Peluang Dan Ancaman Industri Pisang

20
Kompetensi Inti Industri Daerah Kabupaten Seruyan PELUANG DAN ANCAMAN INDUSTRI PENGOLAHAN BUAH PISANG I. INDUSTRI BUAH PISANG SEGAR Pisang adalah komoditas yang sangat strategis dalam menghadapi perdagangan bebas di tingkat Asean atau di tingkat dunia nanti. Di masa itu, kita pasti akan makin dibanjiri oleh durian, lengkeng dan leci dari Thailand. Mangga akan mengalir dari Malaysia dan Australia. Apa yang bisa kita andalkan? Buah-buahan tanaman keras seperti jeruk, mangga dan rambutan perlu waktu lama pengembangannya. Satu-satunya yang bisa dipacu cepat hanyalah pisang. Sebab salak tidak begitu digemari di luar negeri karena alasan teknis mengupas dan mengkonsumsinya; selain karena julukannya yang sudah terlanjur negatif “snake fruit”. Kebetulan, Thailand selama ini tidak begitu tertarik untuk mengebunkan pisang secara serius. Sementara Filipina hanya terbatas ke menangani cavendish. Satu-satunya negara Asean yang jeli menangkap peluang pasar hanyalah Malaysia. Negeri jiran ini telah mengembangkan pisang mas yang memang terkenal tahan banting itu dengan pola kebun cavendish dan mengekspornya ke Jepang. Pola seperti inilah yang harus kita tiru untuk dijadikan model pengembangan pisang rakyat. Selama ini di swalayan-swalayan modern di kota-kota besar, kita pasti hanya menemui pisang yang mulus seperti 1

Transcript of Peluang Dan Ancaman Industri Pisang

Page 1: Peluang Dan Ancaman Industri Pisang

Kompetensi Inti Industri Daerah Kabupaten Seruyan

PELUANG DAN ANCAMAN

INDUSTRI PENGOLAHAN BUAH PISANG

I. INDUSTRI BUAH PISANG SEGAR

Pisang adalah komoditas yang sangat strategis dalam menghadapi perdagangan

bebas di tingkat Asean atau di tingkat dunia nanti. Di masa itu, kita pasti akan makin

dibanjiri oleh durian, lengkeng dan leci dari Thailand. Mangga akan mengalir dari

Malaysia dan Australia. Apa yang bisa kita andalkan? Buah-buahan tanaman keras

seperti jeruk, mangga dan rambutan perlu waktu lama pengembangannya. Satu-satunya

yang bisa dipacu cepat hanyalah pisang. Sebab salak tidak begitu digemari di luar negeri

karena alasan teknis mengupas dan mengkonsumsinya; selain karena julukannya yang

sudah terlanjur negatif “snake fruit”. Kebetulan, Thailand selama ini tidak begitu

tertarik untuk mengebunkan pisang secara serius. Sementara Filipina hanya terbatas ke

menangani cavendish. Satu-satunya negara Asean yang jeli menangkap peluang pasar

hanyalah Malaysia. Negeri jiran ini telah mengembangkan pisang mas yang memang

terkenal tahan banting itu dengan pola kebun cavendish dan mengekspornya ke Jepang.

Pola seperti inilah yang harus kita tiru untuk dijadikan model pengembangan pisang

rakyat.

Selama ini di swalayan-swalayan modern di kota-kota besar, kita pasti hanya

menemui pisang yang mulus seperti lilin berwarna kuning cerah. Itulah cavendish yang

dikebunkan secara besar-besaran di hampir semua negeri tropis di dunia dan

dipasarkan ke negeri-negeri sub tropis. Pasar pisang dunia sampai sekarang memang

didominasi oleh jenis cavendish yang dikebunkan oleh konglomerat dunia. Tercatat ada

empat pelaku bisnis pisang kelas multi nasional. Yakni Del Monte, United Fruit, Dole dan

Arthal yang memproduksi dan memasarkan pisang cavendish atau yang di Eropa

disebut sebagai chiquita. Cavendish sendiri sebenarnya adalah nama seorang pakar

kimia dan fisika Inggris, Henry Cavendish yang hidup antara 1731 – 1810. Tetua pisang

cavendish yang pendek dan buntek itu berasal dari daratan Cina, yang di Indonesia

dikenal sebagai pisang “morosebo”. Pisang cebol ini pada abad XVIII dibawa oleh Henry

1

Page 2: Peluang Dan Ancaman Industri Pisang

Kompetensi Inti Industri Daerah Kabupaten Seruyan

Cavendish ke Inggris untuk diteliti dan dimuliakan. Setelah melalui serangkaian

pemuliaan, akhirnya jadilah pisang cavendish yang sekarang ini. Untuk menghormati

Henry Cavendish dengan The Cavendish Laoratorynya di Cambridge sana, dinamailah

pisang unggul ini dengan sebutan cavendish.

Sosok cavendish sama dengan pisang ambon kita, terutama ambon kuning.

Hanya saja kulit dan pangkal tangkai buahnya lebih liat dan kuat. Rasanya lebih asam,

tetapi justru rasa asam inilah yang disukai masyarakat kulit putih. Varietas cavendish

yang kemudian dibudidayakan antara lain Valery, Grand Naine, Williams dan Omalag.

Cavendish mula-mula dikembangkan secara besar-besaran di Kosta Rika, Ekuador,

Panama dan Kolombia serta Brasil. Belakangan juga dikebunkan di Afrika, Australia dan

Filipina. Di Indonesia, kebun cavendish baru muncul tahun 80an. Tercatat yang cukup

luas adalah PT Nusantara Tropical Fruit (NTF) dan Multi Agro Corp. (MAC) di Lampung,

PT Global Agronusa Indonesia (GAI) di Halmahera, PT Hasfarm Product (HP) di Papua,

PT Chiquita Banana Corp (CBC) di Sulteng; PT Katulistiwa Agro Bima (KAB) di Riau dan

PT Horti Nusantara (HN) di Jatim. Selain itu tak terhitung kebun-kebun skala kecil yang

dikelola oleh badan hukum maupun perorangan, yang juga tertarik untuk

mengembangkan cavendish karena tergiur iming-iming ekspor.

Proses budidaya dan penanganan pasca panen cavendish sangat rumit dan

mustahil dikerjakan oleh para petani tradisional kita. Skala sampai ribuan hektar

memerlukan penanggulangan hama/penyakitnya melalui penyemprotan dengan

pesawat terbang. Di Australia, pengembangan cavendish skala rumah tangga dua

sampai 5 hektar dimungkinkan sebab perusahaan penyemprotan hama sudah ada di

mana-mana. Lagi pula humiditas (kelembapan udara) di Australia sangat rendah hingga

ancaman penyakit berkurang. Pemetikan cavendish juga harus dilakukan dengan tanpa

menyentuh tanah. Pengangkutan dari kebun ke lokasi pakaging tidak boleh

menimbulkan lecet-lecet dan paling lama hanya boleh makan waktu 8 jam sampai

selesai proses pasca panen. Untuk itu diperlukan kabel-kabel penggantung dan penarik

tandan. Proses pasca panen dimulai dari penyisiran, pencucian, pengangin-anginan,

sortasi sampai ke paking dengan plastik dan kardus. Pengangkutan dilakukan dengan

cold storage bersuhu 14 derajat celsius hingga kesegaran pisang bisa dipertahankan

sampai 2 bulan. Di negeri konsumen kemasan dibuka lalu suhu dinaikkan sampai 20

derajat celsius dan diberi gas etilen untuk pemasakan. Kalau cavendish dipetik dan

2

Page 3: Peluang Dan Ancaman Industri Pisang

Kompetensi Inti Industri Daerah Kabupaten Seruyan

dibiarkan seperti pisang rakyat, hasilnya seperti halnya ambon lumut. Matang tetapi

warna kulitnya hanya hijau saja. Cavendish rakyat yang dijual di kaki lima dan pasar

lokal di Indonesia, memang jauh sekali penampilannya dengan cavendish hasil kebun-

kebun besar yang pasca panennya dilakukan dengan benar.

Dewasa ini banyak petani cavendish yang kecewa berat. Jangankan petani,

perusahaan besar seperti NTF di Lampung dan GAI di Maluku pun hancur. GAI yang

milik Sinar Mas itu bukan hanya hancur karena penyakit tetapi juga oleh kerusuhan

yang menimpa pulau Halmahera. Padahal kebun GAI mempekerjakan sampai 3.000

tenaga kerja. Kebun Horti Nusantara di Jatim yang hanya menanam cavendish untuk

bahan “pure” pun sekarang dianggap membebani petani plasmanya dengan “pinjaman”

benih hingga urusan jadi panjang. Benih inilah sebenarnya yang merupakan incaran

para aparat pemerintah kita untuk diiming-imingkan ke petani maupun pengusaha agar

bersedia menanam cavendish. Kalau harga benih pisang rakyat berupa anakan atau

pecahan bonggol hanya Rp 1.000,- sampai di kebun, maka benih hasil kultur jaringan

mencapai Rp 2.500,- kalau per hektar memerlukan 1.000 benih, maka untuk proyek 100

hektar saja akan diserap benih Rp 250.000.000,- Kalau antara 10 sampai 20 persennya

bisa dimainkan maka setiap proyek seluas 100 hektar ada omset KKN antara Rp

25.000.000,- sampai Rp 50.000.000,-.

Entah mengapa sampai sekarang Thailand yang dikenal sebagai "Rajanya" buah

tropis itu tidak mau mengembangkan pisang. Mungkin mereka sadar bahwa pasar

pisang dunia dikuasai oleh cavendish sementara jenis-jenis “pisang rakyat” mereka

tidak sebanyak Indonesia. Inilah peluang yang harus ditangkap Indonesia untuk

membalas serbuan durian monthong dan lengkeng bangkok dengan ambon, raja bulu,

raja sereh dan lain-lain. Bulan Agustus silam, di Bandungan, Ambarawa, Jateng; para

pedagang buah sibuk melayani pembeli yang menuding-nuding buah lengkeng.

Ambarawa, Temanggung dan Magelang di Jawa Tengah memang terkenal sebagai sentra

lengkeng. Tetapi lengkeng yang dipasarkan antara Rp 10.000,- (butiran) sampai Rp

20.000,- (tangkai) per kg. tersebut, seluruhnya lengkeng bangkok. Sebab bulan Juli

adalah masa panen raya lengkeng Thailand di Ciangmai dan Ciangrai sana. Sementara

panen lengkeng Ambarawa antara Februari – Maret. Untuk mengelabuhi pembeli, para

pedagang lengkeng di Bandungan biasa mengikatkan ranting-ranting berikut daun

lengkeng bangkok segar di ikatan lengkeng tersebut. Sebab tanaman lengkeng bangkok

3

Page 4: Peluang Dan Ancaman Industri Pisang

Kompetensi Inti Industri Daerah Kabupaten Seruyan

yang daunnya panjang-panjang itu sekarang ini sudah pula ditanam di Bandungan. Di

Jakarta, para pedagang lengkeng bangkok biasa menghiasi dagangan mereka dengan

daun-daun mahoni. Sepintas, daun mahoni memang mirip dengan daun lengkeng

Thailand.

Di bulan-bulan Mei sampai Juli, yang mengalir dari Thailand ke Indonesia adalah

durian monthong. Ini bahasa Thai yang artinya si bantal emas atau golden pilow.

Maklum, durian monthong memang berdaging buah sangat tebal dan bijinya selalu

kempes. Beratnya rata-rata di atas 3 kg per buah. Bahkan di kebun Warso Farm di

Bogor pernah ada yang mencapai berat 12 kg. Harga durian bangkok itu sekitar Rp

20.000,- per kg berikut kulit. Kalau tidak pas musim bisa melonjak sampai Rp 30.000,-

per kg. Meskipun Warso Farm tetap mampu menjual durian monthongnya dengan

harga stabil Rp 35.000,- per kg di kebun. Selain itu kita juga sudah didatangi durian D 24

dan mangga “Sulaiman” dari Malaysia. Demikian pula Kensington Pride, mangga

unggulan Australia itu pun satu dua kali sempat pula masuk Jakarta. Itu semua

sebenarnya hanyalah kecil kalau dibanding dengan apel, jeruk, pir, anggur dan kurma

yang setiap tahunnya membanjiri pasar-pasar swalayan dan terminal serta kaki lima

kota-kota di Indonesia. Ini bisa dimaklumi sebab laju konsumsi buah kita memang

selalu lebih tinggi dibanding tingkat produksinya.

Pertanyaan yang muncul, andaikan pada saat pasar bebas nanti kita dibanjiri

buah-buahan impor dari Thailand, Malaysia, Filipina, RRC, Australia dan lain-lain, apa

yang mesti kita lakukan? Kalau yang masuk ke Indonesia itu apel, jeruk, pir, anggur dan

kurma, kita memang tidak bisa apa-apa. Tetapi kalau yang masuk durian, lengkeng,

mangga, rambutan, duku, manggis dan lain-lain buah tropis, maka itu akan benar-benar

memalukan bangsa. Lebih-lebih kalau kita tidak bisa membalas dengan mengirim buah-

buahan kita. Tetapi apakah yang bisa kita andalkan? Ekspor buah kita selama ini

didominasi oleh nanas olahan dari Great Giant Peanaple (GGP) di Lampung dan dari

kebun-kebun pisang cavendish kita. Buah tropis kita yang sudah menembus pasar

ekspor baru terbatas mangga dan manggis dengan volume yang sangat terbatas. Kalau

kita bermaksud mengembangkan mangga dan manggis atau buah-buah tanaman keras

lainnya, maka akan diperlukan waktu yang sangat lama untuk mengejar ketertinggalan

ini. Satu-satunya buah yang siap untuk digarap hanyalah pisang rakyat.

4

Page 5: Peluang Dan Ancaman Industri Pisang

Kompetensi Inti Industri Daerah Kabupaten Seruyan

Sentra pisang rakyat terbesar kita saat ini adalah Lampung. Di sana ada pula

kebun cavendish yang cukup besar dan modern. Tetapi kebun cavendish ini tidak

pernah dimanfaatkan oleh Deptan atau Pemda untuk membantu membenahi pisang

rakyat. Padahal kalau NTF diikutsertakan membantu masyarakat memperbaiki mutu

pisang mereka dan berhasil; maka pada saat pasar bebas nanti kita bisa ganti

membanjiri Thailand dengan pisang rakyat dari Lampung, Kalimantan dll. Sebab pisang

lokal Thailand Kluai Namwa, Kluai Hom dan Kluai Khai yang sangat mereka bangga-

banggakan sebagai pisang yang “terenak” di dunia dan sempat diberi penghargaan oleh

Raja, kualitasnya sangat pas-pasan kalau dibanding dengan raja bulu, ambon kuning,

raja sereh, pisang mas dan lain-lain. Ini merupakan peluang yang mau tidak mau mesti

digarap. Belum peluang untuk masuk Singapura, Hongkong, Taiwan, RRC dan Timur

Tengah. Jepang, sedang Eropa dan Amerika sebaiknya jangan kita usik. Sebab pasar

pisang di sana sudah didominasi oleh cavendish.

II. INDUSTRI TEPUNG PISANG

Di beberapa daerah di Indonesia, pisang terbuang-buang karena volumenya

sangat besar, konsumennya kurang sementara sarana transportasi tidak memadai. Nilai

satu tandan pisang memang bervariasi tergantung jenis dan daerah dimana terdapat

lokasi perkebunannya. Kawasan yang memiliki pisang dengan kondisi demikian antara

lain seperti di Kalimantan, Sulawesi Tengah dan Tenggara. Pisang dari Sumatera, rata-

rata sudah bisa tersalurkan ke Jakarta melalui penyeberangan Merak Bakauhuni.

Sebagian pisang dari Kalimantan seperti Kaltim sebenarnya juga sudah tersalurkan ke

Surabaya menggunakan truk tronton yang dinaikkan kapal. Namun volume pisang

Kaltim yang masuh Surabaya relatif masih kecil dibanding dengan volume produksinya.

Padahal ada kelakar yang mengatakan bahwa Taman Nasional Kutai (TNK) yang

terletak antara kota Bontang dengan Sangata sudah berubah nama menjadi TNP alias

Taman Nasional Pisang. Sebab kalau kita melewati jalan darat Bontang – Sangata, maka

di kiri kanan jalan akan tampak hamparan tanaman pisang yang meskipun tidak pernah

dirawat sama sekali, tetapi kondisinya sangat baik. Taman Nasional yang sebagian

terbakar habis itu, sekarang memang telah berubah menjadi kebun pisang. Jenis pisang

yang ditanam kebanyakan kepok putih dan kepok kuning yang oleh masyarakat

setempat disebut sebagai pisang sanggar.

5

Page 6: Peluang Dan Ancaman Industri Pisang

Kompetensi Inti Industri Daerah Kabupaten Seruyan

Menyikapi fakta ini, banyak pemerintah daerah, terutama pemerintah kabupaten

yang berkeinginan untuk mengolah pisang rakyat yang terbuang-buang ini menjadi

tepung. Termasuk pemerintah kabupaten Kutai Timur. Niat semacam ini, sebenarnya

sudah mulai muncul sejak tahun 1980an. Ketika itu pihak yang berkeinginan untuk

mengolah pisang segar menjadi tepung adalah pengusaha swasta. Dengan asumsi,

keuntungan yang diperoleh akan cukup besar. Sebab produksi melimpah, harga murah,

sementara teknologi penepungan pisang juga relatif mudah. Tetapi ketika para

pengusaha itu mengetahui bahwa pasar tepung pisang relatif kecil, maka mereka pun

mundur teratur. Namun pengusaha lain datang lagi dengan niat yang sama, lalu setelah

tahu pasarnya kecil mundur lagi dan seterusnya. Beberapa bulan yang lalu ada satu

pemerintah kabupaten yang dengan sangat antusias mengemukakan bahwa mereka

sudah berhasil menepungkan pisang dengan hasil yang sangat bagus. Langkah berikut

yang akan mereka tempuh adalah segera membangun pabrik untuk menangani pisang

rakyat yang memang berkelimpahan itu. Tujuan utamanya adalah untuk menolong

petani pisang agar bisa memasarkan produk mereka dengan harga layak.

Teknologi menepungkan pisang memang sangat sederhana. Ada dua cara

penepungan, yakni cara basah dan cara kering. Pada cara basah, buah pisang yang telah

tua dikupas dan dihancurkan. Hasilnya dicampur air, disaring dan diendapkan. Setelah

seluruh pati mengendap, maka air dibuang dan tepung pisang yang mengendap di

bawah diambil untuk dikeringkan. Pada cara kering, pisang yang sama setelah dikupas

diiris melintang (karena lebih mudan dan cepat) lalu dikeringkan. Hasil pengeringan ini

selanjutnya digiling dan diayak sampai menjadi tepung. Pada cara pertama, yang kita

peroleh adalah pati pisang, karena selulosa tidak ikut terambil (menjadi ampas). Pada

cara kedua, selulosanya terikut pada tepung. Cara penepungan demikian umum

dilakukan untuk semua produk. Terutama pada umbi-umbian serta batang sagu/aren.

Meskipun, pada masing-masing produk tetap ada perlakuan spesifik yang tidak

dilakukan pada produk lain.

Sebenarnya, pisang lebih lazim diproduksi menjadi konsentrat (pure). Yakni,

daging buah pisang mentah itu langsung digiling sampai menjadi bubur. Bubur pisang

inilah yang kemudian dikemas dalam drum-drum khusus, didinginkan dan dikirim ke

produsen makanan bayi dan bahan-bahan lain. Namun kebutuhan dunia akan pure

pisang juga relatif kecil jika dibanding dengan kebutuhan akan pisang segarnya. Ketika

6

Page 7: Peluang Dan Ancaman Industri Pisang

Kompetensi Inti Industri Daerah Kabupaten Seruyan

PT Global Agronusa Indonesia di Halmahera, Maluku Utara masih berproduksi, pernah

pula mencoba untuk menglah pisang cavendish afkir mereka menjadi pure. Setelah

beberapa kali mencoba, kegiatan ini dihentikan karena pasar dan marjinnya sangat

kecil. Saat ini yang masih meproduksi pure pisang antara lain sebuah perusahaan di

Mojokerto. Itu pun diselang-seling dengan menggiling mengkudu (pace), mangga,

markisa dan lain-lain produk sesuai dengan ketersediaan raw material maupun

pesanan. Ini semua dilakukan bukan karena stok pisang cavendish mereka yang kurang,

melainkan karena potensi pasarnya memang terbatas.

Pisang yang lazim diproses menjadi tepung maupun pure adalah jenis yang

kandungan karbohidratnya tinggi. Misalnya ambon kuning dan cavendish. Dua pisang

ini dipilih selain karena kandungan karbohidratnya yang tinggi, juga karena faktor

produktivitas serta ketersediaannya. Namun ambon kuning, tidak akan pernah bisa

masuk ke industri tepung. Sebab selama ini pasar segarnya pun masih selalu

kekurangan. Industri keripik yang juga mengandalkan pasokan kepok kuning, selalu

berebut dengan pasar segarnya. Sebenarnya pisang tanduk dan pisang nangka,

kandungan karbohidratnya lebih tinggi dari ambon serta cavendish. Tetapi dalam satu

tandan pisang tanduk, hanya akan ada satu atau dua sisir. Sementara masa berbuahnya

pada umur 1,5 tahun sejak tanam dan anakannya juga sangat kurang. Hingga populasi

pisang tanduk selalu lebih rendah dibanding ambon. Pisang nangka sebenarnya cukup

produktiv dan kandungan karbohidratnya juga tinggi. tetapi pisang ini jarang

dibudidayakan orang karena nilai ekonomisanya yang rendah. Sebenarnya di Prov.

Banten, khususnya di Kab. Lebak, telah dikembangkan pula pisang introduksi dari

Australia yang produktivitasnya baik, pisangnya besar-besar dan kadar patinya tinggi

dan tidak lazim dikonsumsi sebagai pisang meja maupun olahan (goreng/bakar). Pisang

seperti inilah sebenarnya yang paling ideal untuk diproduksi menjadi tepung maupun

pure.

Rata-rata, pisang yang berkelimpahan di kawasan Kalimantan dan Sulawesi

adalah jenis kepok. Biasanya kepok putih, yakni jenis kepok yang daging buahnya

berwarna putih. Nilai ekonomis kepok putih relatif rendah, tetapi tanaman ini sangat

tahan terhadap serangan cendawan fusarium maupun bakteri pseudomonas. Yang

sangat digemari oleh pasar sebagai pisang olahan sebenarnya kepok kuning. Baik untuk

pengisi kue dan roti, digoreng. direbus maupun dipanggang. Tetapi kepok kuning sangat

7

Page 8: Peluang Dan Ancaman Industri Pisang

Kompetensi Inti Industri Daerah Kabupaten Seruyan

rentan terhadap serangan dua penyakit tadi. Hingga apabila ada niat untuk

mengembangkan agroindustri tepung pisang, sasarannya pasti ditujukan ke kepok

putih. Produktivitas kepok putih sebenarnya relatif baik kalau yang kita lihat hanya

tandan pisangnya. Namun rasio volume daging buah pisang dibanding dengan kulitnya

relatif kecil. Hingga sebenarnya kepok putih pun kurang ideal untuk dijadikan bahan

baku industri tepung pisang. Minimal jika dibandingkan dengan cavendish dan ambon

kuning. “ Karenanya merancang sebuah agroindustri tepung pisang hanya dengan

melihat pisang yang berkelimpahan, jelas tidak rasional. Sebab masih banyak hal-

hal yang akan menjadi pertimbangan untuk mengembangkan agroindustri tepung

pisang. Dari cukup banyak pertimbangan tersebut, yang paling utama adalah

pertimbangan pasarnya”.

Kalau pertimbangan utamanya adalah pasar, maka mengupayakan pasar segar

akan lebih sederhana dibanding dengan membangun agroindustri tepung pisang. Di

Kalimantan Timur misalnya, akan lebih mudah mengupayakan jalur distribusi

dibanding membangun pabrik tepung pisang. Pisang Kutai Timur sudah mulai masuk

Surabaya dengan truk tronton kapasitas 10 ton. Pisang di pulau Sebatik Indonesia

setelah diangkut ke Nunukan (Indonesia) dan Tawao (Malaysia) bisa meningkat 10 lipat

nilainya. Peningkatan nilai dari Rp 500,- per tandan menjadi Rp 5.000,- (2,5 ringgit) itu

sudah bisa menutup ongkos angkut dan keuntungan pedagang serta petani. Kalau ini

semua diupayakan, maka keluhan pisang yang menumpuk dan terbuang sia-sia itu pasti

akan teratasi. Yang menjadi permasalahan kadang-kadang justru pengangkutan dari

kebun yang paling jauh ke lokasi jalan raya. Pada kebun cavendish pun hal ini menjadi

kendala hingga terciptalah pengangkutan dengan kabel.

Apabila agroindustri pisang rakyat akan dikembangkan, yang lebih ideal justru

pengembangan industri keripik, sale bahkan juga ledre. Pengembangan ledre yang

sukses di Malang serta Bojonegoro (Jatim), telah sempat didatangi oleh rombongan dari

Kaltim. Tiga macam produk olahan pisang ini lebih rasional untuk dimulai karena

beberapa alasan. Pertama modal yang dikeluarkan akan lebih banyak dinikmati oleh

rakyat. Sebab tiga produk ini merupakan usaha padat karya, bukan padat modal. Kedua,

pasar dari tiga produk ini juga lebih jelas dibanding dengan pasar tepung pisang. Tetapi

agroindustri tiga produk pisang ini, sebaiknya tetap mengandalkan "limpahan" dari

produk segarnya. Sebab nilai tertinggi dari komoditas buah-buahan, termasuk pisang

8

Page 9: Peluang Dan Ancaman Industri Pisang

Kompetensi Inti Industri Daerah Kabupaten Seruyan

adalah produk segarnya. Secara nasional, Indonesia masih kekurangan pisang. Paling

tidak selama 3 bulan dalam setahun, pisang akan berkurang di pasaran. Apabila pasar

nasional telah jenuh pun, peluang ekspor ke RRC sangat tebuka. Ketika ada Pekan

Dagang RRC di Pekan Raya Jakarta Kemayoran baru-baru ini, mereka menyambut

gembira tawaran pisang dari Indonesia.

III. PELUANG DAN STRATEGI

Menghadapi semua ancaman dan kendala diatas, khususnya dalam hal

pengembangan tepung pisang perlu adanya komitmen dari tingkat daerah sampai

ketingkat pusat dalam mensosialisasikan dan mengembangkan penggunaan tepung

yang berbasis komoditas lokal.

Disisi lain tepung terigu saat ini merupakan komoditas pangan paling strategis

selain beras di tanah air. Tepung terigu merupakan bahan baku aneka olahan pangan

seperti roti, mi, kue-kue, dan lain sebagainya. Gandum yang merupakan bahan baku

tepung terigu sesungguhnya sulit dikembangkan secara luas di Indonesia. Hal tersebut

lantaran tanaman gandum menuntut agroklimat dengan kelembapan tinggi yang

notebene berada di negara-negara yang memiliki iklim subtropis. Kondisi tersebut yang

memaksa Indonesia mengimpor tepung terigu dari beberapa negara seperti Amerika

Serikat dan Australia.

Sebagai informasi, secara nasional konsumsi tepung terigu saat ini terus

meningkat. Data Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (APTINDO)

memperlihatkan konsumsi terigu sepanjang 2012 mencapai 5,04-juta ton. Dari jumlah

itu 4,12-juta ton di antaranya perlu diimpor. Data APTINDO juga memperlihatkan saat

ini di Indonesia terdapat 21 pabrik tepung terigu dengan kapasitas produksi saat ini

mencapai 8,07- juta ton per tahun dan seluruhnya masih mengandalkan tepung terigu

impor.

Peluang melakukan subsitusi untuk menggantikan tepung terigu terbuka lebar.

Apalagi  harga tepung terigu terus meningkat. Pada 2007 harga tepung terigu mencapai

Rp 3.500 per kg. Menginjak 2008–2011 harga berkisar Rp8.500–Rp.10.000 per kg.

Kondisi ini jelas berdampak terhadap industri pangan berbasis tepung terigu. Oleh

9

Page 10: Peluang Dan Ancaman Industri Pisang

Kompetensi Inti Industri Daerah Kabupaten Seruyan

karena itu subsitusi dengan memakai komoditas lokal seperti pisang, singkong dan

sebagainya perlu terus digenjot. Sebagai gambaran, andai memakai tepung pisang

modifikasi sebagai subsitusi sebesar 10%, maka diperlukan sekitar 500.000 ton tepung

pisang setiap tahun.

Melihat peluang di atas, maka salah satu strategi yang dapat dilakukan saat ini

adalah dengan membentuk lembaga atau gerakan MASYARAKAT TEPUNG PANGAN

INDONESIA ( MTPI ) . Konsep ini diperkenalkan H. Suharyo Husen, dimana saat ini

beliau menjabat sebagai Wakil Ketua Komtap Industri Derivatif Pertanian, Kadin

Indonesia.

Konsep dari MTPI ini adalah sebagai berikut :

MASYARAKAT TEPUNG PANGAN INDONESIA ( MTPI )

Visi : Tepung bahan baku Industri Pangan Yang Handal.

Misi :

1. Mempromosikan pembuatan tepung dari berbagai macam bahan baku industri

pangan;

2. Meningkatkan kualitas dan kwantitas tepung berbasis komoditas lokal sebagai

bahan baku industri pangan;

3. Meningkatkan industri agro tingkat pedesaan untuk mengolah komoditas lokal

menjadi bahan baku industri tepung yang berkualitas;

4. Meningkatkan partisipasi petani dalam rangka ketahanan pangan nasional

melalui peningkatan produksi berbagai bahan baku lokal untuk menunjang

industri tepung ;

5. Mendorong industri tepung berbahan baku lokal menggunakan komoditas lokal

unggulan daerah;

6. Mengusahakan kepada pemerintah pembebasan PPN 10 % terhadap chips dan

tepung komoditas lokal;

10

Page 11: Peluang Dan Ancaman Industri Pisang

Kompetensi Inti Industri Daerah Kabupaten Seruyan

7. Memperkuat ketahanan pangan nasional melalui gerakan industri tepung

nasional berbahan baku spesifik atau lokal.

Tujuan :

Mensinergikan semua stack holder tepung untuk meningkatkan ketahanan pangan

nasional.

Program :

1. Pengembangan sistem klaster industri agro komoditas lokal spesifik (umbi-

umbian, kacang-kacangan) untuk memproduksi bahan setengah jadi (chips,

sawut, gaplek dsb) sebagai bahan industri tepung

2. Meningkatkan pendapatan petani dan pemangku kepentingan lainnya yang

berhubungan dengan produksi tepung berbahan baku lokal

3. Gerakan nasional industri tepung Indonesia.

Sasaran :

1. Semua komoditas lokal non beras (pisang, umbi-umbian, kacang-kacangan dan

biji-bijian)

2. Semua wilayah Indonesia dengan spesifik komoditas lokal masing-masing

3. Semua petani penghasil komoditas lokal sebagai bahan baku tepung untuk

pangan

4. Semua industri pertepungan di Indonesia

Target

1. Meningkatkat produksi tepung berbahan baku komoditas lokal baik kwantitas

maupun kualitas

2. Melaksanakan diversifikasi pangan melalui pemanfaatan tepung berbahan baku

komoditas lokal

3. Memperkuat ketahanan pangan nasional melalui diversifikasi pangan berbahan

baku tepung komoditas lokal

11

Page 12: Peluang Dan Ancaman Industri Pisang

Kompetensi Inti Industri Daerah Kabupaten Seruyan

4. Meningkatkan pendapatan petani dengan target Rp 15 juta/bulan/petani

5. Mensejahterakan petani dan stack holder lainnya berbasis tepung komoditas

lokal

Manajemen

1. Masyarkat Tepung Pangan Indonesia dipimpin oleh Seorang Ketua Umum

dengan beberapa Ketua;

2. Untuk tugas sehari-hari diangakat seorang Direktur Eksekutif

3. Untuk mendukung jalannya organisasi perlu ditetapkan kepala sekretariat dan

staffnya yang full time

4. Dapat dibentuk cabang-cabang masyrakat tepung pangan indonesia tingkat

propinsi dan tingkat kabupaten/kota di seluruh indonesia

5. Dalam kegiatan sehari-hari masyarakat tepung pangan indonesia dilengkapi

dengan kantor dan peralatan yang memadai baik dipusat maupun didaerah

6. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Masyarakat Tepung Indonesia

akan disusun segera setelah deklarasi pembentukan Masyarakat Tepung Pangan

Indonesia (MTPI) atau Indonesian Food Flour Society ( IFFS ).

Rencana Kerja :

Rencana Kerja Jangka Pendek :

1. Pengumpulan dan pengolahan data dasar pertepungan bahan pangan di

Indonesia;

2. Penyusunan Pengurus Pusat Masyarakat Tepung Indonesia;

3. Menyusun Kesekretariatan MTI;

4. Menetapkan lokasi Kantor Pusat MTI;

5. Melengkapi keperluan Kantor MTI;

12

Page 13: Peluang Dan Ancaman Industri Pisang

Kompetensi Inti Industri Daerah Kabupaten Seruyan

6. Melengkapi administrasi MTI ( Akte Notaris, MPWP, Domisili, TDP , Pendaftaran

ke Kementerian Dalam Negeri

7. Mengumpulkan KTP dan CV Pengurus MTI Pusat

Rencana Kerja Jangka Menengah:

1. Rapat-Rapat Pengurus MTPI Pusat;

2. Penyelesaian AD/ART MTPI;

3. Menyiapkan Kelengkapan Administrasi MTI seperti stempel, Kop Surat, Web Site

dsb.;

4. Membuat Daftar Mitra Kerja MTPI

5. Membuat daftar anggota MTPI

6. Menyiapkan Formulir-Formulir keanggotaan dan pembukaan cabang di tingkat

Propinsi dan Kabupaten/Kota

7. Menjalin kerjasama tehnik pembinaan industri tepung pangan di Indonesia ,

denga Kementerian Pertanian cq Ditjen P2HP dan Kementerian Perindustrian cq

Ditjen Industri Agro dan Kimia.

Rencana Kerja Jangka Panjang :

1. Pembinaan anggota MTPI

2. Pelatihan dan Promosi

3. Litbang Pertepungan Indonesia

4. Kerjasama dengan pihak ketiga dalam arti luas baik dalam negeri maupun luar

negeri

5. Mengadakan Gerakan Nasional Industri Tepung Pangan Indonesia

6. Secara terus menerus memantau perkembangan pertepungan pangan dunia

7. Membangun Pusat Tepung Pangan Nasional.

13

Page 14: Peluang Dan Ancaman Industri Pisang

Kompetensi Inti Industri Daerah Kabupaten Seruyan

Daftar Komoditas Bahan Baku Tepung Pangan:

1. Padi

2. Gandum

3. Jagung

4. Kedele

5. Singkong

6. Ubi Jalar

7. Pisang

8. Talas Jepang/Satoimo

9. Talas

10. Iles-Iles

11. Sukun

12. Nangka

13. Sago

14. Sorghum

15. Mangruf

16. Kacang hijau

17. Kacang tanah

18. Koro

14