peerteaching kemuning makalah

14
Cindy HMP Simangunsong 220112140012 Rektum dan Anus (Suryadi 2006) Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Biasanya rektum ini kosong karena feses disimpan ditempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh feses masuk ke dalam rectum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari usus. Suatu cincin berotot (sfingter ani) menjaga anus tetap tertutup. penyebab yang sebenarnya dari malformasi anorektal sejauh ini belum diketahui, namun ada sumber mengatakan kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan, fusi dan pembentukan anus dari tonjolan embriogenik Patofisiologi Malformasi Anorektal Anus dan rektum berasal dari embriologi yang di sebut kloaka.Pertumbuhan ke dalam sebelah lateral bangunan ini membentuk septum urorektum yang memisahkan rektum di sebelah dorsal dari saluran kencing di sebelah vintal.Kedua sistem ( rectum dan saluran kencing ) menjadi terpisah sempurna pada umur kandungan minggu ke 7,pada saat yang sama, bagian urogenital yang berasal dari kloaka sudah mempunyai lubang eksternal,sedangkan bagian anus tertutup oleh membran yang baru terbuka pada kehamilan minggu ke 8. Malformasi anorektal terjadi akibat kegagalan penurunan septum anorektal pada kehidupan embrional. Kelainan dalam perkembangan proses-proses ini pada berbagai stase menimbulkan suatu spektrum anomaly,kebanyakan mengenai saluran usus bawah dan bangunan genitourinaria dan bagian rektum kloaka menumbulkan fistula. Malformasi anorektal terjadi akibat kegagalan penurunan septum anorektal pada kehidupan embrional. Menifestasi klinis di akibatkan adanya obtruksi dan adanya fistula. Obtruksi ini mengakibatkan distensi abdomen, sekuestrasi cairan, muntah dengan segala akibatnya. Apabila urin mengalir melalui fistel menuju rektum, maka urin akan diabsorsi sehingga terjadi asidosis hipperchloremia, sebaliknya feses mengalir ke arah truktus urinarius menyebabkan infeksi berulang. Keadaan ini biasanya akan terbentuk fistula antara rektum dengan organ sekitarnya. Pada wanita 90 % dengan fistula ke vagina(revtovagina) atau perineum (rektovestibular).(Brehman, 2000) Inspeksi perineum harus dilakukan untuk mengetahui tipe malformasi anorektal. Hal yang harus di-ingat adalah, tidak boleh memutuskan operasi colostomy atau operasi definitive sebelum bayi berusia 24 jam. Adanya meconium menandakan suatu fistula. Pada bayi laki – laki, bila fistula terdapat diperineummenandakan suatu fistula rectoperineum, sedangkan bila urine bercampur meconium berarti fistula rec-tovesica atau rectourethra yang dapat dibedakan dengan memasukkan cateter.Pada bayi perempuan, fistula di genitalia menandakan suatu fistula rectovagina atau fistula rectoves-tibular. Sedangkan jika fistula didapatkan di perineum, maka disebut fistula rectoperineum.Setelah 24 jam, bila tidak terdapat fistula, maka dilakukan foto knee chest untuk mengetahui jarak kolomudara paling distal ke kulit, jarak . 1 cm menandakan suatu malformasi anorektal letak tinggi, sedangkan, 1 cm adalah sebaliknya.

description

A

Transcript of peerteaching kemuning makalah

Cindy HMP Simangunsong220112140012

  Rektum dan Anus (Suryadi 2006)              Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Biasanya rektum ini kosong karena feses disimpan ditempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh feses masuk ke dalam rectum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari usus. Suatu cincin berotot (sfingter ani) menjaga anus tetap tertutup.penyebab yang sebenarnya dari malformasi anorektal sejauh ini belum diketahui, namun ada sumber mengatakan kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan, fusi dan pembentukan anus dari tonjolan embriogenik

  Patofisiologi Malformasi Anorektal                 Anus dan rektum berasal dari embriologi yang di sebut kloaka.Pertumbuhan ke dalam sebelah lateral bangunan ini membentuk septum urorektum yang memisahkan rektum di sebelah dorsal dari saluran kencing di sebelah vintal.Kedua sistem ( rectum dan saluran kencing ) menjadi terpisah sempurna pada umur kandungan minggu ke 7,pada saat yang sama, bagian urogenital yang berasal  dari kloaka sudah mempunyai  lubang eksternal,sedangkan bagian anus tertutup oleh membran yang baru terbuka pada kehamilan minggu ke 8. Malformasi anorektal terjadi akibat kegagalan penurunan septum anorektal pada kehidupan embrional. Kelainan dalam perkembangan proses-proses ini pada berbagai  stase menimbulkan suatu spektrum anomaly,kebanyakan mengenai saluran usus bawah  dan bangunan genitourinaria dan bagian rektum kloaka menumbulkan fistula.                 Malformasi anorektal terjadi akibat kegagalan penurunan septum anorektal pada kehidupan embrional. Menifestasi klinis di akibatkan adanya obtruksi dan adanya fistula. Obtruksi ini mengakibatkan distensi abdomen, sekuestrasi cairan, muntah dengan segala akibatnya. Apabila urin mengalir melalui fistel menuju rektum, maka urin akan diabsorsi sehingga terjadi asidosis hipperchloremia, sebaliknya feses mengalir ke arah truktus urinarius menyebabkan infeksi berulang. Keadaan ini biasanya akan terbentuk fistula antara rektum dengan organ sekitarnya. Pada wanita 90 % dengan fistula ke vagina(revtovagina) atau perineum (rektovestibular).(Brehman, 2000)Inspeksi perineum harus dilakukan untuk mengetahui tipe malformasi anorektal. Hal yang harus di-ingat adalah, tidak boleh memutuskan operasi colostomy atau operasi definitive sebelum bayi berusia 24 jam. Adanya meconium menandakan suatu fistula. Pada bayi laki – laki, bila fistula terdapat diperineummenandakan suatu fistula rectoperineum, sedangkan bila urine bercampur meconium berarti fistula rec-tovesica atau rectourethra yang dapat dibedakan dengan memasukkan cateter.Pada bayi perempuan, fistula di genitalia menandakan suatu fistula rectovagina atau fistula rectoves-tibular. Sedangkan jika fistula didapatkan di perineum, maka disebut fistula rectoperineum.Setelah 24 jam, bila tidak terdapat fistula, maka dilakukan foto knee chest untuk mengetahui jarak kolomudara paling distal ke kulit, jarak . 1 cm menandakan suatu malformasi anorektal letak tinggi, sedangkan, 1 cm adalah sebaliknya.

Kolostomi dilakukan pada malformasi anorektal tanpa fistula letak tinggi, fistula rectourethra, danfistula rectovesica. Sedangkan pada fistula rectovestibuar, kolostomi atau operasi definitive masih kon-troversi, tergantung pengalaman dari ahli Bedah Anak.Setelah kolostomi, Postero Sagitttal Anorecto Plasty (PSARP) dilakukan 4-8 minggu kemudian. Pad kelainan malformasi anorektal tanpa fistula letak rendah, fistula rektoprineum langsung dilakukan anop-lasty.Cloacal malformasi ( persistent cloaca ) adalah bersatunya rektum, vagina, dan urethra dalam satulubang. Panjangnya lubang ini bervariasi antara 1 dan 10 cm. Malformasi short-channel biasanya panjangnya kurang dari 3 cm, dan yang lebih panjang dari 3 cm dikatakan malformasi long-channel.Pada long-channel, fungsi urinarius mungkin terganggu. Pada short-channel, perineum biasanyaterbentuk dengan baik, demikian pula dengan otot, sakrum dan persarafannya. Biasanya, vagina pada  persistent cloaca dinstensi dan penuh dengan sekresi ( hydrocolpos). Pada beberapa kasus, insidensi hydrocolpos mencapai 40%. Hydrocolpos dapat menekan trigonum bladder dan mengganggu

Cindy HMP Simangunsong220112140012

drainaseureter. Vagina dan uterus mengalami septasi atau bahkan terpisah menjadi dua hemivagina atau duahemiuterus.Tujuan koreksi dari kelainan ini meliputi: kontrol urinaria, kontrol bowel, dan fungsi sexual.Pendekatan terbaru dalam koreksi malformasi cloacal dikenal dengan posterior sagitalanorectovaginourethroplasty (PSARVUP).

Malformasi cloaca atau persistent cloaca dapat didiagnosis secara klinis. Pada pemeriksaan inspeksi perineum hanya didapatkan satu orificium. Genitalia eksterna sering terlihat kecil. Pada pemeriksaan ab-domen dapat ditemukan adanya massa yang merupakan vagina yang mengalami distensi (hydrocolpos)dan hal ini dapat ditemukan pada 50% pasien dengan persisten cloaca.Kesalahan diagnosis yang sering terjadi pada saat inspeksi perineum adalah pasien persisten cloaca ser-ing disalah diagnosis dengan malformasi anorektal dengan rectovaginal fistula. Kesalahan ini dapat menyebabkan penanganan yang salah dimana ahli bedah hanya memperbaiki rectum dan meninggalkan si-nus urogenital.Tujuan dari management awal adalah untuk mendeteksi ada tidaknya kelainan penyerta lainnya,mencapai diversi saluran gastrointestinal yang memuaskan, menangani distensi vagina, dan diversi salu-ran urinaria. Diversi feses dapat dicapai dengan melakukan colostomy devided pada colon descenden.Hal ini harus dilakukan terlebih dahulu dan jika diperlukan dapat juga dilakukan urinary dan vagina di-versi. Repair definitive posterior sagital anorectovaginourethroplasty (PSARVUP) dilakukan kemudian(umumnya setelah 3 sampai 6 bulan) diikuti dengan penutupan colostomy.Menegakkan diagnosisa.Riwayat: bayi datang dengan keluhan tidak ada lubang anus dengan atau tanpa fistula, perutkembung, dan muntah. b.Pemeriksaan Fisik: tidak ada lubang anus dengan atau tanpa fistula dan distensi abdomen.c.Pemeriksaan penunjang: foto BNO, cross-table lateral foto (knee chest atau prone position): padamalformasi anorektal tanpa fistula, dan distal colografi untuk melihat fistula.2.Pengelolaan Penderitaa.Persiapan operasi1. Informed consent.2. Puasa dilakukan 4-6 jam sebelum pembedahaan.3. Pasang infuse dan beri cairan standar (N4) dengan tetesan sesuai kebutuhan.4. Antibiotik prabedah diberikan secara rutin. b. Teknik OperasiAnoplastyDilakukan narkose umum dengan intubasi endotrakeal dan pasien diletakkan pada posisi prone.Dilakukan tindakan a dan antiseptik pada daerah perineum dan sekitarnya, dipersempit denganlinen steril. Dilakukan sayatan terbatas postero sagital di atas anal dimple. Dilakukan diseksianus dan rektum. Dinding dan mukosa anus dijahit ke kulit sesuai dengan lokasi batas anus yangtelah ditentukan. Kontrol perdarahan dengan elektrokauter.ColostomyDilakukan narkose umum dengan intubasi endotrakeal, penderita dalam posisi terlentang.Desinfeksi lapangan pembedahan dengan larutan antiseptik, kemudian dipersempit dengan linensteril. Dibuat insisi oblique di abdomen kiri bawah dengan ukuran 6 cm atau secukupnya untuk membuat 2 stoma terpisah. Dibuka lapis demi lapis sehingga peritoneum kemudian dilakukanidentifikasi kolon descenden atau sigmoid. Kemudian kolon dikeluarkan ke dinding abdomen dandilakukan penjahitan dengan benang PGA 5.0 atraumatik, interrupted . Kemudian dilakukan penjahitan aponeurosis ke colon. Dilakukan pemisahakan colon proksimal dan distal dengan menggunakan baby allen klem kemudian pisahkan. Tinggi kolon yang dikeluarkan untuk stomaminimal 2

Cindy HMP Simangunsong220112140012

cm. Kulit diantara kedua stoma dijahit secara subkutikuler dengan nylon 5-0.Dilakukan maturasi dengan benang PGA 5-0 secara interrupted seingga ketinggian stoma 1 cm

AnorectoplastyDilakukan narkose umum dengan intubasi endotrakeal. Penderita diposisikan dengan pronedengan pelvis yang terangkat. Insisi dilakukan dari os coccygeus melewati center m.sphincter externa sampai 1-2 cm di anterior.Insisi dilakukan sampai membelah muscle complexSetelahm.levator terlihat, lakukan pemisahan antara m.levator, muscle complex dan coccyx. Setelahrectum teridentifikasi,buka rectum dan lakukan traksi pada ujung rectum dengan benangsilk.Lakukan pemisahan antara rectum dengan uretra (laki-laki) atau rectum denganvagina(perempuan). Lakukan pembebasan rectum dari jaringan sekitarnya dan lakukan“pemanjangan” rectum. Tapering dari rectum. Rekonstruksi perineal body dengan PGA 5-0, in-terrupted. Lakukan penjahitan m. levator. Lewatkan rektum di depan m. levator. setelah rectumdilewatkan di depan m.levator, lakukan penjahitan muscle complex . Lakukan anoplasty .lakukan penutupan kulit dengan nylon 5-0 secara subkutikuler. Operasi selesai. Lakukan kalibrasi denganmenggunakanbougie.

Posterior sagital anorectovaginourethroplasty (PSARVUP):Dilakukan narkose umum dengan intubasi endotrakeal. Penderita diposisikan dengan pronedengan pelvis yang terangkat. Dilakukan pemasangan folley cateter urine. Insisi dilakukan darios coccygeus melewati center m.sphincter externa sampai pada orifisium di anterior.Insisidilakukan sampai membelah muscle complex. Setelah m.levator terlihat, lakukan pemisahanantara m.levator, muscle complex dan coccyx. Setelah rectum teridentifikasi lakukan traksi padaujung rectum dengan benang silk kemudian dilakukan pemisahan rectum dari vagina. Lakukan pembebasan rectum dari jaringan sekitarnya dan lakukan “pemanjangan” rectum. Selanjutnya di-lakukan pemisahan vagina dari urethra. Kemudian dilakukan rekonstruksi urethra dan vagina. Se-lanjutnya dilakukan rekonstruksi perineal body dengan PGA 5-0, interrupted. Lakukan penjahitanm. levator. Lewatkan rektum di depan m. levator. setelah rectum dilewatkan di depan m.levator,lakukan penjahitan muscle complex . Lakukan anoplasty dan penutupan kulit dengan nylon 5-0secara subkutikuler. Operasi selesai. Lakukan kalibrasi dengan menggunakanbougie.3. Pasca bedahKomplikasi : infeksi luka, striktur ani, striktur anorektal, fistula uretrovagina (pada kasus kloaka), pa-ralisis n. femoralis reversible, fistula berulang rektouretra, fibrosis dan retraksi vagina (pada kasuskloaka)

DefinisiMalformasi anorektal (anus imperforata) adalah malformasi kongenital di mana rectum tidak mempunyai lubang keluar. Anus tidak ada, abnormal atau ektopik. Kelainan anorektal umum pada laki-laki dan perempuan memperlihatkan hubungan kelainan anorektal rendah dan tinggi diantara usus, muskulus levator ani, kulit, uretra dan vagina.

2.      Klasifikasi:a.       Klasifikasi pada anorektal menurut insidennya, antara lain:1.      pada laki-lakia)      Fistula pirenium (kutaneus)Adalah cacat paling sederhana pada kedua jenis kelamin. Penderita mempunyai lubang kecil terletak di perineum, sebelah anterior dari titik pusat, sfingter eksterna didekat skrotum pada pria / vulva pada perempuan.b)      Fistula rektrovesikaPada penderita dengan fistula rektrovesika, rektum berhubungan dengan saluran kencing pada setinggi leher vesika urinaria.

Cindy HMP Simangunsong220112140012

c)      Fistula rektrouretraPada kasus fistula rektrouretra, rektum berhubungan dengan bagian bawah uretra (uretra bulbar) atau bagian atas uretra (uretra prostat).d)     Anus imperforate tanpa vistulaMempunyai karakteristik sama pada kedua jenis kelaminRectum tertutup sama sekali dan biasanya ditemukan kira-kira 2 cm di atas kulit perineume)      Atresium rektumAdalah yang jarang terjadi, hanya 1% dari anomaly anorektumCacat ini mempunyai kesamaan karakteristik pada kedua jenis kelamin. Tanda yang unik pada cacat ini adalah bahwa penderita mempunyai kanal anul & anus yang normal.Ada obstruksi sekitar 2 cm di atas batas kulit

2.      pada permpuana)      Kloaka persistenPada kasus kloaka persisten ini , rectum, vagina dan saluran kencing bertemu dalam satu saluran bersama. Perineum mempunyai satu lubang yang terletak sedikit di belakang klitoris.b)      Fistula vestibularAdalah cacat yang sering ditemukan pada perempuan. Rectum bermuara ke dalam vestibula kelamin perempuan sedikit diluar salaput dara.b.      Klasifikasi malformasi anorektal berdasarkan atas hubungan rektum dengan otot puborektal :1)      Kelainan letak rendah (low anomalies)Pada letak ini rektum menyambung pada otot puborektal,spinter interna dan eksterna fungsi berkembang normal, tidak ada hubungan dengan traktus genitourinaria.2)      Kelainan letak sedang (intermedieat anomalies)Rektum terletak dibawah otot puborektal, terdapat cekungan anus, dan posisi spinter eksterna normal.3)      Kelainan letak tinggi (high anomalies)Akhir rektum terletak diatas otot puborektal, tidak terdapat spinter interna dan terdapat hubungan dengan genitourinaria pada laki-laki fistula rektouretra, pada perempuan rektovaginal.Malformasi anorektal terdiri dari berbagai macam bentuk. Beberapa bentuk tersebut diantaranya adalah:1)      Congenital anal stenosis2)      Anal membrane atresia.3)      Anal agenesis4)      Rectal atresia5)      Rectoperitoneal fistula6)      Rectovaginal fistula

3.      Manifestasi KlinisMalformasi anorektal mempunyai manifestasi klinis sebagai berikut:1)      Perut kembung, sedang muntah timbul kemudian.2)      Cairan muntah mula-mula hijau kemudian bercampur tinja.3)      Kejang usus.4)      bising usus meningkat.5)      Distensi abdomen.6)      Keluar mekonium baik dari vagina atau bersama urine (tergantung letak fistel).7)      Mekonium keluar pada anus seperti pasta gigi.

4.      EtiologiPenyebabnya tidak diketahui. Tidak ada faktor resiko jelas yang mempengaruhi seorang anak dengan anus imperforata. Tetapi, hubungan genetik terkadang ada. Paling banyak kasus anus imperforata jarang tanpa adanya riwayat keluarga, tetapi beberapa keluarga memiliki anak dengan malformasi.

Cindy HMP Simangunsong220112140012

5.      PatofisiologiEmbriogenesis malformasi ini tidak jelas. Rectum dan anus berkembang dari bagian dorsal usus atau ruang cloaca ketika mesenchym bertumbuh ke dalam membentuk septum anorectum pada midline. Septum ini memisahkan rectum dan canalis anus secara dorsal dari vesica urinaria dan uretra. Ductus cloaca adalah penghubung kecil antara 2 usus. Pertumbuhan ke bawah septum urorectalis menutup ductus ini selama 7 minggu kehamilan.Selama itu, bagian ventral urogenital berhubungan dengan dunia luar; membran analis dorsalis terbuka kemudian. Anus berkembang dengan penyatuan tuberculum analis dan invaginasi external, diketahui sebagai proctodeum, yang mengarah ke rectum tetapi terpisah oleh membran anal. Membran pemisah ini akan terpisahkan pada usia 8 minggu kehamilan.Gangguan perkembangan struktur anorectum pada tingkat bermacam-macam menjadi berbagai kelainan, berawal dari stenosis anus, anus imperforate, atau agenesis anus dan gagalnya invaginasi proctodeum. Hubungan antara tractus urogenital dan bagian rectum menyebabkan fistula rectourethralis atau rectovestibularis.

6.      Komplikasi.1)        Asidosis hiperkloremia2)        Infeksi saluran kemih yang berkepanjangan3)        Kerusakan uretra ( akibat prosedur bedah )4)        Komplikasi jangka panjang :a)      Eversi mukosa analb)      Stenosis (akibat kontraksi jaringan parut dari anastomosis)c)      Impaksi dan konstipasi (akibat dilatasinya sigmoid)d)     Masalah atau keterlambatan yg berhubungan dg toilet traininge)      Inkontinensia (akibat stenosis anal atau impaksi)f)       Prolaps mukosa anorektal (menyebabkan inkontinensia dan rembesan persisten)g)      Fistula kambuhan (karena tegangan diarea pembedahan dan infeksi )

7.      Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang1)      Pemeriksaan rectal digital dan visual adalah pemeriksaan diagnostic yang umum dilakukan pada gangguan ini2)      Jika ada fistula, urin dapat diperiksa untuk memeriksa adanya sel-sel epitel mekonium3)      Pemeriksaan sinar-X lateral inverse (teknik Wangensteen-Rice) dapat menunjukkan adanya kumpulan udara dalam ujung rectum yang buntu pada atau di dekat perineum; dapat menyesatkan jika rectum penuh dengan mekonium yang mencegah udara sampai keujung kantong rectal4)      Ultrasound dapat digunakan untuk menentukan letak kantong rectal5)      Aspirasi jarum untuk mendeteksi kantong rectal dengan cara menusukkan jarum tersebut sambil melakukan aspirasi; jika mekonium tidak keluar pada saat jarum sudah masuk 1,5 cm, defek tersebut dianggap sebagai defek tingkat tinggi

8.      PenatalaksanaanPenatalaksanaan yang dilakukan pada pasien dengan penyakit maformasi anorektal ada dua macam yaitu dengan tindakan sementara dan tindakan definitive, sebagai berikut:1)      Tindakan Sementaraa)      Tindakan spontan tergantung tinggi rendahnya atresia. Anak segera dipuasakan untuk pembedahan. Bila diduga ada malformasi rektum, bayi harus segera dikirim ke ahli bedah yaitu dilakukan kolostomi transversum akut. Ada 2 tempat yang kolostomi yang dianjurkan dipakai pada neonatus dan bayi yaitu transversokolostomi dan sigmoidkolostomi. Khusus untuk defek tipe kloaka pada perempuan selain kolostomi juga dilakukan vaginostomi dan diversi urine jika perlu (setelah anak lebih besar 1 – 1,5 tahun).

Cindy HMP Simangunsong220112140012

b)      Pada malformasi anus laki-laki tipe covered anal dilakukan insisi/ diiris hanya pada garis hitam di kulitnya, kemudian diperlebar perlahan-lahan dan apabila ada lubang dilanjutkan dengan kelingkin yang dilapisi vaselin didorong masuk sampai teraba/ menonjol ujung rektum kemudian ujung rektum di insisi tanpa dijahit. Pada defek letak rendah langsung dilakukan terapi definitif yaitu anorektoplasti posterior sagital (PSARP), sisanya dilakukan kolostomi sementara.2)      Tindakan Definitifa)      Pembedahan definitif ini dimaksudkan untuk menghilangkan obstruksi dan mempertahankan kontak kontinensi. Untuk malformasi rectum setelah bayi berumur 6 bulan dilakukan ano-rekto-vagina-uretroplasti posterior sagital (PSAVURP).b)      Pada malformasi anus tindakan koreksi lebih lanjut tergantung pada defek ;1)      Pada malformasi anus yang tidak ada fistel tetapi tampak ada anal dimple dilakukan insisi dianal dimple melalui tengah sfingter ani eksternus.2)      Jika fistel ano uretralis terapi anal dimple tidak boleh langsung ditembus tapi lebih dulu fistel ano uretralis tersbeut diikat. Bila tidak bisa kasus dianggap dan diperlakukan sebagai kasus malformasi rektum.3)      Pada agenesis anorektal pada kelainana tinggi setelah bayi berat badan mencapai 10 kg tersebut harus diperbaiki dengan operasi sakroperineal atau abdomino perineal dimana kolon distal ditarik ke aneterior ke muskulus puborektalis dan dijahitkan ke perinuem. Pada anomali ini, sfingter ani eksternus tidak memadai dan tidak ada sfingter internus, sehingga kontinensi fekal tergantung pada fungsi muskulus pubo rektalis. Sebagai hasil dari anak dengan kelainan tinggi tanpa muskulatur atau muskolatur yang buruk, kontinensia mungkin didapat secara lambat tetapi dengan pelatihan intensif dengan menggunakan otot yang ada, pengencangan otot kemudian dengan levator plasti, nasihat tentang diet dan memelihara "neorektum" tetap kosong, kemajuan dapat dicapai. 9.      Data fokus pengkajiana.       Pengkajian Pre Operatif1)      Pemeriksaan fisik :§  Daerah perineumInspeksi dengan cermat daerah perineum secara dini  untuk mencari hubungan fistula ke kulit untuk menemukan muara anus ektopik atau stenatik untuk memperbaiki bentuk luar jangka panjang untuk melihat adanya mekonium untuk melihat adanya garis hitam yang menentukan letak fistel dan terapi segeranya.§  AbdomenMemeriksa tanda-tanda obstruksi usus (perut kembung) Amati adanya distensi abdomen Ukur lingkar abdomen Dengarkan bising usus ( 4 koadran) Perkusi abdomen Palpasi abdomen (mungkin kejang usus) Kaji hidrasi dan status nutrisi Timbang berat badan tiap hari Amati muntah proyektif (karakteristik muntah)§  TTVUkur suhu badan (umumnya terjadi peningkatan) Ukur frekuensi pernafasan (terjadinya takipnea atau dispnea) Ukur nadi (terjadinya takikardia)§  Observasi manifestasi malformasi anorektalo   Pemeriksaan colok dubur pada anus yang tampak normal, tapi bila tidak dapat masuk lebih 1 – 2 cm berarti terjadi atresia rektum.o   Pemeriksaan dengan kateter untuk membedakan fistel uretra dan fistel vesika.

b.      Pengkajian Post Operatif1)      Kaji integritas kulit meliput tekstur, warna, suhu kulit.2)      Amati tanda-tanda infeksi3)      Amati pola eliminasi dan keadaan umum pasien.

10.  Dioagosa Keperawatan yang mungkin muncula.    Pra Operatif1.         Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan muntah.

Cindy HMP Simangunsong220112140012

2.         Gangguan pola nafas berhubungan dengan penekanan torakal sekunder terhadap distensi abdomen.3.         Ansietas pada orang tua berhubungan dengan tindakan / prosedur pembedahan.

b.   Post operatif1.      Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kapasitas paru sekunder terhadap pemberian anestesi.2.      Nyeri berhubungan dengan vasodilatasi pembuluh darah sekunder terhadap pembedahan3.      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan perlukaan jaringan pada pembedahan4.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penumpukan asam laktat sekunder terhadap tirah baring5.      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya perlukaan jaringan6.      Perubahan terhadap pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan melemahnya kemampuan fisik dan proses hospitalisasi

11.  Intervensi dan rasionala.      Pra operatif

Dp ke Intervensi Rasional

1 1.    Ukur jumlah Input –Output cairan.2.    Inspeksi turgor kulit.3.    Ukur tanda- tanda vital.4.    Inspeksi adanya distensi abdomen.5.    Kolaborasi berikan cairan IV.

1.      Mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan.2.      Pada keadaan dehidrasi turgor kulit tidak elastis.3.      Keadaan dehidrasi diidentifikasi dg adanya perubahan TTV :takikardi,hipotensi,peningkatan suhu.

4.      Peningkatan tekanan abdomen ditandai dengan adanya5.      Menganti cairan dan elektrolit yang hilang.

2 1.      Posisikan anak pada posisi yang nyaman dengan penggunaan bantal 30 Gangguan pola nafas berhubungan dengan penekanan torakal sekunder terhadap distensi abdomen2.      Catat TTV dan irama jantung3.      Berikan O2 sesuai dengan kebutuhan4.      Auskultasi bunyi nafas catat adanya bunyi nafas adventisius seperti : krekel,mengi5.      Inspeksi adanya sianosis

1.      untuk efisiensi ventilasi maksimum2.      takikardi, disritmia dan perubahan tekanan dapat menunjukkan efek hipoksia sistemik pada fungsi jantung.3.       dapat memperbaiki dan mencegah hipoksia4.      biasanya bunyi nafas menurun.5.      Mengindikasikan adanya kekurangan oksigen ke jaringan.

3 1.      Identifikasi ketidaktahuan.2.      Peningkatan support terhadap keluarga “tindakan atau prosdur tsb tindakan tepat”.3.      Menjelaskan tentang prosedur tepat waktu.

1.      Dengan memberikan kejelasan dari keluarga agar sedikit tenang.2.      Dengan support akan menurunkan cemas3.      Meningkatkan rasa optimis dengan pembedahan

Cindy HMP Simangunsong220112140012

Cindy HMP Simangunsong220112140012

b.      Post operatif

Dp ke Intervensi Rasional

1 1.     Catat kecepatan/ kedalaman pernafasan, auskultasi bunyi nafas, amati adanya pucat, sianosis.2.     Posisikan klien dengan meninggikan kepala 30°.3.     Ubah posisi secara periodik4.     Berikan O2 sesuai kebutuhan

1.    pernafasan mengorok/ pengaruh anestesi menurunkan ventilasi dan dapat mengakibatkan hipoksia2.    Dapat mendorong ekspansi paru optimal dan meminimalkan tekanan isi ke abdomen pada rongga thorak3.    Meningkatkan pengisian udara seluruh segmen paru.4.    Memaksimalkan sediaan O2 untuk pertukaran gas dan penurunan kerja pernafasan

2 1.        Kaji dan catat adanya peningkatan nyeri2.        Hindari palpasi area pembedahan kecuali jika diperlukan3.        Berikan lingkungan yang nyaman dan tenang4.        Kolaborasi pemberian analgesi sesuai ketentuan dan pantau keefektifannya.

1.     Digunakan untuk mengetahui keadaan nyeri klien untuk menentukan tindakan pengurangan nyeri2.     Agar terhindar dari peningkatan rasa nyeri pasca operasi.3.     Berkurangnya stimulus nyeri.4.     Digunakan untuk farmakoterapi untuk nyeri

3 1.      Ukur suhu tubuh setiap 4 jam2.      Gunakan teknik septik dan aseptik medik3.      Lakukan perawatan luka dengan hati-hati agar luka tetap bersih4.      Ganti balutan luka setelah 3 hari post operasi secara "kering-kering" dengan cara; luka dialas betadin dan tutup dengan kasa kering.5.      Kolaborasi pemberian antimikrobial/ antibiotik sesuai kebutuhan.

1.      Peningkatan suhu tubuh menunjukkan terjadinya infeksi sistemik.2.      Mencegah terjadinya infeksi dan sepsis.3.      Untuk meminimalkan resiko infeksi.4.      Dengan balutan dapat meningkatkankelembaban dan memperlambat penyembuhan luka5.      Digunakan untuk pencegahan infeksi secara sistemik

4 1.      Periksa tingkat toleransi fisik anak2.      Beri periode istirahat dan tidur yang sesuai dengan kondisinya3.      Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman

1.      Dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kelelahan anak.2.      Istirahat digunakan untuk menghemat energi dan kelelahan dapat berkurang3.      Lingkungan yang tenang dapat meningkatkan rentang istirahat klien untuk penghematan energi.

5 1.      Inspeksi warna ukuran luka.2.      Bersihkan permukaan kulit dg menggunakan hydrogen/air dg

1.      Kemerahan bengkak mengidentifikasi adanya kerusakan integritas kulit

Cindy HMP Simangunsong220112140012

sabun lunak/petrolatum3.      Gunakan balutan teknik aseptik

2.      Petrolatum membersihkan feses yang menempel3.      Menurunkan iritasi kulit.

6 1.      Kaji tingkat perkembangan anak dalam seluruh area fungsi2.      Berikan kesempatan bagi seorang anak sakit untuk memenuhi tugas perkambangan sesuai kelompok usia3.      Ajarkan orang tua tentang tugas perkembngan normal anak sesuai kelompok usianya

1.      penting untuk mengetahui apakah anak sudah mencapai tumbangnya.2.      keluarga (ibu ) menjadi perawat anak selama dirumah, diharapkan mampu memantau perkembangan anak setiap waktu.3.      Mencegah terjadinya regresi karena proses hospitalisasi.

DAFATAR PUSTAKACarpenito,LJ, 1999, Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, EGC, Jakarta.

Doengoes, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. EGC, Jakarta.Price & Wilson,1995, Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,EGC, JakartaSyamsudin, R. Song. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC, Jakarta.Wong, Dona L. 2003. Pedoman Keperawatan Pediatrik. EGC, Jakarta.

Cindy HMP Simangunsong220112140012