partisipasi politik perempuan dalam pemilu legislatif tahun 2009 ...
PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …
Transcript of PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …
ii
PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN
OBYEK WISATA BUKIT PANGUK KEDIWUNG, PADUKUHAN
KEDIWUNG, DESA MANGUNAN, KECAMATAN DLINGO,
KABUPATEN BANTUL, DAERAH ISTIMEWAH YOGYAKARTA
(Suatu Penelitian Deskriptif Kualitatif di Bukit Pangkuk Kediwung,
Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul,
Daerah Istimewah Yogyakarta)
SKRIPSI
Disusun Oleh:
MUAMMAR MUSLIM ALI
NIM. 14510002
PROGRAM STUDI ILMU SOSIATRI/PEMBANGUNAN SOSIAL
SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”
Y O G Y A K A R T A
2019
iv
MOTTO
MAN SARA ALA DARBI WASHALA
Siapa yang menapaki jalannya akan sampai ke tujuan
MAN JADDA WAJADA
Siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil
Ingatlah kesuksesan selalu disertai kegagalan
Lebih baik terlambat dari pada tidak wisudah sama sekali
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Puji dan syukur atas karunia Allah SWT yang telah membuka pikiranku
sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan baik, serta rahmat yang tiada tara
yang diwahyukannya melalui junjungan nabi Muhammad SAW. Serta atas semua
usaha dan jerih paya yang telah terlampaui dengan bantuan dan dukungan dari:
1. Kedua Orang Tuaku Muslim Ali dan Marhayani R. Ali tangan-tangan Allah
yang merawatku didunia ini. Sang idola yang selalu memberikan dukungan
terbaik untuk anak-anaknya, membesarkan dan menyekolahkan hingga saya
menempuh jenjang pendidikan tinggi dan selalu mengawal hingga skripsi ini
dapat terselesaikan.
2. Keluarga besar dari bapak dan Ibu yang tidak bisa saya sebutkan satu-satu
yang selalu mendukung dalam bentuk apapun untuk menyelesaikan Skripsi.
3. KPMG Yogyakarta yang sangat saya sayang dan cintai yang juga selalu
memberikan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.
4. Keluarga Besarku di Maluku Utara yan selalu mendukungku.
5. Untuk Kaka Nengsi, Clara, Andri, Sastra, Boris, Kelompok KKN,
kebersamaan dan kekompakan untuk bekerja keras tanpa putus asa.
6. Buat teman-teman Club Bola Nusantara, yang selalu ada kebersamaannya.
7. Buat Kelompok Baka yang selalu stay jika saya minta bantuan.(Tarma kasih
dala-dala)
8. Teman-teman jurusan sosiatri angkatan Tahun 2014 terima kasih kebersamaan
kerja sama dan dukungannya.
9. Masih banyak pihak-pihak yang sangat berjasa membantu penyelesaian skripsi
ini. Saya tidak bisa menyebutkan satu persatu tetapi saya akan selalu
mengenang bantuan yang telah kalian berikan.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat dan hidayahnya selama ini, maka proses pembuatan skripsi ini
dapat berjalan dengan baik.
Adapun skripsi yang berjudul Partisipasi Perempuan Dalam
Pengembangan Objek Wisata “Bukit angkuk Kediwung”, suatu penilaian
deskriptif kualitatif di Padukuhan Kediwung, Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo
Kabupaten Bantul, Daerah Istimewah Yogyakarta. Skripsi ini dibuat dalam rangka
memenuhi tugas dan persyaratan guna memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosiatri
dengan Program Studi Ilmu Sosiatri atau Pembangunan Sosial pada Sekolah
Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yoogyakarta.
Skripsi ini dapat disusun berkat bantuan dan bimbingan dari berbgai pihak,
maka dalam kesempatan ini penulis mengucpkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Dr.H. Sutoro Eko Yunanto, M.Si. Selaku Ketua Sekolah Tinggi
Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta. Yang telah
memberikan izin untuk pelaksanaan dalam rangka penulisan skripsi ini.
2. Ibu Dra. Hj. Oktarina Albizzia, M.Si. Selaku Ketua Program Studi Ilmu
Sosiatri/Pembangunan Masyarakat sekaligus sebagai Dosen Penguji I yang
telah memberikan arahan, masukan, kritik dan saran kepada penulis sehingga
terselesainya skripsi ini.
vii
3. Bapak Drs. Oelin Marliyantoro, M.Si. Selaku Dosen pembimbing yang telah
meluangkankan waktu untuk bimbingan dan arahan kedapa penulis sehingga
terlesesainya penulisan skripsi dengan baik.
4. Dra. Widati, Lic.rer.reg sebagai Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
masukan-masukan yang bermanfaat bagi penulis.
5. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberi bekal pengetahuan yang sangat
berguna dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu staf serta karyawan STPMD”APMD” yang turut membantu
kelancaran proses administrasi dalam rangka penyelesaian skripsi ini.
7. Pemerintah Desa Mangunan yang telah memberi izin bagi penulis untuk
mengadakan penelitian di Desa Mangunan.
8. Ketua Pengelola beserta anggotanya yang telah bersedia meluangkan waktu
untuk membantu kelancaran penyelesaian skripsi ini. Juga yang telah
memberikan masukan berharga untuk penulisan skripsi ini.
Saya ucapkan banyak terima kasih. Semoga Allah SWT membalas
kebaikan kalian semua.
Semoga skripsi ini memberikan manfaat kepada para pembaca. AMIN.
Terima kasih.
Penulis, September 2019
Muammar Musli Ali
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pariwisata merupakan rangkaian kegiatan berhubungan dengan
pergerakan manusia yang melakukan perjalanan atau persinggahan sementara
dari tempat tinggalnya ke suatu wilayah atau beberapa tempat tujuan diluar
lingkungannya, kegiatan ini didorong oleh beberapa keperluan tanpa
bermaksud mencari nafkah uraian tersebut sesuai dengan pernyataan yang
tertera dalam Undang-Undang No.9 Tahun 1990 yaitu, kegiatan perjalanan
dan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta
bersifat sementara untuk menikmati obyek wisata dan daya Tarik wisata.
Dalam hal ini obyek dan daya Tarik wisata merupakan segala sesuatu yang
menjadi sasaran perjalanan wisata, melupi daya tarik yang berasal dari ciptaan
Tuhan YME, daya tarik karya manusia, dan juga daya tarik wisata dengan
sasaran minat khusus. Hingga saat ini pariwisata termasuk salah satu sector
penggerak perekonomian di Indonesia, oleh karena itu perlu mendapatkan
perhatian lebih agar dapat berkembang dengan baik.
Demi mendukung langkah tersebut nampaknya pemerintah serius
dalam menyikapi pertumbuhan sector pariwisata yang ada di Indonesia
sehingga makin menjamurnya objek-objek wisata baru yang ada. Tidak hanya
ada dikawasan perkotaan tetapi mulai menambah pada kawasan pedesaan. Jika
melihat tren sekilas, pengembangan kawasan wisata saat ini lebih banyak
2
menitikberatkan pada wilayah pedesaan. ( Undang-Undang No.9 Tahun 1990,
Tentang Kepariwisataan. Bab I Pasal 1 Ayat 3. Yang diakses pada: 15
September 2017. Pukul: 18.32 WIB)
Pariwisata di Indonesia merupakan salah satu sektor yang memiliki
potensi besar untuk mendukung roda perekonomian negara. Berbagai lokasi
wisata dengan beragam budaya yang melekat dapat ditemukan di sepanjang
wilayah Bumi Pertiwi kian menarik perhatian pengunjung, baik wisatawan
lokal maupun asing. Hal inilah yang menjadi kekuatan bagi pengembangan
pariwisata di Indonesia hingga saat ini. Di sisi lain, era global masa kini
memungkinkan terjadinya mobilisasi manusia dengan lebih mudah. Hal
tersebut kemudian berimbas pada semakin mudah dan derasnya pertukaran
informasi yang terjadi. Perubahan yang diiringi dengan pesatnya
perkembangan teknologi tersebut kemudian mengundang perhatian berbagai
sektor industri untuk memanfaatkan Information and Communication
Technology (ICT) demi mengangkat performa mereka, termasuk dalam sektor
pariwisata. (http://www.prasmultourism.com/2017/10/24/pariwisata-di
indonesia-seiring-kemajuan-ict/)
Perjalanan pariwisata di Indonesia pada tahun belakangan ini
menggambarkan satu pola yang berkembang pesat dan menuntut agar semua
pihak tidak hanya pemerintah, melainkan juga semua warga Negara serta
dalam meingkatkan kepariwisataan Indonesia agar disektor ini, peningkatan
devisa Negara Indonesia menjadi bertambah.
3
Pariwisata menjanjikan masa depan yang cemerlang untuk warga
Negara Indonesia, karena dilihat dari letak geografinya dan kekayaan alamnya
Indonesia memilikinya. Dengan keanekaragaman flora dan faunanya,
keindahan alam, seni dan budayanya, serta banyaknya suku-suku di Indonesia
yang beraneka ragam sudah selayaknya Indonesia menjadi tujuan wisata
dunia. Di Indonesia banyaknya tempat-tempat yang menyediakan kecantikan
alam yang luar biasa, mulai dari sabang hingga merauke. (Marsum, Siti
Fauziah 2012:5)
Mengingat pariwisata selalu memberikan manfaat yang baik dalam
pemenuhan kebutuhan, penyerapan tenaga kerja, serta meningkatkan
pertumbuhan ekonomi secara nasional serta pendapatan daerah, maka perlu
pelatihan kerja yang diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali,
meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan
kemampuan, produktivitas, dan kesejahteraan. Berdasarkan UU No. 13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan, menjelaskan sesuai dengan peranan dan
kedudukan tenaga kerja, diperlukan pembangunan ketenagakerjaan untuk
meningkatkan kualitas tenaga kerja, dan peransertanya dalam pembangunan
serta peningkatan perlindungan tenaga kerja serta keluarganya sesuai dengan
harkat dan martabat kemanusiaan.
Pembangunan pariwisata di Indonesia berdasarkan Undang-Undang
No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan mempunyai tujuan antara lain:
(a) meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
(b) meningkatkan kesejahteraan rakyat,
4
(c) menghapus kemiskinan,
(d) mengatasi pengangguran,
(e) melestarikan alam,
(f) memajukan kebudayaan,
(g) mengangkat citra bangsa,
(h) memupuk rasa cinta tanah air,
(i) memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa dan
(j) mempererat persahabatan antar bangsa.
Pembangunan yang berproses pada perubahan social uang terencana
dan dirancang untuk meningkatkan tarap hidup masyarakat sebagai suatu
keutuhan, di mana pembangunan ini dilakukan untuk saling melengkapi
dengan dinamika proses pembangunan ekonomi. (Midgley, 1995:25)
Berdasarkan teori yang disampaikan oleh Pitana dan Gayatri (2005 :
95), pemerintah daerah memiliki peran untuk mengembangkan potensi
pariwisata di daerahnya sebagai: 1) Motivator, dalam pengembangan
pariwisata, peran pemerintah daerah sebagai motivator diperlukan agar geliat
usaha pariwisata terus berjalan. Investor, masyarakat, serta pengusaha di
bidang pariwisata merupakan sasaran utama yang perlu untuk terus diberikan
motivasi agar perkembangan pariwisata dapat berjalan dengan baik. Tidak
dapat dipungkiri bahwa proses pengembangan pariwisata tidak bisa dilepaskan
dari dukungan investor, pengusaha wisata serta masyarakat. Investor sebagai
pemilik modal dapat menanamkan modalnya di obyek-obyek wisata,
pengusaha di bidang pariwisata dapat mengembangkan usahanya sekaligus
5
dapat membantu mengembangkan pariwisata. Pemerintah mempunyai peranan
penting dan bertanggung jawab atas pengelolaan sumber daya alam, sehingga
dalam pengembangan pariwisata harus berencana secara menyeluruh agar
masyarakat memperoleh manfaat yang optimal, baik segi ekonomi, sosial,
kultural, dan lingkungan hidup. Perencanaan tersebut harus mengintegrasikan
pengembangan pariwisata kedalam suatu program pembangunan ekonomi,
fisik, sosial dari suatu negara. Disamping itu, rencana tersebut harus mampu
memberikan kerangka kerja kebijakan pemerintah, untuk mendorong dan
mengendalikan pengembangan pariwisata. Peranan pemerintah dalam
mengembangkan pariwisata antara lain : menyediakan insfrastruktur (tidak
hanya fisik), memperluas berbagai fasilitas, koordinasi antara aparatur
pemerintah dengan pengelola wisata, pengaturan dan promosi umum keluar
negeri. Tidak dapat dipungkiri bahwa hampir diseluruh daerah Indonesia
terdapat potensi pariwisata, maka yang diperhatikan adalah sarana
transportasi, keadaan infrastruktur dan sarana-sarana pariwisata.
Perkembangan kawasan pariwisata tentunya tidak tumbuh begitu saja
tanpa adanya suatu usaha yang dilakukan. Namun, kualitas lingkungan
merupakan bagian integral dari industri pariwisata. Berdasarkan UU No. 32
Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Pasal
1: menjelaskan Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana
yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam
strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta
6
keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini
dan generasi masa depan).
Kesejahteraan masyarakat yang terus meningkat merupakan salah satu
target pembangunan bangsa yang sangat sentral. Keberhasilan suatu bangsa
menapaki peradaban selalu dilihat dari tingkat penapaian kesejahteraan
rakyatnya. Begitu strateginya, Yogyakarta salah satu tujuan wisata faforit bagi
wisatawan, baik bagi wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara.
Pariwisata di DIY mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kegiatan yang
berbasis pariwisata merupakan salah satu upaya yang dilakukan pihak
pemerintah untuk mempromosikan potensi wisata yang ada di DIY.
Pengelolaan dan pengambangan pariwisata di DIY dengan mengutamakan
keunikan dan kekhasan yang ada. Peningkatan SDM pariwisata juga
dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan standar. Pengelolaan potensi wisata
saling bersinergi dan pemasaran dapat berkesinambungan. Pariwisata DIY
disiapkan berkembang serentak dan bisa mendatangkan keuntungan dan
bermanfaat untuk masyarakat DIY. Terutama bagi masyarakat desa
Mangunan. Dengan pengelolaan secara berkesinambungan diharapkan tetap
terjaga dan terpelihara dengan baik. Dengan kunjungan Presiden ke -44
Amerika Serikat Barack Obama ke Yogyakarta, diharapkan menjadi salah satu
modal DIY untuk lebih bersemangat dalam mengelola DIY menjadi destinasi
wisata yang dikenal wisatawan baik wisatawan nusantara maupun wisatawan
mancanegara.
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan
dikaji oleh penulis dalam penelitian adalah:
1. Bagaimana partisipasi perempuan dalam pengembangan objek wisata
Bukit Panguk Kediwung ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan
bahwa tujuan penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui bagaimana partisipasi perempuan dalam pengembangan
objek wisata Bukit Panguk Kediwung.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan bermanfaat secara akademik dan secara praktis
1. Secara akademik, hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan
informasi yang lebih mendalam mengenai partisipasi perempuan dalam
pengembangan tempat wisata, dan juga sebagai bahan referensi bagi
peneliti yang berkaitan dengan pertisipasi perempuan dalam proses
pengembangan tempat wisata.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan atau
informasi bagi masyarakat dan pemerintah daerah serta pihak terkait dalam
pelaksanaan program partisipasi perempuan dalam pengembangan tempat
wisata.
8
E. Kerangka Teori
Agar penelitian dapat berjalan sesuai dengan rencana, maka perlu
dipandu dengan sebuah teori. Teori akan sangat membantu untuk menegaskan
pemersalahan yang kita ragukan, sehingga memperoleh kepastian. Dengan
demikian kerangka pemikiran akan dapat membantu sebagai sumber
penyelesaian masalah. unsur penelitian yang paling besar peranannya dalam
penelitian adalah teori, karena dengan unsur ilmu ilmiah peneliti mencoba
menerangkan fenomena sosial atau fenomena alami yang menjadi pusat
penelitiannya.
Menurut Suyanto, (2005:34) Teori merupakan seperangkat proposisi
yang menggambarkan suatu gejala terjadi seperti ini. Untuk memudahkan
penelitian diperlukan pedoman berfikir yaitu kerangka teori. Sebelum
melakukan penelitian yang lebih lanjut seorang peneliti perlu menyusun suatu
kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut
mana peneliti menyoroti masalah yang dipilih. Sedangkan Sugiyono (2010:52)
berpendapat bahwa teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi dan
proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui
spesifikasi hubungan antara variable, sehingga dapat berguna untuk
menjelaskan dan meramalkan fenomena.
Untuk lebih mengetahui penelitian ini akan dikaji konsep dasar yang
perlu dipahami dan uraikan dalam studi pustaka serta penelitian terkait
sebelumnya. Peneliti memberikan konsep berdasarkan dengan teori yang
9
sudah ada, kemudian memberikan fokus penelitian terhadap partisipasi
perempuan dalam pengembangan pariwisata.
1. Konsep Partispasi
Proses perencanaan dan pengambilan keputusan dalam program
pembangunan kerap kali dilakukan dari atas kebawah (top down
planning). Rencana program biasanya dibuat di tingkat pusat dan
dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Masyarakat seringkali
diikutsertakan tanpa diberikan pilihan dan kesempatan untuk memberi
masukan atau peranan. Hal ini disebabkan karena adanya anggapan untuk
mencapai efisiensi dalam pembangunan bagi masyarakat.
Program yang dilakukan dari atas kebawah seringkali tidak
berhasil dan kurang memberi manfaat kepada masyarakat karena
masyarakat belum terlibat sehingga mereka merasa kurang
bertanggungjawab terhadap keberhasilan suatu program. Berdasarkan
kondisi ini, pendekatan dalam perencanaan kemudian dikembangkan
dengan menempatkan masyarakat tidak hanya sebagai obyek
pembangunan, tetapi juga sebagai subyek pembangunan. Pendekatan
tersebut lebih bersifat kepada upaya untuk memberdayakan masyarakat.
Dasar proses pemberdayaan masyarakat adalah pengalaman dan
pengetahuan masyarakat tentang keberadaannya yang sangat luas dan
berguna serta kemauan mereka untuk menjadi lebih baik.
Partisipasi berasal dari kata; bahasa Inggris yaitu participation dan
kata kerjanya participate artinya peran serta: ikut mengambil bagian.
10
Secara popular menjadi participation artinya peran atau ikut serta untuk
mengambil bagian dalam kegiatan tertentu. Notoatmodjo dalam Budiardjo
(2004:28) juga mengungkapkan bahwa di dalam partisipasi setiap anggota
masyarakat dituntut suatu kontribusi atau sumbangan. Kontribusi tersebut
bukan hanya terbatas pada dana dan finansial saja tetapi dapat berbentuk
daya (tenaga) dan ide (pemikiran). Dalam hal ini dapat diwujudkan di
dalam 4M, yakni manpower (tenaga), money (uang), material (benda-
benda lain seperti kayu, bambu, beras, batu, dan sebagainya), dan mind
(ide atau gagasan).
Menurut Theresia (2015:196) pengertian partisipasi adalah,
keikusertaan seseorang atau sekelompok anggota masyarakat dalam suatu
kegiatan. Keikutsertaan tersebut, dilakukan sebagai akibat dari terjadinya
interaksi sosial antara individu yang bersangkutan dengan anggota
masyarakat lainnya. Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat
disimpulkan bahwa, partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam
suatu kegiatan dengan mendukung pencapaian tujuan melalui proses
pembuatan keputusan, pelaksanaan program dan mengevaluasikan
program.
2. Bentuk-bentuk Partisipasi
Menurut Ndraha (1990:103) bentuk partisipasi meliputi:
a. Partisipasi dalam melalui kontak dengan pihak lain sebagai salah satu
titik awal perubahan sosial.
11
b. Partisipasi dalam memperhatikan atau menyerap dan memberikan
tanggapan terhadap informasi, baik dalam arti menerima (mentaati,
memenuhi, melaksanakan), mengiakan, menerima dengan syarat,
maupun dalam arti menolaknya.
c. Partisipasi dalam perencanaan pembangunan, termasuk pengambilan
keputusan.
d. Partisipasi dalam pelaksanaan operasional pembangunan.
e. Partisipasi dalam menerima, memelihara dan mengembangkan hasil
pembangunan.
f. Partisipasi dalam menilai pembangunan, yaitu keterlibatan masyarakat
dalam menilai sejauh mana pelaksanaan pembangunan sesuai dengan
rencana dan sejauh mana hasilnya dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat.
Bentuk partisipasi yang diberikan masyarakat dalam tahap
pembangunan ada beberapa bentuk Menurut Yadav dalam Mardikanto
(2015:82-84) bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan, yaitu:
1. Partisipasi dalam Pengambilan Keputusan
Pada umumnya, setiap program pembangunan (termasuk
pemanfaatan sumberdaya lokal dan alokasi anggaran) selalu ditetapkan
oleh pemerintah pusat, yang dalam banyak hal lebih mencerminkan
sifat kebutuhan kelompokkelompok kecil elit yang berkuasa dan
kurang mencerminkan keinginan dan kebutuhan masyarakat banyak.
Karena itu, partisipasi masyarakat dalam pembangunan perlu
12
ditumbuhkan melalui dibukanya forum yang memungkinkan
masyarakat banyak berpartisipasi langsung di dalam proses
pengambilan keputusan. Masyarakat berpartisipasi dengan
memberikan usulan, saran dan kritik melalui pertemuan-pertemuan
yang diadakan.
2. Partisipasi dalam Pelaksanaan Kegiatan
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan, seringkali
diartikan sebagai partisipasi masyarakat banyak (yang umumnya lebih
miskin) untuk secara sukarela menyumbangkan tenaganya didalam
kegiatan pembangunan. Di lain pihak, lapisan yang diatasnya (yang
umumnya terdiri dari orang-orang kaya) dalam lain hal banyak
memperoleh manfaat dari hasil pembangunan, tidak dituntut
sumbangannya secara profesional. Karena itu, partisipasi masyarakat
dalam pelaksanaan pembangunan harus diartikan sebagai pemerataan
sumbangan masyarakat dalam bentuk tenaga kerja, uang tunai, dan
atau beragam bentuk lainnya yang sepadan dengan manfaat yang akan
diterima oleh masing-masing warga masyarakat yang bersangkutan.
Disamping itu, yang sering dilupakan dalam pelaksanaan
pembangunan adalah, partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan
proyek-proyek pembangunan kemasyarakatan yang telah berhasil
diselesaikan. Oleh sebab itu, perlu adanya kegiatan khusus untuk
mengorganisir warga masyarakat guna memelihara hasil-hasil
13
pembangunan agar manfaatnya dapat terus dinikmati (tanpa penurunan
kualitas) dalam jangka panjang.
3. Partisipasi dalam Pemanfaatan Evaluasi Pembangunan
Kegiatan pemantauan dan evaluasi program dan proyek
pembangunan saat diperlukan. Bukan saja agar tujuannya dapat dicapai
seperti yang diharapkan, tetapi juga diperlukan untuk memperoleh
umpan balik tentang masalahmasalah dan kendala yang muncul dalam
pelaksanaan pembangunan yang bersangkutan. Dalam hal ini,
partisipasi masyarakat untuk mengumpulkan informasi yang berkaitan
dengan perkembangan kegiatan serta perilaku aparat pembangunan
sangat diperlukan.
4. Partisipasi dalam Pemanfaatan Hasil Pembangunan
Partisipasi dalam pemanfaatan hasil pembangunan, merupakan
unsur terpenting yang sering terlupakan. Sebab tujuan pembangunan
adalah untuk memperbaiki mutu hidup masyrakat banyak sehingga
pemerataan hasil pembangunan merupakan tujuan utama. Disamping
itu, pemanfaatan hasil pembangunan akan merangsang kemauan dan
kesukarelaan masyarakat untuk selalu berpartisipasi dalam setiap
program pembangunan yang akan datang.
Dusseldrop dalam Theresia (2015:200) mengidentifikasikan
beragam bentukbentuk kegiatan partisipasi yang dilakukan oleh setiap
warga masyarakat dapat berupa:
14
1. Menjadi anggota kelompok-kelompok masyarakat.
2. Melibatkan diri pada kegiatan diskusi kelompok.
3. Melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan organisasi untuk
menggerakkan partisipasi masyarakat yang lain.
4. Menggerakkan sumberdaya masyarakat.
5. Mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusan.
6. Memanfaatkan hasil-hasil yang dicapai dari kegiatan masyarakatnya.
Dari konsep yang dipaparkan beberapa ahli diatas, bentuk pastisipasi
merupakan suatu kegiatan yang dapat dilakukan masyarakat agar ikut
serta dalam membangun pasrtisipasi masyarakat disuatu daerah.
Sehingga partisipasi masyarakat itu dapat terwujud dengan baik.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Partisipasi
Slamet dalam Theresia, dkk (2015:207) mengemukakan berapa
faktor pendukung dalam partisipasi masyarakat, yakni:
Kesempatan untuk berpartisipasi meliputi:
1. Kemauan politik dari pengusaha untuk melibatkan masyarakat dalam
pembangunan, baik dalam pengambilan keputusan perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, pemeliharaan, dan pemanfaatan
pembangunan, sejak ditingkat pusat sampai dijajaran birokrasi yang
paling bawah.
2. Kesempatan untuk memproleh informasi pembangunan.
3. Kesempatan memanfaatkan dan memobilisasi sumber daya (alam dan
manusia) untuk pelaksanaan pembangunan.
15
4. Kesempatan untuk memperoleh dan menggunakan teknologi yang
tepat, termasuk peralatan atau perlengkapan penunjangnya.
5. Kesempatan untuk berorganisasi, termasuk untuk memperoleh dan
menggunakan peraturan, perijinan, dan prosedur kegiatan yang harus
dilaksanakan.
6. Kesempatan mengembangkan kepemimpinan yang mampu
menumbuhkan, menggerakkan, dan mengembangkan serta memelihara
partisipasi masyarakat.
7. Kemampuan untuk berpartisipasi. Perlu disadari bahwa adanya
kesempatan-kesempatan yang disediakan atau ditumbuhkan untuk
menggerakkan partisipasi masyarakat akan tidak banyak berarti, jika
masyarakatnya tidak memiliki kemampuan untuk berpartisipasi.
Kemampuan yang dimaksut adalah :
a. Kemampuan untuk menemukan dan memahami kesempatan untuk
membangun, atau pengetahuan tentang peluang untuk membangun
(memperbaiki mutu hidupnya).
b. Kemampuan untuk melaksanakan pembangunan, yang dipengaruhi
oleh tingkat pendidikan dan keterampilan yang dimiliki.
c. Kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan
menggunakan sumberdaya dan kesempatan (peluang) lain yang
tersedia secara optimal.
Berdasarkan faktor pendukung diatas dapat disimpulkan bahwa
yang mempengaruhi keberhasilan dalam partisipasi masyarakat dapat
16
berasal dari dalam individu yakni kemauan dan kemampuan untuk
berpartisipasi dalam melakukan pembangunan.
3. Faktor Penghambat Partisipasi
Soetrisno dalam Theresia (2015:210), menyebutkan faktor-faktor
yang dapat meghambat partisipasi masyarakat antara lain :
a. Belum dipahaminya makna sebenarnya tentang partisipasi oleh pihak
perencana dan pelaksana pembanguanan. Pada tataran perencanaan
pembangunan, partisipasi didefinisikan sebagai kemauan masyarakat
untuk secara penuh mendukung pembangunan yang direncanakan dan
ditetapkan sendiri oleh pemerintah, sehingga masyarakat bersifat pasif
dan sebagai subordinasi pemerintah. Pada pelaksanaan pembangunan
di lapangan, pembangunan yang dirancang dan ditetapkan oleh
pemerintah didefinisikan sebagai kebutuhan masyarakat, sedang yang
dirancang dan ditetapkan masyarakat didefinisikan sebagai keinginan
masyarakat yang memproleh prioritas lebih rendah.
b. Pembangunan sebagai idiologi baru yang harus diamankan dengan
dijaga ketat, yang mendorong aparat pemerintah bersifat otoriter.
Kondisi tersebut menimbulkan reaksi balik berupa “Budaya” yang
pada gilirannya menumbuhkan keengganan masyarakat untuk
berpartisipasi karena dianggap “asal beda”.
Berdasarkan faktor penghambat diatas, dapat disimpulkan bahwa
yang menjadi penghambat dalam partisipasi yaitu belum dipahami makna
17
sebenarnya oleh pihak perencana dan pelaksana pembangunan sehingga
menyebabkan pasif atau tidak berpartisipasi.
4. Tinjauan terhadap partisipasi perempuan
a. Konsep Partisipasi Perempuan
Buku-buku sejarah lingkungan telah banyak difokuskan pada
peran laki-laki, dan umumnya keterlibatan kaum perempuan pada
lingkungan diabaikan. Bahkan teks sejarah telah kekurangan tulisan
mengenai partisipasi perempuan dalam aksi lingkungan. Peran
perempuan dalam perjuangan lingkungan dan perdebatan tentang alam
disembunyikan dari sejarah. Namun, ketika meninjau krisis lingkungan
pada abad terakhir ini, kita bisa melihat wanita dari setiap kelas
sosialnya, bangsa, atau warna telah mengangkat keprihatinan mereka
tentang lingkungan yang lebih terlihat dan terbuka.
Menurut Sofiani (2009:66) pendekatan yang paling jitu terkait
dengan penciptaan ruang bagi perempuan dalam pembangunan adalah
pendekatan GAD (Gender And Development) pendekatan ini dilakukan
dengan cara melihat perempuan sebagai subyek pembangunan, agen
perubahan dengan menitikberatkan pada pola hubungan yang setara
perempuan dan laki-laki. Pendekatan ini, lebih bersifat bottom up,
sehingga pengalaman dan pemahaman yang berasal dari perempuan
menjadi entry point dari proses pembangunan. Kemitra sejajaran
perempuan dan laki-laki dalam wujud persamaan hak, kedudukan,
peranan, kesempatan yang sama dalam pembangunan disegala bidang
18
kehidupan menjadi modal utama adanya kesetaraan gender, sehingga
baik jenis maupun imbalan kerja akan diberikan kepada laki-laki
maupun perempuan secara profesional.
Menurut Sofiani (2009:68) ukuran partisipasi perempuan dalam
pembangunan dapat dilihat dari:
a. Pelaku atau pelaksana
Perempuan tidak lagi sebagai obyek tetapi sebagai subyek
pembangunan. Misalnya perempuan merupakan pelaku atau
pelaksana pembangunan.
b. Pengendali
Perempuan terlibat langsung terhadap pengendalian dari
pelaksanaan kegiatan pengembangan.
c. Pengambil keputusan
Dalam proses pembangunan, partisipasi perempuan
langsung terlibat dalam pengambilan keputusan suatu kegiatan
pembangunan. Misalnya, sebagai ketua pelaksanan kegiatan
pembangunan.
d. Penasehat
Partisipasi perempuan dalam pembangunan tidak hanya
terbatas pada pelaku, pengendali, dan pengambil keputusan saja
tetapi lebih tinggi lagi sebagai penasehat dalam proses
pembangunan.
19
e. Penerima manfaat pembangunan
Hasil pembangunan juga harus bisa dinikmati oleh
perempuan, hal ini memberi indikasi bahwa pembangunan yang
direncanakan sudah mempertimbangkan perempuan sebagai
penerima manfaat pembangunan.
Perempuan dan desa merupakan dua elemen yang tidak bisa
dipisahkan. Desa sebagai unit administrasi kecil dalam pemerintahan
sudah semestinya tidak melihat perempuan sebagai entitas yang “selalu
dikalahkan”. Maka era baru, bersamaan dengan Undang-Undang
Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa menjadi peluang besar bagi
perempuan untuk merebut ruang-ruang yang selama ini di dominasi
laki-laki. Perempuan-perempuan desa sudah saatnya berkuasa atas diri
dan pikirannya, sehingga memiliki ruang yang setara dalam lembaga-
lembaga desa yang ada. Tentu saja ini pekerjaan besar dan tidak
mudah.
Menurut Jamieson dalam Hadiwijoyo (2012:92) pemberdayaan
perempuan bidang pariwisata lebih ditekankan pada:
1) Organizing and managing the process yang menyangkut upaya
perubahan sikap setelah sekian lama terbentuk dominasi pribadi
banyak pekerjaan.
2) Inventory process yang berkaitan dengan upaya memberikan
peluang kepada perempuan untuk mengembangkan kemampuan
20
mereka sehingga mereka dapat berpartisipasi di bidang
pembangunan masyarakat.
3) Delivery process yang meliputi upaya memberikan kesempatan
kepada perempuan untuk berpartsipasi dan berperan di bidang
pembangunan pariwisata berkaitan dengan akomodasi, restoran,
biro perjalanan, dan pengembangan berbagai produk budaya
berupa seni dan tradisi sebagai daya tarik wisata. Pariwisata
perdesaan telah menjadi alternatif peningkatan perekonomian
masyarakat desa. Masyarakat setempat memiliki peluang untuk
berpartisipasi dan mengembangkan diri diberbagai aspek yang
terkait dengan pengembangan pariwisata perdesaan tersebut.
Keterlibatan dan peran yang sesuai bagi masyarakat desa, baik pria
maupun perempuan, serta yang memberikan kontribusi positif
secara ekonomi, sosial dan budaya kepada mereka akan membantu
mengurangi laju urbanisasi ke kota-kota besar.
b. Konsep Pemberdayaan Perempuan
Menurut Ismi Dwi dalam Hadiwijoyo (2012:95) pemberdayaan
perempuan pedesaan perlu dilakukan pendekatan 4A, sebagai berikut:
(1) Atraksi
Yang dimaksud dengan atraksi wisata dapat berupa atraksi
alam (naturalattractions), seni budaya (cultural attractions), dan
buatan (built attractions. Daya tarik budaya adalah daya tarik yang
berupa hasil olah budi manusia, seperti kesenian (seni pertunjukan
21
dan seni kerajinan), peninggalan bersejarah, cultural events atau
specia events, adat istiadat masyarakat (upacara tradisional, tata
kehidupan sehari-hari), museum, dll. Sedangkan daya tarik buatan
adalah daya tarik yang diciptakan oleh manusia.
(2) Aksesbilitas
Aksesbilitas adalah sarana yang memberikan kemudahan
kepada wisatawan untuk mencapai daerah tujuan wisata.
Aksesbilitas tidak hanya menyangkut kemudahan transportasi bagi
wisatawan untuk mencapai sebuah tempat wisata tetapi juga waktu
yang dibutuhkan, tanda penunjuk arah menuju lokasi wisata dan
sebagainya.
(3) Amenitas
Amenitas adalah fasilitas pendukung demi kelancaran
kegiatan pariwisata yang juga ditujukan untuk memberikan
kenyamanan kepada wisatawan.
Fasilitas tersebut terdiri dari akomodasi, rumah makan,
pusat informasi wisata, pusat atau toko cinderamata, pusat
kesehatan, pusat layanan perbankan, sarana komunikasi, pos
keamanan, ketersediaan air bersih, dan listrik.
(4) Aktivitas
Aktivitas yang beraneka ragam bagi wisatawan dapat
menyebabkan lama tinggal wisatawan yang lebih panjang yang
dapat meninggalkan pengeluaran wisatawan. Selanjutnya, aktivitas
22
yang dilakukan oleh wisatawan dapat menimbulkan aktivitas usaha
yang dapat dikerjakan oleh penduduk setempat. Aktivitas usaha
tersebut dapat berupa penjualan jasa maupun barang kepada
wisatawan.
Menurut Ismi Dwi dalam Hadiwijoyo (2012) Hal-hal yang
perlu dilakukan dalam proses pemberdayaan peran perempuan
perdesaan dalam pengembangan pariwisata antara lain sebagai berikut:
1) Capacity Building
Capacity Building adalah peningkatan kelembagaan agar
memiliki kemampuan untuk melaksanakan pembangunan
pariwisata, baik bagi para pemegang keputusan, para perencana,
pengelola, pelaksana maupun stakeholder lainnya.
2) Cultural Adjustment
Cultural Adjustment atau penyesuaian kultural berkaitan
dengan pentingnya keterlibatan aktif perempuan dalam
pengembangan pariwisata, terutama melalui penyadaran tentang
sensitivitas gender baik terhadap keluarga, lingkungan, pemerintah
maupun industri terkait. Dengan sensivitas gender, maka setiap
pihak yang berkompeten menyadari sepenuhnya bahwa peran aktif
perempuan dalam pengembangan pariwisata perlu ditingkatkan
baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Pelibatan aktif
perempuan tersebut perlu responsif gender (memperhatikan
23
perbedaan pengalaman, aspirasi, maupun kebutuhan antara
perempuan dan laki-laki).
3) Structural Adjustment
Penyesuaian struktural perlu dilakukan, terutama berkaitan
dengan peraturanperaturan daerah tentang pembangunan pariwisata
pedesaan maupun industri kecil, serta penguatan perempuan untuk
berkontribusi secara aktif dalam lembaga tersebut.
4) Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang menunjang pembangunan
pariwisata perlu ditata kembali agar lebih efektif dalam
meningkatkan kunjungan wisata.
c. Partisipasi Perempuan dalam Pembangunan
Menurut Mardikanto (2015:55) pembangunan yang
berorientasi pada pertumbuhan ekonomi, maka berkembang
pendekatan yang berpusat pada rakyat. Model pendekatan yang
berpusat pada rakyat sebenarnya merupakan antitesis dari model
pembangunan yang berorientasi pada produksi. Untuk model
pembangunan yang berorientasi pada produksi ini, termasuk
didalamnya model-model pembangunan ekonomi yang memposisikan
pemenuhan kebutuhan sistem produksi lebih utama daripada
kebutuhan rakyat.
Menurut Sofiani (2009:66) pendekatan yang paling sesuai
untuk menciptakan ruang bagi perempuan dalam pembangunan adalah
24
GAD (Gander And Development). Pendekatan ini dilakukan dengan
cara melihat perempuan sebagai subyek pembangunan, agen
perubahan dengan menitikberatkan pada pola hubungan yang setara
perempuan dan laki-laki. Pendekatan ini, lebih bersifat bottom up,
sehingga pengalaman dan pemahaman yang berasal dari perempuan
menjadi entery point dari proses pembangunan.
Masalah gender dalam pembangunan yang diindikasikan
melalui 4 indikator makro, antara lain:
a) Tingkat pendidikan rata-rata.
b) Pendapatan perkapita.
c) Indeks daya beli.
d) Indeks pembangunan manusia.
Indikator-indikator tersebut untuk keperluan pengukuran peran
gender dalam pembangunan partisipatif, dimana masih terjadinya
berbagai permasalahan peran, misalnya adanya dikhotomi peran
perempuan dan laki-laki. Perempuan bekerja di sektor domestik dan
laki-laki di sektor publik, beban kerja ganda (double burdens), tingkat
partisipasi dalam pembangunan perempuan lebih rendah dibanding
laki-laki.
Ukuran partisipasi perempuan dalam pembangunan dapat
dilihat dari:
25
a. Pelaku atau pelaksana, perempuan tidak lagi sebagai obyek tetapi
subyek pembangunan. Misalnya perempuan merupakan pelaku
atau pelaksana pembangunan.
b. Pengendali, perempuan terlibat langsung terhadap pengendalian
dari pelaksanaan kegiatan pembangunan.
c. Pengambilan keputusan, partisipasi perempuan langsung terlibat
dalam pengambilan keputusan suatu kegiatan pembangunan.
Misalnya, sebagai ketua pelaksana kegiatan pembangunan.
d. Penasehat, partisipasi perempuan dalam pembangunan tidak hanya
terbatas pada pelaku, pengendali dan pengambilan keputusan saja
tetapi lebih tinggi lagi sebagai penasehat dalam proses
pembangunan.
e. Penerima manfaat pembangunan, hasil pembangunan juga harus
bisa dinikmati oleh perempuan, hal ini memberikan indikasi bahwa
pembangunan yang direncanakan sudah mempertimbangkan
perempuan sebagai penerima manfaat pembangunan.
Untuk mewujudkan peran perempuan dan laki-laki (mitra
sejajar) yang harmonis maka perempuan harus mengejar berbagai
ketinggalan dari laki-laki dengan berbagai langkah yang ditempuh.
Langkah yang dimaksud adalah peningkatan kemampuan perempuan,
peningkatan kependudukan perempuan, peningkatan akses perempuan
dalam pembangunan, peningkatan kesejahteraan perempuan,
26
peningkatan kemandirian perempuan, dan peningkatan ketahanan
mental dan spiritual.
6. Tinjauan terhadap pengembangan wisata bahari
Dari 17.508 pulau yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia,
terdapat 36 kawasan pusat pertumbuhan yang telah teridentifikasi dengan
jumlah pulau yang dapat dikembangkan sebanyak 4.557 pulau. Dari
jumlah tersebut telah teridentifikasi 146 pulau yang diprioritaskan untuk
dikembangkan. (Sumber: Buku Pusat Penelitian dan Pengembangan
Kebijakan Kepariwisataan, 2012:19). Dengan begitu menurut peneliti
pengembangan wisata bahari tidak dapat dipisahkan dari pembangunan
bidang kelautan, mengingat wisata bahari merupakan salah satu sub-
bidang pembangunan kelautan.
Wisata bahari memerlukan pembangunan sarana dan prasrana
tertentu secara khusus karena ketertarikan serta motivasi wisatawan yang
datang memang meninginkan kaaslian destinasi dan daya tarik wisatanya.
Diving misalnya, para wisatawan termotivasi dan mengahrapkan daya tarik
wisata tersebut lestari dan asli. Untuk mempertahankan kelestarian dan
keaslian tersebut diperlukan perencanaan tata ruang yang komprehensif,
antara lain lingkungan wisata harus ditata, regulasi Spot tempat foto
dipersiapkan.
Dalam pengembangan wisata, mungkin saja berbagai dampak
negatif sebagai masalah dari pengembangan yang dilakukan tidak dapat
kita hindari. Namun yang terpenting adalah bagaimana para pelaku
27
pariwisata dapat mengendalikan dampak tersebut sehingga tidak
mengakibatkan kerugian baik bagi lingkungan, sosial budaya maupun bagi
masyarakat yang ada disekitar lokasi pengembangan pariwisata.
Pengembangan wisata juga berpotensi menghasilkan dampak terhadap
ekologi, sosial dan budaya setempat.
Menurut buku Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebijakan
Kepariwisataan (2012:22), untuk dapat mengoptimalkan pengembangan
wisata bahari namun dengan tetap meminimumkan dampak negatifnya,
pengembangan wisata bahari harus mengacu pada strategi pengembangan
sebagai berikut:
a) Menjadikan prinsip-prinsip ecotourism sebagai payung pembangunan
wisata bahari.
b) Membangun kemitraan antar pelaku, yang lebih bersifat tidak
struktural namun lebih mengarah ke fungsional.
c) Pengembangan diversifikasi kegiatan dan daya tarik wisata maupun
produk seni budaya etnis yang dapat dijadikan daya tarik wisata.
d) Mengembangkan keterkaitan dan komplementeraritas antar wilayah
dalam suatu sistem tata ruang pengembangan pariwisata yang terkait
dengan sektor-sektor lain.
e) Mendorong kerjasama bilateral dan multilateral antar negara luar
dengan Pemerintah Daerah setempat dan antar daerah terutama dalam
pengembangan wisata bahari dan kegiatan lain termasuk keamanan
dan keselamatan kegiatan wisata bahari lintas negara dan daerah.
28
Dengan mengacu pada strategi pengembangan wisata bahari
tersebut diatas, terlihat bahwa pengembangan wisata bahari juga mengacu
pada prinsip-prinsip ecotourism. Hal ini dapat dipahami karena
pengembangan wisata bahari juga pada dasarnya merupakan bagian dari
pariwisata berbasis lingkungan atau ecotourism.
Adanya interaksi antara wisatawan dengan masyarakat lokal sering
menimbulkan hambatan terutama pada masyarakat lokal. Hambatan dalam
berinteraksi dengan wisatawan perlu diberikan sentuhan berupa pelatihan
dan pendidikan sehingga mereka diharapkan menjadi berdaya untuk
berinteraksi dengan wisatawan sekaligus memberikan peluang kepada
mereka untuk mengambil manfaat dari interaksi dengan wisatawan
tersebut.
Menurut Woodley dalam Buku Pusat Penelitian dan
Pengembangan Kebijakan Kepariwisataan (2012:62), masyarakat lokal
memiliki sejumlah kendala dalam pengembangan kepariwisataan antara
lain sebagai berikut:
1) Masyarakat lokal sering kurang bahkan tidak mempunyai visi atau
pemahaman tentang pengembangan pariwisata.
2) Rendahnya minat dan kesadaran masyarakat lokal terhadap
kepariwisataan karena hal itu dianggap sesuatu yang berasal dari luar
kebudayaan mereka.
3) Kualitas sumber daya manusia yang dimiliki masyarakat lokal
umumnya terbatas dibidang kepariwisataan.
29
4) Kesenjangan budaya antara masyarakat lokal dengan wistawan yang
sering berbeda satu dengan yang lainnya.
5) Faktor ekonomi dan investasi yang sangat menentukan dalam
pengembangan industri pariwisata sering tidak dimiliki masyarakat
lokal.
Pengembangan pariwisata nasional yang didasarkan atas
transformasi dari ekonomi agraris menuju ekonomi jasa, memerlukan
pemberdayaan masyarakat.
Menurut Prasiasa dalam Buku Pusat Penelitian dan Pengembangan
Kebijakan Kepariwisataan (2012:62), pola-pola pemberdayaan yang dapat
dilakukan antara lain sebagai berikut:
a) Pola swadaya, kegiatan yang bertumpu pada masyarakat dengan segala
hambatan dan kendalanya. Masyarakat melakukan pengumpulan dana
secara bertahap yang berasal dari hasil kegiatan usaha yang dilakukan
untuk dimanfaatkan dalam pengembangan usaha pariwisata.
b) Pola kemitraan, merupakan bentuk kerjasama dengan memadukan
unsur kekuatan (modal dalam skala besar) yang dimiliki oleh
pengusaha besar dan menengah dengan unsur kemandirian dari
wilayah setempat, baik sumber daya manusia maupun sumber daya
lainnya dengan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan
saling menguntungkan.
30
c) Pola pendampingan, merupakan pola pembinaan yang dilakukan oleh
pihak-pihak seperti lembaga swadaya masyarakat, sepanjang
masyarakat setempat belum memiliki kemampuan dan kemandirian.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Peneliti mengguanakan tipe penelitian kualitataif dengan
menggunakan metode deskriptif. Tipe penelitian ini menurut Budgon dan
Taylor dalam moleong (2011:4) berupaya menggambarkan kejadian atau
fenomena sesuai dengan apa yang terjadi dilapangan, dimana data yang
dihasilkan berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati yaitu mendeskripsikan dan memperoleh
pemahaman menyeluruh dan mendalam mengenai Partisipasi Perempuan
dalam Pengembangan obyek wisata Bukit Panguk Kediwung.
2. Ruang Lingkup Penelitian
a. Obyek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi obyek penelitian yaitu Partisipasi
Perempuan dalam pengembangan obyek wisata , dengan studi kasus di
“Bukit Panguk Kediwung”, Padukuhan Kediwung, Desa Mangunan,
Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewah
Yogyakarta (DIY).
31
b. Definisi Konsep
1) Partisipasi perempuan
Partisipasi perempuan merupakan keterlibatan perempuan secara
mental/pemikiran dan emosi/perasaan seorang perempuan didalam
situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan
sumbangan kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta
bertanggungjawab terhadap usaha yang bersangkutan.
2) Pengembangan Obyek Wisata
Pengembangan obyek wisata merupakan suatu strategi yang
digunakan untuk memajukan, meningkatkan, dan memperbaiki
segala sesuatu yang menjadi sasaran terhadap wisata yang notabene
masih baru keberadaannya.
c. Definisi Operasional
Maksud dari definisi operasional adalah suatu definisi yang
diberikan kepada kepada suatu variabel atau memberikan suatu
operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut.
Penelitian ini membahas mengenai, partisipasi perempuan dalam
pengembangan obyek wisata “Bukit Panguk Kediwung”, Padukuhan
Kediwung, Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul,
Provinsi Daerah Istimewah Yogyakarta (DIY).
Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah
Partisipasi Perempuan dengan indikator sebagai berikut :
32
1) Participation in decision making, partisipasi perempuan dalam
pengambilan keputuan.
2) Participation in implementacion, partisipasi perempuan dalam
pelaksanaan.
3) Participation in benefit, partisipasi perempuan dalam pemanfaatan.
4) Participation in evaluation, Partisipasi perempuan dalam evaluasi.
3. Subyek Penelitian
Untuk memperoleh data yang menyangkut dengan masalah yang
akan diteliti, maka memerlukan informan dari beberapa golongan yaitu
sebagai beikut :
Terdapat beberapa golongan yang menjadi informan penelitian
yaitu sebagai berikut :
1) Perempuan sebagai anggota Pengelola objek wisata Bukit Panguk
Kediwung 7 orang
2) Laki-laki sebagai Pengelola obyek wisata Bukit Panguk Kediwung 5
orang
3) Pemuda dan Pemudi wilayah Padukuhan Kediwung 2 orang.
4. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bukit Panguk Kediwung, Padukuhan
Kediwung, Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul,
Provinsi Daerah Istimewah Yogyakarta (DIY).
33
5. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2014:224) teknik pengumpulan data
merupakan langkah paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama
dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik
pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang
memenuhi standar data yang ditetapkan. Untuk mendapatkan data
kelengkapan informasi yang sesuai dengan focus penelitian maka akan
dijadikan teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut:
a. Observasi
Nasution dalam Sugiyono (2014:226) menyatakan bahwa
observasi merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk
mengumpulkan data primer yang dibutuhksn dengan melakukan
pengamatan langsung terhadap objek penelitian. Dalam penelitian ini
peneliti melakukan pengamatan berkaitan dengan partisipasi
perempuan dalam pengembangan obyek wisata Bukit Panguk
Kediwung, Padukuhan Kediwung, Desa Mangunan, Kecamatan
Dlingo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewah Yogyakarta.
b. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila ingin mengetahui
hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Informan yang dijadikan
sumber informasi dalam penelitian ini adalah Perempuan yang
34
berpartisipasi dalam pengembangan obyek wisata Bukit Panguk
Kediwung, pengelola obyek wisata Bukit Panguk Kediwung, dan
Pemuda di wilayah Padukuhan Panguk. Dari aktor aktor ini, peneliti
akan menggali informasi seintensif mungkin untuk memperoleh
informasi yang utuh tentang permasalahan penelitian ini..
c. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Teknik ini digunakan untuk
mengumpulkan berbagai data sekunder yang memuat informasi
tertentu yang bersumber dari dokumen-dokumen tertulis yang
berkaitan dengan partisipasi perempuan dalam pengembangan obyek
wisata Bukit Panguk Kediwung.
Adapun dokumen-dokumen dan arsip lainnya antara lain:
a. Undang-Undang No.6 tahun 2014 tentang Desa.
b. Undang-Undang No. 10 Tahun 2010 tentang Kepariwisataan
c. Rencana Strategi Tahun 2016-2021 Badan Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Kabupaten Lampung Selatan.
6. Teknik Analisis Data
a. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,
untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah
dikemukakan, semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data
35
akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera
dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berati
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal
yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang
telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dapat
dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer mini, dengan
memberikan kode pada aspek-aspek tertentu.
b. Penyajian Data
Setelah data reduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori.
c. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan awal yang masih bersifat sementara, dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung
pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan
yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang
valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan
data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan
yang kredibel.
36
BAB II
DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN
A. Deskripsi Wilayah desa Mangunan
1. Sejarah Desa
Pada jaman dahulu kala desa ini namanya Desa JurangJero yang
dikelilingi oleh pegunungan kecil, lalu datanglah seseorang yang pintar
dan sakti yaitu Mbah Agung dari Jogjakarta. Mbah Donosari atau dikenal
Mbah Agung atau Mbah Lugu beliau dikenal sebagai orang yang arif,
bijak dan disegani oleh masyarakat Desa Kajoran. Mbah agung datang ke
Desa Jurangjero karena suatu peristiwa yaitu Mbah Agung bermasalah
dengan adiknya. Mbah agung adalah anak dari Surya Diningrat adiknya
bernama Surya Negara. Mbah Agung disuruh mandi keramas dan minum
air degan ijo (kelapa muda hijau) tetapi sudah diminum oleh adiknya.
Mbah Agung adu kesaktian dengan adiknya lalu larilah beliau ke Desa
Jurangjero karena untuk mencari kesaktian lagi (bertapa). Sebelum pergi
ke Desa Jurangjero Mbah Agung berkata kepada adiknya “Runtemurun 7
(pitu) tedap 8 (wolu) yang jadi Ratu adalah Anakku” lalu pergilah ke Desa
Jurangjero dan setelah lama di Desa Jurangjero Mbah Agung memperistri
seorang wanita dari Desa Jurangjero sebagai selir, istri pertama yang dari
Jogjakarta sedang mengandung dan adiknya Mbah Agung yang di
Jogjakarta pun sudah beristri dan sama-sama sedang mengandung juga
kemudian lahirlah anak Mbah Agung yang berasal dari Desa Jurang Jero
37
seorang Putra tetapi namanya tidak diketahui, Istri dari adiknya Mbah
Agung yang di Jogjakarta juga akan melahirkan tetapi mengalami
kesulitan kemudian adik dari Mbah Agung pergi ke Desa Jurangjero
menjemput Mbah Agung untuk membantu persalinan istrinya agar dapat
melahirkan. Mbah Agung menyuruh seorang “Mbah Perempuan” sakti
yang dalam sekejap saja bisa sampai di Jogjakarata, mbah perempuan
tersebut disuruh Mbah Agung untuk membawa anak dari Mbah Agung
untuk ditukarkan dengan bayi dari anak adiknya sehingga anak dari Mbah
Agung berada di Jogjakarta dan anak dari adik Mbah Agung berada di
Desa Jurang Jero.
Setelah Mbah Agung meninggal dunia dan dimakamkan di
Pesarean Gede yang letaknya diantara Dukuh Kewao desa Kajoran dan
Desa Karangtengah. Makam Mbah Agung oleh warga masyarakat sampai
saat ini masih dieramatkan bahkan pada bulan-bulan tertentu banyak
pendatang yang berziarah dan bermeditasi.
Semula Desa ini dinamakan desa Jurangjero dan Sejak berdirinya
Masjid Kajoran pada tahun 1819 Desa Jurangjero diubah menjadi Desa
Kajoran. Sebelum desa Jurangjero diubah menjadi Desa Kajoran datanglah
seorang muslim yaitu Sunan Kalijaga untuk mengajarkan agama islam
karena belum adanya tempat mengaji/beribadah maka Sunan Kalijaga
membuat Suro/Masjid diDesa Jurangjero yang letaknya di Dukuh
Kemojing namun sebelum masjid jadi sunan Kalijaga pulang ke Demak
karena di Demak juga sedang membuat Masjid sesampainya di Demak
38
disana ada sunan Giri, sunan Ampel dan Sunan Kalijaga pun ikut
membantu membuat Masjid lalu ditanyalah Sunan Kalijaga oleh Sunan
Giri sebagai berikut:
1) Sunan Giri: Dari mana Sunan Kalijaga ?
2) Sunan kalijaga: Dari Jurangjero
3) Sunan Giri: Ngapain disana ?
4) Sunan Kalijaga: Membuat Masjid...”
5) Sunan Giri: pembangunan Masjid disini juga belum selesai, kenapa
harus cepat-cepat bangun disana”
Kemudian Sunan Kalijaga diberi kayu/akar untuk dipahat namun
pada waktu mengkapak kayu tersebut mengenai kepala “Orong-orong”
(anjing tanah) sehingga putuslah kepalanya kemudian disambnglah kepala
orong-orong tersebut dengan tatal kayu (pecahan kayu jati yang dipahat)
sehingga menyatu dan orong-orong tersebut hidup kembali.
Setelah Masjid Demak tersebut jadi daerah tersebut diberi nama
Desa Jorjoran oleh Sunan Giri yang kemudian oleh Sunan Kalijaga
namanya disempurnakan menjadi Desa Kajoran sampai dengan sekarang
setelah itu Sunan Kalijaga kembali ke Desa Jurangjero dan setelah itu
Sunan Kalijaga memerintahkan/ memasrahkan kepada anaknya untuk
mengajarkan ajaran-ajaran agama islam diMasjid Kajoran kemudian
Sunan Kalijaga kembali lagi ke Demak.
Orang-orang yang meneruskan mengajarkan agama islam yaitu:
1. KH. Sanmurdi
39
2. KH. Mad Mustar
3. KH. Mad Dalyar Dullah Ikhsan
4. KH. Santa Wijaya
Ahirnya banyak orang yang mengaji di Masjid Kajoran dan
mengenal agama Islam sampai sekarang ini.
2. Keadaan Wilayah
Desa mangunan terletak di Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul
Daerah Istimewah Yogyakarta dengan daerah ketinggian 400,00 mdpl.
Kondisi alam terdiri dari hutan, perbukitan, dan perkebunan dengan
tingkat curah hujan pertahun adalah 5 bulan hujan. Suhu rata-rata 30℃.
a. Letak dan Batas Wilayah
Letak astronomis Desa Mangunan berada pada titik kordinat
7°55’53.9”S 110°25’42.0”E-7.931638, 110.428324. Secara
administratif Desa Mangunan memiliki batasan-batasan wilayah
sebagai berikut:
1) Sebelah Utara: Desa Wukirsari
2) Sebelah Selatan: Desa Sriharjo
3) Sebelah Barat: Desa Girirejo
4) Sebelah Timur: Desa Muntuk
b. Orbitasi
1) Jarak dari Pusat Pemerintahan Kecamatan: 6,00 Km
2) Jarak dari Pusat Pemerintahan Kota: 27,00 Km
3) Jarak dari Kota/Ibukota Kabupaten: 14,00 Km
40
4) Jarak dari Ibukota Provinsi: 21,00 Km
c. Luas Wilayah
Luas wilayah Desa Mangunan yaitu 952,37 Ha. Dengan
kepaatan penduduk yaitu 609,11/KM. Secara administratif Desa
Mangunan terbagi dalam 6 pedukuhan yaitu, Cempluk, Mangunan,
Sukorame, Lemahbang, Kediwung, Kanigoro.
d. Penggunaan Lahan
Luas Wilayah menurut penggunaan lahan yaitu
Luas tanah sawah yaitu 70,29 Ha
Luas tanah kering yaitu 711,69 Ha
Luas tanah perkebunan yaitu 82,01 Ha
Luas tanah fasilitas Umum yaitu 48,38 Ha
Luas tanah hutan yaitu 40,00 Ha
e. Keadaan Iklim
Berdasarkan buku data monografi Desa Mangunan suhu udara
rata-rata di Desa Mangunan adalah 30,00 ℃.
f. Keadaan Tanah
Keadaan tanah di Desa Mangunan memiliki jenis tanah
berwarna merah, dengan tekstur tanah lempungan, tingkat kemiringan
tanah ada yang mencapai 60,00 derajat.
41
3. Keadaan Demografi
a. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Desa Mangunan secara keseluruhan
berjumlah 5.850 jiwa dengan jumlah 1.591 Kepala Keluarga (KK).
Secara detailnya jumlah penduduk laki-laki berjumlah 2.841 orang,
sedangkan jumlah penduduk perempuan berjumlah 3.009 orang.
Penjelasan mengenai jumlah penduduk akan dipaparkan dalam
diagram dibawah ini:
Diagram II.1
Jumlah Penduduk Desa Mangunan, Menurut Jenis Kelamin
Sumber: Monografi Desa Mangunan tahun 2017
Berdasarkan diagram diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah
penduduk laki-laki dan penduduk perempuan hanya selisih 168 jiwa.
Dengan persentase jumlah penduduk laki-laki 49% dan penduduk
42
perempuan 51%. Dapat diketahui jumlah penduduk yang paling
dominan adalah berjenis kelamin perempuan.
b. Jumlah Penduduk Menurut Golongan usia
Berikut adalah table penduduk Desa Mangunan menurut
golongan usia.
Tabel II.1
Jumlah Penduduk Menurut Golongan Usia
USIA L P Jumlah
1-4 Tahun 121 125 246
5-9 Tahun 208 206 414
10-14 Tahun 281 305 586
15-19 Tahun 359 335 694
20-24 Tahun 318 313 631
25-29 Tahun 255 235 490
30-34 Tahun 205 226 431
35-39 Tahun 241 273 514
40-44 Tahun 169 199 368
45-49 Tahun 153 187 340
50-54 Tahun 139 142 281
55-59 Tahun 116 109 225
60-64 Tahun 123 113 236
65-69 Tahun 96 106 202
70-74 Tahun 43 96 139
75 Tahun keatas 14 39 53
Jumlah 2841 3009 5850 Sumber: Monografi Desa Mangunan tahun 2017
Dari data diatas dijelaskan bahwa penduduk menurut golongan
usia yang lebih banyak atau mendominasi yaitu golongan usia dari 20
sampai 24 Tahun dengan jumlah 631 orang.
43
c. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Jumlah penduduk Desa Mangunan menurut tingkat Pendidikan
dapat dilihat dalam diagram berikut:
Diagram II.2
Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Sumber: Monografi Desa Mangunan tahun 2017
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk
yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi adalah Sekolah Dasar
dengan Jumlah 358 Orang dengan persentase 39%. Dan yang paling
rendah adalah jumlah penduduk yang memiliki tingkat pendidikan
pascasarjana yaitu 5 Orang dengan persentase 1%.
44
d. Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian
Diagram II.3
Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Sumber: Monografi Desa Mangunan tahun 2017
Dari data di atas dapat dilihat bahwa dari 15 jenis mata
pencarian,Penduduk yang lebih banyak atau mendominasi dari semua
mata pencarian adalah mata pencarian petani dengan jumlah 1.105
Orang dengan persentase 24%.
f. Jumlah Penduduk Menurut Agama
Berdasarkan data monografi desa bahwa Jumlah penduduk di Desa
mangunan mayoritas pemeluk Agama Islam dengan Jumlah 5.848 jiwa.
45
4. Keadaan Sosial dan Budaya
a. Keadaan Sosial
Desa Mangunan memberi contoh bagaimana kemajuan Desa
diupayakan dengan semangat masyarakatnya dan mimpi bersama dari
masyarakat itu sendiri. Dengan mengembangkan potensi dan kearifan
lokal yang dimiliki, Mangunan yang dulunya tertinggal kini berhasil
membangun kemajuan melalui inovasi dibidang pariwisata. Ketika
Desa lagi diam menunggu sentuhan pemerintah pusat, masyarakat pun
aktif mengupayakan kesejahteraan bersama. Lewat Desa wisata,
Pembangunan di mangunan telah menggairahkan kehidupan warga dan
mengangkatnya dari ketertinggalan. Oleh karena itu, Desa-desa lain
patut belajar dari Desa mangunan.
b. Keadaan Budaya
Budaya saat ini di Desa Mangunan setelah merasakan
merasakan manfaat dari pembangunan yang digerakan oleh pariwisata,
warga Mangunan pun semakin bersemangat dalam memajukan
Desanya. Mereka tetap rutin bergotong royong membersihkan
lingkungan desanya. Perbaikan dan pembangunan fasilitas secara
bersama, hingga kegiatan adat istiadat pun masih kental di kehidupan
warga Desa Mangunan.
46
5. Sarana dan Prasarana
a. Sarana Umum
Diagram II.4
Sarana Umum
Sumber : Monografi Desa Mangunan Tahun 2017
Data diatas menunjukan sarana umum yang dimiliki Desa
Mangunan berjumlah 49 Unit diantaranya 4 Unit olahraga, 36 unit
Kesenian/Budaya, 3 unit balai pertemuan, 5 unit sumur Desa, dan 1 unit
pasar Desa.
47
c. Sarana Pendidikan
Diagram II.5
Sarana Pendidikan Umum
Sumber : Monografi Desa Mangunan Tahun 2017
Dari data sarana pendidikan umum Desa Mangunan dapat
dikatakan bahwa fasilitas pendidikan yang ada semuanya sudah terpenuhi
karena Desa Mangunan memiliki semua sarana pendidikan mulai dari
Tingkat Sekolah TK sampai Sekolah SMA.
48
6. Stuktur Organisasi Pemerintahan Desa Mangunan.
Struktur Organisasi dan tata kerja pemerintahan Desa Mangunan
terdiri dari beberapa bagian yaitu :
1. Kepala Desa
2. Sekretaris Desa dengan fungsinya sebagai berikut:
a. Kaur Keuangan
b. Kaur Umum
c. Kaur Program
3. Kepala Seksi dan fungsinya sebagai berikut :
a. Kasi Pemerintaha
b. Kasi Kesejahteraan
c. Kasi Pelayanan
4. Kepala Padukuhan Desa Mangunan.
49
Sumber : Monografi Desa Mangunan Tahun 2017
BPD
SUNARDI
KEPALA DESA
PONIYAT
Sekretaris desa
Dwi eko susanto
Kaur umum
Nazamin
Kaur program
Sokinem
Kaur
keuangan
Slamet
purnama
Kasi kesejahteraan
Surata
Kasi pelayanan
Supandi Kasi Pemerintahan
Widodo
Padukuhan
Cempluk
Parjono
Padukuhan
Lemahbang
Ngatio
Padukuhan
Kediwung
Suripto
Padukuhan
Kanigoro
Samidi
Padukuhan
Mangunan
Suyadi
Padukuhan
Sukorame
Sumardi
50
Gambar II.1
Peta Desa Mangunan
Sumber: Data Monografi Desa Mangunan tahun 2017
B. Profil Wisata Bukit Panguk
Bukit Panguk Kediwung diresmikan pada tanggal 16 November 2016.
Pada saat ini menjadi wisata menjadi wisata yang hits di Bantul. Bukit Panguk
Kediwung menawarkan pemandangan wisata alam perbukitan hijau di deretan
Dlingo, masyarakat setempat sering menyebutnya perbukitan seribu bukit.
Atraksi utama yang disuguhkan adalah keindahan sunrise dan negeri atas
awan. Wisatawn yang berkunjung akan dimanjakan dengan keindahan sunrise
yang berbea dari objek wisata lainnya karena tepat isebelah timur obyek
wisata ini terdapat bukit seribu yang menjadikan nilai tambah tersendiri.
51
Selain itu juga terapat kabut yang tebal di Bukit Panguk Kediwung membuat
Wisatawan Seoah oah berada diatas awan dan keindahan cakrawala langin
biru.
1. Aksesbilitas Menuju Bukit Panguk Kediwung
Bukit Panguk Kediwung Berlokasi di dusun Kediwung Desa
Mangunan, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewah
Yogyakarta. Lokasi Bukit Panguk Kediwung ini berjarak 3,8 Km dari
Kebun Buah Mangunan. Untuk menuju lokasi Bukit Panguk Kediwung
wisatawan dari Yogyakarta dapat mengambil arah dari imogiri lalu menuju
Dlingo atau Kebun Buah Mangunan. Jika sudah tiba di Kebun Buah
Mangunan wisatawan dapat mengikuti petunjuk arah yang telah tersedia.
Untuk wisatawan yang ingin merasakan pengalaman baru dapat memilih
menggunakan shuttle pick up yang telah tersedia dari Kebun Buah
Mangunan menuju Bukit Panguk Kediwung. Untuk mendapatkan fasilitas
shuttle pick up ini para wisatawan cukup mengeluarkan biaya sebesar Rp.
200.000,00/mobil untuk pulang pergi. Selain itu wisatawn juga dapat
menggunakan jasa rental mobil atau motor yang disediakan dari
Yogyakarta. Harga tiket retribusi ke objek Bukit Panguk kRp.7.500/motor
dengan kapasitas 2 wisatawan. Sementara untuk mobil, retribusi yang
dikeluarkan sebesar Rp.5000 untuk parkir dan Rp.2.500/wisatawan sudah
termasuk Jasa Raharja. Di Bukit Panguk terdapat fasilitas berupa gazebo
yang dibangun oleh pengelolah untuk dapat digunakan oleh wisatawan
beristrahat.
52
2. Amenitas Bukit Panguk Kediwung
Sebagai tempat rekreasi yang terbilang masih sangat baru, Puncak
Panguk Kediwung sudah cukup memiliki amenitas yang cukup baik.
Meskipun masih banyak yang harus dibenahi tetapi seiring berjalannya
waktu, fasilitas yang ada di Bukit Panguk sedikit demi sedikit mulai
ditambahkan seperti :
Toilet
Mushola
Warung makan
Tempat Parkir
Aula
Papan septa pesona
Homestay
3. Potensi Daya Tarik dan Produk Di Desa Wisata Bukit Pangkuk
Potensi wisata yang ada di Bukit Panguk Kediwung Adalah spot-
spot foto yang memiliki filosofi masing-masing disetiap spotnya. Selain
spot foto tempat ini juga terkenal dengan sebutan negeri di atas awan.
Sunrise yang indah juga dapat wisatan nikmati dilokasi Bukit Panguk
Kediwung. Wisatawan dapat melihat kabut yang tebal karena lokasi ini
memang terkenal dengan kabutnya yang tebal dan dapat dikatakan sebagai
salah satu daya tarik wisata.
Kabut yang pekat sering kali menyelimuti kawasan bukit ini,
terutama ketika pagi hari yang nampak jelas awan yang begitu pekat.
53
4. Potensi Daya Tarik di Wisata Bukit Panguk Kediwung.
Potensi Wisata yang ada di panguk adalah spot-spot foto yang
mmiliki filosofi masing-masing disetiap spotnya. Selain spot foto tempat
ini juga terkenal dengan sebutan negeri di atas awan. Sunrise yng indah
juga dapat wisatawan nikmati ilokasi Bukit Panguk Kediwung Wisatawan
dapat melihat kabut yang tebal karena lokasi ini terkenal dengan kabutnya
yang tebal dan dapat dikatakan sebagai salah satu aya tarik wisata.
Kabut awan yang pekat sering kali menyelimuti bukit ini, terutama
ketika pagi hari yang begitu pekat. Pengunjung yang berada disana akan
merasakan sensasi luar biasa benar-benar berada i atas awan. Ketika awan
yang begitu banyak, bisa menjadi backround foto yang spektakuler. Selain
itu, diobjek wisata ini juga terdapat beberapa gartu pandang. Wisatawan
apat memilih tempat sesuai selera dan tentunya sangat cocok untuk
berselfie. Namun, gardu pandang disini hanya berkapasitas maskimal 10
orang. Jadi, jika ingin berfoto digardu pandang tersebut harus bersabar dan
mengantri. Di objek wisata ini juga coco untuk foto pre-weding yang
tentunya terlihat sangat romantis. Tiak hanya sebagai atrasi tambahan,
disetiap spot foto juga memiliki filosofi tersendiri yang yang menceritakan
kehidupan manusia dimulai dari awal merasakan kehidupan hingga di
akhir kehidupannya. Filosofi foto spot tersebut adalah sebagai berikut :
54
Gambar II.2 Spot Love
Sumber : https://www.tripilarwisata.com/informasi-tempat-wisata-bukit-
panguk-kediwung-imogiri-bantul-yogyakarta.html
Spot foto yang berbentuk hati, filosofinya adalah mengibaratkan
kisah percintaan manusia sebagai awal dari kehidupan dibumi.
Gambar II.3 Spot Kupu-Kupu
Sumber : https://www.tripilarwisata.com/informasi-tempat-wisata-bukit-
panguk-kediwung-imogiri-bantul-yogyakarta.html
55
Spot foto berbentuk kupu-kupu merupakan lanjutan dari filosofi
sebelumnya yaitu setelah mengenal percintaan, manusia melangkah
bersama menuju ke jenjang pernikakan yang diibaratkan layaknya
kepompong berproses menjadi kupu-kupu, dan menuju memulai
kehidupan barunya.
Gambar II.4 Spot Kapal
Sumber : https://www.tripilarwisata.com/informasi-tempat-wisata-bukit-
panguk-kediwung-imogiri-bantul-yogyakarta.html
Spot foto berbentuk kapal, lanjutan dari filosofi kupu-kupu,
manusia akan mengalami permasalahan dalam kehidupannya, diibaratkan
manusia layaknya kapal yang berlayar akar dapat menghaddapi rintangan
disamudra luas.
56
Gambar II.5 Spot Laba-Laba
Sumber : https://www.tripilarwisata.com/informasi-tempat-wisata-bukit-
panguk-kediwung-imogiri-bantul-yogyakarta.html
Spot jaring laba-laba mengibaratkan ehidupan manusia untuk
mencapai surga yang diibaratkan khayangan harus dengan amalan dan
perbuatan yang baik, maka dari itu mal dan perbuatan manusia harus
disaring untuk mencapai puncak khayangan tersebut.
Gambar II.6 Spot Kuda Terbang
57
Sumber : https://www.tripilarwisata.com/informasi-tempat-wisata-bukit-
panguk-kediwung-imogiri-bantul-yogyakarta.html
Spot foto berbentuk kuda putih terbang, setelah manusia
mengalami proses kehidupan yang panjang, manusia akan mengalami
kematian sebgaimana telah ditakdirkan. Kuda putih layaknya amalan baik
selama menjalani kehidupan di dunia.
Gambar II.7 Spot Jembatan
Sumber : https://www.tripilarwisata.com/informasi-tempat-wisata-bukit-
panguk-kediwung-imogiri-bantul-yogyakarta.html
Spot foto jembatan, diibaratkan tempat perkumpulan manusia
dikhayangan setelah lepas dari dunia yang penuh dengan permasalahan.
Dijembatan ini manusia dapat melihat kehidupan didunia dari atas
khayangan.
58
Gambar II.8 Spot Pulau diAtas Awan
Sumber : https://www.tripilarwisata.com/informasi-tempat-wisata-bukit-
panguk-kediwung-imogiri-bantul-yogyakarta.html
Spot pulau di atas awan ini diibaratkan sebagai surga nirwana
sejatinya Tuhan Yang Maha Esa. Yang mana hanya manusia pilihan yang
dapat sampai kesini dengan membawa catatan amal baik tanpa amal buruk
semasa hidupnya. Manusia akan dibawa oleh kuda terbang menuju tempat
ini sebagaimana filosofi kuda terbang sebelumnya. Pulau diatas awan ini
adalah tempat tinggal manusia yang kekal iatas khayangan setelah
menempuh kehidupan didunia.
59
4. Struktur Organisasi Pengelola Bukit Panguk Kediwung
Sumber : Profil Wisata Bukit Panguk
SEKSI RAFTING
DAFTAR PUSTAKA
Marsum, Siti Fauziah. 2012. Manajemen stewarding. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Dermatoto, Argyo. 2012. Pemberdayaan Perempuan dalam Pariwisata Berbasis
Komunitas (studi Desa Berjo, Desa Kliwonan, dan Desa Samiran Jawa
Tengah) [Jurnal]. Semarang: Universitas Sebelas Maret.
Hadiwijoyo, Suryo. 2012. Perencanaan Pariwisata Perdesaan Berbasis
Masyarakat (Sebuah Pendekatan Konsep).Yogyakarta:Penerbit Graha
Ilmu.
Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Keatif, 2012. Pengembangan WisataBahari
Indonesia
Mardikanto, Totok dkk. 2015. Pemberdayaan Masyarakat (Dalam Perspektif
Kebijakan Publik) edisi revisi. Bandung:Penerbit Alfabeta
Midgley, James (1995), Kesejahteraan Sosial dalam Perspektif Pembangunan
diterjemahkan oleh Fathrulsyah, Jakarta: Bina Rena Pariwara
Moleong, J. Lexy. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:Penerbit PT.
Remaja Rosdakarya.
Ndraha, Talizuduhu. 1990. Pembangunan Masyarakat. Jakarta:PenerbitPT Rineka
Cipta
Pitana, I. Gede dan Gayatri, Putu G. (2005). Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta:
Andi.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Kepariwisataan Badan
Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementrian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. 2012. Pengembangan Wisata Bahari di
Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebijakan
Kepariwisataan.
Sofiani, Triana. 2009. Membuka Ruang Partisipasi Perempuan Dalam
Pembangunan [Jurnal]. Pekalongan. STAIN
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Penerbit Alfabeta.
Bagong, Suyanto. Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif
Pendekatan. Yogyakarta : Pustaka
Theresia, Aprillia dkk. 2015. Pembangunan Berbasi Masyarakat. Bandung:
Penerbit Alfabeta
Tristia, Apni dkk. 2014. Partisipasi Perempuan Dalam Aktivitas Wisata Bahari
(studi kasus objek wisata dan daya tarik Pantai talumben Bali) [Jurnal].
Bali: Universitas Udayana
WEBSITE:
http://www.prasmultourism.com/2017/10/24/pariwisata-di-indonesia-seiring-
kemajuan-ict/
http://digilib.unila.ac.id/10385/15/BAB%20II.pdf diakses padatanggal 6
Agustus 2016
http://eprints.uns.ac.id/22643/3/D0311019_bab2.pdf diakses padatanggal 6
Agustus 2016
http://www.radarlamsel.com/kaya-potensi-minim-perhatian/, diakses pada
tanggal 30 November 29016
Sumber Lainnya:
Undang-undang No. 6 tahun 2004 Tentang Desa
Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
Rencana Strategi Tahun 2016-2021 Badan Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Kabupaten Lampung Selatan