Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

87
PEDOMAN SERTIFIKASI DAN RESERTIFIKASI KOMPETENSI APOTEKER PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA 2013 Revisi 13 April 2013

description

Pedoman untuk Sertifikasi dan Resertifikasi Apoteker

Transcript of Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Page 1: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

PEDOMAN

SERTIFIKASI DAN RESERTIFIKASI

KOMPETENSI APOTEKER

PENGURUS PUSAT

IKATAN APOTEKER INDONESIA

2013

Revisi 13 April 2013

Page 2: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 2

DAFTAR ISI

Daftar Isi 2

SK PP IAI Tentang Petunjuk Pelaksanaan Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi

Apoteker 3

I. PENDAHULUAN 4

A. Latar Belakang 4

B. Tujuan 5

C. Pasal-Pasal Terkait Sertifikasi Dalam PP 51 Th 2009 Tentang Pekerjaan

Kefarmasian 5

D. Dasar hukum 7

E. Definisi 7

II. SERTIFIKASI KOMPETENSI APOTEKER (SKA) 10

III. RESERTIFIKASI KOMPETENSI APOTEKER 19

A. Bentuk Kegiatan Resertifikasi Kompetensi Apoteker Beserta Bobot Nilai 19

B. Tata Cara Resertifikasi 27

C. Pelaksanaan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 30

IV. PENUTUP 33

LAMPIRAN 35

1. Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 35

2. Pedoman Akreditasi Dan Sertifikasi Kegiatan Ilmiah 42

3. Borang Rencana Pengembangan Diri Untuk Resertifikasi Kompetensi Apoteker 53

4. Formulir Registrasi Resertifikasi Apoteker 55

5. Formulir Self Assessment Resertifikasi Apoteker 57

6. Borang Verifikasi Praktik Profesi Apoteker Ikatan Apoteker Indonesia 60

7. Contoh Portofolio Apoteker 65

8. Petunjuk Teknis Resertifikasi Apoteker Dengan Metoda Satuan Kredit Partisipasi (SKP)

Pada Masa Transisi 76

9. Tabel Satuan Kredit Partisipasi Untuk Resertifikasi Kompetensi Apoteker Di

Sarana Produksi (Industri Farmasi) 79

10. Evaluasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker Pada Sarana Distribusi 82

Page 3: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 3

Surat Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia

Nomor : …../SK/IAI/…./…. Tentang

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Page 4: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) yang merupakan perubahan nama dari Ikatan Sarjana

Farmasi Indonesia (ISFI) adalah satu-satunya organisasi profesi apoteker di Indonesia.

Perubahan nama ini merupakan konsekuensi logis adanya Peraturan Pemerintah No. 51

tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian (yang selanjutnya disebut PP51/2009).

Pada pasal 1 Ketentuan Umum dinyatakan bahwa: Tenaga Kefarmasian adalah tenaga

yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis

Kefarmasian. Kemudian dinyatakan juga pada poin berikutnya bahwa :Apoteker adalah

sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah

jabatan Apoteker, sedang Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu

Apoteker dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi,

Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.

Artinya bahwa perubahan nama tersebut merupakan satu hal yang tidak dapat dihindari

dengan segala konsekuensinya. Kehadiran Peraturan Pemerintah No.51 tahun 2009

tentang Pekerjaan Kefarmasian merupakan babak baru perjalanan apoteker Indonesia

sebagai suatu profesi tenaga kesehatan, karena dengan adanya peraturan tersebut

perlahan namun pasti apoteker sebagai suatu profesi mulai terdefinisikan dari mulai

kewenangan, area kerja, kompetensi beserta unjuk kerjanya bahkan instrument untuk

melaksanakan praktek antara lain standar prosedur operasional (SPO). Sudah menjadi

kelayakan bahwa seorang profesi harus mampu membuat dan melaksanakan serta

menevaluasi SPO sesuai dengan ilmu yang dimilikinya, sehingga bukan hal yang aneh

apabila SPO dari suatu fasilitas kefarmasian akan berbeda dengan fasilitas kefarmasian

yang lain. Namun demikian untuk memudahkan sejawat profesi Apoteker Pemerintah

beserta Ikatan Apoteker Indonesia telah menyusun Good Pharmacy Practice (Cara

Pelayanan Kefarmasian yang Baik) yang memebrikan contoh-contoh bagaimana SPO

dibuat. Pada pasal-pasal berikutnya PP51/2009 mewajibkan bahwa setiap tenaga

kefarmasian wajib mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta

mendokumentasikan seluruh kegiatan yang terkait pekerjaan kefarmasian yang

dilakukan baik oleh Apoteker maupun Tenaga Teknis Kefarmasian.

Page 5: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 5

Oleh karena itu Sertifikat Kompetensi adalah merupakan bukti penting yang harus

dimiliki oleh seorang Apoteker yang dianggap layak untuk melakukan pekerjaan

secara kontinu sebagai Apoteker. Untuk perlu dibuat Pedoman Sertifikasi dan

Resertifikasi bagi Apoteker untuk menggantikan Sertifikasi Kompetensi Apoteker

(SKA) yang selama ini berjalan.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Mendorong peningkatan profesionalisme setiap apoteker yang melakukan pekerjaan

kefarmasian sebagai seorang profesional secara uji diri (self assessment) melalui

pemenuhan angka kredit minimum untuk memperoleh sertifikat kompetensi dan

resertifikasi dari sertifikat kompetensi sebagai apoteker untuk melaksanakan

pekerjaan kefarmasian pada level umum yang meliputi kompetensi di ranah kognitif,

psikomotorik maupun.afektif.

2. Tujuan Khusus

a. Meningkatkan Kinerja Profesional Apoteker

b. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan apoteker dalam menjalankan praktik

kefarmasian

c. Menjamin perilaku dan sikap etis apoteker dalan menjalankan praktik kefarmasian

sesuai dengan kewenangannya.

C. PASAL-PASAL TERKAIT SERTIFIKASI DALAM PP 51 TH 2009 TENTANG

PEKERJAAN KEFARMASIAN

Pasal 13

Tenaga Kefarmasian dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian pada Fasilitas

Produksi Sediaan Farmasi harus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi di bidang produksi dan pengawasan mutu.

Pasal 18

Tenaga Kefarmasian dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian dalam Fasilitas

Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi harus mengikuti perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi di bidang distribusi atau penyaluran.

Page 6: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 6

Pasal 28

Tenaga Kefarmasian dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian pada Fasilitas

Pelayanan Kefarmasian wajib mengikuti paradigma pelayanan kefarmasian dan

perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

Artinya bahwa dalam menjalankan praktek kefarmasian, apoteker sebagai aktor utama

tenaga kefarmasian harus selalu menjaga dan meningkatkan kompetensinya sehingga

layanan yang diberikan oleh apoteker semakin berkualitas dan dapat

dipertanggungjawabkan baik secara hukum maupun ilmiah.

Lebih jauh PP51/2009 mengatur tentang prasyarat untuk melaksanakan praktek

antara lain berupa sertifikat kompetensi sebagaimana disebutkan pada

Pasal 37

(1) Apoteker yang menjalankan Pekerjaan Kefarmasian harus memiliki sertifikat

kompetensi profesi.

(2) Bagi Apoteker yang baru lulus pendidikan profesi, dapat memperoleh sertifikat

kompetensi profesi secara langsung setelah melakukan registrasi.

(3) Sertifikat kompetensi profesi berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk

setiap 5 (lima) tahun melalui uji kompetensi profesi apabila Apoteker tetap akan

menjalankan Pekerjaan Kefarmasian.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara memperoleh sertifikat kompetensi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan tata cara registrasi profesi

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

Bahkan pada pasal yang lain ketentuan mengenai sertifikat Kompetensi merupakan

salah satu syarat untuk mendapatkan Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) yaitu :

Pasal 40

(1) Untuk memperoleh STRA, Apoteker harus memenuhi persyaratan:

a. memiliki ijazah Apoteker;

b. memiliki sertifikat kompetensi profesi;

c. mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji Apoteker;

d. mempunyai surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki

surat izin praktik; dan

Page 7: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 7

e. membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika

profesi.

Sambil menunggu ketentuan lebih lanjut berupa peraturan yang mengatur tentang tata

cara sertifikasi dan Pengembangan Pendidikan Berkelanjutan maka perlu disusun tata

cara melakukan bagaimana menjamin agar kompetensi apoteker selalu terjaga

bahkan meningkat seiring berjalannya waktu.

Oleh karena itulah maka diperlukan antara lain Pedoman pelaksanaan tentang

Pendidikan Profesi Berkelanjutan (Continuing Professional Development/CPD) yang

akan menjadi pedoman bagaimana melaksanakan Pendidikan Berkelanjutan sebagai

salah satu instrument reserfitikasi bagi apoteker.

D. DASAR HUKUM

1. Undang Undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

2. Undang Undang No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit

3. Peraturan Pemerintah No 20 tahun 1962 tentang Lafal Sumpah/janji Apoteker

4. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

5. Peraturan Pemerintah No 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian

6. Keputusan Menteri Kesehatan No 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian di Apotek

7. Keputusan Menteri Kesehatan No 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit

8. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Apoteker Indonesia (AD/ART

IAI) Hasil Kongres Nasional ISFI tahun 2009

9. Kode Etik Apoteker Indonesia – Hasil Kongres Nasional ISFI tahun 2009

10. Hasil Rakernas IAI tanggal 10-12 Desember 2010 tentang Sertifikasi Kompetensi

Apoteker

11. Standar Kompetensi Apoteker Indonesia

E. DEFINISI

1. Program Pendidikan Apoteker Berkelanjutan adalah serangkaian upaya sistematis

pembelajaran seumur hidup untuk meningkatkan dan mengembangkan kompetensi

apoteker yang meliputi berbagai pengalaman/pelatihan keprofesian setelah

pendidikan formal dasar yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan,

Page 8: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 8

keterampilan dan moral serta sikap professional apoteker agar apoteker senantiasa

layak untuk menjalankan profesinya.

2. Standar Kompetensi Apoteker adalah seperangkat tindakan cerdas dan

bertanggungjawab yang dimiliki oleh seorang apoteker sebagai syarat untuk

dinyatakan mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan profesinya. Unsur standar

kompetensi adalah (a) landasan kepribadian; (b) penguasaan ilmu dan ketrampilan;

(c) kemampuan berkarya; (d) sikap dan perilaku dalam berkarya; dan (e)

pemahaman kaidah kehidupan bermasyarakat sesuai dengan keahlian dalam

berkarya.

3. Sertifikasi Apoteker adalah proses pemberian keterangan sebagai pengakuan

bahwa oleh Ikatan Apoteker Indonesia sebagai organisasi profesi apoteker bahwa

seorang apoteker dinilai telah memenuhi standar kompetensi yang telah ditetapkan

oleh Ikatan Apoteker Indonesia. Sertifikasi bagi apoteker untuk pertama kali

dilakukan melalui uji kompetensi.

4. Sertifikasi Ulang (re-sertifikasi) adalah proses pemberian keterangan tanda

pengakuan terhadap kemampuan seorang apoteker untuk menjalankan praktek

kefarmasian di seluruh Indonesia setelah melalui serangkaian program

pengembangan pendidikan berkelanjutan yang memenuhi persyaratan.

5. Sertifikat Kompetensi adalah surat keterangan yang diberikan kepada seorang

apoteker oleh Ikatan Apoteker Indonesia yang menyatakan bahwa apoteker yang

bersangkutan kompeten untuk menjalankan praktek kefarmasian.

6. Program Pengembangan Praktik Apoteker (P3A), adalah serangkaian dokumentasi

aktifitas profesi apoteker yang dilakukan yang terkait dengan praktek kefarmasian

yang antara lain dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan penilaian dan

evaluasi diri dalam aktifitas professional selanjutnya digunakan untuk merencanakan

peningkatan kualitas aktifitas profesi sebagai apoteker

7. Rekomendasi Ikatan Apoteker Indonesia adalah surat keterangan yang dikeluarkan

oleh Ikatan Apoteker Indonesia bagi seorang apoteker Untuk keperluan pengurusan

surat ijin kerja atau surat ijin praktek apoteker setelah yang bersangkutan memenuhi

persyaratan yang telah ditentukan.

8. Komite Sertifikasi dan Resertifikasi Apoteker adalah lembaga semi otonom yang

dibentuk oleh Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia yang bertugas untuk

melakukan pembinaan dan peningkatan kompetensi apoteker melalui program

pengembangan pendidikan berkelanjutan.

Page 9: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 9

9. Tim Sertifikasi dan Resertifikasi Apoteker adalah Tim yang dibentuk oleh Komite

Sertifikasi dan Resertifikasi Apoteker dan Pengurus Daerah Ikatan Apoteker

Indonesia yang mempunyai tugas untuk mengelola program pengembangan

Pendidikan Keprofesian Apoteker Berkelanjutan dan melakukan verifikasi dan

konversi satuan kredit partisipasi.

10. Satuan Kredit Profesi (SKP) adalah ukuran kegiatan Pendidikan Berkelanjutan

profesi yang dilakukan dan dibutuhkan antara lain sebagai salah satu persyaratan

dalam pengajuan registrasi dan sertifikasi profesi serta hal-hal lain yang berhubungan

dengan legalitas kewenangan sebagai apoteker. (yang merupakan standar atau

acuan baku bagi setiap kegiatan yang diakreditasi. Satuan Kredit Profesi Ikatan

Apoteker Indonesia merupakan bukti kesertaan seorang apoteker dalam program

pendidikan apoteker berkelanjutan)

11. Apoteker adalah apoteker yang melaksanakan praktek baik di komunitas yaitu apotek

dan puskesmas, industri farmasi, industri obat tradisional, kosmetika, makanan-

minuman, alat kesehatan maupun rumah sakit yang belum melakukan spesialisasi.

12. Portofolio adalah adalah merupakan sekumpulan informasi pribadi yang merupakan

catatan dan dokumentasi atas pencapaian prestasi seseorang dalam praktik profesi

atau pendidikannya.

13. Pengurus Pusat adalah Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia di tingkat pusat

14. Pengurus Daerah adalah Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia di tingkat propinsi

15. Pengurus Cabang adalah Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia di tingkat

Kabupaten/kota atau gabungan beberapa kabupaten/kota.

.

Page 10: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 10

BAB II

SERTIFIKASI KOMPETENSI APOTEKER (SKA)

Sebagaimana disebutkan di Bab I bahwa sertifikat kompetensi apoteker merupakan suatu

hal yang mutlak dipenuhi sebelum apoteker diregistrasi dan dapat menjalankan praktek

kefarmasian. Oleh karena itu perlu diatur bagaimana metode yang paling representatif

untuk melakukan sertifikasi bagi apoteker. Serangkaian kegiatan untuk mendapatkan

sertifikat Kompetensi apoteker disebut sebagai Sertifikasi Kompetensi Apoteker (SKA).

A. PENYELENGGARA

Penyelenggara SKA adalah Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia dan dapat

bekerjasama dengan Perguruan Tinggi Farmasi yang terakreditasi A dan B.

B. TARGET

Semua Apoteker yang akan melaksanakan praktik kefarmasian telah memiliki sertifikat

kompetensi apoteker.

C. PESERTA

1. Peserta adalah Apoteker yang belum memiliki Sertifikat Kompetensi Apoteker dan

atau Apoteker yang Sertifikat Kompetensi Apotekernya telah habis masa

berlakunya.

2. Persyaratan peserta:

a. Mendaftarkan diri kepada panitia SKA dan mengisi form pendaftaran

b. Foto kopi identitas diri (KTP/SIM/Pasport/dll) yang masih berlaku.

c. Foto kopi ijazah apoteker yang telah dilegalisir 1 lembar.

d. Pas foto berwarna 3x4 dan 4x6 masing-masing sebanyak 2 lembar (terbaru)

e. Membayar biaya penyelenggaraan yang besarnya ditentukan oleh masing-

masing penyelenggaran.

f. Pernyataan bersedia mengikuti SKA dengan sungguh-sungguh dan

melaksanakan praktek profesi apoteker sesuai standar profesi.

Page 11: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 11

D. SERTIFIKASI KOMPETENSI

1. Bentuk SKA:

a. Workshop dan pelatihan studi kasus (modul tematik)

b. Ujian Praktik dengan metode OSCE (Objective Structured Clinical Examination)

1. Materi

Materi Sertifikasi Kompetensi Apoteker mengacu pada bagaimana apoteker dapat

memenuhi kompetensi apoteker sebagaimana Standar Kompetensi Apoteker Indonesia

dengan menggunakan model yang paling mendekati untuk merepresentasikan

kompetensi apoteker. Mengingat begitu luasnya kompetensi apoteker maka Sertifikasi

Kompetensi Apoteker (SKA) dilakukan dengan menggunakan model tematik yaitu

berdasarkan tema penyakit tertentu misalnya Diabetes Mellitus, Hipertensi, Asma,

Diare, Infeksi saluran Pernapasan (ISPA), reumatioid dan sebagainya

2. Pemateri.

Pemateri adalah orang yang telah memiliki kualifikasi sebagai berikut:

a. Pemateri adalah orang yang berpengalaman dalam bidang farmasi atau bidang

pendukung lainnya

i. Telah mengikuti, lulus, dan mendapat sertifikat kompetensi apoteker.

ii. Telah mengikuti, lulus dan mendapat sertifikat penatar SKA

iii. Praktisi pelatihan/penatar > 5 tahun atau praktisi profesi farmasi >10 tahun

b. Penatar yang menguasai / ahli di bidang akademik sesuai topic penataran,

pengajar S2, pengalaman profesi terkait 5 tahun, atau pengajar S3, atau

pengajar Lektor kepala.

c. Pemateri dengan pengalaman organisasi IAI> 10 tahun.

d. Pemateri dari luar (profesi lain yang terkait) yang diakui kepakarannya.

3. Assessor

Assessor adalah orang yang bertugas menilai hasil kerja peserta uji kompetensi

dengan kualifikasi sebagai berikut :

a. Apoteker yang telah memiliki sertifikat kompetensi apoteker melalui SKA

b. Memahami konsep, tujuan setiap tahapan Sertifikasi Kompetensi Apoteker

(SKA)

c. Memiliki pengalaman sebagai penilai/menjalankan tugas sebagai Assessor

d. Bersikap adil, objektif dan jujur

Page 12: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 12

e. Mendapatkan SK dari PD dan atau Pengurus Pusat Ikatan Apoteker

Indonesia sebagai Assessor SKA

f. Bersedia mengikuti aturan dan tatacara penilaian yang telah ditetapkan

dalam SKA

4. Uji Kompetensi

Uji Kompetensi Apoteker menggunakan format OSCE (Objectetive Structured

Clinical Examination) dan soal MCQ

Sistem penilaian meliputi :

a. knowledge (30%) , minimum passing grade 20%

b. aplikasi (50%), minimum passing grade 30%

c. praktek (20%), minimum passing grade 20%

Lembar penilaian

1. Rekap nilai kehadiran dan diskusi

No Nama Kehadiran Aktivitas Kerjasama Hasil

diskusi

TOTAL

H TH B

80

C

70

K

60

B

80

C

70

K

60

B

80

C

70

K

60

H = Hadir, TH = tidak hadir, B = > 80, C = 60 – 80, K = <60

Page 13: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 13

2. Rekap Nilai SKA

No Nama Knowledge (30%)

30 poin

Aplikasi (50%) Praktik (20%) TOTAL

DRP

20 poin

C & D

15 poin

KIE

15 poin

PMR

10 poin

UU dan Etik

10 poin

DRP : Drug Related Problem

C&D : Compounding dan Dispensing

KIE : Konsultasi Informasi dan Edukasi

PMR : Patien Medication Record

5. Waktu dan tempat pelaksanaan.

a. Tempat : yang representatif

b. Waktu : 2 (dua) hari dengan perincian :

1. Hari pertama : Workshop

2. Hari Kedua : Uji Kompetensi

6. Mekanisme SKA

a. Peserta mendaftarkan diri kepada Panitia SKA Daerah dengan persyaratan dan

waktu yang telah ditentukan.

b. Pelaksanaan SKA adalah 2 hari, hari I peserta menerima materi dan pelatihan

dengan tema tertentu dan mendapatkan penjelasan tentang Sertifikasi

Kompetensi Apoteker dan cara mengisi portofolio.

c. Peserta diwajibkan membuat resume/makalah singkat hasil pelatihan pada hari I

sebagai syarat mengikuti Uji Kompetensi pada hari II, yang dikumpulkan pada

saat daftar ulang Uji Kompetensi di hari II.

d. Uji Kompetensi terdiri dari ujian tertulis dan praktek.

e. Ujian tertulis terdiri dari 15 soal MCQ untuk mengukur kompetensi yang terkait

dengan pengetahuan (knowledge) (Station 1)

Page 14: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 14

f. Ujian praktek terdiri dari 4 (station yang terdiri dari station assessment,

swamedikasi, KIE dan PMR untuk mengukur hardskill dan softskill peserta.

g. Penilaian dilakukan oleh assessor yang sudah memiliki sertifikat assessor/TOT

dengan menggunakan tools yang sudah disiapkan dan pada hari yang sama

hasil ujian dapat dilihat dan diumumkan.

h. Peserta yang tidak lulus diwajibkan mengikuti treatment khusus pada hari yang

sama

i. Peserta yang tidak lulus pada ujian khusus pada hari tersebut, dipersilajkan

mengikuti Uji Kompetensi pada pelaksanaan berikutnya dengan tidak dikenakan

biaya.

j. Sertifikat Uji Kompetensi diupayakan dapat diterima peserta pada saat

Penutupan SKA.

k. Evaluasi SKA dilakukan oleh PD IAI setelah selesai proses SKA baik peserta,

assessor maupun panitia

l. Hasil pelaksanaan SKA dilaporkan kepada PP IAI paling lambat 1 bulan setelah

pelaksanaan SKA.

E. JADWAL ACARA

Jadwal acara SKA terlampir

F. BIAYA

Biaya SKA terdiri dari biaya sertifikat dan biaya penyelenggaraan. Biaya seertifikat

kompetensi ditentukan oleh Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia sebesar Rp.

500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) per sertifikat. Sedangkan biaya penyelenggaraan

ditentukan oleh masing-masing penyelenggara (Pengurus Daerah IAI) sesuai dengan

tingkat harga di tiap daerah.

G. ALUR SKA

Skema alur SKA terlampir

Page 15: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 15

CONTOH

SUSUNAN ACARA SERTIFIKASI KOMPETENSI PROFESI APOTEKER

PENGURUS DAERAH IKATAN APOTEKER INDONESIA _______________________________

Tanggal………… 2013

Hari Kegiatan Narasumber

Sabtu,………….2013

07.30 – 08.00 Registrasi peserta pelatihan Panitia

08.00 – 08.05 Pembukaan acara SKA Panitia

08.05 - 08.15 Menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Hyme IAI

08.15 – 08.20 Sambutan Ketua PD IAI

08.20 – 08.30 Sambutan Ketua PP IAI Drs. M. Dani Pratomo,

MM.,Apt.

08.30 – 10.00 Epidemiolagi dan Patofisiologis Penyakit Diare Dokter praktisi

10.00 – 11.30 Farmakoterapi dan penatalaksanaan Diare Apoteker

11.30 – 13.00 Rehat Siang dan Ishoma

13.00 – 16.o0 Diskusi dan pemecahan kasus Pendalaman Materi (Tim

Assessor)

16.00 – 17.00 Penjelasan Uji Kompetensi dan Portofolio Panitia

Ahad,……………2013

08.00 – 13.00 Uji Kompetensi Panitia

14.00 – 15.30 Achievement Motivation Training : Praktik Apoteker

Sebagai Tenaga Kesehatan

Optional.

15.30 – 16.00 Evaluasi pelaksanaan

16.00 – 16.30 Pembagian Sertifikat dan Berkas Portofolio

16.30 – 17.00 Penutupan

-Menyanyikan lagi Hymne IAI

-Menyanyikan lagu Bagimu Negeri

- Sambutan penutup

-Doa

Page 16: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 16

SKEMA ALUR SERTIFIKASI

KOMPETENSI PROFESI

APOTEKER INDONESIA

PESERTA

PELATIHAN

PENUGAS

AN

Tidak Dikerjakan

Dikerjakan

UJI

KOMPETENS

I

Tidak Lulus

EVALUASI

SERTIFIKAT

PANITIA

PENYELENGGARA (PD

IAI. DAPAT BEKERJA

SAMA DGN PTF)

TIM UJI

KOMPETENSI

TIM

DOKUMENTASI

PENDAFTARAN

TIM

PELATIHAN

Page 17: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 17

ASSESSO

R

Menilai KIE yang

dilakukan

Peserta

Menilai

Pekerjaan

Peserta

Menilai

Pekerjaan

Peserta

Menilai Pekerjaan Peserta

Menilai

Pekerjaan

Peserta

PESERT

A

MENJAWAB PERTANYAAN ttg SKRINING RESEP

Menghitung Dosis dan Menyiapkan Obat dan Membuat Etiket

Melakukan KIE kapada

Pasien

Mengerjaan Soal Kasus per-UU dan Etika Membuat PMR

Mengerjakan 15 Soal MCQ

Sebagai Pasien dengan sekenario yang ditetapkan

PASIE

N

STATIO

N

STATION V

STATION

IV

STATION III

STATION

II

STATION

I

KEGIATAN

KIE PASIEN

(APLIKASI)

PER UU-

ETIK DAN

PMR

(practice)

MCQ (KNOWLEDGE

)

SKRINING RESEP,

(APLIKASI)

COMPOUNDING

DISPENSING (APLIKASI)

Page 18: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 18

H. PENUTUP

Pada prinsipnya, SKA hanya dilaksanakan sekali, untuk selanjutnya hendaklah

melakukan mekanisme RESERTIFIKASI yaitu melalui proses Continuing Professional

Development (CPD) yang sesuai dengan bidang pekeerjaan masing-masing apoteker

untuk mendapatkan sertifikat kompetensi Apoteker.

Page 19: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 19

BAB III

RESERTIFIKASI KOMPETENSI APOTEKER

Pada prinsipnya Sertifikasi Kompetensi Apoteker (SKA) hanya dilakukan sekali seumur

hidup, akan tetapi karena sertifikat kompetensi apoteker berlaku untuk jangka waktu 5

(lima) tahun maka untuk memperbaharui sertifikat kompetensi seorang apoteker harus

mengikuti proses Resertifikasi Kompetensi Apoteker (RKA) yang selanjutnya disebut

sebagai Resertifikasi Apoteker.

Sebagai upaya pembinaan apoteker, Resertifikasi Apoteker juga harus menjamin

bahwa yang bersangkutan layak menjalankan praktek apoteker. Oleh karena itu sertifikat

kompetensi yang dikeluarkan oleh Ikatan Apoteker Indonesia merupakan bukti bahwa

seorang apoteker selalu melaksanakan kegiatan yang bernilai pendidikan selama praktek

sebagai apoteker.

Resertifikasi direpresentasikan dengan pengumpulan nilai Satuan Kredit Profesi dari

berbagai kegiatan baik yang termasuk kategori Program Pengembangan Praktik Profesi

Apoteker (P3A) maupun Program Pendidikan Apoteker Berkelanjutan (Continuing

Professional Development/CPD)

A. Bentuk Kegiatan Resertifikasi Apoteker beserta Bobot Nilai

Satuan Kredit Profesi (SKP) IAI merupakan bukti kesertaan seorang apoteker dalam

program Resertifikasi Apoteker. Kredit ini diberikan baik untuk kegiatan yang berhubungan

langsung maupun tidak langsung terkait dengan pelayanan kefarmasian, syarat

perolehan SKP untuk resertifikasi adalah 150 SKP untuk lima tahun yang

terdistribusi dalam berbagai ranah kegiatan.

Untuk mengajukan proses resertifikasi setiap apoteker wajib melaksanakan praktik profesi

minimal kumulatif 2000 jam untuk 5 (lima) tahun yang terdistribusi secara proporsional yang

setara dengan 30 SKP

Aktivitas untuk mendapatkan SKP Apoteker dilakukan melalui Program Pengembangan

Praktik Profesi Apoteker (P3A). Program ini merupakan program utama dari proses

resertifikasi apoteker dengan pengumpulan Satuan Kredit Profesi (SKP) untuk

kepentingan pengurusan registrasi ulang dan perpanjangan surat ijin kerja atau surat ijin

praktek apoteker.

Page 20: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 20

Nilai kredit (untuk peserta, penyaji makalah/pembicara/nara sumber, moderator, panitia)

dari sebuah kegiatan Resertifikasi dibedakan berdasarkan kegiatan yang diikuti oleh

peserta dengan skala :

1. Lokal/daerah;

2. Nasional

3. Internasional.

Perhitungan nilai kredit juga mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

1. Kedalaman materi atau topik

2. Kualitas/kompetensi pembicara/pengajar

3. Lama pelaksanaan

4. Pengaruh /dampak pengetahuan yang diperoleh terhadap pelaksanaan praktik :

a) Tidak ada pengetahuan maupun ketrampilan yang dipelajari namun informasi

yang diterima memberikan penyegaran pengetahuan dan keterampilan

b) Ada pengetahuan dan atau keterampilan yang dikuasai setelah mengikuti

kegiatan

c) Ada pengetahuan dan atau keterampilan yang ditingkatkan dan dikuasai setelah

mengikuti kegiatanyang secara langsung mempengaruhi praktek atau pelayanan

kepada pasien.

Nilai kredit yang diperoleh dari kegiatan di luar negeri misalnya sebagai pembicara

/peserta/moderator di suatu kursus atau simposium di luar negeri akan disesuaikan

dengan nilai yang berlaku di Indonesia. Demikian pula nilai kredit yang diperoleh dari

kegiatan yang tidak mendapatkan SKP dari Ikatan Apoteker Indonesia, misalnya mengikuti

kegiatan workshop yang dilakukan oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) atau organisasi

profesi atau pemerintah akan dikonversi ke dalam SKP IAI. Sepanjang materinya terkait

dengan peningkatan kompetensi apoteker

Proporsi domain kegiatan yang tercakup hendaknya seimbang untuk menjamin

dicapainya kompetensi yang harus dikuasai. Untuk domain kegiatan professional wajib

ada sekurang-kurangnya 10 SKP demikian pula untuk kegiatan Pengabdian masyarakat

sekurang-kurangnya 4 SKP pertahun. Secara lebih detail proporsi cakupan ranah yang

dipersyaratkan terlihat pada tabel 1. Mengingat pembinaan dalam bentuk Tim

Resertifikasi ini merupakan suatu hal yang baru bagi apoteker, dan saat ini berada dalam

Page 21: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 21

masa transisi maka untuk apoteker yang akan melakukan resertifikasi sekurang-

kurangnya 3 ranah yaitu :

1. Ranah Kegiatan Profesian (praktek profesi)

2. Ranah Pembelajaran

3. Ranah Pengabdian Masyarakat

Namun pada resertifikasi berikutnya setiap apoteker diharuskan untuk mencakup juga

kegiatan dari ranah lainnya dengan porsi yang semakin meningkat. Dengan demikian

secara bertahap apoteker akan mengalami transformasi menjadi apoteker yang

berkualitas.

1. Program Pengembangan Praktik Apoteker (P3A)

Kegiatan yang dapat diberi kredit dikelompokkan menjadi 5 (lima) domain yaitu :

a. Praktik Profesi : yaitu kegiatan Praktik Apoteker yang dilakukan sehubungan

dengan fungsinya sebagai apoteker sehingga memberinya kesempatan untuk

meningkatkan pengetahuan dam ketrampilan kefarmasiannya misalnya praktek

melayani pasien (menjelaskan dan menguraikan segala sesuatu tentang obat,

memberikan konseling, pendampingan pasien dan home care).

b. Kegiatan Pembelajaran (learning) : yaitu kegiatan yang dilakukan oleh apoteker

untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan misalnya membaca artikel di

jurnal, menelusuri informasi ataupun uji mandiri, diskusi peer group dan sebagainya

c. Kegiatan Pengabdian Masyarakat : yaitu kegiatan yang dimaksudkan sebagai

pengabdian kepada masyarakat umum masyarakat profesi yang memberikan

kesempatan untuk mengasah pengetahuan dan keterampilan kefarmasiannya

misalnya memberikan penyuluhan kesehatan, penyalahgunaan narkoba, HIV/AID’s,

Posyandu, kegiatan penanggulangan bencana, menjadi pengurus atau kelompok

kerja di Ikatan Apoteker Indonesia baik pusat, daerah maupun cabang atau menjadi

panitia salah satu kegiatan yang dilakukan oleh Ikatan Apoteker Indonesia

d. Kegiatan Publikasi Ilmiah atau popular di bidang kefarmasian : yaitu kegiatan

yang menghasilkan karya tulis yang dipublikasikan misalnya menulis buku, (dengan

ISBN) menerjemahkan buku dibidang ilmunya (dengan ISBN) menulis laporan

kasus, menulis tinjauan pustaka yang dipublikasikan di jurnal (yang terakreditasi)

mengasuh rubrik ilmiah/populer kefarmasian.

Page 22: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 22

e. Kegiatan Pengembangan Ilmu dan Pendidikan : yaitu kegiatan yang berkaitan

dengan pengembangan bidang ilmu yang bersangkutan misalnya melakukan

penelitian di bidang pelayanan primer, mendidik, mengajar termasuk membuat soal

uji maupun jadi penguji, menjadi supervisor, menjadi pembimbing Praktik Kerja

Lapangan/Praktik Kerja Apoteker.

Proporsi domain kegiatan yang dicakup hendaknya seimbang untuk menjamin

dicapainya kompetensi yang harus dikuasai. Untuk domain kegiatan profesional wajib ada

sekurang-kurangnya 12 SKP demikian pula untuk kegiatan Pengabdian masyarakat

sekurang-kurangnya 4 SKP pertahun. Secara lebih detail proporsi cakupan ranah yang

dipersyaratkan terlihat pada tabel 1. Mengingat pembinaan dalam bentuk resertifikasi ini

merupakan suatu hal yang baru bagi apoteker, dan saat ini berada dalam masa transisi

maka untuk apoteker yang akan melakukan resertifikasi sekurang-kurangnya 2 ranah

resertifikasi tersebut harus terpenuhi tanpa melihat besaran proporsinya.

Namun pada resertifikasi berikutnya setiap apoteker diharuskan untuk mencakup juga

kegiatan dari ranah lainnya dengan porsi yang semakin meningkat. Dengan demikian

secara bertahap apoteker akan mengalami transformasi menjadi apoteker yang

berkualitas.

Tabel 1. Pencapaian Nilai SKP

No Domain Kegiatan Porsi Pencapain

yang dianjurkan

Nilai

Maksimum

dalam 1 tahun

Nilai Maksimum

dalam 5 tahun

a) Praktik Profesi 40 - 50% 12 - 15 60 – 75

b) Kegiatan Pembelajaran 40 - 50% 12 - 15 60 – 75

c) Kegiatan Pengabdian

Masyarakat

5 - 15% 1,5 - 4,5 7,5 – 22,5

d) Kegiatan Publikasi Ilmiah atau

popular di bidang kefarmasian

0 - 25% 0 - 7,5 0 - 37,5

e) Kegiatan Pengembangan Ilmu

dan Pendidikan

0 - 25% 0 - 7,5 0- 37,5

Oleh karena itu Nilai SKP yang diperoleh dari kegiatan eksternal (yang diselenggarakan

oleh pihak eksternal dan tidak mendapatkan SKP dari IAI) dengan tema yang

berhubungan dengan kompetensi apoteker akan dikonversi berdasarkan tingkat

Page 23: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 23

kompetensi yang dituntut dari seorang apoteker. Diharapkan perhitungan konversi ini

dapat dilakukan secara mandiri, agar apoteker dapat memperhitungkan perolehan SKP

yang telah dikumpulkannya. Namun sesungguhnya tugas konversi merupakan tugas

utama dari Komite Sertifikasi dan Resertifikasi Apoteker atau Tim Sertifikasi dan

Resertifikasi Apoteker Pengurus Daerah.

Sedangkan kegiatan eksternal yang telah memperoleh SKP dari IAI atau kegiatan yang

dilakukan oleh Komite Sertifikasi dan Resertifikasi Apoteker yang jelas peruntukannya

bagi apoteker tidak perlu dikonversi lagi. Diharapkan nantinya setiap kegiatan yang

dilakukan yang berhubungan dengan peningkatan pengetahuan dan atau keterampilan

bagi apoteker bekerja sama dengan Tim Sertifikasi Apoteker PD IAI atau mendapatkan

pengakuan dari SKP dari Ikatan Apoteker Indonesia.

Untuk keperluan penjaminan mutu, maka kegiatan tersebut perlu pengesahan bukti,

dokumen bukti pendukung harus disertakan sebagai lampiran dari borang Paktek Profesi.

Daftar kegiatan di bawah ini (tabel) hanya merupakan contoh dan sangat mungkin untuk

dikembangkan dengan kegiatan lain yang mempunyai nilai pendidikan professional.

Nilai SKP untuk suatu pengetahuan atau keterampilan juga berbeda berdasarkan

tingkat kompetensi yang dituntut dari seorang apoteker demikian pula urgensi

pengetahuan dan keterampilan bagi seorang apoteker.

Diharapkan nantinya setiap kegiatan yang dilakukan yang berhubungan dengan

peningkatan pengetahuan dan atau keterampilan bagi apoteker bekerja sama dengan Tim

Tim Sertifikasi dan Resertifikasi PD IAI atau mendapatkan pengakuan dari SKP dari Ikatan

Apoteker Indonesia.

Tabel 2. Konstanta Konversi SKP dari Kegiatan yang dilakukan tanpa SKP dari IAI

No Perolehan Pengetahuan/Keterampilan sesudah

mengikuti kegiatan

Konstanta Konversi

1. Tidak ada pengetahaun/keterampilan tapi informasi yang

diperoleh memberikan penyegaran pengetahuan dan

keterampilan

0,25

2. Ada peningkatan pengetahuan/keterampilan yang dikuasai

setelah mengikuti kegiatan.

0,5

3. Ada peningkatan pengetahaun/keterampilan yang secara

langsung mempengaruhi praktek atau pelayanan kepada

pasien.

0,75

Page 24: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 24

Domain Program Pengembangan Praktik Apoteker (P3A) terdiri dari :

1) KINERJA PRAKTIK PROFESI

Adalah aktifitas yang terkait dengan praktek apoteker sehari-harinya

Tabel 3. Aktivitas CPD Kinerja Praktik Profesi

NO AKTIVITAS CPD NILAI SKP

1 Melakukan Tinjauan Kasus 2 SKP

2 Mengkaji Dan Melaporkan ESO 2 SKP

3 Menjadi Pendamping Minum Obat 2 SKP /Pasien / Paket

4 Memberi Edukasi Ke Kelompok Pasien (Minimal 10 Orang)

3 SKP

5

Kajian Peer Review:

Penyaji

Peserta Aktif

Ket (Minimal Anggota Peer Adalah 3 Orang)

Penyaji = 3 SKP

Pendengar = 2 SKP

6 Diskusi Kefarmasian Bersama Pakar

(Minimal Peserta Diskusi 5 Orang Apoteker)

Penyaji = 3 SKP

Pendengar = 2 SKP

7 Terlibat Dalam Pokja Kefarmasian 2 SKP / Surat Keputusan (SK)

Nilai SKP Praktik Profesi harus ada dan dan tergantung dari oleh jumlah kasus yang

ditangani, tetapi ada batas minimal yaitu 12 SKP dan batas maksimal yaitu 15 SKP,

karena jumlah pasien yang ditangani dengan nilai pembelajaran tidaklah linear

demikian juga dengan mutu layanan. Di samping itu, pembatasan nilai SKP pada

kinerja pelayanan pasien juga dimaksudkan untuk mendorong apoteker melakukan

kegiatan lain dalam Praktik Profesi apoteker yang berperan dalam memperbaiki mutu

layanan professional apoteker. Jadi dalam satu tahun apoteker sekurang-

kurangnya harus memperoleh sekurang-kurangnya 12 SKP dari kinerja

pelayanan pasien.

2) KINERJA PEMBELAJARAN

Selama ini sarana belajar yang popular adalah menghadiri seminar/symposium atau

mengikuti pelatihan atau workshop, padahal itu hanya salah satu kegiatan eksternal

pembelajaran yang belakangan diragukan dampaknya terhadap praktek apoteker.

Pembelajaran dapat juga dilakukan sendiri atau berlangsung ketika seorang apoteker

menjalankan tugasnya atau berpraktek di apotek. SKP untuk kinerja pembelajaran

ini per tahun nilainya antara maksimal 12 SKP (atau dalam 5 tahun 60 SKP)

Page 25: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 25

Tabel 4. Aktivitas CPD Kinerja Pembelajaran

NO AKTIVITAS CPD NILAI SKP

1 Membaca Jurnal Dan Menjawab Pertanyaan Uji Diri

2 SKP

2 Partisipasi Dalam Seminar

Peserta (nilai SKP per 2-3 jam)

Nasional = 1 SKP

Internasional = 1,5 SKP

Pembicara

Nasional = 3 SKP

Internasional = 4,5 SKP

Moderator

Nasional = 1 SKP

Internasional = 1,5 SKP

Panitia

Nasional = 1 SKP

Internasional = 1,5 SKP

3 Partisipasi Dalam Workshop

Peserta (nilai SKP per 2-3 jam)

Nasional = 1,5 SKP

Internasional = 2,25 SKP

Pembicara

Nasional = 3 SKP

Internasional = 4,5 SKP

Fasilitator / Instruktur

Nasional = 2 SKP

Internasional = 3 SKP

Panitia

Nasional = 1 SKP

Internasional = 1,5 SKP

4 Partisipasi Dalam Kursus

Pelaksanaan max 8 jam/hari : max 3 hari, lebih dr 3 hari dihitung hanya 3 hari

24 jam x 1,5 SKP = 36 SKP

3) KINERJA PENGABDIAN MASYARAKAT

Apoteker dalam setiap tahunnya harus melakukan pengabdian masyarakat baik

masyarakat umum maupun masyarakat profesi.

Tabel 5. Aktivitas CPD Kinerja Pengabdian Masyarakat

NO AKTIVITAS CPD NILAI SKP

1 Menjadi Pengurus Aktif Di IAI Dan Himpunan Seminat 5 SKP / tahun

2 Melakukan Penyuluhan Narkoba/HIV/AIDS/TB Dll 3 SKP

3 Melakukan Baksos Pengobatan Masal 2 SKP / kegiatan ( 8 jam )

4 Melakukan Pembinaan POS YANDU/LANSIA 2 SKP

Page 26: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 26

Dalam setiap tahunnya apoteker harus mengumpulkan SKP dari Pengabdian

masyarakat ini sekurang-kurangnya 3 SKP dan maksimal 6 SKP;

4) KINERJA PUBLIKASI

Tidak semua apoteker memiliki kinerja publikasi namun kinerja publikasi harus

dihargai karena merupakan kegiatan yang terkait dengan peningkatan pengetahuan

dan atau ketrampilan apoteker. Nilai SKP setiap tahunnya antara 0 sampai dengan

3 SKP. (Selama lima tahun maksimal 5 SKP)

Tabel 6. Aktivitas CPD Kinerja Publikasi

NO AKTIVITAS CPD NILAI SKP

1 Tinjauan Kasus Yang Di Publikasikan 3 SKP

2 Studi Pustaka Membuat Resume 3 SKP

3 Menulis/Menerjemahkan Buku

Sendiri = 10 SKP

Bersama = 20 SKP

Monograf = 4/2 SKP

4 Editing Buku Yang terkait dengan Profesi Apoteker 6 SKP

5 Karya Ilmiah Popular 3 SKP

6 Mengasuh Rubrik Kesehatan/ Kefarmasian Di Media 3 SKP

5) KINERJA PENGEMBANGAN ILMU

Tidak semua apoteker terlibat dalam pengembangan ilmy pengetahuan kefarmasian

secara langsung, walaupun demikian apoteker yang memiliki aktifitas pengembangan ilmu

mendapatkan pengakuan SKP sebagai berikut :

Tabel 7. Aktivitas CPD Kinerja Pengembangan Ilmu

NO AKTIVITAS CPD NILAI SKP

1 Penelitian Sendiri/Bersama 10 SKP

2 Supervisor Dalam Jurnal Club/Case Reiew 2 SKP

3 Memberikan Ceramah Kepada Sesama Apoteker 3 SKP

4 Menjadi Preseptor PKPA 3 SKP / Surat Keputusan (SK)

5 Penguji Komprehensif 3 SKP / SK IAI

6 Menjadi Preseptor Magang 3 SKP / bulan (minimal magang 1 bulan)

7 Menjadi Peserta Magang 3 SKP / bulan (minimal magang 1 bulan)

*) Keterangan : Pengembangan ilmu yang diakui Hanya yang terkait dengan

pengembangan profesi apoteker Untuk kinerja pengembangan ilmu SKP maksimal yang

diakui sebanyak 7,5 per tahun atau 37,5 SKP per lima tahun.

Page 27: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 27

B. TATA CARA RESERTIFIKASI

Pendaftaran Program Pendidikan Apoteker Berkelanjutan dilakukan dengan mengisi

borang pendaftaran yang terdapat dalam BUKU LOG RESERTIFIKASI APOTEKER dan

mengirimkan kepada Tim SERTIFIKASI APOTEKER Pengurus Daerah IAI melalui

Pengurus Cabang IAI yang bersangkutan yang dilampiri rencana pengembangan diri.

Mekanisme Resertifikasi Apoteker dari :

a. Mekanisme Manual (kertas)

b. Mekanisme Online (tanpa kertas)

Mekanisme baku Resertifikasi Apoteker adalah manual namun sedang dikembangkan

software untuk mekanisme online sehingga akan meningkatkan efisiensi dan untuk

menghindari kesalahan.

Untuk mekanisme manual, setiap apoteker harus mengisi BUKU LOG RESERTIFIKASI

APOTEKER secara rutin kemudian melaporkan kepada tim Sertifikasi Apoteker Pengurus

Daerah Ikatan Apoteker Indonesia melalui pengurus cabang IAI setempat secara berkala

lengkap dengan dokumen pendukungnya.

Apoteker yang akan menggunakan mekanisme online dapat langsung mengakses ke

www.IkatanApotekerIndonesia.net dan mengikuti cara registrasi untuk mendapatkan

nama/nomor diri (access account). Sangat dianjurkan untuk melaporkan perolehan SKP

setiap tahun sehingga kekurangan nilai SKP pada akhir masa resertifikasi dapat

diantisipasi.

1. PENILAIAN DIRI

Penilaian diri dalam Resertifikasi Apoteker pada dasarnya dipercayakan kepada

integritas masing-masing anggota. Nilai kegiatan pribadi dan kegiatan internal dihitung

sendiri oleh yang bersangkutan (perhitungan mandiri), sedangkan dokumen

pendukung yang diserahkan ke Tim Sertifikasi Apoteker untuk diverifikasi atau

konversi. Secara acak Tim Sertifikasi Apoteker akan melakukan verifikasi secara

langsung untuk menjamin kebenaran data

2. PERENCANAAN DAN DOKUMENTASI

Untuk keperluan pengembangan keprofesian setiap apoteker diharapkan

merencanakan kegiatan CPD-nya kemudian mendokumentasikan kegiatan

pembelajaran yang dilakukannya dalam buku log sehingga dapat dilaporkan dan dinilai

Page 28: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 28

kinerjanya. Berikut langkah-langkah penyusunan rencana pengembangan diri (RPD)

apoteker :

1. Isilah buku log dengan Mempertimbangkan beberapa hal berikut :

a. Pekerjaan sejawat apoteker selama ini khususnya kesalahan, kekurangan,

ketidakpuasan sehingga sejawat dapat merasakan bahwa sejawat perlu

meningkatkan suatu pengetahuan dan keterampilan tertentu.

b. Kondisi kesehatan masyarakat di lingkungan sejawat apoteker praktek

sehingga sejawat dapat melihat apa yang sejawat dapat lakukan sebagai

seorang apoteker yang bertanggungjawab untuk melakukan perbaikan.

c. Visi pribadi sejawat

d. Misi pribadi sejawat, baik jangka pendek maupun jangka panjang

e. Jadwalkan pencapaian misi sejawat tersebut.

2. Tetapkan prioritas dari apa yang ingin sejawat capai selama 5 (lima) tahun

mendatang yang dapat dirinci per tahunnya

3. Pertimbangkan karir jangka panjang sejawat

4. Susun daftar kegiatan PPAB sejawat untuk 1-5 tahun mendatang sesuai dengan

skala prioritas, pertimbangkan betul-betul kepentingan pengetahuan dan

keterampilan untuk itudalam rangka untuk meningkatkan kualitas praktek sejawat.

5. Buat perencanaan kapan masing-masing kegiatan PPAB itu akan diambil atau

dilakukan

3. HASIL PENILAIAN

Hasil penilaian dapat dibedakan menjadi 2 kategori di bawah ini. Hasil akan

disampaikan secara tertulis langsung kepada yang bersangkutan.

a. DISETUJUI Untuk mendapatkan sertifikat kompetensi : memenuhi SKP minimal

b. DITOLAK : Tidak memenuhi SKP minimal, maka harus mengikuti UJI

KOMPETENSI

4. PENDANAAN

Sumber dana untuk kegiatan PPAB ditanggung oleh apoteker yang bersangkutan

yang meliputi :

a. Biaya CPD

b. Biaya Resertifikasi (termasuk biaya verifikasi SKP)

Page 29: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 29

5. KELENGKAPAN DOKUMEN RESERTIFIKASI APOTEKER

Sebagaimana dijelaskan diatas, setiap apoteker yang akan melakukan resertifikasi

harus menyerahkan dokumen PPAB/CPD kepada Tim SERTIFIKASI DAN

RESERTIFIKASI APOTEKER PD IAI melalui PC IAI pada akhir periode 5 tahun untuk

resertifikasasi. Dokumen tersebut terdiri dari :

1. Borang Pendaftaran

2. Berbagai borang penilaian diri

3. Dokumen bukti pendukung

a. BORANG PENDAFTARAN

Borang pendaftaran (lampiran 1) dimaksudkan untuk mendapatkan data anggota

yang akan menjalani program Resertifikasi Apoteker. Berdasarkan data yang

tercantum dalam borang, Tim Sertifikasi apoteker mengkatifkan mekanisme

pencatatan seorang apoteker di system online Resertifikasi Apoteker untuk

selanjutnya digunakan dalam proses resertifikasi bagi yang bersangkutan.

Setelah seorang apoteker terdaftar, yang bersangkutan akan menerima

pemberitahuan berikut nama/nomor diri untuk akses ke system online. Apoteker

yang menggunakan mekanisme online dapat memanfaatkan nama/nomor diri ini

kapan saja untuk memperbaharui (up date) data Resertifikasi-nya. Sedangkan

apoteker yang menggunakan mekanisme manual memperbaharui data Resertifikasi

nya kepada PD IAI melalui Pengurus Cabang IAI untuk diteruskan ke KOMITE

SERTIFIKASI PP IAI.

b. BORANG RENCANA PENGEMBANGAN DIRI

Borang Rencana Pengembangan Diri (RPD) dimaksudkan untuk membantu

seorang apoteker merancang pembelajaran dirinya. Ikatan Apoteker Indonesia

sebagai organisasi profesi yang mengayomi apoteker mulai dari tingkat cabang

(kabupaten/kota) daerah (propinsi) sampai tingkat pusat juga dapat memanfaatkan

borang ini untuk merencanakan kegiatan organisasinya

c. BORANG PRAKTEK PROFESI

Salah satu karakter profesi apoteker adalah long life learner (pembelajar

sepanjang hayat), maka kegiatan professional (praktek profesi) merupakan salah

satu domain dari 5 domain kegiatan apoteker merupakan sarana utama untuk

Page 30: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 30

belajar. Tabel berikut merupakan contoh kinerja professional sehingga dapat

menghasilkan nilai SKP-IAI. Nilai dan bobot pembelajaran tentu tidaklah sama.

Sebagai contoh, kasus nyata yang ditangani kemudian dipelajari dan disajikan

dalam suatu forum (table 4..) akan membuat si penyaji belajar lebih banyak dari

pada pendengarnya. Bila pada kesempatan itu diundang pula seorang pakar baik

akademisi maupun praktisi untuk kasus yang dibahasmaka semua tentu berpeluang

untuk lebih banyak belajar.

C. PELAKSANAAN RESERTIFIKASI PROFESI APOTEKER

1. Enam bulan sebelum sertifikat kompetensi apoteker berakhir masa berlakunya,

apoteker hendaklah sudah mengajukan Pendaftaran Resertifikasi (hal ini untuk

menghindari apabila verifikasi SKP belum mencukupi masih ada waktu untuk

melengkapi).

2. Apoteker Pemohon mengajukan permohonan sebagai Peserta Resertifikasi kepada

PD-IAI / Tim Sertifikasi dan Resertifikasi PD IAI setempat melalui PC-IAI setempat

dengan cara mengisi Formulir Registrasi Resertifikasi dan Formulir Self Assessment

( sebagaimana terlampir LAMPIRAN 1 ) dengan melampirkan :

a. Fotocopy KTP yang masih berlaku

b. Fotocopy KTA yang masih berlaku

c. Fotocopy STRA yang masih berlaku

d. Fotocopy Rekomendasi terakhir dari PC/PD IAI yang diperoleh

e. Fotocopy SIA/SIPA/SIKA terakhir yang diperoleh

f. Fotocopy SK Pengangkatan Pegawai (bagi pemohon di RS/PBF/Industri)

g. Fotocopy Sertifikat Kompetensi Profesi Apoteker yang akan habis masa

berlakunya

h. Fotocopy sertifikat Kegiatan Ilmiah Lisan (Simposium/Temu Ilmiah, Seminar,

Lokakarya, Semiloka, Diskusi Panel, Pertemuan Klinik dan Penataran Etik

Profesi) serta publikasi dalam Konferensi/Konggres Ilmiah.

3. Pemohon membayar biaya registrasi sebesar Rp. 100.000,- ( seratus ribu rupiah )

kepada PD-IAI / Tim Sertifikasi dan Resertifikasi PD IAI setempat guna keperluan

verifikasi data dan isian self assesment

Page 31: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 31

4. Pemohon membayar biaya resertifikasi sebesar Rp. 500.000,- ( lima ratus ribu

rupiah ) kepada PP-IAI melalui PD-IAI / Tim Sertifikasi dan Resertifikasi PD IAI

setempat

5. PD-IAI / Tim Sertifikasi dan Resertifikasi PD IAI setempat melakukan verifikasi

terhadap permohonan yang diajukan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah

permohonan diterima, meliputi verifikasi permohonan dan Self Assessment serta

dokumen terlampir.

6. PD-IAI / Panitia Resertifikasi setempat menyampaikan secara tertulis hasil verifikasi

kepada pemohon melalui PC-IAI setempat paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak

dilakukan verifikasi , dengan ketentuan hasil sebagai berikut :

a. Ter-Sertifikasi ( Certified ), memenuhi 150 SKP artinya anggota tersebut lolos

verifikasi dan berhak memperoleh Sertifikat Kompetensi Profesi Apoteker atau

b. Tidak Ter-Sertifikasi ( Un-Certified ), tidak memenuhi 150 SKP artinya

anggota tersebut tidak lolos verifikasi dan tidak berhak memperoleh Sertifikat

Kompetensi Profesi Apoteker

7. Pemohon yang memperoleh hasil Tidak Ter-Sertifikasi ( Un-Certified ) berhak

melakukan klarifikasi kepada PD-IAI / Panitia Resertifikasi setempat melalui PC-IAI

setempat paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak hasil verifikasi diterima pemohon.

8. Pemohon yang memperoleh hasil Tidak Ter-Sertifikasi ( Un-Certified ) diharuskan

melengkapi kekurangan SKP-nya untuk bisa mendapatkan sertifikat kompetensi

apoteker.

9. PD-IAI setempat mengajukan permohonan blanko sertifikat kompetensi kepada PP-

IAI dengan melampirkan softcopy :

- Formulir Registrasi Resertifikasi,

- Formulir Self Assessment

- Lembar Portofolio Resertifikasi apoteker

- Rekap Perolehan SKP

10. PP-IAI mengirimkan blanko Sertifikat Kompetensi Apoteker dan BUKU LOG

RESERTIFIKASI APOTEKER kepada PD-IAI setempat paling lambat 7 (tujuh) hari

sejak permohonan diterima.

Page 32: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 32

11. PD-IAI setempat menyerahkan Sertifikat Kompetensi dan BUKU LOG

RESERTIFIKASI APOTEKER kepada pemohon melalui PC-IAI setempat.

12. Untuk selanjut Apoteker pemohon mengisi BUKU LOG RESERTIFIKASI

APOTEKER untuk kepentingan Resertifikasi 5 tahun berikutnya.

Page 33: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 33

BAB IV

PENUTUP

Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian yang

dipayungi oleh Undang Undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan telah memberikan

pengakuan yang mendasar tentang kedudukan hukum (legal standing) Praktik Apoteker.

Terlepas bahwa rumusan normative dalam Peraturan Perundang-undangan tersebut

masih jauh dari kenyataan dan harus diikhtiari untuk bisa dibumikan dalam praktik

pelayanan kesehatan di Indonesia, akan tetapi sudah seharusnya apoteker memanfaatkan

momentum ini untuk juga melakukan perubahan yang mendasar tentang kultur (budaya

praktik), kompetensi dan internalisasi nilai kode etik Apoteker Indonesia sehingga profil

apoteker betul-betul memenuhi tuntutan peraturan perundang-undangan dan tuntutan

untuk melayani pasien dan berinteraksi dengan tenaga kesehatan lain.

Salah satu factor yang mendasar untuk dapat memenuhi tuntutan tersebut, apoteker

harus terus melakukan upaya menjaga dan meningkatkan kompetensi seiring dengan

perkembangan jaman dan kemajuan teknologi dan system pelayanan kesehatan.

Harus disadari bahwa kompetensi seorang apoteker akan menurun seiring dengan

berjalannya waktu, apalagi tuntutan dari pengguna layanan apoteker semakin tinggi

sehingga mau tidak mau, suka tidak suka upaya untuk menjaga dan meningkatkan

kompetensi apoteker harus terus dilakukan secara sadar, sengaja dan sistematis dan

berkelanjutan.

Oleh karena itu, Ikatan Apoteker Indonesia sebagai satu-satunya organisasi profesi

apoteker harus beruipaya keras untuk melakukannya dengan berbagai cara dari mulai hal

yang sederhana. Sehingga kita tidak kehilangan momentum untuk melakukan dan

mengawal perubahan m,enuju praktek apoteker yang sesungguhnya. Upaya tersebut

antara lain dengan mendorong dan memfasilitasi apoteker untuk melakukan praktek

profesi yang sesungguhnya.

Salah satu upaya untuk menjaga kompetensi tersebut dengan melakukan sertifikasi dan

resertifikasi yang dilalui dengan Program Pengembangan Praktik Profesi Apoteker (P3A)

dan Program Pendidikan Apotekr Berkelanjutan (CPD) yang diharapkan menjadi

pegangan bagi apoteker dalam menjaga kompetensinya melalui berbagai kegiatan yang

mungkin mendapatkan pengakuan.

Page 34: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 34

Oleh karena itulah maka dengan hadirnya Petunjuk Pelaksanaan Sertifikasi dan

Resertifikasi Apoteker termasuk tentang Pedoman pelaksanaan tentang Pendidikan

Profesi Berkelanjutan (Continuing Professional Development/CPD) akan menjadi

pegangan bagi apoteker untuk selalu meningkatkan kompetensi.

Terlepas dari segala kesalahan, kekurangan dari pedoman ini, semoga bermanfaat bagi

semuanya. Semoga Allah Yang Maha Kuasa selalu membimbing langkah-langkah kita

apoteker Indonesia untuk memberikan yang terbaik bagi Indonesia dan Kemanusiaan.

Page 35: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 35

LAMPIRAN 1

STANDAR KOMPETENSI APOTEKER INDONESIA

Tahun 2011

A. Sembilan Kompetensi Apoteker Indonesia

1. Mampu Melakukan Praktik Kefarmasian Secara Profesional dan Etik

2. Mampu Menyelesaikan Masalah Terkait Dengan Penggunaan Sediaan

Farmasi

3. Mampu Melakukan Dispensing Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

4. Mampu Memformulasi dan Memproduksi Sediaan Farmasi dan Alat

Kesehatan Sesuai Standar Yang Berlaku

5. Mempunyai Ketrampilan Dalam Pemberian Informasi Sediaan Farmasi

dan Alat Kesehatan

6. Mampu Berkontribusi Dalam Upaya Preventif dan Promotif Kesehatan

Masyarakat

7. Mampu Mengelola Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Sesuai Dengan

Standar Yang Berlaku

8. Mempunyai Ketrampilan Organisasi dan Mampu Membangun Hubungan

Interpersonal Dalam Melakukan Praktik Kefarmasian

9. Mampu Mengikuti Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Yang Berhubungan Dengan Kefarmasian

Page 36: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 36

B. Kompetensi Apoteker Indonesia, Unit dan Elemen

1. Mampu Melakukan Praktik Kefarmasian Secara Profesional dan Etik

1.1. Menguasai Kode Etik Yang Berlaku Dalam Praktik Profesi

1.1.1. Artikulasi Kode Etik Dalam Praktik Profesi

1.2. Mampu Menerapkan Praktik Kefarmasian Secara Legal dan Profesional Sesuai Kode Etik Apoteker Indonesia

1.2.1. Berperilaku Profesional Sesuai Dengan Kode Etik Apoteker Indonesia

1.2.2. Integritas Personal dan Professional

1.3. Memiliki Keterampilan Komunikasi

1.3.1. Mampu Menerapkan Prinsip-Prinsip Komunikasi Terapetik

1.3.2. Mampu Mengelola Informasi Yang Ada Dalam Diri Untuk Dikomunikasikan

1.3.3. Mampu Memfasilitasi Proses Komunikasi

1.4. Mampu Komunikasi Dengan Pasien

1.4.1. Mampu Menghargai Pasien

1.4.2. Mampu Melaksanakan Tahapan Komunikasi Dengan Pasien

1.5. Mampu Komunikasi Dengan Tenaga Kesehatan

1.5.1. Mampu Melaksanakan Tahapan Komunikasi Dengan Pasien

1.6. Mampu Komunikasi Secara Tertulis

1.6.1. Pemahaman Rekam Medis (Medical Record) atau Rekam Kefarmasian/Catatan Pengobatan (Medication Record)

1.6.2. Mampu Komunikasi Tertulis Dalam Rekam Medis (Medical Record) atau Rekam Kefarmasian (Medication Record) Secara Benar

1.7. Mampu Melakukan Konsultasi/Konseling Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan (Konseling Farmasi)

1.7.1. Melakukan Persiapan Konseling Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

1.7.2. Melaksanakan Konseling Farmasi

1.7.3. Membuat Dokumentasi Praktik Konseling Farmasi

2. Mampu Menyelesaikan Masalah Terkait Dengan Penggunaan Sediaan Farmasi

2.1. Mampu Menyelesaikan Masalah Penggunaan Obat Yang Rasional

2.1.1. Mampu Melakukan Penelusuran Riwayat Pengobatan Pasien (Patient Medication History)

2.1.2. Mampu Melakukan Tinjauan Penggunaan Obat Pasien

2.1.3. Melakukan Analisis Masalah Sehubungan Obat (Drug Therapy Problems= Dtps)

2.1.4. Mampu Memberikan Dukungan Kemandirian Pasien Dalam Penggunaan Obat

2.1.5. Mampu Monitoring Parameter Keberhasilan Pengobatan

2.1.6. Mampu Evaluasi Hasil Akhir Penggunaan Obat Pasien

Page 37: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 37

2.2. Mampu Melakukan Telaah Penggunaan Obat Pasien

2.2.1. Melakukan Tindak Lanjut Hasil Monitoring Pengobatan Pasien

2.2.2. Melakukan Intervensi/Tindakan Apoteker

2.2.3. Membuat Dokumentasi Obat Pasien

2.3. Mampu Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

2.3.1. Melakukan Sosialisasi Pentingnya Pelaporan Efek Samping Obat

2.3.2. Mengumpulkan Informasi Untuk Pengkajian Efek Samping Obat

2.3.3. Melakukan Kajian Data Yang Terkumpul

2.3.4. Memantau Keluaran Klinis (Outcome Clinic) Yang Mengarah Ke Timbulnya Efek Samping

2.3.5. Memastikan Pelaporan Efek Samping Obat

2.3.6. Menentukan Alternative Penyelesaian Masalah Efek Samping Obat

2.3.7. Membuat Dokumentasi MESO

2.4. Mampu Melakukan Evaluasi Penggunaan Obat

2.4.1. Menentukan Prioritas Obat Yang Akan Dievaluasi

2.4.2. Menetapkan Indikator dan Kriteria Evaluasi Serta Standar Pembanding

2.4.3. Menetapkan Data Pengobatan Yang Relevan Dengan Kondisi Pasien

2.4.4. Melakukan Analisis Penggunaan Obat Dari Data Yang Telah Diperoleh

2.4.5. Mengambil Kesimpulan dan Rekomendasi Alternatif Intervensi

2.4.6. Melakukan Tindak Lanjut Dari Rekomendasi

2.4.7. Membuat Dokumentasi Evaluasi Penggunaan Obat

2.5. Mampu Melakukan Praktik Therapeutic Drug Monitoirng (TDM)*

2.5.1. Melakukan Persiapkan Kelengkapan Pelaksanaan Praktik TDM

2.5.2. Melakukan Analisis Kebutuhan dan Prioritas Golongan Obat

2.5.3. Melakukan Assessment Kebutuhan Monitoring Terapi Obat Pasien

2.5.4. Melakukan Praktik TDM

2.5.5. Melakukan Evaluasi Pelaksanaan Praktik TDM

2.5.6. Membuat Dokumentasi Praktik TDM

2.6. Mampu Mendampingi Pengobatan Mandiri (Swamedikasi) Oleh Pasien

2.6.1. Mampu Melakukan Pendampingan Pasien Dalam Pengobatan Mandiri

2.6.2. Meningkatkan Pemahaman Masyarakat Terkait Pengobatan Mandiri

2.6.3. Melaksanakan Pelayanan Pengobatan Mandiri Oleh Kepada Masyarakat

2.6.4. Membuat Dokumentasi Pelayanan Pendampingan Pengobatan Mandiri Oleh Pasien

3. Mampu Melakukan Dispensing Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

3.1. Mampu Melakukan Penilaian Resep

3.1.1. Memeriksa Keabsahan Resep

Page 38: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 38

3.1.2. Melakukan Klarifikasi Permintaan Obat

3.1.3. Memastikan Ketersediaan Obat

3.2. Melakukan Evaluasi Obat Yang Diresepkan

3.2.1. Mempertimbangkan Obat Yang Diresepkan

3.2.2. Melakukan Telaah Obat Yang Diresepkan Terkait Dengan Riwayat Pengobatan dan Terapi Terakhir Yang Dialami Pasien

3.2.3. Melakukan Upaya Optimalisasi Terapi Obat

3.3. Melakukan Penyiapan dan Penyerahan Obat Yang Diresepkan

3.3.1. Menerapkan Standar Prosedur Operasional Penyiapan dan Penyerahan Obat

3.3.2. Membuat Dokumentasi Dispensing

3.3.3. Membangun Kemandirian Pasien Terkait Dengan Kepatuhan Penggunaan Obat

4. Mampu Memformulasi dan Memproduksi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Sesuai Standar Yang Berlaku

4.1. Mampu Melakukan Persiapan Pembuatan/Produksi Obat

4.1.1. Memahami Standar Dalam Formulasi dan Produksi

4.1.2. Memastikan Jaminan Mutu Dalam Pembuatan Sediaan

4.1.3. Memastikan Ketersediaan Peralatan Pembuatan Sediaan Farmasi Melakukan Penilaian Ulang Formulasi

4.1.4. Melakukan Penilaian Ulang Formulasi

4.2. Mampu Membuat Formulasi dan Pembuatan/Produksi Sediaan Farmasi

4.2.1. Mempertimbangkan Persyaratan Kebijakan dan Peraturan Pembuatan dan Formulasi

4.2.2. Melakukan Persiapan dan Menjaga Dokumentasi Obat

4.2.3. Melakukan Pencampuran Zat Aktif dan Zat Tambahan

4.2.4. Menerapkan Prinsip-Prinsip dan Teknik-Teknik Penyiapan Pembuatan Obat Non Steril

4.2.5. Menerapkan Prinsip-Prinsip dan Teknik-Teknik Penyiapan Obat Steril

4.2.6. Melakukan Pengemasan, Label/Penandaan dan Penyimpanan

4.2.7. Melakukan Kontrol Kualitas Sediaan Farmasi

4.3. Mampu Melakukan Iv-Admixture dan Mengendalikan Sitostatika/ Obat Khusus*

4.3.1. Melakukan Persiapan Penatalaksanaan Sitostatika/Obat Khusus*

4.3.2. Melakukan IV-Admixture (Rekonstitusi dan Pencampuran) Sitostatika/Obat Khusus

4.3.3. Melakukan Pengamanan Sitostatika

4.4. Mampu Melakukan Persiapan Persyaratan Sterilisasi Alat Kesehatan

4.4.1. Mampu Memastikan Persyaratan Infrastruktur Sterilisasi

4.4.2. Memastikan Bahan Dasar Alat Kesehatan Yang Akan Disterilkan

4.4.3. Memastikan Kualitas Pemilihan Bahan Sterilisasi

Page 39: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 39

4.5. Mampu Melakukan Sterilisasi Alat Kesehatan Sesuai Prosedur Standar

4.5.1. Memahami Persyaratan dan Prosedur Kerja Sterilisasi

4.5.2. Melakukan Dokumentasi Proses Sterilisasi Alat Kesehatan

4.5.3. Menyiapkan Set Alat Kesehatan Steril Utama dan Alat Kesehatan Penunjangnya

4.5.4. Menerapkan Prinsip-Prinsip dan Teknik-Teknik Penyiapan Sediaan Farmasi Steril

4.5.5. Menerapkan Prinsip-Prinsip dan Teknik-Teknik Penyiapan Alat Kesehatan Steril

4.5.6. Melakukan Pengemasan, Penandaan/Labelisasi dan Indikator Eksternal

4.5.7. Menerapkan Prinsip-Prinsip Proses Sterilisasi Alat Kesehatan Steril

4.5.8. Menerapkan Prinsip-Prinsip Penyimpanan dan Distrubusi Alat Kesehatan Steril

5. Mempunyai Ketrampilan Dalam Pemberian Informasi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

5.1. Pelayanan Informasi Obat

5.1.1. Melakukan Klarifikasi Permintaan Informasi Obat Yg Dibutuhkan

5.1.2. Melakukan Identifikasi Sumber Informasi/Referensi Yang Relevan

5.1.3. Melakukan Akses Informasi Sediaan Farmasi Yang Valid

5.1.4. Melakukan Evaluasi Sumber Informasi (Critical Appraisal)

5.1.5. Merespon Pertanyaan Dengan Informasi Jelas, Tidak Bias, Valid, Independen

5.2. Mampu Menyampaikan Informasi Bagi Masyarakat Dengan Mengindahkan Etika Profesi Kefarmasian

5.2.1. Menyediakan Materi Informasi Sediaan Farmasi dan Alkes Untuk Pelayanan Pasien

5.2.2. Menyediakan Edukasi Masyarakat Mengenai Penggunaan Obat Yang Aman

6. Mampu Berkontribusi Dalam Upaya Preventif dan Promotif Kesehatan Masyarakat

6.1. Mampu Bekerjasama Dalam Pelayanan Kesehatan Dasar

6.1.1. Bekerjasama Dengan Tenaga Kesehatan Lain Dalam Menangani Masalah Kesehatan Di Masyarakat

6.1.2. Melakukan Survey Masalah Obat Di Masyarakat

6.1.3. Melakukan Identifikasi dan Prioritas Masalah Kesehatan Di Masyarakat Berdasar Data

6.1.4. Melakukan Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Masyarakat

6.1.5. Melakukan Evaluasi Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan

6.1.6. Membuat Dokumentasi Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan

7. Mampu Mengelola Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Sesuai Dengan Standar Yang Berlaku

7.1. Seleksi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

7.1.1. Menetapkan Kriteria Seleksi Sediaan Farmasi dan Alkes

Page 40: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 40

7.1.2. Menetapkan Daftar Kebutuhan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

7.2. Mampu Melakukan Pengadaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

7.2.1. Melakukan Perencanaan Pengadaan Sediaan Farmasi dan Alkes

7.2.2. Melakukan Pemilihan Pemasok Sediaan Farmasi dan Alkes

7.2.3. Menetapkan Metode Pengadaan Sediaan Farmasi dan Alkes

7.2.4. Melaksanakan Pengadaan Sediaan Farmasi dan Alkes

7.3. Mampu Mendesign, Melakukan Penyimpanan dan Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

7.3.1. Melakukan Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Dengan Tepat

7.3.2. Melakukan Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

7.3.3. Melakukan Pengawasan Mutu Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

7.4. Mampu Melakukan Pemusnahan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Sesuai Peraturan

7.4.1. Memusnahkan Sediaan Farmasi dan Alkes

7.5. Mampu Menetapkan Sistem dan Melakukan Penarikan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

7.5.1. Memastikan Informasi Tentang Penarikan Sediaan Farmasi dan Alkes

7.5.2. Melakukan Perencanaan dan Melaksanakan Penarikan Sediaan Farmasi dan Alkes

7.5.3. Komunikasi Efektif Dalam Mengurangi Risiko Akibat Penarikan Sediaan Farmasi dan Alkes

7.6. Mampu Mengelola Infrastruktur Dalam Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Alkes

7.6.1. Memanfaatan Sistem dan Teknologi Informasi Dalam Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

7.6.2. Membuat dan Menatapkan Struktur Organisasi Dengan Sdm Yang Kompeten

7.6.3. Mengelola Sumber Daya Manusia Dengan Optimal

7.6.4. Mengelola Keuangan

7.6.5. Penyelenggaraan Praktik Kefarmasian Yang Bermutu

8. Mempunyai Ketrampilan Organisasi dan Mampu Membangun Hubungan Interpersonal Dalam Melakukan Praktik Kefarmasian

8.1. Mampu Merencanakan dan Mengelola Waktu Kerja

8.1.1. Membuat Perencanaan dan Penggunaan Waktu Kerja

8.1.2. Mengelola Waktu dan Tugas

8.1.3. Menyelesaikan Pekerjaan Tepat Waktu

8.2. Mampu Optimalisasi Kontribusi Diri Terhadap Pekerjaan

8.2.1. Memahami Lingkungan Bekerja

8.2.2. Melakukan Penilaian Kebutuhan Sumber Daya Manusia

8.2.3. Mengelola Kegiatan Kerja

Page 41: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 41

8.2.4. Melakukan Evaluasi Diri

8.3. Mampu Bekerja Dalam Tim

8.3.1. Mampu Berbagi Informasi Yang Relevan

8.3.2. Berpartisipasi dan Kerjasama Tim Dalam Pelayanan

8.4. Mampu Membangun Kepercayaan Diri

8.4.1. Mampu Memahami Persyaratan Standar Profesi

8.4.2. Mampu Menetapkan Peran Diri Terhadap Profesi

8.5. Mampu Menyelesaikan Masalah

8.5.1. Mampu Menggali Masalah Aktual atau Masalah Yang Potensial

8.5.2. Mampu Menyelesaikan Masalah

8.6. Mampu Mengelola Konflik

8.6.1. Melakukan Identifikasi Penyebab Konflik

8.6.2. Menyelesaikan Konflik

9. Mampu Mengikuti Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Yang Berhubungan Dengan Kefarmasian

9.1. Belajar Sepanjang Hayat dan Kontribusi Untuk Kemajuan Profesi

9.1.1. Mengetahui, Mengikuti, dan Mengamalkan Perkembangan Terkini Di Bidang Farmasi

9.1.2. Kontribusi Secara Nyata Terhadap Kemajuan Profesi

9.1.3. Mampu Menjaga dan Meningkatkan Kompetensi Profesi

9.2. Mampu Menggunakan Teknologi Untuk Pengembangan Profesionalitas

9.2.1. Mampu Menggunakan Teknologi Untuk Meningkatkan Profesionalitas

9.2.2. Mampu Mengikuti Teknologi Dalam Pelayanan Kefarmasian (Teknologi Informasi dan Teknologi Sediaan)

Page 42: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 42

LAMPIRAN 2

PEDOMAN AKREDITASI DAN SERTIFIKASI

KEGIATAN ILMIAH

IKATAN APOTEKER INDONESIA

PENDAHULUAN

Bahwa seorang apoteker dalam menjalankan tugas profesinya serta dalam mengamalkan

keahliannya harus senantiasa berpegang teguh kepada Sumpah/Janji Apoteker dan Kode

Etik Apoteker Indonesia

Dalam melaksanakan kewajibannya terhadap masyarakat, seorang apoteker harus selalu

aktif mengikuti perkembangan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan dan

kefarmasian serta menjadi sumber informasi bagi masyarakat dalam rangka pelayanan

kefarmasian menurut standar yang tertinggi dan mutakhir, maka setiap apoteker

berkewajiban selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang serba

cepat dan meningkatkan mutu kinerja profesinya secara baku dengan mengikuti Program

Sertifikasi dan Resertifikasi Apoteker secara sistematis.

Ikatan Apoteker Indonesia sebagai organisasi profesi apoteker mempunyai

tanggungjawab dan wewenang untuk menjamin terselenggaranya pelayanan kefarmasian

yang sesuai dengan standar pelayanan (Standar Operating Procedure) yang berlaku dan

dilaksanakan oleh apoteker yang memenuhi Standar Kompetensi Apoteker Indonesia

melalui berbagai upaya yang dapat dipertanggungjawabkan demi terselenggaranya

pelayanan yang berkualitas.

Oleh karena itu Ikatan apoteker Indonesia memandang sangat penting dan mendesak

untuk menetapkan Pedoman Akreditasi dan sertifikasi Kegiatan Ilmiah Ikatan Apoteker

Indonesia sebagai bagian tak terpisahkan dari sisten Sertifikasi dan Resertifikasi apoteker

sebagai suatu pedoman untukmengukur kegiatan pendidikan berkelanjutan dan sebagai

upaya pembakuan terhadap pelaksanaan pendidikan berkelanjutan bagi Apoteker

Indonesia.

Page 43: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 43

BAB I

PENGERTIAN

Pasal 1

Pedoman akreditasi dan sertifikasi kegiatan ilmiah Ikatan Apoteker Indonesia merupakan

pedoman penilaian dan pengakuan kegiatan ilmiah yang berlaku bagi seluruh anggota

Ikatan Apoteker Indonesia (IAI)

BAB II

JENIS KEGIATAN ILMIAH

Pasal 2

1. Kegiatan ilmiah yang dapat dinilai dan diakui di lingkungan Ikatan Apoteker Indonesia

meliputi :

a. Kegiatan ilmiah lisan

b. Kegiatan ilmiah tertulis

c. Kegiatan ilmiah peningkatan keterampilan

d. Uji mandiri

2. Yang dimaksud kegiatan ilmiah lisan adalah :

a. Simposium/ temu ilmiah

b. Seminar

c. Lokakarya

d. Semiloka

e. Diskusi panel

f. Pertemuan klinik

g. Penataran etika profesi/ penyuluhan

3. Yang dimaksud dengan kegiatan imiah tertulis adalah kegiatan ilmiah yang dapat

dilakukan secara perseorangan atau berkelompok tidak lebih dari lima orang yang hasil

karya tulisnya dipublikasikan dan disebarluaskan, baik dalam bentuk buku, monograf

maupun laporan hasil penelitian atau pembahasan ilmiah yang dimuat dalam jurnal

ilmiah yang terakreditasi

4. Yang dimaksud kegiatan ilmiah peningkatan keterampilan adalah :

a. Pelatihan praktis lapangan

b. Magang praktek profesi

c. Pelatihan praktek laboratories

Page 44: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 44

d. Studi kasus pelanggaran etika dan solusi

e. Pengkajian pengembangan profesi apoteker

f. Kursus peningkatan keterampilan berkala berkesinambungan

5. Yang dimaksud dengan kegiatan ilmiah uji mandiri adalah kegiatan pengisian jawaban

atas pertanyaan-pertanyaan dalam uji mandiri yang pelaksanaannya diatur dalam suatu

ketetapan tersendiri dan dikoordinasikan langsung oleh PP IAI atau lembaga lain di

tingkat nasional yang ditunjuk oleh PP IAI.

BAB II

SATUAN KREDIT PROFESI

Pasal 3

1. Pengakuan dan Penilaian akreditasi diberikan dalam bentuk Satua Kredit Partisipasi

2. 1 (satu) Satuan Kredit Partisipasi adalahukuran kegiatan ilmiah yang merupakan

standar atau acuan bagi setiap kegiatan ilmiah yang diakreditasi yang setara dengan

mengikuti kegiatan ilmiah lisan sebagai peserta aktis selama 3-4 jam atau mengikuti

kegiatan ilmiah laboratories atau lapangan selama 3-4 jam.

3. Nilai SKP merupakan ukuran kegiatan pendidikan berkelanjutan profesi yang dilakukan

dan diperlukan antara lain sebagai salah satu persyaratan dalam mengajukan

resertifikasi apoteker serta hal-hal lain yang ada hubungannya dengan legalitas

kewenangan sebagai apoteker

BAB III

PENGAKUAN DAN PENILAIAN

Pasal 4

Kegiatan Ilmiah Lisan

1. Pembicara/pembawa makalah/pemakalah dalam kegiatan ilmiah lisan tingkat

internasional atau regional memperoleh pengakuan dan penilaian 7 SKP.

2. Pembicara/pembawa makalah/pemakalah dalam kegiatan ilmiah lisan tingkat nasional

memperoleh pengakuan dan penilaian 5 SKP.

3. Pembicara/pembawa makalah/pemakalah dalam kegiatan ilmiah lisan tingkat daerah

memperoleh pengakuan dan penilaian 3 SKP.

4. Pembicara/pembawa makalah/pemakalah dalam kegiatan ilmiah lisan tingkat Cabang

memperoleh pengakuan dan penilaian 2 SKP

Page 45: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 45

5. Moderator dalam kegiatan ilmiah lisan tingkat internasional/regional mendapat

pengakuan dan penilaian 3 SKP.

6. Moderator dalam kegiatan ilmiah lisan tingkat nasional mendapat pengakuan dan

penilaian 2 SKP.

7. Moderator dalam kegiatan ilmiah lisan tingkat daerah mendapat pengakuan dan

penilaian 1 SKP.

8. Moderator dalam kegiatan ilmiah lisan tingkat Cabang mendapat pengakuan dan

penilaian 1 SKP

9. Anggota panitia kegiatan ilmiah lisan tingkat internasional/regional mendapat

pengakuan dan penilaian 3 SKP.

10. Anggota panitia kegiatan ilmiah lisan tingkat nasional mendapat pengakuan dan

penilaian 2 SKP.

11. Anggota panitia kegiatan ilmiah lisan tingkat daerah mendapat pengakuan dan

penilaian 1 SKP.

12. Anggota panitia kegiatan ilmiah lisan tingkat Cabang mendapat pengakuan dan

penilaian 1 SKP

13. Peserta kegiatan ilmiah lisan memperoleh pengakuan dan penilaian sejumlah SKP

sesuai dengan jumlah partisipasinya, sebagaimana disebutkan dalam pasal 3 ayat (2) di

atas

Pasal 5

Kegiatan Ilmiah Tertulis

1. Tulisan ilmiah memperoleh pengakuan dan penilaian yang dilakukan oleh suatu tim

atau lembaga yang dibentuk oleh Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia (PP IAI)

dengan acuan sebagai berikut :

a. Buku ilmiah yang diakui memperoleh nilai antara 5-20 SKP

b. Monograf yang diakui memperoleh nilai antara 3-10 SKP

c. Laporan hasil penelitian atau pembahasan ilmiah yang dimuat dalam jurnal ilmiah

yang terakreditasi memperoleh nilai antara 3-10 SKP.

2. Apabila tulisan ilmiah dilakukan oleh kelompok, maka penulis yang dapat diberikan

pengakuan skp tidak boleh lebih dari 5 orang (1 orang penulis utama dan 4 orang

penulis pembantu)

Page 46: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 46

3. Pembagian jumlah SKP diantara para penulis sebagaimana yang dimaksud dalam

pasal 5 ayat 2 di atas diatur sebaga berikut :

a. Penulis utama mendapat 60% dari SKP yang diberikan

b. Penulis pembantu mendapat 40% dari SKP yang diberikan, dibagi rata untuk semua

penulis pembantu yang tercantum namanya dalam karya ilmiah, maksimum 4

penulis pembantu.

Pasal 6

Kegiatan Ilmiah Peningkatan Keterampilan

1. Pelatihan praktis lapangan, magang profesi dan pelatihan praktis laboratoris

memperoleh pengakuan dan penilaian sesuai dengan lamanya kegiatan yang dilakukan

secara terus-menerus, dengan batasan maksimal 7 jam per hari, 40 jam seminggu dan

24 hari sebulan.

2. Peserta kegiatan ilmiah peningkatan keterampilan memperoleh pengakuan dan

penilaian sejumlah SKP sesuai dengan jumlah jam partisipasinya, sebagaimana

disebutkan dalam pasal 3 ayat (2).

3. Bilamana pada awal dan akhir kegiatan dilakukan pra dan pasca test, dapat

memperoleh tambahan pengakuan dan penilaian sejumlah 2 SKP. Dalam hal ini dapat

diperolehnya hasil pelatihan/ magang yang sangat signifikan, nilai kredit dapat ditambah

dengan 5 SKP.

Pasal 7

Kegiatan Ilmiah Uji Mandiri

Jawaban dalam paket uji mandiri diberikan oleh suatu lembaga khusus yang dibentuk oleh

PP IAI serta diberikan pengakuan dan penilaian maksimum 3 SKP sesuai dengan yang

tercantum dalam paket yang bersangkutan, yang dikukuhkan dengan sertifikat yang

diberikan oleh PP IAI.

Page 47: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 47

BAB IV

KOMITE SERTIFIKASI DAN RESERTIFIKASI PROFESI APOTEKER

Pasal 2

1. Untuk Pelaksanaan pengakuan dan penilaian sehubungan dengan akreditasi dan

sertifikasi bagi para anggota Ikatan Apoteker Indonesia , Pengurus Pusat ikatan

Apoteker Indonersia membentuk suatu badan semi otonom yang disebut Komite

Sertifikasi dan Resertifikasi Apoteker yang disingkat KSR- Apoteker.

2. Komite Sertifikasi dan Resertifikasi Apoteker (KSR- Apoteker). Berkedudukan di Pusat

dan di daerah dibentuk Tim Sertifikasi dan Resertifikasi Pengurus Daerah Ikatan

Apoteker Indonesia.

3. Komite Sertifikasi dan Resertifikasi Apoteker (KSR- Apoteker) dan Tim Sertifikasi dan

Resertifikasi Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia merupakan bagian

kelengkapan organisasi yang bersifat semi otonom dan tetap dalam koordinasi

Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia baik tingkat Pusat maupun daerah.

Pasal 9

1. Pengakuan dan penilaian bagi kegiatan ilmiah lisan di tingkat internasional, regional dan

nasional dilakukan oleh Komite Sertifikasi dan Resertifikasi PP IAI.

2. Pengakuan dan penilaian bagi kegiatan ilmiah lisan di tingkat cabang dan daerah

dilakukan oleh Tim Sertifikasi dan Resertifikasi Apoteker PD IAI.

Pasal 10

Pengakuan dan penilaian kegiatan ilmiah tertulis, termasuk karya tulis berupa buku ilmiah,

monograf, laporan hasil penelitian atau pembahasan ilmiah yang dimuat dalam jurnal

ilmiah yang terakreditasi maupun tulisan bermuatan kefarmasian dalam majalah ilmiah

populer, surat kabar dan sejenisnya, dipusatkan pada Komite Sertifikasi dan Resertifikasi

PP IAI.

Pasal 11

Pengakuan dan penilaian paket uji mandiri yang dapat dilakukan melalui pos ataupun

internet serta kegiatan ilmiah peningkatan keterampilan berkala dipusatkan pada Komite

Sertifikasi dan Resertifikasi Apoteker PP IAI.

Page 48: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 48

BAB V

TATA CARA PERMOHONAN AKREDITASI

Pasal 12

Permohonan akreditasi kegiatan ilmiah lisan

1. Panitia pelaksana kegiatan ilmiah lisan mengajukan surat permohonan akreditasi

kepada Komite Sertifikasi dan Resertifikasi PP IAI atau Tim Sertifikasi dan Resertifikasi

PD IAI sesuai dengan yang tercantum pada Bab IV pasal 8 dengan melampirkan :

a. Kerangka acuan (Term Of Reference/TOR)

b. Susunan panitia pelaksana

c. Susunan acara lengkap dengan rincian waktu, judul/ topik pembicaraan, daftar nama pembicara dan moderator

d. Target yang diharapkan dapat dicapai

2. Komite atau Tim Sertifikasi dan Resertifikasi akan mengevaluasi dan

mempertimbangkan permohonan yang diajukan. Apabila diputuskan layak, maka

selanjutnya Komite atau Tim Sertifikasi dan Resertifikasi akan menerbitkan surat

keputusan akreditasi yang berisi jumlah SKP bagi peserta, pembicara, panitia dan

moderator sesuai ketentuan Bab III tentang Pengakuan dan Penilaian.

3. Nomor Surat Keputusan dan Nilai SKP dicantumkan dalam piagam penghargaan atau

sertifkat yang dikeluarkan panitia sebagai tanda keikutsertaan aktif baik bagi peserta

maupun penyelenggara.

4. Jumlah SKP dapat dicantumkan dalam surat edaran atau poster penyelenggaraan

acara yang dimaksud.

5. Surat Keputusan akreditasi yang dibuat oleh Tim Sertifikasi dan Resertifikasi PD IAI

harus dikirimkan tembusannya kepada Komite Sertifikasi dan Resertifikasi PP IAI

selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah pelaksanaan kegiatan. Tembusan Surat

Keputusan ini sangat penting sebagai bahan pemantauan tentang sah tidaknya

akreditasi yang diperoleh seseorang apoteker dalam rangka menghimpun jumlah SKP

yang dipersyaratkan dalam kegiatan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan.

6. Untuk perseorangan anggota IAI yang telah mengikuti kegiatan ilmiah lisan tetapi

sertifikatnya belum/ tidak diberi SKP dapat meminta akreditasi susulan dari Komite atau

Tim Sertifikasi dan Resertifikasi sesuai tingkatannya dengan melampirkan informasi

tentang jenis kegiatan, jadwal acara, susunan panitia pelaksana dan fotokopi sertifikat

disertai keterangan dari PP/PD/PC IAI tentang kebenaran adanya kegiatan tersebut.

Page 49: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 49

Sertifikasi atas kegiatan ilmiah lisan yang dimohonkan akreditasinya tidak boleh

melebihi masa 2 tahun sejak pelaksanaannya.

Pasal 13

Permohonan Akreditasi Kegiatan Ilmiah Tertulis

Berupa Buku atau Monograf

1. Pengarang/ penulis/ editor buku ilmiah mengajukan permohonan akreditasi kepada

Komite Sertifikasi dan Resertifikasi PP IAI dengan melampirkan satu kopi buku dan

daftar pengarang/ penulis/ editor dan makalah yang ditulis, serta kompetensi masing-

masing pengarang/ penulis/ editor.

Pasal 14

Permohonan Akreditasi Kegiatan Ilmiah

Berupa Tulisan Dalam Majalah Ilmiah

1. Dewan redaksi majalah ilmiah dapat mengajukan surat permohonan kepada Komite

Sertifikasi dan Resertifikasi PP IAI dengan mencantumkan susunan dewan redaksi dan

menyerahkan 1 (satu) kopi contoh majalah edisi terakhir untuk meminta akreditasi bagi

majalahnya.

2. Komite Sertifikasi dan Resertifikasi PP IAI akan mengkaji dan menilai apakah kategori

dan majalah/jurnal tersebut termasuk ilmiah/ semi ilmiah/ ilmiah populer/ non ilmiah dan

kemudian menetapkan nilai skp yang diakui untuk setiap jenis tulisan yang dimuat/ akan

dimuat dalam majalah/jurnal tersebut.

3. Akreditasi majalah diperbaharui setiap lima tahun sekali.

4. Pengajuan akreditasi bagi majalah IAI dan Himpunan Seminat Apoteker IAI tidak

dikenakan biaya administrasi, demikian juga majalah ilmiah yang diterbitkan oleh badan

regulasi (pemerintah).

5. Setelah mendapat surat keputusan akreditasi dari Komite Sertifikasi dan Resertifikasi

PP IAI, dewan redaksi dapat mengeluarkan sertifikat akreditasi bagi setiap tulisan yang

dimuat dalam majalah/jurnal yang dikelolanya dan ikut ditandatangani oleh Komite

Sertifikasi dan Resertifikasi PP IAI.

6. Dalam hal dewan redaksi majalah/jurnal tidak mengajukan permohonan akreditasi

kepada Komite atau Tim Sertifikasi dan Resertifikasi, maka penulis dapat mengajukan

Page 50: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 50

permintaan akreditasi kegiatan ilmiah berupa karya ilmiah tulisan kepada Komite atau

Tim Sertifikasi dan Resertifikasi, dengan menyertakan fotokopi makalah dan identitas

majalah/jurnal yang memuatnya, antara lain nama majalah/jurnal, issn, dewan redaksi

dan informasi lain yang dianggap perlu.

7. Pengajuan permintaan akreditasi sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 14 ayat 6

di atas, hanya berlaku untuk tulisan yang dipublikasi kurang dari 2 tahun dari saat

pengajuan.

Pasal 15

Permohonan akreditasi kegiatan ilmiah

Pelatihan peningkatan keterampilan

1. Lembaga-lembaga yang berencana mengadakan kegiatan pelatihan mengajukan surat

permohonan akreditasi kepada lembaga akreditasi dan sertifikasi nasional dengan

melampirkan kerangka acuan yang antara lain memuat informasi tentang :

a. Penyelenggara kegiatan

b. Susunan panitia pelaksana

c. Susunan acara lengkap dengan rincian waktu, judul/topik, narasumber, moderator dan pembicara

d. Jenis kegiatan pelatihan yang dapat meningkatkan keterampilan dan lamanya kegiatan

e. Target yang akan dicapai

f. Metoda evaluasi yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pelatihan termasuk pra dan pasca test.

2. Komite Sertifikasi dan Resertifikasi PP IAI akan mengevaluasi dan mempertimbangkan

permohonan yang diajukan. Apabila diputuskan layak, maka selanjutnya Komite

Sertifikasi dan Resertifikasi PP IAI akan menerbitkan surat keputusan akreditasi, yang

berisi jumlah kredit bagi pesrta, pembicara dan penyelenggara/pelaksana sesuai

ketentuan yang tercantum dalam bab iii tentang pengakuan dan penilaian.

3. Nilai akreditasi dicantumkan dalam piagam penghargaan atau sertifikat yang

dikeluarkan panitia sebagai tanda keikutsertaan aktif baik bagi peserta maupun

penyelenggara.

4. Jumlah SKP dapat dicantumkan dalam surat edaran atau poster penyelenggaraan

acara yang dimaksud.

Page 51: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 51

5. Untuk perseorangan anggota IAI yang telah mengikuti kegiatan ilmiah pelatihan

peningkatan keterampilan tetapi sertifikatnya belum/ tidak diberi nilai akreditasi dapat

meminta akreditasi susulan dari Komite Sertifikasi dan Resertifikasi PP IAI dengan

melampirkan informasi tentang jenis kegiatan, jadwal acara, susunan panitia pelaksana

dan fotokopi sertifikat disertai keterangan dari PP/PD/PC IAI tentang kebenaran adanya

kegiatan tersebut. Sertifikasi atas kegiatan ilmiah lisan yang dimohonkan akreditasinya

tidak boleh melebihi masa 2 tahun sejak pelaksanaannya.

Pasal 16

Biaya pengajuan SKP

1. Untuk permohonan akreditasi dan penilaian, pemohon dikenakan biaya.

2. Besarnya biaya dihitung berdasarkan Nilai SKP yang disetujui.

3. Penerimaan tersebut merupakan pendapatan PP IAI atau PD IAI.

4. Biaya tersebut harus sudah lunas dibayarkan sebelum kegiatan dilaksanakan.

5. Untuk permohonan akreditasi, setiap SKP yang disetujui, pemohon dikenakan biaya

dengan ketentuan dan besarannya sebagai berikut :

a. Kegiatan ilmiah lisan yang diadakan oleh PP, PD, PC atau Himpunan Seminat

Apoteker IAI di semua tingkatan tidak dikenakan biaya.

b. Kegiatan ilmiah lisan yang diadakan oleh Institusi Pendidikan Tinggi Farmasi

dikenakan biaya Rp. 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) per SKP yang disetujui.

c. Kegiatan ilmiah yang diadakan oleh Lembaga Pemerintah baik tingkat pusat maupun

daerah dikenakan biaya Rp. 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) per SKP yang

disetujui.

d. Apabila kegiatan ilmiah sebagaimana dimaksud Pasal 16 ayat (1) huruf b dan c tidak

memungut biaya dari peserta, maka pengakuan SKP tidak dikenakan biaya.

e. Kegiatan ilmiah yang diadakan oleh Lembaga lain di luar Ikatan apoteker Indonesia

dan Himpunan Semiant Apoteker di semua tingkatan atau lembaga pemerintah atau

Institusi Pendidikan Tinggi Farmasi dengan atau tanpa memungut biaya kepada para

peserta dikenakan biaya Rp. 300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah) per SKP yang

disetujui.

6. Untuk perseorangan anggota IAI yang telah mengikuti kegiatan ilmiah pelatihan

peningkatan keterampilan tetapi sertifikatnya belum/ tidak diberi nilai akreditasi dan

mengajukan akreditasi maka dikenakan biaya Rp. 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah)

setiap SKP yang disetujui.

Page 52: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 52

7. Pengarang/ penulis/ editor buku ilmiah yang mengajukan permohonan akreditasi

kepada Komite Sertifikasi dan Resertifikasi PP IAI dikenakan biaya Rp. 50.000,00 (lima

puluh ribu rupiah) setiap SKP yang disetujui.

8. Dewan redaksi majalah ilmiah yang mengajukan surat permohonan kepada Komite

Sertifikasi dan Resertifikasi PP IAI untuk mendapatkan akreditasi maka dikenakan biaya

Rp. 300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah) setiap SKP yang disetujui .

BAB VI

ATURAN PERALIHAN

Pasal 14

1. Semua SKP yang telah diterbitkan baik oleh pengurus daerah IAI maupun Pengurus

Pusat ISFI serta pengurus daerah ISFI sebelum diterbitkannya surat keputusan ini tetap

berlaku.

Pasal 15

1. Hal-hal yang belum diatur dalam keputusan ini akan diatur kemudian dalam keputusan

tersendiri yang dikeluarkan oleh PP IAI

2. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan bilamana terdapat kekeliruan dalam

surat keputusan ini akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.

BAB VI

PENUTUP

Pasal 17

Hal-hal yang belum diatur dalam pedoman ini akan diatur kemudian dalam ketetapan

tersendiri yang dikeluarkan oleh PP IAI.

Ditetapkan Di : Jakarta 15 Februari 2013

Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia

Page 53: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 53

LAMPIRAN 3

RESERTIFIKASI APOTEKER

BORANG RENCANA PENGEMBANGAN DIRI

Nama :

Periode RPD :

TAHUN DOMAIN KEGIATAN

I 1.

2.

3.

dst

II 1.

2.

3.

dst

III 1.

2.

3.

dst

IV 1.

2.

3.

dst

V 1.

2.

Page 54: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 54

3.

dst

No Domain Proporsi yang ingin dicapai

(%)

1. Kinerja Profesional

2. Kinerja Pembelajaran

3. Kinerja Pengabdian

Masyarakat/Profesi

4. Kinerja Publikasi ilmian

5. Kinerja Pengembangan Ilmu

Page 55: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 55

LAMPIRAN 4

FORMULIR REGISTRASI

RESERTIFIKASI APOTEKER

Kepada Yth.

Ketua PD-IAI ...................................................... Diterima tanggal : ............................

Di ( diisi oleh pengurus )

Tempat

Bersama ini saya mengajukan permohonan Resertifikasi dengan data sebagai berikut :

Nama Lengkap, gelar :

Tempat / Taggal lahir :

No.KTP :

No.KTA :

Alamat lengkap (sesuai KTP) :

No.Handphone :

Alamat email :

Nama dan alamat tempat

praktek / kerja

: 1. ......................................................................................

2. ......................................................................................

3. ......................................................................................

No. STRA : .............................................. Masa berlaku : ..... / ...... / ..........

No. Sertifikat Kompetensi : ............................................... Masa berlaku : ..... / ...... / ..........

Page 56: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 56

PC-IAI asal : .......................................................................................................

Untuk keperluan verifikasi data, berikut terlampir :

1) Fotocopy KTP yang masih berlaku

2) Fotocopy KTA yang masih berlaku

3) Fotocopy STRA yang masih berlaku

4) Fotocopy Rekomendasi terakhir dari PC/PD IAI yang diperoleh

5) Fotocopy SIA/SIPA/SIKA terakhir yang diperoleh

6) Fotocopy SK Pengangkatan Pegawai (bagi pemohon di RS/PBF/Industri)

7) Fotocopy Sertifikat Kompetensi Profesi Apoteker akan atau habis masa berlakunya

8) Formulir Self Assessment

9) Rekapitulasi Perolehan SKP

10) Fotocopy sertifikat Kegiatan Ilmiah Lisan (Simposium/Temu Ilmiah, Seminar, Lokakarya, Semiloka,

Diskusi Panel, Pertemuan Klinik dan Penataran Etik Profesi) serta publikasi dalam

Konferensi/Konggres Ilmiah.

Demikianlah permohonan ini diajukan, atas perhatiannya terima kasih.

.........................................., ....................................

Pemohon,

..........................................................................

Nama lengkap & tanda tangan

Page 57: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 57

LAMPIRAN 5

FORMULIR SELF ASSESSMENT

RESERTIFIKASI APOTEKER

A. DATA SERTIFIKAT KOMPETENSI

1. No. Sertifikat : ...............................................................................................

2. Nama Lengkap, gelar : ...............................................................................................

3. Tempat / Taggal lahir : ...............................................................................................

4. Alamat lengkap : ...............................................................................................

...............................................................................................

...............................................................................................

5. No. Ijazah Apoteker : ...............................................................................................

6. Asal Perguruan Tinggi : ...............................................................................................

B. DATA DOKUMEN LEGAL PENDUDKUNG

7. No. STRA : ....................................... Masa berlaku : ..... / ...... / ..........

8. No. Surat Rekomendasi : ....................................... Masa berlaku : ..... / ...... / ..........

9. No. SIPA / SIKA : ....................................... Masa berlaku : ..... / ...... / ..........

C.

D. BIDANG PEKERJAAN KEFARMASIAN (pilih salah satu)

10. A. Pelayanan Kefarmasian (Apotek, Klinik, Puskesmas, IFRS)

B. Distribusi Kefarmasian

C. Produksi/Industri Kefarmasian (Farmasi/OT/Kosmetik/Makanan&minuman)

DATA PEROLEHAN SATUAN KREDIT PROFESI (5 tahun terakhir )

11. Nama Kegiatan

Tanggal

Kegiatan SKP Penerbit Sertifikat

Page 58: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 58

.

TOTAL SKP :

........................................., ....................................

Pemohon,

..........................................................................

Nama lengkap & tanda tangan

F. HASIL VERIFIKASI

Berdasarkan VERIVIKASI yang dilakukan oleh PD-IAI / Panitia Resertifikasi ..................................

Page 59: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 59

diperoleh hasil bahwa permohonan yang diajukan oleh yang bersangkutan dinyatakan :

MEMENUHI PERSYARATAN / TIDAK MEMENUHI PERSYARATAN*

untuk memperoleh Sertifikat Kompetensi Profesi Apoteker.

.........................................., ....................................

Ketua PD / Panitia Resertifikasi

..........................................................................

Page 60: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 60

LAMPIRAN 6

BORANG VERIFIKASI PRAKTEK PROFESI APOTEKER

IKATAN APOTEKER INDONESIA

Isilah dengan lengkap dan sebenarnya :

A. Sertifikat Kompetensi Sekarang (untuk keperluan Perpanjangan)

1. Nomor Sertifikat

2. Nama Lengkap Pemegang

3. Tempat dan tanggal lahir

4. Alamat tinggal sekarang (lengkap)

5. Nomor & Tanggal Ijazah Apoteker

6. Asal Perguruan Tinggi (Pend. Apoteker)

B. Dokumen Legal

1. Nomor STRA, tanggal berakhir

2. Nomor Rekomendasi IAI, tanggal berakhir

3. Nomor SIPA/SIKA, tanggal berakhir

C. Riwayat Umum Pekerjaan Kefarmasian (5 tahun terakhir)

7.

Tahun Pekerjaan Jabatan Nama & Alamat Kantor

Utama :

Sampingan :

Utama :

Sampingan :

Utama :

Sampingan :

Utama :

Sampingan :

Utama :

Sampingan :

Page 61: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 61

D. Perolehan SKP Seminar & SKP Pengabdian (5 tahun terakhir, sertakan fotocopinya)

Jenis Sertifikat Nomor Sertifikat Jumlah

SKP Penerbit Sertifikat

8.

Kegiatan yang dapat menambah wawasan keilmuan/keterampilan : Seminar, Pelatihan, Workshop, Penelitian, dll

Jika tidak cukup, buat lampiran

tersendiri

9.

Kegiatan sosial atau pengabdian profesi dan keorganisasian : kepanitiaan, membimbing mahasiswa, dosen penguji, bakti sosial dll Jika tidak cukup, buat lampiran tersendiri

TOTAL SKP =

Page 62: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 62

E. Perolehan SKP Praktik 1 (Kondisi Umum Praktik Kefarmasian)

10. Bidang Pekerjaan Kefarmasian (pilih)

A. Pelayanan Kefarmasian Dasar (Apotek, Klinik, Puskesmas)

B. Pelayanan Kefarmasian Lanjut (Instalasi Farmasi RS)

C. Distribusi Kefarmasian

D. Produksi/Industri Kefarmasian (Far/OT/Kosm/Makmin)

11.

Alamat Tinggal Alamat Pekerjaan

Kefarmasian dilakukan

Perkiraan jarak rumah ke tempat

praktik/kerja

12.

Hari Kerja Lama Jam

Kantor (Σ jam) Lama Kerja

Anda (Σ jam) Pekerjaan spesifik yang Anda

lakukan

Senin

Selasa

Rabu

Kamis

Jum’at

Sabtu

Minggu

TOTAL :

F. Perolehan SKP Praktik 2 (Instrumen/Dokumen Kelengkapan Praktik Kefarmasian)

13.

Jenis Instrumen Ada/Tidak

Σ Pembuat Pelaksana

Dikerjakan/ tidak

dikerjakan

1) Manual/Protokol Pekerjaan

2) Standar Prosedur Operasional (SPO)

Di Pengadaan

Di Gudang/Penyimpanan

Di Ruang Penyiapan/Peracikan

Di Ruang Praktik/Penyerahan

Sanitasi/Higien

Page 63: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 63

SPO Lainnya

3) Instruksi Kerja

Perintah komponding

Perintah Kerja kpd Staff

Dokumen Perintah lainnya

4) Kertas kerja

Form Pembelian/Pengadaan

Kartu Kendali Stok

Form Skrining Resep

Form Copy Resep

Patien Medication Record (PMR)

Monev Penggunaan Obat

Form Swamedikasi

Form Konseling

Dokumen kerja (profesi) lainnya

Penilaian oleh Tim Rekomendasi Cabang atas kaitan item E dan F (skor max. 100) :

(konversi dari skor ke SKP Praktik dilakukan oleh Tim Rekomendasi Daerah) ......................

G. Penerapan Praktik Kefarmasian

14.

Jawablah pada lembar kertas tersendiri ! (Terketik rapi)

1) Uraikan cara Anda melakukan pelayanan kefarmasian di tempat Praktik !

2) Kapan Anda lebih banyak berinteraksi dengan Pasien ?

3) Bagaimana Anda menyiapkan protap khusus agar Asisten dan atau Petugas lain dapat melakukan pelayanan/penyerahan obat (resep) kepada pengunjung/pasien ?

Mengapa ?

4) Jika Anda sedang berhalangan, bagaimana Anda mengatur pelayanan resep atas pasien ? Mengapa demikian ?

5) Jika Anda dan Asisten Anda sedang berhalangan, bagaimana Anda mengatur pelayanan resep atas pasien ? Mengapa ?

6) Bagaimana cara Anda menggali informasi dari pasien agar resep yang Anda terima dapat memenuhi rasionalitas klinis dan farmasetis ?

7) Jika suatu resep mengalami masalah, apa saja yang perlu Anda sampaikan kepada pasien, asisten, karyawan lain dan dokter penulis resep ?

8) Apa yang dapat Anda jelaskan kepada asisten jika menghadapi pasien yang

Page 64: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 64

meminta obat hipertensi pada saat Anda tidak ada di tempat ?

9) Apa saja yang perlu Anda periksa untuk menentukan apakah suatu resep itu sah atau tidak serta rasional atau tidak ?

10) Bagaimana Anda mengatur jadwal kerja bagi diri sendiri dan para pembantu Anda agar pelayanan kefarmasian dapat berjalan sebagaimana mestinya ? Kapankah waktu yang paling tepat bagi Anda untuk datang ke Apotek ? Berikan alasan-alasan Anda !

Penilaian oleh Tim Sertifikasi dan Resertifikasi Apoteker Pengurus DaerahRekomendasi Daerah atas item G (skor max 100) :

......................

H. Hasil Penilaian Verifikasi

15.

Berdasarkan wawancara dan pengamatan obyektif atas Kondisi Umum Praktik Kefarmasian (E) dan Instrumen/Dokumen Kelengkapan Praktik Kefarmasian (F), Tim Rekomendasi Cabang Kabupaten/Kota .......................................................................... memberikan penilaian sebesar :

Skor Tertinggi = 100

16. Berdasarkan jawaban atas pertanyaan mengenai Penerapan Praktik Kefarmasian (G), Tim Rekomendasi memberikan penilaian sebesar :

Skor Tertinggi = 100

Nilai Rata-rata E, F dan G :

Page 65: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 65

LAMPIRAN 7 : CONTOH PORTOFOLIO

Lembar Portofolio

RESERTIFIKASI APOTEKER

Ikatan Apoteker Indonesia

Nama : …………………..

No Anggota : ……………………..

Page 66: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 66

Data Pribadi

Nama : __________________________________________

Tempat/tanggal lahir : __________________________________________

Status : Menikah/Belum Menikah *

Agama : __________________________________________

Alamat tempat tinggal : __________________________________________

Alamat surat menyurat` : __________________________________________

Alamat email : __________________________________________

No telp /Hp : __________________________________________

Riwayat Pendidikan Formal

Tahun Strata/ Profesi Institusi Pendidikan Deskripsi

Page 67: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 67

Penghargaan

Pengalaman Akademis

Penghargaan dan pencapaian profesional

Pendidikan Profesi Tersertifikasi

Tahun Penghargaan Pemberi

Penghargaan

Deskripsi Penghargaan

Tahun Sertifikat Pemberi Sertifikat Ketrampilan atau ilmu

pengetahuan yang didapat

Page 68: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 68

Keikutsertaan dalam Lokakarya/seminar/pelatihan

Publikasi dalam konferensi

Tahun Lokakarya/seminar/pelatihan Lembaga

Penyedia

Ketrampilan atau

ilmu pengetahuan

yang didapat

Tahun Konferensi Lembaga

Penyelenggara

Judul presentasi

Page 69: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 69

Pengalaman sebagai Pembicara

Riwayat Pekerjaan

Tahun Talks or

Presentation

Forum Judul presentasi

Periode

Kerja

Pemberi

Kerja

Posisi Ketrampilan dan

ilmu pengetahuan

yang didapat

Nilai tambah yang

diberikan dalam layanan

Page 70: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 70

Perencanaan Pendidikan Berkelanjutan

Topik yang

ingin

dipelajari

Sumber

Pembelajaran

digunakan

Rencana

untuk mulai

melakukan

Rencana untuk

mengakhiri

Waktu aktual

realisasi

Lembar aktivitas

setiap CPD

CPD : Continuing Professional Development

Page 71: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 71

Lembar Aktivitas Setiap CPD

Tanggal pelaksanaan :

Waktu yang direncanakan :

Topik :

Stimulus :

Hal apa yang membuat Anda tertarik mempelajari topik tersebut?

□ Diskusi dengan sejawat atau profesi kesehatan lain

□ Praktik pelayanan

□ Self-assessment

□ Feed back dari pelanggan

□ Membaca literatur

□ Melakukan penelitian

□ Mengajar, mempersiapkan diri sebagai preceptor

□ Mempersiapkan presentasi

□ Ikut serta dalam program pendidikan berkelanjutan

□ Lainnya : ....

Sumber Pembelajaran :

Sumber apa yang akan Anda gunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran?

□ Belajar mandiri

□ Membaca artikel/ jurnal

□ Berdiskusi dengan rekan sejawat/ profesi kesehatan lain

□ Lokakarya, pelatihan, seminar, konferensi

□ Penelusuran pustaka

□ Lainnya : ….

Pertanyaan refleksi :

1. Ketrampilan atau ilmu pengetahuan apa yang sesungguhnya ingin dipelajari?

Page 72: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 72

2. Mengapa tertarik mempelajari hal tersebut?

Tahap persiapan :

1. Berapa lama tujuan pembelajaran tersebut diharapkan tercapai? ……………..hari

2. Seberapa penting topik tersebut mendukung pekerjaan Anda?

Gunakan tabel berikut ini untuk membantu mengidentifikasi tingkat kepentingan topik tersebut!!

Page 73: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 73

Tidak

penting

samasekali

Rendah Sedang Penting Sangat penting

Pengembangan

diri

Kepentingan

pelanggan

dalam layanan

Kemajuan

rekan sejawat

Kemajuan

institusi tempat

kerja

3. Pilihan pembelajaran apa yang akan Anda usahakan untuk mencapai tujuan pembelajaran

tersebut?

Misalnya: belajar mandiri, mengikuti konferensi, mengikuti pelatihan. Anda dapat menggunakan

lebih dari 1 metode pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Gunakan tabel

berikut untuk membantu menganalisa metode pembelajaran yang Anda pilih.

Pilihan Deskripsi Aktivitas Keuntungan Kerugian Kegiatan terpilih

(√)

1

2

3

4

5.

Page 74: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 74

Tahap Pelaksanaan :

Ketrampilan/ ilmu pengetahuan apa yang telah Anda dapatkan selama proses pembelajaran

tersebut?

Tahap evaluasi :

1. Apakah tujuan pembelajaran yang Anda dapatkan sudah sesuai dengan yang diharapkan?

□ ya □ tidak

2. Jika ya,seberapa pencapaian Anda?

□ sepenuhnya tercapai □ sebagian tercapai

3. Jika ya, berikan beberapa contoh tindakan yang akan Anda aplikasikan di tempat kerja.

4. Jika ya, keuntungan apa yang akan Anda berikan pada tempat kerja?

5. Jika ya, apakah Anda ingin mempelajarinya lebih dalam lagi?

Page 75: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 75

6. Jika tidak dan sebagian tercapai, mengapa Anda tidak/ kurang dapat mencapai tujuan

pembelajaran?

7. Jika tidak dan sebagian tercapai, apa yang akan Anda lakukan berikutnya?

a. Tidak ada, saya merasa sudah cukup

b. Mereview kembali proses yang sudah saya lakukan dan mencari penyebab kegagalan

c. Mencari topik baru untuk dipelajari

Lembar Profil Riwayat Pelaksanaan CPD

Tanggal Jenis Aktivitas Nama

Penyelenggara

Jumlah jam

yang

diperlukan

Tujuan pembelajaran

terpenuhi

(ya/ tidak)

Tindakan yang

akan

direncanakan

Page 76: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 76

LAMPIRAN 8

PETUNJUK TEKNIS RESERTIFIKASI PROFESI APOTEKER

DENGAN

SATUAN KREDIT PARTISIPASI (SKP)

PADA MASA TRANSISI

A. KETENTUAN UMUM

Bahwa untuk memberikan apresiasi bagi anggota yang telah menjalankan praktik

profesinya serta aktif dalam peningkatan kompetensi profesinya melalui berbagai kegiatan

seperti Kegiatan Ilmiah Lisan (Simposium/Temu Ilmiah, Seminar, Lokakarya, Semiloka,

Diskusi Panel, Pertemuan Klinik dan Penataran Etik Profesi) serta publikasi dalam

Konferensi/Konggres Ilmiah maka perlu dibuat pedoman khusus resertifikasi bagi anggota

tersebut.

Dengan begitu bagi anggota yang telah menjalankan praktik profesinya serta aktif

dalam peningkatan kompetensi profesinya mendapat perlakuan khusus dalam pengurusan

perpanjangan Sertifikat Kompetensi Apoteker yang akan atau habis masa berlakunya.

B. PERSYARATAN PEMOHON

Pemohon yang dapat menempuh metoda sertifikasi ini adalah Apoteker yang sudah

memenuhi ketentuan sebagai berikut :

1. Telah Terdaftar sebagai anggota Ikatan Apoteker Indonesia

2. Telah memiliki Sertifikat Kompetensi Profesi Apoteker yang akan habis masa

berlakunya

3. Telah memiliki poin Satuan Kredit Partisipasi (SKP) minimal 50 SKP selama 5 (lima)

tahun yang diperoleh dari Kegiatan Ilmiah Lisan (Simposium/Temu Ilmiah, Seminar,

Lokakarya, Semiloka, Diskusi Panel, Pertemuan Klinik dan Penataran Etik Profesi) serta

publikasi dalam Konferensi/Konggres Ilmiah dan dari kegiatan pengabdian masyarakat.

C. TATA CARA

1. Pemohon mengajukan permohonan sebagai Peserta Resertifikasi kepada PD-IAI /

Panitia Resertifikasi setempat melalui PC-IAI setempat dengan cara mengisi Formulir

Registrasi Resertifikasi dan Formulir Self Assessment ( sebagaimana terlampir )

dengan melampirkan :

Page 77: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 77

a. Fotocopy KTP yang masih berlaku

b. Fotocopy KTA yang masih berlaku

c. Fotocopy STRA yang masih berlaku

d. Fotocopy Rekomendasi terakhir dari PC/PD IAI yang diperoleh

e. Fotocopy SIA/SIPA/SIKA terakhir yang diperoleh

f. Fotocopy SK Pengangkatan Pegawai (bagi pemohon di RS/PBF/Industri)

g. Fotocopy Sertifikat Kompetensi Profesi Apoteker yang akan habis masa

berlakunya

h. Fotocopy sertifikat Kegiatan Ilmiah Lisan (Simposium/Temu Ilmiah, Seminar,

Lokakarya, Semiloka, Diskusi Panel, Pertemuan Klinik dan Penataran Etik

Profesi) serta publikasi dalam Konferensi/Konggres Ilmiah.

2. Pemohon membayar biaya registrasi sebesar Rp. 100.000,- ( seratus ribu rupiah )

kepada PD-IAI / Panitia Resertifikasi setempat guna keperluan verifikasi data dan

isian self assesment

3. Pemohon membayar biaya resertifikasi sebesar Rp. 500.000,00 ( lima ratus ribu

rupiah ) kepada PP-IAI melalui PD-IAI / Panitia Resertifikasi setempat

4. PD-IAI / Panitia Resertifikasi setempat melakukan verifikasi terhadap permohonan

yang diajukan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah permohonan diterima,

meliputi verifikasi permohonan dan Self Assessment serta dokumen terlampir.

5. PD-IAI / Panitia Resertifikasi setempat menyampaikan secara tertulis hasil verifikasi

kepada pemohon melalui PC-IAI setempat paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak

dilakukan verifikasi , dengan ketentuan hasil sebagai berikut :

a. Ter-Sertifikasi ( Certified ), artinya anggota tersebut lolos verifikasi dan berhak

memperoleh Sertifikat Kompetensi Profesi Apoteker atau

b. Tidak Ter-Sertifikasi ( Un-Certified ), artinya anggota tersebut tidak lolos

verifikasi dan tidak berhak memperoleh Sertifikat Kompetensi Profesi Apoteker

6. Pemohon yang memperoleh hasil Tidak Ter-Sertifikasi ( Un-Certified ) berhak

melakukan klarifikasi kepada PD-IAI / Panitia Resertifikasi setempat melalui PC-IAI

setempat paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak hasil verifikasi diterima pemohon.

7. PD-IAI setempat mengajukan permohonan blanko sertifikat kompetensi kepada PP-

IAI dengan melampirkan softcopy :

Page 78: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 78

- Formulir Registrasi Resertifikasi,

- Formulir Self Assessment

8. PP-IAI mengirimkan blanko sertifikat kompetensi kepada PD-IAI setempat paling

lambat 7 (tujuh) hari sejak permohonan diterima.

9. PD-IAI setempat menyerahkan Sertifikat Kompetensi Profesi Apoteker kepada

pemohon melalui PC-IAI setempat

Page 79: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 79

LAMPIRAN 9

TABEL SATUAN KREDIT PARTISIPASI UTK RESERTIFIKASI APOTEKER

UNTUK APOTEKER DI SARANA PRODUKSI

(INDUSTRI FARMASI)

Resertifikasi Apoteker Industri dilakukan setiap lima tahun, terhitung dari bulan di mana SERTIFIKAT APOTEKER terakhir diperoleh.

Resertifikasi dilakukan dengan mengumpulkan SKP (Satuan Kredit Partisipasi) yang didapatkan melalui kegiatan-kegiatan sebagai PROFESIONAL, PEMBELAJARAN, PENGABDIAN MASYARAKAT, PUBLIKASI ILMIAH, PENGEMBANGAN ILMU.

Untuk bisa mendapatkan resertifikasi, sekurang-kurangnya dalam LIMA TAHUN terkumpul 150 SKP. Idealnya setahun terkumpul sekurang kurangnya 30 SKP.

Daftar Kegiatan dan Perolehan SKP nya

Kegiatan Point SKP

SKP Maks per

tahun

Bukti minimal yang diakui (Bisa diminta bukti2 lain)

KELOMPOK KEGIATAN PROFESIONAL : Kegiatan Praktik Kefarmasian dalam konteks Industri Farmasi

Bekerja dalam Lingkungan Industri Farmasi sebagai karyawan/konsultan Part Time

1 12

Surat Keterangan Perusahaan/Perjanjian kerja Jumlah SKP untuk tiap 30 mandays kehadiran aktif

Bekerja dalam Lingkungan Industri Farmasi sebagai Karyawan Tetap full time dalam jabatan teknis (QC,QA, Produksi,RnD, Regulatory, Purchasing API, Tech transfer, PPIC) 3 12

Surat Keterangan Perusahaan/Perjanjian kerja Jumlah SKP untuk satu triwulan (dibawah satu triwulan dibulatkan

kebawah)

Menjabat sebagai Apoteker Pen Jawab (Prod, QA atau QC) 2 8

Jumlah SKP untuk satu triwulan (dibawah satu triwulan dibulatkan ke bawah) - Ditambahkan thd SKP utk kategori di atasnya

Menjabat sebagai Manajer utk Dept Teknis 1 4

Surat Keterangan perusahaan/Perjanjian Kerja

Jumlah SKP untuk satu triwulan (dibawah satu triwulan dibulatkan kebawah)- Ditambahkan thd SKP utk kategori di atasnya

Maksimal Total SKP per tahun 20

KEGIATAN PEMBELAJARAN: Kegiatan dengan maksud meningkatkan KOMPETENSI kefarmasian dalam lingkup Farmasi Industri

Training Teknis tatap muka yang Relevant dng Pekerjaannya dlm subject Industri Farmasi 1

no limit

Sertifikat

Jumlah SKP setiap hari Training Tatap muka

Page 80: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 80

Training Teknis tatap muka dalam subject Industri Farmasi,tidak terkait langsung dengan pekerjaannya tetapi menambah pengetahuannya mengenai bidang yang terkait dng industri farmasi 0.5

no limit

Sertifikat

Jumlah SKP setiap hari Training Tatap muka

Training Non Teknis yang bisa menunjang pekerjaannya dalam industri farmasi 0.25

no limit

Sertifikat

Jumlah SKP setiap hari Training Tatap muka

Program jenjang S2/S3 Kefarmasian 1

no limit

Jumlah SKP per SKS pembelajaran dalam tahun berjalan

Program Internship, Kunjungan Kerja, Pameran Kefarmasian 0.25

no limit

Bukti Kunjungan

SKP per kunjungan

Hadir dalam Kongres Ilmiah Farmasi Internasional 5

no limit

Bukti Keikutsertaan/Sertifikat

Hadir dalam Kongres/Conference Ilmiah Farmasi Nasional 3

no limit

Bukti Keikutsertaan/Sertifikat

Maksimum Total SKP per tahun 20

KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT: Kegiatan pengamalan ilmu secara voluntir (kegiatan tanpa motif penghasilan) yang dimaksudkan untuk memberikan sumbangan profesi farmasi kepada masyarakat (baik masyarakat farmasi, maupun masyarakat luas)

Aktif sebagai Pengurus Organisasi Resmi Kefarmasian pada tingkat Nasional, Daerah atau Cabang (IAI, GPF, ISPE)

4 no

limit

Surat Pengangkatan/bukti2 lain SKP untuk setahun kepengurusan (bila kurang dari 0,5 tahun

dibulatkan ke bawah, lebih dari 0,5 tahun dibulatkan ke atas)

Aktif sebagai Pengurus Organisasi Seminat Kefarmasian (Hisfarin, QA/QC Club, FKR)

2 no

limit surat Keterangan SKP untuk setahun kepengurusan (bila kurang dari 0,5 tahun

dibulatkan ke bawah, lebih dari 0,5 tahun dibulatkan ke atas)

Pembicara/Penyuluh ttg Obat dalam event publik non farmasi (SKP per event)

1 no

limit

Partisipasi dlm Aktivitas Pengabdian Masyarakat lainnya ttg obat (SKP/event)

0.5 no

limit

Maksimum Total SKP per tahun 6

KEGIATAN PUBLIKASI / PRESENTASI KEFARMASIAN: Kegiatan Publikasi dan Penyajian Makalah yang terkait dengan lingkup Farmasi Industri

Publikasi Internasional dalam Journal Peer Review Internasional untuk bidang yang dikuasainya

3 no

limit

Presentasi dalam event Kefarmasian Internasional untuk bidang yang dikuasainya

2 no

limit

Publikasi /Presentasi Kefarmasian dalam Publikasi non internasional untuk bidang yang dikuasainya

1 no

limit

Publikasi Farmasi yang lain (makalah populer, informasi obat etc) 0.5

no limit

Page 81: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 81

Maksimum Total SKP per Tahun 6

KEGIATAN PENGEMBANGAN KEILMUAN: Partisipasi dalam Kegiatan Pengembangan Ilmu Kefarmasian, khususnya Farmasi Industri

Mendapatkan hak PATENT kefarmasian 5

no limit

Bukti Patent SKP untuk setiap nomor patent (patent yang sama di berbagai negara dinilai sebagai satu nomor)

Pengajar mata kuliah yg terkait Farmasi Industri di Universitas/Lembaga Pendidikan Resmi

1

SKP untuk 1 SKS no

limit

Penguji dalam Ujian Komprehensif Apoteker (SKP per kegiatan) 0.5

no limit

Pembimbing Skripsi (SKP per partisipasi) 1

no limit

Menjadi Pembimbing PKL Industri 0.5

SKP untuk per mahasiswa bimbingan dng masa PKL 2 bulan no

limit

Maksimum TOTAL SKP PER TAHUN yang dapat dikumpulkan 50

Page 82: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 82

LAMPIRAN 10

EVALUASI DAN RESERTIFIKASI

KOMPETENSI APOTEKER PADA SARANA DISTRIBUSI

Pendahuluan

Apoteker Indonesia yang melakukan Praktik/Pekerjaan kefarmasian di bidang Distribusi

Sediaan Farmasi harus mempunyai kompetensi dasar di bidangnya. Untuk itu Hisfardis

telah merumuskan Kompetensi Utama yang harus Dimiliki oleh Apoteker di Bidang

Distribusi.

Harapannya Rumusan kompetensi ini dapat dijadikan dasar untuk melakukan sertifikasi

dan resertifikasi Apoteker Yang akan Bekerja di bidang distribusi Farmasi. Disadari

adanya variabilitas infrastruktur yang sanagt besar diantara PBF yang ada Di Indonesia

maka mungkin belum semua kompetensi dapat dijalankan dengan sempurna

KOMPETENSI UTAMA APOTEKER DI DISTRIBUSI

1. Dapat Melakukan Praktik Kefarmasian di distribusi secara profesional , ber-etika

dan sesuai peraturan/hukum yang berlaku

2. Mampu melakukan proses pengadaan Sediaan Farmasi secara baik dan Legal

3. Mengetahui dan mampu melakukan penyimpanan sediaan farmasi secara baik

dan benar

4. Mampu melaksanakan sistem dan proses pendistribusian sediaan farmasi

secara baik, benar dan tepat sasaran

5. Mampu melaksanaan pemusnahan sediaan Farmasi yang kadaluwarsa dan

rusak, secara benar dan aman

6. Mampu mengelola prosedur “penarikan-kembali” suatu produk (Product

recall/withdrawal) secara baik dan benar

7. Mampu mengidentifikasi dan melaporkan adanya kemungkinan penyalah-

gunaan obat dan pemalsuan obat di jalur distribusi.

Page 83: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 83

Penjabaran 7(tujuh) Kompetensi utama Apoteker Indonesia di bidang Distribusi

Seorang Apoteker yang bekerja di distribusi Sediaan Farmasi harus mengetahui dan bisa

melakukan :

1. Praktik kefarmasian di distribusi yang profesional , ber-etika dan sesuai

peraturan/hukum yang berlaku

Kriteria Kerja (Performance Criteria)

Unjuk Kerja/ Kriteria penilaian (Key Behavior)

Selalu Mengikuti UU/Peraturan yang berlaku ,yang berhubungan dengan praktek kefarmasian di bidang Distribusi

Mampu menjelaskan UU/Peraturan yang berlaku sehubungan dengan pekerjaan kefarmasian di distribusi (mengetahui konsekuensi apa jika UU/Peraturan itu dilanggar, serta paham bagaiman cara untuk memenuhi semua persyaratan yang diminta oleh UU/Peraturan yang berlaku)

Selalu bersikap dan menganggap kesehatan pasien/konsumen sebagai prioritas utamanya.

Mampu menggunakan pengetahuan kefarmasiaannya untuk mencegah adanya pasokan dan distribusi sediaan farmasi yang akan dapat merugikan kesehatan pasien dan konsumen, terutama jika ada indikasi penyalahgunaan obat dan pemalsuan obat

Mencapai dan mempertahankan standar tertinggi pelayanan profesional di bidang distribusi sediaan farmasi, memberikan saran tentang sistem dan metode yang digunakan di distribusi sediaan farmasi

a) Mampu secara mandiri bertindak profesional sehingga dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat dan “stakeholder” lainnya pada profesi apoteker di distribusi

b) Menunjukkan kemampuan untuk memberikan saran profesional tentang penyimpanan dan distribusi sediaan farmasi sesuai standar kefarmasian yang ada , seperti Cara Distribusi Obat Yang baik (GDP=Good distribution Practice) dan Cara Penyimpanan yang Baik (GSP = Good Storage Practices) – Punya sertifikat peserta pelatihan GDP/CDOB

Bersikap Profesional dan menjunjung integritas dengan mematuhi prinsip-prinsip etis dalam pendistribusian sediaan Farmasi yang dipandu oleh Kode Etik Apoteker

a) Mampu menjelaskan dan memahami Kode Etik apoteker yang mandasari praktek kefarmasian di distribusi

b) Mampu mengenali dan menghindari/mengatasi kondisi kerja yang mengganggu pelaksanaan praktek kefarmasian yang etis di distribusi.

Page 84: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 84

2. Pengadaan Sediaan Farmasi yang baik dan legal

Kriteria Kinerja (Performance Criteria)

Unjuk Kerja/Kriteria Penilaian (Key Behavior)

Mengerti tentang prosedur , kebijakan dan tata-cara pengadaan sediaan farmasi di rantai distribusi

a) Mampu Menjelaskan dan melaksanakan prosedur, kebijakan dan tata cara pengadaan / pembelian sediaan farmasi di rantai distribusi

b) Mampu menjelaskan dan melaksanakan persyaratan legal sesuai UU/peraturan yang berlaku dalam proses pengadaan / pembelian sediaan farmasi di rantai distribusi

c) Mepunyai catatan/rekord pembelian/pengadaan Obat yang melibatkan peran APoteker (misal PO telah ditandatangani oleh Apoteker Ybs.)

Mengerti prinsip-prinsip yang mendasari pemilihan sediaan farmasi yang akan dibeli, sehingga menjamin kualitas produk dan pasokan produknya

Mampu menjelaskan dasar-dasar pemilihan dalam pembelian sediaan farmasi melalui evaluasi yang sistematis berdasarkan kriteria yang ada, misal :

- “safety profile”

- “reliability of Source”

- dan lain-lain

Mengerti proses pengelolaan persediaan (stocks) yang cukup dan memadai

Mampu memperkirakan dan menentukan tingkat jumlah persediaan yang cukup dan memadai untuk kelancaran distribusi

3. Penyimpanan Sediaan Farmasi secara baik dan benar

Kriteria Kinerja (Performance Criteria)

Unjuk Kerja – Kriteria Penilaian (Key Behavior)

Menggunakan pengetahuan kefarmasiaannya untuk dapat menyimpan sediaan farmasi dalam kondisi yang sesuai dengan persyaratan yang ditentukan, seperti : temperature, kelembaban,cahaya dsb.

Mampu mengidentifikasi dan mengerti berbagai kondisi penyimpanan dari sediaan farmasi untuk menjaga stabilitas dan kualitasnya

Mengerti pentingnya perawatan peralatan yang digunakan untuk penyimpanan sediaan farmasi (misal : refrigerators dan freezers)

Mampu menjelaskan prosedur dan kebijakan dalam pemeliharan peralatan yang berhubungan dengan penyimpanan sediaan farmasi

Mengerti pentingnya pengawasan dan monitoring kondisi penyimpanan sediaan farmasi (misal : suhu dan kelembaban)

Mampu merumuskan,menjelaskan dan menggunakan peralatan-peralatan yang dibutuhkan untuk me-monitor kondisi penyimpanan (suhu,kelembaban dsb.)

Mengerti prosedur kerja yang harus dilakukan jika terjadi masalah / kegagalan di peralatan penyimpanan

Mampu menyusun dan menjelaskan rencana kerja yang harus dilakukan jika terjadi permasalahan pada peralatan penyimpanan, misal : refrigerator rusak atau listrik mati

Mengerti peraturan tentang tata cara penyimpanan khusus untuk sediaan farmasi tertentu, misal : Prekusor, Narkoba dsb.

Mampu menjelaskan peratururn/UU yang khusus mengatur tata-cara penyimpanan yang spesifik untuk sediaan farmasi tertentu (misal : prekusor, narkoba dsb)

Mengerti persyaratan keamanan kerja , termasuk prosedur untuk menangani bahan-bahan berbahaya didalam proses penyimpanan

Mampu mengidentifikasi dan menjelaskan persyaratan , perlengkapan kerja dan cara kerja yang aman sehubungan dengan penanganan dan penyimpanan produk berbahaya ( Seperti: Obat kanker yang toksik, Bahan yang mudah terbakar dsb)

Mengidentifikasi resiko buruk yang mungkin Mampu mengidentifikasi dan menjelaskan resiko

Page 85: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 85

muncul dalam pemakaian obat akibat penanganan dan penyimpanan obat yang tidak memadai

kesalahan/kegagalan pengobatan akibat penanganan dan penyimpanan obat yang tidak memadai

Mengidentifiksi resiko atau masalah keamanan (security) dalam penyimpanan sediaan farmasi

Mampu mengidentifikasi, menjelaskan dan melaksanakan prosedur/kebijakan untuk mengamankan obat dari penyalah-gunaan dan pencurian selama dalam penyimpanan

4. Melaksanankan sistem dan proses pendistribusian sediaan Farmasi secara

baik, benar dan tepat sasaran

Kriteria Kompetensi (Performance Criteria)

Kemampuan yang diharapkan (Key Behavior)

Memahami bagaimana caranya sediaan farmasi diberikan atau didistribusikan kepada yang memesan / pengguna

Mampu menjelaskan dan menggambarkan alur kerja/proses pendistribusian sediaan farmasi

Memahami ketentuan hukum / peraturan dalam pendistribusian sediaan farmasi kepada pemesan/pengguna

Mampu u menjelaskan persyaratan hukum / peraturan untuk pendistribusian sediaan farmasi kepada yang memesan/pengguna(Punya Buku Peraturan/perundangan Yang up to date)

Menganalisa dan memverifikasi proses pemesanan sediaan farmasi

a) Mampu memverifikasi kebenaran pesanan (order), serta mampu me-masok (supply) sediaan farmasi /obat yang tepat untuk orang/kustomer yang tepat pada jumlah yang tepat dan pada waktu yang tepat

b) Mampu mengambil keputusan yang tepat jika ada peraturan untuk membatasi pesanan untuk sediaan farmasi tertentu

c) Mampu memverifikasi apakah jumlah permintaan pasokan dari pemesan sesuai dengan otorisasi yang dipunyainya untuk mendistribusikan / menjual sediaan farmasi tersebut (ada bukti DO yang ditandatangani/melibatkan Apoteker secara aktif)

Mengenali dan dapat mengetahui proses penanganan dan transportasi sediaan farmasi yang kurang memadai yang dapat menyebabkan kegagalan pengobatan dan kerusakan produk.

Mampu menggambarkan apa saja penanganan dan transportasi sediaan farmasi yang tidak memadai , dan mampu menjelaskan konsekuensi / akibat dari penanganan / tranportasi yang kurang benar tersebut .(misal : titik-titik kritis dari cold chain untuk vaksin)

Memahami isu-isu keamanan (security) yang berkaitan dengan distribusi sediaan farmasi untuk mencegah penyelewengan pendistribusian (diversion).

Mampu mengiidentifikasi dan menggambarkan kejadian-kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan terjadinya penyelewengan distribusi (diversion)

5. Melaksanakan pemusnahan sediaan Farmasi yang kadaluwarsa dan rusak

secara benar dan aman

Page 86: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 86

Kriteria Kinerja (Performance Criteria)

Unjuk Kinerja dan Kriteria Penilaian (Key Behavior)

Memahami kondisi-kondisi yang mengharuskan suatu sediaan farmasi dimusnahkan (misal : Kadaluwarsa, rusak atau usang)

Mampu menjelaskan kondisi-kondisi dimana suatu sediaan farmasi harus dimusnahkan ( misal : Kadaluwarsa, rusak atau usang)

Memahami hukum dan persyaratan keselamatan dalam pemusnahan sediaan farmasi, termasuk obat keras, bahan berbahaya, sitotoksik, radiofarmasi dan sediaan biologi/vaksin.

Mampu menjelaskan peraturan/hukum, persyaratan keselamatan dan prosedur dalam pemusnahan sediaan farmasi, termasuk obat keras, bahan berbahaya, sitotoksik, radiofarmasi dan sediaan biologi/vaksin.

6. Mengelola “penarikan kembali” produk ( product recall / withdrawal) secara baik

dan benar

Kriteria Kinerja (Performance Criteria)

Unjuk Kerja / Kriteria penilaian (Key Behavior)

Memverifikasi dan mempelajari informasi mengenai “penarikan-kembali” produk (product recall / withdrawal)

Mampu menjelaskan tindakan apa saja yang mungkin dan harus dilakukan sehubungan dengan adanya informasi penarikan-kembali suatu produk

Memahami prosedur dan penanganan proses “penarikan-kembali” produk

a) Mampu menjelaskan prosedur dan dokumentasi yang diperlukan sehubungan dengan penarikan-kembali suatu produk dari berbagai tingkat distribusi (whole-saler atau retailer), baik yang sukarela (voluntary) maupun yang wajib (mandatory)

b) Mampu menjelaskan dan menemukan data-data untuk kepentingan penarikan produk, misalnya kemana saja produk tersebut telah didistribusikan (nama dan alamat pemesan/outlet, jumlah pembelian dan tanggal pembelian)

Menilai besarnya dampak/akibat dari penarikan-kembali suatu produk

Mampu untuk menilai besarnya dampak akibat “penarikan-kembali” suatu produk .

Mengelola informasi penting untuk disebarkan kepada semua pihak yang terkait (misalnya pelanggan,prinsipal, regulator atau tenaga kesehatan yang lain) sehubungan dengan “penarikan-kembali” produk

Mampu menjelaskan dan menyebar-luaskan informasi penting kepada pihak-pihak yang terkait sehubungan dengan penarikan-kembali suatu produk

7. Mampu mengidentifikasi dan melaporkan adanya kemungkinan penyalahgunaan

Obat dan pemalsuan Obat di jalur distribusi

Kriteria Kerja Unjuk Kerja/ Kriteria penilaian

Page 87: Pedoman Sertifikasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker

Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 87

(Performance Criteria) (Key Behavior)

Mengenali dan mengetahui jenis-jenis sediaan farmasi yang berpotensi tinggi untuk disalah-gunakan (abuse) dan dipalsukan

Mampu mengenali dan mengetahui jenis-jenis sediaan farmasi yang berpotensi tinggi untuk disalah-gunakan dan dipalsukan

Melaporkan temuan yang didapat sehubungan dengan pemalsuan dan penyalah-gunaan sediaan farmasi dengan cara dan mekanisme yang benar

a) Mampu menjelaskan peran dan tanggung jawab apoteker dalam kasus penyalah-gunaan dan pemalsuan sediaan farmasi

b) Mampu menjelaskan tata-cara pelaporan dan penyelesaian kasus-kasus penyalah-gunaan dan pemalsuan sediaan farmasi

c) Mampu mengidentifikasi dengan pihak mana saja seorang Apoteker harus bekerja-sama dalam penganan Penyalah-gunaan dan pemalsuan sediaan farmasi