Pedoman dasar lembaga

23
PEDOMAN DASAR LPPTKA BKPRMI KEPUTUSAN SILAKNAS VII LPPTKA BKPRMI ( Jakarta, 11-13 Agustus 2006/17-19 Rajab 1427 ) “Menyiapkan Generasi Qur’ani Menyongsong Masa Depan Gemilang”

Transcript of Pedoman dasar lembaga

Page 1: Pedoman dasar lembaga

PEDOMAN DASAR

LPPTKA BKPRMI

KEPUTUSAN SILAKNAS VII LPPTKA BKPRMI

( Jakarta, 11-13 Agustus 2006/17-19 Rajab

1427 )

“Menyiapkan Generasi Qur’ani

Menyongsong Masa Depan Gemilang”

Page 2: Pedoman dasar lembaga

MUKKADIMAH

Maha Benar Allah yang telah menurunkan Al-Qur’an ; sebuah Kitab Suci yang terpelihara keaseliannya ( Q.S. 15 : 9

), mudah untuk dijadikan pengajaran ( Q.S. 54 : 17, 22, 33, 40 ), tidak mengandung keraguan didalamnya ( Q.S. 2 : 2 ),

diimani dan dijadikan petunjuk oleh orang-orang yang beriman dan bertaqwa ( Q.S. 2 : 185, 285, 34 : 28 ). Allah telah

mewariskan Kitab tersebut kepada ummat Islam sebagai hamba-hamba pilihan-Nya ( Q.S. 35 : 32 ). Allah memberi

harapan kepada ummat ini untuk menjadi ummat terbaik, bermartabat tinggi, berjaya, meraih kemenangan dalam

perjuangan, dan menjadi penguasa di negerinya sendiri, apabila mereka memiliki kemantapan iman, menguasai ilmu

pengetahuan, beramal shalih, aktif berdakwah dan berjihad di jalan Allah, memelihara persaudaraan dengan sesama

muslim, serta memancarkan kasih sayang kepada sesama manusia dan makhluk hidup lainnya, sesuai petunjuk Al-

Qur’an dan Sunnah Rasulullah ( Q.S. 3 : 110, 9 : 20, 24 : 55, 58 : 11, 49 : 10-12, 21 : 107, 33 : 12, dll ).

Kenyataan menunjukkan bahwa mayoritas ummat Islam saat ini masih jauh dari harapan dan tuntunan Allah,

bahkan tidak sedikit diantara mereka yang menjauhi Al-Qur'an, menzhalimi dirinya sendiri, dan bersikap setengah hati.

( Q.S. 25 : 30, 35 : 32 ). Pada waktu yang sama pengaruh nilai-nilai budaya non Islam yang dikemas melalui program

hiburan dan tontonan-tontonan menarik telah berhasil mengalahkan dan mengalihkan perhatian mayoritas muslim dari

budaya mengaji dan mengkaji Al-Qur'an ( Q.S. 41 : 26, 9 : 32 ). Akibatnya tidak sedikit anak anak muslim yang buta

aksara dan buta makna Al-Qur'an, menjadi generasi yang bermental lemah, meninggalkan Shalat, memperturutkan

kemauan syahwat, dan pada gilirannya akan menjerumuskan mereka ke lembah kehancuran ( Q.S. 4 : 9, 19 : 59 ).

Gejala krisis aqidah dan akhlaq seperti di atas mendorong para pelopor pergerakan untuk melakukan gerakan

dakwah dan pendidikan Al-Qur'an secara simultan. Gerakan dakwah dan pendidikan Al-Qur'an adalah langkah strategis

dan merupakan bagian tak terpisahkan dari strategi perjuangan menyeluruh dalam upaya meraih kembali kejayaan

ummat Islam. Gerakan dakwah dan pendidikan tersebut harus menyentuh semua lapisan masyarakat dan meliputi

semua kelompok usia, termasuk kelompok usia dini. Dalam hubungan ini Lembaga Pembinaan dan Pengembangan

Taman Kanak-Kanak Al-Qur’an ( LPPTKA ) mengambil peran dalam bidang pendidikan dan pengajaran Al-Qur'an

untuk kalangan usia dini, di lingkungan masjid, mushalla, dan tempat-tempat kondusif lainnya.

LPPTKA memliki hubungan historis, kesamaan visi dan keterkaitan organisatoris dengan organisasi Badan

Komunikasi Pemuda Remaja Masjid ( BKPRMI ) sebagai gerakan dakwah, organisasi kader, dan wahana komunikasi

unit-unit organisasi pemuda remaja masjid di seluruh Indonesia. LPPTKA adalah lembaga swadaya yang berskala

nasional, memiliki struktur kepengurusan berjenjang, mulai tingkat Pusat hingga tingkat Kecamatan, dan berbasis unit-

unit TK/TP Al-Qur’an di seluruh tanah air. Untuk itu diperlukan sistem manajemen yang rapi, mekanisme kerja yang

jelas dan memiliki otonomi khusus, agar program-programnya dapat dikelola secara sistematis, profesional dan

berkesinambungan.

LPPTKA mempunyai pedoman khusus yang diberi nama PEDOMAN DASAR LEMBAGA PEMBINAAN DAN

PENGEMBANGAN TAMAN KANAK-KANAK AL-QUR’AN. Pedoman Dasar ini adalah merupakan kerangka dasar bagi

seluruh jajaran Pengurus LPPTKA BKPRMI dalam mengatur dan mengembangkan sistem manajemen kelembagaan di

tiap jenjang kepengurusan, sesuai batas kewenangan yang dimilikinya. Untuk itu LPPTKA menghendaki tampilnya

aparat Lembaga yang berdedikasi tinggi, mau kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlash, dimotori oleh figur-figur

Page 3: Pedoman dasar lembaga

pimpinan yang berwawasan luas, berjiwa pejuang (mujahid ), pendidik (muaddib), pembaharu (mujaddid), pelurus

(musaddid), dan pemersatu (muwahhid ), dalam jalinan kebersamaan dengan para aktifis gerakan dakwah lainnya.

B A B I

K E T E N T U A N U M U M

Pasal 1

1. LPPTKA adalah Lembaga BKPRMI yang memiliki otonomi dalam mengelola program-programnya secara

berkelanjutan sebagai langkah upaya pembinaan dan pengembangan gerakan membaca, menulis, memahami dan

mengamalkan Al-Qur'an melalui unit-unit TKA, TPA, serta unit pendidikan dan pengajaran Al-Qur'an lainnya.

2. Pedoman Dasar Lembaga ditetapkan melalui Silaturrahmi Kerja Nasional (SILAKNAS )

dan mengikat seluruh jajaran pengurus Lembaga pada tiap jenjang kepengurusan sebagai pedoman operasional

dalam menjalankan kegiatannya.

3. Dalam menjalankan kegiatannya setiap jenjang kepengurusan Lembaga menerapkan prinsip koordinasi,

sinkronisasi, dan harmonisasi secara vertikal maupun horizontal dalam hubungan dengan Dewan Pengurus

BKPRMI maupun jajaran intern kelembagaan pada khususnya, dalam kerangka menajemen partisipatif serta pola

kepemimpinan kolektif dan kolegial.

Pasal 2

Dalam Pedoman Dasar ini terdapat istilah-istilah dan singkatan-singkatan yang memiliki pengertian tersendiri, yaitu

sebagai berikut :

1. Lembaga, ialah sebutan bagi LPPTKA atau singkatan dari Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Taman

Kanak-Kanak Al-Qur'an.

2. Otonom khusus, ialah wewenangan khusus yang dimiliki oleh Lembaga untuk mengatur manajemen

kelembagaan secara struktural di bawah pimpinan seorang Direktur dan ex officio Ketua BKPRMI pada jenjang

Dewan Pengurus BKPRMI yang bersangkutan.

3. DPP BKPRMI, ialah singkatan dari Dewan Pengurus Pusat Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid

Indonesia, yaitu sebutan bagi struktur kepengurusan BKPRMI tingkat Nasional. Di tingkat Propinsi atau Wilayah

disebut DPW, singkatan dari Dewan Pengurus Wilayah ( DPW ) dan di tingkat Kabupaten/Kota atau Daerah

disebut DPD, singkatan dari Dewan Pengurus Daerah.

4. TKA, ialah singkatan dari Taman kanak-Kanak Al-Qur'an, yaitu satu jenis TK Alternatif yang diikuti oleh peserta

didik kelompok umur pra sekolah.

5. TPA, ialah singkatan dari Taman pendidikan Al-Qur'an, yaitu unit pendidikan khusus yang diikuti oleh peserta

didik kelompok umur Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah.

6. TQA, ialah singkatan dari Ta’limul Qur’an Lil Aulad, yaitu unit pindidikan khusus pasca TPA. Sebutan lain bagi

TQA adalah TPAL ( Taman Pendidikan Al-Qur'an Lanjutan ).

7. TKA-T, ialah unit TKA yang dimodifikasi dan disinergikan dengan pola kurikulm dan proses pembelajaran TK

Reguler untuk mempersiapkan anak ke jenjang pendidikan

sekolah dasar. TKA-T adalah satu bentuk pengembangan TK Alternatif model TK Al-Qur’an.

8. TKA-P, ialah unit TKA yang materi pembelajarannya ditambah dengan materi tententu sebagai materi

penunjang yang mengandung aspek pengetahuan umum untuk mempersiapkan anak ke jenjang pendidikan

sekoilah dasar. TKA-P adalah satu bentuk lain dari pengembangan TK Alternatif mkdel TK Al-Qur’an.

Page 4: Pedoman dasar lembaga

9. Unit, ialah sebutan untuk satuan pendidikan TKA-TPA dan TQA ( TPAL ), termasuk TKA-T dan TKA-P. Tiap

unit dipimpin oleh seorang pengelola dengan sebutan Kepala Unit.

10. Direktur, ialah jabatan tertinggi pada setiap jenjang Kepengurusan Lembaga, terdiri dari: Direktur Nasional

( Dirnas ), di tingkat Nasional, Direktur Wilayah ( Dirwil ) di tingkat Propinsi, dan Direktur Daerah ( Dirda ) di

tingkat Kabupaten/Kota.

11. Tim Ahli, ialah sejumlah tenaga profesional yang mempunyai kehlian khusus dan menjadi aparat pelaksana

dalam menangani proram bidang fungsional pada setiap jenjang kepengurusan Lembaga.

12. Supervisor, ialah aparat Lembaga yang melaksanakan tugas pelayanan supervisi pendidikan TKA-TPA-TQA,

sekaligus berperan sebagai ujung tombak Lembaga di tiap kecamatan dan/atau Kelurahan.

B A B I I

N A M A D A N S T A T U S L E M B A G A

Pasal 3

Nama Lembaga

1. Lembaga ini bernama Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Taman Kanak-kanak Al-Qur'an – Badan

Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia, disingkat LPPTKA BKPRMI.

2. Lembaga ini didirikan pertama kali di Mushalla Da’watul Khair Banjarmasin, pada tanggal 14 Agustus 1989 ( tanggal

12 Muharram 1410 ) dangan nama LPPTKA BKPMI, dalam rangka mengkoordinir unit-unit TK Al-Qur'an di

Kalimantan Selatan.

3. Menjelang Festival Anak Shaleh Indonesia tingkat Nasional/FASI I ( April 1992 ) Lembaga ini dikembangkan secara

nasional dan diberi nama Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Taman Kanak-Kanak Al-Qur'an Indonesia

( LPPTKAI ).

4. Melalui SILAKNAS I ( September 1992 ) diberi nama LPPTKA BKPMI dan bersatus sebagai Lembaga Otonom

BKPMI.

5. Melalui MUNAS VI ( 1993 ) BKPMI menjadi organisasi otonom dari Dewan Masjid Indonesia/ DMI ) dan mengubah

namanya menjadi BKPRMI. Selanjutnya sejak SILAKNAS II ( 1994 ) nama LPPTKA BKPMI disesuaikan menjadi

LPPTKA BKPRMI dan berstatus Lembaga Khusus, dan status tersebut dicantumkan dalam AD/ART BKPRMI hasil

MUNAS VII ( 1997 ).

6. Melalui MUNAS VIII ( 2000 ) BKPRMI kembali ke status independen serta menempatkan DMI dan MUI

sebagai Pembinanya. Konsekuensinya, LPPTKA mempertegas posisinya sebagai organisasi Otonom BKPRMI

dengan sebutan Lembaga Otonom Khusus.

Pasal 4

Status

Lembaga ini adalah Lembaga BKPRMI yang berstatus sebagai Lembaga Otonom Khusus sesuai fungsi eksistensi, misi

dan usaha-usaha yang dijalankannya.

B A B I I I

F U N G S I D A N T U J U A N

Pasal 5

Fungsi Lembaga

Page 5: Pedoman dasar lembaga

Lembaga ini berfungsi sebagai wahana pelayanan ummat dalam bidang pendidikan dan pengajaran Al-Qur’an, terutama

untuk kalangan anak-anak di lingkungan masjid, mushalla, dan sebagainya.

Pasal 6

T u j u a n

Lembaga ini bertujuan mewujudkan generasi Qur’ani, yaitu generasi ummat yang beriman dan bertaqwa, yang

menjadikan Al-Qur'an sebagai bacaan utama dan pedoman hidupnya, berakhlak mulia, sehat, cerdas, dan mempunyai

kemandirian yang dinamis serta rasa tanggung jawab sosial yang tinggi, dalam tatanan masyarakat madani.

B A B I V

U S A H A

Pasal 7

Dalam upaya memenuhi fungsi dan tujuan yang mau dicapainya, Lembaga ini mengadakan usaha-usaha sebagai

berikut :

1. Mengadakan penelitian dan pengembangan konsep-konsep kependidikan yang Qur’ani.

2. Menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan atau pelatihan bagi calon-calon guru TKA, TPA dan TQA ( TPAL ),

serta model pelatihan/penataran lainnya.

3. Memberikan bimbingan dan arahan dalam upaya mendirikan unit TKA/TPA dan atau unit TQA ( TPAL ).

4. Mengkoordinir pembinaan unit TKA/TPA dan TQA ( TPAL ) serta unit TKA-T dan TKA-P melalui pendekatan

struktural dan kerjasama fungsional.

5. Membantu pelayanan bimbingan baca tulis Al-Qur'an bagi masyarakat luas.

6. Menyediakan dan memasarkan berbagai sarana dan peralatan guna menunjang kegiatan belajar mengajar di

lingkungan unit TKA/TPA dan TQA ( TPAL ) serta unit pendidikan lainnya.

7. Mengadakan usaha lain yang menunjang fungsi dan tujuan Lembaga.

8. Menjalin kerja sama kemitraan dengan instansi pemerintah dan non pemerintah dalam rangka memperlancar

terwujudnya usaha serta program-program Lembaga.

Pasal 8

Usaha-usaha Lembaga dikembangkan dalam bentuk program dan agenda kegiatan melalui pendekatan struktural,

fungsional dan lintas sektoral, dalam batas-batas kewenangan dan kemampuan Lembaga pada tiap jaringan stuktur

kelembagaan.

B A B V

STRUKTUR KEPENGURUSAN LEMBAGA

Pasal 9

Jenjang Kepengurusan

1. Pengurus Lembaga mempunyai tingkat/jenjang kepengurusan, terdiri dari Pengurus Lembaga Pusat ( PLP ),

Pengurus Lembaga Wilayah ( PLW ),dan Pengurus Lembaga Daerah ( PLD ).

2. Pengurus Lembaga Pusat adalah Pengurus Tingkat Nasional, Pengurus Lembaga Wilayah adalah Pengurus

Tingkat Propinsi, dan Pengurus Lembaga Daerah adalah Pengurus Tingkat Kota/Kabupaten.

Page 6: Pedoman dasar lembaga

3. Setiap tingkat/jenjang kepengurusan mempunyai 3 ( tiga ) lingkup kepengurusan, yaitu Pengurus Harian,

Pengurus Inti, dan Pengurus Lengkap.

4. Pengurus Harian terdiri dari Direktur dan Wakil Direktur ditambah dengan sekurang-kurangnya seorang

Sekretaris dan seorang Bendahara.

5. Pengurus Inti terdiri dari Pengurus Harian ditambah dengan Kepala bidang fungsional sesuai tingkat

kepengurusan. Di Lembaga Pusat disebut Kepala Bagian ( Kabag ), di Lembaga Wilayah disebut Kepala

Bidang ( Kabid ), dan Lembaga Daerah disebut Kepala Seksi ( Kasi ).

6. Pengurus Lengkap terdiri dari Pengurus Inti ditambah dengan Koordinator Tim Ahli, dan di tingkat Lembaga

Daerah ditambah dengan Kasi Supervisi dan Kasi Munaqosyah.

Pasal 10

Direktur dan Pengurus Harian

1. Lembaga ini dipimpin oleh seorang Direktur sebagai pemegang jabatan tertinggi pada tiap jejang struktur

Kelembagaan, sekaligus sebagai ex officio Ketua Dewan Pengurus BKPRMI.

2. Dalam menjalankan tugas kepengurusan Lembaga, Direktur adalah pimpinan Pengurus

Harian Lembaga ( sesuai jenjangnya ), sekaligus sebagai penanggungjawab Lembaga dan pemegang amanah

Silaturrahmi Kerja .

3. Dalam memimpin Lembaga seorang Direktur didampingi oleh sekurang-kurangnya seorang Wakil Direktur sebagai

Direktur Operasional dalam kerangka kepemimpinan kolektif.

4. Dalam jabatannya sebagai ex officio Ketua Dewan Pengurus BKPRMI seorang Direktur adalah Anggota Pengurus

Harian Dewan Pengurus BKPRMI dalam rangka menjalin koordinasi dan konsultasi timbal balik antara Lembaga

yang dipimpinnya dengan Dewan Pengurus BKPRMI, sesuai tingkatannya.

Pasal 11

Sekretaris dan Bendahara Lembaga

1. Jabatan Sekretaris di tingkat Nasional disebut Sekretaris Nasional ( Seknas ), di tingkat Propinsi disebut Sekretaris

Wilayah ( Sekwil ), dan di tingkat Kabupaten/Kota disebut Sekretaris Daerah ( Sekda ).

2. Jabatan Bendahara di tingkat Nasional disebut Bendahara Nasional, di tingkat Propinsi disebut Bendahara

Wilayah, dan tingkat Kabupaten/Kota disebut Bendahara Daerah.

3. Jumlah Sekretaris disesuaikan dengan kebutuhan Lembaga dan tuntunan perkembangan.

Pasal 12

Kepala Bidang Fungsional

1. Jumlah Kepala Bagian ( di Lembaga Pusat ) sekurang-kurangnya terdiri Kepala Bagian Kesekretariatan/Kabag

Sekretariat, Kepala Bagian Penelitian dan Pengembangan / Kabag Litbang, Kepala Bagian Pendidikan dan

Pelatihan/Kabag Diklat, Kepala Bagian Usaha dan Pengembangan Sarana Pendidikan/Kabag Ubangsardik, dan

dapat disesuaikan lebih lanjut berdasarkan kesepakan Pengurus Harian Lembaga Pusat.

2. Jumlah Kepala Bidang ( di Lembaga Wilayah ) adalah sebanding jumlah Kepala Bagian di lembaga Pusat ditambah

Kepala Bidang Pembinaan Daerah dan Unit/Kabid Bindanit dan atau Kepala Bidang lain sesuai kebutuhan dan

kondisi Lembaga Wilayah.

Page 7: Pedoman dasar lembaga

3. Kepala Seksi ( di Lembaga Daerah ) terdiri dari Kepala Seksi kesekretariatan/Kasi Sekratariat /Kasi Humas, Kepala

Seksi Usaha dan Pengembangan sarana Pendidikan/Kasi Ubangsardik, Kepala Seksi Pendidikan dan

Penelitian/Kasi Diklat, Kepala Seksi Supervisi/Kasi Supervisi, Kepala Seksi Munaqoyah/Kasi Munaqosyah, dan

dapat di tambah atau disesuaikan dengan keperluan dan kemampuan Lembaga Daerah.

4. Di sejumlah Kota yang menjadi Ibukota Propinsi, penanganan bidang penelitian, pendidikan dan pelatihan dapat

dikoordinir oleh Lembaga Wilayah dengan melibatkan unsur-unsur Kepala Seksi terkait yang ada di Lembaga

Daerah.

5. Kepala bidang fungsional adalah bagian dari Pengurus Lembaga, dan pengangkatannya ditetapkan berdasarkan

Keputusan Direktur, sesuai jenjang kepengurusan Lembaga.

Pasal 13

T i m A h l i

1. Di tiap jenjang Kepengurusan Lembaga diangkat Tim Ahli sebagai tenaga profesional untuk membantu

pelaksanaan bidang fungsional tertentu.

2. Tim Ahli dapat dikelompokkan dalam beberapa kelompok sesuai bidang keahliannya, seperti Tim Peneliti, Tim

Penatar, Tim Penguji ( Munaqisy ), Tim Usaha Dana, dan sebagainya.

3. Struktur Tim Ahli terdiri dari Koordinator Tim ( Kortim ) dan Anggota Tim, dan kegiatannya dikoordinir oleh

Kabag/Kabid/Kasi ( sesuai jejang kepengurusan ) dengan sepengetahuan Direktur atau Wakil Direktur terkait

( Direktur Operasional ).

4. Pengangkatan dan penetapan Tim Ahli didasarkan atas Keputusan Direktur dengan mengacu pada Rapat

Pengurus Inti Lembaga, sesuai jenjang masing-masing.

Pasal 14

Supervisor

1. Di tiap Kecamatan dan atau Kelurahan diangkat Supervisor sebagai ujung tombak Lembaga dalam menjalankan

tugas supervisi pendidikan.

2. Supervisor dapat direkrut dari kalangan guru-guru senior atau mantan Kepala Unit yang

cukup berpengalaman, berwawasan luas, berjiwa pengayom, memiliki semangat pengabdian yang tinggi dan

sebagainya.

3. Jumlah Supervisor disesuaikan dengan rasio jumlah unit di kawasan Kecamatan /Kelurahan yang bersangkutan.

4. Aktifitas Supervisor berada di bawah koordinasi Kepala Seksi Supervisi dan Direktur Operasional terkait dalam

struktur Lembaga Daerah.

Pasal 15

Staf Lembaga

1. Di tiap jejang kepengurusan Lembaga dapat diangkat sejumlah staf Lembaga dalam upaya membantu pelayanan

keseharian di Sekretariat Lembaga.

2. Staf Lembaga tidak termasuk katagori Pengurus Lembaga, dan pengangkatannya ditetapkan berdasarkan keputusan

Direktur.

B A B V I

PERINTIS, DEWAN PEMBINA, DAN DEWAN PAKAR

Page 8: Pedoman dasar lembaga

Pasal 16

Perintis

1. Perintis ialah aktifis yang dipandang layak untuk dikulifikasikan sebagai pelopor gerakan TK/TP Al-Qur'an pada

awal berdirinya LPPTKA di tiap jenjang struktur kelembagaan.

2. Kualifikasi Perintis terdiri dari Perintis Tingkat Nasional, Perintis Tingkat Wilayah/Propinsi, dan tingkat

kabupaten/Kota.

3. Keberadaan Perintis dimaksudkan untuk menghargai kepeloporan dan keteladanannya serta memberikan motifasi

kepada para penerus gerakan TK/TP Al-Qur'an agar tetap konsisten dan mampu mengembangkan misi

perjuangannya.

4. Seorang aktifis dipandang layak untuk dikualifikasikan sebagai Perintis apabila memenuhi kriteria pokok sebagai

berikut :

a. Mampu membaca Al-Qur'an dan berperan aktif dalam mempelopori gerakan TK/TP Al-

Qur'an pada awal berdirinya LPPTKA.

b. Memiliki kapasitas pemikiran dan kepemimpinan yang handal selama ia aktif dalam periode awal kepengurusan

Lembaga.

c. Jasa-jasa baiknya diakui oleh Pengurus Lembaga yang beberapa periode berikutnya.

d. Tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang merugikan masyarakat dan atau mencemarkan nama baik

Lembaga.

5. Nama-nama Perintis diseleksi dan diputuskan melalui rapat Lembaga, dan diajukan kepada Pengurus Lembaga

yang tingkatannya lebih tinggi untuk memperoleh pertimbangan dan pengesahan.

Pasal 17

Dewan Pembina

1. Di tiap jenjang kepengurusan Lembaga diangkat beberapa figur Dewan Pembina, dan di antaranya ditetapkan

sebagai Ketua dan Sekretaris Dewan Pembina.

2. Dewan Pembina mempunyai peran pembinaan dan pengayoman berkenaan dengan fasilitas dan aktifitas

kepengurusan Lembaga.

3. Dewan Pembina adalah sejumlah tokoh yang memiliki posisi strategis dan kemampuan dalam mengembangkan

jaringan kemitraan Lembaga, sesuai tingkatannya.

4. Pengangkatan dan penetapan Dewan Pembina dilakukan dengan terlebih dahulu menjajagi kesediaan tokoh yang

bersangkutan oleh pihak Pimpinan Lembaga, atas dasar pertimbangan dan kesepakatan Pengurus Harian.

Pasal 18

Dewan Pakar

1. Di tiap jenjang kepengurusan Lembaga diangkat beberapa orang sebagai Dewan Pakar, dan diantaranya

ditetapkan sebagai Ketua dan Sekretaris Dewan Pakar.

2. Dewan Pakar mempunyai peran dalam memberikan bantuan pemikiran, bimbingan dan pengembangan

profesionalisme kepengurusan Lembaga, sesuai bidang keahlian yang diperlukan Lembaga.

3. Dewan Pakar adalah sejumlah tokoh yang memiliki kapasitas keilmuan dan pengalaman organisasi yang dapat

direkrut dari kalangan cendikiawan, Perintis dan senior Lembaga, sesuai tingkatannya.

Page 9: Pedoman dasar lembaga

4. Pengangkatan dan penetapan Dewan Pakar dilakukan dengan terlebih dahulu menjajagi kesediaan yang

bersangkutan oleh pihak Pimpinan Lembaga, atas dasar pertimbangan dan kesepakatan Pengurus Harian.

B A B V I I I

SILATURRAHMI KERJA & RAPAT-RAPAT LEMBAGA

Pasal 19

Silaturrahmi Kerja Nasional

1. Silagturahmi Kerja Nasional ( Silaknas ) adalah forum musyawarah tertinggi dalam dalam pengambilan keputusan

Lembaga di tingkat Nasional.

2. Silaknas mempunyai wewenang sebagai berikut :

a. Membahas dan mengesahkan Laporan pertanggungjawaban Pengurus Lembaga Pusat.

b. Membahas dan menetapkan Pedoman Dasar Lembaga.

c. Membahas dan menetapkan Program Kerja Nasional dalam lingkup usaha-usaha Lembaga, disinergikan

dengan Program Nasional BKPRMI

d. Membahas dan menetapkan rekomendasi untuk Pengurus LPPTKA Pusat serta DPP BKPRMI ( rekomendasi

internal ) dan rekomendasi lainnya ( rekomendasi eksternal ).

e. Memilih 3 ( tiga ) calon Direktur Nasional dan menetapkan salah satunya sebagai Direktur Nasional definitif,

dan sekalgus sebagai Ketua Tim Formatur untuk menyusun Pengurus Harian Lembaga Pusat.

3. Menyusun dan menetapkan susunan Pengurus Harian Lembaga Pusat dapat dilaksanakan selambat-lambatnya

satu miinggu sesudah Silaknas, dan diajukan oleh Ketua Tim Formatur kepada DPP BKPRMI untuk disahkan.

4. Silaknas diselenggarakan pada akhir periode akhir kepengurusan Lembaga Pusat, diikuti

oleh Direktur Nasional dan Pengurus Lengkap Lembaga Pusat, Ketua Umum DPP BKPRMI atau yang mewakili,

unsur Perintis, unsur Dewan Pembina dan atau Dewan Pengasuh Nasional, Direktur Wilayah dan unsur Pengurus

Inti Lembaga Wilayah serta undangan lain yang dipandang perlu.

5. Silaknas dapat diselenggarakan dalam periode kepengurusan Lembaga Pusat antar waktu apabila terjadi hal-hal

istimewa. Silaknas antar waktu diadakan atas prakarsa Pengurus Pusat atau didasarkan atas permintaan sekurang-

kurangnya 2/3 ( dua pertiga ) dari jumlah Lembaga Wilayah.

Pasal 20

Silaturrahmi Kerja Wilayah

1. Silaturrahmi Kerja Wilayah ( Silakwil ) adalah forum musyawarah tertinggi dalam pengambilan keputusan Lembaga

Tingkat Propinsi ( Lembaga Wilayah ).

2. Silakwil mempunyai wewenang sebagai berikut :

a. Membahas dan mengesahkan Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Lembaga Wilayah.

b. Membahas dan menetapkan program kerja wilayah sebagai pengejawantahan program kerja nasional

serta kebijaksanaan Lembaga Pusat, disinergikan dengan Program DPW BKPRMI, dan disesuaikan dengan

perkembangan obyektif di wilayah propinsi yang bersangkutan

c. Membahas dan menetapkan rekomendasi untuk Pengurus LPPTKA Wilayah, DPW BKPRMI, dan Pengurus

Lembaga Pusat ( rekomendasi internal ) serta rekomendasi lainnya ( rekomendasi eksternal ).

Page 10: Pedoman dasar lembaga

d. Memilih 3 ( tiga ) calon Direktur Wilayah dan menetapkan salah satunya sebagai Direktur Wilayah definitif,

sekaligus sebagai Ketua Tim Formatur dalam menyusun Pengurus Harian Lembaga Wilayah.

3. Menyusun dan menetapkan Pengurus Harian Lembaga Wilayah dapat dilaksanakan selambat-lambatnya satu

minggu sesudah Silakwil, dan diajukan kepada Direktur Nasional sebagai ex-officio Ketua DPP BKPRMI untuk

disyahkan.

4. Silakwil diselenggarakan pada akhir periode kepengurusan Pengurus Lembaga Wilayah,

diikuti oleh Direktur Wilayah dan Pengurus Lengkap Lembaga Wilayah, Direktur Nasional atau yang mewakili, Ketua

Umum DPW BKPRMI atau yang mewakili, unsur Perintis, unsur Dewan Pembina dan atau Dewan Pakar Lembaga

Wilayah, Direktur Daerah dan unsur Pengurus Inti Lembaga Daerah serta undangan lain yang dipandang perlu.

Pasal 21

Silaturrahmi Kerja Daerah

1. Silaturrahmi Kerja Daerah ( Silakda ) adalah forum musyawarah tertinggi dalam pengambilan keputusan Lembaga

Tingkat Kabupaten/Kota ( Lembaga Daerah ).

2. Silakda mempunyai wewenang sebagai berikut :

a. Membahas dan mengesahkan laporan Pertanggungjawaban Pengurus Lembaga Darah.

b. Membahas dan menetapkan Program Kerja Daerah sebagai pengejawantahan program kerja dan

kebijaksanaan Lembaga Wilayah, disinergikan dengan Program Kerja DPD BKPRMI, dan disesuaikan dengan

perkembangan obyektif di wilayah Kabupaten/Kota yang bersangkutan.

c. Membahas dan menetapkan rekomendasi untuk Pengurus LPPTKA Daerah, DPD BKPRMI, dan Pengurus

Lembaga Wilayah ( rekomendasi internal ) serta rekomendasi lainnya ( rekomendasi eksternal ).

d. Memilih 3 ( tiga ) calon Direktur Daerah dan menetapkan salah satunya sebagai Direktur defenitif, sekaligus

sebagai Ketua Tim Formatur dalam menyusun Pengurus Harian Lembaga Daerah.

3. Menyusun dan menetapkan susunan Pengurus Harian Lembaga Daerah dapat dilaksanakan selambat-lamnatnya

satu minggu sesudah Silakda, dan diajukan kepada Direktur Wilayah sebagai ex-officio Ketua DPW BKPRMI untuk

disahkan.

3. Silakda diselenggarakan pada akhir periode kepengurusan Pengurus Lembaga Wilayah, diikuti oleh Direktur

Daerah dan Pengurus Lengkap Lembaga Daerah, Direktur Wilayah atau yang mewakili, Ketua Umum DPD

BKPRMI atau yang mewakili, unsur Perintis, unsur Dewan Pembina dan atau Dewan Pakar Lembaga Daerah, serta

para Supervisor dan undangan lain yang dipandang perlu.

Pasal 22

Teknis Penyelenggaraan Silaturrahmi Kerja

Hal-hal yang menyangkut persiapan, pelaksanaan dan Tata-Tertib Silaturahmi Kerja dirancang dan ditangani oleh

Panitia yang dibentuk oleh Direktur sebagai Penanggung Jawab Lembaga dengan sepengetahuan Dewan Pengurus

BKPRMI sesuai tingkatannya.

Pasal 23

Rapat-rapat Lembaga

Rapat Lembaga adalah forum pengambilan keputusan intern Pengurus Lembaga, yang diselenggarakan di tiap jenjang

kepengurusan Lembaga, sesudah atau selain Silaturahmi Kerja, dengan ketentuan sebagai berikut :

Page 11: Pedoman dasar lembaga

1. Rapat Kerja. Diadakan dalam rangka mengambil keputusan dan atau kesepakatan tentang rincian Program Kerja

hasil Silaturrahmi Kerja dalam bentuk rencana kerja dan agenda kegiatan, sesuai kondisi obyektif dan

perkembangan yang dihadapi. Rapat kerja diselenggarakan oleh Direktur dengan mengundang seluruh Pengurus

Lengkap dan undangan lain yang dipandang perlu selambat-lambatnya 4 ( empat ) bulan sesudah Silaturrahmi

Kerja.

2. Rapat Pleno. Diadakan dalam rangka mengevaluasi pelaksanaan program kerja dan kinerja kepengurusan serta

perbaikan kebijaksanaan, termasuk kemungkinan pergantian Pengurus Lembaga antar waktu. Rapat Pleno

diadakan sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun, diselenggarakan oleh Direktur dengan mengundang

seluruh Pengurus Lengkap dan undangan lain yang dianggap perlu, sesuai urgensinya.

3. Rapat Koordinasi. Diadakan dalam rangka mengambil keputusan dan atau kesepakatan berkenaan dengan

program kelembagaan yang pelaksanaannya menghendaki keikut-sertaan berbagai jaringan lembaga, baik jajaran

internal mauoun eksternal.

4. Rapat Pengurus Harian. Diadakan dalam rangka mengambil keputusan dan atau kesepakatan tentang rancangan

kebijakan yang menyangkut wewenang dan lingkup tugas Pengurus Harian. Rapat ini diadakan sekurang-kurangnya

satu kali dalam 1 ( satu ) bulan, diikuti oleh Pengurus Harian dan bilamana perlu mengundang nara sumber tertentu.

5. Rapat Pengurus Inti. Diadakan dalam rangka mengembangkan kebijakan Pengurus Harian dan atau mengambil

keputusan tentang gagasan serta laporan yang berasal dari Kepala Bagian/Kepala Bidang/Kepala Seksi ( sesuai

jenjang kepengurusan ). Rapat ini dipimpin oleh Direktur/Wakil Direktur sekurang-kurangnyaSatu kali dalam 3

( tiga ) bulan, diikuti oleh sesama Anggota Pengurus Inti.

6. Rapat Bidang Fungsional. Diadakan dalam rangka membahas tugas-tugas sektoral berkenaan dengan bidang

fungsional tertentu yang secara teknis menjadi tanggung jawab Kepala Bagian/Kepala Bidang/Kepala Seksi ( sesuai

jenjang kepengurusan ) dan dibantu oleh Tim Ahli terkait. Rapat ini sekurang-kurangnya satu kali dalam 6 ( enam )

bulan, dipimpin oleh Direktur atau Wakil Direktur Operasional, diikuti oleh jajaran bidang fungsional yang

bersangkutan, dan bilamana perlu mengundang pakar tertentu.

B A B V I I I

LOGO DAN MOTTO LEMBAGA

Pasal 24

Logo Lembaga

1. Logo Lembaga adalah berintikan sebuah sketsa pintu masuk persegi empat yang elastis pada sudut atasnya dengan

dilengkapi hal-hal sebagai berikut :

a. Di sekeliling tepi pintu terdapat tulisan huruf balok berupa kata-kata LEMBAGA PEMBINAAN DAN

PENGEMBANGAN, dan bagian bawahnya adalah kata-kata TK AL-QUR’AN. Pada bagian paling bawah

terdapat kotak berbentuk empat persegi panjang yang di dalamnya terdapat kata-kata LPPTKA-BKPRMI.

Page 12: Pedoman dasar lembaga

b. Di bagian dalam pintu terdapat sketsa Kitab Suci Al-Qur’an dengan posisi terbuka dan

sketsa kepala serta bahu Santri yang sedang ketun membaca. Di bagian bawahnya terdapat gambar Rehal

lipat yang masing-masingnya bergaris tiga, dan diposisi atas terdapat gambar Kubah Masjid.

3. Logo Lembaga adalah berwarna hijau tua.

4. Logo ini melambangkan fungsi dan misi Lembaga sebagai wahana pendidikan dan pengajaran dalam upaya

membuka jalan ( simbol pintu masuk ) ke arah lahirnya generasi Qur’ani, yaitu satu generasi idaman yang sejak dini

sudah tertanam keakrabannya dengan Al-Qur'an ( simbol mushaf dalam posisi terbuka ) serta kedekatan dengan

institusi dan nilai-nilai kemasjidan ( simbol kubah masjid ) melalui pendekatan kultural ( simbol rehal ) dalam

suasana kedamaian dan kesejukan ( simbol warna hijau )

Pasal 25

Penggunaan Logo

1. Logo sebagaimana pada Pasal 25 adalah logo Lembaga yang berlaku secara nasional, dipasang di atas kop surat

Lembaga, Papan nama, bendera vandel, stiker, cindra mata, kain rentang/spanduk, barang cetakan produk

Lembaga, dan menjadi dasar dalam pembuatan stempel Lembaga.

2. Pada stempel Lembaga berlaku ketentuan sebagai berikut :

a. Untuk Lembaga Pusat ditambah kata-kata Pusat dibawah kata-kata LPPTKA BKPRMI.

b. Untuk Lembaga Wilayah ditambah dengan nama Wilayah/Propinsi yang bersangkutan dalam bentuk

akronim/singkatan dibawah kata-kata LPPTKA BKPRMI.

c. Untuk Lembaga Daerah ditambah dengan nama Kabupaten/Kota yang bersangkutan dii bawah kata-

kata LPPTKA BKPRMI.

Pasal 26

Motto Lembaga

1. Motto Lembaga adalah :

a. Kutipan ayat Al-Qur'an Surah Al-Qomar (Q.S. 54 ) ayat 17/22/40, yaitu (tertulis)

b. “Menyiapkan Generasi Qur’ani Menyongsong Masa Depan Gemilang”.

2. Motto butir 1.a. dipasang pada kop surat, amlpop, map, papan nama, dan sebagainya dan ditempatkan pada posisi

paling atas.

3. Motto 1.b. dipasang pada kop surat, amplop, map, dan barang cetakan lainnya, dan ditempatkan pada bagian

bawah atau posisi lain sesuai keserasiannya.

4.

B A B I X

TERTIB PEMBINAAN UNIT DAN SARANA PENDIDIKAN

Pasal 27

Tertib Keanggotaan Unit

1. Lembaga Wilayah dan Lembaga Daerah mempunayi peran operasional dalam melakukan tertib administrasi

keanggotaan Unit di wilayahnya masing-masing.

Page 13: Pedoman dasar lembaga

2. Mekanisme keanggotaan Unit didasarkan atas ketentuan yang berlaku berdasarkan Tata-Tertib yang dikeluarkan

oleh Lembaga Wilayah, dengan mengacu pada kondisi obyektif serta kebijakan yang digariskan oleh Lembaga

Pusat.

Pasal 28

Forum Pembinaan Unit

1. Penyelenggaraan pembinaan Unit dapat dilakukan melalui Forum Kerjasama Pengelola Unit yang dibentuk di

Tingkat Kecamatan.

2. Forum kerjasama dimaksud adalah berfungsi sebagai wahana silaturrahmi dan koordinasi pembinaan yang

dibentuk secara lokal dan kondisional oleh masing-masing Lembaga Wilayah/Lembaga Daerah yang sudah cukup

kondusif.

3. Kegiatan Forum dimotori oleh para Supervisor yang bertugas di lingkungan Kecamatan dan atau Kelurahan di

bawah koordinasi Lembaga Daerah.

Pasal 29

Pengadaan Sarana Pendidikan

1. Lembaga mengupayakan pengadaan sarana pendidikan dan pengajaran bagi keperluan Unit TK/TP Al-Qur'an

berupa peralatan yang menyangkut administrasi pendidikan, buku-buku sumber, alat peraga, alat permainan,

kaset, pakaian seragam santri, dan sebagainya.

2. Pengadaan dan penyaluran sarana pendidikan/pengajaran adalah bagian tak terpisahkan dari fungsi Lembaga

dalam memberikan pelayanan dan pembinaan kepada Unit-unit TK/TP Al-Qur'an yang berada di bawah

koordinasinya.

3. Pengaturan tentang upaya pengadaan, penyaluran dan pemasaran sarana pendidikan produk-produk Lembaga

secara teknis berada dibawah koordinasi Kabag/Kabid/Kasi Usaha dan Pengembangan Sarana Pendidikan

(Ubangsardik).

B A B X

KEKAYAAN DAN PEMBUKUAN

Pasal 30

Kekayaan Lembaga

1. Sumber kekayaan Lembaga berasal dari :

a. Hasil usaha jasa dan pemasaran produk Lembaga.

b. Zakat, infaq, shadaqah, dan amal jariyah.

c. Sumbangan unsur-unsur fungsionaris Lembaga.

d. Sumbangan dan bantuan instansi pemerintah, lembaga bantuan sosial, rekanan Lembaga, dan sebagainya.

2. Kekayaan Lembaga dipergunakan untuk memperlancar aktifitas kelembagaan dan program-programnya sesuai

kemampuan dan perkembangan.

Pasal 31

Pembukuan dan Pelaporan

1. Semua kekayaan dan aset Lembaga serta sirkulasi pemasukan dan pengeluarannya diatur secara tertib dan

transparan berdasarkan sistem pembukuan dan tahun pembukuan yang berlaku.

Page 14: Pedoman dasar lembaga

2. Laporan kekayaan dan posisi keuangan Lembaga disampaikan secara priodik di tiap jenjang Pengurus Lembaga,

dan secara khusus disampaikan pada akhir periode, sebagai bagian dari Laporan Pertanggungjawaban ( LPJ )

Pengurus Lembaga.

B A B X I

ATURAN TAMBAHAN

Pasal 32

1. Hal-hal yang belum diatur dalam Pedoman Dasar ini dapat diatur melalui kebijaksanaan tersendiri oleh Pengurus

Lembaga, sesuai jenjang kepengurusan dan batas kewenangan yang dimilikinya.

2. Lembaga Pusat berhak mengeluarkan kebijaksanaan berkenan dengan pasal-pasal yang memerlukan penjelasan

lebih lanjut yang tercantum dalam Pedoman Dasar ini.

B A B X I I

KHATIMAH

Pasal 33

1. Pedoman Dasar ini merupakan perbaikan dan penyempurnaan dari Pedoman Dasar hasil Silaknas V tahun

2002.

2. Pedoman Dasar ini disahkan melalui forum Silaknas VII di Jakarta dan mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

3. Perubahan Pedoman Dasar ini hanya sah jika dikeluarkan melalui forum Silaknas dan/atau Silaknas Istimewa

LPPTKA BKPRMI.

4. Direktur Nasional dan Pengurus Inti Lembaga Pusat segera melakukan publikasi dan sosialisasi kepada semua

pihak terkait, terutama ke jajaran Pengurus Lembaga Wilayah dan Pengurus Lembaga Daerah, berkenaan

dengan Keputusan Silaknas VII, khususnya tentang Pedoman Dasar Lembaga ini.

Ditetapkan di : J a k a r t a

Pada tanggal : 13 Agustus 2006/19 Rajab 1427

PIMPINAN SIDANG PLENO SILAKNAS VI

Ketua Sidang, Sekretaris Sidang

I D A Y A N I, SAg. J U N A I D I, SH

Page 15: Pedoman dasar lembaga
Page 16: Pedoman dasar lembaga
Page 17: Pedoman dasar lembaga
Page 18: Pedoman dasar lembaga
Page 19: Pedoman dasar lembaga

TIM PENYELARAS : 1. H. U. Syamsuddin MZ. ........................

2. Drs. Mamsudi AR, MM. ..............................

3. Muhammad Ikbal .........................

Page 20: Pedoman dasar lembaga

TIM PERUMUS/PENYUSUN :

1. U. SYAMSUDDIN MZ.

2. DRS. SUDAYAT KOSASIH

Page 21: Pedoman dasar lembaga

3. DRS. MAMSUDI AR

KEPUTUSANSilaturrahmi Kerja Nasional (SILAKNAS) V

Lembaga Pembinaan dan Pengembangan TK Al Qur’an

Nomor : 02/SK/SILAKNAS V/03/2003

TentangDEKLARASI SILAKNAS V TAHUN 2002 LPPTKA BKPRMI

DAN SURAT KETETAPAN FASI V TAHUN 2002 LPPTKA BKPRMIDI YOGYAKARTA

Bismillahirrahmanirrahim

Silaturrahmi Kerja Nasional V Lembaga Pembinaan dan Pengembangan TK Al Qur’an Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia, dengan senantiasa mengharap rahmat dan ridha Allah SWT, setelah :

MENIMBANG : Dalam upaya memperjelas dan memperkuat upaya menjalankan misi dan fungsi LPPTKA BKPRMI dipandang perlu adanya DEKLARASI SILAKNAS V LPPTKA BKPRMI, sesuai aspirasi dan kondisi obyektif yang dihadapi.

MENGINGAT : Pasal 16 ayat 1 – 4 Pedoman Dasar Dasar LPPTKA BKPRMI.

MEMPERHATIKAN : 1. Hasil pembahasan komisi B tanggal 26 Maret 2003.2. Hasil pembahasan sidang Pleno SILAKNAS V LPPTKA BKPRMI pada tanggal 27 Maret 2002.

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : 1. Mengesahkan Deklarasi SILAKNAS V LPPTKA BKPRMI Tahun 2002 di Yogyakarta, sebagaimana terlampir. 2. Mengesahkan Ketetapan SILAKNAS V Tahun 2002 LPPTKA BKPRMI di Yogyakarta tentang FASI V 2002. 3. Hal-hal

yang berkaitan dengan perubahan yang bersifat redaksional akan disempurnakan oleh Tim Perumus. 4. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Billahi fie Sabilil Haq

Ditetapkan : Di YogyakartaPada tanggal : 27 Maret 2002 M

13 Muaharram 1423 H

PIMPINAN SIDANG

MUHAMMAD IQBAL,B.BA DRS. H.M. BUDIYANTOKetua Sekretaris

Page 22: Pedoman dasar lembaga

DEKALARASISILAKNAS V LPPTKA BKPRMITAHUN 2002 DI YOGYAKARTA

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan mengharap ridho, hidayah dan inayah Allah Swt, setelah memperhatikan pendapat yang berkembang pada

SILAKNAS V LPPTKA BKPRMI, dan pandangan umum pengurus wilayah LPPTKA seluruh Indonesia yang didasari

Taushiyah Perintis Gerakan TK/TP Al Qur’an Indonesia, arahan Pembina LPPTKA BKPRMI, Ketua MPP BKPRMI dan

ketidakhadiran Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal BKPRMI yang diharapkan dapat menjelaskan tentang SK DPP

BKPRMI No. 34/BKPRMI/XI/2001 serta persiapan pelaksanaan FASI V tingkat nasional, maka

dengan ini SILAKNAS V LPPTKA BKPRMI menyatakan hal-hal sebagai berikut :

1. Menyatakan bahwa LPPTKA BKPRMI adalah Lembaga Otonom Khusus.

2. Keputusan SILAKNAS V LPPTKA BKPRMI mengikat seluruh jajaran LPPTKA BKPRMI untuk dilaksanakan

sebagaimana mestinya.

Yogyakarta, 27 Maret 2002 M 13 Muharram 1423 H

PIMPINAN SIDANG

Ketua, Sekretaris,Ttd ttd

MUHAMMAD IQBAL B,BA DRS. H.M. BUDIYANTO

Page 23: Pedoman dasar lembaga