Pedoman-KAN-402-2007
-
Upload
m-yusuf-hermawan -
Category
Documents
-
view
132 -
download
0
Transcript of Pedoman-KAN-402-2007
PEDOMAN KAN 402 - 2007
PANDUAN INTERPRETASI
UNTUK BUTIR-BUTIR PEDOMAN BSN 401-2000 :
"PERSYARATAN UMUM LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK"
Adopsi dari IAF-GD5-2006 Issue 2
Komite Akreditasi Nasional
1
2
KATA PENGANTAR
The International Accreditation Forum, Inc. (IAF) adalah asosiasi dari lembaga-
lembaga akreditasi penilaian kesesuaian diseluruh dunia dan lembaga lain yang
terkait dengan penilaian kesesuaian di bidang sistem manajemen, produk, jasa,
personel dan program penilaian kesesuaian lain yang serupa.
Sebagai anggota dari International Accreditation Forum (IAF), KAN disyaratkan untuk
melaksanakan akreditasi terhadap Lembaga Sertifikasi Produk berdasarkan
Pedoman BSN 401-2000 (ISO/IEC Guide 65-1996) dan panduan yang diterbitkan
oleh IAF untuk penerapan ISO/IEC Guide 65-1996 (Pedoman BSN 401-2000) .
Pedoman ini diadopsi oleh KAN dari dokumen yang diterbitkan oleh IAF pada tanggal
8 Desember 2006 dan ditetapkan untuk dapat dipergunakan oleh Lembaga
Sertifikasi Produk sejak tanggal 8 Desember 2007. Pedoman ini menggantikan
Pedoman KAN 402-2001.
Untuk informasi lebih lanjut dan untuk memperoleh salinan dari dokumen ini dalam
bahasa aslinya, dapat menghubungi Komite Akreditasi Nasional (KAN) , atau
mengunduh (down load) dari website IAF.
3
DAFTAR ISI
Halaman
Pendahuluan untuk Panduan 5
1. RUANG LINGKUP
Panduan untuk butir 1.1 (G.1.1) 7
Panduan untuk butir 1.2 (G.1.2) 7
2. ACUAN 8
3. DEFINISI 8
Panduan untuk butir 3 (G.3.1) 8
4. LEMBAGA SERTIFIKASI
4.1 Ketentuan Umum 10
Panduan untuk butir 4.1 (G.4.1.1 – G.4.1.5)
4.2 Organisasi 11
Panduan untuk butir 4.2 (G.4.2.1 – G.4.2.32)
4.3 Pelaksanaan 19
Panduan untuk butir 4.3 (G.4.3.1 – G.4.3.3)
4.4 Subkontrak 20
Panduan untuk butir 4.4 (G.4.4.1 – G.4.4.6)
4.5 Sistem Mutu 22
Panduan untuk butir 4.5 (G.4.5.1)
4.6 Kondisi dan Prosedur untuk Pemberian, Pemeliharaan, 22
Perluasan, Pembekuan dan Pencabutan Sertifikasi
Panduan untuk butir 4.6 (G.4.6.1)
4.7 Audit Internal dan Kaji Ulang Manajemen 22
Panduan untuk butir 4.7 (G.4.7.1 – G.4.7.2)
4.8 Dokumentasi 23
Panduan untuk butir 4.8 (G.4.8.1)
4.9 Rekaman 23
4.10 Kerahasiaan 23
4
5. PERSONEL LEMBAGA SERTIFIKASI
5.1 Umum 23
5.2 Kriteria Kualifikasi 23
Panduan untuk butir 5.2 (G.5.2.1 – G.5.2.2)
6. PERUBAHAN PERSYARATAN SERTIFIKASI 24
7. NAIK BANDING, KELUHAN DAN PERSELISIHAN 24
Panduan untuk butir 7 (G.7.1 – G.7.3)
8. PERMOHONAN SERTIFIKASI 25
9. PERSIAPAN UNTUK EVALUASI 25
10. EVALUASI 25
11. LAPORAN EVALUASI 25
12. KEPUTUSAN SERTIFIKASI 25
Panduan untuk butir 12 (G.12.1 – G.12.9)
13. SURVAILEN 27
Panduan untuk butir 13 (G.13.1 – G.13.5)
14. PENGGUNAAN LISENSI, SERTIFIKAT, & TANDA KESESUAIAN 29
Panduan untuk butir 14 (G.14.1 – G.14.6)
15. KELUHAN TERHADAP PEMASOK 30
LAMPIRAN 1 – SERTIFIKASI JASA 31
5
LAMPIRAN 2 – SERTIFIKASI PROSES 33
PANDUAN INTERPRETASI
UNTUK BUTIR-BUTIR PEDOMAN BSN 401-2000 :
"PERSYARATAN UMUM LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK"
PENDAHULUAN UNTUK PANDUAN
0.1.1 Pedoman BSN 401 (ISO/IEC Guide 65) adalah pedoman internasional
yang berisi kriteria untuk lembaga yang melaksanakan sistem sertifikasi produk, jasa
dan proses. Bila suatu lembaga ingin diakreditasi, sesuai dengan persyaratan
Pedoman BSN 401 (ISO/IEC Guide 65) yang telah diharmonisasikan di seluruh
dunia, maka diperlukan beberapa panduan untuk digunakan sebagai pedoman.
Panduan ini memberikan penjelasannya. Salah satu tujuannya adalah untuk
menjamin badan akreditasi dapat mengharmonisasikan permohonan mereka
terhadap standar yang diperlukan dalam mengases lembaga sertifikasi. Ini
merupakan salah satu langkah penting ke arah saling pengakuan dalam bidang
akreditasi. Diharapkan bahwa panduan ini juga akan berguna untuk lembaga
sertifikasi itu sendiri dan untuk siapa saja yang memperoleh sertifikatnya.
0.1.2 Panduan ini tidak mencantumkan teks dari Pedoman BSN 401 (ISO/IEC
Guide 65). Pengguna harus membeli dokumen tersebut dari organisasi standar yang
sesuai. Panduan yang diberikan diidentifikasi dengan huruf “G”. Persyaratan
terhadap kesesuaian yang ditetapkan, ditemukan dalam Pedoman BSN 401
(ISO/IEC Guide 65). Panduan ini tidak membuat persyaratan yang lebih lanjut
0.1.3 Panduan ini akan menjadi dasar Perjanjian Saling Pengakuan (MRA)
antara badan akreditasi dan perlu untuk dipergunakan dalam penerapan Pedoman
BSN 401 (ISO/IEC Guide 65) secara konsisten. Anggota dari Perjanjian Multilateral
(MLA) IAF, dan calon anggotanya akan mengases satu sama lainnya atas
penerapan Pedoman BSN 401 (ISO/IEC Guide 65), dan seluruh panduan ini
6
diharapkan akan diadopsi oleh badan akreditasi sebagai bagian dari peraturan umum
pelaksanaannya.
0.1.4 Istilah “harus (shall)” yang dipergunakan di dalam seluruh dokumen ini,
menunjukkan aturan-aturan dari persyaratan Pedoman BSN 401 (ISO/IEC Guide 65)
yang sifatnya “wajib (mandatory)”. Istilah “sebaiknya (should)” dipergunakan untuk
menunjukkan panduan, yang meskipun tidak wajib (mandatory), diberikan oleh IAF
sebagai cara yang diakui untuk memenuhi persyaratan. Lembaga Sertifikasi yang
sistemnya tidak mengikuti Panduan IAF, hanya akan sesuai untuk akreditasi bila LS
tersebut dapat membuktikan kepada badan akreditasi bahwa solusi yang dilakukan
memenuhi butir yang relevan dari Pedoman BSN 401 (ISO/IEC Guide 65), dengan
cara yang ekivalen.
0.1.5 Lembaga Sertifikasi dapat meminta saran dari badan akreditasi untuk
setiap hal yang dapat mempengaruhi akreditasinya. Badan akreditasi sebaiknya
menanggapi dengan saran atau keputusan.
0.1.6 IAF telah menyusun dokumen ini sebagai panduan untuk penerapan
Pedoman BSN 401 (ISO/IEC Guide 65). IAF juga menyusun dokumen panduan
untuk Pedoman ISO/IEC 61, 62, 66 dan 17024.
7
PANDUAN INTERPRETASI UNTUK PENERAPAN
BUTIR-BUTIR PEDOMAN BSN 401-2000 :
"PERSYARATAN UMUM LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK"
1. RUANG LINGKUP
Panduan untuk Butir 1.1
G.1.1.1 Materi atau penjelasan yang terdapat di panduan ini terutama ditujukan
untuk sertifikasi yang biasa digunakan untuk produk yang nyata. Panduan ini juga
dapat diterapkan untuk sertifikasi produk tidak nyata (misalnya perangkat lunak,
jasa) dan untuk sertifikasi proses. Gambaran spesifik dari sertifikasi jasa dan
sertifikasi proses dijelaskan secara respektif dalam Lampiran 1 dan Lampiran 2.
Kecuali dinyatakan lain, kata “produk” dimaksudkan untuk mencakup jasa dan
proses.
Panduan untuk Butir 1.2 (G.1.2.1 – G.1.2.4)
G.1.2.1 Dalam menetapkan sistem sertifikasi produk, tujuannya adalah untuk
membuktikan kepada pasar dan/atau regulator bahwa pemasok dapat dan
memproduksi produk sesuai dengan dokumen normative.
G.1.2.2 Dalam sistem sertifikasi produk peran dari pemasok dan lembaga
sertifikasi adalah saling melengkapi, pemasok bertanggung jawab untuk
kesesuaian produk (lihat butir 3.1 Pedoman BSN 401) dan lembaga sertifikasi
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan skema sertifikasi yang memberikan
kepercayaan kesesuaian produk terhadap pasar dan/atau regulator.
G.1.2.3 Dalam beberapa kasus inspeksi adalah bagian dari seritifikasi produk.
Tujuan dari inspeksi adalah untuk memberikan informasi pemenuhan dari suatu
produk tertentu kepada pihak yang bertanggung jawab atas pelaksanaan
inspeksi. Bila inspeksi adalah bagian dari skema sertifikasi produk maka pihak
tersebut adalah lembaga sertifikasi.
8
G.1.2.4 Panduan untuk tipe-tipe yang berbeda dari sistem sertifikasi produk
termasuk beberapa tipe asesmen, dapat diperoleh dari PSN 302-2006 (ISO/IEC
Guide 67) atau dari dokumen lain yang relevan.
2. ACUAN
PSN 302-2006 (ISO/IEC Guide 67) Penilaian kesesuaian – Fundamental
sertifikasi produk;
PSN 303-2006 (ISO/IEC 17000) Penilaian kesesuaian – Kosakata dan prinsip
umum;
ISO/IEC 17011 Penilaian kesesuaian – Persyaratan umum untuk badan
akreditasi yang mengakreditasi lembaga penilaian kesesuaian;
SNI 19-17020 (ISO/IEC 17020) Persyaratan umum pengoperasian berbagai
lembaga inspeksi
SNI 19-17025 (ISO/IEC 17025) Persyaratan umum kompetensi laboratorium
pengujian dan laboratorium kalibrasi
PSN 306-2006 (ISO/IEC 17030) Penilaian kesesuaian – Ketentuan umum
penggunaan tanda kesesuaian produk terhadap SNI
SNI 19-19011 (ISO/IEC 19011) Panduan audit sistem manajemen mutu dan/atau
lingkungan
3. DEFINISI
Panduan untuk Butir 3 (G.3.1)
G.3.1 Dalam dokumen ini, digunakan definisi berikut ;
Dokumen Normatif : Dokumen yang memberikan aturan, pedoman atau
karakteristik untuk kegiatan atau hasil dari kegiatan. Istilah ”dokumen normatif”
adalah istilah umum yang mencakup dokumen-dokumen seperti standar,
spesifikasi teknis, aturan pelaksanaan dan regulasi. Suatu ”dokumen” dipahami
sebagai media dengan informasi yang terekam di dalamnya. Istilah untuk jenis
9
yang berbeda dari dokumen normatif didefenisikan dengan mempertimbangkan
dokumen dan isinya sebagai satu kesatuan yang tunggal (PSN 303-2006)
Sistem sertifikasi : Sistem penilaian kesesuaian yang mencakup seleksi,
determinasi, kaji ulang dan akhirnya sertifikasi yang merupakan kegiatan atestasi
Skema Sertifikasi : Sistem sertifikasi untuk produk tertentu dimana
persyaratan, aturan spesifik dan prosedur standar yang sama diterapkan (PSN
303-2006). Skema dapat dikembangkan oleh antar lembaga sertifikasi atau oleh
”pemilik skema” yang mewakili kelompok spesifik dari pihak yang
berkepentingan. Skema dapat mencakup persyaratan prosedur penilaian
kesesuaian dan fungsi lembaga sertifikasi untuk melengkapi persyaratan yang
ditetapkan di Pedoman BSN 401.
Ketidaksesuaian : Penyimpangan (deviasi) dari persyaratan yang ditetapkan,
terkait dengan produk atau dengan persyaratan sertifikasi yang ditetapkan oleh
lembaga sertifikasi. Lembaga sertifikasi bebas untuk menetapkan perbedaan
tingkat atau deviasi dan bidang untuk perbaikan (misalnya ketidaksesuaian
mayor atau minor, observasi, dst). Namun seluruh deviasi yang dapat
mengakibatkan keraguan terhadap kesesuaian produk dengan persyaratan yang
ditetapkan sebaiknya harus diselesaikan seperti yang dijelaskan di butir G.12.6.
Survailen : pengulangan yang sistematis dari kegiatan penilaian kesesuaian
yang merupakan dasar untuk pemeliharaan dari keabsahan pernyataan
kesesuaian (PSN 303-2006).
Dokumen sertifikasi formal : dokumen yang diterbitkan sesuai prosedur sistem
sertifikasi dan pengesahan bahwa suatu produk dibuktikan telah memenuhi
persyaratan spesifik.
10
4. LEMBAGA SERTIFIKASI
4.1 Ketentuan Umum
Panduan untuk butir 4.1 (G.4.1.1 – G.4.1.5)
G.4.1.1 Lembaga sertifikasi tidak boleh melakukan segala bentuk diskriminasi
termasuk diskriminasi tersembunyi dengan cara mempercepat atau menunda
proses permohonan.
G.4.1.2 Untuk memenuhi sertifikasi produk, lembaga sertifikasi mewajibkan
pemohon untuk menunjukkan bahwa mereka memiliki tanggung jawab dalam
menjamin produk memenuhi persyaratan sertifikasi.
G.4.1.3 Dokumen yang dimaksud pada butir 4.1.3 dari Pedoman BSN 401, yang
menetapkan persyaratan produk dan persyaratan lain yang berlaku, harus
disediakan bagi pemohon dan public sesuai permintaan. Dokumen normative
sebaiknya dikembangkan, divalidasi dan dipelihara melalui proses yang dapat
menjamin masukan teknis dari pihak yang berkepentingan seperti pemasok,
regulator dan pengguna produk. Validasi sebaiknya konsisten dengan
karakteristik dari produk yang disertifikasi.
G.4.1.4 Dokumen yang dimaksud pada butir 4.1.3 dari Pedoman BSN 401
mencakup dokumen yang dikembangkan oleh pemilik skema (lihat definisi skema
sertifikasi). Pemilik skema sebaiknya menganut prinsip yang sama untuk
mengembangkan dan memelihara dokumen tersebut.
G.4.1.5 Untuk kasus sertifikasi proses, dokumen yang dimaksud pada butir 4.1.3
dari Pedoman BSN 401 harus secara jelas mengidentifikasi proses yang diases,
persyaratan yang relevan dan metode untuk asesmen kesesuaian.
11
4.2 Organisasi
Panduan untuk butir 4.2 (G.4.2.1 – G.4.2.32)
G.4.2.1 Akreditasi hanya diberikan kepada lembaga yang memiliki status legal
seperti yang disebutkan dalam butir 4.2.d) Pedoman BSN 401 (ISO/IEC Guide
65), dan akan dibatasi untuk ruang lingkup dan lokasi yang dideklarasikan.
Ruang lingkup akreditasi untuk lembaga sertifikasi produk sebaiknya
mengidentifikasi skema sertifikasi, produk dan dokumen normative yang
digunakan untuk sertifikasi.
G.4.2.2 Ruang lingkup akreditasi untuk lembaga sertifikasi dapat ditetapkan
dengan jenis kategori produk atau kelompok dokumen normatif yang
membuktikan bahwa lembaga sertifikasi produk memiliki kapabilitas sebagai
pensertifikasi produk dan menunjukkan bahwa lembaga sertifikasi memiliki :
• Akses untuk personel yang kompeten dalam mendukung kategori produk
• Kemampuan teknis untuk mengembangkan, memperluas dan
memodifikasi skema sertifikasi
• Prosedur untuk validasi skema yang diperluas atau yang dimodifikasi
G.4.2.3 Bila kegiatan sertifikasi dilaksanakan oleh suatu lembaga yang status
legalnya merupakan bagian dari suatu organisasi yang lebih besar, hubungan
dengan bagian lain dari organisasi besar tersebut harus dinyatakan dengan jelas
dan sebaiknya ditunjukkan bahwa tidak ada konflik kepentingan seperti yang
disebutkan dalam panduan G.4.2.20 sampai dengan G.4.2.22. Informasi terkait
tentang kegiatan yang dilaksanakan oleh bagian lain dari organisasi yang lebih
besar tersebut, harus diberikan oleh lembaga sertifikasi kepada badan akreditasi.
G.4.2.4 Peragaan bahwa lembaga sertifikasi adalah suatu institusi legal seperti
yang dipersyaratkan pada butir 4.2.d) Pedoman BSN 401 (ISO/IEC Guide 65),
mempunyai arti bahwa bila lembaga sertifikasi pemohon hanya dapat
menunjukkan status legal institusinya adalah bagian dari suatu institusi legal
12
yang lebih besar, akreditasi hanya harus diberikan kepada institusi legal yang
lebih besar. Dalam situasi dimana lembaga sertifikasi adalah bagian dari institusi
legal yang lebih besar, dan dalam rangka melaksanakan tahapan audit tertentu
dan/atau mengkaji ulang rekaman yang terkait dengan lembaga sertifikasi, fungsi
lain dari institusi legal yang lebih besar dapat diases. Hal ini harus dibatasi untuk
fungsi yang kegiatannya dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan Pedoman
BSN 401.
G.4.2.5 Bagian dari institusi legal yang membentuk lembaga sertifikasi dapat
memasarkan (diidentifikasi) jasanya dengan nama tersendiri, dan nama tersebut
sebaiknya menunjukkan sertifikat akreditasi dan sertifikat yang diterbitkan untuk
organisasi yang disertifikasi.
G.4.2.6 Untuk maksud dari butir 4.2.d) Pedoman BSN 401 (ISO/IEC Guide 65),
lembaga sertifikasi yang merupakan bagian dari organisasi pemerintah atau
departemen pemerintah, akan dianggap sebagai institusi legal berdasarkan
status lembaga pemerintahnya. Status dan struktur dari lembaga tersebut harus
didokumentasikan secara resmi dan lembaga tersebut harus memenuhi seluruh
persyaratan Pedoman BSN 401 (ISO/IEC Guide 65).
G.4.2.7 Bila lembaga sertifikasi dan kliennya adalah bagian dari organisasi
pemerintah, kedua lembaga tersebut tidak boleh secara langsung melapor
kepada personel atau kelompok yang memiliki tanggung jawab operasional
terhadap keduanya. Ditinjau dari persyaratan kenetralan, lembaga sertifikasi
harus mampu mendemonstrasikan bagaimana dia memenuhi persyaratan
tersebut apabila lembaga sertifikasi dan kliennya adalah merupakan bagian dari
pemerintah. Lembaga sertifikasi harus menunjukkan bahwa pemohon tidak
menerima perlakuan istimewa dan kenetralannya dapat dijamin.
G.4.2.8 Kenetralan dan keindependenan dari lembaga sertifikasi tersebut
sebaiknya dijamin pada tiga level berikut:
1. Strategi dan Kebijakan;
13
2. Keputusan Sertifikasi;
3. Evaluasi
G.4.2.9 Kenetralan seperti yang dipersyaratkan oleh butir 4.2.a) Pedoman BSN
401 (ISO/IEC Guide 65), hanya dapat dibuktikan melalui struktur seperti yang
dipersyaratkan dalam butir 4.2.e) Pedoman BSN 401 (ISO/IEC Guide 65), yang
menjamin “partisipasi dari seluruh pihak yang terlibat langsung dalam
pengembangan kebijakan dan prinsip yang berkaitan dengan materi dan fungsi
dari sistem sertifikasi”.
G.4.2.10 Struktur yang menjamin kenetralan seperti yang dipersyaratkan oleh
butir 4.2 e) Pedoman BSN 401 (ISO/IEC Guide 65), sebaiknya terpisah dari
manajemen yang ditetapkan untuk memenuhi persyaratan Pedoman BSN 401
(ISO/IEC Guide 65) butir 4.2 c), kecuali fungsi manajemen keseluruhan
dilaksanakan oleh komite atau kelompok yang disusun untuk menjamin
partisipasi dari seluruh pihak seperti yang dipersyaratkan oleh Pedoman BSN
401 (ISO/IEC Guide 65) butir 4.2 e).
G.4.2.11 Struktur yang dipersyaratkan oleh butir 4.2 e) Pedoman BSN 401
(ISO/IEC Guide 65) sebaiknya juga merupakan struktur dimana pertimbangan
komersial atau pertimbangan keuangan lain tidak mempengaruhi konsistensi,
dan ketentuan objektif dari jasa lembaga sertifikasi.
G.4.2.12 Butir 4.2 e) Pedoman BSN 401 mensyaratkan bahwa struktur yang
terdokumentasi dari lembaga sertifikasi mencakup ketentuan untuk partisipasi
dari seluruh pihak yang secara signifikan terkait. Biasanya struktur ini dbentuk
melalui beberapa jenis komite atau melalui mekanisme masukan lain yang sama.
G.4.2.13 Struktur ini harus secara resmi ditetapkan pada tingkat yang paling
tinggi di organisasi baik di dalam dokumentasi yang menetapkan status legal
lembaga sertifikasi atau melalui cara lain yang mencegah struktur tersebut
dirubah dengan cara yang dapat mengkompromosikan kenetralannya. Setiap
14
perubahan dalam struktur ini sebaiknya mempertimbangkan saran dari komite,
atau yang ekuivalen, yang diacu di butir 4.2 e).
Komite ini, atau yang ekuivalen, harus
a) membantu dalam pengembangan kebijakan yang terkait dengan
kenetralan dari kegiatan sertifikasinya
b) meniadakan setiap kecenderungan dari pihak pemilik lembaga sertifikasi
untuk memberikan pertimbangan komersial atau pertimbangan lain yang
mempengaruhi konsistensi ketentuan objektif dari kegiatan sertifikasi
c) memberikan saran untuk setiap hal yang mempengaruhi kepercayaan
sertifikasi, termasuk keterbukaan dan persepsi publik
G.4.2.14 Penerapan butir 4.2 e) Pedoman BSN 401 (ISO/IEC Guide 65)
mensyaratkan bahwa seluruh pihak yang secara signifikan terkait di dalam sistem
mampu untuk berpartisipasi . Yang paling penting adalah bahwa seluruh
kepentingan utama yang teridentifikasi sebaiknya diberikan kesempatan untuk
berpartisipasi dengan memperhatikan keseimbangan kepentingan sehingga tidak
terjadi dominasi kepentingan dari salah satu pihak. Anggota biasanya dipilih
minimal dari antara perwakilan kelompok berikut : pabrikan atau pemasok,
pengguna, konsumen, tenaga ahli penilaian kesesuaian. Untuk alasan
pelaksanaan, dimungkinkan adanya kebutuhan untuk membatasi jumlah
personel.
G.4.2.15 Sesuai permintaan komite atau tim lain yang sejenis seperti yang
disebutkan di dalam butir 4.2 e) Pedoman BSN 401 (ISO/IEC Guide 65),
manajemen yang bertanggung jawab atas berbagai fungsi seperti yang diuraikan
dalam butir 4.2 c) Pedoman BSN 401 (ISO/IEC Guide 65), sebaiknya
memberikan kepada komite/tim, seluruh informasi yang diperlukan, termasuk
alasan untuk seluruh keputusan dan kegiatan yang penting, dan pemilihan
personel yang bertanggung jawab untuk kegiatan tertentu yang terkait dengan
sertifikasi, untuk menjamin lembaga sertifikasi dapat menjaga keabsahan dan
kenetralan sertifikasi. Bila saran dari komite atau tim lain yang sejenis ini tidak
ditanggapi oleh pihak manajemen, komite atau tim lain yang sejenis tersebut,
15
harus mengambil tindakan yang tepat, termasuk menginformasikannya kepada
badan akreditasi.
G.4.2.16 Persyaratan stabilitas keuangan (diacu dalam butir 4.2 i) mensyaratkan
lembaga sertifikasi untuk menunjukkan bahwa dia memiliki harapan yang layak
untuk mampu memberikan dan melanjutkan jasanya sesuai dengan kewajiban
kontraknya. Lembaga sertifikasi bertanggung jawab untuk menyediakan bukti-
bukti yang memadai kepada badan akreditasi perihal kelangsungan kegiatannya
misalnya laporan atau risalah manajemen, laporan tahunan, laporan audit
keuangan, rencana keuangan.
G.4.2.17 Bila keputusan untuk menerbitkan atau mencabut sertifikasi yang
sesuai dengan butir 4.2.n) Pedoman BSN 401 (ISO/IEC Guide 65) diambil oleh
komite yang anggotanya antara lain merupakan perwakilan dari salah satu atau
lebih kliennya, prosedur pelaksanaan lembaga sertifikasi tersebut sebaiknya
menjamin bahwa perwakilan tersebut tidak memiliki pengaruh yang besar
terhadap pengambilan keputusan tersebut. Hal ini dapat dijamin melalui distribusi
hak suara atau cara-cara lain yang ekivalen.
G.4.2.18 Butir 4.2.o) Pedoman BSN 401 (ISO/IEC Guide 65) memperlihatkan
dua persyaratan yang terpisah. Pertama, lembaga sertifikasi bersama dengan
eksekutif senior dan stafnya tidak boleh memberikan jasa seperti yang
disebutkan dalam sub-butir 1), 2), dan 3) dari butir tersebut. Kedua, meskipun
tidak ada batasan yang khusus untuk jasa atau kegiatan yang diberikan oleh
lembaga terkait, namun hal ini tidak boleh mempengaruhi kerahasiaan,
objektifitas atau kenetralan dari lembaga sertifikasi tersebut.
G.4.2.19 Jasa konsultasi untuk hal-hal yang menghambat sertifikasi dapat
dilakukan dengan cara yang kreatif, untuk pengembangan dan
pemantauan/perbaikan yang terus menerus dari produk, proses, atau jasa,
melalui cara seperti contoh berikut :
a) memberikan dukungan/saran spesifik untuk elemen disain
16
b) menyusun atau membuat manual, buku pegangan atau prosedur
c) keterlibatan dalam pemantauan pemasok, kaji ulang dan proses pengambilan
keputusan yang diterapkan untuk produk
G.4.2.20 Kegiatan oleh lembaga terkait dan lembaga sertifikasi seperti yang
disebutkan di butir 4.2 o) Pedoman BSN 401 (ISO/IEC Guide 65) sebaiknya tidak
dipasarkan dengan cara yang dapat memberikan kesan bahwa kedua kegiatan
tersebut adalah terkait sehingga dapat mengkompromosikan kenetralan dari
lembaga sertifikasi.
G.4.2.21 Sebaiknya tidak ada satupun yang dinyatakan oleh lembaga sertifikasi
yang akan menunjukkan bahwa sertifikasi tersebut akan lebih sederhana, mudah
atau lebih murah bila beberapa kegiatan seperti yang disebutkan di butir 4.2 o)
Pedoman BSN 401 (ISO/IEC Guide 65), digunakan.
G.4.2.22 Lembaga terkait seperti yang disebutkan dalam butir 4.2 o) Pedoman
BSN 401 (ISO/IEC Guide 65), adalah suatu lembaga yang memiliki hubungan
dengan lembaga sertifikasi melalui kepemilikan umum baik sebagian atau
keseluruhan, direktur umum, perjanjian kontrak, nama yang dipergunakan,
perjanjian tidak formal atau melalui cara lain yang menunjukkan bahwa lembaga
terkait tersebut memiliki kepentingan yang legal/sah dalam beberapa keputusan
sertifikasi atau memiliki kemampuan yang potensial untuk mempengaruhi proses.
G.4.2.23 Lembaga sertifikasi sebaiknya menganalisa dan mendokumentasikan
hubungannya dengan lembaga-lembaga terkaitnya, untuk menentukan
kemungkinan adanya konflik kepentingan dengan ketentuan sertifikasi dan
mengidentifikasi kegiatan dari lembaga-lembaga tersebut yang tidak ditujukan
untuk pengendalian tertentu, mempengaruhi kerahasiaan, objektifitas atau
kenetralan.
G.4.2.24 Lembaga sertifikasi harus mendemostrasikan bagaimana mereka
mengatur bisnis sertifikasi mereka dan kegiatan-kegiatan lain sehingga dapat
17
menghilangkan konflik kepentingan yang timbul dan mengurangi resiko yang
teridentifikasi atas kenetralannya.
Demonstrasi tersebut harus mencakup seluruh sumber-sumber yang potensial
dari konflik kepentingan baik yang timbul dari dalam lembaga sertifikasi tersebut
atau dari kegiatan badan terkaitnya.
Badan akreditasi mengharapkan lembaga sertifikasi untuk menjelaskan secara
terbuka proses audit mereka. Hal ini dapat termasuk, kemampuan dan
kebenaran dari prakteknya, tujuan dari setiap kegiatan audit dengan meninjau
rekaman dari lembaga sertifikasi dan lembaga terkaitnya untuk setiap kegiatan
yang diipertimbangkan. Dalam hal perhitungan biaya pelaksanaan audit,
sebaiknya dilaksanakan secara netral oleh lembaga sertifikasi. Bila ditemukan
kegagalan dalam menjaga kenetralannya, maka lembaga sertifikasi perlu
meninjau kembali tahap kegiatan audit terhadap lembaga terkaitnya untuk
memberikan jaminan bahwa konflik kepentingan yang terjadi diluar kendali telah
ditetapkan kembali.
G.4.2.25 Persyaratan dari butir 4 dan butir 5.2.2 Pedoman BSN 401 (ISO/IEC
Guide 65) mempunyai arti bahwa personel, termasuk personel yang bertindak
dalam kapasitas manajerial, tidak boleh ditugaskan untuk melaksanakan evaluasi
yang merupakan bagian dari proses sertifikasi, bila keterlibatannya dengan
pemohon atau pemasok atau lembaga yang terkait dengan pemasok (lihat
G.4.2.20), dalam kegiatan seperti yang diuraikan di butir 4.2 o) Pedoman BSN
401 (ISO/IEC Guide 65) belum lebih dari 2 tahun.
Situasi dimana telah ada keterlibatan awal atau keterlibatan personel dengan
pemasok yang akan dievaluasi, dapat menyebabkan konflik kepentingan.
Lembaga sertifikasi memiliki tanggung jawab untuk mengidentifikasi dan
mengevaluasi situasi seperti tersebut di atas dan menetapkan tangggung jawab
dan tugas yang dapat menjamin bahwa kenetralannya tidak akan dapat
dipengaruhi.
G.4.2.26 Butir 4.2 f) Pedoman BSN 401 (ISO/IEC Guide 65) mensyaratkan
bahwa setiap keputusan sertifikasi diambil oleh personel yang berbeda dari yang
18
melaksanakan evaluasi. Pengujian dan inspeksi, atau salah satu diantaranya,
adalah tugas evaluasi. Tugas evaluasi mencakup verifikasi setiap tindakan
koreksi yang dilakukan untuk menyelesaikan setiap ketidaksesuaian yang
diidentifikasi.
G.4.2.27 Eksekutif senior, staf dan/atau personel tidak diharuskan personel yang
“full-time” (permanen) namun kegiatan profesional lainnya tidak boleh
mengkompromikan kenetralannya.
G.4.2.28 Lembaga sertifikasi sebaiknya mensyaratkan seluruh subkontrak yang
terlibat dalam evaluasi atau asesor/auditor eksternal untuk memberikan
pengertian yang terkait dengan pemasaran dari kegiatan seperti yang disebutkan
di butir 4.2 o) setara dengan yang dipersyaratkan di dalam panduan G.4.2.20 dan
G.4.2.21.
G.4.2.29 Lembaga sertifikasi sebaiknya bertanggung jawab untuk menjamin
bahwa lembaga terkait lainnya atau sub-kontraktor, atau asesor/auditor eksternal
melakukan kegiatannya dalam batas-batas yang telah diberikan. Disamping itu
sebaiknya juga bertanggung jawab untuk menerapkan tindakan perbaikan yang
sesuai untuk hal-hal yang telah diidentifikasikan.
G.4.2.30 Lembaga sertifikasi diijinkan untuk menjelaskan temuannya dan/atau
mengklarifikasikan persyaratan dari dokumen normative tetapi tidak boleh
memberikan saran yang sangat rinci atau konsultansi sebagai bagian dari
evaluasi. Hal ini tidak menghambat pertukaran informasi yang umum dengan
klien dan pihak yang berkepentingan lainnya.
G.4.2.31 Hak-hak seperti yang disebut di butir 4.2 g) dapat mencakup kontrak
dengan pemilik skema atau pengakuan lain yang ditetapkan sesuai denga aturan
skema.
19
G.4.2.32 Cara yang dilakukan oleh lembaga sertifikasi untuk memperoleh
dukungan keuangan sebaiknya mengijinkan lembaga sertifikasi mempertahankan
kenetralannya.
4.3 Pelaksanaan
Panduan untuk butir 4.3 (G.4.3.1 – G.4.3.3)
G.4.3.1 Lembaga sertifikasi harus mampu menunjukkan kepada badan
akreditasi bahwa seluruh pelaksanaan kegiatan penilaian kesesuaian (pengujian,
inspeksi, evaluasi sistem manajemen mutu, survailen, dst) dilaksanakan dengan
cara yang kompeten dan dipercaya, konsisten dengan persyaratan yang
diterapkan dari dokumen normative untuk kegiatan tersebut. Pembuktian
kompetensi dari kegiatan pengujian dapat didasarkan kepada evaluasi
terdokumentasi yang dilaksanakan oleh personel kompeten dari internal atau
eksternal sesuai dengan prosedur terkait. Bila bukti-bukti yang disediakan oleh
lembaga sertifikasi tidak memberikan kepercayaan dalam kegiatan pengujian,
asesmen tambahan pada lokasi pengujian sebaiknya dipertimbangkan oleh
badan akreditasi. Hal yang sama diterapkan untuk kegiatan penilaian kesesuaian
lainnya. (Untuk kegiatan subkontrak lihat G.4.4.2)
G.4.3.2 Persyaratan dari skema sertifikasi spesifik harus tersedia bagi pemohon
dan bila diminta, bagi masyarakat. Hal tersebut dapat mencakup dokumen yang
menjabarkan kegiatan seperti pengambilan contoh, pengujian, inspeksi, survailen
dan asesmen dari sistem manajemen yang sesuai. Dokumen skema sebaiknya
dikembangkan dan dipelihara melalui proses yang mempertimbangkan
pandangan dari pihak yang berkepentingan.
G.4.3.3 Dokumen yang disebut dalam butir 4.3 mencakup dokumen yang
dikembangkan oleh pemilik skema (lihat definisi skema sertifikasi dalam G.3.1).
Contoh dari jenis persyaratan pelengkap dari pemilik skema adalah :
• Persyaratan kualifikasi, pengalaman, pelatihan dan registrasi auditor;
• Persyaratan laporan audit;
20
• Persyaratan durasi dan frekuensi audit;
• Panduan lain untuk prosedur penilaian kesesuaian lembaga sertifikasi
4.4 Subkontrak
Panduan untuk butir 4.4 (G.4.4.1 – G.4.4.6)
G.4.4.1 Lembaga sertifikasi dapat mensubkontrakkan kegiatan ke lembaga lain
(misalnya pengujian atau inspeksi atau evaluasi sistem manajemen mutu), yang
memberikan pengaturan bahwa lembaga yang disubkontrak disyaratkan untuk
memenuhi seluruh persyaratan yang relevan dari Pedoman BSN 401 (ISO/IEC
Guide 65) dan bila mungkin SNI 17025 dan SNI 17020 serta Pedoman BSN 301-
1999.
Bila jaminan ini didasarkan untuk sebagian atau keseluruhan akreditasi dari
subkontraktor, ruang lingkup akreditasi sebaiknya mencakup kegiatan yang
dilaksanakan di bawah skema sertifikasi dan lembaga sertifikasi harus memiliki
rekaman yang dapat menunjukkan bahwa status akreditasi dari subkontraktor
telah diperiksa.
G.4.4.2 Bila lembaga subkontrak yang digunakan tidak diakreditasi sesuai
dengan standar relevan untuk kegiatan spesifik yang disyaratkan oleh skema
sertifikasi, lembaga sertifikasi harus menunjukkan kompetensi dari lembaga yang
disubkontrak melalui cara lain, seperti evaluasi terdokumentasi yang
dilaksanakan oleh personel yang kompeten sesuai dengan prosedur yang
mencakup evaluasi awal kompetensi dan pemantauan yang terus menerus
terhadap unjuk kerja dari lembaga yang disubkontrak.
G.4.4.3 Evaluasi dari laporan dan keputusan sertifikasi harus dibuat hanya oleh
lembaga sertifikasi itu sendiri dan tidak oleh lembaga lain. Bila evaluasi
gabungan dilaksanakan, maka setiap lembaga sertifikasi harus menyakinkan
dirinya sendiri bahwa seluruh kegiatan evaluasi telah dilaksanakan secara
memuaskan oleh personel yang kompeten.
21
Individu yang bekerja berdasarkan perjanjian resmi dengan lembaga sertifikasi,
dalam sistem yang diakreditasi, dan dibawah wewenang dan pengendalian dari
manajemen lembaga sertifikasi tidak dianggap sebagai subkontraktor.
G.4.4.4 Bila fasilitas pengujian yang independen tidak digunakan, lembaga
sertifikasi harus memastikan bahwa pengendalian/kontrol tertentu ada di lokasi
fasilitas pengujian pemasok, yang diatur dengan cara yang dapat memberikan
kepercayaan terhadap hasil yang diperoleh dari pengujian dan bahwa rekaman
tersedia untuk menentukan kepastian. Dalam hal ini ketentuan dari G.4.4.1
dan/atau G.4.4.2 juga diterapkan dan tergantung dari cakupan pengendalian
yang ditetapkan oleh lembaga sertifikasi dan beberapa persyaratan dari SNI 19-
17025 dapat tidak disyaratkan atau tidak diterapkan. Hal yang sama diterapkan
untuk kegiatan penilaian kesesuaian yang lain.
G.4.4.5 Catatan 2 menguraikan situasi dimana lembaga sertifikasi percaya
terhadap hasil kerja dari lembaga lain. Kepercayaan tersebut perlu didukung oleh
evaluasi teknis dari hasil kerja yang dilaksanakan. Evaluasi tersebut harus
didokumentasikan oleh lembaga sertifikasi.
Catatan 3 juga menjelaskan situasi dimana lembaga sertifikasi percaya terhadap
hasil kerja dari lembaga lain. Sebaiknya juga dijamin bahwa informasi terhadap
evaluasi hasil kerja yang dipercayakan adalah mutakhir dan sesuai. Dalam hal
dimana lembaga sertifikasi bertanggung jawab terhadap terhadap hasil kerja
yang sebelumnya dilaksanakan oleh lembaga sertifikasi lain, lembaga sertifikasi
harus memiliki seluruh laporan dan rekaman yang relevan untuk membuktikan
kompetensi dan kesesuaian dengan persyaratan (ditetapkan oleh lembaga
sertifikasi) dari lembaga sertifikasi lain untuk periode waktu dimana kegiatan
dilaksanakan.
G.4.4.6 Lembaga sertifikasi sebaiknya mengkonfirmasikan ruang lingkup,
kemutakhiran dan penerapan dari sertifikasi atau akreditasi yang ditetapkan
(seperti yang dipersyaratkan oleh skema sertifikasi yang relevan dari lembaga
sertifikasi).
22
4.5 Sistem Mutu
Panduan untuk butir 4.5
G.4.5.1 Butir 4.5.3. i) Pedoman ISO/IEC 65 mensyaratkan lembaga sertifikasi
untuk memantau unjuk kerja dari personel yang dimilikinya. Sebagai tambahan
dalam pemantauan unjuk kerja dapat digunakan metode lain, misalnya dengan
membuat ketentuan penyaksian secara berkala untuk kegiatan yang biasanya
dilaksanakan oleh personel pada lokasi pemasok dan subkontrak, sejauh hal ini
memungkinkan.
4.6 Kondisi dan Prosedur untuk Pemberian, Pemeliharaan, Perluasan,
Pembekuan dan Pencabutan Sertifikasi
Panduan untuk butir 4.6
G.4.6.1 Bila sertifikasi dibekukan, lembaga sertifikasi harus mensyaratkan bahwa
selama periode pembekuan, pemasok tidak membuat pernyataan yang
menyesatkan dan sebaiknya menginformasikan pembeli yang relevan dan yang
potensial terkait status sertifikasi, dan tidak boleh menggunakan tanda sertifikasi
pada produk yang diproduksi sejak tanggal pemberitahuan pembekuan.
Lembaga sertifikasi harus memiliki prosedur untuk menjamin bahwa produk cacat
yang disertikasi, yang mengakibatkan pembekuan sertifikasi :
• Dilakukan tindakan koreksi termasuk, bila sesuai, penarikan produk.
• Dicegah, dengan seluruh cara yang praktis, dari lokasi pasar setelah
pembekuan ditetapkan
4.7 Audit Internal dan Kaji Ulang Manajemen
Panduan untuk butir 4.7 (G.4.7.1 – G.4.7.2)
G.4.7.1 Audit internal dan kaji ulang manajemen dari sistem manajemen mutu
lembaga sertifikasi seperti yang dipersyaratkan Pedoman BSN 401 sebaiknya
dilaksanakan paling sedikit 1 kali setahun.
23
Frekuensi audit internal dapat dikurangi bila lembaga sertifikasi dapat
membuktikan bahwa sistem manajemennya telah diterapkan dengan efektif dan
terbukti stabil. Resiko berdasarkan program audit sebaiknya direncanakan
dengan mempertimbangkan kepentingan dari proses dan bidang yang diaudit,
begitu juga dengan hasil dari audit sebelumnya.
G.4.7.2 Rekaman dari audit internal dan kaji ulang manajemen sebaiknya selalu
tersedia apabila diminta oleh badan akreditasi.
4.8 Dokumentasi
Panduan untuk butir 4.8
G.4.8.1 Informasi yang dipersyaratkan oleh butir 4.8.1 c) Pedoman BSN 401
(ISO/IEC Guide 65) sebaiknya menguraikan secara jelas elemen-elemen yang
dicakup atau diacu dalam butir 1.2 Pedoman BSN 401 dan informasi atau
sumber informasi dari dokumen normative yang digunakan untuk sertifikasi
produk.
4.9 Rekaman
4.10 Kerahasiaan
5. Personel Lembaga Sertifikasi
5.1 Umum
5.2 Kriteria Kualifikasi
Panduan untuk butir 5 (G.5.2.1 – G.5.2.2)
G.5.2.1 Lembaga sertifikasi harus memiliki personel yang memadai untuk
pelaksanaan sistem sertifikasi produk dan skemanya (lihat butir 4.2 j Pedoman
BSN 401 (ISO/IEC Guide 65). Hal ini mencakup kompetensi personel teknis
24
dalam pengembangan kriteria spesifik produk (dokumen penjelasan,
pengambilan contoh, pengujian dan persyaratan inspeksi, elemen sistem
manajemen/evaluasi sistem mutu dan sertifikasi).
G.5.2.2 Istilah “personel” dapat mencakup personel individu yang bekerja untuk
lembaga sertifikasi berdasarkan kontrak dan sumber daya ekternal lain. Lembaga
sertifikasi harus dalam posisi untuk mengatur, mengendalikan dan bertanggung
jawab terhadap unjuk kerja dari seluruh sumber dayanya dan memelihara
rekaman yang menyeluruh dalam pengendalian kesesuaian dari seluruh staf
yang digunakan di bidang tertentu, yang mencakup pegawai, pegawai yang
dikontrak atau yang disediakan oleh lembaga eksternal.
Lembaga sertifikasi harus memiliki personel yang secara teknis berkompeten
untuk menilai produk dan proses serta memutuskan, sesuai dengan butir 4.2 f)
Pedoman BSN 401, apakah produk tersebut dapat disertifikasi atau tidak,
berdasarkan informasi dari proses evaluasi termasuk inspeksi dan hasil
pengujian.
Rekaman sebaiknya memperlihatkan penunjukan personel yang berkompeten
dan tanggal validasinya.
6. Perubahan Persyaratan Sertifikasi
7. Naik Banding, Keluhan dan Perselisihan
Panduan untuk butir 7 (G.7.1 – G.7.3)
G.7.1 Personel, termasuk yang bertindak dalam kapasitas manajerial,
sebaiknya tidak ditugaskan untuk menyelidiki masalah naik banding, keluhan
atau perselisihan, bila ada hubungan yang dapat mengkompromikan kenetralan
dari investigasi.
G.7.2 Naik banding, keluhan dan perselisihan memunculkan sumber informasi
yang mungkin menimbulkan ketidaksesuaian dengan Pedoman BSN 401. Bila
25
ketidaksesuaian diidentifikasi, lembaga sertifikasi sebaiknya mengambil tindakan
yang sesuai.
G.7.3 Kebijakan dan prosedur yang diacu dalam butir 4.2 p) sebaiknya
menjamin bahwa seluruh banding, keluhan dan perselisihan diselesaikan dengan
cara yang konstruktif dan tepat waktu. Lembaga sertifikasi harus memiliki
prosedur banding yang mencakup ketentuan untuk hal-hal berikut :
• Kesempatan untuk pihak yang mengajukan banding untuk
mempresentasikan kasusnya secara resmi;
• Memastikan kenetralan dari proses banding;
• Pernyataan tertulis kepada pihak yang mengajukan banding terkait
temuan banding termasuk alasan untuk keputusan yang diambil.
Lembaga sertifikasi harus memastikan bahwa seluruh pihak yang berkepentingan
peduli, dan bila sesuai, eksistensi dari prosedur banding yang diikuti
8. Permohonan Sertifikasi
9. Persiapan untuk Evaluasi
Panduan untuk butir 9 (G.9.1)
G.9.1 Tergantung kepada karakteristik dari skema sertifikasi dan persyaratan
produk, rencana yang diacu dalam butir 9.2 dapat berupa rencana umum yang
diterapkan untuk seluruh kegiatan, termasuk evaluasi sistem mutu pemasok, bila
diterapkan, atau satu kegiatan tertentu atau kombinasi keduanya.
10. Evaluasi
11. Laporan Evaluasi
12. Keputusan Sertifikasi
26
Panduan untuk butir 12 (G.12.1 – G.12.9)
G.12.1 Informasi yang dikumpulkan selama proses sertifikasi sebaiknya
memadai:
• bagi lembaga sertifikasi untuk dapat mengambil keputusan sertifikasi;
• bagi kemamputelusuran yang disediakan pada saat misalnya terdapat kasus
naik banding atau untuk perencanaan kegiatan selanjutnya (sebaiknya oleh
personel atau lembaga yang berbeda);
• untuk dasar kegiatan survailen yang terus menerus untuk menjamin
kesesuaian yang berkesinambungan dengan persyaratan sertifikasi.
G.12.2 Informasi yang menjadi dasar keputusan dan yang berasal dari sumber-
sumber selain dari proses evaluasi sebaiknya diberitahukan kepada pemohon
atau pemasok bersama-sama dengan informasi proses evaluasi. Pemohon atau
pemasok sebaiknya diberi kesempatan untuk menanggapinya.
G.12.3 Rekaman sebaiknya memberikan bukti objektif untuk mendukung
evaluasi dan keputusan.
G.12.4 Personel yang mengambil keputusan pemberian/pencabutan sertifikasi di
dalam lembaga sertifikasi harus memiliki tingkat pengetahuan dan pengalaman
yang memadai untuk mengevaluasi informasi yang diperoleh dari proses
evaluasi.
G.12.5 Bila lembaga sertifikasi bertanggung jawab terhadap tugas yang terkait
dengan sertifikasi yang dilaksanakan oleh lembaga lain, lembaga sertifikasi harus
memiliki pengaturan untuk memastikan ruang lingkup, kemutakhiran dan
penerapan dari sertifikasi (seperti yang dipersyaratkan oleh skema sertifikasi
relevan dari lembaga sertifikasi) yang diakui, dan data lain yang mencakup
kompetensi lembaga, sebelum menerbitkan sertifikasinya sendiri (lihat juga butir
4.4, catatan 2 Pedoman BSN 401).
27
G.12.6 Sertifikasi tidak dapat diberikan sebelum seluruh kriteria dipenuhi.
Ketidaksesuaian yang menimbulkan keraguan terhadap kesesuaian produk harus
dikoreksi dan koreksi tersebut diverifikasi oleh lembaga sertifikasi ( melalui
kunjungan ke lokasi atau bentuk verifikasi lain) sebelum sertifikasi diberikan.
Ketidaksesuaian dan penyelesaiannya sebaiknya didokumentasikan oleh
lembaga sertifikasi.
G.12.7 Untuk dokumen sertifikasi yang menunjukkan sertifikasi yang
diakreditasi, sebaiknya diterbitkan oleh lembaga sertifikasi sesuai dengan kondisi
akreditasinya dan sebaiknya tidak membingungkan identifikasi dari badan
akreditasi dan lembaga sertifikasi yang menerbitkan. Bila lembaga sertifikasi
memiliki akreditasi lebih dari satu untuk ruang lingkup sertifikasinya, dokumen
sertifikasi yang diakreditasi sebaiknya mencantumkan paling sedikit satu badan
akreditasi.
G.12.8 Dokumen sertifikasi (Pedoman BSN 401 butir 12.3 b)1) sebaiknya
menjelaskan produk, jasa atau proses yang disertifikasi.
Dokumen sertifikasi sebaiknya mencantumkan atau mengacu kepada uraian dari
skema sertifikasi (lihat butir 1.2 Pedoman BSN 401 dan/atau PSN 302-2006).
G.12.9 Bila tidak ada acuan untuk masa berakhir dari dokumen sertifikasi, harus
ada informasi yang cukup di dalam dokumen tersebut untuk memastikan
validitas dari sertifikasi sesuai sistem sertifikasi yang relevan (lihat butir 12.3
Pedoman BSN 401).
13. Survailen
Panduan untuk butir 13 (G.13.1 – G.13.5)
G.13.1 Dalam hal dimana survailen adalah bagian dari sistem sertifikasi
sebaiknya memberikan kepastian bahwa produk yang disertifikasi selalu
memenuhi dokumen normatif yang digunakan untuk sertifikasi. Prosedur
survailen seperti yang dipersyaratkan pada butir 13.1 Pedoman BSN 401
28
(ISO/IEC Guide 65), sebaiknya mencakup, bila sesuai, pengujian, inspeksi
dan/atau asesmen produksi dan/atau sistem mutu, dst (lihat juga PSN 302-2006).
Sampel untuk survailen pengujian sebaiknya jenis produksi. Sampel tersebut
sebaiknya dipilih oleh, atau dibawah pengendalian, lembaga sertifikasi dari pabrik
(misalnya dari produksi, dari gudang persediaan) atau dari pasar (misalnya
distributor atau pengecer) dengan cara yang menjamin kenetralan dari seleksi
dan integritas sample tidak dapat dikompromikan.
G.13.2 Persyaratan survailen untuk pemasok tertentu dapat bervariasi
tergantung pada kemampuan yang telah ditunjukkan oleh pemasok dalam
memenuhi persyaratan sertifikasi sesuai dengan perubahan yang terjadi. Untuk
situasi tersebut, lembaga sertifikasi sebaiknya memiliki prosedur yang
terdokumentasi untuk perubahan kegiatan survailen misalnya dengan
mempertimbangkan kompleksitas produk, kematangan dari dokumen normative,
pengalaman pemasok, siklus hidup dari produk, dan perubahan teknologi.
G.13.3 Banyak teknik kegiatan yang tersedia bagi lembaga sertifikasi untuk
melaksanakan survailen. Teknik-teknik tersebut dapat dilaksanakan pada
berbagai tahap dan berbagai frekuensi selama rantai disain-produksi-distribusi-
rantai penjualan. Pada saat yang sama, karakteristik proses produksi dapat
membantu atau mengganggu kesinambungan kesesuaian terhadap persyaratan
sertifikasi. Sebagai bagian dari persyaratan yang harus dipenuhi di butir 4.2 j)
Pedoman BSN 401 (ISO/IEC Guide 65), lembaga sertifikasi sebaiknya memiliki
personel yang kompeten untuk membuat disain dan pelaksanaan yang sesuai
untuk program survailen.
G.13.4 Mengingat :
• survailen berperan langsung pada pencapaian keuntungan yang diharapkan
dari sistem sertifikasi,
• kegiatan pelaksanaan program survailen memiliki perbedaan yang sangat
besar, dan
• elemen program survailen dapat berubah dengan terus menerus;
29
persyaratan survailen harus dipertimbangkan oleh pihak (misalnya pihak yang
berwenang) yang terlibat dalam pengembangan skema.
G.13.5 Bila lembaga sertifikasi memberikan lisensi atau memberikan pemasok
kewenangangan untuk membubuhkan tanda pada produk yang telah memenuhi,
program survailen yang sesuai harus ditetapkan.
14. Penggunaan Lisensi, Sertifikat dan Tanda Kesesuaian
Panduan untuk butir 14 (G.14.1 – G.14.6)
G.14.1 Lembaga sertifikasi sebaiknya menghindarkan penggunaan tanda yang
sama untuk menunjukkan sistem sertifikasi kesesuaian yang berbeda, dan
sebaiknya menghindarkan kebingungan pengertian masing-masing tandanya.
Lembaga sertifikasi dapat menggunakan logo perusahaan yang sama dalam
sistem atau skema yang berbeda yang memberikan tanda yang secara jelas
dapat dibedakan.
G.14.2 Lembaga sertifikasi harus memiliki prosedur terdokumentasi untuk
penggunaan tandanya (lihat juga PSN 306-2006), dan untuk tindakan yang
dilakukan dalam hal terjadi penyalahgunaan, termasuk pernyataan yang salah
terhadap sertifikasi dan penggunaan yang salah dari tanda lembaga sertifikasi.
G.14.3 Bila lembaga sertifikasi memberikan pernyataan yang tidak benar
tentang status akreditasinya pada sertifikat yang diterbitkan sebelum akreditasi
diberikan, badan akreditasi selanjutnya dapat mencabut status akreditasinya.
G.14.4 Lembaga sertifikasi sebaiknya memiliki prosedur untuk menjamin bahwa
tandanya digunakan dengan cara yang dapat membingungkan atau
menimbulkan kesalahan di pasar.
G.14.5 Bila lembaga sertifikasi menggunakan tanda yang telah ditetapkan oleh
lembaga lain misalnya pemilik tanda, maka perjanjian dengan lembaga tersebut
30
harus menjamin kesesuaian dengan yang dimaksudkan padaseluruh bagian dari
butir ini.
G.14.6 Lembaga sertifikasi sebaiknya memiliki prosedir terdokumentasi untuk
menjamin ketertelusuran dari tandanya terhadap persyaratan sertifikasi yang
relevan.
16. Keluhan Terhadap Pemasok
31
Lampiran 1 – Sertifikasi Jasa
1.1 Pendahuluan
Istilah “produk” seperti yang dijabarkan dalam Pedoman BSN 401 mencakup
jasa, sehingga panduan umum yang diberikan dalam dokumen ini diterapkan
untuk lembaga sertifikasi yang memberikan sertifikasi jasa. Khusus untuk
karakteristik spesifik dari jasa, diperlukan panduan yang lebih lanjut.
Lampiran ini memberikan panduan untuk lembaga sertifikasi dalam
melaksanakan sertifikasi jasa.
Dalam dokumen ini “jasa” adalah setiap kegiatan yang ditawarkan oleh satu
organisasi (pemasok) untuk pelanggannya, berbeda dengan produk nyata dan
proses. Kegiatan tersebut mencakup, sebagai contoh, jasa legal dan penasehat,
jasa transportasi (penumpang dan armada angkutan), jasa hotel. Sertifikasi jasa
adalah asesmen kesesuaian terhadap gambaran spesifik dari jasa dengan
persyaratan yang diterapkan.
Dari penjelasan di atas, disimpulkan bahwa kegiatan internal organisasi seperti
sistem manajemen untuk setiap jenis tidak dipertimbangkan sebagai jasa. Untuk
disertifikasi, jasa selanjutnya harus disediakan oleh pemasok kepada kliennya.
1.2 Dokumen normatif dan Skema
Skema sertifikasi jasa sebaiknya mencakup :
Persyaratan Jasa : Persyaratan yang menjabarkan jasa yang disertifikasi harus
ditetapkan di dalam dokumen normative dan sebaiknya secara objektif dan
terukur dalam menetapkan karakteristik jasa yang akan disertifikasi. Persyaratan
yang ditetapkan harus diuraikan dengan cara yang dapat menunjukkan bahwa
pemenuhannya dapat dievaluasi baik oleh pemasok yang menawarkan jasa dan
lembaga sertifikasi.
Persyaratan untuk Pemasok Jasa: Untuk pelaksanaan yang benar dari skema
sertifikasi, penting bagi pemasok untuk mampu memperagakan kepada lembaga
sertifikasi bahwa jasa memenuhi persyaratan tertentu yang ditetapkan. Untuk
alasan ini dokumentasi skema sebaiknya mencakup persyaratan yang menjamin
32
bahwa pemasok memiliki pengendalian yang sesuai di seluruh waktu dan bahwa
jasa yang diberikan memenuhi persyaratan serta rekaman yang sesuai untuk
pengendalian tersebut dijaga. Hal ini dapat mencakup persyaratan untuk sistem
manajemen mutu yang mencakup karakteristik jasa, indikator, metrik mutu, atau
lainnya.
1.3 Pelaksanaan
Lembaga sertifikasi harus mendokumentasikan cara penilaian terhadap
pemenuhan persyaratan yang ditetapkan dalam dokumen normatif.
Untuk hal ini sebaiknya dilaksanakan dua jenis metode asesmen yang secara
umum akan mensyaratkan teknik evaluasi yang berbeda :
Evaluasi Kesesuaian dengan Persyaratan Jasa : Lembaga sertifikasi sebaiknya
secara langsung mengamati bagaimana pemasok mengirimkan jasanya untuk
menjamin bahwa seluruh persyaratan yang ditetapkan diselesaikan dengan baik
dan tepat. Dalam hal dimana pengamatan ini tidak dapat dilaksanakan tanpa
mempengaruhi personel yang memberikan jasa, lembaga sertifikasi sebaiknya
menggunakan teknik yang sesuai sebagai “mystery shopper” ( personel yang
kompeten, bertindak sebagai pelanggan atas nama lembaga sertifikasi untuk
melaksanakan penilaian jasa) yang melaksanakan evaluasi jasa dalam kondisi
nyata.
Evaluasi Pengendalian Internal yang Dilaksanakan oleh Pemasok: Lembaga
sertifikasi sebaiknya menjamin bahwa proses yang diikuti oleh pemasok dalam
menjamin kesinambungan pemenuhan terhadap persyaratan sertifikasi
diterapkan dengan tepat dan efektif. Lembaga sertifikasi harus mengkaji
dokumentasi pemasok untuk menentukan kesesuaian dengan sistem, sesuai
dengan dokumentasinya, dengan kriteria sertifikasi, hal ini dapat mencakup
dokumen dan rekaman sistem manajemen yang relevan. Lembaga sertifikasi
sebaiknya menyusun rencana evaluasi untuk memberikan dasar bagi perjanjian
diantara pemasok dan lembaga sertifikasi terkait dengan pelaksanaan evaluasi.
Kedua jenis asesmen tersebut sebaiknya digunakan pada proses awal dan
survailen.
33
Lampiran 2 – Sertifikasi Proses
2.1 Pendahuluan
Istilah “produk” seperti yang dijabarkan dalam Pedoman BSN 401 mencakup
proses, sehingga panduan umum yang diberikan dalam dokumen ini diterapkan
untuk lembaga sertifikasi yang memberikan sertifikasi proses. Khusus untuk
karakteristik spesifik dari proses, diperlukan panduan yang lebih lanjut.
Lampiran ini memberikan panduan untuk lembaga sertifikasi dalam
melaksanakan sertifikasi proses.
Dalam dokumen ini “proses” adalah rangkaian kegiatan yang saling terkait atau
saling berinteraksi dimana masukan ditransformasikan menjadi keluaran.
Sertifikasi proses adalah asesmen kesesuaian terhadap gambaran spesifik dari
proses dengan persyaratan yang diterapkan.
Sertifikasi proses hanya diterapkan untuk proses yang mengirimkan keluaran
yang dimaksudkan untuk digunakan langsung oleh pemangku kepentingan
eksternal pemasok. Pedoman BSN 401 sebaiknya tidak digunakan untuk
sertifikasi sistem/proses manajemen internal pemasok (atau bagiannya) seperti
yang diacu di dalam standar sistem manajemen kecuali persyaratan yang
ditetapkan dari skema tersebut dapat dibuktikan memenuhi persyaratan standar
ini. (lihat di bawah)
Contoh proses adalah proses teknik pengelasan (ISO 3834), proses pengolahan
panas, proses pabrikan yang mensyaratkan konfirmasi dari kapabilitas proses
(misalnya pelaksanaan atau produksi produk dalam toleransi yang ditetapkan).
2.2 Dokumen normative dan Skema
Skema sertifikasi proses sebaiknya mencakup :
Persyaratan Proses (Spesifikasi Proses) : Persyaratan yang menjabarkan
proses yang disertifikasi, harus ditetapkan berdasarkan dokumen normative yang
relevan dan sebaiknya secara objektif dan terukur dalam menetapkan
karakteristik proses yang akan disertifikasi. Sertifikasi proses dapat
mensyaratkan kesesuaian dengan kriteria dari produk yang merupakan hasil dari
proses. Persyaratan yang ditetapkan harus diuraikan dengan cara yang dapat
34
menunjukkan bahwa pemenuhannya dapat dievaluasi baik oleh pemasok yang
melaksanakan proses dan oleh lembaga sertifikasi.
Persyaratan untuk Pemasok: Untuk pelaksanaan yang benar dari skema
sertifikasi, penting bagi pemasok untuk mampu memperagakan kepada lembaga
sertifikasi bahwa proses memenuhi persyaratan tertentu yang ditetapkan. Untuk
alasan ini dokumentasi skema sebaiknya mencakup persyaratan yang menjamin
bahwa pemasok memiliki pengendalian yang sesuai di seluruh waktu dan bahwa
proses yang dilaksanakan memenuhi persyaratan serta rekaman yang sesuai
untuk pengendalian tersebut dijaga. Hal ini dapat mencakup persyaratan untuk
sistem manajemen mutu yang mencakup karakteristik proses, indikator, metrik
mutu, atau lainnya.
2.3 Pelaksanaan
Lembaga sertifikasi harus mendokumentasikan cara penilaian terhadap
pemenuhan persyaratan yang ditetapkan dalam dokumen normatif.
Untuk hal ini sebaiknya dilaksanakan dua jenis metode asesmen yang secara
umum akan mensyaratkan teknik evaluasi yang berbeda :
Evaluasi Kesesuaian dengan Persyaratan Proses: Lembaga sertifikasi
sebaiknya secara langsung mengevaluasi proses yang dilaksanakan oleh
pemasok untuk menjamin bahwa seluruh persyaratan yang ditetapkan
diselesaikan dengan baik dan tepat sesuai dengan hal-hal berikut.
1. Kecukupan dari spesifikasi proses
2. Sumberdaya yang sesuai (personel, peralatan, kondisi lingkungan, dst)
3. Kesesuaian penerapan dari proses dengan spesifikasi proses
4. Kesesuaian produk dengan kriteria produk, bila dapat diterapkan
Evaluasi Fungsi Internal yang Dilaksanakan oleh Pemasok: Lembaga
sertifikasi sebaiknya menjamin bahwa fungsi internal yang diikuti oleh pemasok
dalam menjamin kesinambungan pemenuhan terhadap persyaratan sertifikasi
diterapkan dengan tepat dan efektif. Untuk menjamin hal ini, lembaga sertifikasi
35
sebaiknya melaksanakan beberapa jenis audit yang sama dengan audit sistem
manajemen yang diuraikan di dalam SNI 19-19011 termasuk persiapan rencana
evaluasi spesifik.
Kedua jenis asesmen tersebut sebaiknya digunakan pada proses awal dan
survailen.