Pedoman LDPM Tahn 2010

53
Pedoman Umum Kegiatan Penguatan-LDPM Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketahanan pangan menjadi salah satu prioritas dalam pembangunan nasional. Ada tiga alasan penting yang melandasi adanya kesadaran dari semua komponen bangsa atas pentingnya ketahanan pangan yaitu: (i) akses atas pangan yang cukup dan bergizi bagi setiap penduduk merupakan salah satu pemenuhan hak azasi manusia; (ii) konsumsi pangan dan gizi yang cukup merupakan basis bagi pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas; (iii) ketahanan pangan merupakan basis bagi ketahanan ekonomi, bahkan bagi ketahanan nasional suatu negara berdaulat. Ketahanan pangan nasional dicirikan dengan adanya ketersediaan pangan yang cukup secara makro namun demikian masih ada beberapa daerah dimana masyarakatnya tidak mampu mengakses pangan yang cukup. Hal ini disebabkan karena kondisi wilayahnya miskin ataupun pendapatan mereka yang tidak mencukupi untuk memperoleh akses terhadap pangan. Berdasarkan data BPS, program yang dilaksanakan oleh pemerintah selama ini telah mampu menurunkan jumlah kemiskinan di Indonesia dimana secara absolut pada tahun 2008 menjadi sekitar 35 juta jiwa, lebih rendah jika dibandingkan tahun 2007 sebesar 37 juta jiwa yang pada umumnya sebagian besar dari penduduk miskin tersebut tinggal di wilayah pedesaan dengan mata pencaharian dari sektor pertanian yang memiliki skala usaha kecil yaitu kurang dari 0,5 hektar atau bahkan sebagai buruh tani. Disisi lain wilayah sentra produksi pertanian khususnya padi dan jagung memiliki topografi yang beragam, ketersediaan sarana prasarana yang mendukung sektor tersebut (produksi, pengolahan, penyimpanan) bervariasi dari satu wilayah dengan wilayah lain, waktu panen yang tidak bersamaan di beberapa wilayah, dan iklim yang kurang mendukung pada saat tanam maupun panen raya, sehingga petani, kelompoktani (Poktan) maupun Gabungan Kelompoktani (Gapoktan) selalu dihadapkan pada berbagai masalah: (a) keterbatasan modal usaha untuk melakukan kegiatan pengolahan, penyimpanan, pendistibusian/pemasaran; (b) posisi tawar petani yang rendah pada saat panen raya yang bersamaan dengan datangnya hujan, sehingga petani terpaksa menjual produknya dengan harga rendah kepada para pelepas uang (pedagang perantara); (c) keterbatasan akses pangan (beras) saat paceklik yang disebabkan karena tidak memiliki cadangan pangan yang cukup. 1

description

LDPM 2010

Transcript of Pedoman LDPM Tahn 2010

Pedoman Umum Kegiatan Penguatan-LDPM Tahun 2010

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketahanan pangan menjadi salah satu prioritas dalam pembangunan nasional. Ada tiga alasan penting

yang melandasi adanya kesadaran dari semua komponen bangsa atas pentingnya ketahanan pangan yaitu: (i)

akses atas pangan yang cukup dan bergizi bagi setiap penduduk merupakan salah satu pemenuhan hak azasi

manusia; (ii) konsumsi pangan dan gizi yang cukup merupakan basis bagi pembentukan sumber daya manusia

yang berkualitas; (iii) ketahanan pangan merupakan basis bagi ketahanan ekonomi, bahkan bagi ketahanan

nasional suatu negara berdaulat.

Ketahanan pangan nasional dicirikan dengan adanya ketersediaan pangan yang cukup secara makro

namun demikian masih ada beberapa daerah dimana masyarakatnya tidak mampu mengakses pangan yang

cukup. Hal ini disebabkan karena kondisi wilayahnya miskin ataupun pendapatan mereka yang tidak mencukupi

untuk memperoleh akses terhadap pangan.

Berdasarkan data BPS, program yang dilaksanakan oleh pemerintah selama ini telah mampu

menurunkan jumlah kemiskinan di Indonesia dimana secara absolut pada tahun 2008 menjadi sekitar 35 juta

jiwa, lebih rendah jika dibandingkan tahun 2007 sebesar 37 juta jiwa yang pada umumnya sebagian besar dari

penduduk miskin tersebut tinggal di wilayah pedesaan dengan mata pencaharian dari sektor pertanian yang

memiliki skala usaha kecil yaitu kurang dari 0,5 hektar atau bahkan sebagai buruh tani.

Disisi lain wilayah sentra produksi pertanian khususnya padi dan jagung memiliki topografi yang

beragam, ketersediaan sarana prasarana yang mendukung sektor tersebut (produksi, pengolahan, penyimpanan)

bervariasi dari satu wilayah dengan wilayah lain, waktu panen yang tidak bersamaan di beberapa wilayah, dan

iklim yang kurang mendukung pada saat tanam maupun panen raya, sehingga petani, kelompoktani (Poktan)

maupun Gabungan Kelompoktani (Gapoktan) selalu dihadapkan pada berbagai masalah: (a) keterbatasan modal

usaha untuk melakukan kegiatan pengolahan, penyimpanan, pendistibusian/pemasaran; (b) posisi tawar petani

yang rendah pada saat panen raya yang bersamaan dengan datangnya hujan, sehingga petani terpaksa menjual

produknya dengan harga rendah kepada para pelepas uang (pedagang perantara); (c) keterbatasan akses pangan

(beras) saat paceklik yang disebabkan karena tidak memiliki cadangan pangan yang cukup.

Dampak dari ketidakberdayaan petani, Poktan dan Gapoktan dalam mengolah, menyimpan dan

mendistribusikan/memasarkan hasil produksinya dapat menyebabkan: (a) ketidakstabilan harga di wilayah sentra

produksi pertanian pada saat terjadi panen raya, dan (b) kekurangan pangan pada saat musim paceklik.

Guna mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh petani, Poktan, Gapoktan di daerah sentra produksi

padi dan jagung, pemerintah melalui Kementerian Pertanian cq Badan Ketahanan Pangan, sejak tahun 2009 telah

mengalokasikan dana APBN untuk memperkuat modal dan kemampuan Gapoktan sehingga mempunyai posisi

tawar yang tinggi, mempunyai nilai tambah produk pertanian, dan mempunyai akses terhadap pangan.

B. Tujuan

Tujuan penulisan Pedoman Umum (Pedum) Penguatan-LDPM adalah untuk memberikan arah dan

petunjuk kepada aparat daerah, pendamping, serta Gapoktan dalam melaksanakan kegiatan Penguatan-LDPM

sebagaimana yang telah diatur dalam Pedum ini.

Sedangkan tujuan dari penyaluran dana Bansos untuk pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM adalah:

1. Memperkuat modal usaha Gapoktan dan unit-unit usaha yang dikelolanya (distribusi/pemasaran dan

cadangan pangan) untuk dapat mengembangkan sarana penyimpanan, melakukan pembelian hasil produksi

1

Pedoman Umum Kegiatan Penguatan-LDPM Tahun 2010

petani anggotanya, dan tersedianya cadangan pangan disaat menghadapi musim paceklik serta tercapainya

stabilisasi harga pangan di tingkat petani saat panen raya;

2. Mengembangkan usaha ekonomi di wilayah dengan: (i) melakukan musyawarah rencana kegiatan bersama

anggota kelompoknya, (ii) melakukan pembelian-penyimpanan-pengolahan-pemasaran sesuai rencana,

kebutuhan anggota, dan kebutuhan pasar, serta mempunyai nilai tambah bagi khususnya unit usaha

Gapoktan yang mengelolanya;

3. Memperluas jejaring kerja sama pemasaran yang saling menguntungkan dengan mitra usaha di dalam

maupun di luar wilayahnya.   

  

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup substansi Pedoman Umum kegiatan Penguatan-LDPM tahun 2010 meliputi:

perencanaan kegiatan usaha Gapoktan, penetapan indikator keberhasilan, pengorganisasian kegiatan,

pelaksanaan kegiatan termasuk anggaran, pemantauan, evaluasi, pengendalian dan pengawasan, serta pelaporan.

D. Pengertian

1. Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga, yang tercermin dari

tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau.

2. Kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Penguatan-LDPM) adalah bagian kegiatan

program Peningkatan Ketahanan Pangan tahun 2010 yang bertujuan meningkatkan kemampuan Gapoktan

dan unit-unit usaha yang dikelolanya (distribusi/pemasaran dan cadangan pangan) dalam usaha

memupuk cadangan pangan dan memupuk modal dari usahanya dan dari anggotanya yang tergabung

dalam wadah Gapoktan. Kegiatan Penguatan–LDPM dibiayai melalui APBN TA 2010 dengan

mekanisme dana bantuan sosial (Bansos) yang disalurkan langsung kepada rekening Gapoktan.

3. Bansos yang dimaksud dalam Pedoman Umum ini adalah uang yang ditransfer ke Rekening Gapoktan

dalam upaya memperkuat modal dan memberdayakan Gapoktan agar mampu membina dan memperkuat

unit usaha distribusi/pemasaran/pengolahan untuk dapat melakukan pembelian gabah/beras/jagung dari

petani anggotanya dan memperkuat unit pengelolaan cadangan pangan untuk dapat melakukan pengadaan

gabah/beras dan/atau jagung dan/atau pangan pokok lokal spesifik lainnya sebagai cadangan pangan.

4. Dana dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh Gubernur sebagai wakil

pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi,

tidak termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah sebagaimana tercantum

dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 58/Permentan/KU.410/12/2009 tentang Pelimpahan Kepada

Gubernur dalam Pengelolaan Kegiatan dan Tanggungjawab Dana Dekonsentrasi Provinsi Tahun 2010.

5. Harga Pembelian Pemerintah (HPP) adalah harga pembelian pemerintah untuk komoditas gabah/beras

sesuai dengan Instruksi Presiden No. 7 tahun 2009 tentang Kebijakan Perberasan.

6. Harga Referensi Daerah (HRD) adalah harga referensi daerah untuk komoditas jagung yang ditetapkan

berdasarkan Keputusan Gubernur setempat.

7. Gabungan Kelompoktani (Gapoktan) adalah kumpulan beberapa kelompoktani yang bergabung dan

bekerja sama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha (Permentan No: 273/Kpts/OT.160/

4/2007).

8. Kelompok Tani (Poktan) adalah kumpulan petani yang tumbuh berdasarkan kesamaan kepentingan,

kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk bekerjasama dalam

2

Pedoman Umum Kegiatan Penguatan-LDPM Tahun 2010

meningkatkan, mengembangkan produktivitas usahatani, memanfaatkan sumberdaya pertanian,

mendistribusikan hasil produksinya dan meningkatkan kesejahteraan anggotanya.

9. Rencana Usaha Gapoktan (RUG) adalah rencana usaha yang disusun oleh anggota kelompoktani secara

sistematis dan partisipatif dalam memecahkan permasalahan–permasalahan yang dihadapi petani/Poktan

dalam mendistribusikan/memasarkan/mengolah/menyimpan yang tidak dapat diselesaikan oleh

petani/Poktan tersebut sehingga membutuhkan kerja sama dan dukungan dalam skala yang lebih besar.

10. Unit usaha distribusi/pemasaran milik Gapoktan adalah unit usaha yang dibentuk atas keinginan,

kebutuhan, dan kesepakatan dari anggota Gapoktan untuk dapat mendistribusikan atau memasarkan hasil

produksi (gabah/beras/ jagung) petani anggotanya dengan melakukan pembelian dan penjualan sehingga

harga stabil di tingkat petani.

11. Unit usaha pengolahan milik Gapoktan adalah unit usaha yang dibentuk atas keinginan, kebutuhan, dan

kesepakatan dari anggota Gapoktan untuk dapat mengolah/menggiling/ mengepak/menyimpan gabah/

beras/ jagung hasil produksi petani anggotanya sehingga mampu meningkatkan nilai tambah produk

petani.

12. Unit pengelola cadangan pangan adalah unit pengelolaan cadangan pangan yang dibentuk atas keinginan,

kebutuhan dan kesepakatan dari anggota Gapoktan untuk dapat menyimpan pangan dalam jumlah yang

cukup bagi anggotanya sehingga mampu mendekatkan akses pangan sepanjang waktu khususnya saat

menghadapi musim paceklik.

13. Sentra produksi pangan (padi dan/atau jagung) adalah provinsi dan/atau kabupaten/kota yang produksi

pangannya didominasi oleh komoditas padi dan/atau jagung.

14. Pemberdayaan Gapoktan adalah upaya untuk menciptakan, meningkatkan kapasitas dan kemandirian

Gapoktan secara partisipatif agar mereka: (a) mampu menemukenali permasalahan yang terkait dalam

penyediaan pangan di saat menghadapi musim paceklik dan pendistribusian/pemasaran/pengolahan hasil

produksi petani; dan (b) mencari, merumuskan, dan memutuskan cara yang cepat dan tepat bagi

anggotanya terhadap persoalan ketidakstabilan harga di tingkat petani, pemasaran hasil produksi petani,

dan ketidak tersediaan pangan disaat paceklik.

15. Pendamping Penyuluh adalah Pertanian atau Petugas Lapangan yang diutamakan berpengalaman di

bidang penyuluhan pertanian;

16. Pendampingan adalah proses pembimbingan dan pembinaan yang dilakukan secara rutin oleh seorang

pendamping kepada Gapoktan binaannya agar mereka mampu menyusun rencana dan melaksanakan

kegiatan secara partisipatif; menyusun dan menetapkan aturan dan sanksi secara musyawarah dan

mufakat; memupuk dan mengatur dana sendiri; membangun dan mengembangkan jejaring kemitraan

usaha dengan pihak lain diluar wilayahnya; memupuk rasa tanggungjawab terhadap organisasi Gapoktan

dengan melakukan pemantauan secara partisipatif, pengendalian dan pengawasan internal.

E. Dasar Hukum

Untuk mengatasi gejolak harga pangan pada saat panen raya secara eksplisit telah dituangkan dalam

Undang-Undang (UU) No. 7 tahun 1996 tentang Pangan (pasal 48) yang mengatakan bahwa “Pemerintah dapat

segera mengambil tindakan yang diperlukan dalam rangka mengendalikan harga pangan untuk mencegah

dan/atau menanggulangi gejolak harga pangan tertentu yang dapat merugikan ketahanan pangan”.

Undang-Undang tersebut juga telah dijabarkan ke dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 68 tahun 2002

tentang Ketahanan Pangan (pasal 12 ayat 1 dan 2) yang menegaskan bahwa: (i) “Pengendalian harga pangan

3

Pedoman Umum Kegiatan Penguatan-LDPM Tahun 2010

tertentu yang bersifat pokok di tingkat masyarakat diselenggarakan untuk menghindari terjadinya gejolak

harga pangan yang mengakibatkan keresahan masyarakat, dan/atau paceklik yang berkepanjangan”; dan (ii)

“Pengendalian harga dapat dilakukan melalui pengaturan dan pengelolaan pasokan pangan dan pengaturan

kelancaran distribusi pangan”.

Mengingat sering terjadinya gejolak harga pangan disaat panen raya maka Gapoktan yang merupakan

wadah dari Poktan dan petani wajib untuk membantu mendistribusikan/memasarkan produksi anggotanya secara

berkelompok untuk dapat memenuhi skala ekonomi sehingga memudahkan dalam hal pengangkutan,

pengolahan, penyimpanan, dan pemasaran dimana pada akhirnya dapat memberikan harga serta keuntungan

yang layak. Agar perputaran usaha pembelian-penjualan gabah/beras dan/atau jagung meningkat maka Gapoktan

perlu mendorong unit usahanya untuk mengelola kegiatannya secara komersial dengan mengembangkan jejaring

pemasaran dengan mitranya baik di dalam maupun di luar wilayahnya.

Sedangkan untuk mengatasi kelangkaan akses pangan pada saat menghadapi gagal panen ataupun

paceklik, masyarakat wajib membangun cadangan pangan, hal ini sejalan dengan UU No. 7 tahun 1996 tentang

Pangan (Pasal 47 ayat 1) yang menjelaskan bahwa “Cadangan pangan nasional terdiri dari cadangan pangan

pemerintah dan cadangan pangan masyarakat” dan (ayat 3) menjelaskan bahwa “Dalam upaya mewujudkan

cadangan pangan nasional pemerintah mengembangkan, membina, dan/atau membantu penyelenggaraan

cadangan pangan masyarakat dan pemerintah di tingkat pedesaan, perkotaan, provinsi dan nasional”. Untuk

mengembangkan cadangan pangan masyarakat, UU tersebut telah dijabarkan dalam PP No. 68 tahun 2002

(pasal 8) bahwa: “Masyarakat mempunyai hak dan kesempatan seluas-luasnya dalam upaya mewujudkan

cadangan pangan masyarakat yang dilakukan secara mandiri serta sesuai dengan kemampuan masing-

masing”. Selanjutnya pasal 14 menegaskan bahwa “Masyarakat memiliki kesempatan yang seluas-luasnya

dalam mewujudkan ketahanan pangan, dimana peran masyarakat dapat berupa: (a) melaksanakan produksi,

perdagangan, distribusi dan konsumsi pangan; (b) menyelenggarakan cadangan pangan masyarakat; dan (c)

melakukan pencegahan dan penanggulangan masalah pangan”.

Sejalan dengan UU dan PP, Departemen Dalam Negeri, juga telah mendorong pemerintah desa untuk

mewujudkan cadangan pangan pemerintah desa melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor  30  tahun 2008

tentang Cadangan Pangan Pemerintah Desa.

Seperti halnya keberadaan cadangan pangan yang ada di pemerintahan, keberadaan cadangan pangan

masyarakat di tingkat desa khususnya di Gapoktan sangat diperlukan. Mengingat Gapoktan merupakan

kelembagaan petani dan wadah dari Poktan dan petani, sehingga wajib menguasai cadangan pangan secara

kolektif agar dapat: (i) mengantisipasi kekurangan bahan pangan pada musim paceklik, dan (ii) mengantisipasi

ancaman gagal panen akibat bencana alam seperti serangan hama dan penyakit, anomali iklim dan banjir, dan

lain-lain.

4

Pedoman Umum Kegiatan Penguatan-LDPM Tahun 2010

BAB II

KERANGKA PIKIR

A. Kebijakan

Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah melalui Kementerian Pertanian dalam pelaksanaan kegiatan

Penguatan-LDPM adalah untuk mewujudkan stabilisasi harga pangan di tingkat petani dan ketahanan pangan di

tingkat rumah tangga petani melalui: (a) pengembangan unit-unit usaha (unit usaha

distribusi/pemasaran/pengolahan dan pengelolaan cadangan pangan) dan (b) pembangunan sarana penyimpanan

milik Gapoktan sehingga dapat meningkatkan posisi tawar petani, meningkatkan nilai tambah produksi petani

dan mendekatkan akses terhadap sumber pangan (Lampiran 1).

Kebijakan tersebut diarahkan untuk: (a) mendukung upaya petani memperoleh harga produksi yang

lebih baik disaat panen raya; (b) meningkatkan kemampuan petani memperoleh nilai tambah produksi pangan

dan usahanya melalui kegiatan pengolahan/pengepakan/pemasaran sehingga terjadi perbaikan pendapatan di

tingkat petani; dan (c) memperkuat kemampuan Gapoktan dalam melakukan pengelolaan cadangan pangan

sehingga mampu mendekatkan akses pangan pada saat menghadapi paceklik kepada anggota petani yang

tergabung dalam wadah Gapoktan.

Gapoktan yang memperoleh dana Bansos pada (a) tahun pertama wajib melakukan pembangunan

sarana penyimpanan, dan (b) pada tahun pertama dan tahun kedua melakukan pembelian minimal sesuai HPP

untuk gabah/beras dan/atau HRD untuk jagung. Melalui kebijakan harga dapat meminimalkan tingkat fluktuasi

harga pada saat panen raya agar terwujudnya stabilisasi harga pangan, mengendalikan tingkat harga sesuai

dengan sasaran inflasi, dan merangsang bekerjanya mekanisme pasar secara efektif dan efisien.

B. Pendekatan

Pendekatan yang dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM antara lain melakukan

pemberdayaan Gapoktan secara partisipatif dengan petani anggotanya agar mereka mampu: (a) menemukenali

permasalahan yang dihadapi pada saat menghadapi panen raya dan pada saat menghadapi musim paceklik, dan

(b) merumuskan dan memutuskan cara yang tepat secara musyawarah dan mufakat terhadap upaya-upaya yang

akan dilakukan untuk menjaga stabilisasi harga di tingkat petani melalui kegiatan pembelian-penjualan hasil

produksi petani secara berkelanjutan dan tersedianya pangan bagi anggotanya disaat menghadapi musim

paceklik melalui pengelolaan cadangan pangan.

Gapoktan/Poktan/petani dan unit-unit usaha yang dikelolanya disadarkan agar mampu menghilangkan

ketergantungan dari pihak lain, didorong agar dapat tumbuh dengan kemandiriannya, dan didukung/difasilitasi

oleh pemerintah agar mereka dapat berkembang secara swadaya dan berkelanjutan.

Dengan memberdayakan Gapoktan, mereka mampu untuk : (a) meningkatkan kerja sama antar

Gapoktan dengan unit-unit usaha yang dikelola dalam wadah Gapoktan; (b) menghimpun dan

mengembangkan/memupuk dana yang dikelola oleh unit usaha/Gapoktan secara transparan, dengan aturan dan

sanksi yang dirumuskan dan ditetapkan sendiri secara musyawarah dan mufakat oleh petani anggotanya; dan (c)

meningkatkan keterampilan dalam hal: administrasi, pembukuan (pembelian-penjualan, pengadaan-penyaluran,

keuangan), pemantauan secara partisipatif, pengawasan internal, dan bermitra serta bernegosiasi dengan pihak

lain untuk memperjuangkan hak dan kepentingan anggotanya.

5

Pedoman Umum Kegiatan Penguatan-LDPM Tahun 2010

C. Strategi

Strategi yang dilaksanakan antara lain: (a) memberikan dukungan kepada Gapoktan dan unit usaha

distribusi/pemasaran/pengolahan untuk memperkuat kemampuannya mendistribusikan/memasarkan gabah/beras/

jagung dari petani anggotanya dengan melakukan pembelian dan penjualan kepada mitra usahanya baik di

dalam maupun di luar wilayahnya secara mandiri dan berkelanjutan sehingga tercapai stabilisasi harga di tingkat

petani; dan (b) memberikan dukungan kepada Gapoktan dan unit pengelolaan cadangan pangan dalam mengelola

cadangan pangan dengan melakukan pengadaan gabah/beras dan/atau jagung dan/atau pangan pokok lokal

spesifik lainnya sehingga mudah diakses dan tersedia setiap waktu secara berkelanjutan.

D. Rancangan Kegiatan

Dana APBN untuk mendukung kegiatan Penguatan-LDPM akan diberikan selama 3 tahun yaitu: (a)

Tahap Penumbuhan pada tahun pertama, (b) Tahap Pengembangan pada tahun kedua, dan (c) Tahap Mandiri

pada tahun ketiga (Lampiran 2). Dana Bansos tahun pertama dan kedua disalurkan langsung ke rekening

Gapoktan untuk penguatan dan pemberdayaan Gapoktan. Sedangkan untuk tahun ketiga akan dialokasikan dana

APBN untuk pembinaan tahap akhir menuju kemandirian (Exit Program).

Gambar 1. Tahapan Penyaluran Dana Bansos Kegiatan Penguatan-LDPM (APBN)

Alokasi dana APBN tahun 2010 untuk pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM berupa dana Bansos

digunakan untuk mendukung kegiatan pemberdayaan dan penguatan modal usaha Gapoktan pada: (a) Tahap

Penumbuhan tahun 2010 (204 Gapoktan) dan (b) Tahap Pengembangan (546 Gapoktan). Melalui penyaluran

dana bansos tersebut dimaksudkan dapat memperkuat dan mendukung: (a) kepemilikan aset Gapoktan sebagai

sarana penyimpanan pangan, (b) modal usaha Gapoktan, dan (c) cadangan pangan minimal bagi kebutuhan

anggotanya disaat menghadapi paceklik.

Pada Tahap Penumbuhan alokasi dana Bansos per Gapoktan sebesar Rp. 150.000.000 dengan

komponen kegiatan antara lain untuk: (a) pembangunan atau renovasi gudang milik Gapoktan untuk

penyimpanan pangan; (b) penguatan Gapoktan untuk dapat melakukan pengadaan gabah/beras dan/atau jagung,

dan/atau pangan pokok lokal spesifik lainnya sebagai cadangan pangan; dan (c) penguatan modal usaha

Gapoktan untuk dapat melakukan pembelian-penjualan gabah/beras/jagung dari petani anggotanya dan/atau di

luar anggotanya pada saat panen raya minimal sesuai Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk gabah/beras

dan/atau Harga Referensi Daerah (HRD) untuk jagung

6

DUKUNGAN DANA PEMERINTAH

SDM Gapoktan

Mampu mengelola dan mengembangkan secara mandiri dan berkelanjutan untuk:

Cadangan PanganUnit Usaha

Pembinaan

PenyaluranBansos:

Gudang

Cadangan Pangan

Stabilisasi Harga

Pembinaan Pembinaan

PenyaluranBansos:

CadanganPangan

StabilisasiHarga

Pemupukan Cadangan Pangan

Pemupukan modal usaha dalam distribusi

I II IIITahun

Pedoman Umum Kegiatan Penguatan-LDPM Tahun 2010

Untuk Tahap Pengembangan dana Bansos sebesar Rp. 75.000.000 per Gapoktan yang akan

disalurkan ke Gapoktan pada tahap pengembangan (tahun kedua) yang sudah dievaluasi kelayakannya untuk

mendapat tambahan modal dari Bansos tahun kedua. Komponen kegiatan untuk dana Bansos tahun kedua antara

lain: (a) pembelian-penjualan gabah/beras/jagung dari petani anggotanya dan/atau di luar anggotanya pada saat

panen raya; dan atau (b) untuk pengadaan gabah/beras dan/atau jagung dan/atau pangan pokok lokal spesifik

lainnya dalam rangka memperkuat cadangan pangan.

Apabila Gapoktan Tahap Penumbuhan belum memenuhi persyaratan untuk dapat masuk ke Tahap

Pengembangan, maka Dana Bansos sebesar Rp 75.000.000 belum dapat dicairkan menunggu sampai Gapoktan

dinyatakan siap untuk dapat masuk dalam Tahap Pengembangan oleh Tim Teknis dan ditetapkan oleh Tim

Pembina. Selanjutnya Gapoktan yang belum siap untuk masuk dalam Tahap Pengembangan wajib untuk dibina

secara terus menerus secara berjenjang mulai dari Pendamping, Tim Teknis Kab/Kota dan Tim Pembina

Provinsi sehingga Gapoktan tersebut dianggap mampu untuk masuk dalam Tahap Pengembangan.

Dukungan yang diberikan oleh pemerintah merupakan modal awal bagi Gapoktan Tahap Penumbuhan

dan modal tambahan bagi Gapoktan Tahap Pengembangan dan unit-unit usaha yang dikelolanya sehingga

mampu meningkatkan usahanya, mampu memupuk dan mengembangkan modal yang telah diberikan dan

sekaligus mampu mendekatkan akses pangan bagi anggotanya melalui cadangan pangan. Dengan semakin

meningkatnya posisi tawar petani, nilai tambah produk pertanian dan akses pangan petani terhadap pangan maka

diharapkan pendapatan dan kesejahteraan petani juga akan semakin meningkat. Dampak akhir dari seluruh

dukungan pemerintah tersebut melalui kegiatan Penguatan-LDPM adalah mampu meningkatkan ketahanan

pangan di tingkat rumah tangga petani sehingga petani mempunyai semangat untuk melakukan kegiatan

produksi secara berkelanjutan dan dapat memberikan kontribusi terhadap ketahanan pangan wilayah.

Pada Tahap Penumbuhan, hal-hal yang perlu dipersiapkan dan dilakukan di tingkat provinsi maupun

kabupaten/kota, antara lain: (a) membentuk Tim Pembina Provinsi dan Tim Teknis Kabupaten/Kota; (b)

Penetapan KPA/PPK dan Bendahara; (c) menyusun dan memperbanyak Juklak dan Juknis; (d) melakukan

identifikasi, verifikasi, dan penetapan Gapoktan dan pendamping; dan (e) menghimpun basis data Gapoktan dan

pendamping.

Sedangkan pada Tahap Pengembangan, hal-hal yang perlu dipersiapkan di tingkat Provinsi dan

Kabupaten/Kota antara lain: (a) melakukan evaluasi secara berjenjang terhadap kinerja Gapoktan yang telah

ditumbuhkan tahun 2009 mencakup: pembangunan/renovasi gudang, pemanfaatan dana Bansos untuk pengadaan

cadangan pangan dan pembelian, perputaran dari kegiatan pembelian – penjualan, pengelolaan cadangan pangan;

dan (b) evaluasi terhadap kinerja pendamping dalam melakukan pendampingan terhadap pemberdayaan

Gapoktan.

7

Pedoman Umum Kegiatan Penguatan-LDPM Tahun 2010

BAB III.

ORGANISASI PELAKSANAAN

Pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM merupakan kegiatan bersama antara Pemerintah Pusat,

Pemerintah Daerah dan masyarakat. Dengan semangat untuk memperkuat kemampuan Gapoktan dalam

membantu petani anggotanya khususnya dalam menjaga stabilitas harga gabah/beras dan jagung dan

memperkuat aset untuk penyimpanan dan cadangan pangan yang dimiliki oleh Gapoktan maka peran dan

partisipasi dari pengurus dan anggota Gapoktan menjadi prioritas utama sebagai pelaku untuk mencapai

keberhasilan dari kegiatan ini. Peran Pemerintah dan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota terbatas pada fungsi

pelayanan, penunjang, fasilitasi dan motivasi. Partisipasi dari pengurus dan anggota Gapoktan, masyarakat,

organisasi non pemerintah/LSM, swasta, organisasi profesi sangat dibutuhkan untuk membina dan mendukung

keberlanjutan dari Gapoktan dalam menjaga stabilitas harga gabah/beras dan jagung di tingkat petani anggotanya

serta ketersediaan cadangan pangan sepanjang waktu.

Gambar 2. Diagram Organisasi Pelaksanaan

A. Tingkat Pusat

1. Menteri Pertanian melalui Badan Ketahanan Pangan mengalokasikan dana bantuan sosial dan menerbitkan

Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 14/Permentan/OT.140/1/2010 tentang Pedoman Pengelolaan Dana

Bantuan Sosial Untuk Pertanian Tahun Anggaran 2010;

2. Menteri Pertanian menerbitkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor:25/Permentan/OT.140/2/2010 tentang

Pedoman Umum Program Pembangunan Ketahanan Pangan Tahun 2010.

3. Tim Pembina tingkat Pusat yang diketuai oleh Kepala Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian

mempunyai tugas dan fungsi:

a. Melakukan koordinasi dalam mengintegrasikan program dan kegiatan dengan instansi lingkup pertanian

maupun lintas sektor yang mendukung pelaksanaan dan pengembangan kegiatan Penguatan-LDPM;

8

Keterangan:

: Hubungan Komando : Hubungan Koordinasi Program

: Hubungan Dukungan Program

: Hubungan Fungsional

Unit Pengelola Cadangan Pangan Unit Usaha Distribusi/Pemasaran

Pendamping

Tim Pembina Pusat

Tim Pembina Provinsi

Tim Teknis Kab/kota

BKP Pusat

Badan/Dinas/Kantor/Unit Kerja Ketahanan Pangan

di tingkat provinsi

Badan/Dinas/Kantor/Unit Kerja Ketahanan Pangan di

tingkat kab/kota

DKP Pusat (Menteri Pertanian)

DKP Provinsi(Gubernur)

DKP Kab/kota(Bupati/Walikota)

Penerima Manfaat

(GAPOKTAN)

Pedoman Umum Kegiatan Penguatan-LDPM Tahun 2010

b. Merumuskan kebijakan yang mendukung pelaksanaan dan pengembangan kegiatan Penguatan-LDPM

secara terintegrasi;

c. Membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi Tim Pembina Provinsi dalam pelaksanaan kegiatan

Penguatan-LDPM di daerah;

d. Membina, memantau, mengevaluasi, dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM.

B. Tingkat Provinsi

1. Gubernur bertanggung jawab terhadap pengelolaan, pengendalian dan pengawasan pelaksanaan kegiatan

Penguatan-LDPM yang didukung dengan Dana Dekonsentrasi Provinsi tahun 2010;

2. Gubernur menetapkan Tim Pembina Provinsi yang beranggotakan dari Badan/Dinas/Kantor lingkup

pertanian dan Ketahanan Pangan, instansi terkait lainnya sesuai dengan bidang tugasnya, organisasi petani

dan masyarakat lainnya.

3. Kepala Badan/Dinas/Kantor/Unit Kerja yang menangani ketahanan pangan provinsi selaku

penanggungjawab kegiatan Penguatan-LDPM melaksanakan:

a. Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) kegiatan Penguatan-LDPM tahun 2010 untuk Tahap

Penumbuhan dan/atau Tahap Pengembangan guna disebarluaskan ke Tim Pembina dan anggotanya di

Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai acuan dalam melakukan pembinaan dan pelaksanaan kegiatan

Penguatan-LDPM;

b. Koordinasi dan sinkronisasi dalam hal perencanaan dan pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM dengan

berbagai program/kegiatan lintas sektor baik lingkup pertanian maupun sektor pendukung lainnya di

tingkat provinsi guna menterpadukan berbagai kegiatan dan pembinaan untuk meningkatkan efisiensi

dan efektivitas dalam pelaksanaannya;

c. Koordinasi dan sinkronisasi dengan instansi lingkup pertanian dan lintas sektor di Provinsi maupun di

Kabupaten/Kota dalam hal: (i) menterpadukan kegiatan lingkup pertanian dan sektor pendukung

lainnya baik di provinsi dan kabupaten/kota yang dapat mendukung keberhasilan pelaksanaan kegiatan

Penguatan-LDPM, (ii) melakukan pemantauan, evaluasi, dan pengendalian, serta (iii) membantu

mengatasi dan memecahkan permasalahan teknis maupun non teknis;

d. Pertemuan dengan Tim Pembina secara rutin untuk membahas kendala-kendala yang dihadapi Tim

Teknis dan pendamping dalam hal: (i) pencairan dan pemanfaatan dana Bansos, (ii)

pembangunan/renovasi/pengelolaan gudang, (iii) pendistribusian/ pemasaran/pengolahan, (iv)

peningkatan kemampuan dan keterampilan pendamping dalam melakukan pembinaan dan bimbingan

terhadap Gapoktan;

e. Penetapan Gapoktan dan pendamping untuk Tahap Penumbuhan dan atau Tahap Pengembangan

sesuai rekomendasi Tim Pembina Provinsi;

f. Pelaporan kepada Gubernur terhadap pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM.

4. Tim Pembina Provinsi mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam:

a. Sosialisasi, pemantauan, evaluasi, pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM Tahap Penumbuhan

dan/atau Tahap Pengembangan di tingkat Kabupaten/Kota (Tim Teknis, Pendamping, Gapoktan);

b. Verifikasi Gapoktan Tahap Penumbuhan dan/atau evaluasi Gapoktan tahun pertama Penumbuhan yang

akan masuk Tahap Pengembangan;

c. Pemberian rekomendasi untuk: (i) penetapan Gapoktan dan pendamping Tahap Penumbuhan yang

sudah diverifikasi, dan/atau (ii) penetapan Gapoktan dan pendamping dari Tahap Penumbuhan yang

akan masuk Tahap Pengembangan untuk disampaikan kepada Kepala Badan/Dinas/Kantor/Unit Kerja

yang menangani ketahanan pangan Provinsi;

9

Pedoman Umum Kegiatan Penguatan-LDPM Tahun 2010

d. Pembinaan terhadap Gapoktan yang tidak terseleksi dari Tahap Penumbuhan untuk dapat masuk ke

Tahap Pengembangan;

e. Evaluasi usulan Rencana Usaha Gapoktan (RUG) dan rencana pelaksanaannya (pembangunan/renovasi

gudang, pengadaan gabah/beras dan/atau jagung dan/atau pangan pokok lokal spesifik lainnya untuk

cadangan pangan, pembelian-penjualan gabah/beras dan/atau jagung) dan pemanfaatan dana Bansos;

f. Penyelesaian masalah pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM Tahap Penumbuhan dan/atau Tahap

Pengembangan dalam hal: (i) pencairan dan pemanfaatan dana Bansos, (ii) pelaksanaan teknis dan non

teknis yang dihadapi oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota, Pendamping, dan Gapoktan, (iii) perencanaan

dan penyusunan desain bangunan/ renovasi gudang, (iv) pengelolaan gudang baik, (v) pengadaan dan

penyaluran cadangan pangan, (vi) pendistribusian/pemasaran/ pengolahan, dan (vii) pengembangan

unit-unit usaha yang dikelola oleh Gapoktan;

g. Penyusunan pelaporan hasil pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM sebagai bahan kepada Gubernur.

C. Tingkat Kabupaten/Kota

1. Bupati/Walikota menetapkan:

a. Badan/Kantor/Dinas/Unit kerja yang menangani ketahanan pangan Kabupaten/Kota sebagai

penanggungjawab pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM;

b. Tim Teknis Kabupaten/Kota beranggotakan dari berbagai Badan/Kantor/Dinas lingkup pertanian dan

Ketahanan Pangan, instansi terkait sesuai dengan bidang tugasnya organisasi petani dan masyarakat

lainnya. Ketua dari Tim Teknis adalah Kepala Badan/Kantor/Dinas/Unit kerja yang menangani

ketahanan pangan kabupaten/kota.

2. Kepala Badan/Kantor/Dinas/Unit kerja yang menangani ketahanan pangan kabupaten/kota selaku

penanggungjawab pelaksana kegiatan Penguatan-LDPM melaksanakan:

a. Penyusunan Petunjuk Teknis (Juknis) kegiatan Penguatan-LDPM tahun 2010 untuk Tahap

Penumbuhan dan/atau dan Tahap Pengembangan guna disebarluaskan kepada Tim Teknis dan

pendamping yang akan digunakan sebagai acuan dalam melakukan pembinaan dan bimbingan teknis

kepada Gapoktan;

b. Koordinasi dan sinkronisasi dalam hal perencanaan pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM dengan

berbagai program/kegiatan lintas sektor baik lingkup pertanian maupun sektor pendukung lainnya dari

tingkat provinsi guna menterpadukan berbagai kegiatan dan pembinaan untuk meningkatkan efisiensi

dan efektivitas dalam pelaksanaannya;

c. Koordinasi dan sinkronisasi dengan instansi lingkup pertanian maupun lintas sektor terkait lainnya di

Kabupaten/Kota dalam hal: (i) menterpadukan kegiatan lingkup pertanian dan sektor pendukung lainnya

baik dari provinsi maupun di kabupaten/kota yang dapat mendukung keberhasilan pelaksanaan kegiatan

Penguatan-LDPM, (ii) melakukan pemantauan dan evaluasi, serta (iii) membantu mengatasi dan

memecahkan permasalahan yang terkait dengan teknis maupun non teknis;

d. Pertemuan dengan Tim Teknis secara rutin untuk membahas kendala-kendala yang dihadapi

pendamping dalam hal: (i) membimbing/membina Gapoktan Tahap Penumbuhan dan/atau Tahap

Pengembangan, (ii) pemanfaatan dana Bansos, (iii) membimbing dalam perencanaan dan penyusunan

desain bangunan/renovasi gudang, (iv) membimbing dalam pengelolaan gudang baik, (v) membimbing

dalam pengadaan dan penyaluran cadangan pangan, (vi) membimbing dalam

pendistribusian/pemasaran/ pengolahan, dan (vii) membimbing dalam pengembangan unit-unit usaha

yang dikelola oleh Gapoktan

e. Pengusulan calon Gapoktan dan pendamping Tahap Penumbuhan yang sudah diidentifikasi dan/atau

Gapoktan dan Pendamping yang sudah dievaluasi dari Tahap Penumbuhan untuk masuk ke Tahap

10

Pedoman Umum Kegiatan Penguatan-LDPM Tahun 2010

Pengembangan kepada Kepala Badan/Kantor/Dinas/ Unit kerja yang menangani ketahanan pangan di

provinsi.

f. Pelaporan kepada Bupati/Walikota terhadap pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM

3. Tim Teknis Kabupaten/Kota mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam:

a. Sosialisasi, pemantauan, evaluasi, dan laporan pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM Tahap

Penumbuhan dan/atau Tahap Pengembangan dan pembinaan teknis dan non teknis terhadap

Pendamping dan Gapoktan;

b. Identifikasi Gapoktan Tahap Penumbuhan dan Pendamping dan evaluasi Gapoktan dan Pendamping

untuk masuk Tahap Pengembangan;

c. Rekomendasi pencairan dan penggunaan dana Bansos oleh Unit-Unit Usaha Gapoktan yang disesuai

dengan RUG;

d. Penyelesaian masalah dalam pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM Tahap Penumbuhan dan/atau

Tahap Pengembangan dalam hal: (i) pemanfaatan dana Bansos, (ii) pelaksanaan teknis dan non teknis

yang dihadapi oleh Pendamping, dan Gapoktan;

e. Penyusunan pelaporan pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM sebagai bahan kepada Bupati/Walikota

f. Pembinaan dan bimbingan teknis terhadap Gapoktan yang tidak terseleksi agar dapat masuk ke Tahap

Pengembangan.

D. Tingkat Pendamping

Pendamping yang sudah ditetapkan oleh provinsi untuk mendampingi Gapoktan pelaksana kegiatan

Penguatan-LDPM mempunyai tugas dan tanggungjawab antara lain:

1. Merencanakan, mencatat dan melaporkan seluruh aktivitas kegiatan untuk melakukan pendampingan ke

Gapoktan dan unit-unit usahanya

2. Membimbing kelembagaan Gapoktan untuk dapat : (i) mengambil suatu keputusan yang dilakukan secara

partisipatif, (ii) memahami tugas dan tanggungjawab sebagai pengurus dan anggota, (iii) memahami

mekanisme musyawarah dalam membahas rencana kegiatan, masalah yang dihadapi dan merumuskan

keputusan dan langkah-langkah pelaksanaan, (iv) memahami dan menerapkan aturan dan sanksi yang

disepakati dan dimusyawarahkan bersama baik untuk pengurus, anggota maupun pengurus unit-unit

usahanya;

3. Memfasilitasi Gapoktan dan unit-unit usahanya agar mampu mengambil keputusannya sendiri, dengan jalan:

(i) membantu menemukenali masalah, (ii) membantu menganalisis situasi yang sedang dihadapi dan

melakukan rencana antisipasi terhadap jatuhnya harga di saat panen raya dan kekurangan pangan disaat

musim paceklik serta langkah-langkah perbaikannya (pengolahan/penyimpanan/distribusi/pemasaran), (iii)

membantu memperoleh pengetahuan/informasi (pembangunan/renovasi gudang, teknologi pengolahan,

penyimpanan), pasar, permodalan dan kemudahan–kemudahan lain guna memecahkan masalah yang

dihadapi di lapang, (iv) membantu mengambil keputusan berdasarkan analisis terhadap situasi dan masalah.

4. Memfasilitasi dalam penyusunan rencana usaha Gapoktan dan pelaksanaan kegiatan secara partisipatif

(perumusan rencana, indikator keberhasilan, tahapan pelaksanaan, pemantauan, evaluasi dan pengawasan);

5. Memfasilitasi Gapoktan dan unit-unit usahanya dalam pemupukan dana/modal awal bagi unit

distribusi/pemasaran dan unit pengelola cadangan pangan dari anggotanya untuk dikembangkan dan

dikelola secara transparan sesuai aturan dan sanksi yang disepakati;

6. Memfasilitasi Gapoktan dan unit-unit usahanya dalam membuat administrasi dan pembukuan secara baik

dan teratur (pembelian dan penjualan, pengadaan dan penyaluran cadangan pangan), mengelola keuangan

secara transparan dan akuntabel, mengembangkan usaha sehingga memperoleh nilai tambah yang

menguntungkan;

11

Pedoman Umum Kegiatan Penguatan-LDPM Tahun 2010

7. Memfasilitasi Ketua Gapoktan dan unit-unit usahanya dalam menyusun laporan bulanan baik secara tertulis

ke Kabupaten/Kota dan pengiriman laporan dengan menggunan SMS ke Pusat.

E. Tingkat Gapoktan (Penumbuhan dan Pengembangan)

Tugas dan tanggungjawab Pengurus Gapoktan antara lain :

1. Membangun kerja sama yang transparan dan akuntabel dalam melaksanakan dan mengembangkan unit

usaha distribusi/pemasaran sesuai dengan kesepakatan yang disusun dan dirumuskan bersama.

2. Melaksanakan seluruh kegiatan (pembangunan/renovasi gudang, pembelian-pengolahan-penjualan,

pengadaan-penyimpanan-penyaluran) dengan menggunakan Dana Bansos, dan/atau APBD, dan/atau

swadaya masyarakat yang mengacu pada petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis, aturan/sanksi setempat

dan bimbingan dari Tim Pembina Provinsi, Tim Teknis Kabupaten/Kota, dan Pendamping.

3. Mengarahkan dan menganjurkan kepada pengurus dari masing-masing unit usahanya dan anggota

kelompoknya untuk melakukan secara rutin pembukuan, pencatatan, pemantauan, pengawasan dan

pelaporan baik ke kabupaten/kota maupun ke pusat.

4. Menyusun RUG , rencana pencairan dana Bansos dan pelaksanaan kegiatan (Tahap Penumbuhan dan

Tahap Pengembangan)

5. Mendorong dan menggerakkan aktivitas, kreativitas dan inisiatif masing-masing unit usahanya dan

anggota kelompok.

6. Secara berkala, minimal satu bulan sekali mengadakan pertemuan/musyawarah dengan penanggung

jawab masing-masing unit usahanya dan para anggota kelompok yang dihadiri oleh Pendamping,

7. Mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang telah dilaksanakan oleh unit usahanya, untuk selanjutnya

membuat rencana dan langkah perbaikan.

F. Unit usaha Gapoktan

Tugas dan tanggung jawab dari unit usaha distribusi/pemasaran dan unit pengelola cadangan pangan

yang memperoleh dana bansos kegiatan Penguatan-LDPM adalah membuat pembukuan secara teratur untuk

seluruh kegiatan yang dilakukan dan melaksanakan kegiatan pembelian-penjualan gabah/beras dan/atau jagung,

pengadaan-penyimpanan-penyaluran dan pembangunan gudang.

G. Tingkat Petani

Petani dan Poktan yang berada dalam wadah Gapoktan merupakan produsen dari gabah/beras dan

jagung, dimana pada saat tertentu mereka juga sebagai konsumen. Pada saat sebagai produsen maka petani

mempunyai hak untuk dapat menjual gabah/beras dan/atau jagung dengan harga yang menguntungkan.

Mengingat Gapoktan telah mendapatkan dukungan Dana Bansos maka petani yang ada dalam wadah Gapoktan

pada saat panen raya dapat menjualnya ke unit usaha distribusi/pemasaran milik Gapoktan. Di sisi lain pada saat

musim paceklik dimana ada anggota petani tidak mempunyai akses terhadap pangan, maka unit pengelola

cadangan pangan wajib menyalurkan pangan (gabah/beras dan/atau jagung dan/atau pangan pokok lokal spesifik

lainnya) yang dibeli dari petani kepada yang membutuhkan sesuai dengan aturan dan sanksi yang telah

disepakati bersama.

12

Pedoman Umum Kegiatan Penguatan-LDPM Tahun 2010

BAB IV

PELAKSANAAN

A. TAHAP PENUMBUHAN

1. Sasaran

Sasaran dari pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM tahun 2010 adalah 204 Gapoktan yang tersebar di

20 provinsi yang berada pada daerah sentra produksi padi dan/atau jagung.

2. Indikator

Beberapa indikator kinerja yang digunakan untuk mengukur keberhasilan kegiatan Penguatan-LDPM

tahun 2010 antara lain :

a. Indikator Masukan (Input):

1) Dana Bansos tahun anggaran 2010 bagi 204 Gapoktan;

2) Terseleksinya 204 orang Pendamping yang berada di wilayah Gapoktan binaan;

3) Terseleksinya 204 Gapoktan.

b. Indikator Keluaran (Output):

1) Tersalurkannya dana bansos di 204 Gapoktan sasaran;

2) Tersedianya gudang dan cadangan pangan milik 204 Gapoktan sasaran;

3) Tersedianya dana bansos di 204 Gapoktan untuk disalurkan ke unit-unit usaha Gapoktan yang

digunakan untuk pembelian dan pengadaan cadangan pangan .

c. Indikator Hasil (Outcome):

1) Tersedianya cadangan pangan (gabah/beras, dan/atau jagung, dan/atau

pangan pokok lokal spesifik lainnya) di 204 gudang milik Gapoktan;

2) Meningkatnya volume pembelian-penjualan gabah/beras, dan/atau /jagung di

204 unit usaha distribusi/pemasaran minimal 2 kali putaran.

3. Kriteria

a. Gapoktan

Gapoktan yang akan menjadi penerima dana Bansos Kegiatan Penguatan-LDPM tahun 2010 harus

berada di daerah sentra produksi padi dan/atau jagung dengan kriteria sebagai berikut :

1) Memiliki organisasi kepengurusan (Ketua, Sekretaris, Bendahara) dan unit-unit usaha yang masih aktif

hingga saat ini (Lampiran 3);

2) Memiliki unit usaha distribusi atau pemasaran atau pengolahan (RMU, pengeringan, pembersihan,

pengepakan) dan berpengalaman dalam jual-beli gabah/beras, dan/atau jagung;

3) Memiliki gudang sendiri1) atau hibah perorangan/pemerintah yang dapat digunakan untuk

menampung/menyimpan gabah/beras, dan/atau jagung dan/atau pangan pokok lokal spesifik lainnya dengan

kapasitas simpan 30 - 40 ton;

4) Memiliki lahan sendiri2), atau hibah perorangan/pemerintah daerah3) (Lampiran 4), jika akan dibangun

gudang dengan menggunakan dana Bansos TA 2010 pada lahan tersebut;

1 ) Memiliki gudang sendiri adalah gudang yang benar-benar dimiliki dan dibangun secara bersama-sama untuk kepentingan Gapoktan (bukan milik/aset pribadi/perorangan) yang dibuktikan dengan surat/dokumen yang sah sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku.

2 )Memiliki lahan sendiri adalah lahan yang benar-benar dimiliki dan atau dibeli secara bersama-sama sebagai aset dari Gapoktan (bukan milik/aset pribadi/perorangan) yang dibuktikan dengan surat/dokumen yang sah sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku.

3 3)Gudang dan atau lahan diperoleh melalui hibah dan sudah diserahkan kepada Gapoktan harus dibuktikan dengan Surat Pernyataan Hibah dari pemberi Hibah yang disahkan /dilegalisasi oleh Notaris atau PPAT

13

Pedoman Umum Kegiatan Penguatan-LDPM Tahun 2010

5) Memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu mengelola, memasarkan dan mengembangkan unit-

unit usahanya (berkeinginan untuk memperluas usahanya) sehingga dapat memberikan keuntungan bagi unit

usahanya;

6) Tidak bermasalah dengan perbankan, kredit atau sumber permodalan lainnya;

7) Memiliki komitmen untuk mengirimkan laporan mingguan secara rutin (setiap hari Senin) dengan

menggunakan SMS. ke SMS Center dengan No. 0813 808 29 555 dan laporan bulanan (secara tertulis) ke

Badan/Kantor/Dinas/unit kerja yang menangani ketahanan pangan di Kabupaten/Kota.

b. Pendamping

Pendamping yang akan melakukan pendampingan kepada Gapoktan pelaksana kegiatan Penguatan-

LDPM, mempunyai kriteria sebagai berikut:

1) Penyuluh Pertanian atau Petugas Lapangan yang diutamakan berpengalaman di bidang penyuluhan

pertanian;

2) Sanggup melaksanakan tugas hingga akhir tahun pelaksanaan dan bertanggung jawab untuk

mendampingi dan membimbing Gapoktan secara rutin.

B. TAHAP PENGEMBANGAN

1. Sasaran

Sasaran dari pelaksanaan tahun kedua kegiatan Penguatan-LDPM tahun 2010 adalah Gapoktan (Tahap

Penumbuhan pada tahun 2009) yang sudah dievaluasi dan dinyatakan layak untuk dilanjutkan pada Tahap

Pengembangan oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota dan ditetapkan oleh Tim Pembina Provinsi. Jumlah Gapoktan

yang akan dievaluasi adalah 546 Gapoktan di 27 provinsi yang direncanakan pada tahun 2009 untuk menerima

dana Bansos tahun pertama (Tahap Penumbuhan) .

2. Indikator

Beberapa indikator kinerja yang digunakan untuk mengukur keberhasilan Tahap Pengembangan dalam

pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM tahun 2010 antara lain:

a. Indikator Masukan (Input):

1) Tambahan dana bansos tahun anggaran 2010 bagi Gapoktan yang

terseleksi untuk masuk Tahap Pengembangan;

2) Pendamping yang sudah terseleksi dari 546 Pendamping yang

direncanakan pada tahun 2009 untuk dapat melanjutkan pendampingan dan pembinaan kepada

Gapoktan yang masuk Tahap Pengembangan;

3) Gapoktan yang terseleksi dari 546 Gapoktan yang direncanakan pada

tahun 2009.

b. Indikator Keluaran (Output):

Tersalurkannya tambahan dana Bansos bagi Gapoktan yang terseleksi dari 546 Gapoktan yang direncanakan

pada tahun 2009 untuk disalurkan ke unit-unit usaha Gapoktan dan akan digunakan pada kegiatan pembelian

gabah/beras, dan/atau jagung dan/atau pengadaan cadangan pangan.

c. Indikator Hasil (Outcome) :

1) Tersedianya cadangan pangan (gabah/beras dan/atau jagung dan/atau pangan pokok lokal spesifik

lainnya) secara berkelanjutan di gudang milik Gapoktan;

2) Meningkatnya volume pembelian-penjualan gabah/beras, dan/atau jagung di unit distribusi/pemasaran

milik Gapoktan dengan perputarannya lebih dari 2 kali putaran per tahunnya.

14

Pedoman Umum Kegiatan Penguatan-LDPM Tahun 2010

d. Indikator Manfaat (Benefit):

1) Pemupukan Dana Bansos sebagai modal usaha di unit distribusi/pemasaran pada Gapoktan yang

terseleksi meningkat lebih besar dari dana bansos yang sudah disalurkan;

2) Harga gabah/beras, dan/atau jagung terkendali/stabil di wilayah Gapoktan yang terseleksi terutama

pada saat panen raya;

3) Anggota Gapoktan dapat memperoleh akses pangan dengan mudah pada saat musim paceklik;

4) Kemampuan manajemen Gapoktan dan unit-unit usahanya (pembelian-pengolahan-penjualan,

pengadaan-penyimpanan-penyaluran) semakin baik, transparan dan akuntabel.

e. Indikator Dampak (Impact):

1) Terwujudnya stabilitas harga gabah/beras, dan/atau jagung di wilayah Gapoktan;

2) Meningkatnya jumlah anggota Gapoktan yang mempunyai akses pangan sehingga terwujudnya

ketahanan pangan di tingkat rumah tangga petani;

3) Meningkatnya pendapatan petani padi dan jagung yang berada di wilayah Gapoktan.

3. Kriteria

a. Gapoktan

Gapoktan yang menjadi sasaran penerima dana tambahan Bansos adalah Gapoktan Tahap Penumbuhan

yang sudah terseleksi untuk masuk Tahap Pengembangan, dengan kriteria evaluasi kinerja sebagai berikut:

1) Sudah melengkapi organisasi Gapoktan (Ketua, Sekretaris, Bendahara) dan unit-unit usahanya dengan foto

dan fotokopi KTP/identitas diri dari masing-masing pengurus;

2) Tidak mempunyai masalah antara pengurus, unit usaha dan anggotanya di dalam pengelolaan keuangan;

3) Tidak mempunyai masalah terhadap lahan yang dimiliki dan gudang sudah dibangun dengan dana Bansos;

4) Sudah melakukan pertemuan/musyawarah secara rutin antar pengurus unit-unit usahanya sesuai dengan

pembagian tugas kerja masing-masing untuk membuat kesepakatan-kesepakatan guna memperluas

usahanya dalam memperkuat posisi tawar petani anggotanya yang diketahui oleh pendamping;

5) Memiliki pembukuan penggunaan dana Bansos dan pelaksanaan kegiatan dan laporan notulen hasil

pertemuan yang diketahui oleh pendamping;

6) Sudah memiliki aturan yang mengikat secara tertulis baik untuk pengurus Gapoktan maupun untuk

Anggota Gapoktan dan sanksi apabila terjadi pelanggaran kesepakatan;

7) Sudah memiliki Rencana Usaha Gapoktan (RUG) untuk pengembangan masing-masing unit usahanya

secara tertulis yang dibuat berdasarkan kesepakatan anggotanya;

8) Sudah mengirim laporan secara rutin dan tepat waktu baik ke Kabupaten/Kota dan ke Pusat;

9) Sudah membangun/merenovasi gudang penyimpan pangan sesuai dengan rencana dan memenuhi

persyaratan teknis yang sudah diatur/ditetapkan;

10) Sudah melakukan pembelian gabah/beras dan/atau jagung minimal dari petani anggotanya;

11) Sudah membangun jejaring pemasaran baik di dalam maupun di luar wilayahnya;

12) Sudah melakukan pembelian-penjualan gabah/beras, dan/atau jagung minimal 2 kali putaran pada saat

panen raya dengan harga minimal sesuai HPP untuk gabah/beras dan sesuai HRD untuk jagung;

13) Sudah melakukan pengadaan gabah/beras, dan/atau jagung, dan/atau pangan utama lokal spesifik lainnya

untuk cadangan pangan dan penyaluran kepada anggota yang membutuhan pada saat musim paceklik;

14) Melakukan pemupukan modal dari anggota Gapoktan untuk meningkatkan rasa kepemilikan dan

menambah modal usaha dan cadangan pangan.

15

Pedoman Umum Kegiatan Penguatan-LDPM Tahun 2010

b. Pendamping

Pendamping yang sudah mendampingi Gapoktan pada Tahap Penumbuhan dan sudah dievaluasi

kinerjanya untuk dapat membina lagi Gapoktan pada Tahap Pengembangan dengan kriteria sebagai berikut:

a. Mempunyai komitmen untuk mendampingi dan membimbing Gapoktan sesuai dengan aturan/ketentuan

yang ditetapkan Tim Pembina Provinsi dan Tim Teknis Kabupaten/Kota.

b. Membuat rencana kerja dan membuat laporan hasil pembinaan secara tertulis yang diketahui oleh tim

Teknis Kabupaten/Kota.

c. Melakukan kunjungan pembinaan secara rutin ke unit-unit usaha Gapoktan minimal 1 kali dalam sebulan.

16

Pedoman Umum Kegiatan Penguatan-LDPM Tahun 2010

BAB V

PEMBIAYAAN DAN PENCAIRAN DANA APBN

Pembiayaan kegiatan Penguatan-LDPM bersumber dari APBN Tahun Anggaran 2010 Badan

Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian berupa Dana Dekonsentrasi di provinsi. Penggunaan dan pencairan

dana Bansos kepada Gapoktan mengikuti aturan dan mekanisme DIPA tahun 2010. Dana APBN tahun 2010

disalurkan ke 204 Gapoktan Tahap Penumbuhan sebagai dana Bansos masing-masing akan menerima

sebesar Rp 150 (seratus lima puluh) juta.

Sedangan untuk dana Bansos sebesar Rp. 75 (tujuh puluh lima) juta disalurkan ke Gapoktan Tahap

Pengembangan yang terseleksi dari 546 Gapoktan yang direncanakan pada tahun 2009 (Lampiran 5).

Apabila ada Gapoktan pada Tahap Penumbuhan tidak terseleksi untuk masuk ke Tahap Pengembangan,

maka dana Bansos tidak dapat disalurkan/dicairkan oleh Provinsi.

Dana Bansos baru dapat disalurkan/dicairkan oleh Provinsi apabila Gapoktan sudah dibina, dibimbing

dan diberdayakan oleh Tim Pembina provinsi maupun Tim Teknis kabupaten/kota agar mampu masuk pada

Tahap Pengembangan. Tim Teknis Kabupaten dan Tim Pembina bertanggung jawab terhadap evaluasi Gapoktan

yang dinyatakan layak untuk masuk Tahap Pengembangan, setelah itu dana Bansos sebesar Rp.75.000.000

sudah dapat dicairkan ke Gapoktan paling lambat akhir sebelum November 2010. Dana Bansos tersebut

dikelola sesuai dengan mekanisme penyaluran dan prosedur pencairan (Lampiran 6 dan 7) dengan tahapan

sebagai berikut:

1. Menteri Pertanian menerbitkan Peraturan Nomor:58/Permentan/ OT.140/12/2009 tentang Pelimpahan

Kepada Gubernur Dalam Pengelolaan Kegiatan dan Tanggung Jawab Dana Dekonsentrasi Provinsi

Tahun 2010 dan Nomor: 14/Permentan/OT.140/1/2010 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Bantuan

Sosial Untuk Pertanian Tahun Anggaran 2010;

2. Menteri Pertanian menerbitkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor:25/Permentan/OT.140/2/2010

tentang Pedoman Umum Program Pembangunan Ketahanan Pangan Tahun 2010.

3. KPA/PPK provinsi membuat Surat Perjanjian Kerjasama dengan Gapoktan (Lampiran 8);

4. KPA/PPK provinsi membuat Surat Permintaan Pembayaran Langsung (SPP-LS) (Lampiran 9) kepada Pejabat Pembuat SPM/Penguji SPP Satuan Kerja (Satker) lingkup Badan Ketahanan Pangan Provinsi untuk tagihan atas beban belanja negara yang berpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan No 134/PMK.06/2005 tentang Pedoman Pembayaran dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

5. KPA/PPK provinsi melalui bendahara pengeluaran mengajukan Surat Perintah Membayar Langsung (SPM-LS).

6. KPPN setempat menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) dan mentransfer dana Penguatan-

LDPM ke rekening Gapoktan.

17

Pedoman Umum Kegiatan Penguatan-LDPM Tahun 2010

BAB VI

PEMANTAUAN DAN EVALUASI,

PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN, SERTA PELAPORAN

A. Pemantauan dan Evaluasi

Pemantauan dan evaluasi dilakukan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan Penguatan-

LDPM oleh Gapoktan (Tahap Penumbuhan dan/atau Tahap Pengembangan) dan permasalahan yang dihadapi

dalam pengelolaan usaha distribusi (jual beli gabah/beras/jagung) dan pengelolaan cadangan pangan.

Selanjutnya dilakukan perbaikan atau penyempurnaan penyelenggaraan kegiatan untuk mendorong keberhasilan

Penguatan-LDPM.

Pemantauan dan evaluasi dilakukan secara berkala dan berjenjang mulai dari Gapoktan (Tahap

Penumbuhan dan/atau Tahap Pengembangan), kabupaten/kota, provinsi, hingga pusat yaitu :

1. Gapoktan (Tahap Penumbuhan dan/atau Tahap Pengembangan) melakukan pemantauan dan evaluasi secara

partisipatif dalam kerangka pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan usaha distribusi

dan pengelolaan cadangan pangan;

2. Badan/Dinas/Kantor/Unit kerja ketahanan pangan kabupaten/kota, provinsi dan pusat bersama Tim Teknis

terkait melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala terhadap:

a. Penggunaan dana bansos untuk tahap Penumbuhan dan Tahap Pengembangan;

b. Pelaksanaan kegiatan yaitu pembangunan gudang pembelian-penjualan, pengadaan-penyaluran

c. Ketersediaan cadangan pangan.

B. Pengendalian dan Pengawasan

Pengendalian kegiatan dilakukan oleh PPK dan KPA. Proses pengendalian di setiap wilayah

direncanakan dan diatur oleh masing-masing instansi. Pengawasan dilakukan oleh pemerintah melalui aparat

pengawas fungsional (Inspektorat Jenderal, Badan Pengawas Daerah maupun lembaga atau instansi pengawas

lainnya) dan pengawasan oleh pengawas dalam Gapoktan maupun masyarakat, sehingga diperlukan

penyebarluasan informasi kepada pihak terkait (penyuluh pertanian, pengurus kelompok, anggota kelompok,

tokoh masyarakat, organisasi petani, LSM, aparat instansi di daerah, perangkat pemerintahan mulai dari desa

sampai kecamatan, anggota lembaga legislatif dan lembaga lainnya).

Ada 6 (enam) tahapan kritis yang perlu diperhatikan yaitu:

1. Tahap sosialisasi yang dilakukan oleh Tim Pembina di Pusat/Provinsi dan Tim Teknis Kabupaten/Kota;

2. Tahap persiapan pelaksanaan seleksi calon Gapoktan dan calon lokasi yang dilakukan oleh Tim Teknis

Kabupaten/Kota;

3. Tahap penyaluran dana Bansos ke rekening Gapoktan;

4. Tahap pencairan dana Bansos yang dilakukan oleh Gapoktan;

5. Tahap kebenaran dan ketepatan pemanfaatan dana Bansos yang dilakukan oleh Gapoktan; dan

6. Tahap pengembangan usaha produktif yang dilakukan oleh Gapoktan.

Pada tingkat lokal/desa/kelompok, pengawasan masyarakat terhadap ketepatan sasaran dilakukan oleh

perangkat desa, anggota kelompok, penyuluh lapangan, maupun LSM. Laporan pengaduan penyimpangan

terhadap pengelolaan dana dapat disampaikan kepada Tim Teknis Kabupaten/Kota. Pengaduan dari masyarakat

segera ditanggapi secara langsung oleh pihak terkait.

C. Pelaporan

Pelaporan dilakukan secara berkala dan berjenjang mulai dari Gapoktan (Tahap Penumbuhan dan/atau

Tahap Pengembangan), kabupaten/kota, provinsi, dan pusat, mekanisme pelaporan sebagaimana Lampiran 10.

Adapun prosedur pelaporan adalah sebagai berikut:

18

Pedoman Umum Kegiatan Penguatan-LDPM Tahun 2010

1. Gapoktan (Tahap Penumbuhan dan/atau Tahap Pengembangan) menyusun dan menyampaikan laporan

perkembangan pengelolaan usaha distribusi (jual beli gabah/beras/jagung) dan pengelolaan cadangan pangan

(fisik dan keuangan) kepada Tim Teknis Kabupaten/Kota di Badan/Kantor/Dinas/Unit kerja yang menangani

ketahanan pangan di tingkat kabupaten/kota secara tertulis setiap bulan dan melalui SMS center setiap

minggu pada hari Senin ke No 0813 808 29 555;

2. Tim Teknis Kabupaten/Kota membuat laporan kepada Tim Pembina Provinsi di Badan/Kantor/Dinas/Unit

kerja yang menangani ketahanan pangan di tingkat provinsi setiap 1-2 bulan; setiap tanggal 1 pada bulan

bersangkutan.

3. Tim Pembina Provinsi membuat laporan ke Tim Pembina Pusat di Badan Ketahanan Pangan Departemen

Pertanian setiap 1-2 bulan (bulan genap) setiap tanggal 1 pada bulan bersangkutan.

19

Pedoman Umum Kegiatan Penguatan-LDPM Tahun 2010

BAB VII

PENUTUP

Pedoman Umum Penguatan-LDPM ini, disusun sebagai bahan acuan bagi aparat (Pusat, Provinsi,

Kabupaten/Kota) dan pihak-pihak terkait lainnya untuk: (a) menyamakan gerak dan langkah pelaksanaan

kegiatan Penguatan-LDPM untuk pemberdayaan Gapoktan (Tahap Penumbuhan dan Tahap Pengembangan)

dalam mengelola dan mengembangkan usaha distribusi/ pemasaran dan cadangan pangan; dan (b) menyusun

Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Provinsi dan Petunjuk Teknis (Juknis) Kabupaten/Kota sebagai acuan operasional

di lapangan yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah.

Disamping Pedum kegiatan Penguatan-LDPM, Badan Ketahanan Pangan juga mengeluarkan Pedoman

Teknis yang menjelaskan berbagai aspek lain yang bersifat teknis yang belum ada di dalam Pedum ini.

Keberhasilan kegiatan Penguatan-LDPM sangat ditentukan oleh kerjasama dan komitmen seluruh

pemangku kepentingan baik dari instansi pemerintah maupun masyarakat dan pelaku usaha mulai dari tahap

persiapan, pelaksanaan sampai dengan dukungan anggaran.

Semoga Pedum ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terkait dalam upaya

pemberdayaan Gapoktan.

Menteri Pertanian

Suswono

20

Pedoman Umum Kegiatan Penguatan-LDPM Tahun 2010

Lampiran 1

Kerangka Pikir Kegiatan Penguatan-LDPM

21

Terwujudnya stabilitas harga pangan wilayahTerwujudnya ketahanan pangan di tingkat rumah tangga petani

Unit Pengelolaan Cadangan Pangan

Unit Pengelolaan Cadangan Pangan

Posisi tawar meningkatHarga di petani baik

Posisi tawar meningkatHarga di petani baik

Unit Usaha PengolahanUnit Usaha Pengolahan

B A N S O S + Pendamping

B A N S O S + Pendamping

Akses pangan meningkat

Akses pangan meningkat

Rendahnya posisi tawar petani pada saat panen rayaRendahnya nilai tambah produk pertanianTerbatasnya modal usaha GapoktanTerbatasnya akses pangan (beras) pada saat masa paceklik

Rendahnya posisi tawar petani pada saat panen rayaRendahnya nilai tambah produk pertanianTerbatasnya modal usaha GapoktanTerbatasnya akses pangan (beras) pada saat masa paceklik

Permasalahan

Modal usaha dan manajemen meningkatModal usaha dan manajemen meningkat

Gapoktan

Unit Usaha Distribusi/Pemasaran

/Pengolahan

Unit Usaha Distribusi/Pemasaran

/Pengolahan

Nilai tambah produksi meningkatNilai tambah produksi meningkat

Pedoman Umum Kegiatan Penguatan-LDPM Tahun 2010

Lampiran 2

A. Gapoktan Pelaksana Kegiatan Penguatan-LDPM

Tahun Penumbuhan Pengembangan Total

2009 546 - 546

2010 204 546 750

B. Tahapan Penguatan Gapoktan dalam kegiatan Penguatan-LDPM

Tahap Penumbuhan

Tahap Pengembangan

Tahap Mandiri

1. Dukungan APBN untuk Pembinaan di tingkat :PusatProvinsi (Tim Pembina)Kabupaten/Kota (Tim Teknis)Pendamping

Dukungan APBN dan APBD untuk Pembinaan Lanjutan di tingkat: Pusat Provinsi Kabupaten/Kota Pendamping

Dukungan APBN dan APBD untuk Pembinaan Lanjutan di tingkat: Pusat Provinsi Kabupaten/Kota Pendamping

2. Pemberian bansos untuk: Pemberian tambahan bansos untuk:

a) Unit Pengelola Cadangan pangan

Pembangunan/ renovasi gudang

Pemeliharaan lanjutan melalui APBD atau swadaya

Pemeliharaan lanjutan melalui APBD atau swadaya

Pengadaan gabah/beras, jagung, pangan pokok lokal spesifik lainnya

Pemupukan volume cadangan pangan dari anggota

Penambahan volume cadangan pangan

Tersedianya cadangan pangan setiap saat, secara mandiri dan berkelanjutan

b) Unit usaha distribusi/ pemasaran/ pengolahan

Pembelian gabah/beras/ jagung petani

Peningkatan jejaringan pemasaran di luar wilayah Gapoktan/desa/ kecamatan/kabupaten/ provinsi

Peningkatan volume kegiatan pembelian - penjualan

Modal usaha meningkat

Penambahan modal usaha untuk meningkatkan volume pembelian

Berkembangnya pemasaran

Berkembangnya volume pembelian-penjualan secara mandiri dan berlanjut

Pendapatan petani anggota Gapoktan meningkat

Modal usaha meningkat

22

Pedoman Umum Kegiatan Penguatan-LDPM Tahun 2010

Lampiran 3

Struktur Pengurus Gapoktan..........Kegiatan Penguatan-LDPM Tahun..........

Alur masuk dana Bansos Kegiatan Penguatan-LDPMUnit Usaha Penerima Dana Bansos Kegiatan Penguatan-LDPM

*) Untuk Gapoktan Tahap Penumbuhan dan Tahap Pengembangan wajib untuk melampirkan Foto dan Fotokopi KTP dari masing-masing pengurus

23

Bansos Ketua Gapoktan

Tim Pengawas

Sekretaris

Bendahara

Unit Usaha Saprodi

Unit Usaha Alsintan

Unit Usaha Distribusi/Pemasar

an/Pengolahan

Unit Usaha Pengelola Cadangan Pangan

Unit Usaha

Penerima

Dana Bansos

Kegiatan Penguatan-LDPM

Pedoman Umum Kegiatan Penguatan-LDPM Tahun 2010

Lampiran 4

CONTOH SURAT HIBAH(Surat hibah ini dapat disesuaikan dengan kondisi di daerah)

NOTARISNAMA NOTARIS

SK MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIANOMOR : TANGGAL :

Alamat Kantor Notaris

24

SURAT HIBAH

NOMOR :

TANGGAL :

PENGHADAP :

Pedoman Umum Kegiatan Penguatan-LDPM Tahun 2010

SURAT HIBAH

Kami yang bertandatangan dibawah ini: ……………………………....………….....…..I. ……………………………., pekerjaan................, lahir di................pada tanggal….........., warga

Negara.............., bertempat tinggal di……………………..Pemegang Kartu Penduduk Nomor:………………..…..…………………………………..PIHAK PERTAMA…………………………………………

II. ……………………………., pekerjaan................, lahir di................pada tanggal….........., warga Negara.............., bertempat tinggal di……………………..Pemegang Kartu Penduduk Nomor:………………..…..Dalam hal ini bertindak selaku ketua, dari Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) ……………………, berkedudukan di ……………dengan Akta Nomor …………, tertanggal……………, yang dibuat dihadapan Notaris ...........................(Nama Notaris) di……………………………..………………………………….PIHAK KEDUA……………………………………………….

Pihak Pertama menerangkan dengan ini menghibahkan dan menyerahkan secara cuma-cuma kepada Pihak Kedua yang menerangkan dengan ini menerima penghibahan dan penyerahan secara cuma-cuma tersebut dari para Pihak Pertama, atas:

Hak-hak yang telah dan yang dapat dipunyai oleh Pihak Pertama atas sebagian dari sebidang tanah/gudang/bangunan*) seluas lebih kurang ……..M² (Tulis dengan huruf) yang terletak di …………………………(sebutkan lokasi dimana berada) yaitu tanah/gudang/bangunan*) yang dimaksud di dalam ……………(sebut bentuk surat kepemilikan tanah/gudang/bangunan), yang diketahui oleh……………………(sebutkan jabatan/pekerjaan dari pejabat yang mengeluarkan surat).

Selanjutnya para pihak menerangkan bahwa penghibahan dan penyerahan secara cuma-cuma tersebut dilakukan dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

Pasal 1Apa yang dihibahkan dan diserahkan dengan surat ini pada hari ini berpindah ke tangan dan dengan demikian menjadi milik dan kepunyaan Pihak Kedua, dan terhitung mulai hari ini, semua keuntungan dan/atau kerugiannya menjadi keuntungan dan/atau kerugian Pihak Kedua.

Pasal 2Pihak Kedua menerima apa yang dihibahkan dan diserahkan dengan surat ini sesuai yang diterima pada kondisi hari ini, dan mengenai hal ini Pihak Kedua, tidak akan mengajukan tuntutan berupa apapun juga kepada Pihak Pertama terhadap kondisi yang telah dihibahkan tersebut.

Pasal 3Pihak Pertama menjamin dan menanggung untuk sekarang dan kemudian bahwa Pihak Kedua tidak akan mendapat gangguan atau gugatan berupa apapun juga dari pihak lain yang menyatakan telah mempunyai/memiliki hak terlebih dahulu atau turut mempunyai /memiliki hak atas apa yang dhibahkan tersebut tidak tersangkut dengan sesuatu perkara dan bebas dari segala macam sitaan dan agunan.

Pasal 4Pihak Pertama telah menyerahkan tanah/gudang/bangunan*) tersebut kepada Pihak Kedua sesuai dengan kondisi yang diserahkan pada hari ini, dan tidak dimiliki oleh seorangpun juga.

25

Pedoman Umum Kegiatan Penguatan-LDPM Tahun 2010

Pasal 5Pihak Pertama menerangkan dengan ini:a. Melepaskan segala hak dan wewenangnya berkenaan dengan tanah/gudang/bangunan*) tersebut;b. Memberi kesempatan dan hak utama untuk memindahkannya kepada orang lain, kuasa mana tidak

dapat dicabut atau dibatalkan dan juga tidak akan berakhir meskipun Pihak Pertama meninggal dunia, yaitu: - Untuk memohon kepada Yang Berwenang sesuatu hak atas tanah/gudang/bangunan*) tersebut

sesuai dengan Peraturan yang berlaku dan menerima balik nama tanah/gudang/bangunan*) tersebut atas nama Pihak Kedua.

- Untuk keperluan tersebut membuat dan menandatangani surat-surat lainnya, menghadap dimana perlu, memberikan keterangan-keterangan dan laporan, dan seterusnya melakukan segala macam perbuatan yang perlu dan berguna untuk hal-hal tersebut.

PASAL 6Mengenai hibah ini dan segala akibatnya, kedua belah pihak memilih tempat tinggal yang tetap dan umum di Kantor Panitera Pengadilan Negeri di (………………….sebutkan lokasinya)Demikian surat hibah ini kami buat dan diterima dengan sebenarnya dan sekaligus sebagai bukti sah agar dapat dipakai/dipergunakan dimana perlu

(tempat)….....…, (Tanggal)....….....…

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

ttd ttd

Nama Jelas Nama Jelas

Keterangan :*) pilih salah satu

26

Materai

Pedoman Umum Kegiatan Penguatan-LDPM Tahun 2010

Lampiran 5

JUMLAH GAPOKTAN PENERIMA DANA BANSOS KEGIATAN PENGUATAN LDPM TAHAP PENGEMBANGAN DAN TAHAP PENUMBUHAN TAHUN 2010

No Provinsi

Jumlah Penerima Kegiatan Penguatan-LDPM Jumlah Alokasi (Rp)

Gapoktan (Tahun 2009)

Gapoktan (Tahun 2010)

TOTALTahap

PengembanganTahap

PenumbuhanTOTAL

1 NAD 11 4 15 825.000.000 600.000.000 1.425.000.000

2 SUMUT 41 10 51 3.075.000.000 1.500.000.000 4.575.000.000

3 SUMBAR 41 8 49 3.075.000.000 1.200.000.000 4.275.000.000

4 JAMBI 20 2 22 1.500.000.000 300.000.000 1.800.000.000

5 RIAU 3 0 3 225.000.000 - 225.000.000

6 BENGKULU 3 0 3 225.000.000 - 225.000.000

7 SUMSEL 3 10 13 225.000.000 1.500.000.000 1.725.000.000

8 LAMPUNG 25 20 45 1.875.000.000 3.000.000.000 4.875.000.000

9 BANTEN 3 7 10 225.000.000 1.050.000.000 1.275.000.000

10 JABAR 49 33 82 3.675.000.000 4.950.000.000 8.625.000.000

11 JATENG 54 24 78 4.050.000.000 3.600.000.000 7.650.000.000

12 DIY 20 3 23 1.500.000.000 450.000.000 1.950.000.000

13 JATIM 54 34 88 4.050.000.000 5.100.000.000 9.150.000.000

14 BALI 26 3 29 1.950.000.000 450.000.000 2.400.000.000

15 NTB 20 5 25 1.500.000.000 750.000.000 2.250.000.000

16 NTT 14 5 19 1.050.000.000 750.000.000 1.800.000.000

17 KALBAR 8 7 15 600.000.000 1.050.000.000 1.650.000.000

18 KALTENG 3 0 3 225.000.000 - 225.000.000

19 KALSEL 18 6 24 1.350.000.000 900.000.000 2.250.000.000

20 KALTIM 2 0 2 150.000.000 - 150.000.000

21 SULSEL 26 14 40 1.950.000.000 2.100.000.000 4.050.000.000

22 SULUT 40 0 40 3.000.000.000 - 3.000.000.000

23 SULTENG 10 5 15 750.000.000 750.000.000 1.500.000.000

24 SULTRA 14 2 16 1.050.000.000 300.000.000 1.350.000.000

25 GORONTALO 30 0 30 2.275.000.000 - 2.275.000.000

26 SULBAR 5 0 5 375.000.000 - 375.000.000

27 MALUKU*) 0 2 2 - 300.000.000 300.000.000

28 PAPUA 3 0 3 225.000.000 - 225.000.000

TOTAL 546 204 750 40.975.000.000 30.600.000.000 71.575.000.000

*) Provinsi Maluku merupakan provinsi baru tahun 2010

27

Pedoman Umum Kegiatan Penguatan-LDPM Tahun 2010

Lampiran 6

MEKANISME PENYALURAN DANA GAPOKTAN KEPADA UNIT USAHA GAPOKTAN

Keterangan

1. Penyaluran dana dari Ketua Gapoktan ke masing-masing unit usaha;

2. Masing-masing unit usaha membeli gabah/beras, dan/atau jagung, dan/atau pangan pokok lokal spesifik lainnya dari petani anggotanya atau di luar anggotanya untuk diproses, disimpan dalam gudang Gapoktan, dijual, disalurkan;

3. Gabah/beras, dan/atau jagung, dan/atau pangan pokok lokal spesifik lainnya dapat disimpang di gudang milik Gapoktan;

4. Unit usaha distribusi/pemasaran selanjutnya dapat menjual ke pasar lokal atau mitranya di luar wilayahnya sebelum diolah atau setelah diolah (pengeringan, pembersihan dan penggilingan). Unit ini terus memutarkan modalnya untuk pembelian-penjualan minimal 2 kali putaran sehingga dapat memperoleh nilai tambah modal (X + X1) yaitu dari modal awal sebesar Rp X dan keuntungan sebesar Rp X1. Keuntungan dari hasil penjualan dapat digunakan untuk tambahan modal pembelian berikutnya;

5. Unit Pengelola cadangan pangan setelah melakukan pengadaan dengan modal awal (Y kg/ton) dapat menyalurkan atau meminjamkan kepada anggotanya yang membutuhkan saat paceklik sesuai dengan peraturan/ketentuan yang telah disepakati bersama;

6. Pengembalian dari pinjaman dapat dilakukan dengan cara yarnen (dibayar setelah panen) atau dengan menggalang cadangan pangan dari anggotanya. Pengembalian dan pemupukan cadangan pangan dari masyarakat sebesar Y1 akan menambah jumlah cadangan pangan menjadi Y + Y1 secara berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya.

Lampiran 7

28

1

2

3

4

Poktan A

Gudang/

BUMN/

Gudang/

BUMN/

Gudang

Pasar

X

5

6

3

Gapoktan

Ketua/Bendahara

Gapoktan

Ketua/Bendahara

Unit UsahaDistribusi/

Pengolahan dan Pemasaran

(X) + X1

Unit UsahaDistribusi/

Pengolahan dan Pemasaran

(X) + X1

Unit PengelolaanCadangan Pangan

(Y) + Y1

Unit PengelolaanCadangan Pangan

(Y) + Y1

2

Bansos Rp....Bansos Rp....

Pedoman Umum Kegiatan Penguatan-LDPM Tahun 2010

PROSEDUR PENCAIRAN DANA UNTUK TAHAP PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN

Keterangan:1. Pelimpahan wewenang Mentan ke Gubernur;2. Gubernur menetapkan Badan/Dinas/Kantor/Unit Kerja yang menangani ketahanan pangan provinsi selaku

Kuasa Pengguna Anggaran (KPA);3. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)/Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) membuat surat Perjanjian Kerjasama

dengan Gapoktan;4. PPK membuat SPP-LS;5. Penguji dan Penerbit SPM-LS memberikan rekomendasi kepada Bendahara Pengeluaran;6. Bendahara Pengeluaran mengajukan SPM-LS kepada KPPN setempat;7. KPPN setempat menerbitkan SP2D dan mentransfer dana bansos ke rekening ketua Gapoktan;8. Gapoktan melalui ketuanya mengambil dana bansos di rekening bank;9. Ketua Gapoktan menyalurkan dana Bansos ke masing-masing unit usahanya sesuai dengan rencana usaha

yang akan dikembangkan.

29

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

Menteri PertanianMenteri Pertanian

Badan/Dinas/Kantor/Unit Kerja yang menangani

ketahanan pangan Provinsi selaku KPA

Badan/Dinas/Kantor/Unit Kerja yang menangani

ketahanan pangan Provinsi selaku KPA

GapoktanGapoktan

Rekening Bank

Rekening Bank

Penguji dan Penerbit SPM

Penguji dan Penerbit SPM

Bendaharawan Pengeluaran

Bendaharawan Pengeluaran

Unit Usaha Distribusi

Pemasaran

Unit Usaha Distribusi

Pemasaran

Unit Usaha Pengolahan/Penggilingan

Unit Usaha Pengolahan/Penggilingan

Unit Usaha Pengelolaan

Cadangan Pangan

Unit Usaha Pengelolaan

Cadangan Pangan

5

GubernurGubernur

2

3 4

7

6

8

9

KPPN Provinsi

KPPN Provinsi

1

Pedoman Umum Kegiatan Penguatan-LDPM Tahun 2010

Lampiran 8SURAT PERJANJIAN KERJA SAMA

Nomor:.........................Antara

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN .......................Provinsi..........................................

DenganGapoktan....................................

(TAHAP PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN)

TentangBANTUAN SOSIAL

PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT (PENGUATAN-LDPM)

Pada hari ini ........ tanggal .......... bulan......... tahun dua ribu sepuluh bertempat di Kantor.................. Jalan.................... kami yang bertanda tangan di bawah ini:

1. ................... : Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)................. dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) .................... DIPA Tahun ....... No............tanggal........., yang berkedudukan di Jalan........ yang untuk selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA.

2. ................... : Ketua Gapoktan......................berkedudukan di Desa/Kelurahan ..................... Kecamatan .................. Kabupaten/Kota ........... dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama jabatan tersebut dan dengan demikian untuk dan atas nama serta sah mewakili Gapoktan yang selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.

Kedua belah pihak sepakat untuk mengadakan Perjanjian Kerjasama yang mengikat dalam rangka memberdayakan Gapoktan (Tahap Penumbuhan/Tahap Pengembangan*)) dan meningkatkan unit-unit usaha Gapoktan untuk melakukan kegiatan : (i) pembelian-penjualan gabah/beras, dan/atau jagung; (ii) pengadaan-penyaluran-penyimpanan gabah/beras, dan/atau jagung, dan/atau pangan pokok lokal spesifik lainnya sebagai cadangan pangan melalui kegiatan Penguatan-LDPM TA 2010 dengan ketentuan sebagai berikut:

Pasal 1

DASAR PELAKSANAAN

1. Keputusan Presiden No: 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

2. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 14/Permentan/OT.140/1/2010, tanggal 22 Januari 2010, tentang Pedoman Pengelolaan Dana Bantuan Sosial Untuk Pertanian Tahun Anggaran 2010;

3. Pedoman Umum Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Penguatan-LDPM) TA 2010 yang diterbitkan oleh Menteri Pertanian, Kementerian Pertanian;

4. DIPA ....................., Nomor : ................, tanggal ....................., 2010;5. Surat Keputusan Kepala Badan/Kantor/Dinas/Unit Kerja yang menangani ketahanan pangan provinsi.......,

Nomor ............., tanggal ......... 2010 tentang Penetapan Gapoktan.

Pasal 2

MAKSUD DAN TUJUAN

1. Maksud dari Perjanjian Kerjasama ini adalah mengikat kedua belah PIHAK dalam rangka penyaluran dana Bansos kegiatan Penguatan-LDPM dalam rangka pemberdayaan Gapoktan (Tahap Penumbuhan/Tahap Pengembangan*)) untuk mengembangkan usaha distribusi/pemasaran yang mencakup kegiatan pembelian-penjualan, pengolahan, pengadaan-penyaluran cadangan pangan;

30

Pedoman Umum Kegiatan Penguatan-LDPM Tahun 2010

2. Tujuan kerjasama ini adalah untuk meningkatkan kerjasama yang saling menguntungkan bagi kedua belah PIHAK atas peningkatan pendapatan petani, nilai tambah produk pertanian dan ketersediaan cadangan pangan melalui kegiatan Penguatan-LDPM.

Pasal 3LINGKUP PEKERJAAN

PIHAK PERTAMA memberikan tugas kepada PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA telah setuju untuk menerima dan memanfaatkan dana Bansos kegiatan Penguatan-LDPM untuk kegiatan pengembangan usaha distribusi/pemasaran/pengolahan dan pengelolaan cadangan pangan sesuai dengan Rencana Usaha Gapoktan (sesuai alur pikir kegiatan Penguatan-LDPM).

Pasal 4

SUMBER DAN JUMLAH DANA

Sumber dan jumlah dana bantuan sosial Penguatan-LDPM yang diterima oleh PIHAK KEDUA adalah :

1. Sumber dana sebagaimana tertuang dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA).........Nomor :.......................tanggal........................

2. Jumlah dana yang disepakati kedua belah pihak sebesar Rp.............................................(ditulis dengan huruf).

Pasal 5

PEMBAYARAN

Pembayaran dana Bansos kegiatan Penguatan-LDPM kepada Gapoktan (Tahap Penumbuhan/Tahap Pengembangan*)) dimaksud pada Pasal 4 Angka (2) Surat Perjanjian Kerja Sama ini akan dilakukan oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA setelah Perjanjian Kerja Sama ini ditandatangani, dilaksanakan melalui Surat Perintah Membayar (SPM) yang disampaikan oleh KPA kepada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara ..................., dengan cara pembayaran langsung ke rekening Ketua Gapoktan........................ Desa/ Kelurahan……....… Kecamatan........... Kabupaten/Kota............. pada Bank ............ No. Rek : .........................

Pasal 6

PENGGUNAAN DANA KEGIATAN PENGUATAN-LDPM

Pihak KEDUA setelah menerima dana kegiatan Penguatan-LDPM :

1. Menggunakan dana Bansos sesuai dengan usulan dan jadwal pelaksanaan yang tercantum dalam Rencana Usaha Gapoktan (RUG) yaitu:

a. Pembangunan/renovasi*) gudang kapasitas simpan 30-40 ton

b. Pengadaan gabah/beras, dan/atau jagung, dan/atau pangan pokok lokal spesifik lainnya oleh Unit Pengelolaan Cadangan Pangan, yang dibeli dari petani anggotanya atau di luar anggotanya untuk disimpan sebagai cadangan pangan

c. Pembelian gabah/beras, dan/atau jagung oleh Unit Usaha distribusi/pemasaran dari petani anggotanya atau di luar anggotanya untuk kegiatan jual-beli komoditas tersebut

2. Mengembangkan dana dalam rangka:

a. Usaha distribusi/pemasaran melalui kegiatan pembelian-penjualan, pengolahan gabah/beras, dan/atau jagung dari petani anggotanya atau di luar anggotanya. Mengadakan, menyalurkan dan memupuk cadangan pangan Gapoktan melalui kegiatan: simpan-pinjam bahan pangan serta pengembangannya.

31

Pedoman Umum Kegiatan Penguatan-LDPM Tahun 2010

Pasal 7

SANKSI

Apabila PIHAK KEDUA tidak dapat memanfaatkan dana Bansos kegiatan Penguatan-LDPM untuk kegiatan usaha distribusi/pemasaran dan pengelolaan cadangan pangan sesuai dengan Pasal 2, maka PIHAK PERTAMA berhak secara sepihak mencabut seluruh dana yang diterima PIHAK KEDUA yang mengakibatkan surat Perjanjian Kerjasama ini batal.

Pasal 8

PERSELISIHAN

1. Apabila terjadi perselisihan antara PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sehubungan dengan surat Perjanjian Kerjasama ini, maka akan diselesaikan secara musyawarah, mufakat dan kekeluargaan;

2. Apabila dengan cara musyawarah, mufakat dan kekeluargaan belum dapat dicapai suatu penyelesaian, maka kedua belah PIHAK menyerahkan perselisihan ini kepada Pengadilan Negeri .......................... (sebutkan PN yang akan menyelesaikan masalah) sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;

3. Keputusan Pengadilan Negeri yang telah mempunyai kekuatan hukum mengikat kedua belah pihak.

Pasal 9

KEADAAN MEMAKSA (FORCE MAJEURE)

1. Apabila dalam masa perjanjian terjadi keadaan memaksa (force majeure), yaitu hal-hal yang di luar kekuasaan PIHAK KEDUA sehingga tertundanya pelaksanaan kegiatan, maka PIHAK KEDUA harus memberitahukan secara tertulis kepada PIHAK PERTAMA (PPK/KPA) dan pihak lainnya dengan tembusan kepada Tim Pembina Provinsi dalam waktu 4 X 24 jam tentang tanggal dan terjadinya keadaan memaksa (force majeure).

2. Keadaan memaksa (force majeure) yang dimaksud Pasal 9 Ayat (1) adalah:a. Bencana alam seperti: gempa bumi, angin topan, banjir besar, kebakaran yang bukan disebabkan

kelalaian PIHAK KEDUA;

b. Peperangan;

c. Perubahan kebijakan moneter, berdasarkan peraturan Peraturan Pemerintah

3. Keadaan memaksa (force majeure) harus diketahui oleh pejabat yang berwenang di tempat terjadinya keadaan memaksa (force majeure)

Pasal 10LAIN-LAIN

1. Bea materai yang timbul karena pembuatan surat Perjanjian Kerjasama ini menjadi beban PIHAK KEDUA;

2. Segala lampiran yang melengkapi surat Perjanjian Kerjasama ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dan mempunyai kekuatan hukum yang sama;

3. Perubahan atas surat Perjanjian Kerjasama ini tidak berlaku kecuali terlebih dahulu harus dengan persetujuan kedua belah PIHAK.

Pasal 11JANGKA WAKTU BERLAKUNYA PERJANJIAN

Perjanjian ini mulai berlaku sejak di tandatangani oleh kedua belah PIHAK dan berakhir hingga tahun anggaran 2010.

32

Pedoman Umum Kegiatan Penguatan-LDPM Tahun 2010

Pasal 12PENUTUP

Surat Perjanjian Kerjasama ini dibuat dan ditandatangani oleh kedua belah PIHAK di atas materai cukup dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab tanpa adanya paksaan dari mana pun dan dibuat rangkap 6 (enam) yang kesemuanya mempunyai kekuatan hukum yang sama untuk digunakan sebagaimana mestinya.

PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA

Ketua Gapoktan Pejabat Pembuat Komitmen Provinsi ...........................

............................... .......................................NIP.

MENGETAHUI/MENYETUJUIKuasa Pengguna AnggaranProvinsi ................

................................. NIP.

Keterangan :*) Coret salah satu

33

MeteraiRp6.000,-

Pedoman Umum Kegiatan Penguatan-LDPM Tahun 2010

Lampiran 9

SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN LANGSUNG (SPP-LS) DANA BANTUAN SOSIAL PENGUATAN-LDPM

Kepada Yth :

Pejabat Pembuat Surat Perintah Membayar (SPM)/Penguji SPP Satker ..............................................Provinsi ……………............................Di …………………………………………..

Dengan memperhatikan Keputusan Presiden No. 17 dan 18 Tahun 2000 dan Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 14/Permentan/OT.140/1/2010, Tanggal 22 Januari 2010, DIPA Satuan Kerja ………… (tuliskan nama satuan kerja di daerah) TA 2010 Nomor……………....... , Tanggal….....…/bulan……./2010, serta berdasarkan : (1) Surat Keputusan Gubernur Provinsi ........., Nomor:…………… tanggal ……./bulan....../2010 tentang Penetapan Badan/Dinas/Kantor/Unit Kerja Ketahanan Pangan, (2) Surat Keputusan Kepala Badan/Dinas/Kantor/Unit Kerja Ketahanan Pangan Provinsi ......... Nomor:…….tanggal ………, tentang Penetapan Gapoktan (Tahap Penumbuhan/Tahap Pengembangan*)), dan (3) Surat Perjanjian Kerjasama antara PPK dengan Gapoktan (Tahap Penumbuhan/Tahap Pengembangan*)) Nomor : ............. tanggal ........., dengan ini diminta bantuan Saudara untuk membayar dana Bansos Penguatan-LDPM pada MAK…………………………………..

Untuk hal tersebut kami mohon ditransfer dana sebesar Rp. ………. ke rekening Gapoktan (Tahap Penumbuhan/Tahap Pengembangan*)) pada Bank ……......... (Pemerintah) dengan Nomor Rekening ……….

SPP-LS ini dilampiri dengan:

1. Foto kopi Surat Keputusan Kepala Badan/Dinas/Kantor/Unit Kerja Ketahanan Pangan Provinsi tentang Penetapan Gapoktan (Tahap Penumbuhan/Tahap Pengembangan*)) sebagai penerima dana Bansos Penguatan-LDPM tahun 2010;

2. Ringkasan Surat Perjanjian Kerjasama;

3. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTB);

4. Surat Pernyataan KPA;

5. Kuitansi yang ditandatangani oleh Kepala/Pimpinan Gapoktan YANG DIKETAHUI OLEH Kuasa Pengguna Anggaran dan Bendaharawan pengeluaran Provinsi;

Diterima Oleh

Pada tanggal :

Pejabat Pembuat SPM/Penguji SPPPejabat Pembuat Komitmen

Ttd Ttd(...............................) (....................................)NIP............................... NIP..................................

Mengetahui/MenyetujuiKuasa Pengguna Anggaran

Ttd

(............................)

34

Pedoman Umum Kegiatan Penguatan-LDPM Tahun 2010

NIP........................

35

Pedoman Umum Kegiatan Penguatan-LDPM Tahun 2010

Lampiran 10MEKANISME PELAPORAN KEGIATAN

PENGUATAN-LDPM TAHUN 2009

Keterangan:

1. a) Gapoktan (Tahap Penumbuhan/Tahap Pengembangan *)) mengirimkan laporan mingguan perkembangan pemanfaatan dana Bansos, kegiatan pembelian-penjualan, pengadaan-penyaluran, stok cadangan pangan ke Pusdatin Kementerian Pertanian;

b) Gapoktan (Tahap Penumbuhan/Tahap Pengembangan *)) membuat laporan bulanan kegiatan usahanya ke Tim Teknis Kabupaten/Kota;

2. Tim Teknis Kabupaten/Kota membuat laporan setiap 2 bulan (bulan genap) ke Tim Pembina Provinsi;

3. Tim Pembina Provinsi membuat laporan setiap 2 bulan (bulan genap) ke Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian;

4. Badan Ketahanan Pangan akan memantau perkembangan pelaksanaan kegiatan dan penggunaan dana Bansos setiap minggunya.

Keterangan :*) Coret salah satu

36

PusdatinKementerian Pertanian

PusdatinKementerian Pertanian

Badan Ketahanan PanganBadan Ketahanan Pangan

Tim Pembina ProvinsiTim Pembina Provinsi

3

Tim Teknis Kab/KotaTim Teknis Kab/Kota

2

GapoktanGapoktan

1b

44

1a1a