peaerintahan seperti Peraturan Peaerintah Republik...
Transcript of peaerintahan seperti Peraturan Peaerintah Republik...
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pada dasarnya usaha Pemerintah Republik Indonesia untuk
aenciptakan keterpaduan kerja antar Departeaen, Leabaga dan
badan swasta lainnya telah dipikirkan sejak Indonsia aer-
deka. Hal ini terbukti dari penjelasan Undang-Undang Dasar
1945 antara lain telah aencantuakan bahwa "Untuk aenetapkan
politik pemerintahan dan koordinasi dalaa peaerintahan
negara, para aenteri bekerja saaa satu saaa lain seerat-
eratnya di bawah piapinan Presiden".
Beberapa peraturan perundang-undangan telah dikeluarkan
untuk dapat aenciptakan koordinasi dalaa pelaksanaan sistea
peaerintahan seperti Peraturan Peaerintah Republik Indonesia
No. 27 tahun 1956, tentang Menyusun Koordinasi Peaerintahan
Sipil, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 6 tahun
1988, tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di
daerah. Dalam bidang pendidikan Keputusan Menteri Koordinasi
Bidang Kesejahteraan Rakyat No. 01/-Kep/Menko/Kesra/1991
tentang Pelaksanaan Koordinasi Wajar Dikdas 9 tahun, Keputu
san Menteri Koordinasi Bidang Kesejahteraan Rakyat No. 18/
Kep/Menko/Kesra/1994 tentang Petunjuk Pelaksanaan Koordinasi
Wajar Dikdas 9 tahun. Dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia nomor 27 tahun 1956, tentang Menyusun Koordinasi
Pemerintahan Sipil pasal 1 disebutkan "Koordinasi ialah
usaha untuk aengadakan kerja saaa yang erat dan efektif
antara dinas-dinas di Daerah.
Dalam Peraturan Peaerintah Republik Indonesia Nomor 6
tahun 1988, tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di
Daerah, pasal 1 ayat (1) menyebutkan "Koordinasi adalah
upaya yang dilaksanakan oleh Kepala Wilayah guna aencapai
keselarasan, keserasian, dan keterpaduan baik perencanaan
aaupun pelaksanaan tugas serta seaua kegiatan instansi
vertikal, dan antara instansi vertikal dengan Dinas Daerah
agar tercapai hasilguna dan dayaguna yang sebesar-besarnya.
Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1994 tentang pelaksa
naan Wajar Dikdas, yang ditujukan kepada lima menteri yaitu:
(1) Menteri Koordinasi Bidang Kesejahteraan Rakyat, (2)
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, (3) Menteri Dalaa Negeri,
(4) Menteri Agaaa, dan (5) Menteri Keuangan. Dalaa laapiran
Instruksi Presiden Noaor 1 Tahun 1994 disebutkan Wajar
Dikdas adalah suatu gerakan nasional yang diselenggarakan di
seluruh Indonesia bagi warga negara Indonesia yang berusia 7
saapai 15 tahun untuk aengikuti pendidikan dasar atau pen
didikan setara saapai taaat. Selanjutnya disebutkan keten-
tuan aengenai pelaksanaan pendidikan dasar ditetapkan oleh
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Ketentuan aengenai koor
dinasi pelaksanaan Wajar Dikdas ditetapkan oleh Menteri
Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.
Untuk aenindaklanjuti Instruksi Presiden tersebut di
atas, dikeluarkan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Ke
sejahteraan Rakyat Nomor 18/Kep/Menko/Kesra/X/1994 Ten- tang
Koordinasi Penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun. Dalam ke-putusan
ini disebutkan bahwa pelaksanaan koordinasi Wajar Dikdas
dilakukan oleh Tim koordinasi Wajar Dikdas yang selanjutnya
dalaa keputusan ini disebut Tim Koordinasi, sesuai ketentuan
sebagaimana tercantum dalam lampiran ke-putusan tersebut.
Memperhatikan pernyataan tersebut di atas dapat dike-
mukakan bahwa dalam pemerataan kesempatan belajar bagi anak
usia 7-15 tahun dan relevansi hasil pendidikan dengan dunia
kerja, diperlukan adanya koordinasi yang baik dan sistematis
antara Departeaen Pendidikan dan Kebudayaan dengan departe
aen, leabaga peaerintah, dan badan swasta lainya. Oleh
karena itu, harus ada satu badan yang aengurus dan aengelo-
lanya secara profesional.
Bentuk satuan pendidikan dasar sebagai penyelenggaraan
prograa tiga tahun yang teriri atas: Sekolah Lanjutan Perta-
aa, SLTP Luar Biasa, dan SLTP Terbuka yang dikelola oleh
Depdikbud, serta Madrasah Tsanawiyah yang dikelola oleh
Departemen Agama. Jenis pendidikan yang termsuk jalur pen
didikan luar sekolah terdiri atas pendidikan uaua, pen
didikan keagaaaan, dan pendidikan kejuruan.
Sistem pendidikan nasional adaalah suatu keseluruhan
yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan pendidikan yang
berkaitan satu sama lain untuk mengusahakan tercapainya
tujuan pendidikan nasional. Dalaa Pasal 4 disebutkan pendid
ikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
aengeabangkan aanusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia
yang beriaan dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kese-
hatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Undang-Undang
Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989).
Memperhatikan rumusan sistea pendidikan dan tujuan
pendidikan nasional tersebut di atas, berarti sistea pendidikan yang dianut di Indonesia bukan hanya seaata-aata
dilaksanakan oleh pemerintah dalam persekolahan. akan te-
tapi juga dilaksanakan oleh masyarakat dalam masyarakat,serta keluarga. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 9 ayat (1) UUNo.2 Tahun 1989 "Satuan pendidikan penyelenggaran ke-giatan
belajar aengajar yang dilaksanakan di sekolah atau di luarsekolah". Untuk aencapai tujuan pendidikan tersebut Peaerin
tah aeaberikan keseapatan kepada departeaen, leabaga peaer
intah, dan badan swasta lainnya (aasyarakat) untuk ikut ser
ta secara aktif dalaa penyelenggaraan pendidikan nasional.Untuk aerealisasikan setiap upaya penyusunan rencana
dan pelaksanaan Wajar Dikdas 9Tahun perlu dibentuk wadahkerja saaa antara Depdikbud, departemen, dan lembaga peaer
intah lainnya, serta pihak swasta di tingkat pusat, propinsi, kabupaten/kotamadya, dan kecaaatan. Kerja saaa inidikoordinasikan oleh suatu lembaga antarsektoral di tingkatpusat, dan melalui wahana komunikasi/konsultasi di tingkat
daerah (Depdikbud, 1993:32).
1. Pelaksanaan Wajar Dikdas di Propinsi Jawa BaratHasil penelitian pendahuluan tentang Koordinasi Pe
laksanaan Wajar Dikdas 9 tahun di Propinsi Daerah Tingkat IJawa Barat, baik selama perintisan maupun dalam pelaksanaan-
nya setelah dicanangkan oleh Pemerintah.
Selaaa perintasan program Wajar Dikdas 9 Tahun saapai
dengan tanggal 2 Mai 1994 Tia Koordinasi Wajar Dikdas 9
Tahun Propinsi Daerah Tingkat I Jawab Barat aenggunakan
angka transisi sebagai tolok ukur keberhasilan. Angka trans
isi adalah perbandingan antara lulusan SD/MIN yang aelanjut
kan ke SLTP/sederajat dengan jualah lulusan SD/MI.
Upaya Pemerintah Daerah dengan perangkat Tia Koordi-
nasinya telah berhasil aeningkatkan angka transisi dari
51,70% pada tahun 1991/1992 aenjadi 80,40% pada tahun
1992/1993, dan pada tahun 1993/1994 aeningkat aenjadi
87,67%, naaun pada tahun 1994/1995 aenurun aenjadi 83,97%.
Dengan dicanangkannya prograa Wajar Dikdas 9 tahun pada
tanggal 2 Mai 1994, tolok ukur keberhasilan prograa tersebut
bukan lagi angka transisi lulusan SD/MI aelanjutkan ke
SLTP/sederajat, aelainkan angka partisipasi penduduk usia 13
saapi 15 tahun di SLTP/sederajat. Secara rinci angka parti
sipasi (AP) dikenal dengan istilah Angka partisipasi kasar
(APK/GER) dan angka partisipasi aurni (NER) sebagaiaana
terdapat dalaa tabel di bawah ini.
TABEL 1
ANGKA PARTISIPASI KASAR DAN ANGKA PARTISIPASI MURNIDI SLTP PADA TAHUN PELAJARAN 1993/1994
No. Anak Usia Jualah
1.
2.
Siswa SLTP/MTsSiswa SLTP/MTs usia 13-15 th
1.235.152
913.212
3. Total penduduk usia 13-15 th 2.607.729
APR (GER) 1 : 3 x 100%APM (NER) 2 : 3 x 100%
47,37%35,02%
Suaber: Tia Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun PropinsiJawa Barat 1994/1995
Angka partisipasi penduduk Jawa Barat keloapok usia 13-
15 tahun pada tahun ajaran 1993/94 di jalur sekolah terca-
tat 52,92%, sedangkan untuk tahun pelajaran 1994/95 angka
partisipasi penduduk Jawa Barat keloapok usia 13-15 tahun di
jalur sekolah tercatat 54,06%. Selaaa satu tahun pelaksanaan
Wajar Dikdas 9 Tahun telah aeaberikan hasil peningkatan
angka partisipasi penduduk sebesar 1,77%.
Untuk aenggiring penduduk usia 13-15 tahun yang belua
berada di jalur persekolahan Tia Koordinasi aengeabangkan
Prograa Paket B (pendidikan luar sekolah) dengan bobot
aateri setara dengan SLTP. Upaya ini pada aulanya cukup
berhasil untuk aeningkatkan angka aelanjutkan pada tahun-
tahun awal pencanangan Wajar Dikdas 9 tahun. Pada tahun
1993/1994 aaapu aengakoaodasikan haapir 18% dari lulusan
SD/MI 1992/1993, keberhasilan tersebut juga disebabkan Peada
Tingkat I dan Tingkat II aelalui APBD aeabantu aea-biayai
penyelenggaraan Paket B sebesar 4,2 ailyar rupiah. Dalaa
rangka aeningkatkan angka transisi maupun angka partisipasi
penduduk usia 13-15 tahun di SLTP faktor penting yang harus
dikaji adalah faktor daya tampung, di samping itu, faktor
tenaga (guru dan tutor).
Sejalan dengan upaya daya tampung SLTP, angka partisip
asi di jalur sekolah pada tahun pelajaran 1994/1995 aenun-
jukkan angka peningkatan dibandingkan dengan tahun pelajaran
1993/1994, namun bila dilihat dari prosentase aengalaai
penurunan sebesar 3,70%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
TABEL 2
PERKEMBANGAN ANGKA TRANSISI LULUSAN SD/MITAHUN AJARAN 1991/1992 S.D. 1993/1994 KE SLTP/
SEDERAJAT DI JAWA BARAT
Lulusan SD/MI Angka aelanjutkan Total
%Tahun
lulusan
Jualah
lulusan
Tahun
aelan
jutkan
Jalur sekolah Jalur luar sekolah
Jualah % Jualah % %
1991/921992/931993/94
706.711
760.596
789.189
1992/931993/941994/95
441.839
530.944
586.173
62,5369,7874,40
128.276
136.131
75.418
17,8717,899,56
80,4087,6783,96
Suaber: Tia Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun Jawa Barat 1994/1995
Data dalam tabel di atas menunjukkan bahwa angka lu
lusan yang melanjutkan ke SLTP melalui jalur sekolah aulai
tahun 1991/1992 saapai dengan 1994/1995 aenunjukkan angka
kenaikan rata-rata 5,93%. Angka aelanjutkan aelalui jalur
luar sekolah pada tahun awal diprogaakan Paket B aaapu ae-
nyerap angka transisi sebanyak 17,47%. Naaun, tahun 1994/95
aengalaai penurunan yang sangat drastis, yaitu hanya aaa-pu
aenyerap 9,56% dari lulusan SD/MI tahun pelajaran 1993/94.
Peningkatan angka melanjutkan secara keseluruhan dari
tahun 1992/1993 ke tahun 1993/1994 naik 7,27%, sedangkan
pada 1993/1994 ke 1994/1995 aengalaai penurunan sebesar
4,01%. Penurunan angka transisi tersebut di atas disebabkan
oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dikeaukakan di
bawah ini.
a. Jualah lulusan SD/MI tahun 1993/1994 (789.189 orang)
aengalaai kenaikan bila dibandingkan dengan lulusan tahun
1992/1993 (760.956 orang). Lulusan tahun 1994/ 1995 juga
8
aengalaai kenaikan (789.189 orang), sedangkan pertuabuhan
daya tampung relatif tidak seimbang dengan pertumbuhan
lusan SD/MI.
b. Persentase angka transisi dari SD/MI ke SLTP jalur seko
lah jauh lebih tinggi (74,42% termasuk yang aelanjutkan
ke luar Propinsi Jawa Barat) bila dibandingkan dengan
angka transisi pada tahun 1993/1994 (69,78%), artinya ada
kenaikan 4,64% atau 55.229 orang.
c. Daya serap Prograa Paket B setara SLTP pada tahun pelaja
ran 1994/1995 (9,56%), mengalami penurunan yang sangat
berarti bila dibandingkan dengan angka melanjutkan tahun
1993/1994 (17,89%).
2. Angka Pertisipasi
Angka partisipasi penduduk Jawa Barat di persekolahan
pada tahun 1994/1995 pada umumnya mengalami peningkatan
dibandingkan dengan tahun pelajaran 1993/1994. Angka parti
sipasi aurni pada tahun 1994/1995 aencapai angka 40,96%
(aengalaai kenaikan sebesar 5,67% dari angka partisipasi
aurni tahun pelajaran 1993/1994). Angka ini aenunjukkan
bahwa di Jawa Barat telah aelaapaui target yang telah dite
tapkan untuk tahun 1993/1994 (40%). Data rinci tersaji dalaa
tabel di bawah ini.
Tabel 3
ANGKA PARTISIPASI KASAR DAN ANGKA PARTISIPASI MURNI
DI SLTP TAHUN PELAJARAN 1994/95
No
1
2
TAnak Usia
T
Siswa SLTP/MTsSiswa SLTP/MTs usia 13-15 Tahun
Total Penduduk usia 13-15 Tahun
J u » 1 a h
1.380.504
1.119.290
2.799.954
APK (GER) (1) : (3) x 100% 48,85 %
APM (NER) (2) (3) x 100% 39,98 %
Suaber: Tim Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun Propinsi JawaBarat 1994/95.
3. Angka Partisipasi Penduduk Jawa Barat Usia 13-15 Tahun di
Jalur Sekolah
Anak usia 13 s.d 15 tahu tidak hanya berada di SLTP,
akan tetapi juga ada yang masih di SD dan ada juga yang
telah melanjutkan ke SLTA. Untuk menjaring angka partisipasi
penduduk kelompok usia 13 s.d 15 tahun di persekolahan, maka
digunakan istilah Angka Partisipasi. Angka Partisipasi usia
13 s.d 15 tahun penduduk Jawa Barat dapat untuk tahun
1994/94 dilihat dalam tabel di bawah ini.
TABEL 4
ANGKA PARTISIPASI PENDUDUK USIA 13 S.D 15 TAHUNDI JALUR SEKOLAH TAHUN 1994/1995
Jumlah Penduduk Jenis Sekolah Jualah Porsentase
2.799.954 Sekolah Dasar
296.633 10,59SD/MI
SLTP
932.763264.763
29,7410,24
1. SMP
2. NTs
SLTA
296.633 10,59
85.481
1.968
3,090,07
1. SMA/SMK2. MA
Angka Partisipasai13 s.d 15 tahun
Penduduk Usia 1.504.261 53,72
Suaber: Tia Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun Propinsi JawaBarat 1994/95.
10
4. Keadaan Sarana dan Prasarana SLTP di Jawa Barat
Sarana dan prasarana aerupakan kebutuhan yang mendasar
bagi pelaksanaan pendidikan. Sarana dan prasarana ter-sebut
adalah ruangan kelas/belajar dan guru. Berikut gambaran
keadaan ruangan kelas/belajar dan guru SLTP di Propinsi Jawa
Barat menurut data tahun 1993/94 dan berbagai upaya Kanwil
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Barat
pada tahun 1994/95 dalam menanggulangi kekurangan daya
tampung dan guru dalam kerangka penuntasan program Wajib
belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun.
a. Kondisi Daya Tampung SLTP/Sederajat di Jawa Barat.
Pada tahun pelajaran 1993/94 di Propinsi Jawa Barat
tercatat 2.357 SLTP Negeri dan Swasta dengan jumlah kelas
11
seluruhnya 25.401 ruangan belajar. Jualah ini aasih jauh
dari yang diharapkan. Rasio angka perhitung-an secara Na
sional antara ruangan kelas dengan jualah siswa 1:40. Dengan
aeaperhatikan rasio ideal tersebut, aaka ruangan kelas yang
dibutuhkan untuk dapat menampung seluruh penduduk keloapok
usia 13-15 tahun (pada tahun 1994 jualahnya sebanyak
2.667.827 orang) di SLTP adalah 66.696 ruangan.
b. Kondisi Daya Taapung SLTP untuk kelas I di Jawa Barat.
Data di atas aenunjukkan bahwa pada tahun pelajaran
1994/95 angka melanjutkan lulusan SD/MI ke SLTP melalui
jalur sekolah mengalami peningkatan. Hal ini perlu mendapat
perhatian yang serius dari pemerintah untuk mengatasi keku
rangan ruangan kelas. Adapun kondisi daya tampung jalur
tingkat SLTP di Propinsi Jawa Barat dapat dilihat dalam
tabel di bawah ini.
Tabel 5
JUMLAH LULUS SD/MI TAHUN 1993/94 DANDAYA TAMPUNG KELAS 1 SLTP TAHUN 1994/95
No Lulusan/Melanjukan Daya Tampung Jualah
1
2
3
4
5
Lulusan SD/MIMelanjutkan ke SLTP
Tersedia utk kls I
- Kls. Jauh
- SMP TerbukaPenambahan melaluiAPBN dan OECF
789.189 orang662.671 orang
518.178 orang21.264 orang
1.060 orang
50.545 orang
Total daya tampungtersedia utk kls I 591.047 orang
Kekurangan Daya Tampung Untuk Kelas I 71.544 orang(10,79 %)
Sumber : Tim Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun Propinsi JawaBarat 1994/95.
5. Keadaan Guru SLTP Tahun 1993/1994
Keadaan Guru SLTP di Propinsi Jawa Barat 1993/94
dapat dilihat dalam tabel 6 di bawah ini. Dalam tabel
tersebut disajikan jumlah guru yang dibutuhkan yang ku-
rang, dan yang lebih.
Tabel 6
Kekurangan Tenaga Guru SLTP Tahun 1994/1995Menurut Kurikulum 1994
12
No Mata Pelajaran 1993* 1994** Jml.Kekurangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1213
14
15
P M PBahaBa Indonesia
Bahasa InggrisHatemtika
I P A
IPS
Bahasa SundaAgamaPSPB
Orkes/Penjas & Kes.KetrampilanBP/BKMuatan LokalKerajinan &Kesenian
Jumlah
521
562
765
482
1.019
820
678
260
752
562
195
1.768792
9.600
250
749
749
749
749
749
250
250
749
250
5.494
771
1.311
1.514
1.231
1.768
1.569
678
510
752
812195
1.7681.541
250
15.094
* Kurikulum 1984 ** Kurikulum 1994Suaber : Tia Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun Propinsi Jawa
Barat 1994/95.
Dalam tabel tersebut dapat dilihat jualah guru yang
ada, guru yang dibutuhkan, kekurangan guru, dan guru yang
lebih. Perhitungan kebutuhan guru tersebut didasarkan
kepada perhitungan kebutuhann guru secara ideal, yaitu:
a. Guru mengajar dengan latar belakang/kualifikasi pendi-
dik-an yang sesuai.
b. Setiap guru mengajar 18 jam per minggu sesuai dengan
Kurikulum 1994.
Hasil penelittan pendahuluan tentang Koordinasi
Pelaksanaan Wajar Dikdas 9 tahun di Kabupaten Daerah
Tingkat II Bandung, baik selama perintisan aaupun dalam
pelaksanaannya setelah dicanangkan oleh Pemerintah.
Luas Wilayah Kabupaten Bandung 30.207,93 hektar
dengan jumlahpenduduk sebanyak 3.442.261 jiwa, serta
kepadatan penduduk tertinggi 15.437 jiwa per km2 dan
kepadatan penduduk rata-rata 260 jiwa per km . Jumlah
penduduk usia pendidikan dasar 7-15 sebanyak 728.569
orang. Perinciannya adalah 471.458 orang anak usia 7-12
tahun dan 257.111 orang anak usia 13-15 tahun (Laporan
Kandepdikbud Kabupaten Bandung, 22 Nopember 1994).
Program Wajar Dikdas 6 Tahun di Kabupaten Daerah Tk.
II Bandung yang dicanangkan pada tanggal 2 mai 1984 telah
aeaberikan hasil yang memuaskan. Angka partisipasi pendu
duk pada kelompok usia 7-12 tahun di SD telah menacapai
99,37% dari jumlah total penduduk. Tim Koordinasi Wajar
Dikdas tingkat Kabupaten Daerah Tk. II Bandung telah
berhasil aeningkatkan angka transisi dari SD/MI ke
SLTP/sederjat dari 81,46% pada tahun 1993/94 aenjadi
84,44% untuk tahun 1994/95 dengan rincian sebagai berikut
- Jumlah lulusan SD/MI tahun 1993/94 = 79.442 orang
- Jumlah melanjutkan ke SLTP/sederajat
- Jalur sekolah = 56.458 (71,67%)
- Jalur luar sekolah = 7.651 (9,63%)
- Luar Kabupaten Bandung = 2.798 (3,52%)
Jumlah 66.907 (84,22%)
13
14
Kondisi Wajar Dikdas 9 Tahun 1993/1994 di Kabupaten
Daerah Tingkat II Bandung secara garis besar terdiri dari
Wajar Dikdas tingkat SD dan SLTP. Prograa Wajar Dikdas SD
bagi keloapok usia 7-12 tahun yang dicanangkan pada tang
gal 2 Mai 1984 saapai pada tahun 1998 telah aeaberikan
hasilnya dengan aeningkatnya angka partisipasi penduduk
usia 7-12 tahun di SD/MI pada akhir tahun ajaran 1993/1994
telah aencapai 99,37% dari jualah penduduk usia 7-12 tahun
sebanyak 471.459 orang. Dalaa perintisan Wajar Dikdas 9
Tahun di Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung telah berha
sil aeningkatkan angka aelanjutkan lulusan SD/MI ke
SLTP/sederajat dari 65,98% tahun 1992/1993 aenjadi 69,89%,
pada tahun 1993/1994 dan 84,22% pada tahun 1994/1995 ( Tia
Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun Kabupaten Bandung
1993/1994 dan 1994/1995).
Jualah penduduk usia 13-15 tahun di Kabupaten Daerah
Tingkat II Bandang sebanyak 253.723 orang, jualah penduduk
yang berada di SLTP/MTs sebanyak 126.417 orang, Jualah
penduduk usia 13-15 tahun yang berada di SLTP/MTs sebanyak
88.479 orang, jualah penduduk usia 13-15 yang berada SD/MI
sebanyak 29.717 orang, jualah penduduk 13-15 tahun yang
berada di SLTA sebanyak 3.214 orang, dan yang aenigikuti
prograa paket B sebanyak 4.940. Untuk aengetahui angka
pertisipasi penduduk usia 13-15 tahun di SLTP/MTs dapat
dilihat di bawah ini.
15
a. Angka Partisipasi Kasar (Ner)
1) Julah penduduk usia 13-15 tahun = 253.723 orang
2) Jualah siswa SLTP/MTs = 126.417 orang
126.417
GER SLTP/MTs x 100 = 49,82 %253.723
b. Angka Pertisiupasi Murni (Ner)
1) Jumlah penduduk usia 13-15 tahun = 253.723 orang
2) Jualah siswa usia 13-15 tahun SLTP/MTs= 88.479 orang
88.479
NER SLTP/MTs — x 100 = 34,87 %253.723
Jualah ruangan belajar untuk SLTP/MTs untuk tahun
1993/1994 sebanyak 2556 ruangan. Bila dilihat jualah
penduduk usia 13-15 tahun dan rasio perbandingan kelas
tingkat Nasioanl 1:40, maka ruangan kelas yang dibutuhkan
untuk menampung penduduk usia 13-15 tahun tersebut sebany
ak 6343 ruangan. Ini berarti bahwa di Kabupaten Daerah
Tingkat II Bandung masih kekurangan ruangan kelas sebanyak
3787 buah.
Keadaan guru SLTP/MTs pada tahun 1993/1994 di Kabupa
ten DT. II Bandung dapat dilihat dalaa tabel di bawah ini.
KEADAAN GURU TAHUN 1993/1994 DI KABUPATEN BANDUNG
No Bidang Studi A B K L
1 PMP 148 146 - 2
2 Bahasa Indonesia 282 342 60 ~
3 Bahasa Ingris 201 245 44 w
4 Matiaatika 314 348 35
5 IPA 317 353 36 "~
6 IPS 275 342 67 •"
7
8
AgaaaPenjas-kes
140
274
146
168
6
106
9 Ketraapilan —•*
~
8610 Kesenian/Keraj inan 247 161 *"
11 Muatan Lokal 175 347 170 •"
12 BP/BK 127 405 278
Jualah 2.500 3.002 697 144
A Jualah Guru yang ada B. Jualah Guru yang dibutuhkanK. Kekurangan Guru L. Kelebihan guruSuaber: TKW 9 tahun Kabupaten D.T II Bandung 1994/95.
Dalaa Peraturan Peaerintah No. 39 tahun 1992 terdapat
beberapa butir peranserta aasyarakat dalaa peabangunan
pendidikan yang aeliputi: pendirian seaua jalur dan jenis
pendidikan, baik dalaa sekolah aaupun di luar. Pendidikan
di dalaa sekolah tingkat SD, pendirian SD, MI, SD kecil,
SD kelas jarak jauh. Tingkat SLTP aendirikan SMP, MTs, SMP
terbuka, SMP Kecil, SMP Kelas Jarak Jauh. Pendidikan Dasar
yang dapat dilakukan aasyarakat aelalui pendidikan luar
sekolah baik tingkat SD aaupun tingkat SLTP antara lain
penyediaan teapat-teapat belajar, kursus-kursus dan pro
graa paket A dan B serta Pondok Pesantren.
Peranserta aasyarakat tersebut dapat dilakukan dengan
aeaberikan bantuan tenaga kependidikan untuk pelaksanaan
prograa pendidikan dan pengajaran, bimbingan dan latihan
bagi peserta didik. Memberikan bantuan tenaga ahli untuk
16
aelaksanakan kegiatan belajar aengajar dan penelitian
serta pengeabangan ilau pengetahuan. Mendirikan dan aenye-
lenggarakan prograa pendidikan yang belua diselenggarakan
oleh Peaerintah untuk aenunjang pendidikan dan program
peabangunan nasional, dapat aengadakan forua koaunikasi,
konsultasi, dan kerja sama antar penyelenggara pendidikan
yang bersangkutan (PP No. 39).
Koordinasi Wajar Dikdas aeafokuskan pada koordinasi
antar instansi dalaa penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun,
yaitu pada pendidikan tingkat SLTP. Masalah yang dihadapi
oleh Tia Koordinasi adalah bagaimana caranya aeaobilisasi
peran serta aasyarakat dalaa rangka aengatasi aasalah-
masalah yang dihadapi dalaa rangka aenuntaskan Wajar
Dikdas 9 tahun.
Masalah Wajar Dikdas tingkat SLTP adalah pertumbuhan
enrolment yang tinggi, penyediaan gedung/ruangan belajar,
pengadaan guru, jenis pendidikan, dan geografis, serta
transportasi. Penyediaan sarana belajar mengajar di dalam
kelas yang sesuai dengan tuntutan, jenjang, dan jenis pen
didikan yang bervariasi juga aerupakan aasalah bagi Tia
Koordinasi. Bagaimana caranya memberikan kesadaran kepada
orang tua murid agar merasa terpanggil untuk aendorong
anak-anaknya agar melanjutkan pendidikan ke tingkat SLTP.
B. FOKUS MASALAH
Dari latar belakang aasalah tersebut di atas terlihat
aasalah pokok yang dihadapi dalaa penuntasan Wajar Dikdas
9 tahun adalah: Bagaimana Tim Koordinasi Dikdas 9 Tahun
17
mengatasi kekurangan gedung/ruangan belajar untuk menam
pung lulusan SD/MI yang belum dapat ditampung oleh SLTP
yang sudah ada? Bagaimana Tim Koordinasi mengatasi keku
rangan guru dalam rangka menampung anak lulusan SD/MI?
Bagaimana Tim Koordinasi mengatasi kekurangan sarana dan
prasarana belajar mengajar dalam kelas? Apa saja usaha Tim
Koordinasi untuk menanggulangi kekurangan dana dalam
penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun bagi anak-anak yang kurang
beruntung karena miskin, terpencil/tertinggal, masyarakat
perahu, anak dari keluarga tuna susila, kekurangan perha-
tian orang tua, dan penyandang caoat. Bagaimana pula Tim
Koordinasi meaotivasi kesadaran orang tua aurid agar
aerasa terpanggil untuk aeaotivassi anak-anaknya merasa
berkewajiban untuk aengikuti pendidikan ainiaal 9 tahun.
Bagaiaana Tia Koordinasi departeaen, leabaga peaerintah,
dan badan swasta lainnya agar aeapunyai kesadaran sendiri
untuk ikut berpartisipasi dalaa penuntasan Wajar Dikdas,
baik dalaa bentuk tindakan maupun perbuatan.
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Uaua
Tujuan uaua penelitian ini adalah untuk aengindenti-
fikasi, aendeskripsikan, dan aenganalisi pelaksanaan koor
dinasi Wajar Dikdass 9 tahun sehingga dapat diteaukan per-
aasalahan yang mendukung dan haabatan dalaa pelaksanaan
Wajar Dikdas 9 tahun, dan berusaha aencari keaungkinan pe
aecahan aassalah yang dihadapi dalaa rangka peaerataan
pendidikan dasar.
18
19
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk aendeskrip-
sikan dan aenganalisis:
a. Pelaksanaan koordinasi antar instansi terkait dalaa pe-nuntasaan Wajar Dikdas 9 tahun untuk aengatasi kekurangan sarana dan prasarana di Propinsi Jawa Barat;
b. Bentuk-bentuk organisasi tia koordinasi untuk aenaapunganak usia sekolah dalaa rangka penuntasan Wajar Dikdas
9 tahun;
c. Tanggung jawab aasing-aasing instansi yang terkaituntuk aeaotivasi aasyarakat agar dengan kesandaransenditi ikut berpatisipasi dalam penuntasan Wajar
Dikdas 9 tahun;
d. Hambatan apa saja yang dihadapi oleh Tim Koordinasi.dalam penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun;
e. Cara-cara yang ditempuh Tim Koordinasi dalam penuntasan
Wajar Dikdas 9 tahun.
Setelah mengindentifikasi dan menganalisis tujuan (1)sampai dengan tujuan (5) di atas, tujuan utama penelitianini adalah meruauskan suatu pola pelaksanaan koordinasiantarinstansi terkait dalam pengelolaan Wajar Dikdas 9tahun di maBa yang akan datang.
D. PERTANYAAN PENELITIAN
Berdasarkan uraian peraasalahan dan tujuan penelitian
yang diajukan di atas, aaka untuk aencapai tujuan tersebutdiajukan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.1. Bagaiaana cara Tia Koordinasi untuk aengatssi kekuran
gan sarana dan prasaran dalam rangka penuntasan Wajar
20
Dikdas 9 tahun?
2. Bagaimana Tim Koordinasi Wajar Dikdas 9 tahun Propinsi
Daerah Tingkat I Jawa Barat menampung anak-anak kurang
aaapu?
3. Apa tanggung jawab aasing-aasing instansi terkait untuk
aeaotivasi aasyarakat agar aerasa terpanggil ikut
berparrtisipasi dalaa penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun?
4. Faktor apa saja yang aenghaabat pelaksanaan koordinasi
antar instasi dalaa penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun di
Propinsi Jawa Barat?
5. Bagaiaana cara peaecahan aasalah-aasalah yang dihadapi
Tia Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun yang diteauinya di
lapangan?
E. KEGUNAAH HASIL PENELITIAN
Penelitian ini beruBaha aengkaji secara aendalaa ten
tang koordinasi antar instansi terkait dalaa penuntasan
Wajar Dikdas 9 tahun dalaa rangka aencari alternatif pola
yang aungkin dikeabangkan untuk aasa yang akan datang.
Oleh karena itu, hasil penelitian ini secara teoritis di-
harapkan dapat aengungkapkan inforaasi yang beraanfaat
bagi pengeabangan ilau pendidikan dan spesialisasi adai
nistrasi pendidikan pada khususnya, terutaaa dalaa bidang
pengelolaan lembaga pendidikan formal.
F. RUANG LINGKUP PENELITIAN
Penelitian ini memfokuskan pada pelaksanaan koordina
si antar instansi terkait dalaa penuntasan Wajar DikdaB 9
tahun di Daerah Tingkat I Jawa Barat dengan studi kasus di
21
Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung. Kegiatan koordinasi
diaaksud adalah koordinasi yang dilakukan antarinstansi
terkait dalaa penuntasan Waja Dikdas 9 tahun di daerah,
yang dapat disebut sebagai bagian dari jajaran pengelolaan
subsistea pendidikan nasional.
Dalaa konteks seperti di atas, instansi pengelola
pendidikan dasar 9 tahun di Propinsi Jawa Barat adalah:
Departeaen Dalaa Negeri (Asisten Bidang Kesra), Kantor
Wilayah Departeaen Pendidikan dan Kebudayaan, Kantor Wila
yah Departeaen Agaaa, Kantor Wilayah Departeaen Keuangan,
dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.
Seaua kebijaksanaan penyelenggaraan pengelolaan koor
dinasi penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun ditetapkan oleh Tia
Koordinasi tingkat propinsi. Jadi, penelitian ini secara
uaua aeneliti pelaksanaan koordinasi penuntasan Wajar
Dikdas 9 tahun pada Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat,
naaun secara khusus aeneliti bagaiaana penerapannya di
lapangan dengan studi kasus di Daerah Tingkat II Kabupaten
Bandung.
Pada dasarnya seaua kebijaksanaan penyelengaraan pen
didikan dasar akan berauara pada tingkat institusi seko
lah. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha aendeskrip-
sikan dan aenganalisis dampak pelaksanaan koordinasi dalam
praktek pengelolaan lembaga sekolah itu sendiri.
Uraian tersebut di atas memberikan suatu gaabaran
bahwa ruang lingkup penelitian ini dapat dibuat dalam
bentuk bagan seperti di halaaan berikut:
22
ALUR KOORDINASI WAJAR DIKDAS 9 TAHUN
GBHN
WAJAR
MASALAH
-GEOGRAFI-GURU/TUTOR-DAYATAMPUNG-LAHAN UGB-EKONOMI-APK/APM-KESADARAN-PERSEPSI
r->
->
->
->
_L
MENKOKESRA
T
j_
INPRESNO.l TH 94
i
1
INSTANSITERKAIT
MENDIKBUD
GUBERNUR - - KAWILDIKBUD
BUPATI
CAMAT
INSTANSITERKAIT
INSTANSITERKAIT
INSTANSITERKAIT
KANDEPDIKBUD
->
KANDEPDIKBUDCAM
~I
IKOORDINASI
PELAKSANAANTUGAS/FUNGSIORGANISASIHAMBATANPBMECAHANMASALAHH
TT
L -J
KEP. DESA - - -Kep.SMP Kep.SD
PEMERATAANKUALITASEFISIENSI
= GARIS KOMANDO= GARIS KOORDINASI
x
INSTANSITERKAIT