Pelaksanaan Pemilu Langsung Di Indonesia

8
TUGAS UAS PENDIDIKAN PANCASILA & KEWARGANEGARAAN Dosen Pembimbing : Ayub Minardjo S. Putro, S.pd., M.Pd. Disusun Oleh : Billie Jaya ( 21413224 ) DEPARTEMEN MATA KULIAH DASAR UMUM UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA

description

Tinjauan & Evaluasi Pelaksanaan Pemilu Langsung Di Indonesia

Transcript of Pelaksanaan Pemilu Langsung Di Indonesia

Page 1: Pelaksanaan Pemilu Langsung Di Indonesia

TUGAS UAS

PENDIDIKAN PANCASILA & KEWARGANEGARAAN

Dosen Pembimbing :

Ayub Minardjo S. Putro, S.pd., M.Pd.

Disusun Oleh :

Billie Jaya ( 21413224 )

DEPARTEMEN MATA KULIAH DASAR UMUM

UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

SURABAYA

Page 2: Pelaksanaan Pemilu Langsung Di Indonesia

PELAKSANAAN PEMILU DI INDONESIA SECARA LANGSUNG

Contoh Artikel Data positif

TENGGARONG – Wakil Bupati Kukar HM Ghufron Yusuf, Senin ( 19/12 ) membuka

sosialisasi peningkatan partisipasi masyarakat pada pemilu dan pemilukada di Pendopo Odah

Etam Tenggarong. Bupati Kukar dalam sambutannya yang dibacakan HM Ghufron

mengatakan, partisipasi masyarakat berarti membuka kesempatan bagi keterlibatan peran

masyarakat ecara luas bagi para pemilih, tidak terkecuali kita semua untuk ada di tengah

gelanggang untuk menjadi pemain, bukan sekedar penonton. Pemilihan yang

diselenggarakan langsung merupakan tanda demokrasi yang sedang tumbuh dinegara kita

yang harus kita dukung bersama. Karena pemilu langsung merupakan proses demokratisasi

dalam upaya bersama kita secara terus menerus untuk merebut kembali hati rakyat, membuat

public semakin menentukan, berada di tengah gelanggang. Pemilu langsung memberi ruang

yang makin besar bagi pemilih untuk menjadi penentu. Pemilu memfasilitasi rakyat untuk

menentukan secara langsung siapa pejabat public yang kita percayaa. Oleh karena itu, pemilu

memfasilitasi rakyat untuk menentukan masa depan bangsa yang lebih baik lagi. Karena

melalui pemilulah, masyarakat dapat mengevaluasi kebijakan pemerintah. Pada pilkada 2010

yang lalu di Kukar, berdasarkan data KPU jumlah dalam daftar pemilih tetap sebanyak

431.783 orang. Pemilih yang menggunakan hak pilihnya sebanyak 283.234 orang ( 65,60%

). Dengan demikian terdapat pemilih yang menggunakan hak pilihnya sebanyak 148.549

orang (34,40 %), mudahan angka ini nantinya dapat ditekan serendah mungkin, harap HM

Ghufron.

Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian kita bersama, agar

partisipasi masyarakat dalam pemilu di Kukar dapat meningkat baik secara kuantitas maupun

kualitas. Keterlibatan dan peran serta masyarakat secaraaktif dalam pemilu harus didukung

oleh 4 (empat ) prakondisi yaitu adanya jaminan akses masyarakat terhadap keterbukaan

informasi, adanya wadah untuk mengakomodasikan pendapat / aspirasi masyarakat, adanya

jaminan bagi peran aktif masyarakat melakukan control dan independensi panitia

penyelenggara harus dijaga.

Contoh Artikel Data Negatif

JAKARTA - Ukuran lubang ternyata dapat menjadi masalah besar dalam proses pemilihan

umum 2014. Betapa tidak, oknum politisi selalu memanfaatkan segala cara untuk

memenangkan pesta demokrasi. Menurut Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu)

Muhammad, segala cara akan dilakukan peserta pemilu untuk menang. Dari cara yang baik

sampai melakukan kecurangan. "Sekarang ini peserta pemilu, lain polanya. Ibarat

telekomunikasi pascabayar dan Panwas sudah awasi ini sejak dulu," ungkap Muhammad, di

Aula PTIK, Jakarta, Kamis (5/12/2013). Dia menjelaskan, dahulu ada pola memotret kertas

suara setelah mencoblos dengan menggunakan handphone. "Tolong coblos kumisnya,

dipotret. Nanti dapat Rp50 ribu. Jadi mereka coblos terus foto, 100 meter sudah ditunggu tim

sukses. Kumis siapa ini, mata siapa ini," terangnya. Oleh karenanya, dibuat peraturan tidak

boleh bawa ponsel saat mencoblos. Namun, persoalan tidak usai. Ternyata ada cara lain

dengan memberikan potongan kertas suara kapada tim sukses karena ukuran lubang kertas

suara pencoblosan cukup besar. "Ada lagi lebih terampil, dengan lubang coblos dibuat besar,

lalu kemudian potongan kertas dikantongi, kumis siapa, mata siapa, ini dibayar lagi,"

tegasnya.

Makanya, Muhammad mengkritisi ukuran lubang dalam kertas suara harus diperhatikan,

Page 3: Pelaksanaan Pemilu Langsung Di Indonesia

guna mengantisipasi kecurangan. "Kaji ukurang lubang standar, yang ditemukan di sejumlah

pemilukada, lobang besar sampai uang logam," pungkasnya.

Data Positif Data Negatif Sarana Penyaluran Aspirasi Rakyat Masih Maraknya Money Politics

Membuka kesempatan bagi setiap orang yang mau

mencalonkan diri menjadi wakil rakyat

Penggelembungan Jumlah Suara oleh para peserta

pemilu dengan cara kotor

Wakil rakyat yang terpilih merupakan pilihan

masyarakat sehingga diharap lebih pro rakyat

Banyaknya Daftar Pemilih Tetap yang tidak Valid

(Masih banyak rakyat yang tidak terdaftar)

Pemilu berlangsung Aman & Damai hampir di

seluruh Indonesia

UU pemilu yang baru membuat eksistensi partai

kecil menurun

Perwujudan kedaulatan rakyat (Demokrasi) Dijadikan ajang korupsi untuk dana kampanye

Mendongkrak ekonomi & pariwisata Kurangnya partisipasi rakyat ( banyak yang golput )

Opini :

Pemilu di Indonesia dijadikan sebagai ajang pesta demokrasi, dimana rakyat menggunakan

hak pilihnya dan menggunakan kedaulatannya guna memilih wakil mereka yang akan duduk

di pemerintahan dan diharap para wakil yang mereka pilih dapat menyalurkan aspirasi

mereka dalam pemerintahan dan juga membuat kebijakan-kebijakan yang Pro Rakyat. Dalam

pelaksanaannya setiap orang berhak untuk mencalonkan diri dalam pemilu, tetapi pada

kenyataannya untuk menjadi wakil rakyat haruslah orang yang telah memiliki figur di mata

masyarakat dan juga membayarkan sejumlah uang kepada parpol guna digunakan sebagai

dana kampanye ( Golkar mematok minimal 1 miliar kepada para kadernya jika ingin

mencalonkan diri ). Akibat hal itu, yang seharusnya memperjuangkan aspirasi masyarakat

ketika sudah terpilih, para wakil rakyat cenderung melakukan berbagai cara untuk mengeruk

keuntungan ketika sedang duduk di pemerintahan. Bahkan mendekati pemilu banyak kasus-

kasus korupsi terbongkar yang melibatkan wakil rakyat karena mereka membutuhkan dana

tidak sedikit untuk kampanye. Selain itu karena ambisi yang tinggi, tidak jarang mereka

menggunakan cara-cara kotor antara lain money politics, penggelembungan suara, dan juga

pemalsuan DPT. Tentunya hal itu tidak dapat ditoleransi dan harus diberantas, dan itu bukan

saja tanggung jawab KPU tetapi juga menjadi tanggung jawab seluruh rakyat Indonesia guna

mengawasi secara teliti pemilu berjalan dengan bersih dan bebas dari KKN. Tetapi hal itu

bukanlah hal yang mudah diterapkan karena masih kurangnya kesadaran masyarakat. Melihat

keadaan yang begitu karut-marut menjadikan banyak orang memilih untuk golput, hal itu

terlihat dari tingkat partisipasi yang hanya sekitar 60%. UU Pemilu yang baru juga cenderung

menyulitkan partai kecil dan menguntungkan partai besar sehingga hal itu menjadi agenda

yang perlu diperbaiki. Selain hal-hal diatas, pemilu juga mendongkrak ekonomi & pariwisata

karena pemilu dijadikan ajang wisata oleh turis-turis mancanegara, terutama setelah PBB

memberi pernyataan bahwa pemilu di Indonesia merupakan yang paling demokrasi di dunia.

Jadi kesimpulannya, masih banyak hal yang perlu diperbaiki dalam pelaksanaan pemilu di

Page 4: Pelaksanaan Pemilu Langsung Di Indonesia

Indonesia dan jangan hanya menjadikan pemilu sebagai pesta demokrasi semata tetapi benar-

benar dijadikan tempat penyaluran aspirasi.

Tuntutan Keadilan Formal Tuntutan Keadilan Material

Hukum berlaku secara umum ( Asas Kesamaan ) Hukum berlaku secara adil

Semua orang dalam situasi yang sama diperlakukan

secara sama

Semua orang diperlakukan Adil berdasarkan

penilaian masyarakat

Hukum tidak mengenal pengecualian Hukum berdasarkan reaksi masyarakat yang timbul

Contoh kasus :

Tiga Butir Kakao Membawa Minah ke Pengadilan

Purwokerto (ANTARA News) - Nenek bernama Minah (55) itu tampak terdiam menghadapi

meja hijau Pengadilan Negeri Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis

(19/11), tanpa didampingi seorang penasihat hukum.Hari itu merupakan sidang yang ketiga

kalinya dia jalani atas dakwaan terhadap dirinya, yakni mencuri tiga butir buah kakao seberat

tiga kilogram. Warga Desa Darmakradenan, Kecamatan Ajibarang ini berusaha tetap tegar

saat menyampaikan pembelaan atas dakwaan tersebut karena dia merasa tidak mencuri buah

kakao sebanyak tiga kilogram di kebun milik PT Rumpun Sari Antan (RSA) 4 pada

pertengahan Agustus silam seperti yang dituduhkan. "Saya `namung` (hanya, red.) memetik

tiga butir buah kakao," kata dia dalam bahasa Banyumasan bercampur Indonesia. Dia pun

meminta Hakim PN Purwokerto Muslich Bambang Luqmono untuk tidak menghukumnya.

"Inyong (saya, red.) tidak mau dihukum, Pak Hakim," katanya. Kendati demikian, majelis

hakim tetap menjatuhkan vonis kepada Minah karena mencuri tiga butir buah kakao.

"Menjatuhkan pidana kepada terdakwa selama satu bulan 15 hari dengan ketentuan tidak

usah terdakwa jalani kecuali jika terdakwa dijatuhi pidana lain selama tiga bulan masa

percobaan," kata Hakim PN Purwokerto Muslich Bambang Luqmono yang terlihat

meneteskan air mata. Menurut hakim, hal-hal yang meringankan terdakwa antara lain

Aminah telah lanjut usia. Selain itu, kata dia, terdakwa merupakan petani kakao yang tidak

punya apa-apa. "Tiga butir buah kakao sangat berarti bagi petani untuk dijadikan bibit dan

bagi perusahaan jumlah tersebut tak berarti," kata dia yang tampak terharu dan menahan

tangis. Dia mengaku tersentuh dengan yang dialami Minah karena teringat kehidupan orang

tuanya yang juga petani. Bahkan menurut dia, perkara nenek Minah yang dinilai kecil

tersebut sudah melukai banyak orang. Mendengar putusan hakim ini, para pengunjung sidang

yang sengaja datang untuk memberi dukungan dan semangat kepada Minah pun

menyambutnya dengan bersorak gembira. Pengunjung pun segera mengumpulkan uang

menggunakan kardus untuk diberikan kepada Minah. Sementara itu Jaksa Penuntut Umum

(JPU) Noor Haniah hanya memandang ke arah Minah dan mengaku pikir-pikir. Sebuah

kejadian menarik pun muncul seusai persidangan karena Muslich menyempatkan diri

bersalaman dan mencium tangan Minah. Kakao Pembawa Petaka Kisah sedih Minah ini

berawal dari pencurian tiga butir buah kakao seberat tiga kilogram di kebun PT RSA 4 yang

dituduhkan kepadanya. Saat itu Minah berkeinginan menambah tanaman kakao miliknya

yang berjumlah 200 batang sehingga dia memetik tiga butir kakao di kebun PT RSA dan

meletakkannya di atas tanah. Akan tetapi, apa yang dilakukan Minah diketahui mandor PT

RSA 4, Tarno alias Nono. Dia pun menegur Minah dan menanyakan perihal kakao yang

dicurinya. Minah pun mengatakan jika buah kakao yang dipetiknya akan dijadikan bibit.

Setelah mendengar penjelasan Minah, Tarno mengatakan, kakao di kebun PT RSA 4 dilarang

dipetik oleh masyarakat. Dia juga menunjukkan papan peringatan yang terpasang pada jalan

masuk perkebunan. Dalam papan tersebut tertulis petikan Pasal 21 dan Pasal 47 Undang-

Page 5: Pelaksanaan Pemilu Langsung Di Indonesia

Undang Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan, yang menyatakan bahwa setiap orang

tidak boleh merusak kebun maupun menggunakan lahan kebun hingga mengganggu produksi

usaha perkebunan. Minah yang buta huruf itupun segera meminta maaf kepada Tarno

sembari menyerahkan tiga butir buah kakao tersebut untuk dibawa mandor itu. Kendati telah

meminta maaf, dia sama sekali tidak menyangka jika perbuatannya justru berujung ke

pengadilan. Akhir Agustus 2009, Minah dipanggil Kepolisian Sektor Ajibarang untuk

menjalani pemeriksaan terkait tiga butir buah kakao yang dipetiknya di kebun PT RSA 4.

Atas tuduhan tersebut, Minah dijerat Pasal 362 Kitab Undang-undang Hukum Pidana dengan

ancaman hukuman enam bulan penjara. Terhitung sejak 19 Oktober 2009, kasus itu ditangani

Kejaksaan Negeri Purwokerto setelah dilimpahkan oleh kepolisian dan Minah pun ditetapkan

sebagai tahanan rumah. Sejak saat itu pula, Minah harus mondar-mandir dari rumahnya di

Dusun Sidoharjo, Desa Darmakradenan, Kecamatan Ajibarang, untuk menjalani pemeriksaan

di Kejaksaan Negeri Purwokerto. Setiap kali menjalani pemeriksaan, Minah harus

mengeluarkan ongkos hingga Rp50 ribu untuk ojek dan angkutan umum dari rumahnya

menuju Purwokerto yang berjarak sekitar 40 kilometer tersebut. Dia mengaku kesulitan

mencari uang untuk ongkos karena kehidupannya sebagai petani sangat pas-pasan. "Kadang

anak saya memberi ongkos ke Purwokerto. Bahkan, Bu Jaksa juga pernah `nyangoni`

(memberi uang saku, red.) saya sebesar Rp50 ribu," kata nenek tujuh anak dan belasan cucu

ini. Kendati demikian, hal itu bukan penghalang bagi Minah untuk menjalani pemeriksaan

hingga persidangan di pengadilan karena hal itu demi melepaskan diri dari jeratan hukum.

Kasus yang dihadapi Minah hanya segelintir permasalahan hukum yang dihadapi rakyat

kecil. Hanya karena tiga butir buah kakao, Minah harus menghadapi vonis pengadilan.Vonis

yang dihadapi Minah tak sebanding dengan harga kakao yang konon dicurinya. Harga satu

kilogram kakao basah saat ini sekitar Rp7.500. "Itu kalau biji kakao telah dikerok dari

buahnya," kata Amanah (70), kakak Minah. Menurut dia, dari tiga butir buah kakao hanya

menghasilka tiga ons biji kakao basah. "Jika dijual, harganya sekitar Rp2.000," katanya.

Akan tetapi dalam dakwaan yang ditujukan kepada Minah, jumlah kerugiannya mencapai

Rp30 ribu atau Rp10 ribu per butir. Dia mengaku heran terhadap dakwaan yang ditujukan

kepada adiknya karena selama ini dalam pemberitaan di televisi, banyak pelaku tindak pidana

korupsi yang menggerogoti keuangan negara ratusan juta hingga miliaran rupiah, hanya

dituntut hukuman maupun vonis yang ringan. (*)

Komentar :

Bila kita membaca berita diatas, terdapat tuntutan keadilan formal dan juga material, dimana

berdasarkan tuntutan keadilan formal, semua orang dalam situasi yang sama dianggap

memiliki kedudukan yang sama. Sehingga nenek Minah yang hanya mengambil ( mencuri ) 3

buah kakao terancam terkena hukuman percobaan 1 bulan 15 hari guna

mempertanggungjawabkan perbuatannya. Berdasarkan tuntutan keadilan formal, keputusan

yang diambil hakim sudah sesuai dan tidak melanggar hukum karena mencuri bagaimanapun

bentuknya merupakan pelanggaran hukum. Sehingga tidak ada pengecualian bagi nenek

Minah yang sudah berusia senja dan hanya mencuri 3 buah kakao yang bisa dibilang tidak

ada artinya bagi suatu perusahaan perkebunan. Berdasarkan tuntutan keadilan material,

Memang yang namanya pencurian tetap suatu kesalahan seberapapun besar kecilnya bila

dipandang perlu ditindak lanjuti silahkan saja. Hanya saja yang jadi tak berimbang di sini

adalah, seorang nenek nenek yang hanya mencuri 3 biji kakao harus berhadapan dengan meja

hijau tanpa di dampingi pengacara karena tidak adanya kemampuan finansial untuk

membayar jasa pengacara. Sehingga ketika kasus ini merebak di media, masyarakat banyak

yang menyampaikan protes & juga menyorot kasus ini serta banyak memberi dukungan

kepada Nenek Minah. Masyarakat menilai hal ini tidak adil karena Nenek Minah yang hanya

mencuri 3 buah kakao + usianya sudah senja harus menjalani hukuman, tetapi koruptor uang

Page 6: Pelaksanaan Pemilu Langsung Di Indonesia

rakyat justru melenggang bebas. Sehingga pada akhirnya hakim memvonis bebas nenek

Minah dengan mempertimbangakan beberapa hal dan yang terpenting karena banyak

masyarakat yang protes dan merasa tidak puas dengan tetap berjalannya kasus ini. Begitu

nenek Minah divonis bebas penonton sidang langsung bersuka ria dan memberi selamat, hal

ini tentu berbeda dalam persidangan koruptor yang dimana masyarakat cenderung memberi

dukungan negatif guna memperberat kasusnya.

Opini Saya berkaitan dengan hukuman bagi para KORUPTOR :

a. Hukuman mati

Untuk opsi ini saya kurang mendukung, alasannya di banyak negara hukuman ini

sudah dihapuskan karena dianggap tidak manusiawi ( pelanggaran HAM ) dimana

dianggap mengambil hak hidup manusia, serta sudah tidak lagi relevan terhadap

perubahan jaman. Selain itu dalam pelaksanaannya tidak memberi efek jera kepada

para pelakunya sehingga dirasa kurang efektif. Yang paling penting saya rasa dengan

hukuman mati membuat orang yang tersangkut korupsi tidak diberi kesempatan untuk

memperbaiki diri dan membuat manusia melampaui kewenangan Tuhan yaitu

mencabut hak hidup orang lain. Belum lagi dalam kasus korupsi susah ditemukan

bukti nyata sehingga potensi kekeliruan dalam pembuktian selalu ada dan itu sama

saja mencabut nyawa orang tidak bersalah. Sehingga terus terang saya kurang setuju

bila koruptor dihukum mati & tentunya tidak yakin hukuman ini akan diterapkan

benar-benar di Indonesia karena wakil rakyat yang memiliki wewenang membuat &

mengubah undang-undang saja masih banyak yang korupsi. Bagaimana mungkin

mereka membuat keputusan yang merugikan / menguntungkan bagi dirinya ?

b. Dimiskinkan

Saya paling setuju dengan opsi ini, alasannya hukuman ini dirasa paling manusiawi

dibanding dua hukuman lainnya serta membuat para koruptor berpikir ulang ketika

hendak melakukan korupsi. Dengan memiskinkan para koruptor, diharapakan juga

untuk menghindari upaya praktik mafia-mafia hukum karena di Indonesia hukum

dapat dibeli dengan uang dan jika tidak memiliki apa-apa maka mau bayar dengan apa

kepada sang mafia. Jadi kepada koruptor hakim memberikan hukuman berupa

hukuman badan (Penjara), denda yang besar, serta penyitaan terhadap aset-aset yang

di korupsikan tersebut dan jika korupsinya sampai membahayakan ekonomi negara,

sekalian dibangkrutkan saja dengan menyita seluruh aset yang dimilikinya. Wakil

ketua KPK juga mendukung opsi ini melalui salah satu perkataannya yang berbunyi “

"Korupsi di Indonesia seperti fenomena gunung es. Penjara tidak cukup memberikan

efek jera, sehingga koruptor harus dimiskinkan dengan cara menyita kekayaan hasil

korupsi." Dengan memiskinkan aset-aset yang dimiliki para koruptor, kedepannya

setelah selesai masa hukumannya maka si koruptor tersebut tidak memiliki aset-aset

kejahatan tersebut. Dengan demikian, maka para koruptor lain akan berpikir ulang

dan merasa takut untuk melakukan korupsi.

c. Dipotong jari

Saya juga tidak setuju dengan hukuman ini karena dirasa tidak manusiawi. Selain itu

orang yang mencetuskan ide ini ( Akil Mochtar ) justru terjerat kasus suap sehingga

jika hukuman ini sudah diterapkan maka dia sendiri yang menerima akibatnya. Dari

salah satu kutipan berita, ketika Mantan Ketua MK ini ditanya oleh salah seorang

wartawan mengenai apa yang pernah diutarakannya, ia justru menampar wartawan

itu. Hal ini menunjukkan dirinya yang tidak konsisten. Sehingga dari kutipan diatas

dapat dilihat bahwa hukuman ini juga tidak relevan untuk dijalankan serta terkesan

sadis sehingga dapat mengarah ke kasus pelanggaran HAM.

Page 7: Pelaksanaan Pemilu Langsung Di Indonesia

Kutipan :

Merdeka.com - Peserta konvensi capres Partai Demokrat Anies Baswedan tidak

sependapat jika koruptor dihukum mati. Jika terpilih menjadi presiden, Anies

menegaskan, para koruptor harus dimiskinkan. "Dimiskinkan total. Menurut saya itu

hukuman yang bisa kita tegakkan. Saya minta hakim-hakim, jaksa tuntut sebesar-

besarnya," ujar Anies, Senin (9/12). Jika hukuman mati tetap dipaksakan, Anies

berkilah, tidak ada ruang untuk memperbaiki diri. Anies mengkhawatirkan jika

hukuman mati diterapkan, kemudian orang dianggap tidak bersalah akan repot.

"Kalau kita lakukan hukuman (mati) tidak bisa diubah tidak ada ruang kekeliruan.

Hari ini potensi kekeliruan dalam pembuktian selalu ada. Saya tidak lihat dari HAM

tapi ruang kesalahan kekeliruan masih ada," kata Anies. "Orang terlanjur tiga tahun

dihukum mati dan misalnya ternyata bukan dia. Kalau tidak ada orang mau

dikemanakan. Ruangan itu harus diberi. Kalau dimiskinkan, saya rasa orang takut

korupsi. Saya sepakat dengan MA dan mendukung keras hakim Artijo dan timnya,"

tutupnya. Sebelumnya, wacana hukuman mati bagi koruptor telah direkomendasikan

oleh PBNU. Dalam Munas Alim Ulama NU beberapa waktu lalu, rekomendasi itu

diupayakan sebagai dorongan moral bagi para aparat penegak hukum untuk tidak

melakukan praktik-praktik korupsi lagi. Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj

menyatakan, koruptor ada dua macam, yakni koruptor yang merugikan negara dan

membangkrutkan negara. "Koruptor yang merugikan bisa dihukum sesuai

kejahatannya, namun yang membangkrutkan negara hingga triliunan rupiah

hendaknya dihukum mati," kata Said Aqil.

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Koruptor di Indonesia semestinya

dimiskinkan agar memberi efek jera, kata Wakil Ketua Komisi Pemberantasan

Korupsi Bibit Samad Riyadi. "Korupsi di Indonesia seperti fenomena gunung es.

Penjara tidak cukup memberikan efek jera, sehingga koruptor harus dimiskinkan

dengan cara menyita kekayaan hasil korupsi," katanya dalam lokakarya antikorupsi

bagi jurnalis, di Yogyakarta, Rabu. Ia mengatakan kasus Artalita Suryani yang

menikmati fasilitas di penjara seharusnya bisa menjadi contoh koruptor yang tidak

jera menjalani hukuman itu. Menurut dia, para koruptor sudah sepatutnya

mempertanggungjawabkan kekayaan yang mereka peroleh dari kejahatannya,

sehingga seharusnya mendapatkan hukuman yang sepadan. Bibit mengatakan korupsi

di Indonesia sangat mengakar dan mewabah, sehingga sulit diberantas. "Korupsi sulit

diberantas sejak adanya upaya kriminalisasi terhadap KPK pada 2009," katanya. Ia

mengatakan korupsi di Indonesia terjadi di banyak bidang, dari tingkatan yang

terkecil, seperti pungutan dalam pembuatan kartu tanda penduduk (KTP), dan

pungutan uang sekolah.

Menurut dia, korupsi terjadi karena ada niat melakukan kejahatan itu, dan

kemampuan untuk melakukannya. Oleh karena itu, kata dia masyarakat perlu terus

menerus melakukan pencegahan korupsi. "Upaya pencegahan yang sederhana bisa

dilakukan melalui pendidikan keluarga," katanya. Dalam lokakarya tersebut, KPK

juga mengajak para jurnalis untuk mengawal penanganan kasus korupsi. Ia

Page 8: Pelaksanaan Pemilu Langsung Di Indonesia

mengatakan kalangan jurnalis dan masyarakat sebagai mitra KPK memiliki peranan

strategis untuk ikut mengawasi penanganan kasus korupsi. "Pers berperan mengawasi,

mengadukan, dan mengingatkan KPK jika suatu kasus korupsi tidak segera

ditangani," katanya. Menurut dia, pers juga memiliki fungsi memberikan sanksi sosial

kepada para koruptor.

Ia mengatakan peran masyarakat dalam pemberantasan korupsi penting, karena

korupsi merupakan kejahatan luar biasa yang merugikan negara dan Bangsa

Indonesia.

Lokakarya ini diselenggarakan bekerja sama dengan Aliansi Jurnalis Independen

(AJI)