Evaluasi Program-Program Video Hasil Produk Balai Pengembangan Media Televisi (BPMTV) Surabaya Untuk...

21
0 EVALUASI PROGRAM-PROGRAM VIDEO HASIL PRODUK BALAI PENGEMBANGAN MEDIA TELEVISI (BPMTV) SURABAYA UNTUK SISWA SLB DITINJAU DARI PERSPEKTIF MEDIA PEMBELAJARAN FauzanHeri Kiswanto 1 , KartiSoeharto 2 Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya Kampus Lidah Wetan [email protected] Abstrak:Televisi memang diakui menjadi salah satu media yang cukup efektif untuk menyampaikan pesan pada masyarakat luas.Tetapi pada kenyataannya televisi yang ada pada masyarakat masih belum efisien sebagai penyampai media pendidikan dan media pembelajaran. Muncul Televisi Edukasi sebagai langkah pemerintah untuk mengembangkan media pembelajaran berbasis pada televisi sebagai medianya. Balai pengembangan media televisi (BPMTV) salah satunya sebagai penyokong media- media tersebut. Dalam penelitian ini peneliti mengambil subjek siswa SLB sebagai sasaran media BPMTV tersebut, Dalam hal ini peneliti akan mengetahui keefektifan BPMTV surabaya ditinjau dari perspektif media pembelajaran.Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dan penyajian datanya secara deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SLB kelas VII di SLB Gedangan Sidoarjo yang hanya berjumlah 6 siswa. Dan penilaian dari para ahli media dan materi sebagai evaluator media. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan hasil analisis data ditemukan bahwa siswa SLB kelas VII di SLB Gedangan Sidoarjo bisa menjawab soal-soal yang ada pada program BPMTV, siswa juga menilai program BPMTV yang dinilai rata-rata baik tapi masih perlu adanya pembenahan pada segi teknisnya. Variabel-variabel media pembelajaran yang ada pada program BPMTV sudah terpenuhi dengan cukup baik. Jadi kesimpulannya bahwa program-program BPMTV Surabaya memenuhi kriteria sebagai media pembelajaran. Untuk selanjutnya BPMTV harus bisa membenahi segi-segi teknis yang ada pada program, agar siswa lebih tertarik untuk melihat dan menyimak isi materi program. Dan isi materi

description

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : FAUZAN HARI KISWANTO, http://ejournal.unesa.ac.id

Transcript of Evaluasi Program-Program Video Hasil Produk Balai Pengembangan Media Televisi (BPMTV) Surabaya Untuk...

Page 1: Evaluasi Program-Program Video Hasil Produk Balai Pengembangan Media Televisi (BPMTV) Surabaya Untuk Siswa SLB Ditinjau Dari Perspektif Media Pembelajaran

0

EVALUASI PROGRAM-PROGRAM VIDEO HASIL PRODUK BALAI PENGEMBANGAN MEDIA TELEVISI (BPMTV) SURABAYA UNTUK

SISWA SLB DITINJAU DARI PERSPEKTIF MEDIA PEMBELAJARAN

Fauzan Heri Kiswanto1, Karti Soeharto2

Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu PendidikanUniversitas Negeri Surabaya

Kampus Lidah [email protected]

Abstrak:Televisi memang diakui menjadi salah satu media yang cukup efektif untuk menyampaikan pesan pada masyarakat luas.Tetapi pada kenyataannya televisi yang ada pada masyarakat masih belum efisien sebagai penyampai media pendidikan dan media pembelajaran. Muncul Televisi Edukasi sebagai langkah pemerintah untuk mengembangkan media pembelajaran berbasis pada televisi sebagai medianya. Balai pengembangan media televisi (BPMTV) salah satunya sebagai penyokong media-media tersebut. Dalam penelitian ini peneliti mengambil subjek siswa SLB sebagai sasaran media BPMTV tersebut, Dalam hal ini peneliti akan mengetahui keefektifan BPMTV surabaya ditinjau dari perspektif media pembelajaran.Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dan penyajian datanya secara deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SLB kelas VII di SLB Gedangan Sidoarjo yang hanya berjumlah 6 siswa. Dan penilaian dari para ahli media dan materi sebagai evaluator media. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan hasil analisis data ditemukan bahwa siswa SLB kelas VII di SLB Gedangan Sidoarjo bisa menjawab soal-soal yang ada pada program BPMTV, siswa juga menilai program BPMTV yang dinilai rata-rata baik tapi masih perlu adanya pembenahan pada segi teknisnya. Variabel-variabel media pembelajaran yang ada pada program BPMTV sudah terpenuhi dengan cukup baik. Jadi kesimpulannya bahwa program-program BPMTV Surabaya memenuhi kriteria sebagai media pembelajaran. Untuk selanjutnya BPMTV harus bisa membenahi segi-segi teknis yang ada pada program, agar siswa lebih tertarik untuk melihat dan menyimak isi materi program. Dan isi materi Program BPMTV ini dapat diterima dengan baik oleh siswa.

Kata kunci : Program Video BPMTV, Media Pembelajaran

1. PENDAHULUAN

Hingga saat ini, terdapat begitu banyak stasiun televisi komersial di Indonesia, baik yang berskala nasional maupun lokal. Ada puluhan stasiun televisi di Indonesia yang bertaraf nasional ditambah dengan stasiun-stasiun televisi lokal yang ada di setiap daerah. Televisi memang diakui menjadi salah satu media yang cukup efektif untuk menyampaikan pesan pada masyarakat luas. Hampir setiap keluarga dari setiap kalangan masyarakat Indonesia memiliki televisi yang

berfungsi sebagai sarana hiburan dan informasi. Barangkali, berawal dari salah satu asumsi tersebut, Kementerian pendidikan memanfaatkan media televisi sebagai proses pendidikan yang bersifat massal. Penulis juga mengakui media ini banyak memiliki keunggulan. Misalnya, pertama, siaran televisi harus dapat dilihatlangsung. Kedua, siaran televisi dapat menjangkau sasaran secara luas dan singkat. Ketiga, acara televisi dapat disampaikan dengan format hiburan, sehingga peluang tayangannya lebih menyenangkan. Keempat, banyak variasi bentuk acara televisi

Page 2: Evaluasi Program-Program Video Hasil Produk Balai Pengembangan Media Televisi (BPMTV) Surabaya Untuk Siswa SLB Ditinjau Dari Perspektif Media Pembelajaran

1

yang dapat dipilih, antara lain: uraian, reportase, dialog, wawancara, diskusi, laporan, atau hiburan. Kalau sebelumnya guru sebagai satu-satunya sumber bagi siswa, kini guru juga menjadi fasilitator dan motivator. Sedangkan siswa harus lebih aktif mencari informasi dari berbagai sumber, sehingga pengetahuan siswa menjadi lebih luas dan beragam. Siaran pendidikan di Indonesia yangdikelola oleh Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan salah satunya yakni siaran Televisi Edukasi (TVE). TVE mulai mengudara dan dapat dinikmati oleh masyarakat Indonesia pada tanggal 12 Oktober 2004. Program yang disiarkan oleh TVE adalah program-program yang mengandung unsur kebijakan-kebijakan pendidikan dan informasi lainnya. Dalam perkembangan selanjutnya agar siaran TVE dapat menjangkau siswa dan masyarakat yang lebih luas. TVE melakukan perluasan daya jangkau melalui kerjasama siaran dengan stasiun TV lokal swasta. Sedangkan salah satu pembuat program-program yang ada di TVE tersebut adalah BPMTV (Balai Pengembangan Media Televisi), BPMTV merupakan lembaga yang melaksanakan produksi program pendidikan melalui media televisi untuk pendidikan dan kebudayaan dan memiliki fungsi untuk melakukan penyusunan dan pengolahan, serta menyediakan seluruh kelengkapan dan bahan untuk keperluan produksi media televisi untuk pendidikan dan kebudayaan yang diplot untuk TVE. Nama BPMTV mungkin masih terasa asing di telinga karena nama BPMTV belum begitu terkenal di masyarakat sehingga belum banyak yang tahu tentang BPMTV.

Padahal, hasil kerja lembaga di bawah Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi Pendidikan banyak dinikmati jutaan warga Indonesia. Sebut saja serial ACI (AkuCinta Indonesia) yang diperankan oleh aktor dan pemain pantomim Septian Dwi Cahyo. Film seri yang ditayangkan di TVRI padapertengahan 1980-an itubegitupopuler.

Saat ini BPMTV di khususkan untuk memproduksi program-program seputar SDLB (Sekolah Dasar Luar Biasa) dan SMPLB (Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa) serta Program Keaksaraan. Pemilihan materi itu karena keduanya belum tersentuh. Tayangan-tayangan di TVE saat ini banyak seputar

materi SD hingga SMA. Padahal, sekolah luar biasa dan program keaksaraan (untuk membantu memberantas buta aksara) juga tak kalah penting.

Dalam Program-programnya BPMTV tetap mengacu pada kurikulum sekolah. Acuan kurikulum itu mengharuskan BPMTV menjalankan fungsi penelitian dan pengembangan. Para kru BPMTV akan menggali materi dari berbagai sumber agar sesuai dengan batasan-batasan yang dibuat oleh Pustekkom.

BPMTV bekerjasama dengan pengkaji materi dari Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Pengkaji itu berfungsi sebagai konsultan yang didatangkan dari Universitas Negeri Surabaya (UNESA). Disamping LPTK, BPMTV juga berpartner dengan ahli komunikasi, psikolog, ahli bahasa, seniman, hingga penyiar. Kerja sama itu dilakukan agar lembaga dengan SDM (Sumber Daya Manusia) sebanyak 45 orang itu bisa membuat konsep tayangan yang menarik dan tepat mengenai pemahaman siswa. Sedangkan ketertarikan dan pemahaman siswa ditentukan oleh baik dan tidaknya program media tersebut. Media yang baik adalah sesuai dengan konsep media pembelajaran. Media pembelajaran merupakan Media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan intruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran. (Azhar Arsyad:1997;4)

Berdasarkan hasil observasi di BPMTV Surabaya, menurut informasi yang didapat dari hasil wawancara langsung dengan staff BPMTV dan siswa SLB yang menjadi sasaran Program video produk BPMTV tersebut mempunyai kekurangan dan kelebihan. Kekurangan dan kelebihan ini akan ditinjau dari perspektif media pembelajaran, karena program-program video hasil produk BPMTV ini merupakan salah satu media pembelajaran.Dari permasalahan inilah peneliti mengambil suatu permasalahan yang mendasar. Yakni apakah kekurangan dan kelebihan program-program video produk BPMTV sesuai dengan media pembelajaran? Dalam permasalahan ini peneliti akan menilai beberapa program video produk BPMTV. Program-program video yang diteliti yakni

Page 3: Evaluasi Program-Program Video Hasil Produk Balai Pengembangan Media Televisi (BPMTV) Surabaya Untuk Siswa SLB Ditinjau Dari Perspektif Media Pembelajaran

2

program yang meliputi SLB (Sekolah Luar Biasa).

2. KAJIAN PUSTAKA

Media (bentuk jamak dari kata medium), merupakan kata yang berasal dari bahasa latin medius, yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’ (Arsyad, 2002; Sadiman, dkk., 1990). Oleh karena itu, media dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Media dapat berupa sesuatu bahan (software) dan/atau alat (hardware). Sedangkan menurut Gerlach & Ely (dalam Arsyad, 2002), bahwa media jika dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi, yang menyebabkan siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Jadi menurut pengertian ini, guru, teman sebaya, buku teks, lingkungan sekolah dan luar sekolah, bagi seorang siswa merupakan media. Pengertian ini sejalan dengan batasan yang disampaikan oleh Gagne (1985), yang menyatakan bahwa media merupakan berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar. Banyak batasan tentang media, Association of Education and Communication Technology (AECT) memberikan pengertian tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan dan informasi. Dalam hal ini terkandung pengertian sebagai medium (Gagne, et al., 1988) atau mediator, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar -siswa dan isi pelajaran. Sebagai mediator, dapat pula mencerminkan suatu pengertian bahwa dalam setiap sistem pengajaran, mulai dari guru sampai kepada peralatan yang paling canggih dapat disebut sebagai media. Heinich, et.al., (1993) memberikan istilah medium, yang memiliki pengertian yang sejalan dengan batasan di atas yaitu sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima.

Dalam dunia pendidikan, sering kali istilah alat bantu atau media komunikasi digunakan secara bergantian atau sebagai pengganti istilah media pendidikan

(pembelajaran). Seperti yang dikemukakan oleh Hamalik (1994) bahwa dengan penggunaan alat bantu berupa media komunikasi, hubungan komunikasi akan dapat berjalan dengan lancar dan dengan hasil yang maksimal. Batasan media seperti ini juga dikemukakan oleh Reiser dan Gagne (dalam Criticos, 1996; Gagne, et al., 1988), yang secara implisit menyatakan bahwa media adalah segala alat fisik yang digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran. Dalam pengertian ini, buku/modul, tape recorder, kaset, video recorder, camera video, televisi, radio, film, slide, foto, gambar, dan komputer adalah merupakan media pembelajaran. Menurut National Education Association -NEA (dalam Sadiman, dkk., 1990), media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik yang tercetak maupun audio visual beserta peralatannya. Berdasarkan batasan-batasan mengenai media seperti tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang menyangkut software dan hardware yang dapat digunakan untuk meyampaikan isi materi ajar dari sumber belajar ke pebelajar (individu atau kelompok), yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat pebelajar sedemikian rupa sehingga proses belajar (di dalam/di luar kelas) menjadi lebih efektif.

2.1. Posisi Media Pembelajaran

Bruner (1966) mengungkapkan ada tiga tingkatan utama modus belajar, seperti: enactive (pengalaman langsung), iconic (pengalaman piktorial atau gambar), dan symbolic (pengalaman abstrak). Pemerolehan pengetahuan dan keterampilan serta perubahan sikap dan perilaku dapat terjadi karena adanya interaksi antara pengalaman baru dengan pengalaman yang telah dialami sebelumnya melalui proses belajar. Sebagai ilustrasi misalnya, belajar untuk memahami apa dan bagaimana mencangkok. Dalam tingkatan pengalaman langsung, untuk memperoleh pemahaman pebelajar secara langsung mengerjakan atau membuat cangkokan. Pada tingkatan kedua, iconic, pemahaman tentang mencangkok dipelajari melalui gambar, foto, film atau rekaman video. Selanjutnya pada

Page 4: Evaluasi Program-Program Video Hasil Produk Balai Pengembangan Media Televisi (BPMTV) Surabaya Untuk Siswa SLB Ditinjau Dari Perspektif Media Pembelajaran

3

tingkatan pengalaman abstrak, siswa memahaminya lewat membaca atau mendengar dan mencocokkannya dengan pengalaman melihat orang mencangkok atau dengan pengalamannya sendiri. Berdasarkan uraian di atas, maka dalam proses belajar mengajar sebaiknya diusahakan agar terjadi variasi aktivitas yang melibatkan semua alat indera pebelajar. Semakin banyak alat indera yang terlibat untuk menerima dan mengolah informasi (isi pelajaran), semakin besar kemungkinan isi pelajaran tersebut dapat dimengerti dan dipertahankan dalam ingatan pebelajar. Jadi agar pesan-pesan dalam materi yang disajikan dapat diterima dengan mudah (atau pembelajaran berhasil dengan baik), maka pengajar harus berupaya menampilkan stimulus yang dapat diproses dengan berbagai indera pebelajar. Pengertian stimulus dalam hal ini adalah suatu “perantara” yang menjembatani antara penerima pesan (pebelajar) dan sumber pesan (pengajar) agar terjadi komunikasi yang efektif. Media pembelajaran merupakan suatu perantara seperti apa yang dimaksud pada pernyataan di atas. Dalam kondisi ini, media yang digunakan memiliki posisi sebagai alat bantu dalam kegiatan pembelajaran, yaitu alat bantu mengajar bagi guru (teaching aids). Misalnya alat-alat grafis, photografis, atau elektronik untuk menangkap, memproses, dan menyususn kembali informasi visual atau verbal. Sebagai alat bantu dalam mengajar, media diharapkan dapat memberikan pengalaman kongkret, motivasi belajar, mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa. Sehingga alat bantu yang banyak dan sering digunakan adalah alat bantu visual, seperti gambar, model, objek tertentu, dan alat-alat visual lainnya. Oleh karena dianggap sebagai alat bantu, guru atau orang yang membuat media tersebut kurang memperhatikan aspek disainnya, pengembangan pembelajarannya, dan evaluasinya. Dengan kemajuan teknologi di berbagai bidang, misalnya dalam teknologi komunikasi dan informasi pada saat ini, media pembelajaran memiliki posisi sentral dalam proses belajar dan bukan semata-mata sebagai alat bantu. Media pembelajaran memainkan peran yang cukup penting untuk mewujudkan kegiatan belajar menjadi lebih efektif dan efisien.

Dalam posisi seperti ini, penggunaan media pembelajaran dikaitkan dengan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media, yang mungkin tidak mampu dilakukan oleh guru (atau guru melakukannya kurang efisien). Dengan kehadiran media pembelajaran maka posisi guru bukan lagi sebagai satu-satunya sumber belajar, tetapi sebagai fasilitator. Bahkan pada saat ini media telah diyakini memiliki posisi sebagai sumber belajar yang menyangkut keseluruhan lingkungan di sekitar pebelajar. Hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung (kongkrit) berdasarkan kenyataan yang ada di lingkungan hidupnya, kemudian melalui benda-benda tiruan, dan selanjutnya sampai kepada lambang-lambang verbal (abstrak). Untuk kondisi seperti inilah kehadiran media pembelajaran sangat bermanfaat. Dalam posisinya yang sedemikian rupa, media akan dapat merangsang keterlibatan beberapa alat indera. Di samping itu, memberikan solusi untuk memecahkan persoalan berdasarkan tingkat keabstrakan pengalaman yang dihadapi pebelajar.

2.2. Fungsi Media Pembelajaran

Efektivitas proses belajar mengajar (pembelajaran) sangat dipengaruhi oleh faktor metode dan media pembelajaran yang digunakan. Keduanya saling berkaitan, di mana pemilihan metode tertentu akan berpengaruh terhadap jenis media yang akan digunakan. Dalam arti bahwa harus ada kesesuaian di antara keduanya untuk mewujudkan tujuan pembelajaran. Walaupun ada hal-hal lain yang juga perlu diperhatikan dalam pemilihan media, seperti: konteks pembelajaran, karakteristik pebelajar, dan tugas atau respon yang diharapkan dari pebelajar (Arsyad, 2002). Sedangkan menurut Criticos (1996), tujuan pembelajaran, hasil belajar, isi materi ajar, rangkaian dan strategi pembelajaran adalah kriteria untuk seleksi dan produksi media. Dengan demikian, penataan pembelajaran (iklim, kondisi, dan lingkungan belajar) yang dilakukan oleh seorang pengajar dipengaruhi oleh peran media yang digunakan.

Pemanfaatan media dalam pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, meningkatkan motivasi dan

Page 5: Evaluasi Program-Program Video Hasil Produk Balai Pengembangan Media Televisi (BPMTV) Surabaya Untuk Siswa SLB Ditinjau Dari Perspektif Media Pembelajaran

4

rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan berpengaruh secara psikologis kepada siswa (Hamalik, 1986). Selanjutnya diungkapkan bahwa penggunaan media pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian informasi (pesan dan isi pelajaran) pada saat itu. Kehadiran media dalam pembelajaran juga dikatakan dapat membantu peningkatan pemahaman siswa, penyajian data/informasi lebih menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Jadi dalam hal ini dikatakan bahwa fungsi media adalah sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar. Sadiman, dkk (1990) menyampaikan fungsi media (media pendidikan) secara umum, adalah sebagai berikut: (i) memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis; (ii) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, misal objek yang terlalu besar untuk dibawa ke kelas dapat diganti dengan gambar, slide, dsb., peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat film, video, fota atau film bingkai; (iii) meningkatkan kegairahan belajar, memungkinkan siswa belajar sendiri berdasarkan minat dan kemampuannya, dan mengatasi sikap pasif siswa; dan (iv) memberikan rangsangan yang sama, dapat menyamakan pengalaman dan persepsi siswa terhadap isi pelajaran. Fungsi media, khususnya media visual juga dikemukakan oleh Levie dan Lentz, seperti yang dikutip oleh Arsyad (2002) bahwa media tersebut memiliki empat fungsi yaitu: fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris. Dalam fungsi atensi, media visual dapat menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran. Fungsi afektif dari media visual dapat diamati dari tingkat “kenikmatan” siswa ketika belajar (membaca) teks bergambar. Dalam hal ini gambar atau simbul visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa. Berdasarkan temuan-temuan penelitian diungkapkan bahwa fungsi kognitif media visual melalui gambar atau lambang visual dapat mempercepat pencapaian tujuan pembelajaran untuk memahami dan mengingat pesan/informasi yang terkandung dalam gambar atau lambang visual tersebut. Fungsi kompensatoris media pembelajaran adalah

memberikan konteks kepada siswa yang kemampuannya lemah dalam mengorganisasikan dan mengingat kembali informasi dalam teks. Dengan kata lain bahwa media pembelajaran ini berfungsi untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat dalam menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dalam bentuk teks (disampaikan secara verbal).

Dengan menggunakan istilah media pengajaran, Sudjana dan Rivai (1992) mengemukakan beberapa manfaat media dalam proses belajar siswa, yaitu: (i) dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa karena pengajaran akan lebih menarik perhatian mereka; (ii) makna bahan pengajaran akan menjadi lebih jelas sehingga dapat dipahami siswa dan memungkinkan terjadinya penguasaan serta pencapaian tujuan pengajaran; (iii) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata didasarkan atas komunikasi verbal melalui kata-kata; dan (iv) siswa lebih banyak melakukan aktivitas selama kegiatan belajar, tidak hanya mendengarkan tetapi juga mengamati, mendemonstrasikan, melakukan langsung, dan memerankan. Berdasarkan atas beberapa fungsi media pembelajaran yang dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan media dalam kegiatan belajar mengajar memiliki pengaruh yang besar terhadap alat-alat indera. Terhadap pemahaman isi pelajaran, secara nalar dapat dikemukakan bahwa dengan penggunaan media akan lebih menjamin terjadinya pemahaman yang lebih baik pada siswa. Pebelajar yang belajar lewat mendengarkan saja akan berbeda tingkat pemahaman dan lamanya “ingatan” bertahan, dibandingkan dengan pebelajar yang belajar lewat melihat atau sekaligus mendengarkan dan melihat. Media pembelajaran juga mampu membangkitkan dan membawa pebelajar ke dalam suasana rasa senang dan gembira, di mana ada keterlibatan emosianal dan mental. Tentu hal ini berpengaruh terhadap semangat mereka belajar dan kondisi pembelajaran yang lebih hidup, yang nantinya bermuara kepada peningkatan pemahaman pebelajar terhadap materi ajar.

2.3. Klasifikasi Media Pembelajaran

Page 6: Evaluasi Program-Program Video Hasil Produk Balai Pengembangan Media Televisi (BPMTV) Surabaya Untuk Siswa SLB Ditinjau Dari Perspektif Media Pembelajaran

5

Media pembelajaran merupakan komponen instruksional yang meliputi pesan, orang, dan peralatan. Dengan masuknya berbagai pengaruh ke dalam dunia pendidikan (misalnya teori/konsep baru dan teknologi), media pendidikan (pembelajaran) terus mengalami perkembangan dan tampil dalam berbagai jenis dan format, dengan masing-masing ciri dan kemampuannya sendiri. Dari sinilah kemudian timbul usaha-usaha untuk melakukan klasifikasi atau pengelompokan media, yang mengarah kepada pembuatan taksonomi media pendidikan/pembelajaran. Usaha-usaha ke arah taksonomi media tersebut telah dilakukan oleh beberapa ahli. Rudy Bretz, mengklasifikasikan media berdasarkan unsur pokoknya yaitu suara, visual (berupa gambar, garis, dan simbol), dan gerak. Di samping itu juga, Bretz membedakan antara media siar (telecommunication) dan media rekam (recording). Dengan demikian, media menurut taksonomi Bretz dikelompokkan menjasi 8 kategori: 1) media audio visual gerak, 2) media audio visual diam, 3) media audio semi gerak, 4) media visual gerak, 5) media visual diam, 6) media semi gerak, 7) media audio, dan 8) media cetak.

Pengelompokan menurut tingkat kerumitan perangkat media, khususnya media audio-visual, dilakukan oleh C.J Duncan, dengan menyususn suatu hirarki. Dari hirarki yang digambarkan oleh Duncan dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa semakin tinggi tingkat hirarki suatu media, semakin rendah satuan biayanya dan semakin khusus sifat penggunaannya. Namun demikian, kemudahan dan keluwesan penggunaannya semakin bertambah. Begitu juga sebaliknya, jika suatu media berada pada hirarki paling rendah. (Sadiman, dkk., 1986) juga melakukan pegelompokan media berdasarkan tingkat kerumitan dan besarnya biaya. Dalam hal ini, menurut Schramm ada dua kelompok media yaitu big media (rumit dan mahal) dan little media (sederhana dan murah). Lebih jauh lagi ahli ini menyebutkan ada media massal, media kelompok, dan media individu, yang didasarkan atas daya liput media.

Beberapa ahli yang membuat taksonomi media dengan pertimbangan yang lebih berfokus pada proses dan interaksi dalam belajar, ketimbang sifat medianya sendiri.

Gagne misalnya, mengelompokkan media berdasarkan tingkatan hirarki belajar yang dikembangkannya. Menurutnya, ada 7 macam kelompok media seperti: benda untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara, dan mesin belajar. Briggs mengklasifikasikan media menjadi 13 jenis berdasarkan kesesuaian rangsangan yang ditimbulkan media dengan karakteristik siswa. Ketiga belas jenis media tersebut adalah: objek/benda nyata, model, suara langsung, rekaman audio, media cetak, pembelajaran terprogram, papan tulis, media transparansi, film bingkai, film (16 mm), film rangkai, televisi, dan gambar (grafis). Sejalan dengan perkembangan teknologi, maka media pembelajaran pun mengalami perkembangan melalui pemanfaatan teknologi itu sendiri. Berdasarkan perkembangan teknologi tersebut, Arsyad (2002) mengklasifikasikan media atas empat kelompok: 1) media hasil teknologi cetak, 2) media hasil teknologi audio-visual, 3) media hasil teknologi berbasis komputer, dan 4) media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer. Seels dan Glasgow (dalam Arsyad, 2002) membagi media ke dalam dua kelompok besar, yaitu: media tradisional dan media teknologi mutakhir. Pilihan media tradisional berupa media visual diam tak diproyeksikan dan yang diproyeksikan, audio, penyajian multimedia, visual dinamis yang diproyeksikan, media cetak, permainan, dan media realia. Sedangkan pilihan media teknologi mutakhir berupa media berbasis telekomunikasi (misal teleconference) dan media berbasis mikroprosesor (misal: permainan komputer dan hypermedia).

Dari beberapa pengelompokkan media yang dikemukakan di atas, tampaknya bahwa hingga saat ini belum terdapat suatu kesepakatan tentang klasifikasi (sistem taksonomi) media yang baku. Dengan kata lain, belum ada taksonomi media yang berlaku umum dan mencakup segala aspeknya, terutama untuk suatu sistem instruksional (pembelajaran). Atau memang tidak akan pernah ada suatu sistem klasifikasi atau pengelompokan yang sahih dan berlaku umum. Meskipun demikian, apapun dan bagaimanapun cara yang ditempuh dalam mengklasifikasikan media, semuanya itu

Page 7: Evaluasi Program-Program Video Hasil Produk Balai Pengembangan Media Televisi (BPMTV) Surabaya Untuk Siswa SLB Ditinjau Dari Perspektif Media Pembelajaran

6

memberikan informasi tentang spesifikasi media yang sangat perlu kita ketahui. Pengelompokan media yang sudah ada pada saat ini dapat memperjelas perbedaan tujuan penggunaan, fungsi dan kemampuannya, sehingga bisa dijadikan pedoman dalam memilih media yang sesuai untuk suatu pembelajaran tertentu.

2.4. Karakteristik Media Pembelajaran

Setiap media pembelajaran memiliki karakteristik tertentu, yang dikaitkan atau dilihat dari berbagai segi. Misalnya, Schramm melihat karakteristik media dari segi ekonomisnya, lingkup sasaran yang dapat diliput, dan kemudahan kontrolnya oleh pemakai (Sadiman, dkk., 1990). Karakteristik media juga dapat dilihat menurut kemampuannya membangkitkan rangsangan seluruh alat indera. Dalam hal ini, pengetahuan mengenai karakteristik media pembelajaran sangat penting artinya untuk pengelompokan dan pemilihan media. Kemp, 1975, (dalam Sadiman, dkk., 1990) juga mengemukakan bahwa karakteristik media merupakan dasar pemilihan media yang disesuaikan dengan situasi belajar tertentu. Gerlach dan Ely mengemukakan tiga karakteristik media berdasarkan petunjuk penggunaan media pembelajaran untuk mengantisipasi kondisi pembelajaran di mana guru tidak mampu atau kurang efektif dapat melakukannya. Ketiga karakteristik atau ciri media pembelajaran tersebut (Arsyad, 2002) adalah: a) ciri fiksatif, yang menggambarkan kemampuan media untuk merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau obyek; b) ciri manipulatif, yaitu kamampuan media untuk mentransformasi suatu obyek, kejadian atau proses dalam mengatasi masalah ruang dan waktu. Sebagai contoh, misalnya proses larva menjadi kepompong dan kemudian menjadi kupu-kupu dapat disajikan dengan waktu yang lebih singkat (atau dipercepat dengan teknik time-lapse recording). Atau sebaliknya, suatu kejadian/peristiwa dapat diperlambat penayangannya agar diperoleh urut-urutan yang jelas dari kejadian/peristiwa tersebut; c) ciri distributif, yang menggambarkan kemampuan media mentransportasikan obyek

atau kejadian melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian itu disajikan kepada sejumlah besar siswa, di berbagai tempat, dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian tersebut.

Berdasarkan uraian sebelumnya, ternyata bahwa karakteristik media, klasifikasi media, dan pemilihan media merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam penentuan strategi pembelajaran. Banyak ahli, seperti Bretz, Duncan, Briggs, Gagne, Edling, Schramm, dan Kemp, telah melakukan pengelompokan atau membuat taksonomi mengenai media pembelajaran. Dari sekian pengelompokan tersebut, secara garis besar media pembelajaran dapat diklasifikasikan atas: media grafis, media audio, media proyeksi diam (hanya menonjolkan visual saja dan disertai rekaman audio), dan media permainan-simulasi. Arsyad (2002) mengklasifikasikan media pembelajaran menjadi empat kelompok berdasarkan teknologi, yaitu: media hasil teknologi cetak, media hasil teknologi audio-visual, media hasil teknologi berdasarkan komputer, dan media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer. Masing-masing kelompok media tersebut memiliki karakteristik yang khas dan berbeda satu dengan yang lainnya. Karakteristik dari masing-masing kelompok media tersebut akan dibahas dalam uraian selanjutnya.

2.5. Macam-macam media media

a). Media grafis. Pada prinsipnya semua jenis media dalam kelompok ini merupakan penyampaian pesan lewat simbul-simbul visual dan melibatkan rangsangan indera penglihatan. Karakteristik yang dimiliki adalah: bersifat kongkret, dapat mengatasi batasan ruang dan waktu, dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang masalah apa saja dan pada tingkat usia berapa saja, murah harganya dan mudah mendapatkan serta menggunakannya, terkadang memiliki ciri abstrak (pada jenis media diagram), merupakan ringkasan visual suatu proses, terkadang menggunakan simbul-simbul verbal (pada jenis media grafik), dan mengandung pesan yang bersifat interpretatif.

Page 8: Evaluasi Program-Program Video Hasil Produk Balai Pengembangan Media Televisi (BPMTV) Surabaya Untuk Siswa SLB Ditinjau Dari Perspektif Media Pembelajaran

7

b).Media audio. Hakekat dari jenis-jenis media dalam kelompok ini adalah berupa pesan yang disampaikan atau dituangkan kedalam simbul-simbul auditif (verbal dan/atau non-verbal), yang melibatkan rangsangan indera pendengaran. Secara umum media audio memiliki karakteristik atau ciri sebagai berikut: mampu mengatasi keterbatasan ruang dan waktu (mudah dipindahkan dan jangkauannya luas), pesan/program dapat direkam dan diputar kembali sesukanya, dapat mengembangkan daya imajinasi dan merangsang partisipasi aktif pendengarnya, dapat mengatasi masalah kekurangan guru, sifat komunikasinya hanya satu arah, sangat sesuai untuk pengajaran musik dan bahasa, dan pesan/informasi atau program terikat dengan jadwal siaran (pada jenis media radio).

c).Media proyeksi diam. Beberapa jenis media yang termasuk kelompok ini memerlukan alat bantu (misal proyektor) dalam penyajiannya. Ada kalanya media ini hanya disajikan dengan penampilan visual saja, atau disertai rekaman audio. Karakteristik umum media ini adalah: pesan yang sama dapat disebarkan ke seluruh siswa secara serentak, penyajiannya berada dalam kontrol guru, cara penyimpanannya mudah (praktis), dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan indera, menyajikan obyek -obyek secara diam (pada media dengan penampilan visual saja), terkadang dalam penyajiannya memerlukan ruangan gelap, lebih mahal dari kelompok media grafis, sesuai untuk mengajarkan keterampilan tertentu, sesuai untuk belajar secara berkelompok atau individual, praktis dipergunakan untuk semua ukuran ruangan kelas, mampu menyajikan teori dan praktek secara terpadu, menggunakan teknik-teknik warna, animasi, gerak lambat untuk menampilkan obyek/kejadian tertentu (terutama pada jenis media film), dan media film lebih realistik, dapat diulang-ulang, dihentikan, dsb, sesuai dengan kebutuhan.

d).Media permainan dan simulasi. Ada beberapa istilah lain untuk kelompok media pembelajaran ini, misalnya simulasi dan permainan peran, atau permainan simulasi.

Meskipun berbeda-beda, semuanya dapat dikelompkkan ke dalam satu istilah yaitu permainan (Sadiman, 1990). Ciri atau karakteristik dari media ini adalah: melibatkan pebelajar secara aktif dalam proses belajar, peran pengajar tidak begitu kelihatan tetapi yang menonjol adalah aktivitas interaksi antar pebelajar, dapat memberikan umpan balik langsung, memungkinkan penerapan konsep-konsep atau peran-peran ke dalam situasi nyata di masyarakat, memiliki sifat luwes karena dapat dipakai untuk berbagai tujuan pembelajaran dengan mengubah alat dan persoalannya sedikit saja, mampu meningkatkan kemampuan komunikatif pebelajar, mampu mengatasi keterbatasan pebelajar yang sulit belajar dengan metode tradisional, dan dalam penyajiannya mudah dibuat serta diperbanyak.

Berdasarkan atas beberapa fungsi media pembelajaran yang dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media dalam kegiatan belajar mengajar memiliki pengaruh yang besar terhadap alat-alat indera. Penggunaan media akan lebih menjamin terjadinya pemahaman dan retensi yang lebih baik terhadap isi pelajaran. Media pembelajaran juga mampu membangkitkan dan membawa pebelajar ke dalam suasana rasa senang dan gembira, di mana ada keterlibatan emosianal dan mental. Tentu hal ini berpengaruh terhadap semangat mereka belajar dan kondisi pembelajaran yang lebih “hidup”, yang nantinya bermuara kepada peningkatan pemahaman pebelajar terhadap materi ajar. Jadi, sasaran akhir penggunaan media adalah untuk memudahkan belajar, bukan kemudahan mengajar (Degeng, 2001).

3. METODE PENELITIAN

Penelitian merupakan suatu kegiatan yang ilmiah dalam pelaksanaannya akan banyak menuntut suatu sistematika tertentu. Agar dapat dikatakan sistematis, diperlukan cara yang dapat dipergunakan untuk memperoleh hasil yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. “Cara-cara yang digunakan dalam

Page 9: Evaluasi Program-Program Video Hasil Produk Balai Pengembangan Media Televisi (BPMTV) Surabaya Untuk Siswa SLB Ditinjau Dari Perspektif Media Pembelajaran

8

penelitian biasa disebut sebagai metode penelitian” (Hadi, 1984:5).

3.1 Jenis Penelitian

Disesuaikandenganjudulskripsi, yakni evaluasi program- program televisi BPMTV untuk siswa SLB ditinjau dari perspektif Media Pembelajaran yang mempunyai Tujuan penelitian adalah mencari kekurangan dan kelebihan program-program produksi BPMTV surabaya untuk siswa SLB ditinjau dari perspektif Media Pembelajaran Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif.

Pada dasarnya penelitian deskriptif dilakukan guna memberikan gambaran tentang suatu keadaan pada saat ini dengan menggunakan langkah-langkah pengumpulan data, mengklasifikasikan, menjelaskan, menganalisis dan akhirnya menyimpulkan. Jadi dalam penelitian ini akan mengumpulkan informasi dari sasaran program-program video produk BPMTV yakni siswa SLB, kemudian informasi tersebut akan dikelolah dan dianalisa yang kemudian akan disimpulkan hasil dari informasi yang didapat yakni apakah program-program BPMTV sesuai media pembelajaran.

3.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini nantinya akan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:a. Person

1). Para Pengkaji Program:-Pengkaji Materi, yaitu: Drs. Rudy Kustijono, M,Si. -Pengkaji Media, yaitu: Bambang Suprijono

2). Pengkaji PLB, yaitu : Dra. Endang Purbaningrum, M.Kes.3). 3Siswa-siswi SMPLB-B Kelas VIII

dari SLB Negeri Gedangan Sidoarjo sebanyak 6 anak, karena dikelas ini memang minim siswa yang tergolong dalam kelas B.

b. PlacePenelitian dilakukan di SLB Negeri Gedangan Jl. Raya Sedati Km 2 Gedangan Sidoarjo

c. Paper

Yakni berupa lembar kerja siswa saat program video berlangsung, di dalam isi program terdapat pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan materi dalam program yang dijawab oleh siswa, kemudian hasil pekerjaan siswa dinilai dan disimpulkan hasilnya. Data selanjutnya yakni hasil evaluasi video pembelajaran yang dilakukan oleh pengkaji materi, pengkaji media, dan pengkaji PLB.

3.3 Prosedur Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan hasil penelitian yang obyektif, maka dalam penelitian ini digunakan metode pengumpulan data dengan metode wawancara, dokumentasi dan observasi.

a. Metode wawancaraMoleong mengemukakan pendapatnya “wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu”. (Moleong, 2008:190). Sedangakan menurut Esterberg dalam Sugiyono (2008: 320) mengemukakan beberapa wawancara yaitu :a. wawancara terstruktur, adalah

wawancara yang digunakan sebagai teknik pengumpulan data bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan di peroleh.

b. wawancara semi terstruktur adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya.

c. wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

Dalam penelitian ini metode wawancara yang digunakan adalah Wawancara semi terstruktur, yaitu wawancara yang dilakukan dengan menggunakan pedoman yang telah dibuat sebelumnya. Pedoman tersebut berupa serangkaian pertanyaan yang akan disampaikan pada responden. Metode wawancara ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai kekurangan dan kelebihan program BPMTV. Wawancara dilakukan

Page 10: Evaluasi Program-Program Video Hasil Produk Balai Pengembangan Media Televisi (BPMTV) Surabaya Untuk Siswa SLB Ditinjau Dari Perspektif Media Pembelajaran

9

kepada siswa-siswi SMPLB-B kelas VIII Gedangan Sidoarjosecara langsung. Dibawah ini merupakan tabel kisi-kisi wawancara dimana setiap indikator ditanyakan kepada siswa tentang pendapat setelah melihat program video diputar.

3.4 Teknik Analisa Data

Analisis data penelitian deskriptif kualitatif sangat dianjurkan pada saat pengumpulan data di lapangan, hal ini sudah peneliti lakukan sebatas kemampuan yang ada adalah sebagai berikut :a. Membaca seluruh catatan lapangan dari

pengumpulan data dari lokasiselama masa penelitian.

b. Saat itu peneliti menulis segala sesuatu yang berkaitan dengan pengumpulan data yaitu dengan catatan wawancara dengan siswa setelah melihat isi program, observasi dan pengumpulan data dokumen dari BPMTV.

c. Mengkategorikan setiap catatan pada masing-masing indikator penelitian yang ada di lapangan.

d. Menyatukan beberapa catatan yang setema

3.5 Keabsahan Data

Dalam penelitian ini pengujian kredibilitas data penelitian dilakukan menggunakan konsep dalam buku Moleong (2005:326) yaitu dengan cara perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan, triangulasi:a. Perpanjangan pengamatan Perpanjangan ini

diperpanjang sampai dua kali ini disebabkan pada penelitian tahap I peneliti masih mendapati adanya adanya rumusan masalah yang belum lengkap terjawab, disamping itu pada tahap II setelah dipelajari dengan seksama, peneliti bahwa data sudah mutlak.

b. Meningkatkan ketekunanPengujian kridibilitas dengan peningkatan ketekunan ini dilakukan dengan cara membaca seluruh catatan hasil penelitian secara cermat sehingga dapat diketahui jika terjadi kesalahan atau kekurangan. Sebagai bekal peneliti dalam meningkatkan ketekunan adalah dengan cara membaca berbagai referensi buku hasil penelitian dan

dokumentasi yang terkait dengan masalah-masalah penelitian.

c. TriangulasiMetode.Triangulasi yang peneliti lakukan adalah triagulasi teknik yaitu menggunakan dua pendekatan yaitu observasi, dan dokumentasi. Kemudian triangulasi sumber data hasil preview program- program BPMTV oleh ahli materi, ahli media dan pengkaji PLB.

4. HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian dari semua wawancara disimpulkan oleh peneliti dalam matriks video pembelajaran.

Page 11: Evaluasi Program-Program Video Hasil Produk Balai Pengembangan Media Televisi (BPMTV) Surabaya Untuk Siswa SLB Ditinjau Dari Perspektif Media Pembelajaran

10

No. Variabel Sub Variabel Indikator Hasil Data1. Daya Tarik Tokoh Keahlian tokoh

Kemenarikan tokoh

Dalam ke-dua video ini karakter bisa barhasil membuat penonton terhibur, dengan demikian tokoh bisa dinyatakan ahli dalam berperanTokoh bisa memerankan tokoh dalam bahasa komtal dengan baik, begitu juga sisi menarik dari tokoh ini ada, yakni pada mimik wajahnya menurut para siswa

Desain judul Kemenarikan judul Warna tulisan judul Bentuk tulisan judul Peletakan judul

Judul dalam video ini rata-rata dalam penilaian siswa kurang menarik dari segi warna, tulisan maupun bentuk dan peletakan sedangkan menurut para ahli pun juga demikian

Musik Volume musik Durasi musik Intensitas musik Variasi musik Kemenarikan musik

Menurut para ahli media musik yang digunakan sudah baik dan menarik untuk mendengarkan, tetapi sasaran dari program ini adalah tuna rungu dan bisu jadi aspek ini sebagai pengecualian tetapi sebagian dari siswa ada yang bisa mendengarkan beranggapan cukup

Setting Kemenarikan setting latar Kemenarikan property

Setting /latar dalam video ini masih kurang jika disesuaikan dengan isi cerita, masih terdapat property yang kurang tampak jelas pada layar dan mengganggu

Cerita Kemenarikan isi cerita Isi cerita menurut para ahli dan sasaran sudah baik dan sangat menarik, alur yang baik dan dapat membuat siswa tertarik untuk menyimak dan mengikuti

2. Compre-hantion

Judul Kesesuaian gambar dg judul Kesesuaian isi cerita dg

judul

Gambar kurang sesuai dengan judul kurang begitu cocok tapi isi cerita sudah sesuai dengan judul program

Cerita Kemudahan pemahaman Kesesuaian penyajian

gamabar

Sasaran mudah paham dalam isi program dapat dilihat dari jawaban siswa yang betul dan dapat dikerjakan oleh siswa jadi sangat baik dan sesuai dengan tujuan program

Tokoh cerita Kesesuain pemain dg karakter

Pemain sudah sesuai dengan karakter yang dimainkan, dapat membawa penonton tertarik untuk menyimak

3. Credibility Tokoh cerita Kepandaian pemain dalam memerankan tokoh

Karakter pandai dalam memerankan tokoh

4. Identification Tokoh cerita Tokoh cerita dapat mempengaruhi penonton

Tokoh-tokoh dalam program ini harus dapat menghipnotis siswa atau penonton untuk memepengaruhi isi dalam cerita ini dalam menyimaknya

Cerita Cerita dirasakan nyata oleh penonton

Cerita yang ada sudah terlihat nyata oleh penonton dan bisa membuat siswa tertarik

5. MessageRelevancy

Cerita Kesesuaian cerita dengan kebutuhan sasaran

Cerita sudah sesuai dengna kebutuhan yang diperlukan oleh sasaran yakni yang terdapat dalam tujuan program

7. AppropriatnessOf design

Pendekatan program Efektivitas pendekatan materi program video sasaran

Efektifitas nya sudah sesuai dengan harapanBuktinya yakni siswa mampu mengerjakan soal yang ada pada program

8. Side Effect Ketercapaian tujuan Tujuan umum Tujuan khusus

Tujuan umum sudah sesuai dan tercapai yakni sasaran program mengerti apa isi dari programSedangkan untuk tujuan khusus pun begitu, jadi materi yang ditampilkan berhasil diserap oleh siswa

9. Motivation Cerita Konsentrasi perhatian isi cerita

Perhatian penonton dalam melihat video ini sangat antusias

Program video Memberi rasa senang belajar Dalam melihat video ini sasaran terlihat senang dan antusias

10. ContectAccuracy

Cerita Kesesuaian cerita dg kurikulum

Ambigu penggunaan kalimat

Perihal yang pertama tadi bahwa kesesuaian program dengan tujuan umum dan khusus sudah tercapai begitu pula dengan kurikulumnya

11. Effectiveness Kemudahan program dalam pencapaian tujuan

Program ini sangat efektif untuk belajar mencapai tujuan belajar

12. Learning Kognitif Pengetahuan Pemahaman Aplikasi Sintesis Analisis Evaluasi

Dalam segi pengetahuan, pemahaman, aplikasi dll. Ini merupakan hasil yang akurat karena sudah mencakup keseluruhan dalam belajar

13. Value Nilai yg terkandung dlm cerita

Terdapat nilai yang terkandung dalam video pembelajaran ini menurut siswa atau sasaran program

Page 12: Evaluasi Program-Program Video Hasil Produk Balai Pengembangan Media Televisi (BPMTV) Surabaya Untuk Siswa SLB Ditinjau Dari Perspektif Media Pembelajaran

11

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Evaluasi program video pembelajaran BPMTV merupakan upaya menyediakan informasi untuk mengetahui hasil produk BPMTV sebagai lembaga pendidikan yang berwenang dalam pengembangan video yang difungsikan untuk para siswa. Sebagaimana mestinya produk Pengembangan video pemebelajaran ini harus sesuai dan dapat disebut dengan media pembelajaran. Peneliti mengevaluasi program video ini pada dua judul yang berbeda, yakni pada mata pelajaran IPA semester I kelas VIII SMPLB-B berjudul “Sehat Makananku” dan “Alami Itu Sehat”. Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:a. Pelaksanaan evaluasi program video

pemebelajaran pada tanggal 27 September 2010 , pada pukul 09.00 – 11.00 dengan pembicara guru mata pelajaran IPA kelas VIII – B yaitu Bpk. Bondan, setelah dilakukan pengumpulan data berupa angket untuk siswa kemudian dianalisis dan disesuaikan dengan variabel-variabel media pembelajaran, hasil yang didapatkan banyak keterkaitan variabel media pembelajaran dengan program BPMTV. Hasil ini didapat dari pekerjaan siswa dalam menjawab soal dan penilaian siswa tentang program BPMTV, dari hasil siswa kebayakan siswa menilai program ini cukup baik tapi masih perlu adanya pembenahan dalam mengemas program agar menjadi lebih menarik.

b. Video pembelajaran BPMTV ini membawa dampak yang positif bagi siswa terutama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari tingkat motivasi siswa yang tinggi untuk melihat video pembelajaran ini, hal ini cukup menarik siswa untuk lebih giat lagi belajar dan akhirnya akan berdampak positif terhadap hasil belajar siswa. Sesuai dengan matrik perbandingan video pembelajaran ini maka program video ini memang berhasil dalam mencapai tujuannya.

c. Dari data-data kesimpulan dari para ahli dan siswa SLB yang ada diatas dapat ditarik

kesimpulan kekurangan dan kelebihan dari program-program BPMTV ditinjau dari perspektif media pembelajaran, yakni sebagai berikut:

Kekurangan:

a. Komposisi warna huruf dan background kurang serasi.

b. Model huruf dan peletakannya kurang tepat serta animasi huruf terlalu cepat sehingga kejelasan huruf kurang.

c. Setting atau latar pada video kurang menarik dan tidak serasi.

d. Penataan property yang kurang tepat, sehingga terlihat kurang menarik.

Kelebihan:a. Pemain atau tokoh yang ada didalam

kedua program ini sudah berperan sangat baik, bisa membuat penonton tertarik dan terhibur. Terutama pada tokoh presenter yang menarik dapat membawa penonton terus mengikuti program.

b. Materi yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh siswa, siswa dapat mengerjakan soal-soal yang ada pada program.

c. Materi yang ada pada program mudah diterima dan dimengerti oleh siswa

5.2. Saran

Berdasarkan penelitian ini, peneliti memberikan saran yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan, sebagai berikut:

a. Sebaiknya program video pembelajaran ini dikemas lebih menarik lagi terutama pada bagian visual, karena kejelasan gambar akan membantu siswa dalam menangkap informasi yang ada pada video tersebut.

b. Penyampaian materi dalam video ini sebenarnya cukup baik tetapi ada beberapa hal yang harus diperbaiki contohnya seperti insert tulisan pada penyampaian materi terlalu cepat sehingga waktu tidak cukup bagi siswa untuk membacanya.

DAFTAR PUSTAKA

Page 13: Evaluasi Program-Program Video Hasil Produk Balai Pengembangan Media Televisi (BPMTV) Surabaya Untuk Siswa SLB Ditinjau Dari Perspektif Media Pembelajaran

12

AECT, 1994. Definisi Teknologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Arikunto, Suharsimi dan Jabar, Cepi Safrudin Abdul. 2004. Evaluasi ProgramPendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arsyad, A. 2002.Media Pembelajaran, edisi 1. Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada.

Arthana, Ketut dan Kusuma, Damajanti. 2005. Evaluasi Media Pembelajaran.

Degeng, N. S. 2001. Media Pembelajaran. Dalam kumpulan makalah PEKERTI (Pengembangan Keterampilan Instruntur) untuk Quatum Teaching. Karya tidak diterbitkan.

Hadi, Sutrisno. 1984. Metodologi Reseach Jilid I. Yogyakarta: Andi Offset. Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: KencanaPrenada Media Group.

Rusijono dan Mustaji. 2008. Penelitian Teknologi Pembelajaran. Surabaya: Unesa University Press.

Sadiman, A.S., Rahardjo, R., Haryono, A., & Rahadjito. 1990. Media Pendidikan : pengertian, pengembangan dan pemanfaatannya, edisi 1. Jakarta: Penerbit CV. Rajawali.

Sheels Barabara B dan Richey Rita C. 1994. Intructional Technology: The Definition and Domain of The Field. Washington DC: AECT.

Online:

http://id.wikipedia.org/wiki/TV_E, diakses tanggal 27 Maret 2008.

http://emjaiz.worpress.com, diakses tanggal 27 Maret 2008.

http://televisiedukasi.co.id, diaksestanggal 27 Maret 2008.http://kompasiana.com/humaniora/media_pembelajaran, diakses tanggal 20 januari 2011