PELAKSANAAN PILKADA LANGSUNG KABUPATEN...
Transcript of PELAKSANAAN PILKADA LANGSUNG KABUPATEN...
PELAKSANAAN PILKADA LANGSUNG KABUPATEN PASURUAN DITINJAU DARI ASPEK POLITIK HUKUM
SKRIPSI
OLEH UJANG MANSUR NIM 104811471922
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN PRODI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
MEI 2011
PELAKSANAAN PILKADA LANGSUNG KABUPATEN PASURUAN DITINJAU DARI ASPEK POLITIK HUKUM
SKRIPSI Diajukan kepada
Universitas Negeri Malang untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program Sarjana
Oleh
Ujang Mansur NIM 104811471922
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN
PRODI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN MEI 2011
i
ABSTRAK Mansur, Ujang. 2011. Pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan
Ditinjau dari Aspek Politik Hukum. Skripsi, Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan FIS Universitas Negeri Malang. Pembimbing :
(I) Dr. Moch. Yudhi Batubara, S.H, M.H, (II) Sutoyo, S.H, M.Hum. Kata Kunci : Pilkada Langsung, Politik Hukum, Pelaksanaan. Amandemen terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memberikan warna baru dalam tatanan politik dan sistem politik di Indonesia, terutama berkaitan dengan seluruh proses politik di daerah. Salah satu yang mewarnai perubahan dalam menegakkan demokrasi tersebut ialah Pilkada Langsung. Pilkada Langsung adalah suatu proses pemilihan untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara langsung di Indonesia oleh penduduk daerah setempat yang memenuhi syarat. Pada dasarnya Pilkada langsung itu sendiri tidak bisa dipisahkan dari aspek Politik Hukum. Politik hukum diartikan sebagai kebijakan dasar penyelenggara negara dalam bidang hukum yang akan, sedang dan telah berlaku, bersumber dari nilai-nilai yang berlaku di masyarakat untuk mencapai tujuan negara yang dicita-citakan. Nilai-nilai yang hendak dicapai dalam hal ini ialah nilai-nilai demokratis yang mampu menciptakan kesejahteraan rakyat. Penelitian berjudul Pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan ditinjau dari Aspek Politik Hukum, bertujuan untuk, (1) mengetahui pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan, (2) mengetahui tahapan pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan, (3) mengetahui pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan, (4) mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan,(5) mengetahui upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan, (6) mengetahui pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan ditinjau dari aspek politik hukum. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang bersifat deskritif, yakni dengan melakukan pengamatan, wawancara dan dokumentasi. Informan dalam penelitian ini adalah Ketua KPUD Kabupaten Pasuruan, Anggota KPUD Kabupaten Pasuruan dan Masyarakat Kabupaten Pasuruan. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan, (1) pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan terdiri atas, KPUD Kabupaten Pasuruan, Panitia Pengawas Pilkada Kabupaten Pasuruan, PPK,PPS dan KPPS, pasangan calon, pemilih, aparat keamanan dan Lembaga Swadaya Masyarakat, (2) tahapan pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan terdiri atas, tahap persiapan dan tahap pelaksanaan, (3) pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan mengacu pada tahapan yang telah di rencanakan sebelumnya sesuai dengan Keputusan KPUD Kabupaten Pasuruan No. 01 Tahun 2007 tentang
ii
Tahapan dan Program Pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan, (4) Kendala-kendala dalam pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan terdiri atas, Kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) KPUD Kabupaten Pasuruan dalam pembuatan regulasi/aturan dalam pembuatan Undang-Undang, terbatasnya dana Pilkada Langsung, rendahnya pemahaman masyarakat tentang Pilkada, adanya budaya politik masyarakat yang bersifat apatisme dan memilih golput, (5) upaya untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan ialah mengangkat ahli hukum untuk membuat aturan-aturan Pilkada di Kabupaten Pasuruan, menambah dana Pilkada Langsung dari APBD dan sumbangan donatur, meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat, memberikan pemahaman secara mendalam kepada masyarakat yang memiliki sifat apatisme dan memilih golput, KPUD Kabupaten Pasuruan berkoordinasi dengan pemerintah Kabupaten Pasuruan, dinas kependudukan, PPK dan PPS setempat, (6) ditinjau dari aspek politik hukum pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan yang merupakan bentuk dari pelaksanaan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007, Peraturan Pemerintah Nomor 06 Tahun 2005 belum sepenuhnya menciptakan nilai-nilai demokratis yang semestinya. Hal ini disebabkan oleh rendahnya partisipasi politik masyarakat yang hanya mencapai 704.968 atau 70,5% dari jumlah daftar pemilih tetap (DPT) yang berjumlah 1.076.747 jiwa, serta kurangnya kepatuhan hukum dari masyarakat Kabupaten Pasuruan.
ABSTRACT
Mansur, Ujang. 2011. Implementation of direct elections Pasuruan district in terms of political aspects of law. Essay, Majoring in Law and Citizenship, Faculty of Social Sciences, States University of Malang. Counselor: (1) Dr. Moch. Yudhi Batubara, S.H., M.H, (2) Sutoyo S.H., M.Hum.
Keywords: Direct Election, Political Law, Implementation. Amendments to the Constitution of the Republic of Indonesia of 1945 provides a new color in the political order and political system in Indonesia, especially relating to the whole political process in the region. One of the color change in upholding democracy is direct elections. Direct Election is an election process to select the Regional Head and Deputy Head of the Region directly in Indonesia by local residents who qualify. Basically, the direct election itself can not be separated from political aspects of Law. Political law is defined as the basic policy of the state administration in the field of law which will, is and has been in force, derived from the values prevailing in society to achieve the aspired state. The values to be achieved in this case is the democratic values that can create public welfare. The study entitled Implementation of Direct Election of the Pasuruan reviewed Political Aspects of Law, aims to, (1) know the parties involved in the Direct Election of Pasuruan District, (2) know the stage of Direct Election of Pasuruan District, (3) know the implementation of Direct Election Pasuruan, (4) understand the constraints faced in implementation of the Direct Election of Pasuruan District, (5) know the efforts made to overcome the constraints faced in implementation of the Direct Election of Pasuruan District, (6) know the implementation of Direct Election of the Pasuruan reviewed aspects of political law. The approach used in this study is a qualitative approach that is descriptive, ie, by conducting observations, interview and documentation. Informants in this study is the Chairman of the Election Commission Pasuruan, Pasuruan District Election Commission Members and Community Pasuruan regency. The results of this study can be concluded, (1) the parties involved in the Direct Election of the Pasuruan composed, Election Commission Pasuruan, Pasuruan District Election Supervisory Committee, PPK, PPS and polling station officials, voters, candidates, security forces and non-governmental organizations, (2) Direct Election stages consist of Pasuruan, the preparation phase and implementation phase, (3) the implementation of Direct Election of Pasuruan District refers to the stage that has been laid previously in accordance with the Election Commission Decree No. Pasuruan regency. 01 Year 2007 on stage and Programme Implementation of Direct Election of Pasuruan District, (4) The constraints in the implementation of Direct Election of the Pasuruan composed,
Lack of Human Resources (HR) in the manufacture of Pasuruan District Election Commission regulations / rules in the manufacture of the Act, the limited Direct Election of funds, lack of public understanding about the elections, the political culture of the people who are apathy and vote golput, (5) attempts to address the constraints faced in implementation of the Direct Election of Pasuruan District is raising legal experts to make the rules in the District Election Pasuruan, add funds Direct Election of the Pasuruan regency budget, increase socialization to the community, providing in-depth understanding to the people who have the nature of apathy and vote golput, Election Commission in coordination with the government Pasuruan Pasuruan, official residence, the KDP and local PPS, (6) viewed from the political aspects of the implementation of election law Pasuruan Direct which is a form of implementation of Law No. 32 of 2004, Law No. 22 of 2007, Government Regulation No. 06 of 2005 has not been fully created democratic values should be. This is caused by the low political participation of society which only reached 704,968 or 70.5% of the total voters list (DPT), which amounted to 1,076,747 inhabitants, and the lack of compliance with the laws of society Pasuruan regency.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi berjudul
“Pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan Ditinjau dari Aspek
Politik Hukum” dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan
pendidikan Strata Satu (S1) Jurusan Hukum Dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu
Sosial, Universitas Negeri Malang.
Skripsi ini telah melalui beberapa diskusi dan mendapatkan masukan serta
koreksi dari para dosen maupun pihak yang terlibat di dalamnya, dengan harapan
dapat mencapai tujuan dan sasaran.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan banyak terimakasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Hariyono, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial,
Universitas Negeri Malang.
2. Bapak I Ketut Diara Astawa, S.H., M.Si selaku Ketua Jurusan Hukum Dan
Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang.
3. Ibu Siti Awaliyah, S.Pd., M.Hum selaku Sekretaris Jurusan Hukum Dan
Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang.
4. Bapak Dr. Moch. Yudhi Batubara, S.H., M.H selaku pembimbing I atas
kesabarannya dalam membimbing skripsi ini.Bapak Sutoyo, S.H., M.Hum
iv
selaku pembimbing II yang tak henti-hentinya memberikan dorongan terhadap
penulis, sehingga pada akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Kedua Orang Tua yang telah banyak memberikan dorongan, doa dan kesabaran
yang tidak terkira sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Keluarga Besar Bapak Soewasono di Tumpang, terimakasih atas bantuanya dan
kemurahan hati yang diberikan kepada penulis selama menempuh studi.
7. Teman-teman Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan 2004.
8. Pihak-pihak lain yang mohon maaf tidak bisa disebutkan satu per satu dan telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
dan dapat menambah wawasan bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya.
Semoga Allah SWT senantiasa membimbing menuju jalan-Nya dan melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya bagi semua pihak yang telah banyak membantu dalam
penyusunan skripsi ini.
Malang, 15 Maret 2011
Ujang Mansur
v
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK………………………………………………………………………i
KATA PENGANTAR………………………………………………………….iii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….v
DAFTAR TABEL………………………………………………………………viii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………...ix
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………...x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………1 B. Rumusan Masalah………………………………………………...9 C. Tujuan…………………………………………………………….9 D. Kegunaan Penelitian……………………………………………...10 E. Definisi Istilah……………………………………………………11
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Langsung
1. Latar Belakang……………………………………………….12 2. Pengertian Pilkada Langsung………………………………...15 3. Tujuan Pilkada Langsung…………………………………….17 4. Ruang Lingkup Pilkada Langsung…………………………...22 5. Dasar Hukum Pilkada Langsung……………………………..25 6. Asas-Asas Pilkada Langsung………………………………...27 7. Kelebihan dan Kelemahan Pilkada Langsung……………….30
B. Politik Hukum
1. Pengertian Politik……………………………………………32 2. Pengertian Hukum…………………………………………...32 3. Pengertian Politik Hukum…………………………………...33 4. Ruang Lingkup Politik Hukum……………………………...34 5. Politik Hukum Nasional……………………………………..36 6. Aspek Politik Hukum………………………………………..39
vi
BAB III METODE PENELITIAN
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian……………………………………41 2. Kehadiran Peneliti………………………………………………….42 3. Lokasi Penelitian…………………………………………………...43 4. Data dan Sumber Data……………………………………………. .43 5. Pengecekan Keabsahan Data……………………………………… 45 6. Tahap-Tahap Penelitian…………………………………………….47
BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Data
1. Gambaran Umum Daerah Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan……………………………………………55
2. Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan…………………………………………....57
3. Tahapan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan …………….. 70 4. Pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan ………… 72 5. Kendala-Kendala yang Dihadapi dalam Pelaksanaan
Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan ……………………….85 6. Upaya yang Dilakukan untuk Mengatasi
Kendala-Kendala yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan ……………………….87
7. Pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan Ditinjau dari Aspek Politik Hukum …………………………...89
B. Temuan Penelitian
1. Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan …………………………………………...95
2. Tahapan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan ……………...98 3. Pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan …...……100 4. Kendala-Kendala yang Dihadapi dalam Pelaksanaan
Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan …………..………….104 5. Upaya yang Dilakukan untuk Mengatasi
Kendala-Kendala yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan …………..………….105
6. Pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan Ditinjau dari Aspek Politik Hukum ………………...………...107
BAB V PEMBAHASAN
A. Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan 1. Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD)
Kabupaten Pasuruan ………………………..………………..110
vii
2. Panitia Pengawas Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan ………………………………………….111
3. PPK, PPS dan KPPS ………………………………………….112 4. Pasangan Calon ……………………………………………….113 5. Pemilih ………………………………………………………..114 6. Aparat Keamanan ………………………………...…………..115 7. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) ……………...……….115
B. Tahapan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan
1. Tahap Persiapan …………………………………………...…116 2. Tahap Pelaksanaan …………………………...………………116
C. Pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan …………….118
D. Kendala-Kendala yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan ………………………….122
E. Upaya yang Dilakukan untuk Mengatasi Kendala-Kendala yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan ………………………….124
F. Pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan Ditinjau dari Aspek Politik Hukum ……………………………....126
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………….134
B. Saran ……………………………………………………………...137
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….139
viii
DAFTAR TABEL Tabel Halaman
4.1 Pembagian Daerah Pemilihan dalam Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan ……………………………………56 4.2 Data Pasangan Calon Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan …………….65 4.3 Jumlah Pemilih dan Tempat Pemungutan Suara …………………………...68 4.4 Jadwal dan Materi Sosialisasi Menjelang Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan ………………………………………………………..74 4.5 Jumlah Perolehan Suara dan Kursi Partai Politik yang Mendaftarkan Pasangan Calon dalam Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan ……………………………………77 4.6 Jadwal dan Materi Kampanye Pasangan Calon dalam Pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan ……………………...80 4.7 Hasil Perolehan Suara dalam Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan ……………………………………………………….83
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
4.1 Struktur Organisasi KPUD Kabupaten Pasuruan ………………………....57
4.2 Grafik Hasil Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan ……………………..84
4.3 Kemacetan Lalu Lintas Akibat Kampanye
Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan …………………………………...94
4.4 Keterlibatan Anak-Anak dalam Kampanye Pilkada Langsung
Kabupaten Pasuruan …………………………………………………….…94
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Pedoman Wawancara ……………………………………………………...141
2. Daftar Jumlah Pemilih Tetap dan Jumlah TPS … ………………………...142
3. Keputusan KPUD Kabupaten Pasuruan Nomor 01 Tahun 2007 ………….152
4. Surat Pengantar dari Bakesbang dan Linmas Kabupaten Pasuruan ….…....162
5. Surat Keterangan Penelitian dari KPUD Kabupaten Pasuruan …….……...163
6. Gambar Pasangan Calon Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan ………...164
7. Gambar TPS dalam Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan ……………...165
8. Peta Administratif Kabupaten Pasuruan …………………………………..166
9. Format Konsultasi Dosen Pembimbing I ………………………………….167
10. Format Konsultasi Dosen Pembimbing II …………………………………168
11. Pernyataan Keaslian Tulisan ..……………………………………………..169
12. Riwayat Hidup …………………………………………………………….170
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak tumbangnya pemerintahan Orde Baru tahun 1998 dan bergulirnya era
reformasi di negeri ini, telah banyak membawa perubahan yang berarti bagi
kehidupan bangsa Indonesia. Keinginan untuk menciptakan kehidupan yang lebih
demokratis merupakan agenda utama sekaligus sebagai tuntutan digulirkannya
reformasi. Tentunya kehidupan yang demokratis dimaksudkan sebagai pelaksanaan
asas kedaulatan rakyat yakni pemegang kekuasaan tertinggi dalam kehidupan
bernegara. Sebagaimana tertuang dalam bagian Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea 4 yang berbunyi:
….maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang berbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Hal ini mengandung makna bahwa pelaksanaan kedaulatan rakyat adalah
hal mutlak untuk dilaksanakan sebagai wujud negara yang menganut paham
demokrasi. Di Indonesia hal ini harus berasaskan pada nilai-nilai budaya bangsa
yakni Pancasila, yang merupakan dasar hukum negara.
Ketentuan mengenai asas kedaulatan rakyat juga lebih ditegaskan lagi
dalam batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945 yakni pasal 1 ayat 2 yang
berbunyi “kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-
Undang Dasar”. Ini merupakan bentuk ketegasan bahwasanya kedaulatan rakyat
2
tidak lagi dijalankan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
tetapi dijalankan menurut ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Oleh karenanya, sebagai bentuk pelaksanaan asas yang
berkedaulatan rakyat maka setiap calon pemimpin baik di tingkat pusat maupun
daerah dipilih secara langsung oleh rakyat.
Amandemen terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 memberikan warna baru dalam tatanan politik dan sistem politik di
Indonesia, terutama berkaitan dengan seluruh proses politik di daerah. Walaupun
dianggap sesuatu yang baru, akan tetapi perubahan dari masa ke masa diusahakan
untuk menuju suatu negara demokrasi yang penuh dengan tantangan dan rintangan
yang terjadi (Elvi Juliansyah, 2007:1).
Salah satu yang mewarnai perubahan dalam menegakkan demokrasi
tersebut ialah pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung. Meskipun
hal ini merupakan sesuatu yang dianggap tabu pada masa Orde Lama dan Orde
Baru, namun akhirnya diakui oleh dunia internasional sebagai suatu negara yang
telah menjalankan proses demokrasi dengan baik. Pasca keberhasilan pemilihan
Presiden dan Wakil Presiden tahun 2004 tersebut, wacana dan kehendak untuk
memperbaiki system Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Langsung di Indonesia
makin menguat. Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, maka Pilkada Langsung secara legal formal telah
dibuat.
Adanya proses Pilkada Langsung merupakan titik terang dalam
penyelenggaraan praktek kehidupan yang sifatnya lebih pro-rakyat. Sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
3
yang di dalamnya mengatur masalah pemerintahan daerah termasuk masalah
Pilkada Langsung. Sebagai bentuk perbandingan di masa lalu Kepala Daerah
dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), maka sesuai dengan
ketentuan pasal 24 ayat 5 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dinyatakan bahwa “Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan (3) dipilih dalam satu
pasangan secara langsung oleh rakyat di daerah yang bersangkutan”. Artinya,
sebagaimana pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, Kepala Daerah (Gubernur,
Bupati dan Walikota) juga akan dipilih secara langsung oleh rakyat dengan asas
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.
Sebagai tindak lanjut dari Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, maka pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor
06 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Hal ini dimaksudkan agar pelaksanaan
Pilkada Langsung dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Dalam pelaksanaannya Pilkada Langsung juga tidak terlepas dari Undang-
Undang Nomor 02 Tahun 2008 tentang Partai Politik. Hal ini disebabkan bahwa
setiap pasangan calon yang akan maju dalam Pilkada Langsung harus di usung oleh
partai politik tunggal atau gabungan partai politik yang ada. Partai politik yang
mendapat kursi kurang dari 15% di DPRD tidak dapat mengajukan calon secara
mandiri tetapi harus berkoalisi dengan partai politik lainnya. Selain itu juga, partai
politik yang mendapat kursi di atas 15% dan berhak mengajukan calon secara
mandiri tetapi berkoalisi dengan partai politik lain dengan tujuan untuk
memperkuat basis dukungan terhadap calon kepala daerah yang diajukannya.
4
Dalam perspektif desentralisasi dan demokrasi prosedural, sistem Pilkada
Langsung merupakan sebuah inovasi yang bermakna dalam proses konsolidasi
demokrasi lokal. Setidaknya, sistem Pilkada Langsung memiliki sejumlah
keunggulan dibandingkan dengan sistem rekrutmen politik yang ditawarkan oleh
model sentralistik Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 Pokok-Pokok
Pemerintahan di Daerah.
Pilkada Langsung secara berkala merupakan suatu kebutuhan mutlak
sebagai sarana demokrasi yang menjadikan kedaulatan rakyat sebagai inti dalam
kehidupan bernegara. Proses kedaulatan rakyat yang diawali dengan pemilihan
Kepala Daerah, dimaksudkan untuk menentukan Asas Legalitas, Asas Legitimasi
dan Asas Kredibilitas bagi suatu pemerintahan yang didukung oleh rakyat.
Pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyatlah yang akan
melahirkan penyelenggara pemerintahan yang bervisi pada pembangunan di
daerah. Pemerintahan berdasarkan asas kerakyatan juga mengandung arti kontrol
rakyat terhadap penyelenggara pemerintahan. Untuk itu, penalaran politik atau
lebih tepatnya kesadaran pemilih dalam proses Pilkada Langsung secara rasional
sangat diperlukan. Tidak hanya Pilkada Langsung secara prosedural yang menjadi
penakar keberhasilan demokratisasi di daerah, tapi adanya akses dan atau jaminan
aspirasi dan kepentingan rakyat atas hak-hak pembangunan yang dapat dijamin
oleh Pilkada Langsung yang demokratis.
Demikian halnya dengan proses Pilkada Langsung semestinya memiliki visi
kedepan yang mengarah kepada upaya membangun tatanan politik yang menjamin
tegaknya hak-hak politik rakyat. Terbukanya ruang-ruang demokrasi di tingkatan
lokal memungkinkan peran masyarakat sipil dalam mengaktualisasikan peran
5
politik dan hak atas pembangunan. Hal sama diharapkan adanya akses yang luas
terhadap pola perencanaan, pelaksanaan, pengawasan serta evaluasi maupun
pelaporan pembangunan di daerah.
Dalam pelaksanaan dan pengawasannya, Pilkada Langsung perlu didukung
oleh suatu aliansi sipil yang profesional. Bekerja bersama-sama baik dengan
penyelenggara Pilkada maupun perorangan untuk merencanakan, melaksanakan,
mengevaluasi dan melaporkan proses Pilkada Langsung. Aliansi sipil ini secara
simultan dengan lembaga penyelenggara Pilkada Langsung yang mandiri, non-
partisan, tidak memihak, transparan dan profesional, berdasarkan asas-asas
pemilihan umum demokratis, menjamin hak-hak politik sipil dengan melibatkan
partisipasi rakyat seluas-luasnya, sehingga hasilnya dipercaya masyarakat.
Penyelenggara Pilkada yang dimaksud tersebut ialah Komisi Pemilihan
Umum di tingkat daerah, hal ini didasarkan pada Peraturan Komisi Pemilihan
Umum Nomor 06 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Sekretariat Jenderal Komisi Pemilihan Umum, Sekretariat Komisi Pemilihan
Umum Provinsi dan Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, Pasal 1
ayat 4 yang berbunyi “Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan Komisi Pemilihan
Umum Kabupaten/Kota, selanjutnya disebut KPU Provinsi dan KPU
Kabupaten/Kota adalah Penyelenggara Pemilu di provinsi dan kabupaten/kota”.
Dengan adanya peraturan tersebut di atas keberadaan Pilkada lansgung
memberikan harapan besar kepada masyarakat akan terciptanya demokrasi yang
lebih luas di daerah. Pada saat Pilkada Langsung menyisakan sejumlah harapan,
namun pada saat yang bersamaan Pilkada Langsung juga memiliki peluang untuk
jatuh dalam perangkap elektoralisme. Oleh karena itu, salah satu faktor kunci yang
6
menentukan keberhasilan memperoleh manfaat dari sistem Pilkada Langsung
adalah kemampuan untuk menghindari jebakan demokrasi elektoral. Hal ini
penting karena kurang lebih empat tahun belakangan ini, konsep demokrasi
elektoral sebagai konsep yang menekankan pada pertarungan kompetitif dalam
memperoleh suara rakyat-merupakan konsep yang sangat populer. Prinsip-prinsip
demokrasi elektoral tidak hanya diyakini dalam dunia akademik, melainkan sudah
menjadi rujukan utama dalam praktek politik dan pemerintahan di Indonesia.
Setidaknya hal itu terlihat jelas dalam kerangka paradigmatik yang menjiwai
politik regulasi nasional maupun tindakan-tindakan politik yang dilakukan oleh
rezim pasca Soeharto, mulai dari rezim Habibie sampai dengan Megawati. Seperti
pada umumnya penganut pendekatan elektoral, para akademisi dan praktisi politik
dewasa ini merumuskan demokrasi sebagai pengaturan kelembagaan untuk
mencapai keputusan-keputusan politik di dalam nama individu-individu, melalui
perjuangan memperebutkan suara rakyat pemilih, memperoleh kekuasaan untuk
membuat keputusan. Sehingga dalam merumuskan makna demokrasi, mereka
selalu merujuk pada tiga hal yang paling elementer; partisipasi, kompetisi dan
liberalisasi. Secara prosedural, ketiga hal pokok itu, dilembagakan dalam pemilihan
umum dan lembaga perwakilan.
Penekanan yang berlebihan pada elektoralisme menimbulkan beberapa
konsekuensi, yakni : pertama, demokrasi seolah-olah sudah selesai untuk
dibicarakan ketika sistem pemilihan yang menjamin partisipasi dan kompetisi
politik secara formal sudah terbangun. Banyak kalangan sudah berpuas diri ketika
sistem pemilihan langsung Presiden, Gubernur dan Bupati/Walikota berhasil
terumuskan dalam agenda policy reform. Padahal, sistem pemilihan langsung itu
7
tidak akan berarti apa-apa bagi demokrasi jika sistem itu justru menjadi “topeng”
atau bahkan dibajak oleh kekuatan-kekuatan anti demokrasi. Kedua, konsep-
konsep demokrasi elektoral beresiko menimbulkan apa yang disebut Tery Karl
dengan kekeliruan elektoralisme. Kekeliruan elektoralisme ini terjadi ketika konsep
itu mengistimewakan pemilu di atas dimensi-dimensi lain, dan mengabaikan
kemungkinan yang bisa ditimbulkan pemilu multipartai dalam menyisihkan hak
sebagian masyarakat tertentu untuk bersaing memperebutkan kekuasaan atau
meningkatkan dan membela kepentingannya, atau menciptakan arena-arena
pembuatan kebijakan penting yang berada di luar kendali para pejabat terpilih.
Ketiga, optimisme yang menggebu dari konsep demokrasi elektoral dalam
menciptakan kepastian-kepastian membuat konsep ini mengabaikan faktor-faktor
di luar dimensi pemilihan umum dan partai politik, seperti budaya politik dan
legitimasi demokrasi.
Pada tahun 2008 Kabupaten Pasuruan menyelenggarakan Pilkada Langsung
guna menciptakan proses demokratisasi lokal yang lebih baik sekaligus sebagai
bentuk pelaksanaan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 06 Tahun 2005 tentang Pemilihan,
Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Pemilihan Umum,
Undang-Undang Nomor 02 Tahun 2008 tentang Partai Politik dan Peraturan
Komisi Pemilihan Umum Nomor 06 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Sekretariat Jenderal Komisi Pemilihan Umum, Sekretariat Komisi
Pemilihan Umum Provinsi dan Sekretariat Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten/Kota.
8
Sebagai bentuk pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang ada,
pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan tentu tidak terlepas dari aspek
politik hukum sebagai pilar utama pembuatan kebijakan untuk dilaksanakan di
lapangan nantinya. Dalam hal ini ada tiga komponen yang perlu diperhatikan
yakni, struktur, substansi dan kultur hukum. Komponen struktur berupa
kelembagaan yang diciptakan oleh sistem hukum dengan berbagai macam
fungsinya dalam rangka mendukung teraktualisasinya hukum. Komponen substansi
merupakan nilai, norma, ketentuan atau aturan-aturan hukum yang dibuat dan
digunakan untuk mengatur perilaku orang (orang perseorang dan badan hukum)
dalam interaksinya dengan orang lain dan lingkungannya. Sedangkan komponen
kultur menyangkut dengan nilai-nilai, sikap, pola perilaku dan faktor-faktor
nonteknis yang merupakan pengikat sistem hukum tersebut.
Hal inilah yang menarik bagi peneliti yakni mengenai bagaimana
pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan dikaitkan dengan komponen
hukum tersebut di atas, sebagai bentuk dari tinjauan aspek politik hukum.
Oleh karenanya penelitian ini mengkaji tentang “ PELAKSANAAN
PILKADA LANGSUNG KABUPATEN PASURUAN DITINJAU DARI ASPEK
POLITIK HUKUM.”
9
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut diatas penulis memberikan rumusan masalah,
yaitu:
1. Siapa saja pihak yang terlibat dalam Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan?
2. Bagaimana tahapan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan?
3. Bagaimana pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan?
4. Apa kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Pilkada Langsung
Kabupaten Pasuruan?
5. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala yang
dihadapi dalam pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan?
6. Bagaimana pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan jika ditinjau
dari aspek politik hukum?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini ialah:
1. Mengetahui pihak yang terlibat dalam Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan.
2. Mengetahui tahapan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan.
3. Mengetahui pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan.
4. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Pilkada
Langsung Kabupaten Pasuruan.
5. Mengetahui upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala yang
dihadapi dalam pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan.
6. Mengetahui pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan ditinjau dari
aspek politik hukum.
10
D. Kegunaan Penelitian
Dengan membahas dan mengkaji secara mendalam, diharapkan hasil
penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya:
1. Bagi Peneliti
a. Dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman terkait dengan
kegiatan penelitian dilapangan.
b. Dapat mengetahui dan memahami secara mendalam mengenai manfaat, tata
cara serta praktek pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Langsung di
Kabupaten Pasuruan.
c. Mempraktekan teori penelitian selama perkuliahan di jurusan Hukum dan
Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang.
d. Dengan pengalaman melaksanakan penelitian diharapkan dapat menjadi bahan
dalam melaksanakan penelitian lebih lanjut.
2. Bagi Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan (HKN)
a. Sebagai wacana dan dapat menambah sumber bacaan serta kajian terutama
yang berkaitan dengan Pilkada Langsung.
b. Sebagai bahan acuan bagi peneliti berikutnya yang berkaitan dengan
“Pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan Ditinjau dari Aspek
Politik Hukum”.
3. Bagi Pemerintah Kabupaten Pasuruan
a. Dapat membantu pemerintah Kabupaten Pasuruan dalam upaya menentukan
kebijakan dan pembuatan Peraturan Daerah (Perda) yang berhubungan dengan
Pilkada Kabupaten Pasuruan
11
b. Menambah pengetahuan tentang peranan pemerintah daerah dalam pelaksanaan
Pilkada Langsung.
4. Bagi Masyarakat
a. Sebagai wacana atau pengetahuan agar masyarakat lebih mengetahui peran
mereka dalam pelaksanaan Pilkada Langsung di daerahnya sendiri.
b. Memberikan gambaran bagi masyarakat mengenai bagaimana pelaksanaan
Pilkada Langsung dalam meningkatkan demokratisasi ditingkat lokal.
E. Definisi Istilah
Definisi istilah memberikan kata panduan atau pengertian konsep dan
indikator dari penelitian. Hal ini menjadikan penulis dan pembaca memahami lebih
mendalam terkait dengan isi penulisan dari penelitian ini. Adapun definisi istilah
yang dikaji dalam penelitian ini adalah :
1. Pelaksanaan adalah implementasi dari segala hal yang telah direncanakan.
2. Pilkada Langsung atau sekarang disebut dengan Pemilukada Langsung adalah
suatu proses pemilihan untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah secara langsung di Indonesia oleh penduduk daerah setempat yang
memenuhi syarat.
3. Politik adalah suatu upaya untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan baik oleh
individu maupun kelompok.
4. Hukum adalah serangkaian peraturan yang dibuat oleh penguasa atau lembaga
yang berwenang untuk dilaksanakan oleh warganya, sifatnya mengikat dan
dapat dipaksakan serta apabila dilanggar dapat dikenakan sanksi.
5. Politik Hukum adalah kebijakan-kebijakan yang digunakan dalam penyusunan
peraturan perundang-undangan.
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Langsung
Berikut ini akan dikaji mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kajian
Pilkada Langsung, antara lain:
1. Latar Belakang
Jika dilihat dalam perkembangan enam tahun lalu, yakni sejak bulan Juni
2005, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah baik Gubernur/Wakil Gubernur,
Bupati/Wakil Bupati maupun Walikota/Wakil Walikota, dipilih secara langsung
oleh rakyat. Tentunya keadaan ini menandai babak baru dalam sejarah politik di
Indonesia. Pemilihan secara langsung akan dilaksanakan di 33 Provinsi, 349
Kabupaten dan 91 Kota di seluruh Indonesia. Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)
diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Tata Cara Pemilihan,
Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah.
Sistem Pilkada Langsung merupakan koreksi atas Pilkada terdahulu yang
menggunakan sistem perwakilan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Moerti : 2007).
Hasil survei International Fourdatum for election (2005) terhadap 2.020
responden di 33 Provinsi menyatakan 92% Pilkada Langsung akan mampu
13
meningkatkan pelayanan pemerintah terhadap masyarakat (Sumber: Direktur
Jenderal Otonomi Daerah).
Kepala Daerah adalah jabatan politik dan jabatan publik yang bertugas
memimpin birokasi untuk menggerakkan roda pemerintahan. Fungsi pemerintahan
terbagi menjadi perlindungan, pelayanan publik, dan pembangunan. Kepala Daerah
menjalankan fungsi pengambilan kebijakan atas ketiga fungsi pemerintahan
tersebut. Dalam konteks struktur kekuasaan, Kepala Daerah adalah kepala
eksekutif di daerah.
Terminologi Jabatan Publik artinya Kepala Daerah menjalankan fungsi
pengambilan kebijakan yang terkait langsung dengan kepentingan rakyat atau
publik, berdampak kepada rakyat dan dirasakan oleh rakyat. Oleh karena itu,
Kepala Daerah harus dipilih oleh rakyat dan wajib mempertanggungjawabkan
kepercayaan yang telah diberikan kepada rakyatnya. Sedangkan, Jabatan Politik
artinya mekanisme rekruitmen Kepala Daerah dilakukan dengan mekanisme politik
yaitu melalui pemilihan yang melibatkan elemen-elemen politik yaitu rakyat dan
Partai Politik.
Pilkada Langsung merupakan rekruitmen politik yaitu dengan menyeleksi
rakyat terhadap tokoh-tokoh lokal yang mencalonkan sebagai Kepala Daerah.
Dalam kehidupan politik di daerah, Pilkada Langsung merupakan salah satu
kegiatan yang nilainya sejajar dengan pemilihan legislatif terbukti Kepala Daerah
dan DPRD setara dan menjadi mitra.
Aktor utama Pilkada Langsung adalah rakyat, Partai Politik, pasangan calon
Kepala Daerah dan Komisi Penyelenggara Pemilihan Kepala Daerah (KPUD)
sebagai penyelenggara.
14
Keputusan politik untuk memilih sistem Pilkada Langsung bukan datang
dengan tiba-tiba. Banyak faktor yang mendorong munculnya sistem Pilkada
Langsung tersebut. Adapun faktor-faktor tersebut, diantaranya:
a. Sistem Pemilihan Perwakilan (lewat DPRD) diwarnai Banyak Kasus
Sebagai sebuah sistem, Pilkada selama ini yang melalui DPRD terdapat 3
kelompok kasus. Pertama, proses pemilihan dan pelantikan, dugaan kasus politik
uang dan intervensi pengurus Partai Politik di level lokal maupun pusat. Kedua,
laporan pertanggungjawaban (LPJ). Kasus suap untuk meloloskan LPJ tahunan
sering menggunakan politik uang. Ketiga, proses pemecatan. Kasus pemecatan atau
pemberhentian akibat kepentingan DPRD tidak di akomodasi.
b. Rakyat Dapat Berperan Langsung
Pilkada Langsung sering disebut sebagai kemenangan demokrasi rakyat
atas demokrasi perwakilan. Dalam sistem demokrasi, rakyat adalah pemilik
kedaulatan sejati sehingga menjadi wajar, apabila kepercayaan yang diberikan
kepada wakil rakyat tidak dapat dipertanggungjawabkan dengan baik, maka
kepercayaan tersebut dikembalikan kepada pemiliknya sendiri. Dengan demikian
memanipulasi dan intervensi berlebihan gaya politisi lokal (Anggota DPRD) dapat
dihindarkan. Negara berkewajiban memfasilitasi rakyat untuk mewujudkan
kedaulatan tersebut.
c. Peluang Terjadinya Politik Uang akan Semakin Tipis
Politik uang merupakan fenomena yang tak terhindari dalam Pilkada
dengan sistem perwakilan. Mekanismenya, calon Kepala Daerah memberi uang
kepada Anggota DPRD untuk memilihnya, karena jumlah Anggota DPRD sedikit
(20-100 orang) maka kontrol terhadap penerima uang menjadi sangat mudah.
15
Berbeda dengan Pilkada Langsung, yang memilih adalah rakyat secara langsung
sehingga politik uang tidak akan efektif karena calon yang memberi uang tidak
mudah melakukan kontrol.
d. Peluang Campur Tangan Partai Politik Berkurang
Seringkali terjadi calon Kepala Daerah merupakan calon rekayasa yang
terkesan dipaksakan sehingga terkadang calon tersebut tidak populer. Adanya
campur tangan atau intervensi partai politik tingkat lokal maupun pusat sering
terjadi menyingkirkan calon yang memiliki basis massa dan dikenal masyarakat.
e. Hasil akan Lebih Obyektif
Pada dasarnya siapapun yang terpilih dalam Pilkada Langsung itulah
kehendak mayoritas rakyat. Hasil obyektif ini tidak selalu identik dengan
terpilihnya Kepala Daerah yang memiliki kapasitas dan kapabilitas yang baik dan
dibutuhkan daerah. Namun hal itu harus diterima sebagai bagian dari proses
pembelajaran demokrasi.
2. Pengertian Pilkada Langsung
Menurut Elvi Juliansyah (2007:10) ada berbagai pengertian tentang Pilkada
Langsung, diantaranya:
a. Pilkada Langsung merupakan jawaban atas tuntutan aspirasi rakyat karena pemilihan presiden dan wakil presiden, DPR, DPD, bahkan kepala desa selama ini telah dilakukan secara langsung.
b. Pilkada Langsung merupakan perwujudan konstitusi dan Undang-Undang Dasar 1945. Seperti telah diamanatkan Pasal 18 Ayat (4) Undang-Undang Dasar 1945, Gubernur, Bupati dan Wali Kota, masing-masing sebagai kepala pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis.
c. Pilkada Langsung sebagai sarana pembelajaran demokrasi bagi rakyat (civic education). Ia menjadi media pembelajaran praktik berdemokrasi bagi rakyat yang diharapkan dapat membentuk kesadaran kolektif segenap unsur bangsa tentang pentingnya memilih pemimpin yang benar sesuai nuraninya.
16
d. Pilkada Langsung sebagai sarana untuk memperkuat otonomi daerah. Keberhasilan otonomi daerah salah satunya juga ditentukan oleh pemimpin lokal.
Sutoro Eko (2007) menyatakan bahwa “Pilkada secara langsung, seperti
halnya pemilihan umum, merupakan arena masyarakat politik, tempat bagi
masyarakat untuk mengorganisir kekuasaan dan meraih kontrol atas Negara”.
Secara umum Pilkada Langsung adalah suatu pemilihan untuk memilih
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara langsung di Indonesia oleh
penduduk daerah setempat yang memenuhi syarat. Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah adalah Gubernur dan Wakil Gubernur untuk Provinsi, Bupati dan
Wakil Bupati untuk Kabupaten, Walikota dan Wakil Walikota untuk Kota.
Dengan demikian Pilkada Langsung dijadikan sebagai sarana untuk
melaksanakan Pemilihan Kepala Daerah secara demokratis sesuai dengan amanat
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan pemerintah
daerah diberikan kewenangan untuk mengurus sendiri urusan pemerintahan
menurut asas otonomi dan tugas pemantauan. Pemberian otonomi luas kepada
daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat
melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan peran serta masyarakat.
3. Tujuan Pilkada Langsung
Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang merupakan
pengejewantahan demokrasi nyata di daerah, menjadi basis tersendiri dalam
mengubah paradigma pada masa lalu. Yakni pemilihan didominasi oleh pihak
pemerintah pusat yang sangat menentukan demi stabilitas politik nasional,
17
sehingga masyarakat di daerah tidak bisa menentukan pemimpinnya di daerah
dengan acuan pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974. Setelah reformasi
digulirkan sistem politik di Indonesia mengalami perubahan, yang telah membawa
pengaruh pada perubahan politik nasional, sehingga membawa pengaruh yang
berarti pada perubahan pada tingkat pemerintahan lokal. Banyak daerah yang
sebelumnya menuntut otonomi daerah sebagai daerah otonom yang diupayakan
tidak hanya diberikan kewenangan yang berkaitan dengan kedaulatan secara
ekonomi semata. Tetapi harus diwujudkan dalam kedaulatan politik daerah
otonom, agar mereka dapat mengelola berbagai sumber daya di daerah.
Menurut Elvi Juliansyah (2007:50) mengatakan bahwa :
Tujuan Pilkada Langsung adalah bagaimana suatu daerah yang diberikan otonom secara ekonomi juga diberikan otonom secara politik, dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah. Dan karena sejarah sudah membuktikan otonom secara ekonomi tidak serta merta masyarakat lokal dalam memberikan kontribusi bagi kelangsungan perubahan sosial (social change) akan memberikan dampak lebih baik, karena pada masa yang lalu Kepala Daerah yang duduk di pemerintahan tidak pernah peduli dengan rakyat di daerahnya.
Hasil pembangunan dalam setiap tahap tergambar pada kualitas hidup
masyarakat yang kian sejahtera, maju dan semakin bersatu karena keadilan yang
dinikmati para warga dan kelompok masyarakat. Seiring dengan tingkat kemajuan
masyarakat, kualitas lingkungan alam atau wilayah dan lingkungan budaya pun
makin meningkat sehingga dapat menunjang pembangunan manusia, yaitu rakyat
bersama pemerintahnya.
Jika tujuan Pilkada Langsung tercapai melalui proses pemilihan Kepala
Daerah secara demokratis dan adil, maka menjadi rahmat bagi masyarakat. Namun,
jika tujuan Pilkada Langsung gagal dicapai atau prosesnya menimbulkan masalah,
18
maka Pilkada Langsung justru akan menjadi bencana, baik bagi masyarakat
bersama pemerintah, maupun bagi penegakan demokrasi dan keadilan atau bagi
perwujudan demokrasi yang berkeadilan.
Oleh karena itu, Pilkada Langsung dilaksanakan agar lebih menciptakan
kehidupan di daerah yang berasaskan kedaulatan rakyat, menstabilkan kondisi di
daerah dan meningkatkan kesejahteraan bagi keberadaan masyarakat itu sendiri.
Hal ini disebabkan bahwasanya rakyat di daerah bukan merupakan objek dari
pelaksanaan pembangunan, tetapi juga merupakan subjek pembangunan. Karena
itu partisipasi masyarakat sebagai subjek pembangunan lebih didominasi oleh
masyarakat, sedangkan pemerintah memberikan bimbingan dan arahan, serta
keputusan politik yang diarahkan pada keberpihakan pada rakyat. Hal ini tentu
dapat membawa pada keberhasilan pelaksanaan Pilkada Langsung sebagaimana
tujuan yang telah dicita-citakan.
Indikator keberhasilan pelaksanaan Pilkada Langsung meliputi tiga hal.
pertama, keberhasilan Pilkada Langsung seharusnya memberi ruang kebebasan
bagi warga negara dalam mengekspresikan hak-hak dasar. Kedua, Pilkada
berlangsung melalui kompetisi yang fair. Ketiga, Pilkada Langsung seharusnya
menciptakan kepemimpinan politik yang berkualitas dan memiliki akuntabilitas
yang tinggi.
Dalam mewujudkan Pilkada Langsung yang berkualitas, ketiga indikator
tersebut di atas, seharusnya teraktualisasi dalam setiap tahap penyelenggaraan
Pilkada, mulai dari tahap pendaftaran pemilih, sampai pada pelantikan Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Untuk mencapai demokrasi yang lebih
substantif berdasarkan indikator di atas, maka cara melihat keberhasilan Pilkada
19
Langsung harus diletakkan pada pencapaian dari sisi proses dan hasil. Dalam
dimensi proses, Pilkada Langsung seharusnya dibaca sebagai sarana untuk
memperdalam dan memperluas proses konsolidasi demokrasi di Indonesia secara
kualitatif.
Pada dimensi hasil, Pilkada Langsung seharusnya ditempatkan sebagai
instrumen untuk mendapatkan kepemimpinan politik yang lebih akuntabel dan
responsif dalam mengantarkan pelayanan publik dan kesejahteraan bersama yang
lebih baik bagi warga-masyarakat di daerah.
Ada beberapa parameter keberhasilan Pilkada Langsung secara kualitatif
dari sisi proses, diantaranya:
a. Partisipasi Politik
Salah satu isu krusial dalam Pilkada Langsung adalah persoalan partisipasi
politik. Partisipasi warga negara dalam Pilkada memiliki kontribusi bagi
pengembangan kualitas demokrasi apabila para partisipan memiliki kesadaran
kritis dalam menggunakan hak-haknya. Ada beberapa poin penting dalam isu
partisipasi politik ini: pertama, kemungkinan tingkat partisipasi politik yang rendah
dalam Pilkada Langsung. Indikasi ini setidaknya bisa bersandar pada data hasil
pemilu legislatif pada bulan April 2004 dan Pilpres putaran pertama dan kedua.
Apa yang terjadi dalam pemilu legislatif dan Pilpres bisa saja akan berulang
kembali dalam Pilkada Langsung. Dalam tiga putaran pemilu itu, terlihat dengan
jelas bagaimana tingkat partisipasi pemilih di Indonesia secara kuantitatif dan
kualitatif. Kedua, kemungkinan kembalinya pola-pola partisipasi semu dalam
Pilkada Langsung; melalui instrumen mobilisasi massa pemilih dan buying votters.
Keduanya bisa saling menguatkan, munculnya pemilih “ siluman” sangat dekat
20
dengan penggunaan uang dalam memperoleh dukungan. Ketiga, kemungkinan
munculnya diskriminasi terhadap pemilih berdasarkan etnisitas. Pentingnya faktor
komposisi demografik berbasiskan etnisitas dalam perhitungan politik masing-
masing kandidat yang bersaing dalam Pilkada Langsung mengakibatkan ada upaya
yang sistematik untuk memilah-milahkan masyarakat berdasarkan sentimen
etnisitas, seperti dalam kategori pribumi dan pendatang. Dalam konteks semacam
ini akan muncul tindakan-tindakan diskriminatif terhadap kelompok-kelompok
pemilih yang dianggap tidak menguntungkan posisi politik dari beberapa kandidat.
Ketiga poin krusial dalam partisipasi ini memerlukan langkah-langkah yang
serius dari penyelenggara Pilkada Langsung untuk memikirkan kembali aspek
pendidikan politik bagi warga agar bisa menggunakan hak pilihnya secara
berkualitas. pemilih memiliki kesadaran kritis dan bisa menentukan pilihan secara
otonom. Salah satu kesadaran kritis yang perlu dimiliki oleh warga negara adalah
bahwa Pilkada adalah persoalan penentuan orang yang akan menentukan nasibnya.
Selain itu, perlu ada penataan kembali manajemen pendaftaran pemilih sehingga
menghindari munculnya warga yang tidak bisa menggunakan hak pilihnya serta
mendesain early warning system dalam mencegah secara dini mobilisasi pemilih
sehingga dapat menghindari aturan-aturan yang diskriminatif.
b. Kompetisi Politik
Problematika yang sedang dan mungkin muncul dalam Pilkada langsung
yakni kompetisi politik yang terjadi Pilkada Langsung. Biasanya kompetisi dalam
Pilkada Langsung tidak berjalan dengan berkualitas ketika lembaga penyelenggara
pemilu tidak kompeten dan kredibel. Hal ini jelas memiliki dampak selama proses
Pilkada Langsung berlangsung. Kompetisi dalam Pilkada Langsung biasanya
21
muncul bila karena adanya perbedaan dalam anggaran kampanye maupun calon
program kerja dari calon Kepala Daerah apabila nantinya ia terpilih. Hal ini
menyebabkan kompetisi politik harus diatur sedemikian rupa agar pesta demokrasi
yang awalnya bertujuan untuk menentukan calon pemimpin berujung pada
ketidaksemrawutan.
c. Civil Liberties (Kebebasan Sipil)
Dalam dimensi kebebasan sipil ada dua hal yang bisa menjadi problem
krusial: pertama, munculnya ketakutan pemilih untuk menggunakan hak pilihnya
karena penggunaan cara-cara kekerasan; premanisme, intimidasi secara fisik dan
teror. Kedua, munculnya ketakutan dari pemilih untuk menggunakan hak pilihnya
karena menguatnya penggunaan wacana anti pluralisme yakni orang takut memilih
pilihan yang berbeda.
d. Kepemimpinan yang Akuntabel
Proses demokrasi di tingkat lokal tidak berhenti sampai dengan terpilihnya
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, melainkan harus lebih luas dan dalam
termasuk menyangkut kepimpinan politik pemerintahan yang terpilih melalui
Pilkada bisa berorientasi pada kebutuhan dan kepentingan masyarakat banyak.
Pilkada Langsung bisa dianggap gagal apabila kepemimpinan politik pemerintahan
yang terbangun justru merepresentasikan kepentingan segelintir elite politik
(oligarkis) yang berkuasa. Oleh karena itu, Pilkada Langsung yang memungkinkan
warga memilih pemimpin mereka secara langsung-harus diikuti oleh perluasan
voice, akses dan kontrol masyarakat untuk terlibat secara partisipatoris dalam
proses-proses kebijakan.
22
4. Ruang Lingkup Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Langsung
Berbeda dengan penyelenggaraan pemilu legislatif dan pemilu presiden dan
wakil presiden yang memposisikan Komisi Pemilihan Umum (bersifat nasional,
tetap, dan mandiri) sebagai pemegang mandat tunggal penyelenggaraan, sedangkan
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 membagi kewenangan penyelenggaraan
Pilkada Langsung kepada tiga institusi, yakni Komisi Pemilihan Kepala Daerah
(KPUD), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), dan Pemerintah Daerah.
Secara fungsional kedudukan ketiga institusi tersebut berbeda menurut tugas dan
kewenangannya.
a. DPRD Merupakan Pemegang Otoritas Politik
Maksudnya adalah bahwa DPRD merupakan representasi rakyat yang
memiliki kedaulatan dan memberikan mandat penyelenggaraan Pilkada Langsung,
diwujudkan dengan pemberitahuan mengenai berakhirnya masa jabatan Kepala
Daerah kepada Kepala Daerah dan KPUD. Karena mekanisme itu bersifat politis,
prosedur tersebut berimplikasi pada kekuatan hukum penyelenggaraan namun tidak
berimplikasi pada pertanggungjawaban secara hukum.
Dalam pasal 66 ayat 3 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 disebutkan
bahwa tugas dan wewenang DPRD mencakup :
1) Memberitahukan kepada Kepala Daerah mengenai akan berakhirnya masa jabatan.
2) Mengusulkan pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang berakhir masa jabatannya dan mengusulkan pengangkatan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
3) Melakukan pengawasan pada semua tahapan pelaksanaan pemilihan. 4) Membentuk Panitia Pengawas. 5) Melakukan pengawasan dan meminta laporan KPUD dalam
penyelenggaraan Pilkada.
23
6) Menyelenggarakan rapat paripurna untuk mendengarkan penyampaian visi, misi dan program dari pasangan calon Kepala Daerah dan WakilKepala Daerah.
b. KPUD Sebagai Pelaksana Tekhnis
Sebagai pemegang mandat penyelenggaraan, KPUD secara teknis bertugas
melaksanakan tahapan kegiatan Pilkada Langsung. KPUD juga membuat regulasi/
aturan mengambil keputusan dan membuat kebijakan yang harus sesuai dengan
koridor hukum dan perundangan.
Tugas dan wewenang KPUD menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun
2007 mencakup:
1) Merencanakan penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
2) Menetapkan tata cara pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah sesuai dengan tahapan yang di atur dalam peraturan perundang-perundangan.
3) Mengordinasikan, menyelenggarakan dan mengendalikan semua tahapan pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Dearah.
4) Menetapkan tanggal dan tata cara pelaksanaan kampanye, serta pemungutan suara pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
5) Meneliti persyaratan Parpol atau gabungan parpol yang mengusulkan calon.
6) Meneliti persyaratan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. 7) Menetapkan pasangan calon yang telah memenuhi peresyaratan. 8) Menerima pendaftaran dan pengumuman tim kampanye. 9) Mengumumkan laporan dana kampanye. 10) Menetapkan hasil rekapitulasi penghitungan suara dan mengumumkan
hasil pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. 11) Melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pemilihan Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah. 12) Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang di ataur oleh peraturan
perundangan undangan. 13) Menetapkan kantor akuntan publik untuk mengaudit dana kampanye
dan mengumumkan hasil audit. Adapun kewajiban KPUD menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun
2007, mencakup :
a) Memperlakukan pasangan calon secara adil dan setara.
24
b) Menetapkan standarisasi serta kebutuhan barang dan jasa yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
c) Menyampaikan laporan kepada DPRD untuk setiap tahapan pelaksanaan pemilihan dan menyampaikan informasi kegiatannya kepada masyarakat.
d) Memelihara arsip dan dokumen pemilihan serta mengelola barang inventaris milik KPUD berdasarkan peraturan perundang-undangan.
e) Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran kepada DPRD. f) Melaksanakan semua tahapan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah secara tepat waktu.
c. Pemerintah Daerah Menjalankan Fungsi Fasilitasi
Pemerintah Daerah berkewajiban memberikan fasilitas proses Pilkada
Langsung, meliputi anggaran, personalia dan kebijakan sebagai eksekutif
penunjang pelaksanaan tahapan Pilkada Langsung.
Tugas dan wewenang Pemerintah Daerah tidak di atur secara spesifik.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2005 pasal 144 ayat 2 dikatakan
bahwa Pemerintah Daerah dapat memberikan fasilitas dan dukungan kepada KPUD
untuk kelancaran pelaksaan pemilihan.
Tugas dan wewenang tersebut mencakup beberapa aspek :
1) Anggaran
Pemerintah Daerah menerima rancangan anggaran dari KPUD dan
memproses sesuai dengan mekanisme dan prosedur pengelolaan keuangan
daerah.
2) Personalia
Pemerintah Daerah dan memfasilitasi kebutuhan personalia untuk
tenaga kebutuhan sekretaris dan staf sekretariat KPUD, PPK dan PPS.
25
3) Kebijakan
Pemerintah Daerah mengambil kebijakan/keputusan dalam rangka
pelaksanaan tahapan Pilkada, seperti penetapan lokasi pemasangan alat peraga
kampanye, penetapan hari libur untuk pemungutan suara, penyedia informasi
dan data tentang untuk bahan kampanye
4) Penunjang kegiatan Pilkada
Pemerintah Daerah melakukan tugas-tugas sebagai penunjang
pelaksanaan tahapan kegiatan Pilkada, seperti pemutakhiran dan validasi
daftar pemilih oleh dinas kependudukan dan catatan sipil, pemroresan visi,
misi dan program kerja calon.
Kontruksi penyelenggaraan Pilkada Langsung tersebut memperlihatkan
semangat otonomi daerah. KPUD merupakan penyelenggara Pilkada Langsung
dengan posisi tertinggi diwilayah kerjanya dan tidak bertanggung jawab secara
hukum kepada DPRD dan Pemerintah Daerah.
5. Dasar Hukum Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Langsung
Dalam penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah ada beberapa acuan yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam
penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pada pasal 18 ayat (4) yang
berbunyi “Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala
pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis”.
Dari pasal 18 ayat 4 tersebut dapat diungkapkan, bahwa kepala daerah
provinsi sebagai kepala pemerintah daerah tersebut Gubernur, dan kepala daerah di
daerah kabupaten sebagai kepala pemerinatah daerah disebut Bupati, serta kepala
26
daerah di daerah kota sebagai kepala daerah disebut Walikota dilakukan pemilihan
secara demokratis.
Pengertian demokratis dijelaskan oleh Undang-Undang Nomor 32 tahun
2004 dengan pertimbangan pemilihan secara demokratis terhadap Kepala Daerah.
Disamping pasal 18 ayat 4 Undang-Undang Dasar 1945 ada beberapa dasar hukum
yang berkaitan dengan Pilkada yaitu Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Tentang Pemerintah Daerah, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang
pemilihan Umum dan Peraturan Pemerintah Nomor 06 Tahun 2005 tentang
pemilihan, pengesahan, pengangkatan dan pemberhentian Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah. Ketiga dasar hukum tersebut menjadi acuan sekaligus
pedoman bagi KPUD untuk membuat berbagai produk hukum berupa peraturan
KPUD yang berkaitan langsung dengan penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah.
Ada beberapa kegiatan penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintah Daerah, antara lain :
a. Pemilihan pada pasal 56 sampai dengan pasal 67.
b. Penetapan Pemilih pada pasal 68 sampai dengan pasal 74.
c. Kampanye pada pasal 75 sampai dengan pasal 85.
d. Pemungutan Suara pada pasal 86 sampai dengan pasal 106.
e. Penetapan Calon Terpilih dan Pelantikan pada pasal 107 sampai dengan pasal
111.
f. Ketentuan Pidana Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah pada
pasal 115 sampai dengan 119.
27
6. Asas-asas Pilkada Langsung
Adapun asas-asas dalam Pilkada Langsung, diantaranya sebagai berikut
a. Langsung
Dalam hal ini rakyat pemilih mempunyai hak untuk secara langsung
memberikan suaranya sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa perantara.
Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah sebagai sarana untuk
mewujudkan demokratis nyata di daerah dalam mewujudkan kedaulatan rakyat.
Kedaulatan rakyat dapat dicapai apabila pemilihan secara langsung ditempat
pemungutan suara secara langsung tanpa adanya intervensi dari berbagai pihak
yang dapat memberikan tekanan kepada orang tersebut. Ini artinya independensi
individu dihargai dalam mewujudkan kedaulatan rakyat, karena tahu bahwa
kedaulatan individu tidak harus bersinggungan dengan kedaulatan individu yang
lainnya.
Pilkada Langsung bukan merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam
kedaulatan rakyat, tetapi merupakan sarana untuk memberikan kebebasan individu
sebagai warga negara yang memiliki hak politik. Karena hak politik termasuk
dalam hak asasi manusia dalam menentukan sikap untuk memilih dan dipilih.
Jabatan politik di daerah adalah jabatan seseorang untuk mewujudkan
kesejahteraan rakyat di dalam menjalankan pemerintahan di daerah, sehingga dapat
mewujudkan kemandirian masyarakat secara ekonomi, sosial, dan budaya
b. Umum
Pada dasarnya semua warga negara yang memenuhi persyaratan minimal
dalam usia, yaitu berumur 17 tahun atau telah/pernah kawin berhak ikut memilih
dalam pemilihan umum. Pemilihan yang bersifat umum berarti menjamin
28
kesempatan yang berlaku secara menyeluruh bagi semua warga negara di daerah
tersebut yang telah memenuhi persyaratan tertentu tanpa diskriminasi
(pengecualian) berdasarkan acuan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin,
kedaerahan, dan status sosial. Kedaulatan individu merupakan garansi dalam era
demokratisasi menuju perubahan masyarakat daerah yang lebih baik dari
sebelumnya, karena itu siapa saja yang sudah memenuhi kriteria untuk memilih
dan dapat di pilih dalam era keterbukaan. Demokratis bukan berarti kita berbuat
sekehendak yang diinginkan oleh setiap individu sesuai dengan keinginannya,
Demokratis adalah sarana mendudukkan rakyat lokal secara kolektif dengan tidak
menganiaya kepentingan individu yang lainnya atau kelompok masyarakat lainnya.
c. Bebas
Setiap warga negara berhak memilih dengan bebas menentukan pilihannya
tanpa tekanan dan paksaan dari siapapun. Di dalam melaksanakan haknya, setiap
warga negara dijamin keamanan sehingga dapat memilih sesuai dengan kehendak
hati nurani dan kepentingannya. Kepentingan yang lain berkaitan dengan pemilihan
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yakni adanya sikap dan cara pandang
seseorang untuk melakukan pemilihan sesuai dengan pengetahuan, keinginan, dan
apapun keputusannya untuk memilih seseorang tanpa penekanan, apalagi dipaksa
untuk memilih seseorang yang harus dipilih. Kebebasan itu sesuai dengan
keinginan individu untuk menentukan sikap yang berkaitan dengan program yang
ditawarkan oleh calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
d. Rahasia
Dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin bahwa pilihannya tidak
diketahui oleh pihak manapun dan dengan jalan apapun. Pemilih memberikan
29
suaranya pada surat suara dengan tidak dapat diketahui oleh orang lain kepada
siapa suara dengan tidak dapat diketahui oleh orang lain kepada siapa suaranya
diberikan. Asas rahasia ini berlaku lagi bagi pemilih yang telah keluar dari tempat
pemungutan suara secara sukar mengungkapkan pilihannya kepada pihak manapun.
Setiap pemberi suara di tempat pemungutan suara diberikan kebebasan penuh
dengan memilih sesuai dengan keinginannya dari hati nuraninya
e. Jujur
Dalam penyelenggaraan Pilkada, Penyelenggara/Pelaksana, Pemerintah dan
Partai Politik, Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, Pengawas
dan Pemantau Pilkada, termasuk pemilih, serta semua pihak yang terlibat secara
tidak langsung harus bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Setiap pemilih dan lebih-lebih lagi
penyelenggara Pilkada Langsung di semua tingkatan, harus memiliki sikap jujur
sebagai bentuk pertanggungjawaban politik kepada diri sendiri dan masyarakat
luas. Serta pertanggungjawaban diri pribadi kepada Tuhan Yang Maha Esa,
sehingga semua stakeholder dapat mewujudkan sikap ini dalam penyelenggaraan
Pilkada Langsung demi terciptanya kredibilitas yang tinggi.
f. Adil
Dalam penyelenggaraan pilkada, setiap pemilih, partai politik, dan
Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah mendapat perlakuan
yang sama, serta bebas dari kecurangan pihak manapun. Adil merupakan sikap
yang sangat penting harus menjadi sandaran dalam penyelenggaraan Pilkada
Langsung terutama kepada para penyelenggara itu sendiri, baik itu di tingkat
KPUD, PPK, PPS, dan KPPS untuk memberikan rasa adil kepada setiap pasangan
30
calon Kepala Daerah dan kepada setiap pemberi suara di tingkat TPS dan para para
saksi pasangan calon yang berada di PPS, PPK dan KPUD. Para penyelenggara dan
pelaksana tidak harus membedakan setiap calon Kepala Daerah, karena para calon
Kepala Daerah mempunyai peluang yang sama untuk menjadi Kepala Daerah.
7. Kelebihan Dan Kelemahan Pilkada Langsung
Berikut ini adalah kelebihan dan kelemahan Pilkada Langsung antaralain:
a. Kelebihan Pilkada Langsung
Menurut Hari Moerti (2007) Kelebihan dari Pilkada Langsung
diantaranya:
1) Kepala Daerah terpilih akan Memiliki Legitimasi yang Sangat Kuat
Legitimasi merupakan hal yang sangat diperlukan oleh suatu
pemerintahan. Apabila terjadi krisis legitimasi maka kepemimpinan atau
Kepala Daerah akan mengalami ketidakstabilan politik dan ekonomi di daerah.
2) Kepala Daerah Terpilih Tidak Perlu Terikat Pada Konsesi Partai Politik
secara Berlebihan
Kepala Daerah yang terpilih berada diatas segala kepentingan dan dapat
menjembatani berbagai kepentingan tersebut. Apabila Kepala Daerah terpilih
tidak dapat mengatasi kepentingan-kepentingan partai politik maka
kebijakannya cenderung kompromi atas kepentingan partai politik tersebut dan
bersebrangan dengan kepentingan rakyat.
3) Sistem Pilkada Langsung Lebih Akuntabel
Rakyat dapat menentukan pilihannya berdasarkan kepentingan dan
penilaian atas calon Kepala Daerah, apabila Kepala Daerah yang terpilih tidak
31
dapat memenuhi harapan rakyat maka dalam pemilihan berikutnya tidak perlu
dipilih kembali.
b. Kelemahan Pilkada Langsung
Menurut Hari Moerti (2007) Kelemahan Pilkada Langsung, diantaranya:
1) Dana yang Dibutuhkan Besar
Pembiayaan Pilkada Langsung baik untuk kegiatan operasional,
logistik maupun keamanan dibutuhkan anggaran yang sangat besar. Harga
demokrasi memang tidak murah tetapi tidak harus mahal. Besarnya dana untuk
Pilkada Langsung memberatkan pemerintah daerah.
2) Membuka Ruang Konflik Elit dan Massa
Potensi Konflik akan semakin besar dalam masyarakat yang bersifat
paternalistik dan primordial, yaitu dengan memobilisasi pendukungnya.
3) Aktivitas Rakyat Terganggu
Aktivitas rutin rakyat mudah terganggu oleh pelaksanaan Pilkada
Langsung misalnya pengerahan massa ketika kampanye maupun isu-isu dan
manuver yang dilakukan oleh calon Kepala Daerah.
B. Politik Hukum
1. Pengertian Politik
Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam
masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya
dalam negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai
definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik.
32
Politik juga dapat diartikan sebagai seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara
konstitusional maupun nonkonstitusional.
Pada dasarnya dimensi politik memiliki dua segi yaitu segi pengertian
tentang tindakan dan perilaku politik serta segi kehendak untuk melakukan
tindakan dan kegiatan politik. Dua segi atau aspek dari dimensi politik ini
senantiasa berhadapan dengan masalah moral. Manusia mengerti dan memahami
tentang kejadian-kejadian yang berlangsung di sekitarnya dan mengerti pula akibat
yang ditimbulkan oleh tindakan-tindakannya. Suatu akibat yang buruk dapat
dihindari apabila ia memiliki kesadaran moral bahwa ia bertanggungjawab
terhadap orang lain. Tetapi kesadaran saja tidak cukup. Ia harus memiliki kehendak
yang kuat untuk mengaktualisasikan kesadaran moralnya.
2. Pengertian Hukum
Menurut Utrecht (1966:2) mengatakan bahwa hukum adalah himpunan
petunjuk hidup (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengatur tata tertib
dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat yang
bersangkutan. Oleh karena itu, pelanggaran terhadap petunjuk hidup tersebut dapat
menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah masyarakat itu.
Selain itu hukum diartikan sebagai rangkaian peraturan-peraturan mengenai
tingkah laku orang sebagai anggota suatu masyarakat dan bertujuan mengadakan
tata tertib diantara anggota-anggota masyarakat itu (Wiryono Prodjodikoro dalam
Suko Wiyono, 1993:22).
Jelasnya setiap hukum berupa ketentuan-ketentuan (aturan-aturan, kaidah
atau norma-norma) yang berlaku antar manusia dalam masyarakat yang
mempunyai sifat memaksa, baik paksaan dari masyarakat maupun dari dalam diri
33
manusia itu sendiri, dengan tujuan agar hubungan antar manusia dalam masyarakat
dapat berjalan tertib dan damai. Dalam masyarakat yang sudah modern terutama
yang telah berbentuk negara (masyarakat menegara). Hukum dan masyarakat selalu
dihubungkan dengan kekuasaan. Hukum tanpa kekuasaan adalah tidak mungkin,
hukum tanpa kekuasaan tidak akan ada artinya. Hukum dapat berbentuk aturan-
aturan yang tertulis misalnya, Undang-Undang, atau aturan-aturan yang tidak
tertulis misalnya hukum adat.
3. Pengertian Politik Hukum
Secara etimologis, istilah politik hukum merupakan terjemahan bahasa
Indonesia dari istilah hukum Belanda rechtpolitics, yang merupakan bentukan dari
dua kata recht dan politiek. Menurut Sunaryati Hartono (1991:1) mengatakan
bahwa:
Politik hukum sebagai sebuah alat atau sarana dan langkah yang dapat digunakan oleh pemerintah untuk menciptakan sistem hukum nasional yang dikehendaki dan dengan sistem hukum nasional yang dikehendaki dan dengan sistem hukum nasional itu akan diwujudkan tujuan suatu bangsa.
Sedangkan menurut Soehino (2010) mengatakan bahwa politik hukum
merupakan proses pembentukan ius constituendum dari ius constitum dalam rangka
menghadapi perubahan kehidupan bermasyarakat.
Secara umum politik hukum adalah kebijakan dasar penyelenggara negara
dalam bidang hukum yang akan, sedang dan telah berlaku, yang bersumber dari
nilai-nilai yang berlaku di masyarakat untuk mencapai tujuan negara yang dicita-
citakan. Kata kebijakan disini berkaitan dengan adanya strategi yang sistematis,
terperinci dan mendasar. Dalam merumuskan dan menetapkan hukum yang telah
dan akan dilakukan, politik hukum menyerahkan otoritas legislasi kepada
34
penyelenggara negara, tetapi dengan tetap memperhatikan nilai-nilai yang berlaku
di masyarakat. Dan kesemuanya itu diarahkan dalam rangka mencapai tujuan
negara yang dicita-citakan.
Pada dasarnya politik hukum suatu negara berbeda dengan politik hukum
negara yang lain. Perbedaan ini disebabkan karena adanya perbedaan latar
belakang kesejarahan, pandangan dunia, sosio-kultural, dan political wiil dari
masing-masing pemerintah. Dengan kata lain, politik hukum bersifat lokal dan
partikular (hanya berlaku dari dan untuk negara tertentu saja), bukan universal
(berlaku seluruh dunia). Namun, ini bukan berarti bahwa politik hukum suatu
negara mengabaikan realitas politik hukum internasional.
4. Ruang Lingkup Politik Hukum
Politik hukum menganut prinsip double movement, yaitu selain sebagai
kerangka pikir merumuskan kebijakan dalam bidang hukum oleh lembaga-lembaga
negara yang berwenang. Adapun ruang lingkup atau wilayah politik hukum
menurut Imam Syaukani & Ahmad Thohari (2006:51) adalah sebagai berikut :
a. Proses penggalian nilai-nilai dan aspirasi yang berkembang dalam masyarakat oleh penyelenggara negara yang berwenang merumuskan politik hukum.
b. Proses perdebatan dan perumusan nilai-nilai dan aspirasi tersebut ke dalam bentuk sebuah rancangan peraturan perundang-undangan oleh penyelenggara negara yang berwenang.
c. Penyelenggara negara yang berwenang merumuskan dan menetapkan politik hukum.
d. Peraturan perundang-undangan yang memuat politik hukum. e. Faktor-faktor yang mempengaruhi dan menentukan suatu politik
hukum, baik yang akan, sedang, dan telah ditetapkan. f. Pelaksanaan dari peraturan perundang-undangan yang merupakan
implementasi dari politik hukum suatu negara.
Ruang lingkup pertama merupakan tahap awal dari kajian politik hukum.
Pada tahap ini akan diketahui apakah nilai-nilai dan aspirasi yang berkembang
35
dalam masyarakat telah terakomodasi oleh penyelenggara negara yang
merumuskan politik hukum atau bahkan sebaliknya. Kajian terhadap bidang ini
penting dilakukan karena secara substansial, hukum tidak pernah lepas dari struktur
rohaniah masyarakat yang bersangkutan, atau masyarakat yang mendukung hukum
tersebut. Itu artinya, apabila hukum itu dibangun di atas landasan yang tidak sesuai
dengan struktur rohaniah masyarakat, bisa dipastikan resistensi masyarakat
terhadap hukum itu sangat kuat. Apabila itu dikaitkan dengan teori keberlakuan
hukum, maka hukum yang baik harus memenuhi syarat sosiologis, filosofis dan
yuridis.
Oleh karenanya, hukum tidak boleh diterima begitu saja secara apa adanya
tanpa mempertimbangkan latar belakang yang bersifat non-hukum yang kemudian
sangat determinan dalam mempengaruhi bentuk dan isi suatu produk hukum
tertentu. Bagian ini menjadi wilayah bagian kedua, ketiga dan kelima. Adapun
wilayah kajian keempat merupakan konsekuensi logis dari wilayah kajian politik
hukum kedua dan ketiga. Pada wilayah kajian keempat kita akan mengetahui pada
tataran peraturan perundang-undangan yang mana suatu kebijakan hukum sebuah
negara dapat ditemukan.
5. Politik Hukum Nasional (Indonesia)
Politik hukum nasional (Indonesia) di dasarkan pada landasan ideologi dan
konstitusional, yaitu Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Hal ini dapat diartikan sebagai kebijakan dasar
penyelenggara negara Republik Indonesia dalam bidang hukum yang akan, sedang,
dan telah berlaku, dengan bersumber dari nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat
untuk mencapai tujuan negara Republik Indonesia.
36
Dari hal tersebut ada lima agenda yang ditekankan dalam politik hukum di
Indonesia, yaitu :
a. Masalah kebijakan dasar dan letak.
b. Penyelenggara negara pembentuk kebijakan dasar.
c. Materi hukum yang meliputi hukum yang akan, sedang dan telah berlaku.
d. Proses pembentukan hukum.
e. Tujuan politik hukum di Indonesia.
Bila merujuk pada kalimat terakhir dari pengertian politik hukum nasional
di atas, jelas bahwa politik hukum nasional dibentuk dalam rangka mewujudkan
tujuan dan cita-cita ideal Negara Republik Indonesia. Tujuan itu meliputi dua aspek
yang saling berkaitan, yaitu :
1) Sebagai suatu alat atau sarana dan langkah yang dapat digunakan oleh
pemerintah untuk menciptakan suatu sistem hukum nasional yang
dikehendaki.
2) Sistem hukum nasional itu akan diwujudkan cita-cita bangsa Indonesia
yang lebih besar.
Mengenai keduanya tersebut dapat lebih rinci dalam penjelasan di bawah
ini :
a) Sistem Hukum Nasional
Sistem hukum nasional terbentuk dari dua istilah, sistem dan hukum
nasional. Sistem diadaptasi dari bahasa Yunani systema yang berarti suatu
keseluruhan yang tersusun dari sekian banyak bagian atau hubungan yang
berlangsung di antara satuan-satuan atau komponen secara teratur. Adapun
hukum nasional adalah hukum atau peraturan perundang-undangan yang
37
didasarkan kepada kreativitas atau aktivitas yang didasarkan atas cita rasa dan
rekayasa bangsa sendiri.
Menurut Syaukani dan Thohari (2006:65) mengatakan bahwa “Sistem
hukum nasional adalah sebuah sistem hukum (meliputi materiil dan formil)
yang dibangun berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta
berlaku diseluruh wilayah Indonesia”.
Untuk itu dalam rangka membangun sistem hukum nasional itu
pemerintah menetapkan kebijakan untuk memanfaatkan tiga sistem hukum
yang eksis (living law) di Indonesia, yaitu sistem hukum adat, Islam dan Barat
(Belanda) sebagai bahan bakunya.
b) Hukum Demokratis dan Responsif
Dalam melakukan tatanan hukum nasional perlu mengarah kepada
penciptaan penyelenggaraan negara dan relasi antara warga negara, pemerintah
dan dunia internasional secara baik. Dengan kata lain politik hukum nasional
bertujuan menciptakan sebuah sistem hukum nasional yang rasional,
transparan, demokratis, otonom, dan responsif terhadap perkembangan aspirasi
dan ekpektasi masyarakat, bukan sebuah sistem hukum yang bersifat menindas,
ortodoks, dan reduksionistik.
c) Cita-cita Bangsa Indonesia
Idealitas sistem hukum nasional itu pada dasarnya adalah dalam rangka
membantu terwujudnya keadilan sosial dan kemakmuran masyarakat atau
sebagaimana disebutkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945:
38
(1) Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia.
(2) Memajukan kesejahteraan umum.
(3) Mencerdaskan kehidupan bangsa.
(4) Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi
dan keadilan sosial.
Perincian yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 itu terdapat pada pasal-pasal yang terdapat dalam
konstitusi Negara Republik Indonesia. Selain itu juga terdapat pada peraturan
perundang-undangan lain yang ada di bawahnya.
Selain itu juga menurut Latief dan Ali (2010:27) mengatakan bahwa politik
hukum nasional meliputi :
(a) Pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada secara konsisten. (b) Pembangunan hukum yang intinya adalah pembaruan terhadap
ketentuan hukum yang telah ada dan dianggap usang, dan penciptaan ketentuan hukum baru yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat.
(c) Penegasan fungsi lembaga penegak hukum atau pelaksana hukum dan pembinaan anggotanya.
(d) Meningkatkan kesadaran hukum masyarakat menurut persepsi elite pengambil keputusan.
6. Aspek Politik Hukum Nasional
Pada dasarnya politik hukum nasional sebagai pedoman dasar bagi segala
bentuk dan proses perumusan, pembentukan dan pengembangan hukum di tanah
air. Oleh karenanya, politik hukum harus dirumuskan pada sebuah peraturan
perundang-undangan yang bersifat mendasar, bukan pada sebuah peraturan
perundang-undangan yang bersifat teknis.
a. Letak Rumusan Politik Hukum Nasional
39
Berkaitan dengan posisi tertinggi Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dalam tata urutan peraturan perundang-undangan
sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari fungsinya sebagai konstitusi negara.
Tentang pengertian konstitusi ini, Hans Kelsen dalam Imam Syaukani (2005:86)
mengatakan bahwa :
The constitution in the formal sense is a certain solemn document, a set of legal norms that may be changed only under the observation of special prescriptions, the purpose of which it is to render the change of these norms more difficult. The constitution in material sense consists of those rules which regulate the creation of the general legal norms, in particular the creation of statutes.
Hal tersebut memberikan pengertian bahwa konstitusi terdiri dari norma-
norma hukum secara umum atau sebagaimana dijelaskan pasal 3 ayat 1 TAP MPR
Nomor III/ MPR/ 2000 bahwa Undang-Undang Dasar Negara republik Indonesia
Tahun 1945 merupakan hukum dasar tertulis yang memuat dasar dan garis besar
hukum dalam penyelenggaraan Negara. Yakni sebagai tempat atau rujukan utama
bagi proses perumusan dan penetapan peraturan perundang-undangan yang lain.
Posisi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
sebagai hukum dasar itulah yang memberikan bahwa setiap materi yang diatur
dalam peraturan perundang-undangan yang berada dibawahnya tidak boleh
bertentangan dengan materi-materi yang dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 (pasal 4 ayat 2). Hal ini terkait dengan salah satu
fungsi konstitusi dalam suatu negara sebagai a politic legal document, yakni
dokumen politik dan hukum suatu negara yang berfungsi sebagai alat untuk
membentuk sistem politik dan sistem hukum suatu negara .
b. Penyelenggara Negara dan Mekanisme Perumusan Politik Hukum Nasional
40
Setelah perubahan ketiga Undang-Undang dasar 1945, MPR tidak lagi
sebagai lembaga tertinggi negara, tetapi hanya merupakan sidang gabungan yang
mempertemukan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dan Dewan Perwakilan Daerah
(DPD). Produk yang bergabung dalam MPR, yang dituangkan dalam penetapan
atau perubahan Undang-Undang Dasar tersebut merupakan politik hukum. Artinya,
segala bentuk perubahan dan penetapan yang dilakukan oleh MPR terhadap
Undang-Undang Dasar tersebut sebagai politik hukum, karena merupakan salah
satu kebijaksanaan dasar dari penyelenggaraan negara dan dimaksudkan sebagai
instrumen untuk mencapai tujuan negara yang dicita-citakan. Dengan demikian,
pasal-pasal yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indoensia
Tahun 1945 yang merupakan produk dari MPR adalah cetak biru untuk
merealisasikan tujuan-tujuan negara. Perumusan politik hukum oleh MPR
dilakukan melalui beberapa tahapan.
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk meneliti pelaksanaan Pemilihan Kepala
Daerah (Pilkada) Langsung di Kabupaten Pasuruan. Oleh karena itu, peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskritif.
Menurut pendapat Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2006:3)
menyatakan bahwa penelitian kualitatif merupakan salah satu prosedur yang
dihasilkan berupa kata-kata tertulis atau lisan dari perilaku yang diamati.
Sedangkan menurut Kirk dan Muler dalam Moleong (2006:3)
mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai tradisi tertentu dalam ilmu
pengetahuan sosial yang fundamental tergantung pada pengamatan manusia dalam
kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam
bahasanya dan peristilahannya.
Pada hakikatnya penelitian kualitatif adalah mengamati orang dalam
lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan
tulisan mereka tentang dunia sekitarnya. Mengacu pada metode kualitatif tersebut,
strategi penelitian ini seperti observasi partisipasi, wawancara secara mendalam,
kerja lapangan yang memungkinkan peneliti memperoleh informasi dari tangan
perantara mengenai masalah yang akan dikaji.
Penelitian kualitatif dilihat dari sisi definisinya merupakan penelitian yang
memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap,
pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau sekelompok orang. Sehingga
42
penelitian kualitatif bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami
subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan. Secara
holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
B. Kehadiran Peneliti
Dalam peneltian ini kehadiran peneliti sangat penting dan menentukan
terhadap berhasil tidaknya penelitian yang dilaksanakan. Oleh karenanya, peneliti
bertindak sebagai instrumen pengumpul data. Peneliti hadir dilapangan
berhubungan langsung dengan subjek penelitian untuk mengadakan penggalian
sumber data. Pengumpulan data dilakukan peneliti dilapangan dengan mengadakan
pengamatan langsung maupun wawancara.
Moleong (2006:168) menyatakan bahwa kedudukan peneliti dalam
penelitian kualitatif cukup rumit, ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana
pengumpul data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil
penelitiannya.
Selain itu juga peran peneliti harus dapat berpartisipasi yakni ikut terlibat
dalam objek yang menajdi sasaran penelitian. Oleh karenanya untuk tidak
menimbulkan persepsi negatif dalam memasuki lokasi penelitian, peneliti
memberikan identitas kepada KPUD maupun pada informan. Hal ini dimaksudkan
agar peneliti memperoleh kepercayaan dari informan sehingga dapat memperoleh
data yang akurat secara utuh dan mendalam. Peneliti bertindak sebagai instrumen
utama yang terlibat secara langsung mulai dari awal sampai akhir penelitian
sehingga diharapkan oleh peneliti akan lebih valid.
43
C. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Pasuruan, peneliti
memfokuskan pada Lembaga Penyelenggara Pemililihan Kepala Daerah di
Kabupaten Pasuruan yaitu di kantor KPUD yang beralamatkan di Jalan Raya
Kejayan Nomor 70 Kota Pasuruan. Alasan pemilihan penelitian di tempat tersebut
karena di Kabupaten Pasuruan akan melaksanakan pemilihan Kepala Daerah secara
langsung. Selain itu juga, penelitian yang difokuskan pada kantor KPUD
Kabupaten Pasuruan dikarenakan KPUD sebagai lembaga penyelenggara dan
penanggungjawab terhadap proses pelaksanaan Pilkada Langsung di Kabupaten
Pasuruan.
D. Data Dan Sumber Data
Menurut Arikunto (2002:96) yang dimaksud dengan data ialah hasil
pencatatan penelitian baik yang berupa fakta maupun angka. Dengan demikian
tidak semua yang dinamakan informasi ataupun keterangan dapat disebut data.
Data dalam hal ini hanya sebagai bagian dari informasi yang berkaitan dengan
tujuan penelitian.
Menurut Lofland dan Lofland dalam Moleong (2005:15) sumber data
utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah
data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber data dalam penelitian
ini ialah Lembaga Penyelenggara Pilkada di Kabupaten Pasuruan yaitu kantor
KPUD Kabupaten Pasuruan serta masyarakat Kabupaten Pasuruan sebagai sumber
data tambahan.
Dalam penelitian ini, jenis data yang dimanfaatkan ialah sebagai berikut:
44
1. Data Primer
Menurut Sarwono (2006:129) data primer ialah data yang berasal dari
sumber data atau pertama. Dalam hal ini tidak tersedia dalam bentuk file-file. Data
ini harus dicari melalui narasumber atau dalam istilah biasanya disebut responden
yakni orang yang dijadikan objek penelitian atau orang yang dijadikan sebagai
sarana untuk mendapatkan informasi atau data.
Selain itu juga Sugito (2009:132) mengatakan bahwa data primer
merupakan data yang utama dan ditentukan berdasarkan tujuan dan hipotesis
percobaan yang kemudian dijadikan bentuk data yang absah.
Dalam pencarian data primer ada tiga dimensi penting yang perlu diketahui,
yaitu kerahasiaan, struktur dan metode koleksi. Kerahasiaan mencakup mengenai
apakah tujuan penelitian. Untuk diketahui oleh responden atau tidak. Merahasiakan
tujuan penelitian dilakukan dengan tujuan agar para responden tidak memberikan
jawaban-jawaban yang berisikan dari apa yang kita harapkan.
Adapun data primer dalam penelitian ini adalah hasil wawancara dengan
ketua KPUD Kabupaten Pasuruan, Anggota KPUD Kabupaten Pasuruan dan
masyarakat Kabupaten Pasuruan.
2. Data Sekunder
Data sekunder ialah data yang didapatkan dari berbagai dokumen yang
terkait dengan penelitian yang dilaksanakan. Adapun data sekunder dalam hal ini
ialah menyangkut berbagai bentuk peraturan hukum atau perundang-undangan
yang tekait dengan pelaksanaan Pilkada Langsung di Kabupaten Pasuruan. Tidak
hanya itu dokumen-dokumen lain misalnya seperti profil Kabupaten Pasuruan serta
45
keanggotaan dalam lembaga KPUD Kabupaten Pasuruan menjadi bagian dari data
sekunder dalam penelitian ini.
E. Pengecekan Keabsahan Data
Menurut Moleong (2006:320) mengatakan bahwa yang dimaksud
keabsahan data adalah bahwa setiap keadaan harus memenuhi:
1. Mendemonstrasikan nilai yang benar.
2. Menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan.
3. Memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari
prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusan-keputusannya.
Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep
kesahihan (validitas) menurut versi ‘positivisme’ dan disesuaikan dengan tuntutan
pengetahuan, kriteria dan paradigma sendiri.
Teknik pengecekan keabsahan dalam hal ini meliputi:
a. Perpanjangan Keikutsertaan
Dalam penelitian kualitatif peneliti adalah instrumen. Keikutsertaan peneliti
sangat menentukan dalam pengumpulan data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya
dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan
pada latar penelitian.
Dalam hal ini peneliti tinggal dilapangan sampai pada pengumpulan data
tercapai. Yakni selama kurang lebih dua bulan peneliti melaksanakan penelitian di
lapangan yakni di kantor KPUD Kabupaten Pasuruan. Hal ini dilakukan agar
peneliti mempelajari banyak hal terutama terkait dengan pelaksanaan Pilkada
Langsung di Kabupaten Pasuruan.
46
b. Ketekunan/Keajegan Pengamatan
Keajegan pengamatan berarti mencari secara konsisten interpretasi dengan
berbagai cara dalam kaitannya dengan proses analisis yang konstan atau tentatif.
Mencari apa yang dapat diperhitungkan dan apa yang tidak dapat diperhitungkan.
Ketekunan pengamatan dalam hal ini bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-
unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang
dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Oleh
karenanya dalam hal ini peneliti mengadakan dengan teliti dan rinci serta
berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol dalam pelaksanaan
Pilkada di Kabupaten Pasuruan.
c. Triangulasi
Menurut Moleong (2006:330) mengatakan bahwa triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu
untuk pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton, 1987:331). Hal ini dapat dicapai
dengan jalan, yaitu: (1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara, (2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan
apa yang dikatakan secara pribadi, (3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-
orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu,
(4) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat
dan pandangan rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi,
47
orang berada, orang pemerintahan, (5) Membandingkan hasil wawancara dengan
isi suatu dokumen-dokumen yang memiliki nilai keterkaitan.
d. Analisis Kasus Negatif
Teknik ini dilakukan dengan jalan mengumpulkan contoh dan kasus yang
tidak sesuai dengan pola dan kecenderungan informasi yang telah dikumpulkan dan
digunakan sebagai bahan pembanding. Dalam hal ini membandingkan antara
peraturan yang telah dibuat dengan pelaksanaan yang terjadi dilapangan.
F. Tahap-Tahap Penelitian
Usaha mempelajari penelitian kualitatif tidak terlepas dari usaha mengenal
tahap-tahap penelitian. Tahap-tahap penelitian kualitatif dengan salah satu ciri
pokoknya peneliti menjadi alat penelitian. Tahap penelitian dalam hal ini terdiri
dari tiga tahap yaitu tahap pra lapangan, tahap memasuki lapangan dan tahap
analisis data.
1. Tahap Pra Lapangan
Dalam hal ini ada enam tahapan yang dilakukan, diantaranya sebagai
berikut:
a. Menyusun Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian dimaksudkan untuk memberikan keterarahan dalam
menyusun langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam proses penelitian.
Rancangan penelitian dibuat dengan tujuan agar pelaksanaan penelitian dapat
dijalankan dengan baik, benar dan lancar.
Manfaat dari rancangan penelitian itu sendiri adalah sebagai berikut:
48
1) Memberi pegangan yang lebih jelas kepada peneliti dalam melakukan
penelitian.
2) Menentukan batas-batas penelitian yang bertalian dengan tujuan penelitian.
3) Memberi gambaran yang jelas tentang apa yang harus dilakukan dan
memberi gambaran tentang macam-macam kesulitan yang akan dihadapi
pada saat melakukan penelitian.
b. Memilih Lapangan Penelitian
Bogdan (1972:11) mengatakan bahwa pemilihan lapangan penelitian itu
dibimbing baik oleh teori substantif maupun oleh teori formal. Pemilihan lapangan
penelitian diarahkan oleh teori substantif yang dirumuskan dalam bentuk hipotesa
kerja walaupun masih tentatif sifatnya.setiap situasi merupakan laboratorium di
dalam lapangan penelitian kualitatif.
Adapun lapangan penelitian dalam hal ini ialah di kantor KPUD yang
beralamatkan di Jalan Raya Kejayan Nomor 70 Kota Pasuruan. Alasan pemilihan
penelitian di tempat tersebut karena di Kabupaten Pasuruan akan melaksanakan
pemilihan Kepala Daerah secara langsung. Selain itu juga penelitian yang
difokuskan pada kantor KPUD Kabupaten Pasuruan dikarenakan KPUD sebagai
lembaga penyelenggara dan penanggungjawab terhadap proses pelaksanaan
Pilkada Langsung di Kabupaten Pasuruan.
d. Mengurus Surat Perizinan
Pertama-tama yang perlu diketahui oleh seorang peneliti ialah siapa saja
yang berwenang memberikan izin bagi pelaksanaan penelitian. Yang berwenang
memberikan izin untuk mengadakan penelitian ialah kepala pemerintahan setempat
dimana penelitian itu akan diselenggarakan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini
49
peneliti mengajukan surat penelitian yang prosesnya meminta persetujuan kepada
Ketua Jurusan yakni Ketua Jurusan Hukum Dan Kewarganegaraan, kemudian
setelah mendapat persetujuan dari jurusan diajukan kepada pihak Fakultas yakni
kepada Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, selanjutnya dimintakan surat pengantar
untuk dijadikan pengantar kepada lembaga yang dijadikan objek penelitian yakni
kantor KPUD Kabupaten Pasuruan yang beralamatkan di Jalan Raya Kejayan
Nomor 70 Kota Pasuruan.
e. Menjajaki dan Menilai Lapangan
Penjajakan dan penilaian lapangan akan terlaksana dengan baik apabila
peneliti sudah membaca terlebih dahulu dari kepustakaan atau mengetahui melalui
orang dalam tentang situasi dan kondisi daerah tempat penelitian dilakukan.
Maksud dan tujuan penjajakan lapangan adalah berusaha mengenal segala unsur
lingkungan sosial, fisik, dan keadaan alam. Setelah itu peneliti mempersiapkan diri
menyiapkan perlengkapan mengenai hal-hal apa saja yang diperlukan dalam proses
penelitian.
f. Memilih dan Memanfaatkan Informan
Informan adalah orang dalam latar penelitian. Selain itu juga informan
adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan
kondisi latar penelitian. Jadi, ia harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar
penelitian. Ia berkewajiban secara sukarela menjadi anggota tim penelitian
walaupun sifatnya informal.
Kegunaan informan bagi peneliti ialah membantu agar secepatnya dan tetap
seteliti mungkin dapat membenamkan diri dalam konteks setempat terutama bagi
peneliti yang belum mengalami latihan etnografi (Lincoln dan Guba, 1985:258).
50
Menurut Kasiram (2008:243) mengatakan bahwa upaya untuk menemukan
informan yang baik ialah dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dilakukan
melalui keterangan orang yang berwenang, yakni melalui wawancara pendahuluan
yang dilakukan oleh peneliti.
Informan dalam penelitian ini ialah Ketua Umum KPUD Kabupaten
Pasuruan dan orang-orang yang terlibat secara langsung dalam pelaksanaan Pilkada
Langsung di Kabupaten Pasuruan.
g. Menyiapkan Perlengkapan Penelitian
Dalam hal ini peneliti menyiapkan berbagai perlengkapan tidak hanya
perlengkapan secara fisik tetapi segala macam perlengkapan penelitian yang
diperlukan. Sebelum penelitian dilakukan peneliti memerlukan izin mengadakan
penelitian, kontak dengan daerah yang menjadi latar penelitian melalui surat atau
melalui orang yang dikenal sebagai penghubung ataupun secara resmi dengan surat
melalui jalur instansi pemerintahan. Hal lain yang dipersiapkan ialah pengaturan
perjalanan dan kotak kesehatan serta alat-alat tulis sebagai bahan untuk pencatatan
dilapangan.
2. Tahap Pekerjaan Lapangan
Uraian tentang tahap pekerjaan lapangan dibagi atas tiga bagian, yaitu:
a. Memahami Latar Penelitian dan Persiapan Diri
Untuk memasuki pekerjaan lapangan, dalam hal ini perlu memahami latar
penelitian terlebih dahulu. Disamping itu peneliti mempersiapkan diri, baik secara
fisik maupun secara mental disamping ia harus mengingat persoalan etika
sebagaimana yang telah diuraikan di muka.
51
b. Penampilan
Dalam hal ini penampilan yang dimaksud ialah dari peneliti itu sendiri.
Peneliti menyesuaikan penampilan dengan kebiasaan, adat, serta kultur penelitian.
Penampilan fisik seperti cara berpakaian diberi perhatian secara khusus.
c. Pengenalan Hubungan Peneliti di Lapangan
Dalam hal ini peneliti melakukan hubungan secara akrab dengan
orang/informan yang dijadikan subjek penelitian. Sehingga dapat terjalin
komunikasi yang baik antara peneliti dengan subjek penelitian. Selain itu juga
peneliti bersikap netral ditengah anggota masyarakat atau orang-orang yang berada
dilingkup penelitian.
d. Jumlah Waktu Studi
Faktor waktu dalam penelitian cukup menentukan, dalam hal ini peneliti
membatasi waktu kurang lebih 2 bulan. Selama itu peneliti memanfaatkan waktu
semaksimal mungkin untuk mendapatkan data-data yang akurat sebagai dasar
keabsahan peneliti.
3. Memasuki Lapangan
Tahap memasuki lapangan meliputi berbagai hal yang menyangkut
didalamnya yakni:
a. Keakraban Hubungan
Peneliti dalam hal ini keakraban pergaulan dengan subjek penelitian perlu
dipelihara selama bahkan sampai sesudah tahap pengumpulan data. Hal ini
dimaksudkan agar dalam proses penelitian terjalin sosialisasi yang baik antara
peneliti dengan informan.
52
b. Mempelajari Bahasa
Mempelajari bahasa adalah suatu hal yang penting dilakukan oleh seorang
peneliti. Sebab jika ia sudah mengerti aspek kebahasaan dari informan maka akan
memudahkan peneliti dalam memaknai dan memahami proses penelitian yang
dilaksanakan.
c. Peranan Peneliti
Sewaktu berada dilapangan penelitian, peneliti terjun kedalamnya dan ikut
berperanserta didalamnya. Hal ini tentu bergantung pada faktor tempat penelitian
dan peneliti itu sendiri. Dari segi tempat penelitian peran serta peneliti berada dari
satu tempat ketempat yang lainnya. Oleh karenanya suatu peneliti harus bersikap
aktif didalamnya.
d. Mengumpulkan Data
Proses mengumpulkan data merupakan hal sangat penting karena data
merupakan inti dari kebsahan suatu penelitian. Dalam hal ini data yang
dikumpulkan ialah data yang terkait dengan pelaksanaan Pilkada Langsung di
Kabupaten Pasuruan.
4. Tahap Analisis Data
Dalam tahap analisis data dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Analisis Data
Analisis data dilakukan secara langsung dilapangan bersama-sama dengan
pengumpulan data. Ada empat tahap analisis data, yaitu:
53
1) Analisis domain
Analisis ini dilakukan terhadap data yang diperoleh dari pengamatan
berperanserta/wawancara atau pengamatan deskritif yang terdapat dalam
catatan lapangan.
2) Analisis Taksonomi
Setelah selesai analisis domain, dilakukan pengamatan dan wawancara
terfokus berdasarkan fokus yang sebelumnya telah dipilih oleh peneliti. Oleh
hasil pengamatan terpilih dimanfaatkan untuk memperdalam data yang telah
ditemukan melalui pengajuan sejumlah pertanyaan kontras. Data hasil
wawancara terpilih dimuat dalam catatan lapangan.
3) Analisis Komponen
Ada delapan langkah yang diajukan dalam analisis komponen,
diantaranya:
(a) Memilih domain yang akan dianalisis.
(b) Mengidentifikasi seluruh kontras yang telah ditemukan.
(c) Menyiapkan lembar paradigma.
(d) Mengidentifikasi dimensi kontras yang memiliki dua nilai.
(e) Menggabungkan dimensi kontras yang memiliki keterkaitan erat
menjadi satu.
(f) Menyiapkan pertanyaan kontras untuk ciri yang tidak ada.
(g) Mengadakan pengamatan terpilih untuk melengkapi data.
(h) Menyiapkan paradigma lengkap.
54
4) Analisis Tema
Analisis tema merupakan seperangkat prosedur untuk memahami
secara holistik pemandangan yang sedang diteliti. Sebab setiap kebudayaan
terintegrasi dalam beberapa jenis pola yang lebih luas.
b. Intepretasi Data
Intepretasi data merupakan upaya untuk memperoleh arti dan makna yang
lebih mendalam dan luas terhadap hasil penelitian yang sedang dilakukan.
Pembahasan hasil penelitian dilakukan dengan cara meninjau hasil penelitian
secara kritis dengan teori yang relevan dan informasi akurat yang diperoleh di
lapangan.
55
BAB IV
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Data
Berikut ini data-data yang akan dipaparkan terkait dengan penelitian, data-
data tersebut antara lain:
1. Gambaran Umum Daerah Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan
Salah satu Kabupaten di Jawa Timur, Pasuruan, mempunyai posisi strategis
pusat pembangunan Surabaya-Malang-Jember dan hinterland gerbang kertosusila.
Selain itu juga merupakan bagian dari Satuan Wilayah Pembangunan Malang-
Pasuruan (Wilayah Pembangunan 13). Cakupan wilayah tersebut, dibagi menjadi
enam. Secara administratif terbagi menjadi 24 Kecamatan, 341 Desa dan 24
Kelurahan.
Pada tahun 2008 KPUD Kabupaten Pasuruan melaksanakan Pilkada
Langsung untuk memilih Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Pasuruan. oleh
karena itu, terkait dengan pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan,
terdapat pembagian daerah pemilihan. Pembagian daerah tersebut di bagi kedalam
lima daerah pemilihan yang di dalamnya terdapat sub bagian daerah pemilihan,
yang terbagi di 24 Kecamatan. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan proses
pendistribusian logistik dalam Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan. Berikut ini
adalah tabel pembagian daerah-daerahnya, yaitu:
56
Tabel. 4.1 Pembagian Daerah Pemilihan dalam Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan
No. Daerah Pemilihan Sub Daerah Pemilihan
1. Daerah Pasuruan 1
1. Kecamatan Kejayan 2. Kecamatan Lumbang 3. Kecamatan Pasrepan 4. Kecamatan Puspo 5. Kecamatan Tosari 6. Kecamatan Tutur
2. Daerah Pasuruan 2
1. Kecamatan Pandaan 2. Kecamatan Purwodadi 3. Kecamatan Purwosari 4. Kecamatan Sukorejo
3. Daerah Pasuruan 3 1. Kecamatan Beji 2. Kecamatan Gempol 3. Kecamatan Prigen
4. Daerah Pasuruan 4
1. Kecamatan Bangil 2. Kecamatan Kraton 3. Kecamatan Rembang 4. Kecamatan Wonorejo 5. KecamatanPohjentrek
5.
Daerah Pasuruan 5
1. Kecamatan Grati 2. Kecamatan Lekok 3. Kecamatan Nguling 4. Kecamatan Winongan 5. Kecamatan Gondang wetan 6. Kecamatan Rejoso
Sumber: KPUD Kabupaten Pasuruan Tahun 2008
Pembagian tersebut diatas adalah wilayah yang terbagi kedalam daerah
pemilihan di Kabupaten Pasuruan. Menurut Ketua KPUD Kabupaten Pasuruan,
Bapak Moch Sodiq menyatakan bahwa:
Pembagian daerah tersebut dilakukan untuk mempermudah proses penyaluran logistik dalam pelaksanaan Pilkada Langsung yang akan diselenggarakan nantinya, pembagian tersebut terbagi atas lima daerah rayon yang terdiri dari 24 Kecamatan di Kabupaten Pasuruan. (Wawancara 12 Mei 2008)
57
2. Pihak-pihak yang Terlibat Dalam Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan
Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam Pilkada Langsung Kabupaten
Pasuruan, terdiri atas:
a. Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kabupaten Pasuruan
Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kabupaten Pasuruan adalah
lembaga penyelenggara dalam pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan
tahun 2008. Berikut struktur organisasi KPUD Kabupaten Pasuruan:
Gambar 4.1. Bagan Strukutur Organisasi KPUD Kabupaten Pasuruan
Menurut sumber KPUD Kabupaten Pasuruan, bahwa KPUD Kabupaten
Pasuruan sebagai penyelenggara Pilkada Langsung Mempunyai tugas pokok,
antara lain:
Ketua KPUD Kab. Pasuruan
Anggota 1
Anggota 2
Anggota 3
Anggota 4
Sekretariat KPUD. Kab Pasuruan
Kasubag Program
Kasubag Hukum
Kasubag Umum
Kasubag Tekhnis
58
1) Merencanakan pelaksanaan Pilkada Kabupaten Pasuruan.
2) Melaksanakan Pilkada Kabupaten Pasuruan.
3) Menetapkan hasil Pilkada Kabupaten Pasuruan.
4) Membentuk PPK, PPS, dan KPPS dalam wilayah kerjanya.
5) Mengkoordinasi kegiatan panitia pelaksanaan Pilkada dalam wilayah
kerjanya.
6) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh KPU dan KPU Provinisi.
Selain dari KPUD Kabupaten Pasuruan itu sendiri, terdapat kesekretariatan
yang membantu KPUD Kabupaten Pasuruan dalam menjalankan tugasnya. Setiap
sub bagian keskeretariatan ini mempunyai tugas dan fungsi yang berbeda-beda
sesuai dengan bidangnya. Adapun tugas dan fungsi dari masing-masing bidang
dalam kesekretariatan KPUD Kabupaten Pasuruan antara lain:
a) Sekretariat KPUD Kabupaten Pasuruan
Sekretariat KPUD Kabupaten Pasuruan berasal dari unsur Pegawai
Negeri Sipil. Dipimpin oleh seorang sekretaris yang bertugas untuk
melaksanakan segala kebijakan yang telah ditetapkan oleh KPUD kabupaten
Pasuruan yang berhubungan dengan fungsi-fungsi kesekretariatan. Dalam
melaksanakan tugasnya, Sekretaris KPUD Kabupaten Pasuruan
menyelenggarakan fungsi:
(1) Pengusungan program dan anggaran Pilkada Kabupaten Pasuruan.
59
(2) Pemberian pelayanan teknis pelaksanaan penyelenggaraan Pilkada di
Kabupaten Pasuruan.
(3) Pemberian pelayanan administrasi yang meliputi ketatausahaan,
kepegawaian, anggaran, dan perlengkapan.
(4) Perumusan dan penyusunan bantuan serta penyelesaian masalah
sengketa hukum.
(5) Pemberian dan pelayanan informasi Pilkada, partisipasi masyarakat, dan
penyelenggaraan hubungan masyarakat bagi keperluan Pilkada
Kabupaten Pasuruan.
(6) Pengelolaan data Pilkada Kab. Pasuruan.
(7) Pengelolaan logistik dan distribusi barang/jasa keperluan Pilkada.
(8) Pelaksanaan kerjasama antar lembaga.
(9) Penyusunan laporan penyelenggaraan kegiatan dan pertanggungjawaban
KPUD Kabupaten Pasuruan.
b) Sub Bagian Tekhnis Penyelenggara
Sub bagian teknis penyelenggara bertugas menyiapkan pelaksanaan
teknis penyelenggaraan Pilkada, proses administrasi dan verifikasi
penggantian waktu.
c) Sub Bagian Umum
Sub bagian umum bertugas melakukan penyusunan anggaran bersama
dengan sub bagian program, perbendaharaan, verifikasi dan pembukuan
pelaksanaan anggaran, pelaksanaan urusan rumah tangga, perlengkapan,
keamanan dalam, pengadaan dan distribusi logistik, kepegawaian serta
dokumentasi.
60
d) Sub Bagian Hukum
Sub bagian hukum bertugas melaksanakan intervensi, pengkajian,
penyuluhan, bantuan kerjasama antar lembaga dan penyelesaian sengketa
hukum, pengawasan pelaksanaan rencana dan program serta melaksanakan
pelayanan informasi, sosialisasi peraturan yang berkaitan dengan Pilkada
Langsung dan peningkatan partsipasi masyarakat.
e) Sub Bagian Program
Sub bagian program bertugas menyiapkan penyusunan rencana,
program, anggaran bersama dengan sub bagian umum, pengumpulan dan
pengolahan data kegiatan.
Selain itu juga, KPUD Kabupaten Pasuruan dalam melaksanakan Pemilihan
Bupati dan Wakil Bupati dilakukan dengan segala persiapan dan penataan
organisasi termasuk pembagian peran dan fungsi yang merata di antara kelima
anggotanya. Hal tersebut untuk tetap menjaga objektivitas, independensi dan
kredibilitas sebagai sebuah komisi. Kebijakan dan keputusan yang diambil adalah
keputusan kolektif sebagai hasil keputusan pleno. Tidak ada dominasi tunggal
ataupun dominasi peran ketua seperti lazimnya kantor/bagian/dinas dalam
pemerintahan daerah, karena dalam KPU itu adalah kepemimpinan kolektif atau
kolektif kolegial.
Sebagai bentuk upaya tersebut adalah pembagian divisi dalam organisasi
KPU Kabupaten Pasuruan yang terdiri dari :
(a) Divisi 1
Bidang: Hukum, Anggaran dan Logistik Pilkada, oleh: Moch Sodiq.
61
(b) Divisi 2
Bidang: Pendataan, Pendaftaran Pemilih dan Kerjasama antar Lembaga,
oleh: Muslim Mustadjab.
(c) Divisi 3
Bidang: Sosialisasi, Personalia dan Teknis Pilkada, oleh: Wiwik
Winarningsih
(d) Divisi 4
Bidang: Pencalonan, Kampanye dan Litbang Pilkada, oleh: Zainal Abidin.
(e) Divisi 5
Bidang: Teknologi Informasi, Pemungutan, Penghitungan Suara dan
Penetapan, oleh: Hari Moerti.
Terkait dengan hal ini Ketua KPUD Kabupaten Pasuruan, Bapak Moch.
Sodiq menyatakan bahwa:
Dengan terbentuknya 5 divisi tersebut di atas, maka masing-masing anggota KPU Kabupaten Pasuruan telah mempersiapkan segala sesuatu terkait pelaksanaan Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Pasuruan yang Insya Allah akan dilaksanakan pada Ahad, 18 Mei 2008. Selain itu kelima anggota KPU Kabupaten Pasuruan juga membagi peran publik, rapat konsultasi dan rapat koordinasi maupun aktivitas lain yang merupakan komitmen bersama, sehingga dalam kurun waktu 3 bulanan ada periodisasi peran. (Wawancara 12 Mei 2008)
b. Panitia Pengawas Pilkada Kabupaten Pasuruan
Pengawas Pemilihan Kepala Daerah adalah panitia yang melakukan
pengawasan pada setiap tahapan kegiatan penyelenggaraan Pilkada. Sebagaimana
umumnya Panwas Pilkada Kabupaten Pasuruan melakukan pengawasan terhadap
jalannya pelaksanaan Pilkada di Kabupaten Pasuruan. Hal ini dimaksudkan untuk
62
menjaga ketertiban dan keamanan Pilkada Langsung yang dilaksanakan di
Kabupaten Pasuruan.
Adapun tugas Panwas Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan terdiri atas:
1) Mengawasi semua tahapan penyelenggaraan Pilkada Langsung.
2) Menerima laporan penyelenggaraan peraturan perundang-undangan.
3) Menyelesaikan sengketa yang timbul dalam penyelenggaraan Pilkada
Langsung.
4) Meneruskan temuan dan laporan yang tidak dapat diselesaikan kepada
instansi yang berwenang.
c. Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), Panitia Pemungutan Suara (PPS) dan
Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS)
1) Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK)
Panitia Pemilihan Kecamatan adalah pelaksana pemilihan Bupati dan
Wakil Bupati di tingkat kecamatan dan berkedudukan di ibu kota kecamatan
yang ada di Kabupaten Pasuruan.
Dalam melaksanakan tugasnya, PPK dibantu Sekretariat yang dipimpin
oleh seorang Sekretaris dari Pegawai Negeri Sipil. Adapun tugas PPK
Kabupaten Pasuruan terdiri atas:
a) Mengadakan koordinasi dengan pihak yang di pandang perlu untuk
kelancaran pelaksanaan tugas.
b) Memberikan laporan hasil kegiatan perhitungan suara sementara secara
berkala dengan manual atau elektronik.
63
c) Melaksanakan kegiatan lain yang dipandang perlu untuk kelancaran
penyelenggaraan Pilkada Langsung sesuai dengan kebijakan yang
ditentukan oleh KPU Kabupaten Pasuruan.
2) Panitia Pemungutan Suara (PPS)
Panitia Pemungutan Suara merupakan pelaksana pemilihan Bupati dan
Wakil Bupati di tingkat desa/kelurahan dan berkedudukan di desa/kelurahan.
Adapun tugas PPS Kabupaten Pasuruan terdiri atas:
a) Melakukan pemutakhiran data pemilih, daftar pemilih sementara, daftar
pemilih hasil perbaikan, dan daftar pemilih tetap.
b) Membentuk KPPS.
c) Mengangkat petugas pemutakhiran data pemilih.
d) Mengumumkan daftar pemilih.
e) Mengumumkan hasil penghitungan suara dari seluruh TPS di wilayah
kerjanya.
f) Membantu PPK dalam menyelenggarakan Pemilu, kecuali dalam hal
penghitungan suara.
Terkait dengan hal ini Bapak Moeljani selaku anggota KPUD
Kabupaten Pasuruan menyatakan bahwa:
Dalam Pilkada 2008 ini ada beberapa perubahan dalam lingkup PPS jika dibandingkan dengan Pemilu sebelumnya, antara lain: di PPS tidak ada sekretaris PPS, kalau dulu sekdes/sekkel otomatis menjadi sekretaris PPS kemudian setiap desa/kelurahan ada 1 orang petugas pemutakhiran data pemilih, Pemilu sebelumnya tidak ada. Kemudian tidak ada rekapitulasi penghitungan suara di PPS, sehingga hasil penghitungan oleh KPPS di masing-masing TPS akan direkap oleh PPK, jadi hasil penghitungan di TPS hanya mampir sebentar di PPS kemudian diteruskan ke PPK, PPS dilarang membuka kotak suara yang bersegel. (Wawancara 14 Mei 2008)
64
3) Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS)
KPPS merupakan pelaksana pemilihan umum Bupati dan Wakil Bupati
di Tempat Pemungutan Suara dan berkedudukan di Tempat Pemungutan Suara.
Adapun tugas KPPS terdiri atas:
a) Melaksanakan pemungutan dan perhitungan suara di TPS.
b) Menerima surat suara dan alat perlengkapan yang diperlukan untuk
pemungutan suara dan perhitungan suara.
c) Mengatur penyampaian surat pemberitahuan/panggilan memberikan
suara kepada pemilih tetap.
d) Mengatur para pemilih memasuki TPS.
e) Membuat berita acara dan sertifikat hasil perhitungan suara untuk
disampaikan kepada PPS.
d. Pasangan Calon
Menurut sumber KPUD Kabupaten Pasuruan, dalam Pilkada Langsung
yang diselenggarakan di Kabupaten Pasuruan tanggal 18 Mei 2008, ada tiga
pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati. Mereka diusulkan baik oleh gabungan
partai politik maupun usulan dari partai politik tunggal. Adapun ketiga pasangan
calon tersebut yaitu:
1) Pasangan H. Jusbakir Aljufri, SH, MM dan H. Joko Cahyono SE, SH, MH.
(pasangan ini diusulkan oleh Partai Kebangkitan Bangsa)
2) Pasangan Dr. H. Dade Angga, S.IP, M.Si dan Drs. H. Eddy Paripurna.
( pasangan ini diusulkan oleh PNIM, PBSD, PBB, PNBK, PKPI, PPNUI,
PKS, PDIP, PDS, PSI dan PPD)
65
3) Pasangan H. Muzamil Syafii, SH, M.Si dan H. Akhmad Zubaidi, SE. MM.
(Pasangan ini diusulkan oleh Partai Golkar dan Partai Persatuan
Pembangunan).
Mengenai keberadaan tiga pasangan calon ini, sekretaris KPUD Kabupaten
Pasuruan, Bapak Zubad menyatakan bahwa:
Pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah ini sudah akuntabel dan diyakini bisa mengemban amanat rakyat apabila kelak mereka terpilih menjadi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah peridode 2008-2013. Tidak hanya itu Kepala Daerah yang terpilih kelak juga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Pasuruan. (Wawancara 5 Mei 2008)
Tabel 4.2 Data Pasangan Calon Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan
Pasangan Calon
Pasangan Nomor urut 1
Pasangan Nomor urut 2
Pasangan Nomor urut 3
Calon Bupati
Calon Bupati Calon Bupati
1. H. JUSBAKIR ALDJUFRI, SH. MM
1. Dr. H. DADE ANGGA, S.IP, M.Si
1. H. MUZAMMIL SYAFI'I, SH. M.Si
2. Tempat&Tgl Lahir : Pasuruan, 27 November 1944
2. Tempat&Tgl Lahir: Bandung, 1 Januari 1952
2. Tempat&Tgl Lahir: Pasuruan, 3 Juni 1955
3. Alamat tempat tinggal: Jl. Darmoyudo Utama No.11-A Kota Pasuruan
3. Alamat tempat tinggal: Griya Pandaan Indah B8 RT07/RW24 Pandaan, Kab.Pasuruan
3. Alamat tempat tinggal: Lingkungan Krajan RT02/RW01 Kel. Gondangwetan, Kec. Gondangwetan, Kab. Pasuruan
4. Jenis Kelamin: Laki- Laki
4. Jenis Kelamin: Laki- Laki
4. Jenis Kelamin: Laki- Laki
5. Agama: Islam 5. Agama: Islam 5. Agama: Islam
66
6. Status Perkawinan: a. Kawin b. Nama Istri: Hj. Amin Muftiyah, SH. MH c. Jumlah anak: 4 (empat) orang
6. Status Perkawinan: a. Kawin b. Nama Istri: Hj. Dra. Elvira Sahara, M.Si c. Jumlah anak: 3 (tiga) orang
6. Status Perkawinan: a. Kawin b. Nama Istri: Hj. Zainab Zaky c. Jumlah anak: 4 (empat) orang
7. Pekerjaan: Pensiunan PNS
7. Pekerjaan: Purnawirawan
7. Pekerjaan: Wakil Bupati Pasuruan
8. Riwayat Pendidikan: a. Sekolah Rakyat Nahdlotul Ulama’ (SR-NU) Pasuruan, 1959. b. Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang, Pimpinan KH. Musta’in Romly, 1961. c. Madrasah Tsanawiyah Darul Ulum, Jombang, 1963. d. Madrasah Aliyah Darul Ulum, Jombang, 1965. e. Fakultas Hukum Universitas Darul Ulum, Jombang, 1968. f. Fakultas Hukum Negeri Jember, (UNEJ), 1981.
8. Riwayat Pendidikan: a. SD Negeri Cipaku Kabupaten Bandung b. SMP Negeri I Majalaya Kabupaten Bandung c. SMA Negeri I Cicalengka Kabupaten Bandung d. Universitas Terbuka Malang (S1) e. PPS Universitas Brawijaya Malang (S2)
8. Riwayat Pendidikan: a. MI/SD NU Bangilan Pasuruan, tahun 1967 b. SMP Negeri I Pasuruan, tahun 1970. c. SMEA PGRI Pasuruan, tahun 1973. d. S1 Fakultas Hukum UNMER Malang, tahun 1986. e. S2 PPS MAP Universitas Merdeka Malang, tahun 2002.
Calon Wakil Bupati
Calon Wakil Bupati
Calon Wakil Bupati
1. H. JOKO CAHYONO, SE. SH. MH
1. Drs. H. EDDY PARIPURNA
1. H. AKHMAD ZUBAIDI, SE. MM
2. Tempat&Tanggal Lahir: Pasuruan, 17 Juli 1968
2. Tempat&Tgl Lahir: Pasuruan, 21 April 1962
2. Tempat&Tgl Lahir: Malang, 17 Maret 1963
3. Alamat tempat tinggal: Jl. Pesanggrahan I/12 Prigen, Kab. Pasuruan
3. Alamat tempat tinggal: Perum Kebon Waris Permai I/C 21 Pandaan, Kab. Pasuruan
3. Alamat tempat tinggal: a. Rumah Dinas: Jl. Veteran 9-B Pasuruan. b. Rumah Pribadi: Perum Keboncandi
67
Permai Blok EF-2 RT.02/RW.15 Karang Sentul, Gondangwetan.
4. Jenis Kelamin: Laki- Laki
4. Jenis Kelamin: Laki- Laki
4. Jenis Kelamin: Laki- Laki
5. Agama: Islam 5. Agama: Islam 5. Agama: Islam 6. Status Perkawinan: a. Kawin b. Nama Istri: Hj. Sri Aning, SH. c. Jumlah anak: 4 (empat) orang
6. Status Perkawinan: a. Kawin b. Nama Istri: Hj. Yuli Hidayati, SH c. Jumlah anak: 3 (tiga) orang
6. Status Perkawinan: a. Kawin b. Nama Istri: Hj. Mukhsinah c. Jumlah anak: 3 (tiga) orang
7. Pekerjaan: Wiraswasta/Anggota DPRD
7. Pekerjaan: Wakil Ketua DPRD Kabupaten Pasuruan
7. Pekerjaan: Ketua DPRD Kabupaten Pasuruan
8. Riwayat Pendidikan: a. SD Negeri I Pecalukan III, 1981. b. SMP Negeri I Pandaan, 1984. c. SMA Negeri I Pandaan, 1987. d. Fak. Akuntasi Universitas Widyagama Malang, 1993.
8. Riwayat Pendidikan: a. SDN Bangilan Pasuruan. b. SMP Negeri I Pasuruan. c. SMA Negeri I Pasuruan. d. Universitas Negeri Jember.
8. Riwayat Pendidikan: a. SD Negeri Sladi No. 81 Kejayan Pasuruan, tahun 1975-1976 b. SMPN I Pasuruan (Lulus) , tahun 1979- 1980 c. SMAN 2 Pasuruan, tahun 1982-1983 f. Fak. Teknik Sipil , Institut Teknologi Nasional Malang, tahun 1983-1985 g. Fak. Ekonomi UNMER Pasuruan (S1), tahun 1985-1989 h. Pasca Sarjana Fak. Ekonomi (MSDM) UNMER Malang (S2), tahun 2000-2002
Sumber : KPUD Kabupaten Pasuruan Tahun 2008
e. Pemilih
Pemilih dalam hal ini adalah masyarakat Kabupaten Pasuruan yang
terdaftar dalam daftar pemilih tetap yang telah memiliki syarat untuk melakukan
68
pencoblosan dalam Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan. Menurut sumber
KPUD Kabupaten Pasuruan jumlah pemilih dan jumlah tempat pemungutan suara
dalam pelaksanaan Pilkada Kabupaten Pasuruan berjumlah 1.076.747 jiwa yang
terdiri dari laki-laki dan perempuan yang terbagi di 24 kecamatan. Berikut adalah
daftar pemilih di 24 Kecamatan, antara lain:
Tabel 4.3 Jumlah Pemilih dan Tempat Pemungutan Suara (TPS)
No Nama Kecamatan Jumlah Pemilih Jumlah TPS
1 Puwodadi 47684 85 2 Tutur 39933 74 3 Puspo 19806 37 4 Tosari 13930 71 5 Lumbang 25371 48 6 Pasrepan 36852 70 7 Kejayan 45301 90 8 Wonorejo 40099 76 9 Purwosari 54867 95 10 Prigen 60007 108 11 Sukorejo 58072 103 12 Pandaan 71825 130 13 Gempol 83468 145 14 Beji 53869 95 15 Bangil 58668 112 16 Rembang 42369 79 17 Kraton 60430 112 18 Pohjentrek 20416 37 19 Gondang Wetan 37231 76 20 Rejoso 31098 60 21 Winongan 29890 58 22 Grati 54110 97 23 Lekok 48366 85 24 Nguling 43085 79 Jumlah 1.076.747 2.022
Sumber : KPUD Kabupaten Pasuruan.Tahun 2008
69
f. Aparat Keamanan
Aparat keamanan dalam pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten
Pasuruan terdiri dari TNI dan Polri yang ada dalam wilayah Kabupaten Pasuruan.
Kedua institusi ini bekerjasama untuk menjaga keamanan dan ketertiban
pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan agar berjalan dengan lancar.
Jumlah aparat keamanan gabungan TNI dan Polri dalam Pilkada Langsung
Kabupaten Pasuruan adalah 2.095 personel yang tersebar di beberapa wilayah
pemilihan.
Terkait dengan masalah pengamanan, Kasubag Hukum KPUD Kabupaten
Pasuruan, Bapak Hartono menyatakan bahwa:
Masalah keamanan dalam Pilkada kali ini kami telah meminta kepada jajaran personel Kepolisian dan TNI untuk saling berkoordinasi dan bekerjasama agar pelaksanaan Pilkada kali ini berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan-hambatan yang berarti yang dapat mencoreng citra Kabupaten Pasuruan. (Wawancara 18 Mei 2008)
g. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
Peran Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam pelaksanaan Pilkada
Langsung Kabupaten Pasuruan tentu sangat dibutuhkan. Hal ini disebabkan bahwa
keberadaan LSM dapat membantu kinerja KPUD Kabupaten Pasuruan dalam
mensosialisasikan dan memantau pelaksanaan Pilkada Langsung yang berjalan.
Berikut ini adalah LSM yang ditunjuk oleh KPUD Kabupaten Pasuruan
untuk menjalankan tugas sebagaimana mestinya. LSM tersebut antara lain :
1) Aliansi Masyarakat Pasuruan (78 orang)
2) Komite Independen pemantau Pemilu (30 orang)
70
3) SEPATA CENTER (41 orang)
4) BMR-RI (2 orang)
5) PASDEWA (1 orang)
Menurut Ketua KPUD Kabupaten Pasuruan, Bapak Moch Sodiq
menyatakan bahwa:
Keberadaan LSM ini diharapkan mampu memberikan kontribusi yang maksimal dalam membantu KPUD Kabupaten Pasuruan untuk menjalankan sosialisasi dan pemantauan dalam proses penyelenggaraan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan tahun 2008. (Wawancara 15 Mei 2008)
3. Tahapan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan
Menurut sumber KPUD Kabupaten Pasuruan bahwa dalam pelaksanaan
Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan ada beberapa tahapan yang telah
ditetapkan. Adapun tahapan dalam pelaksanaan Pilkada Kabupaten Pasuruan terdiri
atas:
a. Tahap Persiapan
Tahap persiapan Pilkada Kabupaten Pasuruan dibagi menjadi tiga tahapan,
yaitu:
1) Pemberitahuan DPRD Kabupaten Pasuruan kepada KPUD Kabupaten
Pasuruan mengenai berakhirnya masa jabatan Kepala Daerah.
2) Perencanaan penyelenggaraan yang dilaksanakan selama 21 hari meliputi
penetapan tata cara, jadwal tahapan Pilkada, pembentukan badan
penyelenggara, pemberitahuan pendaftaran pemantau.
3) Penerangan sosialisasi yakni sebagai upaya untuk mengenalkan kepada
masyarakat tentang arti Pilkada itu sendiri.
71
b. Tahap Pelaksanaan
Menurut sumber KPUD Kabupaten Pasuruan bahwa pelaksanaan Pilkada
Langsung di Kabupaten Pasuruan dibagi menjadi beberapa tahapan, antara lain:
1) Pendaftaran Pemilih
Proses pendaftaran pemilih dalam Pilkada Kabupaten Pasuruan
dilakukan oleh Dinas Kependudukan Kabupaten Pasuruan dengan,
memperbaharui daftar pemilih yang digunakan pada saat pelaksanaan
Pemilihan Umum terakhir, yakni pada tahun 2004.
2) Pendaftaran dan Penetapan Pasangan Calon
Pendaftaran pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Pasuruan adalah
waktu yang disediakan bagi Partai Politik atau gabungan Partai Politik untuk
mencalonkan pasangan calon Bupati dan wakil Bupati yang diusungnya,
kemudian ditetapkan oleh KPUD Kabupaten Pasuruan apabila memenuhi
persyaratan yang ada.
3) Kampanye
Kampanye adalah sebuah tindakan yang bertujuan mendapatkan
pencapaian dukungan, usaha kampanye bisa dilakukan oleh perorangan atau
sekelompok orang yang terorganisir untuk melakukan pencapaian suatu proses
pengambilan keputusan di dalam suatu kelompok. Kampanye biasa juga
dilakukan guna mempengaruhi, penghambatan, pembelokan pencapaian.
4) Masa Tenang
Masa tenang adalah waktu yang diperlukan oleh semua lapisan
masyarakat untuk memahami calon pemimpin yang akan dipilihnya.
72
Tentunya dalam masa tenang ini harus terhindar dari berbagai bentuk
pelanggaran yang ada.
5) Pemungutan Suara
Pemungutan suara adalah proses nyata penyaluran aspirasi warga
masyarakat untuk menentukan pemimpinnya kelak.
6) Penetapan Calon Terpilih
Tahap terakhir dari pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten
Pasuruan adalah penetapan calon pasangan Bupati dan Wakil Bupati yang
terpilih.
Adanya tahapan tersebut tentu didukung oleh pernyataan ketua KPUD
Kabupaten Pasuruan, Bapak Moch. Sodiq menyatakan bahwa:
Melalui pencanangan tahapan pemilihan Kepala Daerah ini, masyarakat diharapkan tahu dan berpartisipasi dalam pelaksanaannya, karena tujuannya adalah untuk melahirkan Kepala Daerah yang legitimate.
(Wawancara 15 Mei 2008) 4. Pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan
Menurut sumber KPUD Kabupaten Pasuruan bahwa dalam pelaksanaan
Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan ialah mengikuti tahapan-tahapan yang telah
disusun sebelumnnya. Bentuk pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan
dibagi menjadi dua bagian, diantaranya:
a. Tahap Persiapan
Berkenaan dengan hal persiapan terdapat beberapa faktor yang harus
dipertimbangkan dalam menentukan pedoman penyusunan jadwal penyelenggaraan
Pilkada. Pertama, kebutuhan waktu sekurang-kurangnya tiga bulan dari hari dan
tanggal penetapan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala
73
Daerah sampai dengan hari dan tanggal pemungutan suara di TPS. Kedua, tingkat
kesulitan geografis dan ketersediaan percetakan yang tidak sama di daerah. Ketiga,
alokasi waktu yang menjadi hak masyarakat atau pasangan calon tidak dapat
diubah oleh pemerintah maupun KPUD. Perubahan waktu hanya dapat dilakukan
pada tahapan yang menjadi kewajiban KPUD dengan konsekuensi harus dilakukan
langkah-langkah percepatan.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Ketua KPUD Kabupaten Pasuruan, Bapak
Moch. Sodiq yang menyatakan bahwa:
Untuk mempersiapkan segala sesuatu yang terkait dengan pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan tahun 2008 ini, pihak KPUD Kabupaten Pasuruan telah mempersiapkan dengan baik terutama menyangkut sosialisasi dilapangan dengan dinas-dinas terkait.
(Wawancara 15 Mei 2008) Tahap persiapan Pilkada Kabupaten Pasuruan yang dibagi menjadi tiga
tahapan dan memerlukan waktu sekitar lima bulan yakni sejak tanggal 5 Juli 2007
sampai dengan 5 November 2007. Adapun ketiga tahapan itu secara kronologis,
yaitu:
1) Pemberitahuan DPRD Kabupaten Pasuruan kepada KPUD Kabupaten
Pasuruan Mengenai Berakhirnya Masa Jabatan Kepala Daerah
Pemberitahuan ini dilaksanakan pada tanggal 10 Juli 2008 di Pendopo
KPU Kabupaten Pasuruan yang beralamat di Jalan Raya Kejayan No. 70
Pasuruan. Dalam pertemuan tersebut dihasilkan mengenai persiapan tekhnis
yang harus ditempuh dalam melaksanakan Pilkada Langsung agar
pelaksanaannya nanti berjalan dengan maksimal.
74
2) Perencanaan Penyelenggaraan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan
Perencanaan penyelenggaraan dilaksanakan selama 21 hari yakni pada
tanggal 18 September 2007 sampai dengan 9 Oktober 2007 yang meliputi
penetapan tata cara, jadwal tahapan Pilkada , pembentukan badan
penyelenggara, pemberitahuan pendaftaran pemantau.
3) Penerangan Sosialisasi
Yakni sebagai upaya untuk mengenalkan kepada masyarakat tentang
arti Pilkada itu sendiri. Proses sosialisasi ini dilaksanakan mulai tanggal 31
Oktober 2007 sampai dengan 17 November 2007. Sosialisasi ini dilakukan
melalui koordinasi antara KPU Kabupaten Pasuruan, Pemerintah Kabupaten
Pasuruan dan Polres Kabupaten Pasuruan. Acara tersebut dilaksanakan di 7
kecamatan se-Kabupaten Pasuruan. Adapun jadwal dan materi sosialisasi
tersebut termuat dalam tabel dibawah ini:
Tabel 4.4 Jadwal dan Materi Sosialisasi Menjelang Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan
No.
Waktu dan Tempat
Materi Sosialisasi
Pemateri
1. a. Rabu, 31 Oktober 2007 jam 09.00 di Kecamatan Lekok.
b. Senin, 5 November 2007, jam 09.00 di Kecamatan Bangil.
c.Selasa, 6 November 2007, jam 09.00 di Kecamatan Pandaan.
Kesiapan KPU Kabupaten Pasuruan dalam menyongsong Pilkada tahun 2008 oleh KPU Kabupaten Pasuruan.
KPUD Kabupaten Pasuruan
2. a. Rabu, 7 November 2007, jam 09.00 di Kecamatan Kejayan.
b. Kamis, 8 November 2007,
Pemutakhiran data DRT P4B oleh Pemerintah Kabupaten
Pemerintah Kabupaten Pasuruan
75
jam 09.00 di Kecamatan Purwosari.
Pasuruan.
a. Senin, 12 November 2007, jam 09.00 di Kecamatan Grati.
b. Senin, 19 November 2007, jam 09.00 di Kecamatan Gondangwetan.
Kesiapan pengamanan dalam menyongsong Pilkada tahun 2008 oleh Polres Pasuruan.
Polres Kabupaten Pasuruan
Sumber: KPUD Kabupaten Pasuruan Tahun 2008
b. Tahap Pelaksanaan
1) Pendaftaran Pemilih
Proses pendaftaran pemilih dalam Pilkada Kabupaten Pasuruan
dilakukan oleh Dinas Kependudukan Kabupaten Pasuruan dengan meng-
update daftar pemilih yang digunakan pada saat pelaksanaan Pemilihan Umum
terakhir, yakni pada tahun 2004. Daftar pemilih tersebut dimutakhirkan dan
divalidasi, ditambah dengan daftar pemilih tambahan untuk digunakan sebagai
bahan penyusunan Daftar Pemilih Sementara (DPS). Kemudian data tersebut
diserahkan kepada KPUD Kabupaten Pasuruan.
Penyerahan Daftar Penduduk Potensial Pemilih Pilkada (DP4) dari
Bupati Pasuruan kepada Ketua KPU Kabupaten Pasuruan dilaksanakan pada
tanggal 28 November 2007 di Pendopo Pemerintah Kabupaten Pasuruan, Jalan
Alun-Alun Pasuruan.
Menurut Sekretaris KPUD Kabupaten Pasuruan, Bapak Zubad
menyatakan bahwa:
Acara tersebut dihadiri oleh semua anggota KPU Kabupaten Pasuruan, Bupati Pasuruan, Wakil Bupati Pasuruan, Kapolres Pasuruan, Dandim 0819 Pasuruan, Kajari Kabupaten Pasuruan, Ketua
76
dan Wakil Ketua DPRD Kabupaten Pasuruan, Pimpinan Partai politik se-Kabupaten Pasuruan, seluruh Muspika dan seluruh anggota PPK se-Kabupaten Pasuruan. Jumlah pemilih hasil DP4 ini adalah berjumlah 1.076.747 orang. Dalam acara tersebut, Bupati Pasuruan secara resmi menyerahkan CD DP4 kepada Ketua KPU Kabupaten Pasuruan yang dilanjutkan dengan penandatanganan berita acara. (Wawancara 15 Mei 2008)
2) Pendaftaran dan Penetapan Pasangan Calon
Pendaftaran pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Pasuruan adalah
waktu yang disediakan bagi Partai Politik atau gabungan Partai Politik untuk
mencalonkan pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati yang diusungnya,
kemudian ditetapkan oleh KPUD Kabupaten Pasuruan apabila memenuhi
persyaratan yang ada. Masa pendaftaran ini dibuka sejak 6-13 Februari 2008,
jam 08.30-15.00 WIB yang bertempat di KPUD Kabupaten Pasuruan. Adapun
jumlah pendaftar tersebut adalah:
a) Pasangan H. Jusbakir Aljufri, S.H., M.M dan H. Joko Cahyono S.E., S.H.,
M.H.
b) Pasangan Dr. H. Dade Angga, S.IP, M.Si dan Drs. H. Eddy Paripurna.
c) Pasangan H. Muzamil Syafii, S.H., M.Si dan H. Akhmad Zubaidi, S.E.,
M.M.
d) Calon perseorangan atas nama Ichdar Supi’i.
Proses seleksi terhadap calon yang mendaftar dilakukan mulai tanggal
14 Februari sampai dengan 9 Maret 2008 yang diakukan melalui dua tahapan
yaitu:
77
(1) Tahap Pertama
Tahap pertama dilakukan sehari setelah masa pendaftaran ditutup yakni
dengan melakukan pemeriksaan terhadap berkas-berkas yang diterima oleh
KPUD Kabupaten Pasuruan dari tiap-tiap calon dan perhitungan perolehan
kursi dari partai politik yang mengajukan tiap-tiap calon yang terdaftar. Dalam
hal ini KPUD Kabupaten Pasuruan menghitung perolehan kursi dari tiap-tiap
calon yang mengajukannya. Adapun persyaratannya adalah 15% perolehan
suara pemilihan umum tahun 2004 atau 15% perolehan kursi DPRD
Kabupaten Pasuruan hasil pemilihan umum tahun 2004. Berikut adalah jumlah
perolehan kursi dari partai politik yang mendaftarkan tiap-tiap pasangan calon,
yaitu:
Tabel 4.5 Jumlah Perolehan Suara dan Kursi Partai Politik yang Mendaftarkan Pasangan Calon dalam Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan
No. Nama Calon Nama Partai Politik
Jumlah suara dan kursi
1. Pasangan H. Jusbakir Aljufri, SH, MM dan H. Joko Cahyono SE, SH, MH.
Partai Kebangkitan Bangsa
a. 439.229 suara atau 52,85%
b. 25 kursi
2. Pasangan Dr. H. Dade Angga, S.IP, M.Si dan Drs. H. Eddy Paripurna.
PNIM, PBSD, PBB, PNBK, PKPI, PPNUI, PKS, PDIP, PDS, PSI dan PPD
a. 138.293 suara atau 16,63%
b. 6 kursi
3. Pasangan H. Muzamil Syafii, SH, M.Si dan H. Akhmad Zubaidi, SE. MM.
Partai Golkar dan PPP
a. 154.516 suara atau 18,59%
b. 11 kursi
4. Ichdar Supi’i Perseorangan Tidak ada
Sumber: KPUD Kabupaten Pasuruan Tahun 2008
78
Pada seleksi tahap pertama ini tiga pasangan calon yang diusung oleh
Partai Politik atau koalisi Partai Politik lolos untuk mengikuti seleksi tahap
kedua. Hal ini dikarenakan, ketiga pasangan calon tersebut telah memenuhi
persyaratan yang ada yakni partai politik yang mengusungnya mendapatkan
perolehan suara di atas 15% suara dalam Pemilihan Umum atau di atas 6 kursi
di DPRD. Sedangkan calon perseorangan atas nama Ichdar Supi’I tidak lolos
seleksi karena tidak memenuhi persyaratan yang ada yakni harus didukung
oleh Partai Politik atau koalisi Partai Politik.
(2) Tahap Kedua
Tahap kedua yaitu pemeriksaan kesehatan masing-masing pasangan
calon yang lolos seleksi tahap pertama. Pemeriksaan kesehatan teresebut
dilakukan pada tanggal 15-18 Februari 2008 yang dilakukan oleh Tim Medis
dari RSUD DR Sutomo Surabaya.
(3) Tahap Ketiga
Tahap ketiga ialah penetapan pasangan calon yang lolos untuk maju
dalam Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan. Penetapan pasangan calon ini
dilakukan oleh KPUD Kabupaten Pasuruan pada tanggal 10 Maret 2008 di
Pendopo Kabupaten Pasuruan. Adapun ketiga pasangan calon Pilkada
Langsung Kabupaten Pasuruan tersebut ialah:
(a) Pasangan H. Jusbakir Aljufri, S.H., M.M dan H. Joko Cahyono S.E., S.H.,
M.H.
(b) Pasangan Dr. H. Dade Angga, S.IP, M.Si dan Drs. H. Eddy Paripurna.
79
(c) Pasangan H. Muzamil Syafii, S.H., M.Si dan H. Akhmad Zubaidi, S.E,
M.M.
Ketiga pasangan calon ini telah diumumkan di papan pengumuman
KPU Kabupaten Pasuruan pada 16 Maret 2008 sesuai dengan tahapan yang
telah dibuat oleh KPU Kabupaten Pasuruan. Menurut Zainal Abidin selaku
anggota KPUD Kabupaten Pasuruan, menyatakan bahwa:
Penetapan ini diambil setelah melakukan rapat pleno atas pertimbangan dari apa yang telah kami lakukan selama ini, baik melalui penelitian kami sendiri maupun dengan gelar berkas yang kita lakukan bersama pihak-pihak terkait. (Wawancara 13 Mei 2008)
3) Kampanye
Menurut sumber KPUD Kabupaten Pasuruan, kampanye adalah sebuah
tindakan yang bertujuan mendapatkan pencapaian dukungan, usaha kampanye
bisa dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orang yang terorganisir untuk
melakukan pencapaian suatu proses pengambilan keputusan di dalam suatu
kelompok. Kampanye biasa juga dilakukan guna mempengaruhi, penghambatan,
pembelokan pecapaian.
Begitu pula dengan Pilkada di Kabupaten Pasuruan setiap calon yang
telah ditetapkan wajib mengkampanyekan dirinya masing-masing kepada
masyarakat guna menggalang dukungan. Dalam pelaksanaan kampanye tersebut
tentu ada peraturan tata tertib di dalamnya, berikut ini adalah tata tertib
kampanye Pilkada Langsung Kabupaten menurut Keputusan KPUD Kaupaten
Pasuruan Nomor 06 Tahun 2007 tentang Kampanye, diantaranya:
a) Kampanye harus dilakukan dengan cara sopan dan santun.
80
b) Pasangan calon, tim kampanye dan juru kampanye dilarang melakukan kegiatan kampanye sebelum tanggal dimulai masa kampanye.
c) Pada saat kampanye dilarang mempersoalkan Dasar Negara pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
d) Pasangan Calon dilarang menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan, calon Bupati dan partai politik.
e) Pada saat kampanye dilarang melanggar aturan lalu lintas. f) Pada saat kampanye dilarang menggunakan kekerasan kepada
perseorangan, kelompok masyarakat dan partai politik. g) Dilarang merusak atau menghilangkan alat peraga kampanye
pasangan calon lain. h) Dilarang menggunakan fasilitas pemerintah, tempat ibadah dan
tempat pendidikan. i) Pasangan calon dilarang memberikan uang atau materi lainnya untuk
memperngaruhi pemilih. j) Pada saat kampanye dilarang melibatkan hakim, pejabat BUMN,
pejabat Struktural, Kepala Desa dan PNS.
Berikut ini jadwal dam materi kampanye pasangan calon dalam
pelaksanaan Pilkada Kabupaten Pasuruan, antara lain:
Tabel. 4.6 Jadwal dan Materi Kampanye Pasangan Calon dalam Pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan
No. Nama Pasangan calon Waktu dan Tempat Materi Kampanye
1. Pasangan H. Jusbakir Aljufri, S.H., M.M dan H. Joko Cahyono S.E., S.H., M.H.
a.Jum'at, 2 Mei 2008: Depan Pegadaian Desa Martopuro Purwosari dan di lapangan Mlaten Gempol.
b.Senin, 5 Mei 2008: Kecamatan Grati.
c.Minggu 11 Mei 2008: Kecamatan wonorejo.
Upaya meningkatkan masyarakat Kabupaten Pasuruan sebagai masyarakat religius yang memiliki moralitas tinggi sebagai awal ketercapaian kesejahteraan rakyat.
2. Pasangan Dr. H. Dade Angga, S.IP, M.Si dan Drs. H. Eddy Paripurna.
a. Minggu, 4 Mei 2008: Kecamatan Grati, Nguling dan Wonorejo.
b.Rabu, 7 Mei 2008:
Penciptaan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Pasuruan melalui
81
Kecamatan Bangil, Tutur dan Prigen.
c.Sabtu, 10 Mei 2008: Kecamatan Gondang Wetan da Gempol.
pemenuhan kebutuhan dasar seperti: harga sembako yang terjangkau, jaminan kesehatan bagi warga miskin dan pendidikan murah.
3. Pasangan H. Muzamil Syafii, S.H., M.Si dan H. Akhmad Zubaidi, S.E., M.M.
a.Sabtu, 3 Mei 2008: Pasar warung dowo dan pasar purwosari.
b.Selasa, 6 Mei 2008: Kecamatan Nguling dan Pondok pesantren Darunnah Kejayan.
c.Jum’at 9 Mei 2008: Pasar baru Bangil, Beji dan Pandaan.
Penggalian potensi Sumber daya Alam Kabupaten Pasuruan untuk menciptakan masyarakat yang mandiri dalam menyongsong era globalisasi.
Sumber: KPUD Kabupaten Pausruan Tahun 2008
4) Masa Tenang
Masa tenang adalah waktu yang diperlukan oleh semua lapisan
masyarakat untuk memahami calon pemimpin yang akan dipilihnya. Tentunya
dalam masa tenang ini harus terhindar dari berbagai bentuk pelanggaran yang
ada. Dalam pelaksanaan dilapangan, masa tenang yang berlaku dalam Pilkada
Kabupaten Pasuruan adalah tiga hari menjelang Pilkada yakni sejak tanggal 14
Mei 2008 sampai 17 Mei 2008.
5) Pemungutan Suara
Pemungutan suara adalah proses nyata penyaluran aspirasi warga
masyarakat untuk menentukan pemimpinnya kelak. Terkait dengan pelaksanaan
Pilkada Kabupaten Pasuruan bahwa hari pemungutan suara dilaksanakan pada
hari Minggu tanggal 18 Mei 2008. Pemungutan suara dalam Pilkada Langsung
Kabupaten Pasuruan dimulai sekitar pukul 07.00 WIB
82
sampai pukul 13.00 WIB. Proses pemungutan suara Pilkada Kabupaten
Pasuruan dilaksanakan secara serentak. Para petugas disetiap Tempat
Pemungutan Suara (TPS) bahkan telah melakukan persiapan satu jam sebelum
warga datang untuk menggunakan hak pilihnya. Setelah selesai proses
pemungutan suara maka barulah dilakukan proses perhitungan suara.
6) Penetapan Pasangan Terpilih
Berdasarkan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Pasuruan tahun 2008 di tingkat
kabupaten dengan rincian perolehan suara sah untuk pasangan calon Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Pasuruan berdasarkan nomor urut
pasangan calon masing-masing; nomor urut 1: H. Jusbakir Aldjufri, SH, MM
dan H. Joko Cahyono, SE, SH, MH) memperoleh suara 238.578 atau 33,84 %.
Nomor urut 2: Dr H. Dade Angga, S.IP, M.Si dan Drs. H. Eddy Paripurna,
memperoleh suara 239.361 atau 33,95 %. Nomor urut 3: H. Muzammil Syafi'i,
SH, M.Si dan H. Akhmad Zubaidi, SE, MM memperoleh suara 227.029 atau
32,20 %.
KPU Kabupaten Pasuruan telah melakukan penetapan pasangan calon
terpilih dalam Pilkada Kabupaten Pasuruan tahun 2008 yang tertuang dalam
surat keputusan nomor: 278/416/424.105/2008. Dalam keputusan tersebut
menyebutkan bahwa menetapkan pasangan calon terpilih adalah nomor urut 2,
Dr. H. Dade Angga, S.IP, M.Si dan Drs. H. Eddy Paripurna.
Penetapan ini berdasarkan Berita Acara Rekapitulasi Hasil
Penghitungan Suara Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
83
Kabupaten Pasuruan tahun 2008 di Tingkat Kabupaten oleh Komisi Pemilihan
Umum Kabupaten Pasuruan tanggal 23 Mei 2008.
Berikut ini adalah hasil perolehan suara dalam Pilkada Langsung
Kabupaten Pasuruan yang tersebar di 24 Kecamatan, Perolehan suaranya adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.7 Hasil Perolehan Suara dalam Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan
No Nama Kecamatan Pasangan 1 Pasangan II Pasangan III
1 Purwodadi 9997 10139 9555 2 Tutur 7692 7952 11546 3 Puspo 3437 4409 6246 4 Tosari 2441 3235 6058 5 Lembang 4738 7405 6600 6 Pasrepan 4306 11134 8286 7 Kejayan 13435 8249 9875 8 Wonorejo 11125 8191 6441 9 Purwosari 12045 10331 12321 10 Prigen 18154 10965 10586 11 Sukorejo 16764 7282 12827 12 Pandaan 21495 10360 13407 13 Gempol 17738 12897 17659 14 Beji 11484 9706 11816 15 Bangil 8476 15576 10091 16 Rembang 8110 9876 8054 17 Kraton 14478 14512 10415 18 Pohjentrek 4744 12154 3454 19 Gondang Wetan 4961 8875 9913 20 Rejoso 6023 8321 6836 21 Wonorejo 4066 9167 7094 22 Grati 10515 15409 10549 23 Lekok 12312 10526 10398 24 Nguling 10042 12690 7002 Jumlah 238.578 239.361 227.029
Persentase 33,84 %. 33,95 % 32,20 % Sumber : KPUD Kabupaten Pasuruan Tahun 2008
84
Tabu
lasi H
asil P
ilkada
Kabu
paten
Pasu
ruan
0510152025 Purwodadi
Tutur
Puspo
Tosari Lem
bang Pasre
pan Kejayan Wonorejo Purwosa
ri Prigen Sukorejo
Pandaa
n GempolBeji
Bangil Remban
g Kraton Pohje
ntrek Weton
Rejoso Wono
rejoGratiLeko
k Nguling
Wilay
ah
Jumlah Suara (dalam ribuan)
Pasa
ngan
1
Pasa
ngan
II
Pasa
ngan
III
Gambar 4.2. Hasil Pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan
85
Secara umum pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan berjalan
dengan lancar, mulai dari tahap persiapan sampai pada tahap penetapan pasangan
calon. Pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan yang digelar tahun
2008, telah menghabiskan dana 8,9 Miliar rupiah.
4. Kendala-Kendala dalam Pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten
Pasuruan
Dalam suatu pelaksanaan tentu terdapat kendala-kendala yang perlu
dihadapi. Begitu pula dengan pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan
tentu terdapat kendala yang menghambat berjalannya pelaksanaan Pilkada
Langsung. Menurut sumber KPUD kabupaten Pasuruan ada beberapa kendala yang
dihadapi mulai dari tahap persiapan sampai pada tahap pelaksanaan.Berikut ini
kendala-kendalanya, antara lain:
a. Kendala-kendala yang Dihadapi Pada Tahap Persiapan
Adapun kendala-kendala yang dihadapi pada tahap persiapan ini, adalah:
1) Keterbatasan sumber daya manusia (SDM) KPUD Kabupaten Pasuruan
dalam pembuatan regulasi/aturan Pilkada untuk menjalankan Undang-
Undang. hal ini dikarenakan dalam KPUD Kabupaten Pasuruan hanya
terdapat tiga orang yang berlatar belakang pendidikan hukum, selain itu
juga sering bergantinya peraturan-peraturan tentang Pilkada itu sendiri
dalam waktu yang berdekatan.
2) Rendahnya pemahaman masyarakat pemilih tentang Pilkada itu sendiri. Hal
ini dikarenakan keberadaan Pilkada itu sendiri baru pertama kali
86
diselenggarakan di kabupaten Pasuruan, sehingga masyarakat belum paham
sepenuhnya.
3) Adanya budaya politik masyarakat yang bersifat apatisme dan memilih
golput.
b. Kendala-kendala yang Dihadapi Pada Tahap Pelaksanaan
1) Kesulitan pendataan dan pendaftaran pemilih. Hal ini disebabkan oleh
luasnya wilayah di Kabupaten Pasuruan serta banyaknya masyarakat yang
tidak memiliki kartu keluarga dan kartu tanda penduduk.
2) Terbatasnya dana dalam Pilkada Kabupaten Pasuruan. berdasarkan sumber
KPUD Kabupaten Pasuruan bahwa dana yang dibutuhkan sekitar sembilan
Miliar rupiah. Sementara dana yang tersedia untuk pelaksanaan Pilkada
sekitar 8,7 miliar rupiah. Hal ini disampaikan oleh Sekretaris KPUD
Kabupaten Pasuruan dalam rapat pleno pada tanggal 10 April 2008 yang
dilaksanakan di Pendopo KPUD Kabupaten Pasuruan.
Adanya kendala-kendala tersebut diatas tentu didukung pula oleh
pernyataan seorang Kasubag Tekhnis KPUD Kabupaten Pasuruan yakni Bapak
Moeljani yang menyatakan bahwa:
Selama pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan ini ada beberapa kendala-kendala yang dihadapi, baik dalam pembuatan regulasi, dana, pemahaman masyarakat yang masih awam tentang Pilkada, maupun kesulitan pendataan pemilih. Namun kendala-kendala tersebut pada akhirnya dapat diatasi dengan baik. (Wawancara 21 Mei 2008)
87
5. Upaya yang Dilakukan untuk Mengatasi Kendala-Kendala yang Dihadapi
Dalam Pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan
Menurut sumber KPUD Kabupaten Pasuruan adanya kendala-kendala yang
dihadapi tersebut, secara umum telah diatasi dengan baik yakni dengan melakukan
kordinasi antar lembaga maupun pihak-pihak terkait dengan Pilkada Langsung di
Kabupaten Pasuruan ini. Sehinggga kendala tersebut tidak menimbulkan masalah
yang berarti. Adapun upaya dari kendala-kendala tersebut adalah:
a. Upaya Mengatasi Kendala-Kendala yang Dihadapi Pada Tahap Persiapan
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala pada tahap
persiapan adalah:
1) KPUD Kabupaten Pasuruan mengadakan rapat di Pendopo Kabupaten
Pasuruan pada tanggal 10 Agustus 2007. Dalam rapat tersebut disepakati
dengan mengangkat ahli hukum untuk membantu kinerja KPUD Kabupaten
Pasuruan dalam pembuatan regulasi/aturan tentang Pilkada Langsung yang
akan diselenggarakan di Kabupaten Pasuruan. Adapun proses seleksi
terhadap pengangkatan ahli hukum tersebut adalah:
(a) Mengumumkan pendaftaran calon tenaga ahli hukum melalui
papan pengumuman resmi selama tiga hari berturut-turut yakni pada
tanggal 11-13 Agustus 2007.
(b) Menerima pendaftaran dalam waktu lima hari kerja terhitung sejak
pengumuman terakhir yakni pada tanggal 14-18 Agustus 2007.
88
(c) Melakukan penelitian administrasi calon tenaga ahli hukum dalam
waktu lima hari kerja yakni pada tanggal 19-23 Agustus 2007.
(d) Mengumumkan hasil penelitian administrasi pada tanggal 26-28
Agustus 2007.
(e) Melakukan wawancara dengan calon tenaga ahli hukum pada tanggal
29-31 Agustus 2007.
(f) Memberitahukan kelulusan kepada yang bersangkutan secara tertulis
pada tanggal 2 September 2007.
Setelah selesai melakukan proses seleksi tersebut pada tanggal 3
September 2007 Sekretaris KPUD Kabupaten Pasuruan menetapkan dua
orang ahli hukum untuk membantu kinerja KPUD Kabupaten Pasuruan
dalam pembuatan aturan penyelenggaraan Pilkada Langsung.
2) Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat yakni melalui koordinasi baik
dari KPUD Kabupaten Pasuruan, Linmas maupun LSM yang telah ditunjuk
untuk memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya
pelaksanaan Pilkada Langsung di Kabupaten Pasuruan.dalam hal ini
dilakukan dengan memasang spanduk di jalan-jalan yang mengajak
masyarakat untuk ikut serta dalam mensukseskan Pilkada Langsung
Kabupaten Pasuruan.
3) Memberikan pemahaman yang mendalam kepada masyarakat Kabupaten
Pasuruan yang memiliki sifat apatisme dan golput. Hal ini dilakukan oleh
pihak KPUD Kabupaten Pasuruan dengan pihak terkait seperti, Linmas
untuk mengadakan penyuluhan di tiap-tiap Kecamatan.
89
b. Upaya Mengatasi Kendala-kendala yang Dihadapi pada Tahap Pelaksanaan
1) KPUD Kabupaten Pasuruan melakukan koordinasi dengan pemerintah
Kabupaten Pasuruan, Dinas Kependudukan, PPK dan PPS, agar pendataan
dapat sesuai dengan jumlah pemilih yang ada.
2) KPUD Kabupaten Pasuruan melakukan pertemuan dengan pemerintah
Kabupaten Pasuruan pada tanggal 12 April 2008 di Pendopo Pemerintah
Kabupaten Pasuruan untuk membahas masalah keterbatasan dana. Dalam
pertemuan tersebut dihasilkan kesepakatan untuk menambahkan dana dari
APBD Kabupaten Pasuruan sebesar 300 juta rupiah.
6. Pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan Ditinjau dari Aspek
Politik Hukum
Pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan tahun 2008 telah
berakhir. Oleh karena itu, jika ditinjau dari aspek politik hukum terdapat dua hal
yang dapat dianalisis, antara lain:
a. Partisipasi Politik Masyarakat
Pada dasarnya partisipasi politik menjadi jaminan bagi fungsi kontrol yang
baik bagi kekuasaan lokal. Inilah pentingnya pendidikan politik melalui partisipasi
politik. Partisipasi politik merupakan keterlibatan rakyat secara perseorangan untuk
mengerti, menyadari, mengkaji, melobi dan memprotes suatu kebijakan yang
ditelurkan oleh pemerintah dengan tujuan mempengaruhi kebijakan agar aspiratif
terhadap kepentingan mereka. Partisipasi masyarakat
90
dapat dipahami sebagai keterlibatan rakyat dalam pengertian politik secara sempit
yaitu hubungan negara dan masyarakat dalam bingkai governance. Sedangkan
dalam pengertian secara luas dapat dikatakan semua bentuk keterlibatan
masyarakat dalam proses berhimpun untuk mempengaruhi ataupun melakukan
perubahan terhadap keputusan yang diambil.
Dalam pelaksanaan Pilkada Langsung yang sudah mencapai hasilnya,
bahwa tingkat partisipasi di Kabupaten Pasuruan masyarakat yang menyalurkan
aspirasinya hanya mencapai 704.968 atau 70.5% dari jumlah Daftar Pemilih Tetap
(DPT) yang berjumlah 1.076.747 jiwa.
Ini sesuai dengan pernyataan Ketua KPUD Kabupaten Pasuruan, Bapak
Moch Sodiq yang menyatakan bahwa:
Tidak semua masyarakat yang mempunyai hak pilih menggunakan hak pilihnya, namun Pilkada berhasil memilih pasangan yang memperoleh suara terbanyak yang kemudian dilantik menjadi Kepala Daerah yang definitif. (Wawancara 20 Mei 2008)
Rendahnya partisipasi masyarakat dalam Pilkada Kabupaten Pasuruan
disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut; pertama, masyarakat secara sadar
dan mandiri untuk tidak menggunakan hak pilihnya dengan pertimbangan yang
didasari sikap apatis, yakni mereka meyakini bahwa para calon yang bertarung
tidak memiliki kapasitas untuk mewujudkan harapan mereka.
Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Heru warga Kecamatan Lekok yang
mengatakan bahwa:
Saya tidak mau milih mas, percuma saya juga memilih orang calonnya juga tidak sesuai dengan harapan saya, semuanya kalau sudah terpilih belum tentu memikirkan nasib rakyat, jadi buat apa saya milih. Wong hidup saya juga tidak akan berubah toh, ya lebih baik saya golput saja. (Wawancara 18 Mei 2008)
91
Dari pernyataan Heru tersebut tentunya dapat dipahami bahwa mencoblos
dan tidak mencoblos memiliki makna yang sama, yakni tidak memberi pengaruh
yang cukup signifikan dalam kehidupan mereka. Kedua, rendahnya partisipasi
masyarakat dalam pilkada, diakibatkan persoalan teknis dalam Pilkada. Dalam hal
ini, penyusunan Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang tidak valid memicu tingginya
jumlah warga yang tidak terdaftar di DPT sehingga menggugurkan hak mereka
sebagai pemilih.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh ibu Tuti warga Kecamatan Pohjentrek
yang mengatakan bahwa:
Saya ora ikut milih, gak punya undangan untuk milih mas. Jadi bagaimana mau menyalurkan hak saya, wong ndak punya surat undangan untuk datang ke TPS. Ya sudah saya lebih baik dirumah saja.tapi kalau ada surat undangannya pasti saya milih dong mas. (Wawancara 18 Mei 2008)
Namun, lain halnya dengan pernyataan informan yang tidak mau
disebutkan namanya yang mengatakan bahwa:
Saya sudah milih dua kali mas hari ini, lha wong nama saya terdaftar di dua TPS kok. Jadi daripada dibuang percuma lebih baik saya gunakan saja, ya setidaknya bisa nambah suara buat pasangan calon yang saya dukung dong mas. Satu suara juga mempengaruhi lho mas. (Wawancara 18 Mei 2008)
Dari pernyataan dua warga tersebut dapat di yakini bahwa persoalan DPT
selama pelaksanaan Pilkada Kabupaten Pasuruan tetap menjadi masalah krusial
yang harus dicarikan solusinya agar tidak terulang di masa yang akan datang.
Sebab serangkaian Pilkada sudah berlangsung, masalah DPT yang tidak akurat
tetap menyisakan persoalan rendahnya partisipasi pemilih.
92
Ketiga, partisipasi juga dipengaruhi oleh kepentingan individual pemilih.
Dalam hal ini, banyak pemilih yang lebih mendahulukan dan memprioritaskan
kebutuhan individualnya. pergi ke sawah, masuk kerja bagi buruh pabrik atau tidak
mudik bagi yang merantau daripada pergi ke TPS untuk mencoblos.
Terkait dengan hal ini Munir seorang warga Wonorejo mengatakan bahwa:
Wah mas daripada ikut nyoblos mending saya panen saja di sawah, wong gak ikut nyoblos juga percuma toh. Kehidupan saya tetap ndak ada berubah-berubahnya. Mereka jadi pemimpin paling ya buat mereka sendiri. Kalau sudah jadi pemimpin mereka lupa sama masyarakat kecil seperti saya ini. (Wawancara 18 Mei 2008)
Dari pernyataan bapak Munir tersebut jelas bahwa keberadaan Pilkada
Langsung tidak dirasa penting baginya. Tantangan mendesak adalah menjadikan
Pilkada sebagai bentuk artikulasi politik rakyat yang rasional dan kritis. Inilah
esensi dari partipasi politik rakyat. Selama proses Pilkada masih didominasi oleh
elit-elit partai politik yang bermental korupsi, maka rakyat akan merasakan Pilkada
sebagai euphoria semata. Selain itu, Pilkada akan menjadi euphoria ketika praktek
manipulasi, money politics dan kekerasan politik masih berlangsung. Oleh karena
itu rakyat hendaknya diberikan kemerdekaan untuk menentukan pilihannya. Rakyat
harus mampu menentukan hak-hak politiknya secara sadar dan bertanggung jawab.
Sebagai proses yang baru dan meniscayakan kehidupan demokratis yang lebih
beradab, maka Pilkada harus mampu dipahami sebagai suatu proses yang penuh
dengan dinamika. Selain itu, kesiapan teknis yang selama ini menjadi domain
pemerintah dan KPUD pada persoalan pendataan pemilih harus segera ditingkatkan
supaya hak warga memilih tidak hilang secara percuma.
93
b. Bentuk-Bentuk Pelanggaran Dalam Pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten
Pasuruan
Pelanggaran dalam pelaksanaan Pilkada merupakan bentuk penyelewengan
dari aturan-aturan yang berlaku. Begitu pula dengan pelaksanaan Pilkada di
Kabupaten Pasuruan, dengan bersumber dari Panwaslu Kabupaten Pasuruan,
terdapat beberapa jenis pelanggaran, diantaranya:
1) Terdapat daftar pemilih ganda dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT). Hal ini
merupakan bentuk pelanggaran dalam Pilkada Kabupaten Pasuruan karena
dengan daftar pemilih ganda warga dapat menyalurkan aspirasi lebih dari
satu suara.
Ketika peneliti menemui salah satu warga Grati yakni Misnan yang
memiliki daftar pemilih ganda mengatakan bahwa:
Saya tidak tahu mas, saya kok tiba-tiba tercatat di TPS 26 dan 27, ya ini bukan kesalahan saya lho mas. Saya hanya mendapat 2 undangan ya saya terima saja. Ya daripada saya tidak pergunakan, kan sayang mas kalau dibuang. Lebih baik saya pakai saja dua-duanya agar dukungan saya bisa menang. (Wawancara 18 mei 2008)
Dari pernyataan tersebut jelas terbukti bahwa dengan adanya daftar
pemilih ganda adalah bentuk pelanggaran dalam pilkda di Kabupaten
Pasuruan.
2) Adanya konvoi dan arak-arakan yang melanggar lalu lintas.
Pada dasarnya kampanye merupakan proses mengenalkan pasangan
calon kepada masyarakat agar masyarakat tahu dan paham tentang calon
pemimpinnya. Namun bukan berarti arak-arakan harus melanggar lalu lintas
seperti kemacetan di sepanjang jalan raya.
94
Gambar 4.3. Kemacetan jalan akibat kampanye dalam Pilkada Kabupaten Pasuruan
3) Terlibatnya anak-anak dibawah umur dalam pelaksanaan kampanye tiap
pasangan calon. Tentunya ini menjadi acuan bagi para orangtua untuk tidak
mengijinkan anaknya pada proses kampanye. Ini terbukti ketika peneliti
mengamati proses jalannya kampanye di Kabupaten Pasuruan bahwa
banyak anak-anak yang terlibat didalamnya. Ketika peneliti menemui
seorang informan yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan bahwa:
Iya mas anak-anak soalnya ingin ikut, lagipula buat hiburan saja kan tidak masalah. Wong ini sudah biasa kok, ya pokoknya buat hiburan saja mas. Ini juga tidak mau bersekolah juga habis disuruh juga gak mau, karena ingin ikut kampanye. Ya saya bolehin saja ini kan jarang-jarang. (Wawancara 13 mei 2008)
Gambar 4.4. Keterlibatan anak-anak dalam Kampanye Pilkada Kabupaten Pasuruan
95
4) Pada tahap pemungutan suara petugas PPS yang ikut ke bilik suara ketika
pemilih melakukan pencoblosan. Ini tentunya jelas melanggar asas Pilkada
itu sendiri, yakni asas bebas dan rahasia.
5) Tidak didistribusikannya surat undangan kepada warga yang namanya
tercatat dalam DPT.
6) Kampanye hitam (black campaign) untuk melakukan pembunuhan karakter
(assasination character) pasangan calon lain. Hal ini dialami oleh Puji
salah seorang warga Kecamatan Wonorejo mendapatkan selebaran yang
menyudutkan salah satu pasangan calon.
7) Adanya pemilih yang belum berusia genap 17 tahun tapi sudah dapat
memilih. Hal ini diakui oleh seorang informan yang tidak mau disebutkan
namanya mengatakan bahwa:
Saya baru 16 tahun mas, saya milih karena dapat undangan saja untuk datang ke TPS dan melakukan pencoblosan, habisnya saya juga ingin ikut partisipasi mas, saya juga gak tau kalau peraturannya harus 17 tahun dulu. Ya sudah terlanjur kan mas.” (Wawancara pada 18 Mei 2008)
B. Temuan Penelitian Berikut ini adalah temuan penelitian yang terbagi dalam beberapa bagian
sesuai dengan paparan data di atas, antara lain:
1. Pihak-pihak yang Terlibat dalam Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan
Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan Pilkada Langsung
Kabupaten Pasuruan terdiri atas :
96
a. Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kabupaten Pasuruan
Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kabupaten Pasuruan adalah
lembaga penyelenggara dalam pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan
tahun 2008. Tentunya keberadaan KPUD Kabupaten Pasuruan sangatlah penting
karena kinerja KPUD Pasuruan akan berpengaruh pada lancar atau tidaknya
pelaksanaan Pilkada Langsung yang dijalankan.
b. Panitia Pengawas Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan
Pengawas Pemilihan Kepala Daerah adalah panitia yang melakukan
pengawasan pada setiap tahapan kegiatan penyelenggaraan Pilkada. Sebagaimana
umumnya Panwas Pilkada Kabupaten Pasuruan melakukan pengawasan terhadap
jalannya pelaksanaan Pilkada di Kabupaten Pasuruan.
c. Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), Panitia Pemungutan Suara (PPS) dan
Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS)
1) Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK)
Panitia Pemilihan Kecamatan adalah pelaksana pemilihan Bupati dan
Wakil Bupati di tingkat kecamatan dan berkedudukan di ibu kota kecamatan
yang ada di Kabupaten Pasuruan.
2) Panitia Pemungutan Suara (PPS)
Panitia Pemungutan Suara merupakan pelaksana pemilihan Bupati dan
Wakil Bupati di tingkat desa/kelurahan dan berkedudukan di desa/kelurahan.
97
3) Komisi Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS)
KPPS merupakan pelaksana pemilihan umum Bupati dan Wakil Bupati
di Tempat Pemungutan Suara dan berkedudukan di Tempat Pemungutan Suara.
d. Pasangan Calon
Menurut sumber KPUD Kabupaten Pasuruan bahwa dalam pelaksanaan
Pilkada Langsung di Kabupaten Pasuruan, ada tiga pasangan calon yang
mengikutinya. Pasangan calon tersebut, diantaranya:
1) Pasangan Dr. H Dade Angga, S.IP, M.Si dan Drs. H. Eddy Paripurna.
2) Pasangan H. Jusbakir Aljufri, SH, MM dan H. Joko Cahyono SE, SH, MH.
3) Pasangan H. Muzamil Syafii, SH, M.Si dan H. Akhmad Zubaidi, SE. MM.
e. Pemilih
Pemilih dalam hal ini ialah masyarakat Kabupaten Pasuruan. Menurut
Daftar Pemilih Tetap (DPT) bahwa daftar pemilih dalam pelaksanaan Pilkada
Langsung Kabupaten Pasuruan adalah 1.076.747 jiwa yang terbagi dalam 24
Kecamatan di Kabupaten Pasuruan.
f. Aparat Keamanan
Aparat keamanan dalam pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten
Pasuruan terdiri dari TNI dan Polri yang ada dalam wilayah Kabupaten Pasuruan.
Kedua institusi ini bekerjasama untuk menjaga keamanan dan ketertiban
pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan agar berjalan dengan lancar.
98
g. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
Peran Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam pelaksanaan Pilkada
Langsung Kabupaten Pasuruan tentu sangat dibutuhkan. Hal ini disebabkanbahwa
keberadaan LSM dapat membantu kinerja KPUD Kabupaten Pasuruan dalam
mensosialisasikan dan memantau pelaksanaan Pilkada Langsung yang berjalan.
2. Tahapan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan
Adapun tahapan dalam pelaksanaan Pilkada Kabupaten Pasuruan terdiri
atas :
a. Tahap Persiapan
Tahap persiapan Pilkada Kabupaten Pasuruan yang dibagi menjadi tiga
tahapan, yaitu:
1) Pemberitahuan DPRD Kabupaten Pasuruan kepada KPUD Kabupaten
Pasuruan mengenai berakhirnya masa jabatan Kepala Daerah.
2) Perencanaan penyelenggaraan yang dilaksanakan selama 21 hari meliputi
penetapan tata cara, jadwal tahapan Pilkada, pembentukan badan
penyelenggara, pemberitahuan pendaftaran pemantau.
3) Penerangan sosialisasi yakni sebagai upaya untuk mengenalkan kepada
masyarakat tentang arti Pilkada itu sendiri.
b. Tahap Pelaksanaan
Menurut sumber KPUD Kabupaten Pasuruan bahwa pelaksanaan Pilkada
Langsung di Kabupaten Pasuruan dibagi menjadi beberapa tahapan, antara lain:
99
1) Pendaftaran Pemilih
Proses pendaftaran pemilih dalam Pilkada Kabupaten Pasuruan
dilakukan oleh Dinas Kependudukan Kabupaten Pasuruan dengan,
memperbaharui daftar pemilih yang digunakan pada saat pelaksanaan
Pemilihan Umum terakhir, yakni pada tahun 2004.
2) Pendaftaran dan Penetapan Pasangan Calon
Pendaftaran pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Pasuruan adalah
waktu yang disediakan bagi Partai Politik atau gabungan Partai Politik untuk
mencalonkan pasangan calon Bupati dan wakil Bupati yang diusungnya,
kemudian ditetapkan oleh KPUD Kabupaten Pasuruan apabila memenuhi
persyaratan yang ada.
3) Kampanye
Kampanye adalah sebuah tindakan yang bertujuan mendapatkan
pencapaian dukungan, usaha kampanye bisa dilakukan oleh perorangan atau
sekelompok orang yang terorganisir untuk melakukan pencapaian suatu proses
pengambilan keputusan di dalam suatu kelompok. Kampanye biasa juga
dilakukan guna mempengaruhi, penghambatan, pembelokan pencapaian.
4) Masa Tenang
Masa tenang adalah waktu yang diperlukan oleh semua lapisan
masyarakat untuk memahami calon pemimpin yang akan dipilihnya. Tentunya
dalam masa tenang ini harus terhindar dari berbagai bentuk pelanggaran yang
ada.
100
5) Pemungutan Suara
Pemungutan suara adalah proses nyata penyaluran aspirasi warga
masyarakat untuk menentukan pemimpinnya kelak.
6) Penetapan Calon Terpilih
Tahap terakhir dari pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan
adalah penetapan calon pasangan Bupati dan Wakil Bupati yang terpilih.
3. Pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan
Mengacu pada tahapan yang ada, tentunya pelaksanaan Pilkada Langsung
dapat dijalankan. Berikut ini bentuk pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten
Pasuruan, diantaranya :
a. Tahap Persiapan
Tahap persiapan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan dibagi menjadi
tiga tahapan dan memerlukan waktu sekitar lima bulan yakni sejak tanggal 5
Februari 2008 sampai dengan 5 Juni 2008. Adapun ketiga tahapan itu secara
kronologis, yaitu :
1) Pemberitahuan DPRD Kabupaten Pasuruan kepada KPUD Kabupaten
Pasuruan mengenai berakhirnya masa jabatan Kepala Daerah.
Pemberitahuan ini dilaksanakan di Pendopo KPU Kabupaten Pasuruan yang
beralamat di Jalan Raya Kejayan No 70 Pasuruan, pada pukul 19.00 WIB.
2) Perencanaan penyelenggaraan yang dilaksanakan selama 21 hari meliputi
penetapan tata cara, jadwal tahapan Pilkada, pembentukan badan
penyelenggara, pemberitahuan pendaftaran pemantau.
101
3) Penerangan sosialisasi yakni sebagai upaya untuk mengenalkan kepada
masyarakat tentang arti Pilkada itu sendiri. Sosialisasi ini dilakukan melalui
koordinasi antara KPU Kabupaten Pasuruan, organisasi pemerintah dan
Lembaga Swadaya Masyarakat diwilayah Kabupaten Pasuruan. KPU
Kabupaten Pasuruan mengadakan sosialisasi tentang Pilkada tahun 2008.
Acara tersebut dilaksanakan di 7 Kecamatan se-Kabupaten Pasuruan.
b. Tahap Pelaksanaan
Menurut sumber KPUD Kabupaten Pasuruan bahwa pelaksanaan Pilkada
Langsung di Kabupaten Pasuruan dibagi menjadi beberapa tahapan, antara lain:
1) Pendaftaran Pemilih
Proses pendaftaran pemilih dalam Pilkada Kabupaten Pasuruan
dilakukan oleh Dinas Kependudukan Kabupaten Pasuruan dengan,
memperbarui daftar pemilih yang digunakan pada saat pelaksanaan Pemilihan
Umum terakhir, yakni pada tahun 2004. Daftar pemilih tersebut dimutakhirkan
dan divalidasi, ditambah dengan daftar pemilih tambahan untuk digunakan
sebagai bahan penyusunan daftar pemilih sementara (DPS). Kemudian data
tersebut diserahkan kepada KPUD Kabupaten Pasuruan.
Penyerahan Daftar Penduduk Potensial Pemilih Pilkada (DP4) dari
Bupati Pasuruan kepada Ketua KPU Kabupaten Pasuruan telah dilaksanakan
pada tanggal 28 November 2007 di Pendopo Pemerintah Kabupaten Pasuruan,
Jalan Alun-Alun Pasuruan.
102
2) Pendaftaran dan Penetapan Pasangan Calon
Pendaftaran pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Pasuruan adalah
waktu yang disediakan bagi Partai Politik atau gabungan Partai Politik untuk
mencalonkan pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati yang diusungnya,
kemudian ditetapkan oleh KPUD Kabupaten Pasuruan apabila memenuhi
persyaratan yang ada.
2) Kampanye
Kampanye adalah sebuah tindakan yang bertujuan mendapatkan
pencapaian dukungan, usaha kampanye bisa dilakukan oleh peorangan atau
sekelompok orang yang terorganisir untuk melakukan pencapaian suatu proses
pengambilan keputusan di dalam suatu kelompok. Kampanye biasa juga
dilakukan guna mempengaruhi, penghambatan, pembelokan pencapaian.
Begitu pula dengan Pilkada di Kabupaten Pasuruan setiap calon yang
telah ditetapkan wajib mengkampanyekan dirinya masing-masing kepada
masyarakat guna menggalang dukungan.
3) Masa Tenang
Masa tenang adalah waktu yang diperlukan oleh semua lapisan
masyarakat untuk memahami calon pemimpin yang akan dipilihnya. Tentunya
dalam masa tenang ini harus terhindar dari berbagai bentuk pelanggaran yang
ada. Dalam pelaksanaannya di lapangan masa tenang yang berlaku dalam
Pilkada Kabupaten Pasuruan adalah tiga hari menjelang Pilkada yakni sejak
tanggal 14 Mei 2008 sampai 17 Mei 2008.
103
4) Pemungutan Suara
Pemungutan suara adalah proses nyata penyaluran aspirasi warga
masyarakat untuk menentukan pemimpinnya kelak. Terkait dengan
pelaksanaan Pilkada Kabupaten Pasuruan bahwa hari pemungutan suara
dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 18 Mei 2008. Pemungutan suara
dalam Pilkada Kabupaten Pasuruan dimulai sekitar pukul 07.00 WIB sampai
pukul 13.00 WIB. Proses pemungutan suara Pilkada Kabupaten Pasuruan
dilaksanakan secara serentak. Para petugas disetiap Tempat Pemungutan Suara
(TPS) bahkan telah melakukan persiapan satu jam sebelum warga datang
untuk menggunakan hak pilihnya.
Pemungutan suara dalam Pilkada Kabupaten Pasuruan diikuti oleh
1.076.747 jiwa yang tersebar di 2.022 TPS tiap Kecamatan. Tentunya ini
bukan suatu jumlah yang sedikit bagi para calon pasangan untuk memperoleh
suara sebanyak-banyaknya di wilayah Kabupaten Pasuruan.
5) Penetapan Calon Terpilih
Berdasarkan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilu Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Pasuruan tahun 2008 di Tingkat
Kabupaten dengan rincian perolehan suara sah untuk pasangan calon Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Pasuruan berdasarkan nomor
urut pasangan calon masing-masing; Nomor urut 1: H. Jusbakir Aldjufri, SH,
MM dan H. Joko Cahyono, SE, SH, MH memperoleh suara 238.578 atau
104
33,84%. Nomor urut 2: Dr H. Dade Angga, S.IP, M.Si dan Drs. H. Eddy
Paripurna , memperoleh suara 239.361 atau 33,95%. Nomor urut 3: H.
Muzammil Syafi'i, SH, M.Si dan H. Akhmad Zubaidi, SE, MM memperoleh
suara 227.029 atau 32,20%.
Dari hasil tersebut KPUD Kabupaten Pasuruan telah menetapkan
pasangan calon Dr. H. Dade Angga, S.IP, M.Si dan Drs. H. Eddy Paripurna
sebagai calon pasangan terpilih dalam Pilkada Kabupaten Pasuruan tahun
2008.
4. Kendala-Kendala dalam Pelaksanaan Pilkada Kabupaten Pasuruan
Adapun kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Pilkada
Langsung kabupaten Pasuruan adalah:
a. Kendala-kendala yang Dihadapi Pada Tahap Persiapan
Kendala-kendala yang dihadapi pada tahap persiapan ini, adalah:
1) Keterbatasan sumber daya manusia (SDM) KPUD Kabupaten Pasuruan
dalam pembuatan regulasi/aturan Pilkada untuk menjalankan Undang-
Undang. hal ini dikarenakan dalam KPUD Kabupaten Pasuruan hanya
terdapat tiga orang yang berlatar belakang pendidikan hukum, selain itu
juga sering bergantinya peraturan-peraturan tentang Pilkada itu sendiri
dalam waktu yang berdekatan.
2) Rendahnya pemahaman masyarakat pemilih tentang Pilkada itu sendiri.
Hal ini dikarenakan keberadaan Pilkada itu sendiri baru pertama kali
diselenggarakan di kabupaten Pasuruan, sehingga masyarakat belum
paham sepenuhnya.
105
3) Adanya budaya politik masyarakat yang bersifat apatisme dan memilih
golput.
b. Kendala-kendala yang Dihadapi Pada Tahap Pelaksanaan
1) Kesulitan pendataan dan pendaftaran pemilih. Hal ini disebabkan oleh
luasnya wilayah di Kabupaten Pasuruan serta banyaknya masyarakat yang
tidak memiliki kartu keluarga dan kartu tanda penduduk.
2) Terbatasnya dana dalam Pilkada Kabupaten Pasuruan. berdasarkan sumber
KPUD Kabupaten Pasuruan bahwa dana yang dibutuhkan sekitar sembilan
Miliar rupiah. Sementara dana yang tersedia untuk pelaksanaan Pilkada
sekitar 8,7 miliar rupiah. Hal ini disampaikan oleh Sekretaris KPUD
Kabupaten Pasuruan dalam rapat pleno pada tanggal 10 April 2008 yang
dilaksanakan di Pendopo KPUD Kabupaten Pasuruan.
5. Upaya untuk Mengatasi Kendala-Kendala yang dihadapi dalam
Pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan
Adapun upaya yang dilakukan dari kendala-kendala tersebut di atas, antara
lain:
a. Upaya Mengatasi Kendala-Kendala yang Dihadapi Pada Tahap Persiapan
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala pada tahap
persiapan adalah:
1) KPUD Kabupaten Pasuruan mengadakan rapat di Pendopo Kabupaten
Pasuruan pada tanggal 10 Agustus 2007. Dalam rapat tersebut disepakati
dengan mengangkat ahli hukum untuk membantu kinerja KPUD Kabupaten
Pasuruan dalam pembuatan regulasi/aturan tentang Pilkada Langsung yang
106
akan diselenggarakan di Kabupaten Pasuruan. Adapun proses seleksi
terhadap pengangkatan ahli hukum tersebut adalah:
a) Mengumumkan pendaftaran calon tenaga ahli hukum melalui
papan pengumuman resmi selama tiga hari berturut-turut yakni pada
tanggal 11-13 Agustus 2007.
b) Menerima pendaftaran dalam waktu lima hari kerja terhitung sejak
pengumuman terakhir yakni pada tanggal 14-18 Agustus 2007.
c) Melakukan penelitian administrasi calon tenaga ahli hukum dalam
waktu lima hari kerja yakni pada tanggal 19-23 Agustus 2007.
d) Mengumumkan hasil penelitian administrasi pada tanggal 26-28
Agustus 2007.
e) Melakukan wawancara dengan calon tenaga ahli pada tanggal 29-31
Agustus 2007.
f) Memberitahukan kelulusan kepada yang bersangkutan secara tertulis
pada tanggal 2 September 2007.
Pada tanggal 3 September 2007 Sekretaris KPUD Kabupaten
Pasuruan menetapkan dua orang ahli hukum untuk membantu kinerja
KPUD Kabupaten Pasuruan dalam pembuatan aturan penyelenggaraan
Pilkada Langsung.
2) Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat yakni melalui koordinasi
baik dari KPUD Kabupaten Pasuruan, Linmas maupun LSM yang telah
ditunjuk untuk memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang
pentingnya pelaksanaan Pilkada Langsung di Kabupaten Pasuruan. Dalam
hal ini dilakukan dengan memasang spanduk di jalan-jalan yang mengajak
107
masyarakat untuk ikut serta dalam mensukseskan Pilkada Langsung
Kabupaten Pasuruan.
3) Memberikan pemahaman yang mendalam kepada masyarakat Kabupaten
Pasuruan yang memiliki sifat apatisme dan golput. Hal ini dilakukan oleh
pihak KPUD Kabupaten Pasuruan dengan pihak Bakesbang dan Linmas
untuk mengadakan penyuluhan di tiap-tiap Kecamatan.
b. Upaya Mengatasi Kendala-kendala yang Dihadapi pada Tahap
Pelaksanaan
1) KPUD Kabupaten Pasuruan melakukan koordinasi dengan pemerintah
Kabupaten Pasuruan, Dinas Kependudukan, PPK dan PPS, agar pendataan
dapat sesuai dengan jumlah pemilih yang ada.
2) KPUD Kabupaten Pasuruan melakukan pertemuan dengan pemerintah
Kabupaten Pasuruan pada tanggal 12 April 2008 di Pendopo Pemerintah
Kabupaten Pasurua untuk membahas masalah keterbatasan dana. Dalam
pertemuan tersebut dihasilkan kesepakattan untuk menambahkan dana dari
APBD Kabupaten Pasuruan sebesar 300 juta rupiah.
6. Pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan Ditinjau dari Aspek
Politik Hukum
Pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan tahun 2008 telah
berakhir. Oleh karena itu, jika ditinjau dari aspek politik hukum terdapat dua hal
yang dapat dianalisis, antara lain:
a. Partisipasi Politik Masyarakat
Dalam pelaksanaan Pilkada Langsung yang sudah mencapai hasilnya,
bahwa tingkat partisipasi di Kabupaten Pasuruan masyarakat yang menyalurkan
108
aspirasinya hanya mencapai 704.968 atau 70.5% dari jumlah Daftar Pemilih Tetap
(DPT) yang berjumlah 1.076.747 jiwa. Dari hasil ini dapat terlihat bahwa tidak
semua masyarakat ikut berpartisipasi dalam pemungutan suara, hal ini disebabkan
oleh:
1) Masyarakat secara sadar dan mandiri untuk tidak menggunakan hak
pilihnya.
2) Persoalan tekhnis dalam Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan.
3) Kepentingan individual pemilih.
b. Bentuk-Bentuk Pelanggaran dalam Pilkada Kabupaten Pasuruan
Pelanggaran dalam pelaksanaan Pilkada merupakan bentuk penyelewengan
dari aturan-aturan yang berlaku. Begitu pula dengan pelaksanaan pilkada di
Kabupaten Pasuruan, dengan bersumber dari Panwaslu Kabupaten Pasuruan,
terdapat beberapa jenis pelanggaran, diantaranya:
1) Terdapat daftar pemilih ganda dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT).
2) Adanya konvoi dan arak-arakan yang melanggar lalu lintas.
3) Terlibatnya anak-anak di bawah umur dalam pelaksanaan kampanye tiap
pasangan calon.
4) Pada tahap pemungutan suara petugas PPS yang ikut ke bilik suara ketika
pemilih melakukan pencoblosan.
5) Tidak didistribusikannya surat undangan kepada warga yang namanya
tercatat dalam DPT.
6) Kampanye hitam (black campaign) untuk melakukan pembunuhan karakter
(assasination character) pasangan calon lain. Hal ini dialami oleh Puji,
109
salah seorang warga Kecamatan Wonorejo mendapatkan selebaran yang
menyudutkan salah satu pasangan calon.
7) Adanya pemilih yang belum berusia genap 17 tahun tapi sudah dapat
memilih.
110
BAB V
PEMBAHASAN
A. Pihak-Pihak yang Terlibat Dalam Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan
Dalam pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan ini, ada
beberapa pihak yang terlibat secara langsung didalamnya, antara lain:
1. Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kabupaten Pasuruan
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang
Pemilihan Umum yang kemudian dituangkan dalam Keputusan KPUD Kabupaten
Pasuruan Nomor 02 Tahun 2007 tentang Uraian Tugas dan Tata Kerja Komisi
Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Pasuruan Pasal 1 ayat 3 yang menyatakan
bahwa Komisi Pemilihan Umum Kabupaten, yang selanjutnya disebut KPU
Kabupaten adalah Komisi Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Pasuruan
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang nomor 22 Tahun 2007 tentang
Penyelenggaraan Pemilihan Umum, untuk menyelenggarakan Pemilihan Bupati
dan Wakil Bupati diwilayah Kabupaten Pasuruan.
Dari peraturan tersebut jelas bahwa Komisi Pemilihan Umum Daerah
(KPUD) Kabupaten Pasuruan adalah lembaga penyelenggara dalam pelaksanaan
Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan tahun 2008. Sebagai penyelenggara
tentunya KPUD Kabupaten Pasuruan terbagi kedalam beberapa struktur organisasi
mulai dari ketua, sekretaris dan anggota-anggota yang terdapat
111
didalamnya. Hal tersebut dilakukan untuk mendukung kelancaran serta menjunjung
tinggi aturan yang telah dibuat agar menjadi KPU yang independen, objektif,
profesional dan berintegritas dalam rangka Pilkada Langsung tahun 2008. Selain
itu juga, dapat menciptakan sistem kerja yang baik yakni sesuai dengan latar
belakang pendidikan dan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing anggota.
Melalui bidang yang satu dengan yang lain bisa saling menciptakan koordinasi
yang baik sehingga dapat menjadikan sistem kerja yang ada di KPUD Kabupaten
Pasuruan berjalan dengan semestinya. Hal ini terlihat dari kinerja KPUD kabupaten
Pasuruan itu sendiri yang telah mampu menyelenggarakan Pilkada Langsung
berjalan dengan lancar.
Dalam hal tugas KPUD Kabupaten Pasuruan telah menjalankan tugas
dengan baik, mulai dari tahap persiapan sampai pada tahap akhir pelaksanaan
Pilkadaa Langsung, KPUD Kabupaten Pasuruan secara umum telah menjalankan
tugas sesuai dengan amanat Undang-Undang yang berlaku.
2. Panitia Pengawas Pilkada Kabupaten Pasuruan
Pengawas Pemilihan Kepala Daerah yang selanjutnya disebut Panwas
Pilkada adalah Panitia yang melakukan pengawasan pada setiap tahapan kegiatan
penyelenggaraan Pilkada. Sebagimana umumnya panwas pilkada Kabupaten
Pasuruan melakukan pengawasan terhadap jalannya pelaksanaan Pilkda di
Kabupaten Pasuruan.
Pada pelaksanaannya Panwas Pilkada Kabupaten Pasuruan telah
menajalankan tugasnya dengan baik, sehingga pengawasan terhadap pelaksanaan
112
Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan dapat menjalankan sistem demokrasi yang
semestinya.
3. Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), Panitia Pemungutan Suara (PPS)
dan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS)
a. Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang
Pemilihan Umum yang kemudian dituangkan dalam Keputusan KPUD Kabupaten
Pasuruan Nomor 02 Tahun 2007 tentang Uraian Tugas dan Tata Kerja Komisi
Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Pasuruan Pasal 1 ayat 5 yang menyatakan
bahwa Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) adalah panitia yang dibentuk oleh KPU
Kabupaten/Kota untuk menyelenggarakan Pemilihan Kepala Daerah di tingkat
kecamatan atau sebutan lain, yang selanjutnya disebut kecamatan.
Dari isi aturan tersebut jelas bahwa PPK adalah lembaga yang dibentuk
oleh KPUD Kabupaten Pasuruan untuk bertanggung jawab atas kinerja Pilkada
Langsung di masing-masing Kecamatan, sekaligus membantu kinerja KPUD
Kabupaten Pasuruan dalam menyelenggarakan Pilkada Langsung Kabupaten
Pasuruan itu sendiri.
b. Panitia Pemungutan Suara (PPS)
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang
Pemilihan Umum yang kemudian dituangkan dalam Keputusan KPUD Kabupaten
Pasuruan Nomor 02 Tahun 2007 tentang Uraian Tugas dan Tata Kerja Komisi
Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Pasuruan Pasal 1 ayat 5 yang menyatakan
113
bahwa Panitia Pemungutan Suara (PPS) adalah panitia yang dibentuk oleh KPU
Kabupaten/Kota untuk menyelenggarakan Pemilu di tingkat desa atau sebutan
lain/kelurahan, yang selanjutnya disebut desa/kelurahan.
Keberadaan PPS tentu memberikan kemudahan bagi KPUD Kabupaten
Pasuruan mengenai pelaksanaan ditingkat bawah yakni tingkat Desa. Dalam
pelaksanaannya PPS bertanggung jawab pada PPK.
c. Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS)
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang
Pemilihan Umum yang kemudian dituangkan dalam Keputusan KPUD Kabupaten
Pasuruan Nomor 02 Tahun 2007 tentang Uraian Tugas dan Tata Kerja Komisi
Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Pasuruan Pasal 1 ayat 7 menyatakan bahwa
Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) adalah pelaksana pemilihan
umum Bupati dan Wakil Bupati di Tempat Pemungutan Suara dan berkedudukan di
Tempat Pemungutan Suara.
4. Pasangan Calon
Menurut sumber KPUD Kabupaten Pasuruan bahwa dalam pelaksanaan
Pilkada Langsung di Kabupaten Pasuruan, ada tiga pasangan calon yang mengikuti.
pasangan calon tersebut, diantaranya:
a. Pasangan Dr. H. Dade Angga, S.IP, M.Si dan Drs. H. Eddy Paripurna.
(Pasangan ini diusulkan oleh Parati Kebangkitan Bangsa)
b. Pasangan H. Jusbakir Aljufri, SH, MM dan H. Joko Cahyono SE, SH, MH.
(Pasangan ini diusulkan oleh PNIM, PBSD, PBB, PNBK, PKPI, PPNUI, PKS,
PDIP, PDS, PSI, dan PPD)
114
c. Pasangan H. Muzamil Syafii, SH, M.Si dan H. Akhmad Zubaidi, SE. MM.
(Pasangan ini diusulkan oleh parati Golkar dan Partai Persatuan Pembangunan)
Ketiga pasangan calon tersebut di atas tentunya dianggap sebagai calon
sudah memenuhi persyaratan-persyaratan yang ada, sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 59 yang menyatakan bahwa
“Peserta pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala daerah adalah pasangan
calon yang diusulkan secara berpasangan oleh partai politik atau gabungan partai
politik.”
Melihat dari substansi isi pasal tersebut jelas ketiganya memang bisa lolos
untuk maju menjadi pasangan calon dalam Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan
karena kesemuanya diusulkan dari partai politik tunggal maupun gabungan partai
politik.
5. Pemilih
Pemilih dalam hal ini ialah masyarakat Kabupaten Pasuruan. Menurut
daftar pemilih Tetap (DPT) bahwa daftar pemilih dalam pelaksanaan Pilkada
Langsung Kabupaten Pasuruan adalah 1.076.747 jiwa yang terbagi dalam 24
kecamatan di Kabupaten Pasuruan.
Keberadaan pemilih dalam suatu pelaksanaan Pilkada Langsung addalah
penting, tanpa adanya pemilih Pilkada tidak aka berjalan. Syarat dan ketentuan
mengenai keberadaan pemilih dalam suatu Pilkada Langsung sebagaimana diatur
dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 68 yang menyatakan bahwa
“Warga Negara Republik Indonesia yang pada hari pemungutan suara pemilihan
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah sudah berumur 17( tujuh belas) tahun
atau/sudah pernah kawin mempunyai hak memilih.”
115
6. Aparat Keamanan
Aparat keamanan dalam pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten
Pasuruan terdiri dari TNI dan Polri yang ada dalam wilayah Kabupaten Pasuruan.
Kedua institusi ini bekerjasama untuk menjaga keamanan dan ketertiban
pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan agar berjalan dengan lancar.
Keberadaan aparat keamanan ini tentunya sangat penting mengingat
Pilkada Langsung adalah sebuah hajatan besar sekaligus ajang persaingan yang
rawan akan kerusuhan sehingga pengamanan yang ada harus benar-benar
dipersiapkan.
Dalam pelaksanaannya aparat keamanan telah menjalankan tugasnya
dengan baik, sehinggga pelaksanaan Pilkada langsung Kabupaten Pasuruan dapat
berjalan dengan tertib dan lancar tanpa ada kerusuhan yang dapat menjadikan
Pilkada Langsung gagal digelar.
7. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
Peran lembaga swadaya masyarakat (LSM) dalam pelaksanaan Pilkada
Langsung Kabupaten Pasuruan tentu sangat dibutuhkan. Hal ini disebabkan bahwa
keberadaan LSM dapat membantu kinerja KPUD Kabupaten Pasuruan dalam
mensosialisasikan dan memantau pelaksanaan Pilkada Langsung yang berjalan.
Dengan adanya LSM tersebut di atas tentunya kinerja dari KPUD maupun
Panitia Pengawas Pemilihan Kepala Daerah di Kabupaten Pasuruan dapat terbantu,
sekaligus dapat meningkatkan kualitas pelaksanaan Pilkada Langsung yang sedang
berjalan. Dengan adanya LSM tersebut di atas tentunya kinerja KPUD maupun
Panitia Pengawas Pemilihan Kepala Daerah di Kabupaten Pasuruan dapat
116
terbantu, sekaligus dapat meningkatkan kualitas pelaksanaan Pilkada Langsung
yang sedang berjalan.
B. Tahapan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan
Berdasarkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 1 Tahun 2007,
menyatakan bahwa Penyelenggaraan Pilkada Langsung meliputi beberapa tahapan,
diantaranya:
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan Pilkada Kabupaten Pasuruan yang dibagi menjadi tiga
tahapan, yaitu:
a. Pemberitahuan DPRD Kabupaten Pasuruan kepada KPUD Kabupaten
Pasuruan mengenai berakhirnya masa jabatan Kepala Daerah.
b. Perencanaan penyelenggaraan yang dilaksanakan selama 21 hari meliputi
penetapan tata cara, jadwal tahapan Pilkada, pembentukan badan
penyelenggara, pemberitahuan pendaftaran pemantau.
c. Penerangan sosialisasi yakni sebagai upaya untuk mengenalkan kepada
masyarakat tentang arti Pilkada itu sendiri.
Dalam tahap persiapan ini, KPUD kabupaten Pasuruan telah menjalankan
dengan semestinya sesuai dengan amanat yang ada dalam peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan Pilkada Langsung di Kabupaten Pasuruan dibagi menjadi
beberapa tahapan, antara lain:
117
a. Pendaftaran Pemilih
Proses pendaftaran pemilih dalam Pilkada Kabupaten Pasuruan dilakukan
oleh Dinas Kependudukan Kabupaten Pasuruan dengan, memperbaharui daftar
pemilih yang digunakan pada saat pelaksanaan Pemilihan Umum terakhir, yakni
pada tahun 2004.
b. Pendaftaran dan Penetapan Pasangan Calon
Pendaftaran pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Pasuruan adalah
waktu yang disediakan bagi Partai Politik atau gabungan Partai Politik untuk
mencalonkan pasangan calon Bupati dan wakil Bupati yang diusungnya, kemudian
ditetapkan oleh KPUD Kabupaten Pasuruan apabila memenuhi persyaratan yang
ada.
c. Kampanye
Kampanye adalah sebuah tindakan yang bertujuan mendapatkan
pencapaian dukungan, usaha kampanye bisa dilakukan oleh peorangan atau
sekelompok orang yang terorganisir untuk melakukan pencapaian suatu proses
pengambilan keputusan di dalam suatu kelompok. Kampanye biasa juga dilakukan
guna mempengaruhi, penghambatan, pembelokan pencapaian.
d. Masa Tenang
Masa tenang adalah waktu yang diperlukan oleh semua lapisan masyarakat
untuk memahami calon pemimpin yang akan dipilihnya. Tentunya dalam masa
tenang ini harus terhindar dari berbagai bentuk pelanggaran yang ada.
118
e. Pemungutan Suara
Pemungutan suara adalah proses nyata penyaluran aspirasi warga
masyarakat untuk menentukan pemimpinnya kelak.
f. Penetapan Calon Terpilih
Tahap terakhir dari pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan
adalah penetapan calon pasangan Bupati dan Wakil Bupati yang terpilih.
C. Pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan
Mengacu pada tahapan sebelumnya, sekaligus menjalankan Keputusan
KPUD Kabupaten Pasuruan Nomor 01 Tahun 2007 tentang tahapan dan program
pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan, bahwa pelaksanaan Pilkada
Langsung Kabupaten Pasuruan dibagi menjadi beberapa tahap, antara lain:
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan merupakan tahap awal yang dilakukan oleh KPU
Kabupaten Pasuruan untuk menyelenggarakan pelaksanaan Pilkada Langsung di
Kabupaten Pasuruan. Tahap persiapan meliputi pemberitahuan DPRD kepada
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah mengenai berakhirnya masa jabatan.
Selanjutnya dilakukan perencanaan penyelenggaraan yang berupa
penetapan tata cara dan jadwal tahapan pelaksanaan, pembentukan PPK, PPS dan
KPPS serta pemberitahuan dan pendaftaran pemantau pemilihan. Kegiatan ini
sepenuhnya dilakukan oleh KPUD.
Melalui Keputusan KPU Kabupaten Pasuruan Nomor 1 Tahun 2007 tentang
Tahapan, Program dan Jadwal Waktu Penyelenggara Pemilu Bupati dan
119
Wakil Bupati Pasuruan Tahun 2008, masa pendaftaran pasangan calon Bupati dan
Wakil Bupati adalah 6-13 Februari 2008.
Berkenaan dengan hal persiapan Pilkada, Ramlan Subekti dalam Hari
Moerti (2008) terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam
menentukan pedoman penyusunan jadwal penyelenggaraan Pilkada. Pertama,
kebutuhan waktu sekurang-kurangnya tiga bulan dari hari dan tanggal penetapan
calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah sampai dengan hari dan tanggal
pemungutan suara di TPS. Kedua, tingkat kesulitan geografis dan ketersediaan
percetakan yang tidak sama di daerah. Ketiga, alokasi waktu yang menjadi hak
masyarakat atau pasangan calon tidak dapat diubah oleh pemerintah maupun
KPUD. Perubahan waktu hanya dapat dilakukan pada tahapan yang menjadi
kewajiban KPUD dengan konsekuensi harus dilakukan langkah-langkah
percepatan.
2. Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan terbagi menjadi beberapa tahap, antara lain:
a. Pendaftaran Pemilih
Proses pendaftaran pemilih dalam Pilkada Kabupaten Pasuruan dilakukan
oleh Dinas Kependudukan Kabupaten Pasuruan dengan memperbaharui daftar
pemilih yang digunakan pada saat pelaksanaan Pemilihan Umum terakhir, yakni
pada tahun 2004. Daftar pemilih tersebut dimutakhirkan dan divalidasi, ditambah
dengan daftar pemilih tambahan untuk digunakan sebagai bahan penyusunan daftar
pemilih sementara (DPS). Kemudian data tersebut diserahkan kepada KPUD
Kabupaten Pasuruan.
120
Penyerahan Daftar Penduduk Potensial Pemilih Pilkada (DP4) dari Bupati
Pasuruan kepada Ketua KPU Kabupaten Pasuruan telah dilaksanakan pada tanggal
28 November 2007 di Pendopo Pemerintah Kabupaten Pasuruan, Jalan Alun-alun,
Pasuruan.
Jumlah pemilih hasil DP4 ini adalah berjumlah 1.076.747 orang. Dalam
acara tersebut, Bupati Pasuruan secara resmi menyerahkan CD DP4 kepada Ketua
KPU Kabupaten Pasuruan yang dilanjutkan dengan penandatanganan berita acara.
b. Pendaftaran dan Penetapan Pasangan Calon
Pendaftaran pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Pasuruan adalah
waktu yang disediakan bagi Partai Politik atau gabungan Partai Politik untuk
mencalonkan pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati yang diusungnya, kemudian
ditetapkan oleh KPUD Kabupaten Pasuruan apabila memenuhi persyaratan yang
ada. Masa pendaftaran ini akan dibuka sejak 6-13 Februari 2008, jam 08.30-15.00
WIB yang bertempat di KPUD Kabupaten Pasuruan.
c. Kampanye
Kampanye adalah sebuah tindakan yang bertujuan mendapatkan pencapaian
dukungan, usaha kampanye bisa dilakukan oleh peorangan atau sekelompok orang
yang terorganisir untuk melakukan pencapaian suatu proses pengambilan
keputusan di dalam suatu kelompok. Kampanye biasa juga dilakukan guna
mempengaruhi, penghambatan, pembelokan pecapaian.
Begitu pula dengan Pilkada di Kabupaten Pasuruan setiap calon yang telah
ditetapkan wajib mengkampanyekan dirinya masing-masing kepada masyarkat
guna menggalang dukungan.
121
d. Masa Tenang
Masa tenang adalah waktu yang diperlukan oleh semua lapisan masyarakat
untuk memahami calon pemimpin yang akan dipilihnya. Tentunya dalam masa
tenang ini harus terhindar dari berbagai bentuk pelanggaran yang ada. Dalam
pelaksanaannya dilapangan masa tenang yang berlaku dalam Pilkada Kabupaten
Pasuruan adalah tiga hari menjelang Pilkada yakni sejak tanggal 14 Mei 2008
sampai 17 Mei 2008.
e. Pemungutan Suara
Pemungutan suara adalah proses nyata penyaluran aspirasi warga
masyarakat untuk menentukan pemimpinnya kelak. Terkait dengan pelaksanaan
Pilkada Kabupaten Pasuruan bahwa hari pemungutan suara dilaksanakan pada hari
Minggu tanggal 18 Mei 2008. Tentunya ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 06 Tahun 2005 yang menyatakan
bahwa pemungutan suara pemilihan pasangan calon paling lambat 30 hari sebelum
masa jabatan Kepala Daerah berakhir.
Pemungutan suara dalam Pilkada Kabupaten Pasuruan dimulai sekitar
pukul 07.00 WIB sampai pukul 13.00 WIB. Proses pemungutan suara Pilkada
Kabupaten Pasuruan dilaksanakan secara serentak. Para petugas disetiap Tempat
Pemungutan Suara (TPS) bahkan telah melakukan persiapan satu jam sebelum
warga datang untuk menggunakan hak pilihnya.
Pemungutan suara dalam Pilkada Kabupaten Pasuruan diikuti oleh
1.076.747 jiwa yang tersebar di 2.022 TPS tiap Kecamatan. Tentunya ini bukan
122
suatu jumlah yang sedikit bagi para calon pasangan untuk memperoleh suara
sebanyak-banyaknya di wilayah Kabupaten Pasuruan.
f. Penetapan Calon Terpilih
Tahap selanjutnya dari pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan
adalah penetapan calon pasangan Bupati dan Wakil Bupati yang terpilih.
Berdasarkan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilu Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah Kabupaten Pasuruan tahun 2008 di Tingkat Kabupaten
dengan rincian perolehan suara sah untuk pasangan calon Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah Kabupaten Pasuruan berdasarkan nomor urut pasangan calon
masing-masing; nomor urut 1: H. Jusbakir Aldjufri, SH, MM dan H. Joko
Cahyono, SE, SH, MH memperoleh suara 238.578 atau 33,84 %. Nomor urut 2:
Dr. H. Dade Angga, S.IP, M.Si dan Drs. H. Eddy Paripurna, memperoleh suara
239.361 atau 33,95 %. Nomor urut 3: H. Muzammil Syafi'i, SH, M.Si dan H.
Akhmad Zubaidi, SE, MM memperoleh suara 227.029 atau 32,20 %.
Dari hal tersebut jelas bahwa pasangan nomor urut 2 yakni Dr. H. Dade
Angga, S.IP, M.Si dan Drs. H. Eddy Paripurna adalah pasangan terpilih dalam
PIlkada Langsung Kabupaten Pasuruan.
D. Kendala-Kendala yang Dihadapi Dalam Pelaksanaan Pilkada Kabupaten
Pasuruan
Dalam suatu pelaksanaan tentu terdapat kendala-kendala yang perlu
dihadapi. Begitu pula dengan pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan
tentu terdapat kendala yang menghambat berjalannya pelaksanaan Pilkada
langsung. Berikut ini kendala-kendalanya, antara lain:
123
1. Kendala-kendala yang Dihadapi Pada Tahap Persiapan
Kendala-kendala yang dihadapi pada tahap persiapan ini, adalah:
a. Keterbatasan sumber daya manusia (SDM) KPUD Kabupaten Pasuruan
dalam pembuatan regulasi/aturan Pilkada untuk menjalankan Undang-Undang.
hal ini dikarenakan dalam KPUD Kabupaten Pasuruan hanya terdapat tiga
orang yang berlatar belakang pendidikan hukum, selain itu juga sering
bergantinya peraturan-peraturan tentang Pilkada itu sendiri dalam waktu yang
berdekatan.
b. Rendahnya pemahaman masyarakat pemilih tentang Pilkada itu sendiri. Hal ini
dikarenakan keberadaan Pilkada itu sendiri baru pertama kali diselenggarakan
di kabupaten Pasuruan, sehingga masyarakat belum paham sepenuhnya.
c. Adanya budaya politik masyarakat yang bersifat apatisme dan memilih golput.
2. Kendala-kendala yang Dihadapi Pada Tahap Pelaksanaan
Kendala-kendala yang dihadapi pada tahap pelaksanaan ini, adalah:
3) Kesulitan pendataan dan pendaftaran pemilih. Hal ini disebabkan oleh luasnya
wilayah di Kabupaten Pasuruan serta banyaknya masyarakat yang tidak
memiliki kartu keluarga dan kartu tanda penduduk.
4) Terbatasnya dana dalam Pilkada Kabupaten Pasuruan. berdasarkan sumber
KPUD Kabupaten Pasuruan bahwa dana yang dibutuhkan sekitar sembilan
Miliar rupiah. Sementara dana yang tersedia untuk pelaksanaan Pilkada sekitar
8,7 miliar rupiah. Hal ini disampaikan oleh Sekretaris KPUD Kabupaten
Pasuruan dalam rapat pleno pada tanggal 10 April 2008 yang dilaksanakan di
Pendopo KPUD Kabupaten Pasuruan.
124
Dari kendala-kendala tersebut jika tidak diatasi dengan baik tentunya akan
berakibat serius bagi jalannya Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan. tetapi jika
diatasi dengan baik, maka adanya kendala tersebut tidak menjadi penghalang bagi
kelancaran Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan.
E. Upaya untuk Mengatasi Kendala-Kendala yang Dihadapi Dalam
Pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan
Adapun upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut
diatas, antara lain:
1. Upaya Mengatasi Kendala-kendala Pada Tahap Persiapan
Upaya untuk mengatasi kendala-kendala pada tahap persiapan adalah:
a. KPUD Kabupaten Pasuruan mengadakan rapat di Pendopo Kabupaten
Pasuruan pada tanggal 10 Agustus 2007. Dalam rapat tersebut disepakati
dengan mengangkat ahli hukum untuk membantu kinerja KPUD Kabupaten
Pasuruan dalam pembuatan regulasi/aturan tentang Pilkada Langsung yang
akan diselenggarakan di Kabupaten Pasuruan. Adapun proses seleksi terhadap
pengangkatan ahli hukum tersebut adalah:
1) Mengumumkan pendaftaran calon tenaga ahli hukum melalui
papan pengumuman resmi selama tiga hari berturut-turut yakni pada
tanggal 11-13 Agustus 2007.
2) Menerima pendaftaran dalam waktu lima hari kerja terhitung sejak
pengumuman terakhir yakni pada tanggal 14-18 Agustus 2007.
125
3) Melakukan penelitian administrasi calon tenaga ahli hukum dalam waktu
lima hari kerja yakni pada tanggal 19-23 Agustus 2007.
4) Mengumumkan hasil penelitian administrasi pada tanggal 26-28 Agustus
2007.
5) Melakukan wawancara dengan calon tenaga ahli hukum pada tanggal 29-31
Agustus 2007.
6) Memberitahukan kelulusan kepada yang bersangkutan secara tertulis pada
tanggal 2 September 2007.
Pada tanggal 3 September 2007 Sekretaris KPUD Kabupaten Pasuruan
menetapkan dua orang ahli hukum untuk membantu kinerja KPUD Kabupaten
Pasuruan dalam pembuatan aturan penyelenggaraan Pilkada Langsung.
b. Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat yakni melalui koordinasi baik dari
KPUD Kabupaten Pasuruan, Linmas maupun LSM yang telah ditunjuk untuk
memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya pelaksanaan
Pilkada Langsung di Kabupaten Pasuruan.dalam hal ini dilakukan dengan
memasang spanduk di jalan-jalan yang mengajak masyarakat untuk ikut serta
dalam mensukseskan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan.
c. Memberikan pemahaman yang mendalam kepada masyarakat Kabupaten
Pasuruan yang memiliki sifat apatisme dan golput. Hal ini dilakukan oleh pihak
KPUD Kabupaten Pasuruan dengan pihak Bakesbang dan Linmas untuk
mengadakan penyuluhan di tiap-tiap Kecamatan.
126
2. Upaya Mengatasi Kendala-kendala yang Dihadapi pada Tahap
Pelaksanaan
Upaya untuk mengatasi kendala-kendala pada tahap pelaksanaan adalah:
a. KPUD Kabupaten Pasuruan melakukan koordinasi dengan pemerintah
Kabupaten Pasuruan, Dinas Kependudukan, PPK dan PPS, agar pendataan
dapat sesuai dengan jumlah pemilih yang ada.
b. KPUD Kabupaten Pasuruan melakukan pertemuan dengan pemerintah
Kabupaten Pasuruan pada tanggal 12 April 2008 di Pendopo Pemerintah
Kabupaten Pasurua untuk membahas masalah keterbatasan dana. Dalam
pertemuan tersebut dihasilkan kesepakatan untuk menambahkan dana dari
APBD Kabupaten Pasuruan sebesar 300 juta rupiah.
Dengan demikian kendala-kendala yang dihadapi selama pelaksanaan
Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan dapat diatasi dengan baik, terlebih dari
bentuk kerjasama dan koordinasi dari masing-masing pihak untuk bekerja secara
bersama-sama mengatasi kendala yang ada. Sehingga kendala tersebut tidak dapat
menjadi masalah yang berarti yang dapat menjadikan Pilkada Langsung Kabupaten
Pasuruan gagal digelar.
F. Pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan Ditinjau dari Aspek
Politik Hukum
Pada dasarnya pelaksanaan Pilkada Langsung adalah sebagai sarana untuk
memperkuat otonomi daerah. Keberhasilan otonomi daerah salah satunya juga
ditentukan oleh pemimpin lokal. Semakin baik pemimpin lokal yang dihasilkan
dalam Pilkada Langsung, maka komitmen pemimpin lokal dalam mewujudkan
127
tujuan otonomi daerah, antara lain untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dengan selalu memperhatikan kepentingan dan aspirasi masyarakat agar dapat
diwujudkan. Sebagaimana tertuang dalam bagian Konsideran Undang-Undang
Nomor 32 Tahun tentang Pemerintahan Daerah 2004 poin (1) yang menyatakan
bahwa:
Bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemerintahan daerah, yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pelaksanaan Pilkada Langsung pada dasarnya tidak bisa dipisahkan dari
politik hukum itu sendiri. Hal ini disebabkan bahwa keduanya memiliki keterkaitan
yang erat, proses Pilkada Langsung yang berjalan adalah bentuk pelaksanaan dari
aturan-aturan yang ada sebagai hasil dari proses politik hukum.
Politik hukum adalah kebijakan dasar penyelenggara negara dalam bidang
hukum yang akan, sedang dan telah berlaku, yang bersumber dari nilai-nilai yang
berlaku di masyarakat untuk mencapai tujuan negara yang dicita-citakan.
Pada dasarnya aturan-aturan yang berlaku dalam suatu penyelenggaraan
Pilkada Langsung akan menjadi dasar hukum sebagai acuan dalam setiap tahapan
pelaksanaannya. Aturan-aturan tersebut digali dari nilai-nilai masyarakat yang ada.
Produk hukum yang telah ada menjadi dasar acuan dalam kegiatan Pilkada
Langsung. Dalam hal ini ada tiga komponen yang perlu diperhatikan yakni,
struktur, substansi dan kultur hukum. Komponen struktur berupa kelembagaan
128
yang diciptakan oleh sistem hukum dengan berbagai macam fungsinya dalam
rangka mendukung teraktualisasinya hukum. Komponen substansi merupakan nilai,
norma, ketentuan atau aturan-aturan hukum yang dibuat dan digunakan untuk
mengatur perilaku orang (orang perseorang dan badan hukum) dalam interaksinya
dengan orang lain dan lingkungannya. Sedangkan komponen kultur menyangkut
dengan nilai-nilai, sikap, pola perilaku dan faktor-faktor nonteknis yang merupakan
pengikat sistem hukum tersebut.
Implementasi dari dasar hukum itu menjadi titik dasar kajian politik hukum
mengenai tercapai atau tidaknya tujuan yang hendak dicapai dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Tentunya dalam hal mengenai penegak hukum
dan masyarakat yang menjalaninya.
Terkait dengan pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan, KPUD
menyusun beberapa aturan (regulasi) tentang tata cara pelaksanaan Pemilihan
Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah. Aturan dimaksud terdiri dari Keputusan
KPUD, Peraturan KPUD maupun Surat Keputusan Ketua KPUD. Tentunya
kesemuanya itu menjadi dasar hukum yang kuat untuk dilaksanakan dalam Pilkada
Langsung Kabupaten Pasuruan.
Pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan telah selesai. Calon
pasangan terpilih pun telah ditetapkan oleh KPUD Kabupaten Pasuruan. Bagi
masyarakat Kabupaten Pasuruan Pilkada Langsung ini merupakan pengalaman
yang pertama kalinya dilaksanakan. Walaupun baru pertama kali, pelaksanaan
Pilkada Langsung tersebut secara umum berjalan dengan lancar. Hal ini terlihat
dari berbagai tahapan yang telah dilalui oleh KPUD Kabupaten Pasuruan. ini
129
terbukti dengan terlaksananya tahapan-tahapan Pilkada tanpa ada hambatan yang
dapat membuat Pilkada gagal dilaksanakan.
Namun demikian, bukan berarti pelaksanaan Pilkada Kabupaten Pasuruan
berjalan dengan maksimal. Berdasarkan temuan penelitian pada pembahasan
sebelumnya. Ada dua persoalan yang dibahas pada pembahasan ini yakni
rendahnya partisipasi politik masyarakat dan adanya pelanggaran pada setiap
tahapan penyelenggaraan Pilkada Kabupaten Pasuruan. dari kedua hal inilah
peneliti menghubungkan bagaimana peraturan-peraturan yang menjadi dasar
hukum penyelenggaraan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan dapat dijalankan
oleh KPUD dan masyarakat.
Dalam hal ini yang menjadi kajian peneliti ialah partisipasi politik
masyarakat Kabupaten Pasuruan dan pelanggaran-pelanggaran yang terjadi selama
Pelaksanaan Pilkada Langsung ini berjalan. Oleh karena itu terkait dengan tinjauan
aspek politik hukum, maka pembahasan disini menekankan pada bagaimana
hukum yang telah dibuat itu diterapkan dalam Pilkada Kabupaten Pasuruan.
Terkait dengan partisipasi pemilih tentunya tidak bisa dilepaskan dari
peraturan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 Pasal 68 yang berbunyi “Warga
Negara Republik Indonesia yang pada hari pemungutan suara pemilihan kepala
daerah dan wakil kepala daerah sudah berumur (17 tahun) atau sudah/pernah
kawin mempunyai hak memilih.”
Berdasarkan hasil temuan dilapangan bahwa partisipasi pemilih dalam
Pilkada Kabupaten Pasuruan belum semuanya menggunakan hak pilih.
130
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 68
tersebut diatas. Hal ini terbukti bahwa masyarakat yang ikut dalam pemilihan
sebesar 704.968 atau 70.5% dari jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang
berjumlah 1.076.747 jiwa. Tentunya jika dibandingkan dengan partisipasi pada
pemilihan Legislatif dan pemilihan Presiden pada tahun 2004 yang mencapai 80%
di wilayah Kabupaten pasuruan, tingkat partisipasi tersebut ini masih tergolong
rendah, rendahnya partisipasi politik rakyat sebagai bentuk kurangnya apresiasi
pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan.
Berdasarkan temuan penelitian sebelumnya rendahnya partisipasi pemilih
disebabkan oleh beberpa faktor, diantaranya:
1) Masyarakat secara sadar dan mandiri untuk tidak menggunakan hak
pilihnya dengan pertimbangan yang didasari sikap apatis, yakni mereka
meyakini bahwa para calon yang bertarung tidak memiliki kapasitas untuk
mewujudkan harapan mereka.
2) Persoalan teknis dalam Pilkada Langsung. Dalam hal ini, penyusunan
Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang tidak valid memicu tingginya jumlah
warga yang tidak terdaftar di DPT sehingga menggugurkan hak mereka
sebagai pemilih.
3) Kepentingan individual pemilih. Dalam hal ini, banyak pemilih yang lebih
mendahulukan dan memprioritaskan kebutuhan individualnya.
Dari faktor-faktor tersebut diatas dapat dipahami bahwa kesadaran
masyarakat Kabupaten Pasuruan akan pentingnya partisipasi politik sebagai bentuk
pelakssanaan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 68, belum
131
dapat dilaksanakan dengan baik. Tentunya ini bukan hanya dari faktor masyarakat
itu sendiri tetapi semua elemen yang terlibat dalam Pilkada Kabupaten Pasuruan,
terutama KPU Kabupaten Pasuruan untuk lebih maksimal dalam mensosialisasikan
arti pentingnya Pilkada Langsung sebagai cerminan dari nilai-nilai demokrasi.
Permasalahan kedua ialah mengenai pelanggaran-pelanggaran yang terjadi
selama Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan diselenggarakan. Terkait dengan hal
ini, sebagaimana hasil temuan peneliti, bahwa bentuk-bentuk pelanggaran dalam
pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan terdiri dari:
a) Terdapat daftar pemilih Ganda dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT).
Hal ini merupakan bentuk pelanggaran dalam Pilkada Kabupaten
Pasuruan karena dengan daftar pemilih ganda warga dapat menyalurkan
aspirasi lebih dari satu suara. Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 72 ayat 1 yang
berbunyi ”seorang penilih hanya didaftar 1(satu) kali dalam daftar pemilih.”
b) Adanya konvoi dan arak-arakan yang melanggar lalu lintas.
c) Pada tahap pemungutan suara petugas PPS yang ikut ke bilik suara ketika
pemilih melakukan pencoblosan. Ini tentunnya jelas melanggar asas pilkada
itu sendiri, yakni asas bebas dan rahasia.
d) Tidak didistribusikannya surat undangan kepada warga yang namanya
tercatat dalam DPT.
e) Kampanye hitam (black campaign) untuk melakukan pembunuhan karakter
(assasination character) pasangan calon lain. Hal ini di alami
132
oleh Puji salah seoarng warga Kecamatan Wonorejo mendapatkan
selebaran yang menyudutkan salah satu pasangan calon.
f) Adanya pemilih yang belum berusia genap 17 tahun tapi sudah dapat
memilih.
Dari semua pelanggaran tersebut menunjukan bahwa peraturan-peraturan
yang menjadi dasar hukum tidak berjalan dengan maksimal. Hal ini disebabkan
oleh beberapa hal, antara lain:
(1) Kurangnya kesadaran hukum dari masyarakat Kabupaten Pasuruan untuk
menjalankan aturan-aturan yang berlaku.
(2) Kurang maksimalnya sosialisasi dan penegakan hukum yang dijalankan
oleh pihak KPUD Kabupaten Pasuruan mengenai pentingnya mematuhi
aturan yang menjadi dasar hukum selama proses Pilkada Langsung
berjalan.
Kedua faktor inilah yang menjadikan adanya bentuk-bentuk pelanggaran
yang terjadi selama proses Pilkada Langsung di Pasuruan. Oleh karena itu, Pilkada
Langsung di Kabupaten Pasuruan jika ditinjau dari implementasi aturan yang
berlaku, belum dapat berjalan sepenuhnya. Nilai-nilai demokratis sebagaimana
tertuang dalam bagian konsideran Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang
mencita-citakan prinsip demokrasi, belum dapat dirasakan oleh masyarakat
Kabupaten Pasuruan seluruhnya.
Hal ini tentunya harus dijadikan pembelajaran baik bagi KPUD Kabupaten
Pasuruan maupun masyarakat mengenai bagaimana peraturan tersebut dapat
berjalan dengan baik kedepannya. Sebab, cita-cita dan tujuan nasional tidak akan
133
tercapai apabila hukum yang berlaku tidak dijalankan secara baik dan konsekuen.
Namun demikian pelaksanaan Pilkada Langsung yang di gelar di Kabupaten
Pasuruan berjalan dengan baik dan lancar.
134
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan permasalahan tersebut diatas maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan, diantaranya:
1. Pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten
Pasuruan terdiri atas:
a. Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kabupaten Pasuruan.
b. Panitia Pengawas Pilkada Kabupaten Pasuruan.
c. Panitia Pemilihan Kecamatan, Panitia Pemungutan Suara d.an Kelompok
Penyelenggara Pemungutan Suara.
d. Pemilih.
e. Pasangan Calon.
f. Aparat Keamanan.
g. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
2. Tahapan dalam Pelaksanaan Pilkada Kabupaten Pasuruan terdiri atas tahap
persiapan dan tahap pelaksanaan.
3. Pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan mengacu pada tahapan
yang telah di rencanakan sebelumnya, sesuai dengan Keputusan KPUD
Kabupaten Pasuruan No. 01 Tahun 2007 tentang Tahapan dan Program
Pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan. Secara umum pelaksanaan
Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan berjalan dengan lancar serta telah
berhasil menetapkan pasangan Dr. H. Dade Angga, S.IP, M.Si dan Drs. H.
135
Eddy Paripurna sebagai pasangan terpilih dalam Pilkada Langsung Kabupaten
Pasuruan.
4. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Pilkada Langsung
Kabupaten Pasuruan, terdiri atas:
a. Kendala-kendala yang Dihadapi Pada Tahap Persiapan
Kendala-kendala yang dihadapi pada tahap persiapan ini, adalah:
1) Keterbatasan sumber daya manusia (SDM) KPUD Kabupaten Pasuruan
dalam pembuatan regulasi/aturan Pilkada untuk menjalankan Undang-
Undang.
2) Rendahnya pemahaman masyarakat pemilih tentang Pilkada itu sendiri.
3) Adanya budaya politik masyarakat yang bersifat apatisme dan memilih
golput.
b. Kendala-kendala yang Dihadapi Pada Tahap Pelaksanaan
1) Kesulitan pendataan dan pendaftaran pemilih. Hal ini disebabkan oleh
luasnya wilayah di Kabupaten Pasuruan serta banyaknya masyarakat yang
tidak memiliki Kartu Keluarga dan Kartu Tanda Penduduk.
2) Terbatasnya dana dalam Pilkada Kabupaten Pasuruan.
5. Upaya untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan terdiri atas:
a. Upaya Mengatasi Kendala-kendala yang Dihadapi pada Tahap
Persiapan
1) KPUD Kabupaten Pasuruan mengadakan rapat di Pendopo Kabupaten
Pasuruan pada tanggal 10 Agustus 2007. Dalam rapat tersebut disepakati
dengan mengangkat ahli hukum untuk membantu kinerja KPUD Kabupaten
136
Pasuruan dalam pembuatan regulasi/aturan tentang Pilkada Langsung yang
akan diselenggarakan di Kabupaten Pasuruan. proses seleksi terhadap calon
tenaga ahli tersebut dialkukan mulai tanggal 11 Agustus sampai dengan 2
September 2007. Setelah melakukan proses seleksi kemudian pada tanggal
3 September 2007 Sekretaris KPUD Kabupaten Pasuruan menetapkan dua
orang ahli hukum untuk membantu kinerja KPUD Kabupaten Pasuruan
dalam pembuatan aturan penyelenggaraan Pilkada Langsung.
2) Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat yakni melalui koordinasi
KPUD Kabupaten Pasuruan, Pemerintah Kabupaten Pasuruan dan Linmas
untuk memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya
pelaksanaan Pilkada Langsung di Kabupaten Pasuruan.dalam hal ini
dilakukan dengan memasang spanduk di tempat-tempat tertentu.
3) Memberikan pemahaman yang mendalam kepada masyarakat Kabupaten
Pasuruan yang memiliki sifat apatisme dan golput. Hal ini dilakukan oleh
pihak KPUD Kabupaten Pasuruan dengan pihak terkait seperti Linmas
untuk mengadakan penyuluhan di tiap-tiap Kecamatan.
b. Upaya Mengatasi Kendala-kendala yang Dihadapi pada Tahap
Pelaksanaan
1) KPUD Kabupaten Pasuruan melakukan koordinasi dengan pemerintah
Kabupaten Pasuruan, Dinas Kependudukan, PPK dan PPS, agar pendataan
dapat sesuai dengan jumlah pemilih yang ada.
2) KPUD Kabupaten Pasuruan melakukan pertemuan dengan pemerintah
Kabupaten Pasuruan pada tanggal 12 April 2008 di Pendopo Pemerintah
Kabupaten Pasuruan untuk membahas masalah keterbatasan dana. Dalam
137
pertemuan tersebut dihasilkan kesepakatan untuk menambahkan dana dari
APBD Kabupaten Pasuruan sebesar 300 juta rupiah.
6. Ditinjau dari aspek politik bahwa pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten
Pasuruan yang merupakan bentuk dari pelaksanaan Undang-Undang Nomor 32
tahun 2004, Undang-Undang Nomor 22 tahun 2007 dan PP Nomor 06 Tahun
2005 belum sepenuhnya menciptakan nilai-nilai demokratis dan kepatuhan
hukum. Ini terlihat dari rendahnya partisipasi masyarakat dalam proses
pemilihan yang hanya mencapai 70,5% dari jumlah daftar pemilih tetap, serta
adanya bentuk-bentuk pelanggaran hukum yang terjadi selama Pilkada
berlangsung. Namun demikian, proses Pilkada Kabupaten Pasuruan secara
umum berjalan dengan lancar tanpa adanya hal-hal yang dapat menjadikan
Pilkada gagal digelar.
B. Saran
Adapun saran dari hasil penelitian ini ditujukan kepada:
1. KPU Kabupaten Pasuruan
Hendaknya KPUD Kabupaten Pasuruan meningkatkan sosialisasi kepada
masyarakat yakni dengan terjun langsung ke tiap-tiap daerah di Kabupaten
pasuruan secara intensif untuk melakukan sosialisasi mengenai pentingnya
Pelaksanaan Pilkada Langsung. Selain itu juga, KPUD Kabupaten Pasuruan harus
melibatkan banyak pihak seperti Lembaga Swadaya Masyarakat dan media massa
(media cetak dan elektronik) dalam proses sosialisasi. Hal ini dimaksudkan agar
masyarakat lebih memiliki kesadaran politik dalam Pilkada Langsung di masa yang
akan datang.
138
2. Masyarakat Kabupaten Pasuruan
Hendaknya masyarakat Kabupaten Pasuruan lebih berpartisipasi aktif
dalam proses Pilkada Langsung pada masa yang akan datang. Hal ini dapat
dilakukan dengan ikut serta secara langsung dalam proses pemilihan terhadap
pasangan calon yang akan memimpin daerahnya, sekaligus sebagai wujud
mensukseskan proses demokrasi di Kabupaten Pasuruan pada khususnya.
3. Pendidik/ Guru PPKN
Hendaknya Pendidik/ Guru PPKN memberikan pemahaman kepada siswa
tentang pentingnya partisipasi politik sebagai wujud peran serta dalam proses
demokrasi di negeri ini. Hal ini dapat dilakukan dengan penjelasan yang mendalam
dari materi yang berkaitan dengan bidang politik. Selain itu juga dapat dilakukan
dengan mendemonstrasikan langsung proses penyelenggaraan pemilihan pemimpin
di sekolah. Hal ini dimaksudkan agar ketika menginjak usia dewasa (17 tahun),
siswa tersebut sudah memiliki pemahaman tentang pentingnya partisipasi politik
itu sendiri.
139
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik. Jakarta
: Rineka Cipta. Bogdan, Robert C. & Sari Knop Biken. 1982. Qualitative Researh For Education :
An. Intridution To Theory and Method. Boston : Allyn and Bacon. Eko, Sutoro. 2007. Pilkada Secara Langsung : Proses dan Implikasi, (online), (http
: Pilkada Langsung. ac.id/Proses Pilkada, diakses mei 2008). Hartono, Sunaryati. 1991. Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional. Bandung : Alumni. Juliansyah, Elvi. 2007. Pilkada :Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah Dan
Wakil Kepala Daerah. Bandung : Mandar Maju. Kasiram, Mohamad.2008. Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif. Malang :
UIN Malang. Latief, Abdul & Hasbi Ali. 2010. Politik Hukum. Jakarta : Sinar Grafika. Moleong, Lexy. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja
Rosdakarya. Moerti, Hari. 2007. Pokok-Pokok Pilkada Langsung, (online), (http://kpud-
pasuruan.go.id /pilbup, diakses mei 2008). Pasuruan. Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Pasuruan Nomor 01
Tahun 2007 tentang Tahapan, Program, dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Umum Bupati dan wakil Bupati pasuruan tahun 2008. Sekretariat KPU Kabupaten Pasuruan.
Pasuruan. Keputusan Komisi pemilihan Umum kabupaten Pasuruan Nomor 06
tahun 2007 tentang Kampanye dalam Pemilihan Umum Bupati dan wakil Bupatti tahun 2008. Sekretariat KPU Kabupaten Pasuruan.
Patton, Micahel Quinn. 1987. How To use Qualitative Methods In Evaluation.
California : Sage.
140
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Pemilihan
Umum. Lembaran Negara RI Nomor 4721, tahun 2007. Sekretariat Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 02 Tahun 2008 tentang Partai Politik. Lembaran Negara RI Nomor 2, tahun 2008. Sekretariat Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 06 Tahun 2005 tentang
Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Lembaran Negara RI No 22, tahun 2005. Sekretariat Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 06 Tahun 2008
tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal Komisi Pemilihan Umum, Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten. Lembaran Negara RI Nomor 6, tahun 2008. Sekretariat Jenderal Komisi Pemilihan Umum. Jakarta.
Sarwono, Jonathan Perbedaan Dasar antara pendekatan kualitatif dan kuantitatif,
(online). (http://js. Unikom, ac.id/kualitatif/ beda,html, diakses 2008). Soehino. 2010. Politik Hukum Indonesia. Yogyakarta : BPFE. Sugito, Yogi. 2009. Metodologi Penelitian. Malang : UB Press. Syaukani, Imam. 2005. Dasar-Dasar Politik Hukum. Jakarta : Raja Grafindo
Persada. Utrecht. 1966. Pengantar Dalam Hukum Indonesia. Jakarta : Balai Buku Ichtiar.
Undang-Undang Dasar 1945 dan GBHN. Jakarta : Multi Media.
Undang-Undang Otonomi Daerah Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Bandung : Citra Umbara. Universitas Negeri Malang.2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang : Universitas Negeri Malang. Wiyono, Suko.1994. Pengantar Ilmu Hukum. Malang : Universitas Negeri Malang.
141
LAMPIRAN-LAMPIRAN
142
PEDOMAN WAWANCARA
1. Kapan Pelaksanaan Pilkada Kabupaten Pasuruan diselenggarakan?
2. Apa yang menjadi latar belakang diselenggarakannya Pilkada langsung
Kabupaten Pasuruan?
3. Dasar hukum apa yang dipergunakan dalam pelaksanaan Pilkada Langsung
kabupaten Pasuruan?
4. Siapa saja yang terlibat langsung dalam pelaksanaan Pilkada Langsung
Kabupaten Pasuruan?
5. Bagaimana Tahap-tahap Pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten
Pasuruan?
6. Siapa saja yang menjadi calon dalam Pilkada Langsung kabupaten
Pasuruan?
7. Berapa jumlah pemilih dalam pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten
Pasuruan?
8. Apakah saudara ikut berpartisipasi dalam penyelenggaraan Pilkada
Langsung Kabupaten Pasuruan?Alasannya?
9. Bagaimana hasil perolehan suara dalam pelaksanaan Pilkada Langsung
Kabupaten Pasuruan?
10. Adakah pelanggaran yang terjadi selama proses PIlkada Langsung
diselenggarakan?
11. Apa yang menjadi faktor terjadinya pelanggaran dalam Pilkada Langsung
kabupaten Pasuruan?
12. Bagaimana cara mengatasi pelanggaran-pelanggaran yang terjadi agar
pelanggaran tersebut tidak terulang pada tahap Pilkada Langsung
berikutnya?
13. Apa kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Pilkada Langsung
Kabupaten Pasuruan dan bagaimana upayanya?
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN PASURUAN
NOMOR : 01 TAHUN 2007
TENTANG
TAHAPAN, PROGRAM, DAN JADWAL WAKTU PENYELENGGARAAN
PEMILIHAN UMUM BUPATI DAN WAKIL BUPATI PASURUAN TAHUN 2008
KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN PASURUAN
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan pemilihan umum Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah sesuai ketentuan Pasal 117 ayat (3)
Undang-undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara
Pemilihan Umum, dan ketentuan Pasal 3 ayat (3) Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan,
Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah, perlu menetapkan Tahapan,
Program dan Jadwal Waktu Penyelenggaraan Pemilihan
Umum Bupati dan Wakil Bupati Pasuruan Tahun 2008, dengan
Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Pasuruan.
Mengingat :
1. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);
2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang
Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 59 Tambahan
154
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4721;
3. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang
Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan dan
Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4480);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2005 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan,
Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 39
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4494) ;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6
Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan,
Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 57 Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4719) ;
7. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 11 Tahun
2007 tentang Pedoman Penyusunan Tahapan,
Program, dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan
Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
Memperhatikan : 1. Keputusan Rapat Pleno Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten Pasuruan tanggal 10 Oktober 2007.
M E M U T U S K A N :
155
Menetapkan : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN PASURUAN TENTANG TAHAPAN, PROGRAM, DAN JADWAL WAKTU PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM BUPATI DAN WAKIL BUPATI PASURUAN TAHUN 2008.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan:
1. Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah Pemilu untuk
memilih Bupati dan Wkil Bupati ecara langsung dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 ;
2. Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah Bupati dan Wakil Bupati Pasuruan;
3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Pasuruan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2004;
4. Komisi Pemilihan Umum Kabupaten, yang selanjutnya disebut KPU Kabupaten adalah
Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Pasuruan sebagaimana dimaksud dalam
Undang-undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum,
untuk menyelenggarakan Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Pasuruan ;
5. Partai Politik adalah Partai Politik Peserta Pemilihan Umum sebagaimana dimaksud
dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah;
6. Gabungan Partai Politik adalah dua Partai Politik Peserta Pemilihan Umum atau lebih
yang bersama-sama bersepakat mencalonkan 1 (satu) Pasangan Calon Bupati dan
Wakil Bupati;
7. Pasangan Calon adalah pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Pasuruan yang
diusulkan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai Politik yang telah memenuhi
persyaratan sebagaimana diatur dalam peraturan per- Undang - undangan;
8. Tim Kampanye adalah Tim yang dibentuk oleh Pasangan Calon bersama – sama
Partai Politik atau Gabungan Partai Politik yang bertugas dan berkewenangan
membantu penyelenggaraan kampanye serta bertanggungjawab atas pelaksanaan
teknis penyelenggaraan kampanye;
156
9. Panitia Pemilihan Kecamatan, selanjutnya disebut PPK, adalah panitia yang dibentuk
oleh KPU Kabupaten Pasuruan, untuk menyelenggarakan pemilihan umum Bupati
dan Wakil Bupati di tingkat kecamatan ;
10. Panitia Pemungutan Suara, selanjutnya disebut PPS adalah panitia yang dibentuk
oleh KPU Kabupaten Pasuruan untuk menyelenggarakan pemilihan umum Bupati dan
Wakil Bupati Pasuruan di tingkat desa/kelurahan ;
11. Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara selanjutnya disebut KPPS adalah
kelompok yang dibentuk oleh PPS untuk menyelenggarakan pemungutan suara di
tempat pemungutan suara ;
12. Tempat Pemungutan Suara, selanjutnya disebut TPS adalah tempat dilaksanakannya
pemungutan suara dalam pemilihan umum Bupati dan Wakil Bupati Pasuruan ;
13. Pemilih adalah Warga Negara Republik Indonesia yang terdaftar sebagai pemilih
dalam pemilihan umum Bupati dan Wakil Bupati Pasuruan, sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 68 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004;
14. Panitia Pengawas Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Pasuruan, selanjutnya
disebut Panwaslu adalah panitia pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57
ayat (3), ayat (4), ayat (5), ayat (6), dan ayat (7) Undang-undang Nomor 32 Tahun
2004 ;
BAB II
ASAS PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM
KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH
Pasal 2
Penyelenggara Pemilu Bupati dan Wakil Bupati berpedoman pada asas :
1. Mandiri;
2. Jujur;
3. Adil;
4. Kepastian hukum;
5. Tertib penyelenggaraan;
6. Kepentingan umum;
7. Keterbukaan;
8. Proporsional;
9. Akuntabilitas;
10.Efisiensi;dan
11.Efektifitas.
157
BAB III
TAHAPAN PEMILIHAN
Pasal 3
Kegiatan penyelenggaraan pemilihan umum Bupati dan Wakil Bupati meliputi:
1. Masa Persiapan;
2. Tahap Pelaksanaan; dan,
3. Penyelesaian.
Bagian Pertama
Persiapan Pemilihan
Pasal 4
Kegiatan Masa Persiapan sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 angka 1, meliputi:
1. Penyusunan program dan anggaran Pemilu Bupati dan Wakil Bupati.
2. Keputusan KPU Kabupaten yang mempedomani Peraturan KPU yang meliputi :
a. Non Tahapan :
1) Tahapan, Program, dan Jadwal Waktu Penyelenggaraan Pemilu Bupati dan
Wakil Bupati Pasuruan
2) Tata Kerja KPU Kabupaten, PPK, PPS, dan KPPS
3) Pemantau Pemilu Bupati dan Wakil Bupati Pasuruan
4) Audit Dana Kampanye Pemilu Bupati dan Wakil Bupati Pasuruan
b. Tahapan Pelaksanaan Keputusan (Pengaturan) meliputi pembuatan Surat
Keputusan KPU Kabupaten Pasuruan yang terdiri dari :
1) Pemutakhiran data pemilih dan tata cara penetapan pemilih
2) Tata cara pendaftaran dan penetapan pasangan calon
3) Tata cara kampanye Pemilu
4) Tata cara pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara di TPS
5) Tata cara pelaksanaan rekapitulasi penghitungan suara di PPK dan KPU
Kabupaten
c. Tahapan Pelaksanaan Keputusan (Penetapan) meliputi :
158
1) Format rekapitulasi jumlah dan daftar pemilih di TPS, PPS, PPK dalam Pemilu
Bupati dan Wakil Bupati.
2) Format jumlah petugas pemutakhiran data pemilih, TPS, PPS, dan PPK dalam
Pemilu Bupati dan Wakil Bupati .
3) Format kartu pemilih, jenis formulir untuk pemutakhiran data dan daftar
pemilih, pencalonan, kampanye, pemungutan dan penghitungan suara dan
penetapan pasangan calon terpilih.
4) Penunjukkan rumah sakit untuk pemeriksaan kemampuan rohani dan jasmani.
5) Format pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati.
6) Format akuntan publik untuk mengaudit dana kampanye.
7) Jadwal, bentuk, tempat dan waktu kampanye.
8) Tanggal dan hari pemungutan suara.
9) Format bahan, bentuk, dan ukuran surat suara serta kelengkapan administrasi
pemungutan dan penghitungan suara dalam Pemilu Bupati dan Wakil Bupati.
10) Format rekapitulasi hasil penghitungan suara di KPU Kabupaten dan PPK.
11) Format pengumuman pasangan calon terpilih.
3. Pembentukan/pengangkatan dan pelantikan PPK, PPS, dan KPPS.
4. Pemberitahuan dan Pendaftaran Pemantau Pemilihan Umum.
5. Sosialisasi informasi/p[endidikan pemilih kepada masyarakat.
6. Pemberitahuan DPRD kepada Bupati mengenai berakhirnya masa jabatan Bupati dan
Wakil Bupati.
7. Pemberitahuan DPRD kepada KPU Kabupaten mengenai berakhirnya masa jabatan
Bupati dan Wakil Bupati.
8. Rapat koordinasi KPU Kabupaten dengan PPK.
9. Rapat koordinasi PPK dan PPS
Bagian Kedua
Pelaksanaan Pemilihan
Pasal 5
Kegiatan Tahapan Pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 2, meliputi :
1. Pemutakhiran Data Pemilih dan Tata cara Penetapan Daftar Pemilih
a. Penerimaan daftar penduduk potensial pemilih Pemilu Bupati dan Wakil Bupati
dari pemerintah daerah;
159
b. Penyampaian/penyerahan DPS oleh KPU Kabupaten ke PPS melalui PPK;
c. Pengumuman/publikasi DPS oleh PPS;
d. Penyusunan DPS hasil perbaikan oleh PPS;
e. Pengumuman Daftar Pemilih Hasil perbaikan oleh PPS;
f. Penyusunan DPT berdasarkan DPS dan Daftar Pemilih Hasil Perbaikan oleh PPS;
g. Penetapan dan Pengumuman DPT oleh PPS;
h. Penyampaian DPS, daftar pemilih hasil perbaikan, dan DPT kepada KPU
Kabupaten melalui PPK oleh PPS secara elektronik (soft copy) dengan tembusan
ke KPU Propinsi dan KPU;
i. Penetapan jumlah DPT dan TPS tingkat kabupaten;
j. Penyampaian DPT untuk PPS, KPPS, dan Pengawas Pemilu, dan Saksi Peserta
Pemilu;
k. Penyampaian kartu pemilih oleh PPS.
2. Pendaftaran, Penelitian dan Penetapan Pasangan calon
a. Penjaringan Pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati oleh Parpol/Gabungan
Parpol;
b. Pengumuman dan pengambilan formulir pendaftaran calon Bupati dan Wakil
Bupati;
c. Pendaftaran calon Bupati dan Wakil Bupati oleh Parpol/Gabungan Parpol
d. Penyampaian hasil pemeriksaan kesehatan pasangan calon Bupati dan Wakil
Bupati oleh pasangan calon kepada KPU Kabupaten;
e. Penelitian administratif syarat pengajuan pasangan calon, dan syarat calon;
f. Penyampaian/pemberitahuan hasil penelitian;
g. Perbaikan kelengkapan syarat paangan calon;
h. Penelitian ulang kelengkapan dan perbaikan persyaratan pasangan calon;
i. Pengumuman pasangan calon yang memenuhi persyaratan;
l. Penetapan, penentuan nomor urut, dan pengumuman pasangan calon Bupati dan
Wakil Bupati.
3. Pencetakan dan Pendistribusian (Putaran Pertama)
a. Proses administrasi pengadaan logistik pemilu;
b. Distribusi surat suara, alat, dan kelengkapan administrasi pemungutan dan
penghitungan suara di PPS dan TPS, formulir berita acara, daftar pasangan calon
dan surat suara ke PPK;
160
c. Penerimaan surat suara, alat dan kelengkapan administrasi pemungutan suara
dan penghitungan suara, formulir berita acara,dan daftar pasangan calon di PPS
dan TPS;
4. Kampanye
a. Pertemuan antar peserta pemilihan umum Bupati dan Wakil Bupati tentang
pelaksanaan kampanye;
b. Pemberitahuan Tim kampanye;
c. Kampanye (putaran pertama)
d. Masa tenang
5. Pemungutan Suara dan Penghitungan Suara
a. Persiapan :
1) Pengecekan persiapan pemungutan suara di lapangan;
2) Pembentukan KPPS dan sosialisasi
3) Penyampaian DPT untuk TPS, Panwaslu, dan Saksi pasangan calon;
4) Pengumuman dan pemberitahuan tempat, hari, dan waktu pemungutan suara di
TPS
5) Penyiapan TPS.
b. Pelaksanaan :
1) Pemungutan suara dan penghitungan suara di TPS oleh KPPS, penyusunan
sertifikat hasil penghitungan suara oleh PPK, dan KPU Kabupaten.
a) Pemungutan suara dan penghitungan suara di TPS;
b) Penyusunan dan penyampaian sertifikat hasil penghitungan suara di TPS
kepada PPK melalui PPS;
c) Pengumuman hasil penghitungan suara dan penyampaian kotak suara yang
masih dikunci dan disegel yang berisi berita acara dan sertifikat hasil
penghitungan suara oleh KPPS;
d) Penyampaian kotak suara yang masih terkunci dan disegel yang berisi berita
acara dan sertifikat hasil penghitungan suara ke PPK oleh PPS;
161
e) Penyusunan dan penyampaian berita acara dan rekapitulasi hasil
penghitungan suara di tingkat kecamatan kepada KPU kabupaten oleh PPK
f) Penyusunan berita acara dan rekapitulasi hasil penghitungan suara di
tingkat kabupaten oleh KPU kabupaten;
g) Penetapan pasangan calon terpilih KWK berdasarkan berita acara
rekapitulasi hasil penghitungan suara;
h) Penyusunan dan penyampaian berita acara dan rekapitulasi hasil
penghitungan suara di tingkat kabupaten kepada KPU propinsi;
i). Pelantikan dan pengucapan sumpah/janji pasangan calon terpilih Bupati dan
Wakil Bupati
Bagian Ketiga
Penyelesaian
Pasal 6
Kegiatan Penyelesaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) meliputi :
1) Penyampaian gugatan dari pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati terhadap KPU
Kabupaten mengenai hasil penghitungan suara kepada Mahkamah Agung
2) Penyelesaian sengketa hukum pemilihan umum Bupati dan Wakil Bupati di Mahkamah
Agung
3) Penyampaian hasil pemilihan umum Bupati dan Wakil Bupati kepada DPRD, , Bupati
dan Menteri Dalam Negeri;
4) Penyampaian laporan KPU Kabupaten kepada KPU dilampiri dengan dokumen
penetapan hasil tahapan pemilihan umum Bupati dan Wakil Bupati;
5) Pelaporan hasil pemantauan, evaluasi, dan pengawasan pelaksanaan pemilihan
umum Bupati dan Wakil Bupati;
6) Laporan Pertanggungjawaban anggaran pemilihan umum Bupati dan Wakil
Bupati kepada DPRD dan Bupati;
7) Pembubaran PPK, PPS, dan KPPS sesuai dengan tingkatannya;
8) Melakukan pemeliharaan arsip dan dokumen pemilihan umum Bupati dan Wakil
Bupati serta mengelola barang inventaris;
Pasal 7
Tahapan, program, dan jadwal waktu penyelenggaraan pemilihan umum Bupati dan Wakil
Bupati adalah sebagaimana terlampir dalam Lampiran Keputusan ini.
162
BAB IV
PENUTUP
Pasal 8
Hal-hal yang belum diatur dalam Keputusan ini akan diatur lebih lanjut dalam ketentuan
tersendiri.
Pasal 9
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : PASURUAN
pada tanggal :10 Oktober 2007
KOMISI PEMILIHAN UMUM
KABUPATEN PASURUAN
KETUA,
H. MOCH. SODIQ, SH, M.Hum
163
164
165
1. Pasangan Nomor Urut 1 H. Jusbakir Aljufri, SH, MM dan H. Joko Cahyono SE, SH, MH
2. Pasangan Nomor Urut 2 Dr. H Dade Angga, S.IP, M.Si dan Drs. H. Eddy Paripurna
3. Pasangan Nomor Urut 3 H. Muzamil Syafii, SH, M.Si dan H. Akhmad Zubaidi, SE. MM
166
Gambar TPS 03 Grati
Gambar TPS 6 Wonorejo
167
168
169
170
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ujang Mansur
NIM : 104811471922
Jurusan/Program studi : Hukum dan Kewarganegaraan/ PPKN
Fakultas/Program : FIS/ S1
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar
tulisan saya, dan bukan merupakan plagiasi baik sebagian atau seluruhnya.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini hasil
plagiasi, baik sebagian atau seluruhnya, maka saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Malang, 15 Maret 2011
Yang membuat pernyataan,
Ujang Mansur
171
RIWAYAT HIDUP
Ujang Mansur dilahirkan di Bekasi, Jawa Barat tanggal 03
april 1987, anak keempat dari 4 bersaudara, pasangan
Bapak H. Sulaeman dan Ibu. Hj. Rosih. Pendidikan dasar
dan menengah telah ditempuh di Bekasi. Tamat SD tahun
1998, SMP tahun 2001, SMA tahun 2004. Pendidikan
berikutnya ia tempuh di Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Universitas Negeri
Malang sejak tahun 2004, melalui jalur PMDK . Sejak menempuh kuliah di
Universitas Negeri malang, ia telah mendapatkan beasiswa Pengembangan Prestasi
Akademik (PPA), Bank Indonesia dan Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM) pada
tahun 2005, 2006 dan 2007. Selain itu juga, selama kuliah ia aktif dalam organisasi
Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) tahun 2006-2007 dengan menjabat seksi
penalaran.