Pedoman PKK- AB Industri Kimia

download Pedoman PKK- AB Industri Kimia

of 44

Transcript of Pedoman PKK- AB Industri Kimia

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Industrialisasi menempati posisi sentral dalam perekonomian masyarakat modern dan merupakan salah satu penggerak roda perekonomian negara dan bagi negara berkembang industri sangat penting untuk memperluas lapangan kerja dan memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus meningkat. Pada saat ini terdapat sekitar lima juta jenis bahan kimia yang telah diidentifikasikan dan dikenal, 60.000 jenis diantaranya sudah dipergunakan dan ribuan jenis lagi bahan kimia baru setiap tahun diperdagangkan secara bebas. Sifat beracun dan berbahaya dari bahan kimia yang digunakan di industri maupun buangannya yang juga banyak digunakan sebagai bahan baku bagi industri maupun sebagai bahan penolong industri lainnya, ditunjukkan oleh sifat fisik dan kimiawi bahan tersebut, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Beberapa kriteria berbahaya dan beracun telah ditetapkan, antara lain mudah terbakar, mudah meledak, korosif, bersifat oksidator dan reduktor dan sebagainya (PP No. 74 Tahun 1999 dan PP No. 85 Tahun 1999). Disamping memberikan dampak positif bagi perekonomian, kegiatan industri kimia juga merupakan salah satu faktor risiko bagi kesehatan masyarakat, dimana risiko tersebut antara lain disebabkan kemungkinan terjadinya bencana yang terjadi pada industri kimia baik di dalam lokasi industri maupun dampaknya yang dapat terjadi diluar lokasi industri itu sendiri. Sebagian besar kejadian bencana bahan kimia, kejadiannya dapat terjadi pada kegiatan transportasi, penyimpanan, pengolahan, pemakaian dan pembuangan sisa dan hal ini dapat terjadi karena kurangnya pengawasan dan kemungkinan yang lebih besar adalah kurang dipenuhinya standar prosedur yang telah ditetapkan atau karena perilaku dari pekerja industri kimia.

1

Beberapa kejadian bencana yang terkait dengan industri kimia antara lain: o Kebocoran dan terjadinya ledakan tangki penampung Chlorine di PT. Indorayon Utama, Porsea, Kabupaten Tapanuli Utara (tahun1993) o Kebocoran amoniak di PT. Pupuk Iskandar Muda, Lhok Seumawe, Kabupaten Aceh Utara (tahun 1994) o Ledakan dan kebakaran tangki penimbun BBM di Cilacap (tahun1995) o Kebocoran, kebakaran dan ledakan di Alkylasi Pengilangan Minyak Pertamina, Plaju, Palembang (tahun 1996) o Ledakan tangki pengangkut BBM di Sungai Musi, Palembang (tahun 1996) o Kebocoran tangki amonia di PT. Pupuk Kaltim, Bontang (tahun 2003) o Ledakan dan kebakaran pabrik bahan baku plastik PT. Petro Widada, Gresik (tahun 2004) o Munculnya gas dan lumpur panas PT. Lapindo Brantas, di Sidoarjo (tahun 2006) o Ilegal dumping limbah B3 di Cikarang-Bekasi (tahun 2006) Meskipun sebagian besar kejadian tersebut dapat dilokalisasi, namun dampaknya terhadap kesehatan masyarakat terutama pada mereka yang berada disekitar lokasi industri atau masyarakat yang berisiko perlu mendapat perhatian. Untuk menghadapi permasalahan yang timbul akibat bencana industri, berbagai pihak telah melakukan berbagai langkah, antara lain Kantor Kementerian Lingkungan Hidup telah menyusun Sistem Tanggap Darurat (STD) dan diantaranya telah dikukuhkan dengan Perda atau Keputusan Bupati/Walikota, terutama di beberapa sentra industri, antara lain di Lhok Seumawe-NAD, Bontang-Kalimantan Timur, Cilegon-Banten dan Gresik-Jawa Timur. Dampak kesehatan dari terpaparnya masyarakat terhadap kejadian bencana pada industri kimia sangat ditentukan oleh sifat dari zat kimia yang terlepas serta lama dan besarnya keterpaparan dan bilamana terjadi kedaruratan kimiawi sangat memerlukan keterlibatan aktif dari jajaran kesehatan. Bagi jajaran kesehatan merupakan suatu keharusan untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi kemungkinan terjadinya suatu krisis kesehatan akibat bencana yang terjadi pada industri kimia dan dengan tersusunnya Pedoman

2

Umum Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Kimia, diharapkan akan memberikan kemudahan bagi petugas kesehatan dalam mengantisipasi dampak kesehatan yang timbul bilamana terjadi suatu krisis kesehatan yang diakibatkan oleh terjadinya bencana kimia. 2. Tujuan a. Tujuan umum Pedoman ini adalah untuk memberikan panduan umum bagi petugas kesehatan dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana kimia. Tujuan khusus Secara khusus, petugas kesehatan dapat mengetahui upaya kesehatan pada : o Penanggulangan kesehatan o Monitoring dan evaluasi o Jejaring kerja

b.

3. Sasaran Petugas kesehatan yang melaksanakan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana kimia. 4. Ruang Lingkup Pedoman penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana kimia meliputi pemetaan bahaya kimia, penanggulangan dampak kesehatan dari bencana kimia, terutama untuk memantau faktor-faktor risiko bagi kesehatan masyarakat.

5. Dasar Hukum

3

a. Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Nomor 3495); b. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Nomor 4437); c. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara tahun 2007 Nomor 66 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 4723); d. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); e. Peraturan Presiden Nomor 3 tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 83 tahun 2005 Tentang Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana; f. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 448/Menkes/SK/VII/1993 tentang Pembentukan Tim Kesehatan Penanggulangan Korban Bencana di setiap Rumah Sakit; g. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 28/Menkes/SK/1/1995 tentang Petunjuk Pelaksanaan Umum Penanggulangan Medik Korban Bencana; h. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 205/Menkes/SK/III/1999 tentang Prosedur Permintaan Bantuan dan Pengiriman Bantuan; i. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/PER/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan; j. Peraturan Menteri Kesehatan No. 949/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB);

k. Keputusan bersama Menteri Kesehatan dan Kapolri Nomor 1087/Menkes/SKB/IX/2004 dan No. Pol. : Kep/40/IX/2004 tentang Pedoman Penatalaksanaan Identifikasi Korban Mati Pada Bencana Massal; l. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 145/Menkes/I/2007 Pedoman Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan tentang

BAB II

4

BENCANA KIMIA 1. Pengenalan Jenis-jenis Bahan Kimia Berbahaya Perkembangan industri kimia baik industri kimia hulu, industri kimia antara maupun industri kimia hilir yang menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya; ditinjau dari segi perekonomian nasional maupun regional memberikan dampak positif yang cukup besar. Industri kimia hulu utamanya meliputi industri petrokimia hulu dan petrokimia antara; dengan jenis produk industri kimia hulu meliputi bahan baku : plastik, tekstil, pelapis, perekat, pembersih, pewarna, obat, briket batubara, pelumas, alkali plant, gas industri, bahan baku peledak dan bahan peledak, bahan baku pupuk dan produk pupuk, bahan aktif pestisida dan formulasi pestisida, dan lain-lain. Selain itu industri kimia hulu, juga ada bahan kimia yang digunakan untuk industri kimia hilir, industri kimia hasil pertanian dan perkebunan, industri kimia hasil hutan dan selulosa. Berdasarkan klasifikasi bahan yang sering digunakan pada industri kimia pada umumnya mempunyai sifat : 1. Mudah meledak 2. Teroksidasi 3. Mudah menyala 4. Beracun 5. Korosif 6. Iritatif 7. Berbahaya bagi lingkungan 8. Karsinogenik 9. Teratogenik 10. Mutagenik

2. Penyebab Bencana Kimia

5

Pemakaian bahan berbahaya dan beracun oleh kegiatan aneka industri kimia di Indonesia cenderung terus meningkat untuk memenuhi kebutuhan bahan baku penolong, sintesis, setengah jadi dan bahan jadi termasuk industri turunannya. Di lingkungan industri kimia khususnya dalam proses produksi, ternyata sebagian besar menggunakan bahan kimia yang tergolong dalam kategori bahan berbahaya, sehingga memerlukan penanganan yang khusus agar tidak membahayakan baik bagi manusia maupun lingkungan hidup alam sekitarnya. Penggunaan bahan kimia berbahaya dapat menimbulkan bahaya apabila penanggulangannya tidak memenuhi persyaratan. Sampai saat ini pengaturan bahan berbahaya dan beracun untuk mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan masih belum cukup memadai. Oleh karena itu bencana yang dapat ditimbulkan oleh industri kimia menjadi penting dikelola agar dampaknya dapat dikurangi, dicegah dan ditanggulangi. Risiko kecelakaan terlepasnya zat kimia akan menjadi lebih besar sesuai dengan jumlah zat-zat baru yang dihasilkannya. Risiko ini dikarenakan produksi, penyimpanan, transportasi dan penggunaan zat-zat yang mudah terbakar, zat kimia toksik atau yang mudah meledak (ekplosif) telah berkembang pesat di berbagai negara. Selain itu kebutuhan akan berbagai industri yang menggunakan bahan kimia lebih besar telah meningkatkan jumlah pabrik atau produksi bahan kimia. Pertumbuhan penduduk disekitar pabrik bahan kimia dan disepanjang jalur transportasi telah meningkatkan risiko bilamana terjadi suatu kedaruratan kimiawi. Bencana kimia dapat berupa : 1. Kebakaran Penyebab : kebocoran material yang mudah terbakar bercampur dengan udara dan mengenai sumber api yang mengakibatkan kebakaran. Dampak pada manusia, tingkat keparahan luka bakar bergantung kepada intensitas panasnya api dan lamanya paparan. Penyebabnya adalah :

6

2. 3. 4. 5. 6.

a. Gas yang mudah terbakar b. Cairan yang sangat mudah terbakar c. Cairan mudah terbakar Kebakaran tangki yang diikuti dengan ledakan (Bleve) Ledakan Kebocoran gas kimia Tumpahan bahan kimia cair Semburan partikel kimiaP e n a n g a n a n B a h a n K im ia B e r d a s a r k a n S ifa t B a h a y aSIM B O L BAH AYA

BAH AYAE K SP LO SIF OK SID ATO R, PEN YEBA B KE BAK ARAN M UDA H TERBA KA R C E D E R A/L U KA B ILA M A SU K KE DALAM TUBU H K OR OS IF

PENANGANAN BAHAYAH in d a r i : b e n tu ra n , g e s e k a n , a p i & pa na s J a u h k a n d a ri b a h a n m u d a h te r b a k a r J a u h k a n d a ri : a p i te rb u k a , lo n c a ta n a p i, p a n a s , o k s id a to r H in d a r i k o n ta k d e n g a n tu b u h H in d a r i k o n ta k d e n g a n m a ta , k u lit, s a lu ra p e rn a p a s a n C e g a h m a s u k k e d a la m tu b u h H in d a r i k o n ta k d e n g a n m a ta , k u lit, s a lu ra n p e r n a p a s a n

BER AC U N, M EM ATIK AN IRIT A SI K U LIT , M AT A D A N SALUR AN PERNAPASAN

Bencana kimia dapat terjadi akibat : 1. kecelakaan meliputi kelalaian manusia dan kerusakan teknologi 2. bencana alam : banjir, tsunami, gempa bumi yang mengenai industri kimia dan menimbulkan bencana kimia 3. sabotase pada industri kimia Kejadian bencana industri kimia juga dapat muncul perlahan-lahan karena kebocoran yang tidak terdeteksi pada lokasi industri, tempat penyimpanan bahan kimia atau dari tempat pembuangan limbah beracun. Gejala/ keluhan penyakit yang massal dapat menjadi tanda pertama dari kejadian tersebut.

Bencana kimia dapat mengakibatkan antara lain:

7

1. Tersebarnya gas buang berbahaya dan beracun ke ruang udara bebas; 2. Tercemarnya limbah cair dan padat ke media tanah/ lahan, perairan sungai, perairan pesisir laut dan pantai, perairan danau maupun rawa; 3. Rembesan limbah pada air permukaan tanah dan air tanah dalam disamping kondisi fisiohidrografi, hidrografi, biologi dan kimia disekitar wilayah bencana. 3. Dampak bencana kimia Bencana kimia dapat diukur dari intensitas dampak, jumlah manusia yang terkena dampak dan luasnya dampak. Selain itu yang perlu diperhatikan adalah pemakaian jumlah bahan, sifat dan karakter bahan yang digunakan. Kecelakaan industri kimia dapat terjadi pada kegiatan penyimpanan, pendistribusian/pengangkutan, pengolahan, pemakaian, dan pembuangan. Bencana industri dapat terjadi sebagai dampak kebakaran, ledakan atau kecelakaan lain ketika sedang bekerja dengan bahan kimia pada industri atau tempat penyimpanan, dampak bencana alam atau serangan teroris pada suatu tempat, atau selama transportasi bahan kimia berbahaya. Paparan dapat terbatas pada orang-orang yang berada dalam suatu tempat atau kepada masyarakat diluar daerah populasi udara atau air, melalui kontaminasi tanah dan makanan. Krisis kesehatan muncul ketika manajemen kesehatan dan keselamatan kerja tidak dilaksanakan dengan baik dan pelayanan gawat darurat di rumah sakit setempat kurang memadai. a. Dampak langsung Kematian Luka akibat ledakan, bangunan yang runtuh, transportasi bahan kimia, kebakaran dan lain-lain Penyakit akibat paparan bahan kimia :

kecelakaan

8

o saat kejadian : contoh inhalasi menyebabkan iritasi saluran nafas, absorpsi melalui kulit yang terpapar, luka bakar. o setelah kejadian : dari kulit yang terpapar melalui kontak dengan makanan, air dan benda lain yang terkontaminasi Contoh kasus: Beberapa menit atau beberapa jam setelah terpapar dapat terjadi iritasi mata atau kulit, bronkokonstriksi dan depresi sistem syaraf pusat. Sedangkan penyakit lain yang muncul dalam waktu relatif cukup lama setelah terkontaminasi misalnya kerusakan paru, kesulitan pernafasan dan kanker. Kasus lain dalam kecelakaan yang melibatkan senyawa gas hidrogen, herbisida, amonia atau klorin memiliki dampak kesehatan masyarakat yang serius. b. Dampak tidak langsung Dampak psikologi dan psikososial berupa ketakutan dan kegelisahan, yang dapat meningkatkan gejala penyakit dan gejala medis non spesifik. Dampak sosial jika orang-orang kehilangan rumah, tempat usaha dan sumber ekonomi lainnya. Resiko yang terkait dengan zat-zat berbahaya : Pertama Produksi, penyimpanan, trasportasi, dan penggunaan zat yang mudah terbakar, zat kimia toksik atau yang eksplosif telah berkembang pesat di negara-negara maju maupun negara sedang berkembang. Kedua Produksi yang lebih tersentralisasi dan lebih besar telah meningkatkan jumlah pabrik-pabrik bahan kimia dan jarak pengangkutannya. Ketiga Pertumbuhan penduduk disekitar pabrik bahan kimia dan disepanjang jalur transportasi berarti bahwa terdapat lebih banyak kelompok penduduk dalam jumlah besar yang beresiko tinggi akibat kecelakaan kimiawi. BAB III

9

UPAYA KESEHATAN PADA PENANGGULANGAN BENCANA KIMIA

1. Langkah-langkah Penanggulangan a. Kesiapsiagaan Dalam upaya meningkatkan kesiapsiagaan penanggulangan bencana jajaran kesehatan perlu mendorong partisipasi kalangan industri dan peran masyarakat agar memiliki upaya kewaspadaan dalam penanggulangan bencana dan bekerja sama satu dengan lainnya serta mengikuti dan memantau kemungkinan dampak kesehatan yang terjadi di daerahnya. Upaya kesiapsiagaan dilakukan oleh seluruh komponen sesuai dengan peran masing-masing, yaitu peran pemerintah, peran kalangan industri dan peran masyarakat. 1). Peran Jajaran Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota, pada periode kesiapsiagaan perlu melakukan pemetaan daerah-daerah yang beresiko bilamana terjadi situasi kedaruratan, menyusun rencana kontinjensi yang dapat dioperasionalkan dengan melibatkan sektor lain. Unit pelayanan kesehatan setempat harus mengetahui potensi resiko, termasuk data bahan kimia berbahaya yang digunakan di wilayahnya serta memiliki jejaring rujukan dan sistim informasi 24 jam yang memadai. Ketika muncul gejala-gejala yang mengarah pada keadaan darurat bahan kimia maka jajaran kesehatan segera melakukan identifikasi dan penyiapan sebagai berikut: Sumberdaya dan jenis kontaminan, cara pelepasan, macam penyebaran, resiko kesehatan masyarakat pekerja dan masyarakat yang beresiko lainnya.

10

Paparan individu orang-orang yang ada di daerah yang bersangkutan, respons pertama, masyarakat di sekitar (melalui lingkungan dan monitoring personal/biologis berdasarkan sampling, kuesioner dan perwakilan). Dampak kesehatan pada awalnya dampak akut, kemudian akan berlanjut pada dampak jangka panjang (data dari rekam medik). Kapasitas pelayanan setempat yang memadai kualifikasi personil, peralatan perlindungan, antidotum, kapasitas diagnosis, fasilitas ruang isolasi dan lain-lain. Upaya kesiapsiagaan jajaran kesehatan : Analisis dan pemilihan upaya pengendalian situasi serta rencana penempatan masyarakat pada lokasi yang aman, jalur evakuasi dengan memperhitungkan ramalan cuaca (arah angin dan hujan) serta perkiraan perubahan lingkungan yang dapat menyebarkan sumber polusi bahan kimia yang ada. Persiapan Rumah Sakit Rumah sakit harus memiliki area / ruangan dekontaminasi (dekat dengan UGD) termasuk penanganan limbahnya, tenaga, sarana dan prasarana. Identifikasi daerah berbahaya (ring 1), kurang berbahaya (ring 2) dan aman (ring 3) disekitar daerah bencana. Promosi kesehatan yang berisi informasi tentang resiko dan upaya kewaspadaan kepada masyarakat, contohnya tempat perlindungan dari polusi udara (tinggal didalam dan menutup semua jendela), mengurangi resiko pencemaran terhadap air tanah dan persediaan makanan. Evakuasi medis, jika dibutuhkan, dan penyediaan pelayanan penting di daerah evakuasi (jika ada resiko kesehatan akut). Tersedia Standard Operational Procedure (SOP) Melakukan Geladi Bencana Kimia Pelatihan Awam Khusus (First Responder) Sumber Daya Manusia Kesehatan 1). Jumlah tergantung besar kecilnya bencana dan perkiraan jumlah korban 2). Kemampuan a) Dapat bekerjasama dalam timb) Memiliki pengetahuan tentang penanggulangan bencana kimia

11

c) Memiliki pengetahuan tentang peran unit kerja lain d) Memiliki kemampuan analisis kejadian, termasuk memperkirakan jumlah dan jenis tenaga , sarana dan prasarana yang dibutuhkan e) Memperhatikan keamanan individu dan mengerti proteksi diri 3). Petugas di area merah (red zone), area hijau (green zone) dan area pemisah (extrication) Sarana dan Prasarana 1). Alat pelindung diri dalam kondisi siap pakai. 2). Peralatan medik dan obat yang diperlukan dalam penanganan pertama. 3). Peralatan dekontaminasi di lapangan (gross decontamination) 4). Peralatan transportasi pasien 5). Peralatan komunikasi 6). Penetapan lokasi penanganan termasuk lokasi tempat pembuangan limbah. 7). Sarana transportasi, termasuk : a).Menentukan jenis alat transportasi yang akan digunakan. b).Menyiapkan korban yang akan dirujuk sesuai dengan alat transportasi yang akan digunakan. c). Menyiapkan jenis peralatan yang lebih spesifik untuk penanganan pasien terkait. Selama transportasi dilakukan d).Menjamin kelancaran transportasi pasien dengan selalu berkoordinasi dengan pihak yang terkait. e).Diperlukan peran ketua tim dalam pengaturan proses transportasi korban. 2). Peran Industri Industri mempunyai tanggung jawab dan berkewajiban memberikan informasi tentang potensi bahaya bahan kimia yang dimiliki, antidotum dan cara penanganannya. Bilamana terjadi bencana wajib mendukung sumber daya kesehatan yang dimiliki kepada Dinas Kesehatan setempat. 3). Peran Masyarakat

12

Untuk perlindungan kesehatan terhadap kemungkinan terjadinya bencana industri kimia, masyarakat yang diwakili oleh tokoh masyarakat, tokoh agama dan organisasi kemasyarakatan memiliki peran: a). Melakukan komunikasi dengan pejabat setempat dan pimpinan industri dalam hal isu yang penting dalam masyarakat. b). Melakukan komunikasi dengan masyarakatnya dalam hal rencana dan program yang disusun untuk melindungi kesehatan dan lingkungan. c). Berperan dalam forum keagamaan, organisasi masyarakat, sekolah dan program lain untuk memberikan penyuluhan tentang program penanggulangan bencana. d). Membantu menggerakkan masyarakat dan dukungannya dalam menyusun program penanggulangan bencana. Masyarakat berperan aktif sebagai tenaga awam khusus terlatih (first responder) untuk melindungi dan menyelamatkan diri terhadap paparan bahan kimia, sesuai pengetahuan yang telah diberikan. Jika terjadi kebakaran atau gangguan pada proses industri kimia yang dapat beresiko terjadi ledakan atau keluarnya bahan yang mengandung racun ke dalam atmosfir atau aliran air, peringatan dapat disampaikan oleh staf teknis kepada masyarakat untuk melakukan evakuasi atau tinggal di dalam rumah/ bangunan. b. Tanggap Darurat Tanda-tanda pertama tentang kedaruratan kimiawi dapat berasal dari sumber yang beraneka ragam. Untuk membuktikan informasi ini, penting sekali adanya kunjungan cepat ke lokasi oleh seorang yang mempunyai keahlian menangani bahan-bahan berbahaya atau seorang ahlli kimia, untuk mengambil tindakan pencegahan yang sesuai. Hampir semua kecelakaan kimiawi terjadi di tempat kerja, dan mungkin tidak menimbulkan akibat langsung dengan efek yang luas atau berjangka panjang. Bilamana telah diperoleh informasi adanya bencana kimia yang perlu segera dilakukan adalah mengaktivasi sistem kedaruratan yang ada, yang meliputi : Penyelamatan korban

13

Penilaian cepat

1). Penyelamatan korban a) Penanganan Teknis Medis Penanganan medik korban bencana kimia dilakukan sejak di lokasi kejadian/ lokasi bencana, selama transportasi dan penanganan di rumah sakit. Pada bencana kimia prinsip penanganan medis sesuai standar penanganan pasien gawat darurat, hal khusus yang harus dilakukan adalah melakukan dekontaminasi. ALUR TRIAGE DI TEMPAT BENCANAFirst Stage Triage Extrication Transp ort by Priority 2 nd Stage Triage ID & Tag

Stabilize & Treat Logistics Supplies Equipment Personel Basic Life Support Advance Life Support _________________ 0 1 2 3

Transp ort by Priority

Ambulance Staging Area

Hospital Tenaga medis dan non medis yang melakukan Hospital pertolongan dalam tim reaksi cepat harus selalu menjaga dirinya agar tidak terpapar bahan kimia berbahaya dari tubuh korban. Selain itu proteksi juga harus dilakukan pada peralatan medik yang akan digunakan, memperhatikan limbah yang berada dilokasi atau ruang penanganan.

Penanganan medik harus dilakukan dengan cepat dengan membentuk tim khusus yang akan melakukan dekontaminasi. Tim ini bisa disebut sebagai Tim HAZMAT (Hazard material team) dengan menggunakan alat proteksi diri terutama terdiri

14

dari masker pelindung yang juga melindungi mata dan pakaian khusus yang dapat melindungi penolong (tahan uap, tahan air) termasuk sepatu. Harus serlalu diingat bahwa bahan kimia atau kontaminan dapat terbawa melalui pakaian, kulit, pernafasan atau sekresi korban. Bahan kimia dapat mencemari lingkungan rumah sakit dan membahayakan orang lain. Sehingga petugas kesehatan harus mampu memakai alat proteksi diri Petugas fase darurat Level 1: First Responder (Awareness) menemukan dan melaporkan Level 2: First Responder (Operation) respon secara defensif dan tak ada paparan bahan kimia, fisika dan bahaya operasional lain Level 3: Hazmat Technician respon secara ofensive dan terpapar bahan kimia, fisika dan bahaya operasional lain Level 4: Hazmat Specialist mendukung hazmat technician, sangat berkompeten dan berpengetahuan, dan terpapar bahan kimia, fisika dan bahaya operasional lain Level 5: On-scene Commander mempunyai tanggung jawab sebagai supervisor dan secara terbatas tak terpapar atau sedikit terpapar bahan kimia, fisika dan bahaya operasional lain Triage untuk dekontaminasi Dilakukan pada korban masal terutama pd korban yg terkontaminasi bahan kimia. Prinsipnya sama dengan triage utk korban masal lainnya dgn memberikan prioritas layanan ; 1. Prioritas utama , layanan cepat bagi pasien dgn ancaman kematian & perlu tindakan segera. (label merah-kuning)

15

2. Prioritas berikut : Pasien yg dapat berjalan dan tidak ada gejala. (label hijau) 3. Prioritas terakhir : Pasien yg meninggal. Prioritas kasus untuk dekontaminasi Pasien yang terkontaminasi uap / gas /asap berbahaya (Gangguan respirasi) Pasien yang kulit dan pakaiannya tercemar bahan kimia (Cegah absorbsi) Pasien dengan keluhan dan gejala klinis yg serius (frekuensi nafas cepat, pergerakan thorax tdk normal) Pasien dengan trauma b) Dekontaminasi Setelah memakai alat proteksi diri petugas medik melakukan dekontaminasi, pastikan korban dalam keadaan stabil atau telah dilakukan stabilisasi fungsi vitalnya. Dekontaminasi seharusnya telah dilakukan sebelum dibawa kerumah sakit terdekat (Gross decontamination). Gross dekontaminasi secara tradisional dapat dilakukan melalui semprotan air mobil pemadam kebakaran. Prinsip dekontaminasi di rumah sakit adalah bahwa setiap pasien yang datang dan terpapar bahan kimia harus di dekontaminasi sebelum masuk keruangan yang ada di rumah sakit. Dekontaminasi dilakukan di tempat yang telah dipersiapkan, terpisah dan tertutup, tersedia air mengalir dan sebaiknya dekat dengan UGD/IRD . Dengan dialiri/ disemprot air (shower) semua pakaian korban, dilepaskan dan tubuh korban dibersihkan dengan sabun dan dikeringkan. Berikan pakaian rumah sakit/ selimut untuk penanganan medis lanjutan Korban di masukkan ke ruang UGD/ IRD sesuai kriteria triage (dapat dilakukan triage ulang walaupun sudah dilakukan triage di lapangan. Penanganan dilakukan berdasarkan skala prioritas

16

kegawat daruratan korban bencana. Pelayanan medik yang diberikan sesuai standar kemampuan rumah sakit tersebut.

Tipe Dekontaminasi Parsial Dilakukan didaerah Warm/ Contamination Reduction Zone Untuk pekerja yang istirahat dari hot zone Cuci tangan dan muka sebelum makan dan minum Penuh Dilakukan didaerah Warm/ Contamination Reduction Zone Dilakukan di akhir tugas Pembersihan maksimum dari peralatan, pakaian dan orangnya Metode Dilusi : Menggunakan air Absorpsi : Menggunakan absorbent Degradasi kimiawi : Dengan zat kimia untuk mengubah struktur kimianya Removal, isolasi dan disposal Prosedur Dekontaminasi : Buka seluruh pakaian korban (mengurangi 70-80% kontaminant) Cuci dari ujung kepala sampai ujung kaki dalam 1 menit dgn 6 galon air ( 25 ltr air/ 4-5 ember air) dan diperlukan area 22 inches (66 cm) per-orang. Lakukan dgn cepat pencucian / penyiraman seluruh tubuh korban Gunakan cairan pembersih untuk seluruh tubuh. Cairan baru 0,5 % Sodium hypochlorite (HTH chlorine) efektif utk kontaminant biologi atau kimia. Utk kontaminant biologi perlu waktu 10 menit (hal ini sulit utk korban masal)

17

Bersihkan kembali dengan air dari ujung kepala sampai ujung kaki (head to toe) Yakinkan korban sudah dicuci dengan bersih, bila perlu periksa dan bersihkan kembali dgn air dari ujung kepala sampai ujung kaki. Keringkan tubuh pasien dan ganti/ berikan pakaian kering dan bersih. Panduan umum dalam dekontaminasi Pasien bisa yang bisa berjalan sendiri dan gejala jelas segera lakukan dekontaminasi. Pasien masih bisa berjalan, tetapi tanpa gejala jelas pindahkan dari area tindakan, pakaian dibuka dan observasi (medical evaluation) Pasien tidak bisa bergerak, lakukan evaluasi klinis , berikan prioritas dekontaminasi. Bila semua fasilitas dapat tersedia dalam 1 jam diharapkan dapat dilakukan dekontaminasi pada 200 korban yg bisa berjalan sendiri dan 30-35 korban yg tdk bisa bergerak/ perlu tandu.

c) Penanganan Teknis Medis Khusus Penanganan yang tepat dapat dilakukan setelah ada hasil laboratorium tentang jenis bahan kimia yang terpapar untuk menentukan antidotumnya.

Gangguan pada sistem persarafan Antidotum untuk bahan yang menyebabkan gangguan pada saraf adalah Atropin dan Pralidoxime chloride (2-PAM). Bila terjadi distress pernafasan lakukan intubasi dan berikan benzodiazepin atau lorazepam atau midazolam

18

Gangguan pernafasan Pertahankan jalan nafas tetap terbuka walaupun dilakukan dekontaminasi, pertimbangkan keperluan inubasi dan penggunaan ventilator. Permasalahan banyaknya secret dan mudah terjadi bronchospasm. Siapkan dan berikan bronchodilator dan steroid. Bila hipotensi maka pikirkanperlu penambahan cairan i. v atau vasopressor. Gangguan darah Keracunan sianida ditangani dengan meningkatkan kemampuan tubuh melakukan detoxifikasi. Dengan merangsang pembentukan thiocyanate yang dapat dibuang melalui ginjal. Gangguan kulit (vesicant, blister) Buka pakaian pasien, mata cuci dengan air sekitar min 5 menit, cuci kulit dalam 2 menit. Bahan kimia yang terpapar di nonaktifkan dengan khlorinasi.. kehilangan cairan sesuai dengan luas kerusakan kulit., ganti cairan bila diperlukan. , cegah infeksi. Bersihkan kulit, buang yang nekrosis , lakukan irigasi dengan air 3-4 kali sehari. Sakit pada mata dan kulit yang rusk dapatb berikan obat topikal, Untuk gangguan pernafasan yang dapat terjadi pertimbangan intubasi dan penggunaan ventilator. d) Penanganan korban akibat bahan pengendali massa Tidak ada antidotum khusus, penanganan dilakukan bersifat simtomatik. Data statistik bahwa korban yang memerlukan penanganan medis < 1 %. Karena gejala akan menghilang sendiri (self limiting) dalam 15-30 menit.

e) Penanganan Pengungsi. Dilakukan sesuai dengan standar minimal pelayanan kesehatan bagi pengungsi yang meliputi standar air bersih, sanitasi lingkungan, tempat tinggal, pangan & gizi dan pelayanan kesehatan.

19

f) Penanganan Lingkungan Pemukiman Penanganan berdasarkan tingkat keparahan lingkungan, luas area yang terkontaminasi.

2). Penilaian cepat Pada skala yang terbatas, penilaian cepat merupakan tindakan yang relatif sederhana, akan tetapi, bilamana sejumlah besar penduduk dan daerah yang lebih luas terpapar pada bahaya zat kimia, penilaian tersebut merupakan kegiatan yang penting. Pada bencana industri kimia harus segera dilakukan penilaian dalam waktu selambat-lambatnya 24 jam setelah terjadinya bencana. Suatu penilaian yang menyeluruh harus dilakukan kemudian. a). Memastikan adanya suatu kedaruratan kimiawi Pemeriksaan klinis dari suatu sample dari kasus-kasus akan membantu memastikan kedaruratan. Pengumpulan sample dari lingkungan (udara, air, makanan, tanah, daun-daunan) adalah penting karena banyak produk ikutan yang tidak diketahui dapat diproduksi dalam kebakaran dan ledakan. Informasi ini penting untuk menentukan penduduk yang beresiko, kisaran potensi dari keterpaparan yang diakibatkan oleh kecelakaan dan tindakan yang akan diambil. b). Menetapkan sumber, lokasi, jenis, besarnya dan distribusi dari pelepasan Lokasi yang tepat dan jenis kejadian harus ditentukan, terutama karena suatu kedaruratan kimiawi dapat melibatkan satu jenis pelepasan atau lebih. Ciri-ciri kunci lainnya meliputi besarnya pelepasan (perkiraan berat atau volume dari zat kimia yang

20

tersebar) dan pola distribusinya (yang dipengaruhi oleh kondisi cuaca). c). Mengidentifikasi jenis zat kimia yang spesifik dan reaksi produk ikutannya sumber dari industri kimia: (1). Identifikasi jenis zat kimia yang dipakai, bertujuan untuk: - Mengantisipasi kemungkinan efeknya yang berbahaya - Mengembangkan definisi kerja kasus dari orang-orang yang terpapar dan cedera dan menetapkan kriteria untuk triage - Menentukan pertolongan medis untuk orang-orang yang cedera dan kebutuhan untuk pengobatan khusus, dekontaminasi dan regimen tindak lanjut untuk mereka yang terpapar - Memberikan alat-alat pelindung untuk regu penyelamat - Memulai tindakan penanggulangan untuk pembersihan lingkungan - Melakukan sampling lingkungan

d). Menetapkan penduduk kesehatannya

yang

beresiko

dan

dampak

Tentukan penduduk yang beresiko. Kumpulkan informasi tentang dekatnya dan besarnya daerah perumahan, lokasi, jumlah penduduk terutama yang beresiko tinggi (contoh : orangorang dengan penyakit menahun, wanita hamil dan bayi). Lakukan evaluasi resiko toksikologi dan jalur keterpaparan manusia. Kajian tentang keterpaparan lingkungan dan beban tubuh biasanya tidak layak dilaksanakan selama tahap akut dari kecelakaan. Hal ini membutuhkan sampling yang kompleks dan prosedur analitis yang membutuhkan banyak tenaga.

21

Uraikan morbiditas dan mortalitas secara sistematis, hal ini penting untuk mengembangkan suatu definisi proses terjadinya kasus, dan digunakan secara konsisten. Selama kedaruratan yang sebenarnya, tidak layak untuk melakukan suatu survei. Akan tetapi, adalah penting untuk mengumpulkan informasi apakah telah terjadi peningkatan morbiditas dan mortalitas yang disebabkan oleh pelepasan kimia. e). Penilaian rekam medik di fasilitas kesehatan di lingkungan industri bila terjadi kenaikan kasus yang berarti : iritasi mata, kulit, selaput mukosa batuk, asma, gangguan pernafasan penyakit-penyakit syaraf f). Penyebaran dan resiko kesehatan Sebagian besar kecelakaan terjadi diantara kegiatan transportasi, penyimpanan, pengolahan, pemakaian dan pembuangan. Hal ini terjadi akibat sangat kurangnya pengawasan dan kemungkinan perilaku yang buruk. Resiko kecelakaan pelepasan zat kimia akan menjadi lebih besar sesuai dengan jumlah zat-zat berbahaya baru yang dihasilkannya. g). Analisis Dampak kesehatan Dampak kesehatan dari suatu keterpaparan terhadap zat kimia ditentukan oleh zat kimia itu sendiri, dan besarnya keterpaparan. Jalur keterpaparan berbeda bergantung dari tahap pelepasan. Selama pelepasan, dapat diperkirakan adanya efek kesehatan dari keterpaparan kulit dan pernafasan. Pada tahap pasca bencana, resiko yang lebih besar adalah keterpaparan kulit, melalui kontak dengan objek-objek

22

terkontaminasi dan masuknya makanan terkontaminasi melalui pencernaan.

dan

air

yang

Dampak kesehatan yang berat dari kedaruratan kimiawi yang besar memerlukan keterlibatan aktif dari sektor kesehatan dalam proses tanggapdarurat dan dalam pengkajian. Sektor kesehatan harus bekerja sama dengan lintas sektor yang bertanggung jawab untuk kebakaran dan penyelamatan, keamanan, lingkungan, trasportasi dan barang-barang berbahaya. Kontaminasi makanan oleh bahan kimia atau racun dapat juga mengakibatkan terjadinya kedaruratan akut atau kronis yang kedua-duanya mempunyai dampak jangka panjang. h). Evaluasi kapasitas respon setempat. Upaya tanggapdarurat dari pelayanan kesehatan harus dipersiapkan dengan memperhatikan hal-hal berikut: - Adanya pelayanan kedaruratan medis terdepan dan rujukan (termasuk petugas dan fasilitas kesehatan) - Tersedianya alat-alat pelindung bagi petugas - Penggunaan kriteria diagnostik yang jelas, standar pengobatan dan kepatuhan penggunaannya - Tersedianya anti dotum - Tersedianya fasilitas untuk melakukan dekontaminasi orangorang yang terpapar (termasuk petugas kesehatan) - Kepekaan fasilitas kesehatan terhadap zat kimia i). Monitoring dan evaluasi kegiatan tanggap darurat kesehatan

Pengambilan Kesimpulan Awal Pengambilan kesimpulan awal sedapat mungkin bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut : Apakah telah terjadi pelepasan kimiawi? Apakah zat kimia yang menjadi penyebab telah diidentifikasi?

23

Apakah resiko utama terhadap kesehatan manusia? Berapa jumlah kasus sampai saat ini? Bagaimanakah distribusi kasus secara geografis? Berapa besar jumlah penduduk yang beresiko? Apakah efek kecelakaan cenderung akan menyebar?

Penyajian Hasil Dalam penyajian hasil kajian, sampaikan informasi berikut ini: Tetapkan, kuantifikasi, dan buatlah pemetaan penduduk yang beresiko atau yang telah terpapar oleh pelepasan atau keduaduanya Tentukan efek kesehatan dari pelepasan zat kimia yang mungkin terjadi Perkirakan jumlah kasus dan kematia, serta perkiraan penderita yang dirawat di rumah sakit dan penderita rawat jalam dari daerah dan fasilitas khusus yang terpapar Perkirakan kebutuhan bantuan dari luar, berdasarkan temuan pendahuluan (ump. petugas teknis dengan kualifikasi, obat-obatan, logistik, dan dukungan komunikasi)

Rekomendasi Berikan rekomendasi tentang : strategi penanggulangan lingkungan untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dari kontaminasi zat kimia kebutuhan untuk memindahkan penduduk dan bagaimana melakukannya lebih lanjut: alat informasi dengan masyarakat, dan organisasi yang relevan, tempat tujuan pengungsian, alat transportasi, dan jalan yang akan dilewati perawatan yang memadai untuk pengungsi pengumpulan, identifikasi dan manajemen korban yang meninggal dunia c. Paska bencana

24

Kegiatan sesudah bencana : Recovery dari stress: Baik pasien maupun petugas penyelamat, sering secara psikologis tertekan stressor kecelakaan tersebut. hal ini akan membaik setelah beberapa hari, beberapa minggu atau bulan. Konseling dan debrief session : perawatan lanjutan termasuk konsultasi dan acara wawancara setelah tugas selesai. Investigasi tentang : o Faktor manusia (identify human factors) o Keselamatan kerja (occupational safety) o Kesiapsiagaan bencana (disaster preparedness) o angka-angka kejadian o monitoring pencemaran lingkungan dan resiko kesehatan 2. Pemantauan dan Evaluasi a. Pemantauan Maksud dan tujuan pemantauan ini adalah untuk mengamati kegiatan dan mengantisipasi hal-hal yang harus dilakukan dalam rangka penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana industri kimia. Pemantauan dilakukan sebelum, saat dan setelah bencana oleh Dinas Kesehatan setempat. 1. Pada saat sebelum bencana pemantauan dilakukan dengan melihat kesiapsiagaan industri : Memiliki protap (disaster plan) untuk pertolongan pertama pada kecelakaan terhadap karyawan atau masyarakat di sekitar lokasi industri Melakukan gladi/simulasi secara berkala Memiliki alat pelindung diri sesuai dengan standar yang ditentukan Memiliki obat-obatan antidotum Memiliki klinik kesehatan dan ambulans dengan tenaga kesehatan sesuai dengan aturan yang berlaku Memiliki sistem rujukan Mempunyai data kejadian kecelakaan industri

25

Memiliki sistem pelaporan kejadian kecelakaan industri secara berkala (dua kali dalam setahun) sesuai dengan ketentuan yang berlaku ke Dinas Kesehatan setempat Memiliki analisis data kecelakan industri yang terjadi untuk mengantisipasi kecelakaan kerja yang akan terjadi

2. Pada saat bencana pemantauan yang dilakukan adalah : a. Memastikan adanya suatu kedaruratan kimiawi b. Menetapkan sumber, lokasi, jenis, besarnya dan distribusi dari pelepasan c. Mengidentifikasi jenis zat kimia yang spesifik dan reaksi produk ikutannya Menetapkan penduduk yang beresiko dan dampak kesehatannya d. Mengkaji tata kerja kegiatan tanggap darurat kesehatan e. Penilaian rekam medik di fasilitas kesehatan di lingkungan industri bila terjadi kenaikan kasus yang berarti Penyebaran dan resiko kesehatan Dampak kesehatan kapasitas respon setempat. f. Penilaian rekam medik di fasilitas kesehatan di lingkungan industri bila terjadi kenaikan kasus yang berarti g. Penyebaran dan resiko kesehatan h. Dampak kesehatan i. Penyebaran dan resiko kesehatan j. Kapasitas respon setempat k. Penanganan Pengungsi l. Penanganan Lingkungan Pemukiman 3. Pada pasca bencana pemantauan dilakukan dengan melihat : Melakukan pemantauan dampak kesehatan terhadap masyarakat di sekitar lokasi kejadian akibat bencana industri kimia Melakukan pemantauan terhadap lingkungan (udara dan sumber air) di sekitar lokasi kejadian akibat bencana industri kimia

b. Evaluasi

26

Maksud dan tujuan evaluasi ini adalah untuk melakukan penilaian terhadap kegiatan yang sudah dilakukan sehingga dapat dijadikan umpan balik untuk perencanaan yang akan datang. Evaluasi dilakukan pada sebelum, saat dan setelah bencana oleh Dinas Kesehatan setempat bersama-sama dengan industri kimia dan sektor-sektor terkait. Evaluasi dalam rangka kesiapsiagaan dilakukan satu kali dalam setahun. 1. Evaluasi sebelum bencana dilakukan dengan melihat kesiapsiagaan industri dalam : Melakukan gladi/simulasi yang telah dilakukan untuk mengantisipasi bencana industri dengan melibatkan karyawan, masyarakat sekitar dan sektor-sektor terkait Melakukan uji coba protap, alat pelindung diri, alat komunikasi dan alat keselamatan lainnya yang dipergunakan 2. Evaluasi saat bencana dilakukan pada : Penanganan bencana telah sesuai dengan protab 3. Evaluasi pasca bencana evaluasi dilakukan dengan: Melakukan evaluasi dampak kesehatan masyarakat di sekitar lokasi kejadian bencana industri kimia Melakukan evaluasi terhadap lingkungan (udara dan sumber air) di sekitar lokasi kejadian bencana industri kimia 3. Keterkaitan dengan instansi lain Dalam penanggulangan bencana kimia jajaran kesehatan harus bekerjasama dengan sektor lain yang meliputi instansi Lingkungan Hidup, Perindustrian, Perdagangan, Perhubungan, Kepolisian dan instansi lainnya. Dalam hal ini kesehatan hanya salah satu pelaku dalam upaya penanggulangan bencana kimia.

27

BAB IV PENUTUP

Penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana industri kimia dilakukan dengan melibatkan lintas sektor maupun lintas program. Keberhasilan penanggulangan sangat ditentukan oleh kerjasama yang baik antar instansi terkait. Ketrampilan dan pengetahuan petugas merupakan hal yang tidak bisa diabaikan. Berkaitan dengan telah selesai disusunnya buku pedoman penanggulangan bencana industri kimia ini, diharapkan dapat dipergunakan oleh berbagai pihak yang terkait khususnya jajaran kesehatan dalam upaya kesiapsiagaan penanggulangan bencana industri kimia.

28

Daftar Pustaka: 1. Public Health And Chemical Incidents 2. Rapid Health Assessment Protokol For Emergencies 3. Health Aspect On Chemical Accident 4. Fundamentals Of Disaster Management 5. Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana

29

30

LAMPIRAN 1

Daftar IstilahEmergency : Suatu keadaan darurat yang menurut bentuk dan sifatnya dapat ditanggulangi oleh kemampuan sendiri. Disaster : Suatu kedaan darurat yang menurut bentuk dan sifatnya tidak dapat ditangulangi oleh kemampuan sendiri serta melewati lingkup kewenangan perusahaan. APELL Awarness and Preparetness for Emergency at Local Level adalah upaya bersama antara Pemerintah, Masyarakat Industri dan pihak lain yang terkait untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam penanggulangan bencana. Bleve (Boiling Liquid Espending Vapor Explosion) : sering disebut dengan bola api, merupakan kombinasi antara kebakaran dan ledakan dengan radiasi panas tinggi sesaat. Fenomena ini dapat terjadi pada bencana atau tangki dimana gas cair disimpan di atas titik didihnya. Ledakan : ditandai dengan gelombang udara yang berhembus kuat dengan suara keras yang dapat merobohkan bangunan dan melemparkan manusia serta serpihan material. Ledakan gas dan debu : biasanya ledakan gas diakibatkan karena gas yang telah menyebar ke udara dengan membentuk awan yang mudah meledak apabila terkena sumber api. Ledakan debu terjadi apabila debu bahan padat mudah terbakar bercampur dengan udara. Biasanya ledakan beruntun terjadi setelah terjadii ledakan pertama yang mengakibatkan debu berterbangan di udara.

31

Kebocoran gas beracun : pada umumnya tingkat keracunan ditentukan dengan 4 cara yaitu studi tentang kecelakaan, studi epidemiologi, percobaan terhadap binatang dan tes mikro organisma, walaupun telah diketahui tingkat toksisitasnya. Tingkat keracunan terhadap seseorang terpengaruh oleh umur, jenis kelamin, latarbelakang genetik, grup eknis, nutrisi, fatigue, penyakit, paparan terhadap bahan kimia lain, lamanya paparan dan jenis pekerjaan. Label Merah Diberikan bagi korban yang kritis karena hipotensi dan hipoksia, bersifat life threatening dan diperkirakan masih dapat diselamatkan dengan stabilisasi awal dan evakuasi. Korban ini harus dalam 1 jam sudah dapat dievakuasi sampai ke rumah sakit. Label Kuning Diberikan bagi korban yang kritis tanpa shock tetapi bersifat life threatening dan membutuhkan perawatan rumah sakit dalam beberapa jam kedepan. Pada beberapa kasus korban yang tak bisa berjalan dapat dimasukkan dalam kategori ini juga. Label Hijau Tidak bersifat life threatening dan hanya membutuhkan rawat jalan saja, korban dapat berjalan dan di kategorikan sebagai walking wounded. Harus tetap di waspadai kemungkinan lucid interval ataupun perdarahan organ dalam yang tak dapat di observasi segera. Label Hitam Korban sudah meninggal atau terluka sangat parah sehingga tak mungkin ditolong lagi. Bila tak mengganggu akses ke korban yang masih hidup maka korban yang sudah meninggal dapat didiamkan ditempat. Hal ini diperlukan untuk penyelidikan, tetapi bila mengganggu dapat dipindahkan.

32

Hot Zone (Exclusion Zone) Bahaya bisa terdeteksi Berbahaya bagi kesehatan dan jiwa Perlu PPE Akses terbatas dan dikontrol Harus diberi pertanda Warm Zone (Contamination Reduction Zone) Daerah transisi Pintu masuk ke hot zone Pintu masuk Koridor dekontaminasi Escape route Tempat dekontaminasi Cold Zone (Support Zone) Tactical Command Post At-scene Unified Command Staging level 1 & 2

33

Lampiran 2 Bahan Kimia Berbahaya1. Klasifikasi Bahan Berbahaya Berdasarkan Dot (LAMPIRAN) Kelas 1 : Eksplosif Kelas 2 : Gas Kelas 3 : Cairan Mudah Menyala Kelas 4 : Padatan Mudah Terbakar; Bahan yang dapat Terbakar secara Spontan; dan Bahan yang yang Berbahaya dalam Keadaan Basah Kelas 5 Kelas 6 Kelas 7 Kelas 8 : Bahan Pengoksidasi dan Peroksida Organik : Racun dan Bahan yang Dapat Menginfeksi : Bahan Radioaktif : Korosif

2. Bahan-bahan kimia diklasifikasikan berdasarkan Klasifikasi Usaha Industri / KLUI yaitu: a. INDUSTRI KIMIA HASIL PERTANIAN KLUI-191 industri kulit dan barang dari kulit , pengawetan dan penyamakan KLUI-241 industri bahan kimia industri, industri kimia dasar organik, bahan kimia dari kayu dan getah / gum hasil pertanian KLUI-242 industri barang-barang kimia lainnya, minyak atsiri KLUI-251 industri karet dan barang dari karet b. INDUSTRI KIMIA HASIL HUTAN DAN SELULOSA KLUI-201 industri penggergajian dan pengawetan KLUI-202 industri barang dari kayu dan barang anyaman termasuk kayu lapis KLUI-210 industri kertas, barang dari kertas dan sejenisnya KLUI-221 industri penerbitan KLUI-222 industri percetakan

34

KLUI-361 industri furniture c. INDUSTRI KIMIA HULU KLUI-231 industri barang-barang dari batubara KLUI-232 industri barang-barang dari hasil pengilangan minyak bumi, hasil kilang minyak bumi, minyak pelumas, pengolahan minyak pelumas bekas KLUI-241 industri bahan kimia industri, terdiri dari Industri kimia dasar anorganik seperti klor dan alkali, gas industri, pigment dan yang tidak diklasifikasikan ditempat lain. Industri kimia dasar organik seperti bahan baku zat warna dan pigmen, yang bersumber dari minyak bumi dan gas bumi serta batubara, yang menghasilkan bahan kimia khusus, yang tidak diklasifikasikan ditempat lain contoh pelarut-ester-zat aktif permukaan. Industri pupuk alam atau non sintetis Industri pupuk buatan tunggal Industri pupuk buatan majemuk dan campuran Industri pupuk lainnya Industri damar buatan atau resin sintetis dan bahan baku plastik Industri karet buatan KLUI-242 industri barang-barang kimia lainnya, terdiri dari Industri bahan baku pemberantas hama atau bahan aktif Industri pemberantas hama formulasi Industri zat pengatur tumbuh Industri bahan peledak Industri bahan farmasi d. INDUSTRI KIMIA HILIR KLUI-242 industri barang-barang kimia lainnya, terdiri dari Industri cat, pernis dan lak Industri sabun dan bahan pembersih keperluan rumah tangga termasuk pasta gigi Industri kosmetik

35

Industri perekat atau lem Industri tinta Industri korek api Industri kimia dan barang kimia lainnya KLUI-252 industri barang dari plastik, terdiri dari Industri pipa dan slang dari plastik Industri barang plastik lembaran Industri media rekam dari plastik Industri pelengkapan dan peralatan RT tidak termasuk furniture Industri kemasan dari plastik Industri barang-barang dan peralatan teknik atau industri dari plastik Industri barang-barang plastik lainnya KLUI-261 industri gelas dan barang dari gelas KLUI-262 industri barang-barang dari porselin KLUI-263 industri pengolahan tanah liat KLUI-264 industri semen, kapur dan gips KLUI-265 industri barang-barang dari batu KLUI-266 industri barang-barang dari asbes KLUI-269 industri barang galian bukan logam lainnya KLUI-361 industri furniture dari plastik

36

Lampiran 3 Daftar penyakit akibat bahan kimiaKeracunan bahan kimia : Waktu terjadinya: Akut dan Kronik. Lokasi Terjadinya pengaruh: Lokal atau Sistemik. Berdasarkan Jaringan Target: - Hepatotoxic - Neurotoxic - Nephrotoxic, dll. Pengaruh Khusus - Teratogenic - Carcinogenic - Mutagenic - Allergenic, dll. - Asphyxiant o Simple o chemical Rute utama pemaparan untuk lingkungan kerja industri adalah - inhalasi - kulit - Saluran cerna Spektrum pengaruh bahan beracun : - Efek Samping: Efek yang bukan tujuan pemakaian; - Pengaruh Menyimpang (adverse reaction): pengaruh yang selalu tidak dikehendaki atau pengaruh beracun (toxic effects); - Idiosinkreasi: reaksi abnormal, terlalu sensitif atau terlalu toleran; - Reversible vs irreversible; - Additif, Sinergistik, Potensiasi; - Antagonis dan Antidotum

37

Bentuk fisik bahan beracun - Debu, - Gas dan uap - Fumes (metal Fumes) - Solids atau Liquids. Mekanisme Umum Peracunan oleh Bahan Kimiawi Gangguan Faal Eksitasi Membran bendungan aliran ion Ca misalnya oleh: Saxitoxin, Tetradotoxin Bendungan aliran ion Na, misalnya pada DDT perubahan pada kelarutan lipid, misalnya pada beberapa jenis solvents. Gangguan Produksi Enersi Sel beberapa bahan dapat melakukan blokade sintese ATP sehingga mengganggu produksi enersi sel. Termasuk dari kelompok ini adalah HCN, H2S, Azide, Nitrofenol, dll. Ikatan dengan Biomolekul Ikatan dengan protein yang merupakan bagian aktif dari enzim, misalnya Cyanide, CO. Logam-logam seperti Pb, Hg, Cd dan As berikatan dengan gugus -SH protein dan mengganggu faal sel ABSORPSI, DISTRIBUSI DAN ELIMINASI Rute Umum: Bahan toksik akan masuk ke darah (Tb) kemudian kepada jaringan Target (Tt) dan memberikan Efek (E). Dari Dalam darah kemudian dapat di ekskresikan Te. Organ Target kadang-kadang berbeda dengan lokasi storage. Contohnya Pb, disimpan dalam tulang tetapi organ target adalah Otak, Darah dan Ginjal. Demikian juga beberapa Pestisida, disimpan dalam jaringan lemak tapi pengaruhnya ke saraf.

38

Biotransformasi Biotransformasi adalah perubahan biokimiawi pada bahan beracun sehingga lebih mudah di ekskresikan keluar tubuh. Proses ini umumnya adalah proses oksidasi, reduksi, dan hidrolisis dengan bantuan Cyochrome P-450. Dalam beberapa hal, hasil perubahan justru lebih beracun atau karsinogenik. Excresi Keluar Tubuh Terutama Terjadi via Ginjal Paru-paru untuk yang berupa gas dan volatile Hepar yakni melalui sistim empedu Cara tambahan (tak begitu penting): Kulit, rambut, keringat, kuku, air susu. Biological Half Life atau Waktu Paruh waktu yang dibutuhkan untuk menurunkan kadar didalam darah menjadi separuhnya; Konsep ini penting dalam Biological Monitoring. Toksisitas logam : Logam-logam utama yang beracun: As, Be, Cd, Cr, Pb, Hg, dan Ni; Logam-logam minor: Sb, Ba, I, Mg, Ag, Te, Th, Sn, Ti, U, dan V; Logam Esensil: Co, Cu, Mn, Mo, Se, Zn Logam Beracun yang dipakai dalam pengobatan: Al, Bi, Gl, Li dan Pt. Toksisitas solven Pengaruh utama terhadap Sistim Saraf Pusat (SSP) dan kedua terahadap Kulit; Kedua hal ini berhubungan dengan sifat kimaiwi solvents umumnya yakni bersifat Lipophilic (afinitas terhadap fat); Pada kulit mengakibatkan Dermatitis; Pada SSP bekerja terhadap membran sel (lipid bilayer).

39

Peracunan pada n-Hexane akibat hasil metabolite Methyl-n-butylKetone. Bioaktivasi dilakukan oleh enzim Cytochrom-p-450 dan Mixed function oxidases; Peracunan oleh solvents dapat bersifat Akut atau Kronik. Pengaruh organik sering disebut Psycho Organic Disease (mis. akibat Toluene dan Xylene) Gangguan SSP: Disorientasi, Euphoria, Confusion, Paralysis dan Convulsion; Benzene: Aplastic aneamia dan Leucaemia (benzene gol A1 oleh ACGIH 2003); n-hexane: menyebabkan kelainan saraf perifer (misalnya pekerja sepatu bagian laminating).

Asphyxiants : Simple asphyxiants: mengusir oksigen diudara sehingga tyerjadi kekurangan O2 dan tubuh mengalami hypoxia. Contonya adalah gas metane (CH4), dan gas-gas mulia. Chemical asphyxiants: mengikat hemoglobin secara lebih kuat sehingga oksigen tidak dapat dapat terikat pada Hb (kalah kompetisi) mengakibatkan berkurangnya suply O2 ke jaringan. Contohnya: CO, HCN, H2S. Contact Dermatitis Irritants; Bahan-bahan iritans Allergic; Allergens: Ni, Cr, Formaldehyde memberi proses sensitisasi; Ulcers: oleh bahan asam atu basa keras; Urticaria: eg cobalt chloride, BHA, benzoic acid, methanol; Toxic epidermal necrolysis Acneiform dermatitis; Halogenated chemicals such as polychlorophenol, dichloraniline. Pigment disturbances (hiper): coal tar, metals (Hg, Pb, As); Phenols, cathecols (hipo)

40

Photosensitivity: AV-A dan UV-B, Phototoxic chemicals: PAH (anthracene, fluoranthene).

Agents act on Neuron Membrane Disruption : - Organo-chlorine pesticides; - Trichlor ethylene; - Methanol; Peripheral sensory and motor nerve - Solvents such as n-Hexane or M-n-BK; - N-Hexane mngalami bioactivation di hepar menjadi 2,5 hexanedione yang menyebabkan pembengkakan pada axon baik neoron sensoris atau motoris. Demikian juga akibat CS2; Permanent brain lesion: metallic mercury (Hg); Anoxia: HCN, H2S Agents act on the synapse Anti-choline esterase: - Organophosphorus pesticides such as parathion and malathion; - Carbamates such as sevin and aldicarb. Neurotransmitter inhibitors and Receptor antagonist: - Chlorinated cyclodiene pesticides such as chlordane and endosulfan; - CS2, DDT and Manganese.

Bahan Beracun (Kimia) Berbahaya yang banyak digunakan dalam industri (kimia) telah diklasifikasikan dalam 4 kelompok/golongan besar berdasarkan daftar bahan kimia yang tercantum dalam Konvensi Senjata Kimia, yang masing-masing memiliki ciri-ciri, lama waktu pengaruh/bekerjanya didalam tubuh, tanda dan gejala yang nampak, cara sterilisasi dan pertolongan pertamanya.

41

NO

Agensia RACUN SYARAF a. Tabun (GA) b. Sarin (GB) c. Soman GD) d. Agensia V (VX)

Ciri-ciri - Gas tidak berwarna - Cairan tidak berwarna s.d. kuning pucat.

Cara Bekerjanya Bentuk uap: hitungan detik. Bentuk cair: Menit/jam.

Tanda dan Gejala - Air liur keluar - Lacrimasi (berair). - Kencing. - Buang air besar. - Ganggua n gastric. - Muntahmuntah. - Miosis (pupil mata mengecil.

Sterilisasi - Lepaskan pakaian korban yang terkontamina si. - Mandikan korban dengan air yang ba-nyak dan dengan sabun jika ada atau dengan menggunakan 0.5% cairan pemutih (jangan kena mata) - Lepaskan pakaian korban yang terkontamina si - Mandikan korban dengan air yang banyak dan dengan sabun. - Lepaskan pakaian korban yang terkontaminasi. - Cuci dengan larutan pemutih 0.5% dalam waktu lima menit yang diikuti dengan mandi dengan air yang banyak dan disabun.

Pertolongan Pertama - Atropinsulfat.* - Pralidoxime* - Obidoxime* - Diazepam(anticonvulsant)

1

- Reactive Skin Decon Lotion (RSDL). * Dapat digunakan auto injec-tor.

2

RACUN DARAH (CYANIDE) a. Hydrogen Cyanide (AC). b. Cyanogen Chloride(CK). c. Arsin (SA).

- Gas tidak berwarna atau cairan yang mudah berubahubah - Berbau seperti kacang almon pahit.

Detik

kehilangan kesadaran Kejang2 Pernafasan berhenti sebentar.

- Amyl nitrit. - Sodium nitrit. - Sodium thiosulphat.

3.

RACUN LEPUH (VESICANT) a. Sulfur mustard(H) b. Distilled sulfur mustard (HD) c. Lewisite (L) d. Phosgen Oxime (CX)

Cairan tidak berwarna hingga cairan minyak berwarna kuning. Gas tidak berwarna berbau seperti bawang putih ataupun geraniums.

Jam

Kulit kemerahmerahan. Timbul bisul-bisul kecil. Iritasi mata. Batuk atau sesak nafas.

- Gunakan antibiotik dan anaestisi lokal. - Obati lepuhan seperti luka bakar. - Oxygen. - Ventilasi. - Morphin. - Gunakan inhaler steroid, salbutamol.

42

NO

Agensia RACUN CEKIK (PULMONARY) a. Phosgen Sulfur-dioxide. b. Chlorin Diphosgen Oxides of nitrogen. c. Chlorpicrin.

Ciri-ciri Gas tidak berwarna dapat membentuk awan putih.

Cara Bekerjanya Jam

Tanda dan Gejala - Nafas sesak - Batuk - Mata berair - Hidung berlendir.

Sterilisasi - Lepaskan pakaian korban yang terkontaminasi. - - Mandikan korban dengan air yang banyak dan dengan sabun.

Pertolongan Pertama - Ventilasi. - Oxygen - Salbutamol - Furosemide - IV therapy - Istirahat total dan jaga tetap hangat.

4.

Sumber : Nubika, TNI AD

43

44