PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... ·...

71
Universitas Gunadarma MODUL 3 PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017 PEMILIHAN BENIH TANAMAN Unit Kompetensi : A.016400.005.01 Melakukan Panen A.016400.006.01 Melakukan Pengolahan Calon Benih A.016400.007.01 Melakukan Penanganan Benih 2017

Transcript of PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... ·...

Page 1: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

Universitas Gunadarma

MODUL 3

PELATIHAN SERTIFIKASI

KOMPETENSI

S1 – Agroteknologi

Skema Sertifikasi :

RT-010/1/LSP-UG/II/2017

PEMILIHAN BENIH TANAMAN

Unit Kompetensi :

A.016400.005.01

Melakukan Panen

A.016400.006.01

Melakukan Pengolahan Calon Benih

A.016400.007.01

Melakukan Penanganan Benih

2017

Page 2: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

UNIVERSITAS GUNADARMA

Skema Sertifikasi :

RT-010/I/LSP-UG/II/2017

Pemilihan Benih Tanaman

Unit Kompetensi :

A.016400.005.01 Melakukan Panen

A.016400.006.01 Melakukan Pengolahan Calon Benih

A.016400.007.01 Melakukan Penanganan Benih

Penyusun :

Ady Daryanto

Tubagus Kiki Kawakibi Azmi

Herik Sugeru

Jakarta, 2017

MODUL 3

PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI

S1 – AGROTEKNOLOGI

Page 3: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadhirat Allah SWT, atas berkat rahmat, hidayah, dan

inayah-Nya, Modul 3 Pelatihan Sertifikasi Kompetensi skema Produksi Benih

Tanaman Sayuran dapat kami selesaikan. Modul ini merupakan bagian dari seri

modul pendukung untuk pelatihan sertifikasi kompetensi untuk skema Produksi

Benih Tanaman yang bertujuan memberikan bekal keterampilan bagi mahasiswa

khususnya di program studi Agroteknologi. Modul ini terbagi menjadi 3 bab.

Bab pertama (UK5) berisi Teknik Pemanenan calon benih, bab kedua (UK 6)

berisi Pengolahan Calon Benih, dan bab ketida (UK7) berisi Penanganan Benih.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada: Kaprodi Agroteknologi, Bapak Dr

Budiman atas arahannya terkait agar modul ini sejalan dengan kurikulum yang

diberikan di perkuliahan, Ibu Ratih Kurniasih SP MSc, Kepala Lembaga

Pengembangan Agroteknologi atas koordinasinya terkait sarana prasarana dan

teknis pelaksanaan kursus sertifikasi kompetensi agar sesuai dengan kebutuhan

yang ada pada modul pelatihan ini, Kepala LSP Universitas

Gunadarma, Bapak Dr. R.Supriyanto dan staff atas arahan dana koordinasinya

agar modul ini sesuai dengan kebutuhan ujian sertifikasi kompetensi, serta

staff/asisten laboratorium yang membantu penyusunan modul ini. Saran dan kritik

dari pembaca, penyusun harapkan untu perbaikan modul ini di masa mendatang.

Jakarta, Desember 2017

Tim Penyusun

Page 4: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

DAFTAR ISI

5 Melakukan Panen ................................................................................................. 1

5.1 Menentukan Waktu Panen untuk Produksi Benih Berbagai Jenis Tanaman

Sayuran ................................................................................................................ 1

5.2 Melakukan Penanganan Hasil Panen berbagai Jenis Tanaman Sayuran ..... 10

6 Melakukan Pengolahan Calon Benih ................................................................. 19

6.1 Mempersiapkan Pengolahan Calon Benih................................................... 19

6.2 Melakukan Sortasi ....................................................................................... 27

7 Melakukan Penanganan Benih ........................................................................... 39

7.1 Memberikan Perlakuan Pada Benih Berbagai Jenis Tanaman Sayuran ...... 39

7.2 Melakukan Pengemasan Benih berbagai Jenis Tanaman Sayuran .............. 43

7.3 Melakukan Penyimpanan Benih berbagai Jenis Tanaman Sayuran ............ 47

Page 5: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Perubahan berat basah, berat kering, dan kadar air selama

perkembangan benih ............................................................................... 3

Gambar 2. Skema representasi interaksi antara kemasakan benih, potensi hasil,

dan kehilangan hasil akibat kerontokan .................................................. 4

Gambar 3. Hubungan antara kadar air benih dengan kelembapan ruang

penyimpanan pada suhu tertentu .......................................................... 52

Page 6: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Karakteristik benih masak dan potensi hasil benih pada beberapa jenis

sayuran dan buah....................................................................................... 5

Tabel 2. Penanganan hasil panen beberapa jenis tanaman sayuran ..................... 11

Tabel 3. Rekomendasi dosis perlakuan benih dengan fungisida untuk beberapa

jenis tanaman sayuran ............................................................................. 40

Tabel 4. Perlakuan disinfeksi penyakit seedborne disease pada beberapa benih

tanaman sayuran dengan air panas .......................................................... 42

Tabel 5. Perbandingan kemampuan material kemasan untuk benih .................... 45

Tabel 6. Keseimbangan kadar air benih beberapa jenis sayuran pada beberapa RH

dengan suhu 25 0C (penghitungan berdasarkan berat basah). ................. 51

Page 7: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Prinsip kerja alat Air Screen Cleaner untuk prosesing benih ........... 61

Lampiran 2. Prinsip kerja alat Cylinder Separator untuk prosesing benih ........... 61

Lampiran 3. Prinsip kerja alat Gravity Separator untuk prosesing benih ............. 62

Lampiran 4. Prinsip kerja alat Spiral Separator untuk prosesing benih ................ 63

Lampiran 5. Prinsip kerja alat Roll Mill untuk prosesing benih ........................... 63

Lampiran 6. Prinsip kerja alat Magnetic Separator untuk prosesing benih .......... 64

Lampiran 7. Gambar alat Color Separator untuk prosesing benih ........................ 64

Page 8: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

Melakukan Panen

Objektif:

Menentukan waktu panen untuk produksi benih berbagai jenis tanaman

sayuran

Melakukan penanganan hasil panen berbagai jenis tanaman sayuran untuk

produksi benih

5.1 Menentukan Waktu Panen untuk Produksi Benih Berbagai

Jenis Tanaman Sayuran

Kriteria panen adalah salah satu faktor penting dalam proses produksi

benih dalam rangka menghasilkan benih bermutu. Kriteria panen sangat

ditentukan oleh kondisi benih yang sudah berada pada tahapan masak (mature),

yang memiliki vigor maksimum. Karakteristik benih yang sudah masak sangat

krusial untuk diketahui agar dapat menentukan waktu panen yang tepat untuk

produksi benih bermutu. Menurut Widajati (2013), benih yang bermutu baik dan

benar adalah benih yang memiliki mutu fisik dan fisiologis yang tinggi, dan harus

benar identitas genetiknya. Gregg dan Billups (2010) menyebutkan bahwa mutu

benih tidak terjadi dengan sendirinya (otomatis) dan bukan merupakan kondisi

yang permanen sehingga perlu dijaga dan dipelihara. Menurut George (2009),

aspek-aspek dalam mutu benih diantaranya adalah: vigor, kemurnian genetik

(genetic purity), kemurnian fisik (physical purity), kesehatan (seed health), dan

kadar air benih. Aspek mutu vigor dan kadar air benih dipengaruhi oleh

kemasakan benih dan penentuan waktu pemanenan.

Pengetahuan tentang tahapan perkembangan benih merupakan bagian

penting terkait penentuan waktu panen yang tepat untuk benih yang sudah masak.

Proses perkembangan benih terjadi melalui beberapa tahapan. Palupi (2013)

membagi perkembangan benih mulai zigot sampai fase masak fisiologis menjadi

tiga fase, yaitu:

5

Page 9: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

2

1. Fase histodiferensiasi: Pada fase ini terjadi pembelahan dan diferensiasi sel

sehingga dari satu sel zigot terbentuk embrio dengan struktur yang lengkap,

terdiri dari plumula, radikula, dan kotiledon. Kadar air dan berat basah pada

fase ini meningkat pesat, dan embrio masih sangat peka terhadap

pengeringan. Pada akhir fase ini benih mencapai matang morfologis, yaitu

saat semua struktur penting dari embrio terbentuk.

2. Fase akumulasi cadangan makanan: pada fase ini berat kering mulai

meningkat sebagai akibat dari akumulasi cadangan makanan dan terjadi

pembesaran sel. Berat basah relatif stabil walaupun benih kehilangan air

karena digantikan oleh cadangan makanan yang diakumulasikan. Penurunan

kadar air semakin lambat pada saat benih mendekati berat kering maksimum.

Pada fase ini ukuran embrio maksimum dan masih peka terhadap

pengeringan.

3. Fase pemasakan: Pada fase ini benih mengalami pemasakan yang ditandai

dengan penurunan kadar air benih sehingga berat basah menurun.

Berakhirnya akumulasi cadangan makanan ditandai dengan mengeringnya

jaringan penghubung antara tanaman induk dengan benih (contoh: munculnya

black layers pada biji jagung). Pada saat itu benih sudah mencapai masak

fisiologis, dimana berat kering, viabilitas, dan vigor maksimum.

Perubahan berat basah, berat kering, dan kadar air selama perkembangan benih

pada ketiga fase diatas dapat dilihat pada gambar 1. Berdasarkan fase-fase

perkembangan benih tersebut, maka penentuan waktu panen yang tepat adalah

pada fase pemasakan, dimana benih sudah berada pada tahapan masak fisiologis.

George (2011) menyatakan bahwa pemanenan benih yang terlalu cepat dari fase

tersebut akan memutus proses pemasakan sehingga dapat berdampak buruk pada

mutu benih.

Umumnya, karakteristik atau ciri benih sudah mencapai fase masak

fisiologis pada tanaman budidaya ditandai dengan kehilangan pigmentasi pada

tanaman induk dan perubahan warna pada seed coat (Gregg dan Billups, 2010).

Perubahan pada karakteristik-karakteristik tersebut dapat menjadi panduan yang

membantu dalam penentuan waktu pemanenan untuk tujuan produksi benih

Page 10: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

3

sehingga benih yang dipanen memiliki viabilitas dan vigor yang maksimum.

Selain mutu benih, pemanenan saat potensi hasil juga perlu diperhatikan agar

produksi benih yang dihasilkan dapat tercapai hasil yang maksimum.

Gambar 1. Perubahan berat basah, berat kering, dan kadar air selama

perkembangan benih

Sumber: Bewley JD dan Black M (1994) dalam Palupi (2013)

Dalam produksi benih, selain mutu benih, kuantitas hasil (yield) juga

merupakan aspek yang perlu diperhatikan. Sebagian besar tanaman budidaya,

pemanenan ditahap akhir pemasakan benih akan memberikan kuantitas hasil yang

maksimum. Akan tetapi hal tersebut tidak berlaku untuk jenis tanaman budidaya

yang memiliki tipe pembungaan yang bunganya mekar secara bergiliran sampai

batas waktu tertentu, seperti pada beberapa jenis sayuran (George, 2011).

Beberapa contoh jenis sayuran yang memiliki tipe pembungaan yang mekar tidak

bersamaan diantaranya adalah brassica, selada/lettuce, dan okra. Pemanenan

ditahap akhir pemasakan benih pada beberapa contoh sayuran tersebut justru

dapat menurunkan kuantitas hasil akibat terjadinya kerontokan (shattering) pada

benih yang masak lebih awal dari benih yang lainnya (George, 2009).

Page 11: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

4

Untuk beberapa jenis sayuran yang memiliki tipe pembungaan yang

bergantian, diperlukan proses penangan hasil panen yang memberikan waktu

untuk sebagian benih yang belum mencapai masak fisiologis secara penuh,

sehingga dapat mencapai masak fisiologis secara penuh. Interaksi antara

kemasakan benih dan potensi kuantitas hasil dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Skema representasi interaksi antara kemasakan benih, potensi hasil,

dan kehilangan hasil akibat kerontokan

Sumber: George (2009)

Mengenali karakteristik pemasakan benih dan menjaga jumlah benih tetap

maksimal (potensi hasil) pada fase pemasakan benih merupakan dua hal yang

sangat penting dalam proses produksi benih sayuran. Benih yang masak

menunjukkan perubahan karakteristik yang berbeda-beda bergantung pada jenis

sayurannya. Perubahan karakteristik tersebut dapat terjadi pada tanaman induk,

buah, ataupun benih. Umumnya, karakteristik atau ciri benih sudah mencapai fase

masak pada tanaman budidaya ditandai dengan kehilangan pigmentasi pada

tanaman induk dan perubahan warna pada seed coat (George, 2009). Pada tabel 1

dapat dilihat beberapa karakteristik benih masak dan potensi hasil benih beberapa

komoditas sayuran dan buah.

Page 12: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

5

Tabel 1. Karakteristik benih masak dan potensi hasil benih pada beberapa jenis sayuran dan buah

No Jenis Sayuran dan buah Karakteristik Benih Masak Siap Panen Potensi hasil

(benih)

1 Bayam (Spinacea oleracea) Tanaman induk mulai menguning 800 kg/ha

2 Selada/Lettuce 50% benih memiliki pappus (struktur bunga hasil modifikasi calyx berbentuk seperti bulu halus) dan

kering 0.5-1 ton/ha

3 Brassica oleracea (kol dan

brokoli)

Tanaman induk mulai mengering dan berubah warna menjadi kuning kecoklatan, cek dengan membuka

polong yang paling tua (pertama menjadi coklat). Benih dapat dicek dengan jari

kol (700 kg/ha) dan

brokoli (400 kg/ha)

4 Mentimun (Cucumis sativus) Tangkai buah yang berdekatan dengan buah lebih putih (memutih) ketika benih sudah masak 400 kg/ha

5 Semangka (Citrullus lannatus)

Tangkai buah yang berdekatan dengan buah lebih putih (memutih) ketika benih sudah masak.

Krakteristik lain adalah perubahan warna dari hijau atau putih menjadi kuning pucat pada bagian bawah

buah yang menyentuh permukaan tanah

400 kg/ha

6 Melon (Cucumis melo) Pembentukan layer absisi antara tangkai buah dan buah masak, buah lebih beraroma, daging buah lunak

jika ditekan dengan jari. 300 kg/ha

7 Labu dan Pumpkin Kulit buah mengeras dan berubah warna (tipe hijau berubah ke kuning-oranye dan tipe kuning emas

berubah ke kecoklatan seperti warna jerami) 500-1000 kg/ha

8 Phaseolus vulgaris Kulit dari polong yang pertama terbentuk mengering dan memiliki karakteristik seperti kertas, dan

polong sisanya yang terbentuk belakangan berubah menjadi kuning 1500-2000 kg/ha

9 Tomat (Lycopersicon

esculentum) Buah berubah warna menjadi merah secara keseluruhan 250-400 kg/ha

10 Cabai (Capsicum sp) Buah berubah warna menjadi merah secara keseluruhan 100-200 kg/ha

11 Wortel (Daucus carota) Benih pada umbel utama (primary umbel) berubah warna menjadi coklat, pada kondisi tersebut umbel

menjadi rapuh 250-300 kg/ha

12 Peterseli (Petroselinum crispum) Benih dipanen tepat sebelum umbel utama pecah (shatter) 800 kg/ha

13 Seledri (Apium graveolens) Tanaman induk telah berubah warna menjadi kuning, dan sebagian besar benih berwarna coklat keabuan 500 kg/ha

14 Bawang merah (Allium cepa) Polong atau kapsul yang berwarna keperakan terbuka sekitar 5% dan sudah terlihat benih masak yang

berwarna hitam 1000-2000 kg/ha

15 Okra (Abelmoschus esculentus) Kemasakan benih ditandai dengan polong yang berwarna abu-abu atau coklat (bergantung varietas) 500-1500 kg/ha

Sumber: Ringkasan dari George (2009)

Page 13: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

6

Pemanenan pada tahap yang kurang tepat dari masa pematangan dan kadar

air benih dapat menurunkan kualitas fisiologi benih. Kualitas fisiologi benih

berhubungan dengan daya hidup (life longevity) dari embrio dalam benih sehingga

dapat tetap dipertahankan sampai siap ditanam dan menghasilkan kecambah yang

vigor (Gregg dan Billups, 2010).

Beberapa poin penting yang harus perhatikan ketika penentuan waktu

panen dan ketika proses pemanenan berlangsung adalah kemurnian benih, benih

sudah mencapai fase masak maksimum, kadar air benih, dan jumlah benih pada

tanaman induk maksimum. Dalam produksi benih sayuran, material yang dipanen

memiliki tipe yang berbeda-beda. Berdasarkan karakteristiknya, buah (material

yang dipanen) dibagi kedalam tiga kelompok besar, yaitu buah batu/dry seed

(contoh: brassica, legume, dan bawang), buah berdaging/fleshy fruit (contoh:

cabai dan okra), dan buah berdaging dan berair/wet fleshy fruit (contoh:

mentimun, melon, dan tomat). Beberapa jenis tanaman sayur yang memiliki

kecenderungan benih mudah rontok ketika kondisi cuaca kering maka penentuan

waktu panen dilakukan dipagi hari ketika kondisi berembun.

Metode dasar pemanenan untuk produksi benih dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Metode pemanenan dengan pemotongan tanaman induk/tebas batang.

Pengeringan benih dapat dilakukan secara bersamaan dengan tanaman induk

tersebut dilahan atau ditempat yang berbeda, sebelum dirontokan. Metode

pemanenan seperti ini cocok untuk tanaman yang memiliki waktu anthesis

dan perkembangan benih lama. Keuntungan dari metode ini diantaranya

adalah benih dapat melanjutkan proses pemasakan pada tanaman induk, dan

pemanenan dapat dilakukan lebih awal.

2. Metode pemanenan dengan memisahkan benih dari tanaman induknya

dilahan. Proses ekstraksi dan pengeringan benih tidak dilakukan dilahan atau

dilanjutkan pada tempat yang berbeda (George, 2009).

Persiapan sebelum dilakukan perontokan atau ekstraksi benih perlu

dilakukan setelah pemanenan, khususnya pada benih yang ketika dipanen (masak

fisiologis) memiliki kadar air tinggi, untuk menghindari kemungkinan kerusakan

pada benih. Persiapan tersebut diantaranya:

Page 14: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

7

1. Jika benih dipanen dengan dengan metode pemotongan tanaman induk, maka

setelah panen pengeringan dilakukan dengan cara digantung dilahan. Jika

panen terjadi saat musim hujan maka pengeringan dilakukan didalam ruangan

dengan ventilasi yang baik.

2. Pembuangan bagian tanaman lain untuk menghindari pencampuran material

lain ketika perontokan.

3. Hasil panen harus terhindar dari kerusakan akibat peningkatan suhu (heating)

akibat kadar air yang tinggi pada waktu panen sehingga berakibat pada laju

respirasi benih yang tinggi.

Perontokan (threshing) bertujuan untuk memisahkan benih dari bagian lain dari

tanaman. Secara umum terdapat dua metode perontokan, yaitu metode manual dan

mekanis.

1. Metode manual

a. Menggunakan tangan (hand threshing). Metode ini dapat dilakukan jika

hasil panen dalam jumlah sedikit atau skala kecil.

b. Menggunakan tongkat pemukul (beating methode). Hasil panen ditumpuk

pada tempat dengan alas misalnya anyaman bambu, kemudian tumpukan

hasil panen tersebut dipukul untuk memisahkan benih dari kulitnya. Proses

pemukulan harus hati-hati sehingga tidak sampai merusak benih.

c. Menggilas dengan roda karet. Roda karet didorong dengan bantuan

manusia atau hewan untuk memisahkan/memecahkan buah.

2. Metode mekanis (mechanical threshing)

a. Standard thresher. Mesin perontok yang dapat digunakan beberapa jenis

benih, misalnya serealia dan kacang-kacangan.

b. Plot thresher. Mesin perontok yang dirancang khusus untuk komoditas

atau jenis benih tertentu (Kuswanto, 2003).

Metode panen untuk produksi benih dapat dilakukan dengan cara manual

dan juga menggunakan mesin panen atau combine harvester. Cara manual

biasanya dilakukan ketika saat pemotongan tanaman, sehingga akan lebih baik

jika dilakukan lebih dini untuk menghindari perontokan benih dari tanaman.

Combine harvester dapat melakukan pemotongan dan perontokan secara

Page 15: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

8

bersamaan, sehingga pemanenan lebih dini tidak diperlukan (Qadir, 2013). Salah

satu hal yang perlu diperhatikan dengan baik dalam teknis pemanenan benih

adalah menjaga benih sehingga tetap berada dalam kondisi yang baik. Kerusakan

benih secara fisik, walaupun sedikit dapat menurunkan viabilitas benih selama

penyimpanan benih (Owen, 1957). Berikut adalah beberapa cara pemanenan dari

beberapa komoditas syuran untuk produksi benih (sumber: George, 2009):

1. Bayam (Spinacea oleracea)

Pemanenan benih bayam dalam skala luas dilakukan menggunakan combine

harvester ketika cuaca kering dan angin tenang. Pemanenan benih bayam untuk

skala kecil dan sedang secara sederhana dapat dilakukan dengan pemotongan

tanaman induk/tebas batang, selanjutnya material panen ditempatkan/digantung

pada ruangan dengan ventilasi yang baik untuk proses pengeringan.

2. Selada/lettuce, wortel (Daucus carota), peterseli (Petroselinum crispum),

dan seledri (Apium graveolens)

Cara panen untuk produksi benih selada, wortel, peterseli, dan seledri dapat

dilakukan dengan pemotongan rangkaian bunga/umbel secara manual

menggunakan tangan atau mesin. Pemotongan biasanya dilakukan ketika pagi hari

saat kondisi berembun, sehingga memperkecil kehilangan hasil panen akibat

rontok. Material panen selanjutnya ditempatkan/digantung selama lebih dari lima

hari pada ruangan berventilasi untuk proses perontokan benih. Jika pemanenan

dilakukan pada daerah dengan kondisi cuaca kering, maka proses perontokan

dapat langsung dilakukan pada hari yang sama dengan pemanenan. Cara lain

pemanenan benih selada adalah dengan menggunakan kertas atau plastik bag.

Rangkaian bunga dengan benih siap panen disungkup/dibungkus dengan kertas

atau plastik bag kemudian digoyang-goyangkan (shaking) beberapa kali dengan

posisi horizontal. Cara panen benih selada seperti ini dapat dilakukan selama

beberapa kali untuk setiap tanaman (2-3 hari) untuk memperoleh hasil maksimal.

3. Kol dan brokoli (Brassica oleracea)

Panen benih brokoli dan kol umumnya dilakukan dengan cara pemotongan

tangkai bunga secara manual menggunakan tangan. Material panen

ditempatkan/digantung pada ruang berventilasi untuk pengeringan sehingga

Page 16: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

9

mempermudah proses perontokan benih. Jika panen dilakukan pada kondisi

kering/daerah kering, proses perontokan benih dapat dilakukan secara langsung

tanpa proses pengeringan terlebih dahulu

4. Mentimun (Cucumis sativus)

Sebelum dipanen biasanya dilakukan pengecekan terlebih dahulu pada beberapa

sampel buah dengan cara memotong buah secara longitudinal, benih masak akan

mudah terpisah dari daging buah bagian dalam. Pemanenan dilakukan secara

manual menggunakan tangan (hand-picked) untuk buah-buah yang siap panen dan

dilanjutkan pada mesin crusher untuk memisahkan benih dari daging buah. Jika

ekstraksi benih secara manual (hand extracted) dapat dilakukan dengan

memotong buah mentimun secara longitudinal sehingga menjadi dua bagian yang

kurang lebih sama besar, benih dibagian tengah dikerok (scraped) menggunakan

sendok atau alat lain dan dikumpulkan pada wadah. Dalam skala produksi yang

besar, panen biasanya menggunakan mesin yang memiliki crusher dan seed

extractor. Metode panen tersebut dapat diterapkan untuk semangka (Citrulus

lannatus), melon (Cucumis melo), labu dan pumpkin.

5. Pisum sativum dan Phaseolus vulgaris

Pemanenan skala produksi kecil dapat dilakukan secara manual menggunakan

tangan (hand-harvested) dengan pemotongan tanaman induk ketika polong paling

terakhir terbentuk mulai mengering. Material panen perlu dikeringkan terlebih

dahulu diruangan berventilasi sebelum benih dirontokan. Produksi benih skala

besar dapat menggunakan combine harvester.

6. Tomat (Lycopersicum esculentum) dan cabai (Capsicum sp)

Pemanenan tomat dan cabai untuk produksi benih umumnya dilakukan dengan

cara manual dengan memetik buah yang sudah berwarna merah secara

keseluruhan (perubahan warna buah masak bergantung varietas) menggunakan

tangan (hand-harvested). Produksi benih skala besar dapat menggunakan combine

harvester.

7. Bawang merah (Allium cepa)

Pemanenan cara manual menggunakan tangan dilakukan dengan memotong

tangkai buah kering sekitar 10-20 cm menggunakan pisau. Panen benih dapat

Page 17: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

10

dilakukan secara beberapa kali dalam satu umbel (buah paling muda dipanen

terakhir), atau pemotongan satu umbel secara sekaligus.

8. Okra (Abelmoschus esculentus)

Okra memiliki pematangan buah yang bersifat sequential. Pemanenan okra untuk

produksi benih masih umum dilakukan secara manual menggunakan tangan

(hand-harvested) dengan memetik/memotong polong yang sudah siap panen

(berwarna coklat atau abu-abu bergantung varietas).

5.2 Melakukan Penanganan Hasil Panen berbagai Jenis Tanaman

Sayuran

Penanganan hasil panen dilakukan mulai dari lahan sampai buah atau

benih siap untuk proses perontokan atau ekstraksi benih. Penanganan hasil panen

dimulai dari persiapan hasil panen untuk proses transport ke tempat pengumpulan

hasil panen. Kegiatan tersebut meliputi seleksi dan pengumpulan hasil panen

kedalam kontainer untuk mempermudah proses transport dan melindungi hasil

panen agar tidak rusak selama proses transport tersebut. Seleksi bertujuan untuk

memilih hasil panen dengan kualitas baik dan membuang hasil panen yang

terserang hama dan penyakit ataupun yang memiliki karakteristik berbeda dari

varietas yang ditanam. Pemberian label juga dapat dilakukan untuk menjaga

identitas hasil panen, khususnya jika proses produksi benih melibatkan petani.

Hasil panen yang sudah dipindahkan pada ruang penanganan hasil panen dapat

langsung dilakukan ekstraksi atau perontokan jika memenuhi syarat, diantaranya

buah mencapai fase pemasakan yang sempurna dan untuk buah batu kadar airnya

sudah cukup rendah untuk proses perontokan. Jika kriteria untuk proses ekstraksi

atau perontokan belum terpenuhi maka hasil panen dapat disimpan dengan kondisi

terbuka dengan aliran udara yang baik untuk memberikan waktu pada hasil panen

mencapai fase pemasakan yang sempurna atau kadar air yang diinginkan dapat

terpenuhi. Pemberian waktu sebelum ekstraksi pada beberapa jenis buah

berdaging dapat dilakukan untuk tujuan mempermudah proses ektraksi benih,

contohnya pada terong.

Page 18: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

11

Cara pengangan hasil panen dapat dilakukan dengan menggantung hasil

panen atau dengan menempatkannya diatas alas plastik seperti terpal. Hasil panen

yang digantung atau ditempatkan harus terlindung dari cahaya matahari langsung

ataupun dari hujan agar benih didalamnya tidak turun mutunya, khususnya

viabilitas benihnya. Secara umum penanganan hasil panen memiliki beberapa

tujuan diantaranya adalah:

- Memberikan waktu pada buah untuk mencapai masak fisiologis secara

sempurna setelah dipanen

- Proses pengeringan atau pelunakkan daging buah untuk mempermudah

proses ekstraksi benih

- Melindungi hasil panen dari pengaruh lingkungan/hewan sebelum

dilakukan perontokan atau ekstraksi

- Seleksi dari buah/material panen yang terkena penyakit tanaman

- Menjaga identitas varietas

- Membuang bagian-bagian material/hasil panen yang tidak dibutuhkan atau

dapat mengganggu mesin perontokan

Penanganan hasil panen pada beberapa jenis tanaman sayuran dapat dilihat pada

tabel 2.

Tabel 2. Penanganan hasil panen beberapa jenis tanaman sayuran

Jenis tanaman Penanganan material panen

Bayam, wortel, okra Tangkai bunga/buah disebar di alas plastik diruangan

berventilasi beratap

Kol dan brokoli Tangkai bunga ditempatkan di atas terpal biarkan

sekitar 2 minggu (benih muda jadi masak)

Cabai Jika ektraksi kering maka buah di jemur dibawah

matahari dengan terpal

Keluarga Cucurbita

(mentimun, melon, labu,

pumpkin)

Buah dibiarkan selama sekitar 2 minggu agar benih

masak sepenuhnya dan siap ekstraksi

Terong

Buah ditempatkan di ruangan berventilasi selama

sekitar seminggu agar benih masak sepenuhnya dan

daging buah lunak

Tomat Jika panen belum masak sempurna maka perlu di

biarkan beberapa waktu agar benih masak sempurna

Sumber: Gregg dan Billups (2010)

Page 19: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

12

5.3 Soal Latihan

1. Perkembangan benih hingga mencapai masak fisiologis meliputi tiga fase.

Manakah fase-fase dibawah ini yang memiliki urutan yang benar.

a. Fase histodiferensiasi, pemasakan, dan akumulasi cadangan makanan

b. Fase akumulasi cadangan makanan, histodiferensiasi, dan pemasakan

c. Fase histodiferensiasi, akumulasi cadangan makanan, dan pemasakan

d. Fase akumulasi cadangan makanan, pemasakan, dan histodiferensiasi

2. Aspek-aspek dalam mutu benih yang paling benar diantaranya adalah

a. Vigor, kemurnian genetik (genetic purity), kemurnian fisik (physical

purity), kesehatan (seed health), dan kadar air benih

b. Vigor, kemurnian genetik (genetic purity), kesehatan (seed health), dan

kadar air benih

c. Vigor, kemurnian genetik (genetic purity), kemurnian fisik (physical

purity), kesehatan (seed health), kadar air, kualitas pengemasan benih

(packaging quality)

d. Vigor, kemurnian kimia (chemical purity), kemurnian fisik (physical

purity), kesehatan (seed health), dan kadar air benih

3. Dalam produksi benih, pemanenan dilakukan ketika benih mencapai masak

fisiologis karena?

a. Berat basah, viabilitas, dan vigor benih maksimum

b. Berat kering, viabilitas, dan vigor benih minimum

c. Berat basah, viabilitas, dan vigor benih minimum

d. Berat kering, viabilitas, dan vigor benih maksimum

4. Secara umum panen benih pada tanaman budidaya dilakukan diakhir fase

masak fisiologis, tetapi untuk beberapa jenis tanaman budidaya yang

memiliki tipe pemasakan benih sequential (brassica, selada/lettuce, dan okra)

akan menyebabkan beberapa kerugian, terutama adalah?

a. Kehilangan hasil akibat sebagian benih sudah mengalami kerontokan

b. Berat kering benih menjadi minimum

c. Viabilitas dan vigor benih menjadi minimum

d. Mutu fisiologis benih jadi menurun

Page 20: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

13

5. Aspek mutu benih yang sangat dipengaruhi oleh penentuan waktu panen

(ketika fase masak fisiologis) adalah

a. Vigor dan kadar air benih

b. Vigor dan Kesehatan benih

c. Kemurnian genetik benih (genetic purity)

d. Kemurnian fisik benih (physical purity)

6. Berdasarkan karakteristiknya, buah (material yang dipanen) dibagi menjadi

tiga kelompok besar, yaitu?

a. Buah batu/dry seed, buah beraroma/aromatic fruit, dan buah berdaging

dan berair/wet fleshy fruit

b. Buah tak berbiji/seedless, buah berdaging/fleshy fruit, dan buah berdaging

dan berair/wet fleshy fruit

c. Buah batu/dry seed, buah berdaging/fleshy fruit, dan buah berdaging dan

berair/wet fleshy fruit

d. Buah batu/dry seed, buah berdaging/fleshy fruit, dan buah berdaging dan

kering/dry fleshy fruit

7. Contoh tanaman yang memiliki buah berdaging dan berair/wet fleshy fruit

dibawah ini adalah

a. Mentimun, melon, tomat, dan cabai

b. Mentimun, melon, semangka, tomat

c. Mentimun, okra, melon, dan tomat

d. Mentimun, selada, melon, dan tomat

8. Ciri atau kriteria beberapa benih sayuran yang menandakan bahwa benih

sudah mencapai masak fisiologis atau siap dipanen adalah

a. Selada: 50% benih rontok, okra: polong berwarna kuning, dan bayam:

benih memiliki pappus

b. Selada: 50% benih memiliki pappus, okra: polong berwarna coklat atau

abu-abu, dan bayam: tanaman induk menguning

c. Selada: polong berwarna coklat atau abu-abu, okra: polong memiliki

pappus, dan bayam: tanaman induk menguning

Page 21: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

14

d. Selada: polong berwarna coklat atau abu-abu, okra: 50% benih memiliki

pappus, dan bayam: tanaman induk menguning

9. Dua metode dasar pemanenan dalam produksi benih adalah

a. Metode pemanenan dengan pemotongan tanaman induk/tebas batang dan

metode pemanenan dengan memisahkan benih dari tanaman induknya

dilahan.

b. Metode pemanenan dengan cara manual dan metode pemanenan dengan

menggunakan mesin.

c. Metode pemanenan selektif dan metode pemanenan bulk.

d. Metode pemanenan suksesif/berkesinambungan dan metode pemanenan

satu kali.

10. Material yang dapat digunakan untuk tujuan mempercepat proses

pengeringan tanaman induk sebelum pemanenan benih dilakukan adalah

a. Dessiccant, absorbant, dan soil sterilant

b. Absorbant, defoliant, dan soil sterilant

c. Dessicant, defoliant, dan soil sterilant

d. Absorbant, dessicant, dan soil sterilant

5.4 Studi Kasus

Aplikasi PVA (Polyvinyl Acetate) untuk peningkatan hasil dalam

produksi benih wortel

Produksi benih sayuran, khususnya untuk komoditas yang memiliki

ukuran benih yang relatif kecil dan mudah rontok, salah satu masalah utama yang

dihadapi adalah mempertahankan hasil panen tetap maksimum saat benih

mencapai masak fisiologis. Kondisi tersebut sering terjadi pada wortel yang

memiliki karakteristik benih seperti disebutkan diatas, serta memiliki sistem

pembungaan dimana beberapa rangkaian bunga/umbel dihasilkan secara suksesi.

Tendensi kehilangan hasil akibat kerontokan benih (shattering) yang dihasilkan

dari umbel utama (yang pertama kali muncul) sangat besar ketika penentuan

waktu panen didasarkan pada kemasakan benih pada umbel kedua atau ketiga.

Page 22: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

15

Disisi lain, jika panen hanya didasarkan pada umbel utama, maka benih pada

umbel kedua dan seterusnya mungkin belum mencapai fase masak. Apa langkah

yang dapat dilakukan sehingga produksi benih wortel dapat memberikan hasil

yang maksimum dengan mutu benih yang tinggi?

5.5 Praktikum

Seleksi Buah Siap Panen Berdasarkan Karakteristik Masak Fisiologis

Dan Ekstraksi Benih Hasil Panen

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah tanaman yang sedang berbuah: mentimun,

tomat, cabai, dan terong, air serta HCl dengan konsentrasi 1%. Alat yang

digunakan adalah bak plastik/ember, gunting, pisau, sendok, pinset, saringan,

kantong plastik, petridish, dan gelas beaker.

Metode

Seleksi buah untuk dipanen

Buah dari masing-masing jenis tanaman diseleksi berdasarkan

karakteristik masak fisiologis dengan panduan sebagai berikut:

- Mentimun: tangkai buah yang berdekatan dengan buah lebih putih

(memutih) atau mulai mengering, warna buah kuning pucat atau sedikit

coklat, dan terlihat serbuk lilin (powdery wax) diujung buah dekat tangkai.

- Tomat dan cabai: warna berwarna merah secara keseluruhan.

- Terong: buah berwarna kuning kecoklatan atau coklat untuk varietas

terong ungu

Buah yang terseleksi dipanen sebanyak 3 buah masing-masing komoditas dengan

cara memotong tangkai buah menggunakan gunting atau pisau, dan dimasukkan

kedalam wadah kantong plastik.

Page 23: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

16

Ektraksi benih dari buah hasil panen

- Mentimun dan terong: sebelum dilakukan ekstraksi, buah mentimun dan

terong diletakkan pada tempat terbuka dengan suhu ruangan selama sekitar

seminggu agar benih didalam buah masak sepenuhnya dan daging buah

menjadi lebih lunak untuk mempermudah proses ekstraksi benih. Buah

mentimun dan terong yang sudah didiamkan selama sekitar seminggu

selanjutnya dipotong sejajar menjadi dua bagian. Benih terong dapat

diekstraksi dengan menekan daging buah sehingga benih terong dibagian

tengah keluar, kemudian kumpulkan didalam bak plastik dan tambahkan

air. Benih yang tenggelam kebagian bawah dikumpulkan diatas kertas dan

segera dikering anginkan. Ekstraksi benih mentimun dilakukan dengan

memotong sejajar menjadi dua bagian, kemudian bagian tengah dikerok

menggunakan sendok dan dikumpulkan didalam bak plastik difermentasi

pada suhu ruangan selama sekitar satu hari untuk menghilangkan gelatin

yang menyelubungi benih. Pulp hasil fermentasi ditambahkan air dan

benih dikumpulkan pada saringan sambil dibilas air agar benih mentimun

bersih. Benih kemudian dikering anginkan diatas kertas.

- Tomat: buah tomat dibelah menjadi dua bagian secara melintang.

Ekstraksi benih tomat dilakukan dengan menekan potongan buah

menggunakan tangan sehingga benih dibagian dalam dapat keluar. Benih

dikumpulkan didalam gelas beaker dan kemudian ditambahkan HCl 1%

selama 30 menit. Benih tomat selanjutnya dibilas beberapa kali dengan air

sampai bersih dan benih yang tenggelam kebawah dikumpulkan di

petridish dan selanjutnya dikeringkan.

- Cabai: buah cabai dipotong sejajar menggunakan pisau dan benihnya

diekstraksi menggunakan pinset dan dikumpulkan di petridish.

Page 24: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

17

Daftar Pustaka

George, RAT. 2009. Vegetable Seed Production, 3rd Edition. London: CABI

International

George, RAT. 2011. Agricultural Seed Production. London: CABI International

Gregg B dan Billups G. 2010. Seed Conditioning Volume 2 Technology-Part A.

Enfield: CRC Press

Kuswanto H. 2003. Teknologi Pemrosesan, Pengemasan dan Penyimpanan Benih.

Yogyakarta: Kanisius.

Owen BE. 1957. The Storage of Seeds for Maintenance of Viability.

Commonwealth Agricultural Bureaux, Bucks. England.

Qadir A. 2013. Perbenihan tanaman pangan, palawija, dan sayuran di Indonesia,

hal. 149-155. Dalam Widajati E, Muniarti E, Palupi ER, Kartika T,

Suhartanto MR, dan Qadir A. Dasar Ilmu dan Teknologi Benih. Bogor: IPB

press.

Palupi ER. 2013. Pembentukan dan perkembangan benih, hal. 9-38. Dalam

Widajati E, Muniarti E, Palupi ER, Kartika T, Suhartanto MR, dan Qadir A.

Dasar Ilmu dan Teknologi Benih. Bogor: IPB press.

Widajati E. 2013. Batasan benih, aspek-aspek dalm ilmu dan teknologi benih,

serta pentingnya benih dalam produksi tanaman, hal. 1-8. Dalam Widajati E,

Muniarti E, Palupi ER, Kartika T, Suhartanto MR, dan Qadir A. Dasar Ilmu

dan Teknologi Benih. Bogor: IPB press.

Page 25: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

18

Jawaban Soal Latihan

1. C

2. A

3. D

4. A

5. A

6. C

7. B

8. B

9. A

10. C

Jawaban Studi Kasus

Terkait dengan permasalahan dalam produksi benih wortel yang memiliki

karakteristik pembungaan yang suksesif, serta memiliki kecenderungan

kehilangan hasil benih yang tinggi akibat kerontokan (shathering), maka

diperlukan pemahaman tentang interaksi antara waktu masak benih dan potensi

hasil. Penentuan waktu pemanenan yang tepat adalah ketika fase masak dan

kuantitas hasil benih yang dapat dipanen berada pada kondisi optimum pada

kedua variabel tersebut. Disamping penentuan waktu panen yang tepat,

penggunaan PVA (Polyvinyl Acetate) dapat diterapkan untuk menurunkan potensi

kerontokan benih wortel yang masak lebih awal (khususnya benih pada umbel

utama). Penggunaan PVA untuk mencegah kehilangan hasil benih wortel sudah

diterapkan dibeberapa daerah di dunia. Aplikasi PVA dilakukan dengan cara

disemprotkan pada benih yang menempel dibagian umbel. Material PVA berperan

seperti lem ketika kering pada bagian tanaman. Perlakuan tersebut mampu

membantu mempertahankan benih yang masak lebih awal sehingga tidak rontok

dan memberikan waktu pada benih yang lebih muda untuk tetap berkembang

sampai masak.

Page 26: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

19

Melakukan Pengolahan Calon Benih

Objektif:

Mempersiapkan pengolahan calon benih berbagai jenis tanaman sayuran

Melakukan sortasi calon benih berbagai jenis tanaman sayuran

6.1 Mempersiapkan Pengolahan Calon Benih

Perontokan (Threshing) dan Ekstraksi Calon Benih

Pengolahan calon benih harus disesuaikan dengan karakteristik buah atau

material panen, yaitu buah batu/dry seed, buah berdaging/fleshy fruit, dan buah

berdaging dan berair/wet fleshy fruit. Pengolahan calon benih akan berbeda

penanganannya bergantung pada pengelompokan karakteristik buah tersebut.

Tahap awal pengolahan calon benih untuk buah batu relatif sederhana, yaitu dapat

dilakukan perontokan secara langsung setelah material panen kering. Jika proses

panen menggunakan mesin combine harvester maka proses perontokan sudah

dilakukan ketika proses pemanenan. Perontokan bertujuan untuk memisahkan

benih dari bagian lain dari tanaman. Secara umum terdapat dua metode

perontokan, yaitu metode manual dan mekanis.

3. Metode manual

d. Menggunakan tangan (hand threshing). Metode ini dapat dilakukan jika

hasil panen dalam jumlah sedikit atau skala kecil.

e. Menggunakan tongkat pemukul (beating methode). Hasil panen ditumpuk

pada tempat dengan alas misalnya anyaman bambu, kemudian tumpukan

hasil panen tersebut dipukul untuk memisahkan benih dari kulitnya. Proses

pemukulan harus hati-hati sehingga tidak sampai merusak benih.

f. Menggilas dengan roda karet. Roda karet didorong dengan bantuan

manusia atau hewan untuk memisahkan/memecahkan buah.

4. Metode mekanis (mechanical threshing)

c. Standard thresher. Mesin perontok yang dapat digunakan beberapa jenis

benih, misalnya serealia dan kacang-kacangan.

6

Page 27: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

20

d. Plot thresher. Mesin perontok yang dirancang khusus untuk komoditas

atau jenis benih tertentu (Kuswanto, 2003).

Berbeda dengan buah batu, buah berdaging dan buah berdaging dan berair

membutuhkan metode ekstraksi dan perlakuan khusus sebelum benih siap untuk

dikeringkan. Ekstraksi benih pada kedua jenis buah tersebut adalah dengan

ekstraksi basah (wet extraction) yang bisa dilakukan secara manual ataupun

mesin. Benih dari buah berdaging dan buah berdaging dan berair biasanya perlu

perlakuan khusus untuk membersihkan inhibitor perkecambahan yang

menyelimutinya. Perlakuan-perlakuan khusus tersebut diantaranya adalah:

1. Pencucian benih

Benih yang sudah dipisahkan dari daging buahnya dicuci dengan air

sampai permukaan benih tidak terlihat licin, yang menandakan zat inhibitor pada

benih sudah hilang. Metode ini dapat menggunakan penyemprotan dengan air

tekanan tinggi. Benih yang sudah dicuci bersih dapat dilanjutkan ke tahap

pengeringan. Jenis benih yang dapat dibersihkan dengan cara pencucian

diantaranya dalah benih mentimun, terong, cabai, melon, pare, dll.

2. Fermentasi

Benih hasil ekstraksi dari daging buahnya dimasukkan kedalam wadah

yang tidak bersifat korosif (kayu, plastik, stainless steel). Wadah yang berisi benih

disimpan selama beberapa hari agar terjadi proses fermentasi pada bagian yang

menyelimuti benih. Durasi proses fermentasi ditentukan oleh suhu selama proses

tersebut berlangsung. Pada suhu 24-270 C durasi proses fermentasi yang

diperlukan adalah 1-2 hari, sedangkan pada suhu yang lebih rendah 15-220 C

membutuhkan waktu 3-6 hari, ditentukan juga oleh jenis benih yang difermentasi.

Selama proses fermentasi perlu dilakukan pengadukan untuk memisahkan pulp

dari benih dan mencegah tumbuhnya cendawan. Setelah proses fermentasi

berakhir, benih biasanya tenggelam kedasar wadah. Penambahan air biasanya

dilakukan untuk mengencerkan pulp sehingga akan lebih mudah memisahkan

benih. Benih yang sudah dikumpulkan kemudian dicuci menggunakan air untuk

pembersihan akhir sebelum dilanjutkan ke tahap pengeringan (Kuswanto, 2003).

Page 28: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

21

3. Metode mekanis (mechanical method)

Metode ini hanya dilakukan untuk produksi benih dalam skala besar.

Pemisahan benih dari bagian lain yang mengandung inhibitor menggunakan

mesin yang dirancang khusus.

4. Metode kimiawi (chemical method)

Metode kimiawi biasanya digunakan untuk menggantikan metode

fermentasi yang memakan waktu beberapa hari. Zat kimia yang digunakan

biasanya adalah HCl 1%. Benih dicampur dengan larutan HCl dan diaduk selama

kurang lebih 30 menit sampai bagian yang menyelimuti benih terlepas dan

mengambang ke permukaan atas. Benih harus dicuci menggunakan air selama

beberapa kali sampai zat kimia yang menempel hilang, untuk mengetahuinya

dapat menggunakan kertas lakmus (Gregg dan Billups, 2010).

Beberapa metode dalam perontokan dan ekstraksi benih dari beberapa

komoditas sayuran (George, 2009):

9. Bayam (Spinacea oleracea)

Perontokan benih bayam dari material panen yang berupa tanaman induk

kering dilakukan dengan menggunakan small-drum thresher atau cereal

thresher. Jika menggunakan cereal thresher kecepatan yang

direkomendasikan adalah 700 rpm.

10. Selada/lettuce, wortel (Daucus carota), peterseli (Petroselinum crispum), dan

seledri (Apium graveolens)

Proses ekstraksi benih dari material panen kering dilakukan menggunakan

stationary thresher atau menggunakan combine harvester. Jika benih melalui

proses combine harvester dari tanaman dilapang, maka banyak serpihan dari

bagian tanaman yang masih basah dan dapat meningkatkan kadar air benih,

sehingga benih harus segera dikeringkan. Cara lain pemanenan benih selada

adalah dengan menggunakan kertas atau plastik bag. Rangkaian bunga

dengan benih siap panen disungkup/dibungkus dengan kertas atau plastik bag

kemudian digoyang-goyangkan (shaking) beberapa kali dengan posisi

horizontal. Cara panen benih selada seperti ini dapat dilakukan selama

beberapa kali untuk setiap tanaman (2-3 hari) untuk memperoleh hasil

maksimal.

Page 29: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

22

11. Kol dan brokoli (Brassica oleracea)

Benih sayuran dari kelompok Brassica sangat mudah pecah, sehingga penting

dalam menggunakan kecepatan yang rendah pada mesin cylinder, umumnya

tidak melebihi 700 rpm. Benih yang pecah dapat dipisahkan dari lot benih

dengan menggunakan spiral separator.

12. Mentimun (Cucumis sativus)

Jika ekstraksi benih secara manual (hand extracted) dapat dilakukan dengan

memotong buah mentimun secara longitudinal sehingga menjadi dua bagian

yang kurang lebih sama besar, benih dibagian tengah dikerok (scraped)

menggunakan sendok atau alat lain dan dikumpulkan pada wadah dalam

bentuk campuran benih basah dan cairan kental. Campuran tersebut dapat

dilakukan fermentasi terlebih dahulu selama sekitar satu hari. Proses

fermentasi bertujuan menghilangkan zat penghambat perkecambahan yang

menyelimuti benih. Campuran yang sudah difermentasi kemudian

dipindahkan pada wadah dengan bagian dasar wadah berupa lubang screen,

dan dicuci dengan cara disemprot air bertekanan. Penyemprotan air pada

benih dapat dilakukan berulang-ulang untuk pembilasan sebelum dilakukan

pengeringan. Dalam skala produksi yang besar, panen biasanya menggunakan

mesin yang memiliki crusher dan seed extractor.

13. Melon (Cucumis melo)

Metode ekstraksi benih pada mentimun dapat diterapkan untuk melon, hanya

saja pada melon tidak memerlukan proses fermentasi. Benih yang sudah

diekstraksi dapat langsung dicuci dengan air pada wadah dengan dasar

memiliki lubang screen, sebagaimana yang disebutkan pada mentimun,

sampai benih siap dikeringkan.

14. Semangka (Citrulus lannatus)

Benih pada semangka berbeda dengan kebanyakan cucurbita, benih semangka

tersebar pada keseluruhan sentral area dalam daging buah, tidak memiliki

rongga sentral. Ekstraksi benih semangka secara manual menggunakan

tangan bergantung pada pemisahan benih dari daging buah (maserasi)

daripada proses pengerokan daging buah (scopping). Potongan daging buah

semangka dibuat halus menggunakan tangan sampai dihasilkan bubur daging

Page 30: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

23

buah (pulp). Proses ini akan memisahkan benih dari daging buah yang masih

berupa potongan besar. Bubur daging buah yang mengandung benih

ditempatkan pada wadah dengan bagian dasar berupa screen dan dicuci

menggunakan air mengalir bertekanan. Proses tersebut menghasilkan

pemisahan benih dari bubur daging buah yang terbawa aliran air melewati

lubang screen, sedangkan benih tetap berada didalam wadah (ukuran lubang

screen lebih kecil dari ukuran benih semangka). Benih semangka yang

terkumpul dicuci beberapa kali pada wadah screen dengan lubang yang lebih

halus untuk pembilasan sambil dipisahkan dari benih-benih muda yang

berwarna putih. Cara lain adalah dengan memasukan benih kedalam wadah

yang berisi air sehingga benih muda dan benih kosong mengambang

dipermukaan air. Ekstraksi benih semangka biasanya tidak menggunakan

proses fermentasi karena dapat mempengaruhi potensi perkecambahannya.

Dalam skala produksi yang besar, panen biasanya menggunakan mesin yang

memiliki crusher dan seed extractor.

15. Labu dan Pumpkin (Cucurbita pepo).

Metode ekstraksi benih pada mentimun juga dapat diterapkan untuk Labu dan

Pumpkin (Cucurbita pepo), tetapi tanpa melalui proses fermentasi.

Fermentasi dapat mengakibatkan penurunan potensi perkecambahannya.

Benih yang sudah dikeringkan sampai pada batas kadar air tertentu.

Pengeringan Calon Benih (Seed Drying)

Benih dikelompokan menjadi tiga, yaitu benih ortodoks, rekalsitran, dan

intermediate. Benih ortodoks adalah kelompok benih yang pada kadar air rendah

viabilitasnya tetap dapat dipertahankan dan dapat disimpan lama (contoh: padi,

cabai, tomat, semangka, sawi, brokoli, dll. Benih rekalsitran adalah kelompok

benih yang pada kadar air rendah viabilitasnya akan turun dan tidak tahan simpan

lama (contoh: apel, mangga, cacao, dll). Benih intermediate adalah benih yang

dapat diturunkan kadar airnya tetapi tidak tahan simpan dalam waktu lama,

contohnya pada kedelai (Suhartanto, 2013). Benih memiliki sifat higroskopis,

sehingga benih yang ditempatkan dalam ruangan dengan udara yang berkadar air

rendah maka benih akan kehilangan kadar airnya. Kondisi sebaliknya juga

Page 31: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

24

berlaku, jika benih ditempatkan pada ruangan dengan kadar air udara lebih tinggi

dari udara, maka kadar air benih akan meningkat. Pengeringan benih merupakan

proses mengurangi kelebihan kadar air dalam benih sampai pada batas yang aman

untuk penyimpanan dan mempertahankan viabilitas benih (Kuswanto, 2003).

Dalam proses pengeringan calon benih, sangat penting menggunakan suhu

maksimum dimana viabilitas benih tidak terpengaruhi pada suhu tersebut

(Copeland dan McDonald, 2001). Hal tersebut dimaksudkan agar proses

pengeringan dapat dilakukan secepat mungkin. Benih yang berada dalam kondisi

hangat dan lembab/basah memiliki tendensi untuk berkecambah ataupun berjamur

jika proses pengeringan terlalu lama (Ashworth, 2002). Produksi benih dari buah

batu yang dilakukan di daerah kering (arid), proses pengeringan pada calon benih

biasanya tidak perlu dilakukan karena calon benih sudah memiliki kadar air yang

rendah saat dipanen. Calon benih yang diperoleh setelah proses perontokan perlu

pengujian kadar air untuk menentukan apakah calon benih perlu proses

pengeringan lebih lanjut atau tidak. Pengukuran kadar air benih biasanya

menggunakan alat seed moisture tester. Kadar air optimum untuk bcalon benih

bervariasi bergantung pada jenis tanamannya. Secara umum kadar air yang

diperlukan untuk penyimpanan jangka pendek adalah kurang dari 14%, sedangkan

pada kadar air 10%, benih dapat disimpan dalam jangka waktu sekitar 6 minggu

(George, 2011). Kadar air benih untuk penyimpanan secara maksimum atau

jangka panjang umumnya berada diantara 5 dan 6 %. Kadar air benih dibawah 5

% dapat merusak struktur membran sel dan mempercepat deteriorasi benih

(Copeland dan McDonald, 2001). Benih yang memiliki kadar air yang tinggi

dapat menimbulkan dampak buruk selama penyimpanan, diantaranya:

Memperpendek masa simpan (storability)

Menurunkan persentase viabilitas benih

Meningkatkan laju respirasi benih

Menyebabkan heating akibat respirasi ataupun aktivitas bakteri

Menyebabkan pertumbuhan cendawan (RH lebih dari 70%)

Benih menjadi makanan hama gudang (RH lebih dari 40%)

Sebaliknya jika kadar air benih terlalu rendah juga dapat menyebabkan dampak

buruk, diantaranya:

Page 32: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

25

Menurunkan laju perkecambahan benih

Menyebabkan dormansi pada benih

Menyebabkan benih terlalu keras dan menyulitkan imbibisi ketika

dikecambahkan

Menyebabkan kematian embrio

Metode pengeringan calon benih dapat dilakukan dengan beberapa cara,

yaitu:

1. Pengeringan dengan panas matahari

Pengeringan dengan panas matahari dapat dilakukan secara langsung dan

tidak langsung. Pengeringan secara langsung dilakukan dengan menjemur

benih secara langsung pada tempat yang beralaskan kayu atau lantai semen

bersih yang terpapar oleh cahaya matahari. Ketebalan hamparan benih serta

waktu pengeringan harus diperhatikan karena dapat terjadi pemanasan yang

berlebih akibat panas matahari yang terlalu lama. Selama proses pengeringan,

hamparan calon benih perlu diaduk-aduk secara kontinu sehingga penerimaan

panas dapat merata. Pengeringan secara tidak langsung dilakukan dengan

mengumpulkan panas matahari terlebih dahulu yang selanjutnya digunakan

untuk memanaskan udara untuk proses pengeringan benih.

2. Pengeringan dengan udara

Meningkatkan suhu udara. Pengeringan dengan cara ini dilakukan dengan

memanaskan udara sebelum digunakan untuk mengeringkan benih.

Pemanasan udara tidak boleh berlebihan karena dapat berdampak buruk pada

viabilitas benih. Suhu udara yang dapat digunakan antara 35-38 0C.

3. Pengeringan dengan sistem ventilasi

Pengeringan dengan sistem ini adalah dengan menggunakan aliran udara

secara terus menerus pada benih. Udara yang mengalir dengan kadar air yang

lebih rendah dari benih akan menyerap kadar air benih sehingga kadar airnya

jadi menurun. Pengeringan dengan sistem ventilasi dapat dibedakan menjadi

beberapa cara, yaitu:

a. Cross draught ventilation

Pemindahan panas dari udara ke benih dengan cara ini sangat kecil sehingga tidak

mempengaruhi kondisi benih. Proses kerjanya yaitu dengan mengembuskan udara

Page 33: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

26

kering kedalam ruang pengeringan dengan menggunakan blower. Aliran udara

harus diperhatikan sedemikian rupa sehingga benih dapat terpapar udara kering

dengan waktu yang cukup sampai terjadi perpindahan air dari benih ke udara, dan

sebelum udara mencapai titik jenuhnya maka harus sudah melewati benih yang

sedang dikeringkan.

b. Through draugh ventilation

Udara kering dilewatkan pada hamparan benih dari bagian bawah. Benih akan

banyak bersentuhan dengan udara melalui cara pengeringan ini, sehingga peluang

udara dalam menyerap air dari benih menjadi lebih besar dan benih lebih cepat

kering.

c. Wind ventilation

Metode pengeringan ini hanya bisa dilakukan didaerah dengan kecepatan angin

minimal 5 m/detik. Metode ini bisa dikombinasikan dengan metode cross draugh

ventilation sehingga tidak menggunakan blower. Faktor-faktor yang perlu

diperhatikan adalah posisi antara alat dan arah angin serta ketinggian tempatnya.

d. Natural convection

Metode pengeringan ini dilakukan berdasarkan sifat udara, yaitu udara panas

dengan berat jenis udara lebih ringan akan bergerak ke atas. Metode ini

membutuhkan alat pemanas udara yang berfungsi untuk mengeringkan benih.

Udara dingin masuk melalui lubang pada bagian bawah yang kemudian

mengalami proses pemanasan oleh pemanas udara. Udara yang panas kemudian

akan bergerak ke atas dan melewati benih yang sedang dikeringkan. Udara panas

yang melalui benih harus tetap dalam kondisi berat jenis yang rendah sehingga

tetap bergerak ke atas dan keluar dari tempat pengeringan sehingga tidak terjadi

proses pengembunan. Blower dapat digunakan untuk memperlancar proses

keluarnya udara panas dari tempat pengeringan.

e. Fan forced ventilation

Metode pengeringan ini dilakukan untuk pengeringan benih dalam skala besar dan

waktu cepat. Jumlah udara yang dipompa ke tempat pengeringan, kecepatan

udara, dan tekanan udara harus disesuaikan agar proses pengeringan berjalan

efisien (Kuswanto, 2003).

Page 34: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

27

6.2 Melakukan Sortasi

Pembersihan dan Sortasi Calon Benih

Calon benih yang sudah melalui proses pengeringan dan memiliki kadar

air yang ditetapkan perlu dilakukan pembersihan dan sortasi terlebih dahulu agar

diperoleh benih dengan kemurnian yang tinggi. Calon benih hasil ekstraksi

ataupun perontokkan masih tercampur oleh kontaminan berupa material-material

lain yang terbawa dari proses pemanenan sampai pengeringan. Material campuran

tersebut dianggap sebagai kotoran yang perlu dibuang, yaitu semua material selain

benih yang diproduksi. Material kotoran yang tercampur pada calon benih

tersebut dapat dipisahkan secara manual ataupun mekanis. Menurut Copeland dan

McDonald (2001), dalam proses pembersihan dan sortasi benih terdapat lima

tujuan, yaitu: 1. Pembersihan secara menyeluruh (pembersihan semua material

kotoran), 2. Minimalisir kehilangan benih (calon benih dengan kualitas baik yang

terbuang bersama material kotoran harus pada tingkat minimal), 3. Upgrading

(meningkatkan kualitas calon benih melalui eliminasi calon benih rusak, pecah,

busuk, terserang hama, ataupun kualitas rendah), 4. Efisiensi (penanganan calon

benih jumlah besar tetap konsisten dengan efektivitas pemisahan), 5. Minimalisir

jumlah pekerja (pertimbangan biaya produksi).

Kualitas calon benih dapat ditingkatkan dengan dua cara, yaitu 1.

Pembersihan atau pemisahan kontaminan material kotoran yang berupa pecahan

kulit buah, tangkai, buah, benih dari varietas lain, benih rusak, benih mati, benih

gulma, kerikil, gumpalan tanah ataupun kotoran lain, 2. Sortasi (separation and

grading) yaitu mengeliminasi calon benih yang memiliki kualitas rendah atau

tidak diinginkan (Copeland dan McDonald, 2001). Proses pembersihan benih

yang dilakukan secara mekanis dilakukan bertahap, diantaranya adalah:

1. Precleaning/scalping

Tahapan ini hanya bertujuan untuk memisahkan kotoran yang memiliki ukuran

yang relatif besar dibandingkan ukuran benih yang diproduksi. Adanya kotoran

berukuran besar pada benih dapat menghambat kerja mesin yang akan digunakan

pada proses berikutnya. Tahapan precleaning tidak perlu dilakukan jika benih

tidak memiliki kotoran dengan ukuran relatif besar.

Page 35: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

28

2. Basic cleaning

Basic cleaning merupakan tahapan yang dilakukan setelah proses precleaning.

Pada prinsipnya tahapan ini sama dengan tahapan precleaning, hanya saja ukuran

material kotoran yang menjadi target untuk dipisahkan lebih kecil sehingga

saringan yang digunakan lubangnya lebih halus.

3. Post cleaning

Tahapan ini dilakukan ketika benih yang sudah melalui tahapan basic cleaning

masih memiliki material kotoran, biasanya material kotoran tersebut secara fisik

memiliki bentuk dan ukuran yang sama dengan benih yang diproduksi. Material

kotoran tersebut tidak dapat dipisahkan ditahapan basic cleaning karena kesamaan

karakteristik fisik tersebut. Mesin yang digunakan pada tahapan post cleaning

harus dapat memisahkan material kotoran dengan karakter fisik yang sama dengan

benih, diantaranya pemisahan berdasarkan warna, berat jenis benih, dan ukuran

yang lebih akurat. Proses ini biasanya disebut dengan separation and grading.

Benih yang melalui tahapan ini akan memiliki kemurnian yang tinggi.

Terdapat beberapa metode pembersihan benih dalam proses produksi

benih, diantaranya adalah:

Screen cleaning

Pemisahan material kotoran yang tercampur pada benih dilakukan dengan

menggunakan ayakan (screen) logam atau kawat. Ukuran dan bentuk lubang

berbeda-beda bergantung pada jenis benih yang diproduksi (bulat, lonjong,

persegi empat, dan segitiga). Ukuran lubang ayakan harus lebih kecil dari ukuran

benih sehingga hanya material kotoran yang lebih kecil dari benih saja yang lolos

dari ayakan, dan benih akan tetap berada pada ayakan. Proses pembersihan

dilakukan dengan pergerakan ayakan secara berulang.

Pembersihan benih dengan aliran udara

Pada dasarnya metode ini merupakan metode tradisional yang telah lama

digunakan seperti di Indonesia yang menggunakan tampah atau nyiru. Material

kotoran yang memiliki bobot lebih ringan dari benih akan terbawa oleh angin.

Metode ini mengalami perkembangan seiring dengan kebutuhan produksi benih

skala besar. Beberapa mesin pembersih benih yang menggunakan prinsip aliran

udara diantaranya adalah:

Page 36: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

29

a. Winnower machine

Mesin ini menggunakan blower untuk mengalirkan udara dengan

kecepatan tertentu untuk memisahkan material kotoran dengan bobot yang

lebih ringan dari benih seperti potongan bagian tanaman, benih mati,

ataupun debu halus. Material kotoran yang memiliki bobot relatif sama

atau lebih berat dari benih tidak dapat dipisahkan, sehingga mesin ini

hanya cocok digunakan sampai pada tahapan basic cleaning.

b. Clipper (air screen cleaner/ASC)

Mesin ini menggunakan saringan/ayakan yang dikombinasikan dengan

blower untuk menghasilkan aliran udara, sehingga dapat membersihkan

benih berdasarkan ukuran, bentuk, dan berat jenis benih. Satu set ayakan

digunakan dengan ukuran lubang yang berbeda-beda bergantung pada

material kotoran yang akan dibersihkan dan ukuran benihnya. Aliran udara

akan membuang material kotoran yang lebih ringan dari benih. perlu

diperhatikan keseimbangan antara kecepatan aliran udara, kombinasi

susunan dan ukuran saringan, serta kecepatan gerakan saringan Mesin ini

belum bisa digunakan untuk memisahkan benih berdasarkan panjang

benih. Prinsip kerja ASC dapat dilihat pada lampiran 1.

Pada tahapan post cleaning, proses yang dilakukan adalah sortasi yang

meliputi kegiatan separation dan juga grading sehingga diperoleh lot benih

dengan kemurnian yang tinggi. Beberapa metode dan alat yang dapat digunakan

untuk tujuan tersebut adalah:

1. Alat pemisah benih berdasarkan panjang (cleaning by length separation)

Alat ini dapat memisahkan material kotoran yang tidak dapat dilakukan oleh air

screen cleaner, yaitu pemisahan berdasarkan panjang benih. Alat yang digunakan

adalah cylinder separator. Alat ini terdiri dari dua buah silinder yang terbuat dari

logam. Logam silinder bagian luar berbentuk bulat dan merupakan silider yang

berputar. Silinder tersebut memiliki cekungan dengan ukuran tertentu pada sisi

bagian dalamnya yang disebut sebagai cell atau identations. Silinder yang kedua

berbentuk setengah lingkaran dan berada dibagian dalam dari silinder pertama

(silinder bulat) dan tidak berputar. Proses pemisahan benih dibedakan berdasarkan

bentuk benih yang akan dibersihkan. Jika benih berbentuk bulat, maka ukuran

Page 37: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

30

cekungan harus lebih kecil dari pada ukuran benih, sehingga cekungan hanya akan

menangkap material kotoran yang akan dipisahkan kedalam silider setengah

lingkaran. Untuk benih dengan bentuk lonjong, ukuran cekungan harus sama atau

lebih besar dari ukuran benih, sehingga benih tersebut akan tetap berada pada

silinder bulat dan material kotoran terkumpul di silinder setengah ligkaran. Prinsip

kerja alat cylinder separator disajikan pada lampiran 2.

2. Alat pemisah benih berdasarkan berat jenis, sifat permukaan, dan warna benih

Mesin ini didesain untuk dapat memisahkan material kotoran dengan ukuran dan

karakteristik hampir sama dengan benih yang diproduksi. Material kotoran

tersebut tidak dapat dipisahkan menggunakan air screen cleaner atau cleaning by

length separation. Oleh karena itu pemisahan material kotoran tersebut dilakukan

berdasarkan berat jenis, sifat permukaan, dan warna benih. Material kotoran yang

ingin dipisahkan dapat berupa benih terserang hama ataupun cendawan, benih

busuk, benih hampa, partikel tanah, dan juga benih varietas lain. Terdapat

beberapa alat yang digunakan, yaitu:

- Gravity Separator

Alat ini terdiri dari lempengan berlubang-lubang yang dapat bergerak

seperti gerakan mengayak. Pada bagian bawah alat ini terdapat blower yang

mengalirkan udara dengan tekanan tertentu. Adanya kombinasi gerakan dan

aliran udara tersebut maka proses pemisahan material kotoran dan benih

berdasarkan berat jenis dapat terjadi. Material kotoran dengan berat jenis

lebih besar dari benih akan terdorong ke arah kanan sedangkan benih ke

arah kiri. Prinsip kerja alat tersebut dapat dilihat pada lampiran 3.

- Spiral Separator

Alat ini memisahkan benih dengan material kotoran dengan prinsip

perbedaan permukaan benih. Perbedaan karakteristik permukaan benih

tersebut akan menghasilkan perbedaan dalam kemampuan meluncur benih

dari permukaan yang miring. Alat ini satu atau lebih lempengan logam yang

berbentuk spiral pada sumbu vertikal. Benih yang dijatuhkan dari atas akan

memiliki kecepatan yang berbeda bergantung pada bentuknya, benih bulat

akan lebih cepat meluncur ke bawah dibandingkan benih bentuk lain (pipih

atau tidak beraturan). Benih akan meluncur disekitar sumbu spiral akibat

Page 38: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

31

adanya gaya sentripetal sehingga dapat terpisah dengan material kotoran

lain (lampiran 4). Alat ini sesuai untuk benih kubis dan bayam.

- Belt Grader/Band Grader/Draper Mill/Roll Mill

Alat ini terdiri dari sabuk/belt dan feeder sebagai tempat memasukkan

benih. Belt yang terbuat dari kanvas atau karet disusun dengan kemiringan

tertentu dan digerakkan dan digetarkan dengan fibrator. Akibat kemiringan

dan getaran menyebabkan benih yang berbentuk buat dengan permukaan

halus bergerak ke bawah/jatuh, sedangkan benih dengan permukaan kasar

akan terbawa oleh belt ke atas (lampiran 5).

- Magnetic Separator/Magnetic Drum

Alat ini digunakan untuk memisahkan benih berdasarkan karakteristik

permukaan kulit benih, sehingga benih yang memiliki kulit rusak dapat

terpisahkan. Alat ini terdiri atas drum bermagnet dan tabung yang berfungsi

untuk menebarkan serbuk besi ke permukaan benih. Serbuk besi yang

ditebarkan hanya akan menempel pada benih yang memiliki permukaan

kulit rusak saja dan tidak akan menempel pada benih yang memiliki kulit

benih dengan kondisi baik. Pemisahan benih akan terjadi ketika benih

dengan kulit rusak dan tertempeli oleh serbuk besi melekat pada drum yang

bermagnet. Benih dengan kondisi baik akan lewat/jatuh kebawah pada

tempat penampungan tanpa terpengaruh medan magnet (lampiran 6).

- Color Separator

Alat ini berfungsi memisahkan benih berdasarkan warnanya. Penggunaan

alat ini biasanya bertujuan untuk memisahkan benih yang baik dengan benih

sudah mengalami proses deteriorasi. Benih yang sudah mengalami

deteriorasi biasanya mengalami perubahan yang dapat dipisahkan hanya

berdasarkan warnanya saja sehingga membutuhkan alat khusus. Color

separator bekerja berdasarkan prinsip fotosel, yaitu perbedaan warna benih

deteriorasi dan benih standar. Benih yang memiliki warna selain warna

benih standar akan memantulkan warna yang berbeda yang ditangkap oleh

fotosel. Jika terdeteksi warna yang berbeda dengan warna standar maka alat

ini akan menghembuskan udara sehingga benih dengan warna berbeda

tersebut akan terpental atau tersisihkan (lampiran 7) (Kuswanto, 2003).

Page 39: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

32

Pemberian Identitas Calon Benih

Calon benih yang sudah memiliki kemurnian yang tinggi (hasil separation

and grading) diberikan identitas sesuai material benih yang diproduksi.

Pemberian identitas tersebut bertujuan untuk memberikan informasi-informasi

penting yang berhubungan dengan proses produksi benih. Pemberian

identitas/labeling harus memuat informasi varietas benih agar tidak terjadi

kesalahan atau tertukar dengan benih lain, khususnya jika produksi benih

dilakukan pada beberapa varietas dalam waktu yang bersamaan. Adanya identitas

juga akan memungkinkan bagi produser benih untuk menelusuri lot calon benih

jika terjadi permasalahan misalnya ketidaksesuaian deskripsi benih, ataupun untuk

mengetahui sudah berapa lama lot calon benih tersebut setelah prosesing atau

setelah panen. Oleh karena itu informasi terkait dengan waktu panen atau

prosesing benih perlu juga untuk dicantumkan dalam pemberian identitas lot calon

benih.

Pemberian identitas pada calon benih dapat dilakukan dengan menuliskan

beberapa informasi pada kemasan/wadah untuk benih, yang dianggap penting

diantaranya adalah:

Nama petani

Tanggal prosesing/produksi

Nomor lot benih

Kode varietas

Berat benih tiap wadah

Calon benih yang sudah diberi identitas secara lengkap kemudian dapat

dilanjutkan pada proses selanjutnya seperti perlakuan benih.

Page 40: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

33

5.6 Soal Latihan

1. Salah satu dampak buruk yang dapat ditimbulkan akibat kadar air benih

yang tinggi selama proses penyimpanan adalah

a. Persentase viabilitas benih meningkat

b. Persentase viabilitas benih menurun

c. Masa simpan menjadi lama

d. Respirasi benih menjadi rendah

2. Dibawah ini adalah dampak negatif jika kadar air benih terlalu rendah,

yaitu

a. Kematian embrio, laju perkecambahan turun, benih terlalu keras/sulit

imbibisi

b. Kematian embrio, laju perkecambahan naik, benih terlalu keras/sulit

imbibisi

c. Kematian embrio, laju perkecambahan turun, benih lunak/mudah

imbibisi

d. Benih tidak dipengaruhi oleh kadar air rendah

3. Suhu yang paling baik untuk proses pengeringan benih adalah

a. Suhu maksimum yang mempengaruhi viabilitas benih

b. Suhu minimum yang mempengaruhi viabilitas benih

c. Suhu maksimum yang tidak mempengaruhi viabilitas benih

d. Suhu minimum yang tidak mempengaruhi viabilitas benih

4. Perlakuan khusus untuk ekstraksi benih dari buah berdaging dan buah

berdaging dan berair diantaranya adalah

a. Pengasapan, fermentasi, metode biologis, dan metode kimiawi

b. Pengasapan, fermentasi, metode mekanis, dan metode kimiawi

c. Pencucian, fermentasi, metode biologis, dan metode kimiawi

d. Pencucian, fermentasi, metode mekanis, dan metode kimiawi

5. Ekstraksi benih buah berdaging dan berdaging dan berair perlu perlakuan

khusus misalnya perlakuan kimiawi, bahan kimia yang digunakan

umumnya adalah

a. NaCl b. KNO3 c. HCl d. CaCO3

Page 41: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

34

6. Bagian yang menyelimuti benih dari buah berdaging dan buah berdaging

dan berair perlu dihilangkan melalui proses fermentasi atau kimiawi,

karena

a. Mengandung zat inhibitor perkecambahan

b. Mengandung zat promotor perkecambahan

c. Mengandung zat berbahaya bagi manusia

d. Mengandung zat karsinogenik

7. Beberapa metode pengeringan benih diantaranya adalah

a. Pengeringan dengan panas matahari, pengeringan dengan pengasapan,

dan pengeringan dengan sistem ventilasi

b. Pengeringan dengan panas matahari, pengeringan dengan udara, dan

pengeringan dengan sistem ventilasi

c. Pengeringan dengan panas matahari, pengeringan dengan udara, dan

pengeringan dengan elektromagnetik

d. Pengeringan dengan panas matahari, pengeringan dengan udara,

pengeringan dengan sistem ventilasi, dan pengeringan dengan

pengasapan

8. Pembersihan benih secara mekanis dilakukan dengan tiga tahapan, yaitu

a. Precleaning/scalping, standard cleaning, dan post cleaning

b. Precleaning/scalping dan post cleaning

c. Precleaning/scalping, basic cleaning, post cleaning, dan screen

cleaning

d. Precleaning/scalping, basic cleaning, dan post cleaning

9. Berikut adalah beberapa alat pemisah benih dan prinsip kerjanya yang

sesuai adalah

a. Winnower machine memisahkan benih dari kotoran berdasarkan

warnanya

b. Gravity separator memisahkan benih rusak dan baik berdasarkan

warna dan gaya sentripetal

c. Spiral separator memisahkan benih berdasarkan kemampuan meluncur

dan gaya sentripetal

d. Magnetic separator memisahkan benih berdasarkan berat jenis

Page 42: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

35

10. Pemisahan benih standar dan benih yang telah mengalami deteriorasi

dapat dilakukan dengan menggunakan alat

a. Colour separator c. Spiral separator

b. Gravity separator d. Magnetic separator

5.7 Studi Kasus

Dalam proses produksi benih tomat, tidak jarang terjadi serangan

penyakit ketika proses perkembangan buah tomat berlangsung. Salah satu

penyakit yang dapat menyerang tomat adalah penyakit busuk (canker disease)

yang disebabkan oleh cendawan Phytophthora. Penyakit yang disebabkan oleh

cendawan ini dapat menyerang buah tomat dan terbawa oleh benih didalamnya

(seed born disease). Jika penyakit ini terjadi dilahan produksi benih tomat maka

dapat menyebabkan masalah jika tidak ada penanganan khusus untuk

mengeliminasi seed born disease tersebut. Apa langkah yang dapat dilakukan

untuk mengeliminasi penyakit tersebut sehingga produksi benih tomat yang

terinfeksi tetap dapat memberikan hasil?

5.8 Praktikum

Pengujian alat pembersih dan sortasi berdasarkan bobot benih dengan

menggunakan Gravity separator GS/SPI-02

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah 100 g benih cabai, 100 g benih bayam, dan

material kotoran beruapa serpihan tanaman kering sebanyak 10 g, dan alat yang

digunakan adalah Gravity separator GS/SPI-02, permanent marker, amplop atau

kraft paper.

Metode

Masing-masing benih, yaitu benih padi dan benih bayam dicampur dengan

material kotoran secara terpisah sehingga terdapat dua campuran dengan dua jenis

benih yang berbeda (benih padi + material kotoran dan benih bayam + material

kotoran). Setiap campuran benih kemudian dibagi menjadi dua bagian sama rata

untuk empat kali percobaan dengan menggunakan kecepatan blower yang

Page 43: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

36

berbeda-beda. Campuran benih selanjutnya dimasukkan kedalam Gravity

separator GS/SPI-02 dengan durasi waktu sekitar 10 menit untuk masing-masing

percobaan dengan kecepatan blower yang berbeda. Hasil dari proses pembersihan

dan sortasi benih dari setiap percobaan kemudian diamati efisiensi dari proses

pembersihan dan sortasi berdasarkan perbedaan kecepatan blower yang

digunakan. Efisiensi pemilahan dihitung dengan rumus:

Efisiensi Pemilahan:

Masing-masing benih yang sudah disortasi selanjutnya dimasukkan kedalam

amplop atau kraft paper dan diberikan label menggunakan alat tulis permanent

marker.

Page 44: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

37

Daftar Pustaka

Ashworth, S. 2002. Seed to Seed: Seed Saving and Growing Techniques for

Vegetable Gardeners. Iowa: Seed Savers Exchange

Copeland, LO dan McDonald, MB. 2001. Seed Science and Technology.

Massachusetts: Kluwer Academic Publishers

George, RAT. 2009. Vegetable Seed Production, 3rd Edition. London: CABI

International

George, RAT. 2011. Agricultural Seed Production. London: CABI International

Gregg B dan Billups G. 2010. Seed Conditioning Volume 2 Technology-Part A.

Enfield: CRC Press

Kuswanto H. 2003. Teknologi Pemrosesan, Pengemasan dan Penyimpanan Benih.

Yogyakarta: Kanisius.

Suhartanto MR. 2013. Teknologi pengolahan dan penyimpanan benih, hal. 64-83.

Dalam Widajati E, Muniarti E, Palupi ER, Kartika T, Suhartanto MR, dan

Qadir A. Dasar Ilmu dan Teknologi Benih. Bogor: IPB press.

Page 45: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

38

Jawaban Soal Latihan

11. B

12. A

13. C

14. D

15. C

16. A

17. B

18. D

19. C

20. A

Jawaban Studi Kasus

Penyakit busuk (canker disease) akibat cendawan Phytophthora yang telah

menginfeksi benih tomat dapat dieliminasi dengan perlakuan zat asam,

diantaranya dapat menggunakan HCl atau asam asetat. Konsentrasi zat asam yang

digunakan adalah 1% selama 30 menit. Penggunaan zat asam tersebut dilakukan

ketika proses ekstraksi benih tomat, pulp benih tomat yang dikumpulkan diwadah

ditambahkan larutan zat asam tersebut. Pada dasarnya larutan zat asam tersebut

juga memiliki fungsi menghilangkan bagian seperti lendir yang menyelubungi

benih tomat yang merupakan zat inhibitor perkecambahan.

Page 46: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

39

Melakukan Penanganan Benih

Objektif:

Memberikan Perlakuan Pada Benih Berbagai Jenis Tanaman Sayuran

Melakukan Pengemasan Benih berbagai Jenis Tanaman Sayuran

Melakukan Penyimpanan Benih berbagai Jenis Tanaman Sayuran

7.1 Memberikan Perlakuan Pada Benih Berbagai Jenis Tanaman

Sayuran

Benih yang sudah melalui proses pembersihan dan sortasi biasanya perlu

diberikan perlakuan khusus sebelum dilakukan pengemasan ataupun

penyimpanan. Dalam produksi benih komersial yang menghasilkan benih dalam

jumlah besar akan membutuhkan waktu dalam proses pemasarannya sampai benih

tersebut sampai dan digunakan oleh petani untuk penanaman. Perlakuan benih

memiliki tujuan melindungi benih dari berbagai gangguan, baik yang sifatnya

fisik ataupun biologis (hama dan penyakit). Perlakuan pada benih difokuskan

pada perlindungan benih selama masa simpan hingga penanaman benih ataupun

fase perkecambahan. Perlakuan benih juga bisa dilakukan untuk tujuan

penyesuaian bentuk terhadap penggunaan alat tanam yang memiliki desain

khusus. Menurut Copeland dan McDonald (2001), perlakuan benih merupakan

proses mengaplikasikan bahan kimia kepada benih dengan tujuan mengurangi,

mengendalikan, atau menolak organisme-organisme yang merusak atau dapat

menyebabkan penyakit benih baik sifatnya soilborne, seedborne, atau airborne.

Perlakuan-perlakuan lain dengan tujuan untuk melindungi benih juga

dapat dilakukan. Perlakuan benih dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu

pemberian bahan kimia, perendaman air panas, dan pelapisan benih.

1. Perlakuan benih dengan pemberian bahan kimia

a. Perlakuan benih dengan pemberian pestisida

Pestisida yang digunakan untuk perlakuan benih dapat berupa pestisida

kimia ataupun nabati. Bahan aktif dalam pestisida yang digunakan tidak boleh

7

Page 47: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

40

menurunkan viabilitas benih (Suhartanto, 2012). Pemberian pestisida pada benih

dapat dilakukan melalui perendaman benih dalam larutan pestisida ataupun

dengan mencampur benih dengan serbuk pestisida. Benih harus dilakukan

pengeringan kembali jika perlakuan dilakukan dengan perendaman dalam larutan

pestisida. Benih yang sudah diberi perlakuan pestisida harus diberikan warna

khusus sehingga tidak dikonsumsi atau untuk memberikan peringatan penggunaan

benih secara hati-hati oleh petani. Tujuan perlakuan benih dengan pemberian

pestisida adalah perlindungan dari hama dan penyakit untuk benih selama masa

simpan dan untuk benih dan kecambah di lahan (Kuswanto, 2003). Pestisida yang

banyak digunakan untuk perlakuan benih adalah Thiram, yang termasuk golongan

fungisida untuk proteksi terhadap penyakit benih yang disebabkan oleh cendawan

selama proses penyimpanan. Rekomendasi dosis perlakuan Thiram dan Captan

dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rekomendasi dosis perlakuan benih dengan fungisida untuk beberapa

jenis tanaman sayuran

Jenis sayuran

Thiram 50WP

gram / 45 kg benih

Captan

gram / 45 kg benih

Buncis 85 70.8

Brokoli 226.8 42.5

Kol/Cabbage 226.8 42.5

Mentimun 127.6 70.8

Wortel 226.8 -

Bunga kol/Cauliflower 226.8 42.5

Terong 170 -

Selada (Lettuce) dan Bayam (Spinach) 226.8 42.5

Okra 170 -

Cabai 226.8 70.8

Pumpkin 127.6 42.5

Labu/Squash 127.6 42.5

Tomat 170 -

Semangka 127.6 42.5

Sumber: Lousiana University AgCenter (2014)

Page 48: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

41

Aplikasi fungisida yang berbentuk serbuk (wettable powder) untuk benih

dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dust method dan slurry method.

- Dust method

Aplikasi dengan cara ini dilakukan dengan mencampur benih dan fungisida

yang berbentuk serbuk didalam wadah pencampur berupa kontainer.

Kontainer yang berisi benih dan serbuk fungisida digerak-gerakan sampai

serbuk fungisida dapat melapisi permukaan kulit benih secara merata.

- Slurry method

Aplikasi dengan cara ini dilakukan dengan membuat pasta fungisida. Pasta

fungisida dibuat dengan cara mencampur serbuk fungisida dengan air

secukupnya, kemudian diaduk sampai rata sehingga serbuk fungisida yang

bersifat wettable powder terbasahi oleh air dan terbentuk pasta yang

homogen. Benih yang akan diberi perlakuan dimasukkan kedalam pasta dan

diaduk sehingga seluruh permukaan benih terselubungi oleh pasta fungisida.

b. Perlakuan benih dengan clorox (sodium hipoklorit)

Clorox merupakan larutan yang digunakan sebagai pemutih pakaian.

Bahan aktif pada clorox, yaitu sodium hipoklorit (NaClO) dapat diketahui efektif

digunakan untuk disinfeksi bakteri patogen dan beberapa virus dari permukaan

benih. Konsentrasi yang digunakan umumnya adalah 0.2 % (v/v). Pada benih

asparagus perendaman dengan clorox digunakan untuk mengendalikan layu

Fusarium (Lousiana University AgCenter, 2014).

c. Perlakuan benih dengan HCl

Penyakit busuk (canker disease) akibat cendawan Phytophthora yang telah

menginfeksi benih tomat dapat dieliminasi dengan perlakuan zat asam,

diantaranya dapat menggunakan HCl atau asam asetat. Konsentrasi zat asam yang

digunakan adalah 1% selama 30 menit. Penggunaan zat asam tersebut dilakukan

ketika proses ekstraksi benih tomat, pulp benih tomat yang dikumpulkan diwadah

ditambahkan larutan zat asam tersebut. Pada dasarnya larutan zat asam tersebut

juga memiliki fungsi menghilangkan bagian seperti lendir yang menyelubungi

benih tomat yang merupakan zat inhibitor perkecambahan (Gregg dan Billups,

2010).

Page 49: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

42

2. Perlakuan benih dengan perendaman air panas

Perlakuan ini merupakan perlakuan umum yang dilakukan kepada benih

sebagai langkah disinfeksi benih sebelum perlakuan bahan kimia diterapkan pada

benih secara populer. Perlakuan air panas sangat efektif untuk beberapa penyakit

tanaman, terutama penyakit yang sifatnya seedborne disease. Pada famili kubis-

kubisan (Cabbage family) diantaranya bercak daun, busuk hitam, dan blackleg.

Pada tomat penyakit kanker bakteri dan bercak coklat, pada bayam penyakit

downy mildew, dan pada seledri bercak daun septoria (Ashworth, 2002). Tanaman

dari famili cucurbita selain mentimun tidak tahan terhadap suhu tinggi sehingga

tidak dapat diberikan perlakuan air panas. Perlakuan benih dengan air panas pada

beberapa jenis tanaman sayuran tersedia pada Tabel 4.

Tabel 4. Perlakuan disinfeksi penyakit seedborne disease pada beberapa benih

tanaman sayuran dengan air panas

Jenis tanaman Suhu air (0C) Waktu perendaman (menit)

Brokoli 50 20-25

Kol/Cabbage 50 25

Wortel 50 15-20

Bunga kol/Cauliflower 50 20

Seledri/Celery 50 25

Coriander 52.8 30

Mentimun 50 20

Terong 50 25

Selada/Lettuce 47.8 30

Mint 44.4 10

Cabai 51.7 30

Bawang merah/Shallot 46.1 60

Bayam/Spinach 50 25

Tomat 50 25

Sumber: Department of crop sciences University of Illinois

3. Perlakuan benih dengan pelapisan benih

Pelapisan pada benih dibagi menjadi dua, yaitu coating dan pelleting.

Coating bertujuan untuk meningkatkan performa benih melalui pelapisan dimana

pelapisan tersebut tidak bertujuan untuk mengubah bentuk benih. Coating dapat

Page 50: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

43

menghasilkan lapisan yang menunda perkecambahan, selain itu coating juga dapat

dilakukan dengan penambahan mikronutrien, serta penambahan pestisida.

Penambahan-penambahan pada pelapisan sebagai coating tersebut dapat

meningkatkan performa benih. Material yang digunakan untuk tujuan coating

harus memenuhi kriteria: 1. Polimer berbahan dasar air, 2. Viskositas rendah, 3.

Konsentrasi padat yang tinggi, 4. Keseimbangan hidrofilik/hidrofobik yang dapat

disesuaikan, dan 5. Membentuk film/lapisan ketika kering. Coating sangat berbeda

dari pelleting karena hanya menambah bobot benih sekitar 1-10 %, sehingga

aplikasi dapat dilakukan dengan spray atau celup. Bahan yang digunakan untuk

coating benih contohnya adalah polyethyleneglycol (PEG), hydroxypropil

cellulose, maltodextrin. Sedangkan pelleting bertujuan untuk meningkatkan

plantability melalui modifikasi bentuk benih sehingga dihasilkan ukuran benih

tertentu dan memudahkan penanaman atau untuk memperoleh penanaman yang

presisi. Biasanya untuk benih-benih yang kecil atau memiliki bentuk yang tidak

beraturan, biasanya benih sayuran. Bahan yang dapat digunakan untuk pelleting

diantaranya adalah arabic gum, gelatin, methylcellulose, polyvinyl alcohol,

polyoxyethylene glycol (Copeland dan McDonald, 2001).

Pelapisan benih, coating dan pelleting memiliki beberapa tujuan lain yaitu

mempertahankan kadar air, memudahkan proses penyimpanan, dan dapat

memperpanjang daya simpan (storability) benih (Kuswanto, 2003).

7.2 Melakukan Pengemasan Benih berbagai Jenis Tanaman

Sayuran

Benih perlu dilakukan pengemasan sebelum disimpan ataupun dipasarkan.

Tujuan pengemasan benih:

- Memudahkan pengelolaan benih

- Memudahkan transportasi benih untuk pemasaran

- Memudahkan penyimpanan benih dengan kondisi yang memadai

- Mempertahankan persentase viabilitas benih

- Mengurangi pengaruh lingkungan yang berubah-ubah

- Mempertahankan kadar air benih

Bahan pengemas benih dapat diklasifikasikan menjadi tiga:

Page 51: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

44

1. Berdasarkan kemampuan menahan masuknya uap air kedalam kemasan

a. Moisture barier

Bahan pengemas yang dapat berfungsi menghambat masuknya uap air

kedalam kemasan benih. Bahan ini masih berpeluang untuk dilalui uap air

dengan jumlah yang sangat sedikit, sehingga jika disimpan dengan

kelembapan udara tinggi atau rendah pada jangka waktu tertentu,

perubahan kadar air benih didalam kemasan tidak terlalu besar. Jika

penyimpanan benih dilakukan dalam jangka panjang, bahan pengemas ini

tidak dapat digunakan karena benih pada akhirnya akan mencapai

equilibrium dengan kelembapan udara tempat penyimpanan.

b. Moisture resitence

Bahan pengemas ini memiliki kemampuan untuk mencegah masuknya uap

air kedalam kemasan. Benih yang dikemas dengan bahan ini tidak

terpengaruh oleh kondisi lingkungan sehingga dapat digunakan untuk

penyimpanan jangka panjang.

2. Berdasarkan kemampuan menahan masuknya air kedalam kemasan

Struktur bahan pengemas sangat mempengaruhi kemampuannya dalam

mencegah masuknya air kedalam kemasan. Hal ini sangat penting sehingga

ketika kemasan terkena air benih tidak turut serta menjadi basah yang dapat

menyebabkan beberapa kerugian yang mempengaruhi kualitas benih, bahkan

dapat berakibat pembusukan.

3. Berdasarkan kemampuan menahan pertukaran gas

Bahan pengemas yang memiliki kemampuan dalam membatasi pertukaran

gas-gas selama benih berada dalam penyimpanan. Hal tersebut bertujuan

mempertahankan kualitas benih. Laju respirasi benih ditekan seminimal

mungkin sehingga hanya cukup untuk aktivitas fisiologi dasar selama proses

penyimpanan dalam kemasan, dengan demikian benih memiliki cadangan

makanan yang cukup ketika akan dikecambahkan.

Perbedaan kemampuan dari setiap material kemasan dapat dilihat pada

tabel 5. Pada tabel tersebut kekuatan material dinilai berdasarkan angka 0 sampai

10. Semakin tinggi nilai dalam tabel maka semakin tinggi juga kemampuan

material pengemas dalam mempertahankan kualitas benih.

Page 52: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

45

Tabel 5. Perbandingan kemampuan material kemasan untuk benih

Material

Property

Po

lyet

hy

len

e (P

E)

Po

lyv

iny

lch

lori

de

(PV

C)

Po

lyv

iny

lden

ech

lori

de

(PV

DC

)

Po

lyes

ter

(My

lar)

Cel

lulo

se (

Pla

in t

ran

spar

ant)

PE

/MS

AT

cel

lulo

se

Cel

lulo

se a

ceta

te

Kra

ft p

aper

Su

lph

ite

pap

er

Gla

ssin

e

Wax

ed g

lass

ine

PE

Co

ated

pap

er

PV

DC

Co

ated

pap

er

All

um

iniu

m f

oil

(9

mik

ron

)

Water vapour

resistance 7 2 9 4 0 8 1 0 0 0 4 7 8 10

Gas transmission 3 5 8 6 6 8 2 0 0 3 5 3 8 10

Odour resistance 3 5 8 8 6 8 2 0 0 3 4 3 8 10

water resistance 10 10 10 10 5 6 6 2 2 3 5 6 6 10

Oil or grease

resistance 5 8 8 8 10 6 6 0 0 4 6 5 8 10

Sumber: Kuswanto (2013)

Karakteristik fisik bahan pengemas benih:

1. Yield

Yield merupakan satuan dalam unit yang menggambarkan luas bahan

pengemas untuk setiap kilogram bahan. Satu unit menunjukkan bahwa

setiap kilogram bahan pengemas memiliki luas 42 m2, sehingga semakin

tinggi unit maka semakin luas perkilogram bahan pengemas tersebut, atau

semakin tipis.

2. Strength

Strength merupakan kekuatan dari bahan pengemas yang diukur dengan

unit, dan setiap unit bahan pengemas yang memiliki lebar 28 mm dapat

menahan beban 1 kg. Semakin tinggi nilai unit bahan pengemas semakin

kuat bahan tersebut.

3. Stretch

Stretch menunjukkan berapa kali bahan pengemas tersebut dapat

berkembang sebelum akhirnya pecah. Satuan yang digunakan adalah unit.

Setiap nilai satu unit berarti bahan tersebut dapat berkembang 400%, atau

bahan tersebut dapat berkembang lima kali sebelum pecah. Semakin tinggi

Page 53: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

46

nilai unit bahan pengemas maka semakin besar kemampuan bahan untuk

berkembang.

4. Water vapour resistance

Water vapour resistance merupakan kemampuan bahan pengemas dalam

menahan uap air masuk kedalam kemasan persatuan waktu dan per satuan

luas bahan pengemas yang diukur dengan satuan unit. Bahan pengemas

yang memiliki nilai satu unit berarti bahan pengemas tersebut dapat dilalui

18 g air m2 per hari. Semakin tinggi nilai unit bahan pengemas maka

semakin kedap terhadap air. Sehingga jika suatu bahan memiliki nilai dua

unit, maka bahan ini hanya dapat dilalui uap air sebanyak 9 g/m2/hari.

5. Oksigen resistance

Oksigen resistance meruapakan kemampuan bahan pengemas dalam

menahan masuknya oksigen kedalam kemasan. Setiap unit menunjukkan

bahwa bahan pengemas dapat dilalui oksigen sebanyak 8000

cm3/m2/hari/bar. Semakin tinggi nilai unit maka bahan pengemas tersebut

semakin kedap.

6. Heat seal temperature

Heat seal temperature merupakan tingkat derajat panas yang dibutuhkan

untuk merekatkan bahan pengemas.

Sealing bahan pengemas benih perlu dilakukan sehingga benih benar-

benar terlindungi dari pengaruh lingkungan luar. Sealing bahan pengemas benih

harus dilakukan dengan baik sehingga tidak terjadi kebocoran. Secara umum

sealing yang paling baik dilakukan dengan pemasan (heat sealing) atau dengan

lamination sealing bergantung pada bahan pengemas yang digunakan. Hal lain

yang perlu diperhatikan terkait dengan sealing adalah jarak antara benih dalam

kemasan dan sealing tidak boleh terlalu lebar dan tidak boleh terlalu sempit

(Kuswanto, 2003).

Tahapan berikutya yang perlu dilakukan setelah pengemasan adalah

pemberian label pada kemasan benih sebelum dilakukan proses penyimpanan.

Pemberian labe pada tahap ini merupakan kelanjutan dari pelabelan/pemberian

identitas pada tahapan setelah prosesing benih. Label memuat informasi yang

sebelumnya sudah diberikan, hanya terdapat tambahan karena benih sudah

Page 54: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

47

diberikan perlakuan benih. Informasi perlakuan benih pada label sangat penting

untuk menghindari penggunaannya yang tidak sesuai dengan tujuan perlakuan,

misalnya untuk konsumsi ataupun pakan. Informasi pada label dapat dituliskan

sebagai berikut:

Nama petani

Tanggal prosesing/produksi

Nomor lot benih

Kode varietas

Berat benih tiap wadah/kemasan

Jenis treatment benih

Penulisan label harus dilakukan dengan jelas dan menggunakan bahan yang

permanen atau dapat bertahan lama, sehingga tidak akan hilang atau rusak selama

dalam proses penyimpanan benih.

7.3 Melakukan Penyimpanan Benih berbagai Jenis Tanaman

Sayuran

Penyimpanan benih bertujuan untuk menyediakan benih dengan kualitas

yang tetap baik untuk musim tanam yang akan datang.

Beberapa faktor yang diperhatikan dalam penyimpanan benih:

1. Sifat genetik benih

Sifat genetik benih yang perlu diperhatikan adalah variasi antar spesies dan

antar kultivar atau varietas. Setiap spesies ataupun kultivar/varietas tanaman

memiliki karakteristik yang berbeda terutama kekerasan dan permeabilitas

kulit benih, juga ketahanan benih uuntuk disimpan.

2. Kondisi sebelum panen

Beberapa kondisi tersebut adalah:

a. Kondisi benih dipengaruhi oleh keadaan sebelum benih dipanen yaitu

kemasakan benih ketika dipanen, dimana panen yang paling adalah ketika

masak fisiologis. Pemanenan pada fase tersebut akan mempengaruhi

ketahanan penyimpanan benih.

b. Ukuran benih dapat mencapai ukuran normal sesuai dengan deskripsi

apabila tersedia cukup fotosintat selama proses pengisian benih. Fotosintat

Page 55: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

48

tersebut sebagian akan digunakan sebagai cadangan makanan benih.

Apabila jumlah cadangan makanan dalam benih banyak maka benih

menjadi lebih tahan dalam penyimpanan.

c. Kerusakan mekanis dapat terjadi pada saat proses pemanenan khususnya

jika dilakukan secara mekanis. Kerusakan mekanis pada benih tersebut

dapat mempengaruhi ketahanan benih dalam penyimpanan. Kerusakan

mekanis juga dapat memaacu infeksi sekunder yang dapat menyebabkan

penyakit.

d. Kondisi lingkungan sebelum benih dipanen dan setelah benih diproses

merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap ketahanan benih

dalam penyimpanan. Kondisi lingkungan tersebut dapat mempengaruhi

status cadangan makanan yang akan digunakan untuk mempertahankan

kehidupan benih selama dipenyimpanan.

e. Kondisi cuaca sebelum dan pada saat benih dipanen sangat mempengaruhi

kualitas benih. Pemanenan benih ketika cuaca kering akan memiliki daya

tahan yang lebih baik dibandingkan pada saat cuaca basah.

3. Struktur dan komposisi benih

Morfologi benih dapat mempengaruhi kerusakan yang terjadi pada saat benih

dipanen dan diproses. Secara umum benih yang memiliki ukuran lebih kecil

akan mengalami kerusakan lebih sedikit daripada benih yang berukuran lebih

besar. Posisi embrio juga dapat menjadi faktor penyebab kerusakan, seperti

kacang-kacangan yang memiliki posisi embrio dekat dengan permukaan akan

menjadi lebih rentan rusak. Jenis komposisi cadangan makanan dalam benih

juga mempengaruhi ketahanan penyimpanan. Benih yang mengandung

banyak protein sangat higroskopis, benih yang mengandung karbohidrat lebih

mudah menyerap air daripada benih yang banyak mengandung lemak.

4. Kondisi kulit benih

Benih yang memiliki sifat fisik kulit benih keras dan impermeabel terhadap

air akan memiliki daya tahan pada kondisi penyimpanan yang lebih lama

karena lebih terjaga dari perubahan kadar air.

5. Hubungan antara tingkat kemasakan dan daya simpan benih

Page 56: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

49

Dalam produksi benih tidak secara merata bersamaan ketika mencapai fase

kemasakan. Oleh karena itu penentuan waktu panen didasarkan pada

kemasakan sebagian besar benih.

6. Dormansi benih

Dormansi benih merupakan kondisi dimana benih belum siap berkecambah.

Beberapa jenis benih tanaman yang memiliki sifat dormansi lebih tahan lama

untuk disimpan.

7. Kadar air benih

Selama proses penyimpanan, kadar air benih merupakan salah satu faktor

yang sangat mempengaruhi daya simpan benih. Terkait hal tersebut maka

pemanenan benih dilakukan saat benih sudah mencapai masak fisiologis

dimana kadar air benih rendah. Jika kadar air masih tinggi maka perlu

dilakukan pengeringan untuk menurunkan kadar airnya. Penurunan kadar air

benih ditujukan untuk menurunkan laju respirasi benih, benih yang memiliki

laju respirasi yang rendah akan memiliki daya simpan yang lebih lama

(Kuswanto, 2003). Secara umum kadar air benih untuk penyimpanan berada

diantara 5 dan 6 %, merupakan kadar air yang ideal untuk penyimpanan yang

maksimum (Copeland dan McDonald, 2001).

8. Adanya kerusakan mekanis

Kerusakan mekanis pada benih dapat disebabkan oleh struktur benih dan sifat

resistensi benih pada saat perontokan dilakukan. Kerusakan mekanis pada

benih dapat berupa benih pecah, retak, bruises, dan abrasi. Kerusakan

mekanis pada benih dapat menyebabkan benih tersebut mudah terserang

mikroorganisme sehingga daya simpan benih menjadi menurun. Untuk

menurunkan persentase kerusakan mekanis pada benih salah satunya dengan

pemanenan benih saat kadar airnya rendah.

9. Vigor benih

Vigor benih adalah kemampuan benih untuk dapat menghasilkan kecambah

normal pada kondisi lingkungan yang optimum ataupun suboptimum. Vigor

benih tersebut mempengaruhi daya simpan benih. Benih yang memiliki vigor

tinggi akan memiliki daya simpan benih yang lama. Penyimpanan benih

berhubungan erat dengan viabilitas dan vigor benih, terutama benih yang

Page 57: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

50

memiliki tingkat deteriorasi yang tinggi. Berikut ini adalah grafik hubungan

antara viabilitas dan vigor benih terhadap penyimpanan. Adapun penurunan

viabilitas dan vigor benih dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya

adalah:

- Sifat genetik (varietas atau kultivar)

- Kondisi benih saat penyimpanan

- Kondisi ruang penyimpanan benih

- Keseragaman seed lot

- Serangan mikroorganisme

10. Kondisi tempat penyimpanan

Faktor-faktor yang terkait dengan tempat penyimpanan:

a. Suhu ruang penyimpanan

Berdasarkan hukum Harrington, suhu ruang penyimpanan benih sangat

berpengaruh terhadap laju deteriorasi. Semakin rendah suhu ruang

penyimpanan, maka semakin lambat laju deteriorasi sehingga benih dapat

lebih lama disimpan. Pada kondisi sebaliknya, semakin tinggi suhu ruang

simpan maka semakin cepat laju deteriorasi sehingga lama penyimpanan

benih lebih pendek. Suhu ruang simpan yang tinggi dapat memacu laju

respirasi yang mengakibatkan semakin besarnya perombakan cadangan

makanan benih. Perombakan cadangan makanan tersebut tersebut

menimbulkan panas yang menyebabkan laju respirasi meningkat. Selain itu,

perombakan cadangan makanan juga menyebabkan benih mengalami

kekurangan cadangan makanan yang diperlukan untuk proses

perkecambahan, hal ini dapat berdampak pada persentase kecambah abnormal

menjadi meningkat.

Hukum Harrington mengenai cara penyimpanan benih selama 3-10 tahun

adalah sebagai berikut:

1. Jumlah persen kelembapan relatif (RH) ditambah dengan nilai suhu dalam

0F tidak boleh lebih dari 100.

2. Jika nilai tersebut mencapai 120, maka penyimpanan paling lama

dilakukan selama 3 tahun dan nilai suhu tidak boleh lebih dari setengah

total nilai.

Page 58: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

51

Hukum Harrington lain yang disebut Thumb rules menggambarkan hubungan

antara kadar air dengan suhu penyimpanan:

1. Daya simpan benih akan berkurang atau bertambah dua kali lipat setiap

kenaikan atau penurunan suhu ruangan sebesar 5 0C.

2. Daya simpan benih akan berkurang atau bertambah dua kali lipat jika

kadar air benih berkurang atau bertambah sebesar 1%.

Hukum ini berlaku apabila RH ruangan penyimpanan berkisar antara 15-70 %,

dengan suhu antara 0-30 0C, dan kadar air benih antara 4-14 %. Namun untuk

menerapkan hukum ini perlu diketahui nilai ME (moisture equilibrium) yang

dicapai benih setelah disimpan dengan kondisi ruangan tersebut. Pada Tabel 6

dapat dilihat keseimbangan kadar air benih pada berbagai kelembapan (RH) ruang

penyimpanan benih.

Tabel 6. Keseimbangan kadar air benih beberapa jenis sayuran pada beberapa RH

dengan suhu 25 0C (penghitungan berdasarkan berat basah).

Sumber: Kuswanto (2003)

Page 59: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

52

b. Kelembapan ruang penyimpanan

Benih bersifat higroskopis dan selalu berusaha mencapai kondisi

equilibrium dengan lingkungannya. Jika ruangan penyimpanan

mempunyai kadar air yang tinggi dari kadar air benih maka benih akan

menyerap air dari udara sehingga kadar air benih jadi meningkat.

Peningkatan kadar air benih akan menyebabkan laju respirasi benih

meningkat dan berdampak pada peningkatan proses perombakan cadangan

makanan sehingga kualitas benih akan turun.

c. Kadar air benih dan kelembapan ruang penyimpanan

Hubungan kadar air benih dengan kelembapan ruang penyimpanan dapat

dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Hubungan antara kadar air benih dengan kelembapan ruang

penyimpanan pada suhu tertentu

Pada fase satu menunjukkan daerah saat air terikat secara kimiawi dengan

sangat kuat, sehingga air tersebut hanya dapat diuraikan dengan

menghancurkan benih atau cara destruksi. Fase dua merupakan daerah

dimana air mudah dilepaskan atau dipertukarkan, yang merupakan kondisi

Page 60: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

53

equilibrium yang dicapai benih. Pada fase tiga, menunjukkan daerah saat

air sangat mudah untuk dilepaskan karena pada fase tersebut air berada

pada daerah diantara jaringan benih (intercellular). Berdasarkan hubungan

tersebut dapat dilihat bahwa kandungan air pada fase satu dan dua

merupakan kondisi yang aman untuk penyimpanan. Penyimpanan pada

fase tiga dapat menyebabkan deteriorasi benih secara cepat.

11. Bahan pengemas

Penggunaan bahan pengemas yang kedap terhadap air akan melindungi benih

dari perubahan, khususnya kadar air akibat kondisi ruang penyimpanan.

12. Kondisi lingkungan

Daerah tropis memiliki suhu dan kelembapan yang tinggi sepanjang tahun,

yaitu berada pada kisaran 30-35 0C dan 80-90 %. Kondisi tersebut akan

memperpendek daya simpan benih sehingga diperlukan ruang penyimpanan

yang disesuaikan suhu dan kelembapannya.

Klasifikasi penyimpanan berdasarkan waktu

1. Penyimpanan jangka pendek (Short-term storage)

Pennyimpanan jangka pendek yaitu penyimpanan yang dilakukan dengan

waktu penyimpanan antara 1 - 9 bulan. Umumnya penyimpanan ini hanya

bertujuan untuk penyimpanan sampai musim tanam berikutnya. Beberapa hal

yang perlu diperhatikan adalah:

- RH ruang penyimpanan 50 % dengan suhu 30 0C dan kadar air benih

untuk benih yang banyak mengandung lemak atau minyak adalah 7 %, dan

untuk benih yang mengandung protein dan karbohidrat adalah 11%.

- RH ruang penyimpanan 60 % dengan suhu 20 0C dan kadar air benih

untuk benih yang banyak mengandung lemak atau minyak maksimal

adalah 9.5 %, dan untuk benih yang banyak mengandung protein dan

karbohidrat adalah 13 %.

2. Penyimpanan jangka menengah (Mid-term storage)

Penyimpanan jangka menengah merupakan penyimpanan yang dilakukan

dengan waktu penyimpanan antara 9 – 18 bulan. Kondisi umum persyaratan

untuk penyimpanan ini adalah sebagai berikut:

Page 61: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

54

- RH ruang penyimpanan 40 %, suhu 30 0C, kadar air benih untuk benih

yang banyak mengandung minyak atau lemak maksimal adalah 6 % dan

benih yang banyak mengandung protein maksimal adalah 10 %.

- RH ruang penyimpanan 50 %, suhu 20 0C, kadar air benih untuk benih

yang banyak mengandung minyak atau lemak maksimal adalah 7 % dan

benih yang banyak mengandung protein maksimal adalah 11 %.

- RH ruang penyimpanan 60 %, suhu 10 0C, kadar air benih untuk benih

yang banyak mengandung minyak atau lemak maksimal adalah 9 % dan

benih yang banyak mengandung protein maksimal adalah 11 %.

3. Penyimpanan jangka panjang (Long-term storage)

Penyimpanan jangka panjang adalah penyimpanan yang dilakukan dengan

waktu antara 18 – 120 bulan. Penyimpanan jangka panjang dibutuhkan

ruangan dengan suhu dan kelembapan yang rendah (kering). Kondisi umum

pada penyimpanan ini adalah:

- RH ruang penyimpanan 45 % dan suhu 10 0C merupakan kondisi yang

aman untuk penyimpanan selama lima tahun

- RH ruang penyimpanan 30 % dan suhu 4 0C merupakan kondisi yang

aman untuk penyimpanan benih antara 5 – 15 tahun.

Penyimpanan lain dapat dilakukan dengan penyimpanan pada kondisi vacum.

Penyimpanan pada kondisi vacum dapat meningkatkan daya simpan benih. Selain

itu untuk meningkatkan daya simpan benih juga dapat dilakukan dengan

mengganti gas dalam kemasan dengan CO2 atau nitrogen. Kedua gas tersebut

dapat menghambat laju respirasi benih (Kuswanto, 2003).

Page 62: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

55

5.9 Soal Latihan

1. Berikut ini adalah tiga cara perlakuan pada benih, yaitu?

a. Perlakuan bahan kimia, perlakuan air panas, dan perlakuan pelapisan

b. Perlakuan bahan kimia, perlakuan air panas, dan perlakuan gelombang

panjang

c. Perlakuan bahan fisika, perlakuan air panas, dan perlakuan pelapisan

d. Perlakuan bahan kimia, perlakuan biologi, dan perlakuan pelapisan

2. Perlakuan benih menggunakan bahan kimia dapat dilakukan diantaranya

dengan menggunakan?

a. Pestisida dan clorox

b. Pestisida dan larutan gula

c. Pestisida dan herbisida

d. Pestisida dan hormon tumbuhan

3. Tujuan perlakuaan kepada benih yang tidak sesuai dibawah ini adalah?

a. Disinfeksi penyakit-penyakit yang bersifat seedborne, soilborne, atau

airborne disease

b. Mempertahankan kadar air benih

c. Meningkatkan daya simpan benih

d. Meningkatkan laju respirasi benih

4. Jenis pestisida yang umum digunakan untuk perlakuan benih adalah?

a. Agrept c. Dithane M45

b. Thiram d. Streptomicyn

5. Bahan aktif pada clorox yang efektif dalam mengeliminasi patogen bakteri

dan beberapa virus pada permukaan kulit benih adalah?

a. Sodium klorida c. Sodium hipoklorit

b. Perak nitrat d. Antibiotik

6. Salah satu bentuk pelapisan benih adalah pelleting, tujuan dari pelleting pada

benih adalah?

a. Modifikasi bentuk benih sehingga dihasilkan ukuran benih tertentu untuk

penanaman yang presisi

b. Modifikasi ukuran benih sehingga dihasilkan benih yang memiliki bobot

yang lebih besar dari sebelumnya

Page 63: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

56

c. Modifikasi struktur internal benih sehingga dihasilkan ukuran benih

tertentu untuk penanaman yang presisi

d. Modifikasi benih sehingga dihasilkan benih baru yang memiliki

produktivitas lebih tinggi

7. Material pengemas benih dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu?

a. Material yang mampu menahan masuknya panas, menahan masuknya air,

dan menahan pertukaran gas kedalam kemasan

b. Material yang mampu menahan masuknya uap air, menahan masuknya

cahaya, dan menahan pertukaran gas kedalam kemasan

c. Material yang mampu menahan masuknya uap air, menahan masuknya

air, dan menahan pertukaran larutan kedalam kemasan

d. Material yang mampu menahan masuknya uap air, menahan masuknya

air, dan menahan pertukaran gas kedalam kemasan

8. Berdasarkan kemampuannya, kemasan yang paling tinggi kemampuannya

dalam menahan transmisi gas, uap air, air, dan minyak adalah?

a. Kertas kraft c. Aluminium foil 9 mikron

b. Plastik Poliethylene (PE) d. Polyester (Mylar)

9. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penyimpanan benih adalah?

a. Sifat genetik, sifat fenotipe, kondisi sebelum dan sesudah panen, struktur

dan komposisi benih, kondisi kulit benih, dormansi benih, kadar air benih,

vigor benih, tempat penyimpanan, bahan pengemas, dan kondisi

lingkungan

b. Sifat genetik, kondisi sebelum dan sesudah panen, struktur dan komposisi

benih, kondisi kulit benih, dormansi benih, kadar air benih, vigor benih,

tempat penyimpanan, bahan pengemas, dan kondisi lingkungan

c. Sifat fenotipe, kondisi sebelum dan sesudah panen, struktur dan komposisi

benih, kondisi kulit benih, dormansi benih, kadar air benih, vigor benih,

tempat penyimpanan, bahan pengemas, dan kondisi lingkungan

d. Sifat fenotipe, kondisi sebelum dan sesudah panen, struktur dan komposisi

benih, kondisi kulit benih, skarifikasi benih, kadar air benih, vigor benih,

tempat penyimpanan, bahan pengemas, dan kondisi lingkungan

Page 64: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

57

10. Penyimpanan benih dapat diklasifikasikan berdasarkan waktu

penyimpanannya menjadi tiga, yaitu?

a. Penyimpanan jangka pendek/short-term storage (1 – 9 minggu), jangka

menengah/mid-term storage (9 – 18 minggu), dan jangka panjang/long-

term storage (18 -120 minggu)

b. Penyimpanan jangka pendek/short-term storage (1 – 20 minggu), jangka

menengah/mid-term storage (21 – 60 minggu), dan jangka panjang/long-

term storage (61 -120 minggu)

c. Penyimpanan jangka pendek/short-term storage (1 – 20 bulan), jangka

menengah/mid-term storage (21 – 60 bulan), dan jangka panjang/long-

term storage (61 -120 bulan)

d. Penyimpanan jangka pendek/short-term storage (1 – 9 bulan), jangka

menengah/mid-term storage (9 – 18 bulan), dan jangka panjang/long-term

storage (18 -120 bulan)

5.10 Studi Kasus

Ruang penyimpanan benih yang terkontrol kelembapan dan suhunya

merupakan salah satu fasilitas penting yang dibutuhkan dalam proses produksi

benih. Ruang penyimpanan benih yang terkontrol tersebut sangat diperlukan

untuk menjaga benih agar kualitasnya tidak turun selama proses penyimpanan,

khususnya diwilayah tropis yang memiliki suhu dan kelembapan relatif tinggi.

Terkait dengan hal tersebut, jika sedang terdapat permasalahan pada ruang

penyimpanan benih dan terdapat benih yang harus segera disimpan, bagaimana

alternatif penyimpanan benih yang dapat dilakukan sehingga benih yang

diproduksi dapat tetap disimpan dengan kondisi yang optimum untuk

penyimpanan?

Page 65: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

58

5.11 Praktikum

Aplikasi Arabic Gum sebagai Material Pelleting Benih Cabai dan

Pengemasannya

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan untuk pelleting adalah benih cabai 50 gram, arabic

gum 20 g, air, dan bahan yang digunakan untuk pengemasan adalah plastik

metalizer 10 cm. Alat yang digunakan adalah timbangan digital, toples 1000 ml,

bak plastik kotak, hand sprayer, sealer press plastik, sendok, dan gunting.

Metode

Benih cabai disebar secara merata pada bak plastik kotak kemudian

dibasahi dengan cara disemprot menggunakan hand sprayer. Benih cabai yang

sudah basah kemudian dimasukan kedalam toples plastik. Arabic gum sebagai

bahan pelleting kemudian dimasukkan kedalam toples secara bertahap

menggunakan sendok sebanyak 2 g atau lebih, kemudian toples dikocok dengan

arah memutar sampai benih cabai dan arabic gum bercampur. Penambahan arabic

gum dan pengocokan tersebut secara berkala dilakukan sehingga diperoleh pellet

benih dengan kisaran ukuran yang diinginkan. Pellet benih yang dihasilkan

kemudian dikeringkan selama beberapa jam sampai kadar airnya cukup rendah

untuk dilanjutkan pada proses pengemasan.

Pellet benih cabai kemudian ditimbang sebanyak 10 g untuk pengemasan.

Plastik metalizer digunting dengan ukuran 5 x 5 cm. Pellet benih yang sudah

ditimbang dimasukkan kedalam plastik metaizer dan kemudian diseal

menggunakan sealer press plastik.

Page 66: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

59

Daftar Pustaka

Ashworth, S. 2002. Seed to Seed: Seed Saving and Growing Techniques for

Vegetable Gardeners. Iowa: Seed Savers Exchange

Copeland, LO dan McDonald, MB. 2001. Seed Science and Technology.

Massachusetts: Kluwer Academic Publishers

Gregg B dan Billups G. 2010. Seed Conditioning Volume 2 Technology-Part A.

Enfield: CRC Press

Kuswanto H. 2003. Teknologi Pemrosesan, Pengemasan dan Penyimpanan Benih.

Yogyakarta: Kanisius.

Lousiana University AgCenter. 2014. Lousiana Plant Disease Management Guide.

Lousiana: Lousiana University AgCenter

Suhartanto MR. 2013. Teknologi pengolahan dan penyimpanan benih, hal. 64-83.

Dalam Widajati E, Muniarti E, Palupi ER, Kartika T, Suhartanto MR, dan

Qadir A. Dasar Ilmu dan Teknologi Benih. Bogor: IPB press.

University of Illinois. 1992. Vegetable seed treatment. Report on Plant Disease

No. 915. Urbana-Campaign: Department of crop sciences, University of

Illinois Extension.

Page 67: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

60

Jawaban Soal Latihan

21. A

22. A

23. D

24. B

25. C

26. A

27. D

28. C

29. B

30. D

Jawaban Studi Kasus

Penyimpanan benih yang tidak dilakukan di ruang penyimpanan yang

terkontrol dapat dilakukan dengan penyimpanan benih didalam kontainer

(containerized seed storage). Sistem penyimpanan ini menggunakan silica gel

yang diberi perlakuan cobalt chloride yang memberikan perubahan warna pada

silica sebagai indikator perubahan kelembapan didalam kontainer. Indikator warna

yang dihasilkan adalah perubahan warna dari biru menjadi merah muda (pink)

ketika kelembapan melebihi 45 %. Granul silika ditempatkan didalam kontainer

atau box yang dapat ditutup sehingga udara didalamnya tidak terpengaruh

lingkungan luar. Proporsi yang digunakan adalah 1 kg granul silika untuk 10 kg

benih. Kontainer yang digunakan harus terbuat dari bahan yang kedap udara,

seperti logam. Sistem tersebut dapat menyimpan benih sampai beberapa tahun.

Beberapa keuntungan dari sistem penyimpanan ini antara lain pemeliharaan dan

biayanya murah, penggunaan material kontainer dari logam dapat melindungi

hama, peluang terserang fungi dari proses penyimpanan dapat diminimalisir

karena kelembapan kontainer berada pada 45% (Copeland dan McDonald, 2001).

Page 68: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

61

Lampiran

Lampiran 1. Prinsip kerja alat Air Screen Cleaner untuk prosesing benih (sumber:

http://eagri.org)

Lampiran 2. Prinsip kerja alat Cylinder Separator untuk prosesing benih (sumber:

http://eagri.org)

Page 69: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

62

Lampiran 3. Prinsip kerja alat Gravity Separator untuk prosesing benih (sumber:

http://eagri.org)

Page 70: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

63

Lampiran 4. Prinsip kerja alat Spiral Separator untuk prosesing benih (sumber:

http://eagri.org)

Lampiran 5. Prinsip kerja alat Roll Mill untuk prosesing benih (sumber:

http://eagri.org)

Page 71: PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSItb_kawakibiazmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/... · PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – Agroteknologi Skema Sertifikasi : RT-010/1/LSP-UG/II/2017

64

Lampiran 6. Prinsip kerja alat Magnetic Separator untuk prosesing benih (sumber:

http://eagri.org)

Lampiran 7. Gambar alat Color Separator untuk prosesing benih (sumber:

http://eagri.org)