PELAKSANAAN PEMBERIAN SANTUNAN ASURANSI JIWA …... · PROPOSAL SKRIPSI Ditulis dan diajukan untuk...
Transcript of PELAKSANAAN PEMBERIAN SANTUNAN ASURANSI JIWA …... · PROPOSAL SKRIPSI Ditulis dan diajukan untuk...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PELAKSANAAN PEMBERIAN SANTUNAN ASURANSI JIWA
DALAM KECELAKAAN PENUMPANG DAN LALU LINTAS
PADA PT. JASA RAHARJA KOTA SURAKARTA
Oleh:
IIS SUGIARTI
K6403030
PROPOSAL SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
Iis Sugiarti. PELAKSANAAN PEMBERIAN SANTUNAN ASURANSI JIWADALAM KECELAKAAN PENUMPANG DAN LALU LINTAS PADA PT.JASARAHARJA KOTA SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2011
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) bagaimana prosespelaksanaan pemberian santunan asuransi jiwa dalam kecelakaan penumpang danlalu lintas pada PT. Jasa Raharja Kota Surakarta , 2) permasalahan yang timbul dalampembayaran sejumlah uang atas klaim pada PT. Jasa Raharja Kota Surakarta .
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menggunakanmenggunakan strategi studi kasus tunggal terpancang dalam arti lokasi yang di telitihanya di wilayah Surakarta . Sumber data yang digunakan berupa informan , tempatdan peristiwa serta arsip dan dokumen. Teknik sampling yang digunakan adalahpurpose sampling.
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh dan menyusundata penelitian adalah dengan teknik wawancara, observasi, dan analisis dokumen.Untuk memperoleh validitas data dalam penelitian ini digunakan trianggulasi data.Teknik analisis yang digunakan adalah dengan analisis data model analisis interaktif.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa: 1) proses pemberian santunanasuransi jiwa dalam kecelakaan penumpang dan lalu lintas pada PT.Jasa Raharja kotaSurakarta menggunakan dua langkah pokok yaitu penetapan premi dan penetapanklaim. Premi berasal dari dua sumber yaitu dari iuran Wajib yang dibebankan padaharga karcis penumpang alat angkutan umum dan berasal dari Sumbangan Wajibyang dibayar oleh para pemilik angkutan umum setiap satu tahun sekali pada waktuperpanjangan STNK di kantor Samsat. Sedangkan dalam penetapan klaim atau prosespencairan satunan tahapannya adalah korban atau ahli waris korban menghubungikantor Jasa Raharja kemudian mengisi surat permohonan santunan. Setelah itu pihakJasa Raharja melakukan pengecekan apakah korban layak menerima santunan.Apabila sudah sesuai dengan peraturan dan semua berkas telah dilengkapi maka , JasaRaharja membayar santunan kecelakaan pada korban atau ahli waris korban dalamwaktu satu hari saja yang besarnya sesuai dengan keputusan menteri keuangan. 2)permasalahan yang timbul dalam pembayaran sejumlah uang atas klaim pada PT.Jasa Raharja Kota Surakarta yaitu: (1) pembayaran premi menunggak lebih dari 3(tiga) bulan dari tanggal jatuh temponya, (2) kekeliruan informasi dari petugas dinasluar atau agen asuransi dalam hal pengisian surat permintaan, (3) calon tertanggungmemberikan keterangan palsu pada saat mengisi surat permintaan misalnya tentangpenyakit yang diderita, (4) pemanipulasian syarat-syarat pengajuan klaim asuransijiwa oleh pemegang polis atau penerima manfaat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT
Iis Sugiarti. IMPLEMENTATION OF GRANTING COMPENSATION OF LIFEINSURANCE TO PASSENGER AND TRAFFIC ACCIDENTS IN PT. JASARAHARJA OF SURAKARTA. Script. Surakarta: Faculty of Teacher Training andPedagogy. Sebelas Maret University of Surakarta, April 2011
The purposes of this study were to determine: 1) How does theimplementation process of providing life insurance compensation in passenger andtraffic accidents on PT.Jasa Raharja of Surakarta, 2) Problems that arise in paymentof claims at PT. Jasa Raharja of Surakarta.
This study used a qualitative descriptive method by using a single case studystrategy rooted in the sense that the precise location only in the region of Surakarta.Data source use in the form of informants, places and events, and archives anddocuments. The sampling technique used was the purpose sampling.
Data collection techniques used to obtain and compile research data is withinterview technique, observation and document analysis. To obtain the data validityin this study used data triangulation. The analysis technique used is a data analysis ofinteractive analysis model.
The results of this study concluded that: 1) The process of grantingcompensation insurance in passenger and traffic accidents in the PT. Jasa Raharja ofSurakarta use two basic steps of setting premium rates and determination of claims.Premiums come from two sources i.e. from compulsory dues charged to passengerticket prices of public transportation and comes from compulsory contributions paidby the owners of public transportation every once a year at the time of renewal ofvehicle registration in the office SAMSAT. While the determination of the claim orgranting compensation process, the stages are victims or heirs of victims contact thePT. Jasa Raharja office and then fill out request compensation. After that PT. JAsaRaharja checking whether the victim deserves compensation. Where is in conformitywith the rules and all files have been completed then, PT. Jasa Raharja paycompensation for accident victims or heirs of victims in one day, that the amount inaccordance with the decision of Finance Minister; 2) The problems that arise in thepayment sum of money of the claim in the PT Jasa Raharja of Surakarta i.e. (1)premium payments overdue for more than 3 (three) months from the date of maturity,(2) errors of information from outside agencies or officers of insurance agents interms of filling the request letter, (3) the insured candidate gave false informationwhen filling a request letter for example about the illness, (4) manipulation of theterms of a life insurance claim by the policyholder or beneficiary.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya dan (Menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran
yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat “. (QS. AN.Nisa : 58)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada:
Bapak , Ibu untuk do’a , semangat dan kasih
sayangnya
Mas Triyanto untuk semangat, kasih sayang,
do’a dan bantuannya
Adik-adik tersayang
Teman-teman PPkn angkatan 2003
Teman-teman kost Panendran Ngesti Utomo
(Titin, Diah, Yeni, Tini, Dwi, Kiki)
Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Puji syujur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan hidayah-Nya skripsi dengan judul pelaksanaan pemmberian santunan asuransi
jiwa dalam kecelakaan penumpang dan lalu lintas pada PT.Jasa Raharja kota
Surakarta dapat dilaksanakan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan
gelar Sarjana Pendidikan.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam menyelesaikan
penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan
yang timbul dapat teratasi . Penulis menyampaikan terimakasih kepada
1. Bapak Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS atas pemberian ijin
penelitian
2. Bapak Ketua Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberi ijin dalam penyusunan
skripsi ini, yang telah membeirkan ijin penelitian ini.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah
memberi ijin dalam penyusunan skripsi ini.
4. Drs. Utomo, M.Pd, Pembimbing I atas saran dan bimbingannya
5. Drs. E.S Ardinarto, M.Pd , Pembimbing II atas saran dan bimbingannya
6. Bapak Pietter Pattiasina, Kepala Perwakilan PT. Jasa Raharja Perwakilan
Surakarta
7. Bapak Sudiastoro,SE, Kepala Perwakilan PT. Jasa Raharja Perwakilan Sukoharjo
8. Tertanggung/ahli waris, atas partisipasinya dalam penelitian
9. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapat imbalan dari Tuhan
Yang Maha Esa .
Walaupun disadari dalam skripsi ini masih ada kekurangan namun diharapkan
skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan juga dunia
pragmatika.
Surakarta, April 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
HALAMAN PENGAJUAN.................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... iii
HALAMAN ABSTRAK....................................................................................... iv
HALAMAN ABSTRACT .................................................................................... v
HALAMAN MOTTO ........................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii
DAFTAR ISI......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... xiv
BAB I PEDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................... 1
B. Perumusan Masalah ...................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 5
A. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 5
1. Pengertian Asuransi ................................................................ 5
2. Jenis Asuransi Jiwa ................................................................. 8
3. Tujuan Asuransi Jiwa.............................................................. 16
4. Tinjaunan Asuransi Kecelakaan Penumpang ......................... 18
5. Tinjauan Asuransi Kecelakaan Lalu Lintas Jalan ................... 24
6. Tinjauan Tentang Pemberian Santunan Kecelakaan............... 27
B. Kerangka Berfikir.......................................................................... 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN......................................................... 39
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 39
1. Tempat Penelitian.................................................................... 39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
2. Waktu Penelitian ..................................................................... 39
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ..................................................... 40
1. Bentuk Penelitian .................................................................... 40
2. Strategi Penelitian ................................................................... 41
C. Sumber Data................................................................................. 41
1. Informan.................................................................................. 42
2. Tempat dan Peristiwa ............................................................. 43
3. Dokumen................................................................................. 43
D. Teknik Sampling ( Cuplikan)....................................................... 43
E. Tekik Pengumpulan Data............................................................. 44
1. Wawancara.............................................................................. 44
2. Observasi................................................................................. 45
3. Analisis Dokumen................................................................... 45
F. Validitas Data............................................................................... 46
1. Trianggulasi Data .................................................................... 46
2. Informan Review..................................................................... 47
3. Member Cek............................................................................ 47
G. Analisis Data ................................................................................ 48
1. Pengumpilan Data ................................................................... 48
2. Reduksi Data ........................................................................... 48
3. Sajian Data .............................................................................. 48
4. Penarikan Kesimpulan ............................................................ 49
H. Prosedur Penelitian....................................................................... 49
1. Tahap Pra Lapangan................................................................ 50
2. Tahap Penelitian Lapangan..................................................... 50
3. Tahap Analisis Data ................................................................ 50
4. Tahap Penulisan Laporan........................................................ 50
BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................... 51
A. Deskripsi Lokasi Penelitian.......................................................... 51
1. Sejarah singkat PT. Jasa Raharja (Persero)............................. 51
2. Tugas dan Fungsi PT. Jasa Raharja (perseri) .......................... 51
3. Tinjauan Kantor PT.Jasa Raharja Kota Surakarta................... 60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
4. Pengaturan Pelaksanaan Pemberian Santunan Asuransi Jiwa
dalam Kecelakaan Penumpang dan Lalu Lintas Jalan Yang
berlaku pada PT. Jasa Raharja ............................................... 62
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian .............................................. 69
C. Proses Pencairan Santunan di PT. Jasa Raharja (Persero) ........... 69
D. Temuan Studi ............................................................................... 75
BAB V KESIMPULAN , IMPLIKASI , SARAN .......................................... 81
A. Kesimpulan .................................................................................. 81
B. Implikasi....................................................................................... 81
C. Saran............................................................................................. 82
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian ............................................................... 40
Tabel 2 Daftar Pengajuan Klaim..................................................................... 68
Tabel 3 Rincian Santunan di PT. Jasa Raharja (Persero) ................................ 75
Tabel 4 Perbedaan Proses Pencairan Santunan di Perusahanaan Asuransi pada
Umumnya dengan Proses Pencairan Santnan di PT. Jasa Raharja
(Persero) ............................................................................................. 78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan Kerangka Berfikir ................................................................. 38
Gambar 2. Analisis Data Model Interaktif......................................................... 49
Gambar 3. Skema Proses Pencairan Santunan di PT. Jasa Raharja (Persero)
Surakarta .......................................................................................... 77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Pedoman Wawancara......................................................... 84
Lampiran 2 Hasil wawancara ........................................................................... 86
Lampiran 3 Trianggulasi Data .......................................................................... 124
Lampiran 4 Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi Kepada Dekan FKIP
UNS .............................................................................................. 126
Lampiran 5 Surat Keputusan Ijin Penulisan Skripsi Dekan FKIP UNS........... 127
Lampiran 6 Surat Permohonan Ijin Research Kepada Rektor UNS................. 128
Lampiran 7 Surat Permohonan Ijin Research Kepada PT. Jasa Raharja.......... 129
Lampiran 8 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Dari Kepala
PT.Jasa Raharja Kota Surakarta.................................................... 130
Lampiran 9 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964 ...................................... 131
Lampiran 10 Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1964 ...................................... 131
Lampiran 11 Penjelasan...................................................................................... 139
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada hakikatnya, setiap manusia di dunia ini selalu mengalami berbagai
kemungkinan, baik yang positif atau negatif, adakalanya beruntung dan adakalanya
mengalami kerugian. Setiap kegiatan manusia itu selalu mengandung suatu keadaan
yang tidak pasti yang tidak bisa diketahui sebelumnya. Keadaan tidak pasti itu adalah
sebagai suatu keadaan yang penuh tanda tanya, kemungkinan menderita kerugian itu
akan menimbulkan suatu peranan yang tidak aman. Keadaan tidak pasti yang
menimbulkan rasa tidak aman terhadap setiap kemungkinan menderita itu disebut
resiko atau dengan perkataan lain resiko adalah suatu ketidakpastian suatu peristiwa
yang menciptakan kerugian sehingga menimbulkan rasa tidak aman.
Resiko sebagaimana yang dimaksud di atas tidak hanya dihadapi oleh manusia
pada masa sekarang saja tetapi jauh sebelumnya, yaitu sejak manusia itu pada
hakekatnya selalu menghadapi resiko, tetapi dengan permulaan kegiatan manusia
mulai ada di muka bumi ini. Meskipun manusia pada haakekatnya selalu menghadapi
resiko tetapi dengan akal budinya ia juga berusaha mengatasi bagaimana caranya
menanggulangi semua macam resiko yang dihadapi itu. Oleh karena itu manusia
mencari jalan dan upaya bagaimana caranya agar resiko yang seharusnya ia tanggung
sendiri itu dapat dikurangi dan dibagi dengan pihak lain yang bersedia ikut
menanggung resiko tersebut.
Asuransi bertujuan untuk memberikan perlindungan atau proteksi atas
kerugian keuangan yang ditimbulkan oleh peristiwa yang tidak diduga sebelumnya.
Apabila resiko tersebut benar-benar terjadi, pihak tertanggung akan mendapat ganti
rugi sebesar nilai yang diperjanjikan antara penanggung dan tertanggung. Meskipun
perlindungan sangat dibutuhkan dalam dunia bisnis akan dipertimbankan usaha untuk
mengurangi resiki yang dihadapi. Pada tingkat kehidupan keluarga atau rumah
tangga, asuransi juga dibutuhkan untuk mengurangi permasalahan ekonomi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
akan dihadapi apabila ada salah satu a nggota keluarga menghadapi resiko kecelakaan
baik cacat atau bahkan meninggal dunia.
Tiap-tiap negara dijamin haknya oleh pemerintah. Indonesia menggunakan
Pancasila sebagai pedoman kenegaraan. Jaminan atas hak warga negara termasuk
dalam Pancasila sila ke-2 yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Implementasi
terhadap harkat dan martabat warga negara diwujudkan dengan adanya perlindungan
terhadap keselamatan diri dengan dibentuknya lembaga asuransi untuk mengurangi
sejumlah resiko kerugian yang dialami oleh warga negara.
Dalam hukum asuransi minimal terdapat dua pihak, yaitu penanggung dan
tertanggung. Dalam asuransi jiwa, jika terjadi evenemen matinya tertanggung maka
penanggung wajib membayar uang santunan atau jika berakhirnya jangka waktu
asuransi tanpa terjadinya evenemen maka penanggung wajib membayar sejumlah
uang pengembalian kepada tertanggung. Penanggung adalah perusahaan asuransi jiwa
yang memberikan jasa dalam menanggulangi resiko yang dikaitkan dengan hidup dan
meninggal.
Asuransi kerugian dan asuransi jiwa diadakan berdasarkan perjanjian bebas
(sukarela) antara penanggung dan tertanggung (voluntary insurance). Tetapi undang-
undang mengatur asuransi yang bersifat wajib (compulsary insurance), artinya
tertanggung terikat dengan penanggung karena perintah undang-undang, bukan
karena perjanjian. Asuransi jenis ini disebut asuransi sosial (Social Security
Insurance). Asuransi sosial bertujuan melindungi masyarakat dari ancaman bahaya
kecelakaan yang mengakibatkan kematian atau cacat tubuh. Dengan membayar
sejumlah kontibusi (semacam premi), tetanggung berhak memperoleh perlindungan
dari ancaman bahaya.
Tertanggung yang membayar kontribusi tersebut adalah mereka yang terikat
pada suatu hubungan hukum tertentu yang ditetapkan dalam undang-undang misalnya
hubungan kerja, penumpang angkutan umum. Apabila mereka mendapatkan musibah
kecelakaan dalam pekerjaan atau selama angkutan berlangsung, mereka atau (ahli
warisnya) akan memperoleh pembayaran santunan dari penanggung (BUMN) atau
Badan Usaha Milik Negara, yang jumlahnya telah ditetapkan dalam undang-undang.
Jadi, tujuan mengadakan auransi sosial menurut bentuk undang-undang adalah untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
melindungi kepentingan masyarakat, dan mereka yang terkena musibah diberi
santunan sejumlah uang.
Berbeda dengan asuransi kerugian, pada asuransi jiwa apabila dalam jangka
asuransi terjadi peristiwa kematian atau kecelakaan yang menimpa diri tertanggung,
maka penanggung akan membayar sejumlah uang yang disepakati. Dalam hal ini
sejumlah uang bukan sebagai ganti kerugian, karena jiwa atau raga manusia bukan
harta kekayaan yang tidak dapat dinilai dengan uang, hanya saja untuk memudahkan
penanggung membayar sejumlah uang akibat terjadi peristiwa kematian atau
kecelakaan tersebut.
Tetapi walaupun semuanya sudah jelas tertera pada UU No 34 Tahun 1964
pada prakteknya tetap saja mengalami kendala. Hal ini disebabkan karena mereka
kurang informasi tentang perasuransian. Karena kecelakaan sifatnya tidak dapat
diprediksi maka masih terjadi ketidaktahuan terhadap hal-hal apa saja yang hendak
diurus dalam hal klaim ke PT. Jasa Raharja Surakarta.
Dalam asuransi sosial kecelakaan penumpang (ASKEP) diatur dalam Undang-
Undang No 33 Tahun 1964 tentang dana pertanggungan wajib kecelakaan
penumpang. Tetapi besarnya dana inilah yang menjadi masalah bagi Kepala bagian
Klaim. Atas dasar itulah maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan
judul : “Pelaksanaaan Pemberian Santunan Asuransi Jiwa Dalam Kecelakaan
Penumpang da Lalu Lintas Pada PT. Jasa Raharja Kota Surakarta.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu
permasalahan :
1. Bagaimana proses pelaksanaan pemberian santunan asuransi jiwa dalam
kecelakaan penumpang dan lalu lintas PT. Jasa Raharja (persero) perwakilan
wilayah Surakarta?
2. Permasalahan apa yang timbul dalam proses pengajuan klaim pada PT. Jasa
Raharja (persero) perwakilan wilayah Surakarta?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
C. Tujuan Peneliatian
Berdasarkan uraian dari perumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui proses pelaksanaan pemberian santunan asuransi jiwa dalam
kecelakaan penumpang dan lalu lintas PT. Jasa Raharja (persero) perwakilan
wilayah Surakarta.
2. Untuk mengetahui Permasalahan apa yang timbul dalam pembayaran sejumlah
uang atas klaim pada PT. Jasa Raharja (persero) perwakilan wilayah Surakarta
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kegunaan dalam pengembangan
ilmu pengetahuan sosial khusunya di bidang ilmu kewarganegaraan yang berkaitan
dengan masalah perasuransian yang merupakan Hak Asasi Manusia yang
pelaksanaanya diatur dalam undang-undang.
b. Memberikan dasar-dasar dan landasan bagi penelitian mengenai proses
perasuransian.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan msukan kepada korban atau ahli
waris tentang sebab dan akibat dari proses perasuransian.
b. Memberikan masukan pada pihak lain yang berkepentingan dan ingin mengadakan
penelitian sejenis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Asuransi
Menurut Subekti dan Tjitrosudibio (1993: 74) Asuransi adalah suatu
perjanjian dengan mana seseorang penanggung mengikat diri kepada seorang
tertanggung, dia menerima suatu premi untuk memberikan penggantian kepadanya
karena suatu kerugian, kerusakan dan kehilangan kuntungan yang diharapkan yang
mungkin terjadi karena suatu peristiwa tak tentu.
Menurut Sri Rejeki Hartono (1992 : 82) Asuransi adalah suatu hubungan
antara pihak, atas dasar nama pihak yang satu (yang berpiutang dengan kreditur)
berhak untuk suatu prestasi dari yang lain (yang berhubungan dengan debitur) yang
juga berkewajiban melaksanakan dan bertanggung jawab atas suatu prestasi.
Menurut Emmy Pangaribuan (1983 : 24) Asuransi adalah perjanjian timbal
balik dimana masing-masing pihak mempunyai hak dan kewajiban yang seimbang.
Menurut Radiks (1995 : 274) Asuransi adalah bentuk kerjasama orang-orang
yang ingin menghindarkan resiko yang diakibatkan oleh peristiwa.
Menurut Siti Soemarti Hartono (1986 : 81) Suatu perjanjian dengan mana
seseorang penanggung mengikatkan dirinya terhadap tertanggung untuk
membebaskannya dari kerugian karena kehilangan, kerugian atau ketiadaan
keuntungan yang diharapkan yang akan diderita olehnya karena suatu kejadian yang
tidak pasti.
Menurut C. Arthur Williams Yr dan Richard M. Heins (1985 : 22) asuransi
adalah cara terbaik untuk menangani resiko.
Menurut James L. Athearn (1964 : 24) asuransi adalah alat sosial yang
menggabungkan resiko-resoko individu pada kelompok, dengan menggunakan dana
kelompok untuk membayar kerugian.
Menurut pasal 302 kuhd, asuransi jiwa adalah jiwa seseorang dapat, guna
keperluan seseorang yang berkepentingan, dipertanggungkan, baik untuk selama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
hidupnya jiwa itu, untuk suatu waktu yangn ditetapkan dalam perjanjian (subekti,
tjitrosudibio, 1993:84).
Menurut Pasal 1 angka (1) UU Usaha Perasuransian yang dipersempit
melingkupi jenis asuransi jiwa, Asuransi atau pertanggungan jiwa adalah perjanjian
antara dua pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada
tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan suatu pembayaran
yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”
(Abdulkadir Muhammad, 1999:168).
Menurut Mehr dan Cammerk (1991:81-82), Asuransi Jiwa adalah suatu alat
sosial ekonomi. Ia merupakan cara sekelompok orang untuk dapat bekerjasama
memeratakan beban kerugian karena kematian sebelumnya (premature death) dari
anggota kelompok itu. Organisasi asuransi memungut kontribusi dari masing-masing
anggota, menginvestasikannya dan menjamin keamanannya dari hasil bunga
minimum dan mendistribusikan keuntungan (benefity) kepada ahli waris yang
meninggal”.
Menurut Mollengraff, Asuransi Jiwa adalah semua perjanjian mengenai
pembayaran sejumlah modal atau bunga yang didasarkan atas kemungkinan hidup
atau mati, dan dalam pada itu pembayaran itu atau dua-duanya dengan suatu cara
digantungkan pada masih hidupnya atau meninggalnya seorang atau lebih”. (Djoko
Prakoso, I Ketut Murtiko, 1987:265).
Menurut H.M.N Purwosutjipto (1994:141), Asuransi Jiwa adalah
Pertanggungan jiwa adalah perjanjian timbal balik antara penutup (pengambil)
asuransi dengan penanggung, dengan mana penutup asuransi mengikatkan diri selama
jalannya pertanggungan, membayar uang premi kepada penanggung, sedangkan
penanggung sebagai akibat langsung dari meninggalnya orang yang jiwanya
dipertanggungkan atau setelah lampaunya suatu jangka waktu yang diperjanjikan,
mengikatkan diri untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada orang yang
ditunjuk oleh penutup asuransi sebagai penikmatnya.
Menurut Pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) Republik
Indonesia (Soeisno Djojosoedarso, 2003: 73), Asuransi atau pertanggungan adalah
suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
tertanggung dengan menerima suatu premi, atau memberi penggantian kepadanya
karena suatu kerugian, kerusakan ataukehilangan keuntungan yang diharapkan, yang
mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak tertentu. Berdasarkan
definisi tersebut dalam asuransi terkandung empat unsur, yaitu :
a. Pihak tertanggung (insured) yang berjanji untuk membayar uang premi kepada
pihak penanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur.
b. Pihak penanggung (insurer) yang berjanji akan membayar sejumlah uang
(santunan) kepada pihak tertanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur
apabila terjadi sesuatu yang mengandung unsur tidak tertentu.
c. Suatu peristiwa (accident) yang tidak tertentu.
d. Kepentingan (interest) yang mungkin akan mengalami kerugian karena peristiwa
yang tak tertentu.
Menurut Mehr dan Cammack (Soeisno Djojosoedarso, 2003: 74), Asuransi
adalah alat sosial untuk mengurangi resiko, dengan menggabungkan sejumlah yang
memadai unit-unit terkena resiko, sehingga kerugian-kerugian individual mereka
secara kolektif dapat diramalkan. Kemudian kerugian yang dapat diramalkan itu
dipikul merata oleh mereka yang tergabung.
Menurut Willet (Soeisno Djojosoedarso, 2003: 74), Asuransi adalah alat
sosial untuk mengumpulkan dana guna mengatasi kerugian modal tidak tentu, yang
dilakukan melalui pemindahan resiko dari banyak individu kepada seseorang atau
sekelompok orang.
Menurut Mark R. Green (Soeisno Djojosoedarso, 2003:74), Asuransi adalah
suatu lembaga ekonomi yang bertujuan mengurangi resiko, dengan jalan
mengombinasikan dalam satu pengelolaan sejumlah objek yang cukup besar
jumlahnya, sehingga kerugian tersebut secara menyeluruh dapat diramalkan dalam
batas-batas tertentu.
Menurut C. Arthur William Jr dan Richard M Heins (Soeisno Djojosoedarso,
2003: 74) :
a. Asuransi adalah suatu pengamanan terhadap kerugian finansial yang dilakukan
oleh seorang penanggung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
b. Asuransi adalah suatu persetujuan dengan mana dua atau lebih orang atau badan
mengumpulkan dana untuk menanggulangi kerugian finansial
Menurut Molengraaff (Soeisno Djojosoedarso, 2003: 74), Asuransi kerugian
ialah persetujuan dengan mana satu pihak, penanggung mengikatkan diri terhadap
orang lain, tertanggung untuk mengganti kerugian yangn dapat diterima oleh
tertanggung, karena terjadinya suatu peristiwa yang telah ditunjuk dan yang belum
tentu serta kebetulan, dengan mana pula tertanggung berjanji untuk membayar premi.
Dari berbagai pengertian di atas secara garis besar penulis dapat
menyimpulkan bahwa asuransi adalah suatu alat untuk mengurangi resiko yang
melekat pada perekonomian dengan cara menggabungkan unit-unit yang terkena
resiko yang sama atau hampir sama dalam jumlah yang cukup besar, agar probabilitas
kerugiannya dapat diramalkan dan bila kerugian yang diramalkan terjadi akan dibagi
secara proporsional oleh semua pihak dalam gabungan.
Berdasarkan pengertian asuransi jiwa tersebut, dapat disimpulkan adanya 4
(empat) unsur dalam asuransi jiwa, yaitu sebagai berikut :
a. Asuransi jiwa merupakan perjanjian timbal balik antara penanggung dengan
tertanggung untuk jangka waktu tertentu
b. Pihak penanggung mempunyai kewajiban untuk membayar sejumlah uang kepada
tertanggung secara sekaligus untuk berangsur-angsur
c. Pihak tertanggung mempunyai kewajiban untuk mambayar premi kepada
penanggung secara sekaligus atau berangsur-angsur
d. Pembayaran sejumlah uang didasarkan atas hidupa tau matinya seseorang jiwa
atau yang dipertanggungkan
2. Jenis Asuransi Jiwa
Pembagian jenis-jenis asuransi jiwa dapat dilihat dari unsur-unsurnya.
Berdasarkan unsur-unsurnya asuransi jiwa dibagi menjadi :
a. Ekaguna (Pure endowment)
Ekaguna adalah jenis asuransi jiwa yang uang pertanggungannya dibayarkan jika
badan tertanggung pada akhir masa pertanggungan masih hidup. Apabila pada
akhir masa pertanggungan tertanggung sudah meninggal, maka uang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
pertanggungan tidak dibayarkan karena jenis asuransi ini hanya berguna sebagai
proteksi saja dan jangka waktu asuransi ini hanya berlangsung tidak lebih dari 5
tahun. Untuk asuransi ekaguna yang beredar saat ini PT. Jasa Raharja (Persero)
memakai nama Asuransi Jiwa Ekaguna Premi Tunggal sedangkan pada PT.
Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Surakarta menggunakan nama Asuransi Jiwa
Ekaguna Bertahap Ideal.
b. Anuitas (Annuity)
Anuitas terdiri dari 2 (dua) yaitu :
1) Anuitas pasti
Anuitas pasti adalah jenis asuransi jiwa yang deretan pembayarannya
dilakukan secara berkala selama jangka waktu tertentu yang tidak tergantung
pada mati hidupnya seseorang tertentu, misalnya pembayaran dana beasiswa.
Untuk asuransi jiwa anuitas pasti yang beredar saat ini, PT. Jasa Raharja
(Persero) menggunakan nama Asuransi Beasiswa Bersama, Pt Asuransi Jiwa
Bumi Asih Jaya menggunakan nama Asuransi Beasiswa eksklusif dan
Asuransi Beasiswa Berganda sedangkan pada PT. Ekalife menggunakan nama
Asuransi Siswa Emas.
2) Anuitas jiwa
Anuitas jiwa adalah jenis asuransi jiwa yang deretan pembayarannya
dilakukan secara berkala selama jangka waktu tertentu atau selama hidup.
Pembayaran uang asuransi dilakukan jika badan tertanggung masih hidup,
misalnya pembayaran pensiun, pensiun dibayarkan secara berkala kepada
tertanggung selama tertanggung masih hidup. Untuk asuransi anuitas jiwa
beredar saat ini, PT. Jasa Raharja (Persero) menggunakan nama Program
Pensiun Manfaat Pasti, PT. Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya menggunakan
nama Tabungan Pensiun Millenium.
3) Asuransi jangka waktu (Term Insurance)
Asuransi jangka waktu adalah asuransi jiwa yang uang pertanggungannya
dibayarkan kepada yang ditunjuk oleh tertanggung jika tertanggung
meninggal dalam masa pertanggungan. Uang pertanggungan tetap dibayarkan
meskipun tertanggung masih hidup pada akhir masa pertanggungan. Dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
praktek, asuransi jangka waktu dimungkinkan kurang dari 1 tahun sesuai
dengan keperluan.
Asuransi jangka waktu terdiri dari dua, yaitu :
a) Asuransi Ekawarsa (one year insurance)
Asuransi ekawarsa adalah asuransi yang masa pertanggungannya adalah 1
(satu) tahun. Jika masa pertanggungan 1 (satu) tahun berakhir, dapat
diperbarui lagi dengan cara membayar premi untuk pertanggungan satu
tahun berikutnya. Dalam praktek, asuransi jangka waktu dimungkinkan
kurang dari satu tahun sesuai dengan kebutuhan. Untuk asuransi jiwa
dengan jangka waktu yang beredar saat ini PT. Jasa Raharja (Persero)
menggunakan nama Asuransi Jiwa Ekawaktu Ideal dan Asuransi Jiwa
Ekawaktu Prima.
b) Asuransi seumur hidup (Whole life insurance)
Asuransi seumur hidup adalah asuransi jiwa yang masa pertanggungannya
tidak terbatas, dalam arti adalah untuk seumur hidup. Asuransi jiwa
seumur hidup menurut masa pembayaran preminya dapat dibagi menjadi:
(1) Asuransi jiwa seumur hidup tanpa batasan
Dalam asuransi jiwa seumur hidup tanpa batasan ini premi dibayarkan
secara berkala selama seumur hidup. Untuk asuransi jiwa seumur
hidup tanpa batasan yang beredar saat ini, PT. Jasa Raharja (Persero)
menggunakan nama Tahapan Prima, PT. Ekalife menggunakan nama
Dana Sejahtera sedangkan PT. Asuransi Jiwa Asih Jaya menggunakan
nama Wasiat Seumur Hidup.
(2) Asuransi jiwa seumur hidup dengan batasan
Dalam asuransi jiwa seumur hidup dengan batasan ini premi dibayar
secara berkala sampai umur 50, 55, 60 tahun, kecuali itu
dimungkinkan pembayaran premi terbatas sampai jangka waktu
tertentu. Untuk asuransi jiwa seumur hidup dengan batasan yang
beredar saat ini PT. Jasa Raharja (Persero) menggunakan nama
Tabungan Hari Tua Terjamin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
(3) Asuransi jiwa seumur hidup premi tunggal
Asuransi jiwa seumur hidup premi tunggal adalah asuransi jiwa
seumur hidup yang preminya dibayar sekaligus pada awal kontrak
kemudian polis menjadi bebas premi. Untuk asuransi jiwa seumur
hidup premi tunggal yang beredar saat ini PT. Jasa Raharja (Persero)
menggunakan nama Asuransi Jiwa Seumur Hidup Prima.
4) Asuransi jangka waktu dengan santunan menurun (Decreasing term
insurance)
Asuransi jiwa jangka waktu dengan santunan adalah asuransi jiwa yang uang
pertanggungannya menurun. Uang pertanggungan pada saat permulaan
disebut uang pertanggungan awal. Asuransi jangka waktu dengan santunan
menurun ini ada beberapa jenisnya, yaitu sebagai berikut :
a) Asuransi jangka waktu kredit
Asuransi jangka waktu kredit terjadi dari asuransi jangka waktu dengan
santunan menurun yang dikaitkan dengan pinjaman (kredit). Jika badan
tertanggung dalam masa pertanggungan meninggal dunia, maka
penanggung melunasi secara tunai sisa pinjaman tertanggung yang belum
dibayar. Untuk asuransi jiwa jangka waktu kredit yang beredar saat ini PT.
Jasa Raharja (Persero) menggunakan nama Asuransi Jiwa Kredit-2
sedangkan PT. Ekalife menggunakan nama Asuransi Jiwa Profile 20.
b) Asuransi santunan penghasilan keluarga adalah asuransi jiwa dengan
santunan menurun yang uang pertanggungannya dibayarkan setiap bulan
sejak tertanggung meninggal dunia sampai akhir masa pertanggungan.
Untuk asuransi santunan penghasilan keluarga yang beredar saat ini PT.
Jasa Raharja (Persero) menggunakan nama Asuransi Tabungan Plus
Proteksi Keluarga sedangkan pada PT. Jasa Raharja (Persero)
menggunakan nama Program Pensiun Keluarga.
5) Asuransi jiwa dengan santunan meningkat
Asuransi jiwa dengan santunan meningkat adalah asuransi jiwa yang uang
pertanggungannya meningkat, misalnya pengembalian uang premi dalam
asuransi aneka guna, jika badan tertanggung meninggal dalam masa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
pembayaran premi. Untuk asuransi jiwa dengan santunan meningkat yang
beredar saat ini PT. Jasa Raharja (Persero) menggunakan nama Asuransi Dana
Bahagia dan Asuransi Jiwa Swadana.
c. Polis Asuransi Jiwa
Sesuai dengan ketentuan Pasal 259 KUHD, asuransi jiwa harus diadakan secara
tertulis dengan bentuk akta yang disebut polis. Menurut ketentuan pasal 304
KUHD, polis asuransi harus memuat :
1) Hari diadakan asuransi
Dalam polis harus dicantumkan hari dan tanggal diadakan asuransi. Hal ini
penting untuk mengetahui kapan asuransi mulai berjalan. Dengan demikian,
dapat diketahui pula sejak hari dan tangal itu risiko menjadi beban
penanggung.
2) Nama tertanggung
Dalam polis harus dicantumkan nama tertanggugn sebagai pihak yang
membayar premi dan berhak menerima polis. Apabila terjadi evenemen, atau
apabila jangka waktu berlakunya asuransi berakhir, tertanggung berhak
menerima sejumlah uang santunan atau pengembalian dari penanggung.
Pihak-pihak dalam asuransi jiwa, selain tertanggung dikenal juga adanya
penikmat, yaitu orang yang berhak menerima sejumlah uang tertentu dari
penanggung karena ditunjuk oleh tertanggung atau karena ahli warisnya, dan
tercantum dalam polis. Penikmat berkedudukan sebagai pihak yang
berkepentingan.
3) Nama orang yang jiwanya diasuransikan
Obyek asuransi jiwa adalah jiwa dan badan manusia sebagai satu kesatuan.
Orang yang melekat pada badan itu mempunyai nama yang jiwanya
diasuransikan.
4) Saat mulai dan berakhirnya evenemen;
Saat mulai dan berakhirnya evenemen merupakan jangka waktu berlaku
asuransi, artinya dalam jangka waktu itu risiko menjadi beban penanggung.
Apabila dalam jangka waktu itu terjadi evenemen, maka penanggung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
berkewajiban membayar santunan kepada tertanggung atau orang yangn
ditunjuk sebagai penikmat.
5) Jumlah asuransi
Jumlah asuransi adalah sejumlah uang tertentu yang diperjanjikan pada saat
diadakan asuransi sebagai jumlah santunan yangn wajib dibayar oleh
penanggung kepada penikmat dalam hal terjadi evenemen, atau pengembalian
kepada tertanggung sendiri dalam hal berakhirnya jangka waktu asuransi
tanpa terjadi evenemen.
6) Premi asuransi
Premi asuransi adalah sejumlah uang yang wajib dibayar oleh tertanggung
kepada penanggung setiap jangka waktu tertentu, biasanya setiap bulan
selama asuransi berlangsung. Besarnya jumlah premi asuransi bergantung
pada jumlah asuransi yang disetujui oleh tertanggung pada sat diadakan
asuransi.
d. Evenemen dan Santunan
Evenemen dan santunan dalam asuransi jiwa merupakan dua hal pokok
dalam asuransi jiwa. Dengan terjadinya evenemen, maka penanggung mempunyai
kewajiban untuk membayar santunan kepada tertanggung. Untuk lebih jelasnya
akan diuraikan sebagai berikut :
1) Evenemen dalam asuransi jiwa
Dalam asuransi jiwa yang dimaksud dengan bahaya adalah meninggalnya jiwa
orang yang dipertanggungkan. Meninggalnya seseorang itu merupakan hal
yangn sudah pasti, tetapi kapan meninggalnya seseorang itu tidak dapat
dipastikan. Inilah yang dimaksud peristiwa tidak pasti (evenemen) dalam
asuransi jiwa. Evenemen dalam asuransi jiwa hanya satu, yaitu ketidakpastian
meninggalnya seseorang. Oleh karena evenemen hanya satu, maka tidak perlu
dicantumkan dalam polis. Ketidakpastian meninggalnya seorang tertanggung
atau orang yang jiwanya dieprtanggungkan merupakan risiko yangn menjadi
beban penanggung dalam asuransi jiwa. Evenemen meninggalnya tertanggung
itu berisi dua, yaitu meninggalnya tertanggung dalam jangka waktu asuransi,
dan benar-benar tidak terjadi sampai jangka waktu asuransi berakhir. Kedua-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
duanya menjadi beban penanggung. Sebab-sebab meninggalnya seseorang
yang dipertanggungkan juga diperhitungkan, apakah meninggalnya
tertanggung disebabkan karena penyakit yang sudah diberitahukan oleh
tertanggung kepada penanggung dan sudah dicantumkan dalam polis atau
apakah kematian tertanggung terjadi dengan wajar dan bukan karena
kesengajaan. Apabila tertanggung meninggal dunia karena suatu penyakit dan
penyakit tersebut tertanggung sudah dicantumkan dalam polis, maka
penanggung wajib membayar sejumlah uang kepada tertanggung, namun
apabila tertanggung meninggal dunia karena penyakit yang tidak dicantumkan
dalam polis, maka penanggung tidak berkewajiban untuk membayar sejumlah
uang kepada tertanggung. Penanggung juga berkewajiban untuk membayar
sejumlah uang kepada tertanggung apabila tertanggung meninggal dengan
wajar dan bukan karena kesengajaan. Kesengajaan tersebut misalnya
tertanggung meninggal karena bunuh diri dengan meminum racun.
2) Uang santunan dan pengembalian
Uang santunan merupakan sejumlah uang yang wajib dibayar oleh
penanggung kepada penikmat dalam hal meninggalnya tertanggung sesuai
dengan kesepakatan yang tercantum dalam polis. Penikmat adalah orang yang
ditunjuk oleh tertanggung oleh orang yang menjadi ahli warisnya sebagai
pihak yang berhak menerima dan menikmati sejumlah uang yang dibayar oleh
penanggung. Pembayaran santunan merupakan akibat terjadinya peristiwa,
yaitu meninggalnya tertanggung dalam jangka waktu berlakunya asuransi
jiwa, tetapi apabila sampai berakhirnya jangka waktu asuransi jiwa tidak
terjadi peristiwa meninggalnya tertanggung, maka tertanggung sebagai pihak
dalam asuransi jiwa berhak memperoleh pengembalian sejumlah uang dari
penanggung yang jumlahnya ditetapkan berdasarkan perjanjian.
e. Premi Asuransi Jiwa
Dalam asuransi jiwa yang harus diperhatikan adalah penentuan tarif
karena hal tersebut akan menentukan besarnya premi yang akan diterima. Tarif
atau premi yang ditetapkan harus bisa menutupi klaim serta biaya-biaya asuransi
dan sebagian jumlah penerimaan perusahaan. Pembayaran premi dalam asuransi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
jiwa biasanya dilakukan pada awal bulan setiap tiga bulan sekali, enam bulan
sekali, setahun sekali selama asuransi berlangsung berdasarkan kesepakatan para
pihak dan telah dicantumkan dalam polis.
f. Asuransi Jiwa Berakhir
Perjanjian asuransi jiwa berakhir berdasarkan atas ketentuan-ketentuan
yang terdapat dalam polis asuransi. Ketentuan-ketentuan yang menyebabkan
asuransi jiwa berakhir adalah sebagai berikut:
1) Karena terjadi evenemen
Dalam asuransi jiwa, satu-satunya evenemen yang menjadi beban risiko
penanggung adalah meninggalnya tertanggung. Apabila dlaam jangka waktu
yang diperjanjikan terjadi peristiwa meninggalnya tertanggung, maka
penanggung berkewajiban membayar uang santunan kepada penikmat yang
ditunjuk oleh tertanggung, atau kepada ahli warisnya. Sejak penanggung
melunasi pembayaran sejumlah uang tersebut, sejak itu pula asuransi jiwa
berakhir.
2) Karena jangka waktu berakhir
Dalam asuransi jiwa, tidak selalu evenemen yang menjadi beban penanggung
itu terjadi, bahkan sampai berakhirnya jangka waktu asuransi. Apabila jangka
waktu berlakunya asuransi jiwa itu habis tanpa terjadi evenemen, maka beban
risiko penanggung berakhir. Tetapi dalam perjanjian ditentukan bahwa
penanggung akan mengembalikan sejumlah uang kepada tertanggung apabila
sampai jangka waktu asuransi habis tidak terjadi evenemen.
3) Karena asuransi gugur
Asuransi jiwa berakhir karena asuransi gugur ini diatur dalam Pasal 306
KUHD yang berbunyi sebagai berikut :
“Apabila orang yang diasuransikan jiwanya pada saat asuransi ternyata
meninggal, maka asuransi gugur, meskipun tertanggung tidak mengetahui
kematian kecuali jika diperjanjikan lain”.
Hal ini dipertegas lagi dalam Pasal 307 KUHD yang berbunyi sebagai berikut:
“Apabila orang yangn mengasuransikan jiwanya bunuh diri, atau dijatuhi
hukuman mati, maka asuransi gugur”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
3. Tujuan Asuransi Jiwa
Menurut Drs. A. (Hasymi Ali, 1993 : 76) tujuan asuransi adalah “Untuk
menjamin adanya suatu estate darimana para ahli waris dapat memperoleh
penghasilan, jika kepala keluarga (breadwinner) meninggal dunia yang kedua adalah
“Untuk menabung uang sebagai bagian dari estate hidup seseorang, yang diadakan
untuk penghasilan di masa depan. Tujuan yang pertama disebut proteksi atau
perlindungan sedangkan yang kedua dinamakan tabungan.
Polis asuransi jiwa yang kita beli mengandung masing-masing tujuan ini
dalam berbagai proporsi. Asuransi bermasa (term insurance) adalah semata-mata
untuk kebutuhan proteksi. Asuransi bermasa tidak mempunyai nilai tunai dan karena
itu tidak ada kemungkinan dipenuhinya kebutuhan menabung. Sebaliknya asuransi
jiwa lengkap (whole life insurance) adalah untuk memenuhi kebutuhan menabung
dan juga kebutuhan proteksi. Polisnya dapat diatur sedemikian rupa sehingga
kebutuhan menabung dapat dipenuhi menurut keinginan kita, dalam batas-batas
tertentu polis dwiguna (endowment policies) menekankan kebutuhan menabung
dengan hanya sedikit unsur proteksi.
Selain untuk menabung uang sebagai bagian dari estate hidup seseorang, yang
diadakan untuk penghasilan ada beberapa tujuan asuransi adalah
a. Memberikan jaminan perlindungan dan resiko-resiko kerugian yang diderita suatu
pihak.
b. Meningkatkan efisiensi karena tidak perlu secara khusus mengadakan
pengamanan dan pengawasan untuk memberikan perlindungan yang memakai
banyak tenaga, waktu 2 biaya.
c. Pemerataan biaya yaitu cukup hanya dengan mengeluarkan biaya yang jumlahnya
tertentu dan tidak perlu mengganti / membayar sendiri.
d. Dasar bagi pihak bank untuk memberikan kredit karena bank memerlukan
jaminan perlindungan atas agunan yang diberikan oleh peminjam uang.
e. Sebagai tabungan karena jumlah yang dibayar kepada pihak asuransi akan
dikembalikan dalam jumlah yang lebih besar. Hal ini khusus berlaku untuk
asuransi jiwa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
f. Menutup loss of earning power seseorang / Badan Usaha pada saat ia tidak dapat
berfungsi / bekerja.
(http://etd.eprints.ums.ac.id/4151//)
Menurut Soeisno Djojosoedarso (2003: 72-73) asuransi mempunyai tujuan
dan teknik pemecahan yang bermacam-macam, antara lain :
a. Dari segi Ekonomi, maka :
Tujuannya : mengurangi ketidakpastian dari hasil usaha yang dilakukan oleh
seseorang atau perusahaan dalam rangka memenuhi kebutuhan atau
mencapai tujuan
Tekniknya : dengan cara mengalihkan resiko pada pihak lain dan pihak lain
mengombinasikan sejumlah resiko yang cukup besar, sehingga
dapat diperkirakan dengan lebih tepat besarnya kemungkinan terjadi
kerugian
b. Dari segi Hukum, maka :
Tujuannya : memindahkan suatu resiko yang dihadapi oleh suatu objek atau
suatu kegiatan bisnis kepada pihak lain
Tekniknya : melalui pembayaran premi oleh tertanggun kepada penanggung
dalam kontrak ganti rugi (polis asuransi), maka resiko beralih
kepada penanggung
c. Dari segi Tata Niaga, maka :
Tujuannya : membagi resiko kepada seluruh peserta program asuransi
Tekniknya : memindahkan resiko dari individu atau perusahaan ke lembaga
keuangan yang bergerak dalam pengelolaan resiko (perusahaan
asuransi), yang akan membagi resiko keapda seluruh peserta
asuransi yang ditanganinya
d. Dari segi Kemasyarakatan, maka :
Tujuannya : menanggung kerugian secara bersama-sama antar semua peserta
program asuransi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Tekniknya : semua anggota kelompok program asuransi memberikan
kontribusinya (berupa premi) untuk menyantuni kerugian yang
diderita oleh anggotanya
e. Dari segi Matematis, maka :
Tujuannya : meramalkan besarnya kemungkinan terjadinya resiko dan hasil
ramalan itu dipakai dasar untuk membagi resiko kepada semua
peserta program asuransi
Tekniknya : menghitung besarnya kemungkinan berdasarkan teori kemungkinan
(Probability Theory), yang dilakukan oleh aktuaris maupun under-
writer (penanggung)
4. Tinjauan Asuransi Kecelakaan Penumpang
a. Peraturan Asuransi Kecelakaan Penumpang
Di dalam penjelasan resmi atas Undang-Undang No. 33 Tahun 1964
tentang dana pertanggungan wajib kecelakaan penumpang. Undang-undang ini
dilaksanakan dengan peraturan pemerintah No. 17 Tahun 1965, dijelaskan bahwa
Pertimbangan Pemerintah dititik beratkan pada “Jaminan Sosial”. Berhubung
dengan kemajuan teknologi modern di dalam penghidupan masyarakat sekarang
sudah sedemikian meningkat sehingga tidak mustahil bahwa di dalam
penghidupan masyarakat itu terkandung bahaya yang kian meningkat disebabkan
kecelakaan-kecelakaan di luar kesalahan seseorang.
Asuransi sosial kecelakaan penumpang termasuk jenis asuransi wajib
(compulsary insurance). Dikatakan asuransi wajib karena :
1) Berlakunya asuransi sosial kecelakaan penumpang karena diwajibkan oleh
undang-undang, bukan karena perjanjian. Undang-undangnya sendiri berjudul
pertanggungan wajib kecelakaan penumpang.
2) Asuransi sosial kecelakaan penumpang bermotif perlindungan masyarakat
(social security), yang dananya dihimpun dari masyarakat dan digunakan
untuk kepentingan masyarakat yang diancam bahaya kecelakaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
3) Dana yang sudah terkumpul dari masyarakat tetapi belum digunakan sebagai
dana kecelakaan, dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat melalui
program investasi.
b. Saat-saat terjadinya Kecelakaan Penumpang berdasarkan UU No. 33 Tahun 1964
Sudah barang tentu didalam memenuhi kewajibannya sebagai
penanggung PT Jiwa Sraya, sangat memerlukan suatu kepastian tentang apakah
kecelakaan-kecelakaan yang mengakibatkan si korban mati atau cacat itu telah
terjadi pada saat-saat yang telah ditentukan oleh Pemerintah untuk dapat
ditanggung. Sebaliknya juga saat terjadi kecelakaan itu merupakan salah satu
faktor yang menentukan, apakah pihak penumpang yang mendapat kecelakaan itu
mempunyai hak untuk menuntut ganti kerugian kepada PT Jiwa Sraya atau tidak.
Sehubungan dengan itu telah diadakan ketentuan mengenai saat-saat terjadinya
kecelakaan itu, yaitu :
1) Dalam hal kendaraan bermotor umum
Antara saat penumpang naik kendaraan yang bersangkutan di tempat
berangkat dan saat turunnya dari kendaraan tersebut di tempat tujuan.
2) Dalam hal Kereta Api
Antara saat naik alat angkut Perusahaan Kereta Api di tempat berangkat dan
saat turunnya dari alat angkut Perusahaan Kereta Api di tempat tujuan
menurut karcis yang berlaku untuk perjalanan yang bersangkutan.
3) Dalam hal Pesawat Terbang
Antara saat naik alat angkut Perusahaan Penerbangan yang bersangkutan atau
agennya di tempat berangkat dan saat meninggalkan tangga Pesawat Terbang
yang ditumpanginya di tempat tujuan menurut tiket yang berlaku untuk
penerbangan yang bersangkuan.
4) Dalam hal Kapal
Antara saat naik alat angkut Perusahaan Perkapalan atau pelayaran yang
bersangkutan di tempat berangkat dan saat turun di daratan Pelabuhan tujuan
menurut tiket yang berlaku untuk perjalanan Kapal yang bersangkutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
c. Pihak-pihak dalam Asuransi Kecelakaan Penumpang
Menurut ketentuan pasal 2 undang-undang No. 33 tahun 1964, hubungan
hukum pertanggungan wajib kecelakaan penumpang diciptakan antara pembayar
iuran dan penguasa dana. Berdasarkan ketentuan ini dapat dipahami dari segi
hukum asuransi bahwa penguasa dana berkedudukan sebagai penanggung,
sedangkan pembayar iuran berkedudukan sebagai tertanggung. Penguasa dana
sebagai penanggung memikul resiko kecelakaan yang mungkin dialami oleh
pembayaran iuran sebagai tertanggung.
Penguasa dara sebagai penanggung ditentukan dalam pasal 1 peraturan
pemerintah No. 17 tahun 1965, menurut ketentuan pasal tersebut pertanggungan
adalah hubungan hukum antara penanggung yaitu perusahaan negara yang
dimaksud dalam pasal 8 dan penumpang alat angkutan penumpang umum yang
sah. Perusatraan negara yang dimaksud dalam pasal 8 peraturan pemerintah No.
17 tahun 1965 adalah perusahaan negara yang khusus ditunjuk oleh menteri
keuangan.
Perusahaan negan yang ditunjuk itu adalah perusahaan negara asuransi
kerugian Jasa Marga yang didirikan berdasarkan peraturan pemerintah No. 8
tahun 1965. Perusahaan negara ini sekarang berubah menjadi Badan Usaha Milik
Negara yang berbentuk perusahaan perseroan, yaitu PT Asuransi Kerugian Jasa
Raharja (persero).
Pembayaran iuran sebagai tertanggung, diatur dalam pasal 3 Undang-
Undang No. 33 tahun 1964 yang menentukan, setiap penumpang yang sah dari
kendaraan bermotor urnum, kereta api, pesawat terbang, perusahaan nasional-
perusahaan perkapalan dan pelayaran nasional wajib membayar iuran melalui
pengusaha atau pemilik perusahaan yang bersangkutan untuk menutup akibat
keuangan yang disebabkan oleh kecelakaan penumpang dalam perjalanan. Tetapi
penumpang kendaraan bermotor umum dalarn kota dibebaskan dari pembayaran
iuran wajib. Berdasarkan ketentuan ini, jelaslah bahwa yang berkedudukan
sebagai tertanggung adalah setiap penumpang yang sah, yang wajib membayar
iuran melalui perusahaan angkutan yang bersangkutan, kecuali penumpang
angkutan dalam kota.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Berdasarkan ketentuan UU No. 33 Tahun 1964 pihak-pihak yang terlibat
dalam Asuransi Kecelakaan Penumpang yaitu :
1. Pihak penanggung yang istilahnya disebut penguasa dana
2. Pihak tertanggung yang disebut pembayar iuran.
Hal ini dapat dimengerti sebab dalam pertanggungan wajib ini terjadi
pengumpulan iuran wajib yang menjadi suatu dana yang dikuasai oleh negara.
Iuran wajib dibayar oleh setiap peserta pertanggungan sehingga peserta sebagai
tertanggung disebut pembayar iuran.
d. Iuran Wajib Asuransi Kecelakaan Penumpang
Menurut ketentuan pasal 2 Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 1965,
untuk jaminan pertanggungan kecelakaan diri, tiap penumpang kendaraan
bermotor umum, kereta api, pesawat terbang, perusahaan nasional dan perusahaan
perkapalan atau pelayaran nasional untuk tiap perjalanan, wajib membayar suatu
iuran. Jumlah iuran wajib yang dimaksud ditentukan oleh menteri keuangan
menurut suatu tarif yang bersifat progesif. Dengan demikian, iuran wajib yang
harus dibayar oleh setiap penumpang yang jumlahnya ditentukan oleh menteri
keuangan.
Iuran asuransi kecelakaan penumpang harus dibayar bersama dengan
pembayaran biaya angkutan penumpang kepada penguasa alat angkut penumpang
umum yang bersangkutan. Penguasa atau pernilik alat angkut penumpang umum
tersebut wajib memberi pertanggungiawaban seluruh hasil pungutan iuran wajib
pata penumpangnya dan menyetorkannya kepada penanggung, yaitu PT Asuransi
Kerugian Jiwa Sraya setiap bulan selambat-lambatnya pada tanggal 27 secara
langsung atau melalui bank atau badan asuransi lain yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan menurut cara yang ditentukan oleh Direksi (pasal 3 peraturan
pemerintah No. 17 tahun 1965). Iuran wajib yang dibayar oleh setiap penumpang
digunakan untuk mengganti kerugian berhubungan dengan kematian dan cacat
tetap atau cidera akibat dari kecelakaan penumpang.
Menurut ketentuan pasal 8 Undang-Undang No. 33 tahun 1964 pasal 21
ayat (2) peraturan pemerintah No. 17 tahun 1965, perusahaan angkutan
penumpang umum bilamana melakukan kelalaian menjalankan kewajibannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
tidak memungut iuran kepada penumpang dan atau tidak menyetorkan hasil
pendapatannya pada waktu yang ditentukan, maka dapat dikenakan hukuman
denda setinggi-tinggrnya Rp. 1.000.000 (satu juta rupiah). Pasal 22 Peraturan
Pemerintah No. 17 tahun 1965 menambah lagi sanksi pencabutan izin usaha
untuk paling lama 3 (tiga) bulan bagi pengusaha atau pemilik alat angkutan
penumpang umum yang bersangkutan.
e. Evenemen Asuransi Kecelakaan Penumpang
Evenemen adalah bahaya yang menjadi beban penanggung. Dalam
asuransi kecelakaan penumpang yang dimaksud dengan bahaya adalah
kecelakaan penumpang alat angkutan penumpang umum, yang mengancam
keselamatan penumpang sebagai tertanggung. Apabila kecelakaan penumpang ini
benar-benar terjadi, maka mengakibatkan timbulnya kerugian karena kematian,
cacat tetap atau luka yang dialami oleh penumpang sebagai tertanggung. Kerugian
penumpang inilah yang wajib diganti oleh PT Asuransi Kerugian Jiwa Sraya
sebagai penanggung, yang dimaksud dengan kecelakaan penumpang alat
angkutan penumpang umum, dalam undang-undang tidak ada penjelasan, namun
yang menjadi perhatian adalah akibat dari timbulnya oleh kecelakaan itu, yaitu
kerugian karena kematian, cacat tetap atau cidera yang diderita oleh penumpang
sebagai tertanggung.
Setiap penumpang sah dari kendaraan umum, kereta api, pesawat terbang
perusahaan penerbangan nasional dan perusahaan perkapalan atau pelayaran
nasional, termasuk penumpang angkutan kota yang dibebaskan dari kewajiban
membayar iuran, diberi jaminan pertanggungan kecelakaan diri selama
penumpang itu berada dalam alat angkutan yang disediakan oleh perusatraan
angkutan, untuk jangka waktu saat penumpang naik alat angkutan tersebut di
tempat tujuan menurut karcis atau tiket yang berlaku untuk perjalanan yang
bersangkutan.
f. Ganti Kerugian Asuransi Kecelakaan Penumpang
Dalam pasal 1l Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 1965 menentukan,
besarnya pembayaran ganti kerugian pertanggungan dalam hal kematian, cacat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
tetap maksimum penggantian biaya-biaya perawatan dan pengobatan dokter serta
penggantian biaya penguburan ditentukan oleh Menteri Keuangan.
Apabila penumpang sebagai tertanggung tidak meninggal dunia, ganti
kerugian pertanggungan diberikan pada korban sendiri. Tetapi kerugian
penumpang yang menjadi korban itu meninggal dunia, maka yang berhak
menerima ganti kerugian pertanggungan adalah :
1. Janda atau dudanya yang sah
2. Jika ini tidak ada, anak-anaknya yang sah
3. Jika ini tidak ada, orang tuanya yang sah.
Hak untuk mendpat ganti kerugian pertanggulgan ini tidak boleh
diserahkan kepada pihak lain, digadaikan atau dibuat pertanggungan pinjaman
dan tidak boleh disita untuk menjalankan putusan hakim atau menjalankan
kepailitan.
Menurut ketentuan pasal 14 Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 1965
pembayaran ganti kerugian pertanggungan tidak mengurangi tanggung jawab dari
pihak pengangkut dan atau pihak lain yang dapat bersangkutan untuk kecelakaan
yang terjadi. Dengan demikian, menurut ketentuan pasal ini ganti kerugian
pertanggungan tidak menghapuskan tanggung jawab pidana, atau perdata atau
perjanjian international terhadap pihak lain yang dirugikan.
Dalam hal ini yang mendapatkan ganti kerugian akibat kecelakaan adalah
penumpang yang sah dari kendaraan bermotor, Kereta Api, Pesawat Terbang
Perusahaan Penerbangan Nasional dan Perusahaan Perkapalan atau Pelayaran
yang telah membayar iuran wajib sesuai ketentuan Menteri Keuangan.
Tentukan ganti kerugian pertanggungan diajukan kepada PT Asuransi
Kerugian Jiwa Sraya setempat dengan atau tanpa perantaraan penguasa atau
pemilik alat angkutan penumpang umum yang bersangkutan dalam waktu 6
(enam) bulan sesudah terjadi kecelakaan yang bersangkutan. Untuk pembuktian
keabsahan suatu tuntutan ganti kerugian pertanggungan, wajib diserahkan surat-
surat bukti sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
a. Dalam hal kematian
1. Proses verbal polisi lalu lintas atau yang berwenang tentang kecelakaan
yang telah terjadi dengan alat angkutan umum yang bersangkutan, yang
mengakibatkan kematian pewaris penuntut.
2. Keputusan hakim atau pihak berwajib lain yang berwenang tentang
pewarisan yang benangkutan
3. Surat-surat keterangan dokter dan bukti lain yang dianggap perlu guna
pengesahan fakta kematian yang terjadi.
b. Dalam hal cacat tetap atau cidera
1. Proses verbal polisi lalu lintas atau lain yang berwenang tentang
kecelakaan yang telah terjadi dengan alat angkutan penumpang umum
yang bersangkutan yang cacat atau cidera pada penuntut.
2. Surat keterangan dokter tentang jenis cacat tetap atau cidera yang telah
terjadi sebagai akibat kecelakaan tersebut.
3. Surat bukti lain yang dianggap perlu guna pengesahan fakta cacat tetap
atau cidera yang terjadi.
Apabila penanggung (Direksi PT. Kerugian Jiwa Sraya) telah memperoleh
keyakinan tentang tuntutan secara lain dari yang disebutkan di atas tadi,
pembayaran ganti kerugian pertanggungan dapat pula dilakukan berdasarkan
surat-surat bukti dan kenyataan-kenyataan lain.
Setelah pembayaran ganti kerugian dilaksanakan, penanggung (PT Asuransi
Kerugian Jiwa Sraya) tidak mempunyai kewajiban apapun lagi untuk
melakukan pembayaran selanjutan (pasal 18 ayat (3) Peraturan Pemerintah
No. 17 tahun 1965 dengan kata lain asuransi kecelakaan penumpang ini sudah
berakhir.
5. Tinjauan Asuransi Kecelakaan Lalu Lintas Jalan
a. Pengaturan Asuransi Kecelakaan lalu Lintas Jalan
Setaraf dengan kemajuan teknik modern dalam penghidupan manusia
bermasyarakat terkandung bahaya yang kian meningkat disebabkan kecelakaan-
kecelakaan di luar kesalahannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Demikian bunyi kalimat pertama dari bagian utama dari penjelasan resmi
atas Undang-Undang No. 34 Tahun 1964 tentang dana kecelakaan lalu lintas
jalan, Undang-Undang ini dilaksanakan dengan peraturan pemerintah No. 18
Tahun 1965. Undang-undang ini beserta peraturan pelaksanaannya merupakan
dasar berlakunya asuransi kecelakaan lalu lintas jalan.
Asuransi kecelakaan lalu lintas jalan termasuk jenis asuransi wajib
(compulsary insurance). Dikatakan asuransi wajib karena :
a. Berlakunya asuransi kecelakaan lalu lintas jalan ini diwajibkan oleh undang-
undang, bukan berdasarkan perjanjian.
b. Pihak penyelenggara asuransi ini adalah pemerintah yang didelegasikan
kepada Badan Usaha Milik Negara (pasal 5 undang-undang No. 34 tahun
1964)
c. Asuransi kecelakaan lalu lintas bermotif perlindungan masyarakat (social
security), yang dananya dihimpun dari masyarakat dan digunakan untuk
kepentingan masyarakat yang diancam bahaya lalu lintas jalan.
d. Dana yang sudah terkumpul dari masyarakat tetapi belum digunakan sebagai
dana kecelakaan lalu lintas jalan dimanfaatkan untuk kesejahteraan
masyarakat melalui program investasi.
Sejalan dengan itu, oleh karena pemerintah telah menyerahkan segala
pengurusan dan pengawasan dana kecelakaan lalu lintas jalan yang diatur di
dalam Undang-Undang No. 34 tahun 1964 kepada PT. Jiwa Sraya maka Materi
Undang-Undang itu sebagai materi pertanggungan.
Pemilik atau pengusaha kendaraan bermotor yang diwajibkan membayar
sumbangan wajib di dalam UU No. 34 tahun 1964 kepada PT. Jiwa Sraya maka
Materi Undang-Undang itu sebagai materi pertanggungan.
Pemilik atau pengusaha kendaraan bermotor yang diwajibkan membayar
sumbangan wajib di dalam UU No. 34 tahun 1964, berarti tidak lain daripada
mempertanggungkan tanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan oleh
kendaraan bermotor yang dimilikinya. Sebab, pemilik kendaraan tersebut
bagaimanapun juga harus bertanggung jawab atas segala akibat-akibat cacat atau
kematian yang diderita oleh orang lain di luar kendaraan itu yang disebabkan oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
peristiwa tabrakan atau kecelakaan dari alat kendaraan bermotor yang
bersangkutan.
b. Pihak-pihak dalam Asuransi Kecelakaan Lalu Lintas Jalan
Apabila dilakukan pengkajian dengan teliti terhadap materi Undang-
Undang No. 34 tahun 1964 dan peraturan pelaksanaannya, tidak dipungkiri bahwa
materi undang-undang tersebut termasuk lingkup asuransi sosial walaupun tidak
tegas dinyatakan dengan istilah asuransi atau pertanggungan. Jika sudah dipahami
demikian, maka sesuai dengan judul undang-undang yang mengaturnya, asuransi
ini digolongkan asuransi sosial kecelakaan lalu lintas jalan sebagai pasangan dari
asuransi sosial kecelakaan penumpang. Perbedaan terletak pada hal-hal sebagai
berikut:
a. Sumber (penyumbang) dana dalarn asuransi kecelakaan penumpang adalah
penumpang sedangkan dalam asuransi kecelakaan lalu lintas jalan adalah
pemilik dan pengusaha kendaraan bermotor.
b. Yang diancam dalam bahaya kecelakaan pada asuransi kecelakaan
penumpang adalah penumpang sedangkan pada asuransi kecelakaan lalu lintas
jalan adalah pejalan kaki, pengendara bermotor, pekerja perbaikan jalan raya
dan orang yang menggunakan jalan tersebut.
Berdasarkan ketentuan undang-undang No. 34 tahun 1964 tiga pihak yang
terlibat dalam asuransi kecelakaan lalu lintas jalan, yaitu :
1. Pihak pemilik atau pengusaha kendaraan bermotor, yang dapat menjadi
penyebab kecelakaan lalu lintas jalan.
2. Pihak pengguna jalan raya bukan penumpang, yang dapat menjadi korban
kecelakaan lalu lintas jalan.
3. Pihak penguasa dana yaitu pemerintah yang didelegasikan kepada Badan
Usaha Milik Negara (BUMN).
Menurut ketentuan pasal 2 undang-undang No. 34 tahun 1964 penguasa
atau pemilik alat angkutan lalu lintas jalan diharuskan memberi sumbangan wajib
setiap tahun untuk menutup akibat keuangan karena kecelakaan lalu lintas jalan
kepada korban atau ahli waris yang bersangkutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Jumlah sumbangan wajib tersebut ditentukan berdasarkan Peraturan
Pemerintah. Dalam hal ini pasar 2 Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1965
menentukan jumlah sumbangan wajib tersebut ditentukan oleh Meteri Keuangan
menurut tarif yang bersifat progresif.
Dari segi hukum asuransi tanggung jawab (solvability insurance),
pengusaha atau pemilik alat angkutan lalu lintas ikut bertanggung jawab terhadap
kerugian akibat kecelakaan yang ditimbulkan oleh penggunaan alat angkutan lalu
lintas miliknya. Sebagai wujud tanggung jawab itu, maka Undang-Undang
mewajibkan mereka membayar iuran yang disebut sumbangan wajib, sumbangan
wajib tetapi sepertinya tidak lazim. Biasanya yang dimaksud sumbangan itu
sukarela (voluntary). Sumbangan wajib ini fungsinya sebagai premi. Dalam
hukum asuransi, pembayaran premi itu disebut tertanggung. Dengan demikian
kedudukan pengusaha atau pemilik alat angkutan lalu lintas dalam asuransi
kecelakaan lalu lintas jalan adalah sebagai tertanggung.
Dalam hukum asuransi, korban lalu lintas itu berkedudukan sebagai pihak
ketiga yang berkepentingan yang harus disebutkan dalam polis. Tetapi dalam
asuransi kecelakaan lalu lintas jalan, Undang-undang menentukan bahwa pihak
ketiga itu berhak atas ganti kerugian yang diakibatkan kecelakaan lalu lintas.
Menurut ketentuan pasal 4 Undang-Undang No. 34 tahun 1964, setiap orang
yang menjadi korban mati atau cacat tetap akibat kecelakaan yang disebabkan
oleh alat angkutan lalu lintas jalan, akan diberi ganti kerugian kepadanya atau ahli
warisnya sebesar jumlah yang ditentukan berdasarkan peraturan pemerintah.
Dengan demikian, kedudukan pihak korban lalu lintas dalam asuransi
kecelakaan lalu lintas jalan adalah sebagai pihak ketiga yang berkepentingan.
6. Tinjauan Tentang Pemberian Santunan Kecelakaan
Dalam pemberian santunan kecelakaan lalu lintas pihak PT. Jasa Raharja
(Persero) selaku perusahaan asuransi sosial yang ditunjuk oleh pemerintah untuk
menangani masalah proses pencairan dana santunan kecelakaan untuk para korban
atau ahli waris korban perlu meninjau mengenai beberapa hal yang menyangkut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
tentang pemberian santunan tersebut. Hal-hal yang terkait dengan pemberian
santunan kecelakaan lalu lintas antara lain adalah :
a. Pihak-pihak dalam Pertanggungan
1) Tertanggung (insured)
Berdasarkan Pasal 246 KUHD maka tertanggung adalah pihak yang
menerima penggantian kerugian namun sebaliknya dialah juga orang yang
harus membayar premi.
Jika dibandingkan dengan ketentuan Pasal 2 ayat (1) UU No. 34 Tahun
1964 maka tertanggung adalah :
“Pengusaha atau pemiliki alat angkutan lalu lintas jalan diharuskan memberi
sumbangan wajib setiap tahun kepada dana yang dimaksud dalam pasal 1”.
Pasal 3 UU No. 34 Tahun 1964 menentukan :
“Paling lambat pada akhir setiap bulan Juni, pemilik atau pengusaha alat
angkutan seperti dimaksud dalam pasal 2 ayat (1), harus membayar
sumbangan wajibnya mengenai tahun yang sedang berjalan dengan cara yang
ditentukan Menteri”.
Dari kedua pasal diatas dapatlah disimpulkan bahwa pihak yang
berposisi sebagai tertanggung adalah pengusaha atau pemilik alat angkutan
lalu lintas jalan.
2) Penanggung (insure)
Sesuai dengan Pasal 246 KUHD yang dimaksud penanggung (penguasa
dana) adalah pihak yang memberikan penggantian kerugian kepada
tertanggung. Yang berkedudukan sebagai penanggung disini adalah
perusahaan Negara yang khusus ditunjuk oleh Menteri berdasarkan UU No.
19 Prp Tahun 1960 perusahaan Negara tersebut adalah PT. Jasa Raharja
(Persero) Surakarta.
b. Hak dan Kewajiban Para Pihak
1) Hak dan Kewajiban Tertanggung (insured)
Disini tertanggung mempunyai hak untuk menerima ganti
kerugian/santunan akibat dari kecelakaan lalu lintas jalan sedang di sisi lain ia
mempunyai kewajiban untuk membayar premi kepada penanggung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
2) Hak dan Kewajiban Penanggung (insure)
Dalam hal ini penanggung mempunyai hak untuk menerima
pembayaran premi dari para tertanggung dan disisi lain mempunyai kewajiban
untuk mengganti kerugian kepada korban kecelakaan yang menderita berupa
cacat dan kematian akibat dari kecelakaan lalu lintas jalan.
c. Premi
Pembayaran Premi dalam program asuransi kecelakaan pada PT. Jasa
Raharja (Persero) dikenal dengan dua bentuk yaitu :
1) Iuran Wajib (IW)
Iuran Wajib dikenakan kepada penumpang alat transportasi umum
seperti kereta api, pesawat terbang, bus dan sebagainya (pasal 3 (1) a UU No.
33/1964 jo pasal 2 (1) PP No. 17/1965). Sedangkan untuk pembayaran iuran
wajib disatukan dengan ongkos angkut pada saat membeli karcis atau
membayar tarif angkutan dan pengambilan biaya premi ini dilakukan oleh
masing-masing operator (pengelola) alat transportasi tersebut. Khusus
penumpang kendaraan bermotor umum di dalam kota dan Kereta Api jarak
pendek (kurang dari 50 km) dibebaskan dari pembayaran iuran wajib.
2) Sumbangan Wajib (SW)
Sumbangan Wajib dikenakan kepada pemilik atau pengusaha kendaraan
bermotor (pasal 2 (1) UU No. 34/1964 jo pasal 2 (1) PP No. 1/1965).
Sedangkan pembayaran Sumbangan Wajib dilakukan secara periodik (setiap
tahun) di kantor Samsat pada saat pendaftaran atau perpanjangan STNK.
Pembayaran premi merupakan suatu kewajiban dan keharusan bagi
tertanggung, maka yang mempunyai kewajiban membayar sumbangan wajib
adalah pemilik atau pengusaha alat angkutan itu. Sumbangan wajib ini dengan
demikian dapat kita sebut sebagai premi, hanya saja bahwa di dalam Undang-
undang No. 34 Tahun 1964 tidak terdapat suatu istilah premi.
Memang tidaklah terdapat suatu pasal yang mengatur akibat hukum atau
sanksi jika tertanggung tidak memenuhi kewajiban membayar premi. Apabila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
tidak memenuhi pembayaran premi di dalam Undang-undang No. 34 tahun 1964
diatur didalam pasal 7 sebagai berikut :
“Pemilik atau pengusaha alat angkutan lalu lintas jalan yang melalaikan
kewajibannya membayar sumbangan wajib menurut pasal 2 ayat (1) dan ayat (2)
serta pasal 3 Undang-undang ini dihukum dengan hukuman denda setinggi-
tingginya Rp. 100.000,00 (Seratus ribu rupiah).”
d. Polis
Dalam Pasal 255 KUHD menyebutkan bahwa perjanjian asuransi atau
pertanggungan harus dibuat suatu polis :
“Suatu pertanggungan harus dibuat secara tertulis dalam suatu akta yang
dinamakan polis” (Subekti, R: Kitab Undang-undang Hukum Dagang)”.
Meskipun demikian kedudukan suatu polis dalam perjanjian atau
pertanggungan itu sangatlah penting yaitu sangat menentukan dalam hal
pembuktian, jadi guna pembuktian ada atau tidaknya suatu perjanjian
pertanggungan dibutuhkan suatu alat bukti khusus yang disebut polis.
Fungsi polis yang utama sebenarnya adalah sebagai alat bukti tentang ada
atau tidaknya perjanjian pertanggungan, sebagai alat bukti tentu saja polis
mempunyai kedudukan yang sangat penting dan menentukan dalam setiap
perjanjian pertanggungan baik pihak penanggung dan terutama tertanggung.
Sebagai satu-satunya alat bukti dalam perjanjian pertanggungan,
penanggungannya sebagai alat bukti harus diperhatikan”waktu” penerbitannya.
Hal ini sangat penting karena pada umumnya terjadi kata sepakat tidak
selalu sama dnegan saat diterbitkan polis. Disamping itu juga masih perlu
diperhatikan bahwa terjadinya peristiwa yang menyebabkan kerugian sehingga
tertanggung mengajukan klaim, harus pula dibuktikan dengan adanya polis.
Memang benar bahwa polis itu sangat penting kedudukannya, terutama bagi
tertanggung dalam rangka pembuktian perjanjian
e. Pihak-pihak yang Berhak Mendapatkan Santunan
Pihak-pihak yang berhak mendapatkan santunan diatur dalam UU No. 33
Tahun 1964 jo PP No. 17 Tahun 1965 dan UU No. 34 Tahun 1964 jo No. 18
Tahun 1965.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Berdasarkan UU No. 33 Tahun 1964 jo PP No. 17 Tahun 1965 korban yang
berhak mendapatkan santunan yaitu :
1) Setiap penumpang sah dari alat angkutan penumpang umum yang mengalami
kecelakaan diri, yang diakibatkan oleh penggunaan alat angkutan umum,
selama penumpang yang bersangkutan berada dalam angkutan tersebut, yaitu
saat naik dari tempat pemberangkatan sampai turun di tempat tujuan.
2) Jaminan ganda
Kendaraan bermotor umum (bus) berada dalam kapal ferry, apabila kapal
ferry dimaksud mengalami kecelakaan, kepada penumpang bus yang menjadi
korban diberikan jaminan ganda.
3) Penumpang mobil plat hitam
Bagi penumpang mobil plat hitam yang mendapat izin resmi sebagai alat
angkutan penumpang umum, seperti antara lain mobil pariwisata, mobil sewa
dan lain-lain, terjamin oleh UU No. 33 jo PP No. 17/1965.
4) Korban yang mayatnya tidak ditemukan
Penyelesaian santunan bagi korban yang mayatnya tidak ditemukan atau
hilang berdasarkan kepada Putusan Pengadilan Negeri.
Menurut UU No. 34 Tahun 1964 jo PP No. 18 Tahun 1965 korban yang
berhak atas santunan adalah :
1) Pihak Ketiga
Setiap orang yang berada di luar angkutan lalu lintas jalan yang
menimbilkan kecelakaan yang menjadi korban akibat kecelakaan dari
penggunaan alat angkutan lalu lintas jalan tersebut, contoh : pejalan kaki
ditabrak kendaraan bermotor.
Setiap orang atau mereka yang berada di dalam suatu kendaraan bermotor
dan ditabrak, dimana pengemudi kendaraan bermotor yang ditumpangi
dinyatakan bukan sebagai penyebab kecelakaan, termasuk dalam hal ini
para penumpang kendaraan bermotor dan sepeda motor pribadi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
2) Tabrakan Dua atau Lebih Kendaraan Bermotor
Apabila dalam laporan hasil pemeriksaan Kepolisian dinyatakan bahwa
pengemudi yang mengalami kecelakaan merupakan penyebab terjadinya
kecelakaan, maka baik pengemudi maupun penumpang kendaraan terseut
tidak terjamin dalam UU No. 34/1964 jo PP No. 18/1965.
Apabila dalam kesimpulan hasil pemeriksaan pihak Kepolisian belum
diketahui pihak-pihak pengemudi yang menjadi penyebab kecelakaan dan
atau dapat disamakan kedua pengemudinya sama-sama sebagai penyebab
terjadinya kecelakaan, pada prinsipnya sesuai dengan ketentuan UU No.
34/1964 jo PP No. 18/1965 santunan belum dapat diserahkan atau
ditangguhkan sambil menunggu Putusan Hakim/Putusan Pengadilan.
3) Kasus Tabrak Lari
Terlebih dahulu dilakukan penelitian atas kebenaran kasus kejadiannya.
4) Kecelakaan Lalu Lintas Jalan Kereta Api
Berjalan kaki di atas rel atau jalanan kereta api dan atau menyebrang
sehingga tertabrak kereta api serta pengemudi/penumpang kendaraan
bermotor yang mengalami kecelakaan akibat lalu lintas perjalanan kereta
api, maka korban terjamin UU No. 34/1964.
Pejalan kaki atau pengemudi/penumpang kendaraan bermotor yang
dengan sengaja menerobos palang pintu kereta api yang sedang
difungsikan sebagaimana lazimnya kereta api akan lewat, apabila terabrak
kereta api maka korban tidak terjamin oleh UU No. 34/1964.
f. Pihak-Pihak yang Tidak Berhak Mendapatkan Santunan
Menurut Emmy Pengaribuan Simanjuntak, (1980: 48-50) pihak-pihak yang
tidak berhak mendapat santunan adalah :
1) Sifat yang Terdapat pada Si Korban
Sebagaimana diketahui bahwa di dalam pertanggungan kecelakaan lalu
lintas jalan yang dimaksud di dalam Undang-Undang No. 34 Tahun 1964,
orang yang menerima ganti rugi adalah orang yang menjadi korban yang
berada diluar alat angkutan lalu lintas jalan yang menimbulkan kecelakaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Akan tetapi tidak setiap orang yang berada diluar angkutan lalu lintas
jalan yang menjadi korban itu dengan sendirinya mempunyai hak atas ganti
rugi itu, sebab dengan jelas tujuan pemerintah adalah membantu roang-orang
yang mendapat kecelakaan lalu lintas karena diluar kesalahannya.
Yang mendapat perlindungan dari pemerintah hanyalah orang-orang
yang tidak bersalah tetapi menjadi korban dari kecelakaan lalu lintas. Itulah
sebabnya bahwa didalam pasal 13 No. 18 tahun 1965 tentang Ketentuan-
Ketentuan Pelaksanaan Dana Kecelakaan Lalu Lintas, hal 48) ditentukan
bahwa penggantian kerugian tidak akan diberikan apabila korban itu sendiri
pada waktu kecelakaan terjadi berada dalam keadaan sebagai berikut :
Bunuh diri
Percobaan bunuh diri atau kesengajaan lain pada korban atau ahli
warisnya
Korban dalam keadaan mabok atau tidak sadar
Melakukan perbuatan kejahatan
Korban mempunyai cacat badan
2) Hal-hal di Luar Resiko Angkutan Lalu Lintas Jalan
Di dalam Hukum Pertanggungan pada azasnya penanggung itu hanya
wajib mengganti kerugian apabila kerugian yang diderita oleh orang yang
berkepentingan adalah akibat langsung yang menjadi tanggungannya.
Menurut PP No. 18 Tahun 1965 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pelaksanaan
Dana Kecelakaan Lalu Lintas, hal 49 hal-hal diluar resiko terebut adalah :
Alat angkutan lalu lintas jalan yang bersangkutan sedang dipergunakan
untuk suatu perlombaan kecakapan atau kecepatan.
Kecelakaan terjadi karena didekat alat angkutan itu ada akibat-akibat
gempa bumi atau letusan gunung berapi, angin puyuh atau sesuatu gejala
geologi atau metereologi lain
Kecelakaan akibat dari sebab yang langsung atau tidak langsung
mempunyai hubungan dengan bencana, perang atau sesuatu keadaan
perang lainnya, penyerbuan musuh, sekalipun Indonesia tidak termasuk
dalam negara-negara yang turut berperang, pendudukan atau perang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
saudara, pemberontakan, huru hara, pemogokan dan penolakan kaum
buruh, perbuatan sabotase, perbuatan teror, kerusuhan atau kekacauan
yang bersifat politik atau bersifat lain
Kecelakaan akibat dari senjata-senjata perang
Kecelakaan akibat dari sesuatu perbuatan dalam penyelenggaraan suatu
perintah, tindakan atau peraturan dari pihak ABRI atau asing yang diambil
berhubung dengan sesuatu keadaan tersebut di atas, atau kecelakaan yang
disebabkan dari kelalaian sesuatu perbuatan dalam penyelenggaraan
tersebut.
Kecelakaan yang diakibatkan oleh alat angkutan lalu lintas jalan yang
dipakai atau disita untuk tujuan-tujuan tindakan angkatan bersenjata
Kecelakaan yang terjadi sebagai akibat dari reaksi atom
3) Telah Mendapat Bantuan Berdasarkan Undang-Undang No. 33 Tahun 1964
Bahwa korban atau ahli waris telah mendapat ganti rugi berdasarkan
pertanggungan kecelakaan penumpang alat angkutan umum, oleh pemerintah
ditetapkan menjadi suatu faktor untuk menentukan supaya penanggung tidak
memberikan ganti rugi kepada si korban. Hal ini dengan tegas ditentukan di
dalam pasal 13 sub a dari PP No. 18 Tahun 1965 (Peraturan Pemerintah No.
18 Tahun 1965 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pelaksanaan Dana Kecelakaan
Lalu Lintas, hal 50)
B. Kerangka Berfikir
Setaraf dengan kemajuan teknik modern, dalam kehidupan manusia
bermasyarakat terkadang bahaya yang kian meningkat disebabkan kecelakaan-
kecelakaan diluar kesalahan para pengguna jalan. Menurut statistik Direktorat Lalu
Lintas dari Departemen Angkatan Kepolisian, dalam tahun 1995 sampai dengan 2003
di Indonesia telah terjadi 136.490 kecelakaan lalu lintas, yang memakan korban
13.135 orang mati 87.675 orang menderita luka-luka dan ratusan juta rupiah kerugian
materiil.
Pada dasarnya, setiap warga negara harus mendapatkan perlindungan terhadap
kerugian yang diderita karena resiko-resiko yang dapat mencelakakan manusia seperti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
contoh: terjadinya kecelakaan kendaraan bermotor yang disebabkan karena kelalaian
pada pengendara sehingga menyebabkan luka parah bagi orang lain atau bahkan
menyebabkan resiko kematian. Dari contoh resiko yang sering dialami oleh manusia
kalau tidak ada ketentuan hukum, pengaturan perjanjian, atau usaha gotong-royong
dari teman-teman dan tetangga, maka kerugian-kegurian ini akan dibiarkan saja
dipikul oleh mereka yang terkena musibah. Hal ini yang mendorong mereka untuk
mencari perlindungan yang dapat berupa pertanggungan, pengalihan atau yang biasa
disebut dengan asuransi, sehingga orang atau keluarga tersebut dapat memenuhi
kebutuhannya seperti sedia kala.
Asuransi adalah organisasi yang bergerak dalam bidang jasa yang menerima
pemindahan resiko dan mengumpulkan dana dari anggota-anggotanya guna
membayar kerugian yang mungkin terjadi pada masing-masing anggota. Karena
kerugian tidak pasti akan terjadi pada masing-masing anggota, maka anggota yang
tidak pernah mengalami kerugian merupakan penyumbang terhadap organisasi. Hal
ini berarti kerugian setiap anggota dipikul bersama.
Disamping itu asuransi didefinisikan sebagai suatu alat sosial untuk
mengurangi risiko dengan menggabungkan unit-unit exposures yang cukup
jumlahnya untuk membuat kerugian-kerugian individual mereka secara bersama
dapat diramalkan. Kerugian yang dapat diramalkan itu kemudian dibagi rata diantara
semua mereka yang bergabung. Definisi ini mengandung arti bahwa ketidakpastian
dikurangi dan juga kerugian dibagi rata.
Dari sudut pandang orang yang ditanggung, asuransi adalah alat yang
memungkinkannya menukar (subtitute) biaya kecil tertentu (premi) dengan kerugian
besar yang belum tentu (sampai sejumlah asuransi) dibawah suatu perjanjian dimana
mereka (yang sedikit) yang tidak beruntung dengan mengganti kerugian yang mereka
derita itu.
Dewasa ini asuransi telah berkembang menjadi bidang usaha atau bisnis yang
menarik dan mempunyai peranan yang tidak kecil dalam kehidupan ekonomi maupun
dalam pembangunan ekonomi, terutama dibidang pendanaan. Sumbangan asuransi
terhadap masyarakat sangat penting, walaupun bukannya tanpa biaya. Akan tetapi,
jika ditimbang manfaatnya jauh lebih besar dari pada biayanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Asuransi cenderung lebih mendekatkan masyarakat pada alokasi optimum
faktor-faktor produksi. Selain itu asuransi melalui kegiatan-kegiatan pencegahan
kerugian, juga memberikan sumbangan yang sangat penting bagi perekonomian
dengan menurunkan kemungkinan kerugian. Suatu faedah penting dari asuransi
adalah fungsinya mengganti kerugian. Banyak keluarga dan perusahaan sesudah
terjadi ekrugian dapat hidup terasa secara utuh karena kerugian itu diganti
sepenuhnya atau sebagian oleh dana-dana asuransi. Dengan demikian asuransi
memperkokoh stabilitas sosial dan bisnis.
Perusahaan asuransi memainkan peranan yang aktif dalam lapangan
keuangan. Pengaruhnya sangat terasa di pasar-pasar investasi dan pasar-pasar
keuangan dunia. Perusahaan Asuransi adalah salah satu sumber dana terpenting untuk
perekonomian. Sumber dana perusahaan asuransi untuk membayar kerugian adalah
dari modal yang telah disetor, surplus dan premi yang telah dibayar dimuka untuk
jasa-jasa yang dilaksanakan. Pengelolaan bisnis yang baik menghendaki dana-dana
ini diinvestasikan secara bijaksana. Orang-orang yang ahli dalam analisa investasi
sangat penting bagi operasi perusahaan asuransi. Asuransi adalah lembaga keuangan
yang sangat penting dan dengan demikian mempunyai pengaruh besar terhadap
perekonomian.
Bisnis asuransi diadakan untuk menjaga kepentingan masyarakat dan karena
itu lebih diawasi oleh pemerintah dari pada perusahaan biasa. Hampir semua aspek
bisnis ini diatur, termasuk organisasi dan likuidasinya. Pemerintah menetapkan
standar-standar untuk ketentuan-ketentuan polis, tarif, pembatasan biaya, penilaian
aktiva dan pasiva, investasi dana-dana, dan syarat-syarat bagi perwakilan penjualan
(sales representatives). Dalam asuransi tertentu peraturannya lebih lengkap dari pada
asuransi lainnya.
Alasan pokok kenapa pemerintah mengawasi bisnis asuransi adalah untuk
melindungi masyarakat dari operasi perusahaan-perusahaan asuransi yang tidak
kompeten dan curang. Bisnis asuransi seperti bisnis bank, membutuhkan kepercayaan
masyarakat. Baik asuransi maupun bank tidak dapat beroperasi tanpa kepercayaan
masyarakat. Dalam hal ini bisnis asuransi dan perbankan mempunyai fungsi ganda
yaitu memberikan dua macam jasa-jasa kepada dua kelompok yang berbeda. Bank
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
memberikan jasa-jasa lain untuk para depositor dan meminjamkan uang untuk
perseorangan dan perusahaan. Dengan syarat peminjam mempunyai asuransi.
Perusahaan asuransi memikul resiko dan memberikan jasa-jasa untuk tertanggung
disamping menyediakan dana-dana untuk dipinjam jadi, perusahaan asuransi adalah
organisasi jasa-jasa dan juga keuangan.
Perusahaan Asuransi sebagai organisasi jasa dan keuangan memberikan
sumbangan penting bagi perekonomian dengan menurunkan kemungkinan kerugian
dan meredakan kekhawatiran masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan dipekerjakannya
insinyur-insinyur untuk mencari sebab-sebab kecelakaan dan bagaimana
mencegahnya. Bukti lain yang ditunjukkan asuransi adalah dengan menyediakan
dana-dana santunan bagi masyarakat yang menjadi korban kecelakaan lalu lintas.
Adapun korban kecelakaan yang berhak menerima dana santunan adalah para
penumpang kendaraan bermotor dan pejalan kaki yang ditabrak kendaraan bermotor.
Sebelum dana santunan korban kecelakaan diproses oleh pihak asuransi maka, korban
harus memenuhi prosedur-prosedur yang telah ditentukan seperti surat keterangan
kecelakaan lalu lintas dari kepolisian dan surat kesehatan dari dokter. Apabila semua
prosedur tidak terpenuhi oleh korban dikhawatirkan dana santunan tidak dapat segera
dicairkan dan sebagai akibatnya korban tidak dapat hidup terus secara untuk karena
kerugian itu tidak diganti oleh asuransi. Dengan demikian korban harus
memperhatikan prosedur-prosedur untuk memperoleh dana santunan.
Pada umumnya, korban langsung menerima dana santunan setelah semua
prosedur terpenuhi tanpa mengetahui bagaimana dana tersebut diproses. Seharusnya
korban atau masyarakat mengetahui dasar-dasar yang dipakai oleh pihak asuransi
untuk proses pencairan dana seperti peraturan perundang-undangan yang digunakan
untuk menentukan besarnya dana yang diberikan kepada korban sesuai dengan jenis
kecelakaan yang terjadi. Dengan adanya kejelasan tetnang peraturan, prosedur, dan
proses pencairan dana diharapkan korban atau masyarakat dapat lebih cepat
menerima dana santunan. Selain itu untuk menghindari terjadinya kecurangan dalam
hal besar kecilnya dana yang akan diproses oleh korban atau masyarakat. Dengan
begitu korban atau masyarakat tidak akan dirugikan apabila terjadi kecurangan dan
korban atau masyarakat dapat mengetahui langsung jumlah uang yang seharusnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
mereka terima sesuai dengan jenis kecelakaan yang mereka alami dan sesuai
peraturan yagn telah ditetapkan. Melihat betapa pentingnya kejelasan prosedur dan
proses pencairan dana bagi masyarakat.
Tapi dalam prakteknya masih saja menimbulkan banyak kendala diantaranya
adalah saat terjadi pengajuan klaim asuransi polis dalam keadaan kadaluwarsa,
kekeliruan informasi dari petugas dinas luar atau agen asuransi dalam hal pengisian
surat permintaan dari calon tertanggung. Calon tertanggung memberikan keterangan
palsu pada saat mengisi surat permintaan, pemanipulasian syarat-syarat pengajuan
klaim asuransi oleh pemegang polis/penerima manfaat. Atas dasar itulah peneliti
tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul : “Pelaksanaan Pemberian
Santunan Asuransi Jiwa dalam Kecelakaan Penumpang dan Lalu Lintas pada PT. Jasa
Raharja (Persero) Perwakilan Wilayah Surakarta”.
Gambar 1 Kerangka Berfikir
Kecelakaan
kecelakaan
kecelakaan
kecelakaan
PT. Jasa Raharja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti memilih tempat pemilihan di PT. Jasa
Raharja Kota Surakarta yang berada di daerah Slamet Riyadi. Peneliti memilih
lokasi penelitian di tempat tersebut, dengan beberapa pertimbangan antara lain :
a. Slamet Riyadi merupakan daerah yang dekat domisili peneliti, sehingga
memudahkan peneliti mengambil informan sebagai sumber data untuk
mendapatkan data-data yang diperlukan.
b. Slamet Riyadi adalah daerah dimana sebagian yang mengurus pelaksanaan
pemberian santunan asuransi, sehingga diharapkan dapat memberikan
informasi atau data-data yang berkaitan dengan masalah penelitian.
Tempat penelitian merupakan suatu lokasi dimana penelitian akan
dilakukan untuk memperoleh data sesuai dengan permasalahan yang diajukan.
tempat yang akan dipakai dalam melaksanakan penelitian ini adalah PT. Jasa
Raharja Kota Surakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih 7 bulan yaitu mulai Maret 2010
sampai September 2010. Secara rinci dapat ditulis pada tabel No.1 di bawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Table 1. Jadwal Kegiatan Penelitian
No Kegiatan2010
Maret April Mei Juni Juli Agust Sept
1. Pengajuan Judul
2.Penyusunan
Proposal
3. Ijin Penelitian
4.Pengumpulan
Data
5. Analisis Data
6.Penyusunan
Laporan
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Berdasarkan tujuan yang dicapai dan jenis data yang diperlukan, maka
penelitian ini menggunakan bentuk penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif
karena memaparkan objek yang diteliti (orang, lembaga atau lainnya) berdasarkan
fakta actual pada masa sekarang.
Menurut Lexy J. Moleong (1995:137) yang mengutip pendapat Bodgan
dan Taylor penelitian kualitatif adalah sebagai berikut “Metodologi kualitatif
adalah prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa kata tertulis atau lisan
dan orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”.
Penelitian ini diperoleh dengan mempertimbangkan kesesuaian objek
studi sehingga penggunaan metode penelitian dipilih secara mendalam agar sesuai
dengan metode tersebut yaitu menggunakan metode deskriptif.
Sesuai dengan pendapat Hadari nawawi 91993:63) metode deskriptif
adalah “prosedur penyelidikan dengan menggambarkan atau melukiskan suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
subyek atau objek penelitian (seseorang, lembaga masyarakat dan lain-lain) pada
saat sekarang berdasarkan faktor-faktor yang tampak atau sebagaimana adanya”.
Penelitian berbentuk kualitatif ini dimaksudkan bahwa penelitian yang
dilakukan tidak menggambarkan angka atau jumlah pengukuran atau jumlah yang
memiliki perbandingan, namun merupakan keterangan, konsep dan tanggapan
atau respon yang berhubungan dengan objek. Jadi penelitian ini berusaha
menggambarkan bagaimana pelaksanaan pemberian santunan asuransi jiwa dalam
kecelakaan penumpang dan lalu lintas pada PT. Jasa Raharja Kota Surakarta.
2. Strategi Penelitian
Strategi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
tunggal terpancang H.B Sutopo (2002:41-42) menjelaskan sebagai berikut :
”Walaupun dalam penelitian kualitatif ditemuai adanya bentuk penelitianyang terpancang (embeded research) yaitu penelitian kualitatif yang sudahmenentukan fokus penelitian berupa variabel utamanya yang akan dikajiberdasarkan tujuan dan minat penelitiannya sebelum peneliti kelapangan studinya.Namun proposal, penelitian sudah menentukan fokus pada variabel tertentu.Namun dalam hal ini peneliti tetap tidak melepaskan variabel fokusnya(pilihannya) dari sifatnya yang holistik sehingga bagian-bagian yang diteliti tetapdiusahakan pada posisi keberkaitan dengan bagian-bagian konteks keseluruhannyaguna menemukan maknanya yang lengkap”.
Jadi maksud dari strategi tunggal terpancang dalam penelitian ini
mengandung pengertian bahwa hanya ada satu lokasi di Slamet Riyadi Surakarta
dan terpancang pada tujuan yaitu gambaran mengenai latar belakang dan dampak
dari pelaksanaan pemberian santunan asuransi jiwa.
C. Sumber Data
Sumber data dalam peneitian deskriptif ini dapat berupa manusia,
kejadian atau peristiwa dalam instansi yang bersangkutan, dokumen dan benda-
benda lain.
H.B. Sutopo (2002:50-54) menyatakan bahwa “Sumber data dalam
penelitian kualitatif dapat berupa manusia, peristiwa dan aktivitas, tempat atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
lokasi, benda, beragam gambar dan rekaman, dokumen dan narsip”. Pendapat lain
mengenai sumber data dalam penelitian kualitatif adalah yang diungkapkan oleh
Lofland dan Lofland yang dikutip oleh Lexy J. Moleong (1995:112) menjelaskan
bahwa “Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan
tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti : dokumen dan lain-lain”.
Berdasarkan pendapat di atas, maka penelitian ini menggunakan sumber
data yang berupa informan, tempat dan peristiwa serta arsip dan dokumen, lebih
lanjut dijelaskan sebagai berikut :
1. Informan
Menurut Suharsimi Arikunto (1993: 114) adalah “Sumber data yang
memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara atau jawaban tertulis
melalui angkat”. Informan diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
segala sesuatu yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti.
Dalam data ini orang yang dianggap tahu dan dapat dipercaya sebagai
sumber data adalah :
a. Kepala PT. Jasa Raharja Perwakilan Surakarta
Pieter Pattiasina
b. Kepala PT. Jasa Raharja Perwakilan Sukoharjo
Sudiastoro, SE
c. Kepala Bagian Klaim
Bapak Pri Susiladi
d. Kepala Bagian Survey
Bapak Suroso
e. Warga masyarakat yang mengurus pemberian santunan asuransi jiwa.
1. Andi Sulistyo
2. Suradi
3. Suratiman
4. Eko Susanto
5. Gatot Himawan
6. Suratmi
7. Kusmiati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
8. Sri Widati
9. Suwanti
10. Sri Lestari
11. Sukir Ponco Saputro
12. Sartono
13. Febriata
14. Endah Erlita
15. Widodo
16. Deni
17. Galih
2. Tempat dan Peristiwa
Tempat yang dijadikan sumber data di sini adalah kantor PT. Jasa Raharja
Kota Surakarta. Sedangkan peristiwa yang menjadi sumber data adalah
pelaksanaan pemberian santunan terkait dengan kendala yang sering ditemui
dalam proses pemberian santunan asuransi jiwa.
3. Dokumen
Dokumen yang digunakan adalah :
a. Sejarah PT. Jasa Raharja Kota Surakarta
b. Struktur organisasi PT. Jasa Raharja Kota Surakarta
D. Teknik Sampling (Cuplikan)
Penelitian ini digunakan dengan mempertimbangkan sampel itu mengenai
masalah yang diteliti, jujur, dapat dipercaya dan datanya bersifat objektif. Oleh
karena itu penelitian ini menggunakan purpose sampling (sampel bertujuan)
sehingga dalam penelitian ini cenderung memilih informasi dari orang-orang yang
dijadikan informan kunci (key informan) dan dapat dipercaya.
Adapun pihak atau orang yang dijadikan sampel dalam penelitian ini
adalah para pelaku dari proses pemberian santunan sebanyak 17 orang yang terdiri
dari 10 orang laki-laki dan 7 orang perempuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif ini maka pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik sebagai berikut :
1. Wawancara
Wawancara merupakan suatu teknik untuk mendekati sumber informasi
dengan cara tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan
berdasarkan kepada tujuan penelitian. Selanjutnya H.B. Sutopo mengemukakan :
”Wawancara di dalam penelitian kualitatif pada umumnya tidak dilakukansecara tersruktur ketat dan dengan pertanyaan tertutup seperti di dalam penelitiankuantitatif, tetapi dilakukan secara tidak berstruktur atau sering disebut sebagaiteknik “wawancara mendalam”, karena peneliti merasa “tidak tahu apa yangbelum diketahui”. Dengan demikian wawancara dilakukan dengan pertanyaanyang bersifat “open-ended”, dan mengarah pada kedalaman informasi, sertadilakukan dengan cara yang tidak secara formal tersruktur, guna menggalipandangan subjek yang diteliti tentang banyak hal yang sangat bemanfaat utnukmenjadi dasar bagi penggalian informasinya secara lebih jauh dan mendalam”(H.B. Sutopo, 2002:5).
Wawancara dalam penelitian ini menggunakan cara antara lain :
a. Menggunakan metode diskusi yaitu antara informan dengan peneliti.
b. Peneliti memberikan pertanyaan kepada informan mengenai pokok
permasalahan.
c. Informan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti.
d. Peneliti memberikan feedback atas jawaban dari informan mengenai
permasalahan yang belum jelas.
e. Informan kembali menjelaskan feedback dari peneliti.
f. Sebelum mengakhiri wawancara, peneliti kembali menegaskan jawaban yang
diberikan oleh informan serta peneliti menanyakan kembali jawaban yang
peneliti belum pahami.
g. Wawancara diakhiri setelah peneliti benar-benar mendapatkan data yang
dianggap oleh peneliti sudah mendukung penelitiannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Wawancara adalah “Percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajuan
pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewe) yang membebankan jawaban atas
pertanyaan itu”. (Moleong, 2004: 135)
Dalam kegiatan wawancara ini yang utama daam membuat daftar
pertanyaan agar sesuai dengan permasalahan yang sedang dikaji. Kemudian
didalam wawancara ini peneliti mengajukan pertanyaan kepada informan yang
telah dipilihnya dan dianggap mengetahui secara jelas terhadap permasalahan
yanga akan diteliti.
2. Observasi
Menurut Lexy J. Moleong (2001: 117) mengemukakan bahwa ciri khas
penelitian kualitatif tidak dipisahkan dan pengamatan berperan serta, namun peran
penelitianlah yang menentukan keseluruhan skenarionya. Pengamatan berperan
serta menceritakan kepada peneliti apa yang dilakukan oleh orang-orang dalam
situasi peneliti memperoleh kesempatan mengadakan pengamatan.
Sedangkan menurut H.B Sutopo (2002: 64) “Observasi digunakan untuk
menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat dan lokasi serta
rekaman gambar”.
Observasi dilakukan oleh peneliti dengan cara mengamati fenomena yang
ada hubungannya dengan penelitian secara nyata dan mendalam karena peneliti
tinggal di desa tersebut sehingga peneliti mengenal narasumber yang dijadikan
informan dalam penelitian ini.
3. Analisis Dokumen
Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai data yang
digunakan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan hal-hal yang
akan terjadi pada masa yang akan datang. Teknik dokumentasi dapat berupa arsip-
arsip yang berupa catatan-cararan yang relevan serta benda-benda fisik lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Menurut H.B Sutopo (2002: 54) yang berpendapat bahwa “Dokumen dan
arsip merupakan bahan tertulis yang bergayutan dengan suatu peristiwa atau
aktivitas tertentu”.
Analisis dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Undang-
Undang No.33 Tahun 1964 tentang Kecelakaan Penumpang, dokumen berasal
dari arsip PT. Jasa Raharja Kota Surakarta mengenai proses pelaksanaan
pemberian santunan asuransi jiwa dalam kecelakaan penumpang dan lalu lintas.
Tujuan dari analisis dokumen tersebut yaitu untuk mengetahui kendala-kendala
yang dihadapi dalam pelaksanaan pemberian santunan asuransi jiwa dalam
kecelakaan penumpang dan lalu lintas pada PT. Jasa Raharja Kota Surakarta.
Dokumen dalam penelitian ini diperoleh pada saat penelitian, ada beberapa
dokumen yang berhubungan dengan penelitian ini, dokumen tersebut diperoleh
pada tempat yang berbeda, yaitu :
a. Sejarah PT. Jasa Raharja Kota Surakarta
b. Struktur organisasi PT. Jasa Raharja Kota Surakarta
F. Validitas Data
Suatu penelitian untuk menjamin keabsahan data yang diperoleh, maka
validitas datanya dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
1. Trianggulasi
Pengertian trianggulasi menurut Lexy J. Moleong (1995:178) berpendapat
bahwa “Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan datanya
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk pengecekan atau sebagai
bahan pembanding terhadap data itu”.
Menurut H.B Sutopo menyebutkan bahwa ada 4 (empat) macam
trianggulasi:
a. Trianggulasi Data, artinya data yang sama atau sejenis akan lebih mantapkebenarannya bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda.
b. Trianggulasi Metode, jenis trianggulasi ini bias dilakukan oleh seorangpeneliti dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakanteknik atau metode pengumpulan data yang berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
c. Trianggulasi Peneliti, hasil penelitian baik data atau simpulan mengenaibagian tertentu atau keseluruhannya bias diuji validitasnya dari beberapapeneliti.
d. Trianggulasi Teori, trianggulasi ini dilakukan peneliti dengan menggunakanperspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji.(H.B Sutopo, 2002: 78-82).
Jenis Trianggulasi yang digunakan untuk mencapai validitas data dalam
penelitian ini adalah trianggulasi data. Adapun alasan peneliti memilih
trianggulasi data adalah untuk menutup kemungkinan adanya kekurangan data
dari salah satu sumber sehingga dapat dilengkapi dengan data dari sumber lain.
2. Informan Review
Informan Review adalah laporan penelitian di review oleh informan
khususnya kegiatan informan untuk mengetahui apakah yang akan ditelitii
merupakan sesuatu yang disetujui mereka atau tidak.
3. Member Cek
Member Cek adalah laporan hasil penelitian diperiksa oleh kelompok atau
peneliti lain untuk mendapatkan pengertian yang tepat atau mencantumkan
kekurangan untuk lebih dimantapkan.
Pada penelitian ini keabsahan data diperoleh dengan menggunakan teknik
trianggulasi data, dimana data penelitian diambil dari berbagai sumber yang
berbeda yaitu informan, dokumen, tempat dan peristiwa untuk menghasilkan data
yang sejenis.
Adapun yang menjadi alasan untuk memilih trianggulasi data adalah untuk
memantapkan kebenaran dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang
digali dari sumber data yang lain yang berbeda. Jadi selain meminta keterangan
dari responden atau informan yaitu pihak tertanggung peneliti juga menggali
informasi dari instansi yang terkait dengan PT. Jasa Raharja perwakilan Kota
Surakarta, rumah sakit dan kantor polisi terkait.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
G. Analisis Data
Untuk mendapatkan data yang objektif dalam pengumpulan data, maka
seorang peneliti harus melakukan teknik analisis data. Menurut Lexy J. Moleong
(1995: 280)”Analisis data adalah proses mengorganisasikan data kedalam pola,
kategori dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditentukan tema dan dapat
dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan data”. Sedangkan menurut
H.B. Sutopo (2002: 91) berpendapat bahwa “Dalam proses analisis data terdapat 4
komponen utama yang harus dipahami oleh setiap peneliti kualitatif. Empat
komponen utama itu adalah : (1) pengumpulan data, (2) reduksi data, (3) sajian
data, (4) penarikan kesimpulan/verifikasi.
1. Pengumpulan Data
Merupakan kegiatan memperoleh informasi yang berupa kalimat-kalimat
yang dikumpulkan melalui kegiatan observasi, wawancara dan dokumen. Data
yang diperoleh masih berupa data mentah yang tidak teratur, sehingga diperlukan
analisis agar data menjadi teratur.
2. Reduksi Data
Menurut H.B. Sutopo (2002: 92) berpendapat bahwa “Reduksi data adalah
bagian dari proses analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus,
membuang hal-hal yang tidak penting dan megatur data sedemikian rupa sehingga
simpulan penelitian dapat dilakukan”.
3. Sajian Data
Merupakan rakitan organisasi informasi yang memungkinkan riset dapat
dilakukan. Sajian data dapat berupa matriks, gambaran atau skema, jaringan kerja
kegiatan dan tabel. Semuanya dirakit secara teratur guna mempermudah
pemahaman informasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
4. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan akhir diperoleh bukan hanya sampai pada akhir pengumpulan
data, melainkan suatu verifikasi yang berupa pengulangan dengan melihat
kembali field note (data mentah) agar kesimpulan yang diambil lebih kuat dan
bias dipertanggungjawabkan.
Keempat komponen utama tersebut merupakan suatu rangkaian dalam
proses analisis data yang satu dengan yang lain sehingga tidak dapat dipisahkan,
dimana komponen yang satu merupakan langkah menuju komponen yang lainnya,
sehingga dapat dikatakan bahwa dalam penelitian kualitatif itu tidak dapat
mengambil salah satu komponen.
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dalam bagan berikut ini:
Gambar 2. Analisis Data Model Interaktif (H.B. Sutopo,2002 : 96)
H. Prosedur Penelitian
Kegiatan penelitian ini direncanakan melalui beberapa tahapan, yaitu: “(1)
Persiapan, (2) Pengumpulan data, (3) Analisis data, dan (4) Penyusunan laporan
penelitian” (H.B. Sutopo, 2002: 187-190).
1Pengumpulan data
4Verifikasi/pengambilan
kesimpulan
2Reduksi data
3Sajian data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Untuk lebih jelasnya, masing-masing diuraikan sebagai berikut:
1. Persiapan
a. Mengurus perijinan penelitian
b. Menyusun protokol penelitian, pengembangan pedoman pengumpulan data
dan menyusun jadwal kegiatan penelitian
2. Pengumpulan Data
a. Mengumpulkan data di lokasi studi dengan melakukan wawancara mendalam
dan mencatat serta mereka dokumen
b. Melakukan review dan pembahasan beragam data yang telah terkumpul
c. Memilah dan mengatur data sesuai kebutuhan
3. Analisis Data
a. Menentukan teknik analisa data yang tepat sesuai proposal penelitian
b. Mengembangkan sajian data dengan analisis lanjut kemudian dicross check
dengan temuan di lapangan
c. Setelah dapat data yang sesuai intensitas kebutuhan maka dilakukan proses
verifikasi dan pengayaan dengan mengkonsultasikan dengan orang yang
dianggap lebih ahli
d. Setelah selesai baru dibuat kesimpulan akhir sebagai temuan penelitian
4. Penyusunan Laporan Penelitian
a. Penyusunan laporan awal
b. Review laporan: pertemuan diadakan dengan mengundang kurang lebih 2
orang yang cukup memahami penelitian untuk mendiskusikan laporan yang
telah disusun sementara
c. Perbaikan laporan sesuai dengan rekomendasi hasil diskusi
d. Penyusunan laporan akhir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Sejarah Singkat PT. Jasa Raharja (Persero)
Untuk menjamin kesejahteraan masyarakat, terutama untuk meringankan
beban hidup masyarakat akibat korban kecelakaan lalu lintas, maka pemerintah
mendirikan perusahaan asuransi kecelakaan lalu lintas. Sebagai wujud dari
realisasi tersebut adalah pendirian Perusahaan Negara Asuransi Kerugian Jasa
Raharja (PN AKJR) pada tanggal 1 Januari 1965 berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 8 tahun 1965 dengan melebur seluruh kekayaan, pegawai dan
segala hutang piutang PNAK Eka Karya. Adapun tugas Jasa Raharja adalah
melaksanakan UU No. 33 tahun 1964 untuk menyantuni korban kecelakaan
penumpang darat, laut, dan udara dan UU No. 34 tahun 1964 untuk menyantuni
korban kecelakaan lalu lintas jalan akibat tertabrak kendaraan bermotor, tabrakan
dua kendaraan atau lebih, dan tertabrak kereka api. Penunjukan PNAK Jasa
Raharja sebagai pengelola kedua Undang-Undang tersebut ditetapkan berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Urusan Pendapatan, Pembiayaan dan Pengawasan RI
No. BAPN 1-3-3 tanggal 30 Maret 1965.
Dikarenakan tugas yang diemban semakin berat seiring dengan kondisi
perekonomian terkini, maka pada tahun 1970, PNAK Jasa Raharja diubah
statusnya menjadi Perusahaan Umum (Perum) Jasa Raharja. Perubahan status ini
dituangkan dalam Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.
Kep. 750/KMK/IV/II/1970 tanggal 18 November 1970, yang merupakan tindak
lanjut dikeluarkannya UU No. 9 tahun 1969 tentang Bentuk-bentuk Badan Usaha
Negara. Hingga akhirnya pada tahun 1980, berdasarkan PP No. 39 Tahun 1980
tanggal 6 November 1980, status Jasa Raharja diubah lagi menjadi Perusahaan
Perseroan (Persero) dengan nama PT. (Persero) Asuransi Kerugian Jasa Raharja,
yang kemudian pendiriannya dikukuhkan dengan Akte Notaris Imas Fatimah, SH
No. 49 tahun 1981 tanggal 28 Februari 1981, yang telah beberapa kali diubah dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
ditambah terakhir dengan Akte Notaris Imas fatimah, Sh No. 59 tanggal 19 Maret
1998 berikut perbaikannya dengan Akta No. 63 tanggal 17 Juni 1998 dibuat
dihadapan notaries yang sama.
Pada tahun 1978 yaitu berdasarkan PP No. 34 tahun 1978 dan melalui
Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia yang selalu diperpanjang
pada setiap tahun dan terakhir No. 523/KMK/013/1989, selain mengelola
pelaksanaan UU No. 33 dan UU No. 34 tahun 1964, Jasa Raharja diberi tugas
baru menerbitkan surat jaminan dalam bentuk Surety Bond Kemudian sebagai
upaya pengemban rasa tanggung jawab sosial kepada masyarakat khususnya bagi
mereka yang belum memperoleh perlindungan dalam lingkup UU No. 33 dan UU
No. 34 tahun 1964, maka dikembangkan pula usaha Asuransi Aneka.
Pada tahun 1994, sejalan dengan diterbitkan UU No. 2 tahun 1992 tentang
Usaha Perasuransian, yang antara lain mengharuskan bahwa Perusahaan Asuransi
yangn telah menyelenggarakan program asuransi sosial dilarang menjalankan
asuransi lain selain program asuransi sosial. Atas amanat undang-undang, maka
terhitung mulai tanggal 1 Januari 1994 Jasa Raharja melepaskan usaha non wajib
dan surety bond dan kembali menjalankan program asuransi sosial yaitu
mengelola pelaksanaan UU No. 33 tahun 1964 dan UU No. 34 tahun 1964.
Sejarah berdirinya Jasa raharja tidak terlepas dari adanya peristiwa
pengambil alihan atau nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan Milik Belanda oleh
Pemerintah Republik Indonesia. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 3
tahun 1960, jo Pengumuman Menteri Urusan Pendapatan, Pembiayaan dan
Pengawasan RI No. 12631/BUM II tanggal 9 Februari 1960, terdapat 8 (delapan)
perusahaan asuransi yang ditetapkan sebagai Perusahaan Asuransi Kerugian
Negara (PAKN) dan sekaligus diadakan pengelompokan dan penggunaan nama
perusahaan sebagai berikut
a. Fa. Blom & Van Der Aa, Fa. Bekouw & Mijnssen, Fa. Sluiiters & co, setelah
dinasionalisasi digabungkan menjadi satu bernama PAKN Ika Bhakti.
b. NV. Assurantie Maatschappij Djakarta, NV. Assurantie Kantoor Langeveldt-
Schroder, setelah dinasionalisasi digabungkan menjadi satu, dengan nama
PAKN Ika Dharma.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
c. NV. Assurantie Kantoor CWJ Schlencker, NV. Kantor Asuransi “Kali Besar”,
setelah dinasionalisasi digabungkan menjadi satu, dengan nama PAKN Ika
Mulya.
d. PT. Maskapai Asuransi Arah Baru setelah dinasionalisasi diberi nama PAKN
Ika Sakti.
Perkembangan organisasi perusahaan tidak terhenti sampai disitu saja,
karena dengan adanya pengumuman Menteri Urusan pendapatan, Pembiayaan dan
pengawasan RI No. 294293/BUM II TANGGAL 31 Desember 1960, keempat
perusahaan tersebut di atas digabung dalam satu Perusahaan Asuransi Kerugian
Negara (PAKN) “Ika Karya”. Selanjutnya PAKN Ika Karya berubah nama
menjadi Perusahaan Negara Asuransi Kerugian (PNAK) Eka Karya yang
kemudian keempat perusahaan asuransi tersebut dilebur menjadi Perusahaan
Negara Asuransi Kerugian Jasa Raharja yangn beroperasi sampai sekarang dengan
status hukumnya sebagai perseroan terbatas dengan tugas dari pemerintah, untuk
meringankan beban masyarakat yang menjadi korban kecelakaan lalu lintas dan
bergerak dalam bidang usaha penyelenggara program asuransi sosial yang
menjalankan amanat undang-undang, yaitu :
a. UU No. 33 tahun 1964 jo PP No. 17 tahun 1965 tentang Dana Pertanggungan
Wajib Kecelakaan Penumpang.
b. UU No. 34 tahun 1964 jo PP No. 18 tahun 1965 tentang Dana Kecelakaan
Lalu Lintas Jalan.
c. Menerima pertanggungan tidak langsung untuk ditahan sendiri oleh perseroan.
2. Tugas dan Fungsi PT. Jasa Raharja (Persero)
a. Tugas PT. Jasa Raharja
Tugas PT. Jasa Raharja (Persero) selain membantu penyelesaian
pengisian formulir model K sebaiknuya juga memberitahukan langkah-
langkah apa yang harus diambil korban kecelakaan lalu lintas jalan atau ahli
warisnya agar mendapatkan santunan. Dengan demikian masyarakat yang
sering menjadi korban kecelakaan lalu lintas jalan mendapat perlindungan
adanya jaminan dan akan mendapatkan santunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Tugas PT. Jasa Raharja (Persero) Surakarta memberikan santunan bagi
korban kecelakaan lalu lintas jalan adalah sebagai berikut :
1) Secara rutin petugas Jasa Raharja mencari informasi tentang kasus
kecelakaan dari kepolisian dan memperoleh laporan polisi atas kasus
kecelakaan yang terjadi.
2) Membantu penyelesaian pengisian formulir model “K” untuk kasus-kasus
terjamin berdasarkan laporan polisi atau instansi berwenang dan
ditandatangani oleh petugas Jasa Raharja, kemudian diketahui oleh
petugas lalu litnas atau instansi yang berwenang. Pengajuan berkas untuk
mendapatkan santunan dapat dilakukan di kantor cabang atau kantor
perwakilan PT. Jasa Raharja (Persero) di seluruh Indonesia.
3) Menginformasikan kepada korban atau hali waris tentang hak atas
santunan serta persyaratan lainnya.
b. Fungsi PT. Jasa Raharja (Persero)
Fungsi PT. Jasa Raharja (Persero) Perwakilan Wilayah Surakarta dalam
memberikan santunan bagi korban kecelakaan lalu lintas jalan adalah sebagai
berikut :
1) Tepat Informasi
Diperoleh informasi yang akurat tentang kecelakaan alat angkutan umum
dan lalu lintas jalan serta diberitahukan kepada korban atau ahli waris
korban tentang haknya dengan tepat dan jelas.
2) Tepat Jaminan
Pemberian santunan kepada korban atau ahli waris dipastikan sesuai
dengan ketentuan dan ruang lingkup serta nilai jaminan, dengan berdasar
pada :
- UU No. 34 Tahun 1964 jo PP No. 18 Tahun 1965 Tentang Dana
Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.
3) Tepat Subyek
Penerima santunan adalah korban atau ahli waris korban yang benar-benar
berhak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
4) Tepat Waktu
Pelayanan penyelesaian santunan mulai dari proses pengajuan sampai
dengan penyerahan santunan dilakukan dalam batas waktu yang tepat serta
menepati waktu yang dijanjikan yaitu dalam jangka waktu enam bulan
setelah terjadinya kecelakaan dinyatakan kadaluwarsa dan hak atas
santunan menjadi gugur.
5) Tepat Tempat
Penyelesaian santunan diupayakan sedekat mungkin dengan dmonisili
resmi korban atau ahli waris korban.
Fungsi PT. Jasa Raharja (Persero) dalam memberikan santunan bagi
korban kecelakaan lalu lintas jalan adalah sebagai tempat untuk memperoleh
informasi yang akurat tentang kecelakaan alat angkutan umum dan lalu lintas
jalan sedini mungkin sebaiknya diterapkan dengan baik karena berdasarkan
penelitian yangn penulis lihat, PT. Jasa Raharja (Persero) memperoleh
informasi kecelakaan lalu lintas setelah pihak kepolisian, korban yang
mengalami kecelakaan lalu lintas jalan dan ahli warisnya menghubungi PT.
Jasa Raharja (Persero).
Pemberian santunan kepada korban atau hali waris korban harus sesuai
dengan ketentuan yang berlaku yaitu berdasarkan Kepmen Keu No.
497/KMK.017/1991 tanggal 6 Oktober 1997. Dalam memberikan pelayanan
penyelesaian santunan mulai dari proses pengajuan sampai dengan penyerahan
santunan dilakukan dalam jangka waktu enam bulan setelah terjadinya
kecelakaan. Apabila berkas-berkas (surat-surat bukti0 tuntutan dana santunan
yangn diajukan kepada PT. Jasa Raharja (Persero) ternyata kurang lengkap
maka sebaiknya pegawai yang bersangkutan memberikan petunjuk-petunjuk
atau keterangan-keterangan sebagaimana mestinya. Begitu dari pihak
kepolisian di dalam memberikan pelayanan dalam mengurus surat-surat bukti
dalam hal ini adalah laporan tentang kejadian kecelakaan, sket gambar
ditempat kejadian, mengisi dan menandatangani formulir k.1 dan k.2
diusahakan secepatnya paling lama 2 minggu, agar pihak korban dan ahli
warisnya mendapatkan santunan, karena kalu melebihi jangka waktu enam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
bulan sesudah terjadinya kecelakaan dinyatakan kadaluwarsa dan hak atas
santunan menjadi gugur.
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, karyawan PT. Jasa Raharja
(Persero) perlu memperhatikan :
1) Visi PT. Jasa Raharja (Persero)
Menjadi perusahaan terkemuka di bidang Asuransi dengan mengutamakan
penyelenggaraan program Asuransi Wajib sejalan dengan kebutuhan
masyarakat.
2) Misi PT. Jasa Raharja (Persero) adalah “Catur Bakti Ekakarsa”
Bakti kepada Masyarakat, dengan mengutamakan perlindungan dasar
dan pelayanan prima sejalan dengan kebutuhan masyarakat.
Bakti kepada Negara, dengan mewujudkan kinerja terbaik sebagai
penyelenggara Program Asuransi Sosial dan Asuransi Wajib, serta
Badan Usaha Milik Negara.
Bakti kepada Perusahaan, dengan mewujudkan keseimbangan
kepentingan agar produktivitas dapat tercapai secara optimal demi
keseinambungan perusahaan.
Bakti kepada Lingkungan, dengan memberdayakan potensi sumber
daya bagi keseimbangan dan kelestarian lingkungan.
c. Struktur Organisasi PT. Jasa Raharja (Persero)
Dalam mendirikan suatu organisasi sudah pasti mempunyai tujuan
tertentu, sedangkan untuk mencapai tujuan tersebut tidak dapat tercapai oleh
individu saja, tetapi oleh beberapa departemen. Untuk itu, organisasi yang
bersangkutan perlu membuat batasan tentang tugas, wewenang dan tanggung
jawab bagian yang satu dengan bagian yang lainnya. Hal ini umumnya
dirumuskan dan digambarkan dalam struktur organisasi.
Sejalan dengan perkembangan perusahaan, susunan dan struktur
organisasi Jasa Raharja telah berulang kali mengalami penyempurnaan atau
perubahan. Struktur organisasi yang sekarang berlaku ditetapkan dengan Surat
Keputusan Direksi No. SKEP/77/XI/1996 tanggal 30 Oktober 1996 tentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Penyempurnaan Struktur Organisasi serta uraian pekerjaan dan persyaratan
jabatan PT. Jasa Raharja (Persero).
Dalam surat keputusan tersebut ditetapkan bahwa PT. Jasa Raharja
(Persero) terdiri dari: Kantor Pusat yang berkedudukan di Jakarta dan
membawahi semua cabang. Kantor cabang yang berkedudukan di daerah dan
membawahi satu atau lebih kantor perwakilan. Status kantor cabang
dibedakan Kantor Cabang Tingkat I dan Kantor Cabang Tingkat II. Status
kantor perwakilan dibedakan Kantor Perwakilan Tingkat I dan Kantor
Perwakilan Tingkat II. Penentuan tingkat kantor atau cabang dan perwakilan
ditentukan dengan surat keputusan Direksi berdasarkan penilaian terhadap
faktor-faktor sebagai berikut :
1) Situasi dan kondisi sosial daerah
2) Sumber potensi dan sosial daerah
3) Kondisi geografis
Untuk lebih jelasnya struktur organisasi PT. Jasa Raharja (Persero)
dapat dilihat pada gambar III.1 yang terdapat pada lampiran.
Dari struktur organisasi tersebut dapat dijabarkan pembagian tugas dan
wewenang dari masing-masing jabatan yaitu sebagai berikut :
1) Dewan Komisaris
Sebagai pengawas terhadap kebijaksanaan perusahaan dan penasehat
Direksi telah ditunjuk Dewan Komisaris yang diangkat berdasarkan
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 16/KMK.01/2000
tanggal 22 Mei 2000, memiliki tugas sebagai berikut :
Melakukan tugas pengawasan terhadap Direksi dalam melaksanakan
kewajiban pengurusan perusahaan termasuk dalam Rencana Jangka
Panjang Perusahaan, Rencana Kerja, dan Anggaran Perusahaan serta
ketentuan-ketentuan Anggaran Dasar dan Keputusan Rapat Umum
Pemegang Saham dan peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Melakukan tugas, wewenang, dan tanggung jawab sebagaimana yang
diamanatkan dalam RUPS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Meneliti dan menelaah laporan berkala dan Laporan Tahunan yang
disiapkan direksi serta menandatangani Laporan Tahunan. Dalam hal
anggota komisaris tidak menandatangani Laporan Tahunan, maka
harus disebutkan alasannya.
2) Direktur Utama
Membidangi divisi penelitian dan pengembangan, system informasi
perusahaan, dan satuan pengawasan intern.
3) Direktur Operasi
Membidangi divisi asuransi dan divisi pelayanan dan secara fungsional
bertindak sebagai koordinator bidang asuransi wajib dan aneka termasuk
pemasaran klaim serta bidang perencanaan dan pengembangan
perusahaan.
4) Direktur Umum
Membidangi sumber daya manusia, divisi umum, dan sekretariat
perusahaan.
5) Direktur Keuangan
Membidangi divisi keuangan, divisi akuntansi, dan Program Kemitraan
dan Bina Lingkungan (PKKL).
6) Divisi Asuransi
Melayani semua masalah yang berhubungan dengan asuransi seperti
prosedur dan proses pencairan dana.
7) Divisi Pelayanan
Melayani masyarakat yang menjadi korban kecelakaan lalu lintas yang
ingin mengajukan dana santunan kecelakaan.
8) Divisi Sumber Daya Manusia
Bertugas menyiapkan sumber daya manusia yang profesional dengan cara
melakukan pelatihan secara konsisten baik di dalam maupun luar negeri
untuk menghadapi berbagai perubahan dan meningkatkan kualitas
pelayanan sebagaimana diamanatkan dalam visi dan misi perusahaan.
9) Sekretaris Perusahaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Sekretaris Perusahaan memiliki peranan strategis dalam operasional
perusahaan, bukan hanya untuk kepentingan perusahaan tetapi untuk
kepentingan mitra usaha, stakeholder, dan klien. Mengacu pada amanat
manajemen bahwa Sekretaris Perusahaan bertanggung jawab:
Kelancaran dan ketertiban pelaksanaan pekerjaan serta pengamanan
sumber daya di dalam dan dilingkungan unit kerja yang dipimpinnya
Penyusunan konsep-konsep kebijakan dan peraturan-peraturan
perusahaan
Penyusunan program kerja tahunan dan rencana jangka panjang
perusahaan
Kelancaran kegiatan sekretaris dikantor pusat dan kegiatan pembinaan
kearsipan dikantor cabang
Kelancaran kegiatan humas dikantor pusat dan kegiatan humas di
kantor cabang
Kelancaran kegiatan hokum dikantor pusat dan pembinaan kegiatan
bidang hokum dikantor cabang
Tugas-tugas pokok Sekretaris Perusahaan adalah sebagai berikut :
Memimpin penyusunan rencana kerja dan anggaran
Membuat jadwal pelaksanaan kegiatan atas program kerja yang
disusunnya
Memimpin, memotivasi, dan membina pegawai bawahannya
Merencanakan dan mengembangkan sumber daya manusia
Melakukan kerja sama dengan unit-unit kerja lain di dalam perusahaan
Membina hubungan baik dengan instansi luar Jasa Raharja
Mengendalikan seluruh pelaksanaan kegiatan di dalam unit kerja yang
dipimpinnya
Memberikan saran-saran penyempurnaan kepada Direksi mengenai
system prosedur dan tata kerja di dalam unit kerjanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
10) Satuan Pengawasan Intern
Melakukan audit, Survey Klaim Pasca Bayar, Audit Mutu Internal (AMI)
ISO 9001: 2000 dan mengikutsertakan auditor dalam pendidikan dan
pelatihan Qualified Internal Auditor (QIA) yang diselenggarakan oleh
Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA).
11) Kantor Cabang
Kantor cabang dipimpin dan dikendalikan serta dikoordinir oleh seorang
kepala. Kepala cabang dalam kedudukan dan fungsinya sebagai pembantu
di daerah dan secara struktural membawahi atau dibantu langsung oleh
beberapa unit kerja setingkat seksi dan satu atau beberapa Kantor
Perwakilan.
12) Kantor Perwakilan Tingkat I dan Tingkat II
Perwakilan Tingkat I dan Tingkat II adalah satuan-satuan unit tak
terpisahkan dari struktur organisasi cabang dengan fungsi operasional di
wilayah kerja yang telah ditentukan.
3. Tinjauan Kantor PT. Jasa Raharja Kota Surakarta
PT. Jasa Raharja merupakan lembaga profit yang bekerja sama dengan
pemerintah memberikan proteksi dari resiko-resiko yang tidak diinginkan (resiko
kematian, resiko hari tua, resiko kecelakaan), berada di wilayah Surakarta yang
memiliki tugas dan fungsi :
Tugas PT (Persero) Asuransi Jasa Raharja adalah sebagai berikut :
Buku PT (Persero) Asuransi Jasa Raharja, halaman 24).
a. Secara rutin petugas Jasa Raharja mencari informasi tentang kasus kecelakaan
dari Kepolisian dan memperoleh laporan polisi atas kasus kecelakaan yang
terjadi.
b. Membantu Penyelesaian pengisian formulir modul “K” untuk kasus-kasus
terjamin berdasarkan laporan polisi/instansi berwenang dan ditandatangani
oleh petugas jasa raharja, kemudian diketahui oleh petugas lalu lintas atau
instansi yang berwenang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
c. Menginformasikan kepada korban/ahli waris tentang hak atas santunan serta
persyaratan lainnya.
Fungsi PT (Persero) Asuransi Jasa Raharja adalah : (Buku PT (Persero)
Asuransi Jasa Raharja, halaman 26).
a. Tempat Informasi
Diperolehnya informasi yang akurat tentang kecelakaan alat angkutan umum
dan lalu lintas jalan sedini mungkin serta diberitahukan kepada korban atau
ahli waris korban tentang haknya dengan tepat dan jelas.
b. Tempat Jaminan
Pemberian santunan kepada korban atau ahli waris korban dipastikan sesuai
dengan ketentuan dan ruang lingkup serta nilai jaminan.
PT Jasa Raharja di Surakarta masuk dalam kantor cabang I. Kantor cabang
Tingkat I dipimpin dan dikendalikan serta dikoordinir oleh seorang kepala. Kepala
cabang tingkat I dalam kedudukan dan fungsinya sebagai pembantu direksi di
daerah, secara struktural membawahi/dibantu langsung oleh beberapa unit kerja
setingkat Bagian I (satu) unit kerja setingkat seksi dan satu atau beberapa Kantor
Perwakilan sebagai berikut : Bagian Asuransi Wajib dan Aneka, Bagian Klaim,
Bagian Survey Bond, Bagian Keuangan, Bagian Umum, dan Kepegawaian seksi
pengawasan dan satu atau beberapa kantor perwakilan (Lembaran Surat
Keputusan Direksi PT (Persero) Asuransi Jasa Raharja, halaman 9).
Adapun visi dan misi dari PT Jasa Raharja serta tugas pimpinan, pegawai
bagian klain serta bagian survey adalah sebagai berikut :
(Hasil wawancara dengan bapak Pri Susiladi, tanggal 4 September 2010)
Visi yang kemudian diemban adalah menjadi perusahaan terkemuka di
bidang asuransi kerugian, dengan mengutamakan pelayanan sejalan dengan
tuntutan masyarakat. Karena di masa datang, masa abad 21 segala produk yang
dihasilkan oleh perusahaan kembali kepada masyarakat. Maka budaya kerja dari
Jasa Raharja terus digalakkan di kalangan karyawan dengan mengembangkan
sikap (attitude) sesuai dengan visi dan misi perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
4. Pengaturan Pelaksanaan Pemberian Santunan Asuransi Jiwa dalam
Kecelakaan Penumpang dan Lalu Lintas Jalan yang berlaku
pada PT Jasa Raharja
a. Dasar Hukum Pelaksana Pemberian Santunan Asuransi yang berlaku pada PT
Jasa Raharja Kota Surakarta
Pada PT Jasa Raharja kota Surakarta pemberian santunan semakin
meningkat. Pemberian santunan ini berdasarkan UU No. 33 Tahun 1964
tentang dana pertanggungan wajib kecelakaan penumpang. Undang-undang
ini dilaksanakan dengan Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 1965. Dalam
Undang-undang ini beserta peraturan pelaksanaannya merupakan dasar
berlakunya asuransi kecelakaan penumpang.
Adapun kendala yang sering ditemukan mengurus santunan asuransi
jiwa pada PT Jasa Raharja adalah (wawancara dengan bapak Faisal tanggal 4
September 2010
1. Saat terjadi klaim asuransi , polis dalam keadaan kadaluarsa, yaitu premi
menunggak lebih dari 3(tiga) bulan dari tanggal jatuh temponya.
2. Kekeliruan informasi dari petugas dinas atau luar atau agen asuransi
dalam hal pengisian Surat Permintaan , misalnya tentang penyakit yang d
derita.
3. Calon tertanggung memberikan keterangan palsu pada saat mengisi Surat
Permintaan , misalnya tentang penyakit yang di derita .
4. Pemanipulasian syarat-syarat pengajuan klaim asuransi jiwa oleh
pemegang polis atau penerima manfaat.
b. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam mengurus besarnya santunan asuransi
jiwa pada PT Jasa Raharja kota Surakarta
Dalam proses pelaksanaan Jasa Raharja terlebih dahulu meminta surat
tanda evakuasi dari instansi kepolisian dan rumah sakit yang menjelaskan
bahwa korban baik kecelakaan penumpang yaitu UU No. 33 tahun 1964 dan
korban kecelakaan lalu lintas jalan yaitu UU No. 34 tahun 1964 benar-benar
mendapat kerugian akibat yang diderita dalam kecelakaan tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Tata cara memperoleh santunan ataupun kerugian dalam asuransi
kecelakaan adalah sebagai berikut :
1) Permintaan santunan baik asuransi kecelakaan penumpang umum maupun
kecelakaan lalu lintas jalan harus diajukan oleh korban atau ahli waris
korban dengan menggunakan formulir pengajuan santunan.
2) Formulir pengajuan santunan tersebut dapat diperoleh dengan Cuma-
Cuma pada kantor-kantor :
a) Kepolisian bagian lalu lintas setempat
b) Rumah sakit-rumah sakit setempat
c) Cabang dan perwakilan PT Jasa Raharja (Persero) seluruh Indonesia
3) Pengisian formulir permohonan santunan
Pada formulir permohonan santunan yang dimaksud, baik korban
meninggal dunia atau mengalami luka-luka terdapat dua ruang yang harus
diisi sebagai berikut :
a) Pada ruang pertama diisi oleh korban atau ahli waris korban yang
mangajukan santunan, yang berisi tentang identitas diri dari korban
dan ahli waris korban secara lengkap.
b) Pada ruang kedua diisi oleh petugas jasa raharja yang menerangkan
tentang :
(1) Kasus kecelakaan
(2) Identitas dan sifat cidera korban akibat kecelakaan
(3) Kesimpulan kecelakaan
(4) Formulir permohonan santunan tersebut sebagai dokumen dasar
permintaan santunan asuransi diserahkan kepada PT Jasa Raharja
(Persero) yang terdekat untuk pembayaran penyelesaian santunan
asuransi korban yang akan diterimakan langsung kepada korban
atau ahli waris korban yang sah. Sebagai syarat pengajuan
santunan, formulir permohonan santunan tersebut harus dilengkapi
atau dilampiri dengan surat-surat penting lain, yaitu sebagai
berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
1. Bila korban kecelakaan alat angkutan penumpang umum dan
lalu lintas jalan meninggal dunia, maka harus melampirkan :
a. Copy laporan polisi dan sket gambar kecelakaan
b. Copy SIM dan STNK kendaraan yang terlibat dalam
kecelakaan
c. Surat keterangan kematian dari rumah sakit atau kelurahan
d. KTP korban atau ahli waris korban
e. Kartu keluarga
f. Akta Nikah (bagi korban yang sudah menikah)
g. Surat keterangan belum menikah (bagi korban dewasa yang
belum menikah) dari kelurahan
2. Bila korban kecelakaan alat angkutan penumpang umum dan
lalu lintas jalan hanya mengalami luka-luka harus
melampirkan :
a. Copy laporan polisi dan sket gambar kecelakaan
b. Copy SIM dan STNK kendaraan yang terlibat dalam
kecelakaan
c. Surat keterangan (diagnosa) dari rumah sakit
d. Surat rujukan dari rumah sakit pertama korban dirawat ke
rumah sakit pindahan (apabila korban dirujuk)
e. Kwitansi asli dari Rumah Sakit, apotek atau dokter
- Kwitansi diatas Rp. 250.000,- agar dibubuhi materai
dan cap yang berwenang
- Pembelian obat agar dilampiri copy resep atau kartu
obat
f. KTP korban atau KTP pembelinya
g. Surat kuasa bermaterai Rp. 6.000,- dari korban untuk
pembiaya (pihak pembiaya korban)
h. Surat keterangan cacat tetap dari dokter bagi korban yang
mengalami cacat tetap
i. Foto copy dokumen tidak perlu dilegalisir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
j. Pengajuan dana santunan daluwarsa apabila dalam waktu
enam bulan sejak tanggal kecelakaan tidak diajukan
k. Ahli waris korban yang sah
Ahli waris yang sah sesuai ketentuan Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 1964 Jo Peraturan Pemerintah Nomor 17
Tahun 1965 dan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1964 Jo
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1965 yang dapat
menerima santunan asuransi menurut urutannya adalah
sebagai berikut :
1. Janda atau dudanya yang sah
2. Dalam hal tidak ada janda atau dudanya yang sah,
kepada anak-anaknya yang sah
3. Dalam hal tidak ada anak-anaknya yang sah, kepada
orang tuanya yang sah
Untuk persyaratan penumpang angkutan umum yang berhak
mendapatkan santunan asuransi bila terjadi kecelakaan adalah sebagai
berikut :
a. Penumpang sah yang telah membayar iuran wajib kecelakaan
penumpang untuk tiap perjalanan yang ditempuhnya, dengan bukti
kupon iuran wajib (kupon Jasa Raharja) yang ada pada penumpang
yang bersangkutan
b. Penumpang sah yang telah membayar karcis atau tiket yang iuran
wajibnya telah disatukan pembayarannya dengan biaya angkutan
c. Pengusaha atau pemilik kendaraan bermotor penumpang umum atau
alat angkutan penumpang umum yang telah membayar jatah kupon
atau karcis iuran wajib dana pertanggungan wajib kecelakaan
penumpang bagi para penumpang kepada PT. Jasa Raharja (Persero)
yang dapat dibuktikan untuk tiap perjalanan yang ditempuh dengan
kartu pertanggungan yang ada pada kendaraan bermotor penumpang
umum yang bersangkutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Hal-hal yang tidak dapat dijamin oleh pihak penanggung adalah :
1. Bunuh diri, percobaan bunuh diri atau kesengajaan lain dari pihak
korban atau ahli waris
2. Korban dalam keadaan mabuk atau tidak sadar
3. Korban melakukan perbuatan kejahatan
4. Bencana alam
Hak atas ganti kerugian pertanggungan menjadi gugur adalah
sebagai berikut :
a. Jika tuntutan pembayaran ganti kerugian pertanggungan tidak diajukan
dalam waktu 6 (enam) bulan setelah terjadinya kecelakaan yang
bersangkutan
b. Jika tidak diajukan gugatan terhadap PT Asuransi Kerugian Jasa
Raharja pada pengadilan perdata yang berwenang dalam waktu 6
(enam) bulan sesudah tuntutan pembayaran ganti kerugian
pertanggungan di tolak secara tertulis oleh direksi
c. Jika hak atas ganti kerugian pertanggungan tidak direalisasikan dengan
suatu penagihan kepada PT. Asuransi Kerugian Jasa Raharja atau
kepada instansi pemerintah atau pihak lain yang ditunjuk, dalam waktu
3 (tiga) bulan setelah hak tersebut diakui ditetapkan atau disahkan
Korban yang berhak mendapatkan santunan asuransi adalah sebagai
berikut :
a. Setiap penumpang yang sah dari alat angkutan penumpang umum
b. Setiap orang yang berada di luar alat angkutan lalu lintas yang
menimbulkan atau menyebabkan kecelakaan dari penggunaan alat
angkutan lalu lintas jalan
Dalam hal pemberian sumbangan pemilik atau penguasa alat
angkutan lalu lintas bertanggung jawab terhadap akibat kecelakaan yang
ditimbulkan oleh alat angkutan lalu lintas miliknya, maka Undang-undang
mewajibkan membayar sumbangan wajib.
Untuk prosedur dan cara penyelesaian klaim dalam asuransi
kecelakaan penumpang dan lalu litnas jalan adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
1. Meminta berita acara kecelakaan dari instansi terkait dan meminta
surat-surat kendaraan. Seperti : SIM, STNK
2. Pengisian formulir
3. Bila korban mengalami luka-luka, maka dapat dimintakan Surat
Keterangan dari dokter dimana korban tersebut dirawat
4. Identitas diri dari korban
5. a. Bila korban meninggal belum menikah maka dapat meminta surat
keterangan belum menikah yang diperoleh dari kelurahan
b. Bila korban meninggal sudah menikah maka Surat Keterangan
Nikah (akta) ditunjukkan
6. Diajukan ke Jasa Raharja setempat
Dalam hal untuk penyelesaian klaim, jika pihak terkait untuk korban
ataupun ahli waris telah memenuhi persyaratan seperti tersebut di atas,
maka korban ataupun ahli waris akan segera mendaaptkan Dana Santunan.
Dalam hal ini proses Dana Santunan tersebut bisa terpenuhi maka PT. Jasa
Raharja tidak bisa mengeluarkan Dana Santunan tersebut.
Besarnya santunan bagi korban kecelakaan penumpang dan lalu
lintas jalan yaitu Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964 Jo Peraturan
Pemerintah Nomor 17 Tahun 1965 dan Undang-Undang Nomor 34 Tahun
1964 Jo Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1965 adalah sebagai
berikut :
a. Meninggal dunia mendapatkan santunan sebesar Rp. 10.000.000,-
b. Cacat tetap mendapatkan santunan sebasar (maksimum)
Rp. 10.000.000,-
c. Biaya perawatan mendapatkan santunan sebesar (maksimum)
Rp. 5.000.000,-
d. Biaya penguburan (dalam hal korban tidak mempunyai ahli waris)
mendapatkan santunan sebesar Rp. 1.000.000,-
Untuk pembayaran dana pengusaha atau pemilik kendaraan
bermotor wajib membayar meskipun kecelakaan terjadi akibat orang yang
tidak bertanggung jawab. Jika tidak membayar tetapi PT Jasa Raharja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
telah mengeluarkan uang kepada korban maka pihak jasa Raharja akan
meminta ganti rugi yang sebesar nilai yang dikeluarkan oleh Jasa Raharja
untuk korban atau ahli waris, bila kecelakaan disebabkan oleh :
1. Kendaraan dikemudikan oleh orang yang tidak mempunyai surat izin
mengemudi yang sah
2. Pengemudi dipengaruhi oleh keadaan sakit, lelah, obat bius, minuman
beralkohol, atau hal-hal lain
3. Tindakan yang merupakan pelanggaran dengan sengaja peraturan lalu
lintas jalan
Jadi pengusaha atau pemilik kendaraan bermotor wajib membayar
dana tersebut kecuali jika pengusaha atau pemilik kendaraan bermotor
yang bersangkutan dapat membuktikan bahwa kecelakaan terjadi di luar
tanggung jawab atau di luar kesalahannya.
Setelah semua persyaratan dilengkapi mereka para korban atau ahli
warisnya bisa menuju ke PT. Jasa Raharja Kota Surakarta untuk bisa
mendapatkan santunan asuransi.
c. Pelaksanaan Pemberian Santunan Asuransi Jiwa pada PT. Jasa Raharja Kota
Surakarta
Untuk mengetahui pelaksanaan asuransi, peneliti mengadakan
penelitian di PT. Jasa Raharja dengan diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 2. Daftar Pengajuan Klaim
Tahun 2010 Jumlahpengajuan klaim
Terlaksana Meninggal Luka ringan
SeptemberOktoberNovemberDesember
41374447
41374447
82
1218
33353229
Sumber : PT. jasa Raharja Tahun 2010
Dari data di atas dapat diketahui bahwa setiap bulan pada PT. Jasa
Raharja banyak didatangi korban/ahli waris yang mengurus santunan asuransi.
Artinya setiap ada pengajuan pemberian santunan dikabulkan oleh PT. Jasa
Raharja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian
1.Proses pelaksanaan pemberian santunan asuransi jiwa pada PT.Jasa
Raharja biasanya melalui 2 proses yaitu : 1. Penetapan tarif premi asuransi .
Pembayaran premi merupakan kewajiban dan keharusan bagi tertanggung
tanpa ada pemenuhan kewajiban tersebut tidaklah mungkin dapat di tuntut
penggantian kerugian dari pihak tertanggung. 2.Penetapan klaim . Dalam
penyelesaian proses pencairan santunan kecelakaan melalui langkah-langkah
pokok yaitu a. pemberitahuan kerugian b. penyelidikan kerugian c. bukti
kerugian d. pembayaran tolakan .
2. Permasalahan yang sering timbul dalam proses pemberian santunan
adalah : 1.Saat terjadi klaim asuransi polis dalam keadaan kadaluarsa yaitu
pembayaran premi menunggak lebih dari 3 (tiga) bulan dari tanggal jatuh
temponya. 2. Kekeliruan informasi dari petugas dinas luar atau agen asuransi
dalam hal pengisian surat permintaan. 3.Calon tertanggung memberikan
keterangan palsu pada saat mengisi surat permintaan misalnya tentang
penyakit yang di derita. 4. Pemanipulasian syarat-syarat pengajuan klaim
asuransi jiwa oleh pemegang polis atau penerima manfaat.
C. Proses Pencairan Santunan di PT. Jasa Raharja (Persero)
Proses pencairan santunan di PT. Jasa Raharja (Persero) memiliki
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Penetapan Tarif Premi Asuransi
Pembayaran premi merupakan kewajiban dan keharusan bagi
tertanggung. Tanpa ada pemenuhan kewajiban tersebut, tidaklah mungkin
dapat dituntut penggantian kerugian dari pihak tertanggung.
Dalam asuransi PT. Jasa Raharja (Persero) pemilik atau pengusaha
alat angkutan umum adalah sebagai pihak tertanggung, maka yang
mempunyai kewajiban membayar sumbangan wajib adalah pemilik atau
pengusaha alat angkutan umum itu. Sumbangan wajib ini dengan demikian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
dapat disebut sebagai premi di dalam hukum pertanggungan, hanya saja dalam
Undang-undang No. 34 tahun 1964 tidak terdapat suatu istilah premi.
Berdasarkan pasal 1, pasal 2 ayat (1) dan pasal 3 Undang-undang No.
34 tahun 1964 pihak tertanggung adalah pengusaha atau pemilik alat angkutan
umum yang mempunyai kewajiban membayar uang premi sebesar Rp. 2000,-
(dua ribu rupiah) per orang setiap tahunnya kepada PT. Jasa Raharja (Persero)
dan korban atau ahli warisnya mempunyai hak untuk menerima santunan
akibat dari kecelakaan lalu lintas.
Sedangkan yang berkedudukan sebagai penanggung dalam asuransi
ini adalah perusahaan negara yang khusus ditunjuk oleh menteri keuangan.
Perusahaan tersebut adalah PT. Jasa Raharja (Persero).
PT. Jasa Raharja (Persero) berdasarkan pasal 4 ayat (2), pasal 5 ayat
(1) Undang-undang No. 34 tahun 1964 berkedudukan sebagai penanggung
mempunyai hak untuk menerima pembayaran premi dari para tertanggung
(pengusaha/pemilik alat angkutan umum) sebesar Rp. 2000,- (dua ribu rupiah)
per orang stiap tahun dan mempunyai kewajiban untuk memberikan santunan
kepada korban atau ahli warisnya yang mengalami kecelakaan lalu lintas.
Di asuransi Jasa Raharja premi diperoleh secara tidak langsung dari
masyarakat pada saat pembelian harga tiket atau karcis angkutan umum dan
diambilkan dari biaya pada saat pemilik kendaraan bermotor melakukan
pengurusan STNK setiap tahun yang tarifnya ditentukan oleh Menteri
Keuangan kemudian diolah oleh PT. Jasa Raharja (Persero) untuk membayar
santunan dan diberikan kepada masyarakat yang menjadi korban kecelakaan.
Pembayaran premi di PT. Jasa Raharja (Persero) dikenal dalam dua
bentuk yaitu :
a. Iuran Wajib (IW)
Pembayaran iuran wajib ini dikenakan pada para penumpang alat
angkutan umum seperti bus, kereta api dan pesawat terbang. Sedangkan
pembayaran Iuran Wajib disatukan dengan ongkos pembelian karcis atau
tiket dan pengambilan biaya premi dilakukan oleh operatur alat angkutan
umum yang bersangkutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
b. Sumbangan Wajib (SW)
Sumbangan wajib adalah sumbangan tahunan yang wajib dibayar
oleh pihak tertanggung berdasarkan undang-undang yang berlaku.
Pembayaran Sumbangan Wajib ini dikenakan pada pemilik kendaraan
bermotor pada saat melakukan perpanjangan STNK di Kantor Samsat setiap
tahun. Apabila tertanggung tidak memenuhi kewajibannya membayar premi
atau sumbangan wajib, maka akan dikenakan sanksi hukuman denda setinggi-
tingginya Rp. 100.000,00 (Seratus Rubu Rupiah).
2. Penetapan Klaim
PT. Jasa Raharja (Persero) sebelum menentukan apakah akan
membayar atau menolak suatu klaim harus memperhatikan langkah-langkah
pokok dalam penyelesaian proses pencairan santunan kecelakaan.
Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pemberitahuan Kerugian
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah korban kecelakaan
atau ahli waris korban menghubungi kantor PT. Jasa Raharja (Persero)
terdekat untuk mengajukan permohonan santunan kecelakaan. Kemudian
mengisi surat pengajuan santunan yang disediakan Cuma-Cuma oleh PT.
Jasa Raharja (Persero). Selanjutnya pengisian formulir santunan tersebut
dapat dilakukan pada bagian pelayanan dengan melampirkan :
1) Keterangan kecelakaan lalu lintas yang ditandatangani petugas Jasa
Raharja dan diketahui Kepolisian atau instansi berwenang lainnya
2) Keterangan kesehatan dari dokter atau rumah sakit yang merawat
3) Keterangan ahli waris, bagi korban meninggal dunia
Untuk memudahkan masyarakat dalam mengajukan permintaan atas
haknya memperoleh santunan, maka PT. Jasa Raharja (Persero) telah
menyediakan formulir isian yang disebut dengan “Daftar Isian Pengajuan
Santunan” dan merupakan dokumen dasar dalam proses penyelesaian
permintaan santunan kecelakaan lalu lintas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Dalam garis besarnya Daftar Isian Pengajuan Santunan berisi:
1) Keterangan tentang kecelakaan yang terjadi dan korban kecelakaan
yang diakibatkan
2) Keterangan dokter atau rumah sakit tentang keadaan korban
kecelakaan
3) Keterangan keabsahan ahli waris bagi korban meninggal dunia
Sehubungan dengan tugas yang dibebankan pemerintah kepada PT.
Jasa Raharja (Persero) untuk melaksanakan UU No. 33 dan 34 Tahun
1964, dengan demikian maka daftar isian untuk mendapatkan santunan
disesuaikan dengan kedua undang-undang tersebut dan pengisiannya dapat
dilakukan oleh instansi-instansi yang berwenang dengan ketentuan sebagai
berikut :
1) Daftar Isian Model K. 1
Untuk para korban kecelakaan lalu lintas jalan yaitu korban berada
diluar kendaraan bermotor yang menyebabkan atau menimbulkan
kecelakaan (UU No. 34 tahun 1964) ketentuannya adalah keterangan
kecelakaan alat angkutan umum diisi oleh salahs atu instansi atau
badan yang berwenang dan melampirkan surat keterangan dokter dan
keterangan ahli waris.
2) Daftar Isian Model K. 2
Untuk para korban kecelakaan alat angkutan umum, yaitu para
penumpang umum yang menjadi korban, baik yang diakibatkan oleh
sebab-sebab yang datang dari luar alat angkutan umum yang
bersangkutan dalam perjalanan (UU No. 33 tahun 1964). Ketentuannya
adalah :
Dalam hal korban menderita luka-luka
Daftar isian model K1 dan K2 telah diisi lengkap oleh instansi-
instansi yang berwenang sebagai dokumen dasar
Kuitansi-kuitansi yangn sah mengenai biaya-biaya perawatan dan
pengobatan dari dokter atau rumah sakit dan apotik tempat
pembelian obat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Bukti diri dari korban atau instansi yang mengajukan permintaan
santunan untuk biaya perawatan
Dalam hal korban menderita cacat tetap
Daftar isian model K1 dan K2 yang telah diisi lengkap oleh
instansi yang berwenang sebagai dokumen dasar
Keterangan dokter yangn merawat korban tentang bagian tubuh
korban yang mengalami cacat tetap
Bukti diri korban berupa kartu, atau keterangan tanda penduduk
(KTP) dan keterangan instansi-instansi pemerintah lainnya yang
sah, yang menyatakan kebenaran bukti diri korban
b. Penyelidikan Kerugian
Langkah kedua yang harus dilakukan setelah pengisian formulir
pengajuan santunan adalah meneliti kembali formulir pengajuan santunan
oleh petugas Jasa Raharja kemudian pihak asuransi bagian penelitian
melakukan penyelidikan tentang peristiwa terjadinya kecelakaan tersebut.
Hal itu dilakukan untuk dapat menetapkan apakah jenis kecelakaan yang
dialami oleh korban atau ahli waris korban layak atau tidak mendapatkan
santunan kecelakaan dari PT. Jasa Raharja (Persero). Jenis kecelakaan
yang lintas yang berhak mendapat santunan meliputi :
Tertabrak
Contoh : Pejalan kaki ditabrak kendaraan bermotor
Tabrakan
Contoh :
Tabrakan dua atau lebih kendaraan bermotor
Tabrak lari
c. Bukti Kerugian
Langkah selanjutnya adalah Jasa Raharja menghubungi korban atau
ahli waris korban untuk memberikan informasi tentang permohonan
santunan dan setelah itu korban atau ahli waris korban menyerahkan bukti
kerugian kerugian kepada pihak PT. Jasa Raharja (Persero) tetnang semua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
hal yang berhubungan dengan terjadinya kecelakaan untuk mendapatkan
dana santunan. Bukti tersebut berupa :
1) Kuitansi biaya rawatan dan pengobatan yang asli dan sah apabila
korban mengalami luka-luka. Biaya tersebut berupa biaya pertolongan
pertama pada kecelakaan, obat-obat atas resep dokter, perawatan
rumah sakit, dan lain-lain
2) Surat keterangan keluarga atau surat nikah (bagi yang sudah menikah)
apabila korban meninggal dunia dan apabila tidak mempunyai ahli
waris bukti dapat berupa rincian biaya penguburan
3) Surat keterangan dokter yang merawat korban tentang sifat cacat tetap
yang diderita korban apabila korban mengalami cacat tetap. Yang
artinya dengan cacat tetap adalah bila sesuatu anggota badan hilang
atau tidak dapat digunakan sama sekali dan tidak dapat sembuh atau
pulih untuk selama-lamanya
d. Pembayaran atau Tolakan
Apabila semua berjalan dengan baik maka langkah terakhir adalah
pihak PT. Jasa Raharja (Persero) yaitu bagian keuangan membayar
santunan kecelakaan kepada korban atau ahli waris korban dengan
menggunakan sistim one day service artinya proses pengajuan klaim
sampai proses pencairan santunan dapat dilakukan hanya dalam waktu 1
hari saja. Tetapi pada kenyataannya sistim tersebut belum diterapkan di
PT. Jasa Raharja (Persero) Perwakilan Wilayah Surakarta. Hak atas
santunan kecelakaan menjadi kadaluwarsa atau gugur apabila permintaan
pengajuan santunan kecelakaan diajukan dalam waktu lebih dari 6 bulan
setelah terjadinya kecelakaan dan tidak dilakukan penagihan dalam waktu
3 bulan setelah hal dimaksud disetujui oleh Jasa Raharja.
Besarnya santunan telah ditetapkan berdasarkan ketentuan Surat
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 415/KMK.06/2001
dan No. 416/KMK.06/2001 tanggal 17 Juli 2001, sehingga jika terjadi
biaya yang melebihi dari santunan maksimal tersebut maka bukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
tanggungan dari PT. Jasa Raharja (Persero) Surakarta. Besarnya santunan
tersebut dapat dilihat dalam tabel rincian dibawah ini :
Tabel 3 Rincian Santunan di PT. Jasa Raharja (Persero).
Jenis Resiko Darat/Laut Udara
Meninggal Rp. 10.000.000,- Rp. 50.000.000,-
Cacat Tetap Rp. 10.000.000,- Rp. 50.000.000,-
Biaya Perawatan Rp. 5.000.000,- Rp. 25.000.000,-
Biaya Kubur Rp. 1.000.000,- Rp. 1.000.000,-
Sumber : PT. Jasa Raharja (Persero)
Proses pencairan santunan di perusahaan asuransi PT. Jasa Raharja
(Persero) hanya memakai dua langkah-langkah pokok yaitu penetapan tarif
premi dan penetapan klaim.
D. Temuan Studi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas dalam
penelitian ini, peneliti menemukan beberapa temuan studi yaitu :
1. Pelaksanaan pemberian santunan asuransi jiwa dalam kecelakaan penumpang
dan lalu lintas pada PT. Jasa Raharja (Persero) perwakilan wilayah Surakarta
hanya memakai 2 langkah-langkah pokok yaitu penetapan tarif premi dan
penetapan klaim.
Hal ini sesuai dengan pendapat (Soeisno Djojosoedarso, 2003: 74) :
Asuransi kerugian ialah persetujuan dengan mana satu pihak, penanggung
mengikatkan diri terhadap orang lain, tertanggung untuk mengganti kerugian
yang dapat diterima oleh tertanggung, karena terjadinya suatu peristiwa yang
telah ditunjuk dan yang belum tentu serta kebetulan, dengan mana pula
tertanggung berjanji untuk membayar premi.
2. Permasalahan yang sering timbul Permasalahan yang sering timbul dalam
pembayaran sejumlah uang atas klaim asuransi jiwa pada PT. Jasa Raharja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
seperti saat terjadinya klaim asuransi polis dalam keadaan sudah kadaluarsa ,
kekeliruan informasi dari petugas dinas luar atau agen asuransi dalam hal
pengisian Surat Permintaan dari Calon Tertanggung , Calon tertanggung
memberikan keterangan palsu pada saat mengisi Surat Permintaan ,
Pemanipulasian syarat-syarat pengajuan klaim asuransi jiwa oleh pemegang
polis penerima manfaat.
Hal ini sesuai dengan pendapat Mehr dan Cammerk (1981: 81-82)
Asuransi Jiwa adalah suatu alat sosial ekonomi. Ia merupakan cara
sekelompok orang untuk dapat bekerjasama memeratakan beban kerugian
karena kematian sebelumnya (premature death) dari anggota kelompok itu.
Organisasi asuransi memungut kontribusi dari masing-masing anggota,
menginvestasikannya dan menjamin keamanannya dari hasil bunga minimum
dan mendistribusikan keuntungan (benefity) kepada ahli waris yang
meninggal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Sumber: Diolah oleh penulis
Gambar 3. Skema Proses Pencairan Santunan di PT. Jasa Raharja (Persero)
Surakarta
Korban/Ahli Waris
JasaRaharja
Divisi Pelayanan MengisiFormulir Santunan
MenelitiFormulir
Divisi PenelitianMelakukan Survey TKP
Menyerahkan buktikerugian padaJasa Raharja
MemprosesData
BagianKeuangan
PembayaranSantunan
(1)
(2)
(3)
(5)
(6)
(7) (8)
(4)
(9)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Dalam proses pencairan santunan di perusahaan asuransi pada
umumnya dengan proses pencairan santunan di asuransi Jasa Raharja terdapat
beberapa perbedaan yang dijelaskan pada tabel IV.2 yaitu sebagai berikut:
Tabel 4. Perbedaan Proses Pencairan Santunan di Perusahaan Asuransi Pada
Umumnya dengan Proses Pencairan Santunan di PT. Jasa Raharja
(Persero)
Proses Pencairan Santunan di
Perusahaan Asuransi
pada Umumnya
Proses Pencairan Santunan di
PT. Jasa Raharja (Persero)
1. Premi berasal dari uang yang
dibayarkan oleh bertanggung tiap
bulannya.
1. Premi berasal dari iuran wajib
dan sumbangan wajib
2. Penetapan tarif premi besarnya
ditentukan oleh penanggung dan
tertanggung
2. Penetapan tarif premi besarnya
ditentukan oleh Menteri
Keuangan
3. Pengajuan klaim dan proses
pencairan santunan dalam waktu
tujuh hari setelah berkas lengkap
diajukan
3. Pengajuan klaim dan proses
pencairan santunan dalam waktu
satu hari atau one day service
setelah berkas lengkap diajukan
4. Besarnya santunan yang diterima
sesuai dengan premi yang
dibayar dan jumlahnya telah
disepakati oleh kedua pihak
4. Besarnya santunan yang diterima
sesuai dengan jenis kecelakaan
yang dialami dan jumlahnya
sesuai dengan keptusan Menteri
Keuangan RI
Sumber: Diolah oleh penulis
Contoh proses pencairan santunan di PT. Jasa Raharja (Persero)
Surakarta yaitu pada waktu terjadinya kecelakaan Kereta Api Senja Bengawan
jurusan Tanah Abang (Jakarta) – Solo pada tanggal 15 Januari 2007 di
Banyumas memakan korban 5 orang meninggal dan 113 orang korban luka-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
luka-luka. Salah satu korban meninggal dan kecelakaan Kereta Api Senja
Bengawan adalah Dina Erfiati (3 tahun) dan Klaten yang merupakan puteri
dari Haerudin yang juga menjadi salah satu korban luka kecelakaan KA
tersebut. Karena tidak mengerti tentang bagaimana prosedur pengajuan klaim
maka, Haerudin mempertanyakan tentang penggantian biaya perawatan
sebesar Rp.300.000,- yang telah dikeluarkan sebelumnya.
PT. Jasa Raharja (Persero) sebagai asuransi sosial yang
menyelenggarakan Undang-Undang No. 33 dan 34 Tahun 1964, memberi
santunan bagi setiap korban kecelakaan alat angkutan umum dan lalu lintas.
Begitu juga pada peristiwa kecelakaan Kereta Api Senja Bengawan, PT. Jasa
Raharja (Persero) membayarkan santunan bagi korhan luka-luka dan korban
meninggal. Salah satu korban adalah Haerudin dari Klaten yang mendapatkan
santunan kecelakaan dan PT. Jasa Raharja (Persero) Perwakilan Surakarta.
Dalam kecelakaan ini pihak PT. Jasa Raharja (Persero) Perwakilan Surakarta
memberikan santunan kepada korban kecelakaan menggunakan sistim jemput
bola yaitu petugas Jasa Raharja terjun langsung ke lapangan untuk
memberikan penjelasan dan pelayanan pengajuan klaim kepada korban
kecelakaan. Misalnya, petugas Jasa Raharja sudah menyiapkan formulir-
formulir pengajuan santunan untuk para korban. Dengan begitu para korban
atau ahli waris dapat mengajukan klaim tanpa harus datang langsung ke kantor
Jasa Raharja.
Bagi korban luka-luka yang dirawat di Rumah Sakit, maka PT. Jasa
Raharja (Persero) akan membayarkan santunan kepada pihak rumah sakit yang
merawat korban sebesar Rp. 5.000.000,- sesuai dengan tingkat cidera yang
dialami. Salah satu korban luka Haerudin yang telah mengeluarkan biaya
sendiri untuk membayar perawatan di rumah sakit, PT. Jasa Raharja (Persero)
menjamin seluruh korban yang telah mengeluarkan biaya perawatan dapat
mengajukan klaim kepada PT. Jasa Raharja (Persero) sehingga korban
termasuk Haerudin dapat menerima ganti rugi atas biaya yang telah
dikeluarkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Setelah Haerudin yang menjadi salah satu korban sekaligus sebagai
ahli waris dari Dina Erfiati yang menjadi korban meninggal mengajukan klaim
dan sudah memenuhi syarat-syarat pengajuan santunan yaitu surat keterangan
kecelakaan dari pihak kepolisian, surat keterangan dan dokter atau rumah sakit
yang merawat dan KTP atau kartu identitas korban/ahli waris kemudian
pengajuan klaim tersebut diproses oleh pihak Jasa Raharja.
Pembayaran santunan kepada korban Kereta Api Bengawan Senja
termasuk salah satunya Haerudin korban luka sekaligus ahli waris dari
puterinya Dina Erfiati diberikan oleh Kepala PT. Jasa Raharja (Persero)
Perwakilan Surakarta kepada masing-masing korban atau ahli waris korban di
Kantor Jasa Raharja Surakarta JI. Slamet Riyadi, Solo pada tanggal 18 Januari
2007 sebesar Rp.25.000.000.-. Perincian santunan tersebut adalah
Rp.10.000.000,- dari PT. Jasa Raharja (Persero) dan Rp.15.000.000,- dari Jasa
Raharja Putera. Sedangkan, PT. Kereta Api Indonesia hanya membantu biaya
pemakaman saja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Proses pencairan santunan pada PT. Jasa Raharja menggunakan 2 langkah
pokok saja yaitu Penetapan tarif premi dan Penetapan klaim . Premi berasal dari
dua sumber yaitu iuran wajib yang di bebankan pada harga karcis penumpang alat
angkutan umum setiap tahun sekali pada waktu perpanjangan STNK di kantor
samsat, sedangkan penetapan klaim tahapannya adalah korban atau ahli waris
korban menghubungi kantor Jasa Raharja kemudian mengisi surat permo
honan santunan.
Adapun kendala yang di hadapi dalam pemberian santunan adalah: 1) Saat
terjadi klaim asuransi polis dalam keadaan kadaluarsa yaitu pembayaran premi
menunggak lebih dari 3 (tiga) bulan dari tanggal jatuh temponya; 2) Kekeliruan
informasi dari petugas dinas luar atau agen asuransi dalam hal pengisian surat
permintaan; 3) Calon tertanggung memberikan keterangan palsu pada saat
mengisi surat permintaan misalnya tentang penyakit yang diderita; 4)
Pemanipulasian syarat-syarat pengajuan klaim asuransi jiwa oleh pemegang polis
atau penerima manfaat.
B. Implikasi
1. Proses pencairan santunan di PT. Jasa Raharja merupakan salah satu bentuk
pemenuhan hak bagi warga negara, kalau tidak ada prosedur yang jelas akan
menyebabkan kekeliruan informasi. Untuk itu tertanggung harus wajib
menghubungi instansi mana saja yang bisa membantu pelaksanaan pemberian
santunan tersebut.
2. Karena kemungkinan kendala yang akan dihadapi beragam maka sistem
jemput bola pada PT. Jasa Raharja (Persero) Perwakilan wilayah Surakarta
harus lebih ditingkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
C. Saran
1. Bagi Tertanggung
Aktif mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang cara mengurus santunan
asuransi jiwa pada PT. Jasa Raharja (Persero) perwakilan wilayah Surakarta.
2. Bagi PT. Jasa Raharja
Dalam proses pencairan santunan sebaiknya PT. Jasa Raharja (Persero)
perwakilan wilayah Surakarta segera meningkatkan sistem one day service
dengan memberikan brosur secara cuma-cuma tentang proses pengajuan
santunan asuransi.