PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN …eprints.unram.ac.id/11454/1/JURNAL1.pdfekonomis dan...
Transcript of PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN …eprints.unram.ac.id/11454/1/JURNAL1.pdfekonomis dan...
1
PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA
STUDI DI PT. PEGADAIAN CABANG AMPENAN
JURNAL ILMIAH
Oleh :
PUTRA SAKTIAWANSYAH
D1A114201
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
2018
2
HALAMAN PENGESAHAN JURNAL ILMIAH
PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA
STUDI DI PT. PEGADAIAN CABANG AMPENAN
Oleh :
PUTRA SAKTIAWANSYAH
D1A 114 201
Menyetujui,
Pada tanggal,
Pembimbing Pertama
Dr. Aris Munandar, SH., M. Hum
NIP. 19610610 198703 1 001
3
PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA
STUDI DI PT. PEGADAIAN CABANG AMPENAN
PUTRA SAKTIAWANSYAH
D1A 114 201
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan perjanjian
kredit dengan jaminan fidusia serta apa yang menjadi hambatan dan upaya
penyelesaian masalah yang muncul dalam pelaksanaannya di PT. Pegadaian
(Persero). Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian normatif empiris.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan, konseptual, dan
sosiologis. Pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan fidusia di Pegadaian
Cabang Ampenan antara pihak debitur dengan pihak pegadaian melalui beberapa
tahapan yang dimulai dari mempelajari syarat dan ketentuan yang berlaku, hingga
sampai ketahap penandatanganan perjanjian kredit. Hambatan utama dari pelaksanaan
perjanjian kredit dengan jaminan fidusia muncul ketika terjadi wanprestasi dari pihak
debitur.
Kata kunci : Perjanjian Kredit, Jaminan Fidusia, KREASI.
ABSTRACT
This study aims to determine how the implementation of credit agreements with
fiduciary guarantees and what are the obstacles and efforts to solve problems that
arise in their implementation at PT. Pegadaian (Persero). The research method used is
empirical normative research. The approach used is a legislative, conceptual, and
sociological approach. The implementation of a fiduciary guarantee loan agreement at
Ampenan Branch Pegadaian between the debtor and the pawnshop party through
several stages starting from studying the terms and conditions in force, up to the stage
of signing the credit agreement. The main obstacle of implementing a credit
agreement with fiduciary collateral arises when a default occurs from the debtor.
Keywords : Credit Agreement, Fiduciary Guarantee, KREASI.
i
I. PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangannya Indonesia merupakan Negara yang sedang
dalam tahap pembangunan. Untuk mencapai arah dari pembangunan ini maka
keberadaan lembaga keuangan ditengah-tengah masyarakat merupakan salah satu hal
yang sangat dibutuhkan, karena lembaga inilah yang bergerak dalam hal pembiayaan
sumber dana. Pembiayaan sumber dana, pada umumnya dilakukan secara kredit.
Penyediaan dan kemudahaan dalam kredit sangat dibutuhkan oleh masyarakat sebagai
penunjang dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan usahanya khususnya
masyarakat golongan ekonomi lemah. Dalam hal pemberian kredit ini dibutuhkan
adanya beberapa syarat minimal antara lain adanya syarat pemberian jaminan bagi
kredit tersebut demi keamanan modal dan kepastian hukum bagi si pemberi kredit.
Keberadaan pegadaian merupakan sarana penunjang dalam melanjutkan
eksistensi suatu kelompok masyarakat. Perseroan pegadaian hadir sebagai institusi
yang menjadi sumber pembiayaan jangka pendek dengan syarat yang mudah. Hanya
dengan membawa agunan, apapun bentuknya asalkan berupa benda yang bernilai
ekonomis dan dilengkapi dengan surat kepemilikan serta identitas diri, seseoang bisa
mendapatkan pinjaman sesuai dengan nilai taksiran barang tersebut. Produk
pegadaian sudah semakin beragam dengan dikeluarkannya bentuk jaminan baru yaitu
dengan Jaminan Fidusia. Yaitu benda jaminan tetap dikuasai oleh pihak debitur.
Bentuk jaminan fidusia ini digunakan secara luas dalam transaksi pinjam
meminjam karena proses pembebanannya dianggap sederhana, mudah dan cepat,
tetapi tidak menjamin adanya kepastian hukum, karena dapat saja debitur
ii
menjaminkan benda yang telah dibebani dengan Fidusia kepada pihak lain tanpa
sepengetahuan penerima Fidusia.1 Tahun 1999 Indonesia telah mengatur jaminan
fidusia dengan Undang-undang Nomor. 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
Jaminan kredit umumnya dipersyaratkan dalam suatu pemberian kredit sebagai upaya
pengamanan kredit untuk lebih terjaminnya pelunasan utang debitur kepada pihak
Pegadaian. Pengikatan obyek jaminan kredit melalui lembaga jaminan fidusia di
Perusahaan Perseroan (Persero) PT Pegadaian dilakukan apabila obyek jaminan
berupa benda bergerak. Namun dalam pelaksanaannya pembebanan jaminan fidusia
masih terdapat peermasalahan dan hambatan-hambatan yang perlu dikaji lebih lanjut
secara yuridis, seperti permasalahan eksekusi dari jaminan fidusia.
Suatu perjanjian secara ideal diharapkan dapat berjalan dan dipenuhi sesuai
dengan kesepakatan yang telah dituangkan dalam perjanjian, termasuk dalam hal ini
suatu pembebanan jaminan seperti fidusia, namun dalam kondisi tertentu realisasi
perjanjian kredit tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Dengan semakin
meningkatnya pertumbuhan kredit biasanya disertai pula dengan meningkatnya kredit
yang bermasalah, walau porsentasi jumlah dan peningkatannya kecil, tetapi kredit
bermasalah ini akan dapat mempengaruhi kesehatan Perseroan Pegadaian.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang ingin diangkat
dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian kredit dengan
jaminan fidusia di kantor Pegadaian Cabang Ampenan ?. 2. Apa hambatan-hambatan
1 Kashadi, Hukum Jaminan, Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Semarang, 2000, hlm.
59.
iii
dan bagaimana penyelesaian masalah yang muncul dalam pelaksanaan perjanjian
kredit dengan jaminan fidusia di kantor Pegadaian Cabang Ampenan ?
Adapun tujuan penulisan penelitian ini yang hendak dicapai adalah sebagai
berikut : 1. Untuk mengetahui pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan fidusia
di Kantor Pegadaian Cabang Ampenan; 2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan
dan penyelesaian masalah yang muncul dalam pelaksanaan perjanjian kredit dengan
jaminan fidusia di Kantor Pegadaian cabang Ampenan.
Manfaat dari penelitian ini sebagai berikut: 1) manfaat teoritis, penelitian ini
diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang proses perjanjian kredit dengan
jaminan fidusia pada PT. Pegadaian Cabang Ampenan serta, 2) maanfaat praktis,
diharapkan dapat menjadi pegangan terhadap para pihak dalam melaksanakan
perjanjian kredit dengan jaminan fidusia di PT. Pegadaian Cabang Ampenan.
Berdasarkan judul dan permasalahan yang diteliti, maka jenis penelitian ini
adalah normatif empiris dengan metode pendekatan : 1. Pendekatan perundang-
undangan; 2. Pendekatan konseptual; dan 3. Pendekatan sosiologis. Adapun sumber
dan jenis bahan hukumnya adalah : 1. Bahan hukum primer, 2.Bahan hukum skunder,
3.Bahan hukum transier. Sementara itu analisis bahan hukumnya adalah metode
deskriptif kualitatif.
iv
II. PEMBAHASAN
PT. Pegadaian (Persero)
Berdasarkan hasil penelitian penulis, terutama melalui penelitian kepustakaan,
Sejarah Pegadaian dimulai pada saat VOC mendirikan Bank Van Leening sebagai
lembaga keuangan yang memberikan kredit dengan system gadai. Lembaga ini
sepenuhnya diusahakan oleh pemerintah, yang berjalan sampai tahun 1811. Pada
tahun 1811 terjadi peralihan kekuasaan dari pemerintah Belanda kepada Pemerintah
Inggris. Pada masa itu Raffles mengganti Bank Van Leening dengan Licentie Stelsel,
Pembentukkan Licentie Stelsel ternyata tidak mengenai sasaran, oleh karena itu pada
tahun 1814 dihapuskan dan kemudian diganti dengan Pachstelsel.2
Pada tahun 1816 Belanda kembali menguasai Indonesia, dan pada
pertengahan periode ini Pemerintah Belanda mengadakan penelitian pada tahun 1856,
sehingga pada tahun 1870 nama Pegadaian dirubah lagi pada saat itu menjadi Licentie
Stelsel, yang terus berlangsung sampai tahun 1880, sampai diganti namanya menjadi
Pachstelsel kembali. Pada waktu pemerintah Belanda ini, usaha dibidang kredit gadai
menjadi monopoli pemerintah, dengan status sebagai jawatan, yang bernaung di
bawah Departemen Keuangan. Pada masa penjajahan Jepang, Pegadaian tetap
menjadi instansi Pemerintah di bawah pengawasan kantor besar keuangan. Pada
waktu itu pemerintah Jepang mengambil kesempatan untuk mengeruk kekayaan
2http://www.pegadaian.co.id diakses pada tanggal 30 Mei 2018 jam 19:22
v
rakyat dari Pegadaian, yaitu dengan menghapuskan lelang terhadap barang-barang
yang telah kadaluarsa, dan kemudian diambil dari pemerintah jepang.
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945,
penguasaan atas Pegadaian diambil oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan
status sebagai jawatan dibawah Menteri Keuangan sampai kemudian terbit Peraturan
Pemerintah Nomor 178 tahun 1965 diintegrasikan dalam urusan Bank Sentral Unit
IV. Dalam mengembangkan usahanya, Pemerintah meningkatkan status Pegadaian
dari Perusahaan Jawatan (PERJAN) menjadi Perusahaan Umum (PERUM) yang
dituangkan dalam Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1990 tanggal 10 April 1990.
Sebagai penyempurnaan Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1990 dikeluarkan
Peraturan Pemerintah No. 103 Tahun 2000 Tentang Perusahaan Umum Pegadaian,
yang memperluas maksud dan tujuan perusahaan.
Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan
penyaluran pinjaman maka Pemerintah sebagai pemilik BUMN merubah status badan
hukum PERUM Pegadaian menjadi PT. Pegadaian Persero berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 51 Tahun 2011 tentang Perubahan Bentuk Badan Hukum Perusahaan
Umum (Perum) Pegadaian Menjadi Perusahaan Perseroan (Persero). Yang kemudian
disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM sebagai badan hukum pada 4 April 2012.
Pelaksanaan Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Di Pt. Pegadaian
Cabang Ampenan
Pada dasarnya, kredit merupakan suatu kepercayaan yang diberikan oleh
kreditur kepada debitur. Namun dalam kenyataannya, kepercayaan tersebut seringkali
vi
disalahgunakan oleh debitur, sehingga resiko debitur yang tidak membayar hutangnya
menjadi tanggungan kreditur. Untuk menghindari hal tersebut, maka pihak kreditur
dalam memberikan kredit meminta jaminan kepada debitur.
PT. Pegadaian (Persero) merupakan lembaga keuangan non bank di Indonesia
yang secara resmi mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan lembaga keuangan
berupa pembiayaan dalam bentuk penyaluran dana ke masyarakat atas dasar hukum
gadai. PT. Pegadaian dalam pelaksanaan kegiatan usahanya, mengacu pada konsep
gadai yang termuat dalam Buku II Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal
1150-1160. Menurut Pasal 1150 KUH Perdata gadai adalah.
“Gadai adalah suatu hak yang diperoleh kreditur atas suatu barang bergerak
yang diserahkan kepadanya oleh kreditur, atau oleh kuasanya, sebagai
jaminan atas utangnya, dan yang memberi wewenang kepada kreditur untuk
mengambil pelunasan piutangnya dan barang itu dengan mendahului kreditur-
kreditur lain; dengan pengecualian biaya penjualan sebagai pelaksanaan
putusan atas tuntutan mengenai pemilikan atau penguasaan, dan biaya
penyelamatan barang itu, yang dikeluarkan setelah barang itu sebagai gadai
dan yang harus didahulukan”.
Gadai merupakan perjanjian Riil, artinya perjanjian yang selain adanya kata
sepakat dari kedua belah pihak juga diperlukan suatu perbuatan nyata, dalam hal ini
adalah penyerahan kekuasaan atas barang gadai.
Dalam kegiatan usahanya PT. Pegadaian (Persero) diharuskan mengikuti
kemajuan zaman, tidak hanya penyaluran dana kredit dengan jaminan yang harus
diberikan debitur kepada Pegadaian sebagaimana prinsip Inbezitstelling tetapi juga
pelayanan-pelayanan keuangan yang lain, salah satunya adalah kredit dengan jaminan
fidusia yang dinamakan Kredit Angsuran Sitem Fidusia (KREASI) pada kredit
vii
fidusia ini debitur tidak perlu menyerahkan objek jaminannya secara fisik kepada PT.
Pegadaian (Persero).
Dasar hukum pelaksanaan Jaminan Fidusia oleh PT. Pegadaian (Persero) :
a. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia;
b. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara;
c. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas;
d. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;
e. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2011 Tentang Perubahan Bentuk Badan
Hukum Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian menjadi Perusahaan Perseroan
(Persero).
Pasal 2 ayat (1)
“Maksud dan tujuan Perusahaan Perseroan (Persero) sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1 ayat (1) untuk melakukan usaha di bidang gadai dan fidusia, baik
secara konvensional maupun syariah, dan jasa lainnya di bidang keuangan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan terutama untuk masyarakat
berpenghasilan menengah kebawah, usaha mikro, usaha kecil dan usaha
menengah, serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya Perseroan dengan
menerapkan prinsip perseroan terbatas”.
Pasal 2 ayat (2)
“Untuk mencapai maksud dan tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Perusahaan Perseroan (Persero) melaksanakan kegiatan usaha utama berupa:
a. Penyaluran pinjaman berdasarkan hukum gadai termasuk gadai efek;
b. Penyaluran pinjaman berdasarkan jaminan fidusia; dan
c. Pelayanan jasa titipan, pelayanan jasa taksiran, sertifikasi dan
perdagangan logam mulia serta batu adi.
Usaha penganekaragaman usaha ini ditempuh agar PT. Pegadaian (Persero)
tetap eksis di masyarakat karena penuhnya persaingan usaha dibidang jasa perbankan
viii
dan keuangan di Indonesia baik jasa keuangan dan perbankan nasional maupun asing.
Salah satu produk usaha Pegadaian setelah hadirnya Peraturan Pemerintah No. 51
Tahun 2011 ini adalah KREASI (Kredit Angsuran Sistem Fidusia).
Kreasi merupakan pinjaman atau kredit dalam jangka waktu tertentu dengan
menggunakan konstruksi penjaminan kredit secara jaminan fidusia, yang diberikan
oleh PT. Pegadaian kepada pengusaha mikro dan pengusaha kecil yang membutuhkan
dana untuk keperluan pengembangan usahanya. Dalam hal ini barang jaminan tetap
dalam penguasaan debitur, sedangkan kreditur hanya memegang hak kepemilikannya
saja. Oleh karena itu, debitur tetap bisa mempergunakan benda yang menjadi objek
jaminan fidusia untuk keperluan usahanya.
Adapun prosedur pelaksanaan pemberian kredit dengan jaminan fidusia pada
PT. Pegadaian Cabang Ampenan adalah sebagai berikut :3
a. Nasabah datang ke PT. Pegadaian Cabang Ampenan untuk mengajukan
permohonan kredit. Permohonan kredit ini diajukan kepada Petugas
Fungsional Kredit dan kemudian Petugas Fungsional Kredit akan
melakukan wawancara dengan nasabah mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan kredit jaminan fidusia tersebut. Petugas Fungsional Kredit akan
memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan oleh nasabah dalam
mengajukan permohonan kredit.
3Utma Rohdiarsya, Manager PT. Pegadaian Cabang Ampenan, Wawancara Pribadi (Jumat,
27 Juli 2018)
ix
b. Setelah dilakukan wawancara, nasabah dapat mengisi formulir permohonan
kredit dengan melampirkan :4
1) Fotocopy KTP suami atau istri dan Kartu Keluarga, atau surat
keterangan domisili dari kelurahan (bagi nasabah yang alamatnya
tidak sama dengan KTP atau belum memiliki KTP;
2) Bukti pembayaran PBB tahun terakhir atau bukti pembayaran listrik
bulan terakhir;
3) BPKB asli, faktur dan fotocopy STNK serta membayar biaya cek ke
SAMSAT;
4) Fotocopy buku tabungan 3 (tiga) bulan terakhir dari bank (jika ada);
5) Menyerahkan dokumen usaha (SIUP/TDP/Surat Keterangan
Lainnya), kemudian Petugas Fungsional Kredit akan menjelaskan
mengenai jangka waktu kredit kepada nasabah. Jangka waktu kredit
ditetapkan minimal 12 (duabelas) bulan dan maksimal 24 (duapuluh
empat) bulan dengan pengembalian kredit secara angsuran (cicilan)
tiap bulan dengan tingkat bunga 1% flat.
c. Petugas Fungsional Kredit bersama nasabah melakukan peninjauan lokasi
domisili atau usaha calon nasabah untuk dasar analisis kelayakan usaha
calon nasabah. Analisis yang dilakukan meliputi :5
1) Usaha yang dijalankan oleh calon nasabah;
2) Kemampuan nasabah dalam mengembalikan pinjaman;
3) Jenis barang yang dijaminkan dan nilai barang yang dijaminkan; dan
4) Kondisi ekonomi dari nasabah.
5) Permohonan Kredit diterima.
d. Setelah adanya analisis kredit kelayakan usaha atas permohonan kredit
diterima, kemudian pihak PT. Pegadaian Cabang Ampenan
memberitahukan kepada nasabah (debitur) bahwa permohonan kreditnya
telah diterima atau disetujui. Dengan diterimanya permohonan kredit, maka
pihak PT. Pegadaian Cabang Ampenan dengan pihak nasabah
4Buku Pedoman Kredit Angsuran Sistem Fidusia (KREASI) PT. Pegadaian (Persero)
5Ibid.
x
menandatangani perjanjian utang piutang serta pengalihan hak klaim
asuransi. Sebenarnya analisa kredit dilakukan untuk menghindari
kemungkinan terjadinya wanprestasi atau ingkar janji, dalam dunia
perbankan hal ini disebut dengan kredit macet yaitu suatu keadaan dimana
seorang nasabah tidak mampu membayar lunas kredit bank tepat pada
waktunya.6
e. Pengikatan benda yang menjadi objek jaminan fidusia pada PT. Pegadaian
Cabang Ampenan dilakukan baik dengan akta notaris atau akta dibawah
tangan. Suatu akta jaminan fidusia dibuat dengan akta notaris atau akta
dibawah tangan tergantung pada besar kecilnya nilai pinjaman.
Hambatan Dan Upaya Penyelesaian Masalah Dalam Pelaksanaan Perjanjian
Kredit Dengan Jaminan Fidusia PT. Pegadaian Cabang Ampenan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa hambatan utama dari
pelaksanaan perjanjian kredit dengan Jaminan Fidusia muncul ketika terjadi
wanprestasi dari pihak debitur. Ada beberapa factor yang dapat memicu terjadinya
wanprestasi oleh debitur, yaitu :7
1. Usaha debitur mengalami kegagalan;
2. Kredit yang disalurkan tak dipergunakan sebagaimana mestinya (tidak sesuai
dengan tujuan pengajuan kredit) oleh debitur;
3. Debitur tidak beritikad baik untuk memenuhi kewajibannya;
4. Keadaan perekonomian secara nasional yang juga membawa pengaruh
terhadap kondisi keuangan debitur;
6Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit Suatu Tinjauan Yuridis, Djambatan,
Jakarta, 1996, hlm.131. 7Utma Rohdiarsya, Manager PT. Pegadaian Cabang Ampenan, Wawancara Pribadi, Jumat, 27
Juli 2018.
xi
5. Hal-hal lain diluar prediksi.
Selain beberapa faktor diatas, meningkatnya kebutuhan hidup seorang nasabah
menjadi salah satu penyebab terjadinya kredit macet, misalnya banyaknya keperluan-
keperluan rumah tangga yang harus dipenuhi, baik untuk membiayai anak sekolah
dan kebutuhan anak yang semakin dewasa semakin banyak menuntut untuk dipenuhi
yang tidak terduga sebelumnya.8 Dalam kondisi tersebut upaya eksekusi jaminan
fidusia merupakan upaya yang harus dilakukan untuk menyelamatkan kredit yang
telah disalurkan. Upaya eksekusi merupakan upaya terakhir yang ditempuh setelah
upaya restrukturisasi dan upaya pendekatan secara musyawarah mufakat gagal
dilakukan. Dari pihak nasabah sendiri menyadari bahwa upaya eksekusi jaminan
fidusia merupakan jalan keluar bagi dirinya untuk melunasi kredit macet tersebut.9
Eksekusi jaminan fidusia adalah penyitaan dan penjualan benda yang menjadi
objek jaminan fidusia. Penyebab timbulnya eksekusi jaminan fidusia ini adalah
karena debitur atau pemberi fidusia cidera janji atau tidak memenuhi prestasinya tepat
pada waktunya kepada penerima fidusia, walaupun pemberi fidusia telah diberikan
somasi. Dalam Pasal 29 ayat (1) Undang-undang No. 49 Tahun 1999 tentang Jaminan
Fidusia, diatur ada 3 (tiga) cara eksekusi benda jaminan fidusia, yaitu :
1. Pelaksanaan titel eksekutorial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2)
oleh Penerima Fidusia;
8Hasil Wawancara dengan Munirah, Nasabah KREASI, PT. Pegadaian Cabang Ampenan,
Rabu , 5 September 2018. 9Hasil Wawancara dengan Moh. Ramli, Nasabah KREASI PT. Pegadaian Cabang Ampenan,
Rabu, 5 September 2018.
xii
2. Penjualan benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia atas kekuasaan
Penerima Fidusia sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil
pelunasan piutangnya dari hasil penjualan;
3. Penjualan di bawah tangan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan Pemberi
dan Penerima Fidusia jika dengan cara demikian dapat diperoleh harga
tertinggi yang menguntungkan para pihak.
Dalam sertifikat Jaminan Fidusia yang diterbitkan Kantor Pendaftaran Fidusia
dicantumkan kata-kata : “Demi Keadilan Berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa”.
Sertifikat jaminan fidusia ini mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap. Yang
dimaksud dengan kekuatan eksekutorial adalah langsung dapat dilaksanakan tanpa
melalui pengadilan dan bersifat final serta mengikat para pihak untuk melaksanakan
putusan tersebut.10
10
Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia ,Ed. 1, Cet. 10, Rajawali Pers,
Jakarta, 2017, hlm. 90.
xiii
III. PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan penelitian dan analisis data yang telah penulis lakukan sebagaimana
diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa : 1. Pelaksanaan perjanjian
kredit dengan jaminan fidusia di PT. Pegadaian (Persero) Cabang Ampenan
dilakukan melalui pembuatan perjanjian utang piutang, Akta Jaminan Fidusia serta
pendaftaran ke Kantor Pendaftaran Fidusia untuk memperoleh Sertifikat Jaminan
Fidusia. Dalam prakteknya tidak sedikit obyek benda jaminan fidusia yang belum
didaftarkan oleh Persero Pegadaian dengan alasan bahwa nominal pinjaman debitur
tidak terlalu besar. Perjanjian utang piutang dan Akta Jaminan Fidusia dapat dibuat
secara notariil ataupun di bawah tangan, tergantung dari besar kecilnya kredit yang
diberikan oleh PT. Pegadaian (Persero) Cabang Ampenan. Namun Akta Jaminan
Fidusia yang dapat didaftarkan adalah akta yang dibuat secara notariil. Akta yang
dibuat dibawah tangan tersebut mempunyai konsekuensi : a. Akta Jaminan Fidusia
tersebut tidak dapat didaftarkan di Kantor Pendaftaran Fidusia karena untuk dapat
didaftarkan Akta Jaminan Fidusia harus dibuat dengan akta notaris; b. Apabila akta
dibuat dibawah tangan maka kreditur tidak mempunyai hak preference dalam
pelunasan utangnya. Perjanjian utang piutang antara PT. Pegadaian (Persero) Cabang
Ampenan dengan nasabah merupakan perjanjian yang mengikat kedua belah pihak
untuk memenuhi semua kewajiban dan mendapatkan hak-hak yang telah
diperjanjikan. 2. Hambatan utama dari pelaksanaan perjanjian kredit dengan Jaminan
Fidusia muncul ketika terjadi wanprestasi dari pihak debitur. Dalam kondisi tersebut
xiv
upaya eksekusi merupakan upaya yang harus dilakukan untuk menyelamatkan kredit
yang telah disalurkan. Upaya eksekusi adalah upaya terakhir yang ditempuh setelah
upaya restrukturisasi dan upaya pendekatan secara musyawarah mufakat gagal
dilakukan.
Saran
Dari hasil penelitian dan analisa yang penulis lakukan, ada beberapa hal yang
menjadi saran dan masukan kepada pihak PT. Pegadaian Cabang Ampenan dalam
melaksanakan perjanjian kredit dengan jaminan fidusia, antara lain : 1. Dalam
perjanjian jaminan fidusia atau produk KREASI PT. Pegadaian sebaiknya seluruh
Akta Jaminan Fidusia dibuat dengan akta notaril terlepas dari berapapun besar
kecilnya nilai jaminan atau jumlah kreditnya. Hal ini akan lebih menguntungkan
pihak Pegadaian karena akan lebih memberikan jaminan kepastian hukum dan
melindungi hak-hak kreditur. 2. Pihak Pegadaian harus lebih memperhatikan
penerapan formula 5 C kepada para debitur, yakni, Character/Karakter,
Capacity/Kapasitas, Capital/Kapital, Collateral/Jaminan, dan Condition Of
Economy/Kondisi Ekonomi. Hal tersebut akan meminimalisir persentasi debitur yang
macet kredit.
xv
DAFTAR PUSTAKA
Buku, Majalah, Artikel
Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit Suatu Tinjauan Yuridis,
Djambatan, Jakarta, 1996,
Kashadi, Hukum Jaminan, Fakultas Hukum Universitas Diponegoro,
Semarang, 2000.
Buku Pedoman Kredit Angsuran Sistem Fidusia (KREASI) PT. Pegadaian
(Persero)
Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia ,Ed. 1, Cet. 10,
Rajawali Pers, Jakarta, 2017.
Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Cet. 9, PT.
Raja Grfindo Persada, 2016.
Peraturan Perundangan-Undangan
Indonesia, Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 168. Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 3889.
Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas. Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 106. Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 4756.
Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2011 Tentang Perubahan Bentuk
Badan Hukum Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian Menjadi
Perusahaan Perseroan (Persero). Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 132.
Internet
http://www.pegadaian.co.id