PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG...

99
PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG PADA PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Islam Oleh: ANITA CHAIRANI 203046101673 Di Bawah Bimbingan Pembimbing I Pembimbing II Prof. Dr. H. Fathurrahman Djamil, MA Hendra Kholid, MA NIP. 150 222 824 KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H / 2008 M

Transcript of PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG...

Page 1: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG PADA

PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004

TENTANG WAKAF

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Ekonomi Islam

Oleh: ANITA CHAIRANI

203046101673

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. H. Fathurrahman Djamil, MA Hendra Kholid, MA

NIP. 150 222 824

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H / 2008 M

Page 2: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG PADA

PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004

TENTANG WAKAF

Oleh: ANITA CHAIRANI

203046101673

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H / 2008 M

Page 3: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF

UANG PADA PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004

TENTANG WAKAF telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 27 Maret

2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Ekonomi Islam (SEI) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).

Jakarta, 27 Maret 2008

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM

NIP. 150 210 422 PANITIA UJIAN

1. Ketua : Drs. Djawahir Hejazziey, SH, MA (.……………..)

NIP. 130 789 745

2. Sekretaris : Drs. Ahmad Yani, MA (……………...)

NIP. 150 269 678

3. Pembimbing I : Prof. Dr. H. Faturrahman Djamil, MA (……………...)

NIP. 150 222 824

4. Pembimbing II : Hendra Kholid, MA (……………...)

5. Penguji I : Prof. Dr. H. Hasanuddin AF, MA (……………...)

NIP. 150 050 917

6. Penguji II : Drs. Anwar Abbas, M. Ag (……………...)

NIP. 131 273 007

Page 4: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

LEMBAR PERNYATAAN

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua Sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 15 Maret 2008

Anita Chairani

Page 5: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

Nama : Yayan Daryunanti

Jabatan : Manager Administrasi Keuangan Baitul Maal Muamlat

Tempat Wawancara : Kantor Baitul Maal Muamalat (BMM), Slipi – Jakarta

Tanggal Wawancara : 19 Desember 2007

1. Menurut Ibu, bagaimana peran perbankan syariah dilihat dari UU No. 41 Tahun

2004 Tentang Wakaf?

Jawab: Bank syariah dilibatkan dalam pengelolaan wakaf uang karena bank

syariah merupakan lembaga yang sudah dipercaya oleh masyarakat juga

agar lebih terkontrol dan lebih aman karena suatu lembaga yang

mengelola wakaf uang harus dapat mempertanggung jawabkan kepada

publik. Selain itu, setiap bank yang beroperasi otomatis mendapat izin dari

Bank Indonesia, juga dikontrol oleh Bank Indonesia.

2. Menurut Ibu, bagaimana model pengelolaan wakaf uang jika dilihat dari UU No.

41 Tahun 2004 Tentang Wakaf?

Jawab: Model pengelolaan wakaf uang jika dilihat dari UU No. 41/2004 tentang

Wakaf dapat dibagi menjadi 2, yaitu dalam bentuk investasi dan dalam

bentuk pinjaman modal kerja.

3. Bagaimana perkembangan wakaf uang sebelum dan sesudah berlakunya UU No.

41 Tahun 2004 Tentang Wakaf?

Page 6: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

Jawab: Baitul Maal Muamalat (BMM) sudah mengeluarkan produk wakaf uang

sejak tahun 2002, artinya Baitul Maal Muamalat sudah mengeluarkan

produk wakaf uang sebelum lahirnya UU Wakaf. Dana yang terkumpul

pada tahun 2002 adalah sebesar Rp. 16.688.917,17,-. Sesudah lahirnya

UU Wakaf, produk wakaf uang di Baitul Maal Muamalat sangat

berkembang, ini terbukti dengan makin besarnya dana yang terkumpul

sampai dengan tahun 2007 yang sebesar Rp. 294.319.562,-.

4. Menurut Ibu, bagaimana peluang perbankan syariah dalam pengelolaan wakaf

uang sesudah berlakunya UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf?

Jawab: Peluang pengelolaan wakaf uang pada perbankan syariah sesudah

berlakunya UU Wakaf sangat besar, tapi perlu sosialisasi ke masyarakat.

5. Apa tantangan yang dihadapi perbankan syariah dalam mengelola wakaf uang

sesudah lahirnya UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf?

Jawab: Tantangannya adalah perlu sosialisasi tentang wakaf uang dan UU

No.41/2004 tentang Wakaf.

6. Langkah-langkah apa saja yang akan dilakukan untuk pengembangan wakaf uang

di Baitul Maal Muamalat?

Jawab: Untuk pengembangan wakaf uang di Baitul Maal Muamalat, pihak Baitul

Maal Muamalat memberikan fasilitas IZI Uang. IZI Uang adalah layanan

penerimaan wakaf uang melalui SMS, dimana bagi wakif yang ingin

mewakafkan uangnya tidak perlu datang ke tempat penyetoran wakaf

uang, mereka hanya perlu SMS ke nomor yang khusus melayani

Page 7: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

penerimaan wakaf uang. IZI uang memiliki keunggulan yang dapat

memajukan produk wakaf uang, diantaranya wakif dapat mewakafkan

uangnya kapan saja dan dimana saja mereka berada serta melalui IZI Uang

wakif dapat mewakafkan uangnya minimal sebesar Rp.100.000,- (seratus

ribu rupiah). Fasilitas ini memudahkan wakif yang ingin berwakaf dengan

uang.

Jakarta, Maret 2008

Yang Mewawancarai Yang Diwawanacarai

( Anita Chairani ) ( Yayan Daryunanti )

Page 8: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

Nama : Mulya E. Siregar

Jabatan : Kepala Pengembangan Penelitian Perbankan Syariah

Tempat Wawancara : Bank Indonesia, Jakarta

Tanggal Wawancara : 6 November 2007

1. Bagaimana pendapat Bapak tentang dikeluarkannya UU No.41 Tahun 2004

tentang Wakaf?

Jawab: Dengan dikeluarkannya UU No. 41 tahun 2004 tentang Wakaf maka

semakin jelas bagaimana orang harus berwakaf. Selama ini kita hanya

mengenal wakaf benda tidak bergerak seperti tanah, masjid dan lain-lain,

tapi dengan keluarnya UU No. 41/2004 tentang Wakaf, selain mengatur

wakaf benda tidak bergerak, juga mengatur wakaf benda bergerak seperti

uang. Jadi cakupan dari UU ini lebih luas dibanding praktik wakaf yang

sementara ini berlaku di Indonesia.

2. Apakah Bank Indonesia ikut campur dalam pembuatan UU tersebut?

Jawab: Pada saat penyusunan draf UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf,

Departemen Agama meminta perwakilan dari Bank Indonesia untuk

menjadi anggota penyusunan UU wakaf ini. Bank Indonesia diminta

menjadi anggota penyusunan UU wakaf karena dalam UU wakaf ini

Page 9: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

mengatur tentang wakaf uang, pada saat itu yang mewakili Bank

Indonesia adalah saya sendiri.

3. Keunggulan-keunggulan apa saja yang dimiliki perbankan syariah dalam

pengelolaan wakaf uang?

Jawab: Perbankan syariah memiliki keunggulan-keunggulan yang dapat

mengoptimalkan pengelolaan wakaf uang yaitu: jaringan kantor,

kemampuan sebagai fund manager, pengalaman, jaringan informasi, peta

distribusi dan citra positif.

4. Menurut Bapak, bagaimana peran perbankan syariah dilihat dari UU No. 41

Tahun 2004 tentang Wakaf?

Jawab: Ada 4 alternatif peran bank syariah jika dilihat dari UU No. 41 tahun 2004

tentang wakaf, yaitu bank syariah sebagai penerima wakaf uang, bank

syariah sebagai penerima dan penyalur wakaf uang, bank syariah sebagai

pengelola wakaf uang dan bank syariah sebagai nazhir.

5. Menurut Bapak, bagaimana model pengelolaan wakaf uang jika dilihat dari UU

No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf?

Jawab: Melihat dari alternatif peran bank syariah di atas, maka model pengelolaan

wakaf uang jika dilihat dari UU No. 41 tahun 2004 tentang wakaf juga

mempunyai 4 bentuk, yaitu pengelolaan wakaf uang oleh bank syariah

sebagai penerima wakaf uang, bank syariah sebagai penerima dan

penyalur wakaf uang, bank syariah sebagai pengelola wakaf uang dan

bank syariah sebagai nazhir.

Page 10: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

6. Apakah materi-materi dalam UU tersebut sudah cukup memberikan landasan

yang kuat bagi perbankan syariah dalam mengelola wakaf uang?

Jawab: Menurut pasal 23 PP No. 42/2006 tentang Pelaksanaan UU No.41/2004

tentang wakaf secara jelas diterangkan bahwa bank syariah hanya

berperan sebagai penerima wakaf uang dalam pengelolaan wakaf uang,

akan tetapi dalam pasal 11 ayat (3) menyatakan bahwa “Nadzir badan

hukum yang melaksanakan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) harus memenuhi persyaratan: (a) badan hukum Indonesia yang

bergerak di bidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan, dan/atau

keagamaan Islam”. Bank syariah sebagai salah satu dari badan hukum

yang bergerak di bidang sosial dan keagamaan artinya dapat pula menjadi

nazhir.

7. Adakah peraturan Bank Indonesia tentang pengelolaan wakaf uang di Indonesia?

Jawab: Tidak ada peraturan dari Bank Indonesia tentang pengelolaan wakaf uang

secara khusus, Bank Indonesia hanya mengeluarkan peraturan SK Dir. BI

No. 32/34/KEP/DIR Tentang Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah,

pasal 29 ayat 2 yang berbunyi: “Bank dapat bertindak sebagai lembaga

baitul mal yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infaq, shadaqah,

wakaf, hibah atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada yang

berhak dalam bentuk santunan dan/atau pinjaman kebajikan (qardhul

hasan)”. Selain itu juga ada SK Dir. BI No. 32/36/KEP/DIR Tentang Bank

Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah, pasal 28 yang berbunyi:

Page 11: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

“BPRS dapat bertindak sebagai lembaga baitul mal yaitu menerima dana

yang berasal dari zakat, infaq, shadaqah, wakaf, hibah atau dan sosial

lainnya dan menyalurkannya kepada yang berhak dalam bentuk santunan

dan/atau pinjaman kebajikan (qardhul hasan).”

Jakarta, Maret 2008

Yang Mewawancarai Yang Diwawancarai

( Anita Chairani ) ( Mulya E. Siregar )

Page 12: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

KATA PENGANTAR

Segala puja teriring puji syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang

telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini yang merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan

masa kuliah di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada seorang reformis sejati, pembawa

risalah suci yakni baginda Nabi Muhammad saw, yang telah membawa umat manusia

keluar dari kubangan lumpur jahiliyah menuju jalan yang diridhai oleh Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa selama penulisan skripsi ini, Penulis mendapatkan

banyak bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, baik secara moril

maupun materiil. Oleh karena itu, dari lubuk hati yang paling dalam Penulis

mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., selaku Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Euis Amalia, M. Ag., selaku Ketua Program Studi Muamalat Ekonomi Islam

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak AH. Azharuddin Latif, M. Ag., selaku Sekretaris Program Studi Muamalat

Ekonomi Islam Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 13: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

4. Bapak Drs. Djawahir Hejazziey, SH., MA dan Bapak Drs. H. Ahmad Yani, M.

Ag., selaku Ketua dan Sekretaris Program Non-Reguler Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Prof. Dr. H. Faturrahman Djamil, MA dan Bapak Hendra Kholid, MA.,

selaku dosen pembimbing, atas segala bimbingan dan ilmu yang telah diberikan

kepada Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Mulya Siregar, Kepala Pengembangan Penelitian Perbankan Syariah Bank

Indonesia, yang telah menyempatkan waktunya untuk diwawancara ditengah

kesibukkannya yang sangat padat.

7. Manajemen Baitul Maal Muamalat (BMM) terutama Ibu Yayan Daryunanti dan

seluruh staf Muamalat Institut Karawaci, yang telah membantu dalam

penyelesaian skripsi ini.

8. Kedua orang tua Penulis, Ayahanda Drs. Mahfud Umar dan Ibunda Nurlaila yang

telah mencurahkan kasih sayangnya kepada Penulis dan adikku satu-satunya

Ilham serta tidak lupa keponakkanku yang tersayang Sahira juga cink Farid, yang

telah memberikan dukungan dan semangat kepada Penulis sehingga Penulis dapat

menyelesaikan skirpsi ini.

9. Seluruh staf bagian Perpustakaan Syariah yang telah membantu Penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman mahasiswa Jurusan Muamalat Program Non-Reguler angkatan

2003 Perbankan Syariah C dan teman-teman Jurusan Peradilan Agama (peserta

Page 14: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

KKN di Padang). Terimakasih atas persahabatan yang terjalin selama ini, semoga

persahabatan ini Allah panjangkan selama-lamanya.

Akhirnya, kepada Allah SWT jualah Penulis serahkan segalanya serta

panjatkan doa semoga amal kebajikan mereka diterima di sisi-Nya, dan diberikan

pahala yang berlipat ganda sesuai dengan amal perbuatannya. Penulis berharap

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi Penulis khususnya dan bagi pembaca pada

umumnya.

Jakarta, Maret 2008

Penulis

Page 15: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 8

D. Kajian Pustaka 9

E. Metode Penelitian 10

F. Sistematika Penelitian 11

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Umum Tentang Wakaf 13

1. Pengertian Wakaf 13

2. Dasar Hukum Wakaf 17

a. Dasar Hukum Dari Al-Qur’an 17

b. Dasar Hukum Dari As-Sunnah 18

c. Dasar Hukum Dari Perundang-undangan Indonesia 20

3. Rukun dan Syarat Wakaf 23

4. Tinjauan Syariah Terhadap Uang Sebagai Objek

Wakaf 28

B. Praktik Perwakafan Di Indonesia 33

C. Model Pengelolaan Wakaf Uang 36

1. Di Indonesia 36

2. Di Luar Negeri 39

Page 16: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

BAB III PERAN PERBANKAN SYARIAH DALAM PENGELOLAAN

WAKAF UANG DILIHAT DARI UU NO. 41 TAHUN 2004

TENTANG WAKAF

A. Perbankan Syariah Sebagai Lembaga Keuangan Syariah

Pengelola Wakaf 45

B. Keunggulan Perbankan Syariah Dalam Pengelolaan

Wakaf Uang 50

C. Peran Perbankan Syariah Dalam Pengelolaan Wakaf

Uang Dilihat dari UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf 54

BAB IV PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF

UANG PADA PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41

TAHUN 2004 TENTANG WAKAF

A. Model Pengelolaan Wakaf Uang Menurut UU No. 41

Tahun 2004 Tentang Wakaf 62

B. Peluang dan Tantangan Pengelolaan Wakaf Uang Pada

Perbankan Syariah Pasca UU No. 41 Tahun 2004

Tentang Wakaf 71

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 75

B. Saran 78

DAFTAR PUSTAKA 80

LAMPIRAN

Page 17: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan bagian dari negara besar di dunia yang struktur

ekonominya sangat timpang (terjadi kesenjangan), karena basis ekonominya yang

strategis dimonopoli oleh segelintir orang yang menerapkan prinsip ekonomi

konvensional (ribawi). Di tengah keterpurukan ekonomi terutama di negeri kita

sendiri sejak tahun 1998, bank konvensional tidak lagi menjadi tumpuan memulihkan

ekonomi nasional demi kesejahteraan rakyat, tentu kita membutuhkan solusi yang

dapat memulihkan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Akhir-akhir ini

ada perkembangan menarik yang terjadi di Indonesia yaitu maraknya gerakan

kembali kepada Islam sebagai dasar dan sumber petunjuk kehidupan manusia dalam

seluruh aspeknya. Pelaksanaan Islam sebagai way of life secara konsisten dalam

semua kegiatan kehidupan akan melahirkan sebuah tatanan kehidupan yang baik,

yang disebut sebagai hayatan thayyibah.1 Penerapan sistem ekonomi Islam yang

berbasiskan syariah dalam pengembangan ekonomi Islam di Indonesia, menjadi salah

satu bagian dari gerakan kembali kepada Islam dan agar kita dapat menjalankan roda

perekonomian secara adil dan merata kepada rakyat serta dapat memulihkan

perekonomian.

1 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani

Press, 2001), Cet. 3, h. 7

Page 18: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

Salah satu lembaga sosial ekonomi Islam yang akhir-akhir ini juga menarik

perhatian umat Islam di Indonesia untuk dikembangkan adalah wakaf. Salah satu

institusi Islam yang sebenarnya telah lama dikenal masyarakat Indonesia namun

hingga kini belum dikelola secara optimal.

Wakaf adalah salah satu lembaga sosial Islam yang sangat dianjurkan untuk

digunakan oleh seseorang atau lembaga sebagai sarana penyaluran rezeki yang

diberikan oleh Allah SWT kepadanya. Wakaf dikategorikan sebagai amal jariah yang

pahalanya akan terus mengalir walau si wakaf telah meninggal dunia. Karena harta

wakaf terus dimanfaatkan untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat banyak.

Potensi yang terdapat pada wakaf sebenarnya tidak dapat diremehkan, terutama

dalam hal perannya menyediakan layanan-layanan publik yang mencakup bidang

pendidikan, kesehatan, sosial maupun untuk pemberdayaan ekonomi umat.

Sejak dulu, perbincangan tentang wakaf kerap diarahkan kepada benda tidak

bergerak seperti tanah, bangunan, pohon untuk diambil buahnya dan sumur untuk

diambil airnya, sedang wakaf benda bergerak baru mengemuka belakangan. Di antara

wakaf benda bergerak yang ramai dibincangkan belakangan adalah wakaf yang

dikenal dengan istilah cash waqf. Cash waqf diterjemahkan dengan wakaf tunai,

namun kalau menilik obyek wakafnya, yaitu uang, lebih tepat kiranya kalau cash

waqf diterjemahkan dengan wakaf uang.2

2 Departemen Agama RI, Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai, (Jakarta: Direktorat

Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Depag RI, 2006), h. 1

Page 19: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

Wakaf uang memiliki kekuatan yang umum dimana setiap orang bisa

menyumbangkan hartanya tanpa batas-batas tertentu atau tanpa harus menunggu

menjadi tuan tanah terlebih dahulu. Pemberian dana wakaf biasanya hanya dilakukan

oleh orang-orang yang mempunyai harta kekayaan yang cukup besar dan diberikan

dalam bentuk harta tidak bergerak. Sementara sebagian besar masyarakat, tidak

mampu untuk berpartisipasi dalam kegiatan wakaf ini mengingat keterbatasan harta

yang mereka miliki. Dengan adanya wakaf uang diharapkan praktik wakaf yang pada

masa-masa terdahulu terkesan sulit dan berat dapat dihindarkan. Dengan wakaf uang,

bentuk wakaf bisa berwujud harta lancar yang penggunaannya sangat fleksibel,

sehingga harta wakaf bisa menjadi modal finansial yang di simpan di bank-bank atau

lembaga keuangan.3

Praktik wakaf uang sendiri sebenarnya telah lama dikenal di dalam

pemerintahan Islam. M. A. Mannan dalam bukunya menyebutkan bahwa praktik

wakaf tunai ada semenjak zaman pemerintahan Ustmaniyah.4 Dalam catatan sejarah

Islam, diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari mengungkapkan bahwa Imam Az-zuhri

salah seorang ulama terkemuka berpendapat dinar dan dirham (keduanya mata uang

yang berlaku di Timur Tengah) boleh diwakafkan. Caranya ialah dengan menjadikan

3 Mustafa E. Nasution, Wakaf Tunai dan Sektor Volunter, (makalah “Strategi Untuk

Mensejahterakan Masyarakat dan Melepaskan Ketergantungan Hutang Luar Negeri”, di UI Program Pascasarjana, Jakarta, 2001), h. 8

4 M. A. Mannan, Sertifikat Wakaf Tunai: Sebuah Inovasi Instrumen Keuangan Islam, (Jakarta: CIBER dan PKTTI-UI, 2001), h. 32

Page 20: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

dinar dan dirham itu sebagai modal usaha, kemudian menyalurkan keuntungannya

sebagai wakaf.5

Di Indonesia pada dasarnya praktik wakaf telah lama dikenal dan

berkembang. Namun sampai saat ini istilah wakaf hanya identik dengan wakaf atas

tanah atau bangunan yang digunakan masjid, lembaga pendidikan atau lahan

pekuburan. Padahal potensi wakaf sangatlah besar, jika dikelola secara maksimal.

Menurut data Departemen Agama Republik Indonesia terakhir terdapat 403.845

lokasi tanah wakaf dengan luas 1.566.672.406 M2.6 Satu jumlah yang seharusnya

dapat menjadi sumber daya pengembangan ekonomi Islam di Indonesia.

Potensi wakaf yang ada belum terkelola secara maksimal selain karena

pemahaman atas wakaf pada umat Islam di Indonesia yang masih tradisional, juga

dikarenakan kurangnya dana yang mencukupi untuk mengelola tanah wakaf yang ada

menjadi produktif. Dengan demikian melalui wakaf uang, aset-aset wakaf yang

berupa tanah-tanah kosong bisa mulai dimanfaatkan dengan pembangunan gedung

atau diolah untuk lahan pertanian.

Di negara-negara muslim yang lembaga perwakafannya telah mapan, masalah

perwakafan telah lama diatur dengan peraturan perundang-undangan. Di mesir

misalnya, perwakafan telah diatur dengan peraturan perundang-undangan wakaf dan

administrasinya telah pula berjalan dengan baik dilakukan oleh kementerian tersendiri

5 Departemen Agama RI, Pedoman Pengelolaan, h. 2 6 Departemen Agama RI, Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonesia, (Jakarta:

Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Depag RI, 2006), h. 2

Page 21: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

yaitu Kementrian Urusan Wakaf (Wizaratul Awqaf). Di negara itu, banyak harta

wakaf berbentuk gedung-gedung yang disewakan, tanah-tanah pertanian yang

disewakan atau dibagi-bagi pengelolaannya pada orang yang bersedia

mengerjakannya dengan sistem bagi hasil, saham-saham di berbagai badan usaha dan

sebagainya, yang mendatangkan hasil. Dengan wakaf yang demikian bentuknya,

banyak yang dapat dikerjakan melalui hasilnya, termasuk diantaranya kegiatan ilmiah

dan pendidikan. Hasil wakaf juga dipergunakan untuk merehabilitasi narapidana yang

baru keluar dari penjara, dengan cara mendidik dan memberi mereka biaya hidup

sebelum mereka sepenuhnya kembali ke tengah-tengah masyarakat, dan hasil wakaf

juga diberikan kepada pedagang-pedagang kecil, berupa pinjaman tanpa bunga

sebagai modal kerja.7

Mengenai hukum dari wakaf uang itu sendiri, sejak dahulu memang telah

menjadi perdebatan di kalangan para ulama. Secara prinsip ulama Hanafiyyah

membolehkan wakaf uang. Selain ulama mazhab Hanafi, Imam Az-Zuhri juga

membolehkan wakaf uang sebagai mana telah disebutkan sebelumnya, selain itu

sebagian ulama mazhab Syafi’i juga membolehkan wakaf uang.

Dalam konteks Indonesia, perdebatan mengenai keabsahan wakaf uang untuk

saat ini setidaknya telah mencapai titik temu. Hal ini karena Majelis Ulama Indonesia

(MUI) sebagai lembaga yang mewadahi umat Islam tertinggi di negeri ini telah

mengeluarkan fatwa mengenai kebolehan memberi wakaf dalam bentuk uang. Fatwa

7 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam: Zakat dan Wakaf, (Jakarta: UI Press, 1988),

Cet. 1, h. 97

Page 22: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

MUI itu dikeluarkan pada tanggal 11 Mei 2002.8 Saat ini sudah dikeluarkan Undang-

Undang yang mengatur tentang wakaf secara spesifik mengenai wakaf uang, saham,

atau sejenisnya yaitu dalam UU No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf. Undang-undang

tentang wakaf ini disahkan pada tanggal 27 Oktober 2004 oleh Presiden Susilo

Bambang Yudhoyono.

Dengan adanya fatwa MUI dan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004

tentang wakaf ini telah menjadi pijakan hukum bagi umat Islam di Indonesia untuk

melakukan perbuatan hukum memberikan wakaf dalam bentuk uang. Diharapkan

wakaf uang bisa digalakkan dan bisa menjadi alternatif pengumpulan dana yang

bersifat abadi untuk memberdayakan perekonomian umat dan berbagai sarana dan

prasarana yang dibutuhkan umat disamping dana yang bersumber dari zakat, infaq,

dan sedekah.

Persoalan yang kemudian mengemuka adalah bagaimana selanjutnya

manajemen pengelolaan wakaf itu sendiri. Besarnya potensi dana yang terkumpul

dari wakaf uang akhirnya telah menimbulkan kekhawatiran di sebagian orang

mengenai kemungkinan penyelewengan dana wakaf uang. Karenanya diperlukan

suatu lembaga yang benar-benar kredibel untuk mengelola wakaf uang. Dengan

dikeluarkannya UU No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf telah menjadi landasan untuk

pengembangan pengelolaan wakaf uang dimasa depan. Berbagai pihak mulai dari

pemerintah, umat Islam, sampai kepada lembaga keuangan syariah seperti bank

8 Departemen Agama RI, Pedoman Pengelolaan, h. 17

Page 23: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

syariah dapat berperan untuk bersama-sama mengembangkan pengelolaan wakaf

uang di Indonesia. Keberadaan bank-bank syariah dipandang merupakan alternatif

lembaga yang cukup representatif untuk mengelola dana amanah tersebut. Lebih

jauh, dengan asumsi pengelolaan wakaf ini menyangkut pengelolaan dana besar,

maka kemungkinan perolehan pendapatan bagi bank syariah baik dari hasil

pengelolaan maupun dari hasil jasa (fee based income) merupakan satu daya tarik

bagi berkiprahnya bank syariah di dalam pengelolaan wakaf.

Dalam skripsi ini penulis mencoba untuk membahas secara lebih mendalam

mengenai peluang dan tantangan perbankan syariah dalam pengelolaan wakaf uang di

Indonesia, khususnya setelah dikeluarkan UU No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf.

B. PEMBATASAN MASALAH

1. Pembatasan Masalah

Dengan berdasar latar belakang di atas, maka pokok permasalahan dalam

penelitian ini adalah bagaimana peluang dan tantangan perbankan syariah dalam

pengelolaan wakaf uang setelah dikeluarkanya Undang-Undang No. 41 Tahun

2004 tentang wakaf.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang dibahas dalam skripsi ini, maka

pokok permasalahan yang dibatasi dengan beberapa pertanyaan adalah sebagai

berikut:

Page 24: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

a. Bagaimana pengelolaan wakaf uang menurut UU No. 41 Tahun 2004 tentang

wakaf?

b. Bagaimana peluang dan tantangan perbankan syariah dalam pengelolaan

wakaf uang pasca UU No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf?

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan:

a. Untuk mengetahui pengelolaan wakaf menurut UU No. 41 Tahun 2004

tentang wakaf

b. Untuk mengetahui peluang dan tantangan perbankan syariah dalam

pengelolaan wakaf uang setelah dikeluarkannya UU No. 41 Tahun 2004

tentang wakaf

2. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini semoga dapat memberikan manfaat, yaitu:

1. Untuk Akademis

Agar bermanfaat bagi para pengajar, baik guru ataupun dosen yang mengajar

tentang wakaf, agar perwakafan di Indonesia dapat berkembang dan maju.

2. Untuk Praktisi

Agar bermanfaat bagi para nadzir dan bank syariah dalam mengelola wakaf

uang.

3. Untuk Masyarakat

Page 25: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

Agar masyarakat mengetahui bagaimana praktek wakaf uang dan

pengelolaannya sehingga terdorong untuk melakukan wakaf uang.

D. KAJIAN PUSTAKA

1. Pada tahun 2003, Nurhasanah menulis skripsi dengan judul “Wakaf Uang

Sebagai Alternatif Dalam Berwakaf”. Di dalam skripsi ini penulis

menguraikan tentang pengertian wakaf uang dan dasar hukumnya serta

potensi wakaf uang jika diterapkan di Indonesia.

2. Pada tahun 2004, Wardah Ganita menulis skripsi dengan judul “Tinjauan

Hukum Islam Pola Penghimpunan dan Pengelolaan Wakaf Uang Dompet

Dhuafa dan Pos Keadilan Peduli Umat”. Di dalam skripsi ini penulis

menguraikan tentang landasan hukum wakaf uang, bagaimana strategi

penghimpunan wakaf uang di Dompet Dhuafa dan Pos Keadilan Peduli Umat

serta bagaimana pola pengelolaan wakaf uang di Dompet Dhuafa dan Pos

Keadilan Peduli Umat.

3. Pada tahun 2006, Descyanne menulis skripsi dengan judul “Sistem

Pengelolaan Dana Zakat, Infak, Sedekah dan Wakaf Uang Pada LAZ

Portalinfaq”. Yang dibahas dalam skripsi ini adalah mekanisme pengelolaan

Ziswafu pada LAZ Portalinfaq serta upaya-upaya yang dilakukan Portalinfaq

agar dana yang terkumpul dapat disalurkan tepat sasaran.

Adapun perbedaan skripsi ini dengan skripsi-skripsi diatas adalah pada

penulisan skripsi ini lebih difokuskan pada bagaimana model pengelolaan wakaf

uang menurut UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf serta menganalisa peluang

Page 26: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

dan tantangan pengelolaan wakaf uang pada perbankan syariah setelah

dikeluarkannya UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.

E. METODE PENELITIAN

1. Metode Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini, Penulis

menggunakan penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan

(field research).

a. Penelitian Kepustakaan (Library Research) yaitu Penulis mengambil data dari

bahan-bahan pustaka yang didapat dari peraturan perundang-undangan, buku-

buku, kitab-kitab fiqih, internet, data dokumen dari Baitul Maal Muamalat

(BMM) dan literatur-literatur yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.

b. Penelitian Lapangan (Field Research) yaitu Penulis terjun langsung ke

lapangan dan melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang berkaitan

dengan permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini.

2. Metode Pengolahan Data

Setelah data diperoleh, maka Penulis akan mengolah data tersebut dengan

metode deskriptif analisis. Metode deskriptif yaitu menjelaskan dan memaparkan

tentang sesuatu, dalam hal ini Penulis menjelaskan dan memaparkan tentang

wakaf uang dan pengelolaannya. Dan metode analisis yaitu suatu metode dimana

Penulis berdasarkan data-data yang ada menganalisa hal-hal yang berkaitan

dengan permasalahan yang dihadapi, dalam hal ini Penulis menganalisa tentang

Page 27: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

peluang dan tantangan pengelolaan wakaf uang pada perbankan syariah setelah

lahirnya UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.

3. Metode Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, Penulis merujuk pada buku “Pedoman Penulisan

Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun

2007”.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam sistematika penulisan ini penulis akan menguraikan secara

sistematis bab per bab, yang erat kaitannya antara bab satu dengan bab lainnya

karena merupakan sebuah satu rangkaian.

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis mengemukakan latar belakang masalah, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, metode

penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini berisi tentang tinjauan umum tentang wakaf, meliputi pengertian wakaf,

dasar hukum wakaf, yang meliputi dasar hukum dari Al-Qur’an, As-Sunnah dan

Undang-undang Indonesia, rukun dan syarat wakaf, serta tinjauan syariah

terhadap uang sebagai obyek wakaf, bab ini juga membahas tentang praktik

perwakafan di Indonesia, juga mengenai model pengelolaan wakaf uang di

Indonesia dan di Luar Negeri.

Page 28: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

BAB III PERAN PERBANKAN SYARIAH DALAM PENGELOLAAN

WAKAF UANG DILIHAT DARI UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG

WAKAF

Bab ini berisi tentang perbankan syariah sebagai lembaga keuangan syariah

pengelola wakaf, keunggulan perbankan syariah dalam pengelolaan wakaf uang,

dan peran perbankan syariah dalam pengelolaan wakaf uang dilihat dari UU No.

41 Tahun 2004 Tentang Wakaf,

BAB IV PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG

PADA PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004

TENTANG WAKAF

Bab ini berisi tentang pengelolaan wakaf uang menurut UU No. 41 Tahun 2004

Tentang Wakaf serta peluang dan tantangan pengelolaan wakaf uang pada

perbankan syariah pasca UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.

BAB V PENUTUP

Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran.

Page 29: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Umum Tentang Wakaf

1. Pengertian Wakaf

Kata wakaf yang menjadi bahasa Indonesia, berasal dari bahasa Arab yaitu al-

Waqf bentuk masdar dari waqafa-yaqifu-waqfan yang artinya berdiri atau

berhenti.9 Kata al-Waqf semakna dengan kata al-habs bentuk masdar dari habasa-

yahbisu-habsan yang artinya memenjarakan.10 Dalam istilah syara’ secara umum,

wakaf adalah sejenis pemberian yang pelaksanaannya dilakukan dengan jalan

menahan (pemilikan) asal (tahbisul ashli), lalu menjadikan manfaatnya berlaku

umum. Adapun yang dimaksud tahbisul ashli adalah menahan barang yang

diwakafkan itu agar tidak diwariskan, dijual, dihibahkan, digadaikan, disewakan

dan sejenisnya. Lebih lanjut, mengenai cara pemanfaatan wakaf adalah

menggunakannya sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif) tanpa

imbalan.11

9 Akhmad Sya’bi, Kamus Al-Qalam, (Surabaya: Halim Surabaya, 1997), h. 297

10 Ibid., h. 96

11 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, Penerjemah Masykur A. B, dkk (Jakarta: Lentera, 1996), h. 635

Page 30: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

Menurut kamus Bahasa Indonesia, wakaf ialah memperuntukkan sesuatu bagi

kepentingan umum, sebagai derma atau kepentingan yang berhubungan dengan

agama.12

Menurut al-Sayyid Sabiq, wakaf adalah menahan pokok asset dan

memanfaatkan hasilnya.13 Ada beberapa pengertian wakaf menurut para ulama:

Menurut Abu Hanifah

Wakaf adalah menahan suatu benda yang menurut hukum tetap milik si wakif dalam rangka mempergunakan manfaatnya untuk kebaikan. Berdasarkan definisi itu maka pemilikan harta wakaf tidak lepas dari si wakif bahkan ia dibenarkan menariknya kembali dan ia boleh menjualnya, karena yang lebih kuat menurut pendapat Abu Hanifah adalah bahwa wakaf hukumnya jaiz (boleh), tidak wajib, sama halnya dengan pinjaman.14

Menurut Jumhur (Hanafiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah)

Wakaf adalah menahan suatu benda yang mungkin diambil manfaatnya (hasilnya) sedang bendanya tidak terganggu. Dengan wakaf itu hak penggunaan si wakif dan orang lain menjadi terputus. Hasil benda tersebut digunakan untuk kebaikan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. Atas dasar itu, benda tersebut lepas dari pemilikan si wakif dan menjadi hak Allah SWT. Kewenangan wakif atas harta itu hilang, bahkan ia wajib menyedekahkannya sesuai dengan tujuan wakaf.15

Menurut Malikiyah

Wakaf adalah perbuatan si wakif yang menjadikan manfaat hartanya untuk digunakan oleh penerima wakaf, walaupun yang dimiliki itu berbentuk upah atau menjadikan hasilnya untuk dapat digunakan seperti mewakafkan

12 Departemen P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h.

1006 13 Sayyid Sabiq, Fiqh Al-Sunnah, (Bandung: Almaa’arif,1996), cet.8, jilid 14, h. 148

14 Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh al-Islam Wa Adillatuhu, (Beirut: Dar al-Fikr, 1989), cet. 3, juz 8, h. 153

15 Ibid, h. 154-155

Page 31: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

uang. Wakaf dilakukan dengan mengucapkan lafadz wakaf untuk masa tertentu sesuai dengan keinginan pemilik. Dengan kata lain, pemilik harta menahan benda itu dari penggunaan secara pemilikan tetapi membolehkan pemanfaatan hasilnya untuk tujuan kebaikan , yaitu pemberian manfaat benda secara wajar sedang benda itu tetap menjadi milik si wakif. Perwakafan ini berlaku untuk suatu masa tertentu, dan karenanya tidak boleh disyaratkan sebagai wakaf kekal (selamanya).16

Pendapat para ulama ini mewarnai perundang-undangan Indonesia, Pengertian wakaf menurut Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 1977 pasal I

(1) adalah perbuatan hukum seseorang atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari harta kekayaannya untuk selama-lamanya untuk kepentingan peribadatan atau keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran Islam.

Pasal 215 Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 1991 menyatakan : “ Wakaf

adalah perbuatan hukum seseorang atau sekelompok orang atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari miliknya dan melembagakannya untuk selama-lamanya guna kepentingan ibadat dan keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran Islam”.

Menurut Undang-Undang Nomor 41 tahun 2004 tentang wakaf Pasal I ayat 1:

Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah.

Saat ini di Indonesia sedang berkembang wakaf benda bergerak berupa uang,

hal ini diatur dalam UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, UU ini memberikan

pengertian tentang harta benda wakaf. Harta benda wakaf adalah harta benda

yang memiliki daya tahan lama dan/atau manfaat jangka panjang serta

mempunyai nilai ekonomi menurut syariah yang diwakafkan oleh Wakif. Adapun

harta benda wakaf tersebut terdiri dari benda tidak bergerak dan benda bergerak.

16 Ibid, h. 155-156

Page 32: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

Salah satu benda bergerak yang dapat diwakafkan adalah uang, wakaf uang yang

dapat diwakafkan adalah mata uang rupiah.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebagai lembaga yang mewadahi umat Islam

tertinggi di Indonesia telah memberikan pengertian wakaf uang dalam fatwanya.

Adapun pengertian wakaf uang menurut MUI adalah wakaf yang dilakukan

seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang

tunai.17

Dalam usaha memberikan ruang gerak kegiatan perwakafan dalam era

globalisasi, maka Bank Indonesia memberikan definisi wakaf tunai (uang)

sebagai “Penyerahan aset wakaf berupa uang tunai yang tidak dapat dipindahkan

dan dibekukan untuk selain kepentingan umum yang tidak mengurangi ataupun

menghilangkan jumlah pokoknya.”18

Dari beberapa definisi wakaf yang telah disebutkan, dapat penulis simpulkan

bahwa yang dimaksud dengan wakaf adalah suatu perbuatan hukum dari

seseorang yang dengan sengaja memisahkan atau mengeluarkan harta bendanya

untuk digunakan manfaatnya bagi keperluan di jalan Allah SWT dan untuk

kesejahteraan umum menurut syariah. Timbulnya perbuatan wakaf ini adalah

sebagai manifestasi kepatuhan terhadap agama karena wakaf merupakan salah

satu cara mendekatkan diri kepada Allah SWT.

17 Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia, Keputusan Fatwa Komisi Majelis Ulama

Indonesia Tentang Wakaf Uang, ditetapkan di Jakarta, pada tanggal 11 Mei 2002

18 Mulya Siregar, Peranan Perbankan Syariah Dalam Wakaf Tunai (Sebuah Kajian Konseptual), (Jakarta: Biro Perbankan Syariah Bank Indonesia, 2001), h. 1

Page 33: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

2. Dasar Hukum Wakaf

a. Dasar hukum dari Al-Qur’an

Dalil yang menjadi dasar disyari’atkannya ajaran wakaf bersumber

dari pemahaman teks ayat Al-Quran, karena tidak ada ayat Al-Quran yang

secara tegas menjelaskan tentang ajaran wakaf. Ayat-ayat yang pada

umumnya dipahami dan digunakan oleh para fuqaha sebagai dasar atau dalil

yang mengacu kepada ajaran wakaf, antara lain firman Allah SWT dalam

Surat Ali Imran (3) ayat 92:

⌧ ٣/عمران ال(

:٩٢ ( Artinya: “ Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),

sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan. Maka Sesungguhnya Allah Mengetahuinya “.(QS. Ali Imran/3:92)

Ayat lain yang menganjurkan syari’at wakaf adalah surat Al-Baqarah (2) ayat

267:

☺ )٢٦٧ : ٢ /البقرة (

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu ”.(QS. Al-Baqarah/2:267)

Page 34: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

Kesimpulannya, Al-Quran dalam hal wakaf tidak menyebutkan secara

khusus, Al-Quran hanya membicarakan soal umum yaitu soal menafkahkan

harta pada jalan Allah. Cara menafkahkan harta pada jalan Allah salah

satunya adalah dengan wakaf.19

b. Dasar hukum dari as-sunnah

Di samping mengemukakan dalil atau dasar hukum wakaf dari Al-

Quran, para fuqaha juga menyandarkan masalah wakaf kepada hadist atau

sunnah Nabi. Diantara hadits nabi yang dijadikan dasar hukum wakaf oleh

para fuqaha adalah sabda nabi:

إذا: عن أبى هريرة رضي اهللا عنه أن رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم قال

أو علم , ة جارية إال من صدق, ع عنه عمله إال من ثالثة طنق اسانناإل مات

)روه مسلم(. أو ولد صالح يدعوله , تفع به ينArtinya : Dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah saw bersabda: “Apabila

seseorang telah meninggal dunia maka terputuslah semua amal perbuatannya, kecuali dari tiga hal, yaitu dari shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, anak shaleh yang mendo’akan orang tuanya” (HR. Muslim).20

Walaupun secara umum disebutkan adalah sedekah jariyah, namun

yang dimaksud hadits di atas termasuk wakaf. Sebagaimana pendapat yang

dikemukan As-Syaukani dalam bukunya Nailul Authar, “Para ulama

19 Drs. H. Abdul Halim, Hukum Perwakafan di Indonesia, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), Cet.

1, h. 68

20 Muslim, Shahih Muslim, (Riyadh: Darus-Salam, 1998), h. 716

Page 35: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

menafsirkan sadaqah jariyah yang dimaksud hadits itu adalah wakaf”.21

Wakaf akan menghasilkan pahala selagi barang yang diwakafkan itu utuh dan

dapat dimanfaatkan, maka orang yang berwakaf terus menerima pahala dari

Allah SWT.

Selain hadits di atas, ada hadits yang secara tegas menyinggung

dianjurkannya ibadah wakaf, yaitu perintah Nabi kepada Umar untuk

mewakafkan tanahnya yang ada di Khaibar:

تى النبي أصاب عمر أرضا بخيبر فأ: ن عمر رضي اهللا عنهما قال بعن ا

يا رسو ل اهللا إنى أصبت أرضا : ره فيها فقال م يستأ موسل صلى اهللا عليه

إن شئت : ه فما تأمرني به قال س عندي مننفبخيبر لم أصب ما ال قط هو أ

صلها وال انه ال يباع أ عمر بهافتصدق: حبست أصلها وتصدقت بها قال

قربى وفي الفقرا ء وفي في الفتصدق عمرقال , يبتاع وال يورث واليوهب

ال جناح على من وليها أن يأآل , قاب وفي سبيل اهللا وابن السبيل والضيفالر

)رواه مسلم(. أويطعم صديقا غير متمول فيه, منها بالمعروف Artinya: “ Dari Ibnu Umar ra. Berkata, bahwa sahabat Umar ra. memperoleh

sebidang tanah di Khaibar, kemudian menghadap kepada Rasulullah untuk memohon petunjuk. Umar berkata: Ya Rasulullah, saya mendapatkan sebidang tanah di Khaibar, saya belum pernah mendapatkan harta sebaik itu, maka apakah yang engkau perintahkan kepadaku? Rasulullah menjawab: Bila kamu suka, kamu tahan (pokoknya) tanah itu, dan kamu sedekahkan (hasilnya). Kemudian Umar melakukan shadaqah, tidak dijual, tidak dihibahkan dan tidak pula diwariskan. Berkata Ibnu Umar: Umar menyedekahkannya kepada orang-orang fakir, kaum kerabat, budak belian, sabilillah, ibnu sabil dan tamu. Dan tidak mengapa atau tidak dilarang bagi yang menguasai tanah wakaf itu (pengurusnya) makan dari hasilnya dengan cara baik (sepantasnya)

21 Muhammad As-Syaukani, Nailul Authar, (Beirut: Dar Al-Fikr), Juz 5, h. 120

Page 36: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

atau makan dengan tidak bermaksud menumpuk harta”. (HR. Muslim)22

Para ulama salaf sepakat bahwa wakaf itu sah adanya dan wakaf Umar

di Khaibar itu adalah wakaf yang pertama terjadi di dalam sejarah Islam.23

Kesimpulannya, secara eksplisit hukum wakaf sedikit ditetapkan oleh

as-Sunnah dan sebagian besar ditetapkan oleh ijtihad fuqaha dengan

berpegang pada Istihsan, Istishlah, dan ‘Urf atau kebiasaan.24

c. Dasar hukum dari perundang-undangan Indonesia

Di Indonesia, praktik wakaf telah ada sejak Islam menjadi kekuatan

sosial politik dengan berdirinya beberapa kerajaan Islam yaitu sejak akhir

adab ke-12M.25 Saat ini, salah satu faktor penting yang ikut mewarnai corak

dan perkembangan wakaf di Indonesia adalah ketika negara ikut mengatur

kebijakan wakaf melalui seperangkat hukum positif sekaligus sebagai

landasan hukum dalam pengelolaan wakaf.

Hukum positif Indonesia yang mengatur tentang wakaf dapat kita lihat

dari beberapa peraturan di bawah ini, yaitu:

22 Muslim, Shahih, h. 717

23 Wahbah al-Zuhaily, Al-fiqh Al-Islam wa Adillatuhu, (Beirut: Dar al-Fikr, 1989), Juz 8, h.

157 24 Ibid., h. 157 25 Tuti A. Najib dan Ridwan al-Makassary, ed., Wakaf, Tuhan, dan Agenda Kemanusiaan:

Studi Tentang Wakaf dalam Perspektif Keadilan Sosial di Indonesia, (Jakarta: CSRC UIN Syarif Hidayatullah, 2006), h. 7

Page 37: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

Agraria, dimana negara secara resmi menyatakan perlindungan terhadap

harta wakaf. Penegasan atas perlindungan tanah milik perwakafan tertuang

dalam Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran

Tanah.

2) Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah

Milik. Peraturan ini tergolong sebagai peraturan yang pertama yang

memuat unsur-unsur substansi dan teknis perwakafan. PP No. 28 Tahun

1977 ini hanya mengatur perwakafan tanah milik, yang meliputi

inventarisasi tanah wakaf, proses terjadinya perwakafan tanah milik, dan

proses pemberian hak atas tanah wakaf.26 Terbitnya PP ini menciptakan

pembaharuan yang cukup penting dalam pengelolaan harta wakaf.

Peraturan ini memberikan legalitas bagi bolehnya pertukaran harta wakaf

setelah mendapat ijin dari Menteri Agama. Secara subtansial peraturan

tersebut membolehkan pertukaran harta wakaf agar dapat diberdayakan

secara optimal. Aturan ini merupakan pembaharuan karena mayoritas

umat menganut mazhab Syafi’i bahwa harta wakaf tidak diperbolehkan

untuk dipertukarkan walaupun kondisi harta wakaf sudah tidak layak lagi

digunakan, seperti masjid yang hampir roboh.27

26 Ibid., h. 86 27 Departemen Agama RI, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, (Jakarta: Direktorat

Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Depag RI, 2006), h. 100

Page 38: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

3) Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam

(KHI). Aturan ini membawa beberapa pembaharuan dalam pengelolaan

wakaf. Pembaharuan ini pada dasarnya merupakan elaborasi dari prinsip

pembaharuan yang terdapat pada Peraturan Pemerintah (PP) No. 28 Tahun

1977. Beberapa perluasan aturan perwakafan dalam KHI antara lain

berkaitan dengan objek wakaf, nadzir, dan sebagainya. Terkait dengan

objek wakaf misalnya, dalam KHI disebutkan bahwa objek wakaf telah

mencakup harta benda yang bergerak, sedangkan dalam PP No. 28

ketentuan seperti ini belum ada.28

4) Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf. UU wakaf ini

merupakan penyempurnaan dari beberapa peraturan perundangan wakaf

yang sudah ada dengan menambahkan hal-hal baru yang merupakan upaya

memberdayakan wakaf secara produktif dan akuntabel. Dengan adanya

Undang-undang ini terdapat perluasan benda yang diwakafkan (mauquf

bih). Dalam UU ini, selain mengatur tentang wakaf benda tidak bergerak,

juga mengatur tentang wakaf benda bergerak, seperti uang, saham atau

surat-surat berharga lainnya.29 Sebelum keluarnya Undang-Undang Wakaf

ini, sudah keluar fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengenai

28 Tuti A. Najib dan Ridwan al-Makassary, ed., Wakaf, Tuhan, dan Agenda, h. 88

29 Departemen Agama RI, Proses Lahirnya UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, (Jakarta:

Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Depag RI, 2006), h. 212

Page 39: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

kebolehan memberi wakaf dalam bentuk uang. Fatwa MUI tersebut

adalah:30

1) Wakaf uang (cash wakaf/ waqf al-nuqud) adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai.

2) Termasuk ke dalam pengertian uang adalah surat-surat berharga. 3) Wakaf uang hukumnya jawaz (boleh). 4) Wakaf uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal

yang dibolehkan secara syar’i. 5) Nilai pokok wakaf uang harus dijamin kelestariannya, tidak boleh

dijual, dihibahkan, dan atau diwariskan. Dengan adanya UU No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf dan fatwa MUI

tersebut telah menjadi pijakan hukum bagi umat Islam di Indonesia untuk

melakukan perbuatan hukum memberikan wakaf dalam bentuk uang. Dan saat

ini sudah keluar pula Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2006 Tentang

Pelaksanaan UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.

3. Rukun dan Syarat Wakaf

a. Rukun Wakaf

Para ulama telah sepakat bahwa tanpa memenuhi rukun dan syarat,

perbuatan wakaf tidak akan terwujud. Khusus mengenai jumlah rukun wakaf,

terdapat perbedaan antara jumhur dan mazhab Hanafi.

Menurut jumhur, mazhab Syafi’i dan Maliki serta Hambali, rukun

wakaf ada empat, yaitu:31

30 Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia, Keputusan Fatwa Komisi Fatwa Majelis Ulama

Indonesia Tentang Wakaf Uang, ditetapkan di Jakarta, pada tanggal 11 Mei 2002

Page 40: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

a. Waqif (orang yang mewakafkan)

b. Mauquf (benda yang diwakafkan)

c. Mauquf ‘Alaih (sasaran atau penerima wakaf)

d. Sighat wakaf (pernyataan wakif sebagai suatu kehendak untuk

mewakafkan harta bendanya)

Menurut mazhab Hanafi, rukun wakaf hanya satu, yaitu berupa

pengucapan sighat.32

b. Syarat-syarat Wakaf

Masing-masing rukun wakaf mempunyai syarat-syarat tertentu, yaitu:

1. Syarat Waqif (orang yang mewakafkan)

Ulama menetapkan syarat-syarat pewakaf (waqif) sebagai

berikut:33

a. Berakal yaitu mempunyai akal, maka tidaklah sah wakaf yang

diberikan oleh orang gila

b. Dewasa (balig), tidak sah wakaf yang berasal dari anak-anak

yang belum balig

c. Tidak dalam tanggungan, karena boros dan bodoh

31 Muhammad Khatib al-Sarbini, Mughni al-Muhtaj, (Beirut: Dar Ihya al-Turas al-Arabi, t.t.).

Juz, II, h. 376 32 Wahbah al-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islam, h. 159

33 Muhammad Abid Abdullah Al-Kabisi, Hukum Wakaf, (Jakarta: Dompet Dhuafa Republika dan IIMaA, 2004), h. 219

Page 41: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

d. Kemauan sendiri, bukan atas tekanan atau paksaan dari pihak

manapun

e. Merdeka

2. Syarat Mauquf ( benda yang diwakafkan)

Para fuqaha sepakat bahwa barang yang diwakafkan itu (al-

Mauquf) harus berupa barang kongkrit dan pasti, diketahui dan betul-

betul milik penuh bagi orang yang mewakafkannya.34

Menurut mazhab Hanafi, syarat barang yang diwakafkan itu

ada empat macam, yaitu:35

a. Barang yang diwakafkan itu harus berupa harta benda, tidak boleh

mewakafkan manfaat semata tanpa bendanya, juga tidak boleh

mewakafkan sesuatu harta yang tidak baik menurut syara’, seperti

barang-barang yang memabukkan dan kitab-kitab yang

menyesatkan.

b. Barang yang diwakafkan itu harus jelas, baik kejelasan ukuran,

seperti mewakafkan 100 m tanah maupun lainnya. Jadi tidak boleh

mewakafkan suatu barang yang tidak jelas, sebab ketidakjelasan

itu dapat mengarah kepada terjadinya pertikaian.

34 Wahbah Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islam, h. 184

35 Ibid, h. 184

Page 42: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

c. Barang yang diwakafkan itu betul-betul milik penuh bagi orang

yang mewakafkannya. Karena wakaf itu menggugurkan hak milik,

maka haruslah barang yang diwakafkan itu betul-betul sebagai hak

milik orang yang berwakaf.

d. Barang yang diwakafkan itu harus sudah dibagi, tidak sebagai

kongsi dengan orang lain jika memang barang itu dapat dibagi.

Sebab penerimaan atas barang yang diwakafkan itu adalah syarat

bolehnya wakaf, sedangkan barang atau harta kongsi itu

menghalangi penerimaan tersebut.

3. Syarat Mauquf ‘Alaih (sasaran atau penerima wakaf )

Menurut Jumhur Ulama, beberapa persyaratan umum yang

harus diperhatikan dalam mauquf ‘alaih adalah tujuan wakaf tidak

bertentangan dengan syara’, tidak dibatasi waktu dan sesuatu yang

tidak menimbulkan madharat pada ahli warisnya.

Sasaran wakaf dapat ditujukan kepada wakaf khairi dan wakaf

ahli.36 Wakaf khairi adalah wakaf yang diperuntukkan bagi

kepentingan umum seperti yang dilakukan Umar bin Khathab. Ia

mewakafkan sekaligus mengelola sendiri tanahnya di Khaibar dan

membagikan hasilnya kepada fakir miskin, ibnu sabil, sabilillah dan

kepentingan umum lainnya. Adapun wakaf ahli/wakaf dzurri yang

36 Sayyid Sabiq, Fiqih, h. 378

Page 43: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

terkadang disebut wakaf ‘al aulad adalah wakaf yang khusus

diperuntukkan orang-orang tertentu.37 Jadi yang menikmati manfaat

benda wakaf ini sangat terbatas kepada yang termasuk golongan

kerabat sesuai dengan ikrar yang dikehendaki oleh si waqif.

4. Sighat (pernyataan wakif sebagai suatu kehendak untuk mewakafkan

harta bendanya)

Berkenaan dengan syarat-syarat yang berkenaan dengan sighat,

para ulama mensyaratkan atas sighat itu sebagai berikut:

a. Ta’bid, yaitu waqif harus menyerahkan harta wakaf untuk

selamanya, tidak dibatasi waktu. Meskipun Imam Maliki

membolehkan wakaf ditentukan batas waktunya namun para Imam

Mazhab lainnya menolak argument itu.38

b. Ilzam, yaitu tidak dipertautkan pada suatu syarat khiyar, seperti

mensyaratkan di waktu tertentu harus mengembalikan harta wakaf

kepada waqif apabila ia membutuhkannya.39

Imam Maliki membolehkan ikrar ta’liq wakaf yaitu ikrar yang

dikaitkan dengan keadaan tertentu yang dapat mempengaruhi ada

dan tidak adanya wakaf, di sisi lain Imam Hambali membolehkan

ta’liq wakaf akan tetapi hanya berkaitan dengan kematian saja. Ia

37 Ibid., h. 380

38 Wahbah Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islam, h. 204-205 39 Ibid., h. 208

Page 44: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

hanya mensahkan perkataan wakif: “Barang ini merupakan wakaf

sesudah saya meninggal”. Sedangkan Imam Hanafi dan Syafi’i

tidak mensahkannya.40

c. Sighat tidak terkait dengan persyaratan bathil seperti seseorang

mensyaratkan sebagian benefit wakafnya untuk perbuatan

maksiat.41

d. Jumhur Ulama selain Imam Maliki menyatakan sighat harus

mengandung arti yang tegas dan tunai, namun Malikiyah

membolehkan wakaf berkaitan dengan syarat dan penangguhan

realisasi pada masa yang telah ditetapkan oleh waqif.42

4. Tinjauan Syariah Terhadap Uang Sebagai Objek Wakaf

Perkembangan yang menarik dalam hal pengembangan institusi wakaf

akhir-akhir ini adalah digunakannya uang sebagai objek benda yang diwakafkan

yang dikenal dengan istilah cash waqf atau banyak diartikan para pihak dengan

wakaf tunai. Istilah wakaf tunai sendiri pada dasarnya kurang tepat. Hal ini

mengingat inti persoalan dari cash waqf terletak pada obyek wakafnya yaitu uang.

Terjemahan cash yang tepat dalam cash waqf ialah uang, bukan tunai, karena

yang menjadi pembahasan para ahli fiqh ialah hukum mewakafkan uang, dengan

kata lain menjadikan uang sebagai objek wakaf. Adapun tunai telah dianalisa para

40 Muhammad Jawad Mugniyah, Fiqih Lima, h. 642-643

41 Wahbah Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islam, h. 208

42 Ibid., h. 206

Page 45: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

ahli fiqh dan mereka menjelaskan semua wakaf harus tunai, tidak boleh dalam

bentuk utang. Karena itu tunai tidak dapat menjadi obyek wakaf.

Digunakannya uang sebagai objek wakaf semakin mendapat tempat di

kalangan umat Islam Indonesia akhir-akhir ini. Perkembangan ini pada akhirnya

telah menimbulkan pertanyaan, bagaimana sebenarnya tinjauan hukum Islam

(syariah) terhadap digunakannya uang sebagai objek wakaf? Timbulnya

pertanyaan semacam ini pada dasarnya adalah hal yang wajar. Hal ini mengingat

selama ini wakaf yang populer di kalangan umat Islam Indonesia terbatas pada

wakaf tanah dan bangunan yang diperuntukan bagi tempat ibadah, pendidikan,

atau lahan perkuburan. Karenanya UU No. 41 tahun 2004 dan fatwa MUI tentang

diperbolehkannya wakaf dengan uang, merupakan hal baru bagi umat Islam

Indonesia.

MUI sendiri dalam fatwanya yang membolehkan wakaf uang selain

menggunakan dasar hukum Al-Qur’an dan Hadits yang berkaitan dengan wakaf,

juga secara khusus memperhatikan pandangan para ulama yang telah

membolehkan wakaf dengan uang. Beberapa pandangan yang digunakan MUI

tersebut antara lain adalah:43

a. Pendapat Imam Az-Zuhri bahwa mewakafkan dinar hukumnya boleh, dengan

cara menjadikan dinar tersebut sebagai modal usaha kemudian keuntungannya

disalurkan pada mauquf ‘alaih.

43 Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia, Keputusan Fatwa Komisi Majelis Ulama

Indonesia Tentang Wakaf Uang, ditetapkan di Jakarta, pada tanggal 11 Mei 2002

Page 46: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

b. Pandangan dari ulama mazhab Hanafi yang membolehkan wakaf uang dinar

dan dirham sebagai pengecualian, atas dasar Istihsan bi al-‘Urfi (hukum yang

ditetapkan berdasarkan adat kebiasaan), berdasarkan hadis yang diriwayatkan

Abdullah bin Mas’ud r.a : “Apa yang dipandang baik oleh kaum muslimin

maka dalam pandangan Allah adalah baik, dan apa yang dipandang buruk

oleh kaum muslimin maka dalam pandangan Allah pun buruk”.

c. Pendapat sebagian ulama mazhab Syafi’i:

“Abu Tsaur meriwayatkan dari Imam Syafi’i tentang kebolehan wakaf dinar

dan dirham (uang)”

Walaupun banyak dari kalangan ulama yang telah membolehkan wakaf

uang, namun ada pula sebagian ulama yang sulit menerima pendapat bahwa sah

hukumnya mewakafkan dinar dan dirham (uang). Adapun alasan para ulama yang

tidak membolehkan berwakaf dengan uang, diantaranya:44

a. Bahwa uang bisa habis zatnya sekali pakai. Uang hanya bisa dimanfaatkan

dengan membelanjakan sehingga bendanya lenyap, sedangkan inti ajaran

wakaf adalah pada kesinambungan hasil dari modal dasar yang tetap lazim

kekal. Oleh karena itu, ada persyaratan agar benda yang akan diwakafkan itu

adalah benda yang tahan lama, tidak habis dipakai.

44 Mustafa Edwin Nasution dan Uswatun Hasanah, ed., Wakaf Tunai Inovasi Finansial Islam:

Peluang dan Tantangan dalam Mewujudkan Kesejahteraan Umat, (Jakarta: PSTT-UI, 2006), h. 98

Page 47: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

b. Uang seperti dirham dan dinar diciptakan sebagai alat tukar yang mudah,

orang melaukukan transaksi jual-beli, bukan untuk ditarik manfaatnya dengan

mempersewakan zatnya.

Dalam Al-Is’af fi Ahkam al-Awqaf, al-Tharablis menyatakan sebagian

ulama klasik merasa aneh ketika mendengar fatwa yang dikeluarkan oleh

Muhammad bin Abdullah al-Anshori, murid dari Zufar, sahabat Abu Hanifah,

tentang bolehnya berwakaf dalam bentuk uang kontan dirham atau dinar, dan

dalam bentuk komoditas yang dapat ditimbang atau ditakar, seperti makanan

gandum. Hal ini membuat mereka merasa aneh karena tidak mungkin

mempersewakan benda-benda seperti itu, oleh karena itu mereka segera

mempersoalkannya dengan mempertanyakan apa yang dapat kita lakukan dengan

dana tunai dirham? Atas pertanyaan ini Muhammad bin Abdullah al-Anshori

menjelaskan dengan mengatakan: “kita investasikan dana itu dengan cara

mudharabah dan labanya kita sedekahkan. Kita jual benda makanan itu, harganya

kita putar dengan usaha mudharabah kemudian hasilnya disedekahkan”.45

Wahbah Zuhaili menjelaskan secara tegas bahwa ulama mazhab Maliki

memperbolehkan wakaf uang, mengingat manfaat uang masih dalam cakupan

hadits Nabi Muhammad saw dan benda sejenis yang diwakafkan oleh para

sahabat, seperti baju perang, binatang dan harta lainnya serta hal tersebut

mendapat pengakuan dari Rasulullah saw. Secara qiyas, wakaf uang dianalogikan

45 Ibid, h. 99

Page 48: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

dengan baju perang dan binatang. Qiyas ini telah memenuhi syarat ‘illah (sebab

persamaan), yang jami’ (titik persamaan) terdapat dalam qiyas dan yang

diqiyaskan (maqis dan maqis ‘alaih). Sama-sama benda bergerak dan tidak kekal,

yang mungkin rusak dalam jangka waktu tertentu, bahkan wakaf uang jika

dikelola secara professional memungkinkan uang yang diwakafkan kekal

selamanya.46

Dari berbagai pandangan ulama tentang wakaf uang tersebut menunjukan

adanya kehati-hatian para ulama dalam memberikan fatwa sah atau tidak sahnya

suatu praktik wakaf uang. Hal ini disebabkan harta wakaf adalah harta amanah

yang terletak ditangan nadzir. Sebagai harta amanah, maka nadzir hanya boleh

melakukan hal-hal yang mendatangkan kemaslahatan bagi harta wakaf.

Berdasarkan pertimbangan ini, disamping memikirkan model investasi wakaf

uang, perlu juga dipikirkan antisipasi adanya resiko kerugian yang akan

mengancam eksistensi dan kesinambungan aset wakaf.47

Walaupun ada perbedaan pendapat dikalangan para ulama mengenai sah

tidaknya wakaf uang, namun mengingat manfaat wakaf uang yang begitu besar

bila dikembangkan dengan baik bagi kemaslahatan umat, pengelolaan wakaf uang

tetap menjadi pilihan yang menarik bagi umat Islam untuk dikembangkan. Dari

segi pemanfaatan misalnya, wakaf uang tentunya dapat dimanfaatkan lebih luas.

46 Departemen Agama RI, Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf, (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Depag RI, 2006), h. 46

47 Mustafa Edwin Nasution dan Uswatun Hasanah, ed., Wakaf Tunai Inovasi Finansial, h. 99

Page 49: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

Dana wakaf nantinya bisa digunakan untuk mendirikan perusahaan, pusat

perbelanjaan, atau apa saja yang bernilai ekonomis dan tidak bertentangan dengan

ajaran Islam. Dananya terus mengalir, keuntungan yang diperoleh lebih besar,

akan lebih banyak umat yang dibantu dengan dana tersebut. Dengan demikian

mobilisasi dana dari umat Islam untuk umat Islam dapat dilakukan secara

maksimal dan didayagunakan bagi kemanfaatan umat yang sebesar-besarnya.

B. Praktik Perwakafan Di Indonesia

Sejarah perkembangan wakaf di Indonesia dapat dikatakan sejalan dengan

perkembangan penyebaran Islam. Praktik wakaf diasumsikan telah ada sejak Islam

menjadi kekuatan sosial politik dengan berdirinya beberapa kerajaan Islam di

nusantara sejak akhir abad ke-12M. Di masa-masa awal penyiaran Islam ini,

kebutuhan akan masjid untuk menjalankan aktivitas ritual dan dakwah membuat

pemberian tanah wakaf untuk masjid menjadi tradisi yang lazim dan meluas di

kantong-kantong Islam di nusantara. Praktik-praktik yang menyerupai wakaf

dilaporkan telah ada sejak jauh sebelum datangnya Islam di nusantara. Praktik yang

menyerupai wakaf ini dapat ditemukan dalam tradisi penyerahan tanah di beberapa

daerah; seperti di Mataram, telah dikenal praktik semacam wakaf yang disebut tanah

perdikan yaitu tanah yang diberikan oleh Negara kepada orang tertentu yang

dianggap telah berjasa dan mereka dibebaskan dari pembayaran pajak, di Lombok

dikenal tanah pareman yaitu tanah Negara yang dibebaskan dari pajak landrente

yang diserahkan kepada desa-desa subak, juga kepada candi dan juga kepentingan

bersama. Dalam tradisi masyarakat Baduy di Cibeo, Banten Selatan juga dikenal

Page 50: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

Huma Serang yaitu ladang yang dikerjakan setiap tahun secara bersama-sama dan

hasilnya dipergunakan untuk kepentingan bersama dan di Minangkabau ada pula

tanah pusaka (tinggi) yaitu tanah keluarga yang dikelola secara turun-temurun dan

hasilnya juga dapat dimanfaatkan oleh keluarga untuk membantu membiayaai

kebutuhan ekonomi keluarga atau memberi bantuan uang sekolah pada anak-anak di

perantauan. Sedangkan di Aceh dikenal tanah weukeuh yaitu tanah pemberian sultan

yang digunakan untuk kepentingan umum.48

Seiring dengan perkembangan sosial masyarakat Islam dari waktu ke waktu,

praktik perwakafan mengalami kemajuan setahap demi setahap. Tradisi wakaf untuk

tempat ibadah tetap bertahan, tetapi mulai muncul juga wakaf untuk kegiatan

pendidikan, seperti untuk pendirian pesantren dan madrasah.49

Di Indonesia, pengelolaan wakaf mengalami masa yang cukup panjang.

Paling tidak ada tiga periode besar pengelolaan wakaf di Indonesia. Pertama, periode

tradisional yaitu dimana pada periode ini wakaf masih ditempatkan sebagai ajaran

murni yang dimasukkan dalam kategori ibadah mahdoh (pokok), dimana hampir

semua benda-benda wakaf diperuntukkan untuk kepentingan pembangunan fisik,

seperti masjid, mushala, pesantren, kuburan, yayasan dan sebagainya. Sehingga

48 Tuti A. Najib dan Ridwan al-Makassary, ed., Wakaf , Tuhan, dan Agenda, h. 72-73 49 Ibid, h. 71

Page 51: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

keberadaan wakaf pada periode ini belum memberikan kontribusi sosial yang lebih

luas karena hanya untuk kepentingan yang bersifat konsumtif.50

Kedua, periode semi profesional, yaitu di mana pengelolaan wakaf yang

kondisinya relatif sama dengan periode tradisional, namun pada masa ini sudah mulai

dikembangkan pola pemberdayaan wakaf secara produktif, meskipun belum

maksimal. Sebagai contoh adalah pembangunan masjid-masjid yang letaknya

strategis dengan menambah bangunan gedung untuk pertemuaan, pernikahan dan

acara lainnya seperti masjid Sunda Kelapa, masjid Pondok Indah, masjid At-Taqwa

Pasar Minggu dan Masjid Ni’matul Ittihad Pondok Pinang, semua terletak di

Jakarta.51

Ketiga, periode professional, yaitu periode di mana potensi wakaf di

Indonesia sudah mulai dilirik untuk diberdayakan secara professional dan produktif.

Profesionalisme yang dilakukan meliputi aspek : Manajemen, SDM kenazhiran, pola

kemitraan usaha, bentuk benda wakaf yang tidak hanya berupa benda tidak bergerak

tapi bisa mewakafkan benda bergerak seperti uang, saham dan surat berharga lainnya,

dukungan political will pemerintah secara penuh, salah satunya dengan lahirnya UU

50 Departemen Agama RI, Strategi Pengembangan Wakaf Tunai Di Indonesia, (Jakarta:

Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Depag RI, 2006), h. 1

51 Ibid, h. 4

Page 52: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

Wakaf No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf dan fatwa Majelis Ulama Indonesia tahun

2002 tentang legalitas kebolehan wakaf uang.52

C. Model Pengelolaan Wakaf Uang

1. Di Indonesia

Sampai saat ini di Indonesia sudah ada beberapa lembaga yang mengelola

wakaf uang seperti Baitul Maal Muamalat yang bekerja sama dengan Bank

Muamalat Indonesia, LAZ Portalinfak, Pos Keadilan Peduli Umat dan Yayasan

Dompet Dhuafa Republika.

Di awal operasi produk wakaf uang, pola pengelolaan wakaf uang yang

dilakukan oleh Yayasan Dompet Dhuafa Republika adalah langsung

memanfaatkan dana wakaf pada sasaran, tidak menginvestasikannya terlebih

dahulu, sehingga asset pokok wakaf digunakan untuk membiayai operasional

program wakaf, bukan profit/benefitnya.53

Seiring waktu berjalan, lembaga itu terus melakukan evaluasi dan inovasi

dalam maksimalisasi pengembangan wakaf uang. Di tahun 2004, Dompet Dhuafa

telah melakukan strategi baru antara lain mereka bekerjasama dengan Batasa

Capital dan BII Syariah. Kerjasama ini telah berhasil meluncurkan “Wakaf

Investasi Dompet Dhuafa Batasa Syariah”. Sebuah produk yang diluncurkan

52 Departemen Agama RI, Bunga Rampai Perwakafan, (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan

Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Depag RI, 2006), h. 22 53 Wardah Ganita, “Tinjauan Hukum Islam Pola Penghimpunan dan Pengelolaan Wakaf Uang

Dompet Dhuafa dan Pos Keadilan Peduli Umat,” (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004), h. 60

Page 53: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

untuk mensinergikan investasi dengan charity demi membangun bangsa. Wakaf

tersebut akan dialokasikan untuk mendorong kegiatan sektor riil, khususnya yang

berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan usaha kecil dan menengah.

Komisaris utama Batasa Tazkia, M. Syafi’i Antonio, menyatakan bahwa

produk ini adalah gabungan antara wakaf uang dengan investasi reksa dana

syariah, dimana investor dapat menentukan dengan leluasa presentasi yang

diperolehnya dan mewakafkan sebagian atau seluruh dari investasinya sebagai

harta wakaf. Bagi yang mengeluarkan wakaf akan diberikan Sertifikat Wakaf

Investasi Atas Nama dari Dompet Dhuafa dengan nominal terkecil Rp.

1.000.000,- (satu juta rupiah). Dalam prosesnya, Batasa Capital berperan sebagai

Manajer Investasi sementara Dompet Dhuafa akan berperan sebagai nadzir, yang

akan mengelola dana wakaf.54

Secara operasional, pengelolaan wakaf uang pada Pos Keadilan Peduli

Umat (PKPU) sama dengan pola pengelolaan wakaf uang di Yayasan Dompet

Dhuafa Republika diawal operasinya, yaitu langsung memanfaatkan dana wakaf

pada sasaran, tidak menginvestasikannya terlebih dahulu sehingga dana yang

digunakan untuk membiayai operasional program wakaf adalah aset pokok wakaf

bukan profit/benefitnya. Adapun strategi penghimpunan dana wakaf uang di

54 Ibid, h. 61

Page 54: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

PKPU adalah dengan menyediakan sertifikat wakaf uang dengan nominal

miminal Rp. 500.000,.- (lima ratus rupiah).55

Untuk mengoptimalkan pengelolaan dan pengembangan wakaf, di

Indonesia sudah dibentuk Badan Wakaf Indonesia (BWI) yang bersifat

independent dan dapat membentuk perwakilan di Propinsi dan Kabupaten jika

dianggap perlu. Pada bulan Juli 2007 keluar Keputusan Presiden Republik

Indonesia No.75/M Tahun 2007 yang memutuskan mengangkat keanggotaan

BWI periode 2007-2010 yang diketuai oleh Bapak Tholhah Hasan.56 Adapun

tugas dari Badan Wakaf Indonesia (BWI) adalah:

a. Melakukan pembinaan terhadap Nazhir dalam mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf.

b. Melakukan pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf berskala nasional dan internasional.

c. Memberikan persetujuan dan /atau izin atas perubahan peruntukan dan status harta benda wakaf.

d. Memberhentikan dan mengganti Nazhir. e. Memberikan persetujuan atas penukaran harta benda wakaf. f. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Pemerintah dalam penyusunan

kebijakan di bidang perwakafan.57

Badan Wakaf Indonesia (BWI) ini secara organisatoris harus bersifat

independent, dimana pemerintah dalam hal ini sebagai fasilitator, regulator,

motivator dan pengawasan. Jadi, tugas utama badan ini adalah memberdayakan

55 Ibid, h. 65 56 Tholhah Hasan, “Perkembangan Kebijakan Wakaf Di Indonesia,” Republika, 14 Maret

2008, h. 19 57 Departemen Agama RI, Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf, (Jakarta:

Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Depag RI, 2006), h.94

Page 55: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

wakaf, baik wakaf benda tidak bergerak maupun benda bergerak yang ada di

Indonesia sehingga dapat memberdayakan ekonomi umat.58

2. Di Luar Negeri

Dalam hal wakaf uang, negara yang sampai saat ini boleh dikatakan paling

berkembang dan maju dalam pengelolaannya adalah Bangladesh. Di Bangladesh

wakaf uang memang telah menuai hasil memuaskan. Melalui dana wakaf,

pemerintah Bangladesh mampu memberdayakan masyarakatnya dan mandiri

secara ekonomi. Hal ini bermula dari pengenalan sertifikat wakaf tunai (cash

waqf certificate), yang dilakukan oleh Prof. Dr. M. A. Mannan, serta pendirian

sebuah badan bernama Social Investment Bank Ltd. (SIBL). Badan ini kemudian

berfungsi untuk menggalang dana dari orang-orang melalui sertifikat wakaf tunai.

Lalu dana yang terkumpul dikelola, sedangkan keuntungannya disalurkan kepada

rakyat miskin yang membutuhkan.59

Menurut M. A. Mannan, wakaf uang dapat berperan sebagai suplemen

bagi pendanaan berbagai macam proyek investasi sosial yang dikelola oleh bank-

bank Islam, sehingga dapat berubah menjadi bank wakaf (sebuah bank yang

menampung dana-dana wakaf). Pengenalan Sertifikat Wakaf Tunai merupakan

yang pertama kalinya dalam sejarah perbankan. Sertifikat Wakaf Tunai ini

dimaksudkan sebagai instrumen pemberdayaan keluarga kaya dalam memupuk

58 Departemen Agama RI, Paradigma Baru, h. 107 59 Hendra Kholid, “Alternatif Pemanfaatan Wakaf Tunai”, artikel diakses pada 29 Agustus

2007 dari http://www.halalguide.info/content/view/441/46/

Page 56: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

investasi sosial sekaligus mewujudkan kesejahteraan sosial. Wakaf uang

membuka peluang yang unik bagi penciptaan investasi di bidang keagamaan,

pendidikan, dan pelayaan sosial. Tabungan dari warga yang berpenghasilan tinggi

dapat dimanfaatkan melalui penukaran Sertifikat Wakaf Tunai. Sedangkan

pendapatan yang diperoleh dari pengelolaan Wakaf Tunai tersebut dapat

dibelanjakan untuk berbagai tujuan yang berbeda seperti pemeliharaan harta-harta

wakaf itu sendiri.60

Manfaat lain dari Sertifikat Wakaf Tunai adalah bahwa dia dapat

mengubah kebiasaan lama di mana kesempatan wakaf itu seolah-olah hanya

untuk orang-orang kaya saja. Karena Sertifikat Wakaf Tunai seperti yang

diterbitkan oleh SIBL dibuat dalam denominasi sekitar US$21, maka sertifikat

tersebut dapat terbeli oleh sebagian besar masyarakt muslim. Bahkan, sertifikat

tersebut dapat dibuat dalam pecahan yang lebih kecil lagi. Dipandang dari sisi ini,

maka penerbitan Sertifikat Wakaf Tunai diharapkan dapat menjadi sarana bagi

rekonstruksi sosial dan pembangunan, dimana mayoritas penduduk dapat ikut

berpartisipasi.61

Garis-garis besar pengaturan operasionalisasi Sertifikat Wakaf Tunai

sebagaimana yang diterapkan SIBL adalah sebagai berikut:

60 M. A. Mannan, Serifikat Wakaf Tunai: Sebuah Inovasi Instrumen Keuangan Islam,

(Jakarta: CIBER dan PKTTI-UI, 2001), h. 36 61 Ibid, h. 37

Page 57: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

1) Wakaf Tunai harus diterima sebagai sumbangan sesuai dengan Syari’ah. Bank

harus mengelola wakaf tersebut atas nama Waqif.

2) Wakaf dilakukan dengan tanpa batas waktu dan rekeningnya harus terbuka

dengan nama yang ditentukan oleh Waqif.

3) Waqif mempunyai kebebasan memilih tujuan-tujuan sebagaimana tercantum

pada daftar yang jumlahnya ada 32 sesuai dengan identifikasi yang telah

dibuat oleh SIBL atau tujuan lain yang diperkenankan oleh syari’ah.

4) Wakaf Tunai selalu menerima pendapatan dengan tingkat (rate) tertinggi yang

ditawarkan bank dari waktu ke waktu.

5) Kuantitas wakaf tetap utuh dan hanya keuntungannya saja yang akan

dibelanjakan untuk tujuan-tujuan yang telah ditentukan oleh Waqif. Bagian

keutungan yang tidak dibelanjakan akan secara otomatis ditambahkan pada

wakaf dan profit yang diperoleh akan bertambah terus.

6) Waqif dapat meminta bank mempergunakan keseluruhan profit untuk tujuan-

tujuan yang telah ia tentukan.

7) Waqif dapat memberikan Wakaf Tunai untuk sekali saja, atau ia dapat juga

menyatakan akan memberikan sejumlah wakaf dengan cara melakukan

deposit pertama kalinya sebesar Tk.1000 (atau equivalent dengan jumlah

tertentu pada mata uang Rupiah). Deposit-deposit berikutnya juga dapat

dilakukan dengan pecahan masing-masing Tk.100 atau kelipatnnya.

8) Waqif dapat juga meminta kepada bank merealisasikan Wakaf Tunai pada

jumlah tertentu untuk dipindahkan dari rekening Waqif pada SIBL.

Page 58: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

9) Atas setiap setoran Wakaf Tunai harus diberikan tanda terima dan setelah

jumlah wakaf tersebut mencapai jumlah yang ditentukan, barulah diterbitkan

sertifikat.

10) Prinsip dan dasar-dasar peraturan Syari’ah Wakaf Tunai dapat ditinjau

kembali dan dapat berubah.62

Dengan diterbitkannya Sertifikat Wakaf Tunai oleh SIBL telah membuka

peluang kepada masyarakat untuk membuka rekening deposito wakaf tunai

dengan tujuan untuk mencapai sasaran-sasaran sebagai berikut:

1) Menjadikan perbankan sebagai fasilitator untuk menciptakan wakaf tunai dan

membantu dalam pengelolaan wakaf.

2) Membantu memobilisasi tabungan masyarakat dengan menciptakan wakaf

tunai dengan maksud untuk memperingati orang tua yang telah meninggal,

anak-anak, dan mempererat hubungan kekeluargaan orang-orang kaya.

3) Meningkatkan investasi sosial dan mentransformasikan tabungan masyarakat

menjadi modal.

4) Memberikan manfaat kepada masyarakat luas, terutama golongan miskin,

dengan menggunakan sumber-sumber yang diambilkan dari golongan kaya.

5) Menciptakan kesadaran di antara orang kaya tentang tanggung jawab sosial

mereka terhadap masyarakat.

6) Membantu pengembangan Social Capital Market.

62 Ibid, h. 46

Page 59: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

7) Membantu usaha-usaha pembangunan bangsa secara umum dan membuat

hubungan yang unik antara jaminan sosial dan kesejahteraan masyarakat.63

Kesimpulannya, seseorang dapat membeli Sertifikat Wakaf Tunai dengan

maksud untuk memenuhi target investasi sedikitnya meliputi 4 (empat)

bidang,yaitu:

1) Kemanfaatan bagi kesejahteraan pribadi (dunia-akhirat). 2) Kemanfaatan bagi kesejahteraan keluarga (dunia-akhirat). 3) Pembangunan sosial. 4) Membangun masyarakat sejahtera: jaminan sosial bagi si miskin dan jaminan

keamanan sosial bagi si kaya.64

Dari beberapa paparan di atas, wakaf uang yang dikelola SIBL ini

mempunyai beberapa keunggulan antara lain, memperluas jangkauan pemberi

wakaf dan mendapat partisipasi penuh masyarakat. Masyarakat yang tidak

mempunyai fixed asset dan harta berlebih dapat mewakafkan uang sesuai dengan

kemampuannya. Dana itu dikumpulkan dan dikelola oleh lembaga wakaf serta

mendistribusikan hasilnya pada beneficiary. Benefit yang dihasilkan dapat

bermanfaat untuk meningkatkan produktifitas asset-asset wakaf yang belum

terkelola dengan baik.

Selain itu dana deposit permanen ini dapat diinvestasikan pada bidang

investasi sosial dan dakwah Islam dengan cara mentrasferkan tabungan kaya pada

63 Ibid, h. 41

64 Ibid, h. 49

Page 60: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

entrepreneur dan masyarakat untuk mendanai proyek-proyek yang berkenaan

dengan dakwah Islam serta pemberdayaan ekonomi dan potensi masyarakat.

Page 61: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

BAB III

PERAN PERBANKAN SYARIAH DALAM PENGELOLAAN WAKAF UANG

DILIHAT DARI UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF

A. Perbankan Syariah Sebagai Lembaga Keuangan Syariah Pengelola Wakaf

Belakangan ini banyak tumbuh dan berkembang lembaga-lembaga

keuangan syariah. Dilihat dari bentuknya, lembaga keuangan syariah dapat dibagi

menjadi 2 bagian. Pertama, lembaga keuangan bank seperti Bank Muamalat

Indonesia (BMI) dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Kedua, lembaga

keuangan non bank seperti BMT, Unit Simpan Pinjam Syariah (USPS) dan Asuransi

Takaful. Lembaga-lembaga keuangan syariah tersebut pada umumnya mempunyai

karakteristik yang berbeda dengan lembaga keuangan konvensional yakni berpegang

pada prinsip ekonomi syariah dan mempunyai Dewan Pengawas Syariah (DPS).65

Ada tiga hal yang menggerakkan kegiatan lembaga keuangan syariah

dewasa ini. Pertama, adalah untuk merealisasikan prinsip-prinsip syariah Islam.

Kedua, memenuhi kepentingan umat, sebagai suatu kelompok masyarakat, untuk

membentuk kekuatan ekonomi umat. Dan ketiga, untuk memenuhi kepentingan

ekonomi masyarakat umumnya, yakni meningkatkan pendapatan dan menciptakan

kekayaan.66

65 Hendi Suhendi, dkk, BMT, Bank Islam: Instrumen Lembaga Keuangan Syariah, (Bandung:

Pustaka Bani Quraisy, 2004), h. 159

66 Muhammad, ed., Bank Syariah: Analisis Kekuatan, Peluang, Kelemahan dan Ancaman, (Yogyakarta: Ekonisia, 2006), Cet 1, h. 78

Page 62: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

Lembaga keuangan syariah di Indonesia dalam bentuk bank syariah berdiri

berkat upaya Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Ikatan Cedekiawan Musliam se-

Indonesia (ICMI) pada tahun 1992. Bank Syariah tersebut adalah Bank Muamalat

Indonesia (BMI) yang nilai assetnya sekarang mencapai lebih 1.5 triliun. Bank

Muamalat Indonesia (BMI) menjadi pelopor kehadiran bank-bank syariah dan

lembaga keuangan non-bank lainnya.67

Munculnya bank syariah di Indonesia tidak terlepas dari adanya pengaruh

bank-bank Islam di belahan dunia, semua ini tentu mengilhami sekaligus menggugah

pakar-pakar ekonomi Indonesia, akhirnya mereka memperbincangkan dan

mendiskusikan tentang perbankan Islam atau yang lebih kita kenal dengan perbankan

syariah. Menurut Karnaen A. Perwataatmadja dan Syafi’i Antonio, bank syariah

memiliki 2 pengertian, yaitu:

1. Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariat Islam.

2. Bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-

Qur’an dan Al-Hadits.68

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia selama 5 tahun terakhir ini

menunjukkan perkembangan yang sangat signifikan. Jika pada tahun 2003 Bank

Umum Syariah baru ada 2 buah, dan 8 Unit Usaha Syariah (UUS) dengan jumlah

kantor 243 buah dan BPRS 84 buah, kini pada tahun 2007 perbankan syariah

67 Departemen Agama RI, Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai, (Jakarta: Direktorat

Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Depag RI, 2006)., h. 51 68 Karnaen A. Perwaatmadja dan Syafi’i Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam,

(Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1992), h. 1

Page 63: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

berkembang pesat menjadi 3 Bank Umum Syariah, 26 UUS, 224 KC, 123 KCP dan

114 BPRS.69 Kondisi ini, baik langsung maupun tidak langsung mempengaruhi

secara positif terhadap berbagai aspek pemberdayaan ekonomi yang berasal dari

ajaran Islam, yaitu Zakat, Infak, Shadaqah (ZIS) dan juga wakaf.70

Wakaf, khususnya wakaf uang harus dikelola secara profesional agar

manfaat dari dana wakaf uang tersebut dapat mensejahterakan masyarakat luas. Oleh

karena itu dibutuhkan sebuah lembaga yang dapat mengelola dana dan sudah

berpengalaman. Jika kita lihat dari fungsi dan peran bank syariah dalam pembukaan

standar akuntansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI (Accounting and Auditing

Organization for Islamic Financial Institution), maka bank syariah bisa saja

mengelola wakaf uang, fungsi dan peran bank syariah tersebut adalah sebagai berikut:

a. Manajer investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana nasabah.

b. Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun

dana nasabah yang dipercayakan kepadanya.

c. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah dapat

melakukan kegiatan-kegiatan jasa-jasa layanan perbankan sebagaimana lazimnya.

d. Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas keuangan

syariah, bank Islam juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan dan mengelola

69 Bank Indonesia, Statistik Perbankan Syariah dari tahun 2003-2007 70 Departemen Agama RI, Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonesia, (Jakarta:

Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Depag RI, 2006), h. 73

Page 64: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

(menghimpun, mengadministrasikan, mendistribusikan) zakat serta dana-dana

sosial lainnya.71

Kepedulian sosial merupakan salah satu fungsi yang tidak terpisahkan

dalam perbankan syariah. Dalam melakukan fungsi sosial tersebut bank syariah juga

bertindak sebagai lembaga Baitul Maal yang menerima dan menyalurkan dana

kebajikan. Guna menjalankan kegiatan tersebut bank syariah wajib membentuk

satuan kerja yang mengelola dana kebajikan.

Oleh karena itu, keberadaan bank-bank syariah dipandang merupakan

alternatif lembaga yang cukup representatif untuk mengelola dana wakaf khususnya

wakaf uang, namun Bank Indonesia sebagai pemegang otoritas regulasi perbankan,

tidak mempunyai peraturan khusus yang mengatur tentang wakaf uang. Menurut

Mulya E. Siregar, Kepala Pengembangan Penelitian Perbankan Syariah di Bank

Indonesia, Bank Indonesia hanya mengeluarkan peraturan sebagai berikut72:

1. SK Dir. BI No. 32/34/KEP/DIR Tentang Bank Umum Berdasarkan Prinsip

Syariah, pasal 29 ayat 2 yang berbunyi: “Bank dapat bertindak sebagai lembaga

baitul mal yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infaq, shadaqah, wakaf,

hibah atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada yang berhak dalam

bentuk santunan dan/atau pinjaman kebajikan (qardhul hasan)”.

71 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi,

(Yogyakarta: EKONISIA, 2007), Edisi 2,. h. 39-40 72 Wawancara Pribadi dengan Mulya E. Siregar. Jakarta, 6 November 2007

Page 65: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

2. SK Dir. BI No. 32/36/KEP/DIR Tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan

Prinsip Syariah, pasal 28 yang berbunyi: “BPRS dapat bertindak sebagai lembaga

baitul mal yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infaq, shadaqah, wakaf,

hibah atau dan sosial lainnya dan menyalurkannya kepada yang berhak dalam

bentuk santunan dan/atau pinjaman kebajikan (qardhul hasan).”

Menurut ketentuan diatas secara umum bank syariah dapat mengambil peran

sebagai penerima dan penyalur dana wakaf, sedangkan peran bank syariah sebagai

pengelola dana wakaf tidak disebutkan secara eksplisit. Wewenang pengelolaan ini

dipandang penting karena berbeda dengan dana sosial lainnya, seperti zakat, infaq

atau shadaqah, dana wakaf tidak dibagikan langsung kepada yang berhak melainkan

harus dikelola terlebih dahulu untuk kemudian hasilnya baru dibagikan kepada yang

berhak.73

Di sisi lain dalam SK Dir. BI No. 32/34/KEP/DIR tentang Bank Umum

Berdasarkan Prinsip Syariah, pasal 28 huruf m, disebutkan bahwa “… bank dalam

melakukan kegiatan usahanya dapat melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan

Bank sepanjang disetujui oleh Dewan Syariah Nasional “. Selain itu, dalam SK Dir.

BI No. 32/36/KEP/DIR tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip

Syariah, pasal 27 huruf c, disebutkan bahwa “… BPRS dalam melakukan kegiatan

usahanya dapat melakukan kegiatan lain yang lazim dilakuakn BPRS sepanjang

73 Mustafa E. Nasution dan Uswatun Hasanah, ed., Wakaf Tunai Inovasi Finansial Islam:

Peluang dan Tantangan dalam Mewujudkan Kesejahteraan Umat, (Jakarta: PSTTI-UI, 2006), h. 102-103

Page 66: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

disetujui oleh Dewan Syariah Nasional “. Kegiatan lain dalam pasal ini dapat saja

diartikan sebagai kegiatan pengelolaan wakaf oleh bank syariah.74 Pengelolaan harta

(dana) wakaf bisa diserahkan kepada lembaga keuangan syariah, khususnya

perbankan syariah sebagai dana wadi’ah.75

B. Keunggulan Perbankan Syariah Dalam Pengelolaan Wakaf Uang

Dalam pengelolaan harta wakaf, pihak yang paling menentukan berhasil

tidaknya dalam pemanfaatan harta wakaf adalah nadzir wakaf, yaitu seseorang atau

sekelompok orang dan badan hukum yang diserahi tugas oleh wakif (orang yang

mewakafkan harta) untuk mengelola wakaf. Walaupun dalam kitab-kitab fiqih ulama

tidak mencantumkan nadzir wakaf sebagai salah satu rukun wakaf, namun setelah

memperhatikan tujuan wakaf yang ingin melestarikan manfaat dari hasil harta wakaf,

maka keberadaan nadzir sangat dibutuhkan, bahkan menempati pada peran sentral.

Sebab di pundak nadzir-lah tanggung jawab dan kewajiban memelihara, menjaga,

mengembangkan wakaf dan menyalurkan hasil atau manfaat dari wakaf kepada

sasaran wakaf.76

Saat ini masih banyak harta wakaf yang tidak berfungsi secara maksimal,

bahkan tidak memberi manfaat sama sekali kepada sasaran wakaf, hal ini disebabkan

karena nadzir yang dipercaya untuk mengelola harta wakaf tidak mempunyai

kemampuan memadai untuk mengelola harta wakaf. Untuk itulah profesionalisme

74 Ibid., h. 104 75 Departemen Agama RI, Perkembangan Pengelolaan, h. 76

76 Achmad Djunaidi dan Thobieb Al-Asyhar, Menuju Era Wakaf Produktif: Sebuah Upaya Progresif untuk Kesejahteraan Umat, (Jakarta: Mitra Abadi Press, 2006), h. 83

Page 67: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

nazhir menjadi ukuran yang paling penting dalam pengelolaan wakaf jenis apapun.

Kualifikasi professionalisme nadzir secara umum dipersyaratkan menurut fiqih

sebagai berikut, yaitu: beragama Islam, mukallaf (memiliki kecakapan dalam

melakukan perbuatan hukum), baligh (sudah dewasa), ‘aqil (berakal sehat), memiliki

kemampuan dalam mengelola wakaf (profesional), memiliki sifat amanah, jujur, dan

adil.77

Dengan demikian, semestinyalah lembaga pengelola wakaf uang

menggunakan manajemen yang profesional. Manajemen wakaf uang melibatkan tiga

pihak, yaitu: (1) Pemberi wakaf (wakif), (2) Pengelola wakaf (nazhir), sekaligus akan

bertindak sebagai manajer investasi, dan (3) Beneficiary (mauquf alaihi/masyarakat

yang diberi wakaf). Wakif akan memberikan uangnya sebagai wakaf kepada lembaga

pengelola wakaf dan keuntungannya didistribusikan kepada masyarakat luas yang

membutuhkan. Karena itu, lembaga pengelola wakaf tunai seyogyanya memenuhi

kriteria sebagai berikut:78

1. Memiliki akses yang baik kepada calon wakif 2. Memiliki kemampuan untuk menginvestasikan dana wakaf 3. Mampu untuk mendistiribusikan hasil/keuntungan dari investasi dana wakaf 4. Memiliki kemampuan unuk mencatat/membukukan segala hal yang berkaitan

dengan beneficiary, misalnya rekening dan peruntukannya 5. Lembaga pengelola wakaf tunai hendaknya dipercaya oleh masyarakat dan

kinerjanya dikontrol sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku terhadap pengelola dana publik

77 Ibid, h. 84 78 Departemen Agama RI, Pedoman Pengelolaan, h. 50

Page 68: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

Lembaga-lembaga yang dapat dipercaya dan memenuhi kriteria untuk

mengelola wakaf uang adalah lembaga-lembaga keuangan syariah. Bank syariah

sebagai salah satu dari lembaga keuangan syariah setidaknya memiliki beberapa

keunggulan yang diharapkan dapat mengoptimalkan operasional wakaf uang tersebut,

yaitu79:

1. Jaringan Kantor

Relatif luasnya jaringan kantor perbankan syariah dibandingkan lembaga

keuangan syariah lainnya merupakan keunggulan tersendiri bagi perbankan syariah di

dalam pengelolaan wakaf tunai. Pada bulan Desember 2007 tercatat jumlah jaringan

kantor bank syariah sebanyak 568 buah, dengan rincian 224 kantor cabang, 123

kantor cabang pembantu dan 221 kantor kas, ditambah dengan kantor pusat sebanyak

29 buah.80

Dengan relatif luasnya jaringan kantor perbankan diharapkan akan lebih

mengefektifkan sosialisasi keberadaan produk wakaf tunai seiring dengan tingginya

akses masyarakat terhadap jasa perbankan. Sebagai implikasi dari efektifnya

sosialisasi tersebut serta semakin luasnya jaringan kantor, maka pada tahap

selanjutnya diharapkan penggalangan dana wakaf tunai juga akan semakin optimal.

Begitu pula dengan aktivitas penyalurannya, luasnya jaringan kantor akan sangat

79 Wawancara Pribadi dengan Mulya E. Siregar. Jakarta, 6 November 2007 80 Bank Indonesia, Statistik Perbankan Syariah 2007

Page 69: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

membantu efektivitas serta efisiensi penyampaian dana wakaf kepada al-mauquf

‘alaih.81

2. Kemampuan sebagai Fund Manager

Sebagai lembaga perantara antara Surplus Spending Unit dengan Deficit

Spending Unit, lembaga perbankan pada dasarnya merupakan lembaga pengelola

dana (masyarakat). Dengan demikian sebuah lembaga perbankan dengan sendirinya

haruslah –tidak boleh tidak- merupakan lembaga yang memiliki kemampuan untuk

mengelola dana.

Dalam kaitan dengan wakaf tunai, maka kemungkinan perbankan syariah

sebagai lembaga yang mengelola dana wakaf tunai, merupakan satu alternatif yang

patut dipertimbangkan dan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik, khususnya

kepada waqif.82

3. Pengalaman, Jaringan Informasi dan Peta Distribusi

Sebagai pengelola dana untuk kemudian disalurkan kepada pihak tertentu,

lembaga perbankan akan memiliki pengalaman, informasi serta peta distribusi

kemana dana-dana tersebut dapat disalurkan. Dalam praktik operasional selanjutnya,

ketiga hal tersebut menjadi faktor yang akan selalu dipertimbangkan di dalam

mengoptimalkan pengelolan dana. Jaringan informasi serta peta distribusi juga

memungkinkan untuk terbentuknya database informasi mengenai sektor usaha

maupun debitur yang akan dibiayai termasuk oleh dana eks wakaf.

81 Mustafa E. Nasution dan Uswatun Hasanah, ed, Wakaf Tunai Inovasi Finansial, h. 106 82 Ibid, h. 107

Page 70: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

Dalam kaitan dengan wakaf tunai, maka pengelolaan wakaf tunai oleh

lembaga perbankan, tidak saja akan mengoptimalkan pengelolaan dana akan tetapi

juga akan mengefektifkan penyaluran dana wakaf tunai sesuai dengan yang

diinginkan oleh waqif.

4. Citra Positif

Dengan adanya tiga hal diatas yang menjadi faktor positif pada lembaga

perbankan syariah yang menjadi pengelola wakaf tunai, maka diharapkan akan

menimbulkan citra positif pada gerakan wakaf tunai itu sendiri maupun pada

perbankan syariah pada khususnya. Selain itu adanya pengawasan dari Bank

Indonesia akan menimbulkan akuntabilitas yang positif dari pengelolaan wakaf

tersebut. Pemunculan citra positif tersebut dipandang penting, tidak saja untuk

mensukseskan serta mengoptimalkan keberadaan wakaf tunai tersebut, akan tetapi

juga sebagai upaya untuk menghindari citra yang kurang baik seperti halnya yang

terjadi pada pengelolaan zakat pada umumnya.83

C. Peran Perbankan Syariah Dalam Pengelolaan Wakaf Uang dilihat Dari UU

No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf

Berbicara mengenai pengelolaan wakaf, hal yang penting adalah nadzir

wakaf, seperti yang sudah penulis ungkapkan di atas bahwa berkembang tidaknya

harta wakaf sangat tergantung pada nadzir wakaf. Berdasarkan tinjauan fiqih terdapat

dua pandangan atas posisi nadzir yang berkaitan dengan masalah wakaf. Pertama,

83 Ibid, h. 108

Page 71: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

pendapat yang menyatakan bahwa nadzir adalah penerima, penyalur sekaligus

pengelola dana wakaf. Sedangkan pendapat kedua menyatakan bahwa nadzir

hanyalah sebagai penerima dan penyalur dana wakaf, sedangkan wewenang

pengelolaan dana wakaf harus dipisahkan dengan wewenang penerimaan dan

penyaluran untuk menghindari adanya kemungkinan negatif (moral hazard).84

Menurut UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, pasal 1 ayat (4) menyatakan

“Nadzir adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari wakif untuk dikelola

dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya”. Dan dalam pasal 9 menyatakan

“Nadzir meliputi : perseorangan, organisasi atau badan hukum”.

Setelah berkembangnya perwakafan di Indonesia, khususnya setelah

diperbolehkannya berwakaf dengan uang, persoalan yang kemudian mengemuka

adalah bagaimana selanjutnya manajemen pengelolaan wakaf uang itu sendiri.

Besarnya potensi dana yang dapat terkumpul dari wakaf uang pada akhirnya telah

menimbulkan kekhawatiran di sebagian orang mengenai kemungkinan

penyelewengan dana wakaf uang. Karenanya diperlukan suatu lembaga yang benar-

benar kredibel untuk mengelola wakaf uang atau nadzir wakaf uang.

Saat ini lembaga keuangan syariah yang paling berpengalaman dan maju di

Indonesia adalah bank syariah. Seperti yang sudah disebutkan di atas bahwa bank

syariah memiliki beberapa keunggulan yang dapat mengoptimalkan operasional

84 Departemen Agama RI, Perkembangan Pengelolaan, h. 77

Page 72: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

wakaf uang. Akan sangat baik tentunya apabila keunggulan bank syariah tersebut

diikutsertakan dalam upaya pengembangan wakaf uang di Indonesia.

Menurut Mulya E. Siregar, ada beberapa alternatif peran Bank Syariah dalam

wakaf uang jika dilhat dari UU No. 41 tahun 2004 tentang Wakaf, antara lain:85

1. Bank Syariah sebagai Penerima Wakaf Uang

Secara teknis operasional pada alternatif pertama ini adalah dimulai dari

wakif memberikan wakaf dalam bentuk uang kepada nadzir, nadzir ini membuka

rekening di bank syariah atau sudah mempunyai rekening di bank syariah,

kemudian wakif menyerahkan wakafnya kepada bank syariah mewakili nadzir,

lalu bank syariah mengeluarkan Sertifikat Wakaf Uang (SWU). Adapun yang

mengelola wakaf uang tersebut adalah nadzir, selanjutnya nadzir menempatkan

dana tersebut di bank syariah dan nadzir juga yang memilih penempatan dana

wakaf tersebut. Dana wakaf tersebut dapat ditempatkan di Obligasi Syariah,

Reksa Dana Syariah, Deposito Syariah, atau yang lainnya. Untuk penyaluran hasil

dari pengelolaan dana wakaf uang itu diserahkan kepada nadzir untuk disalurkan

kepada mauquf ‘alaih.

Jadi dalam alternatif ini, peran bank syariah hanya sebagai penerima

wakaf uang, sedangkan peran pengelola dan penyalur dana wakaf uang

diserahkan kepada nadzir. Dalam hal ini keunggulan perbankan syariah berupa

85 Wawancara Pribadi dengan Mulya E. Siregar. Jakarta, 6 November 2007.

Page 73: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

jaringan kantor digunakan untuk menggalang dana wakaf, sedangkan keunggulan

bank syariah yang lainnya tidak digunakan.

2. Bank Syariah sebagai Penerima dan Penyalur Wakaf Uang

Secara teknis operasional pada alternatif kedua ini, wakif mewakafkan

uangnya melalui rekening nadzir yang ada di bank syariah, kemudian mengenai

penempatan dana wakaf tersebut diserahkan kepada bank syariah yang

bekerjasama dengan nadzir. Dana wakaf tersebut dapat ditempatkan pada

Obligasi Syariah, Reksa Dana Syariah atau Deposito Syariah. Untuk penyaluran

hasil dari pengelolaan dana wakaf tersebut diserahkan kepada bank syariah karena

bank syariah mempunyai jaringan informasi dan peta distribusi yang lebih luas

dibandngkan nadzir, yaitu seluruh Indonesia.

Jadi dalam alternatif ini, peran bank syariah hanya sebagai penerima dan

penyalur dana wakaf, sedang pengelolaan dana wakaf diserahkan kepada nadzir

dengan kerjasama pada bank syariah. Artinya yang memilih penempatan dana

wakaf tersebut diserahkan kepada nadzir, baik itu di Obligasi Syariah, Reksadana

Syariah atau Deposito Syariah, tetapi tetap penempatannya di bank syariah.

Dalam alternatif ini keunggulan bank syariah berupa jaringan kantor dan jaringan

informasi serta peta distribusi, digunakan untuk menggalang dana wakaf maupun

untuk meyalurkan hasil pengelolaan dana wakaf kepada mauquf ‘alaih.

Sedangkan keunggulan bank syariah dalam mengelola dana tidak digunakan.

3. Bank Syariah sebagai Pengelola Wakaf Uang

Page 74: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

Secara teknis operasional alternatif ketiga ini, wakif menyerahkan

wakafnya berupa uang kepada nadzir langsung, kemudian nadzir menempatkan

wakaf tersebut di bank syariah untuk dikelola, dana wakaf tersebut dapat

ditempatkan pada Obligasi Syariah, Reksa Dana Syariah atau Deposito Syariah,

pengelolaan ini diserahkan kepada bank syariah. Untuk penyaluran hasil dana

wakaf diserahkan kepada nadzir untuk disalurkan kepada mauquf ‘alaih.

Jadi dalam alternatif ini peran bank syariah hanya sebagai pengelola

(fund manager) dana wakaf, sedangkan penerimaan dana wakaf dan

penyalurannya diserahkan kepada nazdir. Dalam hal ini keunggulan bank syariah

berupa kemampuan profesional dalam pengelolaan dana digunakan secara efektif.

Sedangkan keunggulan bank syariah berupa jaringan kantor, jaringan informasi

serta peta distribusi tidak dimanfaatkan untuk mengoptimalkan penggalangan

dana wakaf dan penyaluran hasil pengelolaan dana wakaf

4. Bank Syariah sebagai Nadzir

Secara teknis operasional alternatif keempat ini dimulai dengan setoran

wakif ke Bank Syariah sebagai dana wakaf, Bank Syariah akan menempatkan

dana wakaf tersebut dalam suatu rekening atas nama wakif, Bank syariah

kemudian mengeluarkan Sertikikat Wakaf Uang (SWU).

Bank Syariah akan mengelola dana wakaf secara terpisah dengan dana

pihak ketiga lainnya agar bank mudah untuk memantau bahwa dana wakaf

tersebut tidak berkurang pokoknya. Adapun hasil dari pengelolaan dana wakaf

tersebut dibagikan kepada mauquf ‘alaih.

Page 75: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

Dalam alternatif ini, bank syariah mendapat kewenangan penuh untuk

menjadi nadzir, mulai dari penerima, pengelola dan penyalur dana wakaf. Peran

bank syariah dalam alternatif ini dapat dikatakan sama dengan yang dilakukan

SIBL di Bangladesh. Wakif yang menyetorkan dana wakaf ke bank syariah akan

menerima Sertifikat Wakaf Uang (SWU) yang diterbitkan oleh bank syariah,

sehingga tanggung jawab penggalangan dan pengelolaan dana wakaf serta

penyaluran hasil pengelolaan dana tersebut sepenuhnya ada pada bank syariah.

Jadi dalam alternatif ini semua keunggulan yang dimiliki oleh lembaga perbankan

syariah digunakan secara efektif.

Menurut Mulya E. Siregar, peran bank syariah sebagai nadzir sesuai

dengan pasal 11 ayat (3) PP No.42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan UU No.41

Tahun 2004 Tentang Wakaf, yang menyatakan bahwa “Nadzir badan hukum yang

melaksanakan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi

persyaratan: (a) badan hukum yang bergerak di bidang sosial, pendidikan,

kemasyarakatan, dan/atau keagamaan Islam”. Lebih lanjut, menurut Beliau bank

syariah juga badan hukum yang bergerak di bidang sosial, jadi bank syariah dapat

menjadi nadzir.86

Menurut UU No. 41 tahun 2004 tentang wakaf, peran perbankan syariah

dimuat dalam pasal 28, yang menyatakan bahwa “Wakif dapat mewakafkan benda

bergerak berupa uang melalui lembaga keuangan syariah yang ditunjuk oleh

86 Wawancara Pribadi dengan Mulya E. Siregar. Jakarta, 6 November 2007

Page 76: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

Menteri”. Kemudian pasal ini dijelaskan dalam PP No. 42 tahun 2006 tentang

pelaksanaan UU No. 41 tahun 2004 tentang wakaf, pasal 23 menyatakan bahwa

“Wakif dapat mewakafkan benda bergerak berupa uang melalui LKS yang ditunjuk

oleh Menteri sebagai LKS Penerima Wakaf Uang (LKS-PWU)”. Jadi perbankan

syariah sebagai salah satu dari Lembaga Keuangan syariah (LKS) hanya berperan

sebagai penerima wakaf uang dan pengelolaannya diserahkan kepada nadzir.

Dalam pasal 29 ayat (2) UU No.41 tahun 2004 tentang Wakaf, dinyatakan

bahwa “Wakaf benda bergerak berupa uang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diterbitkan dalam bentuk sertifikat wakaf uang”. Selanjutnya pada pasal 29 ayat (3)

dinyatakan bahwa “Sertifikat wakaf uang sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

diterbitkan dan disampaikan oleh lembaga keuangan syariah kepada Wakif dan

Nazhir sebagai bukti penyerahan harta benda wakaf”. Menurut dua pasal diatas, wakif

dan nadzir yang menyetorkan dana wakaf di bank syariah akan menerima sertifikat

wakaf uang yang dikeluarkan oleh bank syariah. Jadi, bank syariah sebagai penerima

wakaf uang harus menerbitkan sertifikat wakaf uang bagi wakif dan nadzir sebagai

bukti penyerahan dana wakaf di bank syariah.

Secara teknis, jika seseorang yang akan mewakafkan sebagian uangnya dapat

dilakukan melalui LKS yang ditunjuk oleh Menteri sebagai LKS Penerima Wakaf

Uang (LKS-PWU). LKS yang ditunjuk oleh Menteri berdasarkan saran dan

pertimbangan dari BWI. Saran dan pertimbangan yang dikeluarkan oleh BWI tersebut

setelah mempertimbangkan saran instansi terkait. Dalam pasal 24 PP No. 42 tahun

Page 77: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

2006 tentang pelaksanaan UU Wakaf, saran dan pertimbangan dapat diberikan

kepada LKS Penerima Wakaf Uang yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. menyampaikan permohonan secara tertulis kepada menteri; 2. melampirkan anggaran dasar dan pengesahan sebagai badan hukum; 3. memiliki kantor operasional di wilayah Republik Indonesia; 4. bergerak di bidang keuangan syariah; dan 5. memiliki fungsi menerima titipan (wadi’ah).

Menurut pasal 25 PP No. 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan UU Wakaf,

LKS Penerima Wakaf Uang (LKS-PWU) bertugas:

1. mengumumkan kepada publik atas keberadaannya sebagai LKS Penerima Wakaf Uang;

2. menyediakan blangko Sertifikat Wakaf Uang; 3. menerima secara tunai wakaf uang dari Wakif atas nama Nazhir; 4. menempatkan uang wakaf ke dalam rekening titipan (wadi’ah) atas nama Nazhir

yang ditunjuk Wakif; 5. menerima pernyataan kehendak Wakif yang dituangkan secara tertulis dalam

formulir pernyataan kehendak Wakif; 6. menerbitkan Sertifikat Wakaf Uang serta menyerahkan sertifikat tersebut kepada

Wakif dan menyerahkan tembusan sertifikat kepada Nazhir yang ditunjuk oleh Wakif; dan

7. mendaftarkan wakaf uang kepada Menteri atas nama Nazhir.

Jadi dilihat dari UU No. 41 tahun 2004 tentang Wakaf, peran bank syariah

sebagai salah satu dari Lembaga Keuangan Syariah (LKS) hanya sebagai penerima

wakaf uang, dimana wakif yang ingin berwakaf dengan uang dapat datang ke bank

syariah dan menyetorkan wakaf uang tersebut atas nama nadzir. Setelah wakif

menyetorkan wakaf uang tersebut, maka wakif dan nadzir mendapatkan Sertifikat

Wakaf Uang sebagai bukti dari penyetoran wakaf uang pada bank syariah.

Page 78: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

BAB IV

PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG PADA

PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG

WAKAF

A. Model Pengelolaan Wakaf Uang Menurut UU No. 41 Tahun 2004 Tentang

Wakaf

Kalau dalam paradigma lama wakaf selama ini lebih menekankan pentingnya

pelestarian dan keabadian benda wakaf, maka dalam pengembangan paradigma baru

wakaf lebih menitikberatkan pada aspek pemanfaatan yang lebih nyata tanpa

kehilangan eksistensi benda wakaf itu sendiri.87 Jadi pokok dari harta yang

diwakafkan oleh wakif tidak boleh berkurang, dijual, diwarisi atau dihibahkan. Hal ini

sesuai dengan yang diperintahkan Rasullallah kepada Umar bin Khattab ketika ia

mewakafkan tanahnya di Khaibar. Rasullallah memerintahkan kepada Umar untuk

menahan (pokoknya) tanah itu, lalu menyedekahkan hasilnya.

Mundzir Qahaf dalam bukunya edisi Indonesia Manajemen Wakaf Produktif

menyatakan harta wakaf, baik wakaf langsung atau wakaf produktif ditahan untuk

meningkatkan manfaat dan hasilnya dalam merealisasikan tujuan yang ditentukan

oleh wakif.88 Selain itu menurut beliau urgensi “prinsip keabadian” dalam wakaf

87 Departemen Agama RI, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, (Jakarta: Direktorat

Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Depag RI, 2006), h. 105

88 Mundzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif, (Jakarta: KHALIFA, 2005), Cet.1, h. 221

Page 79: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

bertujuan untuk menciptakan sumber keuangan abadi yang terus berlangsung bagi

kepentingan sosial dan ekonomi umat, karenanya keabadian wakaf juga menekankan

pada tujuan ekonomi yang sangat penting bagi pengembangan masyarakat madani

dan beraqidah.89

Dalam pengelolaan wakaf produktif, menurut Dr. Anas Az-Zarqa pemikir

ekonomi saat ini, bahwa harta wakaf harus diinvestasikan berdasarkan prinsip

meningkatkan keuntungan, dimana nadzir harus mencari lahan proyek yang halal dari

berbagai proyek yang menjanjikan keuntungan yang sebesar-besarnya.90

Menurut Yayan Daryunanti, Manager Administrasi Keuangan Baitul Maal

Muamalat (BMM), model pengelolaan wakaf uang jika dilihat dari UU No. 41/2004,

secara umum dapat terbagi menjadi dua macam yaitu :91

1) Dalam Bentuk Investasi

Investasi bisa menjadi alternatif kebuntuan pengelolaan harta wakaf. Artinya

pemanfaaatan yang selama ini terkesan “jalan di tempat” bisa diterobos. Pengelolaan

model ini cukup menarik karena benefit atas investasi tersebut akan dapat dinikmati

oleh masyarakat di mana saja. Bentuk investasi yang dilibatkan dalam pengelolaan

wakaf uang haruslah investasi yang menguntungkan dan beresiko kecil, agar pokok

wakaf tidak berkurang dan benefit atas investasi tersebut dapat lebih besar dari pokok

89 Ibid, h. 100 90 Ibid, h. 239 91 Wawancara Pribadi dengan Yayan Daryunanti. Jakarta, 19 Desember 2007

Page 80: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

wakafnya. Adapun jenis investasi yang harus digalang hanya dapat dilakukan pada

instrumen keuangan yang sesuai dengan syariah Islam dan tidak mengandung riba.

2) Dalam Bentuk Pinjaman Modal Kerja

Pemberian bantuan pinjaman modal kerja cukup mendidik bagi masyarakat.

Ibarat memberi kail, bukan hanya ikan kepada masyarakat. Hal ini diharapkan

mampu menumbuhkan kemandirian. Pinjaman ini diberikan tanpa bagi hasil, artinya

yang diberi pinjaman modal kerja tidak perlu berbagi keuntungan kepada yang

memberi modal, mereka cukup berinfak saja. Modal yang diberikan harus

dikembalikan pokok pinjamannya dalam kurun waktu yang ditentukan.

Secara lebih jelas, model pengelolaan wakaf uang menurut UU No.41 tahun

2004 tentang wakaf, dapat dilihat pada BAB V tentang pengelolaan dan

pengembangan harta wakaf, diantaranya pada pasal 43 ayat (1) menyatakan

“Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf oleh nazhir sebagaimana

dimaksud Pasal 42 dilaksanakan sesuai dengan prinsip syariah”. Kemudian pasal ini

dijelaskan dalam PP No. 42 tahun 2006 pasal 45 ayat (2) “Dalam mengelola dan

mengembangkan harta benda wakaf sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk

memajukan kesejahteraan umum, Nazhir dapat bekerjasama dengan pihak lain sesuai

dengan prinsip syariah”.

Untuk mendukung keberhasilan pengembangan aspek produktif dari dana

wakaf uang, perlu diarahkan model pengelolaan dana tersebut kepada sektor usaha

yang produktif dengan lembaga usaha yang memiliki reputasi yang baik. Salah

Page 81: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

satunya adalah dengan membentuk dan menjalin kerjasama (networking) dengan

perusahaan modal ventura.92

Selain bekerjasama dengan perusahaan modal ventura dalam mengelola dan

mengembangkan dana wakaf, nadzir dapat juga bekerjasama dengan:

1) Lembaga perbankan syariah atau lembaga keuangan syariah lainnya. 2) Lembaga investasi usaha yang berbentuk badan usaha non lembaga jasa

keuangan. 3) Investasi perseorangan yang memiliki modal cukup. 4) Lembaga perbankan Internasional yang cukup peduli dengan pengembangan

tanah wakaf di Indonesia, seperti Islamic Development Bank (IDB). 5) Lembaga keuangan lainnya dengan sistem pembangunan BOT (Build of

Transfer). 6) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang peduli terhadap pemberdayaan

ekonomi umat, baik dalam atau luar negeri.93

Dalam pasal 43 ayat (2) UU No. 41 tahun 2004 menyatakan “Pengelolaan dan

pengembangan harta benda wakaf sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

secara produktif”. Kemudian pasal ini dijelaskan dalam PP No. 42 tahun 2006 pasal

48 ayat (2) “Pengelolaan dan pengembangan atas harta benda wakaf uang hanya

dapat dilakukan melalui investasi pada produk-produk LKS dan /atau instrumen

keuangan syariah”. Untuk mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf maka

dana wakaf uang dapat ditempatkan pada reksadana syariah, obligasi syariah dan

92 Departemen Agama RI, Strategi Pengembangan Wakaf Tunai di Indonesia, (Jakarta:

Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Depag RI, 2006), h. 55

93 Ibid, h. 56

Page 82: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

deposito syariah. Selain itu, ada beberapa bentuk investasi lain yang dapat dilakukan

oleh pengelola wakaf (nazhir) diantaranya:94

1) Investasi Mudharabah

Investasi mudharabah merupakan salah satu alternatif yang ditawarkan oleh

produk keuangan syariah guna mengembangkan harta wakaf. Salah satu contoh yang

dapat dilakukan oleh pengelola wakaf dengan sistem ini ialah membangkitkan sektor

usaha kecil dan menengah dengan memberikan modal usaha kepada petani, para

nelayan, pedagang kecil dan menengah (UKM). Dalam hal ini pengelola wakaf uang

berperan sebagai shohibul mal (pemilik modal) yang menyediakan modal 100% dari

usaha/proyek dengan sistem bagi hasil.

2) Investasi Musyarakah

Alternatif investasi lainnya ialah investasi dengan sistem musyarakah.

Investasi ini hampir sama dengan investasi mudharabah. Hanya saja pada investasi

musyarakah ini resiko yang ditanggung oleh pengelola wakaf lebih sedikit, karena

modal ditanggung secara bersama oleh dua pemilik modal atau lebih. Investasi ini

memberikan peluang bagi pengelola wakaf untuk menyertakan modalnya pada sektor

usaha kecil menengah yang dianggap memiliki kelayakan usaha namun kekurangan

modal untuk mengembangkan usahanya.

3) Investasi Ijarah

94 Departemen Agama RI, Bunga Rampai Perwakafan, (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan

Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Depag RI, 2006), h. 86-88

Page 83: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

Salah satu contoh yang dapat dilakukan dengan sistem investasi ijarah (sewa)

ialah mendayagunakan tanah wakaf yang ada. Dalam hal ini pengelola wakaf

menyediakan dana untuk mendirikan bangunan diatas tanah wakaf, seperti pusat

perbelanjaan, rumah sakit, apartemen dan lain-lain. Kemudian pengelola harta wakaf

menyewakan gedung tersebut hingga dapat menutup modal pokok dan mengambil

keuntungan yang dikehendaki.

4) Investasi Murabahah

Dalam investasi murabahah, pengelola wakaf diharuskan berperan sebagai

enterpreneur (pengusaha) yang membeli peralatan dan material yang diperlukan

melalui suatu kontrak murabahah. Adapun keuntungan dari investasi ini adalah

pengelola wakaf dapat mengambil keuntungan dari selisih harga pembelian dan

penjualan. Manfaat dari investasi ini ialah pengelola wakaf dapat membantu

pengusaha-pengusaha kecil yang membutuhkan alat-alat produksi, misalnya tukang

jahit yang memerlukan mesin jahit.

Sebagai sebuah konsep yang masih baru dalam Islam, pengelolaan wakaf

uang harus betul-betul savety (aman) karena terkait dengan keabadian benda wakaf

yang tidak boleh berkurang. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah bagaimana

caranya dalam menghindari resiko kerugian seandainya dalam pengelolaan kelak

terjadi lost (kerugian)? Karena bagaimanapun, setiap usaha yang dilakukan sudah

pasti memiliki resiko tersebut. Untuk itu, dalam upaya memayungi agar usaha-usaha

pemberdayaan dana wakaf uang tidak berkurang, apalagi hilang karena lost dalam

usahanya, maka diperlukan lembaga penjamin syariah. Hal ini diatur dalam UU

Page 84: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

No.41/2004 pasal 43 ayat (3) yang menyatakan bahwa “Dalam hal pengelolaan dan

pengembangan harta benda wakaf yang dimaksud pada ayat (1) diperlukan penjamin,

maka digunakan lembaga penjamin syariah”. Kemudian pasal ini dijelaskan dalam PP

No. 42 tahun 2006 pasal 48 ayat (4) yang berbunyi “Pengelolaan dan pengembangan

atas harta benda wakaf uang yang dilakukan pada bank syariah harus mengikuti

program lembaga penjamin simpanan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan”.

Dan pasal 48 ayat (5) menyatakan “Pengelolaan dan pengembangan atas harta benda

wakaf uang yang dilakukan dalam bentuk investasi di luar bank syariah harus

diasuransikan pada asuransi syariah”.

Selain itu, pada pasal 47 ayat (1) UU No.41/2004 menyatakan “Dalam rangka

memajukan dan mengembangkan perwakafan nasional, dibentuk Badan Wakaf

Indonesia.” Kelembagaan Badan Wakaf Indonesia (BWI) merupakan salah satu

tujuan dari lahirnya UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf. Perkembangan terakhir,

pada Juli 2007 sudah keluar Keputusan Presiden Republik Indonesia No.75/M Tahun

2007 yang memutuskan mengangkat keanggotaan BWI periode 2007-2010, yang

diketuai oleh Bapak Tholhah Hasan.95

Badan Wakaf Indonesia bersifat independen yang bertujuan untuk membina

terhadap nadzir dalam mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf baik secara

nasional maupun internasional. Peran BWI sebagai pembina nazhir bertujuan agar

harta benda wakaf dapat dikelola dan dikembangkan secara produktif. Oleh karena

95 Tholhah Hasan, “Perkembangan Kebijakan Wakaf Di Indonesia,” Republika, 14 Maret

2008, h. 19

Page 85: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

itu, melalui badan ini diharapkan perwakafan di Indonesia mampu berkembang lebih

baik, terutama dalam melakukan pembinaan, pengawasan nadzir serta pengelolaan

wakaf itu sendiri.96

Dalam rangka mengembangkan wakaf uang di Indonesia, masing-masing

lembaga pengelola dana wakaf uang telah melakukan berbagai cara sebagai contoh

pengelolaan wakaf uang di Baitul Maal Muamalat (BMM). Baitul Maal Muamalat

(BMM) sejak tahun 2002 telah mengeluarkan produk wakaf uang dengan nama

WAQTUMU (Waqaf Tunai Muamalat). Pola pengelolaan dana wakaf uang di Baitul

Maal Muamalat (BMM) diawali dengan pembuatan kontrak kerjasama pengelolaan

dana wakaf antara PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. sebagai Pelaksana

Administrasi dan Baitul Maal Muamalat (BMM) sebagai Manajer, dimana kedua

belah pihak secara bersama-sama sepakat untuk menjadi nadzir. Pelaksana

Administrasi bertugas melakukan pengadministrasian penerimaan dana wakaf dan

pencatatan aktivitas pengelolaan dana/investasi berikut penyalurannya. Sedangkan

Manajer bertugas untuk melakukan pemilihan jenis-jenis investasi sesuai dengan

amanat wakif dan mengelolanya secara professional. Manajer dan Pelaksana

Administrasi secara bersama-sama bertanggung jawab atas penerimaan dan

pengelolaan dana wakaf, serta melaporkannya kepada para wakif.

96 Departemen Agama RI, Proses Lahirnya UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, (Jakarta:

Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Depag RI, 2006), h. 214

Page 86: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

Secara teknis, wakif yang ingin berwakaf dengan uang dapat datang ke Bank

Muamalat Indonesia, kemudian mengisi persyaratan pendaftaran wakaf uang. Setelah

wakif menyerahkan dana wakaf maka wakif akan menerima Sertifikat Bukti Wakaf

yang diterbitkan oleh nadzir, dalam hal ini adalah pihak Baitul Maal Muamalat

(BMM). Dana wakaf yang terhimpun akan didayagunakan oleh nadzir dalam bentuk

investasi usaha untuk mempertahankan nilai dana wakaf dan untuk memperoleh

keuntungan. Jenis investasi dana wakaf yang dilakukan oleh Baitul Maal Muamalat

(BMM), yaitu deposito di Bank Umum Syariah (baik dalam maupun luar negeri) dan

Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah (BPRS) juga menginvestasikan dana wakaf uang

tersebut pada portofolio yang berprinsip syariah dan berresiko rendah seperti: saham,

obligasi maupun reksadana syariah dan sebagainya. Keuntungan dari investasi

tersebut didayagunakan untuk tujuan bina sosial, bina pendidikan, bina kesehatan dan

bina ekonomi. Adapun pengalokasian hasil dana wakaf digunakan untuk biaya

operasional sebesar 12,5%, dana cadangan untuk jaminan investasi sebesar 7,5% dan

pendayagunaan untuk beberapa sektor sebesar 80,0%.97

Untuk memudahkan masyarakat yang ingin berwakaf dengan uang, Baitul

Maal Muamalat (BMM) telah mengeluarkan fasilitas Izi uang. Izi uang adalah

layanan penerimaan wakaf uang melalui SMS. Izi uang memiliki keunggulan,

diantaranya wakif dapat mewakafkan uangnya kapan saja dan dimana saja mereka

berada serta wakif dapat mewakafkan uangnya minimal sebesar Rp.100.000,- (seratus

97 Baitul Maal Muamalat (BMM). Pedoman Wakaf Tunai Muamalat

Page 87: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

ribu rupiah). Jadi siapa pun dapat mewakafkan uangnya di Baitul Maal Muamalat

(BMM). Dari data Baitul Maal Muamalat (BMM) sejak tahun 2002-2007 dana wakaf

uang yang terhimpun adalah sebesar Rp.294.319.562,-.98

B. Peluang dan Tantangan Pengelolaan Wakaf Uang Pada Perbankan Syariah

Pasca UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf

Pengembangan produk wakaf uang tentunya tidak terlepas dari

pengembangan format ekonomi syariah secara keseluruhan. Secara makro,

keberadaan wakaf uang sudah barang tentu akan meningkatkan maslahat dan

kesejahteraan masyarakat secara umum. Penduduk Indonesia yang mayoritas

beragama Islam merupakan peluang yang sangat besar dalam rangka

mengembangkan perwakafan di Indonesia khususnya wakaf uang, apalagi wakaf

uang jumlahnya bisa bervariasi sehingga seseorang yang memiliki dana terbatas

sudah bisa mulai memberikan dana wakafnya tanpa harus menunggu menjadi tuan

tanah terlebih dahulu. Jika dana wakaf uang tersebut dikelola secara profesional,

maka Penulis yakin manfaat dari dana wakaf tersebut dapat mensejahterakan

masyarakat luas.

Secara mikro, keberadaan wakaf uang juga diharapkan dapat bersinergi secara

optimal untuk turut mendorong perkembangan lembaga keuangan syariah lainnya

sebagai salah satu pemain di dalam perekonomian. Dalam kaitan ini, pengelolaan

wakaf uang sebenarnya dapat dijalankan oleh lembaga keuangan syariah seperti pasar

98 Wawancara Pribadi dengan Yayan Daryunanti. Jakarta, 19 Desember 2007

Page 88: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

modal sebagai lembaga investasi, namun dilihat dari kenyataan yang ada bahwa pasar

modal cenderung volatile (mudah berubah), maka lebih tepat adalah bank khususnya

bank syariah.

Bank syariah memiliki beberapa keunggulan dalam mengelola wakaf uang,

yaitu jaringan kantor yang luas, kemampuan bank syariah sebagai fund manager,

pengalaman, jaringan informasi dan peta distribusi serta citra positif. Dengan

keunggulan-keunggulan tersebut bank syariah berpeluang untuk ikut serta dalam

pengelolaan wakaf uang di Indonesia, karena pengelolaan wakaf uang harus

dilakukan secara professional, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan

(akuntabilitas). Menurut Yayan Daryunanti, pengelolaan wakaf uang oleh perbankan

syariah lebih aman dan lebih terkontrol, karena semua bank yang beroperasi pasti

sudah mendapat izin dari Bank Indonesia dan Bank Indonesia ikut mengontrol semua

kegiatan yang dilakukan bank-bank yang ada di Indonesia.99

Selain kelebihan-kelebihan diatas, pengelolaan wakaf uang oleh bank syariah

juga akan dapat menambah pendapatan bank syariah dan berpengaruh terhadap

perkembangan bank syariah itu sendiri. Akan tetapi jika bank syariah berperan

sebagai pengelola wakaf uang maka nadzir tidak berfungsi dalam pengelolaan wakaf

uang dan nadzir tidak mempunyai pekerjaan, sedangkan dengan adanya UU No. 41

tahun 2004 tentang wakaf diharapkan nadzir dapat mengelola wakaf uang secara

99 Wawancara Pribadi dengan Yayan Daryunanti. Jakarta, 19 Desember 2007

Page 89: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

profesional dan produktif sehingga nadzir-nadzir dapat berkembang dan lebih maju di

masa yang akan datang.

Pengelolaan wakaf uang oleh bank syariah tidak dijelaskan dalam UU No. 41

tahun 2004, hanya dalam pasal 28 UU No. 41 tahun 2004 tentang Wakaf dinyatakan

bahwa ”Wakif dapat mewakafkan benda bergerak berupa uang melalui lembaga

keuangan syariah yang ditunjuk oleh Menteri”. Menurut pasal ini dinyatakan secara

tegas bahwa perbankan syariah sebagai salah satu dari Lembaga Keuangan Syariah

(LKS) hanya berperan sebagai penerima wakaf uang, sedangkan pengelolaannya

diserahkan kepada nadzir, akan tetapi bank syariah berpeluang untuk mengelola

wakaf uang jika nadzir memberikan kepercayaan kepada bank syariah karena pada

pasal 43 ayat (2) UU No. 41/2004 tentang wakaf dinyatakan bahwa ”Pengelolaan dan

pengembangan harta benda wakaf sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan secara

produktif”. Oleh karena itu, untuk mendukung keberhasilan pengembangan aspek

produktif maka model pengelolaan wakaf uang tersebut perlu diarahkan kepada

sektor usaha yang produktif dengan lembaga usaha yang memiliki reputasi yang baik.

Salah satunya bekerjasama dengan Lembaga Keuangan Syariah (LKS). Saat ini

lembaga keuangan syariah yang paling berpengalaman dan maju adalah bank syariah.

Peluang pengelolaan wakaf uang pada bank syariah dijelaskan dalam PP No. 42 tahun

2006 pasal 48 ayat (2) yang menyatakan bahwa “Pengelolaan dan pengembangan atas

harta benda wakaf uang hanya dapat dilakukan melalui investasi pada produk-produk

LKS dan /atau instrumen keuangan syariah”.

Page 90: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

Untuk mengelola wakaf uang ada tantangan yang harus dihadapi oleh bank

syariah yaitu pemahaman masyarakat. Sampai saat ini pemahaman masyarakat

tentang wakaf hanya sebatas wakaf benda tidak bergerak seperti tanah, masjid,

makam dan lain-lain. Oleh karena itu, harus ada sosialisasi tentang wakaf benda

bergerak seperti wakaf uang, juga harus disosialisasikan tentang bagaimana

pengelolaan wakaf uang dan manfaatnya bagi kesejahteraan masyarakat luas.

Sosialisasi terhadap UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf juga harus dilakukan

karena UU ini sebagai landasan hukum bagi mereka yang akan berwakaf dengan

uang. Selain itu, bank syariah juga harus menghadapi tantangan dari lembaga wakaf

lain. Dalam mengelola wakaf uang bank syariah harus mampu bersaing dengan

lembaga wakaf karena selama ini wakif biasanya menyerahkan harta wakaf lebih

karena didasarkan pada kepercayaan kepada para tokoh agama dan lembaga wakaf.

Oleh karena itu, bank syariah harus menjelaskan bahwa saat ini berwakaf dengan

uang bisa dilakukan di bank syariah. Bank syariah harus mampu memberikan

kepercayaan kepada masyarakat bahwa dana wakaf yang dikelola oleh bank syariah

akan diinvestasikan pada sektor-sektor usaha produktif sehingga dana wakaf tersebut

tidak akan berkurang, bahkan dana-dana wakaf tersebut akan dapat mensejahterakan

masyarakat luas.

Melihat dari peluang dan tantangan yang dihadapi perbankan syariah dalam

mengelola wakaf uang, maka dalam rangka mengembangkan wakaf uang di

Indonesia dibutuhkan partisipasi semua pihak, baik itu pemerintah, nadzir, lembaga

keuangan syariah seperti bank syariah maupun masyarakat.

Page 91: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini

Penulis memberikan beberapa kesimpulan yang sesuai dengan rumusan masalah pada

skripsi ini. Adapun kesimpulan yang dipaparkan adalah:

1. Model pengelolaan wakaf uang menurut UU No. 41/2004 tentang wakaf adalah

harta benda wakaf uang harus dikelola sesuai dengan prinsip syariah dan nadzir

yang mengelola wakaf uang boleh bekerjasama dengan pihak lain dengan syarat

kerjasama tersebut harus sesuai dengan prinsip syariah. Untuk pengelolaan dan

pengembangan atas harta benda wakaf uang hanya dapat dilakukan melalui

investasi pada produk-produk LKS dan /atau instrumen keuangan syariah.

Investasi yang digalang haruslah investasi yang menguntungkan dan beresiko

kecil, juga tidak boleh mengandung riba. Ada beberapa investasi yang dapat

dilakukan oleh pengelola wakaf (nadzir), diantaranya investasi mudharabah,

musyarakah, ijarah dan murabahah. Selain itu, dana wakaf uang juga dapat

ditempatkan pada reksadana syariah, obligasi syariah dan deposito syariah. Dalam

upaya memayungi agar usaha-usaha pemberdayaan dana wakaf uang tidak

berkurang, apalagi hilang karena lost (rugi) dalam usahanya, maka diperlukan

lembaga penjamin syariah. Secara nasional pengawasan terhadap perkembangan

perwakafan di Indonesia akan dilakukan oleh Badan Wakaf Indonesia (BWI).

Page 92: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

Dalam rangka mengembangkan wakaf uang di Indonesia, masing-masing

lembaga pengelola dana wakaf uang telah melakukan berbagai cara sebagai

contoh pengelolaan wakaf uang di Baitul Maal Muamalat (BMM). Pola

pengelolaan dana wakaf uang di Baitul Maal Muamalat(BMM) diawali dengan

pembuatan kontrak kerjasama pengelolaan dana wakaf antara PT. Bank Muamalat

Indonesia, Tbk. sebagai Pelaksana Administrasi dan Baitul Maal Muamalat

sebagai Manajer, dimana kedua belah pihak secara bersama-sama sepakat untuk

menjadi nadzir. Dana wakaf yang terhimpun akan didayagunakan oleh nadzir

dalam bentuk investasi usaha untuk mempertahankan nilai dana wakaf dan untuk

memperoleh keuntungan. Jenis investasi dana wakaf yang dilakukan oleh Baitul

Maal Muamalat (BMM), yaitu deposito di Bank Umum Syariah (baik dalam

maupun luar negeri) dan Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah (BPRS) juga

menginvestasikan dana wakaf uang tersebut ada portofolio yang berprinsip

syariah dan berresiko rendah seperti: saham, obligasi maupun reksadana syariah

dan sebagainya. Keuntungan dari investasi tersebut didayagunakan untuk tujuan

bina sosial, bina pendidikan, bina kesehatan dan bina ekonomi. Adapun

pengalokasian hasil dana wakaf digunakan untuk biaya operasional sebesar

12,5%, dana cadangan untuk jaminan investasi sebesar 7,5% dan pendayagunaan

untuk beberapa sektor sebesar 80,0%.

2. Pengelolaan wakaf uang oleh bank syariah tidak dijelaskan dalam UU No.

41/2004, hanya dalam pasal 28 UU No. 41/2004 tentang Wakaf dinyatakan

bahwa ”Wakif dapat mewakafkan benda bergerak berupa uang melalui lembaga

Page 93: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

keuangan syariah yang ditunjuk oleh Menteri”. Menurut pasal ini dinyatakan

secara tegas bahwa perbankan syariah sebagai salah satu dari Lembaga Keuangan

Syariah (LKS) hanya berperan sebagai penerima wakaf uang, sedangkan

pengelolaannya diserahkan kepada nadzir. Akan tetapi bank syariah berpeluang

untuk mengelola wakaf uang jika nadzir memberikan kepercayaan kepada bank

syariah, karena pada pasal 43 ayat (2) UU No. 41/2004 tentang wakaf dinyatakan

bahwa ”Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf sebagaimana

dimaksud ayat (1) dilakukan secara produktif”. Untuk mendukung keberhasilan

pengembangan aspek produktif maka model pengelolaan wakaf uang tersebut

perlu diarahkan kepada sektor usaha yang produktif dengan lembaga usaha yang

memiliki reputasi yang baik. Salah satunya bekerjasama dengan Lembaga

Keuangan Syariah (LKS). Saat ini lembaga keuangan syariah yang paling

berpengalaman dan maju adalah bank syariah. Peluang pengelolaan wakaf uang

pada bank syariah dijelaskan dalam PP No. 42 tahun 2006 pasal 48 ayat (2) yang

menyatakan bahwa “Pengelolaan dan pengembangan atas harta benda wakaf uang

hanya dapat dilakukan melalui investasi pada produk-produk LKS dan /atau

instrumen keuangan syariah”. Untuk mengelola wakaf uang ada tantangan yang

harus dihadapi oleh bank syariah yaitu pemahaman masyarakat. Sampai saat ini

pemahaman masyarakat tentang wakaf hanya sebatas wakaf benda tidak bergerak

seperti tanah, masjid, makam dan lain-lain. Oleh karena itu, harus ada sosialisasi

tentang wakaf benda bergerak seperti wakaf uang, juga harus disosialisasikan

tentang bagaimana pengelolaan wakaf uang dan manfaatnya bagi kesejahteraan

Page 94: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

masyarakat luas. Sosialisasi terhadap UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf juga

harus dilakukan karena UU ini sebagai landasan hukum bagi mereka yang akan

berwakaf dengan uang. Selain itu, bank syariah juga harus menghadapi tantangan

dari lembaga wakaf lain. Dalam mengelola wakaf uang bank syariah harus

mampu bersaing dengan lembaga wakaf karena selama ini wakif biasanya

menyerahkan harta wakaf lebih karena didasarkan pada kepercayaan kepada para

tokoh agama dan lembaga wakaf. Oleh karena itu, bank syariah harus

menjelaskan bahwa saat ini berwakaf dengan uang bisa dilakukan di bank syariah.

Bank syariah harus mampu memberikan kepercayaan kepada masyarakat bahwa

dana wakaf yang dikelola oleh bank syariah akan diinvestasikan pada sektor-

sektor usaha produktif sehingga dana wakaf tersebut tidak akan berkurang,

bahkan dana-dana wakaf tersebut akan dapat mensejahterakan masyarakat luas.

B. Saran

Pada bagian akhir dari penulisan skripsi ini, Penulis memberikan saran

yang mungkin dapat bermanfaat bagi perkembangan perwakafan khususnya wakaf

uang di masa yang akan datang, diantaranya:

1. Melihat besarnya jumlah penduduk Indonesia yang beragama Islam, tentu

memiliki potensi yang besar dalam pengembangan wakaf uang di masa yang akan

datang. Untuk itulah sosialisasi tentang wakaf uang perlu ditingkatkan karena

masih banyak masyarakat yang belum mengetahui cara berwakaf dengan uang.

2. Perlu disosialisasikan juga tentang bagaimana pengelolaan wakaf uang dan

manfaatnya bagi perekonomian umat Islam itu sendiri.

Page 95: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

3. Selain itu, perlu disosialisasikan juga UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf dan

PP No. 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan UU No. 41 Tahun 2004 Tentang

Wakaf, karena UU dan PP ini menjadi landasan hukum bagi mereka yang akan

berwakaf dengan uang.

4. Agar pengelolaan wakaf uang dapat berjalan dengan lancar, maka pemerintah

harus menunjuk lembaga mana saja yang boleh mengelola wakaf uang.

5. Harus ada partisipasi dari semua pihak, baik itu pemerintah, Bank Indonesia,

nadzir, Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dan masyarakat terutama umat Islam,

agar dapat memajukan perwakafan di Indonesia pada masa yang akan datang.

Page 96: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, Semarang: CV Toha Putra, 1987

Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema

Insani Press, 2001

Ali, Mohammad Daud. Sistem Ekonomi Islam: Zakat dan Wakaf. Jakarta: UI Press, 1988.

Al-Zuhaili, Wahbah. Al-Fiqh al-Islam Wa Adillatuhu. Beirut: Dar al-Fikr, 1989, Juz

8, cet. 3 Al-Sarbini, Muhammad Khatib. Mughni al-Muhtaj. Beirut: Dar Ihya al-Turas al-

Arabi, t.t.. Juz 2 Al-Kabisi, Muhammad Abid Abdullah. Hukum Wakaf. Jakarta: Dompet Dhuafa

Republika dan IIMaA, 2004 As-Syaukani, Muhammad. Nailul Authar. Beirut: Dar Al-Fikr. t.t, Juz 5 Bank Indonesia. Statistik Perbankan Syariah 2003-2007 Baitul Maal Muamalat. Pedoman Wakaf Tunai Muamalat Departemen Agama RI. Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai. Jakarta: Direktorat

Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Depag RI, 2006

--------------. Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonesia. Jakarta: Direktorat

Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Depag RI, 2006

Page 97: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

--------------. Paradigma Baru Wakaf di Indonesia. Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Depag RI, 2006

--------------. Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf. Jakarta: Direktorat

Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Depag RI, 2006

--------------. Strategi Pengembangan Wakaf Tunai Di Indonesia. Jakarta: Direktorat

Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Depag RI, 2006

--------------. Bunga Rampai Perwakafan. Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf

dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Depag RI, 2006 --------------. Proses Lahirnya UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.. Jakarta:

Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Depag RI, 2006

Departemen P dan K. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990

Djunaidi, Achmad dan Thobieb Al-Asyhar. Menuju Era Wakaf Produktif: Sebuah

Upaya Progresif untuk Kesejahteraan Umat. Jakarta: Mitra Abadi Press, 2006

Ganita,Wardah. “Tinjauan Hukum Islam Pola Penghimpunan dan Pengelolaan Wakaf

Uang Dompet Dhuafa dan Pos Keadilan Peduli Umat.” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,2004

Halim, Abdul. Hukum Perwakafan di Indonesia. Jakarta: Ciputat Press, 2005 Hasan, Tholhah. Perkembangan Kebijakan Wakaf Di Indonesia. Republika, 14 Maret

2008. Kholid, Hendra. “Alternatif Pemanfaatan Wakaf Tunai”. Artikel diakses pada 29

Agustus 2007 dari http://www.halalguide.info/content/view/441/46/ Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia. Keputusan Fatwa Komisi Fatwa Majelis

Ulama Indonesia Tentang Wakaf Uang, ditetapkan di Jakarta, pada tanggal 11 Mei 2002

Page 98: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

Mannan, M. A. Serifikat Wakaf Tunai: Sebuah Inovasi Instrumen Keuangan Islam. Jakarta: CIBER dan PKTTI-UI, 2001

Mughniyah, Muhammad Jawad. Fiqih Lima Mazhab. Penerjemah Masykur A. B,

dkk. Jakarta: Lentera, 1996 Muhammad, ed. Bank Syariah: Analisis Kekuatan, Peluang, Kelemahan dan

Ancaman. Yogyakarta: Ekonisia, 2006 Muslim. Shahih Muslim. Riyadh: Darus-Salam, 1998 Nasution, Mustafa E. Wakaf Tunai dan Sektor Volunter, (makalah “Strategi Untuk

Mensejahterakan Masyarakat dan Melepaskan Ketergantungan Hutang Luar Negeri”), di UI Program Pascasarjana, Jakarta, 2001

Nasution, Mustafa Edwin dan Dr. Uswatun Hasanah, ed. Wakaf Tunai Inovasi

Finansial Islam: Peluang dan Tantangan dalam Mewujudkan Kesejahteraan Umat, Jakarta: PSTTI-UI, 2006

Najib, Tuti A. dan Ridwan al-Makassary, ed. Wakaf, Tuhan, dan Agenda

Kemanusiaan: Studi Tentang Wakaf dalam Perspektif Keadilan Sosial di Indonesia. Jakarta: CSRC UIN Syarif Hidayatullah, 2006

Perwaatmadja, Karnaen A. dan Syafi’i Antonio. Apa dan Bagaimana Bank Islam.

Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1992 Qahaf, Mundzir. Manajemen Wakaf Produktif. Jakarta: KHALIFA, 2005, Cet. 1 Sabiq, Sayyid. Fiqh Al-Sunnah. Bandung: Al maa’arif,1996

Siregar, Mulya E. Peranan Perbankan Syariah Dalam Wakaf Tunai (Sebuah Kajian Konseptual). Jakarta: Biro Perbankan Syariah Bank Indonesia, 2001

Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi.

Edisi 2. Yogyakarta: EKONISIA, 2007 Suhendi, Hendi dkk. BMT, Bank Islam: Instrumen Lembaga Keuangan Syariah,

Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004 Sya’bi, Akhmad. Kamus Al-Qalam. Surabaya: Halim Surabaya, 1997

Page 99: PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7593/1/ANITA... · PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF SKRIPSI

UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf dan PP No. 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf. Jakarta, Departemen Agama RI, 2007

Wawancara Pribadi dengan Mulya E. Siregar. Jakarta, 6 November 2007 Wawancara Pribadi dengan Yayan Daryunanti. Jakarta, 19 Desember 2007.