS AIR SUNGAI

KALIMALANG.

Ibnu Askari

Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Pelita Bangsa Jl.

Inspeksi Kalimalang Tegal Danas No. 9, Cibatu, Cikarang Pusat, Bekasi, JawaBarat

17530

Email: [email protected]

ABSTRAK

Banyaknya aktifitas yang terjadi disepanjang daerah aliran sungai Kalimalang

menjadi pemicu mengapa air sungai menjadi tercemar. Bertambahnya penduduk dan

banyaknya industri rumahan yang dibangun mengakibatkan meningkatnya

pembuangan limbah yang masuk ke badan sungai tanpa terkendali. Proses jartest

adalah suatu proses koagulasi, flokulasi dan sedimentasi skala laboratorium untuk

menghilangkan kekeruhan dalam materi substansi dan koloid. Koagulan yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan limbah Cangkang rajungan, proses

pembuatan kitosan memiliki 3 tahap yakni, demineralisasi, deproteinasi dan

deasetilasi. Penggunaan kitosan sebagai koagulan di uji dengan menggunakan metode

Jartest dan dibandingkan dengan Alum. Pengujian awal air sungai memilki tingkat

kekeruhan 350 NTU, pH 8,68 dan TDS 161%. Pada pengujian ini sampel halus dengan

dosis 10 ppm mendapatkan nilai kekeruhan 99 NTU, pH 7,95 dan TDS 430%. Pada

sampel Kitosan kasar dengan dosis 2,5 ppm dengan nilai kekeruhan 295 NTU, pH 7,95

dan TDS 714%. Pada sampel Alum dengan dosis 7,5 ppm dengan nilai kekeruhan 12,7

NTU, pH 3,47 dan TDS 163%.

Kata kunci: Air sungai, cangkang rajungan, koagulan, biokoagulan,

koagulasi,flokulan.

PENDAHULUAN

Kawasan sungai Kalimalang merupakan area Ruang Terbuka Hijau Kota dan

mempunyai luas yakni 123,938 ha. Sungai kalimalang merupakan sungai buatan

sepanjang 20 kilometer dengan memiliki kedalaman 2,5 meter serta lebar 24 meter

yang dibangun untuk memasok air yang dikelola Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM). Berbagai aktivitas penggunaan lahan di Daerah Aliran Sungai (DAS) telah

Page 2: PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG RAJUNGAN SEBAGAI …

Teknik Lingkungan – Universitas Pelita Bangsa 2021

mempengaruhi kualitas air sungai seperti masyrakat yang tinggal di sekitaran sungai

Kalimalang yang menggunakan air sungai untuk keperluan sehari-hari seperti mandi,

mencucui pakian, mencuci keperluan dapur, dan industri rumahan yang membuang

hasil air cucian limbah plastik baik secara langsung maupun tidak langsung ke badan

sungai. Hal ini dibuktikan dengan hasil pengujian kualitas air sungai Kalimalang

dengan memperoleh tingkat kekeruhan 350 NTU, pH 8,68, sedangkan Tottal Dissolve

Sollids (TDS) 161 mg/L. Banyaknya limbah yang dihasilkan oleh masyarakat maupun

industri rumahan yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung yang dibuang

ke badan sungai tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu, yang mengakibatkan air

sungai menjadi tercemar. Air sungai yang sudah tecemar sudah tidak dapat digunakan

kembali, air sungai yang sudah melebihi status baku mutu yang dikeluarkan oleh

Permenkes RI No. 492 tahun 2010, diperlukannya suatu pengolahan Watter Treatment

Plant sebelum digunakan kembali oleh masyarakat sekitar.

Koagulasi dan flokulasi adalah salah satu upaya menghilangkan kekeruhan dan

materi substansi pada air sungai. Koagulan yang sering dipakai pada proses koagulasi

adalah Alum, PAC, Sodium Aluminat, dan Ferri Sulfat. Dengan seringnya koagulan

kimia yang digunakan menyebabkan menurunnya kesehatan masyrakat dan lingkungan

itu sendiri. Banyaknya penelitian yang dilakukan untuk menggantikan koagulan kimia,

beberapa koagulan alami yang lebih ramah lingkungan sebagai koagulan.

Kitosan di dapat dengan cara deacetylation yang berarti penghilangan kelompok

acetyl di dalam kitin. Kitosan yang dapat dibuat dari variasi sumber hewan tentunya

akan menghasilkan kualitas kitosan yang berbeda, melalui penelitian ini yang akan

membandingkan kitosan yang terbuat dari limbah cangkang kepiting rajungan

(Potunus pelagicus) yang nantinya akan dibandingkan dengan koagulan kimia Alum

yang nantinya dapat diharapkan dan diketahui karateristik yang mempengaruhi

kualitas koagulan dan kitosan yang lebih baik untuk digunakan sebagai koagulan.

Penelitian ini berfokus pada penurunan kualitas air sungai Kalimalang dengan

parameter kekeruhan (turbidity), pH, dan TDS (Total dissolve Solids) sebagai bahan

baku dan kitosan yang merupakan turunan dari kitin yang pada umumnya berasal dari

limbah kepiting rajungan dalam menurunkan parameter sebagai Biokoagulan alami

yang nantinya akan di bandingkan dengan koagulan kimia Alum.

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi penelitian di lakukan di Laboratorium Universitas Pelita Bangsa, lokasi

pengambilan sampel air sungai berlokasi di sungai Kalimalang Cikarang Pusat ,

Page 3: PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG RAJUNGAN SEBAGAI …

Teknik Lingkungan – Universitas Pelita Bangsa 2021

pengambilan limbah cangkang rajungan berlokasi di pasir putih Karawang, dan

penelitian tambahan dilakukan di Teknik Lingkungan Universitas Pasundan.

Pembuatan Sampel Kitosan

1. Langkah pertama yang dilakukan adalah pencucian limbah cangkang rajungan

hingga tidak tersisa daging ataupun kotoran yang menempel pada cangkang

rajungan. Lalu dilakukannya pengeringan di bawah sinar matahari selama 2 hari,

setelah itu cangkang rajungan yang sudah kering dilakukan penumbukan

menggunakan blender dan mortar hingga mendapatkan sampel berukuran 200

mesh dan sampel kasar.

2. Tahap selanjutnya adalah Demineralisasi, dalam proses ini kandungan mineral

dihilangkan dengan menambahkan HCl 1,5 M dan diaduk menggunakan magnetic

stirer pada keceparan 50 rpm pada suhu 70°C selama 1 jam. Selanjutnya residu

disaring dan dicuci hingga pH netral. Dan dikeringkan dalam oven pada suhu 80°C

selama 6 jam.

3. Tahap selanjutnya adalah Deproteinasi, dalam proses ini kandungan protein

dihilangkan dengan menambahkan NaOH 3,5% dan diaduk menggunakan

magnetic stirer pada keceparan 50 rpm pada suhu 70°C selama 4 jam. Selanjutnya

residu disaring dan dicuci hingga pH netral. Dan dikeringkan dalam oven pada

suhu 80°C selama 5 jam.

4. Tahap selanjutnya adalah Deasetilasi, dalam proses ini bertujuan untuk

menghilangkan gugus asetil dari kitin dengan dengan menambahkan NaOH pekat

dan diaduk menggunakan magnetic stirer pada keceparan 50 rpm pada suhu 120°C

selama 4 jam. Selanjutnya residu disaring dan dicuci hingga pH netral. Dan

dikeringkan dalam oven pada suhu 80°C selama 5 jam.

Cangkang Rajungan

Pencucian dan

PengeringanPenghalusan Dimeneralisasi Penyaringan

Pencucian sampai pH netral dan Pengeringan

DeproreinasiPencucian

sampai pH netral dan Pengeringan

Pencucian dan

PengeringanKitin Deasetilasi Kitosan

Page 4: PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG RAJUNGAN SEBAGAI …

Teknik Lingkungan – Universitas Pelita Bangsa 2021

Aplikasi Kitosan Sebagai Koagulan

Perhitungan larutan kitosan mengikuti Fahnur (2017), mencampur 5 gr, kitosan dengan

500 mL asam asetat 1%, kemudian diaduk sampai tercampur, menyimpan larutan ke

dalam gelas kimia 500 mL.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Kitosan

Pengujian karakterisasi kitosan dilakukan untuk mengetahui kadar air, kadar abu,

warna, bentuk dan derajat deasetilasi yang terdapat pada sampel kitosan yang dibuat

dan dibandingkan dengan standar kitosan yang sudah ada.

Pada tabel di atas dapat dilihat sampel halus dan sampel kasar memiliki nilai pH 6.

Kadar air pada sampel halus memiliki nilai 4,77 dan sampel kasar 6,62. Kadar abu pada

sampel halus memiliki nilai 1,56 dan sampe kasar 1,52. Nilai DD pada sampel halus

memiliki nilai 63,09% sedangkan pada sampel kasar 76,08%. Bentuk partikel pada

sampel halus dan sampel kasar memiliki bentuk serpihan atau serbuk, sedangkan pada

warna yang ditimbulakan coklat sampai putih pada sampel halus dan sampel kasar.

Pengujian Kitosan pada Air Sungai

Pengujian kitosan sebagai koagulan bertujuan untuk mengetahui apakah

koagulan kitosan yang diekstrak dari cangkang rajungan mampu berfungsi sebagai

koagulan. Proses pengujian akan dilakukan menggunakan metode jartest.

Sumber Cangkang Rajungan

Sampel

uji Satuan

Parameter

pH Kadar

Air

Kadar

Abu

Derajat

Deasetilasi

Bentuk

Partikel Warna

Sampel

Halus % 6 4,77 1,56 63,09

Serpihan/Serbuk

Coklat sampai

putih

Sampel

Kasar % 6 6,62 1,52 76,08

Serpihan/Serbuk

Coklat sampai

putih

BSN % 7-8 < 5 < 12 > 75

Serpihan/Serbuk

Coklat sampai

putih

*Badan Standar Nasional (2013)

Page 5: PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG RAJUNGAN SEBAGAI …

Teknik Lingkungan – Universitas Pelita Bangsa 2021

Uji jar test yang dilakukan menggunakan 6 sampel, hasil jar test dilakukan untuk

mengetahui besar penurunan kekeruhan, pH, dan TDS pada air sungai Kalimalang. 6

sampel yang diuji yakni kitosan halus, kitosan kasar, kitosan komersial, cangkang

rajungan halus, cangkang rajungan kasar dan Alum sebagai pembanding.

Efektifitas kitosan pada pH air sungai

Hasil uji jar test dengan berbagai variasi menunjukan sampel kitosan halus

mencapai standard pH pada dosis 10 ppm, sampel kitosan kasar mencapai standard

pada dosis 7,5 ppm & 10 ppm, kitosan komersil pada beberapa variasi dosis belum

memenuhi standard dengan rentang nilai pH 8,50 – 7,90, cangkang rajungan halus

mencapai standard pada dosis 10 ppm, cangkang rajungan kasar mencapai standard

pada dosis 7,5 ppm dan 10 ppm, sedangkan untuk penggunaan alum pH yang

dihasilkan sangat asam yaitu dari berbagai variasi dosis nilai yang dihasilkan pada

rentang 3,28 – 3,47.

8,688,3 8,12 7,95

7,54

8,687,95

7,56 7,23 6,96

8,68 8,5 8,23 7,95 7,98,68

8,12 7,95 7,62 7,33

8,687,89

7,52 7,32 7,12

8,68

3,28 3,41 3,42 3,47

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

AirKalimalang

2,5 5 7,5 10

PH

DOSIS KITOSAN HALUS (PPM)

Uji Jar Test - pH

Standard pH Min

Standard pH Max

Kitosan Halus

Kitosan Kasar

Kitosan Komersil

CR Halus

CR Kasar

Alum

Hasil analisis air sungai Kalimalang sebelum jar test

pH Turbidity TDS

Air Baku 8.68 350 161

Standar 6.5 - 7.5 5 500

*Standar : Permenkes 492/Menkes/Per/2010

Page 6: PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG RAJUNGAN SEBAGAI …

Teknik Lingkungan – Universitas Pelita Bangsa 2021

Efektifitas Kitosan pada TDS air sungai

Hasil uji Total Dissolved Solids (TDS) menunjukan penggunaan sampel kitosan

halus, kitosan komersil dan alum dapat menurunkan nilai TDS. Penggunaan alum dapat

menurunkan nilai TDS hingga 27% pada penggunaan dosis 5 ppm. Penggunaan sampel

kitosan halus dan kitosan komersil tidak dapat mengurangi nilai TDS namun dengan

berbagai variasi dosis TDS yang dihasilkan masih masuk kedalam standard yang telah

ditentukan.

Penggunaan sampel kitosan kasar, cangkang rajungan halus, dan cangkang

rajungan kasar dapat menaikan nilai TDS pada dosis 10 ppm masing-masing yaitu

167%, 689%, dan 596%. Hal ini dikarenakan pada saat penambahan sampel kitosan

tersebut pada saat uji jar test terdapat gumpalan-gumpalan yang tidak larut dalam

proses uji jar test.

161

354 374428 430

161

714

886955

1060

161232 221 221 215

161

815893

346

161

9291030 1040

1120

161

610

117 123 163

0

200

400

600

800

1000

AirKalimalang

2,5 5 7,5 10

%

DOSIS KITOSAN HALUS (PPM)

Uji Jar Test- Total Dissolved Solid (TDS)

Standard TDS Max

Kitosan Halus

Kitosan Kasar

Kitosan Komersil

CR Halus

CR Kasar

Alum

Page 7: PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG RAJUNGAN SEBAGAI …

Teknik Lingkungan – Universitas Pelita Bangsa 2021

Efektifitas Kitosan pada Turbidity air sungai

Hasil uji Turbidity menunjukan penggunaan sampel kitosan halus dapat

menurunkan nilai turbidity hingga 72% pada dosis 10 ppm yaitu 99,3 NTU. Belum

memenuhi standard yang telah ditentukan oleh Permenkes 492/Menkes/Per/2010, namun

effluent yang dihasilkan cukup jernih bila dilihat dengan mata telanjang.

Hasil uji Turbidity terbaik dihasilkan pada penggunaan 7,5 ppm kitosan komersil

yaitu 10.2 NTU dengan penurunan turbidity 97%. Penggunaan alum pada penggunaan

7,5 ppm alum nilai turbidity yang dihasilkan yaitu 11 NTU dengan penurunan turbidity

97%. Pengguanan cangkang rajungan halus pada penggunaan 5 ppm dapat menurunkan

turbidity hingga 97% dengan nilai turbidity 9,32 NTU. Sedangkan untuk penggunaan

sampel kitosan kasar menaikan nilai turbidity hingga 437 NTU.

Dari ke lima sampel diatas yang dapat menurunkan nilai turbidity yaitu

penggunaan sampel kitosan halus, kitosan komersil, cangkang rajungan halus,

cangkang rajungan kasar dan alum. Dari ke enam sampel tersebut dengan berbagai

variasi dosis nilai turbidity yang dihasilkan belum memenuhi standard Permenkes

492/Menkes/Per/2010 yang telah ditentukan, namun effluent dihasilkan sudah jernih

jika dilihat dengan mata telanjang.

KESIMPULAN

1. Penurunan konsentrasi pencemar pada sampel kitosan halus setelah penambahan

koagulan penurunan pencemar pada kekeruhan 99 NTU, TDS 430% dan pH

350

147 145 13099,3

350

295334

395

437

350

22,3 21,1 10,2 22,5

350

14,2 9,32 16,4 14

350

14 24,2 19,6 18,7

350

10,8 23 11 12,70

50

100

150

200

250

300

350

400

450

AirKalimalang

2,5 5 7,5 10

NTU

DOSIS KITOSAN HALUS (PPM)

Uji Jar Test- Turbidity

Standard Turbidity Max

Kitosan Halus

Kitosan Kasar

Kitosan Komersil

CR Halus

CR Kasar

Alum

Page 8: PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG RAJUNGAN SEBAGAI …

Teknik Lingkungan – Universitas Pelita Bangsa 2021

7,54.Penurunan konsentrasi pencemar pada sampel kitosan kasar setelah

penambahan koagulan penurunan pencemar pada kekeruhan 334 NTU, TDS

886% dan pH 7,56.Penurunan konsentrasi pencemar pada sampel kitosan

komersil setelah penambahan koagulan penurunan pencemar pada kekeruhan

10,2 NTU, TDS 221% dan pH 7,95.Penurunan konsentrasi pencemar pada

sampel kitosan halus setelah penambahan koagulan penurunan pencemar pada

kekeruhan 16 NTU, TDS 346% dan pH 7,62. Penurunan konsentrasi pencemar

pada sampel cangkang rajungan kasar setelah penambahan koagulan penurunan

pencemar pada kekeruhan 99 NTU, TDS 430% dan pH 7,54. Penurunan

konsentrasi pencemar pada sampel kitosan halus setelah penambahan koagulan

penurunan pencemar pada kekeruhan 18,7 NTU, TDS 1120% dan pH 7,12.

Penurunan konsentrasi pencemar pada sampel Alum setelah penambahan

koagulan penurunan pencemar pada kekeruhan 12,7 NTU, TDS 163% dan pH

7,5.

2. Dosis optimum 10 ppm pada koagulan kitosan halus mampu menurnukan kadar

air sungai yang di uji. koagulan kitosan kasar pada dosis 2,5 ppm mampu

menurunkan kadar air sungai yang diuji, tetapi mengalami peningkatan pada

TDS dan turbidity setelah perlakuan koagulan. Koagulan komersil pada dosis 7,5

ppm, mampu menurunkan kadar kadar pH, TDS dan turbodity. Koagulan

cangkang rajungan halus pada dosis 7,5 ppm, mampu menurunkan kadar kadar

pH, TDS dan turbodity. Koagulan cangkang rajungan kasar pada dosis 7,5 ppm

mampu menurunkan kadar kadar pH dan turbodity, tetapi pada parameter TDS

setelah diuji mengalami peningkatan sebesar 1120% setelah perlakuan koagulan.

Dosis optimum pada sampel Alum ada pada dosis 7,5 ppm dengan menurunkan

kadar kekeruhan 11 NTU, TDS 123% dan pH 3,42.

3. Hasil perbandingan koagulan alum dan kitosan yang dibuat, hasil alum masih

lebih baik dikarenakan alum masih bisa menurunkan kadar kekeruhan hingga 11

NTU dan TDS 123%. Tetapi hasil akhir menunjukan air sungai menjadi lebih

asam karna memiliki pH 3,42. Sedangkan sampel kitosan halus mampu

menurunkan kadar kekeruhan hanya sampai 130 NTU dari 161 NTU air baku,

nilai TDS bertambah 80% menjadi 430% seteleh perlakuan, dan pH memiliki

nilai 7,95. Sampel kitosan kasar sendiri hanya kadar pH yang turun menjadi 7,95,

sedangkan nilai kekeruhan naik menjadi 295 NTU, dan nilai TDS menjadi 714%.

Page 9: PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG RAJUNGAN SEBAGAI …

Teknik Lingkungan – Universitas Pelita Bangsa 2021

DAFTAR PUSTAKA

Adhi, et al. 2019. Penggunaan Ferri Klorida dan Kitosan Cangkang Kepiting sebagai

Alternatif Koagulan Pada Pengolahan Air Limbah Laundry. Program Studi

Teknik Pengolahan Limbah. Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS).

Surabaya.

Alamsyah, R. (2007). Pengolahan Khitosan Larut dalam Air dari Kulit Udang Sebagai

Bahan Baku Industri http://www.bbia.go.id/ringkasan.pdf.

Alrumman, S. A., El-kott, A-F., dan Keshk, S. M. 2016. “Watter Pollution: Source &

Treatment.” American Journal of Environmental Engineering, Vol. 6, No. 3, Hal.

88-

Balazs, B., & Sipos, P. (2007). Limitationd of pH-potentionmetric titration for the

determination of the degree of deacetylation of chitosan. Carbohydrate Research.

Vol. 342, issue 1, 124-130.

Badan Standarisasi Nasional. 2013. Kitosan-Syarat Mutu dan Pengolahan. SNI 7949-

2013. BSN. Jakarta 14 hal.

Bergamasco, R., Konradt-Moreas, L.C., Viera, M.F., dan Viera, A.M.S. 2011.

Performance of a Coagulation-Ultrafiltration Hybrid Process for Water Supply

Treatment. Chemical Engineering Journal 166: 483-489.

Delvatinson. 2017. Manfaat lain sungai bersih. Bandung: Generate Press.

Ebeling, J, M,m Rishel, K. L. Sibrell, P. L., 2005. Screening and Evolution of Polymers

as Floculation aids for The Treatment of Aquacultural Effluents. Aquacult. Eng.

33 (4), 235-249.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air, bagi pengolahan sumber daya dan lingkungan

perairan. Kansius.

Page 10: PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG RAJUNGAN SEBAGAI …

Teknik Lingkungan – Universitas Pelita Bangsa 2021

Ermawati, Yunitas, dkk. 2009. Pemanfaatan Kitosan dari Limbah Rajungan (portonus

pelagicus) sebagai Antimikroba Pada Obat Kumur [jurnal]. UGM, Yogyakarta.

Fernando, L. A. T., Poblete, M. R. S., Ongkiko, A. G. M., & Diaz, L. J. L. (2016).

Chitin Extraction and Synthesis of Chitin-Based Polymer Films from Philippine

Blue Swimming Crab (Portunus pelagicus) Shells Procedia Chemistry

https://doi.org10.1016/j.proche.2016.03.039

Hendrawati, S.,& Sumarni, N. (2015). Penggunaan Kitosan Sebagai koagulan Alami

dalam Perbaikan Kualitas Air Danau.

Kaban, J. (2009). Modifikasi Kimia dari Kitosan dan Aplikasi Produk yang Dihasilkan.

Universitas Sumatra Utara. Medan.

Krissetiana, H., 2004, Kitin dan Kitosan Dari Limbah Udang. (online),

https://www.suaramerdeka.com/harian/0405/31/ragan4.htm

Laila, A. & Hendri, J. (2008). Study Pemanfaatan Polimer Kitin sebagai Media

Pendukung Amobilisasi Enzim α-Amilase. Jurusan Kimia Fakultas MIPA.

Lampung.

Marganof. 2003. Potensi Limbah Udang sebagai Penyeraap Logam Berat (Timbal,

cadmium, dan tembaga) di Perairan.

Martati, E., Susanto, J., Yunianta, & Ulifah, I. A. (2002). Isolasi Khitin dari Cangkang

Rajungan (Portunus pelagicus). Kajian Suhu dan Waktu proses Deproteinasi,

jurusan Teknik hasil Pertanian Fakultas teknologi Pertanian. Universitas

Brawijaya. Malang.

Mashitah, S., Daud, S., dan Asmura, J. 2017. Penyisihan Kadar Fosfat pada Limbah

Cair Laundry Menggunakan Biokoagulan Cangkang Kepiting (Brachyura).

Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Tenkin Riau 4(2): 1-6.

Page 11: PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG RAJUNGAN SEBAGAI …

Teknik Lingkungan – Universitas Pelita Bangsa 2021

Mohadi, R., Kurniawan, C., Yuliasari, N., & Hidayati, N. (2014). Karakterisasi Kitosan

dari Cangkang rajungan dan Tulang Cumi dengan Spektofotome FT-IR Serta

Penentuan Derajat Deasetilasi Dengan Metode Baseline. Seminiar Nasional

FMIPA UNSRI 2014.

Multazzam. (2002). Prospek Pemanfaatan Cangkang Rajungan (portunus sp.) Sebagai

Suplemen Pakan Ikan. Skripsi yang tidak dipubliksikan, Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan. Intitus Pertanian Bogor.

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, Tentang Pengolhan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air.

Putra, A. 2017. Evaluasi Kesesuaian Pemanfaatan Ruang Pada Kawasan Pesisir Teluk

Bungkus Kota Padang [Tesis]. Pascasarjana Universitas Andalas.

Putra, A dan Husrin, S. 2017. Kualitas Perairan Pasca Cemaran Sampah Laut di Pantai

Kuta Bali. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 9(1), pp.57-65.

Putra, R., Lebu, B., Munthe, M. H. D. D., & Rambe, A. M. (2013). Pemanfaatan Biji

Kelor sebagai Koagulan pada proses Koagulasi Limbah Cair Industri Tahu

dengan Menggunakan jar test. Jurnal Teknik Kimia USU. Medan.

Priyambada, I. B., Oktiawan W, dan R.P.E Suprapto. 2018.Analisa Pengaruh

Perbedaan Fungsi Tata Guna Lahan Terhadap Beban Pencemaran BOD Sungai

(Studi Kasus Sungai Serayu Jawa Tengah). Jurnal Presipitasi, 5:55-62.

Qasim, S. R., Motley, E.M. and Zhu, G., (2000). Water Works Engineering, Chiang,

patel dan Yerby, Inc, Dallas, Texas.

Qasim, S., Motley, E., Guang Zhu, (2000). Water Works Engineering : planning,

design, and operation, Pretence-Hall: Amerika.

Page 12: PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG RAJUNGAN SEBAGAI …

Teknik Lingkungan – Universitas Pelita Bangsa 2021

Renaut. f. Sancey, B., Badot, P.M., dan Crini, G. 2009. Chitosan for

Coagulation/Floculation Processes-An Eco-friendly Approach. European

Polymer Journal 45(5): 1332-1348.

Rochima, E (2007). Karakterisasi Kirin dan Kitosan asal Limbah Rajungan Cirebon

Jawa Barat. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia.

Rochima, E. (2014). Kajian pemanfaatan Limbah Rajungan dan Aplikasinya Untuk

Bahan Minuman Kesehatan berbasis Kitosan (Study of Utilization of Crabs

Processing Wastes and Its Application for Chitosan-Bassed healthy Drink).

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjajaran.

Sari, S. r., Dharma, S., & Nurmaini(2014). Perbedaan Kemampuan Cangkang Kerang,

Cangkang Kepiting dengan Cangkang Udang sebagai Koagulan Alami dalam

Penjernihan Air Sumur di Desa Tanjung Ibus Kecamatan Secangkang Kabupaten

Langkat. Lingkungan dan Kesehatan Kerja.

Sertiawan, D. (2011). Perbandingan Efektifitas Kitosan dari kepiting Rajungan dan

Kepiting Hijau sebagai Kogulan, serta PAC sebagai Koagulan Kimia. Theses

Universitas Indonesia.

Shahidi, F., J. K. V. Arachchi and Y. J. Jeon. 1999. Food applications of chitin and

chitosans. Trends in food science & technology.

Situmorang, M. 2007. Kimia Lingkungan. Medan : FMIPA-UNIMED.

S. K. Yong., M. Shrivastava., P. Srivastava., A. Kunhikrishnan., and Nanthi Bolan.

2015. Environmental Applications of Chitosan and Its Derivatives. Reviews of

Environmental Contamination and Toxicology 233. DOI 10.1007/978-3-319-

10479-9_1.

Suharto. 2011. Limbah Kimia dalam Pencemaran Udara dan Air. Yogyakarta (ID) :

ANDI.

Page 13: PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG RAJUNGAN SEBAGAI …

Teknik Lingkungan – Universitas Pelita Bangsa 2021

Stehhen A.M. 1995. Food polysaccharides and their aplications. Department of

chemistry. University of Cape Town. Rondebosch.

Syamsumarsih D. 2011. Pengunaan Biji Asam Jawa (Tumarindus Indoca L.) dan Biji

Kecipir (Paophacarpus Tetragonolobus L.) Sebagai Koagulan Alami dalam

Perbaikan Kualitas Air Tanah. [Skripsi}. Jakarta (ID) : Universitas Islam Negeri

Jakarta.

Wardhani K, Widyastuti, Hadiwidodo M, Sudarno. 2014. Khitin Cangkang Rajungan

(Portonus pelagicus) Sebagai Biokoagulan untuk Penyisihan Turbidity, TSS,

BOD dan COD pada Pengolahan Air Limbah Farmasi PT. Phapros TBK,

Semarang. Jurnal Teknik Lingkungan. 3(4): 1-6.

Yanuar. V. (2008). Pemanfaatan Cangkang Rajungan (potunus pelagicus) sebagai

Sumber Kalsium dan fosfor dalam Pembuatan produk Crackers. Sekolah

Pascasarjana Insiitut Pertanian Bogor. Bogor.

Yuliastri IR. 2010. Penggunaan Serbuk Biji Kelor (Moringa oleifera) Sebagai

Koagulan dan Flokulan dalam Perbaikan Kualitas Air Limbah dan Air tanah.

[Thesis]. Jakarta (ID) : Universitas Islam Negeri Jakarta.

Zakaria, M. B., M. J. Jais., Wan-Yaacob Ahmad., Mohd Rafidi Otman dan Z. Z.

Harahap. 2002. Penurunan Kekeruhan Efluen Industri Minyak Sawit (EIMS)

Oleh Koagulan Konvensional Dan Kitosan. Prosiding Seminar Bersama UKM-

ITB ke-5. Universitas Kebangsaan Malaysia. Malaysia.

Zemmouri, H., Drouiche, M., Sayeh, A., Lonichi, H., dan Mameri, N. 2013. Chitosan

Application for Treatment of beni-Amrane’s Water Dam. Energy Procedia

36(2013): 558-564)