Pedoman Pasien Terminal

18
PEDOMAN PELAYANAN PASIEN PADA TAHAP TERMINAL (AKHIR KEHIDUPAN) RUMAH SAKIT TK. II 07.05.01 PELAMONIA 1

description

akreditasi

Transcript of Pedoman Pasien Terminal

Page 1: Pedoman Pasien Terminal

PEDOMAN PELAYANAN PASIEN PADA TAHAP TERMINAL (AKHIR KEHIDUPAN)

RUMAH SAKIT TK. II 07.05.01 PELAMONIA

RUMAH SAKIT TK. II 07.05.01 PELAMONIA JL. JEND. SUDIRMAN NO. 27 MAKASSAR TELP. 362536 FAX. 3623434

1

Page 2: Pedoman Pasien Terminal

KESEHATAN DAERAH MILITER VII/ WIRABUANARUMKIT TK. II 07.05.01 PELAMONIA

PEDOMAN PELAYANAN PADA

PASIEN TAHAP TERMINAL (AKHIR KEHIDUPAN)

BAB I

DEFINISI

1. Pengertian

Kondisi terminal adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami

penyakit / sakit yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh sehingga sangat

dekat dengan proses kematian.

Respon pasien dalam kondisi terminal sangat individual tergantung kondisi

fisik, psikologis, sosial, yang dialami, sehingga dampak yang ditimbulkan pada tiap

individu juga berbeda. Sehingga hal ini mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang

ditunukan oleh pasien tahap terminal.

2. Tujuan

a. Dapat dilayaninya dengan baik hak dan kebutuhan mendasar dari pasien dan

keluarganya, sehingga timbul kekuatan dan ketenangan jiwa

b. Menyiapkan dukungan dan bantuan bagi pasien sehingga pada saat-saat

terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan

tenang dan damai.

c. Meningkatnya kualitas pelayanan di Rumkit Pelamonia khususnya pasien

tahap terminal (akhir kehidupan).

d. Tercapainya kembali dan dapat mempertahankan kenyamanan fisik pasien.

e. Mempertahankan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari pasien.

f. Mempertahankan harapan

g. Mencapai kenyamanan spiritual

h. Menghindari/mengurangi rasa kesepian, takut, depresi dan isolasi

i. Mempertahankan rasa aman, harkat dan rasa berguna dari pasien.

j. Membantu pasien dalam menerima kehilangan.

2

Page 3: Pedoman Pasien Terminal

BAB II

RUANG LINGKUP

1. Pedoman pelayanan pada tahap terminal (akhir kehidupan) digunakan

kepada semua pasien Rumkit Pelamonia yang menuju akhir kehidupan, dan

keluarganya yang berhubungan dengan proses penyakit, atau terapi kuratif atau

pasien yang memerlukan bantuan yang berhubungan dengan masalah-masalah

psikologis, spiritual dan budaya yang berkaitan dengan kematian dan proses

kematian.

2. Pelaksana pedoman pelayanan pasien tahap terminal (akhir kehidupan)

meliputi unsur pimpinan, kepala unit pelayanan dan staf pelaksana pelayanan

dengan melibatkan pasien dan keluarga.

3. Prinsip

a. Pelayanan pada tahap terminal (akhir kehidupan) harus terfokus pada

kebutuhan pasien yang berhubungan dengan proses penyakit atau masalah-

masalah psikososial, spiritual dan budaya yang berkaitan dengan proses

kematian.

b. Pelayanan pada pasien tahap terminal (akhir kehidupan) harus

mempertimbangkan tempat asuhan atau pelayanan yang diberikan.

c. Pelayanan asukan pada tahap terminal harus mengembangkan proses

untuk mengelola pelayanan akhir hidup seperti pasien di layani dengan

hormat dan respek.

4. Hak dan kewajiban pemberi pelayanan terhadap pasien terminal

Pokok-pokok dalam memberikan pelayanan pada pasien terminal terdiri dari :

a. Peningkatan kenyamanan

Kenyamanan bagi pasien terminal dan pasien menelang ajal termask

pengenalan dan peredaan distress psikobiologis. Pemberi pelayanan harus

memberikan bimbingan kepada keluarga tentang tindakan penenangan bagi

pasien terminal. Control nyeri terutama penting karena mengganggu tidur,

nafsu makan, mobilitas, dan fungsi psikologis.

Pemberian kenyamanan bagi pasien terminal juga mencakup

pengendalian gejala penyakit dan pemberian terapi. Pasien mungkin akan

bergantung pada pemberi pelayanan dan keluarganya untuk pemenuhan

kebutuhan dasarnya, sehingga bisa memberikan bimbingan dan konseling

3

Page 4: Pedoman Pasien Terminal

bagi keluarga tentang bagaimana cara memberikan kenyamanan pada

pasien.

b. Pemeliharaan Kemandirian

Tempat perawatan yang tepat untuk pasien dalam keadaan terminal

(akhir kehidupan) adalah perawatan intensif, pilihan lain adalah perawatan

hosfice yang memungkinkan seperti perawatan komprehensif. Pemberi

pelayanan harus memberikan informasi tentang pilihan ini kepada keluarga

dan pasien.

Sebagian besar pasien terminal ingin mandiri dalam melakukan

aktivitasnya. Mengijinkan kepada pasien untuk melakukan tugas sederhana

seperti mandi, makan, membaca akan meningkatkan martabat pasien.

Pemberi pelayanan tidak boleh memaksakan partisipasi pasien tertama jika

ketidakmampuan secara fisik membuat partisipasi tersebut menjadi sulit.

Pemberi pelayanan bisa memberikan dorongan kepada keluarga untuk

membiarkan pasien membuat keputusan.

c. Pencegahan Kesepian dan Isolasi

Pemberi pelayanan membutuhkan kesabaran dan pengalaman

merespon secara efektif terhadap pasien tahap terminal (akhir kehidupan).

Untuk mencegah kesepian dan penyimpangan sensori, pemberi pelayanan

mengintervensi untuk meningkatkan kualitas lingkungan.

Lingkungan harus di beri pencahayaan yang baik, keterlibatan anggota

keluarga, teman dekat dapat mencegah kesepian. Keluarga atau penjenguk

harus diperbolehkan bersama pasien terminal sepanjang waktu apalagi

pasien menjelang ajal. Pemberi pelayanan memberikan bimbingan kepada

keluarga untuk tetap selalu bersama pasien kasus terminal terutama saat-

saat akhir kehidupannya.

d. Peningkatan Ketenangan Spiritual

Peningkatan ketenangan spiritual mempunyai arti lebih besar dari

sekedar meminta rohaniawan. Ketika kematian mendekat, pasien sering

mencari ketenangan. Pemberi pelayanan dan keluarga dapat membantu

pasien mengekspresikan nilai dan keyakinannya.

Pasien terminal mungkin mencari untuk menemukan tujuan dan makna

hidup sebelum menyerahkan diri kepada kematian. Pasien mungkin minta

pengampunan baik dari yang maha kuasa atau dari anggota keluarga. Selain

4

Page 5: Pedoman Pasien Terminal

kebutuhan spiritual ada juga harapan dan cinta, cinta dapat diekspresikan

dengan baik melalui pelayanan yang tulus dan penuh simpati dari pemberi

pelayanan dan keluarga.

Pemberi pelayanan dan keluarga memberikan ketenangan spiritual

dengan menggunakan keterampilan komunikasi, empati, berdoa dengan

pasien, membaca kitab suci atau mendengarkan musik.

e. Dukungan untuk keluarga yang berduka

Anggota keluarga harus di dukung melewati waktu menjelang ajal dan

kematian dari orang yang mereka cintai. Semua tindakan medis, peralatan

yang digunakan pada pasien harus diberikan penjelasan, seperti alat bantu

nafas atau pacu jantung. Kemungkinan yang terjadi salama fase kritis pasien

terminal harus dijelaskan pada keluarga.

5

Page 6: Pedoman Pasien Terminal

BAB III

TATA LAKSANA

Dalam melaksanakan pedoman pelayanan pasien tahap terminal (akhir

kehidupan), para petugas kesehatan seyogyanya memahami penyakit-penyakit yang

bisa menyebabkan seseorang dalam kondisi terminal/mengancam hidup, problem

yang dihadapi pasien tahap terminal, faktor yang perlu dikaji pada pasien tahap

terminal dan lain-lain.

A. Penyakit yang bisa menyebabkan seseorang dalam kondisi terminal (akhir

kehidupan)

1. Penyakit Kronis seperti : TBC, Pneumonia, Edema Pulmonal, sirosis hepatis,

penyakit ginjal kronik, gagal jantung, dan hipertensi.

2. Kondisi keganasan seperti Ca Otak, Ca Paru-paru, Ca Pankreas, Ca Liver,

Leukimia.

3. Kelainan syaraf seperti paralise, Stroke, hydrocephalus dll

4. Keracunan seperti keracunan obat, makanan, zat kimia.

5. Kecelakaan /trauma seperti trauma kapitis, trauma organ vital (paru-paru atau

jantung), ginjal, dll

Doka (1993) menggambarkan respon terhadap penyakit yang mengancam

hidup menjadi empat fase, yaitu :

1. Fase prediagnostik terjadi ketika diketahui ada gejala atau faktor resiko

penyakit

2. Fase akut : berpusat pada kondisi kritis. Pasien dihadapkan pada

serangkaian keputusasaan, termasuk kondisi medis, interpersonal, maupun

psikologis.

3. Fase kronis : pasien bertempur dengan penyakit dan pengobatannya

4. Fase terminal : dalam kondisi ini kematian bukan lagi hanya kemungkinan,

tetapi pasti terjadi.

6

Page 7: Pedoman Pasien Terminal

B. Gambaran Problem yang dihadapi pasien kondisi terminal

Pasien dalam kondisi terminal akan mengalami berbagai masalah baik fisik,

psikologis, maupun sosial spiritual, antara lain :

1. Problem oksigenisasi : respirasi irregular, cepat atau lambat,

pernafasan cheynes stokes, sirkulasi perifer menurun, perubahan mental :

agitasi-gelisah, tekanan darah menurun, hypoksia, akumulasi secret, nadi

irregler.

2. Problem Eliminasi : konstipasi, medikasi atau imobilisasi

memperlambat peristaltic, kurang diet serat dan asupan makanan juga

mempengaruhi konstipasi, inkontinensia fekal bisa terjadi oleh karena

pengobatan atau kondisi penyakit (Ca Colon), retensi urin, inkontinensia urin

terjadi akibat penurunan kesadaran atau kondisi penyakit misal trauma

medulla spinalis, oliguri terjadi seiring penurunan intake cairan atau kondisi

penyakit misalnya gagal ginjal.

3. Problem Nutrisi dan Cairan : asupan makanan dan cairan menurun,

peristaltic menurun, distensi abdomen, kehilangan BB, bibir kering dan pecah-

pecah, lidah kering dan membengkak, mual muntah, cegukan, dehidrasi

terjadi karena asupan cairan menurun.

4. Problem Suhu : ekstremitas dingin, sehingga harus memakai selimut.

5. Problem Sensori : penglihatan menjadi kabur, reflex berkedip hilang

saat mendekati kamatian, menyebabkan kekeringan pada kornea,

pendengaran menurun, kemampuan berkonsentrasi menjadi menurun.

6. Problem nyeri : ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri dilakukan

secara intra vena, pasien harus selalu didampingi untuk menurunkan

kecemasan dan meningkatkan kanyamanan.

7. Problem Kulit dan Mobilitas : sering kali tirah baring lama

menimbulakan masalah pada kulit sehingga pasien terminal memerlukan

perubahan posisi yang sering.

8. Masalah Psikologis : pasien terminal dan orang terdekat biasanya

mengalami banyak respon emosi, perasaan marah dan putus asa sering kali

ditunjukan. Problem psikologis lain yang muncul pada pasien terminal antara

lain ketergantungan, hilang control diri, tidak mampu lagi produktif dalam

hidup, kehilangan harga diri dan harapan, kesenjangan komunikasi / barrier

komunikasi.

7

Page 8: Pedoman Pasien Terminal

9. Perubahan Sosial-Spiritual, pasien mulai merasa hidup sendiri,

terisolasi, akibat kondisi terminal dan menderita penyakit kronis yang lama

dapat memaknai kematian sebagai kondisi peredaan terhadap penderitaan.

Sebagian beranggapan bahwa kematian sebagai jalan menuju kehidupan

kekal yang akan mempersatukannya dengan orang-orang yang dicintai.

Sedangkan yang lain beranggapan takut akan perpisahan, dikucilkan,

ditelantarkan, kesepian, atau mengalami penderitaan sepanjang hidup.

Seseorang / pasien yang menghadapi tahap terminal (akhir kehidupan)

akan menjalani hidup, merespon berbagai kejadian dan orang disekitarnya

sampai kematian itu terjadi. Perhatian utama pasien tahap terminal (akhir

kehidupan) sering bukan pada kematian itu sendiri tapi lebih pada kehilangan

control terhadap fungsi tubuh, pengalaman nyeri yang menyakitkan atau tekanan

psikologis yang diakibatkan ketakutan dan perpisahan, kehilangan orang yang

dicintai.

Orang yang telah lama hidup sendiri, terisolasi akibat kondisi terminal dan

menderita penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian sebagai kondisi

peredaan terhadap penderitaan, atau sebagian beranggapan bahwa kematian

sebagai jalan menuju kehidupan kekal yang akan mempersatukannya dengan

orang-orang yang dicintainya.

C. Faktor-faktor yang perlu di kaji pada pasien tahap terminal, antara lain :

1. Faktor Fisik

Pada kondisi terminal (akhir kehidupan) pasien dihadapkan pada

berbagai masalah pada fisik. Gejala fisik yang ditunjukan antara lain

perubahan pada penglihatan, pendengaran, nutrisi, cairan, eliminasi, kulit,

tanda-tanda vital, mobilisasi, nyeri.

Pemberi pelayanan harus mengenali perubahan fisik yang terjadi pada

pasien, pasien mungkin mengalami berbagai gejala selama berbulan-bulan

sebelum masuk kondisi skhir kehidupan. Pemberi pelayanan harus respek

terhadap perubahan fisik yang terjadi pada pasien terminal karena hal

tersebut menimbulkan ketidaknyamanan dan penurunan kemampuan pasien

dalam memelihara diri.

8

Page 9: Pedoman Pasien Terminal

2. Faktor Psikologis

Perubahan psikologis juga menyertai pasien dalam kondisi terminal.

Pemberi pelayanan harus peka dan mengenali kecemasan yang terjadi pada

pasien terminal, harus bisa mengenali ekspresi wajah yang ditunjukan apakah

sedih, depresi, atau marah.

Problem psikologis lain yang muncul pada pasien terminal antara lain

ketergantungan, kehilangan harga diri dan harapan. Pemberi pelayanan

harus mengenali tahapan-tahapan menjelang ajal yang terjadi pada pasien

terminal.

3. Faktor Sosial

Pemberi pelayanan harus mengkaji bagaimana interaksi pasien

selama kondisi terminal, karena pada kondisi ini pasien cenderung menarik

diri, mudah tersinggung, tidak ingin berkomunikasi, dan sering bertanya

tentang kondisi penyakitnya.

Ketidakyakinan dan keputusasaan sering membawa prilaku isolasi.

Pemberi pelayanan harus bisa mengenali tanda-tanda pasien mengisolasi

diri, sehingga pasien dapat diberikan dukungan dari teman dekat,

kerabat/keluarga terdekat untuk selalu menemani pasien.

4. Faktor Spiritual

Pemberi pelayanan harus mengkaji bagaimana keyaninan pasien akan

proses ahkir hayat, bagaimana sikap pasien menghadapi saat-saat

terakhirnya. Apakah semakin mendekatkan diri kepada Tuhan atau apakah

semakin berontak akan keadaannya. Pemberi pelayanan juga harus

mengetahui disaat-saat seperti ini apakah pasien mengharapkan kehadiran

tokoh agama (rohaniawan) untuk menemani disaat-saat terakhirnya.

D. Konsep dan Prinsip Etika, Norma, Budaya dalan Pengkajian Pasien Terminal

Nilai , sikap, keyakinan dan kebiasaan adalah aspek budaya yang

mempengaruhi reaksi pasien terminal. Latar belakang budaya mempengaruhi

individu dan keluarga mengekspresikan berduka dan menghadapi akhir kehidupan.

Pemberi pelayanan tidak boleh menyamaratakan setiap kondisi pasien

terminal berdasarkan etika, norma, dan budaya, sehingga reaksi menghakimi harus

harus dihindari. Keyakinan spiritual mencakup praktek ibadah, ritual harus di beri

dukungan.

9

Page 10: Pedoman Pasien Terminal

Pemberi pelayanan harus mampu memberikan ketenangan melalui

keyakinan-keyakinan spiritual. Pemberi pelayanan harus sensitive terhadap

kebutuhan ritual pasien yang akan menghadapi akhir kehidupan, sehingga

kebutuhan spiritual pasien menjelang kematian dapat terpenuhi.

10

Page 11: Pedoman Pasien Terminal

BAB IV

DOKUMENTASI

Bentuk pendokumentasian pelayanan pasien tahap terminal (akhir kehidupan)

secara garis besar bertujuan untuk :

a. Memberikan informasi pelayanan yang diberikan seperti fakta, gambaran,

hasil observasi kesehtan pasien ke tim kesehatan lainnya.

b. Menunjukan penampilan kerja pemberi pelayanan dalam merawat pasien

yang lebih spesifik.

c. Merupakan catatan mutlak atau dokumen legal yang digunakan sebagai

referensi kesehatan pasien.

Teknik Pendokumentasian yang digunakan berorientasi pada sumber (Source

Oriented) yaitu informasi kesehatan pasien didokumentasikan berdasarkan sumber

tim kesehatan yang membuat yaitu catatan kesehatan yang di buat dokter, perawat,

atau tenaga kesehatan lain.

Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dan dicatat dalam pendokumentasian

untuk pasien tahap terminal (akhir kehidupan) adalah :

a. Pemberi pelayanan harus memperhatikan gejala fisik pasien yang

menyebabkan ketidaknyamanan.

b. Pemberi pelayanan harus mengenali tahapan menjelang ajal

c. Pemberi pelayanan memberikan dukungan system / lingkungan bagi pasien

terminal

d. Pemberi pelayanan harus peka dan mampu menganalisa hal-hal yang

membuat pasien terminal merasa nyaman atau tidak nyaman.

e. Pemberi pelayanan melihat penerimaan keluarga dan interaksi dengan pasien

terminal

11

Page 12: Pedoman Pasien Terminal

Daftar Pustaka

1. Smith, Sandra F, Smith Donna J with Barbara C Martin. Clinical Nursing

Skills. Basic to Advanced Skills, Fourth Ed, 1996. Appleton&Lange, USA.

2. Craven, Ruth F. Fundamentals of Nursing : human healt and function.

3. Kozier,B. (1995). Fundamentals of Nursing : Concept Procees and Practice,

Ethics and Values. California : Addison Wesley

4. Potter, P (1998). Fundamentals of Nursing. Philadelphia : Lippincott.

5. Atkinson. Leslie D. Fundamentals of Nursing. A Nursing Procees Approach.

12

Makassar, 201Kepala Rumah Sakit Tk.II 07.05.01 Pelamonia

dr. Artha Bayu Duarsa, Sp.SKolonel Ckm Nrp.33988