pedahuluan 1

4
Tema : Response Time Perawat (waktu tanggap perawat) Judul: Hubungan Response time (Waktu tanggap) perawat terhadap kecemasan keluarga pasien di Istalasi gawat darurat RS X Salah satu bentuk keberhasilan perawatan pasien dengan keadaan darurat adalah kecepatan penanganan. Kecepatan penangan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan mempengaruhi harapan hidup pasien. Setiap tindakan yang dilakukan di instalasi gawat darurat di suatu rumah sakit haruslah benar-benar efektif danefisien. Response time (waktu tanggap) tenaga kesehatan, khususnya perawat dalam menangani pasien dengan keadaan darurat harus dilakuakan dengan cepat tanggap dan tepat. Berdasarkan keputusan kementrian kesehatan RI nomor 129, waktu tanggap (response time) kurang lima menit setelah pasien datang. Tetapi dalam kenyataannya, masih banyak instalasi gawat darurat di beberapa rumah sakit yang memiliki waktu tanggap lebih dari lima menit. Pajangnya waktu tanggap perawat dapat mempengaruhi banyak hal, dari harapan hidup pada pasien dengan keadaan gawat darurat, sampai psikologis baik klien maupun keluarga. Kelurga pasien menginkan setelah pasien datang dapat segera dilayani. Semakin panjang waktu tanggap tenaga kesehatan, maka tingkat stress keluarga pasien semakin meningkat. Tingkat stress yang menimpa keluarga klien dapat memicu kecemasan pada keluarga pasien. Dari fenomena yang muncul di lapangan maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan Response time (Waktu tanggap) perawat terhadap kecemasan keluarga pasien di Istalasi gawat darurat RS X

description

sibb

Transcript of pedahuluan 1

Tema : Response Time Perawat (waktu tanggap perawat)Judul: Hubungan Response time (Waktu tanggap) perawat terhadap kecemasan keluarga pasien di Istalasi gawat darurat RS XSalah satu bentuk keberhasilan perawatan pasien dengan keadaan darurat adalah kecepatan penanganan. Kecepatan penangan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan mempengaruhi harapan hidup pasien. Setiap tindakan yang dilakukan di instalasi gawat darurat di suatu rumah sakit haruslah benar-benar efektif danefisien. Response time (waktu tanggap) tenaga kesehatan, khususnya perawat dalam menangani pasien dengan keadaan darurat harus dilakuakan dengan cepat tanggap dan tepat. Berdasarkan keputusan kementrian kesehatan RI nomor 129, waktu tanggap (response time) kurang lima menit setelah pasien datang. Tetapi dalam kenyataannya, masih banyak instalasi gawat darurat di beberapa rumah sakit yang memiliki waktu tanggap lebih dari lima menit. Pajangnya waktu tanggap perawat dapat mempengaruhi banyak hal, dari harapan hidup pada pasien dengan keadaan gawat darurat, sampai psikologis baik klien maupun keluarga. Kelurga pasien menginkan setelah pasien datang dapat segera dilayani. Semakin panjang waktu tanggap tenaga kesehatan, maka tingkat stress keluarga pasien semakin meningkat. Tingkat stress yang menimpa keluarga klien dapat memicu kecemasan pada keluarga pasien. Dari fenomena yang muncul di lapangan maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan Response time (Waktu tanggap) perawat terhadap kecemasan keluarga pasien di Istalasi gawat darurat RS X

Tema : Waiting Time di Unit Gawat DaruratJudul : Faktor-faktor yang mempengaruhi Waiting Time di Unit Gawat Darurat RS XDalam menyediakan pelayanan kesehatan yang optimal, setiap rumah sakit dituntut untuk memiliki tenaga kesehatan yang profosional maupun fasilitas kesehatan yang memadai. Jumplah fasilitas yang kurang memadahi, ditambah dengan tenaga kesehatan yang kurang dari segi jumplah ataupun keahlian menjadi faktor pendorong terjadinya penurunan kualitas pelayanan kesehatan di suatu rumah sakit. Penurunan kualitas kesehatan juga dapat diukur dari waiting time di istalasi gawat darurat suatu rumah sakit.Waiting time di sebuah instalasi gawat darurat merupakan suatu jeda waktu antara pasien datang , sampai pasien diantar menuju bangsal rawat inap. Berdasarkan peraturan Mentri Kesehatan nomor 129 tahun 2008, waiting time di sebuah instalasi Gawat darurat harus kurang dari delapan jam setelah pasien datang. Di Amerika Serikat waiting time antara tahun 2003 sampai tahun 2009 terjadi peningkatan sebesar 25%. Pada tahun 2003, waiting time hanya 46,5 menit. Tetap setelah tahun 2009, waiting time istalasi gawat darurat di Amerika serikat mencapai 58,1 menit. Walaupun di Amerika Serikat setiap tahunnya diadakan perbaikikan fasilitas, pelatihan tenaga kesehatan dan penambahan tenaga kesehatan di instalasi gawat darurat, tetapi pertambahan pengunjung menjadi faktor utama terjadinya pendorong memanjangnya waiting time di Instalasi gawat darurat. Sedangkan di Indonesia, waiting time instalasi gawat darurat teralalu memanjang.Waktu tunggu instalasi gawat darurat di rumah sakit di Indonesia sangat tergantung dengan fasilitas pengukung seperti jumplah bangsal yang kosong dan kecapan tenaga kesehatan. Waktu tunggu yang cenderung lama berpengaruh terhadap tingat kepuasan pasien ataupun keluarga.

Tema : Waiting Time di Unit Gawat DaruratJudul : Hubungan Waiting Time (waktu tunggu) dengan kepuasan keluarga pasien di Instalasi Gawat Darura Rs XWaktu tunggu (waiting time) dalam sebuah instalasi gawat darurat merupakan sebuah jeda diantara pasien datang dengan saaat pasien mendapatkan ruangan, pada pasien dengan rawat inap. Banyak faktor yang memepengaruhi waktu tunggu di sebuah instalasi gawat darurat sebuah rumah sakit. Dari ketersediaan fasilitas bangsal, jumplah bangsal yang kosong, sampai kecakapan tenaga kesehatan dalam mengatur kedatangan dan kepulangan pasien. Waktu tunggu (waiting time) yang memanjang mengakibatkan menimbulkan sikap ketidakpuasan pada pasien dan keluarga pasien.Sikap ketidakpuasan pasien dan keluarga karena waktu tunggu (waiting time) yang terlalu memanjang dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap fasilitas kesehatan di suatu daerah. Beberapa permasalahan yang muncul ketika waktu tunggu di sebuah instalasi gawat darurat terlalu panjang adalah pemenuhan kebutuhan pasien akan tergaggu. Pada sebuahinstalasi gawat darurat, pasien tidak mendapatkan makanan atau minum, sehingga keluarga harus memenuhi kebutuhan sendiri. Selain itu pada instalasi gawat darurat tidak dilakukan terapi berkala, sepertid di bangsal. Sehingga seakan-akan pasien mendapatkans ebuah ketidakpastian. Dari fenomena yang muncul dilapangan dan didukung dengan beberapa data yang ada, maka penulis tertarik meneliti mengnenai Hubungan Waiting Time (waktu tunggu) dengan kepuasan keluarga pasien di Instalasi Gawat Darura Rs X.