PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi...

142
PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI PEREMPUAN YANG LAHIR KURANG DARI ENAM BULAN (STUDI KASUS DI KUA KEC. BANJARSARI KOTA SURAKARTA) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Oleh : Adhika Rahman Nugroho 21110014 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM (HKI) FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN ) SALATIGA 2018

Transcript of PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi...

Page 1: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI PEREMPUAN YANG LAHIR

KURANG DARI ENAM BULAN

(STUDI KASUS DI KUA KEC. BANJARSARI KOTA SURAKARTA)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Hukum

Oleh :

Adhika Rahman Nugroho

21110014

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM (HKI)

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )

SALATIGA

2018

Page 2: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI PEREMPUAN YANG LAHIR

KURANG DARI ENAM BULAN

(STUDI KASUS DI KUA KEC. BANJARSARI KOTA SURAKARTA)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Hukum

Oleh :

Adhika Rahman Nugroho

21110014

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM (HKI)

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )

SALATIGA

2018

i

Page 3: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

ii

Page 4: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI PEREMPUAN YANG LAHIR

KURANG DARI ENAM BULAN

(STUDI KASUS DI KUA KEC. BANJARSARI KOTA SURAKARTA)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Hukum

Oleh :

Adhika Rahman Nugroho

21110014

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM (HKI)

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )

SALATIGA

2018

iii

Page 5: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan
Page 6: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan
Page 7: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan
Page 8: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

vii

MOTTO

Hidup ini seperti sepeda. Agar tetap seimbang,kau harus

terus bergerak

Page 9: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

Ibuku (Suparti) dan Bapakku (Mudzakir) sebagai wujud baktiku padanya,

yang senantiasa mencurahkan kasih sayang dan doanya.

Keluarga besarku yang selalu mendukung dan mendoakanku.

Sahabat – sahabatku yang selalu mendukung

Page 10: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun skripsi dengan judul

“Pelaksanaan Penentuan Wali Nikah Bagi Perempuan yang Lahir Kurang dari Enam Bulan di

KUA Kecamatan Banjarsari” ini dengan baik dan lancar.

Shalawat dan Salam semoga selalu terlimpahkan dan senantiasa penulis sanjungkan

kepada Rasulullah Muhammad Saw yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan

ilmu pengetahuan yang dapat menjadi bekal hidup kita di dunia dan akhirat kelak.

Suatu kebanggan tugas ini dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Bagi penulis,

penyusunan skripsi ini merupakan tugas yang tidak ringan. Penulis sadar banyak hambatan

yang menghadang dalam proses penyusunan skripsi ini, dikarenakan keterbatasan

kemampuan penulis sendiri. Kalaupun akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan, tentunya

karena beberapa pihak yang membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu

penulis ucapkan banyak terimakasih setulusnya kepada:

1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. selaku Dekan IAIN Salatiga Fakultas Syari’ah

3. Sukron Ma’mun, S. HI, M.Si., selaku Ketua Program Studi Hukum Keluarga Islam

IAIN Salatiga.

4. Heni Satar Nurhaida, M. Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan sabar dan

telah memberikan pengarahan sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini

Page 11: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

x

5. Segenap dosen Fakultas Syari’ah di IAIN Salatiga yang telah menyampaikan ilmu

dengan sabar dan ikhlas dalam proses belajar di kuliah.

6. Drs. Basir, selaku kepala KUA Kecamatan Banjarsari beserta staf-stafnya yang sudah

memberi izin dan membantu ketika melakukan penelitian di KUA Kecamatan

Banjarsari.

7. Orang tua tercinta Bapak Mudzakir dan Ibu Suparti yang dengan penuh kesabaran

dalam memberikan dorongan sehingga dapat terselesaikan skripsi ini dengan

sempurna.

8. Saudara kandung penulis Alfi Fajri Kusumadani yang sudah memberi motivasi dalam

penyusunan skripsi.

9. Sahabat-sahabatku yang tak dapat kusebutkan satu persatu yang telah membantu dan

memotivasi demi terselesaikannya penelitian skripsi ini.

Semoga amal kebaikan mereka telah di ridhoi oleh Allah SWT, Seiring do’a dan

ucapan terimakasih penulis mengharapkan tegur sapa, kritik, dan saran yang membangun

demi kesempurnaan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan bagi para

pembaca pada umumnya. Semoga Allah SWT memberikan ridha-Nya. Amin Ya Rabbal

Alamin.

Boyolali, 14 Desember 2017

Penulis

Page 12: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

xi

ABSTRAK Nugroho, Adhika Rahman. Pelaksanaan Penentuan Wali Nikah Bagi Perempuan

yang Lahir Kurang Dari Enam Bulan (Studi Kasus di KUA Kec. Banjarsari Kota Surakarta). Skripsi. Fakultas Syari’ah. Jurusan Hukum Keluarga Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing Heni Satar Nurhaida, M.Si.

Kata Kunci: Penentuan Wali Nikah, Perempuan Yang Lahir Kurang Dari Enam Bulan, KUA Kecamatan Banjarsari

Perwalian dalam perkawinan merupakan merupakan sesuatu yang sangat penting. Karena keberadaan seorang wali sangat menentukan sah atau tidaknya sebuah pernikahan. Wali dalam perkawinan ini terbagi menjadi dua macam yaitu wali nasab dan wali hakim. Perwalian dalam perkawinan ini tidak dapat dipisahkan dengan masalah nasab atau keturunan, karena dengan perkawinan yang sah bertujuan untuk menjaga nasab yang baik, teratur dan tidak terputus.

Masalah nasab ini berarti juga membicarakan mengenai anak sah dan anak tidak sah. Seluruh madzhab fiqih sepakat bahwa batas minimal usia kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan, ini terdapat beberapa hal yang tidak sejalan dengan ketentuan anak sah menurut Undang-undang Perkawinan maupun KHI, yang nantinya akan berpengaruh terhadap proses penentuan status wali nikah bagi anak atau calon mempelai perempuan yang dimana pihak KUA memiliki wewenang terhadap permasalahan tersebut. Berlatarbelakang dari masalah tersebut penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh bagaimana pelaksanaan penentuan wali nikah bagi perempuan yang lahir kurang dari 6 bulan. Penulis memilih KUA Kecamatan Banjarsari sebagai tempat penelitian.

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif. Penulis mengambil lokasi di KUA Kecamatan Banjarsari Surakarta sebagai tempat penelitian. Dengan objek kajian adalah pada permasalahan bagaimanakah pelaksanaan penentuan wali nikah bagi perempuan yang lahir kurang dari 6 bulan di KUA dan dasar hukum yang di gunakan oleh KUA Kecamatan Banjarsari Surakarta. Analisis yang digunakan adalah deskriptif analisis. Dalam analisis ini penulis akan mendeskripsikan tentang pelaksanaan penentuan wali nikah bagi perempuan yang lahir kurang dari 6 bulan, dan menganalisis dasar hukum yang digunakan oleh KUA Kecamatan Banjarsari Surakarta.

Hasil dari penelitian ini adalah bahwa pelaksanaan penentuan wali nikah bagi perempuan yang lahir kurang dari 6 bulan di KUA Kecamatan Banjarsari tidak mempunyai dasar hukum yang kuat. Karena sampai saat ini Kementerian Agama belum pernah memberikan petunjuk untuk menanyakan status anak perempuan sulung yang akan menikah, untuk diperiksa akta kelahirannya dan juga memeriksa buku pernikahan orang tuanya untuk mengetahui asul usul anak tersebut, dan untuk menetukan wali. Karena status anak sudah diatur dalam UUP No 1 tahun 1974 pasal 42 dan KHI pasal 99 (a). Dan dasar hukum yang digunakan oleh KUA Kecamatan Banjarsari tidak sesuai dengan Undang- undang yang berlaku, karena KUA Kecamatan Banjarsari dalam pelaksanaan penentuan wali nikah bagi perempuan yang lahir kurang dari 6 bulan menggunakan dasar fiqih.

Page 13: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………….. i

LEMBAR BERLOGO ……………………………………………………………….. ii

JUDUL ……………………………………………………………………………….. iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………………………………………. iv

PENGESAHAN KELULUSAN ……………………………………………………… v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ……………………………. vi

MOTTO ……………………………………………………………………………….. vii

PERSEMBAHAN …………………………………………………………………….. viii

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………… ix

ABSTRAK ……………………………………………………………………………. xi

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………….. xii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1

B.

Rumusan Masalah ..................................................................................

4

C.

Tujuan Penelitian ...................................................................................

4

D.

Manfaat Penelitian .................................................................................

5

E.

Penegasan Istilah....................................................................................

5

F.

Tinjauan Pustaka ....................................................................................

7

G.

Metode Penelitian ..................................................................................

9

H.

Sistematika Penulisan.............................................................................

12

xii

Page 14: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

A. Perwalian ............................................................................................... 14

B.

Wali Nikah.............................................................................................

35

C.

Asal Usul Anak ......................................................................................

47

D.

Kedudukan Anak Yang Lahir Kurang Dari Enam Bulan.........................

54

E.

Kawin Hamil..........................................................................................

60

BAB III : HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum KUA Kecamatan Banjarsari ...................................... 63

B.

Struktur Organisasi KUA Kecamatan Banjarsari ....................................

68

C.

Tugas Dan Fungsi Pokok KUA Kecamatan Banjarsari ...........................

68

D.

Tugas Kepala KUA Kecamatan Banjarsari Surakarta .............................

70

E.

Program Kerja Dan Realisasi..................................................................

70

F.

Penentuan Wali Nikah bagi Perempuan yang Lahir Kurang dari 6 Bulan

79

BAB IV : ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI PEREMPUAN

YANG LAHIR KURANG DARI ENAM BULAN

A. Analisis Terhadap Penentuan Wali Nikah Bagi Perempuan Yang

Lahir Kurang Dari Enam Bulan Di KUA Kecamatan Banjarsari

Kota Surakarta ....................................................................................... 89

B. Analisis TerhadapDasar Hukum Yang Digunakan Oleh KUA

Kecamatan Banjarsari Dalam Penentuan Wali Nikah Bagi Perempuan

Yang Lahir Kurang Dari Enam Bulan .................................................... 97

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................ 108

xiii

Page 15: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

B. Saran...................................................................................................... 109

C. Penutup .................................................................................................. 111

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN PENULIS

xiiii

Page 16: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan merupakan salah satu sunatullah yang umum berlaku

pada semua makhluk Allah. Semua yang diciptakan Allah adalah

berpasang-pasangan, sebagaimana berlaku pada makhluk yang paling

sempurna yaitu manusia. Dalam surat Al-Dzariat ayat 49, Allah berfirman:

Artinya :” Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan

supaya kamu mengingat kebesaran Allah.”

Dalam undang-undang perkawinan dijelaskan bahwa perkawinan

adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita

sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan

kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Perkawinan merupakan hal

penting dalam kehidupan manusia, melalui perkawinan yang sah,

pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara terhormat sesuai dengan

kedudukan manusia sebagai makhluk yang terhormat. Tanpa perkawinan,

manusia tidak dapat melanjutkan sejarah hidupnya, karena keturunan dan

perkembangan manusia disebabkan oleh adanya perkawinan.

Namun di era sekarang banyak peraturan yang dilanggar oleh

manusia, tidak terkecuali dalam hal meneruskan keturunan yakni

hubungan antara laki-laki dan perempuan diluar hubungan pernikahan

Page 17: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

2

hingga menyebabkan hamilnya sang perempuan dan sering mengakibatkan

lahirnya seorang anak yakni anak diluar nikah.

Menurut ajaran islam, bila terjadi hubungan antara laki-laki dan

perempuan di luar nikah dan melahirkan seorang anak, maka anak tersebut

bisa disebut sebagai anak zina, yaitu anak yang lahir dari perkawinan yang

tidak sah.

Di dalam hukum agama islam tidak ada ketentuan khusus yang

mengatur tentang kedudukan anak dalam ikatan perkawinan, namun dari

tujuan perkawinan dalam islam sudah dijelaskan bahwa tujuan dari adanya

perkawinan adalah untuk memperoleh keturunan yang sah, islam

menghendaki terpeliharanya keturunan dengan baik dan terang/ jelas

nasabnya hal ini berarti anak tersebut harus tahu siapa bapak dan ibunya.

Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat dari

perkawinan yang sah (Hadikusuma, 1990:137).

Sementara disisi lain perkawinan yang menyimpang dari tujuan

dan azas-azas ialah perkawinan yang semata-mata bertujuan untuk

memuaskan hawa nafsu belaka, dan akibatnya adalah terjadinya kehamilan

di luar nikah. Kebanyakan bila telah terjadi hal seperti ini pasangan

tersebut akan segera dinikahkan sebagai jalan keluar agar keluarga tidak

lebih dipermalukan karena sang wanita melahirkan anak tanpa seorang

suami. Namun banyak dari mereka yang tidak menyadari bahwa hal ini

akan menimbulkan masalah kembali, yakni menyebabkan kelahiran anak

dengan tenggang waktu kurang dari enam bulan terhitung dari pelaksanaan

Page 18: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

3

perkawinan tersebut. Sebagaimana kita ketahui bahwa masa kehamilan

dibagi atas 3 fase ( trisemester) yaitu usia kehamilan 0-12 minggu disebut

semester pertama, usia kehamilan 12-28 minggu, dan triwulan ke tiga

adalah usia kehamilan 28-40 minggu. Menurut hukum islam kelahiran

seorang anak perempuan yang tenggang waktunya kurang dari enam bulan

akan menibulkan permasalahan yang berhubungan dengan anak tersebut

antara lain bagaimana hubungan antara ayah dalam hal nasabnya, kepada

siapa anak tersebut dinasabkan, siapa yang wajib memberi nafkah, dan

dari mana anak tersebut akan menerima warisan.

Dalam hal penentuan wali nikah anak perempuan yang lahir kurang

dari enam bulan dari pernikahan kedua orang tuanya ini juga akan

berpengaruh ketika yang anak akan melangsungkan pencatatan pernikahan

di KUA, sebagaimana kita ketahui, KUA (Kantor Urusan Agama) adalah

instansi Kementrian Agama yang bersentuhan langsung dengan

masyarakat, maka dalam hal penentuan aturan-aturan yang dijalankannya

pun harus sesuai dengan hukum yang berlaku tanpa menimbulkan konflik

di masyarakat. Termasuk di dalamnya tentang penentuan wali nikah bagi

anak(calon pengantin wanita) yang lahir kurang dari enam bulan masa

perkawinan kedua orang tuanya. Terkhusus bagi KUA yang berada di kota

kecamatan yang masyarakatnya tergolong sebagai masyarakat yang

majemuk, seperti KUA Banjarsari Kota Surakarta.

Untuk mengkaji lebih lanjut tentang penentuan wali nikah bagi

perempuan yang lahir kurang dari enam bulan, khususnya di KUA Kec.

Page 19: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

4

Banjarsari Kota Surakarta maka penulis akan paparkan ke dalam Skripsi

yang berjudul: “Pelaksanaan Penentuan Wali Nikah Bagi Perempuan

Yang Lahir Kurang Dari Enam Bulan (Studi Kasus di KUA Kec.

Banjarsari Kota Surakarta)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukan di atas, ada

beberapa pokok masalah yang akan dikaji yaitu:

1. Bagaimanakah pelaksanaan penentuan wali nikah bagi perempuan

yang lahir kurang dari enam bulan di KUA Kec Banjarsari Kota

Surakarta?

2. Apakah dasar hukum yang digunakan oleh KUA Kec Banjarsari Kota

Surakarta dalam pelaksanaan penentuan wali nikah bagi perempuan

yang lahir kurang dari enam bulan?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan penentuan wali nikah bagi

perempuan yang lahir kurang dari enam bulan di KUA Kec Banjarsari

Kota Surakarta.

2. Untuk menganalisis dasar hukum yang digunakan oleh KUA Kec

Banjarsari Kota Surakarta dalam pelaksanaan penentuan wali nikah

bagi perempuan yang lahir kurang dari enam bulan.

Page 20: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

5

D. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritik

Hasil pemelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi

penelitian lebih lanjut mengenain penentuan wali nikah bagi

perempuan yang lahir kurang dari enam bulan dari perkawainan kedua

orang tuanya.

2. Secara praktik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman baru

lebih komprehensif mengenai penentuan wali nikah bagi perempuan

yang lahir kurang dari enam bulan dari perkawinan kedua orang

tuanya.

E. Penegasan Istilah

Untuk mendapatkan kejelasan judul di atas, penulis perlu

memberikan penegasan dan batasan terhadap istilh yang ada. Istilah

tersebut adalah:

1. Pelaksanaan

Cara, perbutaan melaksanakan pernikahan bagi perempuan yang

lahir kurang dari enam bulan.

2. Wali Nikah

Dalam literatur fiqih klasik dan kontemporer, kata al-waliyah

digunakan sebagai wewenang seseorang untuk mengelola harta dan

mengayomi seseorang yang belum cakap bertindak hukum. Istilah al-

waliyah juga dapat berarti hak untuk menikahkan seorang wanita

Page 21: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

6

dimana hak itu dipegang oleh wali nikah (Summa, 2004:35). Adapun

yang dimaksud dengan perwalian di sini adalah perwalian terhadap

jiwa seorang wanita dalam hal perwalian.

3. Perempuan yang lahir kurang dari enam bulan

Yang dimaksud dengan perempuan yang lahir kurang enam

bulan di sini adalah bayi lahir kurang dari 6 bulan sejak masa

perkawinan, maka anak tersebut tidak dapat di hubungkan

kekerabatanya dengan bapaknya walaupun lahir dari perkawinan yang

sah. Ia hanya memiliki hubungan nasab dengan ibunya.

4. KUA (Kantor Urusan Agama)

Kantor Urusan Agama (KUA) merupakan bagian dari system

Departemen Agama, sedangkan Departemen Agama mempunyai tugas

pokok yaitu : menyelenggarakan sebagian tugas umum pemerintahan

dan pembangunan di bidang agama.

Kantor Urusan Agama (KUA) merupakan bagian dari unsure

pelaksana sebagaian tugas pokok Departemen Agama, yang

berhubungan langsung dengan masyarakat dalam suatu wila yah

kecamatan. Sebagaimana ditegaskan dalam Keputusan Menteri Agama

Nomor 517 tahun 2001 bahwa Kantor Urusan Agama (KUA) bertugas

melaksanakan sebagian tugas Kantor Departemen Agama Kabupaten /

Kota dibidang Urusan Agama Islam di wilayah Kecamatan.

Page 22: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

7

Berasal dari penegasan judul diatas maka dapat diperoleh

suatu kesimpulan bahwa maksud dari judul skripsi ini adalah pelaksanaan

penentuan wali nikah bagi perempuan yang lahir kurang dari enam bulan.

F. Tinjauan Pustaka

Hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan topik

penelitian ini yaitu wali nikah bagi anak kawin hamil,maksudnya saat

orang tuanya menikah, sang pengantin perempuan telah hamil terlebih

dahulu. Penelitian tersebut dilakukan oleh Imam Mahfud Fauji (2009).

Ulya (2008), dalam skripsi yang berjudul Praktik Perwakilan

Perwaliam Dalam Akad Perkawinan di Kecamatan Mranggen Kabupaten

Deak, menghasilkan kesimpulan bahwa praktik akad pernikahan yang

terjadi diwilayah tersebut terdapat perbedaan dalam hal pelaksanaan

prosesinya, yaitu wali dari pihak mempelai wanita melakukan ijab qobul

dengan calon suami tidak secara langsung dalam arti mengunakan jasa

wakil dalam akad nikah dengan mewakilkannya kepada orang yang

dianggap lebih cakap untuk melakukan perbuatan hukum seperti

Kyai/ulama, atau kepada petuga PPPN dari KUA. setelah mewakilkan

perwaliannya, wali meninggalkan majelis akad nikah sehingga dia tidak

dikatakan hadir dalam majelis akad nikah tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh Fatachudin Latif (2010) dengan

judul Analisis Hukum Islam Terhadap Wali Nikah Bagi Anak

Perempuan Hasil Nikah Hamil (Studi Kasus Di KUA Kec.Semarang

TengahKota Semarang). Dalam penelitiannya berisikan tentang

Page 23: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

8

bagaimana KUA Kec. Semarang menentukan wali nikah dan apa dasar

hukumnya. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dalam

menyelesaikan kasus penentuan wali nikah terhadap wanita yang lahir

akibat nikah hamil, ada dua model/cara yang dikembangkan oleh KUA

(penghulu) kota Semarang, yaitu: (1) Wali nikahnya adalah wali hakim;

(2) Wali nikahnya adalah tetap bapaknya (wali nasab).

Baroroh(2010) dalam skripsi yang berjudul Studi analisis terhadap

pelaksanaan perkawinan dengan wali hakim, dikarenankan pengantin

wanita lahir kurang dari 6 bulan setelah perkawinan orang tuanya studi

kasus di KUA talung Klaten,yang menghasilkan sebuah kesimpulan

bahwa pelaksanaan wali hakim di KUA tersebut sudah sesuai dengan

syariat Islam dan sesuai dengan Undang-undang, penelitian ini hanya

sampai pada pelaksanaan wali hakim secara umum, apa penyebab

masyarakat mengajukan pernikahan dengan wali hakim, dan bagi anak

perempuan yang lahir kurang dari 6 bulan ditinjau dari perspektif beberapa

pendapat ulama, penelitian ini belum membahas penentuan wali bagi anak

perempuan yang lahir kurang dari 6 bulan di KUA setempat dan

menganalisisnya dari Undang-Undang Perkawinan dan KHI.

Berdasarkan atas pustaka yang ada, penelitian yang akan penulis

lakukan berbeda dengan penelitian terdahulu di atas yang dipaparkan,

maka dalam skripsi ini akan lebih difokuskan tentang pembahasan tentang

penentuan wali nikah terhadap perempuan yang lahir kurang dari enam

bulan di KUA Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.

Page 24: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

9

G. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian lapangan(field research), yang dilakukan di KUA

Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta. Dengan objek kajian adalah

pada permasalahan pelaksanaan penentuan wali nikah bagi perempuan

yang lahir kurang dari enam bulan dari pernikahan kedua orang tuanya

dan dasar hukum yang digunakan oleh KUA Kecamatan Banjarsari

Kota Surakarta.

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yuridis empiris

sosiologis. Untuk itu diperlukan penelitian yang merupakan suatu

rencana pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Pendekatan

yuridis empiris sosiologis yaitu penelitian terhadap identifikasi hukum

(hukum tidak tertulis), dimaksud untuk mengetahui hukum yang tidak

tertulis berdasarkan hukum yang berlaku dalam masyarakat (

Zainuddin Ali, 2009: 30).

Dengan menggunakan pendekatan ini penulis akan

mendeskripsikan tentang pelaksanaan penentuan wali nikah bagi

perempuan yang lahir kurang dari enam bulan di KUA Kec Banjarsari

dan praktiknya di dalam masyarakat, khususnya di Kecamatan

Banjarsari, dan untuk mengetahui respon dari masyarakat dengan

adanya ketentuan penentuan wali nikah bagi perempuan yang lahir

kurang dari enam bulan kemudian menganalisisnya.

Page 25: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

10

2. Sumber Data

a. Sumber Data Primer

Adalah data yang diperoleh langsung dari subyek

penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat

pengambilan data langsung pada subyek sebagai sumber informasi

yang dicari.

Adapun sumber data primernya adalah hasil wawancara

tentang pelaksanaan penentuan wali nikah bagi perempuan yang

lahir kurang dari enam bulan di KUA Kecamatan Banjarsari dan

dokumen-dokumen, arsip proses perkawinan yang relevan.

b. Sumber Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh melalui pihak lain, tidak

langsung diperoleh peneliti dari subyek penelitiannya. Peneliti

menggunakan data ini sebagai data pendukung yang berhubungan

dengan pelaksanaan yang dilakukan oleh KUA Kecamatan

Banjarsari Terhadap penentuan wali nikah bagi perempuan yang

lahir kurang dari 6 bulan, data ini diperoleh dari peraturan

perundang-undangan, buku, artikel, pendapat para ahli, dan sumber

lain yang dianggap relevan dan berhubungan dengan penelitian ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan, penulis menggunakan

metode sebagai berikut :

Page 26: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

11

a. Metode wawancara/ interview

Wawancara adalah sebuah percakapan antara dua orang

atau lebih yang pertanyaannya diajukan oleh peneliti kepada

subyek atau sekelompok subyek penelitian untuk dijawab. (Danim,

2002:130).

Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi yang

terkait dengan penelitian, wawancara antara lain dilakuakn dengan:

1. Kepala KUA yang meliputi pelaksanaan penentuan wali nikah

bagi perempuan yang lahir kurang dari enam bulan, dan dasar

hukum yang digunakan oelh KUA Kecamatan Banjarsari.

2. Petugas Pembantu Pencatat Nikah (P3N) tentang proses

pelaksanaan penentuan wali nikah bagi perempuan yang lahir

kurang dari enam bulan.

3. Pengantin perempuan yang melaksanakan perkawinan dengan

wali hakim dikarenakan ia lahir kurang dari enam bulan usia

pernikahan kedua orang tuanya.

4. Orang tua/ wali dari pengantin perempuan.

5. Tokoh masyarakat.

b. Dokumentasi

Yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat,

dan lain sebagainya. (Arikunto, 1999:206).

Page 27: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

12

Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh dokumen-

dokumen yang terkait dengan pelaksanaan penentuan wali nikah

bagi perempuan yang lahir kurang dari enam bulan di KUA

Banjarsari Surakarta.

4. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah dengan analisis data deskriptif

kualitatif, yaitu memberikan predikat yang variable yang ditelit sesuai

dengan kondisi yang sebenarnya. Predikat yang diberikan tersebut

dalam bentuk peringkat yang sebanding dengan atau atas dasar kondisi

yang diinginkan (Mustofa, 2009: 31)

Dalam analisis ini penulis akan mendeskripsikan tentang

pelaksanaan penentuan wali nikah bagi perempuan yang lahir kurang

dari enam bulan usia perkawinan kedua orang tuanya, dan

menganalisis dasar hukum yang digunakan oleh Kantor Urusan Agama

Kecamatan Banjarsari Surakarta.

H. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas dalam penulisan

skripsi ini, maka disusun dalam lima bab. Antara bab satu dengan bab

lainnya sangat berkaitan. Adapun rincian dari kelima bab tersebut adalah

sebagai berikut :

BAB I :Latar belakang masalah, pokok masalah, tujuan penelitian,

penegasan istilah, tinjauan pustaka, metode penelitian dan

sistematika penulisan.

Page 28: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

13

BAB II :Konsep-konsep pernikahan dan perwalian, yang terdiri dari

pengertian, dasar hukum wali, rukun dan syarat wali, asal-usul

anak menurut perspektif fiqih.

BAB III :Sekilas tentang KUA Kecamatan Banjarsari Surakarta, yang

meliputi gambaran umum Kecamatan Banjarsari, Kedudukan,

tugas dan fungsi KUA Kecamatan Banjarsari, Kegiatan KUA,

sarana dan prasarana, struktur organsasi serta pelaksanaan

penentuan wali nikah bagi perempuan yang lahir kurang dari

enam bulan dari usia pernikahan orang tuanya di KUA

Kecamatan Banjarsari.

BAB IV :Analisis terhadap pelaksanaan penentuan wali nikah bagi

perempuan yang lahir kurang dari enam bulan usia pernikahan

orang tuanya di KUA Kecamatan Banjarsari, dan analisis

terhadap dasar hukum yang digunakan oleh KUA Kecamatan

Banjarsari.

BAB V :Penutup yang berisi kesimpulan dari hasil pembahasan secara

keseluruhan serta saran.

Page 29: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. PERWALIAN

1. Pengertian Perwalian

Secara etimologi (bahasa), kata perwalian berasal dari kata wali , dan

jamak awliya. Kata ini berasal dari kata Arab yang berarti teman, klien,

sanak, atau pelindung. Dalam literatur fiqih islam perwalian itu disebut

dengan “Al-Walayah” (Orang yang mengurus atau yang menguasai

sesuatu), sedangkan al-wali yakni orang yang mempunyai kekuasaan.

(Summa, 2001: 134).

Menurut Subekti bahwa perwalian adalah “pengawasan terhadap anak

– anak yang di bawah umur yang tidak berada di bawah kekuasaan orang

tua serta pengurusan benda atau kekayaan anak tersebut sebagaimana

diatur oleh Undang – Undang”. (Subekti, 1953: 35).

Sedangkan menurut Ali Afandi, bahwa “perwalian atau voogdij

adalah pengawasan terhadap pribadi dan pengurusan harta kekayaan

seorang anak yang belum dewasa jika anak itu tidak berada di bawah

kekuasaan orang tua.” (Afandi, 1997: 151).

Menurut R. Sarjono bahwa “perwalian adalah suatu perlindungan

hukum yang diberikan seseorang kepada anak yang belum mencapai usia

dewasa atau belum pernah kawin yang tidak berada di bawah

kekuasaannya”. (Sarjono, 1979: 36).

Page 30: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

15

Menurut Arif Masdoeki bahwa “perwalian adalah pengawasan

terhadap anak di bawah umur yang tidak berada di bawah kekuasaan

orang tua, serta pengurusan benda atau kekayaan anak tersebut,

sebagaimana diatur dalam Undang – undang. (Hamidjaja, 1963: 156).

Wali merupakan orang selaku pengganti orang tua yang menurut

hukum diwajibkan mewakili anak yang belum dewasa atau yang belum

akil baliq dalam melakukan perbuatan hukum atau “orang yang

menjalankan kekuasaan asuh sebagai orang tua terhadap sianak”. (Lihat

pasal 1 angka 5 Undang –Undang nomor 23 tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak).

Menurut Hukum Indonesia, “Perwalian didefinisikan sebagai

kewenangan untuk melaksanakan perbuatan hukum demi kepentingan,

atau atas nama anak yang orang tuanya telah meninggal, atau tidak

mampu melakukan perbuatan hukum atau suatu perlindungan hukum

yang diberikan pada seseorang anak yang belum mencapai umur dewasa

atau tidak pernah kawin yang tidak berada di bawah kekuasaan orang

tua.” (Sjarif, 2004: 147).

Wali adalah seseorang yang melakukan pengurusan atas diri maupun

harta kekayaan anak yang masih di bawah umur yang tidak berada di

bawah kekuasaan orang tua. “Dalam hal pengurusan dimaksud juga dapat

diartikan sebagai pemeliharaan, baik itu dalam pemberian pendidikan,

nafkah terhadap anak yang masih di bawah umur, sehingga dengan

Page 31: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

16

demikian perwalian itu sendiri dapat juga diartikan sebagai suatu lembaga

yang mengatur tentang hak dan kewajiban wali.”

Apabila salah satu orang tua anak tersebut meninggal dunia maka

anak tersebut menurut undang – undang, orang tua yang lain menjadi wali

dari anak – anaknya.

Sedangkan menurut Undang – Undang Perkawinan No.1 tahun 1974 :

bahwa anak yang belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun atau

belum pernah melangsungkan perkawinan, yang tidak berada di bawah

kekuasaan orang tua berada di bawah kekuasaan wali.(Lihat Pasal 50 ayat

1 Undang – Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.) Perwalian itu

mengenai pribadi anak yang bersangkutan maupun harta bendanya.(Lihat

Pasal 50 ayat 2 Undang – Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.)

Ketentuan ini adalah bertujuan untuk menghindarkan adanya dua

perwalian, yaitu : Perwalian mengenai pribadi si anak dan perwalian

mengenai harta bendanya, yang mana hal itu ada dikenal dalam hukum

islam.

Hal itu sebagaimana dinyatakan oleh Abdul Manan Hasyim, yaitu

perwalian terhadap anak menurut Hukum Islam meliputi perwalian

terhadap diri pribadi anak tersebut dan perwalian terhadap harta

bendanya. Perwalian terhadap diri pribadi anak adalah dalam bentuk

mengurus kepentingan diri si anak, mulai dari mengasuh, memelihara,

serta memberikan pendidikan dan bimbingan agama. Pengaturan ini juga

mencakup dalam segala hal yang merupakan kebutuhan si anak. Semua

Page 32: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

17

pembiayaan tersebut adalah menjadi tanggung jawab si wali. Sementara

itu, perwalian terhadap harta bendanya, adalah dalam bentuk mengelola

harta benda anak secara baik, termasuk mencatat sejumlah hartanya ketika

dimulai perwalian, mencatat perubahan – perubahan hartanya selama

perwalian, serta menyerahkan kembali kepada anak apabila telah selesai

masa perwaliannya karena si anak telah dewasa dan mampu mengurus

diri sendiri.

Pada umumnya dalam tiap perwalian hanyalah ada seorang wali saja.

Pengecualian terdapat apabila seorang wali (moedervoodges) berkawin

lagi, dalam hal mana suaminya menjadi medevoogd.

Seorang yang oleh hakim diangkat menjadi wali harus menerima

pengangkatan itu, kecuali jikalau ia seorang istri yang berkawin atau

jikalau ia mempunyai alasan – alasan menurut undang – undang untuk

minta dibebaskan dari pengangkatan itu. Alasan – alasan itu ialah

diantaranya jikalau ia untuk kepentingan Negara harus berada di luar

negeri, jikalau ia seorang anggota Tentara dalam dinas aktif, jikalau ia

sudah berusia 60 tahun, jikalau ia sudah menjadi wali untuk seorang anak

lain atau jikalau ia sendiri sudah mempunyai lima orang anak sah atau

lebih.

Ada golongan orang – orang yang tidak dapat diangkat menjadi wali.

Mereka itu ialah orang yang sakit ingatan, orang yang belum dewasa,

orang yang dibawah curatele, orang yang telah dicabut kekuasaannya

sebagai orang tua, jikalau pengangkatan sebagai wali ini untuk anak yang

Page 33: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

18

menyebabkan pencabutan tersebut. Lain dari pada itu juga Kepala dan

anggota – anggota Balai Harta Peninggalan (Weeskamer) tidak dapat

diangkat menjadi wali, kecuali dari anak – anaknya sendiri. (Subekti,

1953: 35-36).

Secara garis besar, menurut KUH Perdata perwalian itu dibagi atas 3

macam yaitu :

a. Perwalian oleh orang tua yang hidup terlama.

Terhadap anak sah ditentukan bahwa orang tua yang hidup terlama

dengan sendirinya di bawah menjadi wali. Jika pada waktu bapak

meninggal dan ibu saat itu mengandung, maka Balai Harta

Peninggalan (BHP) menjadi pengampu (kurator) atas anak yang

berada dalam kandungan tersebut. Kurator yang demikian disebut

“Curator Ventris”. Apabila bayi lahir, maka ibu demi hukum menjadi

wali dan Balai Harta Peninggalan (BHP) menjadi pengawas. Apabila

ibu tersebut kawin lagi maka suaminya demi hukum menjadi wali

peserta dan bersama istrinya bertanggung jawab tanggung renteng

terhadap perbuatan – perbuatan yang dilakukan setelah perkawinan itu

berlangsung. Bagi wali menurut undang – undang (Wetterlijk

Voogdij) dimulai dari saat terjadinya peristiwa yang menimbulkan

perwalian itu, misalnya kematian salah satu orang tua. Bagi anak luar

kawin yang diakui dengan sendirinya di bawah perwalian bapak/ibu

yang mengakuinya, maka orang tua yang lebih dahulu

mengakuinyalah yang menjadi wali (Pasal 352 ayat 3 KUH Perdata).

Page 34: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

19

Apabila pengakuan bapak dan ibu dilakukan bersama – sama maka

bapaklah yang menjadi wali.

b. Perwalian yang ditunjuk oleh ayah atau ibu dengan surat wasiat atau

dengan akta autentik.

Pasal 355 (1) KUH Perdata menentukan bahwa orang tua masing –

masing yang melakukan kekuasaan orang tua atau perwalian atas

seorang anak atau lebih berhak mengangkat seorang wali atas anak –

anaknya itu bilamana sesudah ia meninggal dunia perwalian itu tidak

ada pada orang tua yang baik dengan sendirinya ataupun karena

putusan hakim seperti termaksud dalam Pasal 353 (5) KUHPerdata.

Bagi wali yang diangkat yang diangkat oleh orang tua (Terstamentaire

Voogdij/wali wasiat) dimulai dari saat orang tua itu meninggal dunia

dan sesudah wali menyatakan menerima pengangkatannya.

c. Perwalian yang diangkat oleh hakim.

Pasal 359 KUHPerdata menentukan bahwa semua orang yang di

bawah yang tidak berada di bawah kekuasaan orang tua dan yang

perwaliannya tidak diatur dengan cara yang sah, Pengadilan Negeri

harus mengangkat seorang wali setelah mendengar atau memanggil

dengan sah keluarga sedarah dan semenda (periparan). Bagi wali yang

diangkat oleh hakim (datieve voogdij) dimulai dari saat pengangkatan

jika ia hadir dalam pengangkatannya. Bila tidak hadir perwalian

dimulai sejak diberitahukan kepadanya. (Komariah, 2001: 68-70).

Page 35: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

20

Sedangkan menurut Undang – Undang No.1 Tahun1974

tentang perkawinan perwalian itu hanya ada karena penunjukan oleh

salah satu orang tua yang menjalankan kekuasaan sebagai orang tua

sebelum ia meninggal dengan surat wasiat atau dengan lisan

dihadapan dua orang saksi (Pasal 51 (1) UU No.1/74).

2. Asas-asas Perwalian

Asas – asas hukum itu merupakan jantungnya peraturan hukum. Hal

ini dikarenakan ia merupakan landasan yang paling luas bagi lahirnya

suatu peraturan hukum. Ini berarti bahwa peraturan – peraturan hukum itu

pada akhirnya bisa dikembalikan kepada asas – asas tersebut. (Rahardjo,

2006: 45).

Asas hukum bukan peraturan hukum, namun tidak ada hukum yang

bisa dipahami tanpa mengetahui asas – asas hukum yang ada di

dalamnya. Oleh karena itu untuk memahami hukum suatu bangsa dengan

sebaik – baiknya tidak bisa hanya melihat pada peraturan hukumnya saja

melainkan harus melihat sampai kepada asas – asas hukumnya. Asas –

asas hukum inilah yang memberi makna etis kepada peraturan – peraturan

hukum serta tata hukum. (Rahardjo, 2006: 47).

Dalam hal ini asas – asas perwalian terdapat pada sistem KUH

Perdata, yakni:

a. Asas tak dapat dibagi-bagi (Ondeelbaarheid)

Page 36: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

21

Pada tiap – tiap perwalian hanya ada satu wali (Pasal 331

KUHPerdata). Asas tak dapat dibagi – bagi (Ondeelbaarheid). Asas ini

mempunyai pengecualian dalam 2 hal yaitu :

Jika perwalian itu dilakukan oleh ibu sebagai orang tua yang hidup

paling lama (langslevende ouder) maka kalau ia kawin lagi suaminya

menjadi medevoogd (wali serta/ wali peserta) berdasarkan Pasal 351

KUHPerdata.

Jika sampai ditunjuk pelaksana pengurusan (bewindvoerder) yang

mengurus barang – barang minderjarige di luar Indonesia berdasarkan

Pasal 361 KUHPerdata

b. Asas Persetujuan dari Keluarga

Keluarga harus dimintai persetujuan tentang perwalian. Dalam hal

keluarga tidak ada maka tidak diperlukan persetujuan pihak keluarga

itu. Sedang pihak keluarga, kalau tidak datang sesudah diadakan

panggilan, dapat dituntut berdasarkan Pasal 524 KUHP. (Safioedin,

1972: 188).

3. Dasar Hukum Perwalian

a. Perwalian Menurut Kompilasi Hukum Islam

Perwalian bagi orang – orang beragama Islam di Indonesia diatur

dalam Kompilasi Hukum Islam di Indonesia Pasal 107-111. Pasal 107

mengatur bahwa perwalian hanya dapat dilakukan terhadap anak yang

belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan atau belum

pernah melangsungkan perkawinan. Dari ketentuan tersebut, dapat

Page 37: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

22

dipahami usia dewasa menurut Kompilasi Hukum Islam di Indonesia

adalah 21 (dua puluh satu) tahun dan atau belum pernah kawin.

Perwalian menurut Hukum Islam meliputi perwalian terhadap diri dan

harta kekayaan.

Apabila wali tidak mampu berbuat atau lalai melaksanakan

tugas perwaliannya, maka pengadilan agama dapat menunjuk salah

seorang kerabat untuk bertindak sebagai wali. Pembatalan perwalian

lama dan penunjukan perwalian baru ini adalah atas permohonan

kerabat tersebut. Untuk menjadi wali sedapat – dapatnya diambil dari

keluarga anak tersebut, atau orang lain. Syarat menjadi wali adalah

harus sudah dewasa, berpikiran sehat, adil, jujur dan berkelakuan baik.

Disamping orang perorangan, Badan Hukum juga dapat menjadi wali.

(Prinst, 2003: 122).

Menurut Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, pengangkatan wali

dapat juga terjadi karena adanya wasiat dari orang tua si anak, yang

mewasiatkan kepada seseorang atau Badan Hukum tertentu untuk

melakukan perwalian atas diri dan kekayaan anak atau anak – anaknya

sesudah ia meninggal dunia. (Lihat Pasal 108 Kompilasi Hukum

Islam)

Selanjutnya pasal 109 menentukan, bahwa Pengadilan Agama

dapat mencabut hak perwalian seseorang atau Badan Hukum dan

memindahkannya kepada Pihak lain.(Lihat Pasal 109 Kompilasi

Hukum Islam) Permohonan untuk itu diajukan oleh kerabatnya,

Page 38: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

23

dengan alasan wali tersebut; pemabuk, penjudi, pemboros, gila, dan

atau melalaikan atau menyalahgunakan hak dan wewenangnya sebagai

wali demi kepentingan yang berada di bawah perwaliannya.

Pasal 110 mengatur kewajiban wali untuk mengurus diri dan harta

orang yang berada di bawah perwaliannya, wali wajib memberikan

bimbingan agama, pendidikan dan keterampilan lainnya kepada anak

yang berada di bawah perwaliannya, kecuali bila perbuatan tersebut

menguntungkan bagi orang yang berada di bawah perwaliannya atau

merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dihindarkan.(Lihat Pasal

110 Kompilasi Hukum Islam) Untuk itu wali bertanggung jawab

terhadap harta orang yang berada di bawah perwaliannya dan

mengganti kerugian yang timbul sebagai akibat kesalahan atau

kelalaiannya.

Dalam menjalankan tugasnya wali wajib membuat daftar harta

benda anak yang berada di bawah perwaliannya pada waktu memulai

jabatannya dan mencatat semua perubahan – perubahan harta benda

anak atau anak – anak itu.

Apabila anak yang berada di bawah perwalian telah mencapai usia

21 (dua puluh satu) tahun, maka wali berkewajiban menyerahkan

seluruh hartanya kepadanya.(Lihat Pasal 111 Kompilasi Hukum Islam)

Dan setelah masa perwalian ini berakhir, Pengadilan Agama

berwenang mengadili perselisihan antara wali dan anak yang berada di

bawah perwaliannya, tentang harta yang diserahkan kepadanya.

Page 39: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

24

Namun, wali dapat mempergunakan harta orang yang berada di bawah

perwaliannya, sepanjang diperlukan untuk kepentingannya menurut

kepatutan atau bil ma’ruf kalau wali itu fakir. (Lihat Pasal 112

Kompilasi Hukum Islam )

b. Perwalian Menurut Hukum Syariat

Al – Quran dan Hadist dalam menetapkan hukum dan ketentuan

mengenai perwalian, Islam merujuk kepada firman Allah SWT

mengenai pentingnya pemeliharaan terhadap harta, terutama

pemeliharaan terhadap harta anak yatim yang telah ditinggalkan oleh

orang tuanya. Dalam hal ini Allah berfirman :

“ Dan berikanlah kepada anak – anak yatim (yang sudah dewasa) harta mereka, janganlah kamu menukar yang baik dengan yang buruk, dan janganlah kamu makan harta mereka bersama hartamu, sungguh (tindakan menukar dan memakan) itu adalah dosa yang besar. (QS.An-Nisa; ayat 2)

Ayat ini menjadi suatu landasan dalam memelihara harta anak

yatim yang telah ditinggalkan orang tuanya atau ahli warisnya. Dimana

dalam ayat tersebut secara jelas menyatakan mengenai pemeliharaan

dan perlindungan terhadap harta sampai mereka telah cakap dalam

pengelolaannya (dewasa). Artinya jika anak – anak yatim tersebut

belum cakap hukum, maka pengelolaan harta tersebut harus dijaga dan

dipelihara oleh walinya. Hal ini sebagaimana kemudian dijelaskan

pada ayat berikutnya.

Page 40: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

25

Allah Berfirman :

“Dan ujilah anak – anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk menikah, kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka hartanya. Dan janganlah kamu tergesa – gesa (menyerahkannya) sebelum mereka dewasa. Barang siapa (diantara pemeliharaan itu) mampu, maka hendaklah dia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu ) dan barang siapa miskin, maka bolehlah dia makan harta itu menurut cara yang patut. Kemudian apabila kamu menyerahkan harta itu kepada mereka,maka hendaklah kamu adakan saksi – saksi. Dan cukuplah Allah sebagai pengawas”.(QS An-Nisa; ayat 6)

Selain adanya perintah untuk menjaga anak yatim tersebut, baik

dalam konteks penjagaan jiwa dan perkembangan mereka, juga

penjagaan terhadap harta mereka. Dan Allah sangat murka jika orang

yang kemudian menjadi wali tidak dapat menjaga dan orang – orang

yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu

menelan api dalam perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api

yang menyala – nyala (neraka).

Selain itu, dalam berbagai hadis Nabi Saw, juga telah menjelaskan

mengenai ketentuan dan dasar hukum mengenai perwalian, Nabi Saw

bersabda : Jauhilah oleh kalian tujuh macam dosa yang

membinasakan yaitu : mempersekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa

yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan alasan yang hak,

memakan riba, memakan harta anak yatim,lari dari medan perang,

Page 41: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

26

menuduh berzinah wanita mukmin yang memelihara kehormatannya.

(Nashiruddin Al- Bani, Dalam Ringkasan Shahih Bukhari – Muslim ,

Jilid III, 2008.)

Di dalam hadis lain Rasulullah SAW juga menyatakan tentang

kedudukan hukum tentang perwalian. Nabi Saw bersabda :

“Sesungguhnya tidak putus wali bagi anak perempuan Hamzah kepada

saudara perempuan ibunya. Saudara perempuan ibu menepati

kedudukan ibu (HR.Bukhari).

c. Perwalian Menurut Hukum Adat

Adat merupakan pencerminan daripada kepribadian suatu bangsa,

salah satu penjelmaan daripada jiwa bangsa yang bersangkutan dari

abad ke abad. (Wignjodipuro, 1973: 1).

Adat mengacu pada serangkaian kepercayaan, norma atau

kebiasaan yang biasanya di terapkan di komunitas – komunitas

penduduk Indonesia. Isinya termasuk deskripsi tentang apa yang

dilakukan oleh komunitas, seperti serangkaian perintah tentang apa

yang harus dilakukan oleh anggota komunitas tersebut. Oleh karena

itu, maka tiap bangsa di dunia ini memiliki adat kebiasaan sendiri yang

satu dengan yang lainnya tidak sama.

Menyangkut perwalian yang tidak berdasarkan pada hukum formal

melainkan berdasarkan kepada kebiasaan masyarakat tertentu yang

menunjuk wali berdasarkan komunitas masyarakat setempat sehingga

penunjukan wali tidak memiliki kepastian hukum. Menurut hukum

Page 42: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

27

adat, perceraian ataupun meninggalnya salah satu dari kedua orang tua

tidaklah menimbulkan perwalian. Hal ini disebabkan oleh karena di

dalam perceraian, anak – anak masih berada pada salah satu dari kedua

orang tuanya. Demikian juga pada situasi meninggalnya salah satu dari

kedua orang tuanya. Dengan demikian, yang lebih memungkinkan

terjadinya perwalian, adalah apabila kedua orang tua dari anak tersebut

meninggal dunia, dan anak yang ditinggalkan itu belum dewasa.

Dengan meninggalnya kedua orang tua, anak – anak menjadi yatim

piatu dan mereka semuanya tidak berada di bawah kekuasaan orang

tua.

Pada masyarakat yang matrilineal, jika bapaknya meninggal dunia,

maka ibunya meneruskan kekuasaannya terhadap anak – anaknya yang

masih belum dewasa itu. Jika ibunya meninggal dunia, maka anak –

anak tersebut berada dalam pengasuhan keluarga ibunya.

Sedangkan pada masyarakat yang patrilineal pemeliharaan anak

yang ditinggalkan oleh kedua orang tuanya karena meninggal dunia,

berada di tangan kerabat dari pihak ayah (laki-laki).(Soerjono

Soekanto, Hukum Adat Indonesia,PT.Raja Grafindo Persada,

Jakarta,2008,hal. 257-258.) Di Tapanuli misalnya, jika bapaknya

meninggal dunia, ibunya meneruskan memelihara anak –anaknya

dalam lingkungan keluarga bapaknya. Jika janda itu ingin pulang ke

lingkungan sendiri ataupun ingin kawin lagi, maka ia dapat

meninggalkan lingkungan keluarga almarhum suaminya tetapi anak –

Page 43: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

28

anaknya tetap tinggal dalam kekuasaan keluarga almarhum suaminya.

(Muhammad, 2006 : 11).

Pada dasarnya dalam hukum adat Indonesia tidak ada perbedaan

dalam hal mengatur pemeliharaan si anak di satu pihak dan hal

mengurus barang – barang kekayaan si anak di lain pihak.

Pemeliharaan anak tidak hanya sebagai kewajiban si ibu atau si bapak

saja, melainkan juga sebagai kewajiban sanak saudaranya yang lebih

jauh. Oleh karena itu tidak tampak suatu peraturan hukum adat tertentu

siapa yang menggantikan orang tua si anak dalam hal memelihara anak

tersebut apabila orang tuanya telah tiada ataupun bercerai.

Menurut R. Wirjono Prodjodikoro: Penyelesaian soal-soal

pemeliharaan si anak pada umumnya erat hubungannya dengan tiga

macam corak kekeluargaan dan perkawinan yang ada di Indonesia.

Corak keibuan, garis kekeluargaan si ibu dan dalam corak kebapaan

garis kekeluargaan si bapak, yang ada peranan penting dalam hal

memelihara si anak, sedang dalam corak keibu bapaan garis

kekeluargaan si ibu dan si bapak keduanya pada hakikatnya ada

peranan yang sama kuatnya. (Prodjodikoro, 1960: 85).

d. Perwalian Menurut KUH Perdata

Landasan hukum tentang perwalian dalam KUH Perdata telah

disebutkan pada Bab XV dalam Pasal 331 sampai dengan Pasal 418.

Dalam KUH Perdata juga mengatur tentang perwalian bagi seorang

perempuan. Dalam Pasal 332 b (1) ditentukan bahwa : “perempuan

Page 44: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

29

bersuami tidak boleh menerima perwalian tanpa bantuan dan izin

tertulis dari suaminya.” Namun jika suami tidak memberikan izin,

maka bantuan dari pendamping (bijstand) itu dapat digantikan dengan

kekuasaan dari hakim.

Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 332 b ayat 2 KUH

Perdata :

“Apabila si suami telah memberikan bantuan atau izin atau apabila ia

kawin dengan perempuan itu setelah perwalian bermula, sepertipun

apabila si perempuan tadi menurut Pasal 112 atau Pasal 114 dengan

kuasa dari hakim telah menerima perwalian tersebut, maka si wali

perempuan bersuami atau tidak bersuami, berhak melakukan segala

tindakan – tindakan perdata berkenaan dengan perwalian tanpa

pemberian kuasa atau bantuan ataupun juga dan atau tindakan –

tindakan itupun bertanggung jawab pula”.

Selain perwalian dalam bentuk perorangan, KUHPerdata juga

mengatur tentang perwalian yang dilakukan oleh badan hukum. Dalam

pasal 355 ayat 2

KUH Perdata dinyatakan bahwa badan hukum tidak dapat diangkat

menjadi wali.

Tetapi berkaitan dengan hal tersebut, sebuah perwalian yang

dilaksanakan oleh badan hukum harus diperintahkan oleh pengadilan.

Hal ini sebagaimana yang dinyatakan dalam pasal 365 a (1) KUH

Perdata bahwa dalam hal badan hukum diserahi perwalian maka

Page 45: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

30

panitera pengadilan yang menugaskan perwalian itu memberitahukan

putusan pengadilan itu kepada dewan perwalian dan kejaksaan.

Akan tetapi jika pengurus badan hukum tersebut tidak dapat

menjalankan kewajibannya sebagai wali, maka badan tersebut dapat

dicabut kewenangannya sebagai wali. Selain itu, pasal 379 KUH

Perdata mengatur tentang golongan orang tidak dapat menjadi wali

yaitu :

1) Mereka yang sakit ingatan (krankzninngen);

2) Mereka yang belum dewasa (minderjarigen);

3) Mereka yang berada di bawah pengampuan (curatele);

4) Mereka yang telah dipecat, baik dari kekuasaan orang tua,

maupun dari perwalian, namun yang demikian hanya anak –

anak yang belum dewasa, yang mana dengan ketetapan hakim

mereka telah kehilangan kekuasaan orang tua atau perwalian;

Para ketua, ketua pengganti, anggota, panitera, panitera pengganti,

bendahara, juru buku dan agen Balai Harta Peninggalan, kecuali

terhadap anak – anak atau anak tiri mereka sendiri.

e. Menurut Fatwa Ulama

Terjadi perselisihan dikalangan para ulama tentang sah tidaknya

pernikahan seorang wanita yang sedang hamil dikarenakan zina: Para

ulama Maliki, Hambali dan Abu Yusuf dari madzhab Hanafi tidak

memperbolehkan pernikahannya itu sebelum dia melahirkan, tidak

dengan lelaki ang menzinahinya atau tidak juga dengan lelaki yang

Page 46: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

31

lainnya, berdasarkan sabda Rasulullah saw: ”Seorang wanita yang

sedang hamil tidak boleh digauli sehingga dia melahirkan..” (HR. Abu

Daud)

Sebagaimana riwayat dari Said al Musayyib bahwa seorang laki-

laki telah menikahi seorang wanita dan ketika diketahui bahwa wanita

itu sedang hamil dan diberitahukanlah hal ini kepada Nabi saw maka

beliau saw pun memisahkan mereka berdua.” (HR. Baihaqi).

Sedangkan para ulama Syafi’i dan Hanafi membolehkan

pernikahannya dikarenakan belum terkukuhkannya nasab, berdasarkan

sabda Nabi saw,” Anak itu bagi yang memiliki tempat tidur sedang

bagi yang berzina tidak memiliki apa-apa.” (HR. Jama’ah kecuali Abu

Daud).

Markaz al Fatwa didalam fatwanya—setelah menyebutkan

perbedaan ulama diatas—menyebutkan bahwa adapun anak—dari

pernikahan itu—maka dinasabkan kepada ibunya dan keluarga ibunya

dengan penasaban sar’iy yang benar yang meneguhkan kemahraman

yang berlanjut kepada perwalian secara syar’i, ashobah dan warisan

dan selainnya dari hukum-hukum seorang anak karena pada

hakikatnya ia adalah anak darinya (ibunya yang mengandungnya itu)

dan tidaklah ada perselisihan dalam hal ini.

Adapun penasaban seorang anak kepada ayahnya yang berzina dan

menisbatkannya kepadanya maka dibolehkan oleh Ishaq bin Rohuyah,

‘Urwah, Sulaiman bin Yasar dan Abu Hanifah. Abu Hanifah

Page 47: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

32

mengatakan,”Aku tidak melihat suatu permasalahan jika seorang lelaki

yang berzina dengan seorang wanita lalu wanita itu hamil kemudian

lelaki itu menikahinya dan menutupi aibnya itu dan anak ang terlahir

adalah anak darinya (lelaki itu).”

Markaz al Fatwa lebih memilih pendapat jumhur ahli ilmu yang

menyatakan bahwa apabila seorang lelaki menikah dengan wanita

hamil karena perzinahannya maka anak yang terlahir dinasabkan

kepada ibu dan keluarga ibunya itu. Adapun suaminya adalah

pemelihara bagi anak tersebut. (Markaz al Fatwa no 6045)

Adapun pendapat bahwa jika si ayah biologis dan ibunya yang

telah terlanjur hamil ini kemudian menikah. Jika setelah menikah, si

ibu masih menjalani kehamilan selama 6 bulan atau lebih sampai

kelahirannya, maka si anak bisa mengikuti garis keturunan sang ayah

dan bisa menjadi wali nikahnya. tapi jika si ibu menjalani kehamilan

kurang dari 6 bulan sampai saat kelahirannya, maka sang anak hanya

bisa mengikuti garis keturunan sang ibu..

Pernyataan ini bisa ditemukan didalam “al Fatawa al Hindiah”

didalam Fiqih Hanafiyah yang menyebutkan : jika seorang lelaki

berzina dengan seorang wanita dan wanita itu menjadi hamil kemudian

lelaki itu menikahinya dan melahirkan maka jika wanita itu

mengandung selama 6 bulan atau lebih maka nasab anak itu

terkokohkan dan jika wanita itu mengandung selama kurang dari 6

bulan maka nasab anak itu tidak terkokohkan kecuali hanya sebatas

Page 48: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

33

pengakuannya, bahwa anak itu adalah anaknya, selama dia tidak

mengatakan,”Sesungguhnya anak itu dari perzinahan.” Adapun jika dia

mengatakan,”Sesungguhnya dia adalah dariku dari perzinahan.” Maka

nasabnya tidak terkokohkan dan dia tidaklah mewariskan hartanya.”

Pendapat yang paling kuat adalah bahwa anak zina tidaklah

terkokohkan nasabnya dari seorang lelaki pezina baik dirinya menikahi

wanita yang dizinahinya lalu wanita itu mengandung anak itu kurang

dari enam bulan sejak waktu akad nikah atau tidak menikahi wanita itu

lalu wanita itu melahirkannya.

Akan tetapi jika anak itu dinisbatkan kepadanya dengan

pengakuannya dan dia tidak mengatakan bahwa anak itu dari hasil

perzinahan maka nasabnya terkokohkan didalam hukum-hukum dunia.

Demikian pula jika lelaki itu menikahi wanita yang dizinahinya dan

dia mengandung anak dari hasil perzinahannya lalu melahirkan

seorang anak dalam masa kurang dari waktu minimal suatu kehamilan

sementara orang itu terdiam atau mengakuinya dan tidak mengatakan

bahwa anak itu adalah dari hasil perzinahan maka nasabnya

terkokohkan didalam hukum-hukum dunia.” (Fatawa al Islam Sual wa

Jawab juz I hal 591)

Dengan mengambil pendapat jumhur ahli ilmu bahwa seorang anak

zina tidaklah dinasabkan kecuali kepada ibunya dan ketika anak zina

tersebut kelak ingin menikah maka tidaklah bisa diwalikan oleh ayah

yang berzina dengan ibunya akan tetapi perwaliannya dilakukan oleh

Page 49: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

34

penguasa atau hakim. Karena hakim adalah wali bagi orang yang tidak

memiliki wali, sebagaimana sabda Rasulullah saw: ”Penguasa adalah

wali bagi orang yang tidak memiliki wali.” (HR. Ahmad dan Abu

Daud).

Dan seandainya seorang anak zina dinikahkan oleh ayah yang

menzinahi ibunya maka pernikahan yang dilakukannya itu batal

sehingga kedua pasangan tersebut haruslah dipisahkan. Adapun cara

pemisahan antara keduanya adalah dengan cara si suami menjatuhkan

talak (cerai) terhadapnya jika memang dirina rela untuk melakukannya

sendiri namun jika dirinya tidak ingin melakukannya sendiri maka

pemisahan itu dilakukan oleh hakim.

Sebagaimana yang ditegaskan oleh Ibnu Qudamah bahwa apabila

seorang wanita dinikahkan dengan pernikahan yang rusak (batal) maka

tidaklah boleh dirinya denikahkan dengan selain orang yang telah

menikahinya sehingga orang yang menikahinya itu menceraikannya

atau dipisahkan pernikahannya. Apabila suaminya itu tidak mau

menceraikannya maka hakimlah yang harus memisahkan

pernikahannya, dan nash ini dari Ahmad. (al Mughni juz IX hal 125)

Setelah suaminya menceraikan istrinya atau keduanya dipisahkan

oleh hakim lalu si lelaki ingin kembali menikahinya maka hendaklah

dengan akad yang baru dengan diwalikan oleh penguasa atau hakim,

yang dalam hal ini adalah KUA.

Page 50: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

35

B. WALI NIKAH

1. Pengertian wali nikah

Istilah perwalian berasal dari bahasa arab waliya, dalam literature

fiqih islam disebut dengan al-walayah (al-waliyah). Secara etimologis wali

mempunyai beberapa arti diantaranya adalah cinta (al-mahabbah) dan

pertolongan (an-nashrah), juga berarti kekuasaan atau otoritas seperti

dalam ungkapan al-waly yaitu orang yang mempunyai kekuasaan (Summa

2004: 134).

Adapun yang dimaksud dengan perwalian dalam terminologi para

fuqaha seperti diuraikan oleh wahbah al zuhayli ialah kekuasaan atau

otoritas (yang dimiliki) seseorang untuk secara langsung melakukan

sesuatu tindakan tanpa harus bergantung atas izin orang lain. Dalam

literatus fiqih klasik dan kontemporer kata al-wilayah digunakan sebagai

wewenang seseorang untuk mengelola harta dan mengayomi seseorang

yang belum cakap bertindak hukum. Dari kata inilah muncul istilah wali

bagi anak yatim dan orang yang belum cakap bertindak hukum. Istilah al-

wilayah juga dapat berarti hak untuk menikahkan seorang wanita dimana

hal itu dipegang oleh wali nikah (Summa 2004: 135). Adapun yang

dimaksud dengan perwalian disini adalah perwalia terhadap jiwa seorang

wanita dalam hal perkawinannya.

Masalah perwalian dalam hal perwalian mayoritas ulama berpendapat

bahwa wanita tidak boleh menikahkan dirinya sendiri dan tidak pula

menikahkan wanita lain karena akad perkawinan tidak dianggap sah

Page 51: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

36

apabila tanpa seorang wali, pendapat ini dikemukakan oleh imam maliki

dsn syafi’I bahwa tidak ada pernikahan tanpa wali dan wali merupakan

syarat syah pernikahan (aminuddin 1999: 82).

Sedangkan menurut undang-undang nomor 1 tahun 1974, tidak jelas

mengatur tentang wali nikah, tetapi disyaratkan harus ada izin dari

orangtua bagi yang akan melangsungkan pernikahan dan apabila belum

berumur 21 tahun disebutkan bahwa perkawinan harus didasarkan pada

persetujuan kedua calon mempelai (Ramulyo, 2006: 12).

Dalam kompilasi hukum islam masalah konsep perwalian dalam

perkawinan diatur dalam pasal 14 dan pasal 19-23 (Munti, 2005:61).

Selanjutnya akan dikutip dibawah ini:

Pasal 14:

Untuk melaksanakan perkawinan harus ada:

a. Calon suami

b. Calom istri

c. Wali nikah

d. Dua orang saksi dan

e. Ijab qabul

Pasal 19:

“Wali nikah dalam perkawinan merupakan rukun yang harus dipenuhi

bagi calon mempelai wanita yang bertindak untuk menikahkannya”.

Pasal 20:

Page 52: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

37

(1) Yang bertindak sebagai wali nikah ialah seorang laki-laki yang

memenuhi syarat hukum islam yaitu muslim aqil dan baliqh.

(2) Wali nikah terdiri dari wali nasab dan wali hakim.

Pasal 23:

1. Wali hakim baru dapat bertindak sebagai wali nikah apabila wali

nasab tidak ada atau tidak mungkin menghadirkannya atau tidak

diketahui tempat tinggalnya atau ghoib atau adlal atau enggan.

2. Dalam hal wali adlal atau enggan maka wali hakim baru dapat

bertindak sebagai wali nikah setelah ada putusan pengadilan agama

tentang wali tersebut.

Di Indonesia kebanyakan yang menganut Madzab syafi’I wali

merupakan syarat syahnya pernikahan, jadi apabila pernikahan tanpa wali

maka pernikahannya tidak sah.

2. Dasar Hukum Wali Nikah

Dasar hukum yang dipakai dalam keharusan adanya wali bagi seorang

wanita yang hendak menikah, para ulama berpedoman dengan dalil-dalil

diantaranya: Al-Qur’an surat An-Nur ayat 32.

Artinya: Dan nikahlah orang-orang yang masih membujang diantara

kamu dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan, kepada mereka dengan karunia-Nya dan Allah Maha luas (pemberian-Nya), maka mengetahui. (QS. An-nur.32).

Page 53: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

38

Oleh sebagian ulama fiqih kedua ayat ini, ditafsirkan bahwa yang

diberi perintah untuk mengawinkan adalah kaum lelaki bukan kaum

perempuan. Dan Allah SWT menyeru untuk menikahkan itu pada laki-laki

(wali) bukan kepada wanita, Allah berfirman: “Wahai para wali (laki-laki)

janganlah kalian menikahkan (wanita) yang dalam perwalianmu kepada

orang-orang (laki-laki musyrik).

Dan dalam hadis riwayat dari Abu BURDAH, Ibn Abu Musa dari

bapaknya mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda:

Artinya: tidak sah nikah kecuali (dinikahkan) oleh wali (Riwayat

Ahmad dan Imam Empat).

Dari penjelasan Al-Qur’an dan hadits diatas Jumhur Ulama’

berkesimpulan bahwa akad nikah tidak bisa terjadi (tidak sah) tanpa

adanya seorang wali yang menikahkan. Dan apabila seorang wanita

menikahkan dirinya sendiri atau diwakilkan pada orang lain selain

walinya, nikahnya dipandang tidak sah meskipun telah mendapat restu

untuk melangsungkkan pernikahan. (Yasid, 2009:95).

At-tirmidzi menambahkan bahwa para ulama dari kalangan sahabat

Nabi seperti Umar bin Khatab, Ali bin Abi thalib, Abu hurairah,

berpegang pada hadits ini , demikian juga para fuqha dari kalangan

Tabi’in dimana mereka mengatakan Pernikahan tidak sah dengana adanya

wali. (Muhammad, 2006:386).

Page 54: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

39

Dalam Kompilasi Hukum Islam menerangkan wali nikah merupakan

rukun dalam perkawinan. Sebagaimana tercantum pada pasal 19: “Wali

nikah merupakan rukun yang harus dipenuhi bagi calon mempelai wanita

yang bertindak untuk menikahinya”. (Aulia, 2011:6).

Keberadaan wali sebagai rukun nikah seperti terdapat dalam

pemikiran Malikiyyah, S yafi’iyyah maupun Hanabilah. Oleh karena itu,

dalam prosesi akad nikah diwajibkan adanya seorang wali karena

merupakan rukun yang harus dipenuhi. Sudah selayaknya wali ada dalam

perkawinan. Perkawinan merupakan peristiwa penting dalam kehidupan

seseorang karena akan menginjak dunia baru untuk membentuk keluarga

sehingga diperlukan partisipasi dari pihak keluarga untuk merestui

perkawinan tersebut. Oleh orang yang yang masih berada dibawah usia 21

tahun (pria atau wanita) maka diperlukan izin dari orang tua. Dalam

keadaan orang tua tiada maka izin tersebut diperoleh wali.

(Sosroatmodjo, 2004:25).

3. Syarat Menjadi Wali

Seseorang boleh menjadi wali, apabila dia laki-laki merdeka, berakal,

dewasa, beragama Islam, mempunyai hak perwalian dan tidak terhalang

untuk menjadi wali. Dalam pasal 20 KHI (ayat) 1 dirumuskan sebagai

berikut: “yang berhak sebagai wali nikah ialah seorang laki-laki, yang

memenuhi hukum Islam, yakni muslim, aqil, baliqh. Dalam pelaksanaan

akad nikah atau yang bisa disebut ijab qobul (serah terima) penyerahannya

Page 55: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

40

dilakukan oleh wali mempelai perempuan atau yang mewakilinya, dan

qobul (penerimaan) dilakukan oleh mempelai laki-laki.”

a. Laki-laki

Maka seorang perempuan tidak bisa menjadi wali dan tidak boleh

berakad untuk menikahinya menurut selain madzhab hanafi walaupun

dia sudah diberi izin, baik ijab atau qabul tidak untuk dirinya dan tidak

untuk orang lain.

b. Merdeka

Seorang hamba sahaya tidak bisa menjadi wali (menurut semua

madzhab) begitu juga hamba sahaya yang sudah membayar sebagian

harga dirinya. Hal ini menurut kami (madzhab Syafi’i), madzhab Maliki

dan menurut madzhab Hambali karena keberadaannya tidak utuh.

Tetapi jika hamba sahaya itu memiliki hamba sahaya perempuan,

dia bisa menikahkan hamba sahaya perempuan menurut kami (madzhab

Syafi’i) seperti yang telah dikatakan oleh Al Bulqini karena berpegang

kepada pendapat yang paling benar, bahwasanya dia menikahkan

karena kepemilikan bukan karena kekuaaan.

Dan hamba sahaya yang sedang mengangsur membayar dirinya

dengan sungguh-sungguh, dia juga bisa menikahkan hamba sahaya

perempuan menurut kami (madzhab Syafi’i) dan madzhab Hambali

tetapi dengan izin dari tuannya, dan jika tuannya tidak memberi izin,

maka dia tidak sah menikahkannya.

c. Berakal

Page 56: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

41

Tidak berhak menjadi wali orang yang idiot dan orang yang gila

terus menerus (menurut semua madzhab), karena dia tidak isa

membedakan. Jika wali itu kadang-kadang sadar, tetapi yang paling

seringnya, dia dalam keadaan gila, maka hendaklah wali ab’ad (wali

yang jauh) menikahkan anaknya waktu gilanya sebentar, tidak perlu

menunggu sadarnya.

Orang yang ayan tidak termasuk dalam kategori gila. Menurur

madzhab Syafi’i, apabila ayannya kurang dari tiga hari, maka dia bisa

ditunggu. Tetapi jika ayannya lebih dari tiga hari, maka kewaliannya

dipindahkan kepada wali yang jauh, bukan kepada hakim.

Menurut madzhab Hambali, jika wali itu kadang-kandang gila atau

ayan atau kurang akalnya karena sakit atau karena sudah lanjut usia,

maka dia bisa ditunggu dan dia bisa mewakilkan walaupun keadaannya

seperti tadi.

d. Dewasa

Tidak berhak menjadi wali seorang anak kecil (menurut semu

madzhab), karena dia sendiri tidak menguasai urusan dirinya,

bagaimana mungkin dia menguasai urusan orang lain.

e. Beragama Islam

Maka seorang yang kafir tidak memiliki kekuasaan untuk

menikahkan orang yang muslim (menurut semua madzhab) karena

firman Allah SWT:

Page 57: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

42

‘’Dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang beriman.” (Qs. An-Nisaa’: 141). (Dairabi, 2003: 154-158).

4. Macam-macam Wali

Wali nikah dibagi menjadi tiga kategori, yaitu wali nasab, wali

hakim dan wali muhakam.

a. Wali nasab adalah orang-orang yang terdiri dari keluarga calon

mempelai wanita yang berhak menjadi wali menurut urutan sebagai

berikut:

1) Pria yang menurunkan calon mempelai wanita dari keturunan pria

murni (yang berarti dalam garis keturunan itu tidak ada

penghubung wanita) yaitu: ayah, kakek dan seterusnya ke atas.

2) Pria keturunan dari ayah mempelai wanita dalam garis murni yaitu:

saudara kandung, anak dari saudara seayah, anak dari saudara

kandung, anak dari saudara seayah dan seterusnya ke bawah.

3) Pria keturunan dari ayahnya ayah dalam garis pria murni yaitu:

saudara kandung dari ayah, saudara sebapak dari ayah, anak

saudara kandung dari ayah, dan seterusnya ke bawah.

Apabila wali di atas tidak beragama islam sedangkan calon

mempelai wanita beragama islam atau wali-wali di atas belum baligh,

atau tidak berakal, atau rusak pikirannya, atau bisu yang tidak bisa

Page 58: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

43

diajak bicara dengan isyarat dan tidak bisa menulis, maka hak menjadi

wali pindah kepada wali berikutnya. Umpamanya, calon mempelai

wanita yang sudah tidak mempunyai ayah atau kakek lagi, sedang

saudara-saudaranya yang belum baligh dan tidak mempunya wali yang

terdiri dari ketuuna ayah (misalnya keponakan) maka yang berhak

menjadi wali adalah saudara kandung dari ayah (paman). Secara

sederhana urutan wali nasab dapat diurutkan sebagai berikut:

1. Ayah kandung,

2. Kakek (dari garis ayah) dan seterusnya ke atas dalam garis laki-

laki,

3. Saudara laki-laki sekandung,

4. Saudara laki-laki seayah,

5. Anak laki-laki saudara laki-laki saudara sekandung,

6. Anak laki-laki saudara laki-laki seayah,

7. Anak laki-laki dari anak laki-laki saudara laki-laki sekandung,

8. Anak laki-laki dari anak laki-laki saudara laki-laki seayah,

9. Saudara laki-laki ayah sekandung (paman),

10.Sauadara laki-laki ayah seayah (paman seayah),

11.Anak laki-laki paman sekandung,

12.Anak laki-laki paman seayah,

13.Saudara laki-laki kakek sekandung,

14.Anak laki-laki saudara laki-laki kakek sekandung,

15.Anak laki-laki saudara laki-laki kakek seayah.

Page 59: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

44

b. Wali Hakim

Wali hakim dalam sejarah hukum perkawinan di indoneesia,

pernah muncul perdebatan. Hal ini bermula dari sebuah hadis yang

diriwayatkan oleh Aisyah ra. Bahwa Nabi Muhammad bersabda sultan

adalah wali bagi wanita ang tidak memiliki wali.

Pengertian sultan adalah raja atau penguasa, atau pemerinatah.

Pemahaman yang lazim, kata sultan tersebut diartikan hakim, namun

dalam pelaksanaanya, kepala Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan

atau pegawai pecatat nikah, yang bertindak sebagai wali hakim dalam

pelaksaan akad nikah bagi mereka yang tidak mempunyai wali atau,

walinya adhol. Asal masalah yang utama seperti termaktub dalam pasal

1 huruf b KHI, adalah persoalan tauliyahal-amri. Apakah cukup

legistimasi yang di pegang oleh penguasa Indonesia, dalam

pendelegasian wewenang tersebut, sehingga dengan adanya

kewenangan yang dimaksud, berarti sultan sebagai wali hakim

pelaksanaanya sesuai hakikat hukum.

Adapun yang di maksud dengan wali hakim adalah orang yang di

angkat oleh pemerintah (Menteri Agama) untuk bertindak sebagai wali

dalam suatu pernikahan, yaitu apabila seorang calon mempelai wanita

dalam kondisi:

1. Tidak mempunya wali nasab sama sekali, atau

2. Walinya mafqud (hilang tidak diketahui keberadaanya). Atau

Page 60: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

45

3. Wali berada di tempat yang sejauh masafaqotul qosri (sejauh

perjalanan yang memolehkan sholat-sholat qasar yaitu 92,5 km) atau

4. Wali berada dalam penjara atau tahanan yang tidak boleh di jumpai

5. Wali adhol, artina tidak bersedia atau menolak untuk menikahkannya

6. Wali sedang melaksanakan ibadah (umrah) haji atau umrah atau

Apabila kondisinya salah satu dari enam point di atas, maka yang

berhak menjadi wali dalam pernikahan tersebut adalah wali hakim.

Tetapi di kecualikan bila, wali nasabnya telah mewakilkan kepada

orang lain untuk bertindak sebagai wali, maka orang yang mewakilkan

itu yang berhak menjadi wali dalam pernikahan tersebut.

Dalam peraturan menteri agama republik indonesia nomor 11

tahun 2007 tentang pencatatan nikah, masalah perwalian diterangkan

dalam BAB IX tentang akad nikah pasal 18, untuk lebih jelasnya akan

dikutip sebagai berikut:

Pasal 18

(1) ‘’Akad nikah dilakukan oleh wali-wali nasab.

(2) ‘’Syarat wali nasab adalah:”

a. Laki-laki

b. Beragama islam

c. Baligh, berumur sekurang-kurangnya 19 tahun

d. Berakal

e. Merdeka dan

f. Dapat berlaku adil.

Page 61: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

46

(3) ‘’Untuk melaksanakan pernikahan wali nasab dapat mewakilkan

kepada PPN, Penghulu, pembantu PPN atau orang lain yang

memenuhi syarat.’’

(4) ‘’Kepala KUA Kecamatan ditunjuk menjadi wali hakim, apabila

calon istri tidak mempunyai wali nasab, wali nasabnya tidak

memenuhi syarat, berhalangan atau adhal.

(5) “Adhalnya wali sebagaimana di maksud pada ayat (4) ditetapkan

dengan keputusan pengadilan.”

Adapun dalil yang berkaitan dengan wali hakim, adalah hadis dari

Aisyah ra.:

artinya: Apabila seorang perempuan menikah tanpa izin walinya,

nikahnya batal. Maka dia menerima mahar sekedar untuk menghalalkan

farjinya. Apabila walinya enggan atau menolak menikahkannya, maka

sultan (hakim)lah yang berhak menjadi wali bagi perempuan yang tidak

memiliki wali. (Riwayat Imam Empat kecuali Nasa’i)

c. Wali Muhakam

Yang dimaksud wali muhakam yaitu wali yang diangkat oleh

kedua calon pengantin untuk bertindak sebagai wali dalam akad nikah

mereka. Kondisi ini terjadi apabila suatu pernikahan yang seharusnya

dilaksanakan oleh wali hakim, padahal di sini wali hakimnya tidak ada

maka pernikahannya dilaksanakan oleh wali muhakam. Ini berarti

bahwa kebolehan wali muhakam tersebut harus terlebih dahulu

dipenuhi salah satu syarat bolehnya menikah dengan wali hakim

Page 62: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

47

kemudian ditambah dengan tidak adanya wali hakim yang semestinya

melangungkan akad pernikahan di wilayah tersebut. Adapun caranya

yaitu dengan kedua calon pengantin mengangkat seorang yang mengerti

tentang agama untuk menjadi wali dalam pernikahannya. Apabila

direnungkan secara seksama, maka masalah wali muhakam ini

merupakan hikmah yang diberikan Allah SWT kepada hamba-Nya, di

mana Dia tidak menghendaki kesulitan dan kemudaratan.

C. Asal Usul Anak

Asal usul anak merupakan dasar untuk menunjukkan adanya hubungan

kemahraman (nasab) dengan ayahnya. Demikianlah yang diyakini dalam fiqih

sunni. Kerena para ulama sepakat bahwa anak zina atau anak li’an hanya

mempunyai hubungan nasab kepada ibu dan saudara ibunya, penentuan nasab

merupakan salah satu hak seorang anak yang terpenting dan merupakan

susuatu yang banyak memberikan dampak terhadap kepribadian dan masa

depan anak. Seorang anak harus mengetahui tentang keturunannya, sebab asal

usul yang menyangkut keturunan dan sangat penting untuk menempuh

kehidupan dalam masyarakat (Fauzan,2008:175).

Nasab juga dipahami sebagai pertalian kekeluargaan berdasarkan

hubungan darah sebagai salah satu akibat dari perkawinan yang sah. Ulama

fiqih mengatakan bahwa nasab merupakan salah sat fondasi yang kokoh dalam

membina suatu kehidupan rumah tangga yang bisa mengikat antar pribadi

berdasarkan kesatuan darah (Fauzan, 2008:175). Di Indonesia masalah asal

usul anak terdapat beberapa ketentuan hukum yang berbeda-beda. Hal ini

Page 63: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

48

dapat dimengerti, karena pluralitas bangsa, utamanya dari segi agama dan adat

kebiasaan, maka ketentuan hukum yang berlaku pun bervariasi, setidaknya ada

dua hukum yang berlaku yaitu hukum islam dan hukum perdata yang termuat

dalam KUH perdata, sedangkan hukum islam termat dalam kitab-kitab fiqih

dan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI).

a. Asal Usul Anak Menurut Perspektif Fiqih

Penetapan asal-usul anak dalam perspektif hukum Islam memiliki arti

yang sangat penting, karena dengan penetapan itulah dapat di ketahui

hubungan nasab antara anak dengan ayahnya. Walaupun pada

hakikatnya setiap anak yang lahir berasal dari sperma seorang laki-laki dan

sejatinya harus manjadi ayahnya, namun hukum islam memberikan

ketentuan lain untuk permasalahan ini (Akmal. 2006:276).

Seorang anak dapat dikatakan sah memiliki hubungan nasab dengan

ayahnya jika terlahir dari perkawinan yang sah. Sebaliknya anak yang lahir

di luar perkawinan yang sah, tidak dapat disebut dengan anak sah, dan

biasanya disebut dengan anak zina atau anak di luar perkawinan yang sah

dan ia hanya memiliki hubungan nasab dengan ibunya. Dengan demikian

membicarakan asal-usul anak sebenarnya membicarakan anak yang sah.

Dalam Pasal 250 Kitab Undang-undang Hukum Perdata dijelaskan

bahwa anak sah adalah anak yang dilahirkan dan dibuat selama

perkawinan. Jadi, selama dilahirkan dalam suatu ikatan perkawinan yang

sah mempunyai status sebagai anak kandung dengan hak-hak keperdataan

Page 64: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

49

melekat padannya serta berhak untuk memakai nama belakang untuk

menunjukan keturunan dan asal usulnya (Manan, 2008:78-79).

Adapun fiqih islam menganut pemahaman yang cukup tegas

berkenaan dengan anak sah. Walaupun tidak ditemukan definisi yang jelas

dan tegas berkenaan dengan anak yang sah, namun berangkat dari definisi

ayat- ayat Al-Qur’an dan Hadis, dapat diberikan batasan. Anak sah adalah

anak yang lahir oleh sebab dan di dalam perkawinan yang sah (Akmal,

2006:277).

Seluruh madzhab fiqih sepakat bahwa batas minimal usia

kehamilan adalah 6 bulan, di hitung dari saat akad nikah dilangsungkan.

Ketentuan ini di ambil dari firman Allah: Surat Al -Ahqaf ayat 15.

Artinya: ...masa mengandung sampai menyapihnya selama tiga puluh

bulan … (Qs. Al-ahqaf, 46:15).

Dan surat Al-Luqman ayat : 14

Artinya: Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang

bertambah - tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun ( selambat- lambat waktu menyapih ialah anak berumur 2 tahun ) (QS. Luqman, 31:14 )38

Kedua ayat tersebut, oleh Ibnu Abbas dan disepakti oleh para ulama, di

tafsirkan oleh Ibnu Abbas bahwa ayat pertama menunjukan tenggang

waktu mengandung dan menyapih adalah 30 bulan. Ayat kedua

Page 65: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

50

menerangkan bahwa menyapihnya setelah bayi di susukan secara

sempurna membutuhkan waktu 2 tahun atau 24 bulan. Berarti bayi

membutuhkan waktu 30-24 bulan = 6 bulan di dalam kandungan.

Dalam tafsir Ibnu Katsir kedua ayat ini dijadikan dalil oleh Ali bin Abi

Thalib RA, batas minimal waktu hamil adalah 6 bulan, dan itu merupakan

cara pengambilan hukum ( istinbath) yang kuat dan valid. Pendapat

tersebut di setujui oleh Usman bin Affan RA, dan beberapa sahabat lainya

(Furi, 2006: 317).

Menurut Imamiyah, jika ada fakta dan petunjuk-petunjuk yang

mendukung ucapan isteri atau suami Maka yang diberlakukan adalah

pendapat pihak yang mempunyai bukti atau petunjuk tersebut. Tetapi

apabila tidak ada petunjuk- petunjuk yang ditemukan sehingga

persoalannya menjadi tidak jelas, maka hakim memenangkan ucapan si

isteri sesudah disumpah dulu bahwa suaminya telah mencampurinya sejak

6 bulan yang lalu, lalu anak tersebut dinyatakan sebagai anak sah

suaminya itu (Mugniyah, 1999 :102).

Sedangkan batas maksimal usia kandungan menurut pendapat Ulama,

Abu Hanifah berpendapat bahwa batas maksimal kehamilan adalah 2

tahun, berdasar hadis Aisyah yang menayatakan bahwa, kehamilan

seorang wanita tidak melebihi 2 tahun. Imam Malik, Syafii dan Hambali

berpendapat bahwa masa kehamilan maksimal seorang wanita adalah

empat tahun. Para Ulama Madzhab ini menyandarkan pendapatnya

pada riwayat bahwa isteri Ajlan hamil selama empat tahun. Anehnya isteri

Page 66: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

51

anaknya, Muhammad, juga hamil selama empat tahun. Bahkan semua

wanita suku Ajlan hamil selama empat tahun pula. Ibad bin Awan

mengatakan batas maksimal kehamilan adalah lima tahun, sedangkan Al-

zuhri mengatakan tujuh tahun, dan Abu Ubaid menyatakan bahwa,

kehamilan itu tidak mempunyai batas maksimal.

Para Ulama Madzhab Imamiyah berbeda pendapat tentang batas

maksimal usia kehamilan. Mayoritas mereka berpendapat bahwa, batas

maksimal kehamilan adalah sembilan bulan. Yang lain mengatakan

sepuluh bulan, dan yang lain mengatakan satu tahun penuh. Tetapi mereka

seluruhnya sepakat, bahwa batas maksimal usia kehamilan itu tidak boleh

lebih dari satu jam dari satu tahun. Oleh karena itu apabila bayi lahir

kurang dari 6 (enam) bulan menurut fiqih dengan berpedoman pada

Al-qur’an, maka tidak bisa di hubungkan kekerabatanya kepada

bapaknya, walaupun dalam ikatan perkawinan yang sah. Ia hanya

memiliki hubungan nasab kepada ibu dan keluarga ibunya saja.

Jika di analisis pandangan fiqih berkenaan dengan anak sah ini

dapat di pahami bahwa anak sah di mulai sejak terjadinya pembuahan sel

telur (ovum) oleh sperma yang terjadi pada rahim wanita calon ibu dan

konsepsi ini harus lah terjadi dalam perkawinan yang sah, dari

sininlah penetapan anak sah tersebut dilakukan .

Dengan dimikian hukum islam menegaskan bahwa seorang anak

supaya dapat dianggap sebagai anak yang sah dari suami ibunya, anak itu

harus lahir sekurang-kurangnya enam bulan sesudah pernikahan atau di

Page 67: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

52

dalam tenggang “iddah” selama empat bulan sepuluh hari sesudah

perkawinan terputus.

Dengan demikian, apabila bayi lahir kurang dari 6 bulan sejak masa

perkawinan, maka anak tersebut tidak dapat di hubungkan

kekerabatanya dengan bapaknya walaupun lahir dari perkawinan yang sah.

Ia hanya memiliki hubungan nasab dengan ibunya (Akmal,2006 :280).

b. Asal Usul Anak Menurut Perspektif Undang-undang Perkawinan Nomor

1 Tahun 1974.

Undang- undang Nomor 1 tahun 1974 mengatur tentang asal usul anak

dalam Pasal 42, 43 dan 44. selengkapnya akan dikutip di bawah ini:

Pasal 42:

“Anak sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau akibat

perkawinan yang sah.” Pasal 43:

1. Anak yang lahir di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan

perdata dengan ibunya dan kelurga ibunya.

2. Kedudukan Anak tersebut ayat (1) di atas selanjutnya akan di atur

dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 44:

1. Seorang suami dapat menyangkal sah anak yang dilahirkan oleh

istrinya bilamana ia dapat membuktikan bahwa istrinya telah

berzina dan anak itu akibat dari perzinahan tersebut.”

2. Pengadilan memberikan keputusan tentang sah/tidaknya anak atas

permintaan yang bersangkutan (2005:18-19).

Page 68: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

53

Memperhatikan pasal 42 tersebut, di dalamnya memberi toleransi

hukum kepada anak yang lahir dalam perkawinan yang sah, meskipun

jarak antara pernikahan dan kelahiran anak kurang dari batas minimal

usia kandungan seperti yang akan dijelaskan kemudian. Jadi Selama bayi

yang di kandung tadi lahir pada ibunya dalam ikatan perkawinan yang sah,

maka anak tersebut adalah anak yang sah. Undang-undang tidak mengatur

batas minimal usia kandungan, baik dalam pasal-pasalnya maupun dalam

penjelasanya.

c. Asal Usul Anak Menurut Perspektif Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Dalam kompilasi hukum Islam ditegaskan dan dirinci, apa yang diatur

dalam Undang-undang perkawinan.

Pasal 99 :

Anak yang sah adalah

a. Anak yang dilahirkan dalam atau akibat perkawinan yang sah.

Pasal 100:

a. Anak yang lahir di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan

nasab dengan ibunya dan keluarga ibunya.”

Dalam kompilasi Hukum Islam, anak sah yang dimaksud dalam pasal

99 (a) adalah. Anak sah dari kedua orang tuanya, seperti yang dijelaskan

dalam pasal 53 dalam BAB VIII tentang Kawin Hamil, selengkapnya

akan dikutip dibawah ini:

Pasal 53:

1. “Seorang wanita hamil di luar nikah, dapat dikawinkan dengan pria

Page 69: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

54

yang yang menghamilinya.”

2. “Perkawinan dengan wanita hamil yang disebut ppada ayat (1)

dapat dilangsungkan tanpa menunggu lebih dahulu kelahiran

anaknya.”

3. “Dengan dilangsungkannya perkawinan pada saat wanita hamil,

tidak diperlukan perkawinan ulang setelah anak yang dikandung

lahir.”

Jadi, anak sah dan pernikahan yang sah, yang dimaksud dalam KHI

pasal 99 (a) apabila dikaitkan dengan pasal 53, adalah anak sah dari

pernikahan kedua oramg tuanya dan apabila pernikahanya pada saat hamil,

maka anak tersebut anak sah dari pria yang menghamilinya.

Pasal 101:

“Seseorang suami yang mengingkari sahnya anak, sedang istri tidak

menyangkalnya, dapat meneguhkan pengingkaranya dengan li’an. Pasal

102 kompilasi juga tidak merinci batas minimal dan maksimal usia bayi

dalam kandungan sebagai dasar suami untuk menyangkal sahnya anak

yang di lahirkan istrinya.”

D. Kedudukan Anak Yang Lahir Kurang Dari Enam Bulan

a. Pengertian Anak dan Statusnya Menurut Hukum Islam

Yang dimaksud dengan anak adalah (Ar: Walad: Jamak Aulad). Turunan

kedua manusia yang masih kecil. (Basuki, 1993:143).

Page 70: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

55

Dalam Al-Qur’an, anak disebut sebagai berita baik hiburan pada

pandangan mata dan perhiasan hidup, sebagaimana firman Allah SWT:

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan- amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS. Al-Kahfi: 46).

“Anak” menurut segi bahasa adalah keturunan kedua sebagai hasil

dari hubungan antara pria dan wanita. Adapun istilah kata “Anak Adam”

itu membawa arti umum yaitu seluruh manusia. Karena “Adam”lah

manusia pertama yang diciptakan Allah. Dengan mengakui asal mulanya

itu manusia dinamakan “Anak Adam” yang memberi arti pula, bahwa

manusia itu sama di dalam segala hal sekalipu telah didapatkan perbedaan-

perbedaan ang ditimbulkan oleh suasana hidup, tanah. Air dan lingkungan.

Anak merupakan amanat dari Allah SWT. Sebagai amanat, ia harus

dipelihara, diberi bekal hidup dan di didik agar kelak menjadi manusia

yang dewasa secara fisik dan mental. Ia berhak memperoleh perlindungan

dari semua yang dapat menghambat, apalagi merusak perkembangan

secara jasmani maupun rohani. Orang tua dan masyarakat berkewajiban

memberi perlindungan tersebut; ibunya misalnya wajib menyusui selama

dua tahun, dan menjaga kesehatannya dengan memberi makanan bergizi.

Dibawah kasih sayang ibu dan bapaklah pertumbuhan jasmani dan

rohani anak dapat berkembang dengan baik. Pertumbuhan anak diluar

lingkungan keluarga dan jauh dari kasih saang ibu dan bapak

Page 71: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

56

menimbulkan problem bagi dari anak. Tidak asing lagi bahwa salah satu

sebab bagi timbulnya kenakalan remaja yang sampai membawa kepada

problem narkotika dalam masyarakat adalah kegagalan keluarga dalam

menjalankan tugasnya untuk mengasuh dan mendidik anak. (Nasution,

1995: 435).

Menjadi orang tua merupakan peran yang diharapkan dan dihargai,

suatu pemenuhan kebutuhan manusiawi yang telah ada sejak usia dini,

yakni ketika anak-anak menujukkan bayi-bayi dan boneka. Bagi orang

muslim, anak adalah harta yang amat berharga. Suatu pemberian dari

Allah dan kecintaan para muslim terhadap anak-anak telah dikenal luas.

(Hanneef, 1993: 265).Dari beberapa pengertian pengertian anak tersebut

diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan anak adalah anak

yang dilahirkan oleh seorang ibu dari suami yang sah berdasarkan

perkawinan yang memnuhi syarat.

Setelah melihat dan mengetahui tentang pengertian anak, hal demikian

akan menentukan status anak, statusnya menurut hukum islam ada dua

macam yaitu:

1) Anak sah: yaitu anak ang dilahirkan dalam atau sebagai akibat

perkawinan yang sah.

2) Anak luar kawin: yaitu anak yang lahir akibat hubungan antara laki-laki

dengan perempuan yang tidak berada dalam ikatan perkawinan yang

sah, anak tersebut hana mempunyai hubungan perdata dengan ibunya

saja.

Page 72: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

57

b. Status Anak Yang Lahir Sebelum Enam Bulan Dari Perkawinan Menurut

Hukum Islam

Islam mengatur dalam menentukan status anak memperhatikan

beberapa unsur permasalahan dilihat dari perkawinan yang tidak sah

dengan laki-laki yang menghamilinya. Para ulama memperselisihkan

tenggang waktu enam bulan dihitung sejak akad nikah atau berkumpul.

1. Imam Malik dan Imam Syafi’I serta Jumhur Ulama berpendapat wanita

yang hamil kemudian melahirkan anak setelah enam bulan dari akad

perkawinan bulan dari masa berkumpulnya tidak dapat dinasabkan.

2. Imam Abu Hanifah berpendapat wanita ang melahirkan tetap berada

diranjang suaminya mak anak tersebut dapat dipertalihkan kepada

ayahna yang sah.

Mengenai anak yang diluar perkawinan hanya mempunyai hak nasab

dengan ibunya atau keluarganya yang dikuatkan dalam kompilasi hukum

Islam di Indonesia. Untuk mengetahui secara hukum apakah kelahiran

ditentukan masa kehamilan, maka yang terdapat adalah enam bulan dan

masa terpanjang galibnya adalah satu tahun. Dengan demikian apabila

seorang perempuan melahirkan dalam keadaan perkawinan sah dengan

seorang laki-laki tetapi jarak waktu antara terjadinya perkawinan dengan

saat melahirkan kurang dari enam bulan, maka anak yang dilahirkannya

bukan sah bagi suami ibunya.

Imam Malik dan Imam Syafi’I berpendapat jika seorang laki-laki

mengawini seorang wanita yang belum pernah dikumpuli atau sudah

Page 73: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

58

pernah, dalam waktu kurang dari enam bulan, kemudian wanita tersebut

melahirkan anak setelah enam bulah dari akad perkawinannya, bukan dari

masa berkumpulnya, maka anak yang dilahirkan itu tidak dapat

dipertalikan nasabnya kepada orang laki-laki yang menyebabkan

perkawinan, perhitungan enam bulan itu dimulai dari waktu berkumpul,

bukan dari anak nikah. (Rahman, 1994: 221).

Ulama fikih mengemukakan persoalan yang muncul dari perzinaan

yaitu :

1. Dalam masalah perkawinan Imam Ahmad bin Hambal mengatakan

bahwa orang mukmin tidak boleh mengawini orang yang telah

melakukan perzinaan. Hal ini didasarkan pada firman Allah SWT dalam

surat An Nur ayat 3.

“Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang mukmin.”

2. Dalam masalah akidah ulama fikih berbeda pendapat tentang kewajiban

idah bagi wanita yang melakukan perzinaan karena salah satu hikmah

idah adalah untuk mengetahui Rahim wanita tersebut berisi atau tidak

meskipun wanita yang berzina itu tidak mempunyai suami. Ulama

madzhab Hanafi, Syafi’I dan Hambali berpendapat bahwa wanita yang

Page 74: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

59

melakukan perzinaan tidak berhak mempunyai idah karena idah

merupakan syariat yang ditetapkan bagi wanita yang dikawini secara

sah.

3. Status anak yang lahir karena perzinaan ulama fikih sepakat

menyatakan bahwa anak yang lahir dari perzinaan adalah anak yang

suci tidak menanggung beban dari kedua pasangan tersebut. (Dasuki,

1996: 2032).

Adapun ulama yang membolehkan perkawinan antara perempuan

yang sedang hamil diluar nikah dengan pria yang menghamilinya

beralasan bahwa hal tersebut tidak bertentangan dengan firman Allah

SWT.

“Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang- orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui.” (QS. An-Nur: 32).

Dari ayat-ayat tersebut diatas para ulama masih terdapat perbedaan

pendapat didalam memahaminya, yaitu tentang boleh dan tidaknya wanita

hamil itu melakukan perkawinan, Imam Ahmad, Ibnu Hasyim, dan Imam

Ibnu Taimiyyah berpendapat bahwa laki-laki dengan perempuan yang

hamil tidak boleh melakukan perkawinan sebelum mereka bertaubat.

Imam Ahmad menambah syarat lain, yaitu perempuan tersebut harus

Page 75: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

60

menunggu sampai habisnya masa idah. Imam Syafi’I, Imam Hanafi dan

Imam Malik berpendapat bahwa perempuan berzina dapat dikawini oleh

laki-laki yang berzina menurutnya zina itu mengalangi sahnya perkawinan.

(Sabig, 1999: 132).

Setelah menentukan pandangan dalam hal bolehnya perkawinan antara

wanita yang hamil dengan laki-laki tesebut, maka tenggang waktu antara

pelakanaan perkawinan dengan lahrnya anak, ulama sepakat bahwa

tenggang waktu tersebut adalah enam bulan, namun masih berbeda dalam

menentukan awal perhitungannya. Imam Malik dan Imam Syafi’I

berpendapat bila seorang anak lahir enam bulan dari perkawinannya, buka

dari berkumpulnya maka anak tersebut tidak dapat dinaabkan kepada laki-

laki sebagai ayahnya yang sah.

E. Kawin Hamil

Yang dimaksud dengan “kawih hamil” disini ialah kawin dengan

seseorang wanita yang hamil diluar nikah baik dikawini oleh laki-laki yang

menghamilinya maupun oleh laki-laki yang menghamilinya maupun oleh laki-

laki yang menghamilinya. Hukum kawin dengan wanita yang hamil di luar

nikah para ulama berbeda pendapat, sebagai berikut :

1) Para ulama Madzhab Hanafi, Maliki, S yafi’i berpendapat bahawa

perkawinan keduanya sah dan boleh bercampur sebagai suami istri,

dengan ketentuan bila pria itu yang menghamilinya dan kemudian ia

mengawininya.

Page 76: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

61

2) Ibnu Hazm berpendapat bahwa keduanya boleh (sah) dikawinkan dan

boleh pula bercampur, dengan ketentuan, bila telah bertaubat dan

menjalani hukuman dera (cambuk), karena keduanya telah berzina.

Selanjutnya, mengenai pria yang kawin dengan wanita yang dihamili oleh

orang lain, terjadi perbedaan pendapat para Ulama:

1. Abu Yusuf, mengharamkan yakni tidak membolehkan mengawini wanita

hamil akibat zina, karena hamil akibat zina mencegah persetujuan, maka

mencegah akadnya juga, seperti pencegahan terhadap nasab, dan bila

dikawinkan perkawinanya batal.

2. Ibnu Qudamah sependapat dengan dengan Imam abu Yusuf dan

menambahkan bahwa seorang pria tidak boleh mengawini wanita yang

diketahui berbuat zina dengan orang lain, kecuali dengan 2 syarat:

a. Wanita tersebut telah melahirkan bila ia hamil. Jadi dalam keadaan hamil

ia tidak boleh kawin.

b. Wanita tersebut telah menjalani hukuman dera (cambuk) terlebih

dahulu, apakah ia hamil/ tidak.

3. Imam Muhammad bin Al-Hasan Al-Syaibani mengatakan bahwa

perkawinanya itu sah, tetapi haram baginya bercampur, selama bayi yang

dikandungnya belum lahir. Pendapat ini berdasarkan hadist:

Artinya: Janganlah engkau campuri wanita yang hamil, sehingga lahir (kandunganya) (Ghozali, 2008:127).

Page 77: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

62

4. Imam Abu Hanifah dan Imam S yafi’i berbendapat bahwa perkawinan itu

dipandang sah, karena tidak terikat dengan perkawinan orang lain (tidak ada

masa iddah). Wanita itu boleh juga dicampuri, karena tidak mungkin nasab

(keturunan) bayi yang dikandung itu ternodai oleh sperma suaminya.

Sedangkan bayi tersebut bukan keturunan orang yang mengawini ibunya itu

(anak diluar nikah).

Dengan demikian, status anak itu adalah sebagai anak zina, bila

pria yang mengawini ibunya itu bukan pria yang mengawini ibunya itu

bukan pria yang menghamilinya. Namun bila pria yang mengawini ibunya

itu, pria yang menghamilinya, maka terjadi perbedaan pendapat:

1. Bayi itu termasuk anak zina, bila ibunya dikawini setelah usia

kandunganya berumur 4 bulan ke atas. Bila kurang dari 4 bulan, maka

bayi itu adalah anak suaminya yang sah.

2. Bayi itu termasuk anak zina, Karena anak itu adalah anak diluar nikah,

walaupun dilihat dari segi bahasa, bahwa anak itu adalah anaknya, karena

hasil dari sperma dan ovum bapak dari ibunya itu (Ghozali, 2008:128)

Page 78: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

63

BAB III

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum KUA Kecamatan Banjarsari

1. Letak Geografis

Kecamatan Banjarsari bagian dari 5 Kecamatan yang berada di wilayah

Kota Surakarta bagian utara dari kota Surakarta dengan batas-batas wilayah

Kecamatan Banjarsari Surakarta:

- Sebelah Utara :Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten

Karanganyar

- Sebelah Selatan :Kecamatan Serengan dan Laweyan Kota

Surakarta

- Sebelah Timur : Kecamatan Jebres Kota Surakarta

- Sebelah Barat :Kecamatan Colomadu Kabupaten

Karanganyar

Kantor Urusan Agama Kecamatan Banjarsari Surakarta menempati

tanah Hak Milik Kementerian Agama seluas 314 m2 yang beralamat di

Jalan Ahmad Yani Nomor 275, Telepon (0271) 717001 Surakarta Kode Pos

57134.

Kecamatan Banjarsari dengan luas wilayah 14,81 km2 didiami penduduk

sebanyak 175.379 juta jiwa. Penduduk tersebut tersebar dalam 13

kelurahan, antara lain:

1. Kelurahan Kadipiro

Page 79: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

64

2. Kelurahan Nusukan

3. Kelurahan Gilingan

4. Kelurahan Setabelan

5. Kelurahan Kestalan

6. Kelurahan Keprabon

7. Kelurahan Timuran

8. Kelurahan Ketelan

9. Kelurahan Punggawan

10. Kelurahan Mangkubumen

11. Kelurahan Manahan

12. Kelurahan Sumber

13. Kelurahan Banyuanyar

2. Visi dan Misi Kantor Urusan Agama Kecamatan Banjarsari

a. Visi KUA Kecamatan Banjarsari Surakarta

“ Unggul dalam pelayanan dan bimbingan umat Islam berdasarkan Iman,

taqwa dan akhlak mulia. “

b. Misi Kantor Urusan Agama Kecamatan Banjarsari Surakarta

1. Meningkatkan pelayanan bidang organisasi dan ketatalaksanaan.

2. Meningkatkan pelayanan teknis dan administrasi nikah dan rujuk.

3. Meningkatkan pelayanan teknis dan administrasi kependudukan dan

keluarga sakinah, kemitraan umat dan produk halal.

4. Meningkatkan pelayanan teknis dan administrasi kemasjidan, zis dan

wakaf.

Page 80: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

65

5. Meningkatkan pelayanan informasi tentang Madrasah, Pondok

Pesantren, Haji dan Umroh.

6. Meningkatkan pelayanan lintas sektoral.

3. Jumlah Penduduk Menurut Agama dan Kepercayaan

Informasi tentang jumlah penduduk berdasarkan agama diperlukan

untuk merencanakan penyediaan sarana dan prasarana peribadatan serta

merencanakan suatu program kegiatan yang berkaitan dengan kerukunan

antar umat beragama. Penduduk Kecamatan Banjarsari termasuk majemuk,

jumlah penduduk Kecamatan Banjarsari 175.379 jiwa, dengan rincian

pemeluk agama sebagai berikut:

Islam : 134.626 jiwa

Kristen : 28.239 jiwa

Katholik : 11.976 jiwa

Hindu : 160 jiwa

Budha : 349 jiwa

Konghucu : 19 jiwa

Aliran Kepercayaan : 10 jiwa

4. Mata Pencaharian

Profil penduduk menurut jenis pekerjaan menginformasikan jenis-jenis

sektor pekerjaan yang heterogen dan sangat berkontribusi terhadap

perekonomian Kecamatan Banjarsari. Adapun jenis pekerjaan di

Kecamatan Banjarsari meliputi PNS, Karyawan BUMN, Karyawan

BUMD, Kepolisian RI, Dokter, Dosen, Guru, Wiraswasta, dll.

Page 81: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

66

5. Data keagamaan di wilayah Kecamatan Banjarsari Surakarta

Untuk membangun sektor sumber daya manusia baik fisik aupun

mental, Kecamatan Banjarsari Surakarta memiliki fasilitas pendidikan

formal maupun non formal dengan jumlah sebagai berikut:

a. Jumlah Perkawinan, Talak, Cerai dan Rujuk :

- Nikah : 1043 peristiwa

- Talak : 48 peristiwa

- Cerai : 101 peristiwa

- Rujuk : -

b. Jumlah Tempat Ibadah :

- Masjid : 199 buah

- Langgar : 36 buah

- Mushalla : 45 buah

- Gereja Katholik : -

- Gereja Protestan : 68 buah

- Pura : 1 buah

- Wihara : 2 buah

c. Pendidikan Formal

- TK Negeri : 1 buah, TK swasta : 65 buah, SLB : 5 buah

- SDN : 58 buah, SD swasta : 14 buah, M I N : 1

buah

- SMPN : 8 buah, SMP swasta : 12 buah, MTs N :

1 buah

Page 82: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

67

- SMAN : 5 buah, SMA swasta : 10 buah, MAN : 1 buah

- PTN : - buah, PTS : 4 buah

d. Pondok Pesantren

Jumlah Pondok Pesantren di wilayah Kecamatan Banjarsari

Surakarta ada 2 Pondok Pesantren yaitu:

- Pondok Pesantren Al Abidin di Kelurahan Banyuanyar Surakarta

- Pondok Pesantren Budhi Utomo di Kelurahan Kadipiro Surakarta.

e. Lembaga Keagamaan

Adapun lembaga keagamaa yang ada di wilayah Kecamatan

Banjarsari antara lain sebagai berikut: Nahdlatul Ulama (NU),

Muhammadiyah, MTA, Al Hidayah, LDII, Majlis Taklim, Remaja

Masjid, TPA/TPQ.

f. Penghulu

Penghulu fungsional pada KUA Kecamatan Banjarsari ada 2 (dua)

orang yaitu:

- Penghulu pertama: H. Muh. Khaerudin, SHI

- Penghulu Muda : Nasyith Ahmadi, S. Sy

g. Pembatu Pegawai Pencatat Nikah

Pembantu Pegawai Pencatat Nikah berjumlah 10 orang, kelurahan

yang tidak ada P3N adalah kelurahan Timuran, Punggawan, Kestalan

h. Penyuluh Agama Islam

Penyuluh Agama Islam ada dua kategori yaitu penyuluh madya

yaitu Arif Yudi Asmara, S. Ag.,MSI. dan penyuluh pelaksana yaitu May

Page 83: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

68

Hidayah Isnaini serta penyuluh honorer yang berjumlah 26 orang yang

terebar di seluruh kelurahan di wilayah Kecamatan Banjarsari Surakarta.

(Profil KUA Kecamatan Banjarsari)

B. Struktur Organisasi KUA Kecamatan Banjarsari

Struktur Organisasi KUA Kecamatan Banjarsari (Data Struktur

Organisasi KUA Kecamatan Banjarsari)

KEPALA Drs. Basir

PENGHULU Muh.Kaerudin, S.H.I

PENYULUH Arif Yudi A, M.Si

PENGHULU Nasyith A, S.Sy.

PENGOLAH DATA Desi R, S.E

ADMINISTRASI M. Yunan H, S.Ag

PENYULUH May Hidayah I

C. Tugas dan Fungsi Pokok Kantor Urusan Agama Kecamatan Banjarsari

Surakarta

Kantor Urusan Agama (KUA) merupakan bagian dari system Departemen

Agama, sedangkan Departemen Agama mempunyai tugas pokok yaitu :

menyelenggarakan sebagian tugas umum pemerintahan dan pembangunan di

bidang agama.

Kantor Urusan Agama (KUA) merupakan bagian dari unsur pelaksana

sebagaian tugas pokok Departemen Agama, yang berhubungan langsung

dengan masyarakat dalam suatu wila yah kecamatan. Sebagaimana

Page 84: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

69

ditegaskan dalam Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 11

Tahun 2007 tentang Pencatatan Nikah Bab 1 Pasal 1 menyebutkan bahwa :

1. Kantor Urusan Agama Kecamatan yang selanjutnya disebut KUA

adalah instani Kementrian Agama ang bertugas melaksanakan sebagian

tugas Kantor Kementrian Agama kabupaten/ Kota di bidang urusan

agama Islam dalam wilayah kecamatan.

2. Kepala Seksi adalah kepala seksi yang ruang lingkup tugasnya meliputi

tugas kepenghuluan pada kantor kementrian agama kabpaten/kota.

3. Penghulu adalah penjabat fungsional pegawai negeri sipil yang diberi

tugas, tanggungjawab dan wewenang untuk melakukan pengawasan

nikah/ rujuk menurut agama Islam dan kegiatan kepenghuluan.

4. Pembatu Pegawai Pencatat Nikah adalah anggota masyarakat tertentu

yang diangkat oleh kepala kantor kementrian agama kabupaten/kota

untuk membantu tugas-tugas PPN di desa tertentu.

Dalam penjabarannya Kantor Urusan Agama berkewajiban menjalankan

fungsinya sebagai berikut:

1. Menyelenggarakan statistikdan kegiatan perkantoran.

2. Menyelenggarakan surat-menyurat, pengurusan surat, kearsipan,

pengetikan dan rumah tangga Kantor Urusan Agama Kecamatan.

3. Melaksanakan pencatatan nikah dan rujuk, mengurus dan membina

masjid, zakat, wakaf, baitul mal dan ibadah social, kependudukan dan

pengembangan keluarga sakinah sesuai dengan kebijaksanaan yang

ditetapkan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan

Page 85: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

70

Penyelenggaraan Haji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. (Data Monografi KUA Kec. Banjarsari)

D. Tugas Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Banjarsari Surakarta

Dalam Bab II Pasal 2 ayat 1, 2 dan 3 Peraturan Menteri Agama Republik

Indonesia Nomor 11 Tahun 2007 menyebutkan bahwa :

1. Pengawas Pencatat Nikah yang selanjutnya disebut PPN adalah pejabat

yang melakukan pemeriksaan persyaratan, pengawasan dan pencatatan

peristiwa nikah/rujuk, pendaftaran cerai talak, cerai gugat dan melakukan

bimbingan perkawinan.

2. PPN dijabat oleh Kepala KUA.

3. Kepala KUA sebagaimana dimaksud pada ayat 2 menandatangani akta

nikah, akta rujuk, buku nikah (kutipn akta nikah) dan kutipan akta rujuk.

(Data Monografi KUA Kec. Banjarsari)

E. Program Kerja dan Realisasi

1. Peningkatan Pelayanan di Bidang Administrasi dan Pengelolaan Data

yang Akurat

Tugas pokok KUA adalah melaksanakan sebahagian tugas Kepala

Kantor Kementrian Agama Kabupaten / Kota di Bidang Bimbingan

Masyarakat Islam dalam Wilayah Kecamatan sesuai dengan KMA No.

18/1975, kemudian disempurnakan dengan KMA Nomor 73/1996. Tugas

tersebut disusun dalam bentuk program dan dijabarkan dalam bentuk

pelayanan, bimbingan dan pembinaan kepada masyarakat di bidang

keagamaan.

Page 86: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

71

Dalam menjalankan organisasi baik organisasi formal maupun non

formal sesuai KMA No. 517 tahun 2001 Bab II Pasal 7 tentang Tata

Kerja menyebutkan bahwa “dalam melaksanakan tugasnya, Kepala

Kantor Urusan Agama (KUA) wajib menerapkan prinsip koordinasi,

integrasi dan sinkronisasi baik di lingkungan Kementrian Agama maupun

unsur Kementrian di Kecamatan dengan unsur Pemerintah Daerah.”

a. Tata Usaha

Bidang ketatausahaan merupakan proses kerja yang sangat vital

pada suatu perkantoran. Ketata usahaan yang telah dilakukan di KUA

Kecamatan Banjarsari adalah dengan melaksanakan arsip dinamis,

melayani masyarakat dengan pelayanan yang prima, melaksanakan

pembinaan pada staf dan Pembantu PPN untuk tertib administrasi

dalam pengisian blangko-blangko pernikahan dalam aplikasi

SIMKAH.

Dengan tenaga yang terbatas, Kantor Urusan Agama Kecamatan

Banjarsari berusaha melaksanakan proses kegiatan ketatausahaan

secara maksimal.

b. Pendataan

Pendataan merupakan kegiatan yang mengumpulkan data atau

arsip-arsip untuk melksanakan suatu program. Bahkan juga sebagai

bahan untuk mengetahui perkembangan dan keberhasilan suatu

program.

Page 87: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

72

Adapun pendataan yang dilaksanakan di KUA Kecamatan

Banjarsari adalah :

1. Data penduduk enurut Pemeluk Agama

2. Data dan Statistik NTCR

3. Data Tempat Ibadah

4. Data Infaq, Zakat Fitrah dan Ibadah Qurban

5. Data TPA / TPSA

6. Data Tanah Waqaf

7. Data Jama’ah Haji

8. Data Lembaga-lembaga Keagamaan

c. Pelaporan

Pelaporan dari setiap kegiatan adalah suatu hal yang harus

dilaksanakan berguna untuk menyampaikan perkembangan suatu

program yang dilaksanakan untuk mengetahuitingkat keberhasilan

yang dicapai. Pada Kantor Urusan Agama Kecamatan Banjarsari,

pelaporan dilaksanakan secara berurutan, yang meliputi:

1. Laporan Bulanan

2. Laporan Triwulan

3. Laporan Tahunan / LAKIP

Perlengkapan administrasimerupakan hal yang penting dalam

sebuah ketatausahaan di suatu lembaga. Tanpa perlengkapan

administrasi yang memadai, lembaga itu tidak akan berjalan baik di

setiap program dan tugas pelayanan terhadap masyarakat.

Page 88: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

73

Pada Kantor Urusan Agama Kecamatan Banjarsari, perlengkapan

administrasi sudah ada walapun sederhana seperti: 3 unit computer

yang sangat sederhana, 2 buah laptop, sebuan printer PLQ untuk

mencetak buku nikah dan sebuah printer canon.

d. Tata Laksana Keuangan

Salah satu Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang berasal

dari kanwil kementrian agama prof. Jawa Tengah adalah biaya Nikah

dan Rujuk bagi umat Islam.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka dana yang bersal dari

pungutan biaya nikah dan rujuk harus mengikuti ketentuan yang

berlaku dengan mempedomani:

1. Keputusan Presiden No. 16 Tahun 1980, tentang keseragaman

sistem anggaran pendapatan dan belanja Negara.

2. Keputusan Menteri Agama No. 16 Tahun 1980, tentang

Keseragaman Sistem Pembukuan di Lingkungan Departemen

Agama.

3. Keputusan Menteri Agama No 47 / 2004 tentang Biaya

Pencatatan Nikah / Rujuk.

4. Peraturan Menteri Agama No 71 Tahun 2009, tentang

Pengelolaan Biaya Pencatatan Nikah dan Rujuk.

5. Peraturan Presiden No 48 Tahun 2014, tentang Perubahan Atas

PP No. 47 Tahun 24 tentang Tarif Jenis Peneriamaan Negara

Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Agama.

Page 89: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

74

2. Peningkatan Pelayanan di Bidang NR dan Keluarga Sakinah

KUA Kecamatan Banjarsari sudah menerapkan pencatatan nikah

sesuai dengan PMA No. 11 tahun 2007, serta sejak bulan oktober 2013

sudah menerapkan aplikasi SIMKAH dalam peristiwa NR.

3. Peningkatan Pemahaman UU Perkawinan, Kompilasi Hukum Islam

Dalam peningkatan UU Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam,

KUA Kecamatan Banjarsari memuali disaat melaksanakan Suscatin, dan

wawncara langsung dengan setiap calon pengantin pada saat pemeriksaan

nikah. Apabila ditemui kasus-kasus wanita yang sudah hamil sebelum

nikah, maka kebijakan kantor urusan agama Kecamatan Banjarsari

memberikan pemahaman kalau calon pengantin laki-laki tidak dapat

menjadi wali apabila kehamilannya sudah lebih dari 4 bulan.

Disamping kegiatan struktural yang wajib dilaksanakan pada KUA

Kecamatan Banjarsari, ada juga kegiatan yang harus dilaksanakan, yang

berbentuk non structural, kegiatan non strukturan KUA Kecamatan lebih

banyak bersifat pembinaan kehidupan keagamaan dalam masyarakat.

Adapun bentuk kegiatan non struktural KUA Kecamatan Banjarsari

adalah:

1. Badan Kesejahteraan Masjid (BKM)

2. Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Agama (LP2A)

3. Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ)

4. Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI)

5. Badan Amil Zakat Kecamatan

Page 90: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

75

6. Majlis Ulama Indonesia Kecamatan

4. Peningkatan Pembinaan Kemasjidan

Pembinaan kemasjidan dilaksanakan dengan mengadakan turun

langsung kesetiap masjid yang ada di Kecamatan Banjarsari sesuai

jadwal yang dibuat oleh penyuluh agama, sehingga setiap informasi baik

yang datang dari pemerintah sampai kepada masyarakat, dan masukan-

masukan dari masyarakat dapat diterima langsung untuk dibicarakan

ditingkat kecamatan.

5. Peningkatan Pembinaan Zakat, Wakaf dan Haji

Bidang wakaf juga telah di upayakan pendataan tanah wakaf baik

yang sudah bersertifikasi maupun yang belum, serta mengupayakan

menyegerakan sertifikat tanah wakaf dengan koordinasi dengan BPN

Kota Surakarta.

Bidang Haji KUA Kecamatan Banjarsari melaksanakan manasik haji

mandiri di tingkat kecamatan dan meningkatkan penyuluhan kepada

masyarakat tentang perlunya ibadah haji bagi yang mampu.

6. Kegiatan Lintas Sektoral

KUA Kecamatan Banjarsari di samping menjalankan kegiatan

structural, juga membangun kegiatan non structural. Dalam hal ini KUA

Kecamatan Banjarsari selalu mengacu kepada tugas pokok KUA itu

sendiri yaitu melaksanakan sebagian tugas Kantor Kementrian Agama

Kabupaten/kota di bidang bimbingan masyarakat Islam dalam yuridiksi

Page 91: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

76

wilayah kecamatan. Unsur-unsur mitra kerja lintas sektoral KUA

Kecamatan Banjarsari adalah:

a. Camat Kecamatan Banjarsari

b. Koramil Banjarsari

c. Kapolsek Banjarsari

d. Dinas Sosial

e. Puskesmas di seluruh Kecamatan Banjarsari

f. Kelurahan se-Kecamatan Banjarsari

g. Lembaga-lembaga Keagamaan ditingkat Kecamatan melalui

hubungan yang baik dengan mitra lintas sektoral kecamatan Banjarari

seiring sejalan serta selaras bekerja sama memacu pembangunan yang

saling menguatkan di wilayah kecamatan banjarsari.

7. Program Kerja

Bertumpu pada Visi dan Misi Kementrian Agama, tugas pokok dan

fungsi kantor kementrian Agama Kota Surakarta serta Visi dan Misi

KUA Kecamatan Banjarsari Surakarta, maka dalam pelaksanaannya

supaya berdaya guna dan berhasil guna (efektif dan efiaien), maka

disusunlah suatu perencanaan kegiatan yang tertuang dalam Program

Kerja Tahun 2015.

8. Pelaksanaan Tugas

Untuk merealisasikan perencanaan yang tertuang dalam program

kerja tahun 2015, maka dalam kesempatan ini kami sampaikan kegiatan-

kegiatan yang terlaksana selama tahun 2015 adaah sebagai berikut :

Page 92: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

77

a. Fisik

- Mengadakan perbaikan / pengecatan kantor

- Mengadakan perawatan / perbaikan inventaris kantor

- Penjilidan berkas NB setiap bulan

- Melengkapi data-data dan statistik kantor

- Pembangunan gedung baru KUA melalui dana SBSN di lokasi

yang baru

b. Non Fisik

1. Bidang Administrasi

- Menertibkan administrasi surat menyurat, perkawinan,

kemasjidan, perwakafan, ibadah sosial dan kearsipan

- Mengintensifkan laporan kegiatan, baik bulanan, triwulan

maupun tahunan serta mengolah dan menyajikan data

- Meningkatkan kualitas pelayanan secara prima dan

professional kepada masyarakat

2. Bidang Kepenghuluan

- Mengadakan penyuluhan tentang UU Nomor 1 Tahun 1974

- Mengadakan sosialisasi PP 48 Tahun 2014 melaui rapat lintas

sektoral

- Melakukan pemeriksaan persyaratan, pengawasan dan

pencatatan nikah/rujuk

- Mengadakan bimbingan dan pelayanan kepenghuluan

Page 93: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

78

- Melaksanakan pencatatan cerai gugat dan cerai talak dari

pengadilan agama kedalam buku register talak/cerai

- Menertibkan administrasi dan pelaporan kepenghuluan

- Mengadakan pembinanaan Pembantu Pegawai Pencatat Nikah

3. Bidang Kemasjidan, Wakaf, Zakat dan Ibadah Sosial

- Mengadakan pebinaan dan pendataan ulang tempat ibadah dan

kepengurusannya

- Melaksanakan administrasi dan prosesi perwakafan dan

pensertifikan tanah wakaf serta menertibkan

administrasi/arsipnya

- Mengadakan penyuluhan UU nomor 41 tahun 2004 tentang

wakaf

- Mengadakan penyuluhan UU No. 33/1999 tentang pengelolaan

zakat

- Mengirimkan peserta penataran wakaf ke semarang

- Mengirimkan diklat hisab dan rukyat ke semarang

- Melaksanakan pendataan ibadah sosial (Penerimaan dan

pengeluaran zakat dan penembelihan hewan kurban).

- Membuat laporan kemasjidan, wakaf, zakat dan ibadah sosial

4. Bidang Bimbingan Perkawinan

- Melaksanakan penasihatan keluarga bermasalah yang

berkonsultasi dengan BP 4.

- Membuat laporan pernikahan, perceraian, talak dan rujuk

Page 94: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

79

- Melaporkan peristiwa nikah ke kantor dinas kependudukan dan

catatan sipil kota Surakarta

5. Kegiatan Lintas Sektoral

- Ikut aktif mengikuti kegiatan lintas sektoral di Kecamatan

seperti lomba desa, kegiatan PIN, P2W KSS, dan lain-lain.

- Ikut aktif dalam pelaksanaan tarawih keliling tingkat kota dan

hari-hari besar Islam

- Bekerjasama dengan Muspika, LP2A dan MUI Kecamatan

Banjarsari, mengadakan tarawih keliling tingkat Kecamatan

Banjarsari sebanyak 4 kali putaran selama sebulan

- Ikut aktif menjadi rohaniawan / doa ditingkat kota Surakarta

- Ikut aktif mengisi khutbah jum’at dan siaran di RRI Surakarta.

6. Bidang Urusan Haji

- Membentuk panitia manasik haji tahun 2015/1436 H dan

melaksakan manasik pada tanggal 05-08 Agustus 2015 di Aula

Kemenag Kota Surakarta

- Jumlah jamaah Haji di wilayah kecamatan Banjarsari tahun

2015 / 1436 H berjumlah 114 jamaah. (Data Monografi KUA

Kecamatan Banjarsari)

F. Penentuan Wali Nikah Bagi Perempuan yang Lahir Kurang dari 6

Bulan

1. Kasus di KUA Kecamatan Banjarsari

Page 95: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

80

Pernikahan yang mengunakan wali hakim dari bulan Januari

sampai Oktober 2017 di KUA kec. Banjarsari Kota Surakarta.

NO

BULAN

JUMLAH PERNIKAHAN

WALI

NASAB HAKIM 1. Januari 59 44 15 2. Februari 57 45 12 3. Maret 73 42 21 4. April 103 76 27 5. Mei 74 53 21 6. Juni 16 12 4 7. Juli 134 108 26 8. Agustus 85 62 23 9. September 140 106 34 10 Oktober 54 44 10

Jumlah 795 592 193

Tabel 1 (Data di catatan Buku Pernikahan KUA Kec. Banjarsari

tahun 2017)

Selama tahun 2017 dari bulan Januari sampai Oktober, jumlah

pernikahan yang menggunakan wali hakim ada 193 pasangan di KUA

Banjarsari. Adapun Jumlah pernikahan yang menggunakan wali hakim

karena perempuan yang lahir kurang dari 6 bulan ada 40 pasangan.

Namun dari peneliti, penulis hanya dapat menyertakan 14 pasang. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat dalam daftar tabel nama-nama pasangan

pengantin yang menggunakan wali hakim di bawah ini.

Page 96: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

81

NO

NAMA TANGGAL

MENIKAH

ALAMAT

1 Danik Setyaningsih dengan

Supriyanto

19 Juli 2017

Rejosari, Rt 08/XIII, Gilingan

2 Latifa Alvia Lita dengan Muhammad Dziya Ulkhaq

21 Juli 2017 Nayu Timur, Rt

01/18, Nusukan 3 Niken Kumala Prihasti

dengan udi Nur Cahyo

31 Juli 2017 Sudiroprajan, Rt 2/I, Jebres

4 Marselina Dewi Wijiastuti dengan Sholikhin

Abdurahman

31 Juli 2017

Blibis Kulon, Rt 01/18, Gilingan

5 Senja Utami dengan Ali Prasetyo Utomo

1 Agustus 2017 Depok, Rt 02/

IV, Manahan 6

Narati Putri Ayuningrum dengan Bogi Bela Arifadani

9 Agustus 2017

Turisari, Rt 01/VI,

Mangkubumen 7 Devi Adriana Sari dengan

Tomi Kurniawan 9 Agustus 2017 Mbakalan, Rt 06/XI,

Sumber 8 Ika Erna Yunita

dengan Andriyas Topo

30 Agustus 2017 Sekip, Rt 04/VIII, Kadipiro

9 Giyanti dengan Heru Purwanto

21 Agustus 2017 Ngangkruk, Rt 04/I, Gondangrejo

10 Ita Wulandari dengan Puguh Prasetyo

4 September 2017 Sumber, Rt 05/VII,

Banjarsari 11 Muna Fathi’a dengan Agus

Wahyudi

3 Oktober 2017 Dukuhan Nayu, Rt 5/II, Kadipiro

12 Airy Mindia dengan Indra

Kurniawan

27 Oktober 2017 Perum Seniman

Gebang, Rt 01/24, Kadipiro

13 Anindiya Agustina Kusumayanti dengan Ferdy

Ardian

30 Oktober 2017

Jl. Selayar 3/15, Rt

1/VI, Kestalan

14 Amalia Susanti dengan

Ferdy Ardian

30 Oktober 2017 Jl. Selayar 3/15Rt.

01/06 Kestalan, Banjarsari

Tabel 2 (Data dari Dokumen Pernikahan KUA Kec. Banjarsari tahun 2017)

2. Respon dari Para Pihak yang Bersangkutan.

Page 97: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

82

Respon dari para pihak yaitu dengan mempelai perempuan dan

dari wali mempelai perempuan, untuk mengetahui respon dari para

wali dan mempelai perempuan tentang pelaksanaan wali hakim bagi

prempuan yang akan menikah, di karenakan kelahiran anaknya kurang

dari 6 bulan di wilayah Kecamatan Banjarsari.

a. Wawancara dengan Bapak Murti Handoyo Bapak dari

Anindiya Agustina Kusumayanti.

Bapak Murti Handoyo menikah dengan Ibu Eka Sari Darmayanti

pada tanggal 13 Maret 1996, sedangkan Anindiya Agustina

Kusumayanti lahir pada tanggal 16 Agustus 1996. Dengan demikian

Anindiya harus menggunakan wali hakim, disebabkan karena

Anindiya lahir kurang dari enam bulan setelah pernikahan orang

tuanya.

Bapak Murti Handoyo menyatakan bahwa dalam masalah

perwalian dalam pernikahan dia belum mengetahui betul, karena

masih awam dalam masalah agama. Sehingga untuk masalah

perwalian dia menanyakan kepada bapak modin setempat dan dalam

hal pernikahan anaknya yang menggunakan wali hakim dikarenakan

anaknya lahir kurang dari 6 bulan.

Sebenarnya bapak murti ingin sekali menjadi wali bagi anak

perempuanya saat menikah, karena menurut sepengetahuanya yang

paling afdol menjadi wali adalah bapaknya sendiri, tetapi karena di

dalam islam tidak membolehkan. Karena anaknya lahir kurang dari

Page 98: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

83

6 bulan sehingga dia tidak bisa menjadi wali, sehingga beliau

menerima dengan lapang dada walaupun perasannya sangat berat

sekali dan kecewa dengan adanya ketentuan ini.

Sedangkan Anindiya dalam masalah Perwalian dia sama sekali

tidak mengetahui karena dalam masalah agama dia sangat minim

sekali pengetahuanya. Dan tentang masalah pernikahanya yang

menggunakan wali hakim dikarenakan kelahiranya kurang dari 6

bulan, dia secara kebetulan mengetahui penyebab bapaknya tidak

bisa menjadi wali.

Karena pada saat mendaftar di KUA dia ikut bersama ibunya,

ketika itu bapaknya keluar kota, setelah mendengarkan penjelasan

dari bapaknya tentang sebab-sebab bapaknya tidak bisa menjadi

wali, dia sangat kecewa sekali dengan orangtuanya karena tidak

bisa menjadi wali dia sempat menolak dan keberatan dengan

ketentuan itu karena dia menginginkan ayahnya yang menikahkan

sendiri, tetapi karena peraturanya seperti itu dia menerima dengan

ikhlas. (Wawancara dengan bapak Murti Handoyo, pada tanggal 30

Oktober 2017, jam 11.00 wib di rumahnya)

b. Wawancara dengan Bapak Sutimin Bapak dari Airy Mindia

Swastuti

Bapak Sutimin menikah dengan Ibu Diyah Indriyati pada tanggal 2

Agustus 1989, sedangkan Airy Mindia Swastuti lahir pada tanggal 9

November 1989. Dengan demikian Airy harus menggunakan wali

Page 99: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

84

hakim, disebabkan karena Airy lahir kurang dari enam bulan setelah

pernikahan orang tuanya.

Bapak Sutimin menyatakan dalam masalah perwalian beliau tidak

tahu-menahu. Karena beliau masih awam dalam masalah agama dan

dalam masalah perwalian bagi anak perempuan yang lahir kurang

dari 6 bulan dia pun tidak mengetahuinya, dan ketika anaknya

saudari airy dinikahkan dengan wali hakim karena kelahiranya

kurang dari 6 bukan, sebenarnya dia merasa keberatan, karena dia

menganggap dirinya masih ada dan bisa menjadi wali bagi

anaknya, tetapi setelah mendapat penjelasan dari tokoh masyarakat,

dan dari pihak KUA, bahwa anaknya harus menikah dengan wali

hakim. Karena peraturanya seperti itu, dia menerima dengan

ikhlas karena ketidakpahaman tentang masalah perwalian.

Airy Mindia Swastuti dalam masalah perwalian dia tidak tahu-

manahu dan ketika dirinya menikah dia hanya mengetahui bahwa

yang menikahkan adalah bapaknya sendiri, jadi saudara Airy tidak

tahu-menahu ketika pernikahanya menggunakan wali hakim. Yang

dia ketahui dia yang menikahkan adalah bapaknya sendiri.

Jadi dapat di simpulkan bahwa respon dan pendapat dari para

pihak yang terkait dalam pernikahan yang menggunakan wali

hakim bagi anak perempuan yang lahir kurang dari 6 bulan, baik

itu dari pihak wali dan dari pihak mempelai perempuan itu sendiri.

Mereka mengingkan menjadi wali, begitupun dari mempelai

Page 100: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

85

perempuan itu sendiri, mereka menginginkan ayahnya menjadi wali.

Tetapi karena keterbatasan dari mereka tentang pengetahuan agama

khususnya tentang perwalian, maka mereka menyerahkan

sepenuhnya kepada Bapak Penghulu dari KUA setempat.

(Wawancara dengan bapak Sutimin, pada tanggal 27 Oktober 2017,

jam 16.00 wib di rumahnya).

3. Respon dari Tokoh Masyarkat tentang Pernikahan bagi Perempuan

yang lahir kurang dari 6 bulan.

Wawancara dengan tokoh masyarakat bertujuan untuk mengetahui

pendapat mereka tentang pernikahan bagi anak perempuan yang lahir

kurang dari 6 bulan, dan pendapat masyarakat sekitar dengan adanya

ketentuan ini.

a. Wawancara dengan Bapak Drs. Andang Wahyu Wibowo

Salah Satu Tokoh Masyarakat di Kelurahan Keprabon

Menurut bapak A n d a n g apabila ada pernikahan kemudian di

ketahui anak perempun yang lahir kurang dari 6 bulan, adalah

dengan menggunakan wali hakim. Karena menurutnya di

dalam kitab-kitab fiqih, yang pernah beliau pelajari apabila ada

anak perempuan yang lahir kurang dari 6 bulan, maka a yahnya

tidak bisa menjadi wali, dan itu salah satu sebab pernikahan

mengunakan wali hakim.

Di kelurahan Keprabon jarang sekali terjadi kasus semacam ini

tapi pernah ada, sedangkan respon dari masyarakat apabila ada

Page 101: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

86

kasus semacam ini, masyarakat di kelurahan Keprabon kurang

begitu mengerti tentang masalah ini, sehingga masyarakat tidak

bisa membedakan pernikahan mana yang mengunakan wali

nasab maupun wali hakim, karena yang menikahkan sama-sama

dari pihak KUA, walupan tidak menggunakan wali hakim

biasanya masyarakat di Keprabon sebagian besar mewakilkan

kepada pihak KUA setempat. (Wawancara dengan bapak Drs.

Andang Wahyu Wibowo Salah Satu Tokoh Masyarakat di

Kelurahan Keprabon, pada tanggal 2 November 2017, jam 16.00

di rumahnya)

b. Wawancara dengan Bapak KH Sujatmoko Salah Satu Tokoh

Masyarakat di Kelurahan Gilingan

Menurut Bapak KH. Sujatmoko apabila ada pernikahan

sedangkan anak perempuan yang lahir kurang dari 6 bulan, itu

mengunakan dasar fiqih dan juga di zaman modern seperti ini

harus melalui keterangan dokter untuk memastikan anak tersebut

anak sah atau tidak. Di Kelurahan Gilingan kasus semacam ini

pernah terjadi tapi sangat jarang sekali, sedangkan respon dari

masyarakat Gilingan sendiri kurang begitu paham tentang

masalah ini karena kurangnya pengetahuan soal perwalian dalam

agama islam, sehingga mereka apabila ada permasalahan seperti

ini langsung diserahkan kepada bapak modin setempat.

(Wawancara dengan bapak KH Sujatmoko Salah Satu Tokoh

Page 102: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

87

Masyarakat di Kelurahan Gilingan, pada tanggal 2 November

2017, jam 14.00 di rumahnya)

c. Wawancara dengan Bapak KH. Ali Salah Satu Tokoh

Masyarakat di Kelurahan Kadipiro

Apabila ada kasus pernikahan sedangkan anak prempuan

diketahui lahir kurang dari 6 bulan, beliau sependapat dengan

tokoh masyarakat lainya. Yaitu dengan meggunakan dasar fiqih,

dan respon dari masyarakat Kadipiro sendiri ada dari sebagian

mereka dari kalanagan tertentu saja mengetahui masalah ini, tapi

kebanyakan tidak tahu manahu tentang masalah perwalian dalam

prenikahan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pendapat dari para tokoh

masyarakat di Kec. Banjarsari sama dengan pihak KUA, mereka

sepakat, apabila ada kasus pernikahan sedangkan anak prempuan

diketahuai lahir kurang dari 6 bulan, yaitu dengan meggunakan

dasar fiqih, sedangkan respon dari masyarakat apabila ada kasus

semacam ini masyarakat kurang begitu mengerti tentang masalah

ini sehingga masyarakat tidak bisa membedakan pernikahan mana

yang mengunakan wali nasab maupun wali hakim, karena yang

menikahkan sama-sama dari pihak KUA, walaupun tidak

menggunakan wali hakim, tapi masyarakat di Kecamatan

Banjarsari sebagian besar mewakilkan kepada pihak KUA

setempat. (Wawancara dengan bapak KH. Ali Salah Satu Tokoh

Page 103: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

88

Masyarakat di Kelurahan Kadipiro, pada tanggal 5 November

2017, jam 09.00 di rumahnya)

Page 104: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

89

BAB IV

ANALISI TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI

PEREMPUAN YANG LAHIR KURANG DARI 6 BULAN DI KUA KEC.

BANJARSARI KOTA SURAKARTA

A. Analisis Terhadap Pelaksanaan Penentuan Wali Nikah bagi

Perempuan yang Lahir Kurang dari 6 Bulan di KUA Kecamatan

Banjarsari

Masalah perwalian dalam arti perkawinan, mayoritas ulama

berpendapat bahwa wanita itu tidak boleh menikahkan dirinya sendiri dan

tidak pula mengawinkan wanita lainya karena akad perkawinan tidak di

anggap sah apabila tanpa seorang wali (Junaidi, 2003: 104) pendapat ini

dikemukakan oleh Imam Maliki dan Imam Syafi’i bahwa tidak ada

pernikahan tanpa wali, dan wali merupakan syarat sahnya pernikahan.

(Aminudin dan Abidin, 1999: 82).

Menurut madzhab hanafi, wali tidak merupakan syarat untuk sahnya

suatu pernikahan, tetapi sunah saja hukumnya boleh ada wali dan boleh

tidak ada wali, yang terpenting adalah harus ada izin dari orang tua

pada waktu akan menikah baik dia pria maupaun wanita.Sedangkan

menurut Undang-undang Nomor 1 tahun 1974, tidak jelas mengatur

tentang wali nikah, tetapi disyaratkan harus ada izin dari orang tua bagi

yang akan melangsungkan pernikahan dan apabila belum berumur 21

(dua puluh satu) tahun.

Page 105: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

90

Di Negara Indonesia yang kebanyakan menganut Madzhab Syafi’i wali

merupakan syarat sahnya pernikahan, jadi apabila pernikah tanpa wali,

maka pernikahanya tidak sah, dan di dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI)

wali dalam pernikahan merupakan rukun yang harus dipenuhi, oleh

calon mempelai wanita yang bertindak menikahkanya (Pasal 19 KHI),

wanita yang menikah tanpa wali berarti pernikahanya tidak sah. (Ali, 2006:

15).

Sebagaimana sudah dijelaskan pada bab sebelumnya yang berhak

menjadi wali adalah wali nasab, yaitu wali dari pihak keluarga mempelai

perempun dan apabila wali nasab sama sekali tidak ada, maka yang berhak

menikahkan adalah wali hakim.

Adapun yang di maksud dengan wali hakim adalah orang yang diangkat

oleh pemerintah (Menteri Agama) untuk bertindak sebagai sebagai wali

dalam suatu pernikahan, yaitu apabila seorang calon mempelai wanita

dalam kondisi:

1. Tidak mempunyai wali nasab sekali,

2. Walinya mafqud (hilang tidak diketahui keberadaanya).

3. Wali sendiri yang akan menjadi mempelai pria, sedang wali yang

sederajat dengan dia tidak ada

4. Wali berada di tempat yang sejauh masafaqotul qosri (sejauh

perjalanan yang membolehkan sholat qasar yaitu 92,5 km)

5. Wali berada dalam penjara atau tahanan yang tidak boleh dijumpai

Page 106: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

91

6. Wali adhol, artinya tidak bersedia atau menolak untuk

menikahkanya

7. Wali sedang melaksanakan ibadah (umrah) haji atau umroh.

(Departemen Agama RI, 2003: 34).

Apabila kondisinya salah satu dari tujuh point di atas, maka yang

berhak menjadi wali dalam pernikahan tersebut adalah wali hakim. Tetapi

di kecualikan bila wali nasabnya telah mewakilkan kepada orang lain untuk

bertindak sebagai wali, maka orang yang mewakilkan itu yang berhak

menjadi wali dalam pernikahan tersebut. (Departemen Agama RI, 2003:

113).

Tentang pelaksananan penentuan wali bagi anak perempuan yang

lahir kurang dari 6 bulan, sebenarnya sampai saat ini Kementerian Agama

belum pernah memberikan petunjuk untuk menanyakan status anak

perempun sulung yang akan menikah, untuk diperiksa akta kelahirannya

dan juga memeriksa buku pernikahan orang tuanya. Dalam Peraturan

Menteri Agama Yang terbaru Yaitu Undang-Undang Nomor 11 Tahun

2007 Tentang Pencatatan Nikah tidak mengatur mengenai permasalahan

tersebut.

Karena status seorang anak sudah di tentukan di dalam Undang-

Undang NO. 1 tahun 1974 Pasal 42, 43 dan 44. Selengkapnya sebagai

berikut:

Pasal 42:

Page 107: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

92

“Anak sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau akibat

perkawinan yang sah.”

Pasal 43:

1. “Anak yang lahir di luar perkawinan hanya mempunyai

hubungan perdata dengan ibunya dan kelurga ibunya.”

2. “Kedudukan Anak tersebut ayat (1) di atas selanjutnya

akan di atur dalam Peraturan Pemerintah.”

Pasal 44:

1. “Seorang suami dapat menyangkal sah anak yang dilahirkan

oleh istrinya bilamana ia dapat membuktikan bahwa istrinya

telah berzina dan anak itu akibat dari perzinahan tersebut.”

2. “Pengadilan memberikan keputusan tentang sah/tidaknya anak

atas permintaan yang bersangkutan.” (Undang-Undang

Pernikahan di Indonesia, 2005: 18).

Memperhatikan pasal 42 tersebut, di dalamnya memberi toleransi

hukum kepada anak yang lahir dalam perkawinan yang sah, meskipun jarak

antara pernikahan dan kelahiran anak kurang dari batas minimal usia

kandungan seperti yang akan dijelaskan kemudian.

Jadi selama bayi yang di kandung tadi dilahirkan oleh ibunya dalam

ikatan perkawinan yang sah, maka anak tersebut adalah anak yang sah.

Undang-undang tidak mengatur batas minimal usia kandungan, baik dalam

pasal-pasalnya maupun dalam penjelasannya. Dalam kompilasi Hukum

Page 108: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

93

Islam ditegaskan dan dirinci, apa yang diatur dalam Undang-undang

perkawinan.

Pasal 99 :

Anak yang sah adalah

a. “Anak yang dilahirkan dalam atau akibat perkawinan yang

sah.”

Pasal 100:

a. “Anak yang lahir di luar perkawinan hanya mempunyai

hubungan nasab dengan ibunya dan keluarga ibunya.”

Dalam kompilasi Hukum Islam anak sah dan perkawinan yang sah

yang dimaksud dalam pasal 99 (a) adalah anak sah dari kedua orang

tuanya, seperti yang dijelaskan dalam pasal 53 dalam BAB VIII Kawin

Hamil, selengkapnya akan dikutip dibawah ini:

Pasal 53:

1. “Seorang wanita hamil di luar nikah, dapat dikawinkan

dengan pria yang yang menghamilinya.”

2. “Perkawinan dengan wanita hamil yang disebut ppada ayat

(1) dapat dilangsungkan tanpa menunggu lebih dahulu

kelahiran anaknya.”

3. “Dengan dilangsungkannya perkawinan pada saat wanita

hamil, tidak diperlukan perkawinan ulang setelah anak yang

dikandung lahir.”

Page 109: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

94

Jadi, anak sah dan pernikahan yang sah, yang dimaksud dalam KHI

pasal 99 (a) apabila dikaitkan dengan pasal 53, adalah anak sah dari

pernikahan kedua oramg tuanya dan apabila pernikahanya pada saat hamil,

maka anak tersebut anak sah dari pria yang menghamilinya.

Pasal 101:

“Seseorang suami yang mengingkari sahnya anak, sedang isteri tidak

menyangkalnya, dapat meneguhkan pengingkarannya dengan li’an.”

(Departemen Agama RI, 2003: 38).

Pasal 102 kompilasi juga tidak merinci batas minimal dan maksimal

usia bayi dalam kandungan sebagai dasar suami untuk menyangkal sahnya

anak yang dilahirkan isterinya.

Pasal 102:

1. “suami yang akan mengingkari seorang anak yang lahir dari

istrinya, mengajukan gugatan ke Pengadilan Agama dalam

jangka waktu 180 hari sesudah hari lahirnya atau 360 hari

sesudah putusnya perkawinan atau setelah suami itu mengetahui

bahwa istrinya melahirkan anak dan berada di tempat yang

memungkinkan dia mengajukan perkaranya kepada Pengadilan

Agama.”

2. ”Pengingkaran yang di ajukan sesudah lampau waktu tidak dapat

di terima.”

Batasan 180 hari atau 6 bulan di atas ternyata tidak menjelaskan batas

minimal usia kandungan, demikian juga 360 hari bukan menunjuk batas

Page 110: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

95

maksimal usia bayi dalam kandungan. Akan tetapi menjelaskan batas waktu

untuk mengajukan persoalannya ke Pengadilan Agama.

Sebagaimana diketahui bahwa Kompilasi Hukum Islam adalah hasil

kesepakatan para ulama seluruh Indonesia yang perumusanya sudah melalui

diskusi-diskusi yang sangat panjang, dengan mempertimbangkan pendapat

pendapat yang ada.

Oleh karena itu menurut penulis seharusnya Kantor Urusan Agama

(KUA) sebagai lembaga pencatat pernikahan, di bawah Kementerian

Agama seharusnya berpedoman pada Kompilasi Hukum Islam. karena

sejak di tetapkan pada tahun 1991 dan dilaksanakan oleh Menteri Agama

menetapkan seluruh instansi Departemen Agama dan instansi pemerintah

lainnya, yang terkait agar menyebarluaskan Kompilasi Hukum Islam di

bidang Hukum perkawinan, kewarisan dan perwakafan.

Sebagaimana dimaksud dalam diktum pertama Instruksi Presiden

Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1991 tanggal 10 Juni 1991 untuk

digunakan oleh Instansi pemerintah dan masyarakat yang memerlukanya

untuk menyelesaikan masalah-masalah di bidang tersebut. (Departemen

Agama RI, 2003: 6).

Dan tujuan utama dirumuskannya Kompilasi Hukum Islam, adalah

menyiapkan pedoman (unifikasi) bagi Hakim Peradilan Agama dan menjadi

Hukum Materiil yang berlaku di Pengadilan Agama yang wajib di patuhi

oleh seluruh bangsa Indonesia yang beragama islam. (Rofiq, 2001: 85).

Page 111: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

96

Hal ini berbeda dengan yang terjadi di KUA Kecamatan Banjarsari

Surakarta dalam pelaksanaannya menggunakan dasar fiqih, yaitu apabila

anak perempuan lahir kurang dari 6 bulan, maka anak tersebut hanya

mampunyai hubungan nasab dengan ibunya saja, secara otomatis bapaknya

tidak bisa menjadi wali, maka anak tersebut apabila akan melaksanakan

pernikahan harus menggunakan wali hakim.

Di KUA Kecamatan Banjarsari dalam pelaksanaan penentuan wali

nikah bagi perempuan yang lahir kurang dari 6 bulan. Yaitu dengan cara

memeriksa akta kelahiran calon mempelai wanita dengan buku nikah

orangtuanya, kemudian dihitung untuk mengetahui asal usul anak

tersebut dan untuk menentukan siapa yang berhak menjadi wali. Apabila

kemudian di ketahui kurang dari 6 bulan, maka pernikahannya tidak bisa

menggunakan wali nasab, karena anak tersebut hanya mempunyai nasab

dengan ibunya saja dan apabila akan melaksanakan pernikahan harus

menggunakan wali hakim.

Apabila dari pihak wali merasa keberatan dengan ketetentuan ini, maka

mereka disuruh menikahkan sendiri, dan dari pihak KUA hanya mencatat

secara administrasi saja, karena dari pihak KUA mempunyai ke yakinan

bahwa tanggung jawab menikahkan bukan hanya dengan manusia tapi juga

dengan Allah SWT. Jadi mereka dalam permasalahan ini menggunakan

dasar fiqih munakahat sebagai acuan. (Wawancara dengan Bapak Drs.

Basir (Kepala KUA Kec. Banjarsari pada hari jum’at tanggal 20 Oktober

2017 jam 09.00 di KUA Banjarsari)

Page 112: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

97

Jadi menurut penulis bahwa pelaksanaan penentuan wali nikah bagi

perempuan yang lahir kurang dari 6 bulan di KUA Kecamatan Banjarsari

tidak mempunyai dasar hukum yang kuat.

Karena tidak ada Undang-undang yang mengatur tentang penentuan

wali nikah bagi perempuan yang akan menikah dan kelahirannya kurang

dari 6 bulan. Dan sampai saat ini Kementerian Agama belum pernah

memberikan petunjuk untuk menanyakan status anak perempun sulung

yang akan menikah, untuk diperiksa akta kelahiranya dan juga memeriksa

buku pernikahan orang tuanya, untuk mengetahui asul usul anak tersebut

dan untuk menetukan wali bagi mempelai perempuan.

Karena asal usal anak sudah diatur dalam pasal 42 Undang-undang

perkawinan No 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam pasal tersebut

dinyatakan bahwa anak sah adalah anak yang lahir dalam atau sebagai

akibat perkawinan yang sah. Ketentuan demikian juga terdapat dalam

pasal 99 (a). Kompilasi Hukum Islam.

B. Analisis Terhadap Dasar Hukum yang Digunakan Oleh KUA

Kecamatan Banjarsari dalam Penentuan Wali Nikah bagi Perempuan

yang lahir kurang dari 6 bulan.

Dalam pelaksanaan penentuan wali nikah bagi perempuan yang lahir

kurang dari 6 bulan, di KUA Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta,

menggunakan Wali hakim. Yaitu dengan cara memeriksa akta kelahiran

anak perempuan dan memeriksa buku nikah kedua orang tunya, kemudian

di hitung untuk mengetahui asal-usul anak tersebut dan untuk menentukan

Page 113: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

98

siapakah yang berhak menjadi wali. Apabila kemudian diketahui kelahiran

anak tersebut kurang dari 6 bulan di hitung dari akad nikah orang

tuanya maka yang berhak menjadi wali adalah wali hakim karena

bapaknya tidak bisa menjadi wali.

KUA Kecamatan Banjarsari menggambil dasar hukum dari kitab Al-

Muhazzab juz II. Halaman 130.

Bila calon mempelai wanita itu anak pertama dan walinya wali a yah,

perlu dipertanyakan tanggal nikah dan tanggal lahir anak pertamanya itu,

bila terdapat ketidakwajaran, seperti, baru 5 bulan nikah anak pertama lahir,

maka anak tersebut, termasuk katagori anak ibunya, dengan demikian perlu

diambil jalan tahkim (wali hakim).

Di dalam fiqih munakahat yang sudah menjadi kesepakatan para Imam

Madzhab bahwa waktu yang sependek-pendeknya untuk kandungan adalah

6 bulan, jadi apabila anak perempuan lahir kurang dari 6 bulan (Rachman,

1981: 201), maka menggunakan wali hakim. Ketentuan ini berdasarkan Al-

qur,an, dalam Firman Allah surat Al-Ahqaf ayat 15

Artinya: masa mengandung sampai menyapihnya selama tiga puluh bulan (Qs. Al-ahqaf, 46:15) (Departemen Agama RI, 2008: 504).

Dan surat Al-Luqman ayat 14

Page 114: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

99

Artinya: Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun ( selambat- lambat waktu menyapih ialah anak berumur 2 tahun ) (QS. Luqman, 31:14 ). (Departemen Agama RI, 2008: 412).

Kedua ayat tersebut, oleh Ibnu Abbas dan disepakati para ulama,

ditafsirkan bahwa ayat pertama menunjukan tenggang waktu mengandung

dan menyampih adalah 30 bulan. Ayat kedua menerangkan bahwa

menyapihnya setelah bayi di susukan secara sempurna membutuhkan 2

tahun atau 24 bulan, berarti bayi membutuhkan waktu 30-24 bulan = 6

bulan di dalam kandungan. (Rofiq, 1995: 224).

Dalam Tafsir Ibnu Kasir kedua ayat ini di jadikan dalil oleh Ali bin Abi

Thalib RA, batas minimal waktu hamil adalah 6 bulan, dan itu merupakan

cara pengambilan hukum (istinbath) yang kuat dan valid. Pendapat

tersebut disetujui oleh Usman bin Affan RA, dan beberapa sahabat lainya.

(Furi, 2006: 317)

Dari pernyataan tersebut di atas Munculah beberapa pendapat hukum

Ulama:

1. Apabila seorang Wanita dan Laki-laki kawin, lalu melahirkan

seorang anak dalam keadaan hidup dan sempurna bentuknya

sebelum 6 bulan, maka anak tersebut tidak bisa dikaitkan (nasabnya)

dengan suaminya. Syaikh Al-mufid dan Syaikh Al-Thusi dari

madzhab Imaniyah, dan Syaikh Muhyidin Abd Al-Hamid dari

Hanafi, mengatakan bahwa, nasib anak tersebut tergantung pada

suami (wanita tersebut). Kalau dia mau, dia bisa menolaknya, dan

Page 115: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

100

bisa pula mengakuinya sebagai anaknya dan mengaitkan nasabnya

dengan dirinya.

2. Kalau kedua suami istri bersengketa tentang lamanya waktu bergaul

mereka, misalnya si isteri mengatakan (kepada suaminya), “Engkau

telah bergaul denganku sejak 6 bulan atau lebih, karena itu anak ini

adalah anak mu,” lalu suaminya menjawab, “Tidak, aku baru

menggaulimu kurang dari 6 bulan, karena itu anak ini bukan anakku.”

(Mugniyah, 1999: 100).

Menurut Imam Hanafi: Isterinya itu yang benar, dan yang diberlakukan

adalah ucapanya tanpa harus disumpah lebih dulu.

Menurut Imamiyah: Kalau ada fakta dan petunjuk-petunjuk yang

mendukung ucapan isteri atau suami, maka yang diberlakukan adalah

pendapat pihak yang mempunyai bukti atau petunjuk tersebut. Tetapi

apabila tidak ada petunjuk-petunjuk yang ditemukan sehingga persoalannya

menjadi tidak jelas, maka hakim memenangkan ucapan si isteri sesudah

disumpah dulu bahwa suaminya telah mencampurinya sejak 6 bulan yang

lalu, lalu anak tersebut dinyatakan sebagai anak sah suaminya itu.

(Mugniyah, 1999: 102).

Sedangkan batas maksimal usia kandungan menurut pendapat Ulama:

Abu Hanifah berpendapat: Batas maksimal kehamilan adalah 2 tahun,

berdasar hadis Aisyah yang mena yatakan bahwa, kehamilan seorang

wanita tidak melebihi 2 tahun.

Page 116: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

101

Para Ulama Madzhab Imamiyah berbeda pendapat tentang batas

maksimal usia kehamilan. Mayoritas mereka berpendapat bahwa, batas

maksimal kehamilan adalah sembilan bulan. Yang lain mengatakan

sepuluh bulan, dan yang lain mengatakan satu tahun penuh. Tetapi mereka

seluruhnya sepakat, bahwa batas maksimal usia kehamilan itu tidak boleh

lebih dari satu jam dari satu tahun.

Oleh karena itu apabila bayi lahir kurang dari 6 (enam) bulan menurut

fiqih dengan berpedoman pada Al-qur’an Surat Al-Ahqof ayat 15 da Surat

Luqman ayat 14 yang menjadi kesepakatan para Imam Mazhab, maka tidak

bisa di hubungkan kekerabatanya kepada bapaknya, walaupun dalam ikatan

perkawinan yang sah. Ia hanya memiliki hubungan nasab kepada ibu dan

keluarga ibunya saja.

Jika dianalisis pandangan fiqih yang berkenaan dengan anak sah ini

dapatlah dipahami bahwa anak sah, dimulai sejak terjadinya pembuahan sel

telur (ovum) oleh sperma yang terjadi pada rahim wanita calon ibu dan

pembuahan ini haruslah terjadi dalam perkawinan yang sah, dari sinilah

penetapan anak sah tersebut dilakukan. (Rahman, 2003: 45).

Dengan demikian hukum Islam menegaskan bahwa seorang anak

supaya dapat dianggap sebagai anak yang sah dari suami ibunya, anak itu

harus lahir sekurang-kurangnya enam bulan sesudah pernikahan atau di

dalam tenggang masa iddah selama empat bulan sepuluh hari sesudah

perkawinan terputus.

Page 117: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

102

Jadi, apabila bayi lahir kurang dari 6 bulan sejak masa perkawinan,

maka anak tersebut tidak dapat di hubungkan kekerabatanya dengan

bapaknya walaupun lahir dari dalam ikatan perkawinan yang sah. Ia hanya

memiliki hubungan nasab dengan ibuya (Nuruddin dan Taringan, 2003:

280), sedangakan dalam Undang undang perkawinan No 1 tahun 1974

Pasal 42 dan Kompilasi Hukum Islam Pasal 99 (a) dalam pasal tersebut

dinyatakan bahwa anak sah adalah anak yang lahir dalam atau sebagai

akibat perkawinan yang sah.

Jadi dapat disimpulkan bahwa dasar hukum yang digunakan dalam

penentuan wali bagi anak perempuan yang lahir kurang 6 bulan KUA

Kecamatan Banjarsari adalah dasar hukum fiqih.

Dengan ketentuan seperti ini menurut penulis akan berimplikasi pada

status anak tersebut. Di satu sisi anak tersebut diakui oleh Negara sebagai

anak sah, karena dalam menentukan asal usul anak menggunakan Undang-

Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan dan Kompilasi Hukum

Islam dan anak tersebut mempunyai akta kelahiran yang sah.

Ketentuan Akta Kelahiran di atur dalam pasal 103 Kompilasi Hukum

Islam dan UUP Nomor 1 Tahun 1974 pasal 55, selanjutnya akan di kutip di

bawah:

1. “Asal usul seorang anak hanya dapat dibuktikan dengan akta

kelahiran atau alat bukti lainya.”

2. “Bila akta kelahiran atau bukti lainnya tersebut dalam ayat (1)

tidak ada, maka Pengadilan Agama dapat mengeluarkan penetapan

Page 118: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

103

asal usul seorang anak setelah mengadakan pemeriksaan yang

teliti berdasarkan bukti-bukti yang sah.” (Departemen Agama RI,

2003: 52).

3. “Atas dasar ketetapan Pengadilan Agama tersebut ayat (2), maka

instansi pencatat kelahiran yang ada dalam daerah hukum

Pengadilan Agama tersebut mengeluarkan akta kelahiran bagi

anak yang bersangkutan.”

Di sini sangat jelas sekali asal-usul seorang anak hanya dapat

dibuktikan dengan akta kelahiran, di KUA Kecamatan Banjarsari akta

kelahiran tidak difungsikan sebagai pembuktian asal-usul anak, karena

pembuktian asal usul anak menggunakan dasar Fiqih. Jadi walupun anak

tersebut mempunyai akta kelahiran yang sah, anak tersebut tetap tidak bisa

menikah dengan wali nasab tetapi menggunakan wali hakim. karena di

KUA Kecamatan Banjarsari dalam perhitungan anak sah menggunakan

dasar fiqih.

Dengan mengunakan ketentuan semacam ini menurut penulis akan

menimbulkan permasalah di kemudian hari, tentang kejelasan status anak

tersebut dan juga permasalahan waris anak perempuan tersebut karena

terdapat standar ganda dalam penentuan asal-usul anak yaitu menggunakan

Undang-Undang Perkawinan dan fiqih munakahat.

Di dalam Undang-undang perkawinan Nomor 1 Tahun 1974,pasal 42,

dan di dalam kompilasi hukum Islam pasal 99 (a) disebutkan bahwa:

Page 119: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

104

“Anak sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau akibat dari

perkawinan yang sah.”

Di sini sangat jelas bahwa menurut Undang-undang perkawinan

maupun Kompilasi Hukum Islam, apabila ada anak perempuan yang lahir

kurang dari 6 bulan, maka menggunakan wali nasab, karena di dalam

Undang-undang perkawinan dan kompilasi tidak ada batasan minimal

tentang usia kandungan.

Oleh karena itu menurut penulis seharusnya Kantor Urusan Agama

sebagai lembaga pencatat pernikahan di bawah Kementerian Agama yang

bersentuhan langsung dengan masyarakat. dalam melaksanakan tugasnya,

seharunya berpedoman pada perundang undangan yang berlaku yaitu pada

Kompilasi Hukum Islam dan juga Undang-undang perkawinan Nomor 1

Tahun 1974. (Sasrowirjono, 2010: 26).

Karena setelah penulis mengadakan penelitian respon dan pendapat dari

para pihak yang terkait dengan adanya ketentuan ini para pihak merasa

keberatan, baik dari pihak wali itu sendiri dan anak perempuanya, dari

pihak wali menginginkan menjadi wali karena kebangaaan tersendiri bisa

menikahkan anak perempuannya dan dari pihak mempelai perempunaan

pun menginginkan yang menjadi wali adalah bapakanya sendiri, dan karena

keterbatasan pengetahuan mereka dalam masalah perwalian maka mereka

meneyerahakan permasalahan tersebut sepenuhnya kepada pihak KUA.

Di sini tampaknya UUP dan Kompilasi Hukum Islam (KHI) berkenaan

dalam asal usul anak melakukan sebuah inovasi hukum dan mencoba

Page 120: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

105

memberikan solusi kepada kebutuhan masyarakat. oleh karena itu, dalam

konteks ini, hukum Islam dituntut akomodatif terhadap persoalan umat

tanpa kehilangan prinsip-prisip dasarnya (Syaukani, 2006: 23), yaitu

secara metodologis dengan menggunakan mashlahah mursalah.

Maslahah mursalah menurut para ahli Ushul fiqih ialah: suatu

kemaslahatan dimana syar’i tidak mensyariatkan suatu hukum merealisir

kemaslahatan itu, dan tidak ada dalil yang menunjukkan atas pengakuanya

atau pembatalanya, bahwasanya pembentukan hukum tidaklah

dimaksudkan kecuali untuk mewujudkan kemaslahatan orang banyak.

(Khallaf, 1994: 116).

Di dalam usul fiqih mashlahah mursalah digunakan oleh para sebagian

mujtahid untuk merealisasikan kemaslahatan dan kebutuhan umat manusia,

kebutuhan umat manusia selalu berkembang, yang tidak mungkin semuanya

dirinci dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasul. Namun secara umum syariat

Islam telah memberi petunjuk, Bahwa tujuanya adalah untuk memenuhi

kebutuhan umat manusia. (Efendi dan Zein, 2005: 151).

Pensyariatan suatu hukum terkadang mendatangkan manfaat.

Kemanfaatan pada suatu masa dan pada masa yang lain ia mendatangkan

mudharat, pada saat yang sama, kadang kala suatu hukum mendatangkan

manfaat dalam suatu lingkungan tertentu, namun ia justru mendatangkan

mudharat dalam lingkungan yang lain.(Khallaf, 1994: 116). Oleh sebab itu

apa-apa yang dianggap mashlahah, selama tidak bertentangan dengan Al-

Qur’an dan sunah Rasul, sah dijadikan landasan hukum.(Efendi dan Zein,

Page 121: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

106

2005: 151). Jadi di sini yang di pertimbangkan adalah kemaslahatan anak

tersebut.

Karena Hukum islam sangat memperhatikan kemaslahatan dan

perlindungan terhadap anak yang lahir secara sah, demikian juga terhadap

anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dan patut diberi perlindungan

karena semua anak yang baru dilahirkan suci dan tidak mempunyai dosa,

yang berdosa adalah kedua orang tuanya. (Manan, 2008: 80).

Jadi anak tersebut seharusnya tidak menangung kesalahan yang

dilakukan oleh kedua orang tuanya di masa lalu karena apabila

menggunakan dasar hukum fiqih, maka anak tersebut akan menanggung

akibatnya baik dari status anak tersebut dan juga masalah kewarisan. Dari

segi status anak tersebut mempunyai status ganda yang pertama status

anak sah, karena mempunyai akta kelahiran yang sah, yang kedua anak

tidak sah karena pada saat menikah, menggunakan wali hakim.

Sedangkan dalam masalah kewarisan anak tersebut tidak bisa mewarisi

dari garis a yahnya karena anak tersebut dinyatakan anak tidak sah,

karena kelahirannya kurang dari 6 bulan.

Jadi menurut penulis sebaiknya Kantor Urusan Agama, menghindari

mengambil suatu masalah yang sudah ada ketentuanya dalam peraturan

perundang undangan yang berlaku, seharusnya Kantor Urusan Agama

(KUA) sebagai lembaga pencatat perkawinan dibawah Kementerian Agama

dalam menjalankan tugas tugasnya harus berpedoman kepada peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Page 122: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

107

Dan seharusnya dasar Hukum yang digunakan oleh KUA Kecamatan

Banjarsari dalam penetuan wali nikah bagi perempuan yang lahir kurang 6

bulan, harus menggunakan Undang-undang yang berlaku. yaitu Undang-

undang No 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam sebagai landasan

dalam menjalankan tugas-tugasnya.

Page 123: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

108

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian beberapa bab diatas, maka penulis

akan memberikan kesimpulan sebagai jawaban tentang permasalahan

penentuan wali nikah bagi perempuan yang lahir kurang dari 6 bulan, di

KUA Kecamatan Banjarsari. Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari

apa yang telah penulis paparkan di atas adalah sebagai berikut :

1. Pelaksanaaan penentuan wali nikah bagi perempuan yang lahir kurang

dari 6 bulan di KUA Kecamatan Banjarsari, yaitu dengan cara

memeriksa akta kelahiran calon mempelai wanita dengan buku nikah

orangtuanya, kemudian dihitung untuk mengetahui asal usul anak

tersebut, apabila kemudian di ketahui kelahiranya kurang dari 6 bulan,

maka pernikahannya tidak bisa menggunakan wali nasab. Karena anak

tersebut hanya mempunyai nasab dengan ibunya saja, dan apabila akan

melaksanakan pernikahan harus menggunakan wali hakim, apabila dari

pihak wali merasa keberatan dengan ketetentuan ini, maka mereka

disuruh menikahkan anaknya sendiri, dan dari pihak KUA hanya

mencatat saja, karena di KUA Kecamatan Banjarsari menggunakan dasar

fiqih munakahat sebagai acuan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan penentuan wali

nikah bagi perempuan yang lahir kurang dari 6 bulan, di KUA

Kecamatan Banjarsari tidak mempunyai dasar hukum yang kuat, karena

Page 124: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

109

tidak ada Undang-undang yang mengatur tentang penentuan wali nikah

bagi perempuan yang akan menikah dan kelahiranya kurang dari 6 bulan.

Dan sampai saat ini Kementerian Agama juga belum memberikan

petujuk tentang masalah penentuan wali bagi anak perempuan yang lahir

kurang dari 6 bulan. Asal- usal anak sudah diatur dalam pasal 42

Undang-undang perkawinan No 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam

pasal tersebut dinyatakan bahwa anak sah adalah anak yang lahir

dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah. Ketentuan demikian

juga terdapat dalam pasal 99 (a). Kompilasi Hukum Islam.

2. Dasar hukum yang digunakan oleh KUA Kecamatan Banjarsari dalam

pelaksanaan penentuan wali nikah bagi perempuan yang lahir kurang dari

6 bulan, adalah menggunakan dasar hukum fiqih munakahat yang

mengambil dasar hukum dari Kitab Al-Muhadzdzab Juz II Halaman 130.

Dengan menggunakan ketentuan fiqih KUA Kecamatan Banjarsari telah

melanggar Undang-undang yaitu Undang-undang Perkawinan No 1

Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam, karena didalam kedua

Undang-undang tersebut sudah diatur tentang asal usul anak, dan

seharusnya KUA Kecamatan Banjarsari sebagai lembaga Negara di

bawah Kementerian Agama. Yang tugas pokoknya mencatat perkawinan

dalam menjalankan tugas-tugasnya harus berpedoman kepada peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

B. SARAN

Adapun saran dari penulis ialah:

Page 125: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

110

1. Dalam hal perkawinan dengan wali hakim sebaiknya dari pihak KUA

lebih tegas dalam hal administrasi dengan memberikan keterangan wali

melalui surat keterangan dan kolom yang kosong harus diisi sesuai

dengan alasan wali hakim yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan,

mengenai urutan wali harus disesuaikan dengan urutannya, dan

melakukan pengecekan langsung kepada mempelai yang hendak menikah

apakah alasan wali hakim tersebut sudah tepat atau belum.

2. Bagi mempelai perempuan yang akan melangsungkan akad nikah

hendaknya tidak mudah memutuskan menggunakan wali hakim sebagai

wali nikah dalam perkawinan karena begitu eratnya hubungan orang

tua dengan anak. Wali hakim dimungkinkan menjadi wali nikah apabila

memang perempuan tersebut dalam keadaan memang benar-benar

darurat.

3. Kepada Pemerintah. Khusunya Kementerian Agama pusat yang

membawahi Kantor Urusan Agama, agar memberikan peraturan dan

petunjuk yang tegas dan khusus tentang pelaksanaan penentuan wali

nikah bagi perempuan yang lahir kurang dari 6 bulan. Agar dapat

dilaksanakan oleh Kantor Urusan agama dan mensosialisaikan kepada

Kantor Urusan Agama di seluruh Indoneseia. Dan dalam menjalankankan

tugasnya Kantor Urusan Agama harus berpedoman kepada peraturan-

perundang undangan yang berlaku. Dan memberikan sanksi yang tegas

kepada KUA apabila dalam menjalankan tugas-tugasnya tidak

berpedoman kepada perundang-undangan yang berlaku.

Page 126: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

111

C. PENUTUP

Syukur alhamdulillah kepada Allah SWT. penulis ucapkan sebagai

ungkapan rasa syukur karena telah menyelesaikan skripsi ini. Meskipun telah

berupaya secara optimal, penulis meyakini masih ada kekurangan dan

kelemahan dalam skripsi ini dari berbagai sisi. Walaupun demikian penulis

berdo’a dan berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis

khususnya dan para pembaca pada umumnya dan semoga skripsi ini dapat

menambah ilmu pengetahuan kita.

Atas saran dan kritik yang konstruktif untuk kebaikan dan kesempurnaan

tulisan ini, penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu penulis. Wallahu a’lam bish shawab

Page 127: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

DAFTAR PUSTAKA

Abidin-Slamet, Aminudin. 1999. Fiqih munakahat. Bandung: Pustaka Setia.

Al-Habsyi, Bajir. 2002. Fiqih Praktis. Bandung: Mizan.

Al- Jaziri, Abdurahman. Al- Fiqh ‘Al Madzahi Al ‘arbaah, Juz VII. Maktabah At

Tajirriyah Al Kubro, Mesir, t,th.

As Saerozi, Abi Ishak. Al Muhazzab, Juz II, Dar Al Fikr, t.th.

Al-Mabaruk Furi, Shafiyurihman.2006. Shahih Tafsir Ibun Kasir, Bogor: Pustaka Ibnu

Kasir.

Al-Sa’any, Subul Al-Salam Juz II, Jilid II, Kairo: Dari ihya, Al-Turas, Al-Araby,

1379H/1960M

Ali, Zainuddin. 2009. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.

Amin, Summa Muhammad.2004. Hukum Keluarga Islam di dunia Islam. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Amirudin,Asikin Zaenal. 2004. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Arikunto, Suharsimi.1990. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta:

Rineka Cipta.

Ashofa, Burhan.2004. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: Rineka Cipta.

Basyir, Ahmad Azhar.2004. Hukum Perkawinan Islam. Yogyakarta: Uii Press.

Batara Munti Ratna dan Hindun Anisah. 2005. Posisi Perempuan dalam Hukum Islam di

Indonesia. Yogyakarta: Lkis Yogyakarta.

Bisri, Mustofa.2009. Pedoman Menulis Proposal Penelitian Skripsi dan Tesis. Yogyakarta:

Panji Pustaka.

Page 128: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Departemen Agama RI. 2008. Al-Qur’an dan Terjamahanya. Lajnah Pentshih Al-qur’an,

Depok: caha ya Al-qur”an.

Ghozali, Abdul Rahman.2008. Fiqh munakahat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Hasan, Ali M.1995. Masail Fiqhiyah al-Hadistah.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Efendi, Satria dan M. Zein, Ushul Fiqih, Jakarta: Prenada Media, 2005

Imron, Ali. 2007. Kedudukan Wanita Dalam Hukum Keluarga (Perspektif Al-qur’an

melalui pendekatan Ilmu Tafsir). Semarang: Badan Penerbit Universitas

Diponegoro.

Junaidi, Dedy. 20003. Bimbingan Perkawinan. Jakarta: Akademi Pressindo.

Kemantrian Agama RI.2007. Profil Kantor Urusan Agama, Teladan Se-Indoneisa. Jakarta:

Badan Litbang dan Diklat Kemantrian Agama.

Khallaf, Abdul Wahab.1994. Ilmu Ushul Fiqh. Semarang: Dina Utama Semarang (Toha

Putra Grup).

Manan, Abdul. 2008.Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia. Jakarta: Prenada

Media Grup.

Mugniyah, Jawad Muhammad.1994. fiqih lima madzhab.Jakarta: Basrie Prees.

Nuruddin, Amiur dkk.2006. Hukum Perdata Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada

Media Grup.

Laporan Tahunan KUA Kecamatan Banjarsari, Tahun 2005

Rachman, Fatur. 1981. Ilmu Waris. Bandung: PT Al-maarif.

Rahman, Mustafa.2003. Anak Luar Nikah, Status dan Implikasi Hukumnya. Jakarta:

Atmaja.

Ramulyo, Idris M. 2006. Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan, Hukum Peradilan

Agama, dan Zakat Menurut Hukum Islam. Jakarta: Sinar Grafika.

Page 129: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

Rofiq, Ahmad.2001. Pembaharuan Hukum Islam Di Indonesia. Jakarta: Gama Media.

Saebani, Beni Ahmad. 2 0 0 8 . Metode Penelitian Hukum. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Syamsu, Andi Alam-M. Fauzan.2008. Hukum Pengangkatan Anak Perspektif Islam.

Jakarta: Pena Media.

Syaukani, Imam. 2006.Rekonstruksi Epistemologi Hukum Islam di indonesia dan

Relevansinya bagi pembangunan Hukum Nasional. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Zainudin, Ali.2006. Hukum Perdata Islam di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.

Zhuaili, Wahbah.1997. Al fiqh Al Islami wa Adillatuh, Juz IX, Dar Al Fikr.

DAFTAR PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

,Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 tahun 1974, Undang-Undang Perkawinan

di Indonesia, Surabaya: Arkola, 2005

,Kompilasi Hukum Islam (KHI), Departemaen Agama RI, Direktorat Jenderal

Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Jakarta: 2003

,Peraturan Menteri Agama (PMA) No. 2 Tahun 1987, Tentang Wali Hakim Proyek

Peningkatan Tenaga Keagamaan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan

Penyelenggaraan Haji, Jakata: 2003

,Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2007

Tentang Pencatatan Nikah, Seksi Urusan Agama Islam Departeman Agama

Republik Indonesia Tahun 2007.

DAFTAR JURNAL

Sasrowirjono, Kadi, Perkawinan & Keluarga, Majalah Bulanan BP4 Edisi No.

451/XXXVII/2010, Badan Penasehat, Pembinaan dan pelestarian Perkawinan (BP4)

Pusat.

Page 130: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

WAWANCARA DENGAN KEPALA KUA KECAMATAN BANJARSARI

Wawancara dengan Kepala KUA Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta, dengan Bapak Drs. Basir

Page 131: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

WAWANCARA DENGAN PIHAK YANG BERSANGKUTAN

Wawancara dengan Bapak Murti Handoyo dan putrinya Anindiya Agustina Kusumayanti

Wawancara dengan Bapak Sutimin dan putrinya Airy Mindia Swastuti

Page 132: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

WAWANCARA DENGAN TOKOH MASYARAKAT

Wawancara dengan Bapak Drs. Andang Wahyu Wibowo salah satu tokoh masyarakat di

Kelurahan Keprabon

Wawancara dengan Bapak KH. Sujatmoko salah satu tokoh masyarakat di Kelurahan Gilingan

Wawancara dengan Bapak KH. Ali salah satu tokoh masyarakat di Kelurahan Kadipiro

Page 133: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

DAFTAR NILAI SKK

Nama : Adhika Rahman N Fakultas/Jurusan : Syariah/ HKI

Nim : 21110014 Dosen PA : Moh. Khusen, M.Ag., M.A.

NO NAMA KEGIATAN PELAKSANAAN STATUS SKOR 1 Piagam Penghargaan OPAK STAIN

Salatiga 2010 25-27 Agustus 2010 Peserta 3

2 Sertifikat UPT Perpustakaan STAIN Salatiga

20-25 September 2010

Peserta 2

3 Piagam National Workshop Of Entrepreneurship And Basic Cooperation 2010

19 Desember 2010 Peserta 6

4 Piagam penghargaan Seminar Nasional Pilar-pilar Penanggulangan Korupsi di Indonesia Prespektif Agama, Budaya, dan Negara HMJ Syariah STAIN Salatiga

22 Juni 2011 Peserta 2

5 Sertifikat Masa Penerimaan Anggota Baru (MAPABA) PMII Komisariat Joko Tingkir Salatiga

23 Oktober 2011 Peserta 3

6 Seminar Nasional “ Berpolitik untuk Kesejahteraan Mahasiswa, Reorientasi Gerakan Mahasiswa Pasca Reformasi” SEMA STAIN Salatiga.

15 Mei 2012 Peserta 6

7 Surat Keputusan Ketua STAIN Salatiga tentang Pengangkatan Pengurus Dewan Mahasiswa (DEMA) STAIN Salatiga Tahun 2013

31 Januari 2013 4

8 Seminar Nasional “HIV/AIDS Bukan Kutukan Dari Tuhan” DEMA STAIN Salatiga

13 Maret 2013 Panitia 6

9 Seminar Nasional “ Ahlussunah Waljamaah dalam Perspektif Islam Indonesia” DEMA STAIN Salatiga

26 Maret 2013 Panitia 6

10 Surat Keputusan Ketua STAIN Salatiga tentang Pengangkatan Panitia Orientasi Program Akademik dan Kemahasiswaan(OPAK) STAIN Salatiga Tahun 2013

1 Agustus 2013 Panitia 2

11 Sertifikat Praktikum Mediasi Upaya Penyelesaian Perkara di Luar

12 Desembar 2013 Peserta 2

Page 134: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan

Pengadilan” Program Studi Ahwal Al- Syakhshiyah (AS) STAIN Salatiga

12 Sertifikat Pelatihan Administrasi “ Menciptakan Keseragaman dalam Management Administrasi dan Keuangan Demi Menuju Tertib Organisasi” PMII Komisariat Joko Tingkir Salatiga

24 Januari 2014 Peserta 3

13 Surat Keputusan Ketua STAIN Salatiga tentang Pengangkatan Pengurus Dewan Mahasiswa (DEMA) STAIN Salatiga Masa Bakti 2014

17 Februari 2014 Pengurus 4

14 Piagam Penghargaan Workshop Khotbah Tingkat Kota Salatiga, MUI Salatiga dan Ta’mir Masjid Raudlatul Muttaqin

24-25 Mei 2014 Panitia 3

15 Surat Keputusan Ketua STAIN Salatiga tentang Penyelenggaraan Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan(OPAK) STAIN Salatiga Tahun 2014

6 Agustus 2014 Panitia 2

16 Sertifikat Stadium Generale Pemukaan Kongres VIII HIKMAHBUDHI “ Penguatan peran civil society dalam mewujudkan pembangunan bangsa yang berkeadilan”

21 November 2014 Peserta 2

17 Sertifikat PERBASIS (Perbandingan Bahasa Arab Bahasa Inggris)/CEA (Comparison English Arabic), CEC dan ITTAQO

27 November 2014 Peserta 2

18 Sertifikat Training and TOEFL Tests Himpunan Mahasiswa Program Studi Perbankan Syariah S-1 STAIN Salatiga

8-9 November 2014 Peserta 3

19 Sertifikat Pendidikan Mental dan Orasi PMII “Revolusi Mental yang Tertidur dalam Pergerakan” PMII Komisariat Djoko Tingkir Salatiga

1-2 Desember 2015 Panitia 3

20 Seminar Nasional “Hak Gender Kaum Difabel dalam Perspektif Sosiologi dan Hukum Islam Himpunan Mahasiswa Jurusan Ahwal Al-Syakhshiyyah” IAIN Salatiga

24 Desember 2015 Peserta 8

21 Sertifikat Pelatihan Kader Dasar (PKD) PMII Komisariat Djoko Tingkir Salatiga

25-27 Maret 2016 Panitia 3

22 Seminar Nasional Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia “Menghidupkan Nasionalisme dalam Keseharian”

2 April 2016 Peserta 6

23 Seminar Nasional “Penguatan Jati Diri 28 April 2016 Peserta 6

Page 135: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan
Page 136: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan
Page 137: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan
Page 138: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan
Page 139: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan
Page 140: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan
Page 141: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan
Page 142: PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5033/1/Skripsi Oke.pdf · pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara ... maka dalam hal penentuan