Pedoman Code Blue

26
LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RS SARI ASIH SANGIANG NOMOR 110/PER/DIR/RSSA-SNG/IV/2015 TENTANG PANDUAN CODE BLUE BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Ketika berbicara tentang “cardiac arrest, ingatan kita tidak bisa lepas dari penyakit jantung dan pembuluh darah, karena penyebab tersering dari cardiac arrest adalah penyakit jantung koroner. Setiap tahun terdapat kurang lebih 295.000 kasus cardiac arrest yang ditangani baik di rumah sakit maupun diluar rumah sakit di Unites State (American Heart Asociation, 2012). WHO (2008) menerangkan bahwa penyakit jantung, bersama- sama dengan penyakit infeksi dan kanker masih tetap mendominasi peringkat teratas penyebab utama kematian di dunia. Serangan jantung dan problem seputarnya masih menjadi pembunuh nomor satu dengan raihan 29 persen kematian global setiap tahun. 1

description

code blue

Transcript of Pedoman Code Blue

Page 1: Pedoman Code Blue

LAMPIRANPERATURAN DIREKTUR RS SARI ASIH SANGIANGNOMOR 110/PER/DIR/RSSA-SNG/IV/2015TENTANG PANDUAN CODE BLUE

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Ketika berbicara tentang “cardiac arrest, ingatan kita tidak bisa lepas dari penyakit

jantung dan pembuluh darah, karena penyebab tersering dari cardiac arrest adalah

penyakit jantung koroner. Setiap tahun terdapat kurang lebih 295.000 kasus cardiac arrest

yang ditangani baik di rumah sakit maupun diluar rumah sakit di Unites State (American

Heart Asociation, 2012).

WHO (2008) menerangkan bahwa penyakit jantung, bersama-sama dengan penyakit

infeksi dan kanker masih tetap mendominasi peringkat teratas penyebab utama kematian

di dunia. Serangan jantung dan problem seputarnya masih menjadi pembunuh nomor satu

dengan raihan 29 persen kematian global setiap tahun.

Demikian halnya di Indonesia, berdasarkan Survei Kesehatan Nasional tahun 1986 dan

1991, penyakit jantung koroner bersama dengan penyakit infeksi merupakan

penyebab kematian utama di Indonesia (Diklat Yayasan Ambulans Gawat Darurat118,

2010). Kematian jantung mendadak atau cardiac arrest adalah berhentinya fungsi

jantung secara tiba-tiba pada seseorang yang telah atau belum diketahui menderita

penyakit jantung. Waktu dan kejadiannya tidak terduga, yakni segera setelah timbul

keluhan (American Heart Association, 2010).

Kematian otak dan kematian permanen terjadi dalam jangka waktu 8 sampai 10 menit

setelah seseorang mengalami cardiac arrest (Diklat Ambulans Gawat Darurat 118, 2010).

Cardiac arrest dapat dipulihkan jika tertangani segera dengan cardiopulmonary

resuscitation (CPR) dan defibrilasi untuk mengembalikan denyut jantung normal.

Kesempatan pasien untuk bisa bertahan hidup berkurang 7 sampai 10 persen pada tiap

1

Page 2: Pedoman Code Blue

menit yang berjalan tanpa cardiopulmonary resuscitation dan defibrilasi (American Heart

Assosiacion,2010).

Berdasarkan hasil penelitian dari American Heart Association pada bulan Juni 1999

didapatkan data bahwa 64% pasien dengan cardiac arrest yang mendapatkan

penanganan segera dapat bertahan hidup tanpa kerusakan otak. Inti dari penangan

cardiac arrest adalah kemampuan untuk bisa mendeteksi dan bereaksi secara cepat dan

benar untuk sesegera mungkin mengembalikan denyut jantung ke kondisi normal untuk

mencegah terjadinya kematian otak dan kematian permanen.

Penanganan secara cepa dapat diwujudkan jika terdapat tenaga yang memiliki

kemampuan dalam melakukan “chain of survival” saat cardiac arrest terjadi.Keberadaan

tenaga inilah yang selama ini menjadi masalah atau pertanyaan besar, bahkan di Rumah

Sakit Sari Asih Sangiang yang notabene banyak terdapat tenaga medis dan perawat.

Tenaga medis dan perawat di Rumah Sakit sebenarnya sudah memiliki kemampuan dasar

dalam melakukan life saving, akan tetapi belum semuanya dapat mengaplikasikannya

secara maksimal. Dan seringkali belum terdapat pengorganisian yang baik dalam

pelaksanaannya. Masalah inilah yang kemudian memunculkan terbentuknya tim reaksi

cepat dalam penanganan Arrest segera, yang disebut “CODE BLUE”.

2. Tujuan Code Blue

Tujuan dari code blue adalah untuk memberikan resusitasi dan stabilisasi yang cepat bagi

korban yang mengalami kondisi darurat cardio-respiratory arrest yang berada dalam

kawasan rumah sakit. Untuk membentuk suatu tim yang terlatih lengkap dengan perlatan

medis darurat yang dapat digunakan dengan cepat.

Untuk memulai pelatihan keterampilan BLS dan penggunaan defibrillator eksternal

otomatis (AED) untuk semua tim rumah sakit baik yang berbasis klinis maupun non klinis.

Untuk memulai penempatan peralatan BLS di berbagai lokasi strategis di dalam kawasan

rumah sakit untuk memfasilitasi respon cepat bagi keadaan darurat medis. Untuk

membuat rumah sakit mampu menangani keadaan medis yang darurat.

2

Page 3: Pedoman Code Blue

BAB II

GAMBARAN UMUM

2. Definisi

a) Code Blue

Code Blue adalah Kode Informasi atau pertanda untuk melihat stabilisasi kondisi

darurat medis yang terjadi di dalam area rumah sakit. Kondisi darurat medis ini

3

Page 4: Pedoman Code Blue

membutuhkan perhatian segera. Sebuah code blue harus segera dimulai setiap

kali seseorang ditemukan dalam kondisi cardiac arrest atau respiratory arrest (tidak

responsif, nadi tidak teraba, atau tidak bernapas) misalnya pasien yang

membutuhkan resusitasi kardiopulmoner (CPR).

b) Code Blue Team

Code blue team adalah tim yang terdiri dari dokter dan perawat yang ditunjuk

sebagai "code-team", yang secara cepat ke pasien untuk melakukan tindakan

penyelamatan. Tim ini menggunakan crash-cart, kursi roda atau tandu, alat – alat

penting seperti defibrilator, peralatan intubasi, suction, oksigen, ambubag, obat-

obatan resusitasi (adrenalin, atropin, lignocaine) dan IV set untuk menstabilkan

pasien.

c) Basic Life Support (BLS) atau Bantuan Hidup Dasar

Basic Life Support atau Bantuan Hidup Dasar merupakan awal respons tindakan

gawat darurat. BLS dapat dilakukan oleh tenaga medis, perawat maupun orang

awam yang melihat pertama kali korban. Skills BLS haruslah dikuasai oleh tenaga

medis, perawat dan sebaiknya orang awam juga menguasainya karena seringkali

korban justru ditemukan pertama kali bukan oleh tenaga medis. BLS adalah suatu

cara memberikan bantuan atau pertolongan hidup dasar yang meliputi bebasnya

jalan napas (Airway /A), pernapasan yang adekuat (Breathing/B),sirkulasi yang

adekuat (circulation/C).

d) Advanced Cardiac Life Support(ACLS)

Advanced Cardiac Life Support ( ACLS) adalah bantuan hidup lanjut atau pertolongan

pertama pada penyakit jangtung.

1. Organisasi Tim Code Blue

Tim Code blue merupakan tim yang selalu siap setiap saat atau sepanjang waktu

Tim code blue respon primer beranggotakan kru yang paling tidak telah

menguasai Basic Life Support (BLS) dan ACLS. Tim Code Blue terdiri dari 3

sampai 4 anggota, yaitu :

a) 1 orang, Koordinator Tim

4

Page 5: Pedoman Code Blue

b) 1 orang, Petugas Medis

c) 1 orang, Assisten Petugas Medis dan 1 perawat atau 2 perawat (perawat

pelaksana dan tim resusitasi)

d) 1 orang, Kelompok Pendukung (jika diperlukan)

2. Dengan uraian Tugas sebagai berikut :

Koordinator Tim

Dijabat oleh dokter ICU/NICU/HCU

Bertugas mengkoordinir segenap anggota tim.

Bekerjasama dengan diklat membuat pelatihan kegawat daruratan yang

dibutuhkan oleh anggota tim.

Penanggung Jawab Medis

Dokter jaga/ dokter ruangan

Mengidentifikasi awal / triage pasien

Memimpin penanggulangan pasien saat terjadikegawatdaruratan

Memimpin tim saat pelaksanaan CPR

Menentukan sikap selanjutnya

Perawat Pelaksana

Bersama dokter pemanggungjawab medis melakukan triage pada pasien

Membantu dokter penanggungjawab medis menangani pasien gawat dan gawat

darurat

Tim Resusitasi

Perawat terlatih dan dokter ruangan atau dokter jaga

Memberikan bantuan hidup dasar kepada pasien gawat atau gawat darurat

Melakukan resusitasi jantung paru kepada pasien gawat atau gawat darurat

Daftar nama Tim Code Blue meruapakan tanggung jawab Koordinator setiap bulan

dalam MECC

Code Blue Response Team

Anggota tim ini pun juga wajib untuk dilatih BLS dan ACLS. Tim Code Blue terdiri dari

4 sampai 5 anggota dengan 1 orang sebagai Koordinator Tim.

Setiap anggota tim Code Blue akan memiliki tanggung jawab yang ditunjuk seperti

pemimpin tim, manajer airway, kompresi dada, pemasangan IV line, persiapan obat

5

Page 6: Pedoman Code Blue

dan defibrilasi. Setiap anggota tim yang ditunjuk harus membawa HT dan

mengaktifkannya saat bekerja.

e) Pendidikan, Pelatihan dan Kualitas Anggota Code Blue

Pendidikan dan pelatihan BLS diwajibkan bagi anggota tim code blue dan atau

harus memiliki sertifikat ACLS yang berlaku 2 tahun.

Meninjau semua kebijakan dan prosedur.

Melakukan review standar peraturan.

Melakukan pengukuran standar pelayanan (jam pelayanan)

Audit Program pendidikan dan pelatihan BLS, ACLS dan ATLS diberikan kepada

tim rumah sakit dan unit.

Hal ini bertujuan untuk meningkatkan standar perawatan dan hasil respon code

blue sebagai tim yang memainkan peran penting sebagai responden pertama

untuk situasi code blue.

6

Page 7: Pedoman Code Blue

BAB III

RUANG LINGKUP

Sistem respon cepat code blue dibentuk untuk memastikan bahwa semua kondisi darurat

medis kritis tertangani dengan resusitasi dan stabilisasi sesegera mungkin. Sistem respon

terbagi dalam 2 tahap yaitu :

Respon awal (responder pertama) berasal petugas rumah sakit yang berada di sekitarnya,

dimana terdapat layanan Basic Life Support (BLS).

Respon kedua (responder kedua) merupakan tim khusus dan terlatih yang berasal dari

departemen yang ditunjuk oleh pihak rumah sakit. Sistem respon dilakukan dengan waktu

respon tertentu berdasarkan standar kualitas pelayanan yang telah ditentukan oleh rumah

sakit. Untuk menunjang hal tersebut yang dilakukan adalah :

Semua personil di rumah sakit harus dilatih dengan keterampilan BLS untuk menunjang

kecepatan respon untuk BLS di lokasi kejadian.

Peralatan BLS harus ditempatkan di lokasi yang strategis dalam kawasan rumah sakit,

misalnya lobi rumah sakit, ruang tunggu poliklinik dan ruang rawat inap, dimana peralatan

dapat dipindah atau dibawa untuk memungkinkan respon yang cepat.

7

Page 8: Pedoman Code Blue

BAB IV

TATA LAKSANA

Idealnya waktu antara aktivasi code blue sampai kedatangan code blue Team atau

response time adalah 5 menit. Sehingga diharapkan setiap region rumah sakit mempunyai

tim yang dapat melakukan BLS awal sambil menunggu kedatangan tim code blue rumah

sakit untuk meningkatkan harapan hidup pasien.

Tim dibentuk dengan ketentuan tiap tim terdiri dari 3 sampai 5 anggota yang terlatih dalam

BLS. Peralatan resusitasi darurat yang mudah untuk dibawa, harus ditempatkan di lokasi

strategis di seluruh kawasan rumah sakit terutama di daerah di mana probabilitas tinggi

terjadi kondisi darurat medis atau di mana tim rumah sakit telah dilatih dalam keterampilan

BLS. Setidaknya satu kit resusitasi dasar harus ditempatkan di setiap area kerja satu

departemen sehingga tim dapat dengan cepat memobilisasi dan memanfaatkan peralatan

resusitasi.

Jika tersedia peralatan resusitasi yang lebih maka efektifitas dan waktu respon dari Code

Blue Tim akan lebih baik dan harapan hidup pasienpun meningkat. Hal ini sama

pentingnya bahwa semua personil rumah sakit, terutama tenaga non-dokter dan non-

medis, dilatih BLS sehingga mereka juga dapat memberikan resusitasi awal kehidupan

(CPR) dilokasi kejadian sambil menunggu respon primer atau Code Blue tiba, dengan

demikian juga meningkatkan kemungkinan hasil yang baik bagi para korban darurat

medis. Pelatihan tim rumah sakit dalam keterampilan BLS.

4.1 Fase Code Blue

1. Alert System

Harus ada sistem yang baik dan terkoordinasi di tempat yang digunakan untuk

mengaktifkan peringatan terjadinya keadaan darurat medis dalam lingkup rumah sakit

kepada anggota tim code blue. Sistem handy talky yang ada akan digunakan. Jika terjadi

keadaan darurat medis, personil rumah sakit di mana saja dalam lingkup rumah sakit

tersebut dapat mengaktifkan respon dari code blue lewat handy talky untuk bantuan dan

pengaktifan :

Local Alert : Tergantung pada mekanisme yang dibuat oleh Zone Coordinator, contoh:

Pengumuman melalui sistem PA

8

Page 9: Pedoman Code Blue

Menampilkan nama-nama tim code blue primer di lokasi strategis di zona mereka

Setelah kasus code blue terjadi, Tim Primer harus meninggalkan pekerjaannya dan

mengambil tas code blue dan bergegas ke lokasi dan memulai CPR / BLS.

Prioritas 1:

Untuk mengaktifkan team code blue

Prioritas 2:

Untuk memeriksa (sebagai jaring pengaman kedua) pengaktifan team code blue primer.

Anggota tim respon code blue primer yang telah ditentukan di sekitar tempat terjadinya

kegawatdaruatan medis akan menanggapi situasi code blue sesegera mungkin. Anggota

tim akan memobilisasi alat resusitasi mereka dan bergegas kelokasi darurat medis. Tim

code blue juga akan menanggapi situasi code blue. Jika semua tim tidak yakin apakah

lokasi darurat medis tersebut tercakup di daerah cakupan mereka,mereka tetap harus

merespon alarm 'code blue'. Standar layanan untuk durasi waktu yang dibutuhkan

antara menerima pesan 'code blue' (code blue - aktivasi) dan kedatangan tim code blue di

lokasi kejadian adalah 5 sampai 10 menit. Standar layanan akan diberi batas waktu &

dikaji kinerja dan pemeriksaan jaminan kualitas untuk menentukan ‘perangkap’ dalam

sistem peringatan dan menjaga efisiensi dan penyebaran cepat dari tim code blue.

Tanggung jawab dari Medical Emergency Call Center (MECC) terhadap Code Blue line:

Anggap setiap panggilan di code blue line adalah code blue kasus yang sebenarnya

(sampai bisa dibuktikan).

Panggilan code blue harus dijawab secepatnya (< 3 kali panggilan)

Informasi vital adalah :

Nama dan nama orang/ tim rumah sakit/ paramedis/ dokter tertentu

Lokasi pasti

Trauma atau kasus medis

Dewasa atau anak-anak

Pengumuman kepada tim code blue : CODE BLUE 3x di area cakupan

Tim code blue harus meninggalkan pekerjaannya dan berlari dengan membawa

perlengkapan.

Rekaman dan dokumen dalam sensus code blue

9

Page 10: Pedoman Code Blue

2. Intervensi Segera di Tempat Kejadian.Tim di tempat kejadian darurat medis (pasien

tidak sadar atau dalam cardiac dan respiratory arrest) telah terjadi memiliki tanggungjawab

untuk meminta bantuan lebih lanjut, memulai resusitasi menggunakan pedoman Basic Life

Support (BLS) dan keterampilan ALS dan peralatan jika cukup terlatih dan lengkap..

Personil rumah sakit yang menemukan korban harus mengaktifkan pemberitahuan lokal

untuk tim code blue primer atau seseorang menginstruksikan mereka untuk

melakukannya, mereka juga harus meminta bantuan lebih lanjut dari tim terdekat jika

tersedia.

Pada saat yang sama, aktivasi pemberitahuan rumah sakit harus dilakukan dengan

menghubungi nomor code blue rumah sakit. Pihak yang bertanggung jawab atau

bertanggung jawab atas daerah tertentu (misalnya dari ruangan lain) juga harus di beritahu

untuk datang ke lokasi segera.

Sementara menunggu kedatangan tim utama menanggapi code blue, jika tersedia tim

yang terlatih untuk BLS, mereka harus memulai BLS (posisi airway, bantuan

pernapasan,kompresi dada dll).

Jika tidak ada tim yang terlatih BLS, tim yang ditempat kejadian harus menunggu bantuan

yang berpengalaman dan menjaga lokasi dari kerumunan orang. Jika monitor jantung,

defibrillator manual atau defibrillator eksternal otomatis (AED) tersedia, peralatan ini harus

melekat kepada pasien untuk menentukan kebutuhan defibrilasi; fase ini dilakukan oleh tim

yang berpengalaman atau tim terlatih dalam Alert Cardiac Life Support (ACLS).

Setiap departemen, divisi, atau unit bangsal harus berusaha untuk memastikan bahwa tim

mereka dilatih dalam setidaknya keterampilan BLS dan mereka dilengkapi dengan

resusitasi kit atau troli emergency, setidaknya peralatan resusitasi dasar dan ditempatkan

di lokasi strategis. Tim dari masing-masing ruangan akan bertanggung jawab untuk

pemeliharaan resusitasi kit mereka.

Jika korban berhasil disadarkan/dihidupkan kembali sambil menunggu kedatangan tim

respon code blue, tim dilokasi harus menempatkan pasien dalam posisi pemulihan dan

10

Page 11: Pedoman Code Blue

monitor tanda-tanda vital. Semua kasus code blue harus mengirim ke ICU untuk evaluasi

lebih lanjut dan manajemen terlepas hasilnya.

Kedatangan Team Code Blue

Setelah anggota tim code blue menerima aktivasi code blue, mereka harus menghentikan

tugas mereka saat ini, mengambil resusitasi kit (tas peralatan) mereka dan bergegas ke

lokasi darurat medis dengan berjalan kaki. Mereka harus mengerahkan diri mereka sendiri

dengan cepat dan lancar dan menggunakan rute terpendek yang tersedia. Waktu respon

(layanan standar) dari waktu dari code blue call/ aktivasi kedatangan tim Code blue di tempat

kejadian akan disimpan.

Akan ada saat ketika tim code blue adalah penundaan karena berbagai alasan, sehingga

kebutuhan untuk tim Code blue untuk tidak hanya terdiri dari tim code blue tetapi juga tim

dari departemen yang lebih strategis atau dekat. Selanjutnya, sangat penting bahwa setiap

tenaga medis di lokasi kejadian mulai melakukan langkah BLS.

Jika korban masih dalam cardiac atau respiratory arrest ketika tim respon code blue tiba di

lokasi, tim akan mengambil alih tugas resusitasi; tim di lokasi kejadian harus tinggal di

sekitar untuk memberikan bantuan tambahan jika diperlukan.

Setiap kasus code blue akan kirim ke ICU terlepas kondisi pasien baik untuk

mempertahankan kembalinya sirkulasi spontan (ROSC) atau tidak.

Perawatan Definitif

Keadaan darurat medis yang terjadi di setiap daerah baik klinis atau non-klinis dan baik

melibatkan rawat inap atau rawat jalan (umum) akan dihadiri oleh para tim tanggap

code blue, pasien ini akan dikirim ke ICU untuk resusitasi lanjutan dan perawatan definitif

dimana tempat-tempat ini biasanya tidak memiliki infrastruktur yang memadai dan

peralatan untuk perawatan lanjutan.

Jika resusitasi tidak berhasil (korban meninggal di TKP),korban masih perlu ditransfer ke

ICU untuk dokumentasi lebih lanjut atau konfirmasi kematian. Setiap kasus code blue akan

menerima perawatan definitif setelah perawatan pasca integrasi serangan jantung.

11

Page 12: Pedoman Code Blue

Peralatan dan pelatihan

Semua tingkat tim rumah sakit harus cukup terlatih setidaknya dalam BLS dan

penggunaan AED. AED dan resusitasi kit dasar harus ditempatkan di berbagai daerah di

dalam halaman rumah sakit dan mudah diakses bagi tenaga medis dan tim Code Blue

untuk digunakan.

Lokal /code blue primer (zona risiko rendah) tim peralatan:

1. Sarung tangan

2. Pocket mask

3. Guedel / jalan napas orofaringeal

4. Tas / kotak pertama bantuan.

Dasar peralatan resusitasi kit yang dibutuhkan oleh code blue team:

Oksigen tangki dan pipa

Tinggi aliran masker

Pocket mask

Bag-valve mask

Pedoman defibrilator atau AED (ke dalam disiplin lain ETD dan KIV).

Sarung tangan steril disposable

Oro-faring dan naso-faring saluran udara

Extraglottic perangkat (LMA / LT)

Kursi roda atau tandu

Stetoskop

Alat suntik dan jarum

Infus set

Glucometer

Obat-Dextrose 50%, Dekstrosa 10%, Normal saline /Hartmann 's, Adrenalin,

Atropin, Amiodarone, Diazepam,GTN Tab dan Aspirin

Sphygmomanometer

Penlight

12

Page 13: Pedoman Code Blue

Ketika muncul code blue, tim dokter dan perawat yang ditunjuk sebagai "code-team", bergegas ke

pasien untuk melakukan tindakan penyelamatan. Tim ini menggunakan crash-cart, kursi roda /tandu, yang

berisi alat - alat penting seperti defibrilator, peralatan intubasi, suction, oksigen, ambubag, obat-obatan

resusitasi (adrenalin,atropin, lignocaine) dan IV set untuk menstabilkan pasien.

Tim akan mempraktekkan keterampilan BLS dan Advanced Cardiac Life Support (ACLS) untuk

resusitasi pasien. Peralatan resusitasi diletakkan di area yang sering membutuhkan bantuan resusitasi

sehingga bila code blue muncul tim yang ditunjuk sebagai code blue Tim akan segera dapat mengakses

peralatan tersebut. Jika code blue disebut di suatu daerah tanpa crash-cart, tim yang ditunjuk code blue

akan membawa crash-cart atau kit resusitasi.

4.2 Komunikasi

Tersedia Medical Emergency Call Centre (MECC) yaitu panggilan khusus yang

mengaktifkan tim Code Blue Respon Primer.

4.3 Koordinasi dengan ruangan lain

Panggilan akan diperoleh dari ruangan lain yang tidak memiliki tim tanggap darurat. Jika tidak ada rencana

tanggap darurat di tempat, akan mendapatkan panggilan mengenai kebutuhan mereka untuk perawatan

medis darurat dan berkoordinasi dengan mereka tentang bagaimana untuk mendirikan tanggap

darurat medis menggunakan system code blue.

4.4 Algoritma Code Blue

Ditemukan korban/pasien dengan cardiopulmonary arrest

Staf rumah sakit memanggil pertolongan

Mengaktifasi “local alert” menuju tim code blue primer

13

By Stander

Page 14: Pedoman Code Blue

Anggota bystander/penemu pertama terlebih dahulu melakukanBLS/CPR bila memiliki skill

yang cukup

Lanjutkan BLS/CPR sampai tim code blue datang

Jika tidak memiliki skill BLS, tunggu pertolongan datang,sementara menunggu, amankan

korban dari kerumunan

Segera hubungi code blue rumah sakit untuk mengaktivasi “ Hospital alert ”

Setlah mengaktifasi code blue, tim primer yang bertugasdi sekitar tempat kejadian

bergegas menuju tempat kejadian dengan resusitasi kit

Mulai atau lanjutkan BLS/CPR sementara menunggu tim code blue datang

Setelah tim code blue datang, mereka akanmengambil alih resusitasi

BLS dilanjutkan dan lakukan AED

Dokumentasikan semua tindakan yang dilakukan oleh tim code blue

Pindahkan korban ke ICU secepat mungkin setelah stabil untuk mendapatkan perawatan

lebih lanjut

Jika resusitasi berhasil atau korban meninggal di tempat, korban harus tetap dipindahkan

ke ICU untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut atau mengkonfirmasi kematian

14

Tim Code Blue Sekunder

Tim Code Blue Primer

Page 15: Pedoman Code Blue

BAB V

PENUTUP

Langkah-langkah kritis yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan code blue adalah

pengenalan keadaan serta aktivasi sistem gawat darurat segera, RJP segera serta

defibrilasi segera. Tindakan tersebut harus dilakukan oleh orang di sekitar yang

paling dekat jika menyaksikan seseorang tidak sadarkan diri secara mendadak.

Tidak seperti mitos yang kita dengar, untuk kondisi penderita seperti di atas, RJP

merupakan tindakan yang tidak berbahaya. Lebih berbahaya bagi penderita jika

penolong tidak bertindak apa-apa. Kualitas RJP harus kita perhatikan, kompresi dada

harus dikerjakan dengan baik melalui menekan cepat dan kuat di bagian setengah

15

Page 16: Pedoman Code Blue

bawah tulang dada. Seluruh tim medis Rumah Sakit Sari Asih Sangiang memegang

peranan penting dalam perkembangan sistem code blue.

Direktur,

dr. H. Abdul Khoja, MARS

16