Pbl 2 Panca Indra

59
Mampu Memahami dan Menjelaskan Anatomi Pendengaran Anatomi Makroskopik Telinga dibagi menjadi 3 bagian : a. Telinga Luar, yang terdiri dari aurikula (pinna) dan kanalis auditorius eksternus, dipisahkan dari telinga tengah oleh membrana timpani (gendang telinga). Aurikel (pinna) terbuat dari kartilago yang dibungkus oleh kulit, a urikulus membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus. Kanalis auditorius externus yang masuk ke dalam tulang temporal, panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani Kelenjar cerumen berfungsi untuk menjaga gendang telinga lentur, menangkap debu, m empunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit telinga. b. Telinga Tengah Telinga tengah merupakan rongga berisi udara merupakan rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah) dihubungkan dengan tuba eustachii ke nasofaring berhubungan dengan beberapa sel berisi udara di bagian mastoid tulang temporal. Membran tympani, bergetar saat adanya gelombang udara, Membran ini sekitar 1 cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu mutiara dan translulen Gelombang udara disalurkan melalui 3 tulang auditory (osikuli); malleus, incus, stapes. Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil (oval window dan round window, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam). Osikuli stapes meyalurkan transmisi getar ke telinga dalam yang berisi cairan pada oval window. anulus 1

description

wewewe

Transcript of Pbl 2 Panca Indra

Page 1: Pbl 2 Panca Indra

Mampu Memahami dan Menjelaskan Anatomi PendengaranAnatomi MakroskopikTelinga dibagi menjadi 3 bagian :a. Telinga Luar, yang terdiri dari aurikula (pinna) dan kanalis auditorius eksternus, dipisahkan dari telinga

tengah oleh membrana timpani (gendang telinga). Aurikel (pinna) terbuat dari kartilago yang dibungkus oleh kulit, aurikulus membantu pengumpulan

gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus. Kanalis auditorius externus yang masuk ke dalam tulang temporal, panjangnya sekitar 2,5 sentimeter.

Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani

Kelenjar cerumen berfungsi untuk menjaga gendang telinga lentur, menangkap debu, mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit telinga.

b. Telinga TengahTelinga tengah merupakan rongga berisi udara merupakan rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah)

dihubungkan dengan tuba eustachii ke nasofaring berhubungan dengan beberapa sel berisi udara di bagian mastoid tulang temporal. Membran tympani, bergetar saat adanya gelombang udara, Membran ini sekitar 1 cm dan selaput tipis

normalnya berwarna kelabu mutiara dan translulen Gelombang udara disalurkan melalui 3 tulang auditory (osikuli); malleus, incus, stapes. Osikuli

dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil (oval window dan round window, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam). Osikuli stapes meyalurkan transmisi getar ke telinga dalam yang berisi cairan pada oval window. anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe

Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm, menghubungkan telingah ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup namun dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau menguap atau menelan. Tuba berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer

Terdapat dua otot ditelinga tengah yaitu : Tensor timpani yang berfungsi mengurangi getaran berlebihan dari membran timpani dan

tulang pendengaran untuk mencegah kerusakan pada telinga tengah Otot stapedius berfungsi untuk mengurangi getaran berlebihan pada tulang pendengaran

terutama stapes

1

Page 2: Pbl 2 Panca Indra

G.2 Membran tympani

2

Page 3: Pbl 2 Panca Indra

c. Telinga DalamStruktur membran disebut cochlea yang berkaitan dengan pendengaran dan utricle, saccule, kanalis

semisirkularis berkaitan dengan keseimbangan.Pada telinga dalam terdapat organ verstibulokoklear yang memiliki fungsi penting dalam penerimaan

suara dan pengaturan keseimbangan.

G.3 organ vestibulokoklear yang disebut juga labirin karena bentuknya yang kompleks di dalam os pertrosus tulang temporal.

Telinga dalam terdiri dari 2 bagian yaitu:1. Labirin tulang (bony labyrinth) yang berisi cairan perilimfatik.2. Labirin membranosa (membranous labyrinth) yang berisi cairan endolimfatik

G. 4 struktur telinga tengah dan dalam. Labirin tulang merupakan salah satu tulang terkeras dalam tubuh dan terdiri dari vestibulum, kanalis semirkularis dan koklea.

3

Page 4: Pbl 2 Panca Indra

Labirin Tulang Labirin tulang merupakan rongga yang dilapisi periosteum. Rongga ini terbagi menjadi tiga bagian

yaitu vestibulum, kanalis semisirkularis dan koklea. Vestibulum adalah ruangan kecil berbentuk oval berukuran sekitar 3 x 5 mm berisikan utrikulus dan sakulus. Di tengah labirin tulang, vestibulum memisahkan koklea dan kanalis semisirkularis. Terdapat 10 lubang pada dinding tulang vestibulum, yaitu 5 untuk kanalis semisirkularis dan masing-masing satu untuk vestibular aqueduct, cochlear aqueduct, foramen oval dan rotundum dan saraf.

Kanalis semisirkularis terdiri dari 3 bagian; posterior, anterior dan lateral yang membentuk sudut 90° satu sama lain dan terletak di belakang vestibulum. Masing-masing berdiameter 0,8-1,0 mm dengan ujung yang berdilatasi membentuk bony ampulla. Vestibulum dan kanalis semisirkularis berperan dalam pengaturan keseimbangan. Koklea adalah struktur berbentuk spiral yang berputar sebanyak 2,5 sampai 2 2/3 putaran seperti rumah siput. Axis dari koklea adalah modiulus berupa saluran untuk pembuluh darah arteri vertebralis dan serabut-serabut saraf. Pada proksimal dari koklea terdapat cochlear aqueduct yang menghubungkan labirin tulang dengan ruang subarachnoid yang terletak superior terhadap jugular foramen dan round windows yang ditutupi oleh membran timpani sekunder.

Labirin Membranosa Labirin membranosa adalah rongga yang dilapisi epitel berisi cairan endolimfatik yang dikelilingi oleh

cairan perilimfatik di dalam labirin tulang. Labirin membranosa dibagi menjadi dua bagian yaitu  cochlear labyrinth dan vestibular labyrinth.

G. 5 vestibular labyrinth terdapat kantung oval yang disebut utrikulus dan kantung yang lebih kecil disebut sakulus yang berisikan cairan endolimfatik (utriculosaccular duct). Pada dinding sakulus dan utricle terdapat daerah-daerah kecil terbatas, disebut macula, terdiri dari epitel sensoris khusus yang disarafi oleh cabang-cabang vestibular nerve. Cochlear labyrinth dinamakan juga duktus koklearis dikelilingi oleh cairan perilimfatik di dalam koklea. Duktus koklearis ditopang oleh ligamentum spiralis ke dinding lateral dari koklea dan oleh oseus lamina spiralis ke modiolus.

4

Page 5: Pbl 2 Panca Indra

G. 6 struktur dalam koklea.

Di bagian dalam duktus koklearis membentuk saluran longitudinal yaitu skala media yang membagi kanalis koklearis menjadi dua saluran, skala vestibuli dan skala timpani. Skala media dipisahkan dari skala vestibuli oleh membrana vestibular (Reissner’s). Sedangkan skala timpani dipisahkan dari skala media oleh membran basilaris.

Di atas membran basilaris terdapat spiral organ atau organ Corti yang merupakan organ ujung dari saraf pendengaran. Pada spiral organ terdapat sebarisan sel rambut dalam (inner hair cells) dan tiga baris sel rambut luar (outer hair cells). Kedua jenis sel rambut adalah silindris dengan inti di basal dan banyak mitokondria, serta terdapat stereosilia pada permukaannya. Stereosilia dilapisi oleh membran tektorial dan berfungsi penting dalam transduksi sensoris.

Persarafan Telinga Dalam Serabut saraf dari nervus koklearis berjalan sepanjang meatus akustikus internus bersama serabut saraf dari nervus vestibularis membentuk nervus vestibulokoklearis (CN VIII). Pada ujung medial dari meatus akustikus internus, CN VIII menembus lempengan tulang tipis bersama CN VII (nervus facialis) dan pembuluh darah menuju dorsal dan ventral coclear nuclei di batang otak. Sebagian besar serabut saraf dari kedua nuclei naik menuju inferior colliculus secara kontralateral, dan sebagian lainnya secara ipsilateral. Selanjutnya, dari inferior colliculus, saraf-saraf pendengaran berjalan menuju medial geniculate body dan akhirnya menuju korteks auditorius di lobus temporalis.

Vaskularisasi Telinga Dalam Telinga dalam diperdarahi oleh arteri auditori interna cabang dari arteri cerebellaris anterior inferior dan arteri basilaris. Arteri auditori interna membentuk dua cabang :

arteri vestibularis anterior yang memperdarahi utrikulus dan sakulus bagian superior, serta bagian superior dan horizontal dari kanalis semisirkularis.

arteri koklearis komunis yang bercabang menjadi arteri koklearis dan arteri vestibulokoklearis. Arteri koklearis memperdarahi semua bagian koklea kecuali sepertiga bagian basal yang diperdarahi oleh rami koklearis, cabang dari arteri vestibulokoklearis. Cabang lain dari arteri vestibulokoklearis adalah arteri vestibular bagian posterior yang memperdarahi utrikulus dan sakulus bagian inferior, serta kanalis semisirkularis bagian posterior.

Vena dialirkan ke vena auditori interna yang diteruskan ke sinus sigmoideus atau sinus petrosus inferior. Vena-vena kecil melewati vestibular aqueduct dan bermuara di sinus petrosus inferior dan superior

Snell, Richard S. 2006

5

Page 6: Pbl 2 Panca Indra

Anatomi MikroskopikA. Telinga luarAurikulaAurikula atau pinna terdiri atas lempeng tulang raawan elastis dengan bentuk tidak teratur, setebal 0,5-1 mm dibungkus perikondrium yang mengandung banyak serat elastis. Kulit yang menutupi tulang rawan mempunyai lapis subkutan dibagian posterior aurikula.

Meatus akustikus eksternus Merupakan saluran antara aurikula sampai membran timpani, dengan panjang sekitar 2,5 cm. Sepertig

bagian luar merupakan lanjutan dari tulang rawan aurikula dan dua pertiga dalamnya adalah saluran dalam tulang temporal.

Jaringan kulit tipis, folikel rambut, gladula sebacea, glandula serumen (modifikasi glandula sudorifera tubuler bergelung, apokrin)

Sekret glandula serumen bercampur dengan sekret glandula sebacea disebut serumen (earwax) yang sifatnya bakterisid, berbentuk seperi malam, dan berwarna kecoklatan.

Membrana timpani Oval, semi transparan Luar : epidermis tipis tanpa rambut dan kelenjar Dalam : epitel selapis gepeng/kuboid, jaringanpengikat kolagen, jaringan pengikat elastis , fibroblas Pars flaccid/membran Shrapnell : kuadran antero superior, daerah segitiga kecil yang lunak, tidak

terdapat serat kolagen. Pars tensa : bagian terbesar di luar pars flaccid

6

Page 7: Pbl 2 Panca Indra

B. Telinga TengahKavum timpani Berisi : udara Posterior : berhubungan dengan ruangan-ruanganprocessus mastoideus Anterior : berhubungan dengan tuba Eustachii 3 (tiga) tulang pendengaran yang menghubungkan membrana timpani dengan foramen ovali s: os maleus,

os incus, os stapes. Memiliki fungsi meneruskan getaran dari membrana timpani ke cairan di telinga dalam. Terdapat M.tensor tympani dan M.stapedius Kavum tympani, tulang penegara, nervus, musculus dilapisi mukosa yang terdiri dari epitel selapis

gepeng/kuboid, lamina propria tipis yang berhubungan dengan periosteum dibawahnya Epitel kavum tympani sekitra muara tuba eustachii epitel elapis kubid/silindris silia .

Tuba Eustachii Merupakan saluran antara bagian anterior kavum timpani dan bagian lateroposterior nasofaring Lumen sempit, gepeng 2/3 bagian kartilago elastis arah nasofaring, 1/3 bagian tulang Mukosa membentuk rugae dengan epitel selapis silindris/epitel bertingkat silindris denagn silia dan

Lamina propria tipis Mukosa dekat nasofaring: kelenjar tubuloalveolar, selgoblet, limfosit Sekitar muara nasofaring terdapat tonsila tuba

C. Telinga DalamBerbagai komponen telinga dalam mengisi rongga penghubung bagian petrosus tulang temporal, yang

bersama-sama membentuk labirin oseosa. Didalam rongga ini terdapat labirin membranosa. Semua bagian labirin membranosa mengandung cairan endolimf. Dindingnya dipisahkan oleh labirin oseosa dengan ruang perilimfatik yang mengandung cairan perilimf. Bagian sentral labirin oseosa mengandung utrikulus dan sakulus yang disebut vestibulum

Labirin Oseosa Terdapat vestibulum, terletak disebelah medial rongga timpai dengan fenestra ovalis Pada posterior vestibulum, bermuara tiga buah kanalis semisirkuaris (anterior, posterior, lateral). Yang

setiap saluran mempunyai pelebaran/ampula. Ujung kanalis semicircularis posterior dan anterior yang tidak melebar, bersatu membentuk crus commune

Kearah anterior vestibulum, berhubungan dengan koklea. Bentuknya mirip kerucut dengan diameter 9 mm dan tinggi dari dasar sampai puncak 5 mm. Poros yang dikitari terhadap tulang, disebut modiolus

Labirin MembranosaDi dalamnya terdapat endolimf, yang ditandai dengan rendahnya kadar natrium dan tinggi kadar kalium.

7

Page 8: Pbl 2 Panca Indra

Sakulus dan utrikulus Sakulus dan utrikulus terdiri dari lembaran-lembaran tipis jaringan ikat yang dilapisi epitel selapis gepeng. Pada dinding sakulus dan utrikulus terdapat daerah-daerah kecil dengan sel-sel neuroepitel yang

berkembang yaitu macula yang disarafi oleh cabang-cabang nervus vestibularis. Macula sakulus terletak di dasar sedangkan macula utrikulus terdapat di dinding lateral sehingga

membentuk sudut tegak lurus. Sel reseptor (hair cell) ditandai dengan stereosilia kaku dan satu kinosilium panjang. Didalm sel ini

terdapat struktur mikrotubulus 9+2 di bagian proksimal. Di dalamnya terdapat dua jenis sel rambut. Sel tipe I bentuknya lebih menyerupai mangkok sementara sel tipe II banyak terdapat ujung aferen.

Sel penyokong diantara sel-sel rambut berbentuk silindris dengan mikrovili di permukaan apikalnya. Neuroepitel ini ditutupi oleh lapisan gelatinosa yang disekresi oleh sel penyokong dengan endapan di bagian permukaan yang disebut otolit.

Duktus semisirkularis Daerah reseptornya di dalam ampula berbentuk mirip rabung disebut Krista ampularis. Krista secara

structural mirip dengan macula namun lapisan glikoproteinnya lebih tebal berbetuk kerucut disebut kupula dan tidak ditutupi otolit.

8

Page 9: Pbl 2 Panca Indra

Duktus dan sakus endolimfatikus Bagian awal duktus endolimfatikus dilapisi epitel selapis gepeng. Makin mendekati sakuus endolimfatikus,

epitel duktus ini secara berangsur berubah menjadi epitel silindris tinggi yang terjadi 2 jenis sel : salah satu jenis memiliki mikrovili pada permukaan apikalnya dan banyak vesikel pinositik serta vakuol.

Sel-sel ini berfungsi untuk mengabsorbsi endolimf dan mengendositosis materi asing.

Duktus koklearis Terbagi menjadi 3 ruangan : skala vestibule, skala media (duktus koklearis) di tengah, dan skala timpani.

Duktus koklearis yang mengandung endolimf berakhir di apeks koklea. Kedua skala lain mengandung perilimf. Skala-skala ini berhubungan di bagian apeks koklea melalui suatu muara yang dikenal sebagai helikotrema.

Membrane vestibularis (membrane Reissner) terdiri atal 2 lapisan epitel gepeng, satu lapisan dari skala vestibularis, dan lapisan lainnya berasal dari skala media. Tautan erat kedua lapisan ini berfungsi untuk mempertahankan gradient ion.

Stria vaskularis merupakan epitel vascular yang terletak di dinding lateral duktus koklearis, terdapat sejumlah mitokondria dan bertanggung jawab terhadap komposisi ion di endolimf.

Struktur telinga bagian dalam mengandung reseptor auditori khusus disebut organ corti ; organ ini mengandung sel rambut yang berespons terhadap berbagai frekuensi suara. Organ corti terletak pada substansi dasar tebal – membrane basalis.

Terdapat 2 jenis sel reseptor, satu sel berbentuk huruf W (sel rambut luar) dan sel lainnya berbentuk linear (sel rambut dalam). Di ujungnya terdapat serabut-serabut saraf yang akan menyatu membentuk ganglion spiralis.

Berbeda dari resepror vestibular, kinosilium tak dijumpai. Akan tetapi ujung stereosili yang tertinggi akan membenamkan sel rambut pada membrane tektoria yang terdiri dari secret kaya glikoprotein dihasilkan dari sel-sel pada limbus spiralis.

Dari sel-sel penyokong, sel pilar mengandung mikrotubulus yang agaknya memeberi kekakuan pada sel ini. Sel tersebut membentuk ruang segitiga antara sel rambut luar dan dalam, yakni terowongan dalam. Struktur ini penting untuk transduksi suara.

Antara skala vestibuli dengan duktus koklearis dipisahkan oleh membran vestibularis (Reissner). Antara duktus koklearis dengan skala timpani dipisahkan oleh membran basilaris. Skala vesibularis dan skala timpani mengandung perilimf dan di dindingnya terdiri atas jaringan ikat yang dilapisi oleh selapis sel gepeng yaitu sel mesenkim, yang menyatu dengan periosteum disebelah luarnya. Skala vestibularis berhubungan dengan ruang perilimf vestibularis dan akan mencapai permukaan dalam fenestra ovalis. Skala timpani menjulur ke lateral fenestra rotundum yang memisahkannya dengan ruang timpani

9

Page 10: Pbl 2 Panca Indra

Leeson, Leeson, Paparo. 1996

10

Page 11: Pbl 2 Panca Indra

Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Pendengaran

Sampai tingkat tertentu pinna adalah suatu pengumpul suara, sementara liang telinga karena bentuk dan dimensinya dapat memperbesar suara dalam rentang 2 sampai 4 kHz; perbesaran pada frekuensi ini adalah sampai 10 hingga 15 dB. Maka suara dalam rentang frekuensi ini adalah yang paling berbahaya jika ditinjau dari sudut trauma akustik.

Suara bermula dari gelombang tekanan udara, yang akan menggetarkan membran tympani. Getaran ini akan disampaikan ke dalam telinga dalam oleh tiga tulang pendengaran, stapes bergerak ke dalam dan keluar dari telinga dalam seperti piston. Pergerakan pompa ini akan menimbulkan gelombang tekanan di dalam cairan telinga dalam atau koklea. Pada koklea secara bergantian akan mengubah gelombang tekanan menjadi aktifitas elektrik di dalam nervus auditorius yang akan menyampaikan informasi ke otak. Proses transduksi di dalam koklea membutuhkan fungsi kerjasama dari berbagai jenis tipe sel yang berada di dalam duktus koklearis. Duktus ini berisi endolimfe, cairan ekstraselular yang kaya akan K dan rendah akan Na. Ruangan endolimfatik memiliki potensial elektrik yang besar yaitu 100mV. Komposisi ion dan potensial elektrik dari ruangan endolimfatik dijaga oleh sekelompok sel yang dikenal sebagai stria vaskularis.

Pada manusia, duktus koklearis berputar sepanjang 35 mm dari dasar koklea (dekat stapes) hingga ke apeks. Ukuran, massa dan kekakuan dari banyak elemen selular, terutama pada organ corti, berubah secara sistematis dari satu ujung spiral ke ujung yang lain. Keadaan ini menyebabkan pengaturan mekanik sehingga gelombang tekanan yang diproduksi oleh suara berfrekuensi tinggi menyebabkan organ tersebut bergetar pada basisnya, sedangkan suara frekuensi rendah menyebabkan getaran pada ujung puncak.

Proses transduksi, dibentuk oleh dua jenis sel sensori pada organ corti, yaitu sel rambut dalam dan sel rambut luar. Gelombang tekanan yang ditimbulkan suara pada cairan koklea membengkokkan rambut sensori yang disebut stereosilia, yang berada di atas sel rambut. Pembengkokan ini akan merenggangkan dan memendekkan ujung penghubung yang menghubungkan stereosilia. Ketika ujung penghubung meregang, ini akan menyebabkan terbukanya kanal ion pada membrane stereosilia dan ion K dapat masuk ke dalam sel rambut dari endolimfe.

Masuknya ion K ini menyebabkam perubahan potensial elektrik dari sel rambut,sehingga menyebabkan pelepasan neurotransmitter dari vesikel sinaps pada dasar sel rambut. Serabut saraf auditorius, yang kontak dengan sel rambut, respon terhadap neurotransmitter dengan memproduksi potensial aksi, yang akan berjalan sepanjang serabut saraf untuk mencapai otak dalam sekian seperdetik. Pola aktifitas elektrik  yang melalui 40.000 serabut saraf auditorius diterjemahkan oleh otak dan berakhir dengan sensasi yang kita kenal dengan pendengaran.

Sel rambut dalam dan sel rambut luar memerankan peranan dasar yang berbeda pada fungsi telinga dalam. Sebagian besar serabut saraf auditorius kontak hanya dengan sel rambut dalam. Sel rambut dalam adalah transduser sederhana, yang merubah energy mekanik menjadi energi listrik. Sel rambut dalam adalah penguat kecil yang dapat meningkatkan getaran mekanik dari organ corti. Kontribusi sel rambut luar ini penting untuk sensitifitas normal dan selektifitas frekuensi dari telinga dalam.

11

Page 12: Pbl 2 Panca Indra

1st order dari 2 telinga

Neuron sensory di cabang Cochlear N. VIII

nuclei Cochlearis (di Medulla Oblongata) : pada sisi yang sama

susunan sinyal auditory dikirim kemudian ditangkap oleh axon dan dialirkan menuju

nuclei olivary superior (pada kedua sisi Pons) Lemniscus Lateralis

impuls tiba (perbedaan tipis tergantung letak sumber suara jauh atau dekat)di nuclei olivary dan nuclei cochlea

dialirkan oleh axon ke Coliculus inferior (di Mid Brain)

Corpus Genikulatum (di Talamus)

susunan auditory sinyal sampai ke area auditory primer pada

gyrus superior temporal (di Cortex Cerebral)

masuk ke area broadman 41 dan 42 sehingga terjadi

Pemahaman SuaraSherwood, Laurelee. 2001Tedjo Oedono R M.1996

12

Page 13: Pbl 2 Panca Indra

TAMBAHAN FISIOLOGI PENDENGARAN

Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan tinggi karena kompresi (pemampatan) molekul-molekul udara yang berselang seling dengan daerah-daerah bertekanan rendah akibat penjarangan molekul tersebut. Pendengaran seperti halnya indra somatik lain merupakan indra mekanoreseptor. Hal ini karena telinga memberikan respon terhadap getaran mekanik gelombang suara yang terdapat di udara. (Sherwood, L. 2007; Guyton A.C. 2003)Suara ditandai oleh nada, intensitas, kepekaan. Nada suatu suara ditentukan oleh frekuensi suatu getaran. Semakin tinggi frekuensi getaran, semakin tinggi

nada. Telinga manusia dapat mendeteksi gelombang suara dari 20 sampai 20.000 siklus per detik, tetapi paling peka terhdap frekuensi 1000 dan 4000 siklus per detik.

Intensitas atau Kepekaan. Suatu suara bergantung pada amplitudo gelombang suara, atau perbedaan tekanan antara daerah bertekanan tinggi dan daerah berpenjarangan yang bertekanan rendah. Semakin besar amplitudo semakin keras suara. Kepekaan dinyatakan dalam desible (dB). Peningkatan 10 kali lipat energi suara disebut 1 bel, dan 0,1 bel disebut desibel. Satu desibel mewakili peningkatan energi suara yang sebenarnya yakni 1,26 kali. Suara yang lebih kuat dari 100 dB dalam merusak perangkat sensorik di koklea.

Kualitas suara atau warna nada (timbre) bergantung pada nada tambahan, yaitu frekuensi tambahan yang menimpa nada dasar. Nada-nada tambahan juga yang menyebabkan perbedaan khas suara manusia

Frekuensi suara yang dapat didengar oleh orang muda adalah antara 20 dna 20.000 silklus per detik. Namun, rentang suara bergantung pada perluasan kekerasan suara yang sangat besar. Jika kekerasannya 60 desibel dibawah 1 dyne/cm2 tingkat tekanan suara, rentang suara adalah samapai 500 hingga 5000 siklus per detik. Hanya dengan suara keras rentang 20 sampai 20.000 siklus dapat dicapai secara lengkap. Pada usia tua, rentang frekuensi biasanya menurun menjadi 50 sampai 8.000 siklus per detik atau kurang. Suara 3000 siklus per detik dapat didengar bahkan bila intensitasnya serendah 70 desibel dibawah 1 dyne/cm2 tingkat tekanan suara. Sebaliknya, suara 100 siklus per detik dapat dideteksi hanya jika intensitasnya 10.000 kali lebih besar dari ini. (Sherwood, L. 2007)

13

Page 14: Pbl 2 Panca Indra

14

Page 15: Pbl 2 Panca Indra

a. Mekanisme Pendengaran

Gambar Transduksi SuaraProses pendengaran terjadi mengikuti alur sebagai berikut: gelombang suara mencapai membran tympani. Gelombang suara yang bertekanan tinggi dan rendah berselang seling menyebabkan gendang telinga yang sangat peka tersebut menekuk keluar-masuk seirama dengan frekuensi gelombang suara. Ketika membran timpani bergetar sebagai respons terhadap gelombang suara, rantai tulang-tulang tersebut juga bergerak dengan frekuensi sama, memindahkan frekuensi gerakan tersebut dari membrana timpani ke jendela oval. Tulang stapes yang bergetar masuk-keluar dari tingkat oval menimbulkan getaran pada perilymph di scala vestibuli. Oleh karena luas permukaan membran tympani 22 kali lebih besar dari luas tingkap oval, maka terjadi penguatan tekanan gelombang suara15-22 kali pada tingkap oval. Selain karena luas permukaan membran timpani yang jauh lebih besar, efek dari pengungkit tulang-tulang pendengaran juga turut berkontribusi dalam peningkatan tekanan gelombang suara. Gerakan stapes yang menyerupai piston terhadap jendela oval menyebabkan timbulnya gelombang tekanan di kompartemen atas. Karena cairan tidak dapat ditekan, tekanan dihamburkan melalui dua cara sewaktu stapes menyebabkan jendela oval menonjol ke dalam yaitu, perubahan posisi jendela bundar dan defleksi membrana basilaris. Pada jalur pertama, gelombang tekanan mendorong perilimfe ke depan di kompartemen atas, kemudian mengelilingi helikoterma, dan ke kompartemen bawah, tempat gelombang tersebut menyebabkan jendela

15

Page 16: Pbl 2 Panca Indra

bundar menonjol ke luar untuk mengkompensasi peningkatan tekanan. Ketika stapes bergerak mundur dan menarik jendela oval ke luar, perilimfe mengalir ke arah yang berlawanan mengubah posisi jendela bundar ke arah dalam. Pada jalur kedua, gelombang tekanan frekuensi yang berkaitan dengan penerimaan suara mengambil jalan pintas. Gelombang tekanan di kompartemen atas dipindahkan melalui membrana vestibularis yang tipis, ke dalam duktus koklearis dan kemudian melalui mebrana basilaris ke kompartemen bawah, tempat gelombang tersebut menyebabkan jendela bundar menonjol ke luar-masuk bergantian.Membran basilaris yang terletak dekat telinga tengah lebih pendek dan kaku, akan bergetar bila ada getaran dengan nada rendah. Hal ini dapat diibaratkan dengan senar gitar yang pendek dan tegang, akan beresonansi dengan nada tinggi. Getaran yang bernada tinggi pada perilymp scala vestibuli akan melintasi membrana vestibularis yang terletak dekat ke telinga tengah. Sebaliknya nada rendah akan menggetarkan bagian membrana basilaris di daerah apex. Getaran ini kemudian akan turun ke perilymp scala tympani, kemudian keluar melalui tingkap bulat ke telinga tengah untuk diredam. Karena organ corti menumpang pada membrana basilaris, sewaktu membrana basilaris bergetar, sel-sel rambut juga bergerak naik turun dan rambut-rambut tersebut akan membengkok ke depan dan belakang sewaktu membrana basilaris menggeser posisinya terhadap membrana tektorial. Perubahan bentuk mekanis rambut yang maju mundur ini menyebabkan saluran-saluran ion gerbang mekanis di sel-sel rambut terbuka dan tertutup secara bergantian. Hal ini menyebabkan perubahan potensial depolarisasi dan hiperpolarisasi yang bergantian. Sel-sel rambut berkomunikasi melalui sinaps kimiawi dengan ujung-ujung serat saraf aferen yang membentuk saraf auditorius (koklearis).

Depolarisasi sel-sel rambut menyebabkan peningkatan kecepatan pengeluaran zat perantara mereka yang menaikan potensial aksi di serat-serat aferen. Sebaliknya, kecepatan pembentukan potensial aksi berkurang ketika sel-sel rambut mengeluarkan sedikit zat perantara karena mengalami hiperpolarisasi (sewaktu membrana basilaris bergerak ke bawah). Perubahan potensial berjenjang di reseptor mengakibatkan perubahan kecepatan pembentukan potensial aksi yang merambat ke otak. Impuls kemudian dijalarkan melalui saraf otak statoacustikus (saraf pendengaran) ke medulla oblongata kemudian ke colliculus. Persepsi auditif terjadi setelah proses sensori atau sensasi auditif. (Sherwood, L. 2007; Guyton A.C. 2003. Prihardini D, dkk. 2010)

b. Jaras Persarafan PendengaranDiperlihatkan bahwa serabut dari ganglion spiralis organ corti masuk ke nukleus koklearis yang terletak pada bagian atas medulla oblongata. Pada tempat ini semua serabut bersinaps dan neuron tingkat dua berjalan terutama ke sisi yang berlawanan dari batang otak dan berakhir di nukleus olivarius superior. Beberapa serabut tingkat kedua lainnya juga berjalan ke nukleus olivarius superior pada sisi yang sama. Dari nukleus tersebut, berjalan ke atas melalui lemniskus lateralis. Beberapa serabut berakhir di nukleus lemniskus lateralis, tetapi sebagian besar melewati nukleus ini dan berjalan ke kolikulus inferior, tempat semua atau hampir semua serabut pendengaran bersinaps. Dari sini jaras berjalan ke nukleus genikulatum medial, tempat semua serabut bersinaps. Akhirnya, jaras berlanjut melalui radiasio auditorius ke korteks auditorik, yang terutama terletak pada girus superior lobus temporalis. Beberapa tempat penting harus dicatat dalam hubunganya dengan lintasan pendengaran pertama implus dari masing-masing telinga dihantarkan melalui lintasan pendengaran kedua batang sisi otak hanya dengan

16

Page 17: Pbl 2 Panca Indra

sedikit lebih banyak penghantaran pada lintasan kontralateral.Kedua banyak serabut kolateral dari traktus audiorius berjalan langsung ke dalam system retikularis batang otak sehingga bunyi dapat mengaktifkan keseluruhan otak. (Guyton A.C. 2003)

c. Fungsi korteks serebri pada pendengaranSetiap daerah di membrana basilaris berhubungan dengan daerah tertentu di korteks pendengaran dalam lobus temporalis. Dengan demikian, setiap neuron korteks hanya diaktifkan oleh nada-nada tertentu. Neuron-neuron aferen yang menangkap sinyal auditorius dari sel-sel rambut keluar dari koklea melalui saraf auditorius. Jalur saraf antara organ corti dan korteks pendengaran melibatkan beberapa sinap dalam perjalanannya, terutama adalah sinaps di batang otak dan nukleus genikulatus medialis talamus. Batang otak menggunakan masukan pendengaran untuk kewaspadaan. Sinyal pendengaran dari kedua telinga disalurkan ke kedua lobus temporalis karena serat-seratnya bersilangan secara parsial di otak. Karena itu, gangguan di jalur pendengaran pada salah satu sisi melewati batang otak tidak akan mengganggu pendengaran kedua telinga. Korteks pendengaran tersusun atas kolom-kolom. Korteks pendengaran primer mepersepsikan suara diskret sementara korteks pendengaran yang lebih tinggi di sekitarnya mengintegrasi suara-suara yang berbeda menjadi pola yang koheren dan berarti. Proyeksi lintasan pendengaran korteks serebri menunjukan bahwa korteks pendengaran terletak terutama tidak hanya pada daerah supratemporal girus tempralis superior tetapi juga meluas melewati batas lateral lobus temporalis jauh melewati korteks insula dan sampai ke bagian paling lateral lobus parietalis. (Sherwood, L. 2007; Guyton A.C. 2003)

d. Penentuan Frekuensi SuaraSuara dengan tinggi nada yang rendah menyebabkan pengaktifan maksimum membrane basilis di dekat apeks koklea dan suara dengan frekuensi yang tinggi mengaktifkan membrane basilaris dekat basis koklea, sedangkan suara dengan frekuensi menengah mengaktifkan membrana di antara kedua nilai yang ekstrim tersebut. Selanjutnya, ada pengaturan spasial pada serabut saraf di jaras koklearis, yang berasal dari koklea sampai korteks serebri. Perekaman sinyal di traktus auditorius pada batang otak dan di area penerima pendengaran pada korteks serebri memperlihatkan neuron-neuron otak yang spesifik diaktivasi oleh frekuensi suara tertentu. Oleh karena itu cara yang digunakan oleh sistem saraf untuk mendeteksi perbedaan frekuensi suara adalah dengan menentukan posisi di sepanjang membrane basilaris yang paling terangsang. Ini dinamakan prinsip letak untuk menentukan frekuensi suara. (Guyton A.C. 2003)

17

Page 18: Pbl 2 Panca Indra

e. Penentuan keras suaraKekerasan suara ditentukan oleh sistem pendengaran sekurang-kurangnya melalui tiga cara. Pertama, ketika suara menjadi lebih keras terjadi peningkatan amplitudo getaran yang merangsang ujung-ujung saraf bereksitasi lebih cepat. Kedua, ketika amplitudo meningkat akan menyebabkan semakin banyak sel-sel rambut di pinggir bagian membran basilar yang beresonasi, sehingga terjadi penjumlahan spasial impuls, dimana transmisi melalui banyak serabut saraf. Ketiga, sel-sel rambut luar tidak terangsang secara bermakna sampai getaran membran basilar mencapai intensitas yang tinggi. Suara yang sangat keras yang tidak dapat diperlembut secara adekuat oleh refleks-refkes protektif telinga dapat menyebabkan getaran membrana basilaris yang hebat sehingga sel-sel rambut yang tidak dapat digantikan itu terlepas atau rusak secara permanen dan menimbulkan gangguan pendengaran parsial. (Sherwood, L. 2007; Guyton A.C. 2003)

f. Diskriminasi arah asal suaraDestruksi korteks pendengaran pada kedua sisi otak baik pada manusia atau pada mamalia yang lebih rendah menyebabkan kehilangan sebagian besar kemampuannya mendeteksi arah asal suara. Namun, mekanisme untuk deteksi ini dimulai pada nuklei olivarius superior di dalam batang otak. Nukleus olivarius superior dibagi menjadi dua yakni nukleus olivarius superior medial dan lateral. Nukleus lateral bertanggung jawab unuk mendeteksi arah sumber suara, agaknya melalui perbandingan sederhana diantara perbedaan intensitas suara yang mencapai kedua telinga, dan mengirimkan sinyal yang tepat ke korteks auditorik untuk memperkirakan arahnya. Nukleus olivarius superior medial mempunyai mekanisme spesifik untuk mendeteksi perbedaan waktu antara sinyal akustik yang memasuki kedua telinga. Nukleus ini terdiri atas sejumlah besar neuron yang mempunyai dua dendrit utama yang menonjol ke arah kanan dan kiri. Intensitas eksitasi di setiap neuron sangat sensitif terhadap perbedaan waktu yang spesifik antara dua sinyal akustik yang berasal dari kedua telinga. Pada nukleus tersebut terjadi pola spasial perangsangan neuron. Suara yang datang langsung dari depan kepala merangsang satu perangkat neuron olivarius secara maksimal dan suara dari sudut sisi yang berbeda menstimulasi pernagkat neuron lainnya dari sisi yang berlawanan. (Guyton A.C. 2003)

g. Hambatan Persepsi AuditifSensori auditif diaktifkan oleh adanya rangsang bunyi atau suara. Persepsi auditif berkaitan dengan kemampuan otak untuk memproses dan menginterpretasikan berbagai bunyi atau suara yang didengar oleh telinga. Kemampuan persepsi auditif yang baik memungkinkan seorang anak dapat membedakan berbagai bunyi dengan sumber, ritme, volume, dan pitch yang berbeda. Kemampuan ini sangat berguna dalam proses belajar membaca. Persepsi auditif mencakup kemampuan-kemampuan berikut : 1) Kesadaran fonologis yaitu kesadaran bahwa bahasa dapat dipecah ke dalam kata, suku kata, dan fonem

(bunyi huruf) 2) Diskriminasi auditif yaitu kemampuan mengingat perbedaan antara bunyi-bunyi fonem dan

mengidentifikasi kata-kata yang sama dengan kata-kata yang berbeda. 3) Ingatan (memori) auditif yaitu kemampuan untuk menyimpan dan mengingat sesuatu yang didengar4) Urutan auditif yaitu kemampuan mengingat urutan hal-hal yang disampaikan secara lisan 5) Perpaduan auditif yaitu kemampuan memadukan elemen-elemen fonem tunggal atau berbagai fonem

menjadi suatu kata yang utuh Hambatan persepsi auditif dapat terjadi sebagai bagian dari auditory processing disorder(gangguan proses auditori) yang penyebabnya belum diketahui secara pasti. Gangguan ini mungkin disebabkan oleh adanya gangguan proses di otak atau berhubungan dengan kondisi kondisi lain seperti disleksia, Attention Defisit Disorder, Autism Spectrum Disorder, gangguan bahasa spesifik, atau hambatan perkembangan. Anak yang mengalami gangguan proses auditori biasanya dapat mendengar suara (informasi bunyi) tetapi memiliki kesulitan untuk memahami, menyimpan, menempatkan, mengemukakan kembali atau menjelaskan informasi tersebut untuk kepentingan akademik maupun sosial. Hambatan persepsi auditif dapat mencakup beberapa hal seperti: kesulitan menentukan figur dan latar bunyi kesulitan mengingat (memori) bunyi kesulitan diskriminasi bunyi kesulitan untuk memperhatikan bunyi kesulitan untuk proses kohesi (memadukan) bunyi

(Prihardini D, dkk. 2010)

Memahami dan Menjelaskan Kelainan Pendengaran

18

Page 19: Pbl 2 Panca Indra

Definisi 1. Tuli konduktif

Karena kelainan di telinga luar atau di telinga tengah.a. Kelainan telinga luar yang menyebabkan tuli konduktif adalah astresia liang telinga, sumbatan oleh

serumen, otitis eksterna sirkumsripta, osteoma liang teling.b. Kelainan telinga tengah yang menyebabkan tuli konduktif adalah tubakar/sumbatan tuba eustachius,

dan dislokasi tulang pendengaaran.

2. Tuli perseptifDisebabkan oleh kerusakan koklea (N. audiotorius) atau kerusakan pada sirkuit system saraf pusat dari telinga. Orang tersebut mengalamipenurunan atau kehilangan kemampuan total untuk mendengar suara dan akan terjadi kelainan pada :a. Organo cortib. Saraf : N.coclearis dan N.vestibularaisc. Pusat pendengaran otak

3. Tuli campuranTerjadi karena tuli konduksi yang pada pengobatannya tidak sempurna sehingga infeksi sekunder (tuli persepsi juga).

Klasifikasi dan etiologi

19

Page 20: Pbl 2 Panca Indra

A. Kelainan Telinga LuarA.1 Kongenital Atresia liang telinga

Diduga oleh factor genetic seperti infeksi virus atau intoksikasi bahan kimia pada kehamilan muda misalnya talidomida. Manifestasi klinis yang tampak adalah daun telinga yang tidak tumbuh dan liang telinga yang atressia. Atresia liang telinga bisa menyebabkan speech delay. Terapi BAHA (Bone Anchored Hearing Aid), operasi Canaloplasty (setelah usia 5/6 tahun)

Mikrotia dan MakrotiaPinna yang sangat besar (makrotia) atau sangat kecil (mikrotia), sampai tidak terbentuk sama sekali

(anotia). Secara umum deformitas pinna berkorelasi dengan deformitas pada membran timpani dan telingatengah dalam derajat yang dapat diperkirakan.

Fistula prearikulerLubang kecil yang mengarah ke telinga luar, biasanya pada tepi anterior dari bagian ascending helix.

Bagaimanapun, kelainan ini sering dilaporkan terjadi pada permukaan lateral crus helicix dan tepi posterosuperior dari helix, tragus atau lobulus. Dari muara fistula sering keluar sekret yang berasal dari kelenjar sebasea.

Lop ear (bat’s ear)Merupakan bentuk abnormal dari daun telinga, dimana daun telinga tampak  lebih

lebar dan lebih berdiri . Secara fisiologis tidak terdapat gangguan body image karena berpengaruh pada estetika.

20

Page 21: Pbl 2 Panca Indra

A.2 TraumaTrauma pada telinga luar dapat merusak dan menghancurkan aurikula dan kanalis autikus

eksternus, yang termasuk bagaian dari trauma ini diantaranya :a.Laserasi

Trauma akibat laserasi biasa terjadi karena klien tampak mengorek-ngorek telinga dengan jari atau penjepit rambut atau klip kertas. Laserasi dinding kanalis dapat menyebabkan pendarahan sementara.

b.FrostbiteFrostbite pada aurikula dapat timbul dengan cepat pada lingkungan bersuhu

rendah dengan angin dingin yang kuat. Karena perubahan perlahan maka tidak terasa nyeri lagi sampai telinga “memanas” lagi. Pemanasan yang cepat dianjurkan terapi seperti dengan mengguyur telinga yang terkena dengan air hangat bersuhu 100 dan 108ºF sampai terlihat tanda-tanda pencairan.

c.HematomaHematoma telinga luar sering dijumpai pada pengulat dan petinju akibat penumpukan bekuan darah

diantara perikondrium dan tulang rawan, yang dapat berakibat terbentuknya telinga bunga kol jika tidak diobati, oleh karena itu perlunya  tindakan insisi dan drainage kumpulan darah dalam kondisi steril diikuti dengan pemasangan balutan tekan khususnya pada konka.

A.3 Infeksi AkutSerumen

Serumen merupakan hasil sekresi kelenjar serumen yang terdapat pada bagian tulang rawan telinga. Jumlah serumen yang terbentuk dan konsistensinya sangat bervariasi. Gambaran klinis. Adanya serumen, walaupun merupakan sekresi yang normal, dapat menyebabkan gangguan pendengaran, nyeri telinga, keluarnya cairan dan vertigo. Jumlah dan konsistensinya beragam, sehingga banyak orang harus membersihkan telinganya (mengirigasi) pada saat-saat tertentu secara teratur.

Telinga Luar

Dalam kulit kanal auditorius eksterna

Glandula seminurosa

Sekresi substansi lilin

serumen

tertimbun

Kanalis eksternus

menumpuk

Menutup hantaran suara lewat udara

Reseptor gagal menerima suara

Tuli konduktif

Cholesteatoma.Penumpukan dari puing-puing selular (cellular debris) didalam telinga tengah. Ini umumnya adalah

akibat dari infeksi-infeksi kronis telinga. Ia dapat menyebabkan kerusakan struktur-struktur didalam telinga tengah.

Keratosis obturansKeratosis obturans adalah akumulasi atau penumpukan deskuamasi lapisan keratin epidermis pada liang

telinga, berwarna putih seperti mutiara, sehingga membentuk gumpalan dan menimbulkan rasa penuh serta kurang dengar. Penyakit ini tidak mengenai bagian kartilagenous meatus auditorius eksternus. Secara khas, lesi ini hanya terbatas pada meatus, tanpa menyebabkan destruksi tulang. 

21

Page 22: Pbl 2 Panca Indra

Perikondritis (cauliflower ear)Perikondritis akut merupakan infeksi yang hebat. Radang dapat mengenai tulang rawan setelah operasi

mastoidektomi radikal. Dalam operasi tersebut, sewaktu orifisium dilebarkan, liang telinga tulang rawan akan terbuka dan kemudian dapat diikuti dengan terinfeksinya tulang rawan tersebut. Gambaran klinis : Penderita sangat menderita akibat rasa nyeri yang hebat pada daun telinga. Daun telinga menjadi merah dan bengkok. Lobules tidak ikut terkena proses.

Benda asing/ Corpus AlienumCorpus alienum adalah benda asing yang berasal dari luar atau dalam tubuhyang dalam keadaan normal

tidak ada pada tubuh. Benda asing yang sering ditemukan pada liang telinga dapat berupa :a. Benda hidup seperti serangga (kecoa, semut atau nyamuk)b. Benda mati seperti komponen tumbuh-tumbuhan atau mineral.

(kacang-kacangan, karet penghapusan, potongan korek api, dll

Benda asing (serangga, kerikil, manik-manik, dll)

Penderita mencoba membersihkan telingatelinga

Masuk telinga kanalis eksternus(membuat gatal, bahkan nyeri)

Resiko terdorong ke bagian tulang kanalis

Laserasi kulit

Membran timpani lubang

Nyeri dan penurunan pendengaran

Otitis eksterna Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis disebabkan oleh bakteri dapat terlogalisir

atau difus, telinga rasa sakit. Faktor ini penyebab timbulnya otitis eksterna ini, kelembaban, penyumbatan liang telinga, trauma local dan alergi .Faktor ini menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang menyebabkan edemadari epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma local yang mengakibatkan bakteri masuk melalui kulit, inflasi dan menimbulkan eksudat

Otitis eksterna akut terbagi atas:a. Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel – bisul).

Keadaan ini dapat terjadi akibat infeksi oleh Staphylococcus aureus di dalam folikel rambut pada liang telinga bagian tulang rawan. Timbul nyeri telinga hebat lebih-lebih apabila daun telinga digerakkan atau disentuh, liang telinga tampak merah, pembengkakan dapat meluas kebelakang telinga sehingga menyerupai keadaan pada mastoiditis akuta. Nyeri telinga hebat juga timbul waktu kita memasukkan speculum telinga ke dalam liang telinga. Kemungkinan ditemukan cairan purulen bila furunkel pecah lambat laun terjadi gangguan pendengaran bila lesi menyumbat kanal. intervensi yang diberikan adalah terapi sistemik dengan pengobatan topical dengan tampon yang diberi tetes telinga yang mengandung antibiotika.

Staphylococcus aureus, Staphylococcus albus, Jamur, Aspergillus

Infeksi pada kulit

Faktor predisposisi (udara hangat dan lembab, pH basa liang telinga, trauma ringan, dan berenang)

Membentuk furunkel, di sepertiga luar liang telinga

Adneksa

Folikel rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar serumen

Rasa nyeri hebat pada telinga bila disentuhLiang telinga bengkak

Gangguan pendengaran bila furunkel membesar

22

Page 23: Pbl 2 Panca Indra

b. Otitis eksterna difusaInfeksi bakteri (Pseudomonas) yang biasanya terjadi pada cuaca yang panas dan lembab, disebut ju

ga ‘Swimmer’s ear’. Keluhan klien yang muncul adalah nyeri tekan tragus, kulit liang telinga hipermi, kadang-kadang terdapat secret yang berbau, edema dengan tidak jelas batasnya serta tidak terdapat furunkel. Dapat mengenai baik satu telinga maupun keduanya. Apabila terjadi unilateral, biasanya sekunder, akibat adanya radang telinga tengah. Apabila terjadi bilateral, mungkin akibat infeksi bakteri atau jamur, iritasi akibat suatu bahan kimia atau merupakan bagian daripada kelainan kulit ditempat lain secara umum.

Pseudomonas, Staphylococcus albus, Escherichia coli, Enterobacter auogenes

Kadang terdapat sekret yang berbau, tidak mengandung lendir

Pembesaran kelenjar getah bening regional

Gejala sama dengan otitis media sirkumskripta, tampak dua pertiga dalam kulit liang telinga sempit, hiperemis

dan edema tanpa batas yang jelas, serta tidak terdapat furunkel

Gangguan pendengaranOtomikosis

Biasanya terjadi setelah berenang terutama di daerah tropis dan akibat infeksi Aspergillus niger. Liang telinga menjadi penuh kotoran yang berwarna putih dengan bercak-bercak hitam. Iritasi akibat bahan kimia seperti cat rambut dan antibiotika lokal dapat menimbulkan suatu demartitis lokal.

Gambaran klinis Kedua telinga dirasakan sangat gatal, penderita berkeinginan untuk terus menggaruk telinga terutama pada waktu menjelang tidur. Timbul cairan dan kadang-kadang dirasakan kurang pendengaran. Liang telinga penuh dengan kotoran (debris) dan kulit liang telinga ini mengalami peradangan. Kurangnya pendengaran akan segera teratasi setelah liang telinga dibersihkan.

A.4 Infeksi dan Radang Kronik- Otitis Eksterna Nekrotikans

Otitis eksterna nekrotikans merupakan suatu infeksi berat pada tulang temporal dan jaringan lunak telinga. Lebih sering dijumpai pada penderita diabetes lanjut usia yang tinggal dalam lingkungan beriklim panas. Kondisi ini disebabkan Pseudomonas aeruginosa dan biasanya ditemukan pada penderita diabetes lanjut usia serta dianggap lebih umum pada daerah beriklim panas.

Pseudomonas

Faktor predisposisi : Penderita diabetes

Peradangan yang meluas secara progresif

Pada lapisan subkutis dan organ sekitar

Rasa gatal di telinga, unilateral, diikuti nyeri hebat dan sekret yang banyak serta pembengkakan telinga

Nyeri akan menghebat dan liang telinga tertutup jaringan granulasi yang subur

Paresis atau paralisis nervus fasial, kondritis, osteitis, osteomielitis

Kehancuran tulang temporal

Tuli/gangguan pendengaran

- Polikondritis BerulangPenyakit yang tidak diketahui etiologinya ini menyebabkan peradangan destruksi tulang rawan. Merupakan suatu gangguan tulang rawan generalisata, melibatkan hidung dan telinga pada 80-90% kasus.

23

Page 24: Pbl 2 Panca Indra

A.5 NeoplasmaBerbagai lesi kulit termasuk neoplasma dapat ditemukan pada aurikula dan liang telinga.

1. Osteoma adalah suatu tumor jinak pada dinding liang telinga yang tampak sebagai benjolan tunggal, kertas dan bundar yang menempel pada sepertiga bagian dalam telinga.

2. Eksostosis adalah tumor berupa tonjolan bundar dari tulang kanalis yang hipertropik (biasanya multiple dan bilateral). Etiologi belum diketahui dengan pasti, tetapi dapat disebabkan oleh karena sering berenang dalam air dingin.

3. Karsinoma sel gepeng merupakan keganasan yang paling sering pada liang telinga dapat segera disembuhkan dan ditangani dengan cepat jika didiagnosis secara dini demikian juga dengan karsinoma sel basal. Pengobatan awal yang lebih dipilih adalah eksisi bedah

Mansjoer, Arief dkk.2001Soetirto I, Bashiruddin J. 2001

B. Kelainan Telinga TengahB.1 Penyakit Membran TimpaniMembran Timpani normalnya memberikan refleks cahaya (cone of ligh) positif yang berarti cahaya dari luar dapat dipantulkan oleh membrane timpani. Penyakit Membran timpani terjadi secara primer yaitu berasal dari membran timpani dan dapat pula terjadi akibat adanya penyakit yang mendahuluinya seperti Otitis Media dan Mastoiditis. timpanosklerosis Jika terjadi peradangan pada membran timpani dapat terlihat bercak-

bercak  putih tebal akibat timbunan kolagen terhialinisasi pada lapisan tengahnya sebagai akibat peradangan terdahulu

Retraksi membran timpani dapat pula terjadi bila vakum dalam telinga tengah atau dapat menonjol bila terdapat cairan, infeksi atau massa jaringan dalam telinga tengah. 

24

Page 25: Pbl 2 Panca Indra

Perforasi dapat diakibatkan trauma dan dapat/tidak disertai gangguan primer seperti putusnya rantai osikula. Perforasi dibagi 4 berdasarkan lokasinya : tuba, sentral, marginal, pars flaksida

Otitis media kronis dengan keluarnya secret selalu disertai perforasi membrane timpani yang serius.Intervensi kolaboratif pada Penyakit Membran Timpani adalah pemberian tetes telinga antibiotika seperti eritromisin, yang merupakan obat pilihan untuk menghilangkan nyeri, adanya bulging atau vesikel dapat dipecahkan dengan jarum halus atau miringotomi

B.2 Gangguan Tuba EustakhiusTuba Eustakhius menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasopharing dan sepertiga bagian lateral  tuba berhubungan dengan telinga berupa tulang sedangkan dua pertiga medial adalah fibro kartilaginosa. Fungsi Tuba Eustakhius adalah untuk ventilasi, drainage secret dan menghalangi masuknya secret dari nasopharing ketelinga tengah. Ventilasi berguna untuk menjaga agar tekanan udara dalam telinga tengahselalu sama dengan tekanan udara luar, ini dapat dibuktikan :

a. Perasat Valsava Teknik yang dilakukan dengan cara meniupkan dengan kertas dari hidung dipijat 

serta mulut ditutup. Bila tuba terbuka maka akan terasa udara masuk kedalam telinga tengah yang menekan membrane timpani kearah lateral seperti “meletup”. Perasat ini tidak boleh dilakukan apabila terjadi infeksi pada jalan nafas.

b. Perasat TyonbeeTeknik yang dilakukan dengan cara menelan ludah sambil hidung dipijat serta mulut ditutup. Bila tuba

terbuka maka akan terasa membrane tympani tertarik ke medial. Perasat ini lebih fisiologis.

Drainage secret akan dialirkan ke nasopharing melalui tuba eustakhius yang berfungsi normal. Jika tuba tersumbat, maka akan tercipta keadaan vakum dalam telinga tengah, sumbatan yang lama dapat  mengarah pada peningkatan produksi cairanyang akan memperberat masalah klien. Bila tidak dapat diatasi dengan pengobatan, maka keadaan vakum harus dihentikan dengan miringotomi sehingga cairan dapat di drainage melalui kanalis akustikus eksternus. Gangguan pada Tuba Eustakhius antara lain :

Tuba eustakius paten abnormalSuatu tuba eustakius yang paten abnormal selalu terbuka sehingga udara dapat masuk ke

dalam telinga tengah selama respirasi. Mioklonus palatum

Mioklonus palatum merupakan suatu kondisi yang jarang dijumpai, di mana otot-otot palatum mengalami kontraksi ritmik secara berkala. Penyebabnya tidak diketahui.

Obstruksi tuba eustakiusDapat disebabkan oleh berbagai keadaan termasuk peradangan, seperti nasofaringitis atau

adenoiditis. Palatoskisis

Dapat menyebabkan disfungsi tuba eustakius akibat hilangnya penambat otot tensor palatine. Barotrauma

Adalah keadaan dengan terjadinya perubahan tekanan yang tiba-tiba di luar telinga tengah sewaktu di pesawat terbang atau menyelam, yang menyebabkan tuba gagal membuka. Apabila perbedaan tekanan melebihi 90 mmHg, maka otot yang normal aktivitasnya tidak mampu membuka tuba. Pada keadaan ini terjadi tekanan negative sehingga cairan keluar dari pembuluh darah kapiler mukosa dan kadang-kadang disertai dengan rupture pembuluh darah, yang dapat menyebabkan cairan ditelinga tengah dan rongga mastoid tercampur darah.

Manifestasi klinis berupa nyeri pada telinga, klien mengeluh kurang jelas pendengarannya, autofonia, perasaan ada air dalam telinga dan kadang-kadang tinnitus dan vertigo.

B.3 Gangguan pada Rantai OsikulaPada telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran (rantai osikula) yang terdiri dari maleus, inkus dan stapes yang mentransmisikan suara dari membrane tympani ke fenestra yang dapat disebabkan oleh infeksi, trauma ataupun proses congenital dapat menghambat transmisi suara ke tempat lainnya.

Kelainan KongenitalOsikula dapat mengalami kelainan bentuk, terputus ataupun terfiksasi secara congenital, bentuk yang

paling umum adalah hilangnya sebagian inkus dan fiksasi stapes. Liang telinga dapat sama sekali tidak

25

Page 26: Pbl 2 Panca Indra

berkembang atau berujung buntu atau tumbuh dengan penyempitan konsentris. Hal ini secara fungsional dapat menyebabkan ketulian congenital yang seharusnya mendapatkan terapi secara dini.

Koreksi alat bantu mendengar yang menempel pada tulang pendengaran agar anak dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

OtosklerosisPenyakit pada kapsul tulang labirin yang mengalami spongiosis di daerah kaki stapes, sehingga stapes

menjadi kaku dan tidak dapat menghantarkan getaran suara ke labirin dengan baik. Pengertian lain Otosklerosis adalah pengeseran telinga dimana dalam kondisi ini kelebihan tulang stapes mengakibatkan hilangnya gerakan stapes.

B.4 Otitits MediaPendengaran sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustakhius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.Patogenesis Otitis Media

Pembagian Otitis Media terbagi atas :

1. Otitis media supuratif, terdiri dari : Otitis Media Supuratif akut = otitis media akut (OMA)

Penyakit yang disebabkan oleh serangan mendadak dari infeksi bakteri dalam telinga bagian tengah. Penyebab utama Otitis Media Akut (OMA)

26

Page 27: Pbl 2 Panca Indra

a. Masuknya bakteri patogenik (Streptococcus Pnemoniae,Hemophillus Influenza, Moraxella Catarrhalis) ke dalam telinga tengah.

b. Disfungsi tuba euatakhius, seperti obstruksi yang diakibatkan infeksi saluran pernapasan atas, inflamasi jaringan disekitar (snusitis, hipertroi adenoid) atau reaksi alergi (rrhinitis alergika)

Perjalanan Penyakit Otitits Media Akut (OMA) Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK/OMP)

OMSK adalah perforasi membran timpani secara permanen, dengan atau tanpa pengeluaran pus dan kadang-kadang disertai oleh perubahan dalam mukosa dan struktur tulang dari telinga tengah. (Pricilla Lemone. 2001 : 1496). Etiologi OMSK biasanya disebabkan karena pengulangan dari penyakit otitis media akut dan disfungsi tuba akustikus serta Trauma atau penyakit lain. Secret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul, sekret mungkin encer, kental, bening atau berupa nanah.

Patofisiologi Otitis media akut dengan perforasi membrane timpani menjadi otitis media perforatif apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila pross infeksi kurang dari 2 bulan disebut otitis media supuratif subakut.

2. Otitis Media Non Supuratif/Serosa, terdiri dari : Otitis Media Serosa

Peradangan non bakteri mukosa kavum timpani yang ditandai terkumpulnya cairan yang non purulen (serous/mukoid). Etiologi : Transudasi plsama dari pembulah darah ke dalam rongga telinga tengah terutama disebabkan

tekanan hidrostatik. Disfungsi tuba eutakius (penyebab utama) Faktor penyebab lain, hipertropi adenoid, adenoiditis kronis, palatoskisis tomor nasofaring

barotrauma, radang seperti rinitis, sinusitis.Masalah ini dapat sering menimbulkan tuli konduktif. Pada otitis media serosa, membran timpani

tampak berwarna kekuningan. Kadang tinggi cairan atau gelembung (Air fluid level/air bubbles) tampak

27

Page 28: Pbl 2 Panca Indra

lewat di membran timpani yang semitransparan. Membran timpani dapat berwarna biru atau keunguan bila ada ada darah dalam telinga tengah.

B.5 MastoiditisMastoiditis adalah  proses peradangan pada sel- sel mastoid yang terletak pada tulang temporal. Biasanya

timbul pada anak-anak atau orang dewasa yang sebelumnya telah menderita infeksi akut pada telinga tengah. Gejala awal yang timbul adalah peradangan telinga tengah, seperti demam, nyeri telinga, hilangnya

sensasi pendengaran, bahkan timbul suara berdenging pada satu sisi telinga

B.6 Tumor Telinga Tengah Glomus jugulare adalah tumor yang timbul dari bulbus jugularis Neuroma nervus fasialis adalah tumor nervus VII, nervus fasialis Granuloma kolesterin adalah reaksi system imun terhadap produk samping

darah (Kristal kolesterol) di dalam telinga tengah  Timpanosklerosis adalah timbunan kolagen dan kalsium didalam telinga

tengah yang dapat mengeras di seputar osikulus sebagai akibta infeksi berulang.

Brunner & Suddath:1999;2056Charlene J.Reevas.2001:16

Efiaty dan NurbaityCorwin, Elizabeth J. 2000

C. Kelainan Telinga DalamTinitus adalah bentuk gangguan pendengaran berupa sensasi suara tanpa adanya rangsangan dari luar,

dapat berupa mekanoakustik maupun listrik. Jika rambut-rambut ini mengalami kerusakan, mereka akan bergerak secara random pada keadaan yang konstan. Karena tidak mampu menahan ‘pengisian listrik’, pada sel-sel pendengaran terjadi kebocoran. Sinyal-sinyal listrik ke otak sebagai bunyi yang amat berisik. Keluhan suara yang didengar sangat bervariasi, dapat berupa bunyi mendenging, mendesis.Klasifikasi

Terjadi akibat adanya kerusakan ataupu perubahan telinga luar, telinga dalam. Berdasarkan letak sumber masalah :

Tinitus otik kelainan pada telinga saraf atau saraf auditorius Tinitus somatik kelainan terjadi diluar telinga dan saraf tetapi masih didalam area kepala atau

leher.Etiologi

Tinitus paling banyak disebabkan karena adanya kerusakan dari telinga dalam.  Terutama kerusakan dari koklea. Secara garis besar penyebab tinitus dapat berupa kelainan bersifat somatik : kerusakan N. Vestibulokoklearis, kelainan vaskular, tinitus karena obat-obatan.

C.1 Tuli kongenital Aplasia kokhlea Kelainan kromosom Kolesteatom conginental

C.2 Tuli didapatNeuroma akustik (Vestibular schwannoma)

Neuroma Akustik pada kasus ini terdapat tumor jinak yang membungkus saraf kedelapan yang berakibat pada tuli sensorineural yang unilateral, dengan gejala mula-mula ringan. Tumor ini menyebabkan gangguan pendengaran dengan cara menghancurkan saraf-saraf saluran telinga dalam

28

Page 29: Pbl 2 Panca Indra

TraumaRudapaksa/kecelakaan yang dapat mengakibatkan rupture labirin atau komosio labirin

Tuli akibat obat –obatanobatan yang bersifat ototoxic:

Aminoglikosid ( tersering :tobramycin ) Loop diuretic ( tersering : furosemid) Antimetabolik ( methotrexate) Salisilat ( aspirin )

Obat (Aminoglikosida) menyebabkan tuli yang biasanya bersifat bilateral dan bernada tinggi dikarenakan hilangnya sel rambut pada putaran basal koklea. Sedangkan obat – obat diuretik menyebabkan tuli yang sebagian besar bersifat sementara dengan cara menyebabkan perubahan komposisi elektrolit cairan dalam endolimfe.

Noise induce ( trauma suara )Tuli akibat bising ( noise induced tuli yang terjadi diakibatkan oleh bising dengan intensitas 85db atau

lebih yang mengakibatkan kerusakan pada reseptor pendengaran corti di telinga dalam terutama yang berfrekuensi 3000 -6000 Hz. Sering terpapar dengan suara yang keras dalam waktu yang lama (>90 db) dapat menyebabkan SNHL.

PresbikusisBerkurangnya Pendengaran Akibat Pertambahan Usia (Presbikusis) adalah penurunan fungsi

pendengaran sensorineural yang terjadi sebagai bagian dari proses penuaan yang normal. Lebih sering terjadi pada pria dan penurunan fungsi pendengarannya lebih berat. Presbikus pada kasus ini terjadi perubahan struktur coklea dan Nervus akustic, berupa atrofi dan degenerasi sel-sel penunjang organocorti, disertai perubahan vaskuler pada stria vaskularis, dimana jumlah dan ukuran sel-sel ganglion dan saraf berkurang .

Ketulian Mendadak (sudden hearing loss)Ketulian Mendadak adalah kehilangan pendengaran yang berat, biasanya hanya menyerang 1 telinga,

yang terjadi selama beberapa jam atau kurang. Tuli mendadak penyebab paling sering dari tuli mendadak ini adalah iskemia koklea yang berakibat pada degenerasi yang luas pada sel – sel ganglion stria vasikularis dan ligamen spiral. Yang kemudian diikuti dengan pembentukan jaringan ikat dan penulangan. Pada kasus ini kerusakan sel rambut yang terjadi tidaklah luas dan membran basal jarang terkena.

Tuli tiba-tiba (sudden hearing loss) bias disebabkan oleh : Idiopatic Pembuluh darah yang Iskemic di telinga dalam Fistula perilimfa : yang biasanya disebabkan karena rupturnya tingkap lonjong atau bulat yang

berakibat pada bocornya perilimfe

Penyakit lainnya Meniere sebabkan tuli perspektif nada rendah (125 Hz to 1000 Hz) disebabkan karena adanya hidrops endolimfa pada koklea dan vesbulum. Hidrops ini dapat disebabkan karena :

- Meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri - Berkurangnya tekanan osmotik didalam kapiler, dan meningkatnya tekanan osmotik extrakapiler- Jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat, sehingga terjadi penimbunan cairan endolimfa hal - hal

tersebut menyebabkan pembengkakan pada skala media yang dapat berakibat pada ruptrunya membran Reissner dan terjadilah percampuran cairan endolimfe dan perilimfe.

Adam G.L., Boies L.R., Highler P.A. 1997Soetirto I. 1990

29

Page 30: Pbl 2 Panca Indra

Memahami dan Menjelaskan Tuli akibat BisingDefinisi

Bising adalah suara atau bunyi yang mengganggu atau tidak dikehendaki. Dari definisi ini menunjukkan bahwa sebenarnya bising itu sangat subyektif, tergantung dari masing-masing individu, waktu dan tempat terjadinya bising.

Sedangkan secara audiologi, bising adalah campuran bunyi nada murni dengan berbagai frekwensi. Cacat pendengaran akibat kerja ( occupational deafness / noise induced hearing loss ) adalah hilangnya sebahagian atau seluruh pendengaran seseorang yang bersifat permanen, mengenai satu atau kedua telinga yang disebabkan oleh bising terus menerus dilingkungan tempat kerja. Dalam lingkungan industri, semakin tinggi intensitas kebisingan dan semakin lama waktu pemaparan kebisingan yang dialami oleh para pekerja, semakin berat gangguan pendengaran yang ditimbulkan pada para pekerja tersebut.

EtiologiFaktor-faktor yang mempengaruhi pemaparan kebisingan :

1. Intensitas kebisingan 2. Frekwensi kebisingan 3. Lamanya waktu pemaparan bising 4. Kerentanan individu 5. Jenis kelamin 6. Usia 7. Kelainan di telinga tengah

PENGARUH KEBISINGAN PADA PENDENGARAN Perubahan ambang dengar akibat paparan bising tergantung pada frekwensi bunyi, intensitas dan lama waktu paparan, dapat berupa :1. Adaptasi

Bila telinga terpapar oleh kebisingan mula-mula telinga akan merasa terganggu oleh kebisingan tersebut, tetapi lama-kelamaan telinga tidak merasa terganggu lagi karena suara terasa tidak begitu keras seperti pada awal pemaparan.

2. Peningkatan ambang dengar sementara Terjadi kenaikan ambang pendengaran sementara yang secara perlahanlahan akan kembali seperti

semula. Keadaan ini berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam bahkan sampai beberapa minggu setelah pemaparan. Kenaikan ambang pendengaran sementara ini mula-mula terjadi pada frekwensi 4000 Hz, tetapi bila pemeparan berlangsung lama maka kenaikan nilai ambang pendengaran sementara akan menyebar pada frekwensi sekitarnya. Makin tinggi intensitas dan lama waktu pemaparan makin besar perubahan nilai ambang pendengarannya. Respon tiap individu terhadap kebisingan tidak sama tergantung dari sensitivitas masing-masing individu.

30

Page 31: Pbl 2 Panca Indra

3. Peningkatan ambang dengar menetap Kenaikan terjadi setelah seseorang cukup lama terpapar kebisingan, terutama terjadi pada frekwensi

4000 Hz. Gangguan ini paling banyak ditemukan dan bersifat permanen, tidak dapat disembuhkan. Kenaikan ambang pendengaran yang menetap dapat terjadi setelah 3,5 sampai 20 tahun terjadi pemaparan, ada yang mengatakan baru setelah 10-15 tahun setelah terjadi pemaparan. Penderita mungkin tidak menyadari bahwa pendengarannya telah berkurang dan baru diketahui setelah dilakukan pemeriksaan audiogram.

Hilangnya pendengaran sementara akibat pemaparan bising biasanya sembuh setelah istirahat beberapa jam ( 1 – 2 jam ). Bising dengan intensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama ( 10 – 15 tahun ) akan menyebabkan robeknya sel-sel rambut organ Corti sampai terjadi destruksi total organ Corti. Proses ini belum jelas terjadinya, tetapi mungkin karena rangsangan bunyi yang berlebihan dalam waktu lama dapat mengakibatkan perubahan metabolisme dan vaskuler sehingga terjadi kerusakan degeneratif pada struktur sel-sel rambut organ Corti. Akibatnya terjadi kehilangan pendengaran yang permanen. Umumnya frekwensi pendengaran yang mengalami penurunan intensitas adalah antara 3000 – 6000 Hz dan kerusakan alat Corti untuk reseptor bunyi yang terberat terjadi pada frekwensi 4000 Hz (4 K notch).

KlasifikasiSecara umum efek kebisingan terhadap pendengaran dapat dibagi atas 2 kategori yaitu :

1. Noise Induced Temporary Threshold Shift ( NITTS ) 2. Noise Induced Permanent Threshold Shift ( NIPTS )

NOISE INDUCED TEMPORARY THRESHOLD SHIFT ( NITTS ) Seseorang yang pertama sekali terpapar suara bising akan mengalami berbagai perubahan, yang mula-

mula tampak adalah ambang pendengaran bertambah tinggi pada frekwensi tinggi. Pada gambaran audiometri tampak sebagai “notch“ yang curam pada frekwensi 4000 Hz, yang disebut juga acoustic notch.

Pada tingkat awal terjadi pergeseran ambang pendengaran yang bersifat sementara, yang disebut juga NITTS. Apabila beristirahat diluar lingkungan bising biasanya pendengaran dapat kembali normal.

NOISE INDUCED PERMANENT THRESHOLD SHIFT ( NIPTS ) Didalam praktek sehari-hari sering ditemukan kasus kehilangan pendengaran akibat suara bising, dan hal

ini disebut dengan “occupational hearing loss” atau kehilangan pendengaran karena pekerjaan atau nama lainnya ketulian akibat bising industri.

Dikatakan bahwa untuk merubah NITTS menjadi NIPTS diperlukan waktu bekerja dilingkungan bising selama 10 – 15 tahun, tetapi hal ini bergantung juga kepada :

1. tingkat suara bising 2. kepekaan seseorang terhadap suara bising

NIPTS biasanya terjadi disekitar frekwensi 4000 Hz dan perlahan-lahan meningkat dan menyebar ke frekwensi sekitarnya. NIPTS mula-mula tanpa keluhan, tetapi apabila sudah menyebar sampai ke frekwensi yang lebih rendah (2000 dan 3000 Hz) keluhan akan timbul. Pada mulanya seseorang akan mengalami kesulitan untuk mengadakan pembicaraan di tempat yang ramai, tetapi bila sudah menyebar ke frekwensi yang lebih rendah maka akan timbul kesulitan untuk mendengar suara yang sangat lemah.

PatofisiologiTuli akibat bising mempengaruhi organ Corti di koklea terutama sel-sel rambut. Daerah yang pertama

terkena adalah sel-sel rambut luar yang menunjukkan adanya degenerasi yang meningkat sesuai dengan intensitas dan lama paparan. Stereosilia pada sel-sel rambut luar menjadi kurang kaku sehingga mengurangi respon terhadap stimulasi. Dengan bertambahnya intensitas dan durasi paparan akan dijumpai lebih banyak kerusakan seperti hilangnya stereosilia. Daerah yang pertama kali terkena adalah daerah basal. Dengan hilangnya stereosilia, sel-sel rambut mati dan digantikan oleh jaringan parut. Semakin tinggi intensitas paparan bunyi, sel-sel rambut dalam dan sel-sel penunjang juga rusak. Dengan semakin luasnya kerusakan pada sel-sel rambut, dapat timbul degenerasi pada saraf yang juga dapat dijumpai di nukleus pendengaran pada batang otak.

Perubahan anatomi yang berhubungan dengan paparan bising Dari sudut makro mekanikal ketika gelombang suara lewat, membrana basilaris meregang sepanjang

sisi ligamentum spiralis, dimana bagian tengahnya tidak disokong. Pada daerah ini terjadi penyimpangan yang maksimal. Sel-sel penunjang disekitar sel rambut dalam juga sering mengalami kerusakan akibat paparan bising yang sangat kuat dan hal ini kemungkinan merupakan penyebab mengapa baris pertama sel rambut luar yang bagian atasnya bersinggungan dengan phalangeal process dari sel pilar luar dan dalam merupakan daerah yang paling sering rusak.

31

Page 32: Pbl 2 Panca Indra

Bagaimana energi mekanis ditransduksikan kedalam peristiwa intraseluler yang memacu pelepasan neurotransmitter? Saluran transduksi berada pada membran plasma pada masing-masing silia, baik didaerah tip atau sepanjang tangkai (shaft), yang dikontrol oleh tip links, yaitu jembatan kecil diantara silia bagian atas yang berhubungan satu sama lain.

Gerakan mekanis pada barisan yang paling atas membuka ke saluran menyebabkan influks K+dan Ca++dan menghasilkan depolarisasi membran plasma. Pergerakan daerah yang berlawanan akan menutup saluran serta menurunkan jumlah depolarisasi membran. Apabila depolarisasi mencapai titik kritis dapat memacu peristiwa intraseluler. Telah diketahui bahwa sel rambut luar memiliki sedikit afferen dan banyak efferen. Gerakan mekanis membrana basilaris merangsang sel rambut luar berkontraksi sehingga meningkatkan gerakan pada daerah stimulasi dan meningkatkan gerakan mekanis yang akan diteruskan ke sel rambut dalam dimana neurotransmisi terjadi. Kerusakan sel rambut luar mengurangi sensitifitas dari bagian koklea yang rusak. Kekakuan silia berhubungan dengan tip links yang dapat meluas ke daerah basal melalui lapisan kutikuler sel rambut.

Liberman dan Dodds (1987) memperlihatkan keadaan akut dan kronis pada awal kejadian dan kemudian pada stimulasi yang lebih tinggi, fraktur daerah basal dan hubungan dengan hilangnya sensitifitas saraf akibat bising. Fraktur daerah basal menyebabkan kematian sel.

Paparan bising dengan intensitas rendah menyebabkan kerusakan minimal silia, tanpa fraktur daerah basal atau kerusakan tip links yang luas. Tetapi suara dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan kerusakan tip links sehingga menyebabkan kerusakan yang berat, fraktur daerah basal dan perubahan-perubahan sel yang irreversibel. PERUBAHAN HISTOPATOLOGI TELINGA AKIBAT KEBISINGAN Lokasi dan perubahan histopatologi yang terjadi pada telinga akibat kebisingan adalah sebagai berikut :1. Kerusakan pada sel sensoris

a. degenerasi pada daerah basal dari duktus koklearis b. pembengkakan dan robekan dari sel-sel sensoris c. anoksia

2. Kerusakan pada stria vaskularis Suara dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan kerusakan stria vaskularis oleh karena

penurunan bahkan penghentian aliran darah pada stria vaskularis dan ligamen spiralis sesudah terjadi rangsangan suara dengan intensitas tinggi.

3. Kerusakan pada serabut saraf dan “nerve ending”Keadaan ini masih banyak dipertentangkan, tetapi pada umumnya kerusakan ini merupakan akibat

sekunder dari kerusakan-kerusakan sel-sel sensoris. 4. Hidrops endolimf

Manifestasi KlinisTuli akibat bising dapat mempengaruhi diskriminasi dalam berbicara (speech discrimination) dan fungsi sosial. Gangguan pada frekwensi tinggi dapat menyebabkan kesulitan dalam menerima dan membedakan bunyi konsonan. Bunyi dengan nada tinggi, seperti suara bayi menangis atau deringan telepon dapat tidak didengar sama sekali. Ketulian biasanya bilateral. Selain itu tinnitus merupakan gejala yang sering dikeluhkan dan akhirnya dapat mengganggu ketajaman pendengaran dan konsentrasi. Secara umum gambaran ketulian pada tuli akibat bising (noise induced hearing loss) adalah :

1. Bersifat sensorineural 2. Hampir selalu bilateral 3. Jarang menyebabkan tuli derajat sangat berat ( profound hearing loss ) Derajat ketulian berkisar antara 40

s/d 75 dB. 4. Apabila paparan bising dihentikan, tidak dijumpai lagi penurunan pendengaran yang signifikan. 5. Kerusakan telinga dalam mula-mula terjadi pada frekwensi 3000, 4000 dan 6000 Hz, dimana kerusakan

yang paling berat terjadi pada frekwensi 4000 Hz. 6. Dengan paparan bising yang konstan, ketulian pada frekwensi 3000, 4000 dan 6000 Hz akan mencapai

tingkat yang maksimal dalam 10 – 15 tahun.

Selain pengaruh terhadap pendengaran ( auditory ), bising yang berlebihan juga mempunyai pengaruh non auditory seperti pengaruh terhadap komunikasi wicara, gangguan konsentrasi, gangguan tidur sampai memicu stress akibat gangguan pendengaran yang terjadi.

32

Page 33: Pbl 2 Panca Indra

Diagnosis, PemeriksaanDiagnosisDidalam menegakkan diagnosis NIHL, ahli THT harus melakukan anamnesis yang teliti, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan audiologik.

Dari anamnesis Didapati riwayat penah bekerja atau sedang bekerja di lingkungan bising dalam jangka waktu yang cukup lama, biasanya lebih dari 5 tahun. Sedangkan pada pemeriksaan otoskopik tidak ditemukan kelainan.

Pada pemeriksaan tes penala tuli sensorineural (Ketulian timbul secara bertahap dalam jangka waktu bertahun-tahun, yang biasanya terjadi dalam 8 – 10 tahun pertama paparan) yang biasanya mengenai kedua telinga didapatkan hasil : Rinne positip, Weber lateralisasi ke telinga yang pendengarannya lebih baik Schwabach memendek

Pemeriksaan audiometri Nada murni didapatkan tuli sensorineural pada frekwensi tinggi ( umumnya 3000 – 6000 Hz ) dan pada frekwensi 4000 Hz sering terdapat takik ( notch ) yang patognomonik untuk jenis ketulian ini.

Sedangkan pemeriksaan Audiologi khusus seperti SISI (Short Increment Sensitivity Index), ABLB (Alternate Binaural Loudness Balance) dan Speech Audiometry menunjukkan adanya fenomena rekrutmen (recruitment) yang khas untuk tuli saraf

Untuk menegakkan diagnosis klinik dari ketulian yang disebabkan oleh bising dan hubungannya dengan pekerja, maka seorang dokter harus mempertimbangkan faktor-faktor berikut :

1. Riwayat timbulnya ketulian dan progresifitasnya. 2. Riwayat pekerjaan, jenis pekerjaan dan lamanya bekerja. 3. Riwayat penggunaan proteksi pendengaran. 4. Meneliti bising di tempat kerja, untuk menentukan intensitas dan durasi bising yang menyebabkan

ketulian. 5. Hasil pemeriksaan audiometri sebelum kerja dan berkala selama kerja. Pentingnya mengetahui tingkat

pendengaran awal para pekerja dengan melakukan pemeriksaan audiometri sebelum bekerja adalah bila audiogram menunjukkan ketulian, maka dapat diperkirakan berkurangnya pendengaran tersebut akibat kebisingan di tempat kerja.

6. Identifikasi penyebab untuk menyingkirkan penyebab ketulian non industrial seperti riwayat penggunaan obat-obat ototoksik atau riwayat penyakit sebelumnya.

Pemeriksaan PendengaranAlat-alat yang digunakan:

Lampu kepala Otoskopi Spekulum telinga Garpu talla

Tes berbisikPemeriksaan ini bersifat semi-kuantitatif, menentukan derajat ketulian secara kasar. Hal yang perlu diperhatikan ialah ruangan cukup tenang, dengan panjang minimal 6 meter. Pada nilai normal tes berbisik 5/6 – 6/6.

33

Page 34: Pbl 2 Panca Indra

Tes PenalaPemeriksaan ini merupakan tes kualitatif. Terdapat berbagai macam tes penala yaitu:

a. Tes Rinne Tujuan: untuk membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran melalui tulang pada telinga yang

diperiksa. Cara: garpu tala digetarkan dan tangkainya diletakkan di prosesus mastoideus. Setelah tidak terdengar

garpu tala dipegang di depan telinga kira-kira 2,5 cm. Bila masih terdengar disebut Rinne (+), bila tidak terdengar disebut Rinne (-). Dalam keadaan normal hantaran melalui udara lebih panjang daripada hantaran tulang.

b. Tes Weber Tujuan: untuk membandingkan hantaran tulang telinga kiri dengan telinga kanan. Cara: garpu tala digetarkan dan tangkai garpu tala diletakkan di garis tengah dahi atau kepala. Bila

bunyi terdengar lebih keras pada salah satu telinga disebut lateralisasi ke telinga tersebut. Bila terdengar sama atau tidak terdengar disebut tidak ada lateralisasi. Bila pada telinga yang sakit (lateralisasi pada telinga yang sakit) berarti terdapat tuli konduktif pada telinga tersebut,bila sebaliknya (lateralisasi pada telinga yang sehat) berarti pada telinga yang sakit terdapat tuli saraf.

34

Page 35: Pbl 2 Panca Indra

Tes Schwabach Tujuan: membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa dengan pemeriksa yang

pendengarannya normal. Cara: garpu tala digetarkan dan tangkai garpu tala diletakkan pada prosesus mastoideus sampai tidak

terdengar bunyi kemudian dipindahkan ke prosesus mastoideus pemeriksa yang pendengarannya dianggap normal. Bila masih dapat mendengar disebut memendek atau tuli saraf, bila pemeriksa tidak dapat mendengar, pemeriksaan diulang dengan cara sebaliknya. Bila pasien masih mendengar, disebut memanjang atau terdapat tuli konduktif. Jika kira-kira sama mendengarnya disebut sama dengan pemeriksa.

Tes Rinne Tes Weber Tes Schwabach DiagnosisPositif

Negatif

Positif

Tidak ada lateralisasi

Lateralisasi ke telinga yang sakit

Lateralisasi ke telinga yang sehat

Sama dengan pemeriksa

Memanjang

Memendek

Normal

Tuli konduktif

Tuli sensorineural

Catatan: Pada tuli konduktif <30 dB, Rinne bisa masih positif

Tes AudiometriAudiometri nada murni

Pemeriksaan audiometri nada murni didapatkan tuli sensorineural pada frekwensi tinggi (umumnya 3000 – 6000 Hz) dan pada frekwensi 4000 Hz sering terdapat takik (notch) yang patognomonik untuk jenis ketulian ini. Pada pemeriksaan audiometri nada murni terdapat kesan tuli sensorineural. Pada pemeriksaan audiometri nada murni perlu dipahami hal-hal seperti ini, nada murni, bising NB (narrow band) dan WN (white noise), frekuensi, intensitas bunyi, ambang dengar, nilai nol audiometrik, standar ISO dan ASA, notasi pada audiogram, jenis dan derajat ketulian serta gap dan masking.

Untuk membuat audigram diperlukan alat audiometri. Bagian dari audiometri tombol pengatur intensitas bunyi, tombol pengatur frekuensi, headphone untuk memeriksa AC (air conductor)/ hantaran udara, bone conductor untuk memeriksa BC (hantaran tulang).

Nada murni (pure tone): merupakan bunyi yang hanya mempunyai satu frekuensi, dinyatakan dalam jumlah getaran per detik.

Untuk pemeriksaan audiogram, dipakai grafik AC yaitu dibuat dengan garis lurus penuh (intensitas yang diperiksa antara 125 – 8000 Hz) dan grafik BC yaitu dibuat dengan garis terputus-putus (intensitas yang diperiksa 250 – 4000 Hz). Untuk telinga kiri dipakai warna biru, sedangkan telinga kanan warna merah.

35

Page 36: Pbl 2 Panca Indra

Audiologi khususUntuk membedakan tuli kokea dan retrokoklea :A. Audiologi khusus, hal yang perlu dipahami :

Rekrutmen : suatu fenonema , terjadinya peningkatan sensibilitas pendengaran yang berlebihan diatas ambang dengar . Khas pada tuli kokleaKet : pada pasien tuli koklea,pasien ini dapat membedakan bunyi 1 dB , sedangkan orang normal baru dapat membedakan bunyi setelah 5 dB. pada orangtua bila mendengar suara berlahan ia tidak dapat mendengar tapi jika mendengar suara keras dirasikannya nyeri pada telinga.

Kelelahan : merupakan adaptasi abnormal . Khas pada tuli retrocokhlear, saraf pendenaran akan merasa lelah jika dirangsang terus menerus dan akan kembali pulih jika beristirahat.

1. TES SISI ( short increment sensitivity indek ) Untuk memeriksa tuli koklea dengan memanfaatkan fenonema rekrutmen.

2. Tes ABLB (alternate binaural loudness balance) Cara : diberikan intensitas bunyi tertentu pada frekuensi yang sama pada kedua telinga, sampai kedua

telinga mencapai persepsi yang sama, yangdisebut balance negatif, bila balans tercapai terdapat rekuretmen positif .

3. Tes kelelahan (tone decay) 4. Audiometri tutur (Speech Audiometry)

Pada pemeriksaan ini digunakan kata-kata yang telah disusun oleh silabus. pasien diminta untuk mengulangi kata-kata yang didengar melalui kaset tape recorder, pada tipe koklea pasien sulit membedakan bunyi S,R,N,C,H,CH.sedangkan pada tuli retrokoklear lebih sulit lagi.

5. Audiometri bekessyPemeriksaan adalah dengan menggunakan nada terputus- putus dan terus menerus, bila ada suara

masuk pasien memencet tombolHasil :

Tipe I : normalNada terputus dan terus menerus ( continue berimpit )

Tipe II : tuli perseptif kokleaNada terputus dan terus-menerus berimpit hanya frekuensi 1000Hz

Tipe III: tuli perseptif retrokohleaNada terputus dan terus-menerus berpisah.

B. Audiologi ObjektifPada pemeriksaan ini pasien tidak harus bereaksi. Jenis audiometri objektif :

- Audiometri impedansiPada pemeriksaan ini diperiksa kelenturan membran timpani dengan tekanan tertentu pada meatus

acusticus externus. Jika lesi dikoklea ambang rangsang refleks stapedius menurun, sedangkan pada lesi si retrocoklear ambang itu naik.

- Elektrokokleografi - Evoked response audiometry. Dikenal dengan BERA (brainstem evoke pesponse audiometri) yaitu suatu

pemeriksaan untuk menilai fungsi pendengaran dan fungsi N.VIII. Prinsip : menilai perubahan potensial listrik diotak setelah perangsangan sensorik berupa bunyi. Pemeriksaan ini bermanfaat terutama pada keadaan yang tidak mungkin dilakukan pemerikasaan pendengaran biasa seperti pada bayi, anak dengan gangguan sifat dan tingkah laku, intelegensi rendah, cacat ganda dan kesadaran menurun

Penatalaksanaan Dipindahkan kerjanya dari lingkungan bising. Bila tidak, dapat dipergunakan alat pelindung telinga (ear plug, ear muff dan helmet). Karena menetap dan sulit berkomunikasi maka dapat dicoba pemasangan alat bantu dengar/ ABD

(hearing aid). Bila pendengarannya sedemikian buruk sehingga ABD pun tidak maka perlu psikoterapi untuk

menerima keadaannya. Latihan pendengaran, membaca ucapan bibir, mimic dan gerakan anggota badan. Rehabilitasi suara karena pasien mendengar suaranya sendiri sangat lemah sehingga pasien dapat

mengendalikan volume tinggi rendah dan irama percakapan.

36

Page 37: Pbl 2 Panca Indra

PencegahanBising dengan intensitas lebih dari 85 dB dalam waktu tertentu dapat mengakibatkan ketulian, oleh

karena itu bising lingkungan kerja harus diusahakan lebih rendah dari 85 dB. Hal ini dapat diusahakan dengan cara :

1. Meredam sumber bunyi, misalnya yang berasal dari generator dipisah dengan menempatkannya di suatu rungan yang dapat meredam bunyi.

2. Jika bising ditimbulkan oleh alat-alat seperti mesin tenun, mesin pengerolaan baja, kilang minyak atau bising yang ditimbulkan sendiri oleh pekerja seperti ditempat penempaan logam, maka pekerja tersebut yang harus dilindungi dengan alat pelindung bising seperti sumbat telinga, tutup telinga dan pelindung kepala. Tutup telinga member proteksi yang lebih baik daripada sumbat telinga, sedangkan helm selain pelindung telinga sekaligus sebagai pelindung kepala.

Pekerja yang menjadi tuli akibat terpajan bising di lingkungan kerjanya berhak mendapat santunan. Selain alat pelindung telinga terhadap bising dapat juga diikuti ketentuan pekerja di lingkungan bising yang berintensitas lebih dari 85 dB tanpa menimbulkan ketulian, misalnya dengan menggunakan table di bawah ini,

Batas pajanan bising yang diperkenankan sesuai keputusan Menteri Tenaga Kerja 1999

Lama pajan/hari Intensitas dalam dBJam 24 80

16 828 854 882 911 94

Menit 30 9715 1007,50 1033,75 1061,88 1090,94 112

Detik 28,12 11514,06 1187,03 1213,52 1241,76 1270,88 1300,44 1330,22 1360,11 139

Tidak boleh terpajan lebih dari 140 dB, walau sesaatSemua usaha pencegahan akan lebih berhasil bila diterapkan Program Konservasi Pendengaran (PKP)

yang bertujuan untuk mencegah atau mengurangi tenaga kerja dari kerusakan atau kehilangan pendengaran akibat kebisingan di tempat kerja, tujuan lain adalah mengetahui status kesehatan pendengaran tenaga kerja yang terpajan bising berdasarkan data-data. Untuk mencapai keberhasilan program konservasi pendengaran, diperlukan pengetahuan tentang seluk beluk pemeriksaan audiometri, kemampuan dan keterampilan pelaksana pemeriksaan audiometric, kondisi audiometer dan penilaian hasil audiogram.Aktivitas Program Konservasi Pendengaran antara lain adalah :

1. Melakukan identifikasi sumber biding melalui survey kebisingan di tempat kerja (walk through survey)2. Melakukan analisis kebisingan dengan mengukur kebisingan menggunakan Sound Level Meter (SLM)

atau, Octave Band AnalyzerSOUND LEVEL METER ( SLM )

SLM adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur tingkat kebisingan, yang terdiri dari mikrofon, amplifier, sirkuit “attenuator” dan beberapa alat lainnya. Alat ini mengukur kebisingan antara 30 – 130 dB dan dari frekwensi 20 – 20.000Hz. SLM dibuat berdasarkan standar ANSI

37

Page 38: Pbl 2 Panca Indra

( American National Standard Institute ) tahun 1977 dan dilengkapi dengan alat pengukur 3 macam frekwensi yaitu A, B dan C yang menentukan secara kasar frekwensi bising tersebut.

Jaringan frekwensi A mendekati frekwensi karakteristik respon telinga untuk suara rendah yang kira-kira dibawah 55 dB . Jaringan frekwensi B dimaksudkan mendekati reaksi telinga untuk batas antara 55 – 85 dB. Sedangkan jaringan frekwensi C berhubungan dengan reaksi telinga untuk batas diatas 85 dB.

3. Melakukan control kebisingan dengan berbagai cara peredaman bising4. Melakukan tes Audiometri secara berkala pada pekerja yang beresiko5. Menerapkan sistem komunikasi, informasi dan edukasi6. Menerapkan penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) secara ketat

Beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan alat pelindung telinga : a. Kecocokan; alat pelindung telinga tidak akan memberikan perlindungan bila tidak dapat menutupi

liang telinga rapat-rapat. b. Nyaman dipakai; tenaga kerja tidak akan menggunakan APD ini bila tidak nyaman dipakai. c. Penyuluhan khusus, terutama tentang cara memakai dan merawat APD tersebut. Jenis-jenis alat pelindung telinga : 1. Sumbat telinga (earplugs/insert device/aural insert protector). Dimasukkan ke dalam liang telinga

sampai menutup rapat sehingga suara tidak mencapai membran timpani. Beberapa tipe sumbat telinga : a. formable type b. custom-molded type c. premolded type Sumbat telinga bisa mengurangi bising s/d 30 dB lebih.

2. Tutup telinga (earmuff/protective caps/circumaural protectors). Menutupi seluruh telinga eksternal dan dipergunakan untuk mengurangi bising s/d 40- 50 dB frekuensi 100 - 8000 Hz.

3. Helmet/ enclosure Menutupi seluruh kepala dan digunakan untuk mengurangi maksimum 35 dBA pada 250 Hz sampai 50 dpada frekuensi tinggi Pemilihan alat pelindung telinga : 1. Earplug bila bising antara 85 - 200 dBA 2. Earmuff bila di atas 100 dBA 3. Kemudahan pemakaian, biaya, kemudahan membersihkan dan kenyamanan

Pedoman yang sering digunakan adalah sebagai berikut : TWA/dBA Pemakaian APD pemilihan APD<85 Tidak wajib perlu Bebas memilih85-89 Optional Bebas memilih90-94 Wajib Bebas memilih95-99 Wajib Pilihan terbatas>100 Wajib Pilihan sangat terbatas

APD ini harus tersedia di tempat kerja tanpa harus membebani pekerja dari segi biaya, perusahaan harus me-nyediakan APD ini. Cara terbaik sebenarnya bukan penggunaan APD tetapi pengendalian secara teknis pada sumber suara.

7. Melakukan pencatatan dan pelaporan data.

PrognosisOleh karena jenis ketulian akibat terpapar bising adalah tuli sensorineural koklea yang sifatnya

menetap (irreversibel), dan tidak dapat diobati dengan obat maupun pembedahan, maka prognosisnya kurang baik. Oleh karena itu yang terpenting adalah pencegahan terjadinya ketulian. Meskipun demikian dapat juga memakai alat bantu dengar untuk menaikkan intensitas suara.

Pada anak yang menderita SNHL yang memperoleh penanganan yang baik ,mereka akan mampu bersosialisi dan berkerja dengan baik seperti orang pada umumnya.

Adam G.L., Boies L.R., Highler P.A. 1997Harnita N. 1995

Oetomo A, Suyitno S. 1993Soetirto I, Bashiruddin J. 2001

38

Page 39: Pbl 2 Panca Indra

Soetirto I. 1990

Mampu Memahami dan Menjelaskan Menjaga Kesehatan Indera Pendengaran menurut Islam

Ketahuilah mata kita, Allah ciptakan untuk dapat melihat kebenaran. Telinga kita, Allah ciptakan untuk dapat mendengarkan kebenaran. Dan akal kita, Allah ciptakan untuk memikirkan dan memahami penjelasan dari apa yang kita lihat maupun kita dengar.

Apabila seseorang melihat kebenaran dengan matanya, mendengar kebenaran dengan telinganya, kemudian ia tahu dan paham (dengan menggunakan akalnya) bahwa hal tersebut adalah kebenaran, akan tetapi hatinya malah mendustakan. Maka pantas kita sebut orang ini buta, tuli dan bodoh. Sekalipun matanya, telinganya dan akalnya berfungsi tapi karena hatinya tidak membenarkan apa yang dipersaksikan mata, telinga dan akalnya, maka sia-sialah fungsi dari ketiga hal tersebut.

Oleh karenanya, orang yang demikian lebih jelek dari pada binatang ternak. Benar, binatang ternak punya mata, telinga, akal (yang sangat terbatas). Maka tidak salah jika perbuatan mereka tidak dikontrol. Tapi manusia? mereka memiliki akal yang sempurna untuk memikirkan, hati untuk memutuskan, mengapa tidak mempergunakannya?! benarlah firmannya:

�يال� ب س� �ض�ل أ ه�م �ل ب � ع�ام ن� �األ ك �ال� إ ه�م �ن إ �ع ق�ل�ون� ي و

� أ م�ع�ون� �س ي ه�م �ر� ث ك� أ �ن� أ �ح س�ب� ت �م أ

“Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka* itu mendengar atau memahami. mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).” (al-furqaan: 44) *yaitu orang kafir secara khusus dan orang sesat secara umum, Mengapa?Allah berfirman:

�ه�ا ب �ف ق�ه�ون� ي ال� ق�ل�وب* �ه�م ل“Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (kebenaran)”

�ه�ا ب ون� ص�ر� �ب ي ال� �ن* ع ي� أ �ه�م و�ل

“Dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (kebenaran, dan tanda-tanda kekuasaan allah lainnya),:

�ه�ا ب م�ع�ون� �س ي ال� آذ�ان* �ه�م و�ل“Dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (kebenaran).”

غ�اف�ل�ون� ال ه�م� �ك� �8ئ �ول أ �ض�ل أ ه�م �ل ب � ع�ام ن� �األ ك �ك� �8ئ �ول أ

“Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka itulah orang-orang yang lalai.” (al-a’raaf: 179)

dalam ayat lain allah berfirman:�ات� �آي ب �ج ح�د�ون� ي �وا �ان ك �ذ إ ء= ي ش� مAن �ه�م �د�ت ف ئ

� أ و�ال� ه�م ص�ار� �ب أ و�ال� م ع�ه�م س� ه�م ع�ن �ى8 �غ ن أ ف�م�ا �د�ة� ف ئ� و�أ ا ص�ار� �ب و�أ م ع�ا س� �ه�م ل �ا ن و�ج�ع�ل

�ون� �ه ز�ئ ت �س ي �ه� ب �وا �ان ك م�ا �ه�م ب و�ح�اق� �ه� الل“Dan kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan dan hati; tetapi pendengaran, penglihatan dan hati mereka itu tidak berguna sedikit juapun bagi mereka, karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat allah dan mereka telah diliputi oleh siksa yang dahulu selalu mereka memperolok-olokkannya.” (al-ahqaf: 26)Allah berfirman:

ون� �ر� ك �ش ت �م �ك �ع�ل ل �د�ة� �ف ئ و�األ ص�ار� �ب و�األ م ع� الس� �م� �ك ل و�ج�ع�ل� �ا ئ ي ش� �ع ل�م�ون� ت ال� �م �ك م�ه�ات� أ �ط�ون� ب مAن �م ج�ك خ ر�

� أ �ه� و�الل“Dan allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (an-nahl: 78)Allah berfirman:

ون� �ر� ك �ش ت م�ا �يال� ق�ل �د�ة� �ف ئ و�األ ص�ار� �ب و�األ م ع� الس� �م� �ك ل �و�ج�ع�ل�“Kemudian dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-nya dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.” (as sajdah: 9)Allah berfirman:

ون� �ر� ك �ش ت م�ا �يال� ق�ل �د�ة� �ف ئ و�األ ص�ار� �ب و�األ م ع� الس� �م� �ك ل و�ج�ع�ل� �م ك� أ �نش� أ �ذ�ي ال ه�و� ق�ل

katakanlah: “Dialah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati”. (tetapi) amat sedikit kamu bersyukur. (al-mulk: 23)

Janganlah gunakan matamu dalam hal-hal yang baathil (seperti melihat aurat, membaca buku yang penuh dengan kesesatan, kekufuran dan kebid’ahan), sehingga menghalangimu untuk melihat kebenaran yang sedemikian terangnya.

Jangan gunakan juga telingamu dalam hal-hal yang baathil (seperti mendengarkan ghibah, mendengarkan musik, mendengarkan ceramah-ceramah kesesatan, kekufuran, kesyirikan maupun kebid’ahan). Sehingga menghalangimu untuk mendengarkan kebenaran yang sedemikian jelasnya.

39

Page 40: Pbl 2 Panca Indra

Jangan gunakan akalmu dalam perkara yang baathil, yang mana justru akan menjadikannya tidak berfungsi lagi. Akan tetapi gunakanlah akalmu untuk memikirkan dan memahami kebenaran. Janganlah engkau melebihkan akal dari kapasitasnya yaitu mendahulukannya daripada syari’at, sehingga engkau menjadikan akal sebagai hakim, sehingga engkau lebih merasa puas dengan ketetapan akalmu, daripada ketetapan allah dan rasulnya

Jangan pula jadikan hawa nafsumu menguasai hatimu, sehingga menjadikan hatimu menolak kebenaran yang telah jelas bagimu, hingga menyebabkan dirimu pun binasa. Beruntunglah mereka yang mempergunakan akal, telinga, mata dan hati mereka.

Abu Zuhriy Rikiy. 2012

40

Page 41: Pbl 2 Panca Indra

Daftar Pustaka

Abu Zuhriy Rikiy Dzulkifli bin Iwan Al-Ghåråntaliy. 2012. Hakikat fungsi mata, telinga, akal dan hati diunduh pada : http://abuzuhriy.com/?p=2972

Adam G.L., Boies L.R., Highler P.A., BOIES Buku Ajar Penyakit THT (BOIES Fundamentals of Otalaryngology). Edisi 6. 1997. Balai Penerbitan Buku Kedokteran. Jakarta : EGC

 Brunner & Sudath . 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Buku II Edisi 9, AlihBahasa : Agung Waluyo dkk. EGC. Jakarta

Corwin, Elizabeth J, 2000, Buku saku patofisiologi, EGC Jakarta

Efiaty Arsyad Soepardi, Nurbaiti Iskandar. 2006. Buku Ajar Ilmu THT. Penyakit Telinga Luar. Edisi 6. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Hadjar E. Gangguan keseimbangan dan kelumpuhan nervus fasial.Dalam : Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu penyakit THT. Edisi ke-3. Jakarta : Balai Penerbit FK UI, 1990. h. 75-7.

Harnita N. Pengaruh suara bising pada pendengaran karyawan pabrik gula Sei Semayang di kabupaten Deli Serdang. Skripsi. Bagian THT FK USU. 1995.

Heggins II ,J. The effects of industrial noise on hearing. http://hubel. sfasu.edu/courseinfo/SL98/hearing.html

Leeson, Leeson, Paparo. 1996. Buku Ajar Histologi Ed V ab. Yan Tambayong dkk. Jakarta : EGC

Mahdi, Sedjawidada R. Prosedur penetuan persentase ketulian akibat bising industri. Disampaikan pada PIT Perhati, Bukit Tinggi, 28-30 Oktober,1993.

Mansjoer, Arief dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta : Media Aesculapius

Oedono RMT. Penatalaksanaan penyakit akibat lingkungan kerja dibidang THT. Disampaikan pada PIT Perhati, Batu-Malang, 27-29 Oktober, 1996. Brookhouser PE, Worthington DW, Kelly WJ. Noise-induced hearing loss. http://www.uchsc.edu/sm/pmb/envh/noise.htm

Oetomo A, Suyitno S. Studi kasus gangguan pendengaran akibat bising di beberapa pabrik di kota Semarang. Disampaikan pada PIT Perhati, Bukit Tinggi, 28-30 Oktober,1993.

Sherwood, Laurelee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta : EGC

Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta : EGC

Soetirto I, Bashiruddin J. Gangguan pendengaran akibat bising. Disampaikan pada Simposium Penyakit THT Akibat Hubungan Kerja & Cacat Akibat Kecelakaan Kerja, Jakarta, 2 Juni, 2001.

Soetirto I. Tuli akibat bising (Noise Induced Hearing Loss). Dalam : Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu penyakit THT. Edisi ke-3. Jakarta : Balai Penerbit FK-I,1990.h.37-9

Stach BA. Clinical audiology an introduction. San Diego : Singular Publishing Group Inc, 1998. h.137-41. Rabinowitz PM.Noise-induced hearing loss.http://www.findarticles.com/cf_0/m3225/9_61/62829109/print.jhtml

Tedjo Oedono R M. Penatalaksanaan Penyakit Akibat Lingkungan Kerja Di bidang THT. KONAS PERHATI VII, .Malang 1996 : 91 –111

41