PEMANFAATAN JAMUR PELAPUK UNTUK MENINGKATKAN … · Hasil sisa tanaman pertanian yang cukup...
Transcript of PEMANFAATAN JAMUR PELAPUK UNTUK MENINGKATKAN … · Hasil sisa tanaman pertanian yang cukup...
i
PEMANFAATAN JAMUR PELAPUK UNTUK
MENINGKATKAN NILAI NUTRISI
TONGKOL JAGUNG
SKRIPSI
Oleh:
HASRUL
I211 10 277
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
ii
PEMANFAATAN JAMUR PELAPUK UNTUK
MENINGKATKAN NILAI NUTRISI
TONGKOL JAGUNG
SKRIPSI
Oleh:
HASRUL
I211 10 277
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
iii
PERNYATAAN KEASLIAN
1. Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Hasrul
Nim : I211 10 277
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa:
a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli
b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi, terutama dalam Bab
Hasil dan Pembahasan, tidak asli atau plagiasi maka bersedia dibatalkan
dan dikenakan sanksi akademik yang berlaku.
2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat dipergunakan
seperlunya.
Makassar, Mei 2016
HASRUL
iv
v
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas Rahmat dan Hidayah-Nya yang senantiasa
tercurah kepada penulis sehingga penulis dapat merampungkan penulisan Skripsi
ini. Shalawat dan salam kita curahkan kepada Rasullullah Muhammad SAW
beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah membimbing ummatnya dari
alam gelap gulita menuju alam terang benderang.
Terima kasih tak terhingga kepada ibu Dr. Jamila, S.Pt.,M.Si selaku
Pembimbing Utama dan ibu Dr. Andi Mujnisa, S.Pt, MP selaku Pembimbing
Anggota atas bimbingan, serta waktu yang telah diluangkan untuk memberikan
petunjuk mulai dari perencanaan penelitian sampai selesainya skripsi ini.
Limpahan rasa hormat, kasih sayang, cinta dan terima kasih kepada
Ayahanda dan ibunda saya Mannakki dan Wahida, serta saudaraku Hamka dan
Haerul yang selama ini memberikan doa, semangat, dan kasih sayangnya.
Terima kasih setinggi-tingginya penulis sampaikan dengan segala
kerendahan hati kepada :
Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc selaku Dekan FakultasPeterna
kan dan juga kepada Dr. Budiman Nohong, MP selaku Ketua Jurusan
Nutrisi dan Makanan Ternak. Kepada seluruh Dosen dan Staf Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin, khususnya Jurusan Nutrisi dan Makanan
Ternak yang telah memberikan sumbangsih ilmu selama penulis berada di
bangku kuliah.
vi
Pembimbing Akademik saya ibu Dr.Ir. Syahriani Syahrir M.Si yang selalu
memberikan arahan dan masukan kepada penulis.
Keluarga besar MATADOR 10, HUMANIKA UNHAS, SEMA FAPET
UNHAS, IPMI SIDRAP, KKN Sanglepongan Angk.87, BACO KUTTU,
SERIGALA MALAM, atas segala bantuan, pengalaman, ilmu dan
pencerahan terhadap penulis.
Kawan Sayudin, Komang, Herni, Tika dan Tilawati atas segala bantuan,
saran dan arahannya.
Teman-teman penelitian Fardil, Darto, Fredy, Raka, dan Kasman, terima
kasih atas segala perjuangan yang telah dilalui.
Ucapan terima kasih yang sangat spesial buat Mita Arifa Hakim yang selalu
menemani, mendukung, menyemangati dan membantu dalam segala hal.
Semua pihak yang tidak dapat penulis ucapkan satu persatu yang selalu
memberikan doa kepada penulis hingga selesainya penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari masih perlu masukan dan saran dari berbagai pihak yang
sifatnya membangun agar penulisan berikutnya senantiasa lebih baik lagi. Akhir
kata penulis ucapkan banyak terima kasih dan menitip harapan semoga tugas
akhir ini bermanfaat bagi kita semua. Amin ya robbal alamin.
Makassar, Mei 2016
Hasrul
vii
Hasrul (I211 10 277), Jamila (Pembimbing Utama), Andi Mujnisa
(Pembimbing Anggota) Pemanfaatan Jamur Pelapuk Untuk Meningkatkan
Nilai Nutrisi Tongkol Jagung.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan protein kasar, serat kasar,
lemak kasar, dan BETN tongkol jagung yang difermentasi menggunakan jamur
pelapuk. Penelitian ini menggunakan jamur Trametes versicolor dan Ganoderma
applanatum, tongkol jagung, dedak, kapur serta bahan kimia untuk anlisa
proksimat. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)
yang terdiri dari 3 perlakuan diulang sebanyak 5 kali yaitu A (Tongkol jagung
tanpa fermentasi), B (Tongkol jagung yang difermentasi isolat jamur Trametes
versicolor), dan C (Tongkol jagung yang difermentasi isolat jamur Ganoderma
applanatum). Analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh sangat
nyata (P<0,01) terhadap protein kasar dan berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap
lemak kasar tongkol jagung. Perlakuan fermentasi menggunakan isolat jamur
Trametes versicolor lebih baik dalam meningkatkan kualitas nutrisi tongkol
jagung dibandingkan dengan fermentasi menggunakan isolat jamur Ganoderma
applanatum.
Kata Kunci : Isolat Jamur Pelapuk, Tongkol Jagung, Protein kasar, Serat
kasar, Lemak kasar, BETN.
viii
Hasrul (I211 10 277), Jamila (Supervisor) and Andi Mujnisa (Co-Supervisor)
Utilization rot fungus to Improve Nutritional Value Corn Cob.
ABSTRACT
This research was aimed to study determine the content of crude protein, crude
fiber, crude fat, and BETN fermented corn cobs using fungal rot. This study used
a Trametes versicolor mushroom and Ganoderma applanatum, corn cobs, rice
bran, lime and chemicals for analysis proximate. The design used was completely
randomized design (CRD), which consists of 3 treatments was repeated 5 times, A
(corn cobs without fermentation), B (corn cobs fermented fungus isolates
Trametes versicolor), and C (corn cobs fermented isolates of the fungus
Ganoderma applanatum). Analysis of variance showed that the treatments was
highly significantly (P <0.01) the crude protein and significantly (P <0.05) to the
crude fat corncobs. Treatments of fermentation using a fungal isolates Trametes
versicolor better in improving the nutritional quality of corn cobs compared to
fermentation using Ganoderma applanatum fungal isolates.
Key Words: Isolate rot fungus, Corn Cob, crude protein, crude fiber, crude fat,
BETN.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN .............................................................................. ii
PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
ABSTRACT ....................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................... ........... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii
PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
Latar Belakang .......................................................................................... 1
Perumusan Masalah .................................................................................. 2
Hipotesis ................................................................................................... 2
Tujuan dan Kegunaan ............................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 3
Potensi Tongkol Jagung Sebagai Pakan Ternak ....................................... 3
Pengaruh Teknologi Fermentasi dalam Meningkatkan Kualitas
Bahan Pakan ............................................................................................. 6
Pemanfaatan Jamur dalam Teknologi fermentasi..................................... 7
Karakteristik Jamur Pelapuk .................................................................... 8
Kandungan Protein Kasar, Serat Kasar, Lemak Kasar dan
Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) .................................................. 10
METODE PENELITIAN ................................................................................. 13
Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................. 13
Materi Penelitian ..................................................................................... 13
x
Metode Penelitian ..................................................................................... 13
Pelaksanaan Penelitian ............................................................................. 14
Protein kasar ............................................................................................. 16
Serat kasar ............................................................................................... 17
Lemak kasar.............................................................................................. 17
BETN ........................................................................................................ 17
Pengolahan Data ...................................................................................... 18
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 19
Protein kasar ............................................................................................. 19
Serat kasar ................................................................................................ 21
Lemak kasar.............................................................................................. 23
BETN ........................................................................................................ 24
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 26
Kesimpulan ............................................................................................... 26
Saran ......................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 27
LAMPIRAN ....................................................................................................... 31
DOKUMENTASI
RIWAYAT HIDUP
xi
DAFTAR TABEL
No. Halaman
Teks
1. Proporsi limbah tanaman jagung, kadar protein kasar dan nilai kecernaan
bahan keringnya........................................................................................... 6
xii
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
Teks
1. Tongkol jagung ............................................................................................ 4
2. Bagan Pelaksanaan Penelitian ......................................................................... 15
3. Pengruh Fermentasi jamur pelapuk terhadap kandungan Protein Kasar
tongkol jagung ............................................................................................. 20
4. Pengruh Fermentasi jamur pelapuk terhadap kandungan Serat Kasar
tongkol jagung .............................................................................................. 21
5. Pengruh Fermentasi jamur pelapuk terhadap kandungan Lemak Kasar
tongkol jagung .............................................................................................. 23
6. Pengruh Fermentasi jamur pelapuk terhadap kandungan BETN
tongkol jagung .............................................................................................. 24
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
Teks
1. Analisis statistik pemanfaatan jamur pelapuk terhadap Protein kasar
tongkol jagung ............................................................................................ 31
2. Analisis statistik pemanfaatan jamur pelapuk terhadap Serat kasar
tongkol jagung ......................................................................................... 32
3. Analisis statistik pemanfaatan jamur pelapuk terhadap Lemak kasar
tongkol jagung ............................................................................................ 33
4. Analisis statistik pemanfaatan jamur pelapuk terhadap BETN tongkol
jagung ......................................................................................................... 34
5. Dokumentasi Penelitian.............................................................................. 35
xiv
1
PENDAHULUAN
Latar belakang
Faktor utama penentu suatu keberhasilan dalam usaha peternakan adalah
upaya pencarian sumber pakan alternatif yang tersedia sepanjang tahun. Ternak
ruminansia sangat tergantung pada pakan hijauan. Produktivitas hijauan sangat
berlimpah pada musim hujan namun terjadi kekurangan pada musim kemarau.
Apabila kekurangan pakan, baik secara kualitas maupun kuantitas dapat
menyebabkan rendahnya produksi ternak yang dihasilkan.
Kandungan nutrisi tongkol jagung terdiri dari bahan kering 90,0%, protein
kasar 2,8%, lemak kasar 0,7%, serat kasar 32,7%, dinding sel 80%, lignin 6,0%
dan ADF 32% (Murni dkk, 2008). Permasalahan utama penggunaan tongkol
jagung sebagai pakan ternak ruminansia adalah tingginya kandungan serat kasar.
Kadar lignin dan silika yang tinggi mengakibatkan kecernaan tongkol jagung
menjadi rendah dan konsumsinya oleh ternak terbatas. Sehingga perlu dicari
tekhnologi yang dapat meningkatkan nilai nutrisi dari tongkol jagung tersebut
untuk dapat dijadikan pakan alternatif.
Salah satu teknologi alternatif untuk memanfaatkan tongkol jagung
sebagai bahan baku pakan ternak adalah dengan cara mengubahnya menjadi
produk yang berkualitas, yaitu melalui proses fermentasi dengan menggunakan
jamur. Peran utama jamur pelapuk yaitu mendegradasi komponen lignin (Isroy,
2010), sehingga dilakukan fermentasi dengan penambahan jamur pelapuk untuk
meningkatkan nilai nutrisinya.
2
Rumusan masalah
Pada saat ini tongkol jagung kurang dimanfaatkan sebagai pakan ternak
karena kandungan serat kasar tinggi dan protein kasarnya rendah padahal ditinjau
dari potensinya tongkol jagung dapat dijadikan sebagai pakan alternatif ternak
ruminansia. Oleh karena itu perlu dilakukan pengolahan dengan tekhnologi
fermentasi menggunakan inokulan jamur pelapuk sehingga dapat meningkatkan
nilai nutrisi tongkol jagung.
Hipotesis
Diduga bahwa fermentasi tongkol jagung dengan menggunakan jamur
pelapuk dapat meningkatkan nilai nutrisi limbah tanaman jagung .
Tujuan dan kegunaan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh fermentasi oleh
jamur pelapuk terhadap nilai nutrisi (protein kasar, serat kasar, lemak kasar, dan
BETN) tongkol jagung.
Kegunaan penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai
fermentasi tongkol jagung dengan menggunakan jamur pelapuk untuk
meningkatkan kualitas tongkol jagung.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Potensi Tongkol Jagung (Zea mays L.) Sebagai Pakan Ternak
Tongkol jagung adalah hasil ikutan dari tanaman jagung yang telah
diambil bijinya dan merupakan limbah padat. Selama ini janggel jagung selalu
dibuang atau dibakar, padahal sebetulnya dapat dimanfaatkan sebagai pakan
alternatif karena mudah didapat, kandungan nutrisinya memadai dan
ketersediaannya cukup. Sehingga berpotensi untuk dijadikan sebagai pakan
ternak. Palatabilitas tongkol jagung yang rendah masih dapat dimanfaatkan
sebagai pakan ruminansia dengan pengolahan terlebih dahulu (Richana dkk.,
2004)
Hasil sisa tanaman pertanian yang cukup melimpah tetapi masih jarang
digunakan sebagai bahan pakan ternak adalah tongkol jagung (Yulistiani, 2010).
Tongkol jagung adalah limbah yang diperoleh ketika biji jagung dirontokkan dari
buahnya. Akan diperoleh jagung pipilan sebagai produk utamanya dan sisa buah
yang disebut tongkol atau janggel (Rohaeni dkk., 2006).
Potensi limbah tanaman jagung berupa daun dan batang sebesar 12.19
ton/ha dalam bentuk segar. Pemanfaatan jerami jagung meskipun sudah cukup
baik (24.69 %), namun perlu diupayakan peningkatannya karena kualitas dan
palatabilitasnya lebih baik dari jerami padi. Pemberian jerami jagung dengan
penambahan probiotik dan urea dalam proses fermentasi dapat memperbaiki
nutrisi jerami jagung dan daya cernanya (Direktorat Budidaya Ternak
Ruminansia, 2006).
4
Tongkol jagung merupakan bagian terbesar dari limbah jagung. Dari berat
jagung bertongkol, diperkirakan 40-50% adalah tongkol jagung, yang besarnya
dipengaruhi oleh varietas jagungnya. Tongkol jagung merupakan bahan
berlignoselulosa (kadar serat 38,99%) yang mengandung xilan tertinggi (12,4%)
dibanding limbah pertanian lain (Richana dkk., 2004).
Gambar 1. Tongkol Jagung
Tongkol jagung mengandung lignoselulosa yang terdiri dari lignin,
selulosa, dan hemiselulosa (Aylianawaty dan Susiani, 1985). Janggel atau tongkol
kosong berbentuk batang berukuran cukup besar, sehingga tidak dapat dikonsumsi
ternak jika diberikan langsung, oleh karena itu untuk memberikannya perlu
penggilingan terlebih dahulu (Suhartanto dkk, 2003).
Tongkol jagung ini sangat potensial dikembangkan untuk pakan ternak
ruminansia, namun hasil samping ini belum dimanfaatkan secara optimal sebagai
bahan pakan ternak. Hal ini mungkin disebabkan oleh kualitasnya yang relatif
rendah seperti pada limbah pertanian lainnya. Tongkol jagung ini mempunyai
kadar protein yang rendah (4,64%) dengan kadar lignin (15.8%) dan selulosa yang
tinggi (Brandt and Klofenstein, (1984).
5
Tongkol jagung/janggel adalah limbah yang diperoleh ketika biji jagung
dirontokkan dari buahnya. Tongkol jagung berbentuk batang berukuran cukup
besar, sehingga tidak dapat dikonsumsi ternak jika diberikan langsung, oleh
karena itu, untuk memberikannya perlu penggilingan terlebih dahulu (Suhartanto
dkk, 2003).
Peningkatan kualitas nutrisi pada tongkol jagung melalui pengurangan
ukuran partikel dan fermentasi secara nyata dapat meningkatkan protein kasar,
namun tidak mampu memperbaiki nilai nutrisi pada serat kasar maupun pada total
digestible nutrients (TDN). Penggunaan tongkol jagung yang telah difermentasi
dengan Aspergillus niger sebanyak 50% dalam konsentrat pada sapi PO yang
mendapat pakan basal jerami padi mampu menghasilkan pertambahan bobot
hidup harian (PBBH) yang tidak berbeda nyata dengan sapi PO yang diberi pakan
konsentrat tanpa tongkol jagung, sehingga penggunaan tongkol jagung dalam
konsentrat sebanyak 50% mampu meningkatkan nilai keuntungan (Anggraeny
dkk, 2008).
Upaya peningkatan kualitas tongkol jagung sebagai pakan ruminansia
dapat dilakukan dengan perlakuan fisik, kimiawi, biologi atau gabungan
perlakuan tersebut. Perlakuan fisik dengan pencacahan dapat digabungkan dengan
perlakuan kimiawi berupa amoniasi dan perlakuan biologi yaitu fermentasi
menggunakan starter mikrobia sellulolitik (Tampoebolon, 1997).
Kandungan lignin pada tongkol jagung yang dapat menghambat hidrolisis
tersebut dapat diatasi dengan delignifikasi. Delignifikasi bertujuan untuk
memudahkan pelepasan hemiselulosa dan mengurangi kandungan lignin pada
tongkol jagung yang dapat menghambat fermentasi selulosa menjadi gula-gula
6
sederhana. Delignifikasi dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu pengecilan
ukuran, perendaman dalam NaOCl 1 % (b/v), pembilasan, penyaringan, dan
pengeringan untuk menurunkan kadar air tongkol jagung. Selain itu, enzim
lignase yang juga diproduksi oleh Aspergillus niger dapat memecah ikatan lignin
polisakarida menjadi bagian yang lebih sederhana (Rizqi, 2012).
Komponen tanaman jagung tua dan siap panen terdiri atas 38% biji, 7%
tongkol, 12% kulit, 13% daun dan 30% batang. Janggel jagung termasuk bahan
pakan yang kurang palatable dan jika tidak segera dikeringkan akan ditumbuhi
jamur dalam beberapa hari. Komposisi janggel jagung terdiri dari bahan kering
90,0%, protein kasar 2,8%, lemak kasar 0,7%, abu 1,5%, serat kasar 32,7%,
dinding sel 80%, selulosa 25,0%, lignin 6,0% dan ADF 32% (Murni dkk, 2008).
Tabel 1.Proporsi limbah tanaman jagung, kadar protein kasar dan nilai kecernaan
bahan keringnya
Limbah
jagung
Kadar air
(%)
Proporsi
limbah (%)
Protein
kasar (%)
Kecernaan BK
in vitro (%)
Palatabilitas
Batang 70-75 50 3,7 51 Rendah
Daun 20-25 20 7,0 58 Tinggi
Tongkol 50-55 20 2,8 60 Rendah
Kulit jagung 45-50 10 2,8 68 Tinggi
Sumber: Wilson et al. (2004)
Pengaruh Teknologi Fermentasi dalam Meningkatkan Kualitas Bahan
Pakan
Menurut Winarno dan Fardiaz (2003) bahwa fermentasi adalah segala
macam proses metabolik dengan bantuan enzim dari mikroba (jasad renik) untuk
melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisa dan reaksi kimia lainnya, sehingga terjadi
perubahan kimia pada suatu substrat organik dengan menghasilkan produk
tertentu dan menyebabkan terjadinya perubahan sifat bahan tersebut.
7
Definisi teknologi fermentasi adalah memanfaatkan bahan-bahan yang
murah harganya bahkan tidak berharga dengan menggunakan mikroorganisme
menjadi produk-produk yang bernilai ekonomi tinggi dan berguna bagi
kesejahteraan manusia (Ansori, 1992).
Fermentasi adalah segala macam proses metabolik dengan bantuan enzim
dari mikroba (jasad renik) untuk melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisa, dan
reaksi kimia lainnya. Proses fermentasi secara umum memiliki beberapa tujuan,
yaitu memproduksi sel-sel mikrobia atau menghasilkan biomassa; memproduksi
enzim-enzim mikrobia; memproduksi senyawa metabolit; dan untuk proses
ransformasi zat-zat tertentu yang ditambahkan pada proses fermentasi yang
dilakukan (Stanbury and Whitaker, 1984).
Menurut (Muchtadi, 1992) bahwa proses-proses yang menghasilkan
komponen-komponen kimia yang kompleks sebagai akibat adanya pertumbuhan
maupun metabolisme mikrobia telah terjadi dalam proses fermentasi. Biokatalis
yang digunakan untuk mengubah substrat menjadi produk baru biokatalis tersebut
dapat berasal dari bakteri, jamur dan khamir (Smith, 1990).
Pemanfaatan Jamur dalam Teknologi Fermentasi
Jamur pelapuk putih adalah jamur yang memiliki kemampuan
mendegradasi lignin. Jamur pelapuk putih adalah jamur pendegradasi lignin dari
kelas basidiomycetes yang membentuk sekumpulan miselia dan berkembang biak
secara aseksual melalui spora atau seksual dengan perlakuan tertentu. Jamur
pelapuk putih dapat mendegradasi lignin dan senyawa turunannya secara efektif
dengan cara menghasilkan enzim peroksidase ekstraselular yang berupa lignin
peroksidase (LiP) dan mangan peroksidase (MnP) (Soilman dkk, 2000).
8
Proses fermentasi juga telah dilakukan terhadap limbah tanaman jagung.
Pamungkas dkk (2006), menggunakan Pleurotus flabelatus untuk fermentasi
tongkol jagung. Jamur Pleurotus merupakan jamur pembusuk putih (white rot
fungi). Jamur ini dapat mengeluarkan enzim-enzim pemecah selulosa dan lignin
sehingga kecernaan bahan kering tongkol jagung akan meningkat.
Fermentasi dengan menggunakan Jamur pelapuk putih secara substrat
padat memungkinkan terjadi perubahan komponen bahan yang sulit dicerna
menjadi lebih mudah dicerna serta meningkatkan nilai gizi protein dan energi
metabolis. Melalui fermentasi terjadi pemecahan substrat oleh enzim-enzim
tertentu terhadap bahan yang tidak dapat dicerna, misalnya selulosa dan
hemiselulosa menjadi gula sederhana. Selama proses fermentasi terjadi
pertumbuhan kapang yang dihasilkan oleh protein hasil metabolisme dari kapang
sehingga terjadi peningkatan kadar protein (Soilman, dkk,. 2000).
Karakteristik Jamur Pelapuk
Jamur pelapuk ada berbagai macam jenis serta memiliki daya degradasi
yang berbeda-beda setiap jenis. Beberapa contoh jamur pelapuk yang sudah
terbukti memiliki daya degradasi tinggi antara lain: P. Ostreatus, P. Crysosporum,
C. Subvermispora, L. Edodes, C. Versicolor, dan yang cukup menggembirakan
juga telah diisolasi jamur pelapuk dari Indonesia seperti PSM01 (Samsuri, 2010).
Jenis mikroorganisme yang diteliti secara intensif untuk mendegradasi
lignin adalah jamur pelapuk putih dari kelas basidiomicetes. Jenis jamur
ini merupakan satu-satunya kelompok mikroorganisme yang memiliki
kemampuan memecah lignin secara ekstensif menjadi karbondioksida dan air.
Kelompok jamur ini menghasilkan sekelompok enzim yang secara langsung
9
terlibat dalam perombakan lignin, diantaranya adalah jenis phenol-oxidase yang
disebut laccase, lignin peroxidase (LiP) dan manganese peroxidase (MnP)
(Sembiring, 2006).
Jamur pelapuk putih dapat mendegradasi lignin secara lebih cepat
dan ekstensif dibanding mikroorganisme lain. Substrat bagi
pertumbuhan mikroorganisme ini adalah selulosa dan hemiselulosa dan degradasi
lignin terjadi pada akhir pertumbuhan primer melalui metabolisme sekunder
dalam kondisi defisiensi nutrien seperti nitrogen, karbon atau sulfur (Hatakka
2001). Jamur pelapuk putih menguraikan lignin melalui proses oksidasi
menggunakan enzim phenol oksidase menjadi senyawa yang lebih sederhana
sehingga dapat diserap oleh mikroorganisme (Sanchez, 2009).
Jamur pelapuk putih memiliki keistimewaan yang unik, yaitu
kemampuannya untuk mendegradasi lignin. Jamur pelapuk putih sanggup
menguraikan lignin secara sempurna menjadi air (H2O) dan karbondioksida
(CO2). Lebih menakjubkan lagi, jamur pelapuk putih lebih suka makan lignin
daripada selulosa. Secara garis besar selulosa terdiri dari 3 komponen utama, yaitu
lignin, selulosa, dan hemiselulosa. Selulosa berbentuk serat panjang. Rantai
selulosa menyatu dengan ikatan hydrogen membentuk serat selulosa. Serat-serat
ini diikat menjadi satu oleh hemiselulosa membentuk benang halus. Beberapa
serat diikat dan diselubungi oleh lignin. Hemiselulosa adalah komponen yang
paling mudah didegradasi (Isroy, 2010).
10
Nelson dan Suparjo (2011) menyatakan bahwa mikroorganisme yang
ideal dalam biokonversi lignoselulosa menjadi pakan adalah jenis mikroorganisme
yang mempunyai kemampuan besar dalam mendekomposisi lignin tetapi rendah
daya degradasi terhadap selulosa dan hemiselulosa.
Ketika jamur sudah masuk pada fase pertumbuhan, kadar
hemiselulosa meningkat sejalan dengan kemampuan isolat dalam mendegradasi
lignin dan selulosa menjadi gula-gula sederhana yang membatasi produksi
sebagian besar enzim-enzim pendegradasi hemiseluosa oleh jamur pelapuk putih
(Kirk dan Cowling 1984).
Kandungan Protein Kasar, Serat Kasar, Lemak Kasar dan Bahan Ekstrak
Tanpa Nitrogen (BETN)
Protein merupakan zat gizi yang amat penting, karena paling erat
hubungannya dengan proses-proses kehidupan. Protein adalah sumber asam
amino yang memiliki unsur-unsur C, H, O dan N. Fungsi utama protein adalah
membentuk jaringan baru dan mempertahankan jaringan yang telah ada, karena
protein merupakan materi penyusun dasar dari semua jaringan tubuh yang
dibentuk (Anggorodi, 1994).
Protein kasar dalam analisa yang mendekati angka nyata (proksimat) hanya
menggambarkan komposisi asam-asam amino dalam protein. Protein kasar
mengandung senyawa protein murni dan senyawa NPN. Protein mewakili nitrogen
yang ditemukan terikat dalam suatu ikatan peptide untuk membentuk protein
sedangkan senyawa NPN nitrogen yang berasal dari senyawa bukan protein dan
tanaman termasuk asam amino, lipid, nitrogen, amina, nitrat, alkali dan vitamin
(Tillman, dkk., 1998).
11
Serat merupakan bahan dalam pangan/pakan asal tanaman yang tahan
terhadap penguraian oleh enzim dalam saluran pencernaan dan karenanya tidak
diabsorpsi. Serat makanan ini terdiri dari selulosa dan senyawa lainnya dari
polisakarida atau yang berkaitan dengan polisakarida seperti lignin dan
hemiselulosa (Gaman and Sherrington, 1992).
Kandungan selulosa yang cukup tinggi yang merupakan komponen serat
yang dapat dicerna maka tongkol jagung dapat menyediakan energi yang cukup
untuk pertumbuhan mikroba dalam rumen. Namun karena rendahnya kandungan
protein dan tingginya kadar lignin menyebabkan selulosa menjadi tidak tersedia
untuk difermentasi di dalam rumen akibatnya kecernaannya menjadi rendah. Oleh
karena itu perlu diolah untuk meningkatkan nilai nutrien dan kecernaannya. Hasil
penelitian sebelumnya pengolahan tongkol jagung menggunakan urea dapat
menghasilkan kadar protein sebasar 10% dan kecernaan sebasar 60% (Yulistiani
dkk., 2010).
Selulosa merupakan zat penyusun tanaman yang terdapat pada struktur sel.
Kadar selulosa dan hemiselulosa pada tanaman pakan yang muda mencapai 40%
dari bahan kering. Bila hijauan makin tua proporsi selulosadan hemiselulosa
makin bertambah (Tillman dkk, 1998).
Hemiselulosa relatif lebih mudah dihidrolisis denganasam menjadi
monomer yang mengandung glukosa,mannosa, galaktosa, xilosa dan arabinosa.
Hemiselulosa mengikat lembaran serat selulosa membentuk mikrofibril yang
meningkatkan stabilitas dinding sel. Hemiselulosa juga berikatan silang dengan
lignin membentuk jaringan kompleks dan memberikan struktur yang kuat
(Suparjo, 2010).
12
Lemak adalah suatu golongan senyawa yang bersifat tidak larut air, namun
larut dalam pelarut organik. Pelarut yang umum digunakan untuk mengukur kadar
lemak adalah heksana, dietil eter dan proteleum eter (Sudarmaji, dkk 1996).
Analisis kadar lemak kasar adalah usaha untuk mengetahui kadar lemak bahan
baku pakan (Murtidjo,1987). Kadar lemak dalam analisis proksimat ditentukan
dengan mengekstraksikan bahan pakan dalam pelarut organik. Zat lemak terdiri
dari karbon, oksigen dan hidrogen. Lemak yang didapatkan dari analisis lemak ini
bukan lemak murni akan tetapi campuran dari berbagai zat yang terdiri dari
klorofil, xantofil, karoten dan lain-lain (Anggorodi, 1994).
Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) dalam arti umum adalah
sekelompok karbohidrat yang kecernaannya tinggi, sedangkan dalm analisis
proksimat yang dimaksud Ekstrak Tanpa Nitrogen adalah sekelompok karbohidrat
yang mudah larut dengan perebusan menggunakan asam sulfat 1,25% atau 0,255
N dan perebusan dengan menggunakan larutan NaOH 1,25% atau 0,313 N yang
berurutan masing-masing selama 30 menit. Walaupun demikian untuk penentuan
kadar Ekstrak Tanpa Nitrogen hanya berdasarkan perhitungan 100%-
(%air+%abu+%serat kasar+%protein kasar+%lemak kasar) (Samsuri, 2010).
Kandungan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen suatu bahan pakan sangat
tergantung pada komponen lainnya, seperti abu, protein kasar, serat kasar dan
lemak kasar. Bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) didapat dari 100 dikurangi
jumlah abu, protein kasar, esktrak eter dan serat kasar (Soejono, 1990). BETN
merupakan karbohidrat yang dapat larut meliputi monosakarida, disakarida dan
polisakarida yang mudah larut dalam larutan asam dan basa serta memiliki daya
cerna yang tinggi (Anggorodi, 1994).
13
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan November sampai Desember 2015
dengan dua tahap. Tahap pertama yaitu proses fermentasi tongkol jagung di
Laboratorium Valorisasi Limbah, dan tahap kedua yaitu analisis protein kasar,
serat kasar, lemak kasar dan BETN di Laboratorium Kimia dan Makanan Ternak,
keduanya di Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Materi penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jamur pelapuk
(Trametes versicolor, Ganoderma applanatum), tongkol jagung, dedak, kapur, air
serta bahan kimia untuk analisis proksimat.
Alat-alat yang digunakan botol kaca, gelas ukur, oven, autoclave, neraca
analitik, talenan serta alat-alat laboratorium dalam analisis kandungan protein
kasar, serat kasar, lemak kasar dan BETN.
Metode penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) menurut
Gasperz (1991). Terdiri dari 3 perlakuan dan setiap perlakuan diulang sebanyak 5
kali. Adapun perlakuan dalam penelitian ini adalah :
A = Tongkol jagung yang tidak difermentasi (Kontrol)
B = Tongkol jagung yang difermentasi dengan isolat jamur Trametes versicolor (B3)
C = Tongkol jagung yang difermentasi dengan isolat jamur Ganoderma applanatum (B5)
14
Pelaksanaan Penelitian
Bibit jamur (Trametes versicolor, Ganoderma applanatum) yang
ditumbuhkan pada media Potato Dextro Agar (PDA) dimurnikan dengan
mengambil isolat dari cawan petri yang berisi koloni tunggal yang telah tumbuh.
Perlakuan tersebut diulang beberapa kali sampai diperoleh miselium yang benar-
benar murni.
Selanjutnya dilakukan pembuatan media (F0) yaitu tempat pertumbuhan
jamur dengan substrat jagung, kemudian dimasukkan dalam botol pengamatan,
setiap botol pengamatan (tinggi 9 cm dan diameter 5 cm ) diisi 100 gram,
kemudian ditutup rapat dan disterilkan ke dalam autoclave dengan suhu121 0C
dengan tekanan 1 atmosfer selama 1 jam, sebanyak 2 kali hingga semua spora dan
mikroba pengganggu benar-benar mati. Inokulasi dilakukan keesokan harinya
pada saat media telah dingin. Setelah dingin, isolat yang berasal dari cawan petri
sebanyak 5 carkborer dimasukkan kedalam botol dan dicampurkan dengan subtrat
kemudian botol ditutup. Diamati secara teratur agar tidak terkontaminasi oleh
pertumbuhan mikroorganisme lain.
Setelah itu, dilakukan pembuatan media organik (F1) dengan cara
mencampurkan tongkol jagung sebanyak 92%, dedak 6%, dan kapur 2%, lalu
menambahkan air sampai kadar 70% campur secara merata. Media tanam
dikemas dalam botol sebanyak 100 gram, lalu memadatkan dan memasukkan
kedalam autoclave pada suhu 1210C dengan tekanan 1 atmosfer selama 1 jam,
sebanyak 2 kali. Diamkan selama 12 jam sebelum inokulasi dilakukan. Isolat
jamur yang telah ditumbuhkan dalam media organik (F0) diinokulasikan ke dalam
media tanam pada level 10% dari berat substrat (B/B). Selanjutnya dilakukan uji
15
proksimat yaitu protein kasar, serat kasar, lemak kasar dan BETN. Bagan
Pelaksanaan Penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
Bagan Pelaksanaan Penelitian
Bibit jamur Trametes versicolor, Ganoderma applanatum
Pemurnian
Pembuatan Media Tempat
Pertumbuhan Jamur (F0)
Inokulasi (F0) 10% (B/B)
Pembuatan Media Organik (F1)
Inkubasi 30 hari
Analisis Proksimat
(Protein, Serat, Lemak, BETN)
Gambar 2. Bagan pelaksanaan penelitian
16
Parameter yang diukur
Parameter yang diukur adalah protein kasar, serat kasar, lemak kasar, dan
BETN. Prosedur kerja dari analisis proksimat ini menurut Anonimous (2000)
yaitu :
a. Analisis Protein Kasar
1. Sampel ditimbang 0,5 garam (a gram) kemudian dimasukkan dalam labu
kjeldahl.
2. Ditambhakan 1 sendok teh takaran selenium mix dan 10 ml H2SO4.
3. Sampel dikocok hingga seluruh sampel terbasahi oleh H2SO4 kemudian
didestruksi (dalam lemari asam) di atas alat pemanas hingga jernih.
4. Sampel yang telah didestruksi kemudian diencerkan dengan aquades
sampai tanda garis (pengenceran b kali).
5. H3BO3 2% sebanyak 10 ml dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer,
kemudian ditambahkan dengan indikator metil merah sebanyak 3 tetes.
6. Memipet larutan sebanyak 10 ml, kemudian dimasukkan dalam destilasi
dan ditambahkan 10 ml NaOH 40 % serta aquades sebnanyak 100 ml.
7. Alat destilasi dijalankan sampai larutan N mencapai 50 ml.
8. Menitrasi dengan menggunakan H2SO4 0,02 N sampai terjadi perubahan
warna (c ml). Keberhasilan analisis ini ditandai dengan terjadinya
perubahan warna hijau menjadi merah pada labu penampung N.
Hasil pengamatan dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut :
Kadar Protein Kasar =𝑚𝑙 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑥 𝑁H2SO4 x 0,014 𝑥 6,25 𝑥𝑏
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔𝑟𝑎𝑚) x 100%
17
b. Analisis Serat Kasar
1. Sampel ditimbang sebanyak kurang lebih 0,5 gram (a gram) kemudian
dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 500 ml.
2. 50 ml H2SO4 0,3N ditambahkan kemudian didihkan selama 30 menit.
3. 25 ml NaOH 1,5 N ditambahkan kemudian didihkan lagi selama 30
menit.
4. Penyaringan dilakukan dengan menggunakan sintered glass dan pompa
vakum.
5. Sampel yang disaring dicuci dengan menggunakan 50 ml air panas, 50 ml
H2SO4 0, 3 N, 50 ml air panas dan 25 ml alkohol 95%.
6. Sampel dimasukkan dalam oven pada suhu 1050C selama 12 jam
kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang (b gram).
7. Sampel yang telah ditimbang dimasukkan dalam tanur selama 3 jam (serat
kasar merupakan kehilangan berat sesudah pengabuan) (c gram).
Hasil pengamatan dihitumg berdasarkan rumus sebagai berikut :
Kadar Serat Kasar = 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑜𝑣𝑒𝑛−𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑛𝑢𝑟
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔𝑟𝑎𝑚)𝑥 100 %
c. Analisis Lemak Kasar dan BETN
1. Menimbang sampel sebanyak 1 gram (a gram), kemudian dimasukkan
kedalam tabung reaksi.
2. Larutan chloroform diberikan sebnayak 10 ml kemudian tabung reaksi
ditutup agar larutan tidak menguap, dikocok sampai homogen dan
dibiarkan selama 24 jam.
18
3. Sampel disaring dengan menggunakan kertas saring kemudian pipet
sebanyak 5 ml.
4. Sampel yang telah dipipet dimasukkan kedalam cawan porselin yang telah
ditimbang berat kosongnya (b gram).
5. Sampel dimasukkan dalam oven selma 24 jam pada suhu 1050c, kemudian
didinginkan dalam desikator selma 30 menit dan ditimbang (c gram).
Hasil pengamatan dihitumg berdasarkan rumus sebagai berikut :
Kadar Lemak Kasar = 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑣𝑒𝑛−𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔 𝑥 𝑏
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔𝑟𝑎𝑚)𝑥 100%
Kadar BETN =100 – (% Protein Kasar + % Serat Kasar + % Lemak Kasar
+ % Abu)
Pengolahan Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan sidik ragam sesuai
dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) menurut (Gasperz, 1991).
Model matematikanya adalah :
Yij = µ + τi + €ij
Keterangan :
Yij = Nilai Pengamatan dengan ulangan ke-j
µ = Rata - rata umum (nilai tengah pengamatan)
τi = Pengaruh Perlakuan ke- i ( i = 1, 2, 3)
€ij = Galat percobaan dari perlakuan ke-i pada pengamatan
ke –j ( j = 1, 2, 3,4,5)
Apabila perlakuan berpengaruh nyata, selanjutnya dilakukan uji lanjut
Duncan. Data diolah dengan bantuan software SPSS versi 16.
19
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian diperoleh rata-rata kandungan protein kasar, serat kasar,
lemak kasar dan BETN limbah tongkol jagung menggunakan isolat jamur
Trametes versicolor dan Ganoderma applanatum dapat dilihat pada Gambar 3, 4,
5 dan 6.
Pengaruh Fermentasi Jamur Pelapuk terhadap kandungan Protein Kasar
tongkol jagung
Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan
fermentasi limbah tongkol jagung menggunakan jamur Trametes versicolor dan
Ganoderma applanatum berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap kandungan
protein kasar tongkol jagung. Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa perlakuan
tanpa fermentasi (kontrol) berbeda sangat nyata (P<0.01) dengan perlakuan yang
di fermentasi dengan isolat jamur Trametes versicolor, dan isolat jamur
Ganoderma applanatum (C), namun antara perlakuan B dan C tidak menunjukkan
perbedaan terhadap kandungan protein kasar (Lampiran 1). Hasil penelitian
fermentasi tongkol jagung menggunakan jamur pelapuk mampu meningkatkan
protein kasar sebesar 1,73%. Hasil lebih tinggi dilihat pada penelitian Awal,
(2015) menggunakan jamur Pelapuk Isolat dari Kayu karna mampu meningkatkan
protein kasar sebesar 4.84%. Pengaruh perlakuan fermentasi isolat jamur
Trametes versicolor dan Ganoderma applanatum terhadap kandungan protein
kasar tongkol jagung dapat dilihat pada Gambar 3.
20
Gambar 3. Rata-rata Kandungan Protein Kasar (%) pada perlakuan A (Tongkol
jagung tanpa Fermentasi); B (Tongkol jagung yang difermentasi
Jamur Trametes versicolor); C (Tongkol jagung yang difermentasi
Jamur Ganoderma applanatum).
Berdasarkan Gambar 3 menunjukkan bahwa kandungan protein kasar
limbah tongkol jagung yang difermentasi dengan isolat jamur Tramestes
versicolor (B3) dan Ganoderma applanatum (B5) lebih tinggi dibandingkan
dengan perlakuan tanpa fermentasi (kontrol). Kenaikan protein kasar ini diduga
diakibatkan oleh konsentrasi miselium yang semakin banyak. Hal ini didukung
Garraway dan Evans (1984) bahwa dalam pertumbuhan jamur mempergunakan
karbon serta nitrogen untuk komponen sel tubuh, sehingga semakin padat
konsentrasi miselium akibat pertumbuhan jamur makin banyak nitrogen tumbuh
(Protein murni). Peningkatan kandungan protein murni dalam biomassa yang
sejalan dengan pertumbuhan jamur karena pada tubuh jamur terdiri dari elemen
yang mengandung nitrogen. Dinding sel jamur mengandung 6,3% protein,
sedangkan membran sel pada jamur yang berhiphae mengandung protein 25-45%
dan karbohidrat 25-30%. Oleh Wilkinson (1998) menyatakan bahwa proses
fermentasi merupakan aktivitas mikroorganisme yang menyebabkan terjadinya
2.82
4.55
4.07
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
A B C
Pro
tein
Kas
ar (
%)
Perlakuan
A
B
C
21
perubahan, sehingga mempengaruhi nilai gizi yaitu karbohidrat diubah menjadi
alkohol, asam organik, air dan karbondioksida.
Pengaruh Fermentasi Jamur Pelapuk terhadap kandungan Serat Kasar
tongkol jagung
Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan
fermentasi limbah tongkol jagung menggunakan jamur Trametes versicolor dan
Ganoderma applanatum tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap kandungan
serat kasar tongkol jagung. Pengaruh perlakuan fermentasi isolat jamur Trametes
versicolor dan Ganoderma applanatum terhadap kandungan serat kasar tongkol
jagung dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Rata-rata Kandungan Serat Kasar (%) pada perlakuan A (Tongkol
jagung tanpa Fermentasi); B (Tongkol jagung yang difermentasi
Jamur Trametes versicolor); C (Tongkol jagung yang difermentasi
Jamur Ganoderma applanatum).
Berdasarkan Gambar 4 menunjukkan bahwa kandungan serat kasar limbah
tongkol jagung yang difermentasi dengan isolat jamur Tramestes versicolor (B3)
dan Ganoderma applanatum (B5) lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan
tanpa fermentasi (kontrol). Tingginya kandungan serat kasar pada tongkol jagung
menunjukkan bahwa jamur Tramestes versicolor dan Ganoderma applanatum
belum mampu mengurai serat kasar menjadi senyawa yang lebih sederhana dan
47.63
51.2952.53
44
46
48
50
52
54
A B C
Sera
t K
asar
(%)
Perlakuan
A
B
C
22
mudah larut sehingga lama fermntasi selama 30 hari dengan menggunakan jamur
pelapuk belum memecah karbohidrat pada media untuh masa pertumbuhan. Hal
ini menunjukkan bahwa jamur pelapuk hanya mampu merenggangkan ikatan
lignin, sehingga kandungan serat pada tongkol jagung yang difermentasi lebih
tinggi dibandingkan kontrol. Menurut Nelson dan Suparjo (2011), bahwa
degradasi lignin akan membuka akses untuk perombakan selulosa dan
hemiselulosa. Hasil perombakan selulosa menghasilkan enzim selulose merombak
gula-gula sederhana membatasi produksi sebagian besar enzim-enzim
pendegradasi hemiselulosa oleh jamur pelapuk (Kirk dan Cowling, 1984). Lebih
lanjut dijelaskan bahwa dalam mendegdasi hemiselulosa, Ikatan hemiselulosa
diserang pertamakali oleh endoenzim-endoenzim (mannanase dan xilanase)
yang menghasilkan secara intensif ikatan-ikatan pendek yang dihidrolisis menjadi
gula sederhana oleh glukosidase (mannosidase, xilosidase dan glukosidase).
Selulosa diduga menjadi sumber karbon penting untuk mendorong terbentuknya
enzim-enzim pendegradasi hemiselulosa oleh jamur. Menurut Rizqi (2012) yang
menyatakan bahwa kandungan lignin pada tongkol jagung yang dapat
menghambat hidrolisis dapat diatasi dengan delignifikasi menggunakan jamur
Aspergillus niger yang bertujuan untuk memudahkan pelepasan hemiselulosa dan
mengurangi kandungan lignin pada tongkol jagung yang dapat menghambat
fermentasi selulosa menjadi gula-gula sederhana.
23
Pengaruh Fermentasi Jamur Pelapuk terhadap kandungan Lemak Kasar
tongkol jagung
Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan
fermentasi limbah tongkol jagung menggunakan jamur Trametes versicolor dan
Ganoderma applanatum berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap kandungan
lemak kasar tongkol jagung. Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa perlakuan
tanpa fermentasi (kontrol) berbeda sangat nyata (P<0.01) dengan perlakuan
fermentasi menggunakan isolat jamur Trametes versicolor (B), dan isolat jamur
Ganoderma applanatum (C), pada perlakuan B dan C menunjukkan perbedaan
nyata terhadap kandungan lemak kasar (Lampiran 3). Pengaruh perlakuan
fermentasi isolat jamur Trametes versicolor dan Ganoderma applanatum terhadap
kandungan lemak kasar tongkol jagung dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Rata-rata Kandungan Lemak Kasar (%) pada perlakuan A (Tongkol
jagung tanpa Fermentasi); B (Tongkol jagung yang difermentasi
Jamur Trametes versicolor); C (Tongkol jagung yang difermentasi
Jamur Ganoderma applanatum).
Pada Gambar 5 menunjukkan bahwa kandungan lemak kasar limbah
tongkol jagung yang difermentasi dengan isolat jamur Tramestes versicolor (B3)
dan Ganoderma applanatum (B5) lebih tinggi dibanding perlakuan tanpa
0.49
1.120.95
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
A B C
Lem
ak K
asar
(%
)
Perlakuan
A
B
C
24
fermentasi (kontrol). Hal ini menandakan bahwa jamur Tramestes versicolor (B3)
dan Ganoderma applanatum (B5) mampu memperbaiki kadar lemak kasar. Proses
fermentasi bahan berserat tidak mempengaruhi kadar lemak bahan, sedangkan
proses fermentasi yang sangat aktif, dapat menurunkan kadar lemak bahan
(substrat). Menurut Shurtleff and Aoyagi (2001), perubahan yang terjadi selama
proses fermentasi berlangsung dapat terjadi pada lemak dalam substrat, lemak
netral akan terhidrolisis menjadi asam lemak bebas, yang digunakan untuk
pertumbuhan fungi.
Pengaruh Fermentasi Jamur Pelapuk terhadap kandungan BETN tongkol
jagung
Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan
fermentasi limbah tongkol jagung menggunakan jamur Trametes versicolor dan
Ganoderma applanatum tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap kandungan
BETN tongkol jagung. Pengaruh perlakuan fermentasi isolat jamur Trametes
versicolor dan Ganoderma applanatum terhadap kandungan BETN tongkol
jagung dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Rata-rata Kandungan BETN pada perlakuan A (Tongkol jagung tanpa
Fermentasi); B (Tongkol jagung yang difermentasi Jamur Trametes
versicolor); C (Tongkol jagung yang difermentasi Jamur Ganoderma
applanatum).
37.21
41.0640.56
35
36
37
38
39
40
41
42
A B C
BET
N (
%)
Perlakuan
A
B
C
25
Berdasarkan Gambar 6 menunjukkan bahwa kandungan BETN limbah
tongkol jagung yang difermentasi dengan isolat jamur Tramestes versicolor (B3)
dan Ganoderma applanatum (B5) lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan
tanpa fermentasi. Bahan ekstrak tanpa nitrogen ditentukan melalui pengurangan
bahan kering dengan seluruh komponen nutrien substrat. Nilai BETN sangat
bergantung pada kandungan nutrien lain dimana peningkatan secara signifikan
pada kadar BETN dari kontrol sampai mencapai masa inkubasi selama 30 hari.
Peningkatan BETN tergantung pada peningkatan nutrient jamur Tramestes
versicolor (B3) dan Ganoderma applanatum (B5). Jenis jamur ini dapat memcah
karbohidrat pada media jamur untuk pertumbuhan. Hal ini dijelaskan oleh Nelson
dan Suparjo, 2011) yang menyatakan bahwa peningkatan kandungan BETN dapat
terjadi karena perombakan karbohidrat structural. Ditambahkan pula (Kamal,
1998). Kandungan BETN mengalami peningkatan selama proses fermentasi.
Peningkatan kandungan BETN dapat terjadi karena perombakan karbohidrat
struktural, terutama hemiselulosa menjadi bahan mudah larut. Hemiselulosa
dirombak menjadi monomer gula dan asam asetat. Semakin lama inkubasi tongkol
jagung dengan jamur semakin tinggi pula kandungan BETN, pada proses
fermentasi mikroba dapat memecah komponen kompleks menjadi yang lebih
sederhana. Seperti dikemukakan oleh Hungate (1996) Hemiselulosa dirombak
menjadi monomer gula dan asam asetat.
26
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa :
a. Perlakuan fermentasi menggunakan jamur Tramestes versicolor dan
Ganoderma applanatum mampu meningkatkan kandungan protein kasar dan
lemak kasar tapi tidak berpengaruh pada kandungan serat kasar dan BETN
tongkol jagung.
b. Perlakuan fermentasi menggunakan jamur Tramestes versicolor lebih baik
dalam meningkatkan kualitas nutrisi tongkol jagung dibandingkan dengan
fermentasi menggunakan jamur Ganoderma applanatum, karena mampu
meningkatkan kandungan protein kasar, lemak kasar, BETN dan menurunkan
serat kasar pada tongkol jagung.
Saran
Dari hasil yang diperoleh, disarankan untuk dilakuakan penelitian lebih
lanjut untuk melihat pengaruh penggunaan tongkol jagung hasil fermentasi jamur
Tramestes versicolor pada ternak atau dilakukan pengujian secara in vivo.
27
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak. PT. Gramedia, Jakarta.
Anggraeny, Y.N., U. Umiyasih dan N.H. Krishna. 2008. Potensi limbah jagung
siap rilis sebagai sumber hijauan sapi potong. Prosiding Lokakarya
Nasoinal Jejaring Pengembangan Sistem Integrasi Jagung – Sapi. Buletin
Ilmu Peternakan Indonesia Vol. 18 No.3
Anonimous. 2000, Official Methods of Analysis. 13 Edition. Association of
Official Analytical Chemist. Washington, D.C.
Ansori, R. 1992. Teknologi Fermentasi. Arcan, Kerjasama dengan Pusat
AntarUniversitas Pangan dan Gizi.Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Halaman 33-35.
Aylianawaty dan E. Susiani. 1985. Pengaruh berbagai pre-treatment pada limbah
tongkoljagung terhadap aktivitas enzim selulase hasilfermentasi substrat
padat dengan bantuan Aspergillus niger. Available at
http://www.lppm.wima.ac.id/ailin.pdf.[15 April 2015].
Brandt, Jr. R. 1. and T. J. Klopfenstein, 1984. Evaluation of Alfalfa-Corn Cob
Associative Action. I. Interactions between Alfalfa Hay and Ruminal
Escape Protein on Growth of Lambs and Steers, J Anim Sci 63894-901.
Direktorat Budidaya Ternak Ruminansia. 2006. Limbah tanaman sebagai pakan
ruminansia, Jakarta.
Gaman dan Sherrington (1992) Interaction Between Solia Substrat and Cellulase
Enzyme in Cellulose Hydrolysis. In : G. T. Tsao sd Annual Reports on
Fermentation Processes. 6: 323-358. Garraway, M.D. and R.C. Evans. 1984. Fungal Nutrition & Physilogy. John
Wiley & Sons, Singapore.
Gasperz, V. 1991. Metode Rancangan Percobaan CV. Armico, Bandung.
Hatakka A. 2001. Biodegradation Of Lignin. In: Steinbuchel A. [ed] Biopolymers.
Vol. 1: Lignin, Humanic Substances and Coal. Germany: Wiley VCH. pp.
129-180.
Hungate, R.E. 1996. The Ruminant and Its Microbes.Agricultural Experimental
Station, University of California. Academic Press, New York, Sanfransisco,
London. P. 197-199
28
Isroy, 2010. Keunikan Jamur Pelapuk Putih Selektif Mendegradasi
Lignin. http://isroi.com/2010/08/08/keunikan-jamur-pelapuk-putih
selektifmendegradasi- lignin/. (25 September 2012).
Kamal, M. 1998.Nutrisi Ternak I. Rangkuman. Lab. Makanan Ternak, jurusan
Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, UGM. Yogyakarta.
Kirk, T.K. and Cowling, E.B. 1984. Biological Decomposition of Solidd Wood.
Dalam: Rowell, R.M, Editor. The Chimestry of Solid Wood.Washington
DC: American Chemical Society.
Muchtadi, 1992.Enzim dalam Industri Pangan.Depdikbud. Dirjen Dikti,
PAU Pangan dan Gizi IPB, Bogor.
Murni, R., Suparjo, Akmal dan B.L. Ginting. 2008. Buku Ajar. Teknologi
Pemanfaatan Limbah untuk Pakan. Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Jambi.
Murtidjo.1987. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Yogyakarta: Kanisius.
Nelson dan Suparjo, 2011. Penentuan Lama Fermentasi Kulit Buah Kakao
Dengan Phanerochaete Chrysosporium: Evaluasi Kualitas Nutrisi Secara
Kimiawi AGRINAK. Vol. 01 No. 1 September 2011:1-10.
Pamungkas, D., E. RomjalI dan Y.N. Anggraeny. 2006. Peningkatan mutu biomas
jagung menunjang penyediaan pakan sapi potong sepanjang tahun.
Pros. Lokakarya Nasional Jejaring Pengembangan Sistem Integrasi Jagung
– Sapi. Pontianak, 9 – 10 Agustus 2006. Puslitbang Peternakan, Bogor.
hlm. 142 – 148.
Richana dan Suwarni. 2004. Teknologi Pengolahan Jagung. (Online)
http://pustaka.litbang.deptan.go.id/bppi/lengkap/bpp10249.pdf diakses 22
februari 2013 pukul 17:00.
Rizqi. 2012. Bahan Bakar Alternatif Dari Tongkol Jagung .http: // rizqidiaz.
blogspot. com/ archive.html. Diakses pada hari Kamis 22 Januari 2015.
Rohaeni, E.S., A. Subhan dan A. Darmawan. 2006. Kajian penggunaan pakan
lengkap dengan memanfaatkan janggel jagung terhadap pertumbuhan sapi.
Pros. Lokakarya Nasional Jejaring Pengembangan Sistem Integrasi
Jagung-Sapi. Pontianak. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 185 – 192.
Samsuri. 2010. Eksplorasi Keanekaragaman Khamir pada Ekosistem Mangrove
dan Kajian Potensinya dalam Bioremediasi. Laporan Riset Unggulan
Terpadu. Kementerian Riset dan Teknologi dan Lembaga Pengetahuan
Indonesia.
29
Sanchez, C. 2009. Lignocellulosic Residues : Biodegradation and Bioconversion
by Fungi. Biotechnology Advances 27.
Sembiring, P. 2006. Biokonversi Limbah Pabrik Minyak Inti Sawit dengan
Phanerochaete Crysosporium dan Budidaya Jamur. Pascasarjana, UNPAD,
Bandung.
Setiawan A. 2015. Pengaruh fermentasi menggunakan jamur pelapuk Isolat dari
kayu dan jerami padi terhadap Kandungan nutrisi kulit buah kakao.
Makassar. Universitas Hasanuddin.
Shurtleff and Aoyagi 2001. Origins and factors associated with mycotoxins
level in corn used as animal feed in Indonesia. IJAS (in print).
Smith, J.E. 1990. Prinsip Bioteknologi. PT. Gramedia, Jakarta. Institut
National De La Recherche Agronomique. INRA, Paris.
Soejono, M. 1990. Petunjuk Laboratorium Analisis dan Evaluasi Pakan. Fakultas
Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Soilman, H, Hamza AS, Shinnawy El MM. 2000. Effect of incubation Periods
with White Rot Fungi on The Nutritive Value of Corn Stalkss.
http://www.actahort.org/books/608.
Stanbury, P.F. and A. Whitaker. 1984. Principle of Fermentation
Technology. Pergamon Press Ltd, England.
Sudarmadji, and Slamet, 1996.Prosedur Analisis Bahan Makanan dan Pertanian.
Yogyakarta: Penerbit Liberty. Sudarmadji, and Slamet, 1996.Prosedur
Analisis Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Penerbit Liberty.
Suhartanto, B., B.P. Widyobroto, dan R. Utomo. 2003. Produksi ransum lengkap
(complete feed) dan suplementasi undegraded protein untuk meningkatkan
produksi dan kualitas daging sapi potong. Laporan Penelitian Ilmu
Pengetahuan Terapan (Hibah Bersaing X/3). Lembaga Penelitian
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Suparjo, 2010.Laboratorium Makanan Ternak fakultas Peternakan
Universitas.Jambi.
Tampoebolon, B. I. M. 1997. Seleksi dan Karakterisasi Enzim Selulase Isolat
Mikrobia Selulolitik Rumen Kerbau. Program Pascasarjana Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta (Tesis Magister Ilmu Ternak).
Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo dan S.
Lebdosoekojo, 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan Ke –V.
Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.hlm: 249 – 267
30
Wilkinson. J. M. 1998. The Feed Value of By Product and Wastes In Feed
Science. Edited Ab 2 9 SB. Scotland. Wilson, C.B., G.E. Erickson, T.J. Klopfenstein, R.J. Rasby, D.C. Adams dan G.
Rush. 2004. A Review of Corn Stalk Grazing on Animal Performans and
Crops Yield. Nebraska Beef Cattle Report. pp. 13 – 15.
http://digitalcommons.unl.edu/animalscinber/215.
Winarno FG dan Fardiaz. 2003. Pengantar Teknologi Pangan. Jakarta. Penerbit
PT. Gramedia.
Yulistiani, D. 2010. Fermentasi Tongkol Jagung (kecernaan >50%) dalam
Ransum Komplit Domba Komposit Sumatera dengan Laju Pertumbuhan
>125 gram/hari. Program Insentif Riset Terapan. Balai Penelitian Ternak.
Bogor.
31
Lampiran 1. Analisis Statistik Pemanfaatan Jamur Pelapuk Terhadap Protein
Kasar Tongkol Jagung
Descriptives
Protein_Kasar
N Mean
Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound
1 5 2.8208 .42446 .18983 2.2938 3.3479 2.52 3.54
2 5 4.5488 .33314 .14899 4.1351 4.9624 4.16 5.07
3 5 4.1865 .32785 .14662 3.7794 4.5936 3.83 4.66
Total 15 3.8520 .84084 .21710 3.3864 4.3177 2.52 5.07
ANOVA
Protein_Kasar
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 8.303 2 4.152 31.244 .000
Within Groups 1.595 12 .133
Total 9.898 14
Homogeneous Subsets
Protein_Kasar
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2
Duncana 1 5 2.8208
3 5 4.1865
2 5 4.5488
Sig. 1.000 .142
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.
32
Lampiran 2. Analisis Statistik Pemanfaatan Jamur Pelapuk Terhadap Serat Kasar
Tongkol Jagung
Descriptives
Serat_Kasar
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound
1 5 47.6269 5.88060 2.62988 40.3251 54.9286 37.25 50.92
2 5 51.2928 2.12119 .94862 48.6590 53.9266 48.77 53.94
3 5 52.5253 2.35622 1.05373 49.5996 55.4509 49.79 55.15
Total 15 50.4817 4.17006 1.07670 48.1724 52.7910 37.25 55.15
ANOVA
Serat_Kasar
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 64.921 2 32.460 2.182 .156
Within Groups 178.531 12 14.878
Total 243.451 14
Homogeneous Subsets
Serat_Kasar
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1
Duncana 1 5 47.6269
2 5 51.2928
3 5 52.5253
Sig. .079
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.
33
Lampiran 3. Analisis Statistik Pemanfaatan Jamur Pelapuk Terhadap Lemak
Kasar Tongkol Jagung
Homogeneous Subsets
Descriptives
Lemak_Kasar
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound
1 5 .4891 .17104 .07649 .2767 .7014 .31 .70
2 5 1.1241 .22958 .10267 .8390 1.4091 .94 1.52
3 5 .9458 .67681 .30268 .1054 1.7862 .49 2.11
Total 15 .8530 .48054 .12407 .5869 1.1191 .31 2.11
ANOVA
Lemak_Kasar
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1.073 2 .536 2.980 .089
Within Groups 2.160 12 .180
Total 3.233 14
Lemak_Kasar
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2
Duncana 1 5 .4891
3 5 .9458 .9458
2 5 1.1241
Sig. .114 .519
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.
34
Lampiran 4. Analisis Statistik Pemanfaatan Jamur Pelapuk Terhadap BETN
Tongkol Jagung
Descriptives
BETN
N Mean Std. Deviation
Std.
Error
95% Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound
1 5 37.2066 5.27140 2.35744 30.6613 43.7519 33.25 46.39
2 5 41.0647 2.23067 .99759 38.2950 43.8345 37.98 44.19
3 5 40.5637 .80278 .35902 39.5669 41.5605 39.54 41.48
Total 15 39.6117 3.56214 .91974 37.6390 41.5843 33.25 46.39
ANOVA
BETN
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 44.012 2 22.006 1.976 .181
Within Groups 133.632 12 11.136
Total 177.644 14
Homogeneous Subsets
BETN
Perlakuan N
Subset for alpha =
0.05
1
Duncana 1 5 37.2066
3 5 40.5637
2 5 41.0647
Sig. .107
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.
35
DOKUMENTASI
Penggilingan Tongkol jagung Fermentasi Tongkol jagung
Analisis Di Laboratorium Kimia Pakan
36
RIWAYAT HIDUP
HASRUL (I211 10 277) Lahir di Sidrap, Tanggal 13 April
1992, Anak dari pasangan Mannakki dan Wahida . Memulai
Pendidikan di Tingkat Dasar pada Sekolah Dasar Negeri 2
kulo kemudian melanjutkan Pendidikan Lanjutan Pertama
Di SMP Negeri 3 Panca Rijang, setelah itu melanjutkan
Pendidikan Menengah Atas di SPP Snakma Negeri Rappang dan lulus pada tahun
2010. Pada tahun 2010 melanjutkan pendidikan di Universitas Hasanuddin
Fakultas Peternakan Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak melalui jalur Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama menjadi
mahasiswa penulis aktif di berbagai organisasi seperti HUMANIKA UNHAS,
SEMA FAPET, HmI Kom. Peternakan, IKA SPP/SNAKMA Negeri Rappang,
IPMI SIDRAP Cab.Kulo, IPMI SIDRAP BKPT UNHAS dan SERIGALA
MALAM.