Partisipasi Politk (Kel 4)

13
PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Berbicara dan membahas mengenai politik bagi sebagian orang orang atau kalangan bukan hal yang asing terutama yang memang secara langsung mempelajari atau bahkan terjun langsung di dalamnya. Politik hadir dalam interaksi masyarakat untuk menentukan siapa yang memegang hak untuk mengatur atau otoritas menentukan kegiatan bersama. Di dalam politik terdapat beberapa macam kegiatan sperti sosialisasi poltik, partisipasi politik, rekrutmen politik, komunikasi politik dan mobilisasi politik. Semua kegiatan tersebut dilaksanakan untuk mendukung berjalan baiknya kegiatan tersebut. Namun dalam makalah ini kami akan membahas mengenai partisipasi politik, membahas baik jenis-jenis partisipasi menurut system pemerintahan Negara dan juga jenis-jenis kelompok atau lembaga yang membantu pastisipasi politik masyarakat. Setelah membaca makalah ini, diharakan kita semua menyadari pentingnya pastisipasi politik demi kelangsungan suatu Negara. Karena partisipasi politik merupakan suatu hal yang pokok dalam kehidupan demokrasi dan politik suatu negara. Partisipasi politik sendiri dapat diartikan sebagai suatu andil, keikutsertaan dan pengaruh warga negara terhadap seluk beluk kehidupan politik dan negaranya. Pada dasarnya, partisipasi politik erat kaitanya dengan kesadaran warga negara dalam kehidupan bernegara, dimana

description

2532

Transcript of Partisipasi Politk (Kel 4)

Page 1: Partisipasi Politk (Kel 4)

PENDAHULUAN

1     Latar Belakang

Berbicara dan membahas mengenai politik bagi sebagian orang orang atau kalangan bukan hal

yang asing terutama yang memang secara langsung mempelajari atau bahkan terjun langsung di

dalamnya. Politik hadir dalam interaksi masyarakat untuk menentukan siapa  yang memegang

hak untuk mengatur atau otoritas menentukan kegiatan bersama. Di dalam politik terdapat

beberapa macam kegiatan sperti sosialisasi poltik, partisipasi politik, rekrutmen politik,

komunikasi politik dan mobilisasi politik. Semua kegiatan tersebut dilaksanakan untuk

mendukung berjalan baiknya kegiatan tersebut.

Namun dalam makalah ini kami akan membahas mengenai partisipasi politik, membahas baik

jenis-jenis partisipasi menurut system pemerintahan Negara dan juga jenis-jenis kelompok atau

lembaga yang membantu pastisipasi politik masyarakat.

Setelah membaca makalah ini, diharakan kita semua menyadari pentingnya pastisipasi politik

demi kelangsungan suatu Negara. Karena partisipasi politik merupakan suatu hal yang pokok

dalam kehidupan demokrasi dan politik suatu negara. Partisipasi politik sendiri dapat diartikan

sebagai suatu andil, keikutsertaan dan pengaruh warga negara terhadap seluk beluk kehidupan

politik dan negaranya. Pada dasarnya, partisipasi politik erat kaitanya dengan kesadaran warga

negara dalam kehidupan bernegara, dimana dalam kehidupan bernegara tak lain adalah mengenai

kehidupan sosial masyarakat yang selalau terkait dengan kepentingan bersama.

Sifat dan Definisi Partisipasi Politik

Sebagai definisi umum dapat dikatakan bahwa partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau

sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan

memilih pimpinan negara secara langsung atau tidak langsung, serta memengaruhi kebijakan

pemerintah (public policy). Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam

pemilihan umum, menghadiri rapat umum, mengadakan hubungan (contacting) atau lobbying

Page 2: Partisipasi Politk (Kel 4)

dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen, menjadi anggota partai  atau salah satu

gerakan sosial dengan direct actionnya, dan sebagainya.

Hebert McClosky berpendapat bahwa partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari

warga masyarakat dengan mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara

langsung atau tidak langsung, dalam proses pembentukan kebijakan umum.

Di negara-negara demokrasi konsep partisipasi politik bertolak dari paham bahwa kedaulatan ada

ditangan rakyat, yang dilaksanakan melalui kegiatan bersama untuk menetapkan tujuan-tujuan

serta masa depan masyarakat itu dan untuk menentukan orang-orang yang akan memegang

tampuk pimpinan.  Jadi, partisipasi politik merupakan pengejawantahan dari penyelenggaraan

kekuasaan politik yang absah oleh rakyat.

           Selain itu, para sarjana yang mengamati masyarakat demokrasi barat juga cenderung

berpendapat bahwa yang dinamakan pertisipasi politik  hanya sebatas pada kegiatan sukarela

saja, yaitu kegiatan yang dilakukan tanpa paksaan atau tekanan dari siapa pun. Ada pula

pendapat bahwa partisipasi politik hanya mencakup kegiatan positif. Akan tetapi Huntington dan

Nelson menganggap bahwa kegiatan yang ada unsur  destruktifnya seperti demonstrasi, terror,

pembunuhan politik, dan lain-lain, merupakan suatu bentuk partisipasi.

PARTISIPASI POLITIK DI NEGARA DEMOKRASI

Partisipasi di negara demokrasi cenderung lebih besar di negara-negara yang belum menerapkan

sistem demokrasi karena masyarakat memiliki kebebasan dalam berpendapat. Berikut ini ada dua

pola partisipasi yang digambarkan sebagai piramida. Menurut Milbrath dan Goel masyarakat di

Amerika dibagi dalam tiga kategori: a. Pemain (Gladiators), b. Penonton (Spectators), dan c.

Apatis (Apathetics).

Page 3: Partisipasi Politk (Kel 4)

PEMAIN (GLADIATORS)

5-7% populasi adalah gladiators, yaitu orang yang aktif di dunia politik.

PENONTON (SPECTATORS)

60% populasi adalah aktif namun dalam hal menggunakan hak suaranya saja untuk memilih.

APATIS (APATHETICS)

33% populasi termasuk apatis, yaitu orang yang tidak

aktif sama sekali dalam kegiatan politik.

Berikutnya ada piramida partisipasi politik yang

disampaikan oleh Dafid F Roth dan Frank L. Wilson,

mereka membagi masyarakat dalam empat bagian

yaitu: a. Aktivis (Activists), b. Partisipan (Participants),

c. Penonton (Onlookers), dan d. Apolitis (Apoliticals).

AKTIVIS (AKTIVISTS)

The Deviant (termasuk pembunuh, pembajak, teroris dalam maksud politik); Pejabat publik atau

calon pejabat publik; Fungsionaris parpol atau pimpinan

kelompok kepentingan.

PARTISIPAN (PARTICIPANTS)

Anggota partai aktif; Orang yang bekerja untuk kampanye;

Partisipan aktif dalam kelompok; Orang yang terlibat dalam

komunitas/proyek.

PENONTON (ONLOOKERS)

Anggota kelompok kepentingan; Pemilih; Orang yang

terlibat dalam diskusi politik; Pengamat dalam

pembangunan politik.

APOLITIS (APOLITICALS)

Pemain (Gladiators)

Penonton (Spectators)

Apatis (Apathetic)

Aktivis (Activists)

Partisipan (participants)

Penonton (Onlookers)

Apolitis (Apolitica ls)

Page 4: Partisipasi Politk (Kel 4)

Orang-orang yang tidak berminat sama sekali tentang politik; Tidak bersifat politis.

Namun ada penelitian lain mengenai warga Amerika tentang partisipasi politiknya oleh Verba

dan Nie, mereka membagi masyarakat dalam enam bagian:

a. 20% masyarakat amerika sama sekali tidak aktif dalam kehidupan politik, bahkan

memberikan suara dalam pemilu pun tidak. Kelompok ini terdiri dari tingkat sosial dan

ekonomi yang rendah, perempuan, kulit hitam, lansia dan anak muda.

b. 21% disebut juga ‘spesialis pemilih’ (voting spesialists) yang hanya aktif memberikan

suara namun tidak ikut serta dalam kegiatan politik. Kelompok ini terdiri dari golongan

sosial ekonomi yang rendah, orang kota, dan lansia.

c. 4% disebut partisipan parokial (parochial participants) yang hanya aktif mengontak

pejabat apabila menemui persoalan tertentu. Kebanyakan masyarakat ini adalah yang

ekonominya rendah dan beragama katolik di kota besar.

d. 20% disebut komunalis (communalists) yang mengontak pejabat partai dan pemerintahan

mengenai banyak isu, dan mereka bekerja sama menangani isu-isu tersebut. Kebanyakan

dari mereka menggunakan hak pilihnya namun tidak berpartisipasi dalam kampanye.

Mereka tergolong ekonomi kelas atas yang beragama protestan dan masyarakat di

pedesaan serta kota kecil, tetapi tidak di kota besar.

e. 15% disebut aktivis kampanye (campaigners) yang selalu memberikan suara dalam

pemilu dan aktif dalam kampanye pemilihan. Biasanya orang-orang seperti ini berasal

dari golongan atas dan berasal dari kota besar. Banyak orang kulit hitam dan katolik yang

masuk di dalamnya.

f. 11% disebut aktivis penuh (complete activists). Kelompok ini merupakan aktivis yang

aktif dalam seluruh kegiatan politik baik berkampanye, ketua parpol dan sebagainya.

Kebanyakan dari mereka berasal dari golongan sosial ekonomi atas, orang tua dan

golongan muda yang terwakili.

Bentuk partisipasi yang paling mudah diukur intensitasnya adalah perilaku warga negara dalam

pemilihan umum, antara lain melalui perhitungan persentase orang yang menggunakan hak

Page 5: Partisipasi Politk (Kel 4)

pilihnya (yang biasa disebut voter turnout) dibanding dengan jumlah seluruh warga negara yang

sudah memilih hak dalam memilih. Berikut tabel voter turnout di beberapa negara.

NO. NEGARA VOTER TURNOUT (%) TAHUN PEMILU

1. Australia 94,69 2004

2. Singapura 94 2006

3. Indonesia (masa orba) 95 1992

4. Jerman 90 1992

5. Indonesia (masa reformasi) 84 2004

6. Norwegia 76,6 2005

7. Prancis 64,6 dan 60,7 2002

8. Thailand 70 2001

9. Malaysia 69,5 1999

10. Inggris 61,3 2005

11. Federasi Rusia 60,5 1999

12. Korea Selatan 60 2004

13. India <60 2004

14. Amerika Serikat 55,3 2004

15. Polandia 53,4 1990

Sumber: http://www.ipu.org/parline-e/reports/

Dan berikut ini adalah karakteristik sosial para pemilih di Amerika Serikat yang menjawab

apakah ada faktor (sosial ekonomi contohnya) yang memengaruhi sikap pemilih. Sebetulnya

sudah banyak kajian komparatif pada masa 1970-an hingga 1980-an. Dan tabel ini adalah salah

satu hasil dari studi tersebut.

KATEGORI PARTISIPASI LEBIH TINGGI PARTISIPASI LEBIH

RENDAH

Pendapatan Pendapatan tinggi Pendapatan rendah

Page 6: Partisipasi Politk (Kel 4)

Pendidikan Pendidikan tinggi Pendidikan rendah

Pekerjaan Orang bisnis; karyawan kantor;

pegawai pemerintah; petani yang

berdagang; buruh tambang

Buruh kasar; PRT; karyawan

dinas pelayanan; petani kecil

Ras Kulit putih Kulit hitam

Jenis Kelamin Pria Wanita

Umur Setengah baya (35-55 tahun); tua

(55 tahun ke atas)

Di bawah 35 tahun

Status Menikah Bujangan/belum menikah

Organisasi Anggota organisasi Orang yang hidup menyendiri

(tidak terikat)

Sumber: Seymour Martin Lipset, Political Man: the Social Bases of Politics, 1960

Partisipasi Politik di Negara Otoriter

Di negara otoriter seperti komunis di masa lampau, partisipasi politik yang besar adalah hal yang

sewajarnya, karena secara formal, kekuasaan ada di tangan rakyat. Namun tujuan utama dari

partisipasi massa ini ialah agar masyarakat yang terbelakang menjadi modern, produktif, kuat,

dan berideologi kuat. Dan itu membutuhkan disiplin dan pengarahan ketat dari monopoli partai

politik.

Presentase partai politik menjadi tinggi di sini sebab rezim yang ada benar-benar ingin

menunjukan ke absahannya. Uni Soviet adalah salah satu negara yang berhasil mencapai

persentase voter turnout (persentase orang yang menggunakan hak pilihnya) yang sangat tinggi,

yaitu selalu mencapai 99%. Namun, bertolak belakang dengan negara demokrasi. hanya ada satu

calon dari setiap kursi untuk di perebutkan. Dan para calon tersebut harus melewati proses

penyaringan yang di selnggarakan oleh partai komunis.

Partisipasi politik juga dapat dilakukan dengan memasuki organisasi-organisasi yang berada

dalam kontrol partai. Pemerintah juga menghadapi dilema tentang bagaimana memperluas

partisipasi tanpa mengendorkan kontrol. Sebab akan ada bahaya timbulnya konflik yang merusak

Page 7: Partisipasi Politk (Kel 4)

Partisipasi Politik di Negara Berkembang

Kebanyakan negara berkembang ingin cepat-cepat melaksanakan pembangunan untuk mengejar

keterbelakangannya karena dianggap bahwa berhasil atau tidaknya pembangunan banyak

bergantung pada partisipasi rakyat.

Di beberapa negara berkembang, partisipasi yang bersifat otonom (lahir dari diri mereka sendiri)

masih terbatas. Hal ini menyebabkan pemerintah menghadapai masalah bagaimana untuk

meningkatkan partispasi itu, sebab jika partisipasi mengalami jalan buntu, dapat terjadi dua hal,

yaitu menimbulkan ”anomi” atau justru ”revolusi”. Masalah lain adalah di beberapa negara

berkembang yang proses pembangunannya agak lancar. Di sana perluasan urbanisasi serta

jaringan pendidikan dan meningkatnya komunikasi menggerakkan banyak kelompok untuk aktif

dalam proses politik sehingga terjadi peningkatan tuntutan terhadap pemerintah yang sangat

mencolok. Kesenjangan antara tujuan sosial dan cara-cara mencapai tujuan itu dapat

menimbulkan perilaku ekstrem seperti teror dan pembunuhan.

Jalan yang paling baik untuk mengatasi krisis partisipasi adalah peningkatan inkremental dan

bertahap seperti yang dilakukan Inggris pada abad ke-19. cara demikian akan memberikan

kesempatan dan waktu kepada institusi maupun kepada rakyat untuk menyesuaikan diri.

Di negara-negara berkembang, setiap usaha pembangunan akan selalu dibarengi dengan gejala-

gejala sosial. Kalaupun stabilitas berhasil dicapai, sifatnya mungkin akan tetap kurang stabil bila

dibandingkan dengan negara-negara yang sudah kuat dan mantap kehidupan politiknya.

Partisipasi Politik Melalui New Social Movements (NSM) dan Kelompok-Kelelompok

Kepentingan

(tugasnya rangga, belom masuk )

Beberapa Jenis Kelompok

Page 8: Partisipasi Politk (Kel 4)

Gabriel A. Almond dan Bongham G. Powell dalam buku Comparative Politics Today: A world

View (1992) yang diedit bersama, membagi kelompok kepentingan dalam empat kategori, yaitu:

Kelompok Anomi

Kelompok-kelompok ini tidak memiliki organisasi, tetapi individu-individu yang terlibat

merasa mempunyai perasaan frustasi dan ketidakpuasan yang sama. Sekalipun tidak

terorganisir dengan rapih, dapat saja kelompok-kelompok ini secara spontan mengadakan

aksi masal jika tiba-tiba muncul frustasi dan kekecewaan mengenai suatu masalah.

Ketidakpuasan ini diungkapkan melalui demonstrasi dan pemogokan yang tak terkontrol,

yang kadang-kadang berakhir dengan kekerasan. Ledakan emosi ini yang sering tanpa

rencana yang matang, dapat saja tiba-tiba muncul tetapi dapat juga cepat mereda. Akan

tetapi jika keresahan tidak segera diatasi, maka masyarakat akan memasuki keadaan anomi,

yaitu situasi chaos dan lawlessness yang diakibatkan runtuhnya perangkat nilai dan norma

yang sudah menjadi tradisi, tanpa diganti nilai-nilai baru yang dapat diterima secara umum.

Hal ini tercermin dalam kejadian seperti pemberontakan di Berlin Timur dan Hungaria

(tahun 1950-an) dan Polandia (tahun 1980-an), demonstrasi di Tiananmen Square (1989),

dan demonstrasi-demonstrasi mengutuk kartun Nabi Muhammad SAW di Denmark

(2006), dan dibeberapa negara di dunia.

Kelompok Nonasosiasional

Kelompok kepentingan ini tumbuh berdasarkan rasa solidaritas pada sanak saudara,

kerabat, agama, wilayah, kelompok etnis, dan pekerjaan. Kelompok-kelompok ini biasanya

tidak aktif secara politik dan tidak mempunyai organisasi ketat, walaupun lebih

mempunyai ikatan daripada kelompok anomi. Anggota-anggotanya merasa mempunyai

hubungan batin karena mempunyai hubungan ekonomi, massa konsumen, kelompok etnis,

dan kedaerahan. Contoh di Indonesia: Paguyuban Pasundan, kelompok penggemar kopi

dan lain-lain.

Kelompok Institusional

Kelompok-kelompok formal yang berada dalam atau bekerja sama secara erat dengan

pemerintahan seperti birokrasi dan kelompok militer. Contoh di Amerika: military

Page 9: Partisipasi Politk (Kel 4)

industrial complex dimana Pentagon bekerjasama dengan industri pertahanan. Contoh di

Indonesia: Darma Wanita, KORPRI, Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI).

Kelompok Aasosiasional

Terdiri atas serikat buruh, kamar dagang, asosiasi etnis dan agama. Organisasi-organisasi

ini dibentuk dengan suatu tujuan yang eksplisit, mempunyai organisasi yang baik dengan

staf efektif daripada kelompok-kelompok lain dalam memperjuangkan tujuannya. Contoh

di Indonesia: Federasi Persatuan Serikat Pekerja Seluruh Indonesia, Himpunan Kerukunan

Petani Indonesia (HKTI), Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dan Kamar Dagang Indonesia

(KADIN).

Lembaga Swadaya Masyarakat

(tugas egi & toni, belom masuk )