06 petunjuk administrasi perwakafan

31
PETUNJUK DAN GAGASAN ADMINISTRASI PERWAKAFAN Oleh HM. Cholil Nafis, Ph.D, Wakil Sekretaris Badan Wakaf Indonesia Wakaf merupakan ibadah maliyah yang erat kaitannya dengan pembangunan kesejahteraan umat. Peran wakaf sebagai pranata keagamaan sangat penting. Ia tidak hanya bertujuan menyediakan berbagai sarana ibadah dan sosial, tetapi juga memiliki potensi ekonomi yang sangat tinggi. Sehingga wakaf perlu ditingkatkan kemanfaatannya sesuai dengan prinsip syariah. Sebagai sebuah ajaran Islam, wakaf telah dikenal sejak masa Rasulullah saw. karena wakaf disyariatkan setelah Rasulullah saw. hijrah ke Madinah, pada tahun kedua Hijriyah. Dalam hal ini terdapat perbedaan pendapat mengenai siapa yang pertama kali melaksanakan wakaf. Pendapat pertama menyatakan bahwa yang pertama kali melaksanakan wakaf adalah Rasulullah saw., yaitu wakaf tanah Rasulullah saw. untuk dibangun masjid Sedangkan pendapat yang kedua menyatakan bahwa yang pertama kali melaksanakan wakaf adalah Umar ibn Khattab. Pendapat ini berdasarkan hadits yang meriwayatkan bahwa Umar ibn Khattab memperoleh sebidang tanah di Khaibar, kemudian ia menghadap kepada Rasulullah saw. untuk memohon petunjuk. Umar berkata: Ya Rasulullah, saya mendapatkan sebidang tanah di Khaibar, saya belum pernah mendapatkan harta sebaik itu, maka apakah yang engkau perintahkan kepadaku? Rasulullah saw.

Transcript of 06 petunjuk administrasi perwakafan

Page 1: 06 petunjuk  administrasi perwakafan

PETUNJUK DAN GAGASAN ADMINISTRASI PERWAKAFAN

Oleh HM. Cholil Nafis, Ph.D, Wakil Sekretaris Badan Wakaf Indonesia

Wakaf merupakan ibadah maliyah yang erat kaitannya dengan pembangunan

kesejahteraan umat. Peran wakaf sebagai pranata keagamaan sangat penting. Ia tidak

hanya bertujuan menyediakan berbagai sarana ibadah dan sosial, tetapi juga memiliki

potensi ekonomi yang sangat tinggi. Sehingga wakaf perlu ditingkatkan

kemanfaatannya sesuai dengan prinsip syariah. Sebagai sebuah ajaran Islam, wakaf

telah dikenal sejak masa Rasulullah saw. karena wakaf disyariatkan setelah

Rasulullah saw. hijrah ke Madinah, pada tahun kedua Hijriyah. Dalam hal ini terdapat

perbedaan pendapat mengenai siapa yang pertama kali melaksanakan wakaf. Pendapat

pertama menyatakan bahwa yang pertama kali melaksanakan wakaf adalah Rasulullah

saw., yaitu wakaf tanah Rasulullah saw. untuk dibangun masjid

Sedangkan pendapat yang kedua menyatakan bahwa yang pertama kali melaksanakan

wakaf adalah Umar ibn Khattab. Pendapat ini berdasarkan hadits yang meriwayatkan

bahwa Umar ibn Khattab memperoleh sebidang tanah di Khaibar, kemudian ia

menghadap kepada Rasulullah saw. untuk memohon petunjuk. Umar berkata: Ya

Rasulullah, saya mendapatkan sebidang tanah di Khaibar, saya belum pernah

mendapatkan harta sebaik itu, maka apakah yang engkau perintahkan kepadaku?

Rasulullah saw. menjawab: Bila kamu suka, kamu tahan pokoknya tanah itu dan

kamu sedekahkan hasilnnya. Kemudian Umar menyedekahkan tanahnya dan

mewasiatkan bahwa tanah tersebut tidak boleh dijual, tidak boleh dihibahkan dan

tidak boleh diwarisi. Umar menyalurkan hasil tanah tersebut kepada orang-orang

fakir, kaum kerabat, hamba sahaya, ibnu sabil dan tamu. (Nasa’i, Sunan Nasa’i, 1995,

h. 233).

Dalam perkembangan selanjutanya, dari masa ke masa, umat Islam telah menjabarkan

hadits tersebut dengan mewakafkan sebagian harta bendanya untuk kepentingan umat.

Harta benda wakaf dikelola sedemikian rupa sehingga hasilnya dapat digunakan untuk

pengembangan kegiatan-kegiatan sosial-keagamaan, seperti pendidikan, kesehatan

sarana publik lainnya. Keberadaan wakaf telah terbukti banyak membantu

pengembangan dalam berbagai ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu pengetahuan

lainnya. Biasanya, hasil pengelolaan harta benda wakaf digunakan untuk membangun

Page 2: 06 petunjuk  administrasi perwakafan

fasilitas-fasilitas publik di bidang keagamaan, kesehatan dan pendidikan –

pembangunan masjid, rumah sakit, perpustakaan, gedung-gedung dan lainnya.

Sejarah telah mencatat bahwa di Mesir, pada masa pemerintahan Daulah Bani

Umayyah, perhatian terhadap wakaf nampak cukup tinggi sehingga masalah wakaf

diserahkan kepada sebuah lembaga khusus untuk menangani wakaf di bawah

pengawasan hakim. Menurut Abu Zahra, orang yang pertama kali melakukan hal

tersebut adalah Taubah ibn Numairi, seorang Qadli Mesir di masa pemerintahan

Hisyam ibn Abdul Malik. Taubah menegaskan bahwa tujuan utama dari peruntukan

sedekah/wakaf ini adalah untuk orang-orang fakir dan orang-orang miskin.

(Muhammad Abu Zahra, 1959,  h. 11). Untuk itu, lembaga ini diorientasikan pada

pembelaan rakyat yang tidak mampu.

Menurut kesimpulan para ahli, lembaga wakaf inilah yang pertama kali dilakukan

dalam administrasi wakaf di Mesir dan bahkan di seluruh negera Islam. Pendirian

lembaga khusus yang serupa juga telah dilakukan oleh hakim Taubah di Basrah

sehingga sejak saat itu harta benda wakaf mulai dikelola dengan baik dan hasilnya

didistribusikan sebagaimana mestinya

Di Indonesia, praktek wakaf dikenal seiring dengan perkembangan dakwah Islam di

Nusantara. Di samping melakukan dakwah Islam, para ulama juga sekaligus

memperkenalkan ajaran wakaf. Hal ini terbukti dari banyaknya masjid-masjid

bersejarah yang dibangun di atas tanah wakaf. Ajaran wakaf ini terus berkembang di

bumi Nusantara, baik pada masa dakwah pra kolonial, masa kolonial maupun pasca-

kolonial (Indonesia merdeka). Sehingga harta benda wakaf sudah menyebar di negeri

ini, mulai dari Aceh, Gayo, Tapanuli, Gorontalo, Lombok, Jawa Timur, Jawa Tengah,

Jawa Barat dan lain-lain. Di antara beberapa daerah tersebut berbeda-beda dalam

menyebut harta benda wakaf. Di Aceh wakaf disebut dengan Wakeuh, di Gayo

disebut dengan Wakos, di Payakumbuh disebut dengan Ibah dan lain-lain. (Imam

Suhadi, 2002, h. 38).

Namun karena sejak semula tidak diiringi dengan kebijakan dan peraturan perundang-

undangan yang memadai, harta benda wakaf tersebut tidak teradministrasikan dengan

baik, dan bahkan tidak sedikit yang sering menimbulkan permasalahan (sengketa).Hal

inilah antara lain yang memunculkan kesadaran pemerintah Hindia Belanda untuk

menertibkan tanah wakaf di Indonesia. Pada waktu Priesterraad (Pengadilan Agama)

Page 3: 06 petunjuk  administrasi perwakafan

didirikan berdasarkan Staatsblad No. 152 Tahun 1882, salah satu yang menjadi

wewenangnya adalah menyelesaikan masalah wakaf.

Pasca-kemerdekaan, Pemerintah RI juga mengeluarkan peraturan-peraturan

perwakafan, namun kurang memadai. Karena itu, dalam rangka pembaharuan Hukum

Agraria di Indonesia, persoalan perwakafan tanah diberi perhatian khusus

sebagaimana terlihat dalam Undang-undang No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan

Dasar Pokok-pokok Agraria, Bab II, bagian XI, Pasal 49. Dalam pasal itu disebutkan

bahwa untuk melindungi berlangsungnya perwakafan tanah di Indonesia, pemerintah

akan memberikan pengaturan melalui Peraturan Pemerintah (PP). PP tersebut baru

dikeluarkan setelah 17 tahun berlakunya UU Pokok Agraria itu, yakni PP Nomer 28

Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik.

Di samping Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah

Milik, ada beberapa peraturan lain yang mengatur masalah perwakafan di Indonesia,

antara lain Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 6 Tahun 1977 tentang Tata

Pendaftaran Tanah mengenai Perwakafan tanah milik; Peraturan Menteri Agama No.

1 Tahun 1978 tentang Peraturan Pelaksanaan PP. No. 28 Tahun 1977 tentang

Perwakafan Tanah Milik; Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam

No. Kep/D/75/1978 tentang Formulir dan Pedoman Pelaksanaan Peraturan-peraturan

tentang Perwakafan Tanah Milik; Keputusan Menteri Agama No. 73 Tahun 1978

tentang Pendelegasian wewenang kepada Kepala Kanwil Departemen Agama

Propinsi/setingkat di seluruh Indonesia untuk mengangkat/memberhentikan setiap

kepala KUA Kecamatan sebagai Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf, dan lain-lain.

Perhatian pemerintah terhadap perwakafan di tanah air tampak lebih jelas lagi dengan

ditetapkannya UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama. UU itu, dalam Bab III

tentang Kekuasaan Pengadilan, Pasal 49 ayat (1) menyebutkan bahwa Pengadilan

Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara-

perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang: (a).

perkawinan; (b). kewarisan, wasiat, dan hibah, yang dilakukan berdasarkan hukum

Islam; (c). wakaf dan shadaqah. Dengan adanya berbagai peraturan itu, diharapkan

pelaksanaan perwakafan di Indonesia dapat berjalan tertib. Namun kenyataannya,

peraturan-peraturan yang berkenaan dengan wakaf tersebut sampai dengan tahun

1990 belum sepenuhnya mampu mengatasi masalah perwakafan.

Page 4: 06 petunjuk  administrasi perwakafan

pada tahun 2004, DPR dan pemerintah telah mengesahkan Undang Undang Nomor 41

Tahun 2004 Tentang Wakaf. UU ini secara komprehensif mengatur tentang

perwakafan, mulai dari pedaftaran dan pengumuman Harta Benda wakaf, perubahan

status harta benda wakaf, pengelolaan harta benda wakaf dan lain-lain. Namun

langkah yang lebih maju dari UU tersebut adalah merekomendasikan dibentuknya

Badan Wakaf Indoenasi (BWI). Dan saat ini BWI sudah terbentuk. Kemudian pada

tahun 2006, juga sudah kelaur Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang

Pelaksanaan UU Wakaf yang cukup detail menjelaskan mekanisme tertib administrasi

perwakafan yang dapat digunakan sebagai dasar hukumnya.

Untuk itu, menciptakan tertib hukum dan tertib administrasi sangatlah penting guna

melindungi harta benda wakaf. Upaya demikian, saat ini, akan menemui tantangan

yang lebih berat lagi, karena harta benda wakaf, sebagaimana dijelaskan dalan

Undang Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf tersebut, tidak hanya benda

tidak bergerak seperti tanah dan bangunan, tetapi juga benda bergerak seperti uang,

logam mulia, surat berharga, kendaraan dan lain sebagainya. Selain itu, dalam UU

tersebut juga mengamanatkan kepada Menteri Agama dan Badan Wakaf Indonesia

(BWI) untuk mengadministrasikan harta benda wakaf serta mengumumkan harta

benda wakaf yang telah terdaftar. Dengan adanya upaya demikian, tertib administrasi

perwakafan diharapkan dapat terwujud.

 

Mengenal Unsur Wakaf

Dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf dijelaskan bahwa

Wakaf adalah perbuatan hukum Wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan

sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka

waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau

kesejahteraan umum menurut Syariah. Perbuatan untuk menyerahkan sebagian harta

benda tersebut memiliki beberapa unsur, yaitu;

a.     Wakif  adalah pihak yang mewakafkan harta benda miliknya.

b.     Nazhir  adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari Wakif untuk

dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya.

Page 5: 06 petunjuk  administrasi perwakafan

c.     Harta benda Wakaf adalah harta benda yang memiliki daya tahan lama

dan/atau manfaat jangka panjang serta mempunyai nilai ekonomi menurut

syariah yang diwakafkan oleh Wakif

d.     Ikrar Wakaf adalah pernyataan kehendak Wakif yang diucapkan secara lisan

dan/atau tulisan kepada Nazhir untuk mewakafkan harta benda miliknya.

e.     Peruntukan harta benda wakaf adalah bagi: sarana dan kegiatan ibadah; sarana

dan kegiatan pendidikan serta kesehatan; bantuan kepada fakir miskin, anak

terlantar, yatim piatu, bea siswa; kemajuan kesejahteraan umum lainnya yang

tidak bertentangan dengan syariah dan peraturan perundang – undangan.

f.      Jangka Waktu Wakaf adalah unsur wakaf yang khusus untuk wakaf uang,

karena wakaf uang dapat diwakafkan secara muabad (abadi) atau mu’aqad

(berjangka).

 

Kebijakan Tertib Administrasi Perwakafan

Dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 1 tahun 1978 Tentang Pelaksanaan

Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang perwakafan tanah milik telah

diatur bahwa Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan ditunjuk sebagai

Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW), dan administrasi perwakafan

diselenggarakan di Kantor Urusan Agama Kecamatan.[1] Peraturan tersebut hanya

mengatur mengenai pendaftaran harta benda wakaf tanah, belum mengatur

pendaftaran harta benda wakaf bergerak seperti uang.

Sebagai langkah kongkrit pemerintah dalam menertibkan administrasi perwakafan,

telah disahkan Undang Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf. UU ini terdiri

atas sebelas bab dan 71 (tujuh puluh satu) pasal yang meliputi pengertian tentang

wakaf, syarat-syarat sahnya wakaf, fungsi wakaf, tata cara mewakafkan dan

pendaftaran wakaf, perubahan, penyelesaian sengketa, pembinaan dan pengawasan

wakaf, Badan Wakaf Indonesia (BWI), ketentuan pidana dan ketentuan peralihan.

Dalam BAB III Pendaftaran dan Pengumuman Harta Benda wakaf yang termuat

dalam pasal 32 sampai dengan pasal 39 sudah cukup rinci mengatur tentang tertib

administrasi perwakafan. Hal ini diperjelas lagi dengan keluarnya Peraturan

Page 6: 06 petunjuk  administrasi perwakafan

Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang Undang Nomor 41

Tahun 2004 Tentang Wakaf.  

Dalam BAB IV Peraturan Pemerintah tersebut telah menjabarkan bagaimana tata cara

pendaftaran harta benda wakaf, baik harta benda wakaf tidak bergerak maupun harta

benda wakaf bergerak. Hal ini termuat dalam pasal 38 sampai dengan pasal 43

Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang

Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.

Semua peraturan tersebut dibuat hanya untuk menjaga dan melestarikan harta benda

wakaf di Indonesia. Jika harta benda wakaf tertata dengan apik, maka kita akan dapat

mengembangkan dan mengelola harta benda wakaf tersebut dengan baik. Sehingga

hasil pengelolaan tersebut dapat didistribusikan sebagaimana peruntukan harta benda

wakaf.

Dengan adanya peraturan dan perundang-undangan yang sudah memadai, diharapkan

perwakafan di Indonesia menjadi tertib dan dapat berkembang dengan maksimal

sehingga harta benda wakaf dapat membantu memperbaiki kondisi kesejahteraan

umat.

 

Jenis Harta Benda Wakaf

Undang Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf ini merupakan

pengembangan dan penyempurnaan terhadap materi peraturan dan perundang-

undangan yang mengatur tentang wakaf sebelumnya.  Jika dalam peraturan atau

perundang-undangan yang lama hanya mengatur obyek wakaf yang meliputi harta

benda yang tidak bergerak (tanah dan bangunan) saja, tetapi dalam UU ini obyek

wakaf yang meliputi harta benda bergerak seperti uang dan surat berharga.

Obyek wakaf menurut UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf sebagaimana

disebutkan dalam pasal 1 point (5) yang menyatakan bahwa harta benda wakaf adalah

harta benda yang memiliki daya tahan lama dan/manfaat jangka panjang serta

mempunyai nilai ekonomi menurut syari’ah yang diwakafkan oleh wakif. Kemudian

dalam pasal 16 point (1) menjelaskan bahwa harta benda wakaf terdiri dari; harta

benda tidak bergerak dan harta benda bergerak.

 

Page 7: 06 petunjuk  administrasi perwakafan

a.     Benda tidak bergerak

      Jenis harta benda tidak bergerak yang dapat diwakafkan adalah meliputi

harta benda sebagai berikut:

1.     Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku baik yang sudah maupun yang belum terdaftar;

2.     Bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas tanah yang

sesuai ketentuan di atas;

3.     Tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah;

4.     Hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku;

5.     Benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan

peraturan perundang – undangan yang berlaku.

 

b.      Benda bergerak

      Jenis harta benda bergerak yang dapat diwakafkan adalah harta benda yang

tidak habis karena dikonsumsi, yang meliputi:

1.     Uang;

2.     Logam mulia;

3.     Surat berharga;

4.     Kendaraan;

5.     Hak atas kekayaan intelektual;

6.     Benda bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

 

Ikrar Wakaf

Dalam rangka mengadministrasikan harta benda wakaf tidak akan lepas dari kategori

jenis harta benda wakaf bergerak dan tidak bergera, baik dalam hal proses Ikrar

Wakaf maupun pembuatan Akta Ikrar Wakaf (AIW).

Page 8: 06 petunjuk  administrasi perwakafan

Ikrar Wakaf dilakukan oleh wakif sebagai tanda penyerahan harta benda yang

diwakafkan. Ikrar wakaf ini dapat disampaikan secara lesan maupun tertulis, disertai

dengan menyerahkan surat dan/atau bukti kepemilikan atas harta benda wakaf kepada

Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW). Prosesnya, Ikrar wakaf dilaksanakan

oleh Wakif kepada Nazhir di hadapan PPAIW. Pernyataan kehendak Wakif

dituangkan dalam bentuk AIW sesuai dengan jenis harta benda yang diwakafkan,

diselenggarakan dalam Majelis Ikrar Wakaf yang dihadiri oleh Nazhir, Mauquf alaih,

dan sekurang-kurangnya 2 (dua) orang saksi.

Mengingat jenis harta benda wakaf itu meliputi harta benda tidak bergerak dan harta

benda bergerak, maka proses pembuatan AIW-nya juga memiliki ketentuan-ketentuan

yang berbeda-beda.

 a.     Pembuatan AIW benda tidak bergerak

Pembuatan AIW benda tidak bergerak harus memenuhi persyaratan dengan

menyerahkan sertifikat hak atas tanah atau sertifikat satuan rumah susun yang

bersangkutan atau tanda bukti pemilikan tanah lainnya.

b.     Pembuatan AIW benda bergerak

Pembuatan AIW benda bergerak selain uang harus memenuhi persyaratan dengan

menyerahkan bukti pemilikan benda bergerak selain uang tersebut.

Pendaftaran Harta Benda Wakaf

Setelah proses pembuatan AIW selesai, PPAIW atas nama Nazhir harus segera

mendaftarkan harta benda wakaf kepada instansi yang berwenang dengan

menyerahkan salinan AIW, surat-surat atau bukti kepemilikan, dan dokumen yang

terkait. Kemudian harta benda wakaf tersebut akan didaftar dan diadministrasikan

oleh Menteri Agama dan Badan Wakaf Indonesia (BWI) untuk kemudian diumumkan

kepada publik.

Karena jenis harta benda wakaf terdiri dari benda tidak bergerak dan benda bergerak,

maka cara pendaftarannya juga berbeda-beda sebagaimana akan dijelaskan berukut

ini. 

 

Page 9: 06 petunjuk  administrasi perwakafan

 

Pendaftaran Harta Benda Wakaf Tidak Bergerak

Tata Cara Perwakafan Tanah Milik

Tata cara pembuatan Akta Ikrar Wakaf dan pendaftaran perwakafan tanah

milik adalah sebagai berikut;

a.     Tanah milik yang sudah bersertifikat dengan status hak milik

1.     syarat-syarat pembuatan Akta Ikrar Wakafnya ialah;

-    Sertifikat hak atas tanah;

-    Surat keterangan Kepala Desa/Lurah yang diketahui Camat bahwa

tanah tersebut tidak dalam sengketa;

-    Surat keterangan pendaftaran tanah (SKPT) dari kantor pertanahan

Kabupaten/Kotamadya setempat;

-    Harus ada calon wakif yang berkeinginan mewakafkan tanah

miliknya;

-    Harus ada nazhir perorangan warga Negara Indonesia (WNI) dan

atau Badan Hukum Indonesia.

2.     Proses Pembuatan Akta Ikrar Wakaf

-    Calon wakif harus datang dihadapan Pejabat Pembuat Akta Ikrar

Wakaf (PPAIW) dengan membawa persyaratan pembuatan Akta Ikrar

Wakaf.

-    PPAIW melakukan hal-hal sebagai berikut;

1.      Meneliti kehendak calon wakif dan tanah yang akan diwakafkan;

2.      Meneliti para nazhir, baik nazhir perorangan maupun nazhir badan

hukum;

3.      Meneliti para saksi ikrar wakaf;

4.      Menyaksikan pelaksanaan ikrar wakaf.

Page 10: 06 petunjuk  administrasi perwakafan

-    Calon wakif mengikrarkan wakaf dengan lisan, jelas dan tegas

kepada nazhir kepada PPAIW dengan para saksi, kemudian dituangkan

dalam bentuk tulisan;

-    Meneliti identitas calon wakif;

-    Meneliti identitas nazhir perorangan dan/atau badan hukum

(anggaran dasarnya);

-    Calon wakif yang tidak datang di hadapan PPAIW dapat

memberikan kuasa tertulis secara materik di hadapan notaris dan/atau

di hadapan Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kotamadya

dan dibacakan kepada nazhir di hadapan PPAIW dan para saksi.

-    PPAIW membuat akta ikrar wakaf (AM rangkap 3 (tiga) menurut

bentuk formulir W.2 dan salinannya rangkap 4 (empat) menurut

formulir W.2a. dengan ketentuan sebagai berikut;

 1.     Lembaran pertama disimpan;

2.     Lembaran kedua untuk keperluan pendaftaran di kantor pertanahan

kabupaten/kotamadya setempat;

3.     Lembar ketiga dikirim kepada pengadilan agama setempat;

4.     Salinan lembar pertama diserahkan kepada wakif;

5.     Salinan lembar kedua diserahkan kepada nazhir;

6.     Salinan lembar ketiga dikirim kepada Kandepag;

7.     Salinan lembar keempat dikirim kepada kepala desa/lurah setempat.

 

3.     Pendaftaran dan Pencatatan Akta Ikrar Wakaf

1.  PPAIW atas nama nazhir dan/nazhir sendiri berkewajian untuk

mengajukan permohonan pendaftaran pada Kantor Pertanahan

Kabupaten /Kotamadya setempat dengan menyerahkan:

-    Sertifikat tanah yang bersangkutan; Akta Ikrar Wakaf Tanah;

-    Surat Pengesahan dari KUA Kecamatan setempat mengenai nazhir

yang bersangkutan

Page 11: 06 petunjuk  administrasi perwakafan

 

Catatan;

Nazhir juga berkewajiban mengurus pendaftaran/sertifikat tanah hibah karena;

-    Nazhir adalah pengelola/pengurus tanah;

-    PPAIW adalah pejabat pembuat akta ikrar wakaf, yaitu pejabat kantor

urusan agama yang mempunyai urusan admistrasi yang kepegawaian yang

banyak, sehingga tidak dapat mengurus sertifikat dengan cepat. Beda

halnya dengan nazhir sebagai pengelola dan pemilik tanah wakaf.

-    Biaya juga tidak ditanggung sepenuhnya oleh PPAIW.

2.   Kepala kantor pertanahan kabupaten/kotamadya setempat:

-    Mencantumkan kata-kata “wakaf” dengan huruf besar dibelakang nomor

hak milik tanah yang bersangkutan pada buku tanah dan sertifikatnya.

-    Mencantumkan kata-kata “diwakafkan untuk ……..berdasarkan akta ikrar

wakaf PPAIW Kecamatan ………No……..pada halaman 3 (tiga) kolom

sebab perubahan dalam buku tanah dan sertifikatnya.

-    Mencantumkan kata nazhir disertai kedudukannya pada buku tanah dan

sertifikatnya.

 

b.     Tanah Milik Yang Berstatus Hukum Hak Guna Bangunan Dan Hak Pakai

Persyaratan pembuatan Akta Ikrar Wakaf adalah adanya Surat keterangan dari

kepala kantor kabupaten/kotamadya bahwa tanah tersebut sesuai dengan

peraturan perundang-undangan dapat ditingkatkan status hak kepemilikan

menjadi hak milik.

Sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan tentang pertanahan yang

berlaku sekarang ini, maka atas tanah Negara yang diberikan dengan hak pakai

dan hak guna dapat ditingkatkan status kepemilikannya menjadi hak milik.

Sehingga peluang untuk pemberian wakaf atas tanah hak pakai dan hak guna

bangunanan yang sudah bersertifikat dapat juga diwakafkan dan merupakan

penyesuaian PP Nomor 28 Tahun 1977 yang dengan peraturan yang dibuat

setelah PP tersebut.

Page 12: 06 petunjuk  administrasi perwakafan

 

c.     Tanah Hak Milik Yang Belum Bersertifikat (Bekas Tanah Hak Milik Adat)

1.     Persyaratan pembuatan Akta Ikrar Wakaf

a.     Surat pemilikan tanah (termasuk surat pemindahan hak, surat keterangan

warisan, girik dan lain-lain).

b.    Surat Kepala Desa/Lurah yang diketahui Camat yang membenarkan tanah

tersebut tidak dalam sengketa.

c.     Surat Keterangan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya

setempat yang menyatakan hak atas tanah itu belum mempunyai sertifikat

(pasal 25 ayat 4 PP No. 10 Tahun 61).

d.    Harus ada nazhir perseorangan Warga Negara Indonesia atau Badan Hukum

Indonesia.

e.     Harus ada calon wakif yang berkeinginan mewakafkan tanah miliknya.

  

2.     Proses Pembuatan Akta Ikrar Wakaf

Proses pembuatan Akta Ikrar Wakaf tanah hak milik yang belum bersertifikat

sama dengan proses pembuatan akta ikrar wakaf tanah milik yang sudah

bersertifikat dengan status hak milik dengan keterangan bukti-bukti mengenai

tanahnya berupa Surat Keterangan dari Kepala Kantor Pertanahan

Kabupaten/Kotamadya bahwa tanah tersebut sesuai dengan peraturan

perundang-undangan dapat ditingkatkan status hak kepemilikan menjadi hak

milik. Proses tersebut adalah sebagai berikut;

-    Calon wakif harus datang dihadapan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf

(PPAIW) dengan membawa; persyaratan pembuatan Akta Ikrar Wakaf.

-    PPAIW melakukan hal-hal sebagai berikut;

1.     Meneliti kehendak calon wakif dan tanah yang akan diwakafkan;

2.     Meneliti para nazhir, baik nazhir perorangan maupun nazhir badan hukum;

3.     Meneliti para saksi ikrar wakaf;

4.     Menyaksikan pelaksanaan ikrar wakaf.

Page 13: 06 petunjuk  administrasi perwakafan

-    Calon wakif mengikrarkan wakaf dengan lisan, jelas dan tegas kepada nazhir

kepada PPAIW dengan para saksi, kemudian dituangkan dalam bentuk

tulisan;

-    Meneliti identitas calon wakif;

-    Meneliti identitas nazhir perorangan dan/atau badan hukum (anggaran

dasarnya);

-    Calon wakif yang tidak datang di hadapan PPAIW dapat memberikan kuasa

tertulis secara matreatik di hadapan notaris dan/atau di hadapan Kepala

Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kotamadya dan dibacakan kepada

nazhir di hadapan PPAIW dan para saksi.

-    PPAIW membuat akta ikrar wakaf (AM rangkap 3 (tiga) menurut bentuk

formulir W.2 dan salinannya rangkap 4 (empat) menurut formulir W.2a.

dengan ketentuan sebagai berikut;

1.        Lembaran pertama disimpan;

2.        Lembaran kedua untuk keperluan pendaftaran di kantor Pertanahan

Kabupaten/Kotamadya setempat;

3.        Lembar ketiga dikirim kepada Pengadilan Agama setempat;

4.        Salinan lembar pertama diserahkan kepada wakif;

5.        Salinan lembar kedua diserahkan kepada nazhir;

6.        Salinan lembar ketiga dikirim kepada Kandepag;

7.        Salinan lembar keempat dikirim kepada Kepala Desa/Lurah setempat.

 

3.     Pendaftaran dan Pencatatan Akta Ikrar Wakaf

a.     PPAIW atas nama nazhir dan/nazhir sendiri berkewajian untuk mengajukan

permohonan pendaftaran pada kantor Pertanahan Kabupaten /Kotamadya

setempat dengan menyerahkan:

-    Surat pemilikan tanah (termasuk surat pemindahan hak, surat keterangan

warisan, girik dan lain-lain).

-    Akta Ikrar Wakaf

Page 14: 06 petunjuk  administrasi perwakafan

-    Surat Pengesahan nazhir

Catatan:

Nazhir juga diberikan kewajiban untuk mengajukan permohonan pendaftaran karena

pengurus tanah tersebut prinsipnya berada pada nazhir, sedangkan PPAIW hanya

pejabat pembuat akta. Kewajiban nazhir ini lebih disebabkan untuk mempercepat

pengurusan sertifikat.

b.   Apabila memenuhi persyaratan untuk dikonversi, maka dapat dikonversi langsung

atas nama wakif (PMPA Nomor 2 Tahun jo SK Nomor 26/DDA tahun 1970)

c. Apabila persyaratan dikonversi tidak dipenuhi dapat diproses melalui prosedur

pengakuan hak atas nama wakif.

d.   Berdasarkan Akta Ikrar Wakaf, nama adalah atas nama nazhir.

e.  Bagi konversi yang dilaksanakan melalui prosedur pengakuan, hak penerbitan

sertifikat setelah diperoleh Surat Keterangan pengakuan hak atas nama wakif.

Selanjutnya dilaksanakan pencatatan sebagai berikut;  

-    Mencantumkan kata-kata “wakaf” dengan huruf besar dibelakang nomor hak

milik tanah yang bersangkutan pada buku tanah dan sertifikatnya.

-    Mencantumkan kata-kata “diwakafkan untuk ……..berdasarkan akta ikrar

wakaf PPAIW Kecamatan ………No……..pada halaman 3 (tiga) kolom

sebab perubahan dalam buku tanah dan sertifikatnya.

-    Mencantumkan kata nazhir disertai kedudukannya pada buku tanah dan

sertifikatnya.

 d.    Tanah Yang Belum Ada Haknya (Yang Dikuasai/Tanah Negara)

1.     Tanah yang sudah berstatus tanah wakaf (tanah yang sudah berfungsi tanah

wakaf, masyarakat dan pemerintah desa setempat mengakui sebagai tanah

wakaf, sedang status tanahnya bukan milik adat tanah negara).

 2.     Tanah yang belum berstatus tanah wakaf tetapi hendak diwakafkan. Untuk

tanah-tanah ini diperlukan syarat-syarat sebagai berikut;

 

Page 15: 06 petunjuk  administrasi perwakafan

a.  Wakif atau ahli warisnya masih ada dan mempunyai surat bukti

penguasaan/penggarapan, kartu kavling, surat penunjukan;

-  Surat keterangan Kepala Desa/Lurah yang diketahui Camat di samping

menjelaskan mengenai penggunaan tanah yang telah diwakafkan.

-    Bukti kepemilikan tanah lamanya berupa kartu kavling, akta-akta jual

beli/pengoper dan hak di bawah tangan atau outentik (akta notaries).

-    Surat Keterangan BPN, tanah Negara tersebut dapat ditingkatkan menjadi

hak milik.

-   urat keterangan pendaftaran tanah (SKPT) dari kantor Pertanahan

Kabupaten/Kotamadya setempat yang menerangkan status tanah Negara

tersebut apabila sudah pernah terdaftar atau menerangkan belum bersertifikat

apabila tanah negara tersebut belum pernah terdaftar.

-     Calon wakif atau ahli waris datang menghadap PPAIW untuk melaksanakan

akta ikrar wakaf sebagai berikut;

 1.  Calon wakif harus datang dihadapan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf

(PPAIW) dengan membawa; persyaratan pembuatan Akta Ikrar Wakaf.

2.   PPAIW melakukan hal-hal sebagai berikut;

-       Meneliti kehendak calon wakif dan tanah yang akan diwakafkan;

-       Meneliti para nazhir, baik nazhir perorangan maupun nazhir badan hukum;

-       Meneliti para saksi ikrar wakaf;

-       Menyaksikan pelaksanaan ikrar wakaf.

3.        Calon wakif mengikrarkan wakaf dengan lisan, jelas dan tegas kepada

nazhir kepada PPAIW dengan para saksi, kemudian dituangkan dalam bentuk

tulisan;

4.        Meneliti identitas calon wakif;

5.        Meneliti identitas nazhir perorangan dan/atau badan hukum (anggaran

dasarnya);

6.        Calon wakif yang tidak datang di hadapan PPAIW dapat memberikan

kuasa tertulis secara matreatik di hadapan notaris dan/atau di hadapan Kepala

Page 16: 06 petunjuk  administrasi perwakafan

Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kotamadya dan dibacakan kepada

nazhir di hadapan PPAIW dan para saksi.

7.        PPAIW membuat Akta Ikrar Wakaf (AM rangkap 3 (tiga) menurut

bentuk formulir W.2 dan salinannya rangkap 4 (empat) menurut formulir

W.2a. dengan ketentuan sebagai berikut;

a.     Lembaran pertama disimpan;

b.     Lembaran kedua untuk keperluan pendaftaran di kantor Pertanahan

Kabupaten/Kotamadya setempat;

c.     Lembar ketiga dikirim kepada Pengadilan Agama setempat;

d.     Salinan lembar pertama diserahkan kepada wakif;

e.     Salinan lembar kedua diserahkan kepada nazhir;

f.      Salinan lembar ketiga dikirim kepada Kandepag;

g.     Salinan lembar keempat dikirim kepada kepala desa/lurah setempat.

-    PPAIW dan atau nazhir berkewajiban mengajukan permohonan atas nama

nazhir kepada Kakanwil Pertanahan Nasional melalui Kepala Kantor

Pertanahan Kabupaten/Kotamadya setempat, dengan menyerahkan surat-surat

bukti penguasaan/penggrapan atas nama wakif, surat keterangan Kepala

Desa, surat bukti kepemilikan tanah, dan surat keterangan BPN serta surat

pengesahan nazhir.

-    Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya setempat memproses dan

meneruskan permohonan tersebut ke Kepala Wilayah Badan Pertanahan

Provinsi.

-    Setelah diterbitkan surat keputusan pemberian hak atas tanah atas nama

nazhir, Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya tersebut

menerbitkan sertifikat tanah wakaf.

 b.   Wakif atau ahli warisnya masih ada tetapi tidak memiliki surat bukti

penguasaan/penggarapan dan atau tanah yang hendak diwakafkan tersebut

tidak memiliki kartu kavling atau surat penunjukan.

1.     Surat Keterangan Kepala Desa/Lurah yang diketahui Camat di samping

menjelaskan tentang perwakafan tanah tersebut dan atau tanah yang hendak

Page 17: 06 petunjuk  administrasi perwakafan

diwakafkan tersebut tidak dalam sengketa, juga menjelskan kebenaran

penguasaan/penggarapan oleh calon wakif.

2.     Bukti kepemilikan tanah lamanya berupa kartu kavling, akta-akta jual

beli/pengoper dan hak di bawah tangan atau outentik (akta notaries).

3.     Surat keterangan BPN, tanah Negara tersebut dapat ditingkatkan menjadi

hak milik.

4.     Surat keterangan pendaftaran tanah (SKPT) dari kantor Pertanahan

Kabupaten/Kotamadya setempat yang menerangkan status tanah Negara

tersebut apabila sudah pernah terdaftar atau menerangkan belum bersertifikat

apabila tanah negara tersebut belum pernah terdaftar.

5.     Calon wakif atau ahli waris datang menghadap PPAIW untuk

melaksanakan pembuatan Akta Ikrar Wakaf sebagai berikut;

 a.   Calon wakif harus datang dihadapan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf

(PPAIW) dengan membawa; persyaratan pembuatan akta ikrar wakaf.

b.     PPAIW melakukan hal-hal sebagai berikut;

-    Meneliti kehendak calon wakif dan tanah yang akan diwakafkan;

-    Meneliti para nazhir, baik nazhir perorangan maupun nazhir badan hukum;

-    Meneliti para saksi ikrar wakaf;

-    Menyaksikan pelaksanaan ikrar wakaf.

c.     Calon wakif mengikrarkan wakaf dengan lisan, jelas dan tegas kepada

nazhir kepada PPAIW dengan para saksi, kemudian dituangkan dalam bentuk

tulisan;

d.     Meneliti identitas calon wakif;

e.     Meneliti identitas nazhir perorangan dan/atau badan hukum (anggaran

dasarnya);

f.      Calon wakif yang tidak datang di hadapan PPAIW dapat memberikan

kuasa tertulis secara matreatik di hadapan notaris dan/atau di hadapan Kepala

Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kotamadya dan dibacakan kepada

nazhir di hadapan PPAIW dan para saksi.

Page 18: 06 petunjuk  administrasi perwakafan

g.     PPAIW membuat akta ikrar wakaf (AM rangkap 3 (tiga) menurut bentuk

formulir W.2 dan salinannya rangkap 4 (empat) menurut formulir W.2a. dengan

ketentuan sebagai berikut;

-       Lembaran pertama disimpan;

-       Lembaran kedua untuk keperluan pendaftaran di Kantor Pertanahan

Kabupaten/Kotamadya setempat;

-       Lembar ketiga dikirim Kepada Pengadilan Agama setempat;

-       Salinan lembar pertama diserahkan kepada wakif;

-       Salinan lembar kedua diserahkan kepada nazhir;

-       Salinan lembar ketiga dikirim kepada Kandepag;

-       Salinan lembar keempat dikirim kepada Kepala Desa/Lurah setempat.

6.    PPAIW dan atau nazhir berkewajiban mengajukan permohonan atas nama

nazhir kepada Kakanwil pertanahan nasional melalui Kepala kantor

pertanahan kabupaten/kotamadya setempat, dengan menyerahkan surat-surat

bukti penguasaan/penggrapan atas nama wakif, surat keterangan kepala desa,

surat bukti kepemilikan tanah, dan surat keterangan BPN serta surat

pengesahan nazhir.

7.    Kantor pertanahan kabupaten/kotamadya setempat memproses dan

meneruskan permohonan tersebut ke Kepala Wilayah Badan Pertanahan

Provinsi.

8.    Setelah diterbitkan surat keputusan pemberian hak atas tanah atas nama

nazhir, Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya tersebut

menerbitkan sertifikat tanah wakaf.

c.   Wakif atau ahli waris tidak ada

1.     Surat Keterangan tentang tanah (kalau ada)

2.     Surat Keterangan Kepala Desa/Lurah diketahui Camat yang menerangkan

tentang perwakafan tanah tersebut serta tidak dalam sengketa.

3.     Surat pernyataan tentang perwakafan tanah dari orang-orang yang

bersebelahan dengan tanah tersebut.

Page 19: 06 petunjuk  administrasi perwakafan

4.     Nazhir atau Kepala Desa/Lurah mendaftarkan kepada KUA kecamatan

setempat.

5.     Kepala KUA meneliti dan mengesahkan nazhir.

6.     Pembuatan akta pengganti AIW.

7.     PPAIW atas nama nazhir dan/atau nazhir berkewajiban mengajukan

permohonan hak atas tanah.

8.     Selanjutnya proses permohonan hak, SK pemberian hak atas tanah dan

penerbitasn sertifikat atas nama nazhir.

 Tata Cara Perwakafan Harta Benda Bergerak

Kebanyakan wakif mewakafkan harta bendanya berupa harta benda tidak bergerak,

seperti tanah milik. Tetapi sesuai dengan perkembangan zaman, umat Islam mulai

berminat untuk mewakafkan harta bendanya yang berupa harta benda bergerak selain

tanah.  Wakaf harta benda bergerak merupakan sebuah kebutuhan, demi

perkembangan wakaf di Indonesia.

Dalam UU Nomor 41 tahun 204 tentang wakaf dijelaskan bahwa harta benda wakaf

bergerak dikategorikan dalam dua jenis, yaitu harta benda bergerak berupa uang dan

harta benda bergarak selain uang. Karena itu, cara pendaftarannya pun juga melalui

prosedur yang berbeda, yang akan dijelaskan di bawah ini.

a.     Benda Bergerak Selain Uang

PPAIW mendaftarkan AIW dari harta benda bergerak selain uang, baik yang terdaftar

pada instansi yang berwenang maupun harta benda bergerak selain uang yang tidak

terdaftar serta yang memiliki atau tidak memiliki tanda bukti pembelian atau bukti

pembayaran. Harta benda bergerak selain uang tersebut didaftarkan pada BWI, dan

selama di daerah tertentu belum dibentuk BWI, maka pcndaftaran tersebut dilakukan

di Kantor Departemen Agama setempat.

-    Untuk benda bergerak yang sudah terdaftar, Wakif menyerahkan tanda bukti

kepemilikan benda bergerak kepada PPAIW dengan disertai surat keterangan

pendaftaran dari instansi yang berwenang yang tugas pokoknya terkait dengan

pendaftaran benda bergerak tersebut.

Page 20: 06 petunjuk  administrasi perwakafan

-   Untuk benda bergerak yang tidak terdaftar, Wakif menyerahkan tanda bukti

pembelian atau tanda bukti pembayaran berupa faktur, kwitansi atau bukti

lainnya.

-   Untuk benda bergerak yang tidak terdaftar dan tidak memiliki tanda bukti

pembelian atau tanda bukti pembayaran, Wakif membuat surat pernyataan

kepemilikan atas benda bergerak tersebut yang diketahui oleh 2 (dua) orang saksi

dan dikuatkan oleh instansi pemerintah setempat.

 b.    Harta Benda Wakaf Bergerak Berupa Uang

Dalam undang undang wakaf disebutkan bahwa setelah diterbitkan Sertifikat

Wakaf Uang, Lembaga Keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang (LKS-PWU)

atas nama Nazhir harus mendaftarkan kepada Menteri Agama dan

pendaftarannya ditembuskan kepada BWI untuk diadministrasikan.

 Adapun pengadministrasian wakaf uang dijelaskan lebih rinci dalam PMA

Wakaf uang dalam bab VI pasal 23, yaitu;

-  Pendaftaran Setoran Wakaf Uang oleh LKS PWU kepada Menteri dilakukan

selambat-lambatnya 7 hari kerja setelah diterbitkannya Sertifikat Wakaf Uang,

yang ditembuskan kepada BWI dengan melampirkan : Tembusan kedua AIW

dan Tembusan kedua Sertifikat Wakaf Uang.

-  Nazhir wajib menyusun Laporan Investasi dan Hasil Investasi Wakaf Uang.

-  Nazhir wajib menyampaikan Laporan investasi dan hasil investasi tersebut

kepada BWI dengan tembusan Menteri setiap 3 (tiga) bulan sekali untuk posisi

akhir bulan Maret, Juni, September dan Desember.

-  Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 wajib disampaikan

selambat-lambatnya pada akhir bulan berikut.

-  Nazhir wajib melakukan administrasi dengan baik untuk mendukung

pengelolaan Wakaf Uang dan penyusunan laporan sebagaimana dimaksud  di

atas.

 

Setelah harta benda wakaf terdaftar pada kantor Departemen Agama dan BWI,

harta benda wakaf tersebut harus dimuat dalam dalam register umum wakaf yang

Page 21: 06 petunjuk  administrasi perwakafan

tersedia pada kantor Departemen Agama dan BWI. Dan register umum wakaf

tersebut harus diumumkan dan masyarakat dapat mengetahui atau mengakses

informasi tentang wakaf benda bergerak selain uang yang termuat dalam register

umum yang tersedia pada kantor Departemen Agama dan BWI.