Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi Dan Video

21
LAPORAN BACAAN Pada zaman golbalisasi ini tuntutan untuk menjadi maju adalah suatu keharusan, seiring dengan terus berkembangnya teknologi yang semakin canggih. Televisi sebagai salah satu hasil dari sebuah perkembangan teknologi pada saat ini, sangat memegang peranan atau sangat dibutuhkan oleh setiap orang, sebagai sarana pendidikan, sebagai sarana pengetahuan tentang kebudayaan, dan sebagai sarana hiburan. Melihat besarnya minat orang dalam dunia ini menjadikan bisnis di bidang ini adalah bisnis yang mennjanjikan. Penulis mengambil buku ini sebagai referensi karena penulis mencoba melihat bagaimana peluang pasar dalam bisnis perfilman ini. Penulis juga membuat laporan bacaan ini adalah sebagai pelengkap tugas mata kuliah Pk. Menulis. IDENTITAS BUKU 1. Judul : Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi dan Video 2. Pengarang : P.C.S. Sutisno 3. Penerbit : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia 4. Tahun terbit : Jakarta, 1993 5. Tebal : 134 halaman 6. Cetakan : Pertama RINGKASAN BUKU

description

Kata televisi terdiri dari kata tele yang berarti “jarak” dalam bahasa Yunani dan kata visi yang berarti “citra atau gambar” dalam bahasa Latin. Jadi, kata televisi berarti system penyajian gambar berikut suaranya dari suatu tempat yang berjarak jauh.

Transcript of Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi Dan Video

Page 1: Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi Dan Video

LAPORAN BACAAN

Pada zaman golbalisasi ini tuntutan untuk menjadi maju adalah suatu

keharusan, seiring dengan terus berkembangnya teknologi yang semakin canggih.

Televisi sebagai salah satu hasil dari sebuah perkembangan teknologi pada saat ini,

sangat memegang peranan atau sangat dibutuhkan oleh setiap orang, sebagai sarana

pendidikan, sebagai sarana pengetahuan tentang kebudayaan, dan sebagai sarana

hiburan. Melihat besarnya minat orang dalam dunia ini menjadikan bisnis di bidang

ini adalah bisnis yang mennjanjikan.

Penulis mengambil buku ini sebagai referensi karena penulis mencoba melihat

bagaimana peluang pasar dalam bisnis perfilman ini. Penulis juga membuat laporan

bacaan ini adalah sebagai pelengkap tugas mata kuliah Pk. Menulis.

IDENTITAS BUKU

1. Judul : Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi dan Video

2. Pengarang : P.C.S. Sutisno

3. Penerbit : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia

4. Tahun terbit : Jakarta, 1993

5. Tebal : 134 halaman

6. Cetakan : Pertama

RINGKASAN BUKU

1. PENERTIAN, KARAKTERISTIK, DAN SEJARAH MEDIA TELEVISI

1.1 Pengertian Televisi

Kata televisi terdiri dari kata tele yang berarti “jarak” dalam bahasa Yunani

dan kata visi yang berarti “citra atau gambar” dalam bahasa Latin. Jadi, kata televisi

berarti system penyajian gambar berikut suaranya dari suatu tempat yang berjarak

jauh.

Proses penyajian gambar dan suara tersebut adalah sebagai berikut: Pertama,

gambar dan suara (objek) direkam melalui kamera dan mikrofon. Selanjutnya

ditransformasikan melalui getaran elektromagnetis (jenis getaran audio dan video).

Page 2: Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi Dan Video

Setelah diperkuat kemudian dimodulasikan menjadi gelombang radio dengan

frekuensi tinggi yang disebut Very High Frequency (VHF) dan Ultra High Frequency

(UHF) dan dipancarkan ke udara melalui system pemancar atau transmisi. Setelah

masuk ke dalam pesawat penerima, gelombang UHF dan VHF itu ditransformasikan

menjadi bentuk bayangan gelap dan terang berupa garis-garis. Bentuk inilah yang

tampak sebagai gambar yang diiringi suara di layar televisi.

Untuk penyiaranya atau transmisi dipergunakan saluran atau channel yang

berbeda di setiap Negara. Penyiaran sinya suara menggunakan sistem modulasi

frekuensi (frequency Modulation atau FM system), sedangkan sinyal visual

dipergunakan digunakan sistem modulasi amplitud (Amplitude Modulation atau AM

system).

1.2 Karakteristik Media Televisi

Beberapa karakteristik media televisi adalah sebagai berikut.

1. Memiliki jangkauan yang luas dan dapat segera menyentuh indera

penglihatan dan pendengaran manusia.

2. Dapat menghadirkan objek yang amat kecil atau besar, berbahaya, atau

yang langka.

3. Menyajikan pengalaman langsung kepada penonton.

4. Dapat dikatakan “meniadakan” perbedaan jarak dan waktu.

5. Mampu menyajikan unsure gerak, warna, bunyi, dan proses dengan baik.

6. Dapat mengkoordinasi pemanfaatan media lain, seperti film, foto, dan

gambar dengan baik.

7. Dapat menyimpan berbagai data, informasi, dan serentak

meyebarluaskannya dengan cepat ke berbagai tempat yang bejauhan.

8. Mudah ditonton tanpa perlu menggelapkan ruangan.

9. Membangkitkan perasaan intim atau media personal.

Selain kelebihan-kelebihan tersebut, media televisi juga mengandung

kelemahan, yaitu sebagai berikut.

1. Merupakan media satu arah, hanya mampu menyampaikan pesan, namun

tidak bisa menyampaikan umpan balik secara cepat. Untuk mengatasi

kelemahan ini, bisa digunakan media lain sebagai pelengkap. Misalnya,

media cetak, telepon, dan komputer. Media yang mutakhir ialah suatu

Page 3: Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi Dan Video

sistem yang disebut televisi atau video interaktif. Media ini terutama untuk

keperluan pengajaran pelatihan.

2. Layar pesawat penerima yang sempit tidak memberikan keleluasaan

penonton. Hal ini karena hanya 80% objek mampu disajikan, sedangkan

20% adalah area lost dan siaran biasanya tak dapat diulangi kembali.

3. Bingkai cahaya (flash) dan rangsang kedip cahaya (flicker) dapat merusak

atau menggangu penglihatan penonton.

4. Kualitas gambar yang dipancarkan lebih rendah dibandingkan dengan

visual yang diproyeksi (film layar lebar).

Berdasarkan karakteristik tersebut media televisi menyandang tiga fungsi yang

batasan-batasanya tidak dapat dijelaskan secara tajam, yaitu sebagai wahana hiburan,

penyebaran informasi atau penerangan, dan pendidikan.

1.3 Sejarah Singkat Televisi

Pada tahun 1962 seorang Italia yang bernama Abbe Casseli behasil

menemukan sistem pengiriman gambar dengan listrik melalui kawat, untuk

pengiriman gambar objek bergerak baru ditemukan oleh Paul Nipkow seorang rusia

yang hidup di Jerman pada tahun 1884. tiga belas tahu kemudian, cathode ray tube,

yaitu tabung sinar katoda mengalami penyempurnaan oleh Ferdinand Braun dari

Universitas Starburg sehingga tabung katoda disebut juga tanbung Braun.

Pada tahun 1907 Profesor Boris Rosing dari Institut Teknologi Petersburg di

Rusia menemukan dasar-dasar scanning elektronik tabung sinar katode untuk

menguah getaran elektronik menjadi visual.

Pada tahun 1923-1929, John Logis Baird, yang kemudian dikenal sebagai

bapak televisi Inggris, belum berhasil meningkatkan mutu televisi. Baru pada tujuh

tahun kemudian baik di Inggris maupun di Jerman dilakukan percobaan-percobaan

televisi dengan hasil 60-80 garis setiap bingkai gambar.

Pada tahun 1928 seorang murid professor Rosing dari RCA yang bernama Dr.

Zworykin berhasil menemukan tabung kamera televisi inoscope. Kemudian Philo

Fanworth menemukan tabung kamera image dissector dan menyempunakan cara-cara

sinkronisasi elektronik. Tabung tersebut mulai mampu mentransformasikan visual

menjadi sinyal elektronik. Pada tahun 1935 di perancis mulai diperkenalkan siaran

televisi dengan hasil 180 garis setiap bingkai. Di Inggris, BBC mulai siaran dengan

menggunakan sistem Marconi-EMI dengan 405 garis visual. Di Moskow

Page 4: Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi Dan Video

dikembangkan siaran televisi dengan 240 dan 343 garis. Dalam pembukaan Pameran

International di New York, 30 April 1939, AS mulai siaran dengan 441 garis.

Pada tahun 1955 British Broadcasting Corporation (BBC) berhasil

mengembangka Video Tape Recorder (VTR) yang pertama.

Tepat 100 tahun saat Abbe Casseli menemukan alat-alat pengirim gambar,

dimulailah siaran televisi yang pertama kali di Indonesia.

2. PROGRAM SIARAN TELEVISI DAN VIDEO

2.1 Komponen Sistem Televisi

Suatu jaringan kerja televisi merupakan satu sistem dengan komponen-

komponen yang kompleks dan membuhkan biaya besar. Besarnya biaya bukan hanya

saat investasi melainkan juga pada saat pengoprasian, pengembangan, dan

perawatannya. Adapun komponen-komponen yang dimaksud ialah; (1) Studio

pembuatan program, (2) peralatan dan perlengkapan produksi program, (3) stasiun

penyiaran, (4) sistem satelit komunikasi, (5) stasiun bumi, (6) pesawat penerima

siaran televisi.

2.2 Program Siaran Televisi

Setiap program televisi mempunyai sasaran yang jelas dan tujuan yang akan

dicapai. Ada lima parameter yang harus diperhitungkan dalam penyusunan program

siaran televisi, yaitu:

1. Landasan filosofis yang mendasari semua program,

2. Strategi penyusunan proram sebagai pola umum tujuan program,

3. Sasaran program,

4. Pola produksi yang menyangkut garis besar isi program,

5. Karakter institusi dan manajemen sumber program untuk mencapai uasaha

yang optimum.

Landasan filosofs yang mendasari atau menyangkut setiap program adalah

Pancasila dan UUD 45.

Pola strategi prnyusunan program lebih menyangkut pada pola pencapaian

tujuan program secara umum. Dalam hal ini ada tiga variabel yang perlu diperhatikan,

yaitu:

1. Memotivasi dan merangsang kesadaran sasaran program.

2. Mengarahkan kesadaran tersebut ke arah garis pengembangan keseluruhan.

Page 5: Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi Dan Video

3. Mengandalikan pengembangan untuk menyesuaikan dengan kondisi objektif.

Penyiaran suatu program pasti mempunyai strata sasarannya, termasuk adapt

dan kebiasaan.untuk itu, kepada sasaran program ini diharapkan ada kelompok inti

yang diharapkan dapat menyebarkan informasi yang diperoleh dari program.

Karakterristik program dipolakan oleh sifat waktu, tempat, dan suasana. Setiap

program memiliki karakter waktunya sendiri-sendiri, yaitu penempatan atau

pengalokasian waktu siaran. Ada wakru prima, subprima, dan frekuensi waktu serta

biaya waktu. Tempat sebuah program dalam siaran dapat dilihat dari dua segi, yaitu

dari segi programatik dan segi penonton atau sasaran program. Sisi pertama berkaitan

dengan kesesuaian alokasi proram dalan jadwal siaran, sisi kedua berhubungan

dengan aspek geokultural sasaran program tersebar di seluruh negeri dan tradisi yang

berlainan.

2.3 Pengadaan Proagram Siaran Televisi

Dalam suatu badan penyiaran televisi, selain fungsi oprasinoal transmisi,

fungsi-fungsi eksekutif dan oprasional pengadaan program memerlukan penanganan

yang dinamis dan berkesinambungan. Sementara itu, ruang lingkup kegiatan dan

tanggung jawab antara fungsi esksekutif pemrograman (producer) dan fungsi

oprasional pengadaan atau produksi program (director) meskipun berbeda namun

tetap berkaitan.

Produser program adalah fungsi eksekutif yang berkaitan dengan pengadaan

proram siaran. Dalam hal ini memunyai fungsi tanggung jawab sebagai berikut;

2.3.1 Menyediakan Proram Paket

untuk memperoleh program paket yang diperlukan, kegiatan yang biasa

dilakukan oleh seorang produser adalah meliputi; (1) negosiasi dalam rangka

meminjam, membeli, atau menyewa program, (2) melakukan seleksi dengan mengacu

kepada kriteria dan pedoman yang telah ditetapkan, dan (3) melakukan penyesuaian

berupa dubbing, pengisan teks, atau sensor.

2.3.2 memproduksi program sendiri

Dalam hal ini eksekutif program bertanggung jawab dalam; (1)

mengembangkan ide dan mendciptakan gagasan atau ide program, (2) mencari dan

mendayagunakan pakar, konsultan, dan narasumber program, (3) menyediakan

skenario atau naskah yang siap produksi, termasuk hubungan industrial dengan

penulis skenario, organisasi atau kelompok budayawan, dan seniman, (4)

menyediakan dan produksi, dan (5) mengurus publikas dan jadwal proram.

Page 6: Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi Dan Video

3. PRODUKSI PROGRAM TELEVISI DAN VIDEO

Dalam produksi program televisi dan video ada elamen-elemen yang harus

diketahui, yaitu:

1. Kepala bagian produksi adalah manajer atau eksekutif yang bertanggung

jawab atau pengasuh suatu jenis program siaran televisi mulai dari perencanan

sampai tersedianya program televisi yang siap siar.

2. Produser (Producer) program adalah penggungjwab atau pengasuh suatu

jenis program siaran televisi.

3. Director biasanya disebut pula sutradara atau pengarah produksi, yaitu

penaggung jkawab terlaksanakannya kegiatan roduksi sehingga menghasilkan

program siaran televisi yang siap siar.

Selain unsur-unsur yang tertulis itu ada pula elemen-elem lain yang perlu

untuk diketahui; (1) Sutradara, (2) Asisten sutradara, (3) Floor manager, (4) Assisten

studio, (5) Operator sound effect, (6) Penata set, (7) Penata grafis, (8) Penata

propertis, (9) Penata busana, (10) Operator film, (11) Penata rias, (12) Operator video

tape recorder, (13) Operator telecine, (14) Direktur teknik, (15) petugas ruang kontrol

utama, (16) Video engineer, (17) Juru kamera, (18) Penata cahaya, (19) Operator

vision mixer, (20) Operator boom, (21) Penata audio, dan (22) Penyiar.

4. PENULISAN DAN TATA ISTILAH DALAM NASKAH TELEVISI DAN

VIDEO

4.1 Penulisan Naskah Televisi dan video

Dewasa ini, berkat pendidikan, pelatihan, dan berkembangnya sikap

profesional lembaga penyiaran dituntut tersedianya naskah televisi atau video yang

baik. Kkerabat produksi yang prfesiona tidak akan bekerja tanpa naskah televisi yang

standar. Sebenarnya naskah televisi dapat diibaratkan bagai jiwa atau darah suatu

produksi proram televisi. Bekerja tanpa naskah berarti memprodusi suatu

“kekacauan” yang amat mahal biayanya.

Naskah televisi diperukan untuk:

1. Memberi kemudahan dalam perencanaan produksi, penyuntingan, penyiaran,

dan pemanfaatan program.

2. Menjadi medim berfikir kreatif.

Page 7: Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi Dan Video

3. Menjadi sarana seluruh kerabat produksi.

4. Menjadi acuan penyusunan jadwal kegiatan.

5. Menjadi acuan materi yang akan direkam.

4.2 Penegertian Tata Istilah

menurut kamus besar bahasa Indonesia pengertian tata istilah ialah perangkat

pengaturan pembentukan istilah dan kumpulan istilah yang dihasilkannya. Dalam

konteks ini, berarti semua peristilahan yang biasa dipergunakan dalam peristilahan.

4.3 Tata Istilah Dalam Pengambilan Gambar

Gambar atau aspek visual dari suatu program televisi atau video yang tampak

di layar kaca monitor adalah hasil dari serangkaian pengambilan gambar atau shooting

dalam kegiatan rduksi. Berbagai jenis shoot yang perlu dikuasai adalah sebagai

berikut:

1. Long shot adalah pengambilan gambar secara keseluruhan.

2. Wide shot atau wide angle adalah pengambilan gambar secara keseluruhan

dan bagian sampingnya terkesan melengkung.

3. Medium long shot, bila objeknya orang maka hanya terlihat dari kepala sampai

lutut. Bagian-bagian latar belakang terlihat rinci.

4. Medium shot, bila objeknya orang maka hanya terlihat dari kepala sampai

pinggang. Untuk objek benda dapat terlihat seluruhnya.

5. Medium close up atau shot, untuk objek orang tampak kepala sampai dada ke

atas. Bila benda tampak seluruh bagiannya.

6. Close up atau shot, untuk objek orang tampak wajah. Bila benda tampak

seluruh bagiannya.

7. Big close up atau shot, bila objeknya orang hanya tampak bagian tertentu,

seperti mata dengan bagian-bagian yang terlihat jelas.

8. Group shot, pengambilan gambar untuk sekelomok orang.

9. Two shot, bila objeknya orang, pengambilan gambar difokuskan kepada dua

orang.

10. Over shoulder shot, biasanya untuk meliput dua orang yang bercakap-cakap.

Pengambilan gambar melalui belakang bahu orang secara bergantian.

Dari tabel jenis-jenis pengambilan gambar tersebut dapat ditambahkan catatam

sebagai berikut:

Page 8: Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi Dan Video

1. Pada dasarnya media televisi adalah media close up maka efektifitas

penyampaian pesan ialah dengan menggunakan lebih banyak jenis shot close.

2. Long shot apa lagi ekstreme long shot sebaiknya tidak digunakan karena

kamera televisi berbeda dengan kemera film. Untuk menciptakan awal suatu

pengambilan sebagai informasi lokasi dan setting kejadian dapat digunakan

LMS.

3. MCU, MS, dan MLS adalah jenis pengambilan gambar yang memunyai

karakteristik untuk menimbulkan kesan senang dan santai.

4. BCU dan GU adalah pengambilan gambar yang cepat memberi kesan tegang,

bersungguh-sungguh, serius, dan takut.

4.4 Arahan Sutradara Kepada Juru Kamera

Ada beberapa gerakan kamera lagi yang menghasilkan shots lainnya. Hal ini

sering disebut gerakan kamera (camera movement).

4.4.1 Gerakan kamera PAN LEFT/RIGHT, yaitu gerakan kamera ke kanan dan

kek kiri secara horizontal.

4.4.2 Gerakan kamera TILT UP/DOWN, yaitu gerak bidik kamera yang

mengarah ke atas atau ke bawah. Gerakan ini berguna untuk memberikan

kesan gedung yang sangat tinggi atau menggambarkan kedalaman yang

sangat mengerikan.

4.4.3 Gerakan kamera TRACKING/ DOLLY IN/OUT, yaitu kamera yang terletak

di atas penyangga (tripod) bergerak mendekati aatu menjauhi objek.

4.4.4 CRANE SHOT adalah gerakan kamera yang dipasang di atas mesin beroda

yang disebut crane, dan bergerak sendiri bersama juru kameranya, baik

mendekat maupun menjauhi objek.

4.4.5 FOLLOW adalah gerak kamera yang mengikuti objek yang bergerak

searah .

4.4.6 PEDESTAL adalah gerak kamera secara vetikal dengan cara menaikan atau

menurunkan kamera.

4.4.7 PULL BACK adalah gerak kamera menjauh secara cepat dari suatu

kegiatan atau action.

4.4.8 STOP MOTION adalah pengoprasian kamera sekali tiap satu bingkai.

4.4.9 SWISH PAN adalah gerak kamera secara horizontal dengan cepat sekali

mengarah ke satu objek.

Page 9: Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi Dan Video

Selain gerakan kamera untuk menghasilkan visual yang diingikan dapat pula

digunakan manipulasi lensa untuk menghasilkan efek visual tertentu, seperti berikut

ini:

1. FADE IN atau FADE OUT, yaitu pengoprasia kamera dengan membuka lensa

dengan cara perlahan sehingga menghasilkan gambar yang muncul perlahan.

2. FOLLOW FOCUS, yaitu denga mengubah focus lensa dari satu posisi objek

bergerak ke posisi fokus berikutnya sehingga visual objek di layar tetap

tampak tajam.

3. SHALLOW FOCUS, yaitu perbedaan ketajaman gambar di layar yang

dihasilkan dengan teknik manipulasi lensa kamera.

4. ZOM IN/OUT, yaitu manipulasi lensa kamera untuk menghasilkan perubahan

gambar secara cepat.

5. CRAB LEFT/RIGHT, yaitu gerakan kamera menggeser ke kiri dan ke kanan

sehingga menghasilkan sudut yang berbeda dengan pengambilan dari depan.

6. HEAD ROOM, yaitu abab-aba sutradara agar juru kamera mengatur posisi

gambar sehingga tersedia ruang antara kepala dan garis tepi layar.

7. TIGHTER, yaitu abab-aba sutradara kepada juru kamera agar mengubah posisi

lensa kamera ke arah pengmbilan yang mendekat ke objek.

4.5 Arahan Sutradara Kepada Vision Mixer

Vision mixer adalah petugas produksi yang berada di ruang kontrol dan

melaksanakan kegiatan sesuai arahan sutradara dalam hal memadu atau menata

penampilan visual di layer televisi. Arahan sutradara adalah sebagai berikut.

1. COMING TO ONE, yaitu arahan kepada juru kamera satu agar bersiap-siap

mengambil gambar

2. CUT TO ONE atau TAKE ONE, yaitu tekan tombol kamera satu agar hasil

liputan kamera satu direkam atau ditayangkan.

3. MIX TO ONE atau DISSOLVE TO TWO, artinya gambar yang sedang

ditayangkan (liputan kamera satu) digabungkan dengan hasil liputan kamera

dua secara halus.

4. SUPER IMPOSE atau dsingkat SUPERS. Yaitu perpaduan antara dua gambar

aau lebih dalm satu bingkai.

5. WIPE adalah perintah untuk menghapus gambar di layer dengan cara

menumpukkan gambar dari arah samping, atas, bawah, atau diagonal.

6. INLAYdalah perintah untuk menampilkan dua gambar.

Page 10: Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi Dan Video

7. FADE TO BLACK/FADE SOUND AND VISION adalah arahan untuk

menghentikan gambar dan suara di akhir suatu program dengan perlahan-

lahan.

5. PRINSIPPRINSIP PENULISAN NASKAH TELEVISI DAN VIDEO

Beberapa prinsip penulisan nashkan televisi atau video meliputi rancangan

atau disain program; bentuk fisik naskah televisi atau video; relasi unsur visual, audio

dan isi program; tata tulis naskah.

5.1 Rancangan atau Desai Program

Urut-urutan langkah yang harus ditempu dalam penulisan naskah televise dan

video adalah; (1) menetapkan ide atau gagasan, (2) menentukan sasaran program atau

konsumen yang akan dituju, (3) merumuskan tujuan program, (4) Membuat garis-

garis besar isi program, (5) Penyusunan synopsis, dan (6) Treatmen atau uraian dari

urutan kejadian yang akan tampak pada layer televise atau video.

5.2 Bentuk Fisik Naskah Televisi dan Video

bentuk fisik naskah ada dua, yaitu bentuk naskah satu kolom dan naskah dua

kolom. Naskah satu kolom penulisan deskripsi unsur audio dan visual tidak

dipisahkan. Semua dituliskan berurutan tanpa pemisahan kolom. Sedangkan naskah

dua kolom unsur audio dan visual dituliskan terpisah.

5.3 Relasi Antar Unsur Visua dan Audio

Televisi atau video adalah media visual. Melalui media audio visual tersebu

pesan yang akan disampaikan kepada sasaran program diolah.

Media televivi dan video adalah keutuhan unsure audio visual dalam

menyajikan pesan. Sementara itu hakekat komunikasi adalah menyatukan dua

persepsi dari pihak komunikator (penulis) dan pihak komunikan (penonton).

5.4 Tata Tulis Naskah Televivi dan Video

hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis naskah televise atau video,

baik naskah satu kolom maupun naskah dua kolom adalah judul program dan

deskripsi adegan. Judul program dituliskan di bagian tengah atas kertas dengan

menggunakan huruf kapital. Deskripsi adegan terdiri dari; (1) indikator tempat, (2)

indikator setting, (3) indikator waktu kejadian, (4) Instruksi jenis shot atau gerakan

kamera, dan (5) nama tokoh.

Page 11: Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi Dan Video

6. MACAM-MACAM FORMAT PROGRAM TELEVISI DAN VIDEO

6.1 Berbagai Jenis Program Televisi dan Video

Secara kategorial program televise atau video dapat dikelompokkan menjadi

empat jenis, yitu informasi, kebudayaan, pendidikan, dan hiburan.

6.2 Berbagai format Program Televisi dan Video

jika ditinjau dari segi tempat dan waktu produksinya maka diklasifikasikan

menjadi (1) program studio, (2) program video atau film yang diproduksi di luar

studio. Sementara itu, jika diklasifikasikan berdasarkan jumlah penampil dan alokasi

waktu adalah sebagai berikut:

6.2.1 Format program sederhana

Format ini mempunyai beberapa format program, yaitu; (1) Format

Talk/Ceramah, (2) Format program video on sound (VOS), (3) Format program

diskusi, (4) format program wawancara, (5) format program permainan, (6) format

program dokumenter (dokumenter berita, historis, biografi, musik), (7) format

program feature, (8) format program majalah, dan (9) format program drama.

7. ALAT BANTU BAGI PENULIS

Hasil karya seorang penulis adalah naskah. Satu hal yang perlu diperhatikan

yaitu agar naskah atau scenario jangan menjadi “sebuah kapastok tempat segala

kegiatan produksi bergantung. Maksudnya naskah anda terlalu rinci dan spesifik

instruksinya sehingga “mudah sekali untuk dibaca dan dipahami”. Masalahnya adalah

naskah yang serba rinci akan mematikan kreatifitas sutradara dan kerabat

produksinya.

Sebuan naskah nilainya sama dengan suatu alat komunikasi, yaitu

memungkinkan pemahaman sejumlah bagian dan spesialis yang berbeda tugas dan

fungsinya. Untuk itu naskah dengan format apapun hendaknya berisi semua informasi

yang dibutuhkan oleh kelompok-kelompok yang bekerja sama menanganinya menjadi

suatu produk.

7.1 Papan Cerita

Papan cerita (storyboard) adalah suatu medium piktorial. Papan cerita dapat

dijadikan alat komunikasi yang baik, yaitu menjadi jembatan penyambung antara kat-

kata tertulis dengan gambar visual yang bergerak. Papan cerita ada dua macam yaitu

papan cerita kartu dan papan cerita dalam lembaran kertas.

Page 12: Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi Dan Video

Contoh Papan cerita sistem kartu

papan

kartu

Contoh Papan Cerita Dalam Lembaran Kertas

8. BERBAGAI MODEL NASKAH

8.1 Beberapa penegertian tentang hal yang berhuungan dengan naskah.

1. Scenario, adalah cerita dalam bentuk rangkaian sequence dan adeganadegan

namun tidak dalam rincian yang persis. Dapat dikatakn hampir sinonim

dengan screenplay.

2. Screenplay, adalah garis besar cerita atau bentuk naskah, meskipu jarang

merinci car-cara suatu versi perekaman atau shooting.

3. Script, sebenarnya manuskrip yang berisi spesifikasi suatu penyajian dalm

setiap medim.

4. Scene/Adegan, secara teatrikal Scene berarti setiap penambahan atau

pengurangan pemain dan akhir suatu adegan.

5. Sequence, adalah sekelompok shot dari scenes yang berisi sau uraian besar

tentang maksud dan tujuan.

6. Shooting script, adalah naskah versi siap produksi yang berisi sudut

pengambilan secara rinci dan spesifik serta bagian-bagian kegiatan.

8.2 Model Naskah Program Televisi dan Video Dokumenter

PAPAN CERITA PROGRAM: …………..

PAPAN CERITA PROGRAM……………Judul:..…………………………….………..Lama Pemutaran:………………….…menitPenulis:…………………………………….

VIDEO AUDIO

Page 13: Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi Dan Video

Ada beberapa bentuk pendekatan dalam membuat program Tv/Video

documenter. Untuk itu formatnaskahnya pun bukan hanya satu, yaitu; (1) documenter

berdasarkan potongan shot, (2) documenter yang didramatisir, dan (3) Dokumenter

model intruksional/teknikal.

8.3 Model Naskah Program Televisi dan Video Instruksional

Format ini untuk merekam materi yang dipola dengan rinci. Sehubungan

dengan maksudnya, yaitu untuk kegiatan pengjaran maka otentitas dan akurasi

perekaman merupakan pegangan pokok. Naskah dalam jenis ini lebih berfungsi

sebagai pendikte, bukan pedoman.

8.4 Model Naskah Program Televisi dan Video Teatrikal

Pada dasarnya treatment atau outline program teatrikal adalah cerita ringkas

sebanyak10-60 halaman yang menjelaskan alur ide cerita dari awal sampai selesai.

Program ini ditulis secara rinci tentang para pelaku atau tokoh cerita.

8.5 Model Naskah Program Televisi Komersial dan Pelayanan Masyarakat

Naskah rogram ini selalu menggunkan model dua kolom. Perbeaan yang ada

antarstasiun penyiaran dan antarpusat produksi hanyalah hal menitnya. Sebaliknya

model yang digunakan secara universal sama.

Kesimpulan

Buku ini merupakan buku yang sangat menarik untuk dibaca oleh mahasiswa

dan juga untuk setiap orang yang ingin terjun dalam dunia entertinment. Melihat

semakin berkibarnya tonggak pertelevisian dan semakin diminatinya bidang ini,

sepatunyalah kita mengtahui, walaupun mungkin hanya sedikit apa saja yang ada

dalam kegiatan produksinya.

Buku ini sangat menarik, namun tetap ada kekurangannya yaitu buku ini

kurang banyak memberi gambar yang menjelaskan uraian atau uraian tersebut kurang

diberikan contoh. Dalam membuat naskah atau skenario pun kurang diperjelas lagi

karena buku ini hanya memberikan contoh bagaimana format dari skenario itu sendiri,

sementara penjelasan langkah-langkah dalam pembutan skenario masih kurang.