PELUANG MENINGATKAN KINERJA DAN DAYA SAING UNIT …

13
Prosiding SENTIA 2016 Politeknik Negeri Malang Volume 8 ISSN: 2085-2347 H-50 PELUANG MENINGATKAN KINERJA DAN DAYA SAING UNIT USAHA SYARIAH (UUS) MELALUI SPIN OFF MENJADI BANK UMUM SYARIAH (BUS) DI INDONESIA Rukmana [email protected] STIE Ekuitas Bandung Abstrak Penelitian yang menganalisis potensi, preferensi dan perilaku masyarakat terhadap bank syariah, dapat dihasilkan peta pengembangan bank syariah di seluruh kabupaten/kota di Indonesia, Perlu Adanya Peningkatan Pelayanan, Promosi dan Sosialisasi edukasi perlu di tingkatkan. Untuk meningkatkan daya saing unit usaha syariahnya adalah dengan memberikan keleluasaan untuk mengatur strategi bisnisnya dan lebih fokus melalui spin off. Tahun 2015 jumlah bus sebanyak 12 dapat mengelola aset Rp.213.413 milyar tumbuh pesat, sementara uus yang berjumlah 22 hanya mengelola Rp.82.839 Atau kinerja BUS selama 5 tahun terakhir aset tumbuh rata-rata 301%, sementara UUS dengan waktu yang sama aset tumbuh rata 32%. unit usaha syariah yang melaksanakan spin off mengalami pekembangan yang cukup pesat yaitu BRI Syariah spin off tahun 2009, BNI Syariah dan BJB Syariah spin off tahun 2010, selama menjadi uus kurang lebih 10 tahun aset tumbuh rata-rata per tahun Rp.100 milyar akan tetapi setelah menjadi BUS total aset Rp.6.445 juta atau kurang lebih tumbuh rata Rp.1 tri per tahun. Mekanisme dan proses Proses spin off terstandar. Kata kunci : Spin off, Kinerja UUS, Kinerja BUS. 1. Pendahuluan Perkembangan bank syariah yang sangat pesat menunjukkan keberadaan bank syariah dapat diterima dan disambut dengan baik oleh masyarakat dan menunjukkan besarnya permintaan masyarakat terhadap bank syariah. Namun muncul pandangan lain yang menyatakan bahwa tingginya pertumbuhan bank syariah selama ini lebih karena bank ini masih baru, jika dibandingkan dengan sejarah perbankan konvensional, periode perkembangan bank syariah masih sangat pendek. Seberapa besar pasar yang tersedia sebenarnya belum diketahui. Apakah bank syariah mampu menjadi lembaga perbankan yang besar dan kuat berdampingan dengan bank konvensional masih menjadi tanda tanya. Pandangan ini didasarkan pada porsi kinerja bank syariah yang baru mencapai angka sebesar 4,83 persen dari kinerja perbankan nasional, setelah kurang lebih 23 tahun berdiri (1992-2015). Penelitian yang menganalisis potensi, preferensi dan perilaku masyarakat terhadap bank syariah telah dilaksanakan oleh Bank Indonesia dengan bekerja sama dengan berbagai perguruan tinggi dan lembaga penelitian, Dalam kurun waktu tahun 2000-2004, penelitian yang menganalisis potensi, preferensi dan perilaku masyarakat terhadap bank syariah setidaknya telah dilakukan di 10 provinsi, yaitu di Jawa Barat, Jawa Tengah dan DIY, Jawa Timur, Jakarta-Bogor- Tangerang-Bekasi (Jabotabek), Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan. Penelitian-penelitian ini telah memberikan gambaran terhadap potensi pengembangan bank syariah dan perilaku masyarakat (secara individual) terhadap bank syariah di masing-masing provinsi, namun masih bersifat parsial. Dengan memanfaatkan hasil-hasil penelitian tersebut sehingga dapat dihasilkan peta pengembangan bank syariah di seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Sementara hasil survey potensi pasar dan prilaku nasabah bank syariah yang dilakukan di 31 kabupaten/kota Jawa Timur pada Agustus 2012 1 melibatkan 620 responden yang diwawancarai dengan panduan kuisioner serta FGD di 4 kota (Jember, malang, kendiri dan Surabaya) dengan tujuan untuk; 1). Mendapat gambaran tentang Potensi Pasar, Karakter dan Perilaku Nasabah, serta Lokasi dan Potensi Wilayah untuk pelayanan syariah, dan 2).Data dan informasi pendukung yang dapat memperluas aspek kajian dan analisis penyusunan blue print dan road map spin off. Hasil penelitian menunjukan bahwa; Nasabah mendukung adanya Bank Syariah, Adanya Potensi untuk meraih nasabah, Tingginya 1 Survey dilakukan oleh PT. Bataza Tazkia, Agustus 2012 di Jawa Timur

Transcript of PELUANG MENINGATKAN KINERJA DAN DAYA SAING UNIT …

Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri Malang Volume 8 – ISSN: 2085-2347

H-50

PELUANG MENINGATKAN KINERJA DAN DAYA SAING UNIT

USAHA SYARIAH (UUS) MELALUI SPIN OFF MENJADI BANK

UMUM SYARIAH (BUS) DI INDONESIA

Rukmana [email protected]

STIE Ekuitas Bandung

Abstrak

Penelitian yang menganalisis potensi, preferensi dan perilaku masyarakat terhadap bank syariah, dapat

dihasilkan peta pengembangan bank syariah di seluruh kabupaten/kota di Indonesia, Perlu Adanya Peningkatan

Pelayanan, Promosi dan Sosialisasi edukasi perlu di tingkatkan. Untuk meningkatkan daya saing unit usaha

syariahnya adalah dengan memberikan keleluasaan untuk mengatur strategi bisnisnya dan lebih fokus melalui

spin off. Tahun 2015 jumlah bus sebanyak 12 dapat mengelola aset Rp.213.413 milyar tumbuh pesat,

sementara uus yang berjumlah 22 hanya mengelola Rp.82.839 Atau kinerja BUS selama 5 tahun terakhir aset

tumbuh rata-rata 301%, sementara UUS dengan waktu yang sama aset tumbuh rata 32%. unit usaha syariah

yang melaksanakan spin off mengalami pekembangan yang cukup pesat yaitu BRI Syariah spin off tahun 2009,

BNI Syariah dan BJB Syariah spin off tahun 2010, selama menjadi uus kurang lebih 10 tahun aset tumbuh

rata-rata per tahun Rp.100 milyar akan tetapi setelah menjadi BUS total aset Rp.6.445 juta atau kurang lebih

tumbuh rata Rp.1 tri per tahun. Mekanisme dan proses Proses spin off terstandar.

Kata kunci : Spin off, Kinerja UUS, Kinerja BUS.

1. Pendahuluan

Perkembangan bank syariah yang sangat pesat

menunjukkan keberadaan bank syariah dapat

diterima dan disambut dengan baik oleh masyarakat

dan menunjukkan besarnya permintaan masyarakat

terhadap bank syariah. Namun muncul pandangan

lain yang menyatakan bahwa tingginya pertumbuhan

bank syariah selama ini lebih karena bank ini masih

baru, jika dibandingkan dengan sejarah perbankan

konvensional, periode perkembangan bank syariah

masih sangat pendek. Seberapa besar pasar yang

tersedia sebenarnya belum diketahui. Apakah bank

syariah mampu menjadi lembaga perbankan yang

besar dan kuat berdampingan dengan bank

konvensional masih menjadi tanda tanya. Pandangan

ini didasarkan pada porsi kinerja bank syariah yang

baru mencapai angka sebesar 4,83 persen dari

kinerja perbankan nasional, setelah kurang lebih 23

tahun berdiri (1992-2015). Penelitian yang

menganalisis potensi, preferensi dan perilaku

masyarakat terhadap bank syariah telah dilaksanakan

oleh Bank Indonesia dengan bekerja sama dengan

berbagai perguruan tinggi dan lembaga penelitian,

Dalam kurun waktu tahun 2000-2004, penelitian

yang menganalisis potensi, preferensi dan perilaku

masyarakat terhadap bank syariah setidaknya telah

dilakukan di 10 provinsi, yaitu di Jawa Barat, Jawa

Tengah dan DIY, Jawa Timur, Jakarta-Bogor-

Tangerang-Bekasi (Jabotabek), Sumatera Utara,

Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Selatan,

Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan.

Penelitian-penelitian ini telah memberikan gambaran

terhadap potensi pengembangan bank syariah dan

perilaku masyarakat (secara individual) terhadap

bank syariah di masing-masing provinsi, namun

masih bersifat parsial.

Dengan memanfaatkan hasil-hasil penelitian

tersebut sehingga dapat dihasilkan peta

pengembangan bank syariah di seluruh

kabupaten/kota di Indonesia.

Sementara hasil survey potensi pasar dan prilaku

nasabah bank syariah yang dilakukan di 31

kabupaten/kota Jawa Timur pada Agustus 20121

melibatkan 620 responden yang diwawancarai

dengan panduan kuisioner serta FGD di 4 kota

(Jember, malang, kendiri dan Surabaya) dengan

tujuan untuk; 1). Mendapat gambaran tentang

Potensi Pasar, Karakter dan Perilaku Nasabah, serta

Lokasi dan Potensi Wilayah untuk pelayanan

syariah, dan 2).Data dan informasi pendukung yang

dapat memperluas aspek kajian dan analisis

penyusunan blue print dan road map spin off.

Hasil penelitian menunjukan bahwa;

Nasabah mendukung adanya Bank Syariah, Adanya

Potensi untuk meraih nasabah, Tingginya

1 Survey dilakukan oleh PT. Bataza Tazkia, Agustus

2012 di Jawa Timur

Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri Malang Volume 8 – ISSN: 2085-2347

H-51

pengetahuan nasabah atas keberadaan bank syariah

tidak diimbangi dengan pemahaman atas produk-

produk bank syariah. Perlu Adanya Peningkatan

Pelayanan, Promosi dan Sosialisasi edukasi perlu di

tingkatkan, Perlu peningkatan pemahaman produk

syariah kepada pegawai uus.

Perubahan preferensi masyarakat ini harus

diimbangi dengan inovasi bank syariah untuk

menyesuaikan dengan perubahan kebutuhan dan

kondisi ekonomi masyarakat. Salah satu upaya Bank

konvensional yang mempunyai unit usaha syariah

untuk meningkatkan daya saing unit usaha

syariahnya adalah dengan memberikan keleluasaan

untuk mengatur strategi bisnisnya dan lebih fokus,

sehingga pertumbuhan volume usahanya lebih

meningkat dibanding saat ini

Jumlah bank umum yang telah membuka Unit

Usaha Syariah (UUS) per Desember 2015 sebanyak

22 bank. Sedangkan Bank Umum Syariah (BUS)

yang telah hadir berjumlah 12 bank. Jumlah UUS

mengalami penurunan dibandingkan tahun

sebelumnya. Hal ini sebagai konsekuensi dari

konversi 2 UUS & spin off 2 UUS yang menjadi

BUS baru.

Pemisahan atau Spin off UUS menjadi BUS

dapat ditempuh melalui dua alternatif yaitu: 1)

mendirikan BUS baru dan memindahkan aset, 2)

melakukan akuisisi BUK dan mengkonversinya

menjadi BUS baru hak dan kewajiban UUS kepada

BUS yang bersangkutan, atau 3) mengkonversi

langsung dari konvensional menjadi syariah (yang

berubah adalah kegiatan usahanya)2. Masing-masing

cara mempunyai kelebihan dan kekurangannya,

sehingga untuk memilih yang tepat sangat

bergantung pada kondisi masing-masing UUS dan

Bank induknya.

Sebelum proses spin off UUS setiap bank

konvensional, perlu dilakukan kajian agar keputusan

spin off ini dapat dipertanggung jawabkan serta

dilaksanakan dengan proses dan prosedur yang

benar. Selain melihat kelayakan, kajian atas spin off

juga diperlukan untuk memastikan proses spin off

yang akan dilakukan dapat mengantisipasi dan

terhindar dari beberapa kemungkinan risiko dan

konsekuensi atas spin off seperti: (a) captive market

lebih kecil; (b) BEP lebih lama sebagai akibat

adanya tambahan investasi & restrukturisasi bisnis;

(c) rendahnya kesiapan SDM & infrastruktur; (d)

rendahnya pendayagunaan sumberdaya Bank; (e)

semakin sulitnya pembukaan jaringan co-location;

(f) semakin kecilnya dukungan langsung divisi

terkait dari Bank; (g) rendahnya sinergi dengan

Bank; (h) fungsi organisasi support harus dibangun

dari nol dan (i) menurunnya CAR serta BMPK

Bank.

.

Tujuan Kajian

Secara umum, tujuan kajian ini adalah untuk

memberikan gambaran kepada pihak-pihak yang

berkepentingan tentang arah pengembangan UUS

setelah dilakukan pemisahan menjadi BUS dan

prospek bisnisnya. yang lebih inovatif dan variatif

dibanding ketika menjadi UUS, sehingga dapat

dijadikan acuan dalam mengembangkan kinerja dan

penetapan strategi bisnis usahanya yang lebih focus.

Cakupan Kajian

Untuk menjawab tujuan kajian, cakupan kajian ini

meliputi implementasi Strategi dan Skenario Spin off

meliputi Strategi Pra Spin off, Pelaksanaan Spin off,

Proses Konversi (bila spin off dilakukan melalui

akuisisi BUK), Pengadaan dan Pelatihan SDM,

Penyusunan Corporate Identity dan lainnya.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Ekonomi Syariah

Ekonomi dalam terminologi syariah termasuk ke

dalam kelompok muamalah, dan muamalah

termasuk pada bagian syariat yang terkait erat

dengan aqidah dan akhlaq (surat Ibrahim: 24-26):

Kekhususan ekonomi Islam atau ekonomi syariah

terletak pada karakteristik dan wataknya yang sangat

berbeda dengan individualisme dan kapitalisme serta

berbeda pula dengan sosialisme-komunisme. Secara

umum, ekonomi Islam atau ekonomi syariah

dibangun atas empat landasan filosofis yaitu: (1)

Tauhid (Ilahiyah), (2) keadilan, (3) kebebasan, dan

(4) pertanggungjawaban (akhlaq).

Pengertian Bank Syariah

Pengembangan perbankan yang didasarkan kepada

konsep dan prinsip ekonomi Islam merupakan suatu

inovasi dalam sistem perbankan internasional.

Menurut batasan dalam Peraturan Bank Indonesia

nomor 2/8/PBI/2000 pasal 1, Bank Syariah adalah

“Bank umum sebagaimana yang dimaksud dalam

Undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang

Perbankan sebagaimana telah diubah dengan

undang-undang nomor 10 tahun 1998, yang

melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip

syariah, termasuk unit usaha syariah dan kantor

cabang bank asing yang melakukan kegiatan usaha

berdasarkan prinsip syariah”. Adapun unit usaha

syariah adalah unit kerja di kantor pusat bank

konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk

dari kantor cabang syariah.

Menurut UU No.21 tahun 2008 tentang perbankan

syariah, ” Bahwa Bank Syariah adalah Bank yang

menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan

Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas

Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah.

Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri Malang Volume 8 – ISSN: 2085-2347

H-52

Ada beberapa perbedaan mendasar antara bank

konvensional dengan bank syariah (Antonio, 2001).

Pertama, dari segi akad dan aspek legalitas. Akad

yang dilakukan di bank syariah memiliki

konsekuensi duniawi dan ukhrawi karena akad yang

dilakukan berdasarkan hukum Islam. Kedua, dari

sisi struktur organisasi, Bank Syariah dapat memiliki

struktur yang sama dengan bank konvensional,

namun unsur yang membedakannya adalah

keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang

bertugas mengawasi operasional bank dan produk-

produknya agar sesuai dengan garis-garis syariah.

Ketiga, berkenaan dengan bisnis dan usaha yang

dibiayai. Bisnis dan usaha yang dijalankan oleh

para peminjam tidak terlepas dari hukum Islam.

Kehalalan usaha merupakan prasyarat penting agar

suatu bidang usaha boleh dibiayai oleh perbankan

Islam.

Keempat, berkaitan dengan lingkungan kerja dan

budaya perusahaan (corporate culture). Dalam hal

etika, sifat amanah dan shiddiq harus melandasi

setiap pribadi karyawan, sehingga tercipta

profesionalisme yang berdasarkan Islam. Dalam hal

reward and punishment yang berlaku dalam

perusahaan diperlukan prinsip keadilan yang sesuai

dengan syariah.

Perbankan syariah beroperasi atas dasar prinsip-

prinsip syariah. Prinsip syariah merupakan aturan

dasar atau aturan pokok yang berdasarkan hukum

Islam. Adapun untuk prinsip-prinsip operasional

lain, dapat digunakan oleh bank syariah dalam

kegiatan usaha sepanjang tidak bertentangan dengan

prinsip syariah dan peraturan perundang-undangan

yang berlaku, serta mendapat persetujuan Bank

Indonesia dan atau OJK dan Dewan Syariah

Nasional.

Prinsip dan Produk Perbankan Syariah

Secara umum dikenal dua bentuk utama dalam

operasional perbankan syariah, yaitu penghimpunan

dana dan penyaluran dana. Tiap bentuk tersebut

dapat diuraikan lagi berdasarkan prinsip-prinsip

yang mendasarinya.

a. Penghimpunan Dana

Prinsip operasional syariah yang telah diterapkan

secara luas dalam penghimpunan dana masyarakat

selama ini adalah prinsip Wadi’ah dan Mudharabah.

Penyaluran Dana

Dalam menyalurkan dana kepada nasabah, secara

garis besar terdapat 4 (empat) kelompok prinsip

operasional syariah, yaitu prinsip jual beli (bai’),

sewa beli (ijarah), bagi hasil (syirkah), dan

pembiayaan lainnya.

a. Prinsip Jual Beli (Bai’)

Prinsip jual beli meliputi murabahah, salam, dan

istishna’. Prinsip murabahah umumnya diterapkan

dalam pembiayaan pengadaan barang investasi.

Salam adalah pembelian barang yang ditangguhkan

dengan pembayaran di muka.

Istishna’ menyerupai salam, namun istishna’

pembayarannya dapat dimuka, dicicil atau

dibelakang. Skim isthisna’ dalam bank syariah

umumnya diaplikasikan pada pembiayaan

manufaktur, industri kecil-menengah, dan

konstruksi.

b. Prinsip Sewa Beli (Ijarah Wa Iqtina atau Ijarah

Muntahiyyah Bittamlik)

Ijarah wa iqtina atau ijarah muntahiyyah bittamlik

adalah akad sewa menyewa suatu barang antara

bank dengan nasabah, dimana nasabah diberi

kesempatan untuk membeli obyek sewa pada akhir

akad.

c. Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)

Beberapa bentuk produk yang menggunakan prinsip

bagi hasil adalah musyarakah, mudharabah

mutlaqah, dan mudharabah muqayyadah.

Pengaplikasian musyarakah dalam perbankan

umumnya untuk pembiayaan usaha dimana nasabah

dan bank sama-sama menyediakan dana untuk

membiayai proyek tersebut. Semua modal dicampur

untuk dijadikan modal usaha, dan manajemennya

pun dikelola bersama-sama.

Dalam pengimplementasian produk mudharabah

mutlaqah, jumlah modal yang bersama. Hasil dari

pengelolaan modal pembiayaan mudharabah

diperhitungkan dengan cara perhitungan dari

pendapatan proyek (revenue sharing) dan dari

perhitungan keuntungan proyek (profit sharing).

Karakteristik mudharabah muqayyadah pada

dasarnya sama dengan persyaratan mudharabah

mutlaqah.

Studi Terdahulu

Berikut dipaparkan hasil penelitian tentang

perkembangan dan permasalahan pengembangan

perbankan Islam, serta khususnya berkenaan dengan

faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi

masyarakat dalam penggunaan bank Islam. Dalam

hal preferensi terhadap perbankan syariah, motivasi

keagamaan merupakan landasan utama interaksi

nasabah dari golongan muslim, di atas pertimbangan

tingkat jasa yang dapat ditawarkan.

Hasil penelitian (Eryanto, 2000)3

menunjukkan bahwa persepsi nasabah merupakan

hal yang perlu untuk diperhatikan, karena persepsi

masyarakat merupakan suatu faktor penentu dalam

memilih bank. Persepsi nasabah terhadap suatu

bank sebenarnya merupakan penilaian relatif

Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri Malang Volume 8 – ISSN: 2085-2347

H-53

nasabah yang meliputi beberapa atribut bank

tersebut dibandingkan dengan bank yang lain. Dari

hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa

persepsi nasabah mendukung kepentingan nasabah

dalam memilih bank. Oleh sebab itu, untuk masa

yang akan datang, bank perlu mengetahui faktor-

faktor utama yang mempengaruhi nasabah dalam

memilih bank sehingga pihak bank sendiri dapat

memperbaiki strategi pemasaran mereka.

Pembahasan

A. Perkembangan Industri Perbankan Syariah

UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah

merupakan penyempurnaan atas undang-undang

yang ada khusus mengenai perbankan syariah,

dengan demikian bank yang beroperasi

menggunakan sitem bagi hasil tambah leluasa,

walaupun sebelum keluar undang-undang ini,

kegiatan operasional bank syariah ada dalam

Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 1992 tentang

Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. Setelah

diberlakukannya uu No.21 tahun 2008, industri

perbankan syariah berkembang sangat pesat. Dari

sisi kelembagaan, pada tahun 2008 jaringan

perbankan syariah mengalami peningkatan selama 8

tahun terakhir sebesar 16,06% yaitu dari tahun 2008

sebanyak 5 BUS menjadi 12 BUS, namun uus

mengalami penurunan sebesar (2,69%) sebagai

konsekwensi berdirinya BUS. Secara rinci terlihat

pada tabel 2

Tabel 1. Perkembangan Jaringan Kantor &

Kinera Perbankan Syariah

dilihat dari kinerja UUS lebih lambat di bandingkan

dengan BUS tahun 2011 dengan 11 bus dapat

mengelola aset sebesar Rp.11.693 milyar sementara

uus dengan 24 bus mengelola aset sebesar

Rp.28.536 milyar, namun seiring perkembangan

waktu di tahun 2015 bus yang 12 dapat mengelola

aset Rp.213.413 milyar tumbuh pesat, sementara

uus yang berjumlah 22 hanya mengelola Rp.82.839

Atau kinerja BUS selama 5 tahun terakhir aset

tumbuh rata-rata 301%, sementara UUS dengan

waktu yang sama aset tumbuh rata 32%

Apabila memperhatikan unit usaha syariah yang

melaksanakan spin off mengalami pekemnbangan

yang cukup pesat, BNI syariah ketika menjadi uus

total aset selama 8-9 tahun (selama menjadi uus)

aset yang terkumpul sebesar Rp.3.989.05 juta

sedangkan setelah memisahkan diri selama 6 tahun

aset sdh mencapai Rp.23.017,67 juta, Begitupun

yang dialami BRI Syariah selama menjadi uus total

aset sebesar Rp.3.178,39 juta sementara setelah

menjadi BUS terkumpul sebesar Rp.20.568,27 Juta

dan Bank Jabar Banten Syariah selama menjadi

UUS sebesar Rp.1.051,57 juta selama 10 tahun atau

rata-rata per tahun Rp.100 milyar akan tetapi setelah

menjadi BUS total aset Rp.6.445 juta atau kurang

lebih Rp.1 tri per tahun

B. Proyeksi Industri Perbankan syariah

1. Asumsi-asumsi Penting

Asumsi penting yang dibuat dalam penyusunan

proyeksi bisnis Bank Umum Syariah baru adalah:

Bank menempatkan modal awal minimal sesuai

ketentuan (di sarankan ada pada buku 2)

termasuk yang ada dan telah disisihkan di Unit

Usaha Syariah, bahwa setelah tahun kelima

modal BUS harus mencapai Rp.1 Triliun.

Penambahan modal dapat dilakukan melalui IPO

atau dengan menggandeng partner strategis

(Strategic Partner)

Bank memberikan peluang bagi Bank umum

Syariah untuk membuka kantor layanan syariah

di setiap outlet Bank.

Bank umum Syariah menggunakan tenaga

outsource untuk tenaga non core banking.

Bank umum Syariah menggunakan Core

Banking System (CBS) dari pihak ketiga

(outsource)

2. Inventasi dan belanja modal

(disesuaikan dengan keperluan diantara biaya

konsultan penyusunan setudy kelayakan, dan lain-

lain)

3. Volume Usaha

(dana pihak ketiga, oleh Bank Umum Syariah pada

tahun pertama diproyeksikan sampai tahun kelima

dengan menyesuaikan antara kekuatan pasar dan

Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri Malang Volume 8 – ISSN: 2085-2347

H-54

target minimal harus dicapai Pembiayaan Pada

awal, komposisi pembiayaan lebih banyak pada akad

Murabahah. Sejalan dengan pemahaman syariah

yang semakin baik disertai dengan saling

kepercayaan antara nasabah dan Bank umum

Syariah maka komposisi mudharabah dan

musyarakah semakin besar. Dengan target mencapai

FDR & ROA yang sehat & Aset Dengan kinerja

tersebut, maka aset Bank Umum Syariah sudah

dapat tergambarkan.

4. Proyeksi keuangan ( Pendapatan & Beban, Bank

menetapkan tingkat ekspektasi margin dan bagi hasil

per tahun, sesuai dengan perhitungan yang

menguntungkan selain fee base income Sementara

beban yang harus ditanggung oleh Bank Umum

Syariah terdiri dari beban dari investasi tidak

mengikat dan mengikat)

5. Proyeksi Ratio Keungann (ditargetkan memenuhi

ratio sehat sekalipun bertahap).

C. Faktor-faktor Kunci Keberhasilan yang meliputi

Komitmen Manajemen: Permodalan, Sumber Daya

Manusia, Teknologi dan informasi, dan Sinergi

Jaringan.

1. Permodalan dan Keuangan

Dana tunai sebagai penyertaan Bank Induk ke Bank

umum Syariah dilakukan dengan cara mengalihkan

modal yang disisihkan oleh Bank Induk kepada UUS

baik dalam bentuk aktiva tetap yang ada maupun

setoran tunai sebagaimana PBI No.11/10/PBI/2009.

2. Sasaran Keuangan

Salah satu tujuan didirikannya anak perusahaan

adalah untuk meningkatkan laba perusahaan. Modal

yang disetorkan oleh Bank Induk kepada anak

perusahaan (Bank umum Syariah) harus

memberikan tingkat pengembalian (return) yang

menarik, minimal mendekati apa yang telah dicapai

dan ditargetkan oleh Bank Induk selama ini.

3. Marketing, Jaringan dan Komunikasi

Untuk menjangkau pasar yang seluas mungkin,

kegiatan marketing diawali dengan kegiatan riset

marketing secara periodik untuk mengeksplorasi

kebutuhan dan harapan masyarakat terhadap produk-

produk perbankan syariah, merancang produk yang

tepat, melakukan uji coba dan menyusun jaringan

yang memungkinkan masyarakat untuk menjadi

nasabah atau mitra usaha Bank umum Syariah.

3. SDI dan Struktur Organisasi

Sebagai bank umum hasil spin off dari UUS Bank

Induk, SDI diutamakan berasal dari SDI yang

selama ini mengelola UUS Bank Induk dengan

syarat lulus seleksi.

Struktur organisasi dirancang agar dapat

mengoptimalkan seluruh potensi SDI yang ada serta

dapat menyesuaikan atau beradaptasi dengan

perubahan kebutuhan bisnis.

4. Sistem Teknologi Informasi

Saat ini UUS Bank Induk menggunakan CBS

sebagaimana Bank Induk. Setelah spin off, Bank

umum Syariah melakukan outsources pada pihak

ketiga, dengan pertimbangan : (1.Dapat disesuaikan,

2.leluasa & Lebih focus, 3.biaya terkendali,

4.mengikuti trend dan pleksibel)

5. Sarana dan Prasarana

Salah satu kebijakan strategis dari Bank Induk

terkait dengan sarana dan prasarana adalah dengan

cara memanfaatkan sarana dan prasarana atau aset-

aset Bank Induk yang belum dioptimalkan.

D. Implementasi Strategi dan Skenario Spin off

meliputi Strategi Pra Spin off, Pelaksanaan Spin off,

Proses Konversi (bila spin off dilakukan melalui

akuisisi BUK), Pengadaan dan Pelatihan SDM,

Penyusunan Corporate Identity dan lainnya.

1. Strategi Pra Spin off

Agar proses spin off berjalan efektif dan efisien

sesuai dengan sasaran yang ditetapkan, perlu

dilakukan langkah-langkah sebagai berikut ; (a).

Pembentukan tim spin off, b). Penunjukkan

konsultan & atau advisor c). Membuat kajian

kelayakan spin off, d). Menghitung cost leverage, e).

Mengidentifikasi pemenuhan peraturan dll, f).

Merancang transfer aset & Liabilities g). Membuat

proyeksi bisnis dan keuangan dan h). Rekomendasi

hal-hal strategis.

2. Pelaksanaa Spin off

Spin off merupakan proses pendirian bank baru,

tahapan untuk menjadi bank baru perlu memperoleh

ijin sebagaimana ketentuan yang ada yaitu;

(1).penyertaan modal, 2). Ijin prinsip, 3). Ijin

pendirian PT (bagi yang belum) Fit & propertest

pengurus bus dan 4). Ijin usaha

3. Pelaksanaan Spin off ( Pengadaan & Pelatihan

SDI/M penyususunan Corporate Identity dan

lainnya • Persiapan Pemisahan

• Penyusunan Kebijakan & Prosedur Pemisahan

• Assesment Test Bagi Karyawan Bank Induk Yang

Akan Migrasi

• Pemasangan Iklan Pengumuman Ringkasan

Rancangan Pemisahan di Media Massa

• Sosialisasi Kepada Nasabah terkait Pemisahan dan

Migrasi Transfer Aset

• Penerbitan Pernyataan Tidak Ada Keberatan dari

Kreditur dan Pihak Ketiga

• Pelaksanaan RUPS di 2 Bank Terkait Persetujuan

Melakukan & Menerima Pemisahan

• Penandatanganan Akta Pemisahan dan Akta

Persetujuan Melakukan Pemisahan dan Akta

Persetujuan Menerima Pemisahan

• Sosialisasi kepada Jajaran UUS terkait Kebijakan

Migrasi SDM

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan uraian tersebut di atas, berkaitan

dengan tujuan kajian ini rencana pemisahan atau

spin off Unit Usaha Syariah menjadi Bank Umum

Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri Malang Volume 8 – ISSN: 2085-2347

H-55

Syariah dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai

berikut:

a. Dengan melakukan pemisahan dari unit usaha

syariah menjadi bank umum syariah

membuktikan bahwa Potensi pengembangan

perbankan syariah masih sangat luas, terutama

untuk memenuhi kebutuhan lembaga-lembaga

keuangan mikro sebagai salah jaringan yang

dapat dimanfaatkan Bank umum Syariah untuk

menjangkau pasar.

b. Mekanisme dan proses Spin off terstandar dan

terukur, walau dalam prosesnya tetap harus

ditangani dengan lebih focus

c. Setelah masuk dalam RBB bank Induk, maka

komitmen dari bank induk kepada bank umum

Syariah harus jelas antara lain; permodalam,

SDI, Jaringan dan ti

d. Rencana pemisahan UUS menjadi bank umum

syariah ini hars mendapatkan dukungan penuh

dari Bank Induk dalam permodalan dengan

menempatkan dana sesuai dengan ketentuan

minimal yang ditetapkan oleh Bank Indonesia

dan sisanya dari pihak lain sebagai pendamping

pendirian BUS.

e. Pada umumnya, sumber daya insani (SDI) yang

saat ini mengelola unit usaha syariah sangat

berminat dan mendukung atas rencana spin off

dan siap untuk beralih status dari pegawai Bank

Induk menjadi pegawai Bank umum Syariah

Daftar Pustaka

Adiwarman A Karim, 2004. Sejarah Pemikiran

Ekonomi Islam, PT. Raja Grafindo Persada.

2004

Adiwarman A Karim, 2010. Bank Islam, Analisis

Fiqih dan Keuangan, PT. Raja Grafindo

Persada. 2010

Ahmad Ibrahim Abu Sinn, Manajemen Syariah ;

Sebuah kajian Historis dan kontemporer

Amir Machmud dan Rukmana., 2010. Bank Syariah

: Teori, Kebijakan dan Studi Empiris di

Indonesia, Jakarta: Erlangga , Cet. Pertama.

Hermawan Kertajaya, Muhammad Suakir Sula,

2006, Syariah Marketing, Mizan 2006

Ikhwan Abidin Basri, 2008, MA Menguak Pemikiran

Ekonomi Ulama Klasik, Aqwam

Jaih Mubarok, 2004, Perkembangan Fatwa

Ekonomi Syariah di Indonesia, Pustaka bani

quraisy

Muhamad, 2004, Operasional Bank Syariah , UII

Press

Muhammad,2005, bank syariah ; problem dan

prospek perkembangan, Yogyakarta: Graha

ilmu,

Muhammad Alim, 2007, Pengantar Ilmu Ekonomi,

Penerbit Pustaka.

Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah Suatu

Pengenalan Umum, Tazkia Intite

Muhammad., Manajamen Bank Syariah, UPP

AMPYKPN, Yogyakarta

Muhammad Syakir Sula, 2004, Asuransi Syariah,

Gema Insani 2004

M. Umer Champra, 2008, Regulasi & Pengawasan

Bank Syariah, Bumi Aksara

Sofyan S Harahap, Wiroso, Muhammad Yusuf,

2005, Akuntansi Perbankan Syaria, LPFE

SPS bank Indonesia & Sistem Informasi OJK,

Roadmap 2015-2019 Bank Indonesia

Undang-undang perbankan syariah no. 21/2008 &

berbagai PBI serta SEBI yang menyangkut

dengan syariah.

Undang-undang No. 40/2007 tentang perseroan

terbatas

Veithzal Rivai, dan Arviyan Arifin, 2010, Islamic

Banking, Bumi Aksara

Zainul Arifin, 2005, Dasar-dasar Manajemen Bank

Syariah, pustaka Alvabet

Lampiran

1) SEBI No. 9/32/DPNP tanggal 12 Desember 2007

tentang Kepemilikan Tunggal pada Perbankan

Indonesia.

2) PBI No. 9/16/PBI/2007 tanggal 3 Desember

2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank

Indonesia No. 7/15/PBI/2005 tentang Jumlah

Modal Inti Minimum Bank Umum.

3) PBI No. 9/13/PBI/2007 tanggal 1 November

2007 tentang Kewajiban Penyediaan Modal

Minimum Bank Umum dengan

Memperhitungkan Risiko Pasar.

4) SEBI No. 9/24/DPbS tanggal 30 Oktober 2007

tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan

Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah.

5) PBI No. 9/12/PBI/2007 tanggal 21 September

2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank

Indonesia No. 8/17/PBI/2006 tentang Insentif

Dalam Rangka Konsolidasi Perbankan.

6) PBI No. 9/9/PBI/2007 tanggal 18 Juni 2007

tentang Perubahan Atas Peraturan Bank

Indonesia No. 8/21/PBI/2006 tentang Penilaian

Kualitas Aktiva Bank Umum Yang

Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan

Prinsip Syariah.

7) SEBI No. 9/12/DPNP tanggal 30 Mei 2007

tentang Pelaksanaan Good Corporate

Governance bagi Bank Umum.

8) PBI No. 9/7/PBI/2007 tanggal 4 Mei 2007

tentang Perubahan Atas Peraturan Bank

Indonesia No. 8/3/PBI/2006 tentang Perubahan

Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional

Menjadi Bank Umum Yang Melaksanakan

Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah dan

Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri Malang Volume 8 – ISSN: 2085-2347

H-56

Pembukaan Kantor Bank Yang Melaksanakan

Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah

oleh Bank Umum Konvensional.

9) SEBI No. 9/11/DPNP tanggal 30 April 2007

tentang Perubahan Atas Surat Edaran No.

7/54/DPNP tanggal 29 November 2005 tentang

Giro Wajib Minimum Bank Umum pada Bank

Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing.

10) SEBI No. 8/27/DPNP tanggal 27 November

2006 tentang Prinsip Kehati-hatian dan Laporan

dalam rangka Penerapan Manajemen Risiko

Secara Konsolidasi bagi Bank yang Melakukan

Pengendalian terhadap Perusahaan Anak.

Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri Malang Volume 8 – ISSN: 2085-2347

H-57

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI

(studi kasus pada SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) EKUITAS BANDUNG)

Sudi Rahayu, Risnawati

[email protected] [email protected]

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan dan lingkungan kerja secara

simultan terhadap kinerja pegawai pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ekuitas Bandung. Penelitian ini

dilakukan pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ekuitas Bandung, objek penelitian dibatasi hanya terhadap

variabel kepemimpinan, variabel lingkungan kerja dan variabel kinerja pegawai. Penarikan sampel ini dilakukan

dengan metode sensus yaitu dengan menggunakan seluruh anggota populasi sebagai objek yang akan diteliti.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh kepemimpinan, lingkungan kerja secara simultan memberikan

pengaruh yang kuat terhadap kinerja pegawai sebesar 49,1%. Sedangkan secara parsial, pengaruh kepemimpinan

terhadap kinerja pegawai sebesar 41,2% dan pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai sebesar

26,4%. Variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap kinerja pegawai pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi

(STIE) Ekuitas Bandung yaitu variabel kepemimpinan.

Kata Kunci : Kepemimpinan, Lingkungan Kerja dan Kinerja Pegawai.

PENDAHULUAN

Organisasi yang selalu berkembang

merupakan dambaan baik pemerintah maupun

swasta mengharapkan organisasinya tumbuh dan

berkembang dengan baik. Dengan perkembangan

tersebut diharapkan organisasi mampu bersaing dan

berakselerasi dengan kemajuan zaman. Kenyataan

menunjukan bahwa organisasi yang tidak mampu

berakselerasi dengan kemajuan zaman akan

tertinggal untuk kemudian tenggelam tertelan

zaman. Tingkat keberhasilan suatu organisasi dapat

dilihat dari bagaimana organisasi tersebut

mengelola sumber daya yang dimiliki. Organisasi

dengan kinerja yang baik, mempunyai efektivitas

dalam menangani sumber daya manusianya,

menentukan sasaran yang harus dicapai baik secara

individu maupun organisasinya. Dalam hal ini

kinerja yang dimaksud adalah hasil kerja seseorang

atau sekelompok orang yang dapat dilihat secara

kualitas dan kuantitas, ketika pegawai menjalankan

tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang

diberikan kepadanya dalam rangka mencapai tujuan

perusahaan.

Pada dasarnya kinerja adalah sesuatu yang

dilakukan atau tidak dilakukan pegawai, yang dapat

mempengaruhi berapa banyak pegawai tersebut

memberi kontribusi kepada perusahaan. Kinerja

dapat diukur dengan mempertimbangkan faktor

kuantitas (jumlah pekerjaan yang harus diselesaikan

atau dicapai), faktor kualitas (mutu pekerjaan yang

dihasilkan), dan ketepatan waktu (kesesuaian

dengan waktu yang telah direncanakan). Kinerja

merupakan hasil kerja yang telah dihasilkan oleh

pegawai atau perilaku nyata yang ditampilkan

sesuai dengan perannya dalam perusahaan.

Faktor yang mempengaruhi kinerja

diantaranya adanya pengaruh kepemimpinan seperti

peran pemimpin dalam membina pegawainya.

Namun dalam penerapannya, kemampuan seorang

pemimpin untuk memberi keputusan dengan baik

tidak hanya dipengaruhi oleh tuntutan dalam

dirinya dengan segala potensi yang dimilikinya tapi

juga ada beberapa faktor eksternal yang juga akan

mengganggu seorang pemimpin dalam memberi

keputusan yang tepat di saat yang tepat. Selain

faktor kepemimpinan kondisi lingkungan kerjapun

akan sangat mempengaruhi kinerja pegawai,

dengan lingkungan kerja yang nyaman jelas akan

membuat pegawai merasa tenang dan nyaman

dalam bekerja sehingga dapat menyelesaikan

tugasnya tepat waktu. Lingkungan kerja yang baik

akan membantu pegawai dalam mengatasi

kejenuhan dan kebosanan dalam bekerja, sehingga

diharapkan dapat meningkatkan kinerja pegawai.

Lingkungan kerja adalah suatu tempat yang

diisi oleh orang-orang yang berbeda karakter

Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri Malang Volume 8 – ISSN: 2085-2347

H-58

dengan satu tujuan dan memiliki suatu target

tertentu dalam mencapai kepentingan tertentu pula

Dengan adanya uraian kondisi inilah, peneliti

tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan

mengangkat judul “judul “PENGARUH

KEPEMIMPINAN DAN LINGKUNGAN

KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI

PADA SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI

(STIE) EKUITAS BANDUNG”.

IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah, dapat

kita ketahui bahwa permasalahan sumber daya

manusia dalam instansi Sekolah Tinggi Ilmu

Ekonomi (STIE) Ekuitas adalah sebagai berikut:

1. Capaian kinerja pegawai belum mencapai

target

2. Kurangnya motivasi pegawai dalam

bekerja

3. Lingkungan kerja yang kurang kondusif.

4. Kurangnya komunikasi antara pimpinan

dengan pegawai.

5. Kurang tegasnya pimpinan dalam

memberikan sanksi.

6. Tidak adanya aturan tentang reward dan

punishment.

RUMUSAN MASALAH

Dari penjelasan latar belakang dan

identifikasi masalah diatas, maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kepemimpinan yang diterapkan

pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE)

Ekuitas.

2. Bagaimana lingkungan kerja pada Sekolah

Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ekuitas.

3. Bagaimana kinerja pada Sekolah Tinggi Ilmu

Ekonomi (STIE) Ekuitas.

4. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan dan

lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ekuitas,

baik secara parsial maupun simultan.

TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan Rumusan Masalah Penelitian

ini, bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis

bagaimana :

1. Kepemimpinan pada Sekolah Tinggi Ilmu

Ekonomi (STIE) Ekuitas.

2. Lingkungan kerja pada Sekolah Tinggi Ilmu

Ekonomi (STIE) Ekuitas.

3. Bagaimana kinerja pada Sekolah Tinggi Ilmu

Ekonomi (STIE) Ekuitas.

4. Besarnya pengaruh kepemimpinan dan

lingkungan kerja terhadap kinerja Pegawai pada

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ekuitas,

baik secara parsial maupun simultan.

KEGUNAAN PENELITIAN

Kegunaan penelitian yang diharapkan oleh

penulis sebagai berikut :

Kegunaan Teoritis

Penelitian ini sebagai pengembangan ilmu

pengetahuan khususnya ilmu Manajemen

Sumber Daya Manusia dalam rangka

menambah wawasan, pengalaman, terutama

tentang pengaruh kepemimpinan dan

lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai.

KAJIAN PUSTAKA

Manajemen Sumber Daya

Manusia adalah proses pencapaian tujuan

organisasi melalui mendapatkan, memeprtahankan,

memberhentikan, mengembangkan dan

menggunakan/memanfaatkan sumber daya manusia

dalam suatu organisasi dengan sebaik-baiknya.

(Moekijat, 2010 :4). Manajemen Sumber Daya

Manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan

dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien

membantu terwujudnya tujuan perusahaan,

pegawai, dan masyarakat (Malayu S.P. Hasibuan,

2010 : 10 ). Manajemen Sumber Daya Manusia

merupakan perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan dan pengendalian dari pengadaan,

pengembangan, kompensasi, pengintegrasian,

pemeliharaan dan pemberhentian pegawai dengan

maksud terwujudnya tujuan perusahaan, individu,

pegawai dan masyarakat. (T. Hani Handoko, 2011

: 3)

1. Pengertian Kepemimpinan

Ada beberapa pendapat yang berbeda mengenai

definisi kepemimpinan dari beberapa ahli,

diantaranya adalah:

Menurut Veithzal Rivai (2009:64), kepemimpinan

adalah:

“Kepemimpinan adalah kemampuan seorang

pemimpin untuk mempengaruhi orang lain

dengan cara memancing tumbuhnya perasaan

yang positif dalam diri orang-orang yang

dipimpinnya untuk mencapai tujuan yang

diinginkan”.

2. Pengertian Lingkungan Kerja

lingkungan kerja merupakan suatu kondisi dimana

para pegawai bekerja, baik menyangkut aspek fisik,

maupun yang menyangkut aspek sosial dalam suatu

perusahan atau organisasi yang dapat

mempengaruhi pegawai dalam menjalankan tugas

dan pekerjaannya sehari – hari.

Menurut Sedarmayati (2001:1) Lingkungan

kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan

bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya di

mana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta

Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri Malang Volume 8 – ISSN: 2085-2347

H-59

pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan

maupun sebagai kelompok.

3. Pengertian Kinerja

Kinerja pegawai adalah kemampuan yang dicapai

dan diinginkan dari perilaku pegawai dalam

melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugas

pekerjaan yang menjadi tanggung jawab secara

individu atau kelompok.

Menurut Mangkunegara ( 2005:9 ), bahwa :

“Kinerja pegawai adalah hasil kerja secara

kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang

pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai

dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya.”

POPULASI DAN SAMPEL

Sugiyono (2010:72) mengatakan populasi

adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek

atau subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Sedangkan jumlah populasi pada

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ekuitas

Bandung sebanyak 63 pegawai.

UJI VALIDITAS

Pengujian validitas dari setiap butir digunakan

analisis item yaitu mengkorelasikann skor tiap butir

dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor

butir. Item yang mempunyai korelasi positif dengan

skor total serta korelasi yang tinggi menunjukkan

bahwa item tersebut memiliki validitas yang tinggi

pula.

Syarat minimum yang dianggap memenuhi

syarat adalah kalau kurang dari 0.3 maka butir

dalam instrument tersebut dinyatakan tidak valid.

(Sugiyono, 2010:109). Untuk mencari nilai korelasi

digunakan rumus Pearson Product Moment. Uji

validitas ini menggunakan rumus sebagai berikut :

𝑟 = 𝑛 (∑ 𝑋1 𝑋𝑡𝑜𝑡) − (∑ 𝑋1 )(∑ 𝑋𝑡𝑜𝑡)

√((𝑛 ∑ 𝑋1² − (∑ 𝑋1)²(𝑛 ∑ 𝑋𝑡𝑜𝑡²) − (∑ 𝑋𝑡𝑜𝑡)²))

(Sugiyono, 2010 :109)

Dimana :

r = Koefesien korelasi

n = Jumlah Sampel

∑ X = Jumlah skor item

∑ Y =Jumlah skor total (seluruh item)

X1 = Item pertanyaan 1

Xtot = Total skor Variabel X

UJI RELIABILITAS

Uji reliabilitasnya digunakan metode (Split Half).

Item tersebut dibagi menjadi dua kelompok yaitu

item ganjil dan kelompok item genap, kemudian

masing-masing kelompok skor tiap itemnya

dijumlahkan sehingga menghasilkan skor total.

Sebelum uji reliabilitas, terlebih dahulu dicari

koefesien korelasi dengan rumus :

𝑟 = 𝑛 ∑ 𝐴𝐵 − ∑𝐴∑𝐵

√[𝑛(∑ 𝐴2) − (∑ 𝐴)²][𝑛(∑ 𝐵²) − (∑ 𝐵)²]

Dimana :

A = Variabel nomor ganjil

B = Variabel nomor genap(Sugiyono, 2010:110)

Setelah koefesien korelasi diketahui, uji reliabilitas

dengan menggunakan rumus Spearman Brown

sebagai berikut :

𝑟𝑖 = 2𝑟𝑏

1 + 𝑟𝑏

(Sugiyono, 2009)

Dimana :

ri = Reabilitas internal seluruh instrument

rb = Koefesien korelasi pearson product

moment antara belahan pertama dan kedua.

Batas reliabilitas minimal 0.7.

ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA

Analisis regresi linier berganda merupakan

analisis yang digunakan untuk mengetahui ada atau

tidaknya antara variabel X1 (Kepemimpinan), X2

(Lingkungan Kerja) terhadap Y (Kinerja Pegawai).

(Sugiyono, 2010:132).

Rumus yang digunakan adalah :

𝑌 = 𝑎 + 𝑏1𝑋1 + 𝑏2𝑋2

(Sugiyono, 2010 :132)

Dimana :

Y = Variabel terikat (Kinerja Pegawai)

a = bilangan konstanta

b1b2 = Koefesien regresi

X1 = variabel bebas (Kepemimpinan)

X2 = variabel bebas ( Lingkungan Kerja)

Untuk regresi linier dengan dua variabel

bebas X1 (Kepemimpinan) dan X2 (Lingkungan

Kerja) menggunakan kuadrat terkecil memberikan

hasil bahwa koefesien-koefesien a, b1, dan b2 dapat

dihitung dengan menggunakan rumus :

∑𝑌 = 𝑛𝑎 + 𝑏1∑ 𝑋1 + 𝑏2∑𝑋2

∑𝑋1𝑌 = 𝑎∑𝑋1 + 𝑏1∑ 𝑋1² + 𝑏2∑𝑋1𝑋2

∑𝑋2𝑌 = 𝑎∑𝑋2 + 𝑏1∑ 𝑋2 + 𝑏2∑𝑋2²

Setelah a, b1, b2 didapat, maka akan diperoleh

persamaan Y.

ANALISIS KOEFESIEN DETERMINASI

Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri Malang Volume 8 – ISSN: 2085-2347

H-60

Koefesien determinasi digunakan untuk

melihat berapa persentase (%) besarnya pengaruh

variabel X1, X2 terhadap Y, yang dinyatakan dalam

persentase.

Adapun rumus koefesien determinasi adalah

sebagai berikut :

Kd = R2x 100 % Dimana :

Kd = Koefesien Determinasi

R² = Kuadrat koefesien korelasi

Kriteria untuk analisis koefesien determinasi adalah

:

1. Jika Kd mendekati nol (0), berarti pengaruh

variabel indipenden terhadap variabel dependen

yaitu lemah.

2. Jika Kd mendekati satu (1), berarti pengaruh

variabel indipenden terhadap variabel dependen

yaitu kuat.

HASIL UJI VALIDITAS DAN

RELIABILITAS

Sebelum data di olah dengan analisis data

yang digunakan, maka data terlebih dahulu di uji

kesahihan dan keandalannya yaitu dengan

melakukan pengujian validitas dan reliabilitas.

1. UJI VALIDITAS

Suatu test atau instrument pengukur dapat

dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila

alat tersebut menjalankan fungsi uurnya yang

sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran

tersebut. Validitas setiap item pernyataan

ditunjukkan dengan nilai koefesien validitas yang

dihitung dengan menggunakan korelasi antara item

dengan total skor variabel.

Berikut ini adalah tabel hasil uji validitas

untuk variabel penelitian dengan menggunakan

program SPSS sebagai berikut :

Tabel 4.1.

Hasil Uji Validitas

Variabel Item Korelasi Keterangan

X1 (kepemimpinan)

1 0,53 Valid

2 0,45 Valid

3 0,63 Valid

4 0,44 Valid

5 0,47 Valid

6 0,43 Valid

X2 (lingkungan kerja)

7 0,46 Valid

8 0,55 Valid

9 0,53 Valid

10 0,35 Valid

11 0,45 Valid

12 0,55 Valid

13 0,54 Valid

14 0,49 Valid

15 0,49 Valid

16 0,46 Valid

17 0,51 Valid

18 0,52 Valid

19 0,51 Valid

20 0,52 Valid

Variabel Item Korelasi Keterangan

Y (kinerja)

21 0,50 Valid

22 0,55 Valid

23 0,50 Valid

24 0,50 Valid

25 0,50 Valid

26 0,53 Valid

27 0,49 Valid

28 0,53 Valid

29 0,51 Valid

Sumber : data di olah tahun 2014

Untuk menentukan item valid atau tidak

digunakan ketentuan jika nilai korelasi di atas 0.3,

maka dapat dikatakan bahwa item tersebut

memberikan tingkat kevalidan yang cukup dan

sebaliknya jika nilai korelasi dibawah 0.3 maka

dikatakan item tersebut kurang valid.

UJI RELIABILITAS

Setelah mendapatkan item-item pernyataan

dari kuesioner yang valid, selanjutnya dilakukan uji

reliabilitas. Uji reliabilitas untuk mengetahui

apakah alat pengumpulan data pada dasarnya

menunjukkan tingkat ketepatan, keakuratan,

kestabilan atau konsistensi alat tersebut dalam

mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok

individu, dan hasil pengukuran tetap konsisten bila

dilakukan pengukuran kembali terhadap gejala

yang sama. Uji reliabiltas yang dipakai

menggunakan teknik Spearman-Brown dengan

ketentuan pernyataan tersebut reliabel adalah jika

koefesien reliabilitas positif dan memiliki nilai

diatas 0.7.

Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan

program SPSS dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.2.

Hasil Reliabilitas Variabel r hitung r tabel Keterangan

Kepemimpinan (X1) 0,813 0,7 Reliabel

Lingkungan Kerja

(X2)

0,765 0,7 Reliabel

Kinerja (Y) 0,865 0,7 Reliabel

Sumber : data di olah tahun 2014

Dengan demikian, data tersebut dinyatakan

valid dan reliabel apabila digunakan sebagai alat

dalam penelitian ini karena telah memenuhi

persyaratan yang telah dtentukan.

ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA

Berdasarkan hasil dalam Tabel 4.38 diatas,

maka diperoleh suatu persamaan regresi sebagai

berikut :

Y = -0.453 + 0.721 X1 + 0.605 X2

Dari model regresi yang diperoleh (a)

sebesar -0.453 bahwa jika variable kepemimpinan

dan lingkungan kerja sama dengan nol atau konstan

maka kinerja pegawai menurun sebesar 0,453.

Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri Malang Volume 8 – ISSN: 2085-2347

H-61

Koefesien regresi X1 bernilai positif

sebesar 0,721 berarti bahwa peningkatan

kepemimpinan sebesar satu satuan dan variable lain

sama dengan nol atau konstan maka variable

kinerja akan meningkat sebesar 0,721.

Koefesien regresi X2 bernilai positif

sebesar 0.605. Dapat dijelaskan artinya setiap

peningkatan lingkungan kerja sebesar satu satuan

dan variabel lain konstan, maka variabel kinerja

pegawai akan meningkat sebesar 0,605. Jadi

semakin baik lingkungan kerja maka akan semakin

baik pula kinerja dari para karyawan.

KOEFESIEN DETERMINASI (R2)

Koefesien determinasi dapat ditentukan dengan

rumus :

Kd = r2 x 100%.

Kd = 0.7012 x 100%

Kd = 49,1%

Dari hasil perhitungan bahwa koefesien

determinasi (R2) sebesar 49,1 %. Ini berarti variabel

X1 (kepemimpinan), variabel X2 (lingkungan kerja)

memberikan pengaruh yang kuat terhadap variabel

Y (kinerja) sebesar 49,1% sedangkan sisanya

sebesar 50,9% dipengaruhi oleh faktor lainnya

yang diabaikan atau tidak diteliti oleh peneliti.

Adapun besar pengaruh masing-masing

variabel bebas dalam model regresi dapat dilihat

dari perkalian Nilai Beta dengan nilai korelasi Zero

Order. Hasil perhitungan pengaruh parsial untuk

masing-masing variabel sebagai berikut:

ryx1 = 0.666 x 0.618 x 100%

= 41,2%

ryx2 = 0.468 x 0.565 x 100%

= 26,4%

Dapat diketahui pengaruh parsial

kepemimpinan terhadap kinerja pegawai sebesar

41,2%. Dan pengaruh lingkungan kerja terhadap

kinerja pegawai sebesar 26,4%.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan mengenai pengaruh kepemimpinan dan

lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai pada

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ekuitas

Bandung, melalui serangkaian observasi,

wawancara dan penyebaran kuesioner, maka

penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai

berikut :

1. Kepemimpinan di STIE Ekuitas oleh responden

dinilai sudah baik., hal ini dilihat dari skor total

penilaian responden mengenai kepemimpinan

yang berada pada interval sebesar 2,7 – 3,4

yang kesemuanya berada pada katagori baik.

2. Lingkungan kerja pegawai pada di STIE Ekuitas

dinilai sudah baik. Hal ini dilihat dari skor total

penilaian responden mengenai lingkungan

kerja pegawai yang berada pada interval sebesar

3,0 – 3,8 yang kesemuanya berada pada katagori

baik.

3. Kinerja pegawai di STIE Ekuitas dinilai sudah

baik. Hal ini di lihat dari skor total penilaian

responden mengenai kinerja pegawai yang

berada pada interval sebesar 3,0 – 3,5 yang

berada pada katagori baik.

4. Koefesien determinasi (R2) sebesar 49,1%. Ini

berarti variabel X1 (kepemimpinan), variabel X2

(lingkungan kerja) memberikan pengaruh yang

kuat terhadap variabel Y (kinerja), sedangkan

sisanya sebesar 50,9% dipengaruhi oleh faktor

lainnya yang diabaikan atau tidak diteliti oleh

peneliti. Secara parsial kepemimpinan

mempunyai pengaruh terhadap kinerja pegawai

sebesar 41,2% dan pengaruh lingkungan kerja

terhadap kinerja pegawai sebesar 26,4%.

Artinya kepemimpinan mempunyai pengaruh

lebih besar terhadap kinerja dibandingkan

dengan lingkungan kerja

SARAN

Terdapat beberapa saran yang dapat

penulis kemukakan berkaitan dengan hasil

peneliitan dan pembahasan yang telah disampaikan,

diantaranya :

1. Sebaiknya pimpinan lebih meningkatkan

kepedulian kepada seluruh pegawai, agar

pegawai merasa diperlakukan sama dalam hal

pekerjaan dan dalam hal lainnya. Sehingga rasa

kebersamaan dan rasa memiliki

lembaga/instansi akan tercipta, yang pada

akhirnya akan meningkatkan kinerja.

2. Sebaiknya pimpinan dapat meningkatkan

kemampuan berkomunikasi dengan

pegawainya, dan lebih tanggap dalam

menghadapi keluhan yang disampaikan oleh

pegawai. Sehingga hubungan kerja antara

pegawai dan pimpinan akan terrjalin dengan

baik, diharapkan pula dapat mendekatkan

hubungan emosional positif antara pimpinan

dengan pegawainya, sehingga kinerja dapat

3. Sanksi harus diberikan dengan lebih tegas

apabila ada pegawai yang kurang bertanggung

jawab terhadap pekerjaannya, sehingga dapat

tercipta suasana lingkungan kerja yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

A Anwar Prabu Mangkunegara. 2006. Evaluasi

Kinerja Sumber Daya Manusia. Jakarta:

Refika Aditama.

Dubrin, Andrew J. 2005. Leadership Terjemahan

Tri Wibowo. 2006.. Edisi Kedua. Prenada

Media. Jakarta.

Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri Malang Volume 8 – ISSN: 2085-2347

H-62

Edwin B. Flippo, 2002. Personel Management

(Manajemen Personalia), Edisi VII Jilid II,

Terjemahan Handoko, T. Tani, 2004.

Manajemen Personalia dan Sumber Daya

Manusia,Edisi kedua, Cetakan Keempat

belas, Yogyakarta.

Gibson, James L, John M. Ivancevich dan James H.

Donnelly Jr, 2000. Organizations:

Behaviour, Structure and Process, McGraw-

Hill Companies Inc, Boston. Dalam

Moekijat,2010. Perilaku Karyawan di

Perusahaan. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka

Utama.

Hasibuan, Malayu SP, 2005. Manajemen Sumber

Daya Manusia, Edisi revisi, Bumi Aksara,

Jakarta.

Kartini, Kartono, 2006. Pemimpin dan

Kepemimpinan, PT. Rajagrafindo Persada,

Jakarta

Mathis, dan Jackson, 2006, Manajemen Sumber

Daya Manusia, Edisi pertama, Cetakan

Pertama, Yogyakarta : Salemba Empat

Robbins, Stephen P. 2007. Perilaku Organisasi

Jilid 2. Edisi 9. Harbani Pasolong &

Sedarmayanti Penerjemah Tim Indeks.

Jakarta : PT. Indeks, Gramedia Grup.

Sedarmayanti. 2006. Perilaku Organisasi. Jakarta :

PT. Indeks, Gramedia Grup.

Seltzer & Bass, B.M. and Avolio, B.J. (1990),

“Transformational leadership: a response

tocritiques”, in

Sugiyono, 2002. Metode Penelitian Kuantitatif

Kualitatif dan R & D, Alfabeta, Bandung.

Sugiyono, 2005. Metode Penelitian Bisnis,

Alfabeta, Bandung.

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Bisnis, Cetakan

Ketujuh, Alfabeta, Bandung.

Yukl Gary,2002. Kepemimpinan dalam organisasi.

Jakarta : indie Ks Kkelompok Gramedia.

Andiyan Junialdi, 2013, penelitian, Pengaruh

Deskripsi Pekerjaan dan Lingkungan Kerja

Terhadap Kinerja Pegawai di Lembaga

Penerbangan dan Antariksa Nasional

(LAPAN) Bandung.

Dea Yuanita Farida, 2011, penelitian . Pengaruh

Kepemimpinan dan Lingkungan Kerja

terhadap Kinerja Pegawai Pada Dinas

Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa

Barat.

Hartanto,2008, Penelitian. Pengaruh

Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan

di PT. Air Mancur Wonogiri.

Ragil Permanasari, 2013, Pengaruh Motivasi dan

Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja PT

Augrah Raharjo Semarang.journal unnes vol

2.

Siti Rachmawati, 2011, Pengaruh Kepemimpinan

dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja

Pegawai Pada Dinas Perkebunan Provinsi

Jawa Tengah.Jurnal-sosioekotekno.org vol 1

Utari Handayani 2008, penelitian, Pengaruh

Disiplin kerja dan Lingkungan Kerja

Terhadap Kinerja Pegawai Pada Divisi

Kenegaraan Khusus PT PINDAD (Persero)

Bandung

Zwandhika Fernanda, 2013, Pengaruh Lingkungan

Kerja dan Program Kesejahteraan terhadap

Semangat Kerja Pegawai Pada Hotel Puncak

Pass Resort Kabupaten Cianjur