partograf

38
BAB I PENDAHULUAN Menurut WHO 1994, partograf merupakan suatu sistem yang tepat untuk memantau keadaan ibu dan janin dari yang dikandung selama dalam persalinan waktu ke waktu. Partograf WHO dapat membedakan dengan jelas perlu atau tidaknya intervensi dalam persalinan. Partograf APN (partograf WHO yang dimodifikasi/disederhanakan) adalah alat bantu yang digunakan hanya selama fase aktif persalinan. Tujuan utama dari penggunaannya adalah untuk mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks dengan pemeriksaan dalam. Disamping itu untuk mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal sehingga dapat mendeteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama. Partograf juga dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas kesehatan dalam mengambil keputusan klinik dan jika digunakan dengan tepat maka partograf akan membantu penolong persalinan untuk mencatat kemajuan persalinan, kondisi ibu dan janin, mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran, sebagai informasi untuk identifikasi dini 1

description

lapkas partograf sessya

Transcript of partograf

BAB I

PENDAHULUAN

Menurut WHO 1994, partograf merupakan suatu sistem yang tepat untuk

memantau keadaan ibu dan janin dari yang dikandung selama dalam persalinan waktu

ke waktu. Partograf WHO dapat membedakan dengan jelas perlu atau tidaknya

intervensi dalam persalinan. Partograf APN (partograf WHO yang

dimodifikasi/disederhanakan) adalah alat bantu yang digunakan hanya selama fase

aktif persalinan. Tujuan utama dari penggunaannya adalah untuk mencatat hasil

observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks dengan

pemeriksaan dalam. Disamping itu untuk mendeteksi apakah proses persalinan

berjalan secara normal sehingga dapat mendeteksi secara dini setiap kemungkinan

terjadinya partus lama.

Partograf juga dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu

petugas kesehatan dalam mengambil keputusan klinik dan jika digunakan dengan

tepat maka partograf akan membantu penolong persalinan untuk mencatat kemajuan

persalinan, kondisi ibu dan janin, mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan

dan kelahiran, sebagai informasi untuk identifikasi dini penyulit persalinan serta

informasi mengambil keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu.1

Penggunaan partograf merupakan indikasi untuk semua ibu dalam fase aktif

kala satu persalinan sebagai elemen penting asuhan persalinan. Secara rutin oleh

semua tenaga penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu selama

persalinan dan kelahiran. Untuk mencegah terjadinya partus lama, APN

mengandalkan penggunaan partograf sebagai salah satu praktek pencegahan dan

deteksi dini dari masalah kegawatdaruratan dalam persalinan.

1

BAB II

ILUSTRASI KASUS

Pasien Ny. G, usia 39 tahun, G5P4A0 hamil 39 minggu, datang ke IGD

Kebidanan Rumah Sakit Persahabatan untuk kontrol kehamilan.

Pasien mengaku hamil 9 bulan. Hari pertama haid terakhir 17 oktober 2012,

taksiran persalinan 24 juli 2013 . Pasien melakukan antenatal care secara teratur di

Puskesmas sejak awal kehamilan. Pasien sudah melakukan pemeriksaan USG satu

kali di Puskesmas, dan dikatakan tidak ada kelainan, janin dalam kondisi baik, dan air

ketuban cukup.

Pasien mengeluh terasa keluar air – air sekitar 3 jam SMRS. Keluar air-air

tersebut tidak bisa ditahan oleh pasien dan terus mengalir. Keluhan tersebut disertai

dengan mules-mules sejak 3 jam sebelum masuk rumah sakit. Mules-mules dirasakan

hilang timbul dan semakin lama frekuensi semakin meningkat. Keluar lendir

bercampur darah dan perdarahan disangkal oleh pasien. Selama kehamilan, pasien

tidak mengeluh adanya keputihan, sakit kepala, pandangan kabur, mual, muntah, gigi

berlubang. Pasien menyangkal adanya riwayat hipertensi, diabetes melitus, asma,

alergi, penyakit jantung, dan penyakit paru. Sedangkan di keluarga pasien tidak ada

riwayat hipertensi, diabetes melitus, asma, alergi, penyakit jantung, dan penyakit

paru.

Pasien mulai menstruasi pertama kali saat usia 13 tahun, siklus teratur, lama 7

hari, ganti pembalut 3 kali dalam sehari, keluhan saat haid tidak ada. Pasien menikah

satu kali. Pasien mengakui kehamilan saat ini merupakan kehamilan yang kelima

(G5P4A0), dan tidak menggunakan KB. Pasien seorang ibu rumah tangga, sedangkan

suaminya seorang karyawan swasta.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, kesadaran

composmentis, tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 81 x/menit, pernapasan 18

x/menit, suhu 36.7°C. Pada pemeriksaan generalis didapatkan mata tidak anemis,

2

tidak ikterik, bunyi jantung I-II reguler, tidak ada murmur, tidak ada gallop, paru

suara dasar vesikuler, tidak ada ronki, tidak ada wheezing, abdomen membuncit

sesuai kehamilan, ekstermitas akral hangat. Pada pemeriksaan obstetri didapatkan

tinggi fundus uteri 33 cm, punggung kiri, presentasi kepala, kepala 3/5, his

4x/10’/40”, denyut jantung janin 148 dpm, dan TBJ klinis 3200 gram. Pada

pemeriksaan genitalia, inspeksi didapatkan vulva uretra tenang, tidak ada perdarahan,

pemeriksaan dalam vagina (vaginal touche) didapatkan portio tipis, pembukaan 8 cm,

kepala Hodge III. Pada pemeriksaan labratorium darah didapatkan leukosit 92.200

ribu/mm3, Hb 13.4 g/dL, eritrosit 4.91 juta/uL, trombosit 26800 ribu/mm3.

Pemeriksaan USG terakhir tanggal 15 Juli 2013 dikatakan janin presentasi kepala

tunggal hidup, BPD 92,8, HC 321,4, AC 312,5, FL 73,8, HL 66,8 , ICA 11, TBJ 3000

gram, plasenta di korpus posterior.

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, maka

dapat didiagnosis PK 1 aktif pada G5 hamil aterm janin presentasi kepala tunggal

hidup.

Pada pasien ini dilakukan penatalaksanaan, dilakukan rencana diagnosis, dan

terapi. Untuk rencana diagnosis dilakukan observasi tanda - tanda vital, frekuensi

nadi, respiratori/jam, suhu/4 jam, observasi his, denyut jantung janin/30 menit,

pemeriksaan darah lengkap, gula darah sewaktu, urin lengkap, pemeriksaan CTG.

Untuk rencana terapi adalah rencana awal partus pervaginam, nilai ulang kemajuan

persalinan, rencana terapi : mobilisasi aktif secara bertahap, diet TKTP, higienitas

vulva perineum, motivasi ASI dan KB, medikamentosa : coamoxiclav 3 x 625 mg,

asam mefenamat 3 x 500 mg, sulfas ferrous 1 x 1 tablet.

Follow up pasien, pada jam 12.00 ibu ingin meneran, gerak janin (+), dengan

tanda-tanda vital : TD 120/70 mmHg, N 81x/menit, RR 19 x/menit, S afebris, his

4x/10’/50”, DJJ 146 dpm, pemeriksaan dalam vagina (vaginal touche) pembukaan

lengkap, kepala Hodge III-IV, UUK depan, dengan diagnosis PK 1 pada G5 hamil

aterm JPKTH, rencana asuhan PK II (Pimpin meneran saat his). Pada jam 12.15 lahir

3

spontan bayi perempuan, BL 3000 gram, PL 48 cm, AS 9/10, air ketuban jernih, tali

pusat dijepit dan dipotong, ibu disuntik oksitosin 10 IU im. Pada jam 12.20 plasenta

lahir lengkap dengan peregangan tali pusat terkendali, masase fundus kontraksi

baik, eksplorasi : perineum intak, perdarahan kala III-IV 100 cc, melakukan

pengawasan post partum.

WaktuTekanan darah

(mmHg)

Nadi

( kali/ menit)

Frekuensi nafas

(kali/ menit)suhu

12.35 110/70 90 18 Afebris

12.50 110/70 88 16 Afebris

13.05 110/70 90 16 Afebris

13.20 110/70 88 16 Afebris

13.35 120/70 86 16 Afebris

13.50 120/70 88 16 Afebris

Tabel 1. Pemantauan 2 jam post partum pada Ny. G

Dalam observasi 2 jam pasca melahirkan, pasien dapat buang air kecil

spontan dan tidak ada perdarahan.

4

5

6

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

III.1 PARTOGRAF

Partograf atau partogram adalah metode grafik untuk merekam kejadian-

kejadian pada perjalanan persalinan. Partograf juga dipakai untuk memantau

kemajuan persalinan dan membantu petugas kesehatan dalam mengambil

keputusan klinik dan jika digunakan dengan tepat maka partograf akan

membantu penolong persalinan untuk mencatat kemajuan persalinan, kondisi ibu

dan janin, mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran,

sebagai informasi untuk identifikasi dini penyulit persalinan serta informasi

mengambil keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu.1

Partograf dimulai pada pembukaan 4 cm (fase aktif) yang digunakan pada

setiap ibu bersalin tanpa memandang apakah persalinan itu normal atau

komplikasi.

III. 2 TUJUAN PENGGUNAAN PARTOGRAF2

Penggunaan Partograf

Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan

elemen penting dari asuhan persalinan. Partograf harus digunakan untuk

semua persalinan, baik normal maupun patologis. Partograf sangat

membantu penolong persalinan dalam memantau, mengeva1uasi dan

membuat keputusan klinik, baik persalinan dengan penyulit maupun yang

tidak disertai dengan penyulit.

Secara rutin digunakan oleh semua penolong persalinan yang memberikan

asuhan persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayinya.

7

Penggunaan partograf secara rutin dapat memastikan bahwa ibu dan

bayinya mendapatkan asuhan yang aman, adekuat dan tepat waktu serta

membantu mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam

keselamatan jiwa mereka.

Tujuan utama dari penggunaan partograf:

1. Untuk mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai

pembukaan serviks melalui periksa dalam.

2. Untuk mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.

Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan

terjadinya partus lama.

3. Sebagai data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu,

kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan

medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat

keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua

itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan

bayi baru lahir.

Jika digunakan dengan tepat dan konsisten partograf akan membantu

penolong persalinan untuk:

1. Mencatat kemajuan persalinan

2. Mencatat kondisi ibu dan janinnya

3. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran.

4. Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit

persalinan.

5. Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik

yang sesuai dan tepat waktu.

Partograf tidak dapat dibuat pada kasus:

Partus prematurus

8

Pada saat masuk rumah sakit pembukaan > 9 cm

Akan diadakan SC elektif.

Bekas SC 2 kali

Bekas SC klasik

Kasus preeklamsia dan eklamsia

Gambaran partograf dinyatakan dengan garis tiap parameter (vertikal)

terhadap garis perjalanan waktu (horisontal).

III.3 PENCATATAN SELAMA FASE LATEN KALA 1 PERSALINAN

Kala 1 satu persalinan terdiri dari dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif

yang diacu pada pembukaan serviks:

Fase laten : pembukaan serviks kurang dari 4 cm

Fase aktif : pembukaan serviks dari 4 cm sampai 10 cm

Selama fase laten, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus

dicatat. Hal ini dapat dicatat secara terpisah, baik di catatan kemajuan

persalinan maupun di Kartu Menuju Sehat (KMS) Ibu Hamil. Tanggal dan

waktu harus dituliskan setiap kali membuat catatan selama fase laten

persalinan. Semua asuhan dan intevensi juga harus dicatatkan.3

Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat dengan seksama yaitu:

Denyut jantung janin setiap ½ jam

Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap 4 jam

Nadi setiap ½ jam

Pembukaan serviks setiap 4 jam

Penurunan bagian terendah janin setiap 4 jam

Tekanan darah dan temperature tubuh setiap 4 jam

Produksi urin, aseton dan protein setiap 2 sampai 4 jam

Jika ditemui gejala dan tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi

harus lebih sering dilakukan. Lakukan tindakan yang sesuai apabila pada

9

diagnosis disebutkan adanya penyulit dalam persalinan. Jika frekuensi kontraksi

berkurang dalam satu atau dua jam pertama, nilai ulang kesehatan dan kondisi

aktual ibu dan bayinya. Bila tidak ada tanda-tanda kegawatan atau penyulit, ibu

boleh pulang dengan instruksi untuk kembali jika kontraksinya menjadi teratur,

intensitasnya makin kuat dan frekuensinya meningkat.

Apabila asuhan persalinan dilakukan di rumah, penolong persalinan

hanya boleh meninggalkan ibu setelah dipastikan bahwa ibu dan bayinya dalam

kondisi baik. Pesankan pada ibu dan keluarganya untuk menghubungi kembali

penolong persalinan jika terjadi peningkatan frekuensi kontraksi. Rujuk ibu ke

fasilitas kesehatan yang sesuai jika fase laten berlangsung lebih dari 8 jam.3,4

III.4 PENCATATAN SELAMA FASE AKTIF PERSALINAN

Halaman depan partograf menginstruksikan observasi dimulai pada

fase aktif persalinan dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-

hasil pemeriksaan selama fase aktif persalinan.

Pengamatan yang dicatat pada partograf:

Informasi tentang ibu

1. Nama, umur

2. Gravid, para, abortus (keguguran)

3. Nomor catatan medik/nomor puskesmas

4. Tanggal dan waktu mulai dirawat (Jika dirumah, tanggal dan waktu

penolong persalinan mulai merawat ibu)

Rekaman kemajuan persalinan

a. Pembukaan serviks.

b. Penurunan kepala.

c. Kekuatan his dan mulai mengejan.

Rekaman keadaan janin

a. Frekuensi denyut jantung janin.

10

b. Air ketuban.

c. Maulage kepala janin.

Rekaman keadaan ibu.

a. Keadaan umum: tensi. nadi, temperatur.

b. Keseimbangan cairan: cairan intravena, produksi urin.

c. Obat-obatan dan pemberian oksitosin.

d. Tentang urin: volume, proteinuria, dan keton bodi (aseton)

11

Gambar 1. Partograf

12

III.5 PENCATATAN KEADAAN JANIN

Bagian atas grafik pada partograf adalah untuk pencatatan denyut

jantung janin (DJJ), air ketuban dan penyusupan kepala janin.2

1. Denyut jantung Janin (DJJ)

Nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih

sering jika ada tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak di bagian atas

partograf menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di sebelah kolom

paling kiri menunjukkan DJJ. Catat DJJ dengan memberi tanda titik pada

garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ.

Kemudian hubungkan yang satu dengan titik lainnya dengan garis

tegas dan bersambung. Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf

diantara garis tebal pada angka 180 dan 100. Sebaiknya, penolong harus

waspada bila DJJ mengarah hingga dibawah 120 atau diatas 160. Untuk

tindakan-tindakan segera yang harus dilakukan, jika DJJ melampaui

kisaran normal ini.

Catat tindakan-tindakan yang dilakukan pada ruang yang tersedia di

salah satu dari kedua sisi partograf.

Denyut jantung janin normal 120 sampai 160 per menit.

> 160/menit takikardi, permulaan asfiksia.

< 120/menit bradikardi, asfiksia lebih lanjut, apalagi disertai

keadaan ireguleritas.

< 100/menit asfiksia intrauterin herat apa lagi disertai

ireguleritas.

2. Selaput dan Air Ketuban

Nilai air kondisi ketuban setiap kali melakukan periksa dalam dan

nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat dalam kotak

yang sesuai di bawah lajur DJJ. Gunakan lambang-lambang berikut ini:

13

U selaput ketuban masih utuh (belum pecah)

J selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih

M selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur

mekonium

K selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak mengalir

lagi ("kering")

Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan adanya

gawat janin. Jika terdapat mekonium, pantau DJJ dengan seksama untuk

mengenali tanda-tanda gawat janin selama proses persalinan. Jika ada

tanda-tanda gawat janin (DJJ < 100 atau > 180 kali per menit) maka ibu

harus segera dirujuk. Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera rujuk

ibu ke tempat yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawat darurat

obstetrik dan bayi baru lahir.4,5

3. Penyusupan (molase) tulang kepala janin

Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala

bayi dapat menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu.

Semakin besar derajat penyusupan atau tumpang-tindih antar tulang

kepala semakin menunjukkan risiko disporposik kepala panggul (CPD).3,4,5

Ketidak-mampuan untuk berakomodasi atau disproporsi

ditunjukkan melalui derajat penyusupan atau tumpang-tindih (molase)

yang berat sehingga tulang kepala yang saling menyusup, sulit untuk

dipisahkan. Apabila ada dugaan disproprosi kepala-panggul maka penting

untuk tetap memantau kondisi janin serta kemajuan persalinan. Lakukan

tindakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan dugaan

proporsi kepala-panggul (CPD) ke fasilitas kesehatan rujukan.

Setiap kali melakukan periksa dalam, nilai penyusupan antar

tulang (molase) kepala janin.

14

Catat temuan yang ada di kotak yang sesuai di bawah lajur air

ketuban. Gunakan lambang-lambang berikut ini :

0 tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah

dapat di palpasi.

1 tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.

2 tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih

dapat dipisahkan

3 tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak

dapat dipisahkan

III.6 PENCATATAN KEMAJUAN PERSALINAN1,2

Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan

kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang tertera di kolom paling kiri adalah

besamya dilatasi serviks. Nilai setiap angka sesuai dengan besarnya dilatasi

serviks dalam satuan sentimeter dan menempati lajur dan kotak tersendiri.

Perubahan nilai atau perpindahan lajur satu ke lajur yang lain

menunjukkan penambahan dilatasi serviks sebesar 1 cm. Pada lajur dan kotak

yang mencatat penurunan bagian terbawah janin tercantum angka 1-5 yang

sesuai dengan metode perlimaan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya

(Menentukan Penurunan Janin). Setiap kotak segi empat atau kubus

menunjukkan waktu 30 menit untuk pencatatat waktu pemeriksaan, denyut

jantung janin, kontraksi uterus dan frekuensi nadi ibu.

1) Pembukaan Serviks

Nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering

dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif

Tanda 'X' harus dicantumkan di garis waktu yang sesuai dengan lajur

besamya pembukaan serviks.

15

Gambar 2. Pembukaan serviks

Perhatikan:

Pada tengah partograf terdapat grafik. Sepanjang sisi kirinya terdapat

angka 0-10 pada setiap kotak. Setiap kotak menunjukan pembukaan 1 cm.

Sepanjang sisi horizontal terdapat angka 0-24, setiap kotaknya menunjukan

waktu 1 jam.

Pilih angka pada tepi kiri luar kolom pembukaan serviks yang sesuai

dengan besamya pembukaan serviks pada fase aktif persalinan yang

diperoleh dari hasil periksa dalam.

Untuk pemeriksaan pertama pada fase aktif persalinan, temuan

(pembukaan serviks) dari hasil periksa dalam harus dicantumkan pada

garis waspada. Pilih angka yang sesuai dengan bukaan serviks (hasil

periksa dalam) dan cantumkan tanda 'X' pada ordinat atau tidak silang garis

dilatasi serviks dan garis waspada. Hubungkan tanda “X” dari setiap

pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus).

16

Pada kemajuan persalinan yang normal, tanda “X” untuk pembukaan akan

selalu berada pada garis waspada atau disebelah kirinya.

Gambar 3. Grafik Pencatatan Pembukaan Serviks

2) Turun Kepala Janin

Setiap kali melakukan periksa dalam (setiap 4 jam), atau lebih

sering (jika ditemukan tanda tanda penyulit). Cantumkan hasil

pemeriksaan penurunan kepala (perlimaan) yang menunjukkan seberapa

jauh bagian terbawah janin telah memasuki rongga panggul. Pada

persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks selalu diikuti dengan

turunnya bagian terbawah janin. Tapi ada kalanya, penurunan bagian

terbawah janin baru terjadi setelah pembukaan serviks mencapai 7 cm.

Tulisan "Turunnya kepala" dan garis tidak terputus dari 0-5, tertera di sisi

yang sama dengan angka pembukaan serviks. Berikan tanda '0' yang

ditulis pada garis waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika hasil

pemeriksaan palpasi kepaia di atas simfisi pubis adalah 4/5 maka tuliskan

tanda "0" di garis angka 4. Hubungkan tanda '0' dari setiap pemeriksaan

dengan garis tidak terputus.

Harus diingat :

17

- Pemeriksaan turun kepala janin membantu menentukan kemajuan

persalinan

- Turun kepala janin diperiksa dari perut perut ibu dalam perlimaan

yang masih teraba di atas PAP

- Pemeriksaan penurunan kepala janin dilakukan sesaat sebelum

dilakukan periksa dalam.

Sistem Bidang Hodge

Untuk menentukan seberapa jauh bagian terdepan janin turun ke

dasar panggul. Hodge menentukan bidang penurunan:

H I : Bidang yang sama dengan pintu atas panggul

H II : Bidang sejajar dengan H I setinggi tepi bawah simfisis

H III : Bidang sejajar dengan H I setinggi spina ischiadica

H IV : Bidang sejajar dengan H I setinggi ujung tulang

kelangkung ( Os. Sacrum)

Gambar 4. Bidang Hodge

18

Gambar 5. Penurunan Kepala Perlimaan

Gambar 6. Grafik Turun Kepala Janin

3) Garis Waspada / Tindakan

a. Daerah sebelah kiri garis waspada merupakan garis observasi.

b. Daerah di antara garis waspada dan garis tindakan merupakan daerah

perlu dipertimbangan untuk merujuk atau mengambil tindakan.

c. Daerah di sebelah kanan garis tindakan adalah daerah harus segera

bertindak.

Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir

pada titik dimana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju

pembukaan adalah 1 cm per jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan

harus dimulai di garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke

sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam maka

19

harus dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya: fase aktif memanjang,

serviks kaku atau inersia uteri hipotonik, dll)

Pertimbangkan perlunya melakukan intervensi bermanfaat yang

diperlukan, rnisalnya: persiapan rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan

(rumah sakit atau puskesmas) yang memiliki kemampuan untuk

menatalaksana penyulit atau gawat darurat obstetri. Garis bertindak tertera

sejajar dan di sebelah kanan (berjarak 4 jam) garis waspada. Jika

pembukaan serviks telah melampaui dan berada di sebelah kanan garis

bertindak maka hal ini menunjukkan perlu dilakukan tindakan untuk

menyelesaikan persalinan. Sebaiknya, ibu harus sudah berada di tempat

rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.

4) Jam dan waktu

1. Waktu mulainya fase aktif persalinan

Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan

kepala) tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-16. Setiap kotak

menyatakan satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.

2. Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian

Di bawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera

kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan.

Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan berkaitan dengan dua

kotak waktu tiga puluh menit yang berhubungan dengan lajur untuk

pencatatan pembukaan serviks, DJJ di bagian atas dan lajur kontraksi

dan nadi ibu di bagian bawah. Saat ibu masuk dalam fase aktif

persalinan, cantumkan pembukaan serviks pada garis waspada.

Kemudian catatkan waktu actual pemeriksaan ini di kotak waktu yang

sesuai. Sebagai contoh, jika hasil periksa dalam menunjukkan

pembukaan serviks adalah 6 cm pada pukul 15.00, cantumkan tanda

'X' di garis waspada yang sesuai dengan lajur angaka 6 yang tertera di

20

sisi luar kolom paling kiri dan catat waktu actual di kotak pada lajur

waktu di bawah lajur pembukaan (kotak ketiga dari kiri).

5) Kontraksi Uterus (His)

Di bawah lajur waktu partograf, terdapat 5 kotak dengan tulisan

kontraksi per 10 menit sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak

menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah

kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik.

Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit dengan

cara mengisi kotak kontraksi yang tersedia dan disesuaikan dengan angka

yang mencerrninkan temuan dari hasil pemeriksaan kontraksi. Sebagai

contoh jika ibu mengalami 3 kontraksi dalam waktu satu kali 10 menit,

maka lakukan pengisian pada 3 kotak kontraksi. hal-hal yang harus

diperhatikan :

- His diamatai menurut frekuensi dan lamanya

- Dicatat berapa kali his dalam 10 menit

- Ada 3 cara mengarsir lama his:

< 20 detik (berupa titik-titik)

20 – 40 detik (garis miring/arsiran)

> 40 detik (hitamkan penuh)

III.7 PENCATATAN KONDISI IBU

1) Obat-Obatan Dan Cairan Yang Diberikan

Dibawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak

untuk mencatat oksitosin, obat-obat lainnya dan cairan IV.

1. Oksitosin

Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30

menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan IV dan

dalam satuan tetesan per menit.

21

2. Obat-obatan lain dan cairan IV

Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan atau cairan IV

dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.

2) Keadaan umum

Bagian terbawah lajur dan kolom pada halaman depan partograf,

terdapat kotak atau ruang untuk mencatat kondisi kesehatan dan

kenyamanan ibu selama persalinan.

1. Nadi, tekanan darah dan suhu tubuh

Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan

nadi dan tekanan darah ibu.

Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif

persalinan (lebih sering jika diduga adanya penyulit). Beri

tanda titik (.) pada kolom waktu yang sesuai.

Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase

aktif persalinan (lebih sering jika diduga adanya penyulit).

Beri tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang

sesuai.Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika

terjadi peningkatan mendadak atau diduga adanya infeksi)

setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh pada kotak yang

sesuai.

2. Volume urin, protein dan aseton

Ukur dan catat jumlah dan produksi urin ibu sedikitnya

setiap 2 jam (setiap kali ibu berkernih). Jika memungkinkan,

setiap kali ibu berkernih, lakukan pemeriksaan aseton dan

protein dalam urin.

II.8 ASUHAN, PENGAMATAN DAN KEPUTUSAN KLINIK LAINNYA.

22

Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik di sisi

luar kolom partograf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan.2

Cantumkan juga tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan.

Asuhan, pengamatan dan/atau keputusan klinis mencakup:

Jumlah cairan per oral yang diberikan. Keluhan sakit kepala atau

penglihatan (pandangan kabur).

Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (Obgin, bidan,

dokter umum).

Persiapan sebelum melakukan rujukan.

II.8.1 Pencatatan Pada Lembar Belakang Partograf

Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat

hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran bayi, serta

tindakan-tindakan yang dilakukan sejak kala I hingga kala IV dan bayi

baru lahir. Itulah sebabnya bagian ini disebut sebabagi catatan

persalinan. Nilai dan catatn asuhan yang diberikan kepada ibu selama

masa nifas (terutama pada kala IV persalinan) untuk memungkinkan

penolong persalinan mencegah terjadinya penyulit dan membuat

keputusan klinik yang sesuai.2

Dokumentasi ini sangat penting, terutama untuk membuat

keputusan klinik (misalnya pencegahan perdarahan pada kala IV

persalinan). Selain itu catatan persalinan (lengkap dan benar) dapat

digunakan untuk menilai/memantau sejauh mana pelaksanaan asuhan

persalinan yang aman dan bersih telah dilakukan.

Catatan persalinan adalah terdiri dari unsur-unsur berikut:

a. Data atau informasi umum

b. Kala I

c. Kala II

23

d. Kala III

e. Bayi baru lahir

f. Kala IV

Cara pengisian:

Berbeda dengan halaman depan yang harus diisi pada akhir

setiap pemeriksaan, lembar belakang partograf ini diisi setelah seluruh

proses persalinan selesai. Adapun cara pengisian catatan persalinan

pada lembar belakang partograf secara lebih terinci disampaikan

menurut unsur-unsurnya sebagai berikut

1). Data dasar

Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan,

alamat tempat persalinan, catatan, alasan merujuk, tempat rujukan

dan pendamping pada saat merujuk. Isi data pada masing-masing

tempat yang telah disediakan, atau dengan cara memberi tanda

pada kotak di samping jawaban yang sesuai.

2). Kala I

Kala I terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat

melewati garis waspada, masalah-masalah yang dihadapi,

penatalaksanaannya, dan hasil penatalaksanaan tersebut.

3). Kala II

Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat

janin, distosia bahu, masalah penyerta, penatalaksanaan dan

hasilnya.

4). Kala III

Kala III terdiri dari lama kala III, pemberian oksitosin,

penegangan tali pusat terkendali, pemijatan fundus, plasenta lahir

lengkap, plasenta tidak lahir > 30 menit, laserasi, atonia uteri,

jumlah perdarahan, masalah penyerta, penatalaksanaan dan

24

hasilnya, isi jawaban pada tempat yang disediakan dan beri tanda

pada kotak di samping jawaban yang sesuai.

5). Bayi baru lahir

Informasi tentang bayi baru lahir terdiri dari berat dan panjang

badan, jenis kelamin, penilaian kondisi bayi baru lahir, pemberian

ASI, masalah penyerta, penatalaksanaan terpilih dan hasilnya. Isi

jawaban pada tempat yang disediakan serta beri tanda ada kotak di

samping jawaban yang sesuai.

6). Kala IV

Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, suhu, tinggi

fundus, kontraksi uterus, kandung kemih dan perdarahan.

Pemantauan pada kala IV ini sangat penting terutama untuk

menilai apakah terdapat risiko atau terjadi perdarahan

pascapersalinan. Pengisian pemantauan kala IV dilakukan setiap

15 menit pada satu jam pertama setelah melahirkan, dan setiap 30

menit pada satu jam berikutnya. Isi setiap kolom sesuai dengan

hasil pemeriksaan dan Jawab pertanyaan mengenai masalah kala

IV pada tempat yang telah disediakan.

25

DAFTAR PUSTAKA

1. Sulis, B. Partograf APN. 2012. Diunduh dari

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28084/5/Chapter%20I.pdf.

Tanggal 16 Juli 2013 pukul 19.03

2. Wiraatmadja, I. Bahan Kuliah Obsetri dan Ginekologi : Partograf dalam Cakul

Obgyn Plus. Editor : A. Budi Marjono. 1999

3. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. edisi ke-3. Cetakan VIII. 2006. Jakarta:

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

4. Cunningham, FG, et al. Obstetri Williams. Edisi ke-21. 2006. Jakarta : EGC

Penerbit Buku Kedokteran.

5. Saifudin, Abdul Bari, et al. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal

dan Neonatal. 2002. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

6. Cunningham GF, Gant NF, Leveno JK, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD.

Williams Obstetrics, 21st ed. New York: McGraw-Hill, 2001.

26