PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG - repository.ipb.ac.id V... · dengan lebar mata ukuran 8 cm, lebar...
Transcript of PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG - repository.ipb.ac.id V... · dengan lebar mata ukuran 8 cm, lebar...
17
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Kegiatan penulis di kebun Pinang Sebatang Estate (PSE) Divisi IV dimulai
dari antrian pagi yang dilakukan pada pukul 05.30 – 06.30 setiap harinya.
Kegiatan ini dilakukan untuk merencanakan kegiatan yang akan dilakukan pada
hari tersebut serta evaluasi kegiatan yang telah dilakukan pada hari kemarin.
Kegiatan antrian pagi antara mandor dan asisten divisi dilakukan pada pukul
05.30 – 06.00 setelah itu dilanjutkan antrian pagi untuk mandor dengan anggota
masing-masing (Gambar 1).
Antrian pagi antara mandor dan asisten selalu dimulai dari Mandor 1
menyampaikan safety briefing dilanjutkan rencana kegiatan hari ini serta evaluasi
hari sebelumnya lalu dilanjutkan oleh asisten. Asisten divisi sangat peduli
terhadap keselamatan kerja karyawannya sehingga seringkali ketika antrian pagi
asisten mengingatkan untuk memakai alat pelindung diri (APD) bagi para mandor
maupun karyawan, pengguna sepeda motor juga wajib menggunakan helm
Standard Nasional Indonesia (SNI). Mutu buah adalah salah satu hal yang menjadi
perhatian utama asisten divisi setiap antrian pagi. Materi antrian pagi tidak hanya
pada pekerjaan namun hal sosial masyarakat seperti posyandu maupun acara
Pekan Olahraga dan Seni Kebun Pinang Sebatang Estate juga dapat dibahas ketika
antrian pagi.
Gambar 1. Suasana Antrian Pagi Mandor Panen terhadap Karyawan Panen
18
Senior Manager PSE terkadang mengecek langsung kondisi karyawan di
divisi. Senior Manager mengikuti dari awal antrian pagi. Kedisiplinan mandor
maupun karyawan menjadi fokus utama Senior Manager PSE. Setiap mandor
diwajikan menggunakan jam tangan agar lebih menghargai waktu dan semakin
meningkatkan kedisiplinan. Senior Manager PSE juga merangkap sebagai
chairman PT Aneka Intipersada sehingga setiap bulan Senior Manager PSE
memimpin rapat evaluasi PT Aneka Intipersada. Rapat tersebut membahas mulai
dari produksi, kesehatan dan keselamatan kerja (K3), hingga kadar ekstraksi
minyak di pabrik. Selama magang penulis mengikuti beberapa kegiatan di kebun
antara lain panen, pengendalian gulma, pemupukan, aplikasi janjang kosong,
hingga pengambilan sampel daun.
Panen
Panen merupakan kegiatan inti di suatu perkebunan kelapa sawit. Kegiatan
panen dilakukan mulai dari potong buah matang hingga transportasi buah ke
Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Mutu buah merupakan hal yang menjadi fokus utama
setiap asisten divisi di PT Aneka Intipersada karena setiap bulannya nilai mutu
buah direkapitulasi oleh Plantation Sustanaible Quality Management (PSQM) lalu
dibuat peringkat seluruh asisten divisi PT Aneka Intipersada. Pada rapat Strategic
Of Unit 16 (SOU16) setiap awal bulan akan diberikan penghargaan kepada 3
divisi yang memiliki nilai teratas dalam mutu buah. Divisi IV. Pinang Sebatang
Estate hampir setiap bulan menduduki posisi 3 teratas namun pada bulan Maret
Divisi IV turun menjadi peringkat 9 karena ditemukan ada satu hari di bulan
Maret buah Divisi IV terkontaminasi pupuk karena dump truck untuk
mengangkut buah belum dicuci setelah mengangkut pupuk. Pada bulan April
Divisi IV PSE kembali menduduki posisi 3.
Kriteria matang panen. Menurut buku Agricultural Reference Manual
Minimum Ripeness Standard (MRS) atau Kriteria matang panen didasarkan atas
jumlah brondolan yang lepas secara alami dari tandan buah yang matang yaitu
sekurang-kurangnya terdapat 5 brondolan per janjang di piringan sebelum panen.
Kriteria matang panen akan mempengaruhi kadar ekstraksi minyak (OER) dan
19
kualitas minyak yang diolah. Meningkatnya buah mentah atau buah kurang
matang dapat menurunkan kandungan minyak dan menimbulkan masalah semasa
proses perebusan dan pemipilan.
Meningkatnya buah mentah juga memberikan dampak di kebun. Pemanen
yang memotong buah mentah akan cenderung lebih cepat siap borong namun
pusingan potong buah akan terlambat. Buah masak yang seharusnya dipanen pada
hari itu menjadi tertinggal di pokok dan akan terus membrondol sehingga pada
pusingan berikutnya buah akan terlampau masak bahkan sebagian telah
membusuk sehingga menjadi buah busuk. Persentase brondolan yang meningkat
menyebabkan output pemanen memotong buah menjadi turun akibat waktu
pemanen banyak tersita untuk mengutip brondolan. Pada kondisi demikian
pemanen akan kembali memotong buah mentah untuk mengejar siap borong
karena memotong buah mentah tidak perlu mengutip brondolan akibatnya
pusingan semakin bertambah terlambat. Kebun Pinang Sebatang Estate sangat
tegas menghadapi buah mentah. Pada Divisi IV buah mentah yang terkirim ke
Pabrik Kelapa Sawit (PKS) akan dikenakan denda sebesar 10 000 rupiah kepada
pemanen dan pemanen diwajibkan mengambil buah mentah tersebut ke PKS.
Kebijakan berbeda diterapkan di Divisi III PSE karena buah mentah yang cukup
sering ditemukan di PKS dan pusingan yang tinggi sehingga denda kepada
pemanen yang memotong buah mentah dinaikkan menjadi 25 000 rupiah.
Minamas Plantation menjaga kualitas buah dengan cara buah yang boleh
dipotong minimum 10 brondolan per janjang. TBS yang dipanen akan
dikelompokkan dan diberikan batas toleransi disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Kriteria Tandan Buah Segar dan Batas Toleransi
Kriteria Batas Toleransi
Unripe (mentah) 0 %
(1-4 brondolan yang lepas per janjang)
Under ripe (kurang matang) < 5 %
(5-9 brondolan yang lepas per janjang)
20
Tabel 5. Kriteria Tandan Buah Segar dan Batas Toleransi (Lanjutan)
Kriteria Batas Toleransi
Ripe (matang) < 95 %
( 10 atau lebih brondolan yang lepas per janjang)
Empty bunch (janjang kosong) 0 %
(brondolan yang lepas per janjang > 95 %)
Longstalk (gagang panjang) 0 %
(panjang gagang lebih dari 5 cm)
Old bunch (buah restan) 0 %
(lebih dari 48 jam)
Sumber : Buku Agricultural Reference Manual (Minamas Plantation, 2008)
Kebutuhan tenaga panen. Kebutuhan tenaga kerja di Divisi IV Pinang
Sebatang Estate berdasarkan luas areal Divisi IV PSE. Pada awal bulan Februari
Divisi IV PSE mengalami kekurangan karyawan panen, dimana perbandingan
karyawan dengan luas areal tidak ideal. Perbandingan karyawan dengan luas areal
yang ideal pada kondisi topografi berbukit adalah 1 : 18 + 10% karyawan panen,
namun pada awal bulan Februari perbandingan karyawan dengan luas areal
mencapai 1 : 20 yang artinya 1 karyawan bertanggung jawab atas 20 ha dalam
satu pusingan panen. Jumlah karyawan panen Divisi IV PSE pada awal bulan
Februari adalah 834 ha / 20 ha/HK = 41 karyawan panen, sedangkan jumlah
karyawan ideal untuk areal bergelombang adalah 834 ha / 18 ha/HK + (10 %
Karyawan Panen) = 46 + (10% x 46) = 46 + 5 = 51 karyawan panen. Jumlah
karyawan yang tidak ideal pada bulan Februari menyebabkan pusingan yang
tinggi. Jumlah karyawan kembali normal di akhir bulan Februari karena masuknya
tenaga kerja panen baru sehingga pusingan panen yang tinggi berkisar 11 – 12
hari berangsur turun di bulan Maret hingga normal pada pertengahan bulan Maret
yaitu 9 hari.
21
Alat panen. Pokok sawit di areal Pinang Sebatang Estate didominasi oleh
tahun tanam 1994, sedangkan pokok sawit dengan tahun tanam termuda yaitu
2001 sehingga seluruh areal PSE menggunakan egrek sebagai alat panen. Alat
bantu panen yang digunakan selain egrek di kebun PSE adalah angkong, kapak,
goni eks pupuk yang telah dicuci hingga tidak ada bahan kimia tersisa, gancu,
tojok, stempel dan pewarna makanan. Berikut ini merupakan alat panen dengan
penggunaan dan spesifikasinya :
1. Dodos kecil digunakan untuk potong buah tanaman umur 3 – 4 tahun
dengan lebar mata ukuran 8 cm, lebar tengah 7 cm, tebal tengah 0.5 cm,
tebal pangkal 0.7 cm, diameter gagang 4.5 cm, dan panjang total 18 cm.
Dodos besar digunakan untuk potong buah tanaman umur 5 – 8 tahun
dengan lebar mata ukuran 12-14 cm, lebar tengah 12 cm, tebal tengah 0.5
cm, tebal pangkal 0.7 cm, diameter gagang 4.5 cm, dan panjang total 20
cm.
2. Egrek untuk digunakan untuk potong buah tanaman umur > 9 tahun (tinggi
pokok 3 meter) dengan panjang pangkal pisau 20 cm, panjang pisau 45 cm
sudut lengkung dihitung pada sumbu 135° dan berat pisau 0.5 kg, dengan
panjang gagang pisau dari alumunium 6 meter atau dapat disambung
hingga mencapai 9 meter.
3. Egrek digunakan untuk memotong tandan buah yang memiliki ketinggian
lebih dari 9 m (umur >8 tahun).
4. Angkong digunakan untuk mengangkut TBS dan brondolan dari dalam
blok ke TPH.
5. Gancu dan tojok digunakan untuk memuat dan membongkar TBS dari dan
ke alat transport.
6. Karung eks pupuk yang telah dibersihkan digunakan sebagai tempat
pengumpulan brondolan ke TPH dan sebagai alas brondolan di TPH.
7. Stempel dan pewarna makanan digunakan untuk memberi nomor pada
pangkal TBS sehingga krani cek sawit dengan jelas mengidentifikasi
pemanen yang memotong buah tersebut.
22
Sarana jalan. Sarana jalan merupakan salah satu faktor yang dapat
memperlancar transportasi panen sehingga sarana jalan harus mendapat perhatian
agar tidak menghambat pengangkutan buah. Jalan di Pinang Sebatang Estate
dibagi menjadi 5 yaitu jalan akses (access road), jalan utama (main road), jalan
pengumpul (collection road), jalan bantu (tertiary road), dan jalan pringgan,
(boundary road). Jalan akses adalah jalan penghubung keluar masuk kebun atau
antar kebun (emplasmen,kantor besar, pabrik, dermaga / bulking station) dengan
lebar jalan 12 meter, jalan utama (main road) merupakan jalan penghubung antar
collection road dan jalan akses dengan lebar jalan 9 meter dengan arah timur -
barat , jalan pengumpul (collection road) adalah jalan pengumpul hasil dengan
lebar badan jalan 7 meter dan memiliki arah utara – selatan, jalan bantu yaitu jalan
tambahan yang dibuat pada areal – areal sulit untuk mendukung pengumpulan
produksi, jalan pringgan merupakan jalan yang dibuat di sepanjang pinggir kebun
dan berfungsi sebagai tanda batas areal kebun, dan digunakan untuk pengawasan
dan pengumpulan hasil. Jalan bantu banyak terdapat di Divisi I dan II Pinang
Sebatang Estate karena topografi arealnya yang berbukit dan berkontur.
Sarana jalan di Divisi IV PSE sudah tercipta dengan baik. Perawatan
terhadap sarana jalan juga rutin dilakukan. Perawatan jalan yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
1. Memperbaiki main road dan collection road. Perawatan main road
menggunakan road grader dengan tujuan membentuk kemiringan
permukaan yang tepat. Pemakaian batu padas berdiameter > 10 cm untuk
menimbun lobang pada badan jalan dengan ketentuan tidak boleh dekat
dengan permukaan jalan (kedalaman minimal 20 cm).
2. Pemeliharaan pasar rintis/jalan pikul dengan cara kimia dan manual.
Pemeliharaan ini dilakukan oleh tim semprot dan karyawan perawatan.
3. Membuat Titi panen atau jembatan kecil di dalam blok untuk
menghubungkan areal yang satu dengan areal lain dalam satu blok yang
terhalang oleh parit atau sungai. Titi panen berfungsi untuk mempermudah
pemanen dalam proses pengangkutan TBS menggunakan angkong ke
TPH.
23
4. Tunas jalan adalah kegiatan memotong pelepah/cabang pokok sawit yang
menghalangi sinar matahari dan mengganggu lalu-lintas kendaraan.
Rotasi panen atau pusingan potong buah. Fokus utama kegiatan panen
adalah memotong semua janjang masak panen dengan rotasi panen < 9 hari dan
dengan mutu panen sesuai standar, mengutip seluruh brondolan (loose fruit), serta
mengirimkan seluruh TBS yang dipanen ke PKS selambat-lambatnya dalam
waktu 24 jam. Rotasi panen atau pusingan adalah interval waktu antara satu
perlakuan panen dengan perlakuan panen berikutnya.
Pusingan panen Divisi IV PSE pada bulan Februari tinggi akibat
kurangnya tenaga kerja sehingga pusingan dapat mencapai 14 hari. Memasuki
bulan Maret dengan penambahan tenaga kerja pusingan panen perlahan menurun
dan stabil di 8 hingga 9 hari. Penurunan pusingan ini juga disebabkan oleh
ketegasan asisten terhadap pemanen yang menurunkan buah mentah. Pemanen
yang tidak menurunkan buah mentah secara tidak langsung meningkatkan prestasi
kerja karyawan dalam hektaran demi mendapatkan siap borong. Meningkatnya
hektaran panen akan menyebabkan pusingan panen semakin rendah sehingga
tidak ada buah matang yang tertinggal di pokok.
Taksasi produksi harian selalu dilakukan pada satu hari sebelum kegiatan
panen berlangsung. Taksasi dilakukan oleh mandor panen untuk mengetahui
kerapatan buah, kebutuhan tenaga kerja panen, dan kebutuhan unit untuk
pengangkutan buah ke PKS. Taksasi produksi dilakukan dengan menghitung
jumlah janjang matang tanaman contoh dibagi dengan jumlah tanaman contoh
dan dikali 100%. Tanaman contoh yang digunakan untuk taksasi produksi adalah
10 % dari total populasi tanaman yang ada di tiap blok.
Sistem hancak panen. Sistem hancak panen di Pinang Sebatang Estate
menggunakan sistem hancak giring tetap. Sistem hancak giring tetap adalah
sistem dimana pemanen mendapat hancak yang tetap, pemanen baru boleh pindah
ke hancak blok berikutnya sesuai nomor pemanen jika hancaknya di satu blok
telah selesai.
Sistem hancak panen giring tetap merupakan sistem yang ideal karena
manajemen pelaksanaan panen berdasarkan taksasi produksi dapat dilaksanakan
secara sempurna, tandan buah segar (TBS) yang dipanen terpusat di collection
24
road yang sama karena panen dimulai bersama dari satu collection road. Sistem
hancak giring tetap juga dapat menghindari kecemburuan sesame pemanen karena
hancak setiap pemanen tetap sesuai nomor pemanen. Pada sistem ini mandor juga
lebih mudah mengawasi pemanen karena pemanen berada di satu areal yang
sama.
Organisasi panen. Struktur organisasi panen di setiap divisi Pinang
Sebatang Estate dimulai dari pemanen yang bertanggung jawab terhadap mandor
panen, setiap mandor panen memiliki satu orang kerani cek sawit yang bertugas
mengecek dan mencatat nomor pemanen yang terdapat di TBS serta brondolan
yang selanjutnya akan dicatat di lembar penerimaan buah (LPB). Mandor panen
bertanggung jawab terhadap mandor 1 dan mandor 1 bertanggung jawab terhadap
asisten.
Sistem organisasi panen yang digunakan di Gunung Sari Estate adalah
Block Harvesting Sistem non Division of Labour (BHS non DOL). Sistem BHS
non DOL ini adalah sistem dimana pemanen, pengutip brondolan dan pengangkut
TBS serta brondolan ke TPH adalah satu orang yang sama. Sistem ini diterapkan
karena sulitnya mencari tenaga kerja pemanen.
Pelaksaan panen. Kegiatan panen diawali dengan antrian pagi antara
mandor panen dan karyawan panen. Antrian pagi dilakukan untuk briefing
kegiatan yang akan dilakukan pada hari tersebut dan evaluasi kerja hari kemarin.
Karyawan dan mandor segera berangkat ke hancak masing-masing untuk
melaksanakan potong buah. Kegiatan potong buah dilaksanakan dari arah yang
sama hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pengawasan dan pengangkutan
buah. Setiap pemanen memiliki target basis buah seberat 1300 kg atau sekitar 70
janjang dengan berat janjang rata-rata 19 kg yang harus dipotong setiap harinya.
Pemanen menurunkan pelepah yang menjadi penyangga buah masak
terlebih dahulu. Pelepah yang diturunkan disusun membentuk huruh “U” di
kanan dan kiri pokok serta di gawangan mati. Bentuk huruf “U” mempunyai
tujuan untuk menambah bahan organik di sekeliling pokok tidak hanya di
gawangan mati dan juga pelepah di kiri dan kanan pokok dapat meminimalisir
kehilangan pupuk akibat aliran air hujan karena pupuk akan tertahan di bawah
25
pelepah mati dimana di bawah pelepah mati terdapat banyak akar muda yang aktif
mencari unsur hara tersedia di tanah.
Tahap selanjutnya setelah pemanen memotong pelepah penyangga buah
adalah pemanen memotong buah yang telah masak kemudian gagang panjang
langsung dipotong menggunakan kapak minimal ± 3 cm dari permukaan buah lalu
potongan gagang dibuang ke gawangan mati. Kegiatan selanjutnya setelah
pemotongan buah di pokok, adalah mengutip semua brondolan yang jatuh di
piringan ke dalam karung. Pemanen menyelesaikan potong buah hingga pasar
tengah kemudian pemanen mengangkut semua brondolan yang telah dikutip serta
TBS yang telah di potong dan disusun di TPH secara teratur dengan ketentuan
kelipatan lima untuk setiap barisnya. Pemanen segera memberi stempel
menggunakan pewarna makanan di pangkal buah sebagai tanda bahwa buah
tersebut dipotong oleh pemanen tersebut sedangkan untuk karung brondolan di
TPH cukup diberi nomor di atas karung menggunakan minyak brondolan pada
potongan gagang panjang (Gambar 2).
(a) Stempel pada TBS (b) Penomoran untuk Brondolan
Gambar 2. Penomoran pada Tandan Buah Segar dan Brondolan
Mandor panen bertugas mengecek mutu hancak panen setelah pemanen
menyelesaikan hancaknya di 1 blok. Mandor akan mengecek secara acak setiap
hari nya 2 pemanen. Setiap pemanen mendapatkan kesempatan yang sama untuk
dievaluasi hancaknya. Mutu hancak yang dicek adalah buah yang di panen setiap
pokok, buah tinggal di pokok, brondolan tinggal, pelepah sengkleh, susunan
pelepah, over prunning, under prunning. Mutu buah di TPH juga di cek oleh
mandor panen dengan kriteria yang harus di cek adalah buah masak, mentah,
kurang masak, empty bunch, janjang panjang, kontaminasi, dan alas LF
(brondolan). Mandor panen segera kembali ke kantor divisi untuk mengisi buku
26
kegiatan mandor sebagai laporan kepada asisten divisi realisasi potong buah pada
hari tersebut.
Mandor panen dibantu oleh kerani buah yang bertugas menggrading buah
di TPH dan memuat TBS masak ke mobil muat. Kerani mencatat no pemanen
serta jumlah buah yang dipotong oleh setiap pemanen melalui stempel pada
bonggol buah sehingga premi dan basis setiap pemanen dapat dihitung. Kerani
mengisi Laporan Potong Buah (LPB) yang berisi jumlah buah setiap pemanen dan
besar premi yang diterima mandor panen, mandor 1, dan kerani. Kerani buah
menyerahkan LPB kepada kerani checkroll pagi hari setelah antrian pagi keesokan
harinya.
Kerani checkroll segera menginputkan data dari LPB manual ke SAP atau
database perusahaan sehingga data tersebut selalu terekam rapi dan dapat
dievaluasi oleh kantor pusat Minamas di Jakarta maupun kantor pusat Sime Darby
di Malaysia. Data digital yang diinputkan berfungsi juga untuk menghitung premi
setiap anggota pada tutup buku.
Sistem Upah dan Premi. Sistem upah dan premi di PSE menggunakan
sistem basis borong dimana setiap pemanen akan mendapatkan premi jika pada
hari itu pemanen dapat memotong 1 300 kg sehingga pemanen akan mendapatkan
premi sebesar Rp 13 500,-. Jika dalam satu hari seorang pemanen mampu
memotong lebih dari 1 300 kg maka bobot lebihnya akan dikalikan dengan Rp
45/kg. Jika dalam satu hari seorang pemanen mampu memotong 2 kali basis atau
2 600 kg atau lebih maka pemanen akan mendapatkan premi sebesar Rp 27 000,-
dan bobot lebih dari basis 1 300 kg akan dikalikan dengan Rp 50/kg.
Pengawasan. Pengawasan panen di PSE dilakukan mulai dari mandor
(mandor panen), mantri tanaman, mandor 1, asisten divisi hingga senior manager.
Pengawasan yang dilakukan mandor panen merupakan kegiatan rutin setiap
harinya dimana mandor panen mengawasi karyawan panen bekerja di lapangan
dan mengecek 3 orang pemanen yang ditentukan secara acak setiap harinya.
Mandor panen dibantu buku pemeriksaan mutu buah dimana kriteria mutu hancak
yang di cek adalah buah tiggal, brondolan tinggal, pelepah sengkleh, under
pruning, susunan pelepah. Mutu tandan buah segar (TBS) juga dicek
27
menggunakan buku pemeriksaan buah dengan kriteria buah mentah, kurang
matang, janjang kosong, gagang panjang, alas brondolan serta stempel.
Pengendalian Gulma
Tanaman merupakan tumbuhan yang dibudidayakan dan hasilnya
diinginkan oleh manusia. Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada waktu,
tempat, dan kondisi yang tidak diinginkan oleh manusia. Gulma merugikan karena
dalam pertumbuhannya gulma berkompetisi dengan tanaman budidaya untuk
memperebutkan unsur hara, ruang, air dan cahaya. Gulma mudah tumbuh baik di
lingkungan yang kaya akan unsur hara hingga miskin hara.
Pengendalian gulma pada dasarnya merupakan usaha untuk meningkatkan
daya saing tanaman pokok dan melemahkan gulma. Tanaman pokok harus
memiliki keunggulan yang terus ditingkatkan sehingga gulma tidak mampu
mengembangkan pertumbuhannya atau hidup berdampingan dengan tanaman
pokok pada waktu yang sama. Pengendalian gulma harus memperhatikan konsep
ambang ekonomi dimana kerugian yang ditimbulkan oleh kehadiran gulma tersbut
harus lebih besar daripada biaya yang harus dikeluarkan untuk pengendaliannya
(Pahan, 2010).
Metode pengendalian gulma yang dilakukan di PSE adalah Blok Spraying
System (BSS). BSS merupakan sistem pengendalian gulma yang dilakukan secara
terencana dan terorganisir sehingga tercipta pengendalian gulma yang efektif,
efisien dan aman dari blok ke blok lainnya. Pengendalian gulma di PSE
menerapkan sistem rayon dimana hanya dikelola oleh satu divisi yaitu Divisi II
PSE. Tim pengendalian gulma dibagi menjadi 2 kelompok atau biasa disebut
geng. Geng semprot mandoran A merupakan tim pengendalian gulma
menggunakan alat Micron Herbi Sprayer (MHS) sedangkan sprayer manual
digunakan oleh geng semprot mandoran B.
Mandoran A. Mandoran A menggunakan alat MHS dimana larutan yang
disemprotkan berbentuk embun sehingga lebih cepat masuk ke dalam jaringan
tanaman. Mandoran A bertugas untuk pengendalian gulma di piringan, pasar rintis
serta TPH. Piringan merupakan daerah di sekililing tanaman kelapa sawit yang
merupakan tempat penaburan pupuk dimana daerah tersebut merupakan daerah
28
perakaran yang aktif menyerap unsur hara sehingga harus bersih dari gulma. Pasar
rintis merupakan jalan diantara barisan kelapa sawit dimana jalan tersebut
digunakan untuk transportasi buah ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) maupun
kegiatan lainnya. TPH merupakan tempat pengumpulan hasil panen di samping
collection road yang akan dimuat oleh truck ke pabrik kelapa sawit.
Mandoran A menggunakan bahan kimia kimia campuran antara merek
Prima Up dengan Dejavu. Prima Up yang digunakan mengandung bahan aktif
Isopropilamina glyphosate dengan konsentrasi 4% dimana dalam 200 cc herbisida
dicampur dengan 5 litter air. Dejavu mengandung bahan aktif fluroksipir dengan
konsentrasi 1% dimana dalam 50 cc herbisida dicampur dengan 5 litter air.
Campuran larutan tersebut digunakan untuk mengendalikan gulma Eleusine
indica, Axonopus compressus, Borreria latifolia, Cyrtococcum acrescens, Paspalum
conjugatum, dan Ageratum conyzoides.
Keunggulan alat MHS yaitu butiran akan berbentuk embun yang seragam
yaitu 250 mikron sehingga mudah menyerap ke dalam jaringan tanaman. Karyawan
juga tidak perlu memompa seperti di alat semprot punggung semi otomatis karena
MHS menggunakan baterai atapun accu sebagai sumber daya untuk mengalirkan
larutan dan mengeluarkannya. Namun, alat MHS memiliki kelemahan dimana alat ini
mudah rusak baik di sumber daya maupun bagian lainnya sehingga mandor semprot
harus paham mengenai rangkaian sumber daya pada alat MHS sehingga ketika terjadi
kerusakan karyawan langsung menemui mandor untuk mengganti dengan alat
cadangan ketika alat yang rusak diperbaiki oleh sang mandor.
Mandoran B. Mandoran B menggunakan alat semprot punggung semi
otomatis RB-15. Tim semprot mandoran B bertugas untuk mengendalikan gulma
di gawangan. Gawangan merupakan areal yang berada di luar piringan dan pasar
rintis. Gulma yang terdapat di gawangan dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman serta dapat menjadi inang hama dan penyakit. Gulma yang dikendalikan
adalah anak kayu, kentosan serta kerisan.
Mandoran B menggunakan bahan kimia kimia campuran antara merek
Prima Up dengan Meta Prima. Prima Up yang digunakan mengandung bahan aktif
Isopropilamina glyphosate dengan konsentrasi 0.8% dimana dalam 120 cc
herbisida dicampur dengan 15 litter air. Meta Prima mengandung bahan aktif
Metil metsulfuron dengan konsentrasi 0.03% dimana dalam 5 gram herbisida
29
dicampur dengan 15 litter air. Campuran larutan tersebut digunakan untuk
mengendalikan gulma Melastoma malabatricum, Chromolaena odorata, Mikania
micrantha dan gulma berkayu lainnya.
Fasilitas truck semprot juga diberikan oleh perusahaan untuk mendukung
kinerja tim semprot. Truck berisikan air yang digunakan sebagai pelarut dari
herbisida yang digunakan. Tim semprot mandoran A terdiri dari 16 orang
karyawan semprot dengan prestasi kerja 3.7 ha/HK. Tim Semprot Mandoran B
terdiri dari 12 karyawan dengan prestasi kerja antara 1.5 – 2 ha/HK
Sistem kerja karyawan semprot di PSE adalah menyemprot piringan di
setiap pokok dari collection road A hingga tembus ke collection road B dan masuk
di pasar selanjutnya hingga kembali ke collection road A. Sistem kerja tim
semprot dijelaskan pada Gambar 3.
Gambar 3. Cara Kerja Tim Semprot Mandoran A dan B
Kebun PSE sangat peduli terhadap keamanan dan keselamatan kerja
karyawan semprot. Alat Pelindung diri wajib dikenakan karyawan semprot ketika
bekerja. Alat pelindung diri (APD) tersebut berupa apron, masker hidung,
pelindung mata dan muka, sarung tangan karet, baju lengan panjang dan celana
panjang serta sepatu boot. Fasilitas rumah BSS juga disediakan pihak kebun
dimana fungsi dari rumah tersebut adalah meningkatkan keselamatan dan
kemanan karyawan semprot.
Rumah BSS digunakan pada pagi hari dimana sebelum berangkat kerja
karyawan diwajibkan berganti pakaian kerja lengkap dengan alat pelindung diri
dan menyimpan pakaian yang dikenakan dari rumah di loker. Setelah karyawan
mengenakan pakaian lengkap dengan APD maka karyawan segera berangkat
30
menuju blok yang akan disemprot menggunakan truck semprot. Setelah selesai
bekerja karyawan kembali ke rumah BSS melalui pintu belakang dan langsung
mandi membersihkan diri dari kemungkinan zat kimia yang masih menempel di
tubuh. Setelah berganti pakaian dengan pakaian bersih yang ada di loker
karyawan baru boleh kembali ke rumah. Pakaian dinas yang kotor dikumpulkan
menjadi satu karena ketika karyawan bekerja di lapangan petugas rumah BSS
mencuci baju dinas karyawan semprot yang kotor. Rumah BSS dapat dilihat pada
Gambar 4.
Gambar 4. Rumah Blok Spraying System
Pengendalian Hama
Pengendalian hama di kebun PSE memprioritaskan pemanfaatan
biological control dan minimalisasi penggunaan pestisida, agar produk yang
dihasilkan berwawasan “clean and healthy food”. Pelaksanaan Early Warning
System untuk deteksi hama secara dini, merupakan tindakan yang mendukung
pelaksanaan pengendalian hama secara terpadu atau disebut Intergrated Pest
Management (IPM) (Manual Referensi Agronomi, 2008). Deteksi hama dilakukan
dengan monitoring atau pengamatan secara rutin. Pengamatan rutin akan
menyebabkan kenaikan biaya upah, tetapi pada akhirnya tindakan tersebut
memungkinkan untuk menghemat biaya pengendalian dan mempertahankan
produksi (karena berkurangnya kerusakan yang disebabkan oleh serangan hama
tersebut). Pengelolaan hama di PSE dilakukan dengan 2 metode yaitu
pemanfaatan biological control serta penggunaan pestisida.
Pemanfaatan agen biologi untuk mengendalikan hama merupakan prioritas
utama PSE. Kebun PSE menggunakan burung hantu dan ular sebagai musuh
alami tikus. Burung hantu diberikan kandang pemikat sebagai tempat
pengembangan burung hantu. Metode ini memanfaatkan sifat burung hantu yang
31
mempunyai kebiasaan untuk selalu berkumpul di satu tempat pada saat sebelum
dan sesudah mencari makan (berburu tikus) sambil berteriak-teriak satu sama
lainnya. Pengamatan terhadap perilaku burung hantu di lapangan menunjukkan
bahwa sebelum berkumpul, biasanya satu atau lebih burung hantu berteriak-teriak
sehingga dalam selang waktu tidak lama kemudian akan datang burung hantu
lainnya untuk ikut bergabung bersama-sama sambil berteriak-teriak sehingga
populasi burung hantu akan semakin meningkat. Nest Box atau kandang burung
hantu telah disiapkan sebelumnya. Nest box yang dipasang di kawasan tersebut
diusahakan posisinya pada lokasi-lokasi dengan ketinggian tanah puncak
(tertinggi) dan pada awalnya sebagian nest box (2 – 3 unit) dipasang berdekatan
(jarak 10 – 50 m) dengan kandang pemikat burung hantu. Nest box dipasang di
sekitar kandang pemikat burung hantu dalam kawasan radius 500 – 2.000 m.
Burung hantu dan nest box dapat dilihat pada Gambar 5.
(a) Burung Hantu (Tyto alba) (b) Nest Box
Gambar 5. Pemanfaatan Agen Biologis Burung Hantu
Divisi IV PSE merupakan salah satu divisi yang mengalami serangan ulat
api (Setora nitens). Hal ini terjadi karena letak Divisi IV PSE yang strategis
dimana seluruh truck pengangkut TBS dari seluruh divisi melewati main road
Divisi IV sehingga penyebaran ulat api semakin berkembang. Pengendalian secara
biologis dilakukan dengan menanam tanaman bermanfaat (beneficial plant)
terutama di pinggir main road karena populasi ulat api di pinggir main road
tergolong banyak. Jenis tanaman bermanfaat yang ditanam di PSE adalah Cassia
cobanensis, Turnera subulata. dan Antigonon leptopus. Tanaman bermanfaat
tersebut digunakan sebagai inang musuh alami dari ulat api seperti Sycanus sp dan
Eocanthecona furcellata. Beneficial plant yang terdapat di PSE disajikan pada
Gambar 6.
32
(a) Antigonon leptosus (b) Turnera subulata (c) Cassia cobanensis
Gambar 6. Beneficial Plant
Pengendalian ulat api di Divisi IV PSE juga menggunakan aplikasi
pestisida kimiawi. Pengendalian kimiawi yang dilakukan adalah menggunakan
metode penyemprotan pestisida dengan fogging atau pengasapan. Pestisida yang
digunakan adalah merek Matador dengan bahan aktif Lamda sihalotrin 25 g/l.
Dosis yang digunakan adalah 0.2 l/ha dengan konsentrasi 2 ml/L dan volume
semprot 100 l/ha. Pengendalian dengan metode fogging dilakukan malam hari
oleh 3 karyawan PSE dengan prestasi kerja 5.5 ha/HK.
Pembibitan
Pembibitan di PSE merupakan areal pembibitan yang akan digunakan
untuk penanaman kembali (replanting) tanaman yang sudah menurun
produksinya. Areal pembibitan di PSE merupakan areal pembibitan yang dibuat
untuk mendukung pemenuhan kebutuhan bibit PT Aneka Intipersada. Lokasi
pembibitan di PSE terdapat di Divisi II PSE dimana topografi areal pembibitan
relatif datar dan terletak di tengah kebun. Kebutuhan air melimpah karena di
lokasi pembibitan sudah disiapkan embung air.
Luas total areal pembibitan di PSE adalah 13.96 ha. Bedengan untuk
pembibitan pre nursery dibuat memanjang dari barat ke timur dengan lebar
bedengan 1.2 m dan jarak antar bedengan 1 m. Tepi bedengan diberi palang
berupa papan kayu sehingga baby bag dapat tersusun rapi, padat dan teratur.
Media tanam bibit berupa tanah top soil dicampur dengan pupuk SP-36 dengan
dosis 12.5 g/baby bag. Tanah top soil sudah diayak dengan ayakan 1 cm sehingga
terpisah dengan akar atau kerikil.
Penulis mengikuti kegiatan pembibitan pre nursery di PSE mulai dari
kedatangan bibit, penyortiran, hingga penanaman bibit ke dalam baby bag. Bibit
33
yang digunakan adalah bibit dari Socfindo pada tahap 1 dan PPKS pada tahap 2
dan 3. Pada saat bibit datang tahap 1 lokasi pembibitan masih belum siap untuk
dilakukan penanaman karena baby bag belum seluruhnya terisi media sehingga
bibit harus disimpan di ruangan dengan suhu terjaga tetap rendah sehingga
aktifitas fisiologis bibit tidak cepat terjadi.
Penanaman bibit dilakukan dengan tahapan seleksi bibit terlebih dahulu.
Bibit diseleksi dengan kriteria bibit afkir, double tun dan normal. Bibit normal dan
double tun dapat ditanam sedangkan bibit afkir dimasukkan kembali ke dalam
plastik dan box. Bibit afkir mencakup bibit abnormal dimaana bibit tersebut
berbentuk garputala, tongkat berkait, kecambah terhambat dan kecambah mati
sedangkan bibit double tun adalah bibit yang memiliki 2 hingga 3 kecambah
dalam satu bibit namun bibit double tun dijaga hanya 2 kecambah yang
dipekenankan ditanam sehingga bibit yang memiliki 3 kecambah harus di matikan
satu kecambah. Seleksi dilakukan oleh karyawan yang telah diberi pengarahan
tentang kriteria bibit abnormal, normal dan double tun didampingi oleh mandor
yang mencatat dan membantu menentukan kriteria bibit jika karyawan
menemukan kendala untuk menentukan kriteria bibit tersebut. Penulis bertindak
sebagai mandor dalam seleksi bibit. Setelah seleksi bibit langsung dikirim ke
bedengan untuk segera ditanam oleh karyawan. Data jumlah bibit yang didapatkan
pada saat seleksi harus sama dengan jumlah baby bag yang telah ditanami bibit.
Bibit ditanam di baby bag dengan lubang tanam yang dibuat menggunakan jari
sekitar 2.5 cm kemudian ditutup kembali sekitar 1.5 cm. Posisi kecambah sangat
diperhatikan dimana akar mengarah ke bawah atau ke dalam tanah dan pucuk
harus mengarah ke atas atau ke luar tanah. Proses pembibitan di PSE disajikan
pada Gambar 7.
(a) Seleksi (b) Penanaman Bibit (c) Bibit di Pre Nursery
Gambar 7. Proses Pembibitan
34
Pengambilan Leaf Sampling Unit
Penentuan dosis rekomendasi pemupukan pada Minamas Plantation
dilakukan oleh Minamas Research Center (MRC) dengan berbagai pertimbangan
antara lain analisis Leaf Sampling Unit (LSU), historis status hara daun, produksi,
umur tanaman, jenis tanah atau tingkat kesuburan tanah, pengamatan visual atau
field visit, dan nilai ekonomis. LSU merupakan pertimbangan utama dalam
penentuan dosis rekomendasi dan diambil sekali dalam satu tahun untuk
menentukan dosis rekomendasi tahun berikutnya. Minamas Plantation khususnya
Pinang Sebatang Estate memulai periode baru setiap tahunnya pada bulan Juli,
sehingga untuk pengambilan sample daun setiap tahunnya dilaksanakan 2 bulan
sebelum periode baru dimulai sekitar akhir bulan April atau awal bulan Mei.
MRC mengeluarkan buku saku prosedur pengambilan sampel daun yang
berguna untuk mengingatkan cara pengambilan sampel daun yang benar. Menurut
buku prosedur pengambilan sampel daun suatu LSU harus mencerminkan
keseragaman dari segi umur tanaman, jenis tanah, kultur teknis, topografi dan
drainase. Luasan areal LSU berkisar antara 20-30 ha. LSU disarankan agar tidak
kurang dari 10 ha karena akan menyulitkan dalam aplikasi pemupukan dan
efisiensi biaya analisa daun. Sampel daun yang digunakan oleh Minamas
Research Center adalah daun ke – 17.
Pengambilan LSU di Pinang Sebatang Estate khususnya Divisi IV dibagi
menjadi 3 tim. Setiap tim memiliki tugas mengambil LSU dan melakukan
pengamatan visual defisiensi hara pada satu blok kecil setiap harinya. Satu tim
dibagi menjadi 2 petugas dimana petugas pertama membawa gunting, plastik,
blanko LSU, alat tulis, serta label LSU. Petugas pertama bertugas mengamati
secara visual kondisi tanaman yang di sensus, mencatat data pada blanko yang
sudah tersedia, memotong daun, memisahkan daun dengan lidinya dan
menyimpan daun dalam wadah plastik yang sudah tersedia. Petugas kedua
memegang egrek, cat, dan kuas serta bertugas menentukan daun ke –17,
memotong daun ke –17, serta memberi label menggunakan cat pada pokok.
Pengambilan LSU di Minamas Plantation menggunakan sistem yang
ditentukan oleh MRC. Sistem LSU merupakan pengaturan cara menghitung
jumlah baris dan pokok serta jumlah sampel yang harus diambil. Sistem pada
35
setiap blok berbeda sesuai dengan populasi tanaman ataupun luas blok. Pada blok
D 25 Divisi IV PSE menggunakan sistem 8 x 10 sedangkan pada blok D 24
menggunakan sistem 8 x 11. Pada sistem 8 x 10, angka 8 memiliki arti sampel
yang diambil setiap baris ke 8, sedangkan angka 10 memiliki arti sampel yang
diambil setiap pokok ke 10. Pengambilan LSU di Divisi IV PSE disajikan pada
Gambar 8.
Gambar 8. Pengambilan Leaf Sampling Unit
Pemupukan Organik
Pemupukan organik di Divisi IV Pinang Sebatang Estate hanya dilakukan
aplikasi janjang kosong. Lokasi kebun Pinang Sebatang Estate jauh dari pabrik
kelapa sawit (PKS) sehingga tidak dilakukan aplikasi wet decanter solid (WDS)
maupun palm oil mill effluent (POME). Aplikasi janjang kosong di Divisi IV PSE
tidak lagi menggunakan sistem borongan tetapi sudah diberikan satu mandoran
untuk menangani aplikasi janjang kosong di Divisi IV PSE.
Janjang kosong merupakan limbah dari pabrik kelapa sawit dengan
perbandingan dengan bobot TBS sekitar 23%. Aplikasi janjang kosong
diharapkan dapat menambah masukan unsur hara yang dapat diserap tanaman
terutama unsur nitrogen dan P2O5. Satu ton janjang kosong meimiliki kandungan
hara yang setara dengan 5 kg Urea, 1 kg TSP, 16 kg MOP, dan 5 kg Kieserite.
Aplikasi janjang kosong juga dapat digunakan sebagai mulsa organik sehingga
dapat menekan pertumbuhan gulma dan memperbaiki struktur tanah karena
meningkatnya KTK (kapasitas tukar kation) tanah sehingga pupuk yang
diaplikasikan mempunyai efisiensi yang tinggi. Pelapukan janjang kosong juga
36
dapat meningkatkan penyimpanan air di tanah sehingga memacu pertumbuhan
dan perkembangan Nephrolepsis sp. Aplikasi janjang kosong di areal berbukit
seperti PSE dapat bermanfaat untuk mencegah erosi tanah dan potensial pupuk
hilang akibat aliran air hujan (run off).
Janjang kosong diangkut dari pabrik menggunakan dump truck kebun yang
mengirim buah ke PKS sehingga ketika kembali ke kebun dum truck tidak kosong
namun berisi JJK. Janjang kosong kemudian diturunkan di collection yang telah
ditentukan oleh mandor JJK dan telah diketahui oleh mandor 1. Bobot janjang
kosong yang diletakkan oleh satu dump truck sekitar 4 - 5 ton. Mandor janjang
kosong akan memeriksa janjang kosong yang baru datang dari pabrik untuk
mengecek janjang kosong yang mogol atau janjang kosong yang masih terdapat
buah keras menempel pada janjang kosong. Buah mogol terjadi akibat perebusan
yang kurang maksimal sehingga hasil evaluasi buah mogol akan diserahkan
kepada pabrik untuk memperbaiki kinerja perebusan di pabrik.
Janjang kosong yang sudah diturunkan di collection segera diaplikasi ke
pokok oleh mandoran janjang kosong. Setiap pokok mendapatkan dosis 250 kg
janjang kosong. Janjang kosong kemudian diletakkan diantara pokok dalam
barisan tanaman serta diletakkan satu lapis. Peletakkan janjang kosong satu lapis
untuk mempercepat proses pelapukan dan mencegah perkembangan hama Oryctes
rhinoceros (kumbang tanduk).
Pemupukan Anorganik
Pemupukan merupakan salah satu aspek pemeliharaan yang membutuhkan
biaya paling tinggi yaitu sekitar 60% dari total biaya pemeliharaan sehingga
ketepatan atau ketelitian aplikasi adalah sesuatu yang sangat mutlak untuk
dilakukan. Prinsip utama dalam aplikasi/penaburan pupuk di perkebunan kelapa
sawit adalah setiap pokok harus menerima tiap jenis pupuk sesuai dosis yang telah
direkomendasikan oleh MRC untuk mencapai produktivitas tanaman yang
menjadi tujuan akhir dari bisnis perkebunan.
Manajemen pemupukan merupakan suatu metode pemupukan yang
sistematis dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta
pengawasan terhadap pekerjaan yang dilakukan. Perencanaan pemupukan
37
dimulai dari pengambilan sampel daun untuk mengetahui status hara, hingga
permintaan pupuk oleh kebun kepada departemen purchasing hingga pupuk
masuk ke dalam gudang penyimpanan. Organisasi dalam pekerjaan pemupukan
ditujukan agar setiap karyawan maupun mandor mengerti dengan jelas mengenai
tugasnya masing-masing. Pelaksanaan pemupukan merupakan aplikasi dari semua
yang telah direncanakan sebelumnya. Pengawasan dilakukan saat pemupukan
berlangsung maupun setelah pemupukan berlangsung.
Perencanaan Pemupukan
Penentuan Dosis. Penentuan dosis rekomendasi pemupukan pada
Minamas Plantation dilakukan oleh Minamas Research Center (MRC) dengan
berbagai pertimbangan antara lain analisis Leaf Sampling Unit (LSU), historis
status hara daun, produksi, umur tanaman, jenis tanah atau tingkat kesuburan
tanah, pengamatan visual atau field visit, dan nilai ekonomis. LSU merupakan
pertimbangan utama dalam penentuan dosis rekomendasi dan diambil sekali
dalam satu tahun untuk menentukan dosis rekomendasi tahun berikutnya.
Minamas Plantation khususnya Pinang Sebatang Estate memulai periode baru
setiap tahunnya pada bulan Juli, sehingga untuk pengambilan sample daun setiap
tahunnya dilaksanakan 2 bulan sebelum periode baru dimulai sekitar akhir bulan
April atau awal bulan Mei.
Analisa LSU seluruh kebun Minamas dilakukan di laboratorium MRC.
Hasil analisa lab diserahkan kepada departemen Agronomis di MRC untuk
menjadi salah satu pertimbangan penentuan dosis rekomendasi. Hasil analisa hara
daun diklasifikasikan dalam 2 tingkatan Nutrition Level dimana defisiensi dan low
nutrisi menjadi satu tingkat selain itu optimum, high dan ekses menjadi satu
tingkat lainnya.
Pengadaan Pupuk. Penentuan dosis rekomendasi harus sesuai dengan
dana alokasi perusahaan. Sehingga, agenda anggaran dana untuk pupuk masuk ke
dalam rapat manager terkait alokasi dana untuk satu tahun. Dosis rekomendasi
yang dikirim dari MRC ke unit kebun menjadi dasar pihak kebun untuk
mengajukan permintaan pupuk kepada departemen purchasing untuk dikirimkan
pupuk sesuai dengan tonase yang dibutuhkan dan waktu kedatangan yang sesuai
38
jadwal sebelum bulan aplikasi rekomendasi. Gambar 9 menyajikan diagram alur
permintaan dan penerimaan pupuk di Pinang Sebatang Estate
Gambar 9. Diagram Alur Permintaan dan Penerimaan Pupuk di Pinang
Sebatang Estate.
Penyimpanan Pupuk. Pupuk yang masuk ke kebun lalu disimpan di
dalam gudang penyimpanan dengan susunan yang teratur. Gudang penyimpanan
pupuk beralaskan kayu sehingga tidak lembab. Gudang pupuk di Pinang Sebatang
Estate belum permanen sehingga sekelilingnya ditutup menggunakan terpal untuk
mencegah air hujan masuk. Penempatan pupuk juga diatur sehingga pupuk yang
pertama kali masuk gudang merupakan pupuk yang pertama kali dikeluarkan dari
gudang untuk di aplikasi (first in first out).
Pupuk dipisahkan berdasarkan jenis pupuk karena ada sifat sinergis dan
antagonis. Pupuk yang bersifat sinergis contohnya urea (N) dan MOP (K)
disimpan di dalam ruangan yang sama namun tetap diberi ruang pemisah antara
tumpukan pupuk urea dengan MOP. Pupuk yang bersifat antagonis seperti urea
(N) dengan RP (P) disimpan dalam gudang terpisah.untuk menghindari
pencampuran pupuk ketika penguntilan.
Penguntilan Pupuk. Kegiatan penguntilan pupuk bertujuan untuk
meningkatkan ketepatan dosis pemupukan. Kegiatan until pupuk adalah suatu
kegiatan menakar kembali pupuk berukuran 50 kg menjadi lebih kecil sehingga
jumlah pupuk dalam satu karung tepat untuk memupuk hingga pasar tengah.
Penguntilan pupuk dilakukan untuk kebutuhan pemupukan hari berikutnya
sehingga pupuk yang telah dipecah dan di until tidak menggumpal. Penguntilan
dilakukan oleh karyawan penabur pupuk sehingga karyawan penguntil pupuk
dapat berbeda setiap harinya. Kebutuhan tenaga kerja until pupuk disesuaikan
dengan rencana kebutuhan pupuk keesokan harinya. Basis untuk penguntil pupuk
adalah 1 500 kg. Jika penguntil melebihi basis maka setiap penguntil akan
mendapatkan premi sebesar Rp 40/kg.
39
Pengambilan Pupuk. Kegiatan pengambilan pupuk di PSE harus
mendapat persetujuan dari Kepala Gudang. Kepala Gudang bertugas memastikan
jumlah pupuk yang dimuat dari gudang ke lapangan. Pupuk yang dimuat
merupakan pupuk yang sudah diuntil. Proses pengambilan pupuk dari gudang ke
lahan harus didampingi oleh keamanan kebun. Proses pengambilan pupuk
tergolong terlambat karena karyawan baru mulai muat pupuk ke dump truck pada
pukul 07.00. Proses muat pupuk membutuhkan waktu sekitar 40 menit sehingga
pupuk baru sampai di lapangan pada pukul 08.00.
Tenaga muat pupuk untuk satu dump truck sebanyak 2 orang. Satu dump
truck mampu memuat rata-rata 6 ton pupuk setiap harinya. Pengeceran pupuk di
setiap pasar pikul juga menjadi tugas dari tenaga muat pupuk. Kegiatan
pengeceran didampingi oleh salah satu mandor pupuk. Jumlah untilan pupuk per
pasar pada pupuk MOP adalah 3 hingga 4 until pupuk dengan berat untilan pupuk
14 kg. Proses penyimpanan dan penguntilan pupuk disajikan pada Gambar 10.
(a) (b) (c)
Gambar 10. (a) Penyimpanan Pupuk, (b) Peguntilan Pupuk (c) Pemuatan
Pupuk
Pengorganisasian Pemupukan
Pemupukan di PT Aneka Intipersada khususnya kebun Pinang Sebatang
Estate menggunakan sistem Rayon dimana seluruh kegiatan pemupukan Pinang
Sebatang Estate ditangani oleh satu divisi yaitu Divisi IV. Pelaksanaan system
rayon membuat rencana pemupukan lebih terarah dan sistem pengawasan yang
lebih mudah. Penggunaan sistem rayon merupakan salah satu aplikasi dari blok
manuring system (BMS). Rumah BMS juga akan dibangun yang berfungsi
sebagai tempat menjaga keselamatan dan keamanan karyawan yang berhubungan
langsung dengan bahan kimia. Karyawan pupuk diwajibkan berganti pakaian
kerja di rumah BMS sebelum berangkat ke lapangan. Setiap karyawan memiliki
40
loker untuk menyimpan pakaian yang telah dikenakan dari rumah. Karyawan
diwajibkan mandi di rumah BMS setelah pulang kerja dan berganti pakaian
dengan pakaian yang disimpan di dalam loker. Pakaian kotor segera dicuci
menggunakan mesin cuci oleh karyawan yang bekerja di rumah BMS. Sistem
rumah BMS sudah diterapkan oleh karyawan semprot dimana rumah BSS sudah
selesai dibangun dan sudah dapat digunakan.
Pelaksanaan Pemupukan
Pelangsir dan Penabur pupuk. Areal topografi PSE berbukit sehingga
sistem yang sesuai adalah pelangsir dan penabur. Pelangsir pupuk bertugas
melangsir satu untilan pupuk ke pokok ke 8 sehingga penabur hanya tinggal
melanjutkan hingga pasar tengah. Perbandingan jumlah pelangsir dengan penabur
adalah 2 : 1. Penabur pupuk bertugas untuk menabur pupuk di setiap pokok sesuai
dosis dan merata. Pupuk harus ditabur merata di pinggir rumpukan pelepah mati
hal ini bertujuan untuk meminimalisir kehilangan pupuk akibat aliran run off.
Proses penaburan dan alat penaburan pupuk disajikan pada Gambar 11.
(a) (b)
Gambar 11. (a) Alat Penabur dan Penakar Pupuk, (b) Penaburan Pupuk
Pengawasan Pemupukan
Sistem pemupukan berdasarkan blok merupakan suatu sistem yang efektif
dan efisien bagi penaburan pupuk maupun pengawasan aplikasi pupuk.
Pengawasan aplikasi pupuk semakin baik karena setiap mandor pupuk maupun
asisten divisi mendapatkan satu buku yang untuk mengevaluasi kinerja penabur
pupuk pada hari tersebut. Kriteria penilaian di dalam buku tersebut adalah pupuk
tidak merata, pokok tidak terpupuk, untilan tertinggal, tercecer di pasar rintis, goni
yang tertinggal di dalam blok. Setiap kriteria memiliki nilai tersendiri. Krani divisi
41
segera merekap hasil evaluasi buku BMS dari mandor pupuk dalam bentuk nilai
untuk setiap penabur sehingga setiap penabur dapat terlihat kinerjanya.
Evaluasi penaburan pupuk tidak hanya dilakukan di tingkat mandor namun
Mantri Tanaman, Asisten Divisi, Manajer Kebun, hingga Plantation Sustainable
Quality Management (PSQM) juga mengevaluasi penaburan pupuk secara
berkala. Hasil evaluasi Asisten Divisi dan Manajer menjadi bahan evaluasi
internal sedangkan hasil evaluasi PSQM dilaporkan hingga ke tingkat manajemen
pusat di Malaysia.
Kebun PSE sudah memiliki sertifikasi Roundtable and Sustainable Palm
Oil (RSPO) yaitu sertifikasi yang menyatakan bahwa kebun PSE mengelola kebun
kelapa sawit secara berkelanjutan yang berdasarkan kelayakan ekonomi, sosial
dan lingkungan. Faktor-faktor keamanan dan keselamatan kerja sangat
diperhatikan. Karyawan yang kontak langsung dengan bahan kimia wajib
menggunakan alat pelindung diri seperti apron, sarung tangan karet, masker,
sepatu, baju lengan panjang dan celana panjang. Faktor keramahan lingkungan
diwujudkan kebun PSE dengan membuat buffer zone atau zona bebas bahan
kimia. Buffer zone meliputi area rawa, sungai dan parit sehingga bahan kimia
tidak mencemari lingkungan luas akibat terbawa aliran air. Batas area buffer zone
adalah 50 meter ke kanan dan kiri dari rawa, sungai dan parit. Area buffer zone di
PSE disajikan pada Gambar 12.
Gambar 12. Area Buffer Zone
42
Aspek Manajerial
Manajemen Kebun Tingkat Non Staf
Manajemen kebun tingkat non staf meliputi seluruh kegiatan teknis di
lapangan hingga administrasi baik di kantor divisi maupun kantor kebun.
Manajemen kegiatan teknis di lapangan dilakukan oleh mandor sedangkan
kegiatan administrasi dilakukan oleh krani. Penulis selama magang melakukan
kegiatan sebagai pendamping mandor maupun krani.
Pendamping Mandor I. Kegiatan yang dilakukan oleh mandor I adalah
mengatur, mengawasi, membagi tugas dan memberi petunjuk teknis kepada para
mandor dalam melaksanakan pekerjaan, serta mengawasi seluruh pekerjaan sesuai
dengan RKH (Rencana Kerja Harian). Pada saat penulis menjadi pendamping
mandor I penulis mengikuti seluruh kegiatan mandor satu dimulai dari antrian
pagi yang dilanjutkan dengan mengawasi seluruh kegiatan di Divisi IV PSE mulai
dari panen hingga pupuk dan semprot. Pada siang hari mandor I bekeliling
mengecek TBS yang sudah terkumpul di tempat pengumpulan hasil (TPH) untuk
mengecek kematangan TBS sebelum dikirim ke pabrik. Mandor I juga mengecek
hancak panen satu orang pemanen setiap harinya dan penentuan hancak pemanen
yang dicek harus adil dan acak agar setiap pemanen mendapatkan kesempatan
yang sama dan tidak mengetahui hancak siapa yang dicek pada hari tersebut.
Pendamping Mandor Panen. Panen merupakan kegiatan utama di setiap
divisi. Peran aktif mandor panen sangat diperlukan untuk mendapatkan produksi
maksimal. Penulis selama magang menjadi pendamping mandor panen
mempelajari tentang rotasi panen, angka kerapatan panen, blok yang akan
dipanen, membagi hancak sekaligus mengabsen karyawan, melakukan cek
hancak, menghitung tenaga pemanen, mengisi buku kerja mandor (BKM), dan
mendenda karyawan apabila melakukan kesalahan. Penulis dan mandor panen
melakukan pengecekan hancak 3 orang pemanen setiap harinya.
Pendamping Mandor Perawatan. Penulis selama menjadi pendamping
mandor perawatan melakukan pengawasan karyawan yang menanam beneficial
plant. Mandor perawatan Divisi IV PSE menangani mulai dari pengelolaan hama
hingga pengambilan LSU. Mandor perawatan pada malam hari melakukan
43
pengawasan terhadap karyawan yang melakukan fogging dan pada dini hari
mandor perawatan melakukan kegiatan tangkap kupu-kupu. Pada pagi hari
mandor perawatan mengisi buku kegiatan mandor (BKM) atau buku kegiatan
mandor untuk mencatat hasil dari kegiatan di malam hari.
Pendamping Mandor Semprot. Mandor semprot PSE bertanggung jawab
atas kondisi gulma baik di TPH, piringan, pasar rintis, gawangan mati dan kaki
lima di seluruh areal kebun PSE. Mandor semprot memiliki pengetahuan terkait
dosis dan konsentrasi herbisida, menghitung luasan aplikasi per hari kemudian
melaporkannya di buku kegiatan mandor. Penentuan dosis dilakukan oleh asisten
setelah menganalisis kondisi gulma di blok yang akan dilakukan pengendalian
gulma.
Pendamping Mandor Pupuk. Mandor pupuk di kebun PSE bertanggung
jawab penuh terhadap pemupukan di seluruh areal PSE. Mandor pupuk
melakukan pengawasan mulai dari muat pupuk, pengeceran pupuk, pembagian
hancak pemupuk, hingga efektifitas pemupukan yang terwakilkan dalam konsep 4
T yaitu tepat dosis, tepat cara, tepat jenis dan tepat waktu. Penulis bersama
mandor pupuk juga mengecek hancak penabur pupuk dan mencatat di buku
pengawasan pemupukan sehingga kinerja penabur pupuk dapat terukur.
Pendamping Krani Divisi. Krani divisi bertanggung jawab atas seluruh
administrasi di divisi dan melaporkannya ke kantor besar. Penulis setiap pagi
membantu krani divisi dalam merekap absensi karyawan pada hari tersebut.
Penulis juga menggantikan kegiatan krani divisi dalam mengisi rekapitulasi
pusingan potong buah dan produksi pada panen hari kemarin. Krani divisi
melaporkan seluruh absensi karyawan secara on line di kantor besar menggunakan
aplikasi System, Aplication and Product (SAP). Penulis diberikan pengetahuan
untuk menginput data menggunakan aplikasi tersebut dan menggantikan kegiatan
input data harian ketika krani divisi sakit.
Manajemen Kebun Tingkat Staf
Staf di kebun PSE dipimpin oleh Senior Manager yang dibantu oleh
seorang senior asisten serta 3 orang asisten divisi dan kepala administrasi. Senior
Manager PSE merupakan ketua dari tim Strategy of Unit 16 (SOU 16) PT Aneka
44
Intipersada. Rapat SOU 16 diadakan setiap satu bulan sekali dimana pada rapat
tersebut dibahas kinerja dari masing-masing kebun dan divisi. Pengecekan
langsung ke lapangan juga dilakukan oleh seluruh staf PT Aneka Intipersada
untuk menilai kondisi lapangan dan meningkatkan kinerja di bulan berikutnya.
Rapat SOU 16 juga membahas terkait kinerja pabrik kelapa sawit. Penulis selalu
dilibatkan dalam setiap rapat SOU 16.
Asisten divisi memiliki tugas mengelola seluruh kegiatan operasional
divisi sesuai dengan program, biaya yang telah disetujui dan kultur teknis dalam
ARM. Asisten juga bertanggung jawab atas pelatihan terhadap karyawan baru,
membina kesejahteraan karyawan dan memelihara administrasi divisi. Asisten
divisi IV PSE setiap pagi setelah antrian pagi selesai selalu melakukan pertemuan
khusus di ruangannya dengan seluruh mandor panen dan mandor pupuk untuk
mengevaluasi dan memberikan pengarahan pekerjaan pada hari tersebut.
Pada saat penulis melakukan magang penulis berkesempatan untuk
menjadi panitia dalam kegiatan pelatihan auditor Indonesia Sustainable Palm Oil
(ISPO). Aspek yang akan dilakukan audit dalam pelatihan adalah aspek legal,
lingkungan, aspek teknis, tanggung jawab terhadap pekerja, social dan komunitas,
Setiap asisten divisi mendapatkan tanggung jawab untuk menangani satu aspek.
Asisten Divisi IV PSE mendapat tugas untuk bergabung di tim legal. Penulis
membantu asisten Divisi IV PSE dan tim legal untuk mencari dan merapikan
seluruh arsip yang diminta oleh pihak auditor.