peaerintahan seperti Peraturan Peaerintah Republik...

23
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada dasarnya usaha Pemerintah Republik Indonesia untuk aenciptakan keterpaduan kerja antar Departeaen, Leabaga dan badan swasta lainnya telah dipikirkan sejak Indonsia aer- deka. Hal ini terbukti dari penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 antara lain telah aencantuakan bahwa "Untuk aenetapkan politik pemerintahan dan koordinasi dalaa peaerintahan negara, para aenteri bekerja saaa satu saaa lain seerat- eratnya di bawah piapinan Presiden". Beberapa peraturan perundang-undangan telah dikeluarkan untuk dapat aenciptakan koordinasi dalaa pelaksanaan sistea peaerintahan seperti Peraturan Peaerintah Republik Indonesia No. 27 tahun 1956, tentang Menyusun Koordinasi Peaerintahan Sipil, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 6 tahun 1988, tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di daerah. Dalam bidang pendidikan Keputusan Menteri Koordinasi Bidang Kesejahteraan Rakyat No. 01/-Kep/Menko/Kesra/1991 tentang Pelaksanaan Koordinasi Wajar Dikdas 9 tahun, Keputu san Menteri Koordinasi Bidang Kesejahteraan Rakyat No. 18/ Kep/Menko/Kesra/1994 tentang Petunjuk Pelaksanaan Koordinasi Wajar Dikdas 9 tahun. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 27 tahun 1956, tentang Menyusun Koordinasi Pemerintahan Sipil pasal 1 disebutkan "Koordinasi ialah usaha untuk aengadakan kerja saaa yang erat dan efektif antara dinas-dinas di Daerah.

Transcript of peaerintahan seperti Peraturan Peaerintah Republik...

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pada dasarnya usaha Pemerintah Republik Indonesia untuk

aenciptakan keterpaduan kerja antar Departeaen, Leabaga dan

badan swasta lainnya telah dipikirkan sejak Indonsia aer-

deka. Hal ini terbukti dari penjelasan Undang-Undang Dasar

1945 antara lain telah aencantuakan bahwa "Untuk aenetapkan

politik pemerintahan dan koordinasi dalaa peaerintahan

negara, para aenteri bekerja saaa satu saaa lain seerat-

eratnya di bawah piapinan Presiden".

Beberapa peraturan perundang-undangan telah dikeluarkan

untuk dapat aenciptakan koordinasi dalaa pelaksanaan sistea

peaerintahan seperti Peraturan Peaerintah Republik Indonesia

No. 27 tahun 1956, tentang Menyusun Koordinasi Peaerintahan

Sipil, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 6 tahun

1988, tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di

daerah. Dalam bidang pendidikan Keputusan Menteri Koordinasi

Bidang Kesejahteraan Rakyat No. 01/-Kep/Menko/Kesra/1991

tentang Pelaksanaan Koordinasi Wajar Dikdas 9 tahun, Keputu

san Menteri Koordinasi Bidang Kesejahteraan Rakyat No. 18/

Kep/Menko/Kesra/1994 tentang Petunjuk Pelaksanaan Koordinasi

Wajar Dikdas 9 tahun. Dalam Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia nomor 27 tahun 1956, tentang Menyusun Koordinasi

Pemerintahan Sipil pasal 1 disebutkan "Koordinasi ialah

usaha untuk aengadakan kerja saaa yang erat dan efektif

antara dinas-dinas di Daerah.

Dalam Peraturan Peaerintah Republik Indonesia Nomor 6

tahun 1988, tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di

Daerah, pasal 1 ayat (1) menyebutkan "Koordinasi adalah

upaya yang dilaksanakan oleh Kepala Wilayah guna aencapai

keselarasan, keserasian, dan keterpaduan baik perencanaan

aaupun pelaksanaan tugas serta seaua kegiatan instansi

vertikal, dan antara instansi vertikal dengan Dinas Daerah

agar tercapai hasilguna dan dayaguna yang sebesar-besarnya.

Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1994 tentang pelaksa

naan Wajar Dikdas, yang ditujukan kepada lima menteri yaitu:

(1) Menteri Koordinasi Bidang Kesejahteraan Rakyat, (2)

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, (3) Menteri Dalaa Negeri,

(4) Menteri Agaaa, dan (5) Menteri Keuangan. Dalaa laapiran

Instruksi Presiden Noaor 1 Tahun 1994 disebutkan Wajar

Dikdas adalah suatu gerakan nasional yang diselenggarakan di

seluruh Indonesia bagi warga negara Indonesia yang berusia 7

saapai 15 tahun untuk aengikuti pendidikan dasar atau pen

didikan setara saapai taaat. Selanjutnya disebutkan keten-

tuan aengenai pelaksanaan pendidikan dasar ditetapkan oleh

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Ketentuan aengenai koor

dinasi pelaksanaan Wajar Dikdas ditetapkan oleh Menteri

Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.

Untuk aenindaklanjuti Instruksi Presiden tersebut di

atas, dikeluarkan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Ke

sejahteraan Rakyat Nomor 18/Kep/Menko/Kesra/X/1994 Ten- tang

Koordinasi Penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun. Dalam ke-putusan

ini disebutkan bahwa pelaksanaan koordinasi Wajar Dikdas

dilakukan oleh Tim koordinasi Wajar Dikdas yang selanjutnya

dalaa keputusan ini disebut Tim Koordinasi, sesuai ketentuan

sebagaimana tercantum dalam lampiran ke-putusan tersebut.

Memperhatikan pernyataan tersebut di atas dapat dike-

mukakan bahwa dalam pemerataan kesempatan belajar bagi anak

usia 7-15 tahun dan relevansi hasil pendidikan dengan dunia

kerja, diperlukan adanya koordinasi yang baik dan sistematis

antara Departeaen Pendidikan dan Kebudayaan dengan departe

aen, leabaga peaerintah, dan badan swasta lainya. Oleh

karena itu, harus ada satu badan yang aengurus dan aengelo-

lanya secara profesional.

Bentuk satuan pendidikan dasar sebagai penyelenggaraan

prograa tiga tahun yang teriri atas: Sekolah Lanjutan Perta-

aa, SLTP Luar Biasa, dan SLTP Terbuka yang dikelola oleh

Depdikbud, serta Madrasah Tsanawiyah yang dikelola oleh

Departemen Agama. Jenis pendidikan yang termsuk jalur pen

didikan luar sekolah terdiri atas pendidikan uaua, pen

didikan keagaaaan, dan pendidikan kejuruan.

Sistem pendidikan nasional adaalah suatu keseluruhan

yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan pendidikan yang

berkaitan satu sama lain untuk mengusahakan tercapainya

tujuan pendidikan nasional. Dalaa Pasal 4 disebutkan pendid

ikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan

aengeabangkan aanusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia

yang beriaan dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan

berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kese-

hatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap serta rasa

tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Undang-Undang

Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989).

Memperhatikan rumusan sistea pendidikan dan tujuan

pendidikan nasional tersebut di atas, berarti sistea pendidikan yang dianut di Indonesia bukan hanya seaata-aata

dilaksanakan oleh pemerintah dalam persekolahan. akan te-

tapi juga dilaksanakan oleh masyarakat dalam masyarakat,serta keluarga. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 9 ayat (1) UUNo.2 Tahun 1989 "Satuan pendidikan penyelenggaran ke-giatan

belajar aengajar yang dilaksanakan di sekolah atau di luarsekolah". Untuk aencapai tujuan pendidikan tersebut Peaerin

tah aeaberikan keseapatan kepada departeaen, leabaga peaer

intah, dan badan swasta lainnya (aasyarakat) untuk ikut ser

ta secara aktif dalaa penyelenggaraan pendidikan nasional.Untuk aerealisasikan setiap upaya penyusunan rencana

dan pelaksanaan Wajar Dikdas 9Tahun perlu dibentuk wadahkerja saaa antara Depdikbud, departemen, dan lembaga peaer

intah lainnya, serta pihak swasta di tingkat pusat, propinsi, kabupaten/kotamadya, dan kecaaatan. Kerja saaa inidikoordinasikan oleh suatu lembaga antarsektoral di tingkatpusat, dan melalui wahana komunikasi/konsultasi di tingkat

daerah (Depdikbud, 1993:32).

1. Pelaksanaan Wajar Dikdas di Propinsi Jawa BaratHasil penelitian pendahuluan tentang Koordinasi Pe

laksanaan Wajar Dikdas 9 tahun di Propinsi Daerah Tingkat IJawa Barat, baik selama perintisan maupun dalam pelaksanaan-

nya setelah dicanangkan oleh Pemerintah.

Selaaa perintasan program Wajar Dikdas 9 Tahun saapai

dengan tanggal 2 Mai 1994 Tia Koordinasi Wajar Dikdas 9

Tahun Propinsi Daerah Tingkat I Jawab Barat aenggunakan

angka transisi sebagai tolok ukur keberhasilan. Angka trans

isi adalah perbandingan antara lulusan SD/MIN yang aelanjut

kan ke SLTP/sederajat dengan jualah lulusan SD/MI.

Upaya Pemerintah Daerah dengan perangkat Tia Koordi-

nasinya telah berhasil aeningkatkan angka transisi dari

51,70% pada tahun 1991/1992 aenjadi 80,40% pada tahun

1992/1993, dan pada tahun 1993/1994 aeningkat aenjadi

87,67%, naaun pada tahun 1994/1995 aenurun aenjadi 83,97%.

Dengan dicanangkannya prograa Wajar Dikdas 9 tahun pada

tanggal 2 Mai 1994, tolok ukur keberhasilan prograa tersebut

bukan lagi angka transisi lulusan SD/MI aelanjutkan ke

SLTP/sederajat, aelainkan angka partisipasi penduduk usia 13

saapi 15 tahun di SLTP/sederajat. Secara rinci angka parti

sipasi (AP) dikenal dengan istilah Angka partisipasi kasar

(APK/GER) dan angka partisipasi aurni (NER) sebagaiaana

terdapat dalaa tabel di bawah ini.

TABEL 1

ANGKA PARTISIPASI KASAR DAN ANGKA PARTISIPASI MURNIDI SLTP PADA TAHUN PELAJARAN 1993/1994

No. Anak Usia Jualah

1.

2.

Siswa SLTP/MTsSiswa SLTP/MTs usia 13-15 th

1.235.152

913.212

3. Total penduduk usia 13-15 th 2.607.729

APR (GER) 1 : 3 x 100%APM (NER) 2 : 3 x 100%

47,37%35,02%

Suaber: Tia Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun PropinsiJawa Barat 1994/1995

Angka partisipasi penduduk Jawa Barat keloapok usia 13-

15 tahun pada tahun ajaran 1993/94 di jalur sekolah terca-

tat 52,92%, sedangkan untuk tahun pelajaran 1994/95 angka

partisipasi penduduk Jawa Barat keloapok usia 13-15 tahun di

jalur sekolah tercatat 54,06%. Selaaa satu tahun pelaksanaan

Wajar Dikdas 9 Tahun telah aeaberikan hasil peningkatan

angka partisipasi penduduk sebesar 1,77%.

Untuk aenggiring penduduk usia 13-15 tahun yang belua

berada di jalur persekolahan Tia Koordinasi aengeabangkan

Prograa Paket B (pendidikan luar sekolah) dengan bobot

aateri setara dengan SLTP. Upaya ini pada aulanya cukup

berhasil untuk aeningkatkan angka aelanjutkan pada tahun-

tahun awal pencanangan Wajar Dikdas 9 tahun. Pada tahun

1993/1994 aaapu aengakoaodasikan haapir 18% dari lulusan

SD/MI 1992/1993, keberhasilan tersebut juga disebabkan Peada

Tingkat I dan Tingkat II aelalui APBD aeabantu aea-biayai

penyelenggaraan Paket B sebesar 4,2 ailyar rupiah. Dalaa

rangka aeningkatkan angka transisi maupun angka partisipasi

penduduk usia 13-15 tahun di SLTP faktor penting yang harus

dikaji adalah faktor daya tampung, di samping itu, faktor

tenaga (guru dan tutor).

Sejalan dengan upaya daya tampung SLTP, angka partisip

asi di jalur sekolah pada tahun pelajaran 1994/1995 aenun-

jukkan angka peningkatan dibandingkan dengan tahun pelajaran

1993/1994, namun bila dilihat dari prosentase aengalaai

penurunan sebesar 3,70%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel di bawah ini.

TABEL 2

PERKEMBANGAN ANGKA TRANSISI LULUSAN SD/MITAHUN AJARAN 1991/1992 S.D. 1993/1994 KE SLTP/

SEDERAJAT DI JAWA BARAT

Lulusan SD/MI Angka aelanjutkan Total

%Tahun

lulusan

Jualah

lulusan

Tahun

aelan

jutkan

Jalur sekolah Jalur luar sekolah

Jualah % Jualah % %

1991/921992/931993/94

706.711

760.596

789.189

1992/931993/941994/95

441.839

530.944

586.173

62,5369,7874,40

128.276

136.131

75.418

17,8717,899,56

80,4087,6783,96

Suaber: Tia Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun Jawa Barat 1994/1995

Data dalam tabel di atas menunjukkan bahwa angka lu

lusan yang melanjutkan ke SLTP melalui jalur sekolah aulai

tahun 1991/1992 saapai dengan 1994/1995 aenunjukkan angka

kenaikan rata-rata 5,93%. Angka aelanjutkan aelalui jalur

luar sekolah pada tahun awal diprogaakan Paket B aaapu ae-

nyerap angka transisi sebanyak 17,47%. Naaun, tahun 1994/95

aengalaai penurunan yang sangat drastis, yaitu hanya aaa-pu

aenyerap 9,56% dari lulusan SD/MI tahun pelajaran 1993/94.

Peningkatan angka melanjutkan secara keseluruhan dari

tahun 1992/1993 ke tahun 1993/1994 naik 7,27%, sedangkan

pada 1993/1994 ke 1994/1995 aengalaai penurunan sebesar

4,01%. Penurunan angka transisi tersebut di atas disebabkan

oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dikeaukakan di

bawah ini.

a. Jualah lulusan SD/MI tahun 1993/1994 (789.189 orang)

aengalaai kenaikan bila dibandingkan dengan lulusan tahun

1992/1993 (760.956 orang). Lulusan tahun 1994/ 1995 juga

8

aengalaai kenaikan (789.189 orang), sedangkan pertuabuhan

daya tampung relatif tidak seimbang dengan pertumbuhan

lusan SD/MI.

b. Persentase angka transisi dari SD/MI ke SLTP jalur seko

lah jauh lebih tinggi (74,42% termasuk yang aelanjutkan

ke luar Propinsi Jawa Barat) bila dibandingkan dengan

angka transisi pada tahun 1993/1994 (69,78%), artinya ada

kenaikan 4,64% atau 55.229 orang.

c. Daya serap Prograa Paket B setara SLTP pada tahun pelaja

ran 1994/1995 (9,56%), mengalami penurunan yang sangat

berarti bila dibandingkan dengan angka melanjutkan tahun

1993/1994 (17,89%).

2. Angka Pertisipasi

Angka partisipasi penduduk Jawa Barat di persekolahan

pada tahun 1994/1995 pada umumnya mengalami peningkatan

dibandingkan dengan tahun pelajaran 1993/1994. Angka parti

sipasi aurni pada tahun 1994/1995 aencapai angka 40,96%

(aengalaai kenaikan sebesar 5,67% dari angka partisipasi

aurni tahun pelajaran 1993/1994). Angka ini aenunjukkan

bahwa di Jawa Barat telah aelaapaui target yang telah dite

tapkan untuk tahun 1993/1994 (40%). Data rinci tersaji dalaa

tabel di bawah ini.

Tabel 3

ANGKA PARTISIPASI KASAR DAN ANGKA PARTISIPASI MURNI

DI SLTP TAHUN PELAJARAN 1994/95

No

1

2

TAnak Usia

T

Siswa SLTP/MTsSiswa SLTP/MTs usia 13-15 Tahun

Total Penduduk usia 13-15 Tahun

J u » 1 a h

1.380.504

1.119.290

2.799.954

APK (GER) (1) : (3) x 100% 48,85 %

APM (NER) (2) (3) x 100% 39,98 %

Suaber: Tim Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun Propinsi JawaBarat 1994/95.

3. Angka Partisipasi Penduduk Jawa Barat Usia 13-15 Tahun di

Jalur Sekolah

Anak usia 13 s.d 15 tahu tidak hanya berada di SLTP,

akan tetapi juga ada yang masih di SD dan ada juga yang

telah melanjutkan ke SLTA. Untuk menjaring angka partisipasi

penduduk kelompok usia 13 s.d 15 tahun di persekolahan, maka

digunakan istilah Angka Partisipasi. Angka Partisipasi usia

13 s.d 15 tahun penduduk Jawa Barat dapat untuk tahun

1994/94 dilihat dalam tabel di bawah ini.

TABEL 4

ANGKA PARTISIPASI PENDUDUK USIA 13 S.D 15 TAHUNDI JALUR SEKOLAH TAHUN 1994/1995

Jumlah Penduduk Jenis Sekolah Jualah Porsentase

2.799.954 Sekolah Dasar

296.633 10,59SD/MI

SLTP

932.763264.763

29,7410,24

1. SMP

2. NTs

SLTA

296.633 10,59

85.481

1.968

3,090,07

1. SMA/SMK2. MA

Angka Partisipasai13 s.d 15 tahun

Penduduk Usia 1.504.261 53,72

Suaber: Tia Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun Propinsi JawaBarat 1994/95.

10

4. Keadaan Sarana dan Prasarana SLTP di Jawa Barat

Sarana dan prasarana aerupakan kebutuhan yang mendasar

bagi pelaksanaan pendidikan. Sarana dan prasarana ter-sebut

adalah ruangan kelas/belajar dan guru. Berikut gambaran

keadaan ruangan kelas/belajar dan guru SLTP di Propinsi Jawa

Barat menurut data tahun 1993/94 dan berbagai upaya Kanwil

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Barat

pada tahun 1994/95 dalam menanggulangi kekurangan daya

tampung dan guru dalam kerangka penuntasan program Wajib

belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun.

a. Kondisi Daya Tampung SLTP/Sederajat di Jawa Barat.

Pada tahun pelajaran 1993/94 di Propinsi Jawa Barat

tercatat 2.357 SLTP Negeri dan Swasta dengan jumlah kelas

11

seluruhnya 25.401 ruangan belajar. Jualah ini aasih jauh

dari yang diharapkan. Rasio angka perhitung-an secara Na

sional antara ruangan kelas dengan jualah siswa 1:40. Dengan

aeaperhatikan rasio ideal tersebut, aaka ruangan kelas yang

dibutuhkan untuk dapat menampung seluruh penduduk keloapok

usia 13-15 tahun (pada tahun 1994 jualahnya sebanyak

2.667.827 orang) di SLTP adalah 66.696 ruangan.

b. Kondisi Daya Taapung SLTP untuk kelas I di Jawa Barat.

Data di atas aenunjukkan bahwa pada tahun pelajaran

1994/95 angka melanjutkan lulusan SD/MI ke SLTP melalui

jalur sekolah mengalami peningkatan. Hal ini perlu mendapat

perhatian yang serius dari pemerintah untuk mengatasi keku

rangan ruangan kelas. Adapun kondisi daya tampung jalur

tingkat SLTP di Propinsi Jawa Barat dapat dilihat dalam

tabel di bawah ini.

Tabel 5

JUMLAH LULUS SD/MI TAHUN 1993/94 DANDAYA TAMPUNG KELAS 1 SLTP TAHUN 1994/95

No Lulusan/Melanjukan Daya Tampung Jualah

1

2

3

4

5

Lulusan SD/MIMelanjutkan ke SLTP

Tersedia utk kls I

- Kls. Jauh

- SMP TerbukaPenambahan melaluiAPBN dan OECF

789.189 orang662.671 orang

518.178 orang21.264 orang

1.060 orang

50.545 orang

Total daya tampungtersedia utk kls I 591.047 orang

Kekurangan Daya Tampung Untuk Kelas I 71.544 orang(10,79 %)

Sumber : Tim Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun Propinsi JawaBarat 1994/95.

5. Keadaan Guru SLTP Tahun 1993/1994

Keadaan Guru SLTP di Propinsi Jawa Barat 1993/94

dapat dilihat dalam tabel 6 di bawah ini. Dalam tabel

tersebut disajikan jumlah guru yang dibutuhkan yang ku-

rang, dan yang lebih.

Tabel 6

Kekurangan Tenaga Guru SLTP Tahun 1994/1995Menurut Kurikulum 1994

12

No Mata Pelajaran 1993* 1994** Jml.Kekurangan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

1213

14

15

P M PBahaBa Indonesia

Bahasa InggrisHatemtika

I P A

IPS

Bahasa SundaAgamaPSPB

Orkes/Penjas & Kes.KetrampilanBP/BKMuatan LokalKerajinan &Kesenian

Jumlah

521

562

765

482

1.019

820

678

260

752

562

195

1.768792

9.600

250

749

749

749

749

749

250

250

749

250

5.494

771

1.311

1.514

1.231

1.768

1.569

678

510

752

812195

1.7681.541

250

15.094

* Kurikulum 1984 ** Kurikulum 1994Suaber : Tia Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun Propinsi Jawa

Barat 1994/95.

Dalam tabel tersebut dapat dilihat jualah guru yang

ada, guru yang dibutuhkan, kekurangan guru, dan guru yang

lebih. Perhitungan kebutuhan guru tersebut didasarkan

kepada perhitungan kebutuhann guru secara ideal, yaitu:

a. Guru mengajar dengan latar belakang/kualifikasi pendi-

dik-an yang sesuai.

b. Setiap guru mengajar 18 jam per minggu sesuai dengan

Kurikulum 1994.

Hasil penelittan pendahuluan tentang Koordinasi

Pelaksanaan Wajar Dikdas 9 tahun di Kabupaten Daerah

Tingkat II Bandung, baik selama perintisan aaupun dalam

pelaksanaannya setelah dicanangkan oleh Pemerintah.

Luas Wilayah Kabupaten Bandung 30.207,93 hektar

dengan jumlahpenduduk sebanyak 3.442.261 jiwa, serta

kepadatan penduduk tertinggi 15.437 jiwa per km2 dan

kepadatan penduduk rata-rata 260 jiwa per km . Jumlah

penduduk usia pendidikan dasar 7-15 sebanyak 728.569

orang. Perinciannya adalah 471.458 orang anak usia 7-12

tahun dan 257.111 orang anak usia 13-15 tahun (Laporan

Kandepdikbud Kabupaten Bandung, 22 Nopember 1994).

Program Wajar Dikdas 6 Tahun di Kabupaten Daerah Tk.

II Bandung yang dicanangkan pada tanggal 2 mai 1984 telah

aeaberikan hasil yang memuaskan. Angka partisipasi pendu

duk pada kelompok usia 7-12 tahun di SD telah menacapai

99,37% dari jumlah total penduduk. Tim Koordinasi Wajar

Dikdas tingkat Kabupaten Daerah Tk. II Bandung telah

berhasil aeningkatkan angka transisi dari SD/MI ke

SLTP/sederjat dari 81,46% pada tahun 1993/94 aenjadi

84,44% untuk tahun 1994/95 dengan rincian sebagai berikut

- Jumlah lulusan SD/MI tahun 1993/94 = 79.442 orang

- Jumlah melanjutkan ke SLTP/sederajat

- Jalur sekolah = 56.458 (71,67%)

- Jalur luar sekolah = 7.651 (9,63%)

- Luar Kabupaten Bandung = 2.798 (3,52%)

Jumlah 66.907 (84,22%)

13

14

Kondisi Wajar Dikdas 9 Tahun 1993/1994 di Kabupaten

Daerah Tingkat II Bandung secara garis besar terdiri dari

Wajar Dikdas tingkat SD dan SLTP. Prograa Wajar Dikdas SD

bagi keloapok usia 7-12 tahun yang dicanangkan pada tang

gal 2 Mai 1984 saapai pada tahun 1998 telah aeaberikan

hasilnya dengan aeningkatnya angka partisipasi penduduk

usia 7-12 tahun di SD/MI pada akhir tahun ajaran 1993/1994

telah aencapai 99,37% dari jualah penduduk usia 7-12 tahun

sebanyak 471.459 orang. Dalaa perintisan Wajar Dikdas 9

Tahun di Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung telah berha

sil aeningkatkan angka aelanjutkan lulusan SD/MI ke

SLTP/sederajat dari 65,98% tahun 1992/1993 aenjadi 69,89%,

pada tahun 1993/1994 dan 84,22% pada tahun 1994/1995 ( Tia

Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun Kabupaten Bandung

1993/1994 dan 1994/1995).

Jualah penduduk usia 13-15 tahun di Kabupaten Daerah

Tingkat II Bandang sebanyak 253.723 orang, jualah penduduk

yang berada di SLTP/MTs sebanyak 126.417 orang, Jualah

penduduk usia 13-15 tahun yang berada di SLTP/MTs sebanyak

88.479 orang, jualah penduduk usia 13-15 yang berada SD/MI

sebanyak 29.717 orang, jualah penduduk 13-15 tahun yang

berada di SLTA sebanyak 3.214 orang, dan yang aenigikuti

prograa paket B sebanyak 4.940. Untuk aengetahui angka

pertisipasi penduduk usia 13-15 tahun di SLTP/MTs dapat

dilihat di bawah ini.

15

a. Angka Partisipasi Kasar (Ner)

1) Julah penduduk usia 13-15 tahun = 253.723 orang

2) Jualah siswa SLTP/MTs = 126.417 orang

126.417

GER SLTP/MTs x 100 = 49,82 %253.723

b. Angka Pertisiupasi Murni (Ner)

1) Jumlah penduduk usia 13-15 tahun = 253.723 orang

2) Jualah siswa usia 13-15 tahun SLTP/MTs= 88.479 orang

88.479

NER SLTP/MTs — x 100 = 34,87 %253.723

Jualah ruangan belajar untuk SLTP/MTs untuk tahun

1993/1994 sebanyak 2556 ruangan. Bila dilihat jualah

penduduk usia 13-15 tahun dan rasio perbandingan kelas

tingkat Nasioanl 1:40, maka ruangan kelas yang dibutuhkan

untuk menampung penduduk usia 13-15 tahun tersebut sebany

ak 6343 ruangan. Ini berarti bahwa di Kabupaten Daerah

Tingkat II Bandung masih kekurangan ruangan kelas sebanyak

3787 buah.

Keadaan guru SLTP/MTs pada tahun 1993/1994 di Kabupa

ten DT. II Bandung dapat dilihat dalaa tabel di bawah ini.

KEADAAN GURU TAHUN 1993/1994 DI KABUPATEN BANDUNG

No Bidang Studi A B K L

1 PMP 148 146 - 2

2 Bahasa Indonesia 282 342 60 ~

3 Bahasa Ingris 201 245 44 w

4 Matiaatika 314 348 35

5 IPA 317 353 36 "~

6 IPS 275 342 67 •"

7

8

AgaaaPenjas-kes

140

274

146

168

6

106

9 Ketraapilan —•*

~

8610 Kesenian/Keraj inan 247 161 *"

11 Muatan Lokal 175 347 170 •"

12 BP/BK 127 405 278

Jualah 2.500 3.002 697 144

A Jualah Guru yang ada B. Jualah Guru yang dibutuhkanK. Kekurangan Guru L. Kelebihan guruSuaber: TKW 9 tahun Kabupaten D.T II Bandung 1994/95.

Dalaa Peraturan Peaerintah No. 39 tahun 1992 terdapat

beberapa butir peranserta aasyarakat dalaa peabangunan

pendidikan yang aeliputi: pendirian seaua jalur dan jenis

pendidikan, baik dalaa sekolah aaupun di luar. Pendidikan

di dalaa sekolah tingkat SD, pendirian SD, MI, SD kecil,

SD kelas jarak jauh. Tingkat SLTP aendirikan SMP, MTs, SMP

terbuka, SMP Kecil, SMP Kelas Jarak Jauh. Pendidikan Dasar

yang dapat dilakukan aasyarakat aelalui pendidikan luar

sekolah baik tingkat SD aaupun tingkat SLTP antara lain

penyediaan teapat-teapat belajar, kursus-kursus dan pro

graa paket A dan B serta Pondok Pesantren.

Peranserta aasyarakat tersebut dapat dilakukan dengan

aeaberikan bantuan tenaga kependidikan untuk pelaksanaan

prograa pendidikan dan pengajaran, bimbingan dan latihan

bagi peserta didik. Memberikan bantuan tenaga ahli untuk

16

aelaksanakan kegiatan belajar aengajar dan penelitian

serta pengeabangan ilau pengetahuan. Mendirikan dan aenye-

lenggarakan prograa pendidikan yang belua diselenggarakan

oleh Peaerintah untuk aenunjang pendidikan dan program

peabangunan nasional, dapat aengadakan forua koaunikasi,

konsultasi, dan kerja sama antar penyelenggara pendidikan

yang bersangkutan (PP No. 39).

Koordinasi Wajar Dikdas aeafokuskan pada koordinasi

antar instansi dalaa penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun,

yaitu pada pendidikan tingkat SLTP. Masalah yang dihadapi

oleh Tia Koordinasi adalah bagaimana caranya aeaobilisasi

peran serta aasyarakat dalaa rangka aengatasi aasalah-

masalah yang dihadapi dalaa rangka aenuntaskan Wajar

Dikdas 9 tahun.

Masalah Wajar Dikdas tingkat SLTP adalah pertumbuhan

enrolment yang tinggi, penyediaan gedung/ruangan belajar,

pengadaan guru, jenis pendidikan, dan geografis, serta

transportasi. Penyediaan sarana belajar mengajar di dalam

kelas yang sesuai dengan tuntutan, jenjang, dan jenis pen

didikan yang bervariasi juga aerupakan aasalah bagi Tia

Koordinasi. Bagaimana caranya memberikan kesadaran kepada

orang tua murid agar merasa terpanggil untuk aendorong

anak-anaknya agar melanjutkan pendidikan ke tingkat SLTP.

B. FOKUS MASALAH

Dari latar belakang aasalah tersebut di atas terlihat

aasalah pokok yang dihadapi dalaa penuntasan Wajar Dikdas

9 tahun adalah: Bagaimana Tim Koordinasi Dikdas 9 Tahun

17

mengatasi kekurangan gedung/ruangan belajar untuk menam

pung lulusan SD/MI yang belum dapat ditampung oleh SLTP

yang sudah ada? Bagaimana Tim Koordinasi mengatasi keku

rangan guru dalam rangka menampung anak lulusan SD/MI?

Bagaimana Tim Koordinasi mengatasi kekurangan sarana dan

prasarana belajar mengajar dalam kelas? Apa saja usaha Tim

Koordinasi untuk menanggulangi kekurangan dana dalam

penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun bagi anak-anak yang kurang

beruntung karena miskin, terpencil/tertinggal, masyarakat

perahu, anak dari keluarga tuna susila, kekurangan perha-

tian orang tua, dan penyandang caoat. Bagaimana pula Tim

Koordinasi meaotivasi kesadaran orang tua aurid agar

aerasa terpanggil untuk aeaotivassi anak-anaknya merasa

berkewajiban untuk aengikuti pendidikan ainiaal 9 tahun.

Bagaiaana Tia Koordinasi departeaen, leabaga peaerintah,

dan badan swasta lainnya agar aeapunyai kesadaran sendiri

untuk ikut berpartisipasi dalaa penuntasan Wajar Dikdas,

baik dalaa bentuk tindakan maupun perbuatan.

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Uaua

Tujuan uaua penelitian ini adalah untuk aengindenti-

fikasi, aendeskripsikan, dan aenganalisi pelaksanaan koor

dinasi Wajar Dikdass 9 tahun sehingga dapat diteaukan per-

aasalahan yang mendukung dan haabatan dalaa pelaksanaan

Wajar Dikdas 9 tahun, dan berusaha aencari keaungkinan pe

aecahan aassalah yang dihadapi dalaa rangka peaerataan

pendidikan dasar.

18

19

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk aendeskrip-

sikan dan aenganalisis:

a. Pelaksanaan koordinasi antar instansi terkait dalaa pe-nuntasaan Wajar Dikdas 9 tahun untuk aengatasi kekurangan sarana dan prasarana di Propinsi Jawa Barat;

b. Bentuk-bentuk organisasi tia koordinasi untuk aenaapunganak usia sekolah dalaa rangka penuntasan Wajar Dikdas

9 tahun;

c. Tanggung jawab aasing-aasing instansi yang terkaituntuk aeaotivasi aasyarakat agar dengan kesandaransenditi ikut berpatisipasi dalam penuntasan Wajar

Dikdas 9 tahun;

d. Hambatan apa saja yang dihadapi oleh Tim Koordinasi.dalam penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun;

e. Cara-cara yang ditempuh Tim Koordinasi dalam penuntasan

Wajar Dikdas 9 tahun.

Setelah mengindentifikasi dan menganalisis tujuan (1)sampai dengan tujuan (5) di atas, tujuan utama penelitianini adalah meruauskan suatu pola pelaksanaan koordinasiantarinstansi terkait dalam pengelolaan Wajar Dikdas 9tahun di maBa yang akan datang.

D. PERTANYAAN PENELITIAN

Berdasarkan uraian peraasalahan dan tujuan penelitian

yang diajukan di atas, aaka untuk aencapai tujuan tersebutdiajukan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.1. Bagaiaana cara Tia Koordinasi untuk aengatssi kekuran

gan sarana dan prasaran dalam rangka penuntasan Wajar

20

Dikdas 9 tahun?

2. Bagaimana Tim Koordinasi Wajar Dikdas 9 tahun Propinsi

Daerah Tingkat I Jawa Barat menampung anak-anak kurang

aaapu?

3. Apa tanggung jawab aasing-aasing instansi terkait untuk

aeaotivasi aasyarakat agar aerasa terpanggil ikut

berparrtisipasi dalaa penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun?

4. Faktor apa saja yang aenghaabat pelaksanaan koordinasi

antar instasi dalaa penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun di

Propinsi Jawa Barat?

5. Bagaiaana cara peaecahan aasalah-aasalah yang dihadapi

Tia Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun yang diteauinya di

lapangan?

E. KEGUNAAH HASIL PENELITIAN

Penelitian ini beruBaha aengkaji secara aendalaa ten

tang koordinasi antar instansi terkait dalaa penuntasan

Wajar Dikdas 9 tahun dalaa rangka aencari alternatif pola

yang aungkin dikeabangkan untuk aasa yang akan datang.

Oleh karena itu, hasil penelitian ini secara teoritis di-

harapkan dapat aengungkapkan inforaasi yang beraanfaat

bagi pengeabangan ilau pendidikan dan spesialisasi adai

nistrasi pendidikan pada khususnya, terutaaa dalaa bidang

pengelolaan lembaga pendidikan formal.

F. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Penelitian ini memfokuskan pada pelaksanaan koordina

si antar instansi terkait dalaa penuntasan Wajar DikdaB 9

tahun di Daerah Tingkat I Jawa Barat dengan studi kasus di

21

Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung. Kegiatan koordinasi

diaaksud adalah koordinasi yang dilakukan antarinstansi

terkait dalaa penuntasan Waja Dikdas 9 tahun di daerah,

yang dapat disebut sebagai bagian dari jajaran pengelolaan

subsistea pendidikan nasional.

Dalaa konteks seperti di atas, instansi pengelola

pendidikan dasar 9 tahun di Propinsi Jawa Barat adalah:

Departeaen Dalaa Negeri (Asisten Bidang Kesra), Kantor

Wilayah Departeaen Pendidikan dan Kebudayaan, Kantor Wila

yah Departeaen Agaaa, Kantor Wilayah Departeaen Keuangan,

dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.

Seaua kebijaksanaan penyelenggaraan pengelolaan koor

dinasi penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun ditetapkan oleh Tia

Koordinasi tingkat propinsi. Jadi, penelitian ini secara

uaua aeneliti pelaksanaan koordinasi penuntasan Wajar

Dikdas 9 tahun pada Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat,

naaun secara khusus aeneliti bagaiaana penerapannya di

lapangan dengan studi kasus di Daerah Tingkat II Kabupaten

Bandung.

Pada dasarnya seaua kebijaksanaan penyelengaraan pen

didikan dasar akan berauara pada tingkat institusi seko

lah. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha aendeskrip-

sikan dan aenganalisis dampak pelaksanaan koordinasi dalam

praktek pengelolaan lembaga sekolah itu sendiri.

Uraian tersebut di atas memberikan suatu gaabaran

bahwa ruang lingkup penelitian ini dapat dibuat dalam

bentuk bagan seperti di halaaan berikut:

22

ALUR KOORDINASI WAJAR DIKDAS 9 TAHUN

GBHN

WAJAR

MASALAH

-GEOGRAFI-GURU/TUTOR-DAYATAMPUNG-LAHAN UGB-EKONOMI-APK/APM-KESADARAN-PERSEPSI

r->

->

->

->

_L

MENKOKESRA

T

j_

INPRESNO.l TH 94

i

1

INSTANSITERKAIT

MENDIKBUD

GUBERNUR - - KAWILDIKBUD

BUPATI

CAMAT

INSTANSITERKAIT

INSTANSITERKAIT

INSTANSITERKAIT

KANDEPDIKBUD

->

KANDEPDIKBUDCAM

~I

IKOORDINASI

PELAKSANAANTUGAS/FUNGSIORGANISASIHAMBATANPBMECAHANMASALAHH

TT

L -J

KEP. DESA - - -Kep.SMP Kep.SD

PEMERATAANKUALITASEFISIENSI

= GARIS KOMANDO= GARIS KOORDINASI

x

INSTANSITERKAIT