Pelayanan penatalaksanaan Lansia
-
Upload
nurlitasukmakasali -
Category
Documents
-
view
216 -
download
0
Transcript of Pelayanan penatalaksanaan Lansia
-
8/17/2019 Pelayanan penatalaksanaan Lansia
1/6
Prinsip pelayanan kesehatan pada Lansia
Mengingat berbagai kekhususan konsep kesehatan pada usia lanjut, terdapat 2 prinsip utama
yang harus dipenuhi guna melaksanakan pelayanan kesehatan pada usia lanjut (Martono,
2011).
a. Prinsip holistik
Seorang penderita lanjut usia harus dipandang sebagai manusia seutuhnya (lingkungan
psikologik dan sosial ekonomi). Hal ini ditunjukkan dengan asesmen geriatri sebagai
aspek diagnostik, yang meliputi seluruh organ dan sistem, juga aspek kejiwaan dan
lingkungan sosial ekonomi (Martono, 2011).
Siat holistik mengandung artian baik se!ara "ertikal ataupun hori#ontal. Se!ara
"ertikal dalam arti pemberian pelayanan di masyarakat sampai ke pelayanan rujukan
tertinggi, yaitu rumah sakit yang mempunyai pelayanan subspesialis geriatri. Holistik
se!ara hori#ontal berarti bahwa pelayanan kesehatan harus merupakan bagian dari
pelayanan kesejahteraan lansia se!ara menyeluruh. $leh karena itu, pelayanan kesehatan
harus bekerja se!ara lintas sektoral dengan dinas% lembaga terkait di bidang kesejahteraan,
misalnya agama, pendidikan, dan kebudayaan, serta dinas sosial (Martono, 2011).
&elayanan holistik juga berarti bahwa pelayanan harus men!akup aspek pen!egahan
(pre"enti), promoti, penyembuhan (kurati), dan pemulihan (rehabilitati). 'egitu
pentingnya aspek pemulihan, sehingga H$ menganjurkan agar diagnosis penyakit pada
ansia harus meliputi * tingkatan penyakit (Martono, 2011) +
i Disease (penyakit), yaitu diagnosis penyakit pada penderita, misalnya penyakit jantung iskemik.
ii Impairment (kerusakan% gangguan), yaitu adanya gangguan atau kerusakan
dari organ akibat penyakit, missal pada M- akut ataupun kronis.
iii Disability (ketidakmampuan), yaitu akibat obyekti pada kemampuan
ungsional dari organ atau dari indi"idu tersebut. &ada kasus di atas misalnya
terjadi de!ompensasi jantung.
i" Handicap (hambatan), yaitu akibat sosial dari penyakit. &ada kasus tersebut
di atas adalah ketidakmampuan penderita untuk melakukan akti"itas sosial,
baik di rumah maupun di lingkungan sosialnya (Martono, 2011).
-
8/17/2019 Pelayanan penatalaksanaan Lansia
2/6
b. Prinsip tatakerja dan tatalaksana secara TIM
im geriatrik merupakan bentuk kerjasama multidisipliner yang bekerja se!ara inter/
disipliner dalam men!apai tujuan pelayanan geriatrik yang dilaksanakan (Martono, 2011).
ang dimaksud dengan multidisiplin si sini adalah berbagai disiplin ilmu kesehatan
yang se!ara bersama/sama melakukan penanganan pada penderita lanjut usia. omponen
utama tim geriatrik terdiri dari dokter, pekerja sosio medik, dan perawat. ergantung dari
kompleksitas dan jenis layanan yang diberikan. nggota tim dapat ditambah dengan
tenaga rehabilitasi medik (dokter, isioterapist, terapi okupasi, terapi bi!ara, dll.), psikolog,
dan atau psikiater, armasis, ahli gi#i,dan tenaga lain yang bekerja dalam layanan tersebut
(Martono, 2011).
-stilah interdisiplin diartikan sebagai suatu tatakerja dimana masing/masing
anggotanya saling tergantung (interdependent ) satu sama lain. 3ika tim multidisiplin yang
bekerja se!ara multidisiplin, dimana tujuan seolah/olah dibagi se!ara kaku berdasarkan
disiplin masing/masing anggota. &ada tim interdisiplin, tujuan merupakan tujuan bersama.
Masing/masing anggota mengerjakan tugas sesuai disiplinnya sendiri/sendiri, tetapi tidak
se!ara kaku. 4isiplin lain dapat memberi saran demi ter!apainya tujuan bersama. Se!ara
periodik dilakukan pertemuan anggota tim untuk mengadakan e"aluasi kerja yang telah
di!apai, dan kalau perlu mengadakan perubahan demi tujuan bersama yang hendak di!apai
(Martono, 2011).
&ada tim multidisiplin, kerjasama terutama bersiat pada pembuatan dan penyerasian
konsep. Sedangkan pada tim interdisiplin, kerjasama meliputi pembuatan dan penyerasian
konsep serta penyerasian tindakan (Martono, 2011).
5ambar 1.1 &erbedaan skematis antara tim multidisiplin dan interdisiplin (Martono,
2011).
-
8/17/2019 Pelayanan penatalaksanaan Lansia
3/6
im geriatri disamping mengadakan asesmen atas masalah yang ada, juga
mengadakan asesmen atas sumber daya manusia dan sosial ekonomi yang bisa digunakan
untuk membantu pelaksanaan masalah penderita tersebut (Martono, 2011).
T ingkat P elayanan K esehatan
6ntuk mengupayakan prinsip holistik yang berkesinambungan, se!ara garis besar pelayanan
kesehatan pada ansia dapat dibagi sebagai berikut (Martono, 2011).
1. Pelayanan Kesehatan Lansia di Masyarakat (Community Based Geriatric Service
Semua upaya kesehatan yang berhubungan dan dilaksanakan oleh masyarakat harus
diupayakan berperan serta dalam menangani kesehatan para ansia. &uskesmas dan dokter
praktek swasta merupakan tulang punggung layanan di tingkat ini. &uskesmas berperan
dalam membentuk kelompok% klub ansia. 4i dalam dan melalui klub ansia ini,
pelayanan kesehatan dapat lebih mudah dilaksanakan, baik usaha promoti, pre"enti,
kurati, atau rehabilitati. 4okter praktek swasta terutama menangani para ansia yang
memerlukan tindakan kurati insidental (Martono, 2011).
Semua pelayanan kesehatan harus diintegrasikan dengan layanan kesejahteraan yang
lain dari dinas sosial, agama, pendidikan, kebudayaan, dll. &eran serta SM untuk
membentuk layanan sukarela misalnya dalam pendirian badan yang memberikan layanan
bantu perawatan (home nursing ), kebersihan rumah, atau pemberian makanan bagi para
lansia (meals on wheels) juga perlu didorong (Martono, 2011).
&ada dasarnya, layanan kesehatan ansia di tingkat masyarakat seharusnya
mendayagunakan dan mengikutsertakan masyarakat (termasuk para ansianya)
semaksimal mungkin. ang perlu dikerjakan adalah meningkatkan kepedulian dan
pengetahuan masyarakat, dengan berbagai !ara, antara lain !eramah, simposium,
lokakarya, dan penyuluhan/penyuluhan (Martono, 2011).
!. Pelayanan Kesehatan Lansia di Masyarakat "erbasis #$mah %akit ( Hospital Based
Community Geriatric Service
-
8/17/2019 Pelayanan penatalaksanaan Lansia
4/6
&ada layanan tingkat ini, rumah sakit setempat yang telah melakukan layanan geriatri
bertugas membina ansia yang berada di wilayahnya, baik se!ara langsung atau tidak
langsung melalui pembinaan pada &uskesmas yang berada di wilayah kerjanya (Martono,
2011).
7Transfer of Knowledge8 berupa lokakarya, symposium, !eramah/!eramah, baik
kepada tenaga kesehatan ataupun kepada awam perlu dilaksanakan. 4i lain pihak, rumah
sakit harus selalu bersedia bertindak sebagai rujukan dari layanan kesehatan yang ada di
masyarakat (Martono, 2011).
&. Layanan Kesehatan Lansia "erbasis #$mah %akit ( Hospital Based Geriatric Service
&ada layanan ini rumah sakit, tergantung dari jenis layanan yang ada, menyediakan
berbagai layanan bagi para ansia, sampai pada layanan yang lebih maju, misalnya
bangsal akut, klinik siang terpadu (day hospital), bangsal kronis, dan atau panti rawat
wredha (nursing homes). 4i samping itu, rumah sakit jiwa juga menyediakan layanan
kesehatan jiwa bagi ansia sengan pola yang sama. &ada tingkat ini, sebaiknya
dilaksanakan suatu layanan terkait (con-joint care) antara unit geriatri rumah sakit umum
dengan unit psikogeriatri suatu rumah sakit jiwa, terutama untuk menangani penderita
penyakit isik dengan komponen gangguan psikis berat dan sebaliknya (Martono, 2011).
-
8/17/2019 Pelayanan penatalaksanaan Lansia
5/6
5ambar 1.2 Skema pelayanan geriatri komprehensi (Martono, 2011).
-
8/17/2019 Pelayanan penatalaksanaan Lansia
6/6
5ambar 1.9 &elayanan esejahteraan%Sosial bagi 6sia anjut (Martono, 2011).