pdf

218
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user DOJO di Yogyakarta dengan Pendekatan Perpaduan Karakter Arsitektur Jepang dan Jawa Skripsi Oleh: Nindia Kraftwina I.0206084 JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Transcript of pdf

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    DOJO di Yogyakarta

    dengan Pendekatan Perpaduan Karakter Arsitektur Jepang dan Jawa

    Skripsi

    Oleh:

    Nindia Kraftwina

    I.0206084

    JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2011

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user vi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL i LEMBAR PENGESAHAN ii KATA PENGANTAR iii UCAPAN TERIMA KASIH iv DAFTAR ISI vi DAFTAR GAMBAR x DAFTAR SKEMA xiv DAFTAR ISTILAH xvi BAB I. PENDAHULUAN

    A. Judul 1 B. Pengertian Judul C. Latar Belakang

    1. Perkembangan Seni Beladiri Jepang di Indonesia 2. Perkembangan Seni Beladiri Jepang di Yogyakarta 3. Yogyakarta Sebagai Kota Budaya 4. Adaptasi Budaya

    1 1 1 2 5 6

    D. Rumusan Masalah 8 1. Permasalahan 8 2. Persoalan 8

    E. Tujuan Dan Sasaran 9 1. Tujuan 9 2. Sasaran 9

    F. Batasan Dan Lingkup Pembahasan 10 1. Batasan 10 2. Lingkup pembahasan 10

    G. Metode Pembahasan 1. Metode Penemuan Masalah 2. Metode Mencari Data 3. Metode Pengolahan Data 4. Metode Pemecahan Masalah 5. Metode Penulisan

    10 10 11 13 14 14

    H. Sistematika dan Kerangka Penulisan 14

    BAB II. TINJAUAN DOJO DAN YOGYAKARTA SEBAGAI LOKASI TERPILIH

    A. Tinjauan Dojo 17 1. Pengertian dojo 17 2. Sejarah dojo 18 3. Fungsi dojo 21

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user vii

    4. Persyaratan dojo 21 5. Contoh dojo 22

    a. Kodokan Judo 22 b. Padepokan Judo Ciloto 26

    B. Yogyakarta Sebagai Lokasi Terpilih 28 1. Kondisi fisik 28

    a. Letak geografis 38 b. Klimatologi 29

    2. Kondisi non fisik 29 a. Potensi pendidikan 30 b. Potensi olehraga 30 c. Kebudayaan 31

    3. Situasi Dojo di Yogyakarta 32 C. Dojo di Yogyakarta yang Direncanakan

    1. Pengertian 2. Fungsi 3. Visi 4. Misi 5. Status Kepemilikan 6. Lingkup kegiatan 7. Beladiri terwadahi 8. Sasaran Pengguna 9. Frekuensi Kegiatan 10. Fasilitas

    33 33 34 34 35 35 35 37 37 38 39

    D. Kesimpulan Tinjauan Dojo dan Yogyakarta Sebagai Lokasi Terpilih

    39

    BAB III. TINJAUAN TEORI

    A. Kebudayaan 41 1. Pengertian kebudayaan 41 2. Wujud kebudayaan 42 3. Unsur kebudayaan 43 4. Anggapan dasar mengenai kebudayaan 45

    B. Arsitektur Dalam Kebudayaan 46 C. Pergeseran Kebudayaan 46 D. Akulturasi Dan Asimilasi 48

    1. Akulturasi 48 2. Asimilasi 53

    E. Tokoh-Tokoh Yang Mengusung Perpaduan Dalam Rancang Bangun di Indonesia

    56

    1. Thomas Karsten 56 2. Henri Maclaine Pont 59

    F. Dojo dan Perpaduan Karakter Arsitektur 62

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user viii

    G. Kesimpulan Tinjauan Teori

    62

    BAB IV. TINJAUAN ARSITEKTUR JEPANG DAN ARSITEKTUR JAWA

    A. Pemahaman Arsitektur Jepang 65 1. Nilai spiritual dan nilai-nilai Jepang 65 2. Sejarah arsitektur Jepang 66 3. Perwujudan arsitektur Jepang 66

    B. Pemahaman Arsitektur Jawa 81 1. Nilai spiritual dan nilai-nilai Jepang 81 2. Sejarah arsitektur Jawa 81 3. Perwujudan arsitektur Jawa 83

    C. Kesimpulan Tinjauan Arsitektur Jepang dan Jawa 103 BAB V. ANALISA PENDEKATAN DAN PERANCANGAN

    A. Analisa Perwujudan Perpaduan Karakter Jepang Dan Jawa 107 1. Keterbukaan 107 2. Harmoni 109 3. Simbolisasi 115 4. Kesederhanaan 119

    B. Analisa Pendekatan Perencanaan 121 1. Analisa Pelaku Kegiatan 121 2. Analisa kelompok jenis kegiatan 123 3. Analisa alur kegiatan 123 4. Analisa kebutuhan dan besaran ruang 129 5. Analisa organisasi dan pola hubungan ruang 142 6. Analisa penentuan dan lokasi site 145

    C. Analisa Perancangan 156 1. Analisa tapak 156

    a. Klimatologi 156 b. Pencapaian 157 c. Sirkulasi 158 d. View 160 e. Noise 161 f. Vegetasi 163

    2. Analisa struktur dan utilitas 170 a. Struktur 170 b. Utilitas 174

    BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN A. Konsep Perwujudan Karakter Arsitektur Jepang dan Jawa 181

    1. Keterbukaan 181 2. Harmoni 182 3. Simbolisasi 185 4. Kesederhanaan 187

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user ix

    B. Konsep Pendekatan Perencanaan 189 1. Pelaku Kegiatan 189 2. Kelompok jenis kegiatan 189 3. Alur kegiatan 189 4. Kebutuhan dan besaran ruang 191 5. Organisasi dan pola hubungan ruang 194 6. Penentuan dan lokasi site 196

    C. Konsep Perancangan 198 1. Tapak 198

    a. Klimatologi 198 b. Pencapaian 198 c. Sirkulasi 199 d. View 199 e. Noise 199 f. Vegetasi 200

    2. Struktur dan utilitas 201 a. Struktur 201 b. Utilitas 201

    DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user xvi

    DAFTAR ISTILAH

    1. Dojo 2. Embukai 3. Gakushu 4. Bushido 5. Bujutsu 6. Budo 7. Sabi 8. Wabi 9. Shinto 10. Zen 11. Shoji 12. Fusuma 13. Tatami 14. Genkan 15. Umpak 16. Saka 17. Pringgitan 18. Dalem 19. Joglo 20. Kampung 21. Panggang pe 22. Limasan 23. Tajug 24. Jagad Gedhe 25. Jagad Cilik 25. Rong 26. Longan 27. Mancapat 28. Mancalima 29. Padma 30. Dwarapala

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user x

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar II.1 Sakura 19 Gambar II.2 Jenis Beladiri Jepang 21 Gambar II.3 Area dalam Dojo 22 Gambar II.4 Kodokan Judo Center 23 Gambar II.5 Museum Kodokan Judo 25 Gambar II.6 Aula Tokoh Judo 25 Gambar II.7 Jigoro Kano Memorian Hall 26 Gambar II.8 Perpustakaan 26 Gambar II.9 Dojo Pertandingan 27 Gambar II.10 Sudut-sudut Dojo 28 Gambar II.11 Perspektif Dojo 28 Gambar II.12 Tampak Dojo 28 Gambar II.13 Peta Yogyakarta 28 Gambar III.1 Candi Prambanan 42 Gambar III.2 Gotong royong 43 Gambar III.3 Lingkaran kosentrik kebudayaan 45 Gambar III.4 Mesjid Agung Demak 53 Gambar III.5 Gedung SMN 57 Gambar III.6 Gedung JSM 58 Gambar III.7 Pasar Johar 58 Gambar III.8 Pasar Johar 58 Gambar III.9 Penggunaan atap datar 58 Gambar III.10 Atap ITB 60 Gambar III.11 Interior Gereja Pohsarang 61 Gambar III.12 Denah Perusahaan Trem Uap 62 Gambar IV.1 Atap Rumah Jepang 1 67 Gambar IV.2 Atap Rumah Jepang 67 Gambar IV.3 Jenis Panel Geser 68 Gambar IV.4 Fusuma 1 69 Gambar IV.5 Fusuma 2 69 Gambar IV.6 Mat 69 Gambar IV.7 Mat Kyo Ma 70 Gambar IV.8 Mat Chukyoma 70 Gambar IV.9 Mat Inakama 70 Gambar IV.10 Mat Edo 70 Gambar IV.11 Modul Tatami 71 Gambar IV.12 Tokonoma 1 71 Gambar IV.13 Tokonoma 2 71 Gambar IV.14 Genkan 1 72

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user xi

    Gambar IV.15 Genkan 2 72 Gambar IV.16 Pembagian Ruang dalam Rumah Jepang 72 Gambar IV.17 Tipe Jendela 1 73 Gambar IV.18 Tipe Jendela 2 73 Gambar IV.19 Tipe Jendela 3 73 Gambar IV.20 Tipe Jendela 4 73 Gambar IV.21 Tipe Pintu 1 73 Gambar IV.22 Tipe pintu 2 74 Gambar IV.23 Elemen Air 75 Gambar IV.24 Azalea 75 Gambar IV.25 Vegetasi Jepang 75 Gambar IV.26 Pola Grouping Stone dan Perletakannya 1 76 Gambar IV.27 Pola Grouping Stone dan Perletakannya 2 76 Gambar IV.28 Pola Grouping Stone dan Perletakannya 3 76 Gambar IV.29 Pola Grouping Stone dan Perletakannya 4 76 Gambar IV.30 Pola Grouping Stone dan Perletakannya 5 76 Gambar IV.31 Stepping Stone 1 77 Gambar IV.32 Stepping Stone 2 77 Gambar IV.33 Stepping Stone 3 77 Gambar IV.34 Tsukiyama 1 77 Gambar IV.35 Tsukiyama 2 77 Gambar IV.36 Karesansui 1 78 Gambar IV.37 Karesansui 2 78 Gambar IV.38 Chaniwa 1 78 Gambar IV.39 Chaniwa 2 78 Gambar IV.40 Sumbu Imajiner Jepang 79 Gambar IV.41 Struktur Rumah Jepang 80 Gambar IV.42 Macam-macam Jenis Pintu 85 Gambar IV.43 Joglo Ceblokan 86 Gambar IV.44 Joglo Semar Tinandhu 86 Gambar IV.45 Limas Kelabang Nyander 86 Gambar IV.46 Limasan Ceblokan 86 Gambar IV.47 Kampung Gotong Mayit 87 Gambar IV.48 Kampung Gajah Ngombe 87 Gambar IV.49 Tajug Ceblokan 88 Gambar IV.50 Tajug Lambang Sari 88 Gambar IV.51 Panggangpe Gedang Selirang 88 Gambar IV.52 Panggangpe Coro Gencet 88 Gambar IV.53 Tatanan Massa Rumah Jawa 90 Gambar IV.54 Tampilan vertikal dan Horizontal Rumah Jawa 91 Gambar IV.55 Titik Pusat 93 Gambar IV.56 Pola Titik Pusat 93

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user xii

    Gambar IV.57 Konsep Mancapat 94 Gambar IV.58 Konsep Mancalima 94 Gambar IV.59 Wajikan 96 Gambar IV.60 Nanasan 96 Gambar IV.61 Tlacapan 96 Gambar IV.62 Kemamang 97 Gambar IV.63 Jago 98 Gambar IV.64 Mirong 98 Gambar IV.65 Praba 99 Gambar IV.66 Kepetan 99 Gambar IV.67 Panah 100 Gambar IV.68 Mustaka 100 Gambar IV.69 Kaligrafi 101 Gambar IV.70 Anyam-anyaman 101 Gambar IV.71 Sistem Purus dan Cathokan 102 Gambar IV.72 Struktur Rumah Jawa 103 Gambar V.1 Keterbukaan Pendopo 108 Gambar V.2 Keterbukaan Jepang 109 Gambar V.3 Sumbu Imajiner 110 Gambar V.4 Horisontal sbg Penyatuan Alam 110 Gambar V.5 Elemen Vertikal Dan Horisontal 110 Gambar V.6 Layout Dan Tampilan Dojo 111 Gambar V.7 Penggunaan Struktur 112 Gambar V.8 Rong 112 Gambar V.9 Longan 113 Gambar V.10 Segoro Gunung 113 Gambar V.11 Fleksibilitas 114 Gambar V.12 Gruping Batu 115 Gambar V.13 Stepping Stone 116 Gambar V.14 Gruping Vegetasi 116 Gambar V.15 Elemen Air 117 Gambar V.16 Torii 118 Gambar V.17 Ornament Sakura 118 Gambar V.18 Ornament Padma 119 Gambar V.19 Interior Dojo 119 Gambar V.20 Penggunaan Massa Kotak 120 Gambar V.21 Gubahan Massa Dojo 120 Gambar V.22 Tokonoma 121 Gambar V.23 Tokonoma Baru 121 Gambar V.24 Peta Yogyakarta 147 Gambar V.25 Daerah Sepanjang Ring Roud Utara 151 Gambar V.26 Site Alternative 1 152

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user xiii

    Gambar V.27 Site Alternative 2 153 Gambar V.28 Site Alternative 3 153 Gambar V.29 Site Terpilih 154 Gambar V.30 Eksisting Site 155 Gambar V.31 Analisa Klimatologi 156 Gambar V.32 Analisa Pencapaian 157 Gambar V.33 Alternative Jalan Keluar Masuk Site 158 Gambar V.34 Analisa Sirkulasi 158 Gambar V.35 Kantong Parkir 159 Gambar V.36 Analisa View 161 Gambar V.37 Analisa Noise 162 Gambar V.38 Taman Jepang 1 164 Gambar V.39 Taman Jepang 2 164 Gambar V.40 Perletakan Vegetasi 170 Gambar V.41 Keadaan Site Terhadap Ancaman Bencana 171 Gambar VI.1 Perpaduan Karakter Keterbukaan 182 Gambar VI.2 Perwujudan Atap, Tampilan 183 Gambar VI.3 Perwujudan Rong 184 Gambar VI.4 Perwujudan Segoro dan Gunung 184 Gambar VI.5 Permassaan 184 Gambar VI.6 Fleksibilitas Arena Tanding 185 Gambar VI.7 Perwujudan Taman Jepang 186 Gambar VI.8 Perwujudan Torii dan Dwarapala 187 Gambar VI.9 Penggunaan Massa Kotak 188 Gambar VI.10 Kesederhanaan Interior 188 Gambar VI.11 Perwujudan Tokonoma 188 Gambar VI.12 Site Terpilih 196 Gambar VI.13 Ukuran Site 197 Gambar VI.14 Site Terpilih 198 Gambar VI.15 Orientasi Bangunan 199 Gambar VI.16 Pemilihan Vegetasi 201

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user xiv

    DAFTAR SKEMA

    Bagan IV.1 Periodisasi arsitektur Jepang 66 Bagan IV.2 Sejarah budaya Jawa 82 Bagan IV.3 Perkembangan budaya Jawa 82 Bagan V.1 Alur kegiatan kelompok keg pendidikan dan pelatihan 128 Bagan V.2 Alur kegiatan kelompok keg pertandingan 128 Bagan V.3 Alur kegiatan kelompok keg promosi 128 Bagan V.4 Alur kegiatan kelompok keg. Penunjang 128 Bagan V.5 Alur kegiatan kelompok keg. Pengelola administrasi 129 Bagan V.6 Alur kegiatan kelompok keg. Pengelola operasional 129 Bagan V.7 Alur kegiatan kelompok keg. Pengelola maintenance 129 Bagan V.8 Matriks kelompok kegiatan makro 142 Bagan V.9 Pola hub ruang kelompok keg makro 142 Bagan V.10 Matriks kelompok kegiatan pendidikan dan pelatihan 143 Bagan V.11 Pola hub ruang kelompok keg pendidikan dan pelatihan 143 Bagan V.12 Matriks kelompok kegiatan promosi 143 Bagan V.13 Pola hub ruang kelompok keg promosi 143 Bagan V.14 Matriks kelompok kegiatan pertandingan 144 Bagan V.15 Pola hub ruang kelompok keg pertandingan 144 Bagan V.16 Matriks kelompok kegiatan pengelola 144 Bagan V.17 Pola hub ruang kelompok keg pengelola 145 Bagan V.18 Matriks kelompok keg pengelola servis 145 Bagan V.19 Pola hub ruang kelompok keg pengelola servis 145 Bagan V.20 Sistem penyediaan listrik 174 Bagan V.21 Sistem penyediaan telekomunikasi 177 Bagan V.22 Sistem penyediaan air bersih 178 Bagan V.23 Sistem pengolahan sanitasi 178 Bagan V.24 Sistem pengolahan air hujan 178 Bagan V.25 Sistem penyediaan Ac 179 Bagan V.26 Sistem pengolahan sampah 180 Bagan VI.1 Perpaduan Karakter Keterbukaan 181 Bagan VI.2 Perpaduan Karakter Harmoni 182 Bagan VI.3 Perpaduan Karakter Simbolisasi 185 Bagan VI.4 Perpaduan Karakter Kesederhanaan 187 Bagan VI.5 Pelaku Kegiatan 189 Bagan VI.6 Kelompok Jenis Kegiatan 189 Bagan VI.7 Kelompok Kegiatan Pendidikan dan Pelatihan 190 Bagan VI.8 Kelompok Kegiatan Pertandingan 190 Bagan VI.9 Kelompok Kegiatan Promosi 190 Bagan VI.10 Kelompok Kegiatan Penunjang 190 Bagan VI.11 Kelompok Kegiatan Pengelola Administrasi 191

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user xv

    Bagan VI.12 Kelompok Kegiatan Pengelola Operasional 191 Bagan VI.13 Kelompok Kegiatan Pengelola Maintenance 191 Bagan VI.14 Kelompok Kegiatan Makro 194 Bagan VI.15 Kelompok Kegiatan Pendidikan dan Pelatihan 195 Bagan VI.16 Kelompok Kegiatan Promosi 195 Bagan VI.17 Kelompok Kegiatan Pertandingan 195 Bagan VI.18 Kelompok Kegiatan Pengelola 196 Bagan VI.19 Penyediaan Listrik 202 Bagan VI.20 Distribusi air 205 Bagan VI.21 Jaringan Air Kotor 205 Bagan VI.22 Jaringan air Hujan 205 Bagan VI.23 Jaringan AC 206 Bagan VI.24 Jaringan Pembuangan Sampah

    206

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Judul

    Dojo di Yogyakarta dengan Pendekatan Perpaduan Karakter Arsitektur

    Jepang dan Jawa.

    B. Pengertian Judul

    Dojo adalah tempat yang mewadahi beberapa aktifitas beladiri Jepang

    seperti belajar, berlatih, bertanding, berlatih tanding, memberi dan menerima

    informasi serta sebagai tempat berkumpulnya komunitas pecinta seni beladiri

    Jepang di Yogyakarta.

    C. Latar Belakang

    1. Perkembangan seni beladiri Jepang di Indonesia

    Beladiri Jepang berkembang dengan sangat pesat di Indonesia. Hal ini

    dapat diketahui dengan banyaknya tempat latihan atau biasa disebut dengan

    dojo yang berjumlah sekitar 2500 dan tersebar di Indonesia. Beberapa beladiri

    Jepang pun sudah bernaung dalam organisasi berskala nasional maupun

    cabang dari organisasi internasional. Banyak pula event-event yang

    melibatkan beladiri Jepang sebagai salah satu penampil di dalamnya.

    Kegiatan-kegiatan lain seperti seminar, gashuku(penyeragaman teknik dan

    latihan bersama), embukai(demonstrasi beladiri Jepang) sering diadakan pula.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    2

    Keberadaan fasilitas yang dapat menampung seluruh kegiatan tersebut baru

    terbatas pada kota-kota besar.

    2. Perkembangan seni beladiri Jepang di Yogyakarta

    Seni beladiri Jepang juga mengalami perkembangan di Yogyakarta.

    Sehubungan dengan predikat Yogyakarta sebagai kota pendidikan, banyak

    sekali perguruan tinggi negeri maupun swasta yang mendirikan dojo sebagai

    kegiatan pendidikan ataupun penunjang kegiatan pendidikan. Tidak

    ketinggalan pula sekolah-sekolah di tingkat SMA. Terdapat pula dojo yang

    didirikan secara mandiri dan berafiliasi dengan organisasi tertentu. Dojo-dojo

    itu mengalami perkembangan dan bertahan hingga sekarang.

    1Berikut daftar dojo yang ada di Yogyakarta:

    1. Dojo cakra kembang sport center 2. Dojo ninpo bugei Indonesia 3. Dojo sho hei kan 4. Dojo sho hei kan FK ugm 5. Dojo UGM 6. Dojo sanatha dharma 7. TNH club Yogyakarta 8. Dojo UNY 9. Dojo UIN Sunan Kalijaga 10. Dojo malioboro 11. Dojo Inkardo Korda DIY 12. Dojo gedung kesenian wonosari 13. Dojo Glagahsari 14. Dojo STIMIK el rahma 15. Dojo Inkai UNY 16. Dojo Galeria Mall 17. Dojo MMTC Music

    41. Dojo max baciro 42. Dojo victory 43. Dojo universitas atmajaya 44. Sho hei kan dojo of Yogyakarta 45. Dojo Universitas Kristen Duta

    Wacana 46. Dojo bantul 47. Dojo UII 48. Dojo UKDW 49. Dojo SMU Bopkri 2 50. Dojo Banguntapan 51. Dojo Kelurahan Tawanmartani,

    Kalasan 52. Dojo Polsek Kalasan 53. Dojo SMP Berdikari 54. Dojo Institut Pertanian 55. Dojo Sekolah Beladiri

    1 Data Kenji Martial Shop Yogyakarta

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    3

    18. Dojo Notoyudan 19. Dojo UPN 20. Dojo AMIKOM 21. Dojo SMUN 1 Kalasan 22. Dojo Kyokushinkai UAJY 23. Igaku Dojo 24. Dojo STIE 25. Dojo Gloria 26. Dojo Baladesa Sumberagung

    Margoyudan 27. Dojo STIE Widya Mataram 28. Dojo UAD Kampus III 29. Dojo SMA 1 Godean 30. Dojo SMK 1 Godean 31. Dojo SMKN 1 Yogyakarta 32. Dojo Kentungan 33. Dojo SMP 1 Bantul 34. Dojo SMP 4 Babarsari 35. Kobayashi Dojo 36. Takiotoshi Nagare Budokan 37. Aikido Kobayashi Dojo 38. Purawisata Aikido Club 39. Dojo Balai Singosaren 40. Dojo Hamfara

    56. Dojo Andana Sarimulya 57. Dojo Candi Prambanan 58. Dojo Maguwoharjo 59. Dojo Bosa(Bopkri 1) 60. Dojo STPMD APMD

    Yogyakarta 61. Dojo UMY 62. Dojo Universiitas Janabadra 63. Dojo Graha Karbol AAU 64. Dojo Sleman 65. Dojo gedung KONI 66. Dojo Hashira 67. Dojo SMA 3 Depok 68. Dojo SMPN 2 Pandak Bantul 69. Dojo SMPN 3 Pandak Bantul 70. Dojo Selatan 71. Dojo Bima 72. Dojo SMK 5 Yogyakarta 73. Aikido Dojo Shakura 74. Padepokan Judo Bantul 75. Mataram dojo Pengda PJSI

    Yogya 76. Dojo Hotaro Japanese Resto

    Dojo-dojo tersebut kebanyakan berupa tempat olahraga, hall, aula,

    maupun berupa bangunan umum yang difungsikan sebagai dojo. Bukan

    berupa dojo dengan esensi yang sesungguhnya dan belum dilengkapi

    fasilitas yang memadai.

    Kegiatan-kegiatan pengembangan beladiri Jepang sering diadakan di

    Yogyakarta, akan tetapi karena belum terfasilitasi, maka pengadaan kegiatan

    tersebut menyewa fasilitas lain yang lebih layak.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    4

    Seminar Nasional Aikido tanggal 31 Oktober-1 November bertempat di Jogja Taekwondo Center2

    Terdapat pula kegiatan latihan bersama seni beladiri Jepang lintas

    kota yang diadakan di Yogyakarta. Hal ini menandakan eksistensi seni

    beladiri Jepang di Yogyakarta.

    Di Indonesia, ada organisasi kendo beranggotakan orang Indonesia di kota Bandung, Ciamis, Yogyakarta, Surabaya, Medan dan Malang yang melakukan kegiatan sambil melakukan pertukaran dengan Jakarta Kendo Association. Untuk di Yogyakarta, Surabaya dan Medan, mereka melakukan kegiatannya bersama dengan pemain kendo Jepang.3

    Sering sekali diadakan festival-festival Jepang yang menampilkan

    demonstrasi seni beladiri Jepang modern yang merupakan bagian dari seni

    dan budaya Jepang. Seperti contohnya:

    Nihon Bunkasai - Kobudoenbutaikai in Harmony. Itulah tajuk dari pekan budaya Jepang yang diselenggarkan oleh kerja sama antara Ninpo Bugei Indonesia (perkumpulan bela diri Jepang) dan Himpunan Mahasiswa Sastra dan Bahasa jepang (Himaje) UGM. Dengan mengambil lokasi di Benteng Vredenburg, pekan budaya Jepang ini berlangsung selama 4 hari yaitu tanggal 11-14 Februari 2006.4

    UKDW Japan Festival 2007 yang menampilkan Kyokushin karate5 UKDW Japan Festival 2008 yang menampilkan Kyokushin karate dan

    Samurai Academy System6

    Karena perkembangan seni beladiri Jepang di Yogyakarta terus

    meningkat dan belum ada wadah yang benar-benar representatif, maka

    2 www.aikaijogja.com, diakses tanggal 7 April 2010 3 Japan Foundation,10 maret 2010, diakses tanggal 6 April 2010 4 www.trulyjogja.com, diakses tanggal 7 April 2010 5 www.google.com, diakses tanggal 7 April 2010 6 Ibid

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    5

    dibutuhkan wadah yang dapat menampung seluruh aktifitas-aktifitas yang

    sudah diuraikan di atas.

    3. Yogyakarta sebagai kota budaya

    a. Lokalitas budaya dan multikulturalnya budaya di Yogyakarta

    Yogyakarta dikenal pula dengan sebutan kota budaya yang

    memiliki lokalitas budaya yang sangat tinggi dalam hal ini adalah

    budaya Jawa.

    Pada perkembangannya, banyak masyarakat yang tinggal di

    Yogyakarta dengan latar belakang budaya yang berbeda ditunjang oleh

    berkembangnya sektor pendidikan dan ekonomi yang menyebabkan

    beragamnya budaya di samping budaya Jawa itu sendiri. Globalisasi

    juga menjadi penyebab mudahnya budaya luar masuk ke dalam budaya

    Jawa di samping budaya Jawa sendiri bersifat adaptif.

    Sebagai contoh salah satunya adalah budaya Jepang. Budaya

    Jepang mengalami perkembangan karena banyak komunitas pecinta

    budaya Jepang, terdapat universitas yang salah satu jurusannya

    berkonsentrasi mempelajari budaya Jepang, banyak lembaga pendidikan

    yang berhubungan dengan Jepang, dan Yogyakarta sebagai sister city

    dari Kyoto.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    6

    b. Perkembangan seni beladiri Jepang di Yogyakarta yang

    multikultural sebagai produk budaya luar

    Seni beladiri Jepang merupakan salah satu produk budaya luar

    yaitu budaya Jepang. Seni beladiri Jepang dipandang sebagai budaya

    luar yang masuk ke dalam Yogyakarta yang memiliki lokalitas budaya

    Jawa. Di Yogyakarta, subyek pelakunya adalah masyarakat Yogyakarta

    yang memiliki ketertarikan dengan seni beladiri Jepang. Dalam

    pembelajaran seni beladiri Jepang, terdapat nilai-nilai budaya Jepang

    yang terkandung seperti yang diwujudkan dalam aktifitas beladiri dan

    diwadahi berupa dojo. Karenanya, dojo berfungsi pula sebagai wadah

    kontak budaya.

    4. Adaptasi budaya

    7Masuknya budaya asing ke dalam budaya setempat, akan

    menimbulkan respon tertentu yaitu akulturasi dan asimilasi.

    8Respon tersebut terdiri dari dua kemungkinan, yaitu:

    1. Akulturasi

    Akulturasi, atau oleh para pakar di Inggris menyebutnya dengan

    acculturation atau culture contact yaitu konsep mengenai proses sosial 7Stereotip dan Persoalan Etnis Cina di Jawa, hal 106-107 8 Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi 1

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    7

    yang timbul apabila sekelompok manusia dengan suatu kebudayaan

    tertentu dihadapkan pada unsur-unsur kebudayaan asing sehingga

    lambat laun unsur-unsur kebudayaan asing tersebut diterima dan diolah

    ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya

    kepribadian kebudayaan itu.

    2. Asimilasi

    Asimilasi merupakan suatu proses sosial yang terjadi pada

    berbagai golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang

    berbeda setelah mereka bergaul secara intensif dalam waktu yang sangat

    lama, sehingga sifat khas dari unsur-unsur kebudayaan golongan-

    golongan itu masing-masing berubah menjadi kebudayaan unsur

    campuran.

    9Menurut Soekanto, seorang pakar sosiologi, mengelompokkan

    unsur kebudayaan asing yang mudah diterima, diantaranya kebudayaan

    kebendaan sebagai sesuatu yang bermanfaat besar, dan sebagai unsur

    kebudayaan yang mudah disesuaikan. Sedangkan unsur kebudayaan yang

    sulit diterima diantaranya ideologi, falsafah, dan unsur yang membutuhkan

    sosialisasi, namun pada prosesnya perubahan nilai kerap berbenturan karena

    9 /jiunkpe/s1/desi/2007/jiunkpe-ns-s1-2007-41402057-5567-jawa_buddhist-chapter2.pdf

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    8

    perbedaan generasi dan juga adanya orang-orang yang tidak sepaham

    dengan nilai-nilai yang baru.

    Budaya dapat mengalami perkembangan seiring berjalannya waktu

    karena budaya bersifat adaptif dan dinamis. Demikian pula dengan dojo

    yang masuk ke Yogyakarta. Dipandang dari sisi budaya, hal ini akan

    membawa perubahan yaitu budaya yang datang menyesuaikan budaya lokal.

    Arsitektur sebagai produk budaya mengambil ranah kebendaan dalam

    perubahan tersebut. Sudah dijelaskan pula bahwa kebudayaan yang bersifat

    kebendaanlah yang paling mudah diterima dan disesuaikan. Oleh karena itu,

    tampilan dojo di Yogyakarta hendaknya merepresentasikan penyesuaian

    budaya tersebut berupa perpaduan karakter arsitekturnya.

    D. Rumusan Masalah

    1. Permasalahan

    Bagaimana mewujudkan dojo di Yogyakarta dengan tampilan fisik

    yang merepresentasikan perpaduan karakter arsitektur Jawa dan Jepang

    melalui konsep perancangan dan desain?

    2. Persoalan

    Bagaimana menentukan lokasi site yang strategis dan mudah dicapai oleh

    sasaran pengguna.

    Bagaimana menentukan sistem peruangan yang sesuai dengan standarisasi

    dojo dan mampu menampung kegiatan-kegiatan pelatihan, pertandingan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    9

    dan kegiatan-kegiatan pengembangannya sekaligus mewujudkan

    perpaduan karakter arsitektur Jawa dan Jepang.

    Bagaimana menentukan sistem struktur dan utilitas yang tidak

    mengganggu aktifitas pengguna sekaligus mampu menunjukkan

    perpaduan karakter arsitektur Jawa dan Jepang.

    Bagaimana menenetukan bentuk fisik dan tampilan yang

    merepresentasikan perpaduan karakter arsitektur Jawa dan Jepang.

    Bagaimana menentukan pengolahan ruang luar dojo yang mewujudkan

    perpaduan karakter arsitektur Jawa dan Jepang.

    E. Tujuan Dan Sasaran

    1. Tujuan

    Mewujudkan dojo di Yogyakarta dengan tampilan fisik yang

    merepresentasikan perpaduan karakter arsitektur Jawa dan Jepang melalui

    konsep perancangan dan desain.

    2. Sasaran

    Konsep lokasi dojo

    Konsep peruangan dojo yang mewujudkan perpaduan karakter arsitektur

    Jawa dan Jepang

    Konsep tampilan fisik bangunan, baik interior maupun eksterior dimana

    elemen-elemennya merupakan pembentuk karakter arsitektur Jepang dan

    Jawa

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    10

    Konsep struktur dan utilitas yang sesuai dengan aktifitas dan syarat-syarat

    yang ada serta mewujudkan perpaduan karakter arsitektur Jawa dan

    Jepang

    Konsep pengolahan taman yang mewujudkan perpaduan karakter

    arsitektur Jawa dan Jepang

    F. Batasan Dan Lingkup Pembahasan

    1. Batasan

    Pembahasan dibatasi pada lingkup disiplin ilmu arsitektur, serta

    pembahasan dari disiplin ilmu lainnya antara lain ilmu sosial budaya, ilmu

    sejarah, dan ilmu agama bila terkait dengan ilmu arsitektur dan diperlukan

    dalam pembahasan.

    2. Lingkup pembahasan

    Pembahasan ditekankan pada perpaduan karakter arsitektur Jepang dan

    Jawa pada visualisasi bangunan dojo untuk menentukan konsep perancangan

    dari dojo di Yogyakarta.

    G. Metode Pembahasan

    1. Metode penemuan masalah

    Penemuan masalah berdasarkan realita yang ditemukan di lapangan

    yang diutarakan responden seperti sulitnya mencari informasi tentang dojo

    yang ada, kurangnya fasilitas dojo yang ada untuk mewadahi aktifitas

    pengembangan, padahal animo masyarakat akan beladiri Jepang cukup tinggi.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    11

    2. Metode mencari data

    Dalam mencari data yang dibutuhkan, dilakukan beberapa cara yaitu:

    a. Survey lapangan

    Metode yang dilakukan dengan mendatangi dan melihat tempat-

    tempat yang dapat memberikan informasi mengenai data-data yang

    dibutuhkan. Seperti data mengenai jumlah dojo yang ada di Yogyakarta,

    peminat seni beladiri Jepang di Yogyakarta, organisasi-organisasi yang

    menaungi seni beladiri Jepang, keadaan dojo-dojo di Yogyakarta, dan

    mengenai data lokasi site.

    b. Wawancara

    Metode yang dilakukan dengan cara diskusi, bertukar pikiran dan

    mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan data yang

    dibutuhkan. Wawancara dilakukan dengan praktisi, pakar, pelaku bisnis

    dengan obyek beladiri Jepang. Hal ini penting dilakukan mengingat data

    yang didapat harus di cross check dengan realita. Macam data yang

    dikumpulkan dengan metode ini seperti event-event yang melibatkan seni

    beladiri Jepang, perkembangan peminat dan jenis seni beladiri Jepang di

    Yogyakarta, keadaan dan standar dojo, arsitektur Jepang, arsitektur Jawa.

    Dibicarakan pula mengenai akulturasi dan asimilasi karakter arsitektur

    yang berasal dari dua budaya berbeda yaitu Jepang dan Jawa.

    c. Literatur

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    12

    Metode yang dilakukan dengan membaca buku-buku, tugas akhir

    yang berhubungan dengan judul, dan pencarian dari situs-situs internet

    sesuai batasan dan lingkup pembahasan untuk mendapatkan referensi

    berupa teori-teori seperti standar ukuran peruangan dan karakter dojo,

    sejarah perkembangan beladiri Jepang, jenis-jenis beladiri Jepang,

    arsitektur Jepang, arsitektur Jawa, data Yogyakarta, event-event yang

    melibatkan seni beladiri Jepang, banyaknya dojo di Yogyakarta,

    perkembangan jenis dan peminat seni beladiri jepang di Yogyakarta,

    akulturasi dan asimilasi dalam lingkup arsitektur dan budaya.

    Buku-buku sebagai sumber diantaranya:

    The Japanese House, a Tradition For Contemporary Architecture

    The Martial Arts and Ways of Japan Volume II, Classical Budo

    Peaceful Spaces, Menciptakan Surga dalam Rumah Anda

    Arsitektur Interior Nusantara

    Wastu Citra, Pengantar ke Ilmu Budaya Arsitektur, Sendi- sendi

    Filsafatnya beserta Contoh-contoh Praktis

    The Life Giving Sword, Nasihat Klasik ajaran Zen dan Tanpa Pedang

    Karya Pesaing Utama Musashi

    Learn Karate, Aikido, Jiu-jitsu and Judo

    Pengantar Antropologi

    Ilmu Dasar Budaya

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    13

    Pokok-pokok Antropologi Budaya

    Komunikasi Antar Budaya

    Tugas akhir dan tesis yang digunakan sebagai referensi

    diantaranya:

    Yusmaniar Widya I0204123, Tugas akhir Pusat Kebudayaan Jepang di

    Jakarta, UNS

    Achmad Rizki Nurkarim 17302042, Japanese Martial Arts Center, ITB

    Firgita Febriyani I0206069, Tugas akhir Sekolah Berwawasan

    Lingkungan dengan Pendekatan Arsitektur Lansekap, UNS

    Diana Ekawati, Tugas akhir Implementasi Akulturasi Budaya Jawa

    dan Bali pada Interior Hotel Ketapang Indah di Banyuwangi,

    Universitas Kristen Petra Surabaya

    Titis Samudra Pitana, Tesis Javanese Cosmology and Its Influence on

    Javanese Architecture, James Cook University Australia

    3. Metode pengolahan data

    Mengolah data yang ada sehingga mempermudah pemecahan

    masalah dengan mengidentifikasi data yang diperoleh, mengklasifikasi

    data, menyusun data secara sistematis, menganalisa data, dan

    mengaitkan data satu dengan yang lain untuk menunjang pembahasan

    tentang dojo di Yogyakarta.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    14

    4. Metode pemecahan masalah

    Menganalisa dengan cara mencocokkan teori yang ada dengan

    eksisting kemudian menghasilkan alternatif penyelesaian masalah.

    Kemudian dipilih hasil analisa sebagai pemecahan masalah berdasarkan

    pedoman dan standar perancangan sehingga menghasilkan konsep

    perancangan dojo di Yogyakarta yang sesuai.

    5. Metode penulisan

    Menuliskan konsep perancangan Dojo di Yogyakarta secara

    sistematis berupa deskripsi yang disertai dengan gambar maupun chart

    sebagai penunjang visualisasi deskripsi.

    H. Sistematika Dan Kerangka Penulisan

    TAHAP I

    Mengungkapkan permasalahan dan persoalan dari latar belakang untuk

    mendapatkan tujuan dan sasaran yang akan dicapai, mengungkapkan batasan,

    lingkup pembahasan dan metode pembahasan yang digunakan serta sistematika

    penulisannya.

    TAHAP II

    Mengungkapkan tinjauan dojo, beladiri yang diwadahi dojo, keberadaan

    Yogyakarta dan minat masyarakat Yogyakarta akan beladiri Jepang, dojo yang

    sudah ada di Yogyakarta, tinjauan lokasi, posisi beladiri Jepang di Yogyakarta,

    deskripsi dojo yang akan direncanakan di Yogyakarta meliputi pengertian dan

    fungsi, visi dan misi, status kepemilikan, lingkup kegiatan, beladiri terwadahi,

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    15

    sasaran pengguna, frekuensi kegiatan dan fasilitas-fasilitas yang ada dalam

    bangunan dojo tersebut.

    TAHAP III

    Mengungkapkan tinjauan mengenai kebudayaan secara umum, hubungan

    antara arsitektur dan budaya, menjelaskan posisi dojo sebagai produk budaya

    asing yang masuk ke Yogyakarta dengan identitas budaya lokal, tinjauan

    akulturasi dan asimilasi, perwujudan asimilasi dan akulturasi dalam wujud fisik.

    TAHAP IV

    Mengungkapkan tinjauan mengenai arsitektur Jawa dan arsitektur Jepang,

    sejarah masing-masing, nilai-nilai yang dimiliki oleh masing-masing masyarakat,

    perwujudan arsitektur Jawa dan Jepang, karakter arsitektur Jawa dan Jepang yang

    muncul dari perwujudan-perwujudan tersebut.

    TAHAP V

    Mengungkapkan alternatif-alternatif kebutuhan peruangan yang terdapat

    dalam bangunan dojo meliputi aktivitas dan fasilitas, kebutuhan ruang, besaran

    ruang, pola hubungan ruang, utilitas bangunan dan sistem struktur yang

    digunakan sebagai referensi untuk perwujudan bangunan dojo di Yogyakarta

    dengan tampilan fisik yang merepresentasikan perpaduan karakter arsitektur Jawa

    dan Jepang.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    16

    TAHAP VI

    Konsep perancangan dari dojo di Yogyakarta dengan tampilan fisik yang

    merepresentasikan perpaduan karakter arsitektur Jawa dan Jepang sebagai hasil

    analisa yang dilakukan dan merupakan pemecahan dari permasalahan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    17

    BAB II

    TINJAUAN DOJO DAN YOGYAKARTA

    SEBAGAI LOKASI TERPILIH

    A. Tinjauan Dojo

    1. Pengertian dojo

    Terdapat beberapa pengertian dojo yang diambil dari berbagai sumber,

    seperti :

    a. Dojo adalah bangunan tempat kompetisi, pertandingan, latihan dan

    belajar(keiko) utnuk semua cabang seni beladiri Jepang.1

    b. Dojo secara harafiah berarti tempat(jo) dari jalan(do). Istilah ini dapat

    merujuk ke tempat pelatihan formal bagi semua seniman Jepang, tapi

    biasanya dianggap pertemuan formal bagi siswa dari tiap jenis seni

    beladiri Jepang untuk melakukan pelatihan, ujian, dan pertemuan. Konsep

    dojo sebagai tempat pelatihan seni beladiri adalah konsep yang

    berkembang di negara-negara Barat. Sedangkan di Jepang, setiap fasilitas

    pelatihan fisik, termasuk sekolah gulat profesional, bisa disebut dojo.2

    c. Dojo, the training area, the word means a place for studying the way.3

    Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dojo

    merupakan tempat yang digunakan untuk melakukan segala aktifitas

    pelatihan, pertandingan, dan pengembangan dari seni beladiri Jepang.

    1 www.wikipedia.com, diakses tanggal 6 April 2010 2 www.wikipediamelayu.com, diakses tanggal 6 April 2010 3 Donn F Dreager, The Martial Arts and Ways of Japan : Volume II Classical Budo

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    18

    2. Sejarah dojo

    a. Samurai sebagai pengguna awal beladiri Jepang

    Sejarah adanya dojo tidak lepas dari sejarah seni beladiri Jepang.

    Ilmu beladiri Jepang pada awalnya merupakan bekal pertahanan diri yang

    dimiliki kaum samurai pada masa kekaisaran Jepang sampai jaman tuan

    tanah/daimyo. Mereka berlatih untuk membekali dirinya pada waktu

    berperang dalam memperebutkan kekuasaan antar para daimyo.

    Istilah yang lebih tepat adalah bushi(orang bersenjata, ksatria,

    prajurit) yang digunakan semasa zaman Edo. Samurai dianggap harus

    sopan dan terpelajar, dan semasa Shogun Tokugawa, samurai secara

    umum adalah kaki tangan bagi daimyo dan lebih berfungsi pada orang

    yang mengabdi.4

    Samurai memiliki lambang bunga sakura karena bunga sakura

    mekar bersemi dalam waktu singkat. Seperti prajurit samurai, bunga

    sakura gugur di puncak kematangannya, akan tetapi jiwa samurai tetap

    abadi dengan keindahannya. Hal tersebut membuat mereka belajar untuk

    senantiasa menghargai detik demi detik kehidupan dan menghargai serta

    menikmati momen-momen sebagai sesuatu yang indah. Mereka

    melakukan yang terbaik dalam setiap gerak dan tindakannya karena

    4 Laibun Samiun, Tata Bahasa Jepang Praktis

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    19

    mereka tidak menginginkan ada penyesalan dengan membiarkan waktu

    berlalu begitu saja. Itulah prinsip sakura. 5

    b. Perkembangan beladiri Jepang

    Awal mulanya seni beladiri Jepang terangkum dalam bujutsu.

    6Bujutsu dapat diartikan metode beladiri. Penganut bujutsu adalah para

    bushi atau prajurit. Hanya prajurit professional yang mendapat peringkat

    bushi. Bujutsu melambangkan kekuatan dan kecakapan dari para Bushi.

    Pelajaran serta latihan mereka adalah eksklusif untuk kelas ksatria. Rakyat

    jelata tidak diperbolehkan mempelajari bujutsu dan memiliki senjata

    layaknya bushi. Senjata-senjata yang dipergunakan tidak dipelajari secara

    terpisah, tetapi lebih sebagai sebuah sistem yang lengkap , karena seorang

    Bushi harus siap untuk medan tempur .

    7Pada zaman Edo, seni beladiri mengalami perkembangan tiga

    matra seni beladiri dengan ditandai dengan perubahan nama dari

    5 www.Battodo Nakamura Ryu Samurai Indonesia/Samurai Character building.com 6 www.kyokushin-indonesia.com 7 The Martial Arts And Ways Of Japan: Volume I,Classical Budo, hal 36

    Gambar II.1 Sakura

    Sumber : Battodo Nakamura Ryu Samurai Indonesia

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    20

    bujutsu(metode beladiri) menjadi budo(jalan beladiri). Perubahan 3 matra

    itu adalah:

    Bujutsu : bertarung, disiplin, moral

    Budo : moral, disiplin, bentuk estetika

    8Budo dapat diterjemahakan sebagai jalan beladiri. Dapat

    ditafsirkan sebagai cara bela diri untuk perdamaian atau perdamaian

    melalui pelatihan . Budo memainkan peran penting pada sisi spiritual.

    Budo tidak bersangkutan dengan seni medan perang, hanya kesempurnaan

    dari diri sendiri. Bukti pertama dari Budo muncul pada pertengahan abad

    ke-17, ketika kenjutsu berubah menjadi kendo. Tujuan dari praktisi budo

    adalah untuk mengharmonisasikan jiwa dan tubuh, bukan untuk

    membunuh. Budo juga dapat dipelajari semua kalangan.

    Yang termasuk seni beladiri Jepang budo:

    Judo : gulat ala Jepang

    Kendo : seni beladiri menggunakan pedang kayu

    Kyudo : seni beladiri memanah

    Karatedo : seni beladiri tangan kosong

    Naginatado : seni beladiri menggunakan tombak

    Aikido : seni beladiri dengan gerak sirkuler

    8 Ibid

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    21

    Kempo : seni beladiri menggunakan tangan yang merupakan

    campuran berbagai macam aliran beladiri

    Dojo hadir seiring dengan perkembangan beladiri dan kebutuhan

    akan tempat berlatih dan bertanding bagi para praktisi seni beladiri budo.

    3. Fungsi dojo

    Dojo berarti tempat untuk mempelajari jalan. Jalan di sini maksudnya

    adalah pencapaian menuju pencerahan jiwa para manusia. Realisasinya adalah

    dengan cara berlatih dan belajar. Jadi fungsi dojo adalah sebagai tempat

    pembelajaran seni beladiri Jepang. Pada masa sekarang, dojo juga digunakan

    sebagai tempat pertandingan bagi para pelajar selain sebagai tempat berlatih.

    4. Persyaratan Dojo

    Dojo adalah sebuah tempat alami(sabi) dan sederhana(wabi). Biasanya

    dibangun dengan khusus, berupa hall besar atau paling tidak area dalam

    ruangan yang kecil tetapi sesuai dengan aktifitas di dalamnya. Kebersihan

    selalu ditonjolkan. Dojo menghubungkan elemen fisik dan spiritual dari budo,

    Gambar II.2 Jenis Beladiri Jepang

    Sumber : Classical Dojo

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    22

    dasar dari konstruksi tidak boleh bertentangan dengan dua elemen itu.

    Kespiritualan secara fisik terpusat dalam shinden(biasa disebut kamiza),

    sebuah bagian area dojo dimana semangat(mitana) atau dewa tertentu(kami)

    diabadikan. Orang yang berlatih secara intuisi mengembangkan pikiran yang

    benar selama pelatihan. Itu menunjukkan bahwa dojo harus tidak mengandung

    kesombongan dan kerumitan yang dapat mengganggu pikiran, tidak hanya

    bertentangan dengan elemen spiritual dojo, tetapi jelas bahwa tidak ada

    latihan yang benar-benar serius dapat diikuti dalam area latihan yang berisi

    berbagai macam jenis ornamen. 9 Bagian yang terdekat dengan pintu masuk

    disebut shimoza, sisi kanan aula disebut MVHNL, sementara sisi kiri aula disebut

    shimoseki.

    5. Contoh Dojo

    a. 10Kodokan Judo(Tokyo, Jepang)

    9 The Martial Arts And Ways Of Japan: Volume I,Classical Budo, hal 43-46

    10 Kodokanjudo.com

    Kamiza/ shinden

    Joseki

    aula

    shimoseki

    Gambar II.3 Area dalam Dojo

    Sumber : Dokumen Pribadi

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    23

    Kodokan Judo merupakan pusat dojo Internasional yang

    didedikasikan tahun 1984 dalam rangka memperingati 100 tahun

    berdirinya Judo yang berfungsi pula sebagai kiblat judo internasional.

    Dojo yang terletak di 1-16-30 Kasuga, distrik kota Bunko-ku, Tokyo 112-

    0003, Jepang ini memiliki lokasi yang strategis dan mampu dijangkau

    oleh kendaraan umum yaitu kereta api dan hanya membutuhkan 1-12

    menit untuk berjalan dari stasiun-stasiun di sekitar lokasi dojo.

    Dojo terdiri dari dua bangunan yaitu bangunan pusat Kodokan

    Judo Internasional dan bangunan Utama Kodokan. Bangunan Pusat

    Kodokan Judo terdiri dari 8 lantai dan 1 basement dengan rincian:

    8F tempat duduk penonton

    7F dojo utama(480 tatami)

    6F dojo latihan(240 tatami) dan dojo internasional(192 tatami)

    5F dojo wanita(240 tatami) dan dojo laki-laki(114 tikar)

    4F resepsionis, kamar ganti

    Gambar II.4 Kodokan Judo Center

    Sumber : The Kodokan Judo Institute.com

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    24

    3F penginapan

    2F museum dan perpustakaan

    1F entrance, parkir

    1B kantin, ruang konferensi

    Sedangkan bangunan Utama Kodokan terdiri dari lima lantai

    dengan rincian tiap lantai:

    5F Federasi Judo Jepang, ruang konferensi

    4F ruang rapat Kodokan

    3F ruang konferensi

    2F bagian umum, editorial, federasi Judo Universitas, federasi Judo

    Tokyo

    1F departemen internasional, bagian keuangan

    Kodokan Judo juga memiliki fasilitas museum. Museum

    menyimpan beberapa barang seperti koleksi dokumen, foto, dan benda-

    benda terkait dengan sejarah Kodokan Judo. Gulungan perkamen tentang

    teknik-teknik Judo milik pendirinya, yaitu Jigoro Kano, lukisan latihan

    pertama, dan dokumen perkembangan Judo di Jepang maupun luar

    Jepang.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    25

    Selain itu terdapat aula tokoh tokoh Judo yang menyimpan foto,

    dokumen praktisi-praktisi Judo baik yang berjasa bagi negara maupun

    berjasa dalam pengembangan Judo. Tokoh-tokoh yang memiliki teknik

    tinggi yang diharapkan bisa menjadi panutan dan referensi bagi para

    murid.

    Terdapat ruang memorian hall Jigoro Kano. Merupakan ruang

    tempat menyimpan foto, lukisan, artefak milik Jigoro Kano seperti

    seragam latihan, naskah-naskah dan dokumen penting yang menyoroti

    sepak terjang Jigoro Kano dan hubungannya dengan praktisis politik dan

    orang-orang penting di negara Jepang.

    Gambar II.5 Museum Kodokan Judo

    Sumber : The Kodokan Judo Institute.com

    Gambar II.6 Aula Tokoh Judo

    Sumber : The Kodokan Judo Institute.com

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    26

    Fasilitas perpustakaan menyediakan berbagai koleksi. Koleksi

    tersebut adalah sekitar 7000 karya termasuk 2700 yang langsung

    berhubungan dengan judo. Perpustakaan ini terbuka untuk umum dan

    diharapkan mampu membantu para praktisi, peneliti, mahasiswa dan

    masyarakat umum yang tertarik untuk mengetahui dan mempelajari

    evolusi Judo.

    b. Padepokan Judo Nasional Ciloto(Bogor, Indonesia)

    11Dojo ini terletak di daerah puncak, Bogor yang dibangun oleh

    Persatuan Judo Seluruh Indonesia(PJSI) di bawah pimpinan Wismojo

    Arismunandar. Dojo ini memiliki tujuan yang sejalan dengan PJSI yaitu

    11 Indonesian design

    Gambar II.7 Jigoro Kano Memorian Hall

    Sumber : The Kodokan Judo Institute.com

    Gambar II.8 Perpustakaan

    Sumber : The Kodokan Judo Institute.com

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    27

    melahirkan atlet yang berprestasi pada tingkat nasional maupun

    internasional.

    Nilai berita, historis dan potensi estetis alami kawasan Puncak

    merupakan potensi kesan tempat yang dimiliki dojo ini. Dalam konteks

    masa depan dapat dikembangkan lebih lanjut dalam kerangka arsitektural

    menjadi tempat yang tidak hanya berfungsi sebagai alat berlatih dan

    bertanding.

    Kompleks ini terdiri dari fasilitas dasar : ruangan dojo(tanding)

    berkapasitas 2 lapangan tanding standar olimpiade, ruangan gym, ruang

    makan, ruang belajar, ruang administrasi serta asrama atlet.

    Dalam segi iklim mikro, dojo ini tidak memerlukan AC karena

    kawasan Puncak mendukung penghawaan alami. Upaya estetis dilakukan

    dengan mencoba mengkomunikasikan filosofi judo yang tampak pada

    tiang-tiang Kanopi asrama atlet. Ini memetaforakan keperkasaan Judo.

    Gambar II.9 Dojo Pertandingan

    Sumber : Indonesian Design Seri Health, Fitness and Spa

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    28

    B. Yogyakarta Sebagai Lokasi Terpilih

    Yogyakarta merupakan salah satu daerah istimewa yang memiliki banyak

    kekhasan dari berbagai sektor.

    1. Kondisi Fisik

    a. Letak geografis

    Gambar II.10 Sudut-sudut Dojo

    Sumber : Indonesian Design Seri Health, Fitness and Spa

    Gambar II.13 Peta Yogyakarta

    Sumber : www.google.com

    Gambar II.11 Perspektif Dojo

    Sumber : Indonesian Design Seri Health, Fitness

    and Spa

    Gambar II.12 Tampak Dojo

    Sumber : Indonesian Design Seri Health, Fitness and

    Spa

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    29

    Letak geografis Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di antara

    7o33 8o15 LS dan 110o5 110o50 BT. Daerah Istimewa Yogyakarta

    merupakan salah satu provinsi yang memiliki luas 3.185,81 km2 atau

    sekitar 0,17% dari luas negara Indonesia, dan memiliki batas-batas

    wilayah:

    Sebelah selatan : Lautan Indonesia

    Sebelah timur laut : kabupaten Klaten

    Sebelah tenggara : kabupaten Wonogiri

    Sebelah barat : kabupaten Purworejo

    Sebelah barat laut : kabupaten Magelang

    b. Klimatologi

    Secara umum keadaan iklim di Yogyakarta dipengaruhi oleh dua

    angin musim sebagai berikut:

    Angin musim barat laut, bertiup pada bulan Desember hingga Maret,

    biasanya musim penghujan

    Angin musim tenggara, bertiup pada bulan Mei hingga Oktober,

    biasanya merupakan musim kemarau

    2. Kondisi non fisik

    Banyak predikat yang dimiliki oleh Yogyakarta, seperti kota

    pendidikan, kota budaya, kota pariwisata, dan lain-lain. Hal ini

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    30

    mengakibatkan banyaknya masyarakat yang melirik kota ini untuk berbagai

    kepentingan, bahkan menetap secara permanen maupun sementara.

    Masyarakat yang ada pun sangat heterogen, sehingga banyak sektor kegiatan-

    kegiatan yang ikut berkembang. Berikut potensi yang ada di Yogyakarta

    sehubungan dengan beladiri Jepang:

    a. Pendidikan

    Yogyakarta sebagai kota pendidikan dan kota pelajar memiliki

    sarana pendidikan dengan kualitas baik. Jumlah perguruan tinggi dan

    sekolah terus bertambah. Dari data terakhir diketahui bahwa terdapat 55

    perguruan tinggi, belum termasuk sarana pendidikan nonformal lainnya.

    Hal ini menarik masyarakat untuk bersekolah, menimba ilmu di

    Yogyakarta. Banyak masyarakat dari segala latar belakang berkumpul dan

    berbaur dengan masyarakat Yogyakarta. Seni beladiri Jepang banyak

    diposisikan sebagai kegiatan ekstrakulikuler bagi sekolah dan perguruan

    tinggi dalam rangka pembentukan jiwa yang lebih baik dan berkualitas.

    b. Olahraga

    Yogyakarta memiliki prestasi tersendiri dalam bidang

    olahraga, salah satunya olahraga beladiri Jepang. Pada Pekan Olahraga

    Provinsi(Porprov) judo, kempo dan karate merupakan beladiri Jepang

    yang dipertandingkan. Berikut merupakan perolehan medali pada Porprov

    X tahun 2009 di Yogyakarta :

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    31

    Cabor Bantul Gunung kidul Kulonprogo Sleman Yogya

    Judo 3 emas 2 perak 3 perunggu

    - - -

    - - -

    3 emas 2 perak perunggu

    1 emas 3 perak -

    Karate 2 emas 3 perak 5 perunggu

    - - 4 perunggu

    - - 3

    4 emas 4 perak 13 perunggu

    10 emas 9 perak 6 perunggu

    Kempo 2 emas 6 perak 3 perunggu

    - - -

    - 1 perak 4 perunggu

    5 emas 3 perak 1 perunggu

    9 emas 4 perak 2 perunggu

    c. Kebudayaan

    Yogyakarta dikenal pula dengan sebutan kota budaya yang

    memiliki lokalitas budaya yang sangat tinggi. Banyak sektor kebudayaan

    yang berkembang dan dilestarikan di tengah-tengah masyarakat.

    Yogyakarta memiliki lokalitas budaya Jawa yang mendarah daging dalam

    setiap masyarakatnya. Terbukti dengan sejarah dan keraton sebagai pusat

    pembangunan kota Yogyakarta. Seiring perkembangan Yogyakarta

    dengan masuknya pendatang dari berbagai kepentingan dan latar

    belakang, banyak pula unsur-unsur budaya yang masuk. Globalisasi pun

    membawa dampak mudahnya sebuah budaya masuk ke dalam budaya

    lain.

    Karena budaya jawa bersifat adaptif, maka tidak menutup

    kemungkinan unsur budaya lain berjalan beriringan bahkan berpadu

    dengan budaya Jawa. Hal ini dapat dilihat dari animo masyarakat terhadap

    acara pertukaran budaya yangs sering diadakan di Yogyakarta. Salah

    satunya pertukaran budaya Jepang.

    Tabel II.1 Perolehan Medali Porprov X

    Sumber : KONI Yogyakarta

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    32

    Oleh karena itu tidak menutup kemungkinan bagi seni beladiri

    Jepang sebagai produk budaya Jepang untuk eksis di Yogyakarta.

    3. Situasi dojo di Yogyakarta

    Seni beladiri Jepang juga mengalami perkembangan di Yogyakarta.

    Sehubungan dengan Yogyakarta sebagai kota pendidikan, banyak sekali

    perguruan tinggi negeri maupun swasta yang mendirikan dojo sebagai

    kegiatan pendidikan ataupun penunjang kegiatan pendidikan. Tidak

    ketinggalan pula sekolah-sekolah di tingkat SMA. Selain sebagai kegiatan

    penunjang pendidikan, banyak juga dojo yang didirikan secara mandiri dan

    berafiliasi dengan organisasi tertentu. Dojo-dojo itu mengalami

    perkembangan dan bertahan hingga sekarang.

    12Berikut daftar dojo yang ada di Yogyakarta yang diambil dari Kenji

    Martial Shop :

    12 Data Kenji Martial Shop Yogjakarta

    1. Dojo cakra kembang sport

    center

    2. Dojo ninpo bugei Indonesia 3. Dojo sho hei kan

    4. Dojo sho hei kan FK ugm

    5. Dojo UGM

    6. Dojo sanatha dharma 7. TNH club Yogyakarta

    8. Dojo UNY

    9. Dojo UIN Sunan Kalijaga

    10. Dojo malioboro 11. Dojo Inkardo Korda DIY

    12. Dojo gedung kesenian

    Wonosari

    39. Dojo max baciro

    40. Dojo victory

    41. Dojo universitas atmajaya 42. Sho hei kan dojo of Yogyakarta

    43. Dojo Universitas Kristen Duta

    Wacana

    44. Dojo bantul 45. Dojo UII

    46. Dojo UKDW

    47. Dojo SMU Bopkri 2

    48. Dojo Banguntapan 49. Dojo Kelurahan Tawanmartani,

    Kalasan

    50. Dojo Polsek Kalasan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    33

    C. Dojo Di Yogyakarta Yang Direncanakan

    1. Pengertian

    Dojo yang direncanakan merupakan dojo yang diselenggarakan bagi

    masyarakat umum di Yogyakarta dengan radius pelayanan meliputi

    Yogyakarta dan sekitarnya. Tampilan dojo mencerminkan kegiatan di

    dalamnya sehingga terciptalah image yang dapat menarik perhatian

    masyarakat guna ikut serta di dalam aktifitas yang diwadahi oleh bangunan

    13. Dojo Glagahsari

    14. Dojo STIMIK el rahma

    15. Dojo Inkai UNY 16. Dojo Galeria Mall

    17. Dojo MMTC Music

    18. Dojo Notoyudan

    19. Dojo UPN 20. Dojo AMIKOM

    21. Dojo SMUN 1 Kalasan

    22. Dojo Kyokushinkai UAJY

    23. Igaku Dojo

    24. Dojo STIE

    25. Dojo Gloria

    26. Dojo Baladesa

    Sumberagung Margoyudan

    27. Dojo STIE Widya Mataram

    28. Dojo UAD Kampus III

    29. Dojo SMA 1 Godean

    30. Dojo SMK 1 Godean

    31. Dojo SMKN 1 Yogyakarta

    32. Dojo Kentungan

    33. Dojo SMP 1 Bantul

    34. Dojo SMP 4 Babarsari

    35. Kobayashi Dojo

    36. Takiotoshi Nagare Budokan

    37. Aikido Kobayashi Dojo

    38. Purawisata Aikido Club

    51. Dojo SMP Berdikari

    52. Dojo Institut Pertanian

    53. Dojo Sekolah Beladiri 54. Dojo Andana Sarimulya

    55. Dojo Candi Prambanan

    56. Dojo Maguwoharjo

    57. Dojo Bosa(Bopkri 1) 58. Dojo STPMD APMD Yogyakarta

    59. Dojo UMY

    60. Dojo Universiitas Janabadra

    61. Dojo Graha Karbol AAU

    62. Dojo Sleman

    63. Dojo gedung KONI

    64. Dojo Hashira

    65. Dojo SMA 3 Depok

    66. Dojo SMPN 2 Pandak Bantul

    67. Dojo SMPN 3 Pandak Bantul

    68. Dojo Selatan

    69. Dojo Bima

    70. Dojo SMK 5 Yogyakarta

    71. Aikido Dojo Shakura

    72. Padepokan Judo Bantul

    73. Mataram dojo Pengda PJSI

    Yogya

    74. Dojo Hotaro Japanese Resto

    75. Dojo Hamfara

    76. Dojo Balai Singosaren

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    34

    tersebut. Secara lebih dalam lagi menunjukan bahwa budaya akan terus

    berkembang secara dinamis yang ditunjukkan oleh tampilan yang ada.

    2. Fungsi

    Fungsi dari dojo yang direncanakan adalah sebagai berikut:

    a. Fungsi edukatif

    Yaitu memberikan pelatihan dan pendidikan kepada masyarakat mengenai

    beladiri Jepang yang dapat diaplikasikan di dunia nyata baik sebagai hobi,

    alat membela diri maupun olahraga.

    b. Fungsi informasi

    Yaitu memberikan informasi mengenai beladiri Jepang pada masyarakat

    yang membutuhkan.

    c. Fungsi pertandingan

    Yaitu sebagai wadah bagi pelaku beladiri bertanding menguji teknik yang

    dimiliki.

    d. Fungsi komunal

    Yaitu sebagai wadah berkumpulnya para pecinta beladiri Jepang.

    3. Visi

    Visi atau tujuan dari dojo yang direncanakan adalah sebagai wadah

    masyarakat Yogyakarta untuk berlatih dan memahami beladiri Jepang yang

    dapat diaplikasikan sebagai alat membeladiri, menyalurkan bakat di bidang

    olah raga yakni beladiri, dan sebagai wadah berkumpulnya orang-orang yang

    menggeluti dan menggemari beladiri Jepang. Dengan demikian diharapkan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    35

    akan tercipta individu-individu yang tangguh baik fisik maupun spiritual,

    mampu menghadapi dunia luar dan mampu berprestasi, serta penciptaan

    manusia yang lebih berkualitas.

    4. Misi

    Misi dari dojo yang direncanakan adalah sebagai berikut:

    a. Menyediakan fasilitas pendidikan dan pelatihan beladiri Jepang

    b. Memberikan informasi tentang beladiri Jepang kepada masyarakat

    Yogyakarta

    c. Sebagai media promosi beladiri Jepang yang berkembang cukup pesat di

    Yogyakarta

    d. Sebagai media para penggemar dan aktifis beladiri Jepang berkumpul dan

    mengembangkan beladiri yang dicintainya

    5. Status kepemilikan

    Dojo yang direncanakan merupakan dojo yang dimiliki dan dikelola

    pihak swasta yang memiliki kepedulian dengan beladiri Jepang.

    6. Lingkup kegiatan

    Kegiatan dalam dojo yang direncanakan meliputi :

    a. Kegiatan pendidikan dan pelatihan

    Merupakan kegiatan pokok yang dilakukan oleh dojo. Merupakan

    kegiatan belajar, mengajar, berlatih dan berkomunitas beladiri Jepang.

    b. Kegiatan bertanding

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    36

    Kegiatan ini mempertemukan dua atau lebih tim beladiri guna

    bertanding dan mengukur teknik-teknik yang sudah dikuasai. Dan

    setelahnya akan diberi penghargaan bagi pemenang sebagai simbol

    keberhasilan dalam kompetisi yang sehat. Suporter dan penonton melihat

    dan memberi dukungan kepada tim yang disukainya.

    c. Kegiatan promosi

    Kegiatan promosi dilakukan untuk terus mengembangkan beladiri

    Jepang. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menggelar acara tersendiri

    maupun bekerja sama dengan acara-acara pengenalan budaya Jepang.

    Acara tersendiri biasanya terwadahi dengan embukai yaitu pengenalan

    beladiri Jepang pada khalayak ramai dengan cara mempertontonkan

    teknik-teknik beladiri Jepang. Embukai dilakukan secara periodik. Dapat

    juga dilakukan dengan bekerjasama dalam satu event pertukaran budaya

    yang mempertunjukkan produk budaya masing-masing negara, salah satu

    produknya ialah beladiri Jepang.

    Kegiatan promosi juga dapat berupa perpustakaan yang

    menyediakan informasi mengenai beladiri jepang secara lengkap sehingga

    masyarakat umum dapat mengerti dan tertarik mempelajari beladiri

    Jepang. Dan terdapat pula retail-retail yang menjual perlengkapan beladiri

    dan merchandise beladiri Jepang.

    d. Kegiatan penunjang

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    37

    Merupakan kegiatan yang mendukung kegiatan utama dalam

    bangunan Dojo di Yogyakarta dan dapat digunakan pula oleh masyarakat

    umum.

    e. Kegiatan pengelola

    Merupakan kegiatan mengelola kegiatan, mengatur, dan merawat

    bangunan Dojo di Yogyakarta.

    7. Beladiri terwadahi

    Pada dasarnya dojo mewadahi seluruh beladiri yang berasal dari

    Jepang. Akan tetapi beladiri yang diwadahi dalam dojo yang direncanakan ini

    berdasarkan kuantitas dojo yang ada di Yogyakarta karena hal ini menunjukan

    animo masyarakat akan beladiri tersebut. Beladiri tersebut antara lain:

    a. Karate

    b. Kendo

    c. Kempo

    d. Aikido

    e. Judo

    8. Sasaran pengguna

    Pengguna yang menjadi sasaran dalam dojo yang direncanakan adalah

    a. Murid beladiri

    b. Pengunjung

    Yaitu masyarakat yang terkait dengan beladiri Jepang seperti atlet beladiri,

    murid yang mempelajari beladiri, dan masyarakat umum yang tertarik

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    38

    datang sendiri maupun bersama-sama untuk mengikuti kegiatan yang

    diselenggarakan pihak dojo.

    c. Guru dan ahli

    Orang-orang yang memiliki pendidikan dan keterampilan khusus yang

    terlibat dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan dan pendidikan beladiri

    Jepang.

    d. Pengelola

    Pimpinan dojo beserta para staffnya.

    e. Staf Servis

    Orang-orang yang terkait dalam perawatan dan operasional bangunan dan

    fasilitas dojo.

    9. Frekuensi kegiatan

    Frekuensi kegiatan dalam dojo yang direncanakan dibagi menjadi 4

    kategori, yaitu:

    a. Akses dojo pendidikan dan pelatihan

    Senin-minggu pukul 08.00-22.00

    b. Akses dojo pertandingan

    Setiap ada pertandingan ataupun embukai secara indoor

    c. Akses area informasi

    Senin-jumat pukul 08.00-16.00

    Minggu pukul 08.00-12.00

    d. Akses ruang publik

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    39

    Setiap hari selama 24 jam seperti fasilitas hotspot dan kafe

    10. Fasilitas

    Fasilitas dalam dojo yang direncanakan merupakan wadah yang

    digunakan untuk menampung kegiatan-kegiatan yang ada, yaitu:

    a. Dojo latihan

    b. Dojo pertandingan

    c. Fasilitas umum, yaitu kafe dan hotspot area serta retail-retail

    D. Kesimpulan Tinjauan Dojo Dan Yogyakarta Sebagai Lokasi Terpilih

    1. Dojo merupakan wadah pertandingan dan pelatihan bagi beladiri Jepang yang

    memiliki esensi kebersihan, kesederhanaan dan kealamian.

    2. Dojo berkembang seiring dengan berkembangnya seni beladiri Jepang, yang

    lama-kelamaan berkembang ke seluruh dunia, salah satunya Yogyakarta.

    Banyak praktisi beladiri ataupun masyarakat umum yang tertarik dengan

    beladiri Jepang. Mereka mempelajari dalam wadah yang seharusnya yaitu

    dojo. Karena itu, dojo mulai menyebar ke hampir seluruh Indonesia.

    3. Yogyakarta yang memiliki keheterogenan masyarakat banyak memiliki

    potensi. Seni beladiri Jepang pun masuk dan berkembang di Yogyakarta dan

    diposisikan sebagai kegiatan pendamping kegiatan formal selain sebagai

    olahraga beladiri.

    4. Yogyakarta memiliki lokalitas budaya Jawa yang mengakar kuat. Dojo

    dipandang sebagai budaya asing yang masuk ke dalam lokalitas budaya Jawa.

    Masyarakat di Yogyakarta mempelajari nilai-nilai yang terkandung dalam

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    40

    seni beladiri tersebut dan beberapa mengamalkannya. Bahkan muncul

    komunitas-komunitas pecinta beladiri Jepang di Yogyakarta yang menambah

    eksistensi seni beladiri Jepang itu sendiri.

    5. Berdasarkan data dojo, seni beladiri Jepang yang paling berkembang di

    Yogyakarta adalah Karate, Aikido, Kempo, Judo, dan Kendo.

    6. Aktifitas yang diwadahi antara lain kegiatan belajar dan berlatih, bertanding,

    promosi, penunjang dan pengelola.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    41

    BAB III

    TINJAUAN TEORI

    A. Kebudayaan

    Telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa dojo merupakan produk

    budaya Jepang/budaya asing yang masuk ke Yogyakarta yang memiliki lokalitas

    budaya Jawa. Oleh karena itu, perlu adanya pemahaman tentang kebudayaan itu

    sendiri.

    1. Pengertian

    Menurut seorang antropolog E.B Taylor kebudayaan adalah

    keseluruhan yang kompleks meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian,

    moral, hukum, adat istiadat dan segala kecakapan serta kebiasaan yang

    diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.1

    Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia yang

    dipunyainya sebagai makhluk sosial digunakan untuk memahami dan

    menafsirkan lingkungan yang dihadapinya.2

    Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan,dan hasil

    karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri

    manusia dengan belajar.3

    1Yusmaniar Widya I0204123,Tugas akhir Pusat Kebudayaan Jepang di Jakarta) 2 Ibid 3 Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi 1

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    42

    Kebudayaan berasal dari kata Sansekerta buddhayah, yaitu bentuk

    jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian ke-

    budaya-an dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan akal.4

    Menurut Bakker, kebudayaan adalah sesuatu yang berharga atau baik.5

    Jadi kebudayaan adalah keseluruhan hasil penciptaan manusia yang

    diperoleh dari proses belajar dalam sebuah kelompok masyarakat.

    2. Wujud kebudayaan

    6Kebudayaan dibagi menjadi 3 wujud, yaitu:

    a. Kebudayaan fisik/artifacts, yaitu wujud kebudayaan sebagai hasil-hasil

    karya manusia dan merupakan hasil total dari aktifitas, perbuatan dan

    karya semua manusia dalam masyarakat. Bersifat konkret, dapat diraba,

    dan dapat difoto. Misalnya candi, alat-alat perkebunan, batik.

    4 Ibid 5 Ir. Drs. M. Munandar Sulaeman, MS, Ilmu Budaya Dasar 6 Koentjaraningrat dalam Diana Ekawati(41403120), Implementasi akulturasi kebudayaan jawa dan bali pada interior hotel ketapang indah di Banyuwangi

    Gambar III.1 Candi Prambanan Sumber :

    http://vibizdaily.com/resources/images/uploaded/im

    age/SOSBUD/prambanan-temples.jpg

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    43

    b. Sistem sosial, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktifitas

    kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat. Kebudayaan ini terdiri

    dari rangkaian aktifitas manusia dalam masyarakat yang selalu mengikuti

    pola-pola tertentu berdasarkan adat tata kelakuan, misal gotong-royong

    atau bekerja sama dan masih berwujud konkret sehingga dapat difoto.

    c. Sistem budaya, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ide-ide,

    gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya yang

    berfungsi mengatur, mengendalikan dan memberi arah pada perbuatan dan

    kelakuan manusaia dalam masyarakat. Bersifat abstrak, tidak dapat difoto

    dan berlokasi di dalam alam pikiran warga masyarakat di mana

    kebudayaan yang bersangkutan itu hidup.

    3. Unsur kebudayaan

    Koentjaraningrat memecahkan konsep kebudayaan menjadi unsur-

    unsur kebudayaan universal, yaitu unsur kebudayaan yang dapat ditemukan

    dalam suatu bangsa di seluruh dunia. 7Unsur-unsur tersebut adalah:

    7 Koentjaraningrat, pengantar antropologi 1

    Gambar III.2 Gotong royong

    Sumber : http://www.antarasumut.com/wp-content/uploads/2009/02/gotong-royong.jpg

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    44

    a. Bahasa

    b. Sistem pengetahuan

    c. Organisasi sosial

    d. Sistem peralatan hidup dan teknologi

    e. Sistem mata pencaharian hidup

    f. Sistem religi

    g. Kesenian

    Tiap-tiap unsur kebudayaan universal juga menjelma dalam ketiga

    wujud kebudayaan. Sebagai contoh sistem religi mempunyai wujud sebagai

    sistem keyakinan, dan gagasan tentang Tuhan, dewa, roh halus, neraka, surga

    dan sebagainya, tapi mempunyai juga wujud yang berupa upacara,baik yang

    bersifat musiman maupun kadangkala, dan sistem religi juga mempunyai

    wujud sebagai benda-benda suci dan benda-benda religius.

    8Hubungan antara wujud dan unsur kebudayaan dapat dijelaskan

    melalui lingkaran kosentrik. Bagan lingkaran ialah untuk menunjukkan bahwa

    kebudayaan bersifat dinamis. `Lingkaran dalam menggambarkan sistem

    budaya, lingkaran kedua menggambarkan sistem sosial, lingkaran terluar

    merupakan kebudayaan fisik, ketujuh sektor menggambarkan ketujuh

    kebudayaan universal.

    8 Ibid

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    45

    4. Anggapan dasar mengenai kebudayaan

    9Ada beberapa hal yang menjadi anggapan dasar mengenai

    kebudayaan, yaitu:

    a. Kebudayaan dapat disesuaikan

    Kebudayaan dikatakan bersifat adaptif karena kebudayaan

    melengkapi manusia dengan cara-cara penyesuaian diri pada kebutuhan-

    kebutuhan fisiologis dari badan mereka sendiri, dan penyesuaian pada

    lingkungan fisik-geografis, maupun lingkungan sosialnya.

    b. Kebudayaan merupakan suatu integrasi

    Kebudayaan merupakan suatu struktur yang tersusun sangat rapi di

    mana suatu komponen tertentu mempunyai hubungan yang sangat erat

    dengan banyak komponen lain, dan diperlukan.

    9 Pokok-pokok antropologi budaya

    Gambar III.3 Lingkaran kosentrik kebudayaan

    Sumber : pengantar antropologi 1

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    46

    c. Kebudayaan selalu berubah

    Kebudayaan bersifat dinamis. Dalam artian kebudayaan pasti

    berubah, meskipun tanpa pengaruh budaya asing kebudayaan akan

    berunah seiring berlalunya waktu.

    B. Arsitektur Dalam Kebudayaan

    Ketujuh unsur kebudayaan yang sudah dijelaskan sebelumnya merupakan

    penyebab dari arsitektur. Menurut bapak Josef Prijotomo, arsitektur adalah buah

    dari cerminan kebudayaan. Arsitektur adalah sepenuhnya konsekuensi logis dari

    kebudayaan yang bersangkutan, arsitektur adalah buah yang dimunculkan oleh

    pohon kebudayaan.

    Produk dari arsitektur merupakan kebudayaan yang berwujud fisik di

    mana di dalamnya terdapat unsur-unsur kebudayaan yang dapat diuraikan dan

    mengandung perkembangan sosial budaya pada kurun waktu tersebut. Dengan

    kata lain arsitektur merupakan salah satu perwujudan dari kebudayaan.

    C. Pergeseran Kebudayaan

    Manusia sebagai pembawa kebudayaan selalu berubah, demikian pula

    dengan lingkungan yang mendukung perubahan pada manusia tersebut, sehingga

    kebudayaan memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri/adaptif dan bersifat

    dinamis.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    47

    10Perubahan tersebut membawa gerak. Gerak manusia dalam kehidupannya

    membawa kepada gerak masyarakat dan kebudayaan. Gerak tersebut

    dinakamakan proses sosial. Terdapat dua sebab proses sosial :

    1. Perubahan yang disebabkan dari dalam kebudayaan itu sendiri yang disebut

    evolusi kebudayaan

    2. Perubahan yang disebabkan dari luar yang disebut difusi, asimilasi, dan

    akulturasi

    Saat ini adanya globalisasi di segala bidang juga menyebabkan perubahan

    tersebut.. Globalisasi yang didukung oleh unsur teknologi memungkinkan adanya

    pergeseran budaya tanpa adanya migrasi penduduk pembawanya karena

    globalisasi mengakibatkan negara tanpa batas. Didukung pula oleh kebijakan

    pemerintah dalam menjalin kerjasama antar negara, termasuk kerjasama budaya.

    Oleh karenanya, banyak sekali unsur-unsur budaya asing yang masuk ke

    Indonesia.

    11Unsur budaya yang mudah diterima adalah kebudayaan kebendaan

    sebagai suatu yang bermanfaat besar dan unsur kebudayaan yang mudah

    disesuaikan. Sedangkan unsur kebudayaan yang sulit diterima antara lain

    ideologi, falsafah, dan unsur yang membutuhkan proses sosialisasi.

    10 Drs. Sido Gazalba,antropologi budaya II 11 Soekanto dalam Akulturasi Jawa-Buddhist, universitas Kristen petra

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    48

    Bila dihubungkan dengan dojo di Yogyakarta, maka kemungkinan proses

    difusi ditiadakan. 12Difusi merupakan proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan

    dari suatu individu atau masyarakat kepada individu atau masyarakat lain. Difusi

    berpangkal pada penemuan(discovery) sesuatu yang baru. Apabila penemuan itu

    diakui dan digunakan oleh masyarakat maka disebut invention atau pendapatan.

    Ketika ia menjadi pendapatan, maka ia berfungsi sebagai unsur kebudayaan.

    Kemudian baru difusi berlangsung.

    D. Akulturasi Dan Asimilasi

    Konsep akulturasi dan asimilasi awalnya berkembang di Amerika Serikat.

    Keduanya mungkin terjadi apabila terdapat budaya yang berbeda saling bertemu.

    1. Akulturasi

    a. Pemahaman

    13Akulturasi, atau oleh para pakar di Inggris menyebutnya dengan

    acculturation atau culture contact yaitu konsep mengenai proses sosial

    yang timbul apabila sekelompok manusia dengan suatu kebudayaan

    tertentu dihadapkan pada unsur-unsur kebudayaan asing sehingga lambat

    laun unsur-unsur kebudayaan asing tersebut diterima dan diolah ke dalam

    kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian

    kebudayaan itu.

    12 ibid 13 Koentjaraningrat, pengantar antropologi 1

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    49

    14Akulturasi merujuk pada fenomena yang timbul ketika

    kelompok-kelompok individu yang berbeda budaya berhubungan

    langsung dan sinambung, perubahan mana terjadi pada budaya asli salah

    satu atau kedua kelompok.

    15Akulturasi adalah suatu bentuk perubahan budaya yang

    diakibatkan oleh kontak kelompok-kelompok budaya, yang menekankan

    penerimaan pola-pola dan budaya baru dan ciri-ciri masyarakat pribumi

    oleh kelompok-kelompok minoritas.

    16Akulturasi ialah proses yang terjadi manakala sekelompok

    manusia, pendukung suatu kebudayaan, kontak dengan unsur-unsur

    kebudayaan asing sama sekali, yang dalam waktu cukup lama diadaptasi

    oleh kelompok itu ke dalam kebudayaannya.

    Jadi akulturasi merupakan pegeseran kebudayaan karena

    pertemuan dua budaya yang berbeda tanpa menghilangkan ciri masing-

    masing kebudayaan tersebut dan prosesnya berjalan dua arah.

    b. Metode akulturasi

    17Di Indonesia sudah terjadi tiga kali akulturasi. Yaitu dengan

    kebudayaan Hindu, Islam dan barat. Terdapat dua macam pengambil

    alihan unsur-uunsur dalam akulturasi, yaitu:

    14 Komunikasi Antar Budaya,DR. Deddy Mulyana,M.A dan Drs. Jalaluddin Rakhmat,MSc. 15 Ibid 16 Drs. Sido Gazalba,antropologi budaya II 17 Ibid

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    50

    1) Adoptasi

    Yaitu pengambilan mentah-mentah, tanpa diubah, seperti

    bagaimana adanya dalam kebudayaan yang memberi. Ini merupakan

    akulturasi yang tidak berhasil.

    2) Adaptasi

    Yaitu menyesuaikan unsur asing itu dengan jiwa dan

    lingkungan kebudayaan penerima. Proses ini berjalan baik dimana

    masyarakat penerima aktif di dalamnya. Unsur-unsur asing itu

    diintegrasikan ke dalam kebudayaan sendiri.

    18Dalam ilmu antropologi, agents of acculturation adalah

    subyek penentu unsur-unsur dari kebudayaan asing apa yang masuk ke

    dalam suatu kebudayaan setempat karena ia adalah pembawa

    kebudayaan asing itu. Kemiripan yang ada antara dua kebudayaan

    tersebut merupakan potensi akulturasi.

    19Ada 4 syarat yang harus terpenuhi agar proses akulturasi

    berjalan baik:

    1) Penerimaan budaya tanpa rasa terkejut (syarat

    persenyawaan/affinity)

    2) Adanya nilai baru yang tercerna akibat keserupaan tingkat dan

    corak budayanya (syarat keseragaman/homogenity)

    18 Pengantar antropologi 1 19 Sachari dalam Diana Ekawati(41403120), Implementasi akulturasi kebudayaan jawa dan bali pada interior hotel ketapang indah di Banyuwangi

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    51

    3) Adanya nilai baru yang diserap hanya sebagai kegunaan yang tidak

    penting atau tampilan (syarat fungsi)

    4) Adanya pertimbangan yang matang dalam memilih kebudayaan

    asing yang datang(syarat seleksi)

    20Adapun unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah diterima

    oleh suatu masyarakat biasanya meliputi:

    Alat-alat fisik yang mudah ditiru penggunaannya

    Unsur-unsur yang terbukti sangat berguna bagi masyarakat

    penerima

    Unsur-unsur yang mudah disesuaikan dengan susunan keadaan

    dari masyarakat yang menerima unsur tersebut

    Sedangkan unsur-unsur yang sukar diterima adalah unsur-

    unsur yang bersifat:

    Unsur-unsur yang memiliki fungsi yang telah terjaring luas di

    masyarakat

    Unsur-unsur yang telah dipelajari pada tingkat terdahulu dalam

    proses sosialisasi dari individu-individu di masyarakat

    Unsur yang berhubungan dengan religi atau kepercayaan

    20 Koentjoroningrat dalam Diana Ekawati(41403120), Implementasi akulturasi kebudayaan jawa dan bali pada

    interior hotel ketapang indah di Banyuwangi

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    52

    c. Perwujudan akulturasi dalam bangunan

    Masjid Agung Demak merupakan contoh mesjid yang

    memperlihatkan bentuk akulturasi. Dengan mengusung arsitektur Jawa,

    mesjid ini memiliki atap tajug bersusun tiga dan berbahan sirap. Atap

    susun yang dapat ditemukan asalnya pada relief candi masa pra-islam

    seperti bentuk atap meru Bali. Puncak dihiasi dengan mustoko atatu

    memolo yang biasanya digunakan sebagai brahmanula, tempat inti

    kesatuan ilahi dalam alam semesta Hindu. Mesjid ini memiliki soko guru

    tatal yang didirikan oleh Sunan Kalijaga dan soko guru yang merupakan

    ciri khas Jawa. Serambi berupa pendopo merupakan bagian penting bagi

    mesjid Indonesia yang ditemukan di sisi timur tempat pintu masuk.

    Bagian dalam mesjid terdapat ruang sholat dengan pintu utama berukir

    hiasan naga yang merupakan simbol dari petir. Mihrab dihiasi oleh

    keramik China. Di kanan kiri mihrab terdapat ruangan berbentuk kotak

    dan tertutup tirai sebagai tempat sholat raja. Bagian ini juga memiliki

    jendela ganda dengan hiasan kaca patri ukiran Jawa dan plafon berupa

    lambresiring kayu jati.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    53

    2. Asimilasi

    a. Pemahaman

    21Asimilasi merupakan suatu proses sosial yang terjadi pada

    berbagai golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang

    berbeda setelah mereka bergaul secara intensif dalam waktu yang sangat

    lama, sehingga sifat khas dari unsur-unsur kebudayaan golongan-golongan

    itu masing-masing berubah menjadi kebudayaan unsur campuran.

    21 Pengantar antropologi 1

    Gambar III.4 Mesjid Agung Demak

    Sumber : Indonesian Design

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    54

    22Asimilasi merujuk kepada sejauh mana suatu kelompok yang

    semula khas telah kehilangan identitas subyektifnya dan telah terserap ke

    dalam struktur sosial suatu kelompok lain.

    Jadi asimilasi adalah pergeseran kebudayaan dikarenakan

    pertemuan dua kebudayaan yang berbeda dan melebur menjadi satu dan

    menghasilkan kebudayaan baru setelah melewati proses pergaulan dalam

    waktu yang sangat panjang dan merupakan proses satu arah.

    Biasanya suatu proses asimilasi terjadi antara golongan mayoritas

    dan minoritas, golongan minoritas yang berubah dan menyesuaikan diri

    dengan golongan mayoritas. 23Sehingga asimilasi mengakibatkan dua hal:

    1) Kelompok minoritas kehilangan keunikannya dan menyerupai

    kelompok mayoritas. Dalam proses itu, kelompok mayoritas tidak

    berubah

    2) Kelompok mayoritas dan minoritas bercampur secara homogen.

    Masing-masing kelompok kehilangan keunikannya lalu muncul satu

    produk unik lainnya, suatu proses yang disebut Belanga Pencampuran

    (Melting Pot)

    24Asimilasi dapat terbentuk apabila terdapat tiga persyaratan

    berikut:

    1) Terdapat sejumlah kelompok yang memiliki kebudayaan berbeda.

    22 Komunikasi Antar Budaya,DR. Deddy Mulyana,M.A dan Drs. Jalaluddin Rakhmat,MSc. 23 Ibid 24 http://id.wikipedia.org/wiki/Asimilasi_(sosial). diakses tanggal 1 September 2010

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    55

    2) Terjadi pergaulan antar individu atau kelompok secara intensif dan

    dalam waktu yang relatif lama.

    3) Kebudayaan masing-masing kelompok tersebut saling berubah dan

    menyesuaikan diri.

    b. Bentuk asimilasi

    25Menurut Milton Gordon, terdapat tujuh bentuk asimilasi, yaitu:

    1) Asimilasi kultural

    2) Asimilasi struktural

    3) Asimilasi marital

    4) Asimilasi identifikasional

    5) Asimilasi penerimaan sikap

    6) Asimilasi penerimaan perilaku

    7) Asimilasi kewarganegaraan

    Asimilasi kultural biasa disebut akulturasi yang ditandai dengan

    perubahan pada pola-pola budaya kelompok minoritas seperti bahasa,

    nilai, pakaian, makanan. Sementara asimilasi struktural adalah masuknya

    kelompok minoritas ke dalam klik-klik, klub-klub dan lembaga-lembaga

    masyarakat pribumi. Menurut Gordon, asimilasi strukturlah yang akan

    menimbulkan asimilasi sempurna. Sekali asimilasi struktural terjadi,

    dengan atau sesudah akulturasi, maka asimilasi lain akan mengikuti.

    25 Komunikasi Antar Budaya,DR. Deddy Mulyana,M.A dan Drs. Jalaluddin Rakhmat,MSc.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    56

    E. Tokoh-Tokoh Arsitek Yang Mengusung Perpaduan Dalam Rancang Bangun

    di Indonesia

    Indonesia telah mengalami beberapa masa perkembangan di bidang

    arsitektur. Hal ini dilator belakangi oleh beberapa hal, seperti penjajahan,

    perdagangan, globalisasi, dll. Dinamika ini tidak terlepas dari tokoh-tokoh yang

    berperan di dalamnya. Berikut beberapa tokoh yang berusaha memadukan unsur

    yang dibawa dengan lokalitas setempat.

    26Arsitek abad 20 terbagi menjadi dua kelompok besar. Yang pertama

    adalah penganut tradisi Eropa sebagaimana mereka dilatih. Sedangkan kelompok

    kedua adalah mereka yang berinisiatif mencari penyatuan antara barat dan timur.

    Kelompok terakhir ini yang menghasilkan arsitektur tropik yang inovatif dan

    menarik.

    Di bawah ini merupakan beberapa arsitek yang mengusung perpaduan

    tersebut dah hasil karyanya:

    1. Thomas Karsten

    Thomas Karsten adalah arsitek lulusan Technische Hoogeschool di

    Delf. Ia terlahir tahun 1884 dan memiliki ayah seorang professor ilmu filsafat

    sekaligus wakil ketua konselor di Universitas Amsterdam. Ia bekerja sebagai

    perencana perkotaan dan terakhir menjadi professor perencanaan perkotaan di

    Institut Teknologi Bandung.

    26 Indonesian Heritage halaman 122

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    57

    Kantor lama perusahaan pelayaran kapal uap belanda Stroomvart

    Maatschappij Nederland (SMN) merupakan salah satu karyanya. Bangunan

    lantai dua ini kemudian menjadi kantor pelayaran Djakarta Lloyd, dibangun

    tahun 1930.

    Perhatian Karsten terhadap iklim tropis terlihat dari beberapa ciri

    bangunannya. Penghawaan dan pencahayaan merupakan bagian yang sangat

    penting dan diperhatikan dalam perancangan. Seperti jendela besar dan tinggi,

    kisi-kisi ventilasi yang menjulang dari lantai ke langit-langit. Atap melebar

    dan melengkung tajam melindungi penghuni dari hujan dan panas. Lorong di

    bagian depan dan samping pada lantai dasar dan lantai pertama juga

    membantu mencegah panas.

    Struktur utama bangunan yaitu lantai, kolom dan balok juga tritisan

    dibuat oleh konstruksi beton bertulang. Bahan atap menggunakan bahan

    import dari Belanda.

    Karya Karsten yang lain adalah kantor perusahaan trem uap Belanda,

    Joana Stroomtram Maatschappij. Dibangun pada tahun yang sama dengan

    Gambar III.5 Gedung SMN

    Sumber : Indonesian Heritage halaman 122

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    58

    SMN. Bangunan ini terletak di tempat yang dahulu terpencil, sehingga dapat

    leluasa dibangun halaman yang luas di tiap sisi. Denah dasarnya sangat mirip

    dengan Joglo(rumah Jawa). tiang-tiang tinggi yang menopang atap dua susun,

    yang memungkinkan pertukaran udara silang di lubang atap.

    Karya lain dari Karsten adalah pasar-pasar Kotamadya seperti Pasar

    gede Surakarta pada tahun 1929 dan Pasar Johar Semarang yang dibangun

    pada tahun 1938. Di sini menunjukkan kemajuan teknologi yang memberi

    keluwesan bagi arsitek untuk uji coba dengan bentuk-bentuk arsitektur yang

    lentur. Atap datar yang terbagi, yang memanfaatkan kelebihan cahaya dan

    ventilasi alam mencerminkan perhatian Karsten terhadap alam sekitar.

    Gambar III.6 Gedung JSM

    Sumber : Indonesian Heritage halaman 122

    Gambar III.7 Pasar Johar

    Sumber : Indonesian Heritage halaman 123

    Gambar III.8 Pasar Johar

    Sumber : Indonesian Heritage halaman 123

    Gambar III.9 Penggunaan atap datar

    Sumber : Indonesian Heritage halaman 123

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    59

    Ciri khas karya Thomas Karsten ialah mempunyai ciri bangunan

    tropis, bentuk memadukan Barat dan Timur, tetapi cenderung menggunakan

    bahan, konstruksi dari barat, dan konsep tata ruang tetap dalam Timur. Ia

    berprinsip bagaimana budaya setempat merupakan sumber ide dalam

    pengembangan arsitektur, meskipun tetap mengadopsi budaya Eropa.

    Arsitektur tetap mempertimbangkan kondisi setempat.

    2. Henri Maclaine Pont

    Henri Maclaine Pont lahir pada tahun 1885 di daerah Meeste Cornelis,

    atau sekarang disebut Jatinegara. Ia berdarah campuran Bugis dan Belanda. Ia

    merupakan lulusan Sekolah Tinggi Delf.

    Karya besar Pont adalah Sekolah Tinggi Teknik Bandung atau

    sekarang dinamai Institut Teknologi Bandung. Awalnya gugus ini terdiri dari

    tiga kelompok bangunan utama dengan lorong-lorong berpilar yang

    dihubungkan oleh deretan tiang jalan setapak yang terbuka dari pintu masuk

    utama. Bangunan utama ini terletak membujur pada sumbu utara ke selatan ke

    arah Gunung Tangkuban Perahu di selatan. Hal ini sesuai dengan sumbu

    kosmologi Jaw