PBL30EMILY6

download PBL30EMILY6

of 12

Transcript of PBL30EMILY6

Kewajiban Dokter Dalam Menjaga Rahasia KedokteranEmily Nadya Akman10 2010 115 / F4Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJalan Arjuna Utara [email protected]

PENDAHULUAN Gonorrhea atau di kalangan masyarakat umum dikenal dengan nama GO adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhea. Penyakit ini terutama menyerang mereka yang suka main suka bergonta ganti pasangan seksual. Bila kebetulan yang menderita GO adalah pasangan suami istri dan selama menderita GO mereka melakukan hubungan seksual aktif maka keduanya harus berobat meskipun sang istri tidak menimbulkan gejala apapun. Hal ini untuk mencegah terjadinya pingpong phenomenone yaitu bila hanya suami yang diobati maka ia akan dapat tertular kembali oleh istrinya demikian sebaliknya.Banyak di antara penderita GO yang di obati dokter meminta untuk merahasiakan penyakit mereka karena alasan malu, takut ketahuan pasangannya atau sebagainya. Disini dokter di tuntut untuk bisa bertindak sesuai etika profesi kedokteran dan sesuai dengan peraturan yang terkait.Hak pasien untuk dihormati rahasia nya perlu dipertimbangkan juga.Oleh karena itu dokter sebaiknya memberi penjelasan dan edukasi yang tepat pada pasien sehingga tanpa melanggar aturan dan etika tidak ada pihak yang merasa dirugikan.

SKENARIO Seorang pasien laki-laki datang ke praktek dokter. Pasien ini dan keluarganya adalah pasien lama dokter tersebut, dan sangat akrab serta selalu mendiskusikan kesehatan keluarganya dengan dokter tersebut. Kali ini pasien laki-laki ini datang sendirian dan mengaku telah melakukan hubungan dengan wanita lain seminggu yang lalu. Sesudah itu ia masih tetap berhubungan dengan istrinya. Dua hari terakhir ia mengeluh bahwa alat kemaluannya mengeluarkan nanah dan terasa nyeri. Setelah diperiksa ternyata ia menderita GO. Pasien tidak ingin istrinya tahu, karena bisa terjadi pertengkaran diantara keduanya. Dokter tahu bahwa mengobati penyakit tersebut pada pasien ini tidaklah sulit, tetapi oleh karena ia telah berhubungan juga dengan istrinya maka mungkin istrinya juga sudah tertular. Istrinya juga harus diobati.

PRINSIP ETIKA KEDOKTERAN

Etik profesi kedokteran mulai dikenal sejak 1800 tahun sebelum Masehi dalam bentukCode of Hammurabidan Code of Hittites, yang penegakannya dilaksanakan oleh penguasa pada waktu itu. Selanjutnya etik kedokteran muncul dalam bentuk lain, yaitu dalam bentuk sumpah dokter yang bunyinya bermacam-macam, tetapi yang paling banyak dikenal adalah sumpah Hippocrates yang hidup sekitar 460-370 tahun SM. Sumpah tersebut berisikan kewajiban-kewajiban dokter dalam berperilaku dan bersikap, atau semacamcode of conductbagi dokter. 1, 2

Beuchamp dan Childress (1994) menguraikan bahwa untuk mencapai ke suatu keputusan etik diperlukan 4 kaidah dasar moral dan beberapa aturan dibawahnya. Keempat kaidah dasar moral tersebut adalah:1. Prinsip OtonomiPrinsip otonomi adalah prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien, terutama hak otonomi pasien. Prinsip moral inilah yang kemudian melahirkan doktrin informed consent.2. Prinsip BeneficencePrinsip Beneficence adalah prinsip moral yng mengutamakan tindakan yang ditujukan demi kebaikan pasien. Dalam beneficence tidak hanya dikenal perbuatan untuk kebaikan saja, melainkan juga perbuatan yang sisi baiknya (manfaat) lebih besar dari sisi buruknya.3. Prinsip Non-malificencePrinsip Non-malificence adalah prinsip moral yang melarang tindakan yang memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini juga dikenal dengan primum non nocere atau above all, do no harm.4. Prinsip Justice Prinsip Justice adalah prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam bersikap maupun dalam mendistribusikan sumber daya.Sedangkan aturan turunannya adalah veracity (berbicara jujur, benar dan terbuka), privacy (menghormat hak pribadi pasien), confidentiality (menjaga kerahasian pasien) dan fidelity (loyalitas dan promise keeping).1Contoh dari masing-masing prinsip:1. Tidak merugikan(non maleficence). Cth : Pendapat dokter dalam pelayanan tidak dapat diterima pasien dan keluarga sehingga jika dipaksakan dapat merugikan pasien.2. Membawa Kebaikan(Beficence). Cth : Dokter memberi obat kanker tetapi mempunyai efek yang lain, maka dokter harus mempertimbangkan secara cermat.3. Menjaga Kerahasiaan(Confidentiality). Cth : Tenaga kesehatan menjaga identitas kesehatan pasien jangan sampai menghambat penyembuhan lanjutan.4. Otonomi Pasien (Autonomy Patient).Cth : Pasien berhak menentukan tindakan-tindakan yang dilakukan atas persetujuan dirinya.5. Berkata Benar (Truth Telling).Cth : Tenaga kesehatan harus menyampaikan sejujur-jujurnya penyakit pasien namun tidak dapat diutarakan semua kecuali kepada keluarganya.6. Berlaku Adil (Justice).Cth : Tenaga kesehatan tidak boleh diskriminatif dalam pelayanan kesehatan.7. Menghormati Privasi (Privacy).Cth : Dokter tidak boleh menyinggung hal pribadi pasien dan sebalik.Nilai-nilai materialisme pada masyarakat harus dibendung dengan memberikan latihan dan teladan yang menunjukkan sikap etis dan profesional dokter, sepertiautonomy (menghormati hak pasien, terutama hak dalam memperoleh informasi dan hak membuat keputusan tentang apa yang akan dilakukan terhadap dirinya), beneficence (melakukan tindakan untuk kebaikan pasien), non maleficence(tidak melakukan perbuatan yang memperburuk pasien) danjustice (bersikap adil dan jujur), serta sikapaltruisme (pengabdian profesi).

World Medical Association dalam Deklarasi Geneva pada tahun 1968 menelorkan sumpah dokter (dunia) dan Kode Etik Kedokteran Internasional. Kode Etik Kedokteran Internasional berisikan tentang kewajiban umum, kewajiban terhadap pasien, kewajiban terhadap sesama dan kewajiban terhadap diri sendiri. Selanjutnya, Kode Etik Kedokteran Indonesia dibuat dengan mengacu kepada Kode Etik Kedokteran Internasional.

Pembuatan keputusan etik, terutama dalam situasi klinik, dapat juga dilakukan dengan pendekatan yang berbeda dengan pendekatan kaidah dasar moral diatas. Jonsen, Siegler dan Winslade (2002) mengembangkan teori etik yang menggunakan 4 topik yang essential dalam pelayanan klinik, yaitu:1. Medical indicationKedalam topic medical indication dimasukkan semua prosedur diagnostic dan terapi yang sesuai untuk mengevaluasi keadaan pasien dan mengobatinya. Penilaian aspek indikasi medis ini ditinjau dari sisi etiknya, terutama menggunakan kaidah beneficence dan non-malificence. Pertanyaan etika pada topic ini adalah serupa dengan seluruh informasi yang selayaknya disampaikan kepada pasien pada doktrin informed consent.2. Patient preferencesPada topic ini, kita memperhatikan nilai dan penilaian pasien tentang manfaat dan beban yang akan diterimanya, yang berarti cerminan kaidah autonomy. Pertanyaan etika meliputi pertanyaan tentang kompetensi pasien, sifat volunteer sikap dan keputusannya, pemahaman atas informasi, siapa pembuat keputusan bila pasien dalam keadaan tidak sadar dan kompeten serta nilai dan keyakinan yang dianut oleh pasien.3. Quality of lifeTopik quality of life merupakan aktualisasi salah satu tujuan kedokteran yaitu memperbaiki, menjaga atau meningkatkan kualitas hidup insane. Apa, siapa dan bagaimana melakukan penilaian kualitas hidup merupakan pertanyaan etik sekitar prognosis yang berkaitan dengan beneficence, non-malificence dan autonomy.4. Contextual featuresDalam topic ini dibahas pertanyaan etik seputar aspek non medis yang mendahului keputusan seperti factor keluarga, ekonomi, agama, budaya, kerahasiaan, alokasi sumber daya dan factor hukum.

INFORM CONSENTInformed consent adalah suatu proses yang menunjukan komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien dan bertemunya pemikiran tentang apa yang akan dan apa yang tidak dilakukan terhadap pasien. Informed conset dilihat dari aspek hokum bukanlah sebagai perjanjian antara dua pihak, melainkan lebih kearah persetujuan sepihak atas layanan yang ditawarkan pihak lain.2,3Informed consent memiliki 3 elemen, yaitu:1. Threshold elements.Elemen ini sebenarnya tidak dapat dianggap sebagai elemen, oleh karena sifatnya lebih ke arah syarat, yaitu pemberi consent haruslah seseorang yang kompeten. Kompeten disini diartikan sebagai kapasitas untuk membuat keputusan (medis). Kompetensi manusia untuk membuat keputusan sebenarnya merupakan kontinuum, dari sama sekali tidak memiliki kompetensi hingga memiliki kompetensi yang penuh. Diantaranya terdapat berbagai tingkat kompetensi membuat keputusan tertentu (keputusan yang reasonable berdasarkan alasan yang reasonable).2. Information elements.Elemen ini terdiri dari 2 bagian, yaitu disclosure (pengungkapan) dan understanding (pemahaman).Dalam hal ini, seberapa baik informasi harus diberikan kepada pasien, dapat dilihat dari 3 standar, yaitu:a. Standar Praktek profesiBahwa kewajiban memberikan informasi dan kriteria ke-adekuat-an informasi ditentukan bagaimana biasanya dilakukan dalam komunitas tenaga medis. Standar ini terlalu mengacu kepada nilai-nilai yang ada didalam komunitas kedokteran, tanpa memperhatikan keingintahuan dan kemampuan pemahaman individu yang diharapkan menerima informasi tersebut.3

b. Standar SubyektifBahwa keputusan harus didasarkan atas nilai-nilai yang dianut oleh pasien secara pribadi, sehingga informasi yang diberikan harus memadai untuk pasien tersebut dalam membuat keputusan. Sebaliknya dari standar sebelumnya, standar ini sangat sulit dilaksanakan atau hampir mustahil.3c. Standar pada reasonable personStandar ini merupakan hasil kompromi dari kedua standar sebelumnya,yaitu dianggap cukup apabila informasi yang diberikan telah memenuhi kebutuhan pada umumnya orang awam. 33. Consent elements.Elemen ini juga terdiri dari 2 baguan, yaitu voluntariness (kesukarelaan, kebebasan) dan authorization (persetujuan).

Consent dapat diberikan: Dinyatakan (expressed) Dinyatakan secara lisan. Dinyatakan secara tertulis. Tidak dinyatakan (implied)Pasien tidak menyatakannya, baik secara lisan ataupun tertulis, namun tingkah laku yang menunjukkan jawabannya.Meskipun consent ini tidak memiliki bukti, namun consent jenis inilah yang paling banyak dilakukan dalam praktek sehari-hari.Keluhan pasien tentang informed consent adalah: Bahasa yang digunakan terlalu teknis. Perilaku dokter yang terlihat terburu-buru atau tidak perhatian, atau tidak ada waktu untuk tanya-jawab. Pasien sedang stres emosional sehingga tidak mampu mencerna informasi. Pasien dalam keadaan tidak sadar atau mengantuk.Keluhan dokter tentang informed consent: Pasien tidak mau diberitahu. Pasien tidak mampu memahami. Resiko terlalu umum atau terlalu jarang terjadi. Situasi gawat darurat atau waktu yang sempit.

Peraturan Perundang-UndanganPeraturan perundang-undangan yang berkaitan tentang persetujuan tindakan medik, yaitu:Pasal 1 Permenkes No.585/MenKes/Per/IX/1989a. Persetujuan tindakan medic atau informed consent adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan tentang tindakan medic yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut;b. Tindakan medic adalah suatu tindakan yang dilakukan terhadap pasien berupa diagnostic atau terapeutik;c. Tindakan invasive adalah tindakan medic yang langsung dapat mempengaruhi keutuhan jaringan tubuh;d. Dokter adalah dokter umum/dokter spesialis dan dokter gigi/dokter spesialis yang bekerja di rumah sakit,puskesmas,klinik atau prakter perorangan/bersamaPasal 4 Permenkes No.585/MenKes/Per/IX/1989(1) Informasi tentang tindakan medic harus diberikan kepada pasien, baik diminta maupun tidak diminta.(2) Dokter harus memberikan informasi selengkap-lengkapnya kecuali bila dokter menilai bahwa informasi tersebut dapat merugikan kepentingan kesehatan pasien atau pasien menolak diberikan informasi.(3) Dalam hal-hal sebagaimana yang dimaksud ayat (2) dokter dengan persetujuan pasien dapat memberikan informasi tersebut kepada keluarga terdekat dengan didampingi oleh seorang perawat/paramedik lainnya sebagai saksi.

Pasal 13 Permenkes No.585/MenKes/Per/IX/1989(4) Terhadap dokter yang melakukan tindakan medic tanpa adanya persetujuan dari pasien atau keluarganya dapat dikenakan sanksi administrative berupa pencabutan surat ijin prakteknya.

RAHASIA KEDOKTERANKewajiban seorang dokter untuk menyimpan rahasia kedokteran telah diatur dalam PP.No.10 tahun 1966.2,3 Pasal 1 PP No 10/1996Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah segala sesuatu yang diketahui oleh orang-orang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama melakukan pekerjaannya dalam lapangan kedokteran. Pasal 2 PP No 10/1996Pengetahuan tersebut pasal 1 harus dirahasiakan oleh orang-orang yang tersebut dalam pasal 3, kecuali apabila sautu peraturan lain yang sederajat atau lebih tinggi dari pada PP ini menentukan lain. Pasal 3 PP No 10/1996Yang diwajibkan menyimpan rahasia yang dimaksud dalam pasal 1 ialah:a. Tenaga kesehatan menurut pasal 2 UU tentang tenaga kesehatanb. Mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam lapangan pemeriksan, pengobatan dan atau perawatan dan orang lain yang ditetapkan oleh menteri kesehatan Pasal 4 PP No/1996Terhadap pelanggaran ketentuan mengenai wajib simpan rahasia yang tidak atau dapat dipidana menurut pasal 322 atau pasal 112 KUHP, menteri kesehatan dapat melakukan tindakan administratif berdasakan pasal UU tentang tenaga kesehatan.

Pasal 5 PP No 10/1966Apabila pelanggaran yang dimaksud dalam pasal 4 dilakukan oleh mereka yang disebut dalam pasal 3 huruf b, maka menteri kesehatan dapat mengambil tindakan-tindakan berdasarkan wewenang dan kebijaksanaannya.

Pengungkapan Rahasia KedokteranPada dasarnya rahasia kedokteran harus tetap disimpan walaupun pasien tersebut telah meninggal. Rahasia kedokteran ini begitu dijunjung tinggi dalam masyarakat, sehingga walaupun dalam pengadilan meminta seorang dokter untuk membuka rahasia kedokteran, seorang dokter memiliki hak tolak (verschoningsrecht). Hak ini telah diatur dalam pasal 170 KUHAP, yang menentukan bahwa mereka yang diwajibkan menyimpan rahasia pekerjaan/jabatan dapat minta dibebaskan dari kewajiban untuk memberi keterangan sebagai saksi. Namun ayat kedua dari pasal 170 KUHAP tersebut membatasi hak tolak sesuai dengan pertimbangan hakim. Hal ini tentunya diterapkan bila kepentingan yang dilindungi pengadilan lebih tinggi dari rahasia kedokteran.2Ada beberapa keadaan dimanan pemegang rahasia kedokteran dapat membuka rahasia tanpa terkena sanksi hukum. Keadan tersebut dapat dibagi menjadi dua:a. Pembukaan rahasia kedokteran dengan kerelaan/ijin pasienDalamhal ini, dapat dianggap pasien sendiri menyatakan secara tidak langsung rahasia kedokteran itu bukan merupakan rahasia sehingga tidak wajib dirahasiakan oleh dokter. Tetapi walaupun ada permintaan pasien agar dokter membuka rahsia kedokteran, dokter tidak harus memenuhinya demi menjaga keluhuran profesi kedokteran.b. Pembukaan kedokteran tanpa kerelaan/ijin pasienDalam hal ini, dokter terpaksa membuka rahasia kedokteran karena sesuatu hal yang walaupun tidak dibenarkan oleh hukum, tetapi dokter tidak dipidana karena adanya dasar-dasar pengapusan pidana (straf uitsliting-sgronden), yang dapat dijumpai dalam pasal 48,50,51 KUHP.

DAMPAK PENUNTUTAN HUKUMPasal 322 KHUP (1) Barang siapa dengan sengaja membuka rahasiayang wajib disimpannya karena jabatan atau pencariannya baik yang sekarang maupun yang dahulu,diancam dengan pidana penjara paling lama Sembilan bulan atau pidana denda paling banyak sembilan ribu rupiah.4(2) Jika kejahatan dilakukan terhadap seorang tertentu, maka perbuatan itu hanya dapat dituntut atas pengaduan orang itu. 4

TINDAKAN DOKTERSolusi GonorePersolannya menjadi mudah jika pasangannya telah mengetahui pasien menderita PMS. Bila belum mengetahui, harapan dokter pada pasien adalah agar ia tidak menularkan penyakitnya pada pasangannya, sementara penyakitnya diobati. Bila dokter menduga pasangannya telah tertular tanpa disadari, sebaiknya dokter mengobati pasien tanpa harus menyatakan ia telah tertular, kecuali terpaksa bila pasien mau tahu tentang penyakitnya. Membuka rahasia pasien kepada orang lain biarpun dalam ikatan suami isteri harus dihindari dokter.

KESIMPULAN

Dalam perkembangan masa sekarang ini, bidang hukum pidana maupun perdata bertalian erat dengan bidang hukum kedokteran, terutama dalam kaitannya dengan aspek Etika dalam kedokteran yang menerangkan bahwa adanya suatu rahasia profesi yang harus dijunjung tinggi oleh tenaga kesehatan yang ada. Etika kedokteran ialah suatu kumpulan asas atau nilai moral yang menjadi pegangan bagi para dokter untuk mengatur tingkah lakunya dalam menjalankan tugas. Yang terkait dengan etika tersebut salah satunya ialah menjaga rahasia kedokteran, yang merupakan kewajiban dokter dan hak dari pasien haruslah benar-benar dijaga kerahasiaannya. Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah segala hal yang disampaikan oleh pasien secara sadar atau tidak sadar kepada dokter yang diketahui sewaktu mengobati dan merawat pasien. Sehingga pasien tidak perlu merasa khawatir bahwa segala sesuatu mengenai keadaannya akan disampaikan kepada orang lain. Namun rahasia kedokteran tersebut dapat dibuka apabila ada daya paksa, ada perintah jabatan maupun karena menjalankan undang-undang yang akan dibahas dalam makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sampurna. Budi., Syamsu. Zulhasmar., Siswaja. Tjetjep Dwidja. Didalam: Bioetik dan Hukum Kedokteran. Juli 2007.2. Sampurna B, Syamsu Z, Siswaja T. Informed consent. Rahasia kedokteran. Dalam : Bioetik dan Hukum Kedokteran. Jakarta : Pustaka Dwipar ; 2007. h. 77-83.3. Idries AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Binarupa Aksara. 1997.p: 1704. Bagian kedokteran forensik FKUI. Permenkes RI No 585/ Menkes/ PER/ IX/ 1989. Dalam:Peraturan perundang-undangan bidang kedokteran. Jakarta:Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran UI; 1994. h. 2-445. FK UI. Persetujuan Tindakan Medik. Dalam : peraturan perundang-undangan bidang kedokteran. Edisi 1, cetakan ke-2. Jakarta: Bagian Kedokteran forensic FK UI.2005.hal.20-3.6. Moeljatno. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Cetakan 21. Jakarta : Bumi Aksara ;2005.h.1177. Apuranto H, Asphyxia. In: Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Surabaya: Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.2007.p:71-998. Mulyatno. KUHP. Cetakan 28. Jakarta : Bumi Aksara; 2009. h. 234

2Universitas Kristen Krida WacanaJalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta BaratPage