PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN...

103
PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN EFEKTIFITASNYA TERHADAP PENGELOLAAN WAKAF DI YAYASAN AL-MUFLIHUN JETIS KELURAHAN SIDOREJO LOR KECAMATAN SIDOREJO KOTA SALATIGA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam Oleh : N U R O H M A T NIM. 21208006 JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSIYYAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015

Transcript of PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN...

Page 1: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

i

PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN

EFEKTIFITASNYA TERHADAP PENGELOLAAN WAKAF

DI YAYASAN AL-MUFLIHUN JETIS KELURAHAN

SIDOREJO LOR KECAMATAN SIDOREJO

KOTA SALATIGA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh :N U R O H M A TNIM. 21208006

JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSIYYAHFAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)SALATIGA

2015

Page 2: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

ii

Page 3: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

iii

Page 4: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

iv

Page 5: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

v

MOTTO

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,

dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.

Dan bertakwalah kamu kepada Allah,

sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya

(QS. Al – Maidah : 2)

Page 6: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

vi

PERSEMBAHAN

Dengan Ketulusan Hati Dan Cinta Kasih Yang Suci Kupersembahkan

Karyaku Ini Untuk Orang-Orang Yang Senantiasa Mewarnai Hari-Hariku

Di Sepanjang Perjalanan Hidupku

Ya Allah Terimakasih Engkau telah hadirkan orang-orang disekelilingku

yang senantiasa memberikan cinta, kasih sayang, perhatian tulus,

dukungan, nasehat yang tiada henti, kepadanyalah kupersembahkan

karyaku ini. Teriring doa semoga kebaikannya Engkau balas dengan

kebaikan yang berlimpah. Amiiiin.

Ayahanda dan Ibunda Tercinta yang selalu

memancarkan kasihnya, mendidikku, mengasihiku, membimbingku dengan

setulus hati.

Istriku tercinta yang selalu mendampingiku, memberi motivasi dan dorongan

dalam segala hal

Sahabat-sahabatku yang selama ini selalu mengingatkanku dan

membantuku dalam segala hal. Terimakasih telah memberikan Semangat,

Keceriaan, Kebahagiaan & Pengalaman kalian Kenangan Terindah

dalam Hidupku

Page 7: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam pencipta langit dan

bumi beserta isinya yang telah memberikan segala rahmat, taufik dan hidayah-

Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada pemimpin umat dan

penutup para Rasul, Muhammad SAW yang telah membimbing dan mendidik

manusia dari masa kegelapan menuju masa yang sangat terang benderang dengan

syariatnya yang lurus.

Skripsi yang berjudul “Pemahaman Nadzir Tentang Perwakafan Dan

Efektifitasnya Terhadap Pengelolaan Wakaf di Yayasan Al-Muflihun Jetis

Kelurahan Sidorejo lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga ini, diajukan untuk

memperoleh gelar Sarjana dalam Hukum Islam pada Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Salatiga.

Dalam skripsi ini, penulis akan memaparkan bagaimana pemahaman

Nadzir Yayasan Al-Muflihun Jetis Kelurahan Sidorejo lor Kecamatan Sidorejo

Kota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta

wakaf yang ada di Yayasan Al-Muflihun Jetis Kelurahan Sidorejo lor

Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga dan apakah pemahaman Nadzir tersebut

turut mempengaruhi efektifitas pengelolaan harta wakaf di Yayasan Al-

Muflihun jetis Kelurahan Sidorejo lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Pada

kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Yang terhormat Rektor IAIN Salatiga Dr. Rahmat Hariyadi M.Pd.

2. Yang terhormat Dra. Siti Zumrotun M.Ag selaku Dosen Pembimbing yang

telah berkenan meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis

dalam penulisan skripsi ini.

3. Yang terhormat Munajat Ph.D yang telah berkenan meluangkan waktu dan

pikiran untuk memberi masukan dan nasehat kepada penulis.

Page 8: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

viii

4. Yang terhormat HM. Indi Sugandi, Rochmad Wibowo S.Kom, Darmadi

S.Pd selaku pengurus yayasan Al-Muflihun yang telah berkenan

meluangkan waktu untuk memberikan informasi dalam penulisan skripsi

ini.

5. Ayah dan Ibuku tercinta yang telah mengasuh, mendidik, membimbing

serta memotivasi kepada penulis, baik moral maupun spiritual.

6. Istriku tercinta dan tersayang yang senantiasa mendampingiku, memberi

motivasi dan semangat kepada penulis.

7. Pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan

skripsi ini dan teman-teman seperjuangan yang tidak tersebut namanya

satu persatu.

Semoga segala amal yang telah diperbuat akan menjadi amal saleh,

yang akan mendaptakan pahala yang setimpal dari Allah SWT, kelak

dikemudian hari.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat. Amin,

Amin, Ya Rabbal ‘Alamin.

Salatiga, 07 September 2015

Penulis

N U R O H M A TNIM : 212 08 006

Page 9: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

ix

ABSTRAK

Nurohmat . 2015. Pemahaman Nadzir Tentang Perwakafan Dan EfektifitasnyaTerhadap Pengelolaan Wakaf di Yayasan Al-Muflihun JetisKelurahan Sidorejo Lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga.Skripsi. Jurusan Ahwal Al-Syakhsiyyah. Fakultas Syari’ah. InstitutAgama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Kata kunci: Pemahaman, Nadzir dan Efektifitas Pengelolaan Wakaf

Penelitian ini membahas tentang Pemahaman Nadzir Tentang PerwakafanDan Efektifitasnya Terhadap Pengelolaan wakaf di Yayasan Al-Muflihun JetisKelurahan Sidorejo lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Rumusan masalahyang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana pemahaman Nadzir diyayasan Al-Muflihun Jetis Kelurahan Sidorejo Lor Kecamatan SidorejoKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan hartawakaf yang ada di Yayasan Al-Muflihun Jetis Kelurahan Sidorejo lorKecamatan Sidorejo Kota Salatiga dan apakah pemahaman Nadzir tersebutturut mempengaruhi efektifitas pengelolaan harta wakaf di Yayasan Al-Muflihun Jetis Kelurahan Sidorejo lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga.

Sesuai dengan pendekatan kualitatif, maka kehadiran peneliti di lapangansangat penting sekali mengingat peneliti bertindak langsung sebagai pengumpuldata dari hasil observasi dalam penelitian. Data yang berbentuk kata-kata diambildari para informan/responden pada waktu mereka diwawancarai. Dengan kata laindata-data tersebut berupa keterangan dari para informan, sedangkan datatambahan berupa dokumen. Keseluruhan data tersebut selain wawancara diperolehdari observasi dan dokumentasi. Analisa data dilakukan dengan cara menelaahdata yang ada, lalu mengadakan reduksi data, penyajian data, dan tahap akhirmenganalisa data sehingga dapat ditarik kesimpulan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemahaman para Nadzir diYayasan Al-Muflihun paham tentang hukum perwakafan dan jika dilihat dari segiproduktifitas dalam hal pengelolaan harta wakaf yang berada di Yayasan Al-Muflihun maka penulis mendapatkan kesimpulan bahwa pemahaman nadzirtentang hukum wakaf mempengaruhi tingkat produktifitas pada Yayasan Al-Muflihun sehingga dapat dikatakan sudah efektif dalam mengelola harta wakaftersebut.

Page 10: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................................

HALAMAN NOTA PEMBIMBING.................................................................

HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN.....................................................

HALAMAN MOTTO ........................................................................................

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................

KATA PENGANTAR .......................................................................................

ABSTRAK ......................................................................................................... x

DAFTAR ISI .....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................

B. Rumusan Masalah .............................................................................

C. Tujuan Penelitian ..............................................................................

D. Manfaat Penelitian ............................................................................

E. Penegasan Istilah ..............................................................................

F. Telaah Pustaka ..................................................................................

G. Metode Penelitian .............................................................................

1. Jenis Penelitian .............................................................................

2. Kehadiran Peneliti ........................................................................

3. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................

4. Sumber Penelitian.........................................................................

5. Teknik Pengumpulan Data ...........................................................

6. Teknik Analisis Data ....................................................................

7. Sistematika Penulisan ...................................................................

i

ii

iii

iv

v

vi

vii

ix

x

1

6

6

6

7

8

11

11

13

13

13

14

16

18

Page 11: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

xi

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Nadzir ..............................................................................

B. Pengertian Wakaf ………………………...…...................................

1. Pengertian Wakaf menurut Fiqih………………………………...

2. Pengertian Wakaf menurut Undang-undang ……………………

3. Pengertian Wakaf menurut Kompilasi Hukum Islam …………..

4. Dasar Hukum Wakaf ………………….………………………..

5. Macam-macam Wakaf ……………………………………….….

6. Rukun dan Syarat Wakaf ………………………………………..

7. Tujuan dan Fungsi Wakaf ………………………………………

C. Pengelolaan Wakaf …………………………………………...........

BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN Al-MUFLIHUN

A. Lokasi Penelitian ……………………..………………….………....

1. Profil Yayasan Al-Muflihun...…………………….…...………...

a. Sejarah Berdirinya Yayasan Al-Muflihun...…….……………

b. Letak Geografis ……………….…………………………...…

2. Visi dan Misi Yayasan Al-Muflihun.……………………............

3. Tujuan Yayasan Al-Muflihun………….………….…….……….

4. Struktur Organisasi …………………………………………..….

5. Tugas dan Wewenang Pengurus Yayasan ....................................

6. Ruang Lingkup dan Program Kerja……..………….…………....

7. Faktor Penghambat dalam pengelolaan dan Pengembangan

Wakaf di Yayasan Al-Muflihun..……………...…………….…..

B. Hasil Penelitian …………………………...……………………......

1. Identifikasi Nadzir dan Pemahaman Nadzir di Yayasan Al-

Muflihun……………………………............................................

2. Pengelolaan Harta Wakaf di Yayasan Al-Muflihun......................

3. Efektifitas Pengelolaan Harta Wakaf di Yayasan Al-Muflihun....

a. Masjid Al-Muflihun…………………………………………..

b. TPA dan PAUD Al-Muflihun………………………………...

20

24

24

27

29

30

34

36

46

47

49

49

49

50

51

52

52

53

56

57

58

58

62

65

65

68

Page 12: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

xii

BAB IV ANALISIS DATA

A. Analisis Penelitian...........................................................................

1. Pemahaman Nadzir di Yayasan Al-Muflihun terhadap Hukum

Perwakafan.................................................................................

2. Pengelolaan Harta Wakaf di Yayasan Al-Muflihun

Salatiga.......................................................................................

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................................

B. Saran.......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN-LAMPIRAN

70

71

72

78

80

Page 13: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk

yang mayoritas agamanya muslim, ini memiliki potensi besar dalam

pemberdayaan ekonomi masyarakat dan pengembangan perekonomian

nasional. Salah satu contoh instrumen yang dapat dimanfaatkan adalah wakaf.

Berwakaf bagi masyarakat Muslim merupakan salah satu tuntunan ajaran

Islam yang menyangkut kehidupan bermasyarakat dalam rangka ibadah

ijtima’iyah (ibadah sosial) melalui harta benda yang dimilikinya, yaitu

dengan melepas harta benda yang dimilikinya untuk kepentingan umum.

Sejak terjadinya krisis multi dimensi dalam kehidupan masyarakat

Indonesia, peranan wakaf menjadi semakin penting sebagai salah satu

instrument untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kesadaran

berwakaf menjadi perekat sosial bangsa Indonesia (Harahap, 2006:1). Karena

itu institusi wakaf dapat dikategorikan sebagai amal jariyah yang pahalanya

tidak pernah putus, wakaf sangat berperan penting dalam pengembangan

kegiatan-kegiatan sosial, ekonomi dan kebudayaan masyarakat seperti telah

banyak memfasilitasi para sarjana dan mahasiswa dengan berbagai sarana dan

prasarana yang memadai untuk melakukan riset dan pendidikan, sehingga

dapat mengurangi ketergantungan dana pada pemerintah.

Page 14: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

2

Wakaf merupakan amalan yang terkandung dalam Islam yang

menghendaki agar harta wakaf itu tidak boleh hanya dipendam tanpa hasil

yang akan dinikmati oleh mauquf ‘alaih. Semakin banyak hasil harta wakaf

yang dapat dinikmati orang, akan semakin besar pula pahala yang akan

mengalir kepada pihak waqif. Berdasarkan hal tersebut, dari sisi hukum fiqih,

pengembangan harta wakaf secara produktif merupakan kewajiban yang

harus dilakukan oleh pengelola (nadzir)( Nasution, 2004:95).

Selain itu wakaf juga merupakan salah satu bentuk kegiatan ibadah

yang sangat dianjurkan untuk dilakukan oleh kaum muslimin, karena wakaf

akan selalu mengalirkan pahala bagi wakif (orang yang mewakafkan)

walaupun orang yang bersangkutan sudah meninggal dunia. Dengan

dianjurkannya wakaf, maka tidak sedikit orang yang mempunyai kelebihan

harta bendanya kemudian menginfestasikan sebagian hartanya tersebut di

jalan Allah melalui wakaf dengan berbagai macam bentuk.

Secara administratif wakaf dikelola oleh nadzir orang atau badan yang

memegang amanat untuk memelihara dan mengurus harta wakaf sebaik-

baiknya sesuai dengan wujud dan tujuannya. Contoh yang paling klasik dari

wakaf adalah tanah yang mana tanah itu atau benda itu tidak boleh dijual atau

dialih tangankan selain untuk kepentingan umat, yang diamanahkan oleh

waqif kepada nadzir waqaf (Ali, 1988:91).

Dengan demikian perwakafan dapat memberikan konstribusi dalam

meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan membantu pemerintah dalam

meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat. Namun

Page 15: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

3

kenyataannya institusi wakaf belum maksimal dalam memberikan konstribusi

terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat. Hal ini disebabkan dari tradisi

masyarakat muslim dalam pengelolaan harta wakaf yang masih bersifat

konsumtif, karena belum optimalnya fungsi harta wakaf dan dalam

pengelolaannya juga belum mengarah kepada pengelolaan yang bersifat

produktif, persepsi dalam memahami dan menafsiri wakaf sebagaimana yang

diharapkan, wakaf masih terikat dan tersekat dengan paham lama yang

hampir mendominasi pemikiran masyarakat muslim di Indonesia. Salah satu

faktor yang menyebabkan pemahaman tersebut adalah adanya hadits yang

menjadi rujukan dalam kegiatan wakaf yang diriwayatkan oleh Tarmizi dan

Muslim. Dalam hadits tersebut, Nabi SAW bersabda:

“Apabila manusia meninggal dunia, maka terhentilah kesempatannyauntuk mendapatkan nilai pahala dari amalannya, kecuali tiga hal, yaitu;sedekah yang mengalirkan pahala terus menerus (wakaf), ilmu yangdiajarkan dan bermanfaat bagi orang lain dan anak yang shaleh yangmendoakan kedua orang tuanya”. (H. R Muslim)( Muslim bin al Hujjaj binMuslim, Juz 3 halaman 73).

Dari rujukan hadits tersebut bahwa wakaf merupakan sedekah yang

pahalanya terus menerus mengalir kepada orang yang berwakaf. Hal ini

berarti benda yang diwakafkan haruslah tahan lama agar pahalanya terus

mengalir. Harta wakaf sebenarnya memiliki kemanfaatan yang banyak dan

lebih dari sekedar sedekah biasa. Namun, kemanfaatan ini belum didapatkan

Page 16: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

4

karena wakaf selama ini masih berada seputar di rumah ibadah, kuburan dan

madrasah. Jika dilihat dari segi keagamaan, semangat ini tentunya baik,

karena wakaf yang ada dimanfaatkan sebagai rumah ibadah dan dapat

meningkatkan keimanan dari masyarakat. Namun, jika dilihat dari sisi

ekonomis, potensi itu masih jauh dari yang diharapkan.

Pengelolaan wakaf secara produktif tidak terlepas dari media yang

digunakan dalam menunaikan wakaf. Demikian juga dengan Undang-undang

No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf, yang mengatur perwakafan baik dari

aspek materi wakaf maupun pengelolaannya, dimana benda wakaf mencakup

benda bergerak dan tidak bergerak, sementara pengelolaannya harus

dilakukan sesuai dengan prinsip syariah secara produktif sesuai dengan

tujuan, fungsi dan peruntukannya. Wakaf benda tidak bergerak seperti

bangunan, tanah dan perkebunan. Sedangkan wakaf benda bergerak antara

lain, buku/kitab, sajadah, kendaraan, dan sebagainya. Salah satu bentuk wakaf

benda bergerak adalah wakaf uang.

Dengan demikian, peluang dikelolanya wakaf secara produktif baik dari

aspek perundang-undangan maupun pemikiran mutakhir sangat

memungkinkan, hal ini mengandung pengertian bahwa wakaf tidak mutlak

harus selama-lamanya artinya wakaf bisa bersifat sementara, wakif

dimungkinkan memiliki hak atas harta wakafnya apabila tenggang waktu

wakaf telah berakhir, harta yang tidak berfungsi lagi ada kemungkinan

ditukar atau dijual untuk dibelikan harta yang lain sebagai penggantinya dan

pengelolaannya harus dilakukan secara produktif yang berarti Nadzir harus

Page 17: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

5

memiliki kemampuan manajerial dan profesionalitas dalam mengelola wakaf.

Jelas bahwa fungsi dan tidak berfungsinya suatu wakaf tergantung dari peran

Nadzir, dimana dia berkewajiban untuk menjaga, mengembangkan dan

melestarikan manfaat dari harta yang diwakafkan bagi orang-orang yang

berhak menerimanya(Depag RI, 1998: 42-43).

Kota Salatiga adalah salah satu kota di wilayah Jawa Tengah yang

terdapat ratusan harta wakaf dan umumnya harta wakaf tersebut berupa tanah.

Sebagian besar tanah tersebut hanya diperuntukkan bagi tempat ibadah,

sekolah serta sarana sosial masyarakat lainnya. Ikrar wakaf umumnya hanya

bersifat lisan tanpa ada bukti tertulis sama sekali. Pelaksanaannyapun hanya

berdasarkan saling percaya dan tahu sama tahu. Artinya pemberi wakaf

mempercayakan sepenuhnya kepada Nadzir mengenai pengelolaannya, begitu

juga pemberitahuan kepada keluarganya hanya secara lisan saja

(http://depagkotasalatiga.wordpress.com, 23 Juni 2009, 7:13 am di akses pada

hari Rabu 15 Agustus 2013 Jam 20:30 WIB).

Hal itu menunjukkan bahwa pengelolaan wakaf produktif belum begitu

memasyarakat di Kota Salatiga. Persoalan yang menarik untuk diteliti adalah

pemahaman Nadzir di kota Salatiga terhadap wakaf masih terikat dan

terpengaruh dengan pemikiran dan pemahaman klasik, disamping terikat

dengan tradisi yang hidup dalam masyarakat. Sementara Undang-undang No.

41 Tahun 2004 tentang wakaf telah mengatur bahwa wakaf tidak hanya dapat

digunakan untuk pembangunan fisik saja. Harta wakaf dapat dikembangkan

sehingga kemanfaatannya justru akan lebih besar untuk kemaslahatan umat.

Page 18: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

6

Atas dasar uraian diatas penulis bermaksud mengadakan penelitian

dengan judul “Pemahaman Nadzir Tentang Perwakafan dan

Efektifitasnya Terhadap Pengelolaan Wakaf di Yayasan Al-Muflihun

Jetis Kelurahan Sidorejo lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan permasalahan yang telah

dikemukakan di atas, maka yang menjadi pokok kajian dalam penelitian ini

adalah:

1. Bagaimana pemahaman Nadzir di Yayasan Al-Muflihun Jetis Kelurahan

Sidorejo lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga terhadap hukum

perwakafan?

2. Bagaimana Pengelolaan harta wakaf yang ada di Yayasan Al-Muflihun

Jetis Kelurahan Sidorejo lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga?

3. Apakah pemahaman Nadzir tersebut turut mempengaruhi efektifitas

pengelolaan harta wakaf di Yayasan Al-Muflihun Jetis Kelurahan Sidorejo

lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk Mengetahui pemahaman Nadzir di Yayasan Al-Muflihun Jetis

Kelurahan Sidorejo lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga terhadap hukum

perwakafan.

2. Untuk mengetahui Pengelolaan harta wakaf yang ada di Yayasan Al-

Muflihun Jetis Kelurahan Sidorejo lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga.

Page 19: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

7

3. Untuk mengetahui pemahaman Nadzir tersebut pengaruhnya terhadap

efektifitas pengelolaan harta wakaf di Yayasan Al-Muflihun Jetis

Kelurahan Sidorejo lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga.

D. Manfaat Penelitian

1. Akademis

a. Bisa memberikan sumbangan tentang perwakafan untuk bahan studi

lanjutan dan bahan kajian kearah pengembangan berikutnya

b. Bisa memberikan informasi tentang pengelolaan wakaf

2. Praktis

a. Bisa memberikan pengetahuan bagi nadzir dalam mengelola wakaf

kemudian dapat dikembangankan dengan pengelolaan yang lebih baik.

Sehingga dapat menanggulangi permasalahan-permasalahan.

b. Bisa menambah wawasan bagi masyarakat luas tentang perwakafan.

E. Penegasan Istilah

Sebelum memulai dalam penyusunan skripsi ini, perlu penulis

kemukakan bahwa judul skripsi ini adalah: Pemahaman Nadzir Tentang

Perwakafan dan Efektifitasnya Terhadap Pengelolaan Wakaf di Yayasan Al-

Muflihun Jetis Kelurahan Sidorejo Lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga.

Untuk menghindari kekeliruan penafsiran dan kesalahpahaman serta

pengertian yang simpang siur, maka penulis kemukakan pengertian dan

penegasan judul skripsi ini sebagai berikut:

1. Pemahaman adalah kemampuan seseorang dalam mengartikan,

menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya

Page 20: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

8

sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya (Sadiman,

1999:206).

2. Nadzir adalah orang yang diserahi kekuasaan dan kewajiban untuk

mengurus dan memelihara harta wakaf (Al-Ramli, 1996:610).

3. Wakaf adalah menahan suatu benda yang menurut hukum tetap milik si

wakif dalam rangka mempergunakan manfaatnya untuk kebaikan.

Berdasarkan definisi itu maka pemilikan harta wakaf tidak lepas dari si

wakif bahkan ia dibenarkan menariknya kembali dan ia boleh menjualnya,

karena yang lebih kuat menurut pendapat abu hanifah adalah bahwa wakaf

hukumnya jaiz (boleh), tidak wajib sama halnya dengan pinjaman

(Wahbah Al-Zuhaili ,1989: 153).

4. Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target

(kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar

presentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya. (Hidayat,

1986:35). http://dansite.wordpress.com, 28 Maret 2009 di akses pada hari

Rabu 15 Agustus 2013 jam 21:00 WIB.

5. Pengelolaan adalah suatu proses memberikan pengawasan pada semua hal

yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan

tertentu. (Em Zul Fajr & Ratu Aprilia Senja, 2005:444)

F. Telaah Pustaka

Penelitian-penelitian yang berkenaan dengan wakaf cukup banyak.

Penelitian Muhyar Fanani dengan judul Kelanggengan Wujud Fisik Versus

Kelangganan Manfaat:Kunci sukses Manajemen Wakaf Produktif Pondok

Page 21: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

9

Modern Darussalam Gontor, penelitian ini menjelaskan bahwa Gontor telah

membuktikan dirinya sebagai lembaga pendidikan yang menggantungkan

hidupnya pada pengelolaan aset-aset wakaf secara produktif. Kunci sukses

dari perwakafan di Gontor adalah manajemen. Manajemen Wakaf di Gontor

berpegang pada tiga hal, yaitu pembiayaan dalam bingkai proyek,

kesejahteraan nadzir, dan transparansi serta akuntabilitas publik. Dengan tiga

hal ini dalam jangka waktu 82 tahun aset wakaf Gontor tumbuh berlipat-lipat.

(Fanani, 2010:1 -23).

Peneliti yang lain yaitu Lukman Fauroni meneliti tentang Wakaf Untuk

Produktivitas Ekonomi Umat. penelitian ini menitikberatkan pada model-

model pengembangan wakaf. Peneliti berusaha memberikan pemahaman baru

berkaitan dengan kekhawatiran hilangnya harta wakaf jika diinvestasikan

sebagai wakaf produktif. Ada tiga alternatif untuk menginvestasikan harta

wakaf agar dapat dikembangkan bagi kesejahteraan umat menurut peneliti

yaitu melalui investasi bisnis yang minim resiko, melalui kerjasama

kemitraan dengan lembaga yang berpengalaman, dan lembaga-lemba

keuangan syariah.(Fauroni, 2010:25-38).

Dalam penelitian Khusnur Rofiq yang meneliti Wakaf Kolektif di PPTI

Al-falah Sidomukti Salatiga. Penelitian ini memfokuskan pada pengelolaan

wakaf kolektif dalam hal benda bergerak berupa uang di PPTI Al-Falah

Sidomukti Salatiga. Wakaf benda bergerak tersebut diwakafkan melalui

lembaga keuangan syariah. Di PPTI Al-Falah Sidomukti Salatiga termasuk

dalam wakaf bersyarat karena penggunaannya hanya dibolehkan untuk

Page 22: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

10

membeli tanah. Dalam pengelolaan wakaf ini terjadi penyimpangan,

seharusnya yang mengelola harta wakaf adalah yayasan, tapi pada prakteknya

pengelolaan dilakukan oleh pengasuh yang sebenarnya tidak ada pelimpahan

wewenang dari yayasan kepada pengasuh.

Skripsi Siti Hanifah dengan judul Pelaksanaan Perwakafan Tanah

Milik di Desa Sruwen Kec. Tengaran. Penelitian ini menjelaskan tentang

banyaknya tanah wakaf yang belum bersertifikat di daerah tersebut, sejumlah

17 lokasi. Belum bersertifikat dikarenakan sikap ikhlas dalam pelaksanaan

wakaf yang tidak diimbangi dengan pentingnya administrasi. Kelalaian nadzir

belum memenuhi kewajiban tertib administrasi yang berkaitan dengan

pengelolaan tanah wakaf untuk dilaporkan kepada kepala KUA Kec.

Tengaran.

Skripsi Misranto berjudul Strategi Pengelolaan Tanah Wakaf di

Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Salatiga Tahun 2013, Berdasarkan

dengan adanya temuan fakta di lapangan, hasil penelitian menyimpulkan

bahwa pengelolaan wakaf yang ada di Pimpinan Daerah Muhammadiyah

Kota Salatiga masih bersifat sosial tradisional yang konsumtif, sehingga

harapannya untuk Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Salatiga dapat

menambah bidang ekonomi agar dapat lebih berperan dalam perwakafan.

Selain itu penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran bagi

pengembangan ilmu pengetahuan, meningkatkan kompetensi keilmuan

khususnya dibidang perwakafan, serta dapat memberikan pengetahuan

mengenai besarnya manfaat wakaf.

Page 23: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

11

Dari telaah pustaka yang di peroleh penulis, maka permasalahan

mengenai Pemahaman Nadzir Tentang Perwakafan dan Efektifitasnya

Terhadap Pengelolaan Wakaf di Yayasan Al-Muflihun Jetis Kelurahan

Sidorejo lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga sangat menarik untuk dikaji,

dan memang belum secara khusus dibahas dalam referensi-referensi tersebut

dan dari perbedaan dalam skripsi terdahulu terletak pada eksistensi petugas

pencataan wakaf tentang pengelolaan wakaf tersebut. Apakah sudah

memenuhi standar yang ditetapkan oleh peraturan-peraturan pencatatan benda

wakaf.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, yaitu

penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian

yang terjadi pada saat sekarang, (Nana, 1984:64) sehingga penelitian ini

mempunyai ciri khas yang terletak pada tujuannya, yakni mendeskripsikan

tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan seluruh kegiatan, Pemilihan

pendekatan kualitatif deskriptif ini karena pada penelitian ini berusaha

meneliti status kelompok manusia, suatu obyek, suatu system pemikiran,

atau suatu peristiwa pada masa sekarang dengan tujuan membuat

deskripsi, gambaran atau lukisan sistematis, faktual dan akurat mengenai

fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pemahaman Nadzir

di kecamatan sidorejo kota salatiga terhadap hukum perwakafan serta

Page 24: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

12

pemahaman Nadzir tersebut turut mempengaruhi efektifitas

pengelolaan harta wakaf di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga, maka

penelitian ini penulisan menggunakan jenis data kualitatif, yang datanya

diperoleh dari hasil wawancara, respon yang berkaitan dengan masalah

yang penulis kemukakan, yaitu pemahaman Nadzir tentang hukum

Perwakafan dan peran nadzir tersebut efektifitasnya terhadap

pengelolaan wakaf. Penelitian ini menggunakan metode deskriftif

analisis, yakni berusaha menyajikan fakta-fakta yang objektif sesuai

dengan kondisi dan situasi yang sebenarnya terjadi pada saat penelitian

dilakukan. Pada penelitian ini penulisan menggunakan Pendekatan

kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan

yang tidak dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur

statistik atau dengan cara-cara lain dari kualifikasi (pengukuran)”(Djuanidi

Ghani,1997:11).

Dalam pendekatan kualitatif ini semua data diperoleh dalam bentuk

kata-kata lisan maupun tulisan yang bersumber dari manusia. Berkaitan

dengan hal tersebut, Lexy J. Moleong (2000:4-8) menyatakan Ciri-ciri

pendekatan kualitatif sebagai berikut:

a. Mempunyai latar alamiah

b. Manusia sebagai alat

c. Memakai metode kualitatif

d. Analisa data secara induktif

e. Lebih mementingkan proses daripada hasil

Page 25: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

13

f. Penulisan bersifat deskriptif

g. Teori dari dasar (grounded thory)

h. Adanya khusus untuk keabsahan data

i. Desain yang bersifat sementara

j. Hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama.

Menurut Suryabrata (1998:19), ” Penelitian deskriptif adalah

penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (uraian, paparan)

mengenai situasi kejadian-kejadian”. Sedangkan tujuan penelitian

deskriptif menurut Umar (1999:29), ” Tujuan penelitian deskriptif adalah

untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat

researh dilakukan dan untuk memeriksa sebab-sebab dari sesuatu gejala

tertentu”

2. Kehadiran Peneliti

Penulis terjun langsung di kantor Yayasan Al-Muflihun Jetis

Kelurahan Sidorejo lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga dan Kantor

Urusan Agama yang penulis anggap dapat memberikan gambaran tentang

catatan kegiatan perwakafan. Sesuai dengan pendekatan kualitatif, maka

semua fakta berupa kata-kata maupun tulisan dari sumber data manusia

yang telah diamati dan dokumen yang terkait disajikan dan digambarkan

apa adanya untuk selanjutnya ditelaah guna menemukan makna.

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dimulai hari senin, 23 Desember 2014 – selesai. Lokasi

penelitian berada di Yayasan Al-Muflihun Jetis Kelurahan Sidorejo lor

Page 26: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

14

Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga dan Kantor Urusan Agama (KUA)

Salatiga.

4. Sumber Penelitian

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber

data primer dan sumber data sekunder. Data primer adalah data yang

diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang

melakukan penelitian atau yang bersangkutan karena memerlukannya.

Data primer ini disebut juga data asli atau data baru. Artinya, data yang

diperoleh memang asli dari lapangan dan baru, bukan data yang sudah

usang/lama atau yang telah diolah. Sedangkan data sekunder adalah data

yang diperoleh atau dikumpulkan orang yang melakukan penelitian dari

sumber-sumber yang telah ada (M.Iqbal, 2002:82).

Sumber data primer, peneliti secara khusus peroleh dari kajian

langsung ke objek penelitian berupa hasil data observasi, dokumentasi, dan

interview dengan petugas KUA Sidorejo dan para Nadzir yang ada di

Yayasan Al-Muflihun Jetis Kelurahan Sidorejo lor Kecamatan Sidorejo

Kota Salatiga.

Sumber data sekunder, peneliti memperoleh data-data Nadzir dari

petugas KUA dan catatan-catatan yang sudah terdokumentasi di

Kecamatan Sidorejo. Sebagai data pendukung lainnya penulis

menggunakan buku-buku yang berhubungan dengan wakaf sebagai

referensi.

Page 27: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

15

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data oleh penulis dengan cara, Penelitian

Lapangan/ Survey, sedangkan alat yang digunakan untuk mengumpulkan

data adalah :

a. Observasi.

Teknik observasi adalah pengamatan data dengan mencatat

secara sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki (Hadi,

1983:136). Dengan kehadiran peneliti di Yayasan Al-Muflihun Jetis

Kelurahan Sidorejo lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga dan KUA

Sidorejo termasuk kegiatan Observasi, karena dapat mengetahui

langsung kondisi dan berbagai aktifitas mengenai kegiatan perwakafan

di Area tersebut.

b. Wawancara (Interview)

Interview adalah usaha mengumpulkan informasi dengan

mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan, untuk dijawab secara

lisan pula. Atau secara sederhana interview diartikan sebagai alat

pengumpul data dengan mempergunakan tanya jawab antara pencari

informasi dan responden (Hadari, 2002:111).

Wawancara identik dengan pengumpulan data dengan bertanya

langsung, lisan maupun tertulis kepada nara sumber. Ciri utamanya

adalah kontak langsung dengan tatap muka antara penulis dengan

sumber informasi. Berikut nama-nama Nadzir sebagai informan yaitu

HM. Indi Sugandi. Kelahiran Ciamis, 20 Desember 1942.

Page 28: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

16

c. Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah pencarian data mengenai hal-hal

atau variabel yang berupa catatan, struktur organisasi, transkrip,

buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan lain

sebagainya (Suharsini, 2006:206)

Penulis dalam pengumpulan data melalui peninggalan

tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk catatan-catatan

tentang perwakafan di Yayasan Al-Muflihun Jetis Kelurahan Sidorejo

lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga dan di KUA Sidorejo yang

berhubungan dengan masalah penyelidikan.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data dapat diartikan sebagai proses yang menghubung-

hubungkan, memisah-misahkan dan mengelompokkan data yang ada

sehingga dapat ditarik kesimpulan yang benar.Analisis data yang

digunakan adalah analisis non-statistik, yaitu menggunakan analisis

deskriptif analitis, analisis yang diwujudkan bukan dalam bentuk angka

melainkan dalam bentuk laporan dan uraian deskriptif.

Adapun langkah-langkah dalam menganalisis data pada penelitian

kualitatif deskriptif mengacu pada langkah-langkah yang dikemukakan

oleh Mohammad Ali, yaitu:

a. Reduksi data

Page 29: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

17

Reduksi data adalah proses memilih, menyederhanakan,

memfokuskan, mengabstraksikan dan mengubah data kasar ke dalam

catatan lapangan.

b. Display atau sajian data

Sajian data merupakan suatu cara merangkai data dalam suatu

organisasi-organisasi yang memudahkan untuk pembuatan

kesimpulan dan/atau tindakan yang diusulkan (Mohammad,

1993:167).

c. Verifikasi dan/atau penyimpulan data

Adapun verifikasi data adalah penjelasan tentang makna data

dalam suatu konfigurasi yang secara khas menunjukan alur kausalnya

sehingga dapat diajukan proposisi-proposisi yang terkait dengannya

(Kafemad, 2000:103).

Dalam menganalisi data ini, penulis menggunakan analisis data

kualitatif. Menurut Muhadjir (1996:104) mengatakan, “Analisis data

merupakan upaya untuk mencapai dan menata secara sistematis

catatan hasil observasi, wawancara dan lainya. Untuk meningkatkan

pemahaman penelitian tentang kasus yang diteliti dan menyajikanya

sebagi temuan bagi orang lain. Sedangkan untuk meningkatkan

pemahaman tersebut, analisis perlu dilanjutkan dengan berupaya

mancari makna”.

Dengan demikian, penulis akan menunjukkan laporan

penelitian berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran

Page 30: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

18

penyajian laporan tersebut. Data yang penulis mungkin berasal dari

naskah wawancara pendapat para Nadzir tentang wakaf, catatan

lapangan berupa catatan kegiatan Wakaf di Yayasan Al-Muflihun

Jetis Kelurahan Sidorejo lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga,

dokumen pribadi dan sebagainya.

H. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam penulisan, penulis menentukan sistematika

penulisan dengan menguraikan setiap point nya dan akan dituangkan dalam

Bab-bab sebagaimana diuraikan berikut ini : Bab I adalah Pendahuluan. Pada

Bab Pendahuluan berisi Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan

Penelitian, Manfaat Penelitian, Penegasan Istilah, Telaah Pustaka, Metode

Penelitian dan Sistematika Penelitian.

Setelah Bab I, dilanjutkan dengan Bab II yaitu Landasan Teori. Bab II

berisi: yang pertama adalah Pengertian Nadzir, yang kedua Pengertian Wakaf

yang meliputi Pengertian wakaf menurut Fiqih, Pengertian Wakaf menurut

Undang-undang, Pengelolaan Wakaf menurut Kompilasi Hukum Islam, Dasar

Hukum Wakaf, Macam-macam Wakaf, Rukun dan Syarat Wakaf dan Tujuan

dan Fungsi Wakaf. Dan yang ketiga atau yang terkahir dari Bab II adalah

membahas tentang Pengelolaan Wakaf.

Bab berikutnya adalah Bab III membahas Gambaran Umum Yayasan

Almuflihun. Penulis akan menggambarkan tentang objek penelitian yang

terbagi beberapa point yaitu Profil Yayasan, Visi dan Misi, Tujuan Yayasan,

Struktur Organisasi, Tugas dan Wewenang Pengurus Yayasan, Ruang

Page 31: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

19

Lingkup dan Program Kerja Yayasan, Faktor Penghambat dalam Pengelolaan

dan pengembangan wakaf di Yayasan. Dalam Bab III juga membahas Hasil

Penelitian yang berisi Identifikasi dan Pemahaman Nadzir di Yayasan Al-

Muflihun Jetis Kelurahan Sidorejo lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga

terhadap hukum perwakafan, pengelolaan harta wakaf di Yayasan Al-

Muflihun Jetis Kelurahan Sidorejo lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga dan

efektifitas pengelolaan harta wakaf di Yayasan Al-Muflihun Jetis

Kelurahan Sidorejo lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Pada Bab IV

membahas Analisis Data, yang pertama adalah Analisis Pemahaman

Nadzir di Yayasan Al-Muflihun Jetis Kelurahan Sidorejo lor Kecamatan

Sidorejo Kota Salatiga terhadap hukum perwakafan dan yang kedua

adalah Analisis pemahaman Nadzir tersebut terhadap efektifitas

pengelolaan harta wakaf di Yayasan Al-Muflihun Kelurahan Sidorejo

Lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga.

Dalam Bab terakhir atau Bab V adalah penutup yang berisi kesimpulan

skripsi serta kritik dan saran.

Page 32: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

20

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Nadzir

Kata nadzir secara etimologi berasal dari kata kerja nazira – yandzaru

yang berarti “menjaga” dan “mengurus” (Hamami, 2003: 97). Di dalam kamus

Arab Indonesia disebutkan bahwa kata nadzir berarti; “yang melihat”,

“pemeriksa.”( Yunus, 1973:457).

Dalam terminologi fiqh, yang dimaksud dengan nadzir adalah orang

yang diserahi kekuasaan dan kewajiban untuk mengurus dan memelihara harta

wakaf (Al-Ramli, 1996:610). Jadi pengertian nadzir menurut istilah adalah

orang atau badan yang memegang amanat untuk memelihara dan mengurus

harta wakaf dengan sebaik-baiknya sesuai dengan wujud dan tujuan harta

wakaf (Ali, 1988:91).

Dalam Pasal 1 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977

disebutkan nadzir adalah kelompok orang atau badan hukum yang diserahi

tugas pemeliharaan dan pengurusan benda wakaf. Menurut penjelasan Pasal I

ayat (4) peraturan tersebut yang dimaksud kelompok orang dalam rumusan itu

adalah kelompok orang-orang yang merupakan satu kesatuan atau merupakan

suatu pengurus, sedangkan badan hukum adalah badan hukum diluar

pengertian Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1963 tantang badan hukum

yang memiliki hak atas tanah, tetapi badan hukum yang disahkan oleh Menteri

Kehakiman seperti yayasan keagamaan dan badan sosial lainnya

Page 33: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

21

(Harsono,1993:20). Dibentuknya nadzir dimaksudkan untuk menjamin agar

tanah hak milik yang diwakafkan tetap dapat berfungsi sesuai dengan tujuan

wakaf.

Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang

Perwakafan Tanah Milik, menyebutkan tentang syarat-syarat yang harus

dipenuhi oleh nadzir perorangan dan nadzir badan hukum. Untuk nadzir

perorangan, syarat-syaratnya adalah sebagai berikut : (1) warga Negara

Indonesia; (2) beragama Islam; (3) sudah dewasa; (4) sehat jasmaniah dan

rohaniah; (5) tidak berada di bawah pengampunan; (6) bertempat tinggal di

kecamatan tempat tinggal tempat letaknya tanah yang diwakafkan. Sedangkan

untuk nadzir badan hukum, syaratnya adalah : (1) badan hukum Indonesia,

berkedudukan di Indonesia; (2) mempunyai perwakilan di kecamatan tempat

letaknya tanah yang diwakafkan; (3) sudah disahkan oleh Menteri Kehakiman

dan dimuat dalam Berita Negara; (4) jenis tujuan dan usahanya untuk

kepentingan peribadatan atau keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran

Islam. Ketentuan lebih lanjut mengenai nadzir, adalah :

1. Nadzir wakaf, baik perorangan maupun badan hukum harus terdaftar pada

Kantor Urusan Agama Kecamatan setempat untuk mendapatkan pengesahan

dari Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan yang bertindak sebagai

Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (Harsono, 1993:22 ).

2. Jika syarat-syarat nadzir perorangan seperti tersebut tidak terpenuhi, maka

hakim menunjuk orang lain yang mempunyai hubungan kerabat dengan

Page 34: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

22

wakif, dengan prinsip hak pengawasan ada pada wakif sendiri (Suhadi,

1985:28).

3. Jumlah nadzir untuk suatu daerah tertentu ditetapkan oleh Menteri Agama.

Menurut Peraturan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1978, jumlah nadzir

perorangan untuk satu kecamatan adalah sama dengan jumlah desa yang

terdapat dalam kecamatan bersangkutan. Di dalam setiap desa hanya ada

satu nadzir kelompok perorangan. Kelompok perorangan itu terdiri dari

sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang, salah seorang diantaranya menjadi ketua

(Ali, 1988:17).

4. Masa kerja nadzir perorangan tidaklah selama-lamanya. Seorang anggota

nadzir berhenti dari jabatannya apabila : (Suhadi, 1985:28) (a) meninggal

dunia; (b) mengundurkan diri; (c) dibatalkan kedudukannya sebagai nadzir

oleh Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan setempat, karena : (1) tidak

memenuhi syarat seperti diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28

Tahun 1977 dan peraturan pelaksanaannya; (2) melakukan tindak pidana

kejahatan yang berhubungan dengan jabatan nadzir; (3) tidak dapat lagi

melakukan kewajibannya sebagai nadzir.

5. Dalam rangka mengekalkan manfaat benda wakaf agar sesuai dengan

tujuannya, para nadzir mempunyai kewajiban dan hak. Adapun kewajiban

nadzir adalah sebagai berikut : (Suhadi, 1985:l33).(a) mengurus dan

mengawasi harta kekayaan wakaf dan hasilnya; (b) memberi laporan kepada

Kepala Kantor Urusan Agama tentang : (1) hasil pencatatan perwakafan

tanah milik oleh pejabat Badan Pertanahan Nasional; (2) perubahan status

Page 35: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

23

tanah milik yang telah diwakafkan dan perubahan penggunaannya karena

tidak sesuai lagi dengan tujuan wakaf seperti diikrarkan oleh wakif dan

untuk kepentingan umum; (3) pelaksanaan kewajiban mengurus dan

mengawasi harta kekayaan wakaf dan hasilnya tiap tahun sekali, pada akhir

bulan Desember tahun yang sedang berjalan; (c) melaporkan anggota nadzir

yang berhenti dari jabatannya; (d) mengusulkan kepada Kepala Kantor

Urusan Agama Kecamatan anggota pengganti yang berhenti itu untuk

disahkan keanggotannya. Sedangkan hak nadzir adalah sebagai berikut: (1)

menerima penghasilan dari hasil tanah wakaf yang besarnya tidak boleh

melebihi sepuluh persen (10%) dari hasil bersih tanah wakaf; (2)

menggunakan fasilitas sepanjang diperlukan dari tanah wakaf atau hasilnya

yang ditetapkan olah Kepala Seksi Urusan Agama Islam setempat.

6. Dalam hukum fiqih tradisional, nadzir tidak termasuk ke dalam rukun

(unsur-unsur) wakaf; setiap orang memenuhi syarat dapat saja menjadi

nadzir, apabila ia ditunjuk oleh wakif. Para ahli hukum Islam berpendapat

bahwa nadzir tidak harus orang lain atau kelompok orang. Orang yang

mewakafkan hartanya dapat menjadi nadzir harta yang diwakafkannya.

Oleh sebab itu pengaturan seperti yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik merupakan

pengembangan hukum fikih Islam di Indonesia, demikian juga ketentuan

adanya keharusan kehadiran dua orang saksi, dibuatnya ikrar wakaf secara

tertulis dan dilakukannya dihadapan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf

(PPAIW) (Suhadi, 1985: 39).

Page 36: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

24

B. Pengertian wakaf

1. Pengertian Wakaf menurut fiqih

Wakaf, secara bahasa adalah al-habs (menahan). Kata al-waqf

adalah bentuk masdar dari ungkapan waqfu al-syai’, yang berarti menahan

sesuatu.

Perkataan waqf menjadi wakaf dalam bahasa Indonesia berasal dari

kata kerja bahasa Arab yang berarti ragu-ragu, berhenti,

meletakkan, memahami, mencegah, menahan, mengatakan,

memperlihatkan, meletakkan, memperhatikan, mengabdi dan tetap berdiri

(Munawwir, 1984:1683). Pengertian menghentikan ini (kalau)

dihubungkan dengan ilmu baca Al-Qur’an (ilmu tajwid) adalah tata cara

menyebut huruf-hurufnya, dari mana dimulai dan di mana harus berhenti.

Wakaf dalam pengertian ilmu tajwid ini mengandung makna

menghentikan bacaan, baik seterusnya maupun untuk mengambil nafas

sementara. Menurut aturannya seorang pembaca tidak boleh berhenti

dipertengahan suku kata, harus ada pada akhir kata di penghujung ayat

agar bacaannya sempurna. Pengertian wakaf dalam makna berdiam di

tempat, dikaitkan dengan wuquf yakni berdiam di Arafah pada tanggal 9

Zulhijjah ketika menunaikan ibadah haji. Tanpa wukuf di Arafah tidak ada

haji bagi seseorang (Ali, 1988:80).

Dalam istilah syara’ secara umum, wakaf adalah sejenis pemberian

yang pelaksanannya dilakukan dengan jalan menahan (pemilikan) asal,

lalu menjadikan manfaatnya berlaku umum. Adapun yang dimaksud

Page 37: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

25

tahbisul ashli adalah menahan barang yang diwakafkan itu agar tidak

diwariskan, dijual, dihibahkan, digadaikan, disewakan dan sejenisnya.

Lebih lanjut, mengenai pemanfaatan wakaf adalah menggunakannya

sesuai dengan kehendak pemberi wakaf tanpa imbalan (Mughniyah,

1996:635).

Para Ulama berbeda pendapat tentang arti wakaf secara istilah

(hukum). Mereka mendefinisikan wakaf dengan definisi yang beragam,

sesuai dengan perbedaan mazhab yang mereka anut, baik dari segi

kelaziman dan ketidaklazimannya, syarat pendekatan di dalam masalah

wakaf ataupun posisi pemilik harta wakaf setelah diwakafkan. Selain itu,

juga perbedaan persepsi di dalam tata cara pelaksanaan wakaf, dan apa-apa

yang berkaitan dengan wakaf, seperti persyaratan serah terima secara

sempurna dan sebagainya.

Ketika mendefinisikan wakaf, para ulama merujuk kepada para

Imam mazhab, seperti Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’I dan

imam-imam lainnya. Maka, yang terlintas di benak kita setelah membaca

definisi-definisi yang mereka buat, seolah-olah definisi tersebut adalah

kutipan dari mereka. Padahal, kenyataannya tidak demikian, karena

definisi itu hanyalah karangan ahli-hali fiqh yang datang sesudah mereka.

Ada beberapa pengertian wakaf menurut para ulama:

a. Menurut Abu Hanifah

Wakaf adalah menahan suatu benda yang menurut hukum tetap

milik si wakif dalam rangka mempergunakan manfaatnya untuk

Page 38: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

26

kebaikan. Berdasarkan definisi itu maka pemilikan harta wakaf tidak

lepas dari si wakif bahkan ia dibenarkan menariknya kembali dan ia

boleh menjualnya, karena yang lebih kuat menurut pendapat abu

hanifah adalah bahwa wakaf hukumnya jaiz (boleh), tidak wajib sama

halnya dengan pinjaman (Wahbah Al-Zuhaili ,1989: 153).

b. Menurut Imam Syafi’i

Wakaf adalah suatu ibadah yang disyaratkan. Wakaf itu berlaku

sah, bilamana orang yang berwakaf telah menyatakan dengan

perkataan, “ Saya telah wakafkan (waqaftu)”, sekalipun tanpa diputus

oleh hakim (Khosyi’ah, 2010:19).

c. Menurut Jumhur

Wakaf adalah menahan suatu benda yang mungkin diambil

manfaatnya (hasilnya) sedang bendanya tidak terganggu. Dengan wakaf

itu hak pengguna si wakif dan orang lain menjadi terputus. Hasil benda

tersebut digunakan untuk kebaikan dalam rangka mendekatkan diri

kepada Allah SWT. Atas dasar itu, benda tersebut lepas dari pemilikan

si wakif dan menjadi hak Allah SWT. Kewenangan wakif atas harta itu

hilang, bahkan ia wajib menyedekahkan sesuai dengan tujuan wakaf.

d. Menurut Mazhab Maliki

Wakaf adalah perbuatan si wakif yang menjadikan manfaat

hartanya untuk digunakan oleh penerima wakaf, walaupun yang

dimiliki itu berbentuk upah atau menjadikan hasilnya untuk dapat

digunakan seperti mewakafkan uang. Wakaf dilakukan dengan

Page 39: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

27

mengucapkan lafadz wakaf untuk masa tertentu sesuai dengan

keinginan pemilik. Dengan kata lain, pemilik harta menahan benda itu

dari penggunaan secara pemilikan tetapi membolehkan pemanfaatan

hasilnya untuk tujuan kebaikan, yaitu pemberian manfaat benda secara

wajar sedang benda itu tetap menjadi milik si wakif. Perwakafan ini

berlaku untuk suatu masa tertentu, dan karenanya tidak boleh

disyaratkan sebagai wakaf kekal (Khosyi’ah, 2010:19).

2. Pengertian Wakaf menurut Undang-undang

Menurut perundang-undangan Indonesia. Pengertian wakaf

menurut peraturan pemerintah nomor 28 tahun 1977 pasal 1 (1) adalah

perbuatan hukum seseorang atau badan hukum yang memisahkan sebagian

dari harta kekayaan untuk selama-lamanya untuk kepentingan peribadatan

atau keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran Islam (Peraturan

Menteri Agama RI No.1 Tahun 1978 Tentang Pelaksanaan PP No.28

Tahun 1977).

Pasal 215 instruksi presiden nomor 1 tahun 1991 menyatakan:

“wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau sekelompok orang atau

badan hukum yang memisahkan sebagian dari miliknya dan

melembagakannya untuk selama-lamanya guna kepentingan ibadat dan

keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran Islam “ (Peraturan Dirjen

Bimas Islam DEPAG RI No. Kep/D/75/1978 dan Inpres RI No. 1 Tahun

1991Tentang Kompilasi Hukum Islam (KHI)).

Page 40: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

28

Menurut Undang-Undang nomor 41 tahun 2004 tentang wakaf

pasal 1 ayat 1: wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan

dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan

selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya

guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah

(Undang-Undang Republik Indonesia nomor 41 tahun 2004 tentang

wakaf).

Saat ini di Indonesia sedang berkembang wakaf benda bergerak

berupa uang, hal ini diatur dalam UU No. 41 tahun 2004 Tentang Wakaf,

UU ini memberikan pengertian tentang harta benda wakaf. Harta benda

wakaf adalah harta benda yang memiliki daya tahan lama dan/atau

manfaat jangka panjang serta mempunyai nilai ekonomi menurut syariah

yang diwakafkan oleh wakif. Adapun harta benda wakaf tersebut terdiri

dari benda tidak bergerak dan benda bergerak. Salah satu benda bergerak

yang dapat diwakafkan adalah uang, wakaf uang yang dapat diwakafkan

adalah mata uang rupiah.

Dalam usaha memberikan ruang gerak kegiatan perwakafan dalam

era globalisasi, maka Bank Indonesia memberikan definisi wakaf tunai

(uang) sebagai “penyerahan aset wakaf berupa uang tunai yang tidak dapat

dipindahkan dan dibekukan untuk selain kepentingan umum yang tidak

mengurangi ataupun menghilangkan jumlah pokoknya”( Siregar, 2001: 1).

Wakaf adalah menahan sesuatu benda untuk diambil manfaatnya

sesuai dengan ajaran Islam (Ali, 1998:80).

Page 41: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

29

Dari beberapa definisi wakaf yang telah disebutkan, dapat penulis

simpulkan bahwa yang dimaksud dengan wakaf adalah suatu perbuatan

hukum yang dilakukan seseorang dengan cara menahan harta bendanya

dengan mengambil manfaatnya untuk kesejahteraan umum menurut

syariah, Perbuatan wakaf ini adalah sebagai manifestasi kepatuhan

terhadap agama karena wakaf merupakan salah satu cara mendekatkan diri

kepada Allah SWT.

3. Pengertian wakaf menurut Kompilasi Hukum Islam

Wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau kelompok orang

atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari benda miliknya dan

melembaganya untuk selama-lamanya guna kepentingan ibadat atau

keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran Islam (Departemen Agama

RI, 1998:99).

Adanya berbagai perumusan pengertian wakaf yang dikemukakan

oleh para ulama dan pakar keIslaman, menunjukkan kepada kita betapa

besarnya keragaman tentang pengertian wakaf. Meskipun berbeda dalam

redaksional, akan tetapi esensi dari pengertian wakaf tetaplah sama yakni

wakaf adalah suatu tindakan atau penahanan terhadap harta kekayaan

seseorang atau badan hukum dengan kekalnya benda tersebut untuk

diambil manfaatnya guna kepentingan ibadah atau keperluan umum

lainnya sesuai dengan ajaran Islam.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa harta yang

diwakafkan haruslah:

Page 42: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

30

1) Benda yang kekal zatnya (tahan lama wujudnya), tidak lekas musnah

setelah dimanfaatkan.

2) Lepas dari kekuasaan orang-orang yang berwakaf.

3) Tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, baik dengan jalan jual beli,

hibah maupun dengan warisan.

4) Untuk keperluan amal kebajikan sesuai dengan ajaran Islam

(Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam ; Zakat dan Wakaf,

Jakarta : UI Press, 1998,hlm. 84).

4. Dasar Hukum Wakaf

a. Dasar Hukum dari Al-Quran

Wakaf ialah menghentikan (menahan) perpindahan milik suatu

harta yang bermanfaat dan tahan lama, sehingga manfaat harta itu dapat

digunakan untuk mencari keridhaan Allah SWT. Adapun dasar yuridis

wakaf dapat dilihat dalam Al-Qur’an, diantaranya dalam Surat Al

Baqarah, 2: 267:

“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah)sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apayang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamumemilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan daripadanya, padahalkamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkanmata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi MahaTerpuji”.(QS. Al Baqarah, 267).

Page 43: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

31

Kata berasal dari kata yang berarti memberikan sesuatu

yang dimiliki kepada pihak lain. Di dalam kamus bahasa Indonesia kata

ini diartikan: “Pemberian (sumbangan) harta dan sebagainya (selain

zakat wajib) untuk kebaikan; sedekah, nafkah; menginfakkan;

menyumbangkan (harta) untuk kepentingan umum (Baidan, 2001:125.).

Surat Al-Baqarah, 2: 261:

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yangmenafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutirbenih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji.Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki.Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”.(Departemen Agama RI, 1994:34) (QS. Al Baqarah, 261)

Surat Ali Imron, 3: 92:

“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yangsempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamucintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allahmengetahuinya”. (QS. Ali Imron, 92).

Ayat-ayat Al-Qur’an tersebut, menurut pendapat para ahli, dapat

dipergunakan sebagai dasar umum lembaga wakaf (Ali, 1988:81).

Page 44: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

32

b. Dasar Hukum dari Hadits

Adapun hadist yang secara umum menjelaskan wakaf yaitu:

“menceritakan kepadaku Yahya bin Ayyub, Qutaibah ( Ibnu Sa’id),dan Ibnu Hujrin mereka berkata, telah menceritakan kepada kamiIsma’il ( Ibnu Ja’far ) dari al’Allak dari ayahnya, dari Abi Hurairahsesungguhnya rasulallah SAW bersabda :” Apabila manusia meninggaldunia, maka putuslah amalnya, kecuali dari tiga perkara : shadaqahJariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang mendoakanorang tuanya”.(HR. Muslim)( Imam Abi al Husain).

Adapun penafsiran shadaqah jariyah dalam hadits tersebut adalah:

“Hadits tersebut dikemukakan di dalam bab wakaf, karena paraulama menafsirkan shodaqah jariyah dengan wakaf”(DirektoratPengembangan Zakat Dan Wakaf, 2006:18)

Pada hadits di atas yang dimaksud dengan shadaqah jariyah

menurut penafsiran para ulama adalah waqaf (as-San'any,

1980:167).Sebab bentuk shadaqah seperti wakaf ini pahalanya akan

terus mengalir, tidak akan terputus sekalipun orangnya sudah

meninggal.

c. Dasar Hukum dari Perundang-undangan

Sedangkan Dasar hukum wakaf menurut peraturan perundang

undangan yang berlaku di Indonesia sebagai berikut:

Page 45: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

33

1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar

Pokok- Pokok Agraria.

2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran

Tanah.

3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1977

Tentang

4) Perwakafan Tanah Milik (LNRI Nomor 38, 1977, TLNRI Nomor

3107).

5) Peraturan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1978 Tentang Peraturan

Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 Tentang

Perwakafan Tanah Milik.

6) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.

7) Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan

Undang- Undang No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.

8) Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor Dt.I.III/5/BA.03.

2/2772/2002 pada tanggal 11 Mei 2002 Tentang Wakaf Uang. Fatwa

yang ditetapkan oleh MUI menyatakan bahwa wakaf uang

hukumnya jawaz (boleh), nilai pokok wakaf uang harus dijamin

kelestariannya, tidak boleh dijual, dihibahkan, dan atau diwariskan

serta wakaf uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-

hal yang dibolehkan secara syari’ah

Kesimpulannya, Al-Quran dalam hal wakaf tidak menyebutkan

secara khusus, Al-Quran hanya membicarakan soal umum yaitu soal

Page 46: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

34

menafkahkan harta pada jalan Allah. Cara menafkahkan harta pada

jalan Allah salah satunya dengan wakaf (Halim,2005:68).

5. Macam-Macam Wakaf

Ada dua macam wakaf yaitu:

a. Wakaf Ahli (Wakaf keluarga)

Wakaf ahli atau wakaf keluarga ialah wakaf yang diperuntukkan

khusus kepada orang-orang tertentu, seseorang atau lebih, keluarga

wakif atau bukan. Karena wakaf ini adalah wakaf yang diperuntukkan

bagi orang-orang khusus atau orang-orang tertentu, maka wakaf ini

disebut pula dengan wakaf khusus.

Wakaf keluarga ini adalah sama dengan wakaf umum, untuk

berbuat baik pada orang lain dalam rangka pelaksanaan amal

kebijakan menurut ajaran Islam, namun kemudian terjadilah

penyalahgunaan, di antaranya yaitu: Menjadikan wakaf keluarga itu

sebagai alat untuk menghindari pembagian atau pemecahan harta

kekayaan pada ahli waris yang berhak menerimanya, setelah wakif

meninggal dunia dan wakaf keluarga itu dijadikan alat untuk

mengelakkan tuntutan kreditur terhadap hutang-hutang yang dibuat

oleh seseorang, sebelum ia mewakafkan tanahnya itu (Ali, 1988:90).

Ditinjau dari segi manfaatnya dalam meningkatkan

perekonomian umat, wakaf keluarga tidak mempunyai peranan yang

berarti. Keberadaan wakaf semacam ini tidak disetujui oleh sebagian

fuqaha dan ulama lainnya karena Wakaf ini dianggap sebagai bid'ah

Page 47: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

35

dan tidak sesuai dengan syara’. Lebih lanjut wakaf pada dasarnya

untuk kebijakan umum, bukan untuk individu apalagi untuk keluarga

sendiri. Hal ini memang beralasan, karena wakaf yang disebut sebagai

wakaf keluarga ini terasa sangat tidak relevan dan tidak beralasan

tepat. Segala tindakan atau perbuatan seseorang menggunakan barang

atau hartanya untuk dirinya sendiri, itu adalah sesuatu yang wajar,

tetapi tidak perlu mengatasnamakan wakaf.

b. Wakaf Khairi (Wakaf umum)

Wakaf Khairi (Wakaf umum) adalah wakaf yang diperuntukkan

bagi kepentingan atau kemaslahatan umum. Wakaf jenis ini jelas

sifatnya sebagai lembaga keagamaan dan lembaga sosial dalam bentuk

masjid, madrasah, pesantren, asrama, rumah sakit, rumah yatim-piatu,

tanah pekuburan dan lain sebagainya. Wakaf khairi atau wakaf umum

inilah yang paling sesuai dengan ajaran Islam dan dianjurkan pada

orang yang mempunyai harta untuk melakukannya guna memperoleh

pahala yang terus mengalir bagi orang yang bersangkutan kendatipun

ia telah meninggal dunia, selama wakaf itu masih dapat diambil

manfaatnya (Ali, 1988:91).

Wakaf khairi ini jelas merupakan wakaf yang benar-benar dapat

dinikmati manfaatnya oleh masyarakat dan merupakan salah satu

sarana penyelenggara kesejahteraan masyarakat baik dalam bidang

keagamaan maupun dalam bidang ekonomi, sosial, budaya dan

pendidikan.

Page 48: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

36

6. Rukun dan Syarat Wakaf

Rukun berasal dari bahasa Arab yang secara etimologi, rukun biasa

diartikan dengan bagian yang terpenting dari sesuatu. Adapun, dalam

terminology fikih,rukun adalah suatu yang dianggap menentukan suatu

disiplin tertentu, dimana ia merupakan bagian integral dari disiplin itu

sendiri. Dengan kata lain rukun adalah penyempurnaan sesuatu, dimana ia

merupakan bagian dari sesuatu itu (al-Kabisi, 2004:87).

Dalam wakaf ada beberapa rukun yang harus dipenuhi berikut

syaratnya. Adapun rukun dan syarat wakaf tersebut adalah:

a. Wakif atau orang yang mewakafkan.

Wakif adalah pihak yang mewakafkan harta benda miliknya

(Depag, 1966:3). Adapun syarat wakif sebagaimana di jelaskan dalam

Pasal 8 Ayat 1 Undang-Undang 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.

1) Wakif perseorangan sebagaimana di maksud dalam pasal (7) huruf

(a) hanya dapat melakukan wakaf apabila memenuhi persyaratan:

a) Dewasa.

b) Berakal sehat.

c) Tidak terhalang melakukan perbuatan hukum dan.

d) Pemilik sah harta benda wakaf (Departemen Agama RI,1966:6).

2) Wakif organisasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 huruf b

hanya dapat melakukan wakaf apabila memenuhi ketentuan

organisasi untuk mewakafkan harta benda milik organisasi sesuai

dengan anggaran dasar organisasi yang bersangkutan.

Page 49: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

37

3) Wakif badan hukum sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 huruf c

hanya dapat melakukan wakaf apabila memenuhi ketentuan badan

hukum untuk mewakafkan harta benda milik badan hukum sesuai

dengan anggaran dasar badan hukum yang bersangkutan.

Pada hakekatnya amalan wakaf adalah tindakan tabarru’

(mendermakan harta benda), karena itu syarat seorang wakif adalah cakap

melakukan tindakan tabarru’. Artinya ia harus sehat akal, dalam keadaan

sadar, telah mencapai umur baligh dan tidak dalam keadaan terpaksa/

dipaksa. Dan wakif adalah benar-benar pemilik harta yang diwakafkan.

Oleh karena itu wakaf orang yang gila, anak-anak, dan orang terpaksa/

dipaksa tidak sah (Rofiq,1998:493).

Maksud dari kalimat “tidak dalam keadaan terpaksa/dipaksa” dapat

diartikan juga dengan orang merdeka, karena keadaan terpaksa dan

dipaksa identik dengan keadaan seorang budak, atau dalam bahasa

undang-undangnya tidak terhalang melakukan perbuatan hukum.

b. Mauquf atau benda yang diwakafkan

Harta benda wakaf adalah harta benda yang memiliki daya tahan

lama dan/atau manfaat jangka panjang serta mempunyai nilai ekonomi

menurut syariah yang diwakafkan oleh wakif. Dalam Pasal 15 Undang-

Undang No 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, harta benda wakaf hanya

dapat diwakafkan apabila dimiliki dan dikuasai wakif secara sah. Dalam

Pasal 16 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004, harta benda wakaf

terdiri dari:

Page 50: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

38

1) Benda tidak bergerak, meliputi:

a) Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang

undangan yang berlaku baik yang sudah maupun yang belum

terdaftar;

b) Bangunan atau bagian bangunan yang terdiri di atas

sebagaimana dimaksud pada huruf 1;

c) Tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah;

d) Hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan

syariah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

e) Benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku;

2) Benda bergerak adalah harta yang tidak bisa habis karena

dikonsumsi, meliputi:

a) Uang,

b) Logam mulia,

c) Surat berharga,

d) Kendaraan,

e) Hak atas kekayaan intelektual,

f) Hak sewa, dan

g) Benda bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Page 51: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

39

Mauquf dipandang sah apabila merupakan harta bernilai, tahan

lama dipergunakan, dan hak milik wakif murni. Benda yang diwakafkan

dipandang sah apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1) Benda harus memiliki nilai guna

Tidak sah hukumnya sesuatu yang bukan benda, misalnya

hak-hak yang bersangkut paut dengan benda, seperti hak irigasi,

hak lewat, hak pakai dan lain sebagainya. Tidak sah pula

mewakafkan benda yang tidak berharga menurut syara', yaitu

benda yang tidak boleh diambil manfaatnya, seperti benda

memabukkan dan benda-benda haram lainnya.

2) Benda tetap atau benda bergerak

Secara garis umum yang dijadikan sandaran golongan

Syafi’iyyah dalam mewakafkan hartanya dilihat dari kekekalan

fungsi atau manfaat dari harta tersebut, baik berupa barang tak

bergerak, barang bergerak maupun barang kongsi (milik bersama).

3) Benda yang diwakafkan harus tertentu (diketahui) ketika terjadi

akad wakaf.

Penentuan benda tersebut bisa ditetapkan dengan jumlah

seperti seratus juta rupiah, atau bisa juga menyebutkan dengan

nishab terhadap benda tertentu, misalnya separuh tanah yang

dimiliki dan lain sebagainya. Wakaf yang tidak menyebutkan

secara jelas terhadap harta yang akan diwakafkan tidak sah

Page 52: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

40

hukumnya seperti mewakafkan sebagian tanah yang dimiliki,

sejumlah buku, dan sebagainya.

Benda yang diwakafkan benar-benar telah menjadi milik

tetap si wakif (orang yang mewakafkan) ketika terjadi akad wakaf.

Dengan demikian, jika seseorang mewakafkan benda yang bukan

atau belum menjadi miliknya, walaupun nantinya akan menjadi

miliknya maka hukumnya tidak sah, seperti mewakafkan tanah

yang masih dalam sengketa atau jaminan jual beli dan lain

sebagainya.

Jumhur fuqaha berpendapat harta wakaf tidak lagi menjadi

milik wakif melainkan secara hukum menjadi milik Allah atau

dalam terminology sosiologis harta wakaf menjadi milik

masyarakat umum. Wakif tidak boleh menariknya kembali

(Mas’adi, 2002:12.).

Rumusan tentang benda-benda yang boleh diwakafkan

sangat penting dan diperlukan, perumusan tersebut kemudian

disosialisasikan kepada umat Islam. Dengan demikian wakaf dapat

berkembang secara produktif dan hasilnya dapat dipergunakan

untuk mewujudkan kesejahteraan umat. Dalam hal ini yang perlu

diperhatikan adalah bahwa tanah yang diwakafkan adalah

seharusnya tanah yang letaknya strategis (baik) atau subur.

Sehingga akan dapat dimanfaatkan sebagai kepentingan umum

dengan sebaik-baiknya.

Page 53: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

41

c. Mauquf ‘alaih atau tujuan wakaf.

Tujuan utama dari wakaf adalah diperuntukkan untuk kepentingan

umum, dan untuk kebaikan mencari ridha Allah dan mendekatkan diri

kepada-Nya. Oleh karena itu tujuan wakaf tidak bisa digunakan untuk

kepentingan maksiat, atau membantu, mendukung, atau yang mungkin

diperuntukkan untuk kepentingan maksiat. Jadi, menyerahkan wakaf

kepada seseorang yang tidak jelas identitasnya adalah tidak sah (Rofiq,

1998:496).

Dalam Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf,

dijelaskan bahwa wakaf bertujuan memanfaatkan harta benda wakaf

sesuai dengan fungsinya, yakni mewujudkan potensi dan manfaat

ekonomis harta benda wakaf untuk kepentingan ibadah dan untuk

memajukan kesejahteraan umum.

Di dalam Pasal 22 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004,

disebutkan dalam rangka mencapai tujuan dan fungsi wakaf, harta

benda hanya dapat diperuntukkan bagi;

1) Sarana dan kegiatan ibadah,

2) Sarana dan kegiatan pendidikan serta kesehatan,

3) Bantuan kepada fakir miskin, anak terlantar, yatim piatu, bea siswa,

4) Kemajuan dan peningkatan ekonomi umat, dan/atau

5) Kemajuan kesejahteraan umum lainnya yang tidak bertentangan

dengan syariah dan peraturan perundang-undangan.

Page 54: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

42

d. Sigat atau ikrar/ pernyataan wakaf.

Ikrar wakaf adalah tindakan hukum yang bersifat deklaratif

(sepihak), untuk itu tidak diperlukan adanya qobul (penerimaan) dari

orang yang menikmati manfaat wakaf tersebut. Namun demikian, demi

tertib hukum dan administrasi guna menghindari penyalahgunaan benda

wakaf, pemerintah mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang

secara otentik mengatur perwakafan.

Sighat (lafadz) atau pernyataan wakaf dapat dikemukakan dengan

tulisan, lisan atau dengan suatu isyarat yang dapat dipahami

maksudnya. Pernyataan dengan tulisan atau lisan dapat digunakan

menyatakan wakaf oleh siapa saja, sedangkan cara isyarat hanya bagi

orang yang tidak dapat menggunakan dengan cara tulisan atau lisan.

Tentu pernyataan dengan isyarat tersebut harus sampai benar-benar di

mengerti pihak penerima wakaf agar dapat menghindari persengketaan

di kemudian hari (Sari,2006:62).

Setiap pernyataan ikrar wakaf dilaksanakan oleh Wakif kepada

Nadzir di hadapan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) dengan

disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi. Adapun syarat menjadi saksi dalam

ikrar wakif adalah:

1) Dewasa,

2) Beragama Islam,

3) Berakal sehat, dan

4) Tidak berhalangan melakukan perbuatan hukum.

Page 55: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

43

e. Nadzir wakaf atau pengelola wakaf.

Adapun persyaratan untuk menjadi seorang nadzir berdasarkan

Undang-Undang No.41 Tahun 2004 pasal 10 haruslah memenuhi syarat

sebagai berikut:

1) Nadzir perseorangan

a. Warga negara Indonesia.

b. Beragama Islam.

c. Dewasa.

d. Amanah.

e. Mampu secara jasmani dan rohani

f. Tidak terhalang melakukan perbuatan hukum

2) Nadzir organisasi

a. Pengurus organisasi yang bersangkutan memenuhi persyaratan

nadzir perseorangan.

b. Organisasi yang bergerak di bidang sosial, pendidikan,

kemasyarakatan dan/atau keagamaan Islam.

3) Nadzir badan hukum

a. Pengurus badan hukum yang bersangkutan memenuhi

persyaratan nadzir perseorangan

b. Badan hukum Indonesia yang dibentuk sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, dan

c. Badan hukum yang bersangkutan bergerak di bidang sosial,

pendidikan, kemasyarakatan, dan/atau keagamaan Islam.

Page 56: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

44

Adapun syarat-syarat nadzir menurut pasal 219 KHI adalah

sebagai berikut:

1) Nadzir sebagaimana dimaksud dalam pasal 215 ayat (4) terdiri dari

perorangan yang harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a) Warga negara Indonesia.

b) Beragama Islam.

c) Sudah dewasa.

d) Sehat jasmaniah dan rohaniah.

e) Tidak berada pada pengampuan.

f) Bertempat tinggal di kecamatan tempat letak benda yang

diwakafkannya.

2) Jika berbentuk badan hukum maka nadzir harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut:

a) Badan hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia.

b) Mempunyai perwakilan di Kecamatan tempat letak benda yang

diwakafkannya.

Pada dasarnya siapapun dapat saja menjadi nadzir asalkan ia tidak

terhalang melakukan tindakan hukum. Akan tetapi karena fungsi nadzir

sangat penting dalam perwakafan maka diberlakukan syarat-syarat

nadzir. Para Imam mazhab sepakat bahwa nadzir harus memenuhi

syarat adil dan mampu. Para ulama berbeda pendapat mengenai ukuran

adil. Jumhur ulama berpendapat bahwa yang dimaksud adil adalah

Page 57: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

45

mengerjakan yang diperintahkan dan menjauhi yang dilarang syari’at

(Al-Munawar,2004:161).

f. Jangka waktu wakaf.

Dalam buku-buku maupun Peraturan Perundangan Wakaf sebelum

munculnya Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf tidak

di cantumkan rukun wakaf mengenai adanya jangka waktu pelaksanaan

wakaf, hal ini merupakan terobosan baru yang dilakukan pemerintah,

mengingat manfaat wakaf pada dasarnya adalah untuk kesejahteraan

umat.

Dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 dinyatakan

bahwa wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan

atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan

selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan

kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum

menurut syariah. Maka berdasarkan pasal di atas wakaf sementara

diperbolehkan asalkan sesuai dengan kepentingannya.

Sedangkan dalam Pasal 215 Kompilasi Hukum Islam bahwa wakaf

adalah perbuatan hukum seseorang atau kelompok orang atau badan

hukum yang memisahkan sebagian dari benda miliknya dan

melembagakan untuk selama-lamanya guna kepentingan ibadah atau

keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran Islam maka berdasarkan

pasal di atas wakaf sementara adalah tidak sah.

Page 58: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

46

Jangka waktu wakaf sebagaimana tercantum dalam Pasal 6

Undang- Undang Wakaf No 41 Tahun 2004, yakni wakif diperbolehkan

membatasi waktu wakafnya, artinya wakif hanya mewakafkan manfaat

dari benda yang diwakafkannya, dan setelah jangka waktu tersebut

habis wakif diperbolehkan meminta kembali benda yang

diwakafkannya.

7. Tujuan dan Fungsi Wakaf

Dalam Pasal 1 dan Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun

1977 disebutkan bahwa tujuan perwakafan tanah milik adalah untuk

kepentingan peribadatan atau kepentingan umum lainnya sesuai dengan

ajaran Islam. Untuk kepentingan peribadatan berarti untuk hak-hak yang

berhubungan langsung dengan Allah SWT secara vertikal, misalnya untuk

masjid, mushalla atau sarana-sarana peribadatan berarti untuk kepentingan

kemasyarakatan pada umumnya, misalnya untuk rumah sakit, lembaga

pendidikan, perkantoran, lapangan olahraga dan sebagainya. Disebutkan

pula fungsi Wakaf adalah mengekalkan manfaat benda wakif sesuai

dengan tujuan wakaf (Depag RI, 1998:100).

Agar benda wakaf itu tetap dapat bermanfaat bagi peribadatan atau

keperluan umum lainnya, maka ia harus dikelola oleh suatu badan yang

bertanggung jawab baik kepada wakif, masyarakat, maupun kepada Allah

yang menjadi pemilik mutlak benda wakaf itu. Salah satu upaya agar

pengelolaan wakaf sesuai dengan tujuan wakaf maka di dalam Peraturan

Page 59: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

47

Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 diatur mengenai tata cara perwakafan

dan pendaftaran wakaf tanah milik.

C. Pengelolaan Wakaf

Pengelolaan perwakafan setelah PP No. 28 Tahun 1977 telah dilakukan

oleh Departemen Agama, yaitu :

1. Mendata seluruh tanah wakaf hak milik

2. Memberikan sertifikat tanah wakaf yang belum disertifikasi dan

memberikan bantuan advokasi terhadap tanah wakaf yang bermasalah.

Adapun proses sertifikasi tanah sesuai dengan PP No. 28 Tahun

1977 adalah sebagai berikut :

a. Calon wakif (orang yang akan mewakafkan) bersama saksi dan nadzir

yang telah ditunjuk datang ke KUA bertemu dengan Kepala KUA

setempat selaku Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf.

b. PPAIW memeriksa persyaratan wakaf dan selanjutnya mengesahkan

nadzir (pengelola wakaf).

c. Wakif mengucapkan ikrar wakaf di depan saksi-saksi, untuk

selanjutnya PPAIW membuat akta ikrar wakaf dan salinannya

d. PPAIW atas nama nadzir wakaf menuju ke kantor pertanahan

Kabupaten/Kodia dengan membawa berkas permohonan pendaftaran

tanah wakaf.

e. Kantor pertanahan memproses sertifikat tanah wakaf

Page 60: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

48

f. Kepala Kantor Pertanahan menyerahkan sertifikat tanah wakaf kepada

nadzir dan selanjutnya ditujukan kepada PPAIW untuk dicatat dalam

daftar akta ikrar wakaf.

Seperti yang telah kita ketahui bahwa harta benda wakaf yang telah

diwakafkan berubah kedudukannya menjadi hak milik Allah SWT. Adapun

pemanfaatannya digunakan untuk kepentingan umum atau menurut tujuan yang

diinginkan oleh wakif. Yang perlu dipahami adalah bahwa yang dapat dimiliki

oleh penerima wakaf adalah terbatas pada manfaatnya saja. Sementara benda

itu sendiri tidak lagi dapat dimiliki, karena itu di dalam hadits disebutkan

bahwa harta wakaf tidak bisa dihibahkan, diperjualbelikan, atau diwariskan

(Rofiq, 1998:502.).

Kendatipun demikian, meski tidak dimiliki pengelolaan benda wakaf

tersebut menjadi tanggung jawab nadzir yang ditunjuk, baik oleh wakif

maupun melalui PPAIW menurut perundang-undangan. Jadi, harta benda

wakaf dikelola oleh nadzir wakaf yang telah ditunjuk oleh wakif atau oleh

PPAIW, dalam hal ini adalah pejabat KUA.

Page 61: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

49

BAB III

GAMBARAN UMUM YAYASAN AL-MUFLIHUN

A. Lokasi Penelitian

1. Profil Yayasan Al-Muflihun

a. Sejarah Berdirinya Yayasan Al-Muflihun

Sebelum berdiri yayasan Al-Muflihun pada tahun 1970 M. di

lingkungan RW 10 Jetis Kelurahan Sidorejo Lor belum ada tempat

ibadah, beberapa kegiatan keagamaan banyak dimotori oleh salah

seorang ulama setempat yang bernama HM. Indi Sugandi untuk

membuat mushala di tempat kontrakannya yang berada di lingkungan

RW 10 Jetis Kelurahan Sidorejo Kota Salatiga, mulai dari situ mushala

tersebut dijadikan sebagai tempat kegiatan masyarakat sekitar untuk

shalat berjamaah shalat lima waktu, shalat tarawih, shalat eid, untuk

TPA, dan pengajian setiap malam jumat. Kegiatan itu berlangsung

kurang lebih 10 tahun.

Kemudian sekitar tahun 1980 datanglah seorang ulama yang

bernama H. Imam Qoelyoebi BM, setelah kedatangannya menambah

kekokohan umat Islam di lingkungan sekitar, sehingga kegiatan

keagamaan semakin berkembang dan merekrut ustadz-ustadz, setelah

itu kegiatan pengajian yang semula hanya bertempat di mushala Bpk.

Indi Sugandi kemudian dilakukan secara bergilir dari rumah ke rumah.

Dari situlah muncul gagasan atau ide dari Bpk. Indi Sugandi

untuk membuat wadah atau tempat sebagai pusat kegiatan masyarakat.

Page 62: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

50

Karena situasi saat itu tempat/rumah yang di jadikan sebagai sarana

sudah tidak mencukupi untuk menampung kurang lebih 300 jamaah.

Maka pada tahun 1992 M didirikanlah sebuah wadah atau tempat

untuk menampungnya yaitu yayasan dan dinamailah yayasan tersebut

dengan nama “Al-Muflihun”. Kata tersebut di ambil dari nama sebuah

masjid yang berada di asal tempat kelahiran Bpk. Indi Sugandi yang

tak lain merupakan tokoh penting dalam proses berdiri dan

berkembangnya Yayasan Al-Muflihun. (wawancara pribadi dengan

HM. Indi Sugandi pada tanggal 27 September 2015 jam 07.00 WIB)

b. Letak Geografis

1) Letak wilayah

Berdasarkan Akta Notaris Muhammad Fauzan SH No. 5 tanggal 10

Juli 1992. yayasan Al-muflihun berada di wilayah Kecamatan

Sidorejo dengan beralamat di Jalan Osamaliki 525 Jetis Barat RT

04 RW 10 Sidorejo Lor Kec. Sidorejo Kota Salatiga.

2) Topografi

Dilihat dari topografinya, di tempat berdirinya Yayasan Al-

Muflihun Jetis Kelurahan Sidorejo lor Kecamatan Sidorejo Kota

Salatiga Kecamatan Sidorejo termasuk daerah bergelombang dan

daerah miring.

3) Keadaan Iklim

Secara umum Kecamatan Sidorejo berada pada ketinggian

antara 450-675 dpi dan beriklim tropis, berhawa sejuk dengan

Page 63: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

51

curah hujan cukup tinggi. Sedangkan suhu tertinggi 31,8˚ celcius

dan suhu terendah ada pada suhu 23,89˚ celcius.

2. Visi dan Misi Yayasan Al-Muflihun

a. Visi Yayasan Al-Muflihun

“Menjadikan yayasan sebagai bagian dari komponen masyarakat yang

turut serta dalam pembangunan nasional Indonesia dalam bidang

pendidikan, sosial dan keagamaan, dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan

membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa serta berahlak mulia

dan mempunyai rasa tanggung jawab terhadap masyarakat menuju

keridhoan Allah SWT dunia dan akherat”

b. Misi Yayasan Al-Muflihun

1) Meningkatkan pendidikan dan pengajaran unggulan pada semua

unit pendidikan di bawah Yayasan.

2) Membangun pusat dakwah, sosial dan pendidikan yang berbasis

pada pemberdayaan masyarakat.

3) Meningkatkan kegiatan pengembangan Pendidikan Agama Islam

dan kualitas sumber daya manusia dalam mencerdaskan kehidupan

masyarakat dan bangsa.

4) Mengembangkan potensi siswa untuk menghafal, menghayati dan

mengamalkan Al-Qur’an agar menjadi pribadi yang berahlakul

karimah

5) Membangun citra/kepribadian yang mencintai/bangga menjadi

bangsa Indonesia dan menjadikan Islam sebagai pedoman

hidupnya.

6) Menyelenggarakan berbagai layanan sosial dalam membantu

pemberdayaan umat Islam.

Page 64: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

52

3. Tujuan Yayasan Al-Muflihun

a. Meningkatkan SDM dan fasilitas pendidikan, pendidikan yang memiliki

keunggulan kompetitif dan komparatif yang diandalkan masyarakat.

b. Mengembangkan dakwah amar makruf nahi munkar di masyarakat

demi terciptanya manusia unggul, taqwa, berbudi luhur, berpengetahuan

luas, cakap, terampil dan bertanggung jawab terhadap agama, bangsa

dan negara.

c. Meningkatkan kesadaran umat akan cinta/ bangga/ berkarakter/

berkepribadian menjadi bangsa Indonesia dengan pedoman landasan

Islam.

4. Struktur Organisasi Yayasan Al-Muflihun

Berdasarkan Akta Notaris No. 5 tanggal 10 Juli 1992 yang

beralamat di Jl. Osamaliki No. 525 Salatiga 50714. Struktur pengurus

Yayasan Al-Muflihun saat ini adalah:

a. Ketua Umum yaitu HM. Indi Sugandi

b. Sekretaris Umum yaitu Rochmad Wibowo S.Kom dan Taqiyudin

Riyadh. SH.

c. Bendahara Umum yaitu Darmadi S.Pd

d. Ketua Seksi Bidang Pendidikan yaitu Drs. Suliostio T

e. Ketua Seksi Bidang Dakwah yaitu Ir. Abdul Wahid

f. Ketua Seksi Bidang Sosial yaitu H. Abdul Halim

g. Ketua TPA yaitu dr. Hj. Supartinah Sp. THT.

h. Ketua PAUD yaitu Anik S.Pd.

i. Takmir Masjid Al-Muflihun yaitu Drs. Wahid Hasyim

j. Ketua Pengajian Al-Muflihun yaitu Karyono S.Ag

k. Ketua Pengajian Al-Muflihat yaitu Dra. Binti muflikah

Page 65: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

53

5. Tugas dan Wewenang Pengurus Yayasan Al-Muflihun

a. Ketua Umum

1) Memimpin dan mengendalikan kegiatan para anggota pengurus

dalam melaksanakan tugasnya, sehingga mereka tetap berada pada

kedudukan atau fungsinya masing-masing;

2) Mewakili yayasan ke luar dan ke dalam

3) Melaksanakan program dan mengamankan kebijaksanaan

pemerintah sesuai dengan peraturan yang berlaku;

4) Menandatangani surat-surat penting, termasuk surat atau nota

pengeluaran uang/ dana/ harta kekayaan yayasan;

5) Mengatasi segala permasalahan atas pelaksanaan tugas yang

dijalankan oleh para pengurus;

6) Mengevaluasi semua kegiatan yang dilaksanakan oleh para

pengurus; dan

7) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan seluruh

tugas yayasan kepada jamaah.

b. Sekretaris

1) Mewakili ketua dan wakil ketua apabila yang bersangkutan tidak

hadir atau tidak ada di tempat;

2) Memberikan pelayanan teknis dan administrative;

3) Membuat dan mendistribusikan undangan;

4) Membuat daftar hadir rapat/ pertemuan;

5) Mencatat dan menyusun notulen rapat/ pertemuan; dan

Page 66: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

54

6) Mengerjakan seluruh pekerjaan sekretariat, yang mencakup:

a) membuat surat menyurat dan pengarsipannya;

b) memelihara daftar jamaah/ guru ngaji/ majelis taklim;

c) membuat laporan yayasan (bulanan, triwulan, dan tahunan)

termasuk musyawarah-musyawarah pengurus dan masjid

(musyawarah jamaah);

7) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya

kepada ketua/ wakil ketua.

c. Bendahara

1) Memegang dan memelihara harta kekayaan oragnisasi, baik berupa

uang, barang-barang investaris, maupun tagihan;

2) Merencanakan dan mengusahakan masuknya dana masjid serta

mengendalikan pelaksanaan Rencana Anggaran Belanja Masjid

sesuai dengan ketentuan;

3) Menerima, menyimpan, dan membukukan keungan, barang, tagihan,

dan surat-surat berharga;

4) Mengeluarkan uang sesuai dengan keperluan atau kebutuhan

berdasarkan persetujuan ketua;

5) Menyimpan surat bukti penerimaan dan pengeluaran uang,

6) Membuat laporan keuangan rutin atau pembangunan (bulanan,

triwulan, dan tahunan) atau laporan khusus; dan

7) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya

kepada ketua.

Page 67: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

55

d. Seksi Pendidikan Dan Dakwah

1) Merencanakan, mengatur, dan melaksanakan kegiatan pendidikan

dan dakwah yang meliputi:

a) Peringatan hari besar Islam, kegiatan majelis taklim dan

pengajian-pengajian;

b) Jadwal imam dan khatib Jum’at;

c) Jadwal muazin dan bilal Jum’at;

d) Shalat Idul Fitri dan Idul Adha;

2) Mengkoordinir kegiatan shalat Jum’at:

a) Mengumumkan petugas khatib, imam, muazin, dan bilal Jum’at;

b) Mengumumkan kegiatan-kegiatan yang ada hubungannya dengan

unit kerja intern dan ekstern,

c) Mengendalikan kegiatan remaja masjid, ibu-ibu, dan anak-anak;

d) Melaksanakan tugas khusus yang diberikan oleh ketua; dan

e) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya

kepada ketua.

e. Ketua Seksi Bidang Sosial

1) Merencanakan, mengatur, dan melaksanakan kegiatan social dan

kemasyarakatan yang meliputi:

a) Santunan kepada yatim piatu, janda, jompo, dan orang terlantar,

b) Khitanan massal

c) Pernikahan

d) Kematian

Page 68: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

56

e) Qurban/ akikah;

2) Melakukan koordinasi dengan pengurus RT/RW dan pemuka agama/

tokoh masyarakat dalam pelaksanaan tugas;

3) Melaksanakan kegiatan khusus yang diberikan oleh ketua;

4) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya

kepada ketua.

6. Ruang Lingkup dan Program Kerja Yayasan Al-Muflihun

Berdasarkan Akta Notaris No. 5 tanggal 10 Juli 1992 yang

beralamat di Jl. Osamaliki No. 525 Salatiga 50714 bahwa ruang lingkup

dan program kerja Yayasan adalah di bidang pendidikan, sosial

kemanusiaan dan keagamaan.

a. Bidang Pendidikan

1) Madrasah Diniyah atau TPA

2) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

b. Bidang Sosial Keagamaan

Memperhatikan amanat undang-undang tersebut, maka selain

kegiatan pelaksanan ibadah sholat, baik sholat lima waktu, sholat

jum’at, shalat tarawih maupun sholat idhul fitri dan shalat idhul adha,

ada banyak kegiatan yang berkaitan dengan takmir masjid merupakan

kegiatan-kegiatan yang bersifat rutin, baik yang bersifat harian,

mingguan maupun bulanan.

Page 69: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

57

7. Faktor yang Menghambat dalam Pengelolaan dan Pengembangan

Wakaf di Yayasan Al-Muflihun.

Selama mengelola dan mengembangkan Yayasan Al-Muflihun

sejak berdirinya tahun 1992, tentu pengurus yayasan selaku Nadzir telah

mengalami kendala-kendala dalam pengelolaan dan pengembangannya,

diantaranya :

a. Kurangnya perhatian dari pemerintah terhadap pengembangan lembaga

wakaf. Kurangnya bantuan dari pemerintah cukup dirasakan oleh

pengurus yayasan. Diantaranya dalam pengurusan sertifikasi tanah

wakaf yayasan Al-Muflihun seluruh biaya yang dikeluarkan ditanggung

sepenuhnya oleh pihak yayasan. Begitu pula pendidikan dan pelatihan

dari pemerintah bagi Nadzir wakaf masih dirasa kurang oleh pengurus

yayasan.

b. Kurangnya permodalan (biaya) dalam setiap kali melakukan

pengembangan yayasan terutama dalam setiap pembangunan fisik yang

dilakukan,sehingga seringkali dalam setiap pembangunan suatu gedung

dilaksanakan dalam jangka waktu yang cukup lama hingga sampai

beberapa tahun.

c. Sampai saat ini belum adanya lembaga Badan Wakaf Indonesia untuk

tingkat Propinsi Jawa Tengah, apalagi untuk tingkat Kota Salatiga,

dimana BWI merupakan lembaga sebagaimana yang diamanatkan oleh

Undang-undang wakaf yang memiliki tugas melakukan pembinaan

terhadap Nadzir dalam mengelola dan mengembangkan harta benda

Page 70: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

58

wakaf. (Wawancara khusus pada ketua yayasan HM. Indi Sugandi pada

tanggal 27 September 2015 jam 07.00 WIB)

B. Hasil Penelitian

1. Identifikasi Nadzir dan Pemahaman Nadzir di Yayasan Al-

Muflihun Jetis Kelurahan Sidorejo lor Kecamatan Sidorejo Kota

Salatiga terhadap hukum perwakafan

a. Nadzir atau ketua umum Yayasan Al-Muflihun yang menjadi informan

dalam penulisan ini adalah HM. Indi Sugandi, lahir di Ciamis pada

tanggal 20 Desember 1942.

1) Pengertian Wakaf

Berdasarkan wawancara pada tanggal 27 September jam

07.00 WIB, menurut HM. Indi Sugandi wakaf adalah pemberian

untuk di manfaatkan untuk kepentingan umum.

2) Syarat dan Rukun Wakaf

Menurut HM. Indi Sugandi wawancara pada tanggal 27

September 2015 jam 07.00 WIB Syarat dan rukun wakaf adalah:

Pertama. Adanya wakif(orang yang mewakafkan), Kedua. Mauquf

(benda yang diwakafkan), syarat benda tersebut harus tetap dan

tahan lama, Ketiga. Mauquf ‘alaih atau tujuan wakaf, Keempat.

Sigat atau ikrar/ pernyataan wakaf, Kelima. Nadzir wakaf atau

pengelola wakaf.

Page 71: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

59

3) Harta yang Diwakafkan

Menurut HM. Indi Sugandi wawancara pada tanggal 27

September 2015 jam 07.00 WIB harta yang di wakafkan adalah

semua benda bisa di wakafkan dengan syarat benda tersebut

berwujud dan tetap. Jadi wakaf itu tidak harus berwujud tanah tapi

bisa berwujud benda yang yang bergerak seperti kendaraan.

4) Hak dan Kewajiban Nadzir

Menurut HM. Indi Sugandi wawancara pada tanggal 27

September jam 07.00 WIB, Kalau hak Nadzir biasanya di dasari rasa

ikhlas jadi tidak pernah menuntut hak. Sedangkan kewajiban, yaitu

memelihara, merawat semaksimal mungkin agar benda wakaf

tersebut tidak rusak. Jangan sampai menghilangkan niat wakif

semula.

b. Nadzir yang kedua atau sekretaris umum Yayasan Al-Muflihun yang

menjadi informan dalam penulisan ini adalah Rochmad Wibowo

S.Kom, lahir di Salatiga pada tanggal 16 Maret 1972. Jabatan dalam

struktural Yayasan Al-Muflihun adalah sebagai sekretaris umum.

1) Pengertian Wakaf

Berdasarkan wawancara pada tanggal 27 September jam

08.00 WIB, menurut Rochmad Wibowo. S.Kom wakaf adalah

memisahkan sebagian dari harta benda hak milik untuk selama-

lamanya guna kepentingan ibadah atau keperluan umum lainnya

sesuai dengan syariat Islam.

Page 72: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

60

2) Syarat dan Rukun Wakaf

Menurut Rochmad Wibowo. S.Kom wawancara pada tanggal

27 September 2015 jam 08.00 WIB Syarat dan rukun wakaf adalah:

Pertama. Adanya wakif yaitu orang yang mewakafkan, Kedua.

Mauquf yaitu benda yang diwakafkan. Ketiga. Mauquf ‘alaih yaitu

wakaf harus mempunyai tujuan yang jelas, Keempat. Ikrar

pernyataan wakaf, Kelima. Nadzir wakaf yaitu Orang yang

diamanati untuk mengelola harta wakaf.

3) Harta yang Diwakafkan

Menurut Rochmad Wibowo. S.Kom wawancara pada tanggal

27 September 2015 jam 08.00 WIB harta yang di wakafkan adalah

secara garis besar objek wakaf yang dapat diwakafkan adalah benda

bergerak dan benda tidak bergerak yang dimiliki. Contoh: tidak

bergerak seperti tanah, rumah. Sementara objek wakaf benda

bergerak dapat berupa kendaraan.

4) Hak dan Kewajiban Nadzir

Menurut Rochmad Wibowo. S.Kom wawancara pada tanggal

27 September jam 08.00 WIB, Kalau hak Nadzir biasanya boleh

mengambil sedikit dari penghasilan wakaf tersebut asal tidak lebih

dari 10 %. Sedangkan kewajiban, yaitu memelihara, merawat

semaksimal mungkin agar benda wakaf tersebut tidak rusak dan

tetap bisa bermanfaat bagi semua umat.

Page 73: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

61

c. Nadzir yang ketiga yang menjadi informan dalam penulisan ini adalah

Darmadi S.Pd, lahir di Surakarta pada tanggal 23 April 1948. Di

Yayasan Al-Muflihun menjabat sebagai bendahara umum.

1) Pengertian Wakaf

Berdasarkan wawancara pada tanggal 27 September jam

09.00 WIB, menurut Darmadi S.Pd wakaf adalah Wakaf adalah

memberikan harta kita untuk selama-lamanya dengan niat ibadah

kepada Allah SWT agar kita dapat memperoleh pahala secara terus

menerus atau bisa juga disebut Sedekah Jariyah.

2) Syarat dan Rukun Wakaf

Menurut Darmadi S.Pd wawancara pada tanggal 27

September 2015 jam 09.00 WIB Syarat itu sesuatu yang harus

terpenuhi sebelum terjadinya wakaf. Yang pertama harus adanya

wakif. Wakif adalah orang yang mewakafkan Harta wakaf,

selanjutnya harus adanya Mauquf. Mauquf adalah Harta/benda yang

diwakafkan, yang ketiga Mauquf ‘alaih. Mauquf ‘alaih adalah tujuan

dari wakaf itu, yang keempat Sigat. Sigat adalah ikrar/ pernyataan

wakaf, dalam ikrar disini tidak membutuhkan Qobul (terima) dari

nadzir, yang terakhir Nadzir wakaf yaitu orang yang diamanati untuk

mengelola wakaf tersebut.

3) Harta yang Diwakafkan

Menurut Darmadi S.Pd wawancara pada tanggal 27

September 2015 jam 09.00 WIB, secara garis besar benda wakaf

Page 74: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

62

yang dapat diwakafkan adalah benda bergerak dan benda tidak

bergerak yang dimiliki. Contoh: tidak bergerak seperti tanah, rumah.

Sementara objek wakaf benda bergerak dapat berupa kendaraan.

4) Hak dan Kewajiban Nadzir

Menurut Darmadi S.Pd wawancara pada tanggal 27

September jam 09.00 WIB, Kewajiban Nadzir adalah mengurus dan

mengawasi harta kekayaan wakaf dan hasilnya, antara lain:

a) Menyimpan dengan baik lembar kedua salinan Akta Ikrar Wakaf

b) Memelihara dan memanfaatkan tanah wakaf serta berusaha

meningkatkan hasilnya

c) Menggunakan hasil wakaf sesuai dengan ikrar wakafnya.

2. Pengelolaan harta wakaf di Yayasan Al-Muflihun Jetis Kelurahan

Sidorejo lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga

Dalam konteks pengelolaan yang dilakukan oleh nadzir atau

pengurus Yayasan Al-Muflihun, berbagai upaya yang telah dilakukan

adalah :

a. Pengadministrasian Tanah Wakaf

Setelah mendata tanah-tanah wakaf secara nasional, maka hal

yang perlu dilakukan dalam rangka pengamanan tanah-tanah tersebut

adalah dengan segera memberikan sertifikat tanah wakaf yang ada di

seluruh pelosok tanah air. Secara teknis, pemberian sertifikat tanah

wakaf memang membutuhkan keteguhan para nadzir dan biaya yang

tidak sedikit. Sehingga diperlukan peran semua pihak yang

Page 75: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

63

berkepentingan, khususnya peran Badan Pertanahan Nasional (BPN)

dan pemerintah daerah agar memudahkan pengurusannya.

Sebagaimana diamanatkan dalam pasal 11 Undang-undang

Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf bahwa salah satu tugas nadzir

wakaf adalah melakukan pengadministrasian harta benda wakaf, maka

pengurus Yayasan Al-Muflihun berupaya melakukan hal yang sama.

Upaya awal yang dilakukan adalah mengurus administrasi wakaf pada

Kantor Urusan Agama Kecamatan Sidorejo, yaitu untuk mengurus Akta

Ikrar Wakaf, Ikrar Wakaf dan Surat Pengesahan Nazhir wakaf. Setelah

pengurusan Akta Ikrar Wakaf tersebut selesai, selanjutnya demi

kepastian hukum di masa mendatang, maka oleh pengurus yayasan

dirasa perlu untuk lebih meningkatkan tidak hanya sampai pada Akta

Ikrar Wakaf saja, namun perlu untuk segera diurus untuk menjadi

sertifikat wakaf. Maka selanjutnya diuruslah sertifikat wakaf tanah

wakaf yayasan tersebut pada Kantor Pertanahan Kota Salatiga, sehingga

akhirnya telah terbit sertifikat wakaf tersebut. Merumuskan Visi dan

Misi Yayasan serta Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) para

Pelaksana/Pegawai Yayasan.

Salah satu hal yang dilaksanakan para Nadzir Yayasan Al-

Muflihun pada tahap awal pendiriannya adalah menyusun visi dan misi

yayasan. Hal ini dirasa amat penting mengingat sebuah visi merupakan

suatu tujuan, impian atau keinginan ideal yang hendak dicapai dari

suatu organisasi. Sedangkan misi adalah tahapan-tahapan yang disusun

Page 76: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

64

dan dilaksanakan sebagai sebuah proses untuk mencapai visi atau

impian tersebut. Dan akhirnya para nadzirpun bersepakat untuk

merumuskan dan menetapkan visi dan misi Yayasan Pendidikan Islam

At-Taqwa sebagaimana yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya.

Termasuk hal penting selanjutnya adalah menyusun Tupoksi para

pelaksana/pegawai yayasan, sebagai kerangka acuan (job description)

bagi mereka dalam bekerja.

b. Mengangkat Para Pelaksana Yayasan yang Berkompeten di bidangnya

Para guru yang diangkat/ditugaskan mengajar pada lembaga-

lembaga pendidikan yang ada (Madrasah Diniyah dan PAUD)

diupayakan direkrut mereka yang memiliki kompetensi yang cukup

untuk mengajar. Pada MADIN/TPA dan PAUD saat ini jumlah

pengajarnya ada 7 (lima) orang guru. Dari lima orang guru tersebut

mengajar di TPA, sedangkan yang dua mengajar di PAUD semua

berpendidikan Sarjana Strata Satu S1 Kependidikan.

c. Mengembangkan Yayasan Al-Muflihun

Dalam hal pengembangan Yayasan Al-Muflihun berbagai upaya

yang dilakukan para nadzir/pengurus yayasan adalah :

Pembangunan Sarana dan Prasarana yang Berkelanjutan

Pembangunan sarana terutama sarana pendidikan merupakan salah satu

indikator perkembangan Yayasan Al-Muflihun yang diupayakan nadzir.

Hal ini dikarenakan pada awal didirikannya, hanya berdiri sebuah

masjid saja, namun saat ini telah ada berbagai gedung sebagai sarana

Page 77: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

65

pendidikan dan sosial keagamaan yang mendukung berjalannya

yayasan. Adapun berbagai pembangunan secara fisik atau berupa

sarana dan prasarana yang telah direalisasikan yaitu: Pembangunan

masjid Jami’ Al-Muflihun dan Pembangunan gedung Madrasah

Diniyah/TPA dan PAUD Al-Muflihun.

d. Subsidi pendidikan Madrasah Diniyah Al-Muflihun (Pendidikan gratis

Madrasah Diniyah)

Pengurus Yayasan Pendidikan Islam At-Taqwa selaku nazhir

wakaf menyadari bahwa tujuan dari pengelolaan wakaf adalah demi

kemaslahatan umat, dan salah satunya adalah untuk pengembangan

pendidikan. Mengingat hal tersebut maka pengurus yayasan

memutuskan untuk menggratiskan seluruh biaya pendidikan pada

Madrasah Diniyah Al-Muflihun, yang notabene berada dibawah

naungan yayasan Al-Muflihun.

3. Efektifitas Pengelolaan Harta Wakaf di Yayasan Al-Muflihun

a. Masjid Al-Muflihun

1) Sejarah Masjid Al-muflihun

Setelah berdirinya Yayasan Al-Muflihun dengan akta notaris

M. Fauzan SH. Nomor 5, tanggal 10 Juli 1992, dan telah terdaftar di

Pengadilan Negeri Salatiga dengan nomor 6/Y/VII/1992/PNSal.,

tanggal 27 Juli 1992. Yayasan Al-Muflihun mendapat kepercayaan

mengelola sebidang tanah wakaf seluas 514 M2 dengan Sertifikat

nomor: HM. No. 2875.

Page 78: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

66

Kemudian tanah wakaf tersebut diatasnya dibangun,

bangunan masjid dan balai serba guna. Secara keseluruhan bangunan

berbentuk gedung tingkat dua, bercirikan paduan arsitektur Jawa dan

Islam. Hal ini disesuaikan dengan tata letak dan fungsi bangunan.

Dua bangunan yang menyatu yaitu Masjid dan balai serba

guna, melambangkan “Syahadatain” (dua kalimat syahadat). Masjid

yang terletak di lantai dua mengandung makna hubungan vertikal

makhluk dengan Al Khaliq, sedangkan balai Pendidikan/Pertemuan

serbaguna memanjang ke utara pada lantai dasar, menyiratkan

horisontal sesama makhluk, sehingga keseluruhan bangunan

mencerminkan keseimbangan antara: “Hablu min Allah dengan

Hablu min An-nas”.

2) Fungsi dan Tujuan Bangunan Masjid Al-Muflihun

Bertolak dari dasar filsafat bentuk bangunan masjid tersebut, maka

fungsinya adalah

a) Masjid yang terletak dilantai dua sebagai masjid jami’,

perpustakaan, serta sarana pengembangan syi’ar Islam melalui

pengajian khusus.

b) Balai serbaguna yang terletak dilantai dasar sebagai tempat

penyelenggaraan Taman Pendidikan Al Qur’an, tempat

penyelenggaraan Pendidikan ketrampilan, dan pusat pengendali

pelaksanaan kegiatan yayasan, yang dapat dimanfaatkan

masyarakat sekitar sebagai balai pertemuan.

Page 79: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

67

3) Sruktur Organisasi Ketakmiran Masjid Al-Muflihun

Saat ini ketua takmir masjid Al-Muflihun adalah Bpk. Drs.

Wahid hasyim M.pdi. dengan di bantu sekretaris yaitu yulianto dan

Bendahara Masjid yaitu Bpk. Purwanto.

4) Sistem Administrasi

Pengelolaan keuangan masjid bersifat terbuka, hal itu

terbukti setiap seminggu sekali bendahara melaporkan kepada ketua

secara tertulis. Meskipun sudah di tulis di papan pengumuman

masjid tentang laporan uang masuk dan uang keluar serta sisa saldo

akhir. Ketua takmir juga menyampaikan pada masyarakat umum

pada saat sebelum shalat jum’at.

5) Kegiatan Ketakmiran Masjid Al-Muflihun

Kegiatan Takmir Masjid Meliputi:

a) Pengajian Tafsir Al-Qur’an yang rutin dilaksanakan pada setiap

hari selasa malam rabu dengan di asuh oleh Bpk. Drs. Wahid

Hasyim M.Pdi

b) Pengajian Bapak-bapak jama’ah Al-Muflihun yang rutin

dilaksanakan setiap jumat malam sabtu dengan di asuh oleh Bpk.

Karyono S.Ag, Drs. Wahid Hasyim, HM. Indi Sugandi.

c) Pengajian Ibu-ibu jama’ah Al-Muflihat yang rutin dilaksanakan

setiap ahad sore dengan di asuh oleh Dra. Binti muflikah, dr.

Supartinah Sp. THT. dan Hj. Animah Chomsun.

Page 80: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

68

b. TPA/PAUD Al-Muflihun

1) Sejarah TPA/PAUD Al-Muflihun

Setelah berdirinya Yayasan Al-Muflihun dengan akta notaris

M. Fauzan SH. Nomor 5, tanggal 10 Juli 1992, dan telah terdaftar di

Pengadilan Negeri Salatiga dengan nomor 6/Y/VII/1992/PNSal.,

tanggal 27 Juli 1992. Dan setelah berdirinya Masjid Jami’ Al-

Muflihun, dalam hal pengembangan yayasan terutama dalam bidang

pendidikan karena sarana dan prasarana sudah tidak mencukupi di

dalam gedung serbaguna, yayasan kami telah mendapat kepercayaan

untuk mengelola sebidang tanah wakaf seluas 217 m2 dengan

sertifikat Tanah Wakaf No. 11 yang rencananya akan didirikan

gedung TPA dan PAUD pada tanah wakaf tersebut. Pada tanggal 17

Juni 2012 dimulailah pembangunan gedung dengan peletakan batu

pertama secara simbolis oleh wali kota salatiga yaitu Yuliyanto SE.

M.M.

2) Struktur Organisasi TPA/PAUD Al-Muflihun

Saat ini ketua TPA/PAUD Al-Muflihun adalah dr. Supartinah

Sp. THT dengan di bantu sekretaris yaitu Sudarsoyo dan Bendahara

TPA/PAUD yaitu Ibu Fatimah.

3) Sistem Administrasi TPA/PAUD Al-Muflihun

Pengelolaan keuangan TPA/PAUD bersifat terbuka, hal itu

terbukti setiap sebulan sekali bendahara melaporkan kepada ketua

secara tertulis.

Page 81: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

69

4) Kegiatan TPA/PAUD Al-Muflihun

Program kerja PAUD adalah sebagai berikut :

Program kerja jangka pendek :

a) Melaksanakan penerimaan murid baru pada setiap tahun ajaran

baru.

b) Mengirimkan pengurus yayasan, Kepala Sekolah dan Guru-guru

untuk mengikuti penataran yang diloaksanakan oleh Dinas

Pendidikan.

c) Mengadakan dan menyempurnakan alat-alat peraga dan bermain

serta menyempurnakan tata ruang belajar yang sesuai dengan

keadaan murid serta ketentuan yang berlaku.

d) Meningkatkan usaha kesehatan anak dengan hubungan

Puskesmas, dokter serta psikolog.

e) Mengadakan perluasan kerjasama, baik dengan pemerintah

maupun swasta, demi terwujudnya sekolah yang ideal.

f) Melaksanakan studi banding pada sekolah lain demi meningkatkan

kualitas sekolah.

Program Jangka Panjang :

a) Menyempurnakan fasilitas-fasilitas yang diperlukan, khususnya

penggantian/perbaikan alat-alat sekolah dan untuk keperluan

guru.

b) Membangun/memperluas areal sekolah.

Page 82: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

70

BAB IV

ANALISIS DATA

A. Analisis Penelitian

Dalam bab IV ini dikemukakan tentang analisis data dan

pembahasan temuan penelitian. Seperti telah dikemukakan di bab III,

data yang terkumpul dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan

dua teknik pengumpulan data yaitu teknik observasi dan wawancara. Alat tes

yang digunakan adalah tes pemahaman tentang hukum wakaf dan

bagaimana cara pengelolaannya dengan teknik wawancara secara langsung

terhadap para Nadzir.

Teknik observasi dilakukan dengan cara melakukan pengamatan

terhadap pelaksanaan perwakafan menggunakan model data yang terkumpul

dari hasil observasi ini berupa data kualitatif yang diperoleh dari hasil

wawancara dengan para Nadzir. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan

data berupa pendapat, tanggapan, kesan, dan pelaksanaan terhadap

pengelolaan harta wakaf tersebut. Teknik wawancara ini dilakukan dengan

menggunakan instrumen pedoman wawancara yang berisi beberapa

pertanyaan yang harus dijawab oleh para Nadzir.

Berikut dipaparkan analisis data dan pembahasan hasil temuan dalam

penelitian ini.

Page 83: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

71

1. Pemahaman Nadzir di Yayasan Al-Muflihun Jetis Kelurahan

Sidorejo Lor kecamatan Sidorejo Kota Salatiga terhadap

hukum perwakafan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Nadzir sekaligus Ketua

umum Yayasan Al-muflihun yang penulis paparkan di bab III, yaitu Bpk.

Indi Sugandi, Pria kelahiran Ciamis pada tanggal 20 Desember 1942.

Maka penulis menyimpulkan bahwa Nadzir paham dengan hukum

perwakafan karena Nadzir tersebut dari segi latar belakang merupakan

lulusan podok pesantren, dari segi lingkungan hidup nadzir tersebut

merupakan tokoh agama setempat, kemudian dari segi pengalaman, jika

dilihat dari usia yang sudah berumur 73 tahun, dan menjadi nadzir sejak

tahun 1992 maka nadzir tersebut sudah cukup pengalaman untuk bisa

mengelola dan menjaga harta wakaf tersebut.

Dari hasil wawancara dengan Nadzir yang kedua yaitu Bpk.

Rochmad Wibowo, sekretaris umum Yayasan Al-Muflihun yang penulis

paparkan di bab III, Pria kelahiran Salatiga pada tanggal 16 maret 1972.

Maka penulis menyimpulkan bahwa Nadzir paham dengan hukum

perwakafan karena Nadzir tersebut dari segi latar belakang pendidikan

terakhir adalah Sarjana, dari segi lingkungan hidup nadzir tersebut

merupakan tokoh agama setempat, kemudian dari segi pengalaman, nadzir

tersebut dari muda sudah aktif dalam organisasi di Yayasan Al-Muflihun,

maka nadzir tersebut sudah cukup pengalaman untuk bisa mengelola dan

menjaga harta wakaf bersama-sama dengan Nadzir yang lain.

Page 84: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

72

Nadzir Yang Ketiga yang penulis wawancarai adalah Bpk.

Darmadi S.pd. Di Yayasan Al-Muflihun menjabat sebagai bendahara

umum yayasan, sebgaimana telah penulis paparkan di bab III, yaitu Bpk.

Darmadi S.Pd merupakan Pria kelahiran surakarta pada tanggal 23 April

1948. Maka penulis menyimpulkan bahwa Nadzir paham dengan hukum

perwakafan karena Nadzir tersebut dari segi latar belakang pendidikan

merupakan lulusan sarjana, dari segi lingkungan hidup nadzir tersebut

merupakan tokoh agama setempat, kemudian dari segi pengalaman, jika

dilihat dari usia yang sudah berumur 67 tahun, dan menjadi nadzir sejak

tahun 1992 maka nadzir tersebut sudah cukup pengalaman untuk bisa

mengelola dan menjaga harta wakaf menjadi lebih berdaya guna dan

bermanfaat untuk kepentingan umat Islam.

Dari pemahaman ketiga nadzir tersebut menurut penulis

pemahaman mereka terhadap hukum perwakafan dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti faktor pendidikan nadzir baik itu formal maupun

non formal, faktor lingkungan hidup dan faktor pengalaman menjadi

nadzir/pengurus.

2. Pengelolaan harta wakaf di Yayasan Al-Muflihun Jetis

Kelurahan Sidorejo Lor kecamatan Sidorejo Kota Salatiga

Dalam rangka pengelolaan harta wakaf di Yayasan Al-Muflihun,

para nazhir/pengurus yayasan telah melakukan hal-hal sebagai berikut :

a. Pengadministrasian tanah wakaf

Page 85: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

73

b. Merumuskan visi dan misi yayasan, serta tugas pokok dan fungsi para

pelaksana/pegawai yayasan

c. Mengangkat pelaksana yayasan yang berkompeten di bidangnya

d. Melakukan Pengawasan dan Evaluasi Kerja Para Pelaksana/Pegawai

Yayasan Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf merupakan

tugas dan kewajiban nadzir sebagai pihak yang secara yuridis diberikan

kuasa pengelolaannya oleh wakif.

Hal ini sebagaimana disebutkan dalam pasal 42 Undang-undang

Nomor 41 Tahun 2004: “Nadzir wajib mengelola dan mengembangkan

harta benda wakaf sesuai dengan tujuan, fungsi dan peruntukannya”.

Demikian pula dalam pasal 11 disebutkan bahwa Nadzir sebagai pengelola

wakaf mempunyai tugas:

a. Melakukan pengadministrasian harta benda wakaf;

b. Mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan

tujuan, fungsi dan peruntukannya;

c. Mengawasi dan melindungi harta benda wakaf;

d. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Badan Wakaf Indonesia.

Bila dilihat dari tugas yang diamanatkan undang-undang

sebagaimana tersebut diatas, maka apa yang telah dilakukan para nadzir

dalam rangka pengelolaan tanah wakaf Yayasan Al-Muflihun nampaknya

telah sesuai dengan aturan. Point pertama yaitu pengadministrasian tanah

wakaf yayasan jelas selaras dengan aturan undang-undang. Upaya

pengadministrasian yang dimaksud adalah nadzir yayasan pada awalnya

Page 86: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

74

mengurus Akta Ikrar Wakaf (AIW) tanah wakaf tersebut pada Kantor

Urusan Agama Kecamatan setempat, disamping juga mengurus berbagai

administrasi lain yang berkaitan, seperti Surat Pengesahan Nadzir, Ikrar

Wakaf, Surat Keterangan Kepala Desa setempat dan lain sebagainya.

Bahkan suatu upaya administratif yang cukup signifikan yang dilakukan

selanjutnya adalah upaya pensertifikatan tanah wakaf tersebut, sehingga

kekuatan hukum dari status tanah wakaf tersebut menjadi lebih kuat dan

tidak dapat diganggu gugat lagi oleh siapapun pada masa mendatang. Hal

ini menurut hemat penulis merupakan hal yang sangat bagus dan positif,

mengingat masih banyaknya tanah-tanah wakaf yang belum berstatus

sertifikat wakaf, dan nadzir Yayasan al-Muflihunpun telah mengeluarkan

dana yang tidak sedikit dan waktu yang relatif lama dalam rangka

pengurusan sertifikat tersebut. Upaya selanjutnya yang dilakukan adalah

merumuskan visi dan misi yayasan serta tugas pokok dan fungsi (Tupoksi)

para pelaksana atau pegawai yayasan. hal ini amat penting dilakukan

mengingat visi dan misi merupakan cita-cita, keinginan ideal dan langkah-

langkah yang harus ditempuh dalam rangka mencapai cita-cita atau

keinginan tersebut. Visi Yayasan Al-Muflihun yang telah dirumuskan

adalah : “Menjadikan yayasan sebagai bagian dari komponen masyarakat

yang turut serta dalam pembangunan nasional Indonesia dalam bidang

pendidikan, sosial dan keagamaan, dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan

membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa serta berahlak mulia dan

Page 87: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

75

mempunyai rasa tanggung jawab terhadap masyarakat menuju keridhoan

Allah SWT dunia dan akherat” Dari visi tersebut jelas nampak keinginan

ideal untuk menjadikan yayasan sebagai bagian masyarakat dan bangsa

Indonesia yang turut serta mencerdaskan bangsa dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Hal itu senada dengan tujuan dan peruntukan

wakaf sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 22 Undang-undang

Nomor 41 Tahun 2004, yaitu diantaranya untuk sarana dan kegiatan

pendidikan, beasiswa, serta kemajuan dan peningkatan ekonomi umat.

Mengangkat para pelaksana/pegawai yayasan yang berkompeten di

bidangnya merupakan hal cukup penting, mengingat ruang lingkup

yayasan yang cukup luas mencakup bidang pendidikan dan sosial

keagamaan yang tentunya keseluruhannya itu tidak dapat secara langsung

ditangani oleh para nadzir/pengurus. Dalam hal ini para nadzir bertindak

sebagai manajer yang memberikan tugas kepada para pegawai serta

mengawasi kinerja mereka. Dengan demikian pengawasan dan evaluasi

terhadap kinerja para pegawai yayasan amat penting, mengingat

keberhasilan para pegawai dalam mengelola yayasan dapat juga berarti

keberhasilan para nadzir, juga sebaliknya.

Dalam hal pemanfaatan hasil pengelolaan dan pengembangan

wakaf di Yayasan Al-Muflihun dapat penulis kategorikan menjadi dua

bagian yaitu :

Page 88: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

76

1) Pemanfaatan secara internal

Yang dimaksud dengan pemanfaatan internal adalah

pemanfaatan yang ditujukan kedalam yayasan itu sendiri dan hasilnya

dirasakan dalam internal yayasan. Yang termasuk pemanfaatan kategori

internal adalah pemanfaatan untuk biaya operasional yayasan dan

pemanfaatan untuk dijadikan sebagai modal pembangunan sarana dan

prasarana dalam rangka pengembangan yayasan.

2) Pemanfaatan secara eksternal

Yang dimaksud dengan pemanfaatan ini adalah manfaat yang

dirasakan oleh komponen masyarakat diluar yayasan. yang termasuk

dalam kategori ini adalah pemanfaatan untuk subsidi

pendidikan/beasiswa untuk seluruh Madrasah Diniyah/ TPA Al-

Muflihun, dimana mereka sama sekali tidak dikenakan biaya selama

mengikuti pendidikan pada MADIN/TPA tersebut. Selain itu juga

manfaat lain yang dapat dirasakan masyarakat sekitar adalah dengan

tumbuh dan berkembangnya Yayasan Al-Muflihun dapat membuka

lowongan pekerjaan untuk masyarakat di lingkungan yayasan.

Lowongan pekerjaan yang dimaksud adalah untuk posisi guru, baik

pada MADIN dan PAUD. Bahkan nilai ekonomis lain yang masyarakat

rasakan adalah mereka dapat berjualan beraneka makanan dan minuman

untuk anak-anak di sekitar yayasan, bahkan dengan bekerja sama

dengan yasasan dapat membuka kantin sekolah yang berisi aneka

makanan. Apa yang telah dilakukan oleh nazhir/pengurus yayasan

Page 89: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

77

tersebut merupakan implementasi konkrit dari amanat Undang-undang

Nomor 41 Tentang Wakaf, dimana pada pasal 22 disebutkan :

Dalam rangka mencapai tujuan dan fungsi wakaf, harta benda

wakaf hanya dapat diperuntukkan bagi: Sarana dan kegiatan ibadah;

Sarana dan kegiatan pendidikan serta kesehatan; Bantuan kepada fakir

miskin, anak terlantar, yatim piatu, beasiswa; Kemajuan dan

peningkatan ekonomi umat; dan/atau Kemajuan kesejahteraan umum

lainya yang tidak bertentangan dengan syariah dan peraturan

perundang-undangan. Selanjutnya melihat adanya beberapa hambatan

yang dihadapi oleh para pengurus Yayasan Al-Muflihun selama dalam

pengelolaan dan pengembangan yayasan, hal itu rupanya tidak

dijadikan alasan bagi pengurus untuk mengendurkan semangat dalam

mengembangkan yayasan, bahkan sebaliknya berbagai hambatan

tersebut dianggap sebagai tantangan bagi mereka untuk lebih berinovasi

dan berkreasi yang dapat memacu semangat mereka. Hal ini terbukti

dengan eksistensi Yayasan Al-Muflihun saat ini yang dapat dikatakan

sebagai yayasan wakaf yang relatif besar dan produktif.

Page 90: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

78

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pemahaman

nadzir tentang hukum wakaf dalam mengelola harta wakaf dan

Efektifitasnya dalam pengelolaaan Harta Wakaf di Yayasan Al-Muflihun

Jetis Kelurahan Sidorejo lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga dapat diambil

kesimpulan dan dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Dalam hal pemahaman Nadzir di Yayasan Al-Muflihun Jetis Kelurahan

Sidorejo lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga, penulis menyimpulkan

bahwa Nadzir-nadzir di yayasan Al-Muflihun paham terhadap hukum

perwakafan. Indikatornya adalah Nadzir ketika diwawancarai dapat

menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh penulis sesuai dengan

ketentuan syari’at Islam.

2. Upaya yang telah dilakukan para Nadzir dalam rangka pengelolaan

Yayasan terdiri dari :

a. pengadministrasian tanah wakaf,

b. merumuskan visi dan misi yayasan serta menyusun tugas pokok dan

fungsi (tupoksi) para pelaksana/pegawai yayasan,

c. mengangkat para pelaksana/pegawai yang berkompeten dibidangnya,

d. melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap kinerja para pelaksana.

Sedangkan dalam rangka pengembangan Yayasan Al-Muflihun,

upaya yang telah dilakukan adalah :

Page 91: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

79

a. pembangunan sarana dan prasarana yang berkelanjutan,

b. meningkatkan profesionalitas dan keahlian para pengurus dan

pelaksana,

c. memperluas usaha/kegiatan yayasan. Namun demikian dalam

prakteknya belumlah mencapai sepenuhnya seperti apa yang terdapat

dalam wacana hukum Islam maupun hukum positif. Hal ini dikarenakan

masih adanya hambatan-hambatan atau permasalahan dalam

aplikasinya di lapangan, baik hambatan yang berasal dari masalah

internal yayasan maupun eksternal. Namun demikian peranan Nadzir

wakaf dalam hal ini para pengurus Yayasan Al-Muflihun cukup besar

dalam pengelolaan dan pengembangan Yayasan Al-Muflihun. Hal ini

terbukti dengan telah menjadi besar dan berkembangnya yayasan

tersebut dibanding ketika awal berdirinya, dimana dari hanya ada

sebuah masjid ketika berdirinya, sampai akhirnya memiliki berbagai

asset seperti gedung TPA dan PAUD. Dalam hal pemanfaatan hasil

pengelolaan dan pengembangan yayasan, pengurus/Nadzir

menyalurkannya kepada 3 (tiga) sektor. Pertama untuk menutupi biaya

operasional yayasan, Kedua sebagai modal pengembangan yayasan.

Dan ketiga untuk tujuan sosial, yaitu pendidikan gratis (beasiswa) bagi

seluruh siswa/i Madrasah Diniyah Yayasan Al-Muflihun.

3. Berdasarkan hasil hasil pemahaman nadzir yang paham terhadap hukum

perwakafan dan jika dilihat dari segi produktifitas dalam hal pengelolaan

harta wakaf yang berada di Yayasan Al-Muflihun maka penulis

Page 92: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

80

mendapatkan kesimpulan bahwa pemahaman nadzir tentang hukum

wakaf mempengaruhi tingkat produktifitas pada Yayasan Al-Muflihun

sehingga dapat dikatakan sudah efektif dalam mengelola harta wakaf

tersebut.

Hal ini dapat dilihat dari upaya pembangunan sarana dan

prasarana yang telah dilakukan oleh nadzir Yayasan Al-Muflihun jelas

menggambarkan perkembangan/kemajuan yayasan dari waktu ke waktu.

Indikatornya adalah bahwa saat ini telah berdiri berbagai bangunan baru

yang mendukung jalannya yayasan, baik untuk sarana pendidikan gedung

TPA dan PAUD, serta sosial keagamaan (bangunan masjid jami’ dan

gedung serbaguna sekretariat yayasan Al-Muflihun).

B. Saran-saran

Adapun saran-saran penulis untuk kemajuan dalam mengelola harta

wakaf yang ada agar lebih efektif dan produktif, adalah sebagai berikut:

1. Kepada Pengurus Yayasan Al-Muflihun agar terus berupaya agar yayasan

yang saat ini sudah berkembang besar saat ini dapat terus berkembang

dimasa mendatang. Memang diperlukan semangat, kerja cerdas dan ikhlas,

kreatifitas dan inovasi dalam upaya pengelolaan dan pengembangan

yayasan,terutama dalam masa globalisasi saat ini yang sangat kompetitif

dalam segala hal.

2. Kepada masyarakat terutama yang berada di lingkungan lembaga wakaf,

seperti wakaf Yayasan Al-Muflihun agar lebih memberikan dukungan dan

partisipasi aktif dalam pengembangan lembaga wakaf. Dengan turut serta

Page 93: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

81

dalam kegiatan yang dikelola yayasan Al-Muflihun, semisal turut

menyekolahkan anak pada lembaga pendidikan yang dikelola yayasan,

dan/atau turut memberikan donasi dalam pengembangan yayasan, tentu

sangat berarti dan bermanfaat.

3. Bagi Kementrian Agama

a. Memberikan penyuluhan, pembinaan, pelatihan singkat

ataupun sosialisasi secara penuh kepada para Nadzir wakaf secara

khusus ataupun secara umum masyarakat mengenai pentingnya

pendaftaran tanah wakaf

b. Sebaiknya lebih sering mengadakan pelatihan-pelatihan manajemen

modern, khusunya manajemen perwakafan untuk para Nadzir agar para

Nadzir lebih dapat produktif dan efektif dalam mengelola harta wakaf.

4. Kepada pemerintah, baik pusat maupun daerah, agar lebih memperhatikan

dan memberikan bantuan lebih banyak kepada lembaga wakaf, semisal

wakaf di Yayasan Al-Muflihun ini. Juga agar dipertimbangkan untuk

segera mendirikan Badan Wakaf Indonesia minimal pada tingkat Kota,

agar pembinaan kepada para Nadzir menjadi lebih terfokus dan terarah.

Hal lain yang dapat disampaikan kepada pemerintah adalah agar lebih

banyak upaya sosialisasi wakaf tunai kepada seluas-luasnya lapisan

masyarakat, agar wakaf tunai tidak hanya menjadi wacana ilmiah saja,

namun dapat terealisasi di masyarakat luas, yang pada akhirnya diharapkan

dapat menjadi salah satu modal besar dalam pengembangan wakaf

produktif di Indonesia.

Page 94: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

82

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad Daud. 1988. Sistem Ekonomi Islam, Zakat Dan Wakaf . Jakarta : IU

Press.

As-San'any, Muhammad Ibnu Ismail. 1980. Subulus Salam, Juz III, Beirut : Dar al-

Kitab al- Ilmiyah.

Al-Kabisi, Muhammad Abid Abdullah . 2004. Hukum Wakaf, Kajian Kontemporer

Pertama dan Terlengkap tentang Fungsi dan Pengelolaan Wakaf serta

Penyelesaian atas Sengketa Wakaf, terjemah, Jakarta: Dompet Dhuafa

Republika.

Al-Munawar, Said Agil Husain .2004. Hukum Islam dan Pluralitas Sosial, Jakarta:

Penamadani.

Al-Ramli, Ibnu Syihab . 1996.Nihayah al-Muhtaj, Juz IV, Beirut: Daar al-Kitab al-

Alamiyah.

Basyir, Ahmad Azhar. 1987.Hukum Islam tentang Wakaf, Ijarah Syirkah. Bandung.

P'T. Alma'arif.

Baidan, Nashruddin. 2001. Tafsir Maudhu’i, Solusi Qur’ani atas Masalah

Kontemporer, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Departemen Agama RI. 1998. Kompilasi Hukum Islam; Direktorat Jenderal

Pembinaan Kelembagaan Agama Islam.

Depdikbud. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka.

Direktorat Jendral Perkembangan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji.

2003. Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonesia. Jakarta : Proyek

Peningkatan Zakat dan Wakaf.

Direktorat Pengembangan Zakat Dan Wakaf Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam

Dan Penyelenggaraan Haji. 2006. Panduan Pemberdayaan Tanah Wakaf

Produktif Strategis di Indonesia.

Page 95: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

83

Ghani, Djunaidi. 1997. Dasar-dasar Pendidikan Kualitatif: Prosedur, Tehnik dan

Teori. Surabaya: PT. Bila Ilmu.

Hadi Sutrisno. 1983. Metodologi Research Jilid 1. Yogyakarta: Fak. Psikologi UGM

Hadari Nawawi. 2002. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press

Halim, Abdul .2005. Hukum Perwakafan di Indonesia. Jakarta: Ciputat Press.

Harsono, Boedi. 1993. Hukum Agraria Indonesia. Jakarta : Jambatan.

Harahap, Sumuran dkk. 2006. Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai. Jakarta:

Direktorat Pemberdayaan Wakaf “Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakaf

Islam.

Hamami, Taufiq. 2003. Perwakafan Tanah dalam Politik Hukum Agraria Nasional,

Jakarta: Tatanusa.

Imam Abi al Husain Muslim bin al Hujjaj bin Muslim, Al Jami’ al Shahih al

Mushamma Shahih Muslim, Semarang: Toha Putra, Juz 3.

Kafemad, Dadang, dan Maman Abd. Djaliel. 2000. Metodologi Penelitian Agama.

Bandung: Pustaka Setia

Khosyi’ah, Siah. 2010. Wakaf dan Hibah (Perspektif Ulama Fiqh dan

perkembanganya di Indinesia). Bandung: CV. Pustaka Setia

M.Iqbal Hasan. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya.

Jakarta: Jfilia Indonesia

Mohammad Ali. 1993. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung : Angkasa

Mughniyah, Muhammad Jawad. 1996. Fiqh Lima Mazhab, Penerjemah Masyukur A.

B, dkk. Jakarta: Lentera.

Mas’adi, Ghufron A. 2002. Fiqh Muamalah Kontekstual, Jakarta, PT. Raja Grafindo

Persada.

Munawwir, Ahmad Warson . 1984. al-Munawir Kamus Arab – Indonesia,

Yogyakarta : Unit Pengadaan Buku-buku Ilmiah Keagamaan Pondok

Pesantren "al-Munawir".

Moleong, Lely J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja

Rosdakarya.

Page 96: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

84

Muhadjir, Noeng. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin.

Milles, Mattew B. dkk. 1992. Analisis data Kualitatif. Jakarta: PT. UI Press.

Nana Sujana dan Ibrahim. 1984. Penelitian dan Penelitian Pendidikan. Bandung:

Sinar baru

Nawawi, Hadari. 1990. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press.

Nasution, Mustofa Edwin dkk. 2004. Wakaf Tunai Inovasi FinanSial Islam. Jakarta:

Universitas Indonesia Press.

Peraturan Menteri Agama RI No.1 Tahun 1978 Tentang Pelaksanaan PP No.28

Tahun 1977.

Peraturan Dirjen Bimas Islam DEPAG RI No. Kep/D/75/1978 dan Inpres RI No. 1

Tahun 1991Tentang Kompilasi Hukum Islam (KHI).

Pentashih, Lajnah. Mushaf Al-Qur’an Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan

Terjemahnya.

Sabiq, Sayyid. 1987. Fikih Sunnah jilid 14. Bandung: PT. Alma’arif.

Suprayogo, Imam dan Tobroni. 2001. Metode Penelitian Sosial Agama. Bandung:

PT.Remaja Rosdakarya.

Suhadi, Imam. 1985. Hukum Wakaf di Indonesia.Yogyakarta : Dua Dimensi

Suharsini Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian atau Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta

Surakhmad, Winarto. 1980. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung : Tarsito.

Suryabrata, Sumadi. 1998. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Siregar, Mulya.2001.Peranan Perbankan Syariah Dalam Wakaf Tunai (Sebuah

Kajian Konseptual). Jakarta: Biro Perbankan Syariah Bank Indonesia.

Sari, Elsi Kartika. Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, Jakarta, PT. Grasindo.

Rofiq, Ahmad . 1998. Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT Grafindo Persada.

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 41 tahun 2004 tentang wakaf

Umar , Husain. 1999. Metodologi Penelitian Aplikasi dalam Pemasaran. Jakarta:PT.

Gramedia Pustaka Utama.

Page 97: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

85

Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh al-Islam Wa Adillatuhu, terj. Indonesia. Beirut: Dar al-

Fikr,1989), cet. 3, juz 8.

Yunus, Muhammad.1973. Kamus Arab Indonesia, Jakarta: Yayasan Penyelenggara

Penterjemah/Pentafsir al Qur’an.

Sadiman, Arif Sukadi. 1999. Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar,

Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa.

Em Zul Fajri, Ratu aprilia, Senja. 2008. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.

Semarang: Difa publiser.

Fanani, Muhyar. 2008. Kelanggengan Wujud Fisik Versus Kelanggengan Manfaat:

Kunci Sukses Manajemen Wakaf Produktif Pondok Modern Darussalam

Gontor. Salatiga. STAIN

Fauroni, Lukman. 2008. Wakaf untuk Produktifitas Ekonomi Umat. Salatiga. STAIN

Khotimah, khusnul. Http://depagkotasalatiga. Wordpress.com, 23 Juni 2009, 7:13 am

di akses pada hari Rabu 15 Agustus 2012 jam 20:30 WIB. Pada artikel

Ratusan Tanah Wakaf Belum Disertifikasi

Http://Dansite.Wordpress.Com, 28 Maret 2009 di akses pada hari Rabu 15 Agustus

2013 jam 21:00 WIB. Pada artikel Definisi/Pengertian efektifitas.

Page 98: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

86

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI :

1. Nama Lengkap : Nurohmat2. Tempat,Tanggal Lahir : Grobogan, 12 Juni 19883. Alamat : Deras, RT 002/006 Kec. Kedungjati,

Kab. Grobogan4. Jenis Kelamin : Laki-Laki5. Agama : Islam6. Status : Sudah Menikah7. Tinggi/Berat Badan : 169cm/70kg8. Telepon : 085-727-652-6529. Email : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN:

A. Pendidikan Formal:1. (2000) Lulus SD Negeri 1 Deras - Kab. Grobogan2. (2003) Lulus SLTP Negeri 1 Kedungjati - Kab. Grobogan3. (2006) Lulus SMA Negeri 1 Bringin - Kab. Semarang

B. Pendidikan Non-Formal:1. (2010) Pelatihan Komputerisasi akuntansi Bersertifikat2. (2011) Pelatihan Mengemudi Bersertifikat

KEMAMPUAN:

1. Mengoperasikan komputer (Ws.Word, Ms. Excel, Power Point)2. Merakit komputer & Teknisi Komputer3. Instruktur Stir Mobil

PENGALAMAN KERJA:

1. (2008) Kantor Notaris PPAT Ngatipah SH. Karanggede, Boyolali2. (2009) Koperasi Muslimat NU Salatiga3. (2010) Computer Servis HandComp4. (2012) LPK Aquarius Cabang Salatiga

Demikian surat daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnyasebagai bahan referensi dan pertimbangan Bapak/Ibu. Atas perhatiannya sayaucapkan terimakasih.

Hormat Saya

Nurohmat

Page 99: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

87

Page 100: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

88

Page 101: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

89

Page 102: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

90

Page 103: PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/830/1/NUROHMAT.21208006.pdfKota Salatiga terhadap hukum perwakafan, bagaimana pengelolaan harta wakaf

91