Pemanfaatan Hasil Pengembangan Modul Kimia Berbasis ...

32
92 Original Research Paper Pemanfaatan Hasil Pengembangan Modul Kimia Berbasis Etnosains Untuk Menanamkan Sikap Konservasi Lingkungan di Sekolah MAN 2 Lombok Tengah Rizki Utari *1 , Yayuk Andayani 2 , Lalu Rudyat Telly Savalas 2 , Yunita Arian Sani Anwar 2 1 Program Studi Magister Pendidikan IPA Universitas Mataram, Mataram. 2 Program Studi Pendidikan Kimia FKIPA Universitas Mataram, Mataram. DOI: https://doi.org/10.29303/jpmpi.v3i2.593 Sitasi: Utari, R., Andayani, Y., Savalas, L. R. T., & Anwar, Y. A. S. (2021). Pemanfaatan Hasil Pengembangan Modul Kimia Berbasis Etnosains Untuk Menanamkan Sikap Konservasi Lingkungan di Sekolah MAN 2 Lombok Tengah. Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA, 4(1) Article history Received: 02 Desember 2020 Revised: 29 Desember 2020 Accepted: 18 Januari 2021 *Corresponding Author: Rizki Utari, Program Studi Magister Pendidikan IPA Universitas Mataram, Mataram, Indonesia Email: [email protected] Abstrak: Artikel ini membahas tentang pemanfaatan hasil pengembangan modul kimia dengan pendekatan etnosains pada materi kimia SMA. Pemanfaatan hasil ini dilakukan di MAN 2 Lombok Tengah. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Pemanfaatan hasil pengembangan ini termasuk penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, melibatkan peserta didik di MAN 2 Lombok Tengah sebanyak 110 responden. Data respon peserta didik dikumpulkan menggunakan angket dengan skala Likert dan dianalisis dengan persentase skor yang kemudian diinterpretasikan dengan kriteria kategori respon. Pemanfaatan hasil pengembangan menunjukkan bahwa respon peserta didik terhadap modul kimia dengan pendekatan etnosains termasuk dalam kriteria baik dengan skor sebesar 3.00. Artinya peserta didik memberika respon yang positif terhadap modul, sehingga pemanfaatan hasil pengembangan modul kimia berbasis etnosains yang dikembangkan dapat digunakan untuk menanamkan sikap konservasi lingkungan peserta didik di MAN 2 Lombok Tengah. Kata kunci: : Respon peserta didik, Modul Kimia, Etnosains, Sikap konservasi lingkungan Pendahuluan Etnosains merupakan pengetahuan asli (indigenous science) yang dimiliki oleh suatu komunitas budaya dan bahasa tertentu (Okechukwu, 2014; Abonyi, 2017) yang berkaitan dengan peta kognitif dari suatu masyarakat (Sudarmin, 2014). Pembelajaran menggunakan pendekatan etnosains sangat penting dimiliki oleh siswa karena keberhasilan proses pembelajaran sains di sekolah sangat dipengaruhi oleh latar belakang budaya yang dimiliki siswa atau masyarakat di mana sekolah tersebut berada (Aikenhead dan Jegede, 1999); Baker et al., 1995). Pembelajaran berbasis etnosains ini akan mengenalkan peserta didik bahwa terdapat fenomena yang dipercaya oleh masyarakat yang dapat dipadukan dengan materi-materi sains ilmiah yang ada sebagai ilmu pengetahuan (Atmojo, 2012). Oleh karena itu sangat penting bagi guru untuk menanamkan konsep sains ilmiah yang belum diformalkan. Tingkat pemahaman konsep guru ini akan menentukan profesionalismenya dalam mengajar (Andayani et al., 2018). Keseimbangan dari keduanya akan menghasilkan pembelajaran yang bermakna. Hal itu didukung oleh Stanley & Brickhouse (2001) yang menyarankan agar guru menyeimbangkan pembelajaran sains di sekolah dengan pengetahuan sains tradisional dalam bentuk lintas budaya sebagai sumber belajar. Pengintegrasian pembelajaran sains asli masyarakat kedalam pembelajaran di sekolah sangat penting diterapkan. Mengingat saat ini semakin menurunnya nilai dan norma yang berlaku dimasyarakat (Utari et al., 2020). Oleh karena itu perlu dikenalkan sejak dini khususnya kepada peserta didik sebagai generasi penerus melalui bahan ajar berupa modul. Harapannya modul Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA

Transcript of Pemanfaatan Hasil Pengembangan Modul Kimia Berbasis ...

Page 1: Pemanfaatan Hasil Pengembangan Modul Kimia Berbasis ...

Utari, et al., Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA, 2021, 4(1): 92-97 e-ISSN: 2655-5263

92

Original Research Paper

Pemanfaatan Hasil Pengembangan Modul Kimia Berbasis Etnosains Untuk

Menanamkan Sikap Konservasi Lingkungan di Sekolah MAN 2 Lombok

Tengah

Rizki Utari*1

, Yayuk Andayani2, Lalu Rudyat Telly Savalas

2, Yunita Arian Sani Anwar

2

1Program Studi Magister Pendidikan IPA Universitas Mataram, Mataram.

2Program Studi Pendidikan Kimia FKIPA Universitas Mataram, Mataram.

DOI: https://doi.org/10.29303/jpmpi.v3i2.593

Sitasi: Utari, R., Andayani, Y., Savalas, L. R. T., & Anwar, Y. A. S. (2021). Pemanfaatan Hasil

Pengembangan Modul Kimia Berbasis Etnosains Untuk Menanamkan Sikap Konservasi Lingkungan di

Sekolah MAN 2 Lombok Tengah. Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA, 4(1)

Article history

Received: 02 Desember 2020

Revised: 29 Desember 2020

Accepted: 18 Januari 2021

*Corresponding Author: Rizki

Utari, Program Studi Magister

Pendidikan IPA Universitas

Mataram, Mataram, Indonesia

Email: [email protected]

Abstrak: Artikel ini membahas tentang pemanfaatan hasil pengembangan modul

kimia dengan pendekatan etnosains pada materi kimia SMA. Pemanfaatan hasil ini

dilakukan di MAN 2 Lombok Tengah. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik

purposive sampling. Pemanfaatan hasil pengembangan ini termasuk penelitian

deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, melibatkan peserta didik di MAN 2 Lombok

Tengah sebanyak 110 responden. Data respon peserta didik dikumpulkan

menggunakan angket dengan skala Likert dan dianalisis dengan persentase skor yang

kemudian diinterpretasikan dengan kriteria kategori respon. Pemanfaatan hasil

pengembangan menunjukkan bahwa respon peserta didik terhadap modul kimia

dengan pendekatan etnosains termasuk dalam kriteria baik dengan skor sebesar 3.00.

Artinya peserta didik memberika respon yang positif terhadap modul, sehingga

pemanfaatan hasil pengembangan modul kimia berbasis etnosains yang dikembangkan

dapat digunakan untuk menanamkan sikap konservasi lingkungan peserta didik di

MAN 2 Lombok Tengah.

Kata kunci: : Respon peserta didik, Modul Kimia, Etnosains, Sikap konservasi

lingkungan

Pendahuluan

Etnosains merupakan pengetahuan asli

(indigenous science) yang dimiliki oleh suatu

komunitas budaya dan bahasa tertentu (Okechukwu,

2014; Abonyi, 2017) yang berkaitan dengan peta

kognitif dari suatu masyarakat (Sudarmin, 2014).

Pembelajaran menggunakan pendekatan etnosains

sangat penting dimiliki oleh siswa karena

keberhasilan proses pembelajaran sains di sekolah

sangat dipengaruhi oleh latar belakang budaya yang

dimiliki siswa atau masyarakat di mana sekolah

tersebut berada (Aikenhead dan Jegede, 1999);

Baker et al., 1995).

Pembelajaran berbasis etnosains ini akan

mengenalkan peserta didik bahwa terdapat

fenomena yang dipercaya oleh masyarakat yang

dapat dipadukan dengan materi-materi sains ilmiah

yang ada sebagai ilmu pengetahuan (Atmojo, 2012).

Oleh karena itu sangat penting bagi guru untuk

menanamkan konsep sains ilmiah yang belum

diformalkan. Tingkat pemahaman konsep guru ini

akan menentukan profesionalismenya dalam

mengajar (Andayani et al., 2018).

Keseimbangan dari keduanya akan

menghasilkan pembelajaran yang bermakna. Hal itu

didukung oleh Stanley & Brickhouse (2001) yang

menyarankan agar guru menyeimbangkan

pembelajaran sains di sekolah dengan pengetahuan

sains tradisional dalam bentuk lintas budaya sebagai

sumber belajar.

Pengintegrasian pembelajaran sains asli

masyarakat kedalam pembelajaran di sekolah sangat

penting diterapkan. Mengingat saat ini semakin

menurunnya nilai dan norma yang berlaku

dimasyarakat (Utari et al., 2020). Oleh karena itu

perlu dikenalkan sejak dini khususnya kepada

peserta didik sebagai generasi penerus melalui

bahan ajar berupa modul. Harapannya modul

Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA

Page 2: Pemanfaatan Hasil Pengembangan Modul Kimia Berbasis ...

Utari, et al., Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA, 2021, 4(1): 92-97 e-ISSN: 2655-5263

93

tersebut dapat menenamkan sikap konservasi

lingkungan peserta didik.

Hasil obeservasi di MAN 2 Lombok Tengah

diperoleh bahwa bahan ajar yang diterapkan masih

belum mampu mengintegrasikan sains asli

masyarakat kedalam pembelajaran di sekolah. Hal

ini dikarenakan peserta didik sekitar 76,5% peserta

didik tidak menggunakan buku pegangan ketika

belajar kimia, 76,5% tidak mengetahui tentang

pembelajaran etnosains, dan 58,8% senang

melaksanakan praktikum, dan 94,1% berpendapat

bahwa praktikum kimia jarang dilaksanakan. Peserta

didik yang senang melaksanakan praktikum ini

perlu disediakan wadah untuk melaksanakan

praktikum yang dekat dengan dunia mereka sehari-

sehari.

Permasalahan lainnya yang ditemukan di

lapangan adalah kebiasaan membuang sampah

sembarangan dan tidak hemat energi. Hal ini

mengindikasikan bahwa perlu adanya tindak lanjut

agar mereka dikenalkan dengan pembelajaran yang

dekat dengan lingkungan dan dapat menanamkan

nilai-nilai arif yang terkandung didalamnya.

Berdasarkan permasalahan yang diperoleh maka

peneliti tertarik untuk melihat pemanfaatan hasil

pengembangan modul kimia.berbasis etnosains.

Pemanfaatan hasil ini sebagai alat penilaian untuk

menanamkan sikap konservasi lingkungan peserta didik.

Penilaian yang dilakukan untuk menguji

kebermanfaatan modul sehingga praktis digunakan

dalam pembelajaran kimia di sekolah.

Bahan dan Metode

a. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Pemanfaatan hasil pengembangan ini

dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2020 pada

peserta didik kelas XI sebanyak 110 orang.

Lokasi sekolah di MAN 2 Lombok Tengah.

Pembelajaran dilakukan secara daring dalam

WAG (Whatssapp Group) dan diawasi oleh guru

mata pelajaran.

b. Alat dan Bahan

Media pembelajaran berupa modul disusun

sesuai dengan kebutuhan peserta didik,

diantaranya modul dapat digunkaan untuk

belajar mandiri, berisi materi hidrolisis garam

yang dihubungkan dengan proses pembuatan

garam di desa Cendimanik, Sekotong, dan

dilengkapi dengan pojok konservasi yang dekat

dengan lingkungan.

Modul didesain dalam bentuk booklet yang

praktis, menarik, dan mudah dipahami dengan

ukuran kertas 17,6 x 25 cm menggunakan kertas

B5, cover modul full warna, tebal 65 halaman,

dan dalam bentuk e-module. Modul berisi 3

kegiatan belajar yang uatama yakni aktivitas

etnosains, materi pelajaran kimia, dan evaluasi.

Setiap kegiatan dibagi menjadi beberapa

komponen-komponen yang dikemas dalam

bentuk fitur yang menarik.

Modul ini didukung oleh media lainnya seperti

video, gambar, dan power point yang dikirimkan

ke group whatsapp (WAG) peserta didik. Modul

yang disusun dalam bentuk e-module yang

dibagikan satu minggu sebelum pembelajaran

daring dimulai. Selain itu juga disiapkan

perangkat pembelajaran lainnya seperti LKPD

berbasis etnosains, dibagikan dikelompok

belajar, lembar observasi dan lembar angket

disebarkan melalui google form yang disi oleh

peserta didik. Modul kimia berbasis etnosains

yang dikembangkan terlampir (Lampiran 1).

c. Penilaian Hasil Belajar

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif

dengan pendekatan kuantitatif. Data pada

penelitian ini berisi tentang pengetahuan peserta

didik tentang etnosains, pengalaman mereka

dalam menggunakan modul sebagai sumber

belajar, manfaat yang diperoleh dalam sikap dan

perilaku konservasi, dan karakter positif lainnya.

Data selanjutnya dianalisis secara deskriptif

untuk menggambarkan respon peserta didik

terhadap modul kimia bermuatan etnosains.

Katagori respon peserta didik menggunakan

tabel kreteria, sedangkan pilihan jawaban

kuesioner menggunakan skala Likert dengan

tingkatan respon dinyatakan dalam bentuk skor.

Skor tertinggi memperoleh skor 4 (empat) dan

terendah skor 1 (satu) untuk pernyataan positif

dan sebaliknya untuk pernyataan negatif. Hasil

skor tersebut kemudian dicari nilai tanggapan

dan dikonsultasikan berdasarkan tabel

penskoran.

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑝𝑎𝑛 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒 ℎ

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘 𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑥 4

Page 3: Pemanfaatan Hasil Pengembangan Modul Kimia Berbasis ...

Utari, et al., Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA, 2021, 4(1): 92-97 e-ISSN: 2655-5263

94

Penentuan konversi skor tanggapan peserta didik

menggunakan kriteria pada Tabel 1.

Tabel 1. Kriteria Tanggapan Peserta Didik

Nilai Tanggapan Kriteria

3,25 < x ≤ 4,0 Sangat Baik

2,50 < x ≤ 3,25 Baik

1,75 < x ≤ 2,50 Cukup Baik

1,0 < x ≤ 1,75 Kurang Baik

(Susilo, 2015)

Hasil dan Pembahasan

Rancangan Modul

Modul yang dikembangkan dirancang agar peserta

didik dapat belajar secara mandiri. Didalam modul

sudah tersedia petunjuk penggunaan dan tujuan-

tujuan yang harus dicapai dalam setiap kegiatan dan

terdapat umpan balik untuk mengetahui tingkat

penguasaan materi yang diajarkan. Modul berisi tiga

kegiatan belajar yakni aktivitas etnosains, materi

yang diajarkan, dan evaluasi. Didalamnya

dilengkapi fitur-fitur seperti pojok konservasi,

aktivitas etnosains, ayo bereksperimen, ayo

berjelajah, uji kompetensi, tindak lanjut, dan

beberapa fitur menarik lainnya. Kelengkapan fitur-

fitur ini menjadikan modul ini dapat digunakan

dalam pembelajaran. Berikut salah satu tampilan

fitur yang ada dalam modul kimia.

Gambar 1 Tampilan Fitur Aktivitas Etnosains

Dalam aktivitas etnosains peserta didik akan

diarahkan agar dapat merekonstruksikan

pengetahuan sains masyarakat kepengetahuan sains

ilmiah. Tahapannya peserta didik akan disajikan

permasalahan awal dan dilakukan diskusi singkat

mengenai kebiasaan masyarakat (identifikasi) dalam

bentuk percakapan pendek yang sudah tersedia

dimodul, selanjutnya hasil penelusuran tersebut

akan diarahkan untuk menghubungkannya dengn

konsep kimia dalam kehidupan sehari-hari. Hasil

kajian etnosains tersebut menunjukkan adanya nilai

kearifan lokal dan potensi etnosains yang dapat

diterapkan dalam pembelajaran sains.

Gambar 2. Tampilan Fitur Pojok Konservasi

Pojok konservasi ini bertujuan untuk memberikan

informasi sikap konservasi lingkungan yang

menginspirasi dan dijadikan sebagai pelajaran bagi

peserta didik, melalui informasi inilah harapannya

dapat membentuk pola pikir dan dapat melahirkan

tindakan yang akan membentuk kebiasaan peserta

didik.

Pelaksanaan Pemanfaatan Hasil Pengembangan

Modul Kimia

Modul kimia berbasis etnosains yang dikembangkan

dilaksanakan secara daring dengan menggunakan

model problem based learning. Model ini

digunakan karena pembelajaran berbasis etnosains

menekankan pada permasalahan yang berhubungan

dengan kearifan lokal. Selain itu juga membekali

peserta didik dengan nilai-nilai karakter yang ada

agar diperoleh kegiatan pembelajaran yang

bermakna.

Page 4: Pemanfaatan Hasil Pengembangan Modul Kimia Berbasis ...

Utari, et al., Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA, 2021, 4(1): 92-97 e-ISSN: 2655-5263

95

Pelaksanaan hasil pemanfaatan modul kimia yang

telah dikembangkan disesuaikan dengan kurikulum

2013 dan tuntutan saat ini yang menekankan pada

aspek sosial. Adapun tahapan kegiatan mulai dari

kegiatan awal, kegiatan inti, dan penutup. Kegiatan

awal diberikan modul yang berisi aktivitas etnosains

dan permasalahan yang ada di lingkungan sekitar

sebagai bentuk penguatan nilai budaya. Kegiatan

inti yakni berisi tentang penyajian materi, diskusi

dan tanya jawab. Kegiatan terakhir yakni kegiatan

penutup berupa evaluasi hasil belajar peserta didik.

Tahapan kegiatan tersebut dapat dilihat pada gambar

berikut.

Gambar 3. Kegiatan Awal

Gambar 4. Kegiatan Inti

Gambar 5. Kegiatan Penutup

Berdasarkan gambar-gambar di atas menunjukkan

bahwa pemanfaatan hasil modul kimia yang

dikembangkan diajarkan pada materi hidrolisis

garam. Pada kegiatan awal dipaparkan penggunaan

e-module dan penjelasan proses pelaksanaannya.

Pada gambar 4 menunjukkan salah satu contoh

kegiatan inti yakni peserta didik disajikan video

animasi proses pembuatan garam dan diminta untuk

menganalisisnya. Selain itu juga mereka diminta

membaca percakapan yang tertera di modul.

Kegiatan ini akan mengarahkan peserta didik untuk

memecahkan permasalah yang ada dalam kolom

aktivitas etnosains.

Kegiatan terakhir yakni penutup, terlihat pada

gambar 5. Gambar 5 menunjukkan penggunaan

instrumen evaluasi berupa soal uraian. Evaluasi ini

bertujuan untuk melihat tingkat hasil pemanfaatan

modul kimia berbasis etnosains yang telah

dikembangkan.

Respon Peserta Didik terhadap Modul

Respon peserta didik terhadap modul berpendekatan

etnosains dinilai berdasarkan beberapa indikator

yakni kemudahan dalam memahami, minat, sikap

mandiri, penyajian modul, dan konsep etnosains.

Berdasarkan data yang diperoleh rata-rata respon

peserta didik terhadap aqmodul dalam kategori baik

dengan nilai sebesar 3.00. Indikator minat terhadap

modul memiliki nilai tanggapan paling besar yakni

sebesar 3.31 dalam kategori baik dan nilai terendah

pada indikator pengetahuan tentang etnosains

sebesar 2.41 dalam kategori cukup baik. Nilai

tanggapan dari masing-masing indikator dapat

dilihat pada Grafik 1.

Page 5: Pemanfaatan Hasil Pengembangan Modul Kimia Berbasis ...

Utari, et al., Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA, 2021, 4(1): 92-97 e-ISSN: 2655-5263

96

Grafik 1 Nilai Respon Terhadap Modul Kimia

Keterangan Indikator:

1. Kemudahan memahami modul

2. Minat terhadap modul

3. Sikap kemandirian belajar

4. Penyajian modul

5. Etnosains

Berdasarkan Grafik 1, secara keseluruhan peserta

didik memberikan respon yang positif terhadap

modul kimia yang dikembangkan. Terlihat bahawa

indikator ke-5 (lima) memperoleh respon yang

paling rendah dibandingkan dengan indikator

lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan

peserta didik tentang pembelajaran etnosains masih

rendah. Jadi, tidak menutup kemungkinan hasil yang

diperoleh juga perlu ditingkatkan, namun terlihat

ada perubahan. Mulai dari tidak mengetahui tentang

pembelajaran etnosains sampai pada akhirnya

penanaman sikap melalui modul berbasis etnosain

dalam kategori baik.

Berdasarkan data respon peserta didik terhadap

modul ini secara tidak langsung dapat dihubungkan

dengan sikap konservasi lingkungan. Hal ini

disebabkan karena modul sudah dirancang untuk

menanamkan sikap tersebut. Artinya apabila peserta

didik memberikan respon yang postif terhadap

modul maka sikap dapat ditanamkan dalam diri

mereka. Hasil yang diperoleh sesuai dengan hasil

yang diperoleh dari peneliti yang mengkaji tentang

pentingnya pembelajaran etnosains dalam proses

pembelajaran peserta didik (Suardana et al, 2013;

Shidiq, 2016; Pamungkas et al, 2017).

Penanaman sikap ini tentunya tidak dapat dibentuk

serta merta dengan sendirinya, melainkan harus

diberikan pemahaman dan pengalaman terus

menerus hingga membentuk kebiasaan (Abidinsyah,

2013; Rahmawati, 2014).

Pembelajaran etnosains ini merupakan salah satu

alternatif sebagai langkah awal untuk membentuk

kebiasaan tersebut, karena dalam pembelajaran

diberikan contoh yang mengkaitkan konsep kimia

dengan budaya yang dipercaya secara turun temurun

dipercaya oleh masyarakat. Artinya pembelajaran di

sekolah memang tidak dapat dipisahkan dengan

lingkungan peserta didik sehari-hari (Utari, 2020).

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka

dapat disimpulkan bahwa

a. Rata-rata peserta didik memberikan respon

postif dengan nilai tanggapan 3.00 dalam

kategori baik.

b. Setiap indikator respon terhadap modul kimia

berbasis etnosains menunjukkan kategori

positif untuk digunakan dalam proses

pembelajaran.

c. Modul kimia dapat digunakan untuk

menanamkan sikap konservasi lingkungan

peserta didik.

Saran

Saran untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat

melakukan hasil pemanfaatan dengan

mengembangkan bahan ajar yang mengangkat

budaya yang berbeda dan relevan dengan

pembelajaran di sekolah.

Ucapan Terima Kasih

Penelitian ini didanai oleh Direktorat Riset dan

Pengabdian Masyarakat, Deputi Bidang Penguatan

Riset dan Pengembangan, Kementrian Riset,

Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional Sesuai

dengan Kontrak Penelitian Tahun Anggaran 2020.

Nomor: 047/SP2H/LT/DRPM/2020

Daftar Pustaka

Abidinsyah. (2013). Internalisasi Peduli Lingkungan

Melalui Pembelajaran Berbasis Kearifan

Local (Studi di SD Antasari Besar 7

Banjarmasin) Bandung. Dissertation:

Universitas Pendidikan Indonesia.

Abonyi, Okechukwu. 2017. Effect of an

Ethnoscience Based Instructional Package on

[VALUE][VALUE]

[VALUE][VALUE]

[VALUE]

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

3,50

1 2 3 4 5

Nila

i Tan

ggap

an

Indikator

Page 6: Pemanfaatan Hasil Pengembangan Modul Kimia Berbasis ...

Utari, et al., Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA, 2021, 4(1): 92-97 e-ISSN: 2655-5263

97

Student Conception of Scientif Phenomena.

accessed on January 2020.

https://www.researchgate.net/.

Andayani, Y., Hadisaputra, S., & Hasnawati, H.

(2018). Analysis of the Level of Conceptual

Understanding. In Journal of Physics:

Conference Series (Vol. 1095. No. 1, p.

012045). IOP Publishing.

Atmojo, S.E., (2012). Profil Keterampilan Proses

Sains Dan Apresiasi Peserta didik Terhadap

Profesi Pengrajin Tempe Dalam Pembelajaran

Ipa Berpendekatan Etnosains. JPII. Vol.1 (2):

115-122.

Baker, D., & Taylor, P. C. (1995) the Effect of

Culture on the Learning of Science in Nn-

Western Countries: The Result of an

Integrated Research Review. International

Journal of Science Education. 17(6). 695-704.

Jegede, O. & Aikenhead, G. (1999). Transcending

Cultural Borders: Implications for Secondary

Students Attitude Toward Science. Research

in Science Education, 19. 155-164.

Okechukwu, S., Abonyi, Lawrence, A & Njoku.

2014. Innovations in Science and Technology

Education: A Case for Ethnoscience Based

Science Classrooms. International Journal of

Scientific and Engineering Research, Volume

5, Issue 1. accessed Dec 2020 :

http://s3.amazonaws.

com/academia.edu.documents/ 33498416/

Innovations-in-Science-and-Technology-

Education.pdf?

Pamungkas, A. Subali, B., & Linuwih, S. (2017).

Implementasi Model Pembelajaran IPA

Berbasis Kearifan Lokal Untuk Meningkatkan

Kreativitas dan Hasil Belajar Siswa. Jurnal

Inovasi Pendidikan IPA, 3(2), 118-127.

Rahmawati, S. U. (2014). Meningkatkan karakter

peduli lingkungan melalui sekolah berbudaya

lingkungan Hidup: Studi Deskriptif di SMPN

7 Bandung. Tesis. Bandung: Universitas

Pendidikan Indonesia.

Shidiq, A. S. (2016). Pembelajaran Sains Kimia

Berbasis Etnosains Untuk Meningkatkan

Minat dan Prestasi Belajar Siswa. Proseding

Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan

Kimia VIII. FKIP UNS. Surakarta: FKIP

UNS.

Stanley, W.B & N.W. Brickhouse. (2001). The

Multicultural Question Revisited. Science

Education.Vol.85 (I): 35-48.

Suardana, I. N. (2010). Pengembangan Model

Praktikum Kimia Dasar Berbasis Budaya Bali

Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir

Mahasiswa. Dissertation. Bandung:

Universitas Pendidikan Indonesia.

Sudarmin. 2014. Model Pembelajaran Sains

Berbasis Etnosains (MPSBE) untuk

Menanamkan Nilai Karakter Konservasi dan

Literasi Sains. Semarang: Universitas

Semarang.

Susilo, H. W. (2015). Riset Kualitatif & Aplikasi

Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Trans

Info Media.

Utari, R., Andayani, Y., & Savalas, L.R.T. (2020).

Pengembangan Modul Kimia Berbasis

Etnosains Dengan Mengangkat Kebiasaan

Petani Garam. Jurnal Pijar MIPA. 15(5). 478-

481. doi: 10.29303/jpm.v15i5.

Utari, R., Andayani, Y., Savalas, L.R.T., & Anwar,

Y.A.S. (2020). Validity of Ethnoscience

Based Chemistry Learning Media

Emphasizing Character Values and

Conservation Behavior. Jurnal Penelitian

Pendidikan IPA. 7(1). 45-48. doi:

https://doi.org/10.29303/jppipa.v7i1.469.

Page 7: Pemanfaatan Hasil Pengembangan Modul Kimia Berbasis ...

1

Page 8: Pemanfaatan Hasil Pengembangan Modul Kimia Berbasis ...

2

Modul Kimia Berbasis Etnosains LARUTAN ASAM BASA & HIDROLISIS GARAM

Penyusun:

Rizki Utari (Email: [email protected])

Dr. Yayuk Andayani, M,Si.

Dr. rer. nat. Lalu Rudyat Telly Savalas, M,Si.

Serta diarahkan oleh segenap Dosen Pendidikan IPA

Dengan dukungan keluarga & teman seperjuangan Pascasarjana

Angkatan 2018

Desain Sampul:

Tra

Ukuran Modul: 17,6 x 25 cm (B5)

Program Studi Magister Pendidikan IPA

Program Pascasarjana

Universitas Mataram

2020

Page 9: Pemanfaatan Hasil Pengembangan Modul Kimia Berbasis ...

3

KATA PENGANTAR

Bismillahhirrahmannirrahim,

Alhamdulillah segla puji bagi Allah SWT yang telah memberikan

karunia dan limpahan rahmat yang tiada henti-hentinya serta

memberikan kemudahan dalam segala urusan sehingga modul kimia

berbasis etnosains yang berjudul “Larutan Asam Basa & Hidrolisis

Garam” ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam tetap tercurahkan

kepada insan paling mulia sepanjang masa “Nabi Muhammad SAW” Sang

Penyejuk Jiwa yang telah mengantarkan kita ke zaman yang penuh

dengan ilmu pengetahuan.

Modul kimia berbasis etnosains ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi bagi peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Dengan

menggunakan modul pelengkap ini, peserta didik akan lebih mengerti

konsep dan aplikasi dari materi asam basa & hidrolisis garam serta

membentuk sikap konservasi peserta didik. Modul ini disusun secara

sistematis dengan kajian etnosains menjadi bagian didalamnya.

Etnosains yang diangkat dalam bentuk kebiasaan masyarakat dimana

peserta didik akan diarahkan merekonstruksikan pengetahuan sains

masyarakat menjadi pengetahuan sains ilmiah. Harapannya akan

membentuk sikap konservasi lingkungan sebagai wujud peduli terhadap

lingkungan dan cinta akan kekayaan budayanya.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Yayuk

Andayani, M.Si. dan Bapak Dr. rer. nat. L. Rudyat Telly Savalas, M.Si.

yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan ketulusan.

Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada orang tua, kerabat,

dan teman seperjuangan pascasarjana angkatan 2018, serta semua pihak

yang telah membantu dalam menyelesaikan modul ini.

Penulis menyadari modul kimia berbasis etnosains ini masih

terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang

membangun senantiasa penulis nantikan. Kekurangan yang ada dalam

modul ini semata-mata berasal dari penulis. Penulis berharap modul

etnosains ini dapat memberikan manfaat terutama bagi generasi muda.

Puyung, Maret 2020

Penulis

Page 10: Pemanfaatan Hasil Pengembangan Modul Kimia Berbasis ...

4

Page 11: Pemanfaatan Hasil Pengembangan Modul Kimia Berbasis ...

5

DAFTAR ISI hal.

Halaman Judul 1

Kata Pengantar 3

Daftar Isi 5

A. Petunjuk Penggunaan Modul 7

B. Karakteristik Modul 9

Kegitan Belajar 1. Aktivitas Etnosains 14

Ayo Mengingat 14

Ayo Menambah Wawasan 14

Kegitan Belajar 2. Materi 15

Bab I Asam Basa 15

Ayo Belajar 15

Konsep Asam Basa 15

Ayo Berjelajah Etnosains 23

Bab II Hidrolisis Garam 29

Ayo Mengingat 29

Ayo Mencari Tahu 29

Konsep Hidrolisis Garam 30

Sifat Garam Terhidrolisis 31

Perhitungan pH 34

Ayo Observasi 36

Ayo Bereksperimen 37

Ayo Berjelajah Etnosains 39

Kegitan Belajar 3. Evaluasi 44

Ayo Berlatih 44

Umpan Balik & Tindak Lanjut

Daftar Pustaka

Lampiran

Glosarium

Page 12: Pemanfaatan Hasil Pengembangan Modul Kimia Berbasis ...

6

Let’s start our journey

Inside this module

“KARUNIA ALLAH YANG PALING LENGKAP

ADALAH KEHIDUPAN YANG DIDASARKAN PADA

ILMU PENGETAHUAN”

&

“KESALAHAN TERBURUK ADALAH KETERTARIKAN

KITA DENGAN KESALAHAN ORANG LAIN”

(ALI BIN ABI THALIB)

Page 13: Pemanfaatan Hasil Pengembangan Modul Kimia Berbasis ...

7

Dalam kegiatan pembelajaran menggunakan modul kimia

berbasis etnosains ini, siswa diharapkan:

1) Memahami tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

2) Membaca “Rencana Belajar” yang terdapat dalam setiap

“Kegiatan Belajar” sebelum mulai mempelajari materi dalam

modul.

PETUNJUK BAGI SISWA

A. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

Sebelum mempelajari modul kimia berbasis etnosains ini, Anda harus

memperhatikan petunjuk penggunaan modul berikut untuk memperoleh hasil

yang optimal.

1) Modul berisi: Pendahuluan (Petunjuk penggunaan Modul, Karakteristik

Modul, Kompetensi Dasar, dan IPK), Materi Pembelajaran dan kegiatan

etnosains (Ayo Mengingat, Ayo Mencari Tahu, Ayo Membaca, Ayo

Observasi, Ayo Bereksperimen, Ayo Berjelajah Etnosains, Bacaan

Etnokimia,), Penutup (Uji Pemahaman, Umpan Balik & Tindak Lanjut,

Daftar Pustaka, Lampiran, dan Glosarium).

2) Modul ini terdiri dari 3 Kegiatan Belajar.

a. Kegiatan Belajar ke-1 berisi aktivitas etnosains

b. Kegiatan Belajar ke-2 berisi materi pelajaran kimia

c. Kegiatan Belajar ke-3 berisi evaluasi

3) Memahami petunjuk belajar sehingga memperoleh hasil yang optimal.

Page 14: Pemanfaatan Hasil Pengembangan Modul Kimia Berbasis ...

8

3) Memahami dan melakukan bagian-bagian dalam modul yang meliputi kegiatan:

a) Ayo Mengingat yang mengajak anda mengamati kebiasaan yang terjadi di

masyarakat yang faktual kemudian mencoba menganalisa sementara

pengamatan anda dengan menbuat sebuah prediksi.

b) Ayo Mencari Tahu yang mengajak Anda untuk mengkaji berbagai literatur

untuk menyelesaikan permasalahan yang ada

c) Ayo Membaca yang mangajak Anda untuk menambah wawasan dan

menguatkan hasil analisa Anda, karena di dalamnya terdapat konsep yang

dapat diterapkan dalam kehidupan nyata.

d) Ayo Observasi, yang mengajak Anda untuk melakukan observasi yaitu

kegiatan mengumpulkan dari sebuah percobaan/ pengamatan yang anda

lakukan.

e) Ayo Bereksperimen yang mengajak Anda mengaplikasikan apa yang sudah

diamati dengan sebuah percobaan sederhana yang bertujuan untuk melatih

sikap konservasi lingkungan.

f) Ayo Berjelajah Etnosains yang mengajak Anda untuk menambah wawasan

terkait budaya sekitar dan mampu mengaplikasikannya ke dalam pembelajaran

sains ilmiah di sekolah.

PETUNJUK BAGI SISWA

4) Mengerjakan latihan soal yang terdapat pada akhir kegiatan

belajar dan tes formatif untuk mengetahui tingkat

pemahaman materi terhadap materi yang telah dipelajari.

5) Mengukur kemampuan memahami materi dengan umpan

balik dan tindak lanjut.

6) Mengulangi lagi kegiatan belajar atau bertanya pada guru

jika belum menguasai capaian yang diharapkan.

7) Melanjutkan mempelajari kegiatan belajar selanjutnya

apabila telah menguasai materi yang dipelajari.

PETUNJUK BAGI SISWA

Page 15: Pemanfaatan Hasil Pengembangan Modul Kimia Berbasis ...

9

B. KARAKTERISTIK MODUL

2. PETA KONSEP

Mengajak Anda untuk

mengamati kedudukan materi,

sehingga mengetahui letak

materi dan prasyarat materi

3. PETUNJUK PENGGUNAAN

Mengajak Anda untuk

memahami petunjuk belajar

agar memperoleh hasil yang

optimal

1. AKTIVITAS ETNOSAINS

Mengarahkan siswa untuk

mengkaitkan sains masyarakat

dengan sains ilmiah dilengkapi

dengan percakapan sebelumnya,

yang memudahkan siswa untuk

memahami aktivitas etnosains

Page 16: Pemanfaatan Hasil Pengembangan Modul Kimia Berbasis ...

10

1. A

4. KD & IPK

Mengajak Anda fokus pada

tujuan yang akan dicapai dan

konsep-konsep apa saja yang

perlu dipelajari

5. AYO MENGINGAT

Mengajak Anda mengingat dan

mengamati fenomena yang

biasa dilakukan masyarkat,

kemudian diberikan sebuah

artikel sebagai rujukan dan

penguat fenomena tersebut

6. AYO MENCARI TAHU

Mengajak Anda untuk

memahami lebih dalam dan luas

tentang konsep asam basa dan

hidrolisis garam dan

mendapatkan jawaban dari

permasalahan yang ada

7. CONTOH AKATIVITAS

ETNOSAINS

Agar lebih mudah

memahami aktivitas

etnosains

Page 17: Pemanfaatan Hasil Pengembangan Modul Kimia Berbasis ...

11

8. AYO BERJELAJAH

ETNOSAINS

Mengajak Anda untuk

membuka wawasan untuk

berjelajah dan mencari tahu

informasi sains asli

masyarakat yang bisa

dikaitkan dengan sains ilmiah

disekolah

7. POJOK KONSERVASI Mengajak Anda peduli dan

peka dengan lingkungan

sekitar dan dapat melatih

sejak dini pembentukan sikap

konservasi

Page 18: Pemanfaatan Hasil Pengembangan Modul Kimia Berbasis ...

12

PETA KONSEPA KONSEP

HIDROLISIS GARAM

Hidrolisis Parsial Hidrolisis Total

Hidrolisis Kation Hidrolisis Anion

Basa Lemah Asam Lemah

Contoh: NH4OH Contoh: HCN

menghasilkan

Page 19: Pemanfaatan Hasil Pengembangan Modul Kimia Berbasis ...

13

A. KOMPETENSI DASAR (KD)

3.12 Menganalisis garam-garam yang mengalami hidrolisis

4.12 Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan

untuk menentukan jenis garam yang mengalami hidrolisis

B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI (IPK)

Setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan dapat:

Menjelaskan konsep hidrolisis garam

Menjelaskan macam-macam hidrolisis garam

Menganalisis sifat garam

Menuliskan persamaan reaksi hidrolisis garam

Menentukan tetapan hidrolisis dan pH larutan

Melakukan percobaan terkait pemanfaatan larutan garam dalam

kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan kepercayaan dan

kebiasaan masyarakat setempat

Mendeskripsikan contoh pemanfaatan garam dalam kehidupan

sehari-hari

Menyajikan hasil percobaan dalam bentuk laporan tertulis untuk

menentukan sifat dan jenis garam yang mengalami hidrolisis

Page 20: Pemanfaatan Hasil Pengembangan Modul Kimia Berbasis ...

14

“PROSES PEMBUATAN GARAM”

Anak-anak, apa pendapat kalian tentang garam?

Garam digunakan sebagai bahan pangan Buk, berwarna putih seperti

kristal

Garam merupakan bahan yang dipakai untuk masak sehari-hari, orang

Sasak menyebutnya “sie geles” Buk. Saya pernah melihat di Sekotong

tempat pembuatan garamnya Buk, di desa Cendimanik

Benar sekali, jadi garam ini digunakan setiap hari oleh orang tua kita dari

dulu sampai sekarang untuk memasak.

Lalu, bagaimana proses pembuatan garam di Sekotong Buk?

Pertanyaan yang bagus, jadi tahap awal mereka akan mengambil tanah di

telaga yang sudah mengering selama sekali dalam setahun dan disimpan di

tempat yang disebut “bale”, kemudian dilakukan pemapasan, perebusan,

penyaringan, dan penjemuran sehingga nanti diperoleh garam yang dikenal

dengan sebutan “sie geles”. Bagaimana anak-anak, apa sudah paham atau

ada pertanyaan?

Lentera air garam

(https://youtu.be/V2

wgih4BxEk)

BAB II. HIDROLISIS GARAM Pojok Konservasi

Page 21: Pemanfaatan Hasil Pengembangan Modul Kimia Berbasis ...

15

Siap Buk, misteri pembuatan garam akan segera kami selesaikan.

Nah itu lah yang harus kalian cari tahu hari ini. Untuk mengetahui

hubungan pembuatan garam dengan materi kita hari ini yakni hirolisis

garam, yuuuk kita lakukan aktivitas etnosains.

AYO MENCARI TAHU

Gambar 2.1 Proses pembuatan garam di desa Cendimanik, Sekotong

Air telaga

Tanah dari air telaga

Bale penyimpanan

Pemapasan

Perebusan

Penyaringan

Bentuklah kelompok terdiri dari 3-4 orang. Diskusikan bersama

kelompok kalian dan kalian boleh mencari sumber dari mana saja

seperti internet, buku, atau dari pengalaman yang bisa

dipertanggungjawabkan. Selamat mengerjakan.

Page 22: Pemanfaatan Hasil Pengembangan Modul Kimia Berbasis ...

16

Ayo tuliskan hasil diskusi kalian disni.

No Pertanyaan Sains Masyarakat Sains Ilmiah

1 Apa yang dimaksud

dengan garam?

2 Bahan-bahan apa saja

yang digunakan untuk

membentuk garam?

3 Jelaskan proses

pembuatan garam?

No Pertanyaan Sains Masyarakat Sains Ilmiah

4 Apa jenis garam yang

terbentuk?

5 Apa saja kandungan

dalam garam tersebut?

6 Manakah yang

termasuk asam dan

basa?

Apa hubungan sifat asam basa dengan hidrolisis garam?. Diskusikan dan tulis

kesimpulannya dengan kelompokmu. Selamat mengerjakan.

AKTIVITAS ETNOSAINS

Page 23: Pemanfaatan Hasil Pengembangan Modul Kimia Berbasis ...

17

KESIMPULAN

Page 24: Pemanfaatan Hasil Pengembangan Modul Kimia Berbasis ...

18

Berdasarkan hasil diskusi dari aktivitas etnosains, sekarang kalian dapat

mengetahui bahwa proses pembuatan garam erat kaitannya dengan materi

hidrolisis garam, selain itu juga kalian sudah mengetahui kandungan dalam garam.

Luar biasa bukan, kalian sudah dapat menjelaskan secara ilmiah proses pembuatan

garam secara tradisional.

Yuuuk kita belajar materi asam basa lebih dalam lagi. Tetap semangat.

Kita sudah mengetahui bahwa garam adalah senyawa

ionik yang terdiri dari kation dan anion, sehingga

membentuk senyawa netral.

Garam sering sekali dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-

hari, tanpa disadari yang sering digunakan oleh masyarakat

yakni garam NaCl (natrium klorida) yang dimanfaatkan

sebagai penyedap makanan.

Contoh lainnya ammonium sulfat yang digunakan sebagai

pelet padat dalam pupuk pertanian. Tentu saja garam ini

tidak dapat digunakan sebagai bahan makanan.

AYO MENGINGAT

https://www.gurupendidikan.co.id

Mengapa ada garam yang dapat dikonsumsi dan ada garam yang tidak dapat

dikonsumsi? Diskusikan bersama teman-temanmu. Bentuklah kelompok terdiri

dari 3-4 orang untuk mendiskusikan masalah ini. Kalian dapat mengumpulkan

data dari berbagai sumber seperti buku, internet, interview dengan orang tua, atau

kalian juga bisa melakukan penyelidikkan untuk mencari tahu manfaat garam

yang ada di sekitar rumahmu yang sering digunakan orang tua terdahulu.

AYO MENCARI TAHU

Page 25: Pemanfaatan Hasil Pengembangan Modul Kimia Berbasis ...

19

SIFAT GARAM TERHIDROLISIS B

KONSEP HIDROLISIS A

Garam merupakan zat yang dihasilkan dari reaksi netralisasi asam dan

basa. Sifat larutan garam dapat dijelaskan dengan konsep hidrolisis. Hidrolisis

merupakan reaksi penguraian yang terjadi antara kation dan anion garam dengan

air dalam suatu larutan. Menurut konsep ini, komponen garam baik anion atau

kation yang berasal dari basa lemah atau asam lemah akan berekasi dengan air

(terhidrolisis). Hidrolisis kation akan menghasilkan ion H3O+

atau H+, sedangkan

hidrolisis anion akan menghasilkan ion OH-

Sifat garam terhidrolisis dapat terlihat dari senyawa pembentuknya, yaitu:

Hidrolisis Garam dari Asam Kuat dan Basa Kuat

Garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat tidak

terhidrolisis dan garam bersifat netral. contoh sebagai berikut: Larutan KCl

berasal dari basa kuat KOH terionisasi sempurna membentuk kation dan

anionnya. KOH terionisasi menjadi H+

dan Cl. Masing – masing ion tidak

bereaksi dengan air, reaksinya dapat ditulis sebagai berikut.

KCl(aq) + H2O(l) ↔ K+

(aq) + OH-(aq) + H

+(aq) + Cl

-(aq)

Cl-(aq) + H2O(l) → tidak terjadi reaksi

NO Nama Garam Kegunaan Sumber

RENCANA PENYELIDIKKAN

Pojok Konservasi

What does saltwater

affect plant growth?

(https://youtu.be/VfW

q5Y7ZAf0)

AYO MEMBACA

Page 26: Pemanfaatan Hasil Pengembangan Modul Kimia Berbasis ...

20

Tahukah sobat, salah satu contoh garam yang populer yakni

natrium klorida, yakni garam yang berasal dari asam kuat dan

basa kuat. Garam ini dimanfaatkan oleh orang tua terdahulu

sampai sekarang sebagai bahan pengawet makanan, pembersih

ketombe, dan juga untuk mencegah kentang atau bahan

makanan lainnya yang mudah berubah warna setelah

dipotong. Masih banyak manfaat lainnya, jangan lupa tanya

orang-orang di sekelilingmu. Kenapa bisa demikian? Cari tahu

alasan dengan membaca percakapan berikut ya.

KAJIAN ETNOSAINS

K+

(aq) + H2O(l) → tidak terjadi reaksi

Contoh Soal

Garam di bawah ini yang tidak mengalami hidrolisis adalah ...

a. CH3COONa d. NH4Cl

b. K2SO4 e. HCOOK

c. NH4NO

Garam yang tidak mengalami hidrolisis adalah garam yang berasal

dari asam kuat dan basa kuat, yaitu K2SO4 (berasal dari KOH yang

merupakan basa kuat dan H2SO4 yang merupakan asam kuat).

Hei, Rara hari ini kita buat jajan yuuk.

Boleh, bagaimana kalau kita buat banget rasul aja, besokkan sudah

mau acara maulid Nabi. Sudah menjadi tradisi harus ada jajan banget

rasul

Benar, kalau gak ada itu, rasanya nggak maulid ya.

Kalau begitu, sambil menunggu nasinya matang, saya siapkan

bawang gorengnya dulu

Oke. Oia Rin, jangan lupa bawangnya dicampur dengan garam ya

Kok ditambah garam, buat apa?

Pojok Konservasi

Peduli dengan sampah

salah satunya dengan

menyulap bungkus

kopi kapal api menjadi

anyaman tikar yang

unik

(https://youtu.be/fsCr

alJRdFw)

Page 27: Pemanfaatan Hasil Pengembangan Modul Kimia Berbasis ...

21

Garam yang kita gunakan ini biasanya NaCl, garam ini akan membuat

bawang yang telah dipotong-potong menjadi lebih awet Rin, kalau

tidak ditambah garam bisa-bisa nanti rasanya jadi tidak enak, selain

itu juga kita bisa simpan kalau bawangnya terlalu banyak. Kita bisa

pakai buat besok deh

Kok bisa begitu ya Ra?

Karena garam ini memiliki kemampuan sebagai zat higroskopis

sehingga sel organisme mati dan makanan tetap awet

No Pertanyaan Sains Masyarakat Sains Ilmiah

1 Apa saja

macam-macam

garam?

Garam halus (sie geles)

dan garam kasar (sie

gotok)

Garam yang dikenal oleh

masyarakat pada umunya adalah

garam natrium klorida, namun

garam ini ada banyak macamnya

berdasarkan asalanya yakni

garam yang berasal dari asam

kuat dan basa kuat, asam kuat

dan basa lemah, basa kuat dan

asam lemah, dan asam lemah dan

basa lemah

2 Kenapa garam

dapat digunakan

sebagai

pengawet

makanan

Ini merupakan

kebiasaan yang sudah

dilakukan secara turun-

temurun

Garam bersifat hidgroskopis

artinya mampu menyerap air di

dalam sel organisme sehingga sel

mengalami dehidrasi dan

akhirnya bakteri di dalamnya

mati dan tidak dapat berkembang

biak. Misalnya garam NaCl yang

digunakan ini merupakan garam

Dari percakapan Rara dan Rini, Yuuuk kita simpulkan sains

masyarakat dan sains ilmiah yang diperoleh

Page 28: Pemanfaatan Hasil Pengembangan Modul Kimia Berbasis ...

22

yang berasal dari asam kuat dan

basa kuat artinya akan

membentuk garam dan air,

sehingga jika dibiarkan dalam

keadaan terbuka garam ini akan

basah karena kemampuannya

dalam menyerap air dan bisa

digunakan sebagai pengawet

3 Apa

hubungannya

dengan materi

hidrolisis garam?

Garam merupakan salah

satu bahan kimia,

sehingga berhubungan

dengan materi asam

basa

Garam yang digunakan oleh Rara

dan Rini yakni NaCl (natrium

klorida) yang berasal dari asam

kuat (HCl) dan basa kuat

(NaOH) artinya tidak mengalami

hidrolisis karena garam

terionisasi sempurna yakni

membentuk Na+ dan Cl

-

Page 29: Pemanfaatan Hasil Pengembangan Modul Kimia Berbasis ...

23

I. PILIHAN GANDA

1) Berikut adalah beberapa larutan:

(1) KNO3 (2) NH4Cl (3) Na2SO4 (4) Na2CO3 (5) CH3COOK Pasangan

garam yang bersifat netral ditunjukkan oleh nomor....

a. (1) dan (3)

b. (2) dan (3)

c. (2) dan (4)

d. (3) dan (4)

2) Tetapan hidrolisis garam (kh) dapat dirumuskan dari persamaan…..

a. a

b

hK

KK c.

w

a

hK

KK

b.ba

w

hKK

KK d.

w

ba

hK

KKK

e. awh KxKK

3) Berikut contoh pemanfaatan hidrolisis garam dalam kehidupan sehari-hari kecuali

a. Batik

b. Tradisi nginang

c. Pembersih ketombe

d. Tradisi Betawi (roti buaya)

4) Untuk mendapatkan larutan garam yang pH-nya 9, maka banyaknya garam natrium

benzoat C6H5OONa yang harus dilarutkan dalam 100 mL air adalah… (Ka

C6H5OONa = 6 × 10 −5

m dan Mr C6H5OOH = 144)

a. 0,54 gram

b. 1,08 gram

c. 2,16 gram

d. 8,64 gram

5) Jika 200 mL NH4OH 0,8 M direaksikan dengan 200 mL larutan HCl 0,8 M, Kb

NH4OH = 10−5, pH campuran setelah bereaksi adalah....

a. 5 − log2

b. 5 − log3

c. 5 − log4

d. 5 − log5

6) Jika dua larutan masing-masing mengandung 25 mL Jika dua larutan masing-

masing mengandung 25 mL NaOH 0,2 M dan 25 mL CH3COOH 0,2 M dengan

COOH- 0,2 M dengan Ka CH3COOH = 10

−5 dicampurkan, maka pH nya adalah...

a. 3

b. 4

SOAL LATIHAN

HIDROLISIS GARAM

Page 30: Pemanfaatan Hasil Pengembangan Modul Kimia Berbasis ...

24

c. 5

d. 9

7) Perhatika kurva di bawah ini.

Pernyataan yang benar tentang kurva di atas adalah…..

a. Merupakan kurva perubahan pH titrasi asam kuat dan basa kuat dan tidak

terjadi hidrolisis/buffer.

b. Merupakan kurva perubahan pH titrasi asam lemah basa kuat dan terjadi

peristiwa hidrolisis sebagian.

c. Merupakan kurva perubahan pH titrasi asam kuat basa lemah dan terjadi

peristiwa hidrolsis sebagian.

d. Merupakan kurva perubahan pH titrasi asam lemah basa lemah dan terjadi

peristiwa hidrolisis total.

8) Jika suatu asam kuat dicampur dengan basa lemah, maka akan terbentuk larutan

garam yang bersifat…..

a. asam jika ka > kb c. asam

b. basa jika ka < kb d. basa

9) Dari beberapa larutan berikut ini yang mengalami hidrolisis parsial adalah...

a. CH3COONa

b. NaCl

c. NH4CN

d. K2SO4

10) Dari beberapa larutan berikut ini yang terhidrolisis sempurna adalah....

a. NH4Cl

b. CH3COONa

c. K2SO4

d. NH4CH3COO

II URAIAN

1. Tentukan pH dari 100 ml NH4Cl 0,1 M (Kb NH4OH = 1 x 10-5

)

2. Diketahui bahwa kertas lakmus merah dan biru dicelupkan ke dalam larutan

(NH4)2SO4 0,2 M (Kb = 1 x 10-5). Apa yang terjadi pada kedua kertas lakmus

tersebut? Jelaskan alasannya dan buktikan dengan perhitungan.

3. Massa CH3COONa (Mr = 82) yang terlarut dalam 100 ml larutan CH3COONa pH

9 tidak kurang dari 0,8 gram. Tentukan apakah pernyataan tersebut benar atau salah

disertai alasannya.

4. Berapa gram kristal garam NH4Cl yang diperlukan untuk membuat 500 ml larutan

dengan pH = 5?

(Ar H= 1; N= 14; Cl= 35,5; kb NH3= 1 x 10-5

)

pH

1

2

3

4

5

6

7

8

9 10

10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Volume (mL)

Page 31: Pemanfaatan Hasil Pengembangan Modul Kimia Berbasis ...

25

5. Diketahui beberapa larutan berikut:

a. Asam sulfat

b. Asam posfat

c. Natrium hidroksida

d. Kalium hidroksida

e. Asam sianida

f. Alumunium hidroksida

Jika dua dari larutan diatas direaksikan, campuran yang pasti akan menghasilkan

larutan garam yang bersifat basa adalah (b) dengan (d). tentukan apakah pernyataan

tersebut benar atau salah, uraikan penjelasannya.

Page 32: Pemanfaatan Hasil Pengembangan Modul Kimia Berbasis ...

26

Hitunglah jawaban Anda yang benar dengan menggunakan rumus di bawah ini dan

gunakan tabel pengkategorian untuk mengetahui hasil yang diperoleh dari latihan

yang Anda kerjakan. Hasil ini juga dapat digunakan untuk mengetahui tingkat

pemahaman Anda terkait materi yang dipelajari.

Hasil = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑛𝑎𝑟

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑥 100%

Kategori

90-100 Baik Sekali

80-89 Baik

70-79 Cukup

<70 Kurang

Apabila Anda sudah mencapai nilai ≥ 80, maka Anda sudah berhasil mempelajari

materi yang terdapat pada modul ini. Jika nilai yang diperoleh kurang dari 80,

teruslah berdoa dan belajar lebih giat lagi dengan mengulang mater-materi yang

belum sepenuhnya dikusai.

Salam Sukses Dunia Akhirat

Umpan Balik dan

Tindak Lanjut