Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

71
Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial 1

Transcript of Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Page 1: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

1

Page 2: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

1

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Tuhan, akhirnya Modul Dukungan Sosial Masyarakat dan

Keluarga dapat diselesaikan. Modul ini sangat kontekstual dengan kebutuhan seorang

pendamping sosial dalam setting apapun. Peran dan etiket pendampingan sangat

dibutuhkan yang akan mewarnai proses membangun dan menguatkan sistem dukungan

sosial terhadap pelayanan Penerima Manfaat (PM).

Modul ini termasuk muatan modul inti yang tidak terlepas dari muatan modul lainnya.

Secara umum muatan modul terbagi 3 besaran yaitu Materi Dasar; Materi Inti; dan

Materi Penunjang. Setiap muatan modul saling berkaitan dan bertujuan mendukung

penguatan kompetensi para pendamping sosial. Kami berharap penerapan modul ini

prosesntasenya lebih besar pada peningkatan keterampilan peserta. Sehingga peserta

mampu mempraktekkan bagaimana membuat, menguatkan bahkan mengembangkan

sistem dukungan sosial keluarga dan masyarakat yang sudah ada.

Dengan bahasa yang sederhana dan ringkas modul ini diharapkan bisa digunakan atau

dimanfaatkan pula sebagai referensi untuk pengembangan dan penguatan kapasaitas

pendamping sosial. Bahkan harapannya bisa diadaptasi dalam setting pelayanan

lainnya. Bukan hanya layanan yang diberikan pendamping sosial tetapi layanan yang

diberikan oleh profesi lainnya yang bersinggungan dalam penyelenggaraan

kesejahteraan sosial.

Demikian semoga modul ini bermanfaat bagi semua kalangan, baik para praktisi,

akademisi maupun penggiat pemberdayaan sosial masyarakat. Terima kasih atas

kerjasamanya kepada tim penyusun modul pendampingan sosial. Salam sejahtera.

Jakarta, September 2020

Kepala Pusdiklat Kesejahteraan

Sosial,

Page 3: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

2

Mulia Jonnie.

DAFTAR ISI

DUKUNGAN SOSIAL MASYARAKAT DAN KELUARGA Hal KATA PENGANTAR …………………………………………………….. DAFTAR ISI …………………………………………………….. DAFTAR BAGAN …………………………………………………….. 1. Bagan 1 Skema Pembelajaran ………………………………………… 2. Bagan 2 Membangun Dukungan Sosial Masyarakat dan Keluarga .. 3. Bagan 3 Menguatkan Dukungan Sosial Masyarakat dan keluarga ………

DAFTAR (LEMBAR KERJA (LK) 1. LK. 1 Peran dan etiket pendampingan sosial……………………….. 2. LK. 2 Membangun dan Menguatkan Dukungan Sosial Masyarakat dan

Keluarga …………………………………………………….

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ….………………………………… BAB I. PENDAHULUAN ….………………………………… A. Deskripsi Singkat Modul ….………………………………… B. Relevansi ….………………………………… C. Tujuan Pembelajaran ….………………………………… 1. Hasil Belajar ….………………………………… 2. Indikator Hasil Belajar ….………………………………… D. Pokok Bahasan dan Sub Pokok

Bahasan ….…………………………………

E. Media Pembelajaran ….………………………………… F. Metode Pembelajaran ….………………………………… G. Skema Pembelajaran ….………………………………… H. Proses Pembelajaran ….………………………………… BAB II. Konsepsi Dukungan Sosial Masyarakat dan Keluarga A. Deskripsi singkat pokok bahasan Konsepsi Dukungan Sosial

Masyarakat dan Keluarga ……………………………..….…………

B. Uraian materi ….…………………………………

Page 4: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

3

C. Rangkuman ….………………………………… D. Lembar Kerja/ Latihan ….………………………………… E. Evaluasi Pokok Bahasan ….………………………………… BAB III.

Membangun dan Menguatkan Dukungan Sosial Masyarakat dan Keluarga

A. Deskripsi Singkat pokok bahasan Membangun dan Menguatkan Dukungan Sosial Masyarakat dan Keluarga ….…………………..

B. Uraian materi ….………………………………… C. Rangkuman ….………………………………… D. Lembar Kerja/ Latihan ….………………………………… E. Evaluasi Pokok Bahasan ….………………………………… BAB IV. Penutup ….…………………………………

REFERENSI ….…………………………………

BIODATA PENULIS ….…………………………………

Page 5: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

4

BAB I PENDAHULUAN

Deskripsi Singkat, Relevansi, Tujuan, Bahasan, Bahan, Metode, Skema dan Langkah Pembelajaran

# 4 Jamlat (180 Menit)

A. Deskripsi Singkat Modul

Pelaksanaan pendampingan sosial yang baik harus melibatkan semua

pihak termasuk peran serta masyarakat dan keluarga untuk memberikan

dukungan sosial kepada Kelompok Penerima Manfaat (PM). Kedudukan

pendamping sangat strategis untuk menjembatani kepentingan masyarakat dan

keluarga didalam memberi dukungan sosial terhadap PM yang akan menerima

pelayanan kesejahteraan sosial.

Untuk itu dibutuhkan kompetensi pendamping sosial yang mampu

menerapkan berbagai strategi membangun dan menguatkan dukungan sosial

masyarakat dan keluarga melalui pengoptimalan peran dan fungsi pendampingan

sosial. Pembahasan peran dan fungsi pendampingan dibahas secara khusus di

Modul 1 Dasar-dasar Pelayanan Kesejahteraan Sosial. Untuk memenuhi harapan

tersebut, secara umum ada dua besaran muatan yang akan diberikan pada para

pendamping. Pertama memberikan pemahaman tentang konsepsi dukungan

sosial masyarakat dan keluarga; dan Kedua memberikan keterampilan

membangun dan menguatkan dukungan sosial masyarakat dan keluarga.

Penyampaian materi ini ditujukan agar peserta mampu menjelaskan

konsepsi dukungan sosial masyarakat dan keluarga dengan benar; serta mampu

menerapkan langkah-langkah membangun dan menguatkan dukungan sosial

Page 6: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

5

masyarakat dan keluarga terhadap PM dengan baik. Materi disampaikan dengan

menggunakan pendekatan ceramah, tanya jawab, brainstorming, diskusi

kelompok, role playing, ecomap, windows showing, studi kasus dan demonstrasi.

B. Relevansi

Proses pendampingan sosial harus dilihat dari perspektif sistem sosial yang

melibat semua unsur. Layanan kesejahteraan sosial yang diberikan oleh

pendamping sosial secara umum terbagi dua yaitu pertama, pelayanan berbasis

Residential/ kelembagaan, dimana pelayanan kesejahteraan sosial dilakukan

didalam Balai dan diberikan langsung kepada PM. Kedua, pelayanan

kesejahteraan sosial berbasis masyarakat/ keluarga. Kedudukan masyarakat dan

keluarga pada pendekatan ini adalah sebagai subjek dari proses perubahan itu

sendiri. Karenanya seorang pendamping harus memfasilitasi, mediasi dan

memberi advokasi agar proses pendampingan sosial mendapatkan dukungan

sosial dari masyarakat dan keluarga. Karena secara tidak langsung, dukungan

sosial tersebut akan berpengaruh positif terhadap PM didalam proses

refungsionalisasinya didalam kehidupan sosial masyarakat.

Pendamping sosial harus melihat keberadaan Penerima Manfaat (PM)

sebagai bagian anggota masyarakat dan keluarga. Selain itu masyarakat dan

keluarga PM juga harus dilihat sebagai bagian dari sistem pelayanan sosial

kesejahteraan sosial. Maka kehadiran pendamping sosial berfungsi sebagai

fasilitator yang berperan menjembatani kepentingan program layanan dengan

kebutuhan PM akan pelayanan kesejahteraan sosial yang menjadi hak dari PM.

Page 7: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

6

Sebagai fasilitator/ mediator, maka seorang pendamping perlu dibekali

berbagai pemahaman. Baik pemahaman yang bersifat dasar, inti dan penunjang.

Untuk peningkatan pemahaman bersifat dasar seorang pendamping sosial akan

memperoleh materi dasar, meliputi: Dasar-Dasar Pelayanan Kesejahteraan Sosial;

Pengetahuan tentang PPKS dan PSKS; Kebutuhan Dasar Manusia dan Perilaku

manusia dan lingkungan Sosial. Materi inti, meliputi: Tahapan pertolongan;

Komunikasi, Relasi Sosial dan Kerjasama Tim (Team Work); Teknis fasilitasi;

Advokasi sosial; Kolaborasi, Koordinasi dan Jejaring Kerja; Dukungan social

masyarakat dan keluarga, pencatatan dan pelaporan; Sedangkan yang termasuk

materi penunjang adalah kebijakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

Materi-materi diatas, tidak berdiri sendiri. Masing-masing materi saling

berkaitan dan saling melengkapi. Dengan porsi peningkatan keterampilan

mendapat porsi yang lebih besar yaitu tujuh puluh persen (70 %) sisanya muatan

materi bersifat pemberian pengetahuan dan peningkatan sikap.

C. Tujuan Pembelajaran

1. Hasil Pembelajaran

Setelah selesai membaca modul ini diharapkan fasilitator pusat

maupun fasilitator daerah (fasilitator di Balai Besar Pelatihan Kesejahteraan

Sosial di 6 Regional di Indonesia) mampu menerapkan dan memodifikasi

berbagai strategi membangun dan menguatkan dukungan sosial masyarakat

dan keluarga sesuai dengan kebutuhan lokal masing-masing wilayah. Sehingga

proses penerapan dan modifikasi tersebut diharapkan memberi dampak

positif kepada peningkatan kapasitas para pendamping sosial sebagai peserta

Page 8: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

7

pelatihan yang mampu menjalankan peran dan fungsinya menguatkan sistem

dukungan sosial masyarakat dan keluarga terhadap Penerima Manfaat (PM)

2. Indikator Keberhasilan pembelajaran

Setelah membaca modul dukungan sosial masyarakat dan keluarga

terhadap PM, diharapkan fasilitator pusat dan daerah dapat,

i. menjelaskan konsep dasar dukungan sosial masyarakat dan keluarga

dengan benar. Selanjutnya diharapkan dapat mengadaptasi konsep dasar

tersebut sesuai dengan setting layanannya. Seperti setting layanan pada

Pendampingan Anak; Pendampingan Disabilitas Berat; Pendampingan Eks

Napi; Pendampingan Eks WTS; Pendampingan HIV/AIDS; Pendampingan

KAT; Pendampingan KAT Profesional; Pendampingan Korban Perdagangan

Orang; Pendampingan KUBE; Pendampingan Lanjut Usia; Pendampingan

Napza; Pendampingan PKH; Pendampingan RTLH/ Rutilahu; dan

Pendampingan UEP.

ii. menerapkan langkah-langkah membangun dan penguatan dukungan

sosial masyarakat dan keluarga terhadap PM, baik dalam bentuk

mendemonstrasikan penerapan strategi membangun dan menguatan

dukungan sosial maupun mensimulasikan pelaksanaan langkah-langkah

pembentukan dan penguatan dukungan sosial masyarakat dan keluarga

terhadap PM pada Pendampingan Anak; Pendampingan Disabilitas Berat;

Pendampingan Eks Napi; Pendampingan Eks WTS; Pendampingan

HIV/AIDS; Pendampingan KAT; Pendampingan KAT Profesional;

Pendampingan Korban Perdagangan Orang; Pendampingan KUBE;

Pendampingan Lanjut Usia; Pendampingan Napza; Pendampingan PKH;

Page 9: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

8

Pendampingan RTLH/ Rutilahu; dan Pendampingan UEP.

D. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan

1. Konsepsi Dukungan Sosial Masyarakat dan keluarga untuk Penerima Manfaat

a. Batasan

b. Tujuan

c. Alasan atau perlunya dukungan sosial

d. Faktor Terbentuknya Dukungan Sosial

e. Faktor penghambat Dukungan Sosial

f. Dampak Dukungan Sosial

g. Fungsi Dukungan Sosial

h. Prinsip-prinsip Pendamping Sosial Dalam memberikan dukungan sosial.

i. Bentuk Dukungan Sosial

2. Membangun dan Menguatkan Dukungan Sosial Masyarakat dan keluarga

untuk Penerima Manfaat

a. Strategi Membangun dan Menguatkan Dukungan Sosial

b. Langkah-langkah Membangun dan Menguatkan Dukungan Sosial

Page 10: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

9

E. Media Pembelajaran

Media belajar yang dipergunakan adalah :

1. Satu Unit Laptop

2. Jaringan internet/ LMS

3. LCD, projector

4. Kertas flipchart, spidol,

5. Bahan presentasi

6. Sticky notes

7. Modul

8. Video

9. Kertas plano

10. Lembar Kerja

F. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran yang digunakan adalah

1. Ceramah dan Tanya Jawab

Penyampaian materi disampaikan, diawali dengan penjelasan materi secara utuh

dan menjelaskan pokok bahasan serta sub-sub pokok bahasannya.

Page 11: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

10

2. Curah pendapat

Disela penjelasan atau kadang diakhir penjelasan fasilitator memberikan ruang

dan waktu untuk bercurah pendapat sesuai dengan pokok dan sub pokok bahasan.

Diakhir materi juga diberikan waktu bercurah pendapat tentang muatan materi

secara komprehensif.

3. Diskusi Kelompok dan windows showing

Peserta juga diberikan kesempatan berdiskusi dalam kelompok. Ini dilakukan

untuk mengasahkan kemampuan peserta memecahkan masalah lewat diskusi

kelompok memecahkan masalah dukungan sosial. Selain itu peserta juga

diberikan kesempatan untuk memotret hasil kerja kelompok lain dan

membandingkan hasil kelompok satu dengan kelompok lainnya.

4. Pembahasan kasus

Kasus diberikan sebagai bahan untuk menganalis, memecahkan masalah, dan

bagaimana bertindak mengatasi permasalahan penguatan dukungan sosial.

5. Role Playing; yaitu permainan peran.

Metode permainan peran penting untuk menguatkan peningkatkan kemampuan

melakukan dukungan sosial. Jadi penyampaian materi bukan sekedar

penyampaian konsepsi tapi bagaimana menerapkan kemampuan berperan.

6. Pemutaran Video/Film.

Pemutaran video dilakukan untuk memberikan variasi penyampaian metode

pembelajaran yang memberikan inspirasi untuk memecahkan kasus.

G. Skema Pembelajaran

Penyampaian materi menggunakan metode yang variatif dan interaktif.

Proses pembelajaran diawali dengan menggunakan metode presentasi. Fasilitator

Page 12: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

11

menjelaskan deskripsi singkat materi dukungan sosial masyarakat dan keluarga,

tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dan menjelaskan pokok-pokok bahasan

yang akan disampaikan. Tujuannya untuk memberi gambaran utuh tentang

konsepsi dan pentingnya pendampingan sosial untuk membangun dan

menguatkan dukungan sosial masyarakat dan keluarga serta keterkaitan materi

dukungan sosial masyarakat dan keluarga dengan materi lainnya.

Setelah memahami konsepsi dasar dukungan social masyarakat dan keluarga,

fasilitator harus mampu melakukan transfer of skill untuk mengimplementasikan

konsepsi dasar agar peserta mampu meningkatkan keterampilan menerapkan

langkah-langkah membangun dan menguatkan dukungan sosial masyarakat dan

keluarga. Metode yang digunakan dengan diskusi kelompok, permainan peran

(role play), windows showing, review dan ditutup dengan refleksi tentang

“Pengalaman berharga apa yang didapat dari materi ini?”. Modul ini di sampaikan

dalam 4 jam pelatihan atau 180 menit.

Skema pembelajaran penguatan dukungan sosial masyarakat dan keluarga

untuk pemberdayaan PM dapat dilihat pada Bagan 1 dbawah ini.

Bagan 1

Skema Pembelajaran

Page 13: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

12

H. Proses Pembelajaran

Langkah 1 : Perkenalan (5 menit)

1. Mengucapkan salam

2. Mengenalkan diri

3. Menanyakan jati diri peserta pelatihan.

Langkah 2 : Pengantar (10 menit)

1. menjelaskan judul modul/ materi yang akan disampaikan, deskripsi modul dan

relevansinya dengan modul-modul lainnya dalam pelatihan pendampingan

sosial. (ppt. 1-4)

2. Menjelaskan tujuan pembelajaran, pokok bahasan, skema pembelajaran. (ppt.

5-7)

3. Menjelaskan bahan dan media pembelajaran. (ppt.8)

Langkah 3 : Pokok Bahasan pertama Konsepsi Dukungan Sosial Masyarakat dan

Page 14: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

13

keluarga (75 menit)

1. Menjelaskan tentang batasan dari dukungan sosial masyarakat dan keluarga

(ppt. 9-11)

2. Menjelaskan tujuan dukungan social masyarakat dan keluarga (ppt. 12-14)

3. Brainstorming: Membuka pertanyaan, tambahan dan tanggapan dari para

peserta

4. Mempresentasikan konsepsi tentang Alasan atau perlunya dukungan sosial

Faktor Terbentuknya Dukungan Sosial; Faktor penghambat Dukungan Sosial;

Dampak Dukungan Sosial; Fungsi Dukungan Sosial; Prinsip-prinsip Pendamping

Sosial Dalam memberikan dukungan sosial; Bentuk Dukungan Sosial dan

kaitkan dengan peran dan etiket pendampingan. (ppt. 15-22)

5. Beri tugas LK. 1 (ppt. 23)

6. Diskusi kelompok LK. 1

7. Menginventarisir hasil diskusi kelompok dan direview.

8. Brainstorming: Membuka pertanyaan, tambahan dan tanggapan dari para

peserta

Langkah 4 : Pokok bahasan kedua penguatan dukungan sosial (80 menit)

1. Menjelaskan bahasan kedua membangun dan penguatan dukungan sosial. Sub

yang di jelaskan adalah strategi dan langkah membangun dan penguatan

dukungan sosial masyarakat dan keluarga. (ppt. 24-27)

2. Membuka sesi pertanyaan.

Page 15: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

14

3. Membagi tugas kelompok dengan LK.2 (ppt. 28)

4. Tiap kelompok melakukan windows showing ke kelompok lain.

5. Ekspos hasil windows showing.

6. Fasiitator menyimpulkan hasil diskusi kelompok

Page 16: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

15

Langkah 5 : Refleksi dan evaluasi (10 menit)

1. Fasilitator mereview keseluruhan modul

2. Tanya jawab

3. Refleksi peserta

4. Evaluasi proses pembelajaran.

5. Menutup proses belajar dengan mengucapkan terima kasih.

Page 17: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

16

BAB II Konseps i Dukungan Sosial Masyarakat dan

keluarga Terhadap Kelompok Penerima

Manfaat

A. Deskripsi Singkat Konsepsi Dukungan Sosial

Masyarakat dan Keluarga

Sesi ini membahas beberapa point penting tentang Batasan konsepsi dasar

dukungan sosial masyarakat dan keluarga; Tujuan dukungan sosial; Alasan atau

perlunya dukungan sosial; Faktor Terbentuknya Dukungan Sosial; Faktor

penghambat Dukungan Sosial dan Penguatan dukungan sosial; Dampak Dukungan

Sosial dan penguatan dukungan sosial; Fungsi Dukungan Sosial dan Penguatan

Dukungan Sosial; Prinsip-prinsip Pendamping Sosial Dalam memberikan dukungan

sosial dan Penguatan Dukungan Sosial; serta Bentuk Dukungan Sosial dan

penguatan dukungan sosial

Penyampaian materi tersebut, seyogyanya tidak terlepas dan harus

dikaitkan dengan transfer knowledge agar pendamping sosial mampu memahami

peran dan fungsinya dalam membangun dukungan sosial sesuai dengan setting

layanannya masing-masing. Hal lain yang juga penting diperhatikan adalah proses

pendampingan juga harus memperhatikan etiket pelayanan kesejahteraan sosial

terutama dalam membangun relasi praktek pekerjaan sosial. Karena setiap

masyarakat mempunyai nilai, norma dan budaya masing-masing.

Tantangannya adalah fasilitator harus mampu mengadaptasi dan

mengembangkan konsepsi dasar membangun dukungan sosial ini dengan

Page 18: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

17

berbagai setting layanan, yaitu setting pada pendampingan anak; pendampingan

disabilitas berat; pendampingan eks napi; pendampingan eks WTS; pendampingan

HIV/AIDS; pendampingan KAT; pendampingan KAT profesional; pendampingan

korban perdagangan orang; pendampingan KUBE; pendampingan lanjut usia;

pendampingan napza; pendampingan PKH; pendampingan RTLH/ Rutilahu; dan

pendampingan UEP.

B. Uraian Materi

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009 Tentang

Kesejahteraan Sosial Pasal 5 ayat 1 menjelaskan bahwa sasaran pendampingan

sosial ditujukan kepada perseorangan; keluarga; kelompok; dan/ atau masyarakat.

Sasaran pendampingan sosial menurut ayat 2 diprioritaskan kepada mereka yang

memiliki kehidupan yang tidak layak secara kemanusiaan dan memiliki kriteria

masalah sosial kemiskinan; ketelantaran; kecacatan; keterpencilan; ketunaan

sosial dan penyimpangan perilaku; korban bencana; dan/ atau korban tindak

kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi.

PM sebagai Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) menurut pasal

12 ayat 3 harus diberdayakan melalui proses pendampingan sosial. Salah satu

tugas pendampingan sosial adalah memfasilitasi dampingan agar mampu

memanfaatkan sistem sumber. Sistem sumber pertama dan utama untuk

memberdayakan Penerima Manfaat (PM) adalah masyarakat sekitarnya dan

keluarga.

Dalam proses dampingan sosial, seorang pendamping harus melihat PM

sebagai manusia yang mempunyai jiwa disamping raganya. Raga dan jiwa

Page 19: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

18

manusia pasti mempunyai kebutuhan dan masalah. Saat mereka tidak mampu

atau mengalami hambatan untuk memenuhi kebutuhan jiwa dan raganya, maka

mereka akan mengalami keterbatasan. Selama proses pendampingan, seorang

pendamping harus mampu membangun kesadaran, motivasi dan daya juang PM

untuk berubah, dengan dukungan sosial masyarakat dan keluarga.

1. Batasan

a. Batasan dukungan sosial masyarakat

Masyarakat punya pengaruh besar didalam membentuk

kepribadian dan pola

perilaku setiap

anggotanya. Sebagai

bagian dari masyarakat

PM juga membutuhkan

peran serta masyarakat

untuk ikut aktif

memulihkan,

mengembangkan dan terlibat dalam proses pengembangan diri PM.

Penerimaan masyarakat, merupakan langkah awal yang baik untuk

meningkatkan langkah dukungan sosial selanjutnya. Penerimaan terhadap

keberadaan PM akan memberi energi positif bagi PM untuk lebih nyaman

membangun kehidupan sosial secara normal. Namun rendahnya dukungan

masyarakat juga perlu disikapi dengan positif. Rendahnya dukungan

mungkin dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan pemahamannya yang

kurang tentang dampak sikap dan perilaku mereka terhadap PM sebagai

bagian masyarakat. Seperti memberikan stigma terhadap penyandang

Page 20: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

19

disabilitas akan berdampak memperparah kondisi psikis, dan psikososial

PM.

Dalam kasus klinis. Seperti kasus pemasungan, Penyandang

Disabilitas Mental (PDM), depresi, maupun Ketergantungan Napza.

Seorang pendamping sosial harus mampu membangun kesadaran

masyarakat untuk tidak menambah parah kondisi klinis PM. Untuk

mengurangi kondisi klinis, hal yang paling sederhana yang bisa dilakukan

oleh masyarakat adalah memberikan perhatian, tidak memberikan stigma,

mengakui keberadaan PM sebagai bagian dari komunitas masyarakat

bersangkutan. Dalam kasus PDM (Penyandang Disabilitas Mental)

berdasarkan hasil penelitian (Husmiati, 2017), rendah sekali dukungan

masyarakat terhadap penyembuhan PDM karena beberapa tokoh

masyarakat mengatakan mereka lebih senang penyandang disabilitas

dipasung, daripada dilepas menurut mereka lebih baik dibawa saja oleh

pemerintah, karena jika PDM dilepas ketakutan masyarakat adalah PDM

mengamuk, dan masyarakat tidak mau tidak bertanggung jawab.

Rendahnya dukungan masyarakat

ini disebabkan karena mereka

belum memahami cara

pendekatan dan pemulihan atau

rehabilitasi sosial yang harus

dilakukan masyarakat.

Selain dukungan social

yang bersifat khas seperti dijelaskan diatas, dukungan social juga harus

diberikan sesuai dengan kebutuhan. Seperti kebutuhan fisik, ekonomi,

Page 21: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

20

social dll. Namun ada hal yang sangat esensial yaitu PM, keluarganya dan

masyarakat membutuhkan peningkatan pemberdayaan secara sosial dan

ekonomi.

Dari penjelasan diatas maka dukungan sosial masyarakat adalah

bantuan atau sokongan yang diberikan masyarakat baik secara klinis/

psikis, fisik, sosial, kesehatan, pendidikan maupun pemberdayaan secara

ekonomi. Dengan pemberian dukungan sosial masyarakat tersebut

diharapkan berpengaruh positif terhadap PM. PM akan semakin

meningkat rasa percaya dirinya dalam berkehidupan sosial, mempunyai

konsep kualitas diri, bahkan merasa diperhatikan.

b. Batasan Keluarga Pemberi Dukungan Sosial

Manusia adalah mahluk sosial, yang tumbuh dan dibentuk

karakteknya dalam keluarga. Keluarga adalah lembaga pertama dan utama

mensosialisasikan nilai dan norma pengembangan diri dan pengembangan

dalam kehidupan bersosial terhadap seluruh anggotanya. Keluarga

memberikan ruang dan waktu mendidik anggotanya. Permasalahannya

apakah sebuah keluarga mempunyai strategi pengasuhan/ pendidikan

anggota keluarganya. Ada keluarga yang mempunyai strategi mendidik

keluarga namun ada yang sama sekali tidak mempunyai strategi

pendidikan terhadap anggota-anggota keluarganya.

Saat sebuah keluarga kurang atau bahkan tidak mempunyai

strategi melakukan sosialisasi terhadap anggota-anggota keluarganya,

maka keluarga bersangkutan akan menghasilkan produk manusa dengan

berbagai keterbatasan. Dengan alasan seperti itu maka ada faktor antara

Page 22: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

21

untuk memberdayakan keluarga yaitu perlunya memberdayakan keluarga.

Agar keluarga mampu mengoptimalkan peran dan kedudukannya untuk

membantu memberdayakan PM maka dibutuhkan proses fasilitasi dan

penggerak dari seorang pendamping sosial agar keluarga mempunyai daya

untuk mendukung proses pemberdayaan sosial terhadap PM.

Sebelum lebih jauh, terlebih dahulu dijelaskan konsep keluarga

menurut Wikipedia, Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang

terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan

tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling

ketergantungan. Berdasarkan Undang-

Undang 52 tahun 2009 tentang

Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga, Bab I pasal 1

ayat 6 pengertian Keluarga adalah unit

terkecil dalam masyarakat yang terdiri

dari suami istri; atau suami, istri dan

anaknya; atau ayah dan anaknya (duda),

atau ibu dan anaknya (janda).

Dilihat dari jenisnya ada beberapa jenis keluarga yaitu

1) Keluarga inti yang terdiri dari suami, istri dan anak

2) Keluarga konjugal yang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan ayah)

dan anak mereka yang terdapat interaksi dengan kerabat dari salah

satu atau dua pihak orang tua.

Page 23: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

22

3) Keluarga luas yang ditarik atas dasar garis keturunan di atas keluarga

aslinya. Keluarga luas meliputi hubungan antara paman, bibi, keluarga

kakek, dan keluarga nenek.

Dari gambaran diatas, maka yang dimaksud dengan keluarga

pemberi dukungan sosial adalah mereka yang termasuk keluarga inti,

keluarga konjugal, keluarga besar atau sistem kekerabatan yang mampu

menjalankan fungsi dan perannya. Diantaranya fungsi pengasuhan dan

perawatan; fungsi pengenalan nilai dan norma; pemberi kasih sayang dan

pengaturan perilaku sosial yang baik.

Bila merujuk pandangan Francis dan Satiadarma (dalam Husmiati,

dkk, 2017) dukungan sosial keluarga merupakan bantuan/ sokongan yang

diterima salah satu anggota keluarga dari anggota keluarga lainnya dalam

rangka menjalankan fungsi-fungsi kehidupan. Pandangan Friedman (1998)

tentang dukungan sosial keluarga lebih mendetail lagi dimana ia

mendefinisikan dukungan sosial keluarga sebagai sikap, tindakan dan

penerimaan keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga dipandang

sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam lingkungan keluarga. Anggota

keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap

memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.

Hal tersebut akan terjadi bilamana sebuah keluarga mempunyai

unity (kesatuan) dimana sebuah keluarga harus mempunyai kesadaran

sebagai sebuah kesatuan dengan ikatan sosiologis, psikologis dan budaya

yang kuat.

Page 24: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

23

2. Tujuan Dukungan Sosial Masyarakat dan Keluarga

Cara pandang seorang pendamping sosial dalam membangun sistem

dukungan sosial seyogyanya harus komprehensif dan tersistem. Memadukan

dan mensinergikan antara dukungan

sosial masyarakat sekitar dengan

dukungan keluarga PM. Ada

hubungan kerja yang harmonis

antara dukungan keluarga,

dukungan masyarakat, dan

dukungan pemerintahan yang

difasilitasi oleh seorang

pendamping. Pendamping harus

paham terhadap posisi dan kedudukannya sebagai seorang pendamping

sosial, paham juga mengenai peran dan fungsinya sebagai seorang

pendamping sosial dengan segala dinamikanya.

Perlu dipikirkan sistem dukungan sosial tersebut haruslah dibangun

sedini mungkin. Ini penting untuk memberikan sokongan bahwa kita ada

untuk berempati, berpartisipasi dan turut ambil bagian dalam

mengintegrasikan sistem dukungan sosial. Namun yang lebih penting lagi

adalah bukan hanya sekedar membangun namun menguatkan dukungan

social yang sudah ada. Untuk itu penting bagi seorang pendamping untuk

merumuskan tujuan membangun dan menguatkan dukungan sosial

masyarakat maupun keluaga, yaitu sebagai berikut:

a. memberi motivasi dan suportif untuk membangun kondisi yang lebih baik

dibandingkan tanpa dukungan sekelilingnya.

Page 25: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

24

b. mengurangi efek/ dampak/ pengaruh respon dari sekelilingnya .

c. Membantu meningkatkan kesehatan mental PM, termasuk keluarganya

secara langsung.

d. Dukungan yang dilakukan keluarga, keluarga besar, teman, dan tetangga

turut membantu meningkatkan rasa nyaman, merasa dihargai dan bisa

ambil bagian sebagai subjek pemberdayaan sosial.

3. Alasan atau Perlunya Dukungan Sosial Masyarakat dan Keluarga

Bila dilihat dari perspektif pendampingan sosial maka esensi

pendampingan sosial adalah memberi dukungan terhadap pemberdayaan PM

bak dukungan layanan yang berbasis residential/ kelembagaan, dukungan

berbasis komunitas maupun dukungan berbasis keluarga. Pendamping sosial

menjadi fasilitator, mediator, penggerak, advocator agar program pemerintah

bisa berjalan dengan baik demi kepentingan pemberdayaan PM. Selain itu

pendamping sosial juga harus mampu memfasilitasi atau memanfaatkan

sistem sumber kesejahteraan sosial sebagai pendukung pemberdayaan sosial

PM.

Masyarakat sekitar dan Keluarga sebagai sistem sumber merupakan

faktor pertama dan utama turut memfasilitasi, memotivasi dan mengarahkan

PM agar mampu memberdayakan diri. Menurut Wangmuba (dalam Syarif,

2017), sumber dukungan sosial yang natural atau alamiah adalah yang berasal

dari keluarga; sahabat/ teman; masyarakat; dan kepercayaan penerima

dukungan sosial. Masyarakat dan keluarga memberikan kekuatan tersendiri

bagi para PM untuk berdaya. Dengan kekuatannya keluarga diharapkan

mampu memberikan semangat, ide, gagasan maupun dukungan penuh bagi

Page 26: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

25

PKM untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik.

Diadaptasi dari pandangan Subardhini, (2017) beberapa alasan

mengapa dukungan sosial masyarakat dan keluarga itu dibutuhkan yaitu

sebagai berikut:

a. Amanat Undang Undang untuk memenuhi dan melindungi hak-hak PM.

PM sebagai makhluk sosial mempunyai hak-hak yang harus

dilindungi. Untuk itu setiap orang musti memahami hak-hak PM termasuk

masyarakat dan keluarga. Sehingga ketika keluarga atau masyarakat

sekitar memahami hak-hak PM maka dengan pemahamannya tersebut

diharapkan masyarakat dan keluarga akan memberi dukungan sosial yang

lebih kuat.

Hak-hak itu adalah hak hidup; hak bebas dari stigma; hak privasi; hak

keadilan dan perlindungan hukum; hak memperoleh pendidikan; hak

pekerjaan, kewirausahaan, dan koperasi; hak kesehatan; hak politik; hak

keagamaan; hak keolahragaan; hak kebudyaan dan kepariwisataan; hak

kesejahteraan sosial; hak aksebilitas;hak pelayanan publik; hak

perlindungan dari bencana; hak habilitasi dan rehabilitasi; hak konsesi; hak

pendataan; hak hidup secara mandiri dan dilibatkan dalam masyarakat;

hak berekspresi, berkomunikasi, dan memperoleh informasi; hak

berpindah tempat dan kewarganegaraan; sera hak bebas dari tindakan

diskriminasi, penelantaran, penyiksaan, dan eksploitasi

b. Keluarga adalah lingkungan yang utama dan paling dekat dengan PM.

Kenapa keluarga adalah lingkungan utama?, karena keluarga adalah

tempat berinteraksi paling intim, saling mendengar, memberi pandangan,

Page 27: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

26

memberikan dukungan bahkan memberi kritikan yang membangun.

Kondisi tersebut telah membangun kedekatan psikologis diantara anggota

keluarga yang memungkinkan PM sebagai individu akan menjadi pribadi

berkaraktek, bermental baja dan mempunyai cara pandang positif baik

terhadap diri PM, keluarga dan lingkungannya.

c. Idealnya keluarga mengajarkan kepada setiap anggotanya untuk hidup

saling ketergantungan dan membutuhkan satu sama lain. Apalagi saat

anggota yang lainnya menghadapi kesulitan. Dukungan sosial keluarga

diberikan baik dalam bentuk apapun sesuai kebutuhan PM. Proses

pendampingan sosial juga seyogyanya diarahkan untuk membangun nilai-

nilai saling membantu.

d. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing yang perlu

dilaksanakan untuk kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga.

Alasan lain perlunya pelibatan masyarakat dan keluarga adalah untuk

mengurangi berbagai reaksi dan mengantisipasi berbagai reaksi yang timbul

dari pihak lain terutama reaksi dari keluarga/ lingkungan sekitarnya. Dalam

kasus Penyandang disabilitas, Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi

Sosial telah merumuskan berbagai reaksi yang berbeda ketika orang tua, pihak

keluarga dan atau masyarakat mengetahui ada anggota keluarga mengalami

gangguan kejiwaan atau menghadapi masalah kejiwaan. Seperti malu,

menolak, bingung, kecewa, marah dan merasa bersalah sehingga sering

muncul penolakan dan reaksi-reaksi lain seperti berikut ini :

a. Isolasi Keluarga

Keluarga cenderung menyembunyikan anggota keluarganya yang

penyandang disabilitas dan menghindarkan dari pergaulan. Dengan

Page 28: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

27

demikian penyandang disabilitas menjadi terkungkung, tidak bisa

berkomunikasi secara baik dengan lingkungannya.

b. Stigma Keluarga

Stigma atau stempel kerap kali diterima oleh penyandang disabilitas

bahkan keluarganya. Stigma membuat penyandang disabilitas dan

keluarganya semakin kesulitan memulihkan kondisi penyandang

disabilitas. Keberadaan penyandang disabilitas juga kerapkali dikaitkan

dengan perasaan berdosa, rasa tidak layak, kekecewaan dan kemarahan.

Kurangnya pengetahuan keluarga terhadap kecacatan juga menambah

kebingungan dan perasaan tidak berdaya.

c. Gangguan Komunikasi Dalam Keluarga

Keberadaan penyandang disabilitas dapat

menimbulkan beban mental bagi keluarga.

Hal ini dapat menimbulkan gangguan

komunikasi dalam keluarga, seperti cepat

saling menyalahkan, sulit mendengar,

penyimpangan makna, maupun Irrasional.

d. Keterlantaran Emosi

Orang tua gagal menyikapi (merespon)

kebutuhan perkembangan emosi penyandang disabilitas.

Peran dan kedudukan keluarga maupun masyarakat sekitar sangatlah

penting terhadap keberdayaan PM. Masyarakat dan keluarga turut

membentuk sikap, pola pikir maupun perilaku PM. Kadang sikap dan perilaku

masyarakat dan keluarga sekitar akan memperburuk kondisi PM. Peran

pendamping sosial sangatlah penting untuk membangun keberfungsian peran

masyarakat dan keluarga sekitarnya, karena sesungguhnya keluarga adalah

Page 29: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

28

lingkungan pertama dan alami bagi pertumbuhan PM, dimulai sejak anak-anak

sampai dewasa, mengembangkan ikatan kasih sayang yang sehat dan kuat.

Selanjutnya keluarga juga merupakan sekolah pertama bagi PM dengan model

utamanya adalah ayah dan ibu atau keluarga besar/ kerabat maupun

masyarakat sekitarnya.

Keluarga terdekat dan masyarakat sekitar adalah sumber dukungan

utama dan mustinya senantiasa bersedia untuk memberikan bantuan dan

dukungannya ketika PM membutuhkan. Dukungan keluarga seperti

membangkitkan perasaan memiliki terhadap sesama anggota keluarga;

memastikan hubungan kekeluargan yang berkelanjutan dan memberikan rasa

aman bagi PM .

Menurut Argyle, ikatan keluarga yang kuat dapat menimbulkan efek

buffering (penangkal) terhadap dampak stresor (pengalaman atau situasi yang

penuh tekanan). Munculnya efek ini dimungkinkan karena keluarga selalu siap

dan bersedia untuk membantu PM ketika dibutuhkan.

Lingkungan terdekat PM adalah sahabat atau teman sepermainan,

kelompok usaha/ bisnis (perdagangan). kelompok keagamaan, kelompok

aktivitas sosial, aktivitas budaya bahkan aktivitas politik ditingkat lokal/

regional maupun nasional. Dalam kasus sahabat atau sepermainan terdapat

studi yang dilakukan oleh Argyle & Furnham yang menjelaskan hipotesis

bahwa sahabat atau teman dapat berperan dalam memberikan dukungan

sosial dengan beberapa proses.

Proses yang pertama adalah membantu PM akan kebutuhan material

atau instrumental. Penyediaan dukungan jasmaniah seperti pelayanan,

bantuan finansial,membantu kebutuhan sehari-hari, menyediakan

transportasi, mengantar berobat ke Rumah Sakit, menjaga dan merawat

Page 30: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

29

keseharian maupun membantu memecahkan masalah. Pertolongan ini dapat

berupa informasi tentang cara mengatasi masalah. Proses kedua adalah

dukungan emosional. Perasaan tertekan dapat dikurangi dengan

membicarakannya dengan teman yang simpatik. Harga diri dapat meningkat,

depresi dan kecemasan dapat dihilangkan dengan penerimaan yang tulus dari

sahabat karib. Proses yang ketiga adalah integrasi sosial. Menjadi bagian

dalam suatu aktivitas waktu luang yang kooperatif dan diterimanya seseorang

dalam suatu kelompok sosial dapat menghilangkan perasaan kesepian dan

menghasilkan perasaan sejahtera serta memperkuat ikatan sosial.

Dukungan juga perlu dibangun oleh masyarakat sekitar. Dalam istilah

pekerjaan sosial biasa kita kenal dengan istilah community organization atau

community develoPMent. Seorang pendamping harus mampu membuat

strategi menguatkan potensi community untuk membantu keberdayaan PM.

Dimulai dengan memfasilitasi merancang rencana keberdayaan masyarakat

untuk membantu keberdayaan PM sampai membantu merumuskan rencana

tindak lanjut pemberdayaan masyarakat dan PM sebagai ujung tombak atau

subjek dan objek pemberdayaan sosial.

Selain dukungan dari sahabat/ teman sepermainan atau masyarakat

sekitar, dukungan juga bisa berasal dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

yang peduli terhadap pemberdayaan sosial PM dan dilakukan secara

profesional sesuai dengan kompetensi yang dapat dipertanggung jawabkan

secara ilmiah. Dukungan sosial menggunakan pendekatan yang berbeda-

beda. Ada yang menggunakan pendekatan keagamaan, pendekatan kerja,

teraphis, medis, atau kombinasi.

Page 31: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

30

4. Faktor terbentuknya dukungan Sosial

Myers (dalam seputarpengetahuan, 2012) menyatakan terdapat empat

faktor yang menyebabkan terbentuknya dukungan sosial, antara lain:

a. Empati, seorang pendamping harus mampu membangun rasa empati

terhadap PM. Karena kemampuan dan kecenderungan berempati kepada

orang lain adalah motif utama dalam membangun dukungan. Rasa empati

membuat seseorang ikut dalam merasakan emosi yang dialami orang lain.

Dengan berempati seseorang bisa memberikan motivasi kepada orang lain

untuk mengurangi masalah yang dihadapinya.

b. Norma. Keluarga atau masyarakat pasti mempunyai norma/ aturan-

aturan. Pendamping sosial harus menggali norma yang dimiliki oleh

masyarakat dan keluarga. Saat mengetahui dan dapat memetakan norma-

norma apa yang dimiliki oleh sebuah keluarga atau masyarakat, maka akan

lebih mudah bagi seorang pendamping sosial bersangkutan menjadikan

norma-norma tersebutsebagai langkah awal menentukan jenis dukungan

sosial apa yang bisa diberikan oleh sebuah keluarga atau masyarakat.

Sehingga pendamping sosial akan membantumasyarakat dan keluarga

memberikan arah untuk melaksanakan kewajiban dan tanggung jawab

dalam kehidupan sosial dan membangun kepedulian untuk memberikan

pertolongan pada PM.

c. Pertukaran Sosial. Menurut konsepsi pertukaran sosial, maka dukungan

sosial masyarakat dan keluarga akan terbentuk bila ada reward dan ganti

rugi yang akan diterima oleh masyarakat dan keluarga. Untuk itu

pendekatan seorang pendamping sosial sangat dibutuhkan. Berilah

Page 32: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

31

kekuatan agar masyarakat dan keluarga merasa dibutuhkan, merasa

nyaman dan menjadi bagian dalam proses pembangunan dukungan sosial.

d. Ikatan darah. Seorang pendamping sosial harus memahami bahwa

tingkah laku dukungan sosial dianggap lebih menguntungkan apabila

dilakukan pada individu yang mempunyai keterkaitan darah sehingga

keturunannya tetap survive dibanding menolong indivu lain yang dapat

menghabiskan waktu dan juga tenaga. Contoh, orang tua/ kerabat

mempunyai hubungan batin yang kuat dengan anggotanya keluarga/

kerabatnya. Hubungan yang kuat menimbulkan kekuatan lain untuk

menolong, saling membantu, saling menguatkan dan bekerjasama

memberdayakan anggotanya.

5. Faktor yang menghambat dukungan sosial

Saat seorang pendamping social akan membangun dan menguatkan

dukungan social masyarakat dan keluarga maka harus diperhatikan beberapa

tantangan yang akan dihadapi baik oleh beberapa pihak didalam masyarakat

maupun internal keluarga, seperti

a. Penarikan dukungan sosial.

Kenapa bisa terjadi penarikan dukungan sosial? Hal itu terjadi karena

masyarakat dan keluarga enggan berhadapan dengan masalah. Mereka

sendiri merasa sudah banyak masalah; ketakutan akan dikritik, tidak siap

menghadapi dampak dari pemberian dukungan itu sendiri. Dilain pihak

pendamping social juga menghadapi kekuatiran jika orang lain/

masyarakat dan keluarga tidak akan menolong seperti menghindar,

Page 33: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

32

mengutuk diri, diam, maupun menjauh.

b. Adanya perlawan dari keluarga maupun masyarakat.

Seorang pendamping harus menghadapi berbagai dinamika respon sikap

dan perilaku terhadap aktivitas pendamping didalam upaya membangun

dukungan social. Seperti sikap curiga, tidak sensitif, timbal balik dan

agresif.

c. Ada tindakan sosial masyarakat dan keluarga yang tidak pantas.

Banyak hal yang dijumpai dalam proses membangun dukungan. Dalam

konteks ini seorang pendamping harus mengembangkan kemampuan

membangun etiket perilaku. Sehingga tidak memperkeruh proses tindakan

masayarakat dan keluarga. Misalnya membicarakan dirinya sendiri dengan

terus menerus, menggangu orang lain, menggunakan pakaian yang tidak

pantas dan tidak pernah merasa puas. Menghadapi situasi tersebut apa

yang harus dilakukan oleh seorang pendamping? Etiketnya adalah tidak

menyalahkan, sopan didalam mengoreksi tindakan keluarga dll.

Hambatan juga akan ditemui saat dukungan social sudah terbangun.

Seorang pendamping social akan semakin sulit menguatkan system dukungan

social masyarakat dan keluarga. Ini adalah awal yang kurang baik untuk

menguatkan system dukungan social lebih berkembang lagi. Menurut

Susilawati saat pelaksaanaan uji coba (2020) ada beberapa hal yang harus

diperhatikan adalah

a. Adanya relasi social yang kurang kondisif.

Respon masyarakat atau keluarga akan beraneka ragam saat relasi social

Page 34: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

33

sudah terbangun. Seperti sikap dan perilaku semakin tidak bersahabat;

kecurigiaan akan muncul dan akan berkembang; muncul beberapa sifat

asli beberapa personal (keangkuhan); dan yang lebih parah adakan sikap

menutup diri terhadap upaya pelayanan kesejahteraan social.

b. Stigma

Pendamping social harus siap bila muncul stigma baru terhadap personal

dirinya. Seperti “wah pendampingnya gak sabaran”. Atau bahkan

pendamping social yang akan memberikan stigma atau lebel tertentu

kepada pihak tertentu.

c. Konflik

Untuk menghadapi kondisi tersebut hindari potensi konflik apalagi malah

menjadi konflik. Maka seorang pendamping harus mampu menempatkan

dirinya sesuai dengan peran dan kedudukannya sebagai seorang

pendamping social. Seperti memberikan advokasi; memotivasi; memberi

inspirasi dll.

6. Dampak Dukungan Sosial dan Penguatan Dukungan Sosial

Seorang pendamping sosial harus bisa merumuskan kira-kira dampak

apa yang diharapkan dari proses membangun dukungan sosial. Bebepa hal

dampak yang diharapkan adalah sebagai berikut:

e. Dengan pelibatan masyarakat dan keluarga sekitarnya diharapkan

berdampak pada peningkatan tanggung jawab masyarakat dan keluarga

terhadap keberdayaan PM. Dilain pihak PM juga akan merasa

diperhatikan, dihargai dan dicintai oleh masyarakat dan keluarga

Page 35: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

34

sekitarnya. Sehingga ketika hubungan tersebut terjalin ikatan batin

psikologis akan semakin menguat.

f. Penguatan dukungan sosial juga diharapkan berdampak pada menciptaan

kenyaman sosial dan psikologis PM. Masyarakat dan keluarga bisa

membantu mengakses dan memberikan informasi pemberdayaan sosial

bagi PM khususnya.

g. Penguatan dukungan sosial juga akan membantu PM meningkatkan rasa

percaya diri, menurunkan kecemasan, terutama saat berinteraksi dengan

orang lain dan membantu mengembangkan ide, gagasan dan semangat

berubah dan berkembang.

7. Fungsi dukungan sosial masyarakat dan keluarga

Pembentukkan dan penguatan dukungan social sangat dibutuhkan.

Fungsi dukungan social dan penguatannya harus dilihat dari perspektif

pemberdayaan PM. Beberapa fungsi dibentuknya dukungan social dan

penguatannya adalah sebagai berikut:

a. Fungsi pengasuhan dan perawatan

Fungsi pengasuhan dan perawatan yang pertama dan utama akan

terbentuk didalam keluarga baru kemudian tetangga dan masyarakat

sekitar. Seorang pendamping sosial bertugas membangun kesadaran

bahwa masyarakat dan keluarga bertanggung jawab memberikan

pengasuhan dan perawatan terhadap setiap anggotanya. Tumbuh dan

kembangnya setiap anggota/ PM tergantung

kepada sejauhmana peran keluarga/

masyarakat menjalankan fungsinya.

Karena tatkala keluarga/ masyarakat tidak

Page 36: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

35

mampu menjalankan perannya tersebut maka PM akan berada dalam

kondisi yang penuh stressor. Karenanya Pengasuhan masyarakat dan

keluarga erat kaitannya dengan kemampuan keluarga/ masyarakat

didalam memberikan perhatian, waktu, memberikan perlindungan dan

membantu tumbuh kembang setiap anggotanya.

Ada sistem yang tidak/ kurang optimal berjalan yang menyebabkan

PM semakin jauh memperoleh system pelayanan dalam keluarga.

Contohnya anak akan mencari perhatian lain bila fungsi pengasuhan dan

perawatan keluarga tidak/ kurang berjalan sebagaimana mestinya. Anak

akan sering berkumpul dan curhat dengan teman sebaya, bila salah

pergaulan maka anak akan berteman dengan lingkungan yang salah yaitu

lingkungan narkoba.

b. Pengenalan nilai dan norma

Masyarakat dan keluarga juga perlu dibangun kekuatannya agar

mampu membuat nilai-nilai positif yang memberikan pengaruh terhadap

keberdayaan sebuah masyarakat dan keluarga. Landasan nilai yang kuat

akan memberikan norma atau aturan masyarakat dan keluarga yang perlu

disepakati bersama. Nilai dan norma yang dimiliki oleh setiap masyarakat

dan keluarga akan berdampak menjaga keteraturan masyarakat dan

keluarga yang sehat saling menghormati dan menghargai.

Perubahan masyarakat berdampak sangat luas. Transformasi

masyarakat yang begitu kuat berdampak pada kehidupan individualistik.

Mulai menggerus nilai-nilai gotong royong, saling membantu dan saling

menguatkan. Tegur sapapun sudah mulai redup, apalagi didaerah

Page 37: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

36

perkotaan. Kondisi ini memperlemah nilai empati dan simpati untuk saling

membantu. Akan pendamping sosial mampu membangkitkan kembali

nilai-nilai dan norma masyarakat untuk menggerus nilai individualistik?

c. Kasih sayang

Saat masyarakat dan keluarga tahu dan paham terhadap posisi atau

kedudukannya dilain pihak masyarakat dan keluarga dibangun oleh nilai

dan norma yang dipahami dan disepakati bersama maka baik langsung

atau tidak langsung kondisi tersebut akan menumbuhkan hubungan kasih

sayang.

Rasa saling memberi kasih sayang akan muncul bilamana masing-

masing pihak baik keluarga maupun masyarakat menjalankan perannya.

Permasalahan sosial akan muncul karena pasti ada sesuatu yang salah.

Faktor penyebab munculnya masalah sosial bisa diakibatkan karena

berkurangnya rasa kasih sayang. Sikap masa bodoh adalah salah satu

contoh perilaku berkurangnya rasa kasih sayang.

d. Pengaturan Perilaku sosial

Langkah awal untuk melangkah pada tahap selanjutnya yaitu

menguatkan system dukungan social masyarakat dan keluarga adalah

membangun budaya masyarakat dan keluarga untuk saling menghargai

dan salih kasih sayang. Pada tataran tertentu diharapkan akan terbangun

aturan perilaku social yang membudaya. Terhabituasi.

Beberapa contoh pengaturan perilaku sosial yang terhabituasi yaitu

terbentukya yayasan kematian, dimana masyarakat tiap tahunan

Page 38: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

37

dikenakan iuran. Bila ada kematian lingkungan bergotong royong, saling

membantu meringankan beban keluarga duka. Contoh lain ada iuran

warga untuk bantuan sosial yang diperuntuhkkan bagi warga yang

mengalami kesusahan.

Tantangan yang berat adalah menjaga, memelihara dan menguatkan

system pengasuhan dan perawatan; mensosialisasikan pengenalan nilai dan

norma; menjaga hubungan bermasyarakat dan berkeluarga dengan penuh

kasih saying; dan terakhir menjaga pengaturan perilaku social tetap berjalan.

Akan sulit menguatkan dukungan social bila tidak upaya tertentu dari seorang

pendamping social. Bahkan lebih fatal dukungan social semakin hilang bukan

menguat seperti yang diinginkan.

8. Prinsip-prinsip pendamping sosial Dalam memberikan Dukungan Sosial

Masyarakat dan Keluarga

Bila merujuk dari pandangan Fahrudin (2012:96-97), maka esensi

penguatan dukungan sosial masyarakat dan keluarga adalah memberdayakan.

Ada upaya untuk memampukan dan memandirikan masyarakat dan keluarga

agar mampu memberikan dukungan sosial. Hal yang harus dilakukan adalah

sebagai berikut:

a. Enabling. Dalam konteks ini seorang pendamping harus mampu

menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat

berkembang sehingga berpengaruh positif terhadap peningkatan daya

dukung pemberdayaan sosial terhadap PM. Titik tolaknya adalah

pengenalan bahwa setiap manusia, keluarga maupun setiap masyarakat

setempat khususnya memiliki potensi yang dapat dikembangkan.

Page 39: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

38

Dukungan sosial, esensinya adalah pemberdayaan dengan cara

mendorong (encourage), memotivasi dan membangkitkan kesadaran

(awareness) akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk

mengembangkannya.

b. Empowering. Agar penguatan daya dukung sosial berjalan sesuai rencana

maka seorang pendamping harus meningkatkan kapasitas dengan

memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat dan

keluarga. Perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata seperti penyediaan

berbagai masukan (input) serta pembukaan akses kepada berbagai

peluang yang dapat membuat keluarga masyarakat menjadi makin

berdaya.

c. Protecting. Pendamping sosial harus mampu melindungi kepentingan

dengan mengembangkan sistem perlindungan bagi PM itu sendiri,

masyarakat dan keluarga yang menjadi subjek pemberdayaan dan

pengembangan sosial. Dalam proses pemberdayaan harus dicegah yang

lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam

menghadapi yang kuat. Melindungi dalam hal ini dilihat sebagai upaya

untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang serta

eksploitasi yang kuat atas yang lemah.

9. Bentuk Dukungan Sosial

Untuk mengetahui bentuk dukungan sosial

yang akan diberikan, seorang pendamping sosial

musti melakukan pemetaan, melalui pemetaan akan

teridentifikasi bentuk-bentuk dukungan yang dibutuhan

Page 40: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

39

oleh PM, keluarga maupun masyarakat. Dalam kontek pemberdayaan PM, ada

beberapa bentuk dukungan sosial yang harus diketahui dan dipahami oleh

seorang pendamping sosial menurut Friedma (dalam Husmiati, 2017) adalah

sebagai berikut:

a. Dukungan Emosional

Orang-orang yang masuk katagori PPKS (Pemerlu Pelayanan

Kesejahteraan Sosial) mempunyai kondisi emosional yang tidak stabil. PM

sebagai PPKS umumnya mempunyai perasaan menderita, sedih, cemas

dan kehilangan harga diri. Dukungan emosional terhadap PM memberikan

dampak positif terhadap PM, diantaranya akan menumbuhkan perasaan

nyaman, maupun merasa dicintai saat mengalami depresi. Untuk itu

dukungan emosional yang bisa diberikan oleh masyarakat dan keluarga

adalah dalam bentuk memberi semangat, empati, rasa percaya, perhatian

sehingga PM merasa berharga, nyaman dan percaya diri menghadapi

kehidupan sosialnya.

b. Dukungan Instrumental

Beberapa contoh dukungan sosial dalam bentuk instrumental,

seperti penyediaan dukungan jasmaniah. Bentuk-bentuk dukungan

jasmaniah dapat diberikan masyarakat dan keluarga agar PM merasa

terbantu memperoleh pelayanan, memperoleh bantuan finansial dan

material. Bantuan atau dukungan instumental juga bisa diberikan untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari,

menyediakan transportasi, mengantar

berobat ke Rumah Sakit, menjaga dan

merawat keseharian, maupun membantu

memecahkan masalah.

Page 41: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

40

Dilihat dari kedekatan fisik dan sosial, keluarga merupakan sistem

sumber pertolongan praktis dan konkrit untuk membantu memenuhi

kebutuhan makan dan minum, istirahat, dan terhindarnya PM dari

kambuh kembali dari penyakitnya khususnya dalam kasus pendampingan

klinis. Menurut Jacobson dukungan ini mengacu pada penyediaan benda-

benda dan layanan untuk memecahkan masalah praktis. Demikian juga

apa yang diinyatakan oleh Wills bahwa dukungan ini meliputi aktivitas-

aktivitas seperti penyediaan benda-benda, misalnya memberikan uang,

membantu PM dalam aktivitas sehari-hari, maupun membantu

menyediakan obat bagi PM klinis.

c. Dukungan Informasi

PM khususnya, maupun umumnya masyarakat dan keluarga sekitar

PM sangat membutuhkan berbagai informasi seputar pemberdayaan PM.

Kebutuhan akan informasi tersebut musti direspon dan difasilitasi agar

kebutuhan akan informasi bisa dipenuhi. Untuk menjawab itu, seorang

pendamping mengusahakan ketersediaan bank data dan informasi agar

kebutuhan PM terpenuhi.

Upaya membangun jaringan komunikasi, membentuk forum-forum

pendampingan maupun mengakses berbagai referensi adalah upaya yang

sangat strategis untuk membangun sistem bank data dan informasi.

Dengan punyanya sistem data dan informasi maka seorang pendamping

sosial akan lebih mudah memberikan solusi terhadap suatu masalah,

memberikan nasehat, pengarahan, saran, atau umpan balik tentang apa

yang dilakukan oleh PM.

Satu hal lain yang penting adalah bank data dan informasi harus di

transfer kepada keluarga maupun masyarakat sekitar PM agar masyarakat

Page 42: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

41

dan keluarga sekitar dapat menyediakan informasi dan pengetahuan

tentang pemberdayaan, pelayanan publik, maupun terapi yang baik dan

tindakan spesifik bagi penyandang masalah klinis untuk melawan stresor.

d. Dukungan Penghargaan

Respon positif dari masyarakat dan keluarga terhadap PM sangatlah

penting. PM akan merasa mempunyai seseorang yang bisa diajak bicara

tentang masalah mereka. Dampaknya adalah tumbuhnya ekspresi

pengharapan yang besar dari PM, menjadi penyemangat, memberi

persetujuan terhadap ide-ide atau perasaan PM dan memberikan

perbandingan positif PM dengan orang lain.Misalnya masih banyak orang

yang kurang mampu daripada yang bersangkutan.

Baik langsung atau tidak dukungan masyarakat dan keluarga

semacam itu dapat membantu meningkatkan strategi koping individu

dengan strategi-strategi alternatif berdasarkan pengalaman yang berfokus

pada aspek-aspek yang positif. Menurut Cohent & Wils (Husmiati, 2017),

dukungan ini dapat berupa pemberian informasi kepada seseorang bahwa

dia dihargai dan diterima. Contonya dengan memberikan pujian,

menunjukkan rasa puas terhadap apa yang telah dilakukan oleh

penyandang disabilitas. Sebagai penyemangat penyandang disabilitas

sehingga merasa diterima didalam keluarganya.

Setelah terbangunnya dukungan social masyarakat dan keluarga yang

difasilitasi oleh seorang pendamping social. Langkah selanjutnya yang tidak

kalah penting adalah menguatkan bentuk-bentuk dukungan social yang

selama ini sudah berjalan dengan baik.

Bentuk penguatannya adalah mensosialisasikan secara terus menerus

sehingga menjadi perilaku yang melembaga dan mejadi kebiasaan saling

Page 43: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

42

memberi dukungan emosional, instrumental, informasi maupun memberi

penghargaan.

C. Rangkuman

1. Untuk melangkah pada bab selanjutnya peserta pelatihan harus memahami

konsepsi dasar dari dukungan sosial masyarakat dan keluarga. Yaitu konsepsi

tentang Batasan; Tujuan; Alasan atau perlunya dukungan sosial; Faktor

Terbentuknya Dukungan Sosial; Faktor penghambat Dukungan Sosial; Dampak

Dukungan Sosial; Fungsi Dukungan Sosial; Prinsip-prinsip Pendamping Sosial

Dalam memberikan dukungan sosial; serta Bentuk Dukungan Sosial.

2. Memahami konsepsi dukungan sosial masyarakat dan keluarga harus

dikaitkan dengan peran pendamping social. Seorang pendamping dalam

proses pendampingan dituntut untuk mampu menempatkan dirinya pada

posisi sebagai apa?. Selain itu seorang pendamping harus mampu bersikap

dan berperilaku sesuai dengan etiket dalam kehidupan social. Karena

sesungguhnya setiap pribadi, kelompok bahkan masyarakat mempunyai etiket

yang berbeda. Pendamping social harus bisa menempatkan diri.

D. Lembar Kerja 1 (LK.1) Peran dan Etiket

1. Membagi peserta dengan 6 kelompok.

2. Tiga kelompok mendapat tugas untuk menginventarisir peran-peran apa yang

dibutuhkan melakukan pendampingan social dan kaitkan dengan setting

pendampingan social jenis apa?. Role Playing atau demonstrasikankan salah

Page 44: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

43

satu jenis peran?

3. Tiga kelompok mendapat tugas untuk menginventarisir jenis etiket apa yang

akan ditemui dalam proses pendampingan social dan kaitkan dengan setting

pendampingan social jenis apa?. Role playing atau demonstrasikankan salah

satu jenis etiket yang pernah ditemui.

4. Review hasil latihannya.

E. Evaluasi Pokok Bahasan

Setiap pokok bahasan yang telah disampaikan perlu dievaluasi. Apakah

pokok bahasan yang telah disampaikan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Evaluasi diberikan bisa dalam bentuk permintaan ke peserta untuk mengulas

kembali apa yang telah disampaikan fasilitator; fasilitator memberikan

pertanyaan; mengeksplor berbagai pandangan peserta atau meminta kepada

peserta lain untuk saling menanggapi, membandingkan dan meminta peserta

lain untuk saling melengkapi.

Page 45: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

44

BAB III

Membangun dan Menguatkan Dukungan Sosial

Masyarakat dan keluarga

A. Deskripsi Singkat Pokok Bahasan Membangun dan

Menguatkan Dukungan Sosial Masyarakat dan keluarga

Bab ini akan membahas dua sub bahasan. Pertama Strategi Membangun

Dukungan Sosial dan Penguatan Dukungan Sosial; Kedua, praktek membangun

dukungan sosial dan Penguatan Dukungan Sosial. Tujuan akhir dari penyampaian

pada sub bahasan ini adalah peserta dapat mempraktekkan cara atau strategi baik

membangun dukungan sosial maupun penguatan dukungan sosial masyarakat

dan keluarga terhadap keberdayaan PM.

Untuk itu metode yang digunakan adalah presentasi sebagai cara untuk

memahamkan para peserta tentang cara membangun dan mempraktekkan

penguatan dukungan sosial. Kemudian ada pembagian kelompok penugasan dan

setiap kelompok mempraktekkan cara penguatan dukungan sosial masyarakat

dan keluarga baik dalam bentuk role playing maupun simulasi. Kemudian setelah

itu kelompok lain menanggapi kelompok penampil. Diakhir sesi fasilitator

mereview tugas dari masing-masing kelompok.

Page 46: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

45

B. Uraian Materi

Sebelum benar-benar menerapkan langkah-langkah membangun

dukungan social dan melakukan penguatan dukungan social, pastikan peserta

memahami konsepsi dukungan social dan penguatan dukungan social

terutama harus memetakan bentuk-bentuk dukungan sosial yang akan dirancang.

Setelah itu akan lebih mudah menerapkan strategi apa yang akan digunakan dan

bagaimana cara melibatkan PM sebagai subjek pemberdayaan PM.

1. Strategi

Strategi membangun dan menguatkan dukungan sosial masyarakat dan

keluarga terhadap PM terbagi menjadi dua. Pertama, strategi yang bersifat

umum dan strategi bersifat khusus. Secara umum semua PM mendapatkan

perlakukan yang sama untuk memperoleh dukungan social masyarakat dan

keluarga. Saat pendamping social membangun dukungan social baik dari

masyarakat maupun keluarga, ada beberapa strategi yang harus dilakukan.

Diantaranya adalah,

a. Pendekatan Keluarga Sejahtera

Strategi ini menggunakan Pendekatan Keluarga Sejahtera. Keluarga

sejahtera berpengaruh positif untuk menciptakan keluarga yang harmonis.

Dua peneliti Stinnet dan John DeFrain (dalam Tjahyorini, 2018) dalam

bukunya yang berjudul The National Study on Family Strength membuat

rumusan keluarga yang bahagia dan sehat (happy and healthy family)

sebagai berikut :

1) Kehidupan beragama dalam keluarga.

2) Mempunyai waktu bersama sesama anggota keluarga.

Page 47: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

46

3) Mempunyai komunikasi yang baik antar anggota keluarga

4) Saling harga menghargai sesama anggota keluarga.

5) Keluarga sebagai ikatan kelompok mempunyai rasa saling memiliki

(sense of belonging).

6) Kemampuan menyelesaikan masalah.

Melalui rumusan diatas, maka seorang pendamping sosial harus

pandai dan kreatif menerjemahkan dan mengaktualisasikan rumusan-

rumusan diatas untuk kepentingan peningkatan daya dukung sosial

keluarga terhadap PM.

b. Strategi Penguatan/ Pengembangan Masyarakat

Bila merujuk kepada pandangan Gleg (dalam Adi, 2001), maka

penggunaan pendekatan pengembangan masyarakat sangatlah cocok

untuk menguatkan sistem dukungan sosial masyarakat kepada PM. Ada

tiga unsur ciri pedekatan ini yaitu

1) Tujuan pendekatan ini adalah memampukan masyarakat untuk

mendefinisikan dan memenuhi kebutuhan mereka.

Tujuan dari pendekatan ini adalah mengembangkan

kemandirian dan memantapkan

rasa kebersamaan sebagai

sebuah komunitas berdasarkan

basis ketetanggaan. Masyarakat

mempunyai jiwa percaya diri

dan mampu memberi dukungan

sosial kepada PM. Sehingga

tumbuh rasa kebersamaan dan

gotong royong untuk saling

Page 48: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

47

membantu.

Masyarakat, diharapkan mampu mendefenisikan apa

masalah yang dihadapi anggotanya terutama PM. Melalui beberapa

diskusi atau pendekatan, komunitas diharapkan masyarakat dan

melakukan tindakan untuk membantu memenuhi kebutuhan PM.

2) Proses pelaksanaan pengembangan masyarakat

Pada pendekatan kedua ini, Glen menekankan pada

pentingnya kerjasama dan kreativitas. Masyarakat pada dasarnya

mempunyai potensi kreativitas dan jiwa kerjasama. Dengan kreatitvitas

dan spirit kerjasama, masyarakat melahirkan nilai-nilai, norma, etika

dan sanksi terhadap anggotanya.

Atas dasar itu, seorang pendamping. harus mampu

mendorong dan memfasilitasi agar proses pelalksanaan

pengembangan atau penguatan dukungan sosial masyarakat terhadap

PM meningkat. Merujuk hasil perumusan tujuan, pendamping harus

mampu membantu dan mengarahkan proses penguatan dukungan

sosial masyarakat.

c. Pendekatan direktif dan non direktif

1) Pendekatan Direktif

Pendekatan ini berasumsi bahwa pendamping sosial lebih

memahami apa yang dibutuhkan oleh seorang PM. Sehingga peran

seorang pendamping sangat dominan. Pendamping memberi informasi

dan cara bagaimana masyarakat memenuhi kebutuhan PM.

Masyarakat hanya sebagai eksekutor berdasarkan prinsip-prinsip dan

strategi yang dirumuskan oleh seorang pendamping.

Pendamping sosiallah yang menetapkan baik dan buruk,

Page 49: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

48

cara-cara yang diperlukan untuk memberdayakan PM dan

menyediakan/ memfasilitasi apa yang dibutuhkan selama proses

pemberdayaan PM.

2) Pendekatan Non Direktif

Pada pendekatan ini ada beberapa peran yang diemban

oleh seorang pendamping.yaitu sebagai enabler, encourager, dan

sebagai educator. Gleg memandang pendekatan Non direktif lebih

efektif dari pada menggunakan pendekatan direktif. Karena

pendekatan ini lebih mengutamakan peran masyarakat untuk

merancang sistem dukungan sosial apa yang dibutuhkan oleh PM.

Namun demikian tindakan masyarakat tidaklah bersifat multak,

terutama saat masyarakat membutuhkan arahan dan bimbingan. Saat

itu pendamping sosial dapat membantu dan mengarahkan apa yang

dibutuhkan oleh PM.

Peran enabler sangat dibutuhkan saat masyarakat

membutuhkan fasiltasi seorang pendamping, dimana seorang

pendamping sosial mampu mempercepat perubahan kearah yang lebih

baik. Selain itu saat yang lain seorang pendamping harus mampu

membangkitkan spirit membangun kreativitas masyarakat dan

memberikan pendidikan pemberdayaan kepada para PM.

d. Strategi Pencegahan di Lingkungan Pertemanan

Sebagai bagian dari masyarakat, PM pasti membangun komunikasi

dan relasinya serta tumbuh dalam lingkungan pertemanan. Dalam

komunitasnya atau biasa kita kenal dengan teman kelompok sebaya (peer

group) mempunyai pengaruh yang dapat mendorong atau mencetuskan

Page 50: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

49

berbagai masalah negaitf. Disisi lain, lingkungan pertemanan juga bisa

menjadi positif. Dimana pergaulan pertemanan yang sehat dan saling

memotivasi antar anggota kelompok akan memperkecil stressing/ depresi

atau konflik emosi yang lebih luas.

Selain pemulihan melalui jalur pertemanan (peer group), peran

serta masyarakat juga sangat dibutuhkan. Karenanya penguatan

masyarakat juga sangat dibutuhkan melalui berbagai penyuluhan dari

pemerintah dan tenaga profesional (dokter/ psikiater/ pekerja sosial) agar

di dalam mencari pertolongan pengobatan (terapi) tidak sampai jatuh ke

pihak-pihak yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.

e. Strategi Pencegahan Melalui Pendekatan Agama

Agama adalah sesuatu yang penting dan mendasar dalam

kehidupan masyarakat Indonesia. Agama bisa dijadikan sumber solusi

terhadap setiap masalah yang dihadapi. Melalui landasan keagamaan

diharapkan akan terjadi proses penyerahan diri terhadap suatu kekuasaan

maha tinggi (Tuhan). Sikap pasrah ini akan memberi sikap positif pada PM,

sehingga muncul perasaan rasa ikhlas terhadap ketentuan hidup, bahagia,

rasa senang, puas, sukses, merasa

dicintai, atau rasa aman, yang

dilakukan dapat mengarahkan

pada kesabaran, kelembutan

(grace), ibadah, meditasi, harapan,

memaafkan, dan persahabatan.

Dengan demikian, pengalaman spiritual-keagamaan yang tepat,

dapat membantu mengatasi berbagai masalah kehidupan. seperti

menghadapi penderitaan, menemukan makna, dan harapan untuk

Page 51: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

50

kesembuhan dari penyakitnya. Sebaliknya, pemahaman dan pengamalan

agama yang keliru dapat menyebabkan konflik dan kecemasan pada diri

seseorang. Kondisi tersebut sesuai dengan pendapat Clinebell (1981) yang

berjudul “Basic Spiritual Needs”:The Role of Religion In the Prevention and

Treatment of Addictions the Growth and Counseling Prespectives,

menyatakan bahwa Agama memberikan ketentraman dan kenyamanan

dalam hidup.

Dari kajian yang telah dilakukan oleh para ahli kesehatan jiwa yang

disampaikan oleh H. Clinebell, diperoleh inventarisasi 10 butir kebutuhan

dasar spiritual manusia. Kebutuhan kepercayaan dasar (basic trust),

kebutuhan akan makna hidup dan tujuan hidup (meaning), komitmen

peribadatan dan hubungannya dalam hidup, kebutuhan akan pengisian

keimanan, kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah dan berdosa,

kebutuhan akan penerimaan diri dan harga diri (self acceptance dan self-

estem), kebutuhan rasa aman, selamat dan harapan masa depan,

kebutuhan sebagai pribadi yang utuh (integrated personality), kebutuhan

interaksi dengan alam dan sesama manusia, kebutuhan bermasyarakat

dengan nilai-nilai religiusitas.

Spiritualitas-keagamaan selain berdampak positif terhadap

kesehatan mental, juga berdampak positif terhadap kesehatan fisik

bahkan berdampak positif terhadap aspek psikososial. Barbara Kirk

Jackson menyebutkan salah satu dalam kesimpulannya, menyampaikan

bahwa religious koping seperti keyakinan beragama, keimanan, ibadah,

dan meditasi membantu dalam mengatur sterss untuk mencegah penyakit

kronis.

Dalam kasus-kasus tertentu yang membutuhkan penanganan

Page 52: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

51

ekstra, dibutuhkan strategi/ keahlian khusus dari para pendamping social. Dan

yang lebih penting adalah kemampuan pendamping social men-tranfers

keterampilan social kepada masyarakat dan keluarga sehingga masyarakat dan

keluarga mempunyai keahlian untuk membantu memulihkan PM yang

menghadapi masalah klinis berat. Untuk memenuhi harapan tersebut

dibutuhkan pendamping social untuk bekerja sama/ berjejaring dengan

profesi lain. Strategi/ keahlian tersebut diantaranya adalah

a. Strategi koping masyarakat dan keluarga

Strategi koping diperlukan dalam merawat anggota keluarga dan

anggota masyarakat. Strategi koping merupakan upaya positif yang

dilakukan oleh masyarakat dan keluarga untuk mengatasi atau mencegah

terjadinya kekambuhan pada penyandang masalah klinis Strategi koping

ini dapat dilakukan dengan menggunakan dua tipe yaitu: 1) pertama, tipe

strategi koping keluarga internal dapat dilakukan melalui tujuh cara, yaitu

mengandalkan kelompok keluarga, menggunakan humor, pengungkapan

bersama yang semakin meningkat (memelihara ikatan), mengontrol arti

atau makna masalah, pemecahan masalah bersama-sama, fleksibilitas

peran dan normalisasi; 2) tipe strategi koping eksternal yaitu

dimasyarakat, dilakukan dengan mencari informasi, memelihara hubungan

aktif dengan komunitas, mencari dukungan sosial dan mencari dukungan

spiritual.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi strategi koping keluarga

tidak berjalan sebagaimana mestinya. Seperti karena keterbatasan

keuangan (status ekonomi), rendahnya dukungan sosial, rendahnya

keyakinan (spiritual), kurangnya pengetahuan keluarga, kurang

berjalannya pola-pola komunikasi keluarga yang sehat. Strategi koping

Page 53: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

52

keluarga yang sering digunakan khususnya dalam merawat pasien

skizofrenia, yaitu; 1) Strategi koping keluarga internal meliputi

ketergantungan pada kelompok keluarga, pemaknaan masalah,

pemecahan masalah bersama-sama dan pengungkapan bersama; 2)

Strategi koping keluarga eskternal meliputi mencari dukungan spiritual dan

mencari dukungan sosial.

b. Strategi Kelompok Psikoedukasi untuk penyandang disabilitas dan

Keluarga.

Alternatif selain strategi koping, seorang pendamping juga bisa

memahami strategi kelompok psikoedukasi. The Colombo Plan (2015)

telah mencanangkan kompetensi sebagai terapis sebagai bagian

kompetensi yang harus disertifikasi. Dua kompetensi yang harus dipenuhi

dalam pelibatan keluarga untuk penanganan dan pemulihan khususnya

Korban Nafza yaitu kemampuan fasilitator untuk memfasilitasi agar

masyarakat dan keluarga mampu memulihkan korban penyalagunaan

Nafza melalui pendekatan kelompok psikoedukasi dan terapi kelompok.

Pendekatan itu bisa diadaptasi menjadi pendekatan penanganan dan

pemulihan terhadap penyandang disabilitas

Penjelasan konsepsi dasar tentang pendekatan kelompok

psikoedukasi berikut ini ditengahkan merujuk dari pandangan Subagiyo,

Ariqa Ayni Alfianita (2014). Dimana Psikoedukasi sebagai upaya

peningkatan kesadaran masyarakat dan keluarga tentang gangguan jiwa

dan penanganan orang dengan gangguan jiwa atau biasa kita kenal dengan

Penyandang Disabilitas Mental (penyandang disabilitas).

Page 54: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

53

1) Batasan

Psikoedukasi adalah sebuah proses pemberian pemahaman atau

pendidikan psikologis pada individu atau kelompok. Pengertian

psikoedukasi senada di definisikan Lukens dan McFarlane sebagai

treatment yang diberikan secara profesional dimana mengintegrasikan

intervensi psikoterapeutik dan edukasi. Griffith kemudian melengkapi

definisi Lukens dan McFarlane bahwa psikoedukasi adalah suatu

intervensi yang dapat dilakukan pada individu, keluarga, dan kelompok

yang fokus pada mendidik partisipannya mengenai tantangan

signifikan dalam hidup, membantu partisipan mengembangkan

sumber-sumber dukungan dan dukungan sosial dalam menghadapi

tantangan tersebut, dan mengembangkan keterampilan koping untuk

menghadapi tantangan tersebut.

Kegiatan kelompok psikoedukasi dilakukan sebagai salah satu

bentuk intervensi yang dirancang untuk dapat meningkatkan

pengetahuan/ informasi tentang penyakit dan gejala-gejala yang

ditimbulkan sehingga dapat mengurangi stigma negatif pada

penyandang disabilitas. Selain itu pembentukkan kelompok

psikoedukasi memberikan ruang bagi penyandang disabilitas dan

keluarga bahkan masyarakat untuk bersama mencari solusi treatment

bagi pemulihan penyandang disabilitas. Dan secara tidak langsung

lewat metode ini akan terjadi proses koping menghadapi kondisi

masyarakat dan keluarga dengan penyandang disabilitas.

2) Tujuan

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menjelaskan penerapan

psikoedukasi sebagai upaya peningkatan kesadaran masyarakat dan

Page 55: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

54

keluarga tentang gangguan klinis.

a) Metode dan Teknik

Pendekatan yang digunakan adalah psikoedukasi secara

berkelompok. Psikoedukasi dalam kelompok didefinisikan sebagai

sebuah kelompok yang memiliki fokus utama yaitu mendapat

pengetahuan mengenai topik-topik dan konsep psikologi (Gladding,

1995 dalam Brown, 2011). Pengetahuan diberikan oleh seorang

pemateri kepada sekelompok orang. Individu yang menjadi

pemateri harus memiliki pengetahuan luas dan mendalam

mengenai hal yang akan disampaikan (Brown, 2011). Psikoedukasi

secara kelompok dapat dilakukan dalam satu sesi atau juga lebih

dari satu sesi.

Psikoedukasi secara berkelompok biasanya memiliki peserta

sebanyak 5 hingga 50 peserta, atau mungkin mencapai ratusan

orang. Psikoedukasi secara berkelompok memiliki jumlah peserta

yang banyak karena tujuan yang diharapkan pada setiap individu

yang berada dikelompok tersebut sama (Brown, 2011). Metode

psikoedukasi biasanya menggunakan teknikroleplay, diskusi serta

ceramah.

c. Strategi Terapi Kelompok untuk penyandang disabilitas dan Keluarga

Strategi selanjutnya yang harus dipahami oleh seorang pendamping

sosial terutama menghadapi PM sebagai penyandang disabilitas adalah

terapi kelompok.Terapi ini berbeda dengan metode kelompok

psikoedukasi. Dalam The Colombo Plan, terapi kelompok ditujukan untuk

terapi bukan pada pemberian informasi/ edukasi. Pada terapi kelompok

factor emosional/ perasaan akan sangat dominan karena menyangkut

Page 56: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

55

bagaimana cara mengubah perilaku bukan pada pengembangan

keterampilan.

Lebih lanjut dalam The Colombo Plan (2015), beberapa kesamaan

dalam melakukan kelompok psikoedukasi dan terapi kelompok yaitu (a)

keduanya memiliki kelompok Keluarga/ PM dengan karakteristik yang

sama (b) mempunyai tujuan yang sama (c) keduanya focus pada

pemulihan (d) dipimpin oleh seorang fasilitator dan (e) mendorong

interaksi diiantara anggota kelompok.

Konsepsi dasar tentang terapi kelompok dalam penanganan dan

pemulihan PM klinis dan keluarga dibawah ini, diadaptasi dari tulisan

Utami, Rere (2016) yaitu sebagai berikut:

1) Batasan

Harleigh B. Trecker mengatakan bahwa terapi kelompok

merupakan suatu metode khusus yang memberikan kesempatan

kepada individu-individu dan kelompok-kelompok untuk tumbuh

dalam setting-setting fungsional pekerjaan sosial, rekreasi serta

pendidikan. Pendekatan ini menggunakan kelompok sebagai media

terapi pemulihan.

Bisa dikatakan bahwa terapi kelompok adalah terapi yang

dilakukan melalui sebuah kelompok namun memiliki kegiatan yang

terstruktur dan memberikan efek terapeutik masing-masing anggota

dan mempunyai manfaat sebagai berikut: (1) meningkatkan

kemampuan menguji kenyataan (reality testing) melalui komunikasi

dan umpan balik dengan atau dari orang lain; (2) sebagai media

sosialisasi; (3) meningkatkan fungsi psikologis, yaitu meningkatkan

kesadaran tentang hubungan antara reaksi emosional diri sendiri

Page 57: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

56

dengan perilaku defensive (bertahan terhadap stress) dan adaptasi; (4)

membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis

seperti kognitif dan afektif; (5) meningkatkan identitas diri; (6)

Menyalurkan emosi secara konstruktif; (7) Meningkatkan

keterampilan hubungan sosial untuk diterapkan sehari-hari; dan

(8) Bersifat rehabilitatif: meningkatkan kemampuan ekspresi diri,

keterampilan sosial, kepercayaan diri, kemampuan empati, dan

meningkatkan kemampuan tentang masalah-masalah kehidupan dan

pemecahannya.

2) Tujuan

Pembentukan PM/ keluarga/ Masyarakat dalam pengalaman

terapi kelompok akan menghilangkan perasaan-perasaan terisolasi

dalam diri PM/ keluarga. Terapi kelompok juga akan menghilangkan

kecemasan-kecemasannya dan mendorongnya untuk membicarakan

perasaan-perasaan batinnya dengan sepenuh hati.

3) Metode dan teknik

Bentuk-bentuk paling awal terapi kelompok bersifat didaktis

dimana pemimpin kelompok berceramah, meyakinkan, dan

mengarahkan. Karena adanya perkembangan-perkembangan baru

dibidang ini, pemimpin kelompok menjalankan fungsi yang sama

untuk kelompok sama seperti yang dilakukan oleh terapis individual

untuk pasiennya. Dia mendorong, mengungkapkan, memeriksa motif-

motif, memberikan penafsiran-penafsiran, dan sedikit demi sedikit

membangkitkan partisipasi masing-masing anggota kelompok dalam

fungsi ini.

Page 58: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

57

d. Strategi pencegahan dengan pengenalan terhadap diri

Strategi ini dilakukan untuk membekali keluarga yang memiliki PM

agar mampu membaca, memahami dan melakukan tindakan pencegahan

maupun pemulihan sedini mungkin.Dua hal yang harus diketahui oleh

seorang pendamping untuk mengenali PM, masyarakat dan keluarga

sekitarnya yaitu dengan memahami sisi kepribadian dari masing-masing

komponen diatas, juga harus memahami masalah klinis apa yang dihadapi

PM.

1) Kepribadian

Sebelum Masyarakat dan keluarga memahami apa itu

kepribadian. Seorang pendamping sosial harus terlebih dahulu

memahami apa itu kepribadian. Kepribadian menurut faham

kesehatan jiwa adalah “segala corak kebiasaan manusia yang

terhimpun dalam dirinya, yang digunakan untuk bereaksi serta

menyesuaikan diri terhadap segala

rangsangan, baik yang timbul dari

lingkungannya (dunia luar) maupun yang

datang dari dirinya sendiri (dunia dalam),

sehingga corak dan kebiasaan itu

merupakan satu kesatuan fungsional

yang khas untuk individu itu". Dari

pandangan tersebut, maka seseorang mengalami gangguan

kepribadian apabila kepribadian seseorang itu tidak lagi fleksibel dan

sulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya. Mereka

tidak mampu menyelesaikan konflik dalam dirinya (koping

Page 59: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

58

mechanism). Konflik yang tidak terselesaikan ini menjelma dalam

bentuk tindakan keluar yang bersifat agresif baik fisik maupun seksual.

2) Kecemasan dan Depresi

Kasus seseoang menjadi PM klinis bisa berawal dari pengalaman

hidup yang mencemaskan. PM mengalami gangguan dalam alam

perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran

yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam

menilai realitas, kepribadian tetap utuh, perilaku dapat terganggu

tetapi dalam batas-batas normal. Mereka juga mengalami depresi.

Depresi adalah gangguan dalam alam perasaan yang ditandai dengan

kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan

sehingga kegairahan hidup menurun, tidak mengalami gangguan dalam

menilai realitas, kepribadian tetap utuh, perilaku dapat terganggu

tetapi masih dalam batas-batas normal. Orang yang mengalami depresi

mempunyai resiko relatif

2. Langkah Membangun dan Menguatkan Dukungan Sosial Masyarakat dan

Keluarga

a. Membangun dukungan social masyarakat

1) Identifikasi

Upaya identifikasi dilakukan untuk mengetahui gambaran umum

masyarakat dan keluarga yang akan memberi dukungan social kepada

PM. Komponen yang akan identifikasi adalah potensi, masalah dan

kebutuhan (Need Assessment) PM, keluarga maupun masyarakat

bersangkutan.

Page 60: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

59

2) Asesmen

Pendamping harus mendapatkan pola hubungan yang tersistem

antara PM, masyarakat dan keluarga. Selain itu juga mencari gambaran

posisi dan kedudukan PM dan keluarga dalam masyarakat. Sehingga

saat mengetahui pola hubungan tersebut dapat diperoleh gambaran

siapa itu PM, Keluarga, dan Masyarakat; Apa kebutuhan/ keinginan

mereka?; Mengapa perlu membangun dukungan social; dan

Bagaimana cara/ strategi membangun dukungan social; serta dengan

siapa saja perlu membangun kemitraan didalam membangun

dukungan social. perlu menempatkan diri dalam keluarga maupun

masyarakat.

3) Prioritas Dukungan Sosial.

Hasil asesmen menentukan skala prioritas apa yang diutamakan.

Skala prioritas ditentukan dari tingkatkan ranking mana yang paling

prioritas. Atau bisa menentukan dengan analisis SWOT, fish bone,

pohon keputusan dll.

4) Monitoring dan Evaluasi

Setelah melalui tahapan tersebut selanjutnya dibutuhkan

monitoring dan evaluasi. Kegiatan monitoring dilakukan untuk

memastikan apakah dukungan masyarakat dan keluaga benar-benar

dilakukan. Kalau tidak dilakukan kenapa bisa terjadi?, apa yang salah?.

Maka perlu dilakukan evaluasi. Apa yang kurang apakah di inputnya,

proses, atau dibagian mana?.

Page 61: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

60

Kegiatan ini penting dilakukan sebagai umpan balik bagi

perbaikan proses dukungan social dan menjadi bahan untuk

melakukan penguatan dukungan social.

Bagan 2 Membangun Dukungan Sosial Masyarakat dan keluarga

b. Langkah-langkah menguatkan dukungan social masyarakat

1) Analisis hasil monitoring, evaluasi dan pelaporan

Minimal ada empat hal yang harus dipetakan dari hasil analisis tehadap

hasil monitoring, evaluasi dan pelaporan yaitu bagaimana tingkat

Kekuatan, Kelemahan, Hambatan, Harapan dari seluruh pihak baik PM,

keluarga, Masyarakat, pendamping, maupun pemerintah sebagai

penyelenggara pelayanan kesejahteraan social.

2) Identifikasi

Saat melakukan penguatan, pendamping bersama masyarakat

dan keluarga melakukan identifikasi kembali. Apa yang dibutuhkan

agar dukungan social ini lebih menguat. Komponen yang akan

identifikasi adalah potensi, masalah dan kebutuhan (Need Assessment)

PM, keluarga maupun masyarakat bersangkutan.

Page 62: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

61

3) Asesmen

Setelah dukungan social sudah berjalan. Kembali Pendamping

social bersama masyarakat dan keluarga melakukan asesmen untuk

mendapatkan gambaran pola hubungan yang sudah berjalan selama ini

dan mencari inovasi baru untuk membangun pola hubungan yang lebih

luas dan tersistem.

Kembali memformulasi gambaran siapa itu PM, Keluarga, dan

Masyarakat; Apa kebutuhan/ keinginan mereka?; Mengapa perlu

menguatkan dukungan social; dan Bagaimana cara/ strategi

menguatkan dukungan social; serta dengan siapa saja perlu

menguatkan dan mengembangkan kemitraan didalam

4) Program Penguatan Dukungan Sosial.

Dari Hasil asesmen diatas, pendamping social bersama

masyarakat, keluarga dan PM membuatkan agenda-agenda penguatan

dukungan social masyarakat dan keluarga. Pendamping harus mampu

memfasilitasi, memediasi, penggerak, dan menjadi advocator agar

penguatan dukungan social sesuai harapan.

5) Monitoring dan Evaluasi

Setelah melalui tahapan tersebut, pendamping social harus

memonitoring, mengevaluasi dan melaporkan proses yang selama ini

sudah berjalan. Kegiatan monitoring dilakukan untuk memastikan

apakah penguatan dukungan masyarakat dan keluaga benar-benar

dilakukan. Kalau tidak dilakukan kenapa bisa terjadi?, apa yang salah?.

Page 63: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

62

Maka perlu dilakukan evaluasi. Apa yang kurang apakah di inputnya,

proses, atau dibagian mana?.

Kegiatan ini penting dilakukan sebagai umpan balik bagi

perbaikan proses dukungan social dan menjadi bahan untuk

melakukan penguatan dukungan social.

Bagan 3 Menguatkan Dukungan Sosial Masyarakat dan keluarga

C. Rangkuman

1. Seorang pendamping social harus mempunyai ide, inovasi, dan kesiapan

mental untuk membangun dan menguatkan dukungan social. Berbagai

strategi harus digali dan dielaborasi. Karena tidak setiap masyarakat dan

keluarga mempunyai kemampuan yang sama didalam memberi dukungan

atau menguatkan dukungan social. Dukungan social dan penguatan dukungan

social masyarakat dan keluarga kepada PM ada yang bersifat umum dan

khusus. Dukungan social yang bersifat umum artinya semua PM dengan

setting layanan apapun dberikan layanan yang sama. Mereka memperoleh

kesempatan yang sama. Seperti strategi pendekatan keluarga sejahtera;

Page 64: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

63

strategi penguatan/ pengembangan masyarakat; pendekatan direntif dan non

direktif; strategi pencegahan dilingkungan pertemanan; strategi pencegahan

melalui pendekatan keagamaan. Sedangkan strategi yang bersifat khusus

adalah strategi koping masyarakat dan keluarga; strategi kelompok

psikoedukasi untuk penyandang disabilitas dan keluarga; strategi teraphi

kelompok untuk penyandang disabilitas dan keluarga; strategi pencegahan

dengan pengenalan terhadap diri.

2. Langkah-langkah membangun dukungan social masyarakat dan keluarga

dilakukan dengan tahapan sebagai berikut pertama pendamping social

bersama PM, masyarakat dan keluarga melakukan identifikasi potensi dan

masalah, dan kebutuhan, kedua melakukan asesmen; ketiga merumuskan

berbagai kegiatan prioritas dukungan social masyarakat dan keluarga;

keempat melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan. Sedangkan saat

melakukan penguatan dukungan social. Pertama analisis hasil monitoring,

evaluasi dan pelaporan; kedua pendamping social bersama PM, masyarakat

dan keluarga kembali melakukan identifikasi potensi dan masalah, dan

kebutuhan, kedua melakukan asesmen; ketiga merumuskan berbagai kegiatan

penguatan dukungan social masyarakat dan keluarga; keempat melakukan

monitoring, evaluasi dan pelaporan hasil penguatan.

D. Lembar Kerja 2 (Lk.2) Membangun Dan Menguatkan

1. Membagi peserta menjadi 14 kelompok dengan dengan setting

pendampingan anak; pendampingan disabilitas berat; pendampingan eks napi;

pendampingan eks WTS; pendampingan HIV/AIDS; pendampingan KAT;

pendampingan KAT profesional; pendampingan korban perdagangan orang;

Page 65: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

64

pendampingan KUBE; pendampingan lanjut usia; pendampingan napza;

pendampingan PKH; pendampingan RTLH/ Rutilahu; dan pendampingan UEP.

2. Membagi dua tugas besaran.

a. Kelompok dengan setting pendampingan anak; pendampingan disabilitas

berat; pendampingan eks napi; pendampingan eks WTS; pendampingan

HIV/AIDS; pendampingan KAT; pendampingan KAT professional

mensimulasikan/ mendemonstrasikan langkah-langkah membangun

dukungan social keluarga dan masyarakat sesuai settingnya. (gunakan

ecomap pada saat identifikasi)

b. Kelompok pendampingan korban perdagangan orang; pendampingan

KUBE; pendampingan lanjut usia; pendampingan napza; pendampingan

PKH; pendampingan RTLH/ Rutilahu; dan pendampingan UEP

mensimulasikan/ mendemonstrasikan langkah-langkah penguatan

dukungan social masyarakat dan keluarga. (gunakan ecomap pada saat

identifikasi)

3. Setiap kelompok melakukan windows showing kepada kelompok lainnya.

4. Setiap kelompok menjelaskan apa yang diperoleh dari proses windows

showing.

F. Evaluasi Pokok Bahasan

Setiap pokok bahasan yang telah disampaikan perlu dievaluasi. Apakah

pokok bahasan yang telah disampaikan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Evaluasi diberikan bisa dalam bentuk permintaan ke peserta untuk mengulas

kembali apa yang telah disampaikan fasilitator; fasilitator memberikan

pertanyaan; mengeksplor berbagai pandangan peserta atau meminta kepada

Page 66: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

65

peserta lain untuk saling menanggapi, membandingkan dan meminta peserta

lain untuk saling melengkapi.

Page 67: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

66

Page 68: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

67

BAB V PENUTUP

Membangun sistem dukungan sosial masyarakat dan keluarga hanyalah

salah satu rangkaian memberdayakan PM dalam proses pemberian pelayanan

kesejahteraan sosial. Tanpa dukungan dari berbagai kalangan, pemberdayaan

PM tidaklah berjalan optimal. Fungsi pendampingan dalam membangun sistem

dukungan sosial tentunya akan berjalan dengan baik bila seorang pendamping

berhasil membangun kepercayaan, kemitraan dan membangun tim solid untuk

pengentasan kemiskinan.

Untuk itu seorang pendamping sosial terlebih dahulu memahami fungsi

dan kedudukannya. Dia harus mampu memfasilitasi program pemerintah

dengan kepentingan PM, masyarakat dan keluarga sekitar PM. Atas dasar itu

materi ini tidak berdiri sendiri. Keterkaitan dengan materi lain dalam lingkup

pelatihan pendampingan sosial dasar sangat dibutuhkan sehingga seorang

pendamping meningkat kompetensinya secara komprehensif. Bukan hanya

peningkatan pada kompetensi membangun sistem dukungan sosial masyarakat

dan keluarga saja.

Page 69: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

68

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Adi, Isbandi Rukminto, 2001, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas.

Fahrudin, Adi. 2012. Pemberdayaan, Partisipasi dan Penguatan Kapasitas Masyarakat, Bandung: Humaniora.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta, 2017, Menjadi Orang Tua Hebat,

Untuk Keluarga dengan Anak yang Memiliki Disabilitas Suriansyah, Ahmad. 2014. Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat dalam

Rangka Pembedayaan Masyarakat. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada The Colombo Plan Asian Centre For Certification And Education Addictation

Professionals Training Series, 2015, Keterampilan Konseling Dasar Untuk Konseling Adiksi, Kurikulum 4 Panduan Peserta,

Bahan Tayang :

Subardhini, Meiti, 2017, bahan Tayang Penguatan Keluarga bagi Penyandang Cacat. Jurnal :

Husmiati, dkk, 2017, Dukungan Terhadap Penyandang Disabiilitas Mental Sebagai Strategi Mendukung Program Stop Pemasungan 2019, Sosio Konsepsia, E-ISSN 2502-7921 Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial.

Pedoman Umum :

Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, 2004, Pedoman Umum Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak Cacat, Jakarta.

Kementerian Sosial. (2010). Modul Pendampingan dan Perawatan Sosial Lanjut Usia

(Home care). Jakarta: Departemen Sosial.

Undang-Undang :

Page 70: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

69

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial Undang-Undang 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga.

Website :

Raine, Dedi, 2017, Pengertian Dukungan Sosial, Fungsi, Sumber, Bentuk, Manfaat, Faktor Yang Mempengaruhi Terlengkap, http://www. spengetahuan.com/2017/12/pengertian-dukungan-sosial-fungsi-sumber-bentuk-manfaat-faktor-yang-mempengaruhi.html diakses pada hari Selasa 3 Juli2018

Sari, Kartika, 2011, Konsep Dukungan Sosial, http://artidukungansosial.

blogspot.com/ 2011/02/teori-dukungan-sosial.html, diakses jumat 29 Juni 2018.

Seputarpengetahuan, 2017, pengertian dukungan sosial fungsi sumber bentuk

manfaat faktor yang mempengaruhi, https://s.id/lMSuN, diakses tanggal 12 maret 2019

Subagiyo, Ariqa Ayni Alfianita, 2014, Psikoedukasi sebagai upaya peningkatan

kesadaran masyarakat tentang gangguan jiwa dan penanganan orang dengan gangguan jiwa, http://ariqa-ayni-fpsi13.web.unair.ac.id/artikel_detail-168288-Kesehatan-Dewasa-Lansia-Psikoedukasi-sebagai-Upaya-peningkatan Kesadaran-Masyarakat-tentang-Gangguan-Jiwa-Dan-Penanganan-Orang-Dengan-Gangguan-Jiwa.html, diakses jumat 24 Agustus 2018.

Syarif, Darman, 2017, Teori-Teori Manajemen dan Organisasi, http://

theorymanajemendanorganisasi.blogspot.com/2015/12/dukungan-sosial.html, diakses tanggal 3 Juni 2018

Utami, Rere, 2016, Terapi Kelompok, http://rrestiani.blogspot.com/

2016/01/terapi-kelompok-group-therapy.html, diakses jumat, 24 Agustus 2018.

Page 71: Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

70

LEMBAR BIODATA PENYUSUN

Muttaqin lahir pada hari kamis tanggal 15 juni 1967 di

Cirebon. Menyelesaikan sarjana pada tahun 1991 dari

Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung.

Kemudian menyelesaikan gelar pasca sarjananya dari

Universitas Indonesia Jurusan Sosiologi Kekhususan Kesejahteraan Sosial

pada tahun 2000. Penempatan pertama sebagai PNS di Balai Diklat

Kesejahteraan Sosial Ujung Pandang sekarang bernama Makasar mulai tahun

1993 sampai tahun 2001. Kemudian pada tahun 2001 sampai 2010, penyusun

ditempatkan di Pusat Pengembangan Ketahanan Sosial Masyarakat. Berbagai

pengalaman diperoleh di unit ini, dari mulai pengalaman dibidang

perencanaan, penganggaran, kerjasama sampai pemberdayaan sosial

kearifan local berbasis desa/ kelurahan. Tahun 2010 sampai 2014, penyusun

ditempatkan Pusat Pembinaan Jabatan Fungsional Pekerja Sosial dan

Penyuluh Sosial. Berbagai pengalaman diperoleh sewaktu ditempatkan di unit

ini. Seperti penanganan kebutuhan sertifikasi pekerja sosial profesional;

bimbingan teknis sertifikasi maupun merancang pasca kegiatan sertifikasi

profesi. Tahun 2014 sampai sekarang penulis adalah Widyaiswara Ahli Madya

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Kementerian Sosial

Republik Indonesia (Pusdiklat Kesos Kemsos RI) berbagai pengalaman

diperoleh dari kedudukannya saat ini dari mulai menyusun modul seperti

modul IPWL, Kebencanaan, Profesi Pekerjaan Sosial, Penyuluhan Sosial dan

kesehatan Jiwa.