pelatihan senam ayo bergerak, senam bugar indonesia lebih ...
Transcript of pelatihan senam ayo bergerak, senam bugar indonesia lebih ...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wanita dalam kehidupan sehari-harinya memiliki kegiatan dan pekerjaan
yang cukup banyak sehingga wanita sangat memerlukan kebugaran fisik yang
cukup. Pergeseran pola hidup dari banyak bekerja secara dinamis menjadi statis
merupakan salah satu penyebab menurunnya kebugaran fisik. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi memberikan keuntungan terhadap aktivitas sehari-hari
di mana manusia dapat menyelesaikan pekerjaannya secara efektif dan efisien
dengan bantuan alat-alat yang modern sehingga tidak memerlukan energi yang
berlebih. Akibatnya wanita kurang bergerak sehingga mengakibatkan rendahnya
tingkat kebugaran fisik. Keadaan kurang bergerak dapat menyebabkan berbagai
masalah kesehatan seperti mudah terkena stres, kerja paru-paru menjadi tidak
efisien, anggota gerak menjadi lemah, lemak tubuh bertambah dan mengundang
berbagai penyakit non infeksi, antara lain penyakit degeneratif dan penyakit
kardiovaskular (Brick, 2001), selain itu dapat menurunkan efisiensi dan
produktivitas kerja (Irianto, 2004). Secara global, kurangnya bergerak m erupakan
faktor risiko ke empat terbesar yang menyebabkan tingkat kematian tertinggi
akibat masalah kesehatan yang ditimbulkannya, diperkirakan angka mortalitas
pada tahun 2012 mencapai 3,2 juta kematian (Anonim, 2013).
Survey Departemen Kesehatan (Anonim, 2001) menyebutkan bahwa
seiring berjalannya waktu penyakit degeneratif terus meningkat. Misalnya
2
penyakit kardiovaskular sebagai penyebab kematian telah meningkat dari urutan
ke 11 pada tahun 1972, menjadi urutan ke 3 pada tahun 1986, dan menjadi urutan
pertama pada tahun 1992, 1995, dan 2001. Hasil survey tahun 2001 juga
menyatakan bahwa 56% penduduk (27% pria dan 29% wanita) berusia 25 tahun
ke atas menderita hipertensi, 3% penduduk mengalami penyakit jantung, 1,2 %
penduduk mengalami diabetes, dan 5,9% (1,3% pria dan 4,6% wanita) mengalami
kelebihan berat badan (Anonim, 2002) . Berdasarkan analisis data kebugaran yang
dikumpulkan pada kegiatan SDI (Sport Development Index) 2006 menunjukkan
bahwa 37,40% masuk dalam kategori kurang sekali, 43,90% kurang, 13,55%
sedang, dan hanya 5,15% yang masuk kategori baik dan baik sekali (Anonim,
2007). Hasil seperti ini sebenarnya tidak terlalu mengejutkan, mengingat beberapa
penelitian lain juga menunjukkan data yang kurang lebih sama. Misalnya pada
tahun 2002 Departemen Kesehatan mengadakan pemetaan kebugaran fisik pada
Pegawai Negeri sipil yang berasal dari Pemda Tingkat I dan Dinas Kesehatan
propinsi yang dilaksanakan di DKI Jakarta, Jawa Barat, Sumatera Selatan dan
Bali. Hasil pemetaan menyebutkan bahwa lebih dari 63% mereka memiliki
tingkat kebugaran fisik yang sangat kurang. Selain itu pada tahun 2005 dilakukan
survei tingkat kebugaran pada pelajar dan hasilnya 10,71% masuk kategori
kurang sekali, 44,97% masuk kategori kurang, 37,66% masuk kategori sedang
dan 5,66% masuk kategori baik, sementara itu yang masuk kategori baik sekali
0% (Mutohir dan Maksum, 2007).
Kondisi yang demikian tentu sangat memprihatinkan sehingga dapat
menyebabkan produktivitas kerja masyarakat menurun, karena itu masyarakat
perlu didorong untuk melakukan latihan fisik sehingga mencapai kebugaran fisik
3
yang baik karena latihan fisik atau olahraga berperan besar dalam mengubah pola
hidup statis (Sumosarjono, 2009). Latihan fisik juga memegang peranan yang
sangat penting untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kebugaran fisik
(Maksum, 2004b). Semakin tinggi derajat kebugaran fisik seseorang semakin
tinggi pula kemampuan kerja fisiknya (Sumosarjono, 2009). Di samping itu
latihan fisik berguna untuk mencegah cidera selama melakukan kegiatan fisik
yang berat (Sharkley, 2003) dan menurunkan berat badan berlebih
(Wirahadikusumah, 2000).
Di samping pengaturan makan, olahraga merupakan usaha sederhana dan murah
untuk meningkatkan kesehatan (Irianto, 2004). Meningkatnya kesadaran akan
kebugaran fisik di tengah kesibukan mendorong para wanita menjaga kesehatan
dan meningkatkan kebugaran melalui olahraga guna mendapatkan tubuh yang
sehat dan bugar (Nopembri, 2012). Dengan kesegaran jasmani yang cukup
seseorang akan dapat melakukan kegiatan sehari-hari tanpa timbul kelelahan yang
berarti (Maksum, 2004a). Kebugaran fisik ditingkatkan sehingga wanita bukan
saja sehat dikala diam (sehat statis) tetapi juga sehat dalam setiap aktivitas
hidupnya (Breslow dan Enstrom, 1980).
Olahraga adalah salah satu bentuk dari upaya peningkatan kualitas
kesehatan masyarakat melalui fisiknya yang diarahkan pada pembentukan watak
dan kepribadian, disiplin dan sportivitas yang tinggi, serta peningkatan prestasi
yang dapat membangkitkan rasa kebanggaan nasional (GBHN Tap MPR No.
II/MPR/1988). Olahraga juga merupakan serangkaian gerak raga yang teratur dan
terencana untuk memelihara gerak dan meningkatkan kemampuan gerak
(Giriwijoyo dan Muchtamaji, 2005). Olahraga pada wanita dapat menjaga
4
stamina dan mengurangi stress, membangun kekuatan tubuh dan mempertahankan
keseimbangan dalam aktivitas sehari-hari serta memperbaiki postur tubuh,
membantu menurunkan berat badan yang berlebihan, menjaga kesehatan
kardiovaskular, kesehatan kulit dan mengurangi resiko osteoporosis pada masa
menopause nanti (Giriwijoyo, 2003).
Kesadaran masyarakat akan hidup sehat melalui olahraga semakin
meningkat. Hal ini dapat dilihat dari tempat pusat -pusat kebugaran terutama klub-
klub senam semakin banyak (Maksum dan Sumaryanto, 2004b). Salah satu jenis
latihan fisik yang sangat diminati dan digunakan untuk meningkatkan kebugaran
fisik oleh kaum wanita (ibu-ibu dan remaja) adalah senam aerobik. Senam aerobik
merupakan latihan yang menggerakkan seluruh otot, terutama otot besar dengan
gerakan yang terus-menerus, berirama, maju dan berkelanjutan (Kartinah.dkk.,
2006). Gerakan-gerakan yang dilakukan dalam senam memiliki berbagai macam
gerakan yang disesuaikan dengan kebutuhan dalam pencapaian program latihan
yang diinginkan (Sudarno, 1992; Utomo dkk. 2012). Banyak wanita memilih
meningkatkan kebugaran dan menurunkan berat badan dengan mengikuti program
pelatihan senam di pusat-pusat kebugaran fisik (Sukron dkk., 2012). Salah
satunya adalah Klub Senam Lala Studio yang terletak di kota Denpasar.
Senam Ayo Bergerak (SAB), Senam Bugar Indonesia (SBI) serta Senam
Ayo Bersatu (SABT) merupakan senam kebugaran fisik yang digemari di antara
banyak jenis senam yang ada. Ketiga senam tersebut memiliki gerakan yang
dinamis, mudah dilakukan dan musiknya menimbulkan rasa gembira dan
bersemangat, selain itu kedua senam tersebut mengandung unsur budaya yang
kental dalam gerakan dan musiknya.
5
Senam Ayo Bergerak Indonesia adalah senam yang belum lama
diluncurkan pada tahun 2012 oleh Pengurus Nasional Federasi Olahraga Rekreasi
Masyarakat Indonesia (FORMI) bersama dengan Induk-induk Organisasi
Olahraga Rekreasi Masyarakat yang berhimpun di dalamnya dan berada di bawah
dukungan Kementerian Pemuda dan Olahraga, Kementerian Kesehatan,
Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Senam ini diciptakan dan dikemas dengan memadukan gerakan otot yang kuat,
kencang, lincah dengan tujuan mengoptimalkan peningkatan kebugaran fisik.
Senam ini juga mengandung unsur seni dan budaya sehingga menyenangkan
dilakukan (Anonim, 2012a).
Senam Bugar Indonesia (SBI) adalah senam yang disusun dan diluncurkan
pada tahun 2006 oleh Persatuan Wanita Olahraga Seluruh Indonesia (PERWOSI)
yang merupakan induk organisasi cabang olahraga pada wanita di bawah naungan
Komite Olahraga Nasional Indonesia yang didukung oleh Kementerian Pemuda
dan Olahraga. Senam ini diciptakan untuk menciptakan keselarasan dan
keseimbangan gerak dalam membantu otot-otot tubuh meningkatakan kesehatan
dan kebugaran (Anonim, 2006).
Senam Ayo Bersatu merupakan senam kebugaran fisik yang juga
diciptakan oleh Federasi Olahraga Masyarakat Indonesia (FORMI) pada tahun
2002 yang bertujuan untuk menggerakan otot-otot tubuh dengan ringan, melatih
anggota gerak tubuh mencapai kesehatan dan kebugaran fisik yang diinginkan.
Senam ini mudah dilakukan kapan saja dan di mana saja, serta diiringi dengan
lagu-lagu daerah yang ada di Indonesia.
6
Tujuan dari senam jenis apapun adalah untuk mencapai kebugaran fisik
yang maksimal. Penelitian terhadap efek peningkatan kebugaran fisik pada pelaku
Senam Ayo Bersatu sudah dilakukan oleh beberapa penelitian sebelumnya
(Sukardiasih, 2005 ; Wirata, 2012), sedangkan Senam Ayo Bergerak dan Senam
Bugar Indonesia belum pernah ada yang meneliti.
Pada penelitian kali ini, subjek yang diteliti adalah kaum wanita berusia
dewasa tua (30 – 40 tahun) memiliki kegiatan atau aktivitas sehari-hari yang
bersifat statis dengan gaya hidup sedenter, kurang beraktivitas atau bergerak,
tidak terlatih dan berdomisili di Kota Denpasar dan memiliki keinginan untuk
meningkatkan kebugaran fisiknya dengan bersedia berlatih senam di Klub Senam
Lala Studio. Klub Senam Lala Studio adalah salah satu klub senam khusus wanita
yang melakukan rutinitas latihan yang baik. Dalam satu minggu Klub senam
tersebut melakukan latihan sebanyak tujuh kali (1 kali setiap hari dengan durasi 1
jam). Kualitas kesegaran jasmani dari para peserta senam sangat diutamakan pada
kebugaran fisik.
Dari kedua pelatihan senam yang belum pernah diteliti tersebut, yaitu
Senam Ayo Bergerak dan Senam Bugar Indonesia, apakah lebih meningkatkan
kebugaran fisik dibandingkan Senam Ayo Bersatu sampai sekarang belum pernah
diketahui. Sehubungan dengan hal tersebut maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian Senam Ayo Bergerak, Senam Bugar Indonesia dan Senam
Ayo Bersatu dengan durasi selama 10 minggu dan frekuensi 3 kali perminggu
terhadap kaum wanita anggota Klub Senam Lala Studio yang bersedia dan
berkeinginan untuk meningkatkan kebugaran fisiknya. Dengan demikian
7
dikemudian hari kaum wanita dapat memilih program pelatihan aerobik yang
lebih meningkatkan kebugaran fisik secara efektif dan efisien.
1.2. Rumusan Masalah
Berpijak dari latar belakang masalah tersebut di atas, dapat dibuat
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah pelatihan Senam Ayo Bergerak tiga kali perminggu selama
sepuluh minggu lebih meningkatkan kebugaran fisik pada wanita anggota
Klub senam Lala Studio Denpasar?
2. Apakah pelatihan Senam Bugar Indonesia tiga kali perminggu selama
sepuluh minggu lebih meningkatkan pada wanita anggota Klub senam
Lala Studio Denpasar?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai penulis pada penelitian ini yaitu :
a. Tujuan umum : untuk mengetahui Senam Ayo Bergerak dan Senam
Bugar Indonesia lebih meningkatkan kebugaran fisik dibandingkan Senam
Ayo Bersatu.
b. Tujuan khusus :
1. Untuk mengetahui Pelatihan Senam Ayo Bergerak Indonesia lebih
meningkatkan kebugaran fisik dibandingkan Senam Ayo Bersatu.
2. Untuk mengetahui Pelatihan Senam Bugar Indonesia lebih
meningkatkan kebugaran fisik dibandingkan Senam Ayo Bersatu.
8
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat dari segi teoritis :
1. Memberikan pengetahuan dan pengalaman kepada peneliti dalam
menyusun, meneliti dan menemukan pengaruh pelatihan senam
terhadap peningkatan kebugaran fisik wanita.
2. Dapat mengembangkan teori dan wawasan mengenai metode
pelatihan dalam meningkatkan kebugaran fisik melalui pelatihan
senam.
3. Memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan,
khususnya kedokteran dan fisiologi olahraga, dengan adanya data -
data yang menunjukkan pengaruh senam terhadap meningkatnya
kebugaran fisik pada wanita.
1.4.2. Manfaat dari segi praktis :
1. Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa yang membutuhkan
pengetahuan lebih terhadap pelatihan senam dan peningkatan
kebugaran fisik.
2. Dapat dijadikan bahan penelitian dan pengembangan selanjutnya
di bidang kesehatan dan olahraga.
3. Sebagai bahan informasi dan referensi tambahan terhadap
penanganan dan intervensi olahraga senam dalam meningkatkan
kebugaran fisik.
4. Dapat memberi informasi mengenai kebugaran fisik serta prinsip
dan pelatihannya dan pentingnya bergerak dan berolahraga agar
9
tercapai derajat kesehatan yang optimal kepada wanita yang ingin
meningkatkan kebugaran fisik dengan Senam Ayo Bergerak,
Senam Bugar Indonesia dan Senam Ayo Bersatu.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kebugaran Fisik
Ada beberapa definisi mengenai kebugaran fisik yang dikemukakan oleh
beberapa ahli. Menurut Nala, kebugaran fisik didefinisikan sebagai kemampuan
tubuh untuk melakukan suatu tugas rutin dalam jangka waktu yang cukup lama
tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan masih memiliki tenaga cadangan
untuk melaksanakan aktivitas yang bersifat mendadak (Nala, 2011).
Pengertian lain menyatakan kebugaran fisik adalah suatu keadaan
kemampuan fisik yang dapat menyesuaikan fungsi alat-alat tubuhnya terhadap
tugas fisik tertentu atau terhadap keadaan lingkungan yang harus di atasi dengan
cara yang efisien, tanpa kelelahan yang berlebihan dan telah pulih sempurna
sebelum datang tugas yang sama pada esok harinya (Giriwijoyo dan Muchtamaji,
2005).
Menurut Corbin dkk., kebugaran fisik atau physical fitness adalah
kemampuan seseorang melakukan kerja sehari-hari secara efisien tanpa timbul
kelelahan yang berlebihan sehingga masih dapat menikmati waktu luangnya.
Setiap orang membutuhkan kebugaran fisik yang baik, agar ia dapat
melaksanakan pekerjaanya dengan efektif dan efesien tanpa mengalami kelelahan
yang berarti (Corbin.dkk., 2008).
11
Kebugaran fisik adalah kesanggupan dan kemampuan tubuh melakukan
penyesuaian terhadap pembebanan fisik yang diberikan kepadanya ( dari kerja
yang dilakukan sehari-hari ) tanpa menimbulkan rasa kelelahan yang berlebihan.
Tidak menimbulkan kelelahan yang berarti maksudnya ialah setelah seseorang
melakukan suatu kegiatan / aktivitas, masih mempunyai cukup semangat dan
tenaga untuk menikmati waktu senggangnya dan untuk keperluan-keperluan
lainnya yang mendadak (Anonim, 2012b).
Kartina dkk. (2006) dalam buku Sport Medicine mendefinisikan
kebugaran fisik adalah salah satu kunci untuk tetap sehat dan merupakan
serangkaian karakteristik terhadap pekerjaan kapasitas jantung dan paru-paru,
kekuatan dan daya tahan otot, fleksibilits sendi yang terkait dengan kemampuan
seseorang untuk melakukan kegiatan fisik (Kartina dkk., 2006).
Kebugaran fisik merupakan cikal bakal dari kesegaran jasmani secara
umum. Jadi apabila orang dalam keadaan segar salah satu aspek pokok yang
nampak adalah keadaan penampilan fisiknya (Pollowck dan Wilmore, 1990).
Tidak menimbulkan kelelahan yang berarti maksudnya ialah setelah seseorang
melakukan suatu kegiatan atau aktivitas, masih mempunyai cukup semangat dan
tenaga untuk menikmati waktu senggangnya dan untuk keperluan-keperluan
lainnya yang mendadak (Giriwijoyo dan Sidik, 2010). Kebugaran fisik harus
ditingkatkan agar kemampuan cadangan untuk menghadapi tugas-tugas ekstra
khususnya bagi kesejahteraan keluarga, bagi kegiatan kemasyarakatan dan guna
menghadapi keadaan darurat dapat bertambah (Giriwijoyo dan Muchtamaji,
2005).
12
2.1.2 Komponen Kebugaran Fisik
Komponen biomotorik atau unsur biomotorik merupakan kemampuan
dasar gerak fisik atau aktivitas fisik dari tubuh manusia (Nala, 2011). Status
kebugaran fisik seseorang dijadikan dasar untuk menentukan tingkat beban
kinerja yang boleh dilakukan sehingga dapat mencegah hal yang tidak diinginkan
(Adiatmika, 2002).
Menurut Departemen Kesehatan RI (Anonim, 1994), kebugaran fisik
(physical fitness) terdiri atas 10 komponen yaitu :
1). Daya tahan kardiovaskular (Cardiovascular Endurance)
2). Daya tahan otot (Muscular Endurance)
3). Kekuatan otot (Muscle Strength)
4). Kelentukan (Flexibility)
5). Komposisi tubuh (Body Composition)
6). Kecepatan (Speed)
7). Kelincahan (Agility)
8). Keseimbangan (Balance)
9). Kecepatan reaksi (Reaction Time)
10). Koordinasi (Coordination)
2.1.2.1 Daya Tahan Kardiovaskular (Cardiovascular Endurance)
Daya tahan kardiovaskular adalah kesanggupan sistem jantung,
paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada keadaan
istirahat dan kerja dalam mengambil oksigen dan menyalurkannya ke
jaringan yang aktif sehingga dapat digunakan pada proses metabolisme
tubuh (Boreham dkk., 2006 ; Perry, 2008).
13
Saat beraktivitas kenaikan frekuensi denyut jantung lebih lama.
Setelah beraktivitas fisik, denyut jantung, pernapasan dan pembuluh darah
akan lebih cepat kembali ke keadaan normal daripada orang yang tidak
terlatih (Boreham dkk., 2006). Efek akibat terciptanya peningkatan
kebugaran fisik pada daya tahan kardiovaskular yaitu terjadinya
pembesaran otot jantung sehingga ukuran jantung meningkat, isi darah
sekuncup perdenyut jantung bertambah sehingga volume yang
dipompakan ke seluruh tubuh lebih banyak, penurun denyut jantung saat
istirahat menjadi lambat (denyut jantung orang yang terlatih 6 - 8 kali
lebih sedikit dari yang tidak terlatih) dan peningkatan tekanan darah lebih
sedikit (Boreham dkk., 2006 ; Perry, 2008).
2.1.2.2 Daya Tahan Otot (Muscular Endurance)
Daya tahan otot adalah kemampuan seseorang dalam
mempergunakan ototnya untuk berkontraksi secara terus menerus dalam
waktu yang relatif lama dengan beban tertentu (Boreham dkk., 2006). Jika
otot tidak kuat dan daya tahannya kurang baik maka tidak akan tercapai
tujuan pelatihan (Chandler dan Brown, 2008). Seseorang dengan
ketrampilan yang tinggi sekalipun tidak ada artinya tanpa didukung oleh
daya tahan yang baik.(Nala, 2011).
Faktor penentu daya tahan otot meliputi : jenis fibril otot, kualitas
pernapasan dan peredaran darah, proses metabolisme dalam otot dan kerja
hormon, pengaturan sistem saraf pusat maupun sistem saraf perifer,
kekuatan maksimal daya ledak dan power endurance, koordinasi gerakan
14
otot, irama gerakan, susunan serat otot, dan jenis kelamin (Tozeren, 2000;
Ganong, 2002).
2.1.2.3 Kekuatan Otot (Muscular Strength)
Kekuatan merupakan komponen yang paling penting pada setiap
pelatihan olahraga. Boreham dkk., (2006:17) menjelaskan bahwa :
Strength training aims to increase the athlete’s competition
performanced by : (a) enhancing the neural component of muscle
contraction, and (b) augmenting the muscle fibre size. Exercise
training causes an accumulation of metabolites which specifically
induce the adaptive synthesis of structural and enzyme proteins
resulting in larger and more efficient muscle.
Maksud dari penjelasan tersebut adalah pelatihan kekuatan
bertujuan untuk meningkatkan komponen saraf dan kontraksi otot,
menambah serat otot, menyebabkan akumulasi metabolik yang secara
khusus menginduksi sintesis protein dan enzim dalam menghasilkan otot
yang besar dan efisien.
Kekuatan otot melukiskan kontraksi maksimal yang dihasilkan
oleh otot dan kemampuannya dititikberatkan pada otot tangan, kaki, bahu,
dada, perut, tungkai kaki, dan punggung agar dapat memegang,
mengangkat, mengayun, menarik, melempar, mendorong, menolak, dan
mendorong (Juliantine dkk., 2007).
Menurut Bompa (2009) kekuatan otot secara psikologis dapat
diartikan sebagai kemampuan berdasarkan kemudahan bergerak proses
15
sistem saraf dan perangkat otot untuk melakukan gerak dalam waktu
tertentu.
2.1.2.4 Kelentukan (Flexibility)
Kelentukan adalah kemampuan tubuh mengulur diri seluas-
luasnya yang ditunjang oleh luasnya gerakan pada sendi. Kemampuan
untuk menggerakan tubuh dan anggota tubuh seluas -luasnya, berhubungan
erat dengan kemampuan gerakan kelompok otot besar dan kapasitas
kinerjanya (Chandler dan Brown, 2008 ; Guyton dan Hall, 2006 ). Semakin
tua usia seseorang kelentukan akan semakin menurun yang disebabkan
karena elastik otot semakin berkurang (Nala, 2011).
Kelentukan membuat sendi-sendi dapat digerakkan dengan baik
dan sepenuhnya ke segala arah yang diinginkan (Chandler dan Brown,
2008). Kehilangan kelentukan berarti mengurangi efisiensi gerakan dan
kemungkinan terjadi cidera sangat besar (Nala, 2011).
Menurut Parks dan Beverly (1990) pelatihan-pelatihan kelentukan
sangat penting dan perlu dilaksanakan karena dapat memperbaiki
keluwesan dan kekenyalan, mengembangkan aliran darah yang lebih
efisien dalam jaringan kapiler untuk mengurangi cedera. Pelatihan senam
adalah pelatihan yang cocok untuk meningkatkan kelentukan bergerak
(Anonim, 2009).
2.1.2.5 Komposisi Tubuh (Body Composition)
Komposisi tubuh adalah komponen yang menggambarkan
perbandingan bagian tubuh yang secara metabolisme aktif terutama otot
16
dibandingkan dengan bagian yang kurang aktif yaitu lemak (Tozeren,
2000). Komposisi tubuh dihitung dengan menggunakan perhitungan IMT
atau Indeks Massa Tubuh (Sudarsono, 2008; Tozeren, 2000). Komposisi
tubuh digambarkan dengan berat badan tanpa lemak dan berat lemak.
Makin kecil persentase lemak makin baik kinerja seseorang (Berger, 1982;
Tozeren, 2000). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Weatherwax-Fall
(2008) membuktikan bahwa jumlah porsi “muscle mass” dan lemak yang
tepat akan menambah kekuatan.
Tubuh yang mempunyai berat jenis yang tinggi berarti massa
ototnya banyak sedangkan kadar lemak relatih lebih kecil. Secara garis
besar indeks massa tubuh dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, kebugaran
tubuh, ras, asupan nutrisi serta rasio pinggang dan pinggul (Hattiwale dkk.,
2008). Presentasi komposisi tubuh seorang atlet yang sesuai dengan
kesehatan, estimasi tingkat minimum dari lemak tubuh adalah 5% untuk
pria dan 12% untuk wanita (Anonim, 2012).
2.1.2.6 Kecepatan (Speed)
Menurut Torzeren (2000) Kecepatan adalah kemampuan untuk
berpindah atau bergerak dari tubuh atau anggota tubuh dari satu titik ke
titik lainnya atau untuk mengerjakan suatu aktivitas berulang yang sama
serta berkesinambungan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Harsono (2003) mengatakan kecepatan adalah kemampuan untuk
melakukan gerakan-gerakan yang sejenisnya secara berturut-turut dalam
waktu yang sesingkat-singkatnya. Kecepatan merupakan komponen fisik
17
yang erat kaitannya dengan komponen biomotorik lain terutama kekuatan,
kelincahan, koordinasi, waktu reaksi dan daya tahan. (Nala, 2011).
2.1.2.7 Kelincahan (Agility)
Kelincahan (agility) adalah kemampuan untuk mengubah posisi
tubuh atau arah gerakan tubuh dengan cepat ketika sedang bergerak cepat
tanpa kehilangan keseimbangan atau kesadaran orientasi terhadap posisi
tubuh. Komponen kelincahan ini erat sekali kaitannya dengan komponen
kecepatan (gerakan dan reaksi), keseimbangan dan koordinasi (Nala,
2011). Untuk dapat meningkatkan kelincahan diperlukan kualitas dan
latihan khusus terhadap tiga komponen penting yaitu kelentukan
(flexibility), kecepatan gerak (speed), dan ketepatan gerak (accuracy) di
mana latihan yang dapat diberikan mencakup luas pergerakan persendian
untuk meningkatkan kelentukan, kekuatan otot untuk meningkatkan
kecepatan gerak dan koordinasi fungsi otot untuk meningkatkan ket epatan
gerak dan memelihara keseimbangan (Giriwijoyo dan Zidik, 2010;
McGinnis, 2005).
2.1.2.8 Keseimbangan (Balance)
Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi
atas setiap perubahan posisi tubuh, sehingga tubuh tetap stabil dan
terkendali (Nala, 2011; McGinnis, 2005). Keseimbangan adalah suatu
kemampuan mempertahankan posisi tubuh dalam keseimbangan pada
situasi gerakan statis maupun dinamis dan juga merupakan kemampuan
statis atau mengontrol sistem neuromuskular dalam kondisi statis maupu n
dinamis (Harsono, 2003).
18
2.1.2.9 Kecepatan Reaksi (Reaction Time)
Kecepatan reaksi adalah kemampuan tubuh atau anggota tubuh
untuk bereaksi secepat mungkin ketika ada rangsangan yang diterima oleh
reseptor somatik, kinestetik, atau vestibular atau kemampuan tubuh untuk
melakukan aktivitas kinetis secepatnya akibat suatu rangsangan yang
diterima oleh reseptor (Nala, 2011).
Rangsangan muncul dan diterima reseptor kemudian dialirkan
melalui saraf aferen sensoris menuju ke sistem saraf pusat dan
menghasilkan pesan yang akan dihantarkan kepada efektor (otot skeletal)
melalui saraf eferen motorik sehingga munculah kontraksi, gerakan,
aktivitas fisik atau kerja. Komponen waktu reaksi ini sangat erat kaitannya
dengan waktu bergerak atau waktu berpindah (Nala, 2011; McGinnis,
2005).
2.1.2.10 Koordinasi (Coordination)
Koordinasi adalah kemampuan untuk menggabungkan sistem
motor dan sensori menjadi suatu pola gerak yang lebih efisien. Koordinasi
merupakan gabungan berbagai gerakan yang dilakukan secara harmonis.
(Nala, 2011). Kontraksi dan relaksasi otot berjalan secara mulus bila telah
terjadi koordinasi yang tinggi keseimbangan tidak terganggu sasaran yang
diinginkan tepat terjangkau, tidak cepat lelah dan mengurangi
kemungkinan cidera.
19
Menurut Bompa (2009) faktor yang berpengaruh terhadap
koordinasi adalah intelegensia, semakin tinggi intelegensia akan semakin
baik pengembangan komponen koordinasinya, kepekaan organ sensoris
yang tinggi terutama dibutuhkan pada sensor analisis motorik dan
kinestetik (Bompa, 2009).
2.2 Pelatihan Fisik
2.2.1 Pengertian Pelatihan fisik
Pelatihan adalah suatu usaha atau proses yang sistematik terhadap organ
atau alat tubuh yang dilakukan berulang-ulang dengan penambahan beban
pelatihan dan pekerjaannya secara progresif dan fungsinya yang bertujuan untuk
mengoptimalkan penampilan dan kinerja. Prinsip pelatihan adalah suatu petunjuk
dan peraturan yang sistematik, dengan pemberian beban yang ditingkatkan secara
progresif, yang harus ditaati dan dilaksanakan agar tercapai tujuan pelatihan.
(Parks dan Beverly, 1990).
Menurut Bompa (2009), pelatihan merupakan suatu aktivitas komplek,
suatu kinerja yang dilakukan secara sistematik dalam durasi yang panjang,
progresif dan berjenjang. Dia juga menegaskan lebih lanjut (Bompa, 2009;58)
bahwa :
“Physical training has two main goals, the first is to increase the athlete’s
physiological potential, and the second is to maximize sport-specific
biomotor abilities”.
20
Ia membagi dua tujuan yang akan dicapai dari pelatihan fisik, yaitu meningkatkan
potensi fisik serta meningkatkan kemampuan biomotor agar mencapai hasil yang
maksimal.
Pelatihan fisik merupakan suatu gerakan fisik dan atau aktivitas mental
yang dilakukan secara sistematik dan berulang-ulang (repetitif) dalam jangka
waktu (durasi) yang lama, dengan pembebanan yang meningkat secara progresif
(bertahap) dan individual, dengan tujuan untuk memperbaiki sistema serta fungsi
fisiologis dan psikologis tubuh agar pada waktu melakukan aktivitas olahraga
dapat mencapai penampilan yang optimal (Nala, 2009 ; Nossek 1982 ; Boreham
dkk., 2006).
Pelatihan fisik yang akan di terapkan pada penelitian ini adalah Pelatihan
Senam Ayo Bergerak Indonesia, Senam Bugar Indonesia dan Senam Ayo Bersatu
pada wanita anggota Klub senam Lala Studio Denpasar.
2.2.2 Tujuan Pelatihan
Setiap pelatihan tentu mempunyai tujuan, jika tidak ditetapkan terlebih
dahulu dalam setiap pelatihan akan menyulitkan penyusunan program pelatihan.
Menurut Bompa (2009) tujuan pelatihan secara garis besar adalah :
Mengembangkan komponen fisik umum atau multilateral, mengembangkan
komponen fisik khusus, meningkatkan derajat kesehatan dengan memberikan
takaran dan peningkatan yang sesuai dengan kemampuan, mencegah cedera
(lakukan pemanasan) sehingga dapat meningkatkan komponen kelentukan,
kekuatan otot, tendon dan ligamentum terlebih dahulu bagi pemula (Bompa dan
Gregory, 2009).
21
2.2.3 Prinsip – Prinsip Dasar Latihan Senam
Latihan fisik pada olahraga senam dan cabang olahraga yang lain pada
prinsipnya adalah memberikan stres fisik terhadap tubuh secara teratur,
sistematik, berkesinambungan sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan
kemampuan di dalam melakukan kerja secara teratur atau meningkatkan
kebugaran fisik secara nyata (Boreham dkk., 2006).
Kondisi fisik yang berada dalam keadaan baik akan menyebabkan
terjadinya peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung, juga
terjadi peningkatan dalam komponen kekuatan, kelentukan, stamina, kelincahan,
ekonomisasi gerak yang baik serta pemulihan lebih cepat dalam organ-organ
tubuh setelah pelatihan.(Harsono, 2003; Kenney dkk., 2012). Adapun prinsip
latihan senam terdiri dari :
2.2.3.1 Pemanasan
Saat istirahat denyut nadi berada dalam keadaan rendah, begitu
juga dengan isi sekuncup jantung atau volume jantung, sedangkan otot-
otot skelet dalam keadaan kaku. Pemanasan ditujukan agar otot-otot
rangka yang akan digerakkan mulai beradaptasi sehingga mencegah
terjadinya cedera otot. Oleh karena itu, otot tubuh siap menerima
pembebanan dan dengan meregang maupun melemaskan otot tubuh, ma ka
jantung juga bereaksi (Suharno, 1993). Denyut jantung dan tekanan darah
22
akan meningkat sehingga isi (volume) jantung akan bertambah besar.
Volume jantung yagn besar akan menghasilkan aliran darah yang besar
dan tekanan darah mulai naik. Bertambahnya denyut jantung dan tekanan
darah, maka aliran darah ke jantung dan otot jantung akan meningkat
sehingga jantung siap menerima pembebanan (Suharno, 1993)..
Peningkatan sirkulasi juga terjadi ke otot-otot yang bergerak. Pembuluh
darah menjadi lebar pada otot yang bergerak karena tahanan atau
hambatan di tempat itu menurun (Kusmana, 2007).
Pemanasan merupakan upaya tubuh untuk menyesuaikan diri
dengan peningkatan sirkulasi secara bertahap serta meminimalkan
kekurangan oksigen dan pembentukan asam laktat.
2.2.3.2. Latihan Inti
Sesudah pemanasan, seseorang dapat diberikan latihan inti.
Latihan ini bertujuan untuk meningkatkan denyut jantung dan masuk ke
dalam zona latihan, menggerakan seluruh otot, tulang dan persendian
tubuh untuk mencapai kebugaran fisik yang diinginkan (Kusmana, 2007)..
2.2.3.3 Pendinginan
Pada pendinginan akan terjadi penurunan tekanan darah dan
denyut jantung yang berangsur-angsur turun kembali, tidak menurun
drastis dan tidak melampaui tekanan darah dan denyut jantung sebelum
latihan. Pendinginan berguna memulihkan dan melepaskan otot-otot yang
digunakan dalam latihan dan mengeluarkan sisa pembakaran (Kusmana,
2007).
23
2.2.4 Format Latihan Senam
Pada umumnya setiap olahraga prinsipnya harus memenuhi format latihan
yang benar yaitu FITT (Frekuensi, Intensitas, Time/waktu dan Tipe) serta
memenuhi prinsip latihan PLP (Pemanasan, Latihan dan Pendinginan) (Kusmana,
2007).
2.2.4.1. Frekuensi Latihan Senam
Frekuensi adalah beberapa kali dalam seminggu olahraga senam
dilakukan agar memberi efek latihan. Menurut Cooper (2005), olahraga
senaminimal dilakukan tiga kali dalam seminggu pada hari yang
bergantian, artinya berselang sehari dan tidak boleh lebih dari 2 x 24 jam
atau dua hari . Jika dilakukan lebih dari 5 kali dalam s eminggu maka akan
menimbulkan komplikasi psikologis maupun fisiologis, sering timbul
beban mental kalau tidak berolahraga atau timbul cedera pada tungkai bila
olahraga cukup berat. Pada penelitian ini, peneliti menerapkan latihan
senam dengan frekuensi tiga kali seminggu dengan selang 1 hari di antara
hari latihan (Cooper, 2005).
2.2.4.2 Intensitas Latihan Senam
Intensitas mengandung arti beban latihan yang diberikan agar
memberi efek tanpa membahayakan (Kusmana, 2007). Intensitas latihan
pada Senam Ayo Bergerak dilakukan selama 42 menit 22 detik dengan
24
gerakan pemanasan dilakukan selama 15 menit 12 detik, latihan inti
dilakukan selama 20 menit 40 detik dan pendinginan dilakukan selama 6
menit 30 detik. Sedangkan intensitas pada latihan Senam Bugar Indoensia
dilakukan selama 37 menit 38 detik dengan gerakan pemanasan selama 11
menit 4 detik, latihan inti dilakukan selama 15 menit 26 inti dan
pendinginan dilakukan selama 6 menit 8 detik. Sedangkan pada Senam
Ayo Bersatu dilakukan selama 33 menit 8 detik terdiri dari pemanasan
dilakukan selama 7 menit 6 detik, latihan inti dilakukan selama 20 menit
dan 22 detik serta pendinginan dilakukan selama 5 menit 40 detik.
2.2.4.3 Time atau Waktu Latihan Senam
Waktu latihan mengandung arti jangka waktu atau lamanya latihan
senam diberikan agar memberi manfaat (Kusmana , 2007). Menurut Nala
(1998) target kebugaran fisik akan tercapai mulai dari 6 – 8 minggu waktu
latihan. Pada penelitian ini waktu untuk pelatihan senam dilaksanakan
selama 10 minggu.
2.2.4.4 Tipe Latihan
Tipe latihan merupakan jenis atau aktivitas fisik pada olahraga
yang akan dikembangkan atau dilatih. (Sudarsono, 2011). Dalam hal ini
tipe latihan yang akan dilakukan adalah olahraga senam.
25
2.3 Kajian Senam dan Pelatihannya
Senam merupakan suatu cabang olahraga yang melibatkan gerakan yang
membutuhkan kekuatan, kecepatan dan keserasian gerakan fisik yang teratur.
Senam bisa digunakan untuk prestasi, relaksasi ataupun rekreasi untuk
meningkatkan kebugaran fisik. Salah satu bentuk senam yang berkembang di
Indonesia adalah Senam Ayo Bergerak yang baru dirilis pada akhir tahun 2012
oleh Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI), Senam Bugar
Indonesia yang sudah dikenal sejak tahun 2006 dan diluncurkan oleh Persatuan
Wanita Olahraga Seluruh Indonesia (PERWOSI) dengan tujuan yaitu untuk
meningkatkan kebugaran fisik wanita Indonesia serta Senam Ayo Bersatu yang
juga diluncurkan oleh FORMI. Ketiga senam tersebut akan dijadikan bahan
penelitian penulis.
Senam merupakan aktivitas fisik yang bisa dijadikan cabang olahraga atau
sebagai latihan untuk cabang olahraga lain. Senam mengacu pada bentuk gerak
yang dikerjakan dengan kombinasi terpadu dan menjelma pada setiap bagian
anggota tubuh dari komponen-komponen kemampuan motorik seperti kekuatan,
kecepatan, keseimbangan, kelentukan, kelincahan dan ketepatan (Anonim, 2009 ;
Utomo dkk., 2012). Dengan koordinasi yang sesuai dan tata urutan gerak yang
selaras akan terbentuk gerak artistik yang menarik (Anonim, 2009).
Menurut Christopher Sommer dalam bukunya berjudul The Science of
Gymnastic Strength Training (Sommer, 2008) ciri-ciri senam antara lain :
26
1. Gerakannya selalu dibuat atau diciptakan dengan sengaja.
2. Gerakan-gerakannya harus selalu berguna untuk mencapai tujuan tertentu
(meningkatkan kelentukan, memperbaiki sikap dan gerak atau keindahan
tubuh, menambah ketrampilan, meningkatkan keindahan gerak dan
meningkatkan kesehatan tubuh).
3. Gerakannya harus selalu tersusun dan sistematik. (Sommer, 2008)
Salah satu jenis senam yaitu senam aerobik. Aerobik adalah suatu cara
latihan untuk memperoleh oksigen sebanyak-banyaknya. Senam aerobik adalah
gerakan yang menggunakan seluruh otot terutama otot -otot besar, dilakukan terus
menerus, berirama, maju dan berkelanjutan. Senam aerobik adalah olahraga untuk
peningkatan kesegaran jasmani dan merupakan olahraga preventif yang dapat
dilakukan secara masal (Utomo dkk., 2012 ; Kushartanti, 2012).
Lynne Brick dalam bukunya yang berjudul Fitness Aerobic (Bugar dengan
Senam Aerobik) (2001) menulis keuntungan dari senam aerobik untuk
meningkatkan kebugaran fisik terhadap peningkatan komponen biomotorik adalah
sebagai berikut :
1. Kardiovaskular : terjadi peningkatan asupan oksigen ke dalam otot karena
beban kerja otot meningkat sehingga pengiriman oksigen ke jantung
semakin meningkat dan menyebabkan detak jantung dan frekuensi
pernapasan meningkat sampai terpenuhi kapasitas kebutuhannya, jantung
memompa darah lebih banyak ke seluruh tubuh dan menghasilkan lebih
banyak pembuluh darah untuk membantu menyalurkan oksigen.
27
2. Kekuatan otot : Dengan prinsip beban berl ebih, otot dilatih melebih beban
normalnya sehingga meningkatkan kekuatan otot. Hal ini terjadi setelah
otot dilatih dengan senam aerobik pada intensitas yang tinggi dalam waktu
singkat dengan tenaga maksimal dan berulang. Jika dipadu dengan latihan
kekuatan dan latihan aerobik otot akan semakin menjadi kuat.
3. Daya tahan otot : Senam aerobik meningkatkan daya tahan otot lewat
gerakan-gerakan ringan seperti melompat, mengangkat lutut, menendang
dan berjalan. Selain itu gerakan yang memanfaatkan bagian belakang
bokong dan tungkai (gluteal squeezes) dan dipadukan dengan aerobic
steps, maka akan menciptakan daya tahan otot yang kuat.
4. Kelenturan : Kelenturan adalah gerakan yang berada disekeliling sendi.
Dengan senam aerobik akan terjadi peningkatan kelenturan dari
peregangan yang dilakukan. Latihan peregangan yang dilakukan seusai
senam aerobik membuat otot semakin elastis sehingga lebih mudah
menjadi lentur.
5. Komposisi tubuh : Setelah melakukan latihan aerobik akan terjadi
perbandingan yang signifikan terhadap kumpulan otot, tulang, cairan
tubuh dan lemak tubuh. Kadar lemak akan berkurang, kekuatan dan
densitas tulang bertambah, masa otot bertambah serta terjadi pembentukan
otot.
Berdasarkan benturannya pada lantai dikenal tiga macam senam aerobik yaitu :
1. Senam aerobik non impact (kedua kaki selalu bertumpu pada lantai)
2. Senam aerobik low impact (salah satu kaki bertumpu pada lantai)
28
3. Senam aerobik high impact (kedua kaki ada kalanya tidak bertumpu pada
lantai).
Pelatihan Senam Ayo Bergerak, Senam Bugar Indonesia dan Senam Ayo
Bersatu merupakan senam Low Impact Aerobics atau senam dengan hentakan atau
gerakan ringan. Gerakan impact merupakan gerakan yang menekankan kekuatan
pergelangan kaki, tulang kering, lutut dan pinggul (Brick, 2001). Low impact
aerobic adalah gerakan senam aerobik yang dilakukan secara kontinyu kurang
lebih 30 – 60 menit di mana gerakan kakinya tidak banyak melakukan lompatan-
lompatan tetapi hanya berupa variasi jalan di tempat sehingga aman dilakukan
untuk segala usia dan tidak menyebabkan cedera pada lutut dan punggung
(Tilarso, 2008). Gerakan pada senam aerobik ini merupakan hentakan ringan di
mana setiap gerakan salah satu kaki selalu kontak dengan lantai untuk membatasi
terjadinya hentakan yang keras pada kaki.
Senam aerobik low impact dan high impact mempunyai perbedaan dalam
hal berat badan dan intensitas. Beban yang ditanggung oleh otot pada senam
aerobik low impact hanyalah pada berat badan dan dilakukan pada intensitas
sedang, sedangkan pada senam aerobik high impact otot tidak menahan berat
badan saja tetapi juga menahan gaya gravitasi dan tinggi loncatan dengan
intensitas tinggi. Pembebanan pada senam aerobik high impact yang terus
menerus bisa menimbulkan cedera bagi kelompok pelaku tertentu terutama
mereka yang berumur 40 tahun ke atas dan bagi mereka yang berlebihan berat
badan (Dinata, 2003).
29
Senam aerobik dapat memberikan hasil yang diinginkan apabila dilakukan
dengan takaran yang cukup. Menurut American College of Sport Medicine
(Haskell, 2009) intensitas latihan aerobik harus mencapai target zone sebesar 60-
90 % dari frekuensi denyut jantung maksimal atau Maximal Heart Rate (MHR).
Intensitas latihan dikatakan ringan apabila mencapai 60-69% dari MHR, sedang
apabila mencapai 70-79% dari MHR, dan tinggi apabila mencapai 80-89% dari
MHR. Sedangkan pendapat serupa menurut Nala, i ntensitas pelatihan adalah 60 -
80 % dari denyut nadi maksimal, lama pelatihan 15 – 25 menit dan frekuensi 3 –
4 kali perminggu. Pelatihan yang dijalankan degan tekun akan tampak hasilnya
(efek pelatihan) setelah 6 – 8 minggu pelatihan (Nala, 1998).
Pelatihan Senam Ayo Bergerak, Senam Bugar Indonesia dan Senam Ayo
Bersatu sangat efektif bagi kaum wanita yang ingin meningkatkan kebugaran
fisik. Dengan melakukan senam aerobik hentakan ringan ini maka akan
memberikan keuntungan bagi tubuh terutama pada jantung dan paru. Otot jantung
bertambah kuat, sehingga jantung dapat memompa jumlah darah yang lebih
banyak. Curah jantung meningkat sehingga dapat berdenyut lebih lambat
(Kushartanti, 2012). Paru akan bertambah kapasitasnya oleh karena kekuatan otot
pernapasan meningkat sehingga rongga dada meningkat. Lemak dalam tubuh
akan dibakar menyebabkan metabolisme meningkat, bila pelatihan ini dilakukan
dengan intensitas sedang dan berlangsung lama (Brick, 2001).
30
2.3.1 Pelatihan SENAM AYO BERGERAK
Senam Ayo Bergerak merupakan senam kebugaran fisik yang dirumuskan
oleh Federasi Olahraga Masyarakat Indonesia (FORMI) dan baru dirilis pada
akhir tahun 2012. Sekarang Senam Ayo Bergerak sedang disosialisasikan ke
berbagai instansi pendidikan, pemerintah, swasta, organisasi masyarakat dan
segenap masyarakat Indonesia yang menyukai senam. Senam ini diciptakan dan
dikemas dengan memadukan gerakan otot yang kuat, kencang, lincah dan
melibatkan pergerakan otot-otot besar dan ruang lingkup persendian yang cukup
luas dengan tujuan mengoptimalkan peningkatan kebugaran fisik. Selain itu
dinamika gerak dan musik yang dikemas dalam senam ini merupakan bentuk
nyata dari upaya mengangkat kekayaan budaya nusantara dari berbagai wilayah
tanah air yang mencerminkan indahnya keberagaman budaya daerah dalam
kesatuan gerak olahraga kebugaran fisik yang unik , menyenangkan dan
menyehatkan. Ini terlihat dari berbagai gerakannya mengandung unsur tarian,
gerakan dasar senam, seni bela diri khas berbagai daerah, disertai dengan alunan
musik yang mencerminkan lagu khas daerah (Anonim, 2002).
Senam Ayo Bergerak termasuk senam aerobik low impact dan banyak
melibatkan anggota gerak tubuh dan persendian . Senam ini mengandung gerakan
inti yang banyak memuat variasi teknik bela diri khas berbagai daerah, di mana
gerakan-gerakan tersebut meningkatkan pelatihan kekuatan, kontraksi otot dan
31
persendian. Banyak kontraksi otot yang terjadi, dan setiap gerakan memiliki
variasi yang bertumpu pada berbagai otot tubuh, yaitu pada otot tangan, otot kaki,
otot dada, perut, tungkai kaki dan punggung. Hal ini selain memberi keuntungan
pada kekuatan otot, juga akan memberi keuntungan pada jantung dan paru. Otot
jantung akan bertambah kuat sehingga dapat memompa darah lebih banyak, curah
jantung meningkat sehingga dapat berdenyut lebih banyak. Di samping itu
peningkatan suplai darah ke jantung semakin sempurna dengan berkembangnya
pembuluh darah baru pada jantung sehingga jantung mendapat lebih banyak
oksigen dan mengakibatkan fisik tidak mudah lelah (Balley, 1994).
Selain itu senam ini memiliki tempo lebih cepat atau intensitas lebih tinggi
dibandingkan dengan senam yang lain sehingga faktor ini dapat melatih kecepatan
gerak, kelentukan dan kelincahan sehingga pergerakan persendian semakin luas,
waktu reaksi dan waktu bergerak atau waktu berpindah semakin cepat,
keseimbangan semakin terlatih sehingga kemampuan mengontrol gerak dan alat
tubuh bertambah, pembakaran energi dapat terjadi dengan cepat sehingga berguna
untuk menghasilkan energi bagi otot. Hal ini membantu membangun dasar
fisiologis yang kuat (Nala, 2011 ; McGinnis, 2005 ; Bompa, 2009).
Karena begitu banyak komponen biomotorik yang berjalan dalam
pelatihan ini, maka penulis memilih Senam Ayo Bergerak untuk dijadikan bahan
penelitian sebab memenuhi syarat untuk meningkatkan kebugaran fisik. Struktur
Senam ini terdiri dari pemanasan, latihan inti dan pendinginan.
Tujuan, gerakan dan hitungannya diuraikan sebagai berikut (Anonim,
2002) :
32
Pemanasan
Pemanasan diiringi ketukan musik 138 kali permenit dengan durasi 15 menit 22
detik.
Diawali dengan posisi sikap sempurna, yaitu :
1. Berdiri tegak, tumit rapat dengan ujung jari kaki terbuka. 2. Telinga, bahu, pinggul, lutut dan mata kaki berada dala satu garis tegaklurus dengan lantai. 3. Pandangan lurus ke depan. 4. Kedua lengan lurus di samping badan, telapak tangan menghadap ke dalam rapat di samping paha, jari-jari rapat dan siap untuk olahraga.
Latihan
Tujuan / Gerakan Hitungan
Gerakan
1. Tujuan : Melonggarkan rongga dada dengan menghirup oksigen serta persiapan masuk pemanasan Gerakan : Buka kedua kaki sejajar bahu, lutut sedikit ditekuk ke depan, pertemukan kedua telapak tangan di depan dada, siku ditekuk di samping, lakukan sambil membuang nafas.
4 x 8
2. Tujuan :
Melemaskan otot bahu dan kaki. Menaikkan denyut nadi secara perlahan. Gerakan : Jalan di tempat, putar bahu perlahan ke depan, kedua lengan rileks di samping badan, kepala menghadap ke depan, turunkan bahu, angkat lagi bahu dan putar bahu perlahan ke belakang. Ulangi 4x8 hitungan.
4 x 8
33
3. Tujuan : Melemaskan otot pinggang, otot lengan dan triseps. Gerakan : Buka kedua kaki sambil mendorong kedua lengan lurus, lengan kanan ke samping sejajar bahu, lengan kiri ke depan setinggi bahu di depan bahu kiri, kepala menoleh ke kanan, rapatkan kaki kiri ke kaki kanan sambil menarik dan menekuk kedua lengan kembali., ulangi gerakan ke sisi bergantian.
4. Tujuan : Melemaskan otot lengan dan kaki Gerakan : Posisikan kedua kaki terbuka selebar bahu sambil mendorong kedua lengan dengan siku menyilang ke depan. Tangan kanan di atas tangan kiri setinggi bahu, telapak tangan dikepal, jari-jari rapat, batas silangan di antara telapak dan siku lalu rapatkan kaki kanan kembali sambil menarik telapak tangan kembali ke samping pinggang menghadap ke atas dan siku ditarik ke belakang.
4 x 8
5. Tujuan :
Melatih otot lengan, kaki, pinggang dan dada Gerakan : Buka kaki kanan serong ke depan sambil menekuk kedua lengan di depan dada dengan siku dan kepalan setinggi bahu, kepalan menghadap ke bawah, lalu langkahkan kaki kiri serong ke depan sejajar kaki kanan sambil menurunkan kembali kedua lengan ke posisi awal.
4 x 8
6. Tujuan :
Melatih otot lengan, kaki dan otot sayap Gerakan : Kaki kanan melangkah ke depan sambil mengayun tangan kanan ke samping sejajar bahu, telapak tangan kanantegak menghadap keluar, jari-jari rapat menghadap ke atas lalu rapatkan kaki kiri ke kaki kanan sambil mengayun tangan kiri ke samping sejajar bahu dengan telapak tangan tegak menghadap ke luar, jari-jari rapat, tangan kanan ditekuk kembali dengan jari menyentuh bahu kanan. Ulangi gerakan dengan arah ke kiri.
4 x 8
34
7. Tujuan : Melatih otot lengan, kaki dan pinggang Gerakan : Buka kedua kaki sejajar bahu, putar badan atas ke kanan dan kekiri, lutut ditekuk sambil tangan kiri dan dikepal di depan telinga, kepalan tangan menghadap ke bawah, tangan kanan mengepal , lalu kepalan tangan kanan disodokan ke depan melalui kepalan tangan kiri dengan kepalan tangan kanan setinggi bahu menghadap ke atas dan siku agak ditekuk kebawah, tumit kaki kanan diangkat.
4 x 8
8. Tujuan : Meregangkan otot agar siap melakukan gerakan selanjutnya Gerakan : Pindahkan berat badan dengan menekuk lutut kanan, tangan kiri diayun ke atas condong ke kaanan, tangan kanan diayun kebawah lurus sejajar kaki kiri telapak tangan kanan menghadap ke samping kiri, jari-jari rapat.
4 x 8
Latihan Inti
Latihan inti diiringi ketukan musik 140 – 143 per menit dengan durasi 20 menit
40 detik.
Lati han
Tujuan dan Gerakan Hit Gerakan
1. Latihan Peralihan Tujuan : Mempersiapkan diri untuk melakukan gerakan Inti 1 dan mengatur napas Gerakan : Dorong tumit kanan menyentuk lantai ke arah serong kanan sambil menghadap ke kanan. Siku sejajar bahu, telapak menghadap ke depan, lalu rapatkan ujung kaki kanan ke kaki kiri sambil mengayun telapak tangan searah, jari-jari menghadap ke kiri.
2 x 8
35
2. Tujuan : Melatih otot lengan, dada, pinggang dan kaki. Gerakan : Kaki kanan membuka ke samping sambil mengayun kedua lengan lurus ke depan setinggi dan selebar bahu, kepalan tangan menghadap ke bawah, lalu rapatkan kaki kiri ke kaki kanan dengan ujung kaki menyentuh lantai sambil menarik kedua siku ke samping sejajar bahu dengan kepalan di depan siku menghadap ke bawah.
12 x 8
3. Tujuan :
Melatih otot lengan, sayap, dada dan kaki Gerakan : Buka kaki kanan ke samping sambil membuka lengan, siku di tekuk, kepalan di samping bahu menghadap ke depan lalu tekuk kaki kiri ke belakang, tumit mengarah ke bokong kiri sambil bertepuk tangan di depan dada satu kali. Ulangi dengan arah sebaliknya.
6 x 8
4. Tujuan : Melatih otot lengan, sayap, punggung dan kaki Gerakan : Dorong kaki kanan ke samping dengan telapak depan menyentuk lantai sambil mendorong kedua tangan lurus setinggi dan selebar bahu kearah serong kiri, telapak tangan tegak menghadap ke depan dan jari-jari rapat, lalu rapatkan ujung kaki kanan ke kaki kiri sambil menarik kedua tangan hingga telapak tangan berada di samping pinggang, siku di tekuk ke belakang.
12 x 8
5. Tujuan : Melatih otot lengan, dada, sayap, punggung dan kaki. Gerakan : Langkahkan kaki kanan ke depan lalu rapatkan kaki kiri ke kaki kanan diakhiri kaki kanan ke depan kembali (cha-cha) sambil mengayun kedua tangan, tangan kanan lurus sambil mengayun kedua tangan, tangan kanan lurus diagonal ke bawah, tangan dikepal menghadap ke dalam, tangan kiri ditekuk di depan bahu. Kepalan menghadap ke bawah, siku diagonal ke atas sejajar bahu, badan agak miring ke kanan.
12 x 8
6. Tujuan : Melatih otot lengan, dada, sayap, punggung dan kaki Gerakan : Dorong tumit kaki kanan ke arah serong kanan, pertahankan posisi tangan. Lalu rapatkan ujung kaki kanan ke kaki kiri, badan dan pandangan mengarah serong kanan. Akhiri dengan menapak, badan dan pandangan menghadap ke depan.
12 x 8
36
Pendinginan
Pendinginan diiringi ketukan musik 125 per menit dengan durasi 6 menit 30 detik.
Lat Tujuan dan gerakan Hit Gerakan 1. Tujuan :
Menurunkan denyut nadi secara perlahan dan mengatur napas Gerakan : Melangkahkan kaki kiri maju kearah serong kiri sambil memutar telapak tangan kearah dalam hingga telapak mengarah ke atas dan terus diangkat ke atas perlahan
4 x 8
2. Tujuan :
Menurunkan denyut nadi secara perlahan dan mengatur napas Gerakan : Posisi kaki dijepit, angkat kedua tangan ke atas silangkan di atas kepala, telapak tangan di kepal, tangan dibuka dan diturunkan perlahan-lahan hingga menghadap ke samping badan. Ulangi 4x8 hitungan.
4 x 8
3. Tujuan :
Menurunkan denyut nadi dan meregangkan otot Gerakan : Pindahkan berat badan ke kaki kanan dengan menekuk lutut kanan, tangan kiri diayun ke atas condong ke kanan, telapak tangan kiri menghadap ke samping kanan, tangan kanan diayun ke bawah lurus sejajar kaki kiri, telapak tangan kanan menghadap ke samping kiri, jari-jari rapat.
8 x 8
4. Tujuan : Melonggarkan rongga dada, merelaksasi otot otot Gerakan : Pertemukan telapak tangan di depan dada, siku tekuk di samping, kedua lutut kaki di tekuk, tundukan kepala, lakukan sambil membuang napas.
8 x 8
37
5. Tujuan : Merelaksasi semua otot-otot yang dipergunakan selama senam dan mengatur napas. Gerakan : Buka kedua kaki selebar bahu, tarik napas perlahan-lahan dan tutup kedua kaki rapat, taruh kedua tangan di samping badan dan kembali ke posisi sikap sempurna.
2 x 8
2.3.2 Pelatihan SENAM BUGAR INDONESIA
Senam Bugar Indonesia adalah senam yang disusun dan diluncurkan pada
tahun 2006 oleh Persatuan Wanita Olahraga Seluruh Indonesia (Perwosi) yang
merupakan induk organisasi cabang olahraga pada wanita di bawah naungan
Komite Olahraga Nasional Indonesia yang didukung oleh Kementerian Pemuda
dan Olahraga. Senam ini diciptakan untuk menciptakan keselarasan dan
keseimbangan gerak dalam membantu otot-otot tubuh meningkatkan kesehatan
dan kebugaran (Anonim, 2006). Senam tersebut memiliki gerakan yang dinamis,
mudah dilakukan, melibatkan otot-otot gerak pada kedua ekstremitas dan
musiknya menimbulkan rasa gembira dan bersemangat, selain itu kedua senam
tersebut mengandung unsur budaya yang kental dalam gerakan dan musiknya.
Struktur Senam ini terdiri dari Pemanasan, Latihan Inti dan Pendinginan.
38
Pemanasan
Pemanasan diiringi ketukan musik 128 permenit dengan durasi 11 menit 4 detik.
Diawali dengan posisi sikap sempurna, yaitu :
1. Berdiri tegak, tumit rapat dengan ujung jari kaki terbuka selebar kepalan tangan.
2. 5 (lima) titik dimulai dari telinga, bahu, pinggul, lutut dan mata .
kaki merupakan satu garis tegak lurus dengan lantai. 3. Pandangan lurus ke depan. 4. Kedua lengan lurus di samping badan, telapak tangan
menghadap ke dalam rapat di samping paha, jari-jari rapat dan siap untuk olahraga.
Latihan
Tujuan / Gerakan Hitungan
Gerakan
1.
Tujuan : - Menaikkan suhu tubuh - Memacu denyut jantung agar meningkat secara
perlahan untuk persiapan melakukan gerakan berikutnya
- Menghilangkan kekakuan pada otot persendian
Gerakan : 1. Jalan di tempat dimulai dengan kaki kiri diikuti
kaki kanan, lutut diangkat, telapak kaki rileks. Ayunkan lengan kanan dan kiri secara bergantian dengan arah kepalan tangan kearah dagu, kedua siku membentuk sudut 90 derajat.
2. Jalan di tempat hadap kanan pertama dan samping kanan, hadap kanan kedua dan belakang, hadap kanan ketiga samping kiri, hadap kanan ke empat kembali ke depan. Setelah itu luruskan kedua lengan di samping badan, telapak tangan terbuka menghadap kedalam.
2 x 8 1 x 8 1 x 8
39
2. Tujuan : Melatih dan menguatkan otot dan sendi leher Gerakan : Jalan di tempat dan luruskan kedua lengan, tegakan kepala dengan rileks, tengok kanan dan kiri sambil rileks, tegakan kepala dengan rileks sambil miringkan ke kanan dan kekiri.
4 x 8
3. Tujuan :
Melatih dan meluruskan otot dan persendian bahu Gerakan : Jalan di tempat sambil angkat bahu kanan dan kiri, diturunkan sambil rileks. Kemudian sambil jalan di tempat angkat kedua bahu dengan rileks dan diturunkan ke bekalang dan ke depan, rileks dan kembali ke sikap awal.
4 x 8
4. Tujuan :
Meluruskan dan melatih otot lengan dengan persendian kaki Gerakan : Tumit kiri ke depan menyentuk lantai, lutut kanan ditekuk sambil ayun kepalan kedua tangan ke arah bahu, posisi siku dipertahankan di samping badan, kembali kesikap awal. Ulangi dengan tumit kanan.
4 x 8
5. Tujuan :
Meluruskan dan melatih otot lengan, bahu dan sendi kaki Gerakan : Ujung kaki ke depan menyentuh lantai dengan lutut sedikit ditekuk sambil ayun lengan yang satu ke depan badan dan satunya ke belakang badan. Kepalan tangan menghadap ke badan, tangan yang satu menghadap ke belakang. Badan tegak dan kedua lengan membentuk sudut 90 derajat.
4 x 8
6. Tujuan : Melemaskan otot samping kiri dan kanan tubuh. Melatih dan melemaskan otot-otot dada, lengan, punggung, dan pergelangan tangan. Gerakan : Buka kedua kaki selebar bahu, lutut menurun, putar badan serong ke kanan dan kekiri secara bergantian. Bersamaan dengan itu ayun lengan kanan dengan menekuk siku dan kepalan tangan.
4 x 8
40
7. Tujuan : - Melemaskan otot lengan atas dan bahu - Melemaskan otot tangan dan dada
Gerakan : Buka kedua kaki selebar bahu, lurus, tekuk kedua tangan membentuk sudut 90 derajat dengan kepalan tangan menghadap ke atas, ulangi 4 kali 8
4 x 8
8. Tujuan :
- Melemaskan dan menguatkan lengan atas dan bawah
- Melemaskan dan menguatkan otot dada dan punggung atas
Gerakan : Luruskan kedua lutut sambil dorong lengan kanan lurus ke depan setinggi dan sejajar bahu. Kepalan tangan menghadap ke bawah, kepalan tangan kiri di samping pinggang. Pandangan ke depan, kedua lutut ditekuk dan ulangi lagi kebalikannya.
4 x 8
9. Tujuan : Meregangkan otot-otot lengan, pergelangan tangan, sisi tubuh dan otot kaki Gerakan : Buka kaki selebar bahu, satu lutut sedikit ditekuk, angkat kedua tangan, kedua telapak tangan menghadap ke atas, goyang lutut kekiri dan bergantian ke kanan. Letakan tangan di samping bahu, dan ulangi dari awal.
4 x 8
10. Tujuan :
Meregangkan otot-otot lengan, pergelangan tangan, sisi tubuh dan otot kaki. Gerakan : Putar badan kearah samping kanan. Lutut ditekuk, kedua telapak kaki mengikuti arah putaran badan sambil luruskan kedua lengan ke depan badan setinggi bahu. Kedua siku lurus dan kedua telapak tangan menempel, telapak tangan kanan mendorong telapak kiri dengan ibu jari bersilangan.
4 x 8
41
11. Tujuan : Meregangkan otot-otot lengan, bahu dan dada Gerakan : Buka kaki selebar bahu sambil rentangkan kedua lengan lurus ke samping badan setinggi bahu. Kedua telapaktangan menghadap ke atas, Ayunkan lengan kiri lurus melalui depan badan ke samping kiri setinggi bahu sambil telapak tangan kiri mendurong siku lengan kanan dan lutut kiri sedikit ditekuk. Ulangi lagi kedua gerakan di atas.
4 x 8
Latihan Inti
Latihan inti di iringi ketukan musik 130 – 133 per menit dengan durasi 20 menit
26 detik.
Lati han
Tujuan dan Gerakan Hit Gerakan
1. Tujuan : Untuk memacu denyut nadi, penyesuaian ke irama yang lebih cepat, persiapan melakukan gerakan inti dan pengaturan napas. Gerakan : Buka kaki kiri selebar bahu sambil tepuk satu kali di depan dada, empat jari tangan kanan di atas empat jari tangan kiri. Kemudian rapatkan kaki kanan ke kaki kiri (jinjit) sambil ayun kembali kedua lengan ke samping badan agak ke belakang.
2 x 8
2. Tujuan : Melatih dan menguatkan otot-otot dada, lengan dan kaki. Untuk melatih koordinasi gerakan lengan dan kaki Gerakan : Dorong kaki kiri ke samping kiri menapak dengan lutut kanan sedikit di tekuk sambil tarik kedua siku ke atas samping badan setinggi bahu. Kedua lengan membentuk sudut 90 derajat. Posisi siku hingga telapak tangan, mengarah ke depan 45 derajat. Badan tegak dan pandangan ke depan.
6 x 8
3. Tujuan : Menguatkan otot-otot dada, lengan dan bahu. Melatih koordinasi gerakan lengan dan kaki. Gerakan : Ujung kaki kiri ke depan dengan lutut kanan sedikit
6 x 8
42
di tekuk sambil ayun lengan kiri lurus ke samping kiri dan lengan kanan ditekuk di depan setinggi bahu. Kedua telapak tangan menghadap ke bawah. Telapak tangan kanan dengan jari tengahnya tepat ditengah dada. Badan tegak pandangan ke depan.
4. Tujuan : Untuk memacu denyut nadi, penyesuaian ke irama yang lebih cepat, persiapan melakukan gerakan inti dan pengaturan napas. Gerakan : Satu langkah maju dan mundur, kemudian jalan di tempat dan satu langkah ke kiri dan kanan. Setelah itu rapatkan kaki kiri ke kaki kanan (jinjit) sambil luruskan kedua lengan ke samping badan. Tangan tidak dikepal tapi terbuka rapat menghadap ke dalam.
2 x 8
5. Tujuan :
Menguatkan otot-otot dada, lengan, bahu dan pinggang. Melatih koordinasi gerakan lengan dan kaki Gerakan : Buka kaki kiri ke samping selebar bahu dengan kedua lutut sedikit ditekuk sambil lutut mengeper putar lengan kanan lurus ke atas dengan telapak tangan menghadap ke depan. Jari-jari tangan rapat, lengan kiri rileks di samping badan. Badan tegak dan pandangan lurus ke depan kemudian lutut di tekuk, lengan kanan kembali kesamping badan.
6 x 8
6. Tujuan : Melatih dan menguatkan otot-otot lengan dan sisi tubuh. Melatih otot-otot lengan atas dan bawah. Melatih koordinasi gerakan lengan dan kaki. Gerakan : Lutut tekuk, ayunkan lengan kanan lurus melalui samping badan ke atas hingga di samping telinga. Telapak tangan menghadap ke samping kanan, badan tegak dan sedikit condong ke kiri, pandangan ke depan, lengan kiri rileks dan balik kesikap awal. Ulangi dengan sisi berikutnya.
6 x 8
43
7. Tujuan : Melatih dan menguatkan otot-otot dada, lengan dan bahu Melatih korodinasi gerakan lengan dan kaki Gerakan : Sambil lutut menekuk silangkan kedua lengan lurus di depan badan setinggi bahu. Pergelangan lengan kanan di atas lengan kiri. Badan tegak dan pandangan ke depan. Kembali ke sikap awal.
6 x 8
8. Tujuan Untuk memacu denyut nadi, penyesuaian ke irama yang lebih cepat, persiapan melakukan gerakan inti dan pengaturan napas Gerakan : Buka kaki kiri selebar bahu sambil tepuk satu kali di depan dada, empat jari tangan kanan di atas empat jari tangan kiri. Kemudian rapatkan kaki kanan ke kaki kiri (jinjit) sambil ayun kembali kedua lengan ke samping badan agak ke belakang.
6 x 8
9. Tujuan : Melatih dan menguatkan otot-otot paha depan dan belakang Gerakan : Buka kaki kanan sambil rentangkan kedua lengan lurus ke samping badan setunggi bahu, telapak tangan menghadap ke bawah, tekuk salah satu kaki bergantian
6 x 8
10. Tujuan :
Melatih otot-otot bahu, lengan, perut dan kaki. Melatih koordinasi gerakan lengan dan kaki. Gerakan : Angkat lutut kiri setinggi pinggang dengan tumpuan berat badan di kaki kanan sambil tekuk lengan kanan setinggi bahu, arahkan siku kanan ke lutut kiri. Kepalan tangan kanan menghadap ke dalam. Lengan kiri lurus di samping badan setinggi bahu. Badan tegak dan pandangan ke depan. Kemudian turunkan kembali kaki kiri ke belakang, sambil rentangkan kembali kedua lengan lurus kesamping badan.
6 x 8
44
Pendinginan
Pendinginan diiringi ketukan musik 125 per menit dengan durasi 6 menit 8 detik.
Lat Tujuan dan gerakan Hit Gerakan 1. Tujuan :
Meregangkan otot-otot lengan pergelangan tangan, sisi tubuh dan kaki Gerakan : Buka kaki kiri selebar bahu dan sedikit tekuk lutut kiri (berat badan ke samping kiri) sambil ayun kedua lengan dari samping badan lurus ke atas kepala. Sedikit tekuk lutut kiri sambil ayunkan lengan kanan lurus ke atas.
4 x 8
11. Tujuan : Melatih otot-otot kaki, paha dan bahu Melatih koordinasi gerakan lengan dan kaki Gerakan : Dorong kaki kiri ke samping kiri, lutut kanan ditekuk sambil dorong lengan kiri lurus setinggi bahu ke smaping kanan dengan kepalan tangan menghadap ke bawah. Badan diputar ke samping kanan dan sedikit miring serta pandangan mengikuti arah dorongan tangan. Kepalan tangan kanan tetap di samping pinggang. Kemudian rapatkan kembali kaki kiri (jinjit) dan kepalan tangan kiri kembali menempel ke samping pinggang. Ulang ke sisi berlawanan.
6 x 8
12. Tujuan : Untuk memacu denyut nadi, penyesuaian ke irama yang lebih cepat, gerakan inti dan pengaturan napas. Gerakan : Buka kaki kiri selebar bahu sambil tepuk satu kali di depan dada, empat jari tangan kanan di atas empat jari tangan kiri. Kemudian rapatkan kaki kanan ke kaki kiri (jinjit) sambil ayun kembali kedua lengan ke samping badan agak ke belakang. Setelah itu rapatkan kaki dan kembali ke sikap sempurna.
2 x 8
45
Putar badan ke kiri lutut tekuk, luruskan kedua lengan ke depan badan setinggi bahu.
2. Tujuan : Meregangkan otot-otot lengan pergelangan tangan, sisi tubuh dan kaki Gerakan : Buka kaki kananselebar bahu dan sedikit tekuk lutut kiri (berat badan ke samping kanan) sambil ayun kedua lengan dari samping badan lurus ke atas kepala. Sedikit tekuk lutut kanan sambil ayunkan lengan kiri lurus ke atas. Putar badan ke kanan lutut tekuk, luruskan kedua lengan ke depan badan setinggi bahu.
4 x 8
3. Tujuan : Meregangkan otot-otot lengan, pergelangan tangan dan jari-jari tangan Gerakan : Buka kaki kiri selebar bahu, ayunkan lengan kanan lurus melalui depan badan kesamping kiri setinggi bahu sambil tepalak tangan kiri mendorong siku lengan kanan dan lutut kiri sedikit ditekuk. Badan tegak pandangan lurus ke depan.
4 x 8
4. Tujuan :
Meregangkan otot-otot lengan, pergelangan tangan dan jari-jari tangan Gerakan : Buka kaki kiri selebar bahu, ayunkan lengan kiri lurus melalui depan badan kesamping kanan setinggi bahu sambil tepalak tangan kanan mendorong siku lengan kiri dan lutut kanan sedikit ditekuk. Badan tegak pandangan lurus ke depan.
4 x 8
5. Tujuan : Meregangkan otot-otot lengan dan leher Meregangkan pergelangan tangan, jari-jari tangan dan sisi tubuh Gerakan : Buka kaki selebar bahu, telapak tangan kiri di samping kanan kepala menarik perlahan kepala ke samping kiri
4 x 8
46
6. Tujuan : Untuk mengembalikan kondisi fisik ke keadaan semula Gerakan : Buka kaki kiri selebar bahu, ayun perlahan kedua lengan dari bawah ke depan, tarik napas perlahan2 melalui hidung, luruskan lutut dan kedua lengan turunkan perlahan kesamping. Kedua lutut diluruskan, buka lebar, kedua lengan diturunkan perlahan ke samping. Telapak tangan menghadap ke atas. Tarik napas melalui hidung. Ayunkan kedua tangan ke atas dari samping, kedua lutut masih lurus, sambil hembuskan napas perlahan melalui mulut, rapatkan kaki dan kembali ke sikap sempurna.
2.3.3 Pelatihan SENAM AYO BERSATU
Senam Ayo Bersatu merupakan senam kebugaran fisik yang diciptakan
oleh Federasi Masyarakat Olahraga Indonesia (FORMI) pada tahun 2002 yang
mudah dilakukan kapan saja, di mana saja dan oleh siapa saja. Senam ini juga
merupakan senam aerobik low impact dengan gerakan yang ringan, tidak
47
memberikan beban besar dan sedikit melibatkan otot-otot besar. Senam Ayo
Bersatu diiringi dengan lagu-lagu daerah yang ada di Indonesia yang berirama
pop. Adapun jenis gerakannya dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut :
Pemanasan
Terdiri dari ketukan musik 125 permenit dengan durasi 7 menit 6 detik.
1. Diawali dengan posisi siap sempurna. 2. Berdiri tegak, tumit rapat dengan ujung jari kaki terbuka selebar kepalan
tangan. 3. Lima titik dimulai dari telinga, bahu, pinggul, lutut dan mata kaki
merupakan satu garis tegak lurus dengan lantai. 4. Pandangan lurus ke depan. 5. Kedua lengan lurus di samping badan, telapak tangan menghadap ke
dalam rapat di samping paha, jari-jari rapat dan siap untuk olahraga.
Lat. Jenis gerakan dan tujuan Hit Gerakan 1. Tujuan :
Menaikkan suhu tubuh, memacu denyut jantung agar meningkat secara perlahan untuk persiapan melakukan gerakan berikutnya dan menghilangkan kekakuan pada otot persendian
Gerakan : Jalan di tempat dimulai dengan kaki kiri diikuti kaki kanan, lutut diangkat, telapak kaki rileks. Lengan di ayunkan, meudian badan menghadap kanan dan kiri bergantian.
1x8
2. Tujuan : Melatih dan meluruskan otot dan persendian bahu Gerakan : Jalan di tempat sambil angkat bahu kanan dan kiri, diturunkan sambil rileks. Kemudian sambil jalan di tempat angkat kedua bahu dengan rileks dan diturunkan kebekalang dan ke depan, rileks dan kembali ke sikap awal.
2x8
48
3. Tujuan : Meluruskan dan melatih otot lengan, bahu dan dada Gerakan : Taruh kedua lengan di depan dada, ayunkan ke depan dan kesamping dada, dilanjutkan dengan membuka kedua lengan dengan kepalan menghadap ke atas dan diayunkan ke depan dan kesamping dada. Sudut lengan terhadap tubuh membentuk 90 derajat.
4x8
4. Tujuan : Menguatkan otot lengan atas dan bahu Gerakan : Letakan kedua tangan tegak lurus di depan dada, tekuk membentuk sudut 90 derajat, gerakan membuka ke samping keluar masuk ke depan dada.
4x8
5. Tujuan :
Meregangkan otot-otot lengan, pergelangan tangan, sisi tubuh dan otot kaki. Gerakan : Putar badan kearah samping kanan. Lutut ditekuk, kedua telapak kaki mengikuti arah putaran badan sambil luruskan kedua lengan ke depan badan setinggi bahu. Kedua siku lurus dan kedua telapak tangan menempel, telapak tangan kanan mendorong telapak kiri dengan ibu jari bersilangan.
2x8
Latihan Inti
Terdiri dari ketukan musik 135 permenit dengan durasi 20 menit 22 detik.
Lat. Jenis gerakan Hit Gerakan
49
1. Tujuan : Menaikkan suhu tubuh, memacu denyut jantung agar meningkat secara perlahan untuk persiapan melakukan gerakan berikutnya dan menghilangkan kekakuan pada otot persendian
Gerakan : Jalan di tempat dimulai dengan kaki kiri diikuti kaki kanan, lutut diangkat, telapak kaki rileks. Lengan di ayunkan, meudian badan menghadap kanan dan kiri bergantian.
1x8
2 Tujuan : Melatih otot-otot kaki, paha dan bahu Melatih koordinasi gerakan lengan dan kaki Gerakan : Dorong kaki kiri ke samping kiri, lutut kanan ditekuk sambil dorong lengan kiri lurus setinggi bahu ke samping kanan dengan kepalan tangan menghadap ke bawah. Badan diputar ke samping kanan dan sedikit miring serta pandangan mengikuti arah dorongan tangan. Kepalan tangan kanan tetap di samping pinggang. Kemudian rapatkan kembali kaki kiri (jinjit) dan kepalan tangan kiri kembali menempel ke samping pinggang. Ulang ke sisi berlawanan.
2x8
3. Tujuan :
Melatih otot-otot bahu, lengan, perut dan kaki. Melatih koordinasi gerakan lengan dan kaki. Gerakan : Angkat lutut kiri setinggi pinggang dengan tumpuan berat badan di kaki kanan sambil tekuk lengan kanan setinggi bahu, arahkan siku kanan ke lutut kiri. Kepalan tangan kanan menghadap ke dalam. Lengan kiri lurus di samping badan setinggi bahu. Badan tegak dan pandangan ke depan. Kemudian turunkan kembali kaki kiri ke belakang,
4x8
50
4. Tujuan : Untuk memamcu denyut nadi dan penyesuaian ke irama yang lebih cepat, persiapan melakukan gerakan inti dan pengaturan napas serta menguatkan otot kaki, paha dan lengan. Gerakan : Tekuk lutut kaki kanan ke belakagn, pegangn ujung tumit kanan dengan tangan kiri sementara itu lengan kanan tigak lurus ke atas. Ulangi dengan bergantian kedua siis.
4x8
5. Tujuan : Mengatur napas, memperkuat otot rongga dada, dan paha, memamcu denyut nadi dan penyesuaian ke irama yang lebih cepat. Gerakan : Angkat siku kanan setinggi bahu dengan telapak dan lengan bawah menghadap ke bawah, dan siku kiri di depan dada dengan telapak tangan menghadap ke atas. Ulangi dengan emnggan ti posisi kaki dan tangan.
4x8
6. Tujuan :
Melemaskan otot pinggang, otot lengan dan triseps. Gerakan : Buka kedua kaki sambil mendorong kedua lengan lurus, lengan kanan ke samping sejajar bahu, lengan kiri ke depan setinggi bahu di depan bahu kiri, kepala menoleh ke kanan, rapatkan kaki kiri ke kaki kanan sambil menarik dan menekuk kedua lengan kembali., ulangi gerakan ke sisi bergantian
4x8
7. Tujuan : Melatih otot-otot kaki, paha dan bahu Melatih koordinasi gerakan lengan dan kaki Gerakan : Dorong kaki kiri ke samping kiri, lutut kanan ditekuk sambil dorong lengan kiri lurus setinggi bahu ke samping kanan dengan kepalan tangan menghadap ke bawah. Badan diputar ke samping kanan dan sedikit miring serta pandangan mengikuti arah dorongan tangan. Kepalan tangan kanan tetap di samping pinggang. Kemudian rapatkan kembali kaki kiri (jinjit) dan kepalan tangan kiri kembali menempel ke samping pinggang. Ulang ke sisi berlawanan.
4x8
51
8. Latihan Peralihan Tujuan : Mempersiapkan diri untuk melakukan gerakan dan mengatur napas Gerakan : Dorong tumit kanan menyentuk lantai ke arah serong kanan sambil menghadap ke kanan. Siku sejajar bahu, telapak menghadap ke depan, lalu rapatkan ujung kaki kanan ke kaki kiri sambil mengayun telapak tangan searah, jari-jari menghadap ke kiri. Gerakan ini mirip dengan gaya tarian salah satu daerah di Indonesia.
4x8
9. Tujuan : Menguatkan otot lengan atas dan bahu Gerakan : Letakan kedua tangan tegak lurus di depan dada, tekuk membentuk sudut 90 derajat, gerakan membuka ke samping keluar masuk ke depan dada.
4x8
Pendinginan
Terdiri dari ketukan musik 118 permenit dengan durasi 5 menit 40 detik.
Lat. Jenis gerakan Hi Gerakan 1. Tujuan :
Meregangkan otot-otot lengan pergelangan tangan, sisi tubuh dan kaki Gerakan : Buka kaki kananselebar bahu dan sedikit tekuk lutut kiri (berat badan ke samping kanan) sambil ayun kedua lengan dari samping badan lurus ke atas kepala. Sedikit tekuk lutut kanan sambil ayunkan lengan kiri lurus ke atas. Putar badan ke kanan lutut tekuk, luruskan kedua lengan ke depan badan setinggi bahu.
2x8
52
2 Tujuan : Meregangkan otot-otot lengan, pergelangan tangan dan jari-jari tangan Gerakan : Buka kaki kiri selebar bahu, ayunkan lengan kanan lurus melalui depan badan kesamping kiri setinggi bahu sambil tepalak tangan kiri mendorong siku lengan kanan dan lutut kiri sedikit ditekuk. Badan tegak pandangan lurus ke depan.
4x8
3. Tujuan : Meregangkan otot-otot lengan, pergelangan tangan dan jari-jari tangan Gerakan : Buka kaki kiri selebar bahu, ayunkan lengan kiri lurus melalui depan badan kesamping kanan setinggi bahu sambil tepalak tangan kanan mendorong siku lengan kiri dan lutut kanan sedikit ditekuk. Badan tegak pandangan lurus ke depan.
4x8
4. Tujuan :
Meregangkan otot agar siap melakukan gerakan selanjutnya Gerakan : Pindahkan berat badan dengan menekuk lutut kanan, tangan kiri diayun ke atas condong ke kaanan, tangan kanan diayun kebawah lurus sejajar kaki kiri telapak tangan kanan menghadap ke samping kiri, jari-jari rapat.
4x8
5. Tujuan :
Untuk mengembalikan kondisi fisik ke keadaan semula Gerakan : Buka kaki kiri selebar bahu, ayun perlahan kedua lengan dari bawah ke depan, tarik napas perlahan2 melalui hidung, luruskan lutut dan kedua lengan turunkan perlahan kesamping.
2x8
53
2.4 Pengaruh Latihan Aerobik pada Organ Tubuh
Pelatihan yang dilakukan secara kontinyu, sistematis dan berulang
akan memberikan efek terhadap organ tubuh yang berkaitan dengan kebugaran
fisik sehingga tubuh dapat mecapai penampilan yang optimal. Jika kebugaran
fisik meningkat dengan sendirinya organ-organ tubuh yang ada juga mempunyai
kebugaran yang maksimal. Organ tubuh yang dimakfsud adalah organ tubuh yang
berhubungan langsung dengan aktivitas fisik yaitu jantung dan pembuluh darah,
paru-paru sebagai sistem pernapasan, dan otot sebagai sistem pergerakan (Balley,
1994 ; Bompa, 2009).
2.4.1. Pengaruh Latihan Aerobik pada Jantung dan Pembuluh Darah
Jantung merupakan alat untuk memompa darah dari kedua bilik
menuju ke paru-paru dan keseluruh tubuh. Jumlah darah yang dipompa
tergantung dengan isi sekuncup jantung. Sekali denyut jantung akan
memompa darah sebanyak 70-90 ml kedua bilik jantung, sedangkan
frekuensi denyut jantung 70 kali dalam satu menit sehingga darah yang
dipompa oleh jantung dari bilik kanan maupun bilik kiri sebesar kurang lebih
5 liter (Ganong, 2002).
Aktivitas latihan aerobik akan menyebabkan perubahan
penyebaran curah jantung ke sistem organ. Terjadi penambahan aliran darah
4 kali lebih besar ke jantung. Kemudian volume isi sekuncup meningkat,
yaitu volume darah yang dipompa pada sekali jantung berdenyut, sehingga
hal ini dapat mengurangi frekuensi jantung, meningkatkan ukuran bilik kiri
jantung, menebalkan otot jantung serta perbaikan kapasitas oksidasi enzim
54
(Sharkey, 2003). Hal ini akan mempengaruhi fungsi fisiologis jantung di
mana jantung akan memompa lebih baik dan dengan demikian akan dapat
memompa darah lebih banyak sehinggai intake oksigen lebih banyak dan
terjadi penurunan frekuensi denyut jantung baik pada saat kondisi istirahat
maupun kondisi pelatihan.
2.4.2. Pengaruh Latihan Aerobik Terhadap Paru-Paru
Paru-paru adalah organ tubuh untuk pernapasan, dalam fisiologis
yang terjadi adalah penyerapan oksigen dan pengeluaran karbondioksida dari
tubuhdan penggunaan oksigen serta pembentukan karbondioksida oleh sel
tubuh dan pertukaran gas antar sel tubuh dengan media sekitarnya (Ganong,
2003).
Kebugaran aerobik paru-paru merupakan kapasitas maksimal
untuk menghirup, menyalurkan dan menggunakan oksigen sebaik-baiknya.
Kemampuan kebugaran tubuh untuk hal ini dinyatakan dalam VO2Max.
VO2Max adalah volume maksimal oksigen yang diproses oleh tubuh
manusia pada saat melakukan kegiatan intensif. VO2Max merupakan
tingkatan kemampuan tubuh atau indikator untuk menentukan kebugaran
fisik seseorang (Kenney dkk., 2012).
Pelatihan aerobik tidak merubah ukuran paru-paru tapi
meningkatkan efisiensi pernapasan degan cara meningkatkan kondisi otot-
otot pernapasan dan mengurangi volume udara residu serta mengurangi
frekuensi pernapasan untuk menggerakan volume udara yang sama.
Pernapasan yang lambat dan efisien akan meningkatkan porsi pertukaran
55
oksigen dan paru-paru sehingga. Selain itu pelatihan aerobik meningkatkan
jumlah dan besar alveoli sehingga mempercepat suplai oksigen kedalam sel-
sel tubuh (Balley, 1994). Hal ini menyebankan peningkatan jumlah oksigen
maksimal (VO2Max) yang dibutuhkan seseorang. Ini dapat tercapai jika
seseorang mampu menghirup, menyalurkan dan menggunakan oksigen
secara optimal (Balley, 1994, Kenney dkk., 2012).
2.4.4 Pengaruh Latihan Aerobik Terhadap Otot.
Pengaruh pelatihan aerobik terhadap otot berkaitan dengan
kemampuan otot berkontraksi dan kemampuan otot mengkonsumsi oksigen.
Otot memiliki mekanisme kontraksi yang dijalankan oleh potensial aksi.
Dengan tersedianya cukup oksigen maka oksidasi dalam otot akan
menghasilkan ATP (Adenosin Tri Phospate) sebagai sumber energi kontraksi
otot yang dibutuhkan otot untuk bergerak. Mekanisme kontraksi yang
berjalan terus menerus akan meningkatkan serat – serat otot untuk bekerja
menjadi lambat dan lama kemudian akan meningkatkan kandungan
mioglobin otot serta meningkatkan jumlah pembuluh darah yang mengitari
serat otot. Lama kelamaan kekuatan otot (muscle strength) dan ketahanan
otot (muscle endurance) akan bertambah sehingga kondisi tersebut
memungkinkan terjadinya peningkatan kebugaran fisik (Sharkey, 2003).
56
2.5 Analisis Pelatihan Senam Ayo Bergerak, Senam Bugar Indonesia dan
Senam Ayo Bersatu
Tujuan dari senam adalah untuk mencapai kebugaran fisik yang maksimal.
Oleh karena itu tata urutan senam dikemas sedemikian rupa sehingga
dimungkinkan dapat meningkatkan kebugaran. Hal itu dapat kita lihat dari
gerakan atau latihan-latihan senam yang kaya akan variasi dan melibatkan hampir
semua komponen biomotorik di dalamnya, dalam hal ini senam yang akan penulis
pakai sebagai bahan penelitian yaitu Senam Ayo Bergerak, Senam Bugar
Indonesia dan Senam Ayo Bersatu.
Senam Ayo Bergerak dan Senam Bugar Indonesia terdiri atas tiga bagian
gerakan utama yaitu Pemanasan, Latihan Inti dan Pendinginan dan masing-
masing bagian mempunyai gerakan-gerakan yang melibatkan semua unsur
pergerakan otot, terutama otot-otot besar. Meskipun tiap-tiap bagian latihan
diselingi dengan selang waktu antar gerakan, beban latihan yang ada cukup
merangsang sistem kardiovaskular dan respirasi. Untuk prinsip pembebanan,
beban latihan untuk masing-masing otot tidak terlalu tinggi sehingga kelelahan
tidak terjadi secara primer pada otot-otot karena otot-otot tidak bekerja secara
berlebihan, tetapi secara sekunder oleh karena kurang mempunyai mekanisme
penyediaan O2 dan menyingkirkan sisa-sisa metabolisme pada saat itu (Bompa
dan Gregory, 2009).
Sedangkan pada Senam Ayo Bersatu, gerakan melibatkan hampir semua
unsur pergerakan otot tapi kurang melibatkan otot-otot besar. Sehingga pada
prinsip pembebanan, beban pada otot sangat kurang dan hal ini bisa berpengaruh
pada peningkatan kebugaran fisik (Bompa dan Gregory, 2009).
57
Secara garis besar fungsi sistem kardiovaskular (jantung dan peredaran
darah) serta paru-paru dapat ditingkatkan demi mencukupi oksigen melalui
pelatihan senam ini. Di samping itu juga dapat meningkatkan sistem skeletal dan
neuromuskular, karena seluruh otot dipacu untuk aktif terlibat dalam gerakan
sehingga membantu peningkatan sistem kardiovaskular (Guyton dan Hall, 2006).
2.6 Kasch Step Test (Harvard Modified Step Test)
Kasch Stept Test atau YMCA Step Test atau dikenal juga dengan YMCA
3 Minutes Step Tes atau 3 Minutes Step Test dan juga merupakan modifikasi dari
tes naik turun bangku Harvard (Harvard Modified Step Test) adalah metode
pengukuran kapasitas daya tahan kardiovaskular yang dilakukan dengan cara tes
langkah naik turun bangku selama 3 menit dan dipergunakan untuk mengukur
kebugaran fisik seseorang (Golding, 2000).
Tes ini merupakan modifikasi dari Harvard Step Test metode Brouha
(1943) yang banyak memiliki kekurangan seperti menghasilkan tingkat stres yang
tinggi dan tidak dapat dilakukan pada semua jenis umur terutama pada usia di atas
18 tahun, tidak efektif untuk wanita, tinggi bangku yang terlalu tinggi untuk
wanita, 30 langkah permenit sulit dilakukan dengan teratur dan tepat, waktu
pelaksanaan yang cukup lama (5 menit) dan perhitungan 3 kali denyut nadi
pemulihan yang tidak efisien serta dapat menghasilkan salah perhitungan
(Brouha.dkk., 1943 ; Smotherman, 1996). Kasch Step Test merupakan metode
yang sederhana dan mudah pelaksanaannya, tidak memerlukan biaya yang besar
dan bisa dilakukan pada usia yang lebih tua (18-65 tahun) dibandingkan dengan
Harvard Step Test (di bawah 18 tahun) (Haskell, 2009).
58
Kennery dkk (2012) mengatakan bahwa daya tahan kardiovaskular
merupakan salah satu unsur kebugaran fisik yang penting di mana ketahanan
kardiovaskular mengacu pada kemampuan sistem peredaran darah dan pernapasan
untuk memasok oksigen selama aktivitas fisik berkelanjutan. American College of
Sport Medicine (2009) merujuk bahwa tes ini merupakan metode yang bagus
untuk mengukur kebugaran dan ketahanan kardiovaskular serta kemampuan
tubuh untuk pulih dari olahraga berat (Haskell, 2009).
Prinsip dari Kasch Step Test adalah mengukur kebugaran kardiovaskular
dengan patokan perhitungan denyut jantung pemulihan atau recovery heart rate
segera setelah orang coba melakukan kerja naik turun bangku step test selama 3
menit dengan ketukan 96bpm (beatperminute) atau 24 langkah dalam satu menit.
Recovery heart rate diukur selama 1 menit, dimulai 5 detik sesudah orang coba
selesai melakukan step test (Golding, 2000; Santo dan Golding, 2003).
Hasil yang didapat akan dilihat pada tabel berikut untuk menentukan
status kebugaran fisik seseorang :
59
Tabel 2.1 Nilai Kebugaran Fisik Kasch Step Test
Age Excellent Good Above Average
Average Below Average
Poor Very poor
MALE 18-25 50 - 76 79 - 84 88 - 93 95 - 100 102 - 107 111 - 119 124 - 157 26-35 51 - 76 79 - 85 88 - 94 96 - 102 104 - 110 114 - 121 126 - 161 36-45 49 - 76 80 - 88 92 - 98 100 - 105 108 - 113 116 - 124 130 - 163 46-55 56 - 82 87 - 93 95 - 101 103 - 111 113 - 119 121 - 126 131 - 159 56-65 60 - 77 86 - 94 97 - 100 103 - 109 111 - 117 119 - 128 131 - 154 65+ 59 - 81 87 - 92 94 - 102 104 - 110 114 - 118 121 - 126 130 - 151 FEMALE 18-25 52 - 81 85 - 93 96 - 102 104 - 110 113 - 120 122 - 131 135 - 169 26-35 58 - 80 85 - 92 95 - 101 104 - 110 113 - 119 122 - 129 134 - 171 36-45 51 - 84 89 - 96 100 - 104 107 - 112 115 - 120 124 - 132 137 - 169 46-55 63 - 91 95 - 101 104 - 110 113 - 118 120 - 124 126 - 132 137 - 171 56-65 60 - 92 97 - 103 106 - 111 113 - 118 119 - 127 129 - 135 141 - 174 65+ 70 - 92 96 - 101 104 - 111 116 - 121 123 - 126 128 - 133 135 - 155 ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Reference : Golding, LA. YMCA Fitness Testing and Assessment Manual 4th ed.(2000;200-11)
Keterangan :
Excelent : Baik Sekali Good : Baik Above Average : Agak Baik Average : Sedang Below Average : Cukup Poor : Kurang Verry Poor : Kurang Sekali
Smotherman dalam penelitiannya pada 42 orang wanita sehat usia 28 – 58
tahun di San Jose University (1996) dengan menggunakan Kasch Step Test
menemukan bahwa :
“Kasch 3 minutes step test provide effective estimates of VO2Max (Volume
of Oxygen Maximum) and could be use as VO2max high probability predictor (p
= 0,05)”
60
Dari penelitian tersebut didapatkan bahwa penggunaan metode Kasch Step
Test dalam pengukuran kapasitas VO2max efektif sebagai prediktor nilai
VO2max.
Chin-Mou dan Kuei-Fu (2007) dari National Hsinchu University of
Education Taiwan dalam penelitian pada 31 subjek terhadap recovery heart rate
atau denyut nadi pemulihan dan indeks kebugaran fisik dengan metode 3 minutes
step test menemukan bahwa dengan ukuran bangku 12 inchi (30,48 cm) dan 24
langkah permenit merupakan metode yang efektif untuk mengukur kebugaran
fisik pada orang sehat berbagai usia dengan estimasi standar eror yang rendah.
Recovery heart rate atau post-exercise heart rate (PHR) atau denyut nadi
pemulihan dalam berbagai step test merupakan parameter utama dalam
perhitungan kapasitas aerobik. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa
denyut nadi pemulihan yang dihitung pada 1 menit pertama (PHR60) setelah
melakukan tes naik turun bangku merupakan parameter yang valid dalam
perhitungan estimasi kapasitas aerobik ( Bell dan Jacobs, 1992 ; Golding, 2000 ;
Chin-Mou dan Kuei-Fu, 2007; Santo dan Golding, 2003).
Beberapa alasan lain penggunaan step test menurut American College of
Sport Medicine (2009) yaitu membutuhkan gerakan yang tidak rumit (naik turun),
memerlukan waktu yang pendek, dapat mengukur orang yang banyak sekaligus,
mudah dipaparkan pada orang coba, murah, dan alat peraganya gampang
dipindahkan (Haskell, 2009).
Selain merupakan metode yang efektif dalam pengukuran kebugaran fisik,
penggunaan recovery heart rate sebagai parameter perhitungan kapasitas aerobik
61
dan ditambah beberapa alasan di atas maka penulis memilih metode Kasch Step
Test sebagai tes pengukuran kebugaran fisik dalam penelitian ini.
62
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Berpikir
Berdasarkan latar belakang masalah dan kajian pustaka, kerangka konsep
yang dapat disusun adalah sebagai berikut : kebugaran fisik sangat penting bagi
kaum wanita dalam menunjang aktivitas kehidupan sehari -hari di mana pekerjaan
yang sering dilakukan wanita banyak diambil alih oleh teknologi yang
mempermudah pekerjaan sehingga menyebabkan kurang bergerak. Keadaan ini
dapat menyebabkan banyak masalah kesehatan dan menurunkan efisiensi
produktivitas kerja. Seseorang yang memiliki kebugaran fisik yang baik adalah
orang yang cukup mempunyai kesanggupan untuk melakukan pekerjaannya
dengan efisien tanpa menimbulkan kelelahan berarti.
Kondisi yang demikian menyebabkan kaum wanita perlu melakukan
latihan fisik seperti senam aerobik agar dapat merubah pola hidup statis menjadi
dinamis. Senam aerobik merupakan senam kebugaran fisik yang efektif untuk
mengoptimalkan seluruh komponen biomotorik. Pelatihan fisik pada senam
memiliki gerakan yang menggunakan kekuatan otot dan daya tahan otot dari
seluruh bagian tubuh sehingga senam cepat meningkatkan kebugaran fisik pada
kaum wanita. Beberapa bentuk senam yang dapat meningkatkan kebugaran fisik
antara lain Senam Ayo Bergerak, Senam Bugar Indonesia dan Senam Ayo
Bersatu yang menjadi variabel penelitian penulis kali ini.
63
Pada penelitian ini dilakukan aktivitas pelatihan Senam Ayo Bergerak,
Senam Bugar Indonesia dan Senam Ayo Bersatu selama 10 minggu dengan
frekuensi 3 kali seminggu serta intensitas/tempo dan teknik gerakan yang
bervariasi, termasuk jenis low impact aerobic dengan prinsip dasar pelatihan
senam meliputi pemanasan, latihan inti dan pendinginan.
Ketiga senam tersebut dalam pelaksanaannya melibatkan berbagai
komponen biomotorik, alat gerak, persendian dan otot sehingga dapat
meningkatkan kebugaran fisik yang ditandai dengan penurunan denyut nadi
pemulihan sesudah pelatihan. Pelatihan senam aerobik ini dapat memberikan efek
terhadap sistem kardiovaskular, sistem respirasi, dan sistem muskular.
Keberhasilan pelatihan ini dipengaruhi oleh faktor internal seperti umur,
jenis kelamin, berat dan tinggi badan dan indeks massa tubuh serta faktor internal
seperti suhu lingkungan, kelembaban udara dan aktifitas fisik. Hasil penelitian ini
secara praktis diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk memberikan
olahraga yang tepat kaum wanita yang ingin meningkatkan kebugaran fisiknya.
64
3.2 Konsep Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibuat kerangka konsep dalam
bentuk bagan sebagai berikut :
FAKTOR EKSTERNAL · Suhu Lingkungan · Kelembaban Udara · Aktivitas Fisik
PELATIHAN SENAM v SENAM AYO BERGERAK v SENAM BUGAR INDONESIA v SENAM AYO BERSATU
FAKTOR INTERNAL · Umur · Jenis Kelamin · Berat dan Tinggi Badan · Kebugaran Fisik
PENINGKATAN KEBUGARAN FISIK
Gambar 3.1. Konsep Penelitian
65
3.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teoritis konsep di atas dapat dirumuskan hipotesis
sebagai jawaban sementara dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Pelatihan Senam Ayo Bergerak tiga kali perminggu selama sepuluh
minggu meningkatkan kebugaran fisik dibandingkan Senam Ayo Bersatu
pada wanita anggota Klub senam Lala Studio Denpasar.
2. Pelatihan Senam Bugar Indonesia tiga kali perminggu selama sepuluh
minggu meningkatkan kebugaran fisik dibandingkan Senam Ayo Bersatu
pada wanita anggota Klub senam Lala Studio Denpasar.
.
66
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian
yang digunakan adalah Randomized Pre and Post Test Control Group Design.
Masing-masing kelompok yang terdiri dari 10 orang kelompok-1, kelompok-2
dan kelompok-3. Semua kelompok diberikan tes awal. Antara perlaku an satu, dua
dan tiga diberikan pelatihan bersamaan, kemudian masing-masing perlakuan
diobservasi.
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian
Di mana:
P = Populasi
R = Randomisasi
S = Sampel
P R S
01
03
01
02
06
KP1
KP2
04 03
KK 05
KP3
67
KP1 = Kelompok Perlakuan I, pelatihan Senam Ayo Bergerak.
KP2 = Kelompok Perlakuan II, pelatihan Senam Bugar Indonesia
KP3 = Kelompok Perlakuan III (Kontrol), pelatihan Senam Ayo
Bersatu
O1 = Observasi hasil tes kebugaran fisik kelompok-1 sebelum
pelatihan
O2 = observasi hasil tes kebugaran fisik kelompok-1 setelah sepuluh
minggu pelatihan.
O3 = Observasi hasil tes kebugaran fisik kelompok-2 sebelum
pelatihan.
O4 = Observasi hasil tes kebugaran fisik kelompok-2 setelah
sepuluh minggu pelatihan.
O5 = Observasi hasil tes kebugaran fisik kelompok kontrol sebelum
pelatihan
O6 = Observasi hasil tes kebugaran fisik kelompok-3 (kontrol)
setelah sepuluh minggu pelatihan.
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Klub Senam Lala Studio Denpasar, Puri Santrian
Jl. Veteran no 66E Denpasar. Waktu penelitian dilaksanakan pada 22 Juli – 28
September 2013 sebanyak tiga kali seminggu selama 10 (sepuluh) minggu.
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh wanita anggota Klub Senam
Lala Studio Denpasar.
68
4.3.2 Sampel
Sampel diambil dari populasi penelitian yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi. Kriteria yang ditetapkan untuk dapat dipilih sebagai
sampel adalah sebagai berikut:
a. Kriteria inklusi
1. Jenis kelamin wanita.
2. Umur 30-40 tahun berdasarkan akta kelahiran atau KTP.
3. Badan sehat dan tidak cacat, berdasarkan pemeriksaan dokter.
4. Bersedia sebagai subjek penelitian dari awal sampai selesai,
dengan menandatangani surat persetujuan kesediaan sebagai
sampel.
b. Kriteria eksklusi
1. Ada riwayat patah tulang atau cedera tulang.
2. Berdomisili di luar Denpasar.
c. Kriteria gugur (drop out)
1. Subjek sakit, cidera, sehingga tidak bisa mengikuti pelatihan.
2. Dua kali berturut-turut tidak mengikuti pelatihan.
3. Menarik diri dari subjek penelitian.
69
4.3.3 Besar Sampel
Penentuan besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini
menggunakan rumus Pocock (2008) :
Keterangan :
n = Besar sampel
µ1 = Rata-rata sebelum pelatihan
µ2 = Asumsi rata-rata sebelum pelatihan
f(a.ß) = Konstanta berdasarkan tabel
s = Nilai standar deviasi
Besarnya sampel yang dipergunakan dalam penelitian ini
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sukardiasih (2005)
didapatkan standar deviasi 11,61 dan rerata (25,82) dan (21,95)
serta a = 0,05 dan ß = 0,05 dan konstanta angka pada Tabel 13.
Berdasarkan perhitungan dengan rumus di atas maka diperoleh n = 7,9
dibulatkan menjadi 8. Untuk mengantisipasi adanya sampel yang drop out
maka penulis menetapkan jumlah cadangan sebesar 20 % dari 8 sampel =
1,6 dibulatkan menjadi 2, sehingga jumlah sampel yang dibutuhkan tiap
kelompok adalah 8 + 2 = 10 sampel. Karena penelitian menggunakan 3
kelompok maka dibutuhkan 3 x 10 = 30 sampel. Dengan demikian
dibutuhkan keseluruhan 30 orang sebagai sampel dalam penelitian ini.
70
4.3.4 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik Pengambilan sampel dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Mengadakan pemilihan sejumlah sampel dari seluruh populasi wanita
anggota Klub senam Lala Studio Denpasar berdasarkan kriteria
inklusi.
2. Jumlah sampel yang terpilih diseleksi lagi berdasarkan kriteria
eksklusi.
3. Mengadakan pemilihan besar sampel sebanyak 30 orang wanita secara
acak sederhana dari subjek yang terpilih tersebut.
4. Melakukan pembagian kelompok sebanyak tiga kelompok dengan
masing-masing kelompok sejumlah 10 orang. Pembagian kelompok
dilakukan dengan cara acak sederhana. Selanjutnya kelompok 1 akan
menerima Pelatihan Senam Ayo Bergerak, kelompok 2 menerima
pelatihan Senam Bugar Indonesia dan kelompok kontrol menerima
pelatihan Senam Ayo Bersatu.
4.4 Variabel Penelitian
Berdasarkan fungsi dan peranannya, variabel penelitian diklasifikasikan
menjadi :
4.4.1 Variabel Bebas
Yaitu Pelatihan Senam Ayo Bergerak, Pelatihan Senam Bugar
Indonesia dan Pelatihan Senam Ayo Bersatu
4.4.2 Variabel Tergantung
Kebugaran Fisik yang diukur dengan menggunakan Kasch Step test
71
4.4.3 Variabel Kontrol
Jenis Kelamin, umur, berat badan, tinggi badan
4.4.4 Variabel Rambang
Suhu dan kelembaban
4.5 Definisi Operasional Variabel
a. Pelatihan Senam Ayo Bergerak adalah gerakan senam kebugaran fisik
sesuai dengan yang disusun oleh FORMI (Federasi Olahraga
Masyarakat Indonesia) termasuk senam aerobik low impact di mana
gerakannya banyak melibatkan anggota gerak tubuh, otot-otot besar dan
persendian. Gerakan pemanasan dilakukan selama 15 menit 12 detik,
latihan inti dilakukan selama 20 menit 40 detik dan pendinginan
dilakukan selama 6 menit 30 detik dengan melakukan gerakan terus
menerus tanpa ada istirahat aktif dengan total durasi waktu 42 menit 22
detik, frekuensi 3 x perminggu selama 10 minggu.
b. Pelatihan Senam Bugar Indonesia adalah senam aerobik yang disusun
oleh Perwosi (Persatuan Wanita Olahraga Seluruh Indonesia) di mana
gerakannya dinamis dalam membantu otot-otot tubuh meningkatkan
kebugaran dan kesehatan. Gerakan pemanasan dilakukan selama 11
menit 4 detik, latihan inti dilakukan selama 15 menit 26 inti dan
pendinginan dilakukan selama 6 menit 8 detik dengan melakukan
gerakan terus menerus tanpa ada istirahat aktif total durasi waktu 37
menit 38 detik, frekuensi 3 x perminggu selama 10 minggu.
72
c. Senam Ayo Bersatu merupakan senam kebugaran fisik yang diciptakan
oleh Federasi Masyarakat Olahraga Indonesia (FORMI) pada tahun
2002 , termasuk senam aerobik low impact dengan gerakan yang ringan,
tidak memberikan beban besar dan sedikit melibatkan otot-otot besar.
Gerakan pemanasan dilakukan selama 7 menit 6 detik, latihan inti
selama 20 menit 22 detik, dan pendinginan selama 5 menit dan 40 d etik
dengan melakukan gerakan terus menerus tanpa ada istirahat aktif total
durasi waktu 33 menit 8 detik, frekuensi 3 x perminggu selama 10
minggu.
d. Kebugaran fisik adalah kemampuan atau kesanggupan tubuh seseorang
untuk melakukan kerja sehari-hari secara efisien dalam jangka waktu
yang cukup lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan masih
memiliki tenaga cadangan untuk melaksanakan aktivitas yang bersifat
mendadak yang dinilai dari penurunna denyut nadi pemulihan sesudah
berolahraga, dengan asumsi semakin rendah denyut nadi pemulihan
semakin tinggi kebugaran fisik.
e. Hasil tes kebugaran fisik dengan menggunakan Kasch Step Test adalah
pengukuran kebugaran fisik pada orang coba menggunakan metode
Kasch Step Test dengan cara naik turun bangku dengan uku ran 12 inchi
(30,48 cm) selama 3 menit diiringi ketukan 96x/menit dan diukur denyut
nadi pemulihan. Dalam penelitian ini yang diukur adalah jumlah denyut
nadi pemulihan, dihitung selama 1 menit dan hasil yang dicapai adalah
penurunan denyut nadi pemulihan sesudah diberikan pelatihan dan
73
hasilnya diinterpretasikan dalam tabel Nilai Kebugaran Fisik Kasch Step
Test untuk mengetahui kriteria kebugaran fisiknya.
f. Jenis Kelamin adalah perempuan (wanita) yaitu jenis kelamin yang terlihat
dari penampakan luar dan yang tercantum dalam Kartu Tanda
Penduduk.
g. Umur adalah usia dalam tahun berdasarkan tanggal dan bulan kelahiran
yang tercantum di akte kelahiran atau Kartu Tanda Penduduk, dalam
penelitian ini berkisar antara 30 - 40 tahun.
h. Berat badan adalah bobot tubuh orang coba yang diukur dengan
timbangan badan merek Seca buatan Jerman dengan ketelitian 0,1 kg,
batas ukur 120 kg sebelum dan sesudah perlakuan, dan orang coba
menggunakan pakaian seminim mungkin
i. Tinggi Badan adalah tinggi tubuh atau panjang badan yang diukur dari
alas tumit sampai ke ubun-ubun (vertex) pada posisi tegak pandangan
lurus ke depan dengan menggunakan antropometer merek Seca buatan
Jerman dengan ketelitian 0,1 cm. Sikap orang coba berdiri tegak, sudut
mata sejajar telinga, pandangan lurus ke depan hingga membentuk satu
garis datar dari caruncula. Catat hasil pengukuran dalam satuan
sentimeter.
j. Suhu adalah temperatur di sekitar tempat penelitian yaitu suhu kering dan
suhu basa yang diukur dalam satuan derajat celcius.
k. Kelembaban relatif udara lingkungan adalah presentasi uap air dalam
udara yang diukur dengan Higrometer elektronik digital merek Extech
dan dinyatakan dalam satuan persen.
74
4.6 Instrumen Penelitian
1. Timbangan berat badan digital merek Seca buatan Jerman dengan
ketelitian 0,1 kg untuk mengukur berat badan.
2. Antropometer merek Seca buatan Jerman dengan ketelitian 0,1 cm
untuk mengukur tinggi badan orang coba.
3. Bangku Step test ukuran tinggi 30,45 cm.
4. CD lagu Senam Ayo Bergerak, Senam Bugar Indonesia dan Senam Ayo
Bersatu.
5. CD Player merk Toshiba untuk memutar lagu pengiring senam.
6. Stopwatch merk Fastime buatan Inggris untuk mengukur ketepatan
waktu step test selama 3 menit dan waktu pengukuran denyut nadi
selama 1 menit, dalam satuan detik dengan ketelitian 2 angka di
belakang koma.
7. Camera digital DSLR Merk Canon 1100 untuk dokumentasi penelitian
8. Tensimeter merek Riester buatan Jerman untuk mengukur tekanan
darah orang coba dengan satuan mmHg (milimeter hidragirum).
9. Higrometer elektronik digital merek Extech buatan Jerman dipakai untuk
mengukur kelembaban relatif udara dengan ketelitian 1%.
10. Termometer Sling untuk mengukur suhu basah dan suhu kering dalam
satuan OC dengan bilangan desimal 1 angka di belakang koma.
11. Alat tulis menulis.
75
4.7 Prosedur Penelitian
Prosedur peneltian terdiri dari tahap-tahap penelitian, dapat
dijelaskan sebagai berikut :
4.7.1 Tahap Persiapan
1. Studi kepustakaan dari buku, jurnal, proseding, internet dan lain-lain
yang relevan dengan topik penelitian.
2. Mengurus surat-surat penelitian.
3. Melakukan penentuan sampel secara acak sederhana dengan cara
undian, berdasarkan metode dan kriteria yang telah ditentukan.
4. Meminta persetujuan penelitian kepada pemilik Klub senam.
5. Membuat jadwal pelaksanaan penelitian.
6. Mengadakan pelatihan serta pengukuran dengan teman-teman
pendamping peneliti yang membantu dalam pelaksanaan penelitian.
7. Menyiapkan alat-alat ukur yang baku dan punya ketelitian yang dapat
dipercaya dan diakui secara ilmiah.
8. Sosialisasi kepada wanita anggota Klub Senam Lala Studio mengenai
maksud, tujuan, manfaat dan jadwal pelaksanaan penelitian sehingga
dapat diperoleh pengertian dan bersedia menjadi sampel. Hal ini
didukung dengan penandatanganan surat persetujuan ikut serta dalam
penelitian.
9. Melakukan uji coba pelatihan Senam Ayo Bergerak, Senam Bugar
Indonesia dan Senam Ayo Bersatu pada ketiga kelompok perlakuan.
76
1.7.2 Tahap Pemilihan dan Penentuan Sampel
Prosedur pemilihan dan penentuan sampel menyangkut :
1. Semua wanita yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi sebagai
sampel diberikan nomor urut yang berbeda.
2. Selanjutnya sampel dipilih secara acak sederhana dengan
menggunakan teknik undian. Jumlahnya sesuai dengan hasil
perhitungan yang diperoleh berdasarkan penelitian pendahuluan.
3. Melakukan pembagian kelompok pelatihan secara acak sederhana,
dengan teknik undian sebanyak tiga kelompok yang masing-masing
kelompok beranggotakan 10 orang. Selanjutnya kelompok 1 dilakuka n
latihan Senam Ayo Bersatu, kelompok 2 latihan senam Bugar
Indonesia dan kelompok 3 dilakukan pelatihan Senam Ayo Bergerak.
4.8 Pelaksanaan Penelitian
4.8.1 Pengukuran tinggi dan berat badan serta suhu dan kelembaban.
Pengukuran ini dilakukan oleh peneliti dan pembantu peneliti.
Pengukuran tinggi badan dengan menggunakan timbangan dan
antropometer. Prosedurnya adalah sebagai berikut : subjek berdiri tegak,
sudut mata sejajar telinga tanpa alas kaki. Tumit, pantat, punggung dan
kepala bagian belakang menempel pada dinding dan siku lurus. Alat ukur
diletakkan di belakang badan di antara kedua tumit dengan posisi alat
77
lurus ke atas hingga ubun-ubun pandangan mata lurus ke depan. Catat
angka yang ditunjukan alat dalam satuan sentimeter (cm) dengan ketelitian
0,1 cm.
Pada pengukuran berat badan, subjek berdiri tegak di atas
timbangan dengan menggunakan pakaian senam yang minim tanpa alas
kaki, ikat pingang dan asesoris lainnya. Sebelumnya jarum timbangan
dikalibrasi ke angka nol. Berat badan kemudian diukur dengan
menggunakan timbangan merk Smic dengan ketelitian 0,1 kg. Setelah
subjek di atas timbangan, angka yang ditunjukkan oleh jarum merupakan
berat badan subjek yang ditimbang.
4.8.2. Pengukuran kebugaran fisik dengan Kasch Step Test
Pengukuran kebugaran fisik dilakukan oleh peneliti dan dibantu
oleh pembantu peneliti dengan menggunakan Kasch Step Test yaitu tes
naik turun bangku selama 3 menit menggunakan metronom dengan
ketukan 96 bpm (beat per minute) atau 24 langkah permenit.
Persiapan :
- Orang coba memakai pakaian olahraga yang sesuai, tidak melakukan
olahraga yang berat sebelum di tes, makan secukupnya minimal 2 jam
sebelum tes, cukup istirahat dan cukup tidur. Lakukan peregangan
selama 2-3 menit pada persendian tungkai dan seluruh tubuh.
- Mengukur tekanan darah orang coba dan kecepatan denyut nadi orang
coba dalam keadaan istirahat (duduk) sebelum dimulai test.
78
- Persiapkan bangku step test. Taruh kursi untuk dudukan di sebelah
bangku step test. Atur metronom pada ketukan 96 bpm yaitu sesuai
kecepatan naik turun bangku yang akan dilakukan dan selama 3 menit
diukur menggunakan stopwatch merk Fastime.
- Orang coba diminta untuk melakukan kerja naik turun bangku step test
dengan ketukan 96x/menit atau 24 langkah/menit sesuai dengan bunyi
metronom.
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
Reference : YMCA 3-mintue Step Test http://www.cheu.gov.hk/eng/healthatwork/ymca_3min.asp
Gambar 4.2. Pelaksanaan Kasch Step Test
79
- Orang coba berdiri tepat di depan bangku step test (a) dan metronom
dinyalakan. Pada ketukan 1 orang coba menempatkan salah satu kaki
(dominan) di atas bangku (b), kemudian pada ketukan ke-2 kaki yang
lain naik ke bangku sehingga orang coba berada dalam posisi telah
berdiri tegak di atas bangku (c).
- Pada ketukan ke-3 kaki yang pertama naik diturunkan (d) dan pada
ketukan ke-4 kaki kedua diturunkan sehingga orang coba telah
kembali berada di atas lantai (e).
- Tepat pada ketukan berikutnya (ke-5) kaki yang pertama kembali naik
ke bangku dan demikian seterusnya.
- Siklus tersebut diulang terus menerus sampai pada menit ke-3
berakhir.
- Setelah selesai dengan kerja ini, orang coba segera diminta duduk di
kursi yang telah disediakan di samping bangku step test. Tepat pada 5
detik sesudah test (3 menit 5 detik), diukur recovery heart rate atau
denyut nadi pemulihan orang coba selama 1 menit dengan
menggunakan stopwatch Fastime.
- Denyut nadi diukur pada arteri radialis dekat pada ibu jari dan
pergelangan tangan atau pada arteri carotis yang berada pada leher
dekat laring. Dalam hal ini peneliti akan mengukur pada arteri radialis.
- Hasil pengukuran recovery hear rate kemudian dicatat dan hasilnya
dilihat pada tabel (1) untuk menentukan kategori kebugaran fisik orang
coba.
80
4.8.3 Pelatihan Senam
Langkah – langkah yang dilaksanakan dalam penelitian senam ini adalah :
1. Persiapan alat : CD lagu dan alat pemutar CD.
2. Memberikan penjelasan kepada seluruh sampel mengenai persiapan
sebelum pelatihan, teknik pelatihan, jadwal pelatihan, tempat
pelatihan, tatalaksana pelatihan dan hak-hak subjek dalam pelaksanaan
pelatihan.
3. Subjek datang ke tempat pelatihan 15 menit sebelum pelatihan dimulai
kemudian melakukan peregangan ringan.
4. Subjek dipisahkan menjadi tiga kelompok sesuai dengan hasil
penentuan sampel sebelumnya.
5. Dilakukan pelatihan Senam Ayo Bergerak, Senam Bugar Indonesia
dan Senam Ayo Bersatu sesuai dengan panduan yang telah dijabarkan
sebelumnya selama 10 minggu dengan frekuensi 3 kali seminggu
(Senin, Rabu dan Jumat).
6. Seluruh subjek menjalani tes awal atau pre test yaitu pengukuran
kebugaran fisik menggunakan Kasch Step test.
7. Hari Senin Kelompok I (Senam Ayo Bergerak) melakukan pelatihan
pada sesi pertama, kemudian Kelompok II (Senam Bugar Indonesia)
melakukan pelatihan pada sesi kedua dan Kelompok III (Senam Ayo
Bersatu) pada sesi ketiga.
8. Hari Rabu Kelompok II (Senam Bugar Indonesia) melakukan
pelatihan pada sesi pertama, Kelompok III (Senam Ayo Bersatu)
81
melakukan pelatihan pada sesi kedua sedangkan Kelompok I (Senam
Ayo Bergerak) melakukan pelatihan pada sesi ketiga.
9. Hari Jumat Kelompok III (Senam Ayo Bersatu) melakukan pelatihan
pada sesi pertama, kemudian Kelompok I (Senam Ayo Bergerak)
melakukan pelatihan pada sesi kedua dan Kelompok II (Senam Bugar
Indonesia) melakukan pelatihan pada sesi ketiga. Demikian seterusnya
pelatihan ini dilakukan secara bergiliran setiap minggu selama 10
minggu pelatihan.
10. Setelah 10 minggu pelatihan, seluruh subjek menjalani tes akhir atau
post test dengan mengukur nilai kebugaran fisik menggunakan Kacsh
Step test.
4.9. Alur Penelitian
Alur penelitian pada penelitian ini dapat dijelaskan bahwa dari
populasi wanita anggota Klub senam Lala Studio Denpasar didapati sampel
sebanyak 30 orang yang memenuhi kriteria inklusi. Kemudian sampel
diberikan test awal (pre-test) untuk mendapatkan data kebugaran fisik
dengan menggunakan Kasch Step Test. Setelah itu sampel dibagi menjadi 3
kelompok dengan cara alokasi acak sederhana sehingga sampel ketiga
kelompok menjadi homogen. Setelah itu sampel diberikan pelatihan senam
selama 10 minggu. Kelompok I diberikan pelatihan Senam Ayo Bergerak,
Kelompok II diberikan pelatihan Senam Bugar Indonesia dan Kelompok III
diberikan pelatihan Senam Ayo Bersatu.
82
Setelah diberikan pelatihan selama sepuluh minggu, sampel
dilakukan test akhir (post-test) untuk menilai peningkatan kebugaran fisik
dengan menggunakan Kasch Step Test. Data yang didapat kemudian
dianalisis dengan menggunakan analisis statistik SPSS 20.0 IBM. Dari hasil
analisis statistik data tersebut, akan disusun laporan hasil dan dilanjutkan
dengan penyusunan thesis.
83
Alur penelitian dapat di lihat pada gambar berikut :
PENYUSUNAN LAPORAN
TESIS
ANALISIS
TES AWAL (Kasch Step Test)
PELATIHAN SENAM BUGAR
INDONESIA Selama 10 minggu
Kelompok II
PELATIHAN SENAM
AYO BERSATU Selama 10
minggu
Kelompok III
PELATIHAN SENAM
AYO BERGERAK Selama 10
Kelompok I
Gambar 4.3 Bagan Alur Penelitian
TES AKHIR (Kasch Step Test)
POPULASI
SAMPEL
Kriteria Eksklusi Kriteria Inklusi
Alokasi Acak Sederhana
84
4.10. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan uji statistik berikut :
a. Analisis Deskriptif : memberikan gambaran secara deskriptif tentang
karakteristik subjek yang didapat dari hasil penelitian seperti umur, berat
badan dan tinggi badan.
b. Uji Normalitas terhadap semua data dari hasil penelitian dengan
menggunakan Saphiro Wilk Test untuk mengetahui distribusi data pada
kelompok perlakuan. Batas kemaknaan yang digunakan adalah a = 0,05
c. Uji Homogenitas varian data antara kelompok perlakuan dengan Levene
Test untuk mengetahui varian kebugaran fisik saat sebelum dan sesudah
perlakuan pada ketiga kelompok. Batas kemaknaan yang digunakan
adalah a = 0,05
d. Uji Paired t-test untuk mengetahui peningkatan kebugarak fisik pada
masing-masing kelompok sebelum dan sesudah dan uji independent t-
test untuk mengetahui pelatihan mana yang paling efektif sesudah
perlakuan.
e. Uji Inferensial untuk memeriksa perbandingan rerata dan efektivitas
latihan antar kelompok perlakuan menggunakan Analysis of Variance
(ANOVA) One way dan PostHoc Least Significance Different (LSD
PostHoc).
85
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Deskripsi Karakteristik Subjek
Penelitian ini terdiri dari 30 orang subjek yang dibagi dalam 3 kelompok.
Kelompok I berjumlah 10 orang diberi perlakuan Senam Ayo Bergerak,
Kelompok II terdiri dari 10 orang dan diberi perlakuan Senam Bugar Indonesia
dan Kelompok III (kontrol) berjumlah 10 orang diberikan perlakuan Senam Ayo
Bersatu.
Untuk dapat memberikan informasi yang lebih lengkap maka dipaparkan
deskripsi data berupa karakteristik sampel penelitian yang meliputi umur, tinggi
badan dan berat badan dalam bentuk tabel deskriptif berdasarkan nilai mean dan
standar deviasi seperti pada tabel 5.1 dibawah ini :
Tabel 5.1 Rerata Sampel berdasarkan Karakteristik Umur,
Tinggi Badan, Berat Badan dan IMT
Rerata dan Simpangan Baku
Karakteristik
Kelompok I (Ayo Bergerak)
Kelompok II (Bugar
Indonesia)
Kelompok III – (Ayo Bersatu)
U m u r (tahun) 35,80 ± 3,736 35,50 ± 3,567 35,40 ± 3,978
Tinggi Badan (cm) 155,60 ± 2,675 156,90 ± 3,542 155,60 ± 2,716
Berat badan (kg) 58,60 ± 3,273 57,50 ± 3,894 59,10 ± 4,306
IMT (kg/m2) 24,23 ± 1,724 23,42 ± 2,268 24,46 ± 2,395
86
Tabel 5.1 menunjukkan nilai rerata sampel berdasarkan karakteristik umur,
tinggi badan dan berat badan sampel. Dilihat dari umur Kelompok I diperoleh
nilai rerata sebesar 35,80 ± 3,73, Kelompok II diperoleh nilai rerata sebesar 35,50
± 3,567 dan Kelompok III diperoleh nilai 35,40 ± 3,978. Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata sampel baik pada Kelompok I, Kelompok II dan Kelompok III
tergolong ke dalam kelompok umur dewasa tua.
Dilihat dari tinggi badan Kelompok I diperoleh nilai rerata sebesar 155,60 ±
2,675, Kelompok II diperoleh nilai rerata sebesar 156,90 ± 3,542 dan untuk
Kelompok III diperoleh nilai rerata sebesar 155,60 ± 2,716. Dilihat dari berat
badan, kemudian pada Kelompok I diperoleh nilai rerata sebesar 58,60 ± 3,273,
Kelompok II diperoleh nilai rerata sebesar 57,50 ± 3,894, dan untuk Kelompok III
diperoleh nilai rerata sebesar 59,10 ± 4,306. Sedangkan dilihat dari Indeks Massa
Tubuh Kelompok I diperoleh hasil rerata dan standar deviasi sebesar 24,23 ±
1,724, Kelompok II sebesar 23,42 ± 2,268 dan Kelompok III sebesar 24,46 ±
2,395.
Tabel 5.2 Rerata data sampel berdasarkan nilai kebugaran fisik sebelum
dan sesudah pelatihan serta selisih
Rerata dan Simpangan Baku Kelompok Sampel
Pre test Post test Selisih
Kelompok I
Kelompok II
Kelompok III
123,20 ± 13,189
124,50 ± 15,883
123,80 ± 13,214
87,80 ± 9,727
98,00 ± 12,356
109,30 ± 9,878
35,40 ± 4,300
26,50 ± 5,083
14,50 ± 4,767
Pada Kelompok I diperoleh nilai rerata pre test sebesar 123,20 ± 13,189
denyut nadi permenit, post test sebesar 87,80 ± 9,727 denyut nadi/menit, dan
87
selisih sebesar 35,40 ± 4,300 denyut nadi. Pada Kelompok II diperoleh nilai rerata
setelah pre test sebesar 124,50 ± 15,883 denyut nadi/menit, post test sebesar
98,00 ± 12,356 denyut nadi/menit, dan selisih sebesar 35,40 ± 4,300 denyut . Pada
Kelompok III diperoleh nilai rerata pre test sebesar 123,80 ± 13,214 denyut nadi
permenit , post test sebesar 109,30 ± 9,878 denyut nadi/rmenit , dan selisih
sebesar 14,50 ± 4,767 denyut. Hal ini menunjukan adanya perubahan yang
bermakna pada rerata hasil perlakuan sebelum dan sesudah pelatihan.
5.2 Karakteristik Lingkungan Penelitian
Pelatihan pada Kelompok I, Kelompok II dan Kelompok III dilaksanakan
di dalam studio senam Lala Studio Denpasar. Kondisi lingkungan yang didata
meliputi suhu basah (°C), suhu kering (°C), dan kelembaban relatif (%).
Tabel 5.3 Kondisi Lingkungan selama pelatihan
Keadaan Lingkungan Minimum Maximum
Suhu basah (°C), 23 25
Suhu kering (°C), 26 28
Kelembaban relatif (%) 72 80
Berdasarkan tabel 5.3 di atas, suhu basah selama pelatihan berada pada
suhu 23°C - 25°C, suhu kering berada pada 26°C - 28°C, dan kelembaban relatif
berada pada 72% - 80%. Oleh karena suhu basah dan suhu kering serta
kelembaban relatif berada dalam batas normal, maka kondisi lingkungan tidak
mempengaruhi pelaksanaan penelitian.
88
5.3 Uji Normalitas Data dan Homogenitas Varian
Uji normalitas data dan homogenitas varian digunakan untuk menentukan
pilihan penggunaan uji statist ik dalam pengujian hipotesis. Adapun uji normalitas
data dan homogenitas varian yang digunakan adalah Shapiro-wilk test untuk uji
distribusi normal data dan Levene’s test un tuk homogenitas varian.
Tabel 5.4 Uji normalitas data dan homogenitas varian
Shapiro-Wilk test
Kelompok Sampel Sebelum
(nilai p)
Sesudah
(nilai p)
Homogenitas
dengan Levene’s
test
Kelompok I 0,762 0,326 0,685
Kelompok II 0,325 0,813 0,761
Kelompok III 0,628 0,183 0,854
Tabel di atas menunjukkan hasil uji normalitas dengan Shapiro-Wilk test
dan uji homogenitas varian dengan Levene’s test. Berdasarkan hasil uji Shapiro-
Wilk pada Kelompok I, Kelompok II dan Kelompok III didapatkan nilai p
sebelum pelatihan p > 0,05 dan sesudah pelatihan diperoleh nilai p > 0,05 . Hal ini
menunjukkan bahwa data ketiga kelompok berdistribusi normal. Pada hasil uji
Levene’s test pada Kelompok I diperoleh nilai p > 0,05, pada Kelompok II
diperoleh nilai p > 0,05 dan pada Kelompok III diperoleh nilai p > 0,05 Hal ini
menunjukkan bahwa sampel memenuhi syarat homogenitas.
Melihat keseluruhan hasil uji di atas ditetapkan pengujian hipotesis
menggunakan uji statistik parametrik (uji-T) untuk masing-masing kelompok
sampel (Kelompok I, Kelompok II dan Kelompok III) dan uji statistik parametrik
(uji Anova) untuk membuktikan efektivitas antara ketiga kelompok sampel.
89
5.4 Uji Beda Rerata kebugaran fisik sebelum dan sesudah pelatihan pada
ketiga kelompok.
Untuk mengetahui perbedaan rerata kebugaran fisik sebelum dan sesudah
pelatihan pada Kelompok I, Kelompok II dan Kelompok III maka digunakan uji
paired sample t dan uji t–independent pada masing-masing kelompok sampel.
Adapun hasil uji paired sample t akan dijabarkan pada tabel 5.5 berikut ini :
Tabel 5.5
Uji beda rerata kebugaran fisik sebelum dan sesudah pelatihan pada Kelompok I, Kelompok II dan Kelompok III menggunakan
uji paired sample t
Kelompok sampel Rerata denyut nadi
pemulihan
Simpang baku T p
Kelompok III
Sebelum
Sesudah
123,80
109,30
13,214
9,878
9,619
0,0001
Kelompok I
Sebelum
Sesudah
124,50
98,00
15,883
12,356
16,488
0,0001
Kelompok II
Sebelum
Sesudah
123,20
87,80
13,189
9,727
26,034
0,0001
Tabel di atas memperlihatkan Kelompok I, diperoleh nilai p < 0,05,
Kelompok II diperoleh nilai p < 0,05 dan begitu juga pada Kelompok III,
diperoleh nilai p < 0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan bermakna terhadap
rerata nilai kebugaran fisik sebelum dan sesudah pelatihan.
90
Tabel 5.6 Uji beda rerata kebugaran fisik sesudah pelatihan
pada Kelompok I, Kelompok II dan Kelompok III menggunakan uji t-independent
Pelatihan Rerata denyut
nadi Post Test
t p
Kelompok I
Kelompok II
87,80
98,00
2,051
0,055
Kelompok I
Kelompok III
87,80
109,30
4,904
0,0001
Kelompok II
Kelompok III
98,00
109,30
2,259
0,037
Tabel di atas menunjukkan hasil pengujian hipotesis menggunakan uji t-
independent antara Kelompok I, Kelompok II dan Kelompok III. Terlihat uji
retara post test pada Kelompok I dan III memiliki nilai p < 0,05 dan pada
Kelompok II dan III juga memiliki nilai p < 0,05 menandakan ada perbedaan
bermakna pada hasil post test setelah perlakuan antara Kelompok I dan II
terhadap Kelompok III.
5.5 Uji beda rerata kebugaran fisik sesudah pelatihan antara Kelompok I,
Kelompok II dan Kelompok III
Untuk mengetahui perbedaan kemaknaan antara Kelompok I, Kelompok II
dan Kelompok III terhadap kebugaran fisik digunakan uji ANOVA (Analysis of
Variance) serta untuk membuktikan pernyataan hipotesis penelitian yaitu
pelatihan Senam Ayo Bergerak dan pelatihan Senam Bugar Indonesia lebih besar
91
meningkatkan kebugaran fisik di bandingkan Senam Ayo Bersatu sebagai
kelompok kontrol pada wanita anggota Klub senam Lala Studio Denpasar maka
digunakan uji LSD (Least Significance Different).
Adapun hasil uji Anova dan LSD akan dipaparkan berikut ini :
Tabel 5.7 Uji Anova dan LSD sesudah pelatihan antara Kelompok I,
Kelompok II dan Kelompok III
LSD PostHoc test Anova Kelompok
sampel
Kelompok
sampel Beda Rerata p F p
Bugar
Indonesia
(Kelompok II)
11,300 0,026 Ayo Bersatu
(Kelompok III)
Ayo Bergerak
(Kelompok I)
21,500
0,0001
Bugar
Indonesia
(Kelompok II)
Ayo Bergerak
(Kelompok I)
10,200 0,043
10,062 0,001
Tabel di atas menunjukkan hasil uji LSD PostHoc test dan Anova test.
Berdasarkan hasil uji Anova diperoleh nilai p < 0,05 yang berarti bahwa ada
perbedaan yang bermakna pada nilai kebugaran fisik sesudah pelatihan antara
Kelompok I, Kelompok II dan Kelompok III.
Berdasarkan hasil uji LSD PostHoc diperoleh nilai p < 0,05 antara Senam
Ayo Bersatu (Kelompok III) dan senam Bugar Indonesia (Kelompok II),
kemudian diperoleh nilai p < 0,05 antara Senam Ayo Bersatu (kontrol) dan Senam
Ayo Bergerak (Kelompok I), dan diperoleh nilai p < 0,05 antara senam Bugar
92
Indonesia dan Senam Ayo Bergerak. Hal ini memperlihatkan adanya perbedaan
bermakna pada uji efektivitas antara kelompok satu dengan yang lain.
93
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Karakteristik Subjek Penelitian
Data karakteristik subjek penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa
variabel ketiga kelompok yaitu variabel umur, variabel berat badan, variabel
tinggi badan, variabel indeks massa tubuh serta variabel denyut nadi pemulihan
sebelum perlakuan mempunyai nilai yang memenuhi syarat yang telah ditentukan
pada kriteria inklusi dan berdistribusi normal dengan nilai p > 0,05 serta ho mogen
dengan nilai p > 0,05. Data dengan sebaran normal merupakan data parametrik
(Santosa, 2004). Selain itu varian ke tiga kelompok perlakuan tersebut adalah
homogen sehingga data yang diperoleh adalah data parametrik.
Sampel penelitian berjumlah 30 orang yang sehat dan semuanya adalah
wanita berusia antara 30 – 40 tahun. Sampel ini mewakili populasi target yaitu
seluruh wanita yang merupakan anggota Klub Senam Lala Studio Denpasar.
Dari rerata umur pada ketiga kelompok yang dilibatkan sebagai subjek
penelitian didapatkan rerata umur pada Kelompok I adalah 35,80 ± 3,736 tahun,
Kelompok II adalah 35,50 ± 3,567 tahun dan Kelompok III adalah 35,40 ± 3,978
tahun. Hal ini memperlihatkan bahwa usia subjek penelitian memenuhi syarat
yang telah ditentukan pada kriteria inklusi.
Pada tinggi badan ketiga kelompok subjek diperoleh rerata Kelompok I
memiliki tinggi 155,60 ± 2,675 cm, Kelompok II dengan tinggi 156,90 ± 3,542
cm dan Kelompok III dengan tinggi 155,60 ± 2,716 cm. P ada pengukuran berat
94
badan diperoleh rerata pada Kelompok I memiliki berat 58,60 ± 3,273 kg,
Kelompok II memiliki berat 57,50 ± 3,894 kg dan Kelompok III rerata 59,10 ±
4,306 kg. Berdasarkan nilai rerata tinggi badan dan berat badan menunjukkan
bahwa rata-rata sampel tidak ada yang tergolong obesitas.
Dari data tersebut dapat dilihat karakteristik ketiga kelompok subjek
penelitian berada dalam kondisi yang sama, sehingga variabel umur, tinggi badan
dan berat badan tidak menimbulkan efek yang berarti terhadap hasil penelitian ini.
6.2. Kondisi Lingkungan Penelitian
Lingkungan penelitian pada Kelompok I, Kelompok II dan Kelompok III
dilakukan dalam ruangan tertutup studio senam Lala Studio Denpasar dari pukul
15.00-18.00 WITA. Pengambilan data awal seperti pengukuran berat badan,
tinggi badan dan pemeriksaan kesehatan fisik secara umum dilaksanakan di
Laboratoriun Prodia pada pukul 15.00 WITA sampai selesai. Pengambilan data
kebugaran fisik awal (pretest) dan data kebugaran fisik akhir (postest) dilakukan
di tempat yang sama yaitu studio senam Lala Studio Denpasar.
Data lingkungan penelitian yang diperoleh baik pada tes awal, pelatihan
senam selama 10 minggu dan tes akhir menunjukan bahwa suhu dan kelembaban
relatif masih dalam batas toleransi untuk melakukan pelatihan atau kondisi yang
nyaman untuk orang Indonesia dan diperkirakan tidak akan menganggu aktivitas
fisik seseorang. Orang Indonesia masih dapat beraklimatisasi dengan baik pada
kelembaban relatif 70 – 80 persen dengan suhu berkisar antara 29°C - 30°C.
Sedangkan suhu udara yang nyaman untuk orang Indonesia adalah berkisar 24°C
- 26°C (Manuaba, 1998). Pada penelitian ini suhu basah, suhu kering dan
95
kelembaban relatif masih dalam batas normal, sehingga tidak mengganggu
aktivitas pelatihan Senam Ayo Bergerak, Senam Bugar Indonesia dan Senam Ayo
Bersatu. Dengan demikian hasil akhir penelitian ini tidak dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, tetapi murni dari hasil penelitian itu sendiri.
6.3. Pengaruh Pelatihan Senam Ayo Bergerak, Senam Bugar Indonesia dan
Senam Ayo Bersatu Terhadap Kebugaran Fisik
Pelatihan adalah gerakan fisik yang dilakukan secara sistematis dan
berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama dengan pembebanan meningkat
secara progresif dengan tujuan untuk memperbaiki sistem fisiologis tubuh sehinga
saat melakukan aktivitas olahraga dapat mencapai penampilan optimal (Nala,
1998).
Pelatihan yang bersifat aerobik seperti Senam Ayo Bergerak, Senam
Bugar Indonesia dan Senam Ayo Bersatu akan melatih jantung menerima beban
latihan fisik dan menyebabkan otot jantung bertambah kuat sehingga merangsang
jantung memompa darah lebih kuat. Curah jantung meningkat sehingga dapat
menurunkan denyut nadi dan meningkatkan pendistribusian oksigen menuju otot-
otot tubuh. Di samping itu peningkatan suplai darah ke jantung semakin sempurna
dengan berkembangnya kapiler-kapiler pembuluh darah yang baru sehingga
jantung mendapatkan lebih banyak nutrisi dan oksigen dan akhirnya fisik menjadi
tidak mudah lelah. Dengan demikian hal tersebut dapat pula menurunkan
frekuensi denyut jantung baik pada kondisi istirahat maupun latihan sehingga
mencetus terjadinya peningkatan denyut nadi lebih rendah dan denyut nadi
pemulihan lebih cepat (Fox ; 1998).
96
Kebugaran fisik akan tercapai targetnya dimulai dari 6-8 minggu waktu
latihan dan sudah dapat meningkatkan kebugaran fisik secara bermakna (Nala,
1998). Target kebugaran fisik yang akan dicapai pada penelitian ini merupakan
hasil yang terbentuk dari perlakuan senam selama 10 minggu pada Kelompok I,
Kelompok II dan Kelompok III. Kebugaran fisik diukur dari jumlah nadi istirahat
sesudah dilakukan metode tes naik turun bangku Kasch Step Test , dengan asumsi
semakin sedikit nadi istirahat yang diukur, semakin tinggi kebugaran fisik yang
dicapai.
Gambar 6.1. Denyut Nadi Sebelum Perlakuan Senam (Pre-Test)
Hasil tes kebugaran fisik pada ketiga kelompok sebelum pelatihan
(pretest) memperlihatkan jumlah denyut nadi pemulihan pada Kelompok I adalah
123,20 ± 13,189 denyut/menit, kemudian rerata pada Kelompok II adalah 124,50
± 15,883 denyut/menit dan Kelompok III sebesar 123,80 ± 13,214
denyut/permenit.
97
Hasil tersebut memperlihatkan bahwa kondisi kebugaran fisik pada ke tiga
kelompok perlakuan sebelum diberi pelatihan senam berada dalam kategori
kurang atau poor (berdasarkan tabel nilai kebugaran fisik Kasch Step Test). Hal
ini diakibatkan kurangnya aktivitas fisik sebagai ibu rumah tangga, di mana
pekerjaan sehari-hari semakin banyak digantikan dengan alat -alat bantu teknologi
yang memudahkan pekerjaan tapi mengurangi aktivitas fisik. Selain itu sebagian
subjek juga adalah wanita pekerja kantoran di mana beban kerja sangat kurang
dan statis di tempat kerja sehingga kurang menghasilkan aktivitas fisik.
Gambar 6.2 Denyut Nadi Sesudah Pelatihan Senam (Post-Test)
Hasil tes kebugaran fisik pada ketiga kelompok sesudah pelatihan
(postest) memperlihatkan jumlah denyut nadi pemulihan pada Kelompok I adalah
87,80 ± 9,727 denyut/menit, kemudian rerata pada Kelompok II adalah 98,00 ±
12,356 denyut/menit dan Kelompok III sebesar 109,30 ± 9,878 denyut/permenit.
98
Terdapat perbaikan kebugaran fisik pada Kelompok I dari kategori kurang
menjadi baik (good), Kelompok II dari kategori kurang menjadi agak baik (above
average) atau diatas rata-rata dan Kelompok III dari kategori kurang menjadi
sedang (average). Ini menunjukan terjadi penurunan denyut nadi pemulihan
setelah diberi pelatihan senam selama 10 minggu yang artinya terdapat
peningkatan kebugaran fisik pada ke tiga kelompok perlakuan.
Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukardiasih (2005)
terhadap wanita umur 30 – 40 tahun dengan pelatihan Senam Ayo Bersatu
memperlihatkan kebugaran fisik sebelum pelatihan adalah kurang sedangkan
sesudah pelatihan naik menjadi sedang.
Aktivitas senam aerobik selama 10 minggu dilaksanakan dengan frekuensi
3 kali seminggu sudah dapat memperlihatkan kebugaran fisik yang bermakna,
sehingga dapat terjadi peningkatan fungsi fisiologi jantung dan pembuluh darah
sebagai sistem peredaran dan peningkatan fungsi fisiologi paru-paru sebagai
sistem pernapasan dan sistem otot. Peningkatan ini memungkinkan tersedianya
oksigen yang cukup dalam metabolisme energi secara aerobik sehingga oksidasi
terjadi secara sempurna dan menghasilkan banyak ATP sebagai sumber energi
kontraksi otot.
Peningkatan intensitas pada kontraksi otot akan meningkatkan ukuran
serat otot, meningkatkan mioglobin dalam serat otot, meningkatkan jumlah
pembuluh darah kapiler yang melayani serat otot sehingga semua hal tersebut
menyebabkan meningkatnya kemampuan otot (Sharkey, 2003). Kemampuan otot
meningkat menandakan kebugaran fisik semakin tinggi.
99
Pelatihan Senam Ayo Bergerak, Senam Bugar Indonesia dan Senam Ayo
Bersatu memungkinkan terjadinya peningkatan fungsi fisiologis jantung dan
pembuluh darah serta paru-paru dikarenakan pelatihan ini mengaktifkan
peningkatan enzim anaerobik yang dapat mengurai metabolisme sehingga
terbentuknya ATP yang berguna untuk energi gerak, kemudian meningkatkan
kemampuan gerak otot dan ketahanan otot, serta meningkatkan jumlah pembuluh
kapiler darah dalam tubuh, meningkatkan efisiensi pernapasan dan penggunaan
oksigen yang maksimal sehingga meningkatkan nilai VO2Max dan akhirnya
terciptalah kebugaran fisik yang tinggi.
Aktivitas pelatihan selama 10 minggu menyebabkan perubahan curah
jantung ke sistem organ dengan ditandai penambahan aliran darah, meningkatkan
volume sekuncup yaitu jumlah darah yang dipompa pada sekali denyut jantung
sehingga hal tersebut menyebabkan peningkatan ukuran bilik kiri jantung dan
penambahan penebalan otot jantung dan penurunan frekuensi jantung (Sharkey,
2003). Jika seseorang memiliki kemampuan anaerobik yang tinggi akan dapat
bekerja lebih lama sebelum mencapai oxygen debt-nya, dan proses recovery lebih
cepat (Bompa, 1999).
Recovery heart rate atau post exercise heart rate atau denyut nadi
pemulihan dalam metode step test merupakan parameter utama dalam perhitungan
kapasitas aerobik. Pada penelitian yang dilakukan oleh Chin-Mou dan Kuei-Fu
tahun 2007 menemukan bahwa pengukuran kebugaran fisik dengan parameter
denyut nadi pemulihan merupakan metode yang efektif dengan estimasi standar
eror yang rendah. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Smotherman
tahun 1996 memperlihatkan metode step test efektif dalam pengukuran kapasitas
100
volume oksigen maksimum sebagai prediktor tingkat kebugaran fisik seseorang
(Smothermand, 1996).
Gambar 6.3 Denyut Nadi Pemulihan Sebelum dan Sesudah Pelatihan
Hasil uji statistik paired sample t-test menunjukan rerata hasil tes
kebugaran fisik sebelum dan sesudah pelatihan terdapat perbedaan yang
bermakna.. Perlakuan yang diberikan adalah senam aerobik, merupakan salah satu
bentuk olahraga aerobik, di mana semua gerakannya diatur dengan menggunakan
seluruh otot, terutama otot besar, secara terus menerus, berirama, maju dan
berkelanjutan dan menggunakan asupan oksigen yang banyak. Hal memberikan
keuntungan bagi tubuh terutama jantung dan paru. Curah jantung meningkat
sehingga jantung berdenyut lebih lambat, frekuensi denyut jantung menurun baik
pada kondisi istirahat maupun latihan. Selain itu pelatihan senam juga
menyebabkan pemulihan kondisi jantung ke kondisi sebelum pelatihan lebih cepat
101
sehingga peningkatan denyut nadi pemulihan semakin rendah. Diperlihatkan pada
tabel diatas bahwa ketiga macam perlakuan senam memberikan hasil pada
kebugaran fisik. Tidak ada satupun perlakuan yang tidak menurunkan denyut nadi
pemulihan.
Penelitian yang dilakukan oleh Suta (2010) pada 40 orang mahasiswa
Poltekkes dengan Senam Indonesia Jaya selama 8 minggu memperlihatkan
perubahan rerata peningkatan kebugaran fisik dari kategori kurang menjadi
sedang. Kemudian dengan perlakuan Jalan Aerobik juga menghasilkan perubahan
rerata peningkatan kebugaran fisik yang bermakna (Suta, 2010). Penelitian yang
dilakukan oleh Sukardiasih (2005) pada 30 orang wanita usia 30 – 40 tahun
dengan perlakuan Senam Ajeg Bali dan Senam Ayo Bersatu selama 8 minggu
ternyata meningkatkan kebugaran fisik dari kurang menjadi sedang.
Selain itu pada penelitian latihan aerobik dengan intensitas ringan dan sedang
pada pasien sindroma metabolik selama 12 minggu selain meningkatkan
kebugaran fisik ternyata dapat memperbaiki fungsi kognitif otak (Ratmawati,
2013)..
6.4. Pengaruh Pelatihan Senam Terhadap Peningkatan Kebugaran Fisik.
Dari rerata hasil perlakuan ketiga kelompok dapat diketahui pengaruh
pelatihan senam terhadap peningkatan kebugaran fisik. Melihat varians pada
ketiga kelompok adalah sama maka uji efektivitas ini mengunakan ANOVA
(Analysis of Variance) dan LSD PostHoc.
Pada tabel 5.7 nilai p hasil uji Anova pada ketiga menunjukkan nilai p <
0,05, berarti pada Kelompok I, Kelompok II dan Kelompok III menunjukan
102
adanya peningkatan kebugaran fisik wanita anggota Klub Senam Lala Studio. Hal
ini juga memperlihatkan rerata hasil tes kebugaran fisik sesudah pelatihan
terdapat perbedaan yang bermakna. Ini menandakan ketiga jenis pelatihan senam
yang diterapkan memberikan dampak, efek atau pengaruh pada subjek yaitu
peningkatan kebugaran fisik yang ditandai dengan penurunan denyut nadi
pemulihan.
Pada uji lanjutan beda nyata terkecil (LSD PostHoc) didapatkan Senam
Ayo Bergerak dan Senam Bugar Indonesia memiliki perbedaan rerata sebelum
dan sesudah pelatihan lebih bermakna dibandingkan Senam Ayo Bersatu.
Senam Ayo Bergerak dan Senam Bugar Indonesia memperlihatkan
peningkatan kebugaran fisik yang ditandai dengan penurunan denyut nadi
pemulihan lebih besar dibandingkan dengan Senam Ayo Bersatu, diperlihatkan
pada uji t-independent dengan nilai p < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa
Senam Ayo Bergerak dan Senam Bugar Indonesia merupakan pelatihan Senam
yang lebih meningkatkan kebugaran fisik dibandingkan Senam Ayo Bersatu.
Senam Ayo Bergerak dan Senam Bugar Indonesia lebih efisien dalam
menurunkan kebugaran fisik dibandingkan Senam Ayo Bersatu dikarenakan
senam ini melibatkan banyak otot-otot seperti otot leher, otot bahu, otot dada, otot
perut, otot pinggang , otot tungkai atas, otot lengan serta otot tungkai bawah.
Selain itu dengan intensitas dan tempo yang cepat serta gerakan yang bervariasi
memungkinkan terjadinya peningkatan asupan oksigen, frekuensi pernapasan dan
peningkatan porsi pertukaran oksigen yang dapat mempercepat suplai oksigen ke
dalam tubuh agar peningkatan volume oksigen maksimal tercapai. Hal ini
mempengaruhi curah jantung, peningkatan isi sekuncup dan penurunan denyut
103
nadi. Kombinasi dari peningkatan volume oksigen maksimum dan penurunan
denyut nadi permenit adalah kunci terciptanya kebugaran fisik pada pelatihan ini.
Selain itu Senam Ayo Bergerak adalah senam yang paling tinggi
meningkatkan kebugaran fisik dari ketiga senam. Hal tersebut dikarenakan Senam
Ayo Bergerak memiliki durasi yang lebih lama (42 menit 22 detik), gerakannya
dinamis, variatif dan mengandung gerakan inti yang banyak memuat variasi
teknik bela diri khas berbagai daerah. Gerakan khas tersebut meningkatkan
pelatihan kekuatan, kontraksi otot serta persendian. Setiap gerakan memiliki
variasi yang bertumpu pada berbagai otot tubuh, yaitu pada otot tangan, otot kaki,
otot dada, perut, tungkai kaki dan punggung, kemudian juga banyak melibatkan
otot-otot besar sehingga membakar energi lebih banyak dan menghasilkan ATP
serta membentuk banyak pembuluh kapiler darah yang baru, meningkatkan
pembakaran energi, meningkatkan kinerja otot jantung menjadi lebih efisien
dalam proses penyuplaian darah oleh jantung ke jaringan. Hal ini menyebabkan
terjadinya penurunan frekuensi denyut jantung istirahat, denyut jantung pelatihan
dan pemulihan serta mengakibatkan fisik menjadi tidak mudah lelah (Balley,
1994).
Senam ini juga memiliki tempo (140 -143x/menit) dengan intensitas yang
lebih tinggi dibanding senam yang lain sehingga kecepatan gerak semakin
terlatih, kelentukan dan kelincahan, pergerakan persendian semakin luas, waktu
reaksi dan waktu bergerak atau waktu berpindah semakin cepat, keseimbangan
semakin terlatih sehingga kemampuan mengontrol gerak dan alat tubuh
bertambah, pembakaran energi dapat terjadi dengan cepat sehingga berguna untuk
menghasilkan energi bagi otot. (Nala, 2011 ; McGinnis, 2005 ; Bompa, 2009).
104
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7. 1. SIMPULAN
Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Pelatihan Senam Ayo Bergerak tiga kali per minggu selama sepuluh
minggu lebih meningkatkan kebugaran fisik dibandingkan Senam Ayo
Bersatu pada wanita anggota Klub senam Lala Studio Denpasar.
2. Pelatihan Senam Bugar Indonesia tiga kali per minggu selama sepuluh
minggu lebih meningkatkan kebugaran fisik dibandingkan Senam Ayo
Bersatu pada wanita anggota Klub senam Lala Studio Denpasar.
7. 2. SARAN
1. Bagi kaum wanita yang ingin berolahraga dapat memilih Senam Ayo
Bergerak dan Senam Bugar Indonesia sebagai salah satu cara untuk
meningkatkan kebugaran fisik agar dapat melakukan kerja dan aktivitas
sehari-hari serta aktivitas tambahan tanpa merasa lelah dan guna
menghindari penyakit yang diakibatkan oleh kebiasaan kurang bergerak.
2. Bagi masyarakat umum yang ingin meningkatkan kebugaran fisik dapat
juga berolahraga dengan Senam Ayo Bergerak Indonesia dan Senam
Bugar karena kedua jenis senam ini termasuk aerobik low impact atau
105
hentakan ringan, yang tidak membebani otot dan persendian tubuh, cocok
untuk semua usia, mudah dilakukan dan menyenangkan.
3. Bagi mereka yang ingin mengukur tingkan kebugaran fisik pribadi dapat
menggunakan metode Kasch Step Test karena metode tes naik turun
bangku ini bagus untuk mengukur kebugaran dan ketahanan
kardiovaskular serta kemampuan tubuh untuk pulih dari olahraga berat.
Selain itu tes ini membutuhkan gerakan yang tidak rumit (naik turun),
memerlukan waktu yang pendek, dapat mengukur orang yang banyak
sekaligus, mudah di paparkan pada orang coba, murah, dan alat peraganya
gampang dibuat dan dipindahkan.
106
DAFTAR PUSTAKA
Adiatmika, I.P.G. 2002. Pengukuran Kesegaran Jasmani. Denpasar: Udayana University Press.
Anonim. 1994. Pedoman Pengukuran Kesegaran Jasmani. Jakarta : Depkes RI,
Dirjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat, Dir. Bina Marga Upaya Kes. Puskesmas.
Anonim. 2001. Profil Kesehatan Indonesia 2001. Jakarta : Depkes RI Anonim. 2002. Senam Ayo Bersatu. Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat
Indonesia (FORMI). Jakarta : FORMI. Anonim. 2006. Senam Bugar Indonesia. Jakarta : KONI, Persatuan Wanita
Olahraga Seluruh Indonesia (PERWOSI). Anonim. 2007. Laporan Sport Development Index tahun 2006. Jakarta :
Kementrian Negara Pemuda Dan Olahraga. Anonim. 2009. Pengembangan Persyaratan Fisik Dalam Senam. [Cited 2013 Feb
24]. Available at: http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR_PEND_ OLAHRAGA.
Anonim. 2012. Tinjauan Pustaka Nutrisi Atlit dan Komponen Biomotori k. [Cited
2013 Mar 2]. Available at : repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/ 123456789/53489/bab%20II%tunjauan%pustaka.pdf
Anonim. 2012a. Senam Ayo Bergerak. Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat
Indonesia (FORMI) Indonesia. Jakarta : FORMI Anonim. 2012b. Kebugaran. [Cited 2013 Feb 23]. Available at :
http://id.wikipedia.org/wiki/Kebugaran Anonim. 2013. Physical Activity Fact Sheets. World Health Organization. [Cited
2013 Feb 24]. Available at : www.who.int/physical_activity/en Balley, A. 1994. Pedoman Atlet, Teknik Peningkatan Ketangkasan dan Stamina.
Prosedur Pengembangan Ketahanan Tubuh. Jakarta : Dahara Price. Bell, D.G, Jacobs I. 1992. Blood La ctate Response to the Canadian Aerobic
Fitness Test in Female. Canadian Journal of Sport Science Vol 17, page 148-51.
Berger, R. A. 1982. Applied Exercise Physiology. Philadelphia: Saunders College.
107
Brick, L. 2001. Bugar Dengan Senam Aerobik (Terjemahan). Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada Bompa, T. O. 1999. Programs For Peak Strength in 35 Sports. Periodization,
Training for Sports. USA. Human Kinetics Publishing Bompa, T. O., Gregory G. H. 2009. Periodization, Theory and Methodology of
Training. USA : Human Kinetics Publishing Boreham, C.A.G, Kennedy, R.A, Murphy M.H, Walace, Q.F.M, Young I. 2006.
The Physiology of Training. Philadelphia : Churchil Livingstone Elsevier
Breslow L, Enstrom J.E. 1980. Persistence of Health Habits and Their
Relationship to Mortality. Journal of Prev Med. Vol 9 Jul Chap 4 page 469–483.
Brouha L, Health C.W, Graybiel A. 1943. Step Test Simple Method of Measuring Physical Fitness for Hard Muscular Work in Adult Men. Journal Rev Canadian Biol, Vol 2:86
Chandler, T.J, Brown L. 2008. Conditioning for Strength and Human
Performance. Philadelphia; Lippincott Williams dan Wilkins. Chin-Mou, Kuei-Fu. 2007. Estimation of VO2max : A Comparative Analysis of
Post-Exercise Heart Rate and Physical Fitness Index from 3-Minutes Step Test. Journal of Exercise Sci Fit, Vol 5 No 2. [Cited 2013 Mar 29]. Available at : www.nhcue.edu.tw/j_exerc_sci_fit/vol5_2007.
Cooper K.H. 2005. Notes on Physical Fitness. [Cited 2013 Mar 10] . Avaiable at:
www.ed.wright.edu/resources/froms and things/classnotes/hpr.notes .physical fitness%20 pdf.
Corbin C, Welk G, Cornin W.R, Welk K.A. 2008. Concepts of Fitness and
Wellness 7th Edition. America : McGraw Hill International. Dinata, M. 2003. Senam Aerobik dan Peningkatan Kesegaran Jasmani. Lampung
: Penerbit Cerdas Jaya. Fox, E. L. 1998. Sport Physiology. USA. CBS College Publishing. Ganong, F. W. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Terjemahan) Edisi 20.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Giriwijoyo. 2003. Wanita dan Olahraga. Jakarta. Fakultas Pendidikan Olahraga
dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesia.
108
Giriwijoyo S, Muchtamaji, H. 2005. Ilmu Faal Olahraga . Fungsi Tubuh Manusia Pada Olahraga. Bandung; Universitas Pendidikan Indonesia, Fak Pendidikan Olahraga dan Kesehatan.
Giriwijoyo S, Sidik Z. 2010. Fisiologi Olahraga. Fungsi Tubuh Manusia pada
Olahraga untuk Kesehatan dan untuk Prestasi. Bandung; Universitas Pendidikan Indonesia, Fak Pendidikan Olahraga dan Kesehatan.
Golding, L.A. 2000. YMCA Fitness Testing and Assesment Manual. 4th Edition.
USA. Human Kinetics Publishing. Guyton, A.C, Hall J.E. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (terjemahan). Edisi
11. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Haskell, W, Franklin, B.A. 2009. ACSM's Guidelines for Exercise Testing
Prescription. 8th edition. American College of Sport Medicine. Philadelphia : Lippincot Williams dan Wilkins
Harsono. 2003. Prinsip-Prinsip Pelatihan Fisik. Jakarta : KONI Pusat. Hattiwale, H.M, Maniyar, S.A, Kusal, K.D, Dhundasi S. 2008. Role of BMI on
Physical Fitness Index in Two Different Age Groups of Healthy Young Males From North Interior Karnataka, India. Journal of Medical Science Al Ameen Vol 1 Chap 1 page 50-54. India : Dep of Physiology Al Ameen College Bijapur.
Irianto, J.P. 2004. Pedoman Praktis Berolahraga untuk Kebugaran dan
Kesehatan. Yogyakarta, Penerbit Andi. Juliantine T, Yudiana Y, Subarja H. 2007. Teori Latihan, Modul Mata Kuliah.
Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia, FPOK Jur. Penjaskes dan Rekreasi.
Kartinah, N.T, Komariyah, L, Giriwijoyo, S. 2006. Sport Medicine. Fakultas
Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia. Kenney, L.W, Wilmore J.H, Costill D.L. 2012. Physiology of Sport and Exercise
5th Edition. USA; Human Kinetics. Kushartanti, B.M. 2012. Manfaat Senam Bagi Kesehatan. Yogyakarta.
Universitas Negeri Yogyakarta, Fakultas Ilmu Keolahragaan. Kusmana, D. 2007. Olahraga Untuk Orang Sehat dan Penderita Penyakit
Jantung. Edisi 2. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Maksum A, Mutohir T.C. 2004a. Dampak Olahraga Terhadap Peningkatan
Kualitas Hidup Masyarakat. Jakarta : Ditjen Olahraga.
109
Maksum A, Sumaryanto. 2004b. Pola Partisipasi Masyarakat Dalam
Berolahraga. Jakarta : Ditjen Olahraga Manuaba, I.B. 1998. Bunga Rampai Ergonomi. Kumpulan Artikel. Denpasar :
Program Studi Ergonomi Fisiologi Kerja, Program Pasca Sarjana Universitas Udayana.
McGinnis, P. 2005. Biomechanics of Sport and Exercise 2nd Edition. New York;
Human Kinetics Print. Mutohir, T. C, Maksum A. 2007. Sport Development Index. Konsep, Metodologi
dan Aplikasi. Jakarta : PT Indeks. Nala, IGN. 1998. Prinsif Pelatihan Olahraga (Monograf). Denpasar: Program
Studi Fisiologi Olahraga Program Pasca Sarjana Universitas Udayana. Nala, IGN. 2011. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Denpasar: Program Studi
Fisiologi Olahraga.Program Pasca Sarjana Universitas Udayana. Nopembri, S. 2012. Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Jasmani Wanita
(Menstruasi dan Osteoporosis). Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta, Fakultas Ilmu Keolahragaan Jurusan Pendidikan Olahraga.
Nossek, J. 1982. General Theory of Training. Lagos: Pan Efrican Press Ltd. Parks, J.B, Beverly Z. 1990. Sport and Fitness Management. United States of
America : Human Kinetics Book, Champaign, Illinois. Perry, S. 2008. Improving Cardiovascular Health and Fitness. [Cited : Mei 18th
2013]. Available at : www.freeengineering.com. Poccock, S.J. 2008. Clinical Trials, A Practical Approach. London; John Willey
dan Sons Publication. Pollowck, M.L. dan Wilmore, J.H. 1990 Excercise in Health and Disease :
Evaluation and Prescription for Prevention and Rehabilitation. 2nd. Ed. Saunders, Philadelphia.
Ratmawati, Y. 2013. Latihan Aerobik Intensitas Sedang dengan Diet Rendah
Kolesterol Lebih Baik dalam Memperbaiki Kognitif daripada Intensitas Ringan pada Penderita Sindroma Metabolik (Tesis). Denpasar : Universitas Udayana.
Santo, A.S, Golding, L.A. 2003. Prediction Maximum Oxygen Uptake from a Modified 3 minutes Step Test. Journal Res Q exercise Sport 74:110-5.
Santosa. 2004. Statistik. Yogyakarta : Penerbit Andi.
110
Sharkley, B.J. 2003. Kebugaran dan Kesehatan (Terjemahan). Jakarta. PT. Raja
Grafindo Persada. Smotheman, R. 1996. Cross Validation of the Kash Three Minutes Step Test.
Master Thesis. San Jose State University. [Cited 2012 Mar 22]. Available at : http://scholarworks.sjsu.edu/etd_thesis.
Sommer, C. 2008. The Science of Gymnastics Strength Training. Building the
Gymnastic Body. USA; Seven Summits. Sudarno, S.P, 1992. Pendidikan Kesehatan Jasmani. Jakarta: Depdikbud
Dirjendikti Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Sudarsono, N. C. 2008. Kebugaran. Fitness and Art. [Cited 2013 Mar 2].
Available at : staff.ui.ac.id/internal/140222109/material/kebugaran.pdf Sudarsono, S. 2011. Penyusunan Program Pelatihan Berbeban Untuk
Meningkatkan Kekuatan. Jurnal Ilmiah SPIRIT, Vol. 11 No.3. FKIP UTP Surakarta. Available at : http://ejournal.utp.ac.id/index.php/jis/ article/view/35/33.
Suharno, H.P. 1993. Ilmu Kepelatihan Olahraga. Bandung : PT. Karya Ilmu. Sukardiasih, N.L.G. 2005. Pelatihan Senam Ajeg Bali Lebih Meningkatkan
Kebugaran Fisik dan Menurunkan Lemak Tubuh daripada Pelatihan Senam Ayo Bersatu pada Wanita Pegawai Puskesmas di Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan (Tesis). Denpasar; PPS Pascasarjana UNUD.
Sukron, M. A, Subiono H, Sutardji. 2012. Pengaruh Latihan Senam Aerobik Low
Impact dan High Impact Terhadap Kesegaran Jasmani. Universitas Negeri Semarang, FIK Jurusan IKOR. Journal of Sport Sciences and Fitness. [Cited 2013 Feb 22]. Available at http://journal.unnes.ac.id /sju/index.php/jssf.
Sumosarjono, 2009. Pengetahuan Praktis dalam Olahraga. PT. Gramedia.
Jakarta. Suta, I.W.A. 2010. Pelatihan Senam Indonesia Jaya Lebih Meningkatkan
Beugaran Fisik Daripada Pelatihan Jalan Aerobik Mahasiswa Jurusan Kebidanan Poltekkes Depkes Denpasar (Tesis). Denpasar : Universitas Udayana.
Tilarso, B. 2008. Low Impact Aerobics. [Cited 2013 Mar 5]. Availabe at :
www.mahening.blogspot.com/2008/03/low-impact-aerobic-berty-tilarso.html.
111
Tozeren, A. 2000. Human Body Dynamics : Classical Mechanics and Human
Movement. Washington : Springer-Verlag New York, Inc. Utomo G, Junaidi S, Rahayu S. 2012. Latihan Senam Aerobik U ntuk menurunkan
Berat Badan, Lemak dan Kolesterol. Journal Of Sport Science and Fitness, Vol 1 Jan 2012. Available at : http://journal.unnes. ac.id/sju/index.php/jssf.
Weatherwax-Fall, D. 2008. Komposisi Tubuh dan Efeknya pada Spektrum
Performa Olahraga (Terjemahan). NSCA's Performance Training Journal - Colorado. [Cited 2013 Mar 2]. Available at : www.olympic. or.id /files/documents/journal/7.5.pdf.
Wirahadikusumah, E. 2000. Cara Aman dan Efektif Menurunkan Berat Badan.
Jakarta : PT. Garuda Pustaka Utama. Wirata, I.K.S. 2012. Pelatihan Senam Ayo Bersatu Meningkatkan Kebugaran
Fisik Lebih Baik daripada Senam Indonesia Jaya Siswa Sekolah Dasar Negeri 3 Duda Selat Karangasem (Tesis). Denpasar : PPS Unud.
Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian
113
Lampiran 2 : Surat Persetujuan menjadi Subjek Penelitian
SURAT PERSETUJUAN
Yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama : … … … … … … … … .
Umur : … … … … … … … … .
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : … … … … … … … … .
Alamat : … … … … .… … … …
No. KTP : … … … … … … … … .
Setelah mendapat keterangan sejelasnya serta memahami dam menyadari
manfaat dan resiko dari penelitian yang berjudul :
“Pelatihan Senam Ayo Bergerak, Senam Bugar Indonesia Lebih
Meningkatkan Kebugaran Fisik Daripada Pelatihan Senam Ayo
Bersatu Pada Wanita Anggota Klub Senam Lala Studio Denpasar”
Dengan ini menyatakan secara sukarela menyetujui untuk diikutsertakan
menjadi peserta dalam penelitian ini dan akan mematuhi segala ketentuan
penelitian yang sudah dipahami, dengan catatan apabila sewaktu-waktu merasa
dirugikan dalam bentuk apapun dapat menarik diri dari persrtujuan ini.
Denpasar, 20 Juli 2013
Mengetahui
Penanggung Jawab Penelitian Peserta Penelitian
Nancy Sylvia Bawiling … … … … … … … … … … … … ..
Lampiran 3 : Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
114
SURAT KETERANGAN No. 92-3/30/09/2013
Yang bertanda tangan dibawah ini Pimpinan Sanggar Senam Lala Studio
Denpasar menerangkan bahwa :
Nama : Nancy Sylvia Bawiling
Status : Mahasiswi Program Studi Fisiologi Olahraga
Pasca Sarjana Universitas Udayana Denpasar
Yang bersangkutan telah selesai melaksanakan penelitian pada Sanggar
Senam Lala Studio Denpasar yang berada di Puri - Santrian jl. Veteran No 66 E
selama 10 (Sepuluh) minggu terhitung mulai tanggal 22 Juli – 28 September
2013 dengan Judul Penelitian : “Pelatihan Senam Ayo Bergerak dan Senam
Bugar Indonesia Lebih Meningkatkan Kebugaran Fisik daripada Senam Ayo
Bersatu Pada Wanita Anggota Klub Senam Lala Studio Denpasar”.
Penelitian ini dilaksanakan dalam rangka tugas akhir dan penyusunan
tesis sebagai mahasiswi Program Pasca Sarjana Program Studi Fisiologi
Olahraga Univeristas Udayana Denpasar.
Demikian Surat Keterangan ini dibuat, agar dapat digunakan
sebagaimana mestinya.
Dikeluarkan di : Denpasar Pada Tanggal : 30 September 2013
Mengetahui,
Adolfina Grace Tangkudung
PIMPINAN LALA STUDIO
Lampiran 4 : Karakterisitk Subjek Penelitian Kelompok I
LALA STUDIO DENPASAR Puri Santrian Jl. Veteran No. 66E Denpasar Bali
115
KELOMPOK 1 SENAM AYO BERGERAK
Subjek TB (cm)
BB (kg)
Umur (thn)
IMT Hasil PRE - TEST
Kategori Kebugaran
Fisik
Hasil POST - TEST
Kategori Kebugaran
FIsik 1 156 62 40 25.48 130 Poor 104 Above
Average
2 154 63 40 26.56 146 Verry Poor
110 Average
3 149 58 40 26.12 137 Verry Poor 119 Below
Average
4 156 55 38 22.60 128 Poor 102 Above
Average
5 157 57 34 23.12 116 Below
Average
89 Good
6 155 60 36 24.97 115 Below
Average
100 Above
Average
7 157 62 36 25.15 130 Poor 104 Above
Average
8 159 54 30 21.36 105 Average
88 Good
9 157 60 33 24.34 118 Below
Average
92 Good
10 156 55 31 22.60 107 Average
89 Good
Lampiran 5 : Karakterisitk Subjek Penelitian Kelompok II
116
KELOMPOK 2 SENAM BUGAR INDONESIA
Subjek TB (cm)
BB (kg)
Umur (thn)
IMT Hasil PRE - TEST
Kategori Kebugaran
Fisik
Hasil POST - TEST
Kategori Kebugaran
Fisik 1 164 52 30 19.33 106 Average
86 Good
2 158 63 40 25.24 148 Verry Poor 120 Below
Average
3 158 60 39 24.03 130 Poor
110 Average
4 160 55 35 21.48 115 Below
Average
97 Above
Average
5 158 56 34 22.43 119 Below
Average
99 Above
Average
6 153 60 36 25.63 130 Poor 102 Above
Average
7 152 59 37 25.54 125 Poor 103 Above
Average
8 156 52 33 21.37 113 Below
Average
90 Good
9 154 62 40 26.14 152 Verry Poor
112 Average
10 156 56 31 23.01 107 Average
89 Good
Lampiran 6 : Karakterisitk Subjek Penelitian Kelompok III
117
KELOMPOK 3 SENAM AYO BERSATU
Subjek TB
(cm) BB (kg)
Umur (thn)
IMT Hasil PRE - TEST
Kategori Hasil POST - TEST
Kategori
1 158 57 39 22.83 126 Poor
109 Average
2 155 59 38 24.56 129 Poor 116 Below
Average
3 154 66 39 27.83 131 Poor
110 Average
4 149 62 37 27.93 142 Verry Poor 112 Below
Average
5 158 58 33 23.23 116 Below
Average
98 Above
Average
6 156 64 37 26.30 118 Below
Average
110 Average
7 156 56 30 23.01 106 Average
90 Good
8 157 53 31 21.50 117 Below
Average
100 Above
Average
9 155 62 40 25.81 145 Verry Poor 120 Below
Average
10 158 54 30 21.63 108 Average
92 Good
Lampiran 7 : Kategori Kebugaran Fisik Kelompok I, II dan III
118
Kategori Kebugaran Fisik Kelompok I, II dan III
berdasarkan tabel Kasch Step Test
KELOMPOK 3 – Ayo Bersatu
KELOMPOK 2 – Bugar
Indonesia
KELOMPOK 1 – Ayo
Bergerak
No Pre Test Post
Test
No Pre Test Post
Test
No Pre Test Post
Test
1 Kurang Sedang 1 Sedang Baik 1 Kurang Agak
Baik
2 Kurang Cukup 2 Kurang
Sekali
Cukup 2 Kurang
Sekali
Sedang
3 Kurang Sedang 3 Kurang Sedang 3 Kurang
Sekali
Cukup
4 Kurang
sekali
Cukup 4 Cukup Agak
Baik
4 Kurang Agak
Baik
5 Cukup Agak
Baik
5 Cukup Agak
Baik
5 Cukup Baik
6 Cukup Sedang 6 Kurang Agak
Baik
6 Cukup Agak
Baik
7 Sedang Baik 7 Kurang Agak
Baik
7 Kurang Agak
Baik
8 Cukup Agak
Baik
8 Cukup Baik 8 Sedang Baik
9 Kurang
Sekali
Cukup 9 Kurang
Sekali
Sedang 9 Cukup Baik
10 Sedang Baik 10 Sedang Baik 10 Sedang Baik
119
Lampiran 8 : Tabel Nilai Kebugaran Fisik Kasch Step Test
Tabel Nilai Kebugaran Fisik Kasch Step Test
Age Excellent Good Above Average
Average Below Average
Poor Very poor
MALE 18-25 50 - 76 79 - 84 88 - 93 95 - 100 102 - 107 111 - 119 124 - 157 26-35 51 - 76 79 - 85 88 - 94 96 - 102 104 - 110 114 - 121 126 - 161 36-45 49 - 76 80 - 88 92 - 98 100 - 105 108 - 113 116 - 124 130 - 163 46-55 56 - 82 87 - 93 95 - 101 103 - 111 113 - 119 121 - 126 131 - 159 56-65 60 - 77 86 - 94 97 - 100 103 - 109 111 - 117 119 - 128 131 - 154 65+ 59 - 81 87 - 92 94 - 102 104 - 110 114 - 118 121 - 126 130 - 151 FEMALE 18-25 52 - 81 85 - 93 96 - 102 104 - 110 113 - 120 122 - 131 135 - 169 26-35 58 - 80 85 - 92 95 - 101 104 - 110 113 - 119 122 - 129 134 - 171 36-45 51 - 84 89 - 96 100 - 104 107 - 112 115 - 120 124 - 132 137 - 169 46-55 63 - 91 95 - 101 104 - 110 113 - 118 120 - 124 126 - 132 137 - 171 56-65 60 - 92 97 - 103 106 - 111 113 - 118 119 - 127 129 - 135 141 - 174 65+ 70 - 92 96 - 101 104 - 111 116 - 121 123 - 126 128 - 133 135 - 155 ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Reference : Golding, LA. YMCA Fitness Testing and Assessment Manual 4th ed.(2000;200-11)
Keterangan :
Excelent : Baik Sekali Good : Baik Above Average : agak baik Average : sedang Below Average : cukup Poor : Kurang Verry Poor : Kurang Sekali
120
Lampiran 9 : Tabel SPSS Analisis Deskriptif
ANALISIS DESKRIPTIF
Deskripsi Karakteristik Subjek
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std. Deviation
Umur Ayo Bersatu 10 30 40 35.40 3.978
TB Ayo Bersatu 10 149 158 155.60 2.716
BB Ayo Bersatu 10 53 66 59.10 4.306
Umur Bugar Indonesia 10 30 40 35.50 3.567
TB Bugar Indonesia 10 152 164 156.90 3.542
BB Bugar Indonesia 10 52 63 57.50 3.894
Umur Ayo Bergerak 10 30 40 35.80 3.736
TB Ayo Bergerak 10 149 159 155.60 2.675
BB Ayo Bergerak 10 54 63 58.60 3.273
Valid N (listwise) 10
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std. Deviation
Pre Ayo Bersatu 10 106 145 123.80 13.214
Post Ayo Bersatu 10 98 124 109.30 9.878
Selisih Ayo Bersatu 10 7 21 14.50 4.767
Pre Bugar Indonesia 10 106 152 124.50 15.883
Post Bugar Indonesia 10 82 120 98.00 12.356
Selisih Bugar Indonesia 10 23 40 26.50 5.083
Pre Ayo Bergerak 10 105 146 123.20 13.189
Post Ayo Bergerak 10 74 101 87.80 9.727
Selisih Ayo Bergerak 10 28 45 35.40 4.300
121
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std. Deviation
Pre Ayo Bersatu 10 106 145 123.80 13.214
Post Ayo Bersatu 10 98 124 109.30 9.878
Selisih Ayo Bersatu 10 7 21 14.50 4.767
Pre Bugar Indonesia 10 106 152 124.50 15.883
Post Bugar Indonesia 10 82 120 98.00 12.356
Selisih Bugar Indonesia 10 23 40 26.50 5.083
Pre Ayo Bergerak 10 105 146 123.20 13.189
Post Ayo Bergerak 10 74 101 87.80 9.727
Selisih Ayo Bergerak 10 28 45 35.40 4.300
Valid N (listwise) 10
Lampiran 10 : Tabel SPSS Uji Normalitas Data
UJI NORMALITAS DATA : SHAPIRO-WILK TEST
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pre Ayo Bersatu .170 10 .200* .947 10 .628
Post Ayo Bersatu .227 10 .156 .893 10 .183
Selisih Ayo Bersatu .223 10 .170 .915 10 .320
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pre Bugar Indonesia .165 10 .200* .916 10 .325
Post Bugar Indonesia .141 10 .200* .962 10 .813
122
Selisih Bugar Indonesia .284 10 .022 .676 10 .000
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pre Ayo Bergerak .153 10 .200* .958 10 .762
Post Ayo Bergerak .204 10 .200* .916 10 .326
Selisih Ayo Bergerak .255 10 .065 .896 10 .199
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Lampiran 11 : Tabel SPSS Uji Homogenitas Varian
UJI HOMOGENITAS VARIANS : LEVENE TEST
Test of Homogeneity of Variance
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Based on Mean .159 2 27 .854
Based on Median .149 2 27 .862
Based on Median and with
adjusted df .149 2 24.145 .862
Nilai Pretest
Based on trimmed mean .158 2 27 .854
Based on Mean .276 2 27 .761
Based on Median .274 2 27 .762
Based on Median and with
adjusted df .274 2 21.573 .763
Nilai Posttest
Based on trimmed mean .275 2 27 .762
123
Based on Mean .383 2 27 .685
Based on Median .171 2 27 .844
Based on Median and with
adjusted df .171 2 24.215 .844
Nilai Selisih
Based on trimmed mean .379 2 27 .688
Lampiran 12 : Tabel SPSS Uji Paired T-Test
PAIRED T – TEST
Paired Samples Statistics
Mean N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Pre Ayo Bersatu 123.80 10 13.214 4.179 Pair 1
Post Ayo Bersatu 109.30 10 9.878 3.124 Pre Bugar Indonesia 124.50 10 15.883 5.023 Pair 2 Post Bugar Indonesia 98.00 10 12.356 3.907 Pre Ayo Bergerak 123.20 10 13.189 4.171 Pair 3 Post Ayo Bergerak 87.80 10 9.727 3.076
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 Pre Ayo Bersatu & Post Ayo Bersatu 10 .956 .000
Pair 2 Pre Bugar Indonesia & Post Bugar Indonesia 10 .966 .000
Pair 3 Pre Ayo Bergerak & Post Ayo Bergerak 10 .975 .000
124
Paired Samples Test
Pair 1 Pair 2 Pair 3
Pre Ayo Bersatu - Post Ayo
Bersatu
Pre Bugar Indonesia - Post Bugar Indonesia
Pre Ayo Bergerak - Post Ayo Bergerak
Mean 14.500 26.500 35.400
Std. Deviation 4.767 5.083 4.300
Std. Error Mean 1.507 1.607 1.360
Lower
11.090 22.864 32.324
Paired Differences
95% Confidence Interval of the
Difference
Upper
17.910 30.136 38.476
t 9.619 16.488 26.034 Df 9 9 9
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
Descriptives
95% Confidence
Interval for Mean
N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error Lower
Bound
Upper
Bound
Minim
um
Maxim
um
Senam Ayo
Bersatu 10 109.30 9.878 3.124 102.23 116.37 98 124
Senam Bugar
Indonesia 10 98.00 12.356 3.907 89.16 106.84 82 120
Senam Ayo
Bergerak 10 87.80 9.727 3.076 80.84 94.76 74 101
Nilai Posttest
Total 30 98.37 13.667 2.495 93.26 103.47 74 124
Senam Ayo
Bersatu 10 14.50 4.767 1.507 11.09 17.91 7 21
Senam Bugar
Indonesia 10 26.50 5.083 1.607 22.86 30.14 23 40
Senam Ayo
Bergerak 10 35.40 4.300 1.360 32.32 38.48 28 45
Nilai Selisih
Total 30 25.47 9.832 1.795 21.80 29.14 7 45
125
Lampiran 13 : Tabel SPSS Uji T-Independent
UJI T- INDEPENDENT
Nilai postest kelompok 1 dan 2
Group Statistics Klp Sampel N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Senam Bugar Indonesia 10 98.00 12.356 3.907 Nilai Posttest Senam Ayo Bersatu 10 87.80 9.727 3.076
Nilai postest kelompok 1 dan 3 Group Statistics
Klp Sampel N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Senam Ayo Bersatu 10 109.30 9.878 3.124 Nilai Posttest Senam Ayo Bergerak 10 87.80 9.727 3.076
126
Nilai postest kelompok 2 dan 3 Group Statistics
Klp Sampel N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Senam Ayo Bersatu 10 109.30 9.878 3.124 Nilai Posttest Senam Bugar Indonesia 10 98.00 12.356 3.907
Lampiran 14 : Tabel SPSS Uji ANova
ANOVA
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
Nilai Posttest .276 2 27 .761
Nilai Selisih .383 2 27 .685
Anova
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Nilai Posttest Between Groups 2313.267 2 1156.633 10.062 .001
127
Within Groups 3103.700 27 114.952
Total 5416.967 29
Between Groups 2200.067 2 1100.033 49.223 .000
Within Groups 603.400 27 22.348 Nilai Selisih
Total 2803.467 29
Lampiran 15 : Tabel SPSS Uji Post Hoc
POST HOC TESTS
Multiple Comparisons
LSD
95% Confidence Interval Dependent
Variable (I) Klp Sampel (J) Klp Sampel
Mean
Difference
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
Nilai
Posttest
Senam Ayo
Bersatu
Senam Bugar
Indonesia 11.300* 4.795 .026 1.46 21.14
128
Senam Ayo
Bergerak 21.500* 4.795 .000 11.66 31.34
Senam Ayo
Bersatu -11.300* 4.795 .026 -21.14 -1.46
Senam Bugar
Indonesia
Senam Ayo
Bergerak 10.200* 4.795 .043 .36 20.04
Senam Ayo
Bersatu -21.500* 4.795 .000 -31.34 -11.66
Senam Ayo
Bergerak
Senam Bugar
Indonesia -10.200* 4.795 .043 -20.04 -.36
*. The mean difference is significant at the
0.05 level.
Lampiran 16 : Gambar Pelaksanaan Kasch Step Test