Panca Indra 1

70
PUTRI MAULINA (1102012217) Sasaran Belajar LI. 1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Mata LO. 1.1. Makroskopis Mata LO. 1.2. Mikroskopis Mata LI. 2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Penglihatan LI. 3. Memahami dan Menjelaskan Konjungtivitis a. Menjelaskan Definisi Konjungtivitis b. Menjelaskan Epidemiologi Konjungtivitis c. Menjelaskan Etiologi Konjungtivitis d. Menjelaskan Klasifikasi Konjungtivitis e. Menjelaskan Patofisiologi Konjungtivitis f. Menjelaskan Manifestasi Klinis Konjungtivitis g. Menjelaskan Diagnosis, Diagnosis Banding, PF dan PP Konjungtivitis h. Menjelaskan Penatalaksanaan dan Pencegahan Konjungtivitis i. Menjelaskan Komplikasi Konjungtivitis j. Menjelaskan Prognosis Konjungtivitis LI. 4. Memahami dan Menjelaskan Menjaga Pandangan dalam Ajaran Islam Skenario 1 | B 13 1

description

skenario 1 blok panca indera

Transcript of Panca Indra 1

Page 1: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

Sasaran Belajar

LI. 1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Mata

LO. 1.1. Makroskopis Mata

LO. 1.2. Mikroskopis Mata

LI. 2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Penglihatan

LI. 3. Memahami dan Menjelaskan Konjungtivitis

a. Menjelaskan Definisi Konjungtivitisb. Menjelaskan Epidemiologi Konjungtivitisc. Menjelaskan Etiologi Konjungtivitisd. Menjelaskan Klasifikasi Konjungtivitise. Menjelaskan Patofisiologi Konjungtivitisf. Menjelaskan Manifestasi Klinis Konjungtivitisg. Menjelaskan Diagnosis, Diagnosis Banding, PF dan PP Konjungtivitish. Menjelaskan Penatalaksanaan dan Pencegahan Konjungtivitisi. Menjelaskan Komplikasi Konjungtivitisj. Menjelaskan Prognosis Konjungtivitis

LI. 4. Memahami dan Menjelaskan Menjaga Pandangan dalam Ajaran Islam

| B 13 1

Page 2: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

LI. 1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Mata

LO. 1.1. Makroskopis Mata

| B 13 2

Page 3: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

1. Sklera

Sklera dikenal juga sebagai putih mata, merupakan 5/6 dinding luar bola mata dengan ketebalan sekitar 1 mm. Sklera mempunyai struktur jaringan fibrosa yang kuat sehingga mampu mempertahankan bentuk bola mata dan mempertahankan jaringan-jaringan halus pada mata. Pada anak-anak, sklera akan terlihat berwarna biru sedangkan pada orang dewasa akan terlihat seperti warna kuning.

2. Konjungtiva

Konjungtiva adalah membrana mukosa (selaput lendir) yang melapisi kelopak & melipat ke bola mata untuk melapisi bagian depan bola mata sampai limbus. Konjungtiva ada 2, yaitu konjungtiva palpebra (melapisi kelopak) dan konjungtiva bulbi (menutupi bagian depan bola mata). Fungsi konjungtiva: memberikan perlindungan pada sklera dan memberi pelumasan pada bola mata. Konjungtiva mengandung banyak sekali pembuluh darah.

3. Kornea

Kornea adalah jaringan bening, avaskular, yang membentuk 1/6 bagian depan bola mata, dan mempunyai diameter 11mm. Kornea merupakan kelanjutan dari sklera.

4. Lensa

Lensa terletak di depan badan kaca dan di belakang iris. Merupakan bangunan lunak, bening, dan bikonveks (cembung), yang dilapisi oleh kapsul tipis yang homogen.Titik pusat permukan anterior dan posterior disebut polus anterior & polus posterior, garis yg melewati kedua polus disebut sumbu (aksis).Lensa dibungkus suatu kapsul, yang merupakan membran bening yg menutup lensa dengan erat dan tebal pada permukaan anterior.Fungsi dari kapsul ini adalah untuk mengubah bentuk lensa dan melindungi dr badan kaca dan humor akuos. Lensa berperan penting pd pembiasan cahaya.

5. Iris

Iris terdiri dari otot polos yang tersusun sirkuler dan radier. Otot sirkuler bila kontraksi akan mengecilkan pupil, dirangsang oleh cahaya sehingga melindungi retina terhadap cahaya yang sangat kuat. Otot radier dari tepi pupil, bila kontraksi menyebabkan dilatasi pupil. Bila cahaya lemah, otot radier akan kontraksi, shg pupil dilatasi utk memasukkan cahaya lebih banyak. Fungsi iris: mengatur jml cahaya yang masuk ke mata dan dikendalikan oleh saraf otonom.

6. Badan siliar

Badan siliar menghubungkan koroid dengan iris.Tersusun dalam lipatan-lipatan yang berjalan radier ke dalam, menyusun prosesus siliaris yang mengelilingi tepi lensa.Prosesus ini banyak mengandung pembuluh darah dan saraf. Badan siliaris ini berfungsi untuk menghasilkan aquous humour.

7. Koroid

Koroid adalah membran berwarna coklat, yang melapisi permukaan dalam sklera.Koroid mengandung banyak pembuluh darah dan sel-sel pigmen yang memberi warna gelap. Fungsi koroid: memberi nutrisi ke retina dan badan kaca, dan mencegah refleksi internal cahaya.

8. Vitreous Humour dan Aquous Humour

Tekanan mata dipengaruhi tekanan vitreous humour pada posterior mata dan aquous humour yang mengisi kamera anterior (bilik depan). Normalnya volume vitreous humour (badan kaca) adalah tetap.

9. Aquous humour

| B 13 3

Page 4: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

Cairan ini bertanggung jawab mengatur tekanan intraokuler. Perubahan kecepatan masuknya aquous humour ke dalam mata dari prosesus siliaris atau kecepatan keluarnya humor akuos dari sudut filtrasi akan mempengaruhi tekanan intraokuler.

10. Vitreous Humour (Badan Kaca)

Merupakan jaringan albuminosa setengah cair yang bening, yang mengisi ruang antara lensa dan retina.Cairan ini mengisi 4/5 bagian belakang bola mata dan mempertahankan bentuk bola mata serta mempertahankan retina untuk mengadakan aposisi dg koroid.Badan kaca tidak mengandung pembuluh darah dan hanya mendapat nutrisi dari jaringan sekitarnya.

11. Retina

Retina merupakan lapisan paling dalam pada mata, merupakan lapisan penerima cahaya.Retina terdiri dari membran lunak, rapuh, tipis. Tebal dari 0,4 mm dekat masuknya saraf optikus smpai 0,1 mm pada orra serata. Warna merah ungu karena adanya rodopsin.Retina mempunyai bintik kuning (makula lutea).Elemen peka cahaya mengandung sel-sel batang dan kerucut.

Sel batang untuk intensitas cahaya rendah, sedangkan sel kerucut digunakan pada penglihatan cahaya terang untuk penglihatan warna.Letak di pusat retina. Sistemnya adalah dengan mengubah rangsang cahaya mjd impuls listrik yang berjalan sepanjang serabut saraf sensoris menuju pusat penglihatan di otak

Otot-Otot Penggantung Bola Mata

 

Perdarahan

Mata mendapat pasokan darah dari arteri oftalmika (cabang dari arteri karotis interna) melalui arteri retina, arteri siliaris, dan arteri muskularis.Sirkulasi konjungtiva beranastomosis di anterior dengan cabang-cabang dari arteri karotis eksterna.

Saraf optik anterior mendapat pasokan darah dari cabang-cabang dari arteri siliaris.Retina mendapat pasokan darah dari cabang arteriol dari arteri retina sentral.Fovea sangat tipis sehingga tidak membutuhkan pasokan dari sirkulasi retina.Fovea mendapat darah secara tidak langsung, seperti juga lapisan luar retina, oleh difusi oksigen dan metabolit dari koroid melewati epitel pigmen retina.

Persarafan

Saraf yang bertangung jawab terhadap mata manusia adalah saraf optikus (Nervus II).Bagian mata yang mengandung saraf optikus adalah retina.Saraf optikus adalah kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visual dari retina ke otak.

| B 13 4

Page 5: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

Sedangkan saraf yang menggerakkan otot bola mata adalah saraf okulomotoris (Nervus III), saraf ini bertanggungjawab terhadap pergerakan bola mata, membuka kelopak mata, dan mengatur konstraksi pupil mata.

Saraf lainnya yang mempengaruhi fungsi mata adalah saraf lakrimalis yang merangsang dalam pembentukan air mata oleh kelenjar air mata.Kelenjar Lakrimalis terletak di puncak tepi luar dari mata kiri dan kanan dan menghasilkan air mata yang encer.

Tambahan

1) Nervus III

Saraf ini memasuki sinus kavernosus pada dinding lateral dan memasuki orbita melalui fissura orbita superior. Nukleusnya terletak di tengah.

2) Nervus IV

Saraf keempat memasuki orbita melalui fissura orbita superior.Nukleusnya terletak di otak tengah.

3) Nervus VI

Saraf ini memasuki orbita melalui fissura orbita superior.Nukleusnya terletak di pons.

LO. 1.2. Mikroskopis Mata

Dinding bola mata disusun oleh 3 tunika (lapisan) (Gb-1 dan Gb-2) yaitu:

A. Tunika fibrosa (lapis sklera-kornea) merupakan lapisan luar bola mata terdiri atas sklera dan kornea.

| B 13 5

Page 6: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

B. Tunika vaskularis (lapis uvea) merupakan lapisan tengah bola mata terdiri atas khoroid, badan siliaris dan iris.

C. Tunika neuralis (lapis retina) merupakan lapisan dalam bola mata terdiri atas retina.

A. TUNIKA FIBROSA (LAPISAN SKLERA-KORNEA) (Gb-1)

Tunika fibrosa membentuk sebuah kapsula fibroelastik yang kokoh penyokong bola mata. Lapis fibrosa ini dibagi menjadi dua bagian yaitu sclera dan kornea. Sklera merupakan bagian yang putih melingkupi lima-perenam bagian bola mata dan terletak di sebelah belakang, sementara kornea merupakan bagian yang jernih dan transparan melingkupi seperenam depan bola mata. Tempat sambungan sklera dan kornea dikenal dengan nama limbus.

SKLERA (Gk. sclera, keras) (Gb-3)

Sklera merupakan bagian bola mata yang putih seolah-olah tidak mengandung pembuluh darah. Sklera disusun oleh serat-serat kolagen tipe 1 yang diselang-selingi oleh jala-jala serat elastin. Susunan seperti ini membentuk struktur bola mata yang kokoh, disokong oleh tekanan intraokular yang berasal dari humor akwaeus yang terletak di sebelah depan lensa dan badan vitreus yang terletak di belakang lensa. Di bagian belakang sklera ditembus oleh serat-serat saraf optik pada lamina kribrosa (Gb-1). Sklera mengandung pembuluh darah terutama pada limbus (tempat pertautan sklera dan kornea).

KORNEA (Gb-4)

Kornea merupakan bagian tunika fibrosa yang transparan, tidak mengandung pembuluh darah, dan kaya akan ujung-ujung serat saraf. Kornea berasal dari penonjolan tunika fibrosa ke sebelah depan bola mata. Secara histologik kornea terdiri atas 5 lapisan yaitu:

1. Epitel kornea

merupakan lanjutan dari konjungtiva disusun oleh epitel gepeng berlapis tanpa lapisan

tanduk. Lapisan ini merupakan lapisan kornea terluar yang langsung kontak dengan

dunia luar dan terdiri atas 7 lapis sel. Epitel kornea ini mengandung banyak ujung-

ujung serat saraf bebas. Sel-sel yang terletak di permukaan cepat menjadi aus dan

digantikan oleh sel-sel yang terletak di bawahnya yang bermigrasi dengan cepat.

2. Membran Bowman

merupakan lapisan fibrosa yang terletak di bawah epitel tersusun dari serat kolagen

tipe 1.

3. Stroma kornea

merupakan lapisan kornea yang paling tebal tersusun dari serat-serat kolagen tipe 1

yang berjalan secara paralel membentuk lamel kolagen. Sel-sel fibroblas terletak di

antara serat-serat kolagen.

4. Membran Descemet

merupakan membran dasar yang tebal tersusun dari serat-serat kolagen.

| B 13 6

Page 7: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

5. Endotel kornea

Lapisan ini merupakan lapisan kornea yang paling dalam tersusun dari epitel selapis

gepeng atau kuboid rendah. Sel-sel ini mensintesa protein yang mungkin diperlukan

untuk memelihara membran Descement. Sel-sel ini mempunyai banyak vesikel dan

dinding selnya mempunyai pompa natrium yang akan mengeluarkan kelebihan ion-ion

natrium ke dalam kamera okuli anterior. Ion-ion klorida dan air akan mengikuti secara

pasif. Kelebihan cairan di dalam stroma akan diserap oleh endotel sehingga stroma

tetap dipertahankan dalam keadaan sedikit dehidrasi (kurang cairan), suatu faktor yang

diperlukan untuk mempertahankan kualitas refraksi kornea.

Kornea bersifat avaskular (tak berpembuluh darah) sehingga nutrisi didapatkan dengan

cara difusi dari pembuluh darah perifer di dalam limbus dan dari humor akweus di

bagian tengah. Kornea menjadi buram bila endotel kornea gagal mengeluarkan

kelebihan cairan di stroma.

Limbus (Gb-5)

Limbus merupakan tempat pertemuan antara tepian kornea dengan sklera. Pada tempat ini terdapat lekukan atau sudut akibat perbedaan kelengkungan kornea dan sklera. Bagian luarnya diliputi epitel konjungtiva bulbi yang merupakan epitel berlapis silindris dengan lamina propria di bawahnya. Stromanya merupakan tepian sklera yang menyatu dengan kornea. Stroma ini tersusun dari jaringan ikat fibrosa. Di bagian dalam stroma ini membentuk taji sklera (scleral spur). Pada bagian anterior taji ini terdapat jaringan trabekula (trabecula sheet) dengan jalinan ruang-

| B 13 7

Page 8: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

ruang di antaranya dikenal sebagai ruang trabekula (trabecular spaces/ space of Fontana). Di atas trabekula terdapat suatu saluran lebar dan panjang disebut kanal Schlemm.

Kanal Schlemm (Gb-5)

Merupakan suatu pembuluh berbentuk cincin yang melingkari mata tepat anterior dan eksternal skleral spur. Di sebelah luar dibatasi oleh jaringan sklera dan di dalam oleh lapisan jaringan trabekula yang lebih dalam. Lumen kanal ini di batasi oleh selapis sel endotel. Kanal ini akan meneruskan diri ke dalam pleksus sklera dan akhirnya bermuara pada pleksus vena sklera. Di bagian posterior taji sklera, pada korpus siliaris terdapat otot polos, muskulus siliaris yang berfungsi untuk mengatur akomodasi mata.

B. TUNIKA VASKULOSA / UVEA (L.uva=anggur) (Gb-1)

Tunika vaskulosa terdiri atas 3 bagian yaitu khoroid, badan siliaris dan iris.

Khoroid (choroid) (Gb-2 )

| B 13 8

Page 9: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

Khoroid merupakan lapisan yang banyak mengandung pembuluh darah dan sel-sel pigmen sehingga tampak bewarna hitam. Lapisan ini tersusun dari jaringan penyambung jarang yang mengandung serat-serat kolagen dan elastin, sel-sel fibroblas, pembuluh darah dan melanosit. Khoroid terdiri atas 4 lapisan yaitu (Gb-6):

1. Epikhoroid merupakan lapisan khoroid terluar tersusun dari serat-serat kolagen dan elastin.

2. Lapisan pembuluh merupakan lapisan yang paling tebal tersusun dari pembuluh darah dan melanosit.

3. Lapisan koriokapiler, merupakan lapisan yang terdiri atas pleksus kapiler, jaring0-jaring halus serat elastin dan kolagen, fibroblas dan melanosit. Kapiler-kapiler ini berasal dari arteri khoroidalis Pleksus ini mensuplai nutrisi untuk bagian luar retina.

4. Lamina elastika, merupakan lapisan khoroid yang berbatasan dengan epitel pigmen retina. Lapisan ini tersusun dari jarring-jaring elastik padat dan suatu lapisan dalam lamina basal yang homogen.

Badan Siliaris (Korpus siliaris) (Gb-1 dan Gb-7)

Korpus siliaris (badan siliaris) adalah struktur melingkar yang menonjol ke dalam mata terletak di antara ora serrata dan limbus. Struktur ini merupakan perluasan lapisan khoroid ke arah depan. Korpus siliar disusun oleh jaringan penyambung jarang yang mengandung serat-serat elastin, pembuluh darah dan melanosit.

Badan siliaris membentuk tonjolan-tonjolan pendek seperti jari yang dikenal sebagai prosessus siliaris. Dari prosessus siliaris muncul benang-benang fibrillin yang akan berinsersi pada kapsula lensa yang dikenal sebagai zonula zinii.

Korpus siliaris dilapisi oleh 2 lapis epitel kuboid (Gb-7).Lapisan luar kaya akan pigmen dan merupakan lanjutan lapisan epitel pigmen retina. Lapisan dalam yang tidak berpigmen merupakan lanjutan lapisan reseptor retina, tetapi tidak sensitif terhadap cahaya. Sel-sel di lapisan ini akan mengeluarkan cairan filtrasi plasma yang rendah protein ke dalam bilik mata belakang (kamera okuli posterior).

Humor akweus mengalir dari bilik mata belakang (kamera okuli posterior) ke bilik mata depan (kamera okuli anterior) melewati celah pupil (celah di antara iris dan lensa), lalu masuk ke dalam jaringan trabekula di dekat limbus dan akhirnya masuk ke dalam kanal Schlemm. Dari kanal Schlemm humor akweus masuk ke pleksus sklera dan akhirnya bermuara ke sistem vena.

| B 13 9

Page 10: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

Korpus siliar mengandung 3 berkas otot polos yang dikenal sebagai muskulus siliaris. Satu berkas karena orientasinya akan menarik khoroid sehingga membuka kanal Schlemm untuk aliran humor akweus. Dua berkas lain yang menempel pada skleral spur berfungsi untuk mengurangi tekanan pada zonula Zinii sehingga lensa menjadi lebih tebal dan konveks. Fungsi ini disebut akomodasi.

Glaukoma merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai oleh peningkatan tekanan intraokuler yang tinggi dalam waktu lama akibat kegagalan penyaluran humor akweus dari bilik mata depan. Bila keadaan ini dibiarkan dapat menyebabkan kebutaan.

Iris (Iris, pelangi) (Gb-1 dan Gb-8)

Iris merupakan bagian yang paling depan dari lapisan uvea. Struktur ini muncul dari badan siliar dan membentuk sebuah diafragma di depan lensa. Iris juga memisahkan bilik mata depan dan belakang. Celah di antara iris kiri dan kanan dikenal sebagai pupil (pupil, gadis kecil).

Iris disusun oleh jaringan ikat longgar yang mengandung pigmen dan kaya akan pembuluh darah. Permukaan depan iris yang menghadap bilik mata depan (kamera okuli anterior) berbentuk tak teratur dengan lapisan pigmen yang tak lengkap dan sel-sel fibroblas. Permukaan posterior iris tampak halus dan ditutupi oleh lanjutan 2 lapisan epitel yang menutupi permukaan korpus siliaris. Permukaan yang menghadap ke arah lensa mengandung banyak sel-sel pigmen yang akan mencegah cahaya melintas melewati iris. Dengan demikian cahaya akan terfokus masuk melalui pupil.

Pada iris terdapat 2 jenis otot polos (Gb-8) yaitu otot dilatator pupil dan otot sfingter/konstriktor pupil. Kedua otot ini akan merubah diameter pupil. Otot dilatator pupil yang dipersarafi oleh persarafan simpatis akan melebarkan pupil, sementara otot sfingter pupil yang dipersarafi oleh persarafan parasimpatis (N. III) akan memperkecil diameter pupil.

Jumlah sel-sel melanosit yang terdapat pada epitel dan stroma iris akan mempengaruhi warna mata. Bila jumlah melanosit banyak mata tampak hitam, sebaliknya bila melanosit sedikit mata tampak bewarna biru.

Lensa Mata (Gb-1 dan Gb-9)

Lensa terdiri atas 3 lapisan yaitu kapsul lensa, epitel subkapsul dan serat-serat lensa. Kapsul lensa merupakan lamina basal yang umumnya disusun oleh serat-serat kolagen tipe IV dan glikoprotein. Kapsul ini elastik, jernih dan kompak. Epitel subkapsul hanya terdapat pada permukaan anterior lensa tepat di bawah kapsul lensa. Epitelnya terdiri atas selapis sel kuboid. Di sebelah dalam dari epitel subkapsul terdapat serat-serat lensa yang di bentuk dari sel-sel yang kehilangan inti dan organel sel lainnya. Serat-serat ini kemudian diisi dengan protein lensa kristalin (crystallins). Adanya kristalin ini akan meningkatkan index refraksi lensa.

Lensa sama sekali tidak mengandung pembuluh darah. Nutrisi untuk lensa diperoleh dari humor akweus dan korpus vitreus. Lensa bersifat impermeabel, tetapi dapat ditembus cahaya dengan mudah.

Pada orang tua sering dijumpai kekeruhan pada lensa yang menyebabkan menurunnya kemampuan untuk melihat. Keadaan ini dikenal sebagai katarak. Kondisi mungkin disebabkan oleh bertumpuknya pigmen atau substansi lain dan keterpaparan sinar ultra violet secara berlebihan. Di samping itu pada orang tua terjadi suatu keadaan yang dikenal sebagai presbiopia yaitu ketidakmampuan mata untuk melihat benda-benda dalam jarak dekat yang disebabkan karena menurunnya elastisitas lensa akibat proses penuaan. Sebagai akibatnya lensa tidak dapat mencembung guna memfokuskan bayangan benda secara tepat pada retina. Keadaan ini dapat diatasi dengan pemakaian kaca mata.

Lensa digantung ke korpus siliaris oleh penggantung lensa yang dikenal sebagai zonula Zinii.

| B 13 10

Page 11: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

Korpus Vitreus (Gb-1)

Korpus vitreus merupakan suatu agar-agar jernih yang mengisi ruang vitreus (ruang antara lensa dan retina). Korpus vitreus disusun hampir seluruhnya oleh air (99%) dan mengandung elektrolit, serat-serat kolagen dan asam hialuronat. Korpus vitreus melekat pada seluruh permukaan retina. Di tengah korpus vitreus berjalan sisa suatu saluran yang berisi cairan dikenal sebagai kanal hialoidea, yang semula mengandung arteri hialodea pada masa janin. Badan vitreus berfungsi untuk memelihara bentuk dan kekenyalan bola mata.

Ruang-ruang mata (Gb-1, Gb-5, Gb-7)

Ada 2 ruang mata yaitu kamera okuli anterior dan posterior. Kamera okuli anterior merupakan suatu ruangan yang dibatasi di sebelah depan oleh sisi belakang kornea dan di sebelah belakang dibatasi oleh lensa, iris dan permukaan depan badan siliar. Batas lateralnya adalah sudut iris atau limbus yang ditempati oleh trabekula yang merupakan tempat penyaluran humor akweus ke kanal schlemm.

Kamera okuli posterior adalah ruangan yang dibatasi di sebelah depan oleh iris dan disebelah belakang oleh permukaan depan lensa dan zonula Zinii serta diperifer oleh prosessus siliaris.

Kedua ruangan mata ini terisi oleh humor akweus, yaitu suatu cairan encer yang disekresi sebagian oleh epitel siliar dan oleh difusi dari kapiler dalam prosessus siliaris. Cairan ini mengandung materi yang dapat berdifusi dari plasma darah, tetapi mengandung kadar protein yang rendah. Humor akweus disekresi secara kontinu ke dalam kamera okuli posterior, mengalir ke ruang kamera okuli anterior melalui pupil dan disalurkan melalui jaringan trabekula ke dalam kanal Schlemm. Dalam kondisi normal jumlah cairan yang disekresi dan dikeluarkan berimbang sehingga tekanan di dalam ruang mata ini berkisar kira-kira 23 mmHg. Bila terjadi sumbatan dalam pengeluaran cairan sementara sekresi berlangsung terus, maka tekanan dalam bola mata akan meningkat. Keadaan ini disebut glaukoma dan dapat mengakibatkan kerusakan retina dan kebutaan bila dibiarkan.

| B 13 11

Page 12: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

C. TUNIKA NEURALIS (RETINA) ( Gb-9 dan Gb-10)

Retina merupakan lapisan terdalam bola mata, mengandung sel-sel fotoreseptor yaitu sel-sel batang dan kerucut. Retina berkembang dari cangkir optik (optic cup (Gb-9)), suatu struktur berbentuk cangkir yang terbentuk sebagai hasil proses invaginasi (penonjolan ke arah dalam) gelembung optik primer (primary optic vesicle). Gelembung optik primer ini berkembang dari penonjolan keluar prosencephalon (otak depan). Tangkai dari cangkir optik (optic stalk) akan berkembang menjadi saraf optikus (optic nerve). Dinding luar cangkir optik (optic cup) berkembang menjadi lapisan pigmen luar sementara bagian saraf retina (neural retina) berkembang dari lapisan dalam cangkir optik.

Lempeng optik (optik disk) (Gb-1) yang terletak di dinding belakang bola mata merupakan tempat keluarnya nervus optikus. Serat-serat saraf di daerah ini akan bertumpuk membentuk suatu tonjolan yang disebut papila nervus optikus. Daerah ini tidak mengandung sel-sel fotoreseptor, tidak peka terhadap cahaya, sehingga di sebut juga sebagai bintik buta (blind spot).

Pada papila nervus optikus terdapat arteri dan vena sentralis. Pada umumnya arteri sentralis merupakan satu-satunya arteri bagi retina. Sumbatan pada arteri ini dapat mengakibatkan kebutaan yang menetap. Pada beberapa individu sebagian kebutuhan darah untuk retina juga disuplai dari arteri silioretina untuk makula. Penyumbatan arteri sentralis pada individu ini mengakibatkan kehilangan penglihatan perifer, karena makula tak terganggu.

Saraf optik bukan merupakan saraf perifer tetapi suatu traktus sistem saraf pusat antara sel ganglion retina dan otak tengah (midbrain). Saraf ini berjalan ke posterior ke kiasma optikus dan mengandung lebih dari seribu berkas serat saraf bermielin yang disokong oleh neuroglia (astrosit) dan bukan endoneurium. Selaput otak dan ruang subarakhnoid melanjutkan diri dari otak sebagai sarung pembungkus saraf optik.

Kira-kira 2,5 mm lateral dari bintik buta terdapat daerah berpigmen kuning yang dikenal sebagai Makula lutea (bintik kuning) (Gb-1). Bagian tengah makula lutea dikenal sebagai fovea sentralis (Gb-1 dan Gb-11) yang merupakan daerah penglihatan yang paling peka. Fovea sentralis merupakan suatu sumur dangkal berbentuk bulat terletak 4 mm ke arah temporal dari lempeng optik dan sekitar 0,8 mm di bawah meridian meridian horizontal. Cekungan ini disebabkan tidak adanya lapisan dalam retina, pada retina di daerah ini. Sel penglihat pada lantai fovea terdiri dari hanya kerucut yang tersusun rapat dan berukuran lebih panjang di bandingkan dengan yang dibagian perifer retina.

Retina optikal atau neural melapisi khoroid mulai dari papila saraf optik di bagian posterior hingga ora serrata di anterior. Pada irisan histologik (Gb-9, Gb-12 dan Gb-13) terdapat 10 lapisan retina dari luar ke dalam yaitu:

1. Epitel pigmen

2. Lapisan batang dan kerucut

| B 13 12

Page 13: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

3. Membran limitans luar

4. Lapisan inti luar

5. Lapisan pleksiform luar

6. Lapisan inti dalam

7. Lapisan pleksiform dalam

8. Lapisan sel ganglion

9. Lapisan serat saraf

10. Membran limitans dalam

Epitel pigmen adalah suatu lapisan sel poligonal yang teratur, ke arah ora serrata bentuk selnya menjadi lebih gepeng. Inti sel berbentuk kuboid dengan sitoplasmanya kaya akan butir-butir melanin. Fungsi epitel pigmenadalah

1. Menyerap cahaya dan mencegah terjadinya pemantulan.

2. Berperan dalam nutrisi fotoreseptor

3. Penimbunan dan dan pelepasan vitamin A

4. Berperan dalam proses pembentukan rhodopsin

Lapisan batang dan kerucut mengandung 2 jenis sel fotoreseptor yaitu sel batang dan sel kerucut yang merupakan modifikasi sel saraf. Lapisan ini mengandung badan sel batang dan kerucut. Sel batang merupakan sel khusus yang ramping dengan segmen luar berbentuk silindris dengan panjang 28 mikrometer mengandung fotopigmen rhodopsin dan suatu segmen dalam yang sedikit lebih panjang yaitu sekitar 32 mikrometer. Keduanya mempunyai ketebalan 1,5 mikrometer. Inti selnya terletak di dalam lapisan inti luar. Ujung segmen luar tertanam dalam epitel pigmen. Segmen luar dan dalam dihubungkan oleh suatu leher yang sempit. Dengan mikroskop electron segmen luar tampak mengandung banyak lamel-lamel membran dengan diameter yang seragam dan tersusun seperti tumpukan kue dadar. Sel batang ini di sebelah dalam membentuk suatu simpul akhir yang mengecil pada bagian akhirnya pada lapisan pleksiform luar yang disebut sferul batang (rod spherule). Sel batang yang hanya teraktivasi dalam keadaan cahaya redup (dim light) sangat sensitive terhadap cahaya. Sel ini dapat menghasilkan suatu sinyal dari satu photon cahaya. Tetapi sel ini tidak dapat menghasilkan sinyal dalam cahaya terang (bright light) dan juga tidak peka terhadap warna.

Cahaya yang masuk ke dalam retina diserap oleh rhodopsin, suatu protein yang tersusun dari opsin (protein transmembran) yang terikat pada aldehida vitamin A. Penyerapan cahaya ini akan menyebabkan isomerisasi rhodopsin dan memisahkan opsin dari ikatannya dengan aldehida vitamin A menjadi opsin bentuk aktif. Opsin bentuk aktif kemudian memfasilitasi pengikatan guanosin triphosphate (GTP) dengan protein transducin. Kompleks GTP-transducin ini kemudian mengaktifkan ensim cyclic guanosin monophosphate phosphodiesterase suatu ensim yang berperan dalam pembentukan senyawaan cyclic guanosin monophosphate (cGMP). Siklik guanosin monophosphate (cGMP) ini berperan dalam pembukaan kanal natrium di dalam plasmalema sel batang dan menyebabkan masuknya natrium dari segmen luar sel batang menuju ke segmen dalam sel batang. Keadaan ini akan menyebabkan hiperpolarisasi di segmen dalam sel batang dan merangsang dilepaskannya neurotransmitter dari sel batang menuju ke sel bipolar. Oleh sel bipolar rangsang kimiawi ini dirubah menjadi impuls listrik yang akan diteruskan menuju ke sel ganglion untuk selanjutnya dikirim ke otak.

Sel kerucut mempunyai struktur yang mirip dengan sel batang tetapi segmen luar yang mengecil dan membesar ke arah segmen dalam, sehingga berbentuk seperti botol. Inti sel kerucut lebih besar dibandingkan dengan sel batang. Sel kerucut di sebelah dalam melebar pada bagian akhirnya pada lapisan pleksiform luar membentuk kaki kerucut (cone pedicle). Sel kerucut teraktivasi dengan cahaya terang (bright light) dan menghasilkan aktivitas visual yang lebih besar di bandingkan sel batang. Sel kerucut merupakan sel fotoreseptor yang peka terhadap warna. Ada 3 jenis

| B 13 13

Page 14: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

sel kerucut yang masing-masing mengandung pigmen iodopsin yang berbeda. Setiap jenis iodopsin mempunyai sensitivitas tertentu terhadap warna merah, biru dan hijau.

Membran limitans luar merupakan rangkaian kompleks tautan antara sel batang, sel kerucut, dan sel Muller. Dengan mikroskop cahaya tampak sebagai garis.

Lapisan inti luar merupakan lapisan yang terdiri atas inti-inti sel batang dan kerucut bersama badan selnya.

Lapisan pleksiform luar dibentuk oleh akson sel batang dan kerucut bersama dendrit sel bipolar dan sel horizontal yang saling bersinaps.

Lapisan inti dalam dibentuk oleh inti-inti dan badan sel bipolar, sel horizontal, sel amakrin, dan sel Muller.Sel bipolar dapat mempunyai dendrit yang panjang atau pendek. Aksonnya lurus dan berjalan vertikal ke dalam lapisan pleksiform dalam disini berhubungan dengan dendrit sel ganglion. Sel horizontal mempunyai badan sel yang lebih besar daripada sel bipolar. Dendritnya berakhir dalam keranjang berbentuk cangkir disekeliling sejumlah besar kaki kerucut. Sel amakrin terletak pada baris kedua atau ketiga sebelah dalam lapisan inti dalam. Bentuknya seperti buah pir dengan sebuah tonjolan yang berjalan ke arah dalam untuk berakhir pada lapisan pleksiform dalam. Di lapisan ini tonjolan sel ini bercabang secara luas dan bersinaps dengan beberapa sel ganglion. Sel Muller disebut juga gliosit retina, berukuran raksasa dengan intinya terletak pada lapisan inti dalam. Dari badan sel, juluran sitoplasma yang panjang dan tipis meluas ke membran limitans luar dan dalam.

Lapisan pleksiform dalam dibentuk oleh sinaps antara sel bipolar, amakirn, dan sel ganglion.

Lapisan ganglion dibentuk oleh badan dan inti sel ganglion. Sel ganglion merupakan sel yang besar, sangat mirip dengan neuron pada otak dengan suatu massa terdiri dari materi kromofil (badan Nissl) dalam badan sel. Akson sel ganglion membentuk serat saraf optik. Aksonnya tak pernah bercabang

Lapisan serat saraf optikus dibentuk oleh akson sel ganglion.

Membran limitans dalam sebenarnya adalah membrana basalis sel Muller yang memisahkan retina dari korpus vitreum.

ORGAN TAMBAHAN MATA

Bola mata terletak di dalam rongga tulang yang membuka ke anterior. Celah ini ditutup oleh kelopak mata atas dan bawah yang bila saling mendekat akan bertemu di fissura palpebra. Konjungtiva akan melipat dari bagian tepi kornea untuk melapisi permukaan dalam kelopak mata. Lipatan ini disebut forniks superior dan inferior.

Organ-organ tambahan mata terdiri atas

1. Kelopak mata

2. konjungtiva

3. Kelenjar lakrimal

KELOPAK MATA (Gb-14)

Kelopak mata terdiri atas lempeng penyokong di bagian tengah yang terdiri dari jaringan ikat dan otot rangka yang diliputi kulit di bagian luar dan suatu membran mukosa di dalam.

Kulit di bagian depan merupakan kulit tipis dengan rambut kecil, kelenjar keringat, kelenjar sebasea dan suatu dermis yang terdiri dari jaringan ikat halus yang banyak serat elastin. Dermis lebih padat pada tepi kelopak mata dan disini mengandung tiga atau empat baris rambut panjang yang kaku disebut bulu mata, yang menembus dalam ke dermis. Di antara dan sebelah belakang bulu mata terdapat kelenjar apokrin yang saluran keluarnya bermuara pada folikel bulu mata disebut kelenjar Moll.

| B 13 14

Page 15: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

Di bawah kulit terdapat lapisan otot lingkar mata (muskulus orbikularis okuli) yang merupakan otot rangka. Bagian atau berkas serat otot ini yang berada di belakang saluran keluar kelenjar Meibom disebut muskulus siliaris Riolani.

Di bagian tengah palpebra terdapat jaringan ikat fibrosa yang menjadi kerangka kelopak mata yang disebut tarsus. Tarsus ini tebal pada pangkal kelopak mata dan makin ke ujung makin semakin sempit. Di dalam tarsus terdapat untaian kelenjar sebasea yang disebut kelenjar Meibom yang bermuara bersama ke dalam satu saluran keluar dan tidak berhubungan dengan folikel rambut. Epitel konjungtiva makin ke pangkal makin tinggi dan di dalam forniks terdapat lipatan mukosa.

KONJUNGTIVA (Gb-15)

Konjungtiva adalah membran mukosa jernih yang melapisi permukaan dalam kelopak mata (konjungtiva palpebra) dan menutupi permukaan sklera pada bagian depan bola mata (konjungtiva bulbi). Konjungtiva di susun oleh epitel berlapis silindris yang mengandung sel goblet yang terletak di atas suatu lamina basal dan lamina propia yang terdiri atas jaringan ikat longgar. Sekret sel-sel goblet ikut menyusun tirai air mata yang berfungsi sebagai pelumas dan pelindung epitel mata bagian depan. Pada corneoscleral junction, tempat berawalnya kornea, konjungtiva melanjutkan diri sebagai epitel kornea berlapis gepeng kornea dan tidak mengandung sel goblet.

Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva yang biasanya ditandai oleh konjungtiva yang hiperemis (merah) dan sekret yang banyak. Hal ini mungkin disebabkan oleh bakteri, virus, alergen atau parasit-parasit lainnya.

KELENJAR LAKRIMAL (Gb-16)

Kelenjar lakrimal utama terletak pada sudut superolateral rongga mata. Ukurannya sebesar kenari, tubuloasinar dan serosa, dengan sel mioepitel yang menyolok. Lobus kelenjar yang terpisah mencurahkan isinya melalui 10-15 saluran keluar ke dalam bagian lateral forniks superior konjungtiva. Juga ditemukan banyak kelenjar lakrimal tambahan/ assesoris dalam lamina propria kelopak mata atas dan bawah.

Air mata mengandung banyak air dan lisosim suatu zat anti bakteri. Air mata berfungsi untuk memelihara agar epitel konjungtiva tetap lembab, kedipan kelopak mata akan menyebabkan air mata tersebar di atas kornea seperti wiper pada kaca mobil dan berguna untuk mengeluarkan benda asing seperti partikel debu. Penguapan air mata yang berlebihan dicegah oleh suatu lapisan/film mukus (dari sel goblet konjungtiva tarsal) di atas film air dan minyak (dari kelenjar meibom). Air mata disapukan ke arah medial dan kelebihannya memasuki pungta lakrimal (lacrimal puncta) yang terletak disetiap sudut medial palpebra superior dan inferior.Dari sini air mata kemudian masuk ke kanalikuli lakrimal (lacrimal canaliculi), dan akhirnya masuk sakus lakrimal.Dinding kanalikuli lakrimal tersusun oleh epitel bertingkat silindris bersilia.Sakus lakrimalis merupakan bagian superior duktus nasolakrimalis yang

| B 13 15

Page 16: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

melebar.Air mata kemudian masuk ke duktus nasolakrimal yang juga dilapisi epitel bertingkat silindris bersilia.Dari sini air mata kemudian dikeluarkan ke meatus inferior yang terletak di dasar rongga hidung.

LI. 2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Penglihatan

Fungsi Mata

Mata dibentuk untuk menerima rangsangan bekas-bekas cahaya pada retina, dengan perantaraan serabut-serabut nervus optikus mengalihkan rangsangan ke pusat penglihatan pada otak untuk ditafsirkan.

Kornea : bekerja sebagai jendela bening yang melindungi struktur halus yang berada di belakangnya serta membantu memfokuskan bayangan pada retina. Kornea tidak mengandung pembuluh darah.

Iris : memiliki celah ditengahnya yaitu pupil, sebuah cakram yang yang dapat bergerak berfungsi sebagai tirai yang melindungi retina serta mengendalikan jumlah cahaya yang masuk ke mata

Lensa : organ focus utama yang membiaskan berkas-berkas cahaya yang terpantul dari benda-benda yang dilihat menjadi bayangan yang jelas pada retina. Lensa berada dalam sebuah kapsul elastis yang dikaitkan pada korpus siliare koroid oleh ligamentum suspensorium. Dengan mempergunakan otot siliare, permukaan anterior lensa dapat lebih atau agak kurang dicembungkan, guna memfokuskan benda-benda dekat atau jauh. Hal ini disebut akomodasi visual

Lapisan koroid yang berpigmen : menggelapkan bilik tengah mata, kira-kira dapat dibandingkan dengan bagian dalam kamera yang diberi warna gelap.

Retina : mekanisme penyarafan untuk penglihatan. Retina memuat ujung-ujung nervus optikus, serta dapat disamakan dengan lempeng film dalam fotografi.

TABEL FUNGSI BAGIAN MATA

Bagian bola mata Fungsi

Konjungtiva Melindungi kornea dari gesekan

Sclera Melindungi bola mata dari kerusakan mekanis dan menjadi tempat melekatnya otot mata

Otot-otot Otot-otot yang melekat pada mata :

| B 13 16

Page 17: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

1) Muskulus rektus superior : menggerakkan mata ke atas

2) Muskulus rektus inferior : menggerakkan mata ke bawah

3) Muskulus rektus medial : menggerakkan mata ke dalam

4) Muskulus rektus lateral : menggerakkan mata ke sisi luar

5) Muskulus oblikus superior : menggerakkan mata ke atas sisi luar

6) Muskulus oblikus inferior : menggerakkan mata ke bawah sisi luar

Kornea Memungkinkan lewatnya cahaya dan merefraksi cahaya

Koroid Mengandung pembuluh darah penyuplay retina dan melindungi refleksi cahaya dalam mata

Badan siliaris Menyokong lensa, mengandung otot yang memungkinkan lensa berubah bentuk, dan mensekresikan aqueous humor ( homor berair )

Iris ( pupil ) Mengendaliakan ukuran pupil, sedangakan pigmennya mengurangi lewatnya cahaya

Lensa Memfokuskan pandangan dengan mengubah bentuk lensa

Retina Mengandung sel batang dan kerucut

Fovea ( bintik kuning ) Bagian retina yang mengandung sel kerucut

Bintik buta Daerah tempat syaraf optic meninggalkan bagian dalam bola mata dan tidak mengandung sel konus dan batang

Vitreous humor ( humor bening ) Menyokong lensa dan menolong dalam menjaga bentuk bola mata

Aqueous humor ( humor berair ) Menjaga bentuk kantong depan bola mata

Bila sebuah bayangan tertangkap mata, berkas-berkas cahaya benda yang dilihat menembus kornea, akueus humor, lensa dan badan vitreus guna merangsang ujung-ujung saraf dalam retina.Rangsangan yang diterima retina bergerak melalui traktus optikus menuju daerah visual dalam otak untuk ditafsirkan.Kedua daerah visual menerima berita dari kedua mata, sehingga menimbulkan lukisan dan bentuk.

Fungsi refraksi mata

Berkas-berkas cahaya yang jatuh diatas mata akan menimbulakan bayangan yang telah difokuskan pada retina. Bayangan itu menembus dan diubah oleh kornea, lensa, badan-badan akueus, dan vitreus.Lensa merupakan alat utama yang membiaskan cahaya, dan memfokuskan bayangan pada retina.Pada mata normal berkas-berkas ini bersatu menangkap sebuah titik pada retina, dan pada titik itulah bayangan difokuskan.

Kelainan refraksikelainan pembiasan sinar oleh media pengelihatan yang terdiri dari kornea, cairan mata, lensa, badan kaca, atau panjang bola mata, sehingga bayangan benda dibiaskan tidak tepat didaerah makula lutea tanpa bantuan akomodasi.Keadaan ini disebut ametropia yang dapat berupa miopia, hipermiopia, atau

| B 13 17

Page 18: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

astigmatisma.Sebaliknya emetropia adalah keadaan dimana sinar yang sejajar atau jauh dibiaskan atau difokuskan oleh sistem optik mata tepat pada daerah makula lutea tanpa mata melakukan akomodasi.

Miopia adalah mata dengan daya lensa positif yang lebih kuat sehingga sinar yang sejajar atau datang dari tak terhingga difokuskan didepan retina.Kelainan ini diperbaiki dengan lensa negatif sehingga bayangan tergeser kebelakang dan diatur tepat jatuhdi retina.

Hipermetropia adalah mata dengan kekuatan lensa positif yang kurang sehingga sinar sejajar tanpa akomodasi di fokuskan dibelakang retina.Diperbaiki dengan lensa positif sehingga bayangan benda tergeser ke depan dan diatur tepat jatuh di retina.

Astigmatisma adalah mata dengan kekuatan pembiasan yang berbeda – beda dalam dua bidang utama,biasanya tegak lurus satu sama lainnya.Kelainan ini di perbaiki dengan lensa silinder.Kelainan lain pada pembiasan mata normal adalah gangguan perubahan kecembungan lensa akibat berkurangnya elastisitas lensa sehingga terjadi akomodasi.Gangguan akomodasi ini terutama terlihat pada usia lanjut,sehingga terlihat keadaan yang disebut resbiopia.

Resbiopia adalah gangguan yang terjadi pada usia lanjut akibat kurang lenturnya lensa dan melemahnya kontraksi badan siliar.Titik terdekat yang masih dapat dilihat terletak maikn jauh didepan mata.Gejala umumnya adalah sukar pada jarak dekat yang biasanya terdapat pada usia 40 tahun,dimana pada usia ini amplituda akomodasi pada pasien hanya menghasilkan titik dekat sebesar 25 cm pada jarak ini seorang emitiopria yang berusia 40 tahun dengan cara baca 25 cm akan menggunakan akomodasi maksimal sehingga menjadi cepat lelah, membaca dengan menjauhkan kertas yang dibaca,dan memerlukan sianar yang lebih terang. Biasanya diberikan kaca mata untuk membaca dekat denga lensa sferis + yang dihitung berdasarkan amplitudo akomodasi pada masing – masing kelompok umur.

+ 1.0 D untuk usia 40 tahun

+ 1.5 D untuk usia 45 tahun

+ 2.0 D untuk usia 50 tahun

+ 2.5 D untuk usia 55 tahun

+ 3.0 D untuk usia 60 tahun

Proses Visual Mata

Proses visual dimulai saat cahaya memasuki mata, terfokus pada retina dan menghasilkan sebuah bayangan yang kecil dan terbalik. Ketika dilatasi maksimal, pupil dapat dilalui cahaya sebanyak lima kali lebih banyak dibandingkan ketika sedang konstriksi maksimal. Diameter pupil ini sendiri diatur oleh dua elemen kontraktil pada iris yaitu papillary constrictor yang terdiri dari otot-otot sirkuler dan papillary dilator yang terdiri dari sel-sel epithelial kontraktil yang telah termodifikasi. Sel-sel tersebut dikenal juga sebagai myoepithelial cells.

Jika sistem saraf simpatis teraktivasi, sel-sel ini berkontraksi dan melebarkan pupil sehingga lebih banyak cahaya dapat memasuki mata. Kontraksi dan dilatasi pupil terjadi pada kondisi dimana intensitas cahaya berubah dan ketika kita memindahkan arah pandangan kita ke benda atau objek yang dekat atau jauh. Pada tahap selanjutnya, setelah cahaya memasuki mata, pembentukan bayangan pada retina bergantung pada kemampuan refraksi mata.

Beberapa media refraksi mata yaitu kornea (n=1.38), aqueous humor (n=1.33), dan lensa (n=1.40). Kornea merefraksi cahaya lebih banyak dibandingkan lensa. Lensa hanya berfungsi untuk menajamkan bayangan yang ditangkap saat mata terfokus pada benda yang dekat dan jauh. Setelah cahaya mengalami refraksi, melewati pupil dan mencapai retina, tahap terakhir dalam proses visual adalah perubahan energi cahaya menjadi aksi potensial yang dapat diteruskan ke korteks serebri. Proses perubahan ini terjadi pada retina.

Retina memiliki dua komponen utama yakni pigmented retina dan sensory retina. Pada pigmented retina, terdapat selapis sel-sel yang berisi pigmen melanin yang bersama-sama dengan pigmen pada choroid membentuk suatu matriks hitam yang mempertajam penglihatan dengan mengurangi penyebaran cahaya dan mengisolasi fotoreseptor-

| B 13 18

Page 19: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

fotoreseptor yang ada. Pada sensory retina, terdapat tiga lapis neuron yaitu lapisan fotoreseptor, bipolar dan ganglionic. Badan sel dari setiap neuron ini dipisahkan oleh plexiform layer dimana neuron dari berbagai lapisan bersatu. Lapisan pleksiform luar berada diantara lapisan sel bipolar dan ganglionic sedangkan lapisan pleksiformis dalam terletak diantara lapisan sel bipolar dan ganglionic.

Setelah aksi potensial dibentuk pada lapisan sensori retina, sinyal yang terbentuk akan diteruskan ke nervus optikus, optic chiasm, optic tract, lateral geniculate dari thalamus, superior colliculi, dan korteks serebri.

2.1. Fungsi Komponen Mataa. Lapisan terluar yang keras pada bola mata adalah tunika fibrosa. Bagian posterior tunika fibrosa

adalah sklera opaque yang berisi jaringan ikat fibrosa putih. Sklera memberi bentuk pada bola mata dan memberikan tempat perlekatan untuk otot ekstrinsik Kornea adalah perpanjangan anterior yang transparan pada sklera di bagian depan mata. Bagian

ini mentransmisi cahaya dan memfokuskan berkas cahaya.

b. Lapisan tengah bola mata disebut tunika vaskular (uvea), dan tersusun atas koroid, badan siliaris, dan iris. Lapisan koroid adalah bagian yang sangat terpigmentasi untuk mencegah refleksi internal

berkas cahaya. Bagian ini juga sangat tervaskularisasi untuk memberikan nutrisi pada mata, dan elastik sehingga dapat menarik ligamentum suspensori.

Badan siliaris, suatu penebalan di bagian anterior lapisan koroid, mengandung pembuluh darah dan otot siliaris. Otot melekat pada ligamentum suspensori, tempat perlekatan lensa. Otot ini penting dalam akomodasi penglihatan, atau kemampuan untuk mengubah fokus dari objek berjarak jauh ke objek berjarak dekat di depan mata.

Iris, perpanjangan dari sisi anterior koroid, merupakan bagian mata yang berwarna bening. Bagian ini terdiri dari jaringan ikat dan otot radialis serta sirkularis, yang berfungsi untuk mengendalikan diameter pupil.

Pupil adalah ruang terbuka yang bulat pada iris yang harus dilalui cahaya untuk dapat masuk ke interior mata.

c. Lensa adalah struktur bikonveks yang bening tepat di belakang pupil. Elastisitasnya sangat tinggi, suatu sifat yang akan menurun seiring proses penuaan.

d. Rongga mata. Lensa memisahkan interior mata menjadi dua rongga: rongga anterior dan rongga posterior. Rongga anterior terbagi menjadi dua ruang.

- Ruang anterior terletak di belakang kornea dan di depan iris; ruang posterior terletak di depan lensa dan di belakang iris.

- Ruang tersebut berisi aqueous humor, suatu cairan bening yang diproduksi oleh prosesus siliaris untuk mencukupi kebutuhan nutrisi lensa dan kornea. Aqueous humor mengalir ke saluran Schlemm dan masuk ke sirkulasi darah vena.

- Tekanan intraokular pada aqueous humor penting untuk mempertahankan bentuk bola mata. Jika aliran aqueous humor terhambat, tekanan akan meningkat dan mengakibatkan kerusakan penglihatan, suatu kondisi yang disebut glaukoma.

Rongga posterior terletak di antara lensa dan retina dan berisi vitreus humor, semacam gel transparan yang juga berperan untuk mempertahankan bentuk bola mata dan mempertahankan posisi retina terhadap kornea.

e. Retina, lapisan terdalam mata, adalah lapisan tipis dan transparan. Lapisan ini terdiri dari lapisan terpigmentasi luar, dan lapisan jaringan saraf dalam. Lapisan terpigmentasi luar pada retina melekat pada lapisan koroid. Lapisan ini adalah lapisan

tunggal sel epitel kuboid yang mengandung pigmen melanin dan berfungsi untuk menyerap cahaya berlebih dan mencegah refleksi internal berkas cahaya yang melalui bola mata. Lapisan ini juga menyimpan vitamin A.

| B 13 19

Page 20: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

Lapisan jaringan saraf dalam (optikal), yang terletak bersebelahan dengan lapisan terpigmentasi, adalah struktur kompleks yang terdiri dari berbagai jenis neuron yang tersusun dalam sedikitnya sepuluh lapisan terpisah.- Sel batang dan kerucut adalah reseptor fotosensitif yang terletak berdekatan dengan lapisan

terpigmentasi.- Neuron bipolar membentuk lapisan tengah dan menghubungkan sel batang dan sel kerucut

ke sel-sel ganglion.- Sel ganglion mengandung akson yang bergabung pada regia khusus dalam retina untuk

membentuk saraf optik.- Sel horizontal dan sel amakrin merupakan sel lain yang ditemukan dalam retina, sel ini

berperan menghubungkan sinaps-sinaps lateral.- Cahaya masuk melalui lapisan ganglion, lapisan bipolar, dan badan sel batang dan kerucut

untuk menstimulasi prosesus dendrit dan memicu impuls saraf. Kemudian impuls saraf menjalar dengan arah terbalik melalui kedua lapisan sel saraf.

Bintik buta (diskus optik) adalah titik keluar saraf optik. Karena tidak ada fotoreseptor pada area ini, maka tidak ada sensasi penglihatan yang terjadi pada saat cahaya jatuh ke area ini.

Lutea makula adalah area kekuningan yang terletak agak lateral terhadap pusat. Fovea adalah pelekukan sentral makula lutea yang tidak memiliki sel batang dan hanya

mengandung sel kerucut. Bagian ini adalah pusat visual mata; bayangan yang terfokus di sini akan diinterpretasikan dengan jelas dan tajam oleh otak.

2.2. Proses PenglihatanBerkas-berkas cahaya dari separuh kiri lapangan pandang jatuh di separuh kanan retina kedua mata. Demikian sebaliknya, berkas-berkas cahaya dari separuh kanan lapangan pandang jatuh di separuh kiri retina kedua mata. Tiap-tiap saraf optikus keluar dari retina membawa informasi dari kedua belahan retina yang dipersarafi. Informasi ini dipisahkan sewaktu kedua saraf optikus tersebut bertemu di kiasma optikus. Di dalam kiasma optikus, serat-serat dari separuh medial kedua retina bersilangan ke sisi yang berlawanan, tetapi serat-serat yang dari separuh lateral tetap di sisi yang sama. Berkas-berkas serat yang telah direorganisasi dan meninggalkan kiasma optikus dikenal sebagai traktus optikus. Tiap-tiap traktus optikus membawa informasi dari separuh lateral salah satu retina dan separuh medial retina yang lain. Dengan demikian,

| B 13 20Gambar 1.1 Traktus optikus

Page 21: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

persilangan parsial ini menyatukan serat-serat dari kedua mata yang yang membawa informasi dari separuh lapangan pandang yang sama. Tiap-tiap traktus optikus menyampaikan ke belahan otak di sisi yang sama informasi mengenai separuh lapangan pandang dari sisi yang berlawanan. Perhentian pertama di otak untuk informasi dalam jalur penglihatan adalah nukleus genikulatus lateralis di thalamus. Di korpus atau nucleus genikulatum, serat-serat dari bagian nasal retina dan temporal retina yang lain bersinaps di sel-sel yang axonnya membentuk traktus genikulokalkarina. Traktus ini menuju ke lobus oksipitalis korteks serebrum (area Brodmann 17).

Memahami dan Menjelaskan Proses Lakrimasi

Proses lakrimasi merupakan mekanisme fisiologis yang berguna untuk membantu melindungi mata kita dari cedera. Kedipan kelopak mata secara spontan berulang-ulang membantu menyebarkan air mata yang melumasi, membersihkan, dan bersifat bakterisidal ( membunuh kuman-kuman). Air mata diproduksi secara terus-menerus oleh kelenjar lakrimalis di sudut lateral atas dibawah kelopak mata.Cairan Pembasuh mata ini mengalir melalui permukaan kornea dan bermuara ke dalam saluran halus disudut kedua mata, dan akhirnya dikosongkan kebelakang saluran hidung. Sistem drainase ini tidak dapat menangani produkai air mata yang berlebihan sewaktu menangis, sehingga air mata membanjiri mata.

Glandula lacrimalis terdiri atas pars orbitalis yang besar dan pars palpebralis yang kecil. Keduanaya saling berhubungan pada ujung lateral M. Levator palpebrae superioris. Glandula ini terletak diatas bola mata , dibagian anterior dan superior orbita, posterior terhadap septum orbitale. Kira-kira 12 ductus keluar dari permukaan bawah kelenjar dan bermuara pada bagian lateral fornix superior konjungtiva.

Persarafan Glandula lacrimalis;

Saraf sekremotorik parasimpatis berasal dari nucleus lacrimalis n. facialis. Serabut-serabut preganglionik mencapai ganglion pterygopalatinum ( sphenopalatinum) melalui n.intermedius dan ramus petrosus magnus serta n.canalis pterygoidei.

Serabut-serabut postganglionik meninggalkan ganglion dan bergabung dengan n.maxillaris. Kemudian serabut ini berjalan didalam ramus zygomaticum serta n.zygomaticotemporalis, dan mencapai glandula lacrimalis melalui n.lacrimalis.

| B 13 21

Page 22: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

Serabut postganglionik simpatis berjalan didalam plexus carotis internus, n.petrosus profundus, n.canalis pterygoidei, n.maxillaris, n.zygomaticus, n.zygomaticotemporalis, dan akhirnya n.lacrimalis.

Air mata membasahi cornea dan berkumpul didalam lacus lacrimalis. Dari sini, air mata masuk ke canaliculi lacrimales melalui puncta lacrimalia. Canaliculi lacrimales berjalan kemedial dan bermuara ke dalam saccus lacrimalis, yang terletak didalam alur lacrimalis dibelakang ligamentum palpebra mediale dan merupakan ujung atas yang buntu dari ductus nasolacrimalis.

Ductus nasolacrimalis panjangnya lebih kurang 0,5 inchi ( 1,3 cm) dan keluar dari ujung bawah saccus lacrimalis. Ductus berjalan kebawah, belakang dan lateral didalam canalis osseosa dan bermuara kedalam meatus nasi inferior. Muara ini dilindungi oleh lipatan membrana mucosa yang dikenal sebagai plica lacrimalis. Lipatan ini mancegah udara masuk melalui ductus kedalam saccus lacrimalis pada waktu membuang sekret hidung ( ingus).

LI. 3. Memahami dan Menjelaskan Konjungtivitis

Definisi

Konjungtivitis adalah proses inflamasi akibat infeksi atau non-infeksi pada konjungtiva yang ditandai dengan dilatasi vaskular, infiltrasi seluler, dan eksudasi. Berdasarkan waktu, konjungtivitis dibedakan menjadi:

1. Konjungtivitis akut: awitan terpisah yang diawali dengan inflamasi unilateral, kemudian diikuti dengan inflamasi mata kedua seminggu kemudian. Lama sakit adalah kurang dari empat minggu.

2. Konjungtivitis kronik: lama sakit lebih dari tiga sampai empat minggu.

Etiologi

Sama halnya dengan kornea, konjungtiva terpajan dengan lingkungan luar seperti mikroorganisme dan faktor stress. 1

Permukaan konjungtiva tidak steril karena dihuni oleh flora normal.Untuk itu, terdapat mekanisme defensi alamiah seperti komponen aqueous yang melarutkan agen infeksius, mukus yang menangkap debris, kedipan mata, perfusi yang baik, dan aliran air mata yang membilas konjungtiva. Air mata sendiri mengandung antibodi dan antibakterial yaitu immunoglobulin (IgA dan IgG), lisozim, dan interferon.1,3 Inflamasi dapat terjadi dengan kontak langsung dengan patogen melalui tangan yang terkontaminasi, handuk, atau kolam renang. Secara garis besar, penyebab konjungtivitis adalah endogen (non-infeksius) atau eksogen (infeksius).

Infeksius

Bakterial

Klamidia

Viral

Riketsia

Parasitik

Non-infeksius

Alergi

Autoimun

Toksik (kimia atau iritan)

Penyakit sistemik seperti sindrom Steven-Johnson

| B 13 22

Page 23: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

Iritasi persisten akibat produksi air mata yang kurang.2

Klasifikasi

1. KONJUNGTIVITIS BAKTERIAL

a) Tanda dan Gejala

Dua bentuk konjungtivitis bakterial adalah akut dan kronik. Konjungtivitis bacterial akut (subakut) yang disebabkan oleh Haemophilus influenza bersifat self-limited dengan lama sakit melebihi dua minggu (tanpa pengobatan) dan eksudat tipis, berair, serta flokulen.Konjungtivitis purulen yang disebabkan olehNeisseria gonorrhoeae atau Neisseria meningitidis menyebabkan komplikasi yang serius jika tidak diobati dengan benar.

Konjungtivitis bilateral dengan eksudat purulen dan biasanya pembengkakan kelopak mata. Umumnya, infeksi bersifat unilateral pada mulanya kemudian mengenai mata yang lain melalui tangan. Konjungtivitis purulen yang banyak dapat disebabkan oleh N gonorrhoeae, Neisseria kochii, dan N meningitides yang membutuhkan pemeriksaan laboratorium dan pengobatan segera.Penundaan dapat menyebabkan kerusakan kornea, kebutaan, dan sepsis. Sedangkan konjungtivitis mukopurulen akut, penyebab tersering adalah Streptococcus pneumoniae.

Konjungtivitis kronik terjadi pada pasien dengan obstruksi duktus nasolakriminal dan dakriosistitis kronik.Disamping itu, blefaritis bacterial kronik atau disfungsi kelenjar meibom juga dapat menyebabkan konjungtivitis kronik.

b) Pemeriksaan Laboratorium

Sebagian besar diagnosis dapat ditegakkan dengan tanda dan gejala.Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium dilakukan apabila konjungtivitis tidak responsif terhadap antibitotik.Adapun pemeriksaan yang dilakukan adalah pewarnaan Gram untuk mengidentifikasi mikroorganisme penyebab.Pewarnaan Giemsa bertujuan untuk mengidentifikasi tipe sel dan morfologi. Kerokan konjungtiva dan kultur dianjurkan apabila terdapat sekret purulen, membranosa, atau pseudomembranosa.

c) Komplikasi

Pada infeksi staphylococcal dapat terbentuk blefaritis marginal kronik. Selain itu, konjungtivitis pseudomembranosa dan membranosa akan menimbulkan sikatriks dalam proses penyembuhan, dan lebih jarang menyebabkan ulkus kornea. Ulkus kornea marginal mempermudah infeksi N gonorrhoeae, N kochii, N meningitidis, H aegyptius, S aureus, dan M catarrhalis. Apabila produk toksik N gonorrhoeae menyebar pada bilik mata depan, akan terjadi iritis toksik.

d) Pengobatan

Terapi empiris didahulukan sebelum hasil tes sensitivitas antibiotik tersedia.Adapun terapi empiris yang dapat diberikan adalah Polytrim dalam bentuk topical. Sediaan topikal yang diberikan dalam bentuk salep atau tetes mata adalah seperti gentamisin, tobramisin, aureomisin, kloramfenikol, polimiksin B kombinasi dengan basitrasin dan neomisis, kanamisis, asam fusidat, ofloksasin, dan asidamfenikol. Kombinasi pengobatan antibiotik spektrum luas dengan deksametason atau hidrokortison dapat mengurangi keluhan yang dialami oleh pasien lebih cepat.

Namun, apabila hasil mikroskopik menunjukkan bakteri gram-negatif diplokokus seperti neisseria, maka terapi sistemik dan topikal harus diberikan secepatnya.Seftriakson 1 g, dosis tunggal intramuscular, diberikan apabila tidak mengenai kornea.Jika ada keterlibatan kornea, maka diberikan seftriakson 1-2 g/hari secara parenteral selama 5 hari.Pemberian obat tersebut diikuti dengan doksisiklin 100 mg dua kali sehari atau eritromisin 500 mg empat kali sehari selama 1 minggu.Pada konjungtivitis kataral kronik, diberikan antibiotik topikal seperti kloramfenikol atau gentamisin diberikan 3-4 kali/ hari selama dua minggu untuk mengeliminasi infeksi kronik.

Selain itu, eksudat dibilas dengan larutan saline pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen akut.Untuk mencegah penyebaran penyakit, pasien dan keluarga diedukasi untuk memerhatikan kebersihan diri.

| B 13 23

Page 24: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

e) Prognosis

Konjungtivitis bacterial akut dapat sembuh sendiri dalam 10-14 hari tanpa pengobatan. Namun, konjungtivitis akan sembuh lebih cepat dalam 1-3 hari apabila diobati dengan tepat. Sebaliknya, infeksi kronik membutuhkan terapi yang adekuat untuk dapat pulih.Infeksi staphylococcal dapat menimbulkan blefarokonjungtivitis.Kemudian, konjungtivitis gonococcal dapat menyebabkan ulkus kornea dan endoftalmitis jika tidak diobati.Oleh karena konjungtiva dapat menjadi port d’entry, maka septikemia dan meningitis menjadi komplikasi dari konjungtivitis meningococcal.

2. KONJUNGTIVITIS VIRAL

Konjungtivitis viral dapat disebabkan berbagai jenis virus.Adenovirus adalah penyebab tersering, sementara Herpes Simplex Virus merupakan etiologi yang paling membahayakan.Selain itu penyakit ini juga dapat disebabkan oleh virus Varicella zoster, Picornavirus, Poxvirus, dan Human Immunodeficiency Virus.Transmisi terjadi melalui kontak dengan sekret respiratori, sekret okular, serta benda-benda yang menyebarkan virus (fomites) seperti handuk.Infeksi dapat muncul sporadik atau epidemik pada tempat ramai seperti sekolah, RS, atau kolam renang.

a) Tanda dan gejala

Presentasi klinis yang muncul berbeda-beda tergantung agen penyebabnya. Namun pada umumnya konjungtivitis viral, mata akan sangat berair dengan eksudat minimal, disertai adenopati preaurikular atau radang tenggorokan dan demam. Vaughan membagi konjungtivitis ke dalam 3 kelompok sbb:

1. Konjungtivitis folikuler viral akut

a) Pharyngoconjunctival fever. Disebabkan oleh adenovirus tipe 3, 4, dan 7. Ditandai dengan demam 38 – 40 o C, nyeri tenggorokan, dan konjungtivitis folikuler pada satu atau kedua mata. Tanda lain dapat berupa injeksi, mata berair, limfadenopati preaurikular, atau keratitis epitelial superfisial.

b) Epidemic keratoconjunctivitis. Disebabkan oleh adenovirus tipe 8, 19, dan 29. Sering hanya muncul pada satu mata, atau bilateral dengan lesi salah satu mata akan lebih berat. Ditandai dengan injeksi, nyeri, mata berair, kemudian dalam 5 – 14 hari diikuit dengan fotofobia, keratitis epitelial, dan opasitas subepitelial. Tanda lain berupa nodul preaurikular, edema kelopak mata, kemosis, subkonjungtiva hiperemis, dan kadang pseudomembran dan symblepharon. Pada dewasa, infeksi ini hanya terbatas pada mata, sedangkan pada anak-anak gejala nyeri tenggorokan dan demam akan terlihat nyata.

c) Herpes simplex virus conjungtivitis. Biasanya ditemukan pada anak-anak, ditandai dengan infeksi unilateral, iritasi, keluar sekret mukoid, nyeri, dan fotofobia ringan. Muncul pada infeksi primer HSV atau pada episode rekuren herpes okuler. Kadang disertai pula dengan keratitis herpes simplex. Bentuk konjungtivitis berupa folikuler atau pseudomembran (jarang). Dapat pula muncul vesikel herpetik pada kelopak mata dan nyeri pada nodul preaurikuler.

d) Acute hemorrhagic conjunctivitis. Disebabkan oleh enterovirus tipe 70 atau coxsackievirus tipe A24 (jarang). Penyakit ini memiliki masa inkubasi yang pendek 8 – 48 jam, dan perjalanan penyakit yang ringkas 5 – 7 hari. Tanda klinis berupa nyeri, fotofobia, sensasi benda asing, mata berair, mata merah, kelopak mata bengkak, perdarahan subkonjungtiva, kemosis. Disertai dengan limfadenopati preaurikular, folikel konjungtiva, dan keratitis epitelial.

2. Konjungtivitis folikuler viral kronik

Infeksi Molluscum contagiosum ditandai dengan konjungtivitis folikular unilateral kronik, keratitis superior, dan pannus superior. Lesi berbentuk nodul bulat, waxy, berwarna putih mutiara, dengan pusatnya bertangkai.

| B 13 24

Page 25: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

Gambar . (A) Konjungtivitis folikular dengan lesi molluscum; (B) lesi molluscum pada konjungtiva bulbar; (C) lesi molluscum ekstensif pafa pasien HIV

3. Blefarokonjungtivitis viral

Infeksi oleh varicella dan herpes zoster, ditandai dengan konjungtivitis hiperemis, lesi erupsi vesikular sepanjang cabang optalmika dari nervus trigeminalis.Lesi berbentuk papil, kadang folikel, pseudomembran, dan vesikel.Lesi varicella dapat muncul pada kulit disekitar mata.

Dengan demikian, presentasi klinis yang mungkin muncul pada konjungtivitis viral adalah sebagai berikut :

1. Oedema kelopak mata dan limfadenopati preaurikular,

2. Konjungtiva hiperemis dan muncul folikel,

3. Inflamasi berat dapat diasosiasikan dengan adanya perdarahan konjungtiva (umumnya ptekiae), chemosis, membran, dan pseudomembran

4. Adanya jaringan parut yang dapat timbul akibat resolusi pseudomembran atau membran

5. Uveitis anterior ringan, namun jarang terjadi

| B 13 25

Page 26: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

MANIFESTASI KLINIS

Gejala Konjungtivitis8

Rasa adanya benda asing

Rasa ini disertai dengan rasa pedih dan panas karena pembengkakan dan hipertrofi papil. Jika rasa sakitnya berat,

maka harus dicurigai kemungkinan terjadinya kerusakan pada kornea.

Rasa sakit yang temporer

Informasi ini dapat membentu kita menegakkan diagnosis karena rasa sakit yang datang pada saat-saat tertentu

merupakan symptom bagi infeksi bakteri tertentu, misalnya;

1. Sakitnya lebih parah saat bangun pagi dan berkurang siang hari, rasa sakitnya (tingkat keparahan)

meningkat setiap harinya, dapat menandakan infeksi stafilokokus.

2. Sakit parah sepanjang hari, berkurang saat bangun tidur, menandakan keratokonjungtiva sisca (mata

kering).

Gatal

Biasanya menunjukkan adanya konjungtivitis alergi.

Fotofobia

 Tanda Penting Konjungtivitis8

1. Hiperemi

Hiperemi pada konjungtivitis berasal dari rasa superficial, tanda ini merupakan tanda konjungtivitis yang paling

mancolok. Hiperemi yang tampak merah cerah biasanya menandakan konjungtivitis bakterial sedangkan hiperemi

yang tampak seperti kabut biasanya menandakan konjungtivitis karena alergi. Kemerahan paling nyata pada forniks

dan mengurang ke arah limbus disebabkan dilatasi pembuluh-pembuluh konjungtiva posterior. Terdapat perbedaan

antara injeksi konjungtiva dan siliaris yaitu;

Injeksi Konjungtiva Injeksi Siliaris

Kausa Iritasi, Konjungtivitis Keratitis, Iridosiklitis, Glaukoma Akut

Lokasi Forniks ke limbus makin kecil Limbus ke forniks makin kecil

Warna Merah terang Merah padam

Pembuluh darahBergerak dengan dengan konjungtiva Tidak bergerak

Adrenalin Menghilang Menetap

Sekret Sekret (+) Lakrimasi (+)

Intensitas Nyeri Sedikit Nyeri

| B 13 26

Page 27: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

Hiperemis konjungtiva bulbi (Injeksi konjungtiva). Kemerahan paling nyata didaerah forniks dan berkurang ke arah limbus, disebabkan dilatasi arteri konjungtiva posterior akibat adanya peradangan. Warna merah terang mengesankan konjungtivitis bakterial, dan warna keputihan mirip susu mengesankan konjungtivitis alergi.

Lakrimasi

Diakibatkan oleh adanya sensasi benda asing, terbakar atau gatal. Kurangnya sekresi airmata yang abnormal

mengesankan keratokonjungtivitis sicca.4

1. EksudasiEksudasi adalah ciri semua jenis konjungtivitis akut. Eksudat berlapis-lapis dan amorf pada konjungtivitis bakterial dan dapat pula berserabut seperti pada konjungtivitis alergika, yang biasanya menyebabkan tahi mata dan saling melengketnya palpebra saat bangun tidur pagi hari, dan jika eksudat berlebihan agaknya disebabkan oleh bakteri atau klamidia.4 ·          Serous-mukous, kemungkinan disebabkan infeksi virus akut·         Mukous (bening, kental), kemungkinan disebabkan alergi·         Purulent/ Mukopurulen, kemungkinan disebabkan infeksi bakteri

1. Pseudoptosis

Pseudoptosis adalah turunnya palpebra superior karena infiltrasi ke muskulus muller (M. Tarsalis superior). Keadaan

ini dijumpai pada konjungtivitis berat. Misalnya Trachoma dan keratokonjungtivitis epidemika.4

1. Khemosis (Edema Konjungtiva)

Ini terjadi akibat terkumpulnya eksudat di jaringan yang longgar. Khemosis merupakan tanda yang khas pada hay

fever konjungtivitis, akut gonococcal atau meningococcal konjungtivitis, serta kerato konjungtivitis.

1. Hipertrofi Papil

Hipetropi papil merupakan reaksi non spesifik, terjadi karena konjungtiva terikat pada tarsus atau limbus di

bawahnya oleh serabut-serabut halus. Ketika berkas pembuluh yang membentuk substansi papila sampai di

membran basal epitel, pembuluh ini bercabang-cabang di atas papila mirip jeruji payung.4

1. Pembentukan Folikel

Folikel adalah bangunan akibat hipertrofi lomfoid lokal di dalam lapisan adenoid konjungtiva dan biasanya

mengandung sentrum germinotivum. Kebanyakan terjadi pada viral conjungtivitis, chlamidial conjungtivitis, serta

toxic conjungtivitis karena topical medication. Pada pemeriksaan, vasa fecil bisa terlihat membatasi foliker dan

melingkarinya.

1. Pseudomembran dan Membran

Pseudomembran adalah koagulum yang melapisi permukaan epitel konjungtiva yang bila lepas, epitelnya akan tetap

utuh, sedangkan membran adalah koagulum yang meluas mengenai epitel sehingga kalau dilepas akan berdarah.

1. Adenopati Preaurikuler

Beberapa jenis konjungtivitis akan disertai adenopoti preaurikular. Dengan demikian setiap ada radang konjungtiva

harus diperiksa adalah pembebasan dan rasa sakit tekan kelenjar limfe preaurikuler.

| B 13 27

Page 28: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

PATOFISIOLOGI

Konjungtiva mengandung epitel skuamosa yang tidak berkeratin dan substansia propria yang tipis, kaya

pembuluh darah. Konjungtiva juga memiliki kelenjar lakrimal aksesori dan sel goblet.3

Konjungtivitis alergika disebabkan oleh respon imun tipe 1 terhadap alergen. Alergen terikat dengan sel

mast dan reaksi silang terhadap IgE terjadi, menyebabkan degranulasi dari sel mast dan permulaan dari reaksi

bertingkat dari peradangan. Hal ini menyebabkan pelepasan histamin dari sel mast, juga mediator lain termasuk

triptase, kimase, heparin, kondroitin sulfat, prostaglandin, tromboksan, dan leukotrien. histamin dan bradikinin

dengan segera menstimulasi nosiseptor, menyebabkan rasa gatal, peningkatan permeabilitas vaskuler, vasodilatasi,

kemerahan, dan injeksi konjungtiva.3

Konjuntivitis infeksi timbul sebagai akibat penurunan daya imun penjamu dan kontaminasi eksternal.

Patogen yang infeksius dapat menginvasi dari tempat yang berdekatan atau dari jalur aliran darah dan bereplikasi di

dalam sel mukosa konjungtiva. Kedua infeksi bakterial dan viral memulai reaksi bertingkat dari peradangan leukosit

atau limfositik meyebabkan penarikan sel darah merah atau putih ke area tersebut. Sel darah putih ini mencapai

permukaan konjungtiva dan berakumulasi di sana dengan berpindah secara mudahnya melewati kapiler yang

berdilatasi dan tinggi permeabilitas.3

Pertahanan tubuh primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel yang menutupi konjungtiva. Rusaknya

lapisan ini memudahkan untuk terjadinya infeksi. Pertahanan sekunder adalah sistem imunologi (tear-film

immunoglobulin dan lisozyme) yang merangsang lakrimasi.

Konjungtiva karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme dan faktor lingkungan lain yang

menganggu. Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari substansi luar. Pada film air mata, unsur

berairnya mengencerkan materi infeksi, mukus menangkap debris dan kerja memompa dari palpebra secara tetap

menghanyutkan air mata ke duktus air mata dan air mata mengandung substansi antimikroba termasuk lisozim.

Adanya agens perusak, menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel, kematian sel dan

eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema pada stroma konjungtiva ( kemosis ) dan

hipertrofi lapis limfoid stroma ( pembentukan folikel ). Sel –sel radang bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui

epitel ke permukaan. Sel – sel ini kemudian bergabung dengan fibrin dan mukus dari sel goblet, membentuk eksudat

konjungtiva yang menyebabkan perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur.

Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh – pembuluh konjungtiva

posterior, menyebabkan hiperemi yang tampak paling nyata pada forniks dan mengurang ke arah limbus. Pada

hiperemia konjungtiva ini biasanya didapatkan pembengkakan dan hipertrofi papila yang sering disertai sensasi

benda asing dan sensasi tergores, panas, atau gatal. Sensasi ini merangsang sekresi air mata. Transudasi ringan juga

timbul dari pembuluh darah yang hiperemia dan menambah jumlah air mata. Jika klien mengeluh sakit pada iris atau

badan silier berarti kornea  terkena.    

Pemeriksaan

Pada prinsipnya, diagnosis konjungtivitis viral ini dapat ditegakkan melalui anamnesa dan pemeriksaan oftalmologi, tanpa harus menggunakan pemeriksaan penunjang.Pada anamnesa, penting ditanyakan riwayat kontak dengan penderita konjungtivitis akut.

Namun, bila meragukan etiologinya, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang dengan scrap konjungtiva dilanjutkan dengan pewarnaan giemsa. Pada infeksi adenovirus akan banyak ditemukan sel mononuklear. Sementara pada infeksi herpes akan ditemukan sel raksasa multinuklear. Badan inklusi intranuklear dari HSV dapat ditemukan pada sel konjungtiva dan kornea menggunakan metode fiksasi Bouin dan pewarnaan Papanicolau. Adapaun pemeriksaan yang lebih spesifik lagi antara lain amplifikasi DNA menggunakan PCR, kultur virus, serta imunokromatografi.1,5

| B 13 28

Page 29: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

Gambar .Keratokonjungtivitis adenoviral. (A) Konjungtivitis folikular, (B) pseudomembran, (C) residu jaringan parut, (D-F) keratitis

Komplikasi

Konjungtivitis viral bisa berkembang menjadi kronis hingga menimbulkan blefarokonjungtivitis.Komplikasi lainnya dapat berupa timbulnya pseudomembran, jaringan parut, keterlibatan kornea, serta muncul vesikel pada kulit.

b) Tatalaksana

Mengurangi risiko transmisi

o Menjaga kebersihan tangan, mencegah menggaruk mata

o Tidak menggunakan handuk bersamaan

o Disinfeksi alat-alat kedokteran setelah digunakan pada pasien yang terinfeksi menggunakan sodium hipoklorit, povidone-iodine

Steroid topikal

o Prednisolone 0,5% 4xsehari pada konjungtivitis psuedomembranosa atau membranosa

o Keratitis simtomatik steroid topikal lemah, hati-hati dalam penggunaan, gejala dapat muncul kembali karena steroid hanya menekan proses inflamasi.

o Steroid dapat membantu replikasi virus dan memperlama periode infeksius pasien.

o Harus monitoring tekanan intraokular jika penggunaan steroid diperpanjang

| B 13 29

Page 30: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

Lainnya

o Untuk infeksi varicella zoster, Acyclovir oral dosis tinggi (800 mg 5x sehari selama 10 hari) diberikan jika progresi memburuk.

o Pada keratitis herpetik dapat diberikan acyclovir 3% salep 5x/hari, selama 10 hari, atau dengan acyclovir oral, 400 mg 5x/hari selama 7 hari.

o Stop menggunakan lensa kontak

o Artificial tears 4xsehari

o Kompres hangat atau dingin

o Insisi/pengankatan jaringan pseudomembran atau membran

o Antibiotik topikal jika diduga ada infeksi bateri sekunder

o Povidone-iodine

o Jika sudah ada ulkus kornea, lakukan debridemant

c) Prognosis

Konjungtivitis virus merupakan penyakit limited disease, yang dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan khusus. Pada infeksi adenovirus, infeksi dapat hilang sempurna dalam 3 – 4 minggu, dan 2 – 3 minggu untuk HSV.Dan infeksi enterovirus tipe 70 atau coxsackievirus tipe A24 sembuh dalam 5 – 7 hari, tanpa butu tatalaksana khusus.

3. KONJUNGTIVITIS ALLERGIKA

Merupakan bentuk alergi pada mata yang disebabkan oleh reaksi sistem imun pada konjungtiva.

a) Tanda dan gejala

Bervariasi untuk tiap kelompok.

1. Reaksi hipersensitivitas tipe cepat (humoral)

a. Hay fever conjunctivitis (pollens, grasses, animal danders, etc).

Merupakan inflamasi nonspesifik yang diasosiasikan dengan hay fever (rinitis alergika).Terdapat riwayat alergi pada pollen, rumput, atau bulu hewan sebelumnya. Mata akan gatal, berair, dan sangat merah. Jika alergern persisten, maka akan tampak gambaran konjungtivitis papiler.

b. Vernal keratoconjunctivitis

Dikatakan sebagai konjungtivitis musiman, yang penyebabkan kadang sulit untuk diketahui.Riwayat alergi sebelumnya kadang diketahui.Gejala berupa gatal dan keluar kotoran jernih yang kental.Tampakan dapat berupa konjungtivitis folikuler atau papiler yang besar-besar.

c. Atopic keratoconjunctivitis

Dimiliki pada pasien dengan dermatitis atopik.Gejala berupa sensasi panas terbakar dengan kotoran mukoid pada mata, mata merah, dan fotofobia.Papila koeratokonjungtivitis lebih kecil.

d. Giant papillary conjunctivitis

| B 13 30

Page 31: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

Gejala mirip konjungtivitis vernal yang berkembang pada pasien dengan penggunaan air mata artifisial dan lensa kontak.

2. Reaksi hipersensitivitas tipe lambat (seluler)

a. Phylctenulosis

Disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas tipe lambat pada protein mikroba, termasuk basil tuberkulosis, spesies staphylococcus species, Candida albicans, Coccidioides immitis, Haemophilus aegyptius, dann Chlamydia trachomatis.Gejala diawali dengan lesi kecil, merah, tinggi, yang dikelilingi dengan zona hiperemi, terasa gatal dan mata berair.Pada limbus terdapat bentuk triangular dengan apex mengarah pada kornea yang dapat membuat ulkus.Biasanya dipicu dengan blefaritis, konjungtivitis bakterial akut, dan defisiensi diet.

b. Konjungtivitis ringan sekunder akibat kontak dengan blepharitis

Blefaritis kontak akubat atropine, antibiotik, neomycin, atau broad-spectrum antibioticsdiikuti dengan hiperemia, papiler, kotoran mukoid, dan iritasi.

3. Penyakit autoimun

a. Keratoconjunctivitis sicca yang diasosiasikan dengan sindroma Sjögren

Sinrom ini ditandai dengan triad: keratoconjunctivitis sicca, xerostomia, dan arthritis. Kelenjar lakrimal terinfiltrasi oleh limfosit dan sel plasma sehingga rusak. Muncul gejala berupa konjungtiva bulbar hiperemis, iritasi, denngan kotoran mukoid,

b. Cicatricial pemphigoid

Diawali dengan konjungtivitis kronik nonspesifik yang resisten terhadap terapi. Progresi hingga membentuk scar pada fornix dan entropion dengan trichiasis.

b) Pemeriksaan

Pemeriksaan diarahkan pada anamnesis riwayat alergi dan tampilan klinis.Penggunaan metode scrapping dan melihat sel imun dibawah mikroskop dapat dilakukan, namun kurang efektif.Hanya pada konjungtivitis sicca, diagnosis dilakukan menggunakan biopsi dan menemukan infiltrasi sel limfositik dan plasma pada kelenjar saliva.

c) Komplikasi

Komplikasi bergantung pada perjalanan dan lokasi penyakit. Jika konjungtivitis berlangsung kronik atau mengenai media refraksi, maka dapat meinggalkan jaringan parut yang akan mengganggu pandangan.

d) Tatalaksana

Pada dasarnya terapi yang diberikan berupa terapi suportif pemberian vasokonstriktor-antihistamin topikal, kompres dingin untuk mengurangi gatal, antihistamin oral, dan steroid topikal untuk mengurangi infeksi. Pemberian steroid harus dengan hati-hati, karena hanya mensupresi gejala, bukan menyingkirkan penyebab utama.Pada pasien dengan kecurigaan infeksi sekunder bakteri, dapat diberikan antibiotik topikal. Sedangkan pada kasus-kasus akibat alergi dengan air mata artifisial atau lensa kontak, penanganan terbaik adalah menghentikan penggunaannya atau mengalihkan dengan jenis lain. Sedangkan pada konjungtivitis sicca, tatalaksana hanya berupa suportif, menggantikan fungsi kelenjar air mata yang hilang, menggunakan air mata artifisial. Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah mengupayakan untuk menghindari kontak dengan alergen.

4. KONJUNGTIVITIS JAMUR

| B 13 31

Page 32: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

Konjungtivitis jamur paling sering disebabkan oleh Candida albicans dan merupakan infeksi yang jarang terjadi.

Penyakit ini ditandai dengan adanya bercak putih dan dapat timbul pada pasien diabetes dan pasien dengan keadaan

sistem imun yang terganggu. Selain Candida sp,

penyakit ini juga dapat disebabkan oleh Sporothrix schenckii, Rhinosporidium serberi, dan Coccidioides immitis

walaupun jarang.

5. KONJUNGTIVITIS PARASIT

Konjungtivitis parasit dapat disebabkan oleh infeksi Thelazia californiensis, Loa loa, Ascaris lumbricoides,

Trichinella spiralis, Schistosoma haematobium, Taenia solium dan Pthirus pubis walaupun jarang.

6. KONJUNGTIVITIS KIMIA DAN IRITATIF

Konjungtivitis kimia- iritatif adalah konjungtivitis yang terjadi oleh pemajanan substansi iritan yang masuk ke

sakus konjungtivalis. Substansi- substansi iritan yang masuk ke sakus konjungtivalis dan dapat menyebabkan

konjungtivitis, seperti asam, alkali, asap dan angin, dapat menimbulkan gejala- gejala berupa nyeri, pelebaran

pembuluh darah, fotofobia, dan blefarospasme. Selain itu penyakit ini dapat juga disebabkan oleh pemberian obat

topikal

jangka panjang seperti dipivefrin, miotik, neomycin, dan obat- obat lain dengan bahan pengawet yang toksik atau

menimbulkan iritasi. Konjungtivitis ini dapat diatasi dengan penghentian substansi penyebab dan pemakaian tetesan

ringan.

LO. 3.4. Patofisiologi

Konjungtiva karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme dan faktor lingkungan lain yang menganggu. Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari substansi luar.Pada film air mata, unsur berairnya mengencerkan materi infeksi, mukus menangkap debris dan kerja memompa dari palpebra secara tetap menghanyutkan air mata ke duktus air mata dan air mata mengandung substansi antimikroba termasuk lisozim.Adanya agens perusak, menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema pada stroma konjungtiva ( kemosis ) dan hipertrofi lapis limfoid stroma ( pembentukan folikel ). Sel –sel radang bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui epitel ke permukaan.Sel – sel ini kemudian bergabung dengan fibrin dan mukus dari sel goblet, membentuk eksudat konjungtiva yang menyebabkan perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur.

Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh – pembuluh konjungtiva posterior, menyebabkan hiperemi yang tampak paling nyata pada forniks dan mengurang ke arah limbus.Pada hiperemia konjungtiva ini biasanya didapatkan pembengkakan dan hipertrofi papila yang sering disertai sensasi benda asing dan sensasi tergores, panas, atau gatal.Sensasi ini merangsang sekresi air mata.Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh darah yang hiperemia dan menambah jumlah air mata. Jika klien mengeluh sakit pada iris atau badan silier berarti kornea  terkena.    

| B 13 32

Page 33: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

| B 13 33

Page 34: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

1.1. Menjelaskan Diagnosis, Diagnosis Banding, PF dan PP Konjungtivitis

Gejala penting konjungtivitis adalah sensasi benda asing, yaitu tergores atau panas, sensasi penuh di sekitar mata,

gatal dan fotofobia. Sensasi benda asing dan tergores atau terbakar sering berhubungan dengan edema dan hipertrofi

papiler yang biasanya menyertai hiperemi konjungtiva. Sakit pada iris atau corpus siliaris mengesankan terkenanya

kornea.4

Tanda penting konjungtivitis adalah hiperemia, berair mata, eksudasi, pseudoptosis, hipertrofi papiler, kemosis

(edem stroma konjungtiva), folikel (hipertrofi lapis limfoid stroma), pseudomembranosa dan membran, granuloma,

dan adenopati pre-aurikuler.4

Diagnosa Banding Konjungtivitis

Konjungtivitis Keratitis Uveitis Anterior Glaukoma Kongestif Akut

Visus Normal Tergantung letak infiltratMenurun perlahan, tergantung letak radang

Menurun mendadak

Hiperemi konjungtiva perikornea siliar Mix injeksi

Epifora, fotofobia

- + + -

Sekret Banyak - - -

Palpebra Normal Normal normal Edema

Kornea Jernih Bercak infiltrat Gumpalan sel radangEdema, suram (tidak bening), halo (+)

COA Cukup cukup Sel radang (+) dangkal

H. Aquous Normal normalSel radang (+), flare (+), tyndal efek (+)

Kental

Iris Normal normal Kadang edema (bombans)Kripta menghilang karena edema

Pupil Normal normal miosis Mid midriasis (d:5mm)

Lensa Normal normal Sel radang menempel Keruh

Pemeriksaan mata awal termasuk pengukuran ketajaman visus, pemeriksaan eksternal dan slit-lamp

biomikroskopi.Pemeriksaan eksternal harus mencakup elemen berikut ini:5

Limfadenopati regional, terutama sekali preaurikuler

Kulit: tanda-tanda rosacea, eksema, seborrhea

Kelainan kelopak mata dan adneksa: pembengkakan, perubahan warna, malposisi, kelemahan, ulserasi,

nodul, ekimosis, keganasan

Konjungtiva: bentuk injeksi, perdarahan subkonjungtiva, kemosis, perubahan sikatrikal, simblepharon,

massa, sekret

Slit-lamp biomikroskopi harus mencakup pemeriksaan yang hati-hati terhadap:5

Margo palpebra: inflamasi, ulserasi, sekret, nodul atau vesikel, nodul atau vesikel, sisa kulit berwarna darah,

keratinisasi

| B 13 34

Page 35: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

Bulu mata: kerontokan bulu mata, kerak kulit, ketombe, telur kutu dan kutu

Punctum lacrimal dan canaliculi: penonjolan, sekret

Konjungtiva tarsal dan forniks

1. Adanya papila, folikel dan ukurannya

2. Perubahan sikatrikal, termasuk penonjolan ke dalam dan simblepharon

3. Membran dan psudomembran

4. Ulserasi

5. Perdarahan

6. Benda asing

7. Massa

8. Kelemahan palpebra

Konjungtiva bulbar/limbus: folikel, edema, nodul, kemosis, kelemahan, papila, ulserasi, luka, flikten,

perdarahan, benda asing, keratinisasi

Kornea

1. Defek epitelial

2. Keratopati punctata dan keratitis dendritik

3. Filamen

4. Ulserasi

5. Infiltrasi, termasuk infiltrat subepitelial dan flikten

6. Vaskularisasi

7. Keratik presipitat

Bilik mata depan: rekasi inflamasi, sinekia, defek transiluminasi

Corak pewarnaan: konjungtiva dan kornea

 

2.6   Pemeriksaan Penunjang

Kebanyakan kasus konjungtivitis dapat didiagnosa berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan. Meskipun demikian,

pada beberapa kasus penambahan tes diagnostik membantu.5

Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan tersebut dibuat sediaan yang dicat dengan

pengecatan gram atau giemsa dapat dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan

alergi pada pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil. Pada pemeriksaan klinik didapat adanya

hiperemia konjungtiva, sekret atau getah mata dan edema konjungtiva.

1. Kultur

Kultur konjungtiva diindikasikan pada semua kasus yang dicurigai merupakan konjungtivitis infeksi neonatal.

Kultur bakteri juga dapat membantu untuk konjungtivitis purulen berat atau berulang pada semua grup usia dan pada

kasus dimana konjungtivitis tidak berespon terhadap pengobatan.

1. Kultur virus

Bukan merupakan pemeriksaan rutin untuk menetapkan diagnosa. Tes imunodiagnostik yang cepat dan dilakukan

dalam ruangan menggunakan antigen sudah tersedia untuk konjungtivitis adenovirus. Tes ini mempunyai sensitifitas

| B 13 35

Page 36: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

88% sampai 89% dan spesifikasi 91% sampai 94%. Tes imunodiagnostik mungkin tersedia untuk virus lain, tapi

tidak diakui untuk spesimen dari okuler. PCR dapat digunakan untuk mendeteksi DNA virus. Ketersediannya akan

beragam tergantung dari kebijakan laboratorium.

1. Tes diagnostik klamidial

Kasus yang dicurigai konjungtivitis klamidial pada dewasa dan neonatus dapat dipastikan dengan pemeriksaan

laboratorium. Tes diagnostik yang berdasarkan imunologikal telah tersedia, meliputi tes antibodi imunofloresens

langsung dan enzyme-linked imunosorbent assay. Tes ini telah secara luas digantikan oleh PCR untuk spesimen

genital, dan, karena itu, ketersediaannya untuk spesimen konjungtival lebih terbatas. Ketersedian PCR untuk

mengetes sampel okuler beragam. Meskipun spesimen dari mata telah digunakan dengan performa yang

memuaskan, penggunaannya belum diperjelas oleh FDA. 

1. Smear/sitologi

Smear untuk sitologi dan pewarnaan khusus (mis.,gram, giemsa) direkomendasikan pada kasus dicurigai

konjungtivitis infeksi pada neonatus, konjungtivitis kronik atau berulang, dan pada kasus dicurigai konjungtivitis

gonoccocal pada semua grup usia.

1. Biopsi

Biopsi konjungtiva dapat membantu pada kasus konjungtivitis yang tidak berespon pada terapi. Oleh karena mata

tersebut mungkin mengandung keganasan, biopsi langsung dapat menyelamatkan penglihatan dan juga

menyelamatkan hidup. Biopsi konjungtival dan tes diagnostik pewarnaan imunofloresens dapat membantu

menetapkan diagnosis dari penyakit seperti OMMP dan paraneoplastik sindrom. Biopsi dari konjungtiva bulbar

harus dilakukan dan sampel harus diambil dari area yang tidak terkena yang berdekatan dengan limbus dari mata

dengan peradangan aktif saat dicurigai sebagai OMMP. Pada kasus dicurigai karsinoma glandula sebasea, biopsi

palpebra seluruh ketebalan diindikasikan. Saat merencanakan biopsi, konsultasi preoperatif dengan ahli patologi

dianjurkan untuk meyakinkan penanganan dan pewarnaan spesimen yang tepat.

1. Tes darah

Tes fungsi tiroid diindikasikan untuk pasien dengan SLK yang tidak mengetahui menderita penyakit tiroid.

Konjungtivitis non-infeksius biasanya dapat didiagnosa berdasarkan riwayat pasien. Paparan bahan kimiawi

langsung terhadapa mata dapat mengindikasikan konjungtivitis toksik/kimiawi. Pada kasus yang dicurigai luka

percikan bahan kimia, pH okuler harus dites dan irigasi mata terus dilakukan hingga pH mencapai 7. Konjungtivitis

juga dapat disebabkan penggunaan lensa kontak atau iritasi mekanikal dari kelopak mata.3

1.2. Menjelaskan Penatalaksanaan dan Pencegahan Konjungtivitis

2.8.1 Non Farmakologi

| B 13 36

Page 37: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari bagaimana cara menghindari kontaminasi

mata yang sehat atau mata orang lain. Perawat dapat memberikan intruksi pada pasien untuk tidak menggosok mata

yang sakit dan kemudian menyentuh mata yang sehat, mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata yang

sakit, dan menggunakan kain lap, handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah untuk membersihkan mata yang sakit.

Asuhan khusus harus dilakukan oleh personal asuhan kesehatan guna mengindari penyebaran konjungtivitis antar

pasien.

 

2.8.2 Farmakologi

Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bacterial tergantung temuan agen mikrobiologinya.

Untuk menghilangkan sekret dapat dibilas dengan garam fisiologis.

3.8.2.1  Penatalaksanaan Konjungtivitis Bakteri

Pengobatan kadang-kadang diberikan sebelum pemeriksaan mikrobiologik dengan antibiotic tunggal seperti

ü  Kloramfenikol

ü  Gentamisin

ü  Tobramisin

ü  Eritromisin

ü  Sulfa

Bila pengobatan tidak memberikan hasil setelah 3 – 5 hari maka pengobatan dihentikan dan ditunggu hasil

pemeriksaan mikrobiologik. Pada konjungtivitis bakteri sebaiknya dimintakan pemeriksaan sediaan langsung 

(pewarnaan Gram atau Giemsa) untuk mengetahui penyebabnya. Bila ditemukan kumannya maka pengobatan

disesuaikan. Apabila tidak ditemukan kuman dalam sediaan langsung, maka diberikan antibiotic spectrum luas

dalam bentuk tetes mata tiap jam atau salep mata 4-5x/hari. Apabila memakai tetes mata, sebaiknya sebelum tidur

diberi salep mata (sulfasetamid 10-15 %). Apabila tidak sembuh dalam 1 minggu, bila mungkin dilakukan

pemeriksaan resistensi, kemungkinan difisiensi air mata atau kemungkinan obstruksi duktus nasolakrimal.

 

2.8.2.2  Penatalaksanaan Konjungtivitis Virus

Pengobatan umumnya hanya bersifat simtomatik dan antibiotik diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi

sekunder. Dalam dua minggu akan sembuh dengan sendirinya. Hindari pemakaian steroid topikal kecuali bila

radang sangat hebat dan kemungkinan infeksi virus Herpes simpleks telah dieliminasi.

Konjungtivitis viral akut biasanya disebabkan Adenovirus dan dapat sedmbuh sendiri sehingga pengobatan hanya

bersifat suportif, berupa kompres, astrigen, dan lubrikasi. Pada kasus yang berat diberikan antibodi untuk mencegah

infeksi sekunder serta steroid topikal. Konjungtivitis herpetik diobati dengan obat antivirus, asiklovir 400 mg/hari

selama 5 hari. Steroid tetes deksametason 0,1 % diberikan bila terdapat episkleritis, skleritis, dan iritis, tetapi steroid

berbahaya karena dapat mengakibatkan penyebaran sistemik. Dapat diberikan  analgesik untuk menghilangkan rasa

sakit. Pada permukaan dapat diberikan salep tetrasiklin. Jika terjadi ulkus kornea perlu dilakukan debridemen

dengan  cara mengoles salep pada ulkus dengan swab kapas kering, tetesi obat antivirus, dan ditutup selama 24jam.

| B 13 37

Page 38: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

 

2.8.2.3  Penatalaksanaan Konjungtivitis Alergi

     Umumnya kebanyakan konjungtivitis alergi awalnya diperlakukan seperti ringan sampai ada kegagalan terapi

dan menyebabkan kenaikan menjadi tingkat sedang. Penyakit ringan sampai sedang biasanya mempunyai

konjungtiva yang bengkak dengan reaksi konjungtiva papiler yang ringan dengan sedikit sekret mukoid. Kasus yang

lebih berat mempunyai giant papila pada konjungtiva palpebranya, folikel limbal, dan perisai (steril) ulkus kornea.3

1. Alergi ringan

Konjungtivitis alergi ringan identik dengan rasa gatal, berair, mata merah yang timbul musiman dan berespon

terhadap tindakan suportif, termasuk air mata artifisial dan kompres dingin. Air mata artifisial membantu melarutkan

beragam alergen dan mediator peradangan yang mungkin ada pada permukaan okuler.

1. Alergi sedang

Konjungtivitis alergi sedang identik dengan rasa gatal, berair dan mata merah yang timbul musiman dan berespon

terhadap antihistamin topikal dan/atau mast cell stabilizer. Penggunaan antihistamin oral jangka pendek mungkin

juga dibutuhkan.

Mast cell stabilizer mencegah degranulasi sel mast; contoh yang paling sering dipakai termasuk sodium kromolin

dan Iodoxamide. Antihistamin topikal mempunyai masa kerja cepat yang meredakan rasa gatal dan kemerahan dan

mempunyai sedikit efek samping; tersedia dalam bentuk kombinasi dengan mast cell stabilizer. Antihistamin oral,

yang mempunyai masa kerja lebih lama, dapat digunakan bersama, atau lebih baik dari, antihistamin topikal.

Vasokonstriktor tersedia dalam kombinasi dengan topikal antihistamin, yang menyediakan tambahan pelega jangka

pendek terhadap injeksi pembuluh darah, tapi dapat menyebabkan rebound injeksi dan inflamasi konjungtiva.

Topikal NSAID juga digunakan pada konjungtivitis sedang-berat jika diperlukan tambahan efek anti-peradangan.

1. Alergi berat

Penyakit alergi berat berkenaan dengan kemunculan gejala menahun dan dihubungkan dengan peradangan yang

lebih hebat dari penyakit sedang. Konjungtivitis vernal adalah bentuk konjungtivitis alergi yang agresif yang tampak

sebagai shield coneal ulcer. Rujukan spesialis harus dipertimbangkan pada kasus berat atau penyakit alergi yang

resisten, dimana memerlukan tambahan terapi dengan kortikosteroid topikal, yang dapat digunakan bersama dengan

antihistamin topikal atau oral dan mast cell stabilizer. Topikal NSAID dapat ditambahkan jika memerlukan efek

anti-inflamasi yang lebih lanjut. Kortikosteroid punya beberapa resiko jangka panjang terhadap mata termasuk

penyembuhan luka yang terlambat, infeksi sekunder, peningkatan tekanan intraokuler, dan pembentukan katarak.

Kortikosteroid yang lebih baru seperti loteprednol mempunyai efek samping lebih sedikit dari prednisolon.

Siklosporin topikal dapat melegakan dengan efek tambahan steroid dan dapat dipertimbangkan sebagai lini kedua

dari kortikosteroid. Dapat terutama sekali berguna sebagai terapi lini kedua pada kasus atopi berat atau

konjungtivitis vernal.

Pencegahan

| B 13 38

Page 39: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

a.       Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah membersihkan atau mengoleskan obat,

penderita harus mencuci tangannya bersih-bersih.

b.      Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani mata yang sakit

c.       Jangan menggunakan handuk atau lap bersama dengan penghuni rumah lain

d.      Gunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan pabrik pembuatnya.

e.       Mengganti sarung bantal dan handuk dengan yang bersih setiap hari.

f.       Hindari berbagi bantal, handuk dan saputangan dengan orang lain.

g.      Usahakan tangan tidak megang-megang wajah (kecuali untuk keperluan tertentu), dan hindari mengucek-

ngucek mata.

h.      Bagi penderita konjungtivitis, hendaknya segera membuang tissue atau sejenisnya setelah membersihkan

kotoran mata.

Makanan yang disarankan untuk penderita konjungtivitis adalah makanan tinggi protein dan tinggi kalori guna untuk mempercepat proses penyembuhan dan di anjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin A guna untuk memperbaiki sensori penglihatan dan juga vitamin C untuk memperbaiki sistem pertahanan tubuh.Kompres mata dengan air hangat jika disebabkan oleh bakteri atau virus, Jikadisebabkan oleh alergi, kompres dengan air dingin.

1.3. Menjelaskan Komplikasi Konjungtivitis

Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada

mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa komplikasi dari konjungtivitis yang  tidak tertangani diantaranya:

1. glaukoma

2. katarak

3. ablasi retina

4. komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit dari blefaritis seperti ekstropin,

trikiasis

5. komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea

6. komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea adalah bila sembuh akan

meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea yang dapat mengganggu penglihatan, lama- kelamaan 

orang bisa menjadi buta

7. komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik dapat mengganggu penglihatan

1.4. Menjelaskan Prognosis Konjungtivitis

Mata dapat terkena berbagai kondisi. beberapa diantaranya bersifat primer sedang yang lain bersifat sekunder akibat

kelainan pada sistem organ tubuh lain, kebanyakan kondisi tersebut dapat dicegah bila terdeteksi awal dan dapat

dikontrol sehingga penglihatan dapat dipertahankan.

Bila segera diatasi, konjungtivitis ini tidak akan membahayakan. Namun jika bila penyakit radang mata tidak segera

ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan dan menimbulkan komplikasi seperti

Glaukoma, katarak maupun ablasi retina.

| B 13 39

Page 40: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

LI.4. Memahami & Menjelaskan Kelainan Mata Dengan Mata Merah Visus Normal,Mata Merah Visus Turun dan Mata Tenang Visus Turun

MATA MERAH VISUS NORMAL

I. PTERIGIUM

Definisi

Pterigium merupakan penebalan lipatan konjungtiva bulbi yang berbentuk segitiga dengan banyak pembuluh darah. Punvaknya terletak dikornea dan dasarnya dibagian perifer. Biasanya terletak di celah kelopak dan sering meluas ke daerah pupil.

PenyebabPenyebab pasti dari pterygium tidak diketahui. Tetapi, faktor penyebab yang paling umum adalah :

1. Terkena paparan sinar matahari yang berlebihan

2. Bekerja di luar rumah

3. Paparan berlebihan pada lingkungan yang keras seperti debu, kotoran, panas, angin, kekeringan dan asap.

4. Paparan berlebihan pada alergen seperti bahan kimia dan solvent

EpidemiologiUmum terjadi pada usia 20-30 tahun dan di daerah yang beriklim tropis

Klasifikasi Pterygium

Tipe 1

| B 13 40

Page 41: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

Meluas kurang dari 2 mm di atas kornea. Timbunan besi (ditunjukkan dengan Stocker line) dapat terlihat di epitel kornea bagian anterior/depan pterygium. Lesi/jejas ini asimtomatis, meskipun sebentar-sebentar dapat meradang (intermittently inflamed). Jika memakai soft contact lense, gejala dapat timbul lebih awal karena diameter lensa yang luas bersandar pada ujung kepala pterygium yang sedikit naik/terangkat dan ini dapat menyebabkan iritasi.

Tipe 2

Melebar hingga 4 mm dari kornea, dapat kambuh (recurrent) sehingga perlu tindakan pembedahan. Dapat mengganggu precorneal tear film dan menyebabkan astigmatisme.

Tipe 3

Meluas hingga lebih dari 4 mm dan melibatkan daerah penglihatan (visual axis). Lesi/jejas yang luas (extensive), jika kambuh, dapat berhubungan dengan fibrosis subkonjungtiva dan meluas hingga ke fornix yang terkadang dapat menyebabkan keterbatasan pergerakan mata.

Gambar 1. Tampak jaringan fibrovaskuler konjungtiva.

Gambar 2. Pterigium

Gejala

Gejala pterygium bervariasi dari orang ke orang. Pada beberapa orang, pterigyum akan tetap kecil dan tidak mempengaruhi penglihatan. Pterygium ini diperhatikan karena alasan kosmetik. Pada orang yang lain, pterygium akan tumbuh cepat dan dapat meyebabkan kaburnya penglihatan. Pterygium tidak menimbulkan rasa sakit.

Gejalanya termasuk :

1. Mata merah

2. Mata kering

3. Iritasi

4. Keluar air mata (berair)

5. Sensasi seperti ada sesuatu dimata

6. Penglihatan yang kabur

Diagnosis

| B 13 41

Page 42: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

Diagnosis pterigium dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan berikut:

1. Pemeriksaan Visus

2. Slit lamp

Penatalaksanaan

Tujuan utama penatalaksanaan pterygium adalah untuk :

1. Mengevaluasi ukuran

2. Mencegah inflamasi

3. Mencegah infeksi

4. Aid dalam proses penyembuhan, apabila operasi dilakukan

Observasi:

Pemeriksaan mata secara berkala, biasanya ketika pterygium tidak menimbulkan atau menimbulkan gejala yang minimal.

Apabila gejala bertambah berat, dapat ditambahkan :

1. Medikamentosa

Dapat diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi, kortikosteroid untuk mengurangi inflamasi, lubrikasi okular seperti airmata buatan.

2. Therapy radiasi

Apabila penglihatan menjadi kabur, maka pterygium harus dioperasi. Akan tetapi pterigium dapat muncul kembali. Pemberian mytomycin C to aid in healing dan mencegah rekurensi, seusai pengangkatan pterygium dengan operasi, selain itu menunda operasi sampai usia dekade 4 dapat mencegah rekurensi.

Pencegahan

Secara umum, lindungi mata dari paparan langsung sinar matahari, debu, dan angin, misalnya dengan memakai kacamata hitam.

II. PSEUDOPTERIGIUM

Pseudopterigium merupakan perlekatan konjungtiva dengan kornea yang cacat. Sering pseudopterigium ini terjadai pada proses penyembuhan tukak kornea, sehingga konjungtiva menutupi kornea. Letak pseudopterygium ini pada daerah konjungtiva yang terdekat dengan proses kornea sebelumnya.

PTERIGIUM PSEUDOPTERIGIUM

1. Lokasi Selalu di fisura palpebra Sembarang lokasi

2.Progresifitas Bisa progresif atau stasioner Selalu stasioner

3.Riwayat peny. Ulkus kornea (-) Ulkus kornea (+)

4.Tes sondase Negatif Positif

| B 13 42

Page 43: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

Pseudopterygium tidak memerlukan pengobatan, serta pembedahan, kecuali sangat mengganggu visus, atau alasan kosmetik.

III. PINGUEKULA

Definisi

Pinguekula merupaka benjolan pada konjungtiva bulbi yang merupakan degenerasi hialin jaringan submukosa konjungtiva.

Pinguekula sangat umum terjadi, tidak berbahaya, biasanya bilateral (mengenai kedua mata). Pinguecula biasanya tampak pada konjungtiva bulbar berdekatan dengan limbus nasal (di tepi/pinggir hidung) atau limbus temporal. Terdapat lapisan berwarna kuning-putih (yellow-white deposits), tak berbentuk (amorphous).

Patogenesis

Patogenesis belum jelas, tetapi umumnya diterima, bahwa rangsangan luar mempunyai peranan pada timbulnya pinguekula. Sebagai rangsangan luar antara lain adalah panas, debu, sinar matahari, udara kering6.

Pengobatan

Biasanya tidak diperlukan,jika terjadi inflamasi/ radang akut yang disebut pinguekulitis, maka diberikan steroid lemah.

Pencegahan

Mencegah rangsangan luar sangat dianjurkan.

Gambar 3. Pinguekula

IV. HEMATOMA SUBKONJUNGTIVA

Hematoma subkonjungtiva dapat terjadi pada keadaan dimana pembuluh darah rapuh (umur, hipertensi, arteiosklerosis, konjungtivitis hemorraghik, pemakaian antikoagulan, batuk rejan). Perdarahan subkonjungtiva dapat juga terjadi akibat trauma langsung atau tidak langsung, yang kadang menutupi perforasi jaringan bola mata yang terjadi.

Biasanya tidak perlu pengobatan karena akan diserap dengan spontan dalam waktu 1-3 minggu.

V. EPISKLERITIS – SKLERITIS

Episkleritis

Merupakan reaksi radang jaringan ikat vaskular yang terletak anatara konjungtiva dan permukaan sklera.

Episkleritis umumnya mengenai satu mata dan terutama perempuan usia pertengahan dengan bawaan penyakit rematik.

Keluhannya dapat berupa :

1. mata terasa kering

| B 13 43

Page 44: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

2. rasa sakit yang ringan

3. mengganjal

4. konjungtiva yang kemotik.

Pengobatan yang diberikan adalah vasokonstriktor, pada keadaan yang berat diberi kortikosteroid tetes mata atau sistemik atau salisilat. Pada episkleritis penglihatan normal, dapat sembuh sempurna atau bersifat residif.

Gambar 4. Episkleritis

Skleritis

Adalah reaksi radang yang mempengaruhi bagian luar berwarna putih yang melapisi mata.Penyakit ini biasanya disebabkan kelainan atau penyakit sistemik. Skleritis dibedakan menjadi :

1. Skleritis anterior diffus

Radang sklera disertai kongesti pembuluh darah episklera dan sklera, umumnya mengenai sebagian sklera anterior, peradangan sklera lebih luas, tanpa nodul.

2. Skleritis nodular

Nodul pada skleritis noduler tidak dapat digerakkan dari dasarnya, berwarna merah, berbeda dengan nodul pada episkleritis yang dapat digerakkan.

3. Skleritis nekrotik

Jenis skleritis yang menyebabkan kerusakan sklera yang berat.

Gambar 5. Skleritis

Gejala

- Kemerahan pada sklera dan konjungtiva

- Terdapat perasaan sakit yang berat yang dapat menyebar ke dahi, alis dan dagu yang kadang membangunkan sewaktu tidur akibat sakitnya yang sering kambuh.

| B 13 44

Page 45: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

- Fotofobia

- Mata berair

- Penglihatan menurun

Pengobatan

Pada skleritis dapat diberikan suatu steroid atau salisilat. Apabila ada penyakit yang mendasari, maka penyakit tersebut perlu diobati.

VI. KONJUNGTIVITIS

Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva, biasanya terdiri dari hyperemia konjungtiva disertai dengan pengeluaran secret.

Konjunctivitis dapat disebabkan bakteri, virus, klamidia, alergi toksik, dan molluscum contagiosum.

VIRUS BAKTERI ALERGI

GATAL Minimal Minimal Berat

HIPEREMI Menyeluruh Menyeluruh Menyeluruh

LAKRIMASI + + + +

EKSUDAT (SEKRET) Minimal (serous, mukous)

Banyak (muko- purulen/purulen)

Minimal (benang)

ADENOPATI + Jarang -

SEL-SEL Monosit PMN Eosinofil

Gambaran klinis yang terlihat pada konjungtivitis dapat berupa hiperemi konjungtiva bulbi (injeksi konjungtiva), lakrimasi, eksudat dengan sekret yang lebih nyata di pagi hari, pseodoptosis akibat kelopak membengkak, kemosis, hipertrofi papil, folikel, membrane, pseudomembran, granulasi, flikten, mata merasa seperti ada benda asing, dan adenopati preaurikular. Biasanya sebagai reaksi konjungtivitis akibat virus berupa terbentuknya folikel pada konjungtiva. 

Jenis Konjungtivitis dapat ditinjau dari penyebabnya dan dapat pula ditinjau dari gambaran klinisnya yaitu :

1. Konjungtivitis Kataral

2. Konjungtivitis Purulen, Mukopurulen

3. Konjuntivitis Membran

4. Konjungtivitis Folikular

5. Konjungtivitis Vernal

6. Konjungtivitis Flikten

| B 13 45

Page 46: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

Konjungtivitis Kataral

Etiologi

Biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, antara lain stafilokok aureus, Pneumokok, Diplobasil Morax Axenfeld dan basil Koch Weeks.

Bisa juga disebabkan oleh virus, misalnya Morbili, atau bahan kimia seperti bahan kimia basa (keratokonjungtivitis) atau bahan kimia yang lain dapat pula menyebabkan tanda-tanda konjungtivitis kataral. Herpes Zoster Oftalmik dapat pula disertai konjungtivitis.

Gambaran Klinis

Injeksi konjungtiva, hiperemi konjungtiva tarsal, tanpa folikel, tanpa cobble-stone, tanpa flikten, terdapat sekret baik serous, mukus, mukopurulen (tergantung penyebabnya). Dapat disertai blefaritis atau obstruksi duktus lakrimal.

Pengobatan

Pengobatan Konjungtivitis Kataral tergantung kepada penyebabnya. Apabila penyebabnya karena inf. bakteri maka dapat diberikan antibiotik, seperti : tetrasiklin, kloromisetin, dan lain-lain. Pada infeksi virus dianjurkan pemakaia sulfasetamid atau obat anti-virus seperti IDU untuk infeksi Herpes Simplek.

Konjungtivitis Purulen, Mukopurulen

Etiologi

Pada orang dewasa disebabkan oleh infeksi gonokok, pada bayi (terutama yang berumur di bawah 2 minggu) bila dijumpai konjungtivitis purulen, perlu dipikirkan dua kemungkinan penyebab, yaitu infeksi golongan Neisseria (gonokok atau meningokok) dan golongan klamidia (klamidia okulogenital)

Gambaran Klinis

Gambaran konjungtiva tarsal hiperemi seperti pada konjungtivitis kataral. Konjungtivitis Purulen ditandai sekret purulen seperti nanah, kadang disertai adanya pseudomembran sebagai massa putih di konjungtiva tarsal.

Pengobatan

Pengobatan konjungtivitis purulen harus intensif.

Penderita harus dirawat diruang isolasi. Mata harus selalu dibersihkan dari sekret sebelum pengobatan.

Antibiotik lokal dan sistemik

AB sistemik pd dewasa :

Cefriaxone IM 1 g/hr selama 5 hr + irigasi saline atau Penisilin G 10 juta IU/IV/hr selama 5 hr + irigasi

AB sistemik pd neonatus :

Cefotaxime 25 mg/kgBB tiap 8-12 jam selama 7 hr atau Penisilin G 100.000 IU/kgBB/hr dibagi dl 4 dosis selama 7 hr + irigasi saline

Konjungtivitis Membran

Etiologi

Konjungtivitis Membran dapat disebabkan oleh infeksi Streptokok hemolitik dan infeksi difteria. Konjungtivitis Pseudomembran disebabkan oleh infeksi yang hiperakut, serta infeksi pneumokok.

| B 13 46

Page 47: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

Gambaran Klinis

Penyakit ini ditandai dengan adanya membran/selaput berupa masa putih pada konjungtiva tarsal dan kadang juga menutupi konjungtiva bulbi. Massa ini ada dua jenis, yaitu membran dan pseudomembran.

Pengobatan

Tergantung pada penyebabnya.

Apabila penyebabnya infeksi Streptokok B hemolitik, diberikan antibiotik yang sensitif.

Pada infeksi difteria, diberi salep mata penisillin tiap jam dan injeksi penisillin sesuai umur, pada anak-anak diberikan penisillin dengan dosis 50.000 unit/KgBB, pada orang dewasa diberi injeksi penisillin 2 hari masing-masing 1.2 juta unit. Untuk mencegah gangguan jantung oleh toksin difteria, perlu diberikan antitoksin difteria 20.000 unit 2 hari berturut-turut.

Konjungtivitis Folikular

Dikenal beberapa jenis konjungtivitis follikular, yaitu konjungtivitis viral, konjungtivitis klamidia, konjungtivitis follikular toksik dan konjungtivitis follikular yang tidak diketahui penyebabnya.

Jenis Konjungtivitis Follikular

1. Kerato-Konjungtivitis Epidemi

Etiologi

Infeksi Adenovirus type 8, masa inkubasi 5-10 hari

Gambaran Klinis

Dapat mengenai anak-anak dan dewasa.

Gejala radang mata timbul akut dan selalu pada satu mata terlebih dahulu. Kelenjar pre-aurikuler dapat membesar dan nyeri tekan, kelopak mata membengkak, konjungtiva tarsal hiperemi, konjungtiva bulbi kemosis. Terdapat pendarahan subkonjungtiva. Pada akhir minggu pertama perjalanan penyakit, baru timbul gejala di kornea. Pada kornea terdapat infiltrat bulat kecil, superfisial, subepitel.

Gejala-gejala subyektif berupa mata berair, silau dan seperti ada pasir. Gejala radang akut mereda dalam tiga minggu, tetapi kelainan kornea dapat menetap berminggu-minggu, berbulan-berbulan bahkan bertahun-tahun setelah sembuhnya penyakit.

Pengobatan

Tidak terdapat pengobatan yang spesifik, dianjurkan pemberian obat lokal sulfasetamid atau antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder.

2. Demam Faringo-Konjungtiva

Etiologi

Penyebab paling sering adalah adenovirus tipe 3

Gambaran Klinis

Lebih sering pada anak daripada orang dewasa.

Terdapat demam, disamping tanda-tanda konjungtivitis follikular akut dan faringitis akut. Kelenjar pre-aurikuler dapat membesar. Lebih sering mengenai dua mata, kelopak mata membengkak.

| B 13 47

Page 48: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

Dua minggu sesudah perjalanan penyakit dapat timbul kelainan kornea, yaitu terdapat infiltrat bulat kecil superfisial. Faringitis timbul beberapa hari setelah timbulnya konjungtivitis follikular akut.

Pengobatan

Tidak ada pengobatan yang spesifik

3. Konjungtivitis Hemoragik Akut

Etiologi

Penyebabnya adalah Entero-virus 70, masa inkubasinya 1-2 hari

Gambaran Klinis

Timbulnya akut, disertai gejala subjektif seperti ada pasir, berair dan diikuti rasa gatal, biasanya dimulai pada satu mata dan untuk beberapa jam atau satu dua hari kemudian diikuti peradangan akut mata yang lain.

Penyakit ini berlangsung 5-10 hari, terkadang sampai dua minggu.

Pengobatan

Tidak dikenal obat yang spesifik, tetapi dianjurkan pemberian tetes mata sulfasetamid atau antibiotik.

4. Konjungtivitis New Castle

Etiologi

Virus New Castle, masa inkubasi 1-2 hari

Konjungtivitis ini biasanya mengenai orang-orang yang berhubungan dengan unggas, penyakit ini jarang dijumpai.

Gambaran Klinis

Gambaran Klinik : kelopak mata bengkak, konjungtiva tarsal hiperemi dan hiperplasi, tampak folikel-folikel kecil yang terdapat lebih banyak pada konjungtiva tarsal inferior. Pada konjungtiva tarsal dapat ditemukan perdarahan dan pada konjungtiviis ini biasanya disertai pembesaran kelenjar pre-aurikular, nyeri tekan. Sering unilateral

Gejala subjektif : seperti perasaan ada benda asing, berair, silau dan rasa sakit.

Pengobatan

Tidak ada pengobatan yang efektif, tetapi dapat diberi antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder.

5. Inclusion Konjungtivitis

Etiologi

Klamidia okulo-genital, masa inkubasi 4-12 hari

Gambaran Klinis

Gambaran kliniknya adalah konjungtivitis follikular akut dan gambaran ini terdapat pada orang dewasa dan didapatkan sekret mukopurulen, sedang pada bayi gambaran kliniknya adalah suatu konjungtivitis purulen yang juga disebut Inclusion blenorrhoe.

Pengobatan

Diberikan tetrasiklin sistemik, dapat pula diberikan sulfonamid atau eritromisin

| B 13 48

Page 49: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

6. Trachoma

Etiologi

Klamidia trakoma

Gambaran Klinis

Gambaran klinik terdapat empat stadium :

1. Stadium Insipiens atau permulaan

Folikel imatur kecil-kecil pada konjungtiva tarsal superior, pada kornea di daerah limbus superior terdapat keratitis pungtata epitel dan subepitel. Kelainan kornea akan lebih jelas apabila diperiksa dengan menggunakan tes flurosein, dimana akan terlihat titik-titik hijau pada defek kornea.

2. Stadium akut (trakoma nyata)

Terdapat folikel-folikel di konjungtiva tarsal superior, beberapa folikel matur berwarna abu-abu.

3. Stadium sikatriks

Sikatriks konjungtiva pada folikel konjungtiva tarsal superior yang terlihat seperti garis putih halus. Pannus pada kornea lebih nyata.

4. Stadium penyembuhan

Trakoma inaktif, folikel, sikatriks meluas tanpa peradangan

Pengobatan

Pemberian salep derivat tetrasiklin 3-4 kali sehari selama dua bulan. Apabila perlu dapat diberikan juga sulfonamid oral.

Konjungtivitis Vernal

Etiologi

Kemungkinan suatu konjungtivitis atopik

Gambaran Klinis

Gejala subyektif yang menonjol adalah rasa sangat gatal pada mata, terutama bila berada dilapangan terbuka yang panas terik.

Pada pemeriksaan dapat ditemukan konjungtivitis dengan tanda khas adanya cobble-stone di konjungtiva tarsalis superior, yang biasanya terdapat pada kedua mata, tetapi bisa juga pada satu mata. Sekret mata pada dasarnya mukoid dan menjadi mukopurulen apabila terdapat infeksi sekunder.

Pengobatan

Kortikosteroid tetes atau salep mata.

Konjungtivitis Flikten

Etiologi

• Disebabkan oleh karena alergi terhadap bakteri atau antigen tertentu (hipersensitivitas tipe IV).

| B 13 49

Page 50: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

• Gizi buruk dan sanitasi yg jelek merupakan faktor predisposisi

• Lebih sering ditemukan pd anak-anak

Gejala

Adanya flikten yang umumnya dijumpai di limbus. Selain di limbus, flikten dapat juga dijumpai di konjungtiva bulbi, konjungtiva taarsal dan kornea. Penyakit ini dapat mengenai dua mata dan dapat pula mengenai satu mata. Dan sifatnya sering kambuh

Apabila flikten timbul di kornea dan sering kambuh, dapat berakibat gangguan penglihatan. Apabila peradangannya berat, maka dapat terjadi lakrimasi yang terus menerus sampai berakibat eksema kulit. Keluhan lain adalah rasa seperti berpasir dan silau.

Pengobatan

Usahakan mencari penyebab primernya

Diberikan Kortikosteroid tetes mata/salep

Kombinasi antibiotik + kortikosteroid dianjurkan mengingat kemunginan terdapat infeksi bakteri sekunder.

Konjungtivitis Sika

Konjungtivitis sika atau konjungtivitis dry eyes adalah suatu keadaan keringnya permukaan konjungtiva akibat berkurangnya sekresi kelenjar lakrimal.

Etiologi

Terjadi pada penyakit-penyakit yang menyebabkan defisiensi komponen lemak air mata, kelenjar air mata, musin, akibat penguapan berlebihan atau karena parut kornea atau hilangnya mikrovili kornea. Bila terjadi bersama atritis rheumatoid dan penyakit autoimun lain, disebut sebagai sindrom sjogren.

Manifestasi Klinis

Gatal, mata seperti berpasir, silau, dan kadang-kadang penglihatan kabur. Terdapat gejala sekresi mucus yang berlebihan, sukar menggerakkan kelopak mata, mata tampak kering, dan terdapat erosi kornea. Pada pemeriksaan tedapat edema konjungtiva bulbi, hiperemis, menebal dan kusam. Kadang tedapat benang mucus kekuning-kuningan pada forniks konjungtiva bawah. Keluhan berkurang bila mata dipejamkan.

Komplikasi

Ulkus kornea, infeksi sekunder oleh bakteri, parut kornea, dan noevaskularisasi kornea.

Penatalaksanaan

Diberikan air mata buatan seumur hidup dan diobati penyakit yang mendasarinya. Sebaiknya diberikan air mata buatan tanpa zat pengawet kerena bersifat toksik bagi kornea dan dapat menyebabkan reaksi idiosinkrasi. Dapat dilakukan terapi bedah untuk mengurangi drainase air mata melalui oklusi pungtum dengan plug silicon atau plug kolagen. 

MATA MERAH VISUS MENURUN

I. ULKUS KORNEA

Ulserasi kornea dapat meluas ke dua arah yaitu melebar dan mendalam. Ulkus yang kecil dan superfisial akan lebih cepat sembuh, kornea dapat jernih kembali.

Pada ulkus yang menghancurkan membran Bowman dan stroma, akan menimbulkan sikatriks kornea.

| B 13 50

Page 51: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

Gejala Subjektif sama seperti gejala keratitis. Gejala Objektif berupa injeksi siliar, hilangnya sebagaian jaringan kornea, dan adanya infiltrat.Pada kasus yang lebih berat dapat terjadi iritis disertai hipopion.

II. RADANG UVEA

Peradangan uvea biasanya unilateral, dapat disebabkan oleh efek langsung suatu infeksi atau merupakan fenomena alergi terhadap antigen dari luar atau antigen dari dalam.

Radang iris dan badan siliar menyebabkan rusaknya Blood Aqueous Barrier sehingga terjadi peningkatan protein, fibrin, dan sel-sel radang dalam humor akuos yang tampak pada penyinaran miring menggunakan sentolop atau akan lebi jelas bila menggunakan slit lamp, berkas sinar yang disebut fler.

Fibrin dimaksudkan untuk menghambat gerakan kuman akan tetapi justru mengakibatkan perlekatan-perlekatan misalnya perlekatan iris pada permukaan lensa (sinekia posterior).

Sel-sel radang yang terdiri atas limfosit, makrofag, sel plasma dapat membentuk presipitat keratik yaitu sel-sel radang yang menempel pada permukaan endotel kornea. Apabila presipitat keratik ini besar, berminyak disebut mutton fat keratic precipitate. Akumulasi sel-sel radang dapat pula terjadi pada tepi pupil disebut Koeppe nodules, bila di permukaan iris disebut Busacca nodules, yang bisa ditemukan juga pada permukaan lensa dan sudut bilik mata depan.

Pada iridosiklitis yang berat sel radang dapat sedemikian banyak hingga menimbulkan hipopion.

Otot sfingter pupil mendapat rangsangan karena radang dan pupil akan miosis dan dengan adanya timbunan fibrin serta sel0sel radang dapat terjadi seklusio maupun oklusio pupil. Bila terjadi seklusio dan oklusio total, cairan di dalam bilik mata belakang tidak dapat mengalir sama sekali mengakibatkan tekanan dalam bilik mata belakang lebih besar dari tekanan dalam bilik mata depan sehingga iris tampak menggelembung ke depan yang disebut iris bombans.

Gangguan produksi humor akuos terjadi akibat hipofungsi badan siliar menyebabkan tekanan bola mata turun. Eksudat protein, fibrin, dan sel-sel radang dapat berkumpul di sudut bilik mata depan terjadi penutupan kanal Schlemm sehingga terjadi gaukoma sekunder.

Pada fase akut terjadi glaukoma sekunder karena gumpalan-gumpalan pada sudut bilik depan, sedang pada fase lenjut glaukoma sekunder terjadi karena adanya seklusio pupil.

Naik turunnya tekanan bola mata disebutkan pula sebagai akibat perna asetilkolin dan prostaglandin.

III. GLAUKOMA KONGESTIF AKUT

Seseorang yang datang dalam fase serangan akut glaukoma memberi kesan seperti orang yang sakit berat dan kelihatan payah; mereka diantar oleh orang lain atau dipapah. Penderita sendiri memegang kepalanya karena sakit, kadang-kadang pakai selimut.Hal inilah yang mengelabui dokter umum; sering dikiranya seorang penderita dengan suatu penyakit sistemik.

Dalam anamnesis, keluarganya akan menceritakan bahwa sudah sekian hari penderita tidak bisa bangun, sakit kepala dan terus muntah-muntah, nyeri dirasakan di dalam dan di sekitar mata. Penglihantannya kabur sekali dan dilihatnya warna pelangi di sekitar lampu.

Pada pemeriksaan, ditemukan kelopak mata bengkak, konjungtiva bulbi yang sangat hiperemik (kongestif), injeksi siliar dan kornea yang suram. Bilik mata depan dangkal dapat dibuktikan dengan memperhatikan bilik mata depan dari samping. Pupil tampak melebar, lonjong miring agak vertikal atau midriasis yang hampir total.

Refleks pupil lambat atau tidak ada.Tajam penglihatan menurun sampai hitung jari.Sebenarnya dengan tanda-tanda luar ini ditambah anamnesis yang teliti sudah cukup.

Diagnosis baru dapat ditegakkan kalau tekanan bola mata diukur, lalu didapatkan tinggi sekali. Mereka yang tidak biasa untuk mentransfer harus dipakai cara digital.

| B 13 51

Page 52: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

Diagnosis banding :

- Iritis akut

o Nyeri mata pada iritis tidak sehebat glaukoma akut

o Fotofobia lebih hebat daripada glaukoma akut

o Kornea masih mengkilat

o Pupil kecil

o Bilik mata depan tidak terlalu dangkal atau normal

o Tekanan bola mata biasa atau rendah

- Konjungtivitis akut

o Tak ada nyeri atau mungkin hanya sedikit

o Tak ada perubahan tajam penglihatan

o Ada sekret mata

o Hiperemi konjungitva berat; tidak ada hiperemi perikorneal.

Diagnosis banding penting sekali karena berhubungan dengan pengobatan.Glaukoma diobatai dengan miotikum, pada iritis harus diberi midriatik. Bila salah diberikan, akan berabahaya.

Pengobatan

Harus diingat bahwa kasus glaukoma akut adalah masalah pembedahan.Pemberian obat hanya untuk tindakan darurat agar segera dirujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas pembedahan mata.

Pengobatan dengan obat :

- Miotik : pilokarpin 2-4 % tetes mata yang diteteskan setiap menit 1 tetes selama 5 menit, kemudian disusul 1 tetes tiap jam sampai 6 jam. Hasilnya adalah liosis dan karenanya melepaskan iris dari jaringan trabekulum. Sudut mata depan akan terbuka.

- Carbonic Anhidrase Inhibitor : asetazolamid @ 250 mg, 2tablet sekaligus, kemudian disusul tiap 4 jam 1 tablet sampai 24 jam. Kerja obat ini adalah dengan mengurangi pembentukan akuos humor.

- Obat hiperosmotik :

o larutan gliserin, 50% yang diberikan oral. Dosis 1-1.5 gram/kg BB (0.7-1.5 cc/kgBB). Untuk praktisnya dapat dipakai 1 cc/kgBB. Obat ini harus diminum sekaligus.

o Mannitol 20% yang diberikan per infus ± 60 tetes/menit.

Kerja obat hiperosmotik adalah mempertinggi daya osmosis plasma.

- Morfin : injeksi 10-15 mg mengurangi sakit dan mengecilkan pupil.

LI. 5. Memahami dan Menjelaskan Memelihara Kesehatan dan Fungsi Mata dalam Ajaran Islam

| B 13 52

Page 53: Panca Indra 1

PUTRI MAULINA (1102012217)

Maha suci Allah, yang telah memberi kita pandangan, pendengaran dan hati agar kita bersyukur.  Dengan kasih sayang-Nya, Allah telah mengizinkan kita untuk menikmati warna-warni alam semesta dan beraneka rupa bentuk benda2. Shalawat serta salam mari kita lantunkan pada Rasulullah terkasih yang telah menunjukan kepada kita cara yang semestinnya ketika menggunakan anugrah Allah yang berupa mata ini.

Mata sesungguhnya adalah gerbang maksiat, apabila tidak digunakan dengan baik sesuai tuntunan islam. Barang siapa yang tidak dapat menahan pandangan mata sangat mungkin akan menjerumuskan nya pada zina dan maksiat.

Rasulullah adalah orang yang sangat menjaga pandangannya, beliau sangat berhati-hati dalam memandang yang dilarang Islam. Diantarannya dari melihat wanita yang bukan mahramnya.

“katakanlah kepada orang laki-laki beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan pelihara kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka dan sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang mereka perbuat.’ Dan katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya.” (QS.An-Nuur [24]: 30-31).

Pandangan yg sesat adalah panah2 setan, sedangkan setan itu tidak menginginkan apapun dari manusia selain keburukan dan kebinasaan. Oleh karena itu, penjagaan kita terhadapnya adalah salah satu kunci pokok jalan keselamatan, Jalan menuju kebahagiaan yang sesunguhnya. Pandangan liar yang kita lakukan diluar dari ajaran islam sesungguhnya dapat mengikis dan mengurangi iman kita. Iman tidak runtuh secara langsung, namun perlahan-lahan tapi pasti. Itu merupakan jurus setan yang paling efektif agar iman manusia menjadi rontok dan hilang. Marilah kita mencontoh rasulullah untuk tidak memandang yang diharamkan Allah, ingatlah sewaktu rasulullah memalingkan/menggerakkan wajah sahabat (Al-Fadl) yang memandang seorang wanita asing dengan sengaja ketika ihram.Marilah kita ingat sabda-sabdanya yang menyuruh kita bersungguh-sungguh menahan pandangan dengan lawan jenis, kecuali pada hal-hal tertentu yaitu pengajaran, jual beli, kesaksian, kedokteran, dsb yang diperbolehkan Islam. Ayo kita bersama-sama taburi hati kita dengan firman-firman Allah yang menjanjikan bahwa barang siapa yang menjaga dirinya dari perbuatan yang Allah haramkan, maka Allah akan mengaruniai kecintaan kepada hamba-Nya itu. Ayo jagalah pandangan kita agar terjaga dengan baik dan akan membuat kita merasakan manisnya iman dan lezatnya beribadah. Subhanallah. “ sesungguhnya terdapat dalam diri Rasulullah saw suri teladan yang baik bagi kamu (yaitu) bagi siapa yang mengharap (rahmat) Allah dan (kebahagiaan) hari akhir dan banyak menyebut nama Allah.” (QS.Al-Ahzab [33]: 21)

| B 13 53