Pecalang Laut

4
Tugas MKP Pesisir Nyoman Trisna Kurniawan 0910660014 PECALANG LAUT Awig-awig Wilayah Pesisir Kabupaten Buleleng FAKULTAS TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | 2012

Transcript of Pecalang Laut

  • Tugas MKP Pesisir

    Nyoman Trisna Kurniawan

    0910660014

    PECALANG LAUT Awig-awig Wilayah Pesisir Kabupaten Buleleng

    FAKULTAS TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | 2012

  • Artikel:

    REPUBLIKA.CO.ID, BULELENG - Untuk menekan angka kerusakan terumbu karang di kawasan

    Desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng, Bali, petugas keamanan desa adat

    atau pecalang menyiapkan aturan adat (awig-awig). Dengan demikian, kata Ketua Kelompok

    Masyarakat Pengawas Pecalang Segara Desa Adat Pemuteran, Made Gunaksa, terumbu karang

    di kawasan itu akan terlindungi.

    "Awig-awig itu nanti akan memuat aturan tentang pemanfaatkan wilayah laut dan tata

    ruang wilayah pesisir untuk menjaga kelestarian terumbu karang," kata Made Gunaksa, di

    Singaraja, Sabtu.

    Kawasan laut di Desa Pemuteran sampai teluk Gilimanuk di Kabupaten Buleleng, selama

    ini sangat terkenal keindahan terumbu karangnya. Terutama di kawasan Pulau Menjangan yang

    menjadi salah satu objek wisata menyelam, terumbu karangnya tersusun bagaikan relief yang tak

    ditemui di tempat lain. Namun belakangan terumbu karang di kawasan itu terancam rusak, karena

    dicuri atau rusak karena jangkar,

    Menurut Gunaksa, awig-awig itu sangat penting agar pelestarian terumbu karang oleh

    masyarakat desa adat setempat tetap berkesinambungan dalam kondisi apa pun. Kalau aturan

    dari pemerintah, katanya, mudah dilanggar karena pelakunya bisa sembunyi-sembunyi. Tapi

    kalau desa pekraman (adat) yang membuat aturan, tingkat pelanggarannya akan kecil, karena

    semua warga masyarakat turut mengawasi.

    Selama ini, pelestarian terumbu karang di Desa Adat Pemuteran telah menghasilkan dua

    penghargaan dari Program Pembangunan PBB (UNDP), yang diterima pada akhir Juni 2012.

    Kedua penghargaan tersebut diterima Yayasan Karang Lestari, sebagai wadah masyarakat Desa

    Adat Pemuteran dalam melestarikan terumbu karang.

    Atas prestasi itu pula, Pokmaswas Pecalang Segara Desa Adat Pemuteran yang

    beranggotakan 36 orang mendapat bantuan tiga unit "speed boat" dari Kementerian Kelautan

    dan Perikanan dan Dinas Perikanan Kabupaten Buleleng.

    Sumber : http://www.republika.co.id/berita/nasional/nusantara-nasional/12/07/14/m75q7l-

    lindungi-terumbu-karang-pecalang-siapkan-aturan-adat

  • Kritisi:

    Dalam suatu perencanaan wilayah pesisir yang terpadu selain memperhatikan potensi dan

    daya dukung lingkungan di wilayah pesisir juga perlu adanya perhatian terhadap kearifan lokal

    atau sosial budaya yang ada di wilayah tersebut. Hal ini berfungsi untuk menghindari adanya

    konflik pemanfaatan lahan di wilayah pesisir dan juga sebagai salah satu bentuk kepedulian

    terhadap pelestarian lingkungan pesisir agar tidak terjadi degradasi kondisi lingkungan di wilayah

    pesisir tersebut. Jika pengelolaan wilayah pesisir ini sudah memperhatikan semua aspek tersebut

    maka akan berpengaruh juga terhadap perekonomian masyarakat terutama dalam sektor perikanan

    dan pariwisata.

    Salah satu wilayah yang memiliki kearifan lokal yang harus diperhatikan dalam

    pengelolaan pesisir adalah Pulau Bali. Kabupaten Buleleng merupakan salah satu kabupaten di

    Pulau Bali yang memiliki wilayah pesisir yang luas dan memiliki garis pantai sepanjang 157,05

    kilometer yang memanjang di sepanjang pantai utara Pulau Bali. Luasnya wilayah pesisir di

    Kabupaten Buleleng menyebabkan banyaknya potensi ekosistem pesisir yang ada di Kabupaten

    Buleleng, baik itu dalam bidang perikanan maupun ekosistem pesisir lainnya yang sangat

    potensial sebagai habitat ikan dan sebagai objek ekowisata seperti terumbu karang, mangrove,

    padang lamun, dan juga yang menjadi ikon pantai di Buleleng yaitu lumba-lumba yang berada di

    kawasan pariwisata Pantai Lovina. Dalam pemanfaatan potensi pesisir tersebut masyarakat

    seringkali tidak memperhatikan kondisi lingkungan sehingga terjadi degradasi kondisi

    lingkungan. Oleh karena itu perlu adanya peraturan yang mengatur tentang pengelolaan pesisir ini

    salah satunya adalah melalui peraturan adat atau dalam istilah Bali dikenal dengan Awig-awig.

    Awig-awig merupakan peraturan adat yang berlaku di Bali. Awig-awig lahir dari kesepakatan

    bersama warga masyarakat dalam suatu Desa Adat/Desa Pakraman. Awig-awig ini ada yang

    tertulis maupun yang tidak tertulis. Awig-awig ini didasari oleh ajaran Tri Hita Karana yang dianut

    oleh agama Hindu di Bali. Tri Hita Karana adalah tiga hubungan yang harmonis yaitu hubungan

    antara Tuhan, manusia, dan lingkungan.

    Di Kecamatan Gerokgak, yaitu di Desa Pemuteran terdapat peraturan adat (awig-awig) yang

    mengatur tentang pemanfaatkan wilayah laut dan tata ruang wilayah pesisir untuk menjaga

    kelestarian terumbu karang. Awig-awig ini tidak tertulis tetapi sudah dilaksanakan dan ditaati oleh

    masyarakat. Dalam awig-awig ini masyarakat dan nelayan dilarang untuk menangkap ikan hias

    dan menangkap ikan dengan menggunakan bom, potasium sianida, dan bahan kimia lainnya.

  • Untuk melaksanakan awig-awig tersebut, Desa Adat Pemuteran memakai petugas keamanan Desa

    Adat yaitu Pecalang untuk mengawasi nelayan dan masyarakat agar tidak melanggar awig-awig

    tersebut. Pecalang ini disebut Pecalang Laut atau Pecalang Segara. Dengan dibantu nelayan,

    setiap hari empat pecalang laut dan dua nelayan mengontrol dari pesisir pantai sampai laut.

    Menurut seorang tokoh masyarakat, pengeboman ikan saat belum dibentuk Pecalang Laut

    merupakan kegiatan yang sangat marak terjadi sehingga berdampak pada kerusakan ekosistem

    pesisir yang juga dapat menurunkan pendapatan nelayan. Oleh karena itu, sejak tahun 2000

    dibentuk Pecalang Laut untuk mengawasi kegiatan perikanan di pesisir Desa Pemuteran. Sampai

    saat ini, konsep pecalang laut juga sudah dilaksanakan di tiga desa di Kecamatan Gerokgak yaitu

    Desa Pemuteran, Desa Pejarakan, dan Desa Sumberkelampok.

    Sanksi yang diberikan kepada masyarakat dan nelayan yang melanggar adalah sanksi adat,

    yaitu diawali dengan pendekatan persuasif bagi yang tertangkap, lalu mengadvokasi tentang

    pentingnya pelestarian biota laut. Jika pendekatan tidak berhasil dan nelayan tersebut tertangkap

    lagi, maka ia diminta membuat surat pernyataan di hadapan Kelian Desa Adat. Dalam pernyataan

    itu ia harus berjanji tidak akan melakukan pelanggaran lagi dan jika melanggar lagi maka ia akan

    dikeluarkan dari tempat tinggalnya tanpa mendapat ganti rugi.