PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani...

94
PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus Pembebasan Lahan Bundaran Dolog di Surabaya) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam Ilmu Hukum Oleh : JENUARANI ARTHA ADINDA PUTRI NIM. 135010107111014 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS HUKUM MALANG 2017

Transcript of PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani...

Page 1: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL

(Studi Kasus Pembebasan Lahan Bundaran Dolog di Surabaya)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Memperoleh Gelar

Kesarjanaan Dalam Ilmu Hukum

Oleh :

JENUARANI ARTHA ADINDA PUTRI

NIM. 135010107111014

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS HUKUM

MALANG

2017

Page 2: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Skripsi : PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH

SKALA KECIL (Studi Kasus Pembebasan

Lahan Bundaran Dolog di Surabaya)

Identitas Penulis :

a. Nama : Jenuarani Artha Adinda Putri

b. NIM : 135010107111014

Konsentrasi : Hukum Keperdataan

Jangka waktu penelitian : 4 bulan

Disetujui pada tanggal :

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Prof. Dr. Moh. Bakri, S.H., M.S M. Hamidi Masykur, S.H., M.Kn

NIP: 195008151979093 1 002 NIP: 19800419200812 1 002

Mengetahui,

Ketua Bagian

Hukum Perdata

Dr. Budi Santoso, SH., LLM.

NIP : 19720622 200501 1 002

Page 3: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

HALAMAN PENGESAHAN

PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS

PENGADAAN TANAH BUNDARAN DOLOG DI SURABAYA)

Oleh :

Jenuarani Artha Adinda Putri

135010107111014

Skripsi ini telah disahkan oleh Majelis Penguji pada tanggal :

Mengetahui

Ketua Majelis Penguji,

Prof. Dr. Moh. Bakri, SH., MS.

NIP: 1950081519790931002

Sekretaris Majelis,

Dr. Imam Koeswahyono, SH., M.Hum.

NIP. 195710211986011002

Anggota Majelis,

M. Hamidi Masykur, SH., M.Kn.

NIP: 198004192008121002

Anggota Majelis,

Diah Pawestri, SH.,MH.

NIP. 2013048307232001

Anggota Majelis,

Fitri Hidayat, SH., MH.

NIP. 2012088507072001

Ketua Bagian Hukum Perdata,

Dr. Budi Santoso, S.H., LLM.

NIP. 197206222005011002

Dekan Fakultas Hukum

Dr. Rachmad Safa’at, S.H., M.Si.

NIP. 196208051988021001

Page 4: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang mana

telah melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya, serta shalawat dan salam

tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan umatnya

yang masih hingga kini tetap mengikuti ajarannya. Aamiin.

Syukur alhamdulilah bahwa dengan seizin-Nya, penulis pada akhirnya

dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar

Strata 1 di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Malang. Hambatan dan

cobaan yang terjadi justru menjadikan acuan bagaimana nantinya apa yang

dituangkan di dalam penulisan ini dapat memberikan pengetahuan lebih kepada

orang lain yang membacanya. Hal yang kemudian juga berperan dalam penulisan

ini ialah campur tangan dari semua pihak yang berada disekitar penulis, memberi

masukan, bimbingan, nasehat, kritik dan saran, maupun motivasi-motivasi yang

diberikan.

Untuk itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tidak

terhingga kepada semua orang terdekat penulis, mulai dari orang tua, saudara, dan

keseluruhan teman-teman penulis yang membantu agar penulis termotivasi untuk

menyelesaikan skripsi ini, diantaranya kepada :

1. Bapak Dr. Rachmad Safa’at, S.H, M.Si, selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Brawijaya

2. Bapak Dr. Budi Santoso, S.H, LLM selaku Ketua Bagian Hukum Perdata

Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

3. Prof. Dr. Moh. Bakri, S.H, M.S, selaku dosen pembimbing utama yang

telah membagi waktu untuk memberikan kesempatan kepada penulis

dalam hal berkonsultasi, memberi saran, kritik dan juga membagi ilmunya

kepada penulis untuk membuat penulisan skripsi ini lebih baik dan terarah

sesuai dengan pembahasannya, sungguh menjadi suatu kebanggaan

tersendiri bagi penulis bisa dibimbing oleh beliau.

4. Bapak M. Hamidi Masykur, S.H., M.Kn, selaku dosen pembimbing

pendamping yang sangat sabar dalam menghadapi penulis di dalam setiap

bimbingannya, di setiap kesempatan yang ada penulis selalu mencoba

untuk mengganggu waktu beliau yang terkadang selalu sibuk namun

Page 5: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

masih menyisihkan untuk menerima kedatangan penulis walaupun

sebentar, membagi pengalaman baik secara teori maupun praktek yang

tidak selalu berkaitan dengan skripsi ini, menasehati apa yang seharusnya

dilakukan dan yang harus diperbaiki, selalu diiringi dengan senyuman

setiap menerima para mahasiswa bimbingannya walaupun terkadang hari

sudah menjelang gelap. Sungguh sangat berterimakasih kepada beliau atas

semua ilmu yang telah dibagi.

5. Bapak Zainul Abidin, selaku narasumber dari pihak Dinas Pengelolaan

Bangunan dan Tanah, yang telah memberikan penulis kesempatan untuk

memperoleh beberapa data penting guna penulisan skripsi ini. Menjadi

suatu kebanggaan tersendiri bagi penulis bisa memiliki pengalaman di

salah satu kantor penting di Surabaya tersebut.

6. Kantor Bagian Hukum Pemerintah Kota Surabaya, dimana penulis

diarahkan dimulai dari mengurus ijin survei hingga memperoleh data

penelitian saat survei dilaksanakan guna melancarkan skripsi penulis.

7. Papa, R. Agus Surani dan Mama, Tri Juliningtyas, serta Astri Putri Aprilla,

kedua orangtua penulis dan saudari penulis yang tidak mengenal lelah

untuk memberikan support, doa, semangat, pesan-pesan, dan semua

motivasinya kepada penulis dimulai dari awal kuliah hingga saat penulis

memutuskan untuk menulis skripsi ini. Tidak hanya sekali, dua kali,

penulis diingatkan agar bisa lebih fokus untuk menyelesaikan skripsinya,

tidak henti-hentinya di doakan agar lancar dalam setiap konsultasinya,

pengerjaannya. Peran serta kedua orangtuaku tidak terhalang jarak yang

memisahkan, dimana orangtua berada di Kalimantan dan penulis yang

sedang menuntut ilmu di pulau jawa. Tidak henti menelpon, mengirimkan

pesan walaupun singkat, hanya untuk memberi semangat kepada penulis,

selalu bertanya sudah sampai mana progress penulisannya.

8. Dwiky Chandra Wikawardhana, sosok terdekat penulis saat ini yang selalu

sabar, bisa jadi teman, sahabat, tempat curhat, tempat protes dan galau

kalau lagi bingung revisi, selalu mendengarkan cerita, tempat senang kalau

sudah dapat tandatangan acc mulai dari acc judul, acc sempro sampai acc

kompre, yang selalu bisa bikin suasana berubah 180°.

Page 6: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

9. My extraordinary-girls, ennys, herlina, metha, shovi, dan yolanda.

Diurutin pakai abjad aj. Mereka berlima yang ada, selalu gak lupa

memberi semangat kalau ada yang sudah beres terus ada yang belum

beres, kasih info-info terupdate yang gak pernah ketinggalan, teman

ngobrol dari mulai orang lewat sampai siapa aja yang bisa menarik

perhatian. Kalo lagi mau jalan, terus bikin rencana dari jauh-jauh hari pasti

gagal, tapi kalau rencananya dadakan selalu berhasil, kadang kalau ada

yang nangis pasti yang lain ikutan sedih juga, selalu rencana buat nginep

bareng tapi sampai sekarang belum keturutan. Pokok kalian yang terbaik

dari yang ada. Jangan sampai lost komunikasi pokoknya, harus selalu bisa

ketemu dikemudian hari walaupun udah punya kesibukan masing-masing.

10. Buat semua pihak yang karena masih banyak jadi tidak bisa disebutkan

semuanya disini, penulis berterimah kasih atas segala doa, semangat dan

tips-tips untuk segera menyelesaikan skripsi ini, semoga kalian semua

sukses dan lancar untuk kedepannya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memerlukan kritik dan saran yang

membangun untuk menyempurnakan skripsi ini, sehingga apabila ada yang

berkenan maka penulis akan sangat berterimakasih bila kalian bisa memberikan

hal-hal positif agar skripsi ini bisa lebih baik. Akhir kata penulis mohon maaf

sebesar-besarnya apabila dalam membuat skripsi ini melakukan kesalahan baik

disengaja maupun tidak disengaja. Semoga apa yang ditulis dalam skripsi ini bisa

bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Malang, Mei 2017

Penulis

Page 7: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................ii

KATA PENGANTAR .......................................................................................iii

DAFTAR ISI ......................................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR .........................................................................................vi

DAFTAR TABEL .............................................................................................vii

RINGKASAN ....................................................................................................viii

SUMMARY .......................................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................... 9

C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 9

D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 9

E. Sistematika Penulisan ......................................................................... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................. 12

1. Teori Hak Menguasai Negara ............................................................ 12

2. Teori Kepastian Hukum ..................................................................... 13

3. Fungsi Sosial Hak Atas Tanah ........................................................... 14

4. Tinjauan Umum Mengenai Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan

Untuk Kepentingan Umum ................................................................ 15

5. Pencabutan Hak Atas Tanah Oleh Negara ......................................... 19

6. Pelepasan Hak Untuk Kepentingan Umum ........................................ 20

Page 8: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

7. Tinjauan Umum Mengenai Area Bundaran Dolog di Surabaya ........ 22

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 24

1. Jenis Penelitian ................................................................................... 24

2. Pendekatan Penelitian ........................................................................ 24

3. Lokasi Penelitian ................................................................................ 24

4. Alasan Pemilihan Lokasi .................................................................... 25

5. Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 25

6. Teknik Pengambilan Data .................................................................. 27

7. Populasi dan Sampling ....................................................................... 28

8. Teknik Analisis Data .......................................................................... 28

9. Definisi Operasional ........................................................................... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 31

A. Gambaran Umum ............................................................................... 31

B. Pelaksanaan Pembebasan Lahan Bundaran Dolog di Surabaya......... 33

C. Hambatan Pelaksanaan dalam Pembebasan Lahan Bundaran Dolog

dan Solusi Penyelesaian Pembebasan Lahan ..................................... 56

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 73

A. Kesimpulan......................................................................................... 73

B. Saran ................................................................................................... 74

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 9: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Peta Lokasi Bundaran Dolog Surabaya ................................................ 31

Gambar 2 Peta Lokasi Pemukiman Warga yang Berencana Untuk

Dibebaskan ........................................................................................... 32

Page 10: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Orisinalitas Penelitan ............................................................................... 7

Tabel 2 Skema Waktu Pengadaan Tanah dan/atau Bangunan .............................. 37

Tabel 3 Skema Proses Pengadaan Tanah dan/atau Bangunan Untuk

Kepentingan Umum ................................................................................. 37

Tabel 4 Daftar Nama Pemilik Tanah .................................................................... 40

Page 11: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

RINGKASAN

Jenuarani Artha Adinda Putri, Hukum Keperdataan, Universitas Brawijaya, Mei

2017. PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI

KASUS PEMBEBASAN LAHAN BUNDARAN DOLOG DI SURABAYA).

Prof. Dr. Moh. Bakri, S.H., M.S, M. Hamidi Masykur, S.H., M.Kn.

Pada skripsi ini penulis meneliti mengenai proses pengadaan tanah skala kecil

yang dilakukan oleh pihak pemkot Surabaya dalam melakukan pembebasan lahan

bundaran dolog di Surabaya. Penelitian ini dilatarbelakangi karena adanya

inkonsistensi isi peraturan antara undang-undang dengan peraturan

pelaksanaannya berupa pengaturan mengenai penetapan lokasi dalam proses

pengadaan tanah dihilangkan didalam pengaturan pelaksananya, dimana

dijelaskan dalam UU No.2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, menyebutkan bahwa dalam setiap

proses pengadaan tanah harus memohonkan penetapan lokasi, namun didalam

Perpres No.148 tahun 2015 yang menjelaskan lebih spesifik mengenai pengadaan

tanah skala kecil tidak mewajibkan penetapan lokasi harus dilakukan oleh instansi

yang memerlukan tanah. Namun, jika dikaitkan dalam praktek lapangan,

pengadaan tanah skala kecil ini dilakukan oleh pemkot Surabaya dimana salah

satu proyek mengusahakan pembebasan lahan di bundaran dolog guna

kepentingan umum yaitu sebagai RTH dan pelebaran jalan.

Rumusan masalah dalam penelitian ini berupa: (1). Bagaimana pelaksanaan

pembebasan lahan untuk pengadaan tanah skala kecil setelah diberlakukannya

Perpres No.148 tahun 2015? (2). Apa hambatan yang dialami oleh pemerintah

kota Surabaya dalam pelaksanaan pembebasan lahan di area bundaran dolog serta

bagaimana solusi untuk menyelesaikan pembebasan lahan tersebut?.

Metode penelitian ini memakai metode yuridis empiris dengan metode pendekatan

yuridis sosiologis, yang menggunakan teknik content analysis untuk menganalisa

sumber data yang ada dilapangan dengan metode analisis deskriptif kualitatif yang

mendeskripsikan data dilapangan kemudian di analisis disesuaikan dengan

peraturan yang ada.

Hasil penelitian mengenai rumusan pelaksanaan pengadaan tanah yang dilakukan

diproyek pemkot kota Surabaya yaitu: (1). pembebasan lahan bundaran dolog

masih mengutamakan penggunaan penetapan lokasi dimana pihak pemkot telah

memohonkan Surat Keputusan Penetapan Lokasi kepada Gubernur Jawa Timur

No. 188/247/KPTS/013/2016 yang dikeluarkan pada tanggal 4 April 2016 yang

menetapkan penetapan lokasi bagi pelaksanaan pengadaan tanah di kawasan

Bundaran Dolog tersebut agar dapat dijadikan sebagai alas hak pembebasan lahan

yang ditunjukkan kepada masyarakat. (2). hambatan yang terjadi selama proses

pembebasan lahan terdiri dari (a) tidak adanya anggaran yang dikhususkan untuk

pelaksanaan pengadaan tanah khusus area Bundaran Dolog, (b) masyarakat yang

masih belum menerima tawaran harga dari appraisal dikarenakan harga yang

ditawarkan berada di bawah harga NJOP dan (c) bukti kepemilikan yang masih

beragam dan solusi penyelesaiannya berupa: (1) tidak mengalihkan anggaran yang

telah disiapkan, (2) tim appraisal dapat lebih memberikan penjelasan kepada

warga akan faktor yang mempengaruhi nilai tanah mereka serta (3) seharusnya

kepemilikan tanah berupa SHM guna memudahkan kepengurusan.

Page 12: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

SUMMARY

Jenuarani Artha Adinda Putri, Civil Law, Law Faculty of Brawijaya University,

May 2017. The Implementation of Small-Scale Land Procurement ( A Case Study

On Land Procurement of Bundaran Dolog in Surabaya). Prof. Dr. Moh. Bakri,

S.H., M.S, M. Hamidi Masykur, S.H., M.Kn.

In this thesis, the author researching about small-scale land procurement process

conducted by the Government of Surabaya in conducting land acquisition dolog

roundabout in Surabaya. The study was backed by the inconsistencies between the

regulation of the content of the legislation with the rules of its implementation in

the form of arrangements regarding the determination of the location is in the

process of acquiring the land eliminated in the Organization settings, which are

described in Undang-Undang No. 2 in 2012 about the procurement of Land for

development for the benefit of the public , mentions that in any procurement

process ground should pray for the determination of the location, however in the

Perpres No. 148 2015 that describes more specific regarding the procurement of

small scale land does not require the determination of the location should be

carried out by establishments that require the land. However, if linked in practice

field, this small scale land procurement conducted by the Government of

Surabaya where one project is aiming at the acquisition of land in the public

interest to dolog roundabout that is as RTH and road widening.

Formulation of the problem in this study include: (1) How the implementation of

land acquisition for the procurement of small scale land after the enactment of

Perpres No. 148 2015? (2) What barriers experienced by the Government of the

city of Surabaya in the execution of the acquisition of land in the area roundabout

dologand how a solution to resolve the land acquisition?

This research method of empirical juridical method with the juridical sociological

approach method, which uses the technique of content analysis to analyze existing

data source field with a descriptive qualitative methods of analysis that describes

the data in field later in the analysis adapted to the existing regulations.

The results of the research on the formulation of the implementation procurement

ground is done by the Government of Surabaya are: (1) the acquisition of land still

preferring the use of dolog roundabout assignment location where party

Government has pleaded with the decision letter of Assignment to the Governor

of East Java No. 188/247/KPTS/013/2016 issued on April 4 , 2016 which

establishes the setting location for the implementation of the provision of land in

the area to be the Dolog Roundabout was used as the base land acquisition rights

are shown to the public. (2) the obstacles that occur during the process of land

acquisition consists of (a) the absence of a budget that is devoted to the

implementation of specific land procurement area Roundabout Dolog, (b)

community who still haven't received an offer price of yangditawarkan price due

to the appraisal is below the price of NJOP and (c) proof of ownership is still

diverse and complete solutions in the form of : (1) does not transfer budget has

been prepared, (2) appraisal team can better provide an explanation to the citizens

will be the factors that affect the value of their land as well as (3) should the

ownership the soil in the form of SHM in order to facilitate management.

Page 13: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

SURAT PERNYATAAN

KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : Jenuarani Artha Adinda Putri

NIM : 135010107111014

Menyatakan bahwa dalam penulisan karya ilmiah hukum berupa skripsi ini adalah

asli karya penulis, tidak ada karya/data orang lain yang telah dipublikasikan, juga

bkan karya orang lain dalam rangka mendapatkan gelar kesarjanaan di perguruan

tinggi, selain yang diacu dalam kutipan dana tau dalam daftar pustaka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat, jika dikemudian hari terbukti karya ini

merupakan karya orang lain baik yang dipublikasikan maupun dalam rangka

memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi, saya sanggup dicabut gelar

kesarjanaan saya.

Malang,

Yang menyatakan,

Jenuarani Artha Adinda Putri

135010107111014

Page 14: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL

(STUDI KASUS PEMBEBASAN LAHAN BUNDARAN DOLOG DI

SURABAYA)

Jenuarani Artha Adinda Putri, Prof. Dr. Mochammad Bakri, SH., MS,

Muhammad Hamidi Masykur, SH., MKn.

Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

Email : [email protected]

ABSTRAK

Pengadaan tanah skala kecil merupakan kegiatan pengadaan tanah yang dilakukan

di lahan yang luasnya tidak lebih dari 5 hektar dengan meniadakan penetapan lokasi

dan dilakukan sesuai dengan kesepakatan antara instansi yang memerlukan tanah

dengan masyarakat. Dalam proses pengadaan tanah itu sendiri, menurut UU No. 2

Tahun 2012 harus menggunakan penetapan lokasi, sementara di peraturan

pelaksananya, Perpres No.148 Tahun 2015 tidak mewajibkan permohonan

penetapan lokasi. Dengan menggunakan metode yuridis empiris, praktek

dilapangan mengenai proses pengadaan tanah dapat dibandingkan dengan apa yang

diatur didalam peraturan perundang-undangan. Dimana pelaksanaan pengadaan

tanah yang terjadi di proyek pengadaan tanah skala kecil di pemkot Surabaya masih

tetap menggunakan penetapan lokasi sebagai alas hak pembebasan lahan yang

nantinya ditunjukkan kepada masyarakat sebagai bukti yang sah. Hambatan pun

terjadi didalam proses pembebasan lahan tersebut mulai dari anggaran yang

dialihkan, masyarakat yang belum menerima tawaran harga dari pihak pemkot dan

bukti kepemilikan yang masih beragam. Karena adanya hambatan tersebut, maka

solusi yang diberikan dapat berupa anggaran tidak dialihkan, pihak pemkot bisa

lebih memberikan penjelasan kepada warga mengenai faktor yang mempengaruhi

harga tanah mereka serta bukti kepemilikan tanah yang berupa SHM dapat lebih

memudahkan kepengurusan yang akan dilakukan warga.

Kata kunci: pengadaan tanah skala kecil, pembebasan lahan, hambatan, solusi

Page 15: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

ABSTRACT

Small-scale land acquisition is a land acquisition activity carried out on a land area

of no more than 5 hectares by eliminating location determination and carried out

in accordance with an agreement between the agencies requiring land and the

community. In the process of land acquisition itself, according to Undang-Undang

number 2 of 2012 must use the determination of the location, while in the

implementing regulations, Presidential Regulation No.148 of 2015 does not require

the application of location determination. Using the empirical juridical method,

field practice on land procurement processes can be compared with those set out

in the legislation. Where the implementation of land acquisition that occurred in

small-scale land procurement project in Surabaya city administration still use

location determination as the basis of land acquisition rights which will be shown

to the community as valid evidence. Barriers also occur in the process of land

acquisition starting from the budget diverted, people who have not received the

price offer from the local government and proof of ownership is still diverse.

Because of these obstacles, the solution can be in the form of budget not transferred,

the local government can give more explanation to the citizens about the factors

that affect the price of their land and the evidence of land ownership in the form of

SHM can facilitate the stewardship that will be done by the residents

Keywords : Small-scale land acquisition, land acuisition, obstacles, solutions

Page 16: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah menjadi salah satu unsur utama dalam proses pembangunan

baik pembangunan jalan, tempat tinggal, pertokoan, perindustrian dan

lainnya. Tanah merupakan tabungan dalam bentuk benda tetap yang mana

seiring dengan perkembangannya akan memiliki nilai jual yang tinggi dari

sebelumnya. Apalagi jika berlokasi di tempat-tempat yang tergolong

strategis dan bernilai jual tinggi. Semakin strategis lokasinya, maka akan

semakin berpengaruh terhadap nilai dari tanah itu sendiri. Dari jaman

dahulu hingga sekarang, bukan hal asing lagi bahwa tanah menjadi salah

satu kebutuhan yang diperlukan bagi kehidupan masyarakat sehari-hari,

baik untuk mendirikan bangunan tempat tinggal hingga tempat bekerja.

Namun tak hanya masyarakat saja yang membutuhkan tanah untuk

keperluannya tapi pihak lain yaitu Negara atau pemerintah yang mana

membutuhkan tanah untuk melakukan pembangunan yang nantinya akan

diperuntukkan kepada masyarakat umum. Pembangunan yang akan

dilakukan pastinya akan diberikan kepada masyarakat umum guna

kepentingan bersama. Pemerintah selalu mengupayakan agar

pembangunan yang dilakukan bisa menguntungkan masyarakat dan

mempermudah aktifitas masyarakat sehari-hari. Sehingga kebutuhan inilah

yang membuat Pemerintah memiliki hak menguasai tanah yang diatur

Page 17: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

2

dalam UUD NRI Tahun 1945 pasal 33 ayat 3.1 Hal ini menunjukkan

bahwa Negara/pihak Pemerintah memiliki wewenang untuk

mempergunakan Sumber Daya Alam yang nantinya akan diperuntukkan

kepada rakyat dalam bentuk pembangunan untuk kepentingan umum.

Pembangunan untuk kepentingan umum ini tidak jarang

memerlukan tanah yang tidak hanya dikuasai oleh Negara, atau dalam arti

bahwa tanah milik masyarakat pun bisa dipergunakan untuk pembangunan

selama prosesnya mengikuti prosedur yang ada yang mana masyarakat

akan mengorbankan tanahnya demi sarana pembangunan kepentingan

umum.

“Pengorbanan tanah ini tidak semata-mata tergolong hibah

masyarakat kepada pemerintah, namun diartikan bahwa Pemerintah

harus memberikan ganti rugi yang layak agar tidak mengakibatkan

kesengsaraan terhadap masyarakat atas setiap tanah yang dipergunakan

Pemerintah demi pembangunan untuk kepentingan umum.”2

Pihak Negara/Pemerintah akan mengambil beberapa tanah yang mana hak

tanah tersebut dimiliki oleh masyarakat, hingga kegiatan “mengambil” ini

lah yang disebut dengan pengadaan tanah. Seperti yang diketahui bahwa

segala ketentuan mengenai pengadaan tanah itu sendiri telah diatur

didalam UU No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Tidak hanya UU No. 2 Tahun

2012 saja, namun beberapa pengaturan lainnya dikeluarkan guna

menunjang baik dari perencanaan hingga pelaksanaan agar bisa diproses

dengan baik.

1 “bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan

dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. 2 Mudakir Iskandar Syah, Dasar-Dasar Pembentukan Tanah untuk Kepentingan Umum,

Jakarta, Jala Permata, 2007, hlmn.20-24

Page 18: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

3

Pengadaan tanah merupakan kegiatan menyediakan tanah yang

mana memberi ganti kerugian secara layak dan adil pada pihak yang

berhak3. Pengadaan tanah bertujuan untuk menyediakan tanah/lahan bagi

pelaksanaan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

kemakmuran bangsa, negara serta masyarakat dengan tetap menjamin

kepentingan hukum pihak yang berhak.4 Tujuan ini dimaknai bukan

pembangunan individu ataupun pembangunan kelompok.5 Kepentingan

umum yang dalam hal ini dapat disebutkan bahwa merupakan suatu

kepentingan yang kemanfaatannya harus dirasakan oleh seluruh lapisan

masyarakat dengan memperhatikan bidang sosial, psikologis serta politik

demi kemakmuran seluruh rakyat dan dijalankan sesua dengan peraturan

perundang-undangan dan eks pemegang hak atas tanah tidak boleh

ditelantarkan demi pembangunan untuk kepentingan umum.6 Pengadaan

tanah itu sendiri secara konkrit ditujukan untuk :7

1. Perbaikan kualitas pelayanan publik

2. Membangun pinggiran Indonesia dan memperkuat daerah

3. Melakukan pemerataan pembangunan antar wilayah

4. Mendorong land reform

5. Menata kembali pembentukan daeran otonom baru yang lebih

sejahtera

3 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan

Untuk Kepentingan Umum

4 Andy Hartanto, Panduan Lengkap Hukum Praktis: Kepemilikan Tanah, Surabaya,

Laksbang Justitia, 2015, hlmn.15

5 Jarot Widya Muliawan, Cara Mudah Pahami Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan,

Yogyakarta, LItera Yogyakarta, 2016, hlmn.2

6 Bernhard Limbong, Hukum Agraria Nasional, Jakarta, Margaretha Pustaka, 2012,

hlmn.99

7 Jarot Widya Muliawan, Cara Mudah Pahami Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan,

Opcit, hlmn.8

Page 19: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

4

6. Melakukan pemerataan fasilitas pendidikan diseluruh wilayah-

wilayah yang tingkat pelayanannya tergolong rendah dan buruk

7. Membangun beberapa fasilitas penting seperti pipa gas, science and

techno park, politeknik dan industri.

Pemerintah yang melakukan pengadaan tanah itu sendiri juga

terdiri dari beberapa pihak seperti lembaga negara, kementerian dan

lembaga pemerintahan nonkementerian, pemerintah provinsi, pemerintah

kabupaten, pemerintah kabupaten/kota, hingga pihak BUMN/BUMN yang

mendapat penugasan khusus pemerintah8. Dalam UU No. 2 Tahun 2012

telah dijelaskan sendiri mengenai keseluruhan tahapan yang ada dan

langkah-langkah yang harus ditempuh untuk menyelenggarakan suatu

pengadaan tanah. Namun seiring dengan berkembangnya hukum yang ada,

saat ini pengadaan tanah tidak hanya dikenal sebagai pengadaan tanah

secara umum melainkan saat ini dikenal dengan namanya pengadaan tanah

skala kecil. Seiring dengan keberlakukan peraturan mengenai pengadaan

tanah dalam UU No. 2 tahun 2012, beberapa peraturan lahir guna

menunjang keberlakuan dari peraturan tersebut, mulai dari lahirnya

peraturan presiden hingga peraturan menteri agraria dan tata ruang yang

semuanya berkaitan dengan pengadaan tanah baik secara umum maupun

pengadaan tanah skala kecil.

Pengadaan tanah skala kecil dijelaskan dalam Perpres No. 148

Tahun 2015 pasal 121.9 Dalam pasal ini dijelaskan bahwa adanya

8 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan

Untuk Kepentingan Umum 9 “(1) Dalam rangka efisiensi dan efektifitas, pengadaan tanah untuk kepentingan umum

yang luasnya tidak lebih dari 5 (lima) hektar, dapat dilakukan langsung oleh instansi yang

Page 20: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

5

kemudahan dalam melakukan pengadaan tanah yang berskala kecil dimana

bisa dilakukan dengan jual beli atau tukar menukar dan tanpa penetapan

lokasi pengadaan tanah. Hal ini berbeda dengan pengaturan didalam UU

No. 2 tahun 2012 yang mana mengharuskan adanya penetapan lokasi oleh

instansi yang melakukan pengadaan tanah.

Dalam UU No. 2 Tahun 2012, pada pasal 19 ayat 5 disebutkan

bahwa,

“atas dasar kesepakatan yang dimaksud pada ayat (4), instansi

yang memerlukan tanah mengajukan permohonan penetapan lokasi

kepada gubernur”.

Hal ini termasuk dalam tahapan persiapan pengadaan tanah dimana

tanah atau lahan yang akan dipergunakan harus di data terlebih dahulu

guna menentukan lokasi mana yang akan dipergunakan dan menetapkan

lokasi dibutuhkan persetujuan dari pihak pemerintah daerah yaitu

gubernur. Oleh karena itu, tahapan penetapan lokasi merupakan salah satu

tahapan penting yang harusnya tidak dilewatkan. Namun dalam Peraturan

Presiden, penetapan lokasi untuk pengadaan tanah skala kecil tidak

dilakukan, hal ini dikarenakan wilayah yang tidak terlalu besar. Tapi

prakteknya, banyak terjadi pelanggaran hukum dalam lingkup ini

dikarenakan tidak adanya penetapan lokasi dan pengadaan tanah skala

kecil cukup dilakukan seperti transaksi jual beli atau tukar menukar sesuai

yang disetujui oleh para pihak yang bersangkutan. Banyaknya pelanggaran

memerlukan tanah dengan pihak yang berhak, (2) Pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang

luasnya tidak lebih dari 5 (lima) hektar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai dengan

tata ruang wilayah, (3) Pengadaan tanah untuk kepentingan umum sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) tidak memerlukan penetapan lokasi, (4) Penilaian tanah dalam rangka pengadaan tanah

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi yang memerlukan tanah menggunakan hasil

penilaian jasa penilai.”

Page 21: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

6

yang terjadi dikarenakan mudahnya prosedur yang harus dilewati oleh

pengadaan tanah skala kecil dan tidak harus melewati beberapa prosedur

yang rumit seperti pengadaan tanah pada umumnya.

Seperti halnya salah satu proyek lapangan dalam pengadaan tanah

skala kecil yang terjadi di salah satu lahan di Surabaya, atau lebih tepatnya

di daerah Bundaran Dolog yang terletak di Jalan Ahmad Yani, Surabaya.

Proyek ini memang dibuat pemerintah kota untuk mengurangi kemacetan

yang setiap hari terjadi disana. Tidak hanya untuk pelebaran saja,

pembebasan lahan ini juga diperuntukkan menjadi ruang terbuka hijau.

Kurang lebih 23 persil tanah akan dibebaskan untuk mewujudkan impian

pemerintah kota tersebut. Namun proyek ini terhambat dikarenakan

berlakunya peraturan baru mengenai pengadaan tanah skala kecil atau

yang luasnya kurang dari 5 hektar. Perpres No. 148 Tahun 2015

menjelaskan, apabila luas dari tanah tersebut kurang dari 5 hektar maka

penetapan lokasi tidak diperlukan dalam prosesnya. Padahal peraturan ini

merupakan salah satu peraturan pelaksana dari UU No. 2 Tahun 2012

tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.

Dalam UU No.2 Tahun 2012 itu sendiri dijelaskan bahwa penetapan lokasi

wajib dilakukan dengan persetujuan gubernur. Hal ini dilakukan untuk

digunakannya sebagai dasar alasan untuk membebaskan suatu lahan yang

akan diperuntukkan utnuk pengadaan tanah. Namun apabila penetapan

lokasi tidak diperlukan untuk membeaskan lahan yang luasnya kurang dari

5 hektar, maka bisa saja terjadi kriminalisasi dan hingga saat ini proyek

Page 22: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

7

tersebut masih terkendala dikarenakan pemerintah kota masih

mengupayakan adanya penetapan lokasi.

Tabel 1.

ORISINALITAS

NO Tahun

Penelitian

Nama Peneliti

dan Instansi

Judul Rumusan Masalah Keterangan

1 2010 Wahyu Candra

Alam, Magister

Kenotariatan,

Universitas

Diponegoro

Pengadaan Tanah

Untuk Kepentingan

Umum Kurang

Dari Satu Hektar

dan Penetapan

Ganti Kerugiannya

1. Bagaimana

pelaksanaan

Pengadaan

Tanah Bagi

Pembangunan

Untuk

Kepentingan

Umum dengan

Luas Kurang

Dari Satu

Hektar di Kota

Tangerang

2. Bagaimana

penetapan ganti

kerugiannya

terhadap

Pengadaan

Tanah Bagi

Pembangunan

Untuk

Kepentingan

Umum dengan

Luas Kurang

Dari Satu

Hektar di Kota

Tangerang?

Penelitian ini

menjelaskan

mengenai

pengadaan

tanah kurang

dari satu

hektar serta

pemberian

ganti

kerugiannya

yang terletak

di Kota

Tangerang.

Hal yang membedakan antara penelitan ini dengan penelitian

terdahulu ialah penulis lebih menekankan pada pelaksanaan pengadaan

tanah skala kecil dengan studi kasus yang dilakukan di bundaran dolog

yang terletak di Surabaya, yang mana diketahui bahwa pelaksanaan

pembebasan lahan guna pembangunan untuk kepentingan umum

Page 23: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

8

terhambat dikarenakan adanya peraturan terbaru mengenai pengadaan

tanah skala kecil (yang luas lahannya kurang dari 5 hektar) yang memuat

bahwa penetapan lokasi tidak lagi dibutuhkan. Hal ini sesuai dengan

peraturan yang baru diberlakukan yaitu Perpres No.148 Tahun 2015 yang

tertera pada pasal 121 ayat (3). Dimana diketahui bahwa peraturan ini

merupakan salah satu peraturan pelaksana dari UU No 2 Tahun 2012

tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.

Tertera dalam UU No. 2 Tahun 2012 ini dalam pasal 19 ayat (5)

bahwa penetapan lokasi dimohonkan kepada gubernur, namun saat Perpres

No. 148 Tahun 2015 diberlakukan, penetapan lokasi itu sendiri tidak

diperlukan lagi. Beberapa pihak berpendapat bahwa tidak adanya

penetapan lokasi ini ditujukan guna memudahkan proyek pengadaan tanah

yang akan dilakukan pemerintah dimana luas lahan yang diperlukan

kurang dari 5 hektar sehingga bisa mengefisiensikan waktu. Namun, disisi

lain dari penghilangan penetapan lokasi itu sendiri dapat berakibat fatal

dimana bisa saja terjadi hal-hal yang tidak diinginkan karena proses

pengadaan tanah tidak serumit yang terdahulu dan diketahui pula bahwa

proses dilapangan, penetapan lokasi itu sendiri diperlukan guna dijadikan

dasar alasan untuk membebaskan lahan yang diperlukan pemerintah untuk

kepentingan umum. Oleh karena itu, berdasarkan penjelasan tersebut maka

peneliti tertarik membahas mengenai “PELAKSANAAN PENGADAAN

TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus Pembebasan Lahan Bundaran

Dolog di Surabaya)”.

Page 24: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

9

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan pembebasan lahan untuk pengadaan tanah

skala kecil setelah diberlakukannya Peraturan Presiden Nomor 148

Tahun 2015 ?

2. Apa hambatan yang dialami oleh pemerintah kota Surabaya dalam

pelaksanaan pembebasan lahan di area bundaran dolog serta

bagaimana solusi untuk menyelesaikan pembebasan lahan tersebut ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yang hendak dicapai yakni :

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan dilapangan setelah adanya

pembaharuan peraturan mengenai pengadaan tanah khususnya yang

skala kecil yang mana diatur didalam Peraturan Presiden Nomor 148

Tahun 2015

2. Untuk mengetahui hambatan yang dialami oleh pihak pemerintah kota

Surabaya dalam pembebasan lahan terkait proyek pengadaan tanah

skala kecil yang dilakukan di area Bundaran Dolog serta solusi yang

dapat diberikan guna menyelesaikan pembebasan lahan tersebut.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini, yakni :

a. Secara teoritis

Diharapkan agar penelitian ini dapat membantu memberikan

penjelasan mengapa pembebasan lahan dalam proyek pengadaan tanah

Page 25: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

10

skala kecil untuk kepentingan umum ini masih terhambat dan belum

jelas bagaimana kepastiannya

b. Secara empiris

Dalam prakteknya, masih banyak dijumpai bahwa pengadaan tanah

yang tergolong skala kecil lebih mudah untuk dimanipulasi dan

dikriminalisasi dikarenakan birokrasi yang ditempuh tidak harus

selengkap dengan apa yang diatur didalam Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2012, sehingga diharapkan bahwa salah satu kasus ini dapat

membantu untuk memecahkan bagaimana seharusnya sikap yang

ditempuh apabila terjadi lagi hal seperti ini.

E. SIistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian yang kemudian dibagi menjadi mafaat

teoritis dan manfaat praktis.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan lebih dalam mengenai teori-teori yang

melandasi penulisan dan pembahasan yang berkaitan dengan judul yang

mana bahan teori ini diperoleh melalui studi kepustakaan.

Page 26: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

11

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi jenis dan pendekatan penelitian, lokasi beserta alasan

pemilihannya, jenis dan sumber data, teknik pengambilan data, populasi

dan sampling serta teknik analisis data dan definisi operasional.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini merupakan hasil pembahasan yang dilakukan peneliti

dengan menggunakan metode penelitian yang telah dipakai guna

memberikan jawaban dari permasalahan-permasalahan yang dibahas

dalam penelitian ini.

BAB V PENUTUP

Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran dari penulis terhadap

permasalahan.

Page 27: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Teori Hak Menguasai Negara

Hak menguasai Negara8 menempatkan tanah sebagai salah satu objek

pemilikan, baik oleh perseorangan maupun masyarakat. Dengan demikian,

negara bukan sebagai pemilik (privat) atas tanah sebab pemilik atas tanah

adalah manusia alami. Sementara itu, tanah-tanah tak bertuan atau tanah

masyarakat hukum yang diduduki oleh warga masyarakat menjadi bagian

dari sifat keteraturan pola kepemilikan tanah individual.9 Pencabutan hak

individu oleh negara berdasarkan undang-undang mewujudkan kuatnya

pengakuan hak individu atas tanah tersebut. dalam kaitannya dengan

kepemilikan tanah oleh Negara, Negara tidak dapat memiliki tanah dalam

pengertian milik (eigendom) yang berisi kekuasaan mutlak atas tanah,

namun Negara dapat menguasai tanah (tanpa harus memiliki) untuk

kepentingan publik.10

8 Muhammad Bakri,Hak Menguasai Tanah Oleh Negara (Paradigma Baru Untuk Reforma

Agraria), UB Press, Malang, 2011, hlm. 6, dalam buku tersebut dijelaskan bahwa hubungan hukum

antara negara dengan tanah melahirkan hak menguasai tanah oleh negara. Berdasar Pasal 2 UUPA

dan penjelasannya tersebut, menurut konsep UUPA, pengertian “dikuasai” oelh negara bukan berarti

“dimiliki”. Isi wewenang negara yang bersumber pada hak menguasai SDA oleh negara semata-

mata “bersifat public”, yiatu wewenang untuk mengatur (wewenang regulasi) dan bukan wewenang

untuk mengauasai tanah secara pisik dan menggunakan tanahnya sebagaimana wewenang

pemegang hak atas tanah yang “bersifat pribadi.”

Bayu Seno Aji, Pembatasan Hak Menguasai Negara Atas Tanah Dalam Pengadaan Tanah Untuk

Kepentingan Umum oleh Pemerintah (Studi di Kecamatan Cakranegara), Fakultas Hukum,

Universitas Mataram, menjelaskan bahwa terdapatnya pembatasan Hak Menguasai Negara terkait

kegiatan pengadaan tanah yang dilakukan oleh pemerintah juga harus sesuai dengan prinsip

keadilan, prinsip musyawarah mufakat, prinsip kepastian hukum dan prinsip ganti rugi yang layak.

9 Achmad Rubaie,Hukum Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum, Bayumedia,

Malang, 2007, hlm.13

10Ibid.,

Page 28: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

13

2. Teori Kepastian Hukum

Kepastian dapat diartikan dengan kejelasan dan ketegasan terhadap

berlakunya hukum yang ada di dalam masyarakat dimana hal ini mencegah

agar tidak menimbulkan banyak salah tafsir. Kepastian hukum yaitu adanya

kejelasan skenario perilaku yang bersifat umum dan mengikat semua warga

masyarakat termasuk dengan konsekuensi-konsekuensi hukumnya.

Kepastian hukum juga dapat berarti hal yang dapat ditentukan oleh hukum

dalam hal-hal yang konkret.11 Kepastian hukum merupakan ciri yang tidak

dapat dipisahkan dari hukum terutama norma hukum tertulis. Hukum tanpa

nilai kepastian hukum akan kehilangan makna karena tidak lagi dapat

dijadikan pedoman perilaku bagi semua orang. Menurut Gustav Radbruch,

ada 4 hal yang mendasar yang berhubungan dengan makna kepastian hukum

itu sendiri, yaitu

“pertama, bahwa hukum itu positif, artinya bahwa hukum positif itu

adalah perundang-undangan. Kedua, bahwa hukum itu didasarkan

pada fakta, artinya didasarkan pada kenyataan. Ketiga, bahwa fakta

harus dirumuskan dengan cara yang jelas sehingga menghindari

kekeliruan dalam pemaknaan, disamping mudah dilaksanakan.

Keempat, hukum positif tidak boleh mudah diubah.”

Pendapat dari Gustav Radbruch tersebut didasarkan pada pandangannya

dimana kepastian hukum adalah kepastian mengenai hukum itu sendiri,

dimana hukum positif yang mengatur kepentingan manusia di masyarakat

harus selalu ditaati meskipun hukum positif itu dirasa kurang adil.12

11 Van Apeldoom, Pengantar Ilmu Hukum, Cetakan Kedua Puluh Empat, Jakarta,

Pradnya Paramita, 1990, hlmn.24-25 12 https://ngobrolinhukum.wordpress.com/2013/02/05/memahami-kepastian-dalam-

hukum/ diakses pada tanggal 1 April 2016, pukul 22.30 WIB.

Page 29: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

14

3. Fungsi Sosial Hak Atas Tanah

Dasar pemikiran mengenai pencabutan hak atas tanah13 untuk

kepentingan umum juga berasal dari konsep fungsi sosial14 yang melekat

pada setiap hak atas tanah. Dalam Pasal 6 UUPA disebutkan bahwa semua

hak atas tanah memiliki fungsi sosial. Ketentuan tersebut mendasari sifat

kebersamaan/kemasyarakatan dari semua hak atas tanah. Dengan fungsi

sosial tersebut, hak atas tanah yang terdapat pada seseorang tidak dapat

dibenarkan bahwa tanahnya tersebut akan dipergunakan atau tidak

dipergunakan semata-mata untuk kepentingan pribadinya, apalagi kalau hal

itu menimbulkan kerugian bagi masyarakat.15

Penggunaan tanah harus disesuaikan dengan keadaan serta sifat

haknya sehingga bermanfaat bagi kesejahteraan dan kebahagiaan pemilik

sekaligus bagi masyarakat serta Negara. Ketentuan tersebut tidak berarti

kepentingan perseorangan akan terdesak sama sekali oleh kepentingan

umum (masyarakat). Di samping kepentingan umum, UUPA juga

memperhatikan kepentingan perseorangan. Kepentingan masyarakat dan

kepentingan perseorangan harus saling seimbang hingga tercapainya tujuan

13 J. Andy Hartanto,Hukum Pertanahan Karakteristik Jual Beli Tanah yang Belum

Terdaftar Hak Atas Tanahnya, LaksBang Justitia Surabaya, Surabaya, 2014, hlm. 65, dalam

bukunya menjelaskan bahwa sebagai suatu hak yang bersifat kebendaan, hak atas tanah dapat beralih

dan diperalihkan. Suatu hak atas tanah akan beralih jika kepemilikannya berpindah kepada orang

lain tanpa melalui suatu perbuatan hukum, tetapi beralih akibat terjadinya suatu peristiwa hukum

tertentu yang dilakukan oleh pemegang hak atas tanah tersebut.

14 Muhammad Bakri,Op.cit., hlm. 159, dalam bukunya dijelaskan bahwa tanah yang

dipunyai dengan suatu hak oleh seseorang selain mempunyai fungsi bagi pemegang haknya juga

mempunyai fungsi bagi masyarakatnya. Akibatnya dalam penggunaan tanah harus memperhatikan

dua kepentignan yaitu, kepentingan pemegang hak dan kepentingan masyarakat/sosialnya. kedua

kepentingan ini dinilai seimbang, artinya tidak boleh saling merugikan.

15 Achmad Rubaie,Loc.cit.,

Page 30: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

15

pokok, yaitu kemakmuran, keadilan, serta kebahagiaan bagi rakyat

seluruhnya.16

4. Tinjauan Umum Mengenai Pengadaan Tanah Bagi

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

a. Pengadaan Tanah

Pengadaan tanah17 untuk berbagai kepentingan seringkali

menimbulkan konflik atau permasalahan dalam pelaksanaannya, hal ini

disebabkan oleh kesenjangan antara das sollen sebagaimana tertuang dalam

peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan das sein berupa

kenyataan yang terjadi di lapangan.18 Menurut John Salindeho arti/istilah

menyediakan, kita mencapai keadaan ada, karena didalam mengupayakan,

menyediakan sudah terselip arti mengadakan atau keadaan ada itu,

sedangkan dalam mengadakan tentunya kita menemukan atau tepatnya

mencapai sesuatu yang tersedia, sebab sudah diadakan, kecuali tidak

dilakukan demikian, jadi kedua istilah tampak sama namun berbeda, dimana

16Ibid.,

17 H. Mustofa dan Suratman,Penggunaan Hak Atas Tanah untuk Industri, SInar Grafika,

Jakarta, 2013, hlm. 183, dalam bukunya menjelaskan bahwa dalam realita empiris harus diakui

bahwa pelaksanaan pengadaan tanah di lapangan masih ada persoalan yang sering mengganjal, yaitu

sulitnya menentukan nilai ganti rugi. Alasannya karena pemilik tanah atau pemegang hak atas tanah

meminta harga yang sangat tinggi melebihi harga pasaran dan nilai jual objek pajak (NJOP).

Umar Said Sugiharto, Suratman, Noorhudha Muchsin,Hukum Pengadaan Tanah

(Pengadaan Hak Atas Tanah Untuk Kepentingan Umum Pra dan Pasca Reformasi), Setara Press,

Malang, 2015, hlm. 21, dalam bukunya menjelaskan bahwa istilah pengadaan tanah ini merupakan

pengganti dari istilah “pembebasan tanah” yang dipakai dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri

yang mengatur tentang Pembebasan hak atas tanah sebelumnya. Istilah tersebut mendapat tanggapan

negative oleh masyarakat dan pegiat hukum pertanahan (hukum agrarian) sehubungan dengan

banyaknya permasalahan yang ditimbulkan dalam pelaksanaannya, sekaligus bermaksud untuk

menampung aspirasi berbagai kalangan dalam masyarakat sebagai reaksi terhadap dampak negative

dari pembebasan tanah yang terjadi.

18 Maria S.W. Sumardjono,Tanah Dalam Perspektif Hak Ekonomi Sosial Dan Budaya,

Kompas, Jakarta, 2008, hlm. 100

Page 31: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

16

mempunyai arti pada suatu pengertian yang dibatasi kedalam suatu

perbuatan untuk mengadakan agar tersedia tanah bagi kepentingan

pemerintah.19 Pengadaan tanah diartikan kembali sebagai suatu perbuatan

hukum yang dilakukan oleh pemerintah untuk mendapatkan tanah bagi

kepentingan tertentu dengan cara memberikan ganti kerugian kepada si

empunya (baik perorangan atau badan hukum) tanah menurut tata cara dan

besaran nominal tertentu.20 Pengertian tentang pengadaan tanah dijelaskan

menurut UU No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum pada Pasal 1 angka 2 ketentuan

umum.21

b. Pengadaan Tanah Skala Kecil

Pengertian dari pengadaan tanah skala kecil merupakan pengaturan

yang baru saja dikeluarkan oleh pihak pemerintah pusat dalam bentuk

peraturan pelaksana dari UU No. 2 Tahun 2012 yang dituangkan kedalam

Peraturan Presiden Nomor 148 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat

Atas Perpres No. 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaran Pengadaan Tanah

Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum pada pasal 121 ayat (1) yang

berbunyi:

“dalam rangka efisiensi dan efektivfitas, pengadaan tanah untuk

kepentingan umum yang luasnya tidak lebih dari 5 hektar, dapat

19 John Salindeho, Masalah Tanah Dalam Pembangunan, Jakarta, Sinar Grafika, 1988,

hlmn.40

20 Imam Koeswahyono,Artikel, Melacak Dasar Konstitusional Pengadaan Tanah Untuk

Kepentingan Pembangunan Bagi Umum, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, 2008, hlm.1 21 “pengadaan tanah adalah kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi

ganti kerugian yang layak serta adil pada pihak yang berhak.”

Page 32: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

17

dilakukan langsung oleh pihak instansi yang memerlukan tanah

dengan pihak yang berhak”.

Ayat ini memberikan suatu pengetahuan baru dimana saat suatu instansi

yang berwenang sedang memerlukan tanah/lahan yang luasnya tidak terlalu

besar ( ±5 hektar) maka instansi tersebut bisa langsung melakukan negosiasi

dengan pemilik tanah/lahan guna mencapai kesepakatan bersama dalam hal

ganti kerugian yang akan diberikan oleh instansi tersebut kepada pemilik

tanah secara sesuai tanpa harus melalui prosedur yang berbelit-belit.

c. Kepentingan Umum

Kepentingan umum itu sendiri terdiri dari beberapa pengertian, yaitu:

a. Kepentingan umum termasuk kepentingan bangsa dan negara serta

kepentingan bersama dari rakyat, dengan memperhatikan segi

sosial,politik, psikologis dan hankamnas atas dasar asas-asas

pembangunan nasional dengan memperhatikan Ketahanan

Nasional serta Wawasan Nusantara22

b. Kepentingan umum adalah kepentingan negara, kepentingan

pemerintah dan masyarakat dan digunakan sebesar-besarnya untuk

kemakmuran rakyat23

c. Kepentingan umum yaitu kepentingan sebagian besar lapisan

masyarakat.24

22 John Salindeho, Masalah Tanah dalam Pembangunan, Jakarta , Sinar Grafika, 1987,

hlm. 40

23Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012, pasal 1 angka 6

24Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005, pasal 1 ayat (5)

Page 33: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

18

d. Jenis-jenis Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

Pembangunan untuk kepentingan umum dibatasi untuk jenis kegiatan

yang akan dilakukan dan dimiliki oleh pemerintah, sehingga pembangunan

untuk kepentingan umum tersebut tidak ditujukan untuk mencari untung25.

Pernyataan ini juga sama dengan apa yang disampaikan Maria S.W

Soemardjono yang berpendapat bahwa kepentingan umum terdiri dari tiga

unsur esensial yaitu dilakukan oleh pemerintah, dimiliki oleh pemerintah

dan non profit26.

Jenis-jenis pembangunan untuk kepentingan umum yang

dilaksanakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah yang dimaksud

disebutkan dalam ketentuan Pasal 10 UU No. 2 tahun 2012 tentang

Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum sebagai

berikut:

a). Pertahanan dan keamanan,

b). Jalan umum, jalan tol, terowongan,jalur kereta api,

stasiun kereta api,dan fasilitas operasi kereta api,

c). Waduk, bendungan, bendung irigasi, saluran air minum,

saluran pembuangan air dan sanitasi, dan bangunan

pengairan lainnya,

d). Pelabuhan, Bandar udara, dan terminal

e). Infrastruktur minyak, gas dan panas bumi,

f). Pembangkit, transmisi, gardu, jaringan dan distribusi

tenaga listrik,

g). Jaringan telekomunikasi dan informatika Pemerintah,

h). Tempat pembuangan dan pengelolaan sampah,

i). Rumah sakit Pemerintah/Pemerintah Daerah,

j). Fasilitas keselamatan umum,

k). Tempat pemakaman umum Pemerintah/Pemerintah

Daerah,

l). Fasilitas sosial, fasilitas umum, dan ruang terbuka hijau

publik,

25 AA. Oka Mahendra, Menguak Masalah Hukum, Demokrasi, dan Pertanahan,

Jakarta, Sinar Harapan, 1996, hlmn. 291,

26 Maria S.W. Sumardjono, Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi dan Implementasi,

Jakarta, Kompas, 2005, hlmn.78

Page 34: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

19

m). Cagar alam dan cagar budaya,

n). Kantor Pemerintah/Pemerintah Daerah/desa,

o). Penataan pemukiman kumuh perkotaan, serta

perumahan masyarakat berpenghasilan rendah,

p). Prasarana pendidikan, atau sekolah

Pemerintah/Pemerintah Daerah,

q). Prasarana olahraga Pemerintah/Pemerintah Daerah dan,

r). Pasar umum dan lapangan parkir umum.

5. Pencabutan Hak Atas Tanah Oleh Negara

Dasar hukum pencabutan hak atas tanah adalah Pasal 18 UUPA.27

Pasal 18 UUPA tersebut menjelaskan bahwa ketentuan pencabutan ini

dalam rangka memberikan jaminan kepada rakyat mengenai hak-haknya

atas tanah. Pencabutan secara yuridis dapat dimungkinkan tetapi dibatasi

dengan syarat-syarat sangat ketat misalnya tujuannya harus untuk

kepentingan umum disertai ganti rugi yang layak serta menurut

cara./prosedur yang diatur dengan undang-undang.28

Sebelum adanya proses pencabutan hak atas tanah29, harus didahului

dengan suatu proses pengadaan tanah untuk pembangunan kepentingan

umum, dan semuanya itu dilakukan dengan prinsip musyawarah mufakat.

Jika dalam proses pengadaan tanah terjadi kebuntuan, Pemerintah

mempunyai hak untuk melakukan pencabutan hak atas tanah, sedangkan

kebutuhan lahan tidak bisa ditunda-tunda lagi, maka pemerintah berhak

27 “untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan bangsa dan negara serta

kepentingan bersana dari rakyat, hak-hak atas tanah dapat dicabut dengan member ganti

rugi yang layak dan menurut cara yang diatur dengan undang-undang.” 28 Achmad Rubaie,Op.cit., hlm.6

29 Yanto Sufriadi, Penyebab Sengketa Pengadaan Tanah untuk Kepentinga Umum (Studi

Kasus Sengketa Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum di Bengkulu), Fakultas Hukum

Universitas Hazairin Bengkulu, 2011, menjelaskan bahwa pencabutan hak atas tanah adalah

merupakan wewenang negara yang dilakukan atas dasar demi kepentingan umum, termasuk

kepentingan bangsa dan negara serta kepentingan bersama dari rakyat.

Page 35: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

20

mengadakan pencabutan hak atas tanah.30 Menurut UU No. 2 Tahun 2012

tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum,

pencabutan hak atas tanah tergolong dalam kepentingan bangsa, Negara

serta kepentingan bersama dari rakyat. Normatifnya untuk bisa dilakukan

pencabutan hak atas tanah harus :31

a. Kegunaan tanah harus untuk kepentingan umum, yang arti

kepentingan umum sebagaimana dalam rumusan kepentingan umum

b. Telah diadakan proses musyawarah pada tingakat pembebasan tanah

dengan pemberian ganti rugi, dan musyawarah ini harus sudah

mencapai batas frekuensi dan batas waktu maksimal

c. Musyawarah tidak mendapatkan kesepakatan, dengan bukti yang

menyatakan tidak adanya kesepakatan, seperti berita acara

d. Keadaan yang memaksa, artinya bahwa lokasi pembangunan

kepentingan umum harus segera terwujud serta lokasinya tidak bisa

dipindahkan ke tempat lain

6. Pelepasan Hak Untuk Kepentingan Umum

Pelepasan hak atas tanah32 adalah penyerahan kembali hak tersebut ke

Negara dengan sukarela. Perbuatan ini bertujuan agar tanah tersebut

30 Mudakir Iskandar Syah,Pembebasan Tanah Untuk Pembangunan Kepentingan Umum

(Upaya Hukum Masyarakat yang Terkena Pembebasan dan Pencabutan Hak), Permata Aksara,

Jakarta, 2015, hlm. 4

31Ibid.,

32 Boedi Harsono,Hukum Agraria Indonesia (Sejarah Pembentukan Undang-Undang

Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya) Jilid 1 Hukum Tanah Nasional Cetakan keduabelas,

Penerbit Djambatan, Jakarta, 2008, hlm. 898, dalam bukunya dijelaskan bahwa pelepasan hak atas

tanah adalah setiap perbuatan yang dimaksud langsung maupun tidak langsung melepaskan

hubungan hukum yang ada antara pemegang hak atau penguasa atas tanahnya dengan cara

memberikan ganti rugi yang berhak atau penguasa tanah itu.

Page 36: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

21

diberikan kembali ke suatu pihak tertentu dengan suatu hak tanah baru

sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang berlaku.

Pelepasan hak atas tanah dapat dilakukan dengan dasar persetujuan dari

pemegang hak baik mengenai teknis pelaksanaannya maupun bentuk

maupun besar ganti rugi kalau si pemegang hak tidak bersedia melepaskan

ataupun menyerahkan tanahnya maka pemerintah melalui musyawarah baik

dengan instansi terkait serta para pemilik tanah yang terkena proyek

pembangunan diberi ganti rugi agar tanah tersebut dapt digunakan untuk

proyek tersebut.

Oleh karena itu, pelepasan hak dilihat dari para pemegang hak yaitu

melepaskan haknya kepada Negara untuk kepentingan umum atau

kepentingan bersama diberi ganti rugi yang layak sesuai harga dasar yang

ditentukan di tempat proyek pembangunan tersebut dilaksanakan. Namun

untuk pembebasan hak atas tanah apabila dikaitkan dengan kepentingan

umum para pemegang hak atas tanah dituntut kesadaran lain yang tidak

hanya ada pertimbangan harga ganti rugi yang telah diberikan para pihak

yang memerlukan tanah untuk proyek pembangunan untuk kepentingan

umum tersebut, karena maksud serta tujuan pelepasanan hak atas tanah

tersebut tidak sekedar melihat dari pandangan kepentingan individu saja

melainkan dihubungkan dengan kepentingan umum.

Maka dari itu dilihat dari sudut pelepasan hak atas tanah ialah

melepaskan hak dari pemilik kepada para pihak yang memerlukannya

dengan dasar memberikan ganti rugi hak atas tanah yang diperlukan oleh

Page 37: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

22

para pihak yang membutuhkan tanah untuk proyek pembangunan untuk

kepentingan umum.

7. Tinjauan Umum Mengenai Area Bundaran Dolog di Surabaya

Bundaran dolog merupakan salah satu poros bundaran yang menjadi

titik kemacetan yang berada di Jalan Ahmad Yani, yang terletak di Keluarah

Gayungan, Kecamatan Gayungan, kota Surabaya. Bundaran dolog atau

yang lebih dikenal sebagai salah satu taman kota Surabaya yaitu Taman

Pelangi, merupakan taman kota yang lahannya menjadi satu lokasi bersama

dengan beberapa rumah tinggal yang masih dihuni oleh beberapa warga.

Lokasi ini berada tepat di tengah pertemuan antara frontage barat dan

frontage timur sehingga menjadikan bundaran dolog menjadi salah satu titik

kemacetan yang bahkan terjadi setiap saat. Pertemuan dari arah ruas jalur

yang berbeda mengakibatkan Jl. Ahmad Yani ini selalu padat dengan

kendaraan masing-masing masyarakat yang memiliki kesibukannya

masing-masing. Terlihat di dalam bundaran itu sendiri masih terdapat

beberapa pemukiman warga yang masih berdiri dengan kondisi yang

memprihatinkan. Setiap saat, masyarakat yang tinggal di sana harus

menghadapi antrian kendaraan yang terkadang mengisolasi keberadaan

mereka dibundaran tersebut, yang mana masyarakat disana tidak bebas

untuk beraktifitas dikarenakan apabila mereka berkendara keluar dari area

bundaran tersebut mereka akan dihadang oleh antrian kendaraan yang

berasal baik dari arah luar kota Surabaya maupun dari arah dalam kota

Surabaya itu sendiri. Lingkungan yang sempit membuat kondisi sekitar

Page 38: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

23

tempat tinggal mereka terlihat kumuh dan tidak bersih sehingga bisa

menyebabkan timbulnya penyakit yang bisa menyerang kesehatan para

warga.

Tinggal dengan kondisi wilayah yang bisa mengancam setiap hari

bukanlah pilihan warga-warga tersebut. Apabila disesuaikan dengan

perencanaan tata ruang kota Surabaya, seharusnya wilayah keseluruhan dari

bundaran dolog itu menjadi taman kota dan/atau RTH (Ruang Terbuka

Hijau).

Page 39: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

24

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian hukum29 yang digunakan adalah penelitian yuridis

empiris, yang mana menggunakan fakta empiris yang digunakan untuk

melihat aspek-aspek hukum dalam interaksi sosial di dalam masyarakat.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan fakta yang terjadi saat proses

pengadaan tanah yang dilakukan di bundaran dolog beserta hambatannya

dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pengadaan

tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan ialah yuridis sosiologis dimana

adanya penelitian peraturan hukum yang terkait dengan pengadaan tanah

skala kecil yang baru saja diatur, yang mana dilanjutkan dengan suatu

observasi guna meneliti bahwa peraturan yang diberlakukan tidak sesuai

dengan pelaksanaannya dilapangan.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dipilih oleh bertempat di pemerintah kota

Surabaya.

29Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI-Press, 2014, hlmn. 43,

dimana didalam bukunya dijelaskan bahwa penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang

didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu

atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya.

Page 40: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

25

4. Alasan Pemilihan Lokasi

Alasan penulis memilih lokasi penelitian tersebut dikarenakan saat

melakukan pra-penelitian, penulis menemukan adanya ketidaksesuaian

yang terjadi dalam pelaksanaan pembebasan lahan dalam proyek pengadaan

tanah skala kecil yang dilakukan oleh pihak pemkot Surabaya disekitar area

bundaran dolog, yang mana area tersebut menjadi salah satu titik kemacetan

yang selalu terjadi setiap hari dikarenakan penumpukan kendaraan yang

berasal dari frontage road sisi barat yang jalurnya tergabung dengan Jalan

Ahmad Yani. Proyek pembebasan lahan ini dilakukan guna melebarkan

jalan dan dialihfungsikan sebagai ruang terbuka hijau dan diharapkan bisa

mengurangi kemacetan yang ada. Sekitar 23 persil tanah yang saat ini

digunakan warga sebagai area tempat tinggal akan dialihfungsikan sebagai

ruang terbuka hijau dan proyek pelebaran jalan.

5. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data

1. Data Primer

Berasal dari fakta empiris yang berasal dari wawancara dengan

pihak Pemerintah Kota Surabaya terkait dengan pelaksanaan

pengadaan tanah skala kecil yang sedang dilakukan di area

Bundaran Dolog, Surabaya.

2. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini akan bersumber dari buku-

buku, jurnal-jurnal ilmiah, website internet, dokumen penelitian

Page 41: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

26

maupun peraturan perundang-undangan yang terkait didalam

penelitian ini.

b. Sumber Data

1. Data Primer

Sumber data primer dalam penelitian ini merupakan penelitian

langsung di pemerintah kota Surabaya, serta wawancara.

Wawancara akan dilaksanakan dengan pihak terkait yang ahli di

bidangnya yang mana terkait dalam pelaksanaan pengadaan tanah

skala kecil itu sendiri yaitu pihak Pemerintah Kota Surabaya.

2. Data Sekunder

Sumber data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari studi

kepustakaan serta dokumentasi dari Pusat Dokumentasi Ilmu

Hukum Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, jurnal ilmiah serta

peraturan perundang-undangan terkait yaitu:

1. Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960

2. UU No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

3. Perpres No. 148 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat Atas

Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang

Penyelenggaran Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk

Kepentingan Umum.

Page 42: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

27

4. Keputusan Walikota Surabaya Nomor

188.45/424/436.1.2/2011 tentang Penetapan Lokasi Untuk

Pelebaran Jalan A.Yani (Bundaran Dolog) Seluas ± 5.039 m2

Di Kelurahan Gayungan Kecamatan Gayungan Kota Surabaya

5. Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor

188/247/KPTS/013/2016 tentang Penetapan Lokasi

Pembangunan Frontage Road Jalan Ahmad Yani Sisi Barat

(Bundaran Dolog) Kota Surabaya-Provinsi Jawa Timur.

6. Teknik Pengambilan Data

a. Data Primer

Data primer akan diperoleh dari hasil wawancara dan penelitian

langsung di lapangan dengan menggunakan teknik :

1. Wawancara

Berupa tanya jawab secara langsung dan terbuka antar peneliti

dengan pihak Pemerintah Kota Surabaya dengan

menggunakan pertanyaan yang telah disediakan guna

membantu penulis dalam penelitian ini.

2. Pengamatan

Penelitian langsung di lokasi guna mengetahui keadaan yang

terjadi sebenarnya serta penelitian mengenai data-data yang

dihasilkan dari wawancara.

Page 43: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

28

b. Data Sekunder

Memperoleh data sekunder ini didapat dari mempelajari dokumen dan

studi kepustakaan, membaca literatur buku yang bersangkutan, jurnal

ilmiah maupun peraturan perundang-undangan yang terkait dengan

penelitian serta informasi media online serta cetak.

7. Populasi dan Sampling

Variable dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling yang

mana merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu

sehingga data yang diperoleh lebih bersifat representative dengan

melakukan proses penelitian yang kompeten dibidangnya30.

Dalam penelitian ini yang menjadi pertimbangan pemilihan sampel

ialah pihak yang pemerintah kota Surabaya yang berwenang yang memiliki

data serta info yang dapat dijadikan sumber penelitian tentang pelaksanaan

pembebasan lahan di daerah bundaran dolog. Populasi yang digunakan ialah

keseluruhan pemerintah kota Surabaya sedangkan sampel yang digunakan

ialah pihak Dinas Pengelola Bangunan dan Tanah Kota Surabaya.

8. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan penyederhanaan data kedalam bentuk yang

lebih mudah untuk dibaca serta diinterpretasikan31. Dalam menyusun data

primer maupun sekunder, penulis menggunakan teknik content analysis,

30Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung, CV Alfabeta,

2011, hlmn.122

31Marsisingarimbun dan Sofian Efendi (ed), Metode Penelitian Survei, Jakarta, LP3ES,

1989, hlmn.263

Page 44: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

29

dimana menganalisa sumber yang ada disertai dengan penjelasan rinci dan

mencoba mengungkap bagaimana pelaksanaan peraturan hukum yang

terjadi dilapangan.

Teknik analisis data penelitian ini menggunakan metode analisis

deskriptif kualitatif yaitu dimana peneliti mendeskripsikan data-data yang

diperoleh dilapangan (baik berupa hasil wawancara serta pengamatan),

kemudian dilakukan analisa guna menjawab permasalahan yang terdapat

didalam rumusan masalah hingga menghasilkan suatu kesimpulan. Teknik

analisis ini akan membantu penulis untuk menganalisa hasil wawancara

dengan narasumber dan dituangkan guna menjawab rumusan masalah yang

ada.

9. Definisi Operasional

1. Pengadaan Tanah

Pengadaan tanah adalah merupakan kegiatan menyediakan tanah

dengan cara memberi ganti rugi yang layak serta adil kepada pihak

yang berhak.

2. Kepentingan Umum

Kepentingan umum adalah kepentingan bangsa, negara, serta

masyarakat yang harus diwujudkan oleh pemerintah dan digunakan

sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

3. Pengadaan Tanah Skala Kecil

Berdasar pada pasal 121 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 148

tahun 2015 tentang tentang Perubahan Keempat Atas Perpres No.

Page 45: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

30

71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaran Pengadaan Tanah Bagi

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, pengadaan tanah skala

kecil merupakan pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang

luasnya tidak lebih dari 5 hektar dapat dilakukan langsung oleh

instansi yang memerlukan tanah dengan pihak yang berhak.

Page 46: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

31

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

Terletak di Jl. Ahmad Yani, kelurahan Gayungan kecamatan

Gayungan kota Surabaya, bundaran dolog merupakan salah satu lokasi

pemukiman warga yang berada di area taman kota, tepatnya Taman

Pelangi Surabaya. Terletak ditengah-tengah lalu lintas yang selalu padat,

membuat masyarakat yang tinggal di pemukiman ini sedikit kesulitan

untuk beraktifitas dimana kegiatan mereka akan terisolasi apabila keadaan

jalan sedang macet total. Di sekitar bundaran dolog juga terdapat bangunan

perkantoran yang langsung menghadap ke Jl. Ahmad Yani yaitu Kantor

Bulog dan Kantor Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan.

Gambar 1.

Peta lokasi bundaran dolog surabaya

Sumber: Dinas Pengelolaan Bangunan dan Tanah, Surabaya, 2011

Apabila diperhatikan secara seksama, lokasi bundaran dolog dari peta ini

berada dilingkungan yang padat penduduknya, diapit oleh ruas jalan utama

yang menghubungkan antara arah Surabaya dalam kota dan arah luar kota.

Page 47: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

32

Ruas jalanan ini bisa dikatakan tidak pernah sepi akan kendaraan yang lalu

lalang, karena ruas ini merupakan salah satu ruas utama yang selalu

dilewati para pengguna jalan.

Gambar 2.

Peta lokasi pemukiman warga yang berencana untuk

dibebaskan

Sumber: Dinas Pengelolaan Bangunan dan Tanah, Surabaya, 2011

Dari peta di atas, menunjukkan lokasi yang ditandai dengan garis merah,

yang mana merupakan lokasi pemukiman warga yang berada di dalam area

bundaran dolog. Lokasi pemukiman warga ini memang tidak sebanyak

yang terlihat di area sekitarnya, dikarenakan area ini terpotong oleh ruas

Jl. Ahmad Yani yang terbentang membelah wilayah pemukiman yang

berada disebelah kiri dari sisi bundaran dolog dalam peta ini. Wilayah ini

lah yang nantinya dijadikan sebagai RTH (Ruang Terbuka Hijau) dan

pelebaran jalan oleh pihak pemerintah kota surabaya. Pihak pemerintah

kota Surabaya sendiri ingin mencoba mengurai kemacetan di area tersebut

dengan membangun ruas jalan frontage sisi barat dan juga frontage sisi

timur. Pihak pemkot berharap bahwa kedua ruas jalan ini bisa

dipergunakan dengan baik agar kemacetan yang terjadi bisa dikurangi.

Page 48: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

33

Pembebasan lahan di area bundaran dolog ini sendiri memang hingga saat

ini masih belum terselesaikan dikarenakan masih banyaknya beberapa

masalah yang ada dilapangan. Tidak hanya pihak pemkot Surabaya saja

yang ingin segera menyelesaikan pembebasan lahan ini, melainkan juga

pihak masyarakat yang tinggal di pemukiman tersebut, selain untuk

menambah RTH yang ada di wilayah Surabaya itu sendiri, pemkot ingin

memberikan kenyamanan kepada masyarakat yang bermukim di area

tersebut, tidak hanya mengenai keselamatan, namun juga mengenai

kehidupan yang layak yang bisa dijalani oleh para warga yang ada disana.

B. Pelaksanaan Pembebasan Lahan Bundaran Dolog di Surabaya

Sebelum penulis memulai untuk menjelaskan mengenai pelaksanaan

pembebasan lahan yang berada di bundaran dolog Surabaya, penulis ingin

menjelaskan mengenai perbedaan pengadaan tanah secara umum maupun

pengadaan tanah skala kecil itu sendiri.

Pada UU No. 2 Tahun 2012 menjelaskan dengan sangat rinci

mengenai keseluruhan proses pengadaan tanah dimulai dari awal hingga

pembangunan untuk kepentingan umum tersebut bisa dilaksanakan.

Bahwa pengadaan tanah merupakan kegiatan menyediakan tanah dengan

cara memberi ganti kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang

berhak, dimana di dalam undang-undang dijelaskan mengenai tahapan

untuk menyelenggarakan pengadaan tanah yang terdiri dari dari tahapan

perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan penyerahan hasil. Setiap

tahapan terdiri dari beberapa langkah yang harus dilalui sesuai dengan

Page 49: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

34

ketentuan dari undang-undang, dimana salah satu yang penting ialah

mengenai penetapan lokasi mengenai lokasi pengadaan tanah nantinya.

Namun, hal ini tidak terjadi di dalam pengaturan mengenai pelaksanaan

pengadaan tanah skala kecil. Pengadaan tanah skala kecil yang

ketentuannya diatur di dalam Perpres No. 148 Tahun 2015 tentang

Perubahan Keempat Atas Perpres No. 71 Tahun 2012 tentang

Penyelenggara Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan

Umum (untuk selanjutnya disebut sebagai Perpres Nomor 148). Di dalam

Perpres Nomor 148 hanya menjelaskan mengenai pengadaan tanah untuk

kepentingan umum yang luasnya tidak lebih dari 5 hektar, maka dapat

dilakukan langsung oleh instansi yang memerlukan tanah dengan pihak

yang berhak tanpa diperlukannya penetapan lokasi dengan menggunakan

hasil dari penilaian jasa penilai yang sesuai dengan ketentuan yang

berlaku. Perpres Nomor 148 itu sendiri tidak menjelaskan bagaimana

proses pelaksanaan pengadaan tanah yang tergolong skala kecil, dan apa

saja tahapan yang harus dilakukan. Inilah yang terkadang menjadi sebuah

celah guna timbulnya pelanggaran hukum yang bisa terjadi.

Sedangkan di dalam pengadaan tanah skala kecil, yang dijelaskan di

dalam Perpres No. 148 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat Atas

Perpres No. 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah

Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, mengatakan bahwa dalam

rangka efisiensi dan efektifitas, pengadaan tanah untuk kepentingan umum

yang luasnya tidak lebih dari 5 hektar, dapat dilakukan langsung oleh

instansi yang memerlukan tanah dengan pihak yang berhak, dimana harus

Page 50: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

35

sesuai dengan tata ruang wilayah, tidak memerlukan penetapan lokasi dan

instansi yang memerlukan tanah menggunakan hasil penilaian jasa penilai.

Dari pengertian yang dijelaskan oleh UU No. 2 Tahun 2012 dengan

Perpres No. 148 Tahun 2015 memberikan penjelasan yang sangat berbeda,

dimana pengadaan tanah secara umum wajib memohonkan penetapan

lokasi kepada gubernur sedangkan pengadaan tanah skala kecil tidak

memerlukan penetapan lokasi dan dapat dilakukan langsung antara

instansi yang memerlukan tanah dengan pihak yang berhak. Terdapat

perbedaan yang mencolok diantara kedua pengertian ini, yang mana

seharusnya sebagai peraturan pelaksana, Perpres No. 148 Tahun 2015 ini

seharusnya mengatur hal yang sama dengan UU No. 2 Tahun 2012.

Namun, apabila diteliti di dalam pelaksanaan di lapangan, ternyata

sekalipun pengadaan tanah skala kecil disebutkan tidak memerlukan

penetapan lokasi tapi tetap ada pihak-pihak yang mengusahakan untuk

memperoleh penetapan lokasi guna melaksanakan pengadaan tanah skala

kecil tersebut. Salah satunya ialah proyek pengadaan tanah yang dilakukan

pihak pemkot Surabaya di Bundaran Dolog.

Pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum

merupakan salah satu cara pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat.

Walaupun terkadang tanah yang dijadikan sebagai objek pengadaan tanah

bukanlah milik negara/pemerintah melainkan milik pribadi warga yang

ada, maka pemerintah akan membutuhkan tanah tersebut guna

kepentingan pembangunan dengan menggunakan proses pengadaan tanah

yang sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Menurut UU No. 2

Page 51: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

36

Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk

Kepentingan Umum pada pasal 1 angka 2 “pengadaan tanah merupakan

kegiatan menyediakan tanah dengan cara member ganti kerugian yang

layak dan adil kepada pihak yang berhak.”32 Pihak yang berhak merupakan

pihak yang menguasai atau memiliki objek.33 Objek dalam pengadaan

tanah ini yaitu tanah, ruang atas tanah dan bawah tanah, bangunan,

tanaman, benda yang berkaitan dengan tanah atau lainnya yang dapat

dinilai.34

Menurut UU No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, pelaksanaan pengadaan tanah

harus diselenggarakan sesuai rencana tata ruang wilayah, rencana

pembangunan nasional/daerah, rencana strategis dan rencana kerja setiap

instansi yang memerlukan tanah.35 Sehingga tanah yang akan digunakan

tidak akan sia-sia dan tetap bermanfaat bagi masyarakat meskipun awalnya

tanah yang digunakan bukan lah dimiliki oleh pemerintah secara langsung.

Pihak masyarakat yang melepaskan tanah nya pun tidak akan kecewa

dengan hasil dari pembangunan yang nantinya akan dilaksanakan di atas

lahan pribadi mereka serta penyelenggaraan pengadaan tanah nya pun

harus sesuai dengan ketentuan yang telah dijelaskan didalam UU No. 2

Tahun 2012.

32 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan

Untuk Kepentingan Umum 33 Ibid., 34 Ibid.,

35 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012, pasal 7

Page 52: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

37

Tabel 2.

Skema Waktu Pengadaan Tanah dan/atau Bangunan

Sumber: Dinas Pengelolaan Bangunan dan Tanah, Surabaya, 2011

Tabel 3.

Skema proses pengadaan tanah dan/atau bangunan untuk

kepentingan umum

Sumber: Dinas Pengelolaan Bangunan dan Tanah, Surabaya, 2011

Sesuai dengan tabel 2 mengenai skema waktu pengadaan tanah dan/atau

bangunan, telah dijelaskan kurang lebih perhitungan waktu yang

Page 53: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

38

diperlukan dalam proses pengadaan tanah yang akan dilakukan di proyek

Bundaran Dolog Surabaya. Dimana tahap-tahap yang akan dilakukan

disesuaikan dengan ketentuan yang sudah dijelaskan di dalam UU No. 2

Tahun 2012, yang terdiri dari :

1. Tahapan perencanaan

Dalam tahap awal ini, dijelaskan di dalam pasal 14 bahwa instansi

yang membutuhkan tanah membuat perencanaan pengadaan tanah

didasarkan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan prioritas

pembangunan yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka

Menengah, Rencana Strategis, Rencana Kerja Pemerintah Instansi

yang bersangkutan dimana disusun dalam sebuah bentuk dokumen

perencanaan pengadaan tanah. Untuk selanjutnya dokumen tersebut

diserahkan kepada pemerintah provinsi untuk disetujui. Dalam

dokumen perencanaan tersebut setidaknya harus memuat ketentuan

yang telah disebutkan di dalam pasal 15 yaitu, memuat maksud dan

tujuan rencana pembangunan, kesesuaian dengan rencana tata ruang

wilayah dan rencana pembangunan nasional serta daerah, letak tanah,

luas tanah yang dibutuhkan, gambaran umum status tanah, perkiraan

waktu pelaksanaan pengadaan tanah, perkiraan jangka waktu

pelaksanaan pembangunan, perkiraan nilai tanah serta rencana

penganggaran. Di dalam proyek Bundaran Dolog, tahap perencanaan

akan dilakukan dalam jangka waktu 1 bulan, dimana pertama kali

proyek direncanakan pada tahun 2011 yang mana telah ada

perencanaan dari pihak pemkot untuk membebaskan lahan tersebut

Page 54: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

39

diikuti dengan keluarnya Keputusan Walikota Nomor

188.45/424/436. 1. 2/2011 mengenai Penetapan Lokasi Untuk

Pelebaran Jalan A.Yani di Bundaran Dolog pada tanggal 12

September 2011. Namun dikarenakan adanya hambatan maka proyek

tidak dilanjutkan hingga pada tahun 2015 yang mana pada tanggal 24

November 2015, pihak DKP (Dinas Kebersihan dan Pertamanan)

diharapkan segera menyerahkan dokumen perencanaan agar dapat

segera diproses. Ketentuan isi dokumen perencanaan yang harus

diserahkan ini telah berisi dengan adanya maksud dan tujuan rencana

pembangunan yang dijelaskan akan dialihfungsikan sebagai RTH

serta pelebaran jalan A.Yani, dimana letak tanah lokasi pembangunan

berada di kelurahan gayungan kecamatan gayungan kota Surabaya

seluas ±5.039 m² dimana perkiraan waktu pelaksanaan sekitar 7 bulan

lamanya.

2. Tahapan persiapan

Tahap persiapan ini, menurut pasal 16 instansi memerlukan tanah

bersama dengan pemerintah provinsi berdasarkan pada dokumen

perencanaan pengadaan tanah melaksanakan :

a. Pemberitahuan rencana pembangunan

Bagian ini dikhususkan untuk menyampaikan rencana lokasi

pembangunan kepada pihak masyarakat baik secara langsung

maupun tidak langsung, dimana pihak DPBT (Dinas

Pengelolaan Bangunan dan Tanah) melakukan penyampaian

Page 55: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

40

rencana lokasi kepada masyarakat yang tinggal di Bundaran

Dolog secara langsung.

b. Pendataan awal lokasi rencana pembangunan

Pendataan awal lokasi terdiri dari kegiatan pengumpulan data

awal pihak yang berhak serta objek pengadaan tanah, lalu hasil

nya akan digunakan sebagai data guna pelaksanaan konsultasi

publik. Dimana pendataan awal lokasi telah dilakukan pada

tahun 2011 saat pertama kali rencana proyek pengadaan tanah

ini dilakukan, namun saat tahun 2015 pihak pemkot hanya

memeriksa apakah masih pada jumlah yang sama atau ada

perubahan. Pihak DPBT (Dinas Pengelolaan Bangunan dan

Tanah) telah mendaftarkan warga yang tinggal di bundaran

dolog. Pihak DPBT telah mencantumkan daftar nama pemilik

tanah yang berada di bundaran dolog yang terdiri dari :

NO Nama Alamat Persil

Luas

Tanah

(M2)

Luas

Bangunan

(M2)

Bukti Kepemilikan

1. Achmad

Zaini, S.T

Jl. Jemur

Gayungan I/6

C

153.00 140.00

AJB dan Pelepasan Hak Atas

Tanah dari Notaris HJ. Trining

Ariswati, SH No. 27 Tanggal 23

April 2002

2. H.

Riduwan

Jl. Jemur

Gayungan I/8

A

150.75 -

Surat Pernyataan kepemilikan

Bangunan yang Berdiri diatas

Tanah Negara (eks Tanah

Tabel 4

Daftar Nama Pemilik Tanah

Page 56: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

41

Sumber: Dinas Pengelolaan Bangunan dan Tanah, Surabaya, 2011

Verponding No.7159) Tanggal 31

Maret 2010

3. H.

Riduwan

Jl. Jemur

Gayungan I/8

A

157.29 157.29

Surat Pernyataan kepemilikan

Bangunan yang Berdiri diatas

Tanah Negara (eks Tanah

Verponding No.7159) Tanggal …

Maret 2010

4. Nasikah Jl. Jemur

Gayungan I 130.00 130.00

Surat Pernyataan kepemilikan

Bangunan yang Berdiri diatas

Tanah Negara (eks Tanah

Verponding No.7159) Tanggal ….

Maret 2010

5. Safi’i Jl. Jemur

Gayungan 90.00 90.00

Surat Perjanjian Jual Beli Tanah

Pekarangan dan Rumah (Tanah

Negara) Luas 104 m2 tanggal 18

April 1970

6. H.

Sugianto

Jl. Jemur

Gayungan I/6

C

100.00 90.00 SHM 298 / tanggal 21 April 1997

seluas 102 m2

7. Solokin Jl. Jemur

Gayungan I/15 104.00 90.00

Surat Pernyataan Kepemilikan

Bangunan yang Berdiri Diatas

Tanah Negara (eks Tanah

Verponding No.7159) sisa luas 88

m2 tanggal 4 Januari 2010

8. Djumirah Jl. A.Yani 146 159.00 94.00

Surat Perjanjian Jual Beli Rumah /

Tanah luas 180 m2 tanggal 23

April 1971 dan tanggal 28 Maret

1990

9. Rabia

Abbas

Jl. Jemur

Gayungan I/7 100.00 52.00

SHM No.964/ tanggal 18

September 2001 luas 100 m2

10. Saniman Jl. Jemur

Gayungan I/11 75.00 62.00

SHM No.881 / tanggal 6 Februari

2001 luas 75 m2

11. Fatoni - - - -

12. M. Toha - - - -

13. Mudjiono - - - -

14.

Asiah /

Heru

Hartoyo

-

- - -

Page 57: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

42

Dari tabel 4 mengenai daftar nama pemilik tanah, dapat dilihat

bahwa bukti kepemilikan yang dimiliki warga yang tinggal di

bundaran dolog terdiri dari berbagai macam jenis kepemilikan

tanah. Dari 14 warga yang ada, dapat diketahui bahwa bukti

kepemilikan yang ada terdiri dari :

a. Ada seorang warga yaitu, Achmad Zaini, yang memiliki

bukti kepemilikan berupa AJB (Akta Jual Beli) dan

pelepasan hak atas tanah dari notaris

b. Ada 4 orang warga yaitu, H.Riduwan ( memiliki 2 bukti

kepemilikan), Nasikah, dan Solokin, yang memiliki bukti

kepemilikan berupa surat pernyataan kepemilikan

bangunan yang berdiri di atas tanah negara ( eks tanah

Verponding)

c. Ada 2 orang warga yaitu, Safi’i dan Djumirah, yang

memiliki bukti kepemilikan berupa surat perjanjian jual beli

d. Ada 3 orang warga yaitu, H.Sugiono, Rabia Abbas dan

Saniman, yang memiliki bukti kepemilikan berupa SHM

(Sertifikat Hak Milik).

e. Sedangkan 4 orang warga yaitu, Fatoni, M.Toha, Mudjiono,

dan Asiah/Heru Hartoyo belum diketahui bukti

kepemilikan yang dimiliki.

Tabel 4 tentang daftar nama pemilik tanah menjelaskan

bagaimana bukti kepemilikan yang dimiliki oleh para warga

Page 58: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

43

yang tinggal di Bundaran dolog terdiri dari berbagai macam

kepemilikan. Menurut UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan

Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) yang mana di dalam pasal

16 disebutkan:36

“hak-hak atas tanah sebagai yang dimaksud dalam pasal 4

ayat 1 ialah :

a. Hak milik

b. Hak guna usaha

c. Hak guna bangunan

d. Hak pakai

e. Hak sewa

f. Hak membuka tanah

g. Hak memungut hasil hutan

h. Hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersbut di

atas yang akan ditetapkan dengan undang-undang, serta

hak-hak yang sifatnya sementara sebagai yang disebutkan

dalam pasal 53”

Dalam pasal tersebut telah disebutkan mengenai salah satu bukti

kepemilikan yaitu hak milik, dimana hak milik merupakan hak

turun-temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang

atas tanah, dapat dipahami bahwa turun-temurun artinya hak

milik atas tanah dapat berlangsung terus selama pemiliknya

masih hidup dan bila pemiliknya meninggal dunia, maka hak

miliknya dapat dilanjutkan oleh ahli warisnya sepanjang

memenuhi syarat sebagai subjek hak milik, terkuat artinya hak

milik atas tanah lebih kuat bila dibandingkan dengan hak atas

tanah yang lain, tidak mempunyai batas waktu tertentu, mudah

dipertahankan dari gangguan pihak lain dan tidak mudah hapus,

terpenuh artinya hak milik atas tanah memberi wewenang

36 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

Page 59: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

44

kepada pemiliknya paling luas bisa dibandingkan dengan hak

atas tanah lainnya, dapat menjadi induk bagi hak atas tanah lain,

tidak berinduk pada hak atas tanah yang lain dan penggunaan

tanahnya lebih luas bila dibandingkan dengan hak atas tanah

lainnya.37 Hal ini menunjukkan di dalam peraturan tertulis, hak

milik merupakan hak yang paling terkuat diantara hak atas tanah

yang lain sehingga membuat posisi nya lebih diutamakan dan

bernilai lebih tinggi daripada nilai hak atas tanah lainnya.

Pihak pemkot untuk sementara ini baru berhasil

membebaskan satu lahan milik salah satu warga bernama H.

Imam Safi’I yang mana telah melepaskan lahannya kepada

pihak pemkot Surabaya guna dialihfungsikan sebagai taman

kota sedangkan sisanya masih menginginkan bahwa harga yang

ditawarkan bisa sesuai dengan NJOP yang ada sehingga masih

belum bisa menyerahkan lahan mereka kepada pihak pemkot

untuk dialihfungsikan.

c. Konsultasi publik rencana pembangunan

Konsultasi publik dimaksud untuk mendapat kesepakatan lokasi

rencana pembangunan dari pihak yang berhak dengan

melibatkan keikutsertaan pihak yang berhak serta masyarakat

yang terkena dampak dari rencana pembangunan. apabila terjadi

37 Urip Santoso, Hukum Agraria Kajian Komprehensif, Jakarta, PT. Kharisma Putra

Utama, 2012, hlmn.92

Page 60: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

45

kesepakatan maka instansi yang memerlukan tanah mengajukan

permohonan penetapan lokasi ke gubernur. Namun apabila ada

keberatan gubernur membentuk tim guna melakukan kajian

yang nantinya berbentuk sebuah reekomendasi guna diterima

atau ditolaknya keberatan yang diajukan masyarakat. Awalnya

konsultasi public telah dilakukan oleh pihak DPBT kepada

pihak warga yang tinggal di lahan tersebut pada tahun 2011

dimana akhirnya pihak pemkot mengajukan penetapan lokasi

kepada walikota Surabaya guna mengeluarkan Keputusan

Walikota mengenai penetapan lokasi bagi area bundaran dolog

tersebut, dan akhirnya pihak walikota surabaya mengeluarkan

surat Keputusan Walikota Nomor 188.45/424/436. 1. 2/2011

tentang Penetapan Lokasi Untuk Pelebaran Jalan A.Yani

(Bundaran Dolog) Seluas ±5.039 m2 di Kelurahan Gayungan

Kecamatan Gayungan Kota Surabaya. Isi dalam surat keputusan

ini meliputi,

“ kesatu : menetapan lokasi untuk pelebaran Jalan A.Yani

(Bundaran Dolog) seluas ± 5.039 m2 di Kelurahan

Gayungan Kecamatan Gayungan Kota Surabaya.

kedua : detail lokasi sebagaimana dimaksud dalam dictum

kesatu dinyatakan dalam lampiran keputusan

walikota ini

ketiga : keputusan walikota ini mulai berlaku pada tanggal

ditetapkan untuk selama 1 tahun.”

Page 61: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

46

Dilihat dari isi surat keputusan walikota yang telah dikeluarkan,

tenggang waktu surat keputusan tersebut hanya selama 1 tahun

saja sehingga tindakan pemkot untuk lahan bundaran dolog

belum terlalu banyak dan efisien dan proyek ini hampir

terbengkalai dikarenakan banyaknya hambatan yang terjadi.

Hingga pada tahun 2015, proyek pengadaan tanah di bundaran

dolog kembali dijalankan dan pihak pemkot kembali

mengajukan penetapan lokasi pada bulan desember dikarenakan

telah dimohonkan kepada pihak Gubernur Jawa Timur untuk

segera ditetapkan dalam bentuk Keputusan Gubernur Jawa

Timur, hingga akhirnya diberlakukan mengenai Penetapan

Lokasi di area Bundaran Dolog Surabaya pada tanggal 7

Desember 2015. Pada tanggal 4 April 2016, Keputusan

Gubernur Jawa Timur telah dikeluarkan mengenai penetapan

lokasi bagi area bundaran dolog Surabaya guna melancarkan

proses pelaksanaan pengadaan tanah yang akan segera

dilakukan. Terbitnya surat keputusan tersebut seharusnya

membuat proses pengadaan tanah yang akan dilakukan oleh

pihak pemkot berjalan dengan lancar, namun hingga saat ini

pihak warga masih belum bisa menyetujui pembebasan lahan

tersebut dikarenakan harga yang ditawarkan oleh pihak

appraisal (merupakan panitia penaksir yang anggotanya di

sumpah dan bertugas untuk menaksir nilai dari sebuah tanah

dan/atau bangunan yang ada sesuai dengan kondisi dari tanah

Page 62: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

47

dan/atau bangunan yang ada, serta perkiraan dari NJOP) dari

pemkot belum disetujui. Diketahui bahwa pada tahun 2013

NJOP dari tanah yang berada di bundaran dolog tersebut

berkisar Rp.5.000.000,. (lima juta rupiah), namun tim appraisal

dari pihak pemkot hanya memberikan nilai tanah yang ada di

bundaran dolog tersebut bahkan berada dibawah harga NJOP

yang ada, yaitu sekitar Rp.3.500.000,. (tiga juta lima ratus ribu

rupiah). Lalu pada saat proyek kembali dijalankan pada tahun

2016, tim appraisal dari pihak pemkot tetap menawarkan harga

yang sama untuk nilai tanah warga bundaran dolog sekalipun

diketahui bahwa tanah yang berada di frontage sisi barat NJOP

nya naik hingga senilai Rp.14.000.000,. (empat belas juta

rupiah). Hal ini lah yang membuat warga masih belum setuju

mengenai harga yang ditawarkan berada dibawah NJOP tanah

yang seharusnya. Baru ada seorang warga saja yang menyetujui

dan bersedia menyerahkan tanahnya kepada pihak pemkot guna

membantu proses pembebasan lahan yang sedang diusahakan

oleh pihak pemkot. Diketahui bahwa penetapan lokasi

merupakan alas hak dalam pembebasan lahan yang mana lahan-

lahan tersebut dimiliki oleh masyarakat, sehingga nantinya

apabila penetapan lokasi telah ditentukan maka pihak

masyarakat bisa memilih untuk setuju dengan harga yang

ditawarkan yang berasal dari tim penilai sesuai guna

memberikan lahan mereka kepada instansi yang memerlukan

Page 63: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

48

tanah ataukah menolak dengan keberatan disertai alasan yang

cukup jelas untuk lebih di perhitungkan oleh para instansi yang

memerlukan tanah.

3. Tahapan pelaksanaan

Berdasar pada penetapan lokasi yang telah diperoleh, maka instansi

yang memerlukan tanah mengajukan pelaksanaan pengadaan tanah ke

lembaga pertanahan. Pihak yang berhak setelah adanya penetapan

lokasi hanya bisa mengalikan hak atas tanahnya ke instansi yang

memerlukan tanah melalui lembaga pertanahan, dan dengan

beralihnya hak maka akan diberikan ganti kerugian yang nilainya

telah ditetapkan. Pelaksanaan akan terdiri dari inventarisasi dan

identifikasi penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan

tanah, adanya penilaian ganti kerugian, musyawarah penetapan ganti

kerugian, pemberian ganti kerugian dan pelepasan tanah intansi. Ganti

rugi yang akan diberikan selain dari bentuk uang juga terdiri dari tanah

dan/atau bangunan pengganti atau pemukiman kembali sesuai yang

diinginkan pemilik serta disepakati instansi pemerintah yang

memerlukan tanah, tanah dan/atau bangunan dan/atau fasilitas lain

dengan nilai paling kurang sama dengan harta benda wakaf yang

dilepaskan (bagi harta benda wakaf), recognisi berupa pembangunan

fasilitas umum atau bentuk lain yang bermanfaat untuk kesejahteraan

masyarakat setempat untuk tanah ulayat dan sesuai dengan keputusan

pejabat berwenang, khusus untuk tanah instansi pemerintah ataupun

Page 64: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

49

pemerintah daerah. Keseluruhan proses pelaksanaan ini dilakukan

setelah pihak yang berhak telah menyerahkan tanah nya kepada

instansi yang memerlukan tanah guna pembangunan untuk

kepentingan umum. Di dalam proyek pengadaan tanah di bundaran

dolog itu sendiri masih belum terlihat pelaksanaan yang dilakukan

oleh pihak pemkot kepada tanah warga yang berada di area tersebut

dikarenakan pihak warga yang tinggal di dalam bundaran dolog

tersebut belum menyetujui hingga belum bisa memberikan bukti

kepemilikan yang dimilikinya untuk dialihkan kepada instansi yang

memerlukan tanah melewati lembaga pertanahan setempat.

Disebutkan di dalam UU No. 2 Tahun 2012 bahwa pihak yang berhak

hanya bisa mengalihkan hak atas tanahnya kepada instansi yang

memerlukan tanah saat nilai ganti kerugian telah diberikan sesuai

dengan nilai pengumuman saat penetapan lokasi di hadapan para

warga.

4. Tahapan penyerahan hasil

Ini merupakan bagian terakhir dalam proses pengadaan tanah

dimana tahap ini pihak lembaga pertanahan menyerahkan hasil

pengadaan tanah kepada instansi setelah pemberian ganti kerugian

telah dilaksanakan ataupun dititipkan di pengadilan negeri

(konsinyasi) sehingga membuat instansi yang memerlukan tanah

dapat melaksanakan kegiatan pembangunannya. Instansi yang

memperoleh tanah wajib untuk mendaftarkan tanahnya sesuai

Page 65: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

50

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam proses

pembebasan lahan yang dilakukan di bundaran dolog, proses

penyerahan hasil telah tercapai dikarenakan warga mulai menyetujui

harga penawaran yang telah ditawarkan sehingga pihak pemkot dapat

segera melaksanakan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk

kepentingan umum yang nantinya akan berupa RTH publik. Selepas

itu pun masih ada yang harus dilakukan oleh pihak pemerintah, yaitu

memantau dan mengevaluasi hasil penyerahan pengadaan tanah

tersebut untuk memastikan bahwa keseluruhan telah sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Di dalam tabel 2 mengenai skema waktu pengadaan tanah dan/atau

bangunan, terdapat perkiraan waktu yang telah disusun oleh pihak DPBT

(Dinas Pengelolaan Bangunan dan Tanah) dimana di dalam tahapan

perencanaan diperlukan waktu 1 bulan, tahapan persiapan 3 bulan, tahapan

pelaksanaan 1,5 bulan, dan tahap serah terima (tahapan penyerahan hasil)

selama 1,5 bulan. Dimana total waktu yang diperoleh guna melakukan

pengadaan tanah selama 7 bulan. Akan tetapi, pada kenyataannya bahwa

tenggat waktu yang direncanakan tersebut belum bisa terpenuhi dengan

baik. Di dalam tahapan perencanaan, waktu yang diperkirakan selama 1

bulan dapat dikatakan terpenuhi walaupun tahapan ini dilakukan pada

tahun 2011 untuk pertama kalinya namun bisa diselesaikan dalam kurun

waktu kurang lebih 1 bulan lamanya. Tahapan yang kedua ialah tahapan

persiapan, yang mana diperlukan waktu sekitar 3 bulan untuk memperoleh

Page 66: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

51

penetapan lokasi oleh gubernur, sekitar 1 bulan untuk memperoleh

penetapan lokasi oleh walikota. Untuk memperoleh penetapan lokasi dari

pihak walikota, 1 bulan merupakan waktu yang cukup dikarenakan

Keputusan Walikota mengenai Penetapan Lokasi Untuk Pelebaran Jalan

A.Yani (Bundaran Dolog) Seluas ± 5.039 m2 di Kelurahan Gayungan

Kecamatan Gayungan Kota Surabaya telah diberlakukan pada 12

September 2011. Namun untuk memperoleh penetapan lokasi dari pihak

gubernur, diperlukan lebih dari 3 bulan, karena pada tanggal 7 Desember

2015 pihak DPBT telah mengajukan surat permohonan penetapan lokasi

kepada gubernur namun keputusan gubernur jawa timur baru dikeluarkan

tanggal 4 April 2016 yang mengatur mengenai penetapan lokasi

pembangunan frontage road jalan ahmad yani sisi barat (bundaran dolog)

kota Surabaya-provinsi jawa timur. Bila dihitung, perlu waktu sekitar 4

bulan untuk menunggu keluarnya surat keputusan tersebut, sehingga

tenggat waktu yang diinginkan selama 3 bulan belum tercapai dengan

maksimal. Tahapan berikutnya ialah tahapan pelaksanaan, dimana

disebutkan memerlukan waktu sekitar 1,5 bulan untuk menyelesaikan.

Bahwa untuk proses ini cukup berjalan dengan lancar dimana pihak DPBT

kurang lebih membutuhkan sekitar 1,4 bulan untuk menuntaskan. Tahapan

terakhir ialah tahapan serah terima (penyerahan hasil) dimana hingga saat

ini tahapan ini belum berjalan dikarenakan adanya hambatan yang tejadi

pada warga yang masih belum menerima harga penawaran dari tim

Page 67: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

52

appraisal pemkot itu sendiri.38 Jika diperbandingkan di dalam ketentuan

UU No. 2 Tahun 2012, tahapan dalam proses pengadaan tanah

diperhitungkan sejak pendataan awal lokasi rencana pembangunan dalam

tahapan persiapan, yang disebutkan di dalam pasal 18 paling lama 30 hari

untuk melakukan pendataan awal lokasi rencana pembangunan. Pada pasal

19, pengajuan mengenai permohonan penetapan lokasi kepada gubernur

terhitung sejak 14 hari setelah diserahkan pengajuan permohonan

penetapan lokasi, maka gubernur harus mengeluarkan penetapan lokasi

yang bersangkutan. Dalam proses konsultasi publik, waktu diberikan

selama 60 hari guna melakukan konsultasi publik kepada masyarakat dan

diberikan 30 hari untuk para pihak yang merasa keberatan terhadap apa

yang disampaikan oleh pihak instansi terkait yang mana disebutkan dalam

pasal 20. Dalam tahapan pelaksanaan terdapat kegiatan inventarisasi dan

identifikasi penguasaan dimana dilaksanakan dalam waktu maksimal 30

hari yang dijelaskan dalam pasal 28. Dalam proses inventarisasi dan

identifikasi dilaksanakan untuk mengetahui pihak yang berhak beserta

objek pengadaan tanah, dimana nanti akan berbentuk daftar yang meliputi

nama pihak, alamat pihak, pekerjaan pihak yang berhak, letak objek, luas,

status serta jenis penggunaan dan pemanfaatan tanah. Di pasal 29

menyebutkan bahwa pengumuman hasil dari inventarisasi dan identifikasi

penguasaan diumumkan di kantor desa/kelurahan dalam waktu 14 hari.

Guna untuk menetapkan ganti kerugian, pihak lembaga pertanahan

38 Data primer. Hasil wawancara dengan bapak Zainul Abidin selaku staff di Kantor

Dinas Pengelolaan Bangunan dan Tanah, tanggal 24 Februari 2017

Page 68: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

53

bermusyawarah dengan para pihak yang berhak paling lama 30 hari sejak

hasil penilaian dari tim appraisal ditetapkan dan pelepasan obejk

dilakukan setelah proses ganti rugi selesai dilakukan dan dilaksanakan

dalam jangka waktu 60 hari terhitung sejak penetapan lokasi diputuskan.

Apabila dihitung, menurut UU No. 2 Tahun 2012, dalam tahapan

perencanaan serta penyerahan hasil, UU No. 2 Tahun 2012 ini tidak

menjelaskan jangka waktu untuk pelaksanaannya, sedangkan dalam

tahapan persiapan jangka waktu untuk keseluruhan terhitung selama

kurang lebih 134 hari kerja / selama 4 bulan lebih, dalam tahapan

pelaksanaan jangka waktu terhitung selama 134 hari kerja / selama 4 bulan

lebih. Jangka waktu tersebut hanya sebagai acuan baik untuk pihak instansi

yang memerlukan tanah, namun juga untuk masyarakat yang

bersangkutan. Apabila dilihat dari proses yang dilakukan di proses

pengadaan tanah di bundaran dolog, waktu yang dibutuhkan memang lebih

sedikit daripada yang disarankan di dalam ketentuan Undang-Undang.

Pada tabel 3 mengenai proses pengadaan tanah dan/atau bangunan

untuk kepentingan umum, dijelaskan oleh pihak Dinas Pengelolaan

Bangunan dan Tanah merupakan proses pengadaan tanah yang dilakukan

sesuai dengan ketentuan di dalam UU No. 2 Tahun 2012, karena penetapan

lokasi bagi area bundaran dolog telah diberlakukan oleh karena itu pihak

pemkot melaksanakan proses pengadaan tanah mengikuti ketentuan yang

ada. Namun pada kenyataannya, proses pelaksanaannya terhambat hanya

sampai di tahap pelaksanaan.

Page 69: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

54

Berawal dari tahapan perencanaan dan penganggaran, dimana pihak

yang bertanggung jawab untuk mempersiapkan anggaran ialah berasal dari

APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) yang nantinya akan

dimasukkan ke dalam RKA (Rencana Kerja Anggaran) dan dalam bentuk

DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran) yang menjadi tanggung jawab

dari SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) yang mana di dalam DPA

terdiri dari penyusunan dokumen perencanaan pengadaan tanah dan

penyusunan kajian dan materi pendukung dokumen perencanaan

pengadaan tanah yang tergolong di dalam tahapan perencanaan yang mana

penetapan lokasi termasuk didalamnya. Tahap selanjutnya masuk kepada

tahapan pelaksanaan yang didalamnya dimulai proses pengadaan tanah

untuk kepentingan umum di dalamnya dilakukan pemetaan bidang lokasi

pengadaan tanah dan pemberian penawaran nilai tanah dari pihak

appraisal pemkot. Setelah proses pengadaan tanah dilakukan, pihak

pemkot sebagai instansi yang memerlukan tanah harus melaporkan kepada

BPN (Badan Pertanahan Nasional) dan nantinya akan dilakukan penetapan

status pengguna yang akan beralih dari masyarakat kepada pihak pemkot

guna pembangunan demi kepentingan umum yang berada di dalam

tahapan serah terima. Di tahapan terakhir, pemanfaatan di pembangunan

sarana dan fasilitas ini yang nantinya akan diperuntukkan kepada

masyarakat secara umum dan dapat digunakan sesuai peruntukkannya.

Page 70: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

55

C. Hambatan Pelaksanaan dalam Pembebasan Lahan Bundaran

Dolog dan Solusi Penyelesaian Pembebasan Lahan di Bundaran

Dolog

1. Hambatan Pelaksanaan dalam Pembebasan Lahan Bundaran

Dolog

Setiap kegiatan yang dilakukan biasanya akan selalu ada hambatan

yang berupa apapun itu, dan tidak terkecuali kegiatan pengadaan

tanah yang dilakukan oleh pemkot guna mengalihfungsikan

pemukiman di Bundaran Dolog menjadi sebuah RTH. Beberapa

hambatan yang terjadi selama proses pelaksanaan pengadaan tanah di

Bundaran Dolog Surabaya ialah sebagai berikut:

1. Anggaran yang dialihkan kepada proyek lain

Hal ini bukan berarti pihak pemerintah Surabaya tidak

menganggarkan untuk proses pengadaan tanah Bundaran Dolog

ini. Dalam APBD (Anggaran Pengeluaran Belanja Daerah) telah

disiapkan sejumlah anggaran yang disimpan di dalam Rekening

Belanja modal pengadaan tanah pada tahun 2016 lalu, dikarenakan

proyek RTH pihak pemkot tidak hanya RTH Bundaran Dolog saja,

oleh karena itu anggaran yang telah disiapkan harus dibagi dengan

proyek RTH lainnya. Namun, seiring dengan berjalannya waktu,

RTH Bundaran Dolog lah yang kurang menunjukkan kemajuan

dalam pelaksanaan pengadaan tanahnya. Butuh waktu yang sedikit

lebih lama untuk meyakinkan seorang masyarakat guna

menyerahkan tanah nya untuk diberikan ganti kerugian yang dinilai

Page 71: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

56

telah setara dengan perhitungan dan kondisi yang ada. Hal ini lah

yang membuat pihak pemerintah akhirnya mengalihkan sementara

anggaran yang awalnya diperuntukkan untuk pengadaan tanah

RTH Bundaran Dolog ke proyek RTH yang lain yang mana secara

progress lebih banyak kemajuan daripada di bundaran dolog.

Meyakinkan 1 orang pemilik tanah saja membutuhkan waktu yang

lama, apalagi untuk meyakinkan keseluruhan warga yang berada di

bundaran dolog tersebut. Sampai saat ini pun proyek pembebasan

lahan di bundaran dolog masih belum kembali dijalankan

dikarenakan masih menunggu kembali dianggarkannya dana guna

proses pengadaan tanah ini.39

Seharusnya, sebagaimana pemberian anggaran yang nantinya

akan ditujukan guna proses pelaksanaan pengadaan tanah tidak

dialihkan lagi oleh pihak pemkot, karena di dalam peraturan

perundang-undangan telah dijelaskan mengenai pemberian

anggaran bagi program kerja pemerintah daerah yang nantinya

akan dipertanggung jawabkan sehingga apapun yang terjadi di

dalam pelaksanaan proyek pembebasan lahan tersebut, anggaran

yang telah dipersiapkan tetap diperuntukkan untuk proyek yang

sama bukan dialihkan kepada proyek lainnya yang lebih

memperlihatkan adanya kemajuan.

39 Ibid.,

Page 72: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

57

2. Pemilik lahan masih belum menerima tawaran harga dari pihak

appraisal

Sebuah tanah/lahan yang akan diberikan ganti kerugian oleh

pihak pemerintah / instansi yang memerlukan tanah pasti

diperhitungkan nilai nya sesuai dengan faktor-faktor tertentu,

seperti :

a. Letak atau posisi kedudukan tanah

Letak atau posisi kedudukan tanah menjadi salah satu factor

yang mempengaruhi dikarenakan apabila lokasi tanah tidak

strategis dan susah untuk dikembangkan kembali, maka bisa

saja nilai tanah yang ditawarkan akan berada di bawah harga

pasar atau harga NJOP yang ada. Hal ini terjadi di tanah warga

yang tinggal di bundaran dolog. Nilai yang ditawarkan pihak

appraisal kepada warga bahkan berada di bawah nilai NJOP

tanah yang ada dan hal ini terjadi dikarenakan tanah yang berada

di bundaran dolog tersebut sudah tidak bisa dialihfungsikan lagi

ke pembangunan lain kecuali untuk pembangunan RTH. Letak

tanah yang berada di dalam bundaran membuat fungsi dari tanah

itu sendiri tidak bisa dialihkan ke pembangunan lain kecuali

untuk taman kota.

b. Bukti kepemilikan

Masyarakat yang tinggal di area tersebut memiliki berbagai

macam bukti kepemilikan atas lahan masing-masing. Tidak

Page 73: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

58

semua memiliki bukti kepemilikan yang berupa SHM (Sertifikat

Hak Milik) yang dikeluarkan oleh pihak BPN (Badan

Pertanahan Nasional) setempat sehingga hal ini lah yang juga

bisa mempengaruhi menurunnya harga sebuah tanah.

3. Status kepemilikan tanah

Kepemilikan tanah juga berpengaruh besar, karena seperti yang

diketahui bahwa kepemilikan tanah dengan hak milik selalu

memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan hak-hak

lain. Memiliki bukti kepemilikan seperti Sertifikat Hak Milik

(SHM) biasanya juga mempengaruhi, namun keberagaman

kepemilikan tanah yang ada di bundaran dolog menjadi factor yang

juga mempengaruhi nilai tanah itu sendiri. Beberapa dari warga

memang sudah ada yang memiliki SHM, namun beberapa lainnya

masih berupa Akta Jual Beli (AJB), Surat Perjanjian Jual Beli

Rumah/Tanah, serta Surat Pernyataan Kepemilikan Bangunan

yang Berdiri diatas Tanah Negara inilah yang membuat nilai

terhadap tanah bisa menurun. Tim appraisal dari pihak pemkot

telah memberikan perhitungan terhadap tanah masing-masing

warga yang mana disesuaikan perhitungannya sesuai dengan

kepemilikan tanah yang ada. Keanekaragaman kepemilikan inilah

yang bisa membuat harga tiap tanah warga bundaran dolog berbeda

karena nantinya proses pengalihan kepemilikannya akan memiliki

Page 74: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

59

proses yang berbeda-beda tergantung jenis bukti kepemilikan

masing-masing.

Faktor-faktor tersebut yang dapat mempengaruhi proses

pelaksanaan pembebasan lahan yang bersangkutan. Tidak semua

pihak merasa bahwa apa yang ditawarkan dari pihak pemkot kurang

adil, namun mereka hanya masih memikirkan mengapa harga tanah

yang ditawarkan oleh pihak appraisal bahkan lebih rendah dari harga

NJOP tanah mereka. Namun, pihak appraisal telah menjelaskan

secara lengkap dan jelas mengenai keputusan mereka menawarkan

harga yang berada di bawah nilai NJOP dan harga tanah yang berada

di jalan frontage sisi barat serta frontage sisi timur dari bundaran dolog

itu sendiri dengan berpatokan pada Peraturan Kepala BPN No. 5

Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah

yang dijelaskan di dalam pasal 23,

“penilai bertugas melakukan penilaian besarnya ganti kerugian

bidang per bidang tanah meliputi : a. tanah, b. ruang atas tanah

dan bawah tanah, c. bangunan, d. tanaman, e. benda yang

berkaitan dengan tanah, f. kerugian lain yang dapat dinilai”

Besarnya nilai ganti kerugian yang ditawarkan oleh pihak appraisal

memang sudah disesuaikan dengan pengaturan penilaian ganti

kerugian yang berlaku sehingga nilai berapa pun yang ditawarkan

memang sudah dihitung terlebih dahulu dan disesuaikan.

Page 75: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

60

2. Solusi Penyelesaian Pembebasan Lahan di Bundaran Dolog

1. Tidak mengalihkan anggaran yang telah disiapkan

Anggaran yang telah disediakan seharusnya tidak dialihkan

sehingga proses pembebasan bisa tetap diusahakan oleh pihak

DPBT walaupun memang membutuhkan waktu yang lebih lama

namun alangkah lebih baik membiarkan proses tetap berjalan

agar bisa segera dilaksanakan proyek RTH yang telah

direncanakan sebelumnya.

2. Tim appraisal dapat lebih memberikan penjelasan kepada

warga akan factor yang mempengaruhi nilai tanah mereka

Kesabaran pihak appraisal untuk lebih memberikan pengertian

kepada warga mengenai nilai tanah mereka yang dihargai lebih

rendah dari NJOP memang harus selalu diutamakan. Tidak

semua warga mengerti akan kondisi nyata yang mereka hadapi,

letak tanah yang berada di dalam bundaran membuat tanah

mereka tidak bisa lagi dipergunakan untuk kegiatan sehari-hari

seperti salah satunya ialah dialihkan dengan pembangunan di

sector bisnis/perdagangan seperti pertokoan, pusat perbelanjaan

atau lainnya. Hanya satu fungsi yang bisa dialihkan dari

pemukiman warga yaitu menjadi RTH sehingga inilah yang

membuat nilai ekonomis dari suatu tanah berkurang di tambah

dengan factor di lapangan. Salah satunya dengan bernegosiasi

mengenai harga penawaran nilai tanah yang ditawarkan oleh

Page 76: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

61

pihak appraisal pemkot kepada warga. Warga tidak menuntut

harga yang tinggi, namun setidaknya bisa sedikit melebihi

NJOP yang ada sedangkan pada awalnya tim appraisal pemkot

telah menjelaskan mengapa nilai tanah mereka bisa berada di

bawah NJOP yang ada. Namun akan lebih baik pula bila warga

bisa mengerti dengan situasi tersebut dan membantu

memudahkan proses pengadaan tanah yang akan dilakukan

pihak pemkot Surabaya.

3. Seharusnya kepemilikan tanah tersebut dapat berupa SHM guna

memudahkan kepengurusan

Bukti kepemilikan juga menjadi factor yang penting, karena

seperti diketahui bahwa SHM merupakan bukti yang

dikeluarkan oleh lembaga pertanahan yang menjamin si pemilik

adalah benar-benar pemilik yang sah tanpa harus diteliti

bagaimana si pemilik mendapatkan tanah tersebut sebelumnya,

dan di dalam praktek mengalihkan tanah dengan kepemilikan

SHM terbukti lebih mudah dan cepat dibandingkan dengan

bukti kepemilikan lainnya, apalagi diketahui bahwa beberapa

warga yang tinggal di bundaran dolog tersebut menempati tanah

negara, sehingga bisa saja nanti untuk proses ganti kerugian,

para warga yang menempati tanah negara tersebut mendapatkan

harga atas bangunan saja yang bisa saja lebih rendah

dibandingkan dengan warga yang memiliki bukti kepemilikan

Page 77: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

62

lainnya. Sesuai dengan bunyi pasal 20 UU No. 5 Tahun 1960

tentang UUPA, bahwa hak milik merupakan hak terkuat dari

hak atas tanah yang lainnya, inilah yang membuat bukti

kepemilikan berupa SHM lebih berpeluang untuk diberikan

nilai yang lebih tinggi daripada bukti kepemilikan lainya.

Pembebasan lahan memang bukanlah hal yang mudah untuk

dilakukan oleh pihak manapun, tidak terkecuali oleh pihak pemkot itu

sendiri. Meminta agar warga yang telah mendiami rumah mereka

untuk pindah ke tempat lain bukanlah hal yang mudah namun hal

tersebut dilakukan guna menjaga keselamatan para warga serta

mengembalikan fungsi lahan yang seharusnya bisa dijadikan sebagai

RTH. Memberikan solusi agar proyek pembebasan lahan tersebut

dapat terlaksana tidak hanya menguntungkan pihak pemkot saja agar

proyek nya dapat dilaksanakan, namun juga menguntungkan pihak

warga yang tinggal di lahan tersebut. Tidak menutup kemungkinan

bahwa warga memang menginginkan harga yang sedikit berada di atas

NJOP dikarenakan nantinya mereka akan mulai mencari tempat

tinggal yang baru, di lingkungan yang baru dan dengan kebutuhan

yang baru pula. Memulai untuk menjalani kehidupan seperti biasa di

lingkungan yang baru bukan hanya membutuhkan kesiapan pada

tempat tinggal saja, namun juga biaya yang nantinya akan dikeluarkan

guna menyambung kehidupan yang selanjutnya.

Page 78: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

63

Proyek bundaran dolog ini memang termasuk dalam kategori

pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum karena

peruntukkannya ditujukan kepada masyarakat umum, mengubah wajah

pemukiman bundaran dolog menjadi kawasan RTH dan guna pelebaran

jalan dilakukan agar selain memberikan sedikit ruang bagi pengguna

kendaraan di area jalan ahmad yani tersebut, RTH yang nantinya jadi akan

menambah indah kawasan yang setiap saat terjadi kemacetan tersebut.

Kepemilikan tanah yang sebagian memang beralas hak milik dan sebagian

lagi merupakan tanah negara apabila pembangunan yang akan dilakukan

untuk kepentingan umum, maka bagi masyarakat yang berada di area

proyek tersebut harus menyerahkan lahan mereka kepada pemerintah.

Sesuai dengan teori hak menguasai negara yang telah disebutkan di dalam

UUPA, dimana negara bukan sebagai pemilik privat dari lahan tersebut

namun negara berhak untuk mengatur penggunaan lahan yang dalam

proyek ini akan diperuntukkan ke dalam pembangunan untuk kepentingan

umum. Dimana bumi, air dan kekayaan yang terkandung didalamnya

dikuasai oleh negara serta dipergunakan sebesar-besarnya kemakmuran

rakyat, yang mana negara sebagai badan hukum publik yang dapat

mempunyai hak dan kewajiban seperti manusia biasa dan diperintahkan

untuk mempergunakan bagi kemakmuran rakyat.40 Negara berhak untuk

memperoleh kembali lahan yang telah dimiliki secara privat oleh

masyarakat apabila nantinya lahan tersebut memang akan dipergunakan

40 Winahyu Erwiningsih, Hak Menguasai Negara atas Tanah, Yogyakarta, Total Media,

2009, hlmn.3

Page 79: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

64

sebagai pembangunan yang akan diberikan kepada masyarakat umum

tanpa dipergunakan secara pribadi.

Pembangunan untuk kepentingan umum itu sendiri merupakan

pembangunan yang dilakukan dan dimiliki pemerintah namun tidak

ditujukan untuk mencari keuntungan semata, pembangunan ini dilakukan

memang diberikan kepada masyarakat umum agar semua pihak bisa

menggunakannya. Pembangunan untuk kepentingan umum itu sendiri

terdiri dari pembangunan pertahanan dan keamanan, pembangunan jalan

umum, jalan tol, terowongan, jalur kereta api, stasiun kereta api, dan

fasilitas operasi kereta api, pembangunan waduk, bendungan, bendung

irigasi, saluran air minum, saluran pembuangan air dan sanitasi, dan

bangunan pengairan lain, pembangunan pelabuhan, bandar udara dan

terminal, pembangunan infrastruktur minyak, gas dan panas bumi,

pembangunan pembangkit, transmisi, gardu, jaringan dan distribusi tenaga

listrik, pembangunan jaringan telekomunikasi dan informatika

pemerintah, pembangunan tempat pembuangan dan pengelolaan sampah,

pembangunan rumah sakit pemerintah/pemerintah daerah, pembangunan

fasilitas keselamatan umum, pembangunan tempat pemakaman umum,

pembangunan fasilitas sosial, fasilitas umum dan RTH (Ruang Terbuka

Hiaju) publik, pembangunan cagar alam dan cagar budaya, pembangunan

kantor pemerintah/pemerintah daerah, pembangunan penataan

pemukiman kumuh perkotaan dan perumahan masyarakat berpenghasilan

rendah, pembangunan prasarana Pendidikan atau sekolah

Page 80: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

65

pemerintah/pemerintah daerah, pembangunan prasarana olahraga, serta

pembangunan pasar umum dan lapangan parkir umum.

Proyek bundaran dolog ini termasuk ke dalam pembangunan untuk

RTH yang nantinya bisa dinikmati oleh masyarakat sehari-hari, yang mana

dijelaskan di dalam pasal 10 UU No. 2 Tahun 2012 huruf l yang

menyebutkan mengenai pembangunan RTH (Ruang Terbuka Hijau).

Nantinya, setelah proses pengadaan tanah ini telah dilakukan dengan

prinsip musyawarah mufakat dan para pemilik lahan telah menyetujui,

maka akan dilakukan pelepasan hak atas tanah dan pencabutan hak atas

tanah oleh pihak negara dan akan diberikan ganti kerugian yang layak dan

sesuai undang-undang. Hingga nantinya, para pemilik tanah akan

melepaskan hak atas tanahnya untuk kepentingan umum dan diserahkan

kembali kepada negara dengan sukarela. Kegiatan pelepasan hak ini

dilakukan agar tanah dapat dipergunakan untuk pembangunan kepentingan

umum. Pelepasan hak secara sukarela ini dilakukan dengan persetujuan

dari pemilik tanah dan apabila ada pemilik yang tidak setuju maka akan

diberikan ganti rugi sesuai dengan ketentuan undang-undang. Dimana

pelepasan hak atas tanah yang dilakukan tidak hanya ada pertimbangan

ganti kerugian yang akan diberikan namun juga melihat maksud dan tujuan

yang bukan sekedar kepentingan individu saja melainkan kepentingan

umum. Proyek pengadaan tanah di bundaran dolog itu sendiri pun telah

mengikuti keseluruhan ketentuan undang-undang dengan melakukan

setiap tahapan pengadaan tanah yang ada hingga nantinya akan diberikan

ganti kerugian kepada masyarakat yang memiliki lahan di bundaran dolog

Page 81: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

66

tersebut agar dapat menyerahkan lahannya untuk pembangunan RTH.

Pelepasan hak atas tanah yang dimiliki oleh para warga akan dialihkan

kepemilikannya kepada pihak pemkot Surabaya guna memudahkan

proyek pengadaan tanah dilaksanakan tanpa ada terjadi hal yang tidak

diinginakan setelahnya. Dengan pelepasan hak atas tanah yang akan

dilakukan oleh warga, maka pihak pemkot bisa segera memulai

melaksanakan proyek mengubah wajah pemukiman bundaran dolog

menjadi RTH publik yang indah untuk dinikmati setiap masyarakat yang

melewati.

Pencabutan hak atas tanah dilakukan oleh pemerintah dilakukan

karena kegunaan tanah memang untuk kepentingan umum, dimana

kepentingan umum dimaksudkan ialah kepentingan yang merupakan

kepentingan bangsa dan negara serta masyarakat dan digunakan sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat, lokasi tanah yang diperlukan memang akan

dilakukan pembangunan yang harus diwujudkan oleh pemerintah guna

kemakmuran rakyat, serta masyarakat yang bersangkutan bersama dengan

pemerintah telah bersepakat dengan musyawarah agar melepaskan

tanahnya. Dijelaskan di dalam UU No. 20 Tahun 1961 pasal 141 bahwa

sebelum presiden mengeluarkan putusan mengenai tanah yang akan

dicabut hak nya, terlebih dahulu harus dimohonkan kepada yang

41 “untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan bangsa dan negara serta kepentingan

bersama rakyat, demikian pula kepentingan pembangunan, maka presiden dalam keadaan memaksa

setelah mendengar Menteri agraria, kehakiman dan meneteri yang bersangkutan dapat mencabut

hak-hak atas tanah dan benda-benda yang ada di atasnya”

Page 82: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

67

berkepentingan. Pasal 18 UUPA42 mengatakan bahwa pencabutan hak atas

tanah dapat dilakukan apabila memenuhi persyaratan yaitu, pencabutan

hak atas hanya dapat dilakukan bila kepentingan umum menghendakinya

sehingga unsur kepentingan umum di sini harus jelas, pencabutan hak

hanya dapat dilakukan oleh pihak yang berwenang menurut tata cara yang

telah ditentukan serta pencabutan hak atas tanah harus dengan ganti

kerugian yang layak. Apabila pencabutan tanah tersebut dilakukan tanpa

mengindahkan persyaratan yang ada maka perbuatan tersebut akan

tergolong ke dalam perbuatan melanggar hukum. Prosedur pencabutan hak

atas tanah itu sendiri diatur didalam UU No. 20 Tahun 1961 yang terdiri

dari:

1. Dengan acara biasa

Pada pasal 2 ayat 2 UU No.20 Tahun 1961 disebutkan bahwa:

a. Rencana peruntukkannya dan alasannya, bahwa untuk

kepentingan umum harus dilakukan pencabutan hak itu

b. Keterangan tentang nama yang berhak serta letak, luas dan

macam hak dari tanah yang akan dicabut haknya serta benda-

benda yang bersangkutan

c. Rencana pembangunan orang-orang yang haknya akan dicabut

itu dan juga orang-orang yang menggarap tanah atau

menempati rumah yang bersangkutan

42 “untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan bersama dari rakyat hak-hak atas tanah

dapat dicabut dengan memberi ganti kerugian yang layak dan menurut cara yang datur dengan

undang-undang”

Page 83: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

68

2. Dengan acara luar biasa

Dalam keadaan mendesak, pencabutan hak atas tanah dapat

dilakukan dengan acara khusus memungkingkan dilakukan secara

lebih cepat, dimana:

a. Apabila dalam keadaan mendesak, yang memerlukan

penguasaan tanah dan/atau benda-benda yang bersangkutan

dengan segera, atas permintaan yang berkepentingan kepala

inspeksi agrarian menyampaikan permintaan untuk melakukan

pencabutan hak tanpa disertai taksiran ganti kerugian

b. Dalam hal tersebut, maka Menteri agraria bisa mengeluarkan

surat keputusan yang memberi perkenaan pada yang

berkepentingan untuk menguasai tanah dan/atau benda yang

terkait, dan keputusan akan segera diikuti dengan keputusan

presiden mengenai dikabulkannya atau ditolaknya pencabutan

itu

c. Jika telah dilakukan penguasaan dan permintaan tidak

dikabulkan maka yang berkepentingan harus mengembalikan

dalam keadaan semula dan/atau memberi ganti kerugian yang

sepadan kepada yang memiliki hak.

Area bundaran dolog yang akan dipergunakan pembangunan RTH

tersebut termasuk dalam pengadaan tanah skala kecil, dimana merupakan

pengadaan tanah (kegiatan menyediakan tanah dengan memberi ganti

kerugian yang layak serta adil kepada pihak yang berhak) yang dilakukan

Page 84: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

69

oleh instansi yang memerlukan tanah dengan luas yang ± 5 hektar atau

lahan yang tidak terlalu besar. Pengadaan tanah skala kecil yang dilakukan

pihak pemkot tersebut sebenarnya sempat terkendala dengan diawali

adanya peraturan yang diatur berbeda. Dimana Perpres No.148 Tahun

2015 mengatakan bahwa pengadaan tanah yang mana luasnya tidak lebih

dari 5 hektar tidak diperlukan kembali penetapan lokasi sedangkan Perpres

merupakan peraturan pelaksana dari Undang-Undang yang berada

diatasnya, yaitu dimana Prepres No.148 Tahun 2015 merupakan peraturan

pelaksana dari UU No. 2 Tahun 2012 yang menyebutkan bahwa setiap

pengadaan tanah wajib memohonkan penetapan lokasi kepada gubernur.

Perbedaan dalam pengaturan inilah yang awalnya sempat membuat

proyek pihak pemkot Surabaya di bundaran dolog sedikit terhambat,

namun pihak pemkot tetap memutuskan untuk memohonkan penetapan

lokasi kepada gubernur jawa timur untuk menetapan penetapan lokasi

terhadap bundaran dolog Surabaya. Dalam hal ini, kepastian hukum yang

diperoleh dalam pengadaan tanah skala kecil di bundaran dolog terlihat

dengan pihak pemkot tetap mengikuti ketentuan UU No.2 Tahun 2012

dikarenakan bahwa penetapan lokasi akan menjadi alas hak guna

membebaskan lahan masyarakat yang berada di area bundaran dolog

tersebut. Menurut Gustav Radbruch yang mengatakan bahwa

“pertama, bahwa hukum itu positif, artinya bahwa hukum positif itu

adalah perundang-undangan. Kedua, bahwa hukum itu didasarkan pada

fakta, artinya didasarkan pada kenyataan. Ketiga, bahwa fakta harus

dirumuskan dengan cara yang jelas sehingga menghindari kekeliruan

dalam pemaknaan, disamping mudah dilaksanakan. Keempat, hukum

positif tidak boleh mudah diubah.”

Page 85: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

70

Pandangan ini menyimpulkan bahwa hukum harus positif yang

mengatur kepentingan masyarakat harus dipatuhi dan ditaati sekalipun

terkadang dirasa kurang adil. Namun, dalam proyek bundaran dolog

tersebut, rasa kurang adil tidak terlihat dikarenakan penetapan lokasi yang

dimohonkan kepada gubernur dan dengan adanya musyarawah yang

dilakukan antara pihak pemkot Surabaya dengan pihak masyarakat yang

berada di lokasi tersebut, masyarakat dapat menerima dan dengan ganti

kerugian yang telah ditawarkan, masyarakat dapat memberikan lahan

mereka untuk pembangunan kepentingan umum berupa RTH.

Kepastian hukum dari proyek pemkot Surabaya ini telah jelas

dikarenakan mereka masih mengutamakan permohonan keputusan

penetapan lokasi guna melaksanakan proyek yang ada tanpa bertindak

terlebih dahulu sebelum surat keputusan diberlakukan karena nantinya,

surat penetapan lokasi tersebut dapat menjadi bukti yang bisa ditunjukkan

kepada masyarakat mengenai rencana proyek yang akan dilaksanakan di

area pemukiman mereka. Kepastian hukum yang di dapatkan ialah pihak

pemkot tetap melaksanakan ketentuan penetapan lokasi kepada pihak

gubernur sesuai dengan ketentuan di dalam UU No. 2 Tahun 2012 yang

nantinya surat keputusan penetapan lokasi tersebut akan dijadikan sebagai

alas hak pembebasan lahan warga yang berada di bundaran dolog tersebut.

Hingga akhirnya Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor

188/247/KPTS/013/2016 tentang Penetapan Lokasi Pembangunan

Frontage Road Jalan Ahmad Yani Sisi Barat (Bundaran Dolog) Kota

Surabaya-Jawa Timur diberlakukan. Dengan adanya keputusan penetapan

Page 86: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

71

lokasi ini, maka segala yang akan dilakukan oleh pihak pemkot untuk

melaksanakan proses pengadaan tanah akan lebih aman dan terlindungi

karena apa yang akan mereka lakukan di bundaran dolog tersebut telah

mendapatkan perlindungan hukum berupa terbitnya keputusan gubernur

tersebut.

Dari keseluruhan proses pengadaan tanah yang dilakukan, peran serta

masyarakat juga diperhatikan. Dalam UU No. 2 Tahun 2012, dijelaskan

mengenai hak, kewajiban dan peran serta masyarakat dimana dalam pasal

55 menyebutkan mengenai hak masyarakat yang berhak untuk mengetahui

rencana penyelenggaraan pengadaan tanah dan berhak memperoleh

informasi mengenai pengadaan tanah yang akan dilakukan. Di pasal 56,

kewajiban masyarakat berupa wajib mematuhi keseluruhan ketentuan dari

pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum yang

nantinya akan dilakukan di area mereka, dan dalam pasal 57, masyarakat

dapat berperan serta untuk memberikan masukan baik secara lisan maupun

tertulis mengenai pengadaan tanah serta memberikan support dalam

penyelenggaraan pengadaan tanah. Bagi masyarakat yang tinggal di

bundaran dolog tersebut, dari apa yang telah disebutkan di dalam UU No.

2 Tahun 2012 tersebut telah dipenuhi dengan baik. Sejauh ini, pihak

masyarakat sangat membantu dan kooperatif dengan rencana pemkot

untuk mengubah wajah pemukiman mereka menjadi RTH publik yang

lebih indah dan bermanfaat. Walaupun memang masyarakat masih sedikit

berberat hati mengenai harga tanah mereka, namun mereka tidak sama

sekali mempersulit proses pengadaan tanah yang dilakukan, bahkan sejak

Page 87: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

72

dimulai dari tahapan perencanaan dimana diawali dengan pihak pemkot

yang mengunjungi mereka guna melihat kondis yang sebenarnya, warga

sangat terbuka dan menyambut perwakilan dari pihak pemkot.

Page 88: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

73

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pelaksanaan pembebasan lahan yang dilakukan di area Bundaran

Dolog Surabaya ini dilakukan dengan tetap menggunakan

penetapan lokasi sebagai dasar guna membebaskan lahan

masyarakat yang berada di sana, yang mana diketahui bahwa luas

lahan yang akan dibebaskan kurang dari 5 hektar atau dapat disebut

dengan pengadaan tanah skala kecil yang dijelaskan dalam Perpres

No. 148 Tahun 2015 dimana pengadaan tanah yang luasnya tidak

lebih dari 5 hektar tidak memerlukan penetapan lokasi, namun

pihak pemkot sendiri memutuskan untuk tetap berpedoman pada

UU No. 2 Tahun 2012 yang menyebutkan bahwa setiap pengadaan

tanah wajib meminta penetapan kepada pihak gubernur atau

walikota setempat guna mengeluarkan surat penetapan lokasi

tersebut agar dapat dijadikan alas hak pembebasan lahan yang

dapat ditunjukkan kepada masyarakat.

Page 89: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

74

2. Hambatan yang terjadi selama proses pembebasan lahan di

bundaran dolog ini terdiri dari 3 hambatan yang berupa:

a. tidak adanya anggaran yang dikhususkan untuk pelaksanaan

pengadaan tanah khusus area Bundaran Dolog yang akan diubah

sebagai RTH,

b. masyarakat yang masih belum menerima tawaran harga dari

appraisal dikarenakan harga yang ditawarkan berada di bawah

harga NJOP dan harga lahan yang berada di area jalan frontage

sisi barat serta frontage sisi timur yang harga nya jauh lebih

tinggi, dan

c. bukti kepemilikan yang masih beragam sehingga menyulitkan

pihak pemkot untuk mengetahui pemilik asli nya yang nantinya

kepemilikan atas lahan tersebut akan dialihkan kepada pihak

pemkot.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka saran yang dapat

diberikan berupa;

1. Kepada pihak pemkot khususnya, di dalam pelaksanaan pengadaan

tanah dalam proyek pembebasan lahan di Bundaran Dolog

Surabaya seharusnya pihak pemkot bisa untuk tidak mengalihkan

anggaran yang telah dikhususkan guna pembebasan lahan sehingga

proses pembebasan lahan dapat terus dilakukan agar proyek RTH

dapat segera dikerjakan oleh pihak pemkot Surabaya dan tetap

Page 90: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

75

mengusahakan kepada masyarakat untuk tetap menyetujui

penawaran appraisal guna kehidupan para masayarakat yang lebih

baik.

2. Kepada masyarakat, yang mana masih enggan untuk menyetujui

penawaran pihak pemkot guna mengganti kerugian terhadap lahan

mereka yang seharusnya pihak masyarakat ikut berpartisipasi

dalam proyek pemerintah daerah yang nantinya akan berdampak

kepada kehidupan mereka di waktu mendatang sehingga proyek

yang telah direncanakan dapat segera diselesaikan untuk

menunjang tidak hanya kebutuhan akan RTH yang semakin

berkurang, namun juga keselamatan serta kesejahteraan kehidupan

warga yang masih berada di dalam bundaran dolog itu sendiri.

Page 91: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

76

DAFTAR PUSTAKA

Buku

AA. Oka Mahendra, Menguak Masalah Hukum, Demokrasi, dan

Pertanahan, Jakarta, Sinar Harapan, 1996

Achmad Rubaie, Hukum Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum,

Malang, Bayumedia, 2007.

Adrian Sutedi, Implementasi Prinsip Kepentingan Umum, Jakarta, Sinar

Grafika, 2007.

Andy Hartanto, Hukum Pertanahan Karakteristik Jual Beli Tanah yang

Belum Terdaftar Hak Atas Tanahnya, Surabaya, LaksBang Justitia

Surabaya, 2014.

Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia (Sejarah Pembentukan

Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya) Jilid 1

Hukum Tanah Nasional Cetakan keduabelas, Jakarta, Penerbit

Djambatan, 2008.

Effendi Perangin, Hukum Agraria Indonesia, Jakarta, Rajawali, 1991

H. Mustofa dan Suratman, Penggunaan Hak Atas Tanah untuk Industri,

Jakarta, Sinar Grafika, 2013.

John Salindeho, Masalah Tanah dalam Pembangunan, Jakarta, Sinar

Grafika, 1988.

Maria S.W. Sumardjono, Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi dan

Implementasi, Jakarta, Kompas, 2005.

Maria S.W. Sumardjono, Tanah Dalam Perspektif Hak Ekonomi Sosial

Dan Budaya, Jakarta, Kompas, 2008.

Marsisingarimbun dan Sofian Efendi (ed), Metode Penelitian Survei,

Jakarta, LP3ES, 1989

Page 92: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

77

Mudakir Iskandar Syah, Pembebasan Tanah Untuk Pembangunan

Kepentingan Umum (Upaya Hukum Masyarakat yang Terkena

Pembebasan dan Pencabutan Hak), Jakarta, Permata Aksara, 2015.

Muhammad Bakri, Hak Menguasai Tanah Oleh Negara (Paradigma

Baru Untuk Reforma Agraria), Malang, UB Press, 2011.

Oloan Sitorus, Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum,

Yogyakarta, Mitra Kebijakan Tanah Indonesia, 2004

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI-Press,

2014

Supriadi, Hukum Agraria, Jakarta, Sinar Grafika, 2007

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung,

CV Alfabeta, 2011

Umar Said Sugiharto, Suratman, Noorhudha Muchsin Hukum Pengadaan

Tanah (Pengadaan Hak Atas Tanah Untuk Kepentingan Umum

Pra dan Pasca Reformasi), Malang, Setara Press, 2015

Urip Santoso, Hukum Agraria Kajian Komprehensif, Jakarta, PT.

Kharisma Putra Utama, 2012

Van Apeldoom, Pengantar Ilmu Hukum, Cetakan Kedua Puluh Empat,

Jakarta, Pradnya Paramita, 1990

Winahyu Erwiningsih, Hak Menguasai Negara atas Tanah, Yogyakarta,

Total Media, 2009

Yul Ernis, Pelaksanaan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk

Kepentingan Umum, Jakarta, 2015

Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Sinar Grafika, 2013.

Jurnal Ilmiah

Achmad Wirabrata dan T. Ade Surya, Masalah Kebijakan dalam

Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Infrastruktur.

Page 93: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

78

Bayu Seno Aji, Pembatasan Hak Menguasai Negara Atas Tanah Dalam

Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum oleh Pemerintah

(Studi di Kecamatan Cakranegara), Fakultas Hukum, Universitas

Mataram.

Christiana Tri Budhayati, Kriteria Kepentingan Umum Dalam Peraturan

Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Pembangunan di

Indonesia.

Imam Koeswahyono, Melacak Dasar Konstitusional Pengadaan Tanah

Untuk Kepentingan Pembangunan Bagi Umum, Artikel, 2008.

Leonardo Simangunsong, Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Untuk

Kepentingan Umum (Tinjauah Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum), Universitas

Mulawarman, 2013.

Mukmin Zakie, Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum

(Perbandingan antara Malaysia dan Indonesia), Fakultas Hukum

Universitas Islam Indonesia.

Priska Yulita Raya, Kepentingan Umum Dalam Pengadaan Tanah Bagi

Pembangunan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun

2012 dalam Mewujudkan Kemanfaatan Hukum Bagi Masyarakat,

Universitas Atma Jaya, Jogjakarta.

Ulfia Hasanah, Implementasi Politik Hukum Dalam Pengadaan Tanah

Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, vol.

2 No. 1 Februari 2011.

Yanto Sufriadi, Penyebab Sengketa Pengadaan Tanah untuk

Kepentingan Umum (Studi Kasus Sengketa Pengadaan Tanah

untuk Kepentingan Umum di Bengkulu), Fakultas Hukum

Universitas Hazairin Bengkulu, 2011.

Internet

https://ngobrolinhukum.wordpress.com/2013/02/05/memahami-

kepastian-dalam-hukum/ diakses pada tanggal 1 April 2016, pukul

22.30 WIB.

Page 94: PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (Studi Kasus ...repository.ub.ac.id/9273/1/Putri, Jenuarani Artha Adinda.pdf · PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH SKALA KECIL (STUDI KASUS PENGADAAN

79

Undang-Undang

Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 2403)

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 22, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5280)

Peraturan Presiden Nomor 148 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat

Atas Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang

Penyelenggaran Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk

Kepentingan Umum

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 2012

tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah

Surat Keputusan Walikota Nomor 188.45/424/436. 1. 2/2011 tentang

Penetapan Lokasi Untuk Pelebaran Jalan A.Yani (Bundaran Dolog)

Seluas ± 5.039 m² di Kelurahan Gayungan Kecamatan Gayungan

Kota Surabaya.

Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 188/247/KPTS/013/2016

tentang Penetapan Lokasi Pembangunan Frontage Road Jalan

Ahmad Yani Sisi Barat (Bundaran Dolog) Kota Surabaya – Provinsi

Jawa Timur.