PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

68

Transcript of PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

Page 1: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …
Page 2: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

ii

PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN

OBYEK WISATA BUKIT PANGUK KEDIWUNG, PADUKUHAN

KEDIWUNG, DESA MANGUNAN, KECAMATAN DLINGO,

KABUPATEN BANTUL, DAERAH ISTIMEWAH YOGYAKARTA

(Suatu Penelitian Deskriptif Kualitatif di Bukit Pangkuk Kediwung,

Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul,

Daerah Istimewah Yogyakarta)

SKRIPSI

Disusun Oleh:

MUAMMAR MUSLIM ALI

NIM. 14510002

PROGRAM STUDI ILMU SOSIATRI/PEMBANGUNAN SOSIAL

SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”

Y O G Y A K A R T A

2019

Page 3: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …
Page 4: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

iv

MOTTO

MAN SARA ALA DARBI WASHALA

Siapa yang menapaki jalannya akan sampai ke tujuan

MAN JADDA WAJADA

Siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil

Ingatlah kesuksesan selalu disertai kegagalan

Lebih baik terlambat dari pada tidak wisudah sama sekali

Page 5: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji dan syukur atas karunia Allah SWT yang telah membuka pikiranku

sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan baik, serta rahmat yang tiada tara

yang diwahyukannya melalui junjungan nabi Muhammad SAW. Serta atas semua

usaha dan jerih paya yang telah terlampaui dengan bantuan dan dukungan dari:

1. Kedua Orang Tuaku Muslim Ali dan Marhayani R. Ali tangan-tangan Allah

yang merawatku didunia ini. Sang idola yang selalu memberikan dukungan

terbaik untuk anak-anaknya, membesarkan dan menyekolahkan hingga saya

menempuh jenjang pendidikan tinggi dan selalu mengawal hingga skripsi ini

dapat terselesaikan.

2. Keluarga besar dari bapak dan Ibu yang tidak bisa saya sebutkan satu-satu

yang selalu mendukung dalam bentuk apapun untuk menyelesaikan Skripsi.

3. KPMG Yogyakarta yang sangat saya sayang dan cintai yang juga selalu

memberikan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Keluarga Besarku di Maluku Utara yan selalu mendukungku.

5. Untuk Kaka Nengsi, Clara, Andri, Sastra, Boris, Kelompok KKN,

kebersamaan dan kekompakan untuk bekerja keras tanpa putus asa.

6. Buat teman-teman Club Bola Nusantara, yang selalu ada kebersamaannya.

7. Buat Kelompok Baka yang selalu stay jika saya minta bantuan.(Tarma kasih

dala-dala)

8. Teman-teman jurusan sosiatri angkatan Tahun 2014 terima kasih kebersamaan

kerja sama dan dukungannya.

9. Masih banyak pihak-pihak yang sangat berjasa membantu penyelesaian skripsi

ini. Saya tidak bisa menyebutkan satu persatu tetapi saya akan selalu

mengenang bantuan yang telah kalian berikan.

Page 6: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT atas

limpahan rahmat dan hidayahnya selama ini, maka proses pembuatan skripsi ini

dapat berjalan dengan baik.

Adapun skripsi yang berjudul Partisipasi Perempuan Dalam

Pengembangan Objek Wisata “Bukit angkuk Kediwung”, suatu penilaian

deskriptif kualitatif di Padukuhan Kediwung, Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo

Kabupaten Bantul, Daerah Istimewah Yogyakarta. Skripsi ini dibuat dalam rangka

memenuhi tugas dan persyaratan guna memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosiatri

dengan Program Studi Ilmu Sosiatri atau Pembangunan Sosial pada Sekolah

Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yoogyakarta.

Skripsi ini dapat disusun berkat bantuan dan bimbingan dari berbgai pihak,

maka dalam kesempatan ini penulis mengucpkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Dr.H. Sutoro Eko Yunanto, M.Si. Selaku Ketua Sekolah Tinggi

Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta. Yang telah

memberikan izin untuk pelaksanaan dalam rangka penulisan skripsi ini.

2. Ibu Dra. Hj. Oktarina Albizzia, M.Si. Selaku Ketua Program Studi Ilmu

Sosiatri/Pembangunan Masyarakat sekaligus sebagai Dosen Penguji I yang

telah memberikan arahan, masukan, kritik dan saran kepada penulis sehingga

terselesainya skripsi ini.

Page 7: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

vii

3. Bapak Drs. Oelin Marliyantoro, M.Si. Selaku Dosen pembimbing yang telah

meluangkankan waktu untuk bimbingan dan arahan kedapa penulis sehingga

terlesesainya penulisan skripsi dengan baik.

4. Dra. Widati, Lic.rer.reg sebagai Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

masukan-masukan yang bermanfaat bagi penulis.

5. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberi bekal pengetahuan yang sangat

berguna dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu staf serta karyawan STPMD”APMD” yang turut membantu

kelancaran proses administrasi dalam rangka penyelesaian skripsi ini.

7. Pemerintah Desa Mangunan yang telah memberi izin bagi penulis untuk

mengadakan penelitian di Desa Mangunan.

8. Ketua Pengelola beserta anggotanya yang telah bersedia meluangkan waktu

untuk membantu kelancaran penyelesaian skripsi ini. Juga yang telah

memberikan masukan berharga untuk penulisan skripsi ini.

Saya ucapkan banyak terima kasih. Semoga Allah SWT membalas

kebaikan kalian semua.

Semoga skripsi ini memberikan manfaat kepada para pembaca. AMIN.

Terima kasih.

Penulis, September 2019

Muammar Musli Ali

Page 8: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pariwisata merupakan rangkaian kegiatan berhubungan dengan

pergerakan manusia yang melakukan perjalanan atau persinggahan sementara

dari tempat tinggalnya ke suatu wilayah atau beberapa tempat tujuan diluar

lingkungannya, kegiatan ini didorong oleh beberapa keperluan tanpa

bermaksud mencari nafkah uraian tersebut sesuai dengan pernyataan yang

tertera dalam Undang-Undang No.9 Tahun 1990 yaitu, kegiatan perjalanan

dan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta

bersifat sementara untuk menikmati obyek wisata dan daya Tarik wisata.

Dalam hal ini obyek dan daya Tarik wisata merupakan segala sesuatu yang

menjadi sasaran perjalanan wisata, melupi daya tarik yang berasal dari ciptaan

Tuhan YME, daya tarik karya manusia, dan juga daya tarik wisata dengan

sasaran minat khusus. Hingga saat ini pariwisata termasuk salah satu sector

penggerak perekonomian di Indonesia, oleh karena itu perlu mendapatkan

perhatian lebih agar dapat berkembang dengan baik.

Demi mendukung langkah tersebut nampaknya pemerintah serius

dalam menyikapi pertumbuhan sector pariwisata yang ada di Indonesia

sehingga makin menjamurnya objek-objek wisata baru yang ada. Tidak hanya

ada dikawasan perkotaan tetapi mulai menambah pada kawasan pedesaan. Jika

melihat tren sekilas, pengembangan kawasan wisata saat ini lebih banyak

Page 9: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

2

menitikberatkan pada wilayah pedesaan. ( Undang-Undang No.9 Tahun 1990,

Tentang Kepariwisataan. Bab I Pasal 1 Ayat 3. Yang diakses pada: 15

September 2017. Pukul: 18.32 WIB)

Pariwisata di Indonesia merupakan salah satu sektor yang memiliki

potensi besar untuk mendukung roda perekonomian negara. Berbagai lokasi

wisata dengan beragam budaya yang melekat dapat ditemukan di sepanjang

wilayah Bumi Pertiwi kian menarik perhatian pengunjung, baik wisatawan

lokal maupun asing. Hal inilah yang menjadi kekuatan bagi pengembangan

pariwisata di Indonesia hingga saat ini. Di sisi lain, era global masa kini

memungkinkan terjadinya mobilisasi manusia dengan lebih mudah. Hal

tersebut kemudian berimbas pada semakin mudah dan derasnya pertukaran

informasi yang terjadi. Perubahan yang diiringi dengan pesatnya

perkembangan teknologi tersebut kemudian mengundang perhatian berbagai

sektor industri untuk memanfaatkan Information and Communication

Technology (ICT) demi mengangkat performa mereka, termasuk dalam sektor

pariwisata. (http://www.prasmultourism.com/2017/10/24/pariwisata-di

indonesia-seiring-kemajuan-ict/)

Perjalanan pariwisata di Indonesia pada tahun belakangan ini

menggambarkan satu pola yang berkembang pesat dan menuntut agar semua

pihak tidak hanya pemerintah, melainkan juga semua warga Negara serta

dalam meingkatkan kepariwisataan Indonesia agar disektor ini, peningkatan

devisa Negara Indonesia menjadi bertambah.

Page 10: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

3

Pariwisata menjanjikan masa depan yang cemerlang untuk warga

Negara Indonesia, karena dilihat dari letak geografinya dan kekayaan alamnya

Indonesia memilikinya. Dengan keanekaragaman flora dan faunanya,

keindahan alam, seni dan budayanya, serta banyaknya suku-suku di Indonesia

yang beraneka ragam sudah selayaknya Indonesia menjadi tujuan wisata

dunia. Di Indonesia banyaknya tempat-tempat yang menyediakan kecantikan

alam yang luar biasa, mulai dari sabang hingga merauke. (Marsum, Siti

Fauziah 2012:5)

Mengingat pariwisata selalu memberikan manfaat yang baik dalam

pemenuhan kebutuhan, penyerapan tenaga kerja, serta meningkatkan

pertumbuhan ekonomi secara nasional serta pendapatan daerah, maka perlu

pelatihan kerja yang diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali,

meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan

kemampuan, produktivitas, dan kesejahteraan. Berdasarkan UU No. 13 Tahun

2003 Tentang Ketenagakerjaan, menjelaskan sesuai dengan peranan dan

kedudukan tenaga kerja, diperlukan pembangunan ketenagakerjaan untuk

meningkatkan kualitas tenaga kerja, dan peransertanya dalam pembangunan

serta peningkatan perlindungan tenaga kerja serta keluarganya sesuai dengan

harkat dan martabat kemanusiaan.

Pembangunan pariwisata di Indonesia berdasarkan Undang-Undang

No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan mempunyai tujuan antara lain:

(a) meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

(b) meningkatkan kesejahteraan rakyat,

Page 11: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

4

(c) menghapus kemiskinan,

(d) mengatasi pengangguran,

(e) melestarikan alam,

(f) memajukan kebudayaan,

(g) mengangkat citra bangsa,

(h) memupuk rasa cinta tanah air,

(i) memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa dan

(j) mempererat persahabatan antar bangsa.

Pembangunan yang berproses pada perubahan social uang terencana

dan dirancang untuk meningkatkan tarap hidup masyarakat sebagai suatu

keutuhan, di mana pembangunan ini dilakukan untuk saling melengkapi

dengan dinamika proses pembangunan ekonomi. (Midgley, 1995:25)

Berdasarkan teori yang disampaikan oleh Pitana dan Gayatri (2005 :

95), pemerintah daerah memiliki peran untuk mengembangkan potensi

pariwisata di daerahnya sebagai: 1) Motivator, dalam pengembangan

pariwisata, peran pemerintah daerah sebagai motivator diperlukan agar geliat

usaha pariwisata terus berjalan. Investor, masyarakat, serta pengusaha di

bidang pariwisata merupakan sasaran utama yang perlu untuk terus diberikan

motivasi agar perkembangan pariwisata dapat berjalan dengan baik. Tidak

dapat dipungkiri bahwa proses pengembangan pariwisata tidak bisa dilepaskan

dari dukungan investor, pengusaha wisata serta masyarakat. Investor sebagai

pemilik modal dapat menanamkan modalnya di obyek-obyek wisata,

pengusaha di bidang pariwisata dapat mengembangkan usahanya sekaligus

Page 12: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

5

dapat membantu mengembangkan pariwisata. Pemerintah mempunyai peranan

penting dan bertanggung jawab atas pengelolaan sumber daya alam, sehingga

dalam pengembangan pariwisata harus berencana secara menyeluruh agar

masyarakat memperoleh manfaat yang optimal, baik segi ekonomi, sosial,

kultural, dan lingkungan hidup. Perencanaan tersebut harus mengintegrasikan

pengembangan pariwisata kedalam suatu program pembangunan ekonomi,

fisik, sosial dari suatu negara. Disamping itu, rencana tersebut harus mampu

memberikan kerangka kerja kebijakan pemerintah, untuk mendorong dan

mengendalikan pengembangan pariwisata. Peranan pemerintah dalam

mengembangkan pariwisata antara lain : menyediakan insfrastruktur (tidak

hanya fisik), memperluas berbagai fasilitas, koordinasi antara aparatur

pemerintah dengan pengelola wisata, pengaturan dan promosi umum keluar

negeri. Tidak dapat dipungkiri bahwa hampir diseluruh daerah Indonesia

terdapat potensi pariwisata, maka yang diperhatikan adalah sarana

transportasi, keadaan infrastruktur dan sarana-sarana pariwisata.

Perkembangan kawasan pariwisata tentunya tidak tumbuh begitu saja

tanpa adanya suatu usaha yang dilakukan. Namun, kualitas lingkungan

merupakan bagian integral dari industri pariwisata. Berdasarkan UU No. 32

Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Pasal

1: menjelaskan Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana

yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam

strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta

Page 13: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

6

keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini

dan generasi masa depan).

Kesejahteraan masyarakat yang terus meningkat merupakan salah satu

target pembangunan bangsa yang sangat sentral. Keberhasilan suatu bangsa

menapaki peradaban selalu dilihat dari tingkat penapaian kesejahteraan

rakyatnya. Begitu strateginya, Yogyakarta salah satu tujuan wisata faforit bagi

wisatawan, baik bagi wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara.

Pariwisata di DIY mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kegiatan yang

berbasis pariwisata merupakan salah satu upaya yang dilakukan pihak

pemerintah untuk mempromosikan potensi wisata yang ada di DIY.

Pengelolaan dan pengambangan pariwisata di DIY dengan mengutamakan

keunikan dan kekhasan yang ada. Peningkatan SDM pariwisata juga

dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan standar. Pengelolaan potensi wisata

saling bersinergi dan pemasaran dapat berkesinambungan. Pariwisata DIY

disiapkan berkembang serentak dan bisa mendatangkan keuntungan dan

bermanfaat untuk masyarakat DIY. Terutama bagi masyarakat desa

Mangunan. Dengan pengelolaan secara berkesinambungan diharapkan tetap

terjaga dan terpelihara dengan baik. Dengan kunjungan Presiden ke -44

Amerika Serikat Barack Obama ke Yogyakarta, diharapkan menjadi salah satu

modal DIY untuk lebih bersemangat dalam mengelola DIY menjadi destinasi

wisata yang dikenal wisatawan baik wisatawan nusantara maupun wisatawan

mancanegara.

Page 14: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan

dikaji oleh penulis dalam penelitian adalah:

1. Bagaimana partisipasi perempuan dalam pengembangan objek wisata

Bukit Panguk Kediwung ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan

bahwa tujuan penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui bagaimana partisipasi perempuan dalam pengembangan

objek wisata Bukit Panguk Kediwung.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan bermanfaat secara akademik dan secara praktis

1. Secara akademik, hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan

informasi yang lebih mendalam mengenai partisipasi perempuan dalam

pengembangan tempat wisata, dan juga sebagai bahan referensi bagi

peneliti yang berkaitan dengan pertisipasi perempuan dalam proses

pengembangan tempat wisata.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan atau

informasi bagi masyarakat dan pemerintah daerah serta pihak terkait dalam

pelaksanaan program partisipasi perempuan dalam pengembangan tempat

wisata.

Page 15: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

8

E. Kerangka Teori

Agar penelitian dapat berjalan sesuai dengan rencana, maka perlu

dipandu dengan sebuah teori. Teori akan sangat membantu untuk menegaskan

pemersalahan yang kita ragukan, sehingga memperoleh kepastian. Dengan

demikian kerangka pemikiran akan dapat membantu sebagai sumber

penyelesaian masalah. unsur penelitian yang paling besar peranannya dalam

penelitian adalah teori, karena dengan unsur ilmu ilmiah peneliti mencoba

menerangkan fenomena sosial atau fenomena alami yang menjadi pusat

penelitiannya.

Menurut Suyanto, (2005:34) Teori merupakan seperangkat proposisi

yang menggambarkan suatu gejala terjadi seperti ini. Untuk memudahkan

penelitian diperlukan pedoman berfikir yaitu kerangka teori. Sebelum

melakukan penelitian yang lebih lanjut seorang peneliti perlu menyusun suatu

kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut

mana peneliti menyoroti masalah yang dipilih. Sedangkan Sugiyono (2010:52)

berpendapat bahwa teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi dan

proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui

spesifikasi hubungan antara variable, sehingga dapat berguna untuk

menjelaskan dan meramalkan fenomena.

Untuk lebih mengetahui penelitian ini akan dikaji konsep dasar yang

perlu dipahami dan uraikan dalam studi pustaka serta penelitian terkait

sebelumnya. Peneliti memberikan konsep berdasarkan dengan teori yang

Page 16: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

9

sudah ada, kemudian memberikan fokus penelitian terhadap partisipasi

perempuan dalam pengembangan pariwisata.

1. Konsep Partispasi

Proses perencanaan dan pengambilan keputusan dalam program

pembangunan kerap kali dilakukan dari atas kebawah (top down

planning). Rencana program biasanya dibuat di tingkat pusat dan

dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Masyarakat seringkali

diikutsertakan tanpa diberikan pilihan dan kesempatan untuk memberi

masukan atau peranan. Hal ini disebabkan karena adanya anggapan untuk

mencapai efisiensi dalam pembangunan bagi masyarakat.

Program yang dilakukan dari atas kebawah seringkali tidak

berhasil dan kurang memberi manfaat kepada masyarakat karena

masyarakat belum terlibat sehingga mereka merasa kurang

bertanggungjawab terhadap keberhasilan suatu program. Berdasarkan

kondisi ini, pendekatan dalam perencanaan kemudian dikembangkan

dengan menempatkan masyarakat tidak hanya sebagai obyek

pembangunan, tetapi juga sebagai subyek pembangunan. Pendekatan

tersebut lebih bersifat kepada upaya untuk memberdayakan masyarakat.

Dasar proses pemberdayaan masyarakat adalah pengalaman dan

pengetahuan masyarakat tentang keberadaannya yang sangat luas dan

berguna serta kemauan mereka untuk menjadi lebih baik.

Partisipasi berasal dari kata; bahasa Inggris yaitu participation dan

kata kerjanya participate artinya peran serta: ikut mengambil bagian.

Page 17: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

10

Secara popular menjadi participation artinya peran atau ikut serta untuk

mengambil bagian dalam kegiatan tertentu. Notoatmodjo dalam Budiardjo

(2004:28) juga mengungkapkan bahwa di dalam partisipasi setiap anggota

masyarakat dituntut suatu kontribusi atau sumbangan. Kontribusi tersebut

bukan hanya terbatas pada dana dan finansial saja tetapi dapat berbentuk

daya (tenaga) dan ide (pemikiran). Dalam hal ini dapat diwujudkan di

dalam 4M, yakni manpower (tenaga), money (uang), material (benda-

benda lain seperti kayu, bambu, beras, batu, dan sebagainya), dan mind

(ide atau gagasan).

Menurut Theresia (2015:196) pengertian partisipasi adalah,

keikusertaan seseorang atau sekelompok anggota masyarakat dalam suatu

kegiatan. Keikutsertaan tersebut, dilakukan sebagai akibat dari terjadinya

interaksi sosial antara individu yang bersangkutan dengan anggota

masyarakat lainnya. Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat

disimpulkan bahwa, partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam

suatu kegiatan dengan mendukung pencapaian tujuan melalui proses

pembuatan keputusan, pelaksanaan program dan mengevaluasikan

program.

2. Bentuk-bentuk Partisipasi

Menurut Ndraha (1990:103) bentuk partisipasi meliputi:

a. Partisipasi dalam melalui kontak dengan pihak lain sebagai salah satu

titik awal perubahan sosial.

Page 18: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

11

b. Partisipasi dalam memperhatikan atau menyerap dan memberikan

tanggapan terhadap informasi, baik dalam arti menerima (mentaati,

memenuhi, melaksanakan), mengiakan, menerima dengan syarat,

maupun dalam arti menolaknya.

c. Partisipasi dalam perencanaan pembangunan, termasuk pengambilan

keputusan.

d. Partisipasi dalam pelaksanaan operasional pembangunan.

e. Partisipasi dalam menerima, memelihara dan mengembangkan hasil

pembangunan.

f. Partisipasi dalam menilai pembangunan, yaitu keterlibatan masyarakat

dalam menilai sejauh mana pelaksanaan pembangunan sesuai dengan

rencana dan sejauh mana hasilnya dapat memenuhi kebutuhan

masyarakat.

Bentuk partisipasi yang diberikan masyarakat dalam tahap

pembangunan ada beberapa bentuk Menurut Yadav dalam Mardikanto

(2015:82-84) bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan, yaitu:

1. Partisipasi dalam Pengambilan Keputusan

Pada umumnya, setiap program pembangunan (termasuk

pemanfaatan sumberdaya lokal dan alokasi anggaran) selalu ditetapkan

oleh pemerintah pusat, yang dalam banyak hal lebih mencerminkan

sifat kebutuhan kelompokkelompok kecil elit yang berkuasa dan

kurang mencerminkan keinginan dan kebutuhan masyarakat banyak.

Karena itu, partisipasi masyarakat dalam pembangunan perlu

Page 19: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

12

ditumbuhkan melalui dibukanya forum yang memungkinkan

masyarakat banyak berpartisipasi langsung di dalam proses

pengambilan keputusan. Masyarakat berpartisipasi dengan

memberikan usulan, saran dan kritik melalui pertemuan-pertemuan

yang diadakan.

2. Partisipasi dalam Pelaksanaan Kegiatan

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan, seringkali

diartikan sebagai partisipasi masyarakat banyak (yang umumnya lebih

miskin) untuk secara sukarela menyumbangkan tenaganya didalam

kegiatan pembangunan. Di lain pihak, lapisan yang diatasnya (yang

umumnya terdiri dari orang-orang kaya) dalam lain hal banyak

memperoleh manfaat dari hasil pembangunan, tidak dituntut

sumbangannya secara profesional. Karena itu, partisipasi masyarakat

dalam pelaksanaan pembangunan harus diartikan sebagai pemerataan

sumbangan masyarakat dalam bentuk tenaga kerja, uang tunai, dan

atau beragam bentuk lainnya yang sepadan dengan manfaat yang akan

diterima oleh masing-masing warga masyarakat yang bersangkutan.

Disamping itu, yang sering dilupakan dalam pelaksanaan

pembangunan adalah, partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan

proyek-proyek pembangunan kemasyarakatan yang telah berhasil

diselesaikan. Oleh sebab itu, perlu adanya kegiatan khusus untuk

mengorganisir warga masyarakat guna memelihara hasil-hasil

Page 20: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

13

pembangunan agar manfaatnya dapat terus dinikmati (tanpa penurunan

kualitas) dalam jangka panjang.

3. Partisipasi dalam Pemanfaatan Evaluasi Pembangunan

Kegiatan pemantauan dan evaluasi program dan proyek

pembangunan saat diperlukan. Bukan saja agar tujuannya dapat dicapai

seperti yang diharapkan, tetapi juga diperlukan untuk memperoleh

umpan balik tentang masalahmasalah dan kendala yang muncul dalam

pelaksanaan pembangunan yang bersangkutan. Dalam hal ini,

partisipasi masyarakat untuk mengumpulkan informasi yang berkaitan

dengan perkembangan kegiatan serta perilaku aparat pembangunan

sangat diperlukan.

4. Partisipasi dalam Pemanfaatan Hasil Pembangunan

Partisipasi dalam pemanfaatan hasil pembangunan, merupakan

unsur terpenting yang sering terlupakan. Sebab tujuan pembangunan

adalah untuk memperbaiki mutu hidup masyrakat banyak sehingga

pemerataan hasil pembangunan merupakan tujuan utama. Disamping

itu, pemanfaatan hasil pembangunan akan merangsang kemauan dan

kesukarelaan masyarakat untuk selalu berpartisipasi dalam setiap

program pembangunan yang akan datang.

Dusseldrop dalam Theresia (2015:200) mengidentifikasikan

beragam bentukbentuk kegiatan partisipasi yang dilakukan oleh setiap

warga masyarakat dapat berupa:

Page 21: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

14

1. Menjadi anggota kelompok-kelompok masyarakat.

2. Melibatkan diri pada kegiatan diskusi kelompok.

3. Melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan organisasi untuk

menggerakkan partisipasi masyarakat yang lain.

4. Menggerakkan sumberdaya masyarakat.

5. Mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusan.

6. Memanfaatkan hasil-hasil yang dicapai dari kegiatan masyarakatnya.

Dari konsep yang dipaparkan beberapa ahli diatas, bentuk pastisipasi

merupakan suatu kegiatan yang dapat dilakukan masyarakat agar ikut

serta dalam membangun pasrtisipasi masyarakat disuatu daerah.

Sehingga partisipasi masyarakat itu dapat terwujud dengan baik.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Partisipasi

Slamet dalam Theresia, dkk (2015:207) mengemukakan berapa

faktor pendukung dalam partisipasi masyarakat, yakni:

Kesempatan untuk berpartisipasi meliputi:

1. Kemauan politik dari pengusaha untuk melibatkan masyarakat dalam

pembangunan, baik dalam pengambilan keputusan perencanaan,

pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, pemeliharaan, dan pemanfaatan

pembangunan, sejak ditingkat pusat sampai dijajaran birokrasi yang

paling bawah.

2. Kesempatan untuk memproleh informasi pembangunan.

3. Kesempatan memanfaatkan dan memobilisasi sumber daya (alam dan

manusia) untuk pelaksanaan pembangunan.

Page 22: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

15

4. Kesempatan untuk memperoleh dan menggunakan teknologi yang

tepat, termasuk peralatan atau perlengkapan penunjangnya.

5. Kesempatan untuk berorganisasi, termasuk untuk memperoleh dan

menggunakan peraturan, perijinan, dan prosedur kegiatan yang harus

dilaksanakan.

6. Kesempatan mengembangkan kepemimpinan yang mampu

menumbuhkan, menggerakkan, dan mengembangkan serta memelihara

partisipasi masyarakat.

7. Kemampuan untuk berpartisipasi. Perlu disadari bahwa adanya

kesempatan-kesempatan yang disediakan atau ditumbuhkan untuk

menggerakkan partisipasi masyarakat akan tidak banyak berarti, jika

masyarakatnya tidak memiliki kemampuan untuk berpartisipasi.

Kemampuan yang dimaksut adalah :

a. Kemampuan untuk menemukan dan memahami kesempatan untuk

membangun, atau pengetahuan tentang peluang untuk membangun

(memperbaiki mutu hidupnya).

b. Kemampuan untuk melaksanakan pembangunan, yang dipengaruhi

oleh tingkat pendidikan dan keterampilan yang dimiliki.

c. Kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan

menggunakan sumberdaya dan kesempatan (peluang) lain yang

tersedia secara optimal.

Berdasarkan faktor pendukung diatas dapat disimpulkan bahwa

yang mempengaruhi keberhasilan dalam partisipasi masyarakat dapat

Page 23: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

16

berasal dari dalam individu yakni kemauan dan kemampuan untuk

berpartisipasi dalam melakukan pembangunan.

3. Faktor Penghambat Partisipasi

Soetrisno dalam Theresia (2015:210), menyebutkan faktor-faktor

yang dapat meghambat partisipasi masyarakat antara lain :

a. Belum dipahaminya makna sebenarnya tentang partisipasi oleh pihak

perencana dan pelaksana pembanguanan. Pada tataran perencanaan

pembangunan, partisipasi didefinisikan sebagai kemauan masyarakat

untuk secara penuh mendukung pembangunan yang direncanakan dan

ditetapkan sendiri oleh pemerintah, sehingga masyarakat bersifat pasif

dan sebagai subordinasi pemerintah. Pada pelaksanaan pembangunan

di lapangan, pembangunan yang dirancang dan ditetapkan oleh

pemerintah didefinisikan sebagai kebutuhan masyarakat, sedang yang

dirancang dan ditetapkan masyarakat didefinisikan sebagai keinginan

masyarakat yang memproleh prioritas lebih rendah.

b. Pembangunan sebagai idiologi baru yang harus diamankan dengan

dijaga ketat, yang mendorong aparat pemerintah bersifat otoriter.

Kondisi tersebut menimbulkan reaksi balik berupa “Budaya” yang

pada gilirannya menumbuhkan keengganan masyarakat untuk

berpartisipasi karena dianggap “asal beda”.

Berdasarkan faktor penghambat diatas, dapat disimpulkan bahwa

yang menjadi penghambat dalam partisipasi yaitu belum dipahami makna

Page 24: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

17

sebenarnya oleh pihak perencana dan pelaksana pembangunan sehingga

menyebabkan pasif atau tidak berpartisipasi.

4. Tinjauan terhadap partisipasi perempuan

a. Konsep Partisipasi Perempuan

Buku-buku sejarah lingkungan telah banyak difokuskan pada

peran laki-laki, dan umumnya keterlibatan kaum perempuan pada

lingkungan diabaikan. Bahkan teks sejarah telah kekurangan tulisan

mengenai partisipasi perempuan dalam aksi lingkungan. Peran

perempuan dalam perjuangan lingkungan dan perdebatan tentang alam

disembunyikan dari sejarah. Namun, ketika meninjau krisis lingkungan

pada abad terakhir ini, kita bisa melihat wanita dari setiap kelas

sosialnya, bangsa, atau warna telah mengangkat keprihatinan mereka

tentang lingkungan yang lebih terlihat dan terbuka.

Menurut Sofiani (2009:66) pendekatan yang paling jitu terkait

dengan penciptaan ruang bagi perempuan dalam pembangunan adalah

pendekatan GAD (Gender And Development) pendekatan ini dilakukan

dengan cara melihat perempuan sebagai subyek pembangunan, agen

perubahan dengan menitikberatkan pada pola hubungan yang setara

perempuan dan laki-laki. Pendekatan ini, lebih bersifat bottom up,

sehingga pengalaman dan pemahaman yang berasal dari perempuan

menjadi entry point dari proses pembangunan. Kemitra sejajaran

perempuan dan laki-laki dalam wujud persamaan hak, kedudukan,

peranan, kesempatan yang sama dalam pembangunan disegala bidang

Page 25: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

18

kehidupan menjadi modal utama adanya kesetaraan gender, sehingga

baik jenis maupun imbalan kerja akan diberikan kepada laki-laki

maupun perempuan secara profesional.

Menurut Sofiani (2009:68) ukuran partisipasi perempuan dalam

pembangunan dapat dilihat dari:

a. Pelaku atau pelaksana

Perempuan tidak lagi sebagai obyek tetapi sebagai subyek

pembangunan. Misalnya perempuan merupakan pelaku atau

pelaksana pembangunan.

b. Pengendali

Perempuan terlibat langsung terhadap pengendalian dari

pelaksanaan kegiatan pengembangan.

c. Pengambil keputusan

Dalam proses pembangunan, partisipasi perempuan

langsung terlibat dalam pengambilan keputusan suatu kegiatan

pembangunan. Misalnya, sebagai ketua pelaksanan kegiatan

pembangunan.

d. Penasehat

Partisipasi perempuan dalam pembangunan tidak hanya

terbatas pada pelaku, pengendali, dan pengambil keputusan saja

tetapi lebih tinggi lagi sebagai penasehat dalam proses

pembangunan.

Page 26: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

19

e. Penerima manfaat pembangunan

Hasil pembangunan juga harus bisa dinikmati oleh

perempuan, hal ini memberi indikasi bahwa pembangunan yang

direncanakan sudah mempertimbangkan perempuan sebagai

penerima manfaat pembangunan.

Perempuan dan desa merupakan dua elemen yang tidak bisa

dipisahkan. Desa sebagai unit administrasi kecil dalam pemerintahan

sudah semestinya tidak melihat perempuan sebagai entitas yang “selalu

dikalahkan”. Maka era baru, bersamaan dengan Undang-Undang

Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa menjadi peluang besar bagi

perempuan untuk merebut ruang-ruang yang selama ini di dominasi

laki-laki. Perempuan-perempuan desa sudah saatnya berkuasa atas diri

dan pikirannya, sehingga memiliki ruang yang setara dalam lembaga-

lembaga desa yang ada. Tentu saja ini pekerjaan besar dan tidak

mudah.

Menurut Jamieson dalam Hadiwijoyo (2012:92) pemberdayaan

perempuan bidang pariwisata lebih ditekankan pada:

1) Organizing and managing the process yang menyangkut upaya

perubahan sikap setelah sekian lama terbentuk dominasi pribadi

banyak pekerjaan.

2) Inventory process yang berkaitan dengan upaya memberikan

peluang kepada perempuan untuk mengembangkan kemampuan

Page 27: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

20

mereka sehingga mereka dapat berpartisipasi di bidang

pembangunan masyarakat.

3) Delivery process yang meliputi upaya memberikan kesempatan

kepada perempuan untuk berpartsipasi dan berperan di bidang

pembangunan pariwisata berkaitan dengan akomodasi, restoran,

biro perjalanan, dan pengembangan berbagai produk budaya

berupa seni dan tradisi sebagai daya tarik wisata. Pariwisata

perdesaan telah menjadi alternatif peningkatan perekonomian

masyarakat desa. Masyarakat setempat memiliki peluang untuk

berpartisipasi dan mengembangkan diri diberbagai aspek yang

terkait dengan pengembangan pariwisata perdesaan tersebut.

Keterlibatan dan peran yang sesuai bagi masyarakat desa, baik pria

maupun perempuan, serta yang memberikan kontribusi positif

secara ekonomi, sosial dan budaya kepada mereka akan membantu

mengurangi laju urbanisasi ke kota-kota besar.

b. Konsep Pemberdayaan Perempuan

Menurut Ismi Dwi dalam Hadiwijoyo (2012:95) pemberdayaan

perempuan pedesaan perlu dilakukan pendekatan 4A, sebagai berikut:

(1) Atraksi

Yang dimaksud dengan atraksi wisata dapat berupa atraksi

alam (naturalattractions), seni budaya (cultural attractions), dan

buatan (built attractions. Daya tarik budaya adalah daya tarik yang

berupa hasil olah budi manusia, seperti kesenian (seni pertunjukan

Page 28: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

21

dan seni kerajinan), peninggalan bersejarah, cultural events atau

specia events, adat istiadat masyarakat (upacara tradisional, tata

kehidupan sehari-hari), museum, dll. Sedangkan daya tarik buatan

adalah daya tarik yang diciptakan oleh manusia.

(2) Aksesbilitas

Aksesbilitas adalah sarana yang memberikan kemudahan

kepada wisatawan untuk mencapai daerah tujuan wisata.

Aksesbilitas tidak hanya menyangkut kemudahan transportasi bagi

wisatawan untuk mencapai sebuah tempat wisata tetapi juga waktu

yang dibutuhkan, tanda penunjuk arah menuju lokasi wisata dan

sebagainya.

(3) Amenitas

Amenitas adalah fasilitas pendukung demi kelancaran

kegiatan pariwisata yang juga ditujukan untuk memberikan

kenyamanan kepada wisatawan.

Fasilitas tersebut terdiri dari akomodasi, rumah makan,

pusat informasi wisata, pusat atau toko cinderamata, pusat

kesehatan, pusat layanan perbankan, sarana komunikasi, pos

keamanan, ketersediaan air bersih, dan listrik.

(4) Aktivitas

Aktivitas yang beraneka ragam bagi wisatawan dapat

menyebabkan lama tinggal wisatawan yang lebih panjang yang

dapat meninggalkan pengeluaran wisatawan. Selanjutnya, aktivitas

Page 29: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

22

yang dilakukan oleh wisatawan dapat menimbulkan aktivitas usaha

yang dapat dikerjakan oleh penduduk setempat. Aktivitas usaha

tersebut dapat berupa penjualan jasa maupun barang kepada

wisatawan.

Menurut Ismi Dwi dalam Hadiwijoyo (2012) Hal-hal yang

perlu dilakukan dalam proses pemberdayaan peran perempuan

perdesaan dalam pengembangan pariwisata antara lain sebagai berikut:

1) Capacity Building

Capacity Building adalah peningkatan kelembagaan agar

memiliki kemampuan untuk melaksanakan pembangunan

pariwisata, baik bagi para pemegang keputusan, para perencana,

pengelola, pelaksana maupun stakeholder lainnya.

2) Cultural Adjustment

Cultural Adjustment atau penyesuaian kultural berkaitan

dengan pentingnya keterlibatan aktif perempuan dalam

pengembangan pariwisata, terutama melalui penyadaran tentang

sensitivitas gender baik terhadap keluarga, lingkungan, pemerintah

maupun industri terkait. Dengan sensivitas gender, maka setiap

pihak yang berkompeten menyadari sepenuhnya bahwa peran aktif

perempuan dalam pengembangan pariwisata perlu ditingkatkan

baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Pelibatan aktif

perempuan tersebut perlu responsif gender (memperhatikan

Page 30: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

23

perbedaan pengalaman, aspirasi, maupun kebutuhan antara

perempuan dan laki-laki).

3) Structural Adjustment

Penyesuaian struktural perlu dilakukan, terutama berkaitan

dengan peraturanperaturan daerah tentang pembangunan pariwisata

pedesaan maupun industri kecil, serta penguatan perempuan untuk

berkontribusi secara aktif dalam lembaga tersebut.

4) Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang menunjang pembangunan

pariwisata perlu ditata kembali agar lebih efektif dalam

meningkatkan kunjungan wisata.

c. Partisipasi Perempuan dalam Pembangunan

Menurut Mardikanto (2015:55) pembangunan yang

berorientasi pada pertumbuhan ekonomi, maka berkembang

pendekatan yang berpusat pada rakyat. Model pendekatan yang

berpusat pada rakyat sebenarnya merupakan antitesis dari model

pembangunan yang berorientasi pada produksi. Untuk model

pembangunan yang berorientasi pada produksi ini, termasuk

didalamnya model-model pembangunan ekonomi yang memposisikan

pemenuhan kebutuhan sistem produksi lebih utama daripada

kebutuhan rakyat.

Menurut Sofiani (2009:66) pendekatan yang paling sesuai

untuk menciptakan ruang bagi perempuan dalam pembangunan adalah

Page 31: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

24

GAD (Gander And Development). Pendekatan ini dilakukan dengan

cara melihat perempuan sebagai subyek pembangunan, agen

perubahan dengan menitikberatkan pada pola hubungan yang setara

perempuan dan laki-laki. Pendekatan ini, lebih bersifat bottom up,

sehingga pengalaman dan pemahaman yang berasal dari perempuan

menjadi entery point dari proses pembangunan.

Masalah gender dalam pembangunan yang diindikasikan

melalui 4 indikator makro, antara lain:

a) Tingkat pendidikan rata-rata.

b) Pendapatan perkapita.

c) Indeks daya beli.

d) Indeks pembangunan manusia.

Indikator-indikator tersebut untuk keperluan pengukuran peran

gender dalam pembangunan partisipatif, dimana masih terjadinya

berbagai permasalahan peran, misalnya adanya dikhotomi peran

perempuan dan laki-laki. Perempuan bekerja di sektor domestik dan

laki-laki di sektor publik, beban kerja ganda (double burdens), tingkat

partisipasi dalam pembangunan perempuan lebih rendah dibanding

laki-laki.

Ukuran partisipasi perempuan dalam pembangunan dapat

dilihat dari:

Page 32: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

25

a. Pelaku atau pelaksana, perempuan tidak lagi sebagai obyek tetapi

subyek pembangunan. Misalnya perempuan merupakan pelaku

atau pelaksana pembangunan.

b. Pengendali, perempuan terlibat langsung terhadap pengendalian

dari pelaksanaan kegiatan pembangunan.

c. Pengambilan keputusan, partisipasi perempuan langsung terlibat

dalam pengambilan keputusan suatu kegiatan pembangunan.

Misalnya, sebagai ketua pelaksana kegiatan pembangunan.

d. Penasehat, partisipasi perempuan dalam pembangunan tidak hanya

terbatas pada pelaku, pengendali dan pengambilan keputusan saja

tetapi lebih tinggi lagi sebagai penasehat dalam proses

pembangunan.

e. Penerima manfaat pembangunan, hasil pembangunan juga harus

bisa dinikmati oleh perempuan, hal ini memberikan indikasi bahwa

pembangunan yang direncanakan sudah mempertimbangkan

perempuan sebagai penerima manfaat pembangunan.

Untuk mewujudkan peran perempuan dan laki-laki (mitra

sejajar) yang harmonis maka perempuan harus mengejar berbagai

ketinggalan dari laki-laki dengan berbagai langkah yang ditempuh.

Langkah yang dimaksud adalah peningkatan kemampuan perempuan,

peningkatan kependudukan perempuan, peningkatan akses perempuan

dalam pembangunan, peningkatan kesejahteraan perempuan,

Page 33: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

26

peningkatan kemandirian perempuan, dan peningkatan ketahanan

mental dan spiritual.

6. Tinjauan terhadap pengembangan wisata bahari

Dari 17.508 pulau yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia,

terdapat 36 kawasan pusat pertumbuhan yang telah teridentifikasi dengan

jumlah pulau yang dapat dikembangkan sebanyak 4.557 pulau. Dari

jumlah tersebut telah teridentifikasi 146 pulau yang diprioritaskan untuk

dikembangkan. (Sumber: Buku Pusat Penelitian dan Pengembangan

Kebijakan Kepariwisataan, 2012:19). Dengan begitu menurut peneliti

pengembangan wisata bahari tidak dapat dipisahkan dari pembangunan

bidang kelautan, mengingat wisata bahari merupakan salah satu sub-

bidang pembangunan kelautan.

Wisata bahari memerlukan pembangunan sarana dan prasrana

tertentu secara khusus karena ketertarikan serta motivasi wisatawan yang

datang memang meninginkan kaaslian destinasi dan daya tarik wisatanya.

Diving misalnya, para wisatawan termotivasi dan mengahrapkan daya tarik

wisata tersebut lestari dan asli. Untuk mempertahankan kelestarian dan

keaslian tersebut diperlukan perencanaan tata ruang yang komprehensif,

antara lain lingkungan wisata harus ditata, regulasi Spot tempat foto

dipersiapkan.

Dalam pengembangan wisata, mungkin saja berbagai dampak

negatif sebagai masalah dari pengembangan yang dilakukan tidak dapat

kita hindari. Namun yang terpenting adalah bagaimana para pelaku

Page 34: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

27

pariwisata dapat mengendalikan dampak tersebut sehingga tidak

mengakibatkan kerugian baik bagi lingkungan, sosial budaya maupun bagi

masyarakat yang ada disekitar lokasi pengembangan pariwisata.

Pengembangan wisata juga berpotensi menghasilkan dampak terhadap

ekologi, sosial dan budaya setempat.

Menurut buku Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebijakan

Kepariwisataan (2012:22), untuk dapat mengoptimalkan pengembangan

wisata bahari namun dengan tetap meminimumkan dampak negatifnya,

pengembangan wisata bahari harus mengacu pada strategi pengembangan

sebagai berikut:

a) Menjadikan prinsip-prinsip ecotourism sebagai payung pembangunan

wisata bahari.

b) Membangun kemitraan antar pelaku, yang lebih bersifat tidak

struktural namun lebih mengarah ke fungsional.

c) Pengembangan diversifikasi kegiatan dan daya tarik wisata maupun

produk seni budaya etnis yang dapat dijadikan daya tarik wisata.

d) Mengembangkan keterkaitan dan komplementeraritas antar wilayah

dalam suatu sistem tata ruang pengembangan pariwisata yang terkait

dengan sektor-sektor lain.

e) Mendorong kerjasama bilateral dan multilateral antar negara luar

dengan Pemerintah Daerah setempat dan antar daerah terutama dalam

pengembangan wisata bahari dan kegiatan lain termasuk keamanan

dan keselamatan kegiatan wisata bahari lintas negara dan daerah.

Page 35: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

28

Dengan mengacu pada strategi pengembangan wisata bahari

tersebut diatas, terlihat bahwa pengembangan wisata bahari juga mengacu

pada prinsip-prinsip ecotourism. Hal ini dapat dipahami karena

pengembangan wisata bahari juga pada dasarnya merupakan bagian dari

pariwisata berbasis lingkungan atau ecotourism.

Adanya interaksi antara wisatawan dengan masyarakat lokal sering

menimbulkan hambatan terutama pada masyarakat lokal. Hambatan dalam

berinteraksi dengan wisatawan perlu diberikan sentuhan berupa pelatihan

dan pendidikan sehingga mereka diharapkan menjadi berdaya untuk

berinteraksi dengan wisatawan sekaligus memberikan peluang kepada

mereka untuk mengambil manfaat dari interaksi dengan wisatawan

tersebut.

Menurut Woodley dalam Buku Pusat Penelitian dan

Pengembangan Kebijakan Kepariwisataan (2012:62), masyarakat lokal

memiliki sejumlah kendala dalam pengembangan kepariwisataan antara

lain sebagai berikut:

1) Masyarakat lokal sering kurang bahkan tidak mempunyai visi atau

pemahaman tentang pengembangan pariwisata.

2) Rendahnya minat dan kesadaran masyarakat lokal terhadap

kepariwisataan karena hal itu dianggap sesuatu yang berasal dari luar

kebudayaan mereka.

3) Kualitas sumber daya manusia yang dimiliki masyarakat lokal

umumnya terbatas dibidang kepariwisataan.

Page 36: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

29

4) Kesenjangan budaya antara masyarakat lokal dengan wistawan yang

sering berbeda satu dengan yang lainnya.

5) Faktor ekonomi dan investasi yang sangat menentukan dalam

pengembangan industri pariwisata sering tidak dimiliki masyarakat

lokal.

Pengembangan pariwisata nasional yang didasarkan atas

transformasi dari ekonomi agraris menuju ekonomi jasa, memerlukan

pemberdayaan masyarakat.

Menurut Prasiasa dalam Buku Pusat Penelitian dan Pengembangan

Kebijakan Kepariwisataan (2012:62), pola-pola pemberdayaan yang dapat

dilakukan antara lain sebagai berikut:

a) Pola swadaya, kegiatan yang bertumpu pada masyarakat dengan segala

hambatan dan kendalanya. Masyarakat melakukan pengumpulan dana

secara bertahap yang berasal dari hasil kegiatan usaha yang dilakukan

untuk dimanfaatkan dalam pengembangan usaha pariwisata.

b) Pola kemitraan, merupakan bentuk kerjasama dengan memadukan

unsur kekuatan (modal dalam skala besar) yang dimiliki oleh

pengusaha besar dan menengah dengan unsur kemandirian dari

wilayah setempat, baik sumber daya manusia maupun sumber daya

lainnya dengan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan

saling menguntungkan.

Page 37: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

30

c) Pola pendampingan, merupakan pola pembinaan yang dilakukan oleh

pihak-pihak seperti lembaga swadaya masyarakat, sepanjang

masyarakat setempat belum memiliki kemampuan dan kemandirian.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Peneliti mengguanakan tipe penelitian kualitataif dengan

menggunakan metode deskriptif. Tipe penelitian ini menurut Budgon dan

Taylor dalam moleong (2011:4) berupaya menggambarkan kejadian atau

fenomena sesuai dengan apa yang terjadi dilapangan, dimana data yang

dihasilkan berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang dapat diamati yaitu mendeskripsikan dan memperoleh

pemahaman menyeluruh dan mendalam mengenai Partisipasi Perempuan

dalam Pengembangan obyek wisata Bukit Panguk Kediwung.

2. Ruang Lingkup Penelitian

a. Obyek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi obyek penelitian yaitu Partisipasi

Perempuan dalam pengembangan obyek wisata , dengan studi kasus di

“Bukit Panguk Kediwung”, Padukuhan Kediwung, Desa Mangunan,

Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewah

Yogyakarta (DIY).

Page 38: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

31

b. Definisi Konsep

1) Partisipasi perempuan

Partisipasi perempuan merupakan keterlibatan perempuan secara

mental/pemikiran dan emosi/perasaan seorang perempuan didalam

situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan

sumbangan kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta

bertanggungjawab terhadap usaha yang bersangkutan.

2) Pengembangan Obyek Wisata

Pengembangan obyek wisata merupakan suatu strategi yang

digunakan untuk memajukan, meningkatkan, dan memperbaiki

segala sesuatu yang menjadi sasaran terhadap wisata yang notabene

masih baru keberadaannya.

c. Definisi Operasional

Maksud dari definisi operasional adalah suatu definisi yang

diberikan kepada kepada suatu variabel atau memberikan suatu

operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut.

Penelitian ini membahas mengenai, partisipasi perempuan dalam

pengembangan obyek wisata “Bukit Panguk Kediwung”, Padukuhan

Kediwung, Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul,

Provinsi Daerah Istimewah Yogyakarta (DIY).

Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah

Partisipasi Perempuan dengan indikator sebagai berikut :

Page 39: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

32

1) Participation in decision making, partisipasi perempuan dalam

pengambilan keputuan.

2) Participation in implementacion, partisipasi perempuan dalam

pelaksanaan.

3) Participation in benefit, partisipasi perempuan dalam pemanfaatan.

4) Participation in evaluation, Partisipasi perempuan dalam evaluasi.

3. Subyek Penelitian

Untuk memperoleh data yang menyangkut dengan masalah yang

akan diteliti, maka memerlukan informan dari beberapa golongan yaitu

sebagai beikut :

Terdapat beberapa golongan yang menjadi informan penelitian

yaitu sebagai berikut :

1) Perempuan sebagai anggota Pengelola objek wisata Bukit Panguk

Kediwung 7 orang

2) Laki-laki sebagai Pengelola obyek wisata Bukit Panguk Kediwung 5

orang

3) Pemuda dan Pemudi wilayah Padukuhan Kediwung 2 orang.

4. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bukit Panguk Kediwung, Padukuhan

Kediwung, Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul,

Provinsi Daerah Istimewah Yogyakarta (DIY).

Page 40: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

33

5. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2014:224) teknik pengumpulan data

merupakan langkah paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama

dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik

pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang

memenuhi standar data yang ditetapkan. Untuk mendapatkan data

kelengkapan informasi yang sesuai dengan focus penelitian maka akan

dijadikan teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut:

a. Observasi

Nasution dalam Sugiyono (2014:226) menyatakan bahwa

observasi merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk

mengumpulkan data primer yang dibutuhksn dengan melakukan

pengamatan langsung terhadap objek penelitian. Dalam penelitian ini

peneliti melakukan pengamatan berkaitan dengan partisipasi

perempuan dalam pengembangan obyek wisata Bukit Panguk

Kediwung, Padukuhan Kediwung, Desa Mangunan, Kecamatan

Dlingo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewah Yogyakarta.

b. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data

apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila ingin mengetahui

hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Informan yang dijadikan

sumber informasi dalam penelitian ini adalah Perempuan yang

Page 41: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

34

berpartisipasi dalam pengembangan obyek wisata Bukit Panguk

Kediwung, pengelola obyek wisata Bukit Panguk Kediwung, dan

Pemuda di wilayah Padukuhan Panguk. Dari aktor aktor ini, peneliti

akan menggali informasi seintensif mungkin untuk memperoleh

informasi yang utuh tentang permasalahan penelitian ini..

c. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang. Teknik ini digunakan untuk

mengumpulkan berbagai data sekunder yang memuat informasi

tertentu yang bersumber dari dokumen-dokumen tertulis yang

berkaitan dengan partisipasi perempuan dalam pengembangan obyek

wisata Bukit Panguk Kediwung.

Adapun dokumen-dokumen dan arsip lainnya antara lain:

a. Undang-Undang No.6 tahun 2014 tentang Desa.

b. Undang-Undang No. 10 Tahun 2010 tentang Kepariwisataan

c. Rencana Strategi Tahun 2016-2021 Badan Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak Kabupaten Lampung Selatan.

6. Teknik Analisis Data

a. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,

untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah

dikemukakan, semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data

Page 42: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

35

akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera

dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berati

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal

yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang

telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dapat

dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer mini, dengan

memberikan kode pada aspek-aspek tertentu.

b. Penyajian Data

Setelah data reduksi, maka langkah selanjutnya adalah

mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar

kategori.

c. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan awal yang masih bersifat sementara, dan akan

berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung

pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan

yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang

valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan

data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan

yang kredibel.

Page 43: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

36

BAB II

DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

A. Deskripsi Wilayah desa Mangunan

1. Sejarah Desa

Pada jaman dahulu kala desa ini namanya Desa JurangJero yang

dikelilingi oleh pegunungan kecil, lalu datanglah seseorang yang pintar

dan sakti yaitu Mbah Agung dari Jogjakarta. Mbah Donosari atau dikenal

Mbah Agung atau Mbah Lugu beliau dikenal sebagai orang yang arif,

bijak dan disegani oleh masyarakat Desa Kajoran. Mbah agung datang ke

Desa Jurangjero karena suatu peristiwa yaitu Mbah Agung bermasalah

dengan adiknya. Mbah agung adalah anak dari Surya Diningrat adiknya

bernama Surya Negara. Mbah Agung disuruh mandi keramas dan minum

air degan ijo (kelapa muda hijau) tetapi sudah diminum oleh adiknya.

Mbah Agung adu kesaktian dengan adiknya lalu larilah beliau ke Desa

Jurangjero karena untuk mencari kesaktian lagi (bertapa). Sebelum pergi

ke Desa Jurangjero Mbah Agung berkata kepada adiknya “Runtemurun 7

(pitu) tedap 8 (wolu) yang jadi Ratu adalah Anakku” lalu pergilah ke Desa

Jurangjero dan setelah lama di Desa Jurangjero Mbah Agung memperistri

seorang wanita dari Desa Jurangjero sebagai selir, istri pertama yang dari

Jogjakarta sedang mengandung dan adiknya Mbah Agung yang di

Jogjakarta pun sudah beristri dan sama-sama sedang mengandung juga

kemudian lahirlah anak Mbah Agung yang berasal dari Desa Jurang Jero

Page 44: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

37

seorang Putra tetapi namanya tidak diketahui, Istri dari adiknya Mbah

Agung yang di Jogjakarta juga akan melahirkan tetapi mengalami

kesulitan kemudian adik dari Mbah Agung pergi ke Desa Jurangjero

menjemput Mbah Agung untuk membantu persalinan istrinya agar dapat

melahirkan. Mbah Agung menyuruh seorang “Mbah Perempuan” sakti

yang dalam sekejap saja bisa sampai di Jogjakarata, mbah perempuan

tersebut disuruh Mbah Agung untuk membawa anak dari Mbah Agung

untuk ditukarkan dengan bayi dari anak adiknya sehingga anak dari Mbah

Agung berada di Jogjakarta dan anak dari adik Mbah Agung berada di

Desa Jurang Jero.

Setelah Mbah Agung meninggal dunia dan dimakamkan di

Pesarean Gede yang letaknya diantara Dukuh Kewao desa Kajoran dan

Desa Karangtengah. Makam Mbah Agung oleh warga masyarakat sampai

saat ini masih dieramatkan bahkan pada bulan-bulan tertentu banyak

pendatang yang berziarah dan bermeditasi.

Semula Desa ini dinamakan desa Jurangjero dan Sejak berdirinya

Masjid Kajoran pada tahun 1819 Desa Jurangjero diubah menjadi Desa

Kajoran. Sebelum desa Jurangjero diubah menjadi Desa Kajoran datanglah

seorang muslim yaitu Sunan Kalijaga untuk mengajarkan agama islam

karena belum adanya tempat mengaji/beribadah maka Sunan Kalijaga

membuat Suro/Masjid diDesa Jurangjero yang letaknya di Dukuh

Kemojing namun sebelum masjid jadi sunan Kalijaga pulang ke Demak

karena di Demak juga sedang membuat Masjid sesampainya di Demak

Page 45: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

38

disana ada sunan Giri, sunan Ampel dan Sunan Kalijaga pun ikut

membantu membuat Masjid lalu ditanyalah Sunan Kalijaga oleh Sunan

Giri sebagai berikut:

1) Sunan Giri: Dari mana Sunan Kalijaga ?

2) Sunan kalijaga: Dari Jurangjero

3) Sunan Giri: Ngapain disana ?

4) Sunan Kalijaga: Membuat Masjid...”

5) Sunan Giri: pembangunan Masjid disini juga belum selesai, kenapa

harus cepat-cepat bangun disana”

Kemudian Sunan Kalijaga diberi kayu/akar untuk dipahat namun

pada waktu mengkapak kayu tersebut mengenai kepala “Orong-orong”

(anjing tanah) sehingga putuslah kepalanya kemudian disambnglah kepala

orong-orong tersebut dengan tatal kayu (pecahan kayu jati yang dipahat)

sehingga menyatu dan orong-orong tersebut hidup kembali.

Setelah Masjid Demak tersebut jadi daerah tersebut diberi nama

Desa Jorjoran oleh Sunan Giri yang kemudian oleh Sunan Kalijaga

namanya disempurnakan menjadi Desa Kajoran sampai dengan sekarang

setelah itu Sunan Kalijaga kembali ke Desa Jurangjero dan setelah itu

Sunan Kalijaga memerintahkan/ memasrahkan kepada anaknya untuk

mengajarkan ajaran-ajaran agama islam diMasjid Kajoran kemudian

Sunan Kalijaga kembali lagi ke Demak.

Orang-orang yang meneruskan mengajarkan agama islam yaitu:

1. KH. Sanmurdi

Page 46: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

39

2. KH. Mad Mustar

3. KH. Mad Dalyar Dullah Ikhsan

4. KH. Santa Wijaya

Ahirnya banyak orang yang mengaji di Masjid Kajoran dan

mengenal agama Islam sampai sekarang ini.

2. Keadaan Wilayah

Desa mangunan terletak di Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul

Daerah Istimewah Yogyakarta dengan daerah ketinggian 400,00 mdpl.

Kondisi alam terdiri dari hutan, perbukitan, dan perkebunan dengan

tingkat curah hujan pertahun adalah 5 bulan hujan. Suhu rata-rata 30℃.

a. Letak dan Batas Wilayah

Letak astronomis Desa Mangunan berada pada titik kordinat

7°55’53.9”S 110°25’42.0”E-7.931638, 110.428324. Secara

administratif Desa Mangunan memiliki batasan-batasan wilayah

sebagai berikut:

1) Sebelah Utara: Desa Wukirsari

2) Sebelah Selatan: Desa Sriharjo

3) Sebelah Barat: Desa Girirejo

4) Sebelah Timur: Desa Muntuk

b. Orbitasi

1) Jarak dari Pusat Pemerintahan Kecamatan: 6,00 Km

2) Jarak dari Pusat Pemerintahan Kota: 27,00 Km

3) Jarak dari Kota/Ibukota Kabupaten: 14,00 Km

Page 47: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

40

4) Jarak dari Ibukota Provinsi: 21,00 Km

c. Luas Wilayah

Luas wilayah Desa Mangunan yaitu 952,37 Ha. Dengan

kepaatan penduduk yaitu 609,11/KM. Secara administratif Desa

Mangunan terbagi dalam 6 pedukuhan yaitu, Cempluk, Mangunan,

Sukorame, Lemahbang, Kediwung, Kanigoro.

d. Penggunaan Lahan

Luas Wilayah menurut penggunaan lahan yaitu

Luas tanah sawah yaitu 70,29 Ha

Luas tanah kering yaitu 711,69 Ha

Luas tanah perkebunan yaitu 82,01 Ha

Luas tanah fasilitas Umum yaitu 48,38 Ha

Luas tanah hutan yaitu 40,00 Ha

e. Keadaan Iklim

Berdasarkan buku data monografi Desa Mangunan suhu udara

rata-rata di Desa Mangunan adalah 30,00 ℃.

f. Keadaan Tanah

Keadaan tanah di Desa Mangunan memiliki jenis tanah

berwarna merah, dengan tekstur tanah lempungan, tingkat kemiringan

tanah ada yang mencapai 60,00 derajat.

Page 48: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

41

3. Keadaan Demografi

a. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Desa Mangunan secara keseluruhan

berjumlah 5.850 jiwa dengan jumlah 1.591 Kepala Keluarga (KK).

Secara detailnya jumlah penduduk laki-laki berjumlah 2.841 orang,

sedangkan jumlah penduduk perempuan berjumlah 3.009 orang.

Penjelasan mengenai jumlah penduduk akan dipaparkan dalam

diagram dibawah ini:

Diagram II.1

Jumlah Penduduk Desa Mangunan, Menurut Jenis Kelamin

Sumber: Monografi Desa Mangunan tahun 2017

Berdasarkan diagram diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah

penduduk laki-laki dan penduduk perempuan hanya selisih 168 jiwa.

Dengan persentase jumlah penduduk laki-laki 49% dan penduduk

Page 49: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

42

perempuan 51%. Dapat diketahui jumlah penduduk yang paling

dominan adalah berjenis kelamin perempuan.

b. Jumlah Penduduk Menurut Golongan usia

Berikut adalah table penduduk Desa Mangunan menurut

golongan usia.

Tabel II.1

Jumlah Penduduk Menurut Golongan Usia

USIA L P Jumlah

1-4 Tahun 121 125 246

5-9 Tahun 208 206 414

10-14 Tahun 281 305 586

15-19 Tahun 359 335 694

20-24 Tahun 318 313 631

25-29 Tahun 255 235 490

30-34 Tahun 205 226 431

35-39 Tahun 241 273 514

40-44 Tahun 169 199 368

45-49 Tahun 153 187 340

50-54 Tahun 139 142 281

55-59 Tahun 116 109 225

60-64 Tahun 123 113 236

65-69 Tahun 96 106 202

70-74 Tahun 43 96 139

75 Tahun keatas 14 39 53

Jumlah 2841 3009 5850 Sumber: Monografi Desa Mangunan tahun 2017

Dari data diatas dijelaskan bahwa penduduk menurut golongan

usia yang lebih banyak atau mendominasi yaitu golongan usia dari 20

sampai 24 Tahun dengan jumlah 631 orang.

Page 50: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

43

c. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Jumlah penduduk Desa Mangunan menurut tingkat Pendidikan

dapat dilihat dalam diagram berikut:

Diagram II.2

Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Sumber: Monografi Desa Mangunan tahun 2017

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk

yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi adalah Sekolah Dasar

dengan Jumlah 358 Orang dengan persentase 39%. Dan yang paling

rendah adalah jumlah penduduk yang memiliki tingkat pendidikan

pascasarjana yaitu 5 Orang dengan persentase 1%.

Page 51: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

44

d. Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian

Diagram II.3

Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Sumber: Monografi Desa Mangunan tahun 2017

Dari data di atas dapat dilihat bahwa dari 15 jenis mata

pencarian,Penduduk yang lebih banyak atau mendominasi dari semua

mata pencarian adalah mata pencarian petani dengan jumlah 1.105

Orang dengan persentase 24%.

f. Jumlah Penduduk Menurut Agama

Berdasarkan data monografi desa bahwa Jumlah penduduk di Desa

mangunan mayoritas pemeluk Agama Islam dengan Jumlah 5.848 jiwa.

Page 52: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

45

4. Keadaan Sosial dan Budaya

a. Keadaan Sosial

Desa Mangunan memberi contoh bagaimana kemajuan Desa

diupayakan dengan semangat masyarakatnya dan mimpi bersama dari

masyarakat itu sendiri. Dengan mengembangkan potensi dan kearifan

lokal yang dimiliki, Mangunan yang dulunya tertinggal kini berhasil

membangun kemajuan melalui inovasi dibidang pariwisata. Ketika

Desa lagi diam menunggu sentuhan pemerintah pusat, masyarakat pun

aktif mengupayakan kesejahteraan bersama. Lewat Desa wisata,

Pembangunan di mangunan telah menggairahkan kehidupan warga dan

mengangkatnya dari ketertinggalan. Oleh karena itu, Desa-desa lain

patut belajar dari Desa mangunan.

b. Keadaan Budaya

Budaya saat ini di Desa Mangunan setelah merasakan

merasakan manfaat dari pembangunan yang digerakan oleh pariwisata,

warga Mangunan pun semakin bersemangat dalam memajukan

Desanya. Mereka tetap rutin bergotong royong membersihkan

lingkungan desanya. Perbaikan dan pembangunan fasilitas secara

bersama, hingga kegiatan adat istiadat pun masih kental di kehidupan

warga Desa Mangunan.

Page 53: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

46

5. Sarana dan Prasarana

a. Sarana Umum

Diagram II.4

Sarana Umum

Sumber : Monografi Desa Mangunan Tahun 2017

Data diatas menunjukan sarana umum yang dimiliki Desa

Mangunan berjumlah 49 Unit diantaranya 4 Unit olahraga, 36 unit

Kesenian/Budaya, 3 unit balai pertemuan, 5 unit sumur Desa, dan 1 unit

pasar Desa.

Page 54: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

47

c. Sarana Pendidikan

Diagram II.5

Sarana Pendidikan Umum

Sumber : Monografi Desa Mangunan Tahun 2017

Dari data sarana pendidikan umum Desa Mangunan dapat

dikatakan bahwa fasilitas pendidikan yang ada semuanya sudah terpenuhi

karena Desa Mangunan memiliki semua sarana pendidikan mulai dari

Tingkat Sekolah TK sampai Sekolah SMA.

Page 55: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

48

6. Stuktur Organisasi Pemerintahan Desa Mangunan.

Struktur Organisasi dan tata kerja pemerintahan Desa Mangunan

terdiri dari beberapa bagian yaitu :

1. Kepala Desa

2. Sekretaris Desa dengan fungsinya sebagai berikut:

a. Kaur Keuangan

b. Kaur Umum

c. Kaur Program

3. Kepala Seksi dan fungsinya sebagai berikut :

a. Kasi Pemerintaha

b. Kasi Kesejahteraan

c. Kasi Pelayanan

4. Kepala Padukuhan Desa Mangunan.

Page 56: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

49

Sumber : Monografi Desa Mangunan Tahun 2017

BPD

SUNARDI

KEPALA DESA

PONIYAT

Sekretaris desa

Dwi eko susanto

Kaur umum

Nazamin

Kaur program

Sokinem

Kaur

keuangan

Slamet

purnama

Kasi kesejahteraan

Surata

Kasi pelayanan

Supandi Kasi Pemerintahan

Widodo

Padukuhan

Cempluk

Parjono

Padukuhan

Lemahbang

Ngatio

Padukuhan

Kediwung

Suripto

Padukuhan

Kanigoro

Samidi

Padukuhan

Mangunan

Suyadi

Padukuhan

Sukorame

Sumardi

Page 57: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

50

Gambar II.1

Peta Desa Mangunan

Sumber: Data Monografi Desa Mangunan tahun 2017

B. Profil Wisata Bukit Panguk

Bukit Panguk Kediwung diresmikan pada tanggal 16 November 2016.

Pada saat ini menjadi wisata menjadi wisata yang hits di Bantul. Bukit Panguk

Kediwung menawarkan pemandangan wisata alam perbukitan hijau di deretan

Dlingo, masyarakat setempat sering menyebutnya perbukitan seribu bukit.

Atraksi utama yang disuguhkan adalah keindahan sunrise dan negeri atas

awan. Wisatawn yang berkunjung akan dimanjakan dengan keindahan sunrise

yang berbea dari objek wisata lainnya karena tepat isebelah timur obyek

wisata ini terdapat bukit seribu yang menjadikan nilai tambah tersendiri.

Page 58: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

51

Selain itu juga terapat kabut yang tebal di Bukit Panguk Kediwung membuat

Wisatawan Seoah oah berada diatas awan dan keindahan cakrawala langin

biru.

1. Aksesbilitas Menuju Bukit Panguk Kediwung

Bukit Panguk Kediwung Berlokasi di dusun Kediwung Desa

Mangunan, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewah

Yogyakarta. Lokasi Bukit Panguk Kediwung ini berjarak 3,8 Km dari

Kebun Buah Mangunan. Untuk menuju lokasi Bukit Panguk Kediwung

wisatawan dari Yogyakarta dapat mengambil arah dari imogiri lalu menuju

Dlingo atau Kebun Buah Mangunan. Jika sudah tiba di Kebun Buah

Mangunan wisatawan dapat mengikuti petunjuk arah yang telah tersedia.

Untuk wisatawan yang ingin merasakan pengalaman baru dapat memilih

menggunakan shuttle pick up yang telah tersedia dari Kebun Buah

Mangunan menuju Bukit Panguk Kediwung. Untuk mendapatkan fasilitas

shuttle pick up ini para wisatawan cukup mengeluarkan biaya sebesar Rp.

200.000,00/mobil untuk pulang pergi. Selain itu wisatawn juga dapat

menggunakan jasa rental mobil atau motor yang disediakan dari

Yogyakarta. Harga tiket retribusi ke objek Bukit Panguk kRp.7.500/motor

dengan kapasitas 2 wisatawan. Sementara untuk mobil, retribusi yang

dikeluarkan sebesar Rp.5000 untuk parkir dan Rp.2.500/wisatawan sudah

termasuk Jasa Raharja. Di Bukit Panguk terdapat fasilitas berupa gazebo

yang dibangun oleh pengelolah untuk dapat digunakan oleh wisatawan

beristrahat.

Page 59: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

52

2. Amenitas Bukit Panguk Kediwung

Sebagai tempat rekreasi yang terbilang masih sangat baru, Puncak

Panguk Kediwung sudah cukup memiliki amenitas yang cukup baik.

Meskipun masih banyak yang harus dibenahi tetapi seiring berjalannya

waktu, fasilitas yang ada di Bukit Panguk sedikit demi sedikit mulai

ditambahkan seperti :

Toilet

Mushola

Warung makan

Tempat Parkir

Aula

Papan septa pesona

Homestay

3. Potensi Daya Tarik dan Produk Di Desa Wisata Bukit Pangkuk

Potensi wisata yang ada di Bukit Panguk Kediwung Adalah spot-

spot foto yang memiliki filosofi masing-masing disetiap spotnya. Selain

spot foto tempat ini juga terkenal dengan sebutan negeri di atas awan.

Sunrise yang indah juga dapat wisatan nikmati dilokasi Bukit Panguk

Kediwung. Wisatawan dapat melihat kabut yang tebal karena lokasi ini

memang terkenal dengan kabutnya yang tebal dan dapat dikatakan sebagai

salah satu daya tarik wisata.

Kabut yang pekat sering kali menyelimuti kawasan bukit ini,

terutama ketika pagi hari yang nampak jelas awan yang begitu pekat.

Page 60: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

53

4. Potensi Daya Tarik di Wisata Bukit Panguk Kediwung.

Potensi Wisata yang ada di panguk adalah spot-spot foto yang

mmiliki filosofi masing-masing disetiap spotnya. Selain spot foto tempat

ini juga terkenal dengan sebutan negeri di atas awan. Sunrise yng indah

juga dapat wisatawan nikmati ilokasi Bukit Panguk Kediwung Wisatawan

dapat melihat kabut yang tebal karena lokasi ini terkenal dengan kabutnya

yang tebal dan dapat dikatakan sebagai salah satu aya tarik wisata.

Kabut awan yang pekat sering kali menyelimuti bukit ini, terutama

ketika pagi hari yang begitu pekat. Pengunjung yang berada disana akan

merasakan sensasi luar biasa benar-benar berada i atas awan. Ketika awan

yang begitu banyak, bisa menjadi backround foto yang spektakuler. Selain

itu, diobjek wisata ini juga terdapat beberapa gartu pandang. Wisatawan

apat memilih tempat sesuai selera dan tentunya sangat cocok untuk

berselfie. Namun, gardu pandang disini hanya berkapasitas maskimal 10

orang. Jadi, jika ingin berfoto digardu pandang tersebut harus bersabar dan

mengantri. Di objek wisata ini juga coco untuk foto pre-weding yang

tentunya terlihat sangat romantis. Tiak hanya sebagai atrasi tambahan,

disetiap spot foto juga memiliki filosofi tersendiri yang yang menceritakan

kehidupan manusia dimulai dari awal merasakan kehidupan hingga di

akhir kehidupannya. Filosofi foto spot tersebut adalah sebagai berikut :

Page 61: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

54

Gambar II.2 Spot Love

Sumber : https://www.tripilarwisata.com/informasi-tempat-wisata-bukit-

panguk-kediwung-imogiri-bantul-yogyakarta.html

Spot foto yang berbentuk hati, filosofinya adalah mengibaratkan

kisah percintaan manusia sebagai awal dari kehidupan dibumi.

Gambar II.3 Spot Kupu-Kupu

Sumber : https://www.tripilarwisata.com/informasi-tempat-wisata-bukit-

panguk-kediwung-imogiri-bantul-yogyakarta.html

Page 62: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

55

Spot foto berbentuk kupu-kupu merupakan lanjutan dari filosofi

sebelumnya yaitu setelah mengenal percintaan, manusia melangkah

bersama menuju ke jenjang pernikakan yang diibaratkan layaknya

kepompong berproses menjadi kupu-kupu, dan menuju memulai

kehidupan barunya.

Gambar II.4 Spot Kapal

Sumber : https://www.tripilarwisata.com/informasi-tempat-wisata-bukit-

panguk-kediwung-imogiri-bantul-yogyakarta.html

Spot foto berbentuk kapal, lanjutan dari filosofi kupu-kupu,

manusia akan mengalami permasalahan dalam kehidupannya, diibaratkan

manusia layaknya kapal yang berlayar akar dapat menghaddapi rintangan

disamudra luas.

Page 63: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

56

Gambar II.5 Spot Laba-Laba

Sumber : https://www.tripilarwisata.com/informasi-tempat-wisata-bukit-

panguk-kediwung-imogiri-bantul-yogyakarta.html

Spot jaring laba-laba mengibaratkan ehidupan manusia untuk

mencapai surga yang diibaratkan khayangan harus dengan amalan dan

perbuatan yang baik, maka dari itu mal dan perbuatan manusia harus

disaring untuk mencapai puncak khayangan tersebut.

Gambar II.6 Spot Kuda Terbang

Page 64: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

57

Sumber : https://www.tripilarwisata.com/informasi-tempat-wisata-bukit-

panguk-kediwung-imogiri-bantul-yogyakarta.html

Spot foto berbentuk kuda putih terbang, setelah manusia

mengalami proses kehidupan yang panjang, manusia akan mengalami

kematian sebgaimana telah ditakdirkan. Kuda putih layaknya amalan baik

selama menjalani kehidupan di dunia.

Gambar II.7 Spot Jembatan

Sumber : https://www.tripilarwisata.com/informasi-tempat-wisata-bukit-

panguk-kediwung-imogiri-bantul-yogyakarta.html

Spot foto jembatan, diibaratkan tempat perkumpulan manusia

dikhayangan setelah lepas dari dunia yang penuh dengan permasalahan.

Dijembatan ini manusia dapat melihat kehidupan didunia dari atas

khayangan.

Page 65: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

58

Gambar II.8 Spot Pulau diAtas Awan

Sumber : https://www.tripilarwisata.com/informasi-tempat-wisata-bukit-

panguk-kediwung-imogiri-bantul-yogyakarta.html

Spot pulau di atas awan ini diibaratkan sebagai surga nirwana

sejatinya Tuhan Yang Maha Esa. Yang mana hanya manusia pilihan yang

dapat sampai kesini dengan membawa catatan amal baik tanpa amal buruk

semasa hidupnya. Manusia akan dibawa oleh kuda terbang menuju tempat

ini sebagaimana filosofi kuda terbang sebelumnya. Pulau diatas awan ini

adalah tempat tinggal manusia yang kekal iatas khayangan setelah

menempuh kehidupan didunia.

Page 66: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

59

4. Struktur Organisasi Pengelola Bukit Panguk Kediwung

Sumber : Profil Wisata Bukit Panguk

SEKSI RAFTING

Page 67: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

DAFTAR PUSTAKA

Marsum, Siti Fauziah. 2012. Manajemen stewarding. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Dermatoto, Argyo. 2012. Pemberdayaan Perempuan dalam Pariwisata Berbasis

Komunitas (studi Desa Berjo, Desa Kliwonan, dan Desa Samiran Jawa

Tengah) [Jurnal]. Semarang: Universitas Sebelas Maret.

Hadiwijoyo, Suryo. 2012. Perencanaan Pariwisata Perdesaan Berbasis

Masyarakat (Sebuah Pendekatan Konsep).Yogyakarta:Penerbit Graha

Ilmu.

Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Keatif, 2012. Pengembangan WisataBahari

Indonesia

Mardikanto, Totok dkk. 2015. Pemberdayaan Masyarakat (Dalam Perspektif

Kebijakan Publik) edisi revisi. Bandung:Penerbit Alfabeta

Midgley, James (1995), Kesejahteraan Sosial dalam Perspektif Pembangunan

diterjemahkan oleh Fathrulsyah, Jakarta: Bina Rena Pariwara

Moleong, J. Lexy. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:Penerbit PT.

Remaja Rosdakarya.

Ndraha, Talizuduhu. 1990. Pembangunan Masyarakat. Jakarta:PenerbitPT Rineka

Cipta

Pitana, I. Gede dan Gayatri, Putu G. (2005). Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta:

Andi.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Kepariwisataan Badan

Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementrian

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. 2012. Pengembangan Wisata Bahari di

Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebijakan

Kepariwisataan.

Sofiani, Triana. 2009. Membuka Ruang Partisipasi Perempuan Dalam

Pembangunan [Jurnal]. Pekalongan. STAIN

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Penerbit Alfabeta.

Bagong, Suyanto. Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif

Pendekatan. Yogyakarta : Pustaka

Theresia, Aprillia dkk. 2015. Pembangunan Berbasi Masyarakat. Bandung:

Penerbit Alfabeta

Page 68: PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN …

Tristia, Apni dkk. 2014. Partisipasi Perempuan Dalam Aktivitas Wisata Bahari

(studi kasus objek wisata dan daya tarik Pantai talumben Bali) [Jurnal].

Bali: Universitas Udayana

WEBSITE:

http://www.prasmultourism.com/2017/10/24/pariwisata-di-indonesia-seiring-

kemajuan-ict/

http://digilib.unila.ac.id/10385/15/BAB%20II.pdf diakses padatanggal 6

Agustus 2016

http://eprints.uns.ac.id/22643/3/D0311019_bab2.pdf diakses padatanggal 6

Agustus 2016

http://www.radarlamsel.com/kaya-potensi-minim-perhatian/, diakses pada

tanggal 30 November 29016

Sumber Lainnya:

Undang-undang No. 6 tahun 2004 Tentang Desa

Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan

Rencana Strategi Tahun 2016-2021 Badan Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak Kabupaten Lampung Selatan