PARTOGRAF

49
PARTOGRAF Dr. Suparyanto, M.Kes KONSEP PARTOGRAF Pengertian Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan. Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk: 1. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam. 2. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian, juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama (Depkes RI, 2007). Jika digunakan secara tepat dan konsisten, maka partograf akan membantu penolong persalinan untuk: 1. Mencatat kemajuan persalinan. 2. Mencatat kondisi ibu dan janinnya. 3. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran. 4. Menggunakan informasi yang tercatat untuk secara dini mengidentifikasi adanya penyulit. 5. Menggunakan informasi yang ada untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu Penggunaan Partograf 1. Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan sebagai elemen penting asuhan persalinan. Partograf harus digunakan, baik tanpa ataupun adanya penyulit. Partograf akan membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik baik persalinan normal maupun yang disertai dengan pe¬nyulit. 2. Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit, dll). 3. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu selama persalinan dan kelahiran (Spesialis Obgin, bidan, dokter umum, residen dan mahasiswa kedokteran). 4. Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinya mendapatkan asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu, juga mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka (Prawirohardjo, 2002). Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara seksama, yaitu: 1. Denyut jantung janin setiap 1/2 jam 2. Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap 1/2 jam 3. Nadi: setiap 1/2 jam 4. Pembukaan serviks setiap 4 jam 5. Penurunan: setiap 4 jam 6. Tekanan darah dan temperatur tubuh setiap 4 jam

Transcript of PARTOGRAF

PARTOGRAFDr. Suparyanto, M.Kes

KONSEP PARTOGRAF

Pengertian Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan.

Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:1. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.

2. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian, juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama (Depkes RI, 2007).

Jika digunakan secara tepat dan konsisten, maka partograf akan membantu penolong persalinan untuk:1. Mencatat kemajuan persalinan.

2. Mencatat kondisi ibu dan janinnya.

3. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran.

4. Menggunakan informasi yang tercatat untuk secara dini mengidentifikasi adanya penyulit.

5. Menggunakan informasi yang ada untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu

Penggunaan Partograf1. Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan sebagai elemen penting asuhan persalinan. Partograf harus digunakan, baik tanpa ataupun adanya penyulit. Partograf akan membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik baik persalinan normal maupun yang disertai dengan pe¬nyulit.

2. Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit, dll).

3. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu selama persalinan dan kelahiran (Spesialis Obgin, bidan, dokter umum, residen dan mahasiswa kedokteran).

4. Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinya mendapatkan asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu, juga mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka (Prawirohardjo, 2002).

Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara seksama, yaitu:1. Denyut jantung janin setiap 1/2 jam

2. Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap 1/2 jam

3. Nadi: setiap 1/2 jam

4. Pembukaan serviks setiap 4 jam

5. Penurunan: setiap 4 jam

6. Tekanan darah dan temperatur tubuh setiap 4 jam

7. Produksi urin, aseton dan protein setiap 2 sampai 4 jam

Pencatatan selama fase aktif persalinan Halaman depan partograf mencantumkan bahwa observasi dimulai pada fase aktif persalinan dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil pe¬meriksaan selama fase aktif persalinan, termasuk:

1). Informasi tentang ibu: Nama, umur.

Gravida, para, abortus (keguguran).

Nomor catatan medis/nomor puskesmas.

Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal dan waktu penolong persalinan mulai merawat ibu).

Waktu pecahnya selaput ketuban.

2).Kondisi janin:

DJJ;

Warna dan adanya air ketuban

Penyusupan (molase) kepala janin

3).Kemajuan persalinan: Pembukaan serviks

Penurunan bagian terbawah janin atau presentasi janin

Garis waspada dan garis bertindak

4).Jam dan waktu: Waktu mulainya fase aktif persalinan

Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian

5).Kontraksi uterus: Frekuensi dan lamanya

6).Obat-obatan dan cairan yang diberikan: Oksitosin

Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan

7).Kondisi ibu: Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh

Urin (volume, aseton atau protein)

8).Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalam kolom yang tersedia di sisi partograf atau di catatan kemajuan persalinan).

Mencatat temuan Partograf1. Informasi tentang ibu Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat memulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai: "jam" pada partograf) dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten persalinan. Catat waktu terjadinya pecah ketuban.

2). Kesehatan dan kenyamanan janin Kolom, lajur dan skala angka pada partograf adalah untuk pencatatan denyut jantung janin (DJJ), air ketuban dan penyusupan (kepala janin).

a). Denyut jantung janin Dengan menggunakan metode seperti yang diuraikan pada bagian Pemeriksaan fisik, nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak pada bagian ini, menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ. Catat DJJ dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ. Kemudian hubungkan titik yang satu dengan titik lainnya dengan garis tidak terputus.

Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf di antara garis tebal angka 180 dan 100. Tetapi, penolong harus sudah waspada bila DJJ di bawah 120 atau di atas 160. Untuk tindakan-tindakan segera yang harus dilakukan jika DJJ melampaui kisaran nor¬mal ini. Catat tindakan-tindakan yang dilakukan pada ruang yang tersedia di salah satu dari kedua sisi partograf.

b). Warna dan adanya air ketuban Nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam, dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ. Gunakan lambang-lambang berikut ini:

1. U : Ketuban utuh (belum pecah)

2. J : Ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih

3. M:Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium

4. D : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah

5. K : Ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban ("kering")

Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan adanya gawat janin. Jika terdapat mekonium, pantau DJJ secara seksama untuk mengenali tanda-tanda gawat janin selama proses persalinan. Jika ada tanda-tanda gawat janin (denyut jantung janin < 100 atau >180 kali per menit),

ibu segera dirujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai. Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke tempat yang memiliki asuhan kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir.

c). Molase (penyusupan kepala janin) Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuai¬kan diri dengan bagian keras panggul ibu. Tulang kepala yang saling menyusup atau tum¬pang tindih, menunjukkan kemungkinan adanya disproporsi tulang panggul (CPD). Keti¬dakmampuan akomodasi akan benar-benar terjadi jika tulang kepala yang saling menyusup tidak dapat dipisahkan.

Apabila ada dugaan disproprosi tulang panggul, penting sekali un¬tuk tetap memantau kondisi janin dan kemajuan persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan tanda-tanda disproporsi tulang panggul ke fasilitas kesehatan yang memadai.

Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan kepala janin. Catat temuan di kotak yang sesuai (Gambar 2-6) di bawah lajur air ketuban. Gunakan lambang-lambang berikut ini:

0 : tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi

1 : tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan

2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat dipisahkan

3 : tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan

3). Kemajuan Persalinan Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang tertera di tepi kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks. Masing-masing angka mempunyai lajur dan kotak tersendiri. Setiap angka/kotak menunjukkan besarnya pembukaan serviks. Kotak yang satu dengan kotak yang lain pada lajur diatasnya, menunjukkan penambahan dilatasi sebesar 1 cm. Skala angka 1-5 juga menunjukkan seberapa jauh penurunan janin. Masing-masing kotak di bagian ini menya¬takan waktu 30 menit.

a. Pembukaan serviks Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan Fisik dalam bab ini, nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada tanda-¬tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf hasil te¬muan dari setiap pemeriksaan. Tanda "X" harus ditulis di garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks. Beri tanda untuk temuan-temuan dari pemeriksaan dalam yang dilakukan pertama kali selama fase aktif persalinan di garis waspada. Hubungkan tanda "X" dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus).

b. Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan fisik di bab ini. Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering jika ada tanda¬-tanda penyulit, nilai dan catat turunnya bagian terbawah atau presentasi janin.

Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks umumnya diikuti dengan turunnya bagian terbawah atau presentasi janin. Tapi kadangkala, turunnya bagian terbawah/presen¬tasi janin baru terjadi setelah pembukaan serviks sebesar 7 cm.

Kata-kata "Turunnya kepala" dan garis tidak putus dari 0-5, tertera di sisi yang sama dengan angka pembukaan serviks. Berikan tanda "" pada garis waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika kepala bisa dipalpasi 4/5, tuliskan tanda "" di nomor 4. Hubungkan tanda "" dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak terputus.

c. Garis waspada dan garis bertindak Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik di mana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan 1 cm per jam. 

Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya fase aktif yang memanjang, macet, dll.). 

Pertimbangkan pula adanya tindakan intervensi yang diperlukan, misalnya persiapan rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit atau puskesmas) yang mampu menangani penyulit dan kegawat daruratan obstetri. 

Garis bertindak tertera sejajar dengan garis waspada, dipisahkan oleh 8 kotak atau 4 jalur ke sisi kanan. Jika pembukaan serviks berada di sebelah kanan garis bertindak, maka tindakan untuk

menyelesaikan per¬salinan harus dilakukan. Ibu harus tiba di tempat rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.

4). Jam dan waktua..Waktu mulainya fase aktif persalinan Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-16. Setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.

b..Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan Di bawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. 

Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu tiga puluh menit pada lajur kotak di atasnya atau lajur kontraksi di bawahnya. 

Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, catatkan pembukaan serviks di garis waspada. 

Kemudian catatkan waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika pemeriksaan dalam menunjukkan ibu mengalami pem¬bukaan 6 cm pada pukul 15.00, tuliskan tanda "X" di garis waspada yang sesuai dengan angka 6 yang tertera di sisi luar kolom paling kiri dan catat waktu yang sesuai pada kotak waktu di bawahnya (kotak ketiga dari kiri).

5). Kontraksi uterus Di bawah lajur waktu partograf terdapat lima lajur kotak dengan tulisan "kontraksi per 10 menit" di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik.

Nyatakan lamanya kontraksi dengan:

1. Beri titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya kurang dari 20 detik.

2. Beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya 20-40 detik.

3. Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya lebih dari 40 detik.

6). Obat-obatan yang diberikan Di bawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk mencatat oksi¬tosin, obat-obat lainnya dan cairan IV

a). Oksitosin. Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksi¬tosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit.

b). Obat-obatan lain dan cairan IV Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.

7). Kesehatan dan kenyamanan ibu Bagian terakhir pada lembar depan partograf berkaitan dengan kesehatan dan kenyamanan ibu.

a. Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu.

1. Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan. (lebih sering jika dicurigai adanya penyulit). Beri tanda titik pada kolom waktu yang sesuai ().2. Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan (lebih sering jika dianggap akan adanya penyulit). Beri tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang sesuai.

3. Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika meningkat, atau dianggap adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh dalam kotak yang sesuai.

b. Volume urin, protein atau aseton Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu berkemih). Jika memungkinkan setiap kali ibu berkemih, lakukan pemeriksaan adanya ase¬ton atau protein dalam urin.

8). Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik di sisi luar kolom parto¬graf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan.

Asuhan, pengamatan dan/atau keputusan klinik mencakup:

1. Jumlah cairan per oral yang diberikan.

2. Keluhan sakit kepala atau pengelihatan (pandangan) kabur.

3. Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (Obgin, bidan, dokter umum).

4. Persiapan sebelum melakukan rujukan.

5. Upaya Rujukan.

Pencatatan pada lembar belakang Partograf Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala I hingga kala IV (termasuk bayi baru lahir). 

Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai Catatan Persalinan. 

Nilai dan catatkan asuhan yang diberikan pada ibu dalam masa nifas terutama selama persalinan kala empat untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik yang se¬suai. 

Dokumentasi ini sangat penting untuk membuat keputusan klinik, terutama pada pe¬mantauan kala IV (mencegah terjadinya perdarahan pascapersalinan). Selain itu, catatan persalinan (yang sudah diisi dengan lengkap dan tepat) dapat pula digunakan untuk menilai/memantau sejauh mana telah dilakukan pelaksanaan asuhan persalinan yang dan bersih aman.

Catatan persalinan adalah terdiri dari unsur-unsur berikut:1. Data dasar

2. Kala I

3. Kala II

4. Kala III

5. Bayi baru lahir

6. Kala IV

Cara pengisian: Berbeda dengan halaman depan yang harus diisi pada akhir setiap pemeriksaan, lembar belakang partograf ini diisi setelah seluruh proses persalinan selesai. Adapun cara pengisian catatan persalinan pada lembar belakang partograf secara lebih terinci disampai¬kan menurut unsur-unsurnya sebagai berikut.

1). Data dasar Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat tempat persalinan, catatan, alasan merujuk, tempat rujukan dan pendamping pada saat merujuk. Isi data pada masing-masing tempat yang telah disediakan, atau dengan cara memberi tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai.

2). Kala I Kala I terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati garis waspada, masalah-masalah yang dihadapi, penatalaksanaannya, dan hasil penatalaksanaan tersebut.

3). Kala II Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin, distosia bahu, masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya.

4). Kala III Kala III terdiri dari lama kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali, pemijatan fundus, plasenta lahir lengkap, plasenta tidak lahir > 30 menit, laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya, isi jawaban pada tempat yang disediakan dan beri tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai.

5). Bayi baru lahir Informasi tentang bayi baru lahir terdiri dari berat dan panjang badan, jenis kelamin, penilaian kondisi bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah penyerta, penatalaksanaan ter¬pilih dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan serta beri tanda ada kotak di samping jawaban yang sesuai.

6). Kala IV Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus, kontraksi uterus, kan¬dung kemih dan perdarahan. Pemantauan pada kala IV ini sangat penting terutama untuk

menilai apakah terdapat risiko atau terjadi perdarahan pascapersalinan. Pengisian peman¬tauan kala IV dilakukan setiap 15 menit pada satu jam pertama setelah melahirkan, dan setiap 30 menit pada satu jam berikutnya. Isi setiap kolom sesuai dengan hasil pemeriksaan dan Jawab pertanyaan mengenai masalah kala IV pada tempat yang telah disediakan (Depkes RI, 2007).

DAFTAR PUSTAKA1. Ida Bagus Gde Manuaba, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, Jakarta : ECG

2. JNPK-KR, 2007. Asuhan Persalinan Normal, Jakarta : JHPIEGO

3. Saifuddin Abdul Bari, 2002.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Matrenal dan Neonatal,Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

4. Menteri Kesehatan, 2009. Temu Kader Posyandu : Kementrian Kesehatan Republic Indonesia (diakses pada tanggal 23 Maret 2010)

5. Supriadi Pawik, 2010. Angka Kematian Ibu dan Bayi : Dinas Komunikasi dan Informatika Prov. Jatim (diakses pada tanggal 23 Maret 2010)

6. Ulfa, Ida Nikmatul, 2010. Kasus Kematian Ibu Sangat Mengkhawatirkan. Jombang: Jawa Pos (diakses pada tanggal 23 Maret 2010)

Pedoman Pengisian Partograf

                        Partograf adalah alat untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas kesehatan dalam menentukan keputusan dalam penatalaksanaan.( saifudin, abdul bari. 2002).

            Partograf adalah alat bantu yang di gunakan selama fase aktif persalinan ( depkes RI, 2004).

Menurut depkes RI (2004), tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:

1.      Mencatat   hasil   observasi   dan   kemajuan persalinan dengan  menilai   serviks  melalui   pemeriksaan dalam.

2.      Mendeteksi   apakah   proses persalinan berjalan   dengan   normal.   Dengan   demikian,   juga   dapat melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama.

Menurt depkes RI (2004) partograf harus digunakan :

1.      Untuk   semua   ibu   dalam   fase   aktif   kala   I persalinan sebagai   elmen   penting   asuhan  persalinan. partograf harus di gunakan, baik ataupun adanya penyulit.

2.      Partograf   akan   membantu   penolong persalinan dalam   memantau,   menevaluasi   dan   membuat keputusan klinik baik persalinan normal maupun yang disertai dengan penyulit.

3.      Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (  rumah, puskesmas,klinik bidan swasta,  rumah sakit,DLL).

4.      Secara   rutin   oleh   semua   penolong persalinan yang   memberikan   asuhan   kepada   ibu   sekama pesalinan   dan   kelahiran   (   dr.   spesialis   obstetric ginekologi, bidan,   dokter   umum,   residen   dan mahasiswa kedokteron).

       Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinnya mendapatkan asuhan   yang   aman   dan   tepat  waktu.   Selain   itu   juga  mecegah   terjadinya   penyulit   yang   dapat mengancam keselamatan jiwa mereka.

Mencatat temuan pada partograf :

1.      Informasi tentang ibu

Lengkapi  bagian  awal   (   atas   )   partograf   secara   teliti  pada   saat  mulai   asuhan persalinan.  Waktu kedatangan (tertulis sebagai : “jam” pada partograf) dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten persalinan catat waktu terjadinya pecah ketuban.

2.      Kesehatan dan kenyamanan janin

Kolom,lajur  dan  skala  pada  partograf  adalah  untuk  pencatatn  DJJ,  air   ketuban  dan  penyusupan ( kepala janin ).

a)      DJJ

Dengan menggunakan metode seperti yang di  urauikan pada bagian pemeriksaan fisik,  nilai  dan catat DJJ setiap 30 menit ( lebih sering jika ada tanda – tanda gawat janin).

Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf di antara garis tebal 180. Tetapi,penolong harus sudah waspada bila DJJ di bawah 120 atau di

b)      Warna dan adanya air ketuban

Nilai air ketuban setiap kali di lakukan pemeriksaan dalam, dan nilai warna air ketuban pecah. Catat temuan – temuan dalam kotak yang sesuai  di bawah lajur DJJ.

Gunakan – gunakan lambing berikut ini :

  U               : ketuban utuh (belum pecah)

  J     : ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih

  M   : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium

  D               : ketuban sudah pecah dan air ketuan bercampur darah

  K               :ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (“kering”)

c)      Molase (penyusupan kepala janin)

Penyusupan adalah indicator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri dengan   bagian   keras   panggul   ibu.   Tulang   kepala   yang   saling  menyusup   atau   tumpang   tindih, menunjujkan   kemungkinan   adanya  Chepalo Pelvic Disporportion (CPD).   Ketidakmampuan akomodasi   akan  benar   –  benar   terjadi   jika   tulang  kepala   yang   saling  menyusup  tidak  dapat  di pusahkan. Apabila ada dugaan disproporsi  tulang panggul,  penting sekali  untuk tetap memantau kondisi janin dan kemajuan persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu tangan tanda – tanda disproporsi   tulang panggul  ke fasilitas kesehatan yang memadai.  Gunakan lambing lambing berikut :

0             : tulang – tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat di    palpasi.

1              : tulang – tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.

2               : tulang – tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat di  pisahkan.

      3             : tulang – tulang kepala janin saling tumpang tindih da tidak dapat dipisahkan

3.      Kemajuan persalinan

      Menurut   Depkes   (2004),   kolom   dan   lajr   kedua   pada   partograf   adalah   untuk   pencatatan kemajuan persalinan.

a)      Pembukaan serviks

            Dengan menggunakan metode yang di jelaskan di bagian pemeriksaan fisik dalam bab ini, nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering di lakukan jika ada tanda – tanda penyulit). Saat   ibu   berada   dalam   fase   aktif persalinan,   catat   pada   partograf   hasil   temuan   dari   setiap pemeriksaan. Tanda “X” harus di tulis digaris waktu yang sesuai dengan jalur besarnya pembukaan serviks. Beri tanda untuk temuan – temuan dari pemeriksaan dalam yang di lakukakn pertama kali selama fase aktif persalinan di garis waspada. Hubungkan tanda “X” dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus).

b)      Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin.

            Dengan menggunakan metode yang di jelaskan di bagian fisik bab ini. Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam(setiap 4 jam), atau lebih sering jika ada tanda – tanda penyulit, nilai dan catat turunnya bagian terbawah atau presentasi janin.

            Pada persalinan normal,  kemajuan  pembukaan serviks  umumnya di   ikuti dengan  turunnya bagian terbawah/presentasi janin baru terjadi setelah pembukaan serviks sebesar & cm.

c)      Garis waspada dan garis bertindak

            Garis waspada di mulai pada pembukaan serviks 4 jam cm dan berakhir pada titik dimana pembukaan 1 cm per jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus di mulai di garis waspada. Jika   pembukaan   serviks   mengarah   ke   sebelah   kanan   garis   waspada.   Jika   pembukaan   serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam), maka harus di pertimbangkan adanya penyulit (misalnya fase aktif yang memanjang, macet, dll).  Pertimbangkan pula adanya tindakan intervensi yang di perlukan, misalnya persiapan rujukan ke fasilitaskesehatan rujukan (rumah sakit  atau puskesmas) yang mampu menangani  penyulit  dan kegawat daruratan obsetetri. Garis bertindak tertera sejajar dengan garis waspada, dipisahkan oleh 8 kotak atau 4 lajur ke  sisi  kanan.   Jika  pembukaan serviks  berada di  sebelah kanan bertindak,  maka tindakan untuk menyelesaikan persalinan harus dilakukan. Ibu harus tiba di tempat rujukan sebelum garis bertindak terlampui.

4.      Jam dan waktu

a)      Waktu mulainya fase aktif persalinan

            Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera kotak – kotak yang di beri angka 1-16. Setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak dimulainnya fase aktif persalinan.

b)      Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan

            Di bawah lajur kotak untuk waktu misalnya fase aktif, tertera kotak – kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyebabkan satu jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu 30 menit pada lajur kotak di atasnya atau lajur kontraksi di bawahnya. Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, catatkan waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai.

5.      Kontraksi uterus

      Di bawah lajur waktu partograf terdapat lima lajur kotak dengan tulisan “kontraksi per 10 menit” di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi.

Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dengan mengisi angka pada kotak yang sesuai.

6.     Obat – obatan dan cairan yang di berikan

      Di bawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk mencatat oksitosin, obat – obat lainnya dan cairan IV.

a.       Oksitosin

            Jika   tetesan  (drip)  oksitosin  sudah di  mulai,  dokumentasikan  setiap 30 menit   jumlah unit oksitosin yang di berikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit.

b.      Obat – obatan lain dan cairan IV

            catat semua pemberian obat – obatan tambahan dan atau cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.

7.      Kesehatan dan kenyamanan ibu

      Bagian terakhir pada lembar depan partograf berkaitan dengan keehatan dan kenyamanan.

a.       Nadi, tekanan darah, dan temperature tubuh.

Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu.

(1)               Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan.

(2)               Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan.

(3)               Nilai dan catat temperature tubuh ibu (lebih sering jika meningkat, atau di anggap adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperature tubuh dalam kotak yang sesuai.

b.      Volume urine, protein atau aseton

Ukur dan catat jumlah produksi urine ibu sedikitnya setiap 2 jam ( setiap kali ibu berkemih).

8.      Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya

Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik disisi luar kolom partograf, atau buat   catatan   terpisah   tentang   kemajuan persalinan.   Cantumkan   juga   tanggal   dan   waktu   saat membuat catatan persalinan.

      Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik mencakup :

a.       Jumlah cairan peroral yang di berikan.

b.      Keluhan sakit kepala atau penglihatan (pandangan) kabur.

c.       Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (dokter obsgyn, bidan, dokter umum).

d.      Persiapan sebelum melakukan rujukan.

e.       Upaya rujukan.

Pencatatan pada lembar belakang partograf :

                  Halaman belakang partograf  merupakan bagian untuk  mencatat  hal  –  hal  yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan – tindakan yang di lakukan sejak pesalinan kala   I   hingga   IV   (termasuk   bayi   baru   lahir).   Itulah   sebabnya   bagian   ini   di   sebut   sebagai catatn persalinan. Nilai dan catatkan asuhan yang di berikan pada ib u dalam masa nifas terutama selama persalinan kala IV untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah terjadinya penyulit dan  membuat   keputusan   klinik   yang   sesuai.   Dokumentasi   ini   sangat   penting   untuk  membuat keputusan   klinik,   terutamam   pada   pemantaun   kala   IV   (mencegah   terjadinya   perdarahan pasca persalinan). Selain itu, catatan persalinan( yang sudah di isi dengan lengkap dan tepat) dapat pula   di   gunakan   untuk   menilai   atau   memantau   sejauh   mana   telah   di   lakukan   pelaksanaan asuhan persalinan yang bersih dan aman.

Partograf adalah alat pencatatan persalinan, untuk menilai keadaan ibu, janin dan seluruh proses

persalinan.

Partograf digunakan untuk mendeteksi jika ada penyimpangan / masalah dari persalinan, sehingga

menjadi partus abnormal dan memerlukan tindakan bantuan lain untuk menyelesaikan persalinan.

Partograf merupakan lembaran form dengan berbagai grafik dan kode yang menggambarkan

berbagai parameter untuk menilai kemajuan persalinan.

Gambaran partograf dinyatakan dengan garis tiap parameter (vertikal) terhadap garis perjalanan

waktu (horisontal).

Bahaya / komplikasi persalinan sulit / abnormal

1. kematian ibu atau kematian bayi atau keduanya

2. ruptura uteri

3. infeksi / sepsis puerperal

4. perdarahan postpartum

5. fistel

PARTOGRAF WHO (baca juga buku Prof.Dr.Sudraji Sumapraja)

Sesuai standarisasi WHO (World Health Organization), untuk digunakan di pelosok-pelosok negara

berkembang atau miskin, supaya mudah digunakan oleh pelayan kesehatan di sarana terbatas.

Jika dinilai ada masalah yang memerlukan intervensi, dapat segera diusahakan untuk dirujuk ke

pusat kesehatan yang lebih baik.

Dengan partograf WHO dapat dinilai kapan diperlukan tindakan untuk menyelesaikan proses

persalinan dengan :

1) perlu/tidaknya dirujuk,

2) perlu/tidaknya induksi infus oksitosin, dan

3) perlu/tidaknya operasi sectio cesarea.

Penelitian partograf WHO dilakukan multisentral di Indonesia (4 rumahsakit), Thailand (2

rumahsakit) dan Malaysia (2 rumahsakit) selama 15 bulan (Januari 1990 – Maret 1991),

menghasilkan modul / form partograf yang sekarang banyak dipakai di mana-mana.

GARIS WASPADA / TINDAKAN

1) daerah sebelah kiri garis waspada merupakan garis observasi

2) daerah di antara garis waspada dan garis tindakan merupakan daerah perlu pertimbangan

untuk merujuk atau mengambil tindakan,

3) daerah di sebelah kanan garis tindakan adalah daerah harus segera bertindak.

KAPAN PARTOGRAF DIISI ?

Partograf mulai diisi bila

Mereka yang masuk dalam persalinan :

1. fase laten (pembukaan < 3 cm), his teratur, frekuensi min.2x/10’, lamanya3cm), his teratur,

frekuensi min.1x/10’, lamanya<20".

Masuk dengan ketuban pecah spontan tanpa adanya his :

1. bila infus oksitosin dimulai

2. bila persalinan dimulai

Masuk untuk induksi persalinan :

1. pemecahan ketuban (amniotomi) dengan atau tanpa infus oksitosin

2. induksi medis (infus oksitosin, balon kateter atau pemberian prostaglandin)

3. bila persalinan dimulai atau induksi dimulai atau ketuban pecah.

Partograf tidak perlu diisi bila

1. Masuk dengan kala 1 akhir fase aktif pembukaan 9 cm atau lebih

2. Sectio cesarea elektif

3. Sectio cesarea darurat saat datang

4. Usia kehamilan kurang dari 34 minggu

MONITOR PADA PARTOGRAF

Frekuensi denyut jantung janin

Normal antara 120-160 kali per menit.

Laporan dengan memberi tanda pada form grafik sesuai frekuensi jantung pada garis waktu.

Selaput / cairan ketuban

Dinilai apakah selaput ketuban masih utuh atau sudah pecah, jika sudah pecah dan keluar dinilai

warna cairan ketubannya.

Kode dengan huruf dalam lingkaran.

(u) atau (+) : selaput ketuban utuh

(-) : selaput ketuban pecah / tidak teraba

Warna cairan : jernih (J), hijau (H), merah (M)

Jika kering/tidak ada cairan : huruf (K).

Moulage kepala janin

Diraba fisura antara tulang-tulang kepala, dilaporkan dalam angka (+1) sampai (+4) menurut

derajatnya, atau bila tidak ada moulage, beri tanda (-).

Pembukaan serviks

Kode dengan tanda silang (X) pada form grafik sesuai pembukaan serviks pada garis waktu.

Fase laten partus kala 1 antara 0 sampai 8 jam sampai dengan pembukaan 3 cm.

Fase aktif sekitar 7 jam, dengan perhitungan atau harapan membuka 1 cm setiap jam sampai

lengkap.

Sebaiknya pemeriksaan dalam dilakukan setiap 4 jam pada fase laten, dan tiap 3 jam pada fase

aktif. Perkiraan masuk kala 2 dapat dari observasi jika ada tanda-tanda klinis lain.

Penurunan presentasi (pada persalinan normal : kepala) janin

Dapat dari pemeriksaan Leopold saja maupun dari konfirmasi pemeriksaan dalam, dinilai dalam

berapa perlimaan bagian kepala janin yang masih berada di luar pintu atas panggul (5/5 belum

masuk, sampai 0/5 sudah masuk).

Kepala disebut "engaged" bila bagian terbesar kepala sudah masuk pintu atas panggul.

His

Diperiksa dengan meraba dinding rahim di atas umbilikus. Frekuensi dihitung berapa kali dalam

per 10 menit, dan berapa lama kontraksinya.

Hasilnya digambarkan pada form grafik his sesuai garis waktu pemeriksaan.

Gambar isi kotak sesuai jumlah / frekuensi : isi kotak dengan titik-titik untuk lama kurang dari 20

detik, dengan arsir garis untuk lama 20-40 detik, dan dengan blok untuk lama lebih dari 40 detik.

Obat-obatan / cairan yang digunakan

Dituliskan dalam kolom obat / cairan yang digunakan sesuai garis waktu.

Pemeriksaan tanda vital ibu

Tekanan darah (dengan panah atas bawah untuk sistolik diastolik), nadi (titik), suhu (derajat

Celcius), frekuensi pernapasan.

Urine

Jumlah (cc), proteinuria (+ / – ), aseton.

Jika memungkinkan, untuk tujuan praktis, gunakan kertas celup berbagai indikator (strip-test) :

dapat juga mendeteksi pH, glukosa, bilirubin, leukosit-esterase dan sebagainya, dalam satu kali

pemeriksaan kertas yang dicelupkan.

PARTOGRAF –   Persalinan Posted on Juni 26, 2009 by ayurai

Partograf merupakan gambaran persalinan yang meliputi semua pencatatan

yang berhubungan dengan penatalaksanaannya. Hasil rekaman ini lebih

efisien daripada catatan panjang dan memberikan gambaran piktogram

terhadap hal-hal yang penting dari persalinan serta tindakan yang

segera harus dilakukan terhadap perkembangan persalinan yang abnormal.Nilai suatu partograf meliputi :

- Pencatatan yang jelas

- Urutan waktu yang jelas

- Diagnosis suatu kemajuan persalinan yang abnormal

- Memudahkan saat penggantian staf atau gilliran dinas

- Untuk pendidikan

- Untuk penelitian.

Bagian-bagian partograf :

1. Identitas

2. Denyut jantung janin

3. Servikograf

4. Waktu

5. Air ketuban

6. Kontraksi per 10 menit

7. Oksitosin

8. Obat-obatan dan cairan intravena

9. Nadi dan tekanan darah ibu

10. Urin

11. Temperatur ibu

12. Kala III.

Identitas

Identitas meliputi :

- Tanggal – Hari pertama haid terakhir

- Gravida – Taksiran parrtus

- Para – Nomor regisster

- Abortus – Pecah ketubaan janin

- Nama

Denyut Jantung Janin

Denyut jantung janin dihitung dan dicatat setiap 30 menit lalu

menghubungkan setiap titik (jumlah denyut jantung janin dihubungkan).

Servikograf

Friedman membagi persalinan dalam 2 fase, yaitu :

1. Fase I (fase laten) Biasanya berlangsung selama 8-10 jam, dimulai

dari awal persalinan sampai pembukaan serviks 3 cm.

2. Fase II (fase aktif) Fase ini dimulai dari pembukaan serviks 3 cm

sampai pembukaan lengkap (10 cm).

Pemeriksaan dalam vagina dilakukan saat pasien masuk rumah sakit,

dilanjutkan setiap 4 jam untuk menilai pembukaan serviks. Pemeriksaan

ini dapat dilakukan lebih sering pada pasien yang persalinannya sudah

berjalan lebih jauh, terutama pasien multipara. Pembukaan mulut rahim

dicatat dengan tanda “X”. Bila pasien masuk rumah sakit dalam fase

aktif, tanda “X” diletakkan pada garis waspada sedangkan waktu masuknya

pasien ditulis dibawah tanda “X”. Apabila pembukaan mulut rahim ketika

pasien masuk rumah sakit dalam fase laten kemudian masuk kedalam fase

aktif dalam jangka waktu kurang 8 jam maka tanda “X” dipindahkan ke

garis waspada. Perpindahan ini digambarkan dengan garis putus-putus

sampai pada garis waspada dan diberi tanda “Tr”.

Untuk menentukan seberapa jauh bagian depan anak turun ke dalam rongga

panggul, digunakan bidang HODGE (H) sebagai berikut :

1. HI : Sama dengan pintu atas panggul

2. HII : Sejajar dengan H I melalui pinggir bawah simfisis pubis

3. HIII : Sejajar dengan H I melalui spina iskiadika

4. HIV : Sejajar dengan H I melalui ujung tulang koksigeus.

Porsio dinilai dengan memperhatikan kekakuan, lunak, tebal, mendatar

atau melepasnya porsio.

Waktu

Waktu 0 dianggap pada saat pasien masuk rumah sakit bukan pada saat

timbulnya persalinan.

Air Ketuban

Air ketuban bisa :

- Utuh (U)

- Jernih (J)

- Campur mekonium (M)

- Kering (K)

Mulase (penyisipan tulang tengkorak janin) ditandai dengan :

0 : Tulang tengkorak terpisah dan sutura dapat teraba dengan mudah

+ : Tulang tengkorak saling berdekatan

++ : Tulang tengkorak tumpang tindih

+++ : Tulang tengkorak tumpang tindih dengan nyata.

Posisi kepala ditandai dengan memperhatikan letak dari ubun-ubun kecil.

Kontraksi Uterus

Kontraksi uterus dihitung per 10 menit, terbagi atas :

- Kurang 20 detik : Tanpa arsiran

- 20-40 detik : Dengan arsiran

- Lebih 40 detik : Dihitamkan

Oksitosin

Hal yang diperhatikan :

- Jumlah unit per 500 cc

- Jumlah tetesan per menit

Nadi & Tekanan Darah Ibu

Nadi diukur setiap 30 menit; tekanan darah diukur setiap jam atau lebih

sering bila ada indikasi (edema, hipertensi).

Urin

Yang diukur :

- Volume

- Albumin

- Glukosa

PARTOGRAFPartograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan informasiuntuk membuat keputusan klinik. Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:

• Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviksmelalui periksa dalam.• Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan dernikian jugadapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.• Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafikkemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaanlaboratorium, membuat keputusan k1inik dan asuhan atau tindakan yang diberikandimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalindan bayi baru 1ahir

Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong persalinanuntuk:• Mencatat kemajuan persalinan• Mencatat kondisi ibu dan janinnya• Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran• Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit persalinan• Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang sesuaidan tepat waktu

Partograf harus digunakan:• Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan elemen pentingdari asuhan persalinan. Partograf harus digunakan untuk semua persalinan, baiknormal maupun patologis. Partograf sangat membantu penolong persalinan da1ammemantau, mengeva1uasi dan membuat keputusan klinik, baik persalinan denganpenyulit maupun yang tidak disertai dengan penyulit.• Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah, puskesmas, klinikbidan swasta, rumah sakit, dll).• Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinankepada ibu dan proses kelahiran bayinya (Spesialis Obstetri, Bidan, Dokter Umum,Residen dan Mahasiswa Kedokteran).• Penggunaan partograf secara rutin dapat memastikan bahwa ibu dan bayinyamendapatkan asuhan yang aman, adekuat dan tepat waktu serta membantu mencegahterjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka

Partograf tidak dibuat pada kasus-kasus :• Partus prematurus• Pada saat MRS pembukaan > 9 cm• Akan dilakukan seksio sesar elektif• Pada saat MRS akan dilakukan seksio sesar darurat• Bekas seksio sesar 2 kali• Bekas seksio sesar klasik• Kasus preeklampsia dan eklampsia

Pencatatan selama Fase Laten Kala Satu PersalinanSeperti yang sudah dibahas, kala satu persalinan terdiri dari dua fase, yaitu fase laten dan faseaktif yang diacu pada pembukaan serviks:• fase laten: pembukaan serviks kurang dari 4 cm• fase aktif: pembukaan serviks dari 4 sampai 10 cm

Kala Satu PersalinanSelama fase laten, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat. Hal ini dapat

dicatat secara terpisah, baik di catatan kemajuan persalinan maupun di Kartu Menuju Sehat(KMS) Ibu Hamil. Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap kali membuat catatan selamafase laten persalinan. Semua asuhan dan intevensi juga harus dicatatkan.

Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat dengan seksama, yaitu:• Denyut jantung janin: setiap 1/2 jam• Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus: setiap 4 jam• Nadi: setiap 1/2 jam• Pembukaan serviks: setiap 4 jam• Penurunan bagian terbawah janin: setiap 4 jam• Tekanan darah dan temperatur tubuh: setiap 4 jam• produksi urin, aseton dan protein: setiap 2 sampai 4 jam

Jika ditemui gejala dan tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi harus lebihsering dilakukan. Lakukan tindakan yang sesuai apabila pada diagnosis disebutkan adanyapenyulit dalam persalinan. Jika frekuensi kontraksi berkurang dalam satu atau dua jampertama, nilai ulang kesehatan dan kondisi aktual ibu dan bayinya.

Bila tidak ada tanda-tanda kegawatan atau penyulit, ibu boleh pulang dengan instruksiuntuk kembali jika kontraksinya menjadi teratur, intensitasnya makin kuat dan frekuensinyameningkat. Apabila asuhan persalinan dilakukan di rumah, penolong persalinan hanya bolehmeninggalkan ibu setelah dipastikan bahwa ibu dan bayinya dalam kondisi baik. Pesankanpada ibu dan keluarganya untuk menghubungi kembali penolong persalinan jika terjadipeningkatan frekuensi kontraksi. Rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang sesuai jika fase latenberlangsung lebih dari 8 jam.

Pencatatan Selama Fase Aktif PersalinanHalaman depan partograf menginstruksikan observasi dimulai pada fase aktif persalinan danmenyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama fase aktifpersalinan, yaitu:Informasi tentang ibu:1. nama, umur;2. gravida, para, abortus (keguguran);3. nomor catatan medikl/nomor puskesmas;4. tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal dan waktu penolongpersalinan mulai merawat ibu);5. waktu pecahnya selaput ketuban.

Kondisi janin:1. Djj;2. Warna dan adanya air ketuban;3. Penyusupan (molase) kepala janin4. Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin;5. Garis waspada dan garis bertindak..

Jam dan waktu:1. Waktu mulainya fase aktif pers'alinan;2. Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian .

Kontraksi uterus:1. Frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit2. Lama kontraksi (dalam detik) .3. Obat-obatan dan cairan yang diberikan:1. Oksitosin;2. Obat-obatan lailnnya dan cairan IV yang diberikan.

Kondisi ibu:1. Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh;2. Urin (volume, aseton atau protein).Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalam kolom yang tersedia di sisipartograf atau di catatan kemajuan persalinan)

Mencatat Temuan Pada PartografA. lnformasi Tentang IbuLengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat memulai asuhan persalinan.Waktu kedatangan (tertulis sebagai: jam atau pukul pada partograf) dan perhatikankemungkinan ibu datang dalam fase laten. Catat waktu pecahnya selaput ketuban.

B. Kondisi JaninBagan atas grafik pada partograf adalah untuk pencatatan denyut jantung janin (DJJ), airketuban dan penyusupan (kepala janin)    1. Denyut jantung janin

Nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika ada tandatanda  gawat janin). Setiap kotak di bagian atas partograf menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ. Catat DJJ dengan memberitanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ. Kemudianhubungkan yang satu dengan titik lainnya dengan garis tegas dan bersambungKisaran normal DJJ terpapar pada partograf diantara garis tebal pada angka 180 dan100. Sebaiknya, penolong harus waspada bila DJJ mengarah hingga dibawah 120 atau diatas160. untuk tindakan-tindakan segera yang harus dilakukan jika DJJ melampaui kisarannormal ini. Catat tindakan-tindakan yang dilakukan pada ruang yang tersedia di salah satudari kedua sisi partograf.

2. Warna dan adanya air ketubanNilai air kondisi ketuban setiap kali melakukan periksa dalam dan nilai warna airketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di bawahlajur DJJ. Gunakan lambang-lambang berikut ini:• U : selaput ketuban masih utuh (belum pecah)• J : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jemih• M : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium• D : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah• K :selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak mengalir lagi ("kering")Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan adanya gawat janin. Jika terdapatmekonium, pantau DJJ dengan seksama untuk mengenali tanda-tanda gawat janin selamaproses persalinan. Jika ada tanda-tanda gawat janin (denyut jantung janin < 100 atau > 180kali per menit) maka ibu harus segera dirujuk

Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke tempat yang memiliki kemampuanpenatalaksanaan gawat daruratan obstetri dan bayi baru lahir

3. Penyusupan (Molase) Tulang Kepala JaninPenyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapatmenyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu. Semakin besar detajatpenyusupan atau tumpang-tindih antar tulang kepala semakin menunjukkan risiko disproporsikepala-panggul (CPD).Ketidak-mampuan untuk berakomodasi atau disproporsi ditunjukkan melalui derajatpenyusupan atau tumpang-tindih (molase) yang berat sehingga tulang kepala yang salingmenyusup, sulit untuk dipisahkan. Apabila ada dugaan disproprosi kepala-panggul makapenting untuk tetap memantau kondisi janin serta kemajuan persalinan. Lakukan tindakanpertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan dugaan proporsi kepala-panggul (CPD) ke fasilitas kesehatan rujukan.Setiap kali melakukan periksa dalam, nilai penyusupan antar tulang (molase) kepala janin.

Catat temuan yang ada di kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban. Gunakan lambanglambangberikut ini:0: tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi1 ; tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan2: tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih dapat dipisahkan3: tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan

Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan. Angka0-10 yang tertera di kolom paling kiri adalah besamya dilatasi serviks. Nilai setiap angkasesuai dengan besamya dilatasi serviks dalam satuan centimeter dan menempati lajur dankotak tersendiri.

Perubahan nilai atau perpindahan lajur satu ke lajur yang lain menunjukkan penambahandilatasi serviks sebesar 1 cm. Pada lajur dan kotak yang mencatat penurunan bagian terbawahjanin tercantum arigka 1-5 yang sesuai dengan metode perlimaan seperti yang telah dijelaskansebelumnya (Menentukan Penurunan Janin). Setiap kotak segi empat atau kubusmenunjukkan waktu 30 menit untuk pencatatat waktu pemeriksaan, denyut jantung janin,kontraksi uterus dan frekuensi nadi ibu.1. Pembukaan serviksDengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan Fisik dalam bab ini,nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada tanda-tandapenyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf setiap temuan darisetiap pemeriksaan. Tanda 'X' harus dicantumkan di garis waktu yang sesuai dengan lajurbesamya pembukaan serviks.

Perhatikan:

• Pilih angka pada tepi kiri luar kolom pembukaan serviks yang sesuai dengan besamya

pembukaan serviks pada fase aktif persalinan yang diperoleh dari hasil periksa dalam.• Untuk pemeriksaan pertama pada fase aktif persalinan, temuan (pembukaan serviks) darihasil periksa dalam harus dicantumkan pada garis waspada. Pilih angka yang sesuaidengan bukaan serviks (hasil periksa dalam) dan cantumkan tanda 'X' pada ordinat atautitik silang garis dilatasi serviks dan garis waspada.Hubungkan tanda 'X' dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus) 

2. Penurunan bagian terbawah janin

Setap kali melakukan periksa dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering (jika ditemukan tandatandapenyulit). Cantumkan hasil pemeriksaan penurunan kepala (perlimaan) yangmenunjukkan seberapa jauh bagian terbawah janin telah memasuki rongga panggul. Padapersalinan normal, kemajuan pembukaan serviks selalu diikuti dengan turunnya bagianterbawah janin. Tapi ada kalanya, penurunan bagian terbawah janin baru terjadi setelahpembukaan serviks mencapai 7 cm.Tulisan "Turunnya kepala" dan garis tidak terputus dari 0-5, tertera di sisi yang sama denganangka pembukaan serviks. Berikan tanda '0' yang ditulis pada garis waktu yang sesuai.Sebagai cantah, jika hasil pemeriksaan palpasi kepaia di atas simfisi pubis adalah 4/5 makatuliskan tanda "0" di garis angka 4. Hubungkan tanda '0' dari setiap pemeriksaan dengangaris tidak terputus

3. Garis waspada dan garis bertindakGaris waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik dimanapembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan adalah 1 cm per jam. Pencatatanselama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika pembukaan serviksmengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam), makaharus dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya : fase aktif yang memanjang, serviks kaku,atau inersia uteri hipotonik, dll).

Pertimbangkan perlunya melakukan intervensi bermanfaat yang diperlukan, rnisalnya :persiapan rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit atau puskesmas) yang memilikikemampuan untuk menatalaksana penyulit atau gawat darurat obstetri. Garis bertindak terterasejajar dan di sebelah kanan (berjarak 4 jam) garis waspada. Jika pembukaan serviks telahmelampaui dan berada di sebelah kanan garis bertindak maka hal ini menunjukkan perludiakukan tindakan untuk menyelesaikan persalinan. Sebaiknya, ibu harus sudah berada ditempat rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.

Jam dan waktu1. Waktu Mulainya Fase Aktif PersalinanDi bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera kotak-kotak yangdiberi angka 1-12. Setiap kotak menyatakan satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.

2. Waktu Aktual Saat Pemeriksaan atau PenilaianDi bawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera kotak-kotak untuk mencatatwaktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan satu jam penuh danberkaitan dengan dua kotak waktu tiga puluh menit yang berhubungan dengan lajur untukpencatatan pembukaan serviks, DJJ di bagian atas dan lajur kontraksi dan nadi ibu di bagianbawah. Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, cantumkan pembukaan serviks di gariswaspada. Kemudian catatkan waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai.Sebagai contoh, jika hasil periksa dalam menunjukkan pembukaan serviks adalah 6 cm padapukul 15.00, cantumkan tanda 'X' di garis waspada yang sesuai dengan lajur angka 6 yangtertera di sisi luar kolom paling kiri dan catat waktu aktual di kotak pada lajur waktu di bawahlajur pembukaan (kotak ke tiga dari kiri).

Kontraksi uterusDi bawah lajur waktu partograf, terdapat lima kotak dengan tulisan "kontraksi per 10 menit" disebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, rabadan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik.

Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit dengan cara mengisi kotak kontraksi yang tersedia dan disesuaikan dengan angka yang mencerrninkan temuan dari hasilpemeriksaan kontraksi . Sebagai contoh jika ibu mengalami 3 kontraksi dalam waktu satu kali10 menit, maka lakukan pengisian pada 3 kotak kontraksi

Obat-Obatan Dan Cairan Yang Diberikan

Dibawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk mencatat oksitosin,obat-obat lainnya dan cairan IV.

1. OksitosinJika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unitoksitosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit.

2. Obat-obatan lain dan cairan IVCatat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan IV dalam kotak yang sesuaidengan kolom waktunya.

Kondisi IbuBagian terbawah lajur dan kolom pada halaman depan partograf, terdapat kotak atau ruanguntuk mencatat kondisi kesehatan dan kenyamanan ibu selama persalinan.1. Nadi, tekanan darah dan suhu tubuhAngka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu.• Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan (lebih sering jikadiduga adanya penyulit). Beri tanda titik (.) pada kolom waktu yang sesuai.• Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan (lebih seringjika diduga adanya penyulit). Beri tanda panah pada partograf pada kolom waktu yangsesuai.

Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika teIjadi peningkatan mendadak ataudiduga adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh pada kotak yang sesuai.

2. Volume urin, protein dan aseton

Ukur dan catat jumlahjproduksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu berkernih).Jika memungkinkan, setiap kali ibu berkernih, lakukan pemeriksaan aseton dan protein dalamurin.

Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnyaCatat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik di sisi luar kolom partograf,atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktusaat membuat catatan persalinanAsuhan, pengamatan dan/atau keputusan klinis mencakup:• Jumlah cairan per oral yang diberikan• Keluhan sakit kepala atau penglihatan (pandangan) kabur• Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (Obgin, bidan, dokter umum)• Persiapan sebelum melakukan rujukan

Pembuatan PARTOGRAM

Partograf digunakan untuk mendukung sistem rujukan dan untuk efektivitas pelayananobstetri.

Panduan berikut akan dipusatkan pada segi praktis pembuatan dan penggunaan partograf sebagai

alat pengendali persalinan.

Kedalam partograf, dibuat grafik dilatasi servik yang dibuat atas dasar hasil pemeriksaan vaginal

toucher.

Melalui partograf tersebut akan dapat diketahui apakah proses persalinan berlangsung secara wajar

atau tidak wajar sehingga perlu penatalaksanaan yang segera.

Melalui partograf pula, persalinan lama (protracted labor) atau persalinan macet (obstructed labor)

dapat diketahui lebih awal sehingga komplikasi persalinan lebih lanjut dapat dicegah.

Didalam partograf terdapat pula catatan-catatan lain yang diperlukan penolong persalinan untuk

mengenali adanya kelainan tertentu dalam proses persalinan seperti misalnya :

Kwalitas kontraksi uterus persalinan (his)

Pemberian oksitosin per infus

Tekanan darah, nadi dan suhu tubuh parturien

Catatan pemberian obat-obatan tertentu dan cairan lain

Hasil pemeriksaan laboratorium urine

PENGAMATAN YANG DICATAT DALAM PARTOGRAF

INFORMASI AWAL IBU

o Identitas ibu (nama, umur, graviditas dan paritas)

o Tanggal dan jam masuk rumah sakit

o Catatan mengenai selaput ketuban saat masuk rumah sakit

o Cairan ketuban : warna, jumlah, saat pecah

INFORMASI JANIN

o Frekuensi denyut jantung janin (DJJ)

o Derajat molase kepala janin

Gambar 1 Partograf – halaman depan

Gambar 2 Partograf – halaman belakang

KEMAJUAN PERSALINAN

o Dilatasi servik

o Desensus kepala janin: melalui palpasi “per lima an” abdomen

o Penilaian kontraksi uterus (his)

o Setiap 10 menit dengan mengarsir kotak yang tersedia sesuai dengan hasil penilaian

kontraksi uterus.

OBAT DAN CAIRAN MASUK

Dibawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk mencatat pemberian

oksitosin, obat dan cairan intra vena lain.

o Oksitosin

Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit

jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan iv dan dalam satuan

tetes per menit

o Obat lain dan jenis cairan intravena yang diberikan.

Catat semua pemberian obat tambahan dan atau cairan intravena dalam kotak yang sesuai dengan

kolom waktunya

INFORMASI LANJUTAN IBU

Bagian terakhir pada lembar depan partograf berkaitan dengan informasi lanjutan ibu

1. Tekanan darah, nadi dan suhu tubuh ibu

Angka disebelah kiri partograf berkaitan dengan frekuensi nadi dantekanan

darah ibu

Nilai dan catat frekuensi nadi ibu tiap 30 menit selama persalinan kala I fase

aktif ( atau lebih sering bila terdapat kecurigaan adanya komplikasi)

Beri tanda . (titik) pada kolom waktu yang sesuai

Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama persalinan kala I fase

aktif (atau lebih sering bila terdapat kecurigaan adanya komplikasi)

Beri tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang sesuai

Nilai dan catat suhu tubuh ibu setiap 2 jam (atau lebih sering bila terdapat

kecurigaan adanya komplikasi infeksi) didalam kotak yang sesuai.

2. Urine : volume, protein dan aseton

Ukur dan catat jumlah produksi urine ibu sekurang-kurangnya setiap 2

jam (setiap kali ibu berkemih)

Jika mungkin, lakukan pemeriksaan aseton dan protein urine setiap ibu

berkemih.

CATATAN KEMAJUAN PERSALINAN

1. Dilatasi servik

o Persalinan kala I dibagi menjadi : fase laten dan fase aktif

o Fase laten berlangsung dari dilatasi 0 - 3 cm

o Fase aktif berlangsung dari pembukaan 3 - 10 cm (lengkap)

o Pada partograf terdapat beberapa grafik, pada sisi kiri terdapat angka 0 – 10 yang

menggambarkan besarnya dilatasi servik dalam sentimeter dan sepanjang sisi

horisontal dibawahnya bawah terdapat angka 0 – 24 yang menunjukkan waktu dalam

jam.

o Dilatase servik dicatat dengan tanda [ x ]

o Bilamana tak ada kontraindikasi, vaginal toucher pertama dikerjakan saat penderita

masuk kamar bersalin bersamaan dengan evaluasi panggul (pada primigravida atau

multipara dengan kapasitas panggul yang meragukan)

o Penilaian lanjutan dengan VT dilakukan secepat-cepatnya dalam waktu 4

jamberikutnya, kecuali bila terdapat indikasi untuk melakukan VT sebelum waktu 4

jam tersebut terlampaui.

o Pada persalinan lanjut khususnya pada multigravida, VT ulangan dapat dilakukan

dalam waktu kurang dari 4 jam.

Contoh 1 :

Bagaimana mencatat dilatasi bila ibu masuk kamar bersalin dalam fase aktif?

Perhatikan gambar 3 pada bagian yang diberi tanda “fase aktif” terdapat “garis waspada” suatu garis

lurus antara 3 – 10 cm.

Bila ibu masuk kamar bersalin dalam fase aktif, hasil VT pertama dicatat dengan tanda “x”pada tititk

singgung garis waspada dan garis waktu.

Keterangan dari gambar 3 :

Pukul 15.00 pada saat ibu masuk kamar bersalin, hasil pemeriksaan VT menunjukkan bahwa

dilatasi servik saat itu adalah 4 cm (fase aktif) sehingga hasil pemeriksaan VT tersebut dicatat

pada garis waspada 4 cm.

Pada pukul 17.00, dilatasi servik menjadi 10 cm (lengkap)

Dengan demikian maka persalinan kala I berlangsung selama 2 jam.

Gambar 3 Meletakkan tanda “x” untuk catatan mengenai dilatasi pada garis waspada

Contoh 2 :

Bagaimana mencatat dilatasi bila ibu masuk kamar bersalin pada fase laten dan masuk fase

aktif 6 jam kemudian?

Perhatikan gambar 4 Fase laten ditetapkan tidak lebih dari 8 jam.

Waktu ibu MKB, dilatasi servik 1 cm dan dicatat pada jam ke 0 pada garis waktu.

VT dilakukan setiap 4 jam.

Pukul 13.00 : dilatasi servik 2 cm.

Pada saat dilatasi menjadi 3 cm, persalinan dimasukan kedalam fase aktif

Pukul 20.00 dilatasi lengkap.

Fase laten berlangsung 8 jam dan fase aktif berlangsung 3 jam.

Contoh 3 :

Bagaimana mencatat dilatasi bila ibu masuk kamar bersalin pada fase laten dan kemudian

masuk fase aktif dalam waktu kurang dari 6 jam?

Perhatikan gambar 5 :

Sewaktu dilatasi 0 – 3 cm, catatan dilatasi servik harus dicantumkan pada daerah fase laten. Ketika

persalinan masuk kedalam fase aktif, catatan dilatasi harus DIPINDAHKAN melalui suatu garis putus-

putus dengan tanda “pindah” ke garis waspada.

Sebagaimana biasanya, VT dilakukan setiap 4 jam.

Garis putus-putus BUKAN bagian dari proses persalinan.

Keterangan gambar 5 :

Ibu MKB pukul 14.00 dengan dilatasi 2 cm.

Ibu mengalami 3 kali proses VT.

Pukul 18.00 , dilatasi servik 6 cm (masuk fase aktif) ; catatan “waktu” dan “dilatasi” segera

dipindahkan ke garis waspada.

Pukul 22.00 dilatasi servik lengkap.

Lama persalinan kala I 8 jam.

Gambar 4 : Mencatat dilatasi bila ibu masuk kamar bersalin pada fase laten dan masuk fase aktif 6

jam kemudian

Gambar 5 : Pencatatan didalam partograf, perpindahan dari fase laten menjadi fase aktif

1. Desensus Kepala

Pada proses persalinan yang berlangsung normal, bertambahnya dilatasi servik akan disertai dengan

desensus kepala janin. Namun, kadang-kadang desensus baru terjadi setelah pembukaan 7 cm.

Desensus diperiksa melalui palpasi abdomen dengan ukuran perlimaan diatas pintu atas panggul

(tepi atas simfisis).

Penentuan DESENSUS melalui palpasi perlimaan ini lebih dipercaya dibandingkan penilaian

berdasarkan VT terutama bila sudah terdapat caput succadenum.

Diagram berikut dapat digunakan untuk melukiskan desensus kepala yang ditentukan berdasarkan

palpasi abdomen :

Gambar 6 : Desensus kepala janin ; O = oksiput ; S = Sinsiput

Desensus kepala janin harus selalu diperiksa melalui pemeriksaan palpasi abdomen sesaat

sebelum melakukan vaginal toucher.

Dalam melakukan palpasi abdomen untuk menentukan derajat desensus, ukuran lebar jari

tangan dapat digunakan untuk menentukan ukuran desensus kepala janin ke PAP.

Semakin “mobile” kepala janin diatas PAP, semakin banyak jari pemeriksa yang dapat

mengakomodasi bagian kepala diatas PAP tersebut.

Pada umumnya disepakai bahwa kepala janin dinyatakan sudah “engage” bila bagian kepala

janin diatas PAP setara dengan 2 jari pemeriksa atau kurang dari 2/5 ( gambar 7 )

Gambar 7 : Diagram penurunan kepala janin melalui pemeriksaan palpasi abdomen

Pencatatan desensus kepala dalam partogram dapat dilihat pada gambar 8. Pada sisi kiri grafik

partogram terdapat kata “penurunan kepala” dengan garis lurus dari skala 0 – 5. Desensus kepala

diberi tanda “O” pada garis pembukaan.

Keterangan gambar 8:

Pasien MKB pukul 13.00 dengan desensus 5/5 dan dilatasi servik 1 cm.

4 jam kemudian (pukul 17.00) desensus bertambah menjadi 4/5 dan dilatasi servik menjadi 5

cm. Persalinan masuk kedalam kala I fase aktif.

Catatan mengenai dilatasi servik – desensus kepala – dan catatan waktu dipindahkan ke

garis waspada.

3 jam kemudian (pukul 20.00), desensus menjadi 1/5 dan dilatasi servik sudah lengkap.

Secara keseluruhan, persalinan kala I di kamar bersalin berlangsung selama 7 jam.

Gambar 8 : Mencatat desensus kepala janin didalam partogram

INGAT !!

1. Pemeriksaan desensus kepala janin dapat membantu menentukan kemajuan persalinan

2. Desensus kepala janin diperiksa melalui palpasi abdomen dalam ukuran perlimaan

3. Pemeriksaan palpasi abdomen untuk menentukan derajat desensus kepala janin dilakukan sesaat sebelum melakukan pemeriksaan vaginal toucher.

1. Penilaian kontraksi uterus (his)

Sebuah proses persalinan yang normal senantiasa disertai dengan his yang

normal pula.

Pada proses persalinan yang normal, semakin lanjut tahapan persalinan his

akan menjadi semakin bertambah sering dan semakin terasa sakit.

Pengamatan his

Pengamatan pada fase laten dikerjakan tiap 60 menit dan pada fase aktif tiap 30 menit.

Ada 2 hal yang harus diamati :

Frekuensi : berapa kali jumlah his yang terjadi dalam waktu 10 menit

Durasi : masing-masing his yang terjadi, berlangsung berapa detik

Cara mengamati his adalah dengan meletakkan tangan diatas abdomen dan merasakan adanya

kontraksi uterus (his)

2. Pencatatan informasi his didalam partogram

Dibawah garis waktu terdapat 5 kotak kosong melintang sepanjang partogram yang pada sisi kirinya

tertulis “ His / 10 menit “. Satu kotak menggambarkan satu his

Bila terdapat 2 kali his dalam 10 menit maka akan ada 2 buah kotak yang diarsir. Gambar

9memperlihatkan aturan mengarsir kotak sesuai dengan lamanya (durasi) his berlangsung.

Keterangan gambar 9 :

Setengah jam I : Dalam 10 menit terakhir terdapat 2 kali his ; durasi masing-masing his < 20

detik

Setengah jam III : Dalam 10 menit terakhir terdapat 3 kali his ; durasi masing-masing his < 20

detik

Setengah jam VI : Dalam 10 menit terakhir terdapat 4 kali his ; durasi masing-masing his

antara 20 - 40 detik

Setengah jam VII : Dalam 10 menit terakhir terdapat 5 kali his ; durasi masing- masing his >

40 detik

Aturan memberikan arsir pada kotak-kotak his sesuai dengan durasi his

Keterangan gambar 10:

Pasien MKB pada pukul 14.00 dalam persalinan kala I fase aktif.

Dilatasi servik 3 cm dan desensus kepala janin 4/5

His berlangsung 3 kali per 10 menit dengan durasi < 20 detik

Pukul 18.00 : dilatasi servik 7 cm, desensus 3/5 dan his 4 kali per 10 menit dengan durasi 20

– 40 detik

Pukul 21.00 : dilatasi servik lengkap, desensus kepala 0/5 dan his 5 kali per 10 menit dengan

durasi > 40 detik

CATATAN MENGENAI KEADAAN JANIN

A. Denyut jantung janin

Mengamati denyut jantung janin – DJJ adalah merupakan pemeriksaan klinik yang aman dan dapat

dipercaya untuk mengetahui apakah janin berada dalam keadaan yang baik atau tidak.

Waktu terbaik yang digunakan untuk mendengarkan DJJ adalah segera setelah puncak his.

Dengarkan DJJ selama 60 detik dengan ibu dalam posisi miring.

DJJ dicatat di bagian atas partogram. Dicatat setiap 30 menit dan satu kotak menggambarkan waktu

selama 30 menit.

Garis 120 – 160 sengaja ditebalkan dengan maksud untuk mengingatkan pada observer mengenai

batas-batas normal frekuensi DJJ.

Gambar 10 : Contoh untuk melakukan pencatatan his kedalam partogram

DJJ yang abnormal adalah bila :

Frekuensi DJJ > 160 kali per menit (takikardia) dan <120> per menit (bradikardia) adalah

merupakan indikasi adanya gawat janin.

Bila terdengar DJJ abnormal, dengarkan setiap 15 menit masing-masing selama 1

menit segera setelah puncak kontraksi uterus.

Bila dengan 3 kali pengamatan setiap 15 menit diatas frekuensi denyut jantung janin

masih abnormal, harus dilakukan suatu tindakan.

Frekuensi DJJ ≤ 100 kali per menit menunjukkan adanya gawat janin hebat dan harus

segera diambil tindakan untuk mengakhiri kehamilan.

B. Selaput dan cairan ketuban

Keadaan air ketuban dapat membantu dalam menentukan kondisi janin.

Terdapat 4 jenis pengamatan yang harus dilakukan dan segera dicatat dalam partogram tepat

dibawah catatan mengenai DJJ, yaitu :

Bila selaput ketuban masih utuh tuliskan “U”

Bila selaput ketuban sudah pecah dan keadaan air ketuban :

o Jernih, maka tuliskan “J”

o Diwarnai mekonium, maka tuliskan “M”

o Tidak keluar lagi, maka tuliskan “K”

Pengamatan selaput dan air ketuban dilakukan setiap kali melakukan vaginal toucher.

Bila terdapat mekonium yang kental atau air ketuban justru tidak keluar lagi waktu selaput

ketuban pecah atau dipecahkan, dengar dan amati DJJ lebih sering oleh karena hal tersebut

merupakan pertanda adanya ancaman terhadap kehidupan janin dalam uterus.

C. Molase kepala janin

Derajat molase merupakan tanda penting adanya disproporsi kepala dan panggul.

Molase hebat dengan kepala janin masih diatas PAP merupakan tanda adanya gangguan pada

imbang sepalopelvik yang berat.

Catatan mengenai molase dibuat tepat dibawah catatan mengenai keadaan air ketuban:

0 Tulang-tulang kepala teraba terpisah satu sama lain da sutura mudah diraba.

+ Tulang-tulang kepala saling menyentuh satu sama lain

++ Tulang-tulang kepala saling tumpang tindih

+++ Tulang-tulang kepala saling tumpang tindih lebih hebat

Gambar 11 : Grafik yang menyilang garis waspada dan menyilang garis tindakan

Derajat molase kepala seringkali sulit ditentukan oleh adanya caput succedaneum yang besar.

Bila terdapat pembentukan caput succedaneum yang besar maka harus dicurigai adanya

gangguan imbang sepalo pelvik yang berat.

INGAT !!

1. Dengarkan DJJ sebelum, selama dan segera setelah puncak his dan ibu dalam posisi miring.

2. Catatan mengenai DJJ harus dibuat setiap 30 menit pada persalinan kala I yang berlangsung normal

3. Nilai normal DJJ 120 – 160 kali per menit4. Perhatikan abnormalitas pola DJJ yang menggambarkan adanya deselerasi5. Molase hebat pada kepala janin yang masih tinggi merupakan petunjuk

adanya disproporsi kepala panggul

GANGGUAN KEMAJUAN PERSALINAN

1. Fase laten yang lama = prolonged latent phase

Bila seorang ibu MKB pada dilatasi servik < 3 cm (fase laten) dan tetap berada dalam fase

tersebut sampai 8 jam berikutnya maka kemajuan persalinan dinyatakan abnormal dan harus

dirujuk ke rumah sakit untuk tindakan selanjutnya. Itu sebabnya mengapa didalam partogram

dibuat garis tebal pada jam ke 8 dari fase laten.

Contoh yang dapat dilihat pada gambar 12:

Ibu MKB pukul 07.00 dengan desensus 5/5 dan dilatasi servik 1 cm

Terdapat his sebanyak 2 kali dalam waktu 10 menit dengan durasi < 20 detik

4 jam kemudian, pada pukul 11.00 terdapat kemajuan desensus menjadi 4/5dan

kemajuan dilatasi servik menjadi 2 cm. Dalam 10 menit terakhir terdapat 2 his yang

berlangsung dengan durasi 20 – 40 detik.

4 jam berikutnya, pada pukul 15.00 desensus kepala tidak mengalami kemajuan masih

4/5 dan dilatasi servik juga tetap 2 cm. Terdapat 3 his dalam 10 menit yang

berlangusng selama 20 – 40 detik.

Lama fase laten di kamar bersalin 8 jam

2. Pindah ke sebelah kanan garis waspada

Dalam persalinan fase aktif, catatan dilatasi servik biasanya akan menetap pada garis waspada

atau sedikit disebelah kiri garis waspada. Tetapi ada juga yang melewati garis waspada

(disebelah kanan) yang merupakan petunjuk bahwa persalinan akan berlangsung lama.

3. Garis tindakan

Garis tindakan berada 4 jam dikanan garis waspada. Bila grafik persalinan mencapai garis

tindakan maka persalinan harus diakhiri di rumah sakit rujukan.

Gambar 12 : Grafik persalinan dengan fase laten yang lama

Gambar 13 : Grafik dilatasi servik yang menyilang garis waspada dan mencapai garis tindakan

Keterangan gambar 13 :

Pada pukul 08.00, dilatasi servik menunjukkan 3 cm, jadi berarti grafik masih berada

pada garis waspada, ibu bersalin masih boleh di observasi lebih lanjut di rumah

bersalin atau tempat persalinan bidan.

Pada pukul 12.00, dilatasi servik 6 cm, berarti grafik kemajuan persalinan sudah

menyilang garis waspada, ibu bersalin harus segera ditujuk ke rumah sakit.

Pada pukul 16.00, dilatasi servik 7 cm, berarti grafik kemajuan persalinan sudah

memotong garis tindakan. Keputusan untuk mengakhiri persalinan harus segera

diambil oleh rumah sakit rujukan.

1. Setiap persalinan dimana grafik dilatasi servik bergeser ke sebelah kanan garis waspada harus dirujuk dan ditangani oleh rumah sakit rujukan. Kecuali bila persalinan ternyata sudah akan segera berakhir.

2. Bila grafik dilatasi servik berada pada garis tindakan maka harus dilakukan penilaian untuk menentukan penyebab tidak majunya persalinan dan diambil keputusan sesuai dengan penyebab yang diperkirakan.

CATATAN MENGENAI PENANGANAN PERSALINAN ABNORMAL

Bila grafik dilatasi servik bergeser kesebelah kanan garis waspada:

1. Di Puskesmas / Rumah Bersalin/Bidan, ibu harus dirujuk ke rumah sakit rujukan

kecuali bila dilatasi sudah atau hampir lengkap dan proses persalinan terkesan sudah

hampir berakhir.

2. Di Rumah Sakit, dilakukan penilaian ulang secara lebih cermat dan diambil keputusan

penatalaksanaan yang sesuai.

Bila grafik dilatasi servik mencapai garis tindakan.

Terdapat 3 pilihan :

1. Akhiri persalinan.

2. Percepat persalinan.

3. Amati keadaan ibu dan pemberian terapi pendukung.

Untuk mempercepat persalinan :

Bila selaput ketuban masih utuh, lakukan amniotomi dan lanjutkan dengan pemberian

oksitosin drip.

Pada primigravida dengan his yang tidak efektif:

o Rehidrasi dengan Dextrose 10%

o Analgesia

o Infuse oksitosin

o Penilaian keadaan janin dan ibu lebih sering

o 6- 8 jam setelah pemberian oksitosin, persalinan harus sudah selesai

Multigravida:

o Rehidrasi dan pemberian analgesik

o Keputusan untuk memberikan infus oksitosin harus dipertimbangkan dengan

baik (oleh dokter ahli kebidanan)

Keadaan selaput ketuban

Bila sudah pecah lebih dari 12 jam dan persalinan diperkirakan masih akan berlangsung > 6

jam maka harus diberikan antibiotika profilaksis.

Gawat janin

Di Puskesmas: rujuk ke rumah sakit

Di Rumah Sakit:

o Stop oksitosin drip (bila diberikan)

o Berbaring miring kiri dan berikan oksigen masker

o Periksa dalam ulang untuk mencari kemungkinan prolapsus talipusat dan amati

warna air ketuban

o Rehidrasi

o Lakukan pemeriksaan dengan kardiotokografi

Fase laten lama:

o Diagnosa partus lama pada fase laten harus dilakukan secara hati-hati.

o Kemungkinan pasien memang masih belum inpartu

o Bila terdapat kecurigaan bahwa proses persalinan akan berkembang kearah

yang membahayakan ibu dan janin lakukan rujukan (bila kejadian bukan di

rumah sakit rujukan) atau tindakan seperlunya (bila di rumah sakit dengan

fasilitas yang memadai)

PENCATATAN PADA LEMBAR BELAKANG PARTOGRAF

Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama

proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala

I hingga kala IV (termasuk bayi baru lahir). Bagian ini disebut sebagai Catatan Persalinan.

Lakukan penilaian dan catat asuhan yang diberikan selama masa nifas terutama pada kala IV

untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah terjadinya komplikasi dan membuat

keputusan klinik yang sesuai.

Dokumentasi ini sangat penting untuk membuat keputusan klinik, terutama pemantauan kala

IV (mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan).

Selain itu, catatan persalinan yang lengkap dapat digunakan untuk memantau sejauh mana

pelaksanaan asuhan persalinan yang bersih dan aman.

Catatan persalinan terdiri dari unsur-unsur berikut :

1. Data dasar

2. Kala I

3. Kala II

4. Kala III

5. Bayi baru lahir

6. Kala IV

Sumber Bacaan :

Sumapraja S. Partograf WHO Jakarta: Bagian Obstetri Ginekologi FKUI,1993

Departemen Kesehatan RI : “Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi

Manusia dan Keadilan Gender” Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.Direktorat Bina

Kesehatan Keluarga 2004