PATOFISIOLOGI NEFROPATI DIABETIK BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT GINJAL KRONIK.docx

3
PATOFISIOLOGI NEFROPATI DIABETIK BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT GINJAL KRONIK Penyebab pasti dari nefropati diabetik belum diketahui namun berbagai macam studi mengatakan hal tersebut karena hiperglikemia yang memicu terjadinya hiperfiltrasi dan kerusakan pada ginjal, kelanjutan glikosilasi, dan aktivasi dari sitokin. Adanya pengontrolan terhadap glukosa darah menunjukan keseimbangan antara asupan atau intake, glukoneogenesis, penggunaan pada jaringan atau penyimpanan sebagai glikogen atau lemak dan oksidasinya. Keseimbangan ini diatur lewat produksi insulin oleh sel beta pada pankreas. Insulin mengatur serum glukosa di hati, otot skelet, dan jaringan lemak. Ketika terjadi resistensi insulin, insulin tidak dapat lagi melakukan gluconeogenesis di hepatik dan menyebabkan terjadinya hiperglikemia. Sementara itu resistensi insulin menyebabkan terjadinya peningkatan lipolisis pada jaringan adipose dan otot skelet yang akan menyebabkan terjadinya hiperlipidemia. Ketika terjadi resistensi insulin, pankreas berusaha ntuk meningkatkan pengeluaran insulin yang mengakibatkan stres pada sel beta. Tingginya kadar glukosa dan asam lemak menjadi mediator inflamasi yang mengaktifkan innate immunity pada seseorang. Hiperglikemia juga menyebabkan terjadinya peningkatan dari ekspresi Transforming Growth Factor β (TGF- β) pada glomerulus dan matriks protein serta adanya Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) yang berkontribusi terhadap hipertrofi dan meningkatkan sintesis kolagen serta menginduksi perubahan vaskular pada seorang dengan nefropati diabetik. Hiperglikemia juga mengaktivasi protein C kinase yang berkontribusi terhadap penyakit ginjal dan berbagai komplikasi vaskular dari diabetes.

Transcript of PATOFISIOLOGI NEFROPATI DIABETIK BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT GINJAL KRONIK.docx

PATOFISIOLOGI NEFROPATI DIABETIK BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT GINJAL KRONIKPenyebab pasti dari nefropati diabetik belum diketahui namun berbagai macam studi mengatakan hal tersebut karena hiperglikemia yang memicu terjadinya hiperfiltrasi dan kerusakan pada ginjal, kelanjutan glikosilasi, dan aktivasi dari sitokin. Adanya pengontrolan terhadap glukosa darah menunjukan keseimbangan antara asupan atau intake, glukoneogenesis, penggunaan pada jaringan atau penyimpanan sebagai glikogen atau lemak dan oksidasinya. Keseimbangan ini diatur lewat produksi insulin oleh sel beta pada pankreas. Insulin mengatur serum glukosa di hati, otot skelet, dan jaringan lemak. Ketika terjadi resistensi insulin, insulin tidak dapat lagi melakukan gluconeogenesis di hepatik dan menyebabkan terjadinya hiperglikemia. Sementara itu resistensi insulin menyebabkan terjadinya peningkatan lipolisis pada jaringan adipose dan otot skelet yang akan menyebabkan terjadinya hiperlipidemia. Ketika terjadi resistensi insulin, pankreas berusaha ntuk meningkatkan pengeluaran insulin yang mengakibatkan stres pada sel beta. Tingginya kadar glukosa dan asam lemak menjadi mediator inflamasi yang mengaktifkan innate immunity pada seseorang. Hiperglikemia juga menyebabkan terjadinya peningkatan dari ekspresi Transforming Growth Factor (TGF- ) pada glomerulus dan matriks protein serta adanya Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) yang berkontribusi terhadap hipertrofi dan meningkatkan sintesis kolagen serta menginduksi perubahan vaskular pada seorang dengan nefropati diabetik. Hiperglikemia juga mengaktivasi protein C kinase yang berkontribusi terhadap penyakit ginjal dan berbagai komplikasi vaskular dari diabetes.

Terdapat 3 perubahan histologi mayor utama pada glomerulus seorang dengan nefropati diabetik :1. Ekspansi dari mesangial yang langsung diinduksi oleh hiperglikemia, diperkirakan melalui peningkatan produksi matriks atau glikosilasi dari protein matriks.2. Penebalan dari membran basalis glomerulus terjadi.3. Terjadi sclerosis dari glomerulus akibat hipertensi (diinduksi oleh dilatasi dari arteri aferen renalis atau dari kerusakan atau iskemia yang diinduksi oleh penipisan hialin dari pembuluh darah yang menyuplai ke glomerulus)

Ketiga perbedaan pola histologi ini memiliki signifikansi nilai prognostik yang sama. Perubahan pada glomerulopati diabetik ini akibat adanya penimbunan dari matriks ekstraseluler. Perubahan morfologi paling awal pada nefropati diabetik ini adalah penebalan dari membran basalis glomerulus dan ekspansi dari mesangium selama terjadi akumulasi dari matriks ekstraseluler. Derajat dari glomerulopati diabetik ini diperkirakan melalui penebalan dari membran basalis perifer, mesangium, serta ekspresi dari matriks atau sama dengan fraksi atas ruang yang sesuai (volum fraksi dari mesangium/, matriks /mesangium, atau matriks/glomerulus). Glomerulus dan ginjal biasanya normal atau mengalami pembesaran ukuran pada nefropati diabetik Selain itu adanya perubahan hemodinamik, pasien dengan nefropati diabetik biasanya mengalami hipertensi sistemik. Hipertensi adalah faktor utama pada seluruh penyakit ginjal progresif terutama untuk nefropati diabetik. Efek dari hipertensi mempengaruhi vaskularisasi ataupun mikrovaskularisasi. Hipertensi yang berhubungan dengan obesitas, sindroma metabolik, dan diabetes memiliki peran penting terhadap patogenesis dari nefropati diabetik. Obesitas sentral, sindroma metabolik, dan diabetes memicu terjadinya peningkatan tekanan darah. Obesitas sentral menginduksi terjadinya hipertensi melalui peningkatan reabsorbsi dari natrium pada tubulus renalis dan menyebabkan terjadinya hipertensi renalis dan natriuresis melalui berbagai mekanisme, termasuk pengaktifan dari sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron (RAAS) yang dapat menyebabkan terjadinya kompresi fisik dari ginjal. Hipertensi juga menyebabkan terjadinya peningkatan dari tekanan kapiler intraglomerular dan kelainan metabolik (dislipidemia dan hiperglikemia) saling berinteraksi untuk menyebabkan terjadinya kerusakan pada ginjal. Seperti obesitas yang berhubungan dengan hiperfiltrasi glomerulus, vasodilatasi renalis, penurunan nilai LFG, peningkatan tekanan kapiler intraglomerular, dan peningkatan tekanan darah menjadi karakteristik dari nefropati diabetik. Peningkatan tekanan darah sistolik memiliki eksaserbasi dari progresivitas proteinuria dan pneurunan dari LFG yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit ginjal kronik stadium akhir (gagal ginjal kronik).