Patologi Dan Gangguan Metabolisme Lanjut
-
Upload
ibnu-prakoso -
Category
Documents
-
view
16 -
download
5
Transcript of Patologi Dan Gangguan Metabolisme Lanjut
PATOLOGI DAN GANGGUAN METABOLISME LANJUT
Dosen :
dr. Rizky Taufan Firdaus
Oleh
Ibnu Prakoso PO7131111162
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN GIZI
2013
REAKSI FENTON
Ketika mendengar kata ‘Radikal Bebas,’ maka yang akan ada dalam benak adalah musuh
yang harus diwaspadai tentunya. Sebisa mungkin tidak ada toleransi dengan keberadaan radikal
bebas. Jika perlu berbagai jurus dengan menumpuk persediaan amunisi anti oksidan dalam perut
segera dipenuhi agar radikal bebas dibabat habis. Sedemikian menjadi momoknya radikal bebas,
maka sampai-sampai keberadaannya tidak lagi dikenali dengan baik, jika tidak ingin disebut
penjahat yang menjadi biang keladi timbulnya penyakit berat. Padahal ada kalanya kita harus
berdamai dengan radikal bebas karena eksistensi dan aktivitasnya juga berguna dalam tubuh.
Jika dapat divisualisasikan sebagai orbit pelanet di dalam tata surya, radikal bebas (R*)
adalah suatu atom, molekul atau senyawa yang dapat berdiri sendiri, mempunyai satu atau lebih
elektron tidak berpasangan pada orbital terluarnya. Sama seperti manusia yang belum
mendapatkan pasangan hidup hingga selalu aktif mencari pasangan, aktivitas elektron tanpa
pasangan menyebabkan radikal bebas (R*) reaktif. Adanya satu atau lebih pada elektron yang
tidak berpasangan menyebabkan radikal bebas (R*) cenderung mencari elektron untuk dijadikan
pasangan sehingga mencapai duplet atau octet (kondisi stabil) dengan mengambil dari senyawa
lain atau ditarik pada medan magnet tertentu.
“Keberadaan radikal bebas (R*) dalam tubuh berperan penting dalam proses-
proses biokimiawi yang diperlukan oleh tubuh. Proses-proses itu antara lain seperti reaksi
perlepasan elektron suatu zat yang melibatkan sitokrom P450, pengaturan kontraksi otot
polos, dan proses fagositosis (perusakan sel kuman oleh antibodi)”
Radikal bebas (R*) dapat terbentuk dari senyawa non radikal melalui reaksi kimia redoks
(menerima atau melepaskan elektron), melalui penyerapan radiasi (ionisasi, UV) atau jika ikatan
kovalen dalam suatu senyawa pecah (homolitic fusion) atau karena adanya reaksi Fenton. Berikut
ini adalah cara-cara pembentukan radikal bebas yang banyak dikenal.
1. Reaksi Fenton (Redoks)
Fe2+ + H2O2—->Kompleks perantara Fe3+ + OH* + OH-
Cu+ + H2O2 —->Cu2+ + OH* + OH-
2. Reaksi Fusi
a. Fusi homolitik
A : B —–>A* + B*
H2O ——>OH* + H*
b. Fusi heterolitik
A : B —–>A**- + B+
H2O ——>OH- + H+
3. Reaksi absorpsi energi
O2 1 elektron O2*- (reduksi)
O2 2 elektron H2O2 (reduksi, dengan penambahan 2 H+, atau protonasi dari
O22-)
H2O2 energi 2OH*
OH* adalah radikal bebas hidroksil, suatu radikal yang paling reaktif.
Keberadaan radikal bebas dalam tubuh tidak bisa dihindari, karena radikal bebas (R*)
dapat bersumber dari dalam tubuh itu sendiri atau luar tubuh. Pembentukan radikal bebas (R*) di
dalam tubuh sendiri antara lain berasal dari proses perpindahan elektron di mitokondria (paru-
paru sel), perlepasan elektron hemoglobin (Hb), enzim yang menggunakan oksigen secara
berlebihan, reaksi dismutase, dan reaksi kimia fenton.
Definisi Reaksi Fenton :
1. penggunaan garam H2O2 dan besi (Fenton reagen) untuk mengoksidasi α-hidroksi asam untuk
α-keto asam atau untuk mengkonversi 1,2-glikol ke α-hidroksi aldehida;
2. pembentukan · OH, OH-, dan Fe3 + dari reaksi nonenzimatik Fe2 + dengan H2O2, reaksi
penting dalam stres oksidatif pada sel darah dan berbagai jaringan.
Keberadaan radikal bebas (R*) dalam tubuh berperan penting dalam proses-proses
biokimiawi yang diperlukan oleh tubuh. Proses-proses itu antara lain seperti reaksi perlepasan
elektron suatu zat yang melibatkan sitokrom P450, pengaturan kontraksi otot polos, dan proses
fagositosis (perusakan sel kuman oleh antibodi). Radikal bebas yang memiliki peranan penting
dalam tubuh adalah radikal turunan dari oksigen yang disebut kelompok oksigen reaktif (reactive
oxygen species/ROS). Banyak sekali jenis radikal bebas (R*) yang sudah diteliti, seperti radikal
oksigen atau superoksid (O2*-), radikal hidroksil (OH*), radikal alkoksil (RO*), radikal peroksil
(ROO*) serta radikal bebas derivat H2O2 (peroksida).
Sementara kondisi radikal bebas yang memberikan dampak buruk pada tubuh adalah
apabila terjadi kelebihan radikal bebas (R*) atau sering kali disebut stress oksidatif yang tidak
diimbangi dengan antioksidan yang ada. Kemungkinan terjadinya stress oksidatif antara lain
dikarenakan oleh kelebihan jumlah radikal bebas yang diterima dari luar tubuh baik sengaja
maupun dengan tidak sengaja, seperti polutan(ozon, hidrokarbon, dan nitrogen oksida), rokok,
atau pengaruh dari obat-obatan (bleomycin. Anthracyclines, methotrexate).