Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al...

57
Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al-Qusyairi> ( Telaah Atas Kitab Tafsir Lat}a>’if al-Isya>ra>t) Oleh: TAJUL MULUK, S. Ud. NIM. 1320510061 TESIS Diajukan Kepada Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Untuk Memenuhi Tugas Akhir Sebagai Syarat guna Memperoleh Gelar Magister Humaniora Program Studi Agama dan Filsafat Konsentrasi Studi Qur’an Hadits YOGYAKARTA 2016

Transcript of Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al...

Page 1: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al-Qusyairi> (Telaah Atas Kitab Tafsir Lat}a>’if al-Isya>ra>t)

Oleh:

TAJUL MULUK, S. Ud.

NIM. 1320510061

TESIS

Diajukan Kepada Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga

Untuk Memenuhi Tugas Akhir Sebagai Syarat guna Memperoleh

Gelar Magister Humaniora Program Studi Agama dan Filsafat

Konsentrasi Studi Qur’an Hadits

YOGYAKARTA

2016

Page 2: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

Yang bertanda tangan di

Nama

NIM

Jurusan/Konsentrasi

Alamat Rumah

Telp/Hp

Judul Tesis

SIJRAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI

bawah ini saya:

Tajul Muluk

132051006r

Agama dan Filsafat/Studi Qur'an-Hadits

Pascasarjana Universitas Islam Sunan Kalijaga

Yogyakmta.

Tegal Lempuyangan DN III, No. 92, Rt. 06/ Rw. 02,

Kel. Bausasran, Kec. Bausasran, Kodya Yogyakarta.

08 1 333 3 1 149 108s6326s999

Pemaknaan Al-Qrn'an Dalam Perspektif Al-Imam

Al-Qusyairi (Telaah atas Kitab Tafsir Lata'ifAl-

Isyarat\

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis ini adalah karya pribadi dan

dibuat berdasarkan penelitian akademil dm bebas dari unstn plagiarisme.

Demikim pernyataan ini saya buat dengan sebenm-benarnya.

Yogyakarta,15 Agustus 2016

Page 3: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

Yang bertanda tangan di

Nama

NIM

Jurusan/I(onsentrasi

Alamat Rumah

Telp/Hp

Judul Tesis

SURAT PERNYATAAN KFASLIAN TESIS

bawah ini saya:

Tajul Muluk

1320s 1006i

Agama dan Filsafat/Studi Qur'an-Hadits

Pascasarjana Universitas Islam Sunan Kalijaga

Yogyakarta.

Tegal Lempuyangan DN III, No. 92, Rt. 06/ Rw. 02,Kel. Bausasran, Kec. Bausasran, Kodya Yogyakarta.

08 1 33 33 I t 5 49 / 08s 63265999

Pemaknaan Al-Qu'an Dalam Perspektif Al-Imam

Al-Qusyairi (Telaah atas Kitab Tafsir Lata'ifAl-

fsyarat)

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa:

1. Tesis yang saya ajukan adalah benar asli karya ilmiah yang saya tulissendiri.

2. Bilamana tesis telah di munaqasyahkan dan diwajibkan revisi, maka sayabersedia dan sanggup merevisi dalam waklu 2 (dua) bulan terhitung daritanggal munaqasyah. Jika ternyata lebih dari 2 (dua) bulan revisi tesisbelum terselesaikan maka saya bersedia dinyatakan gugur dan bersediamrmaqasyah kembali dengan biaya sendiri.

3. Apabila dikemudian hari ternyata diketahui bahwa karya tersebut bukankarya ilmiah saya (plagiasi), maka saya bersedia menanggung sanksi dandibatalkan gelm master saya.

Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Yogyakarta, 15 ustus 2016yatakan,

ul

A

Page 4: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

bahwa tesis saudara:

Nama

NIM

Jenjang

Program Studi

Konsentrasi

Judul Tesis

NOTADINAS PEMBIMBING

Kepada Yth.Direldur Pascasarjana

Universitas Islam Negeri Sunan

KalijagaYogyakarta

As s aI am ual ai kum Wr. Wb.

Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk dan mengoreksi serta

mengadakan perbaikan seperlunya, maka saya selaku pembimbing berpendapat

Tajul Muluk, S.Ud.

1320510061

Magister (S2)

Agama dan Filsafat

Studi al-Qrnan dan Hadis

Pemaknaan al-Qur' an Menurut al-Imam al-Qusyairi

(Telaah Atas Kitab Tafsir Lala'if al-Isynat)

sudah dapat diajukan kepada Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Yogyakarta untuk diujikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister dalam dalam bidang Humaniora.

Wassal amual aikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 1 5 Agustus 201 6Pembimbing,

Dr. H. no, M.Ag.

111

NIP. 19701 199903 t 002

Page 5: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

ffirffit

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIAUIN SUNAN KALiJAGA YOGYAKARTAPASCASARIA}IA

Tesis berjudul

NamaNIMJenjangProgram StudiKonsentrasiTanggal Ujian

Telah dapat diterima

Hunaniora (M. Hul.)

PENCiESAILTN

Peinsknaan al-Qur'ar Dalm Perspekif ALInm al-Qnuayairi (felaah Atas Kftar"Tafsfr La@fd-kJr@

Tajul Muluh S. Ud.1320510061Magister (S2)AGAMAFILSAFATStudi Qrn'an dan Hadits23 Agustus 2016

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister

,,rl,ffi,,3o Agust us 20 I 6

Page 6: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

PER,SETUruAT{ TIM PENGUII

Telah disetujui tim penguji ujian munaqosah:

M. Yunus Masrukhin, M.A. ph.D.

Dr. H. Waryono, M.Ag

Sunarwoto, M.A. Ph.D.

Tesis berjudul

Nama

NlMJenjangPrograrn Studi

Konsentrasi

Ketua8enguji

Pembimbing,Penguji

Penguii

UJIAN TESIS

P:maknaao al-Qur'an Dalm perspektif Al-Imm al-eusayairiffelaah Atas Kftab f afsk I$Aif aI-W@

Tajul Mulu( S. Ud.

13205 1006 IMagister (S2)AGAMAFILSAFATStudi Qur'an dan Hadits

diuji di Yogyakarta pada tanggal 23 Agustus 20 1 6

Waktn

Hasil/NilaiPredikat Kelulusan

* Coret yang tidakperlu

: 10.00-11.15 WIB: 89 (A-): Memuaskan / Sangat Menuaskan / ermtaude+

VI

Page 7: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

MOTTO

"وأحسنوا إن الل يب المحسنني"

“…dan berbuat baiklah,

karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”

QS. Al-Baqarah: 195

،إحسان النفوس توفية اخلدمة ،وإحسان القلوب حفظ احلرمة احلشمةوإحسان األرواح مراعاة آداب

Memperbaiki Diri dengan Melakukan Pelayanan (Khidmah)

Memperbaiki Hati dengan Menjaga Kehormatan (Diri Dan Orang Lain)

Memperbaiki Jiwa dengan Menjaga Adab-Perilaku Yang Baik

-Abd al-Kari>m bin Hawa>zin al-Qusyairi>-

Page 8: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

PERSEMBAHAN

Karya ini Kupersembahkan Kepada:

(1)

Kedua orang tuaku, (Bapak Oemarkain & dan Ibu Sholihah), orang-orang berhati

mulia, pendukung dan pendo’a kebaikan untuk masa depanku, serta ibunda Hellya

Azizah, dan segenap keluarga besarku, semoga Allah senantisa memberikan rahmat dan kasih sayang-Nya.

(2)

Guru mulia, Mursyid Thariqah al-Qa>diriyyah wan-Naqsyabandiyyah al-Us}maniyyah,

KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy (alm.), berkat tarbiyahnya, penulis sampai pada maqam

ini.

(3)

Dua almamaterku tercinta, Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah, pemberi pondasi

yang kokoh dan pembentuk karakter yang kuat dan khas, serta UIN Sunan Kalijaga,

yang telah membuka mata dan telingaku, membuatku dapat melihat dan mendengar lebih banyak segala hal tentang pengetahuan, sosial dan intelektual, semoga ilmu

yang aku dapatkan menjadi ilmu yang bermanfa'at.

(4)

Wanita berhati mulia, istriku tercinta, Khairiah Ilmiati, Amd. Par., terima kasih atas segala bentuk dukungan lahir-batin selama pengerjaan Tesis ini, dan dengan besar

hati berjuang demi membantu terselesaikannya Tesis ini, semoga Allah

memuliakanmu dunia dan akhirat.

(5)

Dua bidadari kecilku nan cantik, Hana Raneea Atheea Mawla dan Haazima Raqeeha

Azizah, para pelipur laraku, semoga Allah Jadikan kalian wanita-wanita shalihah, bertaqwa dengan taqwa terbaik sehingga mendapatkan kemuliaan terbaik di dunia

dan akhirat.

Page 9: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

xiii

Kata Pengantar

احلمد هلل على كل حال ونعمة, احلمد هلل على كل عطاء ورمحة, احلمد هلل على صحة وعافية, وهو الرمحن جلميح خملوقاته بتعميم الرمحة والنعمة, وهو الرحيم على عباده املؤمنني ابلرمحة واملغفرة

ه الرمحة املهدى لكافة االمة, سيدان حممد والكرامة ابجلنة. والصالة والسالم على النيب الرمحة, القائل أبن :صلى هللا عليه وسلم

Syukur Alhamdulillah, tesis ini bisa selesai walau sudah melewati waktu

yang seharusnya. Dua kali melewatkan kesempatan wisuda adalah situasi yang berat,

sedih rasa di hati. Namun penulis tetap memotivasi diri agar tidak terjebak dalam

keputus-asaan, sembari tetap berusaha melanjutkan proses penelitian tesis ini lembar

demi lembar, buku demi buku. Dan penyelesaian tesis ini berkat bantuan banyak

pihak, oleh karenanya, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada;

1. Prof. Drs. K. Yudian Wahyudi, PhD., Prof. Dr. Musa Asy’ari, MA., Prof.

Dr. Machasin, MA. Tiga Rektor UIN Sunan Kalijaga selama proses studi

dan penulisan tesis ini.

2. Prof. Dr. Khiiruddin, MA. Dan Prof. Noorhaidi Hasan, S.Ag, MA.,

M.Phil., PhD. Pimpinan Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga.

3. Seluruh Dosen SQH-A angkatan 2013, Guru-guru penulis yang turut

berperan penting membuka kran-kran ilmu pengetahuan dan memberikan

motivasi-motivasi demi kemajuan penulis, terima kasih atas

bimbingannya, semoga menjadi ilmu manfaat yang kebaikan akan

senatiasa mengalir kepada panjenengan semua, amin.

Page 10: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

xiv

4. Para civitas akademik Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga yang telah

memberikan pelayanan, mulai dari Kabag. TU, perpustakaan dan seluruh

civitas yang membantu memberikan pelayanan yang baik.

5. Bapak Dr. H. Waryono Abdul Ghafur, M.Ag., yang telah bersedia

menjadi pembimbing penulisan tesis ini, di saat kesibukan beliau semakin

padat dengan tugas yang semakin banyak dan berat. Selain menjadi

pembimbing akademik, bagi penulis, beliau adalah sosok inspiratif, selalu

penuh kehangatan dalam setiap memberikan bimbingan dan nasehat.

6. Kedua orang tua penulis, Bapak Oemarkain dan Ibu Sholihah, yang telah

merelakan, meridloi, mendukung dan mendo’akan. Berkat beliau berdua,

penulis sampai pada titik ini. Ibunda Hellya Azizah dan Adinda Sonya

Azizah yang sering menggantikan penulis menjaga anak-anak saat

penulis disibukkan dalam proses penyelesaian tesis ini, Semoga Allah

senatiasa memberikan kasih sayang, keberkahan dan kebaikan dunia

akhirat, amin.

7. Keluarga kecilku, Khairiah Ilmiati, Amd. Par., pendamping dan

pendukung dalam perjalanan hidup penulis, yang selalu mensupport

penulis agar menjadi lebih baik dan maju, kebaikanmu, semoga Allah

balas dengan kebaikan dunia akhirat. Kedua putri tercinta, (kakak) Hana

Raneea Atheea Mawla dan (Adek) Haazima Raqeeha Azizah, waktu

kalian sering ayah ‘rampas’ nak, semoga kalian kelak selalu bersemangat

Page 11: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

untuk belajar dan berusaha mcnjadi wanita-wanita yang baik, tangguh

dan memiliki jiwa juang yang kuat.

8. Pamanda penulis, dr. H. Undang Suhirianto, Sp.KK. dan Bunda Hj. Nelly

Azizah, berkat kebesalan hati dan bantuan beliau berdua, penulis dapat

meianjutkan sekolah ini, bantuan sekolah dan bantuan kehidupan.

Semoga Allah membalas dengan keberkahan dan kebaikan dunia akhirat.

9. Kawan-ka'.van SQH-A angkatan 2413, diskusi di kelas dan luar- kelas

yang selalu hidup dan dinamis, sangat berperan membentuk karakter

intelektual penulis.

10. Sahabat penulis, Syamsul Wathani, yang sering penulis repotkan selama

dalam studi, terima kasih juga telah membantu penulis memberikan

tambahan referensi dan menemani peirulis menyelesaikan tesis ini,

support dan dorongan semangat yang luar biasa, di saat penulis mulai

lelah dan pcsimis, ia datang dengan kata kunci, ayo semangat... semoga

Allah balas kebaikanmu dengan kemudahan hidup dan keberkahan.

a, 30 Agustus 2016

I

Page 12: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

xvi

ABSTRAK

Pemikiran mengenai pemaknaan al-Qur’an di masa klasik menempati posisi

yang signifikan dalam melahirkan pandangan kontroversi mengenai status tafsir sufi dalam sejarah. Pertengkaran dan pertikaian yang sering terjadi, melahirkan

pandangan yang berseberangan hingga muncul tokoh yang mencoba

mengkompromikan keberagaman jenis penafsiran, penakwilan serta pemaknaan ayat al-Qur’an. Salah satu konflik yang terjadi pada masa itu pertikaian

pemaknaan al-Qur’an antara kaum ba>t}iniyyah dan s}ufiyyah. Al-Qusyairi>

merupakan salah satu tokoh yang muncul memberikan argumentasi untuk menjawab tuduhan bahwa praktek tasawwuf yang diterapkan oleh kalangan sufi

tidaklah menyimpang dan tidak mendasarkan diri kepada al-Qur’an dan al-

Hadits, sebagaimana yang telah dilakukan oleh kalangan ba>tiniyyah. Al-Qusyairi>

adalah salah satu ulama yang dengan lantang membantah tuduhan bahwa kalangan sufi berlepas dari syariat. Hal ini yang melatari lahirnya karya al-

Qusyairi, al-Risa>lah al-Qusyairyyah dan Tafsir Latha>’if al-Isyarat.

Tesis ini mengkaji karya dan pemikiran al-Qusyairi dengan fokus pada pandangan al-Qusyairi mengenai pemaknaan al-Qur’an dan bagaimana

pemaknaan al-Qur’an yang ditawarkan oleh al-Qusyairi. Kerangka teori yang

digunakan adalah konsep maqa>ma>t yang disinggung sendiri oleh al-Qusyairi dalam karyanya ar-Risa>lah al-Qusyairiyah. Metode yang digunakan metode

analisis-deskriptif dengan analisis pada poin hermeneutis –walaupun bukan

menjadi acuan utama-. Dengan demikian, pola tesis ini menggunakan pembahasan kitab tafsir –‘ala az-Zahabi- dan pola analisi isi kitab untuk melihat

–lebih tepatnya merumuskan- teori pemaknaan al-Qur’an al-Qusyairi.

Dengan kerangka teori, pendekatan dan analisis diatas, tesis ini menemukan beberapa kesimpulan. (1) Kitab Lat}a>’if al-Isya>ra>t memiliki sejarah

penulisan dalam menentang (meng-counter) tuduhan penyimpangan atas kaum

sufi sebagaimana yang dilakukan oleh kalangan Ba>t}iniyah. (2) Bagi al-Qusyairi, makna-makna yang terdapat dalam kalam Tuhan tidak terbilang, karena kalam

Tuhan tidak memiliki batasan akhir. Pernyataan tersebut didasari oleh kesadaran

yang sangat mendalam dan kejujuran tentang keterbatasan kemampuan manusia. Ragam pemaknaan yang diberikan oleh al-Qusyairi terhadap tema-tema tertentu,

menyiratkan pula terhadap keluasan batinnya. (3) Bagi al-Qusayiri, dalam

memahami kandungan al-Qur’an terdapat tiga level makna sesuai dengan tingkatan maqam dalam konsep tasawwuf; irfa>ni bagi kalangan aulia, burha>ni bagi kalangan sa>lik, dan baya>ni sekaligus mukjizat bagi Rasulullah saw. Secara

tersirat, al-Qusyairi juga memberikan arahan bahwa, makna-makna yang terkandung dalam setiap lafadz, akan berbeda dalam pandangan masing-masing

orang sesuai dengan kelasnya. Tiga poin kesimpulan ini termuat luas –contoh,

pola- dalam karya utamanya Lat}a>if al-Isya>ra>t dan ar-Risa>lah al-Qusyairiyah.

Kata Kunci: Makna, Pemaknaan al-Qur’an, Tafsir Sufi dan Teori

Pemaknaan.

Page 13: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

xvii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................... i

SURAT BEBAS PLAGIASI ........................................................................ ii

SURAT KASLIAN TESIS ........................................................................... iii

NOTA DINAS PEMBIMBING ..................................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... v

HALAMAN MOTTO .................................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... viii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN ....................................... ix

KATA PENGANTAR .................................................................................. xii

ABSTRAK ..................................................................................................... xvi

DAFTAR ISI .................................................................................................. xvii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 21

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................................ 21

D. Kajian Pustaka .................................................................................... 22

E. Kerangka Teori .................................................................................. 24

F. Metode Penelitian ............................................................................... 29

G. Sistematika Pembahasan..................................................................... 30

BAB II : BIOGRAFI AL-QUSYAIRI DAN KITAB LAT}A >IF AL-

ISYA>RA >T

A. Setting Historis-Biografis al-Qusyairi .............................................. 32

Page 14: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

xviii

1. Biografi dan Realitas Sosial ......................................................... 32

2. Genealogi Keilmuan ..................................................................... 37

3. Aktivitas Intelektual ..................................................................... 40

4. Gejolak Pemikiran ....................................................................... 45

5. Akhir Perjalanan .......................................................................... 49

B. Kitab Lat}a>’if al-Isya>ra>t fi> Tafsi>r al-Qur’a>n

1. Historisitas Penulisan .................................................................. 51

2. Strukturasi Kitab ......................................................................... 57

3. Tafsir Isyari Dalam Wacana Klasik ........................................... 64

4. Sumber Penafsiran Isyari ............................................................ 69

a. Menafsirkan al-Qur’an Dengan al-Qur’an .............................. 73

b. Menafsirkan al-Qur’an Dengan hadits.................................... 74

c. Menafsirkan al-Qur’an Dengan Asbab Nuzu>l ........................ 76

d. Menafsirkan Dengan penafsiran Sahabat................................ 78

e. Menafsirkan Dengan Pandangan Ulama ................................. 79

f. Menafsrkan Dengan Mengutif Sya’ir Kaum Sufi .................. 81

g. Menafsirakn Dengan Merujuk ke Qira’at ............................... 82

5. Pandangan Ulama’ Tentang Tafsir Sufi ...................................... 84

6. Kekhasan Tafsir Lat}a>’if al-Isyara>t ............................................. 86

BAB III : PEMAKNA’AN AL-QUR’AN

A. Al-Qur’an Dan Kekayaan Makna ...................................................... 91

B. Orientasi Pemaknaan Al-Qur’an Dalam Tradisi Sufi ....................... 98

C. Al-Qur’an Dan Pemaknaan Tasawwuf Imam al-Qusyairi ................. 110

Page 15: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

xix

BAB IV : TEORITISASI PEMAKNAAN AL-QUR’AN AL-QUSYAIRI

A. Realitas Awal Tafsir Sufi ................................................................... 121

B. Hirarki Makna Ayat al-Qur’an .......................................................... 124

1. Pemaknaan Mengenai Ayat Infaq ................................................ 129

2. Pemaknaan Mengenai Ayat Iman ................................................ 135

3. Pemaknaan Mengenai Ayat Puasa ............................................... 136

C. Teorotisasi Tafsir Sufi ....................................................................... 139

D. Relevansi Tafsir Kaum Sufi Dengan Konteks Kekinia .................... 144

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................... 147

B. Saran-Saran ......................................................................................... 150

DAFTAR PUSTAKA ................................................................

CURRICULUM VITAE ... ...........................................................

Page 16: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Membincang al-Qur’an dalam berbagai aspek yang berkaitan dengannya

tidak akan pernah ada habisnya. Berbagai topik yang berkenaan dengan al-Qur’an

telah dikaji berabad-abad lamanya. Berbagai kalangan terlibat dalam kajian al-

Qur’an, bukan hanya kaum muslim sebagai insider, bahkan kalangan orientalis

selaku outsider pun tak henti-hentinya terlibat dalam kajian ini. Antusiasme yang

meliputi para pengkaji al-Qur’an tak pernah menurun apalagi pupus. Kajian yang

terus menerus dilakukan selama rentang waktu yang cukup panjang, dengan tema-

tema yang sangat beragam dari berbagai aspek, menjadikan al-Qur’an semakin

menarik dan memancing para pengkajinya untuk terus mencari dan mengeksplorasi

temuan-temuan baru darinya. Mungkin ini adalah bagian dari mukjizat yang

dimiliki oleh al-Qur’an. Seolah, ia ingin membuktikan klaimnya bahwa “seandainya

lautan dijadikan tinta untuk menuliskan kalam-kalam Tuhan, niscaya tidak akan

pernah selesai, meski kemudian didatangkan kembali lautan tinta serupa”.1

Ayat ini menegaskan tentang betapa luas dan dalam kandungan makna yang

terdapat dalam setiap ayat al-Qur’an. Tidak ada kebenaran mutlak dalam penafsiran

yang dilakukan oleh manusia, terlebih lagi jika penafsiran tersebut kemudian

diasumsikan sebagai satu-satunya tafsir yang benar. Al-Qur’an turun dengan

berbagai keunikan. Proses penyampaian, bahasa yang digunakan, dan kandungan-

kandungan yang terdapat di dalamnya, selalu dapat membungkam para

1 QS. Al-Kahfi {{[18]: 109.

Page 17: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

2

penentangnya. Al-Qur’an turun dalam situasi yang tepat, disaat masyarakat Arab -

selaku komunitas pertama yang menjadi mukha>tabnya- sedang berada dalam situasi

yang sangat kacau. Perilaku-perilaku amoral dijumpai di sana-sini, spiritualitas yang

dipenuhi dengan kebodohan dan kesyirikan, interaksi sosial yang rentan dengan

peperangan dan pembunuhan.2

Dalam situasi yang sedemikian buruk itu, Allah swt. memulai proses

turunnya wahyu pertama kepada Muhammad saw. di Gua Hira’.3 Wahyu pertama

berisi tentang perintah Iqra’, yaitu membaca, sampai dengan 4 ayat berikutnya

dalam hemat penulis menjadi awal pembuktian tentang kemukjizatan al-Qu’an.

Muhammad saw. yang tadinya tidak memiliki kemampuan membaca, pada akhirnya

dengan mudah membaca wahyu-wahyu selanjutnya. Hal ini seolah ingin

membuktikan kebenaran ayat terakhir dalam rangkaian wahyu tersebut, bahwa

Allah menjamin akan mengajarkan segala sesuatu yang belum pernah diketahui

sebelumnya.

Sisi eksistensi al-Qur’an adalah sesuatu yang sangat menarik. Kehadiran al-

Qur’an ditujukan untuk merespon permasalahan-permasalahan yang terjadi di

sekitar Nabi Muhammad. Permasalahan yang direspon sangat beragam, baik

berkaitan langsung dengan Muhammad, syariat, umat di sekitarnya maupun al-

Qur’an itu sendiri. Hampir setiap permasalahan yang dihadapi oleh Muhammad

saw., al-Qur’an hadir memberikan jawaban atas permasalahan tersebut. Beberapa di

antaranya, saat kaum kafir menuduh Muhammad sebagai creator al-Qur’an,

2 Abu> al-H{asan ‘Ali al-H{asan al-Nadwi, Sirah Nabawiyah Sejarah Lengkap Nabi

Muhammad, (Yogyakarta: Darul Manar, 2012), hlm. 91-94. 3 S{afiyurrahmah al-Mubarakfury, al-Rahi>q al-Makhtu>m, (Mesir: Da>r al-Wava, 2010), hlm.

74.

Page 18: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

3

menuduh al-Qur’an sebagai mantera-mantera sihir.4 Al-Qur’an membantahnya

dengan tegas, bahkan balik menantang mereka untuk membuat tandingannya.5

Turunnya al-Qur’an adalah sebagai petunjuk bagi umat manusia, tidak hanya

sebatas permasalahan akidah, namun hampir seluruh aspek kehidupan manusia

dibahas di dalamnya.

Semenjak al-Qur’an mulai diturunkan kepada Muhammad saw. pertama kali,

maka sejak itu pula ia ditugaskan untuk menyampaikannya kepada umatnya.

Muhammad secara resmi menjadi utusan Allah yang bertugas tidak hanya sebagai

penyampai, bahkan ia diberi kewenangan untuk menjelaskan maksud dan kandungan

ayat-ayat al-Qur’an.6 Tugas pertama beliau adalah menyampaikan wahyu dan

menjelaskan maksud-maksudnya berkaitan dengan fakta-fakta yang ada. Meskipun

al-Qur’an diturunkan dengan menggunakan bahasa Arab, tetapi pada kenyataanya,

ia tidak mudah difaham begitu saja.7 Kesulitan tersebut pernah dialami oleh

4 QS. as-Shaf [61]: 6. 5 QS. al-Isra’ [17]: 88. Contoh lainnya adalah, ketika para sahabat merasa gelisah dan goyah

hatinya berkenaan dengan ibadah mereka. Kaum kafir menuduh mereka sebagai kaum plagiator

agama, kiblat shalat mereka dianggap ikut-ikutan kiblat mereka. Situasi ini pun tidak luput dari

sorotan al-Qur’an, hingga akhirnya kiblat shalat umat Islam berpindah dari Bait al-Maqdi>>s ke arah

Ka’bah (QS. al-Baqarah [2]: 144.) 6 QS. an-Nahl [16]: 44. 7 Az-Dzahabi menentang pendapat Ibn Khaldun yang mengatakan, “Sesungguhnya al-

Qur’an diturunkan dengan bahasa Arab. Ungkapan -ungkapan yang digunakannya pun berbahasa Arab. Oleh karenanya, semua orang Arab pasti faham dan mengetahui maknanya baik dalam bentuk

kalimat mufrad (tunggal) atau pun murakkab (berangkaian dengan kalimat lain)”. Teori tersebut

menurut al-Dzahabi tidak sepenuhnya benar. Karena, meskipun al-Qur’an turun dengan bahasa Arab,

bukan berarti secara otomatis orang Arab faham dan mengetahui maknanya. Hal tersebut menurut al -

Dzahabi dapat dibuktikan dengan realitas hari ini, banyak orang-orang Arab yang memiliki

kelemahan dan tidak faham dengan kandungan kitab-kitab yang ditulis dengan bahasa Arab yang

sedikit berbeda dengan dialek dan bahasa keseharian mereka. Karena pemahaman tidak sekedar

berangkat dari mengetahui makna saja. Muh}ammad H{useyn az\-Z|ah}abi>, at-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n

(t.t, Maktabah Mus’ab bin Umar al-Isla>miyyah, 2004), I:28-29.

Page 19: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

4

kalangan sahabat.8 Al-Qur’an diturunkan dengan menggunakan bahasa Arab, dan

untuk dapat memahaminya, mesti dengan mengerahkan segenap akal fikiran.9

Berbeda dengan manusia lainnya, Nabi Muhammad saw. yang mendapat

tugas menyampaikannya telah mendapatkan mandat untuk sekaligus menjelaskan

maksudnya. Artinya, pemahaman dan penguasaan Nabi Muhammad terhadap al-

Qur’an sudah terjamin tidak bisa diragukan lagi. Kesulitan-kesulitan pemahaman

mereka terhadap ayat-ayat al-Qur’an selalu dapat diselesaikan ketika mereka

mendatangi Nabi, pemilik otoritas tabyi>n atas ayat-ayat suci al-Qur’an. Tabyi>n,

atau penjelasan yang dilakukan oleh Nabi dapat dikelompokkan dalam dua kategori;

naratif dan praksis. Keberadaan beliau sebagai Rasulullah, pada dirinya terlekat

uswah.10

Allah swt. menghendaki Nabi sebagai contoh nyata dalam penerapan syari’at

agama yang dibawanya. Maka dalam kehidupan Nabi ini lah penjelasan terhadap

kandungan al-Qur’an tersebut dijumpai. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa,

‘Aisyah memberikan gambaran bahwa akhlak Rasulullah saw. adalah inti ajaran al-

Qur’an itu sendiri (ka>na khuluquhu al-Qur’a>n).11 Dalam tataran praksis ini,

penjelasan Nabi mengenai al-Qur’an dapat digali lebih komplit. Hal ini tidak hanya

8 Disebutkan bahwa sebagian sahabat merasa kebingungan dan tidak memahami maksud

kalimat ظلم" ” dalam QS. al-An’am [6]: 82, ومل يلبسوا امينهم بظلم, hingga kemudian Nabi menjelaskan maksud

kalimat tersebut dengan lafadz شرك" ”. Lihat dalam, Badruddi>n Abi> ‘Abdilla>h Muh{ammad bin Baha>dir

bin ‘Abdilla>h az-Zarkasyi>, al-Burha>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n (Beirut: Da>r al-Kutu>b al-‘Ilmiyyah, 2011),

I:30 9 QS. Yusuf [12]: 2. زلناه ق رآنا عربيا لعلاكم ت عقلون إنا جعلناه ق رآنا عربيا لعلاكم ت عق لون .QS. al-Zukruf: 3 ,إنا أن 10 QS. al-Ahzab [33]:21. 11 Ah}mad bin H{anbal al-Syaibāni, Masnad Ah}mad bin H{anbal, (Kairo: Muassasah Cordoba,

tt.), VI:163.

Page 20: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

5

terbatas pada praktek-praktek yang dicontohkan langsung oleh Nabi, melainkan

termasuk ekspresi para sahabat yang tidak dilarang oleh Nabi.

Kelanjutan syi’ar agama Islam dalam jangka panjang, pada periode-periode

selanjutnya, tak luput dari perhatian Nabi. Al-Qur’an yang menjadi sumber agama,

harus tetap lestari dan selalu hadir sebagai pendamping hidup manusia. Nabi

Muhammad saw dalam kesadaran manusiawinya telah mempersiapkan penerusnya

saat beliau wafat kelak, bukan sebagai Nabi, melainkan orang yang kiranya mampu

untuk memberikan penjelasan mengenai maksud yang dikandung dalam ayat-ayat

al-Qur’an.12 Hal ini menjadi penting terkait keberadaan al-Qur’an yang tidak mudah

difahami.

Kaderisasi dalam bidang penafsiran al-Qur’an ini telah dilakukan oleh Nabi

jauh-jauh hari. Dan sosok yang dipilih adalah salah satu sahabat yaitu Abdullah Ibn

‘Abba>s. Suatu hari, Ibn ‘Abba>s dipanggil oleh Nabi, Nabi kemudian mengusap

kepalanya sembari mendoakannya agar menjadi orang yang memiliki pemahaman

yang baik terhadap agama Islam dan memiliki kecakapan untuk menjelaskan

makna-makna yang terkandung dalam al-Qur’an, ين، وعل مه التاأو ي Peristiwa 13 .اللاهما ف ق هه ف الد

tersebut secara tidak lansung menjadi prosesi pengangkatan Ibn Abbas sebagai

mubayyin pertama al-Qur’an setelah Nabi Muhammad. Terbukti, belakangan

bermunculan pengakuan dari sahabat yang lain mengenai kecakapan Ibn Abbas

dalam memberikan penjelasan atas al-Qur’an. Di antaranya adalah pengakuan yang

12 Mus}t}afa> al-Sa>wi al-Juwayni, Mana>hij fi> al-Tafsir, (Iskadariyyah: Ma’arif, tt.), hlm. 23. 13 Ah}mad bin H{anbal al-Syaibāni, Fad}a>il al-Sah}a>bah, (Beirut: Muassasah al-Risa>lah, 1983),

II: 956.

Page 21: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

6

disampaikan oleh beberapa sahabat tentang baiknya penjelasan Ibn Abbas mengenai

ayat-ayat al-Qur’an.14

Pada dasarnya, secara natural, sebagian besar para sahabat telah memiliki

pemahaman terhadap al-Qur’an, meski hanya sebatas pemahaman global.15 Hal ini

dikarenakan bahasa yang digunakan dalam al-Qur’an adalah bahasa mereka, Arab.

Namun demikian, patut diketahui bahwa, terdapat perbedaan mengenai tingkat

pemahaman mereka terhadap makna ayat-ayat al-Qur’an. Al-Dzahabi mencatat,

kesulitan memahami beberapa lafadz al-Qur’an pernah dialami oleh sahabat senior,

Umar bin al-Khattab.16 Karena itu tidak jarang para sahabat mendapatkan

pemahaman terhadap makna al-Qur’an dari percakapan keseharian masyarakat

Arab. Hal ini sebagaimana dialami oleh Ibn ‘Abbas ketika ia kesulitan memahami

makna kalimat “Fat}ir”. Ia baru dapat memahami makna kalimat tersebut setelah

mendengar percakapan dua orang badui yang sedang memperebutkan kepemilikan

sebuah sumur.17

Meski para sahabat pernah mengalami kesulitan sebagaimana disebutkan,

akan tetapi mereka tetap saja memiliki kemampuan yang baik dalam memahami al-

Qur’an. Kemampuan tersebut didapatkan dari cara mempelajari al-Qur’an yang

sangat baik dan penuh kesungguhan. Mereka tidak menambah bacaan al-Qur’an

14 al-Syaibāni, Fad}a>il al-Sah}a>bah. Bab tentang keutamaan Abdullah bin Abbas. 15 az\-Z|ah}abi>, at-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n, I: 28. 16 Kejadian tersebut dialami Umar ketika berkhutbah dan membacakan ayat وفاكهة واب yang

terdapat dalam surat ‘abasa, dikatakan bahwa Umar kesulitan memahami arti lafadz abba>. Dalam

riwayat yang lain disebutkan bahwa Umar juga kesulitan memahami makna lafadz al-takhawwuf yang terdapat dalam surat al-Nahl أو أيخذهم على التخوف. Kemudian datanglah kepada Umar, seorang lelaki

dari Bani Hudzail yang memberikan penjelasan tentang maksud dari kalimat tersebut. az\-Z|ah}abi>, at-

Tafsi>r wa al-Mufassiru>n, I: 29. 17 Jala>luddi>n Abd ar-Rah}ma>n as-Suyut}i, Al-Itqa>n Fī ‘Ulūm al-Qur’ān, (Beirut: Da>r al-Fikr,

2008), hlm. 161.

Page 22: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

7

yang mereka pelajari dari Nabi kecuali mereka telah menguasainya, menghafal dan

mengamalkannya.18

Sepeninggal Rasulullah saw., para sahabat kemudian menjadi rujukan

generasi berikutnya untuk belajar al-Qur’an, tidak sekedar bacaannya, bahkan

mengenai maksud dari ayat-ayat al-Qur’an yang sulit difahami. Pemahaman mereka

mengenai al-Qur’an melalui beberapa cara atau sumber. Mereka memberikan

penjelasan tentang al-Qur’an dengan berdasarkan keterangan yang mereka dengar

dari Rasulullah baik secara langsung atau pun melalui perantara orang lain. Di

samping itu, mereka juga memanfaatkan penegetahuan mereka terkait kronologi

turunnya ayat-ayat tertentu dan terkadang pula menggunakan pendapat atau ijtihad

mereka sendiri.19

Al-Suyuti membuat skema urutan popularitas sahabat di bidang penafsiran

al-Qur’an. Urutan tersebut didasarkan pada kuantitas periwayatan mereka. Dalam

catatan tersebut, al-Suyuti menempatkan empat sahabat yaitu, Abdullah Ibn

Mas’ud, Abdullah Ibn Abbas, Zaid bin Tsabit dan Ubay bin Ka’ab. Namun menurut

al-Suyuti, Ibn Abbas adalah yang paling populer dan menjadi rujukan utama.

Periwayatan yang berasal dari Ibn Abbas hampir tak terhitung jumlahnya.20

Berbeda dengan al-Suyuti, Husayn al-Dzahabi memiliki catatan lain

mengenai beberapa sahabat yang menjadi tokoh di bidang penafsiran. Bahkan

18Abu> Ja’far al-T{ah}awi>, Ah}ka>m al-Qur’a >n al-Kari>m, (Turki: al-Markaz al-Buhu>s\ al-

Isla>miyyah, 1998), I: 245. 19 az\-Z|ah}abi>, at-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n , I: 49. al-Suyuti dalam al-Itqa>n mencatat, terdapat

10 sahabat yang masyhur kecakapannya dalam menafsirkan al-Qur’an. Khulafa>’ al-Arba’ah, Ibn

Mas’ud, Ibn Abbas, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Abu Musa al -Asy’ari dan Abdullah bin Zubair.

Namun menurut al-Suyuti, dari keempat khalifah, Ali bin Abi Thalib adalah yang terbanyak

meriwayatkan penjelasan atau penafsiran al-Qur’an. As-Suyut}i, Al-Itqa>n Fī ‘Ulūm al-Qur’ān , hlm.

564. 20 As-Suyut}i, Al-Itqa>n Fī ‘Ulūm al-Qur’ān, hlm. 566.

Page 23: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

8

sebelumnya tidak disebutkan oleh al-Suyuti. Di antaranya adalah, Anas bin Malik,

Abu Hurairah, Abdullah bin Umar, Jabir bin Abdullah, Abdullah bin ‘Amr bin al-

Ash dan ‘Aisyah. Namun al-Dzahabi menegaskan bahwa beberapa sahabat yang ia

sebutkan tidak didasarkan pada kuantitas periwayatan mereka, melainkan kualitas

pemahaman mereka terhadap tafsir al-Qur’an.21 Dan dari beberapa sahabat tersebut,

menurut al-Dzahabi, terdapat empat sahabat yang paling populer berdasarkan

kuantitas periwayatan.

Pertama, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Mas’ud, Ali bin Abi Thalib dan

Ubay bin Ka’ab.22 Abdullah bin Abbas adalah sahabat yang paling populer sebagai

tokoh tafsir al-Qur’an di kalangan sahabat. Terdapat beberapa hadits yang

mengisahkan tentang perlakuan Nabi terhadapnya. Nabi mendoakan secara khusus

agar Ibn Abbas memiliki pengetahuan tentang takwil, tentang tafsir al-Qur’an. Di

samping itu, banyak pula sahabat yang membuktikan bahwa Ibn Abbas memang

sangat cakap dalam menjelaskan kandungan al-Qur’an, hingga mereka kemudian

memberikan testimoni dan pujian kepada Ibn Abbas. Ia kemudian dikenal pula

dengan julukan tarjuma>n al-Qur’a>n.

Pada periode berikutnya, era tabi’in, penafsiran al-Qur’an menjadi lebih

berkembang. Kebutuhan akan tafsir al-Qur’an semakin bertambah. Beberapa

penyebabnya adalah penafsiran yang dilakukan oleh Nabi dan para Sahabat belum

menyentuh al-Qur’an secara keseluruhan. Masih banyak ayat-ayat yang belum

tersentuh oleh penafsiran mereka. Oleh karenanya, di era tabi’i >n muncullah

madrasah-madrasah tafsir yang diasuh oleh beberapa sahabat terkemuka. Di

21 az\-Z|ah}abi>, at-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n , I: hlm.49. 22Ibid.

Page 24: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

9

samping itu, menurut al-Dzahabi, penyebaran agama Islam dan bertambahnya kaum

muslimin menjadi faktor lainnya yang mempengaruhi mengemukanya kebutuhan

tafsir. Beberapa sahabat yang pindah ke daerah-daerah baru taklukan Islam,

kemudian mendirikan madrasah-madrasah al-Qur’an, tidak hanya belajar membaca

saja tentunya, tetapi penafsirannya juga. Dari madrasah-madrasah asuhan para

sahabat tersebut, beberapa di antaranya termasyhur sebagai madarsah yang

berkualitas. Madrasah tersebut adalah madrasah asuhan tokoh-tokoh utama dari

kalangan sahabat dalam bidang tafsir.

Madrasah-madrasah asuhan para sahabat telah melahirkan tokoh-tokoh tafsir

baru dengan kelebihan dan keistimewaan masing-masing. Model penafsiran yang

dilakukan pun cukup beragam. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, para tabi’in

tidak sekedar menafsirkan al-Qur’an berdasarkan riwayat dari para sahabat.

Terkadang pula mereka menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an berdasarkan pendapat

pribadi mereka, di antaranya yang terkenal menempuh cara ini adalah Mujahid. Ia

terbiasa membebaskan penalarannya dalam memahami maksud dan kandungan al-

Qur’an.

Keberhasilan madrasah-madrasah tafsir yang telah melahirkan tokoh-tokoh

terkemuka tak pelak pula memunculkan keragaman penafsiran. Keragaman tersebut

muncul disebabkan oleh perbedaan metode penafsiran mereka. Sebagaimana

disebutkan sebelumnya, bahwa terdapat beberapa mufassir yang melakukan ijtihad

dalam menafsirkan al-Qur’an, dengan memberikan ruang penalaran di dalamnya, hal

itu merupakan salah satu faktor munculnya perbedaan hasil penafsiran di antara

mereka. Bukan hanya dari sisi keragaman mufassir, cara penafsiran dan sumber

Page 25: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

10

penafsiran saja yang menjadi latar belar belakang keberagaman penafsiran al-

Qur’an, tetapi dari sisi al-Qur’annya sendiri yang memiliki kandungan makna yang

tak terbatas, ia begitu kaya dengan makna.

Berkenaan dengan hal ini, Quraish Syihab mengutip pendapat ‘Abdullah

Darraz yang mengumpamakan al-Qur’an dengan intan yang setiap sudutnya

memancarkan cahaya yang berbeda-beda, bahkan setiap mata yang memandangnya,

akan menemukan cahaya yang berbeda-beda pula.23 Quraish Shihab juga mengutip

pendapat tokoh lainnya, Arkoun, yang mengatakan bahwa, al-Qur’an memiliki

kemungkinan-kemungkinan arti yang tak terbatas. Oleh karenanya, ayat-ayat al-

Qur’an selalu terbuka untuk pemahaman dan interpretasi baru tanpa ada yang boeh

mmbatasinya dengan memberikan penafsiran tunggal.24

Pada akhirnya penafsiran al-Qur’an semakin berkembang dan bervariasi.

Bukan hanya sekedar metode penafsirannya belaka, tetapi coraknya pun cukup

beragam. Jika pada tataran metodenya terdapat beberapa model yang sudah familiar

dengan istilah tahlili, ijmali, muqa>ran dan mawd}u’i, maka pada ranah

kecenderungan dalam penafsiran, terdapat beberapa varian yang sekaligus menjadi

identitas penafsiran. Variasi corak-corak penafsiran tersebut masing-masing

memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Latar belakang tersebut kemudian

mendorong munculnya corak penafsiran tertentu, seperti: linguis-sastrawi, filosofis-

teologis, ‘ilmi, fiqhi, sufi (isya>ri), dll.25

23 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an ( Bandung: Mizan, 1999), hlm. 72. 24 Ibid. 25Ibid. hlm. 73.

Page 26: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

11

Pemaknaan al-Qur’an memiliki ruang lingkup yang sangat luas bahkan

mungkin tak terbatas. Al-Qur’an tidak akan pernah kering dan kehilangan makna-

makna baru dari setiap ayatnya. ‘Abdulla>h bin Sah}l at-Tustari> menulis:

Andai seorang Hamba diberikan seribu pemahaman tentang satu huruf

al-Qur’an, maka makna-makna tersebut tidak akan sampai pada titik-

titik akhir makna yang Allah titipkan pada ayat-ayat al-Qur’an, karena pada dasarnya al-Qur’an adalah Kala>mullah dan kala>m adalah sifat-

Nya, sebab tidak terbatasnya sifat Allah begitu juga tidak terbatas

upaya memahami kalam-Nya, dan sebenarnya yang terbatas adalah kemampuan pemahaman itu sendiri.26

Menurut Quraish Shihab, banyak tokoh-tokoh muslim yang menyatakan hal

serupa sebagaimana diungkapkan oleh at-Tustari>. Ibra>him bin Umar al-Biqa>’iy

misalnya, ia mengatakan bahwa, terkadang ia perlu waktu berbulan-bulan hanya

untuk memahami hubungan satu ayat dengan ayat lainnya. Sedangkan Abd-Allah

Darraz menyatakan, jika anda membaca al-Qur’an maknanya akan jelas di hadapan

Anda, tetapi jika anda baca sekali lagi, maka anda akan menemukan makna-makna

lainnya.27

Dalam al-Qur’an, Allah swt. memberikan pernyataan tegas bahwa

memberikan penafsiran atau pun pemaknaan terhadap al-Qur’an tidak akan pernah

ada akhirnya dan tidak akan pernah selesai. Bahkan sampai seluruh lautan dan

pepohonan di muka bumi dijadikan media untuk menuliskannya, tetap tidak akan

menghabiskan kekayaan kalam Tuhan tersebut. Pada akhirnya, ketika akal manusia

telah mencapai titik yang tertinggi dari kemampuan berfikir mereka, kemudian

mereka akan menghentikan dan membatasi makna al-Qur’an sesuai dengan

26 Badr al-Din Abi Abd Allah al-Zarkazy, Al-Burha>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n, (Mesir: Da>r Ihya’

al-Kutub al-Arabiyyah. 1957), I: 9. 27 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, hlm. 16.

Page 27: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

12

kemampuannya. Tentu hal ini adalah pendapat yang sangat subjektif. Mengapa

demikian?, karena sebagaimana diketahui bahwa akal, pemahaman dan pengetahuan

setiap individu sangatlah beragam dan berbeda antara satu dengan lainnya. Belum

lagi historisitas yang dimiliki, baik histori sosial, intelektual bahkan spiritual yang

berbeda-beda, semua ini menjadi penyumbang yang cukup signifikan dalam

memahami makna ayat-ayat al-Qur’an.

Berbicara mengenai memaknai ayat al-Qur’an sebagai sebuah aktivitas

penafsiran, at-Tustari> tercatat sebagai orang pertama yang merintis penafsiran al-

Qur’an dengan menggali kemungkinan-kemungkinan makna dari setiap ayat-ayat al-

Qur’an.28 Metode tafsir yang digunakan oleh Sahl al-Tustari adalah metode tafsir

tahlili. Tafsir ini termasuk tafsir periode awal dan pada periode tersebut hampir

seluruh kitab-kitab tafsir dari berbagai aliran menggunakan metode tafsir tahlili.29

Mengenai sumber penafsiran al-Tustari, meski kemudian tafsir ini dikelompokkan

pada tafsir sufi isyari, ia menggunakan perpaduan atara sumber ma’s\ur (riwayat)

dan ijtihad (ra’yi). Dalam beberapa surat yang ditafsirkan, al-Tustari tidak hanya

menggunakan pendapatnya sendiri, ia juga mengutip ayat-ayat al-Qur’an, hadits,

maupun pendapat para sahabat dan tabi’in serta beberapa ulama.

Salah satu pendapat Sahl al-Tustari yang cukup populer mengenai makna

ayat al-Qur’an adalah, bahwa setiap ayat al-Qur’an tak hanya memiliki1makna.

28 Al-Tustari lahir antara tahun 200 atau 201 H. dan wafat pada tahun 283 H. Semenjak

usia sangat muda, 6 tahun, Sahl telah memulai mendalami al -Qur’an. Sebagai langkah awal, di usia

semuda itu, Sahl telah menghafal al-Qur’an. Sahl al-Tustari adalah seorang Ulama yang cukup

produktif. Terdapat beberapa karya tulis yang dikaitkan kepadanya, dan di antaranya adalah Tafsir

al-Tustari. Latar belakang penulisan tafsir ini adalah permintaan murid -muridnya agar Sahl menulis

tafsir al-Qur’an. Sah}l bin ‘Abdulla>h at-Tustari>, Tafsi>r al-Tustari>, (Lebanon: Da>r al-Kutub al-

Ilmiyyah, 2007), hlm. 3-13. 29 Ahmad Izzan, Metodologi Tafsir, (Bandung:Tafakkur, 2009), hlm. 104.

Page 28: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

13

وما من آية ف القرآن إل وهلا أربعة معان، ظاهر وبطن وحد ومطلع، فالظاهر “التالوة، والباطن الفهم، واحلد حالهلا وحرامها، واملطلع إشراف القلب على املراد هبا

ا 30.”فقها من هللا عزا وج

“Dan tidak terdapat dari setia ayat dalam al-Qur’an kecuali ia

mempunyai empat makna, z}ahir, batin, batasan (hukum) dan sumber. Makna z}ahirnya berupa tilawah (makna literar), makna batin berupa

pemahaman, batasannya berupa hukum halal-haram dan makna yang

dapat menjadi sumber inspirasi dan terbimbingnya hati menuju pemahaman yang benar sebagai suatu pemberian dari Allah swt.”

Al-Tustari menggambarkan bahwa setiap ayat al-Qur’an tak bisa dibatasi

dengan satu makna saja. Dalam setiap ayat, sangat mungkin terdapat beberapa

makna sekaligus dari berbagai aspek yang berbeda, aspek dlahir, aspek batin, aspek

batasan-batasan hukum maupun aspek sumber-sumber pengetahuan yang dapat

digali darinya.31 Jika merujuk pada klaim al-Qur’an sendiri, QS.al-Kahfi [18]:109,

maka pernyataan tersebut tidak lah berlebihan. Al-Qur’an yang diposisikan sebagai

pedoman hidup manusia sepanjang masa, memang seharusnya memuat makna-

makna solutif. Dengan demikian, al-Qur’an dapat selalu eksis dan terserap dalam

setiap zaman dan waktu. Menjadi rujukan dalam segala bentuk problematika

kehidupan manusia.

Pandangan bahwa ayat-ayat al-Qur’an memiliki makna lebih dari satu, tak

hanya diutarakan oleh al-Tustari. Kalangan syiah pun berpandangan demikian.

Syi’ah is\na asy’riyyah meyakini bahwa setiap ayat al-Qur’an memiliki makna lahir

dan batin. Kalangan Syiah cukup serius di bidang tafsir al-Qur’an. Ulama-ulama

mereka cukup produktif menulis kitab-kitab tafsir. Kekayaan intelektual di bidang

30 At-Tustari>, Tafsi>r at-Tustari>, hlm. 16. 31 Ibid.

Page 29: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

14

tafsir tidak lepas dari upaya menguatkan dan menyebarkan aqidah mereka. Kitab-

kitab tafsir yang ditulis oleh kalangan ulama mereka cukup beragam. Mulai dari

yang berupa penafsiran al-Qur’an secara keseluruhan atau pun juga yang sebagian.

Terdapat juga yang tafsir klasik maupun yang modern.

Model penafsiran yang mengandalkan penggalian makna al-Qur’an di abad-

abad awal cukup populer. Bukan hanya di kalangan sunni saja model penafsiran

tersebut ditemukan, di kalangan Syi’ah pun banyak dijumpai. Jika melihat dua

contoh mufassir yang disebutkan sebelumnya, Sahl al-Tustari dari kalangan

Sufiyyu>n dan al-Hasan al-Askari dari kalangan Syi’i>, maka akan ditemukan titik

kesamaan di antara keduanya. Mereka sama-sama meyakini adanya makna bathin

dari ayat-ayat al-Qur’an itu. Namun bedanya, al-Askari pada akhirnya lebih sering

mengabaikan makna lahir dan terkesan memaksakan diri untuk memasukkan

ideologinya dalam penafsirannya. Kesamaan lainnya dari kedua tafsir tersebut

adalah, sama-sama tidak menafsirkan al-Qur’an secara keseluruhan. Al-Askari

seolah memiliki misi tertentu untuk memasukkan pemahaman syi’ah terutama

mengenai wilayah Ali dan hal-hal terkait.

Sedangkan tafsir al-Tustari pada penafsiran di surat-surat akhir lebih banyak

menampilkan pendapat pribadinya daripada merujuk kepada ayat al-Qur’an, hadits

atau riwayat lainnya. Dalam tafsir ini tidak akan dijumpai pembahasan mengenai

asba>b al-nuzu>l sebagaimana beberapa penafsiran lainnya. Hampir dapat dipastikan

bahwa al-Tustari hanya mengandalkan pemahamannya saja. Hal ini dapat dilihat

dari klaim yang disampaikannya ketika menanggapi pertanyaan seseorang tentang

kepemilikan ilmu hikmah atas dirinya. Al-Tustari mengatakan bahwa dirinya

Page 30: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

15

diberikan (ilmu) hikmah, juga diberi kemampuan melihat keghaiban yang bersifat

transenden.32

Sahl al-Tustari dan Hasan al-Askari adalah dua mufassir yang hidup di era

yang sama, abad kedua hijriyyah. Penafsiran mereka dengan metode yang hampir

sama, memiliki pengaruh terhadap para mufassir berikutnya. Dari masing-masing

mereka berdua, muncullah penafsir-penafsir yang mengikuti dan mengembangkan

model penafsiran tersebut. Kemudian, model penafsiran seperti yang dilakukan oleh

al-Askari ini populer disebut dengan istilah tafsir ba>tiniyyah, merujuk pada, lebih

mementingkan untuk mengimani makna batin dari pada makna lahir ayat.

Sedangkan penafsiran yang dilakukan oleh al-Tustari kemudian populer dengan

istilah tafsir isya>ri atau tafsir su>fi>. Istilah tersebut merujuk kepada, produk

penafsiran Ulama Sufi yang cenderung menfasirkan al-Qur’an berdasarkan isyarat-

isyarat yang mereka tangkap dan fahami.

Sebagian Ulama kemudian mengkategorikan keduanya beserta produk

penafsirannya sebagai tafsir yang memiliki kekeliruan dalam memberikan

pemakanaan pada ayat-ayat al-Qur’an. Kontroversi terhadap metode penafsiran

keduanya berlangsung cukup lama hingga beberapa generasi berikutnya. Imbas dari

kontroversi tersebut merambah pula pada ranah keilmuan lainnya. Para Sufi sebagai

praktisi ilmu tasawwuf tidak luput dari tuduhan kekeliruan manhaj beragama

mereka. kalangan sufi pun dituduh mengada-ada atas metode tasawwuf yang

mereka terapkan.33 Hingga di abad keempat, muncul salah satu ulama dari kalangan

32 At-Tustari>, Tafsi>r at-Tustari>, hlm. 26. 33 Az\-Z|ah}abi>, at-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n, I: 200-201.

Page 31: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

16

kaum sufi yang tergerak untuk meluruskan tuduhan tersebut, Abdul karim bin

Hawazin al-Qusyairi>, ia adalah seorang sufi yang hidup di abad keempat hijriyah.

Al-Qusyairi> bermaksud memberikan argumentasi untuk menjawab tuduhan

bahwa praktek tasawwuf yang diterapkan kalangan oleh sufi tidaklah menyimpang

dan tidak mendasarkan diri kepada al-Qur’an dan al-Hadits, sebagaimana yang telah

dilakukan oleh kalangan ba>tiniyyah. Al-Qusyairi> adalah salah satu ulama yang

dengan lantang membantah tuduhan bahwa kalangan sufi berlepas dari syariat.

Menurutnya, syariat sebagai amal dlahir tidak bisa dipisahkan dari hakikat sebagai

persaksian kepada tuhan secara batin. Syariat merupakan perkara yang wajib

dilakukan sebagai bentuk penghambaan, dan hakikat adalah persaksian ketuhanan.34

Ungkapan-ungkapan al-Qusyairi> dalam menentang tuduhan penyimpangan

atas kaum sufi sangat menarik. Al-Qusyairi> misalnya mengutip ucapan al-Junayd al-

Baghdadi ketika dilapori tentang seorang lelaki yang dikenal sebagai ahli tasawwuf.

Menurut lelaki tersebut, orang-orang yang telah makrifat kepada Allah swt. tidak

perlu lagi melakukan amal-amal lahir dan kebaikan lainnya untuk dekat kepada

Allah, karena mereka pada hakikatnya telah wushul, sampai ke hadirat Allah swt.

mendengar laporan tersebut, al-Junayd dengan tegas mematahkan pendapat tersebut

dengan mengatakan, orang-orang yang menggugurkan kewajiban amal lahir tersebut

telah melakukan dosa besar. Bahkan yag demikian tersebut lebih buruk dari perilaku

orang yang mencuri atau berzina sekalipun.35 Dan secara tegas, al-Qusyairi>

menggaris-bahawi bahwa, kalangan ulama tasawwuf, mengambil dasar ilmunya dari

34 Muh}ammad ‘A>bid al-Ja>biri>, Binyah al-Aql al-Arabi>, (Mesir: Markaz Dira>sat al-Wahdah

al-Arabiyyah, 2009), hlm. 280. 35 Ibid.

Page 32: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

17

al-Qur’an dan al-Hadits. Ia mengutip pernyataan al-Junayd al-Baghdadi yang

berbunyi;

يث ل يقتدى به ف هذا المر, لن علمنا هذا مقيد "من مل حيفظ القران ومل يكتب احلد 36بلكتاب والسنة"

“Barang siapa yang tidak menjaga dan mengamalkan al-Qur’an dan tidak menulis dan mengikuti hadis\/sunnah Nabi, maka ia tidak layak

dijadikan panutan dalam tasawwuf, karena ilmu tasawwuf diikat

dan dikuatkan dengan al-Qur’an dan al-Hadis\”

Sampai di sini, al-Qusyairi> ingin menegaskan bahwa tidak ada

penyimpangan dalam manhaj tasawwuf yang ditempuh oleh kaum sufi. Tuduhan

bahwa mereka meninggalkan amal-amal syariat adalah tidak benar. Dan untuk

meluruskan tuduhan-tuduhan penyimpangan yang dialamatkan kepada kalangan

sufi, al-Qusyairi> menulis beberapa karya ilmiah. Beberapa di antaranya adalah al-

Risa>lah al-Qusyairyyah dan Tafsir Latha>’if al-Isyarat. Dalam mukaddimah al-

Risa>lah al-Qusyairi>yah, al-Qusyairi> kembali menegaskan bahwa, ahli tasawwuf

adalah orang-orang yang mengikuti manhaj al-Qur’an dan al-Hadits, tidak sedikit

pun terdapat penyimpangan di dalamnya, mereka adalah orang-orang yang

mengikuti jalan salaf al-sha>lih dalam keimanan, akidah dan cara ibadahnya.37

‘A>bid al-Ja>biri menilai, tafsir karya al-Qusyairi> merupakan karya tafsir sufi

sunni yang paling sempurna sampai saat itu.38 Dan yang menjadi sangat menarik

dari tafsir tersebut, dari awal, al-Qusyairi> telah mengisyaratkan beberapa hal. Yang

pertama, bahwa dalam memahami kandungan al-Qur’an terdapat tiga level makna

sesuai dengan tingkatan maqam dalam konsep tasawwuf; irfani bagi kalangan aulia,

36 Al-Ja>biri>, Binyah al-Aql al-Arabi, hlm. I80. 37 Abdul Kari>m bin H{awa>zin al-Qusyairi>, al-Risa>lah al-Qusyairi>yyah, (t.t, Da>r al-Kheir,

t.th.), hlm. 20. 38 Al-Ja>biri>, Binyah al-Aql al-Arabi>, hlm. 284.

Page 33: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

18

burhani bagi kalangan salik, dan bayani sekaligus mukizat bagi Rasulullah saw.

yang kedua, secara tersirat, al-Qusyairi> juga memberikan arahan bahwa, makna-

makna yang terkandung dalam setiap lafadz, akan berbeda dalam pandangan

masing-masing orang sesuai dengan kelasnya. Hal ini pula lah yang menjadi alasan

al-Jabiri mengklaim bahwa tafsir al-Qusyairi> adalah tafsir sufi sunni yang paling

bagus, di samping itu, terdapat kesesuaian dengan konsep epistemologi burha>ni,

irfa>ni dan baya>ni yang diusungnya.39

Salah satunya dari penafsiran al-Qusyairi>, yakni penggunaan istilah-istilah

yang tidak dijumpai dan digunakan oleh para mufassir lainnya, misalnya

penggunaan istilah يقال ,الشارت, dan beberapa istilah lainnya. Namun di samping

penggunaan istilah ‘baru’ tersebut, penafsiran al-Qusyairi> juga memiliki keunikan

lain, yaitu pemaknaan yang bertingkat dari suatu ayat sebagaimana disebutkan

sebelumnya. Pemaknaan bertingkat tersebut hampir terdapat pada setiap ayat-ayat

al-Qur’an, tetapi pada tema-tema tertentu al-Qusyairi> tidak menafsirkan dengan

cara demikian. Berikut contoh pemaknaan bertingkat yang dilakukan oleh al-

Qusyairi>;

ا بيديكم إل الت اهلكة وأحسنوا إنا اللا حيب المحسني وأنفقوا ف سبي اللا ول ت لقو

إنفاق األغنياء من أمواهلم، وإنفاق العابدين بنفوسهم ل يدخروهنا عن العبادات والوظائف،

إنفاق العارفي بقلوهبم ل يدخروهنا عن أحكامه، وإنفاق احملبي برواحهم ل يدخروهنا حب ه.عن

.إنفاق األغنياء من الن عم وإنفاق الفقراء من اهلمم

39 Al-Ja>biri>, Binyah al-Aql al-Arabi>, hlm. 284.

Page 34: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

19

،إنفاق األغنياء إخراج املال من الكيس، وإنفاق الفقراء إخراج الروح عن أنفس النفيس وإنفاق املوح دين إخراج اخللق من الس ر.

Dalam contoh di atas, al-Qusyairi> menafsirkan lafadz انفقوا dengan

memberikan klasifikasi dan tingkatan makna.

Infaq orang-orang yang kaya adalah harta benda mereka, sedangkan

infaq orang-orang yang ahli ibadah adalah dengan jiwanya.

Infaq orang-orang yang makrifat kepada Allah adalah dengan hati mereka.

Infaq orang-orang yang mencintai Allah swt. dengan ruh mereka.

Infaq orang-orang kaya berasal dari kenikmatan yang mereka miliki,

sedang infaq dari kalangan orang miskin berasal dari semangat mereka, infaq orang-orang yang kaya cukup merogoh sakunya,

sedang infaq orang-orang yang faqir adalah dengan mengeluarkan

ruh dari hati mereka dan menjauh dari kenikmatan jiwa.

Infaq orang-orang yang senantiasa mentauhidkan Allah adalah

dengan mengeluarkan dan mengusir makhluq yang terdapat di dalam

hati sanubari mereka.40

Al-Qusyairi> dengan kapasitas keilmuan dan karyanya sangat layak diteliti.

Secara tegas, al-Jabiri mengklaim bahwa tafsir lat}a>if al-isya>ra>t adalah tafsir sufi

sunni yang paling sempurna.41 Dan dalam sebuah penelitian tentang penafsiran al-

Qusyairi> menyimpulkan bahwa, al-Qusyairi> adalah seorang tokoh sufi sunni yang

memiliki kehati-hatian yg cukup tinggi. Sikap ikhtiya>t}/hati-hati ini lah yang

mempengaruhi penafsiran al-Qusyairi>.42 Di samping itu, al-Qusyairi> sendiri

menyatakan dengan tegas bahwa karya tafsirnya ini ditujukan sebagai pembuktian

kelurusan i’tiqa>d kaum sufi sekaligus sebagai kritik dan penolakan atas penafsiran

kaum bat}iniyyah.

40 Al-Qusyairi>, Lat}a>’if al-Isya>ra>t, I: 94. 41 Al-Ja>biri>, Binyah al-Aql al-Arabi>, hlm. 284 42 Annabel Keeler, Tafsir Sufistik Sebagai Cermin; Al-Qusyairi> Sang Mursyid dalam

karyanya Latha’if al Isyarat, diterjemahkan oleh Eva F. Amrullah dan Faried F. Saenong dari Journal

of Qur’anic Studies 8:1 (2006).

Page 35: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

20

Keragaman penafsiran al-Qur’an yang telah dilakukan oleh para ulama,

dengan berbagai latar belakang keilmuan dan model penafsiran masing-masing,

menggambarkan kekayaan makna yang terkandung dalam setiap lafaz al-Qur’an. Di

antara hasil penafsiran yang ada, tafsir dengan corak sufi menjadi salah satu model

yang bersifat eksploratif. Al-Qusyairi>, sebagaimana contoh-contoh penafsirannya

yang telah dikemukakan sebelumnya, melakukan eksplorasi terhadap lafaz-lafaz al-

Qur’an. Ia mengungkap makna-makna yang hampir tak terfikir oleh oleh para

penafsir lainnya. Namun demikian, penafsiran kaum sufi masih saja diperdebatkan

oleh kalangan mufassir sendiri. Berbagai alasan dikemukaan untuk menolak

penafsiran kaum sufi, hingga kemudian muncul kalangan yang menawarkan solusi

berupa aturan penafsiran yang diberlakukan bagi penafsiran kaum sufi.43

Sampai disini, al-Qusyairi> dan metode penafsirannya sangatlah layak dan

menarik untuk dikaji lebih jauh. Ketokohan al-Qusyairi> dalam bidang tasawwuf,

keluasan pengetahuan dan integritasnya dalam menjaga kelurusan aqidah umat

islam, -sebagaimana latar belakang penulisan tafsirnya- serta metode penafsirannya

yang tergolong unik, menjadi alasan kuat untuk menelitinya lebih mendalam. Tesis

ini, akan difokuskan untuk mengkaji model pemaknaan ayat-ayat al-Quran oleh al-

Qusyairi> serta mencari penafsiran yang sesuai atau pun tidak sesuai dengan

persyaratan penerimaan tafsir sufi. Hal ini menjadi sangat penting, mengingat al-

Qusyairi> adalah tokoh yang pendapat dan pandangan keagamaannya selalu menjadi

43 Terdapat 4 persyaratan yang harus terpenuhi dalam penafsiran sufi agar dapat diterima; 1.

Penafsiran tersebut tidak bertentangan dengan makana zahir ayat, 2. Maknanya sendiri harus sahih,

3. Pada lafaz yang ditafsirkan terdapat indikasi bagi makna isyari tersebut, 4. Antara makna syarat

dan makna zahir ayat, terdapat keterkaitan. Manna’ Khalil al -Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an,

(Litera antar Nusa- Halim Jaya, 2007), hlm. 495-496. Kha>lid Abd al-Rah}ma>n al-‘Akd, Us}u>l al-Tafsi>r

wa Qawa>’iduh, (t.t: Da>r al-Nafa>is, 1986), hlm. 208.

Page 36: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

21

rujukan oleh sebagian besar umat Islam, terutama kalangan pelaku t\}ari>qah. Dan di

samping itu, secara sujektif, penulis menilai bahwa al-Qusyairi adalah tokoh sufi

yang memiliki konsistensi dalam menjaga keseimbangan syariat dan tasawwuf baik

di tataran teoritik maupun di tataran prakteknya oleh para pengagum dan pengikut

ajaran tasawwuf.

B. Rumusan masalah

Melihat latar belakang di atas, cukup banyak poin-poin yang sangat menarik

untuk dibahas. Di samping itu, keberadaan al-Qur’an yang selalu menantang para

pengkajinya untuk menemukan hal-hal baru di dalamnya, sekaligus merupakan

pembuktian nilai-nilai I’jaz yang tak terbatas. Namun demikian, penulis akan

membatasi pembahasan dalam penelitian ini terhadap penafsiran al-Qur’an yang

dilakukan oleh al-Imam al-Qusyairi> berdasar beberapa alasan yang telah dituturkan

sebelumnya. Dan agar pembahasan dalam tesis ini terfokus, maka akan dirumuskan

dalam beberapa permasalahan sebagai berikut;

1. Bagaimana pandangan al-Qusyairi mengenai penafsiran al-Qur’an ?

2. Bagaimana pemaknaan ayat al-Qur’an menurut al-Qusyairi dalam kitab

Lat}a>if al-Isaya>ra>t?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini memiliki tujuan dan

kegunaan yang diarahkan pada mengekplorasi pandangan al-Qusyairi tentang

penafsiran al-Qur’an serta mengetahui tentang bentuk pemaknaan al-Qur’an yang

dilakukan oleh al-Qusyairi dalam karya utamanya Lat}a>if al-Isya>ra>t.

Page 37: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

22

D. Kajian Pustaka

Dalam rangka menjaga originalitas penelitian yang akan dilakukan, berikut

akan ditampilkan beberapa karya yang membahas tentang tafsir Latha>if al Isya>ra>t

karya al-Qusyairi> yang telah dilakukan sebelumnya di lingkungan UIN Sunan

Kalijaga.

Beberapa karya ilmiah yang berkaitan dengan al Qusyairi dan tafsirnya,

penulis jumpai di lingkungan UIN Sunan Kalijaga. Pertama, sebuah skripsi yang

ditulis oleh Ali Ghufron dengan judul Tafsir Bismillahirrahmaanirrahiim Menurut al

Qusyairi (Aplikasi Terhadap Metode Penafsiran Seorang Sufi). Dijelaskan di dalam

skripsi ini bahwa al- Qusyairi menganggap basmalah merupakan bagian dari ayat al-

Qur’an dan penempatannya dalam setiap awalan surat bertujuan untuk mencari

keberkahan ( li at-tabarruk ). Di samping itu, pada bab ini penulis menampilkan

beberapa contoh penafsiran basmalah.

Kedua, skripsi yang ditulis oleh Zainal Abidin dengan judul Penafsiran al-

Qusyairi> Tentang al-Ahruf al-Muqattha’ah Dalam Latha’if al-Isyarat. Sebagaimana

judulnya, skripsi ini membahas tentang huruf-huruf terpisah dalam beberapa awalan

surat al-Qur’an serta beberapa pendapat ulama mengenai hal tersebut. selanjutnya,

penulis memetakan beberapa penafsiran al-Qusyairi> terhadap ahruf al-muqattha’ah

satu persatu kemudian dilanjutkan dengan klasifikasi penafsiran. Selain pembahasan

tersebut, penulis menggambarkan metode penafsiran yang dilakukan oleh al-

Qusyairi> yang lebih mengarah kepada hermeneutika keruhaniaan. Kemudian penulis

mengkategorikan metode yang digunakan oleh al-Qusyairi> ke dalam kategori tafsir

Page 38: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

23

ijmali. Sedangkan corak yang mewarnai penafsirannya adalah corak sufi. Hal ini

tentu sesuai dengan keahlian dan ketokohannya di bidang tasawuf.

Ketiga, skripsi yang ditulis oleh Moh. Toha Mahsun dengan judul Kisah

Musa dan Khidir dalam Surat al-Kahfi (Studi atas Penafsiran al-Qusyairi> dalam

Kitab Latha’if al-Isyarat). Dalam penelitian ini, penulis memetakan penafsiran al-

Qusyari mengenai kisah Musa dan Khidir menjadi dua dimensi; dimensi lahir dan

batin. Penulis juga memberikan penilaian mengenai penafsiran al-Qusyairi> baik dari

sisi kelebihan maupun kekurangannya. Selain itu, penulis menampilkan temuannya

terkait relevansi penafsiran dengan konteks kekinian. Hal tersebut meliputi

kewajiban bagi manusia untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan, kesabaran

dan selalu berprasangka baik.

Keempat, sebuah Disertasi yang ditulis oleh Abdul Munir dengan judul

Penafsiran Imam al-Qusyairi> dalam Kitab Tafsir Latha’if al-Isyarat (Studi Tentang

Metode Penafsiran dan Aplikasinya). Dalam disertasi ini dibahas tentang al-

Qusyairi> yang diposisikan sebagai salah satu dari tokoh-tokoh sufi sekaligus

mufassir. Penulis melihat bahwa al-Qusyairi> berupaya mengkompromikan antara

makna lahir ayat dan makna batinnya. Namun di samping upaya tersebut, penulis

juga menemukan inkonsistensi penafsiran al-Qusyairi> terhadap metodenya sendiri.

Pada beberapa ayat, al-Qusyairi> terkesan mengabaikan aspek lahir ayat dan tidak

ada upaya untuk mengkorelasikan antara makna lahir dan makna isyarat, sehingga

terkesan lebih sering memasukkan pemikiran dalam penafsirannya.

Dengan demikian, tulisan-tulisan di atas tidak ada yang membahas tentang

kajian yang akan dilakukan oleh penulis. Namun penulis tidak mengabaikan adanya

Page 39: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

24

kebersinggungan antara penelitian ini dengan karya-karya tersebut baik secara

langsung atau pun tidak langsung, semisal pembahasan tentang biografi al-Qusyairi>,

setting sejarah dan metode penafsiran. Yang jelas materi pokok yang menjadi inti

kajian berbeda sama sekali. Ulasan ini diperlukan untuk menjamin otentisitas

penelitian yang akan dilakukan oleh penulis.

E. Kerangka Teoritik

Kerangka teori adalah hal penting yang harus ada dalam sebuah penelitian.

Setidaknya, secara garis besar, kerangka teori dimaksudkan agar penelitian yang

dilakukan tetap fokus pada objek dan arah yang ditentukan. Di samping itu, agar

alur logika dan langkah-langkah penelitian berjalan secara sistematis. Adapun

kerangka teori yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah konsep maqa>ma>t

yang digagas oleh al-Qusyairi> sendiri di dalam karyanya, al-Risa>lah al-

Qusyairi>yyah. Konsep tersebut dinilai relevan untuk digunakan sebagai kerangka

teori untuk memudahkan pemetaan level makna-makna ayat yang diberikan oleh al-

Qusyairi>. Terlebih, bahwa al-Qusyairi> sejak awal telah menyinggungnya dalam

mukaddimah tafsirnya.

Secara teoritis, konsep maqamat dijelaskan oleh al-Qusyairi> dalam al-

Risa>lah al-Qusyairi>yah sebagai berikut;

ه بنوع تصرف، واملقام: وهو ما يتحقق به العبد مبنازلته من اآلداب مبا يتوص إلي ويتحقق به بضرب تطلب ومقاساة تكلف, فمقام ك أحد موضع إقامته عند ذلك

وشرطه أن ل يرتقي من مقام إل مقام آخر ما مل وما هو مشتغ بلرايضة له.ل يستوف أحكام ذلك املقام فان من ل قناعة له ل يصح له التوك ومن ل توك له

يصح له التسليم، وكذلك من ل توبة له ل تصح له اإلنبة ومن ل ورع له ل يصح له

Page 40: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

25

واملقام هو اإلقامة كاملدخ مبعىن اإلدخال واملخرج مبعىن اإلخراج، ول يصح الزهد.اء أمره على ألحد منازلة مقام إل بشهود إقامة اللا ت عال إايه بذلك املقام ليصح بن

قاعدة صحيحة، مسعت األستاذ أب علي الدقاق رمحه اللا ت عال، ي قول: ملا دخالواسطي بنيسابور سأل أصحاب أب عثمان مباذا كان أيمركم شيخكم؟ ف قالوا: كان

احملضة، هال أمركم أيمرن بلتزام الطاعات ورؤية التفسري فيها، ف قال: أمركم بجملوسية بلغيبة عن ها برؤية منشئها وجمريها، وإمنا أراد الواسطي هبذا صبياهنم عن حم

44اإلعجاب ل تعرجياا ف أوطان للتقصري أو جتويزاا لإلخالل بدب من األداب.

“Maqa>m adalah suatu kondisi spiritual yang diupayakan dan

diwujudkan oleh seorang Sa>lik (seorang hamba yang menjalani laku

spiritual tertentu) dalam suatu nilai etika tertentu. Hal tersebut didapatkan dengan melalui serangkaian muja>hadah yang dilakukan

secara gradual dan dilakukan dengan penuh kesungguhan melawan

berbagai kesulitan dan kepayahan, hingga kemudian sampai lah pada satu maqa>m. Maka setiap orang yang sedang berada dalam suatu

maqa>m tertentu, dia harus menjalaninya dengan baik dan penuh

kesungguhan, sehingga ia hanya menyibukkan diri dengan berbagai riyadlah demi meraih keberhasilan dalam maqa>m tersebut.

Dalam melalui perjalanan maqa>mat ini, seorang salik disyaratkan

agar tidak berpindah-pindah maqa>m selama maqa>m yang sedang dijalani belum sempurna. Gambaran sederhananya, seseorang yang

belum sempurna menjalani maqa>m qana>’ah, maka tidak sah baginya

berpindah menjalani maqa>m tawakkal, barang siapa yang belum menyempurnakan perjalanan maqa>m tawakkal, maka belum

diperkenankan berpindah pada maqa>m parsah, orang yang belum

memenuhi maqa>m taubat dengan baik, maka belum sah menjalani

maqam ina>bah, dan jika belum menyempurnakan perjalanan maqam wara’, maka belum sah berpindah menjalani maqa>m zuhud.

Maqa>m yang dimaksudkan adalah iqa>mah, yaitu suatu upaya

penegakan atau aktualisasi suatu nilai etika spiritual. Maqa>m sama halnya bermakna sebagaimana madkhal yang bermakna idkha>l, dan

makhraj yang bermakna ikhra>j. Oleh karena itu, perpindahan dari satu

maqam ke maqam lainnya dianggap tidak sah jika belum mengalami persaksian terhadap kehadiran Tuhan dalam maqa>m yang sedang

dijalaninya, tujuannya agar bagunan setiap maqa>m yang dilalui

menjadi kokoh berdiri di atas kaidah yang benar. Saya medengar Syaikh Abi Ali ad-Daqqaq berkata “ketika al-Wasit}i masuk ke Naisapur, ia bertanya kepada para pengikut Syaikh Abu

44 Al-Qusyairi>, al-Risa>lah al-Qusyairi>yyah,hlm. 56-57.

Page 41: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

26

Us\man, apa yang diperintahkan guru kalian? Kemudian mereka menjawab, guru kami memerintahkan agar kami berpegang teguh pada ketaatan dan senantiasa melihat kekurangan di dalamnya. Kalau begitu kalian diperintahkan untuk melakukan amalan Majusi. Kenapa tidak memerintahkan kalian untuk melakukan peniadaan diri dari amal ketaatan dan melihat kekurangan di dalamnya. Pada dasarnya, apa yang dikatakan oleh al-Wasit\i kepada para pengikut Abu Us\man agar mereka tidak mengalami ketakjuban pada diri mereka sendiri. Dan agar mereka tidak tenggelam dalam keraguan dan selalu merasa kurang, namu di sisi lain agar mereka tidak mudah berpindah-pindah dari satu etika ke etika lainnya.”

Terdapat istilah-istilah yang populer digunakan di kalangan ahli tasawwuf

dan terkadang tidak dapat difahami oleh kalangan lainnya. Penggunaan istilah-

istilah tersebut hanya mereka yang bisa memahaminya. Hal itu memang disengaja.

Di samping bertujuan untuk selalu mendalami makna dari istilah tersebut, juga

sebagai ungkapan yang tetap tersamarkan bagi orang lain.45 Pendapat lain

mengatakan bahwa, ungkapan atau istilah yang terdapat di kalangan ahli tasawwuf

muncul karena beberapa faktor. Di antaranya, ketika mereka berbicara tentang

kondisi hati atau kondisi kejiwaan yang sedang mereka rasakan, mereka sering tidak

menemukan ungkapan yang sesuai untuk menggambarkan apa yang sedang mereka

alami. Dzauqiyyah, perasaan tertentu yang datang secara tiba-tiba, tidak sempat

untuk mereka carikan perumpamaan sebagai materi untuk memberinya nama.46

Di antara sekian banyak istilah yang berlaku di kalangan ahli tasawwuf,

maqam adalah salah satu istilah penting dan menjadi kunci untuk memahami

istilah-istilah lainnya. Dalam bahasa arab, maqam memiliki beberapa makna,

tempat, kedudukan, posisi, pangkat dan derajat. Maqam sendiri merupakan bentuk

45Ibid. hlm. 53. 46 Ibid.

Page 42: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

27

tunggal dari lafadz maqa>mat sebagai bentuk jama’nya. Dalam pengertian ahli

tasawwuf, maqam adalah suatu derajat atau kedudukan yang diraih atau sedang

dijalani oleh seorang hamba di sisi Allah swt. untuk mendapatkan maqam tertentu,

seorang hamba harus melakukan berbagai macam upaya, membuktikan keinginan-

keinginannya dengan usaha yang keras dan sungguh-sungguh hingga kemudian

dapat menduduki suatu maqam tertentu. dan untuk mendapatkan maqam tersebut,

haruslah pula disertai dengan riyadlah, olah jiwa dengan banyak ibadah kepada

Allah swt.

Dalam proses menjalani maqa>ma>t ini, seorang Sa>lik atau pun hamba, tidak

diperkenankan berpindah dari satu maqa>m ke maqa>m lainnya selama belum

memenuhi dan menyempurnakan laku (proses) pada maqa>m yang sedang dijalani.

Hal ini merupakan sebuah tindakan yang akan menghambat bahkan membatalkan

proses perjalanan meniti maqa>m yang sedang berlangsung lantaran dianggap sebagai

Sa>lik atau hamba yang tidak memiliki sifat qana>’ah. Dan barang siapa yang tidak

memiliki sifat qana>’ah, maka ia juga tidak memiliki sifat tawakkal, sedangkan jika

tidak memiliki sifat tawakkal, maka ia tidak sah untuk menjalani maqa>m lainnya

yaitu tasli>m, memasrahkan diri sepenuhnya kepada kehendak Tuhan. Analogi

lainnya berbunyi, barang siapa yang tidak bertaubat dengan benar dan penuh

kesungguhan, maka tidak sah baginya ina>bah dan barang siapa yang tidak wara’

maka tidak sah baginya zuhud.47

Secara etimologis, maqa>m adalah semakna dengan iqa>mah yang berarti

bertempat tinggal, sebagaimana madkhal yang semakna dengan idkha>l yang berarti

47 Ibid. hlm. 56.

Page 43: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

28

pintu masuk dan juga sama dengan makhraj yang semakna dengan ikhra>j yang

berarti jalan keluar. Ketika seseorang sedang berada dalam suatu maqa>m tertentu,

maka tolak ukur keberhasilannya adalah penyaksian Tuhan atas keberadaannya

menjalani maqa>m tersebut. hal itu menjadi syarat penting agar penitian setiap

maqa>m berada dalam kondisi yang sempurna.48

Dalam penjelasannya mengenai beberapa maqa>m, al-Qusyairi>

membandingkannya agar mudah untuk difahami perbedaannya. Contohnya ketika

menjelaskan tentang pengertian syari>’at dan haqi>qat. Menurutnya, syari’at

merupakan suatu perintah untuk melakukan peribadatan (penghambaan), sedangkan

haqi>qat adalah persaksian tentang ketuhanan. Namun meski keduanya memiliki

perbedaan, menurut al-Qusyairi, keduanya tidak bisa dipisahkan. Kerena, syari>’at

tanpa ditopang oleh haqi>qat maka tidak dapat diterima. Begitu pula haqi>qat tanpa

disertai penguatan syari>’at maka tujuannya tidak akan diperoleh. Dalam tataran

praksis, syari’at datang sebagai sebuah takli>f, perintah yang wajib dilakukan oleh

hamba, sedangkan haqiqat merupakan pengetahuan tentang pelaksanaan kuasa

Tuhan. Dalam tatanan syari>’at, manusia hanya berkewajiban melaksanakan perintah

beribadah saja. Berbeda dengan tatanan haqi>qah, pada tahap ini, seorang hamba

harus berupaya agar dalam penghambaannya, ia dapat menyaksikan eksistensi

Tuhan.49

Ini lah perbedaan maqa>m yang dimaksudkan oleh al-Qusyairi> dalam konsep

maqa>matnya. Maqa>m ini menjadi menarik untuk dijadikan kerangka teori, untuk

mendapatkan pandangan yang sintesis antara kedau karya al-Qusyairi, ar-Risa>lah al-

48Ibid. hlm. 57. 49Ibid.

Page 44: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

29

Qusyairiyah dan Lat}a>’if al-Isya>ra>t. Dengan kerangka ini, maka diharapkan

pandangan yang otentik dari sosok al-Qusyairi mengenai tafsir al-Qur’an dapat

digali dan difahami serta diteoritisasikan secara baik.

F. Metode Penelitian

Akurasi hasil suatu penelitian sebagian ditentukan oleh kesesuaian metode

yang digunakan. Dalam penelitian ini, penggunaan metode yang diaplikasikan dapat

diuraikan sebagai berikut;

1. Jenis Penelitian dan Sumber Data

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kualitatif, yaitu

penelitian yang dilakukan dengan cara menggali data-data tertulis baik berupa

buku, jurnal, ensiklopedi, dan sumber rujukan-rujukan lainnya yang dianggap

sesuai. Sumber data rimer penelitian ini adalah tafsir lat{a>if al-is{a>ra>t karya al-

Qusyairi> dan karya-karyanya yg lain. Dan karena penelitian ini adalah

penelitian tokoh, maka semua data karya tokoh menjadi sumber primer dan kitab

tafsirnya menjadi smber yang paling primer karena menjadi pusat data penelitian

tesis ini. adapun sumber sekunder adalah semua buku, jurnal atau lainnya yang

berkaitan dengan obyek penelitian tesis ini baik yang objek formal maupun

obyek material.

2. Metode dan Pendekatan

Berkenaan dengan data, metode yang digunakan adalah analisis-

deskriftif. Sedangkan pendekatan yang akan digunakan adalah pendekatan

hermeneutis. Pendekatan ini digunakan untuk menganalisis, memetakan serta

Page 45: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

30

merumuskan teori pemaknaan al-Qur’an al-Qusyairi> dalam kitabnya lat}a>if al-

isya>rah.

3. Langkah penelitian:

Dalam melakukan penelitian, ada beberapa langkah penelitian yang akan

ditempuh: (1) Mengidentifikasi dan menginventarisir ayat- ayat yang diberi

makna bertingkat oleh al-Qusyairi>. (2) Mengkaji secara mendalam data-data

mengenai tingkatan makna beserta tafsir ayat yang berkenaan dengan tingkatan

makna tersebut. (3) Setelah mengkaji, kemudian dipetakan secara urut, serta

beberapa hal yang berkaitan dengan pemetaan tersebut akan dikaji secara

mendalam. dan yang ke (4) Menyimpulkan dan memberikan alur yang baik dari

tingkatan makna yang ditawarkan oleh al-Qusyairi>. Pada kesimpulan inilah

merupakan hasil perumusan dan penelitian mendalam dari penulis.

G. Sistematika Pembahasan

Pembahasan tesis ini akan dibagi dalam lima bab bahasan. Bab pertama

berisikan pendahuluan penelitian. Sebagaimana penelitian literatur pada umumnya,

pada bab ini akan membahas bagian-bagian pendahuluan penelitian, meliputi: latar

belakang penelitian, rumusan masalah, kerangka teoritis penelitian dan lain-lain.

Bab kedua, pembahasan tentang tokoh yang karyanya menjadi objek penelitian ini,

al-Imam al-Qusyairi>. Dalam bab ini, analisis historis-sosiologis tokoh menjadi poin

dan fokus narasi kesejarahan tokoh. Selain itu, Dan dalam bab ini pula, akan dibahas

tetang kitab Lat}a>if al-Isyarah dengan pola pembahasan kitab tafsir (mabahis fi

kutub at-tafsir), yang termuat dalam karya al-Zahabi, al-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n.

Gambaran kitab tafsir ini diperlukan dalam mengungkap gambaran secara holistik

Page 46: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

31

kitab tasir Lat}a>if al-Isya>ra>t, dan posisinya dalam sejarah penafsiran al-Qur’an. Bab

ketiga, akan membahas tentang pemaknaan al-Qur’an. Pembahasan tentang tema ini

akan dimulai dengan kekayaan makna al-Qur’an, kemudian akan diarahkan pada

penafsiran al-Qur’an oleh kalangan sufi dan secara spesifik membahas al-Qusyairi.

Sedangkan, bab keempat akan membahas Teoritisasi pemaknaan al-Qur’an oleh al-

Qusyairi. Dan dalam bab ini, penulis juga akan melakukan teoritisasi dan rumusan

hermeneutis dari pola pemaknaan al-Qursyairi terhadap ayat al-Qur’an. Terakhir,

bab kelima berisi kesimpulan dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya dan saran-

saran untuk penelitian berikutnya sebagai tindak lanjut dari penelitian ini.

Page 47: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

147

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemikiran mengenai pemaknaan al-Qur’an di masa klasik menempati

posisi yang signifikan dalam melahirkan pandangan konroversi mengenai status

tafsir sufi dalam sejarah. Pertengkaran dan pertikaian yang sering terjadi,

melahirkan pandangan yang berseberangan hingga muncul tokoh yang mencoba

mengkompromikan keberagaman jenis penafsiran, penakwilan serta pemaknaan

ayat al-Qur’a. Dalam hal inilah al-Qusyairi> bermaksud memberikan argumentasi

untuk menjawah tuduhan bahwa praktek tasawwuf yang diterapkan oleh

kalangan sufi tidaklah menyimpang dan tidak mendasarkan diri kepada al-Qur’an

dan al-Hadits, sebagaimana yang juga telah dituduhkan kepada kalangan

ba>tiniyyah. Al-Qusyairi> adalah salah satu ulama yang dengan lantang

membantah tuduhan bahwa kalangan sufi berlepas dari syariat.

Dari kajian mengenai pemaknaan ayat al-Qur’an dalam pandangan al-

Qusyairi, tesis ini memberikan kesimpulan yang bisa ditarik pada tiga haluan

besar:

a. Kitab Lat}a>’if al-Isya>ra>t memiliki sejarah penulisan dalam menjawab

(meng-counter) tuduhan penyimpangan oleh kaum sufi sebagaimana

dituduhkan oleh kelompok Mu’tazilah. Al-Qusyairi> menggaris-

bawahii bahwa, kalangan ulama tasawwuf, mengambil dasar ilmunya

dari al-Qur’an dan al-Hadits, karena mereka sadar betul bahwa

hakikat tidak dapat dipisahkan dari syari’at.

Page 48: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

148

Al-Qusyairi> menegaskan bahwa tidak ada penyimpangan

dalam manhaj tasawwuf yang ditempuh oleh kaum sufi. Tuduhan

bahwa mereka meninggalkan amal-amal syariat adalah tidak benar.

Dan untuk meluruskan tuduhan-tuduhan penyimpangan yang

dialamatkan kepada kalangan sufi, al-Qusyairi> menulis beberapa karya

ilmiah. Beberapa di antaranya adalah al-Risa>lah al-Qusyairyyah dan

Tafsir Latha>’if al-Isyarat. Dalam mukaddimah al-Risa>lah al-

Qusyairi>yyah, al-Qusyairi> kembali menegaskan bahwa, ahli tasawwuf

adalah orang-orang yang mengikuti manhaj al-Qur’an dan al-Hadits,

tidak sedikit pun terdapat penyimpangan di dalamnya, mereka adalah

orang-orang yang mengikuti jalan salaf al-sha>lih dalam keimanan,

akidah dan cara ibadahnya. Oleh karena itu, kehadiran karya tafsir al-

Qusyairi tersebut diklaim sebagai alternatif atas kekacauan tafsir al-

Qur’an di kalangan para tokoh yang mengklaim pemahaman mereka

sebagai madzhab tasawwuf.

b. Pandangan al-Qusyairi mengenai penafsiran dan pemaknaan al-Qur’an

adalah dengan melihat hakikat al-Qur’an, sebagaimana pandangan

sufi pada umumnya. Bagi al-Qusyairi, makna-makna yang terdapat

dalam kalam Tuhan tidak terbilang, karena kalam Tuhan tidak

memiliki batasan. Pernyataan tersebut didasari oleh kesadaran yang

sangat mendalam dan kejujuran tentang keterbatasan kemampuan

yang dimiliki oleh manusia. Ragam pemaknaan yang diberikan oleh

Page 49: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

149

al-Qusyairi terhadap tema-tema tertentu, menyiratkan pula terhadap

keluasan batin dan tingkatan spiritualitasnya.

Dalam memaknai al-Qur’an, al-Qusyairi berusaha

menggabungkan dan memadu-padankan antara ilmu hakikat dan

syari’at. Ini adalah hal yang sangat penting dalam tafsir ini, karena

keduanya sangat erat dan saling menguatkan. Tujuan yang paling

mendasar dari teori al-qusyairi ini adalah, menolak segala bentuk

pemahaman dan pendapat yang bertentangan jauh dari syari’at

maupun hakikat. Setiap ilmu atau pemahaman syariat yang tidak

dikokohkan dengan pengetahuan tentang hakikat, maka akan

kesulitan untuk dapat diterima. Sebaliknya, ilmu hakikat yang tidak

didasarkan dan diikat dengan ilmu syariat, maka tidak akan

menghasilkan suatu apa pun. Dalam keyakinan al-Qusyairi, setiap

ayat dalam al-Qur’an memiliki kekayaan makna. Bukan hanya makna

literar kebahasaan saja, melainkan terdapat makna-makna isyarat

yang sangat lembut dan dalam, dan hanya orang-orang yang

dibukakan mata hatinya (mukasyafah) yang dapat menemukan makna

itu.

c. Dalam kitab Lat}a>’if al-Isya>ra>t, Al-Qusyairi telah mengisyaratkan

beberapa hal kaitannya dengan pemaknaan al-Qur’an, diantaranya

adanya tingkayan makna dalam setiap ayat al-Qur’an. Pandangan ini

dapat dipolakan menjadi dua: (1) bahwa dalam memahami kandungan

al-Qur’an terdapat tiga level makna sesuai dengan tingkatan maqam

Page 50: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

150

dalam konsep tasawwuf; irfani bagi kalangan aulia, burhani bagi

kalangan salik, dan bayani sekaligus mukjizat bagi Rasulullah saw. (2)

secara tersirat, al-Qusyairi juga memberikan arahan bahwa, makna-

makna yang terkandung dalam setiap lafadz, akan berbeda dalam

pandangan masing-masing orang sesuai dengan kelasnya.

Pemaknaan yang bertingkat dan variatif sebagaimana

ditawarkan oleh al-Qusyairi dapat dikatakan sebagai bentuk

pembuktian atas keyakinannya bahwa al-Qur’an memiliki makna tak

terhitung. Selain itu, tingkatan makna tersebut terpengaruh oleh

konsep maqamat yang digagasnya dalam ilmu tasawwuf. Penjelasan,

narasi dan contoh diatas menjadi penguat bahwa dalam tradisi sufi,

tafsir al-Qur’an atau lebih tepatnya pemaknaan al-Qur’an memiliki

tempat yang khas, maqam yang lain dibandingkan dengan tafsir al-

Qur’an jenis lainnya.

B. Saran-saran

Tesis ini tentu penulis harapkan dapat memberikan sumbangsih kegunaan

akademik, antara lain:

a. Pertama, metode dan teknik pemaknaan ayat al-Qur’an yang dilakukan

oleh para penafsir klasik sebenarnya banyak variasinya yang perlu

diungkap. Secara teoretik dan metodologis mereka belum

mengungkapkan jenis maupun macamnya, tetapi secara praktis para

penafsir telah membuat pola-pola yang dapat diamati sesuai dengan

metode yang banyak dikembangkan sekarang ini. Dengan demikian,

Page 51: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

151

maka dalam kitab lat}a>’if al-isya>ra>t – sebagai contoh kecil-, perlu

diadakan identifikasi secara metodologis, terutama yang terkait dengan

penggunaan metode dan teknik analisis pemaknaan ayat dikalangan

sufi. Tesis ini sudah mencoba menyentuh kearah tersebut.

b. Memberikan sumbangan secara teoretik terhadap kajian metodologis

Ilmu Tafsir dan Ilmu al-Qur'an. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya

untuk memberikan sumbangan -bahkan- mengisi kekosongan

metodologis terhadap pola pemaknaan ayat al-Qur'an yang selama ini

masih jarang disentuh.

c. Memberikan masukan sesuai dengan ancangan teoretik terhadap

pengembangan metodologis pemaknaan sufi untuk dapat

dipertimbangkan sebagai sebuah metode yang layak dipakai dalam

membumikan –atau dalam maksud umum memahami- ayat-ayat al-

Qur’an. Walla>hu A’lam . . .

Page 52: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

DAFTAR PUSTAKA

al-‘Akd, Kha>lid Abd al-Rah}ma>n. Us}u>l al-Tafsi>r wa Qawa>’iduh. t.t: Da>r al-Nafa>is,

1986.

al-Bukhari, Muh}ammad bin Isma>il bin Ibra>himS}ah}i>h al-Bukha>ri. Beirut: Da>r al-

Kutub al-Ilmiyyah, 2013.

al-Ghazali, Abu> H{amid Muh{ammad bin Muh{ammad. Ihya’ ‘Ulu>m al-Din, (Beirut:

Dar Ibn Hazm, 2006), hlm. 277.

al-Ja>biri>, Muh}ammad ‘A>bid. Binyah al-Aql al-Arabi>. Mesir: Markaz Dira>sat al-

Wahdah al-Arabiyyah, 2009.

al-Juwayni, Mus}t}afa>. Mana>hij fi> at-Tafsi>r. Iskandariyah: al-Ma’a>rif, t.th.

al-Mubarakfury, S{afiyurrahmah. al-Rahi>q al-Makhtu>m. Mesir: Dar al-Wava, 2010.

al-Nadwi, Abu> al-H{asan ‘Ali al-H{asan. Sirah Nabawiyah Sejarah Lengkap Nabi Muhammad. Yogyakarta: Darul Manar, 2012.

al-Qardlawy, Yusuf. Kaifa Nata’ammal Ma’a al-Qur’a>n al ‘Az}i>m. Kairo: Da>r al-

Syuru>q, 2000.

al-Qattan, Manna’ Khalil. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. Jakarta: Litera antar Nusa-

Halim Jaya 2007.

al-Qurtuby, Abu ‘Amr Yu>suf bin ‘Abdilla>h al-Na>miri>. al-Intiqa>’ fi> Fad}a>’il al-S|alati al-Aimmati al-Fuqaha>’, Ma>lik wa al-Sya>fi’I wa Abi> H}ani>fah. Beirut: Da>r al-

Kutub al-Ilmiyyah, tt.

Al-Qusyairi>, Abdul Kari>m bin H{awa>zin. Lat}a>’if al-Isya>ra>t. t.t: Da>r al-Khair, t.th Jilid

I,II dan III.

al-Qusyairi>, Abdul Kari>m bin H{awa>zin. al-Risa>lah al-Qusyairi>yyah. t.t, Da>r al-

Kheir, t.th.

al-Ru>mi, Fah}d bin ‘Abd al-Rah}ma>n bin Sulayman. Buhu>s\ fi> Us}u>l al-Tafsi>r wa Mana>hijuh. Riya>d}: Maktabah al-Taubah,t.t.

‘Ali, Mahmu<d al-Nuqrasyi al-Sayyid. Mana>hij al-Mufassiri>n, t.t: Maktabah an-

Nahd}ah, 1986

Page 53: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

az\-Z|ah}abi>, Muh}ammad H{useyn. at-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n. t.t. Maktabah Mus’ab

bin Umar al-Islamiyyah, 2004. Jilid I

az-Z|ahabi, Muh}ammad bin Ah}mad bin ‘Us \ma>n bin Qaima>z Ta>rikh al-Isla>m wa Wa>fiya>t al-Masya>hir wa al-A’la>m. t.t: Da>r al-Gharb al-Isla>mi, 2003. Jilid

X.

az-Zahabi, Syamsu ad-Di>n Muh}ammad bin Ah}mad bin ‘Us \man. Siya>r A’lam an-Nubala>’. Libanon: Muassasah al-Risa>lah, 1990. Jilid XVIII.

az-Zarkasyi>, Badruddi>n Abi> ‘Abdilla>h Muh{ammad bin Baha>dir bin ‘Abdilla>h. al-Burha>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n. Beirut: Da>r al-Kutu>b al-‘Ilmiyyah, 20011. Jilid

1

al-Syaibāni, Ahmad bin Hanbal. Masnad Ahmad bin Hanbal. Kairo: Muassasah

Cordoba, tt.) Jilid VI.

al-Syaibāni, Ahmad bin Hanbal. Fad}a>il al-S}ah}a>bah. Beirut: Muassasah al-Risalah,

1983. Jilid II

as-Suyut}i, Jala>luddi>n Abd ar-Rah}ma>n. Al-Itqa>n Fī ‘Ulūm al-Qur’ān. Beirut: Da>r al-

Fikr, 2008.

as-S}a>buni, Muh}ammad ‘Ali.> al-Tibya>n fi>>' ‘Ulu>m Al-Qur’a>n. Jakarta: Pustaka Amani,

2001.

at-Tustari>, Sah}l bin ‘Abdulla>h Tafsi>r al-Tustari>. Lebanon: Da>r al-Kutub al-Ilmiyyah,

2007.

Dosen Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, Studi Kitab Tafsir. Yogyakarta: Teras, 2004.

Isa, Abd al-Qa>dir. Haqa>’iq an al-Tasawwuf. Syiria: Aleppo, 1961.

Itr, Nur al-Din. ‘Ulu>m al-Qur’a>n. Damaskus: Mat}ba’ah al-Shabbah, 1996.

Izzan, Ahmad. Metodologi Tafsir. Bandung:Tafakkur, 2009.

Kaelan, ‚Kajian Makna al-Qur’an (Suatu Pendekatan Analitika Bahasa)‛ Sahiron

Syamsudin (ed.). Hermeneutika al-Quran Mazhab Yogya. Yogyakarta:

Islamika, 2003.

Page 54: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

Katsir, Abu al-Fida’ Ismail bin Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Adzi >m. Beirut: Dar al-Kutub al-

Ilmiah, 2012. Jilid I

Keeler, Annabel. Tafsir Sufistik Sebagai Cermin; Al-Qusyairi> Sang Mursyid dalam karyanya Latha’if al Isyarat, diterjemahkan oleh Eva F. Amrullah dan

Faried F. Saenong dari Journal of Qur’anic Studies 8:1 (2006).

Latif, Hilman. ‚Kritisisme Tekstual dan Relasi Intertekstualitas Dalam Interpretasi

Teks al-Qur’an‛, dalam Muzairi, ‚Hermeneutika Dalam Pemikiran Islam‛

dalam Sahiron Syamsudin (ed.). Hermeneutika al-Quran Mazhab Yogya. Yogyakarta: Islamika, 2003.

Mahmud, Mani’ Abd al-H}ali>m. Mana>hij al-Mufassiri>n. Kairo: Da>r al-Kitab al-

Mishry, 1978.

Matsna, Moh. Orientasi Semantik al-Zamakhsyari: Kajian Makna Ayat-ayat Kalam. Jakarta: Anglo Media, 2006.

Muslim, Mus}t}afa> Maba>hits fi> I’ja>z al-Qur’a>n. Riya>d: Da>r al-Muslim, 1997.

Muzairi, ‚Hermeneutika Dalam Pemikiran Islam‛ dalam Sahiron Syamsudin (ed.).

Hermeneutika al-Quran Mazhab Yogya.Yogyakarta: Islamika, 2003.

Sahiron Syamsudin (ed.). Hermeneutika al-Quran Mazhab Yogya,. Yogyakarta:

Islamika, 2003.

Setiawan, M. Nur Kholis. Pemikiran Progresif Dalam Kajian al-Qur’an. Jakarta:

Kencana, 2008.

Setiawan, M. Nur Kholis. Al-Qur’an Kitab Sastra Terbesar. Yogyakarta: Elsaq

Press, 2006.

Shihab, M. Quraish. Membumikan al-Qur’an. Bandung: Mizan, 1999.

Sholeh‚ A. Khudori. ‚M. Abid Al-Jabiri: Model Epitemologi Islam‛, dalam A.

Khudori Sholeh (Ed.), Pemikiran Islam Kontemporer. Yogyakarta. Jendela,

2003.

Sugiyono, Sugeng. Lisan dan Kalam: Kajian Semantik al-Qur’an. Yogyakarta: Suka

Press, 2009.

Page 55: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

Sunarwoto, ‚Nas}r H{a>mid Abu> Zayd dan Rekonstruksi Studi-studi al-Qur’an‛, dalam

Sahiron Syamsudin (ed.). Hermeneutika al-Quran Mazhab Yogya. Yogyakarta: Islamika, 2003.

Wathani, Syamsul. ‚Tradisi Akademik Dalam Halaqah Tafsi>r (Melihat Orientasi

Semantik al-Qur’an Klasik Dalam Diskursus Hermeneutik)‛, makalah

disampaikan dalam Seminar Nasional dan Call for Papers Fakultas

Ushuluddin, Adab dan Humaniora (FUAH) IAIN Purwokerto, tema ‚Trend Kajian Ilmu al-Qur’an dan Tafsir Di Indonesia‛, di Lantai 4 Gedung

rektorat IAIN Purwokerto tanggal 28 April 2016

Wathani, Syamsul ‚Konstruksi Ta’wil al-Qur’an Ibn Qutaybah: Telaah

Hermeneutis-Epistemologis‛ Tesis Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga,

2016.

Wijaya, Aksin. Teori Interpetasi Ibn Rusyd; Kritik Ideologis-Hermeneutis.

Yogyakarta. LkiS, 2009.

Page 56: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

CURRICULUM VITAE

A. DATA DIRI

Nama : Tajul Muluk, S.Ud.

Alamat : Tegal Lempuyangan DN III, No. 92, Bausasran,

Danurejan, Yogyakarta

Tempat & Tgl. Lahir : Bangkalan, 15 Juli 1982

Status perkawinan : Kawin

Istri : Khairiah Ilmiati, Amd.Par.

Anak : 1. Hana Raneea AM., 2. Haazima Raqeeha Azizah

Nomor Hp. : 081 3333 11 549/0856 3265 999

Alamat Email : [email protected]

B. LATAR BELAKANG PENDIDIKAN

1. Formal

a. Strata Satu (S1) Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al Fithrah, Jur.

Ushuluddin, Program Studi Tafsir Hadits, Tahun Masuk 2008 dan

Lulus 2012.

b. Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah, Lulus Th.

2005/2006.

c. Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah, Lulus

Th. 2002/2003.

d. Madrasah Ibtida’iyah Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah, Lulus

Th. 1999/2000.

e. Sekolah Dasar Negeri Sadah 02, Lulus Th. 1994.

2. Non-Formal

a. Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah, 1999-2012.

b. Kursus Bahasa Arab di Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah.

Page 57: Pemaknaan al-Qur’an Dalam Perspektif Al-Imam Al …digilib.uin-suka.ac.id/23088/1/1320510061_BAB-I_IV-atau...Yang bertanda tangan di Nama NIM Jurusan/Konsentrasi Alamat Rumah Telp/Hp

C. PENGALAMAN MENGAJAR

1. Madrasah Aliyah Al Fithrah Tahun 2006-2012.

2. Madrasah Tsanawiyah Al Fithrah tahun 2006-2009.

3. Madrasah Ibtidaiyah Al Fithrah Tahun 2006-2007.

4. Ektrakurikuler Bahasa Arab Tahun 2008-2012.

D. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Sekretaris Thoriqoh Al-Qodiriyah wan Naqsyabandiyyah Al-

‘Utsmaniyyah, Tahun 2006-2009.

2. Kepala Departemen Pendidikan Ekstrakurikuler Pondok Pesantren

Assalafi Al Fithrah, Tahun 2009-2012.

3. Koordinator Jam’iyyah Thoriqoh Al-Qodiriyah wan-Naqsyabandiyyah

Al-‘Utsmaniyyah, Wil. D.I. Yogyakarta. Tahun 2012-2016.

4. Penasehat Jama’ah AL-KHIDMAH Kota Yogyakarta, Th. 2013-

Sekarang.

E. KARYA TULIS

1. Kemuliaan Manusia Dalam Perspektif al-Quran, (skripsi) Tahun 2012.

2. Relevansi Penerapan tuntunan Al Quran dalam Organisasi, Buletin Al-

Fithrah edisi 20.

3. Ringkasan Tuntunan Fiqh Wanita (Haidl), Madrasah Tsanawiyah Al-

Fithrah, 2010.

4. Terjemah Al-Maqshad Al-Asna Syarah Al-Asma Al-Husna, Karya Al-

Ghazali, Madrasah Aliyah Al-Fithrah, Tahun 2012.