PBL Frakur Collum Femur

18
Nama : Syurlia Putri LO.1 Memahami dan Menjelaskan Makroskopis dan Mikroskopis Art. Coxae LI.1.1. Makroskopis Art. Coxae Ujung atas (bagian proximal) femur terdiri dari : caput, collum, trochantor major, dan trochantor minor. Caput femoralis berartikulasio (articulatio) dengan asetabulum tulang panggul membentuk artikulasio coxae. Artikulasio ini terbentang dari kolum femoralis, berbentuk bulat, halus, dan dilapisi kartilago artikularis. Konfigurasi ini memberikan ruang gerak yang bebas. Kaput menghadap ke medial, atas, dan depan kedalam asetabulum. Fovea adalah lekukan ditengah kaput yang merupakan tempat melekatnya ligament teres. Collum femoralis (kolum femur) membentuk sudut sebesar 125˚ dengan korpus ossa femoralis (sumbu panjang batang femur). Trochantor major dan minor merupakan tonjolan besar pada batas leher dan batang femur LI.1.2 . Mikroskopis Art. Coxae

Transcript of PBL Frakur Collum Femur

Page 1: PBL Frakur Collum Femur

Nama : Syurlia Putri

LO.1 Memahami dan Menjelaskan Makroskopis dan Mikroskopis Art. Coxae

LI.1.1. Makroskopis Art. Coxae

Ujung atas (bagian proximal) femur terdiri dari : caput, collum, trochantor major, dan trochantor minor. Caput femoralis berartikulasio (articulatio) dengan asetabulum tulang panggul membentuk artikulasio coxae. Artikulasio ini terbentang dari kolum femoralis, berbentuk bulat, halus, dan dilapisi kartilago artikularis. Konfigurasi ini memberikan ruang gerak yang bebas. Kaput menghadap ke medial, atas, dan depan kedalam asetabulum. Fovea adalah lekukan ditengah kaput yang merupakan tempat melekatnya ligament teres. Collum femoralis (kolum femur) membentuk sudut sebesar 125˚ dengan korpus ossa femoralis (sumbu panjang batang femur). Trochantor major dan minor merupakan tonjolan besar pada batas leher dan batang femur

LI.1.2 . Mikroskopis Art. Coxae

Page 2: PBL Frakur Collum Femur

LO.2 Memahami dan Menjelaskan Fraktur

LI.2.1 Definisi

Fraktur adalah putusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan y a n g

d i s e b a b k a n o l e h k e k e r a s a n ( E . O e r s w a r i , 1 9 8 9 : 1 4 4 ) . F r a k t u r a t a u p a t a h

tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang

u m u m n y a d i s e b a b k a n o l e h r u d a p a k s a .

Fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat

disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu s e p e r t i

d e g e n e r a s i t u l a n g / o s t e o p o r o s i s ( L o n g , 1 9 8 5 ) .

LI.2.2 Klasifikasi

1. Komplit – tidak komplit

Fraktur komplit : garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang.

Fraktur tidak komplit : garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang seperti:a. Hairline fracture (patah seperti rambut)b. Buckle fracture atau Torus fracture (terjadi lipatan dari satu korteks dengan

kompresi tulang spongiosa dibawahnya). Umumnya terjadi pada distal radius anak-anak.

c. Greenstick fracture (fraktur tangkai dahan muda). Mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya yang terjadi pada tulang panjang anak.

2. Bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma

Garis patah melitang : trauma angulasi atau langsung Garis patah oblique : trauma angulasi Garis patah spiral : trauma rotasi Fraktur kompresi : trauma axial flexi pada tulang spongiosa Fraktur avulsi : trauma tarikan / traksi otot pada tulang, misalnya fraktur patellae

3. Jumlah garis patah

Fraktur kominutif : garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan. Fraktur segmental : garis patah lebih dari satu tetapi tidak berhubungan. Bila dua

garis patah disebut pula fraktur bifokal.

Page 3: PBL Frakur Collum Femur

Fraktur multipel : garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan tempatnya, misalnya fraktur femur, fraktur cruris, fraktur tulang belakang.

4. Bergeser dan tidak bergeser (displaced – undisplaced)

Fraktur tidak bergeser (undisplaced)Garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser. Periosteumnya masih utuh

Fraktur bergeser (displaced) Terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur yang juga disebut dislokasi fragmen.1. dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah sumbu dan

overlaping.2. Dislokasi ad axim (pergeseran membentuk sudut)3. Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauhi)

5. Terbuka - Tertutup Fraktur terbuka : bila terdapat luka yang menghubungkan tulang yang fraktur

dengan udara luar atau permukaan kulit. Fraktur tertutup : bilamana tidak ada luka yang menghubungkan fraktur dengan

udara luar atau permukaan kulit.

Bilamana terdapat luka melalui kulit dan subkutis tetapi fascia masih utuh disebut fraktur yang potensial terbuka. Bilamana fraktur dan luka berada pada regio yang berlainan atau berjauhan tidak disebut fraktur terbuka. Misalnya fraktur cruris 1/3 distal dengan luka di 1/3 proksimal yang tidak berhubungan sama sekali dengan hematoma fraktur tesebut.

LI.2.3 Etiologi

1. Cedera traumaticS e b a g i a n b e s a r f r a k t u r d i s e b a b k a n o l e h k e k u a t a n y a n g t i b a - t i b a

d a n b e r l e b i h a n , y a n g d a p a t b e r u p a b e n t u r a n , p e m u k u l a n , p e n g h a n c u r a n , p e n e k u k a n a t a u t e r j a t u h d e n g a n p o s i s i m i r i n g , p e m u n t i r a n , a t a u p e n a r i k a n . C e d e r a t e r a u m a t i k p a d a t u l a n g d i b e d a k a n d a l a m h a l b e r i k u t i n i :

a. C e d e r a l a n g s u n g , b e r a r t i p u k u l a n l a n g s u n g t e r h a d a p t u l a n g s e h i n g g a t u l a n g p a t a h s e c a r a s p o n t a n . P e m u k u l a n b i a s a n y a m e n y e b a b k a n f r a k t u r m e l i n t a n g d a n k e r u s a k a n p a d a k u l i t diatasnya

Page 4: PBL Frakur Collum Femur

b. Cedera tidak langsung, berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan.

2. F r a k t u r P a t o l o g i kD a l a m h a l i n i , k e r u s a k a n t u l a n g t e r j a d i a k i b a t p r o s e s p e n y a k i t

a k i b a t berbagai keadaan berikut, yakni:a. T u m o r t u l a n g ( j i n a k a t a u g a n a s ) , d i m a n a b e r u p a p e r t u m b u h a n jaringan

baru yang tidak terkendali dan progresif.b. Infeksi, misalnya osteomielitis, yang dapat terjadi sebagai akibat i n f e k s i

a k u t a t a u d a p a t t i m b u l s e b a g a i s a l a h s a t u p r o s e s y a n g progresif,c. Rakhitis, merupakan suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi

vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet, biasanya disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan absorbsi vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.

3. Secara spontan, dimana disebabkan oleh stress atau tegangan atau tekanan pada tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio dan orang yang bertugas di bidang kemiliteran.

LI.2.4 Patofisiologi

Page 5: PBL Frakur Collum Femur

LI.2.5 Manifestasi Klinis

1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai tulang dimobilisasi.

2. Deformitas . Daya tarik kekuatan otot menyebbakan fragmen tulang berpindah dari tempatnya .

perubahan kesimbangan dan kontur terjadi, seperti :

a. Rotasi pemendekan tulang

b. Penekanan tulang

3. Pemendekan tulang terjadi karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat

fraktur.

4. Krepitasi, teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya.

5. Pembengkakan lokal dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan

gangguan sirkulasi yang mengikuti fraktur. Bengkak muncul secara cepat dari lokasi dan

ekstravasasi darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur.

6. Ekimosis dari perdarahan subculaneous

7. Spasme otot (spasme involunters dekat fraktur)

8. Kehilangan sensasi

9. Pergerakan abnormal

10. Syok hipovolemi

LI.2.6 Pemeriksaan

Pemeriksaan klinis

Biasanya penderita datang dengan suatu trauma (traumatic fraktur), baik yang hebat maupun trauma ringan dan diikuti dengan ketidak mampuan untuk menggunakan anggota gerak. Penderita biasanya datang karena adanya nyeri, pembengkakan, gangguan fungsi anggota gerak, deformitas, kelainan gerak, krepitasi atau datang dengan gejala lain:

Pada pemeriksaan awal penderita perlu diperhatikan:

Syok, anemia atau perdarahan Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang belakang atau organ-organ

dalam rongga thoraks, panggul dan abdomen Faktor predisposisi, misalnya pada fraktur patologis

Pemeriksaan local :

Page 6: PBL Frakur Collum Femur

a. Inspeksi (look)

- Bandingkan dengan bagian yang sehat

- Perhatikan posisi anggota gerak secara keseluruhan

- Ekspresi wajah karena nyeri

- Adanya tanda-tanda anemia karena perdarahan

- Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk membedakan fraktur tertutup atau terbuka

- Ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa jam sampai beberapa hari

- Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi dan kependekan

- Lakukan survei pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada organ-organ lain

- Perhatikan kondisi mental penderita

- Keadaan vaskularisasi

b. Palpasi (feel)

Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita biasanya mengeluh sangat nyeri. Hal-hal yang perlu diperhatikan:

- Temperatur setempat yang meningkat

- Nyeri tekan; nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya disebabkan oleh kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang

- Krepitasi; dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan secara hati-hati

- Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri radialis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan anggota gerak yang terkena. Refilling (pengisian) arteri pada kuku, warna kulit pada bagian distal daerah trauma, temperatur kulit

- Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk mengetahui adanya perbedaan panjang tungkai.

c. Pergerakan (move)

Page 7: PBL Frakur Collum Femur

Periksa pergerakan dengan mengajak penderita untuk menggerakkan secara aktif dan pasif sendi

proksimal dan distal dari daerah yang mengalami trauma. Pada penderita dengan fraktur, setiap gerakan

akan menyebabkan nyeri hebat sehingga uji pergerakan tidak boleh dilakukan secara kasar, disamping

itu juga dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak seperti pembuluh darah dan saraf.

Pemeriksaan radiologis dilakukan dengan beberapa prinsip dua:

a. Dua posisi proyeksi: dilakukan sekurang-kurangnya yaitu pada antero-posterior dan latera.

b. Dua sendi pada anggota gerak dan tungkai harus difoto, di atas dan di bawah sendi yang

mengalami fraktur

c. Dua anggota gerak. Pada anak-anak sebaiknya dilakukan foto pada ke dua anggota gerak terutama

pada fraktur epifisis

d. Dua trauma, pada trauma yang hebat sering menyebabkan fraktur pada dua daerah tulang.

Misalnya pada fraktur kalkaneus atau femur, maka perlu dilakukan foto pada panggul dan tulang

belakang

e. Dua kali dilakukan foto. Pada fraktur tertentu misalnya fraktur tulang skafoid foto pertama

biasanya tidak jelas sehingga biasanya diperlukan foto berikutnya 10-14 hari kemudian.

Untuk fraktur-fraktur dengan tanda-tanda klasik, diagnosis dapat dibuat secraa klinis sedangkan

pemeriksaan radiologis tetap diperlukan untuk melengkapi deskripsi fraktur dan dasar untuk tindakan

selanjutnya.

Untuk fraktur-fraktur yang tidak memberikan tanda-tanda klasik memang diagnosanya harus

dibantu pemeriksaan radiologis baik rontgen biasa atau pun pemeriksaan canggih seperti MRI, misalnya

untuk fraktur tulang belakang dengan kompliksai neurologis. Foto rontgen minimal harus 2 proyeksi

yaitu AP dan lateral. AP dan lateral harus bener-bener AP dan lateral. Posisi yang salah akan memberi

interprestasi yang salah. Untuk pergelangan tangan atau sendi panggul diperlukan posisi axial pengganti

lateral. Untuk acetabulum diperlukan proyeksi khusus alar dan obturator.

Pemeriksaan radiologi untuk fraktur collum femoris

Page 8: PBL Frakur Collum Femur

Proyeksi anteroposterior dna lateral, kadang0kadang diperlukan axial. Pada proyeksi

anteroposterior, kadang-kadang gak jelas ditemukan adanya fraktur (pada kasus yang impacted). Untuk

itu perlu ditambah dengan pemeriksaan proyeksi axial.

Foto Rontgen

Pada proyeksi AP kadang tidak jelas ditemukan adanya fraktur pada kasus yang impacted, untuk

ini diperlukan pemerikasaan tambahan proyeksi axial. Pergeseran dinilai melalui bentuk bayangan

tulang yang abnormal dan tingkat ketidakcocokan garis trabekular pada kaput femoris dan ujung leher

femur. Penilaian ini penting karena fraktur yang terimpaksi atau tidak bergeser (stadium I dan II Garden )

dapat membaik setelah fiksasi internal, sementara fraktur yang bergeser sering mengalami non union

dan nekrosis avaskular.

Radiografi foto polos secara tradisional telah digunakan sebagai langkah pertama dalam

pemeriksaan pada fraktur tulang pinggul. Tujuan utama dari film x-ray untuk menyingkirkan setiap patah

tulang yang jelas dan untuk menentukan lokasi dan luasnya fraktur. Adanya pembentukan tulang

periosteal, sclerosis, kalus, atau garis fraktur dapat menunjukkan tegangan fraktur. Radiografi mungkin

menunjukkan garis fraktur pada bagian leher femur, yang merupakan lokasi untuk jenis fraktur. Fraktur

harus dibedakan dari patah tulang kompresi, yang menurut Devas dan Fullerton dan Snowdy, biasanya

terletak pada bagian inferior leher femoralis. Jika tidak terlihat di film x-ray standar, bone scan atau

Magnetic Resonance Imaging (MRI) harus dilakukan.

Bone Scanning

Bone scanning dapat membantu menentukan adanya fraktur, tumor, atau infeksi. Bone scan

adalah indikator yang paling sensitif dari trauma tulang, tetapi mereka memiliki kekhususan yang sedikit.

Shin dkk melaporkan bahwa bone scanning memiliki prediksi nilai positif 68%. Bone scanning dibatasi

oleh resolusi spasial relatif dari anatomi pinggul. Di masa lalu, bone scanning dianggap dapat diandalkan

sebelum 48-72 jam setelah patah tulang, tetapi sebuah penelitian yang dilakukan oleh Hold dkk

menemukan sensitivitas 93%, terlepas dari saat cedera.

Page 9: PBL Frakur Collum Femur

Magnetic Resonance Imaging (MRI)

MRI telah terbukti akurat dalam penilaian fraktur dan andal dilakukan dalam waktu 24 jam dari

cedera, namun pemeriksaan ini mahal. Dengan MRI, fraktur biasanya muncul sebagai garis fraktur di

korteks dikelilingi oleh zona edema intens dalam rongga meduler. Dalam sebuah studi oleh Quinn dan

McCarthy, temuan pada MRI 100% sensitif pada pasien dengan hasil foto rontgen yang kurang terlihat.

MRI dapat menunjukkan hasil yang 100% sensitif, spesifik dan akurat dalam mengidentifikasi fraktur

collum femur.

LI.2.7 Diagnosis dan Diagnosis Banding

1. anamnesis ada trauma, kapan terjadi? bagaimana nyerinya?2. pemeriksaan umum3. pemeriksaan status lokasi

- inspeksi : deformitas, bengkak, ada luka/tidak ada laserasi/tidak ada perubahan warna kulit.

- palpasi : nyeri tekan, krepitasi , as druk pain4. pemeriksaan penunjang

o tomografi , misalnya pada fraktur vertebra,dan kondylus tibia.o Ct-scano MRIo Radioisotop scanning

Fraktur collum femur di diagnosis banding dengan kelainan berikut : 5a. Osteitis Pubisb. Slipped Capital Femoral Epiphysisc. Snapping Hip Syndrome

LI.2.8 Penatalaksanaan

1. Terapi konservatif :

Proteksi

Misalnta mitella untuk fraktur collum chirurgicum humeri dengan kedudukan baik.

Immobilisasi saja tanpa reposisi

Misalnya pemasangan gips atau bidai pada fraktur inkomplit dan fraktur dengan

kedudukan baik.

Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips

Page 10: PBL Frakur Collum Femur

Reposisi dapat dengan anestesi umum atau anestesi local dengan menyuntikkan obat

anestesi dalam hemotoma fraktur. Fragmen distal dikembalikan pada kedudukan semula

terhadap fragmen proksimal dan dipertahankan dalam kedudukan yang stabil dalam gips.

Traksi

Traksi dapat untuk reposisi secara perlahan dan fiksasi hingga sembuh atau dipasang gips

setelah tidak sakit lagi . pada anak-anak dipakai traksi kulit (traksi Hamilton russel / traksi

Bryant)

Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban < 5 kg, untuk anak-anak waktu dan beban

tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai traksi definitive, bilamana tidak maka diteruskan

dengan immobilisasi gips. Untuk prang dewasa traksi definitf harus traksi skeletal berupa

balanced traction.

2. Terapi operatif:

Terapi operatif dengan reposisi secara terttutp dengan bimbingan radiologis :

a. Reposisi tertutup- fikasai externa

Setelah reposisi baik berdasarkan control radiologi intraoperatif maka dipasang alat fiksasi

externa. Fiksasi externa dapat model sederhana seperti Roger Anderson, Judet, screw

dengan bone cement atau llizarov yang lebih canggih.

b. Reposisi tertutup dengan control radiologis diikut fiksasi interna

Misalnya : reposisi tertutup fraktur supra condylair humerus pada anak diikuti dengan

pemasangan parallel pins. Reposisi tertutup fraktur collum pada anak diikuti planning dan

immobilisasi gips. Cara ini sekarang terus diekmbangkan menjadi “close nailing”: pada

fraktur femur dan tibia, yiatu pemasnagan fiksasi interna intra meduller (pen) tanpa

membuka frakturnya.

Terapi operatif dengan membuka frakturnya :

a. Reposisi terbuka dan fiksasi interna

ORIF (Open Reduction and Internal Fixation)

Keuntungan cara ini adalah :

- Reposisi anatomis

- Mobilisasi dini tanpa fiksasi luar

Indikasi ORIF :

Fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya avasculair necrosis tinggi

Page 11: PBL Frakur Collum Femur

Misalnya : fraktur talus, fraktur collum femur

Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup

Misalnya : fraktur avulsi, fraktur dislokasi

Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan

Misalnya : fraktur monteggia, fraktur galeazzi, fraktur antebrachii, fraktur pergelangan kaki

Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik dengan operasi

Mislanya : fraktur femur

b. Excicional arthroplasty

Membuang fragmen yang patah yang membentuk sendi. Misalnya : fraktur caput radii pada orang

dewasa, fraktur collum femur yang dilakukan operasi Girldlestone.

c. Excisis fragmen dan pemasangan endoprosthesis

Dilakukan excise caput femur dan pemasangan endoprosthesis Moore atau yang lainnya

LI.2.9 Komplikasi

1. Komplikasi Dini

a. Lokal

Vaskuler : compartment syndrome (Volkmann ischemia), trauma vaskuler (trauma pembuluh darah.

Neurologis : lesi medulla spinalis atau saraf perifer

b. Sistemik : Emboli lemak.

2. Komplikasi Lanjut

a. Delayed union: fraktur femur pada orang dewasa mengalami union dalam 4 bulan.b. Nonunion: apabila permukaan fraktur menjadi bulat dan sklerotik dicurigai adanya nonunion

dan diperlukan fiksasi interna dan bone graft.c. Malunion: bila terjadi pergeseran kembali kedua ujung fragmen, maka diperlukan pengamatan

terus menerus selama perawatan. Angulasi sering ditemukan. Malunion juga menyebabkan pemendekan pada tungkai sehingga dieprlukn koreksi berupa osteotomi.

d. Kaku sendi lutut: setelah fraktur femur biasanya terjadi kesulitan pergerakan pada sendi lutut. Hal ini disebabkan oleh adanya adhesi periartikuler atau adhesi intrmuskuler. Hal ini dapat dihindari apabila fisioterapi yang intensif dan sistematis dilakukan lebih awal.

e. Disuse atrofi oto-otot

Page 12: PBL Frakur Collum Femur

f. Gangguan pertumbuhan (fraktur epifisis)g. Osteporosis post trauma

LI.2.10 Prognosis

Proses Penyembuhan Tulang:

Pembentukan hematom Fraktur merobek pembuluh darah dalam medulla, korteks dan periosteum sehingga timbul hematom.

Organisasi Dalam 24 jam, kapiler dan fibroblas mulai tumbuh ke dalam hematom disertai dengan infiltrasi sel – sel peradangan. Dengan demikian, daerah bekuan darah diubah menjadi jaringan granulasi fibroblastik vaskular.

Kalus sementara Pada sekitar hari ketujuh, timbul pulau – pulau kartilago dan jaringan osteoid dalam jaringan granulasi ini. Kartilago mungkin timbul dari metaplasia fibroblas dan jaringan osteoid ditentukan oleh osteoblas yang tumbuh ke dalam dari ujung tulang. Jaringan osteoid, dalam bentuk spikula ireguler dan trabekula, mengalami mineralisasi membentuk kalus sementara. Tulang baru yang tidak teratur ini terbentuk dengan cepat dan kalus sementara sebagian besar lengkap pada sekitar hari kedua puluh lima.

Kalus definitif Kalus sementara yang tak teratur secara bertahap akan diganti oleh tulang yang teratur dengan susunan havers – kalus definitif.

Remodeling Kontur normal dari tulang disusun kembali melalui proses remodeling akibat pembentukan tulang osteoblastik maupun resorpsi osteoklastik. Keadaaan terjadi secara relatif lambat dalam periode waktu yang berbeda tetapi akhirnya semua kalus yang berlebihan dipindahkan, dan gambaran serta struktur semula dari tulang tersusun kembali.

LI. PencegahanPencegahan fraktur dapat dilakukan berdasarkan penyebabnya. Pada umumnya fraktur disebabkan oleh peristiwa trauma benturan atau terjatuh baik ringan maupun berat. Pada dasarnya upaya pengendalian kecelakaan dan trauma adalah suatu tindakan pencegahan terhadap peningkatan kasus kecelakaan yang menyebabkan fraktur.

Pencegahan Primer Pencegahan primer dapat dilakukan dengan upaya menghindari terjadinya trauma benturan, terjatuh atau kecelakaan lainnya. Dalam melakukan aktifitas yang berat atau mobilisasi yang cepat dilakukan dengan cara hati – hati, memperhatikan pedoman keselamatan dengan memakai alat pelindung diri.

Page 13: PBL Frakur Collum Femur

Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder dilakukan untuk mengurangi akibat – akibat yang lebih serius dari terjadinya fraktur dengan memberikan pertolongan pertama yang tepat dan terampil pada penderita. Mengangkat penderita dengan posisi yang benar agar tidak memperparah bagian tubuh yang terkena fraktur untuk selanjutnya dilakukan pengobatan. Pemeriksaan klinis dilakukan untuk melihat bentuk dan keparahan tulang yang patah. Pemeriksaan dengan foto radiologis sangat membantu untuk mengetahui bagian tulang yang patah yang tidak terlihat dari luar. Pengobatan yang dilakukan dapat berupa traksi, pembidaian dengan gips atau dengan fiksasi internal maupun eksternal.

Pencegahan Tersier Pencegahan tersier pada penderita fraktur yang bertujuan untuk mengurangi terjadinya komplikasi yang lebih berat dan memberikan tindakan pemulihan yang tepat untuk menghindari atau mengurangi kecacatan. Pengobatan yang dilakukan disesuaikan dengan jenis dan beratnya fraktur dengan tindakan operatif dan rehabilitasi. Rehabilitasi medis diupayakan untuk mengembalikan fungsi tubuh untuk dapat kembali melakukan mobilisasi seperti biasanya. Penderita fraktur yang telah mendapat pengobatan atau tindakan operatif, memerlukan latihan fungsional perlahan untuk mengembalikan fungsi gerakan dari tulang yang patah. Upaya rehabilitasi dengan mempertahankan dan memperbaiki fungsi dengan mempertahankan reduksi dan imobilisasi antara lain meminimalkan bengkak, memantau status neurovaskuler, mengontrol ansietas dan nyeri, latihan dan pengaturan otot, partisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari, dan melakukan aktivitas ringan secara bertahap.